ilmu hadits

9
1 Mengenal Ilmu Hadits TANYA: Kenapa kita harus menuntut ilmu Hadits? JAWAB: 1. Karena ia merupakan ilmu yang paling mulia 2. Karena para penuntutnya adalah orang-orang yang menjadi lentera kegelapan. Kalau kita melihat keempat imam madzhab, tiga orang dari mereka (selain Abu Hanifah) dikenal sebagai ahli hadits. Imam Malik memiliki kitab al-Muwaththa` yang berisi banyak hadits. Imam asy-Syafi’i memiliki kitab al-Umm yang banyak berisi hadits-hadits yang beliau ketengahkan sendiri dengan sanadnya, demikian juga dengan bukunya yang terkenal ar-Risalah. Bahkan salah seorang muridnya mengarang Musnad Imam asy-Syafi’i yang diringkasnya dari hadits-hadits yang diriwayatkan beliau di dalam kitab-kitabnya sehingga kitab tersebut lebih dikenal dengan nama Musnad asy-Syafi’i, begitu pula kitab as-Sunnan. Sedangkan Imam Ahmad memang dikenal sebagai tokoh utama Ahli hadits dan justeru tidak diketahui kalau beliau ada mengarang buku dalam masalah fiqih. Hanya saja perlu diketahui, bahwa beliau juga terhitung sebagai Ahli fiqih. Beliau melarang para muridnya menulis sesuatu dengan hanya berpedoman pada akal semata dan menganjurkan mereka menulis hadits. (SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr. Sa’d bin ‘Abdullah al-Humaid, hal.5) Definisi Musthola'ah Hadits HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya. ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW. TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau. SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam. TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam. MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits. Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits Rawi , yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits. Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi 1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu : 1. Ahmad 2. Bukhari 3. Turmudzi 4. Nasa'i 5. Muslim 6. Abu Dawud 7. Ibnu Majah

Upload: mahyuni-ilyadi

Post on 22-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Hadits

1

Mengenal Ilmu HaditsTANYA

Kenapa kita harus menuntut ilmu Hadits

JAWAB

1 Karena ia merupakan ilmu yang paling mulia 2 Karena para penuntutnya adalah orang-orang yang menjadi lentera kegelapan Kalau kita melihat keempat imam madzhab tiga orang dari mereka (selain Abu Hanifah) dikenal sebagai ahli hadits Imam Malik memiliki kitab al-Muwaththa` yang berisi banyak hadits Imam asy-Syafirsquoi memiliki kitab al-Umm yang banyak berisi hadits-hadits yang beliau ketengahkan sendiri dengan sanadnya demikian juga dengan bukunya yang terkenal ar-Risalah Bahkan salah seorang muridnya mengarang Musnad Imam asy-Syafirsquoi yang diringkasnya dari hadits-hadits yang diriwayatkan beliau di dalam kitab-kitabnya sehingga kitab tersebut lebih dikenal dengan nama Musnad asy-Syafirsquoi begitu pula kitab as-Sunnan

Sedangkan Imam Ahmad memang dikenal sebagai tokoh utama Ahli hadits dan justeru tidak diketahui kalau beliau ada mengarang buku dalam masalah fiqih Hanya saja perlu diketahui bahwa beliau juga terhitung sebagai Ahli fiqih Beliau melarang para muridnya menulis sesuatu dengan hanya berpedoman pada akal semata dan menganjurkan mereka menulis hadits

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal5)

Definisi Mustholaah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan perbuatan pernyataan taqrir dan sebagainya

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam

TABIIN ialah orang yang menjumpai sahabat baik perjumpaan itu lama atau sebentar dan dalam keadaan beriman dan islam dan mati dalam keadaan islam

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW atau disebut juga isi hadits

Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits

Rawi yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits

Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi

1 As Sabah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi yaitu 1 Ahmad2 Bukhari3 Turmudzi4 Nasai5 Muslim6 Abu Dawud7 Ibnu Majah

2

2 As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Ahmad

3 Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Bukhari dan Muslim

4 Al Arbaah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Saba) selain Ahmad Bukhari dan Muslim

5 Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Ahmad Bukhari Muslim dan Ibnu Majah

6 Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu Bukhari dan Muslim7 Al Jamaah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh

perawi As Sabah)

Matnul Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sahabat ataupun tabiin Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnul hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Gambaran Sanad

Untuk memahami pengertian sanad dapat digambarkan sebagai berikut Sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat (seorang atau lebih) Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabiin (seorang atau lebih) kemudian tabiin menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim Bukhari Abu Dawud dll

ContohWaktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir) Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah1 Hadits Shohih adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil sempurna ingatan sanadnya

bersambung tidak ber illat dan tidak janggal Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits

2 Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan

3 Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan) bersambung sanadnya dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting

4 Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya

3

Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat

middot Rawinya bersifat Adilmiddot Sempurna ingatanmiddot Sanadnya tidak terputusmiddot Hadits itu tidak berillat danmiddot Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil yaitu

middot Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiatmiddot Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santunmiddot Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan

mengakibatkan penyesalanmiddot Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya

middot Hadits Maudhu adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW baik hal itu disengaja maupun tidak

middot Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan

middot Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan misal yang satu lemah sanadnya sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Maruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar

middot Hadits Muallal (Malul Muall) adalah hadits yang tampaknya baik namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung padahal tidak Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits

middot Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits

middot Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain) disebabkan mendahului atau mengakhirkan

middot Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan)

middot Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata dengan masih tetapnya bentuk tulisannya

middot Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata sedang bentuk tulisannya tidak berubah

middot Hadits Mubham adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan

middot Hadits Syadz (kejanggalan) adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya dari segi pentarjihan

middot Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya disebabkan sudah lanjut usia tertimpa bahaya terbakar atau hilang kitab-kitabnya

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi

middot Hadits Muallaq adalah hadits yang gugur (inqitha) rawinya seorang atau lebih dari awal sanad middot Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya seseorang setelah tabiin middot Hadits Mudallas adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu

tiada bernoda Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis

4

middot Hadits Munqathi adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut

middot Hadits Mudlal adalah hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang atau lebih berturut turut baik sahabat bersama tabiin tabiin bersama tabiit tabiin maupun dua orang sebelum sahabat dan tabiin

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

middot Hadits Mauquf adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus

middot Hadits Maqthu adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabiin serta di mauqufkan padanya baik sanadnya bersambung atau tidak

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu tanpa menyebutkan kemaudhuannya Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah Berikut ini pendapat yang ada yaitu

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif baik untuk menetapkan hukum maupun untuk memberi sugesti amalan utama Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul Araby

Pendapat Kedua Membolehkan kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya untuk memberi sugesti menerangkan keutamaan amal (fadlailul amal dan cerita-cerita bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat seperti halal dan haram dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah)

Para imam seperti Ahmad bin hambal Abdullah bin al Mubarak berkata Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal haram dan hukum-hukum kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya

Karena itu Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadlailul amal Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif yaitu

1 Hadits dhoif itu tidak keterlaluan Oleh karena itu untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta tertuduh dusta dan banyak salah tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadlailul amal

2 Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

3 Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi

[1] Hadits Mutawatir adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta

Syarat syarat hadits mutawatir

1 Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri

2 Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohongdusta

5

3 Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir

[2] Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir

Klasifikasi hadits Ahad

1 Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir

2 Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya

3 Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat

middot Qala ( yaqalu ) Allahumiddot Fima yarwihi anillahi Tabaraka wa Taalamiddot Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

middot Semua lafadz-lafadz Al-Quran adalah mukjizat dan mutawatir sedang hadits qudsi tidak demikianmiddot Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Quran tidak berlaku pada hadits qudsi Seperti larangan

menyentuh membaca pada orang yang berhadats dllmiddot Setiap huruf yang dibaca dari Al-Quran memberikan hak pahala kepada pembacanyamiddot Meriwayatkan Al-Quran tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya

sedang hadits qudsi tidak demikian

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam

1 Yang wajib dibenarkan (diterima)2 Yang wajib ditolak (didustakan tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang

mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam3 Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang

kebenarannya karena ada dua kemungkinan Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak ada beberapa cara diantaranya

1 Atas pengakuan orang yang memalsukannya Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari Umar bin Shub-bin bin Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata artinya Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Quran (Keutamaan Al-Quran) lebih dari 70 hadits yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bidah Menurut pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 2: Ilmu Hadits

2

2 As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Ahmad

3 Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Bukhari dan Muslim

4 Al Arbaah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Saba) selain Ahmad Bukhari dan Muslim

5 Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu Semua nama yang tersebut diatas (As Sabah) selain Ahmad Bukhari Muslim dan Ibnu Majah

6 Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu Bukhari dan Muslim7 Al Jamaah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh

perawi As Sabah)

Matnul Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sahabat ataupun tabiin Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnul hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Gambaran Sanad

Untuk memahami pengertian sanad dapat digambarkan sebagai berikut Sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat (seorang atau lebih) Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabiin (seorang atau lebih) kemudian tabiin menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim Bukhari Abu Dawud dll

ContohWaktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir) Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah1 Hadits Shohih adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil sempurna ingatan sanadnya

bersambung tidak ber illat dan tidak janggal Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits

2 Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan

3 Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan) bersambung sanadnya dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting

4 Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya

3

Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat

middot Rawinya bersifat Adilmiddot Sempurna ingatanmiddot Sanadnya tidak terputusmiddot Hadits itu tidak berillat danmiddot Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil yaitu

middot Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiatmiddot Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santunmiddot Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan

mengakibatkan penyesalanmiddot Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya

middot Hadits Maudhu adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW baik hal itu disengaja maupun tidak

middot Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan

middot Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan misal yang satu lemah sanadnya sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Maruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar

middot Hadits Muallal (Malul Muall) adalah hadits yang tampaknya baik namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung padahal tidak Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits

middot Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits

middot Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain) disebabkan mendahului atau mengakhirkan

middot Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan)

middot Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata dengan masih tetapnya bentuk tulisannya

middot Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata sedang bentuk tulisannya tidak berubah

middot Hadits Mubham adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan

middot Hadits Syadz (kejanggalan) adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya dari segi pentarjihan

middot Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya disebabkan sudah lanjut usia tertimpa bahaya terbakar atau hilang kitab-kitabnya

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi

middot Hadits Muallaq adalah hadits yang gugur (inqitha) rawinya seorang atau lebih dari awal sanad middot Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya seseorang setelah tabiin middot Hadits Mudallas adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu

tiada bernoda Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis

4

middot Hadits Munqathi adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut

middot Hadits Mudlal adalah hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang atau lebih berturut turut baik sahabat bersama tabiin tabiin bersama tabiit tabiin maupun dua orang sebelum sahabat dan tabiin

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

middot Hadits Mauquf adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus

middot Hadits Maqthu adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabiin serta di mauqufkan padanya baik sanadnya bersambung atau tidak

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu tanpa menyebutkan kemaudhuannya Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah Berikut ini pendapat yang ada yaitu

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif baik untuk menetapkan hukum maupun untuk memberi sugesti amalan utama Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul Araby

Pendapat Kedua Membolehkan kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya untuk memberi sugesti menerangkan keutamaan amal (fadlailul amal dan cerita-cerita bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat seperti halal dan haram dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah)

Para imam seperti Ahmad bin hambal Abdullah bin al Mubarak berkata Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal haram dan hukum-hukum kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya

Karena itu Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadlailul amal Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif yaitu

1 Hadits dhoif itu tidak keterlaluan Oleh karena itu untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta tertuduh dusta dan banyak salah tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadlailul amal

2 Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

3 Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi

[1] Hadits Mutawatir adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta

Syarat syarat hadits mutawatir

1 Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri

2 Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohongdusta

5

3 Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir

[2] Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir

Klasifikasi hadits Ahad

1 Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir

2 Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya

3 Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat

middot Qala ( yaqalu ) Allahumiddot Fima yarwihi anillahi Tabaraka wa Taalamiddot Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

middot Semua lafadz-lafadz Al-Quran adalah mukjizat dan mutawatir sedang hadits qudsi tidak demikianmiddot Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Quran tidak berlaku pada hadits qudsi Seperti larangan

menyentuh membaca pada orang yang berhadats dllmiddot Setiap huruf yang dibaca dari Al-Quran memberikan hak pahala kepada pembacanyamiddot Meriwayatkan Al-Quran tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya

sedang hadits qudsi tidak demikian

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam

1 Yang wajib dibenarkan (diterima)2 Yang wajib ditolak (didustakan tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang

mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam3 Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang

kebenarannya karena ada dua kemungkinan Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak ada beberapa cara diantaranya

1 Atas pengakuan orang yang memalsukannya Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari Umar bin Shub-bin bin Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata artinya Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Quran (Keutamaan Al-Quran) lebih dari 70 hadits yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bidah Menurut pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 3: Ilmu Hadits

3

Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat

middot Rawinya bersifat Adilmiddot Sempurna ingatanmiddot Sanadnya tidak terputusmiddot Hadits itu tidak berillat danmiddot Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil yaitu

middot Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiatmiddot Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santunmiddot Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan

mengakibatkan penyesalanmiddot Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya

middot Hadits Maudhu adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW baik hal itu disengaja maupun tidak

middot Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan

middot Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan misal yang satu lemah sanadnya sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Maruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar

middot Hadits Muallal (Malul Muall) adalah hadits yang tampaknya baik namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung padahal tidak Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits

middot Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits

middot Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain) disebabkan mendahului atau mengakhirkan

middot Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan)

middot Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata dengan masih tetapnya bentuk tulisannya

middot Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata sedang bentuk tulisannya tidak berubah

middot Hadits Mubham adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan

middot Hadits Syadz (kejanggalan) adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya dari segi pentarjihan

middot Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya disebabkan sudah lanjut usia tertimpa bahaya terbakar atau hilang kitab-kitabnya

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi

middot Hadits Muallaq adalah hadits yang gugur (inqitha) rawinya seorang atau lebih dari awal sanad middot Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya seseorang setelah tabiin middot Hadits Mudallas adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu

tiada bernoda Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis

4

middot Hadits Munqathi adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut

middot Hadits Mudlal adalah hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang atau lebih berturut turut baik sahabat bersama tabiin tabiin bersama tabiit tabiin maupun dua orang sebelum sahabat dan tabiin

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

middot Hadits Mauquf adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus

middot Hadits Maqthu adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabiin serta di mauqufkan padanya baik sanadnya bersambung atau tidak

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu tanpa menyebutkan kemaudhuannya Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah Berikut ini pendapat yang ada yaitu

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif baik untuk menetapkan hukum maupun untuk memberi sugesti amalan utama Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul Araby

Pendapat Kedua Membolehkan kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya untuk memberi sugesti menerangkan keutamaan amal (fadlailul amal dan cerita-cerita bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat seperti halal dan haram dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah)

Para imam seperti Ahmad bin hambal Abdullah bin al Mubarak berkata Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal haram dan hukum-hukum kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya

Karena itu Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadlailul amal Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif yaitu

1 Hadits dhoif itu tidak keterlaluan Oleh karena itu untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta tertuduh dusta dan banyak salah tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadlailul amal

2 Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

3 Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi

[1] Hadits Mutawatir adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta

Syarat syarat hadits mutawatir

1 Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri

2 Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohongdusta

5

3 Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir

[2] Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir

Klasifikasi hadits Ahad

1 Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir

2 Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya

3 Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat

middot Qala ( yaqalu ) Allahumiddot Fima yarwihi anillahi Tabaraka wa Taalamiddot Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

middot Semua lafadz-lafadz Al-Quran adalah mukjizat dan mutawatir sedang hadits qudsi tidak demikianmiddot Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Quran tidak berlaku pada hadits qudsi Seperti larangan

menyentuh membaca pada orang yang berhadats dllmiddot Setiap huruf yang dibaca dari Al-Quran memberikan hak pahala kepada pembacanyamiddot Meriwayatkan Al-Quran tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya

sedang hadits qudsi tidak demikian

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam

1 Yang wajib dibenarkan (diterima)2 Yang wajib ditolak (didustakan tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang

mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam3 Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang

kebenarannya karena ada dua kemungkinan Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak ada beberapa cara diantaranya

1 Atas pengakuan orang yang memalsukannya Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari Umar bin Shub-bin bin Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata artinya Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Quran (Keutamaan Al-Quran) lebih dari 70 hadits yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bidah Menurut pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 4: Ilmu Hadits

4

middot Hadits Munqathi adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut

middot Hadits Mudlal adalah hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang atau lebih berturut turut baik sahabat bersama tabiin tabiin bersama tabiit tabiin maupun dua orang sebelum sahabat dan tabiin

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

middot Hadits Mauquf adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus

middot Hadits Maqthu adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabiin serta di mauqufkan padanya baik sanadnya bersambung atau tidak

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu tanpa menyebutkan kemaudhuannya Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah Berikut ini pendapat yang ada yaitu

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif baik untuk menetapkan hukum maupun untuk memberi sugesti amalan utama Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul Araby

Pendapat Kedua Membolehkan kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya untuk memberi sugesti menerangkan keutamaan amal (fadlailul amal dan cerita-cerita bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat seperti halal dan haram dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah)

Para imam seperti Ahmad bin hambal Abdullah bin al Mubarak berkata Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal haram dan hukum-hukum kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya

Karena itu Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadlailul amal Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif yaitu

1 Hadits dhoif itu tidak keterlaluan Oleh karena itu untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta tertuduh dusta dan banyak salah tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadlailul amal

2 Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

3 Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi

[1] Hadits Mutawatir adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta

Syarat syarat hadits mutawatir

1 Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri

2 Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohongdusta

5

3 Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir

[2] Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir

Klasifikasi hadits Ahad

1 Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir

2 Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya

3 Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat

middot Qala ( yaqalu ) Allahumiddot Fima yarwihi anillahi Tabaraka wa Taalamiddot Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

middot Semua lafadz-lafadz Al-Quran adalah mukjizat dan mutawatir sedang hadits qudsi tidak demikianmiddot Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Quran tidak berlaku pada hadits qudsi Seperti larangan

menyentuh membaca pada orang yang berhadats dllmiddot Setiap huruf yang dibaca dari Al-Quran memberikan hak pahala kepada pembacanyamiddot Meriwayatkan Al-Quran tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya

sedang hadits qudsi tidak demikian

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam

1 Yang wajib dibenarkan (diterima)2 Yang wajib ditolak (didustakan tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang

mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam3 Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang

kebenarannya karena ada dua kemungkinan Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak ada beberapa cara diantaranya

1 Atas pengakuan orang yang memalsukannya Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari Umar bin Shub-bin bin Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata artinya Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Quran (Keutamaan Al-Quran) lebih dari 70 hadits yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bidah Menurut pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 5: Ilmu Hadits

5

3 Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir

[2] Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir

Klasifikasi hadits Ahad

1 Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir

2 Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya

3 Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat

middot Qala ( yaqalu ) Allahumiddot Fima yarwihi anillahi Tabaraka wa Taalamiddot Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

middot Semua lafadz-lafadz Al-Quran adalah mukjizat dan mutawatir sedang hadits qudsi tidak demikianmiddot Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Quran tidak berlaku pada hadits qudsi Seperti larangan

menyentuh membaca pada orang yang berhadats dllmiddot Setiap huruf yang dibaca dari Al-Quran memberikan hak pahala kepada pembacanyamiddot Meriwayatkan Al-Quran tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya

sedang hadits qudsi tidak demikian

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam

1 Yang wajib dibenarkan (diterima)2 Yang wajib ditolak (didustakan tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang

mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam3 Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang

kebenarannya karena ada dua kemungkinan Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak ada beberapa cara diantaranya

1 Atas pengakuan orang yang memalsukannya Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari Umar bin Shub-bin bin Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata artinya Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu Alaihi Wa Sallam Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Quran (Keutamaan Al-Quran) lebih dari 70 hadits yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bidah Menurut pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 6: Ilmu Hadits

6

Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Quran satu Surah demi Surah (Kitab Al-Baaitsul Hatsiits)

2 Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tandaqorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu

3 Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Quran Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Quran

4 Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya)

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

middot Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje)

middot Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu Umumnya dari golongan Syiah golongan Tareqat golongan Sufi para Ahli Bidah orang-orang Zindiq orang yang menamakan diri mereka Zuhud golongan Karaamiyah para Ahli Cerita dan lain-lain Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan Yang disebut Targhiib atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama At-Tarhiib

middot Untuk mendekatkan diri kepada Sultan Raja Penguasa Presiden dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan

middot Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu)middot Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan

tukang cerita juru khutbah dan lain-lainnya

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

middot Secara Muthlaq meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu

middot Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya

middot Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu maka tidak ada dosa atasnya Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu maka hendaklah segera dia tinggalkannya kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits)

(Sumber Rujukan Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany) Kitab Mushtholahul Hadits - A Hassan)

TANYA

Apa perbedaan antara ungkapan ldquoHaddatsanardquo ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan ldquoAkhbaranardquo ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)

JAWAB

Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer menerima) hadits para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh Bila Syaikh menceritakan tentang hadits baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut maka ini dinamakan dengan as-Samaarsquo yang sering

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 7: Ilmu Hadits

7

diungkapkan dengan kalimat ldquoYuhadditsunirdquo atau ldquoHaddatsanirdquo Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak) yaitu ldquoHaddatsanaardquo karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung maka ia mengungkapkannya dengan ldquoHadtsanirdquo yakni secara sendirian

Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah) seperti misalnya Imam Malik menyerahkan kitabnya ldquoal-Muwaththa`rdquo kepada salah seorang muridnya lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar jika si murid ini salah maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya bila tidak ada yang salah ia terus mendengar Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode ldquoal-lsquoArdhrdquo (pemaparan) dan ldquoQiraa`ah lsquoAla asy-Syaikhrdquo (membaca kepada Syaikh) Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits maka ia harus mengungkapkan dengan ldquoAkhbaranirdquo bukan dengan ldquoHaddatsanirdquo Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut

Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh ldquoHaddatsanardquo dan lafazh ldquoAkhbaranardquo Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya semua itu sama saja Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja Beliau membedakan antara keduanya Karena itu dalam banyak haditsnya kita menemukan beliau memuat hal tersebut Beliau selalu mengatakan ldquoHaddatsanahellipWa Qaala Fulan lsquoAkhbaranardquo ([Si fulan menceritakan beginihellipDan si Fulan [periwayat lain] mengatakan lsquotelah memberitahu kamirsquo [Akhbarana] demikian seterusnya

(SUMBER Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr Sarsquod bin lsquoAbdullah al-Humaid hal61-62)

Apa Itu Hadicircts QudsiySenin 12 April 04

Mukaddimah

Pada kajian ilmu hadits kali ini sengaja kami ketengahkan masalah Hadicircts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas

Untuk itu kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah semoga bermanfaat

Definisi

Secara bahasa (Etimologis) kata ϲγΪϘϟ dinisbahkan kepada kata αΪϘϟ (suci) Artinya hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci yaitu Allah Taala Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah

ϞΟϭΰϋϪΑέϰϟϩΎϳϩΩΎϨγϊϣϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλϲΒϨϟϦϋΎϨϴϟϞϘϧΎϣ

Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya

Perbedaan Antara Hadicircts Qudsiy Dan al-Qur`an

Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya diantaranya adalah

middot Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Taala sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian alias maknanya berasal dari Allah Taala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam

middot Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

middot Syarat validitas al-Quran adalah at-Tawacirctur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadicircts Qudsiy tidak demikian

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 8: Ilmu Hadits

8

Jumlah Hadicircts-Hadicircts Qudsiy

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi maka Hadicircts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits

Contoh

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahicirch-nya dari Abu Dzarr radliyallacirchu anhu dari Nabi Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Taala bahwasanya Dia berfirman

ϱ˶ΩΎ˴Β˶ϋΎ˴ϳ˸Ϯ˵Ϥ˴ϟΎ˴ψ˴Η˴ϼ˴ϓΎ˱ϣή˴Τ˵ϣ˸Ϣ˵Ϝ˴Ϩ˸ϴ˴Α˵Ϫ˵Θ˸Ϡ˴ό˴Ο˴ϭϲ˶δ˸ϔ˴ϧϰ˴Ϡ˴ϋ˴Ϣ˸Ϡψϟ˵Ζ˸ϣή˴Σϲϧ˶

Wahai para hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain) (HRMuslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya

Bagi orang yang meriwayatkan Hadicircts Qudsiy maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya

1 ϞΟϭΰϋϪΑέϦϋϪϳϭήϳΎϤϴϓϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϝΎϗ

Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya Azza Wa Jalla

2 ϢϠγϭϪϴϠϋௌϰϠλௌϝϮγέϪϨϋϩϭέΎϤϴϓˬϰϟΎόΗௌϝΎϗ

Allah Taala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallacirchu alaihi Wa Sallam dari-Nya

Buku Mengenai Hadicircts Qudsiy

Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadicircts Qudsiy adalah kitab ΔϴγΪϘϟΚϳΩΎΣϷΎΑΔϴϨδϟΕΎϓΎΤΗϻ (al-Ithacircfacirct as-Saniyyah Bi al-Ahacircdicircts al-Qudsiyyah) karya Abdur Ra`uf al-Munawiy Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits

(SUMBER Buku Taysicircr Musthalah al-Hadicircts karya DRMahmucircd ath-Thahhacircn h127-128)

Berhujjah Dengan Hadits DlaifSenin 12 April 04

Salah satu fenomena yang marak dilakukan adalah pengamalan hadits Dlarsquoif secara serampangan tanpa pilah dan pilih terlebih dahulu padahal implikasinya amat berbahaya sekali

Oleh karena itu perlu kiranya diketahui kapan berhujjah dan mengamalkan hadits Dlarsquoif itu dibenarkan dan apa pula persyaratannya

Untuk itu disini kita akan membahas sedikit tentang hukum berhujjah dengannya dan persyaratannya

Berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan mengamalkannya perlu ada perinciannya

middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah lsquoaqidah tidak boleh secara ijmarsquo middot Pengamalannya di dalam masalah-masalah hukum (al-Ahkacircm) tidak diperbolehkan juga menurut

mayoritas Ulama middot Sedangkan pengamalannya di dalam Fadlacirc`il al-Arsquomacircl (amalan-amalan yang memiliki keutamaan)

Tafsir al-Maghacircziy (berita-berita seputar peperangan-peperangan) dan Sirah mayoritas para ulama membolehkannya dengan syarat-syarat sebagai berikut - Hadits yang dijadikan hujjahdiamalkan tersebut tidak Dlarsquoif (Lemah) sekali

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)

Page 9: Ilmu Hadits

9

- Permasalahan yang dibicarakan di dalam hadits yang Dlarsquoif tersebut masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum Alias bukan terpisah dan sudah menjadi cabang tersendiri - Ketika mengamalkan hadits Dlarsquoif tersebut tidak meyakini kevalidannya (bahwa ia adalah hadits yang shahih) bahkan harus meyakininya sebagai sikap preventif

Imam an-Nawawy telah menukil ijmarsquo para ulama mengenai hukum mengamalkan hadits Dlarsquoif dalam masalah Fadlacirc`il al-Arsquomacircl padahal sebenarnya ada banyak ulama terkenal yang tidak sependapat dengan hal itu diantaranya Abu Hacirctim Abu Zurrsquoah Ibn al-lsquoAraby asy-Syawkany dan ulama kontemporer Syaikh al-Albany Demikian pula pendapat yang tersirat dari ucapan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim serta petunjuk yang didapat di dalam dua kitab Shahih Shahicirch al-Bukhary dan Shahicirch Muslim

Maka berdasarkan hal ini hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak dalam bab apapun di dalam dien ini dan ketika diucapkandibicarakan semata hal itu untuk sekedar pendekatan (bersifat preventif)

Ibn al-Qayyim mengisyaratkan dimungkinkannya untuk menggunakan Hadits Dlarsquoif tersebut ketika dalam kondisi akan menguatkan dua diantara ucapan yang seimbang Namun pendapat yang tepat adalah bahwa hadits Dlarsquoif tidak boleh diamalkan secara mutlak selama dugaan terhadap validitasnya masih lemah dan selama ia tidak mencapai derajat Hasan Li Ghairihi (Menjadi Hasan karena ada penguatpendukungnya dari sisi sanad dan matan yang lain)

(Disarikan dari Jawaban Syaikh DRrsquoAbdul Karim bin lsquoAbdullah al-Khudlair [Dosen pada Fakultas Ushuluddin di Jacircmirsquoah al-Imam Muhammad bin Sursquoucircd] Majallah lsquoad-Darsquowahrsquo Vol1890 Tgl 29-02-1424 H )

CATATAN

Ada ulama yang menambahkan satu syarat lagi yaitu ketika berhujjah dengan hadits Dlarsquoif dan menyampaikannya di dalam suatu majlis maka harus disebutkan ke-dlarsquoif-an haditst tersebut Wallahu arsquolam

TANYABagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja

JAWAB

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW

Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari bahwa ia pernah berkata ldquoAku hafal 100 ribu hadits shahihrdquo Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan ldquoTapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele)rdquo

Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi

Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan ldquoBukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sinirdquo

Jadi tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya

(SUMBER Asrsquoilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-lsquoAdawi hal14-15 no28)