bab i pendahuluan i.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan yang berorientasi atau berbasis kegiatan ekonomi lokal
menekankan pada kebijakan pembangunan pribumi (endogenous development
policies) yang memanfaatkan potensi sumberdaya manusia lokal, sumberdaya
institusional lokal dan sumberdaya fisik lokal. Orientasi ini menekankan pada
pemberian prakarsa lokal (local initiatives) dalam proses pembangunan untuk
menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi
secara luas. Pendayagunaan sumberdaya lokal tersebut dilakukan oleh masyarakat
itu sendiri bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok kelembagaan
berbasis masyarakat yang ada.
Dalam pengembangan ekonomi lokal, keberadaan industri kecil memiliki
peranan yang penting. Industri kecil umumnya berkembang karena adanya
semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu aktifitas ekonomi industri kecil
lebih mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal, terutama input bahan baku
dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan keberaadaan industri kecil
dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu
wilayah.
Dalam pemberdayaan industri kecil tidak hanya menjadi tanggungjawab
pemerintah saja, akan tetapi merupakan tanggungjawab bersama antara
masyarakat dan swasta. Salah satu strategi pengembangan industri kecil untuk
mendukung pengembangan ekonomi lokal adalah kemitraan usaha. Kemitraan
usaha juga merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan lokalitas dengan
memadukan, mengorganisasi dan mentransformasi seluruh potensi lokal yang ada.
Melalui kemitraan, seluruh potensi ekonomi lokal dan aspek-aspek lain terutama
aspek pemasaran dan pendanaan dapat dipadukan sehingga dapat menciptakan
sinergi pembangunan.
Kabupaten Gunungkidul merupakan bagian dari Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang berada di bagian Tenggara. Secara geografis wilayah kabupaten
Gunungkidul didominasi oleh perbukitan dan pegunungan kapur dengan
2
mayoritas penduduknya hidup dari bercocok tanam dan sebagai buruh.
Dengan kondisi geografis wilayah tersebut dan daya dukung lahan yang minim
maka sektor pertanian tanaman pangan tidak dapat dijadikan andalan sumber
ekonomi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, dukungan kuantitas sumber
daya manusia dan potensi sumber daya alam maka sektor industri khususnya
industri kerajinan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mendukung
perekonomian Kabupaten Gunungkidul.
Disamping itu Kabupaten Gunungkidul merupakan hinterland Yogyakarta
dan Surakarta dimana kedua kota ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan
memiliki hubungan antar wilayah, nasional dan internasional. Peluang ini dapat
dimanfaatkan sebagai orientasi pasar bagi produk industri kerajinan Gunungkidul.
Industri kerajinan yang ada di Kabupaten Gunungkidul meliputi industri
kerajinan topeng dan batik kayu, industri kerajinan ornamen dari batu putih,
industri kerajinan perak dan industri kerajinan bambu. Oleh Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul telah dilakukan pengembangan dengan membentuk
sentra-sentra industri kerajinan. Akan tetapi dampak dari pengembangan industri
ini belum memberikan sumbangan yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
I.2. Rumusan Persoalan
Keberadaan industri kecil kerajinan di Kabupaten Gunungkidul ini
ternyata belum mampu mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Jika
dilihat dari jumlah unit industri kecil sebanyak 4.253 buah dan jumlah tenaga
kerja yang terserap 9.829 orang (data jumlah industri Disperindagkop
Gunungkidul 2006) dapat dikatakan industri kecil kerajinan ini dapat menjadi
basis ekonomi masyarakat setempat. Berdasarkan data tersebut, industri kecil
kerajinan dapat menjadi sektor strategis untuk Pengembangan Ekonomi Lokal
Kabupaten Gunungkidul, akan tetapi hal ini belum terwujud.
