ii.tinjauan pustaka 2.1 sampah dan jenis sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ......

20
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya (Tchobanoglous, et al., 1993 dalam Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Dalam PP No. 18/1999 dan PP No. 85/1999 tentang pengelolaan limbah berbahaya dan beracun, secara umum limbah didefinisikan sebagai bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi (Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Menurut Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (Puskim) (2001), sampah merupakan suatu bahan buangan yang bersifat padat, cair, maupun gas yang sudah tidak memenuhi persyaratan, tidak dikehendaki, dan merupakan hasil sampingan dari kehidupan sehari-hari. Definisi sampah terlihat lebih sederhana seperti yang tertuang dalam UU Nomor 18 tahun 2008 yang menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses yang berbentuk padat. Selanjutnya, Hadiwiyoto (1983) mengungkapkan ciri-ciri dari sampah adalah: (1) merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian utamanya; (2) merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya; (3) bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Sampah dapat digolongkan kedalam beberapa kategori, menurut jenis sampah dibagi menjadi: sampah organik seperti daun dan lain-lain, sampah plastik, sampah kertas dan kelompok logam serta kayu (Soekarman, 1983). Sedangkan, menurut Syahrul dan Ollich (1985) sampah dapat digolongkan kedalam beberapa kategori, diantaranya berdasarkan sumbernya, yaitu : (1) sampah hasil aktifitas rumah tangga termasuk dari asrama, rumah sakit, hotel- hotel dan kantor; (2) sampah hasil kegiatan industri dan pabrik; (3) sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan yang sering juga disebut sebagai limbah pertanian; (4) sampah hasil kegiatan

Upload: ngodiep

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

5  

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah dan Jenis Sampah

Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis limbah

berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang

karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya (Tchobanoglous,

et al., 1993 dalam Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Dalam PP No. 18/1999

dan PP No. 85/1999 tentang pengelolaan limbah berbahaya dan beracun, secara

umum limbah didefinisikan sebagai bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau

proses produksi (Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Menurut Pusat Penelitian

Pengembangan Permukiman (Puskim) (2001), sampah merupakan suatu bahan

buangan yang bersifat padat, cair, maupun gas yang sudah tidak memenuhi

persyaratan, tidak dikehendaki, dan merupakan hasil sampingan dari kehidupan

sehari-hari. Definisi sampah terlihat lebih sederhana seperti yang tertuang dalam

UU Nomor 18 tahun 2008 yang menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan

sehari-hari manusia dan/atau proses yang berbentuk padat.

Selanjutnya, Hadiwiyoto (1983) mengungkapkan ciri-ciri dari sampah

adalah: (1) merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan

lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian utamanya; (2)

merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya; (3) bahan buangan yang tidak

berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada

kelestarian lingkungan.

Sampah dapat digolongkan kedalam beberapa kategori, menurut jenis

sampah dibagi menjadi: sampah organik seperti daun dan lain-lain, sampah

plastik, sampah kertas dan kelompok logam serta kayu (Soekarman, 1983).

Sedangkan, menurut Syahrul dan Ollich (1985) sampah dapat digolongkan

kedalam beberapa kategori, diantaranya berdasarkan sumbernya, yaitu : (1)

sampah hasil aktifitas rumah tangga termasuk dari asrama, rumah sakit, hotel-

hotel dan kantor; (2) sampah hasil kegiatan industri dan pabrik; (3) sampah hasil

kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan

yang sering juga disebut sebagai limbah pertanian; (4) sampah hasil kegiatan

Page 2: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

6  

perdagangan, misalnya pasar dan pertokoan; (5) sampah dari hasil kegiatan

pembangunan; dan (6) sampah dari sekitar jalan raya.

Selanjutnya kategorisasi lain yang ditetapkan oleh WHO membagi sampah

berdasarkan sumber penghasilan, yaitu : (1) sampah rumah tangga (domestic

wastes); (2) sampah pasar (commercial wastes); (3) sampah binatang dan

pertanian (agricultural and animal wastes); dan (4) sampah pertambangan

(mining wastes) (WHO, 1971 dalam Syahrul dan Ollich, 1985).

