repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x edit.docx ·...

120
PERBANDINGAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN PERDATA BIASA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Hukum Oleh: UMI LAKSANA JAYA NPM 5116500202 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2019 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERBANDINGAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN PERDATA BIASA i

Upload: others

Post on 21-Sep-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

PERBANDINGAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERDATA

MELALUI GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN PERDATA BIASA

SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Hukum

Oleh:

UMI LAKSANA JAYA

NPM 5116500202

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2019

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERBANDINGAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN

PERDATA BIASA

UMI LAKSANA JAYA

5116500202

i

Page 2: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

ii

Page 3: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

iii

Page 4: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

ABSTRAK

Umi Laksana Jaya. PERBANDINGAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN PERDATA BIASA. Skripsi. Tegal: Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pancasakti, Tegal, 2019.

Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi sudah sangat dikenal masyarakat indonesia. Masyarakat masih berfikir bahwa proses litigasi itu memakan waktu lama dan berbelit-belit. Mahkamah Agung menerbitkan PERMA nomor 2 tahun 2015 yang banyak mengandung norma hukum baru, bahkan secara tegas menyingkirkan aturan dalam proses hukum acara perdata biasa.

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan mekanisme penyelesaian gugatan sederhana dan gugatan perdata biasa dipengadilan (2) mengkaji perbedaan dalam proses penyelesaian perkara gugatan sederhana dan gugatan perdata biasa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan meneliti bahan hukum konseptual atau data sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukan mekanisme gugatan sederhana dan gugatan perdata biasa, selanjutnya dalam hal pembahasan menunjukan tabel perbedaan antara mekanisme gugatan sederhana dengan gugatan perdata biasa. Penelitian ini juga mendeskripsikan setiap aspek dalam tabel perbedaan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, akademisi, praktisi, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.

Kata Kunci: Perbandingan, Gugatan Sederhana, Gugatan Perdata Biasa.

iv

Page 5: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

ABSTRACT

Umi Laksana Jaya, COMPARISON OF MECHANISMS FOR RESOLVING CIVIL DISPUTES TROUGH SMALL CLAIM COURT AND ORDINARY CIVIL CLAIMS, Minithesis. Tegal: Legal Studies Program, Faculty of Law, Pancasakti University, Tegal, 2019.

Dispute resolution through litigation channels is well known by the Indonesian people. People still think that the litigation process is time consuming and complicated. The Supreme Court issued PERMA number 2 of 2015 which contains many new legal norms, even explicitly removing rules in the legal process of ordinary civil proceedings.

The purpose of this research are : 1. To Describe the settlement mechanism for small claim courts and ordinary civil claims. 2. To examine differences in the process of resolving small courts and ordinary civil claims. This research uses a normative approach with data sources, namely conseptual legal material or secondary data. Data collection methods are taken by means of library research. The method of data analysis in this study is qualitative.

The results of this study show the mechanism of small claim courts and ordinary civil claims, then in this study discusses the difference between the mechanism of small claim court and ordinary civil claims in the form of tables. This study also describes each aspect in the table of differences.

This research is expected to be an information and input to student, academician, practition, and the stakeholders in the scoupe of Faculty Of Law Pancasakti Tegal University.

Keywords : Comparison, Small Claim Court, Ordinary Civil Suit.

v

Page 6: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

-suami penulis

-bapak dan ibu penulis

-saudara-saudara penulis

-teman-teman penulis

vi

Page 7: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

MOTTO

“Dalam setiap peristiwa , hikmah selalu ada”

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

vii

Page 8: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

KATA PENGANTAR

Dengan mengucakan syukur kehadirat Allah SWT, alhamdulillah penyusunan skripsi ini dapat selesai. Dengan skripsi ini pula penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulallah Saw. yang membawa rahmat sekalian alam.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang kepadanya patut diucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr.Burhan Eko Purwanto, M.hum (Rektor Universitas Pancasakti Tegal)2. Dr.Achmad Irwan Hamzani, SHI, M.Ag ( Dekan dan selaku dosen

pembimbing II Penulis di Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal. penulis sangat berterimakasih kepada beliau karena kebaikan dan kesabaran beliau menghadapi saya dalam menyusun skripsi ini)

3. Dr. H. Sanusi SH,MH ( Wakil dekan dan selaku dosen pembimbing I di Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal. penulis sangat berterimakasih kepada beliau selaku pembimbing I karena telah memberikan dorongan agar penulis termotivasi bisa lulus di tahun 2019).

4. Imam Asmarudin,SH,MH (Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal).

5. Tiyas Vika Widyastuti, SH, MH (Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal).

6. Segenap dosen Fakultas hukum Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan studi strata 1. Mudah-mudahan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Sebagai amal shalih.

7. Segenap pegawai administrasi Universitas Pancasakti Tegal khususnya di fakultas hukum yang telah memberikan layanan akademik dengan sabar dan ramah tamah.

8. Suro Mukti Hanjoyo S.T., selaku suami dan selaku orang tua yaitu bapak bambang dan ibu eni yang sangat saya hormati dan cintai, karena telah memberikan dorongan moril kepada penulis dalam menempuh studi. Mudah-mudahan kebaikanmu mendapatkan balasan dari Allah Swt sebagai amal shalih.

9. Aghnia Mubsira Putri Hanjoyo selaku anak dari penulis yang telah bersabar ketika mendampingi penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis. Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

viii

Page 9: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i

Halaman Persetujuan Pembimbing..............................................................ii

Halaman Persetujuan Pembimbing.............................................................iii

Halaman Pengesahan...................................................................................iv

Halaman Pernyataan.....................................................................................v

Halaman Abstrak.........................................................................................vi

Halaman Abstrack......................................................................................vii

Halaman Persembahan..............................................................................viii

Halaman Motto...........................................................................................ix

Kata Pengantar ............................................................................................x

Daftar Isi......................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................5

C. Tujuan Penelitian..............................................................................6

D. Tinjauan Pustaka..............................................................................6

E. Manfaat Penulisan............................................................................9

F. Metode Penelitian...........................................................................10

G. Rencana Sistematika Penulisan......................................................12

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL......................................................14

A. Gugatan Perdata Biasa....................................................................14

1. Putusan Gugur...........................................................................15

2. Verstek.......................................................................................16

3. Perdamaian................................................................................16

4. Pembacaan Gugatan...................................................................17

5. Jawaban Tergugat......................................................................17

ix

Page 10: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

6. Eksepsi Dan Rekonvensi...........................................................18

7. Replik Dan Duplik.....................................................................18

8. Mendengarkan Saksi Ahli..........................................................19

9. Pemeriksaan Setempat...............................................................20

10. Pemeriksaan Surat-Surat Bukti Dan Surat-Surat Yang Disimpan Pejabat Umum ..........................................................................20

11. Pembuktian................................................................................20

12. Kesimpulan................................................................................20

13. Musyawarah Majelis Hakim......................................................21

14. Putusan Hakim...........................................................................21

15. Upaya Hukum............................................................................21

B. Gugatan Sederhana.........................................................................22

1. Pengertian Dan Perkembangan Gugatan Sederhana..................22

2. Perma NO 2/2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana...................................................................................24

3. Syarat Mengajukan Gugatan Sederhana....................................25

4. Proses Pemeriksaan Gugatan Sederhana...................................25

5. Putusan.......................................................................................26

6. Upaya Hukum Keberatan..........................................................29

7. Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan.................29

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................31

A. Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Gugatan Sederhana dan Gugatan Perdata Biasa.............................................................31

1. Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Gugatan Sederhana.....................................................................................31

2. Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Gugatan perdata biasa.............................................................................................40

B. Perbedaan Proses Perkara Perdata Melalui Gugatan Sederhana Dan Gugatan Biasa.................................................................................47

x

Page 11: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

BAB IV PENUTUP....................................................................................65

A. KESIMPULAN..............................................................................65

B. SARAN..........................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................68

xi

Page 12: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara adjudikasi

dan non adjudikasi. Pada penyelesaian sengketa melalui adjudikasi dibagi

menjadi litigasi yaitu pengadilan dan non litigasi yaitu arbitrase. Pengertian

litigasi (pengadilan) adalah “suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi

antara para pihak yang bersengketa, dalam penyelesaian sengketa itu

diselesaikan oleh pengadilan. Putusannya bersifat mengikat. 1

Selaras dengan perkembangan masyarakat baik yang menyangkut

ekonomi maupun kehidupan sosial dari suatu masyarakat terlebih lagi dikota

(besar) nilai tradisional bergeser kearah modern. Perkembangan masyarakat

lebih mengutamakan materi daripada pertimbangan-pertimbangan etika,

moral, agama, dan kesusilaan. Konflik-konflik yang terjadi tidak lagi

didasarkan atas musyawarah untuk mufakat dalam rangka mencapai suatu

kerukunan tetapi sudah didasarkan pda kalah atau menang. Pergeseran pola

pikir inilah yang menjadikan institusi pengadilan sebagai ajang untuk

menyelesaikan sengketa dengan tujuan memperoleh kemenangan dan bukan

mencari keadilan. Karena itu, untuk mencapai hal tersebut segala upaya

hukum yang tersedia (banding dan kasasi) ditempuh sehingga sengketa

menjadi berlarut-larut yang ujung-ujungnya menumpuk di Mahkamah Agung.

1 Dwi Rezki Sri Astarini, Salah Satu Bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat,Sederhana,Biaya Ringan , Bandung : P.T Alumni Bandung , 2013, hlm.1.

1

Page 13: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

2

Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan menjadi asas pada peradilan

yang hanya merupakan huruf-huruf mati tanpa makna.2

Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi atau pengadilan sudah

sangat dikenal dalam masyarakat indonesia,agar setiap orang dapat dengan

mudah memperjuangkan keadilannya, proses peradilan harus dilaksanakan

sesederhana mungkin. Asas sederhana, cepat dan biaya ringan adalah suatu

prinsip/asas dalam penyelenggaraan peradilan karena merupakan pedoman

bagi hakim dalam melaksanakan suatu proses peradilan agar dapat menjawab

rasa keadilan dalam masyarakat.3

Apabila hal ini dikaitkan dengan aturan mediasi yang harus ditempuh

para pihak dalam beracara untuk sengketa keperdataan, proses peradilan

menjadi tidak sederhana karena bertambahnya hukum acara yang secara

formal harus ditempuh, dan mutatis mutandis menjadikan proses

penyelesaian suatu sengketa dipengadilan tidak bisa cepat karena harus

menempuh mediasi terlebih dahulu. Pasal 13 ayat (3) dan (4) Peraturan

Mahkamah Agung (PERMA) mediasi menyatakan bahwa proses untuk

bermediasi berlangsung paling lama 40 hari dan dapat diperpanjang atas

kesepakatan para pihak paling lama 15 hari kerja sejak berakhirnya masa 40

hari. Dengan semakin lamanya proses mediasi pengadilan yang berlangsung

tentu dapat berdampak pula pada biaya yang tidak lagi ringan. Belum lagi

apabila ada pihak yang tidak datang dalam proses mediasi, akan dilakukan

2 Ibid, hlm.3.3 Ibid, hlm.12.

Page 14: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

3

pemanggilan sidang mediasi hingga 2 (dua) kali terlebih apabila pihak

tergugat berada diluar Indonesia. Dapat dibayangkan betapa lamanya para

pencari keadilan menunggu keadilan itu tiba.4

Mahkamah Agung pada tanggal 7 Agustus 2015 menerbitkan PERMA

nomor 2 tahun 2015 tentang tata cara gugatan sederhana yang mengatur

tentang prosedur penyelesaian sengketa dengan pembatasan nilai gugatan

materiil paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Jika disimak

dari konsideran perma tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Mahkamah

agung memiliki tekad untuk mewujudkan asas peradilan cepat dan sederhana

serta biaya ringan karena dipandang selama ini prosedur penyelesaian perkara

perdata dengan menggunakan hukum acara yang sebagaimana diatur dalam

HIR/RBg terlalu rumit dan bertele-tele dengan berbagai tahapan persidangan

yang memerlukan waktu yang panjang, disamping itu ruang untuk

mengajukan upaya hukum terhadap setiap perkara selalu terbuka luas atau

tidak ada pembatasan untuk mengajukan upaya hukum, sehingga berapapun

nilai gugatannya para pihak bisa mengajukan banding, kasasi, bahkan PK.5

PERMA 2/2015 banyak mengandung norma hukum baru, bahkan

diantaranya secara tegas menyingkirkan aturan yang ada dalam Undang-

Undang Hukum Acara Perdata (HIR/Rbg) misalnya perma secara tegas

melarang para pihak untuk mengajukan eksepsi,provisi, dan rekonvensi

padahal hak tersebut diatur dalam HIR dan Rbg. Selain itu perma juga

4 Ibid, hlm.125 Ridwan Mansyur D.Y. Witanto, Gugatan Sederhana Teori Praktik Dan Permasalahannya, Jakarta : Pustaka Dunia , 2017, hlm. 14-15.

Page 15: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

4

membatasi hak para pihak untuk mengajukan upaya hukum yang berlaku

dalam hukum acara perdata pada umumnya dan menentukan lembaga upaya

hukum baru yang bernama “keberatan” yang sebelumnya tidak pernah

dikenal dalam sistem hukum acara perdata yang berlaku di indonesia.

