imunisasi

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu pendekatan promotif dan preventif yang meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Dalam bidang imunologi kuman atau racun, kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya . Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang terbentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas Virulen yang baru pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Jadi, pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada 1

Upload: edmn10

Post on 12-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

edmn10

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangImunisasi adalah salah satu pendekatan promotif dan preventif yang meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Dalam bidang imunologi kuman atau racun, kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya . Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang terbentuk.Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas Virulen yang baru pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Jadi, pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai pengalaman untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi,, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman, berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dalam uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, seorang anak dapat terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini, tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda asing dari luar (kuman, virus, racun, dll) yang mungkin akan merusak tubuh.(1)Setiap tahun lahir 130 juta anak di dunia, 91 juta diantaranya lahir di Negara yang sedang berkembang. Pada tahun 1974, cakupan vaksinasi baru mencapai 5% sehingga dilaksanakan imunisasi global yang disebut Ekstended Program on Immunization (EPI) dan saat ini cakupan meningkat hamper setiap tahun, minimal 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750 ribu anak terhindar dari cacat. Namun demikian, 1 dari 4 orang anak masih belum mendapatkan vaksinasi dan 2 juta meninggal tiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. WHO mencatat sebanyak 4,5 juta kematian dari 10,5 juta pertahun terjadi akibat penyakit infeksi yang bias dicegah dengan imunisasi. Seperti Pneumococcus (28%), Campak (21%), Tetanus (18%), Rotavirus penyebab diare (16%), dan Hepatitis B (16%). Dari data WHO ini diperkirakan setidaknya 50% angka kematian di Indonesia bias dicegah dengan imunisasi dan Indonesia termasuk 10 besar Negara dengan jumlah terbanyak anak tidak tervaksinasi.(2)Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat. Ini terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya. Cakupan imunisasi terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2010 cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah mencapai 93,61%.(3)

1.2. TujuanUntuk menambah dan memperdalam wawasan tentang imunisasi dasar yang perlu diberikan pada bayi bagi pembaca dan terkhususnya bagi penulis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. IMUNISASI1. Definisi ImunisasiImunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campak ; dan melalui mulut seperti vaksin polio. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang membahayakan kesehatan dan hidup anak.(2)

2. Tujuan Imunisasi Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit nyang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria.(2)

3. Manfaat ImunisasiManfaat imunisasi adalah:a. Bagi anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan kecatatan ataupun kematian.b. Bagi keluargaMenghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit dan mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.c. Bagi Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan keluarga.(4)

4. Jenis ImunisasiImunisasi terbagi dalam 2 bagian yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. a. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksius pada seorang individu untuk menyerang sistem imun untuk merangsang antibodi dan mencegah infeksi. Imunisasi aktif terhadap penyakit infeksi dihasilkan dengan cara inokulasi antigen bakteri, virus dan parasit, baik dalam bentuk kuman hidup yang dilemahkan atau produk dari organism tersebut.Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau peroral/melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah. Pemberian vaksin dengan cara menyuntikkan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa macam kandungan yang terdapat pada setiap vaksinnya, yaitu: i. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan.ii. Pelarut, dapat berupa air steril atau berupa kultur jaringan.iii. Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus stabilisasi antigen.Ada 5 jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus dilakukan yaitu : BCG (Bacillus Calmette Geurin), DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Polio, Campak, Hepatitis B.(5)b. Imunisasi PasifImunisasi pasif adalah perpindahan antibodi yang telah dibentuk yang dihasilkan host lain. Antibodi ini dapat timbul secara alami atau sengaja diberikan. Imunisasi pasif diberikan dalam bentuk Gamma Globulin Intravena (IVIG) atau serum binatang, menghasilkan proteksi untuk sementara waktu terhadap infeksi atau penyakit. Imunisasi pasif terdiri dari 2 macam, yaitu:i. Imunisasi pasif bawaanImunisasi bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat anti berasl dari ibu selama dalam kandungan, yaitu berupa zat antibodi yang melalui jalan darah menembus plasenta. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/lenyap dari tubuh bayi. Dengan demikian, sampai umur +/- 5 bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi, seperti campak, difteri, dll.ii. Imunisasi pasif didapatImunisasi didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh, misalnya pemberian seru, anti tetanus terhadap penyakit tetanus.(6)

5. Syarat-syarat imunisasiAda beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Perlu dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat.Beberapa keadaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu : anak sakit keras, keadaaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapatkan pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresif lain (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup banyak. Dalam pemberian imunisasi ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberian, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed consent pada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi.(6)

B. IMUNISASI DASAR1. Jenis imunisasi dasarImunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang diberikan pada semua orang, terutama bayi dan balita sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit yaitu TBC, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis B.a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)Pemberian imunisasi atau vaksin BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberculosis (TBC). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang dilemahkan, diberikan secara intrakutan dengan dosis 0,05 ml pada insertion muskulus deltoideus.Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi berumur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja, pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC atau tidak. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV).

