implementasi model pbl (problem based learning)...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED
LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MEMBACA SISWA KELAS IV SD INSAN TELADAN
PARUNG BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Astria
NIM 1112018300002
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN
(UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SD
INSAN TELADAN PARUNG BOGOR
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Skripsi
Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh
Astria
1112018300002
di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dindin Ridwanudin, M.Pd
NIP. 19771121 201101 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN
(UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan
Parung Bogor disusun oleh Astria NIM 1112018300002, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 04 Agustus 2016 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Jakarta, 29 Juni 2016
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dindin Ridwanudin, M.Pd
NIP. 19771121 201101 1 001
i
ABSTRAK
Astria, “Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan
Parung Bogor”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan
Teladan Parung Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang
berlangsung secara berulang dan dilakukan langkah-langkah yang sama untuk
meningkatkan keterampilan membaca melalui model Problem Based Learning.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Insan Teladan
Parung Bogor yang berjumlah 20 siswa pada Semester Genap Tahun Pelajaran
2015/2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca pada siswa
kelas IV melalui model Problem Based Learning mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas
pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I
dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa mencapai KKM 75, sedangkan
pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapai KKM 75. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based
Learning meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan
Parung Bogor. Demikian juga dengan hasil observasi aktivitas pembelajaran
siklus I dan siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning.
Dari kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini,
maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Pihak sekolah
hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Problem Based Learning
di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning dan membawa siswa dalam pembelajaran yang
menyenangkan dan penggunaan model Problem Based Learning dalam
keterampilan membaca dapat mendorong siswa dalam membaca. Khususnya SD
Insan Teladan hendaknya dapat menerapkan model Problem Based Learning pada
mata pelajaran yang lain, yang dianggap sulit dalam pemecahan masalah.
Kata kunci: Model Problem Based Learning dan Keterampilan Membaca
ii
ABSTRACT
Astria, "The Implementation of PBL (Problem Based Learning)
Model to Improve the Reading Skill of Students of Grade IV SD Insan
Teladan Parung Bogor". Department of Government Elementary School
Teacher Education Thesis, Faculty of MT and Teaching, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, in 2016.
This study aims to identify improvements in reading skills utilizing
problem based learning model for Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung
Bogor. The method of analysis applied was a Classroom Action Analysis (CAS)
consisting of four stages, namely planning, action, observation, and reflection.
Those four stages forms a cycle that is repeated and the same steps are taken to
improve reading skills through the model of Problem Based Learning. This
Classroom Action Analysis was conducted on Students of Grade IV SD Insan
Teladan Parung Bogor with a total of 20 students in the even semester of
2015/2016.
The research showed that the reading skills of the fourth graders that were
put through the Problem Based Learning models have improved. The
improvements were seen through the assessment result and observation of
learning activities in first and second cycles. Results of reading skills assessment
in the first cycle average achieved were 72.50, 70% of students reached the KKM
75, while in the second cycle average were 83.75, 90% of students reached the
KKM 75. Therefore, it can be concluded that the Problem Based Learning model
can improve the reading skills of 4th
grade students of SD Insan Teladan Parung
Bogor. Likewise with the observation results of the learning activities in first and
second cycles showed that the learning to read was already in accordance with the
steps of Problem Based Learning model.
From the above conclusion as a follow up of this research, it can be put
forward some of suggestion as follow: the school should be provide support to the
development of Problem Based Learning in school so that the other teachers could
be implement the Problem Based Learning model and bring the students in to the
enjoyable learning and the utilization of Problem Based Learning model in
reading skills could be encourage the students in reading. Particularly in SD Insan
Teladan should be implement the Problem Based Learning model on the other
subjects which are considered difficult in problem solving.
Keywords: Model Problem Based Learning and Reading Skills
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirohim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, sebagai penyempurna akhlak yang mulia dan rahmatan lil alamin, serta
kepada sahabatnya keluarga dan kita sebagai para pengikutnya.
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan
yang penulis hadapi, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari
bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan, dorongan,
dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih dari hati yang peling dalam kepada.
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi.
2. Dr. Khalimi, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi.
iv
4. Dindin Ridwanudin, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Dr. Hindun, M.Pd. dan Dr. Fidrayani, M.Pd., M.Si, Dosen Penguji yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
kepada penulis ketika di bangku kuliah.
7. Kepala Sekolah SD Insan Teladan Parung Bogor, Eka Sari Budiwati,
S.Pd., dan seluruh komponen sekolah lainnya terutama Bapak Fadlur
Rahman serta Ibu Iis Milasari selaku wali kelas IV yang telah membantu
penulis dalam pembuatan skripsi ini.
8. Siswa-siswi kelas IV SD Insan Teladan yang telah memberikan
semanagat dan senyuman serta telah berpartisipasi dalam penulisan
skripsi ini.
9. Ayah Bunda tercinta, Bapak H. Asmin dan Ibu Hj. Arnidah, yang
senantiasa mencurahkan cinta serta kasih sayangnya melalui doa,
nasihat, dukungan, kesabaran, serta pengorbanan yang selalu diberikan
sehingga penulis dapat mempersembahkan sebuah karya sederhana ini.
10. Saudari tercinta dan tersayang Asmita, S.Sos.I., Astika, S.E., Asnaura
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis untuk segera
mnyelesaikan skripsi ini dan segera meraih gelar sarjana.
v
11. Sahabat-sahabat tersayang, Rudi Setiawan, Ressa Carera, Ismi
Charindah, Erikh Bastian, Rosi Lestari, Saly Fadhila, Anisa Putri Utami,
Jingga Puspa Wimantara, dan Maulidia Agustin. Terimakasih atas
indahnya persabatan serta dukungan dalam memberikan bantuan dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman angkatan 2012 di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah yang turut memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas
akhir ini. Serta ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak
dapat penulis tuliskan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan,
semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 29 Juni 2016
Astria
1112018300002
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... .x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ............................................. 6
1. Model Problem Based Learning ............................................... 6
a. Pengertian Model ................................................................ 6
b. Pengertian Model Problem Based Learning ...................... 7
c. Karakteristik Model Problem Based Learning .................. 9
d. Tujuan Model Problem Based Learning ........................... 12
e. Tahap-Tahap Model Problem Based Learning ................. 13
vii
f. Kelebihan & Kekurangan Model PBL ................................ 16
2. Keterampilan Membaca ........................................................... 18
a. Pengertian Keterampilan .................................................... 18
b. Pengertian Membaca .......................................................... 19
c. Tujuan Membaca ............................................................... 20
d. Jenis-Jenis Membaca ......................................................... 23
e. Pengertian Keterampilan Membaca ................................... 24
f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar .......... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 28
C. Hipotesis Tindakan ......................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ....................................... 31
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ...................... 31
C. Subjek Penelitian ............................................................................ 33
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .................................... 33
E. Tahap Intervensi Tindakan ............................................................. 33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 36
G. Data dan Sumber Data..................................................................... 36
H. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 36
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39
J. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ........................................... 41
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan (Pra Siklus) .............................. 42
1. Siklus I ...................................................................................... 43
2. Siklus II ..................................................................................... 48
B. Analisis Data .................................................................................. 53
1. Lembar Observasi ..................................................................... 53
2. Penilaian Keterampilan Membaca ............................................ 56
C. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................... 58
D. Pembahasan Temuan Penelitian ..................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 65
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ................................ 27
Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen dan Sumber Data ......................................... 36
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca ................. 37
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39
Tabel 4.1 Jadwal Mata Pelajaran Kelas IV ..................................................... 43
Tabel 4.2 Hasil Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I .............................. 47
Tabel 4.3 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ................ 53
Tabel 4.4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ................ 55
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I dan II ................. 56
Tabel 4.6 Perolehan Statistika Deskripsi Hasil Membaca Siklus I dan II ....... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas................................................ 32
Gambar 4.1: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II .......... 54
Gambar 4.2: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ............ 56
Gambar 4.3: Diagram Hasil Penilaian Membaca Siklus I dan II ..................... 57
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................. 65
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa .................................................................. 69
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................. 71
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ................................................................... 75
Lampiran 5 Lembar Penilaian Keterampilan Membaca ............................... 77
Lampiran 6 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I ....................... 80
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 81
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ................................................................... 85
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 87
Lampiran 10 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus II ...................... 92
Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Guru .............................................. 93
Lampiran 12 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ..................................... 94
Lampiran 13 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ................................... 95
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa............................................. 96
Lampiran 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ................................... 97
Lampiran 16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .................................. 98
Lampiran 17 Pedoman Wawancara Pra Siklus ................................................ 99
Lampiran 18 Hasil Wawancara Pra Siklus....................................................... 100
Lampiran 19 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ........................................ 101
Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 104
Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 105
Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 106
Lampiran 23 Lembar Uji Referensi ................................................................ 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk
mewujudkan tujuan di atas, diperlukan usaha dari masyarakat maupun pemerintah.
Usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas penting yang
memerlukan proses pendidikan yang baik dan terarah. Guru sebagai tenaga
professional harus memiliki kemampuan menerapkan metode, model, serta strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi
aktif dan membuat suasana belajar yang kondusif untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Berbagai model, metode, strategi, dan media pembelajaran yang
bervariasi mulai diterapkan oleh para guru termasuk dalam keterampilan berbahasa.
Penguasaan keterampilan berbahasa bukan hanya untuk diketahui melainkan juga
untuk dikuasai oleh siswa.
Keterampilan berbahasa berperan penting dalam kemampuan seseorang
berbahasa secara lisan maupun tulis. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa saat
kecil seseorang belajar menyimk atau mendengarkan bahasa, kemudian belajar untuk
berbicara sampai akhirnya belajar membaca dan menulis. Berdasarkan peningkatan
tersebut keterampilan berbahasa diajarkan sejak usia dini sampai dengan perguruan
tinggi. Keterampilan berbahasa biasanya mencakup keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Salah satu keterampilan berbahasa yang dijadikan topik utama dalam
penelitian ini adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca salah satu
keterampilan yang ada pada pembelajaran bahasa Indonesia, merupakan ilmu yang
sangat penting digunakan untuk berkomunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Karena dengan membaca juga menambah wawasan untuk memberikan informasi di
era globalisasi ini. Apabila banyak membaca, akan menambah perbendaharaan kata,
2
penambahan pengetahuan, melatih alat ucap, serta menambah penalaran yang dapat
digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar yang
dilakukan di kelas merupakan interaksi aktif yang terjadi antara peserta didik dan
guru. Proses belajar mengajar terjadi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
terhadap peserta didik, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pada proses belajar guru harus mengenali peserta didik yang diajarkannya.
Guru juga dihadapkan dengan keterampilan, kemampuan, kreativitas, serta keaktikan
yang dapat meningkatkan proses belajar peserta didik. Pada hakikatnya dalam proses
pembelajaran siswa diharuskan mendapatkan pengetahuan dari berbagai macam mata
pelajaran. Atas dasar pembelajaran itu, keterampilan membaca di SD/MI harus
menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa dalam
memecahkan masalah secara individu ataupun kelompok, serta interaksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian rancangan pembelajaran dalam keterampilan
membaca dapat menggunakan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran
menarik perhatian siswa.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas dan hasil observasi
pembelajaran pra siklus ditemukan permasalahan-permasalahan pelaksanaan pada
keterampilan membaca di kelas IV SD Insan Teladan yaitu hasil belajar keterampilan
membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan, siswa kurang terlibat
aktif dalam proses pembelajaran, dan juga keterampilan membaca siswa sangat
rendah. Selain itu permasalahan juga di temukan pada guru, yaitu guru tidak
menggunakan model pembelajaran yang variatif. Pembelajaran dimulai oleh guru
menggunakan metode ceramah saja untuk menyampaikan informasi, sehingga
pembelajaran seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk
membaca. Permasalahan lain yang ditemukan yaitu guru kurang memotivasi siswa
agar tidak malas untuk membaca dan siswa masih terlihat pasif dalam berinteraksi
dengan teman-temannya, maka siswa menganggap remeh kegiatan membaca. Hal ini
di tunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada permasalahan yang
harus diselesaikan secara kelompok namun tidak diungkapkan, sehingga
permasalahan tersebut tidak terselesaikan.
3
Melihat masalah-masalah yang terjadi, maka banyak hal yang disampaikan
oleh guru untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di antaranya adalah guru
menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tuntutan
kompetensi dasar yang ada pada standar isi kurikulum. Guru juga dapat menggunakan
media pembelajaran yang menarik untuk dapat menghantarkan pemahaman siswa
pada materi yang diajarkan. Salah satu model yang dapat dianggap mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membaca adalah model Problem
Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang berbasis masalah sehingga merangsang siswa untuk belajar. Siswa
dapat bekerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan.
Model Problem Based Learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam bekerja, serta
menumbuhkan motivasi dalam diri untuk belajar dan dapat menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Penggunakan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca
dapat membantu guru dalam penyusunan model pembelajaran yang diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa. Penerapan model Problem
Based Learning pada keterampilan membaca diharapkan agar siswa tidak lagi
bersikap pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan mampu memotivasi
dan menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Implementasi Model PBL (Problem Based
Learning) Untuk Menigkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan
Teladan Parung Bogor”.
4
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka area dan fokus masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. Keterampilan membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan.
2. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran keterampilan membaca.
3. Guru kurang kreatif dalam memilih model pembelajaran keterampilan
membaca.
4. Guru kurang memotivasi siswa agar banyak berlatih membaca.
C. Pembatasan Fokus Masalah
Dengan keterbatasan waktu penelitian tidak mengakomodir seluruh
permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
implementasi model Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan
membaca nyaring dan membaca dalam hati siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung
Bogor pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model Problem Based Learning
untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung
Bogor?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca
dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung
Bogor.
