indonesia adalah negara hukum

Upload: saeful-millah

Post on 05-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    1/12

    Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia tersebut merupakan kehendak rakyat tertinggi yang

    dijadikan hukum dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan Indonesia. Pilar

    utama dalam mewujudkan prinsip negara hukum adalah pembentukan peraturan

    perundang-undangan dan penataan kelembagaan negara.

    Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat

    dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila

    didukung oleh cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua

    lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.

    Hukum sendiri dapat dibedakan antara hukum tertulis dan hukum tidak tertulis

    atau hukum undang-undang dan hukum kebiasaan. Secara kronologis, harus lebih

    dahulu disebut hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan, kemudian baru hukum

    tertulis dan hukum perundang-undangan. Hukum tidak tertulis adalah ketentuan yang

    tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan atau dinamika masyarakat.

    Contohnya adalah hukum adat, ketentuan tentang norma sopan santun dalam

    masyarakat, dan lain-lain.Dalam ilmu hukum ada istilah undang-undang dalam arti formil dan undang-

    undang dalam arti materil. Undang-undang dalam arti formil adalah undang-undang

    yaitu keputusan tertulis sebagai hasil kerja sama antara pemegang kekuasaan

    eksekutif (Presiden) dan legislatif (DPR) yang berisi aturan tingkah laku yang

    bersifat atau mengikat umum. Hal ini dipertegas dalam rumusan Pasal 1 ayat 3Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang dimaksud dengan undang-undang adalah

    peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama

    Presiden. Sedangkan undang-undang dalam arti materil adalah peraturan

    perundangan-undangan yaitu setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat yang

    berwenang yang berisi aturan tingkah laku atau mengikat secara umum disebut juga

    undang-undang dalam arti materil.

    Dapat disimpulkan untuk membedakan antara undang-undang dalam arti

    materil dan formil tidak lain adalah menyangkut organ pembentuk dan isinya. Jika

    organ yang membentuk itu adalah pejabat yang berwenang dan isi berlaku dan

    mengikat umum maka disebut sebagai undang-undang dalam arti materiil. Hal ini

    berarti jika ada ketentuan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang

    namun isinya tidak bersifat dan mengikat umum maka ketentuan tersebut tidak dapat

    disebut sebagai undang-undang dalam arti materil atau perundang-undangan.

    Dalam Hukum Tata Negara kita, sejarah tentang jenis dan hierarki dulu diatur

    dalam TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 jo TAP MPR No. V/MPR/1973. Adapun jenis dan

    hierarki dimaksud sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    2/12

    1. UUD 1945;

    2. TAP MPR;

    3. UU/PERPU;

    4. Peraturan Pemerintah;

    5. Keputusan Presiden;

    Peraturan pelaksana lainnya yang meliputi Peraturan menteri, instruksi menteri dan lain-lain.Selanjutnya setelah reformasi, berdasarkan TAP MPR Nomor III/MPR/2000

    tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan jenis

    peraturan perundang-undangan adalah :

    1. Undang-Undang Dasar 1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia;3. Undang-undang;4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu);5. Peraturan Pemerintah;6. Keputusan Presiden;7. Peraturan Daerah.

    Penyebutan jenis peraturan perundang-undangan di atas sekaligus merupakan

    hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan. Artinya, suatu peraturan

    perundang-undangan selalu berlaku, bersumber dan berdasar pada peraturan

    perundang-undangan yang lebih tinggi dan norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber

    dan berdasar pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi lagi, danseterusnya sampai pada peraturan perundang-undangan yang paling tinggi

    tingkatannya. Konsekuensinya, setiap peraturan perundang-undangan yang lebih

    rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

    tinggi.

    Peraturan tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan yang sekarang

    berlaku adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-undangan. Undang-undang ini merupakan aturan formal yang yang secara

    garis besar memuat tiga bagian besar yaitu Tata Urutan Perundang-undangan & Materi

    Muatan Perundangan, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Teknis

    Perundang-undangan.