Gambar 2.1 Contoh vaksin BCG Sebelum memberikan suntikan kepada bayi/anak harus dijelaskan kepada ibunya, mengapa diberikan imunisasi dan jelaskan hal yang mungkin timbul setelah imunisasi, terutama tempat penyuntikan. Cara mempersiapkan vaksin : Membuka ampulSebelum vaksin dibuka ampul diketuk-ketuk dahulu supaya semua vaksin turun ke dasar ampul, kemudian ampul digergaji dengan cara : Peganglah ampul antara ibu jari dan jari tengah, jari telunjuk menekan leher ampul. Ambillah gergaji ampul dan gergaji lehernya sampai ampul terlepas secara melingkar. Bersihkan leher ampul dengan kapas alkohol dengan tujuan untuk menghilangkan serbuk gelas masuk ke dalam vaksin. Lilitkan plastik/plester pada leher ampul dengan erat untuk mencegh masuknya udara secara tiba-tiba waktu dipotong. Pertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan berhati-hati keluarkan dari lilitan dan selanjutnya dilarutkan. Cara melarutkan vaksin Zat pelarut diisap dengan spuit 10 cc sebanyak 4 cc dan dimasukkan ke dalam ampul vaksin BCG, tunggu sebentar sampai semua serbuk larut kemudian digoyang-goyang sampai vaksin larut secara merata. Mengatur posisi bayi Bayi dipangku ibunya, pakaian bayi yang menutupi lengan kanan atas dibuka. Tempat penyuntikan 1/3 bagian lengan kanan atas (insertion muskulus deltoideus) Isilah spuit dengan vaksin BCG sebanyak 0,05 ml Cara mengisi spuit Sediakan spuit 1 cc. Masukkan jarum ke dalam ampul yang telah dibuka. Pada waktu mengisap vaksin dilebihkan sedikit (satu dosis) agar pada waktu membuang gelembung udara, jumlah vaksin tetap satu dosis.Cara penyuntikan BCG : Bersihkan lengan anak dengan kapas alkohol Pegang lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita berada di bawah lengan anak. Lingkarkan jari-jari anda dan kulit lengan atas untuk meregang. Pegang semprit dengan tangan kanan dengan lubang jarum menghadap keatas. Letakkan jarum dan spuit hamper sejajar dengan lengan anak. Masukkan ujung jarum kedalam kulit, usahakan sedikit mungkin melukai kulit, posisi jarum 450 intra cutan. Pertahankan jarum sejajar dengan lengan anak dan lubang jarum tetap menghadap keatas, sehingga hanya bagian atas jarum saja yang masuk ke dalam kulit. Jangan menekn jarum terlalu lama dan jangan meregangkan ujung jarum terlalu menukik. Letakkan ibu jari tangan kiri anda diatas ujung barel, lakukan aspirasi. Pegang pangkal barel antara jari telunjuk dengan jari tengah dan doronglah pinston dengan ibu jari tangan kanan anda. Setelah vaksin habis jarumnya dicabut. Bila vaksinasi BCG tepat maka akan timbul benjolan di kulit yang mendata dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori jelas.

Gambar 2.2 Penyuntikan vaksin BCG pada anakReaksi yang mungkin terjadi : Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux (tuberculin). Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)Imunisasi DPT adalah vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara subkutan dalam. Imunisasi DPT diberikan 3 kali, yaitu umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.

Gambar 2.3 Contoh vaksin DPTPemberian vaksinasi DPT : Menyiapkan vaksin DPT Sebelum membuka vaksin, lihat terlebih dahulu labelnya. Kocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur. Mengisi spuit DPT Buka tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul. Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah. Ambil spuit 2 cc. Isaplah udara 0,6 cc. Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet. Masukkan udara kedalam flakon dan isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc ke dalam spuit. Cabut jarum dari flakon, spuit ditegakluruskan keatas untuk melihat gelembung udara, apabila ada gelembung udara ketuklah pelan-pelan supaya gelembung naik keatas, lalu dorong piston sampai ukuran 0,5 cc. Gunakan satu spuit steril untuk setiap satu suntikan. Mengatur posisi bayi Bayi dipangku oleh ibunya. Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu. Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat. Cara penyuntikan Tempat yang paling baik untuk suntikan adalah dibagian paha sebelah luar. Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik. Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari. Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas alkohol. Tusukkan jarum tegak lurus ke bawah kulit, lalu lakukan aspirasi. Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin. Cabut jarum setelah vaksin dimasukkan.

