daftar isi · 2019-09-09 · 1 bab i – pendahuluan 1.1. kondisi umum negara kesatuan republik...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Kondisi Umum ........................................................................................................ 1
1.2. Potensi Permasalahan .......................................................................................... 21
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS .............................................. 28
2.1. Visi ........................................................................................................................ 28
2.2. Misi ....................................................................................................................... 28
2.3. Tujuan dan Sasaran Strategis ............................................................................... 29
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ................................................................... 33
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Mahkamah Agung .................................................... 33
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi PA Tanjung Pati ....................................................... 51
3.3. Kerangka Kelembagaan ....................................................................................... 56
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................ 62
Lampiran : Matriks Renstra
BAB V. PENUTUP ......................................................................................................... 66
1
BAB I – PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum, keinginannya
menjadikan hukum sebagai panglima bagi semua aktivitas kehidupan negara
dan warga negara. Maksud dan keinginan tersebut telah dituangkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional negara Republik
Indonesia.
Setelah amandemen, pada perubahan ketiga yang disahkan dalam sidang
tahunan MPR Tahun 2001 tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001, Pasal 24
UUD 1945 menjadi dua pasal, dan satu tambahan dilakukan pada amandemen
keempat dalam sidang Tahunan MPR tahun 2002 tanggal 1 sampai dengan 11
Agustus 2002, sehingga pasal tersebut selengkapnya berbunyi :
1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstintusi;
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-Undang;
Perkembangan tugas-tugas kelembagaan peradilan telah menjadikan seluruh
badan peradilan berada satu atap dibawah Mahkamah Agung berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.
Sebagai implementasi dari peraturan tersebut, terbit Keputusan Presiden
Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengalihan organisasi, administrasi dan finansial
di lingkungan Peradilan Umum, Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke
Mahkamah Agung RI.
2
1. Sejarah Pengadilan Agama Tanjung Pati
Cikal bakal Pengadilan Agama Tanjung Pati adalah Mahkamah Syari’ah/
Pengadilan Agama Pangkalan Koto Baru yang berdiri pada tahun 1960.
Pangkalan Koto Baru merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Limapuluh Kota dan terletak lebih kurang 42 KM dari ibukota Kabupaten yaitu
Payakumbuh.Walaupun Pengadilan ini memakai nama Kecamatan Pangkalan
Koto Baru, namun letaknya di Labuh Baru Kecamatan Payakumbuh. Sedangkan
wilayah hukum Pengadilan Agama Pangkalan Koto Baru meliputi dua
kecamatan, yaitu kecamatan Pangkalan Koto Baru sendiri dan Kecamatan Kapur
IX yang letaknya berdekatan dengan kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Pada tahun 1963 Pengadilan Agama Pangkalan Koto Baru yang terletak di Labuh
Baru Payakumbuh dipindahkan ke kecamatan Suliki Gunung Mas yang terletak
lebih kurang 25 KM dari Payakumbuh dan namanyapun berubah menjadi
Pengadilan Agama Suliki yang kantornya terletak di Limbanang.
Perpindahan itu disebabkan antara lain karena jarangnya perkara yang masuk
ke Pengadilan Agama Pangkalan Koto Baru, bahkan hampir tidak ada perkara
yang masuk dalam satu bulan. Sebenarnya hal ini wajar saja karena masyarakat
Pangkalan Koto Baru dan Kapur IX yang ingin mengajukan perkara harus
menempuh perjalanan yang cukup jauh ke kantor Pengadilan Agama Pangkalan
Koto Baru yang terletak di Labuh Baru Payakumbuh, apalagi pada saat itu
transportasi masih sulit, sementara Pengadilan Agama Pangkalan Koto Baru
tidak memungkinkan berkantor di Pangkalan Koto Baru sendiri karena jauhnya
jarak dari kantor Pengadilan Negeri yang terletak di Suliki.
Setelah berubah menjadi Pengadilan Agama Suliki maka wilayah yurisdiksinya
pun menjadi berubah pula yang meliputi dua kecamatan di Kabupaten
Limapuluh Kota yaitu kecamatan Suliki Gunung Mas dan kecamatan Guguk yang
merupakan kecamatan terdekat dari Suliki. Sedangkan kecamatan-kecamatan
lain, seperti kecamatan Harau, Luhak, Pangkalan Koto Baru, Kapur IX dan lain-
lain merupakan wilayah Kabupaten Limapuluh Kota masuk dalam wilayah
yurisdiksi Pengadilan Agama Payakumbuh. Hal ini disebabkan karena jarak dan
transportasi daerah-daerah kecamatan tersebut lebih dekat dan mudah ke
Pengadilan Agama Payakumbuh.
3
Selanjutnya pada bulan Desember 1986 Pengadilan Agama Suliki berubah nama
menjadi Pengadilan agama Tanjung Pati, dan letaknya dipindahkan ke Tanjung
Pati yang terletak lebih kurang 8 KM dari pusat Kota Payakumbuh ke arah Utara,
pada waktu itu bertempat di kantor Camat Harau dan pada tahun 1990 pindah
lagi ke kelurahan Tarok Kotamadya Payakumbuh dengan menyewa rumah
penduduk.
Kemudian pada tahun 1992 Pengadilan Agama Tanjung Pati dapat anggaran
untuk membangun gedung baru berdasarkan DIP Departemen Agama No.
136/XXV/3/1992, kemudian dimulailah membangun gedung baru Pengadilan
Agama Tanjung Pati di atas tanah seluas lebih kurang 1020 m2 di Jalan Negara
KM. 11 Sarilamak Tanjung Pati dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal 1
Maret 1993.
Seiring dengan bertambahnya kewenangan berdasarkan UU nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan, kantor tersebut dirasa tidak memadai lagi.
Pemerintah akhirnya pada tahun 2013 membangun kantor yang lebih luas,
berlantai dua dan beralamat di Jl. Negara KM. 11 Sarilamak Tanjung Pati.
Gambar 1 :Gedung Pengadilan Agama Tanjung Pati
4
2. Kewenangan Pengadilan Agama
Wewenang Pengadilan Agama berdasarkan penjelasan pasal 49 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama adalah :
a. Perkawinan
Dalam perkawinan, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam atau
berdasarkan Undang-Undang mengenai perkawinan yang berlaku yang
dilakukan menurut syari’ah, antara lain :
1. Izin beristri lebih dari seorang;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang berusia lebih dari 21
tahun dalam hal orang tua, wali atau keluarga dalam garis lurus ada
perbedaan pendapat;
3. Dispensasi kawin;
4. Pencegahan perkawinan;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau isteri;
8. Perceraian karena talak;
9. Gugatan perceraian;
10. Penyelesaian harta bersama;
11. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak memenuhinya;
12. Penguasaan anak-anak;
13. Penentuan kewajiban memberikan biaya penghidupan oleh suami kepada
bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri;
14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. Pencabutan kekuasaan wali;
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut;
5
18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup
umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal orang tuanya, padahal
tidak ada penunjukan wali oleh orang tuanya;
19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada
dibawah kekuasaannya;
20. Penetapan asal usul seorang anak dan penetapan anak berdasarkan
hukum islam;
21. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan dijalankan
menurut peraturan yang lain.
b. Waris
Dalam perkara waris, yang menjadi tugas dan wewenang Pengadilan Agama
disebutkan berdasarkan penjelasan pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama adalah sebagai berikut :
1. Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris;
2. Penentuan mengenai harta peninggalan;
3. Penentuan bagian masing-masing ahli waris;
4. Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut;
5. Penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan
siapa yang menjadi ahli waris, dan penentuan bagian-bagiannya;
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama terdapat kalimat yang berbunyi : “Para pihak sebelum
berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang
dipergunakan dalam pembagian warisan”. Kini, dengan adanya amandemen
terhadap Undang-Undang tersebut, kalimat itu dinyatakan dihapus.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dijelaskan bilamana pewarisan itu dilakukan berdasarkan
hukum islam, maka penyelesaiannya dilaksanakan oleh Pengadilan Agama.
Selanjutnya dikemukakan pula mengenai keseragaman kekuasaan di
Pengadilan Agama di seluruh nusantara yang selama ini berbeda satu sama
lain, karena perbedaan dasar hukumnya.
6
Selain dari itu, berdasarkan pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama juga diberi tugas dan
wewenang untuk menyelesaikan permohonan pembagian harta peninggalan
di luar sengketa antara orang-orang agama yang beragama islam yang
dilakukan berdasarkan hukum islam.
c. Wasiat
Mengenai wasiat, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Peradilan Agama dijelaskan bahwa definisi wasiat adalah:
“Perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau
lembaga/badan hukum, yang berlaku setelah yang memberi tersebut
meninggal dunia.” Namun, Undang-Undang tersebut tidak mengatur lebih
jauh tentang wasiat. Ketentuan lebih detail diatur dalam Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam KHI,
wasiat ditempatkan pada bab V, dan diatur melalui 16 pasal.
Ketentuan mendasar yang diatur di dalamnya adalah tentang: syarat orang
membuat wasiat, harta benda yang diwasiatkan, kapan wasiat mulai berlaku,
di mana wasiat dilakukan, seberapa banyak maksimal wasiat dapat
diberikan, bagaimana kedudukan wasiat kepada ahli waris, dalam wasiat
harus disebut dengan jelas siapa yang akan menerima harta benda wasiat,
kapan wasiat batal, wasiat mengenai hasil investasi, pencabutan wasiat,
bagaimana jika harta wasiat menyusut, wasiat melebihi sepertiga sedang ahli
waris tidak setuju, di mana surat wasiat disimpan, bagaimana jika wasiat
dicabut, bagaimana jika pewasiat meninggal dunia, wasiat dalam kondisi
perang, wasiat dalam perjalanan, kepada siapa tidak diperbolehkan wasiat,
bagi siapa wasiat tidak berlaku, wasiat wajibah bagi orang tua angkat dan
besarnya, dan wasiat wajibah bagi anak angkat serta besarnya.
d. Hibah
Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 memberikan definisi
tentang hibah sebagai: “pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa
imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan
hukum untuk dimiliki.”
7
Hibah juga tidak diregulasi secara rinci dalam Undang-Undang a quo.Ia
secara garis besar diatur dalam KHI, dengan menempati bab VI, dan hanya
diatur dalam lima pasal. Secara garis besar pasal-pasal ini berisi: Subjek
hukum hibah, besarnya hibah, di mana hibah dilakukan, harta benda yang
dihibahkan, hibah orang tua kepada anak, kapan hibah harus mendapat
persetujuan ahli waris, dan hibah yang dilakukan di luar wilayah Republik
Indonesia.
e. Wakaf
Wakaf dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dimaknai
sebagai: “perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syari’ah.” Tentang wakaf ini tidak dijelaskan secara rinci dalam
Undang-Undang ini.
Ketentuan lebih luas tercantum dalam KHI, Buku III, Bab I hingga Bab V, yang
mencakup 14 pasal. Pasal-pasal tersebut mengatur: Ketentuan umum, yaitu
definisi wakaf, wakif, ikrar, benda wakaf, nadzir, Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf; fungsi wakaf; subjek hukum yang dapat mewakafkan harta bendanya;
syarat benda wakaf; prosedur mewakafkan; syarat-syarat nadzir; kewajiban
dan hak-hak nadzir; pendaftaran benda wakaf; perubahan, penyelesaian dan
pengawasan benda wakaf. Khusus mengenai perwakafan tanah milik, KHI
tidak mengaturnya. Ia telah diregulasi empat tahun sebelumnya dalam
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, lembaran negara No. 38 tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
f. Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorag Muslim atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.KHI tidak menyinggung
pengaturan zakat.
Regulasi mengenai zakat telah diatur tersendiri dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 Lembaran Negara Nomor 164 Tahun 1999 tentang
8
Pengelolaan Zakat. Secara garis besar, isi Undang-Undang ini adalah:
Pemerintah memandang perlu untuk campur tangan dalam bidang zakat,
yang mencakup: perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki,
mustahiq dan amil zakat; tujuan pengelolaan zakat; organisasi pengelolaan
zakat; pengumpulan zakat; pendayagunaan zakat; pengawasan pengelolaan
zakat; dan sanksi terhadap pelanggaran regulasi pengelolaan zakat.
g. Infaq
Infaq dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 diartikan
dengan: “perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna
menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan,
memberikan rizqi (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain
berdasarkan rasa ikhlash, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.”
Kewenangan Pengadilan Agama ini belum pernah diatur secara tersendiri
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan dalam Undang-Undang
ini juga tak diatur lebih lanjut.
h. Shadaqah
Mengenai shadaqah diartikan sebagai: “Perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap
ridha Allah dan pahala semata.”
Sama seperti infaq, shadaqah juga tidak diatur dalam regulasi khusus.Dan
hingga kini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
i. Ekonomi Syariah
Ekonomi syari’ah diartikan dengan: “Perbuatan atau kegiatan usaha yang
dilaksanakan menurut prinsip syari’ah.” Kewenangan itu antara lain :
1. Bank Syari’ah;
2. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah;
3. Asuransi Syari’ah;
4. Reasuransi Syari’ah;
5. Reksadana Syari’ah;
6. Obligasi Syari’ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah Syari’ah;
7. Sekuritas Syari’ah;
9
8. Pembiayaan Syari’ah;
9. Pegadaian Syari’ah;
10. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah; dan
11. Bisnis Syari’ah.
3. Data Pegawai Pengadilan Agama Tanjung Pati
Berikut data statistik Pegawai Pengadilan Agama Tanjung Pati sesuai dengan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 dari
tahun 2016 sampai dengan tahun 2017:
NO JABATAN 2016 2017
1 Ketua 1 1
2 Wakil Ketua 1 1
3 Hakim 5 3
4 Panitera 1 1
5 Sekretaris 1 1
6 Panitera Muda 3 3
7 Kepala Sub Bagian 3 3
8 Panitera Pengganti 3 5
9 Jurusita 1 1
10 Jurusita Pengganti 2 2
11 Staf 1 -
JUMLAH 23 21
Tabel 1 : Formasi Pegawai Pengadilan Agama Tanjung Pati 2016 dan 2017
Grafik 1 : Formasi Pegawai Pengadilan Agama Tanjung Pati 2016 dan 2017
Untuk menunjang kelancaran proses kerja dan mendukung pelaksanaan
tupoksi Pengadilan Agama Tanjung Pati seharusnya atau menurut ketentuan
harus memiliki sumber daya manusia sebagai berikut :
No. Uraian Jumlah
Kebutuhan
1. Ketua 1
10
2. Wakil Ketua 1
3. Hakim 11
4. Panitera 1
5. Sekretaris 1
6. Panitera Muda Hukum 1
7. Panitera Muda Permohonan 1
8. Panitera Muda Gugatan 1
9 Kasubbag Umum dan Keuangan 1
10 Kasubbag Perencanaan, TI, dan Pelaporan 1
11 Kasubbag Kepegawaian dan Ortala 1
12 Panitera Pengganti 3
13 Jurusita 2
14 Jurusita Pengganti 4
15 Bendahara 2
16 Tenaga administrasi / Staf 5
JUMLAH 37
Tabel 3 : Kebutuhan SDM Aparatur Sipil Negara pada Pengadilan Agama
Tanjung Pati
4. Cetak Biru Mahkamah Agung 2010 - 2035
Arah kebijakan dan strategi jangka panjang Pengadilan Agama Tanjung Pati
mengacu kepada cetak biru Mahkamah Agung 2010-2035 yang telah
menetapkan arah kebijakan dalam beberapa strategi perubahan pada :
(1) Fungsi Peradilan, (2) Manajemen Perkara, (3) Manajemen Sumber Daya
Manusia, (4) Manajemen Sumber Daya Keuangan, (5) Manajemen Sarana dan
Prasarana, (6) Manajemen Teknologi Informasi, (7) Transparansi Peradilan dan
(8) Fungsi Pengawasan dalam rangka upaya yang diharapkan dapat menjadi
arah operasional pencapaian visi dan misi Mahkamah Agung dan Pengadilan
Agama Tanjung Pati khususnya. Terhadap upaya tersebut, Pengadilan Agama
Tanjung Pati memperoleh berbagai apresiasi positif, sebagai berikut:
11
Pada bulan September tahun 2012 Pengadilan Agama Tanjung Pati
menerima penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam bidang
implementasi SIADPA Plus di lingkungan MS/PTA Masing-Masing.
Gambar 2 : Piagam Penghargaan SIADPA
Pada Tahun 2013 Pengadilan Agama Tanjung Pati menerima piagam
penghargaan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bukittinggi
terhadap satker yang berhasil mencapai penyerapan anggaran / realisasi
tertinggi (98.38%) dalam rangka pencapaian realisasi anggaran
Kementerian/Lembaga tahun anggaran 2013.
Gambar 3 : Piagam Penghargaan Realisasi Anggaran 2013
Pada Tahun 2014 Pengadilan Agama Tanjung Pati menerimapiagam
penghargaan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bukittinggi
12
sebagai “Peringkat 1” kantor/satuan kerja yang penyerapan dana DIPA
Tahun 2014 mencapai target tertinggi.
Gambar 3 : Piagam Penghargaan Realisasi Anggaran 2014
Pada Bulan November Tahun 2017 Pengadilan Agama Tanjung Pati
menerima Sertifikat Akreditasi Penjaminan Mutu Badan Peradilan Agama
dengan predikat akreditasi “A Excelent”.
