implementasi program parenting skills dalam …digilib.unila.ac.id/58262/3/skripsi tanpa bab...

110
IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING SKILLS DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMPIT PERMATA BUNDA ALAWIYAH (Skripsi) Oleh: Ajeng Sekar Kinanti FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING SKILLS

DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER

RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMPIT

PERMATA BUNDA ALAWIYAH

(Skripsi)

Oleh:

Ajeng Sekar Kinanti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING SKILLS DALAMMENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK

DI SMPIT PERMATA BUNDA ALAWIYAH

OLEH:

Ajeng Sekar Kinanti

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program parenting

skills dalam meningkatkan karakter religius peserta didik di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah khususnya: 1) Perencanaan program parenting skills, 2)

Pelaksanaan program parenting skills, 3) Hasil program parenting skills, dan 4)

Hambatan program parenting skills. Metode yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan subjek penelitian kepala sekolah, guru, orangtua peserta didik,

dan peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,

dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program parenting skills

meningkatkan karakter religius peserta didik, 1) Perencanaan program parenting

skills dipersiapkan dengan cara mengadakan rapat pleno, rapat anggota komite,

dan rapat fiksasi 2) Pelaksanaan kelima program parenting skills dapat berjalan

dengan adanya dukungan dan kerjasama antara manajemen sekolah, yayasan, dan

orangtua peserta didik 3) Setelah kelima program parenting skills dilaksanakan

dan dipantau melalui buku penghubung, lembar evaluasi ibadah, dan komunikasi

wali kelas kepada orangtua bisa terlihat bahwa peserta didik mengalami

peningkatan dalam karakteristik religiusnya. 4) Hambatan dalam implementasi

program parenting skills adalah sulitnya merencanakan jadwal dan ketidakhadiran

beberapa orangtua pada program pelaksanaan parenting skills.

Kata Kunci: Parenting Skills, Karakter Religus

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF PARENTING SKILLS PROGRAMS TODEVELOP STUDENTS RELIGIOUS CHARACTER

AT SMPIT PERMATA BUNDA ALAWIYAH

By

Ajeng Sekar Kinanti

The purpose of this research is to know the implementation of the parenting skills

programs in enhancing the religious character of students at SMPIT Permata

Bunda Alawiyah especially: 1) Parenting skills program planning, 2)

Implementation of the parenting skills program, 3) Results of the parenting skills

program, and 4) Barriers to parenting skills program. The methods used are

qualitative descriptive with the study subject of principals, teachers, parents, and

learners. Data collection techniques using interviews, observations, and

documentation.

The results showed that the implementation of the parenting skills programs

improved the religious character of students, 1) The planning of parenting skills

program is prepared by holding a plenary meeting, committee member meetings

and a fixation meeting. 2) The implementation of the five parenting skills program

can run with the support and cooperation between school management,

foundation, and parents. 3) After the five parenting skills program are carried out

and monitored through a liaison book, the evaluation sheet of worship, and the

parental communication to parents can be seen that the learners experience an

increase in their religious characteristics. 4) Barriers to the implementation of the

parenting skills program is the difficulty of planning a schedule and absence of

some parents in the implementation program of parenting skills.

Keywords: Implementation, Parenting Skills, Religious Characters

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING SKILLSDALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER

RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMPITPERMATA BUNDA ALAWIYAH

Oleh:

Ajeng Sekar Kinanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANAPENDIDIKAN

PadaProgram Studi PPKn

Jurusan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Bintang, 30 Desember

1996. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara,

buah hati dari pasangan Bapak Alm, Bambang Setyo

Bekti dan Ibu Murtini.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah:

1. SD Negeri 1 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang, diselesaikan pada tahun

2009.

2. SMP Negeri 25 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2012

3. SMA Negeri 1 Tanjung Bintang, diselesaikan pada tahun 2015

Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) melalu jalur

seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Penulis pernah

aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di Himpunan Mahasiswa

Pendidikan IPS (HIMAPIS) sebagai anggota pada periode 2015-2016.

Kemudian penulis mengikuti kegiatan KKN dan PPL di Desa Pekondoh

x

Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus dan Sekolah SMP Negeri 1

Cukuh Balak pada tanggal 11 Juli 2018.

xi

MOTTO

Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam

hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu

mewujudkannya.

(Ir. Soekarno)

Allah memakai banyak cara untuk menerangi

jalan menuju kebaikan, aku percaya do’a

dan senyuman orangtua bagian di

antaranya.

(Ajeng Sekar Kinanti)

xii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadiratAllah SWT, Kupersembahkan karyakecilku ini sebagai tanda bakti dan

cintaku kepada:

Kedua Orang Tuaku tersayang,Ayahanda Alm. Bambang Setyo Bekti

dan Ibunda Murtini yang telahmembesarkanku dengan penuh cintakasih sayang, yang murni dan tulusserta begitu banyak membimbing,

memberikan semangat, motivasi sertaselalu mendoakanku demi kesuksesanku

Kakak kandungku tersayang DimasSetya Pratama yang selalu memberi

semangat serta motivasi dalammenyongsong kesuksesanku. Dan adikkandungku yang paling aku sayangiBagus Setyo Wicaksono yang selalu

menghiburku.

Almamater tercinta, Program StudiPendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan,Universitas

Lampung

xiii

SANWANCANA

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat akademis menempuh

pendidikan di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.

Skripsi dengan judul “Implementasi Program Parenting Skills dalam

Mengembangkan Karakter Religius Peserta Didik di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah”. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

4. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran serta motivas, dukungan, arahan, dan nasehat dalam

xiv

penyelesaian skripsi ini. Terimakasih telah menjadi mentor terbaik yang selalu

mengajarkan cara berkomunikasi serta berfikir agar menjadi pribadi yang

berkembang dan menjadi pribadi lebih baik.

5. Ibu Devi Sutrisno Putri, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing II. Terimakasih

atas bimbingan, motivasi, dukungan, semangat, ilmu, waktu, tenaga, arahan, serta

nasehatnya selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan

kepada ibu dan keluarga.

6. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku pembahas I yang telah memberikan

masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Sekali lagi

terimakasih atas setiap saran, kritik dan masukan yang membangun selama ini.

7. Bapak Teki Prasetyo Sulaksono, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II yang telah

memberikan masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang

sangat berharga selama masa perkuliahan.

9. Bapak Ibaddurahman. selaku Kepala Sekolah SMPIT Permata Bunda Alawiyah

yang telah membantu dan memberikan izin penelitian untuk penulisan skripsi ini.

10. Bapak Suherman dan Ibu Miftah selaku orangtua peserta didik SMPIT Permata

Bunda Alawiyah yang telah bersedia memberikan data dan informasi untuk

menunjang skripsi ini.

xv

11. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu guru di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

yang telah membantu memberikan informasi dan data dalam menunjang skripsi

ini.

12. Terima kasih untuk seluruh peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

yang telah bersedia memberikan keterangan dan memberikan informasi

mengenai penelitian skripsi ini.

13. Teristimewa untuk Ayahku Alm. Bambang Setyo Bekti dan Ibuku Murtini serta

kakak kandungku Dimas Setya Pratama dan Adik kandungku Bagus Setyo

Wicaksono. Terima kasih untuk begitu besarnya cinta dan kasih sayang, doa

yang tak pernah putus serta dukungan, motiviasi dan ketulusan yang selama ini

diberikan demi kesuksesanku. Terutama aku ucapkan banyak terimakasih kepada

Ibuku yang telah membesarkanku, merawatku, memberikan support moril

maupun materil seorang diri sejak aku duduk dibangku kelas 3 SD. You’re truly

my wonder woman!

14. Keluarga besarku terima kasih selalu memberikan dukungan dan doa untuk

kesuksesanku.

15. Terima kasih untuk Gilang Ramadhan, seseorang yang selalu memberikanku

dukungan, doa, dan motivasi serta perhatian penuh sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

16. Sahabatku G-Crunchy yang super ngegas tapi aku cinta, Cahaya Erizha Saputri,

Nur Shelina dan Rezki Erfinda Dinar alias Cabe. Kalo ngomong kaleman dikit,

aku mohon :”)

xvi

17. My love-hate family, Zamur Squad: Lala alias Bos Enay, Kanjeng Dina Naseha,

Ocon Thanos, Mewi Cilique, Gita Acil, Neillisa, Putri Kuya, Rio Paping, Anu

Gaje, Ucup Inin, Rici Adon, Faqih Baper dan yang terakhir Yori Cingeng.

Semoga kita semua diberikan kesuksesan dan kebahagiaan selalu ya geng!

18. Teman-teman seperjuanganku keluarga besar Civic Education 2015 seluruhnya

tanpa terkecuali terima kasih telah mewarnai hidup dan memberikan banyak

cerita serta pengalaman hidup yang luar biasa. Kalian luar biasa para penghuni

lorong J dan gedung D. Semoga setelah kuliah kita usai tidak mengakhiri

kebersamaan yang kita miliki.

19. Sahabat-sahabat sepermainan terbaikku yang sudah seperti saudaraku: Wahyu

Dona Pratiwi dan Endah Kurniawati.

20. Terima kasih untuk kak Muklas Nurahman, S.Pd. selaku staff prodi PPKn pada

masanya, Ibu Elisa Septriana S.Pd, dan Mba Devita Pupsa Sari S.Pd., serta

kakak-kakak tingkatku angkatan 2014-2013 dan adik-adik angkatan 2016-2018

terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

21. Rekan seperjuangan KKN dan PPL, keluarga KKN di Desa Pekondoh, dan

Sekolah SMPN 1 Cukuh Balak. (Arum, Selvi, Reka, Desti, Uti, Anggun, Windi,

Dani, dan, Gustom) Kalian sungguh luar biasa. Terima kasih untuk pengalaman

hidup yang diberikan selama 45 hari, serta dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini. Jangan lupakan kenangan kita di rumah kak Tiara ya gaes wkwk

22. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

xvii

Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dengan usaha yang maksimal sesuai dengan

kemampuan peneliti. Jika masih terdapat banyak kekurangan, dapat dijadikan

evaluasi atau penelitian lanjutan. Namun besar harapan penulis semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga ketulusan dan kebaikan bapak, ibu

serta rekan-rekan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

Ajeng Sekar Kinanti

xiv

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAK .......................................................................................................iHALAMAN JUDUL ......................................................................................vHALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................viHALAMAN PENGESAHAN......................................................................viiSURAT PERNYATAAN ............................................................................viiiRIWAYAT HIDUP .......................................................................................ixMOTTO .........................................................................................................xiPERSEMBAHAN.........................................................................................xiiSANWACANA ............................................................................................xiiiDAFTAR ISI................................................................................................xivDAFTAR TABEL ......................................................................................xviiDAFTAR GAMBAR.................................................................................xviiiDAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1B. Fokus Penelitian.................................................................................10C. Rumusan Masalah ..............................................................................10D. Tujuan Penelitian ...............................................................................11E. Manfaat Penelitian .............................................................................11F. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................13

1. Ruang Lingkup Ilmu ....................................................................132. Ruang Lingkup Subjek ................................................................133. Ruang Lingkup Objek..................................................................134. Ruang Lingkup Tempat ...............................................................145. Ruang Lingkup Waktu .................................................................14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis...............................................................................151. Tinjauan Peran Program Parenting Skills ....................................15

a. Pengertian Program Parenting Skills .....................................15b. Teori Parenting ......................................................................19c. Bentuk Program Parenting Skills...........................................27

xv

d. Teknik Parenting ...................................................................30e. Fungsi Parenting....................................................................33f. Kesalahan Orang Tua dalam Parenting .................................34

2. Tinjauan Karakter Religius ..........................................................38a. Pengertian Karakter................................................................38b. Pengertian Religius ................................................................42c. Karakteristik Religius ............................................................46

3. Peran Parenting Skills dalam Mengembangkan KarakterReligius Peserta Didik..................................................................53

B. Penelitian Yang Relevan....................................................................561. Tingkat Lokal...............................................................................562. Tingkat Nasional ..........................................................................57

C. Kerangka Pikir ...................................................................................59

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...................................................................................62B. Lokasi Penelitian................................................................................63C. Objek Penelitian.................................................................................63

1. Program Parenting Skills .............................................................632. Karakter Religius .........................................................................63

D. Informan dan Unit Analisis................................................................63E. Instrumen Penelitian ..........................................................................65F. Kehadiran Peneliti..............................................................................65G. Teknik Pengumpulan Data.................................................................66

1. Observasi......................................................................................662. Dokumentasi ................................................................................673. Wawancara...................................................................................674. Studi Pustaka ...............................................................................67

H. Uji Kredibilitas...................................................................................68I. Teknik Pengolahan Data ....................................................................68J. Teknik Analisis Data..........................................................................69K. Rencana Penelitian.............................................................................72L. Tahap Penelitian.................................................................................73

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................761. Data SMPIT Permata Bunda Alawiyah.......................................762. Gambaran Umum Informan.........................................................82

B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................821. Paparan Data................................................................................83

a. Dimensi Rencana Program Parenting Skills .........................83b. Dimensi Pelaksanaan Program Parenting Skills ...................94c. Dimensi Hasil Program Parenting Skills.............................115d. Dimensi Hambatan-hambatan Implementasi Program

xvi

Parenting Skills....................................................................1382. Temuan Penelitian .....................................................................140

C. Pembahasan .....................................................................................146D. Keunikan Hasil Penelitian ...............................................................166

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ...........................................................................................169B. Saran .................................................................................................174

DAFTAR PUSTAKA

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Informan dan Unit Analisis...................................................................... 64

2. Jadwal Wawancara, Observasi, Dan Dokumentasi Penelitian..................66

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ..........................................................................................61

2. Triangulasi Teknik ....................................................................................68

3. Teknik Analisis Data Miles & Huberman (Model Modifikasi) ................72

4. Rencana Penelitian ....................................................................................72

5. Foto SMPIT Permata Bunda Alawiyah.....................................................76

6. Foto rangkaian rapat perencanaan.............................................................85

7. Pelaksanaan Program Seminar dan PelatihanOrangtua ............................97

8. Pelaksanaan Program Pengajian Orangtua..............................................100

9. Buku Penghubung dan Lembar Evaluasi Ibadah ....................................104

10. Tilawah Peserta Didik Ketika di Sekolah dan Ketika di Rumah denganDidampingi Orangtua Peserta Didik ........................................105