5
F. Kegunaan Hasil Penelitian/ Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi sekolah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat
sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk
mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran di
SD Insan Teladan.
2. Bagi guru dan peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam mengangkat
suatu fenomena yang ada di sekolah, serta dapat mencari informasi tentang
upaya meningkatkan keterampilan membaca dengan model Problem Based
Learning.
3. Bagi siswa dapat memanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan dan juga
dapat membantu serta menumbuhkan keterampilan membaca siswa.
6
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teoretik
1. Model Problem Based Learning
a. Pengertian Model
Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah contoh, acuan, ragam,
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.1 Sedangkan model menurut Dendy Sugono,
dkk adalah potongan, gaya.2 Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli
dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu
strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model untuk melaksanakan
pembelajaran.3
Menurut Knapp, mendefinisikan “an instructional model is a step-by-step
procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil juga
mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran”.4
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran, serta kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
mengatakan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial,
model pengolahan informasi, model personal-humanistik, dan model modifikasi
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. cit., hlm. 751
2 Dendy Sugono, dkk, Op. cit., hlm. 230
3 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013),
Cet. I, hlm.17 4 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 37
7
tingkah laku. Dengan demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.5
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL (Problem Based
Learning) adalah model pengelolaan informasi, karena pada penerapannya siswa
memecahkan masalah dengan cara menemukan informasi dari berbagai sumber-
sumber yang diperolehnya.
b. Pengertian Model Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning atau PBL) merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan Problem Based
Learning, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world).6
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.7
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
menitikberatkan pada penyelesaian masalah. Dalam penerapannya, guru memberikan
stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat sesuatu permasalahan yang
nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara bersama-sama,
sehingga dari hal itu peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik
pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus
dibahas. Dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berbasis masalah
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata
proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara
individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit peserta didik
akan berkembang secara utuh, tidak hanya berkembang pada aspek kognitif, tetapi
5Yani Zuhriyah, (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf), Op. cit.
6Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2013) 7Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 54
8
juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan
masalah yang dihadapi.8
Jones, Rasmussen, and Moffit yang dikutip oleh Dindin Ridwanuddin
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada
pemecahan masalah secara autentik seperti pemecahan masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan bila didukung
lingkungan belajar yang konstruktivistik, kasus-kasus berhubungan fleksibilitas,
kognisi, sumber-sumber informasi, pemodelan yang dinamis, percakapan dan
kolaborasi dan dukungan social dan kontekstual. Dengan demikian, PBL (Problem
Based Learning):
1) Menciptakan pembelajaran bermakna, di mana peserta didik dapat
memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri
sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan
dalam kehidupan nyata.
2) Dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara stimultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.9
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah menurut
Sudarman, “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran”.10
Selanjutnya Agus N. Cahyo “pembelajaran
berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru”.11
Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa PBL (Problem Based
Learning) adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pemecahan masalah.
8 Ibid.
9 Ibid., hlm 55
10 Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69 11
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler,
(Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 283
9
Pembelajaran yang menghadapkan siswa dengan pengalaman dalam kehidupan nyata
yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Problem Based Learning (PBL) juga
merupakan pembelajaran yang bermakna untuk meningkatkan berpikir kritis serta
dapat menumbuhkan atau mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok yang mengacu pada pembelajaran berdasarkan proyek, pengalaman,
autentik dan bermakna.
c. Karakteristik Model Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura dalam Eggen dan
Kauchak adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai
fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan
pengaturan diri. Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura memiliki
tiga karakteristik yaitu:
1) Kegiatan pembelajaran berbasis masalah bermula dari satu masalah dan
memecahkannya adalah fokus pelajarannya.
2) Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan
masalah. Pelajaran pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan
secara berkelompok, sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu.
3) Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan
memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan
masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta
pertimbangan yang sangat profesional utnuk memastikan kesuksesan
pelajaran pembelajaran berbasis masalah.12
Meminjam pendapat Bruner dalam Dahar yang dikutip oleh Trianto, bahwa
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu
konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara
mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut
12
Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan
Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
10
dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu
memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.13
Wina Sanjaya dalam Mohamad Syarif Sumantri, pembelajaran berbasis
masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan
pembelajaran konstektual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah yang
kemudian dengan melalui pemecahan masalah. Melalui masalah tersebut siswa belajar
keterampilan-keterampilan yang lebih mendasar.14
Ibrahim & Nur dalam Agus N. Cahyo mengatakan pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa ciri dan karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran berpusat pada siswa. Meskipun siswa dipandu oleh guru,
mereka harus bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri,
mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk mengelola masalah
dan dimana mencari informasi.
2) Belajar terjadi dalam kelompok kecil siswa. Pada akhir setiap unit kurikuler,
siswa secara acak dikondisikan dalam kelompok baru.
3) Guru adalah fasilitator. Guru tidak memberikan pembelajaran atau informasi
faktual, tetapi hanya mengarahkan para siswa agar berupaya mencari
langsung ke sumber. Fasilitator harus meminta siswa agar bertanya pada diri
sendiri untuk memahami dan mengelola masalah.
4) Masalah membentuk fokus pengaturan dan stimulus pada pembelajaran.
Suatu masalah dapat disajikan dalam format yang berbeda (kasus tertulis,
rekaman video, simulasi komputer) dan itu merupakan tantangan bagi para
siswa dalam menghadapi praktik, memberikan relevansi dan motovasi untuk
belajar. Jadi, masalah memberi siswa fokus pada pengintegrasian informasi,
yang dapat memfasilitasi kemudian mengingat dan aplikasi untuk masalah
masa depan.
5) Masalah adalah wahana pengembangan keterampilan dalam memecahkan
masalah. Masalah menarik kontemporer dan autentik. Masalah adalah
cermin dari apa yang akan siswa temukan dalam kehidupan nyata.
13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 91 14
Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 42
11
6) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Para siswa diharapkan
belajar dan mengumpulkan keahlian berdasarkan penyelidikan dan
penelitian mereka sendiri seperti para profesional melakukannya.15
Jadi, dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru.
Pemecahan masalah yang dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan
masalah, serta menghasilkan pengetahuan yang bermakna, karena secara mandiri
memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik.
Depdiknas dalam Dindin Ridwanudin, ciri utama Problem Based Learning
meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik,
multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya.
Pierce dan Jones mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada
waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1) Keterlibatan meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai
pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan
siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan
meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana
penyelesaian.
2) Inkuiri dan investigasi yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan
mendistribusikan informasi.
3) Performa yaitu menyajikan temuan.
4) Tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi
terhadap proses pemecahan masalah.16
Di atas telah disebutkan, bahwa ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan
masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah memusatkan
keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya
dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
15
Agus N. Cahyo, Op. cit., hlm. 284-285 16
Dindin Ridwanudin, Op. cit., hlm. 57
12
d. Tujuan Model Problem Based Learning
Trianto dalam bukunya Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) mengatakan bahwa sesuai dengan karakter tersebut, pembelajaran
berdasarkan masalah memiliki tujuan:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadi pembelajar yang mandiri.17
Eveline dalam buku Mohamad Syarif Sumantri terdapat sejumlah tujuan dari
Problem Based Learning. Problem Based Learning dapat meningkatkan kedisiplinan
dalam hal:
1) Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan.
2) Aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau ynag
akan datang.
3) Pemikiran yang kreatif dan kritis.
4) Adaptasi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi.
5) Apresiasi dari beragam cara pandang.
6) Kolaborasi tim yang sukses.
7) Identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan.
8) Kemajuan mengarahkan diri sendiri.
9) Kemampuan komunikasi yang efektif.
10) Kemampuan dalam kepemimpinan.18
Pada prinsipnya, tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus
belajar. Dan harus diingat bahwa model pembelajaran ini tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan
tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
17
Trianto, Op. cit., hlm. 94-95 18
Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 44
13
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar mandiri.19
Jadi, kesimpulan dari penjabaran di atas, tujuan model Problem Based
Learning adalah meningkatkan kedisiplinan dengan adanya partisipasi dari
pemecahan masalah yang dihadapi, dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah, serta kemajuan mengarahkan diri sendiri dan
kemampuan komunikasi ynag efektif dapat menimbulkan kolaborasi tim yang sukses.
e. Tahap-Tahap Model Problem Based Learning
Ibrahim dalam Dindin Ridwanudin, dalam pembelajaran berbasis masalah,
terdapat lima tahap utama sebagai berikut:
1) Tahap orientasi siswa kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilihnya.
2) Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3) Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4) Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membentuk
siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.
5) Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. 20
19
Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas
Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48 20
Dindin Riwanudin, Op. cit., hlm. 60
14
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan siswa
Mebantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, model,
dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari/ meminta
kelompok presentasi hasil kerja.
1) Fase 1: Orientasi Peserta Didik pada Masalah
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b) Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
c) Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan
skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran.
d) Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta
didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena
terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-
masalah yang muncul.
15
2) Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik dalam Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
a) Guru menyampaikan permasalahan kemudian peserta didik
melakukan brainstorming melalui: mengungkapkan pendapat, ide,
dan tanggapan terhadap permasalahan sehingga dimungkinkan
muncul berbagai macam alternatif pendapat.
b) Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta didik untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru
adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
c) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3) Fase 3: Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok dalam
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
a) Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu
yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam
bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web,
atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
b) Guru mendorong peseta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai dengan isu yang sedang diinvestigasi, melaksakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan memecahkan masalah.
4) Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
16
5) Fase 5: Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek: sikap
(attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampiilan (skill). 21
Jadi, dapat disimpulkan dari batasan di atas, bahwa Problem Based Learning
memiliki lima tahap pembelajaran untuk melatih kemampuan balajar siswa dalam
melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta mejadikan siswa
menjadi pembelajar yang mandiri.
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
Menurut Junaidi, dkk dalam Dindin Ridwanudin terdapat kelebihan dan
kekurangan pada model pembelajaran Problem Based Learning.
1) Kelebihan pada pembelajaran berbasis maslaah yakni:
a) Pemecahan masalah yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b) Pemecahan masalah dapat menentang kemampuan peserta didik dan
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan mereka.
d) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk
mengembagkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
e) Pemecahan biasanya memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap
mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh peserta didik bukan hanya sekedar belajar
dari guru atau dari buku-buku saja.
f) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka sesuai
dengan pengetahuan baru.
21
Kemdikbud, Op. cit.
17
g) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk secara terus menerus belajar.
2) Kekurangan pembelajaran berbasis masalah:
a) Ketika peserta didik tidak memiliki minat dan bakat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategis pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c) Tanpa pemahaman, pemecahan masalah yang sedang dipelajari, mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin dipelajari.22
Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Mohamad Syarif
Sumantri model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dan
kekurangan diantaranya:
1) Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah
a) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b) Berpikir dan bertindak kreatif.
c) Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
d) Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan.
e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f) Merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat.
g) Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan.
2) Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah
a) Pembelajaran hanya berdasarkan masalah.
b) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini,
misalnya terbatasnya sarana dan prasarana atau media pembelajaran
yang dimiliki dapat menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan konsep yang diajarkan.23
22
Dindin Riwanuddin, Op. cit., hlm. 64-65 23
Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 46-47
18
2. Keterampilan Membaca
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan merupakan kecakapan
untuk menyelesaikan tugas.24
Sedangkan menurut Dendy Sugono, dkk menyebutkan
terampil adalah mampu dan cekatan contohnya adalah seseorang terampil dalam
mengerjakan tugas sehari-hari.25
Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah
kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk
menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di
masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan
dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup.
Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat.
Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto “Keterampilan adalah
kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa,
sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang
dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang
saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan
keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya
kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu:
keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis
kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.26
Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan
kemampuan anak dalam melakuakn aktivitas dengan mengembangkan keterampilan
fisik dan motorik. Keterampilan itu harus dilakukan setiap saat, agar menjadi
pembiasaan, sehingga berkembanglah kebiasaan-kebiasaan baik.
24
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180 25
Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394 26
Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal, 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf)
hlm. 12
19
b. Pengertian Membaca
Membaca menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim pada hakikatnya
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan
simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca
mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis,
dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata
dengan menggunakan kamus.27
Membaca menurut Tarigan dalam Resmini, dkk adalah kegiatan berinteraksi
dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf). Dengan demikian
membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam
bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna
tertentu. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis.28
Klein, dkk dalam Rahim yang dikutip oleh Resmini, dkk mengemukakan,
bahwa definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca
adalah strategis, dan membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan
suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.29
Dalam buku H.G. Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat
dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat di
ketahui. Sedangkan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan
27
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II,
hlm 02 28
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007),
Cet. I, hlm 74 29
Ibid., hlm. 75
20
berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word)
dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan
tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.30
Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses
pengenalan kata-kata dalam bentuk cetak atau huruf-huruf, yang mempunyai peranan
penting dalam memberikan informasi serta memperoleh pesan yang ingin
disampaikan melalui media kata-kata. Membaca juga dapat melatih kemampuan
berbicara dan kemampuan mengenal kata perkata dalam suatu kalimat.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang
tersirat dalam yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung di dalam kata-kata
yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis
dan penafsiran pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak
terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah
makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-
beda yang di pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.31
Dari pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka membaca
dapat dikatakan juga sebagai metode yang digunakan untuk berkomunikasi
menyampaikan pesan yang tersurat dan tersirat agar mudah dipahami dengan baik.
Menurut Farida Rahim membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat,
akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang
harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan
teks.32
c. Tujuan Membaca
Sarkiyah dalam Supryadi mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang
diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
30
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015), hlm. 07 31
Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I,
hlm hlm. 99 32
Farida Rahim, Op. cit., hlm. 3
21
membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka
kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab
jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan
untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.33
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, Karena seseorang yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang
tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya
menyusun tujuan. Tujuan membaca menurut Farida Rahim mencakup:
1) Menyempurnakan membaca nyaring.
