eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/5251/5/bab iii.docx · web viewbab iii pembahasan dan isi...
TRANSCRIPT
BAB III
PEMBAHASAN DAN ISI
A. Efektivitas Lembaga Praperadilan dalam Upaya Penegakan HAM
pada Putusan (No.09/Pid.Prap/2015/PN.Jak.bar)
Menimbang, bahwa pemohoon Pra Peradilan denga surat permohonan pra
peradilannya tertanggal 28 oktober 2015 yang telah didaftarkan di kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada tangal 30 oktober 2015 dibawah Register
peromohanan Pra Peradilan No.9/Pid.Pra/2015/PN.JKT.BRT. telah mengemuka
kan hal-hal sebagai berikut :
1. bahwa kesungguhan pranata Pradilan yang diatur dalam Bab X bagian
Kesatu KUHAP dan Bab XI bagian kesatu KUHAP merupakan saran
auntuk mengawasi secara horizontal terhadap penggunaan wewenang oleh
aparat penegak hukum (i.c Penyelidik penyidik dan penuntut Umum).
Dalam hal kewenangan yang dilaksanakan secara berlebihan dan secara
sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum, dengan maksud atau tujuan
lain diluar dari yang ditentukan secara tegas dalam KUHP, maka
pengujian atas keabsahan penggunaan dari kewenangan tersebut dilakukan
melalui Pranata Praperadilan, guna menjamin perlindungan terhadap hak
asasi setiap warga Negara In Casu Pemohon;
2. Bahwa untuk mesnguji keabsahan penetapan status tersangka In
CasuPemohonadalah untuk menguji tindakan-tindakan penyidik itu apakah
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
54
55
bersesuaian dengan norma/ketentuan dasar mengenai penyidikan yang
termuat dalam KUHP, mengingat penetapan status tersangka adalah
“KUNCI UTAMA” dari tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
aparat penegak hukum (ic.Penyidik dan Penuntut Umum) berupa upaya
Paksa,baik berupa Pencegahan,Sprin DIK-17/01/04/2014 tanggal 21 April
2014; “Menyatakan menurut hukum tindakan Termohon menetapkan
Pemohon sebagai Tersangka yang melanggar pasal 2 ayat (1) atau pasal 3
undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo Undang-Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-undang no.31 tahun 1999 JIS Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprin DIK-17/01/04/2014
adalah tidak saha dan tidak berdasarkan atas hukum dan oleh karenanya
Penetapan Tersangka a quo tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat”;
2. Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
No.67/PID.PRAP/2015/PN.Jkt.Sel yang memaknai sama “Menyatakan
mengabulkan Permohonan Pemohon menyatakan Tidak sah menurut
Hukum Tindakan Termohon menetapkan Pemohon sebagai tersangka”.
4. bahwa saran Praperadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 77 s/d 83
KUHP harus dimaknai dan diartikan sebagai wadah untuk menguji
perbuiatan hukum, karena pada dasarnya tuntutan Praperadilan adalah
untuk menguji sah atau tidaknya perbuatan hukum yang dilakukan oleh
penyidik, Penyidik atau penuntut umum didalam melakukan Penyidikan
56
atau penuntutan sebagaimana yang imaksud Putusan Mahkamah Konsitusi
Republik Indonesia Nomor 21/PUU/-XII/2014 tanggal 28 April 2015;
5. bahwa dengan memperhatikan praktek peradilan melalui putusan
praperadilan atas Penetapan Tersangka tersebut diatas serta pertimbangan
hukum majelis Haim Konstitusi dalam Putusan Mahkamah onstitusi
Republik Indonesia Nomor 21/PUU/-XII/2014 tanggal 28 April 2015,
yang berbunyi, “oleh karena Penetapan Tersangka adalah bagian dari
proses penyidikan yang merupakan preampasan terhadap hak asasi
manusia maka seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan
objek yang dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata
peradilan hal tersebut semata-mata untuk melindungi seseorang dari
tindakan sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan besar dapat
terjadi ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangaka,padahal dalam
prosesnya ternyata ada kekeliruan maka tidak ada pranata lain selain
pranta Praperadilan yang dapat memeriksa dan memutusnya Namun
demikian, perlindungan terhadap hak Tersangka tidak kemudian diartikan
bahwa tersangka tidak kemudian diartikan bahawa tersangka tersebut tida
bersalah dan tidak menggugurkan dugaan adanya kaidah hukum yang
berlaku secara ideal dan benar.
praperadilan adalah agar perlakuan terhada seseorang dalam proses pidana
Dimasukkannya keabsahan penetapan tersangka sebagai objek
pranatamemperhatikan tersangkasebagai manusia yang mempunyai harkat,
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
57
martabat dan kedudukan yang sama di hadapa hukum. Berdasarkan
pertimbangan tersebut diatas menurut mahkamah, dalil Pemohon
mengenaio penetapan Tersangka menjadi objek yang diadili oleh pranata
praperadilan adalah beralasan menurut hukum (Putusan MK hal 105-106),
maka cukup alas an hukumnya bagi Pemohon untuk menguji keabsahan
penetapan Pemohon merujuk sebagai tersangka melalui Praperadilan;
6. Bahwa merujuk amar putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Nomor 21/PU/-XII/2014 tanggal 28 April 2015 (Bukti P-1), yang berbunyi
antara lain Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negata Republk Indonesia Tahun 1981,
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka.
7. Penggeledahan, dan Penyitaan;pasal 77 huruf a Undang-Undang nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik.
Indonesia Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndobnesia Nomor. 3209)tidak mempunyaikekuatan hukum
mengikat sepanjang tdakl dimaknai termasuk penetapan tersangka,
Penggeledahan dan Penyitaan;maka menjadi jelas dan teranglah bahwa
Penetapan Tersangka menurut hukum adalah merupakan Objek
Praperadilan.
8. Bahwa Pemohon telah ditetapkan sebagai Tersangka oleh Termohon
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
58
berdasarkan Laporan Polisi nomor : LP / 0662/ VI/2011/PMJ Res JB,
Tanggal 03 juni 2011 atas nama pelapor Sdr. Napis (Bukti P-2), Surat
Perintah Penyidik Nomor : Spindik / 553 /VI / 2011 / Res.Jb.tanggal 6 juni
2011 (Bukti P-3), dan Surat Perintah Penyidikan : Spindik / 418 /IV/2013 /
Res.JB. tanggal April 2013 (Bukti P-4) yang di beritahukan melalui surat
panggilan Polisi Nomor: SP/3459 / VIII / 2015 / Res JB tanggal 24 Agustus
2015 terkait peristiwa pidana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 378
KUHP dan 372 KUHP.
9. bahwa mendasari subtansi pada poin 8 diatas maka Pemohon menjelaskan
sebagai berikut:
a. Tindakan lain dalam hal ini menyangkut pelaksanaan wewenang
penyidik in Casu Termohon maupun Penuntut umum
diantaranya berupa penggeledahan, penyitaan maupun
menetapkan seseorang menjadi Tersangka;
b. Penetapan seseorang sebagai Tersangka In Casu Pemohon
khususnya dalam perkara tindak pidana Penipuan dan
Penggelapan, lebih khusus lagi yang Prosesnya dijalankan oleh
Kepolisian Resort Jakarta Barat (ic.Termohon ) akan
menimbulkan akibat hukum berupa terampasnya hak maupun
harkat martabat seseorang in casu Pemohon;
c. Bahwa dengan ditetapkannya seseorang menjadi Tersangka in
casu Pemohon tanpa melalui prosedur hukum yang benar
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
59
Sebagaimana ditentukan dalam KUHAP, maka nama baik dan
kebebasan seseorang in casu Pemohon telah dirampas;
d. Bahwa tindakan Termohon yang cacat yuridis sebagaimana
yang dimaksud huruf b diatas dibuktikan dengan perkara a quo
yang diawali dengan tindakan yuridis berupa dibuatnya Laporan
kejadian Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan Nomor :
LP /0662 /VI/2011/PMJ/ JB tanggal 03 Juni 2011 atas nama
pelapor Sdr. NAPIS dan sebagai Terlapor adalah Sdr. Matroji
dan kemudian diterbitkan Surat Perintah Penyidikan
Nomor :Sprindik / 533 /VI /2011/Res . JB tanggal 6 Juni 2011
dan Nomor :Sprinik/4188/iv/2013Res. JB tanggal 1 April 2013
kemudian melalui surat panggilan Nomor:
SP/3459/VIII/2015/RES. JB yang diterima pada tanggal 24
Agustus 2015 dan pada hari senin tanggal 31 agustus 2015
Pukul 10.00 WIB dilakukan Pemeriksaan kepada Pemohon
sebagai Tersangkaoleh Termohon sebelum dikonfrontir Bukti-
bukti yang menyebabkan ihwal apakah hal tersebut adalah
perbuatan Pidana , padahal memalui kuasa hukum in Casu
Pemohon telah melaksanakan dan menunjukan bukti kepada
Termohon, bahwa antara Pemohon dan pelapor (pemilik tanah)
terikat Perjanjian Pengikatanb Jual Beli dan sejumlah
Pembayaran-Pembayaran yang sah;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
60
e. Bahwa Lebih Mengherankan lagi, Terlapor atau Saudara Matroji
sebagaimana yang dimaksud sebagai subjek yan dilaporkan oleh
pelapor Napis telah meninggal Dunia pada tanggal 09 Juli 2012,
Pemohon mempertayakan Lompatan Hukum luar biasa sehingga
dugaan Perbuatan Pidana yang disangkakan sebelumnya kepada
saudara Matroji serasa diwakilkan dan berpindah status
Tersangka nya In casu Pemohon ;
f. Bahwa pada tanggal 31 Agustus 2015, dalam pmeriksaan
tersebut Termohon baru memertanyakan kepada Pemohon dan
dijawab tidak Tahu Menahu? atas Bukti Surat tanggal 16 April
2008 perihal Serah Terima Surat Girik Asli antara Sdr.Napis
sebagai yang menyatakan kepada Sdr. Matroji dimana bukti
tersebutlah yang menjadi Dasar Laporan status Pemohon
sebagai tersangka, sehingga ada beberapa Prosedur yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan KUHAP, tetapi tidak
dilakukan oleh Termohon;
10. Bahwa berdasarkan seluruh uraian diatas, sangatlah beralasan dan cukup
alasan hukum nya bagi Pemohon untuk mengajukan Permohonan Pra-
peradilan Kehadapan Hakim, sebab yang dimohonkan oleh Pemohon untuk
diuji oleh pengadilan adalah berubahnya status Pemohon, dilanggar ya hak
asasi Pemohon akibat tindakan Termohon yang dilakukan tidak sesuai
prosedur yang ditentukan oleh hukum Acara Pidana dalam hal ini KUHAP
61
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
oleh karenanya Permohonan Pemohonuntuk menguji keabsahan penetapan
Pemohonsebagai Tersangka oleh Termohon melalui Praperadilan adalah sah
menurut hukum;
1. ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN DAN FAKTA-
FAKTA
Adapun alasan-alasan dan fakta-fakta sebagai berikut ini pemohon
mengajukan Permohonan Praperadilan :
1. sekitar bulan Februari 2008, saudara Matroji dan saudara Napis
mendatangani kantor Pemohon di kawasan Gunung Sahari
dengan maksud menawarkan + 11,804 Ha, yang berlokasi di
kelurahan Raw Bengkel Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat.
2. Bahwa untuk memastikan status dan kedudukan tanah tersebut,
Pemohonmemintasaudara Matroji dan saudara Napis
melakukan Pemeriksaan Legalitas baik surat-suratnya maupun
keadaan fisiknya tanahnya dilapangan;
3. Bahwa pemilik tanah tersebut adalah Ahli Waris dari almarhum
Koen Soekarno Soegono sebagaimana yang dimaksud
padaPenetapan Pengdilan Agama Bandung Nomor
:172/Pdt.P/2009/PA.Bdgadalah nama-namanya sebagai berikut;
a. Toeti Noezlar Soekarn ( istri )
b. Ir.Santy Junitha Soekarno (anak kandung perempuan)
62
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
c. Ir.Rizky Primajaya Soekarno (anak kandung laki-laki)
d. Lucky Ramadhanty Soekarno (anak kandung laki-laki)
e. Dani Zaenudin (anak kandung laki-laki)
4. Bahwa dasar kepemilikan Ahli Waris atas tanah-tanah tersbut
adalah sebagai berikut :
a. Girik C No.148 Persil 91 Seluas 51.140 m2 atas nama Thio
Tjoe Nio, Surat Pelepasan Hak Nomor 011/UT/1967 tanggal
16 September 1967.
b. Girik C No.1619 Persil 60 Seluas 3.940 m2 atas nama Mugen
bin Muhamad (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor 013/UT/1967
tanggal 16 September 1967.
c. Girik C No.924 Persil 76 Seluas 43.130 m2, Persil 76b seluas
1.110 m2, Persil 80 seluas 5.210 m2 dan Persil 80 seluas 1.100
atas nama Oei Pek Liang (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor
014/UT/1967 tanggal 16 September 1967.
d. Girik C No.1168 Persil 83b Seluas 6.550 m2 atas nama Iskandar
bin Ahyar (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor 013/UT/1967
tanggal 16 September 1967.
e. Girik C No.1312 Persil 83a Seluas 2.660 m2 atas nama Ahyar
bin Asad (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor 013/UT/1967
tanggal 16 September 1967.
63
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
f. Girik C No.1333 Persil 82a Seluas 1.2oo m2 atas nama Ayani
binti Ahyar (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor 013/UT/1967
tanggal 16 September 1967.
g. Girik C No.1205 Persil 82 Seluas 2.000 m2 atas nama Oe Eng
Nio (Alm), Surat Pelepasan Hak Nomor 013/UT/1967 tanggal
16 September 1967
5. Bahwa adapun surat-surat lainnya telah diperlihatkan juga kepada
Pemohonguna membuktikan dan menguatkan kepemilikan tanah
tersebut adalah kepunyaan Ahli Waris Koen Soekarno Soegono,
berkaitan dengan pelepasan tanah tersebut secara umum diketahui
mutlak sebagai syarat terpenuhinya Legalitas kepemilikan dan
keabsahan jual beli tanah dengan ikhtikad baik;
Bahwa Pemohon, mempercayakan pengurusan pmbelian dan
pembayaran termasuk menyelesaikan hubungan dengan pihak lain
yang masih menguasai secara fisik sebagian tanah baik karena sewa
menyewa atau karena hal lainnya melalui Surat Kuasa Khusus
tanggal 26 Agustus 2008 kepada Saudara Matroji, hal tersebut
didasari mengingat waktu dan kesibukan Pemohonsebagai
Pengusaha dan Pebisnis;(Bukti P-8)
6. Bahwa Para Ahli Waris Pemilik sah atas tanah tersebu telah sepakat
dan menyetujui pula menjual/melepaskan hak atas tanah tersebut
kepada Pemohon yang dalam hal ini dikuasakan kepada saudara
64
Matroji, yang selanjutnya mengngatkan diri berdasarkan Surat
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008.
Yang dibukukan dan didaftarkan pada hari senin, tanggal 8
september 2008, oleh Notaris SukawatySumadi, SH di Jakarta;
7. Bahwa Pemohonsebagi pembeli menyetujui dan sepakat harga tanah
tersebut yang diajuka oleh Ahli Waris Koen Soekarno Soegono
secara tetap sebesar Rp300.00,-/m2(tiga ratus ribu per meter
persegi) dengan luas awal Total 118.040m2 atau 11,804 ha (vide ;
lampiran PPJB pasal 1 huruf a ) dan Penetapan total besaran yang
harus dibayar dihitung setelah pengukuhan hak milik atau terbitnya
Sertipikat Hak milik serta Pengukuran ulang luasan tanah tersebut
oleh Badan PertanahanNasional;(vide ; Lampiran PPJB pasal 2
huruf d) Bahwa antara Pemohondan Ahli Waris, Sesungguhnya
telah sepakat danmenyetujui Uang Muka pembayaran atas jual beli
Tanah Atau Lahan tersebut RP.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) yang di bayarkan secara bertahapdengan Rincian
sebagaiberikut;(vide ; Lampiran PPJB pasal 2)
a. Pembayaran Pertama sebesar Rp.200.000.000,-(dua ratus juta
rupiah) pada saat penandatangan Surat Perjanjian Pengikatan
Jual Beli.
b. Pembayaran Tahap kedua sebesar Rp.200.000.000,-(dua ratus
juta rupiah) dibayarkan pada bulan Oktober 2008
c. Pembayaran tahap ketiga Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) dibayarkan pada bulan Desember 2008.