11. Buku penghubung poin nomor 11 tentang gadget ..................................108

12. Peserta Didik Ketika Melaksanakan Shalat Dhuha di Sekolah Maupun diRumah Ketika Hari Libur.........................................................127

13. Penilaian 3S yang ada di papan tulis masing-masing kelas ....................129

14. Peserta Didik sedang Melakukan Senyum, Salam, Sapa kepada Guru danOrangtua ....................................................................................129

15. Tropi student of the year dan salah satu siswi yang mendapatkanpenghargaan student of the year ................................................133

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Rencana Judul Skripsi

2. Surat Keterangan Judul Dari Dekanat Fkip Unila

3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitia n Pendahuluan

5. Lembar Persetujuan Seminar Proposal

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Seminar Proposal

7. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembimbing I

8. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembimbing II

9. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas I

10. Kartu Perbaikan Seminar Proposal Pembahas II

11. Rekomendasi Perbaikan Seminar Proposal Pembimbing Dan Pembahas

12. Surat Izin Penelitian

13. Lembar Persetujuan seminar hasil

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Seminar Hasil

15. Kartu Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing I

16. Kartu Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing II

17. Kartu Perbaikan Seminar Hasil Pembahas

18. Rekomendasi Perbaikan Seminar Hasil Pembimbing Dan Pembahas

19. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

xx

20. Instrumen Wawancara

21. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

22. Instrumen Pedoman Wawancara

23. Hasil Wawancara

24. Dokumentasi

25. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik

26. Panduan Teknis Alur Sekolah SMPIT Permata Bunda Alawiyah

27. Aturan Siswa SMPIT Permata Bunda Alawiyah

28. Lembar Evaluasi Ibadah Harian Siswa Siswa/i SMPIT Permata Bunda

Alawiyah

29. Surat Pernyataan Pengasuhan Orang Tua SMPIT Permata Bunda Alawiyah

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia sedang memasuki era pembangunan jangka panjang,

kualitas dari sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan upaya

meningkatkan kualitas hidup bangsa. Dalam hal ini pemerintah dengan tegas

menyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

dapat di tempuh melalui pendidikan. Perhatian pemerintah dalam bidang

pendidikan ditekankan pada pendidikan anak karena anak merupakan garda

terdepan generasi penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia dalam

pembangunan Nasional. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional. Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3, disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-undang tersebut menyatakan bahwa tujuan utama dalam pendidikan

nasional dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki nilai-

2

nilai karakter yang baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut yakni

menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa serta berakhlak mulia maka di perlukan lembaga pendidikan yang mempu

membawa peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Maka dari

itu, hal ini perlu kemitraan yang kuat antara sekolah dan terutama di dalam

lingkungan keluarga. Karena keluarga merupakan aliran kebaikan pertama dan

tempat di mana kita belajar tentang komitmen, pengorbanan, dan keyakinan

dalam sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Keluarga meletakkan

landasan moral yang di atasnya seluruh institusi sosial dibangun.

Sunderland dalam Vinayastri (2015: 34) menyatakan bahwa “Parent are not

magicians. They can’t guarantee their children happiness in later life or

protect them from loss and rejection. But they can dramatically influence

system in their children’s brain”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

orang tua bukanlah seorang pesulap dan tidak dapat menjamin bahwa anak-

anaknya akan selalu bahagia serta tidak akan mengalami kesedihan dan

kehilangan namun orang tua mempunyai pengaruh luar biasa dalam

perkembangan otak mereka. Dengan demikian, orang tua beserta lingkungan

keluarga terdekat memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan

dasar karakter dan kecerdasan anak. Maka dari itu, perlunya keterampilan pola

asuh (parenting) yang harus dimiliki orang tua untuk meningkatkan

perkembangan otak dan karakter anak.

Pendidikan yang paling pertama dan utama yang di dapatkan oleh seorang

anak di dalam kehidupannya adalah pendidikan yang berasal dari keluarga,

3

khususnya orang tua. Orang tua sangat berperan penting untuk memberikan

pendidikan dasar kepada anak selain itu orang tua juga bertanggung jawab

untuk menanamkan karakter yang baik, keteladanan, dan bimbingan kepada

anaknya. Lickona (2012: 2) menyatakan bahwa:

Seiring kita memulai abad yang baru, kita memiliki pemahaman yanglebih tajam tentang betapa karakter itu penting. Kita memerlukankarakter yang baik untuk menjalani kehidupan bermakna, produktif, danberkecukupan. Kita memerlukan karakter untuk memiliki keluarga yangkuat dan stabil. Kita memerlukan karakter untuk memiliki sekolah yangaman, peduli, dan efektif. Kita memerlukan karakter untuk membangunmasyarakat yang sipil, pantas, dan adil.

Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting diajarkan kepada anak

oleh kedua orang tuanya. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter adalah

pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur

kepada anak, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapakan dan

mempraktikan dalam kehidupannya. Pendidikan karakter yang utama bagi

anak berada di lingkungan keluarga. Melalui orang tua, anak dapat beradaptasi

dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan yang ada dalam

lingkungan sang anak. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada

anaknya dapat berupa bentuk perlakuan fisik, maupun perlakuan psikis yang

tercermin dalam perilaku, tutur kata, sikap, dan tindakan yang diberikan.

Lingkungan keluarga dapat dikatakan sebagai media paling terdepan yang

secara langsung atau tak langsung berpengaruh dalam mengambangkan

karakter anak. Orang tua diharapkan dapat memilih dan memillah pola asuh

yang ideal bagi anak, yang bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak

dan yang terpenting pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan

4

nilai-nilai agama pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala

bentuk dan perilaku menyimpang anak dikemudian hari.

Demikian halnya dengan pendidikan agama, semakin kecil umur anak,

hendaknya semakin banyak pembiasaan latihan dan pembiasaan agama

dilakukan pada anak. Sikap seorang anak terhadap agama dibentuk pertama

kali di lingkungan keluarga khususnya melalui pengalaman yang di dapatkan

dari orang tuanya. Untuk melepaskan seorang anak ke luar dari lingkungan

agama, maka dibutuhkan dasar bertingkah laku yang dibentuk oleh

keluarganya. Pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan kepada anak

salah satunya adalah pendidikan karakter religius.

Religius merupakan salah satu nilai karakter yang ada dalam pendidikan

karakter. Nilai religius merupakan nilai yang berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa. Azzet (2011: 17-18) mengungkapkan bahwa nilai religius

merupakan nilai yang mendasari pendidikan karakter karena pada dasarnya

Indonesia adalah negara yang beragama. Nilai religius yang bersifat universal

sebenarnya dimiliki oleh masing-masing agama sehingga tidak akan terjadi

hegemoni agama yang dipeluk mayoritas kepada orang-orang yang memeluk

agama minoritas. Nilai religius yang yang dijadikan dalam pendidikan

karakter sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai

yang berasal dari agama yang dipeluknya bisa menjadi motivasi kuat dalam

membangun karakter. Karakternya anak di bentuk berdasarkan nilai-nilai

universal agama yang dipeluknya masing-masing sehingga anak akan

mempunyai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

5

Peran keluarga di dalam proses pengembangan karakter religius anak berperan

sangat krusial, maka dari itu diperlukan suatu wadah untuk memberikan

peningkatan pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang anak, yaitu

melalui program parenting skills. Program parenting skills ditujukan pada

keluarga yaitu bagi orang tua yang anaknya menempuh pendidikan di suatu

lembaga pendidikan. Program parenting skills merupakan suatu program

untuk memberikan informasi pengetahuan dan keterampilan mengenai tumbuh

kembang anak serta pengasuhan anak, agar orang tua paham dalam

memberikan pengasuhan kepada anak itu harus sesuai dengan masa

pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Program parenting skills dapat

diselenggarakan di lembaga pendidikan formal dan nonformal.

Orang tua diharapkan dapat berpatisipasi dalam program parenting skills agar

memperoleh pemahaman yang maksimal mengenai cara mendidik anak dan

pengasuhan anak di dalam lingkungan keluarga. Selain itu juga ada

kesinambungan dan kerja sama antara orang tua, pengelola dan pendidik di

lembaga nonformal, agar pengasuhan dan pendidikan anak di keluarga dapat

berjalan selaras dan seimbang dengan pengasuhan yang ada di sekolah.

Program parenting skills sangat penting diimplementasikan. Program

parenting skills dijadikan suatu kegiatan yang mempunyai manfaat positif

bagi peserta program tersebut misalnya dapat merubah pola asuh orang tua,

yang awalnya pola asuh tersebut tidak sesuai dengan perkembangan anak

menjadi pola asuh yang sesuai dengan karakter dan perkembangan anak, orang

tua menjadi percaya diri dalam mengasuh dan mendidik anak dan hak-hak

anak bisa terpenuhi. Namun, masih banyak masyarakat khususnya orang tua

6

yang belum mengetahui pentingnya program parenting skills. Program

parenting skills merupakan sebuah program yang ditujukan kepada orang tua,

agar para orang tua memperoleh berbagai macam informasi mengenai

pengasuhan dan cara mendidik anak dengan baik.

Salah satu sekolah yang telah menyelenggarakan program parenting skills

adalah SMP Islam Terpadu Permata Bunda Alawiyah yang berlokasi di Jl.

Pulau Singkep-AMD No.121, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung.

SMPIT Permata Bunda Alawiyah telah menyelenggarakan program parenting

skills dengan sasarannya adalah orang tua peserta didik agar orang tua lebih

dapat mengembangkan karakter religius anak sesuai dengan visi dan misi

sekolah tersebut yaitu menciptakan iklim pembelajaran yang islami, dan

sekolah juga berharap orang tua dapat berperan aktif dalam mengevaluasi

ibadah harian peserta didik yang ditargetkan di sekolah ketika dirumah, serta

dapat mengajarkan adab-adab yang sesuai dengan karakteristik seorang

muslim. Ibadah harian peserta didik yang perlu di perhatikan orang tua ketika

di rumah adalah:

(1) Sholat berjamaah atau sholat di awal waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar,Maghrib, Isya); (2) Sholat rowatib; (3) Qiyamul lail atau witir; (4)Istighfar 100 x perhari; (5) Shoum sunnah perbulan; (6) Tilawah AlQur’an; (7) Dzikir pagi; (8) Dzikir sore; (9) Shalat dhuha; (10) Membacabuku islami; (11) Hafalan Quran

Nilai religius yang kuat merupakan landasan bagi peserta didik untuk kelak

menjadi orang yang dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal yang bersifat

negatif. Azzet (2011: 88) menyatakan bahwa hal yang semestinya

dikembangkan dalam diri peserta didik adalah terbangunnya pikiran,

7

perkataan, dan tindakan peserta didik yang diupayakan berdasarkan nilai-nilai

ketuhanan atau yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya. Oleh

karena itu diharapkan peserta didik benar-benar memahami dan mengamalkan

ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Amrullah (2015: 8) menyatakan bahwa Sekolah Islam Terpadu pada

hakikatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan

Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah. Yang dimaksud program

terpadu adalah program yang memadukan antara program pendidikan umum

dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual (fikriyah),

emosional (ruhiyah) dan fisik (jasadiyah), dan antara sekolah, orang tua dan

masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap

dunia pendidikan.

Berangkat dari pemahaman bahwa pendidikan merupakan tugas dan tanggung

jawab orang tua, sekolah, dan masyarakat, sekolah sebagai sebuah institusi

adalah pelaksana langsung proses pendidikan, sedang orang tua dan

masyarakat sebagai pihak pengguna dan penikmat hasil pendidikan perlu

diberdayakan. Pemberdayaan orang tua dan masyarakat dalam proses

pendidikan dititik beratkan pada peran serta mereka dalam penyamaan

perlakuan terhadap peserta didik serta dalam jalannya proses pendidikan.

Maka dari itu perlunya diadakan program parenting skills di Sekolah Islam

Terpadu.

8

Program parenting skills yang diselenggarakan di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah merupakan program-program yang bertujuan untuk memberdayakan

keterampilan orang tua dalam hal pola pengasuhan yang tepat bagi anak.

Ketika kegiatan seminar dan pelatihan berlangsung biasanya pihak sekolah

mengundang tokoh atau praktisi yang kompeten di bidang anak, dan psikolog

islam sebagai pembicara. Fakta yang ditemukan setelah penulis melakukan

wawancara dengan salah seorang guru di SMP IT Permata Bunda Alawiyah

yang berinisial D pada tanggal 30 Oktober 2018 adalah masih terdapat orang

tua yang bersikap terlalu memanjakan anak, terlalu acuh kepada anak karena

terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga anak kurang mendapatkan kasih

sayang dari orang tua. Selain itu, masih terdapat orang tua peserta didik yang

tidak sesuai dengan kemauan sekolah seperti menyerahkan sepenuhnya

tanggung jawab pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, terlalu santai jika

anaknya tidak menjalankan target ibadah harian ketika dirumah, kurang

maksimalnya pengawasan serta pendampingan ibadah harian dan hafalan

Quran yang ditargetkan dari sekolah, dan sebagainya.

Hal tersebut dikarenakan orang tua belum sepenuhnya mengetahui pola

pengasuhan apa yang tepat untuk memberikan pengasuhan kepada anak sesuai

karakter dan perkembangan anak sesuai dengan nilai-nilai religius yang ingin

di bangun oleh sekolah. Akibat dari kurangnya pengetahuan dalam pola

pengasuhan, maka dampaknya adalah motivasi hafalan ayat-ayat Quran

peserta didik di sekolah masih rendah, tertib ibadah yang masih sangat perlu

dikembangkan, kurangnya adab islami yang dimiliki peserta didik seperti

tidak sopan kepada orang tua dan orang yang lebih tua, kurangnya

9

kepedulianan terhadap sesama, kata-kata kotor yang masih sering terdengar,

perselisihan yang mudah terjadi, pergaulan bebas seperti pacaran, dan suka

berbohong.

