bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/t2_752012019_bab...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman dulu perempuan Jawa terikat serta terkekang kebebasannya oleh budaya patriarki yang melekat dalam masyarakat tradisional. Patriarki secara harafiah berarti kekuasaan berada di tangan bapak (laki-laki)/ patriack. 1 Perempuan Jawa dianggap lebih rendah daripada laki-laki, tidak cocok memiliki kedudukan dan peran yang setara dengan laki-laki. Sementara laki-laki dididik untuk harus menjadi pemimpin, menguasai perempuan dan penentu masa depan. Perempuan Jawa hanya memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hal pada wilayah-wilayah dalam masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi tergantung pada laki-laki, khususnya dalam institusi pernikahan. Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat perempuan diletakkan pada posisi subordinat. Perempuan sebagai ibu rumah tangga yaitu perempuan yang hanya bekerja di rumah saja sebagai ibu dan istri yang setia. 2 Kehidupan perempuan (istri) jaman dulu seolah- olah hanya dibatasi dan ditempatkan dalam posisi pasif seperti di dapur (memasak), sumur (mencuci), dan kasur (melayani kebutuhan biologis suami). 3 Kemudian dipetakan lagi dalam rangkaian tugas masak (menyiapkan makanan bagi keluarga), macak (berhias untuk menyenangkan suami), dan manak (mengandung dan melahirkan anak). Oleh karena itu perempuan (istri) disebut dengan kanca wingking, yakni anggota keluarga yang “hanya” 1 Asnath Niwa Natar, Ketika Perempuan Berteologi : Berteologi Feminis Kontekstual , (Yogyakarta : Taman Pustaka Pintar, 2012). Hlm, 25 2 http://www.google.co.id/search ?hl=i&Pengertian Peran Ganda menurut Kartini.html. Diakses 2 Februari 2014. Pkl 15.23. 3 Pujiwulansari., 2011., Peran Ganda Perempuan (http:// Peran Ganda Perempuan.htm). Diakses Pada tanggal 20 Agustus 2013, pkl 13.00.

Upload: lyphuc

Post on 13-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada jaman dulu perempuan Jawa terikat serta terkekang kebebasannya oleh budaya

patriarki yang melekat dalam masyarakat tradisional. Patriarki secara harafiah berarti

kekuasaan berada di tangan bapak (laki-laki)/ patriack.1 Perempuan Jawa dianggap lebih

rendah daripada laki-laki, tidak cocok memiliki kedudukan dan peran yang setara dengan

laki-laki. Sementara laki-laki dididik untuk harus menjadi pemimpin, menguasai

perempuan dan penentu masa depan. Perempuan Jawa hanya memiliki sedikit pengaruh

dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hal pada wilayah-wilayah dalam

masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi tergantung pada laki-laki,

khususnya dalam institusi pernikahan. Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat

perempuan diletakkan pada posisi subordinat.

Perempuan sebagai ibu rumah tangga yaitu perempuan yang hanya bekerja di rumah

saja sebagai ibu dan istri yang setia.2 Kehidupan perempuan (istri) jaman dulu seolah-

olah hanya dibatasi dan ditempatkan dalam posisi pasif seperti di dapur (memasak),

sumur (mencuci), dan kasur (melayani kebutuhan biologis suami).3 Kemudian dipetakan

lagi dalam rangkaian tugas masak (menyiapkan makanan bagi keluarga), macak (berhias

untuk menyenangkan suami), dan manak (mengandung dan melahirkan anak). Oleh karena

itu perempuan (istri) disebut dengan kanca wingking, yakni anggota keluarga yang “hanya”

1 Asnath Niwa Natar, Ketika Perempuan Berteologi : Berteologi Feminis Kontekstual, (Yogyakarta : Taman

Pustaka Pintar, 2012). Hlm, 25 2 http://www.google.co.id/search ?hl=i&Pengertian Peran Ganda menurut Kartini.html.Diakses 2 Februari

