implementasi program unggulan kampung iklim di …
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN KAMPUNG IKLIM
DI KABUPATEN BULUKUMBA
ROSNAENI
105641113616
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN KAMPUNG IKLIM
DI KABUPATEN BULUKUMBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
ROSNAENI
105641113616
Kepada:
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
NamaMahasiswa : Rosnaeni
NomorStambuk : 105641113616
Program Studi : IlmuPemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, makasaya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan akademik.
Makassar, 05 Oktober 2020
Yang Menyatakan,
Rosnaeni
v
ABSTRAK
Rosnaeni. 2020. Implementasi Program Unggulan Kampung Iklim di
Kabupaten Bulukumba. ( Dibimbing oleh Hj.Ihyani Malik dan Rudi Hardi).
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program
Ungguan Kampung Iklim di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan tipe fenomenologi. Sumber data, yaitu primer dan
sekunder, jumlah informan 6 (Enam) orang. Pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara serta dokumentasi. Analisis data meliputi Reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Unggulan
Kampung Iklim pada 1). Adaptasi yaitu: a. Pada lahan masyarakat terdapat sumur
resapan dan empang untuk menampung air. b. Petani memakai sistem irigasi ke
sawah. c. Sampah organik dan non organik di buang di Bank Sampah.. 2) Mitigasi
yaitu: a. Membuat Bank Sampah untuk mengolah sampah menjadi kerajinan dan
pupuk. b. Menambah tutupan vetegasi/penanaman pohon untuk membuat tanah
makin subur dan membuat desa makin hijau. c. Mengurangi Pestisida pada
tanaman dan menggunakan pupuk organik.
Kata Kunci: Implementasi, Program Kampung Iklim, Kebijakan,.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata paling indah yang patut di ucapkan seorang hamba kepada Sang
Pencipta atas segala Cinta dan kasih-Nya yang tak terhingga serta nikmat-Nya
yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna
dan memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi Perogram Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten
Bulukumba” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dari program studi Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makssar. Saya menyadari bahwa untuk
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun saya begitu
banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku
pembimbing I dan Bapak Rudi Hardi, S. Sos., M. Si selaku pembimbing II, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarakan penulis,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
vii
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
terutama kepada:
1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si dan bapak Ahmad Harakan, S.IP.,
M.Hi selaku ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Segenap Dosen serta Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberi pelayanan kepada penulis selama
menempuh perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba
yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi terkait
penelitian ini.
5. Pihak KSPS Komunitas Swabima petani Salassaedan Masyarakat Desa
Salassae yang telah membantu dan mendukung penelitian ini.
6. Sahabat SMA penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
7.Kepada seluruh teman-teman yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga dan saudara penulis yang telah memberikan dukungan selama
penulisan skripsi.
viii
9. Kakak-kakak angkatan 2015.
10. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan.
11. Saudara dari awal masuk Universitas sampai sekarang IP.C.
12. Teman-teman kelas IP. A, IP.B, IP.D.
Ucapan terima kasih yang teristimewa dan terdalam dari penulis kepada
kedua orang tua tercinta Bapak Abbas dan Ibu Rahbia, karena semua usaha
penulis tidak berarti tanpa adanya dorongan semangat yang sangat luar biasa dari
beliau yang selalu sukarela melakukan segala hal, memberikan doa yang tulus,
motivasi, nasehat serta bimbingan dan membesarkan penulis dengan kasih sayang.
Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan pengorbanan dan kebaikan itu
sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak. Akhir kata penulis
mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca untuk menambah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
Ilmu Pemerintahan.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 05 Oktober 2020
Penulis
ROSNAENI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
PENERIMAAN TIM ............................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................................. iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ixi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Penelitan Terdahulu ........................................................................................ 6
B. Implementasi .................................................................................................... 9
1. Pengertian Implementasi ..................................................................... 9
2. Tujuan Implementasi ......................................................................... 13
C. Inovasi ............................................................................................................ 13
D. Program Kampung Iklim .............................................................................. 17
1. Pengertian Program kampung Iklim .................................................. 17
2. Tujuan Khusus Program Kampung Iklim .......................................... 18
3. Manfaat Program Kampung Iklim meliputi ...................................... 19
4. Pendekatan, Prinsip dan Strategi ....................................................... 19
E. Pelaksanaan Program kampung iklim ......................................................... 20
F. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 21
G. Fokus Penelitian ............................................................................................ 23
H. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................28
x
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 28
B. Jenis dan Tipe penelitian .............................................................................. 28
C. Sumber Data .................................................................................................. 29
D. Informan Penelitian ....................................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 30
F. Teknik Analisis Data. ................................................................................... 32
G. Pengabsahan Data ......................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................35
A. Deskripsi objek penelitian ............................................................................ 35
1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba ....................................... 35
2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian ............................................... 37
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba .. 38
B. Profil Program Kampung Iklim Di Kabupaten Bulukumba ..................... 55
1. Data Daerah yang menerapkan Program Kampung Iklim ............. 57
C. Implementasi Program Kampung Ikim di Desa Salassae Kabupaten
Bulukumba. ......................................................................................................... 60
1. Adaptasi............................................................................................ 61
2. Mitigasi ............................................................................................ 69
D. Faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Unggulan Kampung
Iklim di Kabupaten Bulukumba ...................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................81
A. KESIMPULAN ............................................................................................. 81
B. SARAN .......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penelitian Terdahulu . .................................................................................6
Tabel 2 Informan Penelitian. ..................................................................................36
Tabel 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bulukumba.. ..............................................36
Tabel 4 Data Base Lokasi Program Kampung Iklim Kabupaten Bulukumba. ......58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Bulukumba merasakan fenomena perubahan iklim sebagai
salah satu ancaman terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Hal ini dilihat
dari kenaikan suhu bumi yang berisiko terjadinya bencana terkait iklim seperti
banjir, longsor, kekeringan, gagal panen, kerusakan keragaman hayati,
kenaikan muka air laut serta penurunan kualitas kesehatan manusia.
Perubahan iklim disebabkan pemanasan global yang memicu terjadinya
perubahan cuaca yang ekstrem, dimana kondisi iklim yang jauh berbeda
dengan kondisi iklim normal. Pada kondisi iklim ekstrem, parameter iklim
seperti temperatur dan curah hujan dapat naik atau turun secara signifikan atau
bahkan terjadi musim kemarau yang berkepanjangan sehingga menimbulkan
dampak yang merugikan masyarakat. Dalam mengurangi dampak dari
perubahan iklim maka lahirlah keputusan pemerintah menetapkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pemerintah berwenang menetapkan dan melaksanakan
kebijakan di bidang pengendalian dampak perubahan iklim.
Hal ini menjadi acuan Kabupaten Bulukumba untuk mengendalikan
dampak perubahan iklim dengan adanya aksi adaptasi sebagai upaya yang
dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim serta aksi
mitigasi melakukan kegiatan yang dapat menurunkan tingkat emisi gas rumah
2
kaca. Setiap daerah perlu mendorong pemerintah maupun masyarakat bisa
aktif terlibat untuk melakukan perbaikan lingkungan.
Upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat terintegrasi dengan
kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan masyarakat desa
Salassae dengan memperhatikan faktor risiko iklim dan dampak perubahan
iklim yang mungkin terjadi. Upaya yang dilakukan perlu diinventarisasi dan
terdata dengan baik agar dapat diukur kontribusinya terhadap pencapaian
target pengurangas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan peningkatan kapasitas
adaptasi nasional. Pendataan aksi lokal adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
dapat dilaksanakan melalui pendekatan yang bersifat bottom-up, yaitu dengan
mendorong berbagai pihak mengumpulkan informasi mengenai kegiatan yang
sudah dilaksanakan oleh masyarakat dan dapat memberikan manfaat nyata
terhadap upaya penanganan perubahan iklim.
Penetapan lokasi kampung iklim dilakukan melalui serangkaian proses
penilaian yang dilaksanakan melalui Program Kampung Iklim (ProKlim).
ProKlim diharapkan akan memperkuat kemitraan berbagai pemangku
kepentingan dalam menghadapi perubahan iklim serta memfasilitasi
penyebarluasan dan pertukaran informasi mengenai upaya terbaik (best
practises) adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Kabupaten Bulukumba menjadi salah-satu kabupaten yang telah
menjalankan program kampung iklim termasuk di desa salassae, dimana
upaya awal yang dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat melakukan
3
kampanye Program Kampung Iklim sebagai gerakan meningkatkan
pemahaman dan wawasan masyarakat tentang perubahan iklim, melalui
Instruksi Bupati Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Upaya Adaptasi
Dan Mitigasi Perubahan Iklim Tingkat desa Melalui Program Kampung Iklim.
Melihat situasi dan kondisi dimana iklim selalu berganti membuat
masyarakat desa Salassae berupaya mempersiapkan serta mencegah kerusakan
terhadap lingkungan dan pertaniannya yang diakibatkan kondisi iklim yang
berbeda-beda disetiap tahunnya, mulai dari musim kemarau yang
berkepanjangan sampai musim hujan. Hal ini yang membuat pemerintah
menjadikan Desa Salassae sebagai desa yang menerapkan Program Kampung
Iklim untuk memberikan arahan sehingga pada saat pergantian iklim
masyarakat sudah mempersiakan apa yang harus mereka lakukan.
Pelaksanaan Program Kampung Iklim yang dilakukan Desa Salassae
Kecamatan Bulukumpa mendapat penghargaan sebagai pembina Proklim.
Desa Salassae Kecamatan Bulukumpa menjadi desa percotohan untuk wilayah
setiap daerah di sulawesi selatan karena dilihat dari Pelaksanaan Proklim yang
sudah mampu mengubah dan memperbaiki kondisi lingkungan setelah
menerapkan kegiatan tersebut. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
mengkaji sejauh mana pelaksanaan program kampung iklim serta hambatan
pelaksanaan Proklim di Kabupaten bulukumba.
4
Berdasarkan latar belakang yang tersebut maka penulis akan
mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi Program Unggulan
Kampung Iklim di Kabupaten Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas pokok permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program unggulan kampung iklim di Kabupaten
Bulukumba ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanakan program
unggulan kampung iklim?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan program kampung iklim di Kabupaten Bulukumba.
2. Mengetahui fakor pendukungdan penghambat dalam pelaksanaan program
unggulan kampung iklim.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat yang
bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis:
5
1. Secara Teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat menambah khasanah
keilmuan pada dunia pembelajaran masyarakat. Hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan kepustakaan di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Makassar yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Pemerintah Kabupaten Bulukumba
Sebagai masukan untuk pemerintah Kabupaten Bulukumba agar
menerapakan program kampung iklim di setiap daerah di kabupaten
Bulukumba.
b. Bagi Warga Masyarakat
Memberi motivasi pada masyarakat untuk terus berpartisipasi dalam
program kampung iklim.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini secara praktis dapat menambah pengalaman kepada peneliti
di bidang akademis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitan Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, ada beberapa penelitian terdahulu
yang telah melakukan penelitian tentang kebijakan atau program yaitu :
Tabel Penelitian Terdahulu 2.1
No. Nama/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Faedlulloh.,
dkk. (2019)
Program Unggulan
Kampung Iklim
(Proklim) Berbasis
Pemberdayaan
Masyarakat
Penelitian ini menunjukkan
bahwa Program Kampung
Iklim yang dilaksanakan di
Kelurahan Kebon Kosong dan
Kelurahan Jati berjalan dengan
baik. Dimana dalam aktivitas
adaptasi maupun mitigasi
perubahan iklim yang
dilaksanakan di Kelurahan
Kebong Kosong dan Kelurahan
Jati sama-sama menekankan
pentingnya proses
pemberdayaan dan partisipasi
masyarakat. masyarakat di
kelurahan tersebut akhirnya
7
lebih berdaya dalam
menghadapi perubahan iklim.
2. Puspito,
Ahmad
Ilham.(2016)
Implementasi
Program Kampung
Iklim di Kelurahan
Plalangan Kecamatan
Gunungpati Kota
Semarang
Penelitian ini menunjukkan
bahwa Pelaksanaan program
kampung iklim tingkat provinsi
tergolong baik sesuai dengan
komponen program kampung
iklim. Kelurahan Plalangan
sudah melakukan kegiatan
adaptasi dan mitigasi
perubahan lingkungan.
Keberhasilan program
Kampung Iklim tingkat
provinsi di Kelurahan
Plalangan didukung dengan
masyarakat yang berperan serta
secara aktif didalam
pelaksanaannya .
3. Rinaldy, R.,
dkk (2017)
Proses Community
Development Pada
Program Kampung
Hasil dari penelitian ini
menunjukan proses community
development pada 7 tahapan
8
Iklim Di Desa
Cupang Kecamatan
Gempol Kabupaten
Cirebon (Studi Kasus
Program Bank
Sampah Dalam
Program Kampung
Iklim)
yang dilakukan hanya ada 5
tahapan yang sudah berjalan
sebagaimana mestinya, yaitu
tahapan engagement,
assessment, perencanaan
program, Implementasi, dan
terminasi. Adapun tahapan
evaluasi belum dilakukan
secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Temuan
lain dalam penelitian ini
menunjukkan kendala pada
pemasaran produk dan
manajemen organisasi terutama
terhadap sumber daya manusia
(SDM) dalam pelaksanaan
kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas tentang penelitian terdahulu terdapat
beberapa kesamaan diantaranya jenis penelitiannya sama-sama kualitatif
dan pembahasan mengenai Program Kampung Iklim Sedangkan perbedaan
penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian saudara Faedlulloh.,
9
dkk yaitu meneliti mengenai Pemberdayaan Masyarakat dalam upaya
adaptasi dan mitigasi dalam Program Unggulan Kampung Iklim (Proklim),
sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu implementasi
program unggulan kampung iklim. Kemudian perbedaan penelitian yang
akan peneliti lakukan dengan saudara Rinaldy, R., dkk yaitu penelitian yang
dilakukan terkait Proses Community Development pada program kampung
iklim, sedangkan peneliti akan meneliti mengenai implementasi Program
kampung iklim.