Beberapa kasus tersebut menunjukan karakter religius masih perlu

dikembangkan tentunya oleh para orang tua mengingat orang tua lah pendidik

pertama dan utama. Masalah-masalah diatas adalah sesuatu yang perlu

diperhatikan guna menyelamatkan karakter anak sebagai penerus generasi

bangsa khususnya dalam hal karakter religius anak. Oleh karena itu

keterampilan pola asuh anak perlu diajarkan kepada orang tua peserta didik

sejak dini agar orang tua lebih paham dalam hal pola pengasuhan anak yang

baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Hal ini dikarenakan ajaran

agama sangatlah penting untuk pedoman hidup anak di masa depan. Dengan

berbekal agama yang baik, maka akan memberikan peserta didik dasar yang

kuat ketika akan bertindak, dalam nilai religius berisi tentang aturan-aturan

kehidupan dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat

agama.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian agar mengetahui

peran program parenting skills yang diselenggarakan di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah dapat mengembangkan kapasitas pengasuhan orang tua. Hal

ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah implementasi program parenting

skills ini dapat memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi orang tua

dalam mengembangkan karakter religius anak di lingkungan rumah. Atas

dasar rumusan masalah dan pernyataan penelitian tersebut maka judul

10

penelitian ini adalah “Implementasi Program Parenting Skills dalam

Mengembangkan Karakter Religius Peserta Didik di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang disusun di atas, maka fokus

penelitian ini adalah implementasi program parenting skills dalam

mengembangkan karakter religius peserta didik di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah Tahun Ajaran 2018/2019.

1. Sub Fokus

a. Rencana program parenting skills di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

b. Pelaksanaan program parenting skills di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah

c. Hasil implementasi program parenting skills di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah

d. Hambatan-hambatan implementasi program parenting skills di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah

C. Rumusan Masalah

1. Umum: Bagaimanakah implementasi program parenting skills dalam

mengembangkan karakter religius peserta didik di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah?

2. Khusus:

a. Bagaimanakah Rencana program parenting skills di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah?

11

b. Bagaimanakah pelaksanaan program parenting skills di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah?

c. Bagaimanakah hasil implementasi program parenting skills di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah

d. Bagaimanakah hambatan-hambatan implementasi program parenting

skills di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis dan mendeskripsikan

1. Rencana program parenting skills di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

2. Pelaksanaan program parenting skills di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

3. Hasil implementasi program parenting skills di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah

4. Hambatan-hambatan implementasi program parenting skills di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah

E. Manfaat Penelitian

Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat memberikan manfaat secara

teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Memberikan manfaat terhadap keilmuan di dalam pengelolaan

pembelajaran pendidikan nilai dan pendidikan moral. Selain itu, penelitian

ini diharapkan pula dapat membantu membangun karakter anak bangsa

12

yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai religius yang berlaku di

masyarakat.

2. Secara Praktis

a. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai bahan

pembelajaran dan evaluasi guru dalam mengembangkan karakter

religius peserta didik melalui implementasi program parenting skills

yang ada di sekolah.

b. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dan hubungan

parenting dengan orang tua.

c. Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran kepada

orang tua tentang pentingnya program parenting skills yang diadakan

di sekolah dalam mengembangkan karakter religius anak.

d. Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah edukasi tentang nilai-

nilai religius untuk peserta didik yang didapatkan dari aktifitas sehari-

hari bersama orang tua.

e. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menguji diri dalam menganalisis implementasi program parenting

skills dalam mengembangkan karakter religius anak dan saat terjun

13

kedunia pendidikan sebagai tenaga pengajar, peneliti juga dapat

memberikan motivasi kepada orangtua mengenai pentingnya

mengembangkan nilai-nilai religius dalam diri peserta didik.

f. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

lain untuk dapat menyusun penelitian yang serupa dengan penelitian

implementasi program parenting skills dalam mengembangkan

karakter religius peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter dan

pendidikan nilai relegius yang berdasarkan nilai keislaman yang berperan

dalam pembentukan karakter peserta didik sejak dini, terkait dengan upaya

pengembangan nilai religius peserta didik maka orang tua dituntut dapat

menanamkan nilai baik serta menerapkan nilai relegius dalam diri peserta

didik di lingkungan rumah agar tercipta generasi yang berakhlak mulia

untuk memajukan martabat bangsa dengan prestasi dan karakter yang kuat.

2. Ruang Lingkup Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang tua, kepala sekolah, guru dan

peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

3. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah implementasi program parenting skills

dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah

14

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin

penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Program Parenting Skills

a. Pengertian Program Parenting Skills

Secara bahasa parenting berasal dari bahasa Inggris yang berarti

pengasuhan. Brooks dalam Nooraeni (2017: 33) menyatakan bahwa

parent dalam parenting memiliki beberapa definisi-ibu, ayah

seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang

penjaga, maupun seorang pelindung. Pengasuhan bukan hanya

dilakukan oleh orangtua tapi juga dapat dikontrubusi oleh orang yang

berada dalam lingkungan anak atau kehidupan anak setiap harinya baik

berupa pengasuh atau nenek kakek juga kerabat keluarga yang lain.

Goodnow & Collins yang dikutip oleh Erlanti, Mulyana dan Wibowo

(2016 : 238) menyatakan bahwa:

Pengasuhan merupakan suatu aspek penting dalam membentukperkembangan diri anak. Orang tua tentu memerlukanpengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapatmemberikan pengasuhan yang benar bagi anak. Pengetahuanpengasuhan meliputi memahami cara merawat anak-anak,bagaimana anak-anak mengembangkan, dan peran yangberagam orang tua bermain dalam kehidupan anak-anak.Pengetahuan pengasuhan termasuk memahami berbagaipendekatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan fisik danbiologis dan sosioemosional dan kognitif anak-anak ketikamereka berkembang.

16

Sugiastuti (2013: 45) menyatakan bahwa di dalam dunia parenting

terdapat enam pilar yang diharapkan dapat diterapkan oleh para orang

tua:

(1) Pentingnya kerjasama yang baik antara kedua orang tua(partnership parenting); (2) Belaian fondasi penting dalammengasuh anak; (3) Terapkan aturan dan kesepakatan secarakonsisten; (4) Pahami emosi negatif anak sejak dini; (5)Pentingnya gaya bahasa positif agar anak sehat secara fisik danemosional; (6) Pola asuh tanpa hukuman.

Parenting juga diartikan sebagai suatu proses untuk membesarkan dan

mendidik anak sejak lahir atau sejak dalam kandungan, sampai

menjadi dewasa. Biasanya, orangtua menyediakan segala kebutuhan

anak, melindungi dari bahaya dan mengajarkan keterampilan serta

nilai-nilai budaya hingga beranjak dewasa.

Kemudian Yani, Khaeriyah, dan Ulfah (2017: 155) berpendapat bahwa

perenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga

dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga

dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Parenting di nilai sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang

tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktifitas-aktifitas memberi

makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), melindungi

(protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh kembang.

Houghi yang dikutip oleh Rahmawati (2017: 6) menyatakan bahwa

parenting berkaitan dengan upaya pengasuhan yang mensejahterakan

17

kehidupan anak. Tiga keterampilan yang perlu dimiliki oleh orang tua

untuk menjadi orang tua yang baik, yaitu perhatian, kontrol dan

pengembangan. Menurut Douglas yang dikutip oleh Rahmawati (2017:

7) ketiga aspek tersebut perlu diberikan pada anak. Perhatian, berkaitan

dengan sejumlah aktivitas yang ditujukan dalam upaya mendukung

keberlangsungan pengembangan anak seperti penyediaan sarana fisik,

dukungan emosional (seperti cinta) dan kebutuhan sosial (seperti rasa

tanggung jawab). Kontrol berkaitan dengan aktivitas menjaga dan

memberikan batasan kepada anak dengan tetap mempertimbangkan

usia dan karakteristik kepribadian anak. Sementara pengembangan,

merujuk aktivitas yang dilakukan orang tua untuk mendorong anak

menemukan potensi dan kemampuannya serta mengembangkannya.

Dapat disimpulkan secara ringkas, parenting adalah aktivitas positif

yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Sedangkan skill secara

bahasa berasal dari bahasa Inggris yang berarti keterampilan atau

keahlian. Keahlian adalah kemampuan khusus yang dihasilkan dari

pengetahuan, informasi, praktik, dan kecerdasan.

Kesimpulan dari pemaparan diatas bahwa parenting skills adalah

keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh orangtua atau keluarga

dalam mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak sejak masih bayi

hingga dewasa yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan

karakteristik anak pada nantinya. Parenting skills mempunyai

pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk

pribadi anak di masa depan, oleh sebab itu orang tua harus benar-benar

18

mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai

kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola

pengasuhan yang baik dan benar.

Hossain, Huq, Adhikari, at all (2015: 47) menyatakan bahwa “A

provision of parenting programs for expecting parents and parents of

children will further improve positive parenting skills and the

development of positive child behavior. Pernyataan tersebut dapat

diartikan bahwa penyediaan program pengasuhan untuk orang tua

bertujuan untuk meningkatkan kemahiran pola pengasuhan anak secara

positif dan anak dapat tumbuh kembang dengan memiliki perilaku

yang positif.

Mansur dalam Monikasari (2013: 283) menyatakan bahwa

“Program parenting yang diberikan pada orang tua akanmempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak. Pola asuhorang tua adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua padaanak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuhadalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalammendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggungjawab kepada anak-anaknya”.

Pengetahuan dan pemahaman orangtua dalam pola asuh terhadap anak

sangat berpengaruh terhadap tumbuh perkembangan anak. Maka dari

itu orang tua perlu diberikan program keterampilan dalam mendidik

anak didalam keluarga, pengetahuan mengasuh dan membimbing anak

dan agar dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di masa

yang akan datang.

19

Program pendidikan keorangtuaan atau program parenting termasuk

kedalam pendidikan orang dewasa, dimana pendidikan orang dewasa

menurut Sudjana (2010: 45) yaitu program yang diperuntukkan bagi

orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat

mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, dan profesi yang telah dimiliki,

memperoleh cara baru, serta mengubah sikap dan perilaku orang

dewasa.

b. Teori Parenting

Seiring dengan banyaknya permasalahan orang tua dalam hal

pengasuhan anak, maka teori parenting juga berkembang pesat. Pola

parenting memiliki berbagai macam gaya dalam pengasuhan, yang

paling dikenal adalah gaya parenting yang diperkenalkan oleh Diana

Baumrind pada tahun 1967. Anisah (2011: 73) menyatakan bahwa:

Kepribadian akan berkembang menjadi karakter ketikaseseorang mempelajari kelemahan dan kelebihan dirinya. Darikepribadian inilah akan membentuk karakter. Pola asuh yangdilakukan setiap oang tua secara alami akan membentukkepribadian seseorang, sehingga terjadi suatu perkembanganpsikis pada diri individu untuk membentuk kepribadian yangberkarakter. Karena karakter bukan genetic seperti kepribadian,tetapi karakter perlu dibina, di bangun dan dikembangkan secarasadar melalui suatu proses yang tidak instan sehingga munculkonsep character building atau pendidikan karakter dalam upayamenyempurnakan pola asuh yang dilakukan setiap orang tua.

Keterampilan gaya pengasuhan yang digunakan orang tua, merupakan

cermin dari kepribadian pelakunya (orang tua) dan pada akhirnya akan

memprediksikan hasil kepribadian dari sang anak. Baumrind

20

mengklasifikasikan pengasuhan atau pemeliharaan yang diberikan

orang tua, didasarkan pada pertemuan dua dimensi, yaitu

demandingness (tuntutan) dan responsiveness (tanggapan atau

penerimaan) yang dia yakini keduanya sebagai dasar dari pola asuh

orang tua. Dengan demikian Baumrind mengidentifikasi dan

memberikan label pada bentuk-bentuk pola asuh orang tua sebagai

berikut: “Three of the most prominent caregiving style are described

in the next section, including the behavior of the parent and the

behavior of the child experiencing this type of cergiving” Ketiga pola

asuh itu adalah Authoritarian style (pola asuh otoriter), Permisive style

(pola asuh membolehkan), dan Authoritative style (pola asuh

demokrasi). Gaya parenting yang dikemukakan oleh Baumrind

meliputi:

1. Gaya Parenting Authoritarian (Pola Asuh Otoriter)

Pola asuh Authoritarian (otoriter) adalah tipe pola asuh dimana

orang tua terlalu banyak menuntut dan sangat kurang merespon

dan menanggapi keinginan anak. Dalam buku Santrock (1995)

Baumrind mengemukakan bahwa “Pengasuhan otoriter ialah suatu

gaya yang membatasi, menghukum dan menuntut anak untuk

mengikuti perintah-perintah orang dan tidak memberi peluang

kepada anak untuk berbicara”. Ciri-ciri pola asuh tersebut sebagai

berikut:

21

1. Orang tua berupaya untuk membentuk, mengontrol dan

mengevaluasi sikap dan tingkah laku anaknya secara mutlak

sesuai dengan aturan orang tua.

2. Orang tua menerapkan kepatuhan/ketaatan kepada nilai-nila

yang terbaik menuntut perintah, bekerja dan menjaga tradisi.

3. Orang tua senang memberi tekanan secara verbal dan kurang

memperhatikan masalah saling menerima dan memberi

dianatara orang tua dan anak.

4. Orang tua menekan kebebasan (independent) atau kemandirian

(otonomi) secara individual kepada anak.

Pola asuh authoritatif akan menghasilkan karakteristik anak yang

tidak mampu bergaul dengan teman sebaya, selalu menyendiri,

merasa cemas dan gelisah serta khaawatir ktika bergaul dengan

teman sebaya dan lebih dikhawatirkan lagi akan memiliki hati

nurani yang rendah.

2. Gaya Parenting Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.

Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu

tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak

menegur atau memperingatkan apabila anak sedang dalam bahaya,

dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Adapun

ciri-cirinya adalah:

22

1. Orang tua membolehkan atau mengijinkan anaknya untuk

mengatur tingkah laku yang mereka kehendaki dan membuat

keputusan sendiri kapan saja.