2014. Pkl 15.23. 3Pujiwulansari., 2011., Peran Ganda Perempuan (http:// Peran Ganda Perempuan.htm). Diakses Pada tanggal

20 Agustus 2013, pkl 13.00.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

2

mengurusi urusan belakang dan tidak boleh tampil di depan.4 Selain itu ada gambaran

ideal perempuan (istri) yaitu harus mempunyai sifat gemi (rajin), ati-ati (hati-hati), nastiti

(hemat dan pandai menyimpan barang-barang) sebagai bentuk bakti kepada suami.5 Jika ada

perempuan (istri) yang berpendidikan tinggi ataupun berkarir, maka mereka dianggap telah

melanggar tradisi dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Dalam masyarakat Jawa, cerminan kepribadian perempuan akan terlihat dalam sistem

sosialnya, yakni berusaha menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berlaku supaya

dapat memenuhi harapan lingkungan masyarakatnya. Meskipun tindakan-tindakanya itu

tidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi dan inkulturasi.

Sosialisasi yang didapatkan adalah bahwa perempuan (istri) harus manis, diam, menurut,

menerima, mendengarkan dan selalu mendukung. Sebaliknya, perempuan (istri) dilarang

interupsidan bertindak kompetitif.6 Pada umumnya masyarakat Jawa masih menilai tinggi

bahwa, setelah menikah sebaiknya perempuan (istri) tinggal di rumah mengurus rumah

tangga dan mendidik anak.7 Seorang laki-laki (suami) tidak pantas menyibukkan diri

dengan seluk beluk rumah tangganya.8

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa perempuan secara fisik itu lemah,

lebih emosional, tidak dapat berfikir secara rasional. Berbeda dengan laki-laki yang secara

fisik kuat, macho, tegas, mampu berfikir secara rasional dan lain sebagainya. Atas dasar

inilah,maka masyarakat mengaturnya sedemikian rupa perempuan (istri) diberi peran yang

cocok baginya yaitu diurusan domestik, demikian dengan laki-laki (suami) di urusan publik.

Pada akhirnya, perempuan (istri) kurang mendapat kesempatan untuk aktualisasi diri,

sehingga telah tertinggal jauh dari laki-laki (suami). Ketertinggalan perempuan (istri) dari

4 Budi Munawar-Rachman, Rekontruksi Fiqh Perempuan dalam Peradaban Masyarakat Modern, (Yogyakarta :

Ababil, 1996). Hlm, 47-48. 5 Sri Suhadjati Sukri, Perempuan Seksualitas dalam Tradisi Jawa (Yogyakarta : Gama Media, 2001). Hlm, 85.

6 Nasarudin Umar, Bias Jender dalam Pemahaman Islam, cet. I (Yogyakarta : Gama Media, 2002). Hlm, 18

7 Proyek penelitian (Javanologi), Wanita Jawa dan kemajuan Jaman, peny. Gandarsih M.R. Santoso

(Yogyakarta : Taman Pustaka Pintar, 1985). Hlm, 5 8 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, cet. II (Jakarta : Balai Pustaka, 1994). Hlm, 264.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

3

laki-laki (suami) ini disebabkan oleh sistem sosial budaya yang lebih memihak kaum laki-

laki.

Secara fisik perempuan memang berbeda dengan laki-laki. Perbedaan tersebut

membuat perempuan itu unik, apalagi jika dikaitkan dengan kodrat alamiahnya sebagai

perempuan yaitu menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Mengingat di masa lalu,

pengertian perempuan atau wanita, berasal dari kata gabungan dua bahasa jawa (kerata

basa) wani (berani) dan tata (teratur).9 Secara “gathukologis” (menyamakan) kata ini

mengandung dua konotasi wani ditata (berani diatur) dan wani nata (berani mengatur).10

Dalam konotasinya wani ditata berarti perempuan tidak sepenuhnya memiliki dirinya sendiri,

karena ia diatur. Pengertian ini telah mencirikan adanya tuntutan kepasifan pada perempuan,

sehingga lebih banyak perempuan yang terkungkung dalam peran domestik. Pengertian

perempuan di atas, menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran dan tangung jawab atas

keberlangsungan hidup tiap anggota keluarga. Seiring dengan perkembangan jaman, kata

wanita telah terganti dengan kata perempuan. Kata perempuan ini lebih banyak di pakai

dan juga lebih positif dari kata wanita. Istilah perempuan berakar erat dari kata empuan,

menjadi puan yang artinya sapaan hormat bagi seorang perempuan.11

Penghormatan terhadap

perempuan inilah, sehingga perempuan telah mengalami banyak perubahan dalam hal

kedudukan dan perannya di masyarakat.

Jika melihat realitas sosial saat ini, sangat jelas menunjukkan bahwa perempuan

(istri) sudah hampir mendapat kesempatan dan mencapai banyak kemajuan dalam

memperoleh pendidikan dan mendapatkan pekerjaan. Perempuan (istri) kini telah mengejar

ketertinggalan mereka dari laki-laki (suami), serta makin luas dan banyaklah peran yang

9http://dragus.cd/2009/03/05/gathukoogy-ilmubaru/. Diakses pada tanggal 09 Juni 2014, pkl 09.06.

10 Anang Prasongko., 2012., (http://m.kompasiana.com/post/read/465060/3/wanita-itu-wani-di-tata.html).

Diakses pada tanggal 09 Juni 2014, pkl 19.45. 11

D. Jupriono., (http://Pengertian perempuan /Betina, Wanita, Perempuan Telaah Sematik Leksibel, Sematik

Historis, Pragmatik.htm). Diakses pada tanggal 5 Agustus 2013, pkl 14.00.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

4

telah di sandang yang dulunya hanya dimonopoli oleh kaum laki-laki (suami),12

misalnya

dalam bidang kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik dengan didukung pendidikan

yang tinggi.13

Ditinjau dari berbagai kebijakan pemerintah diantaranya Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) 1993, perempuan di Indonesia mendapat kesempatan yang sama seperti

laki-laki untuk mengenyam pendidikan dan untuk bekerja.14

Mengenai kesetaraan

pendidikan dapat dilihat juga pada UU No.7 tahun 1984, tentang Pengesahan Konvensi

Mengenai Segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan disingkat Konvensi CEDAW15

(“Convention on the Elemination of All Forms of Discrimination Agains Women”)16

yang

membahas penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk pendidikan.17

Hal ini juga

didukung pula oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh

pekerjaan.18

Saat ini kesempatan bagi perempuan (istri) untuk bekerja di berbagai bidang

pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi semakin terbuka dan semakin banyak yang

berkualitas. Ini bukan berarti perempuan (istri) ingin merebut apa yang selama ini hanya di

dominasi oleh laki-laki (suami). Perempuan (istri) hanya berusaha mensejajarkan dan

12

FDJ. Indra Kurniawan., 2011., (http://makalah-wanita-karier-dalam-pandangan.html) Diakses, pada tanggal

08 September 2013, pkl 08.00. 13

A. Nunuk P. Murniati, Getar Gender, Perempuan Indonesia dalam Prespentif Agama, Budaya dan Keluarga,

(Magelang : Yayasan Indonesia Tera, 2004). Hlm, 217. 14

2012.,PengarusutamaanJenderLingkupDepartemenKehutanan,(http://www.dephut.go.id/index.php/news/detai

ls/269), Diakses pada tanggal 08 September 2013, pkl 11.00. 15

Singkatan CEDAW dipakai dalam penerbitan Unifem seperti “ In Pursuit of Justice” dan “ Do our laws

promote gender equality : A handbook for CEDAW –based legal reviews”. Istilah Konvendi CEDAW

sebenarnya dua kali kata konvensi dan dapat rancu dengan istilah Komite CEDAW, yang merumuskan

Rekomendasi Umum dan Komentar/Obsevasi Akhir yang dijelaskan lebih lanjut dalam Bab I.C.E) tentang

Dinamika Konvensi CEDAW. 16

L.M. Disiplin Hukum yang Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender, (Jakarta : Pustaka Obor Indonesia,

2012). Hlm, 1. 17

Makalah., Palupi Ciptoningrum., 2009.,Hubungan Peran Ganda Dengan Pengembangan Karier Wanita

(Kelurahan Menteng, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat . Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. 18

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=perempuanpunya kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam

GBHN. Diakses pada tanggal 20 September 2013, pkl 13.00.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

5

mengambil perannya yang dulu masih di anggap tabu, salah satunya yaitu mengembangkan

diri menjadi perempuan karir.