Gambar 4 : Penerimaan Penghargaan Akreditasi
Untuk mewujudkan strategi Mahkamah Agung tersebut selama kurun waktu
2015-2019 telah dilakukan berbagai kebijakan, melalui program dan kegiatan
yang telah ditetapkan dalam rencana strategis 2015-2019.
13
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Mahkamah Agung
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas teknis lainnya, Pengadilan Agama
Tanjung Pati terus mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam mendukung program ini antara lain :
- Peningkatan pelayanan informasi pada Mahkamah Agung dan Pengadilan
semua lingkungan peradilan
- Pelaksanaan penyusunan perencanaan dan anggaran serta penataan
organisasi Mahkamah Agung
- Dukungan pelayanan pimpinan Mahkamah Agung dan tugas teknis lainnya
Program Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Mahkamah Agung
Dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana aparatur Mahkamah Agung,
Pengadilan Agama Tanjung Pati terus mengoptimalkan sarana dan prasarana
pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Mahkamah Agung. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam mendukung program ini antara lain :
- Pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Mahkamah Agung
Progam Peningkatan Manajemen Peradilan Agama
Dalam rangka mendukung Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama,
Pengadilan Agama Tanjung Pati melaksanakan kegiatan dalam mendukung
program ini antara lain :
- Peningkatan Manajemen Peradilan Agama
- Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum di Pengadilan Agama
- Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Agama (BADILAG)
5. Kondisi Umum Keadaan Penyelesaian Perkara Tahun 2015-2017
Secara umum capaian pelaksanaan fungsi utama menyelesaikan perkara
sepanjang tahun 2015-2017, clearance rate (ratio penyelesaian perkara, yaitu
perbandingan antara jumlah perkara masuk dan selesai)
Keterangan 2015 2016 2017
Sisa tahun lalu 44 43 14
Masuk 602 741 929
Jumlah 648 784 943
14
Putus 605 770 927
Sisa 43 14 16
Tabel 2 : Tabel produktifitas Pengadilan Agama Tanjung Pati memutus perkara
Grafik 1 : Produktifitas Penyelesaian Perkara Tahun 2015-2017
Upaya Pengadilan Agama Tanjung Pati untuk meningkatkan manajemen
peradilan agama dapat dilihat dari pemenuhan kualitas untuk pencari keadilan
dalam hal kepastian hukum, kualitas dan konsistensi putusan tercermin untuk
melakukan upaya banding, kasasi maupun peninjauan kembali.
NO TINGKAT KEWENANGAN 2015 2016 2017
1 BANDING - 4 -
2 KASASI - - 1
3 PK - - -
4 EKSEKUSI 2 3 4
Tabel 3 : Upaya Hukum Pada Pengadilan Agama Tanjung Pati 2015 s/d 2017
Grafik 2 : Upaya Hukum Pada Pengadilan Agama Tanjung Pati 2015 s/d 2017
6. Implementasi Pelayanan Publik
a. Pembebasan Biaya Perkara
Sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2014, fasilitas Pembebasan
Biaya Perkara adalah sebuah layanan dimana negara menanggung biaya proses
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
BANDING KASASI PK EKSEKUSI
2015
2016
2017
15
berperkara di pengadilan. Pada tahun 2017, Pengadilan Agama Tanjung Pati
berhasil menyelesaikan 15 perkara. Berikut adalah jumlah perkara yang
diselesaikan melalui fasilitas Pembebasan Biaya Perkara dalam tiga tahun
terakhir di lingkungan Pengadilan Agama Tanjung Pati yaitu:
Lingkungan
Peradilan
Tahun Prodeo DIPA
DIRJEN BADILAG
Prodeo Murni
Pengadilan Agama
Tanjung Pati
2015 10 3
2016 10 4
2017 15 0
Tabel : Data layanan pembebasan biaya perkara di lingkungan Pengadilan
Agama Tanjung Pati dalam 3 tahun terakhir
b. Pos Bantuan Hukum
Posbakum Pengadilan memberikan manfaat yang besar bagi para pencari
keadilan terutama bagi mereka yang tidak mampu karena melalui program
ini masyarakat dapat memperoleh layanan hukum berupa pemberian
informasi, konsultasi dan advis hukum serta pembuatan dokumen hukum
yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian perkara. Akan tetapi
Pengadilan Agama Tanjung Pati sampai saat ini belum memperoleh
anggaran untuk melaksanakan program ini.
c. Sidang di Luar Gedung Pengadilan
Masyarakat yang tinggal di daerah pelosok atau daerah yang jauh dari
gedung kantor pengadilan mengalami hambatan besar dalam mengakses
pengadilan. Hambatan tersebut adalah hambatan sarana transportasi dan
mahalnya ongkos bepergian dari dan ke kantor pengadilan. Untuk
membantu menangani kendala tersebut, Pengadilan Agama Tanjung Pati
dari tahun ke tahun menggalakkan program Sidang di Luar Gedung
Pengadilan. Program ini sangat membantu masyarakat dalam memperoleh
keadilan.Pelayanan Sidang di Luar Gedung Pengadilan jumlahnya cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Berikut data layanan sidang di luar gedung
pengadilan di lingkungan Pengadilan Agama Tanjung Pati dalam tiga tahun
terakhir :
16
Lingkungan
Peradilan
Tahun Jumlah Lokasi
Sidang
Jumlah Perkara
Diselesaikan
Pengadilan Agama
Tanjung Pati
2015 5 9
2016 1 26
2017 1 46
Tabel : Sidang di Luar Gedung Pengadilan Tahun 2015 s/d 2017
Grafik : Data Sidang Keliling di Pengadilan Agama Tanjung Pati
d. Pelayanan Terpadu Sidang Keliling
Pelayanan Terpadu Sidang Keliling sebagaimana yang diatur dalam Perma
Nomor : 1 Tahun 2015 merupakan langkah strategis Mahkamah Agung
dalam membuka akses yang lebih luas terhadap keadilan bagi masyarakat
yang tidak mampu. Program sidang keliling yang dilakukan secara terpadu
bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama
ini memudahkan masyarakat dalam memperoleh identitas hukum bagi
dirinya dan anak-anaknya. Identitas hukum itu berupa akta nikah dan akta
kelahiran. Pelayanan Terpadu Sidang Keliling ini dilaksanakan oleh
pengadilan negeri dan pengadilan agama/mahkamah syar’iyah untuk
perkara pengesahan perkawinan dan isbat nikah. Berikut ini adalah data
Pelayanan Terpadu Sidang Keliling yang diselenggarakan oleh Pengadilan
Agama Tanjung Pati tahun 2015 s/d 2017 :
Tahun Jumlah Lokasi Jumlah Perkara
Isbat Nikah
2015 1 21
2016 9 113
2017 13 308
Tabel : Data Pelayanan Terpadu Sidang Keliling di Pengadilan Agama
Tanjung Pati
Grafik : Data Pelayanan Terpadu Sidang Keliling di Pengadilan Agama
Tanjung Pati
17
e. Upaya Peningkatan Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan suatu tindakan pemberian barang atau jasa
kepada Pencari Keadilan oleh pemerintah, dalam rangka tanggung jawabnya
kepada publik yang diberikan secara langsung dan dirasakan oleh Pencari
Keadilan.Pelayanan publik harus diberikan kepada Pencari Keadilan karena
adanya kepentingan publik (public interest), yang harus dipenuhi oleh
pemerintah, karena pemerintahlah yang memiliki tanggung jawab untuk
memenuhinya.
Dalam memberikan pelayanannya, pemerintah dituntut untuk memberikan
sebuah pelayanan prima kepada publik, sehingga tercapai suatu kepuasan.
Pelayanan prima merupakan suatu layanan yang diberikan kepada publik
yang mampu memuaskan pihak yang dilayani, hal tersebut sebagaimana
disebutkan dalam Undang- Undang Nomr : 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Untuk mencapai pelayanan prima kepada public, Pengadilan Agama Tanjung
Pati tiada henti melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan
publik di setiap lini demi mewujudkan visi “Pengadilan Agama Tanjung Pati
Yang Agung”.Programprogram baru yang inovatif selalu berusaha
dihadirkan demi kepuasan para pencari keadilan salah satunya yaitu
Akreditasi Penjaminan Mutu.