Dilihat dari muatannya, subtansi PERMA 2/2015 telah lebih sekedar

mengisi kekosongan hukum acara dan menciptakan norma hukum baru, baik

yang sebelumnya tidak diatur dalam hukum acara perdata maupun yang

sengaja dibuat untuk menggantikan norma hukum yang ada dengan tujuan

agar dapat memberikan keadilan bagi para pencari keadilan dalam bentuk

penyelenggaraan peradilan secara lebih cepat dan sederhana. PERMA telah

menciptakan istilah dan prosedur baru dalam sistem hukum acara perdata.

Meskipun banyak hal yang telah dilanggar oleh pemberlakuan PERMA,

namun secara substantif perma 2/2015 sudah lama ditunggu kehadirannya

oleh masyarakat dan para pelaku bisnis dari kalangan menengah kebawah.

Mungkin mahkamah agung dalam hal ini lebih melihat segi manfaat bagi

masyarakat ketimbang segi formalistik dalam sistem hukum, karena untuk

menunggu lahirnya revisi undang-undang hukum acara perdata entah kapan

itu akan terjadi, padahal kebutuhan akan hal itu sangat mendesak.

Memang menjadi kelemahan dalam hukum acara perdata yang berlaku

saat ini karena tidak membedakan nilai gugatan yang harus diselesaikan

melalui mekanisme persidangan yang lengkap dan harus menempuh seluruh

tahapan persidangan. Jika nilai gugatannya kecil tetap harus menempuh

Page 16: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

5

seluruh prosedur persidangan yang begitu panjang dan berbelit-belit, maka

pihak yang mengajukan gugatan akan mengeluarkan biaya yang besar

sehingga upaya yang dilakukan akan menjadi sia-sia karena pasti lebih besar

pasak daripada tiang untuk menempuh proses penyelesaian dipengadilan

hingga mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap.6

Dilatarbelakangi dengan pemikiran tersebut, serta kurangnya sosialisasi

tentang gugatan sederhana membuat masyarakat bingung akan mekanisme

penyelesaian dari gugatan sederhana. Sehingga masyarakat masih berfikir

bahwa proses litigasi itu memakan waktu lama dan berbelit-belit. Penting

bagi penulis untuk membedakan antara keduanya sehingga masyarakat lebih

mudah memahami. Maka dari itu penulis bermaksud mengkaji hal yang lebih

dalam mengenai “Perbandingan Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata

melalui Gugatan Sederhana dan Gugatan Perdata Biasa“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas , maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penyelesaian perkara perdata melalui gugatan

sederhana dan gugatan perdata biasa ?

2. Adakah perbedaan dalam proses penyelesaian perkara perdata biasa dan

gugatan sederhana ?

C. Tujuan Penelitian

6 Ibid, hlm.16-17.

Page 17: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

6

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan mekanisme penyelesaian gugatan sederhana dan

gugatan perdata biasa di pengadilan.

2. Untuk mengkaji perbedaan dalam proses penyelesaian perkara perdata

biasa dan gugatan sederhana.

D. Tinjauan Pustaka

1. Gugatan Perdata

Wewenang pengadilan menyelesaikan perkara diantara pihak yang

bersengketa, disebut yurisdiksi contentiosa, dan gugatannya berbentuk

gugatan contentiosa atau disebut contentious. Gugatan ini mengandung

sengketa antara kedua belah pihak atau lebih. Gugatan contentious inilah

yang dimaksud dengan gugatan perdata dalam praktik.

Gugatan perdata adalah gugatan contentiosa yang mengandung

sengketa di antara pihak yang berperkara yang pemeriksaan

penyelesaiannya diberikan dan diajukan kepadapengadilan dengan posisi

para pihak; Yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak

sebagai penggugat,sedangkan yang ditarik sebagai pihak lawan dalam

penyelesaian, disebut dan berkedudukan sebagai tergugat. Dengan

demikian, ciri yang melekat pada gugatan perdata adalah permasalahan

hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa, sengketa terjadi

di antara para pihak paling kurangantara dua pihak, berganti gugatan perdata

bersifat partai (party), dengan komposisi pihak yang satu bertindak dan

Page 18: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

7

berkedudukan sebagai penggugat dan pihak yang lain berkedudukan sebagai

tergugat.

Bentuk gugatan dapat diajukan secara tertulis atau secara lisan apabila

penggugat tidak dapat membaca dan menulis. Bentuk gugatan secara lisan

berpedoman pada pasal 120 HIR/144 RBg yang menegaskan bahwa

bilamana penggugat buta huruf surat gugatannya dapat dimasukan dengan

bentuk lisan kepada ketua PN yang mencatat gugatan itu atau menyuruh

mencatatnya.

Mengenai gugatan secara lisan penyampaiannya ke PN, penggugat

harus menyampaikan sendiri dan tidak boleh diwakilkan. Bentuk tertulis

dari gugatan paling diutamakan. Menurut pasal 118 ayat (1) HIR/142 RBg,

gugatan perdata harus dimasukkan kepada PN dengan surat permintaan

yang ditandatangani oleh penggugat/kuasanya. Jadi ,sebelum dimasukan ke

PN, penggugat /kuasa hukumnya harus terlebih dahulu menandatangani

gugatan.

Pada tahap pemeriksaan perkara perdata di persidangan, kemungkinan

yang terjadi menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Putusan gugur

2. Putusan verstek

3. Perdamaian

4. Pembacaan gugatan

5. Jawaban tergugat

6. Eksepsi dan rekonvensi

Page 19: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

8

7. Replik dan duplik

8. Mendengar saksi-saksi, saksi ahli dan mendengar pihak-pihak

9. Pemeriksaan setempat

10. Pemeriksaan alat bukti

11. Kesimpulan

12. Putusan hakim

2. Gugatan Sederhana (GS)

Gugatan sederhana atau GS atau dalam istilah populer disebut

Small Claim Court (SCC) sebagaimana yang diatur dalam PERMA 2/2015.

SCC berkembang pesat dibanyak negara didunia, baik negara yang

menganut sistem hukum commond law maupun civil law . SCC adalah

suatu mekanisme penyelesaian melalui jalur pengadilan (litigasi) yang

bersifat memutus (ajudikasi) dengan proses pemeriksaan yang lebih cepat

dan sederhana bagi jenis perkara wanprestasi dengan nilai kontrak kecil dan

perbuatan melawan hukum yang nilai kerugian materialnya tidak besar.

SCC merupakan jalan tengah antara mekanisme alternatif dispute resolution

(non litigasi) yang sederhana dan fleksibel dengan mekanisme penyelesaian

melalui lembaga yang memiliki otoritas sebagai pemutus, sehingga

keputusan yang diambil mempunyai kekuatan hukum mengikat dan dapat

dipaksakan pelaksanaannya (executable).7

Pembentukan PERMA tentang tata cara penyelesaian gugatan

sederhana dirumuskan dengan merujuk pada beberapa ketentuan undang-

undang antara lain pasal 79 UU mahkamah agung yang memberikan 7 Ridwan Mansyur D.Y. Witanto, Op. Cit., hlm. 45-66.

Page 20: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

9

wewenang kepada mahkamah agung untuk membuat peraturan yang

diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-

hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang yang sifatnya mengisi

kekosongan hukum acara. Selain itu yang menjadi rujukan adalah pasal 4

ayat 2 UU 48/2009 tentang kekuasan kehakiman yang menyebutkan bahwa

pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala

hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya pengadilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan. Dari segi hukum acara perdata

pembentukan PERMA juga didasarkan pada ketentuan pasal 283 RV yang

berbunyi " dalam perkara-perkara yang menghendaki segera diberikan

keputusan tuntutan dapat diajukan kepada sidang secara singkat yang

diadakan oleh ketua RVj pada hari-hari yang sudah ditentukan untuk itu

tentang pelaksanaan putusan pengadilan atau suatu alas hak pelaksanaan

(eksekutorial titel). Tentang perselisihan, penyegelan atau pengangkatan

segel maupun tentang kewajiban tentang seorang notaris yang tidak dapat

ditunda dan selanjutnya dalam segala hal untuk kepentingan pihak pihak

yang memerlukan pelaksanaan segera.8

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai

sumbangan ilmu khususnya dalam materi mengenai perbedaan antara

gugatan sederhana dengan gugatan perdata biasa. 8 Ibid,hlm. 8.

Page 21: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

10

b. Sebagai bahan informatif dalam permasalahan terkait penyelesaian

mekanisme perkara perdata melalui gugatan sederhana dan gugatan

perdata biasa.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu syarat penulis untuk mencapai gelar sarjana dibidang

ilmu hukum pada fakultas hukum Universitas Pancasakti Tegal.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

penelitian ini menggunakan pendekatan normatif. Penelitian hukum

normatif yaitu suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-

prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isue yang

dihadapi.9 Penelitian hukum normatif mencangkup penelitian terhadap asas-

asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap

taraf singkronisasi hukum, penelitian terhadap sejarah hukum, penelitian

terhadap perbandingan hukum.10

Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini mengkaji tentang

perbandingan mekanisme penyelesaian perkara perdata melalui gugatan

sederhana dan gugatan perdata biasa.

2. Jenis dan sumber data

Dalam penelitian ini data yang digunakan peneliti adalah data sekunder

yaitu yang dikumpulkan oleh orang lain. Pada waktu penelitian dimulai data

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011, hlm.35.10 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016, hlm.41-42

Page 22: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

11

telah tersedia, apabila diingat akan hierarki data primer dan sekunder

terhadap situasi yang sebenarnya maka data primer lebih dekat dengan

situasi yang sebenarnya daripada data sekunder. Disamping itu, data

sekunder sudah given atau begitu adanya, karena tidak diketahui metode

pengambilannya atau validitasnya. 11

Sumber data diperoleh dari :

a) Bahan hukum primer : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata,

Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 1 Ayat 3), Perma RI Nomor 2 Tahun

2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer berupa literatur-literatur mengenai

penelitian ini, meliputi buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan

hukum, dan lainnya berupa jurnal surat kabar, makalah.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun

informasi yang relevan dengan topik dan masalah yang menjadi obyek

penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah,

tesis, disertasi,ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lainnya. Tujuan

dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan

pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang

11 ibid, hlm.37.

Page 23: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

12

telah dilakukan peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan

pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap.12

4. Metode Analisis Data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data hakikatnya kegiatan

untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.

Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. 13

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis data ini yaitu memilih

bahan-bahan perbandingan hukum antara gugatan sederhana dengan

gugatan perdata biasa, membuat sistematik dari bahan-bahan perbandingan

tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu dan data yang berupa

bahan perbandingan ini dianalisis secara induktif kualitatif. 14

G. Rencana Sistematika Penulisan

Rencana laporan penelitian ini akan disusun dalam empat bab yang

masing-masing saling berkaitan. Keempat bab tersebut sebagaimana

berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini memuat; latar belakang masalah,

permasalahan yang akan dicari jawabannya, tujuan penelitian yang

merupakan jawaban dari permasalahan yang diangkat, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika laporan penulisan.

12 Ibid, hlm.112.13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm.251-252.14 Bambang Sunggono, Op Cit., hlm.186

Page 24: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

13

Bab II Landasan Konseptual. Bab ini akan memuat tinjauan tentang

hukum acara perdata dan gugatan sederhana.

Bab III Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Bab ini akan membahas

rumusan masalah yaitu tentang mekanisme penyelesaian perkara perdata

melalui gugatan sederhana dan gugatan perdata biasa.

Bab IV Penutup. Bab ini memuat simpulan yang merupakan jawaban

dari permasalahan dan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan sebelumnya

dan saran.

Page 25: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Gugatan Perdata

Wewenang pengadilan menyelesaikan perkara diantara pihak yang

bersengketa, disebut yurisdiksi contentiosa, dan gugatannya berbentuk

gugatan contentiosa atau disebut contentious. Gugatan ini mengandung

sengketa antara kedua belah pihak atau lebih. Gugatan contentious inilah

yang dimaksud dengan gugatan perdata dalam praktik.

Gugatan perdata adalah gugatan contentiosa yang mengandung

sengketa di antara pihak yang berperkara yang pemeriksaan

penyelesaiannya diberikan dan diajukan kepadapengadilan dengan posisi

para pihak; yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak

sebagai penggugat, sedangkan yang ditarik sebagai pihak lawan dalam

penyelesaian disebut dan berkedudukan sebagai tergugat. Dengan

demikian, ciri yang melekat pada gugatan perdata adalah permasalahan

hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa, sengketa terjadi

di antara para pihak paling kurangantara dua pihak, berganti gugatan perdata

bersifat partai (party), dengan komposisi pihak yang satu bertindak dan

berkedudukan sebagai penggugat dan pihak yang lain berkedudukan sebagai

tergugat.15

Bentuk gugatan dapat diajukan secara tertulis atau secara lisan apabila

penggugat tidak dapat membaca dan menulis. Bentuk gugatan secara lisan

berpedoman pada pasal 120 HIR/144 RBg yang menegaskan bahwa 15 M Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2018, hlm.46-47

14

Page 26: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

15

bilamana penggugat buta huruf surat gugatannya dapat dimasukan dengan

bentuk lisan kepada ketua PN yang mencatat gugatan itu atau menyuruh

mencatatnya.