Istilah karir di tafsirkan beragam oleh banyak para ahli sesuai disiplin ilmunya.

Karir adalah sebuah kata dari bahasa Belanda carier yang berarti, perkembangan dan

kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan seseorang.19

Menurut Kamus besar

Bahasa Indonesia, Karir (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam

kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk

maju.20

Selain itu, kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan

seseorang. Menurut Simamora karir merupakan urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan

dengan pekerjaan, perilaku-perilaku, nilai-nilai dan aspirasi seseorang dalam rentang

hidupnya.21

Sedangkan Dalis S mengartikan karir sebagai suatu proses yang sengaja

diciptakan perusahaan untuk membantu karyawan agar berpartisipasi ditempat kerja.22

Sedangkan Glueck menyatakan karir adalah urusan pengalaman yang berkaitan dengan

pekerjaan yang di alami seseorang selama masa kerjanya.23

Selanjutnya Ekaningrum

berpendapat bahwa karir digunakan untuk menjelaskan mengenai orang-orang pada masing-

masing peran atau status.24

Sedangkan istilah perempuan karir seperti yang disampaikan Munandar, adalah

perempuan yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya.25

Pendapat lain

menambahkan bahwa perempuan karir adalah perempuan yang mempergunakan waktunya

19

S.C. Utami Munandar, Wanita Karir tatangan dan Peluang, “Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses,

Pemberdayaan dan Kesempatan ” ..............................................301. 20

http://kamusbesarbahasaindonesia.org/karier/mirip.htm. Diakses Pada tanggal 5 Februari 2014, pkl 13.00. 21

Simamora Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2001). Hlm, 505. 22

Dalil Soendoro, Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Amara Book, 2002).

Hlm, 277. 23

Glueck, Greer, C.G, Strategy ang Human Resouces a General Managerial Perspective, (NJ: Prentice Hall,

Englewood Clifft, 1997). Hlm, 134. 24

(http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian karir menurut para ahli dan.html?m=1).Diakses Pada tanggal

5 Februari 2014, pkl 13.00. 25

S.C Utami Munandar, Wanita Karir Tantangan dan Peluang, “Wanita dalam Mayarakat Indonesia Akses,

pemberdayaan dan Kesempatan”.....................................301.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

6

untuk bekerja baik di dalam rumah maupun di luar rumah dengan tujuan untuk memperoleh

pendapatan yang akan dipergunakan bagi kebutuhan keluarga.26

Menurut Vauren

perempuan karir adalah perempuan yang digaji seseorang untuk melaksanakan tugas pada

waktu dan tempat tertentu untuk menjadi pekerja atau karyawan.27

Sedangkan menurut

Anoraga, perempuan karir adalah perempuan yang memperoleh atau mengalami

perkembangaan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain.28

Perempuan (istri) saat ini dalam realitas banyak yang mandiri, aktif, kritis, keluar dari

lingkungan domestik dan mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Hal ini

terjadi pada banyak perempuan (istri) yang tinggal di daerah perkotaan.29

Telah terjadi

pergeseran nilai ketika perempuan (istri) berkarir yaitu dari yang hanya terbatas di ruang

domestik, tetapi kini meluas menjadi domestik dan juga publik. Ketika perempuan (istri)

berkarir, mereka ternyata lebih banyak didukung oleh faktor kebutuhan (ekonomi),30

yaitu

memperoleh tambahan penghasilan guna mencukupi kesejahteraan keluarga, ada juga yang

ingin aktualisasi diri,31

serta berhasil dalam karya kerja.32

Seperti yang diungkapkan

Abraham Maslow, tingkat tertinggi manusia adalah aktualisasi diri.33

Ketika perempuan (istri) mulai merangkak meraih peran di sektor publik,

ternyata peran-peran keibuan tidak bisa dilepaskan dan diganti begitu rupa. Ini sejalan

dengan pendapat Ansori, dkk bahwa kenyataan menunjukkan pada saat perempuan

26

M.W., Endar, Erni M., dan Mu’arifudin, Peranan Perempuan dalam Mencegah Bahaya Korupsi, Karya Tulis

