implementasi program jaminan kesehatan bagi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI
KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ARTIKEL – E-JOURNAL
Oleh
MARITO DALIMUNTHENIM : 100563201039
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG2017
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAIKANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Oleh : MARITO DALIMUNTHE
ABSTRAK
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, pada pasal 1 ayat 2menjelaskan Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untukmenjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yanglayak. Melalui BPJS menjamin kesejahteraan kesehatan bagi masyarakatIndonesia, aturan tersebut setiap warga negara memiliki Proteksi Jaminan Sosialdan Kesehatan didalam menjalani kehidupannya, baik sebagai wiraswasta, pekerjaswasta, buruh, kuli, pemulung dan lain sebagainya dapat merasakan pelayanankesehatan dengan biaya yang murah dan menjamin kesehatan serta keselamatankerja mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan maksimal tanpa harus takutmemikirkan resiko kerja yang mereka jalani.
Sebagai pengantar tentang implementasi Program Jaminan Kesehatanbagi Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau.
Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif adalah penulis mencari fakta-fakta sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian dan memberikan gambarantentang adanya fanomena sosial.
Penelitian ini menggunakan teori Sukur (Sumaryadi, 2005:79) untukmelihat Implementasi Program Jaminan Kesehatan yaitu Adanya perogram ataukebijaksanaan yang dilaksanakan, Target group dan Unsur pelaksana.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan wawancara denganresponden yaitu Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai KantorSatuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau tidak terealisasi denganbaik, Program atau kebijaksanaan tidak dilaksanakan, Petugas Patroli SATPOLPP yang berstatus PTT dan PHL belum memiliki asuransi keselamatan dankesehatan kerja dan Manajemen Kantor SATPOL PP sudah melakukan PengajuanAnggaran APBD Provinsi untuk mendaftarkan setiap SATPOL PP yang berstatusPTT dan PHL untuk menjadi anggota BPJS.
Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja SATPOL PP
1
ABSTRACT
Based on Law Number 24 Tahun 2011, In Pasal 1 ayat 2 explainsJaminan Sosial is one form of social protection to ensure all people in order tomeet the basic needs of a decent life. the BPJS promises health welfare for thepeople of Indonesia, through the rule every citizen has Social Security and HealthProtection in living his life, whether as an entrepreneur, private worker, laborer,Scavengers and so forth can feel health services at a low cost and ensure theirhealth and safety, so they can work maximally without having to be afraid to thinkabout the risks of their work.
Us introduction about the implementation of Health Insurance Programfor Officials service of Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi KepulauanRiau.
This research is qualitative descriptive research is the author looking forfacts in accordance with the scope of research titles and provide an overview ofthe existence of social fanomena.
This research use Sukur theory (Sumaryadi, 2005: 79) to see HealthInsurance Program Implementation that is Perogram or policy implemented,Target group and Element implementer.
The conclusion that can be taken based on interview with the respondentis the Implementation of Health Insurance Program for the officer of SatuanPolisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau is not well realized, Program orpolicy is not implemented, SATPOL PP Patrol Officer with PTT and PHL statushas no occupational safety and health insurance And Office ManagementSATPOL PP has made Budget Proposals APBD Province to register eachSATPOL PP with PTT and PHL status to become a member of BPJS.
Keywords: Occupational Safety and Health SATPOL PP
2
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Jaminan sosial merupakan sistem proteksi yang diberikan kepada setiap
warga negara untuk mencegah hal-hal yang tidak dapat diprediksikan karena
adanya risiko-risiko sosial ekonomi yang dapat menimbulkan hilangnya pekerjaan
maupun mengancam kesehatan. Oleh karena itu, jaminan sosial hadir sebagai
salah satu pilar kesejahteraan yang bersifat operasional. Saat ini jaminan sosial
kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
terbentuknya BPJS yang diberlakukan mulai Januari 2014 dan menjanjikan
kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 19 tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan juga
menjadi perioritas sebagai program BPJS yang harus diimplementasikan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat saat ini. selain itu sebagai prioritas utama Peraturan
Presiden disesuaikan dengan Pasal 16 yaitu mengatur secara komprehensif
mengenai besaran Iuran, tambahan Iuran dan tata cara pembayaran Iuran,
penahapan pendaftaran peserta, kepesertaan Jaminan Kesehatan bagi pekerja yang
terkena pemutusan hubungan kerja, manfaat Jaminan Kesehatan, pelayanan
kesehatan dan urun biaya, kewajiban BPJS Kesehatan memeberikan kompensasi,
jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin, kerjasama dengan fasilitas
kesehatan dan lain-lain.
Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan selayaknya masyarakat
seharusnya secara konsisten diimplementasikan dengan menjabarkan ketentuan
tujuan penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat dicapai yaitu untuk menjamin
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh
instansi pemerintah dalam mengimplementasikan program BPJS bagi pegawai
yaitu Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau.
Pada penelitian ini difokuskan tentang jaminan perlindungan kerja untuk
Petugas Bidang Ketertiban Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
1
3
Kepulauan Riau (SATPOL PP). Pada permasalahan yang terjadi bahwa beratnya
beban kerja Petugas dalam melakukan penertiban masyarakat menyebabkan dapat
terjadi kecelakaan kerja saat bertugas. Adapun tugas dan tanggungjawab petugas
Bidang Penertiban berdasarkan Standar Operasional Prosedur Tahun 2014 bahwa
Polisi Pamong Praja adalah anggota SATPOL PP sebagai Aparatur Pemerintah
Daerah dalam penegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah serta menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat.
Standar Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut
SOP SATPOL PP merupakan prosedur bagi Aparat Polisi Pamong Praja, dalam
rangka meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat, aparat serta badan
hukum terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur serta menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Ketertiban merupakan suasana yang
mengarah keteraturan kepada masyarakat menurut norma yang berlaku sehingga
menimbulkan motivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Keadaan yang terjadi pada saat melaksanakan tugas penertiban petugas
terkadang mengalami kecelakan kerja saat menjalani tugas di lapangan. Kondisi
tersebut dapat merugikan pisik dan mental petugas. Namun perlindungan jaminan
kesehatan kerja sampai saat ini belum terlaksananya manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja bagi petugas SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini tidak
berjalan sesuai isi SOP pelaksanaan pembuatan kartu Askes dan taspen yang
seharusnya dapat terealisasi untuk perlindungan petugas.
Namun kenyataanya, perlindungan jaminan sosial yang seharusnya dapat
diimplementasikan oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau saat ini
belum berjalan. Disamping itu belum adanya kerjasama antara kantor SATPOL
PP Provinsi Kepulauan Riau dengan BPJS untuk memasukkan petugas ketertiban
umum sebagai peserta BPJS. Oleh sebab ketika petugas mengalami kecelakaan
kerja tidak dapat menerima pelayanan kesehatan yang telah diprogramkan
pemerintah saat ini.
Ditegaskan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991
tentang Jaminan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun, Veteran,
4
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya beserta anggota keluarganya
ditegaskan dalam Pasal 1 (ayat 7 dan 8) menyebutkan : “pemeliharaan kesehatan
adalah upaya kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan, penyembuhan,
dan pemulihan kesehatan, sedangkan badan penyelenggara adalah Badan Usaha
Milik Negara yang dibentuk khusus untuk menyelengarakan pemeliharaan
kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya.” Kemudian Pasal 2 bahwa “Setiap Pegawai
Negeri Sipil dan Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan wajib menjadi
peserta penyelenggaraan Pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah ini.
Lebih lanjut dalam Pasal 11 menyebutkan tentang hak peserta dalam
menerima jaminan kesehatan yaitu :
1. Setiap Peserta dan keluarganya mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam pemeliharaan kesehatan, sesuai dengan kebutuhan medis.
2. Peserta dan keluarganya berhak memperoleh pemeliharaan kesehatan
dan/atau penggantian biaya untuk pemeliharaan kesehatan berdasarkan
standart pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Presiden.
3. Peserta berhak memperoleh penjelasan tentang ketentuan Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan.
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tersebut maka program BPJS harus
dapat diimplementasikan oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Hal
ini sangat menjadi harapan petugas ketertiban umum untuk diberikan prioritas
untuk mendapatkan perlindungan jaminan sosial kesehatan sebab tanggungjawab
kerja petugas yang berat dalam menertibkan masyarakat yang tidak mentaati
Peraturan Pemerintah sehingga petugas harus diberikan jaminan keselamatan
kerjanya. Berdasarkan survei di lapangan bahwa ada beberapa gejala penelitian
sebagai berikut :
1. Petugas menjalankan tugas berhadapan langsung dengan masyarakat saat
penertiban peraturan di Kota Tanjungpinang yang dapat menimbulkan
resiko kerja tinggi sehingga mengalami kecelakaan kerja seperti patah
5
tulang, luka di kepala akibat lemparan benda, cidera pada tangan atau kaki
saat menertibkan pedagang kaki lima.
2. Belum terpenuhinya jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi petugas penertiban umum ketika mengalami musibah kecelakaan kerja
saat melaksanakan tugas di lapangan.
3. Belum terealisasinya program perlindungan jaminan sosial kesehatan di
Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah, hal ini menyebabkan perhatian pada petugas untuk terjaminya
perlindungan kesehatan kerja mereka masih belum terlaksana.
4. Terjadinya kecelakaan bagi anggota SATPOL PP saat menjalankan tugas
yang belum tersentuh perhatiannya pada kesehatan maupun perlindungan
jaminan sosial lainnya. Beberapa sumber yang diambil dari media surat
kabar seperti “terjadinya aksi dorong, kejar-kejaran mobil pejabat yang
keluar dari kantor DPRD KEPRI saat HUT Kepri bahkan lemparanpun tidak
terelakkan” (Antara Kepri, 24 September 2014). “Para demonstran dari
gabungan beberapa organisasi mahasiswa, Jumat (7/11 Tahun 2014) di
Kantor Gubernur Kepri jalan Dompak Tanjungpinang berujung ricuh
dengan massa melempar Aqua gelas ke Satuan Polisi Pamong Praja yang
berjaga di situasi demo” (KepriDays 2014).
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan maka peneliti
tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan judul :
“IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI
PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU”.
2. PERUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan tentang jaminan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi petugas dalam melaksanakan tugas penertiban ketika mengalami
kecelakaan kerja belum mendapatkan perlindungan BPJS. Selain itu belum
terlaksananya program BPJS di kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau.
Dengan demikian yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
6
berikut : “Bagaimana Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi
Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau ?”
3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
a. Sebagai pengantar implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi
Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai masukan bagi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Kepulauan Riau dalam melaksanakan program BPJS bagi petugas bidang
ketertiban umum.
b. Sebagai rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas permasalahan ini
sebagai penelitian lanjutan.
4. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bersifat deskriptif
dan pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang akan menggambarkan dan
menjelaskan fenomena yang terjadi di kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Provinsi Kepulauan Riau dalam mengimplementasikan program BPJS.
Kemudian variabel tersebut dipaparkan dengan jelas sebagaimana yang terjadi
di lapangan.
B. LANDASAN TEORI
1. Implementasi
Terlaksananya kegiatan kerja dalam sebuah organisasi harus didukung
oleh orang-orang yang ada didalamnya. Oganisasi merupakan satuan sosial yang
terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas
dasar yang relatif kontiniu untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan
7
bersama. Oleh sebab itu setiap orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi
juga harus diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Masalah jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja harus
diimplementasikan sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1970. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ripley dan Franklin (Winarno
2007:145) bahwa “implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang- undang
ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan, atau suatu
jenis keluaran yang nyata istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan
yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan prokram dan hasil-hasil
yang diinginkan oleh pejabat Pemerintah.”
Menurut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh wahab (2002:65)
menyatakan “Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-
kegiatan yang timbul setelah disahnya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara,
yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk
menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”
Studi implementasi merupakan cabang dari Administrasi publik
sebagaimana diungkapkan oleh Dye dan Grindle “Studi implementasi berusaha
untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sekali program pemerintah yang
tidak bisa dilaksanakan dengan baik”.
Implementasi dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang membawa
konsekuensi langsung pada masyarakat yang terkena kebijakan untuk itu maka
sebuah implementasi menimbulkan sebuah proses menurut Bardash mengartikan
Proses implementasi sebagai suatu sistem pengendalian untuk menjaga agar tidak
terjadi penyimpangan sumber dan penyimpangan dari tujuan kebijakan.Selain itu
proses implementasi adalah merupakan tawar-menawar antara instansi
pemerintah, implementasi diartikan sebagai apa yang terjadi setelah peraturan
perundang-undangan ditetapkan yang memberikan prioritas pada suatu program
yang jelas. Tugas implementasi ialah sebagai penghubung yang memungkinkan
6
8
tujuan-tujuan kebijakan publik menjadi hasil dari aktivitas pemerintah. Disamping
itu implementasi juga menyagkut masalah penciptaan suatu policy delyvery
system, sistem penghantaran atau penyerahan kebijakan. Implementasi juga dapat
diartikan sebagai pelaksanaan suatu keputusan politik yang biasanya disampaikan
dalam bentuk peraturan perundangan.
Pengertian mengenai implementasi menurut Sumaryadi (2005;85)
mengemukakan bahwa ‘implementasi kebijakan dari perpektif target gruop lebih
terjamin bagi kelompok sasaran dan masyarakat seluruhnya untuk dapat
menerima dan menikmati hasil atau keuntungan dari kebijakan. Lebih lanjut
Dunn (2000:24) yaitu “implementasi kebijakan yang diambil dilaksanakan oleh
unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.”
Kemudian disebutkan Ibrahim (2008:92) bahwa “mendorong
perkembangannya reformasi di daerah dimana Pemda dapat jadi motivator,
dinamisator dan fasilitator sekaligus (tetapi tidak dengan “pasangan tersembunyi”
tertentu), sehingga partisipasi politik masyarakat berkualitas, tidak
terkesan”mengkonsolidasikan anarki dengan dalil demokratisasi”, atau reformasi”
dan membawa arus ”eforia feformasi” yang berkepanjangan.” Kemudian menurut
Nugroho (2004:162) bahwa implementasi kebijakan dapat disusun yaitu:
“implementasi sebagai strategi (praimplementasi), pengorganisasian, penggerakan
dan kepeminpinan, pengendalian”.
Sedangkan menurut Winarno (2007:145-146) menjelaskan Implemantasi
mencakup banyak macam kegiatan
1. Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengantanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar. Sumber-sumber meliputi personil, peralatan, lahan, bahan-bahan mentah.
2. Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasarmenjadi arahan-arahan kongkret, regulasi serta rencana-renca dandesain program.
3. Badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatanmereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untukmengatasi beban kerja. Akhirnya badan-badan pelaksana memberikankeuntungan atau pembatasan kepada para pelanggan atau kelompok-kelompok target.
9
Berkaitan dengan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
terimplementasinya jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
melalui perogram badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) bagi petugas
SATPOL PP Provinsi Kepri, tentunya harus didukung oleh semua pihak yang
terkait didalamnya termasuk pimpinan. Hal ini belum terealisasi sesuai dengan
program pemerintah bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan jaminan
kesehatan yang didaptarka sebagai peserta BPJS tanjungpinang.
Namun faktanya Kebijakan Pemerintah untuk mengimplementasikan
program BPJS bagi seluruh petugas ketertiban umum ternyata sampai saat ini
belum terdata. Oleh sebab itu jaminan kesehatan petugas yang mengalami
kecelakaan sama sekali belum menjadi peserta BPJS sesuai dengan Peraturan
Presiden yaitu setiap instansi pemerintah wajib mendaftarkan pegawainya peserta
BPJS untuk mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kondisi keadaan yang buruk dapat menimbulkan angka kecelakaan kerja
yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk meningkatkan perlindungan
bagi kecelakaan kerja. Salah satu diantaranya perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja. Manusia bukan hanya sekedar alat produksi tapi merupakan aset
Pemerintah yang sangat berharga sehingga harus dilindungi keselamatannya.
Sebagai akibatnya, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja mulai
meningkat dan ditangani sebagai bagian terpenting dalam proses produksi.
Menurut Ramli (2010:6) keselamatan pada dasarnya adalah “kebutuhan
setiap manusia dan menjadi naluri setiap mahluk hidup.” Sejak manusia
bermukim dimuka bumi, secara sadar mereka sudah mengenal aspek keselamatan
untuk mengantisipasi berbagai bahaya di sekitar lingkungan hidupnya. Pada masa
itu, tentang bahaya yang dihadapi lebih bersifat natural seperti kondisi alam dan
bahaya dari lingkungan hidup lainnya.
Lebih lanjut Ramli (2010:14) menyebutkan “kesehatan dan keselamatan
kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit
akibat kerja.” Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat berharga dan
10
merupakan unsur penting dalam proses produksi di samping unsur lain, seperti
material, mesin, dan lingkungan kerja.
Menurut Mangkunegara (2000:162) bahwa tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerjabaik secara fisik, sosial dan pisikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.4. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja terus selalu dibina agar dapat
meningkatkan kualitas keselamatan kerja pegawai. Menurut Umar (2005:18)
agar pembinaan dapat berjalan dengan baik, mengajukan seperti sebagai
berikut :
1. Tanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihakyang saling menentukan dalam pencegahan kecelakaan.
2. Tunjukkan kepada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerjayang aman.
3. Berikan teknik pencegahan kecelakaan kerja.4. Buat contoh yang baik.5. Tegakkan setandar keselamatan kerja secara tegak.
Disebutkan di dalam Buku Standar Operasinal Prosudur Tahun 2014:3
menyebutkan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) adalah anggota SATPOL PP
merupakan aparatur pemerintah daerah yang bertanggungjawab dalam
melaksanakan peraturan daerah yaitu menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2002:204)
menyebutkan “struktur-struktur organisasi organisasi yang melaksanakan
kebijakan memililki pengaruh penting pada inplementasi. Salah satu dari aspek-
aspek struktural paling dasar dari suatu organisasi adalah prosudur-prosudur kerja
ukuran dasarnya (SOP).”
11
Kemudian pendapat Dale S. Beach (Moekijat 2005:44) mengatakan bahwa
tujuan pengembangan manajemen yang khusus dapat meliputi :
1. Indoktrinasi filsafat perusahaan.2. Pengetahuan tentang perusahaan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-
prosedur dan teknologi lainnya.3. Mempelajari kecakapan hubungan manusiawi.4. Memperoleh kecakapan dan pengertian dalam tekhnik-tekhnik
manajemen, seperti pengendalian daya, pengolahan data, sistem informasimanajemen, dan perencanaan keuangan.
5. Kecakapan dalam melaksanakan bermacam-macam jabatan manajemenyang sesungguhnya dalam keahlian-keahlian fungsional yang berlainan.
Kurangnya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai jaminan
yang didapatkan oleh petugas SATPOL PP menyebabkan timbulnya rasa kurang
puas, sebab resiko kerja sangat tinggi. Hal ini tekait dengan beban kerja petugas
yang melaksanakan ketertiban umum seperti Patroli, Penertiban Pedagang, dan
pengamanan tempat-tempat tertentu. Akibat kurangnya perhatian perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan pada petugas menyebabkan
timbulnya masalah kepuasan kerja. Sejalan dengan pendapat Lock (Sopiah,
2008:170) mengemukakan “kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional
yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap
suatu pekerjaan atau pengalaman kerja.” kemudian Luthans (Sopiah, 2008:170)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadapsituasi dan kondisi kerja.
2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tudak puas(negatif). Bila secara emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dansebaliknya bila tidak maka berarti karyawan tidak puas.
3. Kepuasan kerja dirasakan karyawan setelah karyawan tersebutmembandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasilkerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya.
4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan.
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kepuasan kerja yang dimaksud
dalam penelitian ini merupakan adanya perasaan kurang puas terhadap apa yang
diterima petugas SATPOL PP saat ini. Bila dilihat dari kondisi yang ada
dilapangan bahwa timbulnya kepuasan kerja disebabkan kurangnya jaminan
12
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja ketika petugas mengalami resiko
kecelakaan kerja saat bertugas Patroli di lapangan.
Pendekatan sistem pada manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dimulai dengan mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, dikatakan oleh
Mangkunegara (2000:163-164) sebagai berikut :
1. Penetapan indikator sistem, Tahapan dasar dalam implementasi sistemkeselamatan kerja adalah menetapkan metode untuk mengukur pengaruhpelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan dan kesejahteraan pegawai.
2. Melibatkan para pengawas dalam sistem pelaporan, yaitu bilamana terjadikecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagiankerusakan.
3. Mengembangkan prosedur manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,yaitu pendekatan sistem yang esensi adalah menetapkan sistemkomunikasi secara teratur dan tindak lanjut pada setiap kecelakaanpegawai.
4. Menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian dari tujuankerja, yaitu membuat kartu penilaian keselamatan kerja.
5. Melatih pegawai-pegawai dan pengawasan dalam manajemen keselamatankerja.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja harus dapat
terimplementasikan dengan baik sehingga jaminan perlindungan resiko
kecelekaan kerja benar-benar dapat diperhatikan oleh Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukur
(Sumaryadi, 2005:79) yang mengemukakan adanya tiga implementasi sebagai
berikut :
a. Adanya perogram atau kebijaksanaan yang dilaksanakan.b. Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan bermanfaat dari perogram, perubahan atau peningkatan.c. Unsur pelaksana (inplementator) baik organisasi atau perorangan untuk
bertanggungjawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dariproses implementasi tersebut.
Berdasarkan pendapat Sukur (Sumaryadi, 2005:79) di atas akan peneliti
jadikan sebagai teori inti untuk melihat permasalahan di lapangan berkaitan
dengan implementasi Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial bagi Petugas Ketertiban Umum pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Provinsi Kepulauan Riau.
13
3. Satuan Polisi Pamong Praja
Keberadaan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan daerah
mempunyai arti khusus yang cukup menonjol, karena tugas-tugasnya membantu
kepala daerah dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban serta penegakan
Peraturan Daerah sehingga berdampak pada upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pada hakekatnya, seorang anggota Satpol PP adalah seorang
polisi, yang oleh karenanya dapat (dan bahkan harus) dibilangkan sebagai
bagian dari aparat penegak hukum (law enforcer). Dikatakan demikian, karena
Satpol PP dibentuk untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan
Daerah (Perda). Sebagaimana diketahui, Perda menurut Pasal 7 ayat (1) UU
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
adalah salah satu jenis perundang-undangan.
Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Perda dinyatakan dalam Pasal 1
butir 8, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja. Kedua pasal tersebut pada intinya menyatakan
eksistensi Satpol PP sebagai bagian perangkat daerah dibentuk untuk membantu
Kepala Daerah menegakkan perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat. Pasal 3, dan 4 PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja pula menegaskan tugas Satpol PP menegakkan Perda dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah
“Perangkat daerah yang membantu tugas Kepala Daerah dalam menegakkan
Perda dan penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Dari
pengertian di atas, Satpol PP mempunyai tugas membantu Gubernur dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah di bidang ketentraman dan ketertiban
serta penegakan Peraturan Daerah. Sehingga peran Satpol PP sebagai aktor
implementasi adalah dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan mewujudkan
ketertiban dan ketentraman. Dengan tugas dan wewenang yang diberikan Satpol
PP, adanya Satpol PP bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar
14
untuk menertibkan ketertiban umum, kebersihan lingkungan kota dan kelancaran
lalu lintas, maka keberadaanya perlu diatur dan dibina supaya dapat pemanfaatan
tempat usaha tetap sesuai dengan peruntukan tata ruang yang telah ditetapkan.
Satpol PP mempunyai misi strategis dalam membantu Kepala Daerah
dalam hal ini Gubernur untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram,
tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan Pemerintahan dapat berjalan Dengan
lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatan dengan aman. Peraturan Daerah
tentang ketentraman dan ketertiban yang dikeluarkan Kepala Daerah kadang
kalanya tidak selalu cocok dengan yang diinginkan masyarakat, kadang
masyarakat memandang itu sebagai sebuah kebijakan yang kontroversial maka
mereka cenderung menolak kebijakan itu. Tetapi seiring berjalannya waktu, orang
telah berpengalaman dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kepala
Daerah akhirnya juga kebijakan tersebut diimplementasikan dan dapat diterima.
Sehubungan dengan hal tersebut, peranan badan atau lembaga
pemerintahan sangat besar untuk secara persuasif mampu memberikan dorongan
kepada anggota-anggota masyarakat agar mematuhi dan melaksanakan setiap
peraturan atau kebijakan tersebut. Maka Satpol PP selain berfungsi sebagai
penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum, juga berfungsi sebagai penegak
Peraturan Daerah yang dimaksudkan untuk menegakkan supremasi hukum.
Penegakan menunjuk pada orang, pelaku, atau lembaga. Dengan demikian,
penegak Peraturan Daerah bisa diartikan sebagai aparat atau instansi yang
bertugas mewakili Pemerintah Daerah setempat untuk memelihara atau
mempertahankan pelaksanaan Peraturan Daerah. Dalam menjalankan tugasnya,
Satpol PP menggunakan dua metode yakni metode preventif (pencegahan) dan
represif (penindakan), pada metode preventif, Polisi Pamong Praja mengupayakan
sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat tentang isi Peraturan Daerah.
Upaya ini dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang
diatur dalam Peraturan Daerah. Pembekalan pengetahuan yang cukup mengenai
15
tugas dan fungsi Satpol PP dalam kerangka negara demokrasi konstitusional yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia haruslah dilakukan.
C. IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI
PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
1. Informan berdasarkan Nama dan Jabatan
Untuk melihat dan menganalisa serta untuk mengungkapkan
Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau, maka penulis mengetengahkan kondisi
karakteristik responden berdasarkan nama dan Jabatan di Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau:
Tabel IV.1
Informan berdasarkan Nama Jabatan di SATPOL PP Provinsi Kepri
No Nama Jabatan Masa Tugas
1 Drs. MIFRIZON, M.SiKepala Satuan Polisi Pamong
PrajaJan 2015 –Maret 2017
2 SYAHARUDIN, S.PdKepala Bidang Sumber Daya
AparatJan 2008 –Maret 2017
3 WAN RABDI, S.Sos.,MMKepala Bidang KetertibanUmum dan Ketentraman
Masyarakat
Jan 2007 –Feb 2017
4 SAID SUDRAJAD, S.Sos.M.SiKepala Bidang Perlindungan
MasyarakatJan 2013 –Feb 2017
5 BENNEDICT PAUL B. S.SosKasi Pembinaan, Pengawasan
dan PenyuluhanMar 2015 -sekarang
6 ALHADI NASUTION, SE ANGGOTA SATPOL PPJan 2006 -sekarang
7 DARSONO NADEAK, S.IP ANGGOTA SATPOL PPJan 2008 -sekarang
Sumber Data : Olahan Hasil Wawancara Tahun 2016
Berdasarkan dari tabel IV.1 tampak dengan jelas bahwa informan
berdasarkan Jabatan di wilayah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja sebagai
16
berikut : informan yang bertugas sebagai Penyelenggara Kegiatan yaitu sebanyak
3 orang yang mempunyai jabatan Sebagai Kepala Bidang sedangkan masing-
masing kepala bidang dibantu oleh Kepala Seksi sebanyak 1 orang dan Anggota
Polisi Pamong Praja sebanyak 2 orang anggota tersebut cukup mewakili
responden secara keseluruhan.