Mengenai gugatan secara lisan penyampaiannya ke PN, penggugat

harus menyampaikan sendiri dan tidak boleh diwakilkan. Bentuk tertulis

dari gugatan paling diutamakan. Menurut pasal 118 ayat (1) HIR/142 RBg,

gugatan perdata harus dimasukkan kepada PN dengan surat permintaan

yang ditandatangani oleh penggugat/kuasanya. Jadi ,sebelum dimasukan ke PN,

penggugat /kuasa hukumnya harus terlebih dahulu menandatangani

gugatan.16

Pada tahap pemeriksaan perkara perdata di persidangan, kemungkinan

yang terjadi menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Putusan Gugur

Pada sidang pertama yang telah ditetapkan, para pihak wajib hadir

sesuai dengan pemanggilan yang patut dalam persidangan yang akan

digelar. Apabila para pihak tidak hadir dipersidangan majelis hakim

memutuskan membatalkan atau menjatuhkan putusan gugur kepada pihak

penggugat dan memutuskan verstek kepada pihak tergugat. keadaan

demikian tersebut dengan ancaman istimewa, yaitu acara persidangan yang

tidak dihadiri oleh para pihak.17

Berdasarkan ketentuan pasal 124 HIR/ pasal 148 RBg, suatu gugatan

dinyatakan gugur apabila memenuhi unsur sebagai berikut yaitu penggugat

16 Djamanat Samosir, Op.Cit., hlm. 83-8417 Ibid,hlm.158-159

Page 27: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

16

telah dipanggil dengan patut, penggugat tidak hadir pada sidang yang

ditentukan dan tidak juga menyuruh wakilnya tanpa alasan yang sah,

tergugat hadir dalam sidang.

2. Verstek

Verstek diatur dalam pasal 125 ayat (1) HIR/149 Ayat (1) RBg yang

menyatakan bahwa apabila pada hari yang ditentukan tergugat tidak hadir

dan ia pula tidak menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakilnya,

padahal ia telah dipanggil dengan patut, gugatan itu diterima dengan

putusan tak hadir (verstek), kecuali kalau ternyata menurut pengadilan

negeri bahwa gugatan tersebut melawan hak atau tidak beralasan.

Menurut pasal 125 ayat (1) HIR/pasal 149 ayat (1) RBg, penjatuhan

putusan verstek atas ketidakhadiran tergugat di persidangan disyaratkan

apabila memenuhi unsur-unsur yaitu tergugat telah dipanggil secara patut,

tergugat tidak hadir dalam sidang dan tidak menyuruh orang lain untuk

hadir sebagai wakilnya tanpa alasan yang sah, penggugat hadir dalam

sidang, gugatan tidak melawan hak atau beralasan.18

3. Perdamaian

Apabila pihak-pihak semuanya hadir di persidangan, upaya pertama dan

merupakan yang selalu diupayakan hakim untuk menyelesaikan perkara

perdata adalah dengan perdamaian (dading). Pengupayaan perdamaian

selalu diwajibkan pada setiap permulaan sidang, yaitu sebelum

pemeriksaan perkara, antara pihak-pihak yang berperkara. Upaya

18 Ibid, hlm.163.

Page 28: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

17

perdamaian itu merupakan inisiatif yang timbul dari hakim. Sesuai dengan

ketentuan pasal 130 HIR/pasal 154 RBg dapat disimpulkan sebelum

pemeriksaan perkara hakim berusaha untuk mendamaikan kedua belah

pihak yang berperkara, usaha mendamaikan itu bersifat fakultatif, artinya

hakim menghimbau para pihak yang berperkara untuk berdamai,

perdamaian itu dituangkan dalam akta perdamaian yang mempunyai

kekuatan sebagai putusan sehingga dapat di eksekusi, putusan perdamaian

menghukum kedua belah pihak untuk menaati/ memenuhi perjanjian,

terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan banding.19

4. Pembacaan Gugatan

Apabila usaha perdamaian oleh majelis hakim tidak berhasil, hal ini

harus dicatat dalam berita acara persidangan dan proses selanjutnya adalah

tahap pembacaan gugatan. Syarat-syarat pembacaan surat gugatan adalah

pembacaan gugatan dilakukan penggugat/kuasanya, harus menggunakan

bahasa yang dimengerti oleh para pihak, bila perlu dapat menggunakan

penerjemah.20

5. Jawaban Tergugat

Jawaban tergugat terjadi setelah tidak tercapai perdamaian dan setelah

pembacaan gugatan dari pihak penggugat/ para penggugat atau kuasanya.

Secara umum jawaban tergugat adalah pembelaan tergugat atas gugatan

tergugat dan secara sempit adalah tanggapan terhadap pokok perkara.

19 Ibid, hlm. 17120 Ibid, hlm.171

Page 29: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

18

Jawaban tergugat/para tergugat atau kuasanya atas gugatan

penggugat/para penggugat atau kuasanya dapat dikelompokan sebagai

pengakuan yaitu jawaban berupa pernyataan tergugat terhadap isi gugatan

atau dalil-dalil penggugat/ para penggugat atau kuasanya, referte adalah

tidak mengakui atau membantah ataupun membenarkan gugatan.21

6. Eksepsi dan Rekonvensi

Eksepsi adalah tangkisan atau bantahan jadi bedanya dengan referte

adalah jika eksepsi menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan

misalnya gugatan mengandung cacat atau pelanggaran formil, bantahan

kepada pokok perkara suatu penyangkalan atau pembelaan bagi tergugat

mengenai pokok perkara. 22

Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh tergugat/para penggugat

atau kuasanya sebagai balasan atau tuntutan balik terhadap gugatan yang

diajukan penggugat, para penggugat atau kuasanya. Biasanya dalam

praktik, gugatan balasan hanya diajukan terhadap gugatan yang disangkal

oleh tergugat/para tergugat atau kuasanya.23

7. Replik dan Duplik

Menurut hukum, replik merupakan hak penggugat untuk membantah

atau menambah jawaban tergugat. Bantahan atau sanggahan tersebut

bertujuan untuk menyangkal dalil-dalil jawaban tergugat yang bermaksud

mematahkan dalil-dalil gugatan penggugat.

21 Ibid, hlm. 17822 ibid, hlm. 18023 Ibid, hlm.192

Page 30: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

19

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 142 Rv, replik dapat

diajukan secara tertulis atau lisan. Pengajuan replik oleh penggugat

ditujukan untuk meneguhkan gugatannya dengan mematahkan alasan-

alasan penolakan yang dikemukakan tergugat dalam jawabannya.

Tergugat, sesudah mendengar jawaban dalam replik dari penggugat, diberi

kesempatan untuk menanggapinya dengan mengajukan jawaban atas replik

yang dinamakan duplik yakni jawaban atas replik penggugat. Duplik

diajukan tergugat sebagai bantahan terhadap replik penggugat. Duplik ini

bertujuan untuk membantah dalil-dalil jawaban penggugat dalam replik.24

8. Mendengarkan Saksi Ahli

Mendengar pihak-pihak dan saksi ahli serta pemeriksaan setempat

termasuk tindakan hakim yang bertujuan untuk memberikan informasi

dalam rangka membuktikan kebenaran dan kepastian tentang peristiwa

hukum yang dikemukakan penggugat dan tergugat. Pendengaran saksi ahli

dapat diperintahkan oleh hakim apabila peristiwa belum nyata, peristiwa

itu walaupun nyata, pendengaran saksi ahli dapat menentukan bagaimana

keputusan hakim terakhir akan berbunyi, hukum yang berlaku dalam soal

yang bersangkutan itu tidak melarang pendengaran saksi. tugas saksi ahli

adalah memberi keterangan/penjelasan kepada hakim tentang yang

dibutuhkan oleh hakim dalam mengambil keputusan.

9. Pemeriksaan Setempat

Pasal 153 HIR/180 RBg memberikan kesempatan kepada hakim untuk

mengadakan pemeriksaan keadaan ditempat. Yang dimaksud dengan 24 Ibid, hlm.200-201

Page 31: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

20

pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan mengenai perkara oleh hakim

karena jabatannya ditempat yang bersangkutan dan dilakukan di luar

pengadilan untuk melihat sendiri sebagai usaha dalam memperoleh

kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang dikemukakan dalam

persidangan.25

10. Pemeriksaan Surat-Surat Bukti dan Surat-Surat Yang Disimpan Pejabat

Umum.

Penggugat dan tergugat yang berperkara dapat memeriksa surat-surat

bukti dalam persidangan. Salah satu pihak dapat juga meminta kepada

hakim agar pihak lawannya diperintahkan untuk menyerahkan surat yang

menjadi pokok perkara kedua belah pihak (pasal 137 HIR/ 163 RBg).26

11. Pembuktian

Pengertian pembuktian dapat diartikan sebagai semua perbuatan dan

tindakan yang dilakukan oleh para pihak yang berkepentingan dalam

persidangan yang bertujuan untuk membuat atau memberi keyakinan atau

memberi suatu kepastian yang layak menurut akal terhadap kebenaran

yang dalil, peristiwa-peristiwa, serta fakta-fakta yang diajukan dengan cara

menggunakan alat-alat bukti yang ditentukan menurut undang-undang.27

12. Kesimpulan (conclusie)

Setelah pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi dan pengangkatan

sumpah, hakim memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang

25 Ibid,hlm.20326 Ibid,hlm.20327 Ibid, hlm.204

Page 32: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

21

bersengketa, yaitu pihak penggugat dan tergugat untuk mengajukan

kesimpulan. 28

13. Musyawarah Majelis Hakim

Setelah kesimpulan para pihak diserahkan kepada majelis hakim yang

menangani perkara, majelis hakim akan bermusyawarah

14. Putusan Hakim

Putusan hakim adalah putusan yang oleh hakim, sebagai pejabat

negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan

bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu sengketa antara para

pihak.29

15. Upaya Hukum

Dalam hukum acara perdata dikenal ada dua macam upaya hukum yaitu

upaya hukum biasa adalah upaya hukum yang pada dasarnya menangguhkan

eksekusi kecuali apabila ada putusan dijatuhkan dengan ketentuan putusan

dapat dilaksanakan terlebih dahulu (Ubv), yang terdiri perlawanan (verzet),

banding, kasasi. Upaya hukum luar biasa yaitu upaya hukum yang pada

dasarnya tidak menangguhkan eksekusi, terdiri atas peninjauan kembali

(request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet). Upaya hukum

luar biasa ini dimungkinkan hanya terhadap putusan yang telah mempunyai

hukum tetap.30

B. Gugatan Sederhana

1. Pengertian dan Perkembangan Gugatan Sederhana

28 Ibid, hlm.26829 Ibid, hlm.27130 Ibid,hlm.302

Page 33: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

22

Gugatan sederhana atau GS atau dalam istilah populer disebut Small

Claim Court (SCC) sebagaimana yang diatur dalam perma 2/2015

merupakan prosedur penyelesaian sengketa perdata dengan beberapa syarat

dan pembatasan tertentu dengan tujuan penyederhanaan proses agar

penyelesaian perkara bisa lebih cepat yang diterapkan secara khusus bagi

sengketa kontrak (wanprestasi) dan tuntutan kerugian akibat Perbuatan

Melawan Hukum (PMH) dengan nilai gugatan paling banyak

Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Mekanisme penyelesaian yang

simple dan cepat dalam gugatan sederhana sangat menguntungkan bagi

masyarakat dari kalangan menengah kebawah untuk dapat mengajukan

penyelesaian sengketanya kepengadilan.31

SCC mulai berkembang di Amerika Serikat pada abad kedua puluh

tepatnya pada tahun 1913 di Cleveland sebagai bentuk reformasi dari sistem

penyelesaian litigasi yang pada umumnya memerlukan waktu yang lama

dengan tingkat kompleksitas dan kerumitan yang ditinggi serta biaya proses

yang mahal. Kondisi tersebut selalu menjadi kendala bagi sebagian besar

masyarakat dari kalangan menengah kebawah atau pengusaha kecil untuk

menyelesaikan sengketanya atau sekedar melakukan penagihan utang

kepada debitornya yang wanprestasi melalui jalur pengadilan. 32

SCC berkembang pesat dibanyak negara didunia, baik negara yang

menganut sistem hukum commond law maupun civil law . SCC adalah

suatu mekanisme penyelesaian melalui jalur pengadilan (litigasi) yang

31 Ridwan Mansyur dan D.Y Witanto, Gugatan Sederhana Teori, Praktik dan Permasalahannya , Jakarta : Pustaka Dunia, 2017 , hlm.1-2.32 Ibid, hlm.2.

Page 34: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

23

bersifat memutus (ajudikasi) dengan proses pemeriksaan yang lebih cepat

dan sederhana bagi jenis perkara wanprestasi dengan nilai kontrak kecil dan

perbuatan melawan hukum yang nilai kerugian materialnya tidak besar.