Ilmiah Bidang Sosial. Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES, Semarang, 2008. 27

Vauren (dalam Sagita, R. (2003). Hubungan antara intelegensi dengan kemampun menghadapi stress pada

wanita karir di PEMDA Situbondo. Skripsi, Program Sarjana Psikologi. Digilib Universitas Muhammadiyah,

Malang. 28

Panji, Anoraga. Psikologi kerja, cetakan kedua, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005). Hlm, 33. 29

Einar M. Sitompul, Agama-agama & Perjuangan Hak-hak Sipil, (Jakarta : Marturia, 2005). Hlm, 160. 30

Chamsiah Djamal, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta : Gramedia pustaka Utama, 1996). Hlm,

239. 31

Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, (Jakarta : Ghalia Indonesia,

1984). Hlm, 304. 32

Atho Mudzhar, Sajida S. Alvi dan Saparinah Sadli, Wanita dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta :

Sunan Kalijaga Press, 1984). Hlm, 302. 33

S.C Utami Munandar, Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia, ..............................................37.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

7

mengambil peran di sektor publik, maka tugas perempuan semakin berat sebab tugas-

tugas domestiknya ada yang tidak bisa digantikan oleh orang lain.34

Setiap peran yang ada

di dalam rumah tangga tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda.

Peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan karir menuntunya untuk

menyeimbangkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya. Peran ganda yang dilakukan

perempuan merupakan perilaku dan tindakan sosial yang diharapkan dapat menciptakan

stabilitas dan harmoni dalam keluarga.35

Pengertian peran ganda menurut Kartini adalah peranan perempuan dalam dua

bentuk, yaitu perempuan yang berperan di bidang domestik juga publik.36

Peran ganda

yang dijalani perempuan (istri) membuat beban kerja dan kebutuhan alokasi waktu baginya

bertambah akibat beban kerja yang bertambah. Ada juga faktor-faktor yang menghambat

perempuan atau ibu rumah tangga dalam menjalani karirnya yaitu: 37

Aspek pengasuhan anak,

Komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami,

Waktu untuk keluarga,

Dukungan anggota keluarga,

Tekanan karir, ketika perempuan yang bekerja dituntut untuk menunjukkan dedikasi,

keuletan, ambisius, mandiri, progresif dan bermotivasi tinggi.

Stres akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (lelah

secara psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri (kemampuan

34

Ansori., D membincangkan Feminisme dalam buku Women in Publik Sector (Yogyakarta : Tiara Wacana,

2008). Hlm, 253 35

Sulqifli.,2010.,http://www.unm.ac.id/berita-unm/19-berita/30-peran-ganda-perempuan-menciptakan-

pergeseran-nilai-dalam-keluarga.html. Diakses 1 Februari 2014. Pkl 20.00.

36 http://www.google.co.id/search ?hl=i&Pengertian Peran Ganda menurut Kartini.html.Diakses 2 Februari

2014. Pkl 15.23. 37

Sekaran, U, Dual Career Families. San Fransisco : Josey Bass Publishers, 1983). Hlm, 8.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

8

manajemen waktu dan rumah tangga merupakan kesulitan yang paling sering

dihadapi oleh para ibu berkarir), dan pekerjaan di kantor sangat berat.

Tuntutan sosial menghendaki perempuan dapat bersifat feminin (lembut, hangat,

mementingkan keluarga, tidak berperilaku kompetitif, agresif dan ambisius);

Peran ganda yang dilakukan perempuan merupakan perilaku dan tindakan sosial yang

diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.38

Peran ganda yang

diemban oleh perempuan ini ternyata sangat riskan dengan konflik keluarga-pekerjaan.

Konflik dalam keluarga sangat berpengaruh dengan perilaku kerja dan kinerja seseorang.39

Konflik-konflik tersebut akan menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan. Apalagi

pada perempuan yang bekerja, karena konflik yang dihadapi dapat menyebabkan seseorang

tidak dapat berfungsi secara maksimal. Menurut Sekaran ada beberapa hal yang

menyebabkan terjadinya konflik peran ganda, yaitu pengasuhan anak dan bantuan pekerjaan

rumah tangga, komunikasi dan interaksi dengan keluarga, waktu untuk keluarga,

penentuan prioritas sebagai seorang istri, dan tekanan karir dan keluarga.40

Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Cinnamon dan Rich menunjukkan perempuan yang bekerja ternyata

lebih sering mengalami konflik dan permasalahan serta lebih menekankan pentingnya

permasalahan keluarga dibandingkan pekerjaan, ketika keluarga sebagai domain yang paling

penting bagi kebanyakan perempuan.41

Pandai membagi waktu untuk keluarga dan

pekerjaan, tuntutan yang sangat penting bagi seorang perempuan karir, inilah yang

38

Sulqifli.,2010.,http://www.unm.ac.id/berita-unm/19-berita/30-peran-ganda-perempuan-menciptakan-

pergeseran-nilai-dalam-keluarga.html. Diakses 1 Februari 2014. Pkl 20.00.

39 B. S. Sastrohadiwiryo, Manajemen tenaga kerja Indonesia pendekatan administratif dan operasional.

(Jakarta: Bumi Aksara, 2003). 40

U. Sekaran, Dual career families. (San Fransisco: Josey Bass. Publishers, 1986). 41

R. G. Cinnamon & Y Rich, Gender differences in the importance of work and family roles: Implications for

work-family conflict. Sex Roles: (A Journal of Research, 47, 2002). Hlm, 531-541.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

9

diungkapkan oleh Sri Dasa Utama. Meski sibuk dengan berbagai kegiatan dan aktivitas,

namun harus berusaha tidak menomordukan keluarga.42

Sedangkan menurut Suriyasam dalam Budiman, menunjukkan bahwa faktor penting

yang dapat mengurangi dilema antara keluarga dan pekerjaan bagi perempuan adalah adanya

dukungan dari suami.43

Sekaran mengatakan bahwa dukungan dan bantuan yang diberikan

suami dan anggota keluarga lainnya akan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk

mengembangkan karirnya. Adanya dukungan sosial dari anggota keluarga ini akan

memberikan rasa aman bagi perempuan untuk berkarir. Hal ini juga sangat berkaitan dengan

hak dan kedudukan suami istri di dalam perkawinan dilindungi oleh Undang-undang

Perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 1 yaitu “ Hak dan kedudukan suami istri adalah

seimbang dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama masyarakat”.44

Namun pada kenyataanya tetap saja peran yang disandang perempuan (istri) jauh lebih besar

dan berat ketimbang peran yang disandang laki-laki dalam urusan rumah tangga. Kaum

perempuan dalam statusnya sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan karir, sering kali

dihadapkan pada pilihan yang dilematis, memilih karir atau keluarga, atau memilih keduanya

dengan berbagai resiko serta hambatan-hambatan yang dihadapi.