Permasalahan yang dihadapi pengusaha industri kerajinan adalah
lemahnya posisi tawar pengrajin dalam memasarkan produk kerajinan karena
produk yang dihasilkan masih bersifat job order (berdasarkan pesanan). Hal ini
menyebabkan ketergantungan pengusaha industri pada pembeli/eksportir sangat
3
tinggi. Disamping itu lemahnya akses terhadap informasi pasar, teknologi, modal
karena belum ada kerjasama antar sesama pengusaha sehingga menyebabkan
industri kecil kerajinan kurang berkembang. Dukungan pembinaan dan
pengembangan dari pemerintah seringkali kurang tepat sasaran yang belum
memahami kebutuhan dari industri itu sendiri. Masyarakat dalam hal ini
perguruan tinggi dan lembaga kemasyarakatan lainnya kurang memberi perhatian
pada pengembangan industri kecil kerajinan.
Keberhasilan suatu usaha sangat membutuhkan kerjasama dengan berbagai
pihak. Untuk itu agar industri kecil kerajinan ini berkembang maka membutuhkan
kerjasama melalui kemitraan yang saling membutuhkan, saling mendukung dan
saling menguntungkan antar berbagai pihak.
Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah:
1. Bagaimana kemitraan yang terbentuk antar stakeholders dalam
pengembangan industri kecil kerajinan.
- Bagaimana kemitraan antar pengusaha industri kecil kerajinan yang
ada dalam sentra industri
- Bagaimana pola kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan
pedagang/eksportir, BUMN, Asosiasi/Yayasan
- Bagaimana kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan perguruan
tinggi dan LSM
- Bagaimana kemitraan industri kecil kerajinan dengan pemerintah.
2. Faktor – faktor apa yang menyebabkan kemitraan antar stakeholders
belum maksimal.
I.3. Tujuan dan Sasaran
Studi ini bertujuan untuk melihat pola kemitraan antar stakeholders dalam
upaya pengembangan industri kecil kerajinan di Kabupaten Gunungkidul.
Adapun sasaran dari studi ini adalah :
1. Teridentifikasi kemitraan antar industri kecil kerajinan
2. Teridentifikasi kemitraan antara pelaku usaha industri kecil kerajinan
dengan pihak swasta (pedagang/eksportir, BUMN dan Asosiasi)
4
3. Teridentifikasi kemitraan perguruan tinggi, lembaga kemasyarakatan
dengan industri kecil kerajinan
4. Teridentifikasi kemitraan antara pemerintah dan industri kecil kerajinan
5. Teridentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kemitraan antar
stakeholders belum maksimal
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengkajian lebih
lanjut dalam pengembangan industri kecil kerajinan sebagai basis pengembangan
ekonomi lokal. Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal melalui
pengembangan industri kecil kerajinan harus didukung dengan hubungan
kerjasama antar berbagai pihak. Dengan mengetahui pola kemitraan yang terjadi
antar stakeholders maka diharapkan dapat diambil kebijakan-kebijakan yang tepat
bagi pengembangan industri kecil kerajinan.
I.5. Ruang Lingkup
I.5.1. Ruang Lingkup Wilayah
Studi ini mengambil kasus pada sentra industri kecil kerajinan di
Kecamatan Patuk dan Semanu. Di Kecamatan Patuk terdapat industri kecil
kerajinan batik kayu dan topeng, industri kerajinan bambu dan industri kerajinan
ornamen dari batu di Kecamatan Semanu. Sentra industri kecil kerajinan di kedua
kecamatan ini telah berorientasi ekspor. Keberadaan industri kecil kerajinan di
sentra-sentra industri tersebut telah menjadi aktivitas utama kegiatan ekonomi
penduduk. Akan tetapi keberadaan industri kerajinan ini belum dapat memberikan
peningkatan kesejahteraan penduduk dan belum berkontribusi pada
pengembangan wilayah.
Berikut ini adalah peta orientasi wilayah studi Kabupaten Gunungkidul
5
Gambar I.1. Peta Orientasi Wilayah Studi Kabupaten Gunungkidul
I.5.2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah :
1. Kemitraan antar stakeholders dalam studi ini meliputi pola kemitraan
yang dibutuhkan dalam pengembangan industri kecil kerajinan
2. Lingkup stakeholders dalam studi ini meliputi pihak pemerintah
(Disperindagkop Gunungkidul) dan industri kecil kerajinan,
pedagang/eksportir, BUMN, Asosiasi/Yayasan, pihak perguruan tinggi
dan LSM. Kelompok stakeholders ini akan dilakukan analisis
stakeholders untuk mendapatkan stakeholders kunci/utama dan
stakeholders pendukunug. Hasil analisis akan dibuat pemetaannya
pada sub bab IV.1.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan dilihat dari alasan yang
dikemukakan oleh responden. Faktor yang diduga adalah faktor
motivasi, minat, kepercayaan, komunikasi yang terbuka, keseimbangan
antara insentif dan resiko, dan kelembagaan.