SCC merupakan jalan tengah antara mekanisme alternatif dispute resolution

(non litigasi) yang sederhana dan fleksibel dengan mekanisme penyelesaian

melalui lembaga yang memiliki otoritas sebagai pemutus, sehingga

keputusan yang diambil mempunyai kekuatan hukum mengikat dan dapat

dipaksakan pelaksanaannya (executable).33

Pemeriksaan dengan acara singkat juga pernah dikenal dalam sistem

peradilan di indonesia ketika masih berada di era penjajahan belanda pada

peradilan bagi golongan eropa yaitu Raad van Justitie dengan hukum acara

Reglement op de Rechtvordering (RV), namun setelah indonesia merdeka,

mekanisme tersebut tidak diterapkan lagi mengingat sistem peradilan yang

berlaku bagi golongan bumiputera yang kemudian menjadi lembaga

peradilan bagi bangsa Indonesia adalah Landraad dengan hukum acara

perdata sebagaimana yang diatur dalam HIR dan RBg. 34

Menurut pasal 223 Rv, pemeriksaan dengan acara singkat (kortgeding)

adalah prosedur penyelesaian perkara perdata yang dipercepat atau

dipersingkat untuk jenis-jenis sengketa tertentu yang prosedurnya dilakukan

dengan cara pengadilan mengirimkan panggilan tertulis kepada tergugat

untuk hadir di muka hakim. kortgeding merupakan prosedur biasa dan

bersifat khusus yang dilakukan oleh hakim perdata untuk mendapatkan

33 Ibid, hlm.3.34 Ibid, hlm.4-5.

Page 35: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

24

putusan secara lebih awal (segera) dalam kasus-kasus yang mendesak untuk

diselesaikan oleh pengadilan.

2. PERMA 2/2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.

Lahirnya Perma 2/2015 tentang tata cara penyelesaian gugatan

sederhana salah satunya karena dilatarbelakangi oleh adanya laporan word

bank terkait dengan kemudahan berusaha di Indonesia. Berdasarkan survey

world bank, proses penyelesaian kontrak di indonesia memakan waktu rata-

rata 139,4 % dari total klaim dan terdapat 40 langkah yang harus dilalui.

Selain itu keluhan masyarakat terkait lamanya proses penyelesaian perkara

di pengadilan terus menjadi problem yang tidak terpecahkan, karena

terbentur dengan tahapan yang ada dalam hukum acara perdata.

Mahkamah agung pada tanggal 7 agustus 2015 menerbitkan perma

2/2015 tentang tata cara gugatan sederhana yang mengatur tentang prosedur

penyelesaian sengketa dengan pembatasan nilaingugatan materiil paling

banyak Rp. 200.000.000 . Jika disimak dari konsideran perma tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa mahkamah agung memiliki tekad untuk

mewujudkan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan karena

dipandang selama ini prosedur penyelesaian perkara perdata dengan

menggunakan hukum acara sebagaimana di atur dalam HIR/ RBg terlalu

rumit dan bertele-tele dengan berbagai tahapan persidangan yang

memerlukan waktu yang panjang, disamping itu ruang untuk mengajukan

upaya hukum terhadap setiap perkara selalu terbuka luas atau tidak ada

Page 36: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

25

pembatasan untuk mengajukan upaya hukum, sehingga berapapun nilai

gugatannya maka bisa mengajukan banding, kasasi bahkan PK.

3. Syarat Mengajukan Gugatan Sederhana.

a. Materi gugatan sederhana hanya terkait dengan sengketa wanprestasi dan

perbuatan melawan hukum.

b. Penggugat harus hadir di persidangan dengan atau tanpa didampingi

kuasa hukum.

c. Tergugat harus diketahui tempat tinggalnya

d. Para pihak harus berdomisili di wilayah hukum yang sama

e. Nilai materiil gugatan tidak lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

rupiah)

f. Pihak dalan gugatan sederhana tidak mengenal turut tergugat

g. Sifat pembuktian harus sederhana

h. Kewajiban melampirkan bukti surat saat pendaftaran gugatan.

4. Proses Pemeriksaan Gugatan Sederhana

a. Mekanisme perdamaian dalam gugatan sederhana

b. Sedapat mungkin pimpinan pengadilan tidak mengadili perkara gugatan

sederhana

c. Jangka waktu pemeriksaan hanya 25 hari kerja

d. Pemeriksaan pendahuluan

e. Tidak diperbolehkan ada tuntutan provisi dan eksepsi

f. Perkara gugatan sederhana disidangkan dengan hakim tunggal

Page 37: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

26

g. Dalam hal gugatan diakui atau tidak dibantah tidak perlu pembuktian

h. Tidak diperbolehkan ada replik, duplik, dan kesimpulan.

i. Tidak diperbolehkan ada rekonvensi dan intervensi

j. Tidak memerlukan pemeriksaan setempat

k. Tidak ada larangan sita jaminan selama proses pemeriksaan gugatan

sederhana

5. Putusan

Menurut soepomo putusan pengadilan adalah pernyataan hakim sebagai

pejabat negara yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yang diberi

wewenang untuk itu yang diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk

menyelesaikan suatu perkara.35

Menurut sifatnya putusan dibagi dua yaitu putusan akhir dan putusan

sela. Berdasarkan isi diktumnya putusan dibagi menjadi 3 yaitu deklalator,

konstitutif dan kondemnator. Sistematika penulisannya adalah judul dan

nomor perkara, kepala putusan, identitas para pihak ,duduk perkara,

pertimbangan hukum, amar putusan,uraian penutup,tanda tangan hakim dan

panitera. Ada beberapa putusan yaitu sebagai berikut;

a. Putusan Tanpa Hadirnya Tergugat dan Upaya Hukumnya

Proses berperkara dalam persidangan kehadiran pihak-pihak akan

menentukan kelangsungan proses berikutnya. Panggilan pengadilan untuk

bersidang mengandung konsekuensi apabila diabaikan oleh para pihak. Jika

setelah dipanggil secara sah para pihak tidak hadir dipersidangan, maka

35 Soeparmono, Hukum Acara Perdata Dan Yurisprudensi, Bandung : Mandar Maju , 2005, hlm. 146

Page 38: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

27

dianggap telah mengabaikan haknya untuk melindungi kepentinganya di

pengadilan.36

Hukum acara perdata, dikenal acara verstek atau “acara luar hadir”

yang memberi kewenangan kepada hakim menjatuhkan putusan tanpa

hadirnya penggugat atau tergugat. Pasal 124 HIR, Pasal 77 Rv mengatur

verstek terhadap Penggugat, yaitu berupa putusan gugur dan terhadapnya

tertutup upaya hukum (dan dapat mengajukan gugatan kembali). Pasal 125

ayat (1) HIR, Pasal 78 Rv mengatur verstek terhadap Tergugat yang sejak

semula tidak pernah hadir tanpa alasan yang sah (default without reason),

yaitu dengan putusan verstek. Tujuan adanya putusan verstek adalah

mendorong pada pihak menaati tata tertib beracara.

Putusan hakim yang dijatuhkan tanpa hadirnya tergugat (verstek), dapat

mengabulkan gugatan (baik sebagian atau seluruhnya), menyatakan gugatan

tidak dapat diterima maupun menolak gugatan. Terhadap putusan verstek

tersebut, baik penggugat maupun tergugat mempunyai hak untuk mengajukan

upaya hukum. Jika penggugat berhak untuk mengajukan upaya hukum

banding, maka upaya hukum yang dimiliki oleh tergugat adalah untuk

mengajukan perlawanan (verzet).

Apabila tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum biasa dapat

ditentukan dengan pasti, maka terhadap tenggang waktu yang dimiliki

Tergugat untuk mengajukan verzet dapat berbeda-beda sebagaimana diatur

dalam Pasal 129 ayat (2) HIR sepanjang telah diberitahukan sesuai ketentuan

Pasal 338 jo Pasal 390 ayat (1) dan (3) HIR. Tenggang waktu tersebut, 36 Ridwan mansyur dan D.Y witanto, Op.Cit., hlm.166.

Page 39: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

28

terbagi menjadi tiga, yaitu 14 (empat belas hari) apabila pemberitahuan

tersebut diterima oleh tergugat sendiri. Kemudian jika pemberitahuan tidak

diterima langsung oleh tergugat, maka verzet masih dapat diajukan sampai

hari ke 8 (delapan) sesudah peringatan (aanmaning). Apabila peringatan

aanmaning tidak diterima langsung tergugat sendiri, maka tergugat masih

memiliki hak untuk mengajukan verzet sampai hari ke 8 (delapan) sesudah

eksekusi dijalankan.

Terhadap perlawanan (verzet) yang diajukan tergugat atas putusan

verstek, diperiksa bukan sebagai perkara baru, dalam arti pelawan (dalam

verzet) adalah tetap menjadi tergugat awal (dalam verstek) dan sebaliknya

terlawan (dalam verzet) adalah penggugat awal (dalam verstek). Dengan

diajukannya perlawanan (verzet) maka eksistensi putusan verstek dianggap

tidak ada (never existed). Dalam pemeriksaan verzet maka dilakukan

pemeriksaan berdasarkan gugatan semula dengan acara pemeriksaan biasa,

dan surat (gugatan) verzet adalah sebagai jawaban tergugat terhadap gugatan

penggugat awal. Konsekuensinya segala hal terkait hak-hak para pihak (baik

penggugat maupun tergugat) haruslah diberikan secara sama dan seimbang,

termasuk didalamnya untuk mengajukan alat-alat bukti dalam mendukung

dalil-dalilnya masing-masing.

6. Upaya Hukum Keberatan

Istilah keberatan sebelumnya tidak pernah dikenal dalam sistem hukum

acara perdata (HIR/RBg), apalagi menurut perma 2/2015 keberatan diperiksa

oleh pengadilan yang sama. Secara prosedur keberatan hampir mirip dengan

Page 40: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

29

perlawanan (verzet) terhadap putusan verstek sebagaimana yang diatur dalam

pasal 129 HIR karena diajukan ke pengadilan yang sama, sedangkan

keberatan diperiksa oleh hakim yang berbeda.

Tenggang waktu yang diberikan kepada tergugat yang tidak hadir

memang mengandung resiko yang besar jika pemberitahuan putusan

dilakukan melalui kepala desa, karena jika kepala desa tidak menyampaikan

pemberitahuan tersebut kepada tergugat atau jika penyampaian

pemberitahuan itu terlambat kepada tergugat, maka bisa dipastikan tergugat

akan terlambat dalam mengajukan keberatan dan selanjutnya tidak ada lagi

upaya hukum bagi pihak tergugat.37

7. Asas Peradilan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan

Asas peradilan sederhana cepat dan biaya ringan disebutkan dalam

pasal 2 ayat 4 Undang-Undang nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan

kehakiman yang menyebutkan bahwa "peradilan dilakukan dengan sederhana,

cepat, dan biaya ringan"

Konsep peradilan sederhana mengandung makna bahwa tahapan untuk

memperjuangkan hak di pengadilan bisa dilakukan oleh siapa saja tidak harus

selalu diwakili oleh seorang pengacara atau orang yang cakap untuk beracara

dipengadilan. Hukum acara perdata memuat tahapan-tahapan yang wajib

dijalankan bahkan tidak boleh diabaikan, sehingga disini peran hakim dan

pejabat peradilan harus mampu menerjemahkan tahapan-tahapan itu dalam

sebuah proses persidangan yang simple dan praktis misalnya dengan

menentukan jadwal persidangan tepat waktu tidak bertele-tele artinya bahwa 37 Ibid,hlm.188

Page 41: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

30

makna peradilan sederhana itu lebih bertumpu pada kemampuan para hakim

dan aparatur pelaksana persidangan untuk mengemas tahapan persidangan itu

menjadi sebuah proses yang simple, namun tetap mengikutu prosedur yang

digariskan dalam hukum acara yang berlaku.

Page 42: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Gugatan

Sederhana dan gugatan perdata biasa.

1. Mekanisme penyelesaian perkara perdata melalui gugatan sederhana.

Gugatan sederhana diperiksa dan diputus oleh hakim yang ditunjuk

oleh ketua pengadilan. Tahapan penyelesaian gugatan sederhana

meliputi:

a. Pendaftaran

Penggugat mendaftarkan gugatannya dikepaniteraan pengadilan

dan dapat juga dengan cara mengisi gugatan berupa blanko yang sudah

disiapkan oleh kepaniteraan, pada substansinya blanko tersebut berisi

keterangan tentang: Identitas penggugat dan tergugat, Penjelasan ringkas

tentang duduknya perkara, tuntutan penggugat. Selanjutnya, pada saat

mendaftarkan perkara penggugat wajib melampirkan bukti surat yang

sudah dilegasikan ketika mendaftarkan gugatan sederhana.38

b. Pemeriksaan kelengkapan gugatan

Panitera melakukan pemeriksaan syarat pendaftaran gugatan

sederhana berdasarkan ketentuan pasal 3 dan pasal 4 peraturan mahkamah

agung republik indonesia nomor 2 tahun 2015 tentang tata cara

penyelesaian gugatan sederhana, kemudian mencatatnya dalam buku

38 Amran Suadi, Penyelesaian sengketa ekonomi syariah teori dan praktik, Jakarta: Kencana, 2017, hlm.117.

31

Page 43: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

32

register khusus gugatan sederhana yang bentuknya memuat item

sebagaimana tersebut pada lampiran buku ini.

Adapun yang tidak memenuhi syarat sebagai gugatan sederhana,

maka panitera mengembalikan gugatan kepada penggugat dan disarankan

untuk mengajukan perkara dengan acara biasa. Sehingga pada tahap ini,

kepaniteraan sudah melakukan seleksi awal tentang kriteria perkara

dengan acara biasa dan acara sederhana ini memberikan sinyal bahwa

panitera juga sudah harus memiliki pengetahuan tentang hukum

penyelesaian perkara dengan acara sederhana maupun dengan acara

biasa.39

c. Ketua menetapkan panjar perkara

Ketua menetapkan panjar biaya perkara, dan memerintahkan

kepada penggugat untuk membayar panjar biaya perkara sebesar yang

tercantum dalam surat kuasa untuk membayar (SUKM) melalui bank.