Di Kota Salatiga berdiri sebuah Gereja Kristen Jawa, sering disebut GKJ Salatiga

yang mayoritas jemaatnya di dominasi oleh masyarakat Jawa. Masyarakatnya masih menjaga

nilai-nilai budaya Jawa dengan pemahaman budaya patriarki. Budaya tersebut sangat

mempengaruhi cara pandang gereja, masyarakat terkadang laki-laki terhadap perempuan,

terutama perempun Jawa yang berkarir. Berdasarkan data yang penulis peroleh jumlah

42

Sri Dasa Utama., 2014., www/radar-utara.com/berita/1122/sulit-atur-waktu-butuh-support-suami. Diakses

pada tanggal 21 Agustus 2014. Pkl 16.48 wib. 43

Budiman (2002), Persepsi efektivitas kinerja karyawan ditinjau dari konflik peran ganda isteri dan dukungan

sosial rekan kerja. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 44

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_no 74.htm, Diakses Pada tanggal 5 Agustus 2013, pkl 13.00.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

10

perempuan karir di GKJ Salatiga ada kurang lebih 35 % anggota jemaat dewasa.45

Dari data

ini dapat dilihat ternyata perempuan Jawa yang berkarir di bidang tersebut cukup banyak.

Ketika perempuan Jawa menjadi perempuan karir sebenarnya merupakan bentuk kegiatan

yang positif, jika benar-benar memperhatikan bagaimana seharusnya norma atau nilai yang

harus di miliki sebagai perempuan yang berkarir.46

Kota Salatiga dipilih dalam penelitian, karena kota ini berada di provinsi Jawa

Tengah yang berbatasan dengan Kota Solo (Keraton) dan Kota Semarang (pesisir). Adapun

alasan pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan, bahwa daerah ini

merupakan lingkungan dekat Kraton Kasunanan. Kota Solo ini masih sangat kental dengan

nilai-nilai budaya Jawa dan patriarkinya. Sementara Kota Semarang (pesisir) masih cukup

longgar dengan nilai-nilai budaya Jawa dan budaya patriarkinya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan pertanyaan kajian sebagai

berikut:

Bagaimana hambatan-hambatan yang di hadapi oleh perempuan karir dalam

rumah tangga di GKJ Salatiga?

1.3. Tujuan Penelitian

Mendiskripsikan dan menganalisa hambatan-hambatan yang di hadapi oleh

perempuan karir dalam rumah tangga di GKJ Salatiga.

1.4. Batasan Masalah

Perempuan

45

Informasi data di peroleh melalui Pendeta Stefanus Yossy Nugraha pada tanggal 8 Oktober 2013, pkl 11.46. 46

(http://Wanita Ingin Berkarir Sahabat Wanita.htm), Diakses Pada tanggal 1 Agustus 2013, pkl 13.00.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

11

Istilah perempuan berakar erat dari kata empuan, menjadi puan yang artinya

sapaan hormat bagi seorang perempuan.

Karir

Kata karir adalah sebuah kata dari bahasa Belanda carier yang berarti,

perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan seseorang.

Pengertian Ibu rumah tangga

Pengertian Ibu rumah tangga adalah perempuan yang hanya bekerja di rumah saja

sebagai istri yang setia.

Pengertian Perempuan karir

Pengertian perempuan karir seperti yang disampaikan Munandar, perempuan

berkarir adalah perempuan yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya.

GKJ Salatiga

GKJ Salatiga adalah Gereja Kristen Jawa atau Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa

(disingkat GKJ) sebuah ikatan kebersamaan Gereja-gereja Kristen Jawa yang

berada di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan

Banten.

Kota Salatiga

Kota Salatiga adalah kota di Jawa tengah yang berbatasan dengan kota Solo

(keraton) dan Kota Semarang (pesisir).

Jender

Jender merupakan suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran,

perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan

yang berkembang dalam masyarakat.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

12

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sebagai masukan agar laki-laki dan perempuan, mengerti dan memahami

hambatan-hambatan yang di dihadapi oleh perempuan karir dalam rumah tangga

di GKJ Salatiga, dikarenakan adanya pembagian kerja berbasis jender.

Sebagai suatu sumbangan pemikiran dan informasi bagi gereja dan masyarakat

dalam mewujud-nyatakan kesetaraan jender antara laki-laki dan perempuan di

dalam rumah tangga, gereja dan masyarakat.