65
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
c. Sisanya akan dibayarkan oleh Pihak Kedua kepada Pihak
Pertama, pada saat ditanda-tanganinya pelaksanaan jual beli
atas tanah tersebut oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua
dan/atau kepada pihak lain yang ditunjuk oleh Pihak Kedua;
(vide ; Lampiran PPJB pasal 2 huruf d)
8. Bahwa setiap penerimaan uang pembayaran tanah atau lahan
tersebut Para Ahli waris akan memberikan Kwitansi tersendiri
sebagai tanda terima Pembayaran yang sah;(vide ; Lampiran PPJB
pasal 2 huruf e)Bahwa PEMOHON menerima Asli surat-surat Girik
dan Pengikatan Jual beli (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008 yang
senyatanya bertujuan untuk pengurusan PM.1 dan C.1 sebagai dasar
Peningkatan hak atas serta Pengurusan Pelepasan sewa/kontrak
lahan/tanah dari Dinas Pertanian Pemrov. DKI dan sekaligus
menyelesaikan pendudukan fisik tanah oleh Pihak atau
penggarapan;(vide ; Lampiran PPJB pasal 4 huruf a s/d c)
9. Bahwa senyatanya berdasarkan Kwitansi Pembayaran yang sah,Para
Ahli Waris selaku Pemilik yang Sah Atas tanah atau lahan tersebut
telah menerima pembayaran uang muka melalui Saudara Matroji
sampai dengan tanggal 20 April 2012 sebagai orang yang diberi
kuasa oleh klien kami sebesar Rp.1.447.000.000,-(satu milyar empat
ratus empat puluh tujuh juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut;
66
1) Pembayaran tahap pertama ke -1 tanggal 27 Agustus 2008
=========================== sebesar Rp.100.000.00,-
2) Pembayaran tahap pertama ke -2 tanggal 28 Agustus 2008
=========================== sebesar Rp.100.000.00,-
3) Pembayaran tahap kedua ke -1 tanggal 21 Oktober 2008 sebesar
=========================== sebesar Rp.50.000.000,-
4) Pembayaran tahap kedua ke -2 tanggal 10 November 2008
============================ sebesar Rp.25.000.00,-
5) Pembayaran tahap kedua ke -3 tanggal 19 Oktober 2008
============================sebesar Rp.75.000.00,-
6) Pembayaran tahap kedua ke -4 tanggal 02 Desember 2008
============================ sebesar Rp.25.000.00,-
7) Pembayaran tahap kedua ke -5 tanggal 22 Desember 2008
============================ sebesar Rp.25.000.00,-
8) Pembayaran tahap ketiga ke -1 tanggal 21 April 2009 sebesar
=================================Rp.25.000.00,-
9) Pembayaran tahap ketiga ke -2 tanggal 04 mei 2009 sebesar
=================================Rp.25.000.00,-
10) Pembayaran tahap ketiga ke -3 tanggal 28 mei 2009 sebesar
================================= Rp.25.000.00,-
11) Pembayaran tahap ketiga ke -1 tanggal 21 April 2009 sebesar
=================================Rp.25.000.00,-
67
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
12) Pembayaran tahap keempat ke -1 tanggal 23 Juni 2009 sebesar
================================= Rp.12.000.00,-
13) Pembayaran tahap ketiga ke -2 tanggal 14 Juli 2009 sebesar
=================================Rp.10.000.00,-
14) Pembayaran tahap ketiga ke -3 tanggal 22 Juli 2009 sebesar
================================= Rp.100.000.00,-
15) Pembayaran tahap keempat ke -4 tanggal 04Agustus 2009
============================ sebesar Rp.50.000.00,-
16) Pembayaran tahap keempat ke -5 tanggal 24 Agustus 2009
============================ sebesar Rp.20.000.00,-
17) Pembayaran tahap keempat ke -6tanggal 08 September 2009
============================ sebesar Rp.50.000.00,-
18) Pembayaran tahap keempat ke -7 tanggal 15 Oktober 2009
============================ sebesar Rp.20.000.00,-
19) Pembayaran tahap keempat ke -8 tanggal 12 Nopember 2009
============================ sebesar Rp.25.000.00,-
20) Pembayaran tahap keempat ke -9 tanggal 28 September 2009
=========================== sebesar Rp.20.000.000,
21) Pembayaran tahap keempat ke -10 tanggal 08 Januari 2010
===========================sebesar Rp.10.000.000,-
68
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 09/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
22) Pembayaran tahap keempat ke -11 tanggal 11 Februari 2010
=========================== sebesar Rp.20.000.000,-
23) Pembayaran tahap keempat ke -12 tanggal 23 April 2010
==========================sebesar Rp.25.000.000,-
24) Pembayaran tahap keempat ke -13 tanggal 20 Mei 2010
Sebesar===========================Rp.15.000.000,-
Pembayaran tahap keempat ke -14 tanggal 10 Agustus 2010
sebesar=========================== Rp.40.000.000,-
25) Pembayaran tahap keempat ke -15 tanggal 24 Agustus 2010
sebesar=========================== Rp.25.000.000,-
26) Pembayaran tahap keempat ke -16 tanggal 20 September 2010
sebesar========================== Rp.50.000.000,-
27) Pembayaran tahap keempat ke -17 tanggal 20 Januari 2011
sebesar========================== Rp.35.000.000,-
28) Pembayaran tahap keempat ke -18 tanggal 20 Mei 2011 sebesar
=================================Rp.20.000.000,-
29) Pembayaran tahap keempat ke -19 tanggal 11 Agustus 2011
sebesar========================== Rp.150.000.000,-
30) Pembayaran tahap keempat ke -20 tanggal 23 Nopember 2011
sebesar========================= Rp.100.000.000,-
69
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 09/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
31) Pembayaran tahap keempat ke -21 tanggal 20 Desember 2011
sebesar==========================Rp.50.000.000,-
32) Pembayaran tahap keempat ke -22tanggal 20 Januari 2011
sebesar========================== Rp.50.000.000,-
33) Pembayaran tahap keempat ke -23 tanggal 20 April 2012
sebesar==========================Rp.50.000.000,
Selanjutnya…..==============================(Bukti P-10)
10. Bahwa pada tanggl 26 januari 2010, atas permintaan Ahli Waris
PEMOHON melalui saudara Matroji juga menyerahkan uang kepada
Ahli Waris sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) yang
menurut pruntukannya untuk membayar sebagian Pajak Bumi dan
bangunan (PBB) atas tanah-tanah tersebut diatas namun laporannya
tidak jelas dibayarkan atau tidak boleh Para Ahli Waris?;
11. Bahwa pada proses pengurusan administrasi tanah masih berlangsung,
Saudara Matroji sebagai orang pemohon untuk mengurus ha tersebut
meninggal dunia tanggal 09 Juli 2012 sebagaimana ternyata dalam surat
keterangan Ahli Waris yang dibuat dibawah tangan bermaterai cuku
tertanggal 26 Desember 2012, dimana surat keterangan tersebu
diketahui, didaftarkan dan ditandatangani oleh pejabat kelurahan Joglo
dengan nomor: 76/1.771.1 serta pejabat kecamatan dengan nomor :
60/1.700.2 tanggal 21 Januari 2013;
70
Selanjutnya =================================(Bukti P-12)
12. Bahwa akibat meninggalnya Saudara Matroji pada tanggal 09 Juli 2012
sebagai Penerima kuasa dari Pemohonsebagaimana ternyatakan pada
Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Agustus 2008, Pemohontelah mencabut
kuasa dengan segala kewenangan dan peruntukannya dari almarhum
Matroji serta ahli warisannya sebagaimana diterangkan dalam Akta
Pernyataan dan pengakuan Ahli waris Almarhum Matroji Nomor : 08,
tanggal 15 mei 2013 oleh Notaris Syaeful Huda S.H M.Kn di
TangerangSelatan;
Selanjutnya ==============================(Bukti P-13)
13. Bahwa kemudian pasca meninggalnya Saudara Matroji dan segala
mewakili atas Pemohon sudah dicabut dan dinyatakan berakhir, Para
Ahli Waris juga masih terus menerus menerima Pembayaran Uang muka
secara langsung dari Pemohondengan rincian sebagai berikut;
1) Pembayaran tahap keempat ke -24 tanggal 23 Juli 2012
sebesar==========================Rp.50.000.000,-
2) Pembayaran tahap keempat ke -25 tanggal 07 Agustus 2012
========================== sebesar Rp.50.000.000,-
3) Pembayaran tahap keempat ke -26 tanggal 05 Oktober 2012
========================= sebesar .Rp.50.000.000,-
4) Pembayaran tahap keempat ke -27 tanggal 13 November
====================== 2012 sebesar Rp.50.000.000,-
71
5) Pembayaran tahap keempat ke -28 tanggal 04 Desember
2012 ===================== sebesar Rp.100.000.000,-
6) Pembayaran tahap keempat ke -29 tanggal 29 Januari 2012
sebesar========================== Rp.200.000.000,-
7) Pembayaran tahap keempat ke -30 tanggal 14 Juli 2015 sebesar
================================ Rp.50.000.000,-
Total pembayaran Uang Muka yang diterima Ahli Waris dari
Pemohonsetelah Saudara Matroji meninggal dunia berdasarkan
rincian kwitansi adalah sebesar Rp.550.000.000,-(lima ratus
lima puluh juta rupiah);
Selanjutnya=================================(Bukti P-14)
14. Bahwa Pemohonjuga membayarkan sebagian komisi Saudara Napis
selaku mediator, dimana seharusnya dibayarkan pada saat
Penandatangan Akta Jual beli, dengan komisi sebesar Rp.20.000/m2
(dua puluh ribu rupiah permeter persegi) dikalikan total luas tanah
tersebut, yang Rincian nya adalah sebagai berikut ;
1) Pembayaran Komisi ke-1 tanggal 13 Nopember 2008 sebesar
=================================Rp.25.000.000,-
2) Pembayaran Komisi ke-2 tanggal 02 Desember 2008 sebesar
=================================Rp.15.000.000,-
3) Pembayaran Komisi ke-3 tanggal 22 Desember 2008 sebesar
=================================Rp.25.000.000,-
4) Pembayaran Komisi ke-4 tanggal 21 Januari 2008 sebesar
72
=================================Rp.15.000.000,-
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
5) Pembayaran Komisi ke-5 tanggal 17 Maret 2009 sebesar
===============================Rp.5.000.000,-
6) Pembayaran Komisi ke-6 tanggal 04 Mei 2009 sebesar
================================Rp.15.000.000,-
7) Pembayaran Komisi ke-7 tanggal 28 Mei 2009 sebesar
================================Rp.6.000.000,-
8) Pembayaran Komisi ke-8 tanggal 22 Juli 2009 sebesar
==============================Rp.10.000.000,-
9) Pembayaran Komisi ke-9 tanggal 21 Agustus 2009 sebesar
================================Rp.5.000.000,-
10) Pembayaran Komisi ke-10 tanggal 08 September 2009 sebesar
================================Rp.20.000.000,-
11) Pembayaran Komisi ke-11 tanggal 17 September 2009 sebesar
===============================Rp.7.000.000,-
12) Pembayaran Komisi ke-12 tanggal 15 Oktober 2009 sebesar
================================Rp.10.000.000,-
13) Pembayaran Komisi ke-13 tanggal 16 Nopember 2009 sebesar
==============================Rp.10.000.000,-
14) Pembayaran Komisi ke-14 tanggal 02 Desember 2009 sebesar
===============================Rp.5.000.000,-
73
15) Pembayaran Komisi ke-15 tanggal 10 Desember 2009 sebesar
==============================Rp.10.000.000,-
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
16) Pembayaran Komisi ke-16 tanggal 22 Desember 2009 sebesar
===============================Rp.5.000.000,-
17) Pembayaran Komisi ke-17 tanggal 12 Nopember 2009
sebesar===============================
Rp.2.000.000,-
18) Pembayaran Komisi ke-18 tanggal 15 Nopember 2009 sebesar
================================= Rp.3.000.000,-
19) Pembayaran Komisi ke-19 tanggal 23 Nopember 2009
sebesar=========================Rp.15.000.000,-Jadi
total Komisi yang diterima M.Napis dari pembeliantanah
tersebut sebesar Rp.175.000.000,-(seratus tujuh puluhlima juta
rupiah);
Selanjutnya ================================(bukti p-15)
15. Bahwa selanjutnya, Pemohontelah membayarkan jugasebagian komisi
Saudara Matroji sebesar Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah), dengan
rincian sebagai berikut;
1) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 21 November 2008 sebesar
============================Rp.25.000.000,-
2) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 02 Desember 2008 sebesar
================================Rp.5.000.000,-
74
3) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 17 Desember 2008 sebesar
===============================Rp.25.000.000,-
4) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 21 Januari 2009 sebesar
================================Rp.10.000.000,-
5) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 04 Mei 2009 sebesar
==================================Rp.10.000.000
6) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 17 Juli 2009 sebesar
===============================Rp.25.000.000,-
7) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 19 Agustus 2009 sebesar
================================Rp.20.000.000,
8) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 24 Agustus 2009 sebesar
================================Rp.10.000.00
9) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 09 September 2009 sebesar
==============================Rp.30.000.000,-
10) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 12 November 2009 sebesar
===============================Rp.15.000.000,-
11) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 22 Desember 2009 sebesar
=================================Rp.20.000.000,-
12) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 12 November 2010 sebesar
==================================Rp.10.000.000,-
75
13) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 08 Desember 2010 sebesar
==================================Rp.10.000.000,-
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
14) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 11 Agustus 2010 sebesar
==================================Rp.50.000.000,-
15) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 23 November 2011 sebesar
==================================Rp.35.000.000,-
16) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 12 Desember 2011sebesar
==================================Rp.10.000.000,-
17) Pembayaran Komisi Ke-1 tanggal 20 April 2012 sebesar
==================================Rp.10.000.000,-
Selanjutnya
===================================== (Bukti P-16)
1. Bahwa sesungguhnya dengan sampai taggal 14 juli 2015, Ahli
Waris masih menerima pembayaran uang muka pembelian tanah
termaskud sebesar Rp.200.000.00,-(dua ratus juta rupiah) dari
Pemohonmelalui saudari Toeti NZ Soekarno sebagaimana
ternyata kwitansi tanda terima termaksud.Sehingga pembayaran
uang muka yang semula berdasarkan kesepakatan bersama
sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian peningkatan Jual Beli
(PPJB) tanggal 27 Agustus 2008 sebesar Rp.500.000.000,-(lima
ratus juta rupiah) menjadi sebesar Rp.1.997.000,-(satu milyar
sembilan ratus sembilan puluh juta rupiah);bahwa faktanya
76
bersesuaian dengansejumlah kwintansi-kwitansi pembayaran,
baik itu untuk pembayaran uang muka kepada ahli waris selaku
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
pemilik tanah maupun pembayaran komisi mediator Saudara
Matroji dan Saudara napis, Pemohontelah mengeluarkan uang
dengan total sebesar Rp.2.772.000.000,-(dua milyar tujuh ratus
tujuh puluh tujuh juta rupiah).
2. Bahwa total uang yang telah dikeluarkan oleh
Pemohonsebagaimana yang dijelaskan pada point 21,belumlah
terjumlah
dengan biaya lain yang buruk perantukannya mengurus
administrasi dalam hal pengukuhan hak milik atau peningkatan
hak atas tanah-tanah tersebut termasuk pajak-pajak tertanggung
dan biaya biaya lainnya yang erkaitan dengan pengosongan
tanah dan lahan jumlahnya sangatbesar;(vide; Lampiran PPJB
Pasal 5) Bahwa secara tegas berdasarkan fakta-fakta pada poin
12 sampai dengan poin 22,senyatanya Pemohon telah
melaksanakan dan memenuhi Prestasi sertaKeajibannya
membayar Uang muka dan komsi sesuai bahkan melebihi dari
apayang telah disepakati dan diperjanjikan sebagaimana
tertuang di dalamPerjanjian PengikatanJual Beli (PPJB)
tanggal 27 Agustus 2008.
77
3. Bahwua alasan Pemohon mengluarkan uang membayar
kewajibannya melebihi atas apa yang telah di perjanjikan
sebagaimana ternyata pada Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB) tanggal 27 Agustus 2008 tersebut, semata-mata karena
Pemohon memahami dan mengerti kebutuhan hidup ahli waris
maupun mediator dalam masa-masa menunggu selesainya
pengururusan Pengukuhan hak milik atau Pengikatan Hak atas
tanah-tanah tersebut yang memang fakta di lapangan tidak
mudah;
4. Bahwa selanjutny pada tanggal 05 April 2013, alangkah
terkejutnya Pemohon, menerima surat panggilan untuk
kepentingan pemeriksaan sebagai saksi dari kepolisian Resorst
Metropolitan Jakarta Barat In Casu TERMOHON dalam perkara
tindak pidana penipuan dan penggelapan, dimana diketahui
dasar Surat Panggilan tersebut adalah Laporan Polisi Nomor:
LP/0662/VI/2011/PMJ/Res.JB tanggal 23 Juni 2011 atas nama
pelapor sadara Napis
13. Bahwa atas nama panggilan ke II Nomor: SP/1645/V/2013/Res.JB
tanggal 03 mei 2013, sekitar tanggal 7 mei 2013 atau setidak-
tidaknya hari ain di bulan mei 2015,Pemohon mendatang POLRES
JAKARTA BARAT untuk memenuho panggilan Kepolisian In
Casu TERMOHON;
78
14. Bahwa sampai dengan Pemohonmemberikan keterangan sebagai
saksi kepada penyidik (ic, Termohon), Pemohontidak mengerti
dan memahami makna Laporan Polisi antara Saudara Napis
(sebagai Pelapor) terhadap saudara Matroji (sebagai Terpelapor)
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
dan kaitannya terhadap Pemohon;
15. Bahwa ketidakpahamannya tersebut muncul karena Termohon
Termohon hanya mempertayakan seputar mengenai apakah
Pemohonmengetahui peristiwa urusan saudara Matroji dan
saudara Napis kumpul-kumpul dirumah saudara Matroji?” dan
Pemohonsudah menjawab tidak tahu menahu perihal tersebut;
16. Bahwa setelah pemeriksaan tersebut tahun 2013, Pemohontidak
pernah lagi menerima pemanggilan ataupun pemeriksaan dari
Termohon yang berkaitan dengan perkara seperti yang dimaksud
di atas, hingga pada sekitar awal bulan juni2015 atau
setidak-tidaknya antara bulan juni atau bulan juli 2015,
datanglah 4(empat) orang polisi yang mengaku sebagai penyidik
baru (ic Termohon) dalam perkara Laporan polisi Nomor:
LP/0662/VI/2011/PMJ/Res.JB, tanggal 03 Juni 2011.
Mendatangi Pemohondi LAPAS Kelas II Ketapang Kalimantan
Barat. Yang kemudian meminta keterangan dari Pemohon
79
berkaitan dengan perkara tersebut tanpa Surat Panggilan atau
Pemberitahuan terlebih dahulu dengan membawa dan
menunjukan bukti 1(satu) lembar halaman depan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB);
17. Bahwa dalam pemeriksaan tersebut lagi-lagi Termohon masih
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT
mempertanyakan hal yang sama yang intinya seputar peristiwa
kumpul-kumpulnya orang-orang dirumah saudara Matroji dan
Pemohonsempat berkata kan saya sudah katakana tidak tahu dari
dulu kok pertanyaan ini lagi yang di ulang? Dan jawaban
penyidik (ic Termohon) hanya mengkonfirmasi Ulang Kembali;
18. Bahwa selanjutnya penyidik (ic Termohon juga memeriksa
Saudara Bambang Tjahyono yang tidak lain adalah putra dari
Pemohon, dimana ini dari perantaranya setidak-tidaknya
menanyakan dimanakah keberadaan Surat—surat Asli Girik
Tanah Milik Ahli Waris atas nama Koen Soekarno Soegono dan
dijawab oleh putra Pemohonberada dalam penguasaannya untuk
disimpan;
Bahwa Saudara Bambang Tjahyono, anak dari
Pemohonmenerima kembali Surat panggilan yang kemudian
lewat penyidik (ic Termohon) memerinttahkan agar bahwa
seluruh dokumen asli,
80
19. berupa surat girik dan Surat-surat Asli lainnya dengan
menunjukan Surat Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
Nomor:14/PEN/PID/2015/PN.JKT.BAR;======(Bukti P-17)
20. Bahwa penyidik (ic Termohon) dengan nada mengancam
menegaskan akan menahan Saudara Bambang Tjahyono, putra
dari Pemohonapabila tidak membawa dan menyerahkan surat-
surat Girik Asli yang dimaksud kepada Termohon;
21. Bahwa pada hari senin, 10 Agustus 2015. Bambang Tjahyono
anak dari Pemohon yang awam hokum mndatangi POLRES
JAKARTA BARAT dengan penuh rasa keakutan menyerahkan
seluruh Dokumen asli disertai Bukti Tanda Penerimaan melalui
penyidik POL.Marbintang R.E Panjaitan SIK, Inspektr Polisi
Dua, 920104429,(ic Termohon) namun saat saudara Bambang
Tjahyono menanyakan dan meminta salnan Penetapan
Pengadilan Nomor : 14/PEN/PID/2015 PN.JKT.BAR sebagai
dasar penyitaan Dokumen asli tersebut namun penyidik (ic
Termohon) tersebut tidak memberikannya namun saudara
Bambang Tjahyono Sempat mendokumentasikannya lewat
Handphone; ===========================(Bukti P-18)
22. Bahwa setelah peristiwa penyitaan dokumen asli Surat-surat
Girik dan lainya tersebut,pada tanggal 24 Agustus 2015,
Pemohonkembali mendapat surat panggilan dari POLRES
Jakarta Barat Nomor: SP/3459 /VII/2015/Res.JB kali ini
81
diperiksa sebagai TERSANGKA dan telah diperiksa oleh
Penyidik di LAPAS kelas II Ketapang Kalimantan Barat serta di
sampingi oleh kami selaku Kuasa Hukum.
23. Bahwa pada masa Pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud di
point 35, Termohon Menunjukan satu lembar tanda terima
Girik-Girik Asli tanggal 16 April 2008 seraya bertanya kepada
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
24. Pemohon“Bapak Tahu tentang surat ini” kemudian dijawab oleh
Pemohon “tidak tahu menahu perihal Surat Tersebut”
25. Bahwa surat yang dimaksud oleh Termohon adalah surat Tanda
terima Girik-Girik asli sebagaimana yang dimaksud adalah
merupakan dasar laporan dari pelapor terhadap Almarhum
H.Matroji dimana Pemohontidak tahu menahu atas apa yang
terjadi atas surat tersebut dan kapann di buatnya serta untuk apa;
26. Bahwa pertanyaan jebakan tersebut Pemohonadalah bentuk
metode dalam mencari dan mengumpulan alat bukti yang
padahal Pemohonsudah ditetapkan sebagai tersangka;
27. Bahwa peristiwa apa yang di alami oleh Pemohonsungguh jauh
di luar NALAR HUKUMkami sebagai kuasa hukum Pemohon!
Dengan alasan;
28. Bahwa laporan perkara polisi nomor: LP: 0662/VI/2011
/RESTRO JAK BAR atas perkara tindak Pidana Penipuan dan
82
Penggelapan dilakukan oleh siapa ? Karena apa ? siapa yang di
rugikan? Apa yang ditipu dan apa yang di gelapkan ?;
29. Bahwa fakta Pemohondan Ahli Waris memiliki dan terikat
Perjanjian Pengikatan Jual Bel (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008,
atas tanah-tanah yang dimana Surat-surat Girik Asli yang
dijadikan dasar sebagai sesuatu hal yang dianggap ditipu atau
digelapkan!!!;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
30. Bahwa faktanya Para Ahli Waris mulai dari Penandatangan
Perjanjian Pengiktan Jual Beli tanggal 27 Agustus 2008sampapi
dengan tanggal 14 Juli 2015, sudah dan masih menerima Uang
Muka Pembayaran atas tanah maksud diatas dari Pemohonyang
besarannya bahkan melebihi keksepakatan awal semula
Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) sehingga menjadi
sebesar Rp.1.997.000.000,-(satu milyar sembilan ratus sembilan
puluh tujuh juta rupiah);
31. Bahwa faktanya ahli waris juga menerima uang dari
PemohonPemohonsebesar Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta
rupiah) yang seyogyanya untuk Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), namun tidak jelas apakah dibayar atau tidak;
32. Bahwa faktanya selaku mediator, Saudara Matroji telah
menerima uang sebesar Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah)
83
dan Saudara Napis telah menerima uang sebesar
Rp.175.000.000,-(seratus tujuh puluh lima juta rupiah) dari
Pemohonyang seharusnya di bayarkan pada saat
penandatanganan Akta Jual Beli (AJB);
33. Bahwa Faktanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanggal
27 Agustus 2015 sampai dengan hari ini masih berlaku dan
mengikat;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
34. Bahwa sejak tahun 2008 sampai dengan hari ini, Pemohontelah
memperjuangkan dengan waktu dan biaya yang sangat besar
untuk mengurus, membebaskan, mengingatkan hak atas tanah
tersebut dalam kurun waktu yang cukup, apalagi melihat
permasalahan tanah tersebut sebelumnya yang sangatlah rumit ;
35. Bahwa kami menduga, Pemohontelah dijadikan korban
kriminalisasi oleh oknum-oknum tertentu yang tidak
bertanggung jawab dengan cara-cara melakukan Tindak Pidana
Pemalsuan atau Memberikan Keterangan Palsu atau membuat
Laporan Palsu serta Penyalahgunaan Wewenang atas Laporan
Polisi Nomor LP:0662/VI/2011/RESTRO JAK BAR berikut
Penyitaan Surat-Surat Girik Asli atas Tanah atau Lahan
sebagaimana yang dimaksud diatas serta PEMOHON Sebagai
TERSANGKA.
84
2. DASAR HUKUM PERMOHONAN
1. Bahwa tanggal 24 Agustus 2015, Pemohonmelaui Surat Panggilan dari
POLRES Jakarta Barat Nomor: SP/3459/VII/2015Res JB termuat
diperiksa sebagai TERSANGKA dan pada hari senin tanggal 31 Agustus
2015 Pukul 10.00 WIB telah dilakukan Pemeriksaan kepada Pemohon
sebagai Tersangka oleh Termohon di LAPAS Ketapang Kalimantan
Barat;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
2. Bahwa Penetapan Tersangka (I.C.Pemohon) tersebut oleh Termohon
ternyata belumlah memiliki alat bukti sebelum dikonfrontir Bukti-bukti
yang menyebabkan ihwal apakah hal tersebut adalah perbuatan Pidana,
padahal melalui kuasa hokum In Casu Pemohontelah menjelaskan dan
menunjukan bukti kepada Termohon, bahwa antara Pemohondan
3. Pelapor (pemilik tanah) terikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan
sejumlah Pembayaran-Pembayaran yang sah.Lapas Kelas II Ketapang
Kalimantan Barat serta di dampingi oleh kami selaku Kuasa Hukum;
4. Bahwa merujuk amar utusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Putusan Nomor 21/PPU-XII/2014 tanggal 28 April 2015 terjait norma
pasal 1 angka KUHAP, maka terhadap penetapan PEMOHON sebagai
Tersangka ini muncul pertanyaan ;
5. Bahwa untuk menjawab pertanyaan diatas, maka terhadap tindakan
Termohon menetapkan Pemohon sebagai tersangka harus di uji dengan
85
norma pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 5, Pasal 1 angka 14 KUHAP
dibungkam dengan norma pasal 183, pasal 184 KUHAP untuk menilai
apakah tindakan Termohon dalam perkara a quo ini sah atau tidak sah;
6. Bahwa norma Pasal 1 angka 14 KUHAP oleh Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia telah diputus dalam putusan Nomor
21/PUU-XII/2014 tanggal 28 April 205 dengan amar yang berbunyi :
Frasa “bukti permulaan”, bukti permulaan yang cukup” dan “bukti yang
cukup” sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang
tidak dimaknai bahwa “bukti permulaan”,“bukti permulaanyang
cukup”, dan “bukti yang cukup” adalah minimal dua alat bukti yang
termuat dalam pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana ;
Frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup” dan “bukti yang
cukup” sebgaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor (3209) tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa
86
“bukti pemulaan”, “bukti permulaan yang cukup” dan “bukti yang cukup
adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 Undang-
Undang Noor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
7. Bahwa berdasarkan amar Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 21/PUU-XII/2014 tanggal April 2015, maka norma
Pasal 1 angka 14 KUHAP harus dimaknai:
“tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan “minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184”
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
8. Bahwa menunjuk norma Pasal 1 angka 14 KUHAP, selanjutnya muncul
pertanyaan: kapan minimal dua alat bukti itu di dapat oleh Termohon?,
Apakah minimal dua alat bukti itu dapat pada tahap Penyelidikan
sebagaimana yang dimaksud pada pasal 1 angka 5 KUHAP?, ataukah
pada tahap Penyidikan sebagaiman yang dimaksud dalam Pasal 1 angka
2 KUHAP?;
9. Bahwa menjawab pertanyaan diatas, jelas dan terang bahwa norma Pasal
1 angka 5 KUHAP menyebutkan penyelidikan diartikan sebagai
“Serangkaian tindakan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan Penyidikan”, Sedangkan Penyidikan ditentukan dalam Pasal 1
87
angka 2 KUHAP, yaitu “Serangkaian tindakan dalam hal mengumpulkan
buku yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya”;
10. Bahwa merujuk pengertian yang telah ditentukan oleh KUHAP
sebagaimana terumat dalam norma Pasal 1 angka 5, Pasal 1 angka 2
KUHAP, maka untuk mencapai proses penentuan Tersangka, haruslah
terlebih dahulu dilakukan serangkaian untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana (Penyelidikan). Untuk
itu, awal diperlukan keterangan dari pihak-pihak yang terkait dan bukti-
bukti awal yang dapat dijalin sebagai suatu rangkaian peristiwa sehingga
dapat ditentukan ada atau tidaknya suatu peristiwa Pidana. Setelah proses
penyidikan tersebut dilalui, maka dilakukan serangkaian tindakan untuk
mencari dan mengumpulkan bukti agar terang suatu tindak pidana yang
terjadi (Penyidikan). Kemudian untuk meminta keterangan dari pihak-
pihak yang terkait danpengumpulan bukti-butki sehingga peristiwa
pidana yang diduga sebelumnya telah terjadi menjadi jelas dan terang,
dan oleh karenanya dapat ditentukan siapa Tersangkanya.Rangkaian
prosedur tersebut merupakan cara atau prosedur yang diwakib ditempuh
oleh TERMOHON untuk mencapai proses penentuan Pemohon sebagai
tersangka. Adanya prosedur tersebut dimaksudkan agar tindakan
penyelidik/Penyidik (In Casu Termohon) tidak sewenang-wenang
mengingat Pemohon mempunyai hak asasi yang harus dilindungi;
88
11. Bahwa dasar hokum bagi Termohon dalam melakukan penyelidikan dan
penyidikan atas diri Pemohondalam perkara a quo adalah KUHAP, yang
mana ketentuan Pasal 1 angka 5 KUHAP mengatur bahwa penyelidikan
bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan. Sedangkan pengumpulan bukti-bukti, yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidananya dan menemukan tersangkanya
dilakukan pada saat penyelidikan sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 2
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
KUHAP, oleh karenanya cukup alasan hukumnya dan sangat berdasar
12. ketika samapai dalam tahap akhir penyelidikan, yang didapat Termohon
sebagai kesimpulan adalah berupa “menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana”, dan bukan serta merta Termohon sudah
menentukan calon Tersangkanya (ic. Pemohon);
13. Bahwa tindak penyidik (ic. Termohon) untuk menentukan
Pemohonsebagai tersangka merupakan salah satu proses dari system
penegakan hokum pidana sebagaimana dimaksud dalam KUHAP, oleh
karenanya proses tersebut haruslah diikiuti dan dijalankan dengan
prosedur yang benar sebagaimana diatur dan ditentukan dalam KUHAP
atau perundang-undangan yang berlaku. Artinya, setiap proses yang akan
ditempuh oleh Termohon haruslan dijalankan secara benar dan tepat
sehingga asas kepastian Hukum dapat terjaga dengan baik dan pada
89
gilirannya hak asasi Pemohonyang akan dilindungi tetap dapat
dipertahankan. Apabila prosedur sebagaimana yang dimaksud tersebut
tidak dipenuhi oleh Termohon dalam menetapkan Pemohonsebagai
tersangka, maka sudah pasti proses tersebut menjadi cacat dan haruslah
dikoreksi/dibatalkan
14. Bahwa dalam rangka mencegah kesewenang-wenangan penetapan
seseorang sebagai tersangka ataupun Penyitaan, penangkapan dan
penahanan, maka setiap bukti permulaan haruslah dikonfirmasi antara
satu dengan lainnya termasuk pula dengan lainnya termasuk pula dengan
calon tersangka. Mengenai hal terakhir ini, dalam Bahwa tidak
mewajibkan penyidik (ic Termohon) untuk memperlihatkan bukti yang
ada padanya kepada Tersangka in Casu Pemohon, akan tetapi
berdasarkan doktrin, hal ini dibutuhkan untuk mencegah apa yang
disebut dengan istilah unfair prejudice atau persangkaan yang tidak
wajar.
15. Bawha perbuatan hokum Termohon dengan melakukan sita terhadap asli
Surat-surat Girik yang sebelumnya dalam Penguasaan Pemohonsebelum
Pemohonditetapakan sebagai TERSANGKA adalah tidak berdasarkan
hukum dan sangat berwenang-wenang mengingat kepentingan akan surat
tersebut dan dampak kerugian yang ditimbulkan oleh penyitaan tersebu;
16. Bahwa disitanya Girik-Girik asli tersebut dengan dimaksudkan sebagai
Barang bukti sebagaimana yang disangkakan Termohon kepada
Pemohontanpa melihat kesesuaian dengan bukti atau setidaknya dua alat
90
bukti yang mengaitkan barang bukti tersebut berupa Girik-Girik asli yang
dimaksud adlah diperoleh oleh Pemohon dari perbuatan Pidana atau
Perbuatan Melawan Hukum?;
17. Bahwa sejalan dengan norma Pasal 1 angka 14 KUHAP, dalam pasal
lainnya yitu pasal angka 2 KUHAP mengtur pengertian Penyidikan yang
semestinya tidak ada keraguan lagi untuk menyatakan bahwa kebenaran
dari tiga hal, yaitu:
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
1. Bukti;
2. Tindak Pidana; dan
3. Pelakuny (Tersangka.
Oleh karena itu, penentuan ada tidaknya tindak pidana dan juga pelaku
tindak pidananya ditentukan oleh bukti yang berhasil ditemukan
penyidik in Casu Termohon dengan kata lain, tidak akan ada tindak
pidana yang dtiemukan dan juga dan jug tidak ada pelaku (Tersangka)
yang dapat ditemukan apabila peniyidik in Casu Termohon gagal
menemukan bukti yang dimaksud;
Dengan demikian, tindakan penyidikan tidak mengharuskan penyidik In
Casun Pemohon patut diduga sebagai pelaku tindak pidana tersebut;
18. Bahwa pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
21/PPU-XII/2014 tanggal 28 April 2015, “bukti permulaan” dalam Pasal
1 angka 14 KUHAP harus dimaknai “minimal dua alat bukti yang
91
termuat dalam Pasal 184” yang tidak hanya sebatas alat bukti yang
termuat dalam Pasal 184 KUHAP, namun juga meliputi barang bukti
yang dalam konteks hokum pembuktian universal dikenal dengan istilah
Physical evidence atau real evidence yang tentunya tidaklah dapat
terlepas dari pasal yang disangkaan kepada Pemohonsebagai tersangka,
yang pada hakekatnya pasal yang akan dijeratkan berisi rumusan delik
yang dalam konteks hokum acara pidana berfungsi sebagai unjuk bukti.
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Artinya pembuktian adanya tindak pidana tersebut haruslah berpatokan
kepada elemen-elemen yang dalam suatu pasal yang disangkakan dan
dihubungkan dengan dua alat bukti yang sah yang ditemukan oleh
Termohon;
19. Bahwa frasa”…guna menemukan tersangkanya” dalam Pasal 1 angka 2
KUHAP harus dipahami “guna menemukan tersangkanya yang
memenuhi unsur kesalahan bagi dirinya” .