Akreditasi Penjaminan Mutu, adalah sebuah bentuk pengakuan atas telah
selesainya proses bisnis di sebuah instansi dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain pelayanan yang diberikan kepada para
pihak pencari keadilan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan, dengan
tujuan untuk mewujudkan performa/kinerja peradilan Indonesia yang
unggul/prima (Indonesia Court Performance Excellent – ICPE). ICPE dapat
dicapai melalui :
Evaluasi Diri (Self Evaluation)
Evaluasi diri merupakan kegiatan refleksi terhadap keadaan diri sendiri
berdasarkan data maupun fakta yang ada, baik itu kekuatan,
18
keterbatasan, peluang/kesempatan dan ancaman (strength, limitation,
opportunity and threat) yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran pada
pengadilan dan ditindaklanjuti dengan membangun semangat
perubahan (Improvement to Change)
Akreditasi (Acreditation)
Akreditasi merupakan suatu penilaian menyeluruh yang dilakukan oleh
Tim Audit Penjaminan Mutu (TAPM) Ditjen Badilag untuk menentukan
peringkat pengakuan terhadap kualitas penyelenggaraan seluruh
aktivitas penjaminan mutu pada Pengadilan Tinggi Agama dan
Pengadilan Agama.
Sertifikasi (Certification)
Sertifikasi merupakan keputusan Komite Pengambil Keputusan
Akreditasi Ditjen Badilag atas penilaian hasil audit/assessment
pengadilan tinggi agama atau pengadilan agama dalam bentuk
pemberian sertifikat akreditasi.
Akreditasi ini meliputi empat aspek yaitu manajemen pengadilan,
administrasi kepaniteraan, administrasi kesekretariatan dan sarana
prasarana pengadilan. Sedangkan Posbakum, sidang keliling dan perkara
prodeo adalah sebuah bentuk layanan dari pengadilan kepada masyarakat
yang kurang mampu.
Pelaksanaan Akreditasi Penjaminan Mutu di Pengadilan Agama Tanjung Pati
merupakan tindak lanjut dari surat edaran direktur jenderal Badan
Peradilan Agama (Badilag) nomor: 2971/DJA/OT.01.3/07/2017 tentang
Persiapan Sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah di lingkungan Peradilan Agama dan Surat
Edaran Direktur Jenderal Badilag nomor: 3107/DJA/OT.01.3/08/2017
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Akreditasi Penjaminan Mutu
Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah.
Untuk tahun 2017, Pengadilan Agama Tanjung Pati telah mendapatkan sertifikat
akreditasi penjaminan mutu dengan akreditasi A Excellent. Tahapan-tahapan
akreditasi yang sudah dilaksanakan yaitu:
19
- Membentuk tim akreditasi penjaminan mutu PA Tanjung Pati dengan SK
Nomor W3-A16/1005.a/OT.01.3/VIII/2017 tanggal 30Agustus 2017
- Melakukan rapat awal terkait surat edaran direktur jenderal Badan Peradilan
Agama (Badilag) 2971/DJA/OT.01.3/07/2017 Persiapan Sertifikasi Akreditasi
Penjaminan Mutu Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah di lingkungan
Peradilan Agama dan Surat Edaran Direktur Jenderal Badilag nomor:
3107/DJA/OT.01.3/08/2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Akreditasi
Penjaminan Mutu Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah. Kesimpulan yang
didapat dari rapat ini yaitu kesanggupan seluruh aparatur Pengadilan Agama
Tanjung Pati untuk melakukan perubahan dalam rangka pelaksanaan
Akreditasi Penjaminan Mutu pada Pengadilan Agama Tanjung Pati.
20
- Melakukan deklarasi dan penandatangan pernyataan akreditasi pada tanggal
19 September 2017.
- Melakukan penilaian Kepuasan Masyarakat sebelum dan setelah dilakukan
perubahan akreditasi
- Melakukan persiapan dan perubahan dalam rangka penilaian akreditasi.
- Menerapkan dan memberlakukan SOP sesuai dengan penetapan SOP
Pengadilan Agama Tanjung Pati
- Melengkapi sarana dan prasarana sesuai standar SAPM
f. Implementasi Keterbukaan Informasi
Publikasi putusan secara online memiliki arti yang amat penting dalam
proses transparansi peradilan. Melalui publikasi putusan ini masyarakat
dapat dengan mudah mengakses produk pengadilan di manapun dan
kapanpun.Publikasi putusan juga dapat memacu peningkatan kualitas
putusan hakim karena setiap orang dapat menilai kualitas putusan
pengadilan. Hakim akan terpacu untuk membuat putusan yang lebih
berkualitas karena mahkota hakim terletak pada putusannya.
Tradisi mempublikasikan putusan ini sudah dijalankan Pengadilan Agama
Tanjung Pati dari tahun ke tahun. Putusan-putusan itu diunggah ke portal
http://putusan.mahkamahagung.go.id dan di website www.pa-
tanjungpati.go.id
g. Publikasi Dokumentasi dan Informasi Hukum
Masyarakat dapat mengakses perkembangan proses perkara mereka di
pengadilan di setiap tingkatan secara online. Pemanfaatan teknologi
informasi untuk mendukung transparansi penyelesaian perkara sudah
dijalankan Pengadilan Agama Tanjung Pati sejak beberapa tahun lalu.Hal ini
dilakukan untuk mempermudah para pencari keadilan dalam mengakses
informasi perkara mereka.
h. Informasi Penelusuran Perkara
Masyarakat dapat mengakses perkembangan proses perkara mereka di
pengadilan di setiap tingkatan secara online. Pemanfaatan teknologi
informasi untuk mendukung transparansi penyelesaian perkara sudah
dijalankan Pengadilan Agama Tanjung Pati sejak tahun 2016.Hal ini
21
dilakukan untuk mempermudah para pencari keadilan dalam mengakses
informasi perkara mereka.
Di tingkat Pengadilan Agama Tanjung Pati, para pencari keadilan dapat
mengakses informasi perkara melalui portal http://sipp.pa-
tanjungpati.go.id
i. Pelayanan Meja Informasi dan Meja Pengaduan
Meja Informasi merupakan garda depan dalam pelayanan di setiap
pengadilan. Keberadaan Meja Informasi dan Meja Pengaduan memberikan
kontribusi penting dalam pemberian pelayanan publik yang prima bagi para
pencari keadilan.Pengadilan Agama Tanjung Pati telah memiliki pelayanan
Meja Informasi dan Meja Pengaduan.Meja Informasi berfungsi sebagai
sarana pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi yang
berkaitan dengan pengadilan, baik tentang prosedur berperkara maupun
pelayanan informasi umum lainnya.Sedangkan Meja Pengaduan digunakan
untuk menampung pengaduan masyarakat atas pelayanan yang diberikan
pihak pengadilan.
j. Pelayanan Informasi melalui website Pengadilan
Pelayanan informasi pengadilan selain diberikan melalui fasilitas Meja
Informasi, juga disediakan melalui media elektronik yakni website resmi
pengadilan.Seluruh pengadilan di Indonesia sudah memiliki website resmi.
Website pengadilan menampilkan informasi seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan SK KMA Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman
Pelayanan Informasi Pengadilan.
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Dalam rangka melaksanakan fungsi penyelesaian perkara, fungsi pengawasan
dan pembinaan dan fungsi admnistratif, Pengadilan Agama Tanjung Pati terus
menerus melakukan berbagai kebijakan strategis guna mewujudkan visi dan
misi serta tujuan organisasi. Untuk mempermudah identifikasi masalah,
dilakukan pemetaan berdasarkan fungsi yang dimandatkan kepada Mahkamah
Agung yaitu:
22
Manajemen Penyelesaian Perkara
Sesuai dengan SEMA Nomor 2 tahun 2014 tentang penyelesaian perkara di
Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding Pada Empat Lingkungan
Peradilan, disebutkan bahwasanya penyelesaian perkara pada tingkat pertama
paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan, termasuk minutasi perkara. Pada
prosesnya perkara diterima di meja I kemudian diregister di meja II, kemudian
diteruskan Ketua Pengadilan Agama Tanjung Pati untuk menetapkan PMH,
kemudian diteruskan kepada Panitera untuk penunjukan Panitera Pengganti,
dan kemudian disampaikan kepada hakim majelis untuk penetapan hari sidang.
Ketika sampai pada waktunya majelis hakim akan mengadakan persidangan
terhadap perkara tersebut, sering kali ada kendala disaat salah satu hakim
cuti/berhalangan hadir, maka persidangan tidak dapat dilaksanakan, sehingga
mengakibatkan penundaan sidang, hal ini dipengaruhi karena jumlah hakim di
Pengadilan Agama Tanjung Pati hanya 5orang (termasuk ketua dan wakil ketua).
Lambatnya relaas panggilan tabayyun dari Pengadilan Agama lain ke Pengadilan
Agama Tanjung Pati, sehingga memperlambat persidangan dan penyelesaian
perkara.
