ijarah
DESCRIPTION
syariahTRANSCRIPT
![Page 1: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/1.jpg)
Akad Ijarah serta Analisa Komparatif dengan PSAK 59
Disusun Oleh:Astri Ririn Ernawati (1206213946)Ayu Agnes Sumitra (1206213851)
Rieszka Wellyan (1206250456)Rizka Amalia (1206267192)
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
![Page 2: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/2.jpg)
2015
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Islam adalah agama sempurna yang mengatur segala aspek dalam kehidupan baik dalam
beribadah, maupun dalam membina hubungan antarmanusia dalam bermasyarakat, termasuk
aspek ekonomi. Ajaran Islam terkait perekonomian dapat ditemukan dalam Al-Quran, sunnah,
maupun ijma. Islam sendiri memberi perhatian besar pada aspek perekonomian. Salah satunya
dicerminkan dalam konsep pemeliharaan harta kekayaan. Tujuannya agar harta yang dimiliki
manusia diperoleh dan digunakan sesuai syariah sehingga harta tersebut halal. Harta yang baik
harus memenuhi dua kriteria: diperoleh dengan cara yang sah dan benar seta dipergunakan dalam
jalan Allah.
Ijarah merupakan salah satu jenis akad syariah yang umum dipraktikan oleh masyarakat. Akad
ini memberikan dampak positif bagi masyarakat. Regulasi akad Ijarah di Indonesia terdapat
dalam PSAK 107. PSAK ini merupakan PSAK baru yang menyempurnakan PSAK 59. Dalam
perubahan ini tentunya terdapat perbedaan antara peraturan yang lama dengan peraturan yang
baru, oleh karena itu dalam makalah ini kami akan menganalisa secara komparatif antara PSAK
59 dengan akad Ijarah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian serta karakteristik dari akad salam dan istishna?
2. Apa saja jenis akad ijarah?
3. Apakah dasar syariah dari akad ijarah’?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad ijarah?
5. Bagaimana analisa komparatif antara PSAK 59 dengan PSAK 107?
![Page 3: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/3.jpg)
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian serta karakteristik dari akad salam dan istishna.
2. Mengetahui apa saja jenis akad ijarah.
3. Mengetahui dasar syariah dari akad ijarah’.
4. Mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad ijarah.
5. Mengetahui analisa komparatif antara PSAK 59 dengan PSAK 107?
![Page 4: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/4.jpg)
Bab II
Pembahasan
Pengertian Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, Al – Ijarah berasal dari kata al ajruyang berarti al
’Iwadhu (ganti atau kompensasi). Jadi, definisi Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dari pengertian
tersebut maka yang dimaksud Ijarah yaitu akad jual beli namun yang dipindahkan bukan hak
kepemilikannya, melainkan hak guna tas manfaat suatu aset atau jasa dengan jalan penggantian
(membayar sewa atau upah sejumlah tertentu). Aset yang disewakan dalam ijarah dapat berupa
mobil, peralatan, dan lain sebagainya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu
jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Misalnya Nona Ayu
mengguankan jasa penjahit Aisyah, atau Aisyah mempekerjakan Ani. Hubungan pekerja dan
pemberi kerja (upah – mengupah) termasuk dalam akad ijarah, dan pengguna jasa harus
membayar upah.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa wajib untuk menanggung
baiya pemeliharaannya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis. Penyewa
selain membayar biaya sewa, dia juga berkewajiban utnuk menjaga aset yang disewakannya. Hal
ini karena apabila ada kerusakan atas aset yang diakibatkan kelalaian penyewa maka penyewa
berkewajiban utnuk mengganti atau memperbaikinya.
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa karena
hal ini menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya rutin yang diperkenanka dan tidak
material saja yang dapat dibebankan kepada penyewa. Selama periode akad juga tidak boleh ada
perubahan harga atas sewa suatu barang atau jasa, kecuali kontrak tersebut diperbaharui kembali.
![Page 5: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/5.jpg)
Pengalihan kontrak atau aset yang disewakan kemudian disewakan kembali pada pihak lain
boleh dilakukan baik dengan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih rendah asalkan pemberi
sewa mengizinkan. Apabila pengalihan itu dikembalikan kemabali kepada pemberi sewa, maka
syaratnya kedua akad tersebut harus tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi Bai Al Innah
yang dilarang secara syariah.
Pembayaran sewa dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai dengan
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Dalm akad ijarah juga harus memuat mengenai
aturan jangka waktu akad, besarnya sewa atau upah, cara pembayaran sewa atau upah,
peruntukkan aset yang disewakan, dan hal lainnya yang dianggap penting. Begitu kontrak
disetujui maka itu bersifat mengikat dan jika ada perubahan maka harus persetujuan kedua belah
pihak. Perjanjian tersebut mulai efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya
bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima
pembayaran sewa atau upah.
Jenis Akad Ijarah
Berdasarkan Objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu :
Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil,
motor, pakaian, dan sebagainya.
Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara luas
adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu :
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat yang
terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad utnuk memindahkan
kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
![Page 6: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Ijarah Muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan aset
yang diijarahkan pada saat tertentu.
3. Skema Ijarah
Keterangan :
Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepaatan ijarah
Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa
Penyewa melakukan pembayaran
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa , dalam ijarah
muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang
dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa.
Kemudian, untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah
sebelumnya. Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
a. Hibah
b. Penjualan, dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan,
namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan :
1. Sebelum akad berakhir
Pemberi Sewa/ Jasa
Penyewa/ Pengguna
Jasa
(1)
(2)
(3)
![Page 7: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Setelah akad berakhir
3. Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Dalam kasus
ini, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali melakukan pembayaran dari harga
total sampai ia memiliki aset tersebut secara penuh diakhir kontrak. Sistem ini
mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian
terakhir dijual kepada penyewa. Jika kontrak ijarah batal karena alasan – alasan yang
mendasar sebelum perpindahan kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang
disewanya menjadi miliki bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
4. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah yang telah dijual tersebut. Aalsan dilakukannya transaksi
tersebut bisa saja si pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan
manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang
terpisah dan tidak slaing bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada
saat nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau kerugian pada periode
terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari
transaksi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah yang
muncul karena ia menjadi penyewa.
5. Ijarah – Lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan,
maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran ijarah
jangka panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.
DASAR SYARIAH
A. Sumber Hukum Akad Ijarah
1. Al-Quran, sebagaimana firman Allah SWT
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas
![Page 8: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/8.jpg)
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan
rahmat Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS 43:32)
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS 2:233)
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS 28:26)
2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan
Muslim) Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR. ‘Abd ar-Razzaq
dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)
Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang
kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau
perak.” (HR. Nasa’i)
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Ada
tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama)
seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua)
seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga)
seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas
dengan sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.1489
dan Fathul Bari IV:417 No.: 2227)
![Page 9: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/9.jpg)
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)
Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah
Ada 3 macam, yaitu:
1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan penyewa/pengguna
jasa/lessee/musta’jir.
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
3. Ijab kabul/serah terima.
Ketemtuan syariah:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat aset/jasa adalah sebagai berikut:
- Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
- Harus yang diperbolehkan dalam syariah.
- Dapat dialihkan secara syariah.
- Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupauntuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa.
- Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas.
b. Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna
jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset
atau jasa yang digunakannya.
c. Ketentuan syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.
- Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Tamlik harus melaksanakan akad
Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad Ijarah.
![Page 10: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/10.jpg)
- Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awalakad Ijarah adalah wa’ad,
yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus
ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad
Ijarah.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan saling rida di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilaksanakan
secara verbal maupun tertulis.
Berakhirnya Akad Ijarah
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan.
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
Ijarah.
3. Terjadi kerusakan aset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal atau ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkannya.
Perbedaan Ijarah dengan Leasing
No
.
Keterangan Ijarah Leasing
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2. Metode
pembayaran
Tergantung atau tidak
tergantung pada kondisi
barang/jasa yang disewa.
Tidak tergantung pada kondisi barang yang
disewa.
![Page 11: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Perpindahan
kepemilikian
- Ijarah
Tidak ada perpindahan
kepemilikan
- IMBT
Janji untuk
menjual/menghibahkan
di awal akad.
- Sewa guna operasi
Tidak ada transfer kepemilikan
- Sewa guna dengan opsi
Memiliki opsi membeli atau tidak membeli di
akhir masa sewa.
4. Jenis leasing
lainnya
- Leasing
purchase
Tidak diperbolehkan
karena akadnya gharar
- Sale and
lease back
Diperbolehkan
- Lease purchase
Diperbolehkan
- Sale and lease back
Diperbolehkan
Akuntansi untuk pemberi sewa (Mu’jir)
1. Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik aset berwujud maupun tidak berwujud, diakui
saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Aset tersebut harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan
dari aset tersebut
b) Biaya perolehannya dapat diukur secara andal
Jurnal:
![Page 12: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/12.jpg)
Aset ijarah xxx
Kas/utang xxx
2. Penyusutan, jika aseet ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka penyusutan
atau amortisasinya diperlakukan sama untuk aset sejenis selama umur manfaatnya. Jika
aset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung
penyusutan adalah periode akad IMBT.
Jurnal:
Biaya penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa
pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum
menerima uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar
nilai yang dapat direalisasikan.
Jurnal:
Kas/piutang sewa xxx
Pendapatan sewa xxx
4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
a) Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka
diakuisebagai beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal:
Biaya perbaikan xxx
Utang xxx
b) Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada
saat terjadinya.
Jurnal:
Biaya perbaikan xxx
Kas/utang/perlengkapan xxx
![Page 13: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/13.jpg)
c) Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
objek ijarah yang dilakukan huruf (a) dan (b) ditanggung oemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Jurnal:
Biaya perbaikan xxx
Kas/utang/perlengkapan xxx
5. Perpindahan kepemilikan ibjek ijarah dalan ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan
dengan cara:
a) Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban.
Jurnal:
Beban ijarah xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Aset ijarah xxx
b) Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilian sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Kas/pitang xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Keurgian* xxx
Keuntungan** xxx
Aset ijarah xxx
Ket: *Jika nilai buku lebih besar dari harga jual
** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Kas xxx
Kerugian* xxx
Akumulasi penyusutan xxx
![Page 14: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/14.jpg)
Keuntungan** xxx
Aset ijarah xxx
Ket: * jika nilai buku lebih besar dari harga jual
** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
d) Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
i) Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagai objek ijarah yang telah
dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Kas xxx
Kerugian* xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Keuntungan** xxx
Aset ijarah xxx
Ket: * jika nilai buku lebih besar dari harga jual
** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
ii) Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar
atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
Jurnal:
Aset lancar/tidak lancar xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Aset ijarah xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan
ijarah tersebut diakui sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode
berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul tidak dapat diakui sebagai
pengurang atau penambah dari beban ijarah.
6. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
7. Pengungkapan, pemilik mengungkapan dalam laporan keungan terkait transaksi ijarah
dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi terbatas pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputitetapi tidak terbatas pada:
![Page 15: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/15.jpg)
i) Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan)
ii) Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut
iii) Agunan yang digunakan (jika ada)
b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah
c) Keberadaan transaksi jual danijarah
Akuntansi untuk Penyewa (Musta’jir)
1. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. Jurnal:
Dr. Beban sewa xxx
Cr. Kas/utang xxx
2. Biaya pemeliharaan objek Ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya,. Sedangkan dalam ijarah Muntahiya
bit Tamlik melalui penjualan obejk ijarah secara bertaha, biaya pemeliharaan objek ijarah
yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan
objek ijarah. Jurnal:
Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx
Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tetapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa:
Dr. Piutang xxx
Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx
3. Perpindahan kepemilikan, dalam Ijarah Muntahiya bit Tamlik dapat dilakukan dengan
cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar. Jurnal:
Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Keuntungan xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati. Jurnal:
Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx
![Page 16: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/16.jpg)
Cr. Kas xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mangakui aset sebesar
pembayaran yang telah disepakati.
Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar biaya
perolehan objek iajarah yang diterima.
Dr. Aset nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
4. Jika suatu entitas/penyewa menyerahkan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain
atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk
pemilik dan akuntansi untuk penyewa dalam PSAK ini.
5. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah
tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umu isi akad yang signifikan tetapi tidak terbatas pada:
d. Total pembayaan
e. Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan
f. Pembatasan-pembatasan
g. Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika
ada).
![Page 17: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/17.jpg)
Bab III
ANALISA KOMPARATIF PSAK 59 DENGAN PSAK 107
1. TUJUAN
PSAK 59
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank
syariah.
PSAK 107
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi ijarah.
ANALISA
Tujuan PSAK 59 bersifat umum yaitu mengatur mengenai seluruh transaksi yang
berkaitan dengan aktivitas bank syariah, sedangkan dalam PSAK mengatur secara khusus
mengenai transaksi ijarah saja.
2. RUANG LINGKUP
PSAK 59
Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah, dan
kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal umum
yang tidak diatur dalam pernyataan ini mengacu pada pernyataan standar akuntansi
keuangan yang lain dan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan
penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) pemerintah, lembaga
pengawas independen, dan bank sentral (Bank Indonesia). Usaha bank banyak
dipengaruhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berbeda dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan Pernyataan
ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi peraturan
perundang-undangan tersebut.
PSAK 107
![Page 18: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/18.jpg)
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah. Pernyataan ini
mencakup pengaturan untuk pembiayaan multi jasa yang menggunakan akad ijarah,
namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk)
yang menggunakan akad ijarah.
ANALISA
PSAK 59 lebih umum menjelaskan mengenai seluruh aktivitas di bank umum syariah,
bank perkreditan rakyat syariah, dan kantor cabang syariah bank konvensional yang
beroperasi di Indonesia. Sedangkan, dalam PSAK 107 lebih membatasi ruang lingkup
yang hanya ditujukan bagi entitas yang melakukan transaksi ijarah.
3. KARAKTERISTIK
PSAK 59
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir
(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah
muntahiyah bittamlik adalah akad sewa-menyewa antara pemilik obyek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijrah muntahiyah bittamlik
dapat dilakukan dengan:
(a) hibah;
(b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan
sewa;
(c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada
awal akad; dan
(d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.
Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui
dan tercantum dalam akad. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa. Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan:
![Page 19: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/19.jpg)
(a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan
transaksi ijarah; dan
(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.
Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara
proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara
bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama
masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada setiap periode
tersebut. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.
PSAK 107
Ijarah merupakan sewa-menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan
kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa,
dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek
ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan obyek ijarah telah diserahkan kepada
penyewa dengan membuat akad terpisah secara:
(a) hibah;
(b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar sebanding dengan sisa cicilan sewa atau
harga yang disepakati;
(c) penjualan pada akhir masa ijarah dengan pembayaran tertentu sebagai referensi yang
disepakati dalam akad; atau
(d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.
Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek ijarah harus jelas diketahui
dan tercantum dalam akad.
ANALISA
Pada dasarnya karakteristik yang diatur oleh PSAK 59 dan PSAK 107 adalah sama.
Namun, dalam karakteristik di PSAK 59 dijelaskan karakteristik ijarah secara lebih rinci
untuk tiap jenis transaksi ijarah, sedangkan PSAK 107 hanya menjelaskan karakteristik
transaksi ijarah secara umum.
![Page 20: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/20.jpg)
4. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
PSAK 59
Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa. Obyek sewa
diakui sebesar biaya perolehan pada saatperolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai
dengan:
(a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan
transaksi ijarah; dan
(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.
Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara
proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara
bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama
masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada setiap periode
tersebut. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Jika biaya akad menjadi
beban pemilik obyek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan
alokasi pendapatan ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. Pengakuan
biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagai berikut:
(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya;
(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik
obyek sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut; dan
(c) dalam ijarah muntahiyaj bittamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan
obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik obyek sewa
maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam
obyek sewa.
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah
diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan obyek sewa yang telah
diserahkan kepada penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa
pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. Perpindahan hak milik obyek
sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa dengan harga
![Page 21: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/21.jpg)
sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa
membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas
penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa.
Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembayaran
sekadarnya adalah sebagai berikut:
(a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa;
(b) obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya
perpindahan hak milik obyek sewa;
(c) jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi kemudian memutuskan untuk
tidak melakukannya dan nilai wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai
bukunya, maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada
penyewa; dan
(d) jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan memutuskan untuk tidak
melakukannya, maka obyek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana
yang lebih rendah. Jika nilai wajar obyek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan
obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:
(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa
telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek
sewa;
(b) nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek
sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa;
(c) pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga
jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa yang telah dijual; dan
(d) jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang tersisa maka
perlakuan akuntasinya sesuai dengan paragraf 11 huruf (c) dan (d).
Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika obyek sewa mengalami penurunan nilai
permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut
timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan
![Page 22: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/22.jpg)
ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya
(jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai
sewa wajarnya) diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai
kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai.
Bank sebagai Penyewa
Beban ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara proporsional selama masa
akad. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara
konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa
akad. Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad menjadi
beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya
pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan
obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan
kepemilikan obyek sewa.
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah
diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah
diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai
wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek sewa tersebut disisi lain akan menambah:
(a) saldo laba jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
(b) dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari simpanan pihak
ketiga; atau
(c) saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proposional, jika sumber pendanaan
berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga.
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian
obyek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa
diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa yang
diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan.
Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui
pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut:
(a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah
diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan
![Page 23: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/23.jpg)
(b) obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang
dibayarkan.
Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian
obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:
(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa
ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik
obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan
(b) bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar biaya
perolehannya.
Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan
penyusutan penyewa. Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum
perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat
tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar
melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah
dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui
sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah
muntahiyah bittamlik.
PSAK 107
Akuntansi Pemilik (Mu'jir)
Biaya Perolehan
Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan obyek yang berupa aset tidak berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Tidak
Berwujud.
Penyusutan
Obyek ijarah, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur
ekonomis). Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola
konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur
ekomonis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama
10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan
demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang
![Page 24: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/24.jpg)
berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud
sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.
Pendapatan dan Beban
Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan
kepada penyewa. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan
pada akhir periode pelaporan. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai
berikut:
(a) biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat terjadinya;
(b) jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan persetujuan pemilik,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada saat
terjadinya; dan
(c) dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
obyek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik
maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek
ijarah.
Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat
dilakukan oleh pemilik secaralangsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
Perpindahan Kepemilikan
Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam
ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
(a)hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban;
(b) penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian;
(c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; atau
(d)penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
(i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual
diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan
![Page 25: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/25.jpg)
(ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau
aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
Akuntansi Penyewa (Musta'jir)
Beban
Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. Utang
sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima. Biaya
pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah
muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara
bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.
ANALISA
PSAK 107 dalam penjabarannya terlihat lebih sistematis karena PSAK 107 menjelaskan
bagian per bagian, mulai dari biaya perolehan, penyusutan, pendapatan dan beban, dan
perpindahan kepemilikan. PSAK 59 dalam penjabarannya terlihat kurang sistematis.
PSAK 59 menggolongkan karakteristik ijarah berdasarkan bank sebagai pemilik objek
sewa dan bank sebagai penyewa. Hal ini mengindikasikan PSAK 59 memang berorientasi
pada perbankan syariah.
5. PENYAJIAN
PSAK 59
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:
(a) neraca;
(b) laporan laba rugi;
(c) laporan arus kas;
(d) laporan perubahan ekuitas;
(e) laporan perubahan dana investasi terikat;
(f) laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan; dan
(h) catatan atas laporan keuangan.
Neraca
![Page 26: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/26.jpg)
Unsur-unsur neraca meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas.
Penyajian aktiva pada neraca atau pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan atas
aktiva yang dibiayai oleh bank sendiri dan aktiva yang dibiayai oleh bank bersama
pemilik dana investasi tidak terikat, dilakukan secara terpisah. Dengan memperhatikan
ketetentuan dalam PSAK lainnya, penyajian dalam neraca mencakup, tetapi tidak terbatas
pada pos-pos aktiva berikut:
Kas;
Penempatan pada Bank Indonesia;
Giro pada bank lain,
Penempatan pada bank lain;
Efek-efek;
Piutang:
piutang murabahah;
piutang salam;
piutang istishna;
piutang pendapatan ijarah;
Pembiayaan mudharabah;
Pembiayaan musyarakah;
Persediaan (aktiva yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien);
Aktiva yang diperoleh untuk ijarah;
Aktiva istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin
istishna);
Penyertaan;
Investasi lain;
Aktiva tetap dan akumulasi penyusutan; dan
Aktiva lain.
Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya, penyajian pada neraca atau
pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada
pos-pos kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas berikut:
Kewajiban
Kewajiban segera;
![Page 27: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/27.jpg)
Simpanan:
giro wadiah;
tabungan wadiah;
Simpanan bank lain:
giro wadiah;
tabungan wadiah;
Kewajiban lain:
hutang salam;
hutang istishna;
Kewajiban kepada bank lain;
Pembiayaan yang diterima;
Keuntungan yang sudah diumumkan tetapi belum dibagikan;
Hutang pajak;
Hutang lainnya; dan
Pinjaman subordinasi.
Investasi Tidak Terikat
Investasi tidak terikat dari bukan bank:
tabungan mudharabah;
deposito mudharabah;
Investasi tidak terikat dari bank:
tabungan mudharabah;
deposito mudharabah.
Ekuitas
Modal disetor;
Tambahan modal disetor; dan
Saldo laba (rugi).
Aktiva dan kewajiban tidak boleh disalinghapuskan kecuali ketentuan syariah dan hukum
memperkenankan terjadinya saling hapus. Pembiayaan mudharabah mutlaqah yang
diterima bank syariah disajikan dalam neraca pada unsur investasi tidak terikat di antara
unsur kewajiban dan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana yang diterima oleh bank
dengan kriteria sebagai berikut:
![Page 28: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/28.jpg)
(a) bank mempunyai hak untuk menggunakan dan menginvestasikan dana, termasuk hak
untuk mencampur dana dimaksud dengan dana lainnya;
(b) keuntungan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati; dan
(c) bank tidak memiliki kewajiban secara mutlak untuk mengembalikan dana tersebut jika
mengalami kerugian.
Penyajian pos-pos yang terkait dengan transaksi istishna
adalah sebagai berikut:
(a) termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai pos penguran istishna dalam
penyelesaian;
(b) selisih lebih antara istishna dalam penyelesaian dan termin istishna yang sudah ditagih
disajikan sebagai aktiva, sedangkan selisih kurang antara istishna dalam penyelesaian
dan termin istishna yang sudah ditagih disajikan sebagai kewajiban;
(c) aktiva istishna dalam penyelesaian yang telah selesai dibuat disajikan sebagai
persediaan sebesar harga jual istishna kepada pembeli akhir; dan
(d) dalam istishna paralel, piutang istishna dan hutang istishna tidak boleh saling hapus.
PSAK 107
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,
misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
ANALISA
Dalam PSAK 59 menjelaskan mengenai penyajian secara rinci bagi beberapa transaksi
syariah, sedangkan tidka dijumpai adanya penjelasan mengenai penyajian secara rinci
terhadap transaksi ijarah. PSAK 107 menjelaskan penyajian ijarah dengan sangat singkat,
hanya terdiri dari satu kalimat sehingga kurang detail.
6. PENGUNGKAPAN
PSAK 59
Pengungkapan Umum
Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan informasi umum mengenai bank
sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku umum, dengan pengungkapan
tambahan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
(a) karakteristik kegiatan bank syariah dan jasa utama yang disediakan;
![Page 29: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/29.jpg)
(b) peranan, sifat, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi
kegiatan bank syariah berdasarkan ketentuan hukum dan praktik;
(c) tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi kegiatan bank dan induk
perusahaan (holding company); dan
(d) tanggung jawab bank terhadap pengelolaan zakat.
Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada kebijakan
akuntansi:
(a) mengenai pemilihan mode akuntansi di antara beberapa alternatif metode akuntansi
yang diperbolehkan dalam setiap jenis transaksi;
(b) yang tidak konsisten dengan konsep akuntansi keuangan bank syariah, jika ada;
(c) mengenai pengakuan pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam setiap
transaksi;
(d) mengenai pengakuan dan penentuan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva
produktif bank syariah;
(e) konsolidasi laporan keuangan, jika ada.
Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan pendapatan atau beban yang dilarang
oleh syariah, jika ada, mengenai:
(a) jumlah dan sifat pendapatan yang diperoleh dari sumber atau cara yang tidak
diperkenankan oleh syariah;
(b) jumlah dan sifat pengeluaran yang tidak sesuai dengan syariah; dan
(c) rencana penggunaan pendapatan non-halal sesuai dengan arahan Dewan Pengawas
Syariah.
Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan jumlah saldo dana investasi tidak terikat
berdasarkan segmen geografis dan periode jatuh temponya. Selain itu, juga
mengungkapkan metode alokasi keuntungan (kerugian) investasi antara pemilik dana
investasi tidak terikat dan bank, baik bank sebagai pengelola dana maupun bank sebagai
agen investasi. Pengungkapan tersebut meliputi:
(a) metode yang digunakan bank untuk menentukan bagian keuntungan atau kerugian
dari dana tidak terikat dalam periode yang bersangkutan;
(b) tingkat pengembalian; dan
![Page 30: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/30.jpg)
(c) nisbah keuntungan yang disepakati dari masing-masing dana investasi.
Bank syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) jenis aktiva produktif, sektor ekonomi, dan jumlah aktiva produktif masing-masing;
(b) jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa;
(c) kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi yang dibiayai;
(d) jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang aktiva
produktif yang direstrukturisasi selama periode berjalan;
(e) klasifikasi aktiva produktif, valuta dan tingkat bagi hasil ratarata;
(f) ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva produktif yang
diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukkan saldo awal, penyisihan
selama tahun berjalan, penghapusan selama tahun berjalan, pembayaran aktiva
produktif yang telah dihapusbukukan dan saldo penyisihan pada akhir tahun;
(g) kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan aktiva
produktif bermasalah;
(h) metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum;
(i) kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko portofolio aktiva
produktif;
(j) besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;
dan
(k) saldo aktiva produktif yang sudah dihentikan.
Pengungkapan untuk Setiap Komponen Laporan Keuangan
Neraca
Pengungkapan pembiayaan mudharabah mencakup,
tetapi tidak terbatas pada:
(a) jumlah pembiayaan mudharabah kas dan non-kas;
(b) kerugian atas penurunan nilai aktiva mudharabah, apabila ada; dan
(c) persentase kepemilikan dana pada investasi tidak terikat yang signifikan berdasarkan
kepemilikan perorangan dan/atau badan hukum.
Bank syariah mengungkapkan dasar penentuan dan besar penyisihan kerugian
pembiayaan musyarakah dan piutang yang berasal dari penyelesaian akad musyarakah
![Page 31: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/31.jpg)
pada suatu periode. Bank syariah mengungkapkan saldo transaksi murabahah berdasarkan
sifatnya, baik berupa pesanan mengikat maupun tidak mengikat.
Pengungkapan transaksi istishna mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
(a) pendapatan dan keuntungan dari kontrak istishna selama periode berjalan;
(b) jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan
sampai dengan akhir periode berjalan;
(c) jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak;
(d) klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai
akibat keterlambatan pengiriman barang;
(e) nilai kontrak istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang periode
pelaksanaannya; dan
(f) nilai kontrak istishna yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi
belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mencakup, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah;
(b) jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir;
(c) jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik), jenis aktiva, dan akumulasi penyusutannya apabila bank syariah sebagai
pemilik obyek sewa;
(d) jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang apabila
bank syariah sebagai penyewa; dan
(e) komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang
berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya.
Pengungkapan transaksi wadiah mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
(a) jumlah dana/barang yang meliputi prinsip wadiah yad-amanah; dan
(b) jumlah dana wadiah yang diblokir sebagai jaminan pembiayaan atau transaksi
perbankan lainnya.
Bank syariah mengungkapkan transaksi wakalah yang belum diselesaikan berdasarkan
jenis dan jumlah. Bank syariah mengungkapkan kisaran persentase bagi
hasil dari masing-masing jenis dana investasi tidak terikat dan simpanan lainnya.
![Page 32: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/32.jpg)
Laporan Laba Rugi
Pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian harus diungkapkan berdasarkan jenis
menurut karakteristik transaksi. Sejauh bisa dilaksanakan, hal-hal tersebut di bawah ini
yang berasal dari investasi yang dibiayai bersama oleh bank dan para pemilik dana
investasi tidak terikat dan investasi yang hanya dibiayai oleh bank harus diungkapkan
secara terpisah:
(a) pendapatan dan keuntungan investasi;
(b) beban dan kerugian investasi;
(c) laba (rugi) investasi;
(d) bagian para pemilik dana investasi tidak terikat pada pendapatan(kerugian) dari
investasi sebelum bagian pengelola dana;
(e) bagian bank pada pendapatan (kerugian) investasi; dan
(f) bagian bank pada pendapatan dana investasi tidak terikat sebagai pengelola dana.
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan perubahan dana investasi terikat
dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
(a) periode yang dicakup oleh laporan perubahan dana investasi terikat;
(b) secara terpisah saldo awal, keuntungan (kerugian), dan saldo akhir dana investasi
terikat yang berasal dari revaluasi dana investasi tidak terikat;
(c) sifat dari hubungan antara bank dan para pemilik dana investasi terikat, baik bank
sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi; dan
(d) hak dan kewajiban yang dikaitkan dengan masing-masing jenis dana investasi terikat
atau unit investasi.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, infaq, dan shadaqah dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) periode yang dicakup oleh laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan
shadaqah;
(b) dasar penentuan zakat para pemegang saham jika bank diharuskan membayar zakat
atas nama para pemegang saham;
![Page 33: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/33.jpg)
(c) rincian sumber dana zakat, infaq, dan shadaqah;
(d) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang disalurkan bank selama periode laporan; dan
(e) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang belum disalurkan pada akhir periode laporan.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan dana
qardhul hasan dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan;
(b) rincian saldo qardhul hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan sumbernya; dan
(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama periode laporan
berdasarkan jenisnya.
PSAK 107
Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(i) keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika
ada wa’ad pengalihan kepemilikan);
(ii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;
(iii) agunan yang digunakan (jika ada);
(b) nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah; dan
(c) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).
Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(i) total pembayaran;
(ii) keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan);
(iii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;
(iv) agunan yang digunakan (jika ada); dan
(b) keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika
ada transaksi jualdan- ijarah).
![Page 34: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/34.jpg)
ANALISA
PSAK 59 memaparkan pengungkapan secara detail tiap laporan keuangan yang memang
seharusnya diungkapkan. Namun, dalam PSAK 59 tidak dijelaskan secara khusus
bagaimana pengungkapan untuk transaksi ijarah. PSAK 107 lebih detail fokus dalam
membahas pengungkapan transaksi ijarah. Namun, PSAK 107 tidak membahas secara
detail mengenai penjelasan laporan keuangan lebih mendalam.
![Page 35: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/35.jpg)
Daftar Pustaka
Nurhayati, Sri. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta. Salemba Empat
PSAK 59
PSAK 107
![Page 36: Ijarah](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020518/577c81f61a28abe054aee153/html5/thumbnails/36.jpg)
Statement of Authorship
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah disajikan sebagai bahan untuk makalah pada mata ajaran lain kecuali
kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata ajaran : Akuntansi Syariah
Judul makalah : Akad Ijarah Serta Analisa Komparatif dengan PSAK 59
Tanggal : 21 April 2015
Dosen : Achmad Baraba
Nama : Astri Ririn Ernawati
NPM : 1206212946
Tandatangan :
Nama : Ayu Agnes Sumitra
NPM : 1206213851
Tandatangan :
Nama : Rieszka Wellyan
NPM : 1206250456
Tandatangan :
Nama : Rizka Amalia
NPM : 1206267192
Tandatangan :