2. Orang tua memiliki sedikit peraturan di rumah

3. Orang tua sedikit menuntut kematangan tingkah laku, seperti

menunjukkan kelakuan/tatakrama yang baik atau untuk

menyelesaikan tugas-tugas.

4. Orang tua menghindar dari suatu control atau pembatasan

kapan saja dan sedikit menerapkan hukuman

5. Orang tua toleran, sikapnya menerima terhadap keinginan dan

dorongan yang dikehendaki anak

Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga

mereka disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan

karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, mudah

frustasi, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri

dan kurang matang secara sosial.

3. Gaya Parenting Otoritatif (demokratis)

Pola asuh otoritatif atau pola pengasuhan yang demokratis adalah

pola asuh yang mendorong anak agar mandiri tetapi masih

menetapkan batasan-batasan dan pengendalian atas tindakan

mereka. Adanya musyawarah, memperlihatkan kehangatan atau

kasih sayang. Jadi pola asuh otoritatif merupakan salah satu pola

asuh yang terbaik yaitu kombinasi antara tuntutan

(demandingness) dan membolehkan atau mengijinkan

23

(responsiveness) serta memiliki pengaruh yang baik terhadap

perkembangan anak. Adapaun karakteristik pola asuh otoritatif ini

adalah:

1. Orang tua menerapkan standar aturan dengan jelas dan

mengharapkan tingkah laku yang matang dari anak

2. Orang tua menekankan peraturan dengan menggunakan sanksi

apabila diperlukan

3. Orang tua mendorong anak untuk bebas dan mendorong secara

individual

4. Orang tua mendengarkan pendapat anak, meninjau

pendapatnya kemudian memberikan pandangan atau saran.

Adanya saling memberi dan menerima dalam pembicaraan

diantara keduanya dan berkomunikasi secara terbuka

5. Hak kedua belah pihak baik orang tua maupun anak diakui.

Dengan demikian pola asuh otoritatif ini mendorong anak untuk

memiliki kemampuan yang lebih baik daripada pola asuh otoriter

ataupun permisif. Anak-anak dari orang tua yang memiliki pola

asuh otoritatif sangat memelihara tanggung jawab social dan

kebebasan ketika masih kanak-dan sesudah menginjak usia 8-9

tahun baik anak laki-laki maupun anak perempuan sudah memiliki

kecakapan emosional artinya kognitif sosialnya sudah dimiliki

(berkembang ke arah positif).

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak

yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik

24

dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat

terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang lain.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun pola

asuh terdiri dari beberapa komponen, namun dalam kehidupan sehari-

hari orang tua kadang menggunakan pola asuh yang variatif yang

bersifat multidimensi.Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi orang

tua pada saat mendidik anak. Misalnya orang tua yang otoritatif bisa

saja menunjukkan emosinya, mengancam, memberi hukuman dll,

orang tua yang permisif bisa juga menunjukkan sikap restriktifnys,

tidak memberi izin atau membiarkan anaknya mengambil pilihan

semaunya, demikian juga dengan orang tua yang otoriter kadang bisa

jadi lemah lembut, hangat, ramah, membolehkan menentukan

pilihannya sendiri. Akan tetapi dengan pola asuh yang multidimensi ini

ada satu kecenderungan kepada dimensi yang dominan, tergantung

pada bagaimana anak atau tanggapan anak melalui persepsinya

berdasarkan pengalaman selama diasuh atau diperlakukan oleh orang

tuanya.

Penelitian-penelitian yang berkembang dalam dunia parenting,

menghasilkan dimensi parenting yang lebih spesifik. Dimensi tersebut

adalah:

1. Dukungan (support)

Collins dalam Rahmawati (2017: 9) menyatakan bahwa support

merujuk pada dimensi aktif, yaitu tingkah laku merawat yang

25

khususnya relevan dengan tingkat inisiatif sosial remaja. Fletcher,

Steinberg dan William-Wheeler yang dikutip oleh Rahmawati

(2017: 9) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat dan

responsif mampu secara aktif mengelola tingkah laku anak dalam

iklim keluarga yang bersikap komunikatif. Vansteenkiste, Lucykx

dan Goosens dalam kutipan Rahmawati (2017: 9) menyebutkan,

saat orang tua mampu mengembangkan relasi yang hangat, penuh

pengertian dan bersifat personal dengan anak remaja, maka mereka

telah menciptakan iklim keluarga yang bersifat terbuka, yang

memungkinkan remaja untuk menceritakan pengalaman yang

dialaminya. Iklim seperti itu efektif untuk melindungi anak dari

persoalan-persoalan eksternal yang mereka hadapi di luar

lingkungan rumah.

2. Kontrol Psikologis (pshycological control)

Kontrol orang tua, sebagai bentuk dimensi dari parenting,

berfungsi dari tinggi ke rendah. Baumrind menyatakan dalam

kutipan Rahmawati (2017: 9) bahwa cara orang tua melakukan

kontrol menunjukan seberapa jauh otonomi yang diberikan kepada

anak mereka. Orang tua yang melakukan kontrol ketat tanpa

memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih kemandirian,

dikategorikan sebagai tipe autoritarian atau otoriter. Sementara

orang tua yang tidak mengenali persoalan tingkah laku anak,

memberlakukan kontrol yang tidak konsisten, dan membiarkan

anak menyelesaikan persoalannya sendiri, diklasifikasikan sebagai

26

tipe permisif. Orang tua yang menerapkan sistem kontrol secara

adil, dan mampu memberikan arahan yang masuk akal, disertai

sejumlah kebebasan tertentu, dikategorikan sebagai tipe autoritatif

atau pola pengasuhan demokrasi. Kontrol yang dilakukan orang tua

akan memiliki dampak berbeda terhadap pembentukan perilaku

anak. Kontrol yang dilakukan orang tua akan memiliki dampak

berbeda terhadap pembentukan perilaku anak. Steinberg yang

dikutip oleh Rahmawati (2017: 10) menyebutkan hal tersebut

dipengaruhi secara merugikan oleh otonomi psikologis

(psychological autonomy), namun secara positif dipengaruhi oleh

kontrol tingkah laku (berupa tuntutan dari orang tua). Barber dalam

kutipan RahmawatI (2012: 10) mendefinisikan kontrol psikologis

(psychological control) sebagai usaha orang tua untuk memaksakan

perkembangan anak baik secara psikologis maupun secara

emosional. Ini merupakan hal yang negatif, karena dapat

menghambat terbentuknya kemandirian serta kemampuan

mengarahkan diri sendiri (self directed).

3. Kontrol Tingkah Laku (Behavioral Control)

Kontrol terhadap tingkah laku (behavioral control) di sisi lain,

menyajikan pengaturan, pengawasan, serta pengelolaan tingkah

laku yang secara positif merupakan bentuk kontrol yang

memberikan peluang kepada remaja untuk berkembang di bawah

pengawasan dan supervisi yang cukup. Dari sejumlah riset yang

dilakukan dalam Rahmawati (2017: 10) menyatakan bahwa kontrol

27

tingkah laku (behavioral control) lebih efektif dalam membentuk

tingkah laku positif anak, di bandingkan dengan kontrol psikologis.

c. Bentuk Program Parenting Skills

Bentuk program parenting skills yang terdapat di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah adalah:

1. Seminar dan Pelatihan Orang tua

Seminar adalah kegiatan dalam rangka program parenting yang

diadakan di sekolah. Kegiatan seminar ini biasanya mengundang

tokoh parenting seperti psikolog islam atau praktisi anak yang

dapat menjelaskan suatu pokok permasalahan pada anak, memutar

film yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua

dalam hal pengasuhan anak, atau melakukan diskusi guna

mendukung pendidikan dan perkembangan pada anak. Setelah

kegiatan seminar biasanya dilakukan pelatihan orang tua yang

bertujuan untuk mempraktekan teori yang disampaikan sewaktu

seminar kepada orang tua agar orang tua lebih paham dan mengerti

praktek langsungnya tentang pola pengasuhan yang baik bagi anak.

Selain itu, pelatihan orang tua pun bertujuan untuk memperkuat

kapasitas orang tua dalam mengurangi masalah perilaku anak di

rumah, meningkatkan kemampuan anak untuk mencapai target

pengajaran di rumah, meningkatkan interaksi sosial anak dengan

keluarga atau teman serta meningkatkan kepercayaan diri orang tua

dalam membantu pembelajaran anak.

28

2. Pengajian orang tua

Pengajian yang dilakukan orang tua ini bertujuan untuk

mempererat tali silaturahmi antar orang tua murid dan menambah

wawasan/tsaqofah islamiyah. Pengajian orang tua ini dilakukan di

masjid SMPIT Permata Bunda Alawiyah. Kegiatan pengajian/liqo

orang tua ini di koordinir oleh komiite sekolah dan didukung oleh

manajemen sekolah. Dengan diadakan pengajian rutin orang tua ini

harapannya orang tua dapat lebih memahami tentang ilmu agama

sehingga dapat menanamkan nilai-nilai religius kepada anak

dilingkungan rumah.

3. Home Visit

Home visit atau kunjungan kerumah adalah kegiatan silaturahmi

antar orang tua atau pengelola/pendidik ke rumah orang tua yang

bertujuan untuk mempererat hubungan, menjenguk, atau dalam

rangka memberi/meminta dukungan tertentu yang dilakukan secara

kekeluargaan. Kunjungan kerumah merupakan kegiatan yang

dilakukan pendidik dengan mengunjungi rumah orangtua peserta

didik. Program ini harus melalui perjanjian terlebih dahulu dengan

orangtua peserta didik yang rumahnya akan menjadi obyek

kunjungan. Jumlah kunjungan dapat dilakukan sesuai kebutuhan,

namun sekolah berusaha setiap anak mendaptakna jatah dikunjungi

oleh pihak sekolah atau guru, sehingga setiap orang tua atau anak

mendapatkan perhatian yang seimbang.

29

Home visit ini memiliki makna penting untuk membangun

hubungan yang solid antara guru dan orangtua. Guru dapat

melakukan pengamatan terhadap lingkungan belajar anak ketika di

rumah dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh orangtua

mengenai perkembangan anaknya. Selain itu guru pun selalu

membuat laporan berkala dalam bentuk laporan langsung, personal

chat atau grup chat yang dikirimkan secara teratur kepada masing-

masing orangtua yang berisi tentang peristiwa atau pengalaman

selama anak berada di sekolah sehingga orang tua pun tahu

perkembangan anak selama proses belajar mengajar di sekolah.

4. Keluarga Mengaji

Keluarga mengaji merupakan program yang dibuat oleh sekolah

dengan tujuan menghidupkan Al-Quran di lingkungan rumah yang

dilakukan antara orang tua dan anak. Untuk menumbuhkan

semangat anak dalam melakukan hafalan yang ditargetkan sekolah,

anak memerlukan peran orang tua dirumah. Orang tua harus

membiasakan sang anak untuk mengaji dan mengajarkan anak

membaca Al-Quran agar terbina akhlaknya, dan anak terbiasa sejak

dini mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam Al-Quran .

5. Gerakan No Gadget

Gerakan no gadget adalah gerakan kerjasama antara guru dan

orang tua untuk mengawasi peserta didik dalam penggunaan

gadget atau gawai ketika di sekolah maupun di rumah. Gerakan ini

30

bertujuan agar peserta didik fokus dalam belajar, menciptakan

lingkungan pergaulan sosial yang sehat bagi peserta didik, serta

melindungi peserta didik dari paparan konten dewasa, kekerasan ,

radikalisme, serta pergaulan yang tidak sehat di dunia maya.

d. Teknik Parenting

Martin & Colbert yang dikutip oleh Erlanti (2016: 241) menyatakan

bahwa teknik didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan, cara, dan

metode. Sedangkan, parenting merupakan serangkaian interaksi

berkelanjutan antara orang tua dan anak, yaitu proses yang

menyebabkan perubahan kedua belah pihak. Menurut definisi tersebut,

proses ini melibatkan proses melahirkan, melindungi, mengasuh, dan

membimbing anak-anak.

Berikut adalah beberapa teknik parenting yang dikemukakan Grusec

yang dikutip oleh Erlanti (2016: 242).

1. Disiplin

Penanaman disiplin pada anak akan bermuara pada pembentukan

disiplin diri, hal ini akan terwujud pada anak yang sudah dapat

bertingkah laku yang baik. Pembentukan disiplin diri sangat besar

relevansinya dengan penerimaan otoritas orang tua. Menurut

Wayson yang dikutip oleh Shocib (2010: 3) “Anak yang

berdisiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama,

nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap

hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan

negara”. Artinya, bentuk tanggung jawab dari orang tua adalah

31

mengupayakan agar anak memiliki disiplin diri dalam

melaksanakan hubungan dengan Tuhan, dirinya sendiri, sesama

manusia, lingkungan alam, dan dengan makhluk hidup lainnya

berdasarkan nilai moral.

2. Monitoring atau Pemantauan

Memonitoring atau memantau segala aktifitas anak sehari-hari

sudah seharusnya dilakukan oleh orang tua. Karena peran orang tua

dalam mengatasi segala tingkah laku anak sangatlah penting,

terlebih dalam pergaulan anak. Monitoring yang dilakukan oleh

orang tua bertujuan untuk melindungi anak dari pengaruh-pengaruh

negatif dari kelompok sebaya yang menyimpang dan menjaga anak

agar tetap dalam pergaulan yang baik.

3. Reward atau Imbalan

Rewarding atau penghargaan adalah imbalan yang diberikan atas

prestasi, pencapaian, atau usaha anak dalam mencapai sesuatu.

Misalnya, orang tua memberikan hadiah buku setelah anak bisa

membaca dengan lancar atau mendapatkan nilai/peringkat

akademik tertentu di sekolah. Dalam pendidikan anak,

penghargaan (reward) dinilai punya pengaruh positif bagi anak,

antara lain: Reward akan menumbuhkan motivasi anak untuk

berusaha mencapai prestasi. Reward akan membuat anak merasa

dihargai. Reward secara tidak langsung juga dapat menumbuhkan

kepercayaan diri. Anak membangun kepercayaan dirinya dari bukti

32

dan pengakuan orang-orang di sekitarnya. Jika anak melihat

ternyata dia mampu melakukan sesuatu, dan mendapatkan

pengakuan dari orang tuanya, maka kepercayaan dirinya akan

tumbuh. Reward tidak selamanya harus berbentuk materi. Dapat

juga berupa pujian, dukungan, ciuman kasih sayang,

penghormatan, dan perlakuan istimewa.

