repositori.unud.ac.id filepkb ilmu kesehatan anak xi ii v sanur, 15-16 november 2014 sambutan kepala...

39

Upload: vantu

Post on 27-Jun-2019

267 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur
Page 2: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur
Page 3: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur
Page 4: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII iii Sanur, 15-16 November 2014

SAMBUTAN KETUA PANITIA PELAKSANA

Om Swastyastu, Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan lindungan-Nya, kita dapat melaksanakan acara Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan yang merupakan suatu kehormatan, kebanggaan sekaligus tanggung jawab yang sangat besar. Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII yang diselenggarakan oleh Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah merupakan salah satu bagian dari usaha peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga medis dengan memberikan informasi terkini dan mampu laksana sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat khususnya meningkatkan derajat kesehatan anak yang setinggi-tingginya. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII dengan tema “Comprehensive management of neonatology, emergency, cardiology and neurology aspect in daily practices” berusaha mempermudah tenaga medis untuk memberikan tata laksana komprehensif terutama di bidang Perinatologi, Kardiologi, Neurologi Anak dan Pediatri Gawat Darurat Kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan kali ini, sehingga dengan kerendahan hati, kami mohon maaf bila dijumpai hal-hal yang kurang berkenan bagi para peserta sekalian. Kepada para pembicara kami mengucapkan banyak terima kasih karena telah menyempatkan waktu untuk menjadi narasumber pada acara ini. Kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan propinsi Bali, Bapak Dekan, Direktur utama RSUP Sanglah, Kepala Bagian/SMF IKA, dan para mitra, kami ucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik. Kepada seluruh panitia, terima kasih atas kerja kerasnya selama ini, semoga dengan kebersamaan dan niat baik, semua rintangan dapat diatasi dengan baik. Akhir kata kami mengucapkan selamat mengikuti Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA FK UNUD/RSUP Sanglah XIII Bali, semoga bermanfaat bagi kita semua. Om Santih Santih Santih Om.

Ketua Panitia PKB XIII

Dr. I Gusti Ngurah Made Suwarba, Sp.A(K)

Page 5: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII iv Sanur, 15-16 November 2014

Page 6: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII v Sanur, 15-16 November 2014

SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH

Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga kita diberikan kesehatan untuk dapat berkumpul dan mengikuti PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ini diselenggarakan olehBagian/ SMF IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar yang melibatkan Sub bagian Perinatologi, Kardiologi, Neurologi, dan Pediatri Gawat Darurat (PGD) dengan tema “Comprehensive management of neonatology, emergency, cardiology and neurology aspect in daily practices”.

Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terutama dalam menangani kasus-kasus di bidang neonatologi, kegawatdaruratan, kardiologi dan neurologi anak yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal dan terpadu sesuai strata pelayanan kesehatan kita bekerja, baik di tingkat komunitas, pelayanan kesehatan primer, sekunder, maupun tersier.

Hal ini memperlihatkan bahwa setiap kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar mempunyai tujuan melaksanakan tata kelola pelayanan kesehatan anak yang berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan anak yang setinggi-tingginya untuk mencapai visi pendidikan Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar yaitu sebagai institusi pendidikan dokter spesialis anak kelas dunia.

Bagian/SMF IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar mengucapkan selamat kepada panitia pelaksana Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XIII yang telah mempersiapkan kegiatan ini dan kami berharap topik-topik yang disampaikan dapat membantu pemecahan masalah klinis yang kita jumpai sehari-hari sekaligus meningkatkan kompetensi di bidang tersebut. Kumpulan makalah yang dipresentasikan pada Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan kali ini diharapkan dapat menjadi sumber kepustakaan bagi para sejawat dan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kesehatan Anak.

Akhir kata saya mengucapkan selamat mengikuti Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XIII.

Om Santih Santih Santih Om.

Kepala Bagian IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah dr. BagusNgurahPutuArhana, SpA(K)

Page 7: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII vi Sanur, 15-16 November 2014

Page 8: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII vii Sanur, 15-16 November 2014

SUSUNAN PANITIA

PELINDUNG Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Kepala Dinas Kesehatan Tingkat I Propinsi Bali Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar PENASEHAT Kepala Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP SanglahDenpasar Ketua Program Studi PPDS-1 IKA FK UNUD PANITIA PELAKSANA Ketua : Dr. I G N Made Suwarba, Sp.A(K) Wakil Ketua : Dr. Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A(K) Sekretaris I : Dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A(K) Sekretaris II : Dr. I GA N Sugitha Adnyana, Sp.A Bendahara I : Dr. Ketut Ariawati, Sp.A(K) Bendahara II : Dr. Ni Nym Metriani Nesa, MSc,Sp.A Sie Ilmiah

- Dr. Ketut Dewi Kumara Wati, Sp.A(K) - Dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Subanada, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Suparyatha, Sp.A (K) - Dr. Songgot Nauli BR Girsang - Dr. Ni Wayan Kurniawati - Dr. Ruth Daisy Suriadji - Dr. Angeline Susanto - Dr. Ni Komang Tri Apriastini - Dr. Manik Trisna Arysanti - Dr. IB Gde Suwibawa Putra - Dr. Ni Ketut Mena Supiani - Dr. Ni Putu Eka Suwitri - Dr. Ni Komang Diah Saputri - Dr. Maria Priskila - Dr. Putu Anindia Sekarningrum

Page 9: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII viii Sanur, 15-16 November 2014

- Dr. Luh Putu Swandewi Sie Penggalian Dana

- Prof. Dr. Soetjiningsih, Sp.A(K) - Prof. Dr. Hendra Santoso, Sp.A(K) - Dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A(K) - Dr. I Ketut Suarta, Sp.A(K) - Dr. Kadek Surya Jayanti - Dr. Dinna Auliawati - Dr. Ni Wayan Yuliandari

Sie Sekretariat

- Dr. Eka Gunawijaya, Sp.A(K) - Dr.I Made Dwi Lingga Utama, Sp.A(K) - Dr. I Wayan Gustawan, MSc, Sp.A - Dr. Kissinger Puguh Pramana - Dr. Yuliana - Dr. Ni Nyoman Dania Meirianitha - Dr. Made Ayu Cynthia W - Dr. Made Yunita Saraswati Murya - Dr. Ayu Ketut Surya Dewi - Dr. Kadek Ayu Yani Lastariana - Dr. Putu Andina Pramitasari - Dr. Kadek Apik Lestari - Dr. Eva Jacomina Jemima Sapulete - Dr. A. A. Sagung Dwijayanti Prayoga - Dr. Kristopher May Pamuji - Dr. Ni Luh Sri Apsari - Dr. Ni Made Ayu Agustini - Dr. Kirana Dyah Larasati Budhiarta - Dr. Ni Made Ayu Wirastiti