Gambar 2.4 Penyuntikan vaksin DPT pada anakDPT sering menyebabkan efek samping ringan seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Kontraindikasi imunisasi DPT adalah jika anak mempunyai riwayat kejang.

c. Imunisasi Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi polio diberikan 4x dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio : diare, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid), kehamilan.

Gambar 2.5 Contoh vaksin polioMenyiapkan vaksin polio : Bukalah tutup metal dan tutup karet. Pasanglah pipet plastik pada plakon. Vaksin polio siap diberikan. Mengatur posisi bayi dan cara pemberian vaksin : Ibu disuruh menelentangkan bayi diatas pangkuan dan memegang erat-erat. Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi anak sehingga mulut terbuka. Teteskan vaksin polio langsung dari pipet ke dalam mulut anak sebanyak 2 tetes.

Gambar 2.6 Pemberian vaksin polio pada anakEfek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibody sampai ke tingkat tertinggi.

d. Imunisasi CampakImunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan sebanyak 0,5 mL. Jika terjadi wabah campak dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan. Kontra indikasi pemberian vaksin campak adalah pada infeksi akut yang disertai demam lebih dari 380C, gangguan sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, dll.

Gambar 2.7 Contoh vaksin campakMempersiapkan vaksin campak : Cek label flakon vaksin berapa cc yang dibutuhkan. Ambil spuit 5 cc. Spuit yang digunakan hanya untuk mencampur vaksin dan bukan untuk menyuntik. Buka ampul/flakon yang diperlukan. Sedot pelarut kedalam spuit. Bersihkan tutup flakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut ke dalam vaksin campak. Kocoklah sampai vaksin benar-benar tercampur.Mengatur posisi bayi : Dudukkan bayi di pangkuan ibunya. Lengan kanan bayi dilipat di ketiak ibunya. Ibu menopang kepala bayi. Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi.Mengisi spuit : Ambil spuit 1 cc Bersihkan tutup karet flakon yang akan digunakan dengan kapas alkohol. Hisap 0,6 cc vaksin ke dalam spuit. Spuit ditegakluruskan keatas untuk melihat gelembung udara naik keatas, lalu dorong pinston agar udara keluar. Vaksin segera disuntikkan pada anak.

Cara penyuntikan vaksin campak : Tempat yang disuntikkan adalah 1/3 bagian lengan atas. Ambil sedikit kapas alkohol, bersihkan tempat yang akan disuntikkan. Jepitlah lengan yang akan disuntikkan dengan jari-jari tangan kiri. Masukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut kira-kira 300 terhadap lengan, jangan masukkan jarum terlalu dalam dan kontrol jarumnya dengan cara menarik pinstonnya untuk meyakinkan jarum tidak mengenai pembuluh darah. Bila ada darah, maka jarumnya dicabut dan dipindahkan ke tempat lain. Tekan pinston perlahan-lahan. Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas alcohol untuk membersihkan kulit.

Gambar 2.8 Pemberian vaksin campak pada anakEfek samping yang mungkin terjadi terhadap imunisasi campak berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dll.

e. Imunisasi HB (Hepatitis B)Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB I dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3x dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin disuntikkan pada otot paha secara subkutan dalam dengan dosis 0,5 mL. Pemberian imunisasi pada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.

Gambar 2.9 Conton vaksin Hepatitis B

Gambar 2.10 Penyuntikan vaksin Hepatitis B pada anak

Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistematis (demam ringan, lesu, rasa tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.(6)

2. Vaksinasi Vaksinasi adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori yang menirukan infeksi alamiah dalam memberikan kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun.(7)

VaksinDosisCara Pemberian Jumlah PemberianIntervalWaktu Pemberian

BCG0,05 ccIntracutan di daerah musculus Deltoideus1 kali-0-11 bulan

DPT0,5 ccIntra muscular3 kali4 minggu2-11 bulan

Polio2 tetesDiteteskan ke mulut4 kali4 minggu0-11 bulan

Hepatitis B0,5 ccIntra muscular pada paha bagian luar3 kali4 minggu 0-11 bulan

Campak0,5 ccSubkutan, diasanya di lengan kiri atas1 kali4 minggu 9-11 bulan

Tabel 2.1 Dosis, Cara Pemberian, Jumlah Pemberian, Intervensi dan Waktu Pemberian Imunisasi

3. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi menurut KIA(7)UsiaVaksinTempat

Bayi Lahir di Rumah

0 bulanHB 1Rumah

1 bulanBCG, Polio 1Posyandu

2 bulanDPT/HB Combo 1, Polio 2Posyandu

3 bulanDPT/HB Combo 2, Polio 3Posyandu

4 bulanDPT/HB Combo 3, Polio 4Posyandu

9 bulan CampakPosyandu

UsiaVaksinTempat

Bayi Lahir di RS/Praktek Bidan

0 bulanHB 0, BCG, Polio 1 RS/Praktek Bidan

2 bulanDPT/HB Combo 1, Polio 2RS/Praktek Bidan

3 bulanDPT/HB Combo 2, Polio 3RS/Praktek Bidan

4 bulanDPT/HB Combo 3, Polio 4RS/Praktek Bidan

9 bulan CampakRS/Praktek Bidan

Gambar 2.11 Jadwal imunisasi pada anak menurut IDAI(8)C. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)1. DifteriDifteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.

Gambar 2.12 Berbagai macam tanda dan gejala difteri

Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hypocrates pada abad ke-5 SM dan epidemic pertama dikenal pada abad ke 6 oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membrane tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria.(9)2. Pertusis Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata berair, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

Gambar 2.13 Anak dengan penyakit pertusisSebelum ditemukan vaksinnya, pertusis merupakan penyakit tersering yang menyerang anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian tiap tahun). Pertusis merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated toxin yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pneumonia.(8)

3. TetanusTetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat, dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3 sampai 28 hari setelah lahir.

Gambar 2.14 Anak dengan penyakit tetanusGejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Tetanus dapat ditemukan pada anak-anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal bersifat fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi nasokomial dan pneumonia otostatik.(8)

4. TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Myobacterium Tuberculosa disebut juga batuk darah. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Seorang anak menderita TBC karena terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman TBC, yang berasal dari orang dewasa dengan penyakit TBC. Anak dapat juga terinfeksi kuman TBC sewaktu masih dalam kandungan, bila ibu mengidap penyakit TBC. Pada anak yang terinfeksi, kuman TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru (paling sering), kelenjar getah bening, tulang, sendi, dll. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari.

Gambar 2.15 Anak dengan penyakit TBCGejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.(8)

5. Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus Viridae Measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah).

Gambar 2.16 Anak dengan penyakit campakSelanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan atas (pneumonia). Prioritas utama untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efektif.(8)

6. Poliomyelitis Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis penderita penyakit polio banyak pada anak di bawah 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Komplikasi poliomyelitis adalah kematian , bisa terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

Gambar 2.17 Gejala dan tanda poliomyelitisKata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa Latin yang berarti medulla spinalis. Infeksi virus mencapai puncak pada musim panas, sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus polio sangat menular, pada kontak antar rumah tangga (yang belum diimunisasi) derajat serokonversi lebih dari 90%.(10)

7. Hepatitis BHepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui transfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Warna urin menjadi kuning, tinja menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Komplikasi hepatitis B adalah bisa menjadi hepatitis kronis dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma), dan menimbulkan kematian.Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian per tahun. Saat ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru per tahun. Infeksi pada anak umumnya asimtomatis tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-2- tahun akan menajadi sirosis atau karsinoma hepatoseluler.

Gambar 2.18 Kondisi anak dengan Hepatitis BOleh karena itu, kebijakan utama tata laksana virus hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler. Tahun 1992 Hepatitis B dimasukkan ke dalam program imunisasi. Tahun 1995 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi di Negara endemis tinggi. Tahun 1997 imunisasi hepatitis B diberikan pada semua bayi disemua Negara diseluruh dunia. Imunisasi hepatitis B harus diberikan pada bayi 0-7 hari karena : 3-8% ibu hamil merupakan pengidap (carrier), 45,9% bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap, penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi hepatitis menahun. Pemberian imunisasi HB sedini mungkin akan melindungi 75% dari yang tertular.(8)

