implementasi kebijakan bahan bakar minyak non …

103
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON SUBSIDI BAGI MOBIL DINAS DI KABUPATEN PINRANG SAFRIANI Nomor Stambuk : 10561 03962 11 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 12-Jan-2022

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK

NON SUBSIDI BAGI MOBIL DINAS DI KABUPATEN

PINRANG

SAFRIANI

Nomor Stambuk : 10561 03962 11

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK

NON SUBSIDI BAGI MOBIL DINAS DI KABUPATEN

PINRANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Serjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

SAFRIANI

105610396211

Kepada

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

i

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian : Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non

subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

Nama Mahasiswi : Safriani

Nomor Stambuk : 10561 03962 11

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Kadir Adys, SH, MM Drs.Muhammad Tahir, Msi

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Burhanuddin S.Sos., M.Si

ii

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan /

undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah

Makassar, Nomor: 0784/FSP/A.1-VIII/IV/36/2015 sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu

Administrasi Negara Di Makassar pada hari Selasa

tanggal 21 April 2015.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris,

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.

Penguji:

1. (Ketua) (.........................................)

2. (.........................................)

3. (.........................................)

4. (.........................................)

iii

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Safriani

Nomor Stambuk : 10561 03962 11

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 24 Maret 2015

Yang Menyatakan,

Safriani

iv

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

ABSTRAK

SAFRIANI(2015). Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non

Subsidi Bagi Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang (Skripsi di bimbing oleh

Abdul Kadir Adys dan Muhammad Tahir).

Permasalahan penelitian tentang implementasi kebijakan bahan bakar

minyak non subsidi bagi mobil dinas di kabupaten pinrang. Dengan tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui faktor komunikasi, faktor sumber daya, dan

faktor disposisi pada implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi

bagi mobil dinas di kabupaten pinrang.

Penelitian ini menggunakan deskriftip kualitatif dan tipe penelitian ini

bersifat fenomonologis yaitu menggambarkan pengalaman yang dilihat oleh

informan berkaitan dengan implementasi kebijakan, informan penelitian yaitu

sekretaris Perindagem ,Kepala Bidang Energi dan Mineral, Anggota DPRD, Sopir

mobil dinas, Pengelola SPBU, Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,

wawancara, dokumen. Teknik analis data yaitu reduksi data penyajian data,

penarikan kesimpulan dan Pengabsahan data yaitu trianggulasi dengan sumber,

trianggulasi dengan teknik trianggulasi dengan waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Faktor komunikasi Masih

perlu peningkatan komunikasi ini dapat dilihat banyaknya pengguna mobil dinas

BBM non Subsidi yang tidak mematuhi aturan yang ditentukan seperti tidak

konsistensinya dalam menjalankan kebijakan tersebut disebabkan banyak yang

mengganti plat merah menjadi plat hitam dan banyaknya pengguna-pengguna

mobil berplat merah yang masih menggunakan bensin bersubsidi dikarenakan

perbedaaan harga yang signifikan dengan BBM non Subsidi. (2). Faktor sumber

daya dapat dilihat terbatasnya fasilitas pompa bensin/ pompa tangki berjenis

pertamax pada setiap SPBU, kurangnya stok BBM jenis pertamax, terbatasnya

anggaran yang disiapkan pemerintah ini dapat dilihat sebagian dari pengguna

mobil dinas masih banyak yang mengeluh. (3). Faktor Disposisi dimana perilaku

pengguna Mobil Dinas sudah mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut

tetapi masih banyaknya sikap personalia yang memiliki komitmen yang kurang

dalam melaksanakan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas

dan pemberian insentif dapat mempengaruhi kinerja karena tidak semua staf

memiliki memiliki kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya insentif

kendaraan maka mempermudah personel dalam melaksanakan kunjungan instansi

masing-masing.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, BBM non subsidi, mobil dinas.

v

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala bentuk pujian penulis panjatkan hanya kepada allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skiripsi yang berjudul ” Implementasi kebijakan Bahan Bakar

Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang.

Skripsi merupakan tugas akhir merupakan tugas akhir yang diajukan

untuk memenuhi syarat dalam memporoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi

Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Sosial Politik Universitas

Muhammadiyah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih.

1. Bapak Abdul Kadir Adys, SH, MM. Selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Tahir M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Univeritas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin S.Sos.,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

vi

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

4.Bapak Drs. Muhammad Idris M.Si, selaku penasehat akademik penulis dari

awal perkuliahan hingga akhir studi.

5. Seluruh dosen ilmu administrasi Negara dan ilmu administrasi Negara dan ilmu

pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali banyak ilmu kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga ayahanda Yamma dan ibunda

Bani dan ketiga saudaraku Mariani,Mastura,Anriani, yang senantiasa

memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil. Terima kasih

atas segalah pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan dan semangat yang tak

ternilai hingga saat ini.

7. Seluruh teman-teman Seperjuangan dalam perkuliahan teruma kelas A

angkatan 2011, Susilawati, Rismawati, Wahyuni, Melani, Martia, Helmi, Jara,

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga

akhir yang penulis tidak bias sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhana Wata’ala Membalas semua kebaikan dan

melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada semua pihak yang membantu

hingga terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada

kesempatan ini saran dan kriktik yang sifatnya membangun seperti penulis

harapkan.

vii

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan

yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 24 Maret 2015

Safriani

viii

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

D A F T A R I S I

Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................. i

Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii

Halaman Penerimaan Tim ................................................................................ iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... iv

Abstrak ............................................................................................................ v

Kata Pengantar ................................................................................................. vi

Daftar Isi........................................................................................................... ix

Daftar Gambar .................................................................................................. xi

Daftar Tabel ..................................................................................................... xii

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuna Penelitian ......................................................................................... 6

D. Keguaan Penelitian ...................................................................................... 7

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik ............................................................................ 8

B. Konsep Implementasi .................................................................................. 12

C. Teori Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik ..................................... 14

D. Konsep BBM ............................................................................................... 25

E. Kerangka Pikir ............................................................................................. 31

F. Fokus Penelitian .......................................................................................... 33

G. Deskripsi Fokus Penelitian .......................................................................... 34

BAB. III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 37

B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................. 37

C. Sumber Data ................................................................................................ 38

D. Informan Penelitian ..................................................................................... 38

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 39

F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 40

G. Pengabsahan Data........................................................................................ 41

ix

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak dan Luas Wilayah ......................................................................... 42

2. Kondisi Umum ....................................................................................... 43

3. Fasilitas Umum, Distribusi dan Pusat Pelayanan ................................... 45

4. Kinerja Tugas dan Fungsi ....................................................................... 46

5. Struktur Organisasi ................................................................................. 48

6. Urain Tugas ........................................................................................... 50

7. Kekuatan dan Kelemahan ....................................................................... 55

8. Visi Misi dan Strategis ........................................................................... 57

9. Keadaan Jumlah Mobil Dinas Perindustrian Perdagangan Energi dan

Mineral dan Sekretariat DPRD ............................................................... 61

B. Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas

Di Kabupaten Pinrang

1. Faktor Komunikasi (Comunication) ....................................................... 62

2. Faktor Sumber Daya (Resouces .............................................................. 71

3. Faktor Disposisi ( Disposision) .............................................................. 82

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 86

B. Saran ............................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

LAMPIRAN

x

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Fikir .............................................................................. 33

xi

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Informan.................................................................................. 39

Tabel 2. Keadaan Jumlah Mobil di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan

Mineral ............................................................................................................ 61

Tabel 3.Keadaan Jumlah Mobil Dinas di Sekretariat DPRD ........................... 62

xii

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM ) adalah bahan bakar minyak yang di

peruntukan kepada rakyat yang telah mengalami proses subsidi dan diatur dalam

Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang berisi macam-macam subsidi yang

diberikan pemerintah termasuk subsidi BBM. Bahan Bakar Minyak merupakan

kebutuhan strategi bagi masyarakat di Desa maupun di Kota baik kebutuhan

rumah tangga, sektor industri maupun transportasi. Oleh karena itu, jumlah

transportasi yang beredar sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap

BBM. Semakin padatnya transportasi berarti semakin meningkatnya pula

komsumsi terhadap BBM, sedangkan bahan bakar itu sendiri terbatas

persediannya. Jumlah BBM yang terbatas memaksa kita untuk dapat

menghematnya, mengupayakan diri untuk hemat dalam penggunaan Bahan Bakar

Minyak setidaknya dapat menstabilkan kondisi minyak bumi kita yang

produksinya terus merosot, pencapaian tidak sampai satu barel per hari,karena itu

kita perlu mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (Kismartini).

Berdasarkan fenomena diatas sebagai akumulasi/pertimbangan, akibat

kurang stabilnya produksi minyak bumi, sehingga Pemerintah berupaya

mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak melalui pembatasan BBM

bersubsidi / jenis BBM tertentu. Upaya yang dilakukan pemerintah dimulai

1

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

2

dengan seluruh mobil dinas telah diwajibkan tidak lagi menggunakan BBM

bersubsidi untuk mengantisipasi kelangkaan BBM termasuk BBM bersubsidi

yang menyedot anggaran yang cukup besar.

Usaha pengendalian penggunaan BBM bertujuan untuk menjaga

kestabilan harga bahan baku dan komoditas guna menunjang pembangunan

nasional serta sebagai aggaran yang digunakan untuk program yang lebih

bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan

kerja, seperti proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan banyak biaya sangat

besar.

Pembahasan mengenai subsidi energi terutama BBM merupakan hal

yang sangat sensitif dibicarakan karena banyaknya jumlah orang yang bergantung

pada hal tersebut. Setiap langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk

melakukan penertiban subsidi BBM selalu menuai protes dari berbagai kalangan

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kondisi kuota subsidi

BBM yang semakin membengkak. Faktor lain yang melatarbelakangi pembatasan

konsumsi BBM bersubsidi adalah pesatnya pertumbuhan kendaraan di

Indonesia.Misalnya di Sulawesi Selatan dan sekitarnya mengalami peningkatan

dua kali-lipat di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pesatnya pertumbuhan

kendaraan bermotor ini menyebabkan meningkatkan konsumsi BBM, terutama

BBM berjenis subsidi. BBM bersubsidi ini lebih dipilih oleh pemilik kendaraan

dikarenakan perbedaan harga BBM berjenis pertamax yang lebih mahal dari harga

BBM berjenis subsidi.

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

3

Pembatasan BBM bersubsidi juga merupakan upaya pemerintah untuk

mengurangi bebasnya permintaan atau penimbunan BBM bersubsidi yang

kemudian disalah gunakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang

notabene bukanlah target konsumen BBM bersubsidi. Tidak hanya waktu

penjualannya yang dibatasi, namun pengurangan titik-titik SPBU penjual BBM

bersubsidi pun turut dikurangi. Hal ini bertujuan agar persediaan BBM bersubsidi

lebih dekat kepada sasaran yang tepat.

Fenomena yang menarik tentang Kebijakan pengendalian penggunaan

jenis BBM tertentu itu tercantum dalam PERMEN ESDM RI Nomor 01 tahun

2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan penegasan atas

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan

Konsumen Penggunaan Jenis BBM tertentu, serta merupakan kelanjutan dari

PERMEN ESDM No.12/2012 yang sebelumnya telah melarang kendaraan dinas

menggunakan premium, serta solar bagi kendaraan perusahaan perkebunan dan

pertambangan serta Peraturan Presiden No.15 tahun 2012 kendaraan dinas yang

dioperasikan pemerintah pusat, instansi vertikal, pemerintah daerah, badan usaha

milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), diserukan untuk menggunakan

bahan bakar minyak (BBM) Non-subsidi. Dalam Peraturan tersebut ditetapkan

beberapa Daerah untuk melakukan sosialisasi kepada Pemerintah daerah dan

jajarannya, setidaknya 45 instansi pusat/ daerah dan BUMN, dilarang

menggunakanBBM bersubsidi dan hanya wajib membeliBBM nonsubsidi.

Kebijakan tersebut telah disosialisasikan ke Badan-badan Usaha Pelaksana

Penyedia dan Pendistribusian BBM subsidi. Kebijakan ini bukan keputusan

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

4

sepihak karena telah dibahas dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam rangka sosialisasi, Pertamina juga telah

menyiapkan Spanduk untuk setiap SPBU dan pengumuman.

Di Sulawesi Selatan, aturan ini disosialisasikan dengan cara menempelkan

stiker di sejumlah SPBU di Sulawesi selatan dan sekitarnya sejak hari Minggu, 30

Juni 2013. Stiker tersebut mencantumkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2013 Tanggal 2 Januari 2013 dan Surat Edaran

Gubernur Sulsel Nomor 541/30/49 ESDM Tahun 2013 yang menjadi landasan

kebijakan tersebut dibuat.

Berdasarkan observasi awal bahwa permasalahan yang di hadapi terkait

dengan Komonikasi; belum jelas pemahaman dan pengertian pihak personalia,

SPBU dan Masyarakat terhadap Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi

Bagi Mobil Dinas,Permasalahan terkait dengan Sumber Daya; terbatasnya fasilitas

pompa bensin / pompa tangki berjenis pertamax pada setiap SPBU, kurangnya

stok BBM jenis pertamax, terbatasnya anggaran yang disiapkan pemerintah

APBD/APBN yang di peruntukkan dalam memenuhi pengadaan bahan bakar

minyak bagi mobil dinas yang menggunakan jenis pertamax karena menggunakan

jenis pertamax lebih mahal dari premium,kemudian terkait dengan disposisi atau

watak yaitu sikap personalia yang memiliki komitmen yang kurang dalam

melaksanakan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi kurangnya kejujuran

personalia yang masih memilih penggunaan BBM premium di bandingkan

menggunakan jenis pertamax dengan pertimbangan harga yang agak mahal dari

premium.

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

5

Selain problem yang diuraikan di atas, dari hasil penelitian Muh. Reski

Hasan (2012) dengan judul pengendalian komsumsi BBM di Kota Semarang

menemukan problem yang dihadapi yaitu banyaknya pengguna- pengguna mobil

berplat Nomer Merah, serta mobil- mobil mewah lainya yang masih memberi

“minum” kendaraan mereka dengan bensin bersubsidi dikarenakan perbedaan

harga yang signifikan dengan BBM non-subsidi, masalah yang lain ditemukan di

lapangan adalah kurangnya kejujuran personil dalam melaksanakan kebijakan

bahan bakar minyak non subsidi.