Sie Sidang dan Protokol

- Dr. I Putu Gede Karyana, Sp.A(K) - Dr. Gusti Ayu Putu Nilawati, Sp.A(K) - Dr. Komang Ayu Witarini, Sp.A

Page 10: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII ix Sanur, 15-16 November 2014

- Dr. Ni Putu Veny Kartika Yantie, MSc, Sp.A - Dr. Putu Dian Savitri - Dr. Sang Ayu Srimas Ambara - Dr. Ni Putu Mayasri Wulandari - Dr. Putu Fristia Indarini - Dr. Putu Verita Wulandari - Dr. Putu Vivi Paryati - Dr. Ni Putu Yunik Novayanti - Dr. Luh Gde Ayu Pramitha Dewi - Dr. Ni Made Chandra Mayasari - Dr. Ni Luh Sukma Pratiwi Murti - Dr. D. Pratita Acchedya - Dr. Ni Putu Andina Kluniari - Dr. Gst. A. Nym Yulia Sitta Dewi

Sie Konsumsi

- Dr. Putu Siadi Purniti, Sp.A(K) - Dr. IGAP Eka Pratiwi, MKes, Sp.A - Dr. Made Sukmawati, Sp.A - Dr. Ayu Shintia Shanti - Dr. Floria Eva - Dr. Alissya Rachman - Dr. Lurdes Maria Do Rego Leao - Dr. Putu Mas Vina Paramitha C. - Dr. Ni Made Dwiyathi Utami - Dr. Putu Jerry Eka Rahayu - Dr. I Dewa Ayu Dini Primashanti Dewi - Dr. Linda Silvana Sari - Dr. Sri Maya - Dr. Putu Diah Vedaswari - Dr. Ni Luh Gede Wahyuni - Dr. Luh Gede Yuliadewi NS

Sie AVA dan Perlengkapan

- Dr. IG Ngurah Sanjaya Putra, SH, Sp.A(K) - Dr. AANKP Widnyana, Sp.A

Page 11: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII x Sanur, 15-16 November 2014

- Dr. I Nyoman Budi Hartawan, MSc, Sp.A - Dr. Artawan - Dr. Reddy Lufyan - Dr. Ardanta Dat Topik Tarigan - Dr. Rhefki - Dr. Wayan Sulaksmana Sandhi Parwata - Dr. A.A. Made Wijaya Kusuma - Dr. Wega Upendra SindhuGhosa - Dr. Bagus Ngurah Mahakrishna

Sie Pameran :

- Dr. Putu Junara Putra, Sp.A - Dr. I Nyoman Supadma - Dr. I Gede Ketut Aryana

Sie Dokumentasi dan Publikasi

- Dr. I Made Arimbawa, Sp.A(K) - Dr. Ayu Setyorini MM, MSc, Sp.A - Dr. Ni Luh Putu Surya Candra - Dr. I Gede Deden Susma Sugara

Sie Transportasi dan Akomodasi

- Dr. I Made Kardana, Sp.A(K) - Dr. I Wayan Dharma Artana, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Ramajaya - Dr. Muhammad Reza Usman - Dr. I Wayan Suradhipa - Dr. Novita Tjiang - Dr. I Made Darma Yuda - Dr. I Putu Antara - Dr. Kadek Dwi Wedantara - Dr. Michael Andika Kirwanto - Dr. Benny Herlianto - Dr. Tristina Wardani - Dr. Made Ardinata

Page 12: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xi Sanur, 15-16 November 2014

Sie Kerohanian - DR. Dr.I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) - Dr. I Gusti Ayu Alit Suryani - Dr. Ni Wayan Agustini Selumbung

Page 13: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xii Sanur, 15-16 November 2014

Page 14: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xiii Sanur, 15-16 November 2014

DAFTAR ISI

Sambutan Ketua Panitia I Sambutan Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Susunan Panitia Daftar Isi Daftar Penulis

Ii iii viii xvii

Penggunaan CPAP pada Bayi Prematur DR. Dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K)

1

Pemberian Surfaktan pada Bayi Prematur Dr. Putu Junara Putra, Sp.A

16

Tunjangan Nutrisi pada Bayi Prematur Dr. Made Sukmawati, Sp.A

30

Distres Napas pada Neonatus: “Apakah Masalah Jantung Bawaan?” DR. Dr. Sukman Tulus Putra, Sp.A(K)

47

Penyakit Jantung Bawaan: “Kapan Saatnya Menjalani Prosedur Koreksi dan Apa Pilihannya?” DR. Dr. Mulyadi M.Djar, Sp.A(K)

60

Penyakit Jantung Bawaan: “Terapi Konservatif bila Belum Memungkinkan Koreksi Jantung” Dr. Eka Gunawijaya, Sp.A(K)

88

Pemilihan Antibiotika pada Meningitis Bakterialis Anak Dr. Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A

112

Diagnosis dan Pemilihan Obat Anti Epilepsi pada Epilepsi Anak Dr. I G N Made Suwarba, Sp.A(K)

136

Page 15: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xiv Sanur, 15-16 November 2014

Diagnosis dan Tatalaksana First Unprovoked Seizure Dr.Dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K)

154

Early Direct Goal Therapy in Emergency Room Dr.Dadang Hudaya Somasetia, Sp.A(K)

165

Pertimbangan Praktis Pemilihan Cairan di Ruang Gawat Darurat Dr. Antonius Pudjiadi, Sp.A(K)

187

Pertimbangan Praktis Pemilihan Antibiotika di Ruang Gawat Darurat DR.Dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A(K)

200

Page 16: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xv Sanur, 15-16 November 2014

DAFTAR PENULIS Rinawati Rohsiswatmo, DR,Dr,Sp.A(K) Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Putu Junara Putra, Dr,Sp.A Divisi Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Made Sukmawati, Dr,Sp.A Divisi Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Sukman Tulus Putra, Dr,Sp.A(K),FACC,FECS Divisi Kardiologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Mulyadi M Djer, DR,dr,Sp.A(K) Divisi Kardiologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Eka Gunawijaya, Dr., Sp.A(K) Divisi Kardiologi Anak Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Dewi Sutriani Mahalini, Dr.,Sp.A Divisi Neurologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar IGN Suwarba, Dr.,Sp.A(K) Divisi Neurologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Irawan Mangunatmadja, DR,Dr,Sp.A(K) Divisi Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Dadang Hudaya Somasetia, DR, dr., Sp.A (K). Divisi Emergensi & Rawat Intensif Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin. Antonius H Pudjiadi, Dr.,Sp.A(K) Divisi Pediatri Gawat Darurat Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Dyah Kanya Wati, DR,Dr, Sp.A(K) Divisi Pediatri Gawat Darurat Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Page 17: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 109 Sanur, 15-16 Nopember 2014

TERAPI ANTIBIOTIKA YANG RASIONAL PADA BAYI DAN ANAK DENGAN MENINGITIS BAKTERI AKUT

Dewi Sutriani Mahalini Sub-bagian Neurologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK

UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Abstrak

Meningitis merupakan suatu terminologi yang menggambarkan

adanya inflamasi pada membran meningen dan/atau cairan

serebrospinal (CSS) yang membungkus dan melindungi otak dan

medulla spinalis.Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi

baik infeksi maupun non infeksi.Meningitis bakteri khas ditandai oleh

adanya sindrom infeksi dan pada pemeriksaan CSS (cairan

serebrospinal) dibuktikan adanya bakteri dan/atau terjadi gambaran

analisis yang abnormal secara bermakna.

Tatalaksana awal pada pasien dengan suspek meningitis

bakteri akut tergantung pada pengenalan dini sindrom meningitis,

diagnosis dan evaluasi yang cepat dan pemberian antibiotika dan

terapi tambahan pada meningitis. Untuk memperoleh luaran

(outcome) meningitis bakteri yang lebih baik diagnosis lebih awal dan

tatalaksana yang cepat termasuk sesegera mungkin memberikan

terapi antibiotika yang sesuai. Cefotaxime dan Ceftriaxone adalah

antibiotika utama pada pasien dengan meningitis bakteri akut dari

komunitas. Walaupun telah terbukti dari sistematik review bahwa

terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara terapi penicillin

dan cephalosporin generasi III dalam terapi meningitis, namun

Page 18: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 110 Sanur, 15-16 Nopember 2014

beberapa negara yang sedang berkembang masih tetap

menggunakan penicillin atau ampicillin-chloramphenicol atau

chlorampenicol saja sebagai standar terapi karena obat ini jauh lebih

murah dibandingkan dengan cephalosporin.Pada makalah ini akan

dibahas khusus mengenai penggunaan antibiotika pada meningitis

bacterial akut dari komunitas.

PENDAHULUAN

Meningitis bakteri akut yang didapat dari komunitas

(Community-acquired bacterial meningitis) selanjutnya dalam tulisan ini disebut denganmeningitis bakteri saja.Meningitis bakteri

khas ditandai oleh adanya sindrom infeksi dan pada pemeriksaan

CSS (cairan serebrospinal) dibuktikan adanya bakteri dan/atau terjadi

gambaran analisis yang abnormal secara bermakna. Adanya infeksi

bakteri pada meningen, terbukti dari pemeriksaan kultur CSS, PCR

dari CSS, pengecatan gram atau test antigen.1,2

Insiden meningitis bakteri jauh lebih tinggi pada anak anak

dibandingkan dewasa. Angka kejadian meningitis di seluruh dunia

diperkirakan mencapai 2-5 per 100.000 orang di Negara maju dan

diperkirakan insidennya 10 kali lebih tinggi di negara Negara yang

belum maju. Insiden dan case fatality rate (CFR) bervariasi di

berbagai negara. Angka kematian pada penderita meningitis bisa

mencapai 10% bahkan jika tanpa penanganan yang baik angka CFR

dapat mencapai 70% dan sebanyak 30-50% akan mengalami gejala

sisa yang permanen berupa gangguan pendengaran, gangguan

neurologi bahkan kelumpuhan.3 Berdasarkan Consensus Conference

Page 19: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 111 Sanur, 15-16 Nopember 2014

on Anti-Infective Chemotherapy, di Perancis insiden meningitis bakteri

adalah 44/100.000 pada usia dibawah 1 tahun, 6,9/100.000 pada usia

1-4 tahun. Secara epidemiologi penyebab meningitis bakteri

berhubungan dengan usia. Pada usia 1-3 bulan ditemukan 4 spesies

yang paling sering menimbulkan infeksi adalah group B

streptococcus, Neisseria meningitides, Streptokokus pneumonia, dan

Eschericia Coli. Pada anak usia 3-12 bulan bakteri penyebab yang

tersering adalah pneumococcus dan meningococcus. Pada usia di

atas 1 tahun, hampir 95% penyebabnya adalah pneumococcus dan

meningococcus. Mortalitas pada fase akut mencapai 10-20% dengan

sekuele 30%.4

Untuk memperoleh luaran (outcome) meningitis bakteri yang

lebih baik diperlukan pengenalan/diagnosis lebih awal dan

tatalaksana yang cepat termasuk sesegera mungkin memberikan

terapi antibiotika yang sesuai.Tentusaja pemberian antibiotika harus

diawali dengan pemberian steroid.

Pemberian antibiotika sejak awal pada penderita meningitis

bakteri memang akan meningkatkan luaran klinis dan mengurangi

sekuele neurologis. Walaupun demikian, penggunaan antibiotika yang

demikian luas dan tidak terkendali dapat meningkatkan timbulnya

bakteri yang multidrug resisten.Hal ini merupakan masalah di seluruh

dunia.

Dalam sejarah terapi meningitis, dahulu digunakan penicillin

dan chlorampenicol untuk mengobati meningitis. Sejak tahun 1970

pilihan terapi untuk meningitis berubah menggunakan cefotaxime

atau ceftriaxone saja secara tunggal. Sejak tahun 1980-an ditemukan

sejumlah pasien yang tetap menunjukkan gejala klinis setelah terapi

Page 20: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 112 Sanur, 15-16 Nopember 2014

akibat timbulnya resistensi bakteri Streptococcus pneumoniae

terhadap penicillin. Sebagian besar pasien ini berhasil diterapi dengan

menambahkan vancomycin sehingga mempengaruhi rekomendasi

terapi saat ini.

Data terbaru dari National Reference Centre for Pneumococcus

Surveillance memastikan bahwa terjadi penurunan suseptibilitas

terhadap penicillin dari sejumlah strain pneumococcus penyebab

meningitis dan terjadi peningkatan proporsi serotipe yang tidak

termasuk di dalam vaksin.

DIAGNOSIS MENINGITIS 1. Prinsip Utama

Klinisi harus tetap wapada untuk kecurigaan terhadap

meningitis pada bayi dan anak yang menunjukkan gejala sepsis

terutama bila tidak ditemukan fokus infeksi atau bila disertai

dengan penurunan kesadaran. Pengenalan awal dan tatalaksana

awal harus segera dimulai pada keadaan seperti ini.5

2. Manifestasi Klinis

Tidak semua pasien menunjukkan gejala demam, kaku

kuduk dan penurunan kesadaran pada meningitis bakteri

akut.Demam diatas 38oC terjadi pada sekitar 77% kasus. Gejala

klinis dapat berupa infeksi akut dalam beberapa jam sampai

selama 1-2 hari dan bahkan beberapa hari. Sekitar 75% didahului

oleh infeksi saluran pernafasan akut, sekitar 20-30% disertai

kejang. Kaku kuduk dapat dijumpai pada anak yang lebih besar

Page 21: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 113 Sanur, 15-16 Nopember 2014

(>12-18 bulan) sekitar 80% kasus.Defisit neurologis fokal dapat

terjadi pada 33% kasus.Hanya sekitar 44% yang memenuhi kriteria

klinis trias klasik meningitis (demam, kaku kuduk, penurunan

kesadaran). Dengan demikian pada pasien yang menunjukkan

gejala suspek meningitis memerlukan pemeriksaan penunjang

diagnosis.5-7

3. Pemeriksaan penunjang spesifik untuk diagnosis meningitis

Pemeriksaan CSS merupakan hal yang sangat penting

dalam menegakkan diagnosis meningitis.Lumbal punksi harus

dilakukan pada pasien dengan suspek meningitis. Pemeriksaan

penunjang lain yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan

darah rutin (CBC), glukosa darah, elektrolit serum, dan kultur

darah.Pemeriksaan CT scan kepala bukan untuk diagnosis

meningitis bakteri tetapi untuk menentukan adanya komplikasi

meningitis bakteri bila pengobatan tidak memberikan respon yang

adekuat atau untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang

lain seperti perdarahan intracranial.

Analisis CSS dapat menunjukkan warna keruh tergantung

pada jumlah leukosit, eritrosit, bakteri dan protein.Pada meningitis

bakteri yang belum mendapat terapi antibiotika sel leukosit

meningkat antara 1000-5000 sel/mm3, meskipun dapat berkisar

antara 100 sampai lebih dari 10.000 sel/mm3.Lebih dari 90% kasus

meningitis bakteri akut menunjukkan hasil hitung leukosit dalam

CSS >100 sel/µL. Sekitar 80-90% pasien menunjukkan PMN

predominan dan hanya 10% pasien dengan limfosit

predominan.Beberapa penelitian menunjukkan 19% meningitis

Page 22: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 114 Sanur, 15-16 Nopember 2014

bakteri yang terdiagnosis melalui kultur menunjukkan hitung

leukosit dibawah 100sel/mm3.6,8

Pada pasien meningitis bakteri kadar glukosa CSS menurun

(hypoglycorrhachia) sedangkan kadar protein CSS meningkat.

Kadar glukosa CSS <40 mg/dL terjadi paling banyak pada 50-60%

pasien. Rasio kadar glukosa CSS/serum < 0,4 memiliki sensitivitas

80% dan spesifisitas 98% untuk diagnosis meningitis bakteri pada

anak diatas 2 bulan. Kadar protein dalam CSS meningkat pada

90% pasien meningitis bakteri akut. Peningkatan kadar protein >50

mg/ dL dan penurunan kadar glukosa CSS<40% dibandingkan

kadar glukosa serum dianggap abnormal.

Cairan serebrospinal juga diperlukan untuk mengidentifikasi

organisme penyebab dan pemeriksaan sensitivitas terhadap

antibiotik secara in vitro. Kultur merupakan standar baku emas

untuk diagnosis meningitis bakteri. Kultur CSS positip pada 70-

85% pasien meningitis bakteri jika belum mendapat terapi

antibitika tetapi hasil kultur baru diketahui setelah 5-7 hari.

Pemeriksaan pengecatan gram CSS merupakan

pemeriksaan yang cepat, tidak mahal dan cukup valid untuk

menilai adanya bakteri dalam CSS.Pengecatan gram memiliki

sensitivitas 90% dan spesifisitas 97% dalam diagnosis meningitis

bakteri.Manfaat pengecatan gram menurun 20% pada pasien yang

sebelumnya telah mendapatkan terapi antibiotika.

Jika pasien diduga meningitis, kultur darah harus dilakukan

secara rutin sebelum pemberian antibiotika. Kultur darah harus

selalu dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit karena

sangat membantu pada pasien yang telah mendapat antibiotika

Page 23: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 115 Sanur, 15-16 Nopember 2014

sebelum dikerjakan punksi lumbal.Kultur darah dapat membantu

isolasi organisme jika pengambilan CSS dilakukan beberapa jam

sebelum pemberian antibiotika dan pada kasus dimana tidak

didapatkan sampel CSS untuk pemeriksaan analisis maupun kultur

CSS. Kultur darah mengidentifikasi organisme penyebab sekitar

50-80%. Sensitivitas kultur darah menurun 20% pada pasien yang

telah mendapat antibiotika sebelumnya.

Pemeriksaan tes latex aglutinasi merupakan tes diagnosis

yang cepat dengan sensitivitas 50-100% tergantung pada bakteri

patogen.Tes ini sangat sensitif terhadap infeksi oleh Haemophilus

influenza dan paling sensitif terhadap infeksi oleh Neisseria

meningitides. Tes ini tidak dapat mengubah keputusan terapi jika

positip sehingga sangat membantu untuk diagnosis pada pasien

yang telah mendapat terapi antibiotika dimana pengecatan gram

dan kultur menunjukkan hasil yang negatip.

Oleh karena pemeriksaan pengecatan gram dan kultur tidak

selalu dapat mengindentifikasi agen penyebab pada semua pasien

meningitis bakteri akut, metode diagnosis molekuler telah banyak

diteliti. Pemeriksaan penunjang dari beberapa reaktan fase akut

seperti CRP dan procalcitonin dapat digunakan untuk mendukung

tetapi tidak rutin digunakan. Hasil CRP yang normal memiliki

negative predictive value (NPV) yang tinggi dalam diagnosis

meningitis bakteri.6 Peningkatan procalcitonin serum > 5.0 ng/mL

untuk diagnosis meningitis memiliki sensitivitas 94% dan

spesifisitas 100%, namun pemeriksaan ini sangat mahal untuk

saat ini dan tidak selalu tersedia di tempat pelayanan kesehatan

Page 24: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 116 Sanur, 15-16 Nopember 2014

sehingga belum direkomendasikan penggunaannya untuk saat

ini.6,9

SEBERAPA EMERGENSI PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN YANG DIDUGA MENGALAMI MENINGITIS BAKTERI?

Pengenalan gejala meningitis secara dini dan pemberian

antibiotika sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup dan

menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat meningitis

bakteri.Pengenalan lebih dini kondisi pasien yang menunjukkan gejala

meningitis bakteri sangat krusial untuk menurunkan rentang waktu

saat onset gejala pertama dan saat memulai terapi antibiotika.Hal ini

merupakan kunci untuk prognosis yang lebih baik. Dalam meningitis

bakteri semakin awal antibiotik diberikan maka akan meningkatkan

harapan sembuh dan menghasilkan luaran yang semakin baik.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa prognosis yang buruk

dihubungkan dengan keterlambatan lebih dari 3 jam antara saat

pasien tiba di rumah sakit dan pemberian antibiotika. Waktu

pemberian antibiotika pada pasien dengan meningitis bakteri

merupakan suatu konsep yang dianalisa dalam berbagai literature

sementara tidak ada guideline yang nyata seberapa cepat pasien

yang diduga meningitis harus mendapatkan antibiotika.Penelitian

menunjukkan bahwa tertundanya sterilisasi CSS berhubungan

dengan komplikasi neurologi. Diagnosis dan terapi meningitis pada

saat yang tepat merupakan hal yang sangat sulit tetapi sangat penting

untuk mencegah komplikasi penyakit pada pasien yang dapat

bertahan hidup.6,10

Page 25: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 117 Sanur, 15-16 Nopember 2014

PEMBERIAN TERAPI TAMBAHAN “KORTIKOSTERID” SEBELUM TERAPI ANTIBIOTIKA

Pemberian deksametason sebelum memulai terapi antibiotika

direkomendasikan pada meningitis bakteri akut. Dosis yang

dianjurkan adalah 0,5-0,6 mg/kg BB per hari dibagi menjadi 3-4 dosis

selama 3-4 hari. Bukti bukti menunjukkan bahwa pemberian steroid

sebelum pemberian antibiotika (dosis pertama diberikan sebelum

pemberian antibiotika) pada anak menurunkan risiko gangguan

pendengaran dan gejala sisa neurologis.Pemberian steroid tidak

mempengaruhi mortalitas dan tidak berhubungan dengan peningkatan

efek samping steroid. Tetapi belum banyak informasi mengenai

penggunaan steroid pada bayi <3 bulan yang menunjukkan gejala

sepsis.5,8,11

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS YANG RASIONAL PADA MENINGITIS

Pemberian antibiotika sejak awal pada penderita meningitis

bakteri memang akan meningkatkan luaran klinis dan mengurangi

sekuele neurologis. Walaupun demikian, penggunaan antibiotika yang

demikian luas dan tidak terkendali dapat meningkatkan timbulnya

bakteri yang multidrug resisten.Hal ini merupakan masalah di seluruh

dunia. Pemberian antibiotika secara empiris pada pasien dengan

meningitis bakteri seharusnya berdasarkan epidemiologi lokal, usia

pasien dan adanya peyakit spesifik yang mendasari atau faktor risiko

yang mendasari.

Page 26: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 118 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Pemberian antibiotika yang sesuai pada saat awal pada pasien

yang berisiko atau dicurigai mengalami infeksi bakteri sebelum ada

hasil kultur dan sensitivitas didefinisikan sebagai “terapi empiris antibiotika”. Pilihan awal antibiotikauntuk terapi empiris tergantung

pada pengetahuan mengenai kemungkinan bakteri pathogen sebagai

penyebab. Hal ini dapat didasarkan pada usia, riwayat penyakit,

apakah infeksi dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial),

hasil kultur dan sensitivitas bakteri di daerah tersebut.Kurangnya

pengetahuan tentang pemilihan antibiotika yang sesuai dan

munculnya resistensi terhadap antibiotika yang sering digunakan

dapat membahayakan keberhasilan pengobatandi negara yang

sedang berkembang.12

Terdapat variasi yang lebar sehubungan dengan lama

pemberian terapi empiris antibiotika. Standar yang praktis untuk

menghentikan pemberian antiotika empiris adalah segera setelah

hasil kultur darah atau CSS terkonfirmasi hasilnya negatip yaitu dalam

48-72 jam. Meskipunpenelitian prospektif yang adekuat masih

terbatas, dapat disimpulkan bahwa durasi pemberian terapi empiris

antibiotika seharusnya 48-72 jam sambil menunggu hasil konfirmasi

kultur selesai.12

FAKTOR FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN JENIS ANTIBIOTIKA

Dua kunci utama untuk mengoptimalkan terapi antibiotika pada

meningitis bakteri adalah seberapa optimal antibiotika bisa masuk ke

dalam sawar darah otak disamping effektivitas antibiotika.Penetrasi

Page 27: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 119 Sanur, 15-16 Nopember 2014

antibiotika melewati sawar darah otak merupakan hal yang sangat

penting untuk keberhasilan terapi dan juga tergantung pada seberapa

luas terjadinya kerusakan integritas sawar darah otak akibat inflamasi

dan lipophilisitas dan kemampuan ikatan dengan protein serta

interaksi dengan efflux pompa antibiotika. Terapi antibiotika

seharusnya diberikan secara intravena untuk mencapai kadar yang

tinggi di dalam CSS.

Efikasi klinis antibiotika tergantung pada konsentasi antibiotika

dalam CSS dan aktivitas bakterisidal melawan bakteri penyebab

infeksi.Pemahaman yang lebih baik dalam hubungan antara

konsentrasi CSS dan efektivitas antibiotika dapat meningkatkan

luaran klinis.

Berikut ini adalah tabel perbandingan konsentrasi antibiotika

pada meningen yang mengalami inflamasi dan meningen yang tidak

mengalami inflamasi.2 Tabel 1.Estimasi penetrasi antibiotika ke dalam CSS untuk meningitis

bakteri.2

Golongan antibiotika Jenis antibiotika

Konsentrasi penetrasi (CSS: Plasma)

Keterangan Meningen tanpa

inflamasi

Meningen yang

inflamasi Β-lactams Benzylpenicillin 0,02 0,1 Penetrasi ke SSP

buruk. Dosis sitemik yang besar dapat ditoleransi.

Amoxicillin/amphicillin 0,01 0,05 Cefotaxime 0,1 0,2 Ceftriaxone 0,007 0,1 Meropenem 0,1 0,3

Aminoglycosida Gentamycin 0,01 0,1 Penetrasi ke SSP buruk. Dosis dibatasi oleh toksisitas

Amikacin Data (-) 0,1

Glycopeptida Vancomycin 0,01 0,2 Penetrasi ke SSP

buruk. Dosis dibatasi oleh toksisitas

Page 28: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 120 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Fluoroquinolon Ciprofloxacin 0,3 0.4 Penetrasi ke SSP baik. Pada anak tidak direkomendasikan

Moxifloxacin 0,5 0,8 Levofloxacin 0,7 0,8

Obat lain Chloramphenicol 0,6 0,7 Penetrasi ke SSP sangat baik. Dosis dibatasi oleh toksisitas

Rifampicin 0,2 0,3

Obat baru Cefepime 0.1 0,2 Penetrasi ke SSP buruk

Linezolid 0.5 0,7 Penetrasi ke SSP baik

Daftomycin Data (-) 0,05 Penetrasi ke SSP buruk

Tigecycline Data (-) 0,5 Penetrasi baik.

ANTIBIOTIKA APAKAH YANG SEHARUSNYA DIGUNAKAN PADA PASIEN MENINGITIS YANG KEMUNGKINAN JENIS BAKTERI PENYEBABNYA DAPAT DIDUGA?

Ketika bakteri patogen telah teridentifikasi dalam CSS,

berdasarkan pengecatan gram maupun tes sensitivitas in vitro maka

terapi antibiotika dapat dimodifikasi/dikembangkan. Hampir sekitar 60

tahun yang lalu, Eagle dkk menunjukkan bahwa penicillin lebih efektif

membunuh bakteri jika diberikan secara kontinyu dibandingkan

secara bolus.Faktor prediktor keberhasilan terapi adalah waktu saat

konsentrasi terjaga diatas MIC (minimum inhibitory concentration

(MIC).Berdasarkan data data epidemiologi saat ini, sefalosporin

generasi III adalah antibiotika yang sesuai untuk terapi meningitis

secara empiris.Antibiotika ini harus diberikan dengan dosis yang

optimal.

Page 29: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 121 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Tabel 2.Pemilihan terapi antibiotika lini pertama untuk meningitis bakteri akut dihubungkan dengan hasil pengecatan gram CSS.4

Hasil pengecatan gram positip

Suspek bakteri penyebab

Jenis antibiotika yang dapat dipilih

Coccus gram (+) Pneumococcus Cefotaxime/Ceftriaxone Coccus gram (-) Meningococcus Cefotaxime/Ceftriaxone Batang gram (+) Listeria sp. Amoxicillin +gentamicin Batang gram (-) Pada anak <3

bulan E. coli Cefotaxime/Ceftriaxone

+ gentamicin

Hasil pengecatan gram negatip

Suspek bakteri penyebab

Jenis antibiotika yang dapat dipilih

Dalam konteks usia,

imunosupresi, progresifitas

gejala

Listeria Cefotaxime/Ceftriaxone + gentamicin +amoxicillin

Anak < 3 bulan Bukan listeria Cefotaxime/Ceftriaxone + gentamicin

Tabel 3.Antibiotika empiris yang direkomendasikan untuk suspek dan

proven meningitis bakteri akut pada anak >1 bulan.7 Terapi empiris pada pasien dimana kultur darah dan CSS ditunda pengambilannya karena kontra indikasi Rekomendasi terapi Ceftriaxone ATAU Cefotaxime DAN

Vancomycin** Tambahkan Ampicillin untuk mengcover Listeria jika pasien berisiko karena immunocompromised

Hasil Kultur darah dan CSS negatip atau tidak dikerjakan tetapi suspek meningitis didukung oleh gejala klinis dan laboratorium termasuk metode molekuler. Rekomendasi terapi Ceftriaxone ATAU Cefotaxime, TANPA

Vancomycin* * Vancomycin dilanjutkan jika secara lokal epidemiologi terbukti adanya resistensi

Page 30: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 122 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Streptococcus pneumoniae terhadap Cephlaosporin generasi III.

PEMILIHAN ANTIBIOTIKA UNTUK ORGANISME SPESIFIK

Ketika pathogen bakteri telah diketahui baik dari pengecatan

gram maupun kultur maka pemberian antibiotika dapat lebih

spesifik.Keputusan untuk memilih antibiotika spesifik adalah

berdasarkan pengetahuan suseptibilitas in vitro dan penetrasi relatif

ke dalam CSS dalam kondisi meningen terinflamasi.Beberapa bakteri

yang paling sering menimbulkan meningitis serta antibiotik yang

dapat digunakan untuk mengeradikasi akan dibahas berikut ini.

a. Streptococcus pneumonia Apabila belum terjadi penurunan suseptibilitasbakteri

pneumococcus terhadap penicillin maka golongan penicillin

dapat menjadi pilihan. Sejak terjadi peningkatan resistensi di US

mencapai 26-50% dan bahkan mungkin prevalensi resistensi

lebih tinggi di beberapa negara lain maka pilihan terapi antibiotika

terhadap meningitis yang disebabkan oleh bakteri pneumococcus

jadi berubah. Resistensi terhadap penicillin merupakan petanda

menurunnya suseptibilitas terhadap antibiotika yang lain yang

mengacu pada gagalnya terapi meningitis. Pada daerah yang

resistenterhadap cephalosporin, terapi empiris harus

menggunakan vancomycin yang dikombinasikan dengan

cefotaxim atau ceftriaxone sebelum ada hasil kultur dan

sensitivitas in vitro.

Page 31: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 123 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Dengan adanya imunisasi pneumococcus (IPD) heptavalent,

jumlah pasien dengan meningitis oleh serotype yang tidak

termasuk dalam vaksin telah meningkat termasuk yang

disebabkan oleh Streptococcus pneumonia yang resisten.

Bakteri Streptococcus serotype non vaksin lebih suseptibel

terhadap antibiotika kecuali serotype 19A.

b. Hemophilus influenza tipe B Bila strain H. influenza yang menghasilkan Β-lactamase dan

resisten terhadap Chloramphenicol sebagai bakteri penyebab

meningitis maka cephalosporin generasi III menjadi standar

terapi. Cephalosporin generasi III lebih efektif dibandingkan

dengan generasi II dan chloramphenicol meskipun pasien

terinfeksi oleh strain H. influenza tipe B yang sensitive

terhadap chlorampenicol. Angka strain H. influenza yang

menghasilkan β-lactamase bervariasi di berbagai negara ( UK

15%, USA 26%, Perancis 31% dan Spanyol 42%). Resisten

chlorampenicol juga menjadi perhatian pada Negara yang

menggunakan chlorampenicol sebagai antibiotika pilihan

pertama (first-line terapi).Di Jepang prevalensi H.influenza

yang resisten terhadap ampicillin tanpa β-lactamase

meningkat mencapai 35%. Banyak strain H. influenza yang

resisten juga terhadap ceftriaxone.7,14.

c. Neisseria meningitides Rekomendasisaat ini untuk terapi meningitis akibat

meningococcus adalah penicillin G, amoxicillin atau

Page 32: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 124 Sanur, 15-16 Nopember 2014

amphicillin.Walaupun demikian di berbagai Negara telah

teridentifikasi terjadi penurunan suseptibilitas bakteri

meningococcus terhadap penicillin. Dengan demikian secara

empiris pasien dengan meningitis oleh bakteri meningococcus

sebaiknya diterapi dengan cephalosporin generasi III sampai

ada hasil kultur dan sensitivitas bakteri secara in vitro.Tingkat

resistensi terhadap clhorampenicol telah dilaporkan juga

namun kejadiannya masih rendah di berbagai Negara.7,13

d. Listeria monocytogenes Amoxicillin, ampicillin atau penicillin G merupakan pilihan

terapi untuk Listeria meningitis. Beberapa ahli

merekomendasikan untuk menambahkan aminoglikosida

karena dapat meningkatkan efek bakterisidal secara in-vitro

dan terjadi efek sinergis secara in-vivo pada model binatang

coba.14.

e. Aerobic Gram-negative bacilli Masalah yang mendesak saat ini adalah adanya bakteri

batang gram negatip yang multidrug resistant terutama pada

pasien meningitis bakteri yang diasosiasikan dengan infeksi di

rumah sakit.Beberapa contoh bakteri batang gram negatip

adalah Escherichia coli, Acinetobacter baumannii.Bakteri

batang gram negatip yang resisten terhadap sefalosporin

generasi III-IV dan Carbapenems sangat mengurangi pilihan

jenis antibiotika yang dapat digunakan.Pada pasien dengan

infeksi meningitis oleh bakteri Acinetobacter

Page 33: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 125 Sanur, 15-16 Nopember 2014

baumanniiseringkali memerlukan penggunaan antibiotika

empiris meropenem dengan atau tanpa gentamicin atau

amikasin. Jika organism bakteri resisten terhadap

carbapenems maka colistin (colistimethate sodium) atau

polymixin B harus diberikan secara intravena atau bahkan

secara intraventrikuler.7,14

f. Streptococcus agalatiae Pendekatan standar untuk terapi meningitis yang disebabkan

oleh Streptococus grup B adalah amoxicillin atau ampicillin

atau penicillin G dikombinasikan dengan

aminoglycoside.Cephalosporin generasi III dan vancomycin

hanya merupakan pilihan alternative. Pada Streptococcus

grup B yang kurang sensitif, regimen antibiotika yang optimal

belum diketahui jelas termasuk juga efikasi cephalosporin

generasi III dalam keadaan ini belum diketahui pasti14.

g. Staphylococcus aureus Meningitis yang disebabkan oleh S aureus terutama terjadi

setelah prosedur pembedahan seperti pemasangan V-P shunt

atau prosedur ETV. Pilihan antibiotika tergantung pada

prevalensi S. aureus resisten meticillin setempat.Penggunaan

obat penicillin anti-staphylococcal lebih efektif dibandingkan

dengan penggunaanvancomycin sampai dengan hasil tes

sensitivitas selesai14.

Page 34: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 126 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Tabel 4. Antibiotika yang direkomendasikan untuk proven meningitis bakteri pada anak diatas 1 bulan sesuai dengan bakteri spesifik hasil

pemeriksaan kultur dan sensitivitas.7 Bakteri spesifik Recomendasi

terapi Alternatif terapi

S pneumoniae (culture positive) Penicillin susceptible (MIC < 0.06 цg/mL)

Penicillin G ATAU ampicillin

Cefotaxime, ceftriaxone, Chloramphenicol*

Penicillin resistant (MIC > 0.12 цg/mL)DAN Ceftriaxone/Cefotaxime susceptible (MIC < 0.5 цg/mL)

Ceftriaxone ATAU

Cefotaxime

Meropenem

Penicillin resistant (MIC > 0.12 цg/mL) DAN Ceftriaxone/ Cefotaxime intermediate ATAU fully resistance (MIC >1.0 цg/mL)

Ceftriaxone /Cefotaxime DAN

Vancomycin* *Konsul kepada ahli infeksi tropis

Meropenem

Neisseria meningitides Penicillin susceptible (MIC <0.12 цg/mL)

Penicillin G ATAU Ampicillin

Ceftriaxone ATAU CefotaximeChloramphenicol*

Penicillin resistant (MIC ≥0.12 цg/mL)

Ceftriaxone ATAU

Cefotaxime

Meropenem,

Haemophilus influenza Ampicillin susceptible Ampicillin Cefotaxime ATAU

ceftriaxone ATAU Cefepime ATAU chloramphenicol*

Ampicillin resistant Ceftriaxone ATAU

Cefotaxime

Cefepime ATAU chloramphenicol*

Streptococcus agalactiae (Group B Streptococci [GBS]

Penicillin G ATAU Ampicillin DAN Gentamicin selama 5-7 hari pertama sampai

CSS terkonfirmasi

steril

Ceftriaxone ATAU Cefotaxime

Listeria monocytogenes Ampicillin ATAU Penicillin G

Meropenem

Eschericia coli &Enterobacteriaceae

Ceftriaxone ATAU

Meropenem

Page 35: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 127 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Cefotaxime Pseudomonas aeruginosa

Cefepime ATAU Ceftazidime

Meropenem

Staphylococcus aureus Methicillin susceptible Nafcillin atau

oxacillin Vancomycin ATAU meropenem

Methicillin resistance Vancomycin Linezolid Staphylococcus epidermidis

Vancomycin Linezolid

Enterococcus spesies Ampicillin susceptible Ampicillin AND

gentamycin -

Ampicillin resistant Vancomycin AND gentamycin

-

Amphicillin & vancomycin resistant

Linezolid -

Other organisms ** Konsul kepada ahli infeksi tropis

MIC Minimum Inhibitory Concentration *Hati hati pemebrian chloramphenicol pada bayi dan pada penderita anemia.

DOSIS ANTIBIOTIKA PADA MENINGITIS Tabel 5.Dosis antibiotika yang direkomendasikan untuk suspek dan

proven meningitis Bakteri.6,7 Antibiotika Dosis yang direkomendasi untuk bayi > 1 bulan dan

anak Ceftriaxone 100 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, diberikan @ 12 jam.

Atau: loading dose 100 mg/kg, dilanjutkan 12 jam kemudian dengan 100 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, diberikan @ 12 jam. Dosis maksimum 4 g/hari.

Cefotaxime 300 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis diberikan @ 6 jam. Dosis maksimum 8-12 g/hari.

Vancomycin 60 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis, diberikan @ 6 jam dengan konsentrasi 10 mg/L sampai 15 mg/L.

Penicillin G 300.000-400.000 unit/kg/hari dibagi dalam 4-6 dosis, diberikan @ 4-6 jam.

Page 36: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 128 Sanur, 15-16 Nopember 2014

Dosis maksimum 24 juta unit/hari. Ampicillin 300 mg/kg/hari dibagi dalam 4-6 dosis, diberikan @ 4-

6 jam. Dosis maksimum 12 g/hari.

Meropenem 120 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis, diberikan @ 6-8 jam. Dosis maksimum 6 g/hari.

Gentamycin 7,5 mg /kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam

Amikacin 20-30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam

Cefepime 150 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam

Ceftazidime 150 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam

BERAPA LAMA ANTIBIOTIKA DIBERIKAN PADA PROVEN MENINGITIS?

Terapi antibiotika seharusnya diberikan secara intravena untuk

mencapai kadar yang tinggi di dalam CSS. Lama pemberian terapi

antibiotika bervariasi tergantung pada pathogen penyebab infeksi dan

komplikasi.

Rekomendasi lama pemberian antibiotika pada meningitis

tanpa komplikasi berdasarkan bakteri penyebab adalah sebagai

berikut: Tabel 6.Durasi pemberian antibiotika berdasarkan bakteri spesifik.5,7

Streptococcus pneumoniae 10-14 hari Haemophilus inluenzae B 10 hari Neisseria meningitides 7 hari Group B Streptococcus (GBS) 14-21 hari Gram negative rods 21 hari Listeria monocytogenes 21 hari Hasil kultur negative tetapi CSS signifikan menunjukkanpleositosis

Minimal 7 hari

Page 37: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 129 Sanur, 15-16 Nopember 2014

RINGKASAN

Terapi antibiotika pada meningitis harus dimulai segera setelah

pengambilan sampel untuk kultur darah dan CSS pada pasien dengan

gejala klinis suspek meningitis Jangan menunda pemberian

antibiotika sementara menunggu hasil kultur CSS. Pemberian steroid

sebelum pemberian antibiotika pada meningitis bakteri dapat

menurunkan risiko sekuele atau komplikasi neurologis.Pemberian

steroid hanya diberikan pada 3-4 hari pertama.Pemilihan antibiotika

empiris tergantung pada kecurigaan organisme atau bakteri penyebab

meningitis dan perkiraan/kemungkinan pola resistensi kuman lokal.

Hasil kultur dan sensitivitas dapat menuntun untuk melanjutkan

antibiotika yang telah digunakan atau perlunya penggantian

antibiotika. Durasi pemberian antibiotika juga berdasarkan bakteri

penyebab meningitis dan ada tidaknya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Brouwer MC, Heckenberg SGB, Van Well GTJ, Brouwer A,

Delwel EJ, Spanjaard L, et al. SWAB guideline. 2012. Available from: http://www.swab.nl

2. Van de Beek D, Drake JM, Tunkel AR. Nosocomial bacterial meningitis. N Engl J Med. 2010;362:146-54.

3. Chaudhuri A, Martin PM, Kennedy PGE, Seaton RA, Portegies P, Bojar M, Steiner I. EFNS guideline on the management of community-acquired bacterial meningitis: report of an EFNS Task force on acute bacterial meningitis in older children and adults. European Journal of Neurology. 2008;15: 649–59.

4. Guery B, Roblot F, Gauzit R, Varon E, Lina B, Bru JP. Practice guidelines for acute bacterial meningitis (except newborn and nosocomial meningitis). In: Stahl JP, editor. Proceedings of the

Page 38: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur

Dewi Sutriani Mahalini

PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 130 Sanur, 15-16 Nopember 2014

17th Consensus Conference on Anti-Infective Chemotherapy; 2008 Nov 19; Paris, ASIEM 6 rue Albert de Lapparent 75007. p. 1-18

5. NSW Ministry of Health [homepage on the Internet]. Sydney: Infants and children: acute management of bacterial meningitis: Clinical Practice Guideline; 2014 July 15. NSW Kids and Families. Available from: http://www.health.nsw.gov.au/policies/

6. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL, Kaufman BA, Roos KL, Scheld WM, et al. Practice guidelines for the management of bacterial mengitis. Clin Infect Dis. 2004;39:1269-84.

7. Le Saux N. Guidelines for the management of suspected and confirmed bacterial meningitis in Canadian children older than one month of age. Pediatr Child health. 2014;19:141-6.

8. Brouwer MC, Tunkel AR, Van de Beek D. Epidemiology, diagnosis, and antimicrobial treatment of acute bacterial meningitis. Clin Microbiol Rev. 2010;23:467.

9. Quenot JP, Luyt CE, Roche N, Chalumeau M, Charles PE, Claessens YE, et al. Role of biomarkers in the management of antibiotic therapy: an expert panel review II: clinical use of biomarkers for initiation or discontinuation of antibiotic therapy. Annals of Intensive Care. 2013;3:21.

10. Namani S, Koci R, Dedushi K.The outcome of bacterial meningitis in children is related to the initial antimicrobial therapy. Turk J Pediatr. 2010;52:354-9.

11. Devlin CA, Byars II DV. Meningitis: current evidence and best practice. Norfolk: Emergency Medicine; 2011.

12. Sivanandan S, Soraisham AS, Swarnam K.Choice and duration of antimicrobial therapy for neonatal sepsis and meningitis. International Journal of Pediatrics. 2011;1-9.

13. Packham K. Bacterial meningitis and meningococcal septicaemia: management of bacterial meningitis and meningococcal septicaemia in children and young people younger than 16 years in primary and secondary care. NICE clinical guideline. 2010 June;cited 2010 September; 271. Available from:http://www.nice.org.uk/media/5F2/44

14. Van de Beek D, Brouwer M C, Thwaites GE, Tunkel AR. Advances in treatment of bacterial meningitis. Lancet, 2012;380:1693-702.

Page 39: repositori.unud.ac.id filePKB Ilmu Kesehatan Anak XI II v Sanur, 15-16 November 2014 SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur