makalah geomorfologi kalimantan

29
KONDISI GEOMORFOLOGI KALIMANTAN MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia Yang Dibimbing oleh Bapak Sudarno Herlambang Wahyu Wardani 106351400649 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN GEOGRAFI MARET 2008

Upload: wahyu

Post on 10-Jun-2015

15.666 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

KONDISI GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Geomorfologi Indonesia

Yang Dibimbing oleh Bapak Sudarno Herlambang

Wahyu Wardani

106351400649

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN GEOGRAFI

MARET 2008

Page 2: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo

Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau

Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat

propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan

Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan

ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja

merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi

negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei

Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini

mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.

Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24`

LU - 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah

sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan

Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai

dari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.

Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan /

perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang

surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %). Pada

umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI)

adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan

kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan

sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang.

Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan

Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan

Pegunungan Meratus. Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di

Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar

dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang

sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir,

dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan,

Page 3: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan dengan

kewaspadaan tinggi.

Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang

menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar

wilayah dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan

yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat

menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.

Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di

bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial

adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang

minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.

Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran

rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet,

tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai

berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena

keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara

ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini

pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi,

namun diduga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya

sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi kayu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana kondisi Fisiografis Kalimantan, yang meliputi kondisi geologis,

hidrologi, iklim, tanah dan geomorfologis?

2. Bagaimana pengembangan wilayah di Kalimantan?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi fisiografis Kalimantan, yang meliputi kondisi

geologis, hidrologi, iklim, tanah dan geomorfologis.

2. Untukmengetahui mengembangan wilayah di Kalimantan.

Page 4: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisiografis Kalimantan

1. Kondisi Geologis

Indonesia bagian barat seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa Barat serta

Jawa Tengah tersusun oleh kerak benua, demikian pula dasar lautan di antara

pulau-pulau ini yang dangkal. Di bawah kerak bumi adalah zona yang batuannya

lebih panas dan bersifat lebih plastis. Lempeng benua dan lempeng samudera

mengapung di atas bahan cair di bawahnya. Di Kalimantan terdapat empat unit

geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan

dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta

endapan muda yang dangkal.

Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah

Kalimantan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua

terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang

umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami

metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah

batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal dari

batuan vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah

batuan metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering

dipengaruhi oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri

dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan

Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.

Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup

opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak

samudera) terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan

ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa

dengan komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin

juga terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur

penunjaman, opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak

samudera terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir

lempeng yang berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap terlindungi. Proses

Page 5: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

pencuatan ini sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit di

Pulau Laut dan Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini.

Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari

berbagai jenis dan ukuran yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong,

yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat kuat. Potongan-potongan ini

ukurannya dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga berukuran besar (ratusan meter

atau lebih. Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur

penunjaman. Melange merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis

dari lempeng samudera yang bergerak turun dengan endapan yang berasal dari

massa daratan atau lengkung vulkanik di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek

dan terpotong karena desakan ke bawah dari lempeng yang bergerak turun.

Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi dengan desakan keatas

lempeng opiolit yang besar di Pegunungan Meratus.

Daerah melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang

terbentang di perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui

dengan baik. Daerah melange ini merupakan zona batuan hancur, sering

mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur geologinya (akhir

mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam

peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989)

Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras,

termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan

meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung

api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah

batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur

Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia

yang mencakup berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu

sampai sekarang. Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi

yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku,

dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang

mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah

permukaan bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan

vulkanik tua Kalimantan yang telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan

emas, semula di bawah gunung api merupakan bagian penting dari proses utama

pembentukan mineral seperti emas.

Page 6: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan

tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi

yang lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda

dan mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian

selatan Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras

kerikil yang sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas

aluvial yang tertimbun karena luapan sungai

Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di

Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di

Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan

yang paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.

Kalimantan Utara membentuk sebagian arah pokok Kepulauan Filipina.

Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian

Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang

membujur arah timur laut barat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier yang terlipat

tinggi dan lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh

granodiorit dari massa batuan massif Kinibalu. Pegunungan di sebelah utara

Teluk Darvel yang membujur arah timur barat juga tersusun dari batuan Pre

tertier dan Tertier bawah. Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat

terdapat pada sisi rangkaian ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah

barat palung Sulu.

Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis

dengan Kepulauan Filipina, yang dipisahkan oleh massa Neogen yang

membentang melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di bagian timur sampai teluk

Labuhan di pantai barat laut.

Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan terdiri atas teras kontinen

berbentuk segitiga (baji) di Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh Basin

Tertier bagian selatan dan timur Kalimantan pada sisi lain. Hanya bagian barat

Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller Ujung

Datuk Ujung Sambar yang sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu

pada sisi timurnya terdiri atas Basin Melawi dengan fasies air payau Tertier

Bawah. Menurut Fen (1933),hanya Kalimantan barat daya yang boleh disebut

daratan tua (Alte Rumpfebene).

Page 7: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas

utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung

Datuk melalui gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Tepi

selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang

membentang ke pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan

intrusi volkanis dan ekstrusi Tertier. Jalur volkan Tertier ini bertemu di

Pegunungan Muller dan selanjutnya membentang ke arah timur laut melalui

Batuayan (1652 m) ke Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan

Datong yang rendah di sebelah barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa

kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt Kuarter terdapat di sekeliling Gunung

Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkan Kuarter

yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan Bawang Aso. Dari Kongkemal

sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke arah timur menuju Niapa (1275

m) dan dari tempat tersebut basement kompleks merosot dengan teratur da bawah

lapisan Tertier semenanjung Mangkaliat.

Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar

yang lebar dasarnya 600 km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan

Ujung Sambar, membentang ke timur laut sampai pulau itu, serta berangsur

angsur menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner mulai merosot di

bawah lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah

timur laut sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan

Latong di Kalimantan timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk

kerangka struktural Kalimantan Sunda.

Di sebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000

2000

m yang cekung ke arah barat laut dan terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu dan

Iran. Rangkaian pegunungan ini tersusun dari batuan marin Pre Tertier dan

Tertier Bawah yang terlipat secara intensif serta menekan ke arah barat

laut.rangkaian tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang, dari sebuah punggungan

(Igir Ularbulu) yang tingginya berangsur

angsur berkurang dari 1000 m, yang

juga cekung ke arah barat laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang

sebagian besar terdiri dari lapisan Tertier, dipisahkan dari pantai Serawak dan

Brunei oleh jalur agak sempit dari tanah pegunungan rendah. Pegunungan

Kapuas Hulu Iran dan Punggungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan

Tertier yang termasuk kedalam Sistem Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara

Page 8: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

dan timur kerangka struktural Kalimantan, basement kompleks Pre tertier

menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur dan di tempat itu terjadi

pengendapan ribuan meter sidimen Tertier.

Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot

membentuk palung di Selat Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan

Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada bagian tepi ini basin Tertier

Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat daya timur

laut. Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari

batuan Pre tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari

antiklinorium Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden

Mahakam, sumbu itu muncul lagi ke arah utara ke ambang melintang yang

dibentuk oleh Sistem Kongkemal Niapa Mangkaliat.

Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis

Tertier pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu

membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak

pada sisi barat lautnya.

2. Kondisi Hidrologi

Kalimantan merupakan pulau yang memiliki lahan gambut yang sangat

luas, kondisi hidrologi Kalimantan umumnya sanagt dipengaruhi oleh lahan

Page 9: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

gambut, karena hutan rawa gambut dalam kondisi murni air tawar memiliki

karakteristik kimiawi yang khas. Airnya sangat asam (pH 3,0

4,5) dan unsur

hara yang sangat rendah, karena tidak ada nutrisi atau komponen penyangga yang

dapat mengalir masuk dari luar area gambut tersebut. Tanah gambut dalam

kondisi yang tak terganggu itu mengandung 80

90 persen air. Karena

kemampuannya untuk menyimpan air dalam jumlah besar itu, hutan rawa gambut

berperan penting dalam mengurangi banjir dan menjamin pasokan air yang

berkelanjutan. Hutan rawa gambut seringkali digolongkan sebagai Blackwater

Systems (Sistem Air Hitam), karena air yang mengalir dari area tersebut

dipengaruhi oleh bahan dari tanah gambut, yang menyebabkan airnya berwarna

seperti "cola" gelap.

Kalimantan ditempati oleh tiga sungai besar, yaitu Kapuas, Barito, dan

Mahakam. Mata air sungai Kapuas terletak di Cemaru (1681 m) berada di bagian

tengah Kalimantan. Sungai tersebut mengalir ke barat menuju palung yang

bermuara dengan beberapa cabang ke dalam laut. Sungai Barito, bermata air di

pegunungan Muller, mengalir ke selatan dari Muaratewe melalui basin Barito

yang berawa rawa. Sungai Mahakam mempunyai mata air di Cemaru, memotong

sumbu Pre tertier Kalimantan di sebelah timur Batuayan (1652 m) hingga basin

Tertier Kutai.

Hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah dialiri oleh sungai besar dan

kecil yang mengalir dari Utara ke Selatan dengan bermuara di Laut Jawa.

Keadaan pasang surut Sungai Kapuas merupakan aspek hidrologis yang sangat

berperan dan berpengaruh terhadap kota Pontianak. Ada dua faktor fisik utama

yang berpengaruh terhadap aspek hidrologis ini, yaitu keadaan topografi yang

rata-rata rendah di atas permukaan laut dan posisi geografis kota yang berada

pada garis khatulistiwa. Besarnya pengaruh pasang dan curah hujan yang tinggi

terutama terjadi pada daerah-daerah pinggiran sungai. Besarnya pengaruh pasang

surut ini berkisar antara 1-2 meter.

1. Habitat Pesisir

Wilayah pesisir umumnya didefinisikan sebagai suatu jalur daratan dan

laut yang terdapat di sepanjang pesisir. Wilayah ini hanya sebagian kecil di

Kalimantan. Wilayah ini mencakup beberapa habitat yang dari segi ekologi

sangat produktif, yaitu muara sungai, lahan basah pasang-surut, hutan bakau

dan terumbu karang, dan juga merupakan daerah temapat tinggal sebagaian

Page 10: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

besar penduduk Kalimantan, di mana sebagian besar pembangunan sedang

berlangsung.

Garis pesisir Kalimantan membentang sejauh 8.054 km, yakni dari

Semenanjung Sambas di bagian barat sampai Pulau Nunukan di perbatasan

Sabah. Sebagaian besar garis ini berhadapan dengan pantai yang dangkal, dan

dibelakangnya terdapat hutan bakau dan hamparan lumpur, atau pantai

berpasir yang luas, yang tepinya ditumbuhi pohon-pohon cemara Casuarina.

Habitat-habitat utama di Kalimantan meliputi pulau-pulau kecil berbatu-batu,

formasi terumbu karang, garis pantai berbatu-batu termasuk tanjung pantai

berpasir, asosiasi bakau/nipah, dan hamparan lumpur, serta muara sungai.

2. Habitat Air Tawar

Di belakang batas hutan bakau dan nipah daerah pesisir, tanah yang

tergenang air di dataran rendah Kalimantan menunjang kehidupan rawa

gambut dan hutan air tawar yang sangat luas. Kalimantan, secara keseluruhan,

memiliki lahan basah seluas 20.116.000 ha. Dari lahan seluas itu, yang tersisa

sekitar 12.478.000 ha. Persoalannya adalah dari 20 juta ha luas lahan itu, yang

dilestarikan hanya sebesar 1.322.000 ha.

Rawa

rawa di daerah Kalimantan Selatan dan Tenggara adalah dataran

rendah yang paling rendah di seluruh Kalimantan. Selam musim kemarau

rawa

rawa itu ditanami padi rawa (padi bencah), dan untuk memperbesar

produksi pertanian usaha pengeringan rawa (drainase dalam bentuk polder

polder) banyak dilakukan.

3. Daerah Aliran Sngai

Borneo merupakan daratan dengan sungai-sungai besar: Sungai

Kapuas, Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kayan, dan Sungai

Mahakam di wilayah Kalimantan. Sungai-sungai ini merupakan jalur masuk

utama ke pedalaman pulau dan daerah pegunungan tengah. Semakin ke hulu,

sungai lebih sempit. Sungai tersebut mengalir melalui hutan-hutan perbukitan,

berarus deras, dan airnya jernih.

Kebanyakan sungai-sungai utama di Kalimantan terdapat di jajaran

pegunungan tengah. Sungai-sungai itu semakin lebar dan semakin besar

volumenya menuju ke laut, karena ada tambahan air dari anak-anak

sungainya, yang membentuk sungai utama yang mengalirkan air dari daerah

aliran sungai yang luas. Debit air bervariasi menurut musim. Kecepatan arus,

Page 11: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

kedalaman air, dan komposisi substrat bervariasi menurut panjang aliran dan

lebar sungai, dan ini mempengaruhi biota yang dapat hidup di dalamnya.

Kondisi air dan perairan di pulau Kalimantan meliputi perairan umum

(sungai, danau, dan lain-lain) dan perairan laut. Persediaan air tanah di

Kalimantan cukup tinggi dengan turunnya hujan sepanjang tahun dan keadaan

alam yang berupa hutan.

3. Kondisi Iklim

Kalimantan terletak di katulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan suhu

yang relatif konstan sepanjang tahun, yaitu antara 250 -35 0 C di dataran rendah.

Tipe vegetasi tidak hanya ditentukan oleh jumlah curah hujan tahunan juga oleh

distribusi curah hujan sepanjang tahun. Dataran rendah di sepanjang garis

katulistiwa yang mendapat curah hujan minimum 60 mm setiap bulan dapat

mendukung hutan yang selalu hijau (Holdridge 1967). Semua bagian Borneo

terletak di daerah yang selalu basah sepanjang tahun.

