repositori.unud.ac.id filepkb ilmu kesehatan anak xi ii v sanur, 15-16 november 2014 sambutan kepala...
TRANSCRIPT
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII iii Sanur, 15-16 November 2014
SAMBUTAN KETUA PANITIA PELAKSANA
Om Swastyastu, Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan lindungan-Nya, kita dapat melaksanakan acara Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan yang merupakan suatu kehormatan, kebanggaan sekaligus tanggung jawab yang sangat besar. Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII yang diselenggarakan oleh Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah merupakan salah satu bagian dari usaha peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga medis dengan memberikan informasi terkini dan mampu laksana sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat khususnya meningkatkan derajat kesehatan anak yang setinggi-tingginya. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII dengan tema “Comprehensive management of neonatology, emergency, cardiology and neurology aspect in daily practices” berusaha mempermudah tenaga medis untuk memberikan tata laksana komprehensif terutama di bidang Perinatologi, Kardiologi, Neurologi Anak dan Pediatri Gawat Darurat Kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan kali ini, sehingga dengan kerendahan hati, kami mohon maaf bila dijumpai hal-hal yang kurang berkenan bagi para peserta sekalian. Kepada para pembicara kami mengucapkan banyak terima kasih karena telah menyempatkan waktu untuk menjadi narasumber pada acara ini. Kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan propinsi Bali, Bapak Dekan, Direktur utama RSUP Sanglah, Kepala Bagian/SMF IKA, dan para mitra, kami ucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik. Kepada seluruh panitia, terima kasih atas kerja kerasnya selama ini, semoga dengan kebersamaan dan niat baik, semua rintangan dapat diatasi dengan baik. Akhir kata kami mengucapkan selamat mengikuti Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA FK UNUD/RSUP Sanglah XIII Bali, semoga bermanfaat bagi kita semua. Om Santih Santih Santih Om.
Ketua Panitia PKB XIII
Dr. I Gusti Ngurah Made Suwarba, Sp.A(K)
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII iv Sanur, 15-16 November 2014
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII v Sanur, 15-16 November 2014
SAMBUTAN KEPALA BAGIAN IKA FK UNUD/ RSUP SANGLAH
Om Swastyastu, Marilah kita panjatkanpuji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga kita diberikan kesehatan untuk dapat berkumpul dan mengikuti PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ini diselenggarakan olehBagian/ SMF IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar yang melibatkan Sub bagian Perinatologi, Kardiologi, Neurologi, dan Pediatri Gawat Darurat (PGD) dengan tema “Comprehensive management of neonatology, emergency, cardiology and neurology aspect in daily practices”.
Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terutama dalam menangani kasus-kasus di bidang neonatologi, kegawatdaruratan, kardiologi dan neurologi anak yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal dan terpadu sesuai strata pelayanan kesehatan kita bekerja, baik di tingkat komunitas, pelayanan kesehatan primer, sekunder, maupun tersier.
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar mempunyai tujuan melaksanakan tata kelola pelayanan kesehatan anak yang berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan anak yang setinggi-tingginya untuk mencapai visi pendidikan Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar yaitu sebagai institusi pendidikan dokter spesialis anak kelas dunia.
Bagian/SMF IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar mengucapkan selamat kepada panitia pelaksana Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XIII yang telah mempersiapkan kegiatan ini dan kami berharap topik-topik yang disampaikan dapat membantu pemecahan masalah klinis yang kita jumpai sehari-hari sekaligus meningkatkan kompetensi di bidang tersebut. Kumpulan makalah yang dipresentasikan pada Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan kali ini diharapkan dapat menjadi sumber kepustakaan bagi para sejawat dan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kesehatan Anak.
Akhir kata saya mengucapkan selamat mengikuti Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XIII.
Om Santih Santih Santih Om.
Kepala Bagian IKA FK UNUD/ RSUP Sanglah dr. BagusNgurahPutuArhana, SpA(K)
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII vi Sanur, 15-16 November 2014
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII vii Sanur, 15-16 November 2014
SUSUNAN PANITIA
PELINDUNG Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Kepala Dinas Kesehatan Tingkat I Propinsi Bali Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar PENASEHAT Kepala Bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP SanglahDenpasar Ketua Program Studi PPDS-1 IKA FK UNUD PANITIA PELAKSANA Ketua : Dr. I G N Made Suwarba, Sp.A(K) Wakil Ketua : Dr. Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A(K) Sekretaris I : Dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A(K) Sekretaris II : Dr. I GA N Sugitha Adnyana, Sp.A Bendahara I : Dr. Ketut Ariawati, Sp.A(K) Bendahara II : Dr. Ni Nym Metriani Nesa, MSc,Sp.A Sie Ilmiah
- Dr. Ketut Dewi Kumara Wati, Sp.A(K) - Dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Subanada, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Suparyatha, Sp.A (K) - Dr. Songgot Nauli BR Girsang - Dr. Ni Wayan Kurniawati - Dr. Ruth Daisy Suriadji - Dr. Angeline Susanto - Dr. Ni Komang Tri Apriastini - Dr. Manik Trisna Arysanti - Dr. IB Gde Suwibawa Putra - Dr. Ni Ketut Mena Supiani - Dr. Ni Putu Eka Suwitri - Dr. Ni Komang Diah Saputri - Dr. Maria Priskila - Dr. Putu Anindia Sekarningrum
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII viii Sanur, 15-16 November 2014
- Dr. Luh Putu Swandewi Sie Penggalian Dana
- Prof. Dr. Soetjiningsih, Sp.A(K) - Prof. Dr. Hendra Santoso, Sp.A(K) - Dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A(K) - Dr. I Ketut Suarta, Sp.A(K) - Dr. Kadek Surya Jayanti - Dr. Dinna Auliawati - Dr. Ni Wayan Yuliandari
Sie Sekretariat
- Dr. Eka Gunawijaya, Sp.A(K) - Dr.I Made Dwi Lingga Utama, Sp.A(K) - Dr. I Wayan Gustawan, MSc, Sp.A - Dr. Kissinger Puguh Pramana - Dr. Yuliana - Dr. Ni Nyoman Dania Meirianitha - Dr. Made Ayu Cynthia W - Dr. Made Yunita Saraswati Murya - Dr. Ayu Ketut Surya Dewi - Dr. Kadek Ayu Yani Lastariana - Dr. Putu Andina Pramitasari - Dr. Kadek Apik Lestari - Dr. Eva Jacomina Jemima Sapulete - Dr. A. A. Sagung Dwijayanti Prayoga - Dr. Kristopher May Pamuji - Dr. Ni Luh Sri Apsari - Dr. Ni Made Ayu Agustini - Dr. Kirana Dyah Larasati Budhiarta - Dr. Ni Made Ayu Wirastiti
Sie Sidang dan Protokol
- Dr. I Putu Gede Karyana, Sp.A(K) - Dr. Gusti Ayu Putu Nilawati, Sp.A(K) - Dr. Komang Ayu Witarini, Sp.A
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII ix Sanur, 15-16 November 2014
- Dr. Ni Putu Veny Kartika Yantie, MSc, Sp.A - Dr. Putu Dian Savitri - Dr. Sang Ayu Srimas Ambara - Dr. Ni Putu Mayasri Wulandari - Dr. Putu Fristia Indarini - Dr. Putu Verita Wulandari - Dr. Putu Vivi Paryati - Dr. Ni Putu Yunik Novayanti - Dr. Luh Gde Ayu Pramitha Dewi - Dr. Ni Made Chandra Mayasari - Dr. Ni Luh Sukma Pratiwi Murti - Dr. D. Pratita Acchedya - Dr. Ni Putu Andina Kluniari - Dr. Gst. A. Nym Yulia Sitta Dewi
Sie Konsumsi
- Dr. Putu Siadi Purniti, Sp.A(K) - Dr. IGAP Eka Pratiwi, MKes, Sp.A - Dr. Made Sukmawati, Sp.A - Dr. Ayu Shintia Shanti - Dr. Floria Eva - Dr. Alissya Rachman - Dr. Lurdes Maria Do Rego Leao - Dr. Putu Mas Vina Paramitha C. - Dr. Ni Made Dwiyathi Utami - Dr. Putu Jerry Eka Rahayu - Dr. I Dewa Ayu Dini Primashanti Dewi - Dr. Linda Silvana Sari - Dr. Sri Maya - Dr. Putu Diah Vedaswari - Dr. Ni Luh Gede Wahyuni - Dr. Luh Gede Yuliadewi NS
Sie AVA dan Perlengkapan
- Dr. IG Ngurah Sanjaya Putra, SH, Sp.A(K) - Dr. AANKP Widnyana, Sp.A
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII x Sanur, 15-16 November 2014
- Dr. I Nyoman Budi Hartawan, MSc, Sp.A - Dr. Artawan - Dr. Reddy Lufyan - Dr. Ardanta Dat Topik Tarigan - Dr. Rhefki - Dr. Wayan Sulaksmana Sandhi Parwata - Dr. A.A. Made Wijaya Kusuma - Dr. Wega Upendra SindhuGhosa - Dr. Bagus Ngurah Mahakrishna
Sie Pameran :
- Dr. Putu Junara Putra, Sp.A - Dr. I Nyoman Supadma - Dr. I Gede Ketut Aryana
Sie Dokumentasi dan Publikasi
- Dr. I Made Arimbawa, Sp.A(K) - Dr. Ayu Setyorini MM, MSc, Sp.A - Dr. Ni Luh Putu Surya Candra - Dr. I Gede Deden Susma Sugara
Sie Transportasi dan Akomodasi
- Dr. I Made Kardana, Sp.A(K) - Dr. I Wayan Dharma Artana, Sp.A(K) - Dr. Ida Bagus Ramajaya - Dr. Muhammad Reza Usman - Dr. I Wayan Suradhipa - Dr. Novita Tjiang - Dr. I Made Darma Yuda - Dr. I Putu Antara - Dr. Kadek Dwi Wedantara - Dr. Michael Andika Kirwanto - Dr. Benny Herlianto - Dr. Tristina Wardani - Dr. Made Ardinata
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xi Sanur, 15-16 November 2014
Sie Kerohanian - DR. Dr.I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) - Dr. I Gusti Ayu Alit Suryani - Dr. Ni Wayan Agustini Selumbung
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xii Sanur, 15-16 November 2014
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xiii Sanur, 15-16 November 2014
DAFTAR ISI
Sambutan Ketua Panitia I Sambutan Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Susunan Panitia Daftar Isi Daftar Penulis
Ii iii viii xvii
Penggunaan CPAP pada Bayi Prematur DR. Dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K)
1
Pemberian Surfaktan pada Bayi Prematur Dr. Putu Junara Putra, Sp.A
16
Tunjangan Nutrisi pada Bayi Prematur Dr. Made Sukmawati, Sp.A
30
Distres Napas pada Neonatus: “Apakah Masalah Jantung Bawaan?” DR. Dr. Sukman Tulus Putra, Sp.A(K)
47
Penyakit Jantung Bawaan: “Kapan Saatnya Menjalani Prosedur Koreksi dan Apa Pilihannya?” DR. Dr. Mulyadi M.Djar, Sp.A(K)
60
Penyakit Jantung Bawaan: “Terapi Konservatif bila Belum Memungkinkan Koreksi Jantung” Dr. Eka Gunawijaya, Sp.A(K)
88
Pemilihan Antibiotika pada Meningitis Bakterialis Anak Dr. Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A
112
Diagnosis dan Pemilihan Obat Anti Epilepsi pada Epilepsi Anak Dr. I G N Made Suwarba, Sp.A(K)
136
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xiv Sanur, 15-16 November 2014
Diagnosis dan Tatalaksana First Unprovoked Seizure Dr.Dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K)
154
Early Direct Goal Therapy in Emergency Room Dr.Dadang Hudaya Somasetia, Sp.A(K)
165
Pertimbangan Praktis Pemilihan Cairan di Ruang Gawat Darurat Dr. Antonius Pudjiadi, Sp.A(K)
187
Pertimbangan Praktis Pemilihan Antibiotika di Ruang Gawat Darurat DR.Dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A(K)
200
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII xv Sanur, 15-16 November 2014
DAFTAR PENULIS Rinawati Rohsiswatmo, DR,Dr,Sp.A(K) Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Putu Junara Putra, Dr,Sp.A Divisi Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Made Sukmawati, Dr,Sp.A Divisi Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Sukman Tulus Putra, Dr,Sp.A(K),FACC,FECS Divisi Kardiologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Mulyadi M Djer, DR,dr,Sp.A(K) Divisi Kardiologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Eka Gunawijaya, Dr., Sp.A(K) Divisi Kardiologi Anak Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
Dewi Sutriani Mahalini, Dr.,Sp.A Divisi Neurologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar IGN Suwarba, Dr.,Sp.A(K) Divisi Neurologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Irawan Mangunatmadja, DR,Dr,Sp.A(K) Divisi Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Dadang Hudaya Somasetia, DR, dr., Sp.A (K). Divisi Emergensi & Rawat Intensif Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin. Antonius H Pudjiadi, Dr.,Sp.A(K) Divisi Pediatri Gawat Darurat Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Dyah Kanya Wati, DR,Dr, Sp.A(K) Divisi Pediatri Gawat Darurat Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 109 Sanur, 15-16 Nopember 2014
TERAPI ANTIBIOTIKA YANG RASIONAL PADA BAYI DAN ANAK DENGAN MENINGITIS BAKTERI AKUT
Dewi Sutriani Mahalini Sub-bagian Neurologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Abstrak
Meningitis merupakan suatu terminologi yang menggambarkan
adanya inflamasi pada membran meningen dan/atau cairan
serebrospinal (CSS) yang membungkus dan melindungi otak dan
medulla spinalis.Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
baik infeksi maupun non infeksi.Meningitis bakteri khas ditandai oleh
adanya sindrom infeksi dan pada pemeriksaan CSS (cairan
serebrospinal) dibuktikan adanya bakteri dan/atau terjadi gambaran
analisis yang abnormal secara bermakna.
Tatalaksana awal pada pasien dengan suspek meningitis
bakteri akut tergantung pada pengenalan dini sindrom meningitis,
diagnosis dan evaluasi yang cepat dan pemberian antibiotika dan
terapi tambahan pada meningitis. Untuk memperoleh luaran
(outcome) meningitis bakteri yang lebih baik diagnosis lebih awal dan
tatalaksana yang cepat termasuk sesegera mungkin memberikan
terapi antibiotika yang sesuai. Cefotaxime dan Ceftriaxone adalah
antibiotika utama pada pasien dengan meningitis bakteri akut dari
komunitas. Walaupun telah terbukti dari sistematik review bahwa
terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara terapi penicillin
dan cephalosporin generasi III dalam terapi meningitis, namun
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 110 Sanur, 15-16 Nopember 2014
beberapa negara yang sedang berkembang masih tetap
menggunakan penicillin atau ampicillin-chloramphenicol atau
chlorampenicol saja sebagai standar terapi karena obat ini jauh lebih
murah dibandingkan dengan cephalosporin.Pada makalah ini akan
dibahas khusus mengenai penggunaan antibiotika pada meningitis
bacterial akut dari komunitas.
PENDAHULUAN
Meningitis bakteri akut yang didapat dari komunitas
(Community-acquired bacterial meningitis) selanjutnya dalam tulisan ini disebut denganmeningitis bakteri saja.Meningitis bakteri
khas ditandai oleh adanya sindrom infeksi dan pada pemeriksaan
CSS (cairan serebrospinal) dibuktikan adanya bakteri dan/atau terjadi
gambaran analisis yang abnormal secara bermakna. Adanya infeksi
bakteri pada meningen, terbukti dari pemeriksaan kultur CSS, PCR
dari CSS, pengecatan gram atau test antigen.1,2
Insiden meningitis bakteri jauh lebih tinggi pada anak anak
dibandingkan dewasa. Angka kejadian meningitis di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 2-5 per 100.000 orang di Negara maju dan
diperkirakan insidennya 10 kali lebih tinggi di negara Negara yang
belum maju. Insiden dan case fatality rate (CFR) bervariasi di
berbagai negara. Angka kematian pada penderita meningitis bisa
mencapai 10% bahkan jika tanpa penanganan yang baik angka CFR
dapat mencapai 70% dan sebanyak 30-50% akan mengalami gejala
sisa yang permanen berupa gangguan pendengaran, gangguan
neurologi bahkan kelumpuhan.3 Berdasarkan Consensus Conference
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 111 Sanur, 15-16 Nopember 2014
on Anti-Infective Chemotherapy, di Perancis insiden meningitis bakteri
adalah 44/100.000 pada usia dibawah 1 tahun, 6,9/100.000 pada usia
1-4 tahun. Secara epidemiologi penyebab meningitis bakteri
berhubungan dengan usia. Pada usia 1-3 bulan ditemukan 4 spesies
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah group B
streptococcus, Neisseria meningitides, Streptokokus pneumonia, dan
Eschericia Coli. Pada anak usia 3-12 bulan bakteri penyebab yang
tersering adalah pneumococcus dan meningococcus. Pada usia di
atas 1 tahun, hampir 95% penyebabnya adalah pneumococcus dan
meningococcus. Mortalitas pada fase akut mencapai 10-20% dengan
sekuele 30%.4
Untuk memperoleh luaran (outcome) meningitis bakteri yang
lebih baik diperlukan pengenalan/diagnosis lebih awal dan
tatalaksana yang cepat termasuk sesegera mungkin memberikan
terapi antibiotika yang sesuai.Tentusaja pemberian antibiotika harus
diawali dengan pemberian steroid.
Pemberian antibiotika sejak awal pada penderita meningitis
bakteri memang akan meningkatkan luaran klinis dan mengurangi
sekuele neurologis. Walaupun demikian, penggunaan antibiotika yang
demikian luas dan tidak terkendali dapat meningkatkan timbulnya
bakteri yang multidrug resisten.Hal ini merupakan masalah di seluruh
dunia.
Dalam sejarah terapi meningitis, dahulu digunakan penicillin
dan chlorampenicol untuk mengobati meningitis. Sejak tahun 1970
pilihan terapi untuk meningitis berubah menggunakan cefotaxime
atau ceftriaxone saja secara tunggal. Sejak tahun 1980-an ditemukan
sejumlah pasien yang tetap menunjukkan gejala klinis setelah terapi
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 112 Sanur, 15-16 Nopember 2014
akibat timbulnya resistensi bakteri Streptococcus pneumoniae
terhadap penicillin. Sebagian besar pasien ini berhasil diterapi dengan
menambahkan vancomycin sehingga mempengaruhi rekomendasi
terapi saat ini.
Data terbaru dari National Reference Centre for Pneumococcus
Surveillance memastikan bahwa terjadi penurunan suseptibilitas
terhadap penicillin dari sejumlah strain pneumococcus penyebab
meningitis dan terjadi peningkatan proporsi serotipe yang tidak
termasuk di dalam vaksin.
DIAGNOSIS MENINGITIS 1. Prinsip Utama
Klinisi harus tetap wapada untuk kecurigaan terhadap
meningitis pada bayi dan anak yang menunjukkan gejala sepsis
terutama bila tidak ditemukan fokus infeksi atau bila disertai
dengan penurunan kesadaran. Pengenalan awal dan tatalaksana
awal harus segera dimulai pada keadaan seperti ini.5
2. Manifestasi Klinis
Tidak semua pasien menunjukkan gejala demam, kaku
kuduk dan penurunan kesadaran pada meningitis bakteri
akut.Demam diatas 38oC terjadi pada sekitar 77% kasus. Gejala
klinis dapat berupa infeksi akut dalam beberapa jam sampai
selama 1-2 hari dan bahkan beberapa hari. Sekitar 75% didahului
oleh infeksi saluran pernafasan akut, sekitar 20-30% disertai
kejang. Kaku kuduk dapat dijumpai pada anak yang lebih besar
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 113 Sanur, 15-16 Nopember 2014
(>12-18 bulan) sekitar 80% kasus.Defisit neurologis fokal dapat
terjadi pada 33% kasus.Hanya sekitar 44% yang memenuhi kriteria
klinis trias klasik meningitis (demam, kaku kuduk, penurunan
kesadaran). Dengan demikian pada pasien yang menunjukkan
gejala suspek meningitis memerlukan pemeriksaan penunjang
diagnosis.5-7
3. Pemeriksaan penunjang spesifik untuk diagnosis meningitis
Pemeriksaan CSS merupakan hal yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis meningitis.Lumbal punksi harus
dilakukan pada pasien dengan suspek meningitis. Pemeriksaan
penunjang lain yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan
darah rutin (CBC), glukosa darah, elektrolit serum, dan kultur
darah.Pemeriksaan CT scan kepala bukan untuk diagnosis
meningitis bakteri tetapi untuk menentukan adanya komplikasi
meningitis bakteri bila pengobatan tidak memberikan respon yang
adekuat atau untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang
lain seperti perdarahan intracranial.
Analisis CSS dapat menunjukkan warna keruh tergantung
pada jumlah leukosit, eritrosit, bakteri dan protein.Pada meningitis
bakteri yang belum mendapat terapi antibiotika sel leukosit
meningkat antara 1000-5000 sel/mm3, meskipun dapat berkisar
antara 100 sampai lebih dari 10.000 sel/mm3.Lebih dari 90% kasus
meningitis bakteri akut menunjukkan hasil hitung leukosit dalam
CSS >100 sel/µL. Sekitar 80-90% pasien menunjukkan PMN
predominan dan hanya 10% pasien dengan limfosit
predominan.Beberapa penelitian menunjukkan 19% meningitis
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 114 Sanur, 15-16 Nopember 2014
bakteri yang terdiagnosis melalui kultur menunjukkan hitung
leukosit dibawah 100sel/mm3.6,8
Pada pasien meningitis bakteri kadar glukosa CSS menurun
(hypoglycorrhachia) sedangkan kadar protein CSS meningkat.
Kadar glukosa CSS <40 mg/dL terjadi paling banyak pada 50-60%
pasien. Rasio kadar glukosa CSS/serum < 0,4 memiliki sensitivitas
80% dan spesifisitas 98% untuk diagnosis meningitis bakteri pada
anak diatas 2 bulan. Kadar protein dalam CSS meningkat pada
90% pasien meningitis bakteri akut. Peningkatan kadar protein >50
mg/ dL dan penurunan kadar glukosa CSS<40% dibandingkan
kadar glukosa serum dianggap abnormal.
Cairan serebrospinal juga diperlukan untuk mengidentifikasi
organisme penyebab dan pemeriksaan sensitivitas terhadap
antibiotik secara in vitro. Kultur merupakan standar baku emas
untuk diagnosis meningitis bakteri. Kultur CSS positip pada 70-
85% pasien meningitis bakteri jika belum mendapat terapi
antibitika tetapi hasil kultur baru diketahui setelah 5-7 hari.
Pemeriksaan pengecatan gram CSS merupakan
pemeriksaan yang cepat, tidak mahal dan cukup valid untuk
menilai adanya bakteri dalam CSS.Pengecatan gram memiliki
sensitivitas 90% dan spesifisitas 97% dalam diagnosis meningitis
bakteri.Manfaat pengecatan gram menurun 20% pada pasien yang
sebelumnya telah mendapatkan terapi antibiotika.
Jika pasien diduga meningitis, kultur darah harus dilakukan
secara rutin sebelum pemberian antibiotika. Kultur darah harus
selalu dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit karena
sangat membantu pada pasien yang telah mendapat antibiotika
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 115 Sanur, 15-16 Nopember 2014
sebelum dikerjakan punksi lumbal.Kultur darah dapat membantu
isolasi organisme jika pengambilan CSS dilakukan beberapa jam
sebelum pemberian antibiotika dan pada kasus dimana tidak
didapatkan sampel CSS untuk pemeriksaan analisis maupun kultur
CSS. Kultur darah mengidentifikasi organisme penyebab sekitar
50-80%. Sensitivitas kultur darah menurun 20% pada pasien yang
telah mendapat antibiotika sebelumnya.
Pemeriksaan tes latex aglutinasi merupakan tes diagnosis
yang cepat dengan sensitivitas 50-100% tergantung pada bakteri
patogen.Tes ini sangat sensitif terhadap infeksi oleh Haemophilus
influenza dan paling sensitif terhadap infeksi oleh Neisseria
meningitides. Tes ini tidak dapat mengubah keputusan terapi jika
positip sehingga sangat membantu untuk diagnosis pada pasien
yang telah mendapat terapi antibiotika dimana pengecatan gram
dan kultur menunjukkan hasil yang negatip.
Oleh karena pemeriksaan pengecatan gram dan kultur tidak
selalu dapat mengindentifikasi agen penyebab pada semua pasien
meningitis bakteri akut, metode diagnosis molekuler telah banyak
diteliti. Pemeriksaan penunjang dari beberapa reaktan fase akut
seperti CRP dan procalcitonin dapat digunakan untuk mendukung
tetapi tidak rutin digunakan. Hasil CRP yang normal memiliki
negative predictive value (NPV) yang tinggi dalam diagnosis
meningitis bakteri.6 Peningkatan procalcitonin serum > 5.0 ng/mL
untuk diagnosis meningitis memiliki sensitivitas 94% dan
spesifisitas 100%, namun pemeriksaan ini sangat mahal untuk
saat ini dan tidak selalu tersedia di tempat pelayanan kesehatan
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 116 Sanur, 15-16 Nopember 2014
sehingga belum direkomendasikan penggunaannya untuk saat
ini.6,9
SEBERAPA EMERGENSI PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN YANG DIDUGA MENGALAMI MENINGITIS BAKTERI?
Pengenalan gejala meningitis secara dini dan pemberian
antibiotika sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup dan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat meningitis
bakteri.Pengenalan lebih dini kondisi pasien yang menunjukkan gejala
meningitis bakteri sangat krusial untuk menurunkan rentang waktu
saat onset gejala pertama dan saat memulai terapi antibiotika.Hal ini
merupakan kunci untuk prognosis yang lebih baik. Dalam meningitis
bakteri semakin awal antibiotik diberikan maka akan meningkatkan
harapan sembuh dan menghasilkan luaran yang semakin baik.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa prognosis yang buruk
dihubungkan dengan keterlambatan lebih dari 3 jam antara saat
pasien tiba di rumah sakit dan pemberian antibiotika. Waktu
pemberian antibiotika pada pasien dengan meningitis bakteri
merupakan suatu konsep yang dianalisa dalam berbagai literature
sementara tidak ada guideline yang nyata seberapa cepat pasien
yang diduga meningitis harus mendapatkan antibiotika.Penelitian
menunjukkan bahwa tertundanya sterilisasi CSS berhubungan
dengan komplikasi neurologi. Diagnosis dan terapi meningitis pada
saat yang tepat merupakan hal yang sangat sulit tetapi sangat penting
untuk mencegah komplikasi penyakit pada pasien yang dapat
bertahan hidup.6,10
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 117 Sanur, 15-16 Nopember 2014
PEMBERIAN TERAPI TAMBAHAN “KORTIKOSTERID” SEBELUM TERAPI ANTIBIOTIKA
Pemberian deksametason sebelum memulai terapi antibiotika
direkomendasikan pada meningitis bakteri akut. Dosis yang
dianjurkan adalah 0,5-0,6 mg/kg BB per hari dibagi menjadi 3-4 dosis
selama 3-4 hari. Bukti bukti menunjukkan bahwa pemberian steroid
sebelum pemberian antibiotika (dosis pertama diberikan sebelum
pemberian antibiotika) pada anak menurunkan risiko gangguan
pendengaran dan gejala sisa neurologis.Pemberian steroid tidak
mempengaruhi mortalitas dan tidak berhubungan dengan peningkatan
efek samping steroid. Tetapi belum banyak informasi mengenai
penggunaan steroid pada bayi <3 bulan yang menunjukkan gejala
sepsis.5,8,11
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS YANG RASIONAL PADA MENINGITIS
Pemberian antibiotika sejak awal pada penderita meningitis
bakteri memang akan meningkatkan luaran klinis dan mengurangi
sekuele neurologis. Walaupun demikian, penggunaan antibiotika yang
demikian luas dan tidak terkendali dapat meningkatkan timbulnya
bakteri yang multidrug resisten.Hal ini merupakan masalah di seluruh
dunia. Pemberian antibiotika secara empiris pada pasien dengan
meningitis bakteri seharusnya berdasarkan epidemiologi lokal, usia
pasien dan adanya peyakit spesifik yang mendasari atau faktor risiko
yang mendasari.
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 118 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Pemberian antibiotika yang sesuai pada saat awal pada pasien
yang berisiko atau dicurigai mengalami infeksi bakteri sebelum ada
hasil kultur dan sensitivitas didefinisikan sebagai “terapi empiris antibiotika”. Pilihan awal antibiotikauntuk terapi empiris tergantung
pada pengetahuan mengenai kemungkinan bakteri pathogen sebagai
penyebab. Hal ini dapat didasarkan pada usia, riwayat penyakit,
apakah infeksi dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial),
hasil kultur dan sensitivitas bakteri di daerah tersebut.Kurangnya
pengetahuan tentang pemilihan antibiotika yang sesuai dan
munculnya resistensi terhadap antibiotika yang sering digunakan
dapat membahayakan keberhasilan pengobatandi negara yang
sedang berkembang.12
Terdapat variasi yang lebar sehubungan dengan lama
pemberian terapi empiris antibiotika. Standar yang praktis untuk
menghentikan pemberian antiotika empiris adalah segera setelah
hasil kultur darah atau CSS terkonfirmasi hasilnya negatip yaitu dalam
48-72 jam. Meskipunpenelitian prospektif yang adekuat masih
terbatas, dapat disimpulkan bahwa durasi pemberian terapi empiris
antibiotika seharusnya 48-72 jam sambil menunggu hasil konfirmasi
kultur selesai.12
FAKTOR FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN JENIS ANTIBIOTIKA
Dua kunci utama untuk mengoptimalkan terapi antibiotika pada
meningitis bakteri adalah seberapa optimal antibiotika bisa masuk ke
dalam sawar darah otak disamping effektivitas antibiotika.Penetrasi
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 119 Sanur, 15-16 Nopember 2014
antibiotika melewati sawar darah otak merupakan hal yang sangat
penting untuk keberhasilan terapi dan juga tergantung pada seberapa
luas terjadinya kerusakan integritas sawar darah otak akibat inflamasi
dan lipophilisitas dan kemampuan ikatan dengan protein serta
interaksi dengan efflux pompa antibiotika. Terapi antibiotika
seharusnya diberikan secara intravena untuk mencapai kadar yang
tinggi di dalam CSS.
Efikasi klinis antibiotika tergantung pada konsentasi antibiotika
dalam CSS dan aktivitas bakterisidal melawan bakteri penyebab
infeksi.Pemahaman yang lebih baik dalam hubungan antara
konsentrasi CSS dan efektivitas antibiotika dapat meningkatkan
luaran klinis.
Berikut ini adalah tabel perbandingan konsentrasi antibiotika
pada meningen yang mengalami inflamasi dan meningen yang tidak
mengalami inflamasi.2 Tabel 1.Estimasi penetrasi antibiotika ke dalam CSS untuk meningitis
bakteri.2
Golongan antibiotika Jenis antibiotika
Konsentrasi penetrasi (CSS: Plasma)
Keterangan Meningen tanpa
inflamasi
Meningen yang
inflamasi Β-lactams Benzylpenicillin 0,02 0,1 Penetrasi ke SSP
buruk. Dosis sitemik yang besar dapat ditoleransi.
Amoxicillin/amphicillin 0,01 0,05 Cefotaxime 0,1 0,2 Ceftriaxone 0,007 0,1 Meropenem 0,1 0,3
Aminoglycosida Gentamycin 0,01 0,1 Penetrasi ke SSP buruk. Dosis dibatasi oleh toksisitas
Amikacin Data (-) 0,1
Glycopeptida Vancomycin 0,01 0,2 Penetrasi ke SSP
buruk. Dosis dibatasi oleh toksisitas
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 120 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Fluoroquinolon Ciprofloxacin 0,3 0.4 Penetrasi ke SSP baik. Pada anak tidak direkomendasikan
Moxifloxacin 0,5 0,8 Levofloxacin 0,7 0,8
Obat lain Chloramphenicol 0,6 0,7 Penetrasi ke SSP sangat baik. Dosis dibatasi oleh toksisitas
Rifampicin 0,2 0,3
Obat baru Cefepime 0.1 0,2 Penetrasi ke SSP buruk
Linezolid 0.5 0,7 Penetrasi ke SSP baik
Daftomycin Data (-) 0,05 Penetrasi ke SSP buruk
Tigecycline Data (-) 0,5 Penetrasi baik.
ANTIBIOTIKA APAKAH YANG SEHARUSNYA DIGUNAKAN PADA PASIEN MENINGITIS YANG KEMUNGKINAN JENIS BAKTERI PENYEBABNYA DAPAT DIDUGA?
Ketika bakteri patogen telah teridentifikasi dalam CSS,
berdasarkan pengecatan gram maupun tes sensitivitas in vitro maka
terapi antibiotika dapat dimodifikasi/dikembangkan. Hampir sekitar 60
tahun yang lalu, Eagle dkk menunjukkan bahwa penicillin lebih efektif
membunuh bakteri jika diberikan secara kontinyu dibandingkan
secara bolus.Faktor prediktor keberhasilan terapi adalah waktu saat
konsentrasi terjaga diatas MIC (minimum inhibitory concentration
(MIC).Berdasarkan data data epidemiologi saat ini, sefalosporin
generasi III adalah antibiotika yang sesuai untuk terapi meningitis
secara empiris.Antibiotika ini harus diberikan dengan dosis yang
optimal.
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 121 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Tabel 2.Pemilihan terapi antibiotika lini pertama untuk meningitis bakteri akut dihubungkan dengan hasil pengecatan gram CSS.4
Hasil pengecatan gram positip
Suspek bakteri penyebab
Jenis antibiotika yang dapat dipilih
Coccus gram (+) Pneumococcus Cefotaxime/Ceftriaxone Coccus gram (-) Meningococcus Cefotaxime/Ceftriaxone Batang gram (+) Listeria sp. Amoxicillin +gentamicin Batang gram (-) Pada anak <3
bulan E. coli Cefotaxime/Ceftriaxone
+ gentamicin
Hasil pengecatan gram negatip
Suspek bakteri penyebab
Jenis antibiotika yang dapat dipilih
Dalam konteks usia,
imunosupresi, progresifitas
gejala
Listeria Cefotaxime/Ceftriaxone + gentamicin +amoxicillin
Anak < 3 bulan Bukan listeria Cefotaxime/Ceftriaxone + gentamicin
Tabel 3.Antibiotika empiris yang direkomendasikan untuk suspek dan
proven meningitis bakteri akut pada anak >1 bulan.7 Terapi empiris pada pasien dimana kultur darah dan CSS ditunda pengambilannya karena kontra indikasi Rekomendasi terapi Ceftriaxone ATAU Cefotaxime DAN
Vancomycin** Tambahkan Ampicillin untuk mengcover Listeria jika pasien berisiko karena immunocompromised
Hasil Kultur darah dan CSS negatip atau tidak dikerjakan tetapi suspek meningitis didukung oleh gejala klinis dan laboratorium termasuk metode molekuler. Rekomendasi terapi Ceftriaxone ATAU Cefotaxime, TANPA
Vancomycin* * Vancomycin dilanjutkan jika secara lokal epidemiologi terbukti adanya resistensi
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 122 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Streptococcus pneumoniae terhadap Cephlaosporin generasi III.
PEMILIHAN ANTIBIOTIKA UNTUK ORGANISME SPESIFIK
Ketika pathogen bakteri telah diketahui baik dari pengecatan
gram maupun kultur maka pemberian antibiotika dapat lebih
spesifik.Keputusan untuk memilih antibiotika spesifik adalah
berdasarkan pengetahuan suseptibilitas in vitro dan penetrasi relatif
ke dalam CSS dalam kondisi meningen terinflamasi.Beberapa bakteri
yang paling sering menimbulkan meningitis serta antibiotik yang
dapat digunakan untuk mengeradikasi akan dibahas berikut ini.
a. Streptococcus pneumonia Apabila belum terjadi penurunan suseptibilitasbakteri
pneumococcus terhadap penicillin maka golongan penicillin
dapat menjadi pilihan. Sejak terjadi peningkatan resistensi di US
mencapai 26-50% dan bahkan mungkin prevalensi resistensi
lebih tinggi di beberapa negara lain maka pilihan terapi antibiotika
terhadap meningitis yang disebabkan oleh bakteri pneumococcus
jadi berubah. Resistensi terhadap penicillin merupakan petanda
menurunnya suseptibilitas terhadap antibiotika yang lain yang
mengacu pada gagalnya terapi meningitis. Pada daerah yang
resistenterhadap cephalosporin, terapi empiris harus
menggunakan vancomycin yang dikombinasikan dengan
cefotaxim atau ceftriaxone sebelum ada hasil kultur dan
sensitivitas in vitro.
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 123 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Dengan adanya imunisasi pneumococcus (IPD) heptavalent,
jumlah pasien dengan meningitis oleh serotype yang tidak
termasuk dalam vaksin telah meningkat termasuk yang
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia yang resisten.
Bakteri Streptococcus serotype non vaksin lebih suseptibel
terhadap antibiotika kecuali serotype 19A.
b. Hemophilus influenza tipe B Bila strain H. influenza yang menghasilkan Β-lactamase dan
resisten terhadap Chloramphenicol sebagai bakteri penyebab
meningitis maka cephalosporin generasi III menjadi standar
terapi. Cephalosporin generasi III lebih efektif dibandingkan
dengan generasi II dan chloramphenicol meskipun pasien
terinfeksi oleh strain H. influenza tipe B yang sensitive
terhadap chlorampenicol. Angka strain H. influenza yang
menghasilkan β-lactamase bervariasi di berbagai negara ( UK
15%, USA 26%, Perancis 31% dan Spanyol 42%). Resisten
chlorampenicol juga menjadi perhatian pada Negara yang
menggunakan chlorampenicol sebagai antibiotika pilihan
pertama (first-line terapi).Di Jepang prevalensi H.influenza
yang resisten terhadap ampicillin tanpa β-lactamase
meningkat mencapai 35%. Banyak strain H. influenza yang
resisten juga terhadap ceftriaxone.7,14.
c. Neisseria meningitides Rekomendasisaat ini untuk terapi meningitis akibat
meningococcus adalah penicillin G, amoxicillin atau
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 124 Sanur, 15-16 Nopember 2014
amphicillin.Walaupun demikian di berbagai Negara telah
teridentifikasi terjadi penurunan suseptibilitas bakteri
meningococcus terhadap penicillin. Dengan demikian secara
empiris pasien dengan meningitis oleh bakteri meningococcus
sebaiknya diterapi dengan cephalosporin generasi III sampai
ada hasil kultur dan sensitivitas bakteri secara in vitro.Tingkat
resistensi terhadap clhorampenicol telah dilaporkan juga
namun kejadiannya masih rendah di berbagai Negara.7,13
d. Listeria monocytogenes Amoxicillin, ampicillin atau penicillin G merupakan pilihan
terapi untuk Listeria meningitis. Beberapa ahli
merekomendasikan untuk menambahkan aminoglikosida
karena dapat meningkatkan efek bakterisidal secara in-vitro
dan terjadi efek sinergis secara in-vivo pada model binatang
coba.14.
e. Aerobic Gram-negative bacilli Masalah yang mendesak saat ini adalah adanya bakteri
batang gram negatip yang multidrug resistant terutama pada
pasien meningitis bakteri yang diasosiasikan dengan infeksi di
rumah sakit.Beberapa contoh bakteri batang gram negatip
adalah Escherichia coli, Acinetobacter baumannii.Bakteri
batang gram negatip yang resisten terhadap sefalosporin
generasi III-IV dan Carbapenems sangat mengurangi pilihan
jenis antibiotika yang dapat digunakan.Pada pasien dengan
infeksi meningitis oleh bakteri Acinetobacter
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 125 Sanur, 15-16 Nopember 2014
baumanniiseringkali memerlukan penggunaan antibiotika
empiris meropenem dengan atau tanpa gentamicin atau
amikasin. Jika organism bakteri resisten terhadap
carbapenems maka colistin (colistimethate sodium) atau
polymixin B harus diberikan secara intravena atau bahkan
secara intraventrikuler.7,14
f. Streptococcus agalatiae Pendekatan standar untuk terapi meningitis yang disebabkan
oleh Streptococus grup B adalah amoxicillin atau ampicillin
atau penicillin G dikombinasikan dengan
aminoglycoside.Cephalosporin generasi III dan vancomycin
hanya merupakan pilihan alternative. Pada Streptococcus
grup B yang kurang sensitif, regimen antibiotika yang optimal
belum diketahui jelas termasuk juga efikasi cephalosporin
generasi III dalam keadaan ini belum diketahui pasti14.
g. Staphylococcus aureus Meningitis yang disebabkan oleh S aureus terutama terjadi
setelah prosedur pembedahan seperti pemasangan V-P shunt
atau prosedur ETV. Pilihan antibiotika tergantung pada
prevalensi S. aureus resisten meticillin setempat.Penggunaan
obat penicillin anti-staphylococcal lebih efektif dibandingkan
dengan penggunaanvancomycin sampai dengan hasil tes
sensitivitas selesai14.
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 126 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Tabel 4. Antibiotika yang direkomendasikan untuk proven meningitis bakteri pada anak diatas 1 bulan sesuai dengan bakteri spesifik hasil
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.7 Bakteri spesifik Recomendasi
terapi Alternatif terapi
S pneumoniae (culture positive) Penicillin susceptible (MIC < 0.06 цg/mL)
Penicillin G ATAU ampicillin
Cefotaxime, ceftriaxone, Chloramphenicol*
Penicillin resistant (MIC > 0.12 цg/mL)DAN Ceftriaxone/Cefotaxime susceptible (MIC < 0.5 цg/mL)
Ceftriaxone ATAU
Cefotaxime
Meropenem
Penicillin resistant (MIC > 0.12 цg/mL) DAN Ceftriaxone/ Cefotaxime intermediate ATAU fully resistance (MIC >1.0 цg/mL)
Ceftriaxone /Cefotaxime DAN
Vancomycin* *Konsul kepada ahli infeksi tropis
Meropenem
Neisseria meningitides Penicillin susceptible (MIC <0.12 цg/mL)
Penicillin G ATAU Ampicillin
Ceftriaxone ATAU CefotaximeChloramphenicol*
Penicillin resistant (MIC ≥0.12 цg/mL)
Ceftriaxone ATAU
Cefotaxime
Meropenem,
Haemophilus influenza Ampicillin susceptible Ampicillin Cefotaxime ATAU
ceftriaxone ATAU Cefepime ATAU chloramphenicol*
Ampicillin resistant Ceftriaxone ATAU
Cefotaxime
Cefepime ATAU chloramphenicol*
Streptococcus agalactiae (Group B Streptococci [GBS]
Penicillin G ATAU Ampicillin DAN Gentamicin selama 5-7 hari pertama sampai
CSS terkonfirmasi
steril
Ceftriaxone ATAU Cefotaxime
Listeria monocytogenes Ampicillin ATAU Penicillin G
Meropenem
Eschericia coli &Enterobacteriaceae
Ceftriaxone ATAU
Meropenem
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 127 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Cefotaxime Pseudomonas aeruginosa
Cefepime ATAU Ceftazidime
Meropenem
Staphylococcus aureus Methicillin susceptible Nafcillin atau
oxacillin Vancomycin ATAU meropenem
Methicillin resistance Vancomycin Linezolid Staphylococcus epidermidis
Vancomycin Linezolid
Enterococcus spesies Ampicillin susceptible Ampicillin AND
gentamycin -
Ampicillin resistant Vancomycin AND gentamycin
-
Amphicillin & vancomycin resistant
Linezolid -
Other organisms ** Konsul kepada ahli infeksi tropis
MIC Minimum Inhibitory Concentration *Hati hati pemebrian chloramphenicol pada bayi dan pada penderita anemia.
DOSIS ANTIBIOTIKA PADA MENINGITIS Tabel 5.Dosis antibiotika yang direkomendasikan untuk suspek dan
proven meningitis Bakteri.6,7 Antibiotika Dosis yang direkomendasi untuk bayi > 1 bulan dan
anak Ceftriaxone 100 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, diberikan @ 12 jam.
Atau: loading dose 100 mg/kg, dilanjutkan 12 jam kemudian dengan 100 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, diberikan @ 12 jam. Dosis maksimum 4 g/hari.
Cefotaxime 300 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis diberikan @ 6 jam. Dosis maksimum 8-12 g/hari.
Vancomycin 60 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis, diberikan @ 6 jam dengan konsentrasi 10 mg/L sampai 15 mg/L.
Penicillin G 300.000-400.000 unit/kg/hari dibagi dalam 4-6 dosis, diberikan @ 4-6 jam.
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 128 Sanur, 15-16 Nopember 2014
Dosis maksimum 24 juta unit/hari. Ampicillin 300 mg/kg/hari dibagi dalam 4-6 dosis, diberikan @ 4-
6 jam. Dosis maksimum 12 g/hari.
Meropenem 120 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis, diberikan @ 6-8 jam. Dosis maksimum 6 g/hari.
Gentamycin 7,5 mg /kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam
Amikacin 20-30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam
Cefepime 150 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam
Ceftazidime 150 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan @ 8 jam
BERAPA LAMA ANTIBIOTIKA DIBERIKAN PADA PROVEN MENINGITIS?
Terapi antibiotika seharusnya diberikan secara intravena untuk
mencapai kadar yang tinggi di dalam CSS. Lama pemberian terapi
antibiotika bervariasi tergantung pada pathogen penyebab infeksi dan
komplikasi.
Rekomendasi lama pemberian antibiotika pada meningitis
tanpa komplikasi berdasarkan bakteri penyebab adalah sebagai
berikut: Tabel 6.Durasi pemberian antibiotika berdasarkan bakteri spesifik.5,7
Streptococcus pneumoniae 10-14 hari Haemophilus inluenzae B 10 hari Neisseria meningitides 7 hari Group B Streptococcus (GBS) 14-21 hari Gram negative rods 21 hari Listeria monocytogenes 21 hari Hasil kultur negative tetapi CSS signifikan menunjukkanpleositosis
Minimal 7 hari
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 129 Sanur, 15-16 Nopember 2014
RINGKASAN
Terapi antibiotika pada meningitis harus dimulai segera setelah
pengambilan sampel untuk kultur darah dan CSS pada pasien dengan
gejala klinis suspek meningitis Jangan menunda pemberian
antibiotika sementara menunggu hasil kultur CSS. Pemberian steroid
sebelum pemberian antibiotika pada meningitis bakteri dapat
menurunkan risiko sekuele atau komplikasi neurologis.Pemberian
steroid hanya diberikan pada 3-4 hari pertama.Pemilihan antibiotika
empiris tergantung pada kecurigaan organisme atau bakteri penyebab
meningitis dan perkiraan/kemungkinan pola resistensi kuman lokal.
Hasil kultur dan sensitivitas dapat menuntun untuk melanjutkan
antibiotika yang telah digunakan atau perlunya penggantian
antibiotika. Durasi pemberian antibiotika juga berdasarkan bakteri
penyebab meningitis dan ada tidaknya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Brouwer MC, Heckenberg SGB, Van Well GTJ, Brouwer A,
Delwel EJ, Spanjaard L, et al. SWAB guideline. 2012. Available from: http://www.swab.nl
2. Van de Beek D, Drake JM, Tunkel AR. Nosocomial bacterial meningitis. N Engl J Med. 2010;362:146-54.
3. Chaudhuri A, Martin PM, Kennedy PGE, Seaton RA, Portegies P, Bojar M, Steiner I. EFNS guideline on the management of community-acquired bacterial meningitis: report of an EFNS Task force on acute bacterial meningitis in older children and adults. European Journal of Neurology. 2008;15: 649–59.
4. Guery B, Roblot F, Gauzit R, Varon E, Lina B, Bru JP. Practice guidelines for acute bacterial meningitis (except newborn and nosocomial meningitis). In: Stahl JP, editor. Proceedings of the
Dewi Sutriani Mahalini
PKB Ilmu Kesehatan Anak XIII 130 Sanur, 15-16 Nopember 2014
17th Consensus Conference on Anti-Infective Chemotherapy; 2008 Nov 19; Paris, ASIEM 6 rue Albert de Lapparent 75007. p. 1-18
5. NSW Ministry of Health [homepage on the Internet]. Sydney: Infants and children: acute management of bacterial meningitis: Clinical Practice Guideline; 2014 July 15. NSW Kids and Families. Available from: http://www.health.nsw.gov.au/policies/
6. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL, Kaufman BA, Roos KL, Scheld WM, et al. Practice guidelines for the management of bacterial mengitis. Clin Infect Dis. 2004;39:1269-84.
7. Le Saux N. Guidelines for the management of suspected and confirmed bacterial meningitis in Canadian children older than one month of age. Pediatr Child health. 2014;19:141-6.
8. Brouwer MC, Tunkel AR, Van de Beek D. Epidemiology, diagnosis, and antimicrobial treatment of acute bacterial meningitis. Clin Microbiol Rev. 2010;23:467.
9. Quenot JP, Luyt CE, Roche N, Chalumeau M, Charles PE, Claessens YE, et al. Role of biomarkers in the management of antibiotic therapy: an expert panel review II: clinical use of biomarkers for initiation or discontinuation of antibiotic therapy. Annals of Intensive Care. 2013;3:21.
10. Namani S, Koci R, Dedushi K.The outcome of bacterial meningitis in children is related to the initial antimicrobial therapy. Turk J Pediatr. 2010;52:354-9.
11. Devlin CA, Byars II DV. Meningitis: current evidence and best practice. Norfolk: Emergency Medicine; 2011.
12. Sivanandan S, Soraisham AS, Swarnam K.Choice and duration of antimicrobial therapy for neonatal sepsis and meningitis. International Journal of Pediatrics. 2011;1-9.
13. Packham K. Bacterial meningitis and meningococcal septicaemia: management of bacterial meningitis and meningococcal septicaemia in children and young people younger than 16 years in primary and secondary care. NICE clinical guideline. 2010 June;cited 2010 September; 271. Available from:http://www.nice.org.uk/media/5F2/44
14. Van de Beek D, Brouwer M C, Thwaites GE, Tunkel AR. Advances in treatment of bacterial meningitis. Lancet, 2012;380:1693-702.