vianisilv.files.wordpress.com … · web viewdalam penyusunan makalah ini, penulis banyak...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS SEMARANG
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIATENTANG
STRES KERJA
UJIAN AKHIR SEMESTER
SILVIANIB. 131. 12. 0325
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dengan judul “Dampak Stres dan Tingkat
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan – kekurangan. Masih terdapat banyak sekali teori-teori yang relevan
dengan pokok bahasan makalah ini, yang pada kenyataanya tidak bisa dimuat
semuanya. Hal ini semata-mata dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Terima kasih.
Semarang, Jan 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
1.4. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stres Kerja......................................................................................2
2.2. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja ................................................................5
2.3. Hubungan Organisasi dengan Stres Kerja Karyawan.......................................6
2.4. Dampak Negatif dan Positif Stres Kerja...........................................................7
2.5. Strategi Manajemen Stres Kerja.......................................................................8
2.6. Mengelola Stres Kerja Karyawan.....................................................................8
BAB III KASUS STRES KEJA
3.1. Stres Kerja menyebabkan Kematian.................................................................13
3.2. Stres Kerja menyebabkan PHK........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami
stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi
juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat
juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud
agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang
yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu
kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus
stabilagar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi
yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih, baik
lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga
stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari
pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang
mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap
kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat
menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian stres kerja?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab stres kerja?
1
3. Bagaimana dampak positif dan negatif dari stres kerja?
4. Bagaimana cara mengelola stres kerja?
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian stres kerja.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres kerja.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari stres kerja.
4. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana cara mengelola stres kerja.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil dari makalah ini, antara lain :
1. Bagi akademik
a. Menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu sumber daya
manusia (MSDM) yang didapat selama kuliah ke dalam dunia kerja.
b. Penelitian dapat memberikan informasi bagi pembacanya pihak-pihak
yang berkepentingan dalam mengetahui dampak stres dan tingkat
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
c. Sebagai referensi dan masukan untuk mengembangkan penelitian dengan
alat atau variabel yang berbeda untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi penulis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberi pemahaman mengenai
dampak stres dan tingkat kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
b. Dapat mengetahui penerapan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagi perusahaan
a. Sebagai masukan atau saran, sehingga dapat membantu dalam
meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stres Kerja
Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda-
beda.
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam
pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan
perusahaan agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi.
Akibat adanya stres kerja yaitu seseorang atau karyawan menjadi nervous,
merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses
berifikir dan kondisi fisik individu. Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi
dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan
dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan
(Robbins, 2003:577).
Fathoni (2006 :176 ) mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab
stres kerja karyawan dalam suatu organisasi, antara lain beban kerja yang sulit
dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar,
waktu kerja yang terbatas dan peralatan yang kurang, konflik antara pribadi
dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah dan adanya
masalah-masalah keluarga.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat menimbulkan dampak
positif, sekaligus dampak negatif bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi
atau perusahaan. Aspek positif dari stres kerja itu dapat temukan jika dilihat dari
kegunaannya dan kesediaan kita dalam menggunakannya. Berdasarkan dua hal
ini maka muncul penjelasan bahwa stres akan positif apabila :
3
1) Kadarnya proporsional. Maksudnya di sini adalah tidak terlalu berat dan
tidak terlalu ringan.
2) Adanya penyikapan yang konstruktif (membangun). Penyikapan di sini
adalah bagaimana karyawan meresponi tekanan-tekanan dari pekerjaan.
Respon di sini biasanya terkait dengan apakah karyawan melihat tekanan
itu sebagai tekanan atau sebagai tantangan (challenge). Tantangan adalah
sesuatu yang mendorong karyawan untuk menjawabnya atau melangkah
maju dengannya. Ini beda dengan tekanan. Tekanan adalah sesuatu yang
menghimpit. Dengan melihat tekanan itu sebagai tantangan, maka secara
fungsi bisa dikatakan bahwa stres di situ bersifat positif bagi
perkembangan kinerja karyawan.