Sentra Bobung
Sentra Batu & Bambu
6
I.6. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini dibagi kedalam; jenis dan tahapan penelitian,
kerangka pemikiran, stakeholders mapping, metode analisis, metode pengumpulan
data, penentuan sampel.
I.6.1 . Jenis dan Tahapan Penelitian
Berdasarkan sifat-sifat masalah, penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, dan
juga menyajikan data, menganalisis dan juga menginterpretasi.
Tahapan penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Penentuan tema dan lokasi penelitian
b. Penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta sasaran yang
hendak dicapai.
c. Penyusunan dan penelurusan literatur yang mendukung studi, diantaranya
adalah yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal, kemitraan
antar industri kecil kerajinan, pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
pengembangan industri kerajinan di Gunungkidul.
d. Penyusunan metodologi penelitian yang meliputi penentuan variabel
penelitian, stakeholders mapping, kebutuhan data, teknik perolehan data
dan teknik analisis data.
2. Kegiatan Tahap Survey
Survey dilakukan untuk memperoleh data penelitian melalui berbagai teknik
survey (pengumpulan data) seperti survey data primer (observasi, kuesioner
dan wawancara) dan survey data sekunder (literature review). Hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap survey adalah pengurusan perizinan untuk
kepentingan pencarian data baik berupa data primer maupun data sekunder.
3. Tahap kompilasi data
7
Setelah memperoleh data yang diperlukan maka tahap selanjutnya adalah
melakukan kompilasi data. Kompilasi data dilakukan secara sistematis dan
teratur berdasarkan lingkup analisis yang digunakan.
4. Tahap analisis
Kegiatan analisis merupakan tahap tindak lanjut dari hasil pengumpulan data
yang sebelumnya telah dikompilasikan untuk memperoleh hasil keluaran studi
yang diharapkan. Dalam tahap analisis diterapkan beberapa teknik analisis
yang telah ditetapkan dalam tahap proses persiapan studi.
5. Tahap penutup
Tahap penutup merupakan bagian akhir dari studi yang dilakukan. Pada tahap
penutup dijelaskan secara singkat berbagai hasil pembahasan yang merupakan
jawaban dari rumusan masalah sehingga tujuan dilakukannya studi penelitian
tercapai. Disamping itu dalam bagian ini juga diberikan beberapa arahan
pengembangan industri kecil kerajinan sebagai basis pengembangan ekonomi
lokal.
I.6.2. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran secara sistematis dapat dilihat sebagai
berikut:
8
Gambar I.2. Kerangka pemikiran studi
LATAR BELAKANG Pengembangan Ekonomi Lokal Industri kecil berpotensi sebagai penggerak
kegiatan ekonomi lokal Strategi pengembangan industri dalam PEL
adalah kemitraan usaha
PERMASALAHAN Industri kecil kerajinan belum berkembang
sesuai harapan Belum adanya kerjasama melalui kemitraan
sehingga posisi tawar rendah
PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana kemitraan yang terbentuk antar stakeholders dalam pengembangan
industri kecil kerajinan Faktor – faktor apa yang menyebabkan kemitraan antar stakeholders belum
maksimal.