Berdasarkan uraian di atas menjadi dasar pertimbangan penulis untuk

melakukan penelitian yang berfokus pada implementasi kebijakan dengan Lokus

pada bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di Kabupaten Pinrang.

Diharapkan hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi positif dalam

perumusan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di

Kabupaten Pinrang.

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan sebelumnya maka

sebagai permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan utama

terkait implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas

di kabupaten Pinrang, yakni:

1. Bagaimana peran komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Bahan Bakar

Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kantor Sekretariat DPRD

Kabupaten Pinrang

2. Bagaimana sumber daya dalam implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak

Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

3. Bagaimana faktor disposisi dalam implementasi kebijakan Bahan Bakar

Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor komunikasi pada implementasi kebijakan Bahan

Bakar Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kantor Sekretariat DPRD

Kabupaten Pinrang

2. Untuk mengetahui faktor sumber daya pada implementasi kebijakan Bahan

Bakar Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

3. Untuk mengetahui faktor disposisi pada implementasi kebijakan Bahan Bakar

Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

7

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka manfaat yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian sebagai kajian ilmiah dan diharapkan dapat menjadi

wacana untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti berikutnya.

2) Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan informasi bagi peneliti

selanjutnya ataupun mahasiswa lain yang ingin mendalami studi tentang

implementasi kebijakan publik.

b. Sebagai upaya memperluas wawasan penulis mengenai implementasi

kebijakan publik terkhusus bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas.

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian, Konsep, dan Teori

A. Konsep Kebijakan Publik

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk

menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,

maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang

kegiatan tertentu.

Seorang pakar politik lain, Richard Rose, dalam Faried ali (2012:13)

menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai “serangkaian

kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya

bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.

Definisi ini sebenarnya bersifat ambigu, namun definisi ini berguna karena

kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu

keputusan untuk melakukan sesuatu.

James E. Anderson dalam Subarsono (2005:3), memandang kebijakan

sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-

hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk

menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau

merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Definisi yang diberikan

oleh Subarsono ini menyangkut dimensi yang luas karena kebijakan tidak hanya

8

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

9

dipahami sebagai tindakan yang dilakukan pemerintah, tetapi juga oleh kelompok

maupun oleh individu. Selain itu, gagasan bahwa kebijakan mencakup perilaku

yang mempunyai maksud yang layak mendapatkan perhatian dan sekaligus harus

dilihat sebagai bagian definisi kebijakan publik yang penting, sekalipun maksud

atau tujuan dari tindakan-tindakan pemerintah yang dikemukakan dalam definisi

ini mungkin tidak selalu mudah dipahami.

Satu hal yang harus diingat dalam mendefinisikan kebijakan, adalah

bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa

yang sebenarnya dilakukan, ketimbang apa yang diusulkan dalam tindakan

mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan

suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga

definisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi

kurang memadai.

Menurut Anderson dalam Riant Nugroho (2012:119) kebijakan merupakan

serangkaian tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang

aktor atau sejumlah aktor yang berhubungan dengan suatu masalah atau persoalan.

Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa

yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau

dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan

yang merupakan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.

Rogene A. Bucholz dalam Madani, (2011:18), kebijakan publik mengacu

kepada apa yang pemerintah secara nyata lakukan, bukan sekedar pernyataan atau

sasaran tindakan yang di inginkan. lebih jauh beliau mengatakan bahwa kebijakan

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

10

publik adalah sasaran yang terarah atau bermaksud tindakannya diikuti oleh aktor

atau sejumlah aktor dalam upaya mengatasi masalah. Defenisi ini berfokos pada

apa yang dilakukan, sebagai perbedaan dari apa yang diinginkan, dan juga untuk

membedakan kebijakan dari keputasan.

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Suharto, (2010:7) dalam

perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai: “keputusan tetap‟

yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari

mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”.

Chief J.O. Udoji dalam Mustari (2013:127) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai “an sanctioned course of action addressed to a particular problem

or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan

bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu

tujuan tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga

masyarakat).

Dye dalam Madani (2011:19). Menyatakan bahwa kebijakan publik

mencakup pilihan-pilihan fundamental dari pemerintah untuk melakukan sesuatu

atau tidak melakukan sesuatu, dan bahwa keputusan tersebut di buat oleh pegawai

pemerintah dan atau lembaga pemerintahan. Karena itu, kebijakan publik adalah

suatu pilihan yang dibuat oleh pemerintahan untuk dijalankan dengan berbagai

tindakan tertentu.

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh

badan dan pejabat pemerintah. Karena itu, karekteristik khusus dari kebijakan

publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

11

David Easton dalam Wahab (2001:5) sebagai “otoritas” dalam sistem politik,

yaitu: “para senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim,

administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.” Easton mengatakan bahwa

mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik dalam rangka

menformulasikan kebijakan publik itu adalah orang-orang yang terlibat dalam

urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu

masalah tertentu dimana pada satu titik mereka diminta untuk mengambil

kepuusan dikemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota

masyarakat selama waktu tertentu.Dalam kaitannya dengan definisi-definisi

tersebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu

definisi kebijakan publik.

Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada

tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang

berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung pada

bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan daripada

keputusanyang terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi

keputusan untuk mengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan

berikutnya yang berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya.

Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh

pemerintahan dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan

perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.

Jika legislatif mengeluarkan suatu regulasi yang mengharuskan para pengusaha

membayar tidak kurang dari upah minimum yang telah ditetapkan tetapi tidak ada

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

12

yang dikerjakan untuk melaksanakan hukum tersebut, maka akibatnya tidak

terjadi perubahan dalam perilaku ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa

kebijakan publik dalam contoh ini sungguh-sungguh merupakan suatu

pengupahan yang tidak diatur perundang-undangan. Ini artinya kebijakan publik

pun memperhatikan apa yang kemudian akan atau dapat terjadi setelah kebijakan

itu diimplementasikan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif

maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan

pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif,

kebijakn publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks

tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Terakhir, kelima, kebijakan

publik, paling tidak secara positif, berdasarkan pada hukum dan merupakan

tindakan yang bersifat memerintah.

B. Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses

kebijakan. Udoji dalam Wahab (2002:59) dengan tegas mengatakan bahwa the

execution of policies is as important if not more important than policy-making.

Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are

implemented (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh

lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar

berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan. Dengan kata lain pembuatan kebijakan tidak berakhir setelah

kebijakan ditentukan atau disetuju.

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

13

Implementasi kebijakan merupakan langkah lanjutan berdasarkan suatu

kebijakan formulasi. Definisi lain yang umum dipakai menyangkut kebijakan

implementasi adalah Van Meter dan Van Horn dalam Mustari (2010,127),

mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai: “Tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan dapat

dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan dan

mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Dengan

adanya kebijakan implementasi, yang merupakan bentuk konkret dari

konseptualisasi dalam kebijakan formulasi, tidak secara otomatis merupakan

garansi berjalannya suatu program dengan baik. Oleh karena itu suatu kebijakan

implementasi pada umumnya satu paket dengan suatu kebijakan pemantauan atau

monitoring. Mengingat kebijakan implementasi adalah sama peliknya dengan

kebijakan formulasi, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang akan

mempengaruhinya.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

14

C. Teori Pendekatan implementasi kebijakan publik

Menurut pendapat Lester dan Steward dalam (Agustino,2012:151) ada

beberapa terapan model pendekatan implementasi kebijakan yaitu sebagai berikut:

1.Implementasi kebijakan Public Model George C.Edward III

Model pendekatan yang di kemukakan oleh Edward III (dalam Agustino,

2008:149) terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan

implementasi suatu kebijakan yaitu:

1) Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator

kepada komunikan, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian

tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi

apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka

kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila

komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan

peraturan implementasi harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian

personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus

tepat, akurat dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi diperlukan

agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten

dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.

Kemudian George C.Edwards III dalam (Agustino,2012:151)

menanamkan model implementasi kebijakan publiknya dengan direct and

inderect impact on implementation. Yang menjelaskan ada empat faktor yang

berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan,

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

15

diantaranya yaitu : faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi, dan

disposisi atau kecenderungan pelaksana.Komunikasi dalam implementasi

kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu :

a. Transmisi

Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah

transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu

keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu

perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan

proses yang berlangsung sebagaimana nampaknya. Banyak sekali ditemukan

keputusan-keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian, seringkali

terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.

b. Konsistensi

Faktor kedua yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah

konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka

perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah

tersebut mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan

maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan

menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi yang lain, perintah-perintah

implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana

mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan

mengimplementasikan kebijakan. Bila hal ini terjadi, maka akan berakibat pada

ketidakefektifan implementasi kebijakan karena tindakan yang sangat longgar

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

16

besar kemungkinan tidak dapat digunakan untuk melaksanakan tujuan-tujuan

kebijakan.

c. Kejelasan

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah

kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang

diinginkan maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh

para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas.

Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan

implementasi kebijkan akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah bahkan

mungkin bertentangan dengan makna pesan awal. Namun demikina,

ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan tidak selalu menghalangi

implementasi.

Edwards mengidentifikasi enam faktor yang mendorong terjadinya

ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas

kebijakan publik, keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok

masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-

masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban

kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan pengadilan.

1) Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Edward III, mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya

ketentuan-ketentuan aturan dan aturan-aturan tersebut serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut,jika para

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

17

pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak efektif.Sumber daya di sini

berkaitan dengan segala sumber yang dapat di gunakan untuk mendukung

keberhasilkan implementasi kebijakan.Sumber daya manusia, anggaran, fasilitas,

informasi, dan kewenangan yang di jelaskan sebagai berikut:

a) (Staff)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya

manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi

di bidangnya, sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia

apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya

manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementsi, sebab tanpa

sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi

kebijakan akan berjalan lambat.

b) Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal dan investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

c) Fasilitas (facility)

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

18

seperti gudang, tanah dan peralatan prkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

d) Informasi dan kewenengan (Imformation and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,

terutama imformasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimpletasikan

suatu kebijakan. Sementara wewenang berperang penting terutama untuk

meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan

yang di kehendaki.

2) Disposisi (Disposition)

Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan

berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung

jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka

dia akan dapat menjelaskan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan

oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

19

a. Struktur Birokrasi (Bureuctaric Strukture)

Stuktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu

mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanime,

dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat operation procedur (SPO),

SPO menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam

pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran. Aspek kedua

adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan

terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan yang menyebabkan

prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnyaa akan

menyebabkan aktifitas organisasi menjadi fleksibel.

b. Insentif

Salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah

kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanupulasi insentif. Oleh karena

itu, pada umunya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka

memanupulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para

pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan

melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi

kepentingan pribadi.

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

20

2. Implementasi Kebijakan Dan Publik Model Donal Van Meter Dan Carl Van

Horn

Model pendektan top-down yang dirumuskan oleh Donal van meter dan

carl van horn dengan A model of the policy implementation. Model ini

mengendalkan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari

keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan public.

Ada enem variabel, menutur Van Meter dan Van Horn dalam Winarno(

2012:158) yang mempengaruhi kinerja kebijakan piblik tersebut adalah:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat di ukur keberhasilannya jika hanya

di ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realististis dengan sosio-kultur yang

berada di level pelaksana kebijakan. Ketika tujuan kebijakan terlalu ideal yang di

laksanakan di level warga, maka sulit merealisasikan kebijakan public hanya titik

yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses implementasi

menurut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan

ang di isyarakatkan oleh kebijakan yang telah di tetapkan secara apolitik. Tetapi

ketika kompotensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya yang nihil, maka

kinerja publik sangat sulit di harapkan.

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

21

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumber daya lain yang perlu

diperhitungkan juga ialah sumber daya manusia dan sumber daya waktu. Karena

ketika sumber daya manusia yang kompoten dan kapabel telah tersedia sedangkan

kecurangan dan melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan

pelik untuk meralisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.

Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat

bekerja dengan kecurangan dana berjalan dengan baik. tetapi terbentur dengan

persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini perlu dapat menjadi penyebab

ketiakberhasilan implementasi kebijakan.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat penelitian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal

ini sangat penting kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak

dipengaruhi oleh cirri-ciri yang tepat serta cocok dengan para pelaksananya.

Misalnya, implementasi kebijakan public yang berusaha merubah perilaku tingkah

laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itulah hanya

berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila

kebijakan public itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-

dapat saja agen pelaksana yang di turungkan tidak sekeras dan tidak setegas pada

gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi

kebijakan perlu juga di perhitungkan manakala hendak menentukan agen

pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, semakin besar pula

agen yang di libatkan.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

22

d. Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerima atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja pelaksanaan kebijakan publik.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah

hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan

yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan bukanlah hasil

formulasi warga setempat mengenai betul persoalan dan permasalahan yang

mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan adalah kebijakan “dari

atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak

mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau

permasalahan yang warga ingi selesaikan.

e. Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan public.semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu proses implementasi,maka asumsinya kesalahan-kesalahan

akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan Ekonomi, Social Dan Politik

Hal yang penting lainnya adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah di terapkan. Lingkungan

social, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari

kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi

lingkungan eksternal.

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

23

3. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Menurut Grindle dalam Agustino, 2012:154, ada dua variabel yang

mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses

pencapaian hasil akhir (outcame), yaitu tercapaianya atau tidaknya tujuan yang

ingin di raih. Hal ini di kemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan

implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu:

a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan

sesuai dengan yang di tentukan (design) dengan merujuk pada aksi

kebijakannya.

b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini di ukur dengan melihat dua

faktor, yaiu:

1) Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

2) Tingkat perubahan yang terjadi serta Penerimaan kelompok sasaran dan

perubahan yang terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan public, juga menurut grindle,

amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri

atas content of policy dan context of policy (1980:5).

(1). Content of policy menurut Grindle adalah:

(a) Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indakator ini berargumen pasti

melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-kepentingan

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

24

tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yng di ingin di

diketahui lebih lanjut.

(b) Type of Benefits ( tipe manfaat)

Pada ini upaya untuk menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus

terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang

dihasilkan oleh pelaksanaan kebijakan yang hendak dikerjaakan.

(c) Extent of change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )

Seberapa besar perubahan yang hendak di capai melalui suatu

implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

(d) Site Of Decisiuon Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting

dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus di jelaskan di

mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang diimplementasikan.

(e) Program implementer ( pelaksana program)

Dalam dengan adanya pelaksanaa kebijkan yang melaksanakan suatu

kebijakan harus didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompoten

dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan hal ini harus sudah terdata

atau terpapar dengan baik pada bagian itu.

(f) Recources Commited ( sumber-sumber daya yang di gunakan )

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber daya yang

mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

25

(2) Context Of Policy menurut grindle adalah:

(a) Power , interest, and strategis of actor involved (kekuasaan kepentingan-

kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat).

Dalam suatu kebijakan perlu di perhitungkan pila kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan strategi yang di gunakan oleh para actor yang terlibat

guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal

ini tidak dapat di perhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan

program yang diimplementasikan akan jauh arang dari api.

(b) Instution and Regime Characteristic ( karakteristik lembaga dan rezim yang

berkuasa )

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin di jelaskan

karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

(c) Compliance and Responsiviness (tingkat kapatuhan dan adanya respon dari

pelaksana)

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dengan dan respon dari pelaksana, maka yang hendak di

jelaskan pada poin adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksanaan

dalam menanggapi suatu kebijakan.

D. Konsep BBM ( Bahan Bakar Minyak )

BBM ( Bahan Bakar Minyak ) adalah jenis bahan bakar (fuel) yang

dihasilkan dari pengelangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak menta

dari perut bumi diolah dalam pengelangan (refinery) terlebih dulu untuk

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

26

menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk didalamnya

adalah BBM. BBM dibagi menjadi dua jenis yaitu Subsidi dan Non Subsidi yang

didesain sesuai dengan kebutuhan dan jenis kendaraan yang menggunakannya.

BBM Subsidi terdiri dari Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar,

Biosolar. „Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna

kekuningan yang jernih, Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor

yang paling populer di indonesia. Premium di indonesia di pasarkan oleh

Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Premium pada umumnya di gunakan

untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda

motor, dan lain-lain‟. Keunggulan bahan bakar premium;(1) Harganya murah, (2)

Tidak membuat tangki menipis atau bocor, (3) Mudah didapatkan karena ada

penjual ecerannya. Kelemahan bahan bakar premium; (1) Panas pada tangki, ( 2)

Membuat performa mesin tidak optimal, (3) Kurang dalam membersihkan mesin,

(4) lebih boros.”Biosolar “merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran

mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif

bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti

minyak sayur atau lemak hewan. Keunggulan Biosolar; (1) Biodiesel tidak

beracun,(2) Biodesel adalah bahan bakar biodegradable, (3) Biodisel lebih aman

dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional, (4) Biodisel dapat dengan

mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan dapat digunakan sebagai besar

jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk biodiesel B100 murni, (5) Biodesel

tidak memiliki kandungan sulfur sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

27

pembentukan hujan asam. Kelemahan Biosolar; (1) Biodisel saat ini sebagai besar

diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan

meningkatkatnya harga pangan. Hal ini bisa memicu meningkatnya kelaparan di

dunia, (2) Bidesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan

dengan dieset konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, (3)

Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah.

Sedangkan BBM Non Subsidi terdiri dari: Pertamax, Pertamax Plux, Bio

Pertamax, dan pertamina Dex.”Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan

pertamina.Pertamax, seperti halnya premium, adalah produk BBM dari

pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif

dalam proses pengolahannya dikilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan

pada tahun 1990 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang

berbahaya bagi lingkungan‟‟. Selain itu , Pertamax memiliki beberapa keunggulan

di bandingkan dengan premium yaitu: (1) Membuat mesin terasa ringan, (2)

Membersihkan mesin, (3) Ramah lingkungan,(4) lebih irit, (membuat kinerja

mesin menjadi optimal. Kelemahan bahan bakar Pertamax; (1) membuat tangki

bahan bakar motor menipis sehingga terkadang membuat tangki bocor,

(2) Harganya mahal.‟‟Pertamax Plux adalah bahan bakar minyak andalan

pertamina, Pertamax Plus seperti halnya Pertamax dan premium, adalah produk

BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat

aditif dalam proses pengolahannya dikilang minyak, Pertamax Plus merupakan

bahan bakar yang sudah memenuhi standar performa Internasional World Wide

Fuel Charter ( IWWFC)”. Keunggulan di bandingkan dengan premium yaitu: (1)

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

28

Membuat mesin terasa ringan, (2)Membersihkan mesin, (3)Ramah lingkungan,(4)

lebih irit, (membuat kinerja mesin menjadi optimal‟‟. Kelemahan bahan bakar

Pertamax Plus; (1) membuat tangki bahan bakar motor menipis sehingga

terkadang membuat tangki bocor, (2)Harganya mahal.‟‟Pertamina Dex adalah

salah satu jenis BBM produksi Pertamina Yang Dipergunakan kendaraan

bermotor dengan mesin diesel. Seperti halanya pertamax dan pertamax plus,

Pertamina Dex juga termasuk BBM non subsidi. Akan tetapi, Pertamina Dex lebih

jarang dijumpai ketimbang pertamax dan pertamax plus. Harga jualnya juga

merupakan yang termahal dari semua jenis BBM yang diperjual beli di SPBU

pertamina.‟‟

Menurut Subarsono(2013:13) Subsidi adalah semua bantuan finansial

pemerintah kepada individu, perusahaan, dan organisasi. Maksud subsidi adalah

untuk memberikan bantuan pembiayaan terhadap aktivitas.BBM Subsidi adalah

bahan bakar minyak yang dijual kepada rakyat dengan harga di bawah harga

bahan bakar dunia. Hal ini dikarenakan rakyat telah mendapatkan bantuan dana

dalam bentuk potongan harga sebelum BBM sampai ke tangan konsumen.

Potongan biaya tersebut termasuk dalam proses pengolahan minyak mentah

hingga proses distribusi bahan bakar minyak ke tangan konsumen. Pemerintah

menerapkan demikian karena BBM dinilai sebagai salah satu komoditas primer

yang harus diberikan subsidi agar daya beli masyarakat dapat ditingkatkan.

Menurut Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja

Negara 2014, subsidi adalah salah satu mekanisme dalam RAPBN 2014 yang

digunakan untuk melaksanakan fungsi distribusi. Penerapan fungsi distribusi

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

29

Pemerintah dalam RAPBN 2014 dijalankan dalam kaitannya dengan upaya

pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, subsidi yang dibayarkan

oleh Pemerintah dalam membuat suatu barang/jasa menjadi lebih murah untuk

dibeli, digunakan, atau dihasilkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Subsidi tetap diberikan untuk membantu menstabilkan harga barang

dan jasa yang berdampak luas ke masyarakat. Pelaksanaannya diupayakan untuk

mempertajam sasaran subsidi agar lebih terarah dan menyentuh kehidupan

masyarakat miskin.

Rudi Handoko Dan Pandu Patriadi (2010) menulis bahwa subsidi adalah

pembayaran yang dilakukan pemerinah kepada perusahaan atau rumah tangga

untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau

mengkonsumsi suatu produk dalam kualitas yang lebih besar atau pada harga yang

lebih murah. Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau

menambah keluaran (output ).

Menurut Erwan, ( 2010) yang menjelaskan lebih jauh tentang subsidi

bahwa subsidi adalah suatu pemberian (kontribusi) dalam bentuk uang atau

finansial yang diberikan oleh pemerintah atau suatu badan umum (public body).

Kontribusi pemerintah tersebut dapat berupa antara lain:

a. penyerahan dana secara langsung seperti hibah, pinjaman, dan penyertaan,

pemindahan dana atau jaminan langsung atas hutang;

b. hilangnya pendapatan pemerintah atau pembebasan fiskal (seperti keringanan

pajak); penyediaan barang atau jasa diluar prasarana umum atau pembelian

barang;

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

30

c. pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau

memberikan otorisasi kepada suatu badan swasta untuk melaksanakan

tugas pemerintah dalam hal penyediaan dana.

Manfaat dan dampak negatif pelaksanaan subsidi; Manfaat Subsidi

Kebijakan pemberian subsidi biasanya dikaitkan kepada barang dan jasa yang

memiliki positif eksternalitas dengan tujuan agar untuk menambah output dan

lebih banyak sumber daya yang dialokasikan ke barang dan jasa tersebut. Dalam

ini meliputi pula bidang pendidikan dan teknologi tinggi. Secara umum

pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat konsumen maupun produsen antara lain:(1)Membantu peningkatan

kualitas ekonomi;(2) Membantu golongan yang berpendapatan rendah dalam hal

pemenuhan kebutuhan ekonomi; (3) Mencegah terjadinya kebangkrutan bagi

pelaku usaha.

Dampak negatif dari Subsidi antara lain:(1) Subsidi menciptakan alokasi

sumber daya yang tidak efisien. Karena konsumen membayar barang dan jasa

pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar maka ada kecenderungan

konsumen tidak hemat dalam mengkonsumsi barang yang disubsidi. Karena harga

yang disubsidi lebih rendah daripada biaya kesempatan (opportunity cost) maka

terjadi pemborosan dalam penggunaan sumber daya untuk memproduksi barang

yang disubsidi. (2) Subsidi menyebabkan distorsi harga. Menurut Basri, subsidi

yang tidak transparan dan tidak well-targeted akan mengakibatkan: (a). Subsidi

besar yang digunakan untuk program populis cenderung menciptakan distorsi baru

dalam perekonomian (b). Subsidi menciptakan suatu inefisiensi (c). Subsidi tidak

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

31

dinikmati oleh mereka yang berhak (3) Subsidi dapat mengganggu pasar dan

memakan biaya ekonomi yang besar.(4) Mematikan para pesaing, dalam arti

pihak swasta yang dirugikan( faisal Basri,2002).

Rudi Handoko dan Pandu Patriadi, (2010) Subsidi Non BBM yang

meliputi subsidi listrik, subsidi bunga kredit program, subsidi pangan, subsidi

pupuk, subsidi benih, dan subsidi PSO bertujuan untuk menjaga stabilitas harga,

membantu masyarakat kurang mampu dan usaha kecil dan menengah dalam

memenuhi sebagian kebutuhannya, serta membantu BUMN yang melaksanakan

tugas pelayanan umum. Subsidi Non yang BBM ini pada umumnya disalurkan

melalui perusahaan/lembaga menghasilkan dan menjual barang atau jasa yang

memenuhi hajat hidup, rendah dari pada harga pasarannya dan dapat terjangkau

masyarakat orang banyak, sehingga harga jualnya dapat lebih.

E. Kerangka Pikir

Rudi Handoko dan Pandu Patriadi (2010) subsidi adalah pembayaran yang

dilakukan pemerinah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai

tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi

suatu produk dalam kualitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah.

Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah

keluaran (output ).

Pemerintah Kota Makassar telah lama mengeluarkan sejumlah kebijakan

yang dituangkan dalam Permen ESDM RI Nomor 01 tahun 2013 tentang

Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan penegasan atas Peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

32

Penggunaan Jenis BBM tertentu,Tahapan pelaksanaan kebijakan ini begitu

penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak terlaksana

dengan baik dan benar.

Dalam penelitian ini penulis mengangkat model implementasi kebijakan

yang dikemukakan oleh George Edward III dalam (Agustino, 2012:150) dimana

terdapat empat variabel yang menjadi indikator keberhasilan implementasi

kebijakan, indikatornya yakni: (1) Komunikasi (Communication) adalah

penyampaian informasi antara pemerintah kepada pelaksana kebijakan yaitu ;

pemerintah kabupaten (2) Sumber Daya (Resources) ialah segala yang dimiliki

oleh suatu organisasi baik berupa manusia, sarana dan prasarana yang dapat

digunakan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, (3) Disposisi (Disposition) yaitu

tindakan atau sikap yang merupakan perintah yang menjelaskan tentang pekerjaan

apa yang seharusnya dikerjakan dan siapa penanggung jawabnya sesuai keinginan

pimpinan, serta yang ke (4) Struktur Birokrasi (Bureaucraitic Structure) adalah

hierarki otoritas yang mengutamakan pembagian kerja secara terperinci yang

dilakukan sistem administrasi untuk memperlancar kerjasama antara anggota

organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka fikir sebagai

berikut:

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

33

Bagan Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul dan teori yang digunakan, maka yang menjadi fokus

dari penelitian ini adalah implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak non

Subsidi bagi Mobil Dinas serta indikator - indikator dari implementasi kebijakan

tersebut yang terdiri dari: Komuikasi, Sumber Daya, Disposisi.

Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi

Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang

Evektifitas Implementasi Kebijakan

Bahan Bakar Minyak Non Subsidi

Bagi Mobil Dinas

1.Faktor

Komunikasi

Transmisi(penya

luran

komunikasi)

Kejelasan

Komunikasi

Konsisten

perintah

3.Disposisi

(perilaku)

insentif

2.Faktor sumber

daya

Staf

Informasi

Wewenang

fasilitas

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

34

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka fikir sebelumnya maka dapat dikemukakan

deskripsi fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Implementasi kebijakan sebagai aktivitas pelaksanaan atau pencapaian tujuan

suatu kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi kebijakan

bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas ialah suatu tindakan atau

pelaksanaan dari sebuah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

mengurangi pembengkakan APBN.

2. Komunikasi (Communication) yaitu penyampaian informasi/pengetahuan dan

koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi

kebijakan. Indikator variabel komunikasi antara lain:

a. Transmisi (penyaluran komunikasi) yaitu informasi yang diberikan dari satu

pihak kepada pihak yang lain baik melalui lisan, tertulis, mempergunakan

simbol, atau isyarat dsb.Tingkatan birokrasi yang begitu banyak akan

menimbulkan salah paham (miskomunikasi) sehingga tujuan yang diharapkan

dari pelaksanaan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi

mobil dinas tidak akan tercapai.

b. Kejelasan komunikasi ialah komunikasi yang diterima oleh para pelaksana

kebijakan penggunaan non subsidi bagi mobil dinas haruslah jelas dan tidak

membingungkan (tidak ambigu/mendua).

c. Konsistensi perintah adalah perintah yang diberikan dalam pelaksanaan

komunikasi tentang kebijakan penggunaan non subsidi bagi mobil dinas

haruslah konsisten dan jelas untuk dapat diterapkan atau dijalankan. Sehingga

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

35

ketika perintah tidak berubah-ubah, maka tidak akan menimbulkan

kebingungan bagi pengguna mobil dinas di kabupaten pinrang.

3. Sumber daya (Resouces), dimana indikator sumber daya yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu terdiri atas:

a. Staf ialah sebagai bagian dari organisasi yang tidak mempunyai hak untuk

memberikan perintah, namun mempunyai kewajiban untuk membantu

pimpinan, memberikan masukan kepada pimpinan. Staf yang memiliki

keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam mengimplementasikan

kebijakan penggunaan Non subsidi bagi Mobil Dinas, maka akan sangat

membantu pencapaian tujuan dari kebijakan tersebut.

b. Informasi yaitu sekumpulan data/fakta yang diorganisasi atau diolah dengan

cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerima informasi. Informasi

mengenai penggunaan Non subsidi Bagi Mobil Dinas diperoleh dari permen

ESDM melalui penempelan stiker disejumlah SPBU yang sangat mendukung

pelaksanaan kebijakan tersebut.

c. Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.

Kewenangan dalam pelaksanaan Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi

bagi Mobil Dinas diperoleh dengan adanya surat edaran yang dibuat oleh

gubernur sulawesi selatan untuk mengelola kebijakan tersebut.

d. Fasilitas yaitu berupa fasilitas fisik dan non fisik (sarana dan prasarana) yang

mendukung pelaksanaan kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi Bagi

Mobil Dinas

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

36

4. Disposisi(Disposition) yaitu sikap dari pelaksana kebijakan.Variabel dari

disposisi adalah:

1. Insentif adalah kompensasi khusus yang dirancang untuk memotivasi kinerja

luar biasa (superior performance).

5. Efektifitas implementasi kebijakan adalah pencapaian tujuan sejauh mana

kesusaian antara proses implementasi kebijakan dengan garis petunjuk teknis

dan petunjuk pelaksanaan yang telah di tetapkan.

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian

Waktu penelitian merupakkan suatu tempat/wilayah yang dibutuhkan

dimana penelitian dilaksanakan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian

ini adalah selama 2 (dua) bulan. Sedangkan lokasi penelitian yang akan ditempati

Di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Mineral,. Alasan pemilihan

lokasi ini karena dalam Pelaksanaan Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi

Bagi Mobil Dinas dikabupaten pinrang masih banyak pengguna mobil dinas yang

belum efektif dan konsisten terhadap peraturan yang ada. Sehingga Instansi yang

dijadikan lokus penelitian ini merupakan instansi yang menyampaikan atau

menyebarkan informasi tentang Permen ESDM diseluruh instansi baik yang ada

di BUMN dan BUMD.

B. Jenis dan tipe penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif

kualitatif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk memodifikasi data-

data yang telah dikumpulkan dilapangan berdasarkan fenomena sosial.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini

bersifat fenomenologis yaitu menggambarkan pengalaman yang dilihat oleh

informan berkaitan dengan implementasi kebijakan.

37

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

38

C. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua

yaitu: data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang di kumpulkan peneliti secara langsung

dilapangan melalui wawancara mendalam terhadap responden.

Indikator dari wawancara tersebut tentang implementasi kebijakan bahan

bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di kabupaten pinrang

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti yang sumbernya dari

data-data yang sudah diolah sebelumnya menjadi seperangkat informasi

dalam bentuk dokumen, laporan-laporan, dan informasi tertulis lainnya yang

berkaitan dengan obyek penelitian. Indikator dari dokumen tersebut ialah

jadwal-jadwal pelaksana dalam menjalankan tugasnya.

D. Informan penelitian

Guna mengumpulkan data yang diinginkan, sehingga informan yang

dipilih adalah para informan yang mampu memberikan informasi yang lebih

mendalam mengenai implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi

bagi mobil dinas yang tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Perundang-Undang di Kabupaten Pinrang.

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

39

Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang, yaitu:

No. Nama Inisial Jabatan/Status Jumlah

1. Drs.Nurdin Sawedi M.Si NRS Sekretaris Perindagem 1 orang

2. Yungkus, SE YKS KepalaBidang Energi dan Mineral 1 orang

3. Rukman, S.Sos RKM Anggota DPRD 1 orang

4. Firman FRM Sopir Mobil Dinas 1 orang

5. Mansyur MNS Sopir mobil dinas 1 orang

6. Sri SR Pengelola SPBU 1 orang

7. Sudarsono SDS Pengelola SPBU 1 orang

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukakan oleh peneliti dengan cara

mengamati secara langsung obyek di lapangan yang akan diteliti sehubungan

dengan implementasi kebijakan pemerintah dalam pengendalian bahan bakar

minyak non subsidi bagi mobil dinas.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti dengan cara tanya

jawab, atau melakukan wawancara mendalam secara langsung terhadap informan

mengenai penerapan implementasi kebijakan bahan Bakar minyak non subsidi

bagi mobil dinas.

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

40

c. Dokumen

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membuka dan

meneliti bahan-bahan tertulis yang menjadi dokumen yang tersimpan di dalam

sistem kearsipan pada penerapan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non

subsidi bagi mobil dinas

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tahapan selanjutnya untuk mengolah data dimana

data yang diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpulkan persoalan

yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman

dalam (Sugiyono, 2012:91), terdapat 3 (tiga) aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian data yaitu merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya agar makna peristiwa

lebih mudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan, Pada penelitian kualitatif ini, verifikasi data dilakukan

secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama

memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha

untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu

mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan

dalam bentuk kesimpulan.

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

41

G. Pengabsahan data

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah trigulasi,

trigulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecakan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Diluar. Menurut William

Wiersma dalam Sugiyono, membedakan tiga macam trigulasi yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber

Triangulasi dengan sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber suatu informasi.

2. Triangulasi dengan teknik

Triangulasi dengan teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama

dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara secara

mendalam kepada responden penelitian, kemudian dicek dengan dokumen-

dokumen.

3. Triangulasi dengan waktu

Triangulasi dengan waktu yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik wawancara di pagi

hari pada saat narasumber masih segar, dan pada saat sore hari saat narasumber

sudah merasa jenuh dan dipenuhi oleh banyak masalah. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga

sampai ditemukan kepastian datanya.

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak dan Luas Wilayah

Kabupaten pinrang terletak disebelah utara kota Makassar Ibu Kota

Propensi Sulawesi Selatan dengan jarak 185 KM. Secara geografis daerah ini

terletak antara 4 10’30’’ dan 30 19’13’’ lintang Selatan sampai 119 26’30’’ dan

119 47’20” bagian timur. Secara administratif Kabupaten Pinrang berbatasan

dengan Kabupaten Tanah Toraja di sebelah utara, Enrekang dan Sidenreng

Rappang di sebelah timur, Kota Parepare di sebelah selatan serta propinsi

Sulawesi Barat di seebelah barat. Yang terdiri dari beberapa Instansi salah

Satunya Dinas Perindustrian,Perdagangan, Energi dan Mineral dimana disebelah

selatan terdapat kantor Bupati Pinrang dan Sebelah timur terdapat kantor Satpol

PP kabupaten Pinrang.Mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 11 tahun 2008

tentang pelaksanaan peraturan daerah No 19 tahun 2008 tentang organisasidan

tata kerja dinas Daerah yaitu Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.

mempunyai fungsi penyelengaraan urusan pemerintah daerah dan tugas pembantu

di bidang Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.Untuk

menyelenggaraakan sebagaimanan tersebut diatas dinas mempunyai tugas

sebagai berikut

1. Menyelengarakan kegiatan dibidang perindustrian

2. Menyelenggarakan kegiatan di bidang perdagangan

3. Menyelenggarakan kegiatan di bidang perlindungan konsumen

42

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

43

4. Menyelenggarakan kegiatan di bidang Energi dan Mineral.

Berdasrkan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008tentang organisasi

Tata Kerja Dinas Daerah, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan,Energi dan

Mineral, mmpunyai tugas melaksanakan sebagai kewenangan urusan

pemerintahan Derah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang

Perindustrian, Perdagangan , Energi dan Mineral yang menjadi tanggung jawab

dan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kondisi Umum

Pengembangan sektor industri, perdagangan, Energi dan Mineral

dilaksanakan dengan tujuan memperkokoh struktur ekonomi daerah, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan berusaha, dimana dalam aplikasinya di lapangan,

unit kerja selalu mengacu pada standar pelayanan yang optimal melalui

pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan

Mineral Kabupaten Pinrang dengan memanfaatkan potensi sumber daya dan daya

dukung lingkungan yang ada untuk menghasilkan nilai tambah dalam rangka

penguatan struktur ekonomi daerah.

Pelaksanakan pembangunan tersebut dilakukan dengan mengutamakan

keberpihakan pada masyarakat dan memperkuat keterkaitan serta saling

mendukung antara stakeholder terkait yang ditunjang dengan sektor jasa dan

kualitas SDM. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan pengembangan industri,

perdagangan, energi dan mineral dapat lebih efesien dengan wawasan kemasa

depan yang dapat menghasilkan output yang berkualitas dan berkomitmen

lingkungan. Untuk hasil pencapaian kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

44

Energi dan Mineral hingga tahun 2009 secara umum dapat digambarkan sebagai

berikut:

a. Sektor Industri

1) Perkembangan industri kecil dan menengah(IKM) dengan berbagai komoditi

yang berbeda, pada tahun 2005 terdapat 928 unit usaha, yang mengalami

peningkatan pada tahun 2006 berjumlah 1.109 unit usaha, sementara pada

tahun 2007 kembali meningkatkan menjadi 2.029, namun sampai tahun 2008

kembali mengalami peningkatan menjadi 2.302 unit usaha.

2) Tenaga kerja sektor industri pada tahun 2005 berjumlah 2.212, orang, tahun

2006 bertambah menjadi 3.901 orang. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan

menjadi 7.717 orang dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 8.674 orang.

3) Pertumbuhan investasi sektor industri dari tahun 2005 sebesar Rp.

4.238.535.000,- dan pada tahun 2008 menjadi Rp. 14.542.875.000,-.

4) Pertumbuhan nilai ppindustri pada tahun 2005 sebesar Rp. 20.082.450.000,-

dan tahun 200sar Rp 54.895.375.000,-

5) Konstribusi Sektor Industri terhadap PDRB pada tahun 2004 sebesar 4.36%,

tahun 2005 sebesar 4.44%,tahun 2006 sebesar 4.51 dan pada tahun 2007

sebesar 4.48%.

b. Sektor Perdagangan

1) Pada tahun 2004 terdapat 364 unit usaha perdagangan, sedangkan padatahun

2005 ada 656 unit usaha. Ini berarti terjadi penambahan unit usaha

perdagangan sebanyak 292 atau sebesar 80,22%. Pada tahun 2006 terdapat 562

unit uha, berarti menurun 14,3%. Dan kemudian meningkat setiap tahunnya

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

45

sampai 2008 sebanyak 576 unit usaha atau rata-rata peningkatan sebesar

2,05%.

2) Tenaga kerja sektor perdagangan pada tahun 2004 berjumlah 728 orang,

kemudian tahun berikutnya meningkat sebesar 80,22% yaitu1.12 orang. Tahun

2006, tenaga kerja sektor perdagangan berkurang menjadi 1.124 orang dan dua

tahun berikutnya meningkat rata-rata sebesar 2,94%.

c. Sektor Energi dan Mineral

1) Perkembangan sektor Energi dan Mineral di Kabupaten Pinrang mulai dari

tahun 2007-2008 terdapat 250 unit Pembangkit Listrik Tengan Surya yang

sudah beroperasi didaerah yang tidak dapat dijangkau oleh listrik PLN.

2) Jumlah desa yang belum mendapatkan listrik pada tahun 2008 sebesar 21 Desa

dari 104 Desa di Kabupaten Pinrang atau 4.219 KK dari 76.967 KK (5,48%).

3) Kegiatan tambang galian golongan C yang memberikan konstribusi bagi

peningkatan PAD dan menyerap tenaga kerja telah mendapatkan izin usaha

sekitar 7 unit usaha.

3. Fasilitas Umum, Distribusi dan Pusat Pelayanan

Fasiltas umum yang menunjang kegiatan perekonomian yang terdiri dari:

a) Pelabuhan Marombang dan Pelabuhan kajuanging

b) Depot logistik (DOLOG)

c) Perusahaan Listrik Negara(PLN)

d) Perusahaan Darah Air Minum(PDAM)

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

46

e) Perbankan, dimana terdapat 7 (tujuh) buah taitu: Bank Mandiri, Bank BNI,

Bank BRI, Bank Sulawesi Selatan, Bank Denamon Bank BTPN dan menyusul

Bank Mega yang sementara dalam pembangunan.

f) Saranan Pasar Umum 9 (sembilan) buah yaitu: pasar sentral Pinrang, Pasar

Kampung Jaya, Pasar Kariango, Pasar Langnga, Pasar Marawi, Pasar Teppo,

Pasar leppangang, Pasar Bungi dan pasar pekkabata.

g) Kantor cabang asuransi terdapat 2 buah, yaitu: PT Asuransi Jiwasraya, PT

Asuransi Bumi Putera.

h) Perusahaan distribusi terdapat 6 buah

i) Pusat grosir ada 6 dan Mini Market sebanyak 3 buah.

4. Kinerja Tugas Dan Fungsi

Tugas dan Fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral

mempunyai tugas melaksanakan sebagian keenangan atau urusan Pemerintah

Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang Perindustrian,

Perdagangan , Energi dan Mineral yang menjadi tanggung jaabnya dan keenangan

lain yang diserahkan oleh Bupati kepadanya.

Untuk penyelenggaraan tugas pokok tersebut, Dinas Prindustrian,

Perdagangan , Energoi dan Mineral mmpunyai fungsi:

a) Menyelengarakan kegiatan tata usaha yang meliputi Kepegawaian, Keuangan,

Perencanaan, Perlengkapan dan Rumah Tangga Dinas.

b) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang Indistri,

Kimia, Logom Elektronika dan industri hasil Pertanian dan kehutanan serta

Industri kecil dan menengah serta kemitraan.