Unsur Kesalahan (schuld) harus dibuktikan karena seorang tidak dapat
dipidana (dihukum) tanpa kesalahan.Karena itu menjadikan Pemohon
selaku Tersangka tanpa dibuktikan unsur kesalahan bagi dirinya,
merupakan kesewenang-wenangan Termohon;
20. Bahwa dalam perkara in Casu Penetapan Pemohonsebagai tersangka
yang dilakukan oleh Termohon dengan surat perintah Penyidikan
Nomor: Sprindik/418/IV/2013.Res JB tanggal 1 April 2013 adalah
lompatan besar dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik
92
(ic.Termohon) dimana yang semula terpelapor adalah saudara Matroji
kemudia pada tanggal 9 juli 2012 saudara Matroji meninggal dunia,
entah dengan kekuatan dan prosedur apa, bisa berpindah kepada
Pemohon sangkaan bahwa ada peralihan perbuatan dari seorang yang
sudah meninggal dunia kepada Pemohonseakan-akan sangkaan tindak
pidana yang dilakukan oleh almarhum Matroji bisa diwakilkan kepada
Pemohon segala akibatnya;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
21. Bahwa kedudukan hukum antara pelapor (Napis) sebagai kuasa Pelapor
dari ahli waris/pemilik tanah dengan almarhum Matroji berdasarkan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008 dan di
warrmeeking oleh Notaris Sukamawaty Sumadi,SH di Jakarta, dengan
Nomor: Draft/32/2008, tanggal 8 September 2008 merupakan hukungan
kontraktual Keperdataan. Yang kemudian almarhum matroji melakukan
tindakan sebagai pihak pembeli dalam PPJBN Aquo berdasarkan surat
kuasa tanggal 26 Agustus 2008, merupakan kuasa dari Pemohonsebagai
PembeliAtas tanah kepemilikan ahli waris KOEN SOEKARNO
SOEGONO;
22. Bahwa hal tersebut diatas bersesuaian dengan Pasal 1338
BW:”Perikatan/Perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang dan
mempunyai kekuatan yang mengikat kepada kedua belah pihak”;
23. Bahwa Termohon dalam pemeriksaan tanggal 31 Agustus 2015 setelah
menetapkan Tersangkanya In Casu Pemohonbaru mempertanyakan
93
kepada Pemohon pada salah satu pertanyaan dengan memperlihatkan
dan mempertanyakan yang menjadi bukti laporan PELAPOR yaitu
berupa Tanda Terima Girik asli dari yang menyerahkan dalam hal ini
pelapor atau saudara Napis kepada yang menerima dalam hal ini
Terpelapor atau saudara Matroji?;
24. Bahwa muncul pertanyaan, sejak kapan Termohon memperoleh minimal
2(dua) alat bukti yang sah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 184
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
KUHAP guna menemukan tersangkanya In Casu Pemohon? Kapan
Termohon setelah Pemohonditetapakan sebagai Tersangka berdasarkan
Surat Perintah Penyidikan Nomor: Sprindik /418/IV/2013.Res.JB
tanggal 1 April 2013?;
25. Bahwa sudah teranglah kemudian, setelah Pemohonditetapkan sebaga
tersangka bersdasarkan Surat Perintah Penyidikan Nomor: Sprindik
/418/IV/2013.Res.JB tanggal 1 April 2013, baru kemudian Termohon
mengumpulkan bukti-bukti dengan melakukan pemeriksaan kepada
Pemohon sendiri dengan cara mempertanyakan apakah
Pemohonmengetahui Bukti tanda terima Surat Girik-Girik Asli dari
saudara Napis yang diserahkan kepada Saudara Matroji;
26. Bahwa merujuk norma Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 14 KUHAP maka
sangat jelas dan terang bahwa minimal dua alat bukti yang sama
dikumpulkan oleh Termohon, dan belum terang tindak pidananya,
namun pada tanggal 24 Agustus 2015 melalui surat Panggilan Polisi
94
kepada Pemohon, dan telah ditetapkan sebagai tersangka, artinya proses
pemeriksaan kepada Terpelapor yang telah meninggal dunia tidak dapat
serta merta dijadikan dasar untuk mengalihkan status saksi menjadi
tersangka kepada Pemohon;
27. Bahwa penentuan status Pemohonmenjadi TERSANGKA oleh
Termohon yang didasarkan minimal 2 bukti yang ternuasa dalam Pasal
184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana sesuai Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Nomor 21/PUU-XII/2014 tanggal 28 April 2015 merupakan tindakan
sewenang-wenang, dan merupakan pelanggaran serius hak Konstitusi
Pemohonselaku warga negara Indonesia di dalam negara berdasarkan
hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal ayat (3) UUD 1945, selain
itu juga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) bahwa “setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan , perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum;
28. Bahwa penentuan status Pemohonsebagai tersangka oleh Termohon
tidak didasarkan dua alat bukti yang sah, baik secara kuantitas maupun
kualitas, artinya, penentuan Pemohonsebagai tersangka bertentangan
dengan Pasal 183 KUHAP maupun bertentangan dengan rumusan delik
disangkakan. Sebagai contoh konkrit penerapan Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP dalam rumusan delik yang disangkakan tidak sesuai dengan
adanya fakta tentang adanya kerjasama atau penyertaan antara
95
Pemohondengan saudara Matroji yang pada saat itu diberikan kuasa
tanggal 26 Agustus 2008;
29. Bahwa Pemohon dalam memberikan kuasanya kepada saudara Matroji
untuk melakukan perbuatan hukum bertindak untuk dan atas nama
Pemohonadalah sudah tepat dan terjadi berdasarkan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli dan Bukti Kwitansi-Kwitansi Pembayaran;
30. Bahwa sangat mengherankan Termohon dalam hal ini tidak jeli atau ada
satu perbuatan yang tidak lazim dengan tidak mengkonfrontir saksi-saksi
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
baik dari Pihak Pelapor dan saksi Peristiwa dengan Pemohonagar terang
dan jelas duduk perkaranya dalam menemukan satu peristiwa pidana;
31. Bahwa merujuk ketentuan Pasal 1 angka 2 KUHAP, sangat jelas dan
terang Termohon dalam Penyidikanny untuk mengumpulkan bukti-bukti
tidak menganalisis “TEMPUS DELICTI” secara benar atas dokumen
yang telah dikumpulkan baik dari segi kuntitas maupun kualitas atas
dokumen yang dapat dikualifikasikan sebagai alat bukti yang apabila
Termohon melakukan analisis “TEMPUS DELICTI” dimaksud atas
dokume yang dikumpulkan secara benar, tentunya saat ekspose yang
didapat Termohon sebagai kesimpulan dari Penyidikan adalah “tidak
ditemukannya suatu Peristiwa yang di duga sebagai tindak Pidana yang
dilakukan oleh Pemohonkareana tidak cukup alasan hukumnya
menetapkan Pemohonsebagai tersangka yang diduga melakukan tindak
Pidana” Dengan demikian tindakan Termohon yang serta merta
96
menyatakan Pemohonsebagai tersangka melalui surat Panggilan tanggal
24 Agustus 2015 dengan dasar surat Perintah Penyidikan nomor :
Sprindik /418/IV/2013.Res.JB tanggal 1 April 2013 merupakan bentuk
kesewenang-wenangan Termohon yang nyata-nyata melanggar Hak
Asasi Pemohon;
32. Bahwa merujuk asas legalitas terkait dengan penerapan hukum materil
sangat jelas dan terang terhadap tindakan Termohon menetapkan
Pemohonsebagai Tersangka ini merupakan bentuk kesewenang-
wenangan kalau dihubungkan dengan keterangan/ pendapat pakar
hukum yang bernama Von Feuerbach yang pada pokoknya menyatakan :
a. Nulla Pena Sine Lege yang artinya setiap hukuman harus didasarkan
pada suatu Undang-Undang Pidana sebelumnya b. Nula Pine Sine
Crimine, yang artinya setiap hukuman yang dijatuhkan hanya dapat
dilakukan apabila perbuatan tersebut diancam dengan suatu hukuman
oleh Undang-Undang; c. Nullum Crimen Sine Poena Legali, yang
artinya tidak ada kejahatan yang tidak dapat dihukum seperti yang
diancamkan oleh Undang-Undang terhadap Penyelenggaraannya;
(Dr.Anselm Ritter v Feuerbach: 1947, Lehrbuch des Geminin in
Deuschland gultegen Peinlichen Rechts, Georg Freiedrich Hayer’s
Veriag Paragraf 20, hal 41-44);
33. Bahwa dalam praktik hukum pada dasarnya hukum acara pidana adalah
hukum yang mengatur dan memberkan batasan yang dapat dilakukan
oleh Negara dalam proses penyelidikan, Penyelidikan hingga proses
97
peradilan dengan metode baku untuk menegakkan hukum dan
melindungi hak-hak individu selama proses hukum berlangsung. Hukum
acar tersebut dirancang sedemikian rupa untuk memastikan proses
hukum yang adil dan konsisten yang biasa disebut sebagai “due process
of law” untuk mencari keadilan yang hakiki dalam semua perkara yang
di proses dalam due Process or law menguji dua hal, yaitu (1) Apakah
negara telah menghilangkan kehidupan, kebebasan dan hak milik
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Tersangka tanpda Prosedur, (2) jika menggunakan Prosedur, apakah
Prosedur yang ditempuh sudah selesai dengan due Process (Rhonda
Wasserman, 2004, Procedural Due Process: A Reference Guide to the
United States Constitution, Santa Barbara: Greenwood Publishing
Group, Halaman 1);
34. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Termohon seoalah lupa atau
tidak sadar atau tidak mau tahu, bahwa sebagaimana yang dituliskan
oleh Eddy OS Hiariejdalam bukunya tersebut diatas, hukum acara
pidana sangat terikat dengan sifa keresmiannya dan karakter hukum
acara pidana yang sangat menjunjung tinggi legalisme, yang berarti
berpegang teguh pada peraturan, tata cara atau penalaran hukum menjadi
sangat penting dalam hukum acara pidana. Oleh karena menurut
Pemohon sudah seharusnya hukum dapat digunakan untuk melakukan
koreksi oleh Pengadilan terhadap tindakan penetapan Tersangka
terhadap diri Pemohon oleh Termohon yang dilakukan secara melanggar
98
Asas Kepastian Hukum itu, dengan menyatakan secara tegas bahwa
Penetapan Tersangka terhadap Pemohon a quo adalah tidak sah dan
tidak mempunyai kewenangan atau legal standing untuk melakukan
proses penyelidikan dan penyitaan barang bukti terhadap perkara a quo
dan mewajibkan Termohon untuk mengembalikan dan menyerahkan
seluruh hasil dari Penyitaan termasuk Girik-Girik Asli sebelumnya
berada dalam Penguasaan Pemohon dan akibat Penetapan Tersangka ini
seluruh Girik-Girik asli tersebut lepas dari Penguasaannya akibat
PENYITAAN; Dengan demikian berdasarkan seluruh uraian diatas,
maka tindakan atau proses penyidikan yang dilaksanakan oleh
Termohon terkait Penetapan diri Pemohonsebagai Tersangka secara
hukum adalah juga tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan mengikat.
Oleh karena itu, perbuatan Termohon yang menetapkan Pemohonselaku
hukum, telah mengakibatkan kerugian materi dan immaterial yang tidak
dapat dihitung dengan uang, namun untuk kepastian hkum dengan ini
Pemohonmenentukan kerugian yang diderita adalah sebesar
Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah).
Bahwa upaya hukum Praperadilan ini Pemohon lakukan semata-
mataDemi mencari kebenaran hukumm, dan sebgaimana pendapat dari
M.Yahya Harahap, bahwa salah satu fungi upaya hukum Praperadilan
adalah sebagai pengawasan horizontal atas segala tindakan upaya paksa
yang dilakukan aparat penegak hukum untuk kepentingan pemeriksaan
perkara pidana agar benar-benar tindakan tersebut tidak bertentangan
99
dengan peraturan. Hukum dan perundang-undang. Dan sebagaimana
pula pendapat Loebby Loqman, bahwa fungsi pengawasan horizontal
terhadap proses pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh lembaga
praperadilan tersebut juga merupakan bagian dari kerangka system
peradilan pidana terpadu.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengawasan horizontal dari
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
lembaga Praperadilan tersebut adalah sesuai dengan tujuan umum dibentuknya
KUHAP, yaitu untuk menciptakan suatu proses penegakan hukum yang
didasarkan pada kerangka due process of law. Due process law pada dasarnya
bukan semata-mata mengenai rule of law, akan tetapi merupakan unsur yang
essensial dalam penyelenggaraan peradilan yang intinya adalah bahwa ia
merupakan “…a law which bears before in condemns. Which proceeds upon
inquiry, and renders judgement only after trial…” pada dasarnya yang
menjadi titik sentral adalah perlindungan hak-hak asasi individu terhadap
arbitrary action of the government. Oleh karena itu, Praperadilan memiliki
peran yang penting untuk meminimalisir penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang (abuse of power) dalam proses penegakan hukum. Agar penegak
hukum harus hati-hati dalam melakukan tindakan hukumnya dan setiap
tindakan hukum harus didasarkan kepada kentuan hukum yang berlaku, dalam
arti ia harus mampu menahan dri serta menjauhkan diri dari tindakan
sewenang-wenang, Kita bersama memahami bahwa penyidik merupakan
100
pihak yang paing berwenang dalam tahap penyidikan karena mempunai tugas
yang sangat penting pada proses penyelesaian suatu perkara pidana. Oleh
karenanya kami sangat berharap “sentuhan” HakimYang Mulia dalam
putusannya agar dapat menegakkan kepastian,keadilan, dan kemanfaatan
hukum bagi Pemohondalam kasus a quo. Kami menempuh jalan ini karena
kami yakin bahwa melalui forum Praperadilan ini juga dipenuhi syarat
keterbukaan (transparency) dan akunbilitas public (Public Accountabillity)
yang merupakan syarat-syarat tegaknya system peradilan yang bebas dan tidak
memihak serta menjungjung tinggi hak asasi manusia. Dengan forum terbuka
ini. Masyarakat dapat ikiut mengontrol jalannya proses pemeriksaan dan
pengujian kebenaran ketetapan tindakan penyidik (IC.Termohon) dalam
menetapkan seseorang sebagai tersangka In CasuPemohon ataupun dalam hal
pembebasan, mengontrol alasan-alasan dan dasar hukum Preperadilan yang
memerdekakannya.
Bahwa apabila teori-teori perihal Praperadilan tersebut diatas
dikaitan dengan pandangan Soejono Soekantomengenai dua fungsi yang dapat
dijalankan oleh hukum didalam masyarakat, yaitu sebagai sarana control (a
tool social control) dan sebagai sarana untuk melakukan rekayasa social (a
tool of social ingieneering). Dengan adanya a tool of social control ini maka
dasarnya, Praperadilan berfungsi sebagai perlindungan terhadap tindakan yang
sewenang-wenang dari aparat hukum yang pada pelaksanaan tugasnya sering
melakukan tindakan yang kurang pantas, sehingga melanggar hak dan harkat
manusia. Namun untuk lebih mendalam tentang Praperadilan terutama dalam
101
masyarakat sehingga lebih mengerti tentang manfaat dan fungsi Praperadilan.
Selanjutnya hukum sebagai a tool of social engineering, Praperadilan dapat
membawa masyarakat kepada situasi dan kondisi hukum yang lebih baik
menuju kearah pembangunan hukum kedepan.Dengan demikian, keberadaan
lembaga Praperadilan didalam KUHAP ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia yang sekaligus berfungsi sebagai
sarana pengawasan secara horizontal, atau dengan kata lain, Praperadilan
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
mempunyai maksud sebagai sarana pengawasan horizontal dengan tujuan
memberian perlindungan dan jaminan hak asasi manusia tersebu sudah
merupakan hal yang bersifat universal dalam setiap Negara hukum.
Karena pengakuan, jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia adalah sebagai salah satu asensi pokok yang menjadi besar legalitas
suatu Negara hukum. Hal inilah yang hendak dicapai Pemohonmelalui upaya
hukum Praperadilan ini.
Berdasarkan seluruh uraian tersebut diatas, maka sudah seharusnya
menurut hukum Pemohonmemohon kepada Ketua Praperadilan Negeri Jakarta
Barat Cq Majelis Hakim Yang Memeriksa Perkara ini berkenan menjatuhkan
putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan mengabulkan Permohonan Pemohon untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan : Spindik / 418 / IV /
2013, tanggal 1 April 2013 yang menetapkan pemohon sebagai
102
tersangka oleh Termohon terkait peristiwa Pidana sebagaimana
yang dimaksud pada Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dan atau
372 KUHP tentang Penggelapan adalah TIDAK SAH dan Tidak
berdasar atas Hukum, dan oleh karenanya Penetapan A quo tidak
mempunyai kekuatan mengikat;
3. Menyatakan Penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon
terkait peristiwa pidana sebagaimana yang dimaksud dalam
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Penetapan tersangka terhadap diri pemohon sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 378 KUHP tentang Penggelapan adalah
TIDAK SAH dan tidak berdasar atas hukum dan oleh karenanya
Penyidikan A quo tidak mempunyai kekuatan mengikat;
4. Menyatakan Penyitaan Bukti Berupa Girik-Girik Asli
sebagaimana yang dimaksud dalam tanda terima tanggal 10
Agustus 2015 tidak sah dan tidak mempunyai hukum mengikat;
5. Memerintahkan Termohon untuk mengembalikan seluruh Girik-
Girik Asli yang dalam penguasaan Termohon kepadda
Permohon;
6. Menyatakan hubungan hukum dalam perkara Aquo adalah ranah
kerperdataan yang terikat atas dasar Perkanjian Pengikatan Jual
Beli tertanggal 27 Agustus 2008;
7. Menyatakan perbuatan Termohon yang menetapkan Pemohon
selaku tersangka tanpa Prosedur adalah cacat
103
Yuridis/bertentangan dengan hukum yang menyebabkan
kerugian sebesar RP.100.000,-(satu juta rupiah);
8. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang di
keluarkan lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan
Penetapan Tersangka lanjut oleh Termohon yang berkaitan
dengan Penetapan Tersangka terhadap diri pemohon oleh
Termohon;Menghukum Termohon untuk membayar biaya
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
perkara yang timbul dalam perkara Aquo; Atau apabila Majelis
Hakim berpendapat lain Mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
Menimbang bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah
ditetapkan, telah datang menghadap dimuka persidangan, Pemohon
Praperadilan : Adv. Toni Sastra, S.H.; Adv Erman Umar, S.H.; Adv.
Johny Bakar. S.H.; Adv. Harsya Wardhana, S.H.; Adv Tua Alpaolo
Harahap, S.H.; Adv Jansen Simamora. S.H.; Adv Damsik Yanto, S.H.:
M.H.; Adv Syairul Irwanto, S.H.; Adv. Dodi Sugiarto, S.H,. M.H.; Adv.
Antoni , S.H.; Adv Riski Waldo Pasaribu, S.H.; Adv. Dony E Simarora
S.H.,M.H;Adv Eko Supriyanto S.H.,M.H.; Adalah para Advokat dan
Penasehat Hukum pada Kantor Hukum “TOSA & PARTNERS “
berlamat di jalan H.Ir Juanda , Komplek Perkantoran Mega Mall, Blok.
C17, Lantai 2, Ciputat kota Tangerang Selatan, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 15 Oktober 2015, sendiri, sedangkan Termohon Pra
104
Peradilan hadir kuasanya : 1 KOMPOL MUQAFFI,SH., IPTU
SUDARSOH,H AIPTU MULYONO, SH, masing-masing anggota yang
berkedudukan di Jl.S.Parman 31 Jakarta Barat bedasarkan suarat kuasa
khusus tertanggal 9 Nopember 2015;
Menimbang, bahwa selanjutnya permohonan Pemohon Pra-
Peradilan dibacakan oleh Kuasa Pemohon, dan Kuasa Pemohon
menyatakan ada perbaikan dan penambahan pada permohonannya
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
sebagai berikut;
Perihal Pnambahan Nomor Undang-undang yang sebelumnya
tidakada Di perbaiki dan ditambah menjadi :
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana;
Menimbang bahwa atas permohonan Pra Peradilan dan perbaikan
serta penambahan permohonan dari Pemohon dari Pemohon tersebut
maka pihak Termohon Pra Peradilan telah menyampaikan Jawabannya
pada tanggal 10 Noember 2015, sebagai berikut :
3. INTI POKOK PERMOHONAN PEMOHON.
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan permohonan PEMOHON
Praperadilan untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprindik/
418/IV/2013/Res JB,tanggal 1 April 2015 yang menetapkan
105
PEMOHONsebagai tersangka oleh TERMOHONterkait
peristiwa pidana sebagaimana yang dimaksud pada pasal 378
KUHP tentang penipuan dan atau 372 KUHP tentang
penggelapan adalah TIDAK SAH dan Tidak Berdasar atas
hukum, dan oleh karenanya penetapan A quo adalah tidak sah;
Menyatakan penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohonterkait
peristiwaa pidana sebagaimana dimaksud dalam penetapan
tersangka terhadap diri Pemohonsebagaimana dimaksud pada
pasal 378 KUHP tentang penipuan dana tau 372 KUHP tentang
penggelapan adalah TIDAK SAH dan Tidak
Berdasar atas hkum, dan oleh karennya penyidikan A quo tidak
mempunyai kekuatan hukum dan batal demi hukum;
3. Menyatakan penyitaan barang bukti girik-girik asli sebagaimana
yang dimaksud dalam tanda terima tanggal 10 Agustus 2015 tidak
sama dan tidak mempunyai hukum mengingat dikarenankan tidak
berdasarkan PENETAPAN pengadilan yang sah;
4. Menyatakan hubungan hukum dalam perkara A quo adalah ranah
keperdataan yang terikat atas dasar perjanjian pengikatan, jual beli
tertanggal 27 Agustus 2008;
5. Memerintahkan Termohonuntuk mengembalikan seluruh girik-girik
asli sebagaimana disebutkan dalam tanda bukti penerimaan tanggal
10 Agustus 2015 yang dalam penguasaan Termohonkepada
Pemohon;
106
6. Menyatakan perbuatan TERMOHONyang menetapkan
Pemohonselaku tersangka tanpa prosedur adalah cacat yuridis/
bertentangan dengan hukum yang menyebabkan kerugian sebesar
Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah)
Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang
dikeluarkan lebih lanjut oleh TERMOHONyang berkaitan dengan
penetapan tersangka terhadap diri Pemohon oleh TERMOHON;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
7. Menghukum TERMOHONuntuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara A quo;
4. JAWABAN TERMOHON:
POKOK PERKARA :
1. Bahwa Termohonmenolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Pemohon kecuali terhadap hal-hal yang diakui
kebenarannya secara tegas oleh Termohon.
