indonesia kini dalam keadaan darurat dan bahaya

Upload: herningtyas

Post on 19-Jul-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Indonesia kini dalam keadaan darurat dan bahaya. Cita-cita berbangsa kabur di tengah perayaan ideologi dan politik yang mengarak kepentingan-kepentingan sempit golongan. Perlu kembali menilik Pancasila sebagai falsafah bangsa yang paripurna. Hari itu, 30 September 1950, di sebuah sidang PBB, Soekarno tidak sekadar memperkenalkan pancasila kepada dunia, tetapi terlebih mengingatkan bangsanya sendiri. Barangkali orasinya masih bisa kita ingat, bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika konsepsi dan cita-cita itu kabur dan usang, maka bangsa sedang dalam bahaya. Soekarno mengimani Pancasila sebagai weltanschauung atau dasar falsafah, konsepsi sekaligus cita-cita kebangsaan. Hanya di atas dasar Pancasila, manusia dari Sabang sampai Merauke bisa bersatupadu. Buku setebal 700 halaman ini merupakan ikhtiar Yudi Latif untuk membumikan kembali Pancasila. Menguak sejarah Pancasila demi merumuskan Masa Depan Indonesia. Mengingatkan kembali genius-genius nusantara yang menjadi dasar identitas kebangsaan Indonesia. Buku Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila ini dimulai dengan refleksi tentang watak dasar nusantara sebagai bangsa maritim dan agraris. Indonesia tergolong archipelago atau negara kepulauan, yakni negara lautan yang ditaburi pulau-pulau. Laut memberikan deskripsi yang cukup luas bagaimana jati diri masyarakat nusantara terbentuk. Watak lautan adalah keluasan yang digenapi kemampuan untuk menampung segala keragaman isi di dalamnya. Lautan punya daya menyerap tanpa musti mengotori. Kepulauan Indonesia terletak di tengah persilangan antarsamudera dan antarbenua sehingga masyarakat dan penguasa di nusantara terbiasa menyerap unsur-unsur baru untuk disenyawakan dengan unsurunsur lama. Jadilah nusantara sebagai kuali pengolahan budaya. Tak pelak Denys Lombard memukadimahi bukunya Nusa Jawa Silang Budaya (I, 1996: 1) bahwa nyaris tidak ada tempat di dunia ini yang menjadi tempat kehadiran hampir semua kebudayaan besar di dunia, kecuali nusantara. Nusantara, khususnya Jawa, adalah prototipe masyarakat yang berhasil mengolah diri di dalam perangkap nebula sosial-budaya yang secara kuat memengaruhinya, di antaranya indianisasi, jaringan Islam-Cina, serta arus pembaratan. Tetapi semua unsur itu mampu hidup

berdampingan, bahkan melebur menjadi satu. Kultur agraris juga mencerminkan genius nusantara. Tanahnya yang subur memudahkan segala sesuatu untuk ditanam. Identik dengan watak nusantara yang sanggup menerima dan menumbuhkan segala sesuatu (hlm 5). Kerja pertanian telah mengolah watak masyarakat Indonesia menjadi etos hidup yang religius, gotongroyong, kekeluargaan dan sensitivitas. Genius nusantara itu penting dijadikan refleksi multikulturalisme di Indonesia. Musti diinsyafi, cetakan dasar nusantara sebagai dasar penyerbukan silang budaya adalah persamaan dalam perbedaan (hlm 264). Begitulah prinsip kemajemukan seperti diajarkan Mpu Tantular dalam Kitab Sotasoma, Bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa: berlainan tetapi tunggal-menyatu, tidak ada kebenaran yang mendua. Historiografi Pancasila didedah Yudi Latif mulai proses perumusannya pada 1 Juni 1945. Agenda itu menemukan kesatuan pandang tentang philosophische grondslag (landasan filosofis) atau weltanschauung yang menurut ikhtisar Soekarno meliputi lima prinsip dasar kebangsaan. Yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan. Kelima asa itulah yang kemudian dirumuskan menjadi Pancasila yang disahkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam diskursus kebangsaan, Pancasila baik sebagai filsafat dasar maupun cita-cita bangsa merupakan konsepsi final. Berbagai fase konseptualisasi Pancasila, mulai pembuahan, perumusan dan pengesahan, melibatkan partisipasi berbagai unsur golongan. Sehingga Pancasila adalah sebuah kreasi bersama dan milik bangsa bersamasama. Karya bersama ini menjadi dasar statis pemersatu bangsa Indonesia, sekaligus mengatasi kepentingan kelompok-kelompok yang ada. Pancasila, seperti dikatakan Soekarno adalah leistar atau bintang penuntun yang dinamis dan benderang untuk mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Pancasila adalah sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan jalan keselamatan bangsa.

