inderaja.docx
DESCRIPTION
contoh proposalTRANSCRIPT
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan dalam transportasi adalah kecelakaan lalu lintas. Permasalahan
ini pada umumnya terjadi ketika sarana transportasi, baik dari segi jalan, kendaraan, dan
sarana pendukung lainnya belum mampu mengimbangi perkembangan yang ada di
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan
meningkatnya aktivitas pemenuhan kebutuhan yang tentunya meningkatkan pula kebutuhan
akan alat trasnportasi, baik itu yang pribadi maupun yang umum. Dengan kondisi angkutan
umum yang kurang memadai, masyarakat mengatasinya dengan menggunakan kendaraan
pribadi. Pemakaian kendaraan pribadi ini di satu pihak akan menguntungkan, akan tetapi di
pihak lain akan menimbulkan masalah lalu lintas ( Tamin, 2000). Permasalahan lalu lintas
yang dihadapi salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas.
Permasalahan terhadap meningkatnya tingkat kecelakaan semakin bertambah rumit
melihat kenyataan bahwa meskipun sistem prasarana transportasi sudah sangat terbatas, akan
tetapi banyak dari sistem prasarana tersebut yang berfungsi secara tidak efisien. Sebagai
contoh adalah keberadaan kegiatan informal seperti pedagang kaki lima yang menempati
jalur pejalan kaki yang menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus menggunakan badan jalan
yang tentunya mengurangi kapasitas jalan tersebut. Contoh lain adalah kegiatan parkir pada
badan jalan yang berakibat pada berkurangnya kapasitas jalan dan menyebabkan penurunan
kecepatan bagi kenaraan yang melalui. Kondisi ini berakibat pada sering terjadinya
kemacetan dan meningkatnya angka kecelakaan (Tamin,2000).
Dari tahun ke tahun, permasalahan transportasi diringi dengan tingkat kepadatan lalu
lintas yang selalu meningkat. Hal ini dikarenakan bertambahnya intensitas kendaraan yang
ada pada setiap tahunnya. Selain itu, pembangunan pusat-pusat keramaian seperti tempat
wisata dan pendidikan menyebabkan tingkat tarikan frekuensi kendaraan semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan intensitas kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada setiap tahunnya juga
ikut mengalami peningkatan, karena bisa dikatakan bahwa intensitas kecelakaan berbanding
lurus dengan intensitas kendaraan yang lewat, dengan mengasumsikan faktor lain dalam
tingkat pengaruh yang sama.
Untuk survei kecelakaan sendiri, dapat dibagi menjadi dua jenis dasar, survei makro yang
menghasilkan kategori-kategori pemakai jalan dengan kendaraan dan lokasi yang dibagi
berdasarkan waktu, jenis dan gerakan kendaraan. Survei mikro yang memungkunkan tempat-
tempat tertentu yang berbahaya pada sistem jalan raya dapat diidentifikasikan dan
penyebabnya dapat dievaluasi. Lokasi-lokasi ini kadang-kadang disebut “titik-titik
hitam(black spots)” dan sering memerlukan studi setempat secara terinci (Hobss, 1979)
Untuk penelitian kali ini, digunakan sampel sepanjang Jalan Kaliurang, kabupaten
Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek kajian. Faktor-faktor yang
digunakan sebagai dasar penggunaan adalah semakin meningkatnya intensitas kendaraan
yang lewat di Jalan kaliurang. Selain itu, kondisi jalan dimana banyak titik-titik keramaian,
persimpangan, dan variasi kendaraan yang lewat menyebabkan pemodelan ini mungkin
untuk dilakukan. Dengan kata lain,secara umum kondisi sepanjang Jalan Kaliurang
memenuhi berbagai parameter yang digunakan dalam pemodelan.
