ijarah

51
Akad Ijarah serta Analisa Komparatif dengan PSAK 59 Disusun Oleh: Astri Ririn Ernawati (1206213946) Ayu Agnes Sumitra (1206213851) Rieszka Wellyan (1206250456) Rizka Amalia (1206267192)

Upload: astri-ririn-ernawati

Post on 12-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

syariah

TRANSCRIPT

Page 1: Ijarah

Akad Ijarah serta Analisa Komparatif dengan PSAK 59

Disusun Oleh:Astri Ririn Ernawati (1206213946)Ayu Agnes Sumitra (1206213851)

Rieszka Wellyan (1206250456)Rizka Amalia (1206267192)

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Page 2: Ijarah

2015

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Islam adalah agama sempurna yang mengatur segala aspek dalam kehidupan baik dalam

beribadah, maupun dalam membina hubungan antarmanusia dalam bermasyarakat, termasuk

aspek ekonomi. Ajaran Islam terkait perekonomian dapat ditemukan dalam Al-Quran, sunnah,

maupun ijma. Islam sendiri memberi perhatian besar pada aspek perekonomian. Salah satunya

dicerminkan dalam konsep pemeliharaan harta kekayaan. Tujuannya agar harta yang dimiliki

manusia diperoleh dan digunakan sesuai syariah sehingga harta tersebut halal. Harta yang baik

harus memenuhi dua kriteria: diperoleh dengan cara yang sah dan benar seta dipergunakan dalam

jalan Allah.

Ijarah merupakan salah satu jenis akad syariah yang umum dipraktikan oleh masyarakat. Akad

ini memberikan dampak positif bagi masyarakat. Regulasi akad Ijarah di Indonesia terdapat

dalam PSAK 107. PSAK ini merupakan PSAK baru yang menyempurnakan PSAK 59. Dalam

perubahan ini tentunya terdapat perbedaan antara peraturan yang lama dengan peraturan yang

baru, oleh karena itu dalam makalah ini kami akan menganalisa secara komparatif antara PSAK

59 dengan akad Ijarah.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian serta karakteristik dari akad salam dan istishna?

2. Apa saja jenis akad ijarah?

3. Apakah dasar syariah dari akad ijarah’?

4. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad ijarah?

5. Bagaimana analisa komparatif antara PSAK 59 dengan PSAK 107?

Page 3: Ijarah

1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian serta karakteristik dari akad salam dan istishna.

2. Mengetahui apa saja jenis akad ijarah.

3. Mengetahui dasar syariah dari akad ijarah’.

4. Mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad ijarah.

5. Mengetahui analisa komparatif antara PSAK 59 dengan PSAK 107?

Page 4: Ijarah

Bab II

Pembahasan

Pengertian Ijarah

Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, Al – Ijarah berasal dari kata al ajruyang berarti al

’Iwadhu (ganti atau kompensasi). Jadi, definisi Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna

(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa

(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dari pengertian

tersebut maka yang dimaksud Ijarah yaitu akad jual beli namun yang dipindahkan bukan hak

kepemilikannya, melainkan hak guna tas manfaat suatu aset atau jasa dengan jalan penggantian

(membayar sewa atau upah sejumlah tertentu). Aset yang disewakan dalam ijarah dapat berupa

mobil, peralatan, dan lain sebagainya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu

jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Misalnya Nona Ayu

mengguankan jasa penjahit Aisyah, atau Aisyah mempekerjakan Ani. Hubungan pekerja dan

pemberi kerja (upah – mengupah) termasuk dalam akad ijarah, dan pengguna jasa harus

membayar upah.

Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang

disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa wajib untuk menanggung

baiya pemeliharaannya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis. Penyewa

selain membayar biaya sewa, dia juga berkewajiban utnuk menjaga aset yang disewakannya. Hal

ini karena apabila ada kerusakan atas aset yang diakibatkan kelalaian penyewa maka penyewa

berkewajiban utnuk mengganti atau memperbaikinya.

Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa karena

hal ini menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya rutin yang diperkenanka dan tidak

material saja yang dapat dibebankan kepada penyewa. Selama periode akad juga tidak boleh ada

perubahan harga atas sewa suatu barang atau jasa, kecuali kontrak tersebut diperbaharui kembali.