Permasalahan Tantangan Potensi
Pembagian tugas
yang tidak merata
Lambatnya relaas
panggilan tabayyun
dari PA Lain
Hakim hanya 5
orang
(termasuk
ketua dan
wakil ketua)
Penundaan
persidangan
Pembagian tugas
dibuat sebaik
mungkin, agar
tercipta keadilan,
kepuasan dan
semangat bekerja
Mengoptimalkan
penggunaan situs
tabayyun
Tabel 4 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Manajemen Penyelesaian Perkara
23
Manajemen Administrasi Perkara
Masalah utama yang dihadapi pada manajemen administrasi perkara adalah
rangkap tugas kepaniteraan sehingga penyelesaian administrasi perkara tidak
tepat waktu, selain itu terlambatnya Pemberitahuan dari Pengadilan Agamalain
sehingga menimbulkan keterlambatan dalam penerbitan akte ceraisehingga
memperlambat pengadministrasian perkara.
Permasalahan Tantangan Potensi
Rangkap tugas
kepaniteraan
Masih terdapat
Jurusita/Jurusi
ta Pengganti
yang tidak
menginput
tanggal
pemberitahuan
putusan di
SIPP.
Ketidakjelasan petugas
pelayanan
Tidak tertib administrasi
Pengisian personil
pada jabatan baru
(Pranata Peradilan)
sesuai dengan Perma
No 7 tahun 2015
Memaksimalkan
pengawasan melekat
dari panitera
Tabel 5 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Manajemen Administrasi Perkara
Peningkatan Aksesbilitas Masyarakat Terhadap Peradilan (Acces to
Justice)
Guna membantu masyarakat miskin dan terpinggirkan dalam memperoleh
kemudahan akses pengadilan, Mahkamah Agung menetapkan kebijakan tentang
pembebasan biaya perkara kepada masyarakat miskin (prodeo), sidang diluar
kantor dan pos bantuan hukum (posbakum). Pengadilan Agama Tanjung Pati
mendapatkan anggaran untuk penyelesaian perkara prodeo, namun dana yang
tersedia dirasa sangat kurang karena masih adanya masyarakat miskin yang
datang ke Pengadilan Agama Tanjung Pati namun anggaran prodeo telah habis,
sehingga dijadikan sebagai prodeo murni. Untuk sidang diluar kantor Pengadilan
24
Agama Tanjung Pati ditahun 2017 mendapatkan anggaran Rp.39.190.000,- (tiga
puluh Sembilan juta seratus Sembilan puluh ribu rupiah) digunakan untuk 22
kali kegiatan sebanyak Rp.39.190.000 (tiga puluh Sembilan juta seratus
Sembilan puluh ribu rupiah), dan untuk posbakum Pengadilan Agama Tanjung
Pati tidak mendapatkan relokasinya.
Disamping kebijakan tersebut diatas, Mahkamah Agung juga mempunyai
berbagai kebijakan tentang transparasi peradilan. Dalam transparasi peradilan
tersebut diatur keterbukaan informasi tentang proses berperkara di peradilan
dan publikasi putusan di website masing-masing peradilan. Hal ini berguna
untuk peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap peradilan.
Permasalahan Tantangan Potensi
Masih adanya prodeo
murni
Tidak adanya layanan
bagi masyarakat
miskin yang ingin
mendapatkan
bantuan hukum
Dana prodeo
yang ada tidak
mencukupi.
Masyarakat
miskin tidak
mandapatkan
bantuan
hukum
Penambahan anggaran untuk
penyelesaian perkara prodeo
Pengusulan anggaran untuk
posbakum.
Perma No. 1 Tahun 2014
tentang pedoman pemberian
layanan hukum bagi
masyarakat tidak mampu.
Tabel 6 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Peningkatan Aksesbilitas
Masyarakat Terhadap Peradilan
Keterbukaan Informasi
Ada beberapa penyebab dari kegagalan penerapan teknologi informasi di sektor
publik diantaranya keterbatasan penggunaan komputer, sikap pesimis, dan
kegagalan pengembangan sistem teknologi informasi.
Keterbukaan informasi untuk publik ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-Undang Nomor 14
tahun 2008 ini bertujuan untuk :
25
1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan
kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan
keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik;
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan
publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang
banyak;
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
dan/atau
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan
Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Oleh karena itu, Pengadilan Agama Tanjung Pati dalam mewujudkan peradilan
yang sederhana, transparan dan akuntabel, diharuskan untuk mengungkapkan
informasi proses perjalanan perkara mulai dari pendaftaran sampai publikasi
putusan untuk dapat diakses oleh masyarakat. Transparansi proses berperkara
ini juga harus memperhatikan beberapa hal yang dilarang yaitu:
1. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon
Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum;
2. Informasi Publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta
otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang;
3. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon
Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi;
Permasalahan Tantangan Potensi
Kebutuhan
masyarakat akan
keterbukaan
informasi
Transparansi
proses peradilan
dan akses
putusan oleh
SK KMA No. I-
144/KMA/SK/I/2011
tentang keterbukaan
informasi di
26
diperadilan
pencari keadilan peradilan.
Tabel 7 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Keterbukaan Informasi
Penguatan Sumber Daya Manusia
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan tidak
akan lepas dari penguatan sumber daya manusia baik yang terkait dengan teknis
peradilan maupun non teknis peradilan. Dalam hal teknis, Pengadilan Agama
Tanjung Pati selalu berupaya untuk mengikutsertakan aparaturnya mengikuti
kegiatan bimbingan teknis, sosialisasi, diskusi ditempat kerja dan Forum
Discussion Group, yang diadakan oleh Pengadilan Tinggi Agama Padang atau
Badan Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI.
Permasalahan Tantangan Potensi
Banyak hakim
Pengadilan Agama
Tanjung Pati yang
belum mengikuti
sertifikasi mediator
dan ekonomi
syari’ah
Kurangnya tenaga
Hakim di Pengadilan
Agama Tanjung Pati
Kurangnya tenaga
non teknis seperti
bendahara yang saat
ini rangkap jabatan
oleh jurusita
pengganti
Kurangnya tenaga
jurusita pengganti
Mediasi dilakukan
oleh hakim yang
tidak bersertifikat
sehingga secara
tidak langsung
mempengaruhi
hasil mediasi
Aplikasi SIKEP
kegunaannya
masih sebatas
pencarian data
kepegawaian
PP nomor 94 tahun 2012
tentang Hak Keuangan
dan fasilitas hakim yang
berada dibawahnya.
SK KMA no 128 tahun
2014 tentang tunjangan
kinerja PNS
dilingkungan Mahkamah
Agung dan Badan yang
ada dibawahnya.
Aplikasi SIKEP dan
SIMPEG
Tabel 8 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Penguatan Sumber Daya Manusia
27
Pengelolaan Aset, Keuangan dan Kinerja
Laporan keuangan dan aset adalah sebuah hal yang sangat fundamental dalam
pelaksanaan tatakelola organisasi dan termasuk dalam salah satu program
reformasi birokrasi serta untuk pertanggung jawaban kinerja instansi.
Pengadilan Agama Tanjung Pati yang berada di wilayah koordinator Pengadilan
Tinggi Agama Padang pengelolaan aset dan keuangan dilaporkan dalam laporan
keuangan bulanan, semesteran dan tahunan. Dalam laporan tersebut sering
ditemui kendala dikarenakan keterbatasan anggaran, sehingga sering kali
dilakukan revisi-revisi dalam pelaksanaan anggaran. Disamping hal tersebut,
sering juga ditemuinya laporan keuangan yang tidak sama dengan departemen
keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Permasalahan Tantangan Potensi
Keterbatasan
anggaran sehingga
membatasi ruang
gerak untuk
pelayanan prima
Sering terjadi
perbedaan laporan
keuangan dengan
Kemenkeu dan BPK
Penyusunan
anggaran dengan
perencanaan yang
terukur
Transparansi
pengelolaan
anggaran
Kurangnya
koordinasi
perencanaan
dengan pengelola
anggaran
Renstra sebagai acuan
penyusunan
anggaran.
Pagu dan realisasi
anggaran ditampilkan
diwebsite www.pa-
tanjungpati.go.id
Sertifikasi bendahara
pengeluaran
Komitmen untuk
mempertahankan
WTP laporan
keuangan.
Tabel 9 : Permasalahan, Tantangan, Potensi Pengelolaan Aset, Keuangan dan
Kinerja
28
BAB II – VISI, MISI, TUJUAN
2.1. VISI
Rencana Strategis Pengadilan Agama Tanjung Pati Tahun 2015 – 2019
merupakan komitmen bersama dalam menetapkan kinerja dengan tahapan-
tahapan yang terencana dan terprogram secara sistematis melalui penataan,
penertiban, perbaikan pengkajian, pengelolaan terhadap sistem kebijakan dan
peraturan perundangan-undangan untuk mencapai efektivas dan efesiensi.
Selanjutnya untuk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai
pedoman dan tolak ukur kinerja Pengadilan Agama Tanjung Pati diselaraskan
dengan arah kebijakan dan program Mahkamah Agung yang disesuaikan dengan
rencana pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPNJP) 2005 – 2025 dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019, sebagai pedoman dan
pengendalian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan Pengadilan
dalam mencapai visi dan misi serta tujuan organisasi pada tahun 2015 – 2019.
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan untuk mewujudkan tercapainya tugas pokok dan fungsi Pengadilan
Agama Tanjung Pati sebagai lembaga penegak hukum yang memberikan
keadilan bagi masyarakat.
Visi Pengadilan Agama Tanjung Pati mengacu pada Visi Mahkamah Agung RI
adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Pengadilan Agama Tanjung Pati Yang Agung”
2.2. MISI
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan terwujud dengan baik.
Misi Pengadilan Agama Tanjung Pati, adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan
2. Mewujudkan pelayanan prima bagi masyarakat perncari keadilan
3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan
29
2.3. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu
satu sampai dengan lima tahun dan tujuan ditetapkan mengacu kepada
pernyataan visi dan misi Pengadilan Agama Tanjung Pati.
Adapun Tujuan yang hendak dicapai Pengadilan Agama Tanjung Pati adalah
sebagai berikut :
1. Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap system peradilan melalui
proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel.
2. Terwujudnya proses penanganan perkara melalui pemanfaatan teknologi
informasi
3. Terwujudnya pelayanan akses peradilan bagi masyarakat miskin dan
terpinggirkan
4. Terwujudnya pelayanan prima bagi masyarakat pencari keadilan
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan
dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun kedepan dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019, sasaran strategis yang hendak dicapai Pengadilan
Agama Tanjung Pati adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel;
2. Meningkatkan penyederhanaan proses penanganan perkara bagi masyarakat
miskin dan terpinggirkan;
3. Meningkatkan akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan;
4. Terwujudnya system manajemen informasi yang terintegrasi dan menunjang
sistem peradilan yang sederhana, transparan dan akuntabel;
5. Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel,
efektif dan efisien.
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Indikator kinerja utama diperlukan sebagai tolak ukur atas keberhasilan sasaran
strategis dalam mencapai tujuan. Hubungan tujuan, sasaran dan indikator kinerja
utama dengan digambarkan sebagai berikut :
30
Tabel 10 : Indikator Kinerja Utama 2017
TUJUAN KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 4
Terwujudnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap system
peradilan melalui
proses peradilan
yang pasti,
transparan dan
akuntabel
Persentase para
pihak yang
percaya terhadap
system peradilan
Persentase sisa perkara
yang diselesaikan
93%
Persentase perkara
yang diselesaikan tepat
waktu
98.1%
Persentase penurunan
sisa perkara
1.9%
Persentase perkara
yang tidak mengajukan
upaya hukum :
- Banding
- Kasasi
- PK
99.7%
Index responden
pencari keadilan yang
puas terhadap layanan
peradilan
81%
Terwujudnya
penyederhanaan
proses
penanganan
perkara melalui
pemanfaatan
teknologi
informasi
Persentase
perkara yang
diselesaikan tepat
waktu
Persentase isi putusan
yang diterima oleh para
pihak tepat waktu
100%
Persentase perkara
yang diselesaikan
melalui mediasi
4%
Persentase berkas
perkara yang
dimohonkan banding,
kasasi dan PK yang
diajukan secara lengkap
100%
31
dan tepat waktu
Persentase putusan
yang menarik perhatian
masyarakat (ekonomi
syariah) yang dapat
diakses secara online
dalam waktu 1 hari
sejak putus
100%
Terwujudnya
pelayanan akses
peradilan bagi
masyarakat
miskin dan
terpinggirkan
Persentase
perkara yang
diselesaikan
melalui
pembebasan biaya
/ prodeo
Persentase perkara
prodeo yang
diselesaikan
100%
Persentase
identitas hukum
yang terpenuhi
Persentase perkara
permohonan (voluntair)
identitas hukum
100%
Persentase
perkara yang
terlayanan melalui
POSBAKUM
Persentase pencari
keadilan golongan
tertentu yang mendapat
layanan bantuan hukum
(POSBAKUM)
0%
Terwujudnya
pelayanan prima
bagi masyarakat
pencari keadilan
Persentase
kepuasan para
pencari keadilan
terhadap layanan
peradilan
Persentase putusan
perkara perdata yang
ditindaklanjuti
(dieksekusi)
99%
2.4. PROGRAM DAN KEGIATAN
Lima sasaran strategis tersebut merupakan arahan bagi Pengadilan Agama Tanjung
Pati untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dan membuat rincian
Program dan Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
32
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Mahkamah Agung
Program Peningkatan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Mahkamah Agung dibuat untuk mencapai sasaran strategis dalam hal
Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel. Kegiatan
Pokok yang dilaksanakan dalam program ini adalah :
1. Peningkatan pelayanan informasi pada Mahkamah Agung dan pengadilan
semua lingkungan peradilan.
2. Pelaksanaan penyusunan perencanaan dan anggaran serta penataan
organisasi Mahkamah Agung
3. Dukungan pelayanan pimpinan Mahkamah Agung dan tugas teknis lainnya.
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung
bertujuan untuk mencapai sasaran strategis dalam Peningkatan efektivitas
pengelolaan penyelesaian perkara. Kegiatan pokok program ini pada Pengadilan
Agama Tanjung Pati adalah :
1. Pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Mahkamah Agung
c. Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama
Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama merupakan program untuk
mencapai sasaran strategis dalam hal Meningkatnya akses peradilan bagi
masyarakat miskin dan terpinggirkan. Penyelesaian kegiatan pokok yang
dilaksanakan Pengadilan Agama Tanjung Pati dalam pelaksanaan Program
Peningkatan Manajemen Peradilan Agama adalah :
1. Peningkatan manajemen peradilan agama;
2. Penigkatan pelayanan bantuan hukum di pengadilan agama;
3. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
33
BAB III – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI MAHKAMAH AGUNG
Sesuai dengan arah pembangunan bidang hukum yang tertuang dalam RPJMN
tahun 2015-2019 tersebut diatas serta dalam rangka mewujudkan visi
Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung, maka Mahkamah Agung
menetapkan 7 sasaran sebagai berikut :
1) Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel.
2) Peningkatan efektivitas pengelolaan penyelesaian perkara.
3) Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat terpinggirkan.
4) Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan.
5) Meningkatnya pelaksanaan pembinaan bagi aparat tenaga teknis di
lingkungan Peradilan.
6) Meningkatnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara
optimal.
7) Meningkatnya pelaksanaan penelitian, pendidikan dan pelatihan Sumber
Daya Aparatur di lingkungan Mahkamah Agung.
8) Meningkatnya tranparansi pengelolaan SDM, Keuangan dan Aset.
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
3.2. ARAH KEBIJAKAN PENGADILAN AGAMA TANJUNG PATI.
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 diatur, bahwasanya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dibagi dalam 5 periode yang
disebut dengan Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM). RPJM ini
nantinya akan diterjemahkan dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan yang
berbentuk anggaran. Adapun arah dari RPJP 2005 – 2025 adalah sebagai
berikut:
Pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkualitas;
Penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing
global;
Penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK;
Pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dan maju;
Reformasi hukum dan birokrasi.
Saat ini Indonesia masuk kedalam RPJM tahap III yang ditujukan untuk
menetapkan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan SDA dan SDM berkualitas serta kemampuan yang terus meningkat.
Berdasarkan tahapan sasaran pembangunan jangka panjang nasional dan
menengah seperti yang tertuang dalam kerangka RPJMN III, maka beberapa poin
penting pembangunan hukum 2015-2019 adalah : (1) menciptakan penegakan
hukum yang berkualitas dan berkeadilan, (2) meningkatkan konstribusi hukum
untuk peningkatan daya saing ekonomi bangsa dan (3) meningkatkan kesadaran
hukum disegala bidang. Dari ketiga poin penting diatas, Pengadilan Agama
Tanjung Pati menetapkan 4 (empat) tujuan yang hendak dicapai dalam lima
tahun kedepan, yakni :
1. Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap system peradilan melaui
proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel;
2. Terwujudnya proses penanganan perkara melalui pemanfaatan teknologi
informasi;
3. Terwujudnya pelayanan akses peradilan bagi masyarakat miskin, dan
terpinggirkan;
52
4. Terwujudnya pelayanan prima bagi masyarakat pencari keadilan;
Diharapkan keempat tujuan ini dapat berkontribusi terhadap Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019 dengan sasaran utama
meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia, atas dasar 4 (empat) tujuan
yang telah ditetapkan tersebut, Pengadilan Agama Tanjung Pati menetapkan 5
(lima) sasaran yang mengacu kepada sasaran Mahkamah Agung RI adalah
sebagai berikut:
1. Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel;
2. Meningkatkan penyederhanaan proses penanganan perkara melalui
pemanfaatan teknologi informasi;
3. Meningkatkan akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan;
4. Terwujudnya system manajemen informasi yang terintegrasi dan
menunjang system peradilan yang sederhana, transparan dan akuntabel;
5. Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel,
efektif dan efesien;
Masing-masing sasaran diatas mempunyai kebijakan :
Sasaran strategis 1 : Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan
dan akuntabel
Manajemen perkara, dimulai sejak pelaporan, pengaduan, ataupun pendaftaran
pelayanan hukum sampai ke tahap eksekusi putusan dan pemasyarakatan
merupakan satu kesatuan proses mulai dari terjadinya peristiwa hukum dalam
masyarakat sampai terwujudnya keadaan atau terpulihkannya kembali keadilan
dalam masyarakat. Dalam proses itu diperlukan adanya jaminan bahwa:
1. Prosesnya berlangsung tepat dalam menjamin keadilan (justice) dan
kepastian hukum (legal certainty);
2. Prosesnya berlangsung efisien, cepat dan tidak membebani pihak-pihak di
luar kemampuan;
3. Prosesnya berlangsung menurut aturan hukumnya sendiri, yaitu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sejak sebelum
perkara itu sendiri terjadi sampai dengan publikasi putusan;
53
4. Prosesnya berlangsung independen tanpa campur tangan atau dipengaruhi
oleh kepentingan- kepentingan politik dan ekonomi dari pihak-pihak lain
atau kepentingan salah satu pihak dengan merugikan pihak yang lain;
5. Prosesnya berlangsung secara akuntabel dan transparansehingga hasilnya
dapat dipercaya oleh para pihak dan masyarakat pada umumnya.
