bab iii geologi daerah penelitian -...

25
13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan cara pengamatan peta topografi dan pengamatan di lapangan. Berdasarkan peta topografi dapat dilihat variasi garis kontur yang menunjukkan perbedaan kerapatan dan penyebaran kontur. Variasi garis kontur tersebut mencerminkan perbedaan relief, ketinggian, kemiringan lereng dan sifat batuan. Berdasarkan pengamatan langsung, perbedaan tekstur yang tergambar dalam peta topografi dapat berupa rangkaian perbukitan, dataran, lembah, gawir dan punggungan. Analisis peta topografi menghasilkan peta satuan geomorfologi yang didasarkan pada pola kontur yang hadir. Selain bentuk geomorfologi daerah penelitian, analisis peta topografi juga dilakukan untuk mengetahui pola aliran sungai dan tipe genetik sungai. Berdasarkan pengamatan geomorfologi, dapat diperkirakan tahapan geomorfik yang terjadi di suatu daerah. Tahapan tersebut dapat dilihat dari bentuk lembah sungai dan kesesuaian arah kemiringan lereng dengan arah kemiringan lapisan dari litologi penyusunnya. Tahapan geomorfik muda ditandai oleh morfologi yang terjal dengan lembah sungai berbentuk “V” serta didominasi oleh erosi vertikal. Tahapan geomorfik dewasa ditandai oleh morfologi yang tidak terjal, mulai terbentuk teras sungai dengan lembah yang mulai berbentuk “U” dimana menunjukkan bahwa erosi horizontal lebih dominan daripada erosi vertikal. Selain dari lembah sungai, tahapan geomorfik dewasa juga ditandai oleh perbedaan arah kemiringan lereng dengan kemiringan lapisan. Tahapan geomorfik dewasa yang teramati di lapangan berupa perbedaan arah kemiringan lapisan batuan yang menyusun topografi lembahan dengan kemiringan lereng pada satuan geomorfologi tersebut. Perbedaan arah kemiringan tersebut

Upload: nguyenmien

Post on 01-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

13

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan cara pengamatan

peta topografi dan pengamatan di lapangan. Berdasarkan peta topografi dapat

dilihat variasi garis kontur yang menunjukkan perbedaan kerapatan dan

penyebaran kontur. Variasi garis kontur tersebut mencerminkan perbedaan relief,

ketinggian, kemiringan lereng dan sifat batuan. Berdasarkan pengamatan

langsung, perbedaan tekstur yang tergambar dalam peta topografi dapat berupa

rangkaian perbukitan, dataran, lembah, gawir dan punggungan.

Analisis peta topografi menghasilkan peta satuan geomorfologi yang

didasarkan pada pola kontur yang hadir. Selain bentuk geomorfologi daerah

penelitian, analisis peta topografi juga dilakukan untuk mengetahui pola aliran

sungai dan tipe genetik sungai.

Berdasarkan pengamatan geomorfologi, dapat diperkirakan tahapan

geomorfik yang terjadi di suatu daerah. Tahapan tersebut dapat dilihat dari bentuk

lembah sungai dan kesesuaian arah kemiringan lereng dengan arah kemiringan

lapisan dari litologi penyusunnya. Tahapan geomorfik muda ditandai oleh

morfologi yang terjal dengan lembah sungai berbentuk “V” serta didominasi oleh

erosi vertikal. Tahapan geomorfik dewasa ditandai oleh morfologi yang tidak

terjal, mulai terbentuk teras sungai dengan lembah yang mulai berbentuk “U”

dimana menunjukkan bahwa erosi horizontal lebih dominan daripada erosi

vertikal. Selain dari lembah sungai, tahapan geomorfik dewasa juga ditandai oleh

perbedaan arah kemiringan lereng dengan kemiringan lapisan. Tahapan

geomorfik dewasa yang teramati di lapangan berupa perbedaan arah kemiringan

lapisan batuan yang menyusun topografi lembahan dengan kemiringan lereng

pada satuan geomorfologi tersebut. Perbedaan arah kemiringan tersebut

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

14

menunjukkan bahwa daerah ini telah mengalami erosi yang intensif sehingga

mengubah arah kemiringan lerengnya.

Topografi di daerah penelitian menunjukkan perbedaan arah kemiringan

lereng yang berarah timur laut dengan arah kemiringan lapisan di lapangan yang

berarah barat daya. Meskipun arah kemiringan lereng sudah berlawanan dengan

arah kemiringan lapisan, pola kelurusan yang mengindikasikan sesar masih dapat

teramati. Oleh karena itu, tahapan geomorfik di daerah penelitian merupakan

tahapan dewasa.

