IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK
NON SUBSIDI BAGI MOBIL DINAS DI KABUPATEN
PINRANG
SAFRIANI
Nomor Stambuk : 10561 03962 11
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHAN BAKAR MINYAK
NON SUBSIDI BAGI MOBIL DINAS DI KABUPATEN
PINRANG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Serjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
SAFRIANI
105610396211
Kepada
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
PERSETUJUAN
Judul Proposal Penelitian : Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non
subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
Nama Mahasiswi : Safriani
Nomor Stambuk : 10561 03962 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Abdul Kadir Adys, SH, MM Drs.Muhammad Tahir, Msi
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Burhanuddin S.Sos., M.Si
ii
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan /
undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah
Makassar, Nomor: 0784/FSP/A.1-VIII/IV/36/2015 sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu
Administrasi Negara Di Makassar pada hari Selasa
tanggal 21 April 2015.
TIM PENILAI
Ketua Sekretaris,
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.
Penguji:
1. (Ketua) (.........................................)
2. (.........................................)
3. (.........................................)
4. (.........................................)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Safriani
Nomor Stambuk : 10561 03962 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 24 Maret 2015
Yang Menyatakan,
Safriani
iv
ABSTRAK
SAFRIANI(2015). Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non
Subsidi Bagi Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang (Skripsi di bimbing oleh
Abdul Kadir Adys dan Muhammad Tahir).
Permasalahan penelitian tentang implementasi kebijakan bahan bakar
minyak non subsidi bagi mobil dinas di kabupaten pinrang. Dengan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui faktor komunikasi, faktor sumber daya, dan
faktor disposisi pada implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi
bagi mobil dinas di kabupaten pinrang.
Penelitian ini menggunakan deskriftip kualitatif dan tipe penelitian ini
bersifat fenomonologis yaitu menggambarkan pengalaman yang dilihat oleh
informan berkaitan dengan implementasi kebijakan, informan penelitian yaitu
sekretaris Perindagem ,Kepala Bidang Energi dan Mineral, Anggota DPRD, Sopir
mobil dinas, Pengelola SPBU, Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dokumen. Teknik analis data yaitu reduksi data penyajian data,
penarikan kesimpulan dan Pengabsahan data yaitu trianggulasi dengan sumber,
trianggulasi dengan teknik trianggulasi dengan waktu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Faktor komunikasi Masih
perlu peningkatan komunikasi ini dapat dilihat banyaknya pengguna mobil dinas
BBM non Subsidi yang tidak mematuhi aturan yang ditentukan seperti tidak
konsistensinya dalam menjalankan kebijakan tersebut disebabkan banyak yang
mengganti plat merah menjadi plat hitam dan banyaknya pengguna-pengguna
mobil berplat merah yang masih menggunakan bensin bersubsidi dikarenakan
perbedaaan harga yang signifikan dengan BBM non Subsidi. (2). Faktor sumber
daya dapat dilihat terbatasnya fasilitas pompa bensin/ pompa tangki berjenis
pertamax pada setiap SPBU, kurangnya stok BBM jenis pertamax, terbatasnya
anggaran yang disiapkan pemerintah ini dapat dilihat sebagian dari pengguna
mobil dinas masih banyak yang mengeluh. (3). Faktor Disposisi dimana perilaku
pengguna Mobil Dinas sudah mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut
tetapi masih banyaknya sikap personalia yang memiliki komitmen yang kurang
dalam melaksanakan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas
dan pemberian insentif dapat mempengaruhi kinerja karena tidak semua staf
memiliki memiliki kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya insentif
kendaraan maka mempermudah personel dalam melaksanakan kunjungan instansi
masing-masing.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, BBM non subsidi, mobil dinas.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala bentuk pujian penulis panjatkan hanya kepada allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skiripsi yang berjudul ” Implementasi kebijakan Bahan Bakar
Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang.
Skripsi merupakan tugas akhir merupakan tugas akhir yang diajukan
untuk memenuhi syarat dalam memporoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi
Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Sosial Politik Universitas
Muhammadiyah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih.
1. Bapak Abdul Kadir Adys, SH, MM. Selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
Muhammad Tahir M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Univeritas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Burhanuddin S.Sos.,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
vi
4.Bapak Drs. Muhammad Idris M.Si, selaku penasehat akademik penulis dari
awal perkuliahan hingga akhir studi.
5. Seluruh dosen ilmu administrasi Negara dan ilmu administrasi Negara dan ilmu
pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali banyak ilmu kepada penulis.
6. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga ayahanda Yamma dan ibunda
Bani dan ketiga saudaraku Mariani,Mastura,Anriani, yang senantiasa
memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil. Terima kasih
atas segalah pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan dan semangat yang tak
ternilai hingga saat ini.
7. Seluruh teman-teman Seperjuangan dalam perkuliahan teruma kelas A
angkatan 2011, Susilawati, Rismawati, Wahyuni, Melani, Martia, Helmi, Jara,
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga
akhir yang penulis tidak bias sebutkan satu persatu.
Semoga Allah Subhana Wata’ala Membalas semua kebaikan dan
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada semua pihak yang membantu
hingga terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada
kesempatan ini saran dan kriktik yang sifatnya membangun seperti penulis
harapkan.
vii
Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 24 Maret 2015
Safriani
viii
D A F T A R I S I
Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................. i
Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii
Halaman Penerimaan Tim ................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi........................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuna Penelitian ......................................................................................... 6
D. Keguaan Penelitian ...................................................................................... 7
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik ............................................................................ 8
B. Konsep Implementasi .................................................................................. 12
C. Teori Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik ..................................... 14
D. Konsep BBM ............................................................................................... 25
E. Kerangka Pikir ............................................................................................. 31
F. Fokus Penelitian .......................................................................................... 33
G. Deskripsi Fokus Penelitian .......................................................................... 34
BAB. III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 37
B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................. 37
C. Sumber Data ................................................................................................ 38
D. Informan Penelitian ..................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 40
G. Pengabsahan Data........................................................................................ 41
ix
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Letak dan Luas Wilayah ......................................................................... 42
2. Kondisi Umum ....................................................................................... 43
3. Fasilitas Umum, Distribusi dan Pusat Pelayanan ................................... 45
4. Kinerja Tugas dan Fungsi ....................................................................... 46
5. Struktur Organisasi ................................................................................. 48
6. Urain Tugas ........................................................................................... 50
7. Kekuatan dan Kelemahan ....................................................................... 55
8. Visi Misi dan Strategis ........................................................................... 57
9. Keadaan Jumlah Mobil Dinas Perindustrian Perdagangan Energi dan
Mineral dan Sekretariat DPRD ............................................................... 61
B. Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas
Di Kabupaten Pinrang
1. Faktor Komunikasi (Comunication) ....................................................... 62
2. Faktor Sumber Daya (Resouces .............................................................. 71
3. Faktor Disposisi ( Disposision) .............................................................. 82
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 86
B. Saran ............................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Kerangka Fikir .............................................................................. 33
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Informan.................................................................................. 39
Tabel 2. Keadaan Jumlah Mobil di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan
Mineral ............................................................................................................ 61
Tabel 3.Keadaan Jumlah Mobil Dinas di Sekretariat DPRD ........................... 62
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM ) adalah bahan bakar minyak yang di
peruntukan kepada rakyat yang telah mengalami proses subsidi dan diatur dalam
Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang berisi macam-macam subsidi yang
diberikan pemerintah termasuk subsidi BBM. Bahan Bakar Minyak merupakan
kebutuhan strategi bagi masyarakat di Desa maupun di Kota baik kebutuhan
rumah tangga, sektor industri maupun transportasi. Oleh karena itu, jumlah
transportasi yang beredar sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap
BBM. Semakin padatnya transportasi berarti semakin meningkatnya pula
komsumsi terhadap BBM, sedangkan bahan bakar itu sendiri terbatas
persediannya. Jumlah BBM yang terbatas memaksa kita untuk dapat
menghematnya, mengupayakan diri untuk hemat dalam penggunaan Bahan Bakar
Minyak setidaknya dapat menstabilkan kondisi minyak bumi kita yang
produksinya terus merosot, pencapaian tidak sampai satu barel per hari,karena itu
kita perlu mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (Kismartini).
Berdasarkan fenomena diatas sebagai akumulasi/pertimbangan, akibat
kurang stabilnya produksi minyak bumi, sehingga Pemerintah berupaya
mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak melalui pembatasan BBM
bersubsidi / jenis BBM tertentu. Upaya yang dilakukan pemerintah dimulai
1
2
dengan seluruh mobil dinas telah diwajibkan tidak lagi menggunakan BBM
bersubsidi untuk mengantisipasi kelangkaan BBM termasuk BBM bersubsidi
yang menyedot anggaran yang cukup besar.
Usaha pengendalian penggunaan BBM bertujuan untuk menjaga
kestabilan harga bahan baku dan komoditas guna menunjang pembangunan
nasional serta sebagai aggaran yang digunakan untuk program yang lebih
bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan
kerja, seperti proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan banyak biaya sangat
besar.
Pembahasan mengenai subsidi energi terutama BBM merupakan hal
yang sangat sensitif dibicarakan karena banyaknya jumlah orang yang bergantung
pada hal tersebut. Setiap langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk
melakukan penertiban subsidi BBM selalu menuai protes dari berbagai kalangan
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kondisi kuota subsidi
BBM yang semakin membengkak. Faktor lain yang melatarbelakangi pembatasan
konsumsi BBM bersubsidi adalah pesatnya pertumbuhan kendaraan di
Indonesia.Misalnya di Sulawesi Selatan dan sekitarnya mengalami peningkatan
dua kali-lipat di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pesatnya pertumbuhan
kendaraan bermotor ini menyebabkan meningkatkan konsumsi BBM, terutama
BBM berjenis subsidi. BBM bersubsidi ini lebih dipilih oleh pemilik kendaraan
dikarenakan perbedaan harga BBM berjenis pertamax yang lebih mahal dari harga
BBM berjenis subsidi.
3
Pembatasan BBM bersubsidi juga merupakan upaya pemerintah untuk
mengurangi bebasnya permintaan atau penimbunan BBM bersubsidi yang
kemudian disalah gunakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang
notabene bukanlah target konsumen BBM bersubsidi. Tidak hanya waktu
penjualannya yang dibatasi, namun pengurangan titik-titik SPBU penjual BBM
bersubsidi pun turut dikurangi. Hal ini bertujuan agar persediaan BBM bersubsidi
lebih dekat kepada sasaran yang tepat.
Fenomena yang menarik tentang Kebijakan pengendalian penggunaan
jenis BBM tertentu itu tercantum dalam PERMEN ESDM RI Nomor 01 tahun
2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan penegasan atas
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan
Konsumen Penggunaan Jenis BBM tertentu, serta merupakan kelanjutan dari
PERMEN ESDM No.12/2012 yang sebelumnya telah melarang kendaraan dinas
menggunakan premium, serta solar bagi kendaraan perusahaan perkebunan dan
pertambangan serta Peraturan Presiden No.15 tahun 2012 kendaraan dinas yang
dioperasikan pemerintah pusat, instansi vertikal, pemerintah daerah, badan usaha
milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), diserukan untuk menggunakan
bahan bakar minyak (BBM) Non-subsidi. Dalam Peraturan tersebut ditetapkan
beberapa Daerah untuk melakukan sosialisasi kepada Pemerintah daerah dan
jajarannya, setidaknya 45 instansi pusat/ daerah dan BUMN, dilarang
menggunakanBBM bersubsidi dan hanya wajib membeliBBM nonsubsidi.
Kebijakan tersebut telah disosialisasikan ke Badan-badan Usaha Pelaksana
Penyedia dan Pendistribusian BBM subsidi. Kebijakan ini bukan keputusan
4
sepihak karena telah dibahas dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam rangka sosialisasi, Pertamina juga telah
menyiapkan Spanduk untuk setiap SPBU dan pengumuman.
Di Sulawesi Selatan, aturan ini disosialisasikan dengan cara menempelkan
stiker di sejumlah SPBU di Sulawesi selatan dan sekitarnya sejak hari Minggu, 30
Juni 2013. Stiker tersebut mencantumkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2013 Tanggal 2 Januari 2013 dan Surat Edaran
Gubernur Sulsel Nomor 541/30/49 ESDM Tahun 2013 yang menjadi landasan
kebijakan tersebut dibuat.
Berdasarkan observasi awal bahwa permasalahan yang di hadapi terkait
dengan Komonikasi; belum jelas pemahaman dan pengertian pihak personalia,
SPBU dan Masyarakat terhadap Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi
Bagi Mobil Dinas,Permasalahan terkait dengan Sumber Daya; terbatasnya fasilitas
pompa bensin / pompa tangki berjenis pertamax pada setiap SPBU, kurangnya
stok BBM jenis pertamax, terbatasnya anggaran yang disiapkan pemerintah
APBD/APBN yang di peruntukkan dalam memenuhi pengadaan bahan bakar
minyak bagi mobil dinas yang menggunakan jenis pertamax karena menggunakan
jenis pertamax lebih mahal dari premium,kemudian terkait dengan disposisi atau
watak yaitu sikap personalia yang memiliki komitmen yang kurang dalam
melaksanakan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi kurangnya kejujuran
personalia yang masih memilih penggunaan BBM premium di bandingkan
menggunakan jenis pertamax dengan pertimbangan harga yang agak mahal dari
premium.
5
Selain problem yang diuraikan di atas, dari hasil penelitian Muh. Reski
Hasan (2012) dengan judul pengendalian komsumsi BBM di Kota Semarang
menemukan problem yang dihadapi yaitu banyaknya pengguna- pengguna mobil
berplat Nomer Merah, serta mobil- mobil mewah lainya yang masih memberi
“minum” kendaraan mereka dengan bensin bersubsidi dikarenakan perbedaan
harga yang signifikan dengan BBM non-subsidi, masalah yang lain ditemukan di
lapangan adalah kurangnya kejujuran personil dalam melaksanakan kebijakan
bahan bakar minyak non subsidi.
Berdasarkan uraian di atas menjadi dasar pertimbangan penulis untuk
melakukan penelitian yang berfokus pada implementasi kebijakan dengan Lokus
pada bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di Kabupaten Pinrang.
