indikator-kesra kota kupang 2005-2006

86
Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG

Upload: nug-ie

Post on 06-Aug-2015

67 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Katalog BPS : 4103.5371

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG

Page 2: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 72 Halaman Naskah : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Diterbitkan oleh : BPS Kota Kupang Dicetak oleh : Percetakan Sylvia Kupang

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Page 3: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

KATA PENGANTAR

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006

merupakan kelanjutan dari penerbitan dari seri publikasi yang

sama pada tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan ini bertujuan

untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan

perkembangan kesejahteraan rakyat Kota Kupang. Dengan

demikian diharapkan dari penerbitan buku ini dapat menjadi

salah satu bahan acuan dalam pengambilan keputusan atau

kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat maupun sebagai acuan

dalam penelitian selanjutnya.

Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman

dari berbagai data dasar yang bersumber dari survei yang

dilakukan oleh BPS serta data-data yang bersifat sekunder dari

instansi/dinas pemerintah di Kota Kupang.

Dalam penyusunan publikasi ini disadari masih banyak

kekurangan sehingga saran maupun kritik dari berbagai pihak

sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga publikasi ini dapat diselesaikan. Akhirnya semoga

iii

Page 4: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

penerbitan buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi

melangsungkan pembangunan di Kota Kupang.

Kupang, September 2006

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Kupang,

LODDY LADO NIP 340009523

iv

Page 5: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar…………………………………………………… iii Daftar Isi…………………………………………………………… v Daftar Tabel………………………………………………………. vii Daftar Gambar……………………………………………………. x Pendahuluan……………………………………………………… xii BAB I Kependudukan……………………………………….. 1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk…

1.2. Kepadatan Penduduk…………………………1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin………...1.4. Perkawinan dan Keluarga Berencana………

3 5 6

13 BAB II Kesehatan dan Gizi………………………………….. 2.1. Status Kesehatan……………………………..

2.2. Status Gizi Balita………….…………………..2.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan…………..

2224 26

BAB III Pendidikan…….………………………………………. 3.1. Tingkat Pendidikan……………………………

3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah…………………..3.3. Fasilitas Pendidikan…………………………..

32 37 39

BAB IV Ketenagakerjaan……………………………………... 4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

dan Kesempatan Kerja………..………..........4.2. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan..4.3. Jam Kerja………………………………………

42

46 50

BAB V Pola Konsumsi……………………………………….. 5.1. Perubahan Tingkat Kesejahteraan………….

5.2. Pola Konsumsi Rumahtangga……………….54 57

v

Page 6: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Halaman BAB VI Perumahan dan Lingkungan………………………. 6.1. Kualitas Rumah Tinggal………………………

6.2. Fasilitas Rumah Tinggal……………………...62 64

Daftar Pustaka……………………………………………………. 68 Daftar Istilah Teknis……………………………………………… 70

vi

Page 7: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, 2000-2005…………………………………………………. 3

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupangmenurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000……………….………………………………… 7

Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupangmenurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005……………….………………………………… 11

Tabel 1.4 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2004-2005…………………………………………... 13

Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005…......………………………... 15

Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, 2004-2005…………………………………………………. 17

Tabel 1.7 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang dipakai, 2004-2005…………… 18

Tabel 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-

2005…………………………………………………. 22 Tabel 2.2 Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui,

2004-2005..…………………………………………. 24 Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, 2004-2005….. 25 Tabel 2.4 Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana

Kesehatan, 2004-2005…..………………………... 27 Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran

Terakhir, 2004-2005.………………………………. 28

vii

Page 8: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Halaman

Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat/Cara Berobat, 2004-2005…….. 30

Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis

Kelamin, 2004-2005…..…………………………… 33 Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas

menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2004-2005…………………………………………... 35

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, 2004-2005…..………............................. 37

Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2004-2005….………………………… 38

Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, 2003-2004…………………………………………... 40

Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan 2005…. 43 Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin,

2003-2005…………………………………………... 44 Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005…… 45 Tabel 4.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang

Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, 2003-2005…...…………………………………………….. 47

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, 2003-2005…………………….. 49

Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja danJenis Kelamin, 2003-2005……...………………… 50

Tabel 5.1 Pengeluaran per Kapita Sebulan, 1999-2005…... 55 Tabel 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rupiah),

1999-2005…….…………………………………….. 57

viii

Page 9: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Halaman

Tabel 6.1 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan, 2003-2005……………...................... 63

Tabel 6.2 Persentase Rumah Tinggal menurut Beberapa Fasilitas Perumahan, 2003-2005………………… 65

ix

Page 10: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang,

1990-2005 (%)…..…………………………….. 4 Gambar 1.2 Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota

Kupang, 2000-20005 (Jiwa/Km2)…................ 5 Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut

Usia, 2000-2005……………………………….. 8 Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok

Umur, 2000-2005…….………………………... 10 Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut

Kelompok Umur Tahun 2005.………………... 12 Gambar 1.6 Rasio Jenis Kelamin menurut Status

Perkawinan, 2004-2005………………………. 14 Gambar 1.7 Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin

menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005 (%)………………………………………... 15

Gambar 1.8 Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005……………………... 19

Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin,

2004-2005 (%)…………….............................. 23 Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun 2005……………….. 26 Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita,

2003-2005……………………………………… 29 Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis

Kelamin, 2004-2005…………………………… 33 Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas

menurut Tingkat Pendidikan, 2004-2005…… 36 Gambar 3.3 APK menurut Usia Sekolah, 2004-2005……. 38

x

Page 11: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Halaman Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003

dan 2005 (%)…………………………………... 44 Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005.. 46 Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut

Lapangan Usaha Utama, 2003-2005……….. 48 Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih

dari 35 Jam Seminggu menurut Jenis Kelamin, 2003-2005…………………………… 51

Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita

Sebulan, 1999-2005 (persen)……................. 56 Gambar 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut

Jenis Pengeluaran, 1999-2005 (Rupiah).…... 58

xi

Page 12: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

PENDAHULUAN

1. Ruang Lingkup

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006 ini

merupakan lanjutan dari seri publikasi yang sama seperti tahun-

tahun sebelumnya yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik

Kota Kupang.

Untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat secara

garis besar, diperlukan pengelompokan beberapa masalah sosial

yang penting. Ada beberapa tabel yang tidak dimuat kembali dan

ada pula data-data baru yang dimasukkan. Penyajian masalah

sosial tersebut dibagi dalam enam kelompok, yaitu :

1. Kependudukan

2. Kesehatan dan Gizi

3. Pendidikan

4. Ketenagakerjaan

5. Pola Konsumsi

6. Perumahan dan Lingkungan

Indikator yang disajikan pada dasarnya berbentuk deskriptif yang

telah dipilih, dengan harapan dapat menggambarkan suatu

keadaan kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat.

xii

Page 13: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Bentuk penyajian data, selain tabel dasar pada beberapa

kelompok disajikan ukuran statistik yang lazim dipergunakan

seperti persentase, rasio, proporsi, dan rata-rata yang

kesemuanya ditujukan untuk memperjelas perubahan yang

terjadi.

2. Sumber Data Sensus Penduduk

Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk

mengumpulkan data dasar penduduk dan rumah tangga di

seluruh wilayah geografis Indonesia. Sejak era kemerdekaan

Indonesia telah menyelenggarakan 5 kali sensus penduduk yaitu

pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000.

SP menggunakan dua tahap pencacahan, yaitu pencacahan

lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan lengkap

meliputi semua orang yang berada di wilayah geografis

Indonesia, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara

Asing (kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya),

awak kapal berbendera Indonesia dalam perairan Indonesia

maupun para tuna wisma (gelandangan) yang tidak mempunyai

tempat tinggal tetap. Pencacahan sampel mencakup semua

penduduk yang bertempat tinggal di blok-blok sensus/wilayah

xiii

Page 14: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

pencacahan yang terpilih secara acak dan mencakup sekitar 5

persen rumah tangga.