Dari permasalahan yang ada diatas, maka penelitian ini akan mencoba menyajikan
secara spasial titik-titik tertentu yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi. Hal
ini dirasa diperlukan, dimana untuk dapat memberikan evaluasi terhadap kondisi sepanjang
Jalan Kaliurang, sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan informasi lokasi-lokasi
yang rawan kecelakaan berdasar pada parameter-parameter yang digunakan. Selain itu,
diharapkan hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan pada daerah-daerah yang memiliki
karakteristik sejenis sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
B. Perumusan Masalah
Kondisi jalan di Jalan Kaliurang dengan lalu lintas tercampur pada satu jalur tidak lepas
pula dari permasalahan kecelakaan lalu lintas. Untuk mencegah meningkatnya jumlah
kecelakaan diperlukan suatu penelitian tentang karakteristik kecelakaan lalu lintas di Jalan
Kaliurang yang dapat digunakan untuk menentukan daerah rawan kecelakaan. Informasi
lokasi daerah rawan kecelakaan ini selanjutnya dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas
agar mereka berhati-hati menggunakan jalan di tempat-tempat tersebut. Oleh karena itu,
dapat dirumuskan beberapa masalah yang ditemukan,antara lain :
Belum adanya pemodelan spasial untuk menganalisa masalah rawan kecelakaan di
Jalan Kaliurang;
Belum adanya evaluasi terhadap kondisi sarana dan prasarana transportasi di
sepanjang Jalan Kaliurang;
Perlu adanya pemetaan daerah rawan kecelakaan di Jalan Kaliurang untuk
mengurangi tingkat kecelakaan yang dapat terjadi.
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini betujuan untuk :
Memetakan titik-titik lokasi rawan kecelakaan.
Membuat pemodelan spasial potensi kerawanan kecelakaan berdasarkan parameter-
parameter yang berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Memberikan informasi penting mengenai kondisi jalan yang rawan kecelakaan.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih mengetahui daerah mana saja
yang menjadi lokasi rawan kecelakaan, Sehingga masyarakat dapat lebih waspada, dan agar
intensitas tingkat kecelakaan lalu lintas dapat berkurang.
D. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan dalam analisis ini yaitu:
1. Lokasi studi adalah jaringan jalan yang tercatat di Poltabes Pekanbaru
terdapat peristiwa kecelakaan lalu lintas.
2. Data kecelakaan menggunakan data sekunder tahun 2006-2010 yang
diperoleh dari Poltabes Denpasar.
3. Menggunakan statistik Zscore untuk menentukan ruas jalan rawan
kecelakaan lalu lintas (black site).
4. Menggunakan metode Cusum (cumulative summary) untuk menentukan
titik rawan kecelakaan (black spot).
5. Hasil dari penelitian ini dengan menggunakan perhitungan manual
(microsoft excel) dan ditampilkan dengan Arcinfo dan Arcview yang
merupakan program berbasis Sistem Informasi Geografis.
E. Tinjauan Pustaka
1. PENGERTIAN KECELAKAAN
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
lintas Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka –
sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Korban kecelakaan lalu lintas
dapat berupa :
a. Korban mati, adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu
lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan
tersebut.
b. Korban luka berat, adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap
atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi
kecelakaan.
c. Korban luka ringan, adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian korban
mati dan korban luka berat.
Disamping pengertian di atas, beberapa pengertian lain tentang kecelakaan lalu lintas
adalah sebagai berikut :
Kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak diharapkan yang melibatkan
paling sedikit satu kendaraan bermotor dalam satu ruas jalan dan mengakibatkan kerugian
material bahkan sampai menelan korban jiwa (Kadiyali dalam Wibowo, 2005).
Kecelakaan adalah peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat adanya
kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas, yaitu pengemudi (manusia), kendaraan, jalan
dan lingkungan. Pengertian kesalahan di sini dapat dilihat sebagai suatu kondisi yang tidak
sesuai dengan standar atau perawatan yang berlaku maupun kelalaian yang dibuat oleh
manusia (Carter & Homburger dalam Wibowo, 2005).
Kecelakaan adalah suatu rentetan kejadian yang biasanya mengkibatkan kematian, luka
atau kerusakan harta benda yang tidak disengaja dan terjadi di jalan atau tempat terbuka
untuk umum dan digunakan untuk lalu lintas kendaraan (National Safety Council, 1996).
Kecelakaan lalu lintas adalah sebuah kecelakaan yang mengakibatkan kematian, dan atau
luka – luka, yang mana disebabkan oleh lalu lintas kendaraan atau mobil yang melaju pada
jalan raya (Traffic Bureau, National Police Agency, Japan, 1994).
2. Klasifikasi Kecelakaan
Jenis kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kecelakaan yang dialami
oleh kendaraan yang terlibat. Adapun jenis kecelakaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kecelakaan sendiri
b. Menabrak obyek tetap
c. Menabrak penyeberang
d. Tabrakan depan – belakang
e. Tabrakan depan – depan
f. Tabrakan samping – samping
g. Tabrakan beruntun
Berdasarkan posisi kecelakaan, Kadiyali dalam Kamarwan (1990) membagi kecelakaan
menjadi :
a. Tabrakan menyudut (angle), terjadi antara kendaraan yang berjalan pada arah yang
berbeda tetapi juga bukan pada arah yang berlawanan.
b. Menabrak bagian belakang (rear end), kendaraan yang menabrak bagian belakang
kendaraan lain yang berjalan pada arah yang sama.
c. Menabrak bagian samping / menyerempet (side swipe), kendaraan menabrak kendaraan
lain dari bagian samping sambil berjalan pada arah yang sama ataupun berlawanan.
d. Menabrak bagian depan (head on), tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah
yang berlawanan.
e. Menabrak secara mundur (backing), kendaraan menabrak kendaraan lain pada waktu
kendaraan tersebut berjalan mundur.
Menurut cara terjadinya kecelakaan, Pignataro (1973) mengklasifikasikan jenis
kecelakaan sebagai berikut :
a. Hilang kendali / selip (running of road)
b. Tanpa tabrakan / kecelakaan sendiri
c. Tabrakan di jalan (collision on road), terdiri dari :
• Dengan pejalan kaki
• Dengan kendaraan lain yang sedang berjalan
• Dengan kereta, binatang, dll
3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki),
faktor kendaraan dan faktor lingkungan (Pignataro, 1973). Hobbs (1979) mengelompokkan
faktor – faktor penyebab kecelakaan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Faktor pemakai jalan (manusia )
b. Faktor kendaraan
c. Factor jalan dan lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah ada, faktor penyebab kecelakaan dapat
dikomposisikan dalam tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 1.2. Faktor – faktor Penyebab Kecelakaan Lalu lintas Jalan
Dari Tabel 1.2. di atas, faktor pengemudi (human error) menduduki peringkat pertama
yaitu sebesar 93,52% dalam penyebab kecelakaan.
3.1 FAKTOR PEMAKAI JALAN
Pemakai jalan adalah semua orang yang menggunakan fasilitas jalan yang secara langsung.
Pemakai jalan yang dimaksud (Pignataro, 1997) adalah :
a. Pengemudi, termasuk di dalamnya pengemudi kendaraan bermotor dan kendaraan tak
bermotor. Kendaraan bermotor meliputi sepeda motor, kendaraan bermotor biasa (mobil),
kendaraan berat bermotor (bis dan truk), sedangkan yang termasuk kendaraan tak
bermotor adalah sepeda dan kendaraan tak bermotor lainnya.
b. Pejalan kaki / pemakai jalan lain, termasuk di dalamnya adalah pedagang kaki lima,
petugas keamanan, petugas perbaikan fasilitas (listrik, telepon, gas), dan lain lain.
Empat faktor dalam mengemudi yang cenderung menjadi penyebab potensial kecelakaan lalu
lintas (Kamarwan, 1990), yaitu :
a. Kondisi lingkungan
b. Faktor fisiologis pengemudi
c. Faktor psikologi pengemudi
d. Faktor reaksi pengemudi
Kombinasi dari faktor fisiologis dan psikologis menghasilkan waktu reaksi. Waktu reaksi
merupakan rangkaian kejadian yang dialami oleh pengemudi dalam melakukan bentuk
tindakan akhir sebagai reaksi dari adanya gangguan dalam masa mengemudi yang diukur
dalam satuan waktu (detik). Tujuan akhir dari waktu reaksi ini adalah untuk menghindari
terjadinya kecelakaan. Waktu reaksi terdiri dari empat bagian waktu dimana waktu reaksi ini
berkisar antara 0,5 sampai 4 detik tergantung pada kompleksitas masalah yang dihadapi, juga
dipengaruhi oleh karakteristik individual dari pengemudi. Keempat waktu tersebut biasanya
disebut waktu PIEV, yaitu :
• Perception
Masuknya rangsangan lewat panca indera atau penglihatan terhadap suatu keadaan
sehingga stimulus timbul untuk menjadi respon.