Peneliti tertarik untuk mengangkat tema penelitian mengenai
implementasi program unggulan kampung iklim di kabupaten Bulukumba .
Hal ini dimaksudkan agar masalah dalam pelaksanaan Proklim dapat teratasi
untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan program kedepannya. Dengan
demikian program ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam
mempersiapkan diri terhadap perubahan iklim.
B. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha
untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola
operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil
10
sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada
hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi
setelah program dilaksanakan,Menurut Mulyadi dalam Apriandi Iwan
(2015).
Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar
mempunyaidampak atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Dalam
tataran praktis, implementasi memiliki proses pelaksanaan keputusan
dasar, Winarno dalam Kurniawan Rudi (2012). Proses tersebut terdiri atas
beberapa tahapanyakni:
a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.
b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.
c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.
d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.
e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.
f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa
hal penting yakni:
a. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
b. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan.
c. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2008),ada
enam variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:
11
a) Ukuran dan tujuan kebijakan.
Ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam
melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan
program yang sudah direncanakan. Kejelasan dan sasaran kebijakan
harus dapat dilihat secara spesifik sehingga di akhir program dapat
diketahui keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program yang
dijalankan
b) Sumberdaya.
Dalam suatu implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,
baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya
materi (matrial resources) dan sumberdaya metoda (method resources).
Dari ketiga sumberdaya tersebut, yang paling penting adalah
sumberdaya manusia, karena disamping sebagai subjek implementasi
kebijakan juga termasuk objek kebijakan publik.
c) Hubungan antar organisasi.
Dalam banyak program implementasi kebijakan, sebagai realitas
dari program kebijakan perlu hubungan yang baik antar instansi yang
terkait, yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu,
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan
suatu program tersebut. Komunikasi dan koordinasi merupakan salah
satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-programnya tersebut
dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.
12
d) Karakteristik agen pelaksana.
Dalam suatu implementasi kebijakan agar mencapai keberhasilan
maksimal harus diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen
pelaksana yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-
pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan
mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah
ditentukan.
e) Disposisi implementor.
Dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor
ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu; (a) respons implementor terhadap
kebijakan, yang terkait dengan kemauan implementor untuk
melaksanakan kebijakan publik; (b) kondisi, yakni pemahaman terhadap
kebijakan yang telah ditetapkan; dan (c) intens disposisi implementor,
yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.
f) Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi.
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang
dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi
implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung
atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan
apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
13
2. Tujuan Implementasi
a. Tujuan umum
Implementasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sistematis dan terikat oleh mekanisme untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sehingga dalam hal ini tujuan utama dari implementasi adalah
untuk melaksanakan rencana yang telah disusun secara cermat baik
individu maupun kelompok.
b. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari implementasi yaitu :
a) Untuk menguji serta mendokumentasikan suatu prosedur dalam
penerapan rencana atau kebijakan.
b) Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
perencanaan atau kebijakan yang telah dirancang.
c) Untuk dapat mengetahui kemampuan masyarakat dalam
menerapkan suatu kebijakan atau rencana sesuai dengan yang
diharapkan.
d) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau
rencana yang telah dirancang demi perbaikan atau peningkatan
mutu.
C. Inovasi
Inovasi merupakan suatu pengetahuan yang baru yang dapat di
implementasikan sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.Inovasi adalah
suatu ide, gagasan, praktek atauobjek/benda yang disadari dan diterima
14
sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Menurut Everett M. Rogers dalam Anggraeny Cindy (2013).
Inovasi program juga digunakan untuk menanggapi permasalahan yang
dihadapi. Dalam hal ini, inovasi secara bertahap dapat mempengaruhi
program atau kebijakan yang ada, juga dapat menjadi suatu produk dari
sesuatu yang sama sekali baru. Inovasi merupakan usaha untuk menggunakan
sumber daya yang ada menjadi lebih baik.
Dalam penerapannya, inovasi memiliki atribut yang melekat didalamnya.
Atribut inovasi yang dimaksud menurut Rogers dalam Suwarno ( 2008)
yaitu:
a) Relative Advantage atau Keuntungan Relatif
Inovasi harus memiliki keunggulan dibandingkan yang
sebelumnya, ada nilai yang membedakannya dengan yang lain.
b) Compatibility atau Kesesuaian
Inovasi juga mempunyai sifat kompatibel dan sesuai dengan
inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama
tidak serta merta dilupakan,namun inovasi yang lama menjadi bagian
proses transisi ke inovasi terbaru.selain itu juga dapat memudahkan
proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih
cepat.
15
c) Complexity atau Kerumitan
inovasi yang baru mungkin dapat menimbulkan tingkat kesulitan
yang lebih tinggi. Namun dengan adanya keuntungan yang dihasikan maka
hal ini tidak menjadi masalah penting.
d) Triability atau Kemungkinan dicoba.
Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji sdan terbukti
mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi
lama.sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase“uji
coba”,dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk
menguji kualitas dari sebuah inovasi.
e) Observability atau Kemudahan diamati.
inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana sebuah
inovasibekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Adapun Tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi,
menurut Rogers dalam Setiawan Sidiq (2017)yaitu :
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai
inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa
melalui media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi
interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1)
16
Karakteristik sosial-ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola
komunikasi.
2. Tahap persuasi.
Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari
informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak
dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud
berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan
inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan
(5) Dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan
menimbang keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan
memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang
berbeda-beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu
menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih
lanjut tentang hal itu.
5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup
kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya
menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
17
D. Program Kampung Iklim
1. Pengertian Program kampung Iklim
ProKlim Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2012 adalah program berlingkup nasional yang dikembangkan
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong partisipasi aktif
masyarakat dan seluruh pihak dalam melasanakan aksi lokal untuk
meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan
pengurangan emisi. Program Kampung Iklim menjadi wilayah yang
masyarakatnya melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
secara terukur, terstruktur dan berkesinambungan.
Adaptasi perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga
potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi
yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi. Mitigasi perubahan
iklim adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya
menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya
penanggulangan dampak perubahan iklim.
Instruksi Bupati No.3 Tahun 2017 Tentang pembinaan dan
pendampingan bagi lokasi- lokasi yang akan diusul sebagai lokasi
kampung iklim skala Desa/kelurahan, dusun/lingkungan dan skala rukun
18
warga (RW) yang mewakili kecamatan dengan lingkup kegiatan sebagai
berikut :
a. Budidaya pertanian rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan
peningkatan tutupan vegetasi;
b. Pengelolaan dan pemanfaatan sampah/limbah;
c. Pengendaian penyakit terkait iklim;
d. Peningkatan ketahanan pangan dan urban farming ; dan
e. Peningkatan ketahanan energi serta penggunaan energi baru,
terbarukan dan konservasi energi.
2. Tujuan Khusus Program Kampung Iklim
Program kampung iklim tidak hanya memiliki tujuan umum namun
juga memiliki tujuan khusus. Tujuan Khusus Program Kampung Iklim
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta
potensi pengembangannya di tingkat lokal.
2. Memberikan pengakuan terhadap aksi lokal yang telah dilakukan
masyarakat untuk mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim.
3. Mendorong penyebarluasan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim yang telah berhasil dilaksanakan pada lokasi tertentu untuk
dapat diterapkan di daerah lain.
19
3. Manfaat Program Kampung Iklim meliputi
a. Meningkatnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi variabilitas
iklim dan dampak perubahan iklim;
b. Terukurnya potensi dan kontribusi pengurangan emisi GRK suatu
lokasi terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK nasional.
c. Tersedianya data kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta
potensi pengembangannya di tingkat lokal yang dapat menjadi bahan
masukan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program terkait
perubahan iklim;
d. Tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup rendah karbon;
e. Meningkatnya kemampuan masyarakat di tingkat lokal untuk
mengadopsi tekait perubahan iklim.
4. Pendekatan, Prinsip dan Strategi
Pelaksanaan ProKlim menerapkan pendekatan adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim berbasis masyarakat berdasarkan prinsip kemitraan.
Dengan pendekatan tersebut para pemangku kemitraan berinteraksi secara
aktif dalam proses penyelesaian masalah terkait perubahan iklim untuk
memperkuat kapasitas sosial di tingkat lokal maupun nasional. Strategi
pelaksanaan program secara umum adalah sebagai berikut:
a. Memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam mendukung upaya
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
b. Memperkuat kapasitas masyarakat dalam melaksanakan upaya
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
20
c. Menjalin kemitraan dengan kementerian/lembaga terkait, pemerintah
daerah, dunia usaha , dan lembaga non-pemerintah.
d. Mendorong terciptanya kepemimpinan di tingkat masyarakat untuk
menjamin keberlangsungan pelaksanaan kegiatan adaptasi dan
mitigasiperubahan iklim;
e. Mendorong komitmen pengambil kebijakan di tingkat nasional dan
daerah untuk mendukung pelaksanaan upaya adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim;
f. Menyebarluaskan keberhasilan upaya adaptasi dan mitigasi
perubahaniklim di tingkat lokal;
g. Meningkatkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna
yang mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di
tingkat lokal.
h. Mendorong optimalisasi potensi sumber pendanaan untuk mendukung
pelaksanaan Program Kampung Iklim.
E. Pelaksanaan Program kampung iklim
Pelaksanaan program kampung iklim menjadi salah satu inovasi yang
dapat mengendalian perubahan iklim dengan melaksanan program adaptasi
dan mitigasi dalam menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca.
Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Nomor
P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Kampung Iklim terdapat tahapan pelaksanaan Program Kampung Iklim,
yaitu:
21
1. Persiapan
a. Pembentukan Kelompok Kerja
b. Pembuatan Profil Kerentanan dan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
2. Perencanaan Program
a. Perencanaan Pengembangan, Peningkatan Kapasitas, dan Kelembagaan
Masyarakat.
b. Penyusunan rencana aksi adaptasl dan mitigasi perubahan iklim tingkat
lokal berbasis masyarakat
3. Pelaksanaan Program
a. Pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tingkat lokal
berbasis masyarakat
b. Peningkatan kapasitas akses sumberdaya, pendanaan, serta teknologi
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
4. Pengembangan dan penguatan Program Kampung Iklim
F. Kerangka Berfikir
Program Kampung Iklim menjadi program pemerintah dalam rangka
meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim melalui pelaksanaan
ProKlim dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam ProKlim.
Program kampung iklim adalah program berlingkup nasional yang
dikembangkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk mendorong partisipasi
aktif masyarakat dan seluruh pihak dalam melasanakan aksi lokal untuk
meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan
emisi gas rumah kaca .
22
Implementasi Program Iklim yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah pelaksanaan program kampung iklim dengan melaksanakan upaya
adaptasi dan mitigasi. Berdasarkan uraian diatas, kerangka pikir dari
penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:
Faktor penghambat
1) Pemberian
Pupuk
bersubsisidan
pestisida
2) Kurangnya Dana
Faktor pendukung
a. Komunitas
Swabima Petani
Salassae
b. Dukungan
Kebijakan dalam
Pelaksanaan
Proklim
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2012
2. Instruksi Bupati No.3 Tahun 2017 yaitu :
a. Adaptasi
Penerapan adaptasi di desa Salassae
yaitu:
1) Pengendalian kekeringan(pemanenan air
hujan, peresapan air, perlindungan mata air).
2) Peningkatan ketahanan pangan (penerapan
pola tanam heterokultur, perbaikan sistem
irigasi, pertanian terpadu).
3) Pengendalian penyakit terkait iklim
b. Mitigasi
Penerapan mitigasi di desa Salassae
yaitu:
1) Pengelolaan sampah, limbah padat
2) Menambah tutupan vegetasi
3) Melakukan budidaya pertanian
Untuk mengatasi
perubahan iklim
Implementasi program unggulan
kampung iklim
23
G. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini mengenai Implementasi Program kampung Iklim
di Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan Kebijakan yang ada pada
program kampung menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2012 yaitu adaptasi dan mitigasi, serta bagaimana faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan Program Kampung Iklim di Kabupaten
Bulukumba.
H. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraian, penulis kemudian akan
mendeskripsikan fokus penelitian sebagai berikut :
Adapun pelaksanaan program kampung iklim dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 20122012dan Instruksi Bupati No.3
Tahun 2017 tentang pembinaan dan pendampinganTentang pembinaan dan
pendampingan bagi lokasi- lokasi yang akan diusul sebagai lokasi kampung
iklim skala desa/kelurahan, dusun/lingkungan dan skala rukun warga (RW)
yang mewakili kecamatan yaitu :
a. Adaptasi
Hal ini merupakan upaya yang dilakukan Dinas lingkungan Hidup
Kabupaten Bulukumba dalam memberikan pemahaman kepada desa
Salassae untuk mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim yang
terjadi dengan melakukan kegiatan pencegahan.
24
Penerapan adaptasi di desa Salassae yaitu:
1) Pengendalian kekeringan (pemanenan air hujan, peresapan air,
perlindungan mata air)
Dalam upaya pengendalian kekeringan masyarakatdesa
Salassae melakukan kegiatan yaitu dengan membuat sumur resapan
yang digunakan untuk menampung air hujan dan meresapkan
kedalam tanah..
2) Peningkatan ketahanan pangan (penerapan pola tanam heterokultur,
perbaikan sistem irigasi, pertanian terpadu).
Peningkatan ketahanan pangan merupakan kegiatan yang
dilakukan desa Salassae untuk mengantisipasi kekurangan pangan
akibat gagal panen dengan meningkatkan potensi tanaman. Kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan menerapkan sistem
pola tanamdan melakukan inovasi sistem irigasi diarea persawahan
yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
3) Pengendalian penyakit terkait iklim
Pengendalian penyakit merupakan kegiatan untuk pencegahan
penyakit yang muncul akibat perubahan iklim. Beberapa penyakit
yang sering terjadi karena lingkungan yang kurang bersih seperti
diare, malaria dan DBD atau Demam Berdarah Dengue.
b. Mitigasi
Mitigasi merupakan upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bulukumba dengan memberikan arahan kepada desa
25
Salassae untuk mengatasi dampak perubahan iklim dengan melakukan
kegiatan-kegiatan pengurangan resiko kerusakan lingkungan akibat
perubahan iklim.
