bab iv kemitraan antar stakeholders dalam...

35
45 BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN IV.1. Pemetaan Stakeholders dalam Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Analisis stakeholders merupakan alat untuk memahami konteks sosial dan kelembagaan dari sebuah program atau kebijakan (McCracken, 1998 dalam Sayuti, 2003). Lebih lanjut dikatakan bahwa alat ini dapat menyediakan informasi awal dan mendasar tentang siapa yang akan terkena dampak dari suatu program (dampak positif maupun negatif); siapa yang dapat mempengaruhi program tersebut (positif maupun negatif); individu atau kelompok mana yang perlu dilibatkan dalam program tersebut, dan bagaimana caranya, serta kapasitas siapa yang perlu dibangun untuk memberdayakan mereka dalam berpartisipasi. Dengan demikian analisis stakeholders menyediakan sebuah landasan dan struktur untuk perencanaan partisipatif, implementasi dan monitoring. Dalam studi ini hasil dari analisis stakeholders digunakan untuk menentukan responden kunci yang akan dijadikan sebagai narasumber wawancara. IV.1.1. Pengertian Stakeholders Stakeholders adalah orang, kelompok atau institusi yang dikenai dampak dari sebuah intervensi program (baik posistif maupun negatif) atau pihak-pihak yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi hasil intervensi tersebut (McCracken,1998 dalam Sayuti, 2003). Stakeholders yang dimaksud sangat kompleks dan memungkinkan adanya stakeholders yang tersembunyi atau belum teridentifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis stakeholders secara menyeluruh. Tahapan analisis stakeholders adalah sebagai berikut (McCracken, 1998 dalam Sayuti, 2003; Bank Dunia, 1998) : 1. Mengidentifikasi stakeholders yang terlibat melalui pertanyaan-pertanyaan berikut : Siapa pihak-pihak yang berpotensi memperoleh manfaat ? Siapa pihak-pihak yang dirugikan ?

Upload: dangtuyen

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

45

BAB IV

KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM

PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

IV.1. Pemetaan Stakeholders dalam Pengembangan Industri Kecil Kerajinan

Analisis stakeholders merupakan alat untuk memahami konteks sosial dan

kelembagaan dari sebuah program atau kebijakan (McCracken, 1998 dalam

Sayuti, 2003). Lebih lanjut dikatakan bahwa alat ini dapat menyediakan informasi

awal dan mendasar tentang siapa yang akan terkena dampak dari suatu program

(dampak positif maupun negatif); siapa yang dapat mempengaruhi program

tersebut (positif maupun negatif); individu atau kelompok mana yang perlu

dilibatkan dalam program tersebut, dan bagaimana caranya, serta kapasitas siapa

yang perlu dibangun untuk memberdayakan mereka dalam berpartisipasi. Dengan

demikian analisis stakeholders menyediakan sebuah landasan dan struktur untuk

perencanaan partisipatif, implementasi dan monitoring. Dalam studi ini hasil dari

analisis stakeholders digunakan untuk menentukan responden kunci yang akan

dijadikan sebagai narasumber wawancara.

IV.1.1. Pengertian Stakeholders

Stakeholders adalah orang, kelompok atau institusi yang dikenai dampak

dari sebuah intervensi program (baik posistif maupun negatif) atau pihak-pihak

yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi hasil intervensi tersebut

(McCracken,1998 dalam Sayuti, 2003). Stakeholders yang dimaksud sangat

kompleks dan memungkinkan adanya stakeholders yang tersembunyi atau belum

teridentifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis stakeholders secara

menyeluruh.

Tahapan analisis stakeholders adalah sebagai berikut (McCracken, 1998 dalam

Sayuti, 2003; Bank Dunia, 1998) :

1. Mengidentifikasi stakeholders yang terlibat melalui pertanyaan-pertanyaan

berikut :

Siapa pihak-pihak yang berpotensi memperoleh manfaat ?

Siapa pihak-pihak yang dirugikan ?

Page 2: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

46

Apakah kelompok yang kemungkinan kalah sudah teridentifikasi ?

Apakah pihak-pihak yang berlawanan sudah teridentifikasi ?

Bagaimana hubungan antar stakeholders ?

2. Menganalisa kepentingan dan dampak potensial dari implementasi program

atau kebijakan terhadap kepentingan masing-masing stakeholders :

Apa harapan stakeholders terhadap program ?

Apa saja keuntungan yang akan diperoleh stakeholders ?

Apa saja sumberdaya yang dapat dimobilisasi oleh stakeholders tersebut ?

Apa saja kepentingan stakeholders yang menimbulkan konflik dengan

tujuan program?

3. Menilai tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan (influence dan importance)

masing-masing stakeholders. Influence adalah besarnya pengaruh stakeholders

berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas kontrol sumberdaya tertentu atau

kekuatan (power) tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Importance adalah derajat sejauh mana pencapaian hasil pelaksanaan program

bergantung pada keterlibatan aktif suatu stakeholders tertentu.

Identifikasi stakeholders dapat diperoleh melalui informasi dari peraturan

perundangan yang berlaku, dokumen rencana, media cetak dan survey primer.

Berdasarkan sumber tersebut akan diperoleh daftar stakeholders beserta

kepentingan, dampak kepentingan terhadap program, serta penilaian terhadap

tingkat kepentingan (importance) dan pengaruh (influence) berdasarkan skala

tertentu. Selanjutnya skala kepentingan dan pengaruh tersebut dipetakan

berlawanan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pemetaan ini diperoleh

stakeholders kunci dan stakeholders utama.

Stakeholders kunci adalah stakeholders yang berlaku sebagai critical

player dan memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap

keefektifan program. Sementara itu, stakeholders utama merupakan stakeholders

yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan,

program dan proyek serta dinilai memiliki tingkat kepentingan yang tinggi tetapi

pengaruhnya rendah sehingga perlu pemberdayaan. Stakeholders pendukung

(sekunder) adalah stakeholders yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara

langsung terhadap suatu kebijakan, program dan proyek tetapi memiliki pengaruh

Page 3: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

47

yang tinggi. Dapat juga dikatakan individu, kelompok maupun organisasi yang

mempunyai pandangan atau posisi yang sama dan siap bergabung didalam suatu

koalisi untuk mendukung isu tertentu. Dalam pemetaan stakeholders ini akan

dicari stakeholders kunci yang kemudian dijadikan sebagai narasumber

wawancara.

IV.1.2. Pemetaan Stakeholders

Dalam studi ini analisis stakeholders ditujukan untuk mengidentifikasi

pelaku-pelaku yang terkait dalam pengembangan industri kecil kerajinan sebagai

basis pengembangan ekonomi lokal. Hasil analisis stakeholders adalah

teridentifikasinya responden kunci yang dijadikan sebagai narasumber

wawancara. Sebagai langkah awal proses pengidentifikasian dilakukan dengan

mengelompokkan stakeholders yang memiliki keterkaitan dalam pengembangan

industri kecil yaitu :

1. Kelompok regulator (pemerintah)

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi DIY

Dinas Perindustrian Perdaganagn dan Koperasi Gunungkidul

UPT Balai Bisnis DIY

Dekranasda

2. Kelompok Swasta

Pedagang/Eksportir

Asosiasi/Yayasan

BUMN

3. Kelompok Industri Kecil Kerajinan

Pengrajin sentra industri kecil kerajinan Bobung

Pengrajin sentra industri kecil ornamen batu

Pengrajin sentra industri kecil kerajinan bambu

4. Kelompok Perguruan Tinggi dan LSM

Perguruan Tinggi di Gunungkidul

Perguruan Tinggi di DIY

LSM di Gunungkidul

Page 4: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

48

Tahap awal dari stakeholders analisis adalah mencari interest dan pengaruh

(influence) setiap stakeholders. Untuk memperoleh kedua informasi tersebut

diperoleh dari data-data sekunder (peraturan, studi, artikel yang terkait dengan

PEL atau industri kecil). Berikut akan dijelaskan proses analisis stakeholders yang

hasilnya digunakan sebagai responden untuk diwawancarai.