Kemudian kasir menerima bukti setoran bank dari penggugat lalu

membukukannya dalam buku jurnal keuangan perkara.

Dengan demikian, prosedur pembayaran panjar perkara biaya tetap

sama dengan sistem pembayaran panjar biaya perkara lainnya. Bagi

penggugat yang tidak mampu dapat mengajukan permohonan secara

Cuma-Cuma atau prodeo, tentunya kepaniteraan memeriksa terlebih

dahulu persyaratan permohonan pembebasan biaya berperkara.

Selepas kepaniteraan memeriksa, lalu ketua pengadilan menerbitkan

penetapan pembebasan biaya perkara dikabulkan atau ditolak. Proses ini 39 Ibid, hlm.118

Page 44: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

33

tidak dihitung termasuk dalam jangka waktu penyelesaian yang sudah

ditentukan untuk perkara gugatan sederhana.

Setelah itu ketua pengadilan menetapkan hakim dengan hakim

tunggal untuk memeriksa gugatan sederhana, dan panitera menunjuk

panitera pengganti untuk membantu hakim dalam memeriksa gugatan

sederhana tersebut. perlu diingat, bahwa proses pendaftaran gugatan

sederhana, penetapan hakim dan penujukan panitera dilaksanakan paling

lambat dua hari kerja.

d. Pemeriksaan pendahuluan

Sebelum memeriksa pokok gugatan, hakim yang ditunjuk untuk

menyelesaikan perkara aquo, terlebih dahulu harus memeriksa apakah

materi gugatan sederhana sudah benar berdasarkan syarat sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan pasal 3 dan pasal 4 peraturan mahkamah agung

nomor 2 tahun 2015.

Walaupun pada awalnya kepaniteraan sudah melakukan penilaian

persyaratan sederhana tetapi hakim tetap juga memeriksa dan menilai

sederhana atau tidaknya pembuktian yang kelak akan diajukan oleh para

pihak. Apabila dalam pemeriksaan hakim berpendapat bahwa gugatan

tidak termasuk dalam gugatan sederhana, maka hakim mengeluarkan

penetapan yang menyatakan bahwa gugatan bukan gugatan sederhana.

Berkaitan dengan penetapan dapat dibuat formulir, maka panitera

diperintahkan untuk mencoret dari register perkara dan memerintahkan

pengembalian sisa biaya perkara penggugat. Terhadap penetapan

Page 45: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

34

sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 Ayat (3) Peraturan Mahkamah

Agung RI Nomor 2 Tahun 2015 dan tidak dapat dilakukan upaya hukum

apapun selain itu.

e. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak.

Dalam hal hakim berpendapat bahwa gugatan yang diajukan

penggugat merupakan gugatan sederhana, maka hakim menetapkan hari

sidang pertama. Kemudian memerintahkan juru sita untuk memanggil para

pihak agar hadir pada persidangan yang sudah ditentukan dan jarak waktu

pemanggilan adalah dua hari kerja dengan bunyi Pasal 20 Ayat 2 Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015.

Apabila penggugat tidak hadir dalam sidang pertama tanpa alasan

yang sah, maka gugatannya dinyatakan gugur. Adapun jika tergugat tidak

hadir pada sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua secara

patut. Dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang kedua, maka hakim

memutus perkara tersebut.

Jika tergugat pada sidang pertama hadir kemudian pada hari sidang

berikutnya tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka gugatan diperiksa dan

diputus secara contradictoir. Terhadap gugatan sebagaimana dimaksud

pada pasal 13 ayat (3) peraturan mahkamah agung republik indonesia

nomor 2 tahun 2015 tergugat dapat mengajukan keberatan.

f. Pemeriksaan sidang dan perdamaian

Dalam proses penyelesaian perkara gugatan sederhana tetap

mengandung kewajiban bagi hakim untuk mengupayakan perdamaian

Page 46: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

35

hanya mekanismenya saja yang berbeda jika dalam perkara perdata pada

umumnya perdamaian itu diselenggarakan dengan prosedur mediasi

sebagaimana di atur dalam perma 1/2016 sedangkan dalam perkara

gugatan sederhana prosedur perdamaian itu sifatnya berupa anjuran kepada

para pihak untuk menempun perdamaian dengan inisiatif sendiri. Pasal

15 ayat (2) menyebutkan secara tegas bahwa perkara gugatan sederhana

tidak tunduk pada perma 1/2016 tentang prosedur mediasi, hal itu cukup

beralasan karena jangka waktu penyelesaian perkara gugatan sederhana

dibatasi hanya untuk 25 hari kerja, sedangkan proses mediasi sebagaimana

di atur dalam perma 1/2016 membutuhkan waktu hingga 30 hari kerja jika

kedua belah pihak menghendakinya sehingga hal itu tidak mungkin

dilakukan dalam proses gugatan sederhana.

Namun demikian meskipun penyelesaian gugatan sederhana tidak

memerlukan proses mediasi namun kewajiban untuk mengupayakan

perdamaian getap ada sebagaimana bisa dilihat dari ketentuan pasal 15

ayat 1 yang mewajibkan kepada hakim pemeriksa perkara untuk

mengupayakan perdamaian kepada para pihak dengan memperhatikan

batas waktu 25 hari kerja untuk melakukan pemeriksaan gugatan

sederhana.

Jika para pihak berhasil mencapai kesepakatan maka para pihak

dalam mengukuhkan kesepakatan damai tersebut menjadi putusan akta

oleh hakim pemeriksa perkara dengan cara melaporkan dan membawa

kesepakatan damai itu kehadapan hakim, atau jika para pihak tidak

Page 47: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

36

berkehendak untuk diputuskan menjadi akta perdamaian, maka pihak

penggugat cukup mencabut gugatannya melalui tata cara yang diatur oleh

hukum acara pada umumnya. Berkaitan dengan akta perdamaian,

sebaiknya pihak pengadilan sudah memersiapkan akta perdamaian yang

bentuknya berupa blanko dengan isinya yang terdiri dari hari dan tanggal

perdamaian dilakukan, identitas para pihak, kesepakatan yang dicapai,

tanda tangan pihak yang berdamai.

Namun jika para pihak tidak melaporkan kehadapan hakim dan

pihak penggugat juga tidak mencabut gugatannya, maka hakim akan terus

melanjutkan perkara tersebut sampai ke tahap putusan karena berdasarkan

Pasal 15 ayat 5 hakim tidak terikat terhadap kesepakatan damai yang tidak

dilaporkan. Kesepakatan perdamaian tersebut dianggap sah, apabila

kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut

Sesuai kehendak para pihak, Tidak bertentangan dengan hukum,Tidak

merugikan pihak ketiga, Dapat di eksekusi, Dengan itikad baik.

Dalam hal perdamaian tidak tercapai pada hari sidang pertama, maka

persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan dan jawaban

tergugat. Perlu dipahami bahwa dalam proses pemeriksaan gugatan

sederhana tidak dapat diajukan tuntutan provisi, eksepsi, rekopensi,

intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan.

g. Hakim wajib berperan aktif

Berbeda dengan penyelesaian sengketa perdata lainnya, dalam

menyelesaikan gugatan sederhana, hakim wajib berperan aktif yang harus

Page 48: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

37

disampaikan dalam persidangan dengan dihadiri oleh para pihak.

Dalamperan aktifnya, hakim dapat melakukan hal-hal sederhana sebagai

berikut: Memberikan penjelasan mengenai gugatan sederhana secara

berimbang kepada para pihak, Mengupayakan penyelesaian perkara secara

damai termasuk, Menyarankan kepada para pihak untuk melakukan

perdamaian diluar persidangan, Menuntun para pihak dalam pembuktian

dan menjelaskan hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak Secara

filosofi, hal tersebut dilakukan oleh majelis hakim semata-mata bertujuan

untuk mempelancar pemeriksaan dan penyelesaian sengketa dengan cara

sederhana.

h. Pembuktian

Di antara hal ini menarik dalam Penyelesaian sengketa dengan

acara sederhana, adalah bahwa dalam Gugatan yang diakui dan tidak

dibantah tidak perlu dilakukan pembuktian. Terhadap gugatan yang

dibantah maka hakim harus melakukan pemeriksaan pembuktian

berdasarkan hukum acara yang berlaku. Untuk bukti-bukti elektronik dapat

mengacu pada Pasal 5 Undang-Undang Nomer 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik sebab dalam transaksi zaman sekarang

para pebisnis banyak memakai bantuan teknologi elektronik. Juga tentang

bukti elektronik walaupun belum diatur dalam hukum acara secara formal.

i. Putusan dan Berita Acara Persidangan

Berkaitan dengan putusan atau penetapan dalam penyelesaian

sengketa dengan acara sederhana mesti memenuhi hal-hal yakni: Putusan

Page 49: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

38

atau penetapan dimulai dengan Demi Keadilan Berdasarkan Ketentuan

Yang Maha Esa, di dalam putusan terdapat identitas para pihak, terdapat

uraian singkat mengenai duduk perkara di dalam nya terdapat

pertimbangan hukum, dan yang terakhir adalah amar putusan.

j. Upaya Hukum

Upaya hukum terhadap putusan gugatan sederhana adalah dengan

mengajukan keberatan kepada Ketua Pengadilan Negeri atau Mahkamah

Agung, dengan menandatangani akta pernyataan keberatan yang

disediakan kepaniteraan di hadapan panitera disertai dengan alasan-alasan

keberatan tersebut. Ketentuan permohonan keberatan harus diajukan

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah putusan diucapkan, atau setelah

pemberitahuan putusan. Apabila waktunya terlampui, maka Ketua

Pengadilan membuat pernyataan keberatan tidak dapat diterima yang

didasarkan pada surat keterangan panitera, bahwa batas waktu mengajukan

keberatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja.

k. Pemeriksaan Berkas Permohonan Keberatan

Kepaniteraan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas

keberatan, yang disertai dengan memori keberatan yang bisa dalam bentuk

alasan-alasan yang dituang dalam akta keberatan, yang memuat

pemberitahuan keberatan berserta memori keberatan dalam tertagang

waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima oleh pengadilan.

Kontrak memori keberatan dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan

dengan mengisi blanko yang memuat keberatan dari para pihak. Blanko

Page 50: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

39

tersebut disediakan kepaniteraan, dengan mempertimbangkan jarak 3 (tiga)

hari kerja setelah pemberitahuan keberatan.

Pemeriksaan Keberatan

Setelah permohonan keberatan dinyatakan lengkap dalam waktu

palinglambat 1 (satu) hari, maka ketua Ketua Pengadilan sudah

menetapkan majelis hukum untuk memeriksa dan memutus permohonan

keberatan tersebut. Kemudian, majelis hakim memeriksa permohonan

tersebut yang di pimpin oleh hakim senior yang ditunjuk oleh Ketua

Pengadilan.Pemeriksaan keberatan dilakukan hanya atas dasar pada

putusan dan berkas keberatan disertai dengan memori dan kontra memori

keberatan, serta tidak dilakukan pemeriksaan tambahan. Sebagaimana

telah disingung sebelumnya, bahwa majelis hakim sudah harus memutus

perkara keberatan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.

Setalah tanggal penetapan majelis hakim, maka ditetapkan pula

penetapan hari sidang oleh majelis hakim yang telah ditunjukan untuk

menangani permohonan keberatan ini, majelis hakim tidak perlu lagi

memeriksa para pihak yang berpekara. Akan tetapi, majelis hakim cukup

mempelajari berkas yang ada seperti layaknya pemeriksaan hakim pada

tingkat banding atau kasasi.

Masih berhubungan dengan proses tersebut, maka selanjutnya

tahap pemeriksaan keberatan, majelis hakim yang menyidangkan perkara

tersebut dapat menyusun formulasi putusan, sebagai berikut: terhadap

kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan hukumnya, dan terakhir

Page 51: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

40

amar putusan. Setelah diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk

umum, pemberitahuan putusan keberatan disampaikan kepada para pihak

paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diucapkan. Putusan keberatan

tersebut telah berkekuatan hukum tetap terhitung sejak di sampaikannya

pemberitahuan.

2. Mekanisme Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Gugatan Perdata Biasa

a. Tahap Pertama, Menerima Perkara:

1) Pengajuan Perkara Gugatan (pasal 118 HIR)

Pasal 118 HIR ayat 1 “Gugatan perdata atau tuntutan hak yang

pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan negeri, harus

dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh

penggugat atau oleh wakilnya menurut Pasal 123 kepada ketua

pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau

jika tidak diketahui tempat diamnya, ke tempat tinggal sebetulnya”

Pasal 118 HIR Ayat 2 “Jika tergugat lebih dari seorang, sedang

mereka tidak tinggal dalam wilayah yang sama, maka gugatan diajukan

kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal salah seorang dari

tergugat yang dipilih oleh penggugat. Namun, jika tergugat-tergugat satu

sama lain dalam perhubungan sebagai perutang utama dan penanggung,

maka gugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat

orang yang berutang utama, kecuali dalam hal yang ditentukan pada

Page 52: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

41

Pasal 6 ayat (2) reglement tentang aturan hakim dan mahkamah serta

kebijakan kehakiman (R.O.)”