Untuk menganalisa berbagai informasi yang akan di berikan oleh
informan maka penulis mengambilkan satu informan untuk dijadikan contoh
dalam menganalisa dikarenakan tugas pokok dan fungsi informan didalam jabatan
Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalani kegiatan.
D. Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau
Badan Penyelenggara Jaminan kesehatan merupakan Program Pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat didalam bidang kesehatan,
Program ini selayaknya diikuti oleh masyarakat agar setiap masyarakat merasa
aman didalam menjalani setiap pekerjaan yang mereka miliki, jaminan kesehatan
merupakan salah satu usaha untuk membantu masyarakat, baik pegawai maupun
masyarakat umum. Sejalan dengan program tersebut Badan Jaminan Sosial
(BPJS) berperan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
maupun intansi pemerintah, adanya program Pemerintah tersebut setiap pegawai
seharusnya mendapatkan kemudahan untuk perlindungan jaminan kesehatan
untuk petugas SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Karena sampai saat ini
petugas SATPOL PP belum terdaftar sebagai peserta BPJS kesehatan yang telah
diprogramkan Pemerintah.
Terkait dengan jaminan perlindungan petugas satpol PP melalui program
BPJS kesehatan, pada pembahasan penelitian ini ada beberapa indikator yang
akan diuraikan sesuai degan hasil penelitian di lapangan sebagai berikut :
17
1. Analisa adanya Keserdiaan Program atau Kebijaksanaan yang
dilaksanakan
Program Pemerintah untuk membantu masyarakat melalui program
jaminan kesehatan merupakan suatu kebijakan yang harus diimplementasikan
dengan baik sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Maksudnya program manajemen pelindungan keselamatan dan
kesehatan kerja harus dapat diimplementasikan dengan benar, selayaknya setiap
instansi Pemerintah maupun non Pemerintah pegawai / karyawannya harus
memiliki jaminan sosial kesehatan dikarenakan agar setiap pegawai memiliki rasa
aman terhadap pekerjaan yang mereka jalani, seperti halnya Kantor SATPOL PP
Provinsi Kepulauan Riau masing-masing anggota harus memiliki Jaminan Sosial
dikarenakan petugas SATPOL PP mempunyai tanggungjawab yang sangat tinggi
didalam menjalankan tugas mereka menegakkan Peraturan Daerah terutama
didalam menertifkan ketertiban umum. Beratnya beban kerja dan resiko kerja
dilapangan sehingga dituntut untuk adanya jaminan sosial agar keselamatan kerja
anggota dapat terjaga dan menambah motivasi pegawai didalam melaksanakan
tugas, seperti yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos.,M.M ( wawancara,
Selasa, 6 Desember 2016)
“Secara keseluruhan Anggota SATPOL PP sudah didalam proses
menjadi anggota BPJS kemungkinan akan dianggarkan tahun depan
jika tidak ada hambatan dari Anggota DPRD”.
Sedangkan menurut pendapat Bennedict Paul B. S.Sos (wawancara, Rabu 7
Desember 2016) menjelaskan
“Secara Institusi belum, dikarenakan belum ada regulasi dan anggaran
yang dianggarkan khusus untuk PTT dan PHL, sedangkan secara
manajeman institusi SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau telah
mengusulkannya”.
Dari Pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk instansi SATPOL PP
sebagian anggotanya masih belum memiliki Asuransi BPJS dikarenakan anggaran
yang mereka miliki belum ada perencanaan untuk mendaftarkan anggota PTT dan
PHL didalam asuransi BPJS sehingga harus menunggu tahun depan jika
18
perencanaan anggaran tersebut tidak di coret oleh anggota DPRD dikarenakan
Regulasi yang dimiliki oleh Daerah masih belum bisa menguatkan perencanaan
Asuransi BPJS tersebut.
Beratnya resiko kerja yang dimiliki oleh Anggota SATPOL PP
dilapangan selayaknya setiap Anggota harus memiliki BPJS agar resiko kerja
yang dialami didalam menertifkan masyarakat dapat memperkecil resiko
kecelakaan yang bisa mengeluarkan dana yang sangat besar, seperti telah dilihat
Anggota SATPOL PP sebagian belum memiliki Asuransi BPJS yang didaftarkan
oleh Instansi terutama bagi pegawai yang berstatus PTT dan PHL sehingga
pegawai tersebut didalam menjalani tugas masih ragu atau merasa resah terutama
didalam menertifkan ketertiban umum pedagang kaki lima jika terjadinya
penolakan dan perlawanan masyarakat terhadap SATPOL PP dengan cara
melempar batu dan membawa kayu. Dengan adanya penolakan keras dari
masyarakat selayaknya SATPOL PP harus memiliki asuransi BPJS secara
keseluruhan dikarenakan jika terjadi terluka maupun memar maka SATPOL PP
tersebut tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk pengobatan sehingga gaji
yang diterima bisa tidak mencukupi biaya kehidupannya sehari-hari untuk itu
penulis ingin melihat apakah SATPOL PP telah didaftarkan sebagai peserta BPJS
oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau seperti yang telah
diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos.,M.M (wawancara, Selasa, 06 Desember
2016) menjelaskan
“Kalau saya sudah terdaftar menjadi anggota Asuransi BPJS sejak
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tetapi bagi PTT dan PHL belum
terdaftar menjadi Anggota BPJS”.
Sedangkan menurut Pendapat Darsono Nadeak, S.IP (wawancara, Kamis 08
Desember 2016) Menjelaskan
“Belum, hingga saat ini belum ada penjelasan dari Kantor SATPOL PP,
Kenapa dan Bagaimana hingga saat ini saya belum didaftarkan diri
sebagai anggota BPJS”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa sebagian besar Anggota
SATPOL PP bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah memiliki Asuransi BPJS
19
dikarenakan ASN yang dulunya sudah memiliki Asuransi Kesehatan (ASKES)
secara langsung mengikuti anggota BPJS sehingga bagi ASN tidak diperlukan
mengurus lagi kartu Asuransi BPJS, sedangkan bagi PTT dan PHL masih belum
mendaftarkan dirinya sebagai anggota BPJS, mereka masih menunggu instruksi
dari atasan didalam membuatnya sedangkan pekerjaan yang mereka alami sangat
berat dan resikonya sangat tinggi, seharusnya mereka membuat dan mendaftarkan
sendiri asuransi BPJS tersebut seperti BPJS Kesehatan yang bisa didaftarkan
bersifat individu, dan jika sudah memiliki anggaran maka pembayaran tersebut
dapat di kliem kepada bendahara SATPOL PP, Seperti yang telah diungkapkan
oleh kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Drs. Maifrizon,
M.Si (wawancara jumat, 09 Desember 2016) menjelaskan bahwa
“Untuk asuransi kesehatan Anggota SATPOL PP sudah dibuatperencanaan anggaran, mudah-mudahan tahun depan semua SATPOLPP baik yang PTT maupun PHL sudah memiliki Asuransi BPJSdikarenakan resiko kerja yang dimiliki sangat tinggi dilapanganmenuntut setiap anggota harus memiliki perlindungan keselamatan dankesehatan dan jika terjadi kecelakaan kerja dilapangan didalammenjalankan tugas, kita akan menanggung biaya perobatannya”.
Menangani masalah keselamatan kerja bagi pegawai dan karyawan
memang tidak semudah yang kita bayangkan, masih banyak terdapat intansi
Pemerintah belum memikirkan keselamatan bawahannya, padahal keselamatan
kerja merupakan hal yang terpenting didalam melaksanakan pekerjaan jika
pegawai/karyawannya sakit maka pekerjaan tersebut menjadi terbengkalai apalagi
dengan begitu tingginya biaya perobatan sekarang ini sehingga nantinya akan
menjadi dampak buruk bagi pekerja, pekerja bisa menghabiskan gajinya untuk
biaya pengobatan, hal ini lah yang membuat Pemerintah berpikir untuk membuat
Asuransi BPJS ini agar setiap warga Negara dapat menikmati kehidupan yang
layak walaupun dalam kondisi sakit parah, dikarenakan biaya angsuran yang
dikeluarkan lebih murah dibandingkan biaya pengobatan.
Setiap tenaga kerja harus mendapatkan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja baik perusahaan swasta maupun Pemerintahan sehingga pegawai
akan merasa terjamin keselamatannya didalam menjalani pekerjaan, untuk
perusahaan swasta secara umum sudah bisa melindungi setiap pekerjanya
20
dikarenakan setiap tahun Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau selalu
mengecek setiap karyawan perusahaan untuk memiliki Asuransi baik bersifat
BPJS maupun Asuransi Swasta lainnya sehingga pemerintah sudah menyakinkan
setiap warga Negara sudah memiliki jaminan sosial, begitu pula halnya dengan
SATPOL PP masing-masing anggota harus memiliki asuransi keselamatan kerja
jika tidak dari Asuransi BPJS mungkin dari Asuransi swasta yang lainnya ataupun
dari kantor SATPOL PP itu sendiri sehingga setiap pegawai merasa aman
mendapatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, tetapi lain
halnya di Kantor SATPOL PP sebagian pegawai masih belum memiliki BPJS dan
jika Pegawai sakit tidak ada bantuan dari kantor untuk membantu biaya perobatan
seperti yang telah diungkapkan oleh Alhadi Nasution, SE (wawancara Kamis,
tanggal 08 Desember 2016)
“Kalau bantuan pengobatan tidak ada diberikan dari Kantor SATPOL
PP, Karena ada beberapa anggota yang sakit tidak mendapatkan
bantuan apa-apa dari Kantor SATPOL PP”
Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul B. S.Sos (wawancara, Rabu tanggal
07 Desember 2016) menjelaskan
“Untuk bantuan anggota SATPOL PP yang sakit tidak ada, karena
anggaran kantor kita tidak memiliki Pos bantuan sosial, kalaupun ada
bantuan kepada anggota yang sakit itu hanya bersifat pribadi”.
Dari pendapat diatas menjelaskan untuk Kantor SATPOL PP tidak
mempunyai asuransi swasta yang lainnya, jika terjadi salah satu anggota SATPOL
PP yang sakit (belum memiliki Kartu BPJS) mereka harus mengeluarkan biaya
pengobatan sendiri dikarenakan Kantor SATPOL PP juga belum mempunyai
klinik kesehatan sendiri dan mereka juga tidak mempunyai Pos anggaran bantuan
untuk anggota yang sakit, sehingga jika ada anggota yang sakit maka atasan
mereka harus menggunakan anggaran pribadi untuk membantu bawahannya.
Gangguan kesehatan memang tidak dapat diprediksikan secara jelas
banyak juga pegawai yang muda mengalami sakit parah, baik dikarenakan pola
hidup maupun kecelakaan, hal ini yang membuat kinerja pegawai menjadi
menurun sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan dan juga memakan biaya
21
yang sangat tinggi jika terjadi sakit, selayaknya didalam meningkatkan kinerja
pegawai diharuskan mendapatkan kemudahan kesehatan agar kinerja yang
dilakukan pegawai dapat berjalan dengan maksimal seperti yang telah
diungkapkan oleh Said Sudrajad, S.Sos., M.Si (wawancara Rabu, tanggal 7
Desember 2016) menjelaskan
“Secara umum anggota SATPOL PP masih belum mendapatkan
kemudahan didalam pelayanan Kesehatan dikarenakan sebagian
Anggota SATPOL PP masih belum mendapatkan Asuransi BPJS, tetapi
bagi yang PNS sudah mendapatkan pelayanan dari BPJS”.
Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 06
Desember 2016) menjelaskan
“Anggota SATPOL PP yang sudah PNS sudah mendapatkan kemudahan
di dalam pelayanan kesehatan dari BPJS sedangkan untuk PTT dan PHL
belum mendapatkan pelayanan bagi BPJS dikarenakan belum terdaftar
dan akan usahakan secepatnya”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk SATPOL PP yang sudah
menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang baik dari BPJS jika terjadi sakit setiap pegawai sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan mudah dan sudah merasakan pelayanan kesehatan itu
sendiri serta sudah mengetahui kepuasan pelayanan yang diberikan oleh klinik,
maupun rumah sakit sehingga tidak perlu membayar obat-obatan maupun biaya
pemeriksaan dari dokter maupun perawat, sedangkan bagi PTT dan PHL belum
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal dikarenakan pegawai
tersebut belum terdaftar menjadi anggota BPJS sehingga jika mengalami sakit
mereka harus membayar obat-obat dan biaya pemeriksaan dokter.
Pelayanan kesehatan yang diberikan selayaknya harus cepat dikarenakan
jika terlambat penanganannya maka bisa akan mengakibatkan patal, apalagi
didalam menjalankan tugas sebagai tim penertiban umum banyak hal yang perlu
dibenahi dan dikembangkan tak heran sering terjadinya kekerasan didalam
menegakkan Peraturan tersebut sehingga pelayanan kesehatan merupakan faktor
utama yang harus didahulukan, agar resiko yang dialami anggota SATPOL PP
22
berkurang dan tetap tegas didalam menjalankan tugas, untuk itu perlu dilihat
bagaimana selama ini anggota SATPOL PP menerima pelayanan kesehatan
dengan cepat saat mengalami gangguan kesehatan disaat menjalankan tugas
penertiban dari kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau seperti yang telah
diungkapkan oleh Said Sudrajad. S.Sos., M.Si (wawancara Rabu, tanggal 07
Desember 2016) menjelaskan
“Didalam menjalani tugas penertiban selama ini tim kami belum pernahmengalami gangguan kesehatan secara patal kalaupun ada hanya lukakecil yang bisa ditangani dengan cepat oleh kawan-kawan sekerjanya,maka dari itu kami sangat membutuhkan Asuransi kesehatan agaranggota dilapangan bisa bekerja dengan maksimal dan harapan sayamudah-mudahan kedepan semua anggota SATPOL PP ProvinsiKepulauan Riau sudah mendapatkan Asuransi BPJS”.
Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 06
Desember 2016) menjelaskan
“Pelayanan Kesehatan yang cepat harus didapatkan oleh setiap AnggotaSATPOL PP, dikarenakan menjalankan tugas ketertiban umum memangtidak semudah yang kita pikirkan dikarenakan dilapangan pasti terdapatperlawanan bagi masyarakat yang tidak puas terhadap kebijakanPemerintah Daerah, sehingga dilapangan pasti terjadi perkelahian yangbisa mengakibatkan terganggunya kesehatan disetiap anggota SATPOLPP, maka harus diperlukan pelayan kesehatan yang maksimal”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pentingnya asuransi BPJS
disetiap pegawai SATPOL PP dikarenakan pekerjaan yang mereka alami
mempunyai resiko yang besar, berbagai gangguan kesehatan yang telah dialami
anggota SATPOL PP didalam menegakkan ketertiban umum agar Peraturan
Pemerintah Daerah tersebut dapat berjalan dengan maksimal, gangguan kesehatan
memang selama ini tidak mengakibatkan patal seperti kematian dan lumpuh serta
lain sebagainya, gangguan kesehatan yang terjadi hanya memar dan luka dibagian
tubuh SATPOL PP hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan yang tidak terlalu
mahal, seperti yang diungkapkan oleh Wan Rabdi. S.Sos., MM (wawancara
Selasa, 06 Desember 2016) menjelaskan
23
“Untuk gangguan kesehatan yang pernah dialami SATPOL PP didalam
menjalankan tugas penertiban umum jarang terjadi, jika pun ada hanya
luka-luka kecil saja, dan masih bisa ditangani oleh kita”.
Sedangkan menurut Pendapat Alhadi Nasution. SE (wawancara, kamis tanggal 08
Desember 2016) menjelaskan
“Untuk pelaksanaan kegiatan ketertiban umum dilapangan sampai
sekarang ini kita belum pernah mengalami gangguan kesehatan yang
patal hanya luka-luka kecil saja”.
Dari pendapat diatas menjelaskan didalam menjalankan tugas SATPOL
PP belum pernah mengalami gangguan kesehatan secara patal, jika ada hanya
terdapat luka-luka kecil saja dan bisa ditangani oleh teman-teman sekerja
dilapangan cukup membeli obat-obat yang harga terjangkau
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan adanya
program atau kebijakan yang dilaksanakan terutama didalam perlindungan
keselamatan kerja dikantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau belum dapat
berjalan secara maksimal, dikarenakan belum adanya kebijakan dari Pemerintah
Daerah Provinsi untuk mewajibkan setiap anggota SATPOL PP yang PTT
maupun PHL harus mempunyai asuransi BPJS, sehingga Kepala Satuan harus
memberanikan diri mengajukan anggaran asuransi BPJS untuk PTT dan PHL,
mengingat tingginya resiko dan beban kerja yang dilakukan oleh anggota
SATPOL PP didalam menjalankan tugas penertiban umum di lapangan.
2. Analisa Target Group
Setiap manusia di Negara maju maupun di Negara berkembang
senantiasa dihadapkan dengan resiko yang mengancam kehidupannya setiap saat.
Jaminan sosial adalah intervensi lembaga yang merencanakan oleh Pemerintah
maupun sektor swasta untuk melindungi masyarakat dengan resiko yang timbul
dari dirinya seperti kecelakaan, sakit, dan meninggal dunia. Jaminan kesehatan
merupakan pendorong pembangunan penting didalam penanggulangan
kemiskinan, jaminan kesehatan telah diakui sebagai salah satu strategi kebijakan
sosial yang terpenting dalam menopang kehidupan di masa depan, maka dari itu
jaminan kesehatan sangat diperlukan terutama di Kantor SATPOL PP agar
24
masing-masing pegawai dapat bekerja tanpa harus memikirkan biaya perawatan
kesehatan.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja selayaknya diberikan kepada
pekerja maupun pegawai terutama SATPOL PP yang menjalani tugas kelompok
patroli harus mendapatkan perlindungan dan keselamatan kerja agar ketika
mengalami kecelakaan kerja maka biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi,
sehingga efektivitas kerja pegawai akan meningkat, diperusahaan swasta
perlindungan dan keselamatan pegawai tetap didahulukan dikarenakan jika terjadi
musibah didalam pekerjaan maka asuransi dapat menanggung biaya pengobatan
tanpa harus perusahaan tersebut yang menanggungnya, begitu juga halnya
anggota SATPOL PP begitu tingginya resiko didalam menjalankan tugas sehingga
dituntut untuk adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja untuk itu
penulis ingin melihat apakah SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau saat ini
mendapatkan perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan ketika
membutuhkan perawatan kesehatan seperti yang telah diungkapkan oleh
Bennedict Paul. B, S.Sos. (wawancara Rabu, tanggal 7 Desember 2016)
menjelaskan
“Untuk jaminan Keselamatan dan kesehatan sudah ada, setiap ASNsudah secara langsung terdaftar di asuransi BPJS, sehingga untukperlindungan kesehatan sudah terjaga dengan baik, tetapi tidak semuayang ditanggung BPJS ada sebagian obat tidak ditanggung BPJS danharus membelinya sendiri”.
Sedangkan menurut Pendapat Darsono Nadeak, S.IP (wawancara, kamis tanggal
08 Desember 2016) menjelaskan
“Untuk saat ini kami belum mendapatkan perlindungan keselamatan dan
Kesehatan dikarenakan kami belum terdaptar di asuransi BPJS maupun
swasta”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa jaminan keselamatan dan
kesehatan tidak semua didapatkan oleh SATPOL PP hanya yang sudah PNS yang
mendapatkan asuransi tersebut, asuransi yang diikutkan oleh SATPOL PP hanya
asuransi BPJS, sedangkan asuransi BPJS tersebut tidak menanggung semua obat-
obatan yang ada hanya tertentu saja jika obat-obatan tidak tertanggung oleh BPJS
25
maka pasien harus membelinya sendiri, sehingga jika pegawai sakit parah
membutuhkan obat yang tidak ada didalam daftar BPJS maka pasien tersebut
harus mengeluarkan anggaran pribadi untuk menebus obat tersebut. Apa saja
bentuk perawatan kesehatan yang didapatkan sebagai perlindungan kesehatan
kerja petugas Seperti halnya yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos.,
M.Si (wawancara Selasa, tanggal 6 Desember 2016) mengungkapkan
“Selama ini yang tertanggung oleh BPJS hanya penyakit yang sifatnyatidak berat, seperti batuk, demam kadar gula dan lain sebagainya yangmembutuhkan obat merk generic, dll (obat berhubungan denganpemerintah) sedangkan untuk obat yang lain tidak ditanggung olehBPJS, jadi kita harus membeli sendiri obat tersebut denganmenggunakan dana pribadi”.
Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul. B, S.Sos (wawancara, Rabu tanggal
07 Desember 2016) menjelaskan
“Selama saya mengalami gangguan penyakit strok ringan dan itu pada
saat pengobatan terlayani dengan baik dan memuaskan, misalnya
penyakit batuk, pemeriksaan mata, pemeriksaan kadar gula, kolestrol
dan asam urat”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak semua obat yang
ditanggung oleh BPJS obat yang masuk didalam daftar BPJS saja ditanggung,
sedangkan jika obat yang tidak termasuk didalam daftar maka harus dibeli oleh
pasien/pegawai sehingga perlindungan yang diberikan oleh Asuransi BPJS masih
bersifat penyakit ringan.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pegawai menjadi tanggungjawab
disetiap instansi, selayaknya setiap instansi harus memberikan jaminan kesehatan
dan keselamatan kerja, agar didalam melaksanakan kerja jika terjadi kecelakaan
maka asuransi tersebut dapat menanggungnya sehingga pekerja maupun pegawai
tidak memikirkan lagi biaya yang harus keluarkan untuk pengobatan, untuk itu
penulis ingin melihat apakah selama ini jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
sudah diperhatikan Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau, seperti yang
telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., M.M (wawancara, Selasa, tanggal 06
Desember 2016) menjelaskan
26
“Untuk PTT honor lagi diusahakan dan untuk seluruh pegawai seperti
ASN sudah ada secara keseluruhan”.
Sedangkan menurut Pendapat Darsono Nadeak, S.IP (wawancara, Kamis tanggal
08 Desember 2016) menjelaskan
“Jaminan Keselamatan dan kesehatan sangat kurang diperhatikan oleh
kantor SATPOL PP karena sampai saat ini belum ada jaminan kesehatan
dalam bentuk apapun terhadap anggota”.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan secara umum kantor
SATPOL PP masih kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan pegawai
dikarenakan sampai saat ini pegawai PTT dan PHL masih belum memiliki
asuransi jaminan keselamatan dan kesehatan akan tetapi sudah direncanakan
untuk mendaftarkan setiap pegawai untuk dijadikan anggota BPJS secara khusus,
Kepala SATPOL PP sudah membuat perencanaan anggaran untuk biaya asuransi
keselamatan dan kesehatan tahun depan, tinggal menunggu realisasinya
perencanaan tahun depan setiap pegawai SATPOL PP terutama PTT dan PHL
sudah memiliki asuransi BPJS.
Setiap PTT dan PHL SATPOL PP belum memiliki asuransi sehingga jika
terjadi kecelakaan atau gangguan kesehatan didalam menjalankan tugas harus
mengeluarkan biaya pengobatan, semakin parahnya penyakit maka semakin tinggi
pula biaya pengobatan yang harus dikeluarkan sehingga PTT harus menyisihkan
untuk pembayaran pengobatan tersebut dan apakah mendapatkan manfaat biaya
keringanan pengobatan ketika mengalami resiko kerja setelah didaftarkan menjadi
peserta BPJS oleh kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau seperti yang telah
diungkapkan oleh Said Sudrajad, S.Sos., M.Si (wawancara, Rabu tanggal 07
Desember 2016) menjelaskan
“Untuk manfaat sangat membantu dikarenakan saya mendapat informasi
dari teman sekerja yang jatuh dari motor saat berangkat kerja dan
berobat di PUSKESMAS atau di Rumah Sakit dengan menggunakan
Kartu BPJS tidak dikenakan biaya atau gratis”.
Sedangkan menurut Pendapat Alhadi Nasution, SE (wawancara, Kamis tanggal 08
Desember 2016) menjelaskan
27
“Belum, dikarenakan belum terdaftar sebagai anggota BPJS”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa jika pegawai sudah didaftarkan
sebagai anggota BPJS maka adanya keringanan biaya pengobatan, sedangkan bagi
yang belum terdaftar menjadi BPJS tidak mendapatkan keringanan pengobatan,
sehingga harus membayarkan biaya pengobatan tersebut
Asuransi kesehatan memang sangat diperlukan oleh pegawai dengan
menggunakan BPJS maka akan menimbulkan keringan biaya yang dikeluarkan,
tetapi tidak semua obat ditanggung secara penuh, ada berapa obat yang tidak
ditanggung oleh BPJS, maka dari itu untuk melihat keluhan dari setiap pegawai
dengan adanya program BPJS yang belum dapat dimanfaatkan ketika mengalami
gangguan kesehatan saat menjalankan tugas penerbitan seperti yang telah
diungkapkan oleh Syaharudin, S.Pd (wawancara selasa, 6 Desember 2016)
menjelaskan
“Agar dapat diperbaiki pelayanannya dikarenakan tidak semua fasilitas
disediakan oleh BPJS, diharapkan dapat ditanggung keseluruhan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan maksimal”.
Sedangkan menurut Pendapat Bennidict Paul. B, S.Sos (wawancara, Rabu tanggal
07 Desember 2016) menjelaskan
“Birokrasi administrasi dalam hal ini jika memungkinkan pasien yangbutuh penanganan segera hendaknya dilayani dahulu, kemudianadministrasinya menyusul, apalagi seperti seperti SATPOL PP yangmenjalani petugas dilapangan selayaknya jika terjadi gangguankesehatan dari lapangan hendaknya didahulukan terlebih dahulu agartidak menjadi lebih parah”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengguna BPJS terutama
pegawai SATPOL PP masih mengeluhkan pelayanan yang diberikan didalam
menggunakan kartu BPJS pelayanannya masih lambat, padahal BPJS merupakan
salah satu program pemerintah Indonesia sehat dan selayaknya pelayanan yang
diberikan kepada pegawai yang sudah melakukan pelanggan lama atau pelanggan
selamanya maka selayaknya BPJS tidak membatasi obat-obatan dan memberikan
pelayanan yang maksimal agar masyarakat menjadi puas, sedangkan bagi pegawai
PTT dan PHL yang mereka keluhkan adalah program BPJS yang telah ada, yang
28
telah direalisasikan oleh permerintah mereka belum dapat merasakan program
tersebut dikarenakan belum terdaftar menjadi anggota BPJS.