2. Bahwa Termohontidak akan menanggapi seluruh dalil
Pemohondalam permohonannya, akan tetapi hanya menanggapi
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah inti pokok
permohonan Pemohonsebagaimana yang dimaksud dalam pasal
77 KUHAP.
5. KRONOLOGIS PERKARA.
107
1. Bahwa telah terjadi tindak pidana “Penipuan dan Penggelapan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 KUHP dan pasal 372
KUHP yang dilakukan oleh Sdr. TAN BUDIONO (PEMOHON).
dari Sdr YAKUB dan Sdr NAPIS selaku kuasa dari waris
Alm.KEN SOEKARNO SOEGONO dengan Sdr, H MATROJI
secara lisan telah sepakat akan melakukan transaksi jual beli tanah
milik ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO yang
terletak di JL.Raya Kamal Kampung Rawa Bengkel Kelurahan
Cengkareng Barat, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat seluas kurang
lebih 11.7 Ha dengan harga Rp.300.000,-(tiga ratus ribu rupiah)
permeter;
2. Bahwa ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO
berdasarkan Surat Penetapan Agama Bandung Nomor :
172/pdt/2009/PA. Bdg tanggal 15 Oktober 2009 adalah : 1 SANTY
JUNITA, 2.SOEKARNO 3.RIZKY PRIMAJAYA SOEKARNO 4.
LUCKY RAMADHANTY SOEKARNO, 5. DANU ZAENUDIN
SOEKARNO.
3. Bahwa ahli waris Alm. KOEN SOEKARNO SOEGONO memiliki
sebidang tanah yang terletak di Jl.Raya Kamai Rawa Bengkel
Kel.Cengkareng Barat Kec.Cengkareng Jakarta Barat seluas
kurang lebih 11,8 dengan bukti berupa :
1. Girik C 148 persil 91 III atas nama THIO TJOE NIO luas
50.550 M2.
108
2. Girik C 16.19 persil 60 S.II atas nama MUGENI Bin
MUHAMMAD luas 3.575 M2.
3. Girik C persil 76,76b 80 S.III atas nama OEI PEK LIANG
luas 50.550 M2.
4. Girik C 1166 persil 83b S.II atas nama ISKANDAR Bin
AHYAI luas 6.550.M2.
Girik C 1312 persil 83a S.II atas nama AHYAR Bin ASAD
luas 2.660 M2.
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
5. Girik C 1333 persil S.III atas nama AYANI Bin AHYAR luas
1.200 M2.
6. Girik C 1205 persil 82a atas nama OEI ENG NIO luas
2.000.M2
7. Surat keterangan untuk melepaskan hak atas tanah antara OEY
ENG NIO kepada Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO
tanggal 16 September 1967.
8. Surat keterangan untuk melepaskan hak atas tanah antara
MUGENI Bin MUHAMMAD kepada Alm.KOEN
SOEKARNO SOEGONO tanggal 16 September 1967
9. Surat keterangan untuk melepaskan ha katas antara OEY PEK
LIANG kepada Alm. KOEN SOEKARNO SOEGONO
tanggal 16 September 1967
109
10. Surat keterangan untuk melepaskan ha katas tanah antara
THIO TJIE NIO kepada Alm. KOEN SOEKARNO
SOEGONO tanggal 16 September 1967.
11. Surat keterangan untuk melepaskan ha katas tanah antara
H.AHYAR Cs kepada Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO
tanggal 16 September 1967.
12. Surat pengambilan dari pertanian.
13. Surat Keterangan Lurah
14. Surat keterangan dari ahli waris Alm. KOEN SOEKARNO
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
15. SOEGONO kepada NAPIS.
Bahwa pada tanggal 16 April 2008 sekira jam 12:00 WIB
Sdr.NAPIS selaku kuasa dari ahli waris Alm.KOEN
SOEKARNO SOEGONO menyerahkan surat girik atau
dokumen tanah bukti kepemilikan tersebut diatas (poin 2)
kepada Sdr.H.MATROJI di Puri Kembangan A 10/16 Kel.
Kembangan Selatan Kec.Kembangan Jakarta Barat dan pada
saat penyerahan disaksikan oleh Sdr.YAKUB Bin
MAWAR,SARDJO Bin Karim, dan DEDIH ALAMSYAH
(anak H.MATROJI).
Bahwa setelah penyerahan surat girik/dokumen tersebut
selanjutnya Sdr.NAPIS dan Sdr.YAKUB Bin Mawar diajak
Sdr.H.MATROJI ke kantor tersangka TAN BUDIONO (Pemohon)
110
dan dijanjikan kembali oleh H.MATROJI dan tersangka TAN
BUDIONO (PEMOHON)akan diberikan uang muka sebesar
Rp.18.000.000.000.000,- (delapan belas milyar rupiah) dan sisa
kekurangannya akan diberikan atau dibayar setelah pengurusan
PBB dan PM1.
4. Bahwa pada tanggal 27 Agustus 2008 ahli waris Alm.KOEN
SOEKARNO SOEGONO melakukan Pernjanjian Pengikatan Jual
Beli (PPJB) dengan H.MATROJI dirumah H.MATROJI di Puri
Kembangan A 10/16 Kel. Kembangan Selatan Kec.Kembangan
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Jakrta Barat.
5. Bahwa setelah adanya pengikatan jual beli TOETI NZ
SOEKARNO selaku ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO
SOEGONO sudah menerima uang sebesar kurang lebih
Rp.640.000.000,-(enam ratus empat puluh juta rupiah) yang
diberikan oleh Sdr.H.Matroji secara bertahap setelah ahli waris
melakukan penagihan sebagai berikut :
1. Pada tanggal 27 Agustus 2008 sebesar Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
2. Pada tanggal 28 Agustus 2008 sebesar Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
3. Pada tanggal 19 Nopember 2008 sebesar Rp.75.000.000,-
(tujuh puluh juta rupiah).
111
4. Pada tanggal 02 Desember 2008 sebesar Rp.25.000.000,- (dua
puluh lima juta rupiah).
5. Pada tanggal 04 Mei 2009 sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh
lima juta rupiah).
6. Pada tanggal 28 Mei 2009 sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh
lima juta rupiah).
7. Pada tanggal 22 Juli 2009 sebesar Rp.20.000.000,-( dua puluh
juta rupiah).
8. Pada tanggal 15 Oktober 2009 sebesar Rp.20.000.000,- (dua
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
puluh juta rupiah).Pada tanggal 26 Nopember 2009 sebesar
Rp.20.000.000,-(duapuluh juta rupiah).
9. Pada tanggal 10 Agustus 2010 sebesar Rp.40.000.000,-(empat
puluh juta rupiah).
10. Pada tanggal 24 Agustus 2010 sebesar Rp.40.000.000,-(empat
puluh juta rupiah).
11. Pada tanggal 20 Desember 2010 sebesar Rp.50.000.000,-(lima
puluh juta rupiah).
12. Pada tanggal 20 Januari 2010 sebesar Rp.35.000.000,-(tiga
puluh lima juta rupiah).
7. Bahwa setelah pengurusan PBB dan PM 1 selesai 1 Sdr.
H.MATROJI, Sdr. TAN BUDIONO tidak menepati janji untu
112
melunasi seluruh sisa pembayaran tanah milik ahli waris
Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO.
8. Bahwa Sdr. NAPIS (selaku kuasa ahli waris Alm. KOEN
SOEKARNO SOEGONO) datang ke kantor tersangka TAN
BUDIONO (PEMOHON) untuk menanyakan penyelesaian
permasalahan tanah milik ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO
SOEGONO dan Sdr.NAPIS diusir oleh tersangka Sdr.TAN
BUDIONO(PEMOHON)dan Sdr. NAPIS disuruh menemui Sdr.
H.MATROJI.
9. Bahwa dengan tidak adanya penjelasan pembayaran tanah oleh
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Sdr.H.MATROJI akhirnya ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO
SOEGONO sepakat untuk melakukan pembatalan peengikatan
perjanjian jual beli, dimana ahli waris bersedia mengembalikan
seluruh uang yang diterima dengan memberikan kelebihan sesuai
yang disepakati oleh kedua belah pihak dan Sdr. H.MATROJI
mengembalikan surat-surat atau dokumen tanah yang telah
diterima, namun Sdr. H.MATROJI tidak bersedia menandatangi
Surat pembatalan tersebut.
6. FAKTA-FAKTA HUKUM.
1. Bahwa benar Termohontelah menerima Laporan Polisi Nomor :
LP/0662/VI/2011/PMJ/RESTRO JAKBAR tanggal 02 Juni 2011 tentang
113
“Penipuan dan Penggelapan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378
KUHP an.Pelapor Sdr.Napis dengan Terpelapor tersangka
Sdr.H.MATROJI (Pemohon) (Bukti T-1).
2. Bahwa berdasarkan Bukti T-1 selanjutnya Termohonmenerbitkan Suarat
Perintah Tugas (Bukti T-2), Surat Penyidikan (Bukti T-3),Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (Bukti T-4), Surat Perjanjian
Penyitaan Barang Bukti (Bukti T-5),Surat Perintah penggeledahan rumah
(Bukti T-6), Surat Kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Bara perihal
laporan dan permohonan persetujuan atas Penyitaan (Bukti T-7). Bahwa
setelah membuat administrasi Penyelidikan dan Penyidikan selanjutnya
anggota Termohonmelakukan pemeriksaan saksi-saksi yaitu pelapor
Sdr.Napis (Bukti T-8), saksi Sdr. Yakub Bin Mawar (Bukti T-9), saksi
Sdr. Sardjo Bin Karim (Bukti T-10), Saksi Sdri. Toeti Nz Soekarno (Bukti
T-11), saksi Sdri.Santy Junitha Soekarno (Bukti T-12), saksi Sdr. Rizky
Prima Jaya Soeakarno (Bukti T-13), saksi Sdri. Lucky Ramadhanty
Soekarno (Bukti T-14),saksi Sdr. Danu Zaenudin Soekarno (Bukti T-
15),saksi Sdr Dedih Alamsyah (Bukti T-16),saksi Sdr. H. Matroji Bin h.
Saleh (Bukti T-13), (Bukti T-17), saksi linda Yuliawati (Bukti T-
18),Pemeriksaan saksi lanjutan anak H.Matroi Sdr. Dedih Alamsyah
(Bukti T-19),saksi Iskandar Dinata (Bukti T-20).
3. Bahwa berdasarkan pemriksaan saksi-saksi tersebut diatas selanjutnya
anggota Termohon pada taggal 11 Mei 2015 melakukan pemeriksaan
terhadap Sdr. Tan Budiono (Pemohon)sebagai saksi yang dituangkan
114
dalam BAP saksi (Bukti T-21),dilanjutkan pemeriksaan saksi Dwi
Santoso, SH (Bukti T-22),BAP Saksi tambahan Sdri. Toeti Nz Soekarno
(Bukti T-23), Saksi Habiburokhman (Bukti T- 24), pemeriksaan saksi
Henny Rusmiati (selaku staf sub seksi hak tanah pendaftaran Tanah)
dituangkan dalam BAP saksi (Bukti T-25), BAP saksi tambahan Dedih
Alamsyah anak H.Matroji (Bukti T-26),
4. Bahwa pada tanggal 1 juli 2015 anggota Termohon melakukan
pemeriksaan saksi terhadap Sdr.Bambang Tjahjono (anak tersangka TAN
BUDIONO (Pemohon) ) dituangkan dalam BAP saksi (Bukti T-27),
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
adapun dalam kesaksiannya menerangkan surat tanah milik ahli waris alm.
KOEN SOEKARNO SOEGONO disimpan dikantor saksi Jl.Gunung
Sahari Raya Blok A 8-9 Jakarta Pusat dalam rangka melanjutkan
perjanjian pengikatan Jual Beli (PPJB) dengan H.MATROJI karena yang
membiayai adalah orang tua saksi Sdr.TAN BUDIONO (Pemohon).
5. Bahwa setelah melakukan pemeriksaan saksi-saksi tersebut diatas
selanjutnya anggota Termohonmelakukan pemeriksaan saksi tambahan
yaitu ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO SOEGONO, Sdri. TUTI NZ
SOEKARNO, saksi tambahan Sdri. SANTY JUNITHA, dan pemeriksaan
saksi tambahan istri H. MATROJI Sdri. LINDA YULIAWATI.
6. Bahwa pada tanggal 10 Agustus 2015 Anggota Termohon melakukan
pemeriksaan saksi tambahan Sdr. BAMBANG TJAHYONO (anak
Pemohon),dan dalam pemeriksaan saksi tersebut anak PEMOHO
115
menyerahkan surat tanah milik ahli waris Alm.KOEN SOEKARNO
SOEGONO kepada anggota Termohonberdasarkan Penetapan Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor : 14/PEN/PID/2015PN.JKT.Bar
tanggal 31 Juli 2015 (Bukti T-28), selanjutnya anggota Termohon
melakukan penyitaan terhadap surat-surat girik yang yang diserahkan oeh
Sdr. Bambang Thajyono (anak Pemohon), Dengan demikian dalil-dalil
Pemohondalam permohonannya pada halaman 17 angka 32, 33 dan 34
adalah patut ditolak atau setidak tidaknya tidak dapat diakui
kebernarannya.
7. Bahwa berdasarkan bukti pemulaan yang cukup yaitu keterangan saksi-
saksi dan barang bukti yang mendukung serta berdasarkan hasil gelar
perkara, selanjutnya anggota Termohon pada tanggal 31 Agustus 2015
melakukan pemeriksaan terhadap tersangak Sdr. Tan Budiono (Pemohon)
di Lapas Kelas II B Ketapang Jl.S Parman No.65 Ketapang Kalimantan
barat selanjutnya dituangkan dalam BAP tersangka (Bukti T-29).
8. Bahwa Pemohon dalam permohonannya pada halaman 6 huruf b, c, d dan
e halaman 19 angka 47 yang pada pokoknya menerangkan : “Penetapan
tersangka Pemohon dalam perkara Penipuan dan Penggelapan ditetapkan
tanpa melalui prosedur hukum yang benar sesuai KUHAP dan Pemohon
telah dikriminalisasi dalam penetapan Pemohon sebagai tersangka”Adalah
tidak benar dan mengada-ngada serta merupakan bentuk alasan kepanikan
Pemohonsaja sebagaimana yang Termohon uraikan tersebut diatas, bahwa
rangkaian proses penyidikan yang dilakukan Termohon adalah
116
berdasarkan Laporan Polisi Bukti T-1, keterangan saksi-saksi Bukti T-8
S/D T-27 dan barang bukti yang mendukung ada persesuaian dan sangat
jelas Pemohonadalah sebagai pelaku tindak pidana Penipuan dan
Penggelapan sebagaimana maksud dalam pasal 378 KUHP dan Pasal 372
KUHP dan penetapan tersangka oleh Termohon atas diri adalah sudah
mencukupi frasa (dua) alat bukti yang cukup (Vide Pasal 184 KUHAP).
Dengan demikian dalil-dalil Pemohon dalam pemohonnya adalah patut
ditolak atau dikesampingkan.
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
8. Bahwa Pemohon dalam permohonan nya pada halaman 22 angka 13 dan
halaman 23 angka 14 yang pada pokoknya menerangkan : “Penyitaan
terhadap surat-surat girik asli oleh Termohon dalam penguasaan Pemohon
adalah tidak berdasarkan hukum dan sewenangwenang dan penyitaan
tanpa melihat kesesuaian dengan bukti atau setidaknya dua alat bukti”
9. Adalah tidak benar dan mengada-ngada, sebagaimana Termohon uraikan
diatas bahwa penyitaansurat girik-girak asli yang diserahkan oleh Sdr.
BAMBANG TJAHYONO( anak Pemohon) kepada anggota Termohon
pada tanggal 10 Agustus 2015 adalah berdasarkan bukti T-28 yaitu
berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor :
14/pen/pin/2015/PN.JKT.BAR tanggal 31 Juli 2015 dan tindakan
TERMOHON adalah telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
(Vide Pasal 38 ayat (1) KUHAP),dengan demikian dalil-dalil Pemohon
dalam permohonannya adalah patut untuk ditolak atau dikesampingkan.
117
10. Bahwa Pemohondalam permohonannya pada halaman 24 angka 18
halaman 25 angka dan 23 yang pada pokoknya menerangkan “Penetapan
Pemohon sebagai tersangka yang dilakukan Termohon dengan Surat
Perintah Penyidikan Nomor : Sprindik/418/IV/2013/Res JB tanggal 1
April 2013 menyangkut tentang dugaan tindak pidana Penipuan dan
Penggelapan ADA locatan besar yang semula terpelapor adalah Sdr.
MATROJI kemudian pada tanggal 9 Juli 2012 meninggal dunia dan
sangkaan berpindah kepada Pemohon”
11. Adalah tidak benar mengada-ngada perlu Termohon jelaskan bahwa sesuai
Bukti T-1 Laporan Polisi Nomor LP : 0662/VI/2011 Resto Jak Bar tanggal
3 Juni 2011 terpelapor adalah Sdr. MATROJI namun sesuai hasil
Penelitian sesuai hasil perkembangan penyidikan yaitu dari keteragan
saksi-saksi yang mendukung (termasuk keterangan saksi Sdr. MATROJI)
pelaku tindak pidana Penipuan dan Penggelapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 378 dan 372 KUHP adalah mengarah kepada tersangka TAN
BUDIONO (Pemohon). Hal ini dikuatkan dengan barang bkti yang disita
oleh TERMOHON dan BAMBANG TJAHYONO (anak Pemohon).
Dengan demikian dalil-dalil Pemohon dalam permohonannya adalah patut
ditolak atau setidak-tidaknya diakui kebenarannya.
12. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tindakan rangkaian proses
penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON dalam
penetapan tersangka atas diri PEMOHON sangat jelas dan meyakinkan
118
adalah SAH MENUURUT HUKUM Vide Pasal 1 angka 2 dan Pasal 184
KUHAP).