2.2 Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan

Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan lingkungan dan kesehatan. Gangguan itu yaitu: (1) pencemaran

udara dan bau yang tidak sedap; (2) sampah bertumpuk-tumpuk dapat

menimbulkan kondisi physicochemis yang dapat mengakibatkan kenaikan suhu

dan perubahan pH; (3) kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah; (4)

gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat membahayakan

kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan, (5) penularan

penyakit yang ditimbulkan oleh sampah; dan (6) secara estetika pemandangan

yang tidak nyaman untuk dinikmati.

Sampah secara umum dapat menimbulkan pencemaran baik udara, air,

maupun tanah. Pencemaran pada tanah terutama adalah pencemaran terhadap air

permukaan dan air dalam tanah yang sangat membahayakan bagi kesehatan

manusia. Disamping itu, pencemaran bahan kimia dapat menimbulkan kerusakan

tanah sehingga mempengaruhi kegunaan sumberdaya tersebut (Miner et al.,

2000).

Menurut Sirodjuddin (2008), efek sampah terhadap manusia dan

lingkungan adalah:

1. Dampak terhadap kesehatan

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah: (a) penyakit

diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah

dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam

berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang

pengelolaan sampahnya kurang memadai; (b) penyakit jamur dapat juga menyebar

Page 3: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

7  

(misalnya jamur kulit); (c) penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan,

salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita

(taenia), cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak

melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah; (d) sampah beracun,

seperti yang terjadi di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat

mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal

dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan

akumulator.

2. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi

Potensi bahaya sampah terhadap keadaan sosial dan ekonomi yang dapat

ditimbulkan adalah: (a) membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi

masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah

bertebaran dimana-mana; (b) memberikan dampak negatif terhadap

kepariwisataan; (c) menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal

penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk

mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,

rendahnya produktivitas); (d) pembuangan sampah padat ke badan air dapat

menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum

seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain; (e) infrastruktur lain dapat juga

dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya

biaya yang diperlukan untuk pengolahan air.

3. Dampak terhadap kualitas udara dan air

Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan

bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat

meningkatkan karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida

(NO), gas belerang, amoniak dan asap di udara. Macam pencemaran perairan

yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya perubahan warna dan bau pada

air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan

dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber

air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke

permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar

itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya air raksa (merkuri),

Page 4: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

8  

chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat

menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau

ginjal.

2.3 Teknologi dan Pengelolaan Sampah

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (2011), pengelolaan sampah

adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya

sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan

akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan

lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor

lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon masyarakat.

Menurut UU No 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan

sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi :

(a) pembatasan timbulan sampah; (b) pendauran ulang sampah; dan/atau (c)

pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan meliputi: (a) pemilahan

dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,

dan/atau sifat sampah; (b) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan

pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

(TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat

pengolahan sampah terpadu; (c) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah

dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA)

atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); (d) pengolahan dalam bentuk

mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau (e) pemrosesan

akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil

pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman (Kementerian

Pekerjaan Umum, 2011). Faktor - faktor dalam pengelolaan sampah disajikan

pada Gambar 1, sedangkan pola operasional penanganan TPA disajikan pada

Gambar 2.

Page 5: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

9  

Gambar 1. Faktor-Faktor dalam Pengelolaan Sampah (Tchobanoglous et al., 1993 dalam Kementerian Pekerjaan Umum, 2011)

Gambar 2. Pola Operasional Penanganan TPA

(Kementerian Pekerjaan Umum, 2011)

Menurut Darmasetiawan (2004), pembuangan sampah di Indonesia

mengalami beberapa tahapan perkembangan metode dalam pelaksanaannya yaitu:

(1). Open dumping

Cara ini dilakukan di hampir seluruh perkotaan di Indonesia sampai akhir

tahun 70-an. Penerapan cara ini umumnya dikarenakan alasan keterbatasan

sumber daya baik kemampuan teknis manusia maupun kemampuan pendanaan.