Page 5: Ijarah

Pengalihan kontrak atau aset yang disewakan kemudian disewakan kembali pada pihak lain

boleh dilakukan baik dengan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih rendah asalkan pemberi

sewa mengizinkan. Apabila pengalihan itu dikembalikan kemabali kepada pemberi sewa, maka

syaratnya kedua akad tersebut harus tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi Bai Al Innah

yang dilarang secara syariah.

Pembayaran sewa dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai dengan

kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Dalm akad ijarah juga harus memuat mengenai

aturan jangka waktu akad, besarnya sewa atau upah, cara pembayaran sewa atau upah,

peruntukkan aset yang disewakan, dan hal lainnya yang dianggap penting. Begitu kontrak

disetujui maka itu bersifat mengikat dan jika ada perubahan maka harus persetujuan kedua belah

pihak. Perjanjian tersebut mulai efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya

bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima

pembayaran sewa atau upah.

Jenis Akad Ijarah

Berdasarkan Objek yang disewakan

Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu :

Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil,

motor, pakaian, dan sebagainya.

Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.

Berdasarkan PSAK 107

Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara luas

adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu :

1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat yang

terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad utnuk memindahkan

kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.

Page 6: Ijarah

2. Ijarah Muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan aset

yang diijarahkan pada saat tertentu.

3. Skema Ijarah

Keterangan :

Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepaatan ijarah

Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa

Penyewa melakukan pembayaran

Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa , dalam ijarah

muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang

dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa.

Kemudian, untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah

sebelumnya. Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :

a. Hibah

b. Penjualan, dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan,

namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan :

1. Sebelum akad berakhir

Pemberi Sewa/ Jasa

Penyewa/ Pengguna

Jasa

(1)

(2)

(3)

Page 7: Ijarah

2. Setelah akad berakhir

3. Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Dalam kasus

ini, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali melakukan pembayaran dari harga

total sampai ia memiliki aset tersebut secara penuh diakhir kontrak. Sistem ini

mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian

terakhir dijual kepada penyewa. Jika kontrak ijarah batal karena alasan – alasan yang

mendasar sebelum perpindahan kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang

disewanya menjadi miliki bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.

4. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian

menyewa kembali objek ijarah yang telah dijual tersebut. Aalsan dilakukannya transaksi

tersebut bisa saja si pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan

manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang

terpisah dan tidak slaing bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada

saat nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau kerugian pada periode

terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari

transaksi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah yang

muncul karena ia menjadi penyewa.

5. Ijarah – Lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya

disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan,

maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran ijarah

jangka panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.

DASAR SYARIAH

A. Sumber Hukum Akad Ijarah

1. Al-Quran, sebagaimana firman Allah SWT

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah menentukan antara mereka

penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas

Page 8: Ijarah

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan

rahmat Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS 43:32)

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS 2:233)

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang

bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah orang

yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS 28:26)

2. As-Sunah

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah kamu,

kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan

Muslim) Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “berikanlah upah pekerja sebelum

keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR. ‘Abd ar-Razzaq

dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)

Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami menyewa

tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang

kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau

perak.” (HR. Nasa’i)

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Ada

tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama)

seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua)

seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga)

seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas

dengan sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.1489

dan Fathul Bari IV:417 No.: 2227)

Page 9: Ijarah

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari

Ibnu Mas’ud)

Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah

Ada 3 macam, yaitu:

1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan penyewa/pengguna

jasa/lessee/musta’jir.

2. Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa

dan pembayaran upah.

3. Ijab kabul/serah terima.

Ketemtuan syariah:

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.

2. Objek akad ijarah

a. Manfaat aset/jasa adalah sebagai berikut:

- Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

- Harus yang diperbolehkan dalam syariah.

- Dapat dialihkan secara syariah.

- Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupauntuk menghilangkan

ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa.

- Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas.

b. Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna

jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset

atau jasa yang digunakannya.

c. Ketentuan syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.

- Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Tamlik harus melaksanakan akad

Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau

pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad Ijarah.

Page 10: Ijarah

- Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awalakad Ijarah adalah wa’ad,

yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus

ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad

Ijarah.

3. Ijab kabul

Adalah pernyataan saling rida di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilaksanakan

secara verbal maupun tertulis.

Berakhirnya Akad Ijarah

1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku

walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan.

2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad

Ijarah.

3. Terjadi kerusakan aset.

4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.

5. Salah satu pihak meninggal atau ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad

karena memberatkannya.

Perbedaan Ijarah dengan Leasing

No

.

Keterangan Ijarah Leasing

1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja

2. Metode

pembayaran

Tergantung atau tidak

tergantung pada kondisi

barang/jasa yang disewa.

Tidak tergantung pada kondisi barang yang

disewa.

Page 11: Ijarah

3. Perpindahan

kepemilikian

- Ijarah

Tidak ada perpindahan

kepemilikan

- IMBT

Janji untuk

menjual/menghibahkan

di awal akad.

- Sewa guna operasi

Tidak ada transfer kepemilikan

- Sewa guna dengan opsi

Memiliki opsi membeli atau tidak membeli di

akhir masa sewa.

4. Jenis leasing

lainnya

- Leasing

purchase

Tidak diperbolehkan

karena akadnya gharar

- Sale and

lease back

Diperbolehkan

- Lease purchase

Diperbolehkan

- Sale and lease back

Diperbolehkan

Akuntansi untuk pemberi sewa (Mu’jir)

1. Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik aset berwujud maupun tidak berwujud, diakui

saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Aset tersebut harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a) Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan

dari aset tersebut

b) Biaya perolehannya dapat diukur secara andal

Jurnal:

Page 12: Ijarah

Aset ijarah xxx

Kas/utang xxx

2. Penyusutan, jika aseet ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka penyusutan

atau amortisasinya diperlakukan sama untuk aset sejenis selama umur manfaatnya. Jika

aset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung

penyusutan adalah periode akad IMBT.

Jurnal:

Biaya penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa

pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum

menerima uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar

nilai yang dapat direalisasikan.

Jurnal:

Kas/piutang sewa xxx

Pendapatan sewa xxx

4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat

dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan

pemilik.

a) Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka

diakuisebagai beban pemilik pada saat terjadinya.

Jurnal:

Biaya perbaikan xxx

Utang xxx

b) Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada

saat terjadinya.

Jurnal:

Biaya perbaikan xxx

Kas/utang/perlengkapan xxx

Page 13: Ijarah

c) Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan

objek ijarah yang dilakukan huruf (a) dan (b) ditanggung oemilik maupun penyewa

sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.

Jurnal:

Biaya perbaikan xxx

Kas/utang/perlengkapan xxx

5. Perpindahan kepemilikan ibjek ijarah dalan ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan

dengan cara:

a) Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban.

Jurnal:

Beban ijarah xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Aset ijarah xxx

b) Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilian sewa atau jumlah yang

disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui

sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal:

Kas/pitang xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Keurgian* xxx

Keuntungan** xxx

Aset ijarah xxx

Ket: *Jika nilai buku lebih besar dari harga jual

** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah

tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal:

Kas xxx

Kerugian* xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Page 14: Ijarah

Keuntungan** xxx

Aset ijarah xxx

Ket: * jika nilai buku lebih besar dari harga jual

** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

d) Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:

i) Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagai objek ijarah yang telah

dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal:

Kas xxx

Kerugian* xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Keuntungan** xxx

Aset ijarah xxx

Ket: * jika nilai buku lebih besar dari harga jual

** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

ii) Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar

atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.

Jurnal:

Aset lancar/tidak lancar xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Aset ijarah xxx

Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan

ijarah tersebut diakui sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode

berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul tidak dapat diakui sebagai

pengurang atau penambah dari beban ijarah.

6. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang

terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

7. Pengungkapan, pemilik mengungkapan dalam laporan keungan terkait transaksi ijarah

dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi terbatas pada:

a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputitetapi tidak terbatas pada:

Page 15: Ijarah

i) Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan

(jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan)

ii) Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut

iii) Agunan yang digunakan (jika ada)

b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah

c) Keberadaan transaksi jual danijarah

Akuntansi untuk Penyewa (Musta’jir)

1. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. Jurnal:

Dr. Beban sewa xxx

Cr. Kas/utang xxx

2. Biaya pemeliharaan objek Ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan

penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya,. Sedangkan dalam ijarah Muntahiya

bit Tamlik melalui penjualan obejk ijarah secara bertaha, biaya pemeliharaan objek ijarah

yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan

objek ijarah. Jurnal:

Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tetapi

dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa:

Dr. Piutang xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

3. Perpindahan kepemilikan, dalam Ijarah Muntahiya bit Tamlik dapat dilakukan dengan

cara:

a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar. Jurnal:

Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx

Cr. Keuntungan xxx

b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar

pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati. Jurnal:

Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx

Page 16: Ijarah

Cr. Kas xxx

c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mangakui aset sebesar

pembayaran yang telah disepakati.

Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar biaya

perolehan objek iajarah yang diterima.

Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

Cr. Utang xxx

4. Jika suatu entitas/penyewa menyerahkan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain

atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk

pemilik dan akuntansi untuk penyewa dalam PSAK ini.

5. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah

tetapi tidak terbatas pada:

a. Penjelasan umu isi akad yang signifikan tetapi tidak terbatas pada:

d. Total pembayaan

e. Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang

digunakan

f. Pembatasan-pembatasan

g. Agunan yang digunakan (jika ada)

b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika

ada).

Page 17: Ijarah

Bab III

ANALISA KOMPARATIF PSAK 59 DENGAN PSAK 107

1. TUJUAN

PSAK 59

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank

syariah.

PSAK 107

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan

pengungkapan transaksi ijarah.

ANALISA

Tujuan PSAK 59 bersifat umum yaitu mengatur mengenai seluruh transaksi yang

berkaitan dengan aktivitas bank syariah, sedangkan dalam PSAK mengatur secara khusus

mengenai transaksi ijarah saja.

2. RUANG LINGKUP

PSAK 59

Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah, dan

kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal umum

yang tidak diatur dalam pernyataan ini mengacu pada pernyataan standar akuntansi

keuangan yang lain dan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan

penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) pemerintah, lembaga

pengawas independen, dan bank sentral (Bank Indonesia). Usaha bank banyak

dipengaruhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berbeda dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan Pernyataan

ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi peraturan

perundang-undangan tersebut.

PSAK 107

Page 18: Ijarah

Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah. Pernyataan ini

mencakup pengaturan untuk pembiayaan multi jasa yang menggunakan akad ijarah,

namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk)

yang menggunakan akad ijarah.

ANALISA

PSAK 59 lebih umum menjelaskan mengenai seluruh aktivitas di bank umum syariah,

bank perkreditan rakyat syariah, dan kantor cabang syariah bank konvensional yang

beroperasi di Indonesia. Sedangkan, dalam PSAK 107 lebih membatasi ruang lingkup

yang hanya ditujukan bagi entitas yang melakukan transaksi ijarah.

3. KARAKTERISTIK

PSAK 59

Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir

(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah

muntahiyah bittamlik adalah akad sewa-menyewa antara pemilik obyek sewa dan

penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi

perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijrah muntahiyah bittamlik

dapat dilakukan dengan:

(a) hibah;

(b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan

sewa;

(c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada

awal akad; dan

(d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.

Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk

menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui

dan tercantum dalam akad. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa. Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat

perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan:

Page 19: Ijarah

(a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan

transaksi ijarah; dan

(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.

Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara

proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara

bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama

masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada setiap periode

tersebut. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai

bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.

PSAK 107

Ijarah merupakan sewa-menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat

yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan

kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.

Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa,

dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek

ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan obyek ijarah telah diserahkan kepada

penyewa dengan membuat akad terpisah secara:

(a) hibah;

(b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar sebanding dengan sisa cicilan sewa atau

harga yang disepakati;

(c) penjualan pada akhir masa ijarah dengan pembayaran tertentu sebagai referensi yang

disepakati dalam akad; atau

(d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.

Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk

menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek ijarah harus jelas diketahui

dan tercantum dalam akad.

ANALISA

Pada dasarnya karakteristik yang diatur oleh PSAK 59 dan PSAK 107 adalah sama.

Namun, dalam karakteristik di PSAK 59 dijelaskan karakteristik ijarah secara lebih rinci

untuk tiap jenis transaksi ijarah, sedangkan PSAK 107 hanya menjelaskan karakteristik

transaksi ijarah secara umum.

Page 20: Ijarah

4. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PSAK 59

Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa. Obyek sewa

diakui sebesar biaya perolehan pada saatperolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai

dengan:

(a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan

transaksi ijarah; dan

(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.

Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara

proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara

bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama

masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada setiap periode

tersebut. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai

bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Jika biaya akad menjadi

beban pemilik obyek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan

alokasi pendapatan ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. Pengakuan

biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagai berikut:

(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya;

(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik

obyek sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui

sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut; dan

(c) dalam ijarah muntahiyaj bittamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan

obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik obyek sewa

maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam

obyek sewa.

Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah

diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan obyek sewa yang telah

diserahkan kepada penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa

pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. Perpindahan hak milik obyek

sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa dengan harga

Page 21: Ijarah

sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa

membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas

penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa.

Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembayaran

sekadarnya adalah sebagai berikut:

(a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah

diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa;

(b) obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya

perpindahan hak milik obyek sewa;

(c) jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi kemudian memutuskan untuk

tidak melakukannya dan nilai wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai

bukunya, maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada

penyewa; dan

(d) jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan memutuskan untuk tidak

melakukannya, maka obyek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana

yang lebih rendah. Jika nilai wajar obyek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku,

maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan

obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:

(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa

telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek

sewa;

(b) nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek

sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa;

(c) pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga

jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa yang telah dijual; dan

(d) jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang tersisa maka

perlakuan akuntasinya sesuai dengan paragraf 11 huruf (c) dan (d).

Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika obyek sewa mengalami penurunan nilai

permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut

timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan

Page 22: Ijarah

ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya

(jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai

sewa wajarnya) diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai

kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai.

Bank sebagai Penyewa

Beban ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara proporsional selama masa

akad. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara

konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa

akad. Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad menjadi

beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya

pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan

obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan

kepemilikan obyek sewa.

Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah

diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah

diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai

wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek sewa tersebut disisi lain akan menambah:

(a) saldo laba jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;

(b) dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari simpanan pihak

ketiga; atau

(c) saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proposional, jika sumber pendanaan

berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga.

Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian

obyek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa

diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa yang

diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan.

Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui

pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut:

(a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah

diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan

Page 23: Ijarah

(b) obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang

dibayarkan.

Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian

obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:

(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa

ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik

obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan

(b) bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar biaya

perolehannya.

Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan

penyusutan penyewa. Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum

perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat

tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar

melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah

dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui

sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah

muntahiyah bittamlik.

PSAK 107

Akuntansi Pemilik (Mu'jir)

Biaya Perolehan

Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Biaya

perolehan obyek yang berupa aset tidak berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Tidak

Berwujud.

Penyusutan

Obyek ijarah, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan

kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur

ekonomis). Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola

konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur

ekomonis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama

10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan

demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang

Page 24: Ijarah

berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud

sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.

Pendapatan dan Beban

Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan

kepada penyewa. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan

pada akhir periode pelaporan. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai

berikut:

(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat terjadinya;

(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan persetujuan pemilik,

maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada saat

terjadinya; dan

(c) dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan

obyek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik

maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek

ijarah.

Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat

dilakukan oleh pemilik secaralangsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan

pemilik.

Perpindahan Kepemilikan

Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam

ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:

(a)hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban;

(b) penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang

disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui

sebagai keuntungan atau kerugian;

(c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat

objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; atau

(d)penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:

(i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual

diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan

Page 25: Ijarah

(ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau

aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.

Akuntansi Penyewa (Musta'jir)

Beban

Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. Utang

sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima. Biaya

pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa

diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah

muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara

bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.

ANALISA

PSAK 107 dalam penjabarannya terlihat lebih sistematis karena PSAK 107 menjelaskan

bagian per bagian, mulai dari biaya perolehan, penyusutan, pendapatan dan beban, dan

perpindahan kepemilikan. PSAK 59 dalam penjabarannya terlihat kurang sistematis.

PSAK 59 menggolongkan karakteristik ijarah berdasarkan bank sebagai pemilik objek

sewa dan bank sebagai penyewa. Hal ini mengindikasikan PSAK 59 memang berorientasi

pada perbankan syariah.

5. PENYAJIAN

PSAK 59

Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:

(a) neraca;

(b) laporan laba rugi;

(c) laporan arus kas;

(d) laporan perubahan ekuitas;

(e) laporan perubahan dana investasi terikat;

(f) laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah;

(g) laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan; dan

(h) catatan atas laporan keuangan.

Neraca

Page 26: Ijarah

Unsur-unsur neraca meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas.

Penyajian aktiva pada neraca atau pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan atas

aktiva yang dibiayai oleh bank sendiri dan aktiva yang dibiayai oleh bank bersama

pemilik dana investasi tidak terikat, dilakukan secara terpisah. Dengan memperhatikan

ketetentuan dalam PSAK lainnya, penyajian dalam neraca mencakup, tetapi tidak terbatas

pada pos-pos aktiva berikut:

Kas;

Penempatan pada Bank Indonesia;

Giro pada bank lain,

Penempatan pada bank lain;

Efek-efek;

Piutang:

piutang murabahah;

piutang salam;

piutang istishna;

piutang pendapatan ijarah;

Pembiayaan mudharabah;

Pembiayaan musyarakah;

Persediaan (aktiva yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien);

Aktiva yang diperoleh untuk ijarah;

Aktiva istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin

istishna);

Penyertaan;

Investasi lain;

Aktiva tetap dan akumulasi penyusutan; dan

Aktiva lain.

Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya, penyajian pada neraca atau

pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada

pos-pos kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas berikut:

Kewajiban

Kewajiban segera;

Page 27: Ijarah

Simpanan:

giro wadiah;

tabungan wadiah;

Simpanan bank lain:

giro wadiah;

tabungan wadiah;

Kewajiban lain:

hutang salam;

hutang istishna;

Kewajiban kepada bank lain;

Pembiayaan yang diterima;

Keuntungan yang sudah diumumkan tetapi belum dibagikan;

Hutang pajak;

Hutang lainnya; dan

Pinjaman subordinasi.

Investasi Tidak Terikat

Investasi tidak terikat dari bukan bank:

tabungan mudharabah;

deposito mudharabah;

Investasi tidak terikat dari bank:

tabungan mudharabah;

deposito mudharabah.

Ekuitas

Modal disetor;

Tambahan modal disetor; dan

Saldo laba (rugi).

Aktiva dan kewajiban tidak boleh disalinghapuskan kecuali ketentuan syariah dan hukum

memperkenankan terjadinya saling hapus. Pembiayaan mudharabah mutlaqah yang

diterima bank syariah disajikan dalam neraca pada unsur investasi tidak terikat di antara

unsur kewajiban dan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana yang diterima oleh bank

dengan kriteria sebagai berikut:

Page 28: Ijarah

(a) bank mempunyai hak untuk menggunakan dan menginvestasikan dana, termasuk hak

untuk mencampur dana dimaksud dengan dana lainnya;

(b) keuntungan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati; dan

(c) bank tidak memiliki kewajiban secara mutlak untuk mengembalikan dana tersebut jika

mengalami kerugian.

Penyajian pos-pos yang terkait dengan transaksi istishna

adalah sebagai berikut:

(a) termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai pos penguran istishna dalam

penyelesaian;

(b) selisih lebih antara istishna dalam penyelesaian dan termin istishna yang sudah ditagih

disajikan sebagai aktiva, sedangkan selisih kurang antara istishna dalam penyelesaian

dan termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai kewajiban;

(c) aktiva istishna dalam penyelesaian yang telah selesai dibuat disajikan sebagai

persediaan sebesar harga jual istishna kepada pembeli akhir; dan

(d) dalam istishna paralel, piutang istishna dan hutang istishna tidak boleh saling hapus.

PSAK 107

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,

misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

ANALISA

Dalam PSAK 59 menjelaskan mengenai penyajian secara rinci bagi beberapa transaksi

syariah, sedangkan tidka dijumpai adanya penjelasan mengenai penyajian secara rinci

terhadap transaksi ijarah. PSAK 107 menjelaskan penyajian ijarah dengan sangat singkat,

hanya terdiri dari satu kalimat sehingga kurang detail.

6. PENGUNGKAPAN

PSAK 59

Pengungkapan Umum

Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan informasi umum mengenai bank

sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku umum, dengan pengungkapan

tambahan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

(a) karakteristik kegiatan bank syariah dan jasa utama yang disediakan;

Page 29: Ijarah

(b) peranan, sifat, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi

kegiatan bank syariah berdasarkan ketentuan hukum dan praktik;

(c) tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi kegiatan bank dan induk

perusahaan (holding company); dan

(d) tanggung jawab bank terhadap pengelolaan zakat.

Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan

dalam penyusunan laporan keuangan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada kebijakan

akuntansi:

(a) mengenai pemilihan mode akuntansi di antara beberapa alternatif metode akuntansi

yang diperbolehkan dalam setiap jenis transaksi;

(b) yang tidak konsisten dengan konsep akuntansi keuangan bank syariah, jika ada;

(c) mengenai pengakuan pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam setiap

transaksi;

(d) mengenai pengakuan dan penentuan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva

produktif bank syariah;

(e) konsolidasi laporan keuangan, jika ada.

Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan pendapatan atau beban yang dilarang

oleh syariah, jika ada, mengenai:

(a) jumlah dan sifat pendapatan yang diperoleh dari sumber atau cara yang tidak

diperkenankan oleh syariah;

(b) jumlah dan sifat pengeluaran yang tidak sesuai dengan syariah; dan

(c) rencana penggunaan pendapatan non-halal sesuai dengan arahan Dewan Pengawas

Syariah.

Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan jumlah saldo dana investasi tidak terikat

berdasarkan segmen geografis dan periode jatuh temponya. Selain itu, juga

mengungkapkan metode alokasi keuntungan (kerugian) investasi antara pemilik dana

investasi tidak terikat dan bank, baik bank sebagai pengelola dana maupun bank sebagai

agen investasi. Pengungkapan tersebut meliputi:

(a) metode yang digunakan bank untuk menentukan bagian keuntungan atau kerugian

dari dana tidak terikat dalam periode yang bersangkutan;

(b) tingkat pengembalian; dan

Page 30: Ijarah

(c) nisbah keuntungan yang disepakati dari masing-masing dana investasi.

Bank syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:

(a) jenis aktiva produktif, sektor ekonomi, dan jumlah aktiva produktif masing-masing;

(b) jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan

istimewa;

(c) kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi yang dibiayai;

(d) jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang aktiva

produktif yang direstrukturisasi selama periode berjalan;

(e) klasifikasi aktiva produktif, valuta dan tingkat bagi hasil ratarata;

(f) ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva produktif yang

diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukkan saldo awal, penyisihan

selama tahun berjalan, penghapusan selama tahun berjalan, pembayaran aktiva

produktif yang telah dihapusbukukan dan saldo penyisihan pada akhir tahun;

(g) kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan aktiva

produktif bermasalah;

(h) metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum;

(i) kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko portofolio aktiva

produktif;

(j) besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;

dan

(k) saldo aktiva produktif yang sudah dihentikan.

Pengungkapan untuk Setiap Komponen Laporan Keuangan

Neraca

Pengungkapan pembiayaan mudharabah mencakup,

tetapi tidak terbatas pada:

(a) jumlah pembiayaan mudharabah kas dan non-kas;

(b) kerugian atas penurunan nilai aktiva mudharabah, apabila ada; dan

(c) persentase kepemilikan dana pada investasi tidak terikat yang signifikan berdasarkan

kepemilikan perorangan dan/atau badan hukum.

Bank syariah mengungkapkan dasar penentuan dan besar penyisihan kerugian

pembiayaan musyarakah dan piutang yang berasal dari penyelesaian akad musyarakah

Page 31: Ijarah

pada suatu periode. Bank syariah mengungkapkan saldo transaksi murabahah berdasarkan

sifatnya, baik berupa pesanan mengikat maupun tidak mengikat.

Pengungkapan transaksi istishna mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

(a) pendapatan dan keuntungan dari kontrak istishna selama periode berjalan;

(b) jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan

sampai dengan akhir periode berjalan;

(c) jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak;

(d) klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai

akibat keterlambatan pengiriman barang;

(e) nilai kontrak istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang periode

pelaksanaannya; dan

(f) nilai kontrak istishna yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi

belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.

Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mencakup, tetapi tidak

terbatas pada:

(a) sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah;

(b) jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir;

(c) jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah muntahiyah

bittamlik), jenis aktiva, dan akumulasi penyusutannya apabila bank syariah sebagai

pemilik obyek sewa;

(d) jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang apabila

bank syariah sebagai penyewa; dan

(e) komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang

berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya.

Pengungkapan transaksi wadiah mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

(a) jumlah dana/barang yang meliputi prinsip wadiah yad-amanah; dan

(b) jumlah dana wadiah yang diblokir sebagai jaminan pembiayaan atau transaksi

perbankan lainnya.

Bank syariah mengungkapkan transaksi wakalah yang belum diselesaikan berdasarkan

jenis dan jumlah. Bank syariah mengungkapkan kisaran persentase bagi

hasil dari masing-masing jenis dana investasi tidak terikat dan simpanan lainnya.

Page 32: Ijarah

Laporan Laba Rugi

Pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian harus diungkapkan berdasarkan jenis

menurut karakteristik transaksi. Sejauh bisa dilaksanakan, hal-hal tersebut di bawah ini

yang berasal dari investasi yang dibiayai bersama oleh bank dan para pemilik dana

investasi tidak terikat dan investasi yang hanya dibiayai oleh bank harus diungkapkan

secara terpisah:

(a) pendapatan dan keuntungan investasi;

(b) beban dan kerugian investasi;

(c) laba (rugi) investasi;

(d) bagian para pemilik dana investasi tidak terikat pada pendapatan(kerugian) dari

investasi sebelum bagian pengelola dana;

(e) bagian bank pada pendapatan (kerugian) investasi; dan

(f) bagian bank pada pendapatan dana investasi tidak terikat sebagai pengelola dana.

Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan perubahan dana investasi terikat

dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

(a) periode yang dicakup oleh laporan perubahan dana investasi terikat;

(b) secara terpisah saldo awal, keuntungan (kerugian), dan saldo akhir dana investasi

terikat yang berasal dari revaluasi dana investasi tidak terikat;

(c) sifat dari hubungan antara bank dan para pemilik dana investasi terikat, baik bank

sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi; dan

(d) hak dan kewajiban yang dikaitkan dengan masing-masing jenis dana investasi terikat

atau unit investasi.

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah

Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan dana

zakat, infaq, dan shadaqah dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak

terbatas pada:

(a) periode yang dicakup oleh laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan

shadaqah;

(b) dasar penentuan zakat para pemegang saham jika bank diharuskan membayar zakat

atas nama para pemegang saham;

Page 33: Ijarah

(c) rincian sumber dana zakat, infaq, dan shadaqah;

(d) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang disalurkan bank selama periode laporan; dan

(e) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang belum disalurkan pada akhir periode laporan.

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan

Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan dana

qardhul hasan dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan;

(b) rincian saldo qardhul hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan sumbernya; dan

(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama periode laporan

berdasarkan jenisnya.

PSAK 107

Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah

muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

(i) keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika

ada wa’ad pengalihan kepemilikan);

(ii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;

(iii) agunan yang digunakan (jika ada);

(b) nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah; dan

(c) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).

Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah

muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

(i) total pembayaran;

(ii) keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang

digunakan (jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan);

(iii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;

(iv) agunan yang digunakan (jika ada); dan

(b) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika

ada transaksi jualdan- ijarah).

Page 34: Ijarah

ANALISA

PSAK 59 memaparkan pengungkapan secara detail tiap laporan keuangan yang memang

seharusnya diungkapkan. Namun, dalam PSAK 59 tidak dijelaskan secara khusus

bagaimana pengungkapan untuk transaksi ijarah. PSAK 107 lebih detail fokus dalam

membahas pengungkapan transaksi ijarah. Namun, PSAK 107 tidak membahas secara

detail mengenai penjelasan laporan keuangan lebih mendalam.

Page 35: Ijarah

Daftar Pustaka

Nurhayati, Sri. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta. Salemba Empat

PSAK 59

PSAK 107

Page 36: Ijarah

Statement of Authorship

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah

murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan

tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah disajikan sebagai bahan untuk makalah pada mata ajaran lain kecuali

kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata ajaran : Akuntansi Syariah

Judul makalah : Akad Ijarah Serta Analisa Komparatif dengan PSAK 59

Tanggal : 21 April 2015

Dosen : Achmad Baraba

Nama : Astri Ririn Ernawati

NPM : 1206212946

Tandatangan :

Nama : Ayu Agnes Sumitra

NPM : 1206213851

Tandatangan :

Nama : Rieszka Wellyan

NPM : 1206250456

Tandatangan :

Nama : Rizka Amalia

NPM : 1206267192

Tandatangan :