Diharapkan hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi positif dalam
perumusan kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di
Kabupaten Pinrang.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan sebelumnya maka
sebagai permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan utama
terkait implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas
di kabupaten Pinrang, yakni:
1. Bagaimana peran komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Bahan Bakar
Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kantor Sekretariat DPRD
Kabupaten Pinrang
2. Bagaimana sumber daya dalam implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak
Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
3. Bagaimana faktor disposisi dalam implementasi kebijakan Bahan Bakar
Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor komunikasi pada implementasi kebijakan Bahan
Bakar Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kantor Sekretariat DPRD
Kabupaten Pinrang
2. Untuk mengetahui faktor sumber daya pada implementasi kebijakan Bahan
Bakar Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
3. Untuk mengetahui faktor disposisi pada implementasi kebijakan Bahan Bakar
Minyak Non Subsidi bagi Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
7
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian sebagai kajian ilmiah dan diharapkan dapat menjadi
wacana untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti berikutnya.
2) Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan informasi bagi peneliti
selanjutnya ataupun mahasiswa lain yang ingin mendalami studi tentang
implementasi kebijakan publik.
b. Sebagai upaya memperluas wawasan penulis mengenai implementasi
kebijakan publik terkhusus bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian, Konsep, dan Teori
A. Konsep Kebijakan Publik
Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu.
Seorang pakar politik lain, Richard Rose, dalam Faried ali (2012:13)
menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai “serangkaian
kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya
bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.
Definisi ini sebenarnya bersifat ambigu, namun definisi ini berguna karena
kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu
keputusan untuk melakukan sesuatu.
James E. Anderson dalam Subarsono (2005:3), memandang kebijakan
sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-
hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Definisi yang diberikan
oleh Subarsono ini menyangkut dimensi yang luas karena kebijakan tidak hanya
8
9
dipahami sebagai tindakan yang dilakukan pemerintah, tetapi juga oleh kelompok
maupun oleh individu. Selain itu, gagasan bahwa kebijakan mencakup perilaku
yang mempunyai maksud yang layak mendapatkan perhatian dan sekaligus harus
dilihat sebagai bagian definisi kebijakan publik yang penting, sekalipun maksud
atau tujuan dari tindakan-tindakan pemerintah yang dikemukakan dalam definisi
ini mungkin tidak selalu mudah dipahami.
Satu hal yang harus diingat dalam mendefinisikan kebijakan, adalah
bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa
yang sebenarnya dilakukan, ketimbang apa yang diusulkan dalam tindakan
mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan
suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga
definisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi
kurang memadai.
Menurut Anderson dalam Riant Nugroho (2012:119) kebijakan merupakan
serangkaian tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang
aktor atau sejumlah aktor yang berhubungan dengan suatu masalah atau persoalan.
Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa
yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan
yang merupakan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.
Rogene A. Bucholz dalam Madani, (2011:18), kebijakan publik mengacu
kepada apa yang pemerintah secara nyata lakukan, bukan sekedar pernyataan atau
sasaran tindakan yang di inginkan. lebih jauh beliau mengatakan bahwa kebijakan
10
publik adalah sasaran yang terarah atau bermaksud tindakannya diikuti oleh aktor
atau sejumlah aktor dalam upaya mengatasi masalah. Defenisi ini berfokos pada
apa yang dilakukan, sebagai perbedaan dari apa yang diinginkan, dan juga untuk
membedakan kebijakan dari keputasan.
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Suharto, (2010:7) dalam
perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai: “keputusan tetap‟
yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari
mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”.
Chief J.O. Udoji dalam Mustari (2013:127) mendefinisikan kebijakan
publik sebagai “an sanctioned course of action addressed to a particular problem
or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan
bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu
tujuan tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga
masyarakat).
Dye dalam Madani (2011:19). Menyatakan bahwa kebijakan publik
mencakup pilihan-pilihan fundamental dari pemerintah untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu, dan bahwa keputusan tersebut di buat oleh pegawai
pemerintah dan atau lembaga pemerintahan. Karena itu, kebijakan publik adalah
suatu pilihan yang dibuat oleh pemerintahan untuk dijalankan dengan berbagai
tindakan tertentu.
Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh
badan dan pejabat pemerintah. Karena itu, karekteristik khusus dari kebijakan
publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut
11
David Easton dalam Wahab (2001:5) sebagai “otoritas” dalam sistem politik,
yaitu: “para senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim,
administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.” Easton mengatakan bahwa
mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik dalam rangka
menformulasikan kebijakan publik itu adalah orang-orang yang terlibat dalam
urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu
masalah tertentu dimana pada satu titik mereka diminta untuk mengambil
kepuusan dikemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota
masyarakat selama waktu tertentu.Dalam kaitannya dengan definisi-definisi
tersebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu
definisi kebijakan publik.
Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada
tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang
berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung pada
bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan daripada
keputusanyang terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi
keputusan untuk mengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan
berikutnya yang berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya.
Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh
pemerintahan dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan
perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.
Jika legislatif mengeluarkan suatu regulasi yang mengharuskan para pengusaha
membayar tidak kurang dari upah minimum yang telah ditetapkan tetapi tidak ada
12
yang dikerjakan untuk melaksanakan hukum tersebut, maka akibatnya tidak
terjadi perubahan dalam perilaku ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa
kebijakan publik dalam contoh ini sungguh-sungguh merupakan suatu
pengupahan yang tidak diatur perundang-undangan. Ini artinya kebijakan publik
pun memperhatikan apa yang kemudian akan atau dapat terjadi setelah kebijakan
itu diimplementasikan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif
maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan
pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif,
kebijakn publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak
melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks
tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Terakhir, kelima, kebijakan
publik, paling tidak secara positif, berdasarkan pada hukum dan merupakan
tindakan yang bersifat memerintah.
B. Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Udoji dalam Wahab (2002:59) dengan tegas mengatakan bahwa the
execution of policies is as important if not more important than policy-making.
Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are
implemented (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh
lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar
berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan. Dengan kata lain pembuatan kebijakan tidak berakhir setelah
kebijakan ditentukan atau disetuju.
13
Implementasi kebijakan merupakan langkah lanjutan berdasarkan suatu
kebijakan formulasi. Definisi lain yang umum dipakai menyangkut kebijakan
implementasi adalah Van Meter dan Van Horn dalam Mustari (2010,127),
mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai: “Tindakan-tindakan yang
dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan dapat
dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan dan
mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Dengan
adanya kebijakan implementasi, yang merupakan bentuk konkret dari
konseptualisasi dalam kebijakan formulasi, tidak secara otomatis merupakan
garansi berjalannya suatu program dengan baik. Oleh karena itu suatu kebijakan
implementasi pada umumnya satu paket dengan suatu kebijakan pemantauan atau
monitoring. Mengingat kebijakan implementasi adalah sama peliknya dengan
kebijakan formulasi, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang akan
mempengaruhinya.
14
C. Teori Pendekatan implementasi kebijakan publik
Menurut pendapat Lester dan Steward dalam (Agustino,2012:151) ada
beberapa terapan model pendekatan implementasi kebijakan yaitu sebagai berikut:
1.Implementasi kebijakan Public Model George C.Edward III
Model pendekatan yang di kemukakan oleh Edward III (dalam Agustino,
2008:149) terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan yaitu:
1) Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikan, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi
apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila
komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan
peraturan implementasi harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian
personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus
tepat, akurat dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi diperlukan
agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten
dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
Kemudian George C.Edwards III dalam (Agustino,2012:151)
menanamkan model implementasi kebijakan publiknya dengan direct and
inderect impact on implementation. Yang menjelaskan ada empat faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan,
15
diantaranya yaitu : faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi, dan
disposisi atau kecenderungan pelaksana.Komunikasi dalam implementasi
kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu :
a. Transmisi
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu
keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu
perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan
proses yang berlangsung sebagaimana nampaknya. Banyak sekali ditemukan
keputusan-keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian, seringkali
terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.
b. Konsistensi
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka
perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah
tersebut mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan
maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan
menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi yang lain, perintah-perintah
implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana
mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan
mengimplementasikan kebijakan. Bila hal ini terjadi, maka akan berakibat pada
ketidakefektifan implementasi kebijakan karena tindakan yang sangat longgar
16
besar kemungkinan tidak dapat digunakan untuk melaksanakan tujuan-tujuan
kebijakan.
c. Kejelasan
Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang
diinginkan maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh
para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas.
Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan
implementasi kebijkan akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah bahkan
mungkin bertentangan dengan makna pesan awal. Namun demikina,
ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan tidak selalu menghalangi
implementasi.
Edwards mengidentifikasi enam faktor yang mendorong terjadinya
ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas
kebijakan publik, keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok
masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-
masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban
kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan pengadilan.
1) Sumber Daya (Resources)
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III, mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya
ketentuan-ketentuan aturan dan aturan-aturan tersebut serta bagaimanapun
akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut,jika para
17
pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan
kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara
efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak efektif.Sumber daya di sini
berkaitan dengan segala sumber yang dapat di gunakan untuk mendukung
keberhasilkan implementasi kebijakan.Sumber daya manusia, anggaran, fasilitas,
informasi, dan kewenangan yang di jelaskan sebagai berikut:
a) (Staff)
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari
sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya
manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi
di bidangnya, sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia
apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya
manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementsi, sebab tanpa
sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi
kebijakan akan berjalan lambat.
b) Anggaran (Budgetary)
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan
modal dan investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin
terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,
kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.
c) Fasilitas (facility)
Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,
18
seperti gudang, tanah dan peralatan prkantoran akan menunjang dalam
keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.
d) Informasi dan kewenengan (Imformation and Authority)
Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,
terutama imformasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimpletasikan
suatu kebijakan. Sementara wewenang berperang penting terutama untuk
meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan
yang di kehendaki.
2) Disposisi (Disposition)
Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan
berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan
misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan
implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,
sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka
selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung
jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan.
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam
implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka
dia akan dapat menjelaskan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan
oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka
implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.
19
a. Struktur Birokrasi (Bureuctaric Strukture)
Stuktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu
mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanime,
dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat operation procedur (SPO),
SPO menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam
pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran. Aspek kedua
adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan
terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan yang menyebabkan
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnyaa akan
menyebabkan aktifitas organisasi menjadi fleksibel.
b. Insentif
Salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah
kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanupulasi insentif. Oleh karena
itu, pada umunya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka
memanupulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para
pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu
mungin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan
melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan pribadi.
20
2. Implementasi Kebijakan Dan Publik Model Donal Van Meter Dan Carl Van
Horn
Model pendektan top-down yang dirumuskan oleh Donal van meter dan
carl van horn dengan A model of the policy implementation. Model ini
mengendalkan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari
keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan public.
Ada enem variabel, menutur Van Meter dan Van Horn dalam Winarno(
2012:158) yang mempengaruhi kinerja kebijakan piblik tersebut adalah:
a. Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat di ukur keberhasilannya jika hanya
di ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realististis dengan sosio-kultur yang
berada di level pelaksana kebijakan. Ketika tujuan kebijakan terlalu ideal yang di
laksanakan di level warga, maka sulit merealisasikan kebijakan public hanya titik
yang dapat dikatakan berhasil.
b. Sumber daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan
sumberdaya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses implementasi
menurut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan
ang di isyarakatkan oleh kebijakan yang telah di tetapkan secara apolitik. Tetapi
ketika kompotensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya yang nihil, maka
kinerja publik sangat sulit di harapkan.
21
Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumber daya lain yang perlu
diperhitungkan juga ialah sumber daya manusia dan sumber daya waktu. Karena
ketika sumber daya manusia yang kompoten dan kapabel telah tersedia sedangkan
kecurangan dan melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan
pelik untuk meralisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.
Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat
bekerja dengan kecurangan dana berjalan dengan baik. tetapi terbentur dengan
persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini perlu dapat menjadi penyebab
ketiakberhasilan implementasi kebijakan.
c. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat penelitian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal
ini sangat penting kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak
dipengaruhi oleh cirri-ciri yang tepat serta cocok dengan para pelaksananya.
Misalnya, implementasi kebijakan public yang berusaha merubah perilaku tingkah
laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itulah hanya
berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila
kebijakan public itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-
dapat saja agen pelaksana yang di turungkan tidak sekeras dan tidak setegas pada
gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi
kebijakan perlu juga di perhitungkan manakala hendak menentukan agen
pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, semakin besar pula
agen yang di libatkan.
22
d. Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana
Sikap penerima atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja pelaksanaan kebijakan publik.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah
hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan
yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan bukanlah hasil
formulasi warga setempat mengenai betul persoalan dan permasalahan yang
mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan adalah kebijakan “dari
atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak
mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau
permasalahan yang warga ingi selesaikan.
e. Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan public.semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi,maka asumsinya kesalahan-kesalahan
akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.
f. Lingkungan Ekonomi, Social Dan Politik
Hal yang penting lainnya adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut
mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah di terapkan. Lingkungan
social, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari
kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu upaya untuk
mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi
lingkungan eksternal.
23
3. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle
Menurut Grindle dalam Agustino, 2012:154, ada dua variabel yang
mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses
pencapaian hasil akhir (outcame), yaitu tercapaianya atau tidaknya tujuan yang
ingin di raih. Hal ini di kemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan
implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu:
a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan
sesuai dengan yang di tentukan (design) dengan merujuk pada aksi
kebijakannya.
b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini di ukur dengan melihat dua
faktor, yaiu:
1) Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.
2) Tingkat perubahan yang terjadi serta Penerimaan kelompok sasaran dan
perubahan yang terjadi.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan public, juga menurut grindle,
amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri
atas content of policy dan context of policy (1980:5).
(1). Content of policy menurut Grindle adalah:
(a) Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indakator ini berargumen pasti
melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-kepentingan
24
tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yng di ingin di
diketahui lebih lanjut.
(b) Type of Benefits ( tipe manfaat)
Pada ini upaya untuk menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus
terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang
dihasilkan oleh pelaksanaan kebijakan yang hendak dikerjaakan.
(c) Extent of change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )
Seberapa besar perubahan yang hendak di capai melalui suatu
implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
(d) Site Of Decisiuon Making (letak pengambilan keputusan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting
dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus di jelaskan di
mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang diimplementasikan.