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

47

c) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang

Perdagangan yang meliputi pengadaan dan penyaluran barang, pemberian

perizinan dan pembinaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana

perekonomian serta promosi perdaganagn dalam dan luar negeri.

d) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang

perlindungan konsumen, pengelolaan Metrologi Legal dan Peningkatan

pengawasan Barang Beredar dan Jasa.

e) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang Energi dan

Mineral yang meliputi Pembinaan dan Pengawasan Pertambangan Rakyat,

Pembinaan dan Pengawasan Ketenagalistrikan, Enrgi Mineral dan Non Migas.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, maka Dinas

Perindustrian ,Perdaganagn Energi dan Mineral menyelenggarakan Fungsi:

a) Menyelengsrsksn kegiatan tata usaha yang meliputi kepegawaian , keuangan,

perencanaan, perlengkapan, dan rumah tangga dinas.

b) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan dibidang industri,

kimia, logam, elektronika dan industri hasil pertanian dan kehutanan serta

industri kecil dan menengah serta kemitraan.

c) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang

perdagangan yang meliputi pengadaan dan penyaluran barang, perizinan dan

pembinaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana perekonomian serta

promosi perdagangan dalam dan luar negeri

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

48

d) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan dibidang perlindungan

konsumen, pengelolaan metrologi legal dan peningkatan pengawasan barang

beredar dan jasa.

e) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang energi dan

mineral yang meliputi pembinaan dan pengawasan ketenagalistrikan , energi

meneral dan non migas.

5. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Susunan dan Struktur

Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral yang terdiri

dari:

1) Kepala Dinas

2) Sekretaris

a. Sub Bagian Perencanaan

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Umum

3) Bidang Perindustrian

a. Seksi Industri Kimia, Logam dan Elektronik

b. Seksi Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

c. Seksi Industri kecil Menengah dan Bina Kemitraan

4) Bidang Perdagangan

a. Seksi Pengadaan dan Penyaluran

b. Seksi Perizinan dan Pembinaan Usaha

c. Seksi Perekonomiaan dan Promosi Prdagangan

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

49

5) Bidang Perlindungan Konsumen

a. Seksi Perlindungan Konsumen

b. Seksi Mtrologi Legal

c. Seksi Pengawasan barang Beredar dan Jasa

6) Bidang Energi dan Mineral

a. Seksi Pembina an dan Pengawasan Pertambangan Rakyat

b. Seksi Pembinaan dan Pengawasan Ketenagalistrikan

c. Seksi Mineral dan Energi Non Migas

7) Unit Pelaksanan Teknis( UPT)

8) Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Energi dan Mineral Kabupaten Pinrang merupakan landasan

operasional dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan, Pembangunan, dan

kemasyarakatan yang dilimpahkan, dimana Dinas Perindustrian, Perdagangan

Energi dan mineral pada tahun 2009 mempunyai kekuatan personil sebanyak 52

orang, yang terdiri dari pegawai pria sebanyak 30 orang dan pegawai anita

sebanyak 22 orang, selain itu dalam melaksanakan tugasnya dibantu opleh

pegawai honorer sebanyak 94 orang, dan untuk petugas harian pasar berjumlah 7

orang terdiri dari 1 orang kepala pasar dan satu orang kepala keamanan pasar

sentral pinrang, 1 orang Koordinator Penagih Retribusi Bulan dan Tenaga

Sekretaris sejumlah 9 orang.

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

50

6. Uraian Tugas

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas Perindustrian ,Perdagangan, Energi dan Mineral

mempunyai tugas memimpin , mengkoordinasikan dan mengendalikan Dinas

dalam melaksanakan tugas dan fungsi dibidang Perindustrian, Perdagangan,

Energi dan Mineral serta mmimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan staf

pelaksanan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.

b. Sekretariat

1) Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat,

Pendistribusian perlengkapan kantor, urusan umum, kepegawaian dan

keuangan.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1)

sekretariat mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan pengelolaan surat menyurat, perlengkapan rumah tangga dan

pemliharaan kantor.

b. Pelaksanaan pengelolaan administratif kepegwaian

c. Pelaksanaan pengelolaan administratif keuangan

d. Pengumpulan hasil penyusunan rencana program dan pelaporan serta

pembinaan organisasi dan tata laksanan Dinas.

c. Bidang Perindustrian

1. Bidang perindustrian mempunyai tugas merencanakan, mengawasi dan

mengendalikan kegiatan dibidang perindustrian berdasarkan perundang-

undangan, melaksanakan koordinasi dan pengembangan kemampuan dan

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

51

keterampilan industri kecil menengah serta menciptakan iklim kondusif dalam

rangka pertumbuhan sektor industri yang berwawasan lingkungan.

2. Untuk menyelengarakan tugas pokok sebagai mana dimaksud ayat(1) bidang

perindustrian mempunyai fungsi:

a. Perencanaan Pengembangan Industri Kimia, Mesin, Logam dan Elektronika,

Industri hasil Pertanian dan Perikanan, Industri Kecil Menegah serta

pembinaan kemitraan.

b. Penerbitan Izin Usaha Industri(IUI).

c. Pemberian Fasilitas dalam Rangka Pengembangan Industri Kecil

Menegah(IKM).

d. Pemberian Perlindungan Kapasitas Usaha Industri.

e. Penyusun Rencana Pembangunan Jangka Pendek, menegah dan Jangka

panjang di bidang Perindustrian.

f. Pelaksana Penelitian, Pengembangan, Penerapan Teknologi dan Promosi

Produk Industri.

g. Fasilitas Akses permodalan dan Pembinaan Industri yang berwawasan

lingkungan.

h. Fasilitas dan Pengawasan dalam Penerapan Standar Kompetensi SDM Industri

dan Kompetensi Aparatur Pembina Industri.

i. Fasilitas Kemitraan dan Kerjasama Pengembangan Industri.

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

52

d. Bidang Perdagangan

1. Bidang perdagangan mempunyai tugas merencanakan, membina mengawasi,

mengendalikan kegiatan di bidang perdagangan meliputi pengadaan dan

penyaluran barang dan jasa, pembinaan usaha fasilitas perizinan dan

pendaftaran perusahaan, penyediaan sarana dan prasarana prekonomian,

menyiapkan data base perdagangan dan promosi perdagangan dalam dan luar

negeri.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaiman yang dimaksud ayat(1) Bidang

Perdagangan mempunyai fungsi:

a. Menyusun rencana Pembinaan,Pengawasan, monitoring dan evaluasi serta

pemberian izin usaha perdagangan, pendaftaran perusahaan dan pemberdayaan

PPNS-WDP.

b. Pengawasan, Pelaporan, Monotoring kegiatan dan Evaluasi Penyediaan,

penyaluran dan informasi pasar serta stabilitas harga.

c. Sarana dan prasarana perekonomian.

d. Sosialisasi, bimbingan dan penyuluhan peningkatan penggunaan produk dalam

negeri.

e. Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka penyusunan

program dan kegiatan dibidang perdagangan.

f. Penyusunan rencana promosi perdagangan dalam dan luar negeri.

g. Pembinaan, penataan tempat dan peningkatandisiplin pedagang kaki lima dan

asongan.

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

53

h. Fasilitas penyusunan rencana askesnke Bank dan Lembaga keuangan dalam

rangka pengembangan usaha dagang kecil.

e. Perlindungan Konsumen

1. Bidang Perlindungan Konsumen meempunyai tugas menyusun

rencana,pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang perlindungan

konsumen, penyelenggaraan metrologi legal dan pengawasan barang beredar

dan jasa.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1) Bidang

Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi:

a. Pembinaan, pengendalian dan evaluasi penyelengaraan perlindungan

konsumen.

b. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) dan instansi terkait lainnya dalam

rangka sinkronisasi program dan kegiatan.

c. Fasilitas dan pelayanan kegiatan tera ulang alat Ukur,Takar Timbang dan

Perlengkapanya(UTTP)

d. Peningkatan Pengawasan barang beredar dan jasa yang diedarkan, dijual

ditawarkan dan dipamerkan.

e. Sosialisasi, bimbingan dan penyuluhan perlindungan konsumen, metrologi

legal dan pengawasan barang beredar dan jasa.

f. Peningkatan pengetahuan teknis dan keterampilan SDM pembina perlindungan

konsumen, metrologi legal dan pengawasan barang beredar dan jasa.

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

54

f. Energi dan Mineral

1. Bidang Energi dan Mineral mempunyai tugas menyusun perencanaan,

pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang Pertambangan Rakyat,

Ketenagalistrikan, Energi dan Mineral.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1) Bidang

Energi dan Mineral mempunyai fungsi:

a. Penyusunan data dan investasi kegiatan usaha pertambangan rakyat.

b. Pembinaan dan pengawasan penerbitan izin usaha pertambangan rakyat,

kelistrikan mineral dan izin lokasi pemberian Stasiun Bahan Bakar

Umum(SPBU).

c. Penyusunan data dan investasi wilayah yang belum terjangkau listrik.

d. Pengadaan listrik perdesaan dan koordinasi dengan instansi terkait dalam

bidang kelistrikan.

e. Sosialisasi dan penyuluhan kegiatan pertambangan, kelistrikan sumber daya

mineral dan energi.

f. Sinkronisasi program dan kegiatan bidang energi dan mineeral dengan

intansi/lembaga yang terkait.

g. rampilan SDM pembinaan perlindungan konsumen, metrologi legal dan

pengawasan barang beredar dan jasa.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

55

7. Kekuatan dan Kelemahan

a. Kekuatan (strengths)

Kekuatan adalah situasi dan kondisi serta kemampuan internal yang

bersifat positif yang memungkinkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi

dan Mineral memiliki keuntungan strategis didalam mencapai tujuan dan sasaran.

Faktor kekuatan dapat didentifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya komitmen pimpinan besserta jajarannya.

2) Adanya sarana yang cukup memadai.

3) Adanya peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pelakksanaanya

tarmasuk Perda No. 19 tahun 2009 tentang organisasi dan Tata Krja Dinas

Kabupaten Pinrang.

4) Adanya dukungan Dana yang memadai.

5) Sumber daya manusia cukup tersedia.

6) Potensi Sumber Dya Alam cukup tersedia.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah situasi dan kondisi internal yang bersifat negatif yang

memungkinkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral gagal

mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Faktor kelemahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Kualitas SDM masih rendah

2) Prasarana sangat kurang

3) Dana Operasional sangat terbatas

4) Struktur organisasi tugas pokok dan fungsi kurang jelas

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

56

5) Masih kurang etos kerja aparat.

6) Belum berkembangnya sistem informasi yang mendukung perencanaan.

7) Masih lemahnya koordinasi pelaksanaan tugas.

c. Peluang

Peluang adalah situasi serta faktor-faktor yang bersifat positif, yang

diharapkan dapat membantu Dinas Perindustrian, Prdagangan, Energi dan Mineral

di dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Faktor peluang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya kebijakan otonomi daerah yang seluas-luasnya.

2) Adanya dukungan dari lembaga masyarakat yang bersifat masukan dan

kritikan.

3) Adanya kebijakan daerah untuk meningkatkan mutu SDM aparatur.

4) Makin membaiknya sarana komunikasi, informasi dan transportasi.

5) Adanya era globalisasi

6) Stabilitas politik dan pemerintahan yang cukup mantap

7) Kemampuan masyarakat dalam menyerap IPTEK cukup tinggi.

8) Motivasi mmm mendukung pembangunan daerah cukup tinggi.

d. Tantangan

Tantangan adalah faktor faktor eksternal yang bersifat negatif yang dapat

menghambat kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan . ancaman dapat didefinisikan

sebagai berikut:

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

57

1) Krisis ekonomiglobal yang belum pulih.

2) Tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi

3) Kurangnya dukungan lintas sektoral

4) Adanya dinas atau lembaga yang memiliki kegiatan yang sama.

5) Adanya pasar bebas memungkinkan masyarakat kurang mampu memenangkan

persainagan.

6) Persaingan antar pelaku ekonomi semakin tajam,baik dipasar output(barang

dan jasa)maupun dipasar produksi(tenaga kerja,modal dan iptek).

8. Visi Misi Strategis

a. Visi

Rencana strategis (Renstra) merupakan rencana satuan perangkat Daerah

dalam lima tahun(2009-2014) ebagaimana diketahui baha pernyataan Visi

Kabupaten yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Pinrang,

“Terujudnya Mayarakat Pinrang Yang Maju, Mandiri dengan

Pengembangan Agrobisnis dan Agro Industri yang Berwawasan Lingkungan”.

Terkait dengan Visi jangka panjang diatas serta mempertimbangkan

potensi, Kondisi, Aspirasi dan cita-cita masyarakat, permasalahan dan tantangan

dan peluang yang ada di Kabupaten Pinrangserta mempertimbangkan kearifan

lokal yang berhubungan dalam masyarakat,maka Visi Kabupaten Pinrang yang

hendak diwujudkan melalui (RPJMD) dirumuskan kedalam Visi Pembangunan

Kabupaten Pinrang:

“ Terwujudnya masyarakat sejahtera melalui penataan program

pembangunan pro rakyat menuju terciptanya kawasan Agropolita yang didukung

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

58

oleh penerapan prinsip-prinsiptata kelola pemerintah yang baik(good

governance)”.

Terkait dengan visi kabupaten pinrang serta dengan mempertimbangkan

potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di kabupaten

pinrang, maka visi yang ingin diwujudkan melalui pencapaian target strategi

dalam lima tahun mendatang di SKPD dinas perindustrian, perdagangan, energi

dan mineral, dirumuskan

Menjadi dinas yang diandalkan dalam menggerakkan perekonomian

kabupaten pinrang melalui penguatan industri kecil dan menegah, diversifikasi

usaha perdagangan yang mendukung agropolitan dan pengelolaan energi dan

mineral yang berwawasan lingkungan.

Oleh karena itu pemaknaan visi dinas perindustriaan , perdagangan,

energi dan mineraldimaknai sebagai berikut:

1) Diandalkan

Diartikan sebagai dinas yang mampu berperan dan memberikan kontribusi

yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2) Mengerakkan perekonomian

Diartikan bahwa dinas perindustrian, perdagangan, energi dan mineral

yang berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian daerah melalui

pengembangan sektor riil, pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan

penyediaan barang dan jasa.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

59

3) Penguatan industri kecil dan menengah

Diartikan bahwa, sesuai tugas pokok dan fungsi dinas perindustrian,

perdagangan, energi dan mineral didalam pengembangan industri kecil dan

menengah, peneingkatan kemampuan teknologi industri dan penataan industri

diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kabupaten pinrang.