4. Rutinitas Sehari-hari

Goodnow yang dikutip oleh Bornstein (2002) menekankan

pentingnya rutinitas sehari-hari sebagai sumber informasi dan

pengalaman tentang nilai-nilai kebaikan yang akan di dapatkan

oleh anak dalam kehidupannya. Misalnya ada orang tua yang

menginginkan anaknya untuk menjadi pribadi yang selalu

membantu orang lain dan peka terhadap sesama, maka orang tua

bisa membuat pekerjaan sukarela yang harus dilakukan anak setiap

harinya untuk membantu orang tua dalam pekerjaan rumah,

misalnya merapihkan tempat tidur sendiri atau membersihkan

kamar sendiri agar sang anak tumbuh menjadi sosok yang mandiri

dan bertanggung jawab.

5. Pre-arming

Pre-arming adalah strategi proaktif dalam pengasuhan anak.

Bentuk dari pre-arming adalah komunikasi atau diskusi yang

dilakukan oleh orang tua kepada anak mereka tentang apa yang

terjadi atau apa hal yang harus dilakukan oleh anak. Ketika orang

33

tua melihat potensi masalah yang ada dalam diri anak mereka,

maka sebaiknya orang tua berdiskusi dengan sang anak dan

memastikan sang anak baik-baik saja. Melalui komunikasi yang

baik maka akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan

selanjutnya anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya.

e. Fungsi Parenting (Pola Pengasuhan)

Keterampilan dalam pengasuhan (parenting) mempunyai fungsi yang

penting dalam tumbuh kembang anak sehingga anak merasa bahwa

orang tua selalu siap siaga kapan pun sang anak membutuhkan. Dalam

pengasuhan anak orang tua memiliki metode pola asuh karena orang

tua menginginkan sang anak mempunyi kepribadian yang baik dan

dapat diandalkan oleh orang tua.

Menurut G. Tembong yang dikutip oleh Ariyanti (2014: 7) ada lima

fungsi dalam pengasuhan yaitu:

a. Membentuk kepribadian anak, pola asuh yang diberikan orang tua

kepada anak akan mempengaruhi proses pembentukan kepribadian

anak. Anak yang hidup di dalam keluarga dengan pola asuh

demokratis akan membentuk kepribadian yang baik sedangkan

anak yang hidup dengan pola asuh otoriter akan terbentuk dengan

kepribadian keras dan pemberontak. Dengan demikan tampaklah

bahwa kepribadian seseorang dimasa dewasa tidak dapat

dilepaskan begitu saja dari proses pengasuhan fase sebelumnya.

34

b. Membentuk karakter anak, pembentukan karakter anak sangat

dipengaruhi keterampilan pola asuh yang diberikan orang tua.

Anak yang berkarakter baik tumbuh di dalam lingkungan keluarga

yang harmonis dan memiliki jalinan komunikasi dua arah.

c. Agar anak memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti

merupakan sekumpulan sifat-sifat dimana seseorang mencontoh

dan meniru lingkungannya, dan sangat dipengaruhi oleh

pembinaan sejak usia dini agar anak memiliki moral yang baik.

Tata cara, kebiasaan, dan adat istiadat dapat diartikan sebagai

norma yang menata sifat dan sikap manusia sesuai dengan standar

sosial.

d. Melahirkan anak yang berkualitas tidak tergantung dengan orang

tua dan juga orang lain.

e. Dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan taat pada peraturan

adat yang berlaku di masyarakat

Dari lima fungsi pola pengasuhan di atas dapat disimpulkan bahwa

secara tidak langsung pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua

sangat berhubungan dengan karakteristik dan kepribadian anak

kedepannya.

f. Kesalahan Orang Tua dalam Parenting

Kesalahan dalam mendidik anak itu banyak bentuk dan variasinya

serta fenomenanya. Hal ini terjadi karena kurangnya parenting skills

yang dimiliki oleh orang tua yang menyebabkan karakter anak menjadi

35

menyimpang dan menyeleweng. Sugiastuti (2013: 29) mengungkapkan

kesalahan orang tua dalam mendidik anak yaitu:

1. Tindakan Diktator

Tindakan diktator adalah tindakan kasar. Ayah-ibu yang biasa

bertindak kasar kepada anak-anaknya bukanlah menolong anak itu

tetapi justru merusak. Anak-anak yang dibesarkan di bawah

disiplin yang terlalu keras akan mengalami banyak hambatan

psikologis. Seorang anak perlu bimbingan yang penuh kehalusan

jiwa.

2. Terlalu Bersikap Keras dan Kasar

Beberapa orang tua terkadang memukul anak-anaknya dengan

berlebihan apabila anak mereka melakukan kesalahan, ataupun

orang tua sering menegur anak dengan keras dan memarahi anak

ketika sang anak melakukan kesalahan kecil maupun besar, atau

bentuk-bentuk kekerasan dan kekasaran lainnya yang dapat

menyebabkan anak menjadi trauma atau bahkan takut kepada

orang tuanya sendiri.

3. Berdoa Jelek untuk Sang Anak

Ketika marah kepada sang anak, terkadang orang tua spontan

mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas di dengar oleh anak,

baik kutukan, makian atau bahkan keluar seuntai kalimat do’a dari

mulut orang tua. Ada diantara orang tua yang mendoakan buruk

atas anak-anaknya hanya karena diantara mereka ada yang

36

menentangnya, yang kedurhakaannya itu mungkin disebabkan oleh

orang tuanya sendiri. Hanya karena emosi sesaat orang tua lupa

bahwa bahwa ucapannya adalah doa.

4. Menuruti Semua Kemauan Anak

Orang tua yang menuruti segala keinginan anak akan berdampak

tidak baik karena kedepannya sang anak akan tumbuh menjadi

pribadi yang manja, dan ketika sudah dewasa mereka akan menjadi

sosok yang sukar untuk mengontrol diri karena sejak kecil segala

kemauannya selalu terpenuhi. Anak-anak seperti itu akan gampang

kecewa atau putus asa jikalau rencananya gagal. Mereka kurang

tabah dan kurang sabar dalam mengalami berbagai cobaan di

dalam hidup.

5. Bersikap Tidak Adil

Seorang anak akan kecewa jika orang ia merasa orang tuanya

bersikap tidak adil, dan kekecewaan itu kemudian dapat menjelma

menjadi keputusasaan. Setelah mereka mengalami putus asa

mereka tidak memperdulikan ancaman-ancaman hukuman lagi

bahkan anak dapat menjadi sosok yang pemberontak.

6. Memanjakan Anak

Jika orang tua terbiasa untuk memanjakan anak mereka sejak kecil,

akibatnya anak akan tumbuh dan terbiasa dengan kehidupan yang

mewah, egois, dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Anak

yang terbiasa hidup mewah biasanya tidak mempunyai kepedulian

37

terhadap orang lain, bahkan kepada saudara-saudaranya. Oleh

karena itu, mendidik anak dengan kemewahan dapat merusak sisi-

sisi kebaikan yang dimiliki oleh sang anak.

7. Menumbuhkan Rasa Kecil Hati, Takut, Gelisah, dan Keluh

Kesah Pada Anak

Banyak orang tua yang melakukan metode pengasuhan yang selalu

menakut-nakuti anak dengan hantu, penculik, setan, suara angin

dan sebagainya. Terlebih lagi masih banyak orang tua yang

menakut-nakuti anak mereka dengan gurunya, sekolah, polisi, atau

dengan dokter, sehingga sang anak merasa selalu dihantui rasa

takut dari sesuatu yang semestinya tidak perlu untuk ditakuti.

8. Kurang Kasih Sayang

Terkadang tanpa disengaja orang tua kurang memberikan kasih

sayang kepada anak. Mungkin juga orang tua sudah merasa

memberikan kasih sayang, tetapi ternyata sang anak tidak

merasakan rasa kasih sayang yang diberikan orang tuanya atau rasa

kasih sayang dari orang tuanya tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh anak. Perasaan tidak cukup disayangi ini akan

menimbulkan akibat pada karakter anak. Hal itu yang biasanya

menyebabkan anak berusaha mencari kasih sayang diluar rumah,

dengan harapan agar ada orang yang dapat memberikan kasih

sayang sesuai kemauan sang anak.

38

9. Mendidik Anak untuk Melakukan Perbuatan yang Kurang

Terpuji

Sebagai contoh, orang tua memberikan dorongan kepada anak

untuk gemar datang ke gelanggang olah raga jika di gelanggang

tersebut terdapat percampuran antara laki-laki dan perempuan serta

saling memperlihatkan aurat, membiasakan anak-anak perempuan

mereka untuk memakai pakaian pendek, atau melontarkan kata-

kata kasar kepada anak sehingga kelak dengan kebiasaan ini

seorang anak tidak akan memperhatikan etika berbicara karena

terbiasa dengan didikan yang diberikan oleh orang tuanya.

10. Terlalu Berburuk Sangka Terhadap Anak

Masih banyak terdapat orang tua yang berburuk sangka kepada

anak mereka bahkan ada yang berlebihan sampai keluar dari batas

kewajaran. Misalnya menuduh niat anaknya dan tidak percaya

kepada mereka. Hal seperti ini memberikan kesan kepada anak

bawa orang tua akan memberikan hukuman kepada anak mereka

setiap kali sang anak melakukan kesalahan tanpa mau memaklumi

dan melupakan sedikitpun tentang kekeliruan dan kesalahan anak

mereka.

2. Tinjauan Karakter Religius

a. Pengertian Karakter

Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga jika

kita hidup dilingkungan sosial kita harus benar-benar memahami

bagaimana karakter seseorang supaya tercipta keamanan dan

39

kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya karakter

merupakan akumulasi dari sifat, watak, dan juga kepribadian

seseorang. Elmubarok yang dikutip oleh Anisah (2011: 75)

menyatakan bahwa:

Karakter jika ditinjau dari akar katanya berasal dari bahasaLatin “kharakter”, “kharassein”, dan “kharax” yang memilikimakna “tool for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”.Kemudian pada abad 14 di Prancis kata “character” banyakdigunakan kembali hingga akhirnya masuk kedalam bahasaInggris “character” dan di terjemahkan ke dalam bahasaIndonesia menjadi “karakter”.

Karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak,

atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif,

bukan netral. Sedangkan, karakter menurut Suyanto (2010 : 33),

“merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam kehidupan seseorang,

pembentukan karakter merupakan hal yang sangat penting kesuksesan

seseorang ditentukan oleh karakter yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Kertajaya yang dikutip oleh Anisah (2011: 76)

karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.

Ciri khas yang dimaksud adalah asli dan mengakar pada kepribadian

benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang

mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan

merespon sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku,

40

bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti itu berarti

karakter identik dengan akhlak.

Sementara, menurut Winnie yang dikutip oleh Mu’in (2016 : 160)

karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukan bagaimana

seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,

kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku

buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka

menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.

Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang

baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)

apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Lickona (2012: 22) mengungkapkan jika “karakter adalah objektifitas

yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau

tidak. Kebaikan-kebaikan tersebut ditegaskan oleh masyarakat dan

agama di seluruh dunia”. Tanpa nilai-nilai kebajikan yang membentuk

karakter yang baik, individu tidak bisa hidup bahagia dan tidak ada

masyarakat yang dapat berfungsi secara efektif. Tanpa karakter baik,

seluruh umat manusia tidak dapat melakukan perkembangan menuju

dunia yang menjunjung tinggi martabat dan dari setiap nilai pribadi.

Isi dari karakter baik adalah kebaikan. Kebaikan yang dimaksud

seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang adalah

disposisi untuk berperilaku secara bermoral.

41

Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh

genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik

disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut

memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam

perilakunya sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman yang

disertai dengan berkembangnya teknologi informasi telah

mengakibatkan pergeseran nilai dan banyak prilaku menyimpang yang

terjadi pada anak-anak, sehingga orangtua dan lembaga pendidikan

serta lingkungan masyarakat perlu memberikan perhatian serius dalam

membangun karakter anak.

Jadi, usaha pengembangan karakter seseorang dapat dilakukan oleh

masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui

rekayasa faktor lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, karakter

dipahami sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Berdasarkan pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai dasar kebaikan

yang dimiliki oleh seseorang, yang membedakan seorang individu

dengan individu lainnya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter juga dapat disebut sebagai sifat alami seseorang dalam

merespon situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan

42

nyata melalui perilaku baik, jujur, tanggung jawab, hormat terhadap

orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.

b. Pengertian Religius

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan poros utama

perbaikan pendidikan nasional yang berkaitan erat dengan berbagai

program prioritas pemerintah. Hal ini sesuai dengan salah satu butir

Nawacita melalui Gerakan Revolusi Mental yang di maklumatkan

presiden Joko Widodo. Menurut Mendikbud, lima nilai utama karakter

yang menjadi prioritas pada penguatan pendidikan karakter berkaitan

erat dengan berbagai program prioritas Kemendikbud di bidang

pendidikan dan kebudayaan. Lima kristalisasi nilai utama karakter

bangsa tersebut yaitu: (1) Religius; (2) Nasionalis; (3) Mandiri; (4)

Integritas; (5) Gotong Royong.

Salah satu kristalisasi nilai karakter yang menduduki urutan pertama

adalah karakter religius. Program PPK menyatakan bahwa karakter

religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa

yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan

kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung

tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan

kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu

hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan

43

individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini

ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.

Jika karakter religius diperspektifkan dalam nilai religius islam,

karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil dari proses

penerapam syariat (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh sikap

akidah yang kuat dan bersandar pada al-Quran dan al-Sundah (Hadist).

Religius dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat religi atau

keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan).