7. PERMOHONAN TERMOHON.
Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana dikemukakan diatas, pada
Kesempatan ini pekenankan Termohon memohon kepada Hakim Tunggal yang
memeriksa dan memutus perkara aquo, sudilah kiranya berkenan untuk
memutuskan yang amar putusannya sebagai berikut :
1. Menolak permohonan Pemohon Praperadilan untuk seluruhnya ;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprindik/ 418/2013
Res .JB,tanggal 1 April 2015 yang menetapkan Pemohon sebagai
tersangka oleh Termohon terkait peristiwa pidana sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 378 KUHP Tentang Penipuan dan atau 372 KUHP
Tentang penggelapan adalah SAH dan Berdasar atas hukum, dan oleh
karenanya penetapan A quo adalah SAH;
3. Menyatakan penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait
peristiwa pidana sebagaimana dimaksud dalam penetapan tersangka
terhadap diri Pemohon sebagaimana dimaksud pada pasal 378 KUHP
tentang penipuan dan atau 372 KUHP tentang penggelapan adalah SAH
dan Berdasar atas huum;
4. Menyatakan penyitaan barak bukti girik-girik asli sebagaimana yang
dimaksud dalam tanda terima tanggal 10 Agustus 2015 adalah sah menurut
hukum;
119
5. Termohon menolak mengembalikan girik-girik asli sebgaimana disebutkan
dalam tanda bukti penerimaan tanggal 10 Agustus 2015;
6. Menyatakan perbuatan Termohon yang menetapkan Pemohon selaku
tersangka telah sesuai prosedur;
7. Menyatakan sah segala keputusan atau penetapan yang dikeluarkanlebih
lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan penetapan tersangka terhadap
diri Pemohon oleh Termohon ;
8. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
perkara A quo ;
Menimbang bahwa atas jawaban Termohon tersebut, Pemohon
mengajukan Replik di persidang tanggal 11 Nopember 2015, dan selanjutnya atas
Replik Pemohon tersebut Termohon mengajukan Duplik tertanggal 12 Nopember
2015;
Menimbang, bahwa selanjutnya untuk membuktikan dan menguatkan dalil
permohonannya maka Pemohon Pra Peradilannya telah menyerahkan bukti-bukti
surat berupa Foto Copy yang telah dinasegel dan dibubuhi materai yang cukup
serta diberi tanda P-1 sampai dengan P-20 yang telah pula disesuaikan dengan
aslinya, kecuali surat bukti P-10 dan P-19 aslinya, dan untuk bukti P-2, P-3, P-4,
P-7, P-16 dan P-18 tidak jadi diserahkan karena berada ditangan Termohon, surat
bukti Pemohon tersebut adalah sebagai berikut;
1. Bukti P- 1. : Print out Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
21/PU- XII/2014;
120
2. Bukti P-2. : Laporan Polisi Nomor : LP/662/VI/2011/PMJ/Res.JB;
3. Bukti P-3 : Surat Perintah Penyidikan Nomor: Sprindik/553/VI/2011
/Res.JB tanggal 1 April 2013;
Bukti P-4 : Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprindik/418/IV/2013
/Res.JB, tanggal 1 April 2013;
4. Bukti P-5 : Suarat Panggilan Polisi Nomor : SP/3459/VII/2015/Res.
JB tanggal 24 Agustus 2015;
5. Bukti P-6 : Penetpan Pengadilan Agama Bandung Nomor : 172/Pdt.P
/2009/PA.Bdg;
6. Bukti P-7 : Dokumen Tanah yang berjumlah tujuh (tujuh) buah
sesuai dengan Nomor Persil adalah berupa Girik;
7. Bukti P-8 : Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Agustus 2008 kepada
saudara matroji;
8. Bukti P-9 : Surat Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanggal 27
Agustus 2008;
9. Bukti P-10 : Kwitansi Pembayaran yang sah berjumlah 34 lembar;
10. Bukti P-11 : Kwitansi Pembayaran yang sah berjumlah 1 lembar;
11. Bukti P-12. : Surat Keterangan Kematian;
12. Bukti P-13. : Akta Pernyataan dan Pengkuan Ahli Waris Almarhum
Matroji Nomor ; 08 tanggl 15 mei 2013 oleh Notaris
Syaeful Huda, S.H.M Kn di Tangerang;
121
13. Bukti P-14. : Kwitansi pembayaran sah antara Pemohon dengan ahli
Waris Pasca wafatnya Matroji yang berjumlah 7(tujuh)
lembar;
14. Bukti P-15. : Kwitansi pembayaran ke Napis sebagai Mediator dari
pemohon berjumlah 19 lembar;
15. Bukti P-16. : Kwitansi pemayaran komisi ke Matroji dari pemohon 17
lembar;
16. Bukti P-17. : Kwitansi tanda terima uang dari pemohon ke penerima
uang Toeti NZ SOEKARNO (Ahli waris) berjumlah 1
lembar;
17. Buki P-18. : Surat Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor :
14/PEN/PID/2015/PN.JKT.BRT;
18. Bukti P-19. : Bukti Tanda Penerimaan Dokumen Girik Asli;
19. Bukti P-20. : Foto ahli waris menerima uang dan menandatangani
pembayaran dari pemohon;
Menimbang bahwa selain mengajukan surat-surat bukti sebagaimana
tersebut diatas dipersidangan Pemohon telah pula mengajukan 3 (tiga) orang
saksi yaitu : 1.SARTONO.T,MBA 2.UMAR M.A.AL-HAMID, 3. Dr. ALFIRA,
SH.,SH.MH., keterangan dan Pendapatannya didengar dibawah sumpah pada
pokoknya sebagai berikut :
1. SARTONO.T.MBA, di persidangan dibawah sumpah pada pokoknya
memberikan keterangan sebagai berikut :
122
- Bahwa saksi mengenal Tan Budiono sejak 1 tahun yang lalu dan kenalnya
karena hubungan bisinis mengenai masalah tanah;
- Bahwa saksi adalah Kuasa dari Tan Budiono untuk mengurus dan
menyelesaikan administrasi dan surat-surat menyangkut tanah milik ahli
waris Koen Soekarno Soegono dan kuasa tersebut berlaku dari bulan Juni
2015;
- Bahwa saksi menerima kuasa dari Tan Budiono setelah ditelpon oleh
saudara Tan Budiono dan saksi datak ke Lapas Ketapang Kalimantan
Barat;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
- Bahwa sebelum saksi yang mengurus administrasi dan surat-surat tanah
tersebut saksi tidak tahu dan setahu saksi Tan Budiono juga ikut
mengurus surat-surat tanah tersebut dan saksi tidak tahu sampai mana
pengurusan surat-surat tanah tersebut dan saksi tidak tahu sampai mana
pengurusan surat-surat tanah tersebut;
- Bahwa setelah menerima surat Kuasa dari Tan Budiono, saksi melakukan
pengecekan tanah tersebut ke BPN Jakarta Barat sebelum dilakukan
penyitaan terhadap girik-girik tersebut;
- Bahwa saksi pernah mendatangi kediaman ahli waris Koen Soekarno
Suegono dirumahnya dengan memberitahukan bahwa saksi adalah kuasa
dari Tan Budiono yang akan mengurus penyelesaian administrasi dan
surat-surat tanah tersebut dan mendapatkan respon yang baik dari ahli
waris yang meminta saksi untuk mengurus semuanya dengan baik;
123
- Bahwa ahli waris dari Koen Soekarno Soegonopun pernah kerumah untuk
meminta uang pembayaran sejumlah Rp.200.000.000,-, untuk keperluan
lebaran dan untuk keluarga mereka yang meninggal dunia;
- Bahwa saksi telah melakukan pembayaran kepada ahli waris Koen
Soekarno Soegono sekali di Kantor saksi dan menerima pembayaran
tersebut adalah ahli warisnya yang bernama Toeti sebesar
Rp.2.000.000.000,-, dan pembayaran tersebut adalah untuk pembayaran
Perjanjian Pengikatan Jual Beli;
- Bahwa saksi mengetahui tentang bukti surat P-17 dan P-20 dimana bukti
P-17 adalah kwitansi bukti pembayaran uang PPJB sebesar
Rp.200.000.000,-, yang diberikan kepada ahli waris Koen Soekarno
Soegono yaitu bu Tuti dan P-20 adalah foto menandatangan kwitansi
pembayaran tersebut dan saksi yang mendokumentasikan foto tersebut;
- Bahwa saksi mengetahui bukti surat P-9 Perihal perikatan Perjanjian Jual
Beli antara para ahli waris Koen Soekarno Soegono dengan H.Matroji HS
selaku kuasa dari Tan Budiono dan surat PJB tersebut benar ada tetapi
tidak terlalu mengetahui secara mendetail isi dari Perikatan Perjanjian
Jual Beli tersebut dan saksi tahunya karena PPJB tersebut diberikan oleh
Tan Budiono beserta surat PBB, Surat dari Dep.Pertanian, surat ahli waris
dan surat-surat yang berhubungan dengan tanah tersebut pada saat Tan
Budiono memberikan kuasa kepada saksi;
- Bahwa saksi sebelum mengurus surat-surat tanah tersebut, surat-surat
tanah tersebut belum keluar dan saksi tidak tahu kendala-kendalanya dan
124
sebelumnya setahu saksi bahwa Tan Budiono yang mengurus surat-surat
tanah tersebut tetapi saksi tidak tahu sampai mana pengurusan dan 2.
penyelesaian surat-surat tanah tersebut;
- Bahwa Perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut dibuat dan mengikat sejak
tanggal 27 Agustus 2008;
- Bahwa setahu saksi pembayaran yang dilakukan oleh Tan Budiono untuk
penyelesaian pengikatan perjanjian jual beli tersebut adalah sebesar
Rp.2M;
- Bahwa mengenai tenggang waktu Penyelesaian Pembayaran Jual Beli
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
tanah tersebut tidak diatur dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli ikatan
Perjanjian tersebut;
- Bahwa selama saksi menjadi kuasa dari Tan Budiono, saksi tidak pernah
ada masalah dengan para ahli waris Koen Soekarno Soegono dan
hubungan saksi dengan mereka baik-baik saja;
- Bahwa sampai saat ini saksi tidak pernah mendengar ataupun permintaan
dari para ahli waris Koen Soekarno Soegono untuk membatalkan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut karena setahu saksi mengenai
pembatalan perjanjian tersebut haruslah atas pengetahuan dan
kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian;
- Bahwa saksi tidak tahu dan tidak pernah bertemu Kuasa dari para ahli
waris Koen Soekarno Soegono;
125
2. UMAR M.AL HAMID, di persidangan dibawah sumpah pada pokoknya
memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa saksi mengenal Tan Budiono hanya lewat telpon saja dan saksi
teman kantor dari saksi Sartono;
Bahwa benar yang mengurus penyelesaian surat-surat tanah tersebut adalah saksi
Sartono karena telat diberi kuasa oleh Tan Budiono;
- Bahwa saksi pernah menerima uang pembayaran tanah tersebut dari anak
Tan Budiono di kantor saksi sebesar Rp.2.000.000.000,- dan uang
tersebut saksi diberikan kepada saksi Sartono dan keesokan harinya uang
tersebut oleh saksi Sartono diserahkan kepada ahli waris Koen Seokarno
Soegono yaitu bu Tuti di kantor saksi sempat di dokumentasikan oleh
saksi Sartono;
- Bahwa saksi mengetahui tentang bukti surat P-17 dan P-20 dimana bukti
P-17 adalah kwitansi bukti pembayaran uang PPJB sebesar
Rp.200.000.000,-, yang diberikan kepada ahli waris Koen Soekarno
Soegono yaitu bu Tuti dan P-20 adalah foto menandatangan kwitansi
pembayaran tersebut dan saksi Sartono yang mendokumentasikan foto
tersebut;
- Bahwa saksi mengetahui bukti surat P-9 Perihal perikatan Perjanjian Jual
Beli antara para ahli waris Koen Soekarno Soegono dengan H.Matroji HS
- selaku kuasa dari Tan Budiono dan surat PJB tersebut benar ada tetapi
tidak terlalu mengetahui secara mendetail isi dan Perikatan Perjanjian
126
Jual Beli tersebut dan saksi tahunya dari saksi Sartono termasuk surat
Pengikatan Perjanjian Jual Beli sesuai bukti surat P-9;
- Bahwa mengenai tenggang waktu Penyelesaian Pembayaran Jual Beli
tanah tersebut tidak diatur dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Perjanjian tersebut;
Bahwa sampai saat ini saksi tidak pernah mendengar ataupun permintaan
dari para ahli waris Koen Soekarno Soegono untuk membatalkan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut; Perjanjian Pengikatan Jual Beli
tersebut;
3. Ahli Dr. ALFRA,SH.,MH., di persidangan dibawah sumpah pada pokoknya 4.
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
memberikan pendapat dan keahliannya sebagai berikut:
- Bahwa saksi adalah ahli di bidang Hukum Pidana Umum;
- Bahwa dalam kasus ini bahwa sebagai terlapor adalah Matroji sedangkan
pelapor adalah Napis dimana dalam tahap pemeriksaan terlapor tersebut
ternyata terlapor meninggal dunia, Pemohon tidak bisa menggantikan
terlapor sebagai terlapor atau tersangka dikarenakan tersangka yang
diduga melakukan tindak pidana telah meninggal dunia tidak boleh
diwakilkan atau diwariskan kepada orang lain dan langkah yang harus
dilakukan oleh Termohon/Penyidik adalah menghentikan/menutup kasus
tersebut demi hukum;
- Bahwa perihal Surat Kuasa yang diberikan oleh Pemohon kepada Matroji
sebagai kuasa dalam pengikatan perjanjian Jual Beli dengan para ahli
127
waris ketika penerima Kuasa Matroji meninggal dunia maka Surat Kuasa
itupun dinyatakan gugur;
- Bahwa menurut Pasal 1320 BW/KUHPerd bahwa perikatan harus
memenuhi subjek, perjanjian, suatu syarat yang cakap, suatu sebab yang
halal dan kalau ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka dapat
dikatakan salah satu pihak yang mengikatkan diri dalam perikatan
tersebut melakukan wanprestasi sesuai Pasal 1234 KUHPerd. Setelah
menelaah kasus Permohon tersebut bahwa Pemohon telah melakukan
beberapa kali pembayaran tetapi dalam perjalanan pertengahan sampai
akhirnya ternyata Pemohon belum bisa menyelesaikan pembayaran sesuai
dengan PPJB tersebut, menurut saksi bahwa tindakan Pemohon tersebut
dikategorikan sebagai tindakan wanprestasi;
- Bahwa suatu tindakan/perbuatan yang didahului dengan adanya perikatan
perjanjian antara kedua belah pihak adalah termasuk dalam masalah
Perdata dan tidak bisa ditarik ke masalah pidana kecuali antara salah satu
pihak melakukan suatu hal yang melanggar hukum;
- Bahwa tindak pidana yang disangkakan kepada Pemohon sebagai
tersangka yaitu Pasal 372 KUHP dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan
dan Penggelapan dalam kasus ini adalah tidak termasuk dalam unsur-
unsur- dalam ke dua pasal tersebut karena antara Pemohon dan para ahli
waris masih terikat perikatan dan Pemohon telah melakukan pembayaran-
pembayaran meskipun pembayaran selanjutnya terhenti atau tersendat;
128
- Bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mengikat bagi kedua belah
pihak yang membuatnya, apabila tidak dipenuhi maka telah terjadi
perbuatan perdata yaitu wanprestasi sesuai ketentuan Pasal 1234
KUHPerdata, seperti pengembalian surat-surat bukti dari pemohon
kepada Pelapor haruslah diselesaikan melalui proses pengajuan gugatan
ke Pengadilan atau untuk membatalkan suatu perjanjian seperti PPJB
tersebut diatas;
- Bahwa dalam kasus ini mengenai penyerahan bukti Girik yang dilakukan
oleh salah satu saksi dalam kasus ini yaitu anak Pemohon adalah harus
dilihat dari konteks penyerahan bukti tersebut. Apakah penyerahan bukti
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
tersebut adalah karena dalam keadaan terdesak ataupun tidak ataupun ada
ancaman. Kalau penyerahan bukti tersebut ada unsur ancamannya maka
itu dapat dikatakan perbuatan melanggar hukum dan penyitaan terhadap
barang bukti tersebut tidak harus dilakukan oleh Termohon/Penyidik dan
bisa dikatakan tindakan penyitaan tersebut adalah ilegal. Penyitaan
terhadap barang bukti tersebut bisa dilakukan apabila tersangka
tertangkap tangan tetapi kalau dalam waktu yang sudah lama maka
Termohon tidak bisa menyita barang bukti tersebut sesuai dengan
Manajemen Tidak Pidana;
- Bahwa mengenai penetapan tersangka yang dilakukan oleh
Penyidik/Termohon dalam kasus ini mengacu pada Putusan Mahkamah
Konstitusi RI No.21/PUU-VII/2014 tanggal 28 April 2015 yang pada
129
pokoknya menyatakan bahwa Penetapan tersangka adalah bagian dari
proses penyidikan, dimana penetapan tersangka oleh Penyidik dilakukan
oleh Penyidik apabila telah ada dua bukti permulaan yang cukup yaitu
minimal sudah ada 2 (dua) alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 UU
RI No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP kalau hal tersebut tidak terpenuhi
maka Penyidikan/Penetapan tersangka tersebut cacat hukum dan tidak
boleh dilakukan Penetapan tersangka dan kalau itu dialami oleh seseorang
hal yang dilakukan oleh tersangka adalah mengajukan Pra Peradilan;
- Bahwa Pengertian Tersangka sendiri menurut Pasal 1 butir 14 KUHAP
adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, Maka
penetapan Tersangka didasarkan pada adanya bukti permulaan, dan
difinisi ini yang ditetapkan dalam KUHAP untuk mengukur apakah
seorang itu bisa ditetapkan sebagai Tersangka atau tidak, ada bukti
permulaan yang cukup yang dikemudian dibawa oleh Mahkamah
Konstitusi sebagai adanya dua alat bukti dan kalau hal/prosedur tersebut
tidak dilalu oleh Penyidik, maka penyitaan tersebut tidak boleh dilakukan
dan hal tersebut telah melanggar kode etik Penyidik dan ada sanksinya;
- Bahwa dalam kasus ini Pemohon tidak bisa dijadikan tersangka apabila
awalnya telah ada terlapor yang lain dan kemudian meninggal dunia dan
selanjutnya Pemohon dijadikan tersangka, karena kalau Pemohon mau
dijadikan tersangka maka harus ada laporan baru dari Pelapor dalam
130
kasus yang tidak sama dengan laporan awalnya dan dengan demikian
penyidikan, penyitaan harus dibatalkan;
- Bahwa penyitaan terhadap barang bukti boleh dilakukan kalau sudah ada
penetapan tersangka tetapi kalau ada hubungan klausiter dengan tindak
pidana tersebut sah-sah saja;
- Bahwa dari permasalahan Perdata bisa saja ditarik ke Pidana jika
perbuatan tindak pidana telah memenuhi unsur-unsur pidana yang
dituduhkan terhadapnya;
- Bahwa menurut saksi bahwa dari kasus ini menurut saksi tidak ada unsur-
unsur Penggelapan maupun Penipuan;
- Bahwa kalau dalam suatu perikatan telah terjadi pembayaran tetapi
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
selanjutnya tersendat menurut saksi itu tidak ada unsur pidananya;
- Bahwa kalau sudah ada perikatan yang telah dilakukan oleh kedua belah
pihak termasuk antara Pemohon dan ahli waris maka kedua pihak harus
tunduk pada perikatan atau perjanjian tersebut dan keduanya dikatakan
harus tunduk pada Undang-Undang dan selanjutnya apabila salah satu
pihak tidak melaksanakan salh satu dari yang diperjanjikan atau
melakukan wanprestasi maka dapat diselesakan di pengadilan;
- Bahwa dalam hal klausul dalam Pengikatan perjanjian jual beli yang
menyatakan bahwa atas perjanjian ini dengan segala akibatnya kedua
belah pihak memilih Pengadilan Negeri Jakarta Barat maka jika terjadi
131
perbuatan wanprestasi diantara pihak yang melakukan perikatan maka
harus diselesaikan di Pengadilan Negeri dalam hal ini dalam ranah perdata
dan dalam kasus ini tidak bisa ditarik ke ranah pidana;
- Bahwa dalam hal perikatan/perjanjian salah satu pihak tidak boleh
membatalkan perikatan/perjanjian tersebut srcara sepihak tetapi harus
kedua pihak tersebut;
- Bahwa atas suatu laporan dengan alasan pembayaran yang lama atau
tersendat tidak bisa dikategorikan sebagai tindak pidana sejauh kedua
belah pihak masih terikat/mengikatkan diri pada perjanjian tersebut;
- Bahwa BAP termasuk alat bukti tetapi alangkah baiknya kalau disertai
dengan gelar perkara terbuka dimana dihadirkan pihak-pihak yang terkait
dalam hal ini Pelapor, terlapor, ahli waris;
Menimbang, bahwa sebaliknya pihak Termohon untuk membuktikan dan
memperkuat dalil sangkalannya telah menyampaikan pula bukti-bukti surat yang
telah di Nasegel dan dibubuhi materai yang cukup yang diberi tanda T-1 sampai
dengan T-32 serta telah pula disesuaikan dengan aslinya, surat-surat buktinya
Termohon tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Bukti T-1:
Polisi Nomor : LP/0662/VI/2011/PMJ/RESTOJABAR tanggal 03Juni 2011;
2. Bukti T-2:
a. Surat Perintah Tugas Nomor : Sprin Gas/ 533/VI/2011/Res JB.
b. Surat Perintah Tugas Nomor : Sprin Gas/ 418/IV/2013/Res/JB.
c. Surat Perintah Tugas Nomor : Sprin Gas/ 978/VII/2015/Res JB.