Pancasila lahir dalam situasi kulminasi kolonialisme-imperialisme. Sebagai limpahan cita-cita kedaulatan rakyat, Pancasila memiliki jangkar kuat dalam sejarah politik Indonesia. Bersumber dari tradisi musyawarah masyarakat desa, semangat kesedarajatan, persaudaraan dan permusyawaratan Islam, serta gagasan emansipasidemokrasi Barat, Pancasila adalah wujud penyatuan kehendak untuk membebaskan bangsa dari represi politik dan ekonomi kolonialisme-kapitalisme (hlm 468). Prinsip keadilan di dalam Pancasila merupakan nukleus moral dari ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, dan kedaulatan rakyat. Keadilan mencakup imperasi terhadap prinsip-prinsip tersebut, sekaligus penegas orientasi dan visi paripurna NKRI. Kemartabatan bangsa terletak pada kemampuannya untuk mendistribusikan keadilan bagi seluruh warga negaranya. Pesimisme berbangsa perlu dilawan dengan penghayatan menyeluruh atas nilai-nilai Pancasila. Pancasila musti bergerak dari idealitas ke realitas. Semangat membumikan Pancasila harus melalui teladan dari penyelenggara Negara. Nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan dalam laku adil sejak dalam merumuskan kebijakan, menjunjung tinggi hukum, solidaritas politik nirkorupsi, serta obsesi keadilan dan kesejahteraan bersama.

Pada tanggal 1 Juni 2008, sebuah tragedi mengenaskan kembali terjadi di bumi Indonesia dimana bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila, bentrokan yang membawa korban luka masa Aliansi Kebangsan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) dengan masa Front Pembela Islam tak terhindarkan. Peristiwa yang terjadi di MONAS tersebut menuai banyak protes dari berbagai kalangan dimana pada umumnya kelompok-kelompok yang mendukung aksi AKBB ini mengecam keras tindakan anarkis yang di lakukan FPI. Hal lain yang lebih tragis lagi adalah peristiwa ini terjadi disaat masa AKBB mau memperingati hari lahir pancasila, sehingga tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI dinilai menciderai nilai-nilai pancasila yang menjunjung tinggi perbedaan dalam bingkai persatuan. Terlepas dari peristiwa mengenaskan tersebut, tulisan ini mencoba membincang kembali Pancasila sebagai sebuah Idiologi bangsa yang tak pernah lekat termakan zaman. Pancasila sebagai suatu Ideologi telah melewati masa yang cukup panjang dimana dengan Power yang dimilikinya Pancasila telah menghantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bermartabat serta bersatu dalam bingkai keragaman baik unsur budaya, ras, suku agama dan lain sebagainya atau yang sering kita kenal BHINEKA TUNGGAL IKA. Lebih jauh, Pancasila adalah solusi alternative bagi terwujudnya Negara Kesatuan Indonesia, yang telah teruji semenjak masa kemerdekaan sampai dengan masa reformasi. Meskipun kita juga tidak bisa menafikan bahwa dalam perjalanannya ada berbagai macam cobaan dan tantangan yang senastiasa datang dan mengiringi dalam setiak gerak dan langkah dinamika bangsa ini. Hal lain yang penting untuk dicatat bahwa lembaran sejarah yang pernah terukir terkait dengan upaya untuk merongrong eksistensi Pancasila selalu dapat di selesaikan meskipun dalam upaya mempertahankannya tidak jarang jatuh korban dan ribuan nyawa melayang. Contoh kecil pergolakan yang terjadi terkait dengan masalah ini adalah Pemberontakan Komunis atau PKI dan Darul Islam /DI TII, Permesta dan yang lain. Seluruh pergolakan ini pada dasarnya ingin mengganti ideology pancasila dengan ideology lain seperti komunisme maupun Islam. Alhasil, dengan semangat persatuan dan kesatuan terbukti upaya mengganti pancasila selalu mengalami kegagalan. Hal ini menunjukan bahwa Pancasila adalah ideology yang tidak ada bandinganya untuk bangsa Indonesia karena Pancasila adalah alat permersatu bagi seluruh komponen yang berbeda-beda sehinnga setiap upaya untuk menggatinya selalu akan berhadapan dengan seluruh kekuatan Indonesia secara menyeluruh yang telah terpatri sejak periode kemerdekaan.