2) Menggunakan strategi tertentu.
3) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
4) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
5) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.
6) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.34
Sejalan dengan Farida Rahim dan Novi Resmini, dkk, Henry Guntur Tarigan
dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengatakan bahwa
tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Berikut tujuan membaca, yakni:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah
yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or
facts).
2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh
33
Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1
MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139 34
Op. cit., hlm. 11
22
untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga/
seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-
adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for
organization).
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading for inference).
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,
tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to
classify).
6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat
oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana
dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai
pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare or contrast). 35
Jadi, dari teori di atas dapat disimpulkan membaca memiliki tujuan-tujuan
penting seperti, membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta,
membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk mengetahui urutan atau
35
Henry Guntur Tarigan, Op. cit., hlm. 09-10
23
susunan, organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, dan membaca untuk
mengklasifikasikan.
d. Jenis-Jenis Membaca
Telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang
kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup
pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem,
kata, pola klausa, kalimat dan lain-lain, pengenalan hubungan atau
korespondensi pola ejaan dan bunyi.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini
mencakup memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau
makna, evakuasi atau penialaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel yang
mudah disesuaikan dengan keadaan.36
Novi Resimi, dkk menuliskan dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi, bahwa terdapat jenis-jenis membaca, yakni:
1) Membaca pemahaman, adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca
dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam
bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi
bacaan, bukan pada indah, cepat, atau lambatnya bacaan.
2) Membaca memindai, merupakan kegiatan membaca yang sangat cepat
untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya.
3) Membaca layap, atau membaca sekilas adalah membaca yang membuat
mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis
untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.
4) Membaca intensif, adalah proses membaca yang dilakukan secara
seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan
pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak semata-
36
Ibid., hlm. 12
24
mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada
pemahaman isi dari bacaan.
5) Membaca nyaring, merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dna menyimak. Dengan membaca
nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan
bahan bacaan sehingga ketika temannya membaca akan tahu
kesalahannya.
6) Membaca dalam hati, merupakan jenis kegiatan membaca yang berbeda
dengan membaca nyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan dalam
mendalami materi yang terdapat dalam bacaan. Membaca dalam hati
memberikan kesempatan kepada siswa utnuk memahami teks yang
dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca
siswa.37
e. Pengertian Keterampilan Membaca
Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak,
berbicara, dan menulis. Sebagai unsur keterampilan berbahasa, membaca dapat
dipelajari dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh tentunya harus disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut. Menurut
Budinuryanta, dkk dalam bukunya Pengajaran Keterampilan Berbahasa tujuan
membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran,
menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap social budaya.
Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental
menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan
konkret. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi menjadi
anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling
sedikit membuat orangnya tidak akan diaggap “asing” lagi oleh penutur-penutur
bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara
ilmah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu
37
Novi Resmini, dkk, Op. cit., hlm. 80-82
25
kebudayaan atau masyarakat. Ini didasakan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu
inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat bahasa.38
Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan kebudayaan membaca.
Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan
kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata baca yang baik dan
benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca
merupakan suau kebutuhan yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum
seseorang istirahat setelah lelah menjalankan tanggung jawab dan kewajiban
berkaitan dengan fungsional sosial.39
Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa. Pada dasarnya keterampilan membaca memiliki tujuan yang
sama dengan tujuan keterampilan berbahasa, yakni penalaran, instrumental, integratif,
dan kebudayaan. Keterampilan membaca juga mempengaruhi kebiasaan dan
kebuadayaan membaca.
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara
mempelajarinya di sekolah. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang
sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat
komunikasi bagi kehidupan manusia.40
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa
membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau
melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan
perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
1) Pengalaman terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal.
3) Hubungan lebih lanjut dari siswa ke siswa dengan makna.41
38
Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), Cet. II, hlm. 112 39
Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I,
hlm. 77 40
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III,
hlm. 245 41
Henry Guntur Tarigan, Op. cit., hlm. 11
26
Selanjutnya, menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa dalam membantu serta membimbing para
peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan
yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan membaca itu, adalah:
1) Guru dapat membantu peserta didik dalam memperkaya kosa kata mereka.
2) Guru dapat membantu peserta didik untuk memahami makna struktur-
struktur kata dan kalimat.
3) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para peserta didik dengan
metode-metode membaca.42
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang penting, karena dapat dipergunakan
oleh pembaca untuk menerima pesan. Suatu proses yang menuntut agar pembaca atau
peserta didik memperkaya kosa kata agar dapat memahami, mengembangkan, serta
meningkatkan kecepatan membacanya.
f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar
Salah satu hal yang menjadi tugas guru, khususnya guru SD adalah mengajari
anak membaca. Hal ini penting karena melalui membaca anak akan dapat menambah
pengetahuan mereka dengan lebih mudah. Dengan kata lain, membaca merupakan
salah satu kunci bagi anak untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Kegiatan dalam membaca masih lebih ditekankan pada pengenalan dan pengucapan
lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan kalimat dalam bentuk
sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih bermakna jika dapat membangkitkan
makna seperti dalam pembicaraan lisan. Kemudian secara berangsur-angsur siswa
mulai membaca pemahaman.43
Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda,
misalnya siswa kelas rendah (siswa kelas I) dengan siswa kelas tinggi (siswa kelas
IV), tingkat perkembangan kognitifnya tidak sama. Dengan demikian, bahan ajar
atau bacaan yang dibacapun tidak sama, sehingga harus disesuaikan dengan tingkat
42
Ibid., hlm. 16 43
Sarkiyah, Op. cit.
27
perkembangan kognitif yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara optimal.
Dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek
membaca pada kelas IV dapat dilihat pada tabel berikut:44
Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Aspek Keterampilan
Membaca Kelas IV
Aspek Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca I Memahami teks agak
panjang (150-200
kata), petunjuk
pemakaian, makna
kata dalam
kamus/ensiklopedi
3.1 Menemukan pikiran
pokok teks agak panjang
(150-200 kata) dengan
cara membaca sekilas.
3.2 Melakukan sesuatu
berdasarkan petunjuk
pemakaian yang dibaca.
3.3 Menemukan makna dan
informasi secara tepat
dalam kamus/ensiklopedi
melalui membaca
memindai.
II Memahami teks
melalui membaca
intensif, membaca
nyaring, dan membaca
pantun
7.1 Menemukan kalimat utama
pada tiap paragraf melalui
membaca intensif.
7.2 Membaca nyaring suatu
pengumuman dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
7.3 Membaca pantun anak
secara berbalasan dengan
lafal dan intonasi yang
tepat
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya
aspek membaca pada kelas IV salah satunya adalah pelaksanaan membaca nyaring
yang dilakukan dengan vokalisasi. Kegiatan teknis membaca nyaring di samping
berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian,
pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai berikut.
1) Lafal bahasa Indonesia dengan tepat.
2) Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat.
3) Penggunaan tanda-tanda baca.
4) Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide.
44
Permendiknas Tentang Standar Isi SD, MI
28
5) Menggerakan mata dan memelihara kontak mata.
6) Kelancaran dan berekspresi dalam membaca.45
Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan membaca nyaring siswa
dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang tepat, dan lafal yang
tepat. Selain itu, membaca teknis membaca nyaring dilakukan dengan suara keras.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan,
diantaranya:
Pertama, Toha Nasruddin (2010) yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan
Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta Pada
Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati”. Hasil penelitian ini menunjukan model
pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa
kelas X B MAN Tempel pada materi Keanekaragaman Hayati dan juga dapat
meningkatkan prestasi siswa kelas X B MAN Tempel dengan effect size yaitu 1,51.
Perbedaan penelitian Toha Nasruddin dengan penelitian ini adalah:
1. Toha Nasruddin meneliti pada tahun 2010, sedangkan skripsi ini
dilaksanakan pada tahun 2016.
2. Data penelitian Toha Nasruddin diambil pada siswa kelas X B MAN
Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV SD
Insan Teladan Parung Bogor.
3. Penelitian Toha Nasruddin tentang PBL memfokuskan pada materi
Keanekaragaman Hayati yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi belajar
siswa kelas X B MAN Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini
memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung
Bogor.
45
Yeni Anindya Sari, Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Media Cerita Bergambar
Siswa Kelas II B SD NEGERI PANGGANG, (Yogyakarta, 2014), hlm. 21
29
Kedua, Mila Zulfiah (2013) yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam
Pembelajaran Ekonomi Pada Konsep Inflasi di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy
Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, aktivitas siswa dalam
memperhatikan penjelasan guru memiliki rata-rata 77%, sedangkan keberanian siswa
dalam mengajukan pertanyaan memiliki rata-rata 65% dan aktivitas siswa dalam
berdiskusi dengan teman memiliki rata-rata 85%, kemudian aktivitas semangat siswa
dalam memecahkan masalah memiliki rata-rata 87,3%. Maka penggunaan model
Problem Based Learning dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy. Perbedaan penelitian Mila Zulfiah
dengan penelitian ini adalah:
1. Mila Zulfiah meneliti pada tahun 2013, sedangkan skripsi ini dilaksanakan
pada tahun 2016.
2. Data penelitian Mila Zulfiah diambil pada siswa Madrasah Aliyah Annida
Al-Islamy Jakarta Barat, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV
SD Insan Teladan Parung Bogor.
3. Penelitian Mila Zulfiah tentang PBL memfokuskan pada Ekonomi Konsep
Inflasi yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar di
Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy, sedangkan skripsi ini memfokuskan
pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan
keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
Ketiga, Itiqomah (2012) yang berjudul Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa dalam Model Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa, pencapaian keterampian berpikir kritis untuk masing-masing
kelompok siswa dapat dicapai dengan baik. Kemudian keterampilan mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi dalam mencatat hasil pengamatan praktikum
faktor-faktor yang mepengaruhi laju reaksi masing-masing kelompok siswa mencapai
kategori baik. Maka penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis. Perbedaan penelitian Itiqomah dengan penelitian ini
adalah:
1. Itiqomah meneliti pada tahun 2012, sedangkan skripsi ini dilaksanakan
pada tahun 2016.
30
2. Penelitian Itiqomah tentang PBL memfokuskan laju reaksi yang pada
akhirnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sedangkan skripsi ini
memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung
Bogor.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca
siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat bulan), terhitung sejak bulan
Februari hingga Mei 2016. Waktu dari perencanaan sampai pada penulisan laporan
hasil penelitian tersebut pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini mengambil lokasi di SD Insan Teladan Parung Bogor yang
beralamat Jl. Kalisuren Rt 002/Rw 05 Desa Kalisuren, kecamatan Tajurhalang
Kabupaten Bogor.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Untuk memperoleh data yang representative dalam pembahasan skripsi ini,
digunakan jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas sering
disebut dengan classroom action research, karena jenis penelitian ini mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung
dalam bentuk perbaikan dan peningkatan professionalisme guru dalam mengelola
proses belajar mengajar di kelas. Disamping itu jenis penelitian ini dapat juga
diterapkan untuk mengimplementasikan berbagai program di sekolah dengan
mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siswa. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas, guru atau pendidik
langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri bukan diberikan oleh pihak
lain. Berikut ini akan di kemukakan beberapa definisi tentang PTK (Penelitian
Tindakan Kelas):
1. Menurut Taggart, bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif
dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran
dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai
praktik.
2. Menurut PGSM Diknas, bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
32
terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik
pembelajaran yang dilakukan.
3. Menurut Kemmis penelitian tindakan kelas adalah untuk menguji cobakan
ide-ide ke dalam praktik dalam rangka memperbaiki atau mengubah sesuatu
agar memperoleh dampak nyata dari situasi.46
Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Tanggart. Model ini
menggunakan system spiral, satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen,
yaitu: perencanaan (planning), aksi/tindakan (acting), observasi dan refleksi
(reflecting).47
Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan dua siklus, dimana setiap
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
1. Perencanaan (planning) Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rencana
pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar observasi dan penilaian keterampilan membaca.
2. Tindakan (acting) Pada tahap ini yang dilakukan peneliti, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning
sesuai dengan RPP yang yang telah dirancang sebelumnya.
46
Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014) hlm. 12 47 Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40
Pelaksanaan Siklus I
Pengamatan
Dan Seterusnya
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
33
3. Pengamatan (observing) Pada proses pengamatan dilakukan bersamaan
dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi
dengan observer untuk mengisi lembar observasi guru dan siswa. Peneliti
merencanakan, keterampilan membaca pada siswa kelas IV diamati dengan
menyebarkan penilaian keterampilan membaca kepada siswa pada setiap akhir
siklus.
4. Refleksi (reflecting) Pada tahap ini, hasil dari pengamatan yang didapat dari
lembar observasi dan penilaian keterampilan membaca dianalisis bersama
observer sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I.
Kemudian hasil analisis dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan
pada siklus II. Dan begitu seterusnya hingga penelitian ini mencapai kriteria
keberhasilan lalu siklus dihentikan.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa.
Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah peneliti dan wali kelas IV. Guru selain
menjelaskan materi, juga ikut berpartisipasi dalam mengamati aktivitas siswa,
sedangkan observer bertugas mengamati dan mencatat sikap detail aktivitas guru
(peneliti) dan siswa di kelas pada lembar observasi.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai perencana
pembelajaran, pembuat instrumen penelitian, pelaksana proses pembelajaran dan
pembahas hasil penelitian. Dalam proses pembelajaran peneliti di bantu oleh seorang
kolaborator yang berfungsi sebagai observer kegiatan pelaksanaan pembelajaran
keterampilan membaca dengan menggunakan model Problem Based Learning.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana keterampilan membaca siswa kelas IV pada
setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat
34
perkembangan maka diberikan pada siklus II lebih diharapkan pada perbaikan dan
penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I.
1. Penelitian Pendahuluan
a. Observasi kegiatan belajar mengajar
Pada kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas pembelajaran bahasa Indonesia
pada materi membaca di kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
b. Penilaian keterampilan membaca
Penilaian dilakukan setelah melakukan tindakan pada siklus I untuk
mengetahui kemampuan siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor
terhadap pelajaran membaca pada pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi kemampuan membaca dalam belajar
bahasa Indonesia.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Pembuatan rencana pembelajaran (RPP) I dengan model PBL (Problem
Based Learning)
2) Penentuan materi membaca dengan mampu membaca teks pengumuman
dengan lafal dan intonasi yang tepat , menjelaskan isi teks pengumuman
serta mampu menyimpulkan teks pengumuman dengan baik.
b. Tahap Tindakan
1) Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL
2) Pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan
3) Pada saat proses pembelajaran, menggunakan metode membaca dalam
hati, membaca bersuara, tanya jawab, dan diskusi.
4) Pada setiap pertemuan observer melakukan pengamatan dengan mengisi
lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.
c. Tahap Analisis dan Evaluasi
1) Penilaian kemampuan membaca dengan siswa dilakukan setelah siklus I
selesai dilaksanakan.
2) Tujuan dari penilaian keterampilan membaca adalah untuk mengetahui
perubahan yang ada pada siswa dari segi keterampilan membaca siswa
dalam belajar bahasa Indonesia.
35
d. Tahap Refleksi
1) Pada tahap refleksi dilakukan analisis kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus I.
2) Analisis didiskusikan dengan observer, kemudian dibuat perbaikan-
perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.
3) Hasil analis tersebut akan menjadi acuan baru dalam menyusun RPP
baru pada siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Pembuatan RPP II dengan melihat hasil refleksi dari siklus I.
2) Peneliti berdiskusi dengan observer dalam pembuatan RPP.
3) Materi pada siklus II adalah membaca dengan mampu membaca teks
pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat serta memilih kalimat
utama pada teks pengumuman dengan baik.
b. Tahap Tindakan
1) Pelaksanaan pembelajaran melalui PBL (Problem Based Learning).
2) Dalam pelaksanaannya, tindakan kedua ini tidak jauh berbeda dengan
tindakan I
c. Tahap Analisis dan Evaluasi
1) Penilaian keterampilan membaca untuk mengetahui perubahan yang
terjadi pada siswa dengan membandingkan hasil penilaian keterampilan
membaca pada siklus I.
2) Hasil penilaian keterampilan membaca dianalisis dengan menggunakan
metode yang sama pada tahap analisis siklus I.
3) Menganalisis hasil lembar observasi dan membandingkan dengan siklus I.
d. Tahap Refleksi
1) Mengevaluasi perkembangan setelah dilakukan tindakan kedua ini
dengan melihat hasil dari lembar observasi, penilaian keterampilan
membaca. Berdiskusi dengan observer terhadap hasil yang didapat dalam
setiap instrumen penelitian.
2) Mengidentifikasi penyebab ketidak berhasilan penelitian pada siklus II.
3) Membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Menurut E. Mulyasa, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia
mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat
dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%,
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.48
Untuk itu penelitian tindakan kelas ini dihentikan apabila hasil penilaian keterampilan
membaca siswa 85% mencapai nilai KKM 75, dan aktivitas pembelajaran
keterampilan membaca sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem
Based Learning mencapai kategori baik.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan
membaca kelas IV dalam belajar Bahasa Indonesia dengan model PBL (Problem
Based Learning).
G. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh berupa nilai keterampilan membaca siswa dan aktivitas
siswa dan guru terhadap model Problem Based Learning.
Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen dan Sumber data
Jenis Data Sumber Data Instrumen
Wawancara (Pra Siklus) Guru kelas Pedoman wawancara
Aktivitas guru dan siswa Guru
&
Siswa
Lembar observasi
Membaca pengumuman Penilaian keterampilan membaca
Kegiatan siswa Catatan lapangan peneliti
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen penelitian
yang berbentuk studi lapangan akan dilaksanakan dengan:
48
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi),
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XII, hlm. 99
37
1. Wawancara (Pra Siklus)
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
komunikasi langsung verbal. Peneliti dalam melakukan wawancara dapat
menggunakan panduan wawancara yang disebut pedoman wawancara.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung guna
menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu terhadap kegiatan
tindakan pada pra siklus dengan menggunakan pedoman wawancara.
Wawancara juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum proses
pembelajaran dan masalah-masalah yang terdapat setiap siklus.
2. Penilaian keterampilan membaca
Penilaian keterampilan membaca diberikan pada setiap siklus I dan II
kepada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Instrumen bertujuan
untuk memperoleh skor keterampilan membaca dalam kategori tinggi, sedang,
dan rendah. Untuk instrumen skala keterampilan membaca menggunakan
skala yang dikembangkan oleh Likert yang digunakan bersifat langsung dan
tertutup. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.49
Untuk keperluan
penyekoran, guru harus menyiapkan rubrik. Aspek yang diskor haruslah terdiri
dari ketepatan berbahasa yang dirinci menjadi beberapa subkomponen.50
Adapun penjabaran masing-masing aspek penilaian keterampilan membaca,
indikator dan tiap skor dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca
No
Aspek yang Dinilai
Kategori
Skor
1 Ketepatan dalam intonasi.
a. Terdapat variasi irama dan tekanan Sangat baik 5
b. Terdapat variasi tetapi masih terdapat
penggunaan tekanan kurang tepat.
Baik 4
49
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung:
Alfabeta, cv, 2012), Cet. III, hlm. 136 50
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE,2010), hlm. 391
38
c. Terdapat variasi tetapi penggunaan tekanan
sering tidak tepat.
Cukup 3
d. Irama dan tekanan monoton. Kurang 2
e. Tidak menggunakan variasi irama dan
tekanan.
Sangat kurang 1
2 Ketepatan dalam pelafalan
a. Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan. Sangat baik 5
b. Terdapat satu bagian kalimat yang salah
dalam pelafalan.
Baik 4
c. Terdapat lebih dari dua bagian kalimat
salah dalam pelafalan.
Cukup 3
d. Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat
yang salah dalam pelafalan.
Kurang 2
e. Tidak dapat melafalkan bacaan. Sangat kurang 1
3 Kelancaran dalam membaca
a. Lancar dalam membaca. Sangat baik 5
b. Lancar dalam membaca tetapi masih ada
bagian yang diulang dalam membaca.
Baik 4
c. Ada pengulangan bacaan tetapi nafas
teratur.
Cukup 3
d. Tersendat-sendat dalam membaca banyak
pengulangan.
Kurang 2
e. Tidak lancar sama sekali dalam membaca. Sangat kurang 1
4 Kenyaringan suara
a. Dapat dijangkau oleh semua pendengar dari
awal sampai akhir.
Sangat baik 5
b. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar
namun masih kurang maksimal.
Baik 4
c. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar. Cukup 3
d. Hanya dapat dijangkau pada kata-kata
tertentu saja oleh pendengar.
Kurang 2
e. Sangat lemah suaranya tidak dapat
didengar.
Sangat kurang 1
JUMLAH 20
3. Lembar observasi
Observasi atau pengamatan digunakan sebagai alat penilaian untuk
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa
39
pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi
siswa, dan partisipasi siswa dalam simulasi.51
Observasi ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan lapangan
terhadap obyek penelitian. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari dua
macam, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar
observasi guru digunakan untuk mengevaluasi kegiatan mengajar guru selama
tindakan pada siklus I dan siklus II, sedangkan lembar observasi siswa
digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar dengan menggunakan model
Problem Based Learning.
4. Catatan Harian Peneliti
Catatan harian peneliti digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan harian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai keterampilan membaca pada siswa kelas IV
selama proses pembelajaran berlangsung.
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha memperoleh data yang memadai dan akurat, maka ditentukan
beberapa teknik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data
No Instrumen Teknik Pengumpulan Data
1 Pedoman Wawancara Peneliti melakukan wawancara kepada guru
kelas IV sebelum penelitian dimulai
2 Lembar Observasi Pengisian lembar observasi yang dilakukan
oleh observer pada tiap pertemuan
3 Penilaian Keterampilan
Membaca
Penilaian keterampilan membaca kepada siswa
kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor pada
akhir siklus I dan II
4 Catatan Lapangan Peneliti
Pencatatan kejadian-kejadian pada setiap
pertemuan yang dilakukan oleh peneliti
51
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 84
40
J. Teknik Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas yang diperoleh dari instrumen penelitian, maka peneliti
akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara
deskriptif-kualitatif. Data yang telah diperoleh harus diolah dengan menggunakan
statistik yang harus melewati beberapa tahap, meliputi:
1. Penilaian Keterampilan Membaca
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis secara deskriptif.
Pada penilaian keterampilan membaca, pemberian makna atau responden
dicapai melalui acuan tertentu. Salah satu cara untuk memberi interpretasi
terhadap skor individual dalam skala ranting yang dijumlahkan dengan
membandingkan skor responden dengan skor kelompoknya. Berikut metode
analisis data hasil keterampilan membaca siswa:
a. Ketuntasan individu
Untuk mengetahui hasil akhir siklus penilaian keterampilan
membaca siswa, dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan percentages correction. Rumus ketuntasan individu
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:52
R
S =
N
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item/ soal yang dijawab benar
N = skor maksimal dari tes tersebut
Indikator keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa
memperoleh nilai sesuai atau lebih besar dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu minimal 75.
52
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2002), Cet. XII, hlm. 112
41
b. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan rumus:
Persentase = jumlah peserta didik tuntas belajar x 100%
jumlah seluruh peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase
siswa yang tuntas belajar atau nilai siswa lebih besar atau sama dengan
85% dari jumlah seluruh siswa di kelas.
2. Lembar Observasi
Pada instrumen lembar observasi, observasi yang digunakan adalah
observasi tertutup. Observasi dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran. Lembar observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa.
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif. Pada setiap lembar
observasi, tahapan analisis dilakukan dengan menjumlahkan nilai-nilai yang
ada dan membandingkan dengan nilai yang ada pada observasi sebelumnya.
Kemudian untuk pengelolaan lembar observasi dikategorikan dalam
klasifikasi sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang baik.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan siklus I selesai dilaksanakan dan hasil yang diharapkan
belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan maka akan ditindak
lanjuti dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran yang telah
diperbaiki sebelumnya, dan begitu seterusnya hingga hasilnya mencapai kriteria yang
ditentukan dan sikluspun dapat dihentikan.
Penelitian ini akan berakhir, apabila penelitian ini telah menunjukkan
keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL (Problem Based
Learning) dalam meningkatkan keterampilan membaca dalam belajar bahasa
Indonesia.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan (Pra Siklus)
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti berkonsultasi terlebih dahulu
dengan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia di kelas IV tentang perkembangan
siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada pelajaran membaca. Setelah
peneliti mendapatkan gambaran tentang perkembangan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia pada materi membaca pengumuman, maka peneliti mulai
mengadakan kegiatan penelitian, kegiatan ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 23
Mei 2016.
Peran peneliti pada sekolah tersebut sebagai guru mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas IV. Untuk menentukan kelas yang akan dijadikan objek peneliti,
peneliti melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan kelas yang menjadi objek
peneliti adalah kelas IV yang memiliki kemampuan cukup baik. Hal ini karena kelas
IV merupakan kelas yang tepat untuk dijadikan objek penelitian. Kelas yang menjadi
objek penelitian berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8
siswa laki-laki. Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias selama proses
pembelajaran berlangsung, terutama jika pembelajaran sudah pada tahap membaca,
mereka cenderung malas dan kurang memperhatikan guru atau teman yang sedang
membaca, sehingga hasil keterampilan membaca mereka belum mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan pengamatan atau catatan lapangan guru pada kegiatan pra
penelitian tindakan kelas diawali dengan mengamati proses pembelajaran di kelas
IV. Pada tanggal 19 Mei 2016 guru mulai mengamati proses pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas IV. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran
guru melihat bahwa pada kegiatan pembelajaran ini hanya menggunakan metode
ceramah dan pengajaran hanya berpusat pada guru, siswa tidak diberikan kesempatan
untuk membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah. Pada saat
guru memberikan ceramah siswa tidak terfokus untuk memperhatikan apa yang
disampaikan guru, pada saat guru memberi kesempatan untuk membaca, beberapa
siswa ada yang mengobrol dan malas untuk membaca. Melihat keadaan ini, guru
43
melihat bahwa model yang digunakan kurang tepat. Untuk mengetahui kondisi
tersebut maka dilakukan suatu tindakan kelas dalam meningkatkan keterampilan
membaca dengan model PBL (Problem Based Learning). Sesuai dengan kesepakatan
kolaborator dan guru, penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa
Indonesia dengan materi membaca pengumuman. Adapun jadwal pelajaran bahasa
Indonesia ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Jadwal Mata Pelajaran Kelas IV
Kelas Hari Jam ke Waktu
IV Selasa 1,2 07.40-08.50
Rabu 3,4 08.50-09.25/ 09.55-10.30
Kamis 5,6 10.30-11.40
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan yang
berdurasikan 2 x 35 menit, materi yang di ajarkan pada siklus I ini adalah
membaca pengumuman. Kegiatan yang dilakukan pada tahap siklus ini adalah
peneliti membuat RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Dengan pokok
bahasan membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Untuk menunjang proses pembelajaran peneliti menyiapkan alat media
pembelajaran berupa teks pengumuman. Selain itu peneliti juga menyiapkan
lembar observasi untuk setiap pertemuan dan penilaian keterampilan membaca
yang akan diberikan kepada siswa pada akhir siklus.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga
tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini
merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning).
Pada tahap pendahuluan, guru menyampaikan salam pembuka,
berdo‟a, melakukan tanya jawab yang mengarah pada materi membaca
44
pengumuman, pengaturan kelas dengan membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok, selain itu guru juga memberikan motivasi serta menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa. Sedangkan, pada tahap kegiatan inti ini,
meliputi:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran dan meminta siswa untuk
membaca teks pengumuman yang diberikan.
2) Guru memancing siswa untuk mencoba berpendapat tentang teks yang
diberikan.
3) Guru memberikan penjelasan kepada siswa dan mempersilahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan.
4) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai teks pengumuman
yang diberikan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa di dalam
kelompok untuk membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi
yang tepat dihadapan teman-temannya.
6) Guru menilai siswa dari aspek intonasi, pelafalan, kelancaran, dan
kenyaringan siswa dalam membaca teks pengumuman.
Tahap penutup dalam pembelajaran membaca pengumuman adalah
guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran, guru memberikan
informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, guru
memberikan teks pengumuman untuk pertemuan selanjutnya kepada siswa
agar siswa membacanya.
c. Observasi
1) Obesrvasi Guru
Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer, tujuannya untuk
mengetahui aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Berdasarkan data yang dihasilkan terkait kegiatan
guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan data yang di
peroleh pada pertemuan pertama dan kedua, guru kurang memberi motivasi
kepada siswa, kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya, kurangnya
45
interaksi antara siswa dengan guru, dan guru masih kurang baik dalam
membimbing siswa berdiskusi. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator
sudah cukup menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak siswa
membaca serta menyimpulkan materi dengan cukup baik, guru juga sudah
baik dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelajaran. Dari data tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada setiap
pertemuannya. Sehingga pada siklus I guru mencapai kategori baik.
2) Observasi Siswa
Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer, tujuannya untuk
mengetahui aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran melalui
model Problem Based Learning. Untuk hasil observasi terhadap siswa pada
siklus I pertemuan pertama dan kedua dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat dideskripsikan bahwa siswa
belum terbiasa belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning,
terlihat dari beberapa siswa yang belum terbiasa dalam belajar berkelompok
dan memecahkan masalah bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di
peroleh pada pertemuan pertama dan kedua, siswa masih kurang dalam
menghargai pendapat orang lain dan juga interaksi antara guru dengan siswa
terlihat kurang, sehingga setiap kelompok juga belum terlihat kompak dalam
berdiskusi memecahkan masalah. Selain itu, siswa cukup antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, menemukan masalah dengan cukup baik,
berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan baik.
Hal ini tampak ketika guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Semua siswa mulai mengikuti pembelajaran dengan serius, ketika guru
memberi kesempatan untuk membaca di depan kelas, sebagian siswa cukup
antusias dan berlomba-lomba untuk dapat membaca di depan kelas. Namun,
ada beberapa siswa yang menolak untuk membaca di hadapan teman-
temannya. Hal ini dikarenakan setiap kelompok tidak terlihat kompak dalam
berdiskusi, ada beberapa siswa juga yang tidak menghargai pendapat teman
kelompoknya dan malu untuk mengungkapan pertanyaan atau menanyakan
46
materi pelajaran yang belum jelas. Terdapat sedikit peningkatan pada
pertemuan pertama dan kedua, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
siswa belum sempurna, sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus I sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai
kategori cukup baik.
3) Penilaian Keterampilan Membaca
Melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga melakukan
peniliaian keterampilan membaca yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keterampilan membaca siswa setelah diberikan tindakan melalui Problem
Based Learning pada siklus I. Data hasil penilaian ini merupakan data
penentu keterampilan membaca siswa. Hasil penilaian keterampilan
membaca siswa pada siklus I sebagai berikut.
Hasil keterampilan membaca siswa dapat dijelaskan bahwa dari 20
siswa terdapat 14 siswa yang termasuk tuntas yaitu mereka yang mencapai
nilai minimal 75. Sementara ada 6 siswa yang termasuk dalam kategori
belum tuntas yaitu mereka yang mencapai nilai kurang dari standar KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) 75.
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I memperlihatkan
adanya beberapa siswa yang masih kurang dalam membaca. Kekurangan ini
dapat diamati pada tabel diatas, dimana siswa yang tuntas ada 14 siswa dengan
presentase ketuntasan sebesar 70%. Hasil penilaian siklus I menunjukkan
adanya hasil yang cukup baik dengan rata-rata kelas 72,50 dan ketercapaian
ketuntasan 70% siswa mencapai KKM 75.
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca pada siklus I tergolong kategori baik. Namun hasil tersebut belum
memenuhi target penelitian yang diharapkan dan masih harus ditingkatkan
sehingga perlu diadakan suatu tindakan pembelajaran pada siklus II.
47
d. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan
analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada observasi dan penilaian
keterampilan membaca ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus
I. hasil refleksi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I
No Kekurangan/ Kendala Perencanaan Perbaikan Siklus II
1 Guru kurang memotivasi
siswa untuk berpendapat.
Guru harus memotivasi siswa untuk
berpendapat sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai.
2 Saat guru menerangkan
pelajaran, guru kurang jelas
menyampaikan pembelajaran
PBL.
Guru harus lebih mengarahkan siswa
untuk serius saat sedang memberi
penjelasan pembelajaran keterampilan
membaca.
3 Masih banyak siswa yang
bermalas-malasan dan malu
untuk membaca.
Guru harus tegas dalam mengarahkan
siswa untuk tidak bermalas-malasan
dan malu dalam membaca.
4 Masih banyak siswa yang
kurang menghargai pendapat
temannya.
Guru harus memberi ketegasan dan
mengarahkan siswa untuk menghargai
pendapat temannya sangat sedang
membaca.
5 Kurangnya kerja sama siswa
dalam kelompok membuat
guru kesulitan untuk
menertibkan siswa.
Guru harus membantu dan
mengarahkan siswa untuk dapat
berdiskusi serta bekerja sama dalam
kegiatan pembelajaran keterampilan
membaca.
Dengan banyaknya kekurangan yang ada pada siklus I, maka pada
perencanaan siklus II diperlukan perbaikan-perbaikan yang disusun
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
48
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan RPP
(Rancangan Pelaksanaan Pembelajara), lembar observasi, dan penilaian
keterampilan membaca. Pada RPP materi yang dibahas pada siklus II ini
adalah membaca pengumuman. Pada siklus II RPP dibuat dalam 2 pertemuan
untuk menjelaskan materi dengan menggunakan model PBL.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka proses pembelajaran harus
lebih diarahkan. Perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada
siklus II dengan mengubah beberapa peraturan yang terdapat pada siklus I,
yaitu:
1) Guru harus memotivasi siswa terutama pada siswa yang kurang aktif
untuk berpendapat.
2) Guru harus lebih mengarahkan siswa untuk serius saat sedang
memberi penjelasan pembelajaran.
3) Guru harus tegas dalam mengarahkan siswa untuk tidak bermalas-
malasan dan malu dalam membaca.
4) Guru harus memberi ketegasan dan mengarahkan siswa untuk
menghargai pendapat temannya.
5) Guru harus membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
berdiskusi serta bekerja sama dalam kelompoknya.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan-
perbaikan yang didasarkan pada pelaksanaan yang telah dilakukan pada siklus
I. pelaksanaan yang akan dilakukan pada siklus II ini adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran membaca pengumuman yang meliputi tiga tahap, yaitu
pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini merupakan
pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning).
49
Tahap pendahuluan ini, guru mengucapkan salam pembuka, berdo‟a,
melakukan pengaturan kelas, bertanya jawab dengan siswa dalam
pembelajaran membaca dipertemuan sebelumnya, menyampaikan tujuan
pembelajaran serta memberi motivasi pada siswa. Sedangkan pada tahap
kegiatan inti ini, meliputi:
1) Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang diberikan pada
pembelajaran sebelumnya.
2) Siswa dalam kelompok mulai berpendapat tentang teks pengumuman
yang diberikan.
3) Guru memberikan penjelasan kepada siswa dan mempersilahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan.
4) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai teks pengumuman
yang diberikan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa di dalam
kelompok untuk membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi
yang tepat di hadapan teman-temannya.
6) Guru menilai siswa dari aspek intonasi, pelafalan, kelancaran, dan
kenyaringan siswa dalam membaca teks pengumuman.
Tahap penutup dalam pembelajaran membaca pengumuman adalah
guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran, guru menilai hasil
pembelajaran membaca pengumuman, guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi dalam membaca.
c. Observasi
1) Observasi Guru
Hasil Observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan model Problem Based Learning siklus II.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer yang mencatat seluruh
aktivitas guru selama proses pembelajaran. Berdasarkan data yang dihasilkan
pada tabel di atas terkait kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam
RPP. Sesuai dengan data yang di peroleh pada siklus II pertemuan pertama
50
dan kedua, guru sudah baik dalam memberi motivasi kepada siswa, memberi
kesempatan siswa untuk bertanya, interaksi antara siswa dengan guru, dan
juga guru cukup baik dalam membimbing siswa berdiskusi. Selain itu, dimana
guru sebagai fasilitator sudah sangat baik menempatkan fungsinya
sebagaimana mestinya, mengajak siswa membaca serta menyimpulkan materi
dengan sangat baik, guru juga dalam menjelaskan dan menguasai materi
pembelaran. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan pada setiap pertemuannya. Sehingga pada siklus II guru
mencapai katagori sangat baik.
2) Observasi Siswa
Hasil Observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan model Problem Based Learning untuk hasil observasi
terhadap siswa pada siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat
dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II
dapat dideskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
model Problem Based Learning sudah menunjukkan hasil yang semakin baik.
Siswa sudah tampak terbiasa dalam belajar berkelompok dan memecahkan
masalah bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di peroleh pada
pertemuan pertama dan kedua, siswa sangat antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, menemukan masalah dengan baik, berpendapat dan menjawab
pertanyaan dengan cukup baik. Peningkatan yang cukup memuaskan juga
tampak dari sikap siswa dalam menghargai pendapat orang lain dan juga
interaksi antara guru dengan siswa terlihat semakin baik, sehingga setiap
kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi memecahkan masalah.
Hal ini tampak ketika guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Semua siswa mulai mengikuti pembelajaran dengan antusias dan serius, ketika
guru memberi kesempatan untuk membaca di depan kelas, semua kelompok
sangat antusias dan berlomba-lomba untuk dapat membaca di depan kelas.
Tidak ada yang menolak untuk membaca di depan kelas. Keberanian siswa
mengungkapkan pendapat hasil diskusi juga meningkat. Hal ini dikarenakan
51
setiap kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi, karena beberapa siswa
sudah cukup baik dalam menghargai pendapat teman kelompoknya dan tidak
malu untuk mengungkapan pertanyaan atau menanyakan materi pelajaran
yang belum jelas. Siswa telah Nampak benar-benar mandiri dalam
mengerjakan tugas bersama kelompoknya, dengan sesekali tetap bertanya
pada guru jika mengalami kesulitan. Terdapat peningkatan yang memuaskan
pada pertemuan pertama dan kedua, hal ini berbeda dengan pertemuan siklus
I. Sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus II sudah sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai
kategori sangat baik.
3) Penilaian Keterampilan Membaca
Melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga melakukan
peniliaian keterampilan membaca yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keterampilan membaca siswa setelah diberikan tindakan melalui Problem
Based Learning pada siklus II. Data hasil penilaian ini merupakan data
penentu keterampilan membaca siswa. Hasil penilaian keterampilan membaca
siswa pada siklus II sebagai berikut.
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca bahasa Indonesia
dari 20 siswa ada 18 siswa yang tuntas yaitu yang memiliki nilai lebih dari
standar KKM Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. Siswa yang mendapat nilai di
bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal ada dua orang siswa dengan nilai
50 dan 55 yang berada di bawah KKM.
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel
di atas, dimana siswa yang terampil dalam membaca dalam kategori tuntas ada
18 siswa dengan rata-rata 83,75 ketuntasan sebesar 90% siswa mencapai KKM
75 hasil tersebut pada siklus I hanya 14 siswa dengan prosentase ketuntasan
sebesar 70%. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus II mengalami
peningkatan 20%.
52
Dengan adanya peningkatan ini, proses pembelajaran penerapan model
PBL (Problem Based Learning) telah berhasil membuat perubahan yang
signifikan selama siswa belajar bahasa Indonesia dan kerja sama dalam
memecahkan masalah dalam berkelompok sudah semakin terlihat dengan
sikap siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung,
mereka ikut terlibat dalam belajar seperti aktif bertanya, menghargai pendapat
teman dan berpartisipasi dalam kerja kelompok.
Kemampuan belajar siswa terhadap bahasa Indonesia sudah semakin
meningkat, bahkan 90% siswa termasuk dalam kategori kemampuan membaca
sangat baik. Penerapan model PBL (Problem Based Learning) membuat siswa
lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia khususnya membaca sehingga
selama proses pembelajaran tidak terlihat adanya siswa yang bermalas-
malasan membaca, malu berpendapat dan bertanya.
d. Tahap Refleksi
Dalam proses pembelajaran penerapan model Problem Based Learning
telah berhasil membuat siswa lebih antusias, turut aktif, lebih bekerja sama
selama belajar bahasa Indonesia. Siswa yang tidak menghargai temannya
dalam berpendapat dan membaca di depan kelas perlahan mulai dapat
menghargai temannya dan siswa yang masih malu-malu dalam berpendapat
dan bertanya mulai dapat mengikuti pembelajaran dengan baik yang
ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung, mereka ikut terlibat
dalam belajar seperti aktif bertanya dan berpartisipasi dalam kerja kelompok.
