karya ilmiah upaya mewujudkan sekolah...
TRANSCRIPT
KARYA ILMIAH
UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH MELEK LITERASI
MELALUI GELIS BATUK
Diajukan untuk Mengikuti
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan
Tahun 2016
Oleh:
Yati Kurniawati, M.Pd.
NIP. 19761102 200212 2 003
SMP NEGERI 10 SALATIGA
Jl. Argoboga Telepon (0298) 328173
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah
2016
UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH MELEK LITERASI
MELALUI GELIS BATUK
Yati Kurniawati, M.Pd.
A. Pengantar
Literasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengar akhir-
akhir ini. Kata literasi ramai diperbincangkan orang dalam kaitannya
dengan banyak hal, seperti membaca, menulis, komputer, iptek,
budaya, politik, teknologi, lingkungan, dll. Hal ini tak lepas dari makna
literasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring),
literasi dapat dimaknai: 1) kemampuan menulis dan membaca; 2)
pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu;
dan 3) penggunaan huruf untuk mempresentasikan bunyi atau kata.
Dalam makna yang pertama, literasi adalah kemampuan menulis
dan membaca. Bagaimana kemampuan menulis dan membaca peserta
didik Indonesia? Sebagaimana kita ketahui, Indonesia menduduki
peringkat bawah dalam studi PISA terkait dengan kemampuan
membaca dan menulis. Rendahnya kemampuan membaca dan menulis
merupakan suatu hal yang menjadi keprihatinan bersama, karena
kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
diperlukan dalam era global ini. Dibutuhkan terobosan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis adalah melalui Gerakan Literasi
Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu hal yang
dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam
permendikbud tersebut, kegiatan membaca buku non pelajaran
merupakan sebuah kegiatan yang perlu dilakukan minimal 15 menit
setiap hari. Melalui kegiatan literasi diharapkan kemampuan membaca
dan menulis siswa Indonesia meningkat. Kemampuan membaca dan
menulis akan meningkat ketika kegiatan membaca dan menulis menjadi
budaya dalam lingkungan sekolah.
B. Masalah
Rendahnya kemampuan membaca dan menulis tak lepas dari
budaya masyarakat. Data UNESCO menunjukkan tingkat membaca
orang Indonesia hanyalah 0,001 (Republika, 2015), artinya dari 1.000
orang hanya ada 1 orang yang berminat membaca. Sebuah angka yang
menunjukkan rendahnya minat baca orang Indonesia. Hal ini selaras
dengan fenomena di lapangan yang menunjukkan bahwa orang lebih
menyukai menonton televisi, ngobrol, menggosip, atau bermain gadget
ketimbang membaca atau menulis. Kegiatan literasi belum menjadi
budaya.
Bagaimana caranya menjadikan kegiatan literasi sebagai
budaya? Upaya menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya dapat
dimulai dari sekolah. Sekolah Melek Literasi adalah sekolah yang
mengembangkan budaya literasi (membaca dan menulis). Dalam
mewujudkan sekolah melek literasi dibutuhkan tindakan-tindakan untuk
membiasakan kegiatan membaca dan menulis menjadi sebuah budaya.
Permasalahan yang dijumpai adalah minat baca rendah, minat
menulis rendah, kemampuan membaca rendah, kemampuan menulis
rendah, partisipasi warga sekolah kurang, warga sekolah belum
memahami mengenai gerakan literasi sekolah, dan guru belum
memahami tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
sekolah melek literasi.
D. Pembahasan dan Solusi
Satria Dharma (2015) dalam paparannya menyampaikan ada 4
faktor penting dalam menumbuhkan budaya baca bangsa, yaitu adanya
penggerak literasi, adanya alokasi waktu untuk membaca secara
khusus, tersedianya buku-buku bacaan, dan adanya program baca.
Dalam rangka menumbuhkan budaya literasi di sekolah, keempat faktor
yang disampaikan Satria Dharma ini penulis tarik ke lingkup yang lebih
luas, yaitu membaca dan menulis. Sebagai kepala sekolah, penulis
menempatkan dirinya dan guru-guru sebagai penggerak literasi
sekolah, menyediakan alokasi waktu untuk membaca dan menulis
secara khusus, menyediakan buku-buku bacaan, dan mengadakan
program baca dan tulis melalui implementasi Gelis Batuk.
Gelis Batuk merupakan program peningkatan kemampuan
literasi peserta didik melalui Gerakan Literasi Sekolah Baca Tulis Karya,
dengan reward hasil karya terbaik dipublikasikan oleh sekolah dalam
bentuk buku kumpulan karya. Gelis Batuk dilaksanakan dengan
manajemen partisipatif, kepala sekolah menggunakan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran dengan melibatkan berbagai
unsur. Dengan menerapkan Gelis Batuk diharapkan dapat mewujudkan
SMP Negeri 10 Salatiga sebagai Sekolah Melek Literasi.
Gelis Batuk diimplementasikan di sekolah dengan melibatkan
segenap warga sekolah, dengan dukungan dari orang tua/wali, komite
sekolah, perpustakaan sekolah, Perpustakaan dan Arsip Daerah, Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga, dan Kepala Daerah
(Walikota dan Wakil Walikota Salatiga), serta dengan dukungan
pembiayaan dari dana BOS.
Upaya mewujudkan sekolah melek literasi melalui implementasi
Gelis Batuk dilakukan dengan prosedur tindakan: penguatan
perpustakaan sekolah, membentuk tim literasi, sosialisasi ke seluruh
warga sekolah, pelaksanaan gerakan literasi sekolah, evaluasi secara
berkala, dan pemilihan karya terbaik.
1. Penguatan Perpustakaan Sekolah
Tindakan pertama adalah penguatan perpustakaan sekolah
yang diharapkan sebagai garda terdepan dalam mendukung
terlaksananya kegiatan literasi sekolah. Penguatan perpustakaan
sekolah dilakukan melalui pemenuhan fasilitas sarana prasarana
pendukung dan penambahan koleksi bahan bacaan. Sekolah
mengalokasikan lebih dari 5% dana BOS untuk perpustakaan
sekolah. Sarana prasarana seperti tempat baca yang representatif,
komputer untuk pengunjung, software absensi pengunjung, scanner
pembaca barcode, AC, dan ruang kepala perpustakaan
ditambahkan. Sekolah juga menyediakan gazebo sebagai tempat
membaca yang nyaman di luar ruang perpustakaan.
Penambahan koleksi bahan bacaan dilakukan dengan
membeli dan menerima donasi. Pembelian buku bacaan
menggunakan dana BOS. Sekolah membuka kesempatan kepada
warga sekolah untuk donasi buku. Gerakan donasi buku dari orang
tua/wali peserta didik telah dilakukan pada akhir semester 1 dan 2
tahun pelajaran 2015/2016 (bagi peserta didik kelas 7, 8, dan 9) serta
pada awal semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 (khusus bagi
peserta didik kelas 7). Dari hasil donasi buku dari orang tua tercatat
sejumlah 767 judul buku. Gerakan donasi buku juga dilakukan oleh
guru/karyawan secara insidentil, tercatat 253 judul buku sumbangan
dari guru/karyawan SMP Negeri 10 Salatiga.
Sekolah menjalin kerja sama dengan Perpustakaan dan Arsip
Daerah (Persipda) Kota Salatiga dalam pembinaan petugas
perpustakaan sekolah dan penyediaan bahan bacaan. Persipda
Kota Salatiga memberi fasilitas mobil perpustakaan keliling yang
datang seminggu sekali ke sekolah. Persipda juga memberikan
bantuan sebanyak 15 buku saat gerakan donasi buku dilakukan.
Capaian lain yang diperoleh dari penguatan perpustakaan
sekolah adalah diraihnya predikat juara pada Lomba Perpustakaan
Sekolah Tingkat Kota Salatiga. Perpustakaan SMP Negeri 10
Salatiga meraih Juara III di tahun 2015 dan meningkat menjadi Juara
II di tahun 2016 ini.
2. Membentuk Tim Literasi
Kepala Sekolah membentuk Tim Literasi Sekolah, yang
beranggotakan kepala perpustakaan sekolah, guru bahasa (baik
bahasa Indonesia, Jawa, maupun Inggris), dan guru seni budaya.
Tim Literasi Sekolah bertanggung jawab merancang kegiatan literasi
sekolah yang akan dilakukan, memantau pelaksanaan kegiatan
literasi, melakukan evaluasi, dan memproduksi buku kumpulan karya
literasi. Dalam pelaksanaan tugasnya, tim literasi sekolah bekerja
sama dengan wali kelas.
3. Sosialisasi ke Seluruh Warga Sekolah
Sebelum Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan, terlebih
dahulu dilakukan sosialisasi untuk mengenalkan literasi sekolah
pada 19 Desember 2015. Sosialisasi dilakukan kepada segenap
warga sekolah, mulai dari orang tua, peserta didik, guru, karyawan,
dan komite sekolah dengan mengundang Walikota Salatiga, Wakil
Walikota Salatiga, dan Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga. Kehadiran Walikota dan Wakil Walikota
Salatiga pada kegiatan ini sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah
Kota pada upaya sekolah meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis.
Sosialisasi dalam bentuk paparan mengenai Gerakan Literasi
Sekolah disampaikan oleh Bapak Satria Dharma, penggerak dan
konsultan Literasi Sekolah dari Kemdikbud, sosok yang sangat
peduli pada kegiatan literasi.
Gambar 1. Paparan Bapak Satria Dharma tentang Literasi
Setelah selesai paparan mengenai Gerakan Literasi Sekolah,
sekolah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah. Sebuah gerakan
yang benar-benar merupakan gerakan karena inisiatif berasal dari
sekolah sendiri, bukan karena piloting atau tunjukan dari atas.
Dengan deklarasi ini, SMP Negeri 10 Salatiga menjadi sekolah
literasi pertama di Salatiga dan di Jawa Tengah.
Gambar 2. Publikasi di Media Massa
Pada kesempatan ini pula, kepala sekolah membagikan buku
kumpulan puisi berjudul Di Atas Biasa. Dengan pembagian buku
tersebut, kepala sekolah bermaksud memberikan keteladanan dan
motivasi kepada warga sekolah untuk menjalankan kegiatan literasi.
5. Menjalankan Kegiatan Literasi
Kegiatan Literasi mulai dijalankan di SMP Negeri 10 Salatiga
sejak Januari 2016 sampai sekarang. Untuk menjadikan literasi
sebagai budaya maka Gelis Batuk (Gerakan Literasi Sekolah Baca
Tulis Karya) dilakukan secara rutin dan insidentil. Kegiatan rutin
dilaksanakan dalam bentuk Literasi Membaca dan Literasi Menulis.
Kegiatan Insidentil berupa Lomba Menulis. Kegiatan literasi
tercantum dalam jadwal pelajaran. Literasi Membaca dilaksanakan
pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu selama 15 menit pada
awal pelajaran (sebelum jam pertama). Literasi Menulis
dilaksanakan hari Senin dan Jumat, tidak terjadwal secara khusus,
memanfaatkan jeda waktu setelah upacara dan Jumat Sehat.
Dalam melaksanakan kegiatan literasi, peserta didik mencatat
kegiatannya dalam jurnal literasi. Pada Literasi Membaca, peserta
didik menulis rangkuman bacaannya. Pada Literasi Menulis, peserta
didik bebas untuk menulis apapun, sesuai dengan kemampuan
peserta didik, boleh berupa status singkat, kata mutiara, puisi,
karangan bebas, ataupun sekedar tulisan curhat. Pada Literasi
Menulis dihasilkan karya.
Gambar 3. Contoh jurnal literasi
Pengajar jam pertama bertugas untuk memastikan peserta
didik melakukan kegiatan literasi. Guru memberikan tanda tangan
atau paraf pada jurnal literasi. Buku bacaan non pelajaran yang
dibaca oleh siswa dapat membawa dari rumah atau meminjam dari
perpustakaan sekolah atau perpustakaan keliling dari Persipda.
Baik buku jurnal literasi maupun buku bacaan diletakkan di
rak yang disediakan sehingga seluruh guru yang masuk ke kelas dan
penghuni kelas dapat memeriksa dan mengontrol kelayakan buku
yang dibaca oleh peserta didik.
Gambar 4. Buku bacaan non pelajaran
6. Evaluasi Secara Berkala
Buku jurnal literasi milik peserta didik diperiksa secara berkala
oleh wali kelas dan guru Bahasa Indonesia. Wali kelas memastikan
peserta didik melengkapi jurnal literasinya. Guru Bahasa Indonesia
memeriksa dan memberi masukan pada tata tulis maupun tata
bahasa. Evaluasi juga dilakukan terhadap kelayakan buku bacaan
non pelajaran. Hasil pengamatan guru dan peserta didik terhadap
buku bacaan pada kegiatan literasi. Keterlaksanaan kegiatan literasi
sekolah dievaluasi pula dalam rapat dewan guru.