Pola curah hujan di Indonesia ditentukan oleh dua angin musim

angin

musim tenggara atau musim kering (mei

oktober) dan angin musim barat laut

atau musim basah (Nopember

April). Dari Mei sampai Oktober matahari

melintas Indocina dan Cina bagian selatan, dan suatu sabuk dengan tekanan

rendah berkembang di atas daratan Asia yang panas. Angin yang membawa

hujan bertiup ke arah utara dari daerah yang bertekanan tinggi di atas Australia

dan Samudera India. Angin ini menyerap kelembaban sambil melintasi lautan

yang luas. Ketika mencapai pulau-pulau di Kawasan Sunda Besar dan daratan

Asia, angin naik ke atas karena harus melintasi jajaran bukit dan gunung. Sambil

naik udara menjadi lebih dingin dan kelembabannya turun menjadi titik hujan.

Hujan musim yang sangat lebat jatuh di atas India dan Cina bagian selatan dan

curah hujan yang lebih rendah jatuh di pulau-pulau Dangkalan Sunda termasuk

Kalimantan.

Kalimantan terletak di garis Equator dan memiliki iklim tropis dengan

suhu yang relative konstan sepanjang tahun antara 250

350 C di dataran rendah.

Dataran rendah di sepanjang equator yang mendapat curah hujan minimum

60 mm setiap bulannya dapat mendukung hutan yang selalu hijau. Kalimantan

terletak di daerah basah sepanjang tahun. Memiliki sedikitnya bulan basah

dengan curah hujan kurang dari 200 mm. Angin musim barat laut (Nopember-

Page 12: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

April) pada umumnya lebih basah dari pada angin musim tenggara, tetapi

beberapa daerah pesisir menunjukkan pola curah hujan bimodal. Kalimantan

dapat dibagi menjadi lima zona agroklimat. Sebagian besar daerah

perbukitanyang tinggi menerima curah hujan 2.000

4.000 mm setiap tahun.

Sebagian besar wilayah Kalimantan masuk ke dalam kawasan yang paling

basah (Oldeman dkk. 1980). Tidak seperti Sumatera, di Kalimantan tidak ada

gunung-gunung di daerah pesisir yang mempengaruhi curah hujan, walaupun

beberapa gunung yang pendek mempengaruhi curah hujan lokal, terutama di

Kalimantan bagian timur. Kalimantan tengah dan barat adalah kawasan yang

paling basah, sementara bagian-bagian di pesisir timur jauh lebih kering.

Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah merupakan kawasan yang paling

basah. Angin musim Barat laut di Kalimantan Barat pada bulan Agustus-

September dan musim hujan berlangsung sampai bulan Mei. Curah hujan sangat

tinggi terutama pada bulan Nopember dan yang kedua pada bulan April. Pada

bulan Juni-Agustus iklim relatif lebih kering, akan tetapi tidak ada bulan yang

curah hujannya kurang dari 100 mm. Curah hujan tahunan di Putussibau (Kapuas

Hulu) mencapai lebih dari 4000 mm dan tidak ada bulan yang curah hujannya

kurang dari 200 mm. Dengan wilayah panas sepanjang tahun dan daerah lembab.

Angin musim barat laut mencapai Kalimantan Barat pada bulan Agustus-

September dan musim hujan berlangsung sampai bulan Mei; curah hujan sangat

tinggi terutama pada bulan Nopember dan yang kedua pada bulan April. Dari

bulan Juni sampai Agustus, iklim relatif lebih kering tetapi tidak ada bulan yang

curah hujannya kurang dari 100 mm. Curah hujan di Putusibau lebih dari 4.000

mm dan tidak ada bulan yang curah hujannya kurang dari 200 mm. Di

Kalimantan Tengah dan Selatan, curah hujan umumnya bertambah tinggi ke arah

utara dari daerah pesisir. Pengaruh angin musim tenggara jauh lebih besar

daripada di Kalimantan Barat. Bulan kering terjadi dari bulan Juli sampai

September terutama di daerah-daerah bayang-bayang hujan di bagian barat

Pegunungan Meratus, misalnya di Martapura. Namun musim kemarau disini

masih tidak sekering di jawa dan Nusa Tenggara. Pesisir di bagian tenggara dan

Pulau Laut umumnya lebih basah daripada pesisir bagian selatan. Karena

pengaruh Pegunungan Meratus (Oldeman dkk 1980).

Daerah-daerah pesisir di Kalimantan Timur dan bagian timur Sanah jauh

lebih kering daripada bagian-bagian lainnya di Kalimantan. Pengaruh angin

Page 13: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

musim barat laut jauh lebih lemah karena hampir semua hujan jatuh di

pegunungan tengah. Bahkan selama musim penghujan, curah hujan relatif rendah

dan seringkurang dari 200 mm/bulan, terutama di daerah Semenanjung

Sankulirang. Tidak ada musim kemarau yang khusus karena angin musim

tenggara melintasi laut terbuka sehingga juga membawa hujan ke daerah lain.

Walaupun pola iklim Kalimantan secara umum bercirikan curah hujan

yang tinggi, periode kemarau yang pendek sepanjang tahun berperan penting

dalam kehidupan tumbuhan dan mempengaruhi pola pembungaan dan

pembuahan pada tumbuhan. Hanya kadang-kadang saja musim kemarau

berlangsung agak lama. Pada tahun 1982-1983 di Kalimantan terjadi musim

kemarau yang berkepanjangan, yang terjadi lagi pada tahun 1987, 1990 dan

1997. Musim kemarau yang panjang ini terjadi secara berkala dalam sejarah

Borneo, dan mungkin berkaitan dengan osilasi El Nino di bagian selatan

(Leighton dan Wirawan 1986).

Dengan tingkat curah hujan yang tinggi di Kalimantan maka tingkat

terjadi banjirpun sangat tinggi. Daerah yang rawan banjir dikalimantan dapt

dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Potensi Banjir Kalimantan

Page 14: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

4. Kondisi Tanah

Kondisi tanah merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi

penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama dalam formasi tanah : litologi, iklim,

topografi, mahluk hidup dalam waktu. Sebagian besar tanah telah di Kalimantan

berkembang pada dataran bergelombang dan pegunungan yang tertoreh diatas

batuan sedimen dan batuan beku tua. Tanah-tanah ini berkisar dari ultisol masam

yang sangat lauk dan inceptisol muda. Di bagian selatan dataran aluvial dan tanah

gambut yang sangat luas, terus meluas sampai ke Laut Jawa. Perluasan ini masih

terus terjadi di dangkalan Kalimantan bagian selatan, dengan endapan aluvial

yang terbentuk di belakang hutan bakau pesisir.