Penerapan mitigasi di desa Salassae yaitu:
1) Pengelolaan sampah, limbah padat
Dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di
desa Salassae yaitu dengan membentuk bank sampah yang dikelola
oleh KASIMPADA. Desa Salassae memiliki satu unit bank sampah
sebagai tempat pengelolaan sampah yang diharapkan mampu
mengelola sampah dengan tepat dan dapat menjadi suatu kegiatan
yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
2) Menambah tutupan vegetasi
Peningkatan tutupan vegetasi merupakan salah satuupaya
masyarakat untuk menjaga keseimbangan lingkungandengan
melakukan kegiatan penghijauan. Adapun kegiatan penghijauan
yang dilakukan masyarakat desa Salassae yaitu dengan
menanambeberapa pohon seperti pohon cengkeh, kayu Bitti, dll.
3) Melakukan budidaya pertanian
Budidaya pertanian dalam pelaksanaan Proklim adalah salah
satu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya masyarakat di desa
Salassae untuk mengurangi gas rumah kaca akibat penggunaan
pupuk dan pestisida kimia serta membakar jerami. Budidaya
pertanian yang di lakukan desa Salassae setelah diterapkannya,
26
Proklim kini masyarakat menggunakan pupuk organik dalam sektor
pertanian.
Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
program kapung iklim yaitu :
a. Faktor pendukung
1) Komunitas Swabima Petani Salassae
Komunitas Swabina Petani Salasse (KSPS) merupakan
komunitas berbadan hukumyang menjadi salah satu pendukung
pelaksanaan program kampung iklim di Kabupaten Bulukumba,
dengan memberikan pembinaan serta mendorong masyarakat
melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat
lokal.
2) Dukungan Kebijakan dalam Pelaksanaan
Dukungan kebijakan dalam pelaksanaan Proklim di Desa
Salassae merupakan bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh
instruksi Bupati no.3 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
pendampingan bagi lokasi-lokasi yang akan diusul sebagai lokasi
kampung iklim skala desa/kelurahan, dusun/lingkungan dan skala
rukun warga(RW) dalam melakukan aksi adaptasi dan mitigasi untuk
mengurangi dampak perubahan iklim .
b. Faktor penghambat
27
1) Pemberian Pupuk bersubsisi dan pestisida
Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi merupakan salah
satu program dari dinas pertanian untuk kebutuhan petani. Hal ini
bertolak belakang dari program kampung ikim, dimana program
kampung iklim mencanangkan pertanian alami namun mereka juga
tidak bisa menolak bantuan dari pemerintah terutama karena bantuan
yang diberikan secara gratis.
2) Kurangnya Dana
Dana merupakan salah satu penghambat dalam pelaksanaan
program kampung iklim di kabupaten Bulukumba karena setiap
program yang dijalankan pasti memerlukan biaya agar pelaksanaan
program kampung iklim didesa Salassae dapat berjalan sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September. Lokasi
penelitian ini berada di Kabupaten Bulukumba tepatnya didesa Salassae
Kecamatan Bulukumpa, sebagai desa yang melakukan kegiatan adaptasi dan
mitigasi dalam persiapan menghadapi perubahan iklim. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat dan mengetahui bagaimana implementasi program
unggulan kampung ikim di Kabupaten Bulukumba.
B. Jenis dan Tipe penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pada penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, pendapat, motivasi,
tindakan, dll. Deskripsi dalam dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran
seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia. Penelitian
kualitatif berhubungan dengan ide, pendapat, ataupun kepercayaan orang
yang diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka.
29
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah fenomenologi yang dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang akan di teliti
berdasarkan pengalaman yang telah dialami oleh informan. Masalah yang
akan diteliti terkait Implementasi Program Unggulan Kampung Iklim di
Kabupaten Bulukumba.
C. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data-data yang
diperlukan selama peneliti melaksanakan penelitiannya.
1. Data primer
Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari
melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang
yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai
sarana mendapatkan informasi ataupun data.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder ini adalah data yang sifatnya
mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan
bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan
yang akan diteliti secara mendetail. Adapun teknik penentuan informan dalam
30
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu atau dengan kata lain
orang yang dapat memberikan informasi akurat tentang Implementasi
Program Unggulan Kampung Iklim dikabupaten Bulukumba.
Informan dalam Penelitian ini yaitu Informan sebanyak 6 orang yaitu:
Tabel 2. Informan Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
yang memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama.
NO. NAMA JABATAN
1. Ir. Hj.St.Patimah Kepala Seksi Pemeliharaan
Lingkungan Hidup dan
Pertamanan
2. Ponnong Komunitas Swabima Petani
Salassae (KSPS)
3. Muhammad Nur Komunitas Swabima Petani
Salassae (KSPS)
4. Gito Sukamdani Kepala Desa Salassae
5. Abdul Wahid Masyarakat
6. Hasmah Masyarakat
31
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik wawancara,
Teknik yang dilakukan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi ataupun ide melalui Tanya jawab secara lisan dan mendalam
terhadap beberapa informan yang diambil sebagai sampel yang dianggap
mampu memberikan informasi yang akurat terkait implementasi Program
Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten Bulukumba.
2. Teknik pengamatan/observasi,
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
pencatatan yang sistemastis terhadap masalah-masalah yang terkait dengan
Implementasi Program Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten
Bulukumba. Pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh keterangan-
keterangan data yang akurat dan relevan antara jawaban responden dengan
kenyataan yang terjadi dilapangan.
3. Teknik dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau buku
ataupun hasil-hasil penelitian yang relevan dengan Implementasi Program
Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten Bulukumba. Teknik dokumentasi
32
digunakan untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang erat
kaitannya dari pokok permasalahan.
F. Teknik Analisis Data.
Data yang terkumpul pada penelitian ini adalah data kualitatif, sehingga
teknik analisisnyasesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2018)
yaitu dilakukan secara interaktif. Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam
menganalisis data sesuai dengan prosedur dan tahapan-tahapan berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian
kepada data-data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga
data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi
penelitian atau data lapangan dituangkan dalam uaraian atau laporan yang
lengkap dan terinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-
hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian data
Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan
seluruh permasalahan penelitian dipilah anatara mana yang dibutuhkan
dengan yang tidak, lalu dikelompokkan, kemudian diberikan batasan
masalah.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah melakukan penyajian data maka kesimpulan awal dapat
dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian
berlangsung. Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan data
33
peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah
terkumpulkan.
G. Pengabsahan Data
Pada tahap ini Peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.Adapun Macam-
macam teknik triangulasi. Menurut sugiyono dalam Sinatriyo (2019).
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji
data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Dalam hal ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan,
wawancara, dengan dokumen-dokumen yang ada. Perbandingan hasil
wawancara dari informan (Data Primer) dengan buku bacaan atau file
ataupun dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ( Data sekunder).
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji
data dengan cara mengecek data yang sama namun dengan teknik yang
berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan teknik wawancara lalu
dilakukan pengecekan dengan teknik observasi ataupun dokumen.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu adalah triangulasi yang sering mempengaruhi
data. Untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti bisa melakukan
pengecekan atau pengamatan tidak hanya satu kali dan dengan berbagai
34
cara. Dalam hal ini peneliti bisa melakukan pengamatan pada saat di pagi
hari saat informan masih dalam keadaaan segar. Kemudian melakukan
pengamatan kembali pada saat sore hari untuk mendapatkan data yang
lebih valid dan memastikan data yang diperoleh tidak berbeda dari waktu
ke waktu.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi objek penelitian
Pada bab ini peneliti akan memberikan gambaran umum tentang lokasi
penelitian dan bagaimana implementasi program unggulan kampung iklim di
kabupaten Bulukumba. Gambaran umum lokasi penelitian meliputi gambaran
umum wilayah kabupaten Bulukumba dan gambaran umum Dinas
Lingkungan Hidup dan kehutanan selaku penanggung jawab dari program
kampung iklim di kabupaten Bulukumba. Gambaran umum kabupaten
Bulukumba mencakup kondisi fisik serta wilayah kependudukan kabupaten
Bulukumba. Gambaran umum Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mencangkup tugas, fungsi, visi dan misi.
1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba
Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba memiliki luas 1.154,58
km2 atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang
meliputi 10 (sepuluh) kecamatan dan terbagi kedalam 27 kelurahan dan 109
Desa. Ditinjau dari segi luas kecamatan Gantarang dan Bulukumpa
merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing seluas 173,51
km2 dan 171,33 km2 sekitar 30 persen dari luas kabupaten. Kemudian
disusul kecamatan lainnya dan yang terkecil adalah kecamatan Ujung Bulu
yang merupakan pusat kota kabupaten dengan luas 14,44 km2 atau hanya
sekitar 1 persen. Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen
36
berada pada ketinggian 0 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut
(dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32
aliran sungai yang dapat mengairi sawah seluas 22.958 Hektar, sehingga
merupakan daerah potensi pertanian.Curah hujannya rata-rata 170 mm per
bulan dan rata-rata hari hujan 12 hari per bulan. Dari luas wilayah tersebut
jumlah Penduduk di Kabupaten Bulukumba dari berbagai macam suku
bangsa yang sebahagian besar adalah suku Bugis, dan Makassar yang
terdiri dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulukumba
No. Kecamatan
Jumlah
penduduk(jiwa)
2016
1. Gantarang 74 582
2. Ujung Bulu 53 764
3. Ujung loe 41 397
4. Bontobahari 25 233
5. Bontotiro 21 916
6. Herlang 24 560
7. Kajang 48 635
8. Bulukumpa 52 259
9. Rilau Ale 39 775
10. Kindang 31 108
37
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba.
Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni
dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran
rendah, pantai dan laut lepas. suhu rata-rata kabupaten Bulukumba
berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok
untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan
analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan
bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk
iklim lembap atau agak basah. Kabupaten Bulukumba berada di sektor
timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan musim rendengan antara
April – September. Dengan kondisi seperti ini memberikan dampak
terhadap iklim di Kabupaten Bulukumba. Hal ini yang mengawali
pemerintah menerapkan program kampung iklim untuk mencegah
berbagai kerusakan lingkungan.
2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
Secara khusus lokasi penelitian ini berada di desa Salassae yang
merupakan salah satu desa dalam wilayah kecamatanBulukumpa
kabupaten bulukumba. Secara administratif, wilayah desa Salassae
memiliki batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Jojjolo
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Bonto Haru Kec. Rilau Ale
c. SebelahTimur : Berbatasan dengan Desa BontoMangiring
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Bulo-Bulo
38
Luas wilayah desa Salassae adalah 917,29 Ha yang terdiri dari 111
Ha berupa pemukiman, 756 Ha berupa daratan yang digunakan untuk
lahan pertanian, serta 50,29 ha berupa lahan pekarangan dan fasilitas
umum.Sebagaimana wilayah tropis, Desa Salassae mengalami musim
kemarau dan musim penghujan dalam tiap tahunnya.Jarak pusat desa
dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat
kurang lebih 37 km. Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota
kecamatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 7
km.
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba
a. Visi & Misi, Tujuan, Sasaran
1) Visi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten
Bulukumba
Visi adalah suatu gambaran dan cita-cita tentang keadaan
masa depan yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah,
dengan mengacu pada batasan tersebut. Visi merupakan pandanga
jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah harus
dibawa dan berkarya agar konsisten dan tetap eksis, inovatif,
antisipatif dan produktif. Adapun Visi Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba sebagai berikut :
“Terwujudnya pelestarian fungsi lingkungan hidup”
2) Misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten
Bulukumba
39
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan yang
dilandaskan pada potensi maupun sumber daya yang dimiliki
serta didukung oleh semangat kebersamaan, tanggung jawab
yang optimal an proporsional, maka misi Dinas Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba sebagai berikut :
a) Meningkatnya upaya pemenuhan baku mutu lingkungan
hidup
b) Meningkatnya kebersihan dan keindahan Kabupaten
Bulukumba
c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
3) Tujuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten
Bulukumba
“Terwujudnya pelestarian fungsi lingkungan hidup”
4) Sasaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten
Bulukumba sebagai berikut :
a) Meningkatnya upaya pemenuhan baku mutu lingkungan
hidup
b) Meningkatnya kebersihan dan keindahan Kabupaten
Bulukumba
c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
40
b. Tugas dan Fungsi Pokok Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Bulukumba
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
mengkoordinasikan penyelenggaraan lingkungan hidup dan
Kehutanan. Untuk menyelenggarakan tugas, Kepala Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai fungsi:
a. Mengoordinasikan perumusan rencana strategis Dinas
Lingkungan Hidup dan kehutanan;
b. Mengoordinasikan perumusan kebijakan agar tercipta
sinkronisasi dan integrasi kebijakan pemerintah dalam
lingkup kerja dan kewenangan Dinas Lingkungan Hidup
dan kehutanan;
c. Melaksanakan pengendalian, penempatan dan pembinaan
kepegawaian lingkup Dinas Lingkungan Hidup dan
kehutanan;
d. Mengendalikan pengelolaan keuangan Dinas Lingkungan
Hidup dan kehutanan;
e. Menyelenggarakan urusan umum Dinas Lingkungan Hidup
dan kehutanan;
41
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Dinas mengoordinasikan penyelenggaraan kesekretariatan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Untuk melaksanakan
tugas, maka uraian Sekretaris sebagai berikut :
a. Mengoordinasikan penyusunan program dan kegiatan
Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan;
b. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis
pelaksanaan penyelenggaraan urusan kesekretariatan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
c. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi berkala
pelaksanaan kegiatan kesekretariatan Dinas Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
d. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan
kepada bawahan;
e. Memantau dan mengevaluasi serta menilai pelaksanaan
tugas bawahan;
3. Bidang Penataan dan Penaatan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan
Bidang Penataan dan Penaatan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Dinas menyiapkan bahan penyusunan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan daerah bidang penataan dan penaatan,
42
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi
perencanaan dan kajian dampak lingkungan, pengaduan dan
penyelesaian sengketa lingkungan dan penegakan hukum
lingkungan. Untuk melaksanakan tugas, maka uraianBidang
Penataan dan Penaatan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Penataan dan Penaatan,
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Bidang Penataan dan Penaatan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melaksanakan
perumusan kebijakan terkait perencanaan dan kajian
dampak lingkungan hidup.
4. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan
Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan
memiliki tugas pokok membantu Kepala Bidang menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
43
bidang perencanaan. Untuk melaksanakan tugas pokok, maka
uraian Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Perencanaan dan Kajian
Dampak Lingkungan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Perencanaan dan Kajian
Dampak Lingkungan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menginventarisasi data dan informasi sumber daya alam.
5. Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan
tugas pokok membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
pengaduan dan penyelesaian sengketa lingkungan. Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Seksi Pengaduan dan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan sebagai berikut :
44
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pengaduan dan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Pengaduan dan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan tentang tata
cara pelayanan pengaduan dan penyelesaian pengaduan
masyarakat;
6. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan
Seksi Penegakan Hukum Lingkungan mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
penegakan hukum lingkungan. Untuk melaksanakan tugas,
maka uraian Seksi Penegakan Hukum Lingkungan sebagai
berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Penegakan Hukum
Lingkungan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
45
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Penegakan Hukum
Lingkungan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menyusun kebijakan pengawasan terhadap usaha dan atau
kegiatan yang memiliki izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan;
7. Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dan Peningkatan Kapasitas
Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun dan Peningkatan Kapasitas mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Dinas menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
pengelolaan sampah, limbah bahan berbahaya dan beracun dan
peningkatan kapasitas meliputi pengelolaan sampah, limbah
bahan berbahaya dan beracun serta peningkatan kapasitas
lingkungan hidup. Untuk Melaksaanakan tugas, maka uraian
Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dan Peningkatan Kapasitas sebagai berikut :
46
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Pengelolaan Sampah,
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peningkatan
Kapasitas sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Bidang Pengelolaan Sampah,
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peningkatan
Kapasitas untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melaksanakan
perumusan kebijakan terkait pengelolaan sampah;
8. Seksi Pengelolaan Sampah
Seksi Pengelolaan Sampah mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
pengelolaan sampah. Untuk melaksanakan tugas, maka uraian
pokok Seksi Pengelolaan Sampah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Penegakan Hukum
Lingkungan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
47
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Perencanaan dan Kajian
Dampak Lingkungan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menyusun informasi pengelolaan sampah.
9. Seksi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Seksi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
bidang limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Seksi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
48
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Merumuskan penyusunan kebijakan perizinan penyimpanan
sementara limbah bahan berbahaya dan beracun
(pengajuan, perpanjangan, perubahan dan pencabutan);
10. Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup
Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam
menyiapkan bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi
kebijakan daerah bidang peningkatan kapasitas lingkungan
hidup. Untuk melaksanakan tugas, maka uraian Seksi
Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Peningkatan Kapasitas
Lingkungan Hidup sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Peningkatan Kapasitas
Lingkungan Hidup untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
49
11. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Hidup
Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Dinas menyiapkan bahan penyusunan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan daerah bidang pengendalian pencemaran
lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup dan pertamanan. Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Bidang Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan Hidup untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melaksanakan
perumusan kebijakan terkait pengendalian pencemaran
lingkungan.
50
12. Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
bidang pengendalian pencemaran lingkungan.Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Seksi Pengendalian
Pencemaran Lingkungan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pengendalian
Pencemaran Lingkungan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Pengendalian Pencemaran
Lingkungan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Melaksanakan pemantauan sumber pencemar institusi dan non
institusi.
13. Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
51
bidang pengendalian kerusakan lingkungan. Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Seksi Pengendalian
Kerusakan Lingkungan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Peningkatan Kapasitas
Lingkungan Hidup sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Peningkatan Kapasitas
Lingkungan Hidup untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Melaksanakan pemantauan kerusakan lingkungan.
14. Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup
Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
pemeliharaan lingkungan hidup. Untuk melaksanakan tugas
Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pemeliharaan
Lingkungan Hidup sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
52
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Pemeliharaan Lingkungan
Hidup untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Melaksanakan perlindungan sumber daya alam.
15. Bidang Kehutanan dan Pelestarian Lingkungan
Bidang Kehutanan dan Pelestarian Lingkungan
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
bidang pemanfaatan dan kawasan hutan, perlindungan dan
pengamanan hutan serta kelembagaan dan konservasi. Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Bidang Kehutanan dan
Pelestarian Lingkungan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Kehutanan dan
Pelestarian Lingkungan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
dalam lingkungan Bidang Kehutanan dan Pelestarian
Lingkungan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
53
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Mengoordinasikan, menyiapkan bahan dan melaksanakan
perumusan kebijakan terkait pemanfaatan kawasan hutan.
16. Seksi Pemanfaatan Kawasan Hutan
Seksi Pemanfaatan Kawasan Hutan mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
pemanfaatan kawasan hutan. Untuk melaksanakan tugas, maka
uraian Seksi Pemanfaatan Kawasan Hutan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pemanfaatan Kawasan
Hutan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Pemanfaatan Kawasan Hutan
untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menyiapkan rumusan kebijakan terkait rencana dan
bimbingan teknis inventarisasi potensi, penataan kawasan,
penyusunan rencana pengelolaan kawasan hutan.
17. Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan
54
Seksi Perlindungan dan PengamananHutan mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan
bahan penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah
bidang perlindungan dan pengamanan hutan.Untuk
melaksanakan tugas, maka uraian Seksi Perlindungan dan
Pengamanan Hutan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Perlindungan dan
Pengamanan Hutan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Perlindungan dan
Pengamanan Hutan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan pencegahan,
penanggulangan, dan pembatasan kerusakan yang
disebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies infasif,
hama, dan penyakit pada kawasan hutan;
18. Seksi Kelembagaan dan Konservasi
Seksi Kelembagaan dan Konservasi mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan
55
penyusunan, pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah bidang
kelembagaan dan konservasi. Untuk melaksanakan tugas, maka
uraian Seksi Kelembagaan dan Konservasi sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan Seksi Kelembagaan dan
Konservasi sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas dalam lingkungan Seksi Kelembagaan dan
Konservasi untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas;
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e. Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan.
B. Profil Program Kampung Iklim Di Kabupaten Bulukumba
Program Kampung Iklim (Proklim) telah diluncurkan sebagai gerakan
nasional pengendalian perubahan iklim berbasis komunitas oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 1 Desember 2016. Proklim
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012, bertranformasi daroo memberikan
apresiasi terhadap wilayah administratif paling rendah setingkat RW/ dusun
dan paling tinggi setingkat kelurahan/desa, yang mendorong dan memfalitasi
tumbuhnya kampung iklim melalui pengayaan inovasi program adaptasi
56
maupun mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan secara kolaborasi antara
pemerintah (party) dengan “ Non party Stakeholder”.
Kriteria lokasi Proklim juga diperluas mencakup wilayah yang
masyarakatnya telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi secara
berkesinambungan, seperti komunitas pondok pesantren, perguruan tinggi, dan
lain-lain, hal ini juga sebagai wujud pelaksanaan perjanjian paris dimana
pemerintah RI telah meratifikasinya menjadi Undang-Undang No 16 tahun
2016 tentang persetujuan paris atas konvensi kerangka kerja PBB mengenai
perubahan iklim. Landasan hukum Proklim adalah peraturan menteri
lingkungan hidup dan kehutanan nomor: P.84/MenLHK-
Setjen/Kum.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim, dan telah ditindak
lanjuti dengan dikelurkannya Peraturan Dirjen Pengendalian perubahan Iklim
Nomor: P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Kampung Iklim.
Lokasi Proklim harus memiiki 3 (tiga) komponen utama yaitu :
a. Adanya aksi adaptasi menanggulangi dampak perubahan iklim yang telah
terjadi maupun yang belum terjadi (antisipasi)
b. Adanya aksi mitigasi mengurangi gas rumah kaca yang dikeluarkan
maupun dengan menyerap kembali yang sudah ada di udara lepas
c. Adanya kelompok masyarakat yang merupakan penggerak dalam kegiatan
adaptasi dan mitigasi
Instruksi Bupati No.3 Tahun 2017 Tentang pembinaan dan
pendampingan bagi lokasi- lokasi yang akan diusul sebagai lokasi kampung
57
iklim skala desa/kelurahan, dusun/lingkungan dan skala rukun warga (RW)
yang mewakili kecamatan dengan lingkup kegiatan sebagai berikut :
a. Budidaya pertanian rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan
tutupan vegetasi;
b. Pengelolaan dan pemanfaatan sampah/limbah;
c. Pengendaian penyakit terkait iklim;
d. Peningkatan ketahanan pangan dan urban farming ; dan
e. Peningkatan ketahanan energi serta penggunaan energi baru, terbarukan
dan konservasi energi.
1. Data Daerah yang menerapkan Program Kampung Iklim
Dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai perubahan Iklim
melalui pelaksanaan Proklim dan mendorong masyarakat khusus
Kabupaten Bulukumba untuk berpartisipasi dalam Proklim, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kab. Bulukumba telah melaksanakan
sosialisasi kampanye Proklim tahun 2019 di tujuh lokasi yaitu: Desa
Salassae Kec. Bulukumba, Desa Baji Minasa Kec Rilau Ale, Desa
Kambuno Kec Bulukumba, Desa Orogading Kec.Kindang, Desa Tamaona
Kec.Kindang dan Desa Buhun Kec Bontotiro.Peserta sosialisasi ini
meliputi perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kab.Bulukumba, komunitas/masyarakat kelompok tani dalam lembaga
swadaya masyarakat, aparatur Desa, maupun tokoh masyarakat Desa
setempat.Pada tahun 2016 Desa Salassae memperoleh penghargaan
58
Proklim Lestari dan penghargaan Kategori Utama diberikan kepada
Kepala Desa Kambuno dan Desa Baji Minasa.
Tabel 4.Data Base Lokasi Program Kampung Iklim Kabupaten Bulukumba.
No. Lokasi Proklim Status Penghargaan Tahun
1. Dusun Parukku, Desa
Bululohe.
Trophy Proklim 2016
2. Kelurahan Ballasaraja Sertifikat Proklim 2016
3. Dusun Cilallang, Desa
Balangtaroang.
Proklim Madya 2016
4. Desa Salassae. Trophy Proklim 2017
5. Dusun Barugae, Desa
Kambuno.
Sertifikat Proklim 2017
6. Desa Jojjolo. Sertifikat Proklim 2018
7. Desa Swatani. Sertifikat Proklim 2018
8. Desa Bonto Haru. Peserta Verfikasi Proklim. 2018
9. Dusun Batu Tompo, Desa
Bajiminasa.
Peserta Verfikasi Proklim. 2018
10. Dusun Ganjenge, Desa Tanah
Harapan
Peserta Proklim. 2018
11. Dusun Cempaga, Desa
Tamaona.
Peserta Proklim. 2018
59
12. Dusun Bonto Sura, Desa
Tugondeng.
Peserta Proklim. 2018
13. Dusun Luppung, Desa
Manyampa.
Peserta Proklim. 2018
14. Dusun Kampung Baru, Desa
Balang Pesoang.
Peserta Proklim. 2018
15. Dusun Batu Loe, Desa
Seppang.
Peserta Proklim. 2018
16. Desa Salassae. Pembina Kelompok Tani
Persiapan Proklim Lestari.
2018
17. Kabupaten Bulukumba Peserta Proklim. 2018
18. Desa Salassae. Trophy Proklim Lestari 2019
19. Desa Kambuno. Sertifikat Proklim Utama 2019
20. Kabupaten Bulukumba Pembina Kelompok Tani
Persiapan Proklim Lestari.
2019
21. Desa Bialo. Peserta Proklim. 2019
22. Desa Bajiminisa Sertifikat Proklim. 2019
23. Desa Orogading. Peserta Proklim. 2019
24. Desa BT. Malewang. Peserta Proklim. 2019
25. Desa Seppang Peserta Verifikasi
Proklim.
2019
26. Desa Bukit Harapan. Peserta Verifikasi
Proklim.
2019
60
27. Desa Tamaona . Peserta Verifikasi
Proklim.
2019
28. Desa Buhung Bundang. Peserta Verifikasi
Proklim.
2019
(Sumber : Hasil wawancara, 2020)
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa masih banyak desa yang
masih menjadi peserta verifikasi Prokim, dimana desa tersebut belum
maksimal dalam menerapkan Proklim, selain itu hanya desa Salassae yang
mendapatkan thophy Proklim.Perlu adanya pendampingan dari Dinas
Lingkungan Hidup untuk desa-desa yang menjadi lokasi usulan Proklim.
C. Implementasi Program Kampung Ikim di Desa Salassae Kabupaten
Bulukumba.
Proklim adalah program yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam penanganan kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitasnya
terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim dan
penurunan emisi gas rumah kaca. Implementasi merupakan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat secara matang untuk
mencapai tujuan tertentu suatu kegiatan dikatakan telah berhasil apabila semua
tujuan sudah mampu dilakukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
Pada penelitian ini implementasi program unggulan kampung iklim dapat
dilihat dari 2 indikator yaitu : (1) adaptasi dan (2) mitigasi. Adapun hasil dari
61
penelitian terkait dengan implementasi program kampung iklim di Kabupaten
Bulukumba, sebagai berikut :
1. Adaptasi
Adaptasi adalah bentuk penyesuaian diri masyarakat desa Salassae
terhadap rencana-rencana dari Proklim yang telah diterapkan oleh
pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dinas Lingkungan Hidup
yang menyatakan bahwa :
“Untuk menanggulangi perubahan iklim pemerintah disini
melakukan sosialisasi di desa Salassae terkait dampak perubahan
iklim dan selalu mengarahkan masyarakat”.(Hasil wawancara SP
pada tanggal 8 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas Dinas Lingkungan Hidup berupaya
mengembangkan program kampung iklim di desa Salassae dengan
memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam Proklim melalui aksi adaptasi. Hal ini juga didukung dengan
pernyataan Kepala desa Salassae bahwa :
“Adanya dampingan dan arahan dari Dinas Lingkungan Hidup
terkait Proklim, dengan melaksanakan program kampung iklim baik
dari tahan awal memberikan sosialisasi sampai pada tahan dimana
desa ini mendapatkan penghargaan Proklim Lestari”. (Hasil
wawancara GS 09 September 2020).