Survei Sosial Ekonomi Nasional

Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dimulai

pada tahun 1963. Sampai dengan tahun 2005 telah diadakan 31

kali survei. Susenas mengumpulkan data kependudukan,

kesehatan, pendidikan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga,

kriminalitas, serta perumahan dan lingkungan. Karakteristik sosial

ekonomi penduduk yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan

kor (pokok) setiap tahun. Karakteristik sosial ekonomi penduduk

yang lebih spesifik dikumpulkan melalui pertanyaan modul setiap

tiga tahun. Pertanyaan pertanyaan yang dikumpulkan secara

berkala dalam pertanyaan modul adalah :

(a) Konsumsi/Pengeluaran/Pendapatan

(b) Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Pemukiman, dan

(c) Sosial Budaya, Kesejahteraan Rumah Tangga, Kriminalitas

Sumber Data Lainnya

Selain dari sensus dan survei, Inkesra 2005/2006 juga

menggunakan data yang berasal dari catatan adminstrasi

Departemen/Instansi Pemerintah di luar BPS sebagai sumber

data sekunder.

xiv

Page 15: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

KEPENDUDUKAN

Page 16: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

BAB I KEPENDUDUKAN

Pemahaman tentang kependudukan sangat penting tidak saja

untuk instansi pemerintah, tetapi juga untuk dunia usaha dan

lembaga penelitian serta masyarakat umum. Masalah

kependudukan mengandung beberapa karakteristik yang tentu

saja berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya.

Permasalahan penduduk menjadi satu topik yang sentral dalam

program pembangunan. Pembangunan dapat terselenggara

dengan baik apabila didukung oleh penduduk yang tidak hanya

unggul dalam kuantitas tapi juga dapat diandalkan kualitasnya.

Kemajuan pembangunan di suatu daerah salah satunya dapat

dilihat dari indikator kependudukan serta indikator kesejahteraan

masyarakatnya. Kota Kupang sebagai ibu kota Propinsi Nusa

Tenggara Timur seperti juga ibu kota propinsi-propinsi lainnya di

Indonesia menjadi barometer kemajuan pembangunan.

Keberadaan berbagai macam fasilitas pemerintahan, pendidikan,

hiburan, kesehatan dan lain sebagainya menjadi daya tarik bagi

masyarakat lain di luar penduduk Kota Kupang untuk datang dan

menetap di sini. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap

karakteristik penduduk Kota Kupang dan tentu saja berpengaruh

juga pada nilai indikator kependudukannya.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 2

Page 17: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Kota Kupang yang mencapai 271.314 jiwa pada tahun

2005 menempatkan Kota Kupang pada posisi ketujuh dalam hal

jumlah penduduk terbanyak dari seluruh kabupaten/kota yang

ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, atau tidak berubah dari

kondisi pada tahun sebelumnya. Perkembangan dan

pertumbuhan penduduk Kota Kupang selama periode 1990-2005

dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, 2000-2005

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Laju Pertumbuhan Setahun

(%) (1) (2) (3)

1990*)

2000

2005

399.438

237.243

271.314

- 5,25

2,72

Keterangan : *) Termasuk Kabupaten Kupang

Baik secara absolut maupun relatif (yang dilihat dari laju

pertumbuhan penduduk) terlihat bahwa jumlah penduduk Kota

Kupang terus bertambah. Kenyataan ini perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari Pemerintah Kota, karena jumlah

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 3

Page 18: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat

mengakibatkan beban pembangunan yang semakin berat untuk

mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan,

kesehatan, dan sebagainya. Tetapi jika mampu diseimbangkan/

diselaraskan/diserasikan dengan daya dukung dan daya

tampung serta kondisi perkembangan sosial ekonomi serta sosial

budaya dapat menjadi salah satu modal dasar dan faktor

dominan bagi keberhasilan pembangunan.

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang, 1990-2005 (%)

-5,25

2,72

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1990-2000 2000-2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 4

Page 19: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

1.2. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya

penduduk yang mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan

satuan km2). Angka Kepadatan Penduduk merupakan

perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah dengan

luas wilayah tersebut.

Kota Kupang yang mempunyai luas daratan sebesar 180,27 km2

atau 0,34 persen dari total luas daratan Wilayah Nusa Tenggara

Timur mempunyai rata-rata kepadatan penduduk sebesar 1.505

jiwa per km2 pada tahun 2005. Sedangkan rata-rata kepadatan

penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 1.316 jiwa per km2.

Gambar 1.2

Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota Kupang, 2000-2005

1.409

1.3481.316

1.417

1.452

1.505

1.200

1.250

1.300

1.350

1.400

1.450

1.500

1.550

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Kepadatan Penduduk

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 5

Page 20: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur sangat penting sebagai

dasar penyediaan pelayanan untuk masyarakat. Komposisi

penduduk menurut umur juga sangat penting dalam

kependudukan. Kebutuhan penduduk terhadap suatu pelayanan

tertentu bervariasi menurut umur. Kebutuhan akan suatu

pelayanan bervariasi sepanjang siklus kehidupan. Sebagai

contoh, bila jumlah penduduk umur sekolah dasar (umur 7-12

tahun) sangat besar, maka kebutuhan akan sekolah dasar akan

cukup tinggi.

Penduduk usia 0-14 tahun menurut data susenas 2005 berjumlah

78.504 jiwa atau 28,93 persen, usia 15-64 tahun berjumlah

185.261 jiwa atau sebesar 68,28 persen dan yang berusia 65

tahun ke atas sebanyak 7.549 jiwa atau sebesar 2,78 persen dari

total penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan penduduk

Kota Kupang tergolong penduduk muda karena persentase

penduduk anak-anak (usia di bawah 15 tahun) cukup besar,

sementara persentase penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas)

rendah.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 6

Page 21: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000

Laki-laki Perempuan Kelompok Umur Jumlah Persentas

e Jumlah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5)

0 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

65 - 69

70 - 74

75 +

13.399

12.114

11.856

15.778

17.439

13.404

10.683

9.004

7.237

4.584

3.087

2.218

1.657

979

665

551

10,75

9,72

9,51

12,66

13,99

10,75

8,57

7,22

5,81

3,68

2,48

1,78

1,33

0,79

0,53

0,44

12.326

11.344

10.753

14.520

15.687

12.145

10.007

7.784

5.603

3.759

2.708

1.772

1.600

1.047

709

824

10,95

10,08

9,55

12,90

13,93

10,79

8,89

6,91

4,98

3,34

2,41

1,57

1,42

0,93

0,63

0,73

Jumlah 124.655 100,00 112.588 100,00 Catatan : Berdasarkan Sensus Penduduk 2000

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 7

Page 22: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Dampak berbagai keberhasilan pembangunan di bidang

kependudukan di antaranya terlihat pada perubahan komposisi

penduduk menurut umur, yaitu dengan semakin kecilnya proporsi

penduduk tidak produktif (berumur muda dan lanjut usia). Hal ini

berarti bahwa angka beban ketergantungan (ABK) akan semakin

kecil, yang pada tahun 2000 tercatat sebesar 47,65 turun menjadi

46,45 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan kualitas sumber daya manusia selama setahun

terakhir, oleh karena secara rata-rata tanggungan setiap 100

penduduk produktif telah berkurang dari 47 menjadi 46 penduduk

tidak produktif.

Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut Usia, 2000-2005

44,6842,37

2,97

4,07

47,6546,45

0 10 20 30 40 50

Anak

Lanjut Usia

ABK

2000 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 8

Page 23: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Sementara itu, persentase penduduk anak-anak di Kota Kupang

selama periode 2000-2005 mengalami penurunan, dari 30,26

persen pada tahun 2000 menjadi 28,93 persen pada tahun 2005.

Dengan demikian, beban tanggungan anak yang sebesar 45

pada tahun 2000 telah menurun menjadi 42 pada tahun 2005.

Tingkat kelahiran yang tinggi cenderung diikuti oleh angka beban

tanggungan anak yang tinggi pula. Sedangkan angka beban

tanggungan lanjut usia yang sebesar 3 pada tahun 2000

menurun menjadi 4 pada tahun 2005.

Ukuran yang paling umum untuk melihat struktur jenis kelamin

adalah rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin adalah jumlah

penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.