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

    Perundang-undangan menyatakan tentang jenis dan hierarki peraturan perundang-

    undangan dalam Pasal 7, yang dirumuskan sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    3/12

    (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

    1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;3. Peraturan Pemerintah;4. Peraturan Presiden;5. Peraturan Daerah.

    (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :

    a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi

    bersama gubernur;

    b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah

    kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

    c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau

    nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

    (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan peraturan desa/peraturan yang

    setingkat diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

    (4) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang

    diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

    (5) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    Berbeda dengan pengaturan tentang tata urutan perundangan yang berlaku

    sebelumnya yang hanya sampai peraturan daerah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun

    2004 ini telah memberi posisi terhadap Perdes pada hierarki peraturan perundang-

    undangan di Indonesia. Yang dimaksud dengan Perdes menurut Undang-Undang

    Nomor 10 Tahun 2004 adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan

    Perwakilan Desa atau dengan nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama

    lainnya. Tata cara penyusunan UU sampai dengan perda kabupaten/kota diatur dalam

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, sedangkan ketentuan mengenai tata cara

    pembuatan peraturan desa dimandatkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004

    untuk diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Penyerahan

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    4/12

    mandat mengatur tata cara pembuatan peraturan desa ini dimaksudkan untuk

    mengakomodasi keanekaragaman desa di masing-masing kabupaten atau kota .

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum

    dasar tertulis yang berkedudukan sebagai hukum dasar bagi setiap pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan yang ada di bawahnya yaitu Undang-Undang yang

    kedudukannya secara hierarki sejajar dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

    Undang-Undang. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk

    oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. Sedangkan

    Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-

    undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang

    memaksa.

    Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang adalah Peraturan

    Pemerintah. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang

    ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

    Keberadaan Pemerintah hanya untuk menjalankan Undang-Undang. Secara yuridis

    konstitusional tidak satupun Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan dan/atau

    ditetapkan oleh Presiden di luar perintah dari suatu Undang-Undang.

    Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa Peraturan Presiden adalah

    Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. Ketentuan tersebut miripdengan Peraturan Pemerintah. Namun keduanya berbeda pada proses

    pembentukannya. Peraturan Pemerintah tidak dibuat dan disusun atas inisiatif dan

    prakarsa Presiden sendiri melainkan untuk melaksanakan perintah Undang-Undang.

    Peraturan Presiden yang dibuat oleh Presiden mengandung dua makna.

    Pertama, Peraturan Presiden dibuat oleh Presiden atas inisiatif dan prakarsa sendiri

    untuk melaksanakan Undang-Undang sehingga kedudukannya sederajat dengan

    Peraturan Pemerintah. Kedua, maksud pembuatan Peraturan Presiden ditujukan untuk

    mengatur materi muatan yang diperintahkan oleh Peraturan Pemerintah sehingga

    kedudukannya menjadi jelas berada di bawah Peraturan Pemerintah.

    Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan

    Pemerintah, dan Peraturan Presiden berlaku secara nasional di seluruh wilayah

    Indonesia. Sedangkan Peraturan Daerah pemberlakuannya terbatas pada daerah

    tertentu yang mengeluarkannya sebagai bagian dari kewenangan daerah untuk

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    5/12

    mengatur dan mengurus sendiri daerahnya dalam sistem Negara kesatuan Republik

    Indonesia.

    Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

    (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

    undangan adalah peraturan yang telah ada sebelumnya seperti Ketetapan MPR dan

    Keputusan Presiden yang dikategorikan dalam peraturan yang bersifat beschikking.

    Peraturan dan atau Keputusan Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintahan lainnya

    tetap memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang melaksanakan Peraturan

    Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam konteks pelaksanaan kewenangan

    sebagai Pejabat Negara.

    Berikut ini adalah contoh produk hukum nasional maupun daerah baik yang bersifat

    pengaturan (regelling) maupun penetapan (beschiking).