Page 5: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

49

Tabel IV.1. INTEREST, KEPENTINGAN DAN PENGARUH STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KELOMPOK STAKEHOLDERS

INTEREST STAKEHOLDERS TERHADAP IKK

PENGARUH (INFLUENCE) STAKEHOLDERS TERHADAP IKK

DAMPAK PROGRAM TERHADAP INTEREST (+) (0) (-)

KEPENTINGAN (IMPORTANCE)

STAKEHOLDERS KESUKSESAN

PROGRAM 1 = little/no importance 2 = some importance 3 = moderate importance 4 = very importance 5 = critical player

PENGARUH (INFLUENCE)

STAKEHOLDERS TERHADAP PROGRAM

1 = little/no influence 2 = some influence 3 = moderate influence 4 = significant influence 5 = very influence

I. Kelompok Regulator (Pemerintah) Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi DIY Pengembangan industri

kecil se DIY Perumusan kebijakan pengembangan,implementasi

program dan penyediaan fasilitas bagi industri se DIY + 4 4

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Gunungkidul

Pengembangan industri kecil Gunungkidul

Perumusan kebijakan pengembangan,implementasi program,pendanaan dan penyediaan fasilitas bagi industri kecil menengah Gunungkidul

+ 5 5

UPT Balai Bisnis DIY Pengembangan Desain Promosi dan Pemasaran Konsultasi bisnis

Peningkatan kapasitas SDM Pengrajin Pelayanan informasi dan konsultasi

+ 4 4

Dekranasda Pembinaan industri kecil kerajinan

Pembinaan baik pelatihan keterampilan, teknis, desain dan SDM.

Fasilitasi aspek pemasaran

+ 4 4

II. Kelompok Swasta Pedagang/Eksportir Kerjasama bisnis dengan

orientasi profit Pemasaran produk + 4 5

Asosiasi/Yayasan Kerjasama bisnis dengan orientasi profit

Pembinaan industri kecil

Pemasaran produk kerajinan Penguatan modal Pelatihan-pelatihan

+ 4 5

BUMN Misi pengembangan usaha kecil

Ketersediaan kredit pengembangan usaha + 3 4

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 6: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

50

Lanjutan…

KELOMPOK STAKEHOLDERS

INTEREST STAKEHOLDERS TERHADAP IKK

PENGARUH (INFLUENCE) STAKEHOLDERS TERHADAP IKK

DAMPAK PROGRAM TERHADAP INTEREST (+) (0) (-)

KEPENTINGAN (IMPORTANCE)

STAKEHOLDERS KESUKSESAN

PROGRAM 1 = little/no importance 2 = some importance 3 = moderate importance 4 = very importance 5 = critical player

PENGARUH (INFLUENCE)

STAKEHOLDERS TERHADAP PROGRAM

1 = little/no influence 2 = some influence 3 = moderate influence 4 = significant influence 5 = very influence

III. Kelompok Industri Kecil Kerajinan Pengrajin Sentra Industri Kecil

Kerajinan Bobung Peningkatan pendapatan dan

skala usaha Peningkatan jumlah unit usaha Penyerapan tenaga kerja

+ 5 5

Pengrajin Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu

Peningkatan pendapatan dan skala usaha

Peningkatan jumlah unit usaha Penyerapan tenaga kerja

+ 5 5

Pengrajin Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu

Peningkatan pendapatan dan skala usaha

Peningkatan jumlah unit usaha Penyerapan tenaga kerja

+ 5 5

IV. Kelompok Perguruan Tinggi dan LSM

Perguruan Tinggi di DIY Penelitian dan pengembangan teknologi produksi

Peningkatan kapasitas SDM pengrajin

Pembinaan dan pelatihan-pelatihan bagi pengrajin + 3 3

Perguruan Tinggi di Gunungkidul

Penelitian dan pengembangan teknologi produksi

Peningkatan kapasitas SDM pengrajin

Pembinaan dan pelatihan-pelatihan bagi pengrajin + 3 3

LSM di Gunungkidul Lembaga pelayanan alternatif bagi industri kecil yang berfungsi sebagai perantara untuk menjembatani industri kecil dengan pemerintah dan swasta

Sangat berpotensi sebagai partner industri kecil Penelitian, pelatihan, konsultasi dan fasilitasi bagi

industri kecil

+ 3 3

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 7: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

51

Tabel IV.2. PEMETAAN STAKEHOLDERS BERDASARKAN PENGARUH (INFLUENCE) DAN KEPENTINGAN (IMPORTANCE)

INFLUENCE OF STAKEHOLDERS

IMPORTANCE OF ACTIVITY TO STAKEHOLDERS Little/No Importance Some Importance Moderate Importance Very Importance Critical Player

Little/No Influence Some Influence Moderate Influence Perguruan Tinggi dan

LSM

Significant Influence BUMN Disperindagkop DIY UPT Balai Bisnis DIY Dekranasda

Very Influence Pedagang/Eksportir Asosiasi/Yayasan

Disperindagkop Gunungkidul

Pengrajin Sentra IKK Bobung

Pengrajin Sentra IKK Ornamen Batu

Pengrajin Sentra IKK Bambu

Sumber : Hasil Analisis 2008

Ket. Stakeholders kunci/utama

Page 8: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

52

Berdasarkan hasil analisis stakeholders yang telah dilakukan diatas, diperoleh

stakeholders kunci/utama yang nantinya menjadi narasumber wawancara

(responden kunci).

Adapun narasumber tersebut secara rinci adalah :

- Stakeholders kunci/utama berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya

pada pengembangan industri kecil

- Disperindagkop Kabupaten Gunungkidul

Sebagai dinas teknis yang bertanggungjawab pada pembinaan dan

pengembangan industri kecil di Kabupaten Gunungkidul

- Pengrajin Sentra Industri Kecil Kerajinan Bobung

- Pengrajin Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu

- Pengrajin Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu

Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai pelaku usaha

yang berperan dalam peningkatan perekonomian daerah melalui

penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

- Stakeholders pendukung berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya

pada pengembangan industri kecil adalah :

- Pedagang/eksportir

Pelaku usaha yang berperan dalam pemasaran produk industri kecil

- Asosiasi/Yayasan

Pelaku usaha yang berperan dalam pemasaran dan pembinaan industri

kecil kerajinan

- Disperindagkop DIY

Dinas teknis yang berperan dalam pengembangan dan pembinaan industri

se DIY

- UPT Balai Bisnis DIY

Unit pelaksana teknis yang berperan dalam memfasilitasi aspek pemasaran

produk industri kecil se DIY

- Dekranasda

Lembaga yang khusus membina industri kecil kerajinan

- BUMN

Page 9: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

53

Lembaga perbankan dan usaha besar yang berperan dalam bantuan

permodalan usaha dan pembinaan bagi usaha kecil

- Perguruan Tinggi dan LSM

Sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang dapat membantu

usaha kecil dalam pengembangan teknologi produksi, sumberdaya

manusia.

Pada penelitian ini stakeholders yang teridentifikasi menjadi narasumber

wawancara kemudian disesuaikan dengan informasi dari stakeholders

kunci/utama. Informasi dari masing-masing stakeholders ini digunakan untuk

menganalisis pola kemitraan yang terjadi dalam pengembangan industri kecil

kerajinan di Gunungkidul.

IV.2. Identifikasi Pola Kemitraan antar Stakeholders dalam Pengembangan

Industri Kecil Kerajinan

Pola kemitraan yang diidentifikasi adalah pola kemitraan pada tiga sentra

industri kecil kerajinan yaitu : sentra industri kecil kerajinan topeng dan batik

kayu Bobung, sentra industri kecil kerajinan ornamen batu putih dan sentra

industri kecil kerajinan bambu.

Kemitraan pada masing-masing sentra adalah kemitraan antar industri kecil

kerajinan, kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan pedagang/eksportir,

BUMN, asosiasi/yayasan, kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan

perguruan tinggi dan LSM, kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan

pemerintah.

