ikhwamuji.files.wordpress.com … · web viewdalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat...
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas Prinsip Belajar Dan Aplikasinya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Gorontalo, 23 September 2013
Penulis
1
Daftar IsiKata Pengantar ............................................................................................................................ 1
Daftar Isi...................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
2.1 Prinsip-Prinsip Belajar Yang Terkait Dengan Proses Belajar......................................... 5
2.1.1 Perhatian dan Motivasi .......................................................................................... 5
2.2 Keaktifan Belajar ............................................................................................................ 8
2.3 Keterlibatan Langsung Dalam Belajar ............................................................................ 10
2.4 Pengulangan Belajar ....................................................................................................... 10
2.5 Tujuan belajar sebagai pembentukan pemahaman nilai dan sikap ................................. 11
2.6 Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran .......................................................................... 22
2.7 Ciri-Ciri Pembelajaran .................................................................................................... 30
2.8 Pembelajaran Kontekstual .............................................................................................. 30
2.9 Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................... 35
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 36
1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 36
2. Saran ............................................................................................................................... 36
Daftar Pustaka.............................................................................................................................. 37
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.,Belajar
bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati
(dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi
dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang
berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun
teori belajar. Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun
bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, salah
satunya prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini diperlukan oleh seorang
pengajar agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
Prinsip-prinsip pembelajaran juga diperlukan agar setelah melakukan kegiatan belajar
didapatkan hasil yang efektif dan efesien. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat terlaksana
dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip
belajar dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran sehingga guru dapat bertindak secara tepat.
2. Rumusan Masalah
Pengertian dari Belajar
Pengertian dari Prinsip Belajar
Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan proses belajar
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran
3
3. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas kelompok Belajar dan Pembelajaran
Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan Diskusi
Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Belajar secara umum dan implikasinya dalam Belajar
dan pembelajaran
Diharapkan dengan mengetahui secara mendalam Prinsip-Prinsip Belajar dan implikasinya
dalam belajar dan pembelajaran, maka setiap siswa dan guru dapat meningkatkan metode
dan minat dalam belajar dan pembelajaran sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Prinsip-Prinsip Belajar Yang Terkait Dengan Proses Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut
terdapat beberapa prinsip yamg relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi
guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan. serta perbedaan individual.
2.1.1 Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk
belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).
"Motivation is the concept we use when we ddescribe the force action on or whitin an organism
yo initiate and direct behavior"
Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan
tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai
kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
5
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa
dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang crat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap
sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianggap penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti haInya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa
yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untulk belajar
lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa
menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah melakukan kegiatan, dapat
menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner dengan operant
conditioning-nya' (Hal ini dibkarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan).
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi juga
dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang
sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-
sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya. Sedangkan motil ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh
bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya telapi didorong oleh keinginan
naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat
eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat eksternal, walaupun lebih banyak
bersifat ekstemal. Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik yang disebut
'Iransformasi motir'. Sebagai contoh. seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga
6
Kependidikan (LIPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya
menjadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang tuanya,
tetapi setelah belajar heberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang
digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu yang semula
ekstrinsik menjadi intrinsik.
Perhatian
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan. Perhatian
ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat
perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya akan makin haik pula. Oleh
karena itu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
Memunculkan perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya
umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain, atau yang
lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.
Perhatikan contoh kasus dibawah ini
1) Rukiah, salah seorang siswa disuatu sekolah dasar sangat tertarik dengan penjelasan ibu
gurunya tentang perpindahan penduduk. sehingga ia sungguh-sungguh memperhatikan
pelajaran tersebut, karena ia pernah dibawa orang tuanya bertransmigrasi.
2) Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu waku mengikuti pelajaran dengan
penuh perhatian karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan menggunakan alat
peraga yang sebelumnya guru tersebut belum pernah melakukannya.
3) Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam pelajaran IPA.
KeRhatannya mereka sangat sungguh-sungguh menerjakan tugas tersebut. Biasanya
mereka belajar cukup mendengarkan ceramah dari guru.
Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan penuh perhatian akan
tetapi penyebabnya berbeda.
Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian. Karena pelajaran tersebut
memiliki kaitan dengan pengalamannya. Pelajaran tersebut ada kaitan dengan diri siswa.
7
Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena guru mengajar dengan
menggunakan alat peraga, (cara guru mengajar lain dan kebiasaannya)
Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian Karena guru
menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah).
Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1) Belajar dengan permh perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan hasilnya
akan lebih baik.
2) Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau minat
siswa.
b. Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya penggunaan
metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku
hanya didalam kelas saja.
Coba anda pilih salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa anda
ajarkan. Kemukakan upaya apa yang harus anda lakukan untuk:
1) Menarik perhalian siswa dengan cara mengailkan pelajaran tersebut dengan diri siswa
(umpamanya dengan pengalaman mereka).
2) Menarik perhatian siswa dengan cara menciptakan situasi pembelajaran yang bervariasi
(umpamanya dalam penggunaan metode mengajar)
2.2. Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri. Mon Dewey misalnya
mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk
dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
8
Menurut teori kognitif. belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi. (Gage and Berliner, 1984 : 267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari. menermakan fakta.
menganalisis, menafsirkan dan menairik kesimpulan,
Thomdike mengemukakan keakifan siswa dalam belajar dengan bukum "lah. of exercise
" -nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachk berkenan
dengan prinsip keaktifan mengemukakan babwa individu merupakan "manusia belajar yang
selalu ingin tahu, sosial,” (MC Keachk, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir,
1991:105).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka
ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang
susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-
keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu
konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu
aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa ) yang duduk di kelas pada saat pelajaran
berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak terlibat akif didalam situasi pembelajaran
itu, Pada hakikamya siswa tersebut tidak ikut belajar.
Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif
belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan
kadar aktifitas belaiar tersebut.
Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas belajar.
Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode mengajar lain. Sekali untuk
memantapkan pemahaman anda tentang upaya meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa, coba
anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa diajarkan.
Silahkan anda rancang kegiatan-kegiatan belajar yang bagaimana yang harus siswa anda
lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi. Bila sudah selesai anda kerjakan,
silahkan diskusikan deingan guru lain disekolah anda atau guru sesama peserta program
9
2.3. Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa yang,
belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut pengalamannya
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap
hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia
terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana
orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana
cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan
"leaming by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus
dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan
masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
2.4. Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunva pengulangan barangkali yang paling tua
adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat.
mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau
Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum
10
belajarnya “law of exercise", ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah "latihan menjadikan
sempuma" (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991:
51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga
menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan
timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah
laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena
mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut
teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan
pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus
penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa
sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan
seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan
semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Dalam belajar tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk
belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).
2.5 Tujuan belajar sebagai pembentukan pemahaman nilai dan sikap.
a. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman
Tujuan belajar memang merupakan sasaran bagi pembentukan pemahaman seseorang
terhadap hal-hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dipelajari,
sebutlah saja dunia dengan segala isinya, sangatlah penting artinya bagi pembelajar. Pemahaman
pembelajar tehadap dunia dengan segala isinya tidak saja mendatangkan kepuasan bagi
pembelajar, melainkan dapat menempatkan diri pembelajar pada posisi strategik. la akan
11
mempunyai peta dimana ia harus menempatkan diri, ia akan mengetalmi apa yang harus ia
pertuat dan apa yang tidak ia perbuat.
Terjadinya bentrokan-bentrokan di dunia, sebenamya disebabkan kurang adanya saling
pemahaman di antara mereka. MimbuInya saling curiga, juga dapat disebabkan kurang adanva
saling pemahaman. Oleh karena itu terbentuknya pemahaman pembelajaran terhadap sesuatu
yang dipelajari, tidak saja bermanfaat bagi dirinya sendiri, melainkan bermanfaat juga bagi
linkungannya
Pemahaman seseorang terhadap orang lain, malahan dapat menjadikan seseorang melihat
orang lain tidak semata dengan menggunakan perspektif sendiri. la mencoba menangkap
seseorang dengan menggunakan perspektif orang yang dipandang. Dengan cara pandangan
demikian, ia akan mengenal orang yang dipandang tersebut dalam keadaan yang senyatanya, dan
tidak terbatas pada persepsinya sendiri.
Pemahaman terhadap orang lain, juga menjadikan seseorang tidak risau, jika melihat
orang lain berbeda dengan dirinya. la. juga sekaligus tidak membuat dirinya agar seperti orang
lain, dan sebaliknya tidak menuntut orang lain agar seperti dirinya. la akan menjadi dirinya
sendiri, dan memahami jika orang lain juga seperti dirinya.
Singkat kata, pemahaman adalah suatu dasar bagi segala akan seseorang. Ia memberikan
kontribusi yang besar bagi sukses tidaknya seseorang. Lebih jauh pemahaman menjadikan
seseorang saling mengerti, dan lehih lanjut lagi saling menghargai. Pemahaman sekaligus
mencegah timbuInya saling curiga, dan lebih jauh lagi mencegah timbuInya saling bentrokan.
b. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan nilai dan sikap.
Setiap masyarakat, masyarakat manapun, pasti menganut sebuah nilai, Nilai dinlaksud,
adakalanya merupakan produk masyarakat pada kurun waktu yang sejaman dengan mereka.
Malahan, pada masa sekarang ini, nilai-nilai yang dianut oleh sebuah masyarakat, dapat
merupakan kristalisasi dari hasil dialog antara nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi
sebelumnya dengan yang sejaman dengan mereka.
Di era globalisasi seperti saat sekarang, sebagai akibat dari melesatnya perkembangan
teknologi komunikasi, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, dapat merupakan kristalisasi hasil
dialog antara nilai-nilai yang selama ini dianut dengan nilai-nilai baru yang datang dari dunia
luar. Oleh karenanya, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dewasa ini semakin beragam.
12
Dalam belajar, ada nilai-nilai tertentu yang harus diupayakan terbentuk pada diri pembelajar.
Nilai-nilai yang dibentukkan pada diri pembelajar tersebut, tentu nilai-nilai luhur yang secara
universal dianut oleh hampir setiap masyarakat, disamping nilai-nilai luhur yang spesifik dianut
oleh masyarakat dimana pembelajar tersebut berada.
Nilai-nilai luhur yang hampir dianut oleh setiap masyarakat secara universal misaInya
adalah: kebenaran, kejujuran, keindaban, kemerdekaan, saling membantu dan memberi manfaat.
Sementara nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat secara spesifik khususnya di lingkungan
pembelajar banyak ragamnya, seberagam jumlah pembelajar.
Disamping tujuan belajar terkait dengan pembentukan nilai, sekaligus juga terkait dengan
pembentukan sikap. Terbentuknya sebuah sikap, lazim juga didasarkan atas sehuah nilai.
Meskipun nilai bukanlah satu-satunya yang menentukan sikap. Berbedanya nilai-nilai yang
dianut oleb seseorang lazim menjadikan penyebab berbedanya seseorang dalam menyikapi
sesuatu. Sebab, nilai-nilai yang dianut seseorang turut menentukan persepsi seseorang tentang
sesuatu. Pada hal persepsi seseorang terhadap sesuatu lazimnya juga turut menentukan sikap
seseorang terhadap sesuatu.
c. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan, keterampilan-keterampilan personil-sosial,
kognitif dan instrumental.
Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan pembelajar
lain. Oleb karena itu, dalam belaiar seorang pembelajar haruslah mengembangkan kekhasan-
kekhasan yang dimiliki. Keterampilan personal yang dimiliki. Keterampilan p.ersonal yang
dimiliki oleh pembelajar, haruslah dibentuk dan dikembangkan secara terus menerus. Dengan
cara demikian, maka pembelajar akan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan ciri khas
atau karakteristik yang ada pada dirinya.
Selain keterampilan-keterampilan personal dibentuk, keterampilan sosial pembelajar juga
perlu dibentuk. Pembentukan keterampilan sosial demikian tampak urgensinya manakala dilihat
kedudukan pembelajar yang tidak saja sebagai makhluk individu melainkan juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, pembelajar haruslah dapat berinteraksi secara baik
dengan lingkungan sosiaInya, sesama manusia. Maka dari itu, pembentukan keterampilan-
keterampilan sosial pada diri pembelajar dimaksudkan untuk menyiapkan pembelajar agar dapat
hergabung dan berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosialnya.
13
Dengan perkataan lain, jika pembentukan keterampilan personal dimaksud untuk
mengembangkan potensi-potensi bawaan yang ada pada diri pembelajar, maka keterampilan
sosial antara lain dimaksudkan mengkomunikasikan keterampilan personal yang telah terbentuk
dalam lingkungan sosiaInya.
Pembentukan keterampilan kognitif dimaksudkan agar pembelajar secara terus-menerus
menimba ilmu pengetahuan, tanpa batas. Keterampilan kognitif pada diri pembelajar menjadikan
pembelajar haus secara terus menerus terhadap ilmu pengetahuan. Dengan pengembangan yang
terus menerus pembelajar tidak akan ketinggalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan
yang demikian pesat. Dengan pembentukan keterampilan kognitif ini maka pembelajar
memandang belajar bukan sebagai beban melainkan menjadi sebuah kebutuhan.
Pembentukan keterampilan instrumental pada diri pembelajar, mengarahkan pembelajar
sadar pada pembangunan yang sedang digalakkan. Jika keterampilan instrumental ini telah
terbentuk pada diri pembelajar, maka pembelajar punya kesadaran yang sedemikian dalam
terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian ia mengambil bagian secara
aktif di dalamnya, dan tidak sekedar sebagai penonton saja. Kesadaran untuk secara terus
menerus membangun dirinya sendiri dan membangun masyarakat, lingkungan dan bangsanya
adalah sasaran bagi pembentukan keterampilan instrumental ini. Keterampilan instrumental ini
adalah tindak lanjut konkrit dari keterampilan-keterampilan yang ingin dibentuk sebelumnya:
keterampilan personal, sosial dan kognitif
Unsur - unsur dinamis yang terkait di dalam proses belajar
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
dapat berubah dalam proses belajar. Perubahan unsur-unsur tersebut dapat berupa: dan tidak ada
menjadi ada atau sebaliknya, dari lemah menjadi kuat dan sebaliknya, dari sedikit menjadi
banyak dan sebaliknya. Unsur-unsur dinamis tersebut meliputi: motivasi, bahan belajar, alat
bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek pembelajar. Berikut ini akan dijelaskan tentang:
Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar.
Bahan belajar dan upaya penyediaannya.
Alat bantu belajar dan upaya penyediaanya.
Suasana belajar dan upaya pengembangannya.
Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya.
14
1. Motivasi dan Upaya Memotivasi Siswa Untuk Belajar
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan
motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan merangsang.
Slotive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak (echols, 1984). Motif adalah keadaan
dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas
rertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (suryabrata, 1984). Secara serupa Winkels (1987)
mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
alstivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang
diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar. kelangsungan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan (Winkels, 1987).
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan
rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat
sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi,
1975).
Secara garis besar motivasi dapat dibedakan menjadi dua ialah intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam tanpa ada rangsangan dari
luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali
melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana dikemukakan Brown (1981) sebagai
berikut: menarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada
mata pelajaran yang diajarkan. mempunyai antusias yang tinggi seta mengendalikan
perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin
identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakan, kebiasaan, dan moraInya selalu dalanu kontrol
diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh
lingkungammya.
Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang
adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu
lama, ulet, menghadapi kesulitan, dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang
15
diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih
suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-
tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang
diyakini: senang mencari dan memecahkan masalah.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar belajar ialah :
a) Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan mengenal
kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan kekurangannya. Dengan
mengetahui kelebihan dirmya, ia mengukuhkan dan memperkuat kelebihan tersebut.
Dengan mengetabui kekurangan yang ada pada dirinya, siswa akan berusaha
menyempurnakan melalui aktivitas belajar. Di sini siswa akan timbul motivasi
belajarnya.
b) Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya. Sebab, dengan merumuskan
tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas dalam melaksanakan
aktivitas belajar. Siswa juga akan mempunyai target-target belajar, dan ia berusaha
untuk mencapainya.
c) Tunjukkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat mengarahkan bagi
pencapaian tujuan belajar. Dengan ditunjukkannya aktivitas-aktvitas yang dapat
mencapai tujuan, siswa tersebut tidak melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya
dengan pencapaian tujuan dan target belajar. Dengan cara demikian waktu dan tenaga
siswa dapat secara efektif dan efisien dipergunakan mencapai target belajarnya.
d) Kenalkanlah siswa dengan hal-hal yang baru. Sebab hal-hal baru ini dapat
"menghidupkan kembali" hastat ingin tahu siswa. Adanya rasa ingin tahu yang
demikian besar, menimbulkan gairah bagi siswa untu beraktifitas belajar.
e) Buatlah variasi-variasi dalam kegiatan belajar mengajar, supaya siswa tidak bosan.
Sebab, kebosanan pada diri siswa, termasuk dalam aktivitas belajar, hanya akan
memperlemah motivasi saja.
f) Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sebab, evaluasi
yang dilakukan terhadap keberhasilan belajar siswa ini, akan mendorong siswa untuk
belajar. karena ingin dikatakan berhasil belajarnya.
g) Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi yang telah
dilakukan. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui mana aktivitas
16
belajarnya yang benar dan mana yang kurang benar, mana pekerjaannya yang sesuai
dan mana pekerjaannya yang tidak sesuai.
2. Bahan belajar dan upaya penyediaannya
Bahan belajar sangat penting bagi siswa yang melakukan aktivitas belajar. Tanpa ada
yang dipelajari, kemungkinan siswa bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu, supaya siswa
dapat belajar dengan baik, maka bahan belajar ini harus tersedia.
Yang dimaksud bahan belajar adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh pembelajar dalam
melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan ini, bisa berasal dari guru, bisa berasal dari buku-buku
teks, paper, makalah, artikel, disamping dapat berasal dari lapangan objek tertentu.
Penyediaan bahan belajar ini sangat bergantung kepada tujuan belajar, karakteristik
siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor ketersediaaan tidaknya bahan
belajar. Jika tujuan belajar yang ingin ditempuh diaksentuasikan pada penguasaan pengetahuan,
mungkin bahan belajarnya akan lain dengan tujuan belajar yang diaksentuasikan pada
penguasaan konsep-konsep, maka pertyediaan bahan belajarnya lain sekali dengan tujuan belajar
yang dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman langsung.
Karakteristik siswa juga mempengaruhi penyediaan bahan belajar. Pada siswa yang
bertipe auditif, mungkin membutuhkan bahan belajar yang berlainan dengan siswa yang bertipe
visual. Siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa juga menentukan bahan belajarnya. Siasat
belajar dimana guru menjadi tokoh sentralnya, umumnya gurulah yang menjadi penyedia bahan
belajar. Bahkan dalam siasat belajar semacam ini siswa menggantungkan bahan belajar yang
dipelajari dari ceramah atau penyampaian yang dilakukan oleh gurunya. Sementara siasat belajar
di mana siswa diharapkan bisa belajar secara mandiri, bahan belajar tersebut telah disediakan
secara utuh sekaligus beserta petunjuk atau cara mempelajarinya. Pengajaran dengan bahan
belajar modul dan balian belajar buku teks, adalah sekian dari banyak contoh dan siasat belajar
mandiri oleh siswa.
Apapun faktor yang menentukan bahan belajar ini, akhirnya juga bergantung kepada
faktor ketersediaan tidaknya. Mudah didapatkan tidaknya bahan belajar ini, sangat menentukan
penyediaan baban belajar. Apalagi kalau sulit atau tidak mudah didapatkan, maka penyediaan
bahan belajar ini sangat repot.
17
Sungguhpun demikian bahan belajar bagi siswa haruslah diupayakan penyediaannya.
Dalam penyediaan bahan belajar ini, faktor-faktor yang harus menjadi pertimbangan adalah :
a) Cukup menarik. Ini patut menjadi peninibangan, agar bahan belajar tersebut menggugah
rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar. Eka bahannya sendiri tidak menarik,
maka cara penyajiannya yang menaiik. Jadi kalau bahan belajar tersebut terpaksa tidak
menarik, haruslah dikemas dengan menggunakan kemasan yang menarik.
b) Isinya relefan. Relevan isi ini, lazimnnya dikaitkan dengan tujuan belajar. Isi bahan belajar
haruslah mendukung dan memberi kontribusi bagi pencapain tujuan belajar. Relevan isi ini,
juga berkaitan dengan faktor kondisional dan situasional siswa.
c) Mempunyai sekuensi yang tepat. Sekuensi atau urutan penyajian ini sangat penting
diperhatikan dalanu penyediaan bahan belajar. Seharusuya sekuensi bahan ini dari yang
sederhana menuju ke yang kompleks.
d) Informasi yang dibutuhkan ada. Ini sangat penting, agar bahan belajar yang akan dipelajari
tersebut tidak kering,
e) Ada soal latihan. Ini sangat penting, agar siswa dapat menguji diri sendiri, seberapa banyak
!a telah menguasai bahan yang dipelajari.
f) Ada jawaban kunci untuk soal latihan. Kegunaan kunci jawaban bagi soal latihan ini adalah
siswa dapat mencocokkan hasil-hasil latihannya dengan kunci.
g) Ada tes yang sesuai. Tes yang sesuai ini, tentu bergantung kepada bahan belajarnya.
h) Terdapat petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Baban belajar harus dilengkapi dengan
petunjuk bagaimana siswa harus memperbaiki belajarnya, jika ada diantara bahan belajar
yang belum terkuasai.
i) Ada petunjuk lanjutan untuk mempelajari bahan selanjumya. Setelah berhasil menguasai
bahan belajar tertentu siswa tidak akan menungggu petunjuk guru untuk mempelajari bahan
selanjutnya.
3. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya.
Alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar, kesusukannya juga
penting, oleh karena dapat membantu terhadap belajar siswa. Dengan sebuah alat bania bahan
belajar yang abstrak bisa konkrit. Dengan alat bantu bahan belajar yang tidak menarik bisa
18
menjadi menarik. Dengan alat bantu bahan belajar yang meragukan dapat diyakinkan karena
dapat dibuktikan secara empirik
Alat bantu belajar lazim juga disebut media belajar dan piranti Belajar, meskipun tidak
semua median belajar dapat berfungsi sebagai alat bantu. Alat bantu belajar ada kalanya dibeli di
toko-toko buku. atau stationary, tetapi adakalanya dibuat sendiri oleh pembelajar bersama-sama
dengan gurunya. Pada kasus vang pertama pembelajar mendapatkan secara given.
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam upaya menyediakan alat bantu
belajar adalah :
a) Jenis kemampuan apa yang ditargetkan untuk dikuasai oleh pembelajar.
b) Faktor ketersediaan alat bantu tersebut
c) Faktor keterjangkauannya
d) Kepraktisan dan daya tahan alat bantu.
e) Keefektifan dan keefisienan alat bantu
Contoh alat bantu sederhana adalah pena. pensil, papan tulis, kapur tulis, penggaris,
penghapus. Contoh alat bantu yang penggunaannya membutuhkan keterampilan tertentu adalah
skala, rubrik, jangka, 0HP, video, tape recorder, dan media audiovisual lainnya. Beherapa upaya
penyediaan bahan antara lain adalab:
a) Pembelian, jika mampu
b) Pengajuan kepada pemerintah
c) Permobonan bantuan melalui sponsor
d) Membuat sendiri, jika bias
e) Menggerakkan dan mengajak para pembelajar untuk menciptakan dengan memanfaatkan
alam sekitar
4. Suasana belajar dan upaya pengembangannya
Dalam pandangan tradisional suasana belajar yang kondusif adalahh jika di dalam sebuah
kelas terasa tenang sementara para siswa bisa mendengarkan apa yang diceramahkan gurunya.
Oleh karena itu, pandangan tradisional tsb, maka kelas yang baik dalam belajar mengajar adalah
kelas yang siswanya duduk dengan tenang, berdiam diri sambil mendengarkan pengajaran yang
dilakukan guru. Umumnya, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang
deceermahkan guru, terkecuali guru telah memberikan kesempatan.
19
Dalam pandangan sekarang suasana belajar yang kondusif adalah suasana yang
mendukung bagi terciptanya kegiatan belajar. Yaitu suasana yang interaktif dimana para siswa
giat belajar. suasana yang interaktif belajar di dalamnya, tentu tidak dibatasi ketika ditunggui
oleh gurunya. Pada saat guru sedang menunggui misalkan saja, siswa tetap aktif dan giat belajar.
Suasana belajar yang kondusif demikian tidak terjadi dengan sendirinya. la harus dirancang oleh
guru melalui sebuah rancangan pengajaran sebuah suasana belajar dikatakan kondusif manakala :
a) Siswa tekun mengerjakan sesuatu yang semestinya dikerjakan.
b) Siswa aktif berinteraksi tidak saja hanya dengan gurunya melainkan aktif berinteraksi
dengan siswa-siswa yang lain.
c) Siswa secara bebas mengerjakan segala hal yang dapat mencapai tujuan belajarnya.
d) Kreativitas siswa mendapatkan penghargaan yang sepantasnya, dan bakan sebaliknya.
Agar suasana belajar tersebut kondusif, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah :
a) Buatlah kontak pengajaran dengan para siswa
b) Rancanglah aktivitas belajar siswa
c) Berikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
d) Buatlah suasana yang demokratis. agar tidak menakutkan bagi para siswa dalana
beraktivitas.
e) Rancanglah ruangan belajar sefleksibel mungkin hingga mudah dirubah-ubah.
f) Jangan gampang memberikan penghukumn terhadap siswa, lebih-lebibh jika kepada siswa
yang belum tentu bersalah.
g) Hargailah siswa-siswa mencoba cara-cara dan metede-metode baru
5. Kondisi Subjek Belajar dan Upaya Penyiapan dan Peneguhannya.
Kondisi subjek belajar sebenamya berbeda-beda. Kondisi subjek belajar yang kelihatannya
samapun, manakala diteliti lebib dalam, akan kelibatan perbedaannya. Oleh karena stu, dalam
kclompok siswa yang homogen pun, sebenamya kalau dilihat lebih dalam akan tampak
heterogenitasnya.
Kondis subjek belajar dapat dibedakan atas hal-hal yang bersifat lahiriah, dan hal-hal yang
bersifat batiniah atau hal-hal yang bersifat fisik dan hal-hal yang hersifat psikologis. Dari segi
lahiriah atau fisik, subjek belajar bisa berbeda: ukuran tubuhnya, kekuatan tubuhnya, kesehatan
fisiknya, daya tahan fisiknya, kesegaran dan kebugam jasmaninya. Mereka yang berada pada
20
kondisi lebih, misalnya lebih besar/tingai. khib kuat lebih sehat lebih tinggi daya tahannya dan
khib segarIbLigar, umumnya tehih mendukung bagi aktivitas belajarnya dibandingkan dengan
mereka yang berada pada posisi kurang.
Dari segi psikis, kondisi subjek belajar juga berbeda dari segi: intelegensinya, bakatnya,
militansi kerjanya, motivasi instrinsik atau motivasi berprestasinya, kematangannya aspirasi dan
punya, ambisi-ambisinya.
Mereka yang mempunyai inteligensi tinggi umumnya lebih gampang berhasilnya
dibandingkan yang berintelegensi rendah. Demikian juga yang mempunyai bakat khusus, yang
tinggi militansi kerjanya, yang tinggi motivasi intrinsiknya, yang besar ambisinya, dan yang
lebih stabil emosinya.
Oleh karena beragamnya kondisi subjek belajar tersebut, dan tidak senuttiasa menetapnya
kondisi belajar tersebut, maka hs ada upaya-upaya unruk menyiapkan mereka dan sekaligus
meneguhkannya. Dengan penyiapan yang terancang dan dengan upaya-upaya peneguhan
diharapkan mendukung aktivitas belajar.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan kondisi objek belajar khususnya dari
segi fisiknya adalah:
a) Memenuhi subjek belajar dengan gizi dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan.
b) Penyegaran fisik subjek belajar dengan olahraga atau latihan-latihan fisik seperti senam.
c) Memeriksakan tubuh subjek belajar secara teratax kepada dokter agar dapat dicegah
timbulnya penyakit yang memungkinkan terganggunya belajar mengajar.
Sementara itu, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan psikis subjek
belajar adalah :
a) Memperkenalkan dengan lingkungan belajar yang mangkin baru bagi mereka.
b) Memelihara keseimbangan emosi mereka, agar secara psikologis mereka merasa aman.
c) Mengasah kondisi psikis mereka dengan latihan-latihan.
d) Menerima mereka apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga
subjek belajar tidak merasa tertolak oleh lingkungunya.
21
2.6 Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran.
Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian populer
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistim pengajaran terdiri dari: siswa, guru dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur,
fotografl, slide, dan film audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang
kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistim pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas, atau di sekolah, karena diwamai
dengan organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan untuk
pembelajaran peserta didik.
Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian belajar menurut abli psikologi.
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi terdapat hubungan
yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu
sama lain.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan pandangannya
masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan.
berbagai rumusan yang ada pada dasarnya berlandaskan pada teori tertentu.
a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peseta didik/siswa di sekolah.
Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang mementingkan mata
ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan ini terkandung konsep-konsep
sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan
Masa depan kehidupan anak ditentukan oleb orang tua. Mereka dianggap paling
mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Itu sebabnya, orang tua berkewajiban menentukan
akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah berfungsi mempersiapkan mereka agar mampu hidup
dalam masyarakat yang akan datang.
22
2. Pembelajaran merupakan proses penyampaian pengetahuan
Penyampaian pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan
cara menuangkan pengetahuan kepada siswa. Umumnya guru menggunakan metode "formal
step" dari J. Herbart berdasarkan asas asosiasi dan reproduksi atas tanggapan/kesan. Cara
penyampaian pengetahuan tersebut berdasarkan ajaran dalann psikologi asosiasi.
3. Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.
Pengetahuan sangat penting bagi manusia. Barang siapa menguasai pengetahuan, maka
dia dapat berkuasa.: “knowledge is power". Pengetalman bersumber dari perangkat mata ajaran
yang disampaikan di sekolah. Para pakar yang mendukung teori ini berpendapat bahwa mata
ajaran berasal dari pengalaman-pengalaman orang tua, masa lampau yang berlangsung sepanjang
kehidupan manusia. Pengalaman-pengalaman itu diselidiki, disusun secara sistematis dan logis,
sehingga tercipta yang kita sebut mata ajaran (H. Alberty 1953). Mata ajaran itu diuraikan,
disusun dan dimuat dalam buku pelajaran dan berbagai referensi lainnya.
4. Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa.
Peranan guru sangat dominan. Dia menentukan segala hal yang dianggap tepat untuk
disajikan kepada para siswanva. Guru dipandang sebagai orang yang serba mengetahui, berarti
guru adalah yang paling pandai. Dia mempersiapkim tugas-tugas memberikan latihan-latihan dan
menentukan peraturan kemajuan tiap siswa.
5. Siswa selalu bersikap dan betindak pasif
Siswa dianggap sebagai tong kosong, belum mengetahui apa-apa. Dia hanya menerima
apa yang diberikan okh gurunya. Siswa bersikap sebagai pendengar, pengikut, pelaksana tugas.
Kebutuhan, minat. tujuan, abilitas dan lain-lain yang dimiliki oleh siswa diabaikan dan tidak
mendapat perhatian guru.
6. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.
Pembelajaran dilaksanakan dalam batas-batas ruang kelas saja, sedangkan pembelajaran
di luar kelas tak pernah dilakukan. Tembok sekolah menjadi benteng yang kuat yang membatasi
hubungan-hubungan dengan kehidupan masyarakat. Para siswa duduk pada bangku yang berdiri
kokoh, tak bisa dipindah-pindahkan. Mereka duduk dengan rapi dan kaku secara rutin setiap hari.
23
Ruangan kelas dipandang sebagai ruang penyelamat, ruang memberi kehidupan. Belajar dalam
batas-batas ruangan itu adalah yang paling baik.
Wrighstone, berkata sebagai berikut :
........... the immediate implications of the older principles when they are applied to the
classroom:
a) The classroom is a restrkted from of social life, and Aildren's experiences are limited there
in to academk lessons.
b) The qukkest an most through method of leaming lessons is to allot a certain portion of the
school day it instruction in separate subjects.
c) Children's interests whkh do not confrom to the set currkulum should be the regarded.
d) The real objectives of classroom instruction, consist to a belajar degree in the aguisition of
the content matter of each subject.
e) Teaching the conventional subjects is the wisest method of achieving social progress (J.
Wayner Wrighstone, 1935).
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan sekolah.
Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandinglean dengan rumusan pertama, namun
antara keduanya memiliki pola pikiran yang seirama. Implikasi dari rumusan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya.
Peserta didik hidup dalam pola kebudayaan masyarakatnya. Manusia berbudaya adalah
manusia yang mampu hidup dalam pola tersebut. Peserta didik diajar agar memiliki kemainpuan
dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat itu.
2. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan.
Para siswa dipandang sebagai keturunan orang tua dan orang tua adalah keturunan
neneknya dan seterusnya, demikian terus terjadi proses turun temurun. Dengan sendirmya apa
yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu harus diwariskan kepada keturunan
24
berikumya. Upaya pewarisan itu dilakukan metalui berbagai prosedur: pengajaran, media
hubungan pribadi dan sebagainya. Bila dilakukan melalui pengajaran, maka proses yang telah
dikemukakan dalam proses perumusan pertama berlaku dan dilaksanakan dengan teknik yang
sama.
3. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.
Yang termasuk kebudayaan adalah kebiasaan orang berpikir dan berbuat seperti:
kehidupan keluarga, cara menyediakan makanan, bahasa, pemerintahan, ukuran moral,
kepereayaan agama, dan bentuk-bentuk ekspresi seni. Kebudayaan merupakan kumpulan
daripada warisan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan pada pengertian mi, kebudayaan itu
bersifat non material., dan bersifat abstrak, ada dalam jiwa dan kepribadian manusia. Benda-
benda bersifat material sesungguhnya adalah hasil dari keterampilan manusia (Worcester, 1969).
Kebudayaan dan hasil kebudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya berupa benda-benda
dan non benda, tertulis dan lisan, dan berbagai bentuk tingkah laku norma dan lain-lain.
4. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan
Generasi muda berfungsi sebagai generasi penerus. Mereka perlu dipersiapkan
sedemikian rupa agar benar-benar siap melanjutkan hasil yang telah dicapai oleh generasi yang
ada sekarang. Kebudayaan yang diwariskan kepada mereka harus dikuasai dan dikembangkan,
sehingga mereka menjadi warga masyarakat yang lebih berbudaya. Dalam hal ini, diakui bahwa
anak sedang berada dalam tahap perkembangan dan menuju ketingkatan yang lebih dewasa,
dalam arti, menjadi manusia yang berbudaya. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi,
sebagai aspek dari kebudayaan, untuk kehidupannya. serta mampu mengadakan penemuan-
penemuan baru, mengembangkan kebudayaan yang telah ada.
c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar
bagi peserta didik.
Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sehab lebih
menitik beratkan pada unsur peserta didik, lingkungan, dan proses belajar. Perumusan ini sejalan
dengan pendapat dari Me. Donald, yang mengemukakan sebagai berikut:
25
“educational, in the sense used here, is a process or an activity whkh is directed at
producing desirable changes in the behavior of human beings (Me. Donal, 1959)
artinya :
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan
tingkah laku manusia.
Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah aku peserta didik
Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang
meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain daripada tingkah
laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri: (1). Berkembang secara berkelanjutan
sepanjang hidup manusia, (2). Pola organisasi kepribadian berbeda-beda untuk setiap orang dan
bersifat unik, (3). Kepribadian hersifat dinamis, terus berubah meialui cara-cara tertentu.
Tingkah laku manusia memiliki dua aspek, yakni: (1). Aspek objektif, yang bersifat struktural,
yakni aspek jasmaniah, (2). Aspek subjektif, yang besifat fungsional, yakni aspek rohaniah.
2. Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan
Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan.
Lingkungan kita artikan secara luas, yang terdiri dari lingkungna alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial sering lebih berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Melalui interaksi
antara individu dan lingkunganya, maka siswa memperoleh pengalaman, yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap perkembangan tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa
pendidikan adalah suatu proses sosialisasi di mana anak didik disiapkan sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat sekitamya.
Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi perkembangan tingkah
laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan belajar, metode mengajar, alat
mengajar dan lain-lain. Selain dari itu, pribadi guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa,
lingkungan di luar sekolah, semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi
perkembangan siswa.
26
3. Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.
Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang, misalnya,
kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu peserta didik
mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai
aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya.
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban
menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan.
Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga
tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat
yang baik.
Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu
berorientasi kepada kebutuhan tuntutan masyarakat. Implikasi dari rumusan/pengertian ini,adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran
Pembentukan warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat bekerja di
masyarakat. Seorang warga negara yang baik bukan menjadi konsumen, tetapi yang lebih
penting ialah menjadi seorang produsen. Untuk menjadi seorang produsen, maka dia barus
memiliki keterampilan berbuat dan bekerja, menghasilkan barang-barang dan benda kebutuhan
masyarakat. Motto yang dikemukakan: "benign habitat for good living", artinya seorang warga
negara yang baik bila dapat menyumbangkan dirinya kepada kebidupan yang baik.
2. Pembelajaran berlangsung dalam suasanan kerja.
Program pembelajaran diselenggarakan dalam suasana kerja. dimana para siswa
mendapat latihan dan pengalaman praktis. Karena itu, suasana yang diperlukan adalah suasana
yang aktual, seperti dalam keadaan sesungguhnya. Para siswa mengerjakan hal-hal menarik
minatnya dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
27
3. Peserta didik/siswa sebagai calon warga negara yang memiliki potensi untuk bekerja.
Siswa memiliki bermacam kemampuan, minat, dan Kebutuhan, antara lain kebutuhan
ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan. Siswa tidak menginginkan berdiam dengan pasif,
semua ingin melakukan kegiatan, bermain, atau bekerja. Energi mereka miliki perlu mendapat
penyaluran sebagaimana mestinya. Jikalau energi itu tidak disalurkan, maka dapat menyebabkan
tingkah laku yang tidak diharapkan, Perumusan atas kebutuhan itu, pengembangan minat dan
sikap, penyaluran energi yang berlebihan sebaiknya dilakukan dengan cara menyediakan
kesempatan bekerja, mencari pengalaman yang praktis, dan memupuk keterampilan jasmaniah-
rohaniah. Dengan berkembang kemampuan kerja, maka tuntutan dan harapan masyarakat dapat
dipenuhi. Pada dasamya tidak ada masyarakat yang menginginkan anak-anaknya menjadi barisan
penganggur.
4. Guru sebagai pimpinan don pembimbing bengkel kerja.
Sesuai dengan tujuan tersebut, sekolah merupakan suatu ruang workshop dan oleh
karenanya guru harus mampu memimpin dan membimbing siswa belajar bekerja dalam bengkel
sekolah. Guru-guru harus menguasai program keterampilan khusus dan menguasai strategi
pembelajaran keterampilan, serta menyediakan proyek-proyek kerja yang menciptakan berbagai
kesibukan yang bermakna. Dalam hal mi, peranan guru dalam sekolah komprehensif adalah
sangat penting.
e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Sekolah dari masyarakat adalah suatu integrasi. Pendidikan adalah di sini dan sekarang ini (G.E.
Olson, 1945). Implikasi dari pengertian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Sekolah berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai masalah dalam
kehidupan, mereka bukan dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang masih jauh, 10 atau
20 tahun ke depan, melainkan untuk memecahkan masalah seharihari dalam lingkungannya, di
rumah dan di masyarakat.
28
2. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah don masyarakat.
Masyarakat diartikan sebagai laboratorium belajar yang paling besar. Sumber-sumber
masyarakat tak pernah habis sebagai sumber belajar. Prosedur penyelenggaraan ialah dengan
membawa siswa ke dalam masyarakat dengan karyawisata, survei, berkemah dan lain-lain, atau
dengan cara membawa masyarakat ke dalam sekolah sebagai nara sumber. Dengan demikian,
masyarakat akan memberikan sumbangan yang besar terhadap pendidikan anak, dan sebaliknya,
sekolah akan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat.
Sekolah juga berfungsi turut memperbaiki kehidupan masyarakat sekitamya.
3. Siswa belajar secara aktif.
Siswa bukan saja aktif belajar di laboratorium sekolah, mencari pengalaman kerja dalam
berbagai lapangan kehidupan, -tapi juga aktif bekerja langsung di masyarakat. Dengan cara ini.
semua potensi yang mereka miliki menjadi hidup dan berkembang. Siswa turut merencanakan,
berdiskusi, meninjau. membuat laporan, dan lain-lain, sehingga perkembangan pribadinya
selaras dengan kondisi lingkungan masyarakatnya.
4. Guru bertugas sebagai komunikator
Guru juga bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Guru
mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun rencana lengkap bersama para
siswa sebagai persiapan melaksanakan di lapangan. Guru harus mengenal dengan baik keadaan
masyarakat sekitamya, supaya dapat menyusun proyek kerja bagi para siswa. Kelas -ialu
melakukan inventarisasi masalah-masalah yang muncul jalam masyarakat, kemudian diupayakan
pemecahannya. Pranan sebagai komunikator, bukan saja memerlukan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan apresiasi, namun diperlukan pula keterampilan berintegrasi dan bekeda sama
dengan masyarakat.
Berdasarkan teori-teori tersebut semakin jelaslah bahwa kegiatan dan proses
pembelajaran itu sangat kompleks. Pandangan-pandangan yang telah dibahas itu, akan menjadi
lebih jelas setelah mempelajari uraian-uraian berikumya.
29
2.7 Ciri-Ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara lain adalah:
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2) Kesaling tergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang
serasi dalam suatu kescluruhan. Tiap unsur bersifat essensial, dan memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini
menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami
(natural). Sistem yang dibual oleh manusia, seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi,
sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistim alami (natural) seperti sistem
ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu
sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan sistem pembelajaran agar siswa
belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga. material, dan
prosedur, agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendisain sistem
pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam
upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.
2.8 Pembelajaran Kontekstual
Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi,
idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti
pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir.
Menurut Susdiyanto, Saat, dan Ahmad (2009: 27), pembelajaran kontekstual adalah
proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam
arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari,
sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan
semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat
30
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat
membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011:
79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan
guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa
dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran
kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi
pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya,
pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa,
dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya
dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa
mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana
isi pelajaran akan digunakan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual
mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi,
berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar
menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.
Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam
pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut. Pertama;
saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini
merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai
komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional. Kedua;
diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di
31
sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di
antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan
itu rahmat. Ketiga; pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa
mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik
dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.
Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran
kontekstual sebagai berikut: (1) menekankan pada pemecaham masalah; (2) mengenal kegiatan
mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; (3)
mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar
yang aktif dan terkendali; (4) menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; (5)
mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama; dan (6) menggunakan
penilaian otentik.
Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual
yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran
mental sosial, (2) membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) menyediakan lingkungan
yang mendukung pembelajaran yang mandiri, (4) mempertimbangkan keragaman siswa, (5)
mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) menggunakan teknik-teknik bertanya untuk
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi, (7) menerapkan penilaian autentik (dalam http://www.sekolahdasaar.net/2011/12/prinsip-
pembelajaran-kontekstual.html).
Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada
upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di
pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) kompetensi atau keterampilan, yaitu
kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; dan (3)
pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan
dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Komponen Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembelajaran efektif.
Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam pembelajaran
32
kontekstul. Komponen-komponen dimaksud adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi
dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono, 2011: 85).
1) Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan
lima elemen belajar konstruktivisme, yaitu: (a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activiating knowledge), (b) perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (c)
pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (d) mempraktekkan pengetahuan
(applyng knowledge), dan (e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
2) Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses
bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Dalam sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi,
baik administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman siswa; (c)
membangkitkan respon pada siswa; (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
(e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui siswa; (f) memfokuskan pengetahuan
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa; dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. (Sagala, 2009:
88).
3) Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil megingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
4) Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar daam kelompok).
Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke
yang belum tahu.
5) Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Dengan adanya model,
siswa akan lebih mudah meniru apa yang dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang lain,
guru atau siswa yang lebih mahir dapat bertindak sebagai model.
33
6) Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan upaya untuk melihat
kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan
mengevaluasi kembali hal-hal yang telah dipelajari.
7) Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan
sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis,
karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes
tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010: 176).
Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika
menerapkan komponen utama pembelajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena
itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu
sendiri. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan
pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan
bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) dan melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara.
Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD),
penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang
dipelajari bermakna;
2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif
dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang
dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya;
34
3) Applyng, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang
dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya;
4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar
berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif; dan
5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan
pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).
2.9 Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar :
Implikasi Prinsip Belajar Bagi Siswa Bagi Guru
Perhatian dan Motivasi
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
Mengunakan metode yang bervariasi...Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
Keaktifan Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/Pengalaman
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
Pengulangan Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
Tantangan Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatan
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
Perbedaan Individual Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa
35
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanDari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam prinsip siswa aktif ini harus
dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik juga dibutuhkan. Dan
guru juga menerapkan kepada siswa prinsip psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu
pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik sejauh mana peserta didik sudah memahami pelajaran yang kita terapkan.
Proses belajar juga dipengaruhi oleh kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau
readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu
terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang
belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah
putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar
belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
B. Saran
Demikian yang dapat kami jelaskan semonga bemanfaat bagi pembaca dan kami sangat
membutuhkan kritik dan saran demi untuk kesempurnaan makalah ini.
36
Daftar Pustaka
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Hadi, S. 1970. Statistik Psikologi dan Pendidikan (Jilid II). Jogjakarta: Jajasan Penerbitan
Fakultas Pschologi U.G.M.
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
http://education-all.blogspot.com/2011/07/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan.html
http://www.sekolahdasaar.net/2011/12/prinsip-pembelajaran-kontekstual.html
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Impelementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. (Cet. II). Jakarta: Kencana.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Cet. V).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susdiyanto, Saat, dan Ahmad. 2009. Strategi Pembelajaran. (Modul Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru). Makassar: Panitia Sertfikasi Guru Agama Rayon LPTK Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Dikutip dari: http://aggilnet.blogspot.com/2011/03/makalah-hakikat-belajar-dan.html (minggu 1
Juli 2012)
Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT
37