Memberikan masukan kepada program studi Magister Sosiologi Agama UKSW

sebagai bahan referensi.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deksriptif dengan mengunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yakni penelitian yang berusaha

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek yang diteliti (bisa seseorang,

lembaga masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak, dengan

mengunakan pendekatan kualitatif.47

Pendekatan Kualitatif yaitu upaya untuk

mendapatkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan mapun tulisan, dan tingkah laku

yang dapat diamati dari orang-orang yang di teliti,dan memahami mengapa mereka

berperilaku seperti itu.48

Penelitian ini mengambil lokasi di GKJ Salatiga.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

47

W. Lawrence Neuman, Social research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches,..................... 21 48

W. Lawrence Neuman, Social research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches,....................... 21

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

13

1. Wawancara

Wawancarayaitu cara memperoleh data dengan penelusuran dan tanya

jawab secara sistematis, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

responden.49

Responden yang dimaksud disini yaitu para majelis dan anggota

jemaat dewasa, yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis interview yang penulis

gunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu penulis tidak terjebak dengan

daftar pertanyaan akan tetapi tetap fokus pada subjek dan objek penelitian.

Dalam hal ini informan kunci yang diambil yaitu: 1) Tujuh orang perempuan

yang telah menikah dan bekerja (berkarir). 2) Enam orang laki-laki/suami yang

istrinya bekerja (berkarir).

2. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion adalah teknik yang digunakan untuk

membantu menemukan hasil paling efesien; dalam memahami permasalahan

kaum perempuan.50

Teknik ini digunakan kepada tiga puluh orang perempuan

karir yang dibagi dalam tiga kelompok.

3. Observasi

Observasi yaitu menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat individu atau kelompok.

4. Kepustakaan

49

Benney, M., & Hughes, E. Of Sosiologi and the Interview : Editorial Preface. Dalam American Journal of

Sosiology, No. 62. Hlm, 137-142. 50

Beney, M., & Huges, E., 1959, OF Sosiologi and the Interview,........................................................505

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

14

Teknik ini digunakan juga dengan pengumpulan data melalui jurnal,

makalah, artikel, majalah, tesis, berbagai buku, guna menjawab persoalan pada

rumusan dan tujuan masalah serta penyusunan rujukan teoritis.51

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di GKJ Salatiga Jawa Tengah. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 selama 1 (satu) bulan.

6. Subjek Penelitian dan Informan

Subjek analisa dari penelitian ini adalah perempuan karir yang

berstatus menikah. Penelitian ini akan mendapat informasi dari beberapa

informan antara lain : tokoh adat atau majelis GKJ Salatiga, serta laki-laki dan

perempuan karir di GKJ Salatiga sebagai subjeknya.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan Tesis ini penulis membagi menjadi empat bab, dan masing-

masing bab terdiri dari beberapa sub bab, adapun gambaran sistematika pembahasan dalam

penulisan Tesis ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan

Masalah, Manfaat Penelitian, dan Metodologi Penelitian, Sistematika penulisan.

Bab II : Rujukan Teori

Dalam bab ini sebagai alur berfikir untuk membedah masalah, penulis akan membahas

mengenai pengertian budaya patriarki, pengertian seks, pengertian seksualitas,

51

J. D. Engel, Metodologi Penellitian Sosial dan Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari Press, 2005). Hlm, 32.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8896/2/T2_752012019_BAB I.pdftidak berjalan dan sesuai dengan keinginannya, melalui proses sosialisasi

15

pengertian jender, pengertian ibu rumah tangga, pengertian karir, perempuan karir,

gereja dan perempuan yang berkarir.

Bab III : Hasil penelitian dan Analisa

Mendeskripsikan hasil penelitian empiris di lapangan menyangkut hambatan-hambatan

yang di hadapi oleh perempuan karir dalam rumah tangga di GKJ Salatiga menurut

kajian jender. Selain daripada itu, tercantum juga dalam bab ini analisa terhadap

setiap pokok bahasan yang merupakan hasil wawancara penulis dengan informan.

Adapun analisa yang dibuat merupakan kajian antara hasil penelitian yang di peroleh

di lapangan dengan teori-teori yang di gunakan.

Bab IV : Refleksi Teologis

Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

Lembar Lampiran