Pancasila dan tantangan masa depan Kegagalan dalam upaya pennggatian pancasila seperti Kudeta PKI 1965, bukan berarti idiologi ini sudah tidak lagi mengahadapi tantangan atau keluar dari belenggu persoalan. Sebaliknya, Eksistensi Pancasila selalu mengahadapi cobaan yang tidak kalah hebatnya di dalam dinamika dan perubahan zaman yang terus bergulir ini. Fakta riil adalah munculnya fenomerna dalam dasawarsa terakhir yakni adanya keinginan merdeka di sebagian wilayah yang ada di kepulauan Indoensia. Sebagaimana publik telah ketahui bahwa keinginan daerah untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada dasarnya diakibatkan oleh adanya kekecewaan daerah atas ketidakadilan pemerintah Pusat. Daerah yang notabene mempunyai banyak kekayaan alam, selama ini telah diperlakukan tidak adil sehingga realitas ini berimbas kepada kondisi rakyat yang tetap miskin, terbelakang, bodoh dan tidak mempunyai akses yang memadai terhadap kemajuan-kemajuan diluar mereka. Lebih lanjut Ketidakadilan pemerintah pusat kemudian berimplikasi terhadap krisis kepercayaan di sebagaian wilayah seperti Papua, Aceh, Ambon maupun yang lain yang bermuara pada keinginan untuk memisahkan diri dari Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada konteks yang sama hingga saat ini benih-benih kebencian terhadap Indonesia masih banyak terjadi. Pada kasus yang sama seperti diatas, keinginan untuk membentuk Negara baru juga terjadi di Tangerang banten beberapa tahun lalu. Kasus penggerebekan yang terjadi dua tahun lalu tepatnya Senin (22/ 5/ 2006) di Tangerang dimana Jajaran Kepolisian Resort Tangerang menggerebek kelompok/ organisasi yang menamakan dirinya sebagai Negara Sunda Nusantara di Desa Pabuaran, Jayanti, Tangerang, Banten, adalah bukti kongkrit betapa ancaman terhadap Pancasila masih merajalela di negeri ini baik pada dataran yang vulgar maupun tidak. Benihbenih permusuhan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata masih tumbuh subur dimana secara otomatis eksistensi Pancasila kembali terancam. Lantas apa yang harus dilakukan kedepan? Revitalisasi Pancasila dalam dinamika Indonesia saat ini Perjalanan bangsa Indonesia telah berjalan lebih dari setengah abad, namun fenomena keterbelakangan, Kemiskinan, dan keterperukuan dalam segala lini kehidupan agaknya tetap menjadi bumbu hidup masyarkat kita dan akan tetap menjadi problem akut bangsa ini. Krisis multidimensi telah terbukti membawa dampak yang luar biasa dimana rakyat tidak hanya berada