Cara pembuangan secara open dumping banyak menimbulkan masalah

Penanganan: pemisahan, penyimpanan, dan prosesing

di tempat

Pengumpulan

Pemisahan, prosesing, dan transformasi

Transfer dan transpor

Pemrosesan Akhir

Penimbulan

Page 6: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

10  

pencemaran dan gangguan lingkungan seperti: perkembangan vektor penyakit

berupa lalat dan tikus, polusi udara oleh debu, bau dan gas yang dihasilkan, polusi

air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul dan meresap kedalam

tanah, estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor. Skema

TPA dengan sistem open dumping disajikan pada Gambar 3.

(2). Controlled landfill

Pada awal tahun 80-an dikenal metode controlled landfill. Metode ini

merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang

telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan

lingkungan yang ditimbulkan. Skema TPA dengan sistem controlled landfill

disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3. Perspektif TPA Secara Open Dumping (Darmasetiawan, 2004)

Gambar 4. Perspektif TPA Secara Controlled Landfill (Darmasetiawan, 2004)

Berdasarkan SNI T-11-1991-03 dalam Basyarat (2006), ada beberapa

metode pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jenis

pengolahan sampah di TPA perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi lokasi,

pembiayaan, teknologi, dan keamanannya. Berbagai cara pengelolaan sampah di

TPA, yaitu open dumping, controlled landfill dan sanitary landfill.

Page 7: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

11  

1. Lahan urug terbuka atau open dumping (tidak dianjurkan), dalam hal

pengelolaan ini sampah hanya dibuang atau ditimbun disuatu tempat tanpa

dilakukan penutupan dengan tanah sehingga dapat menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit, bau, pencemaran

air permukaan dan air tanah serta rentan terhadap bahaya kebakaran dan

longsor. Open dumping menggunakan pola menghamparkan sampah di lahan

terbuka tanpa dilakukan penutupan lagi dengan tanah. Metoda open dumping

dapat menimbulkan keresahan terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya,

selain juga telah mengganggu keindahan kota.

2. Penimbunan terkendali (controlled landfill), merupakan teknologi peralihan

antara open dumping dengan sanitary landfill. Pada metode controlled landfill

dilakukan penutupan sampah dengan lapisan tanah secara berkala.

3. Lahan urug saniter (sanitary landfill), pada metode ini sampah di TPA ditutup

dengan lapisan tanah setiap hari sehingga pengaruh sampah terhadap

lingkungan akan sangat kecil. Sanitary landfill Ini merupakan salah satu

metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik.

Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah

dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan

menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi

sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah

yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke

lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk

mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu:

• Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang

• Memerlukan lahan yang luas

• Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan

dampak lingkungan

• Aspek sosial harus mendapat perhatian

• Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas

• Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan

zat-zat beracun)

Page 8: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

12  

• Memerlukan pemantauan yang terus menerus

4. Lahan urug saniter yang dikembangkan (improved sanitary landfill). Salah

satu pengembangan dari motode sanitary landfill adalah model Reusable

Sanitary Landfill (RSL). RSL merupakan teknologi penyempurna sistem

pembuangan sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan metode

supply ruang penampungan sampah padat. RSL diyakini dapat mengontrol

emisi liquid, atau air rembesan sampai dengan tidak mencemari air tanah. Cara

kerjanya, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah

dipadatkan, lahan tersebut dikatakan sebagai ground liner. Ground liner

dilapisi dengan geomembran, lapisan ini yang akan menahan meresapnya air

lindi ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Bagian atas lapisan

geomembran dilapisi lagi dengan geo-textile yang gunanaya menahan kotoran

sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi

dikeringkan. Untuk menyerap panas dan membantu pembusukan, sampah

yang telah dipadatkan ditutup menggunakan lapisan geo-membran untuk

mencegah menyebarnya gas metan.

Krisnandar (2007) mengemukakan bahwa yang diperlukan dalam

penyelesaian masalah yang dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dalam

menangani sampah di Indonesia yakni dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan, dalam hal ini tidak hanya berpangku pada pemerintahnya. Beberapa

langkah yang bisa diambil adalah: (1) mengurangi timbunan sampah dengan

konsep 3R (reduce/mengurangi jumlah sampah, reuse/menggunakan kembali

sampah yang masih bisa digunakan, recycle/mendaur ulang sampah agar bisa

dimanfaatkan kembali); (2) peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha;

(3) peningkatan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah seperti

regionalisasi pengelolaan sampah khususnya kota-kota besar; (4) pengembangan

teknologi baru dan tepat guna yang masih terjangkau oleh masyarakat dan dunia

usaha; (5) perbaikan sturktur kelembagaan dan peningkatan profesionalisme

pengelola sampah; (6) peningkatan kampanye hidup bersih dan sehat.

Beberapa pendekatan teknologi pengelolaan sampah, dikemukakan oleh

Tusy (1999) dalam Basyarat (2006), yaitu:

Page 9: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

13  

1. Penanganan sampah terintegrasi (integrated solid waste management),

dilakukan melalui hirarki pengelolaan sebagai berikut:

a. Pengurangan sampah pada sumbernya (source reduction). Tahap ini

meliputi pengurangan jumlah atau toksisitas sampah, hal ini sangat efektif

dalam mengurangi kuantitas sampah, biaya penanganan, serta dampak

terhadap lingkungan yang dilakukan melalui perancangan dan fabrikasi

bahan pengemas produk dengan kandungan toksisitas yang rendah,

volume bahan yang minimum serta tahan lama.

b. Daur ulang sampah melalui pemisahan dan pengelompokan sampah;

persiapan sampah untuk diguna ulang, diproses ulang, dan difabrikasi

ulang; penggunaan, pemrosesan dan fabrikasi sampah.

c. Transformasi limbah dalam upaya merubah bentuk sampah melalui proses

fisika, kimia maupun biologi. Keuntungan tahap ini antara lain

meningkatnya efisiensi sistem dan operasi pengelolaan sampah;

diperolehnya bahan yang dapat diguna ulang (re-use) dan di daur ulang

(recycling); dan diperolehnya produk hasil konversi (seperti kompos) dan

energi dalam bentuk panas dan biogas.

d. Landfilling, cara ini merupakan alternatif terakhir dan dilakukan terhadap

sampah yang tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat dimanfaatkan lagi.

2. Teknologi proses dan pemisahan sampah, teknologi ini digunakan untuk

pemisahan pemrosesan bahan sampah.

3. Teknologi konversi secara thermal, teknologi ini digunakan untuk

mengurangi volume sampah sekaligus untuk mendapatkan energi yang dapat

dikelompokan menjadi proses pembakaran (combustion), gasifikasi

(gasification) dan pirolisa (pyrolisis).

4. Teknologi konversi secara biologis, teknologi ini digunakan untuk

memanfaatkan sampah melalui proses biologis yang dapat menghasilkan

kompos, energi (gas methan) atau gabungan keduanya.

5. Teknologi konversi secara kimiawi, cara ini digunakan untuk memproses

sampah dengan menghasilkan produk kimia seperti glukosa, furtural, minyak,

gas sintetis, selulosa asetat.

Page 10: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

14  

6. Landfilling, merupakan usaha terakhir setelah dilakukan proses-proses

sebelumnya.

2.4 Pemilihan Lokasi untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Menurut Darmasetiawan (2004), TPA merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA

merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan dan memusnahkan sampah

dengan cara tertentu sehingga dampak negatif yang ditimbulkan kepada

lingkungan dapat dihilangkan atau dikurangi (Basyarat, 2006).

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-3241-1994 dalam

Wikantika (2008), persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan

lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-

undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak

lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah

tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-

peraturan pelaksanaannya.

Adapun ketentuan-ketentuan atau tata cara yang harus dipenuhi untuk

menentukan lokasi TPA (SNI nomor 03-3241-1994), yaitu:

Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.

2. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahap yaitu:

• Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang

berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi

beberapa zona kelayakan

• Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau

dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona

kelayakan pada tahap regional

• Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh

instansi yang berwenang.

Page 11: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

15  

3. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan

lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA

sampah.

Menurut SK SNI T-11-1991-03 dalam Basyarat (2006), persyaratan umum

lokasi TPA adalah sebagai berikut: 1) sudah tercakup dalam perencanaan tata

ruang kota dan daerah; 2) jenis tanah kedap air; 3) daerah yang tidak produktif

untuk pertanian; 4) dapat dipakai minimal untuk 5-10 tahun; 5) tidak

membahayakan/mencemarkan sumber air; 6) jarak dari daerah pusat pelayanan

maksimal 10 km; 7) daerah yang bebas banjir.

Menurut SK SNI T-11-1991-03 dalam Basyarat (2006), kriteria pemilihan

lokasi untuk TPA ditentukan berdasarkan 3 bagian:

1. Kriteria Regional yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak

atau zona tidak layak sebagai berikut:

a. Kondisi geologi: tidak berlokasi di zona holocene fault dan tidak boleh di zona

bahaya geologi

b. Kondisi hidrogeologi:

- tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter

- tidak boleh kelulusan tanah lebih dari 10-6 cm/det

- jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter

- dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas,

maka harus diadakan masukan teknologi

c. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %

d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk

penerbangan turbo jet dan lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain

e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode

ulang 25 tahunan

2. Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik,

diantaranya yaitu:

a. Iklim:

- Hujan, intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

- Angin, arah angin dominan tidak menuju ke permukiman dinilai makin

baik

Page 12: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

16  

b. Utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai makin baik

c. Lingkungan Biologis:

- Habitat: kurang bervariasi, dinilai makin baik

- Daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin

baik

d. Kondisi tanah:

- Produktifitas tanah: makin tidak produktif dinilai makin baik

- Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama

dinilai lebih baik

- Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup,dinilai

lebih baik

- Status tanah: kepemilikan tanah makin bervariasi dinilai tidak baik

e. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik

f. Batas administrasi: dalam batas administrasi dinilai semakin baik

g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakinbaik

h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik

j. Ekonomi: semakin rendah biaya satuan pengelolaan sampah (Rp/m3 atau

Rp/ton) dinilai semakin baik

3. Kriteria penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang

berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan

kebijaksanaan instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku

Anonim (2008) mengemukakan tentang pemilihan lokasi layak TPA

sampah tahapan regional yang dilakukan dengan meninjau aspek-aspek sebagai

berikut:

1. Aspek Tata Guna Lahan

Peninjauan pemilihan lokasi layak TPA sampah berdasarkan tata guna

lahan ialah menetapkan lokasi-lokasi yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi

TPA sampah karena alasan tata guna lahan. Peninjauan ini dilakukan untuk

menghindari pemilihan lokasi-lokasi layak TPA sampah pada lahan yang telah

ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan khusus atau

yang penting. Daerah-daerah yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA

Page 13: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

17  

yaitu: 1) Daerah danau, sungai dan laut; 2) Daerah perkotaan dan permukiman; 3)

Daerah pertanian potensial; 4) Daerah industri, konservasi lingkungan; 5) Daerah

khusus yang dilestarikan; dan 6) Daerah yang jauh dari lapangan terbang.

2. Aspek Geologi

Pemilihan lokasi layak berdasarkan kondisi geologi adalah untuk

menempatkan lokasi tersebut pada formasi geologi yang aman terhadap

pencemaran lingkungan. Formasi yang diinginkan adalah lapisan geologi dimana

pada lapisan itu terdapat kondisi yang dapat menahan dan mengurangai kadar

pencemaran. Kondisi tersebut hanya ada pada lapisan yang mempunyai

permeabilitas kecil, mempunyai cukup ketebalan dan mampu mengurangi kadar

pencemaran. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat dari batuan lempung (sedimen

clay). Pemilihan yang dilakukan juga menghindari faktor struktur geologi seperti

patahan, retakan, longsoran dan lain-lain.

3. Aspek Kemiringan Lereng

Pemilihan lokasi layak berdasarkan kemiringan lereng dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya longsoran, baik terhadap timbunan sampah tersebut

maupun longsoran yang tidak stabil. Untuk itu kriteria yang dianjurkan dalam hal

kemiringan ini adalah 20%. Kemiringan lereng di sekitar lokasi berkisar antara 0-

15%. Namun pada daerah-daerah tertentu kemiringannya dapat mencapai lebih

dari 45%. Pada umumnya kemiringan lokasi TPA berkisar antara 0-10%, dan pada

beberapa lokasi kemiringan mencapai 10-15%.

4. Aspek Hidrogeologi

Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek hidrogeologi ialah

menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang bukan akuifer penting dan sedapat

mungkin tidak didaerah discharge. Pemilihan tersebut juga memperhitungkan

arah aliran air tanah.

5. Aspek Bahaya Lingkungan

Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah

menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap bahaya

lingkungan, sehingga tidak membahayakan kelangsungan dan keutuhan TPA

sampah tersebut. Bahaya lingkungan yang harus diperhatikan adalah gerakan

tanah, kegempasan, kegunungapian, pengikisan banjir dan genangan air. Dengan

Page 14: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

18  

pertimbangan aspek bahaya lingkungan, maka lokasi layak untuk TPA sampah

adalah daerah-daerah di luar bahaya tersebut.

2.5 Evaluasi Sumberdaya Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaannya (FAO, 1976 dalam Sitorus, 1985). Menurut Sitorus (1985),

evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga

potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar

dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang

diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang

ada pada lahan tersebut. Beek (1978) mengemukakan bahwa evaluasi lahan adalah

pendugaan potensi lahan untuk satu atau beberapa alternatif penggunaan.

Sedangkan proses evaluasi lahan meliputi interpretasi survei melalui penelaahan

terhadap bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek-aspek lahan lainnya.

Menurut Vink (1975), manfaat yang mendasar dari evaluasi lahan adalah

untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta prediksi

berbagai konsekuensi dari penggunaan lahan. Hal ini penting terutama apabila

perubahan penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan perubahan

besar terhadap keadaan lingkungan. Hasil evaluasi lahan dapat memberikan

batasan dan kategori yang relevan untuk pengelolaan dan perbaikan tanah.

Informasi tentang sumberdaya lahan merupakan data dasar untuk evaluasi

lahan secara tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang dapat

langsung diamati atau dinilai. Kualitas lahan lebih bermanfaat dalam

pengevaluasian, tetapi lebih sulit dalam pengukurannya. Menurut Sitorus (1985),

dikenal banyak sifat dan ciri sumberdaya lahan yang dievaluasi. Untuk keperluan

pertanian, sumberdaya lahan yang paling penting dapat dikelompokkan kedalam

lima kelompok yaitu: (1) tanah; (2) iklim; (3) topografi dan formasi geologi; (4)

vegetasi); dan (5) sosial ekonomi.

Page 15: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

19  

2.6 Strategi dan Prosedur Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan dapat dilakukan menurut dua strategi (FAO, 1976 dalam

Sitorus, 1985) :

1. Pendekatan dua tahapan (Two stage approach). Tahapan pertama terutama

bekenaan dengan evaluasi lahan yang bersifat kualitatif, yang kemudian

diikuti dengan tahapan kedua yang terdiri dari analisis ekonomi dan sosial

2. Pendekatan sejajar (Parallel approach). Analisis hubungan antara lahan

dan penggunaan lahan berjalan secara bersama-sama dengan analisis

ekonomi dan sosial

Menurut FAO (1976) dalam Sitorus (1985), kegiatan utama dalam

evaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara

lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan,

asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas

dan skala survei

2. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang

dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan;

3. Deskripsi satuan peta lahan (land mapping units) dan kemudian kualitas

lahan (land qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang

diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas-

pembatasnya

4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada.

Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data lahan,

penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial

digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama

5. Hasil dari butir 4 adalah klasifikasi kesesuaian lahan

6. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

Strategi evaluasi lahan disajikan pada Gambar 5 (FAO, 1976 dalam

Sitorus, 1985). Sedangkan keenam kegiatan utama dalam evaluasi lahan disajikan

pada Gambar 6 ( FAO, 1976 dalam Sitorus 1985).