    Produk Hukum Nasional Produk Hukum Daerah

    Regelling Beschiking Regelling Beschiking

    UU/Perppu Keputusan

    Presiden

    Perda Provinsi Keputusan Kepala

    Daerah (Provinsi)

    Peraturan

    Pemerintah

    Instruksi Presiden Perda

    Kabupaten/Kota

    Keputusan Kepala

    Daerah

    (Kabupaten/Kota)

    Peraturan Presiden Keputusan Menteri Peraturan Kepala

    Daerah

    Instruksi Kepala Daerah

    Peraturan Menteri Instruksi Menteri Peraturan Desa Keputusan Kepala Desa

    No Regeling Beleidsregel Beschikking Vonnis

    1 Bersifat mengatur dan

    mengikat secara umum

    (algemeen bindende).

    Mengikat secara

    umum.

    Ditujukan kepada

    individu (-individu)

    tertentu.

    Ditujukan kepada

    individu (individu)

    tertentu.

    2 Bersifat abstrak-umum

    (tidak ditujukan

    kepada individu

    tertentu).

    Bersifat abstrak-umum

    atau abstrak-

    individual.

    Bersifat final, nyata

    dan kongkrit.

    Bersifat kongkrit.

    3 Bersumber dari

    kekuasaan legislatif

    (legislative power).

    Bersumber dari

    kekuasaan eksekutif

    (executive power).

    Bersumber dari

    kekuasaan eksekutif

    (executive power).

    Bersumber dari

    kekuasaan judisial

    (judicial power).

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    6/12

    4 Berlaku terus menerus

    (dauerhaftig).

    Berlaku terus menerus

    (dauerhaftig).

    Berlaku sekali selesai

    (einmahlig).

    Berlaku sekali

    selesai, sesuai

    dengan waktu yang

    ditentukan

    5 Mempunyaibentuk/format

    tertentu (baku).

    Kadangkala formatnyatidak baku.

    Kadangkalaformatnya tidak

    baku.

    Formatnya telahdibakukan.

    Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik

    Asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik ini

    dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan khususnya Pasal 5 dan Pasal 6 yang dirumuskan

    sebagai berikut:a. kejelasan tujuan;

    Yang dimaksud dengan kejelasan tujuan adalah bahwa setiap Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak

    dicapai.

    b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

    Yang dimaksud dengan asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah

    bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat

    Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-

    undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh

    lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

    c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

    Yang dimaksud dengan asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah

    bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar

    memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-

    undangannya.

    d. dapat dilaksanakan;

    Yang dimaksud dengan asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan

    Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis

    maupun sosiologis.

    e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    7/12

    Yang dimaksud dengan asas kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap

    Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan

    bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    f. kejelasan rumusan; dan

    Yang dimaksud dengan asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap Peraturan

    Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan

    Perundang-undangan sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa

    hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

    interpretasi dalam pelaksanaannya.

    g. Keterbukaan.

    Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan mulai dari pencanaan, persiapan, penyusunan, dan

    pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan

    masyarakat mempunyai desempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

    dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan.

    Sementara itu, asas-asas yang harus dikandung dalam materi muatan Peraturan

    Perundang-undangan dirumuskan dalam Pasal 6 sebagai berikut :

    a. pengayoman;

    Yang dimaksud dengan asas pengayoman adalah bahwa setiap Materi MuatanPeraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam

    rangka menciptakan ketenteraman masyarakat.

    b. kemanusiaan;

    Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan adalah bahwa setiap Materi Muatan

    Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan

    hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

    Indonesia secara proporsional.

    c. kebangsaan;

    Yang dimaksud dengan asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan

    Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia

    yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    d. kekeluargaan;

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    8/12

    Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah bahwa setiap Materi Muatan

    Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai

    mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

    e. kenusantaraan;

    Yang dimaksud dengan asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan

    Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh

    wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di

    daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.

    f. bhinneka tunggal ika;

    Yang dimaksud dengan asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan

    Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama,

    suku, dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaza khususnya yang menyangkut

    masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    g. keadilan;

    Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

    Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

    warga negara tanpa kecuali.

    h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

    Yang dimaksud dengan asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

    adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisihal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama,

    suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

    i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

    Yang dimaksud dengan asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap

    Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban

    dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

    j. keseimbangan; keserasian, dan keselarasan.