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER Data Industri Renstra Dinas Perindagkop
DATA PRIMER Wawancara kepada stakeholders
kunci/utama Wawancara kepada stakeholders
pendukung
STAKEHOLDERS MAPPING Pemerintah Industri Kecil Kerajinan Swasta (Pedagang/Eksportir,BUMN,Asosiasi) Perguruan Tinggi dan LSM
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Kemitraan antar Stakeholders dalam Pengembangan Industri Kecil Kerajinan
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan belum maksimal
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Arahan Peningkatan Kemitraan antar Stakeholders dalam Pengembangan IKK
9
I.6.3. Stakeholders Mapping
Tahapan ini bertujuan untuk mencari stakeholders kunci yang dijadikan
narasumber wawancara (responden kunci). Stakeholders diidentifikasi dari pihak-
pihak yang memiliki kepentingan dan atau pengaruh terhadap pengembangan
industri kecil kerajinan serta pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten
Gunungkidul
I.6.4. Metode Analisis
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif yang digunakan
untuk mengidentifikasi kemitraan antar stakeholders dalam pengembangan
industri kecil kerajinan sebagai basis pengembangan ekonomi lokal Kabupaten
Gunungkidul.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Analisis kualitatif untuk melihat pola kemitraan antar stakeholders dalam
pengembangan industri kerajinan
2. Analisis kualitatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
kemitraan antar stakeholders belum maksimal.
Untuk mendukung analisis di atas indikator kemitraan yang dibutuhkan dalam
pengembangan industri kecil kerajinan dapat dilihat pada tabel I.1. Indikator
kemitraan ini berdasarkan pola kemitraan yang terjadi dalam pengembangan
industri kecil yang diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil yang penjelasannya pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan dan bentuk kemitraan lainnya yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembinaan industri kecil oleh Mudrajat Kuncoro,
2000.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kemitraan belum maksimal
berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan responden dari hasil wawancara.
10
Tabel I.1 : Indikator Kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan stakeholders No Stakeholders Kemitraan yang dibutuhkan dalam
pengembangan industri 1. Industri - Kemitraan dalam pengadaan bahan baku
- Subkontrak - Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi - Kemitraan dalam pengembangan teknik
produksi - Kemitraan dalam akses permodalan - Kemitraan dalam promosi & pemasaran
2. Pedagang/Eksportir, BUMN, Asosiasi/yayasan
- Pola bapak angkat - Kredit bunga lunak - Subkontrak - Perdagangan umum - Ventura - Waralaba - Keagenan
3 Perguruan Tinggi dan Lembaga Masyarakat
- Kemitraan dalam desain produk kerajinan - Kemitraan dalam pelatihan tenaga kerja - Kemitraan dalam pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna - Kemitraan dalam pelatihan teknik produksi &
pengelolaan administrasi - Kemitraan dalam fasilitasi pada akses
permodalan 4 Pemerintah - Pendidikan & Pelatihan
- Bantuan Modal & Peralatan - Penelitian & Pengembangan teknologi produksi - Perantara industri kecil kerajinan dengan bapak
angkat & Buyer - Pelayanan informasi & konsultasi - Fasilitasi Promosi produk industri kecil
kerajinan
Sumber : Diolah dari UU No.9 Tahun 1995 & PP 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan ; Kuncoro, 2000
I.6.5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendukung kebutuhan data dalam tahap analisis, maka digunakan
dua metode pengumpulan data, yaitu :
a. Pengumpulan data sekunder ; survey dilakukan dengan mencari referensi dari
pustaka – pustaka, kantor/instansi yang berhubungan dengan materi penelitian.
11
b. Pengumpulan data primer ; bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan antar
stakeholders dalam pengembangan industri kecil kerajinan dan faktor – faktor
yang menyebabkan kemitraan belum maksimal. Pengumpulan data primer ini
dilakukan dilapangan dengan meneliti (observasi) secara langsung pada obyek
yang diteliti dan dilakukan dengan cara, yaitu :
Wawancara awal dilakukan kepada informan kunci/stakeholders utama yaitu:
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Ginungkidul untuk memperoleh informasi mengenai
kebijakan/program yang berhubungan dengan pengembangan industri
kecil kerajinan
Pemilik usaha industri kecil kerajinan untuk memperoleh informasi
mengenai kerjasama dibidang pemasaran, pemasok bahan baku,
pemanfaatan teknologi, produksi, pola kemitraan dengan swasta dan
masyarakat.
Wawancara selanjutnya kepada stakeholders pendukung sesuai
arahan/informasi dari stakeholders kunci/utama
Pedagang atau pembeli produk kerajinan untuk memperoleh informasi
mengenai pola kemitraan yang terjadi dengan industri kecil kerajinan
Pengusaha besar/BUMN untuk memperoleh informasi pola kemitraan
yang telah dilakukan dengan industri kecil kerajinan
Pihak perguruan tinggi dan lembaga masyarakat untuk memperoleh
informasi mengenai bentuk kemitraan yang telah dilakukan dengan
industri kecil kerajinan
Mengenai kebutuhan data, sumber data dan sebagainya dapat dilihat pada tabel
I.2 dibawah ini :
12
Tabel. I.2. Matriks kebutuhan data, metode pengumpulan data dan sumber data
Sasaran Pertanyaan Penelitian Data/Informasi yang dibutuhkan Metode Pengumpulan Data Sumber Metode Analisis Teridentifikasi kemitraan antar industri kerajinan
Bagaimana kemitraan antar industri kecil kerajinan di dalam sentra
- Kemitraan dalam pengadaan bahan baku
- Subkontrak - Kemitraan dalam pemanfaatan
teknologi - Kemitraan dalam akses
permodalan - Kemitraan dalam promosi &
pemasaran
Survey Primer - Wawancara dengan pelaku industri
kecil kerajinan.
- Pelaku Usaha industri kecil kerajinan
Analisis Deskriptif kualitatif yang menjelaskan pola kemitraan yang terjadi antar stakeholders
Teridentifikasi kemitraan antara industri dengan pedagang /eksportir, BUMN, Asosiasi/Yayasan
Bagaimana pola kemitraan yang terjadi antara industri kecil dengan pedagang /eksportir, BUMN, Asosiasi/Yayasan
- Pola bapak angkat - Kredit bunga lunak - Subkontrak - Perdagangan umum - Ventura - Waralaba - Keagenan
Survey Primer - Wawancara dengan pelaku industri
kecil kerajinan & pedagang/eksportir
- Pelaku Usaha industri kecil kerajinan
- Pedagang/Eksportir - BUMN yang
bermitra - Asosiasi/Yayasan
Teridentifikasi kemitraan antara industri kecil kerajinan dengan perguruan tinggi, lembaga masyarakat
Bagaimana bentuk kemitraan yang telah dilakukan perguruan tinggi dan lembaga masyarakat dalam pengembangan industri kerajinan
- Kemitraan dalam desain produk kerajinan
- Kemitraan dalam pelatihan tenaga kerja
- Kemitraan dalam pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG)
- Kemitraan dalam pelatihan teknik produksi & pengelolaan administrasi
- Kemitraan dalam fasilitasi pada akses permodalan
Survey Primer - Wawancara dengan pelaku usaha
industri kecil kerajinan & lembaga perguruan tinggi, lembaga masyarakat
- Pelaku Usaha industri kecil kerajinan
- PT yang ada di Jogja & Gunungkidul
- Lembaga masyarakat
Teridentifikasi kemitraan antara pemerintah dan industri kerajinan
Bagaimana kemitraan antara industri kerajinan dengan pemerintah
- Pendidikan & Pelatihan - Bantuan Modal & Peralatan - Penelitian & Pengembangan teknologi produksi - Perantara ind.kecil kerajinan
dengan bapak angkat & Buyer - Pelayanan informasi &
konsultasi - Fasilitasi Promosi produk
industri kecil kerajinan
Survey Sekunder - Data Industri - Data Program bantuan
pengembangan industri kecil Survey Primer Wawancara dengan Dinas Terkait (Disperindagkop, UPT Balai Bisnis DIY)
Disperindagkop,UPT Balai Bisnis
13
I.6.6. Penentuan Sampel
Sampel merupakan bagian – bagian dari populasi yang menjadi obyek
sesungguhnya dari suatu penelitian. Sedangkan metodologi untuk menyeleksi individu-
individu masuk kedalam sampel yang representatif disebut sampling. Teknik sampling
yang digunakan adalah Snowball sampling yang merupakan teknik multi tahapan
dimulai dengan satu atau sedikit orang atau kasus kemudian meluas sehingga
membentuk keterkaitan satu sama lain. Teknik ini dimulai dengan pengambilan sampel
secara sengaja dengan wawancara pada informan kunci yang memberi informasi untuk
pengambilan sampel berikutnya. Selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh dari sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Besarnya sampel tidak dapat
ditentukan sebelumnya. Unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai
kepada taraf jenuh yaitu ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi baru.