Di daerah tropis yang lembab pelapukan berlangsung sangat cepat,

disebabkan oleh panas dan kelembaban. Karena curah hujan yang tinggi, tanah

selalu basah dan unsur-unsur pokoknya yang dapat larut hilang ; proses ini

disebut pelindian. Tingkat pelapukan, pelindian dan kegiatan biologi (kerusakan

bahan-bahan organik) yang tinggi merupakan ciri berbagai tanah di Kalimantan

(Burnham, 1984). Batuan Pulau Kalimantan miskin kandungan logam dan tanah

Kalimantan umumnya kurang subur dibandingkan dengan tanah vulkanik yang

subur di Jawa. Pelapukan sempurna yang dalam disertai dengan pelindian

menghasilkan tanah yang kesuburannya rendah di berbagai dataran rendah.

Lereng yang lebih curam mungkin lebih subur karena erosi dan tanah longsor

terus membuk batuan induk yang baru.

Tanah di atas bagian utama Kalimantan tengah dan Kalimantan timur laut

adalah ultasol (acrisol). Tanah yang mengalami pelapukan sangat berat ini

membentuk jenis tanah podsolik merah-kuning di sebagian besar daratan

Kalimantan yang bergelombang. Sebagian besar ultisol di Kalimantan adalah

tropodult. Jenis udult sukar untuk digunakan secara intensif karena kandungan

hara di bawah lapisan permukaan rendah dan komposisi antara kandungan

aluminium yang tinggi dan keasaman yang kuat. Secara tradisional penduduk

setempat telah menggunakan tanah ini untuk perladangan berpindah dengan

tanaman berumur pendek dan masa bera yang lebih panjang supaya kesuburan

tanah pulih kembali. Cara ini memberikan kesempatan bagi lapisan permukaan

Page 15: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

tanah untuk mengumpulkan humus dan bahan organik lagi yang penting bagi

cadangan hara dan untuk mengatur kelembaban dan suhu tanah.

Kelompok tanah yang paling umum di Kalimantan adalah Inceptisol.

Tanah ini pelapukannya sedang dengan profil yang jelas merupakan tanah

Kalimantan yang relatif lebih subur. Di Kalimantan juga terdapat kelompok tanah

aquept dan tropept. Jenis tanah tropoquept yang tersalir buruk terbentuk pada

endapan sungai yang tererosi dari batu pasir silika periode Tersier. Sabak

merupakan kelompok aquept yang paling tidak subur. Tanah tropept yang lebih

subur tersebar luas, terutama di pegunungan yang terpotong tajam dan daerah

pegunungan di tempat-tempat dengan kelerengan terjal dan erosi aktif. Beberapa

tropept tua berkaitan dengan bentang lahan yang datar. Kelompok dystropept

yang berwarna coklat tua kemerahan terbentuk di atas batuan masam dan

bersilika, seperti batuan konglomerat, batuan pasir, dan batuan lanau mudah

ditemukan di Kalimantan.

Tanah histosol, nonmineral atau tanah yang terutama tersusun atas bahan

organik disebut gambut, mencakup daerah yang luas di dataran rendah

Kalimantan. Tanah ini semula berupa dataran aluvial berbatu di rawa. Di sini

serasah dan sampah organik terkumpul secara cepat, lebih dari 4.5 mm/tahun

(Anderson, 1964), karena kondisinya yang tetap jenuh dan anaerob. Pada tanah

tropohemist bahan organik hanya terurai sebagian. Histosol juga terdapat di

Borneo sebagai lapisan bahan organik yang relatif tipis (50-150 cm) yang

terkumpul di dataran tinggi dan perbukitan, dimana terdapat banyak awan dan

kelembabanya tinggi. Tanah ini berupa gambut ombrogen (gambut asam) yang

terkait erat dengan hutan lumut. Hampir seluruh tanah histosol sangat masam

dengan kandungan hara utama dan hara tambahan rendah, sehingga sulit diolah

dan memerlukan biaya tinggi untuk mengolahnya.

Tanah alfisol terbentuk bila batuan menghasilkan sejumlah besar bahan

dasar ketika mengalami pelapukan, seperti marl berkapur dan batuan kapur di

bagian timur Kalimantan. Di Kalimantan, malisol dibatasi oleh bentang lahan

yang kaya akan kapur. Tanah ini berwarna gelap, karena kandungan humusnya

tinggi dan kaya bahan dasar terutama kalsium. Secara umum jenis tanah ini

miskin kalium yang merupakan hara utama. Kapur yang menyebabkan

kekurangan hara tambahan merupakan masalah bagi kebanyakan tanaman di

tanah yang keasaman dan kebasaan rendah. Rendol yang tersalir dengan baik

Page 16: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

dapat dengan mudah ditemukan dibagian timur Kalimantan, terutama di

Semenanjung Sankulirang.

Tanah yang paling lapuk adalah exisol, didominasi oleh liat yang

mempunyai sedikit mineral yang terdapat lapuk dan menghasilkan sedikit hara

tanaman. Jenis tanah ini terdapat diatas batuan ulta basa di Ranau dan Tawau,

Sabah dan pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Walaupun tanah ini

mengandung Mg/Ca dengan kadar tinggi dan nikel, krom dan kobalt yang

berkadar tinggi, vegetasinya tidak berbeda dengan hutan disekitarnya. Sebaliknya

tanah-tanah yang kaya akan bahan organik di daerah yang tinggi dengan gambut

di atas batuan ultrabasa, seperti Gunung Kinibalu pada ketinggian 2.000-2.800 m,

mendukung kehidupan vegetasi tertentu (Burnham 1984).

Jenis tanah entisol berasal dari batuan yang lebih muda dan kurang

berkembang. Fluvent dan aquents (tanah aluvial) terdapat di dataran-dataran

banjir pada lembah-lembah sungai dan di dataran pantai, yang menerima endapan

baru dari lembah-lembah sungai dan di dataran pantai, yang menerima endapan

baru dari tanah aluvial secara berkala. Tanah equents jenuh air dalam suatu

periode yang panjang dalam satu tahun dengan ciri khas dalam, berwarna abu-

abu dan warna lainnya; tingkat kesuburannya bergantung pada kandungan

mineral dan bahan organik endapan aluvial asalnya. Tanah hydraquents terdapat

di rawa pasang surut Kalimantan dengan ciri tanah ini muda, lunak, berlumpur

dan belum berkembang. Tanah sulfaquents umumnya terdapat bersama-sama

dengan hydraquents. Tanah-tanah yang tersalir buruk ini sangat terbatas untuk

tanah pertanian, karena mengandung pirit, yang jika dikeringkan akan

menimbulkan kondisi yang sangat masam dengan kadar besi dan aluminium

sulfat yang cukup tinggi, sehingga bersifat beracun. Tanah asam sulfat ini

terdapat di daerah Pulau Petak, Kalimantan Selatan.

Jenis tanah fluvents penting di dataran banjir di tepi sungai atau danau di

Kalimantan. Tanah-tanah ini umumnya terdapat di sungai-sungai yang

mengangkut endapan yang rawan terhadap banjir dan perubahan aliran sungai.

Kandungan mineral dan kesuburan tanah trofofluvents di Kalimantan tergantung

pada formasi geologi di daerah aliran sungai bagian hulu dan topografi daerah

sekitarnya. Dua lingkungan utama yang bertanah aluvial adalah muara sungai dan

rawa-rawa belakangnya. Tanah-tanah aluvial baru yang berasosiasi dengan air

tawar di Kalimantan sebagian besar mendukung hutan-hutan rawa air tawar.

Page 17: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Tanah aluvial yang lebih baru ini umumnya lebih subur dari pada lereng-lereng

sekitarnya, tetapi tidak sesubur tanah aluvial laut atau abu vulkanik (Burnham

1984). Tanah-tanah aluvial di dataran tepi sungai di Kalimantan adalah tanah-

tanah yang paling subur dan merupakan habitat yang mudah dikelola. Kebalikan

dari tanah yang subur ini adalah tanah psamments, merupakan tanah muda yang

mencolok, umumnya terdapat pada pantai-pantai muda maupun pantai tua.

Tingkat kesuburan jenis tanah ini sangat rendah. Jenis tanah psmaments yang

luas terdapat di bagian tengah Kalimantan.

Kapasitas umum menyimpan zat-zat hara pada tanah-tanah Kalimantan

sebagian besar bergantung pada kandungan humus. Oleh karena itu kandungan

zat hara yang sangat rendah bila lapisan humusnya rendah, misalnya pada tanah-

tanah pasir kerangas. Di dalam tanah yang dalamnya satu meter, hampir

setengahnya dari basa yang diserap hanya terdapat dalam lapisan atas sedalam 25

cm (Nye dan Greeland 1960). Hal ini menjelaskan tingkat kesuburan yang sangat

rendah pada ladang-ladang, karena pembakaran vegetasi penutup dan erosi

lapisan tanah atas menyebabkan lapisan yang paling subur hilang. Untuk

penggunaan tanah lahan pertanian yang berkelanjutan, banyak tanah-tanah di

Kalimantan memerlukan tindakan-tindakan konservasi terutama untuk lapisan

tanah atas dan pengendalian erosi, penggunaan pupuk yang seimbang serta

pengelolaan yang baik.

5. Kondisi Geomorfologis

Kalimantan memiliki pulau yang datar, dikarenakan mempunyai pesisir

yang rendah dan memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan

barat. Lebih dari setengah pulau ini berada di ketinggian di bawah 150 m dpl dan

air pasang dapat mencapai 100 km ke arah pedalaman. Kalimantan tidak

memiliki pegunungan berapi namun jajaran pegunungan utamanya semula

merupakan gunung berapi. Rangkaian pegunungan utamanya melintasi bagian

tengah pulau seperti trisula terbalik dari utara ke selatan dengan tiga mata tombak

bercabang di bagian selatan. Gunung Kinibalu di Kalimantan yang tingginya

4.101 m dpl, merupakan puncak tertinggi di Asia tenggara dan merupakan

gunung tertinggi diantara pegunungan Himalaya dan puncak Jayawijaya yang

tertutup salju di Irian Jaya. Puncak gunung lain di Kalimantan yang mencapai

Page 18: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

2.000 m hanya beberapa saja. Gunung Kinibalu terdiri atas sumbat batu granit

yang terangkat oleh tekanan vulkanik dan masih terus bertambah tinggi.

Pengunungan Iran (Iban) antara Kalimantan Timur dan Malaysia Timur

menjulang sampai 2.160 m di Gunung Harun (Harden), dekat perbatasan dengan

Sabah. Ujung bagian barat rangkaian pegunungan Iran tengah membentuk jajaran

Kapuas Hulu di sepanjang perbatasan Serawak dengan Kalimantan Barat.

Menjulang di Gunung Lawit (1.767 m) dan Gunung Cemaru (1.681 m). Dari

pegunungan tengah sekitar Gunung Cemaru, Pegunungan Muller (puncak

tertingginya Gunung Liangpran (2.240 m) dan Pegunungan Schwaner (Bukit

Raya 2.278 m) melintang kebarat daya di sepanjang perbatasan Kalimantan

Tengah dan Barat. Kearah tenggara melintang pengunungan Meratusyang rendah

(puncak tertingginya G. Besar 1.892 m), memisahkan Kalimantan Selatan dan

timur dan memanjang ke arah selatan sepanjang pesisir. Seluruh rangkaian

pegunungan ini merupakan pegunungan sekunder dengan ketinggian rata-rata

1.000

1.500 dan dengan puncak kadang-kadang hanya mencapai 2.000.

Gunung Makita (2.987 m) yang berada dekat Longnawan dan Gunung Giho

(2.550 m) di dekat Longsaan, keduanya berada di perbatasan dengan Serawak

merupakan puncak tertinggi Borneo yang berada di Kalimantan, diikuti dengan

Gunung Mantam (2.467 m) di sebelah barat Tanjung Redep, Kalimantan Timur.

Kalimantan dilalui oleh sungai-sungai besar yang mengalir dari bagian

tengah pulau ke pesisir. Kalimantan memiliki tiga sungai terpanjang yang

menjadi kebanggaan Indonesia. Sungai Kapuas (1.143 km), Sungai Barito (900

km) dan Sungai Mahakam (775 m). Sungai Kapuas mengalir dari kaki Gunung

Cemaru ke barat, mengaliri sebagian besar Kalimantan Barat. Sungai Barito yang

besar mata airnya berasal dari pegunungan Muller dan mengalir ke selatan dan

bertemu dengan Sungai Negara yang berasal dari Pegunungan Meratus bermuara

dekat Banjarmasin. Sungai Kahayan yang kecil tetapi memiliki sejarah yang

penting juga mengaliri pesisir selatan. Sungai Kahayan dan Sungai Mahakam

mengalir dari pegunungan di pedalaman ke pesisir timur. Sejumlah sistem sungai

yang berukuran besar mempunyai anak-anak sungai yang sangat luas di daerah

alirannya di pedalaman dam pantai-pantainya di dataran rendah. Sungai

Mahakam, Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Kapuas dan Sungai Baram

(serawak) semuanya mempunyai danau tapal kuda dan anak sungai musiman

pada dataran banjir. Di bagian selatan, anak sungai Bayan mengalir ke Seruyan.

Page 19: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi, patahan

atau sesar dan gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi

bahaya lingkungan. Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering

terjadi erosi pada lereng barat laut pegunungan Schwener dan Gunung Benturan,

serta di beberapa tempat lainnya di bagian tengan dan hulu sungai besar di

Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di pantai barat, selatan dan

timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada musim kemarau

sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah hutan

tropis ini. Bahaya lingkungan ini harus menjadi faktor penting untuk

dipertimbangkan dalam pengaturan ruang wilayah.

Pola pegunungan di Kalimantan sangat berbeda dengan Pulau Sumatera

dan Jawa. Selain itu kebanyakan pegunungan tersebut (selain di Kalimantan

Utara pada perbatasan Indonesia dan Malaysia Timur) merupakan pegunungan

tua (dari zaman Mesozoikum); karena telah mengalami denudasi berat. Puncak

pegunungan di Kalimantan rendah, dan bentuknya tumpul. Keadaan ini

menyebabkan sungai

sungai di Kalimantan tidak begitu deras alirannya

(gradien tingginya kecil), sehingga sangat baik untuk pelayaran. Hal ini

membantu bagi sistem lalu

lintas di daratan bagi daerah tersebut.

Berbeda dengan pulau

pulau lain, Kalimantan tidak mempunyai gunung

api aktif, kecuali pegunungan Apokayam pada perbatasan dengan Malaysia

Timur. Oleh karena itu peremajaan tanah oleh bahan vulkanik tidak terjadi. Hal

ini tampak bila tanah di Kalimantan mulai di buka (digarap) tanahnya tidak subur

(kecuali diberi pupuk dan dijaga humusnya).

Pegunungan di Kalimantan berpusat di tengah

tengah pulau. Gunung

yang tertinggi di Kalimantan adalah Kongkemul (2053 m), yang lebih tinggi di

Kalimantan Utara (Malaysia Timur) seperti Gunung Kinibalu (4175 m),

Limbakauh (2300 m), Murud (2260 m) dan Gunung Mulu (3000 m). Batas antara

Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur dan Pegunungan Kapuas Hulu

dengan Pegunungan Muller terbentang dataran rendah Kapuas yang semakin

meluas ke arah pantai. Di antara Pegunungan Muller dan Schwaner dengan

Pegunungan Meratusterbentang dataran rendah sungai

sungai yang mengalir ke

selatan. Akhirnya di sebelah Timur terdapat dataran rendah Sungai Mahakam.

Kondisi fisik dasar alam kalimantan sebagian beasr berupa daerah pengunungan

Page 20: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

atau perbukitan (39,69%), daratan (35,08%), dan sisanya dataran pantai atau

pasang surut (11,37%), dataran alluvial (12,47%) dan lain-lain (0,39%).

Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan

masing-masing karakteristik zone.

Zone I Kalimantan Selatan

1. Terdiri dari daratan alluvial, daratan banjir, tanggul alam, dan back swamp.

2. Karakteristik: Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi

genangan. Dataran yang semula berupa basin diendapi oleh maretial

endapan dari pegunungan di sebelah utaranya. Kalimanta selatan banyak

terdapat lapisan gambut yang sangat tebal sehingga daerahnya sulit

dikembangkan paling cocok hanya dipaiak sebagai persawahan pasang

surut.

Zona II Kalimantan Barat

Berupa pegunungan geantiklinyang batuannya terdiri dari batuan yang

berumur Permocarbon. Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang

berumur tua di Indonesia. Batuan ini meluan hingga ke kepulauan Andalan dan

sebagian dari zone ini pada zaman es mengalami genangan oleh air laut. Di

lembah-lembah sungai zone ini sebagian besar terdiri dari hasil pelapukan

granit yang berupa feldspar dan kuarsa. Beberapa puluh sentimeter (cm) di

baeah permukaan laut, materialnya pasir kuarsa. Zone ini disebut sebagai

peguningan masif yang terdapat di daerah tertutup ataupu tertentu saja (lokal).

Zone III Kalimantan Tengah

1. Merupakan geantiklin yang di beberapa tempat menunjukkan aktivitas

vulkanis yang tidak aktif lagi, misalnya Pegunungan Iran.

2. Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan

disebut formasi danau.

Zone IV Kalimantan Timur

Terdiri dari pegunungan antiklinal Samamuda dan geantiklin Meratus.

Di depresi Mahakam merupakan delta yang cukup perkembangannya, sebab

material dan daerahnya merupakan dangkalan dari terusan Selat Sunda dimana

basementnya stabil dan muatan sedimen yang diendapkan di beberapa tempat

menyebabkan delta berkembang baik karena dukungan dari lairan air yang

lambat.

Page 21: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Deretan pegunungan yang menyusun kerangka morfologi Kalimantan, yaitu:

1. Sistem pegunungan yang memanjang dari pegunungan Kanibalu (4175m)

melalui pegunungan Iran dan Muller ke arah pegunungan Schwaner di

bagian barat daya. Sistem pegunungan ini menyusun bagian poko pulau ini,

yang merupaka pangkal percabangan ke arah timur barat. Adapun cabang

yang menuju ke arah barat adalah pegunungan Kapuas Hulu dan Plato

Madi. Cabang terakhir ini dapat diikuti lebih lanjut ke arah barat sepanjang

sumbu deprise yang dipotong oleh Sungai Kapuas berupa Anteseden, ke

arah kelompok pegunungan yang menjorok ke laut seperti Niut (1701m).

Kelompok pegunungan ini pecah menjadi sejumlah puncak yang terisolir

dengan topografi pegunungan sisa. Jalur ini cembung ke arah barat lalu

melalui ujung Datuk ke arah pegunungan yang tenggelam di selat Karimata

sampai pulau Natuna.

2. Sistem pegunungan Maratus yang membujur ke arah utara-selatan, puncak

tertinggi adalah Gunung Besar (1892). Sistem ini memanjang sebagai

Kongkemal-Niapa-Mangkaliat, di bagian tenggara kedudukannya terisolir.

Untaian pegunungan ini terdapat di tengah, di bagian utara atau timur laut

terdapat deretan pegunungan yang lebih rapat disebut pegunungan Iban terpecah

dua ke arah selatan disebut pegunungan Meratus, ke arah barat daya bernama

Muller-schwaner pegunungan Kapuas Hulu dan Kapuas Hilir. Puncak tertinggi

pulau Kalimantan adalah Gunung Kilibalu(4101m) berada di wilayah negara

bagian Sabah MalaysiaTimur. Pncak tertinggi di Kalimantan Indonesia adalah

Gunung Bukit Rya (2278m) digugus pegunungan Schwaner, tepat ditapal batas

Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.Di antara pegunungan

Kapuas Hulu-Kapuas Hilirda pegunungan Muller-Schwaner terdapat paparan

dataran rendah aliran sungai Kapuas, yang semakin dekat dengan pesisir

bertambah luas. Di antara gugus pegunungan Muller-Schwaner terdapat paparan

dataran rendah yang lebih luas tembus ke pantai selatan Kalimantan, secara

administratif turmasuk dalam wilayah propinsi Kalimantan Tngah dan

Kalimanatn Selatan daerah tersebut dialiri sejumlah sungai besar kecil, dua

diantaranya yang besarito (2344km) dan sungai Kahayan (833km). Dialiran

sungai Mahakam (Kalimantan Timur) terdapat dataran rendah yang sempit.