Dengan kata lain, religius adalah perkataan, dan tindakan seseorang

yang diupayakan selalu berdasarkaan pada nilai-nilai ketuhanan dan

ajaran agama. Agama berperan penting untuk pedoman didalam

kehidupan manusia karena dengan berbekalkan nilai-nilai agama yang

baik maka akan memberikan dasar yang kuat untuk manusia dalam

bertindak, didalam nilai religius berisi aturan-aturan tentang kehidupan

dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat

agama. Dengan berbekal nilai religius yang kuat merupakan landasan

bagi peserta didik untuk kelak menjadi orang yang dapat

mengendalikan diri terhadap hal-hal yang sifatnya negatif.

Perspektif religius yang dimiliki orang tua ini akan mewarnai bentuk

pengasuhan yang dilakukan terhadap anak. Anak yang tumbuh di

lingkungan religius akan memiliki sikap yang positif terhadap aturan-

aturan agama. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Erickson dalam Rahmawati (2017: 7) terhadap remaja usia 16-18

44

tahun. Dalam penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa karakter

positif remaja terhadap agama dipengaruhi oleh religiusitas orang tua

dan proses identifikasi yang dilakukan remaja terhadap orang tuanya.

Menurut Siswanto (2013: 99) secara spesifik, pendidikan karakter

yang berbasis nilai religius mengacu pada nilai-nilai dasar yang

terdapat dalam agama (Islam). Nilai-nilai karakter yang menjadi

prinsip dasar pendidikan karakter banyak yang di temukan dari

beberapa sumber, di antaranya nilai-nilai yang bersumber dari

keteladanan Rasulullah yang terjewantahkan dalam sikap dan perilaku

sehari-hari beliau yakni shiddiq (jujur), amanah (dipercaya), tabligh

(menyampaikan dengan transparan), fathanah (cerdas). Berikut akan

dijelaskan secara lebih rinci dari keempat sifat tersebut.

1. Shiddiq

Shiddiq adalah sebuah kenyataan yang benar yang tercermin dalam

perkataan, perbuatan atau tindakan dan keadaan batinnya.

Pengertian shiddiq ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir: a)

memiliki sistem keyakinan untuk merealisasikan visi, misi dan

tujuan; dan b) memiliki kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, jujur, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik dan berakhlak mulia.

2. Amanah

Amanah adalah sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam

mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen,

45

kompeten, kerja keras dan konsisten. Pengertian amanah ini dapat

dijabarkan ke dalam butir-butir: a) rasa memiliki dan tanggung

jawab yang tinggi; b) memiliki kemampuan mengembangkan

potensi secara optimal; c) memiliki kemampuan mengamankan dan

menjaga kelangsungan hidup; dan d) memiliki kemampuan

membangun kemitraan dan jaringan.

3. Tabligh

Tabligh adalah sebuah upaya merealisasikan pesan atau misi

tertentu yang dilakukan dengan pendekatan atau metode tertentu.

Jabaran pengertian ini diarahkan pada: a) memiliki kemampuan

merealisasikan pesan atau misi; b) memiliki kemampuan

berinteraksi secara efektif; dan c) memiliki kemampuan

menerapkan pendekatan dan metodik yang tepat.

4. Fathanah

Fathanah adalah sebuah kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan

bidang tertentu yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional

dan spiritual. Karakteristik jiwa fathânah meliputi arif dan bijak,

integritas tinggi, kesadaran untuk belajar, sikap proaktif, orientasi

kepada Tuhan, terpercaya dan ternama, menjadi yang terbaik,

empati dan perasaan terharu, kematangan emosi, keseimbangan,

jiwa penyampai misi, dan jiwa kompetisi. Sifat fathânah ini dapat

dijabarkan ke dalam butir-butir: a) memiliki kemampuan adaptif

terhadap perkembangan dan perubahan zaman; b) memiliki

46

kompetensi yang unggul, bermutu dan berdaya saing; dan c)

memiliki kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual.

Di samping itu sumber lainnya dapat juga ditemukan dalam teks-teks

agama baik al-Qur’an, hadits, maupun kata-kata hikmah para ulama.

Dalam teks-teks agama tersebut banyak ditemukan anjuran untuk

bersikap/berperilaku terpuji (akhlak al-karîmah), seperti ramah, adil,

bijaksana, sabar, syukur, sopan, peduli, tanggap, tanggung jawab,

mandiri, cinta kebersihan, cinta kedamaian, dan lain sebagainya

sebagaimana yang melekat pada diri Rasulullah. Sebaliknya

menghindarkan diri dari perilaku tercela (akhlak al-madzmûmah). Jadi

dapat disimpulkan bahwa karakter religius merupakan sikap atau

perilaku seseorang yang dekat dengan hal-hal spiritual dan patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

c. Karakteristik Religius

Khulaisie (2016: 52) menyatakan bahwa Hasan Al Banna merumuskan

sepuluh karakteristik muslim. Karakteristik ini seharusnya yang

menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim,

yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat

khususnya (muwashofat). Sepuluh karakteristik muslim tersebut

adalah:

1. Salimul Aqidah (Akidah yang Bersih)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang

harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang

47

muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan

dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan

dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan

aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya

kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi

Allah Tuhan semesta alam (QS 6: 162). Karena memiliki aqidah

yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam

da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw

mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah

Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan:

“shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari

ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan

setiap Peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw

yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh)

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia

merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap

muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan

makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan

bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena

48

begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia,

maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau

sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung

sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah

berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar

memiliki akhlak yang agung (QS 68: 4).

4. Qowiyyul Jismi (Jasmani yang Kuat)

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi

pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang

muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan

ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat,

puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus

dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di

jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu,

kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan

pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan.

Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang

wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai

seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga

termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang

artinya:Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang

lemah (HR. Muslim).

49

5. Mutsaqqoful Fikri (Berwawasan Luas)

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu

sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul

adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-

ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman

Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar

dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan

beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar

dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang

mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya

kamu berpikir (QS 2: 219). Di dalam Islam, tidak ada satupun

perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan

aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim betapa bahayanya

suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran

secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah

mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas

seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:

“samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak

mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang

dapat menerima pelajaran (QS 39: 9).

50

6. Mujahadatul Linafsihi (Mampu Memerangi Hawa Nafsu)

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan

salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim,

karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan

yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan

menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan

kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam

melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada

setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam,

Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang

dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa

yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun Ala Waqtihi (Pandai Mengatur Waktu)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor

penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat

perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt

banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama

waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan

sebagainya.Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam

jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu

yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit

manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang

menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan

51

waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak

akan pernah kembali lagi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanfaatkan

waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan

penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang

disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima

perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum

mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum

sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam Urusan)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk

kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an

maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang

terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus

diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan

ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama

dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional,

sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu

mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat

dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan

merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam

menunaikan tugas-tugasnya.

52

9. Qodirun Alal Kasbi (Berjiwa Enterpreneurship)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan

mandiri merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim.

Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan

kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan

manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi

ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah

dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim

boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa

menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan

mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah

mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits

dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim

amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan

keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah

Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan

mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat bagi Orang Lain)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah

tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja

manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang

53

disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan

dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu

harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya

semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga

jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran

yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah

saw bersabda yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah yang

paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

3. Peran Parenting Skills dalam Mengembangkan Karakter Religius

Peserta Didik

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan

anak dinyatakan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Undang-undang

tersebut menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan

pendidikan baik pendidikan formal, non formal, ataupun pendidikan

informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terdapat di dalam

sistem persekolahan, pendidikan nonformal adalah pendidikan yang

terdapat diluar sistem persekolahan sedangkan pendidikan informal

adalah pendidikan yang didapat oleh anak di dalam lingkungan keluarga

anak tersebut.

54

Ketiga jalur pendidikan yang telah disebutkan diatas tidak dapat berdiri

sendiri, ketiga jalur pendidikan tersebut harus saling melengkapi satu sama

lain, agar tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Tidak hanya

pendidikan formal dan informal saja yang diperhatikan, tetapi pendidikan

keluarga atau yang sering disebut pendidikan informal juga harus

diperhatikan agar tercapainya tujuan pendidikan yang optimal.

Dengan pentingnya peran orang tua dalam pengasuhan anak (parenting

skills) ,maka diperlukan suatu wadah untuk memberikan peningkatan

pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang anak, yaitu melalui

program parenting skills. Program parenting skills ditujukan pada

keluarga yaitu bagi orang tua yang anaknya menempuh di suatu lembaga

pendidikan.

Sahlan (2010: 150) menyatakan bahwa mengefektifkan peran orangtua

dalam pembelajaran di sekolah bukan persoalan mudah. Oleh karena itu

diperlukan strategi tertentu agar keterlibatan orang tua dapat memberikan

dampak positif bagi pembelajaran anak. Hubungan yang efektif

dimaksudkan untuk membantu pengembangan pendidikan anak dalam

lingkungan inklusif dan ramah terhadap pembelajaran. Strategi tersebut

antara lain:

1. Mengadakan pertemuan dengan keluarga untuk mengenalkan visi dan

misi sekolah

2. Melakukan diskusi informal, satu atau dua kali dalam setahun dengan

orangtua dan komite sekolah untuk menggali potensi belajar anak

mereka.

55

3. Menunjukan contoh hasil karya anak dan membicarakan bagaimana

agar dapat belajar lebih baik jika ia bisa mengatasi hambatannya

4. Membiasakan anak membahas apa yang telah di pelajari dirumah

dengan memanfaatkan informasi pelajaran yang diperoleh dari sekolah

5. Melakukan sumber belajar di masyarakat

6. Mengikutsertakan anggota keluarga dalam kegiatan sekolah dan

mengundang ahli-ahli di masyarakat untuk berbagi pengetahuan di

kelas.

Dengan dihadirkannya program parenting skills oleh pihak sekolah, di

harapkan orang tua peserta didik lebih paham dengan visi dan misi sekolah

islam terpadu yakni menciptakan iklim pembelajaran yang islami, dan

lebih dapat berperan aktif dalam mengevaluasi ibadah harian peserta didik

yang ditargetkan di sekolah ketika dirumah, serta dapat mengajarkan adab-

adab yang sesuai dengan karakteristik seorang muslim sehingga terdapat

kesinambungan dan kerja sama antara orang tua, pengelola dan pendidik

di lembaga nonformal, agar pengasuhan dan pendidikan anak di keluarga

dapat berjalan selaras dan seimbang dengan pengasuhan di sekolah yang

mengedepankan nilai-nilai religius.

Keterampilan pola asuh anak (parenting skills) sangat penting diajarkan

kepada orang tua peserta didik agar orang tua lebih dapat mengembangkan

pola pengasuhan anak yang baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.

Dengan berbekal agama yang baik, maka akan memberikan peserta didik

dasar yang kuat ketika akan bertindak, dalam nilai religius berisi tentang

56

aturan-aturan kehidupan dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak

sesuai dengan syariat agama.

B. Penelitian yang Relevan

1. Tingkat Lokal

Penelitian lokal yang dilakukan oleh Iqbal Haries Suhada Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada

tahun 2017 yang berjudul “Peranan Sekolah Berbasis Islam dalam

Menerapkan Nilai Religius Siswa di MTS Mathalaul Anwar Landsbaw

Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis peranan sekolah

berbasis Islam dalam penerapan nilai relegius siswa dan pemberian

pendidikan agama Islam dan penerapan nilai relegius siswa di sekolah

Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode deskriptif

kuantitatif yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk

diambil kesimpulan. Subjek penelitian adalah siswa siswi MTs,

Mathlaul Anwar Landsbaw. Teknik pengmpulan data menggunakan

angket/kuesioner dan wawancara, Sedangkan analisis data

menggunakan rumus interval dan Chi Kuadrat'.

Hasil penelitian ini menunjukkan sekolah telah berperan dalam

pembentukan karakter relegius siswa, dengan pemberian bekal yang

baik yang diajarkan oleh guru seperti menanamkan nilai nilai Islam

dalam proses pembelajarannya. Dalam pembentukan sikap generasi

57

muda Islam yang berwawasan luas sekolah telah memasukkan nilai

nilai Islam memaluluisaluran formal. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah penelitian penulis membahas tentang peran

program parenting skills sedangkan penelitian ini membahas tentang

peran sekolah islam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama membahas nilai-nilai karakter religius pada

peserta didik sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan

dan masukan bagi penelitian yang dilakukan oleh penulis.

2. Tingkat Nasional

Penelitian nasional yang dilakukan oleh Fitri Alfiani, Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Religius Anak di Dusun

Tegal Sari Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan

Hulu”. :Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kemerosotan

karakterkarakter anak bangsa. Terutama karakter religius generasi

muda saat ini. Tempat pertama dan paling utama untuk pembentukan

karakter religius anak yang paling tepat adalah keluarga. Oleh karena

itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter religius anak di

Dusun Tegal Sari Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten

Rokan Hulu.

58

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh

orang tua terhadap pembentukan karakter religius anak di Dusun Tegal

Sari Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan yaitu angket yang terdiri dari 25

pertanyaan tentang pola asuh orang tua (variabel X) dan 43 pertanyaan

pembentukan karakter religius anak (variabel Y) yang disebarkan

kepada 34 responden muslim. Analisis data dengan menggunakan

regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi linear

berganda diketahui bahwa pola asuh otoriter (X1) dan pola asuh

permisif (X2) tidak berpengaruh terhadap pembentukan

karakter religius anak, sedangkan pola asuh demokratis (X3)

berpengaruh terhadap pembentukan karakter religius anak.

Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa pola asuh orang tua

berpengaruh terhadap pembentukan karakter religius anak.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis merekomendasikan

bagi orang tua, agar lebih meningkatkan pola asuh yang baik yang bisa

menjadi tokoh teladan atau panutan anak-anak mereka yang akhirnya

akan ditiru oleh anaknya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Dalam hal ini sebaiknya orang tua lebih meningkatkan pola asuh

demokratis, karena pola asuh demokratis lebih berpengaruh terhadap

pembentukan karakter religius dan lebih baik dibanding pola asuh

otoriter dan permisif.