Dalam studi ini, sampel yang digunakan merupakan stakeholders yang berperan
dalam pengembangan industri kecil kerajinan di Kabupaten Gunungkidul. Daftar
stakeholders tersebut dapat dilihat pada hasil pemetaan stakeholders pada Bab IV.
Responden yang pertama diwawancarai adalah Kasubdin Perindustrian Dinas
Perindagkop Kabupaten Gunungkidul yaitu Ibu Dra. Siwi Iriyanti, Msi. Berdasarkan
informasi dari ibu Siwi dilanjutkan wawancara dengan pengrajin sentra industri kecil
kerajinan topeng dan batik kayu di Bobung, pengrajin sentra industri kecil kerajinan
ornamen batu dan sentra industri kecil kerajinan bambu di Semanu. Wawancara dengan
pedagang/eksportir, BUMN dan Asosiasi/Yayasan dilakukan berdasarkan informasi dari
pengrajin yang ada di ketiga sentra industri kecil kerajinan tersebut. Akan tetapi tidak
semua pedagang/eksportir, BUMN yang bekerjasama dengan pengrajin di wawancarai
disebabkan keterbatasan waktu dan biaya penelitian terutama dalam proses pengurusan
perizinan untuk penelitian yang disyaratkan oleh BUMN dan perusahaan ekspor yang
membutuhkan waktu yang lama. Kendala lainnya sebagian perusahaan ekspor berada
diluar DIY. Wawancara dengan Disperindagkop DIY dan UPT Balai Bisnis DIY sebagai
tambahan informasi untuk mengetahui kebijakan pengembangan industri kecil di
Gunungkidul. Bagan alur responden wawancara dapat dilihat pada Gambar I.3 berikut
ini:
14
Gambar I.3. Bagan pemetaan penentuan sampel
Minorita Sie PIKM
Disperindagkop DIY
Umi Retnaningtyas UPT Balai Bisnis
DIY
Dra. Siwi Iriyanti, MSi Kasubdin Perindustrian
Pengrajin Sentra Bobung
(10 Pengrajin)
Pengrajin Sentra Ornamen Batu (10 Pengrajin)
Pengrajin Sentra Bambu
(4 Pengrajin)
PT. Mirota Batik (Pedagang Kerajinan)
PT. Batik Keris (Pedagang Kerajinan)
PT. BNI Persero (BUMN)
PT. APIKRI (Asosiasi Kerajinan)
Sanggar Peni (Pedagang/Eksportir)
15
I.7. Sistematika Pembahasan
Susunan penulisan terdiri dari
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup studi serta metodologi penelitian
yang dilakukan.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang terdiri dari teori tentang konsep
pengembangan ekonomi lokal, peranan industri kecil kerajinan dalam
pengembangan ekonomi lokal, kemitraan usaha, kajian pengumpulan data,
stakeholders dan metode analisis
Bab III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini berisi tentang gambaran karakteristik industri di Gunungkidul dan
sentra industri kerajinan di Gunungkidul.
Bab IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN
INDUSTRI KECIL KERAJINAN
Bab ini berisi tahapan analisis yang diawali dengan pemetaan stakeholders
dalam pengembangan industri kecil kerajinan, identifikasi pola kemitraan
antar stakeholders dalam pengembangan industri kecil kerajinan, analisis
kemitraan antar stakeholders dalam pengembangan industri kecil kerajinan
serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antar stakeholders.
Bab V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN
PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL
KERAJINAN
Bab ini berisi uraian kesimpulan yang merupakan tujuan studi berdasarkan
temuan-temuan studi, rekomendasi, keterbatasan studi serta saran studi
lanjutan.