Berdasarkan pola kemitraan yang diatur dalam UU Nomor 9 Tahun 1995 tentang

usaha kecil dan PP 44 tahun 1997 tentang kemitraan serta pola kemitraan usaha

lainnya dalam pengembangan industri kecil kerajinan (Kuncoro, 2000), maka

indikator kemitraan yang dibutuhkan dalam pengembangan industri dapat dilihat

pada tabel IV.3 berikut :

Page 10: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

54

Tabel IV.3. Indikator kemitraan yang dibutuhkan antara industri kecil

kerajinan dengan stakeholders

No Stakeholders Kemitraan yang dibutuhkan

1. Industri kecil kerajinan - Kemitraan dalam pengadaan bahan baku - Subkontrak - Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi - Kemitraan dalam akses permodalan - Kemitraan dalam promosi & pemasaran

2. Pedagang & Eksportir BUMN, Asosiasi/Yayasan

- Pola bapak angkat - Kredit bunga lunak - Subkontrak - Ventura - Perdagangan umum - Waralaba - Keagenan

3. Perguruan Tinggi Lembaga Masyarakat

- Kemitraan dalam desain produk kerajinan - Kemitraan dalam pelatihan tenaga kerja - Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi

tepat guna (TTG) - Kemitraan dalam pelatihan teknik

produksi & pengelolaan administrasi - Kemitraan dalam fasilitasi pada akses

permodalan 4. Pemerintah - Pendidikan & Pelatihan

- Bantuan Modal & Peralatan - Penelitian & Pengembangan - teknologi produksi - Perantara ind.kecil kerajinan dgn bapak

angkat & Buyer - Pelayanan informasi & konsultasi - Fasilitasi Promosi produk IK

Sumber : Diolah dari UU No 9 Tahun 1995 & PP 44 Tahun 1997; Kuncoro 2000

Pola – pola kemitraan yang teridentifikasi diperoleh berdasarkan hasil

wawancara dengan masing-masing stakeholders yang saling bekerjasama. Pola

kemitraan ini dapat dilihat pada tabel IV.4 berikut :

Page 11: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

55

Tabel IV.4. Kemitraan Antar Stakeholders dalam pengembangan industri kecil kerajinan

STAKEHOLDERS KEMITRAAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PENGEMBANGAN

INDUSTRI

KEMITRAAN SENTRA BOBUNG

KEMITRAAN SENTRA

ORNAMEN BATU

KEMITRAAN SENTRA

KERAJINAN BAMBU

KET.

1 2 3 4 5 6

INDUSTRI

Kemitraan dalam pengadaan bahan baku - Kesepakatan harga bersama - Sharing bahan baku

Subkontrak

- Subkontrak barang ½ Jadi & barang Jadi

Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi - Teknik pengawetan dan pengeringan bahan baku

Kemitraan dalam akses permodalan - Pinjaman modal ke koperasi

Kemitraan dalam promosi & pemasaran - Menampung Hasil Produksi Pengrajin Kecil

PEDAGANG/EKSPORTIR

Pola bapak angkat

Kredit bunga lunak

Subkontrak

- Subkontrak barang ½ Jadi

Ventura

Perdagangan umum

- Pemasaran Konsinyasi, - Job Order

Waralaba

Keagenan

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 12: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

56

Lanjutan…….

1 2 3 4 5 6

BUMN

Pola Bapak Angkat

Fasilitasi Pameran Produk

Kredit Bunga Lunak

Permodalan Usaha

Ventura

Perdagangan umum

Waralaba

Keagenan

ASOSIASI/YAYASAN

Pola Bapak Angkat

Kredit Bunga Lunak

Permodalan Usaha

Subkontrak

Barang ½ Jadi

Ventura

Perdagangan umum

Produsen – Buyer (job order)

Waralaba

Keagenan

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 13: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

57

Lanjutan……..

1 2 3 4 5 6

PERGURUAN TINGGI & LSM

Kemitraan dalam desain produk kerajinan

Sentra Industri sebagai tempat magang dan penelitian

Kemitraan dalam pelatihan tenaga kerja

Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG)

Kemitraan dalam pelatihan teknik produksi & pengelolaan administrasi

Kemitraan dalam fasilitasi pada akses permodalan

PEMERINTAH

Pendidikan & Pelatihan,

Peningkatan Kapasitas SDM Pengrajin

Bantuan Modal & Peralatan

Pasca Gempa

Penelitian & Pengembangan teknologi produksi

Pengembangan desain dan kualitas produk

Perantara industri kecil kerajinan dengan bapak angkat & Buyer

Temu Bisnis

Pelayanan informasi & konsultasi Konsultasi manajemen usaha dan pemasaran

Fasilitasi Promosi produk Industri Kecil

Pameran Kerajinan & Show Room

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 14: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

58

IV.3. Analisis Kemitraan antar Stakeholders dalam Pengembangan Industri

Kecil Kerajinan

IV.3.1.Kemitraan antar Industri Kecil Kerajinan

Kemitraan antar pengusaha industri kecil kerajinan dilihat dari kemitraan

pengadaan bahan baku, kemitraan subkontrak, kemitraan dalam pemanfaatan

teknologi, kemitraan dalam akses permodalan, kemitraan dalam promosi dan

pemasaran.

IV.3.1.1. Kasus I : Sentra Industri Kecil Kerajinan Bobung

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 pengrajin dalam sentra Bobung

pola kemitraan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Kemitraan dalam pengadaan bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi topeng dan kerajinan

batik kayu adalah kayu pule dan kayu sengon yang dipasok dari lokal

Gunungkidul dan daerah sekitar. Khusus untuk kayu pule yang mulai langka di

Gunungkidul, pasokan dipenuhi dari daerah Pacitan, Wonogiri dan Jawa Timur.

Dalam pengadaan bahan baku ini pengrajin dalam sentra Bobung melakukan

pemesanan sendiri-sendiri dengan 5 suplier tetap yang datang langsung ke sentra

Bobung. Akan tetapi walaupun pengadaan bahan baku sendiri oleh pengrajin,

terjadi kerjasama antar sesama pengrajin dalam hal kesepakatan harga penawaran.

Jika supplier sudah mewarkan bahan baku kepada salah satu pengrajin maka

pengrajin lain tidak mau lagi menawar dengan harga yang lebih tinggi dari

pengrajin sebelumnya. Hal ini untuk menghindari permainan harga oleh supplier.

Kerjasama lainnya adalah dalam hal pinjam meminjam bahan baku antar

sesama pengrajin jika mendapatkan order yang banyak dalam waktu yang

mendesak. Model kerjasama ini belum dapat dikatakan kemitraan yang

dibutuhkan dalam pengembangan industri kecil kerajinan. Pengadaan bahan baku

sendiri-sendiri memiliki kelemahan dalam hal kontinuitas pasokan sehingga

mengalami kesulitan dalam memenuhi order yang banyak dengan waktu delivery

yang mendesak.

Page 15: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

59

B. Subkontrak

Pengrajin disentra industri Bobung bekerjasama dengan cara subkontrak

barang setengah jadi. Subkontrak dilakukan jika mendapatkan order yang besar

dengan waktu pengerjaan yang singkat maka pengrajin melakukan pemesanan

barang setengah jadi yang masih dalam bentuk putihan pada pengrajin lainnya.

Model kemitraan ini sudah biasa dilakukan oleh pengrajin dalam sentra.

Subkontrak hanya terbatas pada barang setengah jadi disebabkan penanganan

proses finishing masing-masing pengrajin berbeda. Kualitas produk ditentukan

oleh proses finishing ini.

Dalam proses finishing dilakukan pengawetan produk yang oleh masing-

masing pengrajin mempunyai teknik pengawetan khusus. Teknik pengawetan

secara umum menggunakan bahan kimia, akan tetapi pengawetan khusus yang

merupakan inovasi yang ditemukan sendiri oleh pengrajin masih dirahasiakan.

Hal ini disebabkan karena persaingan usaha untuk mendapatkan buyer ditentukan

oleh kualitas produk yang dihasilkan. Alasan lain subkontrak barang setengah jadi

karena proses pembatikan dengan teknik pencampuran warna yang berbeda untuk

masing-masing pengrajin dan untuk menjaga keseragaman warna sesuai dengan

permintaan buyer. Teknik pencampuran warna ini dirahasiakan oleh pengrajin

sebagai ciri khas produk.

C. Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi

Industri kecil kerajinan pada umumnya belum memerlukan teknologi

dalam bentuk mesin-mesin teknologi tinggi. Produk kerajinan ditentukan oleh

kreativitas pengrajin dalam menghasilkan suatu produk dengan kualitas dan nilai

seni yang tinggi. Walaupun belum membutuhkan mesin berteknologi tinggi,

industri kecil kerajinan memerlukan inovasi dalam teknik produksi. Inovasi ini

dalam bentuk teknik pengeringan dan pengawetan bahan baku, teknik finishing

dan pewarnaan proses pembatikan.

Pada sentra kerajinan Bobung telah terjalin kerjasama dalam pemanfaatan

mesin pengering bahan baku. Mesin ini merupakan bantuan dari pemerintah

melalui Disperindagkop Gunungkidul yang diberikan dalam rangka pemulihan

usaha industri kecil pasca gempa. Mesin ini ditempatkan pada empat perusahaan

yang berskala menengah dan dapat digunakan secara bersama oleh semua

Page 16: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

60

pengrajin yang ada dalam sentra kerajinan Bobung. Kerjasama lainnya adalah

saling berbagi informasi dalam teknik pengawetan bahan yang menggunakan

bahan kimia. Sedangkan teknik pengawetan khusus masih menjadi rahasia

perusahaan masing-masing pengrajin seperti dijelaskan sebelumnya pada

kemitraan subkontrak.