Penerapan model Problem Based Learning membuat siswa lebih tertarik
untuk belajar bahasa Indonesia khususnya membaca sehingga siswa selama
proses pembelajaran tidak terlihat ada yang bermalas-malasan membaca, malu
untuk berpendapat dan bertanya. Dengan adanya data-data yang mengarah
pada meningkatnya kemampuan membaca, maka penelitian ini dihentikan
pada siklus II dan dianggap penerapan model PBL (Problem Based Learning)
ini dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV terhadap
pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca.
53
B. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang di dapat
peneliti dari berbagai siklus. Diantaranya sebagai berikut:
1. Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap
siklus. Hasil dari observasi siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II
No Aspek Yang Diamati Pertemuan ke
Siklus I Siklus II
1 2 1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Siswa tampak antusias mengikuti proses
pembelajaran
3 4 4 4
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 orang
3 4 4 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada
teks bacaan
3 3 4 4
4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat
ketika berlangsungnya pembelajaran
3 3 3 4
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas
masalah yang terdapat dalam teks bacaan
3 3 3 4
6. Siswa menghargai pendapat orang lain 2 3 3 4
7. Siswa memperhatikan materi yang di
sampaikan guru
3 3 4 5
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa
dan guru dengan kerja kelompok
2 3 4 5
9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di
kelas selama proses pembelajaran
3 3 4 5
10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan
permasalahannya dengan cepat
2 2 3 4
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok 3 3 4 5
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok
terhadap kelompok lain
3 3 4 4
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di
terimanya
3 3 4 4
14. Siswa melaksanakan tes tulis 3 3 4 5
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya 3 3 4 5
54
Dari hasil skor pada lembar observasi yang dicapai pada siklus I
terlihat bahwa aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan
tergolong pada kategori cukup baik. Akan tetapi pada siklus II, aktivitas
belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia mengalami peningkatan,
yaitu sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based
Learning dan tergolong kategori sangat baik. Dan peningkatan yang terlihat
jelas ada pada aspek membaca teks bacaan bersama kelompoknya. Hal ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam pelajaran
bahasa Indonesia. Dari hasil lembar observasi siswa dapat disajikan dalam
gambar berikut:
Gambar 4.1 Diagram Hasil Lembar Observasi Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Diagram di atas, menunjukkan adanya peningkatan kegiatan siswa
setelah diterapkannya model Problem Based Learning. Jika dilihat dari
diagram tersebut, pada siklus I kegiatan siswa tergolong pada kategori cukup
baik. Sedangkan pada hasil kegiatan guru siklus II ini meningkat menjadi
kategori sangat baik.
2. Lembar Observasi Guru
Lembar kegiatan guru diberikan kepada guru setiap pertemuan pada
setiap siklusnya, akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil dari observasi guru
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
0
20
40
60
80
100
120
140
Siklus I Siklus II
Sangat Baik
Cukup Baik
55
Tabel 4.4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
No Aspek Yang Diamati Pertemuan Ke
Siklus I Siklus II
1 2 1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Guru memberi motivasi kepada siswa 2 3 4 4
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 4 4
3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam
beberapa kelompok masing-masing terdiri
dari 4-5 orang
3 4 4 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 4 4 4 4
5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 3 4 4 5
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
belum di pahami
2 3 4 4
7. Guru menguasai materi pembelajaran 3 4 4 5
8. Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 4 4 5
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa
dan guru dengan kerja kelompok
2 3 4 5
10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks
bacaan
3 4 4 4
11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan
diskusi
2 3 3 4
12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran 3 3 4 4
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
13. Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran di depan kelas
4 4 4 5
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
14. Guru memberikan tugas kepada siswa 3 4 4 5
15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran 3 4 4 5
Berdasarkan data di atas, peningkatan kegiatan guru setiap siklus dapat
terlihat lebih jelas pada diagram dibawah ini, maka keseluruhan pada siklus I
dan siklus II pada tabel 4.4 divisualisasikan ke dalam sebuah diagram berikut:
56
Gambar 4.2 Diagram Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus I dan Siklus II
Diagram di atas, menunjukkan adanya peningkatan kegiatan guru
setelah diterapkannya model Problem Based Learning. Jika dilihat dari
diagram tersebut, pada siklus I kegiatan guru tergolong pada kategori baik.
Sedangkan pada hasil kegiatan guru siklus II ini meningkat menjadi kategori
sangat baik.
3. Penilaian Keterampilan Membaca
Penilaian keterampilan membaca diberikan pada siswa sebanyak dua
kali, yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Berdasarkan analisis hasil
keterampilan membaca pada siklus I dan siklus II dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I dan Siklus II
NO NAMA
RESPONDEN
SIKLUS I SIKLUS II KKM
1 R1 80 85 75
2 R2 80 90 75
3 R3 75 85 75
4 R4 95 100 75
5 R5 50 75 75
6 R6 75 85 75
7 R7 90 100 75
8 R8 75 85 75
9 R9 55 75 75
10 R10 75 80 75
11 R11 60 80 75
12 R12 75 85 75
13 R13 85 95 75
14 R14 80 90 75
0
20
40
60
80
100
120
140
Siklus I Siklus II
Sangat Baik
Baik
57
15 R15 40 50 75
16 R16 60 75 75
17 R17 90 100 75
18 R18 50 55 75
19 R19 75 90 75
20 R20 85 95 75
JUMLAH 1.450 1.675
RATA-RATA 72,50 83,75
PERSENTASE
TUNTAS
70% 90%
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I belum mencapai
hasil yang memuaskan. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM diberikan
pengayaan dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM diberikan
perbaikan atau remedial sehingga diharapkan pada tindakan pembelajaran
siklus berikutnya dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
Berdasarkan data di atas, peningkatan keterampilan membaca setiap
siklus dapat terlihat lebih jelas, maka keseluruhan pada siklus I dan siklus II
pada tabel 4.5 divisualisasikan ke dalam sebuah diagram berikut:
Gambar 4.3 Diagram Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Pada Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I menunjukkan
adanya 14 siswa dalam kategori tuntas dengan persentase ketuntasan 70%
siswa mencapai KKM 75. Pada siklus II peningkatan ini dapat dilihat pada
tabel di atas, dimana siswa yang terampil dalam membaca dalam kategori
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus I Siklus II
Sangat Baik
Baik
58
tuntas ada 18 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 90% siswa
mencapai KKM 75. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus II mengalami
peningkatan 20%.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa tertarik pada
proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model Problem Based
Learning. Ketertarikan itu dapat dilihat Selama proses pembelajaran yang akhirnya
akan meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
Pada siklus I siswa mulai merasakan adanya sedikit perubahan pada diri siswa,
mereka mulai terlihat tidak bermalas-malasan untuk membaca, mulai berani untuk
bertanya dan antusias ketika guru meminta untuk membaca di depan kelas. Siswa
merasakan suasana belajar kelompok dengan senang. Namun, masih ada siswa yang
asyik mengobrol dan bermalas-malasan untuk membaca. Pada siklus I masih banyak
kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diinginkan belum
tercapai secara maksimal. Maka hasil dari observasi siswa pada siklus I sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong kategori cukup
baik, dengan hasil penilaian keterampilan membaca siswa pada siklus I, siswa yang
tuntas ada 14 siswa dengan prosentase ketuntasan sebesar 70% siswa mencapai KKM
75. Hasil penilaian siklus I menunjukkan adanya hasil yang baik dengan rata-rata
kelas 72,50. Oleh karena itu, pembelajaran masih terus dilakukan dengan perbaikan-
perbaikan yang ada.
Pada siklus II secara keseluruhan dari observasi siswa sudah sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong kategori
sangat baik telah tercapai kriteria keberhasilan, yaitu dengan hasil penilaian
keterampilan membaca siswa dalam kategori tuntas ada 18 siswa dengan prosentase
ketuntasan sebesar 90% siswa mencapai KKM 75. Hasil ini menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik dengan rata-rata kelas 83,75. Maka pembelajaranpun
dihentikan berdasarkan kriteria keberhasilan tersebut.
59
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian keterampilan membaca terlihat
bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
D. Pembahasan Temuan Penelitian
Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus mulai dari 19
Mei 2016 sampai 26 Mei 2016 dari kedua siklus yang telah dilaksanakan terlihat
adanya peningkatan hasil membaca siswa dengan penerapan model Problem Based
Learning, hal tersebut diperkuat juga dengan peningkatan aktivitas siswa dari siklus
ke siklus. Penilaian keterampilan membaca diberikan kepada siswa sebanyak dua kali
yaitu tes membaca di akhir siklus.
Pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang di alami oleh siswa,
diantaranya pada saat diskusi banyak siswa yang lebih mengandalkan temannya yang
aktif dan pintar, ada juga siswa yang berdiskusi sambil mengobrol, mereka masih
terlihat kurang semangat dan bermalas-malasan dalam membaca, ada beberapa siswa
juga yang tidak menghargai temannya ketika sedang membaca. Mereka tidak bertanya
ketika kesulitan dalam menentukan masalah dalam teks. Hal ini terlihat ketika di awal
pelajaran, mereka tampak malas untuk memulai pelajaran sedangkan ketika pelajaran
berakhir mereka terlihat senang, maka dengan demikian hasil observasi siswa
tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil skor rata-rata penilaian membaca pada siklus
I yaitu 72,50 adalah sebanyak 14 siswa mencapai ketuntasan yang nilainya
memperoleh ≥ 75, jika di persentasekan hanya 70% siswa mencapai KKM 75.
Sementara siswa yang membacanya < 75 berjumlah 6 siswa atau sekitar 30%. Dari
keterangan di atas angka tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan yang
diinginkan oleh peneliti yaitu sebesar 85% dengan KKM 75. Dan hasil dari aktivitas
siswa pada siklus ini hanya dengan kategori baik.
Dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini, keterampilan membaca siswa
belum sepenuhnya terbangun. Selain itu, belum tercapainya kriteria tersebut
disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning. Oleh karena itu, pembelajaran masih dilanjutkan
dengan siklus II.
60
Temuan peneliti pada siklus II menunjukkan adanya perubahan aktivitas
pembelajaran siswa yang tergolong sangat baik. Hasil keterampilan membaca siswa
juga dapat dilihat dengan nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 72,50
menjadi 83,75. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
≥ 75 dari 14 siswa sekitar 70% menjadi 18 siswa atau 90% siswa mencapai KKM 75.
Perolehan hasil aktivitas siswa juga meningkat dari kategori baik menjadi sangat baik.
Kondisi ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang signifikan dari tindakan
siklus I ke siklus II. Maka disimpulkan bahwa tindakan pada siklus II telah mencapai
kriteria keberhasilan yang diinginkan yaitu sebesar 85% dengan KKM 75. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Perolehan Statistika Deskriptif dari Hasil Membaca
Siklus I dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Rata-rata 72,50 83,75
Nilai Tertinggi 95 100
Nilai Terendah 40 50
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
keterampilan membaca siswa diikuti pula dengan peningkatan aktivitas belajar siswa
dengan model Problem Based Learning. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk
menghentikan penelitian sampai pada siklus II, karena pada siklus ini hasil penilaian
keterampilan membaca siswa telah memenuhi indikator keberhasilan membaca, serta
aktivitas pembelajaran guru dan siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah model
Problem Based Learning.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model Problem Based Learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pada membaca dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Pada siklus I
aktivitas pembelajaran siswa dengan model Problem Based Learning tergolong pada
kategori cukup baik dan aktivitas mengajar guru mencapai kategori baik. Peningkatan
terjadi pada siklus II, aktivitas pembelajaran guru dan siswa tergolong pada kategori
sangat baik. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan
siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning.
Cara penerapan model Problem Based Learning dalam membaca dapat dilihat
pada hasil penilaian keterampilan membaca, Hasil penilaian keterampilan membaca
siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa mencapai KKM 75.
Sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapaia KKM 75. Maka
dari hasil tersebut penerapan model Problem Based Learning meningkatkan
keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka
dapat di kemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan
Problem Based Learning di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan membawa
siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan.
62
2. Setiap pembelajaran sebaiknya guru selalu menganalisis kekurangan-
kekurangan yang ada pada setiap pertemuan sehingga pada pembelajaran
selanjutnya akan menjadi lebih baik.
3. Guru hendaknya dapat menciptakan kondisi belajar mengajar yang
menyenangkan bagi siswa sehingga tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
4. Penggunaan model Problem Based Learning dalam keterampilan membaca
dapat mendorong dan menumbuhkan minat membaca siswa, serta siswa
khususnya SD Insan Teladan hendaknya dapat menerapkan model Problem
Based Learning pada mata pelajaran yang lain, yang dianggap sulit dalam
pemecahan masalah.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alek & Ahmad. H.P. Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Cet. I, 2010.
Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa Edisi Dua. Jakarta:
Universitas Terbuka. Cet. II, 2008.
Cahyani, Isah, dkk. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI PRESS.
Cet. I, 2007.
Eggen, Paul, dkk. Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir, Edisi Enam. Jakarta: PT Indeks. Cet. I, 2012.
Galih, Purwaning & Muh Darisman. Bahasa Indonesia Kelas IV SD. Bogor:
Yudhistira, 2015.
Guntur Tarigan, Henry. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: CV Angkasa. 2015.
Iskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Cet. III, 2011.
Kemdikbud. Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013.
Kurniasih, Imas. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Cet. II, 2015.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi,
dan Inovasi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. XII, 2010.
N. Cahyo, Agus. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press, 2013.
Nurcholis, Hanif & Mafrukhi. Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD
Kelas 4. Jakarta: Erlangga, 2007.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE. 2010.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:
PT Remaja Rosadakarya). Cet. XII, 2002.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Cet. II, 2008.