132
3. Bukti T-3:
a. Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprin Dik/ 533/VI/2011/Res JB.
b. Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprin Dik/ 418/IV/2013/Res JB.
c. Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprin Dik/ 978/VII/2015/Res JB.
4. Bukti T-4: Surat Printah dimulainya Penyidikan;
5. Bukti T-5: Surat Perintah Penyitaan barang bukti;
6. Bukti T-6:
a. Surat Perintah penggeledahan rumah;
b. Surat Penetapan Penggeledahan rumah
7. Bukti T-7:
Surat Kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat perihal Permintaan ijin
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
Khususnya penyitaan.
8. Bukti T-8: BAP Saksi Pelapor Sdr.NAPIS.
9. Bukti T-9: BAP Saksi Sdr.YAKUB Bin MAWAR.
10. Bukti T-10: BAP Saksi Sdr.SARDJO Bin KARIM.
11. Bukti T-11: BAP Saksi Sdr.TOETI NZ SOEKARNO.
12. Bukti T-12: BAP Saksi Sdr.SANTY JUNITHA SOEKARNO.
13. Bukti T-13: BAP Saksi Sdr.RIZKY PRIMAJAYA SOEKARNO.
14. Bukti T-14:BAP Saksi Sdr.LUCKY RAMADHANTY SOEKARNO.
15. Bukti T-15: BAP Saksi Sdr.DANU ZAENUDIN SOEKARNO.
16. Bukti T-16: BAP Saksi Sdr.DEDIH ALAMSYAH.
17. Bukti T-17: BAP Saksi Sdr.H.MATROJI Bin H.SALEH.
133
18. Bukti T-18: BAP Saksi Sdr.LINDA YULIAWATI.
19. Bukti T-19: BAP Saksi Sdr.DEDIH ALAMSYAH.
20. Bukti T-20: BAP Saksi Sdr.ISKANDAR DINATA.
21. Bukti T-21: BAP Saksi Sdr.TAN BUDIONO.
22. Bukti T-22: BAP Saksi Sdr.DWI SANTOSO SH.
23. Bukti T-23: BAP Saksi tambahan Sdri.TOETI NZ SOEKARNO.
24. Bukti T-24: BAP Saksi Sdr.HABIBOROKHMAN.
25. Bukti T-25: BAP Saksi Sdr.HENNY RUSMIATI.
26. Bukti T-26: BAP Saksi Sdr.DEDY ALAMSYAH.
27. Bukti T-27:
a.BAP Saksi Sdr.BAMBANG TJAHJONO.
b.BAP Saksi tambahan Sdr.BAMBANG TJAHJONO.
28. Bukti T-28:
Surat Penetapan ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor :14
/PEN/PID/2015/PN.Jkt.Bar.
29. Bukti T-29: BAP tersangka Sdr.TAN BUDIONO.
30. Bukti T-30:
Surat GIRIK yang terdiri dari 7 lembar Girik, 5 Surat pelepasan Hak tanah dan
satu Surat Keterangan Kontrak Sewa.
31. Bukti T-31: BAP Saksi Ahli Dr.EFFENDY SARAGIH,SH.,MH;
32. Bukti T32: BAP Pengambilan Sumpah/Janji Dr. Effendy Saranggih,SH.,MH;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon Praperadilan dan termohon
Praperadilan telah mengajukan kesimpulannya masing-masing yang dikemukakan
134
pada tanggal 16 Nopember 2015, dan selanjutnya Para Pihak mohon putusan;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terjadi dipersidangan
sebagaimana tercatat dalam Berita Acara Persidangan yang bersangkutan, untuk
mempersingkat uaraian putusan, maka secara Mutatis Mutandis dianggap
tercantum serta turut pula dipertimbangkan dalam putusan ini;
8. KESIMPULAN DAN PUTUSAN
Menimbang, bahwa segala dan tujuan permohonan Praperadilan Pemohon
adalah sebagaimana terurai diatas;
Menimbang, bahwa permohonan Pra Peradilan Pemohon tersebut
disangkal oleh Termohon sehingga dengan demikian Pemohon haruslah
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
berkewajiban untuk membuktikan dalil-dalil permohonan Pra Peradilannya
tersebut;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya maka
permohon telah mengajukan surat-surat bukti yang diberi tanda dengan surat
bukti P-1 sampai dengan P-20 kecuali bukti surat P-1, P-3, P-4, P-7, P-16, dan P-
18 tidak jadi diserahkan, serta 3 (tiga) orang saksi yang terdiri dari 2 (dua) orang
saksi yang keterangannya di bawah sumpah dan 1 (satu) orang saksi ahli yang
pendapatnya didengar di bawah sumpah;
Menimbang, bahwa demikian pula sebaliknya Termohon guna meneguhkan
dalil-dalil sangkalannya telah pula mengajukan surat-surat buktinya yang diberi
135
tanda dengan surat bukti T-1 sampai dengan T-32, sedangkan untuk saksi
Termohon tidak mengajukan saksi;
Menimbang, bahwa yang menjadi dasar dan alasan hukum bagi Pemohon
dalam mengajukan permohonan Praperadilan ini adalah sebagai berikut:
Bahwa perantara Praperadilan yang diatur dalam Bab X bagian kesatu
KHUAP merupakan sarana untuk mengawasi secara horizontal terhadap
penggunaan wewenang oleh aparat penegak hukum (i.c.Penyidik, Ppenyelidik
dan Penuntut Umum), dalam hal melaksanakan kewenangannya secara
berlebihan atau sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum dengan maksud
dan tujuan lain diluar yang ditentukn secara tegas dalam KUHAP, maka perlu
diuji keabsahan penggunaan kewenangan tersebut melalui Praperadilan guna
menjamin perlindungan terhadap hak asasi setiap Warga Negara incasu
Pemohon);
Bahwa untuk menguji keabsahan penetapan status tersangka incasu Pemohon
oleh Termohon selaku Penyidik apakah sesuai ketentuan dasar dalam KUHAP
mengingat penetapan status tersangka adalah kunci utama untuk tindak lanjut
yang dapat dilakukan oleh aparat pemegak hukum (Penyidik, Penyelidik, dan
Penuntut Umum), ke proses berikutnya seperti upaaya paksa, upaya
penentuan, dan lain-lain);
Bahwa dalam praktek Praperadilan yang telah membuat putusan terkait
penetapan tersangka sudah menjadi objek Praperadilan, diantaranya:
1. Putusan Praperadilan dalam perkara Nomor : 04/Pid/Prap/2014/PN/Jkt/Sel,
tanggal 16 februari 2015, menyatakan:
136
Menyatakan Penetapan Tersangaka atas diri Pemohon yang dilakukan oleh
Termohon adalah tidak sah”;
menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang dikeluarkan
lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan penetapan tersangka
terhadap diri Pemohon oleh Termohon”;
2. Putusan Praperadilan dalam perkara Nomor : 36/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel,
tanggal 26 Mei 2015, menyatakan;
Menyatakan Penyidikan yang dilakukan oleh Termohon berkenaan
dengan peristiwa Pidana yang ditetapkan Pemohon sebagai Tersangka
adalah tidak sah dan tidak berdasar atas hukum dan oleh karenanya
penetapan tersangka a quo tidak mempunyai kekuatan mengikat;
3. Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No
67/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel, menyatakan:
Tidak sah menurut Hukum Tindakan Termohon menetapkan pemohon
sebagai tersangka”;
5. Bahwa menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
21/PUU-XII/2014, tanggal 28 April 2015, mengenai penetapan tersangka
menjadi objek Praperadilan dengan alasan:
Oleh karena Penetapan Tersangka adalah bagian dari proses penyidikan
yang merupakan perampasan terhadap hak asasi manusia maka
seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan objek yang
dapat dimintakan perlindungan hukum melalui hukum perantara
praperadilan yang semata-mata untuk melindungi seseorang dari tindakan
137
sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan besar dapat terjadi ketika
seseorang ditetapkan sebagai tersangka, padahal dalam prosesnya ternyata
ada kekeliruan maka tidak ada perantara lain selain perantara Praperadilan
yang dapat memeriksa dan memutusnya;
Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945
sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,
Penggeledahan , dan Penyitaan dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat, sepanjang tidak memaknai termasuk penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan;
6. Penyidik Nomor : Spindik /418/IV/2013/Res.JB. tanggal 1 April 2013 yang
diketahui oleh Pemohon melalui Surat Panggilan Polisi Nomor : SP/
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
7. 3459/2015/Res.JB tanggal 24 Agustus 2015 terkait Peristiwa Pidana
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 378 KHUP dan 372 KHUP;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Pemohon memohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat Cq.Hakim yang memeriksa perkara ini
berkenan menjatuhkan keputusan sebagai berikut:
1. Menyatakan mmengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan : Spindik / 418 / IV /2013 tanggal 1
April 2013 yang menetapkan pemohon sebagai tersangka oleh Termohon
terkait peristiwa Pidana sebagaimana yang dimaksud pada pasal 378 KUHP
138
temtang Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah TIDAK
SAH dan Tidak berdasar atas Hukum, dan oleh karenanya Penetapan A quo
tidak mempunyai kekuatan mengikat;3.
4.
5. Menyatakan Penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait peristiwa
pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Penetapan tersangka terhadap diri
Pemohon sebagaimana yang dimaksud pada pasal 378 KUHP tentang
Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah TIDAK SAH dan
tidak berdasar atas Hukum dan oleh karenanya Penyidikan A quo tidak
mempunyai kekuatan mengikat;
6. Menyatakan Penyitaan Barang Bukti Berupa Girik-Girik Asli sebagaimana
yang dimaksud dalam tanda terima tanggal 10 Agustus 2015 tidak sah dan
tidak mempunyai hukum mengikat;
7. Memerintahkan Termohon untuk mengembalikan seluruh Girik-Girik asli
yang dalam penguasaan Termohon kepada Pemohon;
8. Menyatakan perbuatan Termohon yangb menetapkan Pemohon selaku
tersangka tanpa Pprosedur adalah cara Yuridis/bertentangan dengan hukum
yang menyebabkan kerugian sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah);
9. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang dilakukan lebih
lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan Penetapan Tersangka terhadap
diri Pemohon oleh Termohon;
10. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara Aquo;
139
Atau apabila Mjelis Hakim berpendapat lain Mohon Putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap hal tersebut Pengadilan Negeri
mempertimbangkan sebagai berikut:
1. Bahwa dasar huhum permohonan Praperadilan merujuk pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan Putusan Pengadilan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat
/constitusional state) serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
serta menjamin segala warga negara besamaan kedudukannya dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya. Dalam Pasal 28 D ayat (1) ditegaskan:
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil”.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menegaskan bahwa salah satu Hak Asasi Manusia menurut piagam PBB
tentang Declaration Universal of Human Right 1948 adalah hak untuk
mendapatkan perlindungan hukum.
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pada Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 (Praperadilan)
d. Pasal 378 dan 372 KUHP.
e. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 21/PUU-XII/2014 atas nama
Pemohon Bachtiar Abdul Fatah. Substansi dari Pertimbangan Hukum
140
Mahkamah Konstitusi dimaksud bahwa penetapan Tersangka, penyitaan
dan penggeledahan masuk objek praperadilan. Putusan Mahkamah
Konstitusi tersebut juga memperjelas bahwa yang dimaksud bukti f.
g.
permulaan yang cukup berdasarkan pada minimal dua alat bukti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP.
2. Penetapan Pemohon sebagai Tersangka sebelum dilakukannya penyidikan
adalah perbuatan tindakan sewenang-wenang penyidik, sebelum dilakukan
pemeriksaan saksi, dan penggeledahan dan penyitaan.
3. Penetapan Pemohon sebagai Tersangka tidak berdasarkan bukti permulaan
yang cukup sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KHUAP. Bahwa bukti yang
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
cukup tersebut berkaitan dengan perbuatan pidana yang disidik adalah tindak
pidana Penipuan Pasal 378 KUHP Dan atau Penggelapan Pasal 372 KHUP.
4. Bahwa pada tanggal 24 Agustus 2015, Pemohon mendapatka Surat Panggilan
dari POLRES Jakarta Barat Nomor : SP/3159/VIII/2015/Res. JB termuat
diperiksa sebagai Tersangka dan pada hari senin tanggal 31 Aggustus 2015
pukul 10.00 WIB telah dilakukan pemeriksaan kepada Pemohon sebagai
Tersangkaoleh Termohon di LAPAS Kelas II Ketapang Kalimantan Barat;
5. Menunjukan adanya inkonsistensi dan kelebihan dari Termohon selaku
penyidik dan sekaligus mengacaukan orientasi pembelaan diri secara baik dari
Pemohon, sekaligus tidak menjamin adanya kepastian hukum baik mengenai
141
status Pemohon sebagai Tersangka maupun jenid tindak pidana yang
disangkakan kepada Pemohon.
Bahwa setelah Pemohon dinyatakan sebagai Tersangka Termohon baru
melakukan penyitaan terhadap barang bukti, yang mana barang bukti tersebut
awalnya dalam penguasaaan Pemohon dan kemudian disita oleh Termohon
dan dokumen tersebut bukan disita dari para saksi sebagaimana dalam surat
penerimaan sebagai berikut:
1. Penyitaan tanggal 14-07-2015 dibuat oleh penyidik Polres Jakarta Barat
No.B/149/VII/2015/Res JB;
2. Penyitaan sejumlah barang bukti sebagaimana diurai dan termaktub dalam
Surat Permintaan Izin Penyitaan tersebut, sebanyak 13 (tiga belas)
dokumen;
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
6. Bahwa tindakan dugaan tindak pidana Penipuan Pasal 378 KUHP
menetapkan sebagai tersangka bertenntangan dengan ketentuan Pasal 1 ayat
14 jo.Pasal 138 KUHAP jo 184 KUHAP jo Pasal 184 KUHAP dengan
alasan:Pasal 1 ayat 14:
“Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”;
Pasal 184:
(1) Alat-alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
142
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa;
Berdasarkan bukti-bukti yang diajuka oleh Termohon berupa Berita Acara
Penyidikan (BAP) saksi-saksi yang diberi tanda T-8 s/d T-29, dan T-31
(keterangan ahli) pada prinsipnya menerangkan secara umum mengenai:
1. Tidak terlaksananya PPJB yang dibuat dan disepakati antara ahli waris
Koen Soekarno Soegono yang dikuasakan kepada Napis dengan
H.Matroji Hs, sebagai Kuasa dari Tan Budiono (Pemohon);
2. Keberadaan surat-surat bukti berupa asli surat yang terdiri dari:
1. Asli Girik C.148 Persil 91 S.III atas nama Thio Tjoe Nio seluas
51.140M2;
2. Asli Girik C.1619 Persil 60 S.II atas nama Mugeni Bin Muhammad
seluas 3.575 M2;3.
4.
5. Asli Girik C.924 Persil 76, 76B , 80 S.III atas nama Oei Pek Liang
seluas 50.550 M2;
6. Asli Girik C.1168 Persil 83b, S.II atas nama Iskandar Bin Ahyar seluas
6.550 M2;
7. Asli Girik C.1312 Persil 83a, S.II atas nama AHYAR Bin ASAD
seluas 2.660 M2;
8. Asli Girik C.1333 Persil 82a, S.II atas nama AYANI Binti AHYAR
seluas 1.200 M2;
9. Asli Girik C.1205 Persil 82 atas nama OEI ENG NIO seluas 2.000 M2;
143
10. Asli Surat keterangan untuk melepaskan hak atas tanah OEI ENG NIO
kepada KOEN SOEKARNO SOEGONO tanggal 16 September 1967;
Budiono dapat dikategorikan telah melakukan perbuatan melawan hukum
yaitu melakukan tindak pidana Penggelapan sebagaimana dimaksud dalam unsur-
unsur pada Pasal 372 KUHP;
Bahwa berbeda dengan keterangan saksi ahli dari pemohon bernama :
Dr.Alfira ,SH.,MH., yang menerangkan bahwa dibawah sumpah pada pokoknya:
”Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat bagi kedua belah pihak yang
membuatnya, apabila tidak dipenuhi maka telah terjadi perbuatan perdata yaitu
wanprestasi sesuai ketentuan pasal 1234 KUHP, seperti prngambilan surat-syrat
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
bukti dari Pemohon kepada Pelapor haruslah diselesaikan melalui proses
pengajuan gugatab ke Pengadilan atau untuk membatalkan suatu perjanjian seperti
PPJB tersebut diatas;Bahwa dari keterarangan saksi-saksi yang tertuang
dalam BAP yaitu bukti T-8 s/d T;29, dan saksi Ahli (T-31) yang diajukan
Termohon pada pokoknya hanya: “menerangkan adanya peristiwa hukum perdata
yang bersumber pada PPJB, bukan menerangkan adanya suatu peristiwa Pidana
oleh karena itu bukti T-8 s/d T-29 dan T-31 (Keterangan Ahli) tidak dapat
dikategorikan sebagai bukti yang dimaksud Pasal 184 KHUAP dan tidak
merupakan ketentuan minimum yang dipenuhi oleh suatu pembuktian (Pasal 183
KHUAP);
144
Menimbang, bahwa pendapat ahli dari Pemohon , dimana ahli Pemohon,
(Dr.Alfira,SH.,MH.) berpendapat bahwa Penetapan Tersangka adalah setelah
proses penyidikan karena pengertian penyidikan tersebut adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang,
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menmukan Tersangkanya (Pasal 1
butir 2 KHUAP);
Menimbang, bahwa alat ukur untuk menilai suatu doktrin atauketerangan
ahli adalah Hukum dan undang-undang, karena doktrin atau pendapat ahli tersebut
tidak boleh bertentangan dengan Hukum dan Undang-undang;
Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara aquo yang dipersoalkan
adalah Penetapan Tersangka tersebut diatas maka Hakim berpedoman pada
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 21/PPU-XII/2014,
tanggal 28 April 2015, yang berbunyi, “Oleh karena Penetapan Tersangka adalah
bagian dari proses penyidikan yang merupakan perampasan terhadap hak asasi
manusia maka seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan objek
yang dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata praperadilan.