D. IMUNISASI TAMBAHANSelain imunisasi dasar sesuai rekomendasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang telah diuraikan diatas, terdapat juga beberapa imunisasi tambahan yang dianjurkan. Vaksin tersebut belum masuk daftar imunisasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) dan tidak disubsidi pemerintah, sehingga disebut tidak wajib atau hanya dianjurkan saja. Jadi, imunisasi wajib dasar adalah vaksin minimal yang harus didapat anak dengan fasilitas yang disediakan pemerintah sedangkan imunisasi tambahan lain, bila mampu, sangat baik sekali jika diberikan pada anak. Jenis vaksin tambahan :1. Vaksin HibManfaat : untuk melindungi tubuh dari virus Haemophillus Influenza Type B yang dapat menyebabkan meningitis, pneumonia dan epiglotitis (infeksi pada katup pita suara dan tabung suara).Waktu pemberian : Umur 2,4,6 dan 15 bulan.2. Pneumokokus (PCV)Manfaat : melindungi tubuh dari bakteri Pneumokokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi telinga.Waktu pemberian : Umur 2,4,6 bulan ; serta 12-15 bulan. 3. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)Manfaat : untuk melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella (campak Jerman).Waktu pemberian : Usia 15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun.4. Vaksin InfluenzaManfaat : melindungi tubuh dari beberapa jenis influenza.Waktu pemberian : setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa. 5. Vaksin Tifoid Manfaat : melindungi tubuh dari bakteri Salmonella Typhi yang menyebabkan demam tifoid (tifus).Waktu pemberian : pada umur ditas 2 tahun, dan diulang tiap 3 tahun.6. Hepatitis A Manfaat : melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan penyakit hati. Waktu pemberian : umur diatas 2 tahun, dua kali dengan interval 6-12 bulan. 7. Varisela Manfaat : untuk melindungi tubuh dari cacar air. Waktu pemberian : pada umur diatas 5 tahun. 8. HPV (Human Papilloma Virus)Manfaat : melindungi tubuh dari Human Papilloma Virus.Waktu pemberian : pada anak umur diatas 10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.(11)

E. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI1. PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakin indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Peran seorang ibu dalam program imunisasi sangatlah penting, oleh karena itu suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk setiap kalangan. Pemahaman atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tungkat pendidikan formal si ibu. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pad bayi. 2. ParitasParitas berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar pada anaknya. Semakin kecil jumlah anak akan semakin banyk waktu yang tersedia untuk memperhatikan anaknya terutama untuk melakuakn imunisasi, sebaliknya semakin banyak jumlah anak maka waktu yang tersedia akan semakin sedikit akibat kesibukan dalam mengurus anak.

3. Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek social yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan yang lebih tinggi akan cenderung memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang pendidikannya kurang, karena mereka yang berpendidikan tinggi mampu menghadapi tantangan dengan rasional. Menurut penelitian, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan lebih mudah menerima, bersikap dan berperilaku sesuai dengan yang dianjurkan. Sebaliknya, mekin rendah pendidikan ibu maka akan lebih sulit menyerap informasi yang ada. Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan tindakan ibu terhadap pemeliharaan anak terutama dalam hal imunisasi. 4. Umur Umur merupakan salah satu sifat karakteristik utama tentang manusia. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. 5. Stasus Sosial Ekonomi Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial tinggi akan cenderung ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat. Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dibagi 2 hal yaitu terdapat perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanan kesehatan dan terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yang dimiliki. Status sosial ekonomi juga merupakan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar pada bayi, dalam hal ini merupakan sumber pendapatan atau penghasilan.(5)

BAB IIIKESIMPULAN

Imunisasi telah diketahui dunia sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan infeksi berbagai penyakit. Sepanjang proses tumbuh kembang anak, anak memerlukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi adalah salah satu cara untuk memberi kekebalan bagi tubuh terhadap serangan mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk meyerang tubuh sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.Ada 5 imunisasi dasar yang wajib dilakukan pada bayi sesuai prosedur dan tumbuh kembangnya dari lahir hingga beberapa tahun kehidupannya, yakni imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Dimana masing-masing dari imunisasi ini bertujuan untuk mengurangi dan menghindari faktor resiko terjadinya penyakit berbahaya pada bayi. Yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (polio).

DAFTAR PUSTAKA1. Proverawati,Atikah.2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Jakarta: Nuha Offset2. Ranuh,I.G.N.2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia3. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. http://www.depkes.go.id/profil-kesehatan-indonesia-2008.pdf. Diakses 9 Desember 2011. 4. Depkes RI. 2004. Pedoman Penyelenggaran Imunisasi. Jakarta. 5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 6. Proverawati,Atikah.2010. Imunisasi dan Vaksinasi.Jakarta: Nuha Offset7. Hapsari, E.D. 2004. Kontribusi Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan Buku KIA. http://www.io.ppi-jepang.org. Diakses 9 Desember 2011. 8. Soegianto, Soegeng. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 9. Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 10. Krol, J. 1996. Poliomyelitis dan Dasar-dasar Pembedahan Rehabilitasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 11. Wahab, Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Widya Mediak, Jakarta

29