64
Resmini, Novi, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI
PRESS. Cet. I, 2007.
Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN PRESS. Cet. I, 2015.
Rozak, Abd & Maifalinda Fatra. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media
Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota. JKTO.
Vol. 4, No. 4, 2010.
Somadayo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet. I,
2013.
Sudarman. Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah. JJPI, 2007.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta, cv. Cet. III, 2012.
Sugono, Dendy, dkk. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Cet. VI, 2010.
Sumantri, Mohamad Syarif. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan Dasar. Jakarta: PT RajaGrafido Persada. Cet. I, 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 2001.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. I, 2009.
Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP
Press Group. Cet. I, 2013.
Zuhriyah, Yani. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal.
2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015
pukul 08.50 WIB
65
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah : SD Insan Teladan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus : 1/ I
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator :
7.2.1 Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
7.2.2 Menyimpulkan isi teks pengumuman.
7.2.3 Menjelaskan isi teks pengumuman.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat:
1. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2. Menyimpulkan isi pegumuman.
3. Menjelaskan isi teks pengumuman.
Nilai Karakter :
Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya
diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
66
E. Materi Pembelajaran dan Sumber Pembelajaran
Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman.
Sumber Pelajaran : Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas
IV SD, Bogor: Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa
Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber
lainnya yang relavan.
F. Pendekatan, Media, Metode
1. Pendekatan : Berpusat pada siswa
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Media : Teks pengumuman
4. Metode : Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit)
Kegiatan Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran.
2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari
membaca.
Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok.
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
2. Guru memberikan teks pengumuman kepada masing-
maisng kelompok.
3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengobservasi
teks pengumuman.
67
4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman
yang telah diberikan.
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika
ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya (jika ada yang bersedia)
7. Guru memberikan penjelasaan tentang teks pengumuman
yang diberikan.
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
8. Setiap siswa dalam kelompok membaca teks pengumuman
dengan lafal dan intonasi yang tepat.
9. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu
masalah-masalah yang terdapat dalam teks pengumuman.
10. Guru meminta masing-masing kelompok membaca teks
pengumuman di depan kelas.
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
11. Setiap siswa diberi kesempatan menyimpulkan isi teks
pengumuman di depan kelas.
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah)
12. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan.
13. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri.
14. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah
dikerjakan siswa.
15. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang
diajarkan.
Penutup 1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan.
2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
68
penutup (acak).
4. Memberi salam penutup.
H. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
7.2.1 Membaca isi teks
pengumuman dengan
lafal dan intonasi
yang tepat.
7.2.2 Menyimpulkan isi
teks pengumuman.
7.2.3 Menjelaskan isi teks
pengumuman.
Tes Lisan dan
Tertulis
Essai Bacalah teks
pengumuan
dengan lafal dan
intonasi yang
tepat!
Jawablah
pertanyaan-
pertanyaan dan
berilakan
simpulan pada
teks pengumuman
yang kamu baca!
Jelaskan isi teks
pengumuman di
hadapan teman-
temanmu!
69
A. Bacalah teks pengumuman dibawah ini dengan lafal dan intonasi yang
tepat!
Pengumuman
Para siswa yang terpilih sebagai duta “Olimpiade Sains Nasional Tingkat SD”
diharapkan kedatangannya pada:
Hari/ Tanggal : Minggu, 21 November 2010
Waktu : Pukul 08.00
Tempat : Ruang laboratorium SD Negeri Mandiri Jaya
Acara : Pembekalan dan pemantapan materi untuk olimpiade sains
Semua siswa diharapkan hadir tepat waktu dengan berpakaian rapih dan
membawa alat tulis masing-masing.
Surabaya, 15 November 2010
Kepala Sekolah
(Tri Asmara)
Sumber:
Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, (Bogor: Yudhistira,
2015), hlm. 114
70
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa isi pengumuman di atas?
2. Siapa yang bertangggung jawab terhadap kegiatan tersebut?
3. Kapan pengumuman itu dibuat?
4. Untuk siapakah pengumuman tersebut?
5. Dimanakah kegiatan tersebut dilaksanakan?
C. Berilah kesimpulan teks pengumuman yang kamu baca!
71
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah : SD Insan Teladan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus : 2/ I
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator :
7.2.4 Menentukan isi pokok teks pengumuman.
7.2.5 Menyebutkan bagian-bagian pengumuman.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat:
4. Menentukan isi pokok teks pengumuman.
5. Menyebutkan bagian-bagian pengumuman.
Nilai Karakter :
Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya
diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
72
E. Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman
F. Pendekatan, Media, Metode
5. Pendekatan : Berpusat pada siswa
6. Model : Problem Based Learning (PBL)
7. Media : Teks pengumuman
8. Metode : Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran
Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor:
Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia
Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit)
Kegiatan Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran.
2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari
membaca.
Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok.
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang
diberikan pada pembelajaran sebelumnya.
73
3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks
pengumuman, kemudian siswa mencatat pokok-pokok teks
pengumuman.
4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman
yang telah diberikan.
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika
ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya (jika ada yang bersedia)
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
7. Guru meminta siswa mencari bagian-bagian teks
pengumuman.
8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu
apa saja bagian-bagian yang terdapat dalam teks
pengumuman.
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
9. Guru meminta siswa menyebutkan bagian-bagian teks
pengumuman di depan kelas.
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah)
10. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan.
11. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri.
12. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah
dikerjakan siswa.
13. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang
diajarkan
Penutup 1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan
2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
74
penutup
4. Memberi salam penutup
I. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
7.2.4 Menentukan isi pokok
teks pengumuman.
7.2.5 Menyebutkan bagian-
bagian pengumuman.
Tes Lisan dan
Tertulis
Essai Tentukan isi
pokok teks
pengumuman
berdasarkan hasil
pengamatanmu!
Sebutkan bagian-
bagian
pengumuman
yang terdapat
pada teks
pengumuman
yang kamu baca!
75
A. Bacalah teks pengumuman dibawah ini dengan lafal dan intonasi yang
tepat!
Pengumuman
Diumumkan kepada murid kelas I s.d. V SDN Tanjung bahwa akan diadakan
uji coba ujian untuk siswa kelas VI. Uji coba ujian akan dilaksanakan pada tanggal 8
dan 9 Februari 2009.
Selama murid kelas VI melaksanakan uji coba ujian, murid kelas I s.d. V
belajar sampai pukul 09.00. Selebihnya belajar di rumah.
Demikian pengumuman ini disampaikan, harap dipatuhi bersama.
Bogor, 01 Februari 2009
Kepala SDN
Tanjung
Apud Syarifudin,
S. Pd
Sumber:
Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, (Bogor: Yudhistira), hlm.
85
76
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa isi pokok pengumuman itu ?
2. Siapa yang mengeluarkan pengumuman ?
3. Dimana pengumuman itu dikeluarkan ?
4. Manakah bagian kaki dari pengumuman itu ?
5. Ditunjukan kepada siapa pengumuman itu ?
77
Lembar Penilaian Keterampilan Membaca
Siswa Selama Proses Pembelajaran
Nama/ No. Absen Siswa : Kelas/ Semester : IV/ II
Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal :
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
No Aspek yang Dinilai Skor Ket
1 Ketepatan dalam intonasi.
a. Terdapat variasi irama dan tekanan 5
b. Terdapat variasi tetapi masih terdapat penggunaan
tekanan kurang tepat.
4
c. Terdapat variasi tetapi penggunaan tekanan sering
tidak tepat.
3
d. Irama dan tekanan monoton. 2
e. Tidak menggunakan variasi irama dan tekanan. 1
2 Ketepatan dalam pelafalan
a. Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan. 5
b. Terdapat satu bagian kalimat yang salah dalam
pelafalan.
4
c. Terdapat lebih dari dua bagian kalimat salah dalam
pelafalan.
3
d. Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat yang salah
dalam pelafalan.
2
e. Tidak dapat melafalkan bacaan. 1
3 Kelancaran dalam membaca
a. Lancar dalam membaca. 5
b. Lancar dalam membaca tetapi masih ada bagian
yang diulang dalam membaca.
4
c. Ada pengulangan bacaan tetapi nafas teratur. 3
d. Tersendat-sendat dalam membaca banyak
pengulangan.
2
e. Tidak lancar sama sekali dalam membaca. 1
4 Kenyaringan suara
a. Dapat dijangkau oleh semua pendengar dari awal
sampai akhir.
5
b. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar namun
masih kurang maksimal.
4
c. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar. 3
d. Hanya dapat dijangkau pada kata-kata tertentu saja
oleh pendengar.
2
e. Sangat lemah suaranya tidak dapat didengar. 1
JUMLAH
78
Bacalah sebuah teks pengumuman di bawah ini dengan lafal dan intonasi yang
tepat!
Sumber:
Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4,
(Jakarta: Erlangga), hlm. 158
PENGUMUMAN
Teman kita, Doni, sedang sakit. Sekarang, ia dirawat di rumah sakit
“Harapan Warga”. Untuk meringankan beban orang tua teman kita itu, kita perlu
membantunya. Oleh karena itu, teman-teman dimohon memberikan bantuan berupa
uang. Uang tersebut nanti akan disampaikan kepada orang tuanya. Sumbangan
dapat di serahkan kepada bendahara kelas, yaitu Rico Permana.
Atas bantuan teman-teman, saya mengucapkan terimakasih. Semoga Tuhan
membalas Kebaikan teman-teman, amin.
Makasar, 27 Maret 2007
Ketua Kelas,
Ahmad Rifai
79
Bacalah sebuah teks pengumuman di bawah ini dengan lafal dan intonasi yang
tepat!
Sumber:
Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4,
(Jakarta: Erlangga), hlm. 139
SD HARAPAN BANGSA
Jl. Pelita Bangsa No. 25 Jambi
Telp. (0521) 6787801
PENGUMUMAN
Kepengurusan koperasi sekolah Harapan Bangsa masa bakti 2005-2006
akan segera berakhir. Oleh karena itu, akan segera dibentuk pengurus baru. Para
siswa yang berminat untuk menjadi pengurus koperasi sekolah masa bakti 2007-
2009 agar segera mengambil formulir pendaftaran kepada Bapak Hasyim.
Syarat-syarat untuk menjadi pengurus sudah tertulis dalam formulir
pendaftaran. Formulir pendaftaran dapat diambil dua hari setelah pengumuman
ini. Formulir harus dikembalikan paling lambat tanggal 20 Desember 2006.
Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian semua siswa.
Kepala Sekolah,
Rizal Permana, S.Pd.
80
HASIL PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
SIKLUS I Responden Intonasi Pelafalan Kelancaran
Membaca
Kenyarigan
Suara
skor Nilai Remedial Tuntas
R1 3 3 5 5 16 80 √
R2 3 4 5 4 16 80 √
R3 3 4 4 4 15 75 √
R4 4 5 5 5 19 95 √
R5 3 2 2 3 10 50 √
R6 4 3 4 4 15 75 √
R7 4 4 5 5 18 90 √
R8 4 4 4 3 15 75 √
R9 2 4 2 3 11 55 √
R10 3 3 4 5 15 75 √
R11 2 5 4 1 12 60 √
R12 3 4 4 4 15 75 √
R13 4 4 5 4 17 85 √
R14 4 4 4 4 16 80 √
R15 1 2 2 3 8 40 √
R16 3 3 3 3 12 60 √
R17 4 5 5 4 17 80 √
R18 2 2 3 3 10 50 √
R19 3 4 4 4 15 75 √
R20 4 4 5 4 17 85 √
*Keterangan : (1) Sangat Kurang (2) Kurang (3) Cukup (4) Baik (5) Sangat Baik
81
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah : SD Insan Teladan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus : 1/ II
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator :
7.2.1 Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
7.2.6 Memilih kalimat utama pada setiap paragraf bacaan.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat:
1. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2. Memilih kalimat utama pada setiap paragraf bacaan.
Nilai Karakter :
Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya
diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
E. Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman.
82
F. Pendekatan, Media, Metode
1. Pendekatan : Berpusat pada siswa
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Media : Teks pengumuman
4. Metode : Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran
Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor:
Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia
Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit)
Kegiatan Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran.
2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari
membaca.
Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok.
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang
diberikan pada pembelajaran sebelumnya.
3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks
pengumuman.
4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman
yang telah diberikan.
83
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika
ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya (jika ada yang bersedia)
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
7. Guru meminta siswa mencari kalimat utama yang terdapat
pada teks pengumuman.
8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu
apa saja kalimat utama yang terdapat dalam teks
pengumuman.
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
9. Guru meminta siswa membacakan kalimat utama yang
terdapat pada teks pengumuman di depan kelas.
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah)
10. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan.
11. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri.
12. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah
dikerjakan siswa.
13. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang
diajarkan
Penutup 1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan
2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
penutup (acak)
4. Memberi salam penutup
84
I. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
7.2.4 Membaca isi teks
pengumuman
dengan lafal dan
intonasi yang
tepat.
7.2.6 Memilih kalimat
utama pada setiap
paragraf bacaan.
Tes Lisan dan
Tertulis
Essai Bacalah teks
pengumuan dengan
lafal dan intonasi
yang tepat!
Pilihlah kalimat
utama yang terdapat
pada setiap paragraf
teks pengumuman!
85
A. Bacalah pengumuman di bawah ini! Dan tentukan kalimat utama yang
terdapat pada setiap paragraf pengumuman!
Sumber:
Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4,
(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 113-114
SDN 01 KOTA SELAYANG PANDANG
Jl. Raya Menara Gading No. 23 Selayang Pandang
Telp. (024) 3562478
PENGUMUMAN
Keberhasilan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari tingkat kedisiplinan
semua warga sekolah, termasuk siswa. Oleh karena itu, sekolah perlu membuat
tata tertib, termasuk tata tertib siswa.