Page 22: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Secara kasar bagan pulau Kalimantan merupakan sebuah segitiga dengan

semenanjung kecil pada sisi timur laut, yaitu Semenanjung Mangkaliat dan dua

ujung yang membatasi Teluk Darvel. Pulau ini berbukit-bukit luas dan reliefnya

bergunung-gunung yang tingginya sebagian besar tidak lebih dari 1500m.

Sebuah sistem pegunungan yang luas dan lebar melintasi pulau ini dari

pegunungan Kanibalu (4175m), merupakan puncak tertinggi di pualau

Kalimantan, melalui pegunungan Iran dan Muller ke arah pegunungan Schwaner

dengan Bukir Raja (2278m) di bagian barat dayanya. Sistem pegunungan

kompleks ini membentuk bagian-bagian pokok dari pulau Kalimantan, yang

merupakan pangkal percabangan orografis lainnya ke arah timur dan barat,

sedangkan pegunungna Meratus yang membujur dari utara-selatan dimana

puncak tertinggi sebesar (1892m), di bagian tenggara pulau tersebut mempunyai

kedudukan yang lebih terisolir. Cabang yang terakhir dapat diikuti lebih jauh ke

arah barat (pannekoek), sepanjang sumbu depresi yang terpotong oleh sungai

Kapuas yang kemungkinan berupa sungai Anteseden ke arah kelompok

pegunungan yang menjorok ke laut membentuk distrik-distrik Cina denga puncak

tertinggi adalah Gunung Niut (1203m). Kelompok pegunungan ini terpecah

menjadi sejumlah puncak-puncak yang terisolir dan merupakan sebuah topografi

aneh dari pegunungan-pegunungan sisa. Jalur ini berbentuk cembung ke arah

barat laut melalui Ujung Datuk ke arah Natuna.

Gambar 5.1. Peta Citra Satellite Topografi Kalimantan

Page 23: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Gambar 5.2. Peta Citra Satellite Kalimantan

B. Pengembangan Potensi Wilayah

Di dunia, juga di Indonesia, dan khususnya di pulau Kalimantan

ketersediaan ruang terbatas. Artinya berbagai kegiatan dan sumber daya alam

yang terkandung dan tersedia di pulau Kalimantan ini terbatas. Bila pemanfaatan

potensi wilayah tidak diatur dengan baik maka bedasarkan konsepsi dan diagram

seperti yang diuraikan di atas, kemungkinan besar akan terjadi pemborosan

manfaat sumber daya alam yang tersedia di Kalimantan ini, dan lebih jauh akan

terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup. Nilai ekonomis yang diharapkan

bagi pengembangan potensi wilayah Kalimantan tidak akan tercapai dan yang

akan terjadi kerusakan lingkungan (baik renewable

maupun yang non

renewable ) yang justru akan menjadi cost

yang never ending .

Pulau Kalimantan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau

perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai atau pasang

surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %). Karena

sebagian besar pegunungan, maka di Kalimantan terdapat potensi beberapa

taman nasional sebagai konservasi flora dan fauna dan hutan di pegunungan

Muller serta sebagian di Schawner yang ditetapkan sebagai world heritage

forest

dan merupakan cadangan air seluruh Kalimantan sebanyak sekitar 35 %

yang tidak akan habis di masa yang akan datang dengan syarat tidak teganggu

dan tercemar serta perlu dilindungi sebagai suatu ekosistem. Pada umumnya

Page 24: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

topografi bagian tengah dan utara wilayah Indonesia adalah daerah pegunungan

tinggi dengan kemiringan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan

lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan

air dimasa yang akan datang. Hasil hutan yang potensi di Kalimantan adalah

kayu industri, rotan, damar, dan tengkawang. Sayangnya spesies hasil hutan

seperti kayu gaharu, ramin, dan cendana sudah hampir punah. Analisis ekonomi

hasil hutan dengan ekosistimnya untuk menjaga keseimbangan lingkungan perlu

dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat, wilayah dan ekonomi

nasional.

Kondisi tanah di Kalimantan pada umumnya tidak subur untuk kegiatan

usaha pertanian (JICA, 1998). Lahan daratan memerlukan konservasi yang

sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir,

dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Sebagai besar lahan Gambut ini ada

di Kalimantan tengah dan selatan dan sebagaian kecil di pantai Kalimantan barat

dan di Kaltim bagian utara. Kondisi tanah di dataran teras pedalaman,

pegunungan, dan bukit-bukit relatif agak baik untuk kegiatan pertanian. Untuk

ini diperlukan optimasi pemanfaatan lahan agar hasil gunaanya dapat

memberikan nilai ekonomis dan perkembangan pada wilayah. Memilih

kesesuaian ruang untuk kegiatan uasaha yang sesuai dengan kesesuan tanah

sangat diperlukan.

Potensi hidrologi di Kalimantan merupakan faktor penunjang kegiatan

ekonomi yang baik. Selain banyak danau-danau yang berpotensi sebagai sumber

penghasil perikanan khususnya satwa ikan langka, dan hal ini perlu

dioptimasikan agar punya nilai ekonomis namun tetap menjaga fungsi dan peran

danau tersebut. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama

yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan

antar wilayah dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup

panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan

dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.

Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di

bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial

adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang

minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan off sore .

Page 25: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

Kegiatan pertambangan ini seringkali menimbulkan konflik dengan pemanfaatan

ruang lainnya yaitu dengan kehutanan, perkebunan, dan pertanian. Oleh

karenanya optimasi pemanfaatan SDA agar tidak hanya sekedar mengejar

manfaat ekonomi perlu ada pengaturan ruang.

Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan

dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah sawit, kelapa,

karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai

berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena

keterbatasan lahan dinegara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara

ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai masih diperlukang dukungan

prasarana wilayah.

Sebagai daerah yang memiliki kawasan perbatasan dengan negara asing,

maka Kalimantan mempunyai masalah yang terkait illegal trading dam

smugling , apalagi penduduk kawasan negara tetangga jauh lebih sejahtera dan

pembangunannya maju pesat. Selain itu pesoalan illegal logging

yang sering

merusak potensi sumber daya alam (hutan tropis) terus berkembang sejalan

dengan tingkat ekonomi masyarakat perbatasan yang belum maju tersebut.

Disamping masalah dalam konteks illegal diatas, pulau Kalimantan

juga mempunyai potensi antara lain untuk ikut dalam sistem kerangka kerjasama

ekonomi regional seperti BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia, Philipina

Eastern Asian Growth Area) dan dilalui jalu perdagangan laut internasional.

Potensi besar dari hutan-hutan di Kalimantan dihasilkan kayu industri,

rotan, damar, dan tengkawang. Sayangnya spesies hasil hutan seperti kayu

gaharu, ramin, dan cendana sudah hampir punah. Analisis ekonomi hasil hutan

dengan ekosistimnya untuk menjaga keseimbangan lingkungan perlu dilakukan

secara serius untuk kesejahteraan masyarakat setempat, wilayah dan ekonomi

nasional.