59

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penelitian

penulis lebih menekankan pada peran program parenting skills dalam

mengembangkan karakter religius peserta didik sedangkan penelitian

ini menekankan pada pengaruh pola asuh orang tua. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas

tentang pola pengasuhan yang baik dan membahas tentang karakter

religius anak sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan

dan masukan bagi penelitian yang dilakukan oleh penulis.

C. Kerangka Pikir

Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi

dan memulai suatu proses pendidikan, karena sebagaian besar kehidupan

anak ada di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak di

terima anak adalah keluarga. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan

sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Orang tua harus memahami hakikat

dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali

diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang

pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak,

sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan

terutama dalam mengembangkan karakteristik anak yang sesuai dengan

nilai-nilai religius.

Melalui program parenting skills yang diselenggarakan sekolah, orang tua

diharapkan dapat berpatisipasi agar memperoleh pemahaman yang

maksimal mengenai cara mendidik anak dan mengasuh anak yang baik di

60

dalam lingkungan keluarga. Selain itu juga ada kesinambungan dan kerja

sama antara orang tua, pengelola dan pendidik, agar pengasuhan dan

pendidikan anak di keluarga dapat berjalan selaras dan seimbang dengan

pengasuhan yang ada di sekolah. Keterampilan orang tua peserta didik

SMPIT Permata Bunda Alawiyah dalam menerapkan pola asuh yang

sesuai dengan syari’at akan menbentuk kepribadian dan karakter peserta

didik yang baik dan sempurna sebagai insan yang berakhlakul karimah

yang sesuai dengan visi misi sekolah tersebut yaitu menciptakan iklim

pembelajaran yang islami, dan sekolah juga berharap orang tua dapat

berperan aktif dalam mengevaluasi ibadah harian peserta didik yang

ditargetkan di sekolah ketika dirumah, serta dapat mengajarkan adab-adab

yang sesuai dengan karakteristik seorang muslim.. Untuk

menyederhanakan pembahasan implementasi program parenting skills

dalam mengembangkan karakter religius peserta didik, maka dibuat

kerangka pikir sebagai berikut.

61

Gambar 1. Kerangka Pikir

SMPIT Permata BundaAlawiyah

Orangtua Peserta DidikSMPIT Permata Bunda

Alawiyah

Program ParentingSkills

PelaksanaanProgram

ParentingSkills

RencanaProgram

ParentingSkills

HasilImplementasi

ProgramParenting

Skills

1. Seminar danpelatihanorangtua.

2. PengajianOrangtua

3. Home Visit4. Keluarga

Mengaji5. Gerakan No

Gadget

KarakterReligius

Peserta DidikSMPITPermataBunda

Alawiyah

Bagaimanaorangtua

peserta didikdan sekolahmenentukan

materi, waktu,dan tempat.

Hambatan-hambatan

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif, hal ini

karena akan memberikan gambaran tentang permasalahan melalui analisis

dengan menggunakan pendekatan ilmiah sesuai dengan keadaan

sebenarnya dilapangan. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian

ini yaitu pendekatan kualitatif. Menurut Moelong (Koentjoro, 2012 : 9)

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya.

Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini akan mencoba

mendeskripsiskan bagaimanakah Implementasi Program Parenting Skills

dalam Mengembangkan Karakter Religius Peserta Didik di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah

63

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dilokasi yang bertempat di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan

sekolah yang memiliki program keorangtuaan atau parenting skills.

Penetapan lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang mendukung tujuan penelitian. Selain itu

sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada di sekitar tempat tinggal

peneliti sehingga akan membantu mempermudah dalam pelaksanaan

penelitian dan pengumpulan data.

C. Objek Penelitian

a. Program Parenting Skills

Program parenting skills adalah suatu program yang diselenggarakan

untuk orangtua, yang bertujuan agar orang tua dapat meningkatkan

kemahiran pola pengasuhan anak secara positif sehingga anak dapat

tumbuh kembang dengan memiliki perilaku dan kerpibadian yang

positif.

b. Karakter Religius

Karakter religius merupakan sikap atau perilaku seseorang yang dekat

dengan hal-hal spiritual dan patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya.

D. Informan Dan Unit Analisis

Penelitian kualitatif dalam menggunakan istilah sampel biasa disebut

dengan informan yaitu orang yang merupakan sumber informan, dalam

64

penentuan informan ini, peneliti menggunakan teknik snowball sampling.

Menurut sugiono (2010 : 300) sumber data dipilih orang memiliki power

dan otritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti sehingga mampu

menemukan pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan

data. Penelitian kualitatif juga menggunakan istilah yang dikenal dengan

unit analisis, yang merupakan satuan analisis yang digunakan dalam

penelitian. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah orang tua peserta

didik SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

Dalam unit penelitian ini orang tua peserta didik SMPIT Permata Bunda

Alawiyah merupakan informan kunci karena peneliti akan meneliti

bagaimanakah implementasi program parenting skills. Apakah nantinya

dalam unit analisis ini orang tua peserta didik SMPIT Permata Bunda

Alawiyah yang telah mengikuti program parenting skills dapat

memberikan suatu peranan atau tidak bagi yang kemudian diharapkan

dapat menjadi sumber informasi utama dan diharapkan informasi yang

dominanan. Sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah kepala

sekolah, guru dan siswa di SMPIT Permata Bunda Alawiyah. Teknik

pengolahan data dipergunakan langsung dengan cara menggali informasi

dan dari catatan lapangan yang relevan dengan hal yang diteliti. Berikut ini

tabel informan dan unit analisis yang akan diteliti.

Tabel 3.1. Informan dan Unit AnalisisNo Kriteria Informan Unit Analisis Keterangan Kode1 Informan kunci Program

ParentingSkills

1. KepalaSekolah.

1. KS

2 Informan Pendukung Program 2. Orang Tua 2. OT1

65

No Kriteria Informan Unit Analisis Keterangan KodeParentingSkills 3. Peserta Didik

4. Guru

3. OT24. PD15. PD26. GR17. GR2

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (human Instrument). Instrumen yang dimaksud

adalah dari awal hingga akhir penelitian, penelitian sendiri yang berperan

penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang

dilakukan, mulai dari menetapkan fokus masalah, sumber data, analisis

data sampai membuat kesimpulan. Selain itu dalam penelitian kualitatif

ini, peneliti harus mampu berperan sebagai peneliti itu sendiri serta

sebagai evaluator.

F. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangatlah penting karena bertujuan

untuk mendapatkan data yang lengkap. Tanpa kehadiran peneliti maka

peneliti tidak akan biasa meneliti suatu masalah yang ada dilingkungan

sekolah tersebut dan data-data yang dibutuhkan tidak akan didapatkan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Berdasarkan kegiatan yang telah

dilakukan peneliti di SMPIT Permata Bunda Alawiyah, penelitian

dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2018 peneliti memulai dengan

memasukan surat penelitian sekaligus melakukan wawancara dengan salah

satu guru di SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

66

Tabel 3.2 Jadwal Wawancara, Observasi, Dan DokumentasiPenelitian di SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

No Tanggal

Penelitian

Teknik Pengumpulan Data Informan

1 21 Maret 2019 Observasi

2 25 Maret 2019 Wawancara, Dokumentasi KS

3 28 Maret 2019 Observasi

4 01 April 2019 Wawancara, Dokumentasi GR1

5 02 April 2019 Wawancara, Dokumentasi GR2

6 08 April 2019 Observasi

7 13 April 2019 Wawancara, Dokumentasi OT1

8 13 April 2019 Wawancara, Dokumentasi OT2

9 15 April 2019 Observasi

10 16 April 2019 Wawancara, Dokumentasi PD1

11 16 April 2019 Wawancara, Dokumentasi PD2

12 18 April 2019 Observasi

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati

serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu

(Haris, 2010: 118). Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti

dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan

yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang

67

dapat dilihat langsung oleh mata, dapat di dengar, dapat dianalisis, dan

dapat diukur. Melakukan pengumpulan data dengan mengamati proses

pelaksanaan kegiatan parenting skills yang diselenggarakan oleh

SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan agar mendapatkan data dari dokumen yang

berkaitan dengan program parenting skills di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah yaitu data-data tentang jumlah peserta didik, masalah-

masalah peserta didik, profil SMPIT Permata Bunda Alawiyah serta

data-data lain yang mendukung penelitian ini.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan hubungan langsung

dengan responden yaitu dengan orang tua peserta didik, kepala

sekolah dan guru di SMPIT Permata Bunda Alawiyah guna

mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan

oleh peneliti.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi mengumpulkan data

dan informasi bersifat teoritis yang berupa buku, jurnal, referensi

karya ilmiah dan sebagainya, guna mendukung dalam memenuhi

kebutuhan penelitian.

Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari angket terbuka,

observasi, dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka tersebut

berpedoman pada panduan yang telah disusun peneliti berdasarkan sampel

68

yang telah diamati yang kemudian secara operasional dituangkan dalam

dimensi penelitian dan indikator-indikator.

H. Uji Kreadibilitas

Uji kredibilitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji keautentikan

atau keabsahan data agar hasil penelitian kualitatif yang dilakukan tersebut

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini

mengunakan triangulasi sebagai uji kredibilitas, yang berarti peneliti

menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan

data dari sumber yang sama. Triangulasi merupakan penggunaan data atau

lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang

suatu fenomena yang akan diteliti. Sehingga triangulasi dilakukan untuk

memperkuat data serta meyakinkan peneliti terhadap kebenaran dan

kelengkapan data.

Gambar 3.3. Triangulasi Teknik

I. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah

data tersebut. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini, yaitu:

OBSERVASI WAWANCARA

DOKUMENTASI

69

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilakukan setelah peneliti menghimpun

data lapangan. Tahap editing adalah tahap memeriksa data yang

berhasil diperoleh dalam rangka menjamin keabsahan (validitas) untuk

kemudian dipersiapkan ke tahap selanjutnya.

2. Tabulating dan coding

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang

serupa dan teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara

mengelompokan data-data serupa. Data-data yang diperoleh dari

lapangan kemudian disusun dalam bentuk tabel dan diberi kode.

3. Interpretasi Data

Tahap intepretasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau

penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang

lebih luas dengan menghubungkan data dengan hasil yang lain, serta

hasil dari dokumentasi yang sudah ada.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,

2017:335). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

kualitatif dengan tiga komponen model Miles dan Huberman, yaitu:

70

1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat

penelitian, dan diakhir penelitian. Proses pengumpulan data pada

penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri,

melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan

data dapat dilakukan. Hasil dari aktivitas wawancara, observasi, dan

dokumentasi adalah data. Pada saat melakukan pendekatan, observasi,

membuat catatan lapangan, berinteraksi dengan lingkungan sosial dan

informat, itu semua merupakan proses pengumpulan data yang akan

diolah, dianalisis, dan tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi

data.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak

perlu (Sugiyono, 2017:338). Dalam hal ini, peneliti memilih hal-hal

pokok dan penting bagi penelitian ini dengan analisis menajamkan,

mengarahkan dan membuang yang tidak perlu dalam

mengorganisasikan data mengenai implementasi program parenting

skills dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

71

3. Penyajian Data (Display Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Data yang sudah tersusun dan terorganisasikan kemudian di

sajikan dalam bentuk pola hubungan sehingga akan mudah dipahami

dan peneliti akan mengetahui apa yang harus dilakukan menganalisis

tindakan selanjutnya berdasarkan pemahaman yang didapat dari

penyajian data tersebut.

4. Verifikasi (Verification/Conclusion Drawing)

Langkah keempat dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah verifikasi. Kemudian setelah penyajian data peneliti

melakukan cek ulang atau verifikasi terhadap proses reduksi data dan

pengumpulan data dengan tujuan memastikan tidak ada kesalahan

dalam penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat hasil reduksi data dan

tetap mengacu pada rumusan masalah serta tujuan yang hendak

dicapai. Teknik analisis data dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

72

Gambar 3.4 Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (ModelModifikasi)

K. Rencana Penelitian

Berikut juga akan disajikan gambar rencana penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis pada penelitian ini.

Gambar 3.5. Rencana Penelitian

SMPIT Permata Bunda Alawiyah

Informan :1. Kepala Sekolah SMPIT

Permata Bunda Alawiyah2. Guru SMPIT Permata

Bunda Alawiyah3. Orang Tua Peserta Didik

di SMPIT PermataBunda Alawiyah

4. Peserta Didik SMPITPermata Bunda Alawiyah

ImplementasiProgram ParentingSkills dalamMengembangkanKarakter Religius diSMPIT PermataBunda Alawiyah

1. Observasi2. Dokumentasi3. Wawancara4. Studi

pustaka

PengumpulanData

Verifikasi

Reduksi Data

Penyajian Data

Kesimpulan

73

L. Tahap Penelitian

Tahap penelitian ini pada hakekatnya merupakan suatu persiapan antara

rencana yang sistematis agar tujuan penelitian dapat dicapai sesuai dengan

rencana. Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini anatar lain

sebagai berikut :

1. Persiapan pengajuan judul

Sebagai langkah awal penelitian ini, penulis mengajukan judul yang

terdiri dari dua alternatif pilihan kepada dosen pembimbing akademik.

Setelah salah satu judul mendapat persetujuan dari dosen pembimbing

akademik, selanjutnya penulis mengajukan judul tersebut kepada

Ketua Program Studi PPKn pada tanggal 25 September 2018.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapat surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan FKIP

Universitas Lampung Lampung No. 7201/UN26.13/PN.01.00/2018

pada tanggal 18 Oktober 2018. Peneliti kemudian mengajukan surat

izin penelitian pendahuluan ke SMPIT Permata Bunda Alawiyah.

Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepala sekolah dan guru di

SMPIT Permata Bunda Alawiyah terkait program parenting skills.

Data yang diperoleh dari penelitian pendahuluan tersebut kemudian

menjadi gambaran umum tentang hal-hal yang akan diteliti dalam

rangka penyusunan proposal penelitian.

74

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan setelah

dilaksanakannya seminar proposal. Setelah melalui proses konsultasi

dan perbaikan-perbaikan proposal skripsi dari Pembimbing I dan

Pembimbing II maka seminar proposal dilakukan pada tanggal 29

Januari 2019. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perbaikan

proposal skripsi dengan komisi pembimbing, komisi pembahas, Ketua

Program Studi PPKn, dan Koordinator Seminar.