Dari hasil wawancara diatas tahap dasar sebelum mencapat tujuan
tercapainya Proklim dengan memberikan ruang antara pemerintah dan
masyarakat untuk saling bekerjasama menerapkan suatu kebiasaan yang
bermanfaat dengan melalui cara yang benar dengan dukungan
pengetahuan dari pemerintah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
62
masyarakat di desa Salassae untuk mecapai Proklim melalui aksi adaptasi
yaitu :
a. Pengendalian kekeringan (pemanenan air hujan, peresapan air,
perlindungan mata air).
Dalam upaya pengendalian kekeringan masyarakat desa Salassae
melakukan kegiatan yaitu dengan membuat sumur resapan yang
digunakan untuk menampung air hujan dan meresapkan kedalam
tanah.
Manfaat dari sumur resapan yaitu mengurangi airan permukaan,
menekan laju erosi, maupun melindungi kualitas air tanah. Selain
sumur resapan masyarakat di desa Salassae juga membuat rorak .
rorak merupakan lubang-lubang dengan ukuran tertentu yang berfungsi
untuk meresap air kedalam tanah serta menampung sendimen. Hal ini
sebagai upaya adaptasi masyarakat didesa salassae untuk mengurangi
dampak perubahan iklim. Hal ini disampaikan oleh masyarakat yang
menyatakan bahwa :
“Kalau untuk dilahan saya ada sumur resapan, dan juga membuat
empang itu gunanya untuk menampung air pada musim hujan, jadi
saat musim kemarau tidak kesulitan air untuk tanaman ”.(Hasil
wawancara AW pada tangga 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatan bahwa masyarakat
dalam hal ini sudah memenuhi kegiatan adaptasi dalam hal
pengendaian kekeringan.Upaya adaptasi ini sangat membantu dalam
mengurangi dampak perubahan iklim yang tak menentu.
63
Upaya perlindungan mata air juga dilaksanakan oleh masyarakat
dengan melakukan pembuatan struktur perlindungan mata air.
Tujuannya sebagai bentuk jaminan akan perlindungan sumber mata air
yang ada di desa Salassae. Kegiatan ini dilakukan supaya sumber mata
air yang ada, agar tetap hidup dan mendapat perlindungan oleh
masyarakat setempat dan sekitar desa Salassae.Pernyataan ini telah
disampaikan oleh Sekertaris KSPS bahwa :
“Untuk mencegah kekeringan, melindungi tanaman dengan
melindungi mata air, masyarakat tidak boleh berlebihan
menggunakan mata air agar kualitas mata air selalu terjaga,tidak
memasang pipa seenaknya untuk dialiri ke tempatnya sendiri,
selain itu menjaga dan melestarikan mata air dengan melakukan
penanaman pohon, karena pohon tidak hanya menyerap air tetapi
juga mampu menghasilkan air”. (Hasil wawancara MN pada
tanggal 09 September 2020).
Dari hasil wawancara untuk mengendalikan kekeringan dengan
mencegah dan menjaga sumber alam yang ada , bukan hanya mencari
solusi memperbaiki hal yang sudah terjadi.
b. Peningkatan ketahanan pangan (penerapan pola tanam heterokultur,
perbaikan sistem irigasi, pertanian terpadu).
Peningkatan ketahanan pangan merupakan kegiatan yang
dilakukan desa Salassae untuk mengantisipasi kekurangan pangan
akibat gagal panen dengan meningkatkan potensi tanaman.Kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan menerapkan sistem
pola tanamdan melakukan inovasi sistem irigasi diarea persawahan
yang dimiliki oleh masyarakat setempat.Sistem pola tanam yang
dilakukan yaitu penerapan pola tanam berupa pagi-pagi-palawija dan
64
padipalawija-pagi, kegiatan ini dilakukan oleh petani yang ada di desa
Salassae. Kemudian, dalam sistem irigasi juga sudah dilakukaan di
desa Salassae. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Sekertaris
Komunitas Swabima Petani Salassae yang menyatakan bahwa :
“Petani disini kebanyakan sawah, jadi untuk mengairi dilakukan
sistem irigasi dengan mengambi air dari sungai untuk dialiri ke
sawah, kita juga menggunakan pupuk organik jadi hasil yang
diperoleh juga lebih banyak yang dulunya pakai pupuk pestisida
hasil panenya sedikit setelah diterapkan kampung iklim hasil
panenya lebih banyak, selain itu masyarakatnya menanam di
lahannya bermacam-macam mulai dari kayu bitti yang dipakai
pembuatan kapal phinisi, cengkeh, merica dan coklat selain itu
juga berternak sapi dan ada pula empang ikan. Jadi tidak harus
menunggu waktu panen satu tanaman saja”. (Hasil wawancara MN
pada tangga 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas bahwa masyarakat sudah melakukan
sistem irigasi untuk tanaman padi. Hal ini membuat sistem pertanian
akan semakin baik melalui kegiatan yang dapat memperbaiki sistem
pertanian.
c. Pengendalian penyakit terkait iklim
Pengendalian penyakit merupakan kegiatan untuk pencegahan
penyakit yang muncul akibat perubahan iklim. Beberapa penyakit yang
sering terjadi karena lingkungan yang kurang bersih seperti diare,
malaria dan DBD atau Demam Berdarah Dengue. Salah satu upaya
yang dilakukan desa Salassae dengan tidak membuang sampah
sembarangan tempat,karena sampah merupakan penyebab utama
munculnya penyakit, selain itu didukung dengan gaya hidup
masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya. Upaya lain
65
yang dilakukan dengan menerapkan kegiatan 3M (menguras,
menimbun dan menutup) yang dapat memicu timbulnya sarang
nyamuk seperti menguras bak mandi, membersihkan selokan air dan
melakukan pembersihanlingkungan dari genangan air. Kegiatan ini
juga disampaikan masyarakat yang menyatakan bahwa :
“Disini sampah-sampah organik maupun non organik, tidak lagi
dibuang sembarang karena sudah ada Bank sampah yang
dikembangkan oleh kelompok pemuda Salassae, jadi kita
mengumpulkan sampah yang selanjutnya diolah untuk dijadikan
kerajinan serta dibuat pupuk untuk dijual”. (hasi wawancara HS
pada tangga 9 september 2020).
Dari hasi wawancara diatas komunitas berupaya untuk melakukan
kegiatan yang mendukung pengendalian penyakit, hal ini sudah
menunjukkan aksi adaptasi yang diterapkan di desa Salassae.
Upaya lain yang dilakukan dalam pengendalianpenyakit terkait
perubahan iklim yaitu perilaku hidup bersihdan sehat atau singkatnya
PHBS. Kegiatan ini merupakan perilaku masyarakat dalam menjaga
kesehatan supaya masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dan
dapat berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di
lingkungannya.Penerapan kegiatan PHBS sebagai upaya
mempertahankan ketahanan tubuh masyarakat dalam melawan wabah
penyakit terkait iklim.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan yaitudengan kegiatan
mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan sehari-
hari, menggunakan jamban sehat dan menggunakan air
bersih.Kegiatan ini juga telah dilaksanakanoleh masyarakat dengan
66
menerapkan kegiatan PHBS di desa Salassae. Kegiatan seperti gotong-
royong atau kerjabakti, mencuci tangan dengan sabun dan perilaku
lainnya telah dilaksanakan apalagi dalam upaya pencegahan virus
corona yang terjadi sekarang dengan tujuan untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan di lingkungan masyarakat.Kegiatan ini sangat penting
untuk dilaksanakan sebagai upaya untuk pengendalian penyakit,
khususnya akibatperubahan iklim. Dalam penelitian yang pernah
dilakukan menjelaskan bahwa menerapkan perilaku hidup bersih
dansehat (PHBS) merupakan langkah ampuh menangkalpenyakit.
“Masyarakat disini sudah lebih bersih, apalagi dengan adanya
komunitas KSPS yang memberikan contoh awal melakukan hidup
bersih dengan mengurangi penggunaan minuman yang
menggunakan plastik supaya tidak banyak sampah yang dihasilkan.
Untuk merubah pola hidup bersih harus dari diri masing-masing
jadi masyarakat juga harus berupaya menerapkannya meski secara
bertahap tidak langsung semua pola hidup bersih dilakukan”.
(Hasil wawancara PN pada tanggal 09 September 2020).
Dari hasil wawancara diatas bahwa hal yang dapat mengubah pola
hidup bersih adalah diri kita sendiri untuk itu perlu adanya kesadaran
dari diri sendiri belajar menerapkan perilaku hidup sehat baik dari
makanan, lingkungan dan kebiasaan. Kegiatan PHBS dalam Proklim
dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk terus
melakukan hidup bersih dan sehat danmenjadi salah satu solusi dan
upaya dalam pengendalian penyakit didesa Salassae yang disebabkan
oleh perubahan iklim.
Proklim ini dapat berjalan sesuai tujuan yang hendak dicapai tidak
lepas dari kerjasama pemerintah, komunitas dan masyarakat yang
67
peduli terhadap lingkungan dengan melakukan aksi adaptasi untuk
mengurangi dampak dari perubahan iklim itu sendiri. Pernyataan ini
didukung dengan pernyataan Komunitas Swabima Petani Salassae
(KSPS) yang menyatakan bahwa :
“2011 komunitas sudah menerapkan kampung iklim namun
bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup bermula pada tahun
2017 terkait pertanian alami, peternakan dll. Desa Salassae
dimotori oleh KSPS yg membina 10 Desa diluar Salassae yang
didorong untuk menerapkan program kampung iklim dan di 2017
mendapat trophy Proklim lestari.KSPS juga mencanangkan
program seperti mengkonsumsi pangan sehat,program penanaman
pohon,membuat Rorak, mengolah Sampah organik dan non
organik, membuat pupuk kompos, membuat pestisida dari bahan
alami. Hal ini dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim
seperti : kerusakan ekosistem, dampak pada kegiatan pertanian dan
perkebunan (gagal panen), merebahnya wabah penyakit, bencana
alam, hama yang dapat merusak pertanian,kekeringandan
kekurangan sumber air serta harga pangan yang semakin tinggi.”
(hasil wawancara MN pada tanggal 9 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ketahui program
kampung iklim atau sering disebut Proklim ini dilaksanakan bermula
dari kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan. Kemudian, pemerintah menginisiasi suatu program yang
bertujuan untuk pengembangan dan penguatan pada kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh masyarakat tersebut melalui Proklim. Desa
Salassae hanya perlu binaan dari pemerintah untuk mampu
menjalankan program tersebut dengan tepat. KSPS selaku penggerak
Proklim ini termotivasi dari kesadaran terkait permasaahan-
permasalahan yang terjadi di desa Salassae. Melihat dari bagaimana
68
dampak yang dirasakan karena perubahan iklim, hal ini berdasarkan
penyampaian dari Sekertaris KSPS yang menyatakan bahwa :
“Motivasi awal komunitas ikut berperan dalam Proklim melihat
permasalahan soal sampah, kekeringan terjadi karena perubahan
iklim, ekonomi masyarakat juga minim, hasil panen kurang,
tanaman juga kurang bagus. Untuk itu komunitas ini tergerak
melakukan upaya-upaya supaya bagaimana mengurangi dampak
buruk kerena perubahan iklim”. (Hasil wawancara MN pada
tanggal 9 september 2020).
Dari hasil wawancara bahwa masalah-masalah yang dirasakan
masyarakat di desa Salassae menjadi keinginan utama masyarakat
untuk menerapkan Proklim. Setelah berjalannya Proklim ini
masyarakat sudah merasakan dampak positif di desa Salassae. Adapun
pernyataan dari masyarakat yang menyatakan bahwa :
“Sebelum diterapkannya program kampung iklim di desa Salassae
yang dulunya gersang, panas dan pendapatan petani yang kurang
karena dampak dari perubahan iklim tersebut. Namun setelah
diterapkannya program kampung iklim, masyarakan sudah
merasakan perubahan di desa Salassae yang sudah semakin sejuk
apalagi dibulan september-oktober yang merupakan musim
kemarau namun masih ada hujan. Selain itu penapatan masyarakat
juga semakin meningkat karena sudah tidak harus mengeluarkan
biaya untuk membeli pestisida, dan pupuk lagi”.(Hasi wawancara
AW pada tanggal 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
aksi adaptasi program kampung iklim sudah memberikan dampak besar
bagi masyarakat mulai dari kondisi lingkungan yang semakin bersih
karena adanya penanganan sampah, kurangnya resiko kekeringan dan
banjir karena upaya adaptasi yang dilakukan, serta dari sektor ekonomi
semakin meningat.
69
2. Mitigasi
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan masyarakat desa Salassae
sesuai arahan dari pemerintah untuk mengatasi dampak perubahan iklim
dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengurangan resiko kerusakan
lingkungan akibat perubahan iklim. Masyarakat di desa Salassae
melakukan upaya mitigasi perubahan iklim perlu arahan dari pemerintah
dan komunitas. Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan Kabupaten
bulukumba memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait aksi
mitigasi didalam pelaksanaan program kampung iklim. Hal ini sesuai
pernyataan Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup dan
Pertamanan bahwa :
“Kita selaku pemerintah mengupayakan setiap aksi adaptasi dan
mitigas untuk setiap daerah yang melaksanakan Program kampung
Iklim, terutama di desa Salassae yang sudah mendapat penghargaan
Proklim Lestari. Kita tidak boleh lepas tanggung jawab untuk terus
mengembangkan 2 aspek penting ini apalagi masih ada yang masih
kurang pelaksanaanya”. (Hasil wawancara SP tanggal 09 September
2020)
Dari hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa aksi adaptasi dan
mitigasi menjadi 2 aspek paling penting dalam pelaksanaan Program
Kampung Iklim. Untuk itu desa Salassae telah melaksanakan aksi mitigasi
dengan menerapkan komponen berikut :
a. Pengelolaan sampah, limbah padat
Sampah dan limbah padat merupakan salah satu masalah
pencemaran lingkungan yang masih susah dalam hal penanganan atau
solusi yang tepat. Sampah menjadi salah satu penyebab emisi gas
70
rumah kaca yang berakibat pada perubahan iklim. Partisipasi
masyarakat juga menjadi komponen penting dalam upaya pengurangan
sampah. Mengingat jumlah penduduk di suatu wilayah semakin
meningkat maka komposisi sampah yang dihasilkan akan semakin
bertambah. Upaya yang dilakukan KASIMPADA yang
mencanangkan Bank sampah sangat membantu masyarakat dalam
mengurangi sampah. Pemuda Salassae melakukan inovasi selain
mengurangi emisi gas rumah kaca juga meningkatkan pendapatan bagi
masyarakat. Hal ini disampaikan oleh masyarakat yang menyatakan
bahwa:
“Disini ada Bank sampah, jadi kita disini tidak lagi membuang
sampah sembarangan tempat, tetapi mengolah sampah tersebut
untuk dibuat kerajinan dan dijual, selain menjadikan desa Salassae
semakin bersih, hal tersebut juga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat”. (Hasil wawancara HS pada tanggal 9 september
2020).
Dari hasil wawancara diatas bahwa sampah menjadi permasalahan
yang serius pada lingkungan, untuk itu adanya penanganan yang serius
terhadap sampah memang menjadi hal yang penting. Dengan adanya
Bank sampah ini menjadi solusi mengurangi sampah. Pembentukan
bank sampah, dapatmeminimalisir penumpukan sampah. Untuk itu
masyarakat perlu menjagaatau mengembangkan inovasi lain agar
penanganan sampah semakin bisa teratasi.Pelaksanaan Proklim harus
melibatkan berbagai pihak, tidak hanya menjadi tugas pemerintah,
partisipasi masyarakat juga menjadi komponen penting dalam upaya
pengurangan sampah.
71
Dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di
desa Salassae yaitu dengan membentuk banksampah yang dikelola
oleh KASIMPADA. Desa Salassae memiliki satu unit bank sampah
sebagai tempat pengelolaan sampah yang diharapkan mampu
mengelola sampah dengan tepat dan dapat menjadi suatu kegiatan
yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. Kegiatan yang dilakukan
dalam Bank sampah ini yaitu pengumpulan, pewadahan dan pemilahan
sampah. Pemilahan sampah dilakukan antara sampah botol plastik,
kardus dan kaca. Untuk pewadahan yang dilakukan menggunakan
karung. Setelah dilakukan pengumpulan, pewadahan dan pemilahan,
sampah selanjutnya dijual kepada pengepul dan hasil penjualan
dimasukkan dalam bentuk kas komunitas.
Mengingat jumlah penduduk di suatu wilayah semakin meningkat
maka komposisi sampah yang akan dihasilkan akan semakin
bertambah. Hal ini sesuai pernyataan Ketua KSPS menyatakan bahwa :
“Masyarakat dan komunitas disini bekerjasama dengan baik,
komunitas mengajarkan cara mengolah sampah, setiapmasyarakat
bisa ikut di komunitas untuk pembinaan inovasi yang dibuat ,
selain itu komunitas juga mengarahkan masyarakat untuk
mengurangi penggunaan sampah plastik, mending kalau dirumah
pakai air alami saja yang dimasak, atau acara-acara mending tidak
usah pakai air kemasan”. (hasil wawancara PN pada tanggal 09
September 2020).
Pembahasan diatas menjelaskan bahwa upaya-upaya mencegah
sampah diawali dengan ha-hal kecil, dengan tidak menggunakan air
kemasan. Hal ini sangat berpengaruh dalam mengurangi dampak
perubahan iklim jika lingkungan bersih dengan berkurangnya sampah .
72
b. Menambah tutupan vegetasi
Peningkatan tutupan vegetasi merupakan salah satuupaya
masyarakat untuk menjaga keseimbangan lingkungandengan
melakukan kegiatan penghijauan. Adapun kegiatan penghijauan yang
dilakukan masyarakat desa Salassae yaitu dengan menanam beberapa
pohon seperti pohon cengkeh, kayu Bitti, dll. Hal ini juga
disampaiakan masyarakat yang menyatakan :
“Penerapan kampung iklim ini sudah berjalan sebelum adanya
arahan dari pemerintah, di desa ini sudah melakukan penanaman
pohon termasuk dilahan saya, seperti pohon cengkeh, merica”.
(Hasil wawancara AW tanggal 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas menerangkan bahwa masyarakat
sudah mampu menjalankan arahan dari pemerintah, merubah
pandangan mereka untuk memperbaiki dan melindungi alam.
Masyarakat sudah melakukan penghijauan di desa Salassae dengan
menanam beberapa pohon dan tanaman jangka panjang dan jangka
pendek. Untuk melakukan itu semua perlu adanya bimbingan yang
tepat. Hal ini sesuai pernyataan dari Instansi yang menyatakan bahwa :
“Kita disini selalu berupaya supaya masyarakat dan pemerintah
bisa bekerja sama untuk menerapkan Proklim ini, karena manfaat
yang didapat juga besar dan yang lebih merasakan perubahan dan
manfaat ya masyarakat sendiri. Bimbingan dari kita juga penting
apalagi mengenai tanaman yang perlu dan paling berguna untuk
ditanam dilahan masyarakat”. (hasil wawancara SP tanggal 09
September 2020).
Hasil wawancara iatas bahwa tanggung jawab sebagai pemerintah
tidak boleh lepas, selalu ada hal yang perlu di perbaiki lagi dan lagi
untuk itu mengubah semuanya haruslah adanya bimbingan untuk
73
masyarakat, untuk mampu menggerakkan masyarakat melakukan
perubahan.
c. Melakukan budidaya pertanian
Budidaya pertanian dalam pelaksanaan Proklim adalah salah satu
kegiatan yang dilakukan sebagai upaya masyarakat di desa Salassae
untuk mengurangi gas rumah kaca akibat penggunaan pupukdan
pestisida kimia serta membakar jerami. Budidaya pertanian yang di
lakukan desa Salassae setelah diterapkannya, Proklim kini masyarakat
menggunakan pupuk organik dalam sektor pertanian. Adanya kegiatan
Pembuatan pupuk organaik hasil pengelolaan Komunitas Swabima
Petani Salassae. Berdasarkan hasil wawancara instansi yang
menyatakan bahwa :
“Beberapa kegiatan untuk mengurangin penggunaan pupuk
pestisida telah dicanangkan oleh pemerintah, pemerintah telah
memberikan bantuan untuk mengolah pupuk organik hal ini agar
masyarakat semakin giat untuk menerapkan Program Kampung
Iklim. Untuk itu pemerintahberharap besar bahwa aksi mitigasi ini
dapat berjalan dengan maksimal dengan adanya kerjasama dengan
komunitas dan masyarakat”. (Hasil wawancara SP pada tanggal 8
September 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengatakan bahwa
pemerintah sudah berperan dalam setiap aksi mitigasi yang dilakukan
di desa Salassae, salah satunya dengan memberikan bantuan berupa
alat untuk membantu mengolah pupuk, sampah, dll.Hal ini
disampaikan juga Komunitas di desa Salassae bahwa :
“Penggunaan pupuk organik ,hasil dari pengelolaan limbah kotoran
sapi,sampah organik dan non organikyang diolah menjadi pupuk,
dengan proses menggunakan alat pencacah limbah yang diberikan
74
oleh pemerintah.Hasil produksi pupuk tersebut, selain digunakan
untuk kegiatan pertanian, hasil produksi pupuk ini telah dijual ke
daerah lain”. (Hasil wawancara MN pada tanggal 09 September
2020).
Berdasarkan hasil wawancara bahwa alat diperluan untuk
menjalankan program, namun peran serta kerjasama masyarakat,
komunitas dan pemerintah juga sangat mendukung pelaksanaan
Proklim ini. Masyarakat sudah mampu mengolah dan menghasilkan
pendapat dengan melakukan aksi mitigasi Proklim. Aksi mitigasi
sangat diperlukan dalam program kampung iklim karena upaya
tersebut setelah dilakukan sangat memberikan perubahan besar bagi
masyarakat.
Dari pernyataan informan diatas dapat kita ketahui bahwa
masyarakat sudah mampu melakukan aksi mitigasi untuk menguragi
emisi gas rumah kaca, dan mereka mampu mengembangkan ide-ide
kreatif untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
D. Faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Unggulan Kampung
Iklim di Kabupaten Bulukumba
1. Faktor pendukung
a. Komunitas Swabima Petani Salassae
Komunitas adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
Proklim di suatu kampung iklim. Hal ini dipertegas oleh Dinas
Lingkungan Hidup yang menjelaskan bahwa :
“Kegiatan proklim harus didampingi organisasi atau komunitas
yang berbadan hukum yang tersertifikasi,karena hal tersebut
75
menjadi penilaian pertama untuk mengadakan program kampung
iklim (Hasi wawancara ST 09 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas bahwa komunitas yang bersertfikat
sebagai salah satu kriteria dalam pelaksanaan Proklim. Untuk
mendapatkan kategori Proklim utama harus adanya lokasi yang telah
melaksanakan sampai dengan 50 % kegiatan Proklim, untuk Proklim
madya adanya lokasi yang telah melaksanakan antara 51-80%, untuk
nominasi Proklim utama lokasi yang telah melaksanakan 81% kegiatan
Proklim, dan untuk Proklim lestari lokasi yang telah mendapat
penghargaan Proklim utama dan telah mereplikasi kegiatan Proklim
minima ke-10 lokasi lain yang selanjutnya didaftarkan sebagai
kampung iklim. Desa Salassae memiiki komunitas yang terjun dalam
kegiatan pengeloaanl lingkungan, sebagian besar komunitas ini terdiri
dari Komunitas Swabima Petani Salassae, Serikat Perempuan Salassae
(SPS), dan Komunitas Swabima Pemuda Salassae (KASIMPADA).
Kontribusi dari KSPS sebagai organisasi paling tua dan yang memotori
dari kedua organisasi dibawahnya yaitu KASIMPADA dan SPS.
Kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi terkait program kampung
iklim, melakukan kegiatan penanaman pohon, pembagian bibit dan
pembinaan kepada masyarakat dalam pertanian alami. KASIMPADA
merupakan komunitas yang memberikan wadah bagi pemuda Salassae
untuk mengembangkan kreatifitas yang dimiliki, salah satunya yaitu
bank sampah, pemuda memahami bahwa sampah plastik disisi lain
dapat menguntungkan bukan hanya bagi pemuda tetapi juga
76
masyarakat. Untuk itu mereka mengolah menjadi sebuah kerajinan
serta pupuk yang dapat menambah perekonomian masyarakat.
Keberadaan kelompok masyarakat dalam pelaksanaan Proklim
mewujudkan tujuan khusus pelaksanaan Proklim dengan mendorong
kelompok masyarakat melakukan kegiatan adaptasi dan
mitigasi.Bahkan, kelompok masyarakat tersebut sangat mendukung
upaya peningkatan kapasitas masyarakat serta pendapatan . Hal ini
terkait pernyataan Sekertaris KSPS yang menyatakan bahwa :
“Untuk menjalankan suatu program mesti adanya kesadaran dari
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan
selain itu pengetahuan masyarakat terkait apa saja yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, dan dapat
membantu penghasilan masyarakat”. (Hasil wawancara MN
tanggal 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa untuk
menjalankan program kampung iklim harus adanya dukungan penuh
dari masyarakat. Karena komunitas dapat dikatakan berhasil dalam
membantu dan mendukung kegiatan proklim apabila masyarakat sudah
melakukan perubahan terhadap diri dan lingkungannya, perlu adanya
kesadaran dari masyarakat untuk menjaga lingkungan dan menjaga
alam sekitar dengan menerapkan Program Kampung Iklim.
2. Dukungan Kebijakan dalam Pelaksanaan Proklim
Dukungan kebijakan dalam pelaksanaan Proklim di desa Salassae
merupakan bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Instruksi Bupati
no.3 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan pendampingan bagi lokasi-
77
lokasi yang akan diusul sebagai lokasi kampung iklim skala
desa/kelurahan, dusun/lingkungan dan skala rukun warga(RW). Dinas
Lingkungan Hidup terus melakukan sosialisasi dan pembinaan di Desa
Salassae, selain itu Proklim tidak lepas dari campur tangan pemerintah
desa Salassae yang mendukung dan bekerjasam dengan komunitas, dan
masyarakat terkait Proklim . Hal ini didukung dengan pernyatan kepala
desa Salasae yang menyatakan bahwa :
“Dengan arahan dari pemerintah Dinas Lingkungan Hidup,
pemerintah desa berupaya dan bekerjasama dengan komunitas
yang ada di Salassae dapat meningkatkan antusian dan partisipasi
masyarakat. Masyarakat yang dulunya tidak tertarik dengan
proklim dapat berubah haluan karena telah melihat perubahan yang
terjadi di desa ini, selain itu pemerintah selalu berupaya untuk
meyakinkan masyarakat terkait dampak yang dirasakan jangka
panjang setelah penerapan Proklim”. (Hasil wawancara GS pada
tangga 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan
dari pemerintah desa merupakan hal yang perlu untuk menggerakkan
masyarakat dalam melakukan setiap program yang dapat merubah
desanya menjadi lebih baik. Masyarakat di desa Salasaae merasa sudah
sangat puas dengan penerapan program kampung iklim ini dimana
setiap pemerintah mampu terlibat dalam pengeloalan kampung iklim .
hal ini sesuai pernyataan dari masyarakat yang menyatakan bahwa :
“Selalu ada sosialisasi yang dilakukan di kantor desa terkait
proklim dan pemerintah juga mendampingi masyarakat dalam
kegiatan proklim”. (Hasi wawancara HS pada tangga 9 september
2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah
desa juga ikut berperan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat
78
terkait Prokim. Masyarakat akan sangat antusias jika pemerintahnya
juga antusian untuk memberikan dukungan serta arahan yang dapat
memberikan hal baik untuk desanya.
2. Faktor penghambat
a. Pemberian Pupuk bersubsisi dan pestisida
Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi merupakan salah satu
program dari dinas pertanian untuk kebutuhan petani. Hal ini bertolak
belakang dari program kampung ikim, dimana program kampung iklim
di desa Salassae mencanangkan pertanian alami namun mereka juga
tidak bisa menolak bantuan dari pemerintah. Jadi kendala yang dialami
masyarakat berasal dari pemerintah itu sendiri. Hal ini yang dapat
dilihat dari penyataan masyarakat di desa Salassae yang menyatakan
bahwa :
“Secara garis besar program kampung iklim belum efektif
karena adaptasi dan mitigasi yang masih belum diterapkan
sepenuhnya, pemerintah harus serius menangani Proklim( KSPS
ingin menerapkan Proklim dengan tidak sama sekali menggunakan
pestisida) tapi pemerintah masih memberikan bantuan pestisida.
Selain itu masyarakat masih terkendala yang namanya dana dimana
masyarakat masih berjalan sendiri seperti membuat sumur resapan
masih menggunakan dana pribadi.” (hasil wawancara AW pada
tanggal 9 september 2020).
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa harapan dari masyarakat
adanya dana untuk pupuk organik atau pertanian alami saja, bukan
bantuan berupa pestisida yang bukan menjadi program dari kampung
iklim tersebut.
79
b. Kurangnya Dana
Dana merupakan salah satu pendukung program, karena setiap
program yang dilakukan pasti membutukan peralatan. Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan Proklim didesa Salassae, sebagaian kecil
cenderung pada permasalahan dana, dimana masyarakat ada saja yang
tidak ingin ikut berpartisispasi dalam pengelolaan kampung iklim, hal
ini terkait tidak ada dana bantuan dari pemerintah. Hal ini sesuai
penyataan Ketua Seksi Badan Pemeliharan Lingkungan Hidup dan
Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menyatakan bahwa :
“Kendala yang dirasakan pemerintah, salah satunya pemahaman
masyarakat mengenai setiap program pasti ada dana yang
diberikan, sedangkan Dinas Lingkungan Hidup hanya menjalankan
sosialisasi terkait Proklim, dana hanya untuk memfasilitasi
perjalanan dan kegiatan sosialisasi di desa yang akan dibina terkait
Proklim. Adapun dana yang diberikan kepada desa apabila
desatersebut sudah mendapatkan penghargaan Proklim”.(Hasil
wawancara SP pada tanggal 8 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas bahwa merasa masyarakat belum
mampu memahami mengenai dana, namun dana memang menjadi
salah-satu hal penting untuk menjalankan suatu program. Dari
masyarakat sendiri merasakan kendala terkait dana , dimana setiap
program yang dilakukan menggunakan dana pribadi, hal ini yang
kadang menjadi pertimbagangan bagi masyarakat untuk ikut
menjalankan program kampung iklim. Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa kegiatan ini tidak menguntungkan. Meskipun
sebagian besar masyarakat tidak terbebani dan secara sukarela
80
melakukan melakukan kegiatan, Namun seharusnya dalam
pelaksanaan Proklim, sumber dana yang digunakan berasal dari
sumberdana bersama yang dapat diperoleh dari kerjasama masyarakat
di Komunitas Swabima Petani Salasasae dengan melakukan pelatihan
membuat kerajinan dari sampah.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sumber dana terbanyak
terbesar yang digunakan masyarakat desa Salassae berasal dari
swadaya masyarakat melalui kerjasama, adapun bantuan hanya sedikit
dan berupa kegiatan saja seperti pembinaan dan penunjang fasilitas
atau sarana prasarana. Selain itu, masyarakat yang masih ada yang
mengeluarkan biaya secara pribadi terkait pembuatan rorak dilahan
masing-masing. Hal ini terkait penuturan masyarakat yang menyatakan
bahwa:
“Tidak ada bantuan dana dari pemerintah, sebelum pemerintah
mencanangkan Proklim sendiri, masyarakat dari awal
menggunakan dana pribadi untuk lahan sendiri, dan dana dari
kerjasama komunitas dan masyarakat yang mengembangkan ide-
ide berupa kerajiana, penjualan pupuk kompos dari kotoran sapi
untuk dapat menjalankan program ini”. (Hasil wawancara AW
tanggal 9 september 2020).
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa masyarakat
masih ada yang menggunakan dana pribadi hal itu yang menjadikan
segelintir masyarakat sangat mempertimbangkan mengenai
keikutsertaan dalam program kampung iklim, . Namun masyarakat
yang tidak paham mengenai hal tersebut tidak ingin berpartisipasi
dalam Proklim.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1) Implementasi Program Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten
Bulukumba dapat dilihat melalui 2 indikator Implementasi yaitu:
a. Adaptasi adalah bentuk penyesuaian diri masyarakat Desa Salassae
terhadap rencana Proklim dari pemerintah yaitu : a. Pada lahan
masyarakat terdapat sumur resapan dan empang untuk menampung
air. b. Petani memakai sistem irigasi ke sawah. c. Sampah organik
dan non organik di buang di Bank Sampah.
b. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat desa Salassae untuk mengurangi efek gas rumah kaca
yaitu: a. Membuat Bank Sampah untuk mengolah sampah menjadi
kerajinan dan pupuk. b. Menambah tutupan vetegasi/penanaman
pohon untuk membuat tanah makin subur dan membuat desa makin
hijau. c. Mengurangi Pestisida pada tanaman dan menggunakan
pupuk organik.
2). Faktor yang mempengaruhi implementasi Program Kampung Iklim di
Kabupaten Bulukumba terdapat dua faktor yaitu:
a. Faktor Pendukung: a). Pelaksanaan Proklim didampingi oleh
Komunitas Swabima petani Salassae. b). Adanya pembinaan dan
pendampingan terhadap lokasi-lokasi yang menjadi sasaran Proklim.
82
b. Faktor Penghambat yaitu: a). Masih ada petani yang menggunakan
pestisida. b). Kurangnya Dana.
B. SARAN
Berdasarkan Kesimpulan diatas dan hasil analisis pada bab-bab
sebelumnya maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Pihak pemerintah harus lebih berupaya lagi dalam menangani Proklim
karena masih banyak permasalahan-permaslahan dalam upaya adaptasi
dan mitigasi yang dilakukan
2. Pihak pemerintah diharapkan dapat menerapkan Proklim di desa-desa
lain dengan cara yang sama seperti di desa Salassae, melakukan
sosialisasi, dampingan,dan pembinaan
3. Dalam upaya peningkatan pelaksanaan Proklim, masyarakatdapat
memaksimalkan kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan
menyebarluaskan keberhasilan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim di tingkat lokal supaya kegiatan Proklim dapat terus di
laksanakan. Kemudian, peningkatan partisipasi juga dilakukan dengan
lebih banyak melibatkan masyarakat di setiap kegiatan, sehingga
kegiatan Proklim dapat lebih dirasakan sebagai suatu kebutuhan oleh
masyarakat di tingkat lokal.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ajif, P. (2013). Pola Jaringan Sosial pada Industri Kecil Rambut Palsu di Desa
Karang banjar, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.31–
40.https://eprints.uny.ac.id/18100/5/BAB III 09.10.033 Aji p.pdf
Anggraeny, Cindy. 2013. “Inovasi Pelayanan Kesehatan.” 1: 85–93.
Dinas, K., Lingkungan, P., & Selatan, P. S. (2018).Strategi Pelaksanaan Program
Kampung Iklim Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018.
Elisa Faizaty, Nur, Amzul Rifin, and Netti Tinaprilla. 2016. “Proses Pengambilan
Keputusan Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Kedelai Jenuh Air (Kasus:
Labuhan Ratu Enam, Lampung Timur).” AGRARIS: Journal of
Agribusiness and Rural Development Research 2(2): 97–106.
Elsya, Rekavianti. 2019. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program
Kampung Iklim (Proklim) Di Kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf.
Faedlulloh, D., Irawan, B., & Prasetyanti, R. (2019). Program unggulan kampung
iklim (proklim) berbasis pemberdayaan masyarakat. Publisia: Jurnal Ilmu
Administrasi Publik, 4(1), 28–44. https://doi.org/10.26905/pjiap.v4i1.2364
Kurniawan, R. Ahmad, J. (2017). Implementasi Kebijakan Qanun Nomor 3 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Dayah serta Pelaksanaan
Legalisasi Ijazah Dayah pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Aceh Utara Rudi.4(Maret), 20–31.
Puspito, ahmadilham. (2016). Implementasi Program KampungIklim Di
Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun
2016.Skripsi.
Rinaldy, R., Nulhaqim, S. A., & Gutama, A. S. (2017). Proses Community
Development Pada Program Kampung Iklim Di Desa Cupang Kecamatan
Gempol Kabupaten Cirebon (Studi Kasus Program Bank Sampah Dalam
Program Kampung Iklim). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2). https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14344
Sarmi, K., & Papua, P. (2018).Jurnal wilayah dan kota. 05, 27–31.
Setyawan, Sidiq. 2017. “Pola Proses Penyebaran Dan Penerimaan Informasi.”
Jurnal Komuniti 9(2): 146–56.
84
Sinatriyo, Surya Sukmawan. 2019. “Desain Sistem Informasi Akuntansi Berbasis
Komputer Untuk Penyusunan Laporan Keuangan Menggunakan Microsoft
Access 2010 ( Design of Accounting Information System Based on
Computer for the Preparation of Financial Statement Using Microsoft
Access 2010 ).” VI(1): 63–68.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumber Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba.
Suwarno, Yogi. 2020. “Inovasi Sektor Publik.” Kompas: 1.
https://www.inovasi.nsdbjweb.
Sumber Lain
Dirjen PPI. (2017). Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim
Nomor : P1.PPI/SET/KUM.I/2/2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Kampung Iklim.
of Indonesia, Republic. 1997. “Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang:
Pengelolaan Lingkungan Hidup.” Greenmining.or.Id (23).
http://sipongi.menlhk.go.id/cms/images/files/1026.pdf.
Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2019 tentang: Pelaksanaan Upaya Adaptasi
Dan Mitigasi Perubahan Iklim Tingkat Desa Melalui Program
Kampung Iklim.
Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2017 tentang pembinaan dan pendampingan
lokasi-lokasi yang akan diusulkan sebagi Lokasi Kampung Iklim skala
Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan dan skala Rukun Warga (RW).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program
Kampung Iklim.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
85
86
➢ Dokumentasi
(Lokasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumaba, 08
September 2020, Jln. Dahlia, Caile)
87
➢ Wawancara Dengan Intansi
( Ibu Ir.Hj.St.Patimah,08 September 2020, di kantor Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Kabupaten Bulukumba).
88
➢ Wawancara Dengan Kepala Desa Salassae
(Bapak Gito Sukamdani, 09 September 2020, di Kantor DesaSalassae)
(Lokasi Kantor Salassae,09 september 2020, di Desa Salassae Kecamatan
Bulukumpa)
89
➢ Wawancara Dengan Komunitas Swabima Petani Salassae
(Ketua KSPS Bapak Ponnong, 09 September 2020, di Desa Salassae)
(Sekertaris KSPS Bapak Muhammad Nur, 09 September 2020, di Desa Salassae)
90
➢ Wawancara Dengan Masyarakat Desa Salassae
(Bapak Abdul Wahid, 09 September 2020, di Desa Salassae)
( Ibu Hasmah,09 September 2020, di Desa Salassae)
91
Tabel 4 . Hasil Fokus Group Diskusion (FGD) Proklim
No
.
Kriteria Proklim Permasalahan/
kondisi
Rekomendasi
Penanganan
OPD Penanggung
jawab
ADAPTASI
A. Pengendalian kekeringan dan banjir
A.
1
Pemanenan Air
Hujan
Seluruh lokasi usulan
belum optimal
melaksanakan upaya
pemanenan air hujan
baik dalam bentuk
pembuatan kolam-
kolam penampung air
ataupun penyediaan
sarana Embung untuk
keperluan pertanian
dan perkebunan
sehingga kebutuhan air
pada saat musim kering
agak sulit.
Pendampingan
kelompok untuk
pembuatan kolam-
kolam
penampungan air
hujan serta
pembuatan Embung
untuk keperluan
pertanian dan
perkebunan
masyarakat. Lokasi
yang mengusulkan
pembuatan Embung
adalah Desa Tanah
Harapan, Desa
Bonto Haru, Desa
Swatani, Desa
Bonto Haru, Desa
Dinas
PSDA,DLHK,
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan
92
Bajiminasa
(Kecamatan Riau A
le), Desa Jojjolo
(Bulukumpa), Desa
Tugondeng
(Kecamatan
Herlang),
Desa Tamaona
(Kecamatan
Kindang),
A.
2
Peresapan Air Umumnya lokasi
usulan Proklim belum
melaksanakan
kegiatan_kegiatan
penyelamatan air
dengan peresapan
seperti Biopori, Sumur
resapan, Bangunan
terjunan air, Rorak di
area perkebunan, d
Perlu
pendampingan
pembuatan biopori
dan sumur resapan
bagi kelompok
masyarakat (seluruh
lokasi Proklim)
DLHK, Dinas
Tanaman Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan
A.