    Yang dimaksud dengan asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalahbahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan

    keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan

    masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    9/12

    Selain asas sebagaimana disebutkan diatas, Peraturan Perundang-undangan

    tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-

    undangan yang bersangkutan, antara lain :

    1. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpakesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

    2. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asaskesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

    PERATURAN DESA

    Sesuai amanat Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, bahwa

    tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang setingkat diatur dengan

    peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh karena itu di Kabupaten

    Wonosobo telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman

    Pembentukan dan Mekanisme Peraturan Desa.

    Peraturan Desa ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat persetujuan

    bersama Badan Perwakilan Desa, yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

    otonomi desa. Perdes merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing desa.

    Sehubungan dengan hal tersebut, sebuah Perdes dilarang bertentangan dengan

    kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    Dalam konsep negara hukum yang demokratis keberadaan peraturan

    perundang-undangan, termasuk Peraturan Desa dalam pembentukannya harus

    didasarkan pada beberapa asas. Menurut Van der Vlies sebagaimana dikutip oleh A.

    Hamid S. Attamimi membedakan 2 (dua) kategori asas-asas pembentukan peraturan

    perundang-undangan yang patut (beginselen van behoorlijk regelgeving), yaitu asas

    formal dan asas material.

    Asas-asas formal meliputi :

    1. Asas tujuan jelas (Het beginsel van duideijke doelstellin);

    2. Asas lembaga yang tepat (Het beginsel van het juiste orgaan);

    3. Asas perlunya pengaturan (Het noodzakelijkheid beginsel);

    4. Asas dapat dilaksanakan (Het beginsel van uitvoorbaarheid);

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    10/12

    5. Asas Konsensus (het beginsel van de consensus).

    Asas-asas material meliputi :

    1. Asas kejelasan Terminologi dan sistematika (het beginsel van de duiddelijketerminologie en duidelijke systematiek).

    2. Asas bahwa peraturan perundang-undangan mudah dikenali (Het beginsel vanden kenbaarheid).

    3. Asas persamaan (Het rechts gelijkheids beginsel).4. Asas kepastian hukum (Het rechtszekerheids begin sel).5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (Het beginsel van de

    individuelerechtsbedeling).

    Asas-asas ini lebih bersifat normatif, meskipun bukan norma hukum, karena

    pertimbangan etik yang masuk ke dalam ranah hukum. Asas-asas pembentukan

    peraturan perundang-undangan ini penting untuk diterapkan karena dalam era

    otonomi luas dapat terjadi pembentuk Peraturan Desa membuat suatu peraturan atas

    dasar intuisi sesaat bukan karena kebutuhan masyarakat. Pada prinsipnya asas

    pembentukan peraturan perundang-undangan sangat relevan dengan asas umum

    administrasi publik yang baik (general principles of good administration).

    Dalam Pasal 5 UU Nomor 10 Tahun 2004 Juncto Pasal 137 UU Nomor 32 Tahun

    2004 diatur bahwa Peraturan Daerah yang di dalamnya termasuk adalah Peraturan

    Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan,dan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang sifatnya mengatur,

    termasuk peraturan daerah, juga harus memenuhi asas materi muatan sebagaimana

    diatur dalam Pasal 6 UU Nomor 32 Tahun 2004 juncto Pasal 138 UU Nomor 32 Tahun

    2004.

    Berkaitan dengan asas-asas materi muatan tersebut, ada sisi lain yang harus

    dipahami oleh pengemban kewenangan dalam membentuk Peraturan Desa.

    Pengemban kewenangan harus memahami segala macam seluk beluk dan latar

    belakang permasalahan dan muatan yang akan diatur oleh Peraturan Desa tersebut.

    Hal ini akan berkait erat dengan implementasi asas-asas tersebut di atas.