dalam kondisi yang semakin terpuruk secara ekonomi, politik maupun yang lain, namun kondisi ini juga membawa ketidakpercayan mereka terhadap pemerintah sehingga berbagai cara mereka coba tempuh sebagai reaksi atas ketidakberdayan mereka. Sudah saatnya Pemerintah mempunyai Good-will sebagai upaya responsif atas persoalan kebangsaan yang melanda akhir-akhir ini. Implementasi good will ini tentunya tidak menjadikan rakyat Indonesia sebagai tumbal untuk mengamankan Negara bersama kepentingan kelompokkelompok kecil di lingkaran kekuasaan. Kebijakan kenaikan selama lebih dari dua kali dan yang terakhir tanggal 24 Mei 2008 lalu menunjukan bahwa pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan amanat rakyat sesuai dengan apa yang tercantum dalam sila-sila Pancasila. Merevitalisasi Pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak ketika kondisi bangsa semakin jauh dari keadilan sosial, kemakmuran, kemajuan dan lain sebagainya. Membiarkan kondisi bangsa dalam keterpurukan sama halnya kita sengaja menjadikan Pancasila hanya sebagai alat politisasi untuk melanggengkan kekuasaan seperti yang pernah terjadi pada masa Orde baru dibawah pemeritahan Soeharto. Kita tahu, Pada periode ini Pancasila selalu dijadikan alat legitimasi serta dipolitisir untuk meraih serta mempertahankan kekuasaan. Mereka yang berseberangan dengan pemerintah akan dengan mudah di beri label anti Pancasila, makar maupun subversive yang dengan mudah masuk penjara tanpa proses hukum yang jelas. Revitalisasi tentu suatu upaya sistematis dalam rangka kembali membangun spirit nasionalisme yang selama ini telah mengalami kemunduran sehingga seluruh persoalan kebangsaan seperti konflik etnis, agama, serta permasalahan dalam apapun bentuknya bisa dengan mudah teratasi. Ini menjadi agenda penting yang harus seceptanya dilakukan ketika semangat persatuan menjadi barang langka di negeri ini. Kenapa revirtalisasi harus dilakukan? Sejarah telah mencatat bahwa para funding fathers telah menggagas idiology Pancasila dengan arah dan tujuan yang sangat jelas, yakni ingin menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Lalu apakah cita-cita tersebut sudah tercapai? Tentu kita harus realistis dan jujur harus mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih tetap terkungkung dalam ketidakberdayaan. Cita- cita reformasi untuk bisa mengubah nasib rakyat pun semakin jauh panggang dari pada api, wajar kalau kemudian masyarakat sekarang begitu apatis dengan jalannya pemerintahan mengingat elit-elit politik baik eksekutif, legislative, dan yudikatif belum secara serius dan tanggung jawab melaksanakan amanat rakyat dan mereka hanya bisa