• Intellection
Menelaah dan mempelajari (identifikasi) rangsangan atau stimulus tersebut.
• Emotion
Penanggapan terhadap rangsangan atau penentuan suatu respon yang sesuai dengan
keadaan.
• Volition
Pengambilan tindakan atau respon fisik sebagai hasil dari suatu keputusan. Analisis
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menunjukkan bahwa usia
16 – 30 tahun merupakan penyebab terbesar kecelakaan (55,99) kelompok usia 21 –
25 tahun adalah kelompok terbesar penyebab kecelakaan dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya. Sedangkan pada kelompok 26 – 30 tahun sebagai penyebab
kecelakaan menurun cukup drastis. Kelompok usia 40 tahun menjadi
penyebabkecelakaan relatif lebih kecil seiring dengan kematangan dan tingkat disiplin
yang lebih baik.
Tabel 3.1. Kelompok Usia Pengemudi Yang Terlibat Kecelakaan
Menurut analisa data statistik di Indonesia, kelompok usia pengemudi yang sering
mengalani kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah kelompok usia 21 – 25 tahun dengan
persentase 29,28 %.
Menurut Sartono (1993), beberapa kriteria pengemudi sebagai faktor penyebab
kecelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut :
a. Pengemudi mabuk (drunk driver), yaitu keadaan dimana pengemudi mengalami hilang
kesadaran karena pengaruh alkohol, obat – obatan, narkotika dan sejenisnya.
b. Pengemudi mengantuk atau lelah (fatigue or overly tired driver), yaitu keadaan dimana
pengemudi membawa kendaraan dalam keadaan lelah atau mengantuk akibat kurang
istirahat sedemikian rupa sehingga mengakibatkan kurang waspada serta kurang tangkas
bereaksi terhadap perubahan – perubahan yang terjadi.
c. Pengemudi lengah (emotional or distracted driver), yaitu keadaan dimana pengemudi
mengemudikan kendaraannya dalam keadaan terbagi konsentrasinya karena melamun,
ngobrol, menyalakan rokok, menggunakan ponsel, melihat kanan – kiri, dan lain - lain.
d. Pengemudi kurang antisipasi atau kurang terampil (unskilled driver), yaitu keadaan
dimana pengemudi tidak dapat memperkirakan kemampuan kendaraan, misalnya
kemampuan untuk melakukan pengereman, kemampuan untuk menjaga jarak dengan
kendaraan di depannya, dan sebagainya.
Selain pengemudi, pemakai jalan lainnya yaitu pejalan kaki (pedestrian), juga dapat
menjadi penyebab kecelakaan.
3.2 FAKTOR KENDARAAN
Kendaraan adalah sarana angkutan yang membantu manusia dalam mencapai tujuannya.
Segi – segi yang harus diperhatikan dalam konsep desain kendaraan bermotor yang
memperhitungkan keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengendara (Hobbs, 1979)
adalah :
1) Kemampuan Penglihatan
Situasi penglihatan dalam berkendara sangat penting, karenanya pengaruh negatif yang
diberikan bentuk body kendaraan terhadap area pandangan pengemudi harus
diminimalisir
2) Sistem Penerangan
Ada tiga kondisi jalan yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sistem penerangan
kendaraan. Kondisi – kondisi jalan tersebut adalah, Jalan dengan Penerangan Baik, Jalan
dengan Penerangan Sangat Kurang, Jalan Tanpa Penerangan.
3) Sistem Peringatan Kendaraan dan Instrumen Kendaraan
Konsep dan desain untuk meningkatkan kemampuan sistem peringatan kendaraan dan
instrumen kendaraan meliputi :
• Perbaikan panel-panel indikator dan instrumen kendaraan agar semakin menarik dan
lebih mudah dilihat
• Penambahan perlengkapan panel elektronik yang dapat memberikan informasi situasi
jalan beberapa meter di muka sehingga pengemudi dapat mempersiapkan diri untuk
melakukan reaksi terhadap situasi yag terjadi.
