implementasi keterlambatan bahan baku

4

Click here to load reader

Upload: syifa-syofwatun-nisa

Post on 24-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

yes

TRANSCRIPT

implementasi pengendalian persediaan bahan bakui pada Perusahaan dengan menggunakan metode peneltian deskriftif kualitatif. Pengendalian bahan baku yang dilakukan yaitu dengan cara pengendalian administratif dan pengendalian secara operatif. Pengendalian administratif dilakukan dengan pengendalian dokumen dan mencatat pada buku laporan mengenai transaksi apa saja yang terjadi pada proses pengendalian bahan baku. Pengendalian secara operatif dilakukan oleh kepala bagian yang terkait langsung dengan pelaksanaan persediaan bahan baku yaitu unit, quality control, pengolahan, dan pemasaranYang harus di perhatikan di dalam keterlambatan bahan baku setelah itu harus di implementasikan di dalam perusahaan tersebut yaitu1. Melakukan identifikasi, pemetaan, pengukuran, analisis, pengelolaan, pemantauan dan pengendalian risiko dalam setiap tahap proses kegiatan industri secara berkelanjutan dan terus menerus.2. Melakukan pengurangan risiko, pembagian risiko atau pengalihan risiko pada setiap tahap kegiatan industri untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko yang terjadi.3. Melakukan komitmen, komunikasi, koordinasi, konsultansi dan kerjasama antar manajemen didalam industri itu sendiri secara efektif dan efisien terhadap penerapan sistem manajemen risiko di setiap kegiatan manajemen.4. Melakukan penerapan sistem manajemen risiko dalam setiap proses kegiatan industri, baik dalam setiap kebijakan strategis maupun kegiatan operasional.5. Melakukan review, penyempurnaan dan penerapan kebijakan manajemen risiko dan prosedur jaminan mutu secara berkala dan terus menerus.6. Membuat pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri nasional yang belum menerapkansistem manajemen risiko serta melakukan penyempurnaan pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri yang telah memilikinya.7. Membuat dan menyempurnakan struktur organisasi manajemen risiko yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggungjawab antar unit kerja sistem manajemen risiko yang terkait dengan pengelolaan risiko industri.8. Melakukan sosialisasi penerapan manajemen risiko pada seluruh personel di setiap tahapan proses dan kegiatan bisnis industri.9. Membuat kontrak jangka panjang dengan pihak industri lokal maupun industri asing untuk pasokan bahan baku sehingga meminimalkan risiko dan menjamin kelangsungan kebutuhan bahan baku .10. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk mencegah kerusakan aset, kebakaran dan kecelakaan personel.11. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sesama industri sejenis dengan berperan aktifdalam kegiatan asosiasi industri nasional.12. Menerapkan budaya keselamatan bagi setiap personel di lingkungan industri sehingga risiko kecelakaan dapat diminimalisir ataupun dihilangkan pada setiap tahap kegiatan industri.13. Melakukan program manajemen perawatan terhadap seluruh aset industri secara berkala sehingga dapat dijaga secara optimal serta memelihara SDM yang kompeten dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.14. Menerapkan budaya risiko dan budaya keselamatan bagi setiap personel sehingga risiko dapat dihilangkan atau diminimalisir pada setiap tahap kegiatan industri.15. Melakukan manajemen pengadaan barang atau penyediaan

Penerapan sistem manajemen risiko sangat penting dilakukan oleh pihak industri nasional, berkaitan dengan kinerja industri dalam pengurangan risikosaat melaksanakan strategi efisiensi, peningkatan kapasitas produksi, pengembangan hasil produk dan restrukturisasi industri. Keberhasilan kinerja industri dalam proses manufaktur dan pemasokan komponen/material. Metodologi dilakukan dengan survei ke industri nasional, konsultasi dengan narasumber, dan kajian literatur terkait dengan dokumen manajemen risiko. Tujuan studi mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi pada industri nasional serta upaya pengelolaan risiko untuk meminimalkan risiko. Hasil menunjukkan bahwa risiko potensial industri mencakup risiko kapasitas produksi, perubahan nilai tukar mata uang, kualifikasi sumber daya manusia, perubahan harga material, perubahan suku bunga bank, keterrlambatan bahan baku harus dipertimbangkan dan dikaji secara rinci. Pengelolaan risiko manajemen industri nasional harus berkesinambungan agar implementasi manajemen risiko dapat efektif dan efisien. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga kepada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan terkait perusahaan tersebut