D. Kemitraan dalam akses permodalan

Sentra industri kerajinan Bobung telah memiliki koperasi pengrajin yang

dibentuk sejak tahun 2006 tetapi diresmikan dan memiliki badan hukum baru

tahun 2008. Koperasi ini dengan modal 600 juta sebagai bantuan pemerintah

dalam rangka pemulihan usaha pasca gempa. Koperasi ini merupakan koperasi

simpan pinjam yang melayani kebutuhan modal pengrajin dalam sentra. Koperasi

juga menjadi wadah pengrajin dalam mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Kerjasama dalam akses permodalan antar sesama pengrajin hanya melalui

koperasi untuk pinjaman modal skala kecil. Sedangkan untuk kebutuhan modal

skala besar pengrajin mengakses sendiri ke BUMN yang menyediakan kredit

usaha.

Akses modal ke BUMN ini berdasarkan kebutuhan modal dan penilaian

kelayakan usaha masing-masing pengrajin. Pengrajin belum mau bekerjasama

dalam akses modal ke BUMN melalui koperasi disebabkan pembebanan bunga

yang tinggi oleh pihak koperasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Basuki pimpinan perusahaan Hasta Karya dan beberapa pengrajin lainnya, bahwa

akses modal melalui koperasi terjadi dobel bunga. Pinjaman modal dari BUMN

dengan bunga lunak jika penyalurannya ditangani oleh koperasi maka pihak

koperasi sebagai badan usaha membebankan kembali bunga sesuai ketentuan

peminjaman melalui koperasi. Dobel bunga ini dirasakan berat bagi pengrajin jika

meminjam dalam jumlah yang besar. Alasan lain belum ada kemitraan dalam

akses modal bersama ke BUMN disebabkan sulitnya mendapatkan barang

jaminan yang dapat digunakan bersama. Masing-masing pengrajin merasa berat

menggunakan asset pribadinya sebagai jaminan bersama. Ini berkaitan dengan

proses pengembalian kredit oleh masing-masing pengrajin yang meminjam secara

bersama, dikhawatirkan ada kredit macet yang akan berimplikasi pada penyitaan

barang jaminan.

Page 17: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

61

E. Kemitraan dalam promosi dan pemasaran

Sentra industri kerajinan Bobung belum bekerjasama dalam pemasaran

bersama produk kerajinan. Hal ini disebabkan belum ada lembaga khusus yang

menangani pemasaran produk kerajinan Bobung. Pemasaran masih dilakukan

sendiri-sendiri oleh pengrajin yang menyebabkan lemahnya posisi tawar dengan

pedagang/eksportir. Sebagian pengrajin lebih suka menjual produk setengah jadi

karena permintaan untuk itu banyak dan lebih mudah memasarkannya. Pemasaran

barang setengah jadi ini menyebabkan produk jadi sentra Bobung menjadi mahal

dan kalah bersaing dengan produk sejenis dari daerah Bantul dan Yogyakarta.

Pengrajin di dua daerah ini dapat menjual produknya lebih murah dari produk

sentra Bobung karena mereka hanya mengerjakan proses finishing saja sehingga

biaya produksinya lebih murah.

Kerjasama dalam promosi dan pemasaran yang terjadi di sentra Bobung

dalam hal mengikutkan produk pengrajin lain dalam pameran yang diikuti salah

satu pengrajin jika produk tersebut jenisnya berbeda. Untuk pengusaha yang

sudah berskala menengah menampung hasil barang setengah jadi pengrajin kecil.

IV.3.1.2. Kasus 2 : Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 pengrajin dalam sentra industri

ornamen batu putih, pola kemitraan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Kemitraan dalam pengadaan bahan baku.

Kerjasama pengadaan bahan baku disentra kerajinan batu putih masih

terbatas pada saling pinjam bahan baku jika mendapatkan order yang tiba-tiba.

Kerjasama ini terjadi antara tiga pengrajin skala menengah. Pengadaan bahan

baku secara bersama belum dilakukan karena di sentra ini belum terbentuk

organisasi ataupun asosiasi yang menjadi wadah bagi pengrajin dalam sentra. Dari

hasil wawancara dengan pengusaha ornamen batu ini didapat informasi supply

bahan baku dipenuhi dari lokal Gunungkidul dengan 6 supplier untuk jenis batu

putih. Supply batu putih ini diperoleh pengrajin dengan menambang langsung

(membeli bukit karst) bagi perusahaan skala menengah. Pengrajin lainnya

bekerjasama dengan penambang batu yang ada di Kecamatan Wonosari dan

Semin. Sedangkan batu hitam di supply dari Sleman dan Merapi.

Page 18: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

62

B. Subkontrak

Dalam memenuhi order yang banyak dan tiba-tiba dengan waktu

penyelesaian yang singkat, pengrajin di sentra ini bekerjasama dengan cara

subkontrak dengan pengrajin lainnya. Subkontrak ini langsung untuk produk jadi

dengan desain dari buyer. Dalam pelaksanaan subkontrak ini kesepakatan harga

dilakukan secara bersama antara pengrajin penerima subkontrak dengan pemberi

order. Ada keterbukaan harga antara pemberi order dengan pengrajin subkontrak,

dimana harga disepakati jika selisihnya dari order awal dengan buyer tidak terlalu

jauh. Mekanisme pembayaran antara pemberi order dengan pengrajin dilakukan

pada saat produk diserahkan ke pemberi order. Kerjasama ini memberi

keuntungan kedua pihak dimana pengrajin subkontrak tidak dibebankan resiko

kerugian penjualan. Disisi lain pemberi order dapat menghemat biaya produksi

dengan cara mensubkontrakkan sebagian proses produksinya ke pengrajin lain.

C. Kemitraan dalam akses permodalan

Akses ke sumber permodalan dilakukan langsung oleh masing-masing

pengrajin sesuai dengan kebutuhan modal dan penilaian kelayakan usaha.

Kerjasama antar pengrajin dalam mengakses sumber modal bersama belum terjadi

disebabkan belum ada lembaga/organisasi yang memfasilitasi. Dari wawancara

dengan pengrajin di sentra batu ini diperoleh informasi salah satu alasan belum

ada kerjasama akses permodalan karena adanya pihak-pihak yang melakukan

praktek rentenir. Menurut sebagian pengrajin skala kecil yang ada di sentra ini

lebih mudah meminjam uang ke rentenir dibandingkan ke lembaga keuangan

seperti Bank dan BUMN lainnya. Kesulitan pengrajin mengakses modal ke Bank

karena persyaratan kredit dengan jaminan. Sedangkan ke rentenir tidak

mempersyaratkan jaminan apapun, tetapi pembebanan bunga yang tinggi. Akan

tetapi bagi pengrajin hal ini tidak menjadi masalah karena dapat menanggulangi

kebutuhan modal usaha pengrajin jangka pendek.

D. Kemitraan dalam promosi dan pemasaran.

Kerjasama dalam promosi dan pemasaran antar pengrajin di sentra batu ini

adalah kerjasama pemasaran dimana pengrajin skala menengah menampung hasil

produksi pengrajin kecil. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Ngatijan

Page 19: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

63

pimpinan Mustafa Stone. Dalam sentra ini terdapat 3 usaha skala menengah yang

membantu pengrajin kecil dalam memasarkan hasil produksinya.

IV.3.1.3. Kasus 3 : Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu

Identifikasi pola kemitraan di sentra industri kecil kerajinan bambu ini

dilakukan dengan wawancara pada 4 pengusaha kerajinan bambu yang sudah

berskala ekspor. Dalam sentra industri terdapat banyak pengrajin bambu tetapi

jenis produk yang dihasilkan sebagian besar adalah sangkar burung.

Pola dan model kemitraan antar industri kerajinan bambu berdasarkan informasi

dari 4 pengusaha/pengrajin ini adalah sebagai berikut :

A. Kemitraan dalam pengadaan bahan baku

Kerjasama antar pengusaha kerajinan bambu dalam pengadaan bahan baku

belum terjadi disebabkan jenis bahan baku bambu yang dibutuhkan oleh masing-

masing pengusaha berbeda sesuai dengan permintaan dari buyer. Bahan baku

bambu ini sebagian masih dipenuhi dari lokal Gunungkidul, sedangkan untuk

jenis bambu tertentu dipasok dari Pacitan dengan 4 suplier tidak tetap dan 1

suplier tetap. (hasil wawancara dengan Bapak Suwarji, pimpinan FDA

Handycraft)

B. Subkontrak

Kemitraan dengan model subkontrak dilakukan oleh pengusaha kerajinan

bambu di sentra ini jika mendapatkan order yang banyak dalam waktu yang

singkat untuk diselesaikan. Pengrajin akan meminta barang setengah jadi ataupun

barang jadi kepada pengrajin lainnya dengan harga yang sudah memperhitungkan

keuntungan bagi pengrajin pemberi subkontrak. Kesepakatan harga disetujui jika

harga dari pengrajin yang mensubkontrakkan selisihnya tidak jauh berbeda

dengan harga order dari buyer.

C. Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi

Dalam pemanfaatan teknologi, pengrajin sentra bambu masih

menggunakan peralatan dengan teknologi sederhana. Inovasi teknologi

berdasarkan kreatifitas masing-masing pengrajin dalam menghadapi persaingan

Page 20: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

64

pasar. Ketatnya persaingan pasar ini menyebabkan pengrajin tidak mau berbagi

infomasi dalam inovasi teknologi. Menurut Bapak Gunawan pimpinan Kurnia

Handy Craft, persaingan antar pengrajin ini adalah persaingan tidak sehat dimana

ada beberapa pengrajin terutama yang pemula bersedia menjual produk dengan

harga dibawah harga pengrajin lainnya. Hal ini mereka lakukan untuk merebut

pelanggan karena sulitnya memasarkan produk kerajinan bambu bagi pemula.

D. Kemitraan dalam akses permodalan

Kerjasama dalam akses permodalan ini belum terjadi di sentra industri

kerajinan bambu disebabkan kebutuhan permodalan yang berbeda untuk masing-

masing pengrajin. Dalam sentra ini belum ada lembaga/organisasi/asosiasi yang

mewadahi pengrajin dalam mengakses sumber modal bersama.

E. Kemitraan dalam promosi dan pemasaran

Kerjasama dalam promosi dan pemasaran antar sesama pengrajin disentra

ini belum terjalin disebabkan setiap pengrajin sudah memiliki buyer tetap yang

secara rutin memesan produk kerajinan bambu. Kegiatan promosi melalui

pameran yang difasilitasi oleh Dinas Perindagkop tetapi belum semua pengrajin

berkesempatan untuk mengikuti. Dari wawancara dengan Bapak Gunawan dan

Bapak Samto, diperoleh informasi bahwa pameran hanya diikuti oleh pengrajin

yang sudah dikenal oleh pihak Dinas Perindagkop dan tidak ada giliran untuk

pengrajin lainnya di sentra ini.

IV.3.2. Kemitraan Antar Industri Kecil Kerajinan Dengan Pedagang/Eksportir,

BUMN, Asosiasi/Yayasan

Pola kemitraan yang diidentifikasi adalah pola bapak angkat, kredit bunga

lunak, subkontrak, ventura, perdagangan umum, waralaba dan keagenan

IV.3.2.1. Kasus I. Sentra Industri Kecil Kerajinan Bobung

Pola kemitraan yang ada di sentra ini berdasarkan hasil wawancara dapat

dijelaskan pada uraian berikut :

Page 21: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

65

A. Pola Bapak Angkat

Pola bapak angkat dengan pihak BUMN dalam bentuk pemberian kredit

modal usaha kepada pengrajin yang secara otomatis menjadi mitra bagi BUMN

tersebut. BUMN yang menjadi bapak angkat ini antara lain adalah BNI, Mandiri,

BRI, Sucofindo, Opalindo, Apikri, Pekerti, yayasan Bethesda, dimana kerjasama

melalui fasilitasi pengrajin pada even-even pameran untuk promosi produk

kerajinan, pelatihan-pelatihan manajemen usaha dalam rangka peningkatan

kapasitas pengrajin. Pola bapak angkat ini belum terjadi dengan

pedagang/eksportir, ini seperti diungkapkan oleh pengrajin yang ada dalam sentra

Bobung. Pedagang/eksportir belum tertarik untuk menjalin kemitraan pola bapak

angkat dengan pengrajin disebabkan minat dari pedagang yang lebih berorientasi

bisnis dengan profit yang maksimal. Kerjasama pedagang/eksportir dengan

pengrajin terbatas pada kerjasama perdagangan umum antara buyer dengan

produsen. Pola kerjasama ini akan dijelaskan tersendiri pada pola kemitraan

perdagangan umum.

B. Kredit Bunga Lunak

Hasil wawancara dengan pengrajin dalam sentra Bobung teridentifikasi

kemitraan dengan pola kredit bunga lunak antara BUMN, Asosiasi/Yayasan

dengan pengrajin dalam sentra. Kemitraan ini terbatas pada pemberian kredit

usaha kecil untuk permodalan usaha sebagai kewajiban BUMN dalam

pengembangan usaha kecil seperti yang diamanatkan oleh UU no 9 tahun 1999

tentang usaha kecil. Dimana BUMN diwajibkan menyisihkan 1-3% laba

bersihnya untuk membantu pengembangan usaha kecil menengah. Bantuan kredit

usaha ini diberikan kepada semua pengrajin dalam sentra dalam rangka pemulihan

usaha pasca gempa. Sedangkan kredit usaha berskala besar diberikan sesuai

penilaian kelayakan usaha pengrajin. Seperti yang diungkapkan oleh bapak

Basuki yang telah menjadi mitra dari Sucofindo, akses terhadap sumber modal ini

dilakukan sendiri-sendiri oleh pengrajin sesuai dengan kebutuhan permodalan dan

penilaian kelayakan usaha. Kredit usaha kecil ini diberikan dengan bunga lunak

sebesar 6 % pertahun dengan persyaratan jaminan kredit yang ditentukan oleh

pihak BUMN. Kredit yang berasal dari Asosiasi/Yayasan diberikan kepada

pengrajin yang sudah menjadi mitra mereka dalam pemasaran produk kerajinan.

Page 22: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

66

Kemitraan yang dimaksud adalah hubungan kerjasama perdagangan umum yang

akan dijelaskan tersendiri. Kredit yang diberikan oleh Asosiasi/Yayasan sebagai

tambahan modal usaha dengan persyaratan yang ditentukan oleh Asosiasi

tersebut. Salah satu syaratnya adalah menjadi anggota koperasi pada Asosiasi

tersebut. Pengrajin sentra Bobung yang telah mendapatkan pinjaman kredit dari

Asosiasi Apikri dan yayasan Bethesda ada lima pengrajin yang sudah

dikategorikan cukup maju dan memasarkan produk melalui Apikri. (wawancara

dengan bapak Basuki dan bapak Kadirman).

C. Subkontrak

Pola kemitraan subkontrak terjadi dengan pedagang/eksportir dan Asosiasi

dengan pengrajin sentra Bobung dalam hal subkontrak barang setengah jadi

(putihan). Dari hasil wawancara dengan pengrajin di sentra ini sebagian besar

pengrajin menjalin kerjasama subkontrak barang setengah jadi karena lebih

mudah memasarkan produk setengah jadi dibandingkan barang jadi. Order barang

setengah jadi ini dilakukan pedagang/eksportir untuk diproses lebih lanjut dengan

alasan biaya produksinya lebih murah jika dibandingkan membeli barang jadi

langsung. Subkontrak barang setengah jadi dengan pedagang/eksportir ini dapat

dikatakan juga hubungan kerjasama perdagangan umum. Order untuk subkontrak

ini belum ada kontrak tertulis antara pengrajin dengan pedagang/eksportir.

Transaksi hanya berdasarkan nota pesanan biasa.

D. Perdagangan Umum

Kemitraan dengan pola perdagangan umum antara pengrajin dengan

pedagang/eksportir, asosiasi/yayasan adalah kerjasama pemasaran hasil produk

industri kecil kerajinan. Pedagang/eksporit dan asosiasi/yayasan membeli atau

memesan produk kerajinan ke pengrajin, atau sebaliknya pengrajin menawarkan

dan menjual produk ke pedagang/eksportir dan asosiasi/yayasan. Sistem

pemasaran yang terjadi adalah job order dan konsinyasi. Job order dengan uang

muka dengan pelunasan setelah serah terima pesanan terakhir, sedangkan

konsinyasi tanpa uang muka dengan pembayaran sebulan setelah produk

dititipkan ke toko atau showroom kerajinan. Pemasaran konsinyasi ini hanya

mampu dilakukan oleh pengrajin yang sudah memiliki modal yang cukup besar.

Page 23: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

67

Sedangkan pengrajin kecil lainnya bergantung pada order dengan uang muka.