Hal tersebut semata-mata untuk melindungi seseorang dari tindakan
sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan besar dapat terjadi ketika
seseorang ditetapkan sebagai tersangka, padahal dalam prosesnya ternyata ada
kekeliruan maka tidak ada pranata lain selain pranata Praperadilan yang dapat
memeriksa dan memutusnya. Namun demikian, perlindungan terhadap hak
Tersangka tidakmkemudian diartikan bahwa tersangka tersebut tidak bersalah dan
145
tidak menggugurkan dugaan adanya kaidah hukum yang berlaku secara ideal dan
benar. Dimasukkannya keabsahan penetapan tersangka sebagai ogjek pranata
praperadilan adalah agar perlakuan terhadap seseorang dalam proses pidana
memperhatikan tersangka sebagai manusia yang mempunyai harkat martabat dan
a.
kedudukan yang sama di hadapan hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan amar Putusan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia Nomor 21/PU-XII/2014 tanggal 28 April 2015 (Bukti P-1),
yang berbunyi antara lain:
Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981, Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,
Penggeledahan, dan Penyitaan;
Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981, Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai termasuk
penetapan tersangka, Penggeledahan dan Penyitaan;
Maka menjadi jelas dan teranglah bahwa Penetapan Tersangka menurut
hukum adalah merupakan objek Praperadilan;
Menimbang, bahwa pernyataan adalah apakah Penetapan Tersangka
tersebut pada awal proses Penyidikan atau setelah proses penyidikan dilakukan;
146
Menimbang, bahwa pernyataan selanjutnya adalah apakah Penetapan
Tersangka tersebut sudah sah atau tidak sah dan apakah perbuatan Pemohon
tersebut termasuk kedalam ranah Pidana atau Perdata;
Menimbang, bahwa Penetapan Pemohon sebagai tersangka diawali
dibuatnya Laporan Kejadian Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan Nomor:
LP/0662/VI/2011/PMJ/Res JB tanggal 03 Juni 2011 atas nama pelapor Sdr.
NAPIS dan sebagai Terlapor adalah Sdr.Matroji, dan kemudian diterbitkan Surat
Perintah Penyidikan Nomor : Sprindik/533/VI/2011/Res. JB tanggal 06 Juni 2011
Nomor: Sprindik/418/IV/2013/Res . JB tanggal 1 April 2013, kemudian melalui
surat panggilan Nomor : SP/3459/VIII/2015/Res.JB yang diterima pada tanggal
24 Agustus 2015 dan pada hari senin tanggal 31 Agustus 2015 Pukul 10.00 WIB
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
dilakukan Pemeriksaan kepada Pemohon sebagai Tersangka oleh Termohon
sebelum dikonfrontir Bukti-bukti yang menyebabkan ihwal apakah hal tersebut
adalah perbuatan Pidana padahal melalui kuasa Hukum in Casu Pemohon telah
menjelaskan dan menunjukan bukti kepada Termohon, bahwa antara Pemohon
dan Pelapor (pemilik tanah) terikat Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan sejumlah
pembayaran-pembayaran yang sah;
Menimbang,bahwa terlapor awal yaitu Saudara Matroji yang dilaporkan
oleh Pelapor Napis telah meninggal dunia pada tanggal 09Juli 2012, dan
selanjutnya bdugaan Perbuatan Pidana yang disangkakan sebelumnya kepada
saudara H.Matroji berpindah status Tersangka nya in casu Pemohon;
147
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P-9, antara ahli waris Kon
Soekarno Sogono dengan Pemohon Tan Budiono telah terjadi Perjanjian
Pengikatan Jual Beli yang dilakukan/diwakili oleh kuasa Pemohon yaitu Sdr.
Matroji pada tanggal 27 Agustus 2008 dan telah dibuat didepan Notaris Sukawaty
Sumadi,SH di Jakarta pada tanggal 8 September 2008 dan antara pemohon dan
Ahli Waris telah sepakat dan menyetujui pembayaran atas jual beli Tanah atau
Lahan tersebut sebesar Rp. 500.000.000,- ( lima ratus juta rupiah) yang
dibayarkan secara bertahap dengan Rincian sebagai berikut : Pembayaran Pertama
sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) pada saat penandatanganan
Surat Perjanjian Pengikatan Jual Beli; Pembayaran Tahap kedua sebesar Rp.
200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah) dibayarkan apada bulan oktober 2008;
Pembayaran tahap Ketiga sebesar Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah)
dibayarkan pada bulan Desember 2008;
Menimbang, bahwa Pemohon menerima Asli surat-surat Girik dari surat-
surat lainnya pada saat Penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)
tanggal 27 Agustus 2008 yang senyatanya bertujuan untuk pengurusan PM1 dan
C1 sebagai dasar Peningkatan hak atas tanah serta Pengurusan Pelepasan
sewa/kontrak lahan/tanah dari Dinas Pertanian Pemprov. DKI dan sekaligus
menyelesaikan pendudukan pisik tanah oleh Pihak lain atau penggarap;
Menimbang, bahwa akibat meninggalnya Saudara Matroji pada tanggal
09 Juli 2012 sebagai Penerima kuasa dari Pemohon sebagaiman ternyata pada
Surat Kuasa Kusus tanggal 26 Agustus 2008. Pemohon telah mencabut kuasa
dengan segala kewenangan dan peruntukannya dari almarhum Matroji serta ahli
148
warisnya sebagaimana diterangkan dalam Akta Pernyataan dan pengakuan Ahli
waris Almarhum Matroji Nomor :08, tanggal 25 Mei 2013 oleh Notaris Saeful
huda,S.H.,M.Kn di Tangerang Selatan dan kemudian pasca meninggalnya saudara
Matroji dan segala kuasa mewakili dari Pemohon sudah dicabut dan dinyatakan
berakhir, Para Ahli Waris juga masih terus menerus menerima Pembayaran Uang
muka secara langsunbg dari Pemohon yang Total pembayaran Uang muka yang
diterima ahli waris dari setelah saudara Matroji meninggal dunia berdasarkan
rincian kwitansi adalah sebesar Rp. 550.000.000,- (lima ratus lima puluh juta
rupiah) (Bukti P-14);
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-17 terbukti bahwa sampai tanggal
14 Juli 2015, Ahli Waris masih menerima pembayaran uang muka pengembalian
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
tanah termaksud sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dari Pemohon
MELALUI KUASA Pemohon yaitu saksi Trasono yang diserahkan kepada
saudari Toeti NZ Soekarno sesuai dengan kwitansi tanda terima
tersebut.SEHINGGA pembayaran uang muka yang semula berdasarkan
kesepakatan bersama sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Pengikatan Jual
Beli (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008 sebesar Rp. 500.000.000,- ( lima ratus juta
rupiah) menjadi sebesar Rp. 1.997.000.000,- (satu milyar sembilan ratus sembilan
puluh tujuh rupiah);
149
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas antara
Pemohon dan Para Ahli Waris memiliki dan terikat Perjanjian Pengikatan Jual
Beli (PPJB) tanggal 27 Agustus 2008, atas tanah-tanah yang dimana Surat-Surat
Girik Asli yang dijadikan dasar sebagai tindak pidana penipuan dan
Penggeledahan dan Para Ahli Waris mulai dari Penandatanganan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli tamggal 27 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 14 Juli
2015, sudah dan masih menerima Uang Muka Pemnbayaran atas tanah termaksud
diatas dari Pemohon yang besarnya bahkan melebihi kesepakatan awal yang
semula Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sehingga menjadi sebesar Rp.
1.997.000.000,- (satu milyar sembilan ratus sembilan tujuh juta rupiah);
Menimbang, bahwa dalam perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut tidak
termaktub dalam klausulu perjanjian tersebut mengenai tenggang waktu/batas
waktu pembayaran pelunasan tanah tersebut dan berakhirnya perjanjian tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa antara Pemohon dan Para Ahli Waris Koen
Soekarno Soegono masih terkait perjanjian tersebut dan belum ada kesepakatan
Pembatalan perjanjian tersebut diantara keduanya;
Menimbang, bahwa dengan demikian bahwa antara Pemohon dan Para
Ahli Waris dari Koen Soekarno Soegono terkait hubungan keperdaataan;
Menimbang, bahwa dengan demikian penetapan Pemohon sebagai
Tersangka tidak sah dan hubungan antara Pemohon dan Para Ahli Waris Koen
Soekarno masuk ke ranah Perdata bukan ranah Pidana;
Menimbang bahwa oleh karena penetapan Pemohon sebagai tersangka
oleh Termohon dinyatakan tidak sah maka Surat Perintah Penyidikan : Spindik
150
/418/IV/2013, tanggal 1 April 2013 yang menetapkan pemohon sebagai tersangka
oleh Termohon terkait peristiwa Pidana sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
378 KUHP tentang Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah
TIDAK SAH dan Tidak berdasar atas Hukum ,dan oleh karenannya penetapan A
quo tidak mempunyai kekuatan mengikat dan Penyidikan yang dilaksanakan oleh
Termohon terkait peristiwa pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Penetapan
tersangka terhadap diri Pemohon sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 378
KUHP tentang Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah TIDAK
SAH dan tidak berdasar atas Hukum dan oleh karenannya Penyidikan A quo tidak
mempunyai kekuatan yang mengikat;
Menimbang, bahwa oleh karena penetapan Pemohon sebagai tersangka
oleh Termohon dinyatakan tidak sah maka Penyitaan Barang Bukti Berupa Girik-
Girik Asli sebagaimana yang dimaksud, dalam tanda terima tanggal 10 Agustus
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
2015 tidak sah dan tidak mempunyai hukum mengikat dan memerintahkan
Termohon untuk mengembalikan seluruh Girik-Girik Asli yang dala m pengusaan
Termohon kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa dengan demikian permohonan Pemohon dapat
dikabulkan untuk sebahagian;
Menimbang, bahwa oleh karena prmohonan Pemohon dikabulkan untuk
sebahagian maka biaya perkara dibebankan kepada Termohon yang sampai ini
berjumlah nihil;
151
Menimbang, bahwa walaupun demikian tujuan akhir dari proses
penegakan hukum dan proses peradilan adalah untuk menemukan keadilan,
kebenaran dan manfaat dari penegakan hukum tersebut sehingga oleh karena itu
penegakan hukum harus didasarkan dengan tetap memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang dan berbagai peraturan lain yang
mengatur dalam rangka mewujudkan rasa keadilan masyarakat (Sosial Justice),
rasa keadilan moral (total justice);
Menimbang, bahwa sejalan dengan tuntutan reformasi dan paradigma
dalam penyelenggaraan peradilan maka sesungguhnya peran dan tugas Aparatur
penegak hukum adalah mengembalikan fungsi dan tujuan penegakan hukum agar
tidak kehilangan kekuatannya memberikan perlindungan hukum bagi semua orang
sehingga penegkan hukum tersebut tidak hanya tajam kebawah tetapi juga tajam
keatas yang mencerminkan rasa keadilan yang bersifat total Justice tersebut;
Menimbang bahwa oleh karena itu adanya lembaga Pra Peradilan adalah
sebagai kontrol yang bersifat horizontal dari Lembaga Yudikatif terhadap proses
penegakan hukum oleh aparat penegak hukum sehingga pada akhirnya diharapkan
parat penegak hukum tersebut tetap bekerja pada ruang dan ruang lingkup yang
ditentukan peraturan hukum danperundang-undangan.
Menimbang, bahwa dari pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu
dikemukakan karena apabila Pengadilan Negeri mempertimbangkan dasar-dasar
dan alasan yuridis putusan ini menjadi jelas baik ratio pertimbangan hukumnya
maupun obitur diktum putusan sehingga dapat difahami oleh semua pihak dan
masyarakat, bagaimana sesungguhnya penegakan hukum telah dilaksanakan
152
dengan sungguh.-sungguh dalam rangka menegakan keadilan dan kebenaran yang
tetap dilakukan dalam koridor-koridor aturan hukum tanpa melanggar aturan
hukum itu sendiri.
Mengingat dan memperhatikan ketentuan Undang-Undang No.08 Tahun
1981, Undang-Undang No 30 Tahun 2002, Putusan Mahkamah Konstitusi No.
21/PUU;XII/2014 tanggal 28 April 2015, Pasal 378 dan 372 KUHP, serta
peraturan hukum lainnya yang berhubungan dengan perkara ini.
6. M E N G A D I L I
a. Mengabulkan permohonan Pra Peradilan Pemohon untuk sebahagian;
b. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan : Spindik / 418 / IV /2013, tanggal 1
April 2013 yang menetapkan pemohon sebagai tersangka oleh Termohon
terkait peristiwa Pidanasebagaimana yang dimaksud pada Pasal 378 KUHP
tentang Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah Tidak Sah
dan Tidak berdasar atas Hukum, dan oleh karenannya Penetapan A quo tidak
mempunyai kekuatan mengikat;
c. Menyatakan Penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait peristiwa
Pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Penetapan tersangka terhadap diri
Pemohon sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 378 KUHP tentang
Penipuan dan atau 372 KUHP tentang Penggelapan adalah TIDAK SAH dan
tidak berdasar atas Hukum dan oleh karenannya Penyidikan A quo tidak
mempunyai kekuatan mengikat;
153
d. Menyatakan Penyitaan Brang Bukti Berupa Girik-Girik Asli sebagaimana
yang dimaksud dalam bukti T-7 tertanggal 14 Juli 2015 yaitu sebagai berikut:
1. Asli Girik C.148 Persil 91 S.III atas nama THIO TJOE NIO seluas
51.140M2;
2. Asli Girik C.1619 Persil 60 S.II atas nama MUGENI Bin MUHAMMAD
seluas 3.575 M2;
3. Asli Girik C.924 Persil 76, 76B , 80 S.III atas nama OEI PEK LIANG
seluas 50.550 M2;
4. Asli Girik C.1168 Persil 83b, S.II atas nama ISKANDAR Bin AHYAR
seluas 6.550 M2;
5. Asli Girik C.1312 Persil 83a, S.II atas nama AHYAR Bin ASAD seluas
2.660 M2;
6. Asli Girik C.1333 Persil 82a, S.II atas nama AYANI Binti AHYAR seluas
1.200 M2;Panitera Pengganti serta dengan dihadiri Kuasa Pemohon, dan
Kuasa Termohon.
B. Kendala-kendala pelaksanaan permohonan Praperadilan sesuai
ketentuan 77 UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHP.
Praperadilan hanya merupakan suatu tambahan wewenang yang dimiliki
oleh Pengadilan Negeri yang berfungsi sebagai pengawasan. Pengawasan yang
dilakukan praperadilan adalah pengawasan terhadap segala tindakan paksa yang
dilakukan saat penangkapan atau penahanan yang bertujuan untuk melindungi
hak-hak tersangka. Putusan praperadilan menjadi ramai semenjak permohonan
154
praperadilan oleh Komjen Pol Budi Gunawan atas penetapan tersangka yang
dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah dikabulkan sebagian
oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Di satu sisi menghormati putusan
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai bentuk penghormatan
kebebasan hakim sebagaimana yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa
kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, serta dalam
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 10
ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutuskan suatu perkara yang diajukan dengan alasan bahwa
hukum nya tidak ada, dalam hal ini pengadilan wajib untuk mengadili dan
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.
memeriksa hal tersebut yang membuat Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
menerima praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan atas penetapan tersangka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat hal-hal yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan Praperadilan sebagaimana ketentuan yang telah diatur
Undang-undang antara nya:
a. Jangka Waktu Pemeriksaan, dalam ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf a
KUHAP dinyatakan bahwa dalam waktu tiga hari setelah diterimanya
permintaan, Hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang. Pasal tersebut
tidak secara jelas merumuskan apakah waktu tiga hari setelah diterimanya
permintaan itu berarti dihitung tiga hari sejak diregister di Kepaniteraan
155
Pidana, atau dihitung tiga hari sejak berkas perkara perkara itu sampai kepada
Hakim yang ditunjuk untuk memeriksanya.
b. Selain itu, dalam Pasal 82 ayat (1) c KUHAP juga telah menentukan bahwa
hakim diberi batas waktu selama tujuh (7 hari) untuk menjatuhkan
putusannya. kan tetapi, ketentuan ini tidak menjelaskan secara jelas kapan
dihitung tenggang waktu tujuh hari tersebut. Apakah dihitung dari tanggal
penerimaan atau dari tanggal sejakderegister sehingga berakibat bisa
menimbulkan selisih pendapatdalam penerapan. Dalam praktek kadang kala
terjadi suatu praperadilan diputus setelah melebihi jangka waktu tujuh hari.
Namun sayangnya, dalam KUHAP tidak diatur dan dijelaskan mengenai
konsekuensi hukum ataupun sanksi terhadap hakim yang memutus perkara
praperadilan yang terlambat.Adanya putusan gugur yang di jatuhkan dalam
pemeriksaan Sidang Praperadilan. Apabila suatu perkara sudah mulai
diperiksa oleh Pengadilan Negeri sedangkan pemeriksaan mengenai
permintaan kepada praperadilan belum selesai maka permintaan tersebut
menjadi gugur. Hal tersebut telah diatur dalam ketentuan Pasal 82 ayat (1)
huruf d KUHAP. Kalau proses peradilan yang belum selesai lalu dihentikan
dan perkaranya menjadi gugur karena perkara pokoknya mulai disidangkan,
maka penilaian hukum tentang pemeriksaan pendahuluan terhadap tersangka
yang keputusannyajadi didasari pembebasan tersangka jadi hilang dan
akibatnya tersangka tetap dalam tahanan. System peradilan seharusnya
menjamin adanya keputusan hukum yang tuntas. Danpemeriksaanperkara
156
pidana pokok oleh pengadilan seharusnya menungguselesainya pemeriksaan
praperadilan, dan tidak sebaliknya praperadilan jadi gugur sebelum selesai.
c. Dalam pelaksanaan Eksekusi Putusan Sulit dilaksanakan (Walau Pemohon
telah mengajukan untuk dilakukan Exsekusiputusan agar Polri
mengembalikan barang bukti terhadap Pemohon Praperadilan namun putusan
putusan tetap sulit dilaksanakan tradisi “menghadap” tetap harus dijalankan.
Turunan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Dalam Perkara No. 9/Pid/Pra/2015/PN.JKT-BRT.