Ketidakseimbangan dalam struktur jenis kelamin merupakan

salah satu masalah kependudukan yang dapat menyebabkan

masalah sosial dan ekonomi dan dapat mempengaruhi

penyediaan pelayanan. Dalam memenuhi kebutuhan berbagai

ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk laki-

laki dan perempuan berbeda.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 9

Page 24: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, 2000-2005

108,56

107,80

112,58

103,99

85,08

93,27

0 - 14

15 - 64

65 +

2000 2005

Rasio jenis kelamin pada waktu lahir biasanya di atas angka 100,

yang artinya jumlah bayi laki-laki lebih banyak daripada bayi

perempuan. Selanjutnya sejalan dengan perkembangan umur

(sampai umur belasan), maka rasio jenis kelamin ini turun

mendekati angka 100. Pada umur selanjutnya jumlah penduduk

perempuan biasanya melebihi banyaknya penduduk laki-laki,

atau rasio jenis kelaminnya di bawah angka 100. Dengan kata

lain, laki-laki lebih banyak daripada perempuan pada kelompok

umur muda, dan perempuan lebih banyak daripada laki-laki pada

kelompok umur tua. Pola semacam ini biasanya dikaitkan dengan

daya tahan hidup perempuan yang lebih baik daripada laki-laki.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 10

Page 25: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005

Laki-laki Perempuan Kelompok Umur Jumlah Persentas

e Jumlah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5)

0 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

65 - 69

70 - 74

75 +

15.033

15.111

10.582

17.219

17.783

13.113

9.410

9.433

10.433

6.641

5.144

2.584

2.681

1.077

1.494

1.072

10,83

10,89

7,62

12,40

12,81

9,45

6,78

6,80

7,52

4,78

3,71

1,86

1,93

0,78

1,08

0,77

13.564

12.375

11.839

14.600

18.070

12.397

11.158

10.825

8.817

5.749

4.641

2.587

1.976

1.446

973

1.487

10,24

9,34

8,93

11,02

13,64

9,36

8,42

8,17

6,65

4,34

3,50

1,95

1,49

1,09

0,73

1,12

Jumlah 138.810 100,00 132.504 100,00 Catatan : Berdasarkan Susenas 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 11

Page 26: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Dari tabel 1.3 dan 1.4 dapat dihitung bahwa rasio jenis kelamin

untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2000 sebesar

108,56 dan pada tahun 2005 sebesar 107,80. Sedangkan untuk

kelompok umur 15-64 pada tahun 2000 sebesar 112,58 dan pada

tahun 2005 sebesar 103,99. Dan untuk kelompok umur 65 ke

atas sebesar 85,08 pada tahun 2000 dan 93,27 pada tahun 2005.

Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur

Tahun 2005

Laki-laki Perempuan

75+

70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 12

Page 27: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

1.4. Perkawinan dan Keluarga Berencana

Perkawinan merupakan tuntutan biologis manusia yang

berdampak menumbuhkan generasi baru. Akibatnya

pertambahan penduduk tidak dapat dihindari yang pada

gilirannya memberi tekanan pada peningkatan kesejahteraan.

Dengan demikian, pengaturan kelahiran melalui program

keluarga berencana adalah sangat tepat untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Tabel 1.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenis

Kelamin dan Status Perkawinan, 2004-2005

2004 2005 Status Perkawinan L P L P

(1) (2) (3) (4) (5)

Belum Kawin

Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

51,06

48,04

0,40

0,50

46,23

47,73

0,78

5,27

53,80

45,03

0,18

1,00

46,34

46,61

2,23

4,81

Dari tabel 1.5 tampak bahwa proporsi kelompok yang belum

kawin lebih banyak laki-laki daripada perempuan baik pada tahun

2004 maupun 2005. Rasio jenis kelamin pada kelompok belum

kawin pada tahun 2004 adalah 107,50 dan pada tahun 2005

adalah 118,37. Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2004 ada 107

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 13

Page 28: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

penduduk laki laki yang belum kawin dalam seratus penduduk

perempuan yang belum kawin dan pada tahun 2005 jumlah

penduduk laki-laki yang belum kawin dalam seratus penduduk

perempuan yang belum kawin meningkat menjadi 118 orang

yang berarti ada kecenderungan laki-laki untuk menunda

melakukan perkawinan.

Gambar 1.6

Rasio Jenis Kelamin menurut Status Perkawinan, 2004-2005

107,50118,37

97,97 98,50

50,00

8,06 9,21

21,24

Belum kaw in Kaw in Cerai hidup Cerai mati

2004 2005

Pada tahun 2004, pada kelompok kawin tampak bahwa proporsi

penduduk laki-laki lebih banyak daripada proporsi penduduk

perempuan, di mana setahun kemudian terjadi kebalikannya

yaitu proporsi penduduk perempuan lebih banyak daripada

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 14

Page 29: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

proporsi penduduk laki-laki. Meski demikian, secara relatif

penduduk perempuan di kelompok ini mengalami penurunan

selama periode 2004-2005 dengan melihat rasio jenis kelamin

sebesar 97,97 pada tahun 2004 dan 98,50 pada tahun 2005.

Pada kelompok cerai hidup dan cerai mati, proporsi perempuan

lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio jenis

kelamin masing-masing 50,00 dan 9,21 pada tahun 2004 serta

8,06 dan 21,25 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa

penduduk perempuan lebih suka memilih untuk tetap hidup

sendiri daripada penduduk laki-laki.

Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005

Umur Perkawinan

Pertama 2004 2005

(1) (2) (3)

≤ 16

17-18

19-24

25+

2,75

13,41

55,09

28,75

4,27

11,71

55,12

28,89

Dipandang dari umur perkawinan pertama perempuan,

persentase penduduk perempuan yang kawin di bawah umur 19

tahun pada tahun 2004 adalah 16,16 persen dan pada tahun

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 15

Page 30: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

2005 mengalami penurunan menjadi 15,98 persen. Dengan

demikian, kesadaran kaum perempuan untuk tidak kawin pada

usia muda telah berhasil diterapkan. Sementara itu, pada

kelompok 19 tahun ke atas, persentase penduduk perempuan

yang pernah kawin sebesar 83,84 persen pada tahun 2004 dan

meningkat menjadi 84,01 persen pada tahun 2005. Dengan

keadaan ini, diharapkan penduduk perempuan yang mempunyai

status kawin dapat menjadi ibu yang berkualitas sehingga

mampu melahirkan anak yang berkualitas pula sehingga sumber

daya manusia di Nusa Tenggara Timur dan khususnya Kota

Kupang menjadi semakin berkualitas.

Gambar 1.7

Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005 (%)

16,16 15,98

83,84 84,01

0

20

40

60

80

100

< 19 19 +

2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 16

Page 31: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus

Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, 2004-2005

Sedang Menggunakan Alat

KB? 2004 2005

(1) (2) (3)

Ya

Tidak

65,64

34,36

67,60

32,40

Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional tahun

2005, terdapat sebanyak 67,60 persen penduduk perempuan

usia 15-49 tahun dengan status kawin yang sedang

memakai/menggunakan alat/cara KB, atau meningkat jika

dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2004 yang tercatat

hanya sebesar 65,64 persen. Sedangkan penduduk perempuan

usia 15-49 tahun dengan status yang sama tapi tidak memakai/

menggunakan alat KB sebanyak 32,40 persen pada tahun 2005,

atau menurun jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun

2004 yang tercatat sebesar 34,36 persen.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 17

Page 32: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Tabel 1.8 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005

Alat/Cara Kontrasepsi

yang Dipakai 2004 2005

(1) (2) (3)

MOW/Tubektomi

MOP/Vasektomi

AKDR/IUD

Suntikan

Susuk KB

Pil KB

Kondom

Intravag

Alat/Cara Tradisional

2,09

1,28

23,94

44,75

1,28

10,38

0,64

0,00

15,66

5,29

0,66

28,36

41,40

1,89

17,11

0,66

0,66

3,97

Pada tahun 2005, dari 67,60 persen penduduk perempuan usia

15-49 tahun dengan status kawin dan sedang memakai/

menggunakan alat KB, hampir setengahnya memakai/

menggunakan suntikan sebagai alat/cara KB dengan proporsi

sebesar 44,75 persen. Dan diurutan berikutnya adalah

AKDR/IUD dengan jumlah pemakai/pengguna sebanyak 23,94

persen. Demikian juga dengan kondisi pada tahun 2004, kedua

alat/cara KB ini menempati posisi yang sama (lihat Tabel 1.8).