Selayaknya sebuah kantor pemerintah harus memberikan jaminan kepada
pegawai sehingga pekerjaan yang mereka lakukan menjadi lebih semangat dan
lebih efektif terutama jika mereka terjadi gangguan kesehatan perhatian dari
atasan atau pemerintah sangat diperlukan dikarenakan selama mengabdi mereka
diwajibkan untuk bekerja keras dan bekerja mengikuti peraturan yang berlaku
untuk itu penulis ingin melihat apakah selama ini mendapatkan keringanan biaya
pengobatan dari kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau ketika mengalami
resiko kerja dilapangan yang menyebabkan kesehatan terganggu saat menjalankan
tugas penertiban seperti yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., MM
(wawancara selasa, tanggal 6 Desember 2016) menjelaskan
“BPJS sangat membantu, terutama untuk SATPOL PP dikarenakan
sangat tinggi resiko kerjanya, kalau bisa untuk Pol PP sendiri harus
masuk BJPS dan mendapatkan perawatan lebih”.
Sedangkan menurut Pendapat Darson Nadeak, S.IP (wawancara, Kamis tanggal 8
Desember 2016) menjelaskan
“Untuk keringanan biaya pengobatan di kantor SATPOL PP tidak ada,
dikarenakan belum ada anggaran untuk biaya kesehatan”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa di kantor SATPOL PP tidak
mempunyai anggaran sosial untuk meringankan beban pegawainya jika terjadi
gangguan kesehatan, maka dari itu atasan mereka sudah mengajukan bantuan dana
dari Pemerintah Daerah untuk mendaftarkan setiap pegawai PTT dan PHL di
dalam BPJS dikarenakan mereka yang sudah menjadi ASN merasa sangat
terbantu dengan adanya BPJS, terutama menyangkut tingginya resiko kerja
didalam menjalankan tugas penertiban umum dilapangan sehingga setiap anggota
SATPOL PP sudah memiliki asuransi keselamatan dan kesehatan kerja.
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja belum diberikan kepada petugas patrol
yang berstatus PTT dan PHL dan jika terjadi kecelakaan kerja kantor SATPOL PP
belum bisa membantu memberikan perlindungan kesehatan dan meringankan
29
biaya pengobatan dan anggota SATPOL PP mengeluhkan mereka memiliki resiko
kerja yang sangat tinggi didalam menertifkan ketertiban umum selama ini belum
memiliki asuransi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Analisa Unsur Pelaksana
Program Pemerintah wajib diimplementasikan oleh Dinas maupun
Instansi Pemerintahan agar program tersebut dapat berjalan dengan maksimal
diseluruh wilayah indonesia, tujuan dari pemerintah adalah mensejahterakan
rakyatnya agar masyarakat bisa bekerja dengan maksimal, Indonesia sehat adalah
salah satu tujuan Pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat didalam biaya
pengobatan, dikarenakan biaya pengobatan yang sangat mahal maka Pemerintah
mewajibkan setiap pegawai maupun karyawan untuk mengikuti BPJS, BPJS
merupakan Asuransi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan
mengikuti program BPJS maka dapat mengurangi beban biaya masyarakat jika
terjadi gangguan kesehatan, oleh karena itu setiap Dinas maupun Perusahaan
harus mendaftarkan pegawainya didalam BPJS, agar pekerja bisa terbantu jika
terjadi gangguan kesehatan, maka dari itu diperlukan kerja sama antara
dinas/instansi pemerintah dengan BPJS agar dapat meningkatkan rasa aman
didalam menjalani pekerjaan untuk itu penulis ingin melihat apakah ada kerja
sama pihak SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau untuk mengurus BPJS agar
petugas menjadi anggota peserta jaminan kesehatan seperti yang telah
diungkapkan oleh Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa 6 Desember 2016)
menjelaskan
“Kalau kerjasama tentu ada yaitu menjadi anggota BPJS Khusus ASN,
kalau asuransi yang lain belum ada”.
Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul. B, S.Sos (wawancara, Rabu tanggal
7 Desember 2016) menjelaskan
“Untuk Kerja sama secara keseluruhan SATPOL PP masih belum ada
dikarenakan tidak adanya anggaran yang tersedia dan itu sudah menjadi
perhatian dari Kepala Satuan sudah mengusulkan penganggarannya di
APBD”.
30
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa secara keseluruhan belum
melakukan kerja sama dengan Kantor SATPOL PP dikarenakan anggaran belum
ada untuk mendaftarkan setiap pegawai, anggaran tersebut baru dilakukan proses
pengajuan dana di APBD, sedangkan bagi ASN sudah melakukan kerja sama
dengan BPJS sejak diangkat menjadi ASN. Setelah melakukan kerja sama dengan
BPJS secara langsung ASN mengetahui bentuk kerja sama yang dilakukan,
dikarenakan ASN diwajibkan setiap bulan membayar Asuransi tersebut, untuk itu
penulis ingin melihat bagaimanakah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pihak
SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau dengan BPJS dalam mengawasi pelayanan
kesehatan petugas ketika mengalami resiko kerja lapangan seperti yang telah
diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., M.M (wawancara selasa, tanggal 06
Desember 2016) menjelaskan
“Bentuk kerja sama SATPOL PP antara BPJS yaitu sebagai mitra kerja
atau kalau bahasa perbankan yaitu sebagai nasabah”.
Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 6
Desember 2016) menjelaskan
“Bentuk kerja sama sebagai anggota BPJS”
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa bertuk kerja sama yang
dilakukan oleh kantor SATPOL PP dengan BPJS yaitu sebagai Anggota BPJS
atau sebagai nasabah, maksudnya adalah jika peserta BPJS terjadi gangguan
kesehatan dan berobat kepada tempat yang telah ditentukan maka secara langsung
BPJS membayar biaya pengobatan dan biaya konsultasi dokter sehingga
pasien/peserta BPJS tidak perlu lagi mengurus Administrasi proses kliem dikantor
BPJS dikarenakan tempat yang telah ditunjuk oleh BPJS langsung secara global
mengkliem anggaran yang dikeluarkan didalam biaya pengobatan tersebut.
Implementasi sebuah kerja sama tidak terlepas dari keterlibatan
pengawasan atasan baik pimpinan SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau maupun
dari BPJS dalam mengatur dan mengawasi dilapangan, jika terjadi keluhan maka
secara cepat pimpinan melaporkan dan menindaklanjutinya begitu halnya juga
PTT dan PHL pimpinan SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau mengusahakan
agar setiap pegawainya harus memiliki kartu BPJS baik ASN maupun PTT dan
31
PHL agar setiap pegawai dapat bekerja dengan maksimal dan mendapatkan
perlindungan keselamatan serta kesehatan kerja agar pekerjaan yang
melaksanakan tugas dapat berjalan dengan maksimal seperti yang telah
diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., M.M (wawancara selasa, tanggal 06
Desember 2016) menjelaskan
“Kalau keterlibatan pimpinan tentu ada, yaitu mengusahakan PTT
masuk sebagai anggota BPJS”.
Sedangkan menurut Pendapat Bennidict Paul. B, S.Sos (wawancara, Rabu tanggal
7 Desember 2016) menjelaskan
“Secara Organisasi berjalan dengan baik, Kepala Satuan Polisi PP
Provinsi Kepulauan Riau selalu mengusulkan kepada anggota agar
menjadi peserta BPJS”.
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pimpinan SATPOL PP telah
memikirkan keselamatan dan kesehatan kerja pegawai dikarenakan keselamatan
dan kesehatan kerja pegawai merupakan peran penting didalam menjalankan
tugas, agar setiap pegawai dapat bekerja dengan aman, pekerjaan yang mengalami
resiko tinggi maka selayaknya harus memiliki asuransi keselamatan dan kesehatan
kerja jika terjadi sebuah kecelakaan maka asuransi secara langsung untuk
menanggung biaya pengobatan tersebut, pekerjaan menertifkan ketertiban umum
dilapangan membutuhkan fisik yang sehat agar didalam menjalani tugas tersebut
dapat berjalan dengan tertif, mendapatkan fisik yang sehat maka diperlukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, agar pegawai bisa lebih mengetahui
penyakit yang mereka derita serta menjaga agar menjadi hidup sehat, untuk itu
penulis ingin melihat apakah Petugas SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala baik menggunakan Program
BPJS maupun tidak seperti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah saat ini, adapun
yang telah diungkapkan oleh Said Sudrajad, S.Sos., M.Si (wawancara Rabu,
tanggal 7 Desember 2016) menjelaskan
“Belum ada pemeriksaan kesehatan berkala, kalau kita merasa ingin
memeriksa kesehatan dipersilakan, jika sakit Pemerintah Provinsi sudah
menyediakan klinik kesehatan lengkap dengan tenaga medisnya”.
32
Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 6
Desember 2016) menjelaskan
“Tidak ada dikarenakan belum tertulis didalam aturan tentang
pemeriksaan secara berkala, tetapi jika sakit ringan Pemerintah Provinsi
sudah mempunyai klinik kesehatan”.
Dari pendapat diatas dapat menjelaskan bahwa pegawai SATPOL PP
belum pernah melakukan pemeriksaan rutin atau berkala, dikarenakan dikantor
tersebut belum memiliki klinik tersendiri dilengkapi dengan tenaga medisnya
sehingga masih membutuhkan proses didalam mengimplementasikan pemeriksaan
berkala, pemeriksaan dilakukan jika anggota SATPOL PP mengalami sakit saja
dikarenakan membutuhkan pengobatan dalam penyembuhan. Pemeriksaan
berkala selayaknya sangat dibutuhkan petugas SATPOL PP dikarenakan beratnya
tugas menjadi petugas lapangan terutama didalam menertifkan penertiban umum
Seperti yang telah diungkapakan oleh Drs. Maifrizon, M.Si menjelaskan
“Selama ini belum dilakukan, dikarenakan belum ada klinik Kesehatan
bagi SATPOL PP, jika nantinya SATPOL PP memiliki BPJS kita akan
mencoba untuk membuat pemeriksaan berkala, terutama masalah
Narkoba”.
Pemeriksaan berkala selayaknya harus dilakukan oleh petugas SATPOL
PP agar atasan mengetahui keluhan gangguan kesehatan, apalagi setelah
menjalankan tugas penertiban umum dilapangan dan jika ada keluhan harus
ditangani dengan baik sehingga akan menimbulkan kreatifitas kerja yang lebih
baik lagi apakah selama ini kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau
mendengarkan keluhan petugas tentang pemeriksaan kesehatan berkala setelah
menjalankan tugas dilapangan, seperti yang telah diungkapkan oleh Said
Sudrajad, S.Sos.,M.Si (wawancara Rabu, tanggal 6 Desember 2016) menjelaskan
“Kita tetap mendengarkan keluhan yang datang dari petugas maupun
dari pegawai, kalau bisa apapun keluhan tersebut bisa kita akomudir
oleh Pemerintah”.
Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul B, S.Sos. (wawancara, Rabu tanggal
07 Desember 2016) menjelaskan
33
“Keluhan tetap ada, apabila ada keluhan dari anggota akan kita
sampaikan kepada pimpinan akan ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
yang ada”.
Menurut pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa apabila terjadi keluhan
gangguan kesehatan anggota SATPOL PP didalam menjalankan tugas dilapangan
maka secara langsung harus cepat ditindaklanjuti agar tidak terjadi penyakit yang
patal, jika terjadi kericuhan dilapangan maka setiap petugas harus melakukan
pengecekan berkala sampai gangguan kesehatan itu sembuh dan wajib dilaporkan
kepada pimpinan agar keluhan itu bisa terselesaikan dengan baik, penyelesaian
keluhan merupakan hal utama di kantor SATPOL PP agar setiap petugas didalam
menjalankan tugas dapat berjalan baik dan aman.
Menjalankan tugas dengan aman terhindar dari kericuhan merupakan
harapan bagi anggota SATPOL PP didalam melaksanakan tugas dilapangan,
apalagi ditambah dengan asuransi keselamatan dan kesehatan kerja maka secara
langsung akan menimbulkan kinerja SATPOL PP yang bagus, anggota merasa
diperhatikan oleh atasan terutama menjalankan tugas berat dan resiko yang tinggi
dilapangan sehingga masing-masing anggota berlomba-lomba untuk menciptakan
kinerja yang baik didalam menjalankan tugas sehari hari, untuk itu penulis ingin
melihat harapan anggota SATPOL PP terhadap bentuk perhatian Kantor SATPOL
PP Provinsi Kepulauan Riau dengan adanya Program BPJS saat ini, seperti yang
telah diungkapkan oleh Bennedict Paul B, S.Sos (wawancara Rabu tanggal 07
Desember 2016) menjelaskan
“Pihak yang kompeten dalam hal ini Kepala Daerah dan Legeslatif
hendaknya menyetujui anggaran yang diperuntukan buat PTT maupun
PHL di SKPD Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau”.
Sedangkan menurut Pendapat Alhadi Nasution, SE (wawancara, Selasa tanggal 7
Desember 2016) menjelaskan
“Harapan saya agar para pimpinan lebih memperhatikan anggotanya
melalui Program BPJS”.
Dari beberapa Pendapat diatas dapat dijelaskan Anggota SATPOL PP
yang berstatus PTT dan PHL sangat mengharapkan asuransi didalam menjalankan
34
tugas, agar dapat menghidarkan resiko patal dilapangan sehingga sewaktu
menjalankan tugas dapat menimbulkan rasa aman, Kepala SATPOL PP memang
secara langsung sudah mengajukan anggaran pengajuan kepada Pemerintah
Daerah diperuntukkan PTT dan PHL mendapatkan asuransi BPJS, pimpinan
merasakan begitu pentingnya BPJS tersebut agar dapat menguraangi resiko kerja
didalam menjalani tugas ketertiban umum.
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh Kantor SATPOL PP
Provinsi Kepulauan Riau dapat dikatekan sudah baik dikarenakan sebagaian
pegawai terutama Aparatur Sipil Negara sudah memiliki Asuransi BPJS,
sedangkan untuk PTT dan PHL sudah mulai diajukan anggaran ke APBD Provinsi
untuk didaftarkan untuk menjadi anggota BPJS, dan jika seluruh SATPOL PP
sudah aktif menjadi anggota BPJS maka akan dilakukan pengecekan secara
berkala, sehingga anggota mengetahui penyakit yang mereka alami sewaktu
melaksanakan tugas, Pimpinan Kepala SATPOL PP terus mengawasi kesehatan
para anggota lebih dini agar tidak terjadi penyakit yang patal dan sehingga
beberapa keluhan yang ada dianggota sudah dapat ditindaklanjuti dengan baik dan
memberikan bentuk perhatian atasan kepada bawahannya dengan mendaftarkan
setiap anggota SATPOL PP menjadi anggota BPJS agar resiko yang dialami
didalam menjalankan tugas dapat berkurang.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu,
khususnya mengenai hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:
1. Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau tidak terealisasi/tidak baik,
hasil ini dikarenakan :
a. Pegawai PTT dan PHL masih belum menggunakan BPJS Kesehatan.
35
b. Belum adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah Provinsi untuk
mewajibkan setiap anggota SATPOL PP yang PTT maupun PHL harus
mempunyai asuransi BPJS, sehingga Kepala Satuan harus memberanikan
diri mengajukan anggaran asuransi BPJS untuk PTT dan PHL, mengingat
tingginya resiko dan beban kerja yang dilakukan oleh anggota SATPOL
PP didalam menjalankan tugas penertiban umum di lapangan.
2. Tidak adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja SATPOL PP kepada
petugas patroli yang berstatus PTT dan PHL, jika terjadi kecelakaan kerja
kantor SATPOL PP belum bisa membantu memberikan perlindungan
kesehatan serta meringankan biaya pengobatan dikarenakan tidak adanya
anggaran pengobatan mengingat resiko kerja anggota SATPOL PP yang
cukup tinggi mereka diwajibkan untuk memiliki asuransi perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh Kantor
SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau dapat dikatakan sudah baik
dikarenakan sudah adanya pengajuan Anggaran APBD Provinsi untuk
mendaftarkan setiap Anggota SATPOL PP terutama PTT dan PHL untuk
diaktifkan menjadi anggota BPJS dan bisa dilakukan pengecekan secara
berkala, sehingga anggota mengetahui penyakit yang mereka alami sewaktu
melaksanakan tugas.
2. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat penulis memberikan saran-saran
untuk perbaikan dalam mengimplementasikan Program Jaminan Kesehatan bagi
Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau adalah
sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau untuk
membuat Kebijakan bahwa setiap PTT dan PHL harus memiliki asuransi
BPJS.
36
2. Diharapkan kepada Anggota Legeslatif (DPRD Provinsi Kepulauan Riau)
dapat menyetujui anggaran pembayaran BPJS untuk PTT dan PHL setiap
tahun.
3. Diharapkan kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja untuk memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja anggota SATPOL PP.
4. Diharapkan kepada Anggota SATPOL PP untuk terus bekerja secara efektif
didalam menertifkan ketertiban umum.
DAFTAR PUSTAKA
Abeng,Tanri. 2006. Profesi Manajemen. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta, Rineka Cipta.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yokyakarta,
Gardja Mada
Ibrahim, Amin. 2008. Teory dan Konsep Pelayanan Publik Serta
Implementasinya. Bandung, Mandar Maju
Mangkunegara A.A Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung, Remaja Rosdakarya
Moekijat. 2005. Pengembangan Organisasi. Bandung, Penerbit Mandar Maju
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung,
Remajarosdakarya
Nugroho D, Rian. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta, Elex Media Kopunindo
Ramli Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
OHSAS 18001. Jakarta, Dian Rakyat
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta, Penerbit Andi
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta, Alfabeta
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi
Daerah. Jakarta, Citra Utama
37
Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta, Raja Grafindo Persada
Umar Hesein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik : Teori dan Proses Edisi Revisi.
Yogyakarta, Media Pressindo
DOKUMEN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1991 tentang
Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun,
Veteran, Perintis Kemerdekaan Beserta Keluarganya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemeritah dan Kewenangan Provisi Sebagai Daerah Otonom
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
Buku Saku Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau
Tentang Standar Operasional Prosudur Tahun 2014
INTERNET
Evy R. Syamsir. Demo di HUT Kepri (Antara Kepri, 24 September 2014)
Redaktur Majalah Kepridays. Demo Kantor Gubernur Ricuh, Massa Lempar
Aqua Gelas (07 November 2014)