(e) Program implementer ( pelaksana program)
Dalam dengan adanya pelaksanaa kebijkan yang melaksanakan suatu
kebijakan harus didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompoten
dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan hal ini harus sudah terdata
atau terpapar dengan baik pada bagian itu.
(f) Recources Commited ( sumber-sumber daya yang di gunakan )
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber daya yang
mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.
25
(2) Context Of Policy menurut grindle adalah:
(a) Power , interest, and strategis of actor involved (kekuasaan kepentingan-
kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat).
Dalam suatu kebijakan perlu di perhitungkan pila kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan strategi yang di gunakan oleh para actor yang terlibat
guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal
ini tidak dapat di perhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan
program yang diimplementasikan akan jauh arang dari api.
(b) Instution and Regime Characteristic ( karakteristik lembaga dan rezim yang
berkuasa )
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin di jelaskan
karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.
(c) Compliance and Responsiviness (tingkat kapatuhan dan adanya respon dari
pelaksana)
Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan
adalah kepatuhan dengan dan respon dari pelaksana, maka yang hendak di
jelaskan pada poin adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksanaan
dalam menanggapi suatu kebijakan.
D. Konsep BBM ( Bahan Bakar Minyak )
BBM ( Bahan Bakar Minyak ) adalah jenis bahan bakar (fuel) yang
dihasilkan dari pengelangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak menta
dari perut bumi diolah dalam pengelangan (refinery) terlebih dulu untuk
26
menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk didalamnya
adalah BBM. BBM dibagi menjadi dua jenis yaitu Subsidi dan Non Subsidi yang
didesain sesuai dengan kebutuhan dan jenis kendaraan yang menggunakannya.
BBM Subsidi terdiri dari Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar,
Biosolar. „Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih, Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor
yang paling populer di indonesia. Premium di indonesia di pasarkan oleh
Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Premium pada umumnya di gunakan
untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda
motor, dan lain-lain‟. Keunggulan bahan bakar premium;(1) Harganya murah, (2)
Tidak membuat tangki menipis atau bocor, (3) Mudah didapatkan karena ada
penjual ecerannya. Kelemahan bahan bakar premium; (1) Panas pada tangki, ( 2)
Membuat performa mesin tidak optimal, (3) Kurang dalam membersihkan mesin,
(4) lebih boros.”Biosolar “merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak sayur atau lemak hewan. Keunggulan Biosolar; (1) Biodiesel tidak
beracun,(2) Biodesel adalah bahan bakar biodegradable, (3) Biodisel lebih aman
dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional, (4) Biodisel dapat dengan
mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan dapat digunakan sebagai besar
jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk biodiesel B100 murni, (5) Biodesel
tidak memiliki kandungan sulfur sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap
27
pembentukan hujan asam. Kelemahan Biosolar; (1) Biodisel saat ini sebagai besar
diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan
meningkatkatnya harga pangan. Hal ini bisa memicu meningkatnya kelaparan di
dunia, (2) Bidesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan
dengan dieset konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, (3)
Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah.
Sedangkan BBM Non Subsidi terdiri dari: Pertamax, Pertamax Plux, Bio
Pertamax, dan pertamina Dex.”Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan
pertamina.Pertamax, seperti halnya premium, adalah produk BBM dari
pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif
dalam proses pengolahannya dikilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan
pada tahun 1990 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang
berbahaya bagi lingkungan‟‟. Selain itu , Pertamax memiliki beberapa keunggulan
di bandingkan dengan premium yaitu: (1) Membuat mesin terasa ringan, (2)
Membersihkan mesin, (3) Ramah lingkungan,(4) lebih irit, (membuat kinerja
mesin menjadi optimal. Kelemahan bahan bakar Pertamax; (1) membuat tangki
bahan bakar motor menipis sehingga terkadang membuat tangki bocor,
(2) Harganya mahal.‟‟Pertamax Plux adalah bahan bakar minyak andalan
pertamina, Pertamax Plus seperti halnya Pertamax dan premium, adalah produk
BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat
aditif dalam proses pengolahannya dikilang minyak, Pertamax Plus merupakan
bahan bakar yang sudah memenuhi standar performa Internasional World Wide
Fuel Charter ( IWWFC)”. Keunggulan di bandingkan dengan premium yaitu: (1)
28
Membuat mesin terasa ringan, (2)Membersihkan mesin, (3)Ramah lingkungan,(4)
lebih irit, (membuat kinerja mesin menjadi optimal‟‟. Kelemahan bahan bakar
Pertamax Plus; (1) membuat tangki bahan bakar motor menipis sehingga
terkadang membuat tangki bocor, (2)Harganya mahal.‟‟Pertamina Dex adalah
salah satu jenis BBM produksi Pertamina Yang Dipergunakan kendaraan
bermotor dengan mesin diesel. Seperti halanya pertamax dan pertamax plus,
Pertamina Dex juga termasuk BBM non subsidi. Akan tetapi, Pertamina Dex lebih
jarang dijumpai ketimbang pertamax dan pertamax plus. Harga jualnya juga
merupakan yang termahal dari semua jenis BBM yang diperjual beli di SPBU
pertamina.‟‟
Menurut Subarsono(2013:13) Subsidi adalah semua bantuan finansial
pemerintah kepada individu, perusahaan, dan organisasi. Maksud subsidi adalah
untuk memberikan bantuan pembiayaan terhadap aktivitas.BBM Subsidi adalah
bahan bakar minyak yang dijual kepada rakyat dengan harga di bawah harga
bahan bakar dunia. Hal ini dikarenakan rakyat telah mendapatkan bantuan dana
dalam bentuk potongan harga sebelum BBM sampai ke tangan konsumen.
Potongan biaya tersebut termasuk dalam proses pengolahan minyak mentah
hingga proses distribusi bahan bakar minyak ke tangan konsumen. Pemerintah
menerapkan demikian karena BBM dinilai sebagai salah satu komoditas primer
yang harus diberikan subsidi agar daya beli masyarakat dapat ditingkatkan.
Menurut Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara 2014, subsidi adalah salah satu mekanisme dalam RAPBN 2014 yang
digunakan untuk melaksanakan fungsi distribusi. Penerapan fungsi distribusi
29
Pemerintah dalam RAPBN 2014 dijalankan dalam kaitannya dengan upaya
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, subsidi yang dibayarkan
oleh Pemerintah dalam membuat suatu barang/jasa menjadi lebih murah untuk
dibeli, digunakan, atau dihasilkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Subsidi tetap diberikan untuk membantu menstabilkan harga barang
dan jasa yang berdampak luas ke masyarakat. Pelaksanaannya diupayakan untuk
mempertajam sasaran subsidi agar lebih terarah dan menyentuh kehidupan
masyarakat miskin.
Rudi Handoko Dan Pandu Patriadi (2010) menulis bahwa subsidi adalah
pembayaran yang dilakukan pemerinah kepada perusahaan atau rumah tangga
untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau
mengkonsumsi suatu produk dalam kualitas yang lebih besar atau pada harga yang
lebih murah. Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau
menambah keluaran (output ).
Menurut Erwan, ( 2010) yang menjelaskan lebih jauh tentang subsidi
bahwa subsidi adalah suatu pemberian (kontribusi) dalam bentuk uang atau
finansial yang diberikan oleh pemerintah atau suatu badan umum (public body).
Kontribusi pemerintah tersebut dapat berupa antara lain:
a. penyerahan dana secara langsung seperti hibah, pinjaman, dan penyertaan,
pemindahan dana atau jaminan langsung atas hutang;
b. hilangnya pendapatan pemerintah atau pembebasan fiskal (seperti keringanan
pajak); penyediaan barang atau jasa diluar prasarana umum atau pembelian
barang;
30
c. pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau
memberikan otorisasi kepada suatu badan swasta untuk melaksanakan
tugas pemerintah dalam hal penyediaan dana.
Manfaat dan dampak negatif pelaksanaan subsidi; Manfaat Subsidi
Kebijakan pemberian subsidi biasanya dikaitkan kepada barang dan jasa yang
memiliki positif eksternalitas dengan tujuan agar untuk menambah output dan
lebih banyak sumber daya yang dialokasikan ke barang dan jasa tersebut. Dalam
ini meliputi pula bidang pendidikan dan teknologi tinggi. Secara umum
pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat konsumen maupun produsen antara lain:(1)Membantu peningkatan
kualitas ekonomi;(2) Membantu golongan yang berpendapatan rendah dalam hal
pemenuhan kebutuhan ekonomi; (3) Mencegah terjadinya kebangkrutan bagi
pelaku usaha.
Dampak negatif dari Subsidi antara lain:(1) Subsidi menciptakan alokasi
sumber daya yang tidak efisien. Karena konsumen membayar barang dan jasa
pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar maka ada kecenderungan
konsumen tidak hemat dalam mengkonsumsi barang yang disubsidi. Karena harga
yang disubsidi lebih rendah daripada biaya kesempatan (opportunity cost) maka
terjadi pemborosan dalam penggunaan sumber daya untuk memproduksi barang
yang disubsidi. (2) Subsidi menyebabkan distorsi harga. Menurut Basri, subsidi
yang tidak transparan dan tidak well-targeted akan mengakibatkan: (a). Subsidi
besar yang digunakan untuk program populis cenderung menciptakan distorsi baru
dalam perekonomian (b). Subsidi menciptakan suatu inefisiensi (c). Subsidi tidak
31
dinikmati oleh mereka yang berhak (3) Subsidi dapat mengganggu pasar dan
memakan biaya ekonomi yang besar.(4) Mematikan para pesaing, dalam arti
pihak swasta yang dirugikan( faisal Basri,2002).
Rudi Handoko dan Pandu Patriadi, (2010) Subsidi Non BBM yang
meliputi subsidi listrik, subsidi bunga kredit program, subsidi pangan, subsidi
pupuk, subsidi benih, dan subsidi PSO bertujuan untuk menjaga stabilitas harga,
membantu masyarakat kurang mampu dan usaha kecil dan menengah dalam
memenuhi sebagian kebutuhannya, serta membantu BUMN yang melaksanakan
tugas pelayanan umum. Subsidi Non yang BBM ini pada umumnya disalurkan
melalui perusahaan/lembaga menghasilkan dan menjual barang atau jasa yang
memenuhi hajat hidup, rendah dari pada harga pasarannya dan dapat terjangkau
masyarakat orang banyak, sehingga harga jualnya dapat lebih.
E. Kerangka Pikir
Rudi Handoko dan Pandu Patriadi (2010) subsidi adalah pembayaran yang
dilakukan pemerinah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai
tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi
suatu produk dalam kualitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah.
Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah
keluaran (output ).
Pemerintah Kota Makassar telah lama mengeluarkan sejumlah kebijakan
yang dituangkan dalam Permen ESDM RI Nomor 01 tahun 2013 tentang
Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan penegasan atas Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen
32
Penggunaan Jenis BBM tertentu,Tahapan pelaksanaan kebijakan ini begitu
penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak terlaksana
dengan baik dan benar.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat model implementasi kebijakan
yang dikemukakan oleh George Edward III dalam (Agustino, 2012:150) dimana
terdapat empat variabel yang menjadi indikator keberhasilan implementasi
kebijakan, indikatornya yakni: (1) Komunikasi (Communication) adalah
penyampaian informasi antara pemerintah kepada pelaksana kebijakan yaitu ;
pemerintah kabupaten (2) Sumber Daya (Resources) ialah segala yang dimiliki
oleh suatu organisasi baik berupa manusia, sarana dan prasarana yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, (3) Disposisi (Disposition) yaitu
tindakan atau sikap yang merupakan perintah yang menjelaskan tentang pekerjaan
apa yang seharusnya dikerjakan dan siapa penanggung jawabnya sesuai keinginan
pimpinan, serta yang ke (4) Struktur Birokrasi (Bureaucraitic Structure) adalah
hierarki otoritas yang mengutamakan pembagian kerja secara terperinci yang
dilakukan sistem administrasi untuk memperlancar kerjasama antara anggota
organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka fikir sebagai
berikut:
33
Bagan Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul dan teori yang digunakan, maka yang menjadi fokus
dari penelitian ini adalah implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak non
Subsidi bagi Mobil Dinas serta indikator - indikator dari implementasi kebijakan
tersebut yang terdiri dari: Komuikasi, Sumber Daya, Disposisi.
Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi
Mobil Dinas di Kabupaten Pinrang
Evektifitas Implementasi Kebijakan
Bahan Bakar Minyak Non Subsidi
Bagi Mobil Dinas
1.Faktor
Komunikasi
Transmisi(penya
luran
komunikasi)
Kejelasan
Komunikasi
Konsisten
perintah
3.Disposisi
(perilaku)
insentif
2.Faktor sumber
daya
Staf
Informasi
Wewenang
fasilitas
34
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka fikir sebelumnya maka dapat dikemukakan
deskripsi fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi kebijakan sebagai aktivitas pelaksanaan atau pencapaian tujuan
suatu kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi kebijakan
bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas ialah suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
mengurangi pembengkakan APBN.
2. Komunikasi (Communication) yaitu penyampaian informasi/pengetahuan dan
koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi
kebijakan. Indikator variabel komunikasi antara lain:
a. Transmisi (penyaluran komunikasi) yaitu informasi yang diberikan dari satu
pihak kepada pihak yang lain baik melalui lisan, tertulis, mempergunakan
simbol, atau isyarat dsb.Tingkatan birokrasi yang begitu banyak akan
menimbulkan salah paham (miskomunikasi) sehingga tujuan yang diharapkan
dari pelaksanaan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi
mobil dinas tidak akan tercapai.
b. Kejelasan komunikasi ialah komunikasi yang diterima oleh para pelaksana
kebijakan penggunaan non subsidi bagi mobil dinas haruslah jelas dan tidak
membingungkan (tidak ambigu/mendua).
c. Konsistensi perintah adalah perintah yang diberikan dalam pelaksanaan
komunikasi tentang kebijakan penggunaan non subsidi bagi mobil dinas
haruslah konsisten dan jelas untuk dapat diterapkan atau dijalankan. Sehingga
35
ketika perintah tidak berubah-ubah, maka tidak akan menimbulkan
kebingungan bagi pengguna mobil dinas di kabupaten pinrang.