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 18

Page 33: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kependudukan

Gambar 1.8 Persentase Wanita 15-49 th yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat

Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005 2,

09

1,28

23,9

4

44,7

5

1,28

10,3

8

0,64

0

15,6

6

5,29

0,66

28,3

6

41,4

1,89

17,1

1

0,66

0,66 3,

97

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

MO

W

MO

P

IUD

Sun

tikan

Sus

uk Pil

Kon

dom

Intra

vag

Trad

isio

nal

2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 19

Page 34: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

KESEHATAN DAN GIZI

Page 35: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

BAB II KESEHATAN DAN GIZI

Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah

kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.

Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk

mengukur tingkat kesehatan dan gizi kelompok masyarakat

diperlukan suatu indikator yang relevan. Program pembangunan

kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh

Departemen Kesehatan. Upaya-upaya dalam usaha

meningkatkan status kesehatan dan gizi harus dilakukan secara

bersama oleh masyarakat, lembaga kemasyarakatan, pemerintah

dan dunia usaha.

Menurut pengertiannya kesehatan dan gizi merupakan salah satu

aspek penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Program pokok yang dituangkan dalam pembangunan bidang

kesehatan selalu dikaitkan dengan program perbaikan gizi. Oleh

karena itu dalam mengukur tingkat keberhasilan program

kesehatan dan gizi perlu dipilih indikator-indikator kesehatan dan

gizi yang sensitif, spesifik dan datanya mudah didapat.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 21

Page 36: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

2.1. Status Kesehatan

Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi

kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan

penduduk merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk, oleh karena,

misalnya, pekerja yang tidak mengalami gangguan kesehatan

akan dapat bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih lama dan

bekerja lebih optimal. Status kesehatan penduduk secara

keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan indikator angka

kesakitan dan rata-rata lama hari sakit.

Tabel 2.1

Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-2005

Angka Kesakitan *) 2004 2005 (1) (2) (3)

Laki-laki (L)

Perempuan (P)

L + P

32,01

30,68

31,34

33,30

34,85

35,60 *) Persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan selama sebulan yang lalu

Pada tahun 2005 penduduk yang mempunyai keluhan kesakitan

mencapai 37 persen, atau lebih dari duapertiga penduduk Kota

Kupang pernah mengalami gangguan kesehatan yang berakibat

terganggunya pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Status

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 22

Page 37: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

kesehatan penduduk laki-laki dan perempuan pada dasarnya

tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, meskipun tampak

bahwa proporsi penduduk perempuan yang mengalami

gangguan kesehatan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan

penduduk laki-laki. Dalam dua tahun terakhir (2004-2005),

penduduk yang sakit mengalami peningkatan dari 31,34 persen

menjadi 35,60 persen. Peningkatan ini terjadi baik pada

penduduk laki-laki maupun perempuan.

Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-2005 (%)

31,34

35,60

32,01 30,68

34,85

36,30

Laki-laki Perempuan L + P

2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 23

Page 38: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

2.2. Status Gizi Balita

Peningkatan kualitas fisik sumber daya manusia akan lebih

berhasil jika dilakukan sejak dini, yang dalam hal ini pemantauan

status gizi balita berperan penting dalam upaya peningkatan

kualitas fisik penduduk Kota Kupang. Salah satu faktor penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan balita adalah pemberian

ASI (Air Susu Ibu). ASI merupakan zat makanan yang paling

ideal terutama untuk pertumbuhan bayi karena selain bergizi juga

mengandung zat pembentuk kekebalan terhadap beberapa

penyakit.

Tabel 2.2

Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui, 2004-2005

Lamanya Disusui (Bulan) 2004 2005

(1) (2) (3)

0

1-5

6-11

12-17

18-23

24+

0,00

8,72

16,87

46,60

15,02

12,80

0,00

2,71

9,75

38,08

18,31

31,15

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 24

Page 39: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa umumnya anak usia 2-4 tahun di

Kota Kupang mendapatkan ASI selama 12-17 bulan, padahal

yang idelanya selama 24 bulan. Untuk kelompok 18 bulan ke

atas tampak bahwa persentase balita meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa kesadaran para ibu akan pentingya ASI

bagi kesehatan anak telah mengalami peningkatan.

Dilihat dari status gizi balita, pada tahun 2005, berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Kota Kupang memperlihatkan bahwa balita

dengan status gizi baik dan lebih baru mencapai 54 persen.

Sementara balita dengan status gizi buruk di Kota Kupang pada

tahun 2005 masih lebih dari 10 persen. Hal ini perlu

mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak demi

terwujudnya Indonesia Sehat 2010.

Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, 2004-2005

Status Gizi 2004*) 2005

(1) (2) (3)

Lebih

Baik

Kurang

Buruk

-

-

-

-

0,6

54,4

34,6

10,4 Sumber : Dinkes Kota Kupang Keterangan : *) Data tidak tersedia

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 25

Page 40: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun 2005

54%

1%35%

10%

Lebih Baik Kurang Buruk

2.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status

kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan.

Data pada Tabel 2.4 menunjukkan ketersediaan sarana

kesehatan pada tahun 2004 dan tahun 2005. Pada tahun 2004

terdapat 8 dokter untuk setiap 100.000 penduduk. Jumlah ini

meningkat pada tahun 2005 yaitu menjadi 13 dokter per 100.000

penduduk. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 26

Page 41: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

terdepan terdapat di setiap kecamatan pada tahun 2005

berjumlah 37 puskesmas, atau untuk setiap 100.000 penduduk

tersedia sekitar 14 puskesmas. Jika dilihat secara persentase,

kondisi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

tahun 2004. Di sini terlihat bahwa pertumbuhan penduduk yang

besar belum bisa diimbangi dengan penambahan fasilitas

kesehatan yang memadai. Sementara untuk tenaga kesehatan di

puskesmas, jumlahnya tidak mengalami peningkatan yang berarti

dimana rasio dokter per puskesmas masih berada di kisaran

satu.

Tabel 2.4

Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan, 2004 - 2005

Tenaga/Sarana Kesehatan 2004 2005

(1) (2) (3)

Jumlah Dokter per 100.000 Penduduk 8,02 12,53

Jumlah Dokter per Puskesmas 0,62 0,92

Jumlah Puskesmas *) 34 37

Jumlah Puskesmas per 100.000 Penduduk 12,99 13,64

Jumlah Rumah Sakit 3 3 Keterangan : *) Termasuk Puskesmas Pembantu

Bagian penting dalam upaya mengurangi insiden bayi dan

kematian maternal (ibu) adalah penyediaan pelayanan persalinan

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 27

Page 42: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

oleh tenaga medis. Program bidan di desa (BDD) merupakan

upaya terobosan untuk maksud tersebut yang sampai dengan

tahun 2005 berjumlah 106 bidan. Jumlah ini masih kurang

mengingat jumlah kelurahan di Kota Kupang pada tahun 2005

telah mencapai 45 kelurahan.

Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir,

2004 - 2005

Penolong Kelahiran Terakhir 2004 2005

(1) (2) (3)

Tenaga Medis Dokter

Bidan

Tenaga Medis Lain

Bukan Tenaga Medis Dukun

Famili

Lainnya

71,68 20,77

48,75

2,16

28,31 16,93

11,02

0,36

72,38 23,59

47,78

1,01

27,62 22,58

2,70

2,34

Berkaitan dengan persalinan, diupayakan terus menerus agar

penolong persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan

tenaga medis lainnya) meningkat. Pada tahun 2004 terdapat

sebanyak 71 persen persalinan yang dilakukan oleh tenaga

medis yang meningkat menjadi 72 persen pada tahun 2005.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 28

Page 43: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

Masih kurangnya proporsi persalinan yang dilakukan oleh tenaga

medis (belum 100 persen) diduga erat kaitannya dengan tingkat

kemampuan ekonomi dan faktor budaya yang berlaku di Kota

Kupang.

Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita, 2003-2005 (%)

25,9

7

43,5

8

0,31

29,2

1

0,93

0

20,7

7

48,7

5

2,16

16,9

3

11,0

2

0,36

23,5

9

47,7

8

1,01

22,5

8

2,7

2,34

Dokter Bidan Medis Lain Dukun Famili Lainnya

2003 2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 29

Page 44: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Kesehatan dan Gizi

Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut

Tempat/Cara Berobat, 2004-2005

Tempat/Cara Berobat 2004 2005

(1) (2) (3)

Rumah Sakit

Praktik Dokter

Puskesmas

Poliklinik

Praktik Petugas Kesehatan

Dukun/Tabib/Sinshe/Tradisional

Lainnya

10,97

17,96

61,99

4,74

1,04

1,73

1,56

16,00

24,66

54,82

0,96

1,58

0,00

1,98

Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya

melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri

maupun berobat jalan. Pada tahun 2005, fasilitas kesehatan yang

banyak dimanfaatkan penduduk untuk keperluan berobat jalan

berturut-turut adalah puskesmas (54,82 persen), praktik dokter

(24,66 persen), dan rumah sakit (16,00 persen). Keadaan yang

sama terjadi pada tahun sebelumnya dengan persentase masing-

masing 61,99 persen, 17,96 persen, dan 10,97 persen. Terlihat

adanya sedikit perubahan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

oleh masyarakat selama periode 2004-2005.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 30

Page 45: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

PENDIDIKAN

Page 46: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

BAB III PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam

kehidupan masyarakat yang memiliki peran dalam peningkatan

kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu

masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya.

Dalam pengertian sehari-hari pendidikan merupakan upaya sadar

seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

memperluas wawasan. Pada dasarnya pendidikan yang

diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah, masyarakat dan keluarga.

Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui

penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung

sekolah dan penambahan tenaga pengajar. Kualitas pendidikan

adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal

sesuai dengan tuntutan jaman.

3.1. Tingkat Pendidikan

Pada tingkat makro, tingkat pendidikan yang sangat mendasar

dapat dilihat dari kemampuan baca tulis penduduk dewasa (umur

10 tahun ke atas).

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 32

Page 47: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin,

2004-2005

2004 2005 Dapat Baca Tulis L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Huruf Latin

Huruf Lainnya

98,21

0,00

95,83

0,10

97,00

0,05

97,91

0,19

96,74

0,10

97,33

0,14

Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis Kelamin,

2004-2005

1,79

4,08

1,91

3,16

0

1

2

3

4

5

Laki-laki Perempuan

2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 33

Page 48: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

Pada tahun 2005 angka melek huruf penduduk Kota Kupang

telah mencapai 97,47 persen. Dengan demikian, masih terdapat

2,53 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih buta

huruf. Tabel 3.1 menyajikan angka melek huruf menurut jenis

kelamin selama dua tahun terakhir. Angka melek huruf tampak

lebih tinggi pada kelompok penduduk laki-laki daripada

perempuan.

Selain angka melek huruf, tingkat pendidikan penduduk di suatu

wilayah dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah (tahun).

Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa,

secara umum, tingkat pendidikan penduduk dewasa.

Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas

penduduk karena kulitas sumber daya manusia secara spesifik

dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun

ke atas. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang

ditamatkan memberikan gambaran tentang keadaan kualitas

sumber daya manusia. Secara umum, peningkatan pendidikan

penduduk terus menerus terjadi, yaitu dengan semakin

banyaknya penduduk yang berpendidikan lebih tinggi.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 34

Page 49: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan, 2004-2005

2004 2005 Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan

L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tidak/Belum Pernah Sekolah

Tidak/Belum Tamat SD/MI

SD/MI

SLTP/MTs

SMU/M.Aliyah

SMK

D I/II

D III/Sarmud

D IV/Sarjana

S2 / S3

0,90

12,13

19,12

19,05

32,65

6,64

0,68

2,70

5,64

0,50

2,91

10,35

23,99

19,56

29,20

6,87

0,80

1,84

4,47

0,00

1,92

11,23

21,59

19,31

30,90

6,76

0,74

2,27

5,05

0,25

1,33

9,32

19,06

17,41

32,78

7,67

0,73

1,98

8,54

1,19

3,28

12,74

23,22

18,10

27,53

5,98

0,56

2,22

6,28

0,09

2,29

11,01

21,12

17,75

30,18

6,83

0,64

2,10

7,42

0,65

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang

berpendidikan SLTP ke atas pada tahun 2005 mencapai 65,58

persen, suatu peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan

pada tahun 2004 yang hanya sebesar 65,27 persen. Kondisi ini

tidak diikuti dengan menurunnya jumlah penduduk yang

tidak/belum pernah sekolah yang meningkat dari 1,92 persen

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 35

Page 50: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

menjadi 2,29 persen. Dengan meningkatnya jumlah penduduk

yang tidak/belum pernah sekolah baik secara persentase

maupun absolut, perhatian yang serius dari semua pihak yang

terkait perlu ditingkatkan karena diketahui bahwa untuk

pembangunan yang berkelanjutan, kebutuhan akan tenaga kerja

yang berpendidikan tinggi dirasakan sangat mendesak.

Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat

Pendidikan, 2004-2005

1,92

11,23

21,59

19,31

30,90

6,76

0,74

2,27

5,05

0,25

2,29

11,01

21,12

17,75

30,18

6,83

0,64

2,10

7,42

0,65

Tdk/Blm Pernah Sekolah

Tdk/Blm Tamat SD/MI

SD/MI

SLTP

SLTA

SMK

D I / II

D III

D IV / S1

S2

2004 2005

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 36

Page 51: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan

bertujuan meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas

pendidikan, sehingga makin banyak penduduk yang dapat

bersekolah. Pada tahun 2005, sekitar 108 persen penduduk usia

7-12 tahun telah bersekolah pada sekolah dasar, meningkat dari

tahun sebelumnya yang sekitar 103 persen. Angka ini memang

agak sulit dipahami, namun data lapangan menunjukkan bahwa

masih ada murid sekolah dasar dengan usia di bawah 7 tahun

dan di atas 12 tahun. Partisipasi sekolah menurut kelompok umur

disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah,

2004-2005

Kelompok Umur 2004 2005

(1) (2) (3)

7-12

13-15

16-18

102,73

103,62

91,26

108,38

95,80

92,40

Pada tahun 2005 jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang

bersekolah menurun menjadi 91,49 persen dari sebesar 92,95

persen pada tahun sebelumnya. Keadaan yang berbeda terjadi

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 37

Page 52: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

pada penduduk usia 16-18 tahun, partisipasi sekolah kelompok

ini pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 80,50

persen dari sebesar 80,35 persen pada tahun sebelumnya.

Gambar 3.3

APK menurut Usia Sekolah, 2004-2005

102,73

103,62

91,26

108,38

95,80

92,40

7-12

13-15

16-18

2004 2005

Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan,

2004-2005

Jenjang Pendidikan 2004 2005

(1) (2) (3)

SD

SLTP

SLTA

87,61

74,92

68,06

90,59

72,10

68,27

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 38

Page 53: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

Angka partisipasi murni menurut jenjang pendidikan mengukur

banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu

dalam suatu jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia

sekolah. Tabel 3.4 menunjukkan adanya peningkatan penduduk

yang bersekolah tepat waktu pada jenjang SD, yaitu dari 87,61

persen pada tahun 2004 menjadi 90,59 persen pada tahun 2005.

Demikian juga untuk jenjang lanjutan tingkat atas, mengalami

peningkatan dari 68,06 persen menjadi 68,27 persen. Sementara

pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama mengalami

penurunan menjadi 72,10 persen dimana tahun sebelumnya

mencapai 74,92 persen.

3.3. Fasilitas Pendidikan

Meningkatnya partisipasi penduduk dalam pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah seharusnya sejalan

dengan peningkatan fasilitas pendidikan. Tabel 3.5 menunjukkan

perkembangan fasilitas pendidikan pada tahun 2003-2004.