mengumbar janji-janji manis terhadap rakyat namun fakta mengatakan bahwa Reformasi hanya dinikmati oleh segelintir elit yang berada dalam lingkaran dan jaring-jaring kekuasaan. Pada sisi yang lain revitalisasi juga merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat plural dalam berbagai hal tidak hanya agama, bahasa maupun budaya. Hal ini menjadi penting mengingat pancasila sebagai ideology bangsa, telah mulai dilupakan oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari serangkaian aksi yang tidak lagi mengindahkan prosedur hukum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pada satu sisi, beberapa kelompok masyarakat begitu garangnya bertindak dengan menggunakan kekerasan dalam upaya merespon kelompok lain yang berbeda pendapat. Pada sisi yang lain instrument Negara seperti POLISI masih terkesan lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai alat pelindung masyarakat dan cenderung cuek ketika tugas-tugas mereka diambil alih oleh sipil (Paramiliter) yang selama ini marak terjadi di negeri ini. Maraknya aksi-aksi dengan mengatasnamakan agama serta tafsir tunggal kebenaran yang hanya dimiliki kelompok tertentu adalah upaya untuk mendorong pemarginalan terhadap Pancasila dan yang lebih ekstrim pemusnahan Pancasila sebagai sebuah Idiologi. Kita tahu Pancasila adalah alat permersatu bangsa. Claim of truth (Klaim kebenaran) kelompok dengan menjudge bahwa hanya kelompok tertentu yang paling benar dan paling mempunyai hak untuk hidup dan berkuasa di bumi ini adalah merupakan tindakan konyol dan jelas-jelas bertentangan tidak hanya dengan nilai-nilai yang tekandung dalam pancasila namun juga bertentangan dengan ajaran agama. Sangat beralasan manakala hal ini dapat kita lihat dari kenyataan bahwa dorongan untuk memaksakan kebenaran lewat aksi-aksi anarkis menunjukan bahwa mereka kurang memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Upaya untuk membubarkan Jamaah Ahmadiyah dari bumi Indonesia disertai dengan aksi-aksi anarkis seperti penyerbuan dan penghancuran masjid milik Jamaah ini seperti AKSI pembakaran Masjid AlFurqon di Kabupaten Sukabumi beberapa waktu lalu adalah contoh real dimana perbedaan dianggap sebagai musuh kelompok-kelompok tertentu. Ini adalah fakta riil dimana kelompok ini kurang bisa mengahargai perbedaan, apalagi di barengi dengan tindakan anarkis yang jelas-jelas bertentangan dengan falsafah dan nilai-nilai luhur pancasila. Mereka beranggapan bahwa kebenaran hanya dimiliki oleh segelintir kelompok, sehingga mereka tidak pernah berfikir bahwa sesungguhnya benar menurut mereka belum tentu benar untuk kelompok yang lain. Hal ini

menunjukan bahwa mereka tidak lagi berpijak pada idiologi Pancasila sebagai sebuah perspektif untuk melihat persoalan yang ada karena mereka tidak mengakui eksistensi kelompok yang lain yang berbeda. Pertanyaan menggelitik terkait dengan hal ini adalah masih layakah sebenarnya Pancasila dipertahankan? Apakah ada alternative lain selain pancasila yang lebih cocok untuk mengatur kehidupan bangsa indonesia yang Plural ini? Kita tahu, upaya dalam rangka mencari ideologi yang sesuai untuk bangsa Indonesia tidak semudah membalik telapak tangan. Pancasila tidak secara instant di lahirkan namun lahirnya Pancasila telah melewati perdebatan panjang dan tidak jarang diwarnai dengan pertikaian sengit mengenai dasar apa yang cocok untuk Negara Indonesia yang mempunyai karakter plural ini. Dicetuskannya Pancasila berangkat dari sebuah pertimbangan bahwa pancasila adalah satusatunya idiologi yang lebih bisa mengakomodasi kepentingan seluruh kelompok yang ada dinegeri ini. Dengan Lima sila yang tercantum dalam pancasila menunjukan bahwa Pancasila telah mengutamakan kepentingan bersama mengingat bangsa Indonesia yang Plural ini. Dari realitas ini menjadi jelas bahwa lahirnya pancasila adalah sebagi upaya menjawab keragaman bangsa agar tidak timbul saling fitnah, bunuh, saling mengklaim kebenaran kelompok dan lainlain, sehingga kekerasan, permusuhan dalam bentuk apapun akan dengan mudah di selesaikan. Kita semua tahu perbedaan adalah rahmat, namun ketika perbedaan itu kemudian harus tereduksi menjadi sebuah alat untuk saling membunuh, memerangi lawan dan memfitnah musuh maka rahmatpun kemudian menjadi barang langka sehingga arogansi, kesombongan, kekerasan senantiasa menjadi hiasan dalam setiap perilaku kita sehari-hari. Melihat realitas ini, Sebagai warga bangsa tentu kita sangat prihatin, dimana kerusuhan atau aksi-aksi anarkis dengan memakai kedok agama semakin marak terjadi. Kecendrungan aksi-aksi yang sudah mengarah ke isu SARA ini jelas menodai pancasila yang sudah cukup terbukti mampu mengawal perjalanan bangsa ini.***