Pasal 118 HIR ayat 3 “Bilamana tempat diam dari tergugat tidak

dikenal, lagi pula tempat diam sebetulnya tidak diketahui, atau jika

tergugat tidak dikenal, maka surat gugatan itu dimasukkan kepada ketua

pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat atau salah seorang dari

para penggugat, atau jika gugatan itu tentang barang gelap, maka surat

gugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di daerah

hukum siapa terletak barang itu.”

Pasal 118 ayat 4 “bila dengan surat sah dipilih dan ditentukan suatu

tempat berkedudukan, maka penggugat dapat memasukan surat gugatan

itu kepada ketua pengadilan negeri dalam daerah hukum yang dipilih itu.

2) Pembayaran Panjar Biaya Perkara

Gugatan disampaikan kepada Pengadilan Negeri, kemudian akan

diberi nomor dan didaftarkan dalam buku Register setelah penggugat

membayar panjar biaya perkara, yang besarnya ditentukan oleh

Pengadilan Negeri (pasal 121 HIR). Bagi Penggugat yang benar-benar

tidak mampu membayar biaya perkara, hal mana harus dibuktikan

dengan surat keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat

mengajukan gugatannya secara prodeo.

3) Pendaftaran Perkara

Seperti telah dijelaskan diatas, pasal 121 ayat 4 HIR Menegaskan

pendaftaran gugatan dalam buku register perkara, baru dapat dilakukan

Page 53: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

42

setelah membayar biaya perkara. Apabila biaya perkara yang ditetapkan

pengadilan dibayar, penggugat berhak atas pendaftaran gugatan serta

panitera wajib mendaftarkan dalam buku register perkara.

4) Penetapan Majelis Hakim

Setelah ketua PN menerima berkas perkara dari panitera, segera

menetapkan majelis yang akan memeriksa dan memutusnya. Apabila

ketua berhalangan penetapan majelis dilakukan wakil ketua. Jangka

waktu penetapan secepat mungkin paling lambat 7 hari dari tanggal

surat penetapan majelis. Majelis paling sedikit 3 orang menurut Pasal 17

ayat (1) UU.No 4 tahun 2004.

5) Pengajuan Panitera Sidang

6) Penetapan Hari Sidang (Pasal 121 HIR)

Yang menetapkan hari sidang adalah majelis yang menerima

pembagian distribusi perkara. Penetapan hari sidang harus dilakukan

segera setelah majelis hakim menerima berkas perkara. Paling lambat 7

hari dari hari penerimaan berkas dan majelis harus menerbitkan

penetapan hari sidang.

7) Pemanggilan Penggugat dan Tergugat

Dalam penetapan diikuti pencantuman pada panitera untuk

memanggil kedua belah pihak (penggugat dan tergugat) dan

menghadirkan saksi-saksi mereka. Yang memanggil adalah jurusita.

b. Tahap Kedua Memeriksa Perkara (Pasal 372 HIR)

Page 54: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

43

1) Pemeriksan Pendahuluan

Diawali karena adanya gugatan masuk ke pengadilan. Gugatan

tersebut diproses dahulu di bagian panitera perdata yaitu mulai dari

membayar panjar biaya perkara, penetapan nomor register perkara,

disampaikan ke Ketua Pengadilan, Ketua Pengadilan menetapkan Majelis

Hakim, selanjutnya Majelis Hakim menetapkan hari sidang dan

memerintahkan melalui panitera agar pihak penggugat dan tergugat

dipanggil sesuai dengan hari sidang yang telah ditetapkan.

Pada persidangan pertama jika Penggugat atau wakilnya tidak

pernah hadir setelah dipanggil secara patut dan sah selama 3 kali berturut-

turut maka majelis hakim akan memberikan putusan gugatan gugur.

Sebaliknya jika Tergugat tidak hadir setelah dipanggil secara patut dan sah

selama 3 kali berturut-turut maka majelis hakim akan memberikan putusan

Verstek. Namun demikian jika Penggugat dan Tergugat hadir, maka

majelis hakim akan menanyakan dahulu apakah gugatannya ada

perubahan, jika ada diberika kesempatan untuk merubah dan dicata

panitera pengganti. Jika tidak ada perubahan majelis Hakim akan

melakukan mediasi untuk berdamai paling lama 40 hari.

2) Pembacaan Gugatan

Jika selama 40 hari tersebut mediasi atau damai tidak tercapai,

maka persidangan selanjutnya adalah pembacaan gugatan oleh

Penggugat. Dalam prakteknya pembacaan gugatan selalu tidak

dilakukan yang terjadi adalah gugatan dianggap dibacakan sepanjang

Page 55: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

44

antara Penggugat dan Tergugat sepakat. Hal ini untuk menghemat

waktu. karena pada dasarnya gugatan tersebut sudah dibaca oleh

Tergugat ketika gugatan disampaikan pengadilan (juru sita) minimal 3

hari sebelum persidangan pertama dimulai. Setelah pembacaan gugatan

selesai atau dianggap dibacakan, Majelis Hakim menanyakan kepada

Tergugat apakah ada tanggapan baik lisan maupun tertulis.

Apabila lisan majelis hakim pada persidangan tersebut akan

mencatat dan apabila tertulis biasanya diberi kesempatan 1 minggu

untuk menanggapinya yang disebut dengan Jawaban Tergugat atas

Gugatan Penggugat. Dalam jawaban tergugat ini tergugat dapat

melakukan bantahan, mengakui dan tidak membantah dan tidak

mengakui (referte) serta mengajukan eksepsi (formil dan materil) dan

rekonvensi (gugatan balik).

3) Jawaban Gugatan

Pada persidangan selanjutnya adalah menyerahkan Jawaban

Tergugat. Dalam prakteknya jawaban tergugat tidak dibacakan tetapi

diberi kesempatan kepada Penggugat secara tertulis untuk menanggapi

Jawaban Tergugat yang disebut dengan Replik Penggugat (Tanggapan

terhadap Jawaban Tergugat). Replik Penggugat isinya sebenarnya harus

mempertahankan dalil-dalil isi gugatan adalah benar sedangkan dalil-

dalil dalam jawaban tergugat adalah salah. Replik juga bisa lisan

tentunya jika lisan jawaban harus dibacakan agar Penggugat tahu yang

mana yang akan ditanggapinya.

Page 56: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

45

4) Replik

Pada persidangan berikutnya adalah menyerahkan Replik

Penggugat Dalam prakteknya Replik Penggugat juga tidak dibacakan

tetapi diberi kesempatan kepada Tergugat secara tertulis untuk

menanggapi Replik Penggugat yang disebut dengan Duplik Tergugat

(Tanggapan terhadap Replik Penggugat). Duplik Tergugat isinya

sebenarnya harus mempertahankan dalil-dalil jawaban Tergugat adalah

benar sedangkan dalil-dalil dalam Replik Penggugat adalah salah.

Duplik juga bisa lisan tentunya jika lisan Replik harus dibacakan agar

Tergugat tahu yang mana yang akan ditanggapinya.

5) Duplik

Pada persidangan berikutnya, adalah menyerahkan Duplik

Tergugat yaitu tanggapan terhadap Replik Penggugat. Setelah Duplik,

majelis hakim akan melanjutkannya penyerahan alat-alat bukti tertulis

Penggugat. Kemudian Tergugat diminta juga menyerahkan alat-alat

bukti tertulis kepada majelis hakim.

6) Pembuktian (Pasal 137, 172 dan 176 HIR)

Setelah penyerahan alat bukti tertulis selesai, jika penggugat

merasa perlu menghadirkan saksi-saksi untuk mendukung alat bukti

tertulisnya, maka majelis hakim memberikan kesempatan dan dilakukan

pemeriksaan saksi untuk diminta keterangannya sesuai perkara. Setelah

itu baru diberi kesempatan juga pada Tergugat untuk menghadirkan saksi

untuk dimintai keterangannya.

Page 57: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

46

c. Tahap Ketiga Menyelesaian Perkara (Pasal 178 HIR)

1) Kesimpulan

Setelah pemeriksaan alat bukti selesai, dilanjutkan dengan

pemeriksaan setempat (PS) yaitu Majelis Hakim akan datang ke lokasi

objek sengketa untuk melihat fakta apakah antara isi gugatan dengan

fakta dilapangan mempunyai kesesuaian. Apabila pemeriksaan setempat

selesai, dilanjutnya dengan kesimpulan oleh penggugat maupun

tergugat.

2) Putusan hakim

Terakhir adalah putusan hakim (vonis). Jika eksepsi diterima

putusannya adalah gugatan tidak dapat diterima (NO), jika gugatan

dapat dibuktikan oleh penggugat putusan hakim adalah mengabulkan

baik seluruh maupun sebagian serta jika gugatan tidak dapat dibuktikan

oleh Penggugat, putusan hakim adalah menolak gugatan. (catatan :

sebelum vonis hakim dijatuhkan, perdamaian masih dapat dilakukan,

bahkan perdamaian tersebut harus selalu ditawarkan hakim pada setiap

tahap persidangan).

Terhadap putusan hakim, jika para pihak merasa keberatan dapat

melakukan upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi. Pernyataan

banding tersebut dapat dilakukan pada saat putusan dijatuhkan atau

pikir-pikir setelah 14 hari sejak putusan dijatuhkan.

Page 58: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

47

B. PERBEDAAN PROSES PERKARA PERDATA MELALUI

GUGATAN SEDERHANA DAN GUGATAN BIASA.

Tabel Perbandingan Antara Gugatan Sederhana dan Gugatan Biasa.

N

O

ASPEK GUGATAN

SEDERHANA

GUGATAN

BIASA

1. Nilai Gugatan Paling banyak

Rp.200.000.000 (dua

ratus juta rupiah).

Lebih dari

Rp.200.000.

000 (dua

ratus juta

rupiah).

2. Domisili para pihak Penggugat dan tergugat

berdomisili di wilayah

hukum yang sama.

Penggugat

dan tergugat

tidak harus

berdomisili

di wilayah

hukum yang

sama.

3. Jumlah para pihak Penggugat dan tergugat

masing-masing tidak

boleh lebih dari satu,

kecuali punya

kepentingan hukum

Penggugat

dan tergugat

masing-

masing

boleh lebih

Page 59: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

48

yang sama. dari satu.

4. Alamat tergugat Harus diketahui Tidak harus

diketahui

5. Pendaftaran perkara Menggunakan blanko

gugatan

Membuat

surat

gugatan

6. Pengajuan bukti-bukti Harus bersamaan

dengan pendaftaran

perkara

Pada saat

sidang

beragenda

pembuktian.

7. Pendaftaran perkara,

penunjukan hakim dan

panitera sidang

Paling lama 2 hari Paling lama

tidak

diketahui

8. Pemeriksa dan

pemutus

Hakim tunggal Majelis

hakim

9. Pemeriksaan

pendahuluan

Ada Tidak ada

10. Mediasi Tidak ada Ada

11. Kehadiran para pihak Penggugat dan tergugat

wajib menghadiri

setiap persidangan

secara langsung

Penggugat

dan tergugat

tidak wajib

menghadiri

Page 60: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

49

(impersonal), meski

punya kuasa hukum.

setiap

persidangan

secara

langsung

(impersonal)

12. Konsekuensi

ketidakhadiran

penggugat pada

sidang pertama tanpa

alasan yang sah.

Gugatan dinyatakan

gugur.

Gugatan

tidak

dinyatakan

gugur.

13. Pemeriksaan perkara Hanya gugatan dan

jawaban.

Dimungkink

an adanya

tuntutan

provisi,

eksepsi,

rekonvensi,

intervensi,

replik,

duplik, dan

kesimpulan.

14. Batas waktu

penyelesaian

25 hari sejak sidang

pertama.

5 bulan.

15. Penyampaian putusan Paling lambat 2 hari Paling

Page 61: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

50

sejak diucapkan

putusan.

lambat 7

hari sejak

putusan

diucapkan.

16. Upaya hukum dan

batas waktu

penyelesaiannya

Keberatan (7 hari sejak

majelis hakim

ditetapkan).

Banding (3

bulan),

kasasi (3

bulan), dan

peninjauan

kembali (3

bulan).

17. Batas waktu

pendaftaran upaya

hukum

7 hari sejak putusan di

ucapkan atau

diberitahukan.

14 hari sejak

putusan di

ucapkan

atau

diberitahuka

n.

18. Kewenangan

pengadilan tingkat

banding dan MA

Tidak ada Ada

Berdasarkan tabel di atas, penulis akan mengkaji serta mendeskripkan satu

persatu mengenai aspek-aspek dalam tabel tersebut, sebagai berikut;

Page 62: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

51

a. Nilai Gugatan

Syarat untuk bisa mengajukan gugatan sederhana adalah nilai

materiil gugatan paling banyak Rp.200.000.000 hal tersebut dinyatakan

tegas dalam Pasal 1 angka 1 Perma 2/2015. Perma memang tidak

menentukan apakah nilai yang disebutkan sebagai syarat pengajuan

gugatan sederhana tersebut harus bersifat konstan atau yang penting

pada saat diajukan nilainya tidak lebih dari Rp.200.000.000. kenapa

demikian? Karena terhadap utang-piutang yang menggunakan kurs mata

uang asing memungkinkan mata nilai uang tersebut akan mengalami

perubahan (flaktuasi) sejalan dengan perubahan nilai kurs mata uang.

Jadi untuk menyikapi ini pasal 1 angka 1 telah menyebutkan bahwa

batas maksimal nilai gugatan adalah Rp.200.000.000 sehingga setiap

kontrak atau kerugian yang diderita dalam nilai uang asing. Pada saat

diajukan gugatan, pengugat harus mengkonversikan terlebih dahulu

dengan mata uang rupiah, sehingga jika terjadi fluktasi nilai mata uang

tidak akan mempengaruhi nilai gugatan setelah mulai diperiksa dan nilai

kelebihan dari selisih kenaikan kurs mata uang tidak dapat dituntut

kembali.

Pembatasan nilai gugatan yang disebutkan dalam pasal 1 angka 1

dan pasal 3 ayat 1 perma nomor 2/2015 harus ditafsirkan bahwa nilai

gugatan tersebut hanya untuk satu peristiwa hukum, artinya jika nilai

utangnya Rp.400.000.000 sedangkan yang digugat hanya

Rp.200.000.000, Maka harus dianggap bahwa penggugat hanya

Page 63: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

52

menghendaki pembayaran sebesar Rp.200.000.000 sehingga jika digugat

kembali untuk kelebihannya akan mengakibatkan gugatannya menjadi

nebis in idem. Jadi kesimpulannya adalah apabila gugatan nilai uangnya

Rp.200.000.000 maka bisa masuk kedalam gugatan sederhana, tetapi

jika lebih dari itu masuk keperkara gugatan biasa.

b. Domisili Para Pihak.

Pasal 4 ayat (3) perma 2/2015 menyebutkan bahwa “penggugat dan

tergugat dalam gugatan sederhana harus berdomisili di wilayah hukum

pengadilan yang sama”. Penentuan bahwa gugatan sederhana hanya

dapat diajukan jika penggugat dan tergugat tidak memiliki domisili yang

sama akan sangat membatasi dalam praktiknya, karena hubungan

kontrak saat ini, baik kecil, menengah maupun besar sudah tidak

memperhitungkan batas wilayah lagi, bahkan adakalanya melintasi batas

negara. Sedangkan untuk gugatan biasa tidak harus berdomisili

diwilayah hukum pengadilan yang sama.

c. Jumlah Para Pihak.

Gugatan acara biasa penggugat dan tergugat masing-masing boleh

lebih dari satu. Dalam hukum acara perdata (HIR/RBg) tidak mengenal

istilah turut tergugat, namun dalam praktik beracara istilah tersebut

kemudian muncul yang pada umumnya pihak yang ditunjuk sebagai

turut tergugat adalah pihak yang kedudukannya sama dengan penggugat

namun ia tidak mau turut menggugat, misalnya sesama ahli waris yang

tidak mau ikut menggugat, maka untuk menghindari gugatan kurang

Page 64: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

53

pihak meraka dijadikan turut tergugat atau pihak yang tidak secara

langsung terkait dengan persengketaan antara penggugat dan tergugat,

seperti BPN yang ditarik dalam perkara sengketa hak milik atas tanah

yang telah bersertifikat atau pihak menyewa yang ditarik kedalam

sengketa yang melibatkan barang yang disewa antara pemilik barang

dengan pihak ketiga.

Meskipun dalam praktiknya istilah turut tergugat telah diakui

dalam proses persidangan perkara perdata, namun dalam perkara

gugatan sederhana tidak menghendaki adanya keterlibatan turut

tergugat artinya jika memang ada keterlibatan pihak lain yang harus

didudukan menjadi turut tergugat, maka perkara tersebut tidak boleh

diselesaikan melalui gugatan sederhana melainkan harus diselesaikan

melalui prosedur acara biasa, hal ini dapat ditafsirkan dari ketentuan

pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “para pihak dalam gugatan

sederhana terdiri dari penggugat dan tergugat yang masing-masing tidak

boleh lebih dari satu orang kecuali memiliki kepentingan hukum yang

sama”.

d. Alamat Tergugat

Pasal 4 ayat (2) perma 2/2015 mensyaratkan bahwa dalam

pengajuan gugatan sederhana, penggugat harus mengetahui dan

mencantumkan alamat tergugat dengan jelas. Jika alamat tenggugat tidak

diketahui atau pada saat diajukan gugatan sudah tidak diketahui lagi

domisilinya, maka penggugat tidak dapat mengajukan sengketanya

Page 65: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

54

melalui prosedur gugatan sederhana melainkan diajukan dalam prosedur

biasa.

Jika penggugat dalam gugatannya mencantumkan alamat tergugat

dengan jelas, namun ketika proses pemanggilan ternyata kepala desa

setempat mengatakan bahwa tegugat sudah meninggalkan desa tersebut

dan sudah tidak lagi menjadi warganya atau tidak diketahui lagi tempat

tinggalnya, maka sesuai ketentuan pasal (4) ayat 2 perkara tersebut tidak

dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan gugatan sederhana dan hakim

harus mengeluarkan penetapan yang isinya menyatakan bahwa perkara

tersebut tidak layak diperiksa melalui prosedur gugatan sederhana.

Ketentuan pasal 4 ayat 2 bukan semata mata mengatur bahwa

gugatan sederhana tidak diperkenankan jika penggugat tidak

mencantumkan alamat tempat tinggal tergugat namun juga harus

diartikan bahwa pemanggilan dalam gugatan sederhana tidak dapat

dilakukan melalui panggilan umum sebagai mana yang di atur dalam

pasal 390 ayat 3 HIR.

Gugatan yang pihak tergugatnya tidak diketahui tempat tinggalnya

memang selayaknya tidak diproses melalui proses gugatan sederhana,

karena upaya hukum yang dapat dilakukan sangat terbatas jika

persidangan itu tanpa tergugat. Sedangkan jika dipriksa dalam gugatan

biasa maka tergugat tetap memiliki peluang yang cukup untuk

mengajukan perlawanan atau putusan yang dijatuhkan tanpa

Page 66: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

55

kehadirannya jika dikemudian hari tergugat mengetahui menggunakan

prosedur sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 129 HIR.

e. Pendaftaran Perkara

Dalam gugatan perdata biasa, penggugat atau melalui kuasa

hukumnya mengajukan gugatan/permohonan yang diajukan kepada

ketua negeri pengadilan yang akan dituju dibagian perdata.dengan

beberapa kelengkapan atau syarat berikut yaitu pertama, surat

permohonan yang ditujukan (dialamatkan) kepada PN sesuai dengan

kompetensi relatif,diberi tanggal, ditandatangani penggugat atau kuasa,

identitas para pihak, fundamentum petendi, petitum gugatan, perumusan

gugatan asesor (accesoir). Kedua,surat kuasa yang sudah dilegalisir

(apabila menggunakan kuasa hukum), bukti-bukti yang menguatkan

untuk mengajukan gugatan atau permohonan seperti KT,KK,Surat

Kuasa, Akte, dll.

Sedangkan dalam gugatan sederhana dalam proses pendaftaran,

Penggugat mendaftarkan gugatannya dikepaniteraan pengadilan dan

dapat juga dengan cara mengisi gugatan berupa blanko yang sudah

disiapkan oleh kepaniteraan, pada substansinya blanko tersebut berisi

keterangan tentang Identitas penggugat dan tergugat,penjelasan ringkas

tentang duduknya perkara,tuntutan penggugat.

f. Pengajuan Bukti-Bukti

Page 67: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

56

Dalam gugatan sederhana , Pasal 6 ayat 4 perma 2/2015

menyebutkan bahwa penggugat wajib melampirkan bukti surat yang

sudah dilegalisasi pada saat pendaftaran gugatannya.

Ketentuan tersebut memang terkesan agak aneh karena dalam

prosedur perkara perdata biasa bukti-bukti baru akan di perlihatkan pada

saat persidangan memasuki tahapan pembuktian, selain itu peristiwa

pendata yang diajukan sebagai sengketa kepengadilan tidak selalu

memiliki bukti dalam bentuk surat karna pasal 164 HIR menyebutkan

alat bukti dalam perkara perdata terdiri lima jenis yaitu bukti tertulis,

bukti saksi, persangkaan, pengakuan, sumpah.

Ada perbedaan antara apa yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat 4

Perma 2/2015 dengan ketentuan Pasal 164 point 1 HIR ketentuan Pasal 6

menggunakan istilah "bukti surat" sedangkan HIR menggunakan istilah

"bukti tertulis" secara bahasa dua istilah tersebut memiliki pengertian

yang berbeda, namun dalam konteks yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat

4 Perma 2/2015 sebenarnya bermaksud untuk menunjuk pada bukti

tertulis menurut Pasal 164 HIR adapun alat bukti tulisan menurut Pasal

164 point satu HIR dibedakan menjadi dua bentuk yaitu surat biasa dan

akta.

Jika tindakan melampirkan bukti surat tersebut adalah sebuah

kewajiban, maka pada saat penggugat tidak memiliki bukti surat untuk

mengajukan sengketanya ke pengadilan , pengadilan berwenang untuk

Page 68: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

57

menolaknya, padahal Pasal 10 ayat (1) UU kekuasaan kehakiman

menyebutkan bahwa pengadilan tidak boleh menolak perkara.

Jika disimak ketentuan Pasal 11 ayat (2) Perma 2/2015 yang

menentukan wewenang kepada hakim pemeriksa perkara untuk menilai

suatu gugatan tersebut memiliki sifat pembuktian yang sederhana atau

tidak, maka penilaian yang paling mudah adalah dengan memeriksa isi

dalil gugatan dan bukti surat yang dilampirkan oleh pihak penggugat.

g. Pendaftaran Perkara, Penunjukan Hakim dan Panitera Sidang

Dalam gugatan sederhana penggugat/kuasanya mendaftarkan

gugatan/permohonan di pengadilan negeri , apabila diterima dan ditaksir

biaya oleh petugas meja maka memerlukan waktu 1 hari kerja.

Kemudian setelah panjar biaya dibayar melalui bank yang ditunjuk,

gugatan atau permohonan diberikan nomor register dan dicatat dalam

register maka memerlukan waktu 2 hari kerja. Kepaniteraan perdata

membuat penetapan penunjukan majelis hakim dan penunjukan panitera

pengganti untuk diajukan ke ketua PN melalui panitera maka

memerlukan waktu pada hari itu juga. Kepaniteraan perdata

menyerahkan berkas perkara kepada ketua pengadilan negri/panitera

untuk penunjukan majelis hakim/ penunjukan panitera pengganti pada

waktu hari itu juga. Maka dari itu dalam gugatan sederhana Pendaftaran

perkara, penunjukan hakim dan panitera sidang memerlukan waktu

paling lama 2 hari.

h. Pemeriksa Perkara dan Pemutus

Page 69: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

58

Perkara Gugatan Sederhana disidangkan dengan Hakim tunggal,

Prosedur persidangan perkara gugatan sederhana merupakan

pengecualian dari prosedur penyelesaian perkara pada umumnya, artinya

untuk penyelesaian sengketa bersifat kontensius (mengandung konflik)

pada umumnya disidangkan dengan hakim majelis, karena amanat pasal

11 UU 48/2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan bahwa

penyelesaian perkara dipengadilan dilakukan oleh hakim majelis dengan

sekurang-kurangnya tiga orang hakim kecuali undang-undang

menentukan lain.

Perma menurut Pasal 79 UU 14/1985 jo UU 3/2009 tentang

Mahkamah Agung adalah untuk mengisi kekosongan hukum sehingga

proses kelangsungan penyelenggaraan peradilan tidak menjadi terlambat.

Memang Perma 2/2015 substansinya lebih banyak bersifat menciptakan

norma hukum baru hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan adanya

proses penyelesaian sengketa perdata secara lebih cepat sederhana

dengan biaya ringan yang kondisinya sudah sangat mendesak, sedangkan

disisi lain reformasi perundang-undangan hukum acara perdata hampir

tidak pernah ada perkembangan karwna sampai saat ini sistem peradilan

perdata masih menggunakan hukum acara peninggalan kolonial belanda

seperti HIR dan RBg padahal kalau lihat ketentuan-ketentuan yang

terkandung didalamnya sudah banyak yang tidak sesuai dengan alam

kemerdekaan serta dinamika beracara pada saat ini.

Page 70: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

59

Hakim majelis baru akan ditunjuk ketika suatu perkara diajukan

proses keberatan pada saat salah satu pihak tidak puas dengan isi putusan

yang dijatuhkan oleh hakim pemeriksa perkara dalam gugatan sederhana.

i. Pemeriksa Pendahuluan

Prosedur pemeriksaan pendahuluan baru dikenal dalam proses

perkara perdata sebagaimana di atur dalam pasal 11 perma 2/2015.