Meskipun untuk jenjang SLTA rasio murid-guru tidak mengalami

perubahan, namun untuk tingkat SD dan SLTP mengalami

penurunan dari 31 murid menjadi 28 murid yang diawasi oleh

setiap guru pada tingkat SD dan untuk tingkat SLTP, setiap guru

mengawasi 14 murid yang pada tahun sebelumnya mengawasi

18 murid. Keadaan ini memberikan gambaran tersedianya lebih

banyak guru sehingga murid dapat diawasi oleh lebih banyak

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 39

Page 54: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pendidikan

guru. Jumlah guru pada jenjang pendidikan SD dan SLTP

mengalami peningkatan selama periode 2003-2004, masing-

masing bertambah 126 orang dan 172 orang, sedangkan pada

jenjang SLTA mengalami penurunan. Keadaan ini masih

memberikan gambaran bahwa jumlah guru pada jenjang SLTA

masih kurang, meskipun ada perbaikan pada jenjang SD dan

SLTP.

Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, 2003-2004

Rasio Murid-Guru Rasio Guru-Sekolah Jenjang Pendi-dikan 2003 2004 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

SD

SLTP

SLTA

31

18

15

28

14

15

9

25

31

10

30

32

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 40

Page 55: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

KETENAGAKERJAAN

Page 56: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

BAB IV KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar

dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi

dan sosial. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah

terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang

memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang

memasuki pasar kerja setiap tahun. Setiap upaya pembangunan

selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha

sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari

pembangunan.

Berdasarkan data Susenas 2003, jumlah penduduk 10 tahun ke

atas yang bekerja atau mencari pekerjaan atau yang termasuk

kategori angkatan kerja, tercatat sebanyak 95.823 orang. Dalam

jangka waktu dua tahun, jumlah tersebut telah meningkat menjadi

111.837 orang. Penambahan angkatan kerja sebesar 16.014

orang tersebut membawa konsekuensi terhadap penyediaan dan

penciptaan kesempatan kerja.

4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan

porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 42

Page 57: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

mencari pekerjaan), disebut sebagai tingkat partisipasi angkatan

kerja (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam angkatan kerja

selama periode 2003-2005 menunjukkan adanya peningkatan

yaitu dari 48,31 persen pada tahun 2003 menjadi 51,96 persen

pada tahun 2005. Peningkatan TPAK ini salah satunya

disebabkan oleh semakin membaiknya mutu sumber daya

manusia dan makin aktifnya perempuan berperan di luar rumah

tangga.

Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan 2005

Jenis Kelamin

Tahun Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4)

2003

2005

61,98

65,75

33,59

37,90

48,31

51,96

Mengamati pola TPAK menurut jenis kelamin selama 2003 dan

2005, Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih

tinggi partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan

dengan penduduk perempuan.

Banyaknya penduduk yang masuk dalam pasar kerja

menunjukkan jumlah penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan

ekonomi. Kesempatan kerja yang ada memberikan gambaran

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 43

Page 58: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan

kerja yang tidak terserap merupakan masalah karena mereka

terpaksa menganggur.

Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003 dan 2005 (%)

61,98

65,75

33,59

37,90

2003

2005

Laki-laki Perempuan

Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin, 2003-2005

Jenis Kelamin

Tahun L P L+P

(1) (2) (3) (4)

2003

2005

88,69

82,96

69,54

58,76

82,28

74,22

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 44

Page 59: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

Pada tahun 2003 tingkat kesempatan kerjanya sebesar 82,28

persen yang dua tahun kemudian menurun menjadi 74,22 persen

pada tahun 2005. Dengan demikian angkatan kerja baru yang

muncul selama periode 2003-2005 belum cukup terserap oleh

pasar kerja yang ada, sehingga angka pengangguran terbuka

meningkat dari 17,72 persen pada tahun 2003 menjadi 25,78

persen pada tahun 2005.

Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005

Jenis Kelamin

Tahun L P L+P

(1) (2) (3) (4)

2003

2005

11,31

17,04

30,46

41,24

17,72

25,78

Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan angka pengangguran

terbuka selama 2003-2005. Angka-angka yang tertera pada tabel

4.3 ternyata masih relatif rendah bahkan untuk ukuran

internasional. Hal ini terjadi karena di Kota Kupang dan

Indonesia umumnya, menganggur merupakan keadaan yang

tidak mungkin dilakukan oleh penduduk, sehingga kesempatan

kerja yang tersedia langsung diterima sebagai pekerjaan padahal

kesempatan kerja yang ada tersebut umumnya adalah sektor

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 45

Page 60: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

informal. Secara definisi mereka dianggap bekerja tapi

pendapatan yang diperoleh sangat tidak mencukupi.

Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005

11,31 17,04

30,46 41,24

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

2003 2005

Laki-laki Perempuan

4.2. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan

Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah

satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam

menyerap tenaga kerja. Selain itu, indikator tersebut

mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.

Sektor tersier (perdagangan; angkutan; keuangan; dan jasa)

tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 46

Page 61: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

kerja di Kota Kupang. Pada tahun 2005 sebanyak 79,85 persen

pekerja diserap sektor tersier. Angka tersebut menunjukkan

peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2003 yang

mana hanya sebesar 68,30 persen pekerja yang bekerja di sektor

tersier. Peningkatan persentase penduduk yang bekerja di sektor

tersier tersebut menunjukkan telah adanya pergeseran pada

sektor yang lebih modern, yaitu sektor sekunder/industri dan

sektor jasa-jasa/tersier. Sektor sekunder (pertambangan/

penggalian; industri; listrik, gas, dan air; dan konstruksi) sendiri

menyerap tenaga kerja sebesar 14,37 persen pada tahun 2005.

Peningkatan sektor tersier tentu saja menyebabkan penurunan

pada sektor primer (pertanian) yang menurun dari 15,52 persen

pada tahun 2003 menjadi 5,78 persen pada tahun 2005.

Tabel 4.4

Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, 2003-2005

Lapangan Usaha Utama 2003 2005

(1) (2) (3)

Primer

Sekunder

Tersier

15,52

16,19

68,30

5,78

14,37

79,85

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 47

Page 62: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan

Usaha Utama, 2003-2005

15,525,78

16,19 14,37

68,379,85

2003 2005

Primer Sekunder Tersier

Indikator lain yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran

tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Tabel 4.5

menunjukkan bahwa jumlah pekerja berstatus berusaha sendiri

mengalami peningkatan persentase selama periode 2003-2005,

yaitu dari 14,45 persen menjadi 28,03 persen atau naik lebih dari

400 persen (hampir 49.000 orang). Pekerja yang berstatus

sebagai berusaha dengan dibantu orang lain selama periode

yang sama turun hampir 100 orang (turun 1,67 persen). Hal ini

menunjukkan bahwa kesempatan berusaha mulai terbuka

khususnya selama periode 2003-2005.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 48

Page 63: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status

Pekerjaan, 2003-2005

Status Pekerjaan Utama 2003 2005

(1) (2) (3)

Berusaha Sendiri

Berusaha Sendiri Dibantu Orang Lain

Berusaha dengan Buruh Tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja Bebas Pertanian

Pekerja Bebas di Non Pertanian

Pekerja Keluarga

14,45

7,13

7,46

61,39

0,23

1,02

8,33

28,03

2,57

3,46

61,57

0,63

0,68

3,07

Tabel 4.5 juga memperlihatkan bahwa jumlah pekerja berstatus

buruh/karyawan mengalami peningkatan selama periode 2003-

2005 meskipun kecil yaitu dari 61,39 persen menjadi 61,57

persen. Pekerja yang berusaha dengan dibantu buruh tetap

mengalami penurunan yaitu dari 7,46 persen pada tahun 2003

menjadi 3,46 persen pada tahun 2005. Kedua kategori ini,

buruh/karyawan dan berusaha sendiri dengan dibantu buruh

tetap, termasuk dalam kategori pekerja di sektor formal yang

jumlahnya telah mencapai 68,85 persen pada tahun 2005.

Dengan demikian pada tahun 2005, jumlah pekerja di sektor

informal sudah mencapai 31,15 persen.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 49

Page 64: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

4.3. Jam Kerja

Jumlah jam kerja selama seminggu dapat memberikan gambaran

tingkat produktivitas. Selama periode 2003-2005 masih cukup

banyak ditemui penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja

normal (kurang dari 35 jam per minggu).