Untuk mengharapkan adanya perbaikan dalam penataan sistem administrasi di
lembaga peradilan, kelima hal itu sangat penting untuk diperhatikan.
Para pencari keadilan (justiceseekers) harus dibuat yakin dan percaya bahwa
proses yang iatempuh akan menghasilkan keadilan yang pasti dan kepastian
yang adil Prosesnya cepat dan efisien, sehingga tidak membebani atau yang
hanya dapat dijangkau oleh mereka yang mampu. Misalnya, jika sesuatu
persoalan dapat diselesaikan dalam waktu hanya 1 hari, mengapa mesti
ditunggu sampai 1 minggu, 1 bulan, atau bahkan 1 tahun. (Asshiddiqie, 2016).
Untuk mewujudkan sasaran strategis terwujudnya prose peradilan yang pasti,
transparan dan akuntabel, ditetapkan arah kebijakan : (1) Persentase
produktifitas memutus perkara, (2) Clearence rate, (3) Persentase penyelesaian
perkara tepat waktu, (4) Persentase penurunan tunggakan perkara (5)
Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum.
Sasaran strategis 2 : Peningkatan efektivitas pengelolaan penyelesaian
perkara
Teknologi informasi telah menjadi elemen dasar dalam reformasi manajerial
yang dimana membuka banyak kesempatan untuk efisiensi manajerial dan
kualitas pelayanan publik (Moon, 2002; Karwan & Markland, 2005).Ada
beberapa variabel yang menentukan kesuksesan penggunaan teknologi
informasi diantaranya pengembangan sistem teknologi informasi dan
penggunaan sarana komputer dalam menunjang teknologi informasi tersebut
(Goldfinch, 2007).
Untuk mewujudkan sasaran strategis penyederhanaan proses penanganan
perkara melalui pemanfaatan teknologi informasi, ditetapkan arah kebijakan:
(1) Persentase keberhasilan penyelesaian perkara melalui small claim court, (2)
Persentase keberhasilan penyelesaian perkara melalui mediasi, (3) Persentase
54
percepatan penyelesaian perkara melalui pengaturan delegasi
panggilan/pemberitahuan
Sasaran strategis 3 : Meningkatkan akses peradilan bagi masyarakat
miskin dan terpinggirkan
Konsep akses terhadap keadilan pada intinya berfokus pada dua tujuan dasar
dari keberadaan suatu sistem hukum yaitu: 1) sistem hukum seharusnya dapat
diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan; dan 2) sistem hukum
seharusnya dapat menghasilkan ketentuan maupun keputusan yang adil
bagisemua kalangan, baik secara individual maupun kelompok. Gagasan dasar
yang hendak diutamakan dalam konsep ini adalah untuk mencapai keadilan
sosial (social justice) bagi warga negara dari semua kalangan.
Pada awalnya akses terhadap keadilan hanya menekankan upaya penyediaan
bantuan hukum bagi masyarakat miskin, kemudian berkembang menjadi
penyatuan kepentingan dari para pihak yang berperan dalam pemberian akses
terhadap keadilan bagi masyarakat miskin. Pihak-pihak tersebut terdiri dari
berbagai institusi negara terkait seperti kejaksaan, pengadilan, ombudsman,
kementerian pelayanan publik terkait serta lembaga masyarakat yang berperan
dalam pemberdayaan masyarakat.
Untuk mewujudkan sasaran strategis akses peradilan bagi masyarakat miskin
dan terpinggirkan, ditetapkan arah kebijakan : (1) Penyelesaian perkara prodeo,
(2) Perkara yang diselesaikan dengan sidang diluar kantor, (3) Persentase
identitas hukum yang terpenuhi.
a. Penyelesaian perkara prodeo
PengadilanAgama Tanjung Pati mempunyai fungsi untuk mengadili perkara
tingkat pertama.Melaui anggaran prodeo yang tersedia dalam DIPA Pengadilan
Agama Tanjung Pati, Pengadilan Agama Tanjung Pati memberikan layanan
kepada masyarakat miskin atau terpinggirkan dengan membebaskan biaya
perkara /membebankannya pada DIPA Pengadilan Agama Tanjung Pati. Namun
jika anggaran yang tersedia habis dan masih ada masyarakat miskin yang ingin
berperkara, maka Pengadilan Agama Tanjung Pati membebaskan biaya perkara
55
atau menjadikannya sebagai perkara prodeo murni. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah akses peradilan bagi masyarakat miskin atau terpinggirkan.
b. Perkara yang diselesaikan dengan sidang diluar kantor.
Salah satu bentuk kepedulian Pengadilan Agama Tanjung Pati terhadap
masyarakat miskin/terpinggirkan adalah pelaksanaan sidang diluar kantor. Hal
ini bertujuan untuk memberikan kemudahan/akses bagi masyarakat untuk
berperkara ke Pengadilan Agama Tanjung Pati terutama bagi masyarakat miskin
yang berdomisili jauh dari kantor PengadilanAgama Tanjung Pati, maka melalui
program ini Pengadilan Agama Tanjung Pati memberikan kemudahan akses bagi
masyarakat miskin/terpinggirkan untuk tetap dapat merasakan keadilan.
c. Persentase identitas hukum yang terpenuhi.
Pengadilan Agama Tanjung Pati mempunyai fungsi untuk mengadili perkara
tingkat pertama. Hal yang perlu diperhatikan dalam hal memberikan kejelasan
identitas hukum.
Sasaran strategis 4 : Terwujudnya system manajemen informasi yang
terintegrasi dan menunjang system peradilan
Manajemen Peradilan adalah “rangkaian kebijakan untuk mewujudkan tujuan
yang didinginkan, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian /
pengawasan dan penilaian serta evaluasi atas kegiatan yang dilakukan”
merupakan salah satu bidang dari manajemen pada umumnya yang meliputi
segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian atau
disebut juga planning, organizing, actuating, controlling (POAC), yang bila dirinci
sebagai berikut, seperti dikemukakan oleh Gary Dessier dalam bukunya Human
Resource Management.”
Untuk mewujudkan sasaran strategis terwujudnya system manajemen informasi
yang terintegrasi dan menunjang system peradilan yang sederhana, transparan
dan akuntabel ditetapkan arah kebijakan : (1) Integrasi informasi perkara secara
elektronik, (2) Transparansi kinerja peradilan dan manajerial secara efektif dan
efisien (penguatan regulasi).
56
Sasaran strategis 5 : Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga
peradilan secara akuntabel, efektif dan efisien
Dalam rencana pembangunan Pengadilan Agama Tanjung Pati, telah disusun
program-program untuk peningkatan manajerial lembaga peradilan. Program-
program kerja tersebut dituangkan dalam bentuk rencana kerja anggaran
kementerian negara/lembaga yang akan dibuat laporannya setiap tahunnya.
Untuk mewujudkan sasaran strategis meningkatnya pengelolaan manajerial
lembaga peradilan secara akuntabel, efektif dan efesien ditetapkan arah
kebijakan : (1) Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan
prasarana yang mendukung, (2) Persentase peningkatan produktifitas kinerja
SDM (SKP dan penilaian prestasi kerja), (3) Terpenuhinya opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), (4) Persentase hasil monev dan hasil reviu yang dijadikan
feedback untuk analisa kebijakan, (5) Persentase tercapainya target kegiatan
prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan.