Transaksi bisnis yang terjadi pada pola kemitraan perdagangan umum ini belum

ada kontrak secara tertulis yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak

yang bekerjasama. Kontrak kerjasama hanya berupa nota pesanan biasa seperti

pada pola subkontrak dengan perjanjian-perjanjian secara lisan dimana resiko

penjualan tetap menjadi tanggungan pengrajin. Resiko penjualan ini adanya

produk reject setelah order diterima oleh eksportir dan pengrajin harus mengganti

dengan produk yang baru. Hal ini sering menimbulkan kerugian bagi pengrajin

karena harus mengeluarkan biaya produksi tambahan.

E. Ventura, Waralaba dan Keagenan

Pola kemitraan ventura, waralaba dan keagenan belum terjadi antara

pengrajin dan pedagang, BUMN dan asosiasi. Produk kerajinan hanya salah satu

varian produk yang diperdagangkan sehingga belum ada minat dari

pedagang/eksportir untuk menjalin kerjasama dengan pola lain selain perdagangan

umum.

IV.3.2.2. Kasus 2 : Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu

Pola kemitraan yang diidentifikasi pada sentra ini berdasarkan hasil

wawancara dengan 10 pengrajin dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Pola Bapak Angkat

Kemitraan dengan pola bapak angkat ini terjadi dengan BUMN seperti

sentra inustri kecil Bobung. Kerjasama terjadi karena pemberian bantuan kredit

pasca gempa untuk pemulihan usaha. Pengrajin yang menjadi mitra BUMN

difasilitasi dalam pameran untuk promosi produk kerajinan. Pembinaan lain yang

diberikan adalah dalam manajemen usaha dengan mengikutkan pengrajin pada

pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh lembaga-lembaga perbankan dan BUMN

lainnya.

B. Kredit Bunga Lunak

Kerjasama dalam pemberian fasilitas kredit bunga lunak kepada pengrajin

dilakukan dalam rangka pemulihan usaha pasca gempa dan melalui program

Page 24: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

68

BUMN dengan Kredit Usaha Kecil (KUK) bagi usaha kecil menengah. Kredit

Usaha Kecil ini diberikan sesuai penilaian kelayakan usaha dan dengan

persyaratan jaminan yang ditentukan oleh BUMN. KUK ini belum dapat diakses

oleh semua pengrajin yang ada dalam sentra disebabkan persyaratan jaminan

kredit tersebut.

C. Subkontrak

Sentra ornamen batu belum mengadakan subkontrak dengan

pedagang/eksportir disebabkan order pasar untuk kerajinan batu ini terbatas dan

sebagian besar berskala ekspor yang dilakukan langsung oleh perusahan-

perusahan eksportir. Hubungan kerjasama dalam bentuk perdagangan umum

dimana order langsung dari buyer atau perusahaan eksportir.

D. Perdagangan Umum

Sebagaimana kemitraan dengan sentra Bobung, pola kemitraan

perdagangan umum yang terjadi di sentra batu ini terbatas atas kerjasama dalam

pemasaran dengan sistem job order. Perusahaan eksportir membeli produk

kerajinan batu untuk kemudian diekspor sesuai permintaan buyer dari luar negeri.

Ekspor kerajinan batu ini ke negara – negara seperti Singapura, Malaysia, Eropa,

Amerika. Ekspor ini masih melalui pihak ke 3 yaitu perusahan eksportir dan agen-

agen pengiriman barang seperti MSA Cargo. Pengrajin belum mampu melakukan

ekspor sendiri karena keterbatasan kemampuan SDM dan untuk menghindari

resiko penjualan akibat ulah buyer yang tidak melunasi pembayaran karena hilang

kontak. Pengrajin yang mendapatkan buyer langsung dari luar negeri bekerjasama

dengan agen-agen pengiriman barang untuk melakukan ekspor. Dengan kerjasama

seperti ini tanggungjawab pengrajin hanya sampai pada proses pengiriman ke

agen dan selanjutnya urusan ekspor menjadi tanggungjawab agen. Pembayaran

juga dilakukan melalui agen tersebut sehingga dapat menghindarkan pengrajin

dari resiko ditipu oleh buyer. Kerjasama pemasaran ini belum ada kontrak tertulis

hanya berdasarkan nota pesanan dan atas dasar saling percaya. Untuk hubungan

kerjasama perdagangan yang sudah berlangsung lama dan menjadi pelanggan

tetap hal ini dapat saja dilakukan, akan tetapi dengan pelanggan baru akan

menimbulkan masalah dikemudian hari seperti halnya kasus penipuan.

Page 25: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

69

E. Ventura, Waralaba dan Keagenan

Kemitraan dengan pola ventura, waralaba dan keagenan belum terjadi

karena minat pedagang/eksportir masih terbatas pada perdagangan umum dengan

orientasi profit yang maksimal.

IV.3.2.3. Kasus 3 : Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu

Pola kemitraan sentra industri kecil kerajinan bambu dengan

Pedagang/Eksportir, BUMN dan Asosiasi/Yayasan dapat diuraikan sebagai

berikut :

A. Pola Bapak Angkat

Kemitraan dengan pola bapak angkat terjadi antara pengrajin dengan

lembaga perbankan. Pengrajin sentra bambu ini menjadi mitra dari BRI dalam

pemberian kredit usaha kecil. Seperti halnya sentra lainnya pengrajin yang

mendapatkan kredit usaha akan menjadi mitra dari lembaga perbankan tersebut.

B. Kredit Bunga Lunak

Pola kemitraan dengan kredit bunga lunak menjadi salah satu program

BUMN dalam pembinaan kepada usaha kecil. Pemberian kredit bunga lunak ini

berdasarkan penilaian kelayakan usaha oleh pihak BUMN. Kredit bunga lunak

yang diberikan berupa kredit usaha kecil dengan persyaratan jaminan. Belum

semua pengrajin dapat mengakses kredit ini karena persyaratan jaminan yang

belum dapat dipenuhi oleh pengrajin.

C. Subkontrak

Pola subkontrak antara pengrajin dengan pedagang/eksportir dan asosiasi

terbatas pada subkontrak barang setengah jadi. Pengrajin sentra bambu

mengerjakan sebagian komponen yang selanjutnya akan dilakukan proses

finishing oleh pemberi order. Untuk produk yang menggunakan kombinasi bahan

yang beragam, pengrajin mendapatkan order subkontrak dalam penyelesaian akhir

menjadi barang jadi.

Page 26: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

70

D. Perdagangan Umum

Pola kemitraan perdagangan umum merupakan pola yang paling lazim

dilakukan antara pedagang/eksportir dan asosiasi dengan pengrajin industri kecil.

Seperti halnya kedua sentra industri kecil kerajinan sebelumnya, kemitraan

perdagangan umum ini terbatas pada hubungan dagang biasa antara produsen dan

pembeli/buyer. Pedagang/eksportir membeli atau memesan barang kepada

pengrajin untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir.

Transaksi bisnis ini ada yang sudah menggunakan kontrak tertulis yang semua

persyaratannya dibuat oleh pembeli. Kontrak terutama berisi ketentuan-ketentuan

mengenai kualitas, waktu penyelesaian, harga, pembayaran dan sanksi-sanksi.

Kontrak akan disetujui oleh pengrajin jika ketentuan-ketentuannya dinilai tidak

memberatkan pengrajin, terutama ketentuan mengenai harga, kualitas dan waktu

penyelesaian produk.

E. Ventura, Waralaba, Keagenan

Pola kemitraan ventura, waralaba dan keagenan belum terjadi disentra ini.

Hubungan kemitraan yang terjadi hanya terbatas pada pola yang telah dijelaskan

sebelumnya.

IV.3.3. Kemitraan antara Industri Kecil Kerajinan dengan Perguruan Tinggi dan

LSM

Kemitraan dengan perguruan tinggi dan lembaga masyarakat dilihat dari

hubungan kerjasama dalam : 1) desain produk kerajinan; 2) pelatihan tenaga

kerja; 3) pemanfaatan teknologi tepat guna; 4) pelatihan teknik produksi dan

pengelolaan administrasi; 5) fasilitasi pada akses permodalan. Dari kelima model

hubungan kemitraan ini untuk ketiga sentra industri kecil kerajinan belum terjalin

kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat.

Berdasarkan wawancara dengan pengrajin di ketiga sentra ini diperoleh informasi

bahwa pihak perguruan tinggi belum melakukan pembinaan kepada industri kecil.