Adapun tata tertib yang dimaksud adalah bahwa semua siswa wajib
mematuhi ketentuan-ketentuan, sebagai berikut: berpakaian seragam sekolah
dengan kelengkapannya, siswa harus hadir lima menit sebelum pelajaran pertama
dimulai, bersikap sopan dan santun, serta menghormati Bapak dan Ibu guru, baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
Jika seorang siswa tidak dapat hadir di sekolah maka pada hari pertama
masuk sekolah harus memperlihatkan surat keterangan yang sah, yaitu surat
keterangan orang tua/wali atau surat keterangan dokter jika sakit lebih dari dua
hari. Untuk itu, semua siswa diharapkan dapat mengikuti tata tertib sekolah yang
berlaku. Sekian dan terima kasih.
Kepala SD Tunas Muda,
Drs. A Rifai Amran
86
No. Paragraf Kalimat Utama
1. Pertama
2. Kedua
3. Ketiga
4. Keempat
87
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah : SD Insan Teladan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus : 2/ II
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca
pantun.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator :
7.2.7 Menyusun teks pengumuman dengan tepat.
7.2.1 Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat:
1. Menyusun teks pengumuman dengan tepat.
2. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Nilai Karakter :
Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya
diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
88
E. Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman
F. Pendekatan, Media, Metode
1. Pendekatan : Berpusat pada siswa
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Media : Teks pengumuman
4. Metode : Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran
Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor:
Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia
Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit)
Kegiatan Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran.
2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari
membaca.
Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok.
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang
89
diberikan pada pembelajaran sebelumnya.
3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks
pengumuman.
4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman
yang telah diberikan.
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika
ada).
6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya (jika ada yang bersedia)
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
7. Guru meminta masing-masing siswa dalam kelompok
membuat teks pengumuman dengan tepat.
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu
cara membuat teks pengumuman.
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah)
9. Guru meminta siswa membacakan hasil teks pengumuman
yang dibuatnya di depan kelas.
10.Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang
diajarkan
Penutup 1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan
2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
penutup (acak)
4. Memberi salam penutup
90
I. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
7.2.7 Menyusun teks
pengumuman dengan
tepat.
7.2.5 Membaca isi teks
pengumuman dengan
lafal dan intonasi
yang tepat.
Tes Lisan dan
Tertulis
Essai Buatlah sebuah
teks pengumuman
dengan tepat!
Bacalah teks
pengumuan
dengan lafal dan
intonasi yang
tepat!
91
Buatlah sebuah pengumuman dengan tepat! Isi pengumuman tentang menjaga
kebersihan di kelas! Kerjakan bersama tema kelompokmu!
92
HASIL PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SIKLUS II
Responden Intonasi Pelafalan Kelancaran
Membaca
Kenyarigan
Suara
skor Nilai Remedial Tuntas
R1 4 4 5 4 17 85 √ R2 4 5 5 4 18 90 √ R3 4 4 5 4 17 85 √ R4 5 5 5 5 20 100 √ R5 4 3 4 4 15 75 √
R6 4 4 5 4 17 85 √ R7 5 5 5 5 20 100 √ R8 4 4 5 4 17 85 √ R9 4 3 4 4 15 75 √
R10 4 4 4 4 16 80 √
R11 4 4 5 3 16 80 √
R12 4 4 5 4 17 85 √ R13 4 5 5 5 19 95 √ R14 4 5 5 4 18 90 √ R15 2 3 2 3 10 50 √
R16 4 3 5 3 15 75 √
R17 5 5 5 5 20 100 √
R18 3 3 2 3 11 55 √
R19 4 5 5 4 18 90 √ R20 4 5 5 5 19 95 √
*Keterangan : (1) Sangat Kurang (2) Kurang (3) Cukup (4) Baik (5) Sangat Baik
93
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Kelas/ Semester : IV/ II Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian:
Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan
siswa.
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat
baik
No Aspek Yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Guru memberi motivasi kepada siswa
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok
masing-masing terdiri dari 4-5 orang
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa
5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi pelajaran yang belum di pahami
7. Guru menguasai materi pembelajaran
8. Guru menjelaskan materi pembelajaran
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru
dengan kerja kelompok
10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks bacaan
11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran di depan kelas
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
14. Guru memberikan tugas kepada siswa
15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran
JUMLAH
94
Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus I
No Aspek Yang Diamati Jumlah Nilai
Pada
Pertemuan Ke
1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Guru memberi motivasi kepada siswa 2 3
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4
3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam
beberapa kelompok masing-masing terdiri
dari 4-5 orang
3 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 4 4
5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 3 4
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
belum di pahami
2 3
7. Guru menguasai materi pembelajaran 3 4
8. Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 4
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa
dan guru dengan kerja kelompok
2 3
10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks
bacaan
3 4
11. Guru membimbing siswa dalam
kegiatan diskusi
2 3
12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran 3 3
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran di depan kelas
4 4
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
14. Guru memberikan tugas kepada siswa 3 4
15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran 3 4
95
Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus II
No Aspek Yang Diamati Jumlah Nilai
Pada
Pertemuan Ke
1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Guru memberi motivasi kepada siswa 4 4
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4
3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam
beberapa kelompok masing-masing terdiri dari
4-5 orang
4 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 4 4
5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 4 5
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi pelajaran yang belum di
pahami
4 4
7. Guru menguasai materi pembelajaran 4 5
8. Guru menjelaskan materi pembelajaran 4 5
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa
dan guru dengan kerja kelompok
4 5
10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks
bacaan
4 4
11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi 3 4
12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran 4 4
IV Fase 4 (M engembangkan dan menyajikan hasil karya)
13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran di depan kelas
4 5
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
14. Guru memberikan tugas kepada siswa 4 5
15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran 4 5
96
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Nama/ No. Absen Siswa : Kelas/ Semester :
Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian:
Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan
siswa.
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat
baik
No Aspek Yang Diamati Skala Penilaian
1 2 3 4 5
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Siswa tampak antusias mengikuti proses
pembelajaran
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 orang
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat
pada teks bacaan
4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat
ketika berlangsungnya pembelajaran
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas
masalah yang terdapat dalam teks bacaan
6. Siswa meghargai pendapat orang lain
7. Siswa memperhatikan materi yang di
sampaikan guru
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa
dan guru dengan kerja kelompok
9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di
kelas selama proses pembelajaran
10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan
permasalahannya dengan cepat
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok
terhadap kelompok lain
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di
terimanya
14. Siswa melaksanakan tes tulis
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya
JUMLAH
97
HASIL LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS I
No Aspek Yang Diamati Pertemuan
Ke
1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran 3 4
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
orang
3 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada teks bacaan 3 3
4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat ketika
berlangsungnya pembelajaran
3 3
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas masalah yang
terdapat dalam teks bacaan
3 3
6. Siswa meghargai pendapat orang lain 2 3
7. Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan guru 3 3
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru
dengan kerja kelompok
2 3
9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas selama
proses pembelajaran
3 3
10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahannya
dengan cepat
2 2
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok 3 3
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok terhadap
kelompok lain
3 3
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di terimanya 3 3
14. Siswa melaksanakan tes tulis 3 3
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya 3 3
98
HASIL LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS II
No Aspek Yang Diamati Pertemuan
Ke
1 2
I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah)
1. Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran 4 4
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
orang
4 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada teks bacaan 4 4
4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat ketika
berlangsungnya pembelajaran
3 4
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas masalah yang
terdapat dalam teks bacaan
3 4
6. Siswa meghargai pendapat orang lain 3 4
7. Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan guru 4 5
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru
dengan kerja kelompok
4 5
9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas selama
proses pembelajaran
4 5
10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahannya
dengan cepat
3 4
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok 4 5
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok terhadap
kelompok lain
4 4
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di terimanya 4 4
14. Siswa melaksanakan tes tulis 4 5
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya 4 5
99
PEDOMAN WAWANCARA
(PRA SIKLUS)
1. Apakah guru dalam mengajar menggunakan model yang bervariasi?
2. Bagaimana cara guru mengembangkan RPP bahasa Indonesia sebelum
mengajar di kelas?
3. Kesulitan apa yang guru hadapi dalam melaksanakan pelajaran di kelas?
4. Apakah guru pernah melaksanakan pelajaran keterampilan membaca dengan
model PBL?
5. Bagaimana dampak penggunaan model PBL dalam belajar keterampilan
membaca?
6. Bagaimana manfaatkan model PBL dalam pembelajaran keterampilan
membaca?
100
HASIL WAWANCARA PRA SIKLUS
1. Guru dalam mengajar menggunakan model yang bervariasi.
2. Guru dalam mengembangkan RPP bahasa Indonesia sebelum mengajar di
kelas hanya mengandalkan dari buku paket saja.
3. Guru masih bingung dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran bahasa
Indonesia. Dalam mengajar di kelas kesulitan yang dihadapi guru adalah
dalam hal mengajarkan pelajaran membaca.
4. Guru pernah melaksanakan pembelajaran keterampilan membaca melalui
pembelajaran kelompok dalam materi membaca teks agak panjang untuk
menemukan pikiran pokok, namun masih mengalami kesulitan dalam
mengajar, hal ini dikarenakan siswa tidak membaca dengan serius dan ada
siswa yang bermalas-malasaan dalam membaca.
5. Dampak penggunaan model PBL dalam pembelajaran keterampilan membaca
adalah siswa hanya ingin berkelompok dengan teman yang pintar dan masih
terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, masih ada siswa yang
kurang menghargai temannya ketika membaca di depan kelas, kurangnya
buku-buku bacaan yang sesuai dengan materi diperpustakaan sekolah
membuat pembelajaran melalui model PBL terhambat serta membuat
keterampilan membaca siswa rendah, ketercapaian kompetensi kurang
memuaskan.
6. Manfaat penggunaan model PBL dalam keterampilan adalah siswa senang
belajar berkelompok, interaksi guru dan siswa berjalan multi arah.
101
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
KELAS IV SD INSAN TELADAN PARUNG BOGOR
Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
102
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
103
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) dan
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
104
105
106
107
UJI REFERENSI PENELITIAN
NO REFERENSI PARAF
PEMBIMBING
BAB II
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180
2 Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),
Cet. VI, hlm. 394
3 Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012
(http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal
26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12
4 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02
5 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di
Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm
74
6 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di
Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I,
hlm. 75
7 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015), hlm. 07
8 Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia
di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 98
9 Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia
di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 99
10 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II,hlm. 3
108
11 Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan
Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1
MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota,
JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139
12 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm. 11
13 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015),hlm. 09-10
14 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015), hlm. 12
15 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di
Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I,
hlm. 80-82
16 Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan
Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), Cet. II, hlm. 112
17 Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk
Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm.
77
18 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm.
245
19 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015) hlm. 11
20 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa,
2015) hlm.16
21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. I,hlm. 751
22 Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),
109
Cet. VI, hlm. 230
23 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model
Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I,
hlm.17
24 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran
Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm.
37
25 Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012
(http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal
26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12
26 Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/
PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)
27 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), Cet. I, hlm 54
28 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), Cet. I, hlm 55
29 Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69
30 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar
Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hlm. 283
31 Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran,
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi
Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
32 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
Cet. I, hlm. 91
33 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran
Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
110
(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 42
34 Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran,
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi
Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
35 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar
Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hlm. 284-285
36 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 57
37 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
Cet. I, hlm. 94-95
38 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran
Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 44
39 Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas
Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48
40 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), Cet. I,hlm. 60
41 Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/
PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)
42 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 64-65
BAB III
1 Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014) hlm. 12
2 Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40
3 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep,
Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi), (Bandung:
111
PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XII, hlm. 99
4 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, cv,
2012), Cet. III, hlm. 136
5 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa
Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE,2010), hlm.
391
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 84
7 M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2002), Cet. XII, hlm. 112
Jakarta, 18 Juli 2016
Mengetahui,
Dindin Ridwanudin, M.Pd
NIP. 19771121 201101 1 001
112
BIODATA DIRI
Astria atau biasa dipanggil tia. Lahir di
Jakarta, 24 Januari 1995. Anak ketiga dari pasangan
H. Amin dan Hj. Arnidah. Memiliki 2 (dua) orang
kakak yang bernama Asmita, S.Sos.I. dan Astika,
S.E., dan 1 (satu ) orang adik bernama Asnaura.
Pada tahun 2000-2006 penulis memulai
pendidikan di SDN 05 Petamburan Jakarta. Kemudian
tahun 2006-2009 penulis melanjutkan seklah di MTs
Jamiat Kheir Jakarta. Lulus dari MTs Jamiat Kheir
penulis menimbah ilmu di MAN 1 Jakarta pada tahun 2009-2012. Penulis
melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
pada Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta setelah terdaftar sebagai mahasiswi pada tahun 2012.
Pada saat SD penulis mengikuti ekstrakulikuler PMR dan pernah menjadi
salah satu dokter kecil di sekolah. Penulis juga pernah mengikuti ekstrakulikuler KIR
pada saat sekolah di MAN 1 Jakarta. Berkat keikutsertaan penulis pada
ekstrakulikuler ini, penulis terpilih menjadi ketua KIR dan pernah mengikuti Lomba
Karya Ilmiah di SMKN 20 Jakarta dan berhasil menjadi juara Harapan 1. Karena
mengikuti ekstrakulikuler KIR, penulis terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS
sebagai bendahara 2 Tahun 2010-2011.
Penulis sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sosial.
Berkat kesukaan penulis dengan kegiatan sosial, penulis bekerja sebagai voulentir di
Yayasan Kelas Kepompong. Penulis sebagai pengajar anak-anak yang kurang mampu
di daerah Karet Tanah Abang.
Jika ada pertanyaan, kritikan ynag membangun, dan saran untuk penulis
mengenai skripsi ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui email