referst edit.docx

46
REFERAT INTRA UTERINE GROWTH RESTRICTION Di Susun Oleh : Aldila 2011730120 Annisa Kartika Putri 2011730007 M. Yordan Gandara 2010730065 Nabillah Syafrilia 2011730070 STASE DEPARTEMENT OBSTETRI & GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI 2015

Upload: dila-aldila

Post on 09-Dec-2015

286 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

REFERATINTRA UTERINE GROWTH RESTRICTION

Di Susun Oleh :

Aldila 2011730120Annisa Kartika Putri 2011730007M. Yordan Gandara 2010730065Nabillah Syafrilia 2011730070

STASE DEPARTEMENT OBSTETRI & GINEKOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN, SH

SUKABUMI2015

BAB I

PENDAHULUAN

Zaman dahulu, bayi dengan berat lahir rendah kecil masa kehamilannya

(KMK) disebut menderita retardasi pertumbuhan intrauteri (IUGR). Untuk

menghindari kesalahpahaman dimana orang tua menganggap istilah “retardasi”

sebagai fungsi mental yang abnormal, atau gangguan perkembangan mental.

Sehingga istilah tersebut diganti menjadi pertumbuhan janin terhambat1. Dalam 5

tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)

telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk

mental.

Pertumbuhan Janin Terhambat atau (IUGR) merupakan gangguan

pertumbuhan janin dan bayi baru lahir yang meliputi beberapa parameter (lingkar

kepala, berat badan, panjang badan). Banyak istilah yang digunakan untuk

menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for

date, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan

small for gestational age (SGA).

Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah setiap bayi yang

berat badan lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari presentil ke-10 untuk

masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curves adalah bayi SGA. Ini

dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun postmatur.

Di negara berkembang, angka kejadian PJT berkisar antara 2%-8% pada

bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka

kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.

Tidak semua bayi dengan berat lahir kurang dari persentil ke-10 terhambat

pertumbuhannya secara patologis, beberapa diantaranya kecil hanya karena faktor

konstitusional. Bahkan, Manning dan Hohler (1991) serta Gardosi, dkk (1992)

menyimpulkan bahwa 25-60% bayi yang secara konvensional didiagnosis sebagai

KMK sebenarnya tumbuh secara baik jika determinan berat lahir seperti

kelompok etnis ibu, paritas, berat badan dan tinggi badan ikut

dipertimbangkan.2,3,4

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang

terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard

atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.

Pertumbuhan Janin Terhambat adalah gangguan pertumbuhan pada janin

dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan,

panjang badan), yang beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya.

Bayi-bayi antara persentil 10 dan 90 diklasifikasikan sebagai kelompok dengan

berat sesuai usia gestasional. 5

Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction

adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin

yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah standar berat dari usia

kehamilannya.

Menurut Gordon (2005), pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine

growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih

kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula

istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for

gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah

persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan

janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan

lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37

minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational

age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan

kematian perinatal.

2

Gambar 1. Bayi dengan PJT (kiri) dan bayi dengan pertumbuhan normal

sesuai usia gestasi

sumber : www.mountsinai.on.

Gambar 2. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan

Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:

1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10

2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Sedangkan pada KMK ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:

1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7

3

2. Tidak adanya proses patologis.

Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:

1. Proportionate Fetal Growth Restriction: oleh Campbell dan Thoms (1997)

dikenal juga dengan istilah pertumbuhan janin terhambat simetris, yaitu Janin

yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi

berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,

panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi

keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.

2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: oleh Campbell dan Thoms

(1997) dikenal juga dengan istilah pertumbuhan janin terhambat asimetris.

Dimana terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu

sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan

lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.

Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah

kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih

panjang.

Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan

lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badanpun mengalami

perubahan, misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan

ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus

berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan

dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.

2.2. PERTUMBUHAN NORMAL INTRAUTERIN

Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di dalam

kandungan, yaitu:

1. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yang

sangat cepat dan peningkatan jumlah DNA.

2. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis

menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.

4

3. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimal

terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan jaringan

ikat tubuh.

2.3. PERKEMBANGAN PJT INTRAUTERIN

Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh

kondisi diet rendah nutrisi terutama protein

1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan

Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas

dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa

kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat

pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan

dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya

terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada

kehamilan lanjut

2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi

bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi.