Proses pemeriksaan pendahuluan dalam gugatan sederhana alasan

pemeriksaan terbatas pada apa yang dimaksud dalam pasal 34 perma

2/2015 ditambah dengan memeriksa terkait pembuktian yang sederhana

atau tidak . Pasal 3 mengatur tentang obyek gugatan sedangkan pasal 4

mengatur tentang subyek gugatan. Perma tidak menjelaskan cara rinci

terkait dengan proses pemeriksaan pendahuluan tersebut apakah hakim

pemeriksa perkara harus membuka sidang untuk memeriksa persyaratan

gugatan atau cukup menjadi bagian wewenang diluar persidangan.

j. Mediasi

Proses penyelesaian perkara gugatan sederhana tetap mengandung

kewajiban bagi hakim untuk mengupayakan perdamaian hanya

mekanismenya saja yang berbeda jika dalam perkara perdata pada

umumnya perdamaian itu diselenggarakan dengan prosedur mediasi

sebagaimana di atur dalam perma 1/2016 sedangkan dalam perkara

gugatan sederhana prosedur perdamaian itu sifatnya berupa anjuran

kepada para pihak untuk menempun perdamaian dengan inisiatif sendiri.

Page 71: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

60

Pasal 15 ayat (2) menyebutkan secara tegas bahwa perkara gugatan

sederhana tidak tunduk pada Perma 1/2016 tentang prosedur mediasi,

hal itu cukup beralasan karena jangka waktu penyelesaian perkara

gugatan sederhana dibatasi hanya untuk 25 hari kerja, sedangkan proses

mediasi sebagaimana di atur dalam Perma 1/2016 membutuhkan waktu

hingga 30 hari kerja jika kedua belah pihak menghendakinya sehingga

hal itu tidak mungkin dilakukan dalam proses gugatan sederhana.

Namun demikian meskipun penyelesaian gugatan sederhana tidak

memerlukan proses mediasi namun kewajiban untuk mengupayakan

perdamaian getap ada sebagaimana bisa dilihat dari ketentuan pasal 15

ayat 1 yang mewajibkan kepada hakim pemeriksa perkara untuk

mengupayakan perdamaian kepada para pihak dengan memperhatikan

batas waktu 25 hari kerja untuk melakukan pemeriksaan gugatan

sederhana.

k. Kehadiran para pihak

Praktik beracara pada umumnya, pihak prinsipal dapat meminta

bantuan seseorang yang dipandang cakap dibidang hukum untuk

mewakili, mendampingi dan memberikan nasehat hukum dengan sebuah

kuasa khusus. Berdasarkan pasal 1795 KUHPer menjelaskan bahwa

pemberian surat kuasa dapat dilakukan secara khusus yaitu hanya

mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Bentuk kuasa seperti itu

yang menjadi landasan pemberian kuasa disidang pengadilan.jadi dalam

perkara perdata biasa seorang kuasa hukum dapat mewakili kepentingan

Page 72: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

61

pihak yang diwakilinya, artinya cukup kuasanya saja yang hadir

dipersidangan.

Ketentuan Pasal 4 ayat (4) perma no 2/2015 menyebutkan bahwa

“penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap

persidangan dengan atau tanpa didampingi kuasa hukum” sehingga

prinsip perwakilan dalam Pasal 123 ayat (1) telah diterobos oleh

ketentuan Pasal 4 ayat (4) Perma 2/2015. Alasan yang daat dibangun dari

Pasal 4 ayat (4) Perma 2/2015 diatas adalah karena gugatan sederhana

menganut mekanisme penyelesaian perkara yang cepat dan sederhana,

sehingga tanpa harus menggunakan jasa kuasa hukum pun para pihak

akan mudah untuk menjalani proses persidangannya.

l. Konsekuensi Ketidakhadiran Penggugat Pada Sidang Pertama Tanpa

Alasan Yang Sah.

Pada gugatan sederhana kata wajib dalam ketentuan Pasal 4 ayat 4

jika tidak dipenuhi akan menimbulkan akibat hukum, yaitu hakim tidak

akan menganggap kehadiran para pihak di persidangan, jika yang hadir

hanya sebatas kuasa hukumnya saja. Oleh karena ketidakhadiran dalam

memenuhi panggilan sidang, maka hakim dapat menjatuhkan putusan

tanpa hadirnya tergugat atau putusan gugur meskipun kuasa hukum dari

pihak penggugat atau tergugat sesungguhnya hadir ke pengadilan.

Sedangkan dalam perkara perdata biasa putusan gugur pada

umumnya dijatuhkan jika penggugat tidak hadir dalam dua panggilan

yang sah.

Page 73: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

62

m. Pemeriksaan Perkara

Penyelesaian perkara perdata pada umumnya memerlukan waktu

proses yang panjang karena hampir pada setiap tahapan para pihak

diberikan hak seluas-luasnya baik dalam proses jawab-menjawab

maupun upaya hukum dan pembuktian.

Pasal 17 Perma 2/2015 menyebutkan secara tegas bahwa dalam

proses pemeriksaan gugatan sederhana tidak dapat diajukan replik, duplik

dan kesimpulan. Larangan tersebut ditunjukan agar proses pemeriksaan

bisa berjalan secara lebih cepat sehingga penggugat dan tergugat harus

memaksimalkan semua apa yang akan disampaikannya dalam gugatan

dan jawaban saja.

Gugatan sederhana Tidak diperbolehkan ada rekonvensi dan

intervensi. Pasal 17 perma 2/2015 melarang adanya gugatan rekonvensi

hal ini dimaksudkan agar pemeriksaannya lebih cepat, selain itu larangan

tersebut berkaitan dengan apa yang menjadi prinsip dalam gugatan

sederhana yaitu bagi perkara yang memiliki sifat pembuktian yang

sederhana, sehingga jika masih terbuka adanya gugatan rekonvensi dari

pihak tergugat, maka sangat mungkin proses pembuktiannya menjadi

tidak sederhana lagi karena antara gugatan konvensi dengan gugatan

rekonvensi akan diperiksa secara bersamaan dalam satu perkara.

n. Batas Waktu Penyelesaian

Esensi lahirnya perma 2/2015 adalah untuk memangkas beberapa

tahapan dalam hukum acara perdata dan mempersingkat waktu proses

Page 74: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

63

penyelesaian dengan membatasi waktu penyelesaian selama 25 hari kerja

dan proses penyelesaiannya akan berakhir ditingkat pengadilan pertama

saja. Hal ini sebagai bentuk respons mahkamah agung terhadap berbagai

keluhan dari masyarakat pencari keadilan bahwa proses penyelesaian

sengketa dipengadilan memerlukan waktu yang lama dengan prosedur

yang berbelit-berbelit.

Sedangkan dalam gugatan perdata biasa, penyelesaian perkara pada

tingkat pertama paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan termasuk

penyelesaian minutasi.

o. Penyampaian Putusan

Gugatan sederhana paling lambat 2 hari sejak diucapkan putusan,

sedangkan paling lambat 7 hari sejak putusan diucapkan.

p. Upaya Hukum dan Batas Waktu Penyelesaiannya.

Keberatan (7 hari sejak majelis hakim ditetapkan). Salah satu

keunggulan dari prosedur penyelesaian perkara melalui gugatan

sederhana (GS) adalah adanya pembatasan upaya hukum hanya sampai

dipengadilan tingkat pertama. Lamanya penyelesaian perkara perdata

umumnya banyak diakibatkan oleh proses upaya hukum. Menurut

ketentuan pasal 21 ayat (1) bahwa upaya hukum dalam perkara gugatan

sederhana adalah “keberatan”, sedangkan jangka waktu pemeriksaan

keberatan telah ditentukan paling lama 7 hari sejak penetapan majelis

hakim. Sedangkan gugatan acara biasa memerlukan waktu yaitu Banding

(3 bulan), kasasi (3 bulan), dan peninjauan kembali (3 bulan).

Page 75: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

64

q. Batas Waktu Pendaftaran Upaya Hukum

Keberatan terhadap putusan diluar kehadiran pihak tergugat dalam

gugatan sederhana diatur dalam pasal 22 ayat (1) yaitu 7 (tujuh) hari

sejak dibeitahukan. Sedangkan pada Pasal 129 HIR upaya hukum

perlawanan terhadap putusan verstek dapat diajukan 14 hari setelah

pemberitahuan itu langsung pada tergugat.

r. Kewenangan Pengadilan Tingkat Banding dan MA

Perkara gugatan sederhana berakhir di tingkat keberatan. Putusan

keberatan bersifat final dan mengikat. Pasal 30 Perma 2/2015

menyebutkan “putusan keberatan merupakan putusan akhir yang tidak

tersedia upaya hukum banding,kasasi,atau peninjauan kembali”

Page 76: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mekanisme penyelesaian gugatan sederhana diantaranya yaitu

mendaftarkan gugatan secara mandiri dengan mengisi blanko gugatan

berupa formulir Gugatan Sederhana yang tersedia di pengadilan setempat.

Setelah mendaftar dan membayar biaya perkara. Ketua pengadilan

menunjuk hakim untuk memeriksa perkara. Setelah itu menetapkan hari

sidang pertama, hari pertama sidang hakim mengupayakan perdamaian,

jika tidak berhasil maka hakim akan melanjutkan dengan mendengarkan

gugatan dari penggugat dan jawaban dari tergugat. yang terakhir adalah

putusan karena dalam gugatan sederhana tidak mengenal simpulan. Dalam

putusan hakim membacakan putusan secara terbuka untuk umum. Dan bisa

mengajukan upaya keberatan. Sedangkan gugatan perdata biasa

mekanismenya adalah berikut. Tahap pertama yaitu menerima perkara:

pengajuan (perkara) gugatan (Pasal 118 HIR), Pembayaran panjar biaya

perkara, pendaftaran perkara, penetapan majelis hakim, pengajuan panitera

sidang. Tahap kedua yaitu memeriksa perkara (Pasal 372 HIR) yaitu

pemeriksan pendahuluan, pembacaan gugatan, jawaban gugatan, replik,

duplik, pembuktian (Pasal 137, 172 dan 176 HIR), Kesimpulan, Putusan

hakim. Terhadap putusan hakim, jika para pihak merasa keberatan dapat

65

Page 77: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

66

melakukan upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi. Pernyataan

banding tersebut dapat dilakukan pada saat putusan dijatuhkan atau pikir-

pikir setelah 14 hari sejak putusan dijatuhkan. Lalu upaya terakhir bisa

mengajukan kasasi dan peninjauan kembali.

2. Perbandingan mekanisme penyelesaian perkara perdata melalui gugatan

perdata biasa menurut penulis dengan di simpulkannya tabel perbedaan

cukup banyak perbedaannya. Perma 2/2015 tentang tatacara gugatan

sederhana banyak mengandung norma hukum baru, bahkan secara tegas

menyingkirkan aturan yang ada dalam undang-undang Hukum Acara

Perdata (HIR/Rbg). Misalnya Perma secara tegas melarang para pihak

untuk mengajukan Eksepsi,Provisi Dan Rekonvensi padahal hak tersebut

diatur dalam HIR dan Rbg, selain itu perma juga membatasi hak para

pihak untuk mengajukan upaya hukum yang berlaku. Lalu mengenai nilai

gugatan juga cukup signifikan perbedaaanya yaitu kalau gugatan

sederhana nominal yang diajukan maksimal adalah Rp.200.000.000 dan

gugatan biasa lebih dari Rp.200.000.000. Tetapi dengan adanya

pembatasan tersebut unsur asas cepat dan biaya ringan telah terpenuhi

oleh gugatan sederhana daripada gugatan biasa. Menurut penulis dengan

adanya gugatan sederhana sangat memudahkan bagi pencari keadilan yang

ingin proses perkaranya dilakukan dengan cepat dan biaya ringan.

Page 78: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

67

B. Saran

1. Seharusnya pemerintah lebih mensosialisasikan tentang gugatan sederhana

pada masyarakat.

2. Sebaiknya Perma 2/2015 lebih memerjelas lagi mengenai peraturan

tentang Gugatan Sederhana.

Page 79: repository.upstegal.ac.idrepository.upstegal.ac.id/41/1/i,ii,iii,iv,v,vi,vii,viii,ix,x EDIT.docx · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Mem. peroleh Gelar

. DAFTAR PUSTAKA

Astarini, Dwi Rezki Sri, Salah Satu Bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat Sederhana Biaya Ringan,Bandung: PT.Alumni Bandung, 2013.

Christopler J.Wheelan, “small Claims Courts- A comparative Study”, (New York: Oxford University Press, 1990) dikutip dari jurnal karya Efa Laela Fakhriah, “Eksistensi Small Claim Court dalam Mewujudkan Tercapainya Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan”, Bandung: Universitas Padjajaran,2009.

Samosir, Djamanat, Hukum Acara Perdata, Bandung: Nuansa Aulia, 2012.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986

Sunggono, Bambang, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sutantio, Ny.Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung: MandarMaju, 2009.

Texas Young Lawyers Association And The State Bar Of Texas, “how to sue in small claims court, 5th Edition, 2009, page 1, dikutip dari jurnal karya Efa Laela Fakhriah, “Eksistensi Small Claim Court dalam Mewujudkan Tercapainya Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan”, Bandung: Universitas Padjajaran,2009.

Universitas Pancasakti Tegal, Buku Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Hukum , Tegal : 2017.

Jurnal oleh Tim Peneliti Pusat Studi Hukum Ekonomi Dan Kebijakan Publik Fakultas Hukum Unpad tentang small claim court pada 3 april 2013.

Witanto, Ridwan Mansyur D.Y, Gugatan Sederhana Teori Praktik Dan Permasalahannya, Jakarta: Pustaka Dunia, 2017.

68