Sentra industri kecil menjadi lokasi magang bagi KKN Terpadu UGM. Kerjasama

yang pernah terjadi adalah salah satu pengrajin di sentra Bobung menjadi

instruktur pada pelatihan ketrampilan yang diadakan salah satu perguruan tinggi

di Gunungkidul. Kerjasama lainnya terkait dengan budidaya kayu pule salah satu

Page 27: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

71

bahan baku kerajinan topeng pada program pelestarian hutan wanagama oleh

Dinas Kehutanan Gunungkidul dan Fakultas Kehutanan UGM. Program

kerjasama ini tidak terkait secara langsung dengan pengrajin yang ada dalam

sentra Bobung. Program-program pembinaan usaha kecil sebagai salah satu

program pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi belum menyentuh

pengrajin yang ada disentra industri Gunungkidul.

IV.3.4. Kemitraan antara Industri Kecil Kerajinan dengan Pemerintah

Kemitraan yang dibutuhkan oleh industri kecil kerajinan dengan

pemerintah dapat dilihat dari kemitraan dalam pendidikan dan pelatihan, bantuan

modal dan peralatan, penelitian dan pengembangan teknologi produksi, perantara

industri kecil kerajinan dengan bapak angkat dan buyer, pelayanan informasi dan

konsultasi, fasilitasi promosi produk industri kecil. Hubungan kerjasama pada

masing-masing sentra dapat dijelaskan sebagai berikut :

IV.3.4.1. Kasus I : Sentra Industri Kecil Kerajinan Bobung.

Dari hasil wawancara dengan pengrajin di sentra bobung diperoleh

informasi kerjasama dengan pemerintah seperti diuraikan dibawah ini :

A. Pendidikan dan Pelatihan

Sebagai upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia para pengrajin,

pemerintah menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan. Program dilklat

yang telah diikuti pengrajin di sentra bobung antara lain diklat ekspor impor,

diklat kluster industri, diklat pembatikan, pelatihan teknik pengawetan dan

pengeringan bahan baku.

B. Bantuan Modal dan Peralatan

Program bantuan modal dan peralatan untuk pengrajin ini dalam rangka

pemulihan usaha pasca gempa. Sentra kerajinan bobung mendapatkan bantuan

modal usaha dari Departemen Koperasi dan UKM yang penyalurannya dilakukan

melalui koperasi pengrajin. Selain bantuan modal, pemerintah juga memberikan

bantuan peralatan kepada masing-masing pengrajin. Peralatan ini jenisnya

berbeda untuk setiap pengrajin disesuaikan dengan kebutuhan dan skala usaha.

Page 28: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

72

Peralatan bantuan ini dapat digunakan bersama oleh pengrajin dalam sentra.

Seperti halnya untuk jenis peralatan bor, oven untuk pengeringan bahan baku

yang jumlahnya terbatas.

C. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Produksi

Kerjasama dalam pengembangan teknologi produksi melalui bantuan

peralatan pengeringan bahan baku dan pelatihan teknik pembatikan dan

pengawetan produk. Pemerintah memfasilitasi pelatihan ini sebagai upaya untuk

meningkatkan daya saing produk kerajinan bobung.

D. Perantara Industri Kecil Kerajinan dengan Bapak Angkat dan Buyer

Kerjasama dalam upaya untuk memfasilitasi dan memediasi pengrajin

dengan bapak angkat dan buyer dari luar negeri dilakukan melalui program misi

dagang dengan kegiatan temu bisnis oleh UPT Balai Bisnis DIY. Temu bisnis ini

sebagai upaya mempertemukan pengrajin dengan buyer dari luar negeri untuk

meningkatkan ekspor produk kerajinan.

E. Pelayanan informasi dan Konsultasi

Kerjasama dalam pelayanan informasi dan konsultasi terutama sebagai

wujud dari program pengembangan usaha kecil. Pelayanan informasi dan

konsultasi ini dilakukan oleh Disperindagkop dan Balai Bisnis dalam rangka

memberi bantuan konsultasi mengenai manajemen usaha maupun pemasaran.

Pengrajin sentra bobung yang sudah mengakses program pelayanan ini masih

terbatas pada pengrajin yang berskala menengah karena membutuhkan konsultasi

manajemen usaha dan pemasaran untuk meningkatkan usahanya.

F. Fasilitasi Promosi Produk Kerajinan

Kerjasama dalam fasilitasi promosi produk kerajinan dilakukan melalui

pameran baik dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka peningkatan

peluang pasar perdagangan luar negeri. Pameran produk kerajinan ini diikuti oleh

pengrajin dalam sentra secara bergilir. Pameran produk ini dirasakan oleh

pengrajin sangat membantu dalam pemasaran produk kerajinan. Dengan

mengikuti pameran pengrajin mendapatkan buyer baru terutama buyer dari luar

negeri untuk pameran bertaraf internasional seperti PPE dan INA Craft. Hal ini

Page 29: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

73

memberi dampak pada peningkatan pemasaran produk kerajinan bobung sampai

dengan skala ekspor. Fasilitasi lainnya dengan dibukanya showroom kerajinan

oleh Dekranasda Gunungkidul dan showroom pada UPT Balai Bisnis DIY.

Pengrajin dapat menggunakan showroom ini sebagai media promosi produk

kerajinan.

IV.3.4.2. Kasus 2 : Sentra Industri ornamen Batu

Kerjasama pengrajin sentra ornamen batu dengan pemerintah dalam

pendidikan dan pelatihan seperti halnya sentra bobung adalah pada pelatihan

ekspor impor, diklat kluster industri. Penyelenggaraan diklat ekspor impor ini

untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengrajin tentang prosedur

ekspor sehingga diharapkan pengrajin di Gunungkidul dapat melakukan ekspor

secara langsung tanpa melalui pihak ketiga atau eksportir didaerah lain. Diklat

kluster industri diselenggarakan sebagai upaya untuk membuka wawasan

pengrajin akan pentingnya bekerjasama dalam suatu sistem yang terintegrasi

sehingga produk kerajinan memiliki daya saing yang tinggi dengan produk sejenis

dari daerah lain.

Bantuan modal dan peralatan yang diterima sentra industri ornamen batu

ini dalam rangka bantuan pemulihan usaha pasca gempa seperti halnya sentra-

sentra lainnya.

Program penelitian dan pengembangan teknologi produksi belum dilakukan di

sentra ini. Pengrajin dalam meningkatkan daya saing produknya selalu mencari

inovasi baru terutama dalam hal desain produk.

Pengrajin sentra ornamen batu telah ikut dalam temu bisnis yang

diselenggarakan oleh balai bisnis. Mediasi dengan bapak angkat dilakukan oleh

Disperindagkop melalui kegiatan sosialisasi yang mempertemukan pihak

perbankan dan BUMN dengan pengusaha kecil. Dengan sosialisasi ini diharapkan

pihak perbankan dan BUMN berminat menjalin kemitraan dengan pengusaha

kecil melalui program bapak angkat.

Dalam meningkatkan pemasaran produk kerajinan, pengrajin disentra batu

di fasilitasi dalam pameran promosi seperti Pekan Raya Jakarta, Pameran Produk

Ekspor (PPE), INA Craft. Kerajinan ornamen batu merupakan salah satu produk

Page 30: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

74

ekspor, akan tetapi kesempatan untuk mengikuti pameran ini belum semua

pengrajin mendapatkannya. Kendala pengrajin batu pada umumnya dalam

mengikuti pameran karena jenis produk dengan dimensi dan volume yang besar

menyebabkan biaya transportasi ke lokasi pameran tinggi sehingga manfaat yang

diperoleh dirasakan kurang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

IV.3.4.3. Kasus 3 : Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu

Kerjasama pengrajin sentra bambu dengan pemerintah dalam pendidikan

dan pelatihan seperti halnya sentra lainnya. Program pelatihan ini hanya diikuti

oleh pengrajin yang sudah maju sementara pengrajin kecil belum mendapatkan

kesempatan. Hal ini seperti diungkapkan oleh bapak Gunawan salah satu

pengrajin bambu yang belum pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan

oleh pemerintah. Dalam hal bantuan modal dan peralatan, pengrajin mendapatkan

bantuan pemulihan usaha pasca gempa.

Program peningkatan teknologi industri sebagai upaya pengembangan

teknologi produksi pada sentra kerajinan bambu diselenggarakan pelatihan

pengembangan desain dan peningkatan kualitas kerajinan bambu oleh

Disperindagkop Gunungkidul. Dengan pelatihan ini diharapkan produk kerajinan

bambu mampu bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain. Pengembangan

desain kerajinan bambu ini diharapkan juga agar pengrajin tidak hanya menerima

order barang setengah jadi akan tetapi dapat memproduksi barang jadi dengan

desain yang mampu bersaing dipasar.

IV.4. Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi kemitraan antar stakeholders

Berdasarkan hasil identifikasi pola kemitraan antar stakeholders dapat

dilihat hubungan kemitraan yang terjadi belum maksimal sebagaimana prinsip

kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan.

Dari kelemahan kemitraan yang ada sekarang dapat dilihat faktor-faktor yang

menyebabkan kemitraan belum maksimal yang akan diuraikan berikut ini. Faktor-

faktor yang dimaksud adalah alasan-alasan yang dikemukakan pengrajin.

Page 31: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

75

IV.4.1. Faktor yang mempengaruhi kemitraan antar industri dalam sentra

Berdasarkan wawancara dengan pengrajin di ketiga sentra industri kecil

kerajinan maka faktor yang mempengaruhi kemitraan antar pengrajin dapat dilihat

pada tabel IV.5 berikut :

Tabel IV.5 Faktor yang mempengaruhi kemitraan antar industri dalam sentra

Kemitraan yang

dibutuhkan

Faktor

Sentra Bobung Sentra Batu Sentra Bambu

Kemitraan dalam pengadaan bahan baku

Peran kelembagaan koperasi belum maksimal

Belum ada mediasi dari kelembagaan internal sentra

Bahan baku berbeda

Subkontrak Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi

Tidak ada komunikasi yang terbuka

Tidak ada komunikasi yang terbuka

Tidak ada komunikasi yang terbuka

Kemitraan dalam akses permodalan

-Peran kelembagaan koperasi (Bunga pinjaman tinggi)

- Kepercayaan

Kepercayaan Kepercayaan

Kemitraan dalam promosi & pemasaran

- Peran kelembagaan koperasi

- Demand masih terbatas

- Motivasi dari pengrajin

- Demand masih terbatas

Sumber : Hasil Analisis 2008

Pada kemitraan antar industri kecil kerajinan faktor yang menyebabkan kemitraan

belum maksimal disebabkan demand untuk produk kerajinan ini masih terbatas

sehingga pengrajin industri kecil saling bersaing dalam mendapatkan pembeli. Hal

ini menyebabkan pengrajin tidak saling berkomunikasi secara terbuka dan saling

percaya berbagi informasi baik dalam pemanfaatan teknologi maupun pemasaran.

Minat pengrajin untuk bekerjasama dalam bentuk kemitraan dipengaruhi juga

oleh belum adanya mediasi dari kelembagaan yang ada dalam sentra. Peran

kelembagaan dalam hal ini koperasi di sentra bobung belum maksimal karena

keterbatasan dana dan SDM pengelola sehingga belum mampu menjadi wadah

bagi pengrajin.

Page 32: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

76

IV.4.2. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil dengan

pedagang/eksportir

Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan dengan

pedagang/eksportir berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin di ketiga

sentra dan pihak pedagang/eksportir dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut :

Tabel IV.6. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil dengan

pedagang/eksportir

Kemitraan yang dibutuhkan

Faktor

Sentra Bobung Sentra Batu Sentra Bambu

Pola bapak angkat Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Kredit bunga lunak Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Subkontrak Motivasi bisnis Motivasi bisnis Motivasi bisnis

Ventura Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Perdagangan umum Motivasi bisnis Motivasi Bisnis Motivasi Bisnis

Waralaba Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Keagenan Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Sumber : Hasil Analisis 2008

Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan pada ketiga sentra

dengan pedagang/eksportir adalah belum adanya keinginan/minat dari

pedagang/eksportir untuk menjalin kemitraan dengan pola bapak angkat,

pemberian kredit bunga lunak, modal ventura, waralaba maupun keagenan.

Motivasi pedagang/eksportir lebih mengutamakan hubungan kerjasama bisnis

antara produsen dan pembeli dengan pola perdagangan umum karena demand

untuk produk kerajinan masih terbatas dan hanya merupakan salah satu varian

produk yang diperdagangkan.

Page 33: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

77

IV.4.3. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri dengan BUMN dan

Asosiasi/Yayasan

Faktor yang mempengaruhi kemitraan antara industri kecil kerajinan

dengan BUMN dan Asosiasi/Yayasan berdasarkan hasil wawancara dengan

pengrajin di ketiga sentra dan wawancara dengan BUMN dan Asosiasi/Yayasan

yang bermitra dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut :

Tabel IV. 7. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri dengan BUMN dan Asosiasi/Yayasan

Kemitraan yang

dibutuhkan Faktor

Sentra Bobung Sentra Batu Sentra Bambu Pola bapak angkat Keinginan Keinginan Keinginan

Kredit bunga lunak - Kelayakan Usaha - Kepercayaan

Kelayakan Usaha Kelayakan Usaha

Subkontrak Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Ventura Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Perdagangan umum Motivasi bisnis Motivasi bisnis Motivasi bisnis

Waralaba Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Keagenan Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Demand masih terbatas

Sumber : Hasil Analisis 2008

Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan dengan BUMN dan

Asosiasi/yayasan untuk pola bapak angkat berdasarkan keinginan yang

disebabkan karena pemberian kredit bunga lunak sesuai penilaian kelayakan

usaha yang secara otomatis menjadi mitra binaan BUMN. Pola subkontrak barang

setengah jadi disebabkan oleh demand produk kerajinan yang masih terbatas dan

hanya salah satu jenis produk yang diperdagangkan oleh asosiasi ini. Kerjasama

perdagangan umum lebih disebabkan oleh motivasi bisnis seperti halnya

perusahaan trading lainnya yang mengedepankan profit maksimal dalam setiap

transaksi bisnis.

Page 34: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

78

IV.4.4. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan dengan

perguruan tinggi

Faktor yang mempengaruhi kemitraan antara industri kecil kerajinan

dengan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel IV.8 berikut :

Tabel IV.8. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan

dengan perguruan tinggi

Kemitraan yang dibutuhkan Faktor

Sentra Bobung Sentra Batu Sentra Bambu

Kemitraan dalam desain produk kerajinan

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Kemitraan dalam pelatihan tenaga kerja

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Kemitraan dalam pemanfaatan TTG

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Kemitraan dalam pelatihan teknik produksi & pengelolaan ADM

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Kemitraan dalam fasilitasi pada akses permodalan

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Belum ada Keinginan/Minat

Sumber : Hasil Analisis 2008

Perguruan tinggi belum ada keinginan untuk menjalin kemitraan dengan industri

kecil karena industri kecil belum menjadi prioritas program binaan dari lembaga

ini. Disamping itu belum adanya lembaga khusus yang menangani pembinaan

terhadap UKM seperti halnya inkubator bisnis. Peran inkubator bisnis sebagai

mitra bagi usaha kecil untuk membantu usaha baru dan sedang berkembang

sehingga mapan dan mampu meraih laba dengan menyediakan informasi,

konsultasi, jasa-jasa, dan dukungan yang lain.

IV.4.5. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan dengan

pemerintah

Faktor yang mempengaruhi kemitraan antara industri kecil kerajinan

dengan pemerintah berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin di ketiga

sentra dan wawancara dengan pihak Disperindagkop Gunungkidul dapat dilihat

pada tabel IV.9 berikut :

Page 35: BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM …digilib.itb.ac.id/files/disk1/668/jbptitbpp-gdl-risnamhasa-33385-5... · Pengrajin ketiga sentra industri kecil kerajinan ini sebagai

79

Tabel IV.9. Faktor yang mempengaruhi kemitraan industri kecil kerajinan dengan pemerintah

Kemitraan yang dibutuhkan Faktor

Sentra Bobung Sentra Batu Sentra Bambu Pendidikan & Pelatihan, Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program

Bantuan Modal & Peralatan Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program Penelitian & Pengembangan teknologi produksi

Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program

Perantara industri kecil kerajinan dengan bapak angkat & Buyer

Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program

Pelayanan informasi & konsultasi Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program

Fasilitasi Promosi produk industri kecil

Motivasi Program Motivasi Program Motivasi Program

Sumber : Hasil Analisis 2008

Pembinaan terhadap industri kecil menjadi tanggungjawab pemerintah. Hal ini

diindikasikan dengan berbagai program pembinaan dan bantuan pemberdayaan

industri kecil. Kerjasama yang terjadi antara pemerintah dengan pengusaha

industri kecil lebih dipengaruhi oleh motivasi pelaksanaan program pembinaan

dan pemberdayaan usaha kecil. Hal ini disebabkan peran pemerintah dalam

pembinaan, pemberdayaan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi usaha

kecil menengah. Peran pemerintah ini belum maksimal karena keterbatasan dana

dan dukungan SDM aparatur dalam pembinaan kepada industri kecil menengah

sehingga belum menyentuh semua pengrajin yang ada di ketiga sentra.