penelitian jamban ikkom fix edit.docx

63
LAPORAN PENELITIAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONGAN RT 02 GEDONGAN Oleh : Feriyal Sinarli 05700177 Ragil Walidatil Rizki 07700101 Yulia Dwi Nastiti 07700129 Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

Upload: syamsul-arifin

Post on 20-Oct-2015

369 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENELITIANBEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONGAN RT 02 GEDONGAN

Oleh :Feriyal Sinarli05700177Ragil Walidatil Rizki 07700101Yulia Dwi Nastiti07700129

Bagian Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma Surabaya

Surabaya2014

14

Fakultas KedokteranBagian Ilmu Kedokteran Komunitas

Tanda persetujuan penelitian

1. Nama/NPM: Feriyal Sinarli/057001772. Nama/NPM: Ragil Walidatil Rizki/077001013. Nama/NPM: Yulia Dwi Nastiti/07700129Judul penelitian: Beberapa faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02 GedonganMenyetujui untuk diadukan pada Sidang PresentasiPenelitian Kepaniteraan KlinikIlmu Kedokteran Komunitas diFakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma SurabayaDisetujui :Surabaya, Februari 2014

Dosen Pembimbing Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma SurabayaAtik Sri Wulandari, S.Km, M.kesNIK.

Kepala Puskesmas Gedongandrg. Lidwina Ellen SWNIP.

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONGAN RT 02 GEDONGAN

Tanda pengesahan penelitian

Telah disidang dalam Sidang Presentasi PenelitianKepaniteraan KlinikIlmu Kedokteran KomunitasPada, Februari 2014Tim PengujiKetua sidangAnggota sidang1. dr. 2. dr. Mengesahkan

Koordinator Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma Surabaya

dr. Sugiharto, M. Kes (MARS)

PERNYATAANSaya yang bertandatangan di bawah ini :1. Nama/NPM: Feriyal Sinarli/057001772. Nama/NPM: Ragil Walidatil Rizki/077001013. Nama/NPM: Yulia Dwi Nastiti/07700129Judul penelitian: Beberapa faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02 GedonganDengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri dan bukanlah merupakan karya tulis yang pernah diajukan oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggungjawab dan saya bersedia menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila di kemudian hari diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar.

Materai Rp 6000Surabaya, Februari 2014

A.N Anggota tsb di atasFeriyal Sinarli 05700177

ABSTRAK

Sinarli F, Walidatil R, Nastiti D. 2014: Beberapa faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja puskesmas gedongan rt 02 gedongan. Laporan Penelitian, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Pembimbing: Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes Kesehatan merupakan kebutuhan yang paling dasar manusia untuk mencapai kebahagian tanpa penyakit. Di Wilayah Kecamatan Gedongan kebiasaan BAB (Buang Air Besar) sembarangan merupakan perilaku yang tidak sehat dan dapat menjadi sumber penyakit. Perilaku hidup yang tidak sehat menjadi suatu problematika sosial yang harus di selesaikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja puskesmas gedongan rt 02 gedongan.dengan ketersediaan jamban sehat di setiap rumah warga. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan rutin, budaya hidup bersih dan sehat, serta memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi pada tiap Kepala Keluarga untuk pengadaan jamban sehat disetiap rumah warga dimaksudkan untuk membudayakan hidup sehat dengan cara pengadaan jamban sehat di setiap rumah warga.Kesimpulan dari penelitian ini diperlukan kebijakan pemerintah yang memberi konstribusi bagi masyarakat melelui pengawasan dengan memberikan pelatihan manejemen, keterampilan dan penyuluhan sebagai agenda perbaikan pengetahuan masyarakat baik untuk mengembangkan partisipasi keluarga menggunakan jamban maupun membangun kerjasama lintas sektoral yang melibatkan para penyuluh untuk mencegah penyakit akibat kotoran manusia serta dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Kata Kunci: Jamban sehat, pengetahuan, chi-square test.