3) Adanya proses transformasi yang di tempuh. Transformasi yang
dimaksudkan di sini adalah kemampuan mengubah energi potensial yang
semula negatif menjadi energi aktual yang positif. Max More (2000),
mengatakan, transformasi adalah sebuah proses yang dapat meningkatkan
personal extropy (kapasitas untuk berkembang). Sebagai contoh
katakanlah adanya karyawan yang gagal sampai menimbulkan stres. Jika
kegagalan itu di terima sebagai kegagalan dan membiarkan kegagalan itu
berlalu begitu saja, biasanya ini malah mendera karyawan dengan berbagai
tekanan. Tetapi bila peristiwa buruk itu dijadikan karyawan sebagai
materi untuk memperbaiki diri, maka hasilnya menjadi positif meskipun
itu tidak langsung terasa dan terjadi. Banyak karyawan yang sanggup
melakukan transformasi atas penderitaan berat yang dialaminya menjadi
out-put yang menggembirakan.
Stres kerja dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan tegang yang dialami
seseorang didalam suatu organisasi. Stres ini dapat merupakan akibat dari
lingkungan fisik, sistem dan teknik dalam organisasi, interaksi sosial
interpersonal, sruktur pekerjaan, tingkah laku sebagai anggota dan aspek-aspek
organisasi lainnya (Leila, 2002).
Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun
pelaksana. Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat potensial untuk
menimbulkan stres bagi pekerjanya. Stres dilingkungan kerja memang tidak
4
dapat dihindarkan, yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola,
mengatasi atau mencegah terjadinya stres tersebut, sehingga tidak menganggu
pekerjaan (Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian
karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada
semua kondisi pekerjaan.
2.2. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat
berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan
pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian,
peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana
pribadi berada dan mengembangkan diri, (Dwiyanti, 2001:77-79).
Menurut Handoko (2000:200-201) kondisi-kondisi yang menyebabkan stres
disebut dengan istilah stressors. Stres dapat disebabkan oleh satu stessor,
biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi beberapa stessor. Ada dua
kategori penyebab stres, yaitu on- the-job dan off- the-job. Hampir dalam setiap
kondisi pekerjaan di perusahaan dapat menyebabkan stres tergantung pada reaksi
karyawan. Misalnya, seorang karyawan akan dengan mudah menerima dan
mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang karyawan yang lain tidak
atau bahkan menolaknya. Beberapa kondisi kerja yang menyebabkan stres bagi
karyawan dinyatakan sebagai penyebab stres “on the job “ antara lain:
Beban kerja yang berlebihan.
Tekanan atau desakan waktu
Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
Ambiguitas peranan (role ambiguity)
Konflik antar pribadi dan antar kelompok
Perbedaan antara nilai- nilai perusahaan dan karyawan
5
Stres kerja karyawan juga dapat disebabkan masalah – masalah yang
terjadi diluar perusahaan. Penyebab – penyebab stres “off- the-job” antara lain :
Kekuatiran finansial
Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
Masalah-masalah fisik
Masalah-masalah perkawinan
Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak keluarga
2.3. Hubungan Organisasi dengan Stres Kerja Karyawan
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam
pekerjaan. Perusahaan harus memperhatikan stres kerja karyawannya, karena
karyawan merupakan asset berharga bagi perusahaan yang merupakan faktor
penting untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Dalam hubungannya dengan
pekerjaan, setiap individu pasti pernah mengalami stress. Adakalanya stres yang
dialami seseorang itu adalah kecil dan hampir tak berarti, namun bagi yang
lainnya dianggap sangat mengganggu dan berlanjut dalam waktu yang relatif
lama. Stres kerja bisa menimbulkan dampak positif dan sekaligus negatif bagi
individu dan bagi organisasi atau perusahaan. Stres dikatakan positif dan
merupakan suatu peluang bila stres tersebut memotivasi para karyawan untuk
meningkatkan kinerjanya agar memperoleh hasil yang maksimal. Stres dikatakan
negatif bila stres memberikan hasil yang menurun pada produktifitas kerja
karyawan.
Upaya-upaya yang bersifat organisasional sangat erat kaitannya dengan
bidang pekerjaan yang ditekuni seorang karyawan . Oleh karena itu, penempatan
kerja sesuai dengan kemampuannya, menspesifikasi tujuan dan antisipasi
terhadap hambatan, meningkatkan komunikasi organisasi secara efektif untuk
membentuk persepsi yang sama terhadap tujuan pekerjaan, menghindari
ketidakpastian peran, penciptaan iklim kerja yang sehat, restrukturisasi
jabatan/pekerjaan, dan training/upgrading pengembangan profesi merupakan
upaya yang konstruktif untuk meminimalkan terjadinya stres kerja.