Lahan yang luas di Kalimantan telah dieksploitasi secara buruk. Operasi

pembalakan yang dikelola dengan buruk pula, serta rencana-rencana pertanian

yang gagal, telah meninggalkan bekas-bekasnya pada bentang lahan di

Kalimantan. Padang pasir putih yang luas dan kerangas yang mengalami

lateralisasi menjadi merah dan ditinggalkan, padahal semula ditumbuhi hutan

lebat. Setiap tahun padang alang-alang menjadi kering dan terbakar. Hutan

Page 26: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

tidak mendapat kesempatan untuk mengadakan regeneresi dan lautan padang

rumput terus bertambah luas.

Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi,

patahan/sesar dan gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi

bahaya lingkungan. Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering

terjadi erosi pada lereng barat laut pegunungan Schwaner dan Gunung Benturan,

serta di beberapa tempat lainnya di bagian tengan dan hulu sungai besar di

Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di pantai barat, selatan

dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada musim

kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di

bawah hutan tropis ini.

Indikator kualitas kehidupan masyarakat (sosial-ekonomi) diukur dengan

Human Developmen Index (HDI) . HDI pada tahun 1996 sampai dengan 1999

menurun di semua propinsi. Total HDI rata-rata di Kalimantan adalah 68,2 tahun

1996 dan 64,3 pada 1999 kemudian pada tahun 2003 menjadi 65. Penurunan ini

lebih disebabkan tingkat pendapatan perkapita jauh menurun akibat krisis,

sementara HDI sangat ditententukan oleh faktor income percapita.

Jika melihat data kemiskinan pada tahun 2002 yang dikeluaran dinas

sosial terlihat kondisi sosial masyarakat Kalimantan, buta huruf rata-rata 7,28 %

dengan Kalimantan Barat yang tertinggi yaitu di Kabupaten Sintang 17 %.

Masyarakat yang belum mendapatkan pelayananan air bersih rata-rata 58,7 %,

dengan Kalimantan Barat yang tertinggi yaitu 92 %. Indeks Kemiskinan masih

29 % dari total penduduk.

Walupun sektor pertanian berada pada peringkat ketiga, namun dalam

lingkup propinsi sektor pertanian cukup dominan memberikan kontribusi pada

PDRB-nya masing-masing yaitu antara 20-40 %, kecuali di propinsi Kalimantan

Timur. Dari nilai pertumbuhannya rata-rata senua propinsi berkembang dengan

baik. Pertumbuhan sektor yang paling baik adalah sektor pertanian yaitu

mencapai 23 % (1996-2000). Hampir rata terjadi di masing-masing bahwa sektor

jasa relatif lambat pertumbuhannya.

Kalimantan berperan penting dalam pengembangan ekonomi Indonesia

dan merupakan salah satu penghasil devisa utama. Pada tahun 2003, Kalimantan

menghasilkan 29 % pendapatan sektor Indonesia yang berasal dari migas,

25,72% dari sektor pertambangan dan 34.54 % dari sektor hutan.

Page 27: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang pulau Kalimantan sebagai

berikut:

1. Kondisi Fisiografis Kalimantan yang meliputi:

Kondisi geologis Kalimantan, sebagian besar Kalimantan terdiri dari

batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan kuarter di

semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus., batuan

vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung api

yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki

daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian

timur Kalimantan.

Kondisi hidrologi Kalimantan, untuk perairan daerah Kalimantan

didukung dengan adanya beberapa sungai beasr yang mengaliri wilayah

Kalimantan diantaranya yaitu, Sungai Mahakam, Sungai Kapuas,

Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Baram dan sungai-sungai kecil

lainnya yang mendukung suplai air yang ada didaerah Kalimantan.

Kondisi iklim kalimantan, Kalimantan terletak di garis Equator dan

memiliki iklim tropis dengan suhu yang relative konstan sepanjang

tahun antara 250

350 C di dataran rendah. Memiliki sedikitnya bulan

basah dengan curah hujan kurang dari 200 mm. Angin musim barat laut

(Nopember-April) pada umumnya lebih basah dari pada angin musim

tenggara.

Kondisi tanah Kalimantan, Kondisi tanah merupakan faktor terpenting

yang mempengaruhi penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama dalam

formasi tanah : litologi, iklim, topografi, mahluk hidup dalam waktu.

Sebagian besar tanah telah di Kalimantan berkembang pada dataran

bergelombang dan pegunungan yang tertoreh diatas batuan sedimen dan

batuan beku tua.

Kondisi geomorfologis Kalimantan, Walaupun di Kalimantan terbebas

dari bahaya gunung berapi, patahan atau sesar dan gempa bumi, namun

masih mungkin terjadi beberapa potensi bahaya lingkungan. Kalimantan

memiliki pulau yang datar, dikarenakan mempunyai pesisir yang rendah

Page 28: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

dan memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan

barat.

2. Pengembangan potensi wilayah Kalimantan, karena sebagian besar

pegunungan, maka di Kalimantan terdapat potensi beberapa taman

nasional sebagai konservasi flora dan fauna dan hutan di pegunungan

Muller serta sebagian di Schawner yang ditetapkan sebagai world

heritage forest . Hasil hutan yang potensi di Kalimantan adalah kayu

industri, rotan, damar, dan tengkawang. Kondisi tanah di Kalimantan

pada umumnya tidak subur untuk kegiatan usaha pertanian. Kegiatan

perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran

rendah. Potensi hidrologi di Kalimantan merupakan faktor penunjang

kegiatan ekonomi yang baik. Selain banyak danau-danau yang berpotensi

sebagai sumber penghasil perikanan khususnya satwa ikan langka.

Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang

menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan

antar wilayah dan eksport-import.

Page 29: MAKALAH GEOMORFOLOGI KALIMANTAN

DAFTAR RUJUKAN

Slamet Kistiyanto, Marhadi. 2004. Geografi Regional Indonesia (Bagian

Alamiah). Malang : Lab. Geografi Universitas Negeri Malang

Herlambang, Sudarno.----- . Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia, Malang: Lab.

Geografi.

Verstappen, -----, Outline of The Geomorpholigy of Indonesia,

http://tumoutou.net/6_sem2_023/ruchyat_deni.htm

http://soborneo.blogspot.com/2006/04/kondisi-bio-fisik-pulau-kalimantan.html

http://www.ckpp.or.id/lahan/geologi.html

http://www.ckpp.or.id/lahan.html

http://www.ckpp.or.id/lahan/sosek.html

http://www.ckpp.or.id/lahan/karbon.html

http://www.ckpp.or.id/lahan/ekologi.html

www.hagi.or.id/download/JGeofisika/2005_2/2005_2_1.pdf

www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2013-6011-1999.pdf

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbsi-gdl-s1-

2005-emirrezali-1564&q=Aliran