ABSTRACT

Sinarli F, Walidatil R, Nastiti D. 2014: Some factors which can ifluence to the having healthy water closet in the working area of puskesmas Gedongan rt 02 Gedongan. Research report, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, Medical faculty of Wijaya Kusuma Surabaya University. Adviser : Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes. Health is a one of the primary necessary to reach happiest without disease. In the Kecamatan Gedongans area the habbits of defecation not in a good place, is a not healthy behaviors and can have source disease. The not healthy behaviors become a social problem which must settle.This researchs goal is to knowing some factors which can influence the having healthy water closet in the working area of Puskesmas Gedongan rt 02 Gedongan with an availability of healty water closet in the every houses. For this plan would needed routine counseling, healthy and sanitary behaviors life, and giving comunication, information and education for every the house holder to make healthy water closet in every houses for the reason to promote healthy life with making healthy water closet in every houses. The conclusion of this research is needed to have a goverment policy which can give its contribution to the comnunity under a good control by providing management training, skill training and counseling as an improvement agenda of their performance either to develops family participation in using water closet or to develops an inter sectoral coorperation involving community prominent leaders in encouraging community to prevent the disease causes by humans waste as well as improving the communitys health.

Key words: Healthy water closet, knowledge, chi-square test.

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan penelitian ini sebagai bagian dari tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, dan sebagai salah satu syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.Dengan adanya penyusunan laporan penelitian ini kami berharap dapat menambah wawasan tentang Ilmu Kedokteran Komunitas dan pelaksanaannya di lapangan (wilayah kerja Puskesmas Gedongan) pada khususnya.Atas terselesaikannya laporan program Puskesmas ini, kami menyampaikan terima kasih kepada :1. Prof. Dr. H. Soedijono T., dr., Sp.THT (K), sebagai Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya2. Prof. Dr. H. Djanggan Sargowo, dr., Sp.PD, Sp.JP (K), FIHA, FACC, FCAPC, FESC, FASCC, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Suarabaya.3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T., dr., SKM, sebagai Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.4. dr. Sugiharto, M.Kes (MARS), sebagai koordinator kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.5. Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan.6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto beserta staf.7. drg. Lidwina Ellen SW selaku Kepala Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto beserta staf.8. Rekan rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami hargai guna penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gedongan, Februari 2014

Dokter Muda Kelompok 02

Daftar IsiSampul muka0Lembar persetujuan penelitianiLembar pengesahan iiLembar pernyataan iiiAbstrak ivKata pengantarviDaftar isi viiiBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan Penelitian21. Tujuan umum22. Tujuan khusus2D. Manfaat Hasil Penelitian31. Bagi masyarakat32. Bagi peneliti33. Bagi Instansi terkait34. Bagi Pengembangan ilmu3BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi 5B. Manfaat5C. Tatalaksana pembuatan jamban sehat 6D. Tehnik pembuatan tinja8E. Syarat-syarat jamban sehat9F. Struktur pembuatan jamban sehat10BAB III KERANGKA KONSEPTUALA. Kerangka konseptual..................................................................................12B. Hipotesis penelitian....................................................................................13DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang PenelitianDi Indonesia terkait bdengan masalah higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil study Indonesian sanitation sector development programe (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47 % masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. (Keputusan menteri kesehatan, 2008)Dalam sistem kesehatan nasional ( SKN ) tujuan pembangunan kesehatan ialah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat terwujudkan kesehatan yang optimal. Salah satu arah kebijakan kesehatan ialah peningkatan kesehatan lingkungan di tempat pemukiman. Tujuan program higiene dan sanitasi lingkungan pemukiman penduduk yaitu meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik pada tempat tinggal penduduknya sehingga dapat melindunginya dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan dan gangguan pencernaan. (Depkes RI 2005)Dalam kaitannya dengan sarana poembuangan air besar, hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan mencemari lingkungan sekitar sekaligus meningkatkan resiko penularan penyakit terhadap masyarakat. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoram manusia tidak terlepas dari aspek dari kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama yang dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Keberadaan jamban di Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47 % saja (Depkes Ri, 2004)Jamban merupakan sanitasi dasar pentting yang harus dimiliki setiap masyarakat sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti artio pentingnya mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belum mempunyai uang, melihat faktor kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukan semata faktor ekonomi, tetapi lebih kepada adanya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat (PHBS), jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal. Cukup yang sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumah tangga. Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk membuat atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru cenderung memanjakan masyarakat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 )

B. Rumusan masalahFaktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02 Gedongan

C. Tujuan penelitian

1.Tujuan UmumMenganalisis pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan dengan budaya hidup sehat pada masyarakat khususnya yaitu kebiasaan buang air besar di jamban yang sehat2.Tujuan Khususa. Mengetahui karakteristik responden berupa kepemilikan jamban sehat.b. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap kepemilikan jamban sehat c. Mengetahui pengaruh letak geografis lingkungan masyarakat terhadap kepemilikan jamban sehat d. Mengetahui pengaruh budaya masyarakat terhadap kepemilikan jamban sehat

D. Manfaat penelitian1. Manfaat bagi masyarakat a. memberikan wawasan mengenai pentingnya kepemilikan jamban sehat dan kebiasaan buang air besar pada tempatnya bagi kesehatan pada masing-masing individu, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama membangun jamban sehat di setiap rumah.2. Manfaat bagi penelitia. Untuk menerapkan ilmu yang telah diberikan selama pendidikan khususnya dalam bidang penelitian dan menambah pengalaman serta keterampilan dalam memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat dimulai dengan kepemilikan jamban sehat di setiap rumah.3. Manfaat bagi instansi terkaita. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kemandirian hidup sehat dimulai dari diri sendiri ditandai dengan kepemilikan jamban sehat pada setiap rumah.4. Manfaat bagi pengembangan ilmua. Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan khususnya pada bidang sanitasi lingkungan untuk peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemakaian dan pemanfaatan jamban sehat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIJamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau wc (madjid, 2009).Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, selanjutnya lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai estetika yang baik (Soeparmin, 2003).

B. MANFAATMembuang air besar pada tempatnya dan tidak secara sembarangan dapat membudayakan hidup bersih dan sehat serta turun serta mewujudkan lingkungan bersih. Ada beberapa manfaat yang dapat diambiul dari membuang air besar pada tempatnya yaitu:1. Menjaga lingkungan pengungsi bersih, sehat dan tidak berbau2. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya3. Tidak mengundang datangnya lalat, kecoa, tikus yang dapat menjadi penularan penyakit diare, kolera disentri, thypus dan kecacingan.(Unicef,2008)

C. TATA LAKSANA PEMBUATAN JAMBAN SEHATBeberapa kaidah yang harus dipenuhi dalam pembuatan jamban sehat adalah diantaranya sebagai berikut :1. Tidak mencemari sumber air minum 2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak ,mencemari tanah sekitarnya oleh karena itu setidaknya berukuran 1x1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lubang jongkok.4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara 7. Luas ruangan yang cukup8. Tersedia air dan alat pembersihPemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban yang baim adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buangg tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai berikut:1. Kondisi daerah, datar atau miring2. Tinggi rendahnya permukaan air3. Arah aliran airan tanah4. Sifat, macam dan struktur tanahPemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genngan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.(Unicef,2008) Masyarakat dapat menggunakan beberapa jenis- jenis jamban dan cara memilihnya yaitu:1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lupang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran atau tinja kedalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Dapat digunakan pada daerah yang sulit air. Jamban cemplung ini banyak dipedesaan tapi kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori tanah. Dalamnya sekitar 1,5-3 meter. (Mashuri,1994)

2. Jamban tangki septik atau leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraiaan atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin, atau kaca serat ( fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik karena permukaannya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan. Juga tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Dapat digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja atau tangki septik digunakan oleh beberapa jamban ( satu lubang dapat menampung kotoran atau tinja dari 3-5 jamban). (Soekidjo Notoatmodjo,2003)3. Jamban empang (fishpond latrine) jamban ini dibangun diatas empang, bedanya disini terjadi daur ulang yakni tinja bisa langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang lalu orang mengeluarkan tinja, begitu seterusnya. Jamban ini berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga menambah protein bagi nelayan penghasil ikan. (Kumoro,1998)

4. Septick tank adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen yang berfungsi menampung atau mengolah air limbah rumah tanggadena proses pengendapan dan penguraian tinja oleh bakteri. ( Ehler dan Steel,2000 )

D. TEKNIK PEMBUANGAN TINJAPembuanagan tinja di rumah tangga merupakan bagian rumah yang sangat penting baik didaerah pedesaan maupun perkotaan. Bedanya di daerah pedesaan umumnya masih tersedia lahan yang cukup luas dan beberapa kondisi tertentu di daerah pedesaan sulit diperoleh air cukup. Sementara itu didaerah perkotaan lahan untuk pemukiman sulit dan mahal untuk memperolehnya sehingga pertimbangan-pertimbangan yang masak bagaimana dengan lahan yang sempit tetapi kebutuhan akan sarana pembuangan tinja tanpa mengganggu aspek kesehatanmaupun lingkungan hidup. Sebaliknya di daerha perkotaan umumnya sarana pemenuhan air bersih cukup. Kondisi yang berbeda antara daerah pedesaan dan perkotaan tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi jenis atau model pembuanagn tinja yang dipilih.Dalam membangun pembuangan tinja ini diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :1. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah yang masuk kedalam sumber atau mata air dan sumur.2. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.3. Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan. (persyaratan ini untuk mencegah penularan penyakit cacing)4. Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang-binatang lainnya.5. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta memenuhi syarat-syarat estetika yang lain.6. Metode yang digunakan sederhana, tidak mahal baik dari segi kontruksi maupun pengoperasian serta perawatannya. Hal ini dipertimbangkan khususnya bagi masyarakat pedesaan yang pada umumnya membuat sarana sendiri. (Didik Saruji, 2006)

E. SYARAT- SYARAT JAMBAN SEHATAda beberapa syarat jamban sehat yang dapat kita ketahui antara lain:1. Tidak mencemari air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter).2. Tidak berbau.3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.4. Tidak mencemari tanah disekitarnya.5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.7. Penerangan dan ventilasi cukup.8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih (Soekidjo Notoatmodjo,2003)

F. STRUKTUR PEMBUATAN JAMBAN SEHATMewujudkan bangunan sebuah jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:1. Bangunan bagian atas disebut rumah jamban berlabel A.2. Bangunan bagian tengah disebut slab atau dudukan jamban berlabel I.3. Bangunan bagian bawah disebut penampung tinja berlabel BSetiap bagian diuraikan dengan lebih terperinci dibawah ini :1. Bangunan bagian atas (rumah jamban) bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan dinding. Namun dalam prakteknya kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat di daerah tersebut.a. Atap memberikan perlindungan pada penggunanya dari sinar matahari angin dan hujan.dapat dibuat dari daun, genting, seng dan lain-lain.b. Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding dibuat dari bambu, kayu, dan lain-lain.c. Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan perlindungan kepada penggunanya dapat dibuat dari daun, bambu, batu bata, seng, kayu dan lain-lain.2. Bangunan bagian tengah (slab atau dudukan jamban)a. Slab menutupi sumur tinja dan dilengkapi dengan tempat berpijak, slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata dan sebagainya.b. Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu pembersih atau air. Penaburan sedikit abu kedalam sumur tinja setelah digunakan akan mengurangi bau, mengurangi kadar kelembapandan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tanagn dan membersihkan bagian yang lain.3. Bangunan bagian bawah (penampung tinja)Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran atau bundar atau empat persegi panajng sesuai dengan kondisi tanah. Kedalaman tanah bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, seng beton dan lain-lain. (Perpustakaan kementerian kesehatan ,2011)

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUALA. Kerangka Konseptual

Pengetahuan

Kepemilikan Jamban Sehat

Pendidikan

Letak Geografis

Budaya

Ekonomi

Diteliti :Tidak Diteliti :Keterangan :

Tingkat kepemilikan jamban sehat pada masyarakat RT 02 Gedongan kota Mojokerto tidak semuanya terpenuhi pada setiap rumah hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari individu (disetiap kepala keluarga) tersebut meliputi pengetahuan, kebudayaan serta ketersedian lahan.A. Hipotesis PenelitianVariabel adanya jamban sehat di pengaruhi oleh beberapa variabel bebas yaitu (pengetahuan, pendidikan, budaya dan geografi). Diantara ketiga variable bebas tersebut mempunyai beberapa variable tergantung. Dan dari kesemuannya yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat adalah pengetahuan.

IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian chi-square test yaitu penelitian yang merupakan salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada 2 variabel dimana skala data kedua variabel adalah nominal ( apabila

B. Lokasi dan waktu penelitianPenelitian ini diadakan di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, dilaksanakan pada tanggal 9 September 2013 sampai dengan 21 September 2013.

C. Subjek Penelitian1. PopulasiPopulasi adalah sekelompok subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. (Sudarso, 2007)Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Kepatihan sebanyak 1350. 2. SampelSampel adalah bagian dari subyek penelitian yang dipilih dengansamplingtertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili (representatif) (Sudarso, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah penderita Tuberkulosis Paru yang berjumlah 16 orang sebagai kelompok kasus dan berdasarkan analisa kesetaraan dipilih 16 orang tanpa Tuberkulosis Paru dari 1350 Kepala Keluarga dengan metode Systematic Random Sampling.

D. VariabelSecara umum variabel adalah operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai yang berarti menunjukkan variasi. (Sudarso, 2007)1. Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yaitu usia dan pekerjaan; dan pengetahuan masyarakat tentang tuberkulosis paru, meliputi:a) Penyebab b) Gejala c) Jenis pemeriksaand) Penularan e) Cara pengobatan f) Lama pengobatang) Tempat pengobatan2. Variabel terikatVariabel terikat dalam penelitian ini adalah angka kejadian Tuberkulosis paru yang tinggiE. Definisi operasional1. PengetahuanPengetahuan adalah hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. (Notoatmojo, 2005)

Tabel 4.1 Definisi OperasionalNoVariabelDefinisi Operasional

Cara PengukuranKategoriSkala

1.Tuberkulosis ParuPenyakit radang parenkim paru yang menular karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. (Slamet Hariadi, 2010)

Wawancara dengan acuan kuesioner

Tahu: menjawab Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

Tidak tahu: jawaban selain Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

Nominal

2.Gejala Utama Tuberkulosis ParuTuberkulosis paru memiliki gejala utama berupa batuk lebih dari 3 mingguWawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab batuk lebih dari 3 minggu

Tidak tahu: jawaban selain batuk lebih dari 3 minggu

Nominal

3.Gejala lain Tuberkulosis ParuGejala lain yang menyertai penyakit tuberculosis paru yaitu berkeringat malam dan nafsu makan menurunWawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab berkeringat malam dan nafsu makan menurun

Tidak tahu: jawaban selain berkeringat malam dan nafsu makan menurun

Nominal

4.Pemeriksaan untuk menegakkan Tuberkulosis Parua. Dahak (sputum BTA)b. Laboratorium (Darah Lengkap)c. Foto thorax/dadaWawancara dengan acuan kuesioner

Tahu: menjawab pemeriksaan dahak, laboratorium, dan foto dada

Tidak tahu: jawaban selain dahak, laboratorium, dan foto dada

Nominal

5.Penularan tuberkulosis paruMelalui batuk atau bersinWawancara dengan acuan kuesioner

Tahu: menjawab batuk atau bersin

Tidak tahu: jawaban selain batuk atau bersin

Nominal

6.Pengobatan tuberkulosis paruApa yang yang harus dilakukan penderita tuberkulosis paru untuk dapat sembuh dari penyakitnya yaitu dengan minum obat anti tuberkulosis (OAT)

Wawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab minum obat anti tuberkulosis

Tidak tahu: jawaban selain minum obat anti tuberkulosis

Nominal

7.Lama pengobatanRentang waktu yang diperlukan penderita tuberkulosis paru untuk minum obat secara teratur hingga tuntas yaitu selama enam bulan (dua bulan fase intensif dan empat bulan fase lanjutan).

Wawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab enam bulan

Tidak tahu: jawaban selain enam bulan

Nominal

8.Tempat pengobatanFasilitas kesehatan dimana penderita tuberkulosis paru bisa mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT) secara gratis yaitu puskesmas atau Rumah Sakit Umum DaerahWawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab Puskesmas atau Rumah Sakit

Tidak tahu: jawaban selain Puskesmas atau Rumah sakit

Nominal

F. Teknik pengumpulan data1. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan acuan kuesioner2. Data sekunder diperoleh dari Studi dokumen dengan catatan lapangan data yang ada di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

G. Pengolahan dan analisis data1. Pengolahan DataPengolahan data yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut :a. EditingMelakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data sehingga menjamin validitas data.b. CodingPemberian nomer code pada jawaban yang bersifat kategori.c. Data entryMemasukkan data ke dalam computer.d. TabulatingPengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai bentuk variabel yang akan dianalisise. DescribingMenggambarkan dan menerangkan data.f. AnalysisMelakukan uji statistik dengan menggunakan komputer.2. Analisis DataAnalisis data dengan mengukur Resiko Relatif/ Odds Ratio (OR) untuk mendapatkan hasil pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian1. Gambaran umum daerah penelitianDesa Kepatihan adalah suatu Desa yang secara geografis terletak di wilayah Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Merupakan dataran rendah dengan jalan yang sebagian besar sudah beraspal. Hubungan antar daerah dapat terjangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi (televisi, radio, telepon) dimana sebagaian besar masyarakat Desa sudah memanfaatkannya.Data umum Desa/kelurahan:a. Identitas Nama Desa / Kelurahan: KepatihanKode Desa: 404.7.14.12Kecamatan: TulanganWilayah Binaan Kecamatan: TulanganKabupaten: SidoarjoPropinsi: Jawa Timurb. Luas Wilayah1) Luas Desa / Kelurahan: 177.700 Ha2) Batas Wilayaha) Sebelah Utara: Desa Medalem Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjob) Sebelah Selatan: Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjoc) Sebelah Barat: Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjod) Sebelah Timur: Desa Pang Kemiri Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjoc. Kondisi Geografi1) Ketinggian tanah dari permukaan laut: 7 m2) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai): Dataran rendah3) Banyaknya curah hujan: 1500 mm/Thd. Pemerintahan Desa / Kelurahan1) Jumlah RT: 162) Jumlah RW: 43) Jumlah perangkat Desa/Kel: 7 orange. Data demografi 1) Jumlah penduduk menurut jenis kelamina) Laki-laki: 2442jiwab) Perempuan: 2434jiwaJumlah: 4876 jiwa2) Jumlah penduduk menurut jenis kelamina) Umur 0-3 tahun: 220 orangb) Umur 4-6 tahun: 224 orangc) Umur 7-12 tahun: 527 orangd) Umur 13-15 tahun: 282 orange) Umur 16-18 tahun: 245 orang f) Umur 19-26 tahun: 595 orangg) Umur 27-40 tahun: 903 orangh) Umur > 40 tahun: 1.105 orang3) Jumlah kepala keluarga (KK):1.350 jiwa4) Jumlah laki-laki: 2.442 jiwa5) Jumlah perempuan: 2.434 jiwaf. Data pekerjaan1) Petani: 325 orang2) Nelayan: -3) ABRI: 30 orang4) Wiraswasta/pedagang: 271 orang5) Tukang: 70 orang6) Pegawai Negeri Sipil: 95 orang7) Buruh tani: 165 orang8) Pemulung : 7 orang9) Jasa : 57 orangg. Data sarana pendidikan1) Taman kanak-kanak / PAUD: 5 unit2) SD / MI: 2 unit3) SMP / MTs: - unit4) SMA / MA: - unit5) Pondok Pesantren: - unit

2. Gambaran umum respondena. Usia respondenPada penelitian ini menggunakan batasan usia dewasa yaitu diatas 18 tahun.b. Pekerjaan respondenBerdasarkan hasil pengamatan pada 32 responden diketahui distribusi jumlah dan persentase pekerjaan adalah sebagai berikut :Tabel 5.1Status pekerjaan respondenStatus PekerjaanTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah

Orang%Orang%Orang%

Bekerja 1134,41031,252165,62

Tidak bekerja515,6618,751134,38

Sumber: Hasil Survey 2013 Dari hasil survey diketahui, jumlah penderita Tuberkulosis Paru yang bekerja berjumlah 11 orang (34,4%) sedangkan yang tidak bekerja berjumlah 5 orang (15,6%). Responden yang tidak menderita Tuberkulosis Paru yang bekerja berjumlah 10 orang (31,25%) dan yang tidak bekerja 6 orang (18,75%).

Tabel 5.2 Distribusi jenis pekerjaan respondenJenis PekerjaanTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah

Orang%Orang%Orang%

Swasta733,3329,52942,85

Pedagang14,7614,7629,52

Pegawai14,7629,52314,28

Guru14,76314,28419,04

Petani14,7629,52314,28

Sumber: Hasil Survey 2013Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 32 responden yang diteliti, distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan mayoritas adalah swasta dengan jumlah 7 orang responden (33,33%). Sedangkan jenis pekerjaan lainnya yaitu pedagang, pegawai, guru, dan petani tersebar merata.c. Jumlah penderita Tuberkulosis pada respondenBerdasarkan hasil pengamatan pada 32 responden diketahui distribusi jumlah dan persentase penderita Tuberkulosis paru di Desa Kepatihan, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :Tabel 5.3 Jumlah penderita Tuberkulosis Paru dan Non Tuberkulosis Paru pada respondenKriteriaJumlah responden(32 orang)Persentase

Tuberkulosis Paru1650%

Non Tuberkulosis Paru1650%

Total32100%

Sumber: Hasil Survey 2013Dari hasil survei, karena jenis penelitian berupa Observasional Case Control Study dengan studi kesetaraan maka jumlah responden dengan Tuberkulosis Paru sama dengan responden non Tuberkulosis paru sebanyak masing-masing 16 orang (50%).d. Tingkat pemahaman responden tentang Tuberkulosis paruDistribusi jumlah dan persentase tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :Tabel 5.4 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru di Desa kepatihan, Kecamatan Tulangan, Kabupaten SidoarjoTingkat PengetahuanTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah

Orang%Orang%Orang%

Tahu1134,4928,122062,5

Tidak Tahu515,6721,881237,5

Sumber: Hasil Survei 2013Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 32 responden, diketahui distribusi penderita Tuberkulosis Paru yang tahu tentang Tuberkulosis paru 34,4% dan yang tidak tahu 15,6%. Sedangkan pada penderita non Tuberkulosis Paru yang tahu tentang Tuberkulosis Paru 28,12% dan yang tidak tahu 21,88%.

3. Analisis dataTabel 5.5 Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Tuberculosis paru dengan angka kejadian Tuberkulosis paruFaktor ResikoTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah

Tahua = 11b = 916

Tidak Tahuc = 5d = 716

Jumlah161632

Sumber: Hasil survey 2013Keterangan :a = Penderita Tuberkulosis paru yang tahu tentang Tuberkulosis paru = 11 orangb = Penderita non Tuberkulosis paru yang tahu tentang Tuberkulosis = 9 orangc = Penderita Tuberkulosis paru yang tidak tahu tentang Tuberkulosis paru = 5 orangd = Penderita non Tuberkulosis paru yang tidak tahu tentang Tuberkulosis paru = 7 orang

Tabel 5.5 menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru antara penderita Tuberkulosis paru dan non penderita Tuberkulosis Paru. Dari hasil pengukuran Odds Ratio untuk menentukan apakah tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian tuberkulosis paru didapat nilai 1,71 yang berarti orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru memiliki resiko tertular Tuberkulosis Paru sebesar 1,71 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru.

B. Pembahasan1. Tuberkulosis Paru pada respondenBerdasarkan data sekunder tahun 2010 sampai dengan 2013 yang diperoleh dengan mencatat data yang ada di Puskesmas Kepadangan, didapatkan bahwa Desa Kepatihan memiliki angka kejadian Tuberkulosis paru sebesar 16 orang, tertinggi diantara 9 desa yang ada di wilayah Puskesmas Kepadangan.Tingginya angka kejadian Tuberkulosis paru ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: pengetahuan masyarakat terhadap Tuberkulosis paru yang dianalisis dalam penelitian ini, lokasi geografis terpencil, sulitnya akses menuju unit pelayanan kesehatan, petugas pelayanan kesehatan yang kurang proaktif melakukan skreening kasus tuberkulosis paru, lokasi rumah yang terlalu dekat dengan ventilasi yang kurang dan perilaku hidup tidak sehat yang tergambar pada kerangka konsep Bab III.Jumlah responden sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 penderita Tuberkulosis paru dan 16 orang tidak menderita Tuberkulosis paru. Jenis penelitian Observasional Case Control Study yang bersifat uji kesetaraan.

2. Pengaruh pengetahuan tentang tuberkulosis paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis ParuBerdasarkan Tabel 5.5 yang menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Tuberculosis paru dengan angka kejadian Tuberkulosis paru dan dilakukan perhitungan untuk mengukur Odds Ratio didapatkan hasil nilai 1,71 yang berarti orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru memiliki resiko tertular Tuberkulosis Paru sebesar 1,71 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru.Hal ini sesuai dengan teori ada bahwa pengetahuan masyarakat tentang pengobatan, pencegahan Tuberkulosis Paru masih kurang karena penyuluhan tentang Tuberkulosis Paru belum dilakukan secara maksimal. Sikap masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis Paru yang kurang baik juga tidak diikuti dengan perilaku dalam melakukan pengobatan dan pencegahan Tuberkulosis Paru.

Terkadang pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis Paru baik, namun persepsi sebagian masyarakat bahwa penyakit yang dialaminya adalah batuk biasa, ternyata berpengaruh pada munculnya sikap kurang peduli dari masyarakat terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru. Perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan juga masih kurang.Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam tindakan pencegahan dan penularan Tuberkulosis Paru pada masyarakat. Pengetahuan bisa didapatkan dari dari penyuluhan, media cetak dan elektronik yang berguna untuk mencegah meningkatnya penderita Tuberkulosis Paru.

C. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanAda pengaruh antara tingkat pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru.

B. Saran1. Perlu dilakukan penyuluhan rutin tentang Tuberkulosis Paru setiap tiga bulan sekali di desa.2. Penerapan budaya hidup bersih dan sehat di masyarakat seperti menggiatkan budaya gotong royong, etika batuk dan bersin yang benar.3. Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi ( KIE ) pada tiap penderita dan pengantar yang datang ke Puskesmas tentang Tuberkulosis Paru.4. Kerjasama lintas sektoral dalam pembuatan reklame berbasis iklan layanan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru.

Lampiran 1FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYAPRAKTEK KERJA LAPANGANILMU KEDOKTERAN KOMUNITASPengaruh tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten SidoarjoSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN( Informed Concent )Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul Pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, saya mengerti bahwa saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sosial budaya di Desa kami. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa resiko. Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan. Informasi mengenai identitas saya tidak akan di tulis pada penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di tempat yang aman.Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya saksi atau kehilangan semua hak saya. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan memuaskan. Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.Sidoarjo, September 2013 Responden

(..)

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES. (2008). Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Bakti Husada. Tersedia di http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf (Diakses tanggal 19 Februari 2014)DEPKES. (2009). Seri Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga. Jakarta: Bakti Husada. Tersedia di http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1444/2/BK2009-A.pdf (Diakses tanggal 19 Februari 2014)Ehler & Steel, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standart,jakartaJoharuddin. (2007). Makalah Jamban yang Sehat. Tersedia di http://jojo-fakultaskesehatanmasyarakat.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1 (diakses tanggal 19 Februari 2014)Kumoro P, 1998. Jamban keluarga di kecamatan Den Pasar BaliMashuri S, 1994. Pengelolaan tinja manusia, APK, Teknologi SanitasiPadangPSEAU. (2011). Informasi Pilihan Jamban Sehat. Tersedia di http://www.pseau.org/outils/ouvrages/stbm_informasi_pilihan_jamban_sehat_2011.pdf (diakses tanggal 19 Februari 2014)Sarudji, Didik. (2006). Kesehatan lingkungan. Surabaya: Media ilmu.Tarigan,Elizabeth. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga dalam Penggunaan Jamban di Kota Kabanjahe. Medan: Universitas Sumatra Utara. Tersedia di http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6793/1/057023004.pdf (Diakses tanggal 19 Februari 2014)UNICEF. (2010). 10 Pesan Hidup Sehat Dalam Kedaruratan. Jakarta. Tersedia di http://www.unicef.org/indonesia/PHSDalamKedaruratan.pdf (Diakses tanggal 19 Februari 2014).