3.3.KERANGKA KELEMBAGAAN
Pengadilan Agama Tanjung Pati sebagai salah satu lembaga peradilan diwilayah
Sumatera Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus didukung
dengan struktur organisasi yang kuat.Tugas dan fungsi Pengadilan Agama
Tanjung Pati dilaksanakan Pimpinan Pengadilan Agama Tanjung Pati dengan
dibantu Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Pati dan Sekretariat
Pengadilan Agama Tanjung Pati.
Mengenai organisasi dan tata kerja kepaniteraan dan kesekretariatan telah
diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan
Peradilan.
a. Kepaniteraan PA Tanjung Pati
Pasal 114
(1) Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Pati adalah aparatur tata usaha
negara yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada dibawah dan
tanggung jawab Ketua Pengadilan Agama Tanjung Pati.
(2) Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Pati dipimpin oleh Panitera
57
Pasal 115
Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Pati mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan dibidang teknis dan administrasi perkara serta
menyelesaikan surat-surat yang berkaitan dengan perkara
Pasal 117
Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Pati, terdiri atas:
a. Panitera muda Permohonan
b. Panitera Muda Gugatan
c. Panitera Muda Hukum
b. Sekretariat Pengadilan Agama Tanjung Pati
Pasal 322
(1) Kesekretariatan Pengadilan Agama Tanjung Pati adalah aparatur tata usaha
negara yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Ketua Pengadillan Agama Tanjung Pati
(2) Kesekretariatan Pengadilan Agama Tanjung Pati dipimpin oleh seorang
Sekretaris
Pasal 323
Kesekretariatan Pengadilan Agama Tanjung Pati mempunyai tugas
melaksanakan pemberian dukungan dibidang administrasi, organisasi,
keuangan, sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana di lingkungan
Pengadilan Agama Tanjung Pati
Pasal 325
Kesetretariatan Pengadilan Agama Tanjung Pati, terdiri atas: a. Kasubag
Perencanaan, IT dan pelaporan, kasubag. Kepegawaian, organisasi dan tata
laksana. Kasubag. Umum dan keuangan.
Pasal 326
Subbagian Perencanaan, Teknologi Informasi dan Pelaporan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan anggaran, program dan anggaran,
pengelolaan teknologi informasi dan statistik serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi dan dokumentasi serta pelaporan.
58
Pasal 327
Subbagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
malaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan urusan kepegawaian, penataan
organisasi dan tata laksana.
Pasal 328
Subbagian umum dan keuangan mempunyai tugas malaksanakan penyiapan
pelaksanaan urusan surat menyurat, arsip, perlengkapan, rumah tangga,
keamanan serta pengelolaan keuangan.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 431
Kelompok jabatan Fungsional dilingkungan Kepaniteraan Peradilan terdiri atas:
a. Jabatan Fungsional Penitera Pengganti
b. Jabatan Fungsional Jurusita; dan
c. Jabatan Fungsional Pranata Peradilan.
Pasal 432
Jabatan Fungsional Panitera Pengganti sebagaimana dimaksud dalam pasal 431
huruf a, mempunyai tugas memberikan dukungan atas terselenggaranya
pelaksanaan persidangan baik pada pengadilan tingkat pertama maupun pada
pengadilan tingkat banding
Pasal 436
Jabatan Fungsional Pranata Peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 431
huruf c, mempunyai tugas memberikan dukungan atas terselenggaranya proses
administrasi perkara,baik pada pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat
banding dan pengadilan tingkat kasasi.
Pasal 438
(1) Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Kesekretariatan Peradilan
melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugas bertanggung
jawab kepada Sekretaris di lingkungan Kesekretariatan Peradilan.
(3) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional sesuai dengan
bidang tugas keahliannya.
59
(4) Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh pejabat
fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Pengadilan.
(5) Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
(6) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
60
BAGAN ORGANISASI KESEKRETARIATAN
PENGADILAN AGAMA TANJUNG PATI
Sekretaris
Kasubag. Perencanaan, IT dan Pelaporan
Kasubag. Kepegawaian,
Organisasi dan Tata Laksana
Kasubag. Umum dan Keuangan
Kelompok Fungsional - Fungsional Arsiparis - Fungsional Pustakawan - Fungsional Pranata Komputer - Fungsional bendahara
61
BAGAN ORGANISASI KEPANITERAAN
PENGADILAN AGAMA TANJUNG PATI
Panitera
Panitera Muda Permohonan
Panitera Muda Gugatan
Panitera Muda Hukum
Kelompok Fungsional - Fungsional Panitera Pengganti - Fungsional Pranata Peradilan - Fungsional Jurusita - Fungsional Jurusita Pengganti
REVIEW RENSTRA PENGADILADILAN AGAMA TANJUNG PATI 2015-2019
62
BAB IV – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Untuk mewujudkan visi dan misi Pengadilan Agama Tanjung Pati ada 3 (tiga)
program yang dipunyai oleh Pengadilan Agama Tanjung Pati, yakni:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Mahkamah Agung
Progam ini mempunyai sasaran progam dan indikator
progamsebagai berikut:
Sasaran
Program Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Terwujudnya
proses
peradilan
yang pasti,
transparan
dan
akuntabel
Persentase
sisa perkara
yang
diselesaikan
93% 93% 93% 95% 97%
Persentase
perkara yang
diselesaikan
tepat waktu
98% 98% 98.1
%
98.1
%
98.2
%
Persentase
penurunan
sisa perkara
2% 2% 1.9% 1.9% 1.8%
Persentase
perkara yang
tidak
mengajukan
upaya hukum
- Banding
- Kasasi
- PK
99.65
%
99.65
%
99.7
%
99.7
%
99.75
%
Index
responden - - 81%
81.5
%
81.7
%
REVIEW RENSTRA PENGADILADILAN AGAMA TANJUNG PATI 2015-2019
63
pencari
keadilan yang
puas terhadap
layanan
peradilan
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung
Progam ini mempunyai sasaran progam dan indikator progam sebagai
berikut:
Sasaran
Program Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan
Efektivitas
pengelolaan
penyelesaian
perkara
Persentase isi
putusan yang
diterima oleh
para pihak tepat
waktu
100% 100% 100% 100% 100%
Persentase
perakara yang
diselesaikan
melalui mediasi
2% 3% 4% 4% 4%
Persentase
berkas perkara
yang
dimohonkan
banding, kasasi
dan PK yang
diajukan secara
lengkap dan
tepat waktu
100% 100% 100% 100% 100%
REVIEW RENSTRA PENGADILADILAN AGAMA TANJUNG PATI 2015-2019
64
Persentase
putusan yang
menarik
perhatian
masyarakat
(ekonomi
syariah) yang
dapat diakses
secara online
dalam waktu 1
hari sejak putus
100% 100% 100% 100% 100%
3. Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama
Progam ini mempunyai sasaran progam dan indikator progam sebagai
berikut:
Sasaran
Program Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatny
a akses
peradilan
bagi
masyarakat
miskin dan
terpinggirkan
Persentase
perkara prodeo
yang
diselesaikan
100% 100% 100% 100% 100%
Persentase
perkara yang
diselesaikan di
luar gedung
pengadilan
100% 100% 100% 100% 100%
Persentase
perkara
permohonan
(voluntair)
identitas
hukum
100% 100% 100% 100% 100%
Persentase - - - - -
REVIEW RENSTRA PENGADILADILAN AGAMA TANJUNG PATI 2015-2019
65
pencari
keadilan
golongan
tertentu yang
mendapat
layanan
bantuan hukum
(POSBAKUM)
REVIEW RENSTRA PENGADILADILAN AGAMA TANJUNG PATI 2015-2019
66
BAB V – PENUTUP
Rencana strategis Pengadilan Agama Tanjung Pati tahun 2015-2019
diarahkan untuk merespon berbagai tantangan dan peluang sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan strategis, baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal. Renstra ini merupakan upaya untuk menggambarkan
peta permasalahan, titik-titik lemah, peluang tantangan, program yang
ditetapakan, dan strategis yang akan dijalankan selama kurun waktu lima
tahun, serta output yang ingin dihasilkan dan out come yang diharapkan.
Rencana stretegis Pengadilan Agama Tanjung Pati harus terus
disempurnakan dari waktu kewaktu. Dengan demikian renstra ini bersifat
terbuka dari kemungkinan perubahan. Melalui renstra ini diharapkan dapat
membantu pelaksana pengelola kegiatan dalam melakukan pengukuran
tingkat keberhasilan terhadap kegiatan yang dikelola.
Dengan Renstra ini pula, diharapkan unit-unit kerja dilingkungan Pengadilan
Agama Tanjung Pati memiliki pedoman yang dapat dijadikan penuntun bagi
pencapaian arah, tujuan dan sasaran program selama lima tahun yaitu 2015-
2019, sehingga visi dan misi Pengadilan Agama Tanjung Pati dapat terwujud
dengan baik.