2.4. Dampak Positif dan Negatif Stres Kerja
6
Pengaruh stres kerja yang memiliki dampak positif yang menguntungkan
diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat
psikis maupun fisik. Biasanya karyawan yang stres akan menunjukkan
perubahan perilaku. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres
(flight) atau berdiam diri (freeze). Reaksi ini biasanya dilakukan secara
bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres.
Schuller (dalam Siregar, 2006 : 23) mengidentifikasi beberapa prilaku
negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan. Secara
singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat
berupa:
1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun
operasional kerja.
2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
3) Menurunkan tingkat produktivitas karyawan.
4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Tidak selamanya stres kerja karyawan berdampak negatif bagi perusahaan
atau organisasi, dan bahkan dapat pula berdampak positif. Semua itu tergantung
pada kondisi psikologis dan sosial seorang karyawan, sehingga reaksi terhadap
setiap kondisi stres sangat berbeda. stres kerja karyawan yang berdampak
positif terhadap perusahaan, antara lain:
1) Memiliki motivasi kerja yang tinggi. Stres kerja yang dialami karyawan
menjadi motivator, penggerak dan pemicu kinerja di masa selanjutnya.
2) Rangsangan untuk bekerja keras, dan timbulnya inspirasi untuk
meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan memiliki tujuan karir yang
lebih panjang,
3) Memiliki kebutuhan berprestasi yang lebih kuat sehingga lebih mudah
untuk menyimpulkan target atau tugas sebagai tantangan (challenge),
bukan sebagai tekanan (stressful). Stres kerja yang dialami pun menjadi
motivator, penggerak dan pemicu kinerja di masa selanjutnya.
2.5. Strategi Manajemen Stres Kerja
7
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif.
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,
manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang
ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat
positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik.
Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan
memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal
tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan
berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan
untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan
dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan.
Oleh karena itu organisasi diharapkan dapat memberi pelatihan atau
pengarahan lebih jelas hingga karyawan merasa mampu untuk menangani
tanggung jawab mereka. Mereka dapat membuat lingkungan kerja yang lebih
aman dan nyaman. Karyawan juga dapat bertindak dengan inisiatif mereka untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.
2.6. Mengelola Stres Kerja Karyawan
Mengatasi stres dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan
individu dan pendekatan organisasi. Pendekatan individu penting dilakukan
karena stres dapat mempengaruhi kehidupan, kesehatan, produktivitas, dan
penghasilan. Pendekatan organisasi karena alasan kemanusiaan dan juga karena
pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek dariorganisasi dan efektivitas
organisasi secara keseluruhan.
Perbedaan penanggulangan stres antara pendekatan individu dengan
pendekatan organisasi tidak dibedakan secara tegas. Penanggulangan stres dapat
dilakukan pada tingkat individu, organisasi maupun kedua –duanya. Berikut ini
menyajikan dua pendekatan dalam menanggulangi stres.
2.6.1. Secara Individu
8
Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif,
seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke
ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk
membasuh muka atau berwudhu bagi orang Islam, dan sebagainya.
Melakukan relaksasi dan meditasi, Dengan relaksasi dapat
membangkitkan perasaan rileks dan nyaman bagi karyawan. Meditasi
membuat karyawan tetap tenang dan bersemangat disaat melakukan
pekerjaan.
Melakukan kegiatan olah raga seperti lari secara rutin, tenis, bulu
tangkis, dan sebagainya. Dengan olah raga dapat mengurangi hormon-
hormon stres dan memberi manfaat bgi kesehatan fisik maupun mental.
Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan. Dengan membuat
jadwal yang harus diprioritaskan agar dapat memperkecil peluang stres
dengan mempersibuk diri sendiri.
Dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman
sekerja, pimpinan.Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan
komunikasi yang baik pada semua pihak.
Memahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan, mungkin inilah yang
jelas – jelas akan mengurangi stres yang dialami di tempat kerja.
Melakukan pengelolaan waktu yang tepat. Keseimbangan dengan
membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Kekuatan yang bersumber dari dalam diri sendiri berupa keberanian
menerima cobaan dengan berdoa,ikhlas menerima akan membantu
menyelesaikan masalah, mampu mengendalikan perasaan,lebih mement
ingkan kesehatan badan, selalu positive thinking dan selalu tersenyum
dalam menghadapi masalah.
2.6.2. Secara Organisasi
Melakukan perbaikan iklim organisasi. Sebuah strategi pengaturan
dengan membuat struktur tebih terdesentralisasi dengan pembuatan
keputusan partisipatif dan membuka jalur komunikasi dengan para
karyawan. Perubahan struktur dan proses struktural dapat menciptakan
9
iklim yang lebih mendukung bagi karyawan, memberikan mereka lebih
banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan dapat mencegah atau
mengurangi stres kerja karyawan.
Melakukan perbaikan terhadap kondisi fisik tempat kerja,meliputi tata
ruang kerja,suhu,cahaya,kualitas udara,tempat duduk yang nyaman dan
keamanan dalam bekerja.
Melakukan analisis dan kejelasan tugas. Dengan merancang desain
pekerjaan dan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung
jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan
pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan seperti
variasi skill, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik
yang dapat memotivasi dan memberikan pengalaman,tanggungjawab,
serta pengetahuan karyawan.
Menyediakan sarana olah raga di ruang istirahat tempat karyawan bekerja
dan mengadakan pengajian rutin berupa siraman rohani bagi karyawan
dan pimpinan.
Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional, sehingga
penyebab stres dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing
pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah
pengertian yang jelas dari apa yang dia kerjakan.
Memantau terus – menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang
dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi dan dihilangkan secara
dini.
Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap
timbulnya gejala–gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat
mengambil langkah–langkah tertentu sebelum stres itu berdampak
negatif terhadap prestasi kerja karyawan
Menyediakan jasa bantuan atau konseling bagi para karyawan apabila
mereka sempat menghadapi stres. Sumber : (Siagian, 2003: 302-303)
Menurut pendapat Keith Davis & John W. Newstrom, (dalam
Mangkunegara, 2002:157-158) yang mengemukakan bahwa "Four approaches
10
that of ten involve employee and management cooperation for stres management
are social support, meditation, biofeedback and personal wellnes programs", Ada
empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan sosial, meditasi,
biofeedback, dan program kesehatan pribadi.
a. Pola sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak
menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan
berkembang. Para karyawan yang tergolong kelompok ini biasanya
mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan
teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan,
meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.
b. Pola harmonis
Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan
berbagai hambatan. Dengan pola ini, karyawan mampu mengendalikan
berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara
teratur. Karyawan atau Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara
tepat, dan jika perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada
orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian,
akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang
diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap
keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.
c. Pola Patologis.
Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai
gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan
menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki
kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan
berbagai masalah-masalah yang buruk.
Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak
hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan
11
tiga strategi yaitu, (a) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber
stres, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (c)
meningkatkan daya tahan pribadi.
Dalam strategi pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi sumber-
sumber stres, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang
dipandang paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif, Strategi kedua,
dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional,
maupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk
mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya
menangis, menceritakan masalah kepada orang lain, humor (melucu) , istirahat
dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, adalah dengan
mengendalikan emosi secara sadar, dan mendapatkan dukungan sosial dari
lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu
dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan
ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang
teratur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.
.
BAB III
KASUS STRES KERJA
12
3.1. Stress Kerja Menyebabkan Kematian
Dokumen Foto yang diambil tanggal 24 Feb 2010, terlihat seorang wakil
pembicara dan karyawan yang berkumpul di luar pabrik Foxconn di
Shenzhen, Provinsi Guangdong Cina selatan. “Perusahaan hanya
mementingkan kepentingan bisnisnya dengan memeras tenaga karyawan,
sementara upah pekerjanya sendiri masih sangat rendah, ironisnya karyawan
tidak berdaya akan kebijakan ini”. Pemogokan di Perusahaan Honda Motor
dan serentetan bunuh diri karyawan di Foxconn Technology (produsen
raksasa elektronik untuk industri seperti Apple, Dell dan Hewlett-Packard)
membuat Pemerintah Cina harus melakukan pertemuan dengan perwakilan
Management Perusahaan.
Seorang Insinyur berumur 28 tahun yang bekerja untuk Foxconn
(pembuat iPhone, iPads dan gadget elektronik lainnya termasuk Apple Inc)
meninggal dunia “kematiannya mendadak” di rumahnya di dekat pabrik
Foxconn Shenzhen di provinsi Guangdong China selatan. Penyebab kematian
sedang diselidiki dan “kita sedang mengumpulkan informasi-informasi
pendukung penyebab kematian insinyur ini termasuk keterkaitannya dengan
pekerjaan,” kata salah satu perwakilan management perusahaan.
Surat kabar Ming Pao di Hong Kong, melaporkan bahwa salah satu
kerabat dekat Insinyur mengklaim kematian rekan kerjanya itu dikarenakan
“stres kerja”, setelah bekerja 34 jam tanpa istirahat. Dampak dari laporan
surat kabar yang terbit langsung direspon positif oleh Perusahaan dengan
mengumumkan pemberian 30 persen bonus pada karyawannya untuk
meningkatkan dan membantu terciptanya lingkungan kerja yang lebih baik
selain itu kerja lembur karyawan akan dikurangi sehingga bisa lebih banyak
waktu untuk beristirahat. Aktivis ketenagakerjaan menuduh perusahaan
memiliki gaya manajemen yang kaku, dan karyawannya dipaksakan untuk
bekerja terlalu keras, namun Foxconn menyangkal tuduhan ini.
Dalam setahun ini di Perusahaan Foxconn “Sepuluh pekerjanya telah
bunuh diri dan tiga lainnya melakukan percobaan bunuh diri, rata-rata mereka
tewas karena terjun dari atas bangunan.
13
Perwakilan Foxconn Terry Gou berjanji untuk berusaha mencari jalan
keluar agar kejadian bunuh diri maupun percobaan yang dilakukan karyawan
tidak terjadi lagi kedepannya. Pantes aja di Batam banyak perusahaan yang
gulung tikar dan pindah ke Cina, ternyata ini alasannya.
Menekan cost dengan mencari tenaga yang lebih murah dan itu adanya cuma
di Cina. Dasar perusahaan PELIT, mau kaya tapi tidak mau keluar duit lebih.
Nasib…nasib jadi Buruh Kerja.
ULASAN
Kasus ini menerangkan mengenai aksi protes para pekerja Foxconn di
China yang mengatakan bahwasanya pihak perusahaan tidak memikirkan hak
para pekerja. Upah yang diberikan tidak setimpal dengan apa yang
dikerjakan. Hal tersebut terbukti dengan tewasnya salah satu karyawan
PT.Foxconn yang mati dirumahnya akibat stress kerja. Stress yang dialami
pekerja tersebut dikarenakan perusahaan menuntut untuk bekerja keras tanpa
istirahat.
Berdasarkan kasus diatas para pekerja telah mengalami dampak
psikologis yang cukup membahayakan karena sampai melakukan bunu diri
hanya karena stress dengan pekerjannya. Stres yang dialami oleh pekerja
tersebut ialah sesuai dengan pengertian menurut Palupi (2003) yang
menyatakan bahwa stres kerja merupakan ketegangan yang dengan mudah
muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban kerja yang berlebihan,
tuntutan tugas yang mendukung terjadinya hal tersebut. Selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor penunujang lainnya seperti halnya
bertembahnya tanggung jawab tanpa adanya penambahan upah. Sehingga
membuat para pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hierarkinya
berdasarkan teori Masslow. Diataranya mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan psikologis mereka seperti halnya pangan sandang dan papan.
Hal tersebut dikarenakan upah yang mereka terima tidak setimpal atau
tidak mencukupi. Solusi yang tepat adalah dengan merubah sistem kerja yang
ada diperusahaan agar dapat memebri kenyamanan kepada para pekerjanya.
Selain itu juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan pekerjaan yang
14
mereka lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam bekerja.
Sehingga para pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan
berdampak baik bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu
suatu kekuatan potensial yang ada didalam diri manusia yang dapat
dikembangkannya sendiri atau dapat dikembangkan dari sejumlah kekuatan
dari luar yang ada berkisar sekitar imbalan materi dan non materi yang dapat
mempengaruhi hasil kerjanya (Winardi, 2001).
3.2. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
Organizational Justice (Keadilan Organisasi)
Karyawan yang bekerja di sebuah organisasi akan berharap bahwa
organisasi tersebut akan memperlakukan mereka dengan adil. Dalam artikel
ini, dua sudut pandang mengenai keadilan akan digunakan:
Menurut Equity Theory (Adams, dalam Donovan, 2001), karyawan
menganggap partisipasi mereka di tempat kerja sebagai proses barter, di
mana mereka memberikan kontribusi seperti keahlian dan kerja keras mereka,
dan sebagai gantinya mereka mengharapkan hasil kerja baik berupa gaji
ataupun pengakuan. Di sini, penekanannya adalah pada persepsi mengenai
keadilan antara apa yang didapatkan karyawan relatif terhadap apa yang
mereka kontribusikan.
Cara lain untuk melihat Keadilan Organisasi adalah melalui konsep
Procedural Justice. Di sini, penekanannya adalah apakah prosedur yang
digunakan untuk membagikan hasil kerja pada para karyawan cukup adil atau
tidak (Donovan, 2001).
Contoh Kasus:
Setelah adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besaran,
motivasi pekerja di sebuah perusahaan biasanya cukup rendah. Ini bisa jadi
disebabkan karena karyawan mempersepsi adanya ketidakadilan, baik dari
sudut pandang Equity Theory maupun Procedural Justice. Ketika perusahaan
memecat karyawan yang telah memberikan kontribusi berupa kerja keras dan
keahlian, karyawan mempersepsi bahwa ketidakadilan telah terjadi.Situasi
bisa diperburuk melalui prosedur PHK. Sering kali, alasan mengapa PHK
15
dilakukan hanya diberikan melalui memo atau penjelasan singkat dari
manajemen level bawah, tanpa adanya pertemuan tatap muka dengan para
pembuat keputusan di manajemen level atas, sehingga karyawan tidak
memiliki kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapatnya. Dalam
situasi seperti ini, karyawan tidak diberikan cukup kesempatan untuk
membentuk justifikasi kognitif dalam benak mereka mengenai mengapa PHK
itu diperlukan. Hal ini patut disayangkan karena penelitian telah
menunjukkan bahwa digunakannya penjelasan yang masuk akal disertai
empati cenderung dapat meminimalkan efek negatif dari keadaan yang tidak
adil (Greenberg, 1990).Equity Theory juga menjelaskan bahwa setelah
persepsi ketidakadilan terbentuk, karyawan akan mencoba meraih kembali
keadilan dengan mengurangi jumlah kontribusi mereka (Adams, dalam
Donovan, 2001). Misalnya, karyawan bisa saja mulai datang terlambat ke
kantor atau bahkan absen sama sekali, dengan tujuan mengurangi waktu dan
kerja keras yang mereka kontribusikan pada perusahaan.Menurut Withdrawal
Progression Model, para pekerja di atas kemungkinan akan memulai reaksi
mereka dengan tindakan-tindakan ringan seperti datang terlambat, sebelum
beralih ke tindakan yang lebih berat, seperti absen, dan pada akhirnya keluar
dari perusahaan (Johns, 2001). Memang belum tentu semua karyawan yang
tidak puas akan keluar dari perusahaan, karena masih ada factor-faktor lain
yang turut mempengaruhi seperti tingkat pengangguran di lokasi tersebut
serta tingkat ketersediaan pekerjaan lain yang dianggap menarik oleh para
karyawan tersebut (Hom and Kinicki, 2001). Namun, bahkan dalam situasi di
mana karyawan tidak dapat keluar dari perusahaan, mereka akan terus
melanjutkan pelanggaran-pelanggaran selama mereka masih merasa tidak
puas (Johns, 2001). Ini tentu saja merupakan sesuatu yang sulit diterima oleh
perusahaan. Karena itu, beberapa rekomendasi akan diberikan dalam Contoh
Kasus ini untuk mengurangi perilaku dan sikap yang tidak diinginkan ini.
Rekomendasi: Pertemuan karyawan dengan manajemen serta peninjauan
kembali kebijakan perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan dalam teori
Organisational Justice (Keadilan Organisasi), ketika karyawan mempersepsi
adanya ketidakadilan, mereka akan mengambil tindakan terhadap organisasi
16
dengan tujuan meraih kembali keadilan (Adams, dalam Donovan, 2001).
Persepsi ketidakadilan ini mungkin dapat dikurangi dengan memberikan
alasan-alasan yang masuk akal mengenai mengapa ketidakadilan tersebut
harus terjadi (Greenberg, 1990). Berdasarkan penelitian Greenberg (1990),
penjelasan yang efektif haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: otoritas
yang tertinggi harus jujur dan menunjukkan empati terhadap para pekerja;
dan keputusan yang diambil dapat dijustifikasi berdasarkan informasi yang
cukup.Kriteria-kriteria ini jika diterapkan dalam Contoh Kasus di atas
mungkin akan dapat mengurangi efek negatifnya. Pertemuan dengan tujuan
untuk memberikan penjelasan mengenai PHK pada seluruh karyawan
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dengan kriteria sebagai berikut:
Penjelasan diberikan oleh manajemen level atas. Para manajer dengan
bersungguh-sungguh menunjukkan empati terhadap para pekerja, misalnya
dengan mengucapkan bahwa mereka mengerti bagaimana perasaan para
pekerja dengan adanya PHK. Alasan-alasan PHK dijelaskan secara detil, jika
perlu didukung data finansial yang menjustifikasi PHK sebagai jalan terbaik
untuk menghindarkan perusaan dari kebangkrutan. Semua karyawan
diberikan kesempatan yang cukup untuk mengajukan pertanyaan atau
memberikan pendapat mengenai PHK. Setelah melakukan kegiatan di atas,
untuk menghindari adanya persepsi ketidakadilan di masa yang akan datang,
perusahaan dapat melakukan peninjauan kebijakan-kebijakan mereka yang
berlaku saat ini. Kebijakan perlu diubah jika ada potensi untuk menimbulkan
ketidakadilan, misalnya karyawan dari kelompok yang berbeda diperlakukan
berbeda dalam proses PHK (mendapat kompensasi yang berbeda, atau hanya
kelompok tertentu yang berhak mendapat konseling, dsb).
Strategi Penangannannya:
Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi:
1) Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level
stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu;
17
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan
sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan
dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja
yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi
tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas
yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja
pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan
sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan
dan saran-saran bagi dirinya.
2) Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta
struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen,
schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-
strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan
yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang
sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Secara
umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi
strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial
(Margiati, 1999:77-78):
1. Strategi Penanganan Individual
Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual.
Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:
a) Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi
kogtiitif.
18
Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan
ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih
dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat
sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang
istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk
membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan
sebagainya.
b) Melakukan reiaksasi dan meditasi.
Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada
malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan
relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan
nyaman. Dengan demikian karyawan yang melakukan relaksasi
diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan
perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka mengalami
situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah
dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran
yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
c) Melakukan diet dan fitnes.
Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan
atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak,
memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-
buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga,
seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron
& Greenberg dalam Margiati, 1999:78).
2. Strategi-strategi Penanganan Organisasional.
Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau
mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau
mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres
melalui organisasi dapat dilakukan dengan:
a) Menciptakan iklim organisasional yang mendukung
19
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur
birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim
impersonal. Ini dapat membawa pada stres kerja yang sungguh-
sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur
tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan
partisipatif dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan
proses struktural mungkin menciptakan Iklim yang lebih
mendukung bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak
kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau
mengurangi stres kerja mereka.
b) Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja
baik
Dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung
jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian,
peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan
karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas tugas,
Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa
pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung
jawab, pengetahuan hasil-hasil.
c) Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran
organisasional.
Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai
sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen
untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran
organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan
atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi
yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious
dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang
spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan
menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing
pengirim peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan
ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan secara
20
terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan
negoisasikan untuk memecahkan konflik.
d) Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan
konseling.
Secara tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui
kepentingan dalam perencanaan karir dan pengembangan pekerja
mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan dan
slrategi karir sendiri.
3. Strategi Dukungan Sosial
Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama
orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau
orang lain. Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan
komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga dukungan sosial
dapat diperoleh seperti dikatakan Landy (dalam Margiati, 1999:78)
dan Goldberger & Breznitz (dalam Margiati, 1999:78).
Karyawan dapat mengajak berbicara orang lain tentang masalah yang
dihadapi, atau sctldaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya
(Minner dalam Margiati, 1999:78).
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan social
(social support), meditasi (meditation), biofeedback, dan program
kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut
sesuai dengan pendapat Keith Davis & John W. Newstrom, (dalam
Mangkunegara, 2002:157-158) yang mengemukakan bahwa "Four
approaches that of ten involve employee and management
cooperation for stres management are social support, meditation,
biofeedback and personal wellnes programs".
1) Pendekatan dukungan sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan
memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya:
bennam game, dan bercanda.
2) Pendekatan melalui meditasi
21
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara
berkonsentrasi ke alam pikiran, mengcndorkan kerja otot, dan
menenangkan emosi meditasi ini dapat dilakukan selama dua
periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bias
dilakukan di ruangan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. 2006 . Perilaku Organisasi . Prehallindo, Jakarta.
Handoko, Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE,
Yogyakarta.
Siagian, Sondang P . 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
22
Fathoni, Abdurrahman. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta,
Jakarta
23