Page 16: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

20  

Gambar 5. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi Lahan (FAO, 1976 dalam Sitorus 1985)

Gambar 6. Skema Proses Kegiatan dalam Evaluasi Lahan (FAO, 1976 dalam

Sitorus, 1985)

Konsultasi Awal

Survei dasar Survei Dasar

Klasifikasi Lahan Kualitatif

Analisis Ekonomi dan Sosial

Klasifikasi Kualitatif dan

Kuantitatif

Analisis Sosial dan Ekonomi

Klasifikasi Lahan Kuantitatif

Keputusan-Keputusan

Perencanaan

Tahap Pertama

Tahap Kedua

Konsultasi Pendahuluan ‐ Tujuan ‐ Data dan Asumsi ‐ Rencana Evaluasi

Jenis-Jenis Utama Penggunaan Lahan

Satuan Pemetaan Lahan

Membandingkan Penggunaan Lahan dengan Keadaan Lahan

‐ Pembandingan ‐ Analisis Sosial dan

Ekonomi ‐ Dampak Terhadap

Lingkungan

Persyaratan dan Pembatas Penggunaan Lahan

Penyajian Hasil

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kualitas Lahan

Page 17: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

21  

2.7 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Menurut Rayes (2007), kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan

untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian

tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian

lahan tersebut ditinjau dari sifat fisik lahan dan lingkungannya, yang terdiri atas

iklim, topografi, hidrologi, dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau

komoditas tertentu yang produktif.

Menurut FAO (1976) dalam Hardjowigeno (1985), metode FAO dapat

dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang

tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat)

kategori, yaitu: (1) order, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak

sesuai untuk penggunaan tertentu; (2) kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian

suatu lahan; (3) sub-kelas, menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan

yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas; (4) unit, menunjukkan

perbedaan-perbedaan kecil yang berpengauh dalam pengelolaan suatu subkelas.

2.8 Kesesuaian Lahan utuk Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) mengungkapkan bahwa penentuan

suatu tanah untuk tempat penimbunan sampah dipengaruhi oleh tata air tanah

(drainase tanah, kedalaman muka air tanah, dan permeabilitas tanah), lereng,

tekstur, kedalaman hamparan batuan, dan jumlah batu dipermukaan (USDA,

1971;1983). Kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap air tanah oleh tempat

penimbunan sampah dapat ditunjukkan oleh kedalaman muka air tanah dan

permeabilitas tanah.

Air tanah akan tercemar apabila dekat dengan dasar galian penimbunan

sampah dan apabila tanah permeabel. Untuk mencegah pencemaran terhadap air

tanah pada tanah yang permeabel, dasar dan dinding galian perlu dipadatkan.

Page 18: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

22  

2.8.1 Kesesuaian Lahan untuk Tempat Pembuangan Sampah Secara

Terbuka

Pada cara ini sampah dibuang diatas permukaan tanah dipadatkan, dan

setiap hari ditutup dengan lapisan tanah yang tipis. Tanah yang digunakan untuk

menutup tempat sampah, yang dilakukan setiap hari dan setelah penuh

didatangkan dari tempat lain. Tanah penutup sampah setelah penuh tebalnya

paling sedikit 60 cm. Faktor ketahanan tanah untuk dilewati kendaraan (truk

sampah) dan kemungkinan terjadinya polusi merupakan faktor utama yang perlu

diperhatikan. Bila permeabilitas tanah terlalu cepat, maka kemungkinan

pencemaran lingkungan menjadi tinggi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kriteria kesesuaian lahan untuk tempat pembuangan secara terbuka disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kesesuaian Lahan untuk Tempat Pembuangan Sampah Secara Terbuka (USDA, 1983 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

No Sifat Tanah Kesesuaian Lahan

Baik Sedang Buruk 1 Ancaman Banjir Tanpa Jarang Sering 2 Kedalaman sampai hamparan batuan (cm) >150 100-150 <100 3 Kedalaman sampai padas keras (cm) >150 100-150 <100 4 Permeabilitas*) ─ ─ >5 5 Muka air tanah

- Apparent (cm) >150 100-150 <100 - Perched (cm) >90 45-90 <45

6 Lereng (%) <8 8-15 >15 7 Longsor ─ ─ Ada

*) Makin permeabel, makin besar pengaruhnya sebagai sumber polusi Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

2.9 Studi Empiris Terdahulu

Studi atau penelitian tentang sampah dengan studi kasus TPA Galuga telah

banyak dilakukan dengan fokus kajian pengelolaan sampah, analisis keragaman

ekonomi dan kelembagaan pengelola sampah, pencemaran yang diakibatkan

sampah, dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan Aida (1996) yang meneliti

tentang usaha pemanfaatan barang bekas dari sampah dan pengaruhnya terhadap

pengelolaan sampah di Kota Bogor. Penelitian tersebut mengarah kepada kajian

Page 19: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

23  

aktifitas perangkas dan pengaruhnya terhadap kuantitas dan kualitas sampah di

TPA Galuga. Penelitian lain dilakukan oleh Priambodho (2005) yang meneliti

tentang kualitas air lindi di TPA Galuga, Kabupaten Bogor. Secara umum,

kualitas perairan saluran buangan lindi dan perairan umum sekitarnya termasuk

kriteria sedang sampai buruk. Disamping itu, Hifdziyah (2011) meneliti tentang

analisis penurunan kualitas lingkungan di sekitar TPA Galuga, dengan fokus

kajian pada analisis ekonomi kepadatan penduduk sekitar.

Penelitian lain dilakukan oleh Kurniawan (2006) yang menganalisis

tentang kualitas air sumur sekitar wilayah TPA Galuga meliputi sumur penduduk

di sekitar TPA. Penelitian ini menyatakan bahwa secara umum kualitas air sumur

wilayah sekitar TPA tergolong buruk dan tidak layak dikonsumsi untuk air

minum, namun masih bisa digunakan untuk keperluan perikanan dan pertanian.

Santiabudi (2010) meneliti tentang kuantifikasi emisi metana dari TPA Galuga,

dimana berdasarkan penelitian tersebut diperoleh emisi metana (CH4) di

permukaan TPA Galuga sebesar 368,9 Mg/tahun. Perbedaan karakteristik pada

permukaan TPA sangat mempengaruhi emisi gas yang dilepaskan ke atmosfer.

Penelitian lain (Muthmainnah, 2008) mengenai pengelolaan sampah kota

berbasis partispasi masyarakat menuju zero waste di TPA Galuga, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa

keberhasilan pengelolaan sampah kota dengan konsep zero waste di TPA Galuga

memerlukan komitemen dan tanggung jawab moral pembangunan terutama dari

pihak pemerintah dalam bentuk kebijakan, sehingga pengelolaan sampah kota di

TPA Galuga dapat dilakukan secara efektif, efisien, terintegrasi, dan sinkron

dengan sistem kelembagaan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing

pihak yang terlibat. Keterlibatan seluruh stakeholders dapat mengurangi dampak

pencemaran lingkungan dan dampak sosial lainnya.

Desmawati (2010) meneliti tentang pengaruh TPA terhadap kualitas air

sumur, kesehatan, dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar TPA Galuga. Dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa kualitas air sumur di sekitar TPA Galuga

pada beberapa parameter tidak memenuhi standar baku mutu air dari sisi bau dan

rasa. Penyakit yang sering diderita oleh penduduk sekitar adalah batuk, diare,

influenza, penyakit kulit, dan ISPA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Page 20: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Jenis Sampah · biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. ... adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya ... recycle/mendaur

24  

KLH Kota Bogor (2010) dalam Desmawati (2010) mengenai kualitas air tanah

sekitar TPA Galuga menunjukkan bahwa beberapa parameter yang diukur pada

umumnya masih berada di bawah baku mutu lingkungan. Namun, air di Kampung

Lalamping dan Cimangir telah melampaui baku mutu. Hal ini diduga air lindi

merembes ke dalam air tanah sedangkan pencemaran koliform pada beberapa

lokasi disebabkan oleh sistem sanitasi penduduk yang kurang baik. Keberadaan

TPA Galuga telah mencemari air tanah yang berada disekitarnya, khususnya

sebelah utara (bagian hilir) dari areal penumpukan sampah, sehingga air sumur

bukan untuk dikonsumsi melainkan untuk kegitan pertanian dan MCK.