4) Diversifikasi usaha perdagangan

diartikan bahwa penganekaragaman usaha perdagangan di kabupaten

pinrang diharapkan mampu meningkatkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif

dan mendorong pertumbuhan investasi.

5) Pengelola energi dan mineral yang optimal untuk kesejahteraan masyarakat

dengan tetap memperhatiakn efektifitas, efesien dan kelestarian lingkungan.

b. Misi

1) Mengembangkan kompetensi dan propesionalisme SDM aparatur dan pelaku

industri, perdagangan,energi dan mineral, dalam upaya menumbuhkembangkan

industri kecil, perdagangan yang berbasis pada sektor pertanian dan

pengelolaan energi dan mineral.

2) Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan berwawasan lingkungan untuk

menumbuhkembangkan perindustrian, perdagangan, pengelolaan enrgi dan

mineral

3) Memberdayakan industri, perdagagan, energi dan mineral menjadi pelaku

ekonimi yang mandiri dan berdaya saing.

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

60

4) Mengoptimalkan pelayanan dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat

dalam pembangunan industri, perdagangan serta pengelolaan nergi dan

mineral.

5) Meningkatkan tertib usaha dan perlindungan konsumen menuju kehidupan

masyarakat yang berkeadilan.

c. Tujuan

1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pinrang melalui kegiatan

sktor industri, perdagangan, nergi dan mineral yang berkualitas.

2) Meningkatkan peran masyarakat/dunia usaha didalam pengelolaan sumberdaya

ekonomi.

3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kontribusi sektor

industri, perdagangan, energi dan mineral terhadap PDRB.

4) Trciptanya struktur inustri, prdagangan, nergi dan mineral yang smakin kuat.

5) Meningkatkan produksi, produktifitas,daya saing dan kemandirian industri,

perdagangan, energi dan mineral.

d. Sasaran

1) Terwujudnya SDM yang profesional.

2) Tersedianya sarana perekonomian yang mampu menyediakan kebutuhan

masyarakat dengan harga yang terjangkau.

3) Terwujudnya iklim investasi yang kondusip sehingga mampu meningkatkan

investasi pada sektor industri, perdagangan, energi dan mineral

4) Meningkatnya produksi, produktifitas dan daya saing industri kecil dan

menengah

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

61

e. Strategi

1) Pengembangan SDM Aparatur berorientasi kinerja kompotensi dan propesional

shingga mampu mengelola pelimpahan kewenangan pada institusi dan mampu

merespon tuntutan terhadap pelayanan publik yang prima.

2) Berupaya menumbuhkan usaha industri, perdagangan, energi dan mineral yang

mengelola sumber daya alam yang tersedia secara efektif dan efesian yang

berkomitmen lingkungan serta mampu bersaing di pasar Regional.

3) Membangun jaringan perdagangan yang menguasai pasar lokal maupun pasar

Ragional.

4) Membangun kondisi yang mampu menciptakan lapangan usaha dan

kesempatan kerja yang seluas-luasnya di bidang perindustrian, perdagangan,

energi dan mineral.

5) Membuka peluang dan peran pengusaha informal melalui pengembangan

sistem distribusi barang dan jasa.

6) Meningkatkan pertumbuhan investasi melalui pembangunan sarana dan

prasarana industri, perdagangan, energi dan mineral.

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

62

9. Keadaan Jumlah Mobil Dinas di Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Energi dan Mineral dan Sekretariat DPRD.

Tabel 2. Keadaan Jumlah Mobil Dinas

No. Keadaan Jumlah

1. Mobil dinas 6

2. Pimpinan menggunakan mobil dinas 4

3. Jata penggunaan BBM bagi mobil Dinas 20 liter/ Minggu

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, energi dan mineral

Tabel 3. Keadaan Jumlah Mobil Dinas

No. Keadaan Jumlah

1. Mobil dinas 19

2. Pimpinan menggunakan mobil dinas 4

3. Jata penggunaan BBM bagi mobil Dinas 20 liter/ Minggu

Sumber: Sekretariat DPRD

B. Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi Bagi Mobil

Dinas Di Kabupaten Pinrang

Sebagaimana dengan tujuan penelitian ini yang tercantum pada bab

sebelumnya, yaitu untuk mengetahui bagaimana keberhasilan Implementasi

Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas. Adapun

indikator keberhasilan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi

bagi mobil dinas di kabupaten pinrang yakni: 1)Komunikasi (Communication),

2)Sumber Daya (Resouces), 3) Disposisi (Disposisition). Berikut ini penjelasan

dari beberapa indikator diatas.

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

63

1. Faktor Komunikasi (Communication)

Komunikasi adalah penyampaian informasi/pengetahuan dan koordinasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Adapun

indikator variabel komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa

dimensi penting yaitu:

a) Penyaluran Informasi (Transimisi)

Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah

transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus

menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk

pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang

berlangsung sebagaimana nampaknya. Banyak sekali ditemukan keputusan-

keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian, seringkali terjadi

kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.

Yaitu dimana suatu implementasi kebijakan yang baik adalah efek dari

penyaluran komunikasi yang terlaksana dengan baik pula. RKM Petikan

wawancara selaku Anggota DPRD Kab. Pinrang . Memaparkan bahwa:

“penyaluran komunikasi” melalui rapat pertemuan (sosialisasi),

pemasangan pamplet,tentang pelaksanaan PERMEN tersebut sudah

sesuai di kantor DPRD dan seluruh pengguna kendaraan dinas baik di

pemerintahan maupun di BUMN dan BUMD kabupaten Pinrang” (Hasil

wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa penyaluran

komunikasi sudah berjalan dengan baik, jika pelaksanaannya baik dalam

penyaluran komunikasi maka akan menghasilkan kebijakan yang baik

pula,penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan dikarenakan kesesuain

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

64

pelaksanaan PERMEN yang ada di kantor DPRD dan di seluruh penjuru yang

menggunakan mobil dinas baik di setiap instansi maupun yang ada di badan

BUMN serta di BUMD. Sama halnya dengan pendapat diatas NRS selaku

Sekertaris Perindagen menyatakan bahwa:

“Penyaluran komunikasi”melalui rapat pertemuan(sosialisasi),pembagian

Nota pembelian BBM non subsidi setiap perjalanan dinas,tentang

peraturan KEPMEN tersebut sudah sesuai” (Hasil wawancara NRS, 8

juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianilisis bahwa, Penyaluran komunikasi

sudah dianggap baik dapat mennghasilkan suatu implementasi yang baik pula.

Penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan diatas dengan alasan bahwa

penyaluran komunikasi lancar-lancar saja dapat dilihat bahwa semua kegiatan

dinas sudah menggunakan kendaraan dinas dan nota pembelian BBM non subsidi

setiap kali perjalanan dinas.

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa penyaluran komunikasi

melalui pamplet SPBU dan mengetahi dari mulut ke mulut. Menurut hasil

wawancara FRM selaku Sopir mengatakan bahwa “Penyaluran komunikasi”

melalui perintah atasan dan pemasangan pamplet di SPBU” (Hasil wawancara

FRM, 7 Juli 2015).

Penyaluran komunikasi menurut informan diatas sangat baik dengan

alasan kejelesan komunikasi mengenai penggunaan BBM non subsidi bagi mobil

dinas diperoleh informan dengan jelas dan tidak multitafsir sehingga dalam

pelaksanaan kebijakan penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas dapat

dilaksanakan lancar sesuai dengan pemahaman yang sama diantara penanggung

jawab tersebut. Mengenai hubungan komunikasi dalam pelaksanaan

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

65

KEPMENtersebut berikut petikan wawancara NRS selaku sekertaris

Prindagemmengatakan bahwa:

“Hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”lancar dimana

kedua bela pihak saling memahami tentang pentingnya penggunaan

BBM non susidi bagi mobil dinas” (Hasil wawancara NRS, 8 Juli

2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di analisa bahwa hubungan

komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN sangat baik dan lancar saja bagi kedua

bela pihak saling memahami pentingnya penggunaan BBM non subsidi bagi

mobil dinas,dimana ketika hubungan komunikasi tersebut baik maka bisa

dikatakan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut menganai penggunaan BBM non

subsidi bagi mobil dinas akan berjalan dengan baik,karena mereka saling

memahami tentang penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas. Sama halnya

pendapat diatas oleh MNS Selaku Sopir mengatakan bahwa:

“ mengenai hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”

sudah dilaksanakan dengan baik sesuai aturan yang ada serta SPBU

sudah bekerja sama dengan dinas terkait tentu disesuaikan dengan

aturan yang berlaku terhadap nota BBM yang dikeluarkan instansi

tersebut”(Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).

Hasil wawancara dapat dianalisis bahwa hubungan komunikasi dalam

pelaksanaan KEPMEN sudah dilaksanakan dengan baik ini dapat dilihat

sesuainya aturan yang ada SPBU sudah bekerja sama dengan dinas terkait tertentu

disesuaikan dengan aturan yang berlaku terhadap nota BBM yang dikeluarkan

instansi tersebut. Menurut hasil wawancara FRM selaku pengguna mobil dinas

Sopir juga mengatakan bahwa:

“ mengenai hubungan dalam pelaksanaan KEPMEN”baik saja tidak

ada yang perlu dikwatirkan dan tidak diberikan BBM bersubsidi bagi

mobil plat merah ”( Hasil wawancara FRM, 7 Juli 2015).

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

66

Analisis diatas dapat di simpulkan bahwa hubungan komunkasi mereka

baik,sebab informan mengatakan bahwa sudah melaksanakan dengan baik sesuai

aturan yang ada serta SPBU sudah bekerja sama dengan dinas terkait, maka

mereka menyesuaikan sesuai dengan aturan yang berlaku terhadap nota BBM

yang dikeluarkan instansi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Sama halnya

yang dituturkan YKS selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan

bahwa:

“hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”hanya sebagian

dari mereka yang menjalankan sesuai aturan’’( Hasil wawancara YKS, 3

Juli 2015).

Berdasarkah hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN hanya sebagian dari mereka

yang mematuhi aturan, jadi bisa dikatakan hubungan komunikasi mereka tidak

baik dikarenakan hanya sebagian yang mematuhi peraturan tersebut. Hasil

wawancara SDS Selaku Pengelola SPBU sebagai pengelola mengatakan:

“hubungan komunikasi dalam pelaksanaan PERMEN”kadang baik

kadang pula kesal karena kadang-kadang pengguna yang menentukan

pengisian BBMnya,ketika ditanya mengenai peraturan tersebut mereka

menolak dan marah”( Hasil wawancara SDS, 30 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN bisa dikatakan masih kurang

baik karena masih banyak yang egois akan peraturan tersebut.

Dari ke lima kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan

komunikasi pengguna BBM Non subsidi dengan pengelola SPBU dalam

pelaksanaan aturan KEPMEN tersebut sudah terlaksana dengan baik di kantor

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

67

DPRD namun diluar dari instansi tersebut masih banyak yang egois akan

pentingnya pelaksanaan kebijakan tersebut dimana ketika terlaksananya kebijakan

tersebut akan mengurangi pembengkakan anggaran.

b) Kejelasan Informasi

Yaitu komunikasi yang diterima dari pelaksana kebijakan haruslan jelas

dan tidak membingunkan (tidak ambigu/Mendua).Faktor kedua yang berpengaruh

terhadap komunikasi kebijakan adalah kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan

diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan maka petunjuk-petunjuk

pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga

komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang

disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijkan akan mendorong terjadinya

interprestasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal.

Namun demikian, ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan tidak selalu

menghalangi implementasi.

Hasil wawancara NRS selaku sekertaris Perindagem menyatakan bahwa :

“Kejelasan komunikasi”sangat jelas sebab sudah mengetahui peraturan

mentri NO 01-2013,tentang penggunaan BBM Non subsidi bagi

kendaraan dinas” (Hasil wawancara NRS, 8 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas karena sudah

mengetahui Peraturan Mentri No 01-2013,tentang penggunaan BBM non subsidi

bagi kendaraan dinas. RKMselaku Anggota DPRD juga mengatakan bahwa:

’’Kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai

kebijakan tersebut”tidak ada masalah mengenai kebijakan diatas sesuai

aturan”(Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

68

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas karena tidak ada lagi

masalah mengenai kebijakan diatas sudah sesuai aturan yang ada. Hal yang sama

juga dituturkan oleh pengguna mobil dinas MNSsopir dinas mengatakan bahwa:

’’Kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai

kebijakan tersebut”sesuai aturan”.( Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas menjalankan sesuai

aturan yang ada. Hal yang sama pula dituturkan oleh pengguna mobil dinas YKS

selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan bahwa:

“kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai

kebijakan tersebut”jelas sebab sudah ada aturan melalui media,surat

kabar”(Hasil wawancara YKS, 3 juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa

kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas sebab mereka

mendapatkan informasi melaui media, dan surat kabar.

Hasil wawancara dari ke empat dapat dianalisis mengenai kejelasan

komunikasi menurut informan sudah diterima dengan jelas. Dengan alasan sudah

ada aturan yang keluar dari media sosial dan surat kabar dan pemasangan pamplet

di SPBU serta adanya nota pembelian khusus pertamax, sehingga dapat

dilaksanakan dengan lancar dengan pemahaman yang sama diatara penanggung

jawab yang sudah ditetapkan.