4. Penyusunan Kisi dan Instrumen Penelitian

Penyusunan kisi dan Instrumen penelitian dilakukan untuk

mempermudah peneliti dalam rangka mengumpulkan data dari

informan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Selain itu dijadikan

sebagai pedoman dalam penelitian untuk mendapatkan infromasi-

informasi yang dibutuhkan.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penyusunan

kisi-kisi dan instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Menentukan tema dan dimensi penelitian sesuai fokus penelitian,

yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Hasil dan Hambatan dalam

pengimplementasian program parenting skills di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah.

b. Membuat pertanyaan wawancara sesuai dengan tema penelitian

yaitu, Perencanaan, Pelaksanaan, Hasil dan Hambatan dalam

pengimplementasian program parenting skills di SMPIT Permata

Bunda Alawiyah.

75

c. Setelah kisi-kisi dan instrumen wawancara, observasi,

dokumentasi, disetujui oleh pembimbing I dan II , selanjutnya

peneliti melaksanakan penelitian.

5. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah mendapat izin penelitian dari Dekan

FKIP Universitas Lampung No. 2421/UN26.13/PN.01.00/2019 yang

kemudian diajukan kepada Kepala Sekolah SMPIT Permata Bunda

Alawiyah agar diberikan persetujuan melakukan penelitian kepada

Tenaga Pendidik, Wali Murid dan Peserta Didik SMPIT Permata

Bunda Alawiyah. Data dan Informasi yang diperoleh dengan teknik

wawancara dan observasi dengan informal, kemudian di dokumentasi.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang sudah

disesuaikan dapat disimpulkan bahwa program parenting skills dapat

mengembangkan karakter religius peserta didik di SMPIT Permata Bunda

Alawiyah. Hal ini terlihat melalui beberapa rangkaian dimensi implementasi

program parenting skills, yaitu:

1. Dimensi Perencanaan Program Parenting Skills:

a. Program parenting skills dapat terlaksana dengan cara mengadakan

rapat perencanaan yang terdiri dari rapat pleno, rapat komite, dan rapat

fiksasi yang dilakukan oleh manajemen sekolah. Penentuan waktu

dilaksanakannya program parenting skills didiskusikan dalam rapat

komite, sedangkan penentuan tempat dan materi program parenting

skills ditentukan oleh manajemen sekolah ketika rapat fiksasi.

b. SMPIT Permata Bunda Alawiyah menyatakan siap dalam pelaksanaan

program parenting skills

c. Langkah perencanaan program parenting tahap pertama yaitu yayasan

dan manajemen sekolah mengadakan rapat pleno untuk menentukan

program parenting di SMPIT Permata Bunda Alawiyah kemudian

170

ditentukan lima program parenting skills. Tahap kedua, jika akan

dilaksanakan program parenting skills yang pelaksanaannya berada di

sekolah seperti seminar atau pengajian orangtua, kepala sekolah akan

menghubungi ketua komite agar mengadakan rapat bersama anggota

komite lain untuk menentukan jadwal. Tahap ketiga, manajemen

sekolah melakukan rapat dengan para guru untuk membahas materi

apa yang akan diangkat pada program seminar dan pengajian orangtua,

siapa narasumber yang akan diundang, serta membahas sarana dan

prasarana yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan program parenting.

d. Tujuan diadakannya program parenting skills adalah untuk

mensinergikan visi dan misi sekolah dengan orangtua dalam mendidik

serta membimbing peserta didik agar menjadi generasi islami yang

memiliki karakter religius.

e. Urgensi program parenting skills adalah agar peserta didik tidak

mengalami split pemahaman dalam melaksankan pembiasaan

islaminya ketika di sekolah maupun di rumah dan bagi orangtua

peserta didik dan bagi orangtua peserta didik bertujuan untuk

memberikan informasi tentang perkembangan sang anak selama

disekolah.

2. Dimensi Pelaksanaan Program Parenting Skills

a. Seminar dan pelatihan orangtua dilaksanakan 2-3 kali persemester di

aula SMPIT Permata Bunda Alawiyah dengan pemateri psikolog islam

dan praktisi anak. Bentuk pelaksanannya berupa diskusi, sharing, dan

pelatihan orangtua berbentuk demonstrasi. Mekanisme pelaksanaanya

171

yaitu sambutan, doa, materi, tanya jawab, coffe break, pelatihan

orangtua, dan terakhir penutup. Media yang digunakan adalah LCD

dan power point.

b. Pengajian Orangtua dilaksanakan kurang lebih 3 bulan sekali

persemester dan dilaksanakan di mushola SMPIT Permata Bunda

Alawiyah. Program ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar

wali murid dengan sekolah serta menambah tsaqofah islamiyah

orangtua peserta didik. Bentuk pelaksanaannya berupa ceramah

dengan pemateri ustadz dan ustadzah, untuk materi ceramah biasanya

berkaitan dengan islamic parenting. Mekanisme pelaksanaannya yaitu

pembukaan, pembacaan tilawah dan sari tilawah, shalawat badar,

sambutan, ceramah, doa, dan penutup.

c. Bentuk pelaksanaan program home visit berupa pengamatan dan

wawancara atau konsuling wali kelas ke rumah orangtua peserta didik.

Mekanisme pelaksanaan home visit yaitu guru berkomunikasi dengan

orangtua peserta didik untuk menyesuaikan waktu kunjungan,

wawancara/konsuling mengenai permasalahan peserta didik, lalu

mencari solusi bersama agar permasalahan peserta didik dapat

terpecahkan.

d. Program keluarga mengaji bertujuan agar orangtua mengetahui

perkambangan mutabaah sang anak, mengoreksi bacaan/hafalan anak

jika ada yang salah serta agar anak selalu termotivasi.. Program ini

dipantau oleh wali kelas melalui buku penghubung, lembar evaluasi

ibadah dan komunikasi komite kelas antara wali kelas dan orangtua.

172

e. Gerakan no gadget bertujuan agar peserta didik tidak kecanduan

gadget yang dapat mengganggu KBM dan hafalan peserta didik.

Mekanisme pelaksanannya peserta didik di sekolah dilarang membawa

gadget, dan boleh memainkan gadget ketika dirumah maksimal 1 jam

perhari di hari sekolah. Program ini dipantau melalui buku

penghubung poin nomor 11.

3. Dimensi Hasil Program Parenting Skills

a. Program parenting skills di SMPIT Permata Bunda Alawiyah dapat

meningkatkan karakter religius peserta didik, hal ini terlihat setelah

kelima program parenting skills dilaksankan dan dipantau melalui

buku penghubung, lembar evaluasi ibadah dan komunikasi komite

kelas antara wali kelas dan orangtua peserta didik bisa terlihat

perkembangan akidah, akhlak, ibadah, dan nilai-nilai religius yang

lainnya.

b. Terdapat peningkatan karakter religius dalam diri peserta didik

khususnya pada peserta didik yang duduk di bangku kelas 7.

c. Peserta didik merasakan ada perubahan dalam pola pengasuhan yang

diterapkan orangtua setelah orangtuanya mengikuti program parenting

skills. Dari pola pengasuhan yang otoriter atau bahkan pola asuh

permisif (membebaskan anak), kini orangtua peserta didik di SMPIT

Permata Bunda Alawiyah sebagian besar telah menerapkan pola

pengasuhan yang demokratis. Praktek pola asuh yang tepat dapat

membuat anak memiliki kemampuan dalam memunculkan karakter

yang sesuai dengan aturan agama maupun berdasarkan norma sosial.

173

d. Peserta didik SMPIT Permata Bunda Alawiyah paham akan rukun

islam dan rukun iman.

e. Peserta didik di SMPIT Permata bunda sebagian besar selalu

melaksanakan shalat 5 waktu.

f. Peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah selalu melaksanakan

shaum wajib ketika bulan Ramadhan dan shaum sunnah.

g. Peserta didik hampir selalu melaksankan sholat sunnah yaitu sholat

dhuha dan tahajud, sholat dhuha dilaksanakan setiap hari dan sholat

tahajud seminggu minimal dua sampai tiga kali.

h. Peserta didik selalu menebarkan 3S yaitu senyum, sapa, dan salam

kepada orangtua, guru, maupun teman.

i. Peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah paham akan

pentingnya menuntut ilmu.

j. Peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah rata-rata datang ke

sekolah tepat waktu.

k. Sebagian besar peserta didik di SMPIT Permata Bunda Alawiyah

selalu sholat tepat waktu karena para peserta didik sudah terbiasa

dengan pembiasaan-pembiasaan islami yang diterapkan di sekolah

maupun di rumah

4. Hambatan-Hambatan dalam Implementasi Program Parenting Skills

a. Hambatan pada dimensi perencanaan program parenting skills adalah

sulitnya menentukan jadwal yang pas antara orangtua peserta didik

dengan sekolah.

174

b. Hambatan pada dimensi pelaksanaan program parenting skills adalah

ketidakhadiran beberapa orangtua pada pelaksanaan program

parenting skills yang pelaksanaannya berada di sekolah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat dikemukakan

beberapa hal yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi

beberapa pihak terkait yang berhubungan dengan Implementasi Program

Parenting Skills dalam Meningkatkan Karakter Religius Peserta Didik di

SMPIT Permata Bunda Alawiyah yaitu:

1. Saran bagi Sekolah

a. Sekolah harus lebih tegas kepada para orangtua peserta didik untuk

selalu mengikuti rangkaian program parenting skills dengan baik,

sehingga tidak ada lagi orangtua yang absen untuk mengikuti

pelaksanaan program parenting skills yang pelaksanaannya di sekolah.

b. Sebaiknya program parenting skills yang pelaksanaannya dilakukan di

sekolah, seperti program seminar dan pelatihan orangtua serta

pengajian orangtua lebih intensif dilaksanakan agar tujuan dari

program parenting skills tersebut dapat tercapai dengan baik.

2. Saran bagi Orangtua atau Keluarga

Orang tua diharapkan mampu menciptakan kesinambungan pengasuhan

yang dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga terdapat keselarasan antara

pengasuhan yang diberikan di sekolah dengan pengasuhan yang diberikan

175

oleh orang tua di dalam keluarga. Kesinambungan pengasuhan dapat

diwujudkan apabila para orang tua peserta didik mau mengikuti program

parenting skills yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Walaupun para

orang tua mempunyai kesibukan masing-masing, seharusnya para orang

tua menyempatkan diri untuk mengikuti program parenting. Melalui

program parenting orang tua dan sekolah dapat menciptakan pengasuhan

dan pendidikan yang konsisten dan selaras, sehingga anak dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal sesuai dengan usia dan perkembangan

anak.

3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti hal yang berkaitan dengan

parenting skills atau pola pengasuhan orangtua.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih banyak sumber

maupun referensi yang berkaitan dengan program parenting skills

sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik serta dapat

memperoleh ilmu pengetahu an yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Anisah, Ani Siti. 2011. Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadapPembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol 5.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta

Ariyanti.D, Holilulloh, & Yanzi, H. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tuadengan Tingkat Kepercayaan Diri Peserta Didik. Jurnal KulturDemokrasi.Vol 3. No 6.

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan karakter di Indonesia.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bagong, Suyanto. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada MediaGroup.

Erlanti, M.S, Mulyana N, Wibowo H. 2016. Teknik Parenting dan PengasuhanAnak Studi Deskriptif Penerapan Teknik Parenting di Rumah ParentingYayasan Cahaya Insan Pratama Bandung. Jurnal Prosiding. Vol 3. No 4.

Fitri, A. Erlinda, S. Hambali. 2016. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua TerhadapPembentukan Karakter Religius Anak di Dusun Tegal Sari Desa Pasir JayaKecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal OnlineMahasiswa. Vol 3. No 2.

Grahani, Firsty Oktaria. 2017. Efektivitas Parenting Skill dalam MenanganiPerilaku Agresi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi.Vol 15. Nomor 1.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: Salemba Humanika.

Khulaisie, Rusdiana Navlia. 2016. Hakikat Kepribadian Muslim, Seri PemahamanJiwa terhadap Konsep Insan Kamil. Jurnal Reflektika. Vol 11. No 11.

Lickona, Thomas. 2012. Character Matters. Edisi Pertama. Diterjemahkan Oleh:Juma Abdu Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zien. Jakarta: PT. BumiAksara.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Monika Sari, Citra. 2013. Pelaksanaan Program Parenting Bagi Orang TuaPeserta Didik di PAUD Permata Hati. Jurnal Diklus. Vol 17. No 1.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mu’in, Fatchul. 2016. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Musrifah. 2016. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Jurnal EdukasiaIslamika. Vol 1. Nomor 1.

Rahmawati, SW. 2017. Holistic Parenting: Pengasuhan Religius BerlandaskanKonsep Islam. Jurnal Psiko Utama. Vol 5. No 2.

Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9Ayat 1 tentang Perlindungan Anak.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentangSistem Pendidikan Nasional.

Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.

Shocib, Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu AnakMengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Siswanto. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Religius. JurnalTadris.Vol 8. No 1.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiastuti, Sri. 2013. Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islam. Jakarta: MitraWacana Media.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhada, I.H, Holilluloh, Nurmalisa Y. Peranan Sekolah Berbasis Islam dalamMenerapkan Nilai Religius Siswa di MTS Mathlaul Anwar. Jurnal KulturDemokrasi. Vol 5. No 8.

Supardi. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Syamsudduha. 2017. Partisipasi Orangtua dalam Pendidikan Anak di SekolahPada SDIT Al-Fityan Kabupaten Gowa. Jurnal Al-Kalam. Vol. IX No.2

Vinayastri, Amelia. 2015. Pengaruh Pola Asuh (Parenting) Orang Tua TerhadapPerkembangan Otak Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol 3. No 1.

Yani, Ahmad. 2017. Implementasi Islamic Parenting dalam Membentuk KarakterAnak Usia Dini di RA At-Taqwa Kota Cirebon. Jurnal Pendidikan Anak.Vol 3. No 1.