7. Pemilihan Karya Terbaik
Wali kelas dan atau guru mata pelajaran bahasa memeriksa
dan memilih karya-karya terbaik dari peserta didik. Karya terbaik
peserta didik baik dari kegiatan literasi rutin maupun insidentil
dikumpulkan dalam bentuk buku. Pemberian reward berupa
publikasi buku kumpulan karya literasi. Ongkos cetak buku dibiayai
dari dana BOS.
Gambar 5. Contoh publikasi kumpulan karya literasi
Sampai saat ini sudah ada hasil berupa 3 buku kumpulan
karya guru, 19 buku kumpulan karya peserta didik, dan 1 aplikasi
android kumpulan puisi kepala sekolah. Publikasi kumpulan karya
literasi juga dibagikan sebagai kenang-kenangan kelulusan kelas 9.
Koleksi karya literasi SMP Negeri 10 Salatiga telah dipamerkan pada
saat Gelar Pameran Pembangunan tahun 2016. Publikasi karya
terbaik masih terus dilakukan sebagai bentuk reward atas
keberhasilan peserta didik melakukan literasi.
Gambar 6. Koleksi karya literasi di Pameran Pembangunan
Pelaksanaan program Gelis Batuk di SMP Negeri 10 Salatiga
berjalan lancar. Tidak ada penolakan dari warga sekolah. Jika pada
awalnya ada sebagian kecil warga sekolah yang tidak mau terlibat aktif,
sekarang semua telah mau terlibat aktif. Dorongan dan motivasi dari
guru dalam menyemangati peserta didik dalam membaca dan menulis
membantu peserta didik yang pada awalnya merasa tidak suka
membaca dan menulis menjadi terbiasa membaca dan menulis. Ketika
peserta didik terus menerus melakukan baca, tulis, dan karya secara
berkesinambungan, peserta didik yang pada awalnya kurang mampu
untuk membaca dan menulis menjadi terbiasa. Dengan adanya ragam
variasi jenis bahan bacaan, dari berupa komik sederhana sampai tulisan
berat para ahli, peserta didik dapat memilih bacaan yang disukai. Tak
jarang peserta didik menyelesaikan membaca atau menulis di luar
jadwal. Keterampilan membaca dan menulis peserta didik terus
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kualitas isi
jurnal literasi maupun karya peserta didik.
Manajemen partisipatif dalam menerapkan Gelis Batuk,
melibatkan segenap warga sekolah. Keterlibatan warga sekolah yang
pada awalnya kurang meningkat menjadi baik. Dengan terlibat secara
aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, warga sekolah
menjadi memahami gerakan literasi sekolah dan tindakan-tindakan apa
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sekolah melek literasi.
E. Kesimpulan dan Harapan Penulis
Program Gelis Batuk dapat meningkatkan minat baca,
meningkatkan minat menulis, meningkatkan kemampuan membaca,
meningkatkan kemampuan menulis, partisipasi warga sekolah
meningkat, warga sekolah memahami gerakan literasi sekolah, dan guru
memahami tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
sekolah melek literasi. Membaca dan menulis telah menjadi budaya di
SMP Negeri 10 Salatiga. Kemampuan membaca dan menulis peserta
didik meningkat. Dapat disimpulkan bahwa Program Gelis Batuk dapat
mewujudkan SMP Negeri 10 Salatiga sebagai sekolah melek literasi.
Penulis mengharapkan program ini dapat terus berlangsung dan
meluas di lingkungan keluarga warga sekolah. Dukungan dan partisipasi
segenap warga sekolah dan masyarakat sangat diperlukan dalam
keberlangsungan program ini, sehingga literasi dapat menjadi budaya
masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Dharma, Satria. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti dan Pengembangan
Budaya Literasi. Makalah disajikan dalam Seminar Parenting dan
Peluncuran Gerakan Literasi Sekolah, SMP Negeri 10 Salatiga, 19
Desember 2015.
2. Direktorat PSMP. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Kemdikbud.
3. KBBI Daring. (Online). (http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Literasi,
diakses 16 November 2016).
4. Kemdikbud. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti. Jakarta: Kemdikbud.
5. Republika. 2015. Minat Membaca. (Online). (http://www.republika.co.id/
berita/koran/opini-koran/15/02/27/nkf7k917-minat-membaca, diakses
16 November 2016).