Didapati ukuran plasenta yang luas.

3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan

Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi

antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada

lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan

dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi

kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang

irreversibel.6,7,8

2.4. KLASIFIKASI

Antara PJT dan KMK banyak terjadi salah pengertian karena definisi

keduanya hampir mirip. Tetapi pada KMK tidak terjadi gangguan pertumbuhan,

bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada PJT terjadi

suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut kecil untuk masa

kehamilannya.

5

Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:

1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa

kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang

normal. Ponderal index adalah suatu perbandingan terhadap indeks massa

tubuh tapi memberikan perbandingan yang lebih baik antara individu

dengan berbagai tinggi.

Ponderal index=BB (gram)x 100

PB (cm)

2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang

disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut,

dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana

total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan

kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses

patologis berada di organ dalam sampai kepala.

2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana

jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya

gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor plasenta.

6

Simetris Asimetris

Etiologi: faktor genetik dan infeksi Insufisiensi plasenta kronik

frekuensi : 20% 80%

Mulai dari awal kehamilan Trimester ketiga

Organ terganggu mikrosefalus Berat>panjang

Timus>hati>jantung> otak

Rasio otak : liver 6:1

Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari perut

Ponderal index normal Meningkat

Perbandingan kepala, perut dan

panjang tangan normal

Meningkat

Jumlah sel-lebih kecil

Ukuran sel normal

Normal

Kecil

Bayi dengan komplikasi prognosisnya

buruk

Biasanya tanpa komplikasi baik

prognosisnya

Evaluasi USG : BPD pertumbuhan

lambat

Pertumbuhan datar

AC, lingkar perut kecil Kecil

HC-AC sama dengan SMK fetus,

no brain sparing.

Lebih besar dari 1 setelah 37 minggu

biasanya dengan relative brain

sparing

Tabel 1. Perbandingan PJT Simetris dan Asimetris

Gambar 3. Perbandingan Ukuran antara bayi PJT kanan dengan bayi normal

(kiri)8

7

Sumber : www.fetal.com

Ada pula tipe campuran dimana terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu

gangguan potensi tumbuh kombinasi hyperplasia dan hipertrofi sel, misalnya pada

malnutrisi ibu, kecanduan obat atau keracunan.

2.5. ETIOLOGI

PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau

abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan

ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup

mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi

kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab

lain.

Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:

1. Maternal

Tekanan darah tinggi

Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan

endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium

sehingga aliran menjadi lancar menuju retroplasenter sirkulasi dengan

tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh

kembang janin dengan baik dalam uterus.

Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh

sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga

cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan

arteri spiralis terbuka.

Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam

arteri spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan “iskemia

retroplasenter”.

Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan

apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang

janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah

8

dengan nutrisinya merupakan masalah pokok. Berikut kelainan yang

dapat menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi fetomaternal.

Penyakit ginjal kronik,

Diabetes Melitus

Penyakit jantung dan pernapasan

Malnutrisi dan anemia

Infeksi

Pecandu alcohol, Perokok

Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan

melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada

waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua

faktor yaitu :

Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan

kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh

janin.

Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi

pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai

ke dalam ruang intervillus.

2. Uterus dan Plasenta

Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta

Plasenta abruption, plasenta previa, infark plasenta (kematian sel

pada plasenta), korioangioma.

Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus

Twin-to-twin transfusion syndrome

3. Janin

Janin kembar

Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan

PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering

menyebabkan PJT).

Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan

pertumbuhan intrauterine.banyak tipe seperti pada infeksi oleh

9

TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes

simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin

sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut

laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram

dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu.

Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan

metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi

substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal

atau dismatur.

Kelainan kongenital

Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi

dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.

Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan

ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan

dengan PJT) .

Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin).

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang,

rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT. 1,2,4,5,6

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan

asimetris dibedakan menjadi:

1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin

yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor

yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ

(terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents

Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu

hamil, dan wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor lainnya:

a. Nutrisi buruk pada ibu

Pertambahan berat maternal yang jelek, IMT rendah, penurunan

berat badan lahir anak, mengakibatkan 9x lipat kemungkinan

terjadi hambatan pertumbuhan telah diteliti oleh bansil dan rekan

pada 2008.

10

b. Infeksi janin

Virus, bakteri, protozoa dan spirochete terlibat pada pertumbuhan

janin terhambat, infeksi yang terkenal rubella insuffisiensi

vaskuler dan cytomegalovirus sitolisis langsung + penghilangan

sel fungsional.

- Hepatitis A lahir kurang bulan, gangguan pertumbuhan janin

- Listeriosis, tuberculosis, dan sifilis hambatan pertumbuhan janin,

- Sifilis plasenta bertambah besar (edema) dan peradangan

perivaskuler.

- Toxoplasmosis infeksi protozoa gangguan pertumbuhan janin,

dan malaria kongenital juga mengakibatkan hal yang sama.

c. Malformasi kongenital

Sebuah penelitian >13.000 bayi dengan anomaly structural berat,

22% diantaranya mengalami hambatan pertumbuhan berat,

semakin parah malformasi semakin rentan janin mengalami KMK.

d. Kelainan kromosom

Aneuploidy kromosomal, seperti trisomy autosomal plasenta

dengan penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili

tersier.

- Trisomy 21 hambatan pertumbuhan ringan, pemendekan ukuran

femur, hypoplasia phalanx media

- Trisomy 18 dan 13 lebih pendek dari Aneuploidy kromosomal,

seperti trisomy autosomal plasenta dengan penurunan jumlah arteri

yang berotot kecil di batang vili tersier.

- Trisomy 18 dan 13 lebih pendek.

e. Sindrom Dwarf

Perempuan bertubuh kecil akan memiliki bayi yang juga kecil. Jika

perempuan memulai kehamilan dengan berat badan kurang dari

11

100 pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK meningkat 2x lipat.

Dan hal tersebut diturunkan lewat garis keturunan maternal.

2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu

kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin

simetris.  Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain,

lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali,

kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,

lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang

mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang

terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah

tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan8. Faktor-faktor

lainnya:

a. Penyakit vaskuler

b. Penyakit ginjal kronis

c. Hipoksia kronis

d. Anemia maternal

e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat

f. Janin multipel

g. Kehamilan postterm

h. Kehamilan ekstrauteri

3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):

a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa

preparat antikonvulsan, antineoplastik, imunosupresan

antirejeksi, pertumbuhan terhambat mungkin berhubungan

dengan ekspresi enzim fenotipik yang memperlambat

metabolisme kafein.

b. Malnutrisi berat

2.6. EPIDEMIOLOGI

Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada

bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka

kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.

12

Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan

simetrik dan pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan

mempunyai beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol

syndrome). Janin yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang

sekunder karena pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk

mempelajari hal tersebut diantara 1.364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris,

80% pertumbuhan simetris) dan 3.873 bayi dalam presentil 25-75 (cukup untuk

usia kehamilan).

2.7. PATOFISIOLOGI

Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan

plasenta yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi dan pengeluaran

hasil metabolic menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan

nutrisi pada trimester akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar

perut jauh lebih kecil dari pada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah

mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nucleus dan

mitokondria.2

Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi

sangat banyak dan antioksidan relative kurang ( misalnya : preeklamsia ) akan

menjadi lebih parah. Soothil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan

pemeriksaan gas darah pada PJT yang parah dan menemukan asidosis dan

hiperkapnia, hipoglikemi dan eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetris

lebih parah jika dibandingkan dengan simetris.2

Penyebab PJT simetrik adalah factor janin atau lingkungan uterus

yang kronik (diabetes, hipertensi). Factor janin ialah kelainan genetic

(aneuploidy), umumnya trisomy 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT

ternyata hanya sekitar 20% saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8.722

di Amerika.2

2.8. MANIFESTASI KLINIS

13

Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan

berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi

normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya

pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi

dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan

jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa

kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil),

kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena

faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya sbb:

PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat

dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara,

PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem

lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi

terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya

sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi

abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang

dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi

adaptasi bayi segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam

kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

2.9. MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,

hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan

neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.

Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi daripada

kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi virus,

14

kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat faktor

lingkungan dan sosial ekonomi.

2.10. DIAGNOSIS

diagnosis PJT dapat diketahui

1. Faktor Ibu

Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal, kardiopulmonal dan

pada kehamilan ganda.

2. Tinggi Fundus Uteri

cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada

kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan

dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di

dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran

normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin

tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.

Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion,

janin letak lintang.

3. USG Fetomaternal

Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry

angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry

yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan

lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen

atau tidak, khususnya pembesaran hati.

Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran

lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris

PJT.

Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,

oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini

menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.(6)

Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi

ibu yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9

bulan adalah antara 12,5 – 18kg, sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan

sebaiknya antara 16 – 20kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk, maka

15

pertambahannya antara 6 – 11,5kg. Bagi ibu hamil yang tergolong obesitas, maka

kenaikan bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan,

terdapat parameter yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya,

bila :

IMT 20 – 24 = normal IMT 25 – 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30

= obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras

Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan

antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal

sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan bobot bisa

sekitar 2 kg/bulan9.

4. Doppler Velocimetry

Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-

diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya

PJT.

5. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus

2. Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis

3. Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan C

6. Pengukuran Cairan Amnion

Terdapat hubungan antara oligohidramnion dengan pertumbuhan janin

terhambat, juga semakin kecil kantong cairan amnion semakin besar angka

kematian perinatal. Karena semakin sedikit cairan amnion berarti kurangnya

jumlah produksi urin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran darah ginjal.1

2.11. DIAGNOSIS BANDING

Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang

tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika

wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound

(<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan

meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan

Jackson,1986; Simpson dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan ukuran

16

panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara

genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat umum, tidak selalu

merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.

2.12. KOMPLIKASI PJT

PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat

menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini

disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak

lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani

kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak

bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk

dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.

Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :

1. Janin

Antenatal : gagal nafas dan kematian janin

Intranatal : hipoksia dan asidosis

Setelah lahir :

a. Langsung:

Asfiksia

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung

Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari

lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak

bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas.

17

Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi

kongenital dan kelainan kromosom.

2. Ibu

Preeklampsi

Penyakit jantung

Malnutrisi

2.13. PENATALAKSANAAN

Berbagai komplikasi bisa terjadi pada fetus atau neonatus yang

menderita hambatan pertumbuhan intrauterin maka kehamilan/persalinan

berisiko menghendaki dilakukannya beberapa prinsip dasar berikut:

1. Deteksi dini (skrining)

Deteksi dini kasus-kasus berisiko tinggi akan hambatan pertumbuhan

intrauterin perlu dikerjakan karena akan memberi cukup waktu untuk

merencanakan dan melakukan suatu intervensi yang diperlukan atau

membuat rencana kerja sebelum terjadi kerusakan pada janin. Perlu

perhatian yang serius pada pasien hamil risiko tinggi seperti hipertensi,

ibu perokok atau peminat alkohol atau narkoba, keadaan gizi jelek karena

malnutrisi, ibu dengan penambahan berat badan yang minimal dalam

kehamilan, pernah melahirkan bayi dengan hambatan pertumbuhan

intrauterine atau kelainan kongenital, diabetes, anemia.1

2. Menghilangkan faktor penyebab

Gizi wanita hamil lebih bergantung kepada jumlah kalori yang

masuk dari pada komponen kalori itu sendiri. Wanita hamil perlu

mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya

sebelum hamil dengan kandungan protein 1,5 gram/kg per hari. Dengan

demikian penambahan berat badan dalam kehamilan pada keadaan normal

bila dicapai 12 sampai 16 kg. Kurang gizi, merokok, alkohol, dan

penyalahgunaan obat-obatan dan sebagainya perlu diatasi terutama dalam

masa hamil.1

18

3. Meningkatkan aliran darah ke uterus

Pada keadaan sistem vaskular berdilatasi maksimal jumlah darah yang

mengalir kedalam uterus berbanding langsung dengan tekanan darah

maternal. Semua pekerjaan fisik yang berat akan mengurangi jumlah

darah yang mengalir ke dalam uterus sehingga memberatkan keadaan

janin yang telah menderita hambatan pertumbuhan intrauterin. Oleh

karena itu semua pekerjaan fisik dilarang pada kehamilan dengan

hambatan pertumbuhan intrauterin. 1

4. Melakukan fetal surveillance antepartum

Sebelum melaksanakan program fetal surveilllance yang intensif perlu

diperhatikan bahwa janin tidak dalam keadaan cacat kongenital misalnya

trisomi yang sering bersama dengan hambatan pertumbuhan intaruterin

simetris yang berat. Jika diduga ada keadaan yang demikian lebih dahulu

perlu dilakukan pemeriksaan kariotip janin untuk konfirmasi. Cairan

ketuban (diperoleh melalui amniosintesis) atau darah tali pusat

(diperoleh melalui kordosintesis) dapat dipakai untuk pemeriksaan

kariotip janin. Program surveillance antepartum sudah boleh dimulai pada

usia kehamilan 24 minggu bila diagnosis hambatan pertumbuhan

intrauterin telah ditegakkan. Beberapa uji penilaian yang perlu dikerjakan

sampai kehamilan diterminasi adalah uji tanpa beban untuk memonitor

reaktivitas jantung janin (2x seminggu), pengurangan volume cairan

ketuban dan hambatan pertumbuhan kepala dengan memantau

pertumbuhan DBF dengan ultrasonografi setiap minggu. Disamping itu

bila perlu dilakukan penilaian kesehatan janin melalui pemeriksaan-

pemeriksaan profil biofisik, Doppler velocymetri aliran darah arteri

umbilikalis, dan pemeriksaan gas darah janin.1

5. Uji tanpa beban

Telah disepakati bahwa hasil uji tanpa beban yang menghasilkan

19

akselerasi 15 beat per menit atau lebih yang berlangsung paling tidak

selama 15 detik sebanyak 2 kali atau lebih dalam tempo 20 menit

pengamatan dianggap normal atau disebut rekaman yang reaktif. Jika pada

uji tanpa beban yang dilakukan setiap minggu tidak terdapat rekaman yang

reaktif, maka langkah berikut adalah melakukan uji beban kontraksi. 1

6. Uji beban kontraksi

Uji beban kontraksi dibuat untuk mendeteksi kekurangan suplai oksigen

uteroplasenta yang sampai ke fetus selama uterus berkontraksi. Menurut

Poseiro dkk bila kontraksi uterus menyebabkan kenaikan tekanan

intrauterin melebihi 30 mmHg, tekanan di dalam miometrium akan

melebihi tekanan di dalam arteri dan darah yang mengandung

oksigen tidak lagi bisa masuk ke dalam ruang intervillus. Untuk

menimbulkan kontraksi uterus yang cukup kuat sehingga terjadi efek

tersebut diatas dan memenuhi syarat untuk uji beban kontraksi

(Contraction Stress Test atau CST) dapat diperoleh dengan beberapa cara

seperti :

a. Merangsang puting susu ibu (disebut Nipple Stimulation Test atau

NST)

b. Memberi infus larutan encer oksitosin (disebut Oxytocin Challenge

Test atau OCT)

c. Dalam masa partus dimana telah ada his spontan. Pada OCT pasien

diberi infus larutan encer oksitosin (10 unit oksitosin dalam 1000 ml

cairan penghantar seperti larutan Ringer Laktat).

Dengan demikian setiap 2 tetes larutan mengandung 1 ml oksitosin.

Dimulai dengan kecepatan 1 sampai 2 mU (2 sampai 4 tetes) per menit

yang secara bertahap tiap 15 menit dinaikkan sampai terdapat tiga his

dalam 10 menit. Bila pada rekaman terdapat

deselerasi lambat yang persisten berarti janin dalam keadaan hipoksia

akibat dari insufisiensi fungsi plasenta. Uji beban kontraksi

memakan waktu yang lama dan mempunyai pengaruh yang

memberatkan hipoksia pada janin. Kedua hal ini tidak terdapat pada

20

uji tanpa beban. 1

7. Terminasi kehamilan lebih awal

Bila semua hasil pemeriksaan fetal surveillance normal terminasi

kehamilan yang optimal dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu.

Jika serviks matang dilakukan induksi partus. Sebaliknya bila hasil

fetal surveillance menjadi abnormal dalam masa pemantauan sebelum

mencapai usia kehamilan 38 minggu, kematangan paru janin perlu

dipastikan dengan pemeriksaan rasio lesitin/sfingomielin air ketuban.

Bila ternyata paru-paru janin telah matang (rasio L/S= 2 atau lebih)

terminasi kehamilan dilakukan bila terdapat: 1

a. Uji beban kontraksi positif

b. Oligohidramion

c. BPD tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko

tinggi mengalami disfungsi.

8. Monitoring Antepartum

Setelah ditetapkan tidak ada kelainan janin, perlu

dipertimbangkan bila janin akan dilahirkan. Bagi situasi di Indonesia,

saat yang tepat ialah bergantung pada arus darah arteri umbilical dan

usia gestasi. Arteri umbilikalis dan usia gestasi. Arteri umbilikalis

yang tidak memiliki arus diastolic (absent diastolic flow) bahkan

adanya arus terbalik (reverse flow) akan mempunyai prognosis buruk

berupa kematian janin dalam < 1 minggu. Usia optimal untuk

melahirkan bayi ialah 33-34 minggu dengan pertimbangan sudah

dilakukan pematangan paru. Pemeriksaan kardiotokograi akan

membantu diagnosis adanya hipoksia janin lanjut berupa deselerasi

lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik janin plasenta yaitu upaya

mengukur peran PJT pada profil biofasik akan membantu menentukan

21

saatnya terminasi kehamilan.2,6

Penggunaan stimulasi akustik penting untuk meningkatkan

sensitivitas, mengingat terdapat positif palsu pada janin yang tidur.

Dengan stimulasi, janin terpaksa dibangunkan sehingga terhindar dari

gambaran non reaktif. Skor maksimum ialah 10 dimana dianggap

janin masih baik. Dengan demikian, bila hasil penilaian ditemukan <

6, maka dapat dicurigai adanya asidosis (sensitivitas 80%, spesifisitas

89%), sehingga sebaiknya dipilih melahirkan dengan seksio sesarea.

Sebaliknya bila ditemukan nilai yang ≥ 6 maka perlu dipertimbangkan

melahirkan bayi dengan induksi. Akibat oligohidramnion, mungkin

terjadi kompresi tali pusat atau sudah terjadi insufisiensi plasenta

(deselerasi lambat) sehingga dapat membahayakan janin mengalami

asidosis. Dalam hal itu sebaiknya dipertimbangkan seksio sesarea.

Pemeriksaan gas darah tali pusat sangat dianjurkan untuk membantu

manajemen pascakelahiran.2,6

Pengobatan dengan kalsium bloker, betamimetik, dan

hormone ternyata tidak mempunyai dasar dan bukti yang bermakna.2,6

Jika pertumbuhan janin menjadi datar (plateau) dan ICA

menurun, atau tonus bayi atau gerakan janin menghilang, maka

lakukan surveilans lebih intensif 2-3 kali per minggu, atau rawat inap

dan buat rencana persalinan. Pemeriksaan Doppler abnormal (ED flow

absent atau reserved) merupakan tanda untuk melakukan intervensi

segera, mungkin terminasi kehamilan.3

Jika kehamilan <34 minggu, berikan kortikosteroid untuk ibu.

Jika kehamilan cukup ( >37 minggu ), monitor ketat ibu dan janin, dan

diskusikan untuk di terminasi kehamilan. Tempat persalinan pada

kasus IUGR harus mempunyai fasilitas yang memadai, termasuk

Sp.OG, Sp.A dan perinatologis, Sp.An, dan akses untuk melakukan

SC.3,5

Di daerah terpencil, petugas kesehatan harus menentukan

apakah pasien harus dilakukan terminasi kehamilan atau dirujuk. 3

Aspirin dosis rendah direkomendasikan pada wanita dengan

22

insufisiensi plasenta sebelumnya, termasuk IUGR dan preeklamsi.

Harus dimulai saat usia kehamilan 12-16 minggu, dilanjutkan sampai

36 minggu.3,5

Aspirin dosis rendah direkomendasikan pada wanita dengan 2

atau lebih factor risiko termasuk hipertensi gestasional, obesitas, usia

> 40 tahun, riwayat ART (assisted repro tech), pregestasional DM,

kehamilan multiple, riwayat solusio plasenta, riwayat infark plasenta.

Dimulai antara usia 12-16 minggu, dilanjutkan sampai 36 minggu.3,5

Pemeriksaan tambahan

Pasien dengan IUGR, skrining maternal untuk mencari

etiologic infeksi dapat dipertimbangkan. Saat ditegakkan diagnosis

IUGR lakukan surveilans. Lakukan USG serial setiap 2 minggu dan

lakukan doppler a. umbilikalis. Bias lakukan juga pemeriksaan

doppler MCA ( middle cerebral artery ), v. umbilikalis.

9. Monitoring intrapartum

Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus sebab

fetus dengan hambatan pertumbuhan intrauterin mudah menjadi

hipoksia dalam masa ini. Oligohidramnion bisa menyebabkan tali

pusat terjepit sehingga rekaman jantung janin menunjukkan deselerasi

variabel. Keadaan ini diatasi dengan memberi infus kedalam rongga

amnion (amnioinfusion). Pemantauan dilakukan dengan

kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman internal pada mana

elektroda dipasang pada kulit kepala janin setelah ketuban

pecah/dipecahkan dan kalau perlu diperiksa pH janin dengan

pengambilan sampel darah pada kulit kepala. Bila pH darah janin

< 7,2 segera lakukan resusitasi intrauterin kemudian disusul terminasi

kehamilan dengan bedah. Resusitasi intrauterin dilakukan dengan cara

ibu diberi infus (hidrasi maternal) merebahkan dirinya kesamping kiri,

bokong ditinggikan sehingga bagian terdepan lebih tinggi, berikan

oksigen kecepatan 6 I/menit, dan his dihilangkan dengan

memberi tokolitik misalnya terbutalin 0,25 mg subkutan.1

23

Tatalaksana hipoglikemia ibu

Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemi

- Target gula darah puasa yaitu 120 mg/dl

- Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) 1 flash (25 cc) dex

40% (10gr Dex) dapat meningkatkan kadar glukosa ±25-30 mg/dl

- Hipoglikemia ringan :

1. Berikan 150-200 ml the manis / jus buah atau 6-10

butir permen / 2-3 sendok the sirup atau madu

2. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit

ulangi pemberiannya (tak dianjurkan pemberian

makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice

cream, cake)

- Hipoglikemia berat :

1. Tergantung tingkat kesadaran Pasien

2. Bila Pasien tak sadar jangan berikan makanan

atau minuman aspirasi

Pilihan terapi hipoglikemi

Glukosa oral

Glukosa intravena

Glucagon 1 mg (SC/IM)

Thiamine 100 mg (IV/IM) pada Pasien alcoholic (Wernicke

encephalopathy)

Monitoring

24

Penatalaksanaan pada Neonatus

Penanganan bayi harus dilakukan seoptimal mungkin, harus

dikelola sejak dilahirkan. Persiapan resusitasi neonatus harus dilakukan

dengan baik. Evaluasi segera setelah lahir, meliputi: penghitungan nilai

APGAR, pemeriksaan keadaan umum bayi, pemeriksaan fisik untuk

melihat adanya cacat bawaan, pemeriksaan plasenta, pemeriksaan kadar

glukosa, pemeriksaan hematokrit tali pusat, pengawasan lanjut.9,10

     Masalah yang mungkin timbul pada bayi adalah perubahan

morfologi/fisiologi akibat gangguan pertumbuhan intrauterin,

makrosomia, cacat bawaan; gangguan metabolik seperti hipoglikemia,

hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperbilirubinemia; gangguan

hematologik seperti polisitemia atau hiperviskositas darah; serta

gangguan pernafasan dan kelainan jantung bawaan. 9,10

    1. Hipoglikemia

Dikatakan hipoglikemia bila kadar gula darah <40 mg/dl (<2,6

mmol/L) baik pada bayi aterm atau preterm.9

Bila hipoglikemia asimptomatik, pemberian makanan sedini mungkin,

bila dua kali pemberian makan dini ( interval 2 jam) tidak berhasil

maka diberikan IVFD dekstrose 10%.10

Bila hipoglikemia simptomatik, berikan dekstrose 10% dengan dosis

inisial 2 cc/kgBB diboluskan selama 5 menit (8-10 mg/kgBB/menit)

dilanjutkan IVFD dekstrose 10% (jumlah cairan sesuai umur dan

berat badan). Monitor kadar gula darah setiap 2 jam dalam 6 jam

pertama, selanjutnya setiap 4 jam. Bila 2 kali pemeriksaan kadar gula

darah stabil tidak perlu dimonitor lagi. Bila kadar gula darah normal

tidak tercapai dalam 4 jam (masih <40 mg/dl), maka diberi dekstrose

12,5% melalui jalur intravena perifer, bahkan bisa ditingkatkan untuk

pemberian dekstrose 15% melalui jalur intravena sentral. Bila dalam 4

jam belum tercapai kadar gula darah normal, maka ditambahkan

hidrokortison 5 mg/kgBB dalam cairan infus setiap 12 jam atau

prednison 2 mg/kgBB dibagi 3 dosis9,10

25

     2. Hipokalsemia

Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium

glukonat 10% sebanyak 1 ml/kgBB intravena, kadar kalsium dipantau

setiap 12 jam dan selama pemantauan diperhatikan adanya

bradikardia, aritmia jantung dan ekstravasasi cairan dari alat infus

karena dapat menyebabkan nekrosis kulit. 9,10

     3. Hipomagnesemia

Dapat dikoreksi dengan larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 1,2

ml/kgBB/hari intramuskuler dalam dibagi dalam 2-3 dosis. 9

     4. Pengobatan terhadap Kelainan Hematologis

Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan terhadap

kadar bilirubun serum dengan seksama sejak bayi mulai kuning, bila

perlu diberikan terapi sinar atau transfusi tukar. Pada polisitemia,

apabila kadar hematokrit darah vena 60-70% tanpa gejala, diberikan

tambahan minum sebanyak 20-40 ml/kgBB/hari. Kadar hematokrit

diperiksa setiap 6-12 jam, sampai nilainya dibawah 65%. Bila kadar

Hematokrit >70% dan timbul gejala, harus dilakukan transfusi tukar

parsial dengan plasma beku segar. 9,10

2.14. PENCEGAHAN

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,

faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah

komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti

nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok,

minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga

teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,

mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari

anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun

infeksi yang terjadi harus baik.

26

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk

setiap ibu hamil sebagai berikut :

1. Usahakan hidup sehat

Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah

seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.

2. Hindari stress selama kehamilan

Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.

3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan

Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter

kandungan.

4. Olah raga teratur

Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi

keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.

5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba

6. Periksakan kehamilan secara rutin

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar

kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT,

dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan

pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.

Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2

minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan

usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin

pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih

sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

2.15. PROGNOSIS

Kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)

atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa

kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam

kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah

yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan

27

bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat

menekan risiko munculnya PJT.

28

BAB III

KESIMPULAN

PJT adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang

meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang

beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasinya. Banyak istilah yang

dipergunakan untuk menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti

pseudomature, small for date, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic

fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).

PJT diklasifikasikan menjadi PJT simetris, asimetris, dan kombinasi

keduanya. Etiologinya dapat berasal dari ibu, uteroplasenta, maupun dari janin itu

sendiri. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan

berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi

normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya

pertumbuhan jaringan atau sel.

Diagnosis PJT dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit

ibu (factor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia

kehamilan), dan pemeriksaan penunjang (Dopler, NST, USG).

PJT dapat menyebabkan komplikasi baik pada janin maupun pada ibu,

mulai dari yang ringan hingga yang paling berat, nahkan dapat menyebabkan

kematian janin.

Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemeriksaan antenatal

sampai setelah bayi dilahirkan, dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin.

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan

olahraga rutin dapat dikontrol. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan

makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur

dapat menekan risiko munculnya PJT.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, Obstetri Williams Vol 1/Edisi 21.

EGC. Jakarta. 2005.

2. Alkalay A, IUGR. http://pdfcontact.com/ebook/pengertian_iugr.html 2008.

3. Chatelain F, 2010. Children Born With IUGR. Diunduh tanggal 17 februari

2015 dari situs www.sav.sk/journals/endo/full/er0100f.pdf.

4. Harper T, 2008. Fetal Growth Restriction. Diakses tanggal 17 Februari 2015

dari situs www.emedicine.com

5. Wikjosastro H, Ilmu Kandungan Edisi ke 2 Cetakan ke 4. YBB-SP. Jakarta.

2005.

6. JamesWD, 2009. IUGR.diakses tanggal 16 Februari dari situs

www.freedownloadbooks.net/-IUGR-pdf.

7. Sasongko W, 2009. Pertumbuhan Janin Terhambat. Diakses tanggal 16

Februari 2015 dari situs www.botefilia.com

8. Sharoon C, 2010. Intrauterine Growth Restriction. Diakses tanggal 16 Februari

2015 dari situs www.imagingpathways.health.wa.gov.au /includes/pdf/

iugr.pdf-

9. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. A Lange clinical manual

neonatologi: management, procedures, on call problems, diseases, and drugs.

Edisi ke-5. USA: 2004.

10. Levene MI, Tudehope DI, Sinha S. Essential neonatal medicine. Edisi ke-4.

Massachusetts: Blackwel: 2008.

30