3. Sumber daya (Resouces), dimana indikator sumber daya yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu terdiri atas:
a. Staf ialah sebagai bagian dari organisasi yang tidak mempunyai hak untuk
memberikan perintah, namun mempunyai kewajiban untuk membantu
pimpinan, memberikan masukan kepada pimpinan. Staf yang memiliki
keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam mengimplementasikan
kebijakan penggunaan Non subsidi bagi Mobil Dinas, maka akan sangat
membantu pencapaian tujuan dari kebijakan tersebut.
b. Informasi yaitu sekumpulan data/fakta yang diorganisasi atau diolah dengan
cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerima informasi. Informasi
mengenai penggunaan Non subsidi Bagi Mobil Dinas diperoleh dari permen
ESDM melalui penempelan stiker disejumlah SPBU yang sangat mendukung
pelaksanaan kebijakan tersebut.
c. Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.
Kewenangan dalam pelaksanaan Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi
bagi Mobil Dinas diperoleh dengan adanya surat edaran yang dibuat oleh
gubernur sulawesi selatan untuk mengelola kebijakan tersebut.
d. Fasilitas yaitu berupa fasilitas fisik dan non fisik (sarana dan prasarana) yang
mendukung pelaksanaan kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi Bagi
Mobil Dinas
36
4. Disposisi(Disposition) yaitu sikap dari pelaksana kebijakan.Variabel dari
disposisi adalah:
1. Insentif adalah kompensasi khusus yang dirancang untuk memotivasi kinerja
luar biasa (superior performance).
5. Efektifitas implementasi kebijakan adalah pencapaian tujuan sejauh mana
kesusaian antara proses implementasi kebijakan dengan garis petunjuk teknis
dan petunjuk pelaksanaan yang telah di tetapkan.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian
Waktu penelitian merupakkan suatu tempat/wilayah yang dibutuhkan
dimana penelitian dilaksanakan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah selama 2 (dua) bulan. Sedangkan lokasi penelitian yang akan ditempati
Di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Mineral,. Alasan pemilihan
lokasi ini karena dalam Pelaksanaan Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi
Bagi Mobil Dinas dikabupaten pinrang masih banyak pengguna mobil dinas yang
belum efektif dan konsisten terhadap peraturan yang ada. Sehingga Instansi yang
dijadikan lokus penelitian ini merupakan instansi yang menyampaikan atau
menyebarkan informasi tentang Permen ESDM diseluruh instansi baik yang ada
di BUMN dan BUMD.
B. Jenis dan tipe penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif
kualitatif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk memodifikasi data-
data yang telah dikumpulkan dilapangan berdasarkan fenomena sosial.
2. Tipe penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini
bersifat fenomenologis yaitu menggambarkan pengalaman yang dilihat oleh
informan berkaitan dengan implementasi kebijakan.
37
38
C. Sumber data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua
yaitu: data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang di kumpulkan peneliti secara langsung
dilapangan melalui wawancara mendalam terhadap responden.
Indikator dari wawancara tersebut tentang implementasi kebijakan bahan
bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas di kabupaten pinrang
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti yang sumbernya dari
data-data yang sudah diolah sebelumnya menjadi seperangkat informasi
dalam bentuk dokumen, laporan-laporan, dan informasi tertulis lainnya yang
berkaitan dengan obyek penelitian. Indikator dari dokumen tersebut ialah
jadwal-jadwal pelaksana dalam menjalankan tugasnya.
D. Informan penelitian
Guna mengumpulkan data yang diinginkan, sehingga informan yang
dipilih adalah para informan yang mampu memberikan informasi yang lebih
mendalam mengenai implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi
bagi mobil dinas yang tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-Undang di Kabupaten Pinrang.
39
Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang, yaitu:
No. Nama Inisial Jabatan/Status Jumlah
1. Drs.Nurdin Sawedi M.Si NRS Sekretaris Perindagem 1 orang
2. Yungkus, SE YKS KepalaBidang Energi dan Mineral 1 orang
3. Rukman, S.Sos RKM Anggota DPRD 1 orang
4. Firman FRM Sopir Mobil Dinas 1 orang
5. Mansyur MNS Sopir mobil dinas 1 orang
6. Sri SR Pengelola SPBU 1 orang
7. Sudarsono SDS Pengelola SPBU 1 orang
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukakan oleh peneliti dengan cara
mengamati secara langsung obyek di lapangan yang akan diteliti sehubungan
dengan implementasi kebijakan pemerintah dalam pengendalian bahan bakar
minyak non subsidi bagi mobil dinas.
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti dengan cara tanya
jawab, atau melakukan wawancara mendalam secara langsung terhadap informan
mengenai penerapan implementasi kebijakan bahan Bakar minyak non subsidi
bagi mobil dinas.
40
c. Dokumen
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membuka dan
meneliti bahan-bahan tertulis yang menjadi dokumen yang tersimpan di dalam
sistem kearsipan pada penerapan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non
subsidi bagi mobil dinas
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah tahapan selanjutnya untuk mengolah data dimana
data yang diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpulkan persoalan
yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman
dalam (Sugiyono, 2012:91), terdapat 3 (tiga) aktivitas dalam analisis data, yaitu:
a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian data yaitu merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya agar makna peristiwa
lebih mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan, Pada penelitian kualitatif ini, verifikasi data dilakukan
secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama
memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha
untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu
mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan
dalam bentuk kesimpulan.
41
G. Pengabsahan data
Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah trigulasi,
trigulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecakan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Diluar. Menurut William
Wiersma dalam Sugiyono, membedakan tiga macam trigulasi yaitu:
1. Triangulasi dengan sumber
Triangulasi dengan sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber suatu informasi.
2. Triangulasi dengan teknik
Triangulasi dengan teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara secara
mendalam kepada responden penelitian, kemudian dicek dengan dokumen-
dokumen.
3. Triangulasi dengan waktu
Triangulasi dengan waktu yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik wawancara di pagi
hari pada saat narasumber masih segar, dan pada saat sore hari saat narasumber
sudah merasa jenuh dan dipenuhi oleh banyak masalah. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Letak dan Luas Wilayah
Kabupaten pinrang terletak disebelah utara kota Makassar Ibu Kota
Propensi Sulawesi Selatan dengan jarak 185 KM. Secara geografis daerah ini
terletak antara 4 10’30’’ dan 30 19’13’’ lintang Selatan sampai 119 26’30’’ dan
119 47’20” bagian timur. Secara administratif Kabupaten Pinrang berbatasan
dengan Kabupaten Tanah Toraja di sebelah utara, Enrekang dan Sidenreng
Rappang di sebelah timur, Kota Parepare di sebelah selatan serta propinsi
Sulawesi Barat di seebelah barat. Yang terdiri dari beberapa Instansi salah
Satunya Dinas Perindustrian,Perdagangan, Energi dan Mineral dimana disebelah
selatan terdapat kantor Bupati Pinrang dan Sebelah timur terdapat kantor Satpol
PP kabupaten Pinrang.Mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 11 tahun 2008
tentang pelaksanaan peraturan daerah No 19 tahun 2008 tentang organisasidan
tata kerja dinas Daerah yaitu Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.
mempunyai fungsi penyelengaraan urusan pemerintah daerah dan tugas pembantu
di bidang Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.Untuk
menyelenggaraakan sebagaimanan tersebut diatas dinas mempunyai tugas
sebagai berikut
1. Menyelengarakan kegiatan dibidang perindustrian
2. Menyelenggarakan kegiatan di bidang perdagangan
3. Menyelenggarakan kegiatan di bidang perlindungan konsumen
42
43
4. Menyelenggarakan kegiatan di bidang Energi dan Mineral.
Berdasrkan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008tentang organisasi
Tata Kerja Dinas Daerah, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan,Energi dan
Mineral, mmpunyai tugas melaksanakan sebagai kewenangan urusan
pemerintahan Derah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang
Perindustrian, Perdagangan , Energi dan Mineral yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kondisi Umum
Pengembangan sektor industri, perdagangan, Energi dan Mineral
dilaksanakan dengan tujuan memperkokoh struktur ekonomi daerah, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, dimana dalam aplikasinya di lapangan,
unit kerja selalu mengacu pada standar pelayanan yang optimal melalui
pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan
Mineral Kabupaten Pinrang dengan memanfaatkan potensi sumber daya dan daya
dukung lingkungan yang ada untuk menghasilkan nilai tambah dalam rangka
penguatan struktur ekonomi daerah.
Pelaksanakan pembangunan tersebut dilakukan dengan mengutamakan
keberpihakan pada masyarakat dan memperkuat keterkaitan serta saling
mendukung antara stakeholder terkait yang ditunjang dengan sektor jasa dan
kualitas SDM. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan pengembangan industri,
perdagangan, energi dan mineral dapat lebih efesien dengan wawasan kemasa
depan yang dapat menghasilkan output yang berkualitas dan berkomitmen
lingkungan. Untuk hasil pencapaian kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan,
44
Energi dan Mineral hingga tahun 2009 secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Sektor Industri
1) Perkembangan industri kecil dan menengah(IKM) dengan berbagai komoditi
yang berbeda, pada tahun 2005 terdapat 928 unit usaha, yang mengalami
peningkatan pada tahun 2006 berjumlah 1.109 unit usaha, sementara pada
tahun 2007 kembali meningkatkan menjadi 2.029, namun sampai tahun 2008
kembali mengalami peningkatan menjadi 2.302 unit usaha.
2) Tenaga kerja sektor industri pada tahun 2005 berjumlah 2.212, orang, tahun
2006 bertambah menjadi 3.901 orang. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan
menjadi 7.717 orang dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 8.674 orang.
3) Pertumbuhan investasi sektor industri dari tahun 2005 sebesar Rp.
4.238.535.000,- dan pada tahun 2008 menjadi Rp. 14.542.875.000,-.
4) Pertumbuhan nilai ppindustri pada tahun 2005 sebesar Rp. 20.082.450.000,-
dan tahun 200sar Rp 54.895.375.000,-
5) Konstribusi Sektor Industri terhadap PDRB pada tahun 2004 sebesar 4.36%,
tahun 2005 sebesar 4.44%,tahun 2006 sebesar 4.51 dan pada tahun 2007
sebesar 4.48%.
b. Sektor Perdagangan
1) Pada tahun 2004 terdapat 364 unit usaha perdagangan, sedangkan padatahun
2005 ada 656 unit usaha. Ini berarti terjadi penambahan unit usaha
perdagangan sebanyak 292 atau sebesar 80,22%. Pada tahun 2006 terdapat 562
unit uha, berarti menurun 14,3%. Dan kemudian meningkat setiap tahunnya
45
sampai 2008 sebanyak 576 unit usaha atau rata-rata peningkatan sebesar
2,05%.
2) Tenaga kerja sektor perdagangan pada tahun 2004 berjumlah 728 orang,
kemudian tahun berikutnya meningkat sebesar 80,22% yaitu1.12 orang. Tahun
2006, tenaga kerja sektor perdagangan berkurang menjadi 1.124 orang dan dua
tahun berikutnya meningkat rata-rata sebesar 2,94%.
c. Sektor Energi dan Mineral
1) Perkembangan sektor Energi dan Mineral di Kabupaten Pinrang mulai dari
tahun 2007-2008 terdapat 250 unit Pembangkit Listrik Tengan Surya yang
sudah beroperasi didaerah yang tidak dapat dijangkau oleh listrik PLN.
2) Jumlah desa yang belum mendapatkan listrik pada tahun 2008 sebesar 21 Desa
dari 104 Desa di Kabupaten Pinrang atau 4.219 KK dari 76.967 KK (5,48%).
3) Kegiatan tambang galian golongan C yang memberikan konstribusi bagi
peningkatan PAD dan menyerap tenaga kerja telah mendapatkan izin usaha
sekitar 7 unit usaha.
3. Fasilitas Umum, Distribusi dan Pusat Pelayanan
Fasiltas umum yang menunjang kegiatan perekonomian yang terdiri dari:
a) Pelabuhan Marombang dan Pelabuhan kajuanging
b) Depot logistik (DOLOG)
c) Perusahaan Listrik Negara(PLN)
d) Perusahaan Darah Air Minum(PDAM)
46
e) Perbankan, dimana terdapat 7 (tujuh) buah taitu: Bank Mandiri, Bank BNI,
Bank BRI, Bank Sulawesi Selatan, Bank Denamon Bank BTPN dan menyusul
Bank Mega yang sementara dalam pembangunan.
f) Saranan Pasar Umum 9 (sembilan) buah yaitu: pasar sentral Pinrang, Pasar
Kampung Jaya, Pasar Kariango, Pasar Langnga, Pasar Marawi, Pasar Teppo,
Pasar leppangang, Pasar Bungi dan pasar pekkabata.
g) Kantor cabang asuransi terdapat 2 buah, yaitu: PT Asuransi Jiwasraya, PT
Asuransi Bumi Putera.
h) Perusahaan distribusi terdapat 6 buah
i) Pusat grosir ada 6 dan Mini Market sebanyak 3 buah.
4. Kinerja Tugas Dan Fungsi
Tugas dan Fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral
mempunyai tugas melaksanakan sebagian keenangan atau urusan Pemerintah
Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang Perindustrian,
Perdagangan , Energi dan Mineral yang menjadi tanggung jaabnya dan keenangan
lain yang diserahkan oleh Bupati kepadanya.
Untuk penyelenggaraan tugas pokok tersebut, Dinas Prindustrian,
Perdagangan , Energoi dan Mineral mmpunyai fungsi:
a) Menyelengarakan kegiatan tata usaha yang meliputi Kepegawaian, Keuangan,
Perencanaan, Perlengkapan dan Rumah Tangga Dinas.
b) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang Indistri,
Kimia, Logom Elektronika dan industri hasil Pertanian dan kehutanan serta
Industri kecil dan menengah serta kemitraan.