    Dalam proses pembentukannya, Peraturan Desa membutuhkan partisipasi

    masyarakat agar hasil akhir dari Peraturan Desa dapat memenuhi aspek keberlakuan

    hukum dan dapat dilaksanakan sesuai tujuan pembentukannya. Partisipasi masyarakat

    dalam hal ini dapat berupa masukan dan sumbang pikiran dalam perumusan substansi

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    11/12

    pengaturan Peraturan Desa. Hukum atau perundang-undangan akan dapat berlaku

    secara efektif apabila memenuhi tiga daya laku sekaligus yaitu filosofis, yuridis, dan

    sosiologis. Disamping itu juga harus memperhatikan efektifitas/daya lakunya secara

    ekonomis dan politis.

    1. Masing-masing unsur atau landasan daya laku tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut landasan filosofis, maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh

    Pemerintah Daerah jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai hakiki ditengah-

    tengah masyarakat, misalnya agama dan adat istiadat;

    2. daya laku yuridis berarti bahwa perundang-undangan tersebut harus sesuai dengan

    asas-asas hukum yang berlaku dan dalam proses penyusunannya sesuai dengan aturan

    main yang ada. Asas-asas hukum umum yang dimaksud disini contohnya adalah asas

    retroaktif, lex specialis derogat lex generalis; lex superior derogat lex

    inferior; dan lex posteriori derogat lex priori;

    3. produk-produk hukum yang dibuat harus memperhatikan unsur sosiologis, sehingga

    setiap produk hukum yang mempunyai akibat atau dampak kepada masyarakat dapat

    diterima oleh masyarakat secara wajar bahkan spontan;

    4. landasan ekonomis, yang maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh

    Pemerintah daerah dapat berlaku sesuai dengan tuntutan ekonomis masyarakat dan

    mencakup berbagai hal yang menyangkut kehidupan masyarakat, misalkan kehutanan

    dan pelestarian sumberdaya alam;5. landasan politis, maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh pemerintah

    daerah dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak ditengah-

    tengah masyarakat.

    Tidak dipenuhinya kelima unsur daya laku tersebut diatas akan berakibat tidak

    dapat berlakunya hukum dan perundang-undangan secara efektif. Kebanyakan produk

    hukum yang ada saat ini hanyalah berlaku secara yuridis tetapi tidak berlaku secara

    filosofis dan sosiologis. Ketidaktaatan asas dan keterbatasan kapasitas daerah dalam

    penyusunan produk hukum yang demikian ini yang dalam banyak hal menghambat

    pencapaian tujuan otonomi daerah. Dalam hal ini, keterlibatan masyarakat akan

    sangat menentukan aspek keberlakuan hukum secara efektif.

    Roscoe Pound (1954) menyatakan bahwa hukum sebagai suatu unsur yang hidup

    dalam masyarakat harus senantiasa memajukan kepentingan umum. Kalimat hukum

    sebagai suatu unsur yang hidup dalam masyarakat menandakan konsistensi Pound

  • 7/31/2019 Indonesia Adalah Negara Hukum

    12/12

    dengan pandangan ahli-ahli sebelumnya seperti Erlich maupun Duguit. Artinya hukum

    harus dilahirkan dari konstruksi hukum masyarakat yang dilegalisasi oleh penguasa. Ia

    harus berasal dari konkretisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Kemajuan

    pandangan Pound adalah pada penekanan arti dan fungsi pembentukan hukum.

    Disinilah awal mula dari fungsi hukum sebagai alat perubahan sosial yang terkenal itu.

    Dari pandangan Pound ini dapat disimpulkan bahwa unsur normatif dan empirik dalam

    suatu peraturan hukum harus ada; keduanya adalah sama-sama perlunya. Artinya,

    hukum yang pada dasarnya adalah gejala-gejala dan nilai-nilai yang dalam masyarakat

    sebagai suatu pengalaman dikonkretisasi dalam suatu norma-norma hukum melalui

    tangan para ahli-ahli hukum sebagai hasil rasio yang kemudian dilegalisasi atau

    diberlakukan sebagai hukum oleh negara. Yang utama adalah nilai-nilai keadilan

    masyarakat harus senantiasa selaras dengan cita-cita keadilan negara yang

    dimanifestasikan dalam suatu produk hukum.