4) Rem
Kemampuan untuk menghentikan kendaraan secara cepat dan terkontrol merupakan
persyaratan penting dalam sistem pengereman kendaraan dan faktor utama dalam
keselamatan jalan. Jarak pengereman ditentukan oleh efisiensi dan kondisi sistem
pengereman, muatan kendaraan, kondisi cuaca, karakteristik permukaan jalan dan
karakteristik ban serta kondisi geometrik jalan.
5) Stabilitas
Untuk meningkatkan stabilitas kendaraan terutama saat melakukan manuver belok
adalah dengan cara meningkatkan kualitas ban, yaitu dengan pengembangan penggunaan
karet sintetik serta kemajuan dalam desain pola alur ban. Di samping itu, yang juga perlu
mendapat perhatian dalam stabilitas kendaraan adalah tekanan angin ban dan
kemungkinan ban pecah.
6) Dimensi dan Berat Kendaraan.
Dimensi kendaraan dan berat disesuaikan dengan karakteristik lalu intas. Misal, untuk
mobil penumpang tipe urban, dimensinya kecil dan streamline, dengan bobot ringan
sehingga lincah dalam keramaian.
7) Performa Kendaraan
Harus memperhatikan ketahanan terhadap aliran udara, ketahanan / gesekan mesin,
ketahanan terhadap gaya inersia, ketahanan terhadap tumbukan dan ketahanan dalam
perjalanan.
8) Percepatan / akselerasi
Kemampuan percepatan tergantung dari berat kendaraan, ketahanan gerak dan
ketersediaan tenaga. Karakteristik mode percepatan dan perlambatan yang digunakan
pengemudi dapat diukur dalam kondisi operasi yang berbeda-beda dengan instrumen
yang cocok. Instrumen dapat berupa pendulum berbentuk U dengan alat pencampur
minyak.
3.3 FAKTOR JALAN.
Sebagai landasan bergeraknya suatu kendaraan, jalan perlu direncanakan / didesain
secara cermat dan teliti dengan mengacu pada gambaran perkembangan volume kendaraan di
masa mendatang.. Desain jalan yang sesuai dengan spesifikasi standar dan dikerjakan dengan
cara yang benar serta memperoleh pemeliharaan yang cukup selama umur rencananya
bertujuan untuk memberikan keselamatan bagi pemakainya. Sartono (1993) menyatakan, ada
beberapa hal dari bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, seperti :
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang besar yang sulit dihindari
pengemudi)
b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu jalan terlalu rendah
bila dibandingkan dengan permukaan jalan, lebar perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit
untuk berpapasan)
c. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya, superelevasi pada tikungan terlalu
curam atau terlalu landai, jari-jari tikungan terlalu kecil, pandangan bebas pengemudi
terlalu sempit, kombinasi alinyemen vertikal dan horizontal kurang sesuai, penurunan dan
kenaikan jalan terlalu curam, dan lain-lain).
3.4 FAKTOR LINGKUNGAN
Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan kenyamanan dari pengemudi
menurun, sehingga kemampuan dalam mengendalikan kendaraan akan menurun pula.
Lingkungan di sekitar jalan, misalnya daerah permukiman, peternakan, pembakaran ladang
dan jerami dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas, khususnya untuk jalan dengan
kecelakaan kendaraan tinggi. Ada empat faktor dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi
kelakuan manusia sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu :
a. Penggunaan tanah dan aktifitasnya, daerah ramai, lengang, dimana secara reflek
pengemudi akan mengurangi kecepatan atau sebaliknya.
b. Cuaca, udara dan kemungkinan – kemungkinan yang terlihat misalnya pada saat kabut,
asap tebal, hujan lebat sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi jarak pandang
pengemudi).
c. Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, adanya rambu – rambu lalu lintas, lampu lalu lintas
dan marka lalu lintas.
d. Arus dan sifat lalu lintas, jumlah, macam dan komposisi kendaraan akan sangat
mempengaruhi kecepatan perjalanan.
4 Analisis Korelasi dan Blackspot
Analisis data kecelakaan merupakan salah satu cara pendekatan terhadap tingkat
kecelakaan. Dengan analisis tersebut dapat diamati kecenderungan kecelakaan yang terjadi.
Metode – metode yang digunakan untuk menganalisis kecelakaan dalam penelitian ini yaitu :
a. Hubungan Antar Variabel
Untuk mengetahui hubungan antar variabel kecelakaan dalam hal ini faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah kecelakaan, kami menggunakan analisis korelasi dengan
bantuan program komputer SPSS versi 10.0. Korelasi adalah salah satu teknik statistik yang
sering dipakai disertai kenaikan nilai variabel Y, maka hubungan ini disebut hubungan
posistif. Sebaliknya, bila kenaikan nilai variabel X disertai penurunan nilai variabel Y, maka
hubungan antara dua variabel ini disebut hubungan negatif. Bila dua variabel itu mempunyai
kemungkinan memiliki hubungan yang positif dan negatif, maka kedua variabel tersebut
tidak memiliki hubungan. Teknik ini dipakai untuk mengetahui seberapa signifikan
hubungan antara variabel kecelakaan terhadap jumlah kecelakaan maupun daerah rawan
kecelakaan (blackspot). Variabel – variabel yang akan diuji antara lain:
• Jenis kendaraan yang terlibat
• Faktor – faktor penyebab kecelakaan
• Perilaku pengemudi
• Waktu dan hari saat kejadian
b. Analisa Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot)
Marwoto (2002) dalam tesisnya menggunakan teknik statistik kontrol kualitas untuk
memilih ruas jalan yang rawan kecelakaan (blackspot). Pertama kali adalah menentukan
harga rata – rata angka kecelakaan sepanjang jalan, kemudian dihitung ambang atas dan
ambang bawahnya. Ruas jalan yang mempunyai tingkat kecelakaan di atas ambang batas
disebut ”Out of Control” , artinya ruas jalan tersebut harus mendapat perhatian lebih dari segi
usaha – usaha pengurangan kecelakaan lalu lintas. Batas atas dan batas bawah dapat ditulis
dalam rumus sebagai berikut:
• Batas atas = µ + Z (µ / m)0,5 + (0,829 / m) + (1/2m) ....(2.1)
• Batas bawah = µ - Z (µ / m)0,5 + (0,829 / m) + (1/2m) ....(2.2)
dengan µ : angka kecelakaan rata – rata suatu ruas jalan = n / k
n : jumlah total kecelakaan untuk seluruh ruas jalan
k : panjang ruas jalan total
m : panjang bagian dari ruas jalan dalam kilometer
Z : banyaknya simpangan baku pada tingkat kepercayaan 99%
0,829 : faktor koreksi untuk distribusi normal
4. Sistem Informasi Geografis
4.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi
Sistem Informasi Geografi ( SIG ) terdiri atas tiga kata , yaitu sistem ,informasi ,
dan geografis . Adapun pengertian dari masing - masing konsep
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sistem adalah sekumpulan objek , ide, yang saling berhubungan untukmencapai
tujuan atau sasaran bersama. Untuk mencapai tujuan
tersebut sistem terdiri atas sejumlah subsistem yang saling terkait.
2. Informasi adalah analisis terhadap data. Informasi juga dapat
dikatakan sebagai data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Sistem Informasi yaitu suatu jaringan kegiatan mulai dari
pengumpulan data, manipulasi, pengelolaan dan analisis , serta
penjabaran data menjadi informasi.
4. Geografis yaitu persoalan mengenai bumi. Kata tersebut bisa
digabung dengan kata sebelumnya yaitu informasi geografis.
5. Informasi geografis adalah informasi mengenai tempat – tempat yang
ada di muka bumi , pengetahuan mengenai letak suatu objek di muka
bumi, dan informasi mengenai berbagai keterangan yang terdapat di
muka bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.
Menurut beberapa para ahli SIG di definisikan :
1. Rice.
“Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem computer yang digunakan untuk
memasukan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang berhubungan
dengan posisi suatu objek di permukaan bumi.”