47
c) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang
Perdagangan yang meliputi pengadaan dan penyaluran barang, pemberian
perizinan dan pembinaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana
perekonomian serta promosi perdaganagn dalam dan luar negeri.
d) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang
perlindungan konsumen, pengelolaan Metrologi Legal dan Peningkatan
pengawasan Barang Beredar dan Jasa.
e) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang Energi dan
Mineral yang meliputi Pembinaan dan Pengawasan Pertambangan Rakyat,
Pembinaan dan Pengawasan Ketenagalistrikan, Enrgi Mineral dan Non Migas.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, maka Dinas
Perindustrian ,Perdaganagn Energi dan Mineral menyelenggarakan Fungsi:
a) Menyelengsrsksn kegiatan tata usaha yang meliputi kepegawaian , keuangan,
perencanaan, perlengkapan, dan rumah tangga dinas.
b) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan dibidang industri,
kimia, logam, elektronika dan industri hasil pertanian dan kehutanan serta
industri kecil dan menengah serta kemitraan.
c) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang
perdagangan yang meliputi pengadaan dan penyaluran barang, perizinan dan
pembinaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana perekonomian serta
promosi perdagangan dalam dan luar negeri
48
d) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan dibidang perlindungan
konsumen, pengelolaan metrologi legal dan peningkatan pengawasan barang
beredar dan jasa.
e) Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan di bidang energi dan
mineral yang meliputi pembinaan dan pengawasan ketenagalistrikan , energi
meneral dan non migas.
5. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Susunan dan Struktur
Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral yang terdiri
dari:
1) Kepala Dinas
2) Sekretaris
a. Sub Bagian Perencanaan
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum
3) Bidang Perindustrian
a. Seksi Industri Kimia, Logam dan Elektronik
b. Seksi Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan
c. Seksi Industri kecil Menengah dan Bina Kemitraan
4) Bidang Perdagangan
a. Seksi Pengadaan dan Penyaluran
b. Seksi Perizinan dan Pembinaan Usaha
c. Seksi Perekonomiaan dan Promosi Prdagangan
49
5) Bidang Perlindungan Konsumen
a. Seksi Perlindungan Konsumen
b. Seksi Mtrologi Legal
c. Seksi Pengawasan barang Beredar dan Jasa
6) Bidang Energi dan Mineral
a. Seksi Pembina an dan Pengawasan Pertambangan Rakyat
b. Seksi Pembinaan dan Pengawasan Ketenagalistrikan
c. Seksi Mineral dan Energi Non Migas
7) Unit Pelaksanan Teknis( UPT)
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Energi dan Mineral Kabupaten Pinrang merupakan landasan
operasional dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan, Pembangunan, dan
kemasyarakatan yang dilimpahkan, dimana Dinas Perindustrian, Perdagangan
Energi dan mineral pada tahun 2009 mempunyai kekuatan personil sebanyak 52
orang, yang terdiri dari pegawai pria sebanyak 30 orang dan pegawai anita
sebanyak 22 orang, selain itu dalam melaksanakan tugasnya dibantu opleh
pegawai honorer sebanyak 94 orang, dan untuk petugas harian pasar berjumlah 7
orang terdiri dari 1 orang kepala pasar dan satu orang kepala keamanan pasar
sentral pinrang, 1 orang Koordinator Penagih Retribusi Bulan dan Tenaga
Sekretaris sejumlah 9 orang.
50
6. Uraian Tugas
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas Perindustrian ,Perdagangan, Energi dan Mineral
mempunyai tugas memimpin , mengkoordinasikan dan mengendalikan Dinas
dalam melaksanakan tugas dan fungsi dibidang Perindustrian, Perdagangan,
Energi dan Mineral serta mmimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan staf
pelaksanan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral.
b. Sekretariat
1) Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat,
Pendistribusian perlengkapan kantor, urusan umum, kepegawaian dan
keuangan.
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1)
sekretariat mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan surat menyurat, perlengkapan rumah tangga dan
pemliharaan kantor.
b. Pelaksanaan pengelolaan administratif kepegwaian
c. Pelaksanaan pengelolaan administratif keuangan
d. Pengumpulan hasil penyusunan rencana program dan pelaporan serta
pembinaan organisasi dan tata laksanan Dinas.
c. Bidang Perindustrian
1. Bidang perindustrian mempunyai tugas merencanakan, mengawasi dan
mengendalikan kegiatan dibidang perindustrian berdasarkan perundang-
undangan, melaksanakan koordinasi dan pengembangan kemampuan dan
51
keterampilan industri kecil menengah serta menciptakan iklim kondusif dalam
rangka pertumbuhan sektor industri yang berwawasan lingkungan.
2. Untuk menyelengarakan tugas pokok sebagai mana dimaksud ayat(1) bidang
perindustrian mempunyai fungsi:
a. Perencanaan Pengembangan Industri Kimia, Mesin, Logam dan Elektronika,
Industri hasil Pertanian dan Perikanan, Industri Kecil Menegah serta
pembinaan kemitraan.
b. Penerbitan Izin Usaha Industri(IUI).
c. Pemberian Fasilitas dalam Rangka Pengembangan Industri Kecil
Menegah(IKM).
d. Pemberian Perlindungan Kapasitas Usaha Industri.
e. Penyusun Rencana Pembangunan Jangka Pendek, menegah dan Jangka
panjang di bidang Perindustrian.
f. Pelaksana Penelitian, Pengembangan, Penerapan Teknologi dan Promosi
Produk Industri.
g. Fasilitas Akses permodalan dan Pembinaan Industri yang berwawasan
lingkungan.
h. Fasilitas dan Pengawasan dalam Penerapan Standar Kompetensi SDM Industri
dan Kompetensi Aparatur Pembina Industri.
i. Fasilitas Kemitraan dan Kerjasama Pengembangan Industri.
52
d. Bidang Perdagangan
1. Bidang perdagangan mempunyai tugas merencanakan, membina mengawasi,
mengendalikan kegiatan di bidang perdagangan meliputi pengadaan dan
penyaluran barang dan jasa, pembinaan usaha fasilitas perizinan dan
pendaftaran perusahaan, penyediaan sarana dan prasarana prekonomian,
menyiapkan data base perdagangan dan promosi perdagangan dalam dan luar
negeri.
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaiman yang dimaksud ayat(1) Bidang
Perdagangan mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana Pembinaan,Pengawasan, monitoring dan evaluasi serta
pemberian izin usaha perdagangan, pendaftaran perusahaan dan pemberdayaan
PPNS-WDP.
b. Pengawasan, Pelaporan, Monotoring kegiatan dan Evaluasi Penyediaan,
penyaluran dan informasi pasar serta stabilitas harga.
c. Sarana dan prasarana perekonomian.
d. Sosialisasi, bimbingan dan penyuluhan peningkatan penggunaan produk dalam
negeri.
e. Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka penyusunan
program dan kegiatan dibidang perdagangan.
f. Penyusunan rencana promosi perdagangan dalam dan luar negeri.
g. Pembinaan, penataan tempat dan peningkatandisiplin pedagang kaki lima dan
asongan.
53
h. Fasilitas penyusunan rencana askesnke Bank dan Lembaga keuangan dalam
rangka pengembangan usaha dagang kecil.
e. Perlindungan Konsumen
1. Bidang Perlindungan Konsumen meempunyai tugas menyusun
rencana,pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang perlindungan
konsumen, penyelenggaraan metrologi legal dan pengawasan barang beredar
dan jasa.
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1) Bidang
Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi:
a. Pembinaan, pengendalian dan evaluasi penyelengaraan perlindungan
konsumen.
b. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) dan instansi terkait lainnya dalam
rangka sinkronisasi program dan kegiatan.
c. Fasilitas dan pelayanan kegiatan tera ulang alat Ukur,Takar Timbang dan
Perlengkapanya(UTTP)
d. Peningkatan Pengawasan barang beredar dan jasa yang diedarkan, dijual
ditawarkan dan dipamerkan.
e. Sosialisasi, bimbingan dan penyuluhan perlindungan konsumen, metrologi
legal dan pengawasan barang beredar dan jasa.
f. Peningkatan pengetahuan teknis dan keterampilan SDM pembina perlindungan
konsumen, metrologi legal dan pengawasan barang beredar dan jasa.
54
f. Energi dan Mineral
1. Bidang Energi dan Mineral mempunyai tugas menyusun perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang Pertambangan Rakyat,
Ketenagalistrikan, Energi dan Mineral.
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud ayat(1) Bidang
Energi dan Mineral mempunyai fungsi:
a. Penyusunan data dan investasi kegiatan usaha pertambangan rakyat.
b. Pembinaan dan pengawasan penerbitan izin usaha pertambangan rakyat,
kelistrikan mineral dan izin lokasi pemberian Stasiun Bahan Bakar
Umum(SPBU).
c. Penyusunan data dan investasi wilayah yang belum terjangkau listrik.
d. Pengadaan listrik perdesaan dan koordinasi dengan instansi terkait dalam
bidang kelistrikan.
e. Sosialisasi dan penyuluhan kegiatan pertambangan, kelistrikan sumber daya
mineral dan energi.
f. Sinkronisasi program dan kegiatan bidang energi dan mineeral dengan
intansi/lembaga yang terkait.
g. rampilan SDM pembinaan perlindungan konsumen, metrologi legal dan
pengawasan barang beredar dan jasa.
55
7. Kekuatan dan Kelemahan
a. Kekuatan (strengths)
Kekuatan adalah situasi dan kondisi serta kemampuan internal yang
bersifat positif yang memungkinkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi
dan Mineral memiliki keuntungan strategis didalam mencapai tujuan dan sasaran.
Faktor kekuatan dapat didentifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya komitmen pimpinan besserta jajarannya.
2) Adanya sarana yang cukup memadai.
3) Adanya peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pelakksanaanya
tarmasuk Perda No. 19 tahun 2009 tentang organisasi dan Tata Krja Dinas
Kabupaten Pinrang.
4) Adanya dukungan Dana yang memadai.
5) Sumber daya manusia cukup tersedia.
6) Potensi Sumber Dya Alam cukup tersedia.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah situasi dan kondisi internal yang bersifat negatif yang
memungkinkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral gagal
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Faktor kelemahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Kualitas SDM masih rendah
2) Prasarana sangat kurang
3) Dana Operasional sangat terbatas
4) Struktur organisasi tugas pokok dan fungsi kurang jelas
56
5) Masih kurang etos kerja aparat.
6) Belum berkembangnya sistem informasi yang mendukung perencanaan.
7) Masih lemahnya koordinasi pelaksanaan tugas.
c. Peluang
Peluang adalah situasi serta faktor-faktor yang bersifat positif, yang
diharapkan dapat membantu Dinas Perindustrian, Prdagangan, Energi dan Mineral
di dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Faktor peluang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya kebijakan otonomi daerah yang seluas-luasnya.
2) Adanya dukungan dari lembaga masyarakat yang bersifat masukan dan
kritikan.
3) Adanya kebijakan daerah untuk meningkatkan mutu SDM aparatur.
4) Makin membaiknya sarana komunikasi, informasi dan transportasi.
5) Adanya era globalisasi
6) Stabilitas politik dan pemerintahan yang cukup mantap
7) Kemampuan masyarakat dalam menyerap IPTEK cukup tinggi.
8) Motivasi mmm mendukung pembangunan daerah cukup tinggi.
d. Tantangan
Tantangan adalah faktor faktor eksternal yang bersifat negatif yang dapat
menghambat kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan . ancaman dapat didefinisikan
sebagai berikut:
57
1) Krisis ekonomiglobal yang belum pulih.
2) Tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi
3) Kurangnya dukungan lintas sektoral
4) Adanya dinas atau lembaga yang memiliki kegiatan yang sama.
5) Adanya pasar bebas memungkinkan masyarakat kurang mampu memenangkan
persainagan.
6) Persaingan antar pelaku ekonomi semakin tajam,baik dipasar output(barang
dan jasa)maupun dipasar produksi(tenaga kerja,modal dan iptek).
8. Visi Misi Strategis
a. Visi
Rencana strategis (Renstra) merupakan rencana satuan perangkat Daerah
dalam lima tahun(2009-2014) ebagaimana diketahui baha pernyataan Visi
Kabupaten yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Pinrang,
“Terujudnya Mayarakat Pinrang Yang Maju, Mandiri dengan
Pengembangan Agrobisnis dan Agro Industri yang Berwawasan Lingkungan”.
Terkait dengan Visi jangka panjang diatas serta mempertimbangkan
potensi, Kondisi, Aspirasi dan cita-cita masyarakat, permasalahan dan tantangan
dan peluang yang ada di Kabupaten Pinrangserta mempertimbangkan kearifan
lokal yang berhubungan dalam masyarakat,maka Visi Kabupaten Pinrang yang
hendak diwujudkan melalui (RPJMD) dirumuskan kedalam Visi Pembangunan
Kabupaten Pinrang:
“ Terwujudnya masyarakat sejahtera melalui penataan program
pembangunan pro rakyat menuju terciptanya kawasan Agropolita yang didukung
58
oleh penerapan prinsip-prinsiptata kelola pemerintah yang baik(good
governance)”.
Terkait dengan visi kabupaten pinrang serta dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di kabupaten
pinrang, maka visi yang ingin diwujudkan melalui pencapaian target strategi
dalam lima tahun mendatang di SKPD dinas perindustrian, perdagangan, energi
dan mineral, dirumuskan
Menjadi dinas yang diandalkan dalam menggerakkan perekonomian
kabupaten pinrang melalui penguatan industri kecil dan menegah, diversifikasi
usaha perdagangan yang mendukung agropolitan dan pengelolaan energi dan
mineral yang berwawasan lingkungan.
Oleh karena itu pemaknaan visi dinas perindustriaan , perdagangan,
energi dan mineraldimaknai sebagai berikut:
1) Diandalkan
Diartikan sebagai dinas yang mampu berperan dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2) Mengerakkan perekonomian
Diartikan bahwa dinas perindustrian, perdagangan, energi dan mineral
yang berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian daerah melalui
pengembangan sektor riil, pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan
penyediaan barang dan jasa.
59
3) Penguatan industri kecil dan menengah
Diartikan bahwa, sesuai tugas pokok dan fungsi dinas perindustrian,
perdagangan, energi dan mineral didalam pengembangan industri kecil dan
menengah, peneingkatan kemampuan teknologi industri dan penataan industri
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kabupaten pinrang.
4) Diversifikasi usaha perdagangan
diartikan bahwa penganekaragaman usaha perdagangan di kabupaten
pinrang diharapkan mampu meningkatkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif
dan mendorong pertumbuhan investasi.
5) Pengelola energi dan mineral yang optimal untuk kesejahteraan masyarakat
dengan tetap memperhatiakn efektifitas, efesien dan kelestarian lingkungan.
b. Misi
1) Mengembangkan kompetensi dan propesionalisme SDM aparatur dan pelaku
industri, perdagangan,energi dan mineral, dalam upaya menumbuhkembangkan
industri kecil, perdagangan yang berbasis pada sektor pertanian dan
pengelolaan energi dan mineral.
2) Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan berwawasan lingkungan untuk
menumbuhkembangkan perindustrian, perdagangan, pengelolaan enrgi dan
mineral
3) Memberdayakan industri, perdagagan, energi dan mineral menjadi pelaku
ekonimi yang mandiri dan berdaya saing.
60
4) Mengoptimalkan pelayanan dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat
dalam pembangunan industri, perdagangan serta pengelolaan nergi dan
mineral.
5) Meningkatkan tertib usaha dan perlindungan konsumen menuju kehidupan
masyarakat yang berkeadilan.
c. Tujuan
1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pinrang melalui kegiatan
sktor industri, perdagangan, nergi dan mineral yang berkualitas.
2) Meningkatkan peran masyarakat/dunia usaha didalam pengelolaan sumberdaya
ekonomi.
3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kontribusi sektor
industri, perdagangan, energi dan mineral terhadap PDRB.
4) Trciptanya struktur inustri, prdagangan, nergi dan mineral yang smakin kuat.
5) Meningkatkan produksi, produktifitas,daya saing dan kemandirian industri,
perdagangan, energi dan mineral.
d. Sasaran
1) Terwujudnya SDM yang profesional.
2) Tersedianya sarana perekonomian yang mampu menyediakan kebutuhan
masyarakat dengan harga yang terjangkau.
3) Terwujudnya iklim investasi yang kondusip sehingga mampu meningkatkan
investasi pada sektor industri, perdagangan, energi dan mineral
4) Meningkatnya produksi, produktifitas dan daya saing industri kecil dan
menengah
61
e. Strategi
1) Pengembangan SDM Aparatur berorientasi kinerja kompotensi dan propesional
shingga mampu mengelola pelimpahan kewenangan pada institusi dan mampu
merespon tuntutan terhadap pelayanan publik yang prima.
2) Berupaya menumbuhkan usaha industri, perdagangan, energi dan mineral yang
mengelola sumber daya alam yang tersedia secara efektif dan efesian yang
berkomitmen lingkungan serta mampu bersaing di pasar Regional.
3) Membangun jaringan perdagangan yang menguasai pasar lokal maupun pasar
Ragional.
4) Membangun kondisi yang mampu menciptakan lapangan usaha dan
kesempatan kerja yang seluas-luasnya di bidang perindustrian, perdagangan,
energi dan mineral.
5) Membuka peluang dan peran pengusaha informal melalui pengembangan
sistem distribusi barang dan jasa.
6) Meningkatkan pertumbuhan investasi melalui pembangunan sarana dan
prasarana industri, perdagangan, energi dan mineral.
62
9. Keadaan Jumlah Mobil Dinas di Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Energi dan Mineral dan Sekretariat DPRD.
Tabel 2. Keadaan Jumlah Mobil Dinas
No. Keadaan Jumlah
1. Mobil dinas 6
2. Pimpinan menggunakan mobil dinas 4
3. Jata penggunaan BBM bagi mobil Dinas 20 liter/ Minggu
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, energi dan mineral
Tabel 3. Keadaan Jumlah Mobil Dinas
No. Keadaan Jumlah
1. Mobil dinas 19
2. Pimpinan menggunakan mobil dinas 4
3. Jata penggunaan BBM bagi mobil Dinas 20 liter/ Minggu
Sumber: Sekretariat DPRD
B. Implementasi Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi Bagi Mobil
Dinas Di Kabupaten Pinrang
Sebagaimana dengan tujuan penelitian ini yang tercantum pada bab
sebelumnya, yaitu untuk mengetahui bagaimana keberhasilan Implementasi
Kebijakan Bahan Bakar Minyak Non Subsidi Bagi Mobil Dinas. Adapun
indikator keberhasilan implementasi kebijakan bahan bakar minyak non subsidi
bagi mobil dinas di kabupaten pinrang yakni: 1)Komunikasi (Communication),
2)Sumber Daya (Resouces), 3) Disposisi (Disposisition). Berikut ini penjelasan
dari beberapa indikator diatas.
63
1. Faktor Komunikasi (Communication)
Komunikasi adalah penyampaian informasi/pengetahuan dan koordinasi
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Adapun
indikator variabel komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa
dimensi penting yaitu:
a) Penyaluran Informasi (Transimisi)
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus
menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk
pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang
berlangsung sebagaimana nampaknya. Banyak sekali ditemukan keputusan-
keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian, seringkali terjadi
kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.
Yaitu dimana suatu implementasi kebijakan yang baik adalah efek dari
penyaluran komunikasi yang terlaksana dengan baik pula. RKM Petikan
wawancara selaku Anggota DPRD Kab. Pinrang . Memaparkan bahwa:
“penyaluran komunikasi” melalui rapat pertemuan (sosialisasi),
pemasangan pamplet,tentang pelaksanaan PERMEN tersebut sudah
sesuai di kantor DPRD dan seluruh pengguna kendaraan dinas baik di
pemerintahan maupun di BUMN dan BUMD kabupaten Pinrang” (Hasil
wawancara RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa penyaluran
komunikasi sudah berjalan dengan baik, jika pelaksanaannya baik dalam
penyaluran komunikasi maka akan menghasilkan kebijakan yang baik
pula,penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan dikarenakan kesesuain
64
pelaksanaan PERMEN yang ada di kantor DPRD dan di seluruh penjuru yang
menggunakan mobil dinas baik di setiap instansi maupun yang ada di badan
BUMN serta di BUMD. Sama halnya dengan pendapat diatas NRS selaku
Sekertaris Perindagen menyatakan bahwa:
“Penyaluran komunikasi”melalui rapat pertemuan(sosialisasi),pembagian
Nota pembelian BBM non subsidi setiap perjalanan dinas,tentang
peraturan KEPMEN tersebut sudah sesuai” (Hasil wawancara NRS, 8
juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianilisis bahwa, Penyaluran komunikasi
sudah dianggap baik dapat mennghasilkan suatu implementasi yang baik pula.
Penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan diatas dengan alasan bahwa
penyaluran komunikasi lancar-lancar saja dapat dilihat bahwa semua kegiatan
dinas sudah menggunakan kendaraan dinas dan nota pembelian BBM non subsidi
setiap kali perjalanan dinas.
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa penyaluran komunikasi
melalui pamplet SPBU dan mengetahi dari mulut ke mulut. Menurut hasil
wawancara FRM selaku Sopir mengatakan bahwa “Penyaluran komunikasi”
melalui perintah atasan dan pemasangan pamplet di SPBU” (Hasil wawancara
FRM, 7 Juli 2015).
Penyaluran komunikasi menurut informan diatas sangat baik dengan
alasan kejelesan komunikasi mengenai penggunaan BBM non subsidi bagi mobil
dinas diperoleh informan dengan jelas dan tidak multitafsir sehingga dalam
pelaksanaan kebijakan penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas dapat
dilaksanakan lancar sesuai dengan pemahaman yang sama diantara penanggung
jawab tersebut. Mengenai hubungan komunikasi dalam pelaksanaan
65
KEPMENtersebut berikut petikan wawancara NRS selaku sekertaris
Prindagemmengatakan bahwa:
“Hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”lancar dimana
kedua bela pihak saling memahami tentang pentingnya penggunaan
BBM non susidi bagi mobil dinas” (Hasil wawancara NRS, 8 Juli
2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di analisa bahwa hubungan
komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN sangat baik dan lancar saja bagi kedua
bela pihak saling memahami pentingnya penggunaan BBM non subsidi bagi
mobil dinas,dimana ketika hubungan komunikasi tersebut baik maka bisa
dikatakan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut menganai penggunaan BBM non
subsidi bagi mobil dinas akan berjalan dengan baik,karena mereka saling
memahami tentang penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas. Sama halnya
pendapat diatas oleh MNS Selaku Sopir mengatakan bahwa:
“ mengenai hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”
sudah dilaksanakan dengan baik sesuai aturan yang ada serta SPBU
sudah bekerja sama dengan dinas terkait tentu disesuaikan dengan
aturan yang berlaku terhadap nota BBM yang dikeluarkan instansi
tersebut”(Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).
Hasil wawancara dapat dianalisis bahwa hubungan komunikasi dalam
pelaksanaan KEPMEN sudah dilaksanakan dengan baik ini dapat dilihat
sesuainya aturan yang ada SPBU sudah bekerja sama dengan dinas terkait tertentu
disesuaikan dengan aturan yang berlaku terhadap nota BBM yang dikeluarkan
instansi tersebut. Menurut hasil wawancara FRM selaku pengguna mobil dinas
Sopir juga mengatakan bahwa:
“ mengenai hubungan dalam pelaksanaan KEPMEN”baik saja tidak
ada yang perlu dikwatirkan dan tidak diberikan BBM bersubsidi bagi
mobil plat merah ”( Hasil wawancara FRM, 7 Juli 2015).
66
Analisis diatas dapat di simpulkan bahwa hubungan komunkasi mereka
baik,sebab informan mengatakan bahwa sudah melaksanakan dengan baik sesuai
aturan yang ada serta SPBU sudah bekerja sama dengan dinas terkait, maka
mereka menyesuaikan sesuai dengan aturan yang berlaku terhadap nota BBM
yang dikeluarkan instansi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Sama halnya
yang dituturkan YKS selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan
bahwa:
“hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN”hanya sebagian
dari mereka yang menjalankan sesuai aturan’’( Hasil wawancara YKS, 3
Juli 2015).
Berdasarkah hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN hanya sebagian dari mereka
yang mematuhi aturan, jadi bisa dikatakan hubungan komunikasi mereka tidak
baik dikarenakan hanya sebagian yang mematuhi peraturan tersebut. Hasil
wawancara SDS Selaku Pengelola SPBU sebagai pengelola mengatakan:
“hubungan komunikasi dalam pelaksanaan PERMEN”kadang baik
kadang pula kesal karena kadang-kadang pengguna yang menentukan
pengisian BBMnya,ketika ditanya mengenai peraturan tersebut mereka
menolak dan marah”( Hasil wawancara SDS, 30 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
hubungan komunikasi dalam pelaksanaan KEPMEN bisa dikatakan masih kurang
baik karena masih banyak yang egois akan peraturan tersebut.
Dari ke lima kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan
komunikasi pengguna BBM Non subsidi dengan pengelola SPBU dalam
pelaksanaan aturan KEPMEN tersebut sudah terlaksana dengan baik di kantor
67
DPRD namun diluar dari instansi tersebut masih banyak yang egois akan
pentingnya pelaksanaan kebijakan tersebut dimana ketika terlaksananya kebijakan
tersebut akan mengurangi pembengkakan anggaran.
b) Kejelasan Informasi
Yaitu komunikasi yang diterima dari pelaksana kebijakan haruslan jelas
dan tidak membingunkan (tidak ambigu/Mendua).Faktor kedua yang berpengaruh
terhadap komunikasi kebijakan adalah kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan
diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan maka petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga
komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang
disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijkan akan mendorong terjadinya
interprestasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal.
Namun demikian, ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi.
Hasil wawancara NRS selaku sekertaris Perindagem menyatakan bahwa :
“Kejelasan komunikasi”sangat jelas sebab sudah mengetahui peraturan
mentri NO 01-2013,tentang penggunaan BBM Non subsidi bagi
kendaraan dinas” (Hasil wawancara NRS, 8 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas karena sudah
mengetahui Peraturan Mentri No 01-2013,tentang penggunaan BBM non subsidi
bagi kendaraan dinas. RKMselaku Anggota DPRD juga mengatakan bahwa:
’’Kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai
kebijakan tersebut”tidak ada masalah mengenai kebijakan diatas sesuai
aturan”(Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).
68
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas karena tidak ada lagi
masalah mengenai kebijakan diatas sudah sesuai aturan yang ada. Hal yang sama
juga dituturkan oleh pengguna mobil dinas MNSsopir dinas mengatakan bahwa:
’’Kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai
kebijakan tersebut”sesuai aturan”.( Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas menjalankan sesuai
aturan yang ada. Hal yang sama pula dituturkan oleh pengguna mobil dinas YKS
selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan bahwa:
“kejelasan komunikasi yang di peroleh pihak pengguna mengenai
kebijakan tersebut”jelas sebab sudah ada aturan melalui media,surat
kabar”(Hasil wawancara YKS, 3 juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat dianalisis bahwa
kejelasan komunikasi yang diperoleh informan sangat jelas sebab mereka
mendapatkan informasi melaui media, dan surat kabar.
Hasil wawancara dari ke empat dapat dianalisis mengenai kejelasan
komunikasi menurut informan sudah diterima dengan jelas. Dengan alasan sudah
ada aturan yang keluar dari media sosial dan surat kabar dan pemasangan pamplet
di SPBU serta adanya nota pembelian khusus pertamax, sehingga dapat
dilaksanakan dengan lancar dengan pemahaman yang sama diatara penanggung
jawab yang sudah ditetapkan.
69
c) Konsistensi Perintah
Yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan haruslah konsisten/
tidak berubah-ubah dan jelas (untuk ditetepkan dan dijalankan).Faktor ketiga yang
berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah konsistensi. Jika implementasi
kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus
konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsur kejelasan,
tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan
memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi
yang lain, perintah-perintah implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan
mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam
menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Bila hal ini terjadi, maka akan
berakibat pada ketidakefektifan implementasi kebijakan karena tindakan yang
sangat longgar besar kemungkinan tidak dapat digunakan untuk melaksanakan
tujuan-tujuan kebijakan. penuturan NRS selaku Sekretaris Perindagen
menyatakan bahwa:
“Konsintensi perintah karena disamping sebagai pengguna kendaraan
dinas juga sebagai pengawas pelaksana kebijakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”( Hasil wawancara NRS ,8 juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa
konsistensi perintah sudah sangat baik, karena disamping sebagai pengguna
kendaraan dinas juga sebagai pengawas pelaksana kebijakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sehingga dimensi konsistensi menghendaki agar informasi
yang disampaikan tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan
70
kelompok sasaran maupun pihak terkait. Sama halnya dengan keterangan yang di
peroleh dari RKM selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:
“konsisten perintah”iya sebab pejabat yang mempunyai surat berita acara
pinjam paket pada anggota DPRD tentu tidak akan melanggar aturan
ketentuan yang berlaku”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa
konsisten perintah sangat baik,sebab pejabat yang mempunyai surat berita acara
pinjam paket pada anggota DPRD tentu tidak akan melanggar aturan ketentuan
yang berlaku,jika pelaksanaan konsisten perintah mengenai kebijkan tersebut di
kantor Sekretariat DPRD di peroleh dengan baik maka perintah dan informasi
yang diberikan oleh bidang yang membidangi kebijakan tersebut tidak mengalami
perubahan(konsisten) sehingga pelaksana tidak mendapat kebingungan dan
memudahkan bekerja dilapangan. Sama halnya dengan FRM selaku sopir
mengatakan bahwa:
“konsisten perintah”iya konsisten karena pihak SPBU tidak memberikan
BBM bersubsidi bagi plat merah”( Hasil wawancara FRM, 7 Juli 2015).
Hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa konsisten
perintah sangat baik pihak SPBU dapat bekerjasama dalam menjalankan suatu
kebijakan tersebut.karena pihak SPBU tidak memberikan BBM bersubsidi bagi
mobil dinas. Kemudian pengguna mobil dinas YKS selaku Kepala Bidang Energi
dan Mineral juga mengatakan bahwa:
“konsisten perintah”hanya sebagian yang menjalankan konsistensi
kebijakan tersebut disebabkan sebagian ganti plat,dalam pengisian BBM”
(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2P015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa
konsisten perintah hanya sebagian yang menjalankan konsistensi mengenai
71
kebijakan tersebut disebabkan sebagian yang mengganti plat dalam pengisian
sehinga pengisi SPBU mengalami kebingungan.Menurut hasil wawancara SPBU
SR sebagai pengelola mengatakan bahwa:
“konsisten perintah”tidak semuanya kadang ada yang marah”( Hasil
wawancara SR, 30 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dari informan dapat dianalisis bahwa
konsisten perintah tidak semuanya yang menjalankan konsisten mengenai
kebijakan tersebut disebabkan sebagian dari mereka ada yang marah dan menolak
keras dalam pengisian tersebut. Perintah yang di berikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk dapat diterapkan dan dapat
dijalankan dengan baik. Dalam pelaksanaan konsistensi perintah mengenai
kebijakan penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas yang diterima oleh
informan tersebut diatas di peroleh dengan baik namun belum mampu
menerapkan kebijakan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alasan
sebagian menolak dan marah serta mengganti plat merah ketika perjalanan dinas
di sebabkan harga BBM pertamax lebih mahal dibanding premium, serta
pengiriman stok BBM Pertamax kurang dan pompa bensin khusus pertamax bisa
dikatakan masih kurang dan hanya sebagian yang berfungsi. sehingga pelaksana
di SPBU mendapatkan kebingungan dan menyulitkan bekerja dilapangan.
1. Faktor Sumber Daya (Resouces)
Sumber daya berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijkan bahan bakar minyak non
subsidi bagi mobil dinas,Sumber daya ini mencakup beberapa indikator yang
72
menjadi alat ukur tercapainya keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Indikator itu antara lain:
a. Staf
Dimana penambahan jumlah staf dan pelaksana kebijakan tidak
mencukupi namun diperlukan pula kecakapan staf dan keahlian dan
kemampuannya melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu
sendiri. Menurut hasil wawancara Penuturan oleh sekertaris NRS Selaku
Sekretaris Perindagem menyatakan bahwa:
“Kemampuan dan keahlian staf” sangat terampil disamping memberikan
nota pesanana pengambilan BBM pada pengguna kendaraan dinas
operasional, juga menyampaikan tentang maksud Permen
tersebut(sosialisasi)”(Hasil Wawancara NRS, 8 juli 2015).
Hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan Sumber daya utama dalam
implementasi kebijakan adalah staf, kemampuan dan keahlian staf sangat terampil
disamping memberikan nota pesanan pengambilan BBM pada pengguna
kendaraan dinas operasional, juga menyampaikan tentang maksud Permen
tersebut.Begitu pula penuturan RKM selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:
“Kemampuan dan keahlian staf “PNS propesional sesuai dengan bidangnya
tentu ada bimbingan teknik yang diadakan oleh instansi terkait dimana
ditempati bertugas setiap tahunya diadakan pelatihan tentang kebijakan
tersebut”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa PNS sudah
profesional dalam melaksanakan kebijakan tersebut karena setiap tahunya
diadakan pelatihan tentang kebijakan tersebut. Sama halnya MNS sebagai sopir
mengatakan bahwa: “kemampuan dan keahlian staf “disesuaikan dengan
kepentingan dinas “(Hasil wawancara MNS, 2 Juli 2015).
73
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan kemampuan dan
keahlian staf sudah baik sebab dapat menyelesaikan sesuai kepentingan dinas
hanya perlu peningkatan dalam pelaksanaan dan komunikasi.
Edward III dalam widodo (2011:98) mengemukakan bahwa implementasi
kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia
yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan
dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi di bidangnya,
sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah
cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya manusia sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber daya
manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi kebijakan akan
berjalan lambat.
f. Informasi
Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan dan tentang data kepatuhan dari data pelaksana terhadap peraturan atau
regulasi pemerintah tentang kebijakan tersebut. Menurut hasil wawancara NRS
selaku Sekertaris Perindagen memaparkan bahwa:
“Cara memperoleh informasi "selaku perpanjangan tangan dari permen
tersebut, memperoleh informasi dari pusat, melalui media
cetak,membaca melalui PERMEN ESDM.NO 1 tahun 2013 tentang
penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas, melalui media
elektronik internet dan pemasangan pamplet yang disebar di setiap
instansi dan SPBU”( Hasil wawancara NRS, 8 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan mendapatkan
informasi sudah terampil dan cerdik karena melalui media cetak,media elektronik.
Senada dengan hal diatas, RKM selaku anggota DPRDmenyatakan bahwa:
74
“cara memperoleh informasi”melalui staf yang membidangi perlengkapan
sub bidang pelayanan BBM pada kantor DPRD, setiap saat akan
berkonsultasi dengan SPBU yang mana sudah bekerjasama,setiap saat
akan berkonsultasi dengan BPK sehingga penggunaan BBM tidak kaku
menjalankan tugasnya,serta informasi lewat SPBU”(Hasil wawancara
RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh
imformasi dari staf yang membidangi dimana setiap saat akan berkonsultasi
dengan SPBU yang mana sudah bekerja sama pelaksana kebijakan sudah terampil
, baik, dalam memperoleh informasi. Begitu pula dengan penuturan MNS sebagai
sopir menuturkan bahwa:
“cara memperoleh informasi”melalui surat edaran ”.(Hasil wawancara
MNS,2 juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh
informasi melalui surat edaran dimana pelaksana kebijakan sudah mampu
menyampaikan ke seluruh pengguna kendaraan dinas. Hasil wawancara YKS
Kepala bidang energi dan mineralsebagai pengguna mobil dinas menuturkan
bahwa: “cara memperoleh informasi”melalui media sosial dan SPBU”( Hasil
wawancara YKS, 3 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh
informasi dari media sosial dan tps SPBU pelaksana kebijakan sudah sangat
modern dalam memperoleh informasi sebab kebanyakan dari mereka memperoleh
dari media sosial. Hasil wawancara SDS selaku pengelola SPBU mengatakan
bahwa:
“cara memperoleh informasi”melalui surat Edaran dari Energi Sumber
Daya Mineral”.(Hasil wawancara SDS, 30 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas informan mengatakan bahwa memperoleh
75
informasi dari surat edaran yang dikeluarkan Dinas Energi Sumber Daya Mineral
bisa disimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi kebingungan dalam memperoleh
informasi.
Informasi adalah salah satu sumber daya yang sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Sumber-sumber informasi sangat
dibutuhkan untuk memperoleh data baik mengenai bagaimana cara melaksanakan
kebijakan BBM non subsidi bagi mobil dinas baik dari pengguna dan pengelola
pelaksanaan tersebut,dari beberapa informan berpendapat bahwa informasi yang
di peroleh melalui media sosial dan cetak bahkan surat edaran ESDM.
g. Wewenang
Otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan secara politik. Sebagaimana penuturan NRS sekertaris
Perindagen menuturkan bahwa:
“Kewenangan dalam penggunaan BBM sudah terlaksana dengan
baik,karena sebagai pejabat negara sebagai pengguna kendaraan dinas
mau tidak mau harus mengikuti dengan PERMEN NO 01-2013 tentang
penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas,sebagai keterlibatan di
dalam ,menekan pengguna BBM bersubsidi”(Hasil wawancara NRS, 8
Juli 2015).
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa kewenangan dalam
penggunaan BBM sudah terlaksana dengan baik ini dapat dilihat pejabat negara
sebagai pengguna kendaraan dinas mau tidak mau harus mengikuti dengan
PERMEN NO 01-2013 tentang penggunaan BBM non subsidi bagi mobil dinas
sebagai keterlibatan dalam menekan pengguna BBM. Begitu pula penuturan
RKM selaku anggota DPRD menuturan bahwa:
“Kewenangan dalam penggunaan BBM sudah terlaksana dengan
76
baik”(Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kewenangan dalam
penggunaan BBM non subsidi sudah terlaksana dengan baik ini dapat dilihat
bahwa banyaknya pengguna mobil dinas sudah menggunakan BBM non subsidi.
Hasil wawancara YKS Kepala bidang energi mineral
“kewenangan dalam penggunaan BBM “sebagian besar sudah
menggunakan”(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kewenangan belum
berjalan dengan efektif ini dapat dilihat belum semua pengguna mobil dinas
menggunakan BBM non subsidi. Hasil wawancara SR selaku SPBU mengatakan
bahwa:
“kewenangan dalam penggunaan BBM”sudah diterapkan dengan baik
namun tidak semua pengguna BBM non subsidi menjalankan kebijakan
tersebut”(Hasil wawancara SR, 30 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, kewenangan pelaksanaan kebijakan
BBM non subsidi mobil dinas sudah terlakana dengan baik dan sebagian pula
yang menjalankan kebijakan tersebut. Efektifitas kewenangan sangat menunjang
tercapainya tujuan dari pelaksanaan kebijakan BBM non subsidi bagi mobil dinas.
Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya sarana dan prasarana penunjang
kegiatan pelaksanaan kebijakan tersebut.
77
h. Anggaran
Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan
berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau
kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan
anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam
mencapai tujuan dan sasaran. Sebagaimana penuturan sekertaris Perindagen NRS
menuturkan bahwa:
“penyaluran anggaran”penggunaan BBM untuk kendaraan dinas
operasional kab. Pinrang untuk keperluan dinas bagi pengguna
kendaraan dinas dengan cara pemberian nota pesanan kepada pihak
pertamina sesuai jumlah yang tertera pada nota tersebut yang berupa
pertamax”( Hasil wawancaraNRS, 8 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa penyaluran anggaran
yang di siapkan pemerintah dalam memenuhi pengadaan BBM non subsidi bagi
mobil dinas.Sudah tercukupi dengan pengadaan nota pesanan kepada pihak
pertamina sesuai jumlah yang tertera pada nota pesanan yang mengkhususkan
penggunaan BBM non subsidi, penyaluran anggaran yang disiapkan pemerintah
dapat diihat dengan adanya nota pesanan dan kerjasama pihak pertamina dengan
pengguna kendaraan dinas. Begitu pula penuturan RKM sebagai anggota DPRD
mengatakan bahwa:
“penyaluran anggaran” sudah tercukupi karena dianggarkan setiap tahun
anggaran lewat APBD”(Hasi wawancara RKM,1 juli 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa penyaluran anggaran
yang di siapkan pemerintah dalam memenuhi pengadaan BBM non subsidi bagi
mobil dinas sudah tercukupi karena penganggaran BBM non subsidi dianggarkan
melalui APBD setiap tahun, anggaran yang diberikan, disesuaikan jumlah
78
kendaraan dan kegiatan-kegiatan yang ada pada anggota DPRD. Penuturan YKS
sebagaiKepala Bidang Energi Mineral mengatakan bahwa:
“penyaluran anggaran”tidak tercukupi karena sebagian dari kami masih
banyak mengeluh”(Hasil wawancara YKS,3 juli 2015).
Dari hasi wawancara diatas dapat dianalis bahwa penyaluran anggaran
BBM bagi non subsidi tidak tercukupi karena masih banyak pengguna masih
mengeluh. Kemudian mengenai anggaran yang ada sudah menjadi faktor
pendukung dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Berikut petikan wawancara
NRS selaku sekretaris Perindagem mengatakan bahwa :
“Anggaran menjadi faktor pendukung”sudah tepat karena mengacu dari
PERMEN ESDM 01-2013 tentang penggunaan BBM non subsidi bagi
kendaraan dinas.(Hasil wawancara NRS,8 juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa penyaluran yang menjadi
faktor pendukung dalam menggunakan BBM non subsidi bagi mobil dinas sudah
tepat ini dapat dilihat mengacu dari PERMEN ESDM 01-2013 tentang
penggunaan BBM non subsidi bagi kendaraan dinas. Hal ini seperti yang di
ungkapkan oleh RKM selaku Anggota DPRD mengatakan bahwa:
“Anggaran menjadi faktor pendukung” ia sangat mendukung dan
utamanya pemakai mobil dinas DPRD di Kabupaten Pinrang’’(Hasil
wawancara RKM, 1 juli 2015)
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa anggaran yang ada menjadi
faktor pendukung bagi pengguna mobil dinas DPRD di kabupaten pinrang. Hal
ini sependapat yang di kemukan Edwar III dikemukakan bahwa Anggaran pada
implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan berkaitan dengan
ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk
menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang
79
memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan
dan sasaran. Hasil wawancara dengan YKS selaku Kepala bidang energi mineral
menambahkan bahwa:
“Anggaran menjadi faktor pendukung” ia sangat mendukung dan
utamanya pemakai mobil dinas dalam perjalanan dinas dan kadang
pribadi”(Hasil wawancara YKS,3 juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, pengadaan anggaran yang ada
sudah menjadi faktor pendukung dalam penggunaan BBM non subsidi bagi
mobil dinas dengan alasan informan mengatakan bahwa membantu dalam setiap
kali perjalanan dinas dan perjalanan pribadi. Efektifitas pengadaan anggaran
sangat menunjang tujuan pelaksanaan terhadap perjalanan dinas. Hal ini terlihat
bahwa dengan semakin bertambahnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
dinas dan pribadi.
b. Fasilitas
Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,
seperti gudang, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam
keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan. Berdasarkan hal
tersebut Dari hasil wawancara sekretaris Perindagem NRS mengatakan bahwa:
“fasilitas menjadi faktor pendukung” sudah menjadi faktor pendukung,
karena mengingat kendaraan yang diperuntukkan adalah kendaraan dinas
operasional.(Hasil wawancara NRS,8 juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada
sudah mendukung terhadap perjalanan dinas dan kegiatan kantor lainya.Begitu
pula penuturan anggota DPRD RKM Mengatakan bahwa:
80
“fasilitas menjadi faktor pendukung”ia sangat mendukung untuk
menjalankan tugas-tugas dan fungsi sebagai anggota DPRD”(Hasil
wawancaran RKM, 1 juli 2015)
Dari hasil wawancara diatas bahwa fasilitas yang ada menjadi faktor
pendukung untuk menjalankan tugas-tugas dan fungsi sebagai anggota DPRD.hal
yang Sama di tuturkan oleh YKS selaku Kepala bidang energi mineral (pengguna
mobil dinas)
“fasilitas menjadi faktor pendukung” ia sudah menjadi faktor
pendukung dalam perjalanan ,akan tetapi masih banyak yang
menyelanggunakan fasilitas tersebut”(Hasil wawancara YKS, 3 juli
2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis fasilitas yang ada belum berjalan
dengan efektif karena masih banyaknya pengguna BBM non subsidi masih
banyak yang menyalagunakan fasilitas tersebut. Namun menurut informan lain
mengatakan masih banyak yang menyelanggunakan fasilitas tersebut. Menurut
hasil wawancara NRS sebagian Sekertaris Perindagem mengatakan bahwa:
“Fasilitas pompa bensin pertamax”sudah tercukupi, karena kapasitas
pompa bensin yang dimiliki pertamina yang ada di kabupaten pinrang
sudah beberapa memiliki pompa bensin untuk pertamax.”(Hasil
wawancara NRS, 8 juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa Fasilitas ini menjadi faktor
pendukung penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa adanya fasilitas
pendukung maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Menurut
informan diatas fasilitas pompa bensin pertamax sudah tercukupi, karena
kapasitas pompa bensin yang dimiliki pertamina yang ada di kabupaten pinrang
sudah memiliki pompa bensin untuk pertamax. Menurut hasil wawancara RKM
selaku anggota DPRD mengatakan bahwa:
81
“Fasilitas pompa bensin pertamax” ia tercukupi, sudah tidak ada lagi
SPBU yang tidak menyediakan BBM Non Subsidi”(Hasil wawancara
RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada sudah
menjadi faktor pendukung ini dapat dilihat pertamax sudah tercukupi ini dapat
dilihat semua SPBU yang tidak menyediakan BBM Non Subsidi. Menurut hasil
wawancara YKS selaku Sekretaris Perindagem mengatakan bahwa:
“Fasilitas pompa bensin pertamax”bisa dikatakan belum tercukupi masih
ada yang belum mempunyai SPBU khusus pertamax itupun jika adaa
hanya sebagian yang berfungsi”(Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas belum
menjadi faktor pendukung ini dapat dilihat fasilitas pompa bensi pertamax masih
ada yang belum mempunyai SPBU khusus pertamax itupun jika ada hanya
sebagian yang berfungsi. Hasil wawancara FRM selaku sopir mengatakan bahwa:
“Fasilitas pompa bensin pertamax”masih perlu adanya penambahan pom
bensin khusus pertamax diantara beberapa SPBU di Kab. Pinrang hanya
sebagian yang mefasilitasi khusus pertamax”(Hasil wawancara FRM, 7
Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada
belum tercukupi ini dapat dilihat fasilitas pompa bensin pertamax masih perlu
penambahan pompa bensin khusus pertamax beberapa SPBU di kab. Pinrang
hanya sebagian yang memfalitasi khusus pertamax. Hasil wawancara SDS selaku
SPBU
“Fasilitas pompa bensin pertamax”masih perlu penambahan karena di
seluruh kabupaten pinrang hanya sebagian pompa bensin yang berfungsi
dan mempunyai pompa bensin khusus pertamax”(hasilwawancara SDS,30
juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa fasilitas yang ada
belum tercukupi ini dapat dilihat bahwa informan mengatakan masih perlu
82
penambahan pompa bensin khusus pertamax di kabupaten pinrang serta masih
banyaknya pompa bensin yang tidak berfungsi disebabkan stok pengiriman
berkurang.
2. Faktor Disposisi ( Disposision)
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan
berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan
misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan
implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,
sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka
selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung
jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Sikap dari pelaksana
kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila
implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjelaskan
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,
sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan
terlaksana dengan baik.Dari hasil wawancara NRS sebagai pengguna mobil dinas
dalam melaksanakan kebijakan tersebut berikut hasil penuturan sekertaris
Perindagem mengatakan bahwa:
“Perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan”baik, karna seluruh
instansi sudah mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut” (Hasil
wawancara NRS, 8 Juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa perilaku pengguna dalam
melaksanakan kebijakan sudah berjalan dengan baik karna seluruh instansi sudah
83
mengerti maksud dan tujuan kebijakan tersebut.Hal ini seperti yang di ungkapkan
FRM sebagai Sopir mengatakan bahwa:
“perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan”iya baik menjalankan
sesuai aturan dan akan tetapi tergantung dengan keadaan pompa bensin
jika tidak ada khusus pertamax”( Hasil wawancara FRM 7 Juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa perilaku pengguna dalam
melaksanakan kebijakan sudah berjalan dengan baik menjalankan sesuai aturan
akan tetapi tergantung dengan keadaan pompa bensin jika tidak ada khusus
pertamax. Dari hasil wawancara SR sebagai salah satu pengelola SPBU
mengatakan bahwa:
“perilaku pengguna dalam melaksanakan kebijakan” kadang menggunakan
Premium Kadang-kadang ada juga yang mematuhinya,dan pengguna yang
tidak mematuhinya marah ketika tidak di beri premium”(Hasil
Wawancara SR 30 juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisabahwa perilaku pengguna mobil didas dalam
menjalankan kebijakan informan mengatakan bahwa tidak semua perilaku
pengguna Mobil Dinas efektif dan bijak terhadap peraturan yang ada karena masih
banyak yang lebih mementingkan egonya untuk kepentingan pribadi
Dari hasil wawancara RKM sebagai salah satu anggota DPRD mengatakan
bahwa:
“Perilaku pengguna dalam kepentingan dinas” sangat baik mengingat
kendaraan yang digunakan memang peruntukannya untuk keperluan
dinas”(Hasil Wawancara RKM,1 juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pengguna mobil dinas sudah
berjalan dengan baik ini dapat dilihat bahwa penggunaan mobil dinas
diperuntukkan untuk keperluan dinas. Hasil wawancara dengan YKS selaku
Kepala Bidang Energi mineral mengatakan bahwa:
84
“perilaku pengguna dalam kepentingan dinas” yang pastinya no satu
adalah pekerjaan kantor dan urusan di luar dari kantor pastinya di no
duakan”( Hasil wawancara YKS, 3 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis penggunaan mobil dinas sudah
berjalan dengan baik ini dapat dilihat lebih mementingkan urusan kantor daripada
urusan lain.
a. Pemberian Insentif
Yaitu biaya tertentu yang diperoleh setelah melaksanakan suatu tugas
tertentu sesuai dengan arahan kebijakan yang dilaksanakan. Hasil wawancara
NRSdengan salah satu Sekretaris Perindagem mengatakan bahwa:
“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karna kami ini rata-rata
PNS jadi mau tidak mau harus melaksanakan tugas masing-masing”(Hasil
wawancara NRS, 8 Juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis dalam pemberian insentif tidak
terlalu mempengaruhi kinerja mereka. Hal ini didasarkan pada kinerja staf yang
konsisiten dan amanah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah
dibebangkan kepadanya. Menurut hasil wawancaraRKM salah satu anggota
DPRD mengatakan bahwa:
“Pemberian insentif mempengaruhi kinerja karena tidak semua anggota
DPRD tidak memiliki kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya
insentif kendaraan dinas dapat sektor melaksanakan kunjungan kerja ke
institusinya masing-masing”( Hasil wawancara RKM, 1 Juli 2015).
Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pemberian insentif
mempengaruhi kinerja ini dapat dilihat tidak semua anggota DPRD tidak
memiliki kendaraan yang memadai sehingga adanya insentif kendaraan dinas
dapat sektor melaksanakan kunjungan kerja institusinya masing-masing. Menurut
85
hasil wawancara YKS Selaku Kepala Bidang Energi dan Mineral mengatakan
bahwa:
“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karena masih kurangnya
anggaran dan mahalnya BBM non subsidi dibanding Premium”(Hasil wawancara
YKS 3 juli 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa pemberian insentif
belum efektif karena masih menggunakan uang pribadi dalam pengisian sehingga
pengguna beralih ke BBM premium.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai
implementasi kebijakan Bahan Bakar Minyak Bagi Mobil Non Subsidi Bagi
Mobil Dinas Di Kabupaten Pinrang maka kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Faktor komunikasi yaitu masih diperlukannya peningkatan komunikasi dalam
pelaksanaan keputusan menteri bagi pengguna mobil dinas yang
menggunakan BBM non subsidi hal ini dapat dilihat banyaknya pengguna
mobil dinas yang tidak mematuhi aturan yang ditentukan seperti tidak
konsistensinya dalam menjalankan kebijakan tersebut disebabkan banyak
yang mengganti mobil dinas menjadi plat hitam dan banyaknya pengguna-
pengguna mobil berplat merah yang masih memberi minum kendaraan
mereka dengan bensin bersubsidi dikarenakan perbedaaan harga yang
signifikan dengan BBM non Subsidi.
2. Faktor sumber daya dapat dilihat terbatasnya fasilitas pompa bensin/ pompa
tangki berjenis pertamax pada setiap SPBU, kurangnya stok BBM jenis
pertamax, terbatasnya anggaran yang disiapkan pemerintah ini dapat dilihat
sebagian dari pengguna mobil dinas masih banyak yang mengeluh.
3. Faktor disposisi dimana perilaku pengguna Mobil Dinas sudah mengerti
maksud dan tujuan kebijakan tersebut tetapi masih banyaknya sikap
personalia yang memiliki komitmen yang kurang dalam melaksanakan
86
87
kebijakan bahan bakar minyak non subsidi bagi mobil dinas dan pemberian
insentif dapat mempengaruhi kinerja karena tidak semua Staf memiliki
kendaraan yang memadai sehingga dengan adanya insentif kendaraan maka
mempermudah personalia dalam melaksanakan kunjungan kunjungan
masing-masing instansi
B. Saran
1. Perlunya peningkatan komunikasi dalam pelaksanaan keputusan menteri energi
sumber daya mineralbagi pengguna mobil dinas yang menggunakan BBM non
subsidi.
2. Hendaknya pengelola Bahan Bakar Minyak non subsidi dilakukan secara
transparansi.
3. Hendaknya pihak SPBU melaporkan bagi pengguna mobil dinas yang tidak
menggunakan Bahan Bakar Minyak Non subsidi.
4. Proses sosialisasi dilaksanakan perlu didukung dengan monitoring yang
memadai mulai dari tahap persiapan pelaksanaan sampai pelaporan.
5. Hendaknya pihak yang bertanggung jawab memberi sangsi bagi yang
melanggar aturan PERMEN ESDM NO 01 Tahun 2013 tentang penggunaan
BBM Non Subsidi Bagi Mobil Dinas.
88
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo, 2012, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.
Ali, Faried, dkk, 2012. Studi Analisis Kebijakan Konsep, Teori dan Aplikasi
Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah, Bandung: PT Refika
Aditama.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta ; Kencana Prenada Media
Group.
Moleong,J,Lexy.2008.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mustari,Nuryanti.2013.Implementasi Kebijakan Publik Pamahaman Teoritis
Empiris, Makassar: Membumi Publishing.
Madani, Muhlis.2011. Dimensi Interaksi Ator Dalam Proses Perumusan
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho,Riant.2012. Public Policy Teori Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Perumusan, Implementasi, Evaluasi,Revisi Risk Management dalam
kebijkan publik,kebijakan sebagai The Fifth Estate Metode Penelitian
Kebijakan Publik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Purwanto dan Sulistyastuti,2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan
Aplikasinya. Yogyakarta:Gava Media
Setiawan,2009.”Implementasi Kebijakan Industrialisasi Ketenagakerjaan di Kota
Makassar. Program Studi: Universitas Hasanuddin, Makassar
Subarsono,2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori,dan
Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suharto, Edi.2010. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial .Bandung : Alfabeta.
Sugiyono,2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Badung:Alfabeta
Sugiono, 2009.Metode penelitian adminstrasi, CV.Alfabeta:Bandung.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.
88
89
Wahab.,S,Abdul. 2002. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Jakarta : Bumi Aksara
Winarno,Budi.2012.Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus,
Yogyakarta:CAPS.
Sumber dari Internet;
Erwan,2010. Pengantar Mengenai Subsidi dan Contervailling di Dalam
Perdagangan.http://erwan29680.Wordpress.com. di akses 22 maret
2015
Munawar Dungtji, 2013. Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam
APBN . http://digilib.unita.ac.id. Di akses tgl 20 maret 2015.
Rudi Handoko, 2010.Evaluasi Kebijakan Subsidi Non BBM. http://www
economist.Com. Di akses 22 maret 2015
Rudi Handoko,2010. Contemporary Economics Edisi ke 8.
http://www.fiskal.co.id. di akses 22 maret 2015.
Vicka Paricia, 2014. Pengelolaan-Energi-Pengendalian-Komsumsi-BBM-
Bersubsidi.
http:// bem.feb.ugm ac.id. di akses 22 maret 2015.
Perundang –Undangan;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2012 tentang anggaran pendapatan belanja negara yang
berisi macam-macam subsidi yang diberikan pemerintah termasuk subsidi
BBM.
Undang-Undang no.12 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Negara APBN-P 2014.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen
penggunaan BBM tertentu
90
Permen RI Nomor 01 Tahun 2013 tentang pengandalian Penggunaan BBM
Surat Edaran Gubernur Sulsel Nomor 541/30/49ESDM Tahun 2013.
Undang Undang no 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2015