3
Perlindungan
Mata Air
Seluruh lokasi usulan
Proklim Memiliki
Perlu dilakukan
kegiatan revegasi
DLHK dan PSDA
93
potensi mata air namun
tidak dilakukan upaya
perlindungan mata air,
sehingga
kecenderungan
pengurangan debit pada
mata air terus terjadi
serta tidak adanya
struktur perlindungan
dan penampung debit
air.
pada lokasi mata air
serta pembuatan
struktur pelindung
mata air pada
seluruh sumber-
sumber mata air
yang berada
dilokasi usulan
Program Kampung
Iklim.
A.
4
Penghematan
Penggunaan Air
Kegiatan penghematan
penggunaan air belum
dilakukan secara
optimal oleh
masyarakat pada lokasi
Proklim.
Perlu pembinaan
dan Penyuluhan
Kegiatan
Penghematan Air
DLHK, PSDA dan
Dinas Kesehatan
A.
5
Sarana dan
Prasarana
Pengendai Banjir
Terdapat lokasi
Proklim yang
berpotensi banjir akibat
luapan aliran sungai
yang disebabkan oleh
tidak terdapatnya
Perlu dilaksanakan
pembuatan tanggul
pengaman banjir
pada sungai yang
melintasi Desa
Swatani
Dinas PSDA
94
tanggul pengaman
sungai, lokasi banjir
terdapat di Desa
Swartani pada area
sekitar sungai yang
tidak memiliki tanggul
pengaman.
A.
7
Rancang Bangun
Adaptif
A.
8
Pembuatan
Terasering
Lahan kemiringan pada
lokasi usulan Proklim
umumnya telah
membuat Terasering
Perlu dilaksanakan
pembinaan terkait
dengan
pemanfaatan lahan
diarea kemiringan
DLHK, Dinas
Tanaman Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan
B. Peningkatan Ketahanan Pangan
B.1 Sistem pola
Tanam
Seluruh lokasi Usulan
Proklim telah
mengembangkan
sistem pola tanam
dengan pola padi-
paawaja-padi
Perlu
pendampingan
terkait dengan
sistem pola tanam
hubungannya
dengan
produktifitas lahan
dan ketersediaan
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan
95
pangan pada
seluruh lokasi
usulan Proklim
B.2 Sistem Irigasi/
Drainase
Masih terdapat lokasi
persawahan yang
mendapatkan air secara
optimal karena kondisi
aliran irigasi seperti di
Desa Tamaona kindang
sebesar 214 Ha, irigasi
Dusun Bonto kamase
Desa Jojjolo, Desa
Bajiminasa, Desa
Tanah harapan, Desa
Bonto Haru dan Desa
Swatani, Desa
Tugondeng
Perlu dilakukan
pembenahan pada
saluran irigasi
pertanian pada
lokasi-lokasi usulan
Proklim
Dinas PSDA
B.3 Pertanian
Terpadu
Pelaksanaan pertanian
terpadu atau pertanian
terintegrasi yaitu
perpaduan kegiatan
pertanian dan
perkebunan serta
Perlu pembinaan
pengembangan
pertanian
terintegrasi pada
seluruh lokasi
usulan Proklim
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman
Pangan,Dinas
96
peternakan dan
perikanan beum banyak
berkembang di okasi
usuan Prokim
Peternakan, Dinas
Perikanan
B.4 Penganekaragama
n Tanaman
Pangan
Kelompok masyarakat
yang terdapat pada
lokasi usulan prokim
telah melaksanakan
kegiatan-kegiatan
pertanian dan
perkebunan dengan
model
penganekaragaman
tanaman namun tetap
perlu mendapat
bimbingan terkait
dengan produktifitas
tanaman.
Perlu
pendampingan dan
penyuluhan
penganekaragaman
tanaman pangan
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan.
B.5 Pemanfaatan
lahan Pekarangan
Untuk Budi Daya
Masih terdapat banyak
masyarakat pada
wilayah usulan Prokim
belum memanfaatkan
pekarangan sebagai
Perlu dilaksanakan
pendampingan bagi
masyarakat dalam
pelaksanaan
pemanfaatan
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan,
97
lokasi budi daya
tanaman
pekarangan dalam
rangka produktifitas
pangan
Dinas Peternakan,
Dinas Perikanan
C. Pengendalian Penyakit Terkait Iklim
C.1 Pengendalian
vector
Kegiatan terkait
pelaksanaan 3 M
(menguras, menimbun
dan menutup) perlu
ditingkatkan
Penyuuhan 3 M
perlu dilaksanakan
Dinas Kesehatan
C.2 Sanitasi dan Air
Bersih
Permasalahan
pengelolaan limbah
cair masih menjadi
persoalan pada hampir
seluruh lokasi Prokim
deain itu juga masih
terdapat permasaahan
pada ketersediaan air
bersih. (masih terdapat
warga pada lokasi
usulan Proklim belum
memiliki jamban selain
itu fasilitas air bersih
juga masih terbatas)
Peru pendampingan
dan dukungan
untuk pemenuhan
penanganan sanitasi
masyarakat
khususnya terkait
ketersediaan
jamban bagi
masyarakat serta
fasilitas
pengelolaan imbah
(IPAL Komunal)
serta ketersediaan
jaringan air bersih
Dinas Kesehatan,
Pemerintah Desa,
Dinas Perumahan,
Dinas Pemukiman
dan Pertanahan
98
C.3 PHBS Perlu tetap
dilaksanakan
penyuluhan terkait
PHBS
Dinas Kesehatan,
MITIGASI
A. Pengeloaan Sampah, Limbah Cair dan Padat
A.
1
Pengelolaan
limbah Padat
Perilaku pengelolaan
sampah dengan cara
membuang ke
sembarang tempat,
membakar sampah
serta menimbun
sampah masih
dilakukan oleh
masyarakat pada lokasi
usulan Proklim
disebabkan karena
pemahaman
masyarakat yang masih
kurang, selain itu
sarana dan prasarana
pengeloaan sampah
yang sangat terbatas.
(1)Perlu
dilaksanakan
sosialisasi
pengeloaan sampah
yang benar, (2)
perlu membuat
regulasi dan
ketentuan
pengelolaan
sampah oleh
pemerintah Desa
melalui Bumdes,
(3) membentuk
mekanisme
pengelolaan
sampah tingkat
Desa, (4)
DLHK,
Pemerintah Desa,
Dinas Perumahan,
Pemukiman dan
Pertanahan
99
penyediaan sarana
dan prasarana, (5)
pendampingan
pengelolaan bank
sampah, (6)
pendampingan
mekanisme
pemiahan dan
pewadahan,
pengangkutan dan
pengoahan serta
pemasaran.
A.
2
Pengeloaan
Limbah Cair
Masih terdapat warga
pada lokasi Proklim
yang Tidak memiiki
jamban
Perlu
pendampingan dan
dukungan
penyediaan sarana
pengelolaan limbah
pada lokasi Proklim
dan peningkatan
pemahaman
masyarakat tentang
pengelollaanl
imbah
Dinas Kesehatan,
DLHK, Dinas
Perumahan,
Pemukiman dan
Pertanahan
100
B. Menggunakan Energi Baru dan Terbarukan
B.1 Penggunaan
Energi Baru dan
Konservasi
Energi
Penggunaan energi
terbarukan belum
banyak berkembang di
lokasi usulan Prokim,
sementara potensi
energy terbarukan
tersedia dengan adanya
potensi peternakan dan
energi potensi air
sungai
Perlu dukungan
untuk
pengembangan
energy terbarukan
dalam bentuk
biogas dengan
pemanfaatan
limbah peternakan
serta pemanfaatan
septik/IPAL
komunal. (lokasi
Proklim yang
membutuhkan
teknologi biogas
peternakan adalah
Desa Bajiminasa,
Desa Swatani, Desa
Bonto Haru, Desa
Tanah Harapan,
Desa Tamaona,
Desa Orogading,
Desa Baang
Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan, Dinas
Perdagangan dan
Perindustrian,
DLHK
101
Pesoang, Desa
Jojjolo, Desa
Tugondeng, Desa
Salassae, Desa
Bonto Biraeng.
C. Pengelolaan Budi Daya Pertanian
C.1 Penggunaan
pupuk organik
Persentasi jumlah
masyarakat petani yang
menggunakan prinsip
pertanian organik
masih cukup kecil pada
lokasi usulan Proklim
Perlu
pendampingan dan
dukungan dalam
hal peningkatan
pemehaman
masyarakat petani
daam pengeloaan
pertanian organik
bagi masyarakat
khususnya pada
seluruh lokasi
usulan Proklim
Dinas Tanaman
Pangan,
hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan,
Dinas Peternakan,
Dinas Perikanan
C.2 Pengelolaan
Jerami
Perilaku membakar
jerami oeh masyarakat
petani masih terdapat
pada beberapa lokasi
usulan Prokim
Perlu
pendampingan dan
dukungan dari OPD
terkait pengelolaan
limbah pertanian
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan,
102
berupa jerami
menjadi kompos
maupum menjadi
pakan ternak
Dinas Peternakan.
D. Peningkatan Tutupan Vegetasi
D.
1
Penghijauan Umumnya tutupan
vegetasi pada lokasi
usulan program
kampung iklim cukup
tinggi, namun
pemahaman tentang
fungsi ekologis masih
kurang dan umumnya
masih berfikir pada
potensi produksi
tanaman.
Perlu pembinaan
kegiatan
penghijauan
khususnya terkait
dengan fungsi
pengendali iklim
mikro, fungsi
pengendalian
ketersediaan air
pada sumber mata
air, fungsi stabilitas
tanah, dan fungsi
produksi
DLHK, Dinas
Tanaman Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan
D.
2
Wanatani Kegiatan wanatani di
lokasi Proklim masih
sangat minim
Perlu penyuluhan
pelaksanaan
kegiatan wanatani
bagi petani
Dinas Tanaman
Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan, Dinas
Tanaman Pangan,
103
Dinas Peternakan
E. Mencegah Kebakaran Hutan dan ahan
E.1 Membuka lahan
Bakar
Perilaku membuka
lahan dengan dibakar
umumnya sudah tidak
dilakukan oeh warga
masyarakat
KELEMBAGAA
N
A. Status
kelembagaan
kelompok
masyarakat
Legaitas lembaga
penyusung program
kampung iklim,
kaderisasi anggota,
kejelasan fungsi dan
peran, aturan
kelembagaan terkait
pengelolaan lingkungan
Perlu
pendampingan
pengurusan status
kelembagaan
kelompok tani dan
peningkatan
kapasitas kader
kelompok
DHK, Pemerintah
Desa
B. Dukungan
Kebijakan
Kebijakan keompok,
kebijakan tingkat Desa,
kecamatan dan
kabupaten terkait
pengelolaan
lingkungan, kesehatan,
Perlu
pendampingan
penyusunan
kebijakan Desa
terkait pengelolaan
lingkungan hidup
OPD terkait,
Pemerintah Desa
104
sarana dan prasarana
air bersih, kebijakan
bidang pertanian
baik berupa
kebijakan
pengelolaan
sampah, kebijakan
pengelolaan
sumber-sumber air,
kebijakan
pengelolaan
pertanian organik,
kebijakan
pengelolaan
pertanian
terintegrasi,
kebijakan
pengelolaan air
irigasi
C. Dinamika
Kemasyarakatan
Tingkat keswadayaan
masyarakat, sistem
pendanaan peran
gender masih peru
ditingkatkan
Perlu pembinaan
pengelolaan hasil
produksi
masyarakat atau
kelompok dalam
hal pemasaran,
perlu
Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan,
Dinas Koperasi
dan UMKM.
105
pendampingan
dalam hal
permodaan
keompok dan
masyarakat, perlu
pendampingan
untuk membuka
ruang usaha untuk
pendampingan
moda usaha,
pengemasan
produk, dll
D. Kapasitas
masyarakat
Pemahaman tentang
perubahan ikim dan
upaya pengendaian
perubahan ikim beum
tersebar merata pada
seuruh masyarakat,
peningkatan kapasitas
masyarakat daam
pengeoaan pertanian
ramah inngkungan,
peningkatan kapasitas
Perlu dilaksanakan
pembinaan dan
sosialisasi program
kampung iklim
sampai dengan
tingkat tapak
dengan intensitas
yang cukup tinggi,
perlu pembinaan
dan peningkatan
kapasitas
DHK dan seuruh
OPD terkait
106
masyarakat daam
pengeoaan hasi
produksi, dll
masyarakat terkait
dengan teknis
pertanian ramah
lingkungan,
pemasaran produk,
dll
E. Dukungan
Eksternal
Keteribatan pihak luar
dalam pengembangan
kampung iklim masih
sangat minim
Perlu dukunga dari
OPD untuk
mendorong
terjadinya
hubungan dan
jejaring dengan
pihak eksterna
(swasta perguruan
tinggi dan lembaga
lainnya) untuk
mendorong upaya
pengendalian
perubahan iklim
DHK dan OPD
107
108
109
110
111
RIWAYAT HIDUP
ROSNAENI, lahir pada tanggal 20 juli 1998 di Ompoa
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan. Penulis merupakan Anak ke-dua dari
dua Bersaudara (Anak Bungsu ) yang merupakan buah
cinta dari pasangan Abbas dan Rahbia.
Penulis memulai jenjang pendidikan formal dari Sekolah Dasar 42 Gantarang
Kabupaten Bulukumba pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2010. Ditahun yang
sama, penulis melanjutkan di SMPN 1 Banyorang Kabupaten Bantaeng dan tamat
pada tahun 2012. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikannya
di SMAN 1 Tompobulu Kabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun 2015.
Setelah tamat SMA penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan
terdaftar sebagai mahasiswa program studi strata satu Jurusan Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis Pernah mengikuti Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Pada tahun 2020 penulis mendapatkan gelar S.1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
dengan judul “Implementasi Program Unggulan Kampung Iklim di Kabupaten
Bulukumba.” Semoga dengan hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca
dan penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang didapatkan dari Universitas
Muhammadiyah Makassar di masyarakat.