Tabel 4.6

Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2003-2005

Uraian 2003 2005

(1) (2) (3)

Laki-laki < 35 15,28 11,42

≥ 35 84,72 88,58

Perempuan < 35 27,52 14,08

≥ 35 72,48 85,92

L + P < 35 18,74 12,74

≥ 35 81,26 87,26

Kalau dilihat dari jam kerja seminggu, pada tahun 2005,

penduduk perempuan pada umumnya lebih banyak yang kurang

produktif, yang mana sebanyak 14,08 persen pekerja perempuan

bekerja kurang dari 35 jam seminggu, sedangkan laki-laki jumlah

pekerja yang bekerja dengan jumlah jam yang sama berjumlah

11,42 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2003, persentase

penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal banyak

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 50

Page 65: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Ketenagakerjaan

mengalami perubahan yang cukup berarti bagi kaum perempuan,

yaitu semakin produktifnya penduduk perempuan Kota Kupang

dibandingkan penduduk laki-lakinya. Tampak dari Tabel 4.6

bahwa proporsi penduduk perempuan yang bekerja di bawah jam

kerja normal semakin menurun.

Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih dari 35 jam

Seminggu menurut Jenis Kelamin, 2003-2005

84,7288,58

72,4885,92

0102030405060708090

100

2003 2005

Laki-laki Perempuan

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 51

Page 66: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

POLA KONSUMSI

Page 67: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

BAB V POLA KONSUMSI

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh

jumlah pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut.

Semakin besar tingkat pendapatan suatu masyarakat berarti

tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut juga akan semakin

tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat

pendapatan suatu masyarakat maka tingkat kesejahteraannya

pun akan semakin rendah.

Penghitungan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk

dilakukan pada suatu survei atau sensus. Oleh sebab itu maka

untuk menghitung tingkat pendapatan atau penghasilan suatu

masyarakat selama ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan terhadap jumlah pengeluaran terutama pengeluaran

rumah tangga dalam masyarakat tersebut.

Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud dibedakan menurut

jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan

pengeluaran rumah tangga untuk non makanan. Melalui kedua

jenis pengeluaran tersebut dapat diketahui jumlah pendapatan

dari rumah tangga bersangkutan. Selain dapat mengetahui

jumlah rumah tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui

pola konsumsi dari masyarakat. Dimana semakin rendah

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 53

Page 68: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total

pengeluaran, pola konsumsinya akan semakin baik. Sebaliknya

semakin tinggi pengeluaran rumah tangga untuk makanan

terhadap total pengeluaran maka pola konsumsinya akan

semakin buruk.

Di negara atau daerah yang sedang berkembang biasanya jenis

pengeluaran untuk makanan masih merupakan bagian terbesar

(lebih dari 50 persen) dari total pengeluaran rumah tangga.

Sedangkan di negara atau daerah yang sudah maju, jenis

pengeluaran untuk bukan makanan menjadi bagian terbesar dari

total pengeluaran rumah tangga. Sehingga adanya perubahan

angka persentase tersebut setiap tahun akan menunjukkan

tingkat perkembangan taraf hidup masyarakat masyarakat di

negara atau daerah tersebut.

5.1. Perubahan Tingkat Kesejahteraan

Faktor utama dari tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk

adalah daya beli, sehingga apabila daya beli menurun, maka

berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi

pelbagai kebutuhan hidup yang menyebabkan tingkat

kesejahteraan menurun. Tabel 5.1 menyajikan perkembangan

pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Kota Kupang

pada periode 1999-2005 yang memperlihatkan adanya

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 54

Page 69: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

peningkatan tingkat kesejahteraan pada tahun 2005

dibandingkan perkembangan tingkat kesejahteraan pada periode

1999-2002 jika dikaitkan dengan tingkat inflasi yang terjadi.

Tabel 5.1 Pengeluaran per Kapita Sebulan, 1999-2005

Tahun Pengeluaran per Kapita Sebulan

(Rp)

Kenaikan Nominal Setahun *)

(%) (1) (2) (3)

1999 129.537 13,13

2002 187.549 18,01

2005 308.257 *) Dihitung secara geometric

Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi

peningkatan riil dari pengeluaran per kapita, yaitu peningkatan

nominal pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode

yang sama. Pada periode 1999-2002 terjadi kenaikan nominal

yang cukup tinggi dari pengeluaran yang dalam periode itu

mencapai 13,13 persen, dan kenaikan tersebut lebih tinggi

dibandingkan inflasi yang terjadi pada periode tersebut yang

tercatat sekitar 9,77 persen. Dalam hal ini berarti bahwa pada

periode 1999-2002 terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk.

Demikian juga pada periode 2002-2005, persentase kenaikan

setahun dari pengeluaran adalah 18,01 persen yang lebih tinggi

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 55

Page 70: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

dari tingkat inflasi setahun pada periode tersebut yang hanya

mencapai 15,16 persen. Dengan tingkat inflasi yang lebih rendah

jika dibandingkan dengan kenaikan nominal setahun, maka

tingkat kesejahteraan pada tahun 2005 meningkat jika

dibandingkan tahun 2002.

Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita Sebulan,

1999-2005 (persen)

11,80

26,67

18,01

10,98

16,90

13,13

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

1999-2002 2002-2005

Makanan Non Makanan Total Pengeluaran

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 56

Page 71: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

5.2. Pola Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang

dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk.

Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan

bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk

bukan makanan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan

tahun 1997 masih diyakini telah berakibat pada pola pengeluaran

rumah tangga khususnya yang berpendapatan rendah.

Perubahan pola konsumsi tersebut terjadi karena adanya

penurunan standar hidup secara drastis akibat meningkatnya

harga-harga kebutuhan rumah tangga yang memaksa mereka

khususnya yang berpendapatan rendah untuk melakukan

tindakan dengan melakukan tindakan dengan memberikan

prioritas pada pengeluaran untuk makanan.

Tabel 5.2

Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rupiah), 1999-2005

Tahun Makanan Non Makanan Total Pengeluaran

(1) (2) (3) (4) 1999 84.020

(64,86) 45.517 (35,14)

129.537

2002 114.833 (61,23)

72.716 (38,77)

187.549

2005

160.471 (52,06)

147.786 (47,94)

308.257

Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase pengeluaran

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 57

Page 72: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

Tabel 5.2 menyajikan perubahan pola konsumsi rumah tangga

selama periode 1999-2005. Tabel tersebut menunjukkan bahwa

selama periode 1999-2002 porsi pengeluaran untuk makanan

mengalami peningkatan sebesar 10,98 persen, demikian juga

untuk porsi non makanan mengalami peningkatan sebesar 16,90

persen.

Gambar 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran,

1999-2005 (Rupiah)

84.020

114.833

160.471

45.517

72.716

147.786

1999

2002

2005

Makanan Non Makanan

Sementara pada periode 2002-2005 baik porsi pengeluaran

untuk makanan maupun non makanan mengalami peningkatan,

namun kenaikan persentase untuk porsi non makanan lebih

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 58

Page 73: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pola Konsumsi

besar dibandingkan dengan kenaikan persentase untuk porsi

makanan. Peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan adalah

sebesar 11,80 persen, sedangkan untuk non makanan sebesar

26,67 persen. Adanya pergeseran pola konsumsi dengan

membesarnya porsi pengeluaran untuk barang non makanan

selama periode 2002-2005 memberikan petunjuk adanya

peningkatan kesejahteraan selama periode tersebut. Tabel

tersebut juga menunjukkan bahwa selama periode 2002-2005

proporsi pengeluaran untuk makanan terus mengalami

penurunan yaitu dari 61,23 persen menjadi 52,06 persen.

Sebaliknya, pengeluaran untuk non makanan untuk periode yang

sama mengalami peningkatan yaitu dari 38,77 persen menjadi

47,94 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pola konsumsi di

Kota Kupang menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih

baik. Hal ini terjadi karena membaiknya daya beli masyarakat,

yang pada akhirnya mereka khususnya golongan penduduk

berpendapatan menengah ke atas mulai melirik porsi non

makanan.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 59

Page 74: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Page 75: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

BAB VI PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah mendapatkan

rumah dan lingkungan yang nyaman. Arti fisik perumahan, dalam

konteks yang diperluas disebut permukiman. Yaitu tempat tinggal

anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup

dalam ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas

pendukungnya.

Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat

berlindung, tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih

menonjol. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan dan

bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu

merupakan hal penting yang menentukan dalam pemilihan rumah

tinggal. Secara umum, kualitas rumah tinggal ditentukan oleh

kualitas bahan bangunan yang digunakan yang secara nyata

dapat digunakan dalam menentukan tingkat kesejahteraan

penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, fasilitas yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga menentukan tingkat

kesejahteraan. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan

fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan

kenyamanan bagi penghuninya.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 61

Page 76: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

Pogram pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah yang

menyangkut bidang perumahan terus ditingkatkan bukan hanya

dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas serta

harga yang terjangkau. Peningkatan jumlah penduduk yang

pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan akan semakin

meningkat pula. Sementara luas wilayah daratan yang tetap tidak

bisa bertambah, maka pembukaan lahan untuk kepentingan

permukiman harus tetap mempertimbangkan faktor keamanan

bagi semua pihak. Lahan pertanian yang dirubah menjadi lahan

permukiman tentu akan berakibat pada berkurangnya produksi

pangan yang bisa dihasilkan oleh lahan tersebut. Belum lagi

lahan produktif yang diubah fungsinya menjadi industri dan

infrastruktur akan menyita sumber daya air dalam tanah.

6.1. Kualitas Rumah Tinggal

Rumah yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga

penghuninya tidak berdesakan. Pada tahun 2005 tercatat sekitar

17 persen rumah tangga di Kota Kupang yang tinggal dalam

rumah dengan ruang yang tersedia untuk setiap anggota rumah

tangganya kurang dari 20 m2. Hal ini berarti sebagian besar

rumah tangga (83 persen) tinggal dalam rumah dengan luas yang

memadai.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 62

Page 77: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

Kualitas perumahan di Kota Kupang menunjukkan

perkembangan yang cukup menggembirakan pada periode 2003-

2004 dengan semakin menurunnya persentase rumah tinggal

yang berlantai tanah yakni dari 16,22 persen menjadi 7,37

persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa telah cukup banyak

rumah tangga yang tinggal dalam rumah yang sehat meskipun

masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

Tabel 6.1 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan,

2004 - 2005

Indikator Kualitas Perumahan 2003 2004 2005

(1) (2) (3) (4)

Luas lantai < 20 m2/art

Lantai tanah

Atap layak *)

Dinding Permanen

11,08

16,22

95,89

51,23

11,82

7,37

97,34

55,89

17,27

-

-

- *) Tidak terbuat dari dedaunan

Tidak jauh berbeda dengan indikator lantai tanah, indikator atap

yang layak dan dinding tembok permanen menunjukkan

perkembangan yang bertambah baik selama periode 2003-2004

(Tabel 6.1). Atau dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan, jika

dilihat dari kualitas bahan bangunan yang dipakai, kondisi

perumahan di Kota Kupang terus menerus meningkat, yang

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 63

Page 78: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

ditunjukkan dengan semakin banyaknya ditemukan rumah tinggal

dengan atap layak dan dinding permanen. Pada tahun 2003,

proporsi rumah tinggal dengan atap layak sebesar 95,89 persen,

sementara pada tahun 2004 meningkat menjadi 97,34 persen.

Untuk indikator rumah tinggal dengan dinding permanen,

meningkat dari 51,23 persen pada tahun 2003 menjadi 55,89

persen pada tahun 2004.

6.2. Fasilitas Rumah Tinggal

Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah akan menentukan

nyaman atau tidaknya suatu rumah tinggal, yang juga

menentukan kualitas suatu rumah tinggal. Fasilitas pokok yang

penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk

ditinggali adalah tersedianya listrik, air bersih serta jamban

dengan tangki septik.

Seperti yang terlihat pada Tabel 6.2 pada tahun 2004 sudah

sekitar 95 persen rumah tangga di Kota Kupang menggunakan

listrik sebagai alat penerangan. Kondisi ini mengalami

peningkatan jika dibandingkan keadaan pada tahun 2003 yang

hanya mencapai 92 persen.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 64

Page 79: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

Tabel 6.2 Persentase Rumah Tinggal menurut Beberapa Fasilitas

Perumahan, 2004 - 2005

Indikator Fasilitas Perumahan 2003 2004 2005

(1) (2) (3) (4)

Penerangan Listrik

Air Minum Ledeng

Air Minum Bersih *)

Jamban Sendiri dengan Tangki Septik

92,50

57,64

81,93

33,33

94,76

60,63

85,27

43,75

-

61,75

88,46

-

*) Bersumber dari sumur/mata air yang jaraknya ke tempat pembuangan limbah > 10 m

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah

tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah

yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak

merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus

menerus diupayakan pemerintah. Program penyediaan air bersih

tersebut telah meningkatkan jumlah rumah tangga yang

mempunyai akses pada air ledeng. Persentase rumah tangga

yang menggunakan air ledeng pada periode 2004-2005

mengalami peningkatan, yaitu dari 60,63 persen menjadi 61,75

persen. Rumah tangga yang belum mempunyai akses pada air

ledeng, kebutuhan air bersihnya diperoleh dari sumber lain

seperti sumur/mata air (jarak ke tempat pembuangan limbah > 10

meter). Persentase rumah tangga dengan sumber air minum

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 65

Page 80: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Perumahan dan Lingkungan

bukan air ledeng pada tahun 2004 tercatat sebesar 88,46 persen

yang berarti mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

keadaan pada tahun 2004 yang baru mencapai 85,27 persen.

Fasilitas rumah tinggal yang lain yang berkaitan dengan

kesehatan adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tangki

septik. Pada tahun 2003 tercatat baru 33,33 persen rumah

tangga di Kota Kupang yang mempunyai jamban sendiri dengan

tangki septik. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 2004 jumlah

tersebut meningkat menjadi 43,75 persen.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 66

Page 81: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

DAFTAR PUSTAKA

Page 82: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

DAFTAR PUSTAKA 1992, Kumpulan Bahan-Bahan Penyusunan Indikator

Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1992, Penduduk Nusa Tenggara Timur: Hasil Sensus

Penduduk 1990, Seri S2, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1997, Pedoman Analisis Data Susenas Bidang

Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1999, Indikator Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Badan Pusat Statistik 1999, Indikator Kesejahteraan Rakyat Nusa Tenggara Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik 2000, Penduduk Nusa Tenggara Timur: Hasil Sensus

Penduduk 2000, Seri L2.2.18.18 Kupang: Badan Pusat Statistik 2000, Penduduk Kota Kupang: Hasil Sensus Penduduk

2000, Seri L2.2.18.18 Kupang: Badan Pusat Statistik 2004, Indikator Kesejahteraan Rakyat Nusa Tenggara Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik 2004, Statistik Sosial dan Kependudukan Nusa Tenggara

Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik

Indikator Kesra Kota Kupang 2005 68

Page 83: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

ISTILAH TEKNIS

Page 84: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

ISTILAH TEKNIS Tingkat Pertumbuhan Penduduk Angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase. Kepadatan Penduduk Rata-rata banyaknya penduduk per kilometer persegi. Rasio Anak Wanita Rata-rata banyaknya anak di bawah usia lima tahun per 1.000 wanita usia subur (15-44 th). Rasio Jenis Kelamin Banyaknya laki-laki dari setiap 100 wanita. Metode Kontrasepsi Cara/alat pencegah kehamilan. Peserta Keluarga Berencana (Akseptor) Orang yang mempraktekan salah satu metode kontrasepsi. Klinik Keluarga Berencana Tempat dimana pelayanan keluarga berencana dapat diperoleh. Tempat ini dapat berupa rumah sakit, puskesmas, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), Team Medis Keliling (TMK) atau tempat bebas lainnya yang ditentukan. Status Gizi Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Kategorisasi status gizi ini dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005 70

Page 85: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Pengeluaran Pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. Penduduk Usia Kerja Penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Bekerja Melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja dianggap sebagai pekerja. Angkatan Kerja Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Penganggur Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja dan tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Angka Beban Tanggungan Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Angka Partisipasi Kasar Rasio anak yang sekolah di jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk usia normal untuk jenjang yang sama.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005 71

Page 86: Indikator-Kesra Kota Kupang 2005-2006

Angka Melek Huruf Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis. Luas Lantai Luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Indikator Kesra Kota Kupang 2005 72