2. Aronoff.
“Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk menyimpan dan memanipulasi berbagai informasi geografi. SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis berbagai objek serta
fenomena dimana lokasi geograf merupakan karakteristik penting atau kritis dianalisis.”
3. Michael N. Demers.
“Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengintergrasikan, dan menganalisis berbagai informasiyang
berhubungan dengan permukaan bumi.”
4.2 Komponen Sistem Informasi Geografis
Sistem tersebut untuk dapat beroperasi membutuhkan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) juga manusia yang mengoperasikannya (brainware). Secara
rinci SIG tersebut dapat beroperasi membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut :
1. Orang
Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan, mengembangkan
bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari
SIG ini ada beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator
bahkan stakeholder.
2. Aplikasi
Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah
data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri,
query, overlay, buffer, join table dan sebagainya.
3. Data
Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data
grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan
bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit
dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut. Sedangkan data atribut
misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan
data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi dalam SIG
juga dikenal adanya basisdata yang lazim disebut sebagai Basisdata spasial
(spatial database).
4. Perangkat Lunak SIG
Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus dan memiliki
kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan
data spasial. Ada pun merk perangkat lunak ini cukup beragam, misalnya Arc/Info,
ArcView, ArcGIS, Map Info, TNT Mips (MacOS, Windows, Unix, Linux
tersedia), GRASS, bahkan ada Knoppix GIS dan masih banyak lagi.
5. Perangkat Keras SIG
Perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung
pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat keras ini
juga termasuk didalamnya scanner, digitizer, GPS, printe dan plotter.
4.3 Sub Sistem Sistem Informasi Geografis
Berikut subsistem dalam SIG :
1. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan data spasial dan
atribut dari berbagai sumber, dan bertanggung jawab dalam mengkonversi format
data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti: tabel, grafik, peta
dan lain-lain.
3. Data Management
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah
basidata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate, dan diedit.
4. Data Manipulasi dan Analisis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
4.4 Model Data Dalam Sistem Informasi Geografis
Data digital geografis diorganisir menjadi dua bagian sebagai berikut.
1) Data Spasial
Data spasial adalah data yang menyimpan kenampakan-kenampakan permukaan bumi,
seperti jalan, sungai, dan lain-lain. Model data spasial dibedakan menjadi
dua sebagai berikut.
Model Data VektorModel data vektor diwakili oleh simbol-simbol atau selanjutnya didalam SIG dikenal dengan feature, seperti feature titik (point), feature garis (line), dan feature area (surface).
Gambar 4.4a Model Data Vektor
Model Data RasterModel data raster merupakan data yang sangat sederhana, dim na setiap informasi disimpan dalam grid, yang berbentuk sebuah bidang. Grid tersebut disebut dengan pixel. Data yang disimpan dalam format ini data hasil scanning, seperti citra satelit digital.
Gambar 4.4b Model Data Raster
2) Data Non Spasial / Data AtributData non Spasial / data atribut adalah data yang menyimpan atribut dari kenampakan - kenampakan permukaan bumi.
5. ArcView
ArcView merupakan sebuah software pengolah data spasial. Software ini memiliki
berbagai keunggulan dan memiliki kemampuan dalam pengolahan data, menerima
atau konversi dari data digital lain seperti CAD, atau dihubungkan dengan data image
seperti format .JPG, .TIFF atau image gerak.
Pada saat membuka ArcView dengan isi proyek kosong. Isi proyek terdiri dari View,
Tabel, Grafik, Layout, dan Script. Berikut fungsi isi dari masing-masing isi proyek :
1) View berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan dibuat atau diolah. Dari view ini dapat dilakukan input data dengan digitasi atau pengolahan (editing) data spasial. View dapat menerima image dari format .jpg, CAD, Arc Info, atau software pengolah data spasial lainnya. Selain itu juga dapat menerima data atau citra satelit.
2) Tabel merupakan data atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut. ArcView dapat membentuk jaringan basis data dengan menggunakan fasilitas tabel. ArcView juga dapat menerima tabel dari basis data lain seperti dBase III, dBase IV atau INFO. hubungan relasional dapat dilakukan sehingga memudahkan analisis spasialnya.
3) Grafik (chart) merupakan alat penyaji data yang efektif. Dengan menggunakan grafik ini, ArcView dapat digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap sebuah fenomena. Masing-masing grafik memiliki sifat atau karakteristik terhadap tipe data yang disajikan. Grafik terhubung dengan data atribut tabel yang berupa data numerik.
4) Layout merupakan tempat mengatur tata letak dan rancangan dari peta akhir. Penambahan berbagai simbol, label, dan atribut peta lain dapat dilakukan pada layout.
5) Script adalah makro dalam ArcView. Dengan makro ini kemampuan ArcView dapat diperluas dengan membuat sebuah program aplikasi yang nantinya dapat di Add ins pada ArcView.
ArcView dapat menerima berbagai macam sumber data yangselanjutnya akan diolah. ArcView dapat menerima data vektor yang
12
berasal dari software ArcInfo. Selain itu data dari Citra Satelit (format
BSQ, BIL, BIP), data raster (format BMP,JPG, TIFF), Data
ERDAS, Data
tabular dari Arc Info dan dBase.
Metode Penelitian
1 Umum
Proses pelaksanaan studi ini pada prinsipnya terbagi dalam tiga bagian
yaitu pengumpulan data, pengolahan data/perhitungan dan keluaran berupa hasil
analisa. Data yang diperlukan dalam Tugas Akhir ini adalah data sekunder.
Adapun data yang dibutuhkan adalah berupa data tinggi hujan harian yang secara
administrasi terletak di Sub DAS Gansal Kecamatan Siberida Kabupaten Indragiri
Hulu.
2 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang terdapat dalam penelitian ini adalah studi literatur,
survei dan pengumpulan data. Metodologi penyelesaian tugas akhir dalam
penelitian ini adalah seperti yang digambarkan dalam bagan alir.
2.1 Studi Literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan dasar-dasar
teori serta langkah-langkah penelitian yang berkaitan penggunaan pemodelan
HEC-HMS
2.2 Analisis Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang menjadi penelitian ini yaitu di Sub DAS Gansal Kecamatan
Siberida Kabupaten Indragiri Hulu.
b. Tahapan Analisis
Berikut tahapan analisisnya:
1. Mempersiapkan data hujan harian (P) dalam mm.
2. Penggambaran bentuk-bentuk element-element Sub DAS.
3. Penentuan Parameter-parameter yang dibutuhkan.
Curve Number (CN)
Waktu puncak hidrograf (Lag Time)
Aliran dasar (base flow)
Penelusuran banjir (Muskingum Routing)
Resapan awal (Initial Abstraction)
Luas daerah kedap air (imperviousness)
4. Input data berupa data tinggi hujan harian dalam mm dan data
evapotranspirasi.
5. Penentuan rentang waktu (time series) data
6. Membandingkan hasil pemodelan HEC-HMS dengan metode HSS
Nakayasu, untuk mengetahui keandalan medel HEC-HMS.
c. Diagram Alir Penelitian
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini dapat
dilihat dalam bagan alir penelitian pada Gambar 3.3, Gambar 3.4.
Pengumpulan Data
Mulai
Gambar 3.3 Bagan Alir Pemodelan HEC-HMS
Peta Sub DAS Peninjauan Geometri Sub DAS
Data Hujan
Penggambaran Elemen-Elemen Sub DAS
Evapotranspirasi
Penentuan parameter-parameter Sub DAS
Compute Program
Selesai
Input Data Meteorologi
Input Parameter Sub DAS
Hidrograf outflow
Mulai
Gambar 3.4 Bagan Alir Proses Kalibrasi
Program HEC-HMS HSS Nakayasu
Hidrograf Outflow Hidrograf Outflow
Plot Hidrograf Outflow
Kalibrasi
Selesai
G. Jadwal Pelaksanaan.
Penelitian akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dengan rincian
masing-masing kegiatan ditunjukan pada tabel 2 berikut:
Tabel 3. Jadwal Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV1 Persiapan
Studi LiteraturSeminar Proposal
2 Pelaksanaan PenelitianPengumpulan DataAnalisis Data
3 HasilPenyusunan LaporanSeminar HasilSidang TA
No Uraian
Bulan
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu keJan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14