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

69

c) Konsistensi Perintah

Yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan haruslah konsisten/

tidak berubah-ubah dan jelas (untuk ditetepkan dan dijalankan).Faktor ketiga yang

berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah konsistensi. Jika implementasi

kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus

konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsur kejelasan,

tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan

memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi

yang lain, perintah-perintah implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan

mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam

menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Bila hal ini terjadi, maka akan

berakibat pada ketidakefektifan implementasi kebijakan karena tindakan yang

sangat longgar besar kemungkinan tidak dapat digunakan untuk melaksanakan

tujuan-tujuan kebijakan. penuturan NRS selaku Sekretaris Perindagen

menyatakan bahwa:

“Konsintensi perintah karena disamping sebagai pengguna kendaraan

dinas juga sebagai pengawas pelaksana kebijakan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”( Hasil wawancara NRS ,8 juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa

konsistensi perintah sudah sangat baik, karena disamping sebagai pengguna

kendaraan dinas juga sebagai pengawas pelaksana kebijakan peraturan perundang-

undangan yang berlaku sehingga dimensi konsistensi menghendaki agar informasi

yang disampaikan tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

70

kelompok sasaran maupun pihak terkait. Sama halnya dengan keterangan yang di

peroleh dari RKM selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:

“konsisten perintah”iya sebab pejabat yang mempunyai surat berita acara

pinjam paket pada anggota DPRD tentu tidak akan melanggar aturan

ketentuan yang berlaku”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa

konsisten perintah sangat baik,sebab pejabat yang mempunyai surat berita acara

pinjam paket pada anggota DPRD tentu tidak akan melanggar aturan ketentuan

yang berlaku,jika pelaksanaan konsisten perintah mengenai kebijkan tersebut di

kantor Sekretariat DPRD di peroleh dengan baik maka perintah dan informasi

yang diberikan oleh bidang yang membidangi kebijakan tersebut tidak mengalami

perubahan(konsisten) sehingga pelaksana tidak mendapat kebingungan dan

memudahkan bekerja dilapangan. Sama halnya dengan FRM selaku sopir

mengatakan bahwa:

“konsisten perintah”iya konsisten karena pihak SPBU tidak memberikan

BBM bersubsidi bagi plat merah”( Hasil wawancara FRM, 7 Juli 2015).

Hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa konsisten

perintah sangat baik pihak SPBU dapat bekerjasama dalam menjalankan suatu

kebijakan tersebut.karena pihak SPBU tidak memberikan BBM bersubsidi bagi

mobil dinas. Kemudian pengguna mobil dinas YKS selaku Kepala Bidang Energi

dan Mineral juga mengatakan bahwa:

“konsisten perintah”hanya sebagian yang menjalankan konsistensi

kebijakan tersebut disebabkan sebagian ganti plat,dalam pengisian BBM”

(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2P015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa

konsisten perintah hanya sebagian yang menjalankan konsistensi mengenai

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

71

kebijakan tersebut disebabkan sebagian yang mengganti plat dalam pengisian

sehinga pengisi SPBU mengalami kebingungan.Menurut hasil wawancara SPBU

SR sebagai pengelola mengatakan bahwa:

“konsisten perintah”tidak semuanya kadang ada yang marah”( Hasil

wawancara SR, 30 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa

konsisten perintah tidak semuanya yang menjalankan konsisten mengenai

kebijakan tersebut disebabkan sebagian dari mereka ada yang marah dan menolak

keras dalam pengisian tersebut. Perintah yang di berikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk dapat diterapkan dan dapat

dijalankan dengan baik. Dalam pelaksanaan konsistensi perintah mengenai

kebijakan penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas yang diterima oleh

informan tersebut diatas di peroleh dengan baik namun belum mampu

menerapkan kebijakan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alasan

sebagian menolak dan marah serta mengganti plat merah ketika perjalanan dinas

di sebabkan harga BBM pertamax lebih mahal dibanding premium, serta

pengiriman stok BBM Pertamax kurang dan pompa bensin khusus pertamax bisa

dikatakan masih kurang dan hanya sebagian yang berfungsi. sehingga pelaksana

di SPBU mendapatkan kebingungan dan menyulitkan bekerja dilapangan.

1. Faktor Sumber Daya (Resouces)

Sumber daya berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan

untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijkan bahan bakar minyak non

subsidi bagi mobil dinas,Sumber daya ini mencakup beberapa indikator yang

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

72

menjadi alat ukur tercapainya keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

Indikator itu antara lain:

a. Staf

Dimana penambahan jumlah staf dan pelaksana kebijakan tidak

mencukupi namun diperlukan pula kecakapan staf dan keahlian dan

kemampuannya melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu

sendiri. Menurut hasil wawancara Penuturan oleh sekertaris NRS Selaku

Sekretaris Perindagem menyatakan bahwa:

“Kemampuan dan keahlian staf” sangat terampil disamping memberikan

nota pesanana pengambilan BBM pada pengguna kendaraan dinas

operasional, juga menyampaikan tentang maksud Permen

tersebut(sosialisasi)”(Hasil Wawancara NRS, 8 juli 2015).

Hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan Sumber daya utama dalam

implementasi kebijakan adalah staf, kemampuan dan keahlian staf sangat terampil

disamping memberikan nota pesanan pengambilan BBM pada pengguna

kendaraan dinas operasional, juga menyampaikan tentang maksud Permen

tersebut.Begitu pula penuturan RKM selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:

“Kemampuan dan keahlian staf “PNS propesional sesuai dengan bidangnya

tentu ada bimbingan teknik yang diadakan oleh instansi terkait dimana

ditempati bertugas setiap tahunya diadakan pelatihan tentang kebijakan

tersebut”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa PNS sudah

profesional dalam melaksanakan kebijakan tersebut karena setiap tahunya

diadakan pelatihan tentang kebijakan tersebut. Sama halnya MNS sebagai sopir

mengatakan bahwa: “kemampuan dan keahlian staf “disesuaikan dengan

kepentingan dinas “(Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

73

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan kemampuan dan

keahlian staf sudah baik sebab dapat menyelesaikan sesuai kepentingan dinas

hanya perlu peningkatan dalam pelaksanaan dan komunikasi.

Edward III dalam widodo (2011:98) mengemukakan bahwa implementasi

kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia

yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan

dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi di bidangnya,

sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah

cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber daya

manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi kebijakan akan

berjalan lambat.

f. Informasi

Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan dan tentang data kepatuhan dari data pelaksana terhadap peraturan atau

regulasi pemerintah tentang kebijakan tersebut. Menurut hasil wawancara NRS

selaku Sekertaris Perindagen memaparkan bahwa:

“Cara memperoleh informasi "selaku perpanjangan tangan dari permen

tersebut, memperoleh informasi dari pusat, melalui media

cetak,membaca melalui PERMEN ESDM.NO 1 tahun 2013 tentang

penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas, melalui media

elektronik internet dan pemasangan pamplet yang disebar di setiap

instansi dan SPBU”( Hasil wawancara NRS, 8 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan mendapatkan

informasi sudah terampil dan cerdik karena melalui media cetak,media elektronik.

Senada dengan hal diatas, RKM selaku anggota DPRDmenyatakan bahwa:

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

74

“cara memperoleh informasi”melalui staf yang membidangi perlengkapan

sub bidang pelayanan BBM pada kantor DPRD, setiap saat akan

berkonsultasi dengan SPBU yang mana sudah bekerjasama,setiap saat

akan berkonsultasi dengan BPK sehingga penggunaan BBM tidak kaku

menjalankan tugasnya,serta informasi lewat SPBU”(Hasil wawancara

RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh

imformasi dari staf yang membidangi dimana setiap saat akan berkonsultasi

dengan SPBU yang mana sudah bekerja sama pelaksana kebijakan sudah terampil

, baik, dalam memperoleh informasi. Begitu pula dengan penuturan MNS sebagai

sopir menuturkan bahwa:

“cara memperoleh informasi”melalui surat edaran ”.(Hasil wawancara

MNS,2 juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh

informasi melalui surat edaran dimana pelaksana kebijakan sudah mampu

menyampaikan ke seluruh pengguna kendaraan dinas. Hasil wawancara YKS

Kepala bidang energi dan mineralsebagai pengguna mobil dinas menuturkan

bahwa: “cara memperoleh informasi”melalui media sosial dan SPBU”( Hasil

wawancara YKS, 3 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh

informasi dari media sosial dan tps SPBU pelaksana kebijakan sudah sangat

modern dalam memperoleh informasi sebab kebanyakan dari mereka memperoleh

dari media sosial. Hasil wawancara SDS selaku pengelola SPBU mengatakan

bahwa:

“cara memperoleh informasi”melalui surat Edaran dari Energi Sumber

Daya Mineral”.(Hasil wawancara SDS, 30 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

75

informasi dari surat edaran yang dikeluarkan Dinas Energi Sumber Daya Mineral

bisa disimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi kebingungan dalam memperoleh

informasi.

Informasi adalah salah satu sumber daya yang sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Sumber-sumber informasi sangat

dibutuhkan untuk memperoleh data baik mengenai bagaimana cara melaksanakan

kebijakan BBM non subsidi bagi mobil dinas baik dari pengguna dan pengelola

pelaksanaan tersebut,dari beberapa informan berpendapat bahwa informasi yang

di peroleh melalui media sosial dan cetak bahkan surat edaran ESDM.

g. Wewenang

Otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan

kebijakan yang ditetapkan secara politik. Sebagaimana penuturan NRS sekertaris

Perindagen menuturkan bahwa:

“Kewenangan dalam penggunaan BBM sudah terlaksana dengan

baik,karena sebagai pejabat negara sebagai pengguna kendaraan dinas

mau tidak mau harus mengikuti dengan PERMEN NO 01-2013 tentang

penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas,sebagai keterlibatan di

dalam ,menekan pengguna BBM bersubsidi”(Hasil wawancara NRS, 8

Juli 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa kewenangan dalam

penggunaan BBM sudah terlaksana dengan baik ini dapat dilihat pejabat negara

sebagai pengguna kendaraan dinas mau tidak mau harus mengikuti dengan

PERMEN NO 01-2013 tentang penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas

sebagai keterlibatan dalam menekan pengguna BBM. Begitu pula penuturan

RKM selaku anggota DPRD menuturan bahwa:

“Kewenangan dalam penggunaan BBM sudah terlaksana dengan

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

76

baik”(Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kewenangan dalam

penggunaan BBM non subsidi sudah terlaksana dengan baik ini dapat dilihat

bahwa banyaknya pengguna mobil dinas sudah menggunakan BBM non subsidi.

Hasil wawancara YKS Kepala bidang energi mineral

“kewenangan dalam penggunaan BBM “sebagian besar sudah

menggunakan”(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kewenangan belum

berjalan dengan efektif ini dapat dilihat belum semua pengguna mobil dinas

menggunakan BBM non subsidi. Hasil wawancara SR selaku SPBU mengatakan

bahwa:

“kewenangan dalam penggunaan BBM”sudah diterapkan dengan baik

namun tidak semua pengguna BBM non subsidi menjalankan kebijakan

tersebut”(Hasil wawancara SR, 30 Juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, kewenangan pelaksanaan kebijakan

BBM non subsidi mobil dinas sudah terlakana dengan baik dan sebagian pula

yang menjalankan kebijakan tersebut. Efektifitas kewenangan sangat menunjang

tercapainya tujuan dari pelaksanaan kebijakan BBM non subsidi bagi mobil dinas.

Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya sarana dan prasarana penunjang

kegiatan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

77

h. Anggaran

Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan

berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau

kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Sebagaimana penuturan sekertaris Perindagen NRS

menuturkan bahwa:

“penyaluran anggaran”penggunaan BBM untuk kendaraan dinas

operasional kab. Pinrang untuk keperluan dinas bagi pengguna

kendaraan dinas dengan cara pemberian nota pesanan kepada pihak

pertamina sesuai jumlah yang tertera pada nota tersebut yang berupa

pertamax”( Hasil wawancaraNRS, 8 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa penyaluran anggaran

yang di siapkan pemerintah dalam memenuhi pengadaan BBM non subsidi bagi

mobil dinas.Sudah tercukupi dengan pengadaan nota pesanan kepada pihak

pertamina sesuai jumlah yang tertera pada nota pesanan yang mengkhususkan

penggunaan BBM non subsidi, penyaluran anggaran yang disiapkan pemerintah

dapat diihat dengan adanya nota pesanan dan kerjasama pihak pertamina dengan

pengguna kendaraan dinas. Begitu pula penuturan RKM sebagai anggota DPRD

mengatakan bahwa:

“penyaluran anggaran” sudah tercukupi karena dianggarkan setiap tahun

anggaran lewat APBD”(Hasi wawancara RKM,1 juli 2015)

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa penyaluran anggaran

yang di siapkan pemerintah dalam memenuhi pengadaan BBM non subsidi bagi

mobil dinas sudah tercukupi karena penganggaran BBM non subsidi dianggarkan

melalui APBD setiap tahun, anggaran yang diberikan, disesuaikan jumlah

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

78

kendaraan dan kegiatan-kegiatan yang ada pada anggota DPRD. Penuturan YKS

sebagaiKepala Bidang Energi Mineral mengatakan bahwa:

“penyaluran anggaran”tidak tercukupi karena sebagian dari kami masih

banyak mengeluh”(Hasil wawancara YKS,3 juli 2015).

Dari hasi wawancara diatas dapat dianalis bahwa penyaluran anggaran

BBM bagi non subsidi tidak tercukupi karena masih banyak pengguna masih

mengeluh. Kemudian mengenai anggaran yang ada sudah menjadi faktor

pendukung dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Berikut petikan wawancara

NRS selaku sekretaris Perindagem mengatakan bahwa :

“Anggaran menjadi faktor pendukung”sudah tepat karena mengacu dari

PERMEN ESDM 01-2013 tentang penggunaan BBM non subsidi bagi

kendaraan dinas.(Hasil wawancara NRS,8 juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa penyaluran yang menjadi

faktor pendukung dalam menggunakan BBM non subsidi bagi mobil dinas sudah

tepat ini dapat dilihat mengacu dari PERMEN ESDM 01-2013 tentang

penggunaan BBM non subsidi bagi kendaraan dinas. Hal ini seperti yang di

ungkapkan oleh RKM selaku Anggota DPRD mengatakan bahwa:

“Anggaran menjadi faktor pendukung” ia sangat mendukung dan

utamanya pemakai mobil dinas DPRD di Kabupaten Pinrang’’(Hasil

wawancara RKM, 1 juli 2015)

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa anggaran yang ada menjadi

faktor pendukung bagi pengguna mobil dinas DPRD di kabupaten pinrang. Hal

ini sependapat yang di kemukan Edwar III dikemukakan bahwa Anggaran pada

implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan berkaitan dengan

ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk

menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

79

memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan

dan sasaran. Hasil wawancara dengan YKS selaku Kepala bidang energi mineral

menambahkan bahwa:

“Anggaran menjadi faktor pendukung” ia sangat mendukung dan

utamanya pemakai mobil dinas dalam perjalanan dinas dan kadang

pribadi”(Hasil wawancara YKS,3 juli 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pengadaan anggaran yang ada

sudah menjadi faktor pendukung dalam penggunaan BBM non subsidi bagi

mobil dinas dengan alasan informan mengatakan bahwa membantu dalam setiap

kali perjalanan dinas dan perjalanan pribadi. Efektifitas pengadaan anggaran

sangat menunjang tujuan pelaksanaan terhadap perjalanan dinas. Hal ini terlihat

bahwa dengan semakin bertambahnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan

dinas dan pribadi.

b. Fasilitas

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

seperti gudang, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan. Berdasarkan hal

tersebut Dari hasil wawancara sekretaris Perindagem NRS mengatakan bahwa:

“fasilitas menjadi faktor pendukung” sudah menjadi faktor pendukung,

karena mengingat kendaraan yang diperuntukkan adalah kendaraan dinas

operasional.(Hasil wawancara NRS,8 juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada

sudah mendukung terhadap perjalanan dinas dan kegiatan kantor lainya.Begitu

pula penuturan anggota DPRD RKM Mengatakan bahwa:

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

80

“fasilitas menjadi faktor pendukung”ia sangat mendukung untuk

menjalankan tugas-tugas dan fungsi sebagai anggota DPRD”(Hasil

wawancaran RKM, 1 juli 2015)

Dari hasil wawancara diatas bahwa fasilitas yang ada menjadi faktor

pendukung untuk menjalankan tugas-tugas dan fungsi sebagai anggota DPRD.hal

yang Sama di tuturkan oleh YKS selaku Kepala bidang energi mineral (pengguna

mobil dinas)

“fasilitas menjadi faktor pendukung” ia sudah menjadi faktor

pendukung dalam perjalanan ,akan tetapi masih banyak yang

menyelanggunakan fasilitas tersebut”(Hasil wawancara YKS, 3 juli

2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis fasilitas yang ada belum berjalan

dengan efektif karena masih banyaknya pengguna BBM non subsidi masih

banyak yang menyalagunakan fasilitas tersebut. Namun menurut informan lain

mengatakan masih banyak yang menyelanggunakan fasilitas tersebut. Menurut

hasil wawancara NRS sebagian Sekertaris Perindagem mengatakan bahwa:

“Fasilitas pompa bensin pertamax”sudah tercukupi, karena kapasitas

pompa bensin yang dimiliki pertamina yang ada di kabupaten pinrang

sudah beberapa memiliki pompa bensin untuk pertamax.”(Hasil

wawancara NRS, 8 juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa Fasilitas ini menjadi faktor

pendukung penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa adanya fasilitas

pendukung maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Menurut

informan diatas fasilitas pompa bensin pertamax sudah tercukupi, karena

kapasitas pompa bensin yang dimiliki pertamina yang ada di kabupaten pinrang

sudah memiliki pompa bensin untuk pertamax. Menurut hasil wawancara RKM

selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

81

“Fasilitas pompa bensin pertamax” ia tercukupi, sudah tidak ada lagi

SPBU yang tidak menyediakan BBM Non Subsidi”(Hasil wawancara

RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada sudah

menjadi faktor pendukung ini dapat dilihat pertamax sudah tercukupi ini dapat

dilihat semua SPBU yang tidak menyediakan BBM Non Subsidi. Menurut hasil

wawancara YKS selaku Sekretaris Perindagem mengatakan bahwa:

“Fasilitas pompa bensin pertamax”bisa dikatakan belum tercukupi masih

ada yang belum mempunyai SPBU khusus pertamax itupun jika adaa

hanya sebagian yang berfungsi”(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas belum

menjadi faktor pendukung ini dapat dilihat fasilitas pompa bensi pertamax masih

ada yang belum mempunyai SPBU khusus pertamax itupun jika ada hanya

sebagian yang berfungsi. Hasil wawancara FRM selaku sopir mengatakan bahwa:

“Fasilitas pompa bensin pertamax”masih perlu adanya penambahan pom

bensin khusus pertamax diantara beberapa SPBU di Kab. Pinrang hanya

sebagian yang mefasilitasi khusus pertamax”(Hasil wawancara FRM, 7

Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada

belum tercukupi ini dapat dilihat fasilitas pompa bensin pertamax masih perlu

penambahan pompa bensin khusus pertamax beberapa SPBU di kab. Pinrang

hanya sebagian yang memfalitasi khusus pertamax. Hasil wawancara SDS selaku

SPBU

“Fasilitas pompa bensin pertamax”masih perlu penambahan karena di

seluruh kabupaten pinrang hanya sebagian pompa bensin yang berfungsi

dan mempunyai pompa bensin khusus pertamax”(hasilwawancara SDS,30

juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa fasilitas yang ada

belum tercukupi ini dapat dilihat bahwa informan mengatakan masih perlu

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

82

penambahan pompa bensin khusus pertamax di kabupaten pinrang serta masih

banyaknya pompa bensin yang tidak berfungsi disebabkan stok pengiriman

berkurang.

2. Faktor Disposisi ( Disposision)

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan

berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung

jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Sikap dari pelaksana

kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila

implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjelaskan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,

sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan

terlaksana dengan baik.Dari hasil wawancara NRS sebagai pengguna mobil dinas

dalam melaksanakan kebijakan tersebut berikut hasil penuturan sekertaris

Perindagem mengatakan bahwa:

“Perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan”baik, karna seluruh

instansi sudah mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut” (Hasil

wawancara NRS, 8 Juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa perilaku pengguna dalam

melaksanakan kebijakan sudah berjalan dengan baik karna seluruh instansi sudah

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

83

mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut.Hal ini seperti yang di ungkapkan

FRM sebagai Sopir mengatakan bahwa:

“perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan”iya baik menjalankan

sesuai aturan dan akan tetapi tergantung dengan keadaan pompa bensin

jika tidak ada khusus pertamax”( Hasil wawancara FRM 7 Juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa perilaku pengguna dalam

melaksanakan kebijakan sudah berjalan dengan baik menjalankan sesuai aturan

akan tetapi tergantung dengan keadaan pompa bensin jika tidak ada khusus

pertamax. Dari hasil wawancara SR sebagai salah satu pengelola SPBU

mengatakan bahwa:

“perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan” kadang menggunakan

Premium Kadang-kadang ada juga yang mematuhinya,dan pengguna yang

tidak mematuhinya marah ketika tidak di beri premium”(Hasil

Wawancara SR 30 juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisabahwa perilaku pengguna mobil didas dalam

menjalankan kebijakan informan mengatakan bahwa tidak semua perilaku

pengguna Mobil Dinas efektif dan bijak terhadap peraturan yang ada karena masih

banyak yang lebih mementingkan egonya untuk kepentingan pribadi

Dari hasil wawancara RKM sebagai salah satu anggota DPRD mengatakan

bahwa:

“Perilaku pengguna dalam kepentingan dinas” sangat baik mengingat

kendaraan yang digunakan memang peruntukannya untuk keperluan

dinas”(Hasil Wawancara RKM,1 juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pengguna mobil dinas sudah

berjalan dengan baik ini dapat dilihat bahwa penggunaan mobil dinas

diperuntukkan untuk keperluan dinas. Hasil wawancara dengan YKS selaku

Kepala Bidang Energi mineral mengatakan bahwa:

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

84

“perilaku pengguna dalam kepentingan dinas” yang pastinya no satu

adalah pekerjaan kantor dan urusan di luar dari kantor pastinya di no

duakan”( Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis penggunaan mobil dinas sudah

berjalan dengan baik ini dapat dilihat lebih mementingkan urusan kantor daripada

urusan lain.

a. Pemberian Insentif

Yaitu biaya tertentu yang diperoleh setelah melaksanakan suatu tugas

tertentu sesuai dengan arahan kebijakan yang dilaksanakan. Hasil wawancara

NRSdengan salah satu Sekretaris Perindagem mengatakan bahwa:

“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karna kami ini rata-rata

PNS jadi mau tidak mau harus melaksanakan tugas masing-masing”(Hasil

wawancara NRS, 8 Juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis dalam pemberian insentif tidak

terlalu mempengaruhi kinerja mereka. Hal ini didasarkan pada kinerja staf yang

konsisiten dan amanah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah

dibebangkan kepadanya. Menurut hasil wawancaraRKM salah satu anggota

DPRD mengatakan bahwa:

“Pemberian insentif mempengaruhi kinerja karena tidak semua anggota

DPRD tidak memiliki kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya

insentif kendaraan dinas dapat sektor melaksanakan kunjungan kerja ke

institusinya masing-masing”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pemberian insentif

mempengaruhi kinerja ini dapat dilihat tidak semua anggota DPRD tidak

memiliki kendaraan yang memadai sehingga adanya insentif kendaraan dinas

dapat sektor melaksanakan kunjungan kerja institusinya masing-masing. Menurut

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

85

hasil wawancara YKS Selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan

bahwa:

“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karena masih kurangnya

anggaran dan mahalnya BBM non subsidi dibanding Premium”(Hasil wawancara

YKS 3 juli 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa pemberian insentif

belum efektif karena masih menggunakan uang pribadi dalam pengisian sehingga

pengguna beralih ke BBM premium.

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai

implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak Bagi Mobil Non Subsidi Bagi

Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang maka kesimpulan pada penelitian ini adalah:

1. Faktor komunikasi yaitu masih diperlukannya peningkatan komunikasi dalam

pelaksanaan keputusan menteri bagi pengguna mobil dinas yang

menggunakan BBM non subsidi hal ini dapat dilihat banyaknya pengguna

mobil dinas yang tidak mematuhi aturan yang ditentukan seperti tidak

konsistensinya dalam menjalankan kebijakan tersebut disebabkan banyak

yang mengganti mobil dinas menjadi plat hitam dan banyaknya pengguna-

pengguna mobil berplat merah yang masih memberi minum kendaraan

mereka dengan bensin bersubsidi dikarenakan perbedaaan harga yang

signifikan dengan BBM non Subsidi.

2. Faktor sumber daya dapat dilihat terbatasnya fasilitas pompa bensin/ pompa

tangki berjenis pertamax pada setiap SPBU, kurangnya stok BBM jenis

pertamax, terbatasnya anggaran yang disiapkan pemerintah ini dapat dilihat

sebagian dari pengguna mobil dinas masih banyak yang mengeluh.

3. Faktor disposisi dimana perilaku pengguna Mobil Dinas sudah mengerti

maksud dan tujuan kebijakan tersebut tetapi masih banyaknya sikap

personalia yang memiliki komitmen yang kurang dalam melaksanakan

86

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

87

kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas dan pemberian

insentif dapat mempengaruhi kinerja karena tidak semua Staf memiliki

kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya insentif kendaraan maka

mempermudah personalia dalam melaksanakan kunjungan kunjungan

masing-masing instansi

B. Saran

1. Perlunya peningkatan komunikasi dalam pelaksanaan keputusan menteri energi

sumber daya mineralbagi pengguna mobil dinas yang menggunakan BBM non

subsidi.

2. Hendaknya pengelola Bahan Bakar Minyak non subsidi dilakukan secara

transparansi.

3. Hendaknya pihak SPBU melaporkan bagi pengguna mobil dinas yang tidak

menggunakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi.

4. Proses sosialisasi dilaksanakan perlu didukung dengan monitoring yang

memadai mulai dari tahap persiapan pelaksanaan sampai pelaporan.

5. Hendaknya pihak yang bertanggung jawab memberi sangsi bagi yang

melanggar aturan PERMEN ESDM NO 01 Tahun 2013 tentang penggunaan

BBM Non Subsidi Bagi Mobil Dinas.

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

88

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2012, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.

Ali, Faried, dkk, 2012. Studi Analisis Kebijakan Konsep, Teori dan Aplikasi

Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah, Bandung: PT Refika

Aditama.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta ; Kencana Prenada Media

Group.

Moleong,J,Lexy.2008.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mustari,Nuryanti.2013.Implementasi Kebijakan Publik Pamahaman Teoritis

Empiris, Makassar: Membumi Publishing.

Madani, Muhlis.2011. Dimensi Interaksi Ator Dalam Proses Perumusan

Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nugroho,Riant.2012. Public Policy Teori Kebijakan, Analisis Kebijakan,

Perumusan, Implementasi, Evaluasi,Revisi Risk Management dalam

kebijkan publik,kebijakan sebagai The Fifth Estate Metode Penelitian

Kebijakan Publik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Purwanto dan Sulistyastuti,2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan

Aplikasinya. Yogyakarta:Gava Media

Setiawan,2009.”Implementasi Kebijakan Industrialisasi Ketenagakerjaan di Kota

Makassar. Program Studi: Universitas Hasanuddin, Makassar

Subarsono,2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori,dan

Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suharto, Edi.2010. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah

dan Kebijakan Sosial .Bandung : Alfabeta.

Sugiyono,2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Badung:Alfabeta

Sugiono, 2009.Metode penelitian adminstrasi, CV.Alfabeta:Bandung.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

88

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

89

Wahab.,S,Abdul. 2002. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara, Jakarta : Bumi Aksara

Winarno,Budi.2012.Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus,

Yogyakarta:CAPS.

Sumber dari Internet;

Erwan,2010. Pengantar Mengenai Subsidi dan Contervailling di Dalam

Perdagangan.http://erwan29680.Wordpress.com. di akses 22 maret

2015

Munawar Dungtji, 2013. Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam

APBN . http://digilib.unita.ac.id. Di akses tgl 20 maret 2015.

Rudi Handoko, 2010.Evaluasi Kebijakan Subsidi Non BBM. http://www

economist.Com. Di akses 22 maret 2015

Rudi Handoko,2010. Contemporary Economics Edisi ke 8.

http://www.fiskal.co.id. di akses 22 maret 2015.

Vicka Paricia, 2014. Pengelolaan-Energi-Pengendalian-Komsumsi-BBM-

Bersubsidi.

http:// bem.feb.ugm ac.id. di akses 22 maret 2015.

Perundang –Undangan;

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2012 tentang anggaran pendapatan belanja negara yang

berisi macam-macam subsidi yang diberikan pemerintah termasuk subsidi

BBM.

Undang-Undang no.12 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Belanja

Negara APBN-P 2014.

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen

penggunaan BBM tertentu

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK NON …

90

Permen RI Nomor 01 Tahun 2013 tentang pengandalian Penggunaan BBM

Surat Edaran Gubernur Sulsel Nomor 541/30/49ESDM Tahun 2013.

Undang Undang no 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2015