3.1.1 Sungai dan Pola Aliran

Pola aliran sungai adalah jaringan pengairan yang dibentuk oleh satu atau

beberapa sungai di suatu daerah. Pola ini dapat dikenali dengan mengamati

cabang-cabang sungai yang bersangkutan (Zuidam, 1985).

Pola aliran sungai daerah penelitian berdasarkan pengamatan dari

kecenderungan keseragaman atau kesamaannya melalui pengamatan di lapangan

Foto 3. 1. A) Tipe lembah sungai berbentuk "V". B) Tipe lembah sungai berbentuk "U"

A B

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

15

maupun pengamatan secara tidak langsung pada peta topografi dibagi menjadi

dua pola aliran sungai (Gambar 3.1). Pola aliran sungai yang terdapat di daerah

penelitian dan interpretasi hubungannya terhadap kondisi geologi yang ada

adalah sebagai berikut:

- Pola Aliran Subdendritik

Pola ini merupakan pola aliran yang umumnya berkembang di daerah

penelitian. Pola aliran ini meliputi Sungai. Pola aliran subdendritik yang

terbentuk ditafsirkan berkaitan dengan keseragaman jenis litologi. Sungai dengan

pola aliran dendritik terdapat pada batuan yang homogen atau batuan yang

memiliki resistensi yang sama

- Pola Aliran Sentripetal

Pola aliran ini tampak di bagian timur daerah penelitian. Pola ini

menunjukkan sistem pengaliran sungai yang memusat ke daerah depresi atau

cekungan (Utoyo, 2007). Ciri khas dari pola aliran sentripetal adalah beberapa

sungai yang berasal dari berbagai arah kemudian memusat di dasar cekungan.

3.1.2 Satuan Geomorfologi

Menurut Zuidam (1985), beberapa parameter yang digunakan untuk

mendeskripsikan satuan geomorfologi adalah ketinggian relatif (Tabel 3.1),

panjang lereng (Tabel 3.2), kemiringan lereng (Tabel 3.3). Berdasarkan

parameter-parameter tersebut, daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat

satuan geomorfologi, yaitu Satuan Perbukitan Aliran Lahar, Satuan Dataran

Aliran Lahar, Satuan Lembah Homoklin, dan Satuan Bukit Intrusi.

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

16

Tabel 3.1 Klasifikasi ketinggian relatif (Zuidam, 1985)

Tabel 3.2 Klasifikasi panjang lereng (Zuidam, 1985)

Tabel 3.3 Klasifikasi kemiringan lereng (Zuidam, 1985)

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

17

3.1.2.1 Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik

Satuan ini menempati sebagian besar daerah penelitian, yaitu sekitar 35 %.

Satuan ini berada di bagian barat dan selatan daerah penelitian. Pada peta

geomorfologi (Lampiran E2), satuan ini ditandai dengan warna kuning. Ciri

satuan ini memiliki relief berupa perbukitan dengan kemiringan agak landai

Gambar 3. 1. Peta pola aliran sungai di daerah penelitian berupa pola subdendrtik dan sentripetal

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

18

hingga curam (4 - 25%) dengan ketinggian topografi berkisar antara 400 - 570 m

berupa perbukitan hingga perbukitan tinggi berdasarkan klasifikasi Zuidam

(1985) (Foto 3.2).

Dilihat dari pola kontur, litologi pada satuan ini berupa batuan keras yang

resisten terhadap erosi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi pada

satuan ini berupa breksi vulkanik dengan sisipan piroklastik dan lava basalt.

Dilihat dari resistensi batuan, litologi daerah ini memiliki ketahanan terhadap

erosi, struktur geologi pada satuan ini dikontrol oleh adanya sesar. Pada satuan

ini sering juga terjadi longsoran dan proses eksogen lainnya. Satuan ini telah

mengalami proses erosi yang cukup dominan sehingga menghasilkan bentuk

perbukitan bergelombang.

3.1.2.2 Satuan Dataran Aliran Piroklastik

Satuan ini berada di bagian utara daerah penelitian, menempati 30 % daerah

penelitian. Pada peta geomorfologi, satuan ini ditandai dengan warna merah

muda (Lampiran E2). Ciri satuan ini memiliki relief berupa dataran dengan

Foto 3. 2. Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik yang mengelilingi dataran

(foto diambil dari Nagrog menghadap barat laut)

Baratdaya Timurlaut

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

19

kemiringan datar hingga agak landai (1 - 4%). Ketinggian topografi berkisar

antara 350 - 400 m berupa perbukitan berdasarkan Zuidam (1985). Satuan ini

merupakan perbukitan berdasarkan ketinggian tetapi dinamai sebagai Satuan

Dataran Aliran Piroklastik untuk menunjukkan perbedaan kemiringan lerengnya

dengan Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik (Foto 3.3).

Berdasarkan pengamatan pola kontur, litologi pada satuan ini adalah batuan

yang relatif lebih lunak dibandingkan batuan yang menyusun Satuan Perbukitan

Aliran Piroklastik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi yang menyusun

satuan ini adalah breksi vulkanik dengan masa dasar pada umumnya sudah

terubah menjadi lempung dengan sisipan piroklastik dan lava basalt. Pada daerah

ini, sisipan piroklastik lebih banyak dibandingkan dengan sisipan lava basalt.

Sehingga topografi yang terbentuk lebih landai dan datar dibandingkan dengan

satuan perbukitan aliran lahar. Pada satuan ini sering juga terjadi longsoran dan

proses eksogen lainnya. Satuan ini telah mengalami proses erosi yang cukup

dominan sehingga menghasilkan bentuk dataran.

Foto 3. 3. Satuan Dataran Aliran Piroklastik yang digunakan untuk

pesawahan (foto diambil dari jalan raya Cieunteung menghadap timur laut)

Tenggara Baratlaut

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

20

3.1.2.3 Satuan Lembah Homoklin

Satuan ini menempati 25 % daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian

timur daerah penelitian. Pada peta geomorfologi, satuan ini ditandai dengan

warna hijau (Lampiran E2). Satuan ini memiliki relief berupa lembah dengan

kemiringan landai hingga agak curam (7 - 15%) berdasarkan klasifikasi Zuidam

(1985) (Foto 3.4). Ketinggian topografi satuan ini berkisar antara 150 -350 m.

Dari pola kontur, litologi pada satuan ini merupakan batuan lunak.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi yang menyusun satuan ini adalah

batulempung. Batulempung di daerah ini bersifat masif dan memiliki nodul dan

setempat memiliki sisipan batupasir tufan. Dilihat dari resistensi batuan, litologi

daerah ini memiliki ketahanan rendah terhadap erosi, struktur geologi pada

satuan ini dikontrol oleh adanya sesar. Pada satuan ini sering terjadi longsoran

dan proses eksogen lainnya dikarenakan kontaknya dengan satuan batuan breksi.

Satuan ini telah mengalami proses erosi yang cukup dominan sehingga

menghasilkan bentuk lembah curam dengan pola sungai sentripetal.

Foto 3. 4. Satuan Lembah Homoklin yang dipergunakan sebagai

pesawahan (foto diambil dari lokasi G.8.3 menghadap timurlaut)

Barat laut Tenggara

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

21

3.1.2.4 Satuan Bukit Intrusi

Satuan ini menempati sekitar 10 % daerah penelitian. Satuan ini berada di

bagian selatan daerah penelitian. Pada peta geomorfologi, satuan ini ditandai

dengan warna merah (Lampiran E2). Satuan ini memiliki relief berupa bukit

terisolir dengan kemiringan lereng landai hingga curam (10 - 25%) berdasarkan

klasifikasi Zuidam (1985). Ketinggian topografi satuan ini berkisar antara 470 -

590 m dari permukaan laut atau berupa perbukitan tinggi berdasarkan Zuidam

(1985) (Foto 3.5).

Litologi pada satuan ini adalah andesit piroksen. Dilihat dari resistensi batuan,

litologi daerah ini memiliki ketahanan tinggi terhadap erosi dan memperlihatkan

bentuk bukit-bukit tinggi dan terisolir.

Foto 3. 5. Satuan Bukit Intrusi yaitu Gunung Muncang (foto diambil dari kaki

Gunung Muncang menghadap utara)

Barat Timur

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

22

3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian memiliki tiga satuan litologi, yaitu Satuan Batu Lempung

yang merupakan satuan batuan paling tua, Satuan Breksi Vulkanik, dan Satuan

Andesit sebagai satuan batuan paling muda.

3.2.1 Satuan Batulempung

Satuan Batulempung ini menempati bagian timur daerah penelitian. Luasnya

mencapai 4 km2, atau sekitar 19% dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan ini

berwarna hijau pada peta geologi di Lampiran E3. Satuan Batulempung

memiliki kedudukan lapisan N 1500 E/600 dan N 1450 E/670. Satuan ini

tersingkap di Sungai Cibeureunyeuh (G.5.5 dan G.5.7), Hambawang (G.09.12,

G.09.13, dan G.09.14), Sungai Cipicung (G.12.22 dan G.12.23), dan Sungai

Cacaban (G.13.1, G.13.4, dan G.13,7) seperti yang ditunjukkan pada Peta

Lintasan (Lampiran E-1). Singkapan satuan ini ditemukan dalam kondisi lapuk

dikarenakan litologi yang tidak resisten terhadap pelapukan dan erosi. Ketebalan

satuan ini berdasarkan rekonstruksi penampang geologi adalah lebih dari 250

meter yang terlampir pada Peta Geologi (Lampiran E-3). Ketebalan satuan ini

sulit ditentukan karena tidak ditemukannya kontak dengan satuan di bawahnya.

Satuan Batulempung tersusun atas litologi batulempung sisipan batupasir

tufan. Profil Satuan Batulempung ditunjukkan oleh Gambar 3.2. Kenampakan

satuan ini di lapangan dicirikan dengan batulempung berwarna abu-abu,

karbonatan, masif, telah mengalami pelapukan konkoidal, beberapa tempat

ditemukan adanya nodul-nodul seperti yang ditunjukkan pada Foto 3.6 dan Foto

3.7. Berdasarkan analisa petrografi, batulempung pada satuan batuan ini

mengandung kalsit, pecahan cangkang foraminifera kecil dan pecahan gelas.

Berdasarkan hasil uji kalsimetri yang diuji pada sampel G.5.5 dan G.13.1

(Lampiran D, Analisis Kalsimetri), didapatkan kandungan karbonat rata-rata

sekitar 15,6%. Berdasarkan klasifikasi campuran lempung-gamping (Pettijhon,

1957 dalam Koesoemadinata, 1985), maka batulempung pada satuan ini

merupakan napal-lempung (Lampiran D).

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

23

Batupasir tufan pada Satuan Batulempung memiliki kenampakan di lapangan

berupa batupasir berwarna coklat terang, berukuran pasir kasar (0,5-1 mm)-pasir

halus(< 0,5 mm), memiliki masadasar berupa tuf karbonatan, terpilah baik

dengan bentuk butir membundar-menyudut tanggung, kemas tertutup, memiliki

struktur sedimen flasher (Foto 3.8), yaitu perlapisan gelembur gelombang (ripple

lamination) dengan goresan tipis butiran berukuran lempung yang hadir diantara

susunan perlapisan silang siur atau perlapisan gelembur gelombang (ripple

bedding) sedimen yang berukuran pasir (Boggs, 2006). Struktur flasher yang

hadir tidak terlalu jelas karena singkapan berada pada zona sesar (Foto 3.8).

Selain flasher, struktur sedimen yang hadir adalah perlapisan sejajar (parallel

lamination). Singkapan batupasir ini terdiri dari batupasir kasar di bawah dan

batupasir yang lebih halus di atasnya. Batas antara kedua batupasir tersebut tidak

jelas karena singkapan telah hancur akibat proses pensesaran. Berdasarkan

pengamatan petrografi, batupasir tufan merupakan batupasir glauconitic quartz

wacke (Folk, 1974 dalam Scholle, 1979). Batupasir memiliki tekstur klastik,

terdiri dari butiran kuarsa (25 %), plagioklas (10 %), fosil foraminifera (5 %),

glaukonit (5 %), hornblenda (4 %), dan fragmen batuan beku (1%), terpilah

buruk, bentuk butir membundar-menyudut, kemas terbuka. Matriks berupa gelas

dan mineral lempung (40 %) dengan semen kalsit (5 %), porositas intergranular

(5%) (Lampiran A-1).

Analisis mikropaleontologi menunjukkan bahwa satuan ini berumur Miosen

Akhir (N16 –N18) berdasarkan Biozonasi Blow (1969) (Lampiran B). Penentuan

umur ini berdasarkan kehadiran dari Globigerina bulloides yang kemunculan

awalnya pada N16 menandakan bahwa satuan ini tidak lebih tua dari N16. Selain

itu, ditandai dengan punahnya Hastigerina siphonifera involuta pada N18.

Spesies-spesies foraminifera plankton lainnya yang ditemukan pada satuan ini

adalah Globorotalia venezuelana, Orbulina universa, Orbulina suturalis,

Globigerinoides trilobus, dan Globorotalia ascotaensis. Satuan ini merupakan

satuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian.

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

24

Lingkungan pengendapan satuan ini diinterpretasikan berdasarkan asosiasi

foraminifera bentonik yang terdiri dari Uvigerina sp., Bolivina sp., Texturalia

sp., Operculina sp., Nodosaria sp., Lagena sp., Dentalina sp., dan Gyroidina sp.

(Lampiran B). Berdasarkan klasifikasi Robertson Research (1985), asosiasi fosil-

fosil tersebut berada pada lingkungan Neritik Tengah–Neritik Luar (Lampiran

B) atau pada kedalaman 50-200 meter (Bandy, 1967 dalam Pringgoprawiro dan

Kapid, 2000). Kehadiran flasher pada batupasir tufan yang merupakan bagian

atas Satuan Batulempung ini menunjukkan bahwa pengendapan batupasir berada

pada kondisi fluktuasi hidrolik (Boggs, 2006). Periode aktivitas arus, yaitu ketika

transportasi traksi dan pengendapan gelembur gelombang (ripple) pasir terjadi,

diikuti oleh periode air tenang, yaitu ketika lempung diendapkan. Kondisi

lingkungan pengendapan batu pasir ini lebih mendukung pengendapan pasir

daripadan lempung sehingga yang terbentuk adalah flasher (Reineck dan Singh,

1980 dalam Boggs, 2006). Menurut Boggs (2006) perlapisan flasher umum hadir

pada lingkungan dataran pasang surut (tidal flat) dan subtidal.

Berdasarkan anlisis fosil yang menyatakan bahwa batulempung pada Satuan

Batulempung diendapkan pada lingkungan neritik tengah-neritik luar.

Berdasarkan struktur sedimen flasher pada batupasir tufan pada satuan yang

sama menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan dipengaruhi arus pasang

surut. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa daerah penelitian mengalami

pendangkalan yang ditandai dengan perubahan lingkungan pengendapan yang

awalnya berupa neritik yang ditunjukkan dengan terendapkannya batulempung

karbonatan menjadi daerah pasang surut yang ditunjukkan dengan

terendapkannya batupasir tufan bersifat karbonatan dengan struktur flasher.

Berdasarkan ciri litologi khas yang dapat dibedakan dengan satuan lain, maka

satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Subang (Djuri, 1973). Hubungan

stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan karena tidak

tersingkapnya satuan batuan di bawahnya pada daerah penelitian. Menurut Djuri

(1973), hubungan antara Satuan Batulempung dengan satuan di bawahnya yang

sebanding dengan Formasi Halang bersifat selaras. Sedangkan hubungan satuan

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

25

ini dengan satuan batuan di atasnya bersifat tidak selaras, ditunjukkan dengan

perbedaan umur dan kontak erosional yang hadir (Foto 3.9).

Timur Barat

A

B

Foto 3. 6. A)Satuan Batulempung masif. B)Perbesaran foto 3.6 A (foto

diambil di lokasi G.5.9 menghadap utara)

U

Foto 3.7. Satuan Batulempung bernodul (foto diambil di lokasi G.13.3)

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

26

flasher

A

B

Foto 3.8. A)Sisipan Batupasir tufan bersifat menghalus ke atas. B) Flasher

pada batupasir tufan (foto diambil di lokasi G.6.5 dengan singkapan berada di

tepi timur Sungai Cikujang)

Foto 3. 9. A)Kontak Satuan Batulempung

dan Satuan Breksi Vulkanik. B)Satuan

Breksi Vulkanik mengerosi Satuan

Batulempung (foto diambil di lokasi

G.5.4, di tebing utara sungai yang

berarah N 2650E)

A

B

Satuan Breksi

Satuan Batulempung

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

27

3.2.2 Satuan Breksi Vulkanik

Satuan Breksi Vulkanik ini menempati bagian barat daerah penelitian,

menyebar hingga bagian utara dan selatan daerah penelitian. Satuan ini berwarna

jingga pada peta geologi (Lampiran E3). Luasnya mencapai 17,5 km2, atau

Gambar 3. 2 Profil Satuan Batulempung yang diambil di Sungai Cikujang menunjukkan

adanya perubahan litologi dan kecenderungan pola sedimen akibat perubahan lingkungan

pengendapan.

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

28

sekitar 75% dari keseluruhan daerah penelitian. Singkapan satuan ini jarang

ditemukan dalam kondisi baik karena lapuk. Satuan ini membentuk morfologi

perbukitan dan dataran dengan tata guna lahan berupa persawahan dan

permukiman, seperti yang terdapat di Desa Conggeang Kulon, Desa Narimbang

dan Desa Cipamekar.

Kenampakan satuan ini di lapangan dicirikan dengan breksi vulkanik dengan

sisipan berupa aliran lava dan piroklastik. Breksi berwarna coklat dengan ukuran

butir kerikil hingga berangkal, pemilahan buruk hingga sedang, bentuk butiran

menyudut hingga menyudut tanggung, matriks lempung hingga pasir, semen non

karbonatan, fragmen basalt, andesit, tuf kristalin, kompak, kemas terbuka,

porositas buruk (Foto 3.10). Berdasarkan analisis petrografi, fragmen dalam

breksi terdiri dari tuf kristalin, andesit piroksen,dan basalt. Dari kontak antara

breksi vulkanik dan batu lempung, breksi vulkanik mengerosi batulempung yang

memiliki umur lebih tua.

Foto 3.10. A)Satuan Breksi Vulkanik di

tepi Sungai Cipanas. B)Satuan Breksi

Vulkanik dengan pemilahan buruk (foto

diambil di lokasi G.11.9 menghadap

selatan)

Timur Barat

B

A

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

29

Pada Satuan Breksi Vulkanik terdapat sisipan lava basalt (Foto 3.11).

Singkapan lava basalt ditemukan dalam kondisi yang baik karena ketahanan

batuan tersebut terhadap proses pelapukan. Kenampakan litologi ini di lapangan

berupa basalt berwarna abu-abu gelap, afanitik, memiliki vesikuler (Foto 3.11 B)

dan memperlihatkan struktur aliran. Pada pengamatan petrografi, sisipan basalt

menunjukkan kehadiran fenokris berupa olivin berbentuk euhedral, piroksen dan

plagioklas dengan masa dasar plagioklas dan piroksen yang memperlihatkan

tekstur aliran.

Foto 3. 11. A) Aliran Lava

Basalt sebagai sisipan

pada Satuan Breksi

Vulkanik. (foto diambil di

lokasi G.10.1 menghadap

selatan). B) Vesikuler

pada Basalt (foto diambil

di lokasi G.10.1)

Barat Timur Barat Timur

A

B

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

30

Selain sisipan lava basalt, pada satuan ini juga terdapat sisipan piroklastik

(Foto 3.12) yang telah lapuk dan kondisinya yang lepas-lepas. Singkapan

piroklastik yang ditemukan memiliki ketebalan 10 cm hingga ± 3 meter.

Kenampakan piroklastik tersebut di lapangan berupa tuf, berwarna coklat terang,

berukuran butir abu kasar, pemilahan baik, kemas tertutup, kompak, porositas

baik. Jurus dan kemiringan sisipan tuf ini adalah N 3300 E/60.

Selain tuf, sisipan piroklastik pada Satuan Breksi Vulkanik juga berupa tuf

lapili, lapili, dan tuf kasar. Perlapisan tersebut memiliki jurus dan kemiringan N

600E/30. Perlapisan piroklastik tersebut juga menunjukkan adanya struktur silang

Breksi

Tuf

Barat Timur A

Foto 3. 12. A)Singkapan

tuf sebagai sisipan dalam

Satuan Breksi Vulkanik.

B)Kontak tuf dengan

breksi vulkanik (foto

diambil di lokasi G.10. 16,

di tebing utara Sungai

Ciporong yang berarah

barat timur)

B

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

31

siur sejajar (Foto 3.13). Singkapan piroklastik memiliki tebal ± 3 meter dengan

kondisi lapuk dan lepas-lepas. Singkapan ini berupa tuf lapili berwarna abu-abu

terang, ukuran butir abu hingga lapili, pemilahan buruk, fragmen berukuran lapili

tertanam dalam masa dasar berukuran abu kasar, kemas terbuka, lepas-lepas,

porositas baik. Selain itu, terdapat juga lapili berwarna abu terang, ukuran butir

lapili, pemilahan baik, kemas tertutup, lepas-lepas, porositas baik. Tuf kasar,

berwarna abu terang, berukuran butir abu kasar, kemas tertutup, lepas-lepas,

porositas baik.

3.2.3 Satuan Andesit Piroksen

Satuan Andesit tersebar di bagian selatan daerah penelitian (Lampiran E3).

Satuan batuan ini berupa intrusi. Luasnya mencapai 1 km2, atau sekitar 6% dari

Foto 3.13. A)Singkapan

piroklastik sebagai sisipan

pada Satuan Breksi Vulkanik.

B)Piroklastik ini memiliki

perlapisan dengan kedudukan

N 600 E/3

0 NE (foto diambil di

lokasi G.13.16, di tebing

tenggara Sungai Cacaban)

B

A

Page 20: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

32

keseluruhan daerah penelitian. Singkapan satuan ini ditemukan dalam kondisi

baik. Satuan ini membentuk morfologi bukit terisolir. Kenampakan satuan ini di

lapangan dicirikan dengan andesit berwarna abu-abu terang, afanitik-porfritik

dengan piroksen sebagai fenokris dalam masa dasar halus (foto 3.14), masif.

Berdasarkan pengamatan petrografi, andesit yang ditemukan di daerah penelitian

merupakan andesit piroksen dengan masa dasar didominasi oleh mikrolit

plagioklas (Lampiran A-11).

Foto 3.14. Satuan Andesit

Piroksen (foto diambil di

lokasi G.1.4 menghadap

utara)

Page 21: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

33

3.3 Struktur Daerah Penelitian

3.3.1 Pola Kelurusan

Pola kelurusan daerah penelitian diperoleh dari analisis kelurusan pada peta

topografi. Pola kelurusan di daerah penelitian dibagi menjadi dua, yaitu pola

kelurusan pada Satuan Batulempung dan Satuan Breksi Vulkanik. Pembedaan

pola kelurusan Satuan Batulempung dan Breksi Vulkanik berdasarkan pada sifat

litologi dan proses pengendapan satuan-satuan tersebut. Pola kelurusan tersebut

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan litologi dan atau struktur. Penarikan

kelurusan-kelurusan dilakukan pada peta topografi yang meliputi kelurusan bukit

dan kelurusan sungai. Berdasarkan penarikan-penarikan tersebut terlihat bahwa

terdapat dua pola kelurusan dominan pada daerah penelitian, yaitu pola kelurusan

Timur Laut-Barat Daya (N 400 E) pada Satuan Breksi Vulkanik dan pola

kelurusan Barat-Timur (N 1000 E) pada Satuan Batulempung (Gambar 3.3).

Pola kelurusan timurlaut–baratdaya diperlihatkan oleh kelurusan yang

dibentuk oleh Sungai Cipanas, Sungai Cikeresek, Sungai Cipeuteuy, Sungai

A

Gambar 3. 3. A) Pola kelurusan sungai dan bukit pada Satuan Breksi Vulkanik memiliki

arah umum N 40 0E. B)Pola kelurusan sungai dan bukit pada Satuan Batulempung memiliki

arah umum N 100 0E.

B

Page 22: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

34

Cilalangkahan atau Sungai Cikujang. Selain dibentuk oleh sungai-sungai

tersebut, kelurusan berarah timurlaut–baratdaya juga dibentuk oleh kelurusan

bukit intrusi, yaitu Gunung Muncang dan Gunung Cikepuh juga oleh Nagrog dan

Cigalumpit. Relief yang dibentuk rangkaian bukit intrusi ini juga ikut mengontrol

pembentukan sebagian aliran dari Sungai Cipanas, Sungai Cikeresek, Sungai

Cipeuteuy, Sungai Cilalangkahan atau Sungai Cikujang yang juga berarah barat-

timur. Pola kelurusan ini kemungkinan juga berkaitan dengan pembentukan

Sesar Cikujang dan rekahan di sepanjang Sungai Cipanas.

Pola kelurusan barat–timur diperlihatkan oleh Sungai Cipicung, Sungai

Ciporong, Sungai Cikukulu dan anak-anak sungai di Desa Cibeureunyeuh dan

Desa Conggeang Wetan. Pola ini juga berkaitan dengan Sesar Cipicung.

3.3.2 Struktur Sesar

Analisis struktur dilakukan dengan dua metode yaitu pengamatan terhadap

peta topografi dan pengamatan di lapangan. Di lapangan, sesar tersebut dapat

diidentifikasi dari bidang sesar, gores garis, breksiasi, dan off set. Berdasarkan

pengamatan terhadap peta topografi dan lapangan, struktur sesar yang didapat di

daerah penelitian adalah Sesar Cipicung dan Sesar Cikujang.

Sesar Cikujang dan Cipicung memotong Satuan Batulempung dan Satuan

Breksi Vulkanik, sehingga diperkirakan berumur Holosen. Kedua sesar ini

berlangsung pada satu deformasi dan diperkirakan merupakan aktivasi sesar

berumur Tersier. Aktivasi ini berhubungan dengan aktivitas kegunungapian yang

terjadi di daerah penelitian.

3.3.2.1 Sesar Cikujang

Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan adanya indikasi struktur

sesar (Sesar Cikujang) yang terdapat di bagian selatan Desa Cibeureunyeuh, pada

aliran Sungai Cikujang. Sesar yang memotong Satuan Breksi dan Satuan

Batulempung ini teramati berdasarkan kenampakan breksiasi dan off set kontak

antara Satuan Breksi dan Satuan Batulemung sepanjang 6 meter di tebing sungai

Page 23: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

35

(foto 3.16). Breksiasi yang terdapat pada tebing Sungai Cikujang memiliki arah

utama N 2130 E (Gambar 3.4). Berdasarkan analisis struktur (Lampiran C1),

Sesar Cikujang merupakan sesar mendatar, yaitu sesar menganan turun dengan

bidang sesar N 330 E/730. Pada Sesar Cikujang terdapat alterasi breksi yang

terubah menjadi mineral lempung.

Foto 3. 16. A)Breksiasi pada Sesar Cikujang. B) Struktur tangga minor pada Sesar

Cikujang (foto diambil di lokasi G.6.5 dan G.6.6, di tepi barat Sungai Cikujang

menghadap timur)

Stuktur tangga minor

Breksiasi

Gambar 3.4 Kelurusan

Breksiasi Sesar Cikujang

menunjukkan arah timurlaut-

baratdaya dengan arah umum

N 213 0E (n=38)

A

B

Page 24: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

36

Di sekitar Sesar Cikujang dijumpai adanya alterasi batuan. Fragmen dan masa

dasar breksi vulkanik telah terubah menjadi mineral lempung. Berdasarkan

analisis XRD (Lampiran F-1), lempung di zona Sesar Cikujang berjenis kaolinit.

3.3.2.2 Sesar Cipicung

Sesar Cipicung di Sungai Cipicung teramati berdasarkan kenampakan shear

di tepi sungai (foto 3.18). Selain itu, keberadaan sesar ini terlihat dari adanya off

set antara kontak Satuan Batulempung dengan Satuan Breksi sepanjang ± 10

meter. Dengan demikian, sesar ini memotong Satuan Batulempung dan Satuan

Breksi.

Selain adanya shear, di sekitar Sesar Cipicung juga terdapat breksiasi yang

memiliki arah utama N 930 E (Gambar 3.5). Berdasarkan analisis struktur

(Lampiran C2), sesar Cipicung merupakan sesar turun menganan dengan bidang

sesar N 950 E/580. Sama halnya dengan Sesar Cikujang, pada Sesar Cipicung

terdapat alterasi breksi yang terubah menjadi mineral lempung.

.

Foto 3. 17. Shear di Sesar

Cipicung (foto diambil di

lokasi G.12.20)

Page 25: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/454/jbptitbpp-gdl-ciputranim-22662-4... · Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan

37

3.3.3 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi di Daerah Penelitian

Mekanisme pembentukan struktur geologi di daerah penelitian ditafsirkan

berdasarkan analisis deskriptif, analisis kinematika, dan analisis dinamika.

Berdasarkan hasil analisis dinamika dan kinematika struktur geologi daerah

penelitian yang ditunjang oleh hasil analisis kelurusan bukit dan sungai, maka

pola dominan struktur di daerarah penelitian berarah barat-timur dan timurlaut-

baratdaya berupa sesar mendatar dan sesar normal.

Struktur sesar di daerah penelitian terbentuk pada Holosen Awal. Hal ini

ditunjukkan dengan kehadiran sesar mendatar dan normal yang memotong

Satuan Breksi Vulkanik yang berumur Ploeistosen Akhir-Holosen Awal.

Hubungan kedua sesar tersebut dengan Satuan Andesit Piroksen sulit untuk

ditentukan karena tidak terlihat hukum potong memotong diantara keduanya.

Dengan demikian, kedua sesar tersebut ditafsirkan berumur sama dengan Satuan

Andesit Piroksen, yaitu Holosen Awal berdasarkan kesamaan arah antara arah

kelurusan bukit-bukit intrusi dan arah sesar.

Gambar 3. 5. Kelurusan Breksiasi

Sesar Cipicung menunjukkan arah

hampir barat timur dengan arah

umum N 93 0E (n=11)