eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/buku mengajar efektif.pdfeprints.unpam.ac.id

417
i MENGAJAR EFEKTIF: PENDEKATAN BERPUSAT PADA MAHASISWA Penulis : Aeng Muhidin ISBN : 978-602-61423-6-8 Editor : Ubaid Al Faruq Saiful Anwar Desain sampul dan Tata letak Ubaid Al Faruq Penerbit : UNPAM PRESS Redaksi : JL. Surya Kencana No. 1 Pamulang – Tangerang Selatan Telp. 021 7412566 Fax. 021 74709855 Email: [email protected] Cetakan pertama, April 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin penerbit

Upload: truongnguyet

Post on 11-Jul-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

i

MENGAJAR EFEKTIF: PENDEKATAN BERPUSAT PADA MAHASISWA Penulis : Aeng Muhidin ISBN : 978-602-61423-6-8 Editor : Ubaid Al Faruq Saiful Anwar

Desain sampul dan Tata letak Ubaid Al Faruq Penerbit : UNPAM PRESS Redaksi : JL. Surya Kencana No. 1 Pamulang – Tangerang Selatan Telp. 021 7412566 Fax. 021 74709855 Email: [email protected] Cetakan pertama, April 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin penerbit

Page 2: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id
Page 3: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

ii

Data Publikasi Unpam Press | Pusat Kajian Pembelajaran & Elearning Universitas Pamulang Gedung A. R. 211 Kampus 1 Universitas Pamulang Jalan Surya Kencana Nomor 1. Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten. Website: www.unpam.ac.id | email: [email protected] Mengajar Efektif, Pendekatan Berpusat Pada Mahasiswa/ Aeng

Muhidin – 1sted. ISBN – 978-602-61423-6-8

1. Mengajar Efektif, Pendekatan Berpusat pada Mahasiswa 2. Muhidim III. Aeng. IV. Judul. B004-21042017-1 Ketua Unpam Press: Sewaka Koordinator Editorial: Aeng Muhidin, Ali Madinsyah Koordinator Bidang Hak Cipta: R.R. Dewi Anggraini Koordinator Produksi: Pranoto Koordinator Publikasi dan Dokumentasi: Ubaid Al Faruq Desain Cover: Ubaid Al Faruq Gambar Cover: https://evollution/com/opinions/ways-drive-student-engagement-succes; Walter Rankin Cetakan pertama, April 2017

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang menggandakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin penerbit

Page 4: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

iii

PERSEMBAHAN

untuk seseorang

yang mengajak berkompetisi secara intelektual,

tetapi mengajak hidup bersama dalam satu atap rumah

Page 5: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

iv

PENGANTAR

Buku teks ini menjelaskan dan memprediksi berbagai perilaku

dan fenomena belajar yang dapat membantu dosen dalam

merancang dan melaksanakan perkuliahan. Banyak mahasiswa

dihadapkan dengan beragam masalah belajar mulai dari faktor

interaksi, intelektual, sosial, sampai faktor-faktor emosional. Oleh

karena itu, dosen perlu memahami semua solusi pada beragam

masalah belajar yang dihadapi mahasiswa. Buku teks ini memberikan

tawaran strategi solutif yang dapat diterapkan dosen.

Untuk menjadi dosen yang efektif, Anda harus menguasai

strategi, jumlahnya tak terbatas. Di dalam buku teks ini, dibahas

berbagai variasi strategi. Di tiap bab, Anda akan menemukan topik-

topik khusus yang terus diulang berkali-kali seperti mengumpulkan

data tentang mahasiswa, pemodelan, tangga kognitif, dan

memperjelas capaian belajar dan kriteria penilaian pembelajaran,

semua itu guna membantu mahasiswa mencapai target capaian dan

penguasaan kompetensi. Strategi yang dibahas di buku ini,

merupakan jabaran dari pendekatan pembelajaran berpusat pada

mahasiswa, terutama sekali memfokuskan bagaimana dosen

memotivasi mahasiswa, meningkatkan harapan sukses dan

menumbuhkan iklim belajar untuk kesukesan akademik.

Strategi-strategi yang dibahas pada buku ini terkait erat dengan

kemampuan metodik dan didaktik yang harus dikuasai, dipraktekkan

dan ditingkatkan. Pendekatan berpusat pada mahasiswa menuntut

dosen untuk mengajar efektif. Meskipun buku ini sangat cocok untuk

dosen perguruan tinggi, para pendidik di jenjang menengah juga

dapat menggunakan strategi yang ditawarkan di buku teks ini.

Page 6: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

v

DAFTAR ISI

Halaman Dalam ................................................................... i Lembar Persembahan .......................................................... iii Kata Pengantar .................................................................... iv Daftar isi .............................................................................. v Daftar Gambar ..................................................................... vi Prakata ................................................................................. vii BAGIAN I PENGANTAR Bab 1 Mengapa Pendekatan Berpusat Pada Mahasiswa .... 1

BAGIAN II KETERAMPILAN METODIK Bab 2 Mengaktifkan Pengetahuan Terdahulu ..................... 27 Bab 3 Menata Pengetahuan ................................................ 74 Bab 4 Belajar Penguasaan ................................................... 109

BAGIAN III KETERAMPILAN DIDAKTIK Bab 5 Menggunakan Teknik Umpan Balik ........................... 149 Bab 6 Mengaktifkan Motivasi Belajar .................................. 191 Bab 7 Menciptakan Suasana Kuliah Kondusif ..................... 222 Bab 8 Mendorong Keterampilan Metakognitif ................... 266

BAGIAN IV SILABUS BERPUSAT PADA PEMBELAJARAN Bab 9 Fokus Capaian Hasil Belajar ...................................... 311 Bab 10 Silabus Fokus Pada Capaian Belajar ....................... 329

Lampiran 1 Penilaian Diri Mahasiswa .................................. 373 Lampiran 2 Penggunaan Peta Konsep ................................ 378 Lampiran 3 Penggunaan Rubrik Penilaian .......................... 381 Lampiran 4 Perumusan Capaian Belajar .............................. 384 Lampiran 5 Aturan Perkuliahan ........................................... 387 Lampiran 6 Penggunaan Catatan Ujian ............................... 390 Lampiran 7 Item Penilaian ................................................... 393 Lampiran 8 Penggunaan Review Teman Sebaya ................ 395

Daftar Pustaka ..................................................................... 398 Indeks .................................................................................. 403 Tentang Penulis ................................................................... 408

Page 7: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Akumulasi Kekayaan Pengetahuan ................... 32 Gambar 2. Kualitas Pengetahuan Terdahulu: Menghambat atau Mendukung Pembelajaran Materi Baru .................................. 33 Gambar 3. Perbedaan Ciri Penataan Pengetahuan antara Pemula dan Ahli ...................................... 81 Gambar 4. Perbedaan Penataan Pengetahuan Pemula dan Ahli ................................................. 86 Gambar 5. Tahapan Belajar Penguasaan ............................. 114 Gambar 6. Tahapan Menuju Penguasaan Materi ................. 116 Gambar 7. Siklus Pemberian Latihan ................................... 156 Gambar 8. Dampak Latihan Terhadap Tingkat Kemampuan .......................................... 166 Gambar 9. Siklus Pengembangan Keterampilan Metakognitif ................................. 272 Gambar 10. Hubungan Hierarkis Antara Capaian Belajar Umum dan Khusus antara ILO, PLO, dan CLO ................................. 314

Page 8: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

vii

PRAKATA

Pengalaman sebagai dosen di perguruan tinggi dan berinteraksi dalam suatu program peningkatan kualitas pembelajaran, mendorong saya untuk menuliskan berbagai masalah yang ditemui di lapangan. Pada awalnya hanya ditulis dalam suatu catatan-catatan kecil di kertas-kertas yang berceceran, dan tidak saling berkaitan. Sang waktu yang memberikan kesempatan kepada saya untuk membaca kembali kertas-kertas berceceran, diikuti dengan dialog dengan rekan-rekan di Pusat Kajian Pembelajaran dan Elearning, serta referensi lama dan terbaru mengenai pembelajaran, juga pengalaman belajar di masa lalu, ketika duduk sebagai mahasiswa IKIP Jakarta [UNJ], mendorong penulis tergerak untuk menuliskan kembali kepingan-kepingan pikiran dan gagasan itu ke dalam buku ini.

Saya memberikan label, Mengajar Efektif, karena memang tujuannya agar para pembaca, baik guru maupun dosen, dapat melaksanakan pembelajaran yang membantu mahasiswa/siswa mencapai tujuan belajar dan penguasaan kompetensi. Kata "membantu" menjadi konsep inti dari kegiatan mengajar berpusat pada mahasiswa, berkonsekuensi pada tuntutan agar dosen menguasai dua keterampilan, keterampilan metodik dan didaktik. Sebagai suatu metode, keterampilan metodik terkait dengan cara dosen mentransfer [berbeda arti dari kata transmisi yang lebih bermakna negatif] pengetahuan dan keterampilan, dan keterampilan didaktik, cara membangun kesadaran mahasiswa tentang bagaimana seharusnya belajar. Dua keterampilan itu, metodik dan didaktik, harus benar-benar dikuasai oleh dosen. Termasuk dalam keterampilan metodik adalah mengaktifkan pengetahuan mahasiswa sebelumnya, membantu mahasiswa membangun pengetahuan yang terstruktur, dan membantu mahasiswa untuk belajar menguasai pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan didaktik adalah kemampuan untuk mendorong mahasiswa untuk belajar, termasuk penggunaan teknik umpan balik, motivasi belajar, membangun suasana kelas dan keterampilan berfikir metakognitif.

Mengajar efektif dipercaya sebagai sesuatu yang harus diyakini untuk dilaksanakan oleh dosen perguruan tinggi. Tanpa penguasaan dua keterampilan utama itu, dosen tidak akan mampu mengantarkan

Page 9: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

viii

mahasiswa pada pencapaian tujuan belajar. Dalam buku teks ini akan disajikan berbagai contoh kasus masalah perilaku belajar di perguruan tinggi, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami konteks penggunaan berbagai metode mengajar efektif. Setiap perilaku belajar tertentu akan menawarkan penerapan metode tertentu. Diyakini dan didukung oleh hasil penelitian pada topik yang sesuai dengan masalah yang ditemui di berbagai ruang kuliah, saya yakin bahwa metode-metode yang ditawarkan di buku ini patut dicoba.

Tentu saja, komitmen untuk menerapkan berbagai metode yang ditawarkan buku ini terkadang dihadapkan pada bukti-bukti yang bertolak belakang dengan apa yang Anda alami sekarang ini. Saya yakin, bahwa akar persoalannya bukan terletak pada lemahnya ekplanasi dan bukti yang diusung dalam buku ini, tetapi, terutama sekali, seringkali pembaca sudah punya gambaran yang jelas tentang hasil yang akan terjadi, sebelum tumbuh keyakinan bahwa langkah-langkah yang ditawarkan dalam buku ini telah dijalankan sepenuhnya. Meskipun begitu, tidak menutup keyakinan bahwa pembaca dapat menemukan cara-cara baru yang sesuai dengan lingkungan akademik tempat pembaca bekerja, tentu saja, hasilnya adalah menemukan metode baru dalam mengajar efektif.

Ditulisnya buku ini diharapkan memberikan rangsangan kepada pembaca untuk mencoba melakukan pembaharuan dalam cara Anda mengajar, mengubah cara Anda mengajar agar tidak seperti dosen-dosen Anda mengajar ketika Anda masih menjadi mahasiswa mereka. Buku teks ini ditulis dalam rangka untuk mendorong pembaca agar memiliki keyakinan baru bahwa pembelajaran berpusat pada mahasiswa adalah pembelajaran yang sejatinya dapat mempersiapkan lulusan perguruan tinggi yang siap menghadapi kehidupan di masa mendatang. Selamat mencoba dan menemukan keajaiban di kelas Anda !

Page 10: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

1

BAB 1

MENGAPA PENDEKATAN BERPUSAT PADA MAHASISWA

Mengajar itu bukan untuk Anda; tetapi untuk mereka, memberikan pelajaran agar mahasiswa memperoleh 'sesuatu' dari kegiatan

belajar.

PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA

Saat ini, masyarakat benar-benar ragu akan pendidikan tinggi,

sebagaimana dikemukakan oleh Barkley, Cross, dan Mayor (2005: xi),

“...saat ini, mahasiswa dan orang tua berpandangan bahwa kuliah di

perguruan tinggi bukan suatu keharusan. . . legislator, lembaga

akreditasi, masyarakat, terutama para pengusaha, mempertanyakan

apakah mahasiswa benar-benar belajar di perguruan tinggi, mereka

mentuntut bukti”. Bukan hal yang aneh, bahwa lulusan perguruan

tinggi tidak banyak terserap di dunia kerja, karena rendahnya

kompetensi.

Masyarakat menuntut lulusan perguruan tinggi untuk mampu

berkomunikasi, berpikir kritis, dan kerja tim. Kemampuan itu

merupakan keterampilan yang harus dimiliki semua lulusan perguruan

tinggi. Kenyataannya, bahwa para lulusan perguruan tinggi, belum

siap bekerja, sebgaimana diungkapkan oleh Kuh (2007:12) bahwa

“sebanyak empat dari lima lulusan perguruan tinggi membutuhkan

pendidikan tambahan, agar mereka siap bekerja di era ekonomi

kompetitif”. Selaras dengan pengakuan dari berbagai pihak tentang

rendahnya kualitas lulusan perguruan tinggi, universitas berusaha

untuk memenuhi tuntutan para pengguna lulusan, dengan merubah

Page 11: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

2

fokus dari cara mengajar mahasiswa menjadi bagaimana mengajarkan

cara mahasiswa belajar.

Pembelajaran berpusat pada mahasiswa berarti pembelajaran

yang mempertimbangkan kebutuhan pendidikan, minat, dan motivasi

mahasiswa yang bervariasi. Sejumlah publikasi terbaru memperkuat

dorongan perlunya dosen merubah paradigma, dari berpusat pada

pengajaran menjadi berpusat pada pembelajaran. Tuntutan

perubahan paradigma itu, sebagian karena di era yang disebut zaman

milenium, para dosen berhadapan dengan generasi Millenia [M].

Banyak yang telah menulis tentang generasi-M. McGuire dan Williams

(2002: 186) mencirikan generasi-M adalah generasi mentalitas

konsumen, akses komputer di mana-mana, dan intoleransi pada

pendidikan non-teknik. Generasi-M juga dicirikan sebagai generasi

yang berorientasi tim. Howe, Strauss, dan Matson (2000:44)

menyatakan, “... dari permainan sepakbola sampai sekolah tinggi

semuanya serba beranekaragam, menekankan pada kerja tim,

generasi-M perlu didorong untuk mengembangkan naluri tim yang

kuat dan ikatan kelompok begitu kuat." Carlson (2005:36), mengutip

R.T Sweeney, menambahkan, “... di sekolah dasar mereka didorong

untuk berkolaborasi yang menjelaskan mengapa belajar kolaboratif di

perguruan tinggi begitu populer saat ini. . . kolaborasi baik dalam

hubungan pribadi maupun kenyataan”.

Ciri berikutnya, generasi-M kurang menganggap penting

pendidikikan liberal. Mereka lebih tertarik pada pendidikan yang

berorientasi karir yang memungkinkan mereka dapat hidup lebih baik.

Page 12: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

3

Sweeney menyatakan bahwa generasi-M begitu kaku: “... mereka

ingin belajar, tetapi mereka ingin belajar hanya pada apa yang harus

mereka pelajari, dan mereka ingin belajar dalam gaya belajar yang

terbaik menurut mereka. . . mereka cenderung lebih memilih belajar

dengan melakukan," (Carlson, 2005: 36), Learning by Doing.

Kenyataan itu mendorong dosen untuk merubah diri dan

merubah paradigma mengajar. Strauss dan Howe (2005: 24)

mengingatkan : “... jika Generasi-M menganggap professor tidak bisa

lagi mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk hidup sukses, maka perguruan tinggi harus waspada. Banyak

dari mereka akan mengundurkan diri, jumlah mahasiswa yang

terdaftar di perguruan tinggi bisa jadi menurun, dan angka DO

meningkat tajam”. Lebih positif, Harris dan Cullen (2007:5) mencatat

bahwa bahwa generasi-M berpandangan bahwa “... belajar itu

melakukan bukannya mengetahui, karena itu mereka lebih menyukai

belajar mengalami dan trial and error daripada pengetahuan

abstrak". Kenyataan itu mencerminkan perlunya perubahan menuju

pembelajaran berpusat pada mahasiswa, student-centered learning .

Kehidupan saat ini menuntut mahasiswa untuk mengetahui cara

belajar, baik belajar sendiri maupun belajar bersama orang lain,

belajar dan bekerja sama dengan orang lain. Setelah lulus kuliah,

mahasiswa Anda akan berhadapan dengan masalah hidup yang

kompleks dan mereka akan segera menyadari bahwa ada begitu

banyak kontradiksi, ambiguitas, dan perubahan yang terjadi, dengan

apa yang dipelajari di kampus. Berhadapan dengan beragam

Page 13: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

4

perspektif, seringkali bertentangan, mereka akan terus dipaksa untuk

keluar dari pola pikir lama, untuk berpikir dengan cara baru. Jika

mahasiwa tidak mampu belajar sendiri dan belajar bekerjasama dalam

tim, maka mereka tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan dunia di masa mendatang. Association of American

Colleges and Universities (2002: 1) membingkai situasi ini,

sebagaimana dapat Anda simak pada kutipan berikut:

“Dunia ini kompleks, saling berhubungan, dan lebih bergantung kepada pengetahuan daripada dunia sebelumnya. Perguruan tinggi telah menjadi identitas semu bagi individu untuk membangun dan memuaskan kehidupan dan karir. Dalam dunia yang mengalami perubahan begitu dahsyat, setiap peningkatan jenis pekerjaan telah diikuti dengan peningkatan dramatis dalam persyaratan pendidikan. Mayoritas pekerjaan sekarang diselenggarakan oleh orang-orang yang memiliki hubungan dengan setidaknya beberapa perguruan tinggi, dan pekerjaan tumbuh dan berkembang begitu cepat hanya tersedia untuk para pekerja yang mendapatkan pendidikan terbaik.”

Mempersiapkan mahasiswa untuk belajar seumur hidup secara

terarah dan efektif, memiliki konsekuensi logis pada cara dosen dalam

menetapkan materi, menata struktur pengetahuan, serta strategi yang

digunakan mendorong kegiatan pembelajaran. Mahasiswa dituntut

untuk mengasah kemampuan berfikir, diasah untuk mengolah

informasi dan memanfaatkannya. Mahasiswa Anda akan hidup dan

bekerja di tengah-tengah dunia ketika kualitas dan kuantitas informasi

berubah dengan cepat dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan

dan kebenaran terus berubah sepanjang waktu dan di setiap konteks

situasi. Efek dari teknologi komunikasi dan informasi telah

Page 14: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

5

menghasilkan perubahan besar dalam cara kita hidup dan bekerja.

Bagaimana tidak, informasi apapun yang kita inginkan, hanya dengan

menggerakkan jari pada sebuah aplikasi telepon genggam yang

canggih.

Sejumlah penelitian, buku, dan artikel terbaru telah difokuskan

pada cara mahasiswa belajar, belajar di era informasi yang berlimpah.

Bransford, Brown, dan Cocking (2000) How People Learning

mengejek para dosen yang memiliki komitmen pada kualitas

pembelajaran, tetapi mengabaikan penelitian dengan implikasi yang

begitu jelas tentang pengajaran berpusat pada mahasiswa. Dalam

penelitian yang dilakukan Beichner (2006) tentang pembelajaran aktif

dan implikasinya bagi semua aspek pembelajaran dan pengajaran,

termasuk desain lingkungan belajar, rasanya sulit untuk menolak

kenyataan bahwa pengajaran yang biasa-biasa saja, mempersiapkan

dan memberikan ceramah kemudian meminta mahasiswa

memuntahkan fakta pada penilaian yang berbentuk uraian singkat

atau beberapa tes pilihan ganda, adalah pengajaran yang tidak sesuai

dengan tuntutan abad ke-20. Faktanya, Fink (2000:3) menyimpulkan,

“... penelitian tentang pendidikan selama 25 tahun telah

membenarkan dugaan bahwa apa yang ditransmisikan ke mahasiswa

melalui kuliah tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang sangat

lama”. Hal itu menunjukkan bahwa dosen harus segera merubah diri.

Belajar adalah proses aktif, konstruktif, dan kontekstual.

Pengetahuan baru diperoleh dalam kaitannya dengan pengetahuan

yang sudah ada sebelumnya; informasi menjadi bermakna ketika

Page 15: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

6

disajikan dan diperoleh dalam beberapa jenis dan kerangka

penataan. Berdasarkan perspektif berpusat pada mahasiswa, tugas

dosen adalah untuk berinteraksi dengan mahasiswa dengan cara yang

memungkinkan mereka untuk memperoleh informasi baru,

melatihkan keterampilan baru, mengkonfigurasi ulang apa yang

sudah mereka ketahui, dan mengenali apakah mereka telah belajar.

Sebuah pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiwa

berimplikasi kuat pada cara mengajar Anda sebagai dosen. Dosen

harus menjawab beberapa pertanyaan: Apa artinya menjadi orang

yang menguasai disiplin ilmu atau bidang tertentu?; Bagaimana

keterkaitan antara mata kuliah yang Anda ampu dengan tujuan

program studi, dengan mata kuliah yang lain di dalam program

studi?, dan; Apa yang menjadi niat dan tujuan Anda dalam menilai

pembelajaran?. Pendekatan berpusat pada mahasiswa menuntut

Anda untuk memikirkan implikasi gaya mengajar Anda pada

kemampuan mahasiswa; keputusan yang Anda buat tentang strategi

pengajaran dan bentuk penilaian; dan cara-cara mengajar yang sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa yang beragam. Pelaksanaan peran dan

tanggungjawab Anda sebagai dosen dapat mempengaruhi

kesuksesan mahasiswa Anda di masa mendatang.

SEKILAS PANDANG TENTANG MENGAJAR

Mengajar bukan sesuatu yang asing bagi Anda, itu kerjaan Anda

sehari-hari. Begitu juga dengan saya. Anda pun pasti sudah memiliki

pandangan dan keyakinan tentang mengajar. Anda mungkin sudah

Page 16: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

7

punya metafor tentang mengajar. Apa arti mengajar buat Anda? Itu

keyakinan Anda. Barangkali di sini, saya akan menjelaskan keyakinan

saya. Anda mungkin tidak setuju, hal yang wajar. Tetapi, alangkah

baiknya saya menjelaskan pandangan saya, yang mungkin

bermanfaat untuk Anda.

Kata mengajar, instruction [Inggris, berarti: perintah]. Dalam

bahasa Ibu saya, ngawulang [Sunda, berarti "mengulang"]. Terkesan

dekat dengan perenialisme, ngawulang, memberikan kembali

sesuatu yang baik yang sudah diterima, untuk diteruskan (ngawulang).

Begitu, kata mengajar atau ngawulang sama dengan instruction,

berarti memberikan perintah. Sebagai kata kerja, instruction, berarti

dosen harus memberikan perintah kepada mahasiswa. Tentu saja,

sebagai suatu perintah, berarti ada pesan (isi) dari perintah itu. Isi dari

perintah biasanya berupa meminta orang lain [mahasiswa] untuk

melakukan sesuatu. Jika seorang ayah memerintahkan anaknya,

"Adik, tolong ambilkan ayah gelas yang ada di meja", berarti si Ayah

memerintahkan si-Adik untuk melakukan sesuatu [mengambil gelas]

yang ada di meja. Ada tiga kemungkinan tanggapan ketika si Adik

menerima perintah itu dari ayahnya: (1) Menolak perintah, berarti

tidak melakukan apa yang diperintahkan; (2) Mengerjakan apa yang

diperintahkan dengan benar, berarti "Si Adik mengambil gelas, bukan

mengambil piring"; (3) Mengerjakan apa yang diperintahkan dengan

salah, berarti "Si Adik mengambil piring, bukan mengambil gelas".

Kegiatan mengajar terkait dengan kondisi seperti di si Ayah.

Mari kita bahas satu per satu. Pertama, si Adik menanggapinya

Page 17: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

8

dengan menolak perintah [Si Adik tidak mengerjakan apa yang

diperintahkan oleh si Ayah]. Mengapa si Adik menolak perintah ayah?

Ada banyak kemungkinan, yaitu Si Adik sedang mengerjakan sesuatu

yang lain yang dianggap lebih penting daripada mengerjakan

perintah Ayah. Ketika si Adik menerima perintah, Adik menjawab:

"Maaf ayah, Aku sedang menggambar pesawat luar angkasa, ... besar

sekali". Dari jawaban si Adik, si Ayah tahu bahwa dalam pikiran si

Adik, menggambar pesawat luar angkasa lebih penting daripada

mengambil gelas.

Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui bahwa seseorang

akan mengerjakan perintah orang lain ketika apa yang harus

dikerjakan itu lebih penting dibandingkan yang lain. Ketika si Adik

menganggap lebih penting menggambar pesawat luar angkasa,

maka si Adik menganggap tidak lebih penting mengambil gelas.

Sama persis dengan situasi yang dihadapi dosen di kelas. Ketika Anda

[dosen] mengajar, maka isi perintah belajar haruslah sesuatu yang

penting buat mahasiswa Anda, sehingga mahasiswa Anda mau

mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Anda. Tentu menjadi

tantangan sendiri buat Anda: bagaimana agar apa yang Anda anggap

penting juga dianggap penting oleh mahasiswa Anda. Tidak menutup

kemungkinan, apa yang Anda anggap penting, tidak dianggap

penting oleh mahasiswa. Kepentingan menjadi satu konsep penting

dalam pembelajaran dan kepentingan terkait dengan motivasi

belajar. Di buku ini kita akan membahasnya pada Bab 6.

Page 18: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

9

Kedua, si Adik mengerjakan apa yang diperintahkan oleh si Ayah

dengan benar. Dalam konteks si Adik mau mengerjakan perintah

Ayah, berarti si Adik sudah merasa lebih penting mengerjakan

perintah Ayah dibandingkan yang lain. Tentu motivasi untuk

menunjukkan kepatuhan melaksanakan perintah si Ayah 'mengambil

gelas' dianggap lebih penting dibandingkan mengerjakan yang lain

menggambar pesawat luar angkasa. Si Adik dikatakan mengerjakan

dengan benar perintah Ayah, ketika si Adik berhasil mengambil gelas,

bukan mengambil piring. Pertanyaannya: "Mengapa si Adik mampu

mengerjakan perintah Ayah dengan benar?" Seseorang dapat

melakukan sesuatu dengan benar ketika terpenuhi dua syarat: [1]

mengerti apa yang diperintahkan; [2] memiliki kemampuan untuk

mengerjakannya.

Pada kondisi pertama, si Adik mengerti isi perintah: "Adik tolong

ambilkan ayah gelas yang ada di meja". Ketika mengerti isi perintah,

berarti Adik mampu menerjemahkan arti dan maksud dari perintah

Ayah. Si Adik mengerti arti dan maksud "mengambil" [bukan

membanting], mengerti arti dan maksud "gelas" [bukan piring],

mengerti arti dan maksud "yang ada" [bukan yang tidak ada], dan

mengerti arti dan maksud "meja" [bukan kulkas]. Ketika si Adik

mengerti arti dan maksud dari pesan Ayah, maka "si Adik akan

mengambil gelas yang ada di meja", bukan membanting gelas yang

ada di meja [kesalahan tingkat 1]; mengambil gelas yang ada di rak

[kesalahan tingkat 2]; mengambil piring yang ada di meja [kesalahan

tingkat 3]; membanting piring yang ada di meja [kesalahan tingkat 4];

Page 19: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

10

membanting piring yang ada di rak [kesalahan tingkat 5] Tingkatan

kesalahan dari 1 sampai dengan 5 mencerminkan bahwa semakin

tidak mengerti arti dan makna dari pesan [materi kuliah], akan semakin

jauh menginterpretasikan pesan [materi kuliah], dan semakin jauh

kesalahan yang terjadi [incompetencies]. Dari situasi itu, kita dapat

menyimpulkan bahwa penguasaan nalar adalah penting dalam

kegiatan pengajaran. Kita akan membahasnya panjang lebar dalam

Bab 2 dan Bab 3.

Pada kondisi kedua, si Adik memiliki kemampuan untuk

mengerjakan apa yang diperintahkannya. Mengambil menuntut

kemampuan berjalan, memegang, dan memindahkan. Bayangkan jika

si Adik tidak memiliki tiga kemampuan itu, apakah si Adik mampu

mengerjakan apa yang diperintahkan Ayah?. Tentu tidak.

Kemampuan untuk melakukan tugas kompleks membutuhkan

penguasaan komponen keterampilan. Kita nanti akan membahasnya

panjang lebar di Bab 4. Ketiga, si Adik mengerjakan apa yang

diperintahkan oleh si Ayah dengan salah. Kesalahan terjadi ketika

kedua syarat, yakni: [1] tidak mengerti apa yang diperintahkan; [2]

tidak memiliki kemampuan untuk mengerjakannya.

Dari penjelasan tersebut, kita dapat memahami dua hal, yaitu

pertama, pastikan perintahnya jelas. Ambilkan gelas yang ada di

meja, bukan "Ambilkan alat untuk minum yang ada di meja" atau

hanya "Ambilkan gelas". Perintah yang jelas dapat membuat si

penerima perintah memahami apa yang diinginkan oleh si pemberi

perintah. Kedua, pastikan mahasiswa mengerti pesan perintah. Jika si

Page 20: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

11

penerima perintah tidak mengerti arti dan maksud perintah, maka si

penerima perintah akan membuat kesalahan. Kenyataannya,

kemungkinan mahasiswa tidak memiliki pengetahuan tentang arti dan

makna dari pesan. Ketika hal itu terjadi, maka kemungkinan besar

mahasiswa melakukan kesalahan. Lalu siapa yang salah? Jawabannya

pasti, dosen. Mahasiswa tidak akan melakukan kesalahan, jika dosen

menyampaikan perintah yang jelas dan mahasiswa mengerti apa yang

diperintahkan dosen, dan memiliki kemampuan prasyarat untuk

mengerjakan perintah dosen. Kebanyakan dosen selalu

mengasumsikan bahwa mahasiswa memahami apa yang

diperintahkan dosen, tetapi kenyataannya tidak selalu begitu. Ketiga,

pastikan untuk membentuk motivasi mahasiswa. Meyakinkan bahwa

mengerjakan apa yang diperintahkan [belajar] lebih penting daripada

mengerjakan yang lain. Itu penting.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student-

centered learning) menuntut Anda untuk mengajar sesuai dengan

kepentingan dan kebutuhan mahasiswa. Ketika mahasiswa

menganggap kuliah dengan dosen itu lebih penting daripada

mengerjakan yang lain, tugas berikutnya adalah memastikan bahwa

mahasiswa mau belajar dan mampu belajar. Kata "mau" dan

"mampu" dua hal yang berbeda, tidak ada yang harus didahulukan.

Kemauan dan kemampuan, dua-duanya penting. Jika mahasiswa

memiliki "kemauan" mengerjakan perintah, tetapi tidak memiliki

"kemampuan", mahasiswa akan mengerjakan dengan salah. Begitu

sebaliknya, ketika mahasiswa memiliki "kemampuan" tetapi tidak

Page 21: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

12

memiliki "kemauan", maka perintah dosen tidak akan dikerjakan.

Kebanyakan dosen seringkali membuat asumsi, mahasiswa adalah

manusia dewasa, mereka sudah harus bisa berfikir. Itu asumsi yang

keliru, saya kira. Karena umur seringkali tidak ada kaitannya dengan

kedewasaan berfikir dan berasumsi bahwa semua mahasiswa adalah

manusia dewasa, itu kekeliruan fatal. Tidak semua mahasiswa adalah

manusia dewasa.

Dalam penjelasan berikutnya, kita akan mengupas dua tema

penting dalam pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa,

yaitu "kemauan" [motivation] dan "kemampuan" [ability]. Dalam

buku ini, akan dijelaskan tentang konsep pembelajaran, konsep

mahasiswa, dan konsep berpusat, lalu konsep pembelajaran berpusat

pada mahasiswa. Dosen tidak akan melaksanakan tugas

profesionalnya dengan efektif [mengajar efektif], jika tidak memahami

konsep "kemauan" dan "kemampuan" itu dengan benar. Dosen tidak

akan mampu mengajar untuk membekali "keahlian", jika tidak

mengetahui strategi dan metode untuk membangun "kemauan" dan

"kemampuan".

Mengajar adalah kegiatan yang kompleks, namun sebagian

besar dari kita belum menerima pelajaran penting dalam pedagogi.

Selanjutnya, mengajar merupakan kegiatan yang sangat kontekstual

karena mengajar dibentuk oleh apa yang dimiliki oleh mahasiswa,

kemajuan belajar yang mereka peroleh, perubahan teknologi, dan

sebagainya. Oleh karena itu, dosen harus mampu beradaptasi

dengan berbagai perubahan. Meskipun implementasi dari semua

Page 22: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

13

tawaran dalam buku ini, tidak semuanya dapat terwujud dengan baik;

mungkin hanya beberapa, tetapi dapat membantu dosen untuk

melaksanakan dan meningkatkan pengajaran. Meskipun tawaran-

tawaran solusi yang dibahas dalam buku ini tidak harus dilaksanakan

secara sempurna dalam sekali waktu, tetapi semakin lama, Anda harus

mampu meningkatkan kemampuan mengajar yang efektif.

Belajar untuk meningkatkan pengajaran adalah proses

perbaikan yang sifatnya progresif. Seperti proses belajar lainnya, buku

ini menawarkan kepada Anda untuk terus mempelajari keterampilan

didaktik dan metodik. Seperti mahasiswa, Anda memiliki banyak

pengetahuan sebelumnya, yang tanpa kita sadari/disadari kita telah

menerapkan pengetahuan itu dalam praktek selama ini, dan

pengetahuan sebelumnya mempengaruhi Anda untuk belajar lebih

lanjut tentang pengajaran yang dijelaskan di buku ini. Pengetahuan

Anda sebelumnya, bisa saja kurang cukup, tidak akurat, atau tidak

cocok, sehingga menghambat pembelajaran lebih lanjut. Sebagai

seorang ahli di bidang ilmu masing-masing, Anda memiliki

pengetahuan yang kaya, tapi itu saja tidak cukup untuk melaksanakan

pengajaran yang efektif. Beberapa dari Anda juga memiliki

pemahaman yang keliru bahwa mengajar yang baik adalah mengajar

dengan kepribadian yang menghibur dan menyenangkan mahasiswa.

Kalau Anda mempersepsikan mengajar seperti itu, mungkin Anda

menganggap dosen sebagai badut, bahwa untuk menjadi guru yang

baik harus lucu dan pandai bercerita. Pengetahuan seperti itu bukan

hanya tidak akurat, tetapi juga bermasalah karena mengajar seperti

Page 23: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

14

badut bukanlah mengajar yang memungkinkan tumbuhnya

pengetahuan.

Meskipun pengalaman Anda sendiri sebagai pembelajar begitu

membantu, itu sama dengan menganggap bahwa semua mahasiswa

akan berbagi pengalaman yang sama dengan apa yang Anda lakukan

dan oleh karena itu, metode mengajar apa pun yang digunakan,

dosen harus bekerja untuk mahasiswa, bukan untuk kepentingan

Anda sendiri. Sebagaimana akan dijelaskan dalam buku ini, Anda

harus memahami dan menyadari bahwa Anda dan mahasiswa, dua

manusia yang berbeda dalam banyak hal. Itu penting untuk Anda

yang memilih profesi dosen.

Dilihat dari sisi mahasiswa, mengajar berarti melaksanakan cara

untuk membangun pengetahuan mahasiswa Anda sebelumnya,

sampai mereka memiliki pengetahuan yang kaya, akurat, cukup, dan

relevan dengan kehidupan mereka saat ini dan masa mendatang.

Menggunakan pengetahuan yang ada dalam buku ini, menuntut

Anda untuk terus melakukan perubahan dan penyesuaian diri untuk

membangun pengetahuan mahasiswa. Tentu saja, dalam

hubungannya dengan pengetahuan Anda sebelumnya, Anda juga

perlu perlu memikirkan bagaimana Anda menata pengetahuan Anda

sendiri tentang mengajar efektif. Banyak dari para lulusan perguruan

tinggi yang memulai karir sebagai dosen, tanpa jaringan pengetahuan

yang kaya, terpadu, dan fleksibel tentang mengajar efektif.

Kebanyakan dari orang-orang yang memilih profesi dosen hanya

sebagai kebetulan saja, tanpa spirit sedikit pun. Sebagai contoh,

Page 24: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

15

cukup umum ditemui di kalangan dosen, bahwa tugas mengajar

adalah tugas untuk menyampaikan materi, membacakan isi

powerpoint, memberikan soal, menilai dan mengambil keputusan.

Semua kegiatan itu tanpa ada landasan pedagogi yang jelas. Jelas,

bahwa praktik-praktik itu mungkin Anda lakukan dari warisan

perguruan tinggi Anda sendiri. Praktik-praktik seperti itu mungkin

lahir dari kebiasaan dosen-dosen Anda dulu ketika Anda sebagai

mahasiswa, kemudian itu diteruskan oleh Anda, tanpa Anda kritisi

terlebih dahulu. Lebih parah lagi, Anda menganggap bahwa praktik-

praktik mengajar yang dilakukan oleh dosen Anda dulu sebagai suatu

kebenaran.

Buku ini memberikan penjelasan dan mendorong agar Anda

sebagai dosen mampu menata pengetahuan Anda sendiri tentang

mengajar efektif. Tanpa memiliki kemampuan untuk menata

pengetahuan, Anda tidak akan menyerap pencerahan yang

ditawarkan di buku ini. Penataan pengetahuan lahir dari pembiasaan,

bukan sesuatu yang begitu saja diadopsi. Anda sendiri harus

mencoba untuk belatih menata pengetahuan Anda sendiri tentang

mengajar efektif, sehingga Anda mampu memahami isi buku ini

dengan jelas. Anda tidak hanya dituntut untuk menata pengetahuan

tentang mengajar efektif dengan struktur dan pemahaman yang

dangkal. Anda dituntut untuk membangun pengetahuan Anda

tentang mengajar efektif secara mendalam, fleksibel dan sistematis.

Tawaran-tawaran strategi mengajar efektif yang disajikan dalam

buku ini menawarkan struktur pengetahuan yang lebih bermakna,

Page 25: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

16

menuntut Anda untuk mengorganisir dan mengembangkan

pengetahuan Anda tentang mengajar efektif. Pengetahuan itu akan

membantu Anda, misalnya, ketika Anda merencanakan Silabus dan

perkuliahan untuk mata kuliah yang baru Anda ampu. Tetapi,

memperbaiki kualitas pengajaran, tidak hanya proses kognitif. Juga

penting untuk mempertimbangkan motivasi untuk belajar (dan terus

untuk belajar) tentang mengajar efektif. Mengingat banyak kendala

lainnya, Anda harus berfikir tentang upaya-upaya apa yang dapat

mempertahankan motivasi Anda untuk melaksanakan pengajaran

yang efektif.

Seperti yang akan dijelaskan pada buku ini, motivasi dibentuk

oleh dua hal, yaitu nilai dan harapan. Apa nilai yang paling Anda

anggap penting untuk pengajaran efektif? Anda sendiri yang harus

menemukan nilai itu. Satu nilai yang penting bagi dosen menurut saya

adalah efisiensi. Semua dosen punya kesibukan, tetapi orang yang

memiliki spirit dalam dirinya, akan meluangkan waktu untuk

mempelajari pengatahuan tentang mengajar efektif. Oleh karena itu,

penting bahwa Anda harus menginvestasikan waktu Anda untuk

belajar tentang mengajar efektif. Investasi waktu Anda akan

terbayarkan sudah. Tidak akan ada yang terbuang percuma, jika Anda

sebagai dosen meluangkan waktu untuk belajar, belajar, dan belajar.

Dosen bukan dewa ganesha, karena itu dosen juga harus belajar.

Bukan cuma menuntut mahasiswa untuk belajar, dosen juga harus

belajar bagaimana cara mengajar.

Page 26: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

17

Beberapa strategi mengajar dalam buku ini menuntut Anda

untuk menginvestasikan banyak waktu. Investasi waktu yang Anda

diberikan pada hari ini dapat mendatangkan keuntungan di masa

depan. Misalnya, Anda akan mempelajari bagaimana cara menyusun

rubrik, itu memakan waktu, terutama jika Anda belum pernah

membuatnya, tetapi juga menghemat waktu di periode waku

berikutnya, ketika memasuki semester berikutnya, ketika Anda harus

memberikan penilaian dan mengurangi keluhan dari mahasiswa.

Selain itu rubrik penilaian memiliki manfaat tersendiri bagi mahasiswa.

Dari sisi harapan, dosen lebih cenderung terus termotivasi untuk

mengajar lebih baik, ketika Anda menetapkan tujuan mengajar untuk

diri kita sendiri secara realistis, sehingga Anda dapat

mempertahankan keyakinan dan kepercayaan akan realisasi harapan

Anda, ketika Anda menemukan hambatan dalam praktik mengajar di

kemudian hari. Harapan, misalnya, Anda berkonsentrasi pada

peningkatan satu atau dua aspek pengajaran di semester tertentu,

daripada mencoba untuk mengatasi segala sesuatu secara

bersamaan. Sebagai dosen, Anda harus memiliki spirit perubahan dan

perbaikan kualitas mahasiswa Anda. Anda adalah tulang punggung

untuk kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia. Memiliki harapan

bukan berarti Anda menuntut perubahan kebijakan pemerintah. Alih-

alih Anda menuntut perubahan radikal untuk pendidikan, Anda

sendiri tidak pernah melakukan perubahan dalam cara mengajar.

Anda sendiri harus mencoba menetapkan harapan dan melakukan

perubahan lebih bertahap. Semisal, cobalah Anda bercermin pada

Page 27: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

18

diri Anda sendiri, apakah Anda benar-benar menguasai ilmu yang

Anda ajarkan kepada mahasiswa. Sejauh jawaban itu dari pikiran yang

jernih, mungkin Anda akan menyadari bahwa Anda belum

mengetahui apa-apa atas ilmu yang Anda ajarkan. Kesadaran atas

pengetahuan yang Anda miliki itu masih kurang, mungkin itu menjadi

awal bagi Anda untuk melakukan perubahan. Mungkin Anda

mencoba untuk membeli dan membaca kembali buku-buku terbaru,

jurnal-jurnal ilmu pengetahuan tentang ilmu Anda sendiri, agar

pengetahuan Anda tentang ilmu yang Anda ajarkan semakin lama

semakin bertambah.

Dosen yang berpengalaman setidaknya membutuhkan tiga

tahun untuk melakukan perbaikan progresif untuk menerapkan

pengajaran yang efektif. Untuk itu, mulailah Anda menyusun harapan

Anda sendiri. Harapan yang realistis sangat penting karena

keterampilan mengajar adalah keterampilan yang kompleks. Mulailah

Anda berharap dari hal-hal yang kecil. Untuk mengembangkan

penguasaan keterampilan mengajar, kita perlu menguasai komponen

keterampilan, mengintegrasikan berbagi komponen, dan

menerapkannya dengan tepat, pada waktu yang tepat. Tentu saja, ini

mengharuskan kita pertama membagi-bagi atau memecah beragam

jenis tugas mengajar. Misalnya, kemampuan untuk mengelola diskusi

yang produktif, menuntut penguasan beberapa sub-skills:

kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat,

mendengarkan dengan empati, mempertahankan ritme diskusi,

menghormati kesalahpahaman, mengatur waktu efektif, dan banyak

Page 28: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

19

lagi. Menerapkan semua keterampilan ini bersama-sama adalah tugas

kompleks. Itulah sebabnya Anda juga perlu belajar sampai Anda

lancar menerapkan sub-skill keterampilan mengelola diskusi yang

efektif. Ketika Anda sudah lancar dengan semua komponen kecil itu,

selanjutnya Anda dapat menerapkan secara otomatis, tanpa harus

dibebani dengan beban kognitif untuk menerapkan keterampilan itu.

Harap diperhatikan, bahwa kebanyakan dosen hanya menjalankan

peran dalam diskusi kelompok sebagai penonton, tanpa dilandasai

kepentingan untuk memastikan kegiatan diskusi dalam kaitannya

dengan ketercapaian capaian belajar.

Selain itu, seperti dengan penguasaan dalam domain lain,

penguasaan keterampilan mengajar menuntut Anda sebagai dosen

untuk belajar tentang kapan berbagai strategi pengajaran dan

pendekatan pengajaran itu dapat diberlakukan. Misalnya, bilamana

tujuan belajar tertentu yang dapat dipadukan dengan metode

pembelajaran kooperatif dalam proyek kelompok atau studi kasus

dan bilamana metode itu tidak cocok; atau bilamana tes uraian

digunakan, dan bilamana itu tidak. Dengan kata lain,

menyempurnakan praktek mengajar mengharuskan Anda

mentransfer apa yang Anda pelajari tentang pengajaran efektif dari

satu konteks ke yang lain, membuat penyesuaian pada rancangan

Silabus/RPS, kegiatan belajar mahasiswa, materi bidang kajian dan,

tentu saja perubahan diri Anda sendiri.

Belajar untuk penguasaan keterampilan mengajar efektif adalah

belajar tentang proses mengajar. Proses belajar seperti itu menuntut

Page 29: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

20

adanya latihan berpraktek dan umpan balik. Untuk mencapai

pelaksanaan pengajaran yang efektif, tentu Anda harus melakukan

banyak latihan, memaksimalkan latihan, dan latihan yang Anda

laksanakan harus difokuskan pada tujuan yang jelas. Dalam rangka

untuk memperoleh pengetahuan tentang latihan mengajar efektif,

Anda harus mendapatkan umpan balik yang tepat waktu dan sering,

pada aspek-aspek dan komponen latihan tertentu yang tidak berjalan

dengan baik. Kebanyakan perguruan tinggi menawarkan suatu

instrumen evaluasi pelaksanaan pengajaran. Mendorong mahasiwa

Anda untuk memberikan umpan balik kepada cara Anda mengajar,

umpan balik semacam itu berguna untuk perbaikan langsung dalam

cara Anda mengajar. Umpan balik yang terbaik adalah umpan balik

formatif sepanjang semester. Umpan balik ini bisa berasal dari sumber

mahasiswa, kolega, dan staf Pusat Kajian Pembelajaran dan

Pengajaran di kampus Anda.

Jadi, misalnya, jika ada kekhawatiran dari mahasiswa Anda atas

rendahnya penguasaan materi, itu juga dapat membantu dosen

memfokuskan upaya pada tujuan peningkatan penguasaan materi.

Sama seperti banyak mahasiswa yang tidak berpikir tentang

pentingnya mengarjakan tugas sebagai latihan keterampilan khusus,

kebanyakan dari dosen tidak memikirkan bagaimana latihan mengajar

efektif. Namun, seperti mahasiswa, dosen akan belajar lebih efektif

ketika Anda memiliki target keterampilan yang harus dikembangkan.

Jika Anda berpikir tentang mengajar sebagai sesuatu yang bertujuan,

latihan yang Anda lakukan harus difokuskan pada praktik pengajaran

Page 30: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

21

efektif. Anda dapat memutuskan untuk melakukan praktik tertentu di

setiap perkuliahan, lalu Anda memikirkan apakah praktik yang Anda

lakukan sudah benar atau belum.

Menyadari mengajar sebagai perbaikan progresif

berkonsekuensi pada gagasan pembangunan iklim mengajar.

Perkembangan dan kemajuan mengajar apa yang dapat terlihat?

Pertama, dosen seperti mahasiswa mengalami proses belajar untuk

mengembangkan kemampuan intelektual. Dosen harus memulai

pada tahap di mana Anda harus menemukan semacam “jawaban

yang benar,” strategi pedagogis yang akan dapat meningkatkan

partisipasi penuh mahasiswa selama di kelas. Pada beberapa kasus,

kebanyakan dosen menganggap mengajar semata-mata sebagai soal

gaya pribadi dan percaya bahwa tidak ada yang lebih baik atau lebih

buruk. Pada tahap selanjutnya, Anda mungkin akan menyadari bahwa

mengjar sangat kontekstual dan menyadari bahwa ada banyak

keputusan yang harus dibuat sebagai pendidik terkait dengan cara

Anda mengajar dan membelajarkan mahasiswa.

Kedua, identitas kita sebagai dosen juga secara bertahap terus

berkembang. Dosen harus bekerja untuk mengembangkan

kompetensi dan otonomi dalam mengajar, integritas, dan tujuan

sebagai pendidik, cara produktif untuk berinteraksi dengan

mahasiswa, dan cara tepat untuk mengekspresikan emosi di dalam

kelas. Dalam tahap perkembangan intelektual dan identitas lanjutan,

Anda mungkin memiliki keyakinan dan kepercayaan pada gaya

mengajar Anda sendiri, sementara itu Anda dituntut untuk semakin

Page 31: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

22

terbuka pada berbagai usaha perbaikan dan peningkatan kualitas

mengajar.

Mengingat proses perkembangan ini melibatkan dimensi

intelektual serta sosial dan emosional, Anda harus menciptakan iklim

mengajar yang membuat Anda dapa belajar untuk meningkatkan

kemampuan diri Anda sendiri. Misalnya, ketika Anda berada di

lingkungan Program Studi yang benar-benar menghargai mengajar

membutuhkan energi yang luar biasa. Sebaliknya, iklim kerja juga

dapat berupa demoralisasi mental dan tidak tumbuhnya dukungan

untuk meningkatkan pengajaran. Iklim mengajar akan berdampak

pada Anda, apakah Anda menyadarinya atau tidak. Namun, jika kita

menyadari bahwa iklim mengjar dapat menimbulkan dampak negatif,

Anda harus memiliki sejumlah pilihan. Anda harus keluar dari zona

demoralisasi mental mengajar yang buruk dan mencari iklim yang

lebih mendukung pengembangan komptensi di program studi yang

lain, bergabung dengan asosiasi profesional, atau berkiblat ke Pusat

Pembelajaran dan Pengajaran di kampus Anda.

Pada buku ini, akan dijelaskan tentang kondisi pembelajaran dan

pengajaran dengan lensa analisis. Secara umum, semua tawaran

solusi mengajar efektif dalam buku ini dapat membantu Anda ntuk

menjadi dosen yang terbiasa melakukan refleksi diri, mawas diri, yaitu

membangun keterampilan metakognitif tentang cara Anda mengajar.

Seperti yang akan dijelaskan pada buku ini, Anda akan belajar untuk

mengarahkan diri sendiri (metakognisi), menuntut Anda sebagai

dosen untuk melaksanakan beberapa tahapan dalam suatu siklus

Page 32: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

23

metakognitif. Secara khusus, Anda perlu mempertimbangkan dan

menilai, kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya dengan

mengajar, bukan hanya Anda dituntut untuk memperhatikan kekuatan

Anda sendiri, tetapi juga menantang diri Anda untuk

mengembangkan hal-hal tertentu yang belum bekerja dengan baik.

Selain itu, karena tugas mengajar terus berubah, ketika populasi

mahasiswa berubah, ketika Anda berhadapan dengan generasi-

generasi baru, mata kuliah baru, Anda perlu merevisi program lama

untuk memasukkan materi baru, saatnya juga Anda perlu mencoba

pendekatan baru. Sebagai dosen, Anda harus terus-menerus menilai

kembali persiapan Anda dalam mengajar, menilai apa yang

direncanakan oleh Anda, menilai pendekatan yang efektif, memantau

kemajuan, mengevaluasi, dan menyesuaikan diri. Sama seperti

mahasiswa, yang perlu memikirkan perencanaan sebelum mereka

mulai mengerjakan tugas, dosen juga harus melakukan hal yang sama.

Misalnya, dosen harus melakukan penilaian atas kemampuan

membuat perencanaan aktivitas belajar yang sejalan dengan tujuan

belajar dan strategi pembelajaran dari awal mula. Mengetahui bahwa

sebagai dosen cenderung melewatkan beberapa langkah-langkah

dalam siklus metakognitif, Anda perlu berhenti, merenungkan dan

refleksi diri, agar Anda mengetahui kelemahan Anda, kekuatan Anda,

sehingga Anda dapat melaksanakan tugas Anda di kemudian hari

dengan lebih baik. Semakin hari, semakin lama Anda mengajar, Anda

harus lebih baik lagi.

Page 33: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

24

Terakhir, niat menyempurnakan praktek mengajar menuntut

Anda memiliki keyakinan diri bahwa Anda dapat menjadi dosen yang

mampu melaksanakan pengajaran yang efektif. Untuk memiliki

keyakinan itu, Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri: Apa tujuan

yang Anda kejar dari mengajar? Apa yang Anda percaya, tentang

kecerdasan Anda, kemampuan dan daya belajar Anda untuk

mencapai tujuan Anda sendiri? Semua keyakinan ini akan berdampak

pada siklus metakognitif Anda. Buku ini adalah awal dalam proses

mengundang Anda untuk terus berpikir dan belajar tentang mengajar

efektif.

Page 34: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

25

MENGAJAR harus difokuskan pada APA yang harus dilakukan dan

APA dipikirkan mahasiswa dan hanya pada peningkatan kemampuan

dan nalar yang ditunjukkan mahasiswa. Dosen dapat meningkatkan

kualitas pengajaran hanya dengan melakukan APA-APA yang

terbukti memberikan dampak pada kemampuan dan nalar

mahasiswa.

[Herbert A. Simon, pendiri Pusat Kajian Psikologi Kognitif, Carnegie Mellon University]

Page 35: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

26

BAGIAN II: KEMAMPUAN METODIK

Page 36: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

27

BAB 2

MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN TERDAHULU

Pada bab ini saya akan menjelaskan 1 dari 3 kemampuan

metodik yang harus dikuasai dosen[guru]. Pada bab ini kita akan

membahas bahwa pengetahuan yang dimiliki mahasiswa akan

mempengaruhi kualitas belajar mereka saat ini. Agar pembaca

memahami konteks situasi yang terkait dengan konsep pengetahuan

terdahulu (prior knowledges), simaklah dua ilustrasi cerita berikut ini:

Ternyata.... oh Ternyata Saat ini saya mengajar Statistika Pendidikan untuk pertama kalinya. Pada hari pertama, saya bertanya kepada mahasiswa tentang jenis-jenis uji statistik yang telah mereka pelajari pada mata kuliah prasyarat, Pengantar Statistik. Secara umum tes statistik terdiri dari Uji-T, Ci Square, dan Anova. Mengingat apa yang mereka katakan, saya begitu percaya diri untuk memberikan tugas pertama. Pada tugas yang saya berikan, saya meminta mahasiswa memilih dan menerapkan jenis uji statistik yang telah mereka pelajari, melakukan analisis, dan menginterprestasikan hasilnya. Tugas itu pada dasarnya adalah pengetahuan dasar, tetapi saya terkejut atas apa yang mereka kerjakan. Beberapa siswa memilih tes yang tidak sesuai, sementara yang lain memilih tes yang sesuai tetapi tidak mampu menyusun argumentasi mengapa mereka memilih menerapkan jenis uji statistik tertentu. Sementara yang lain tidak dapat menginterpretasikan hasil uji statistik. Saya tidak tahu mengapa mereka mengatakan kepada saya mereka mengetahui hal ini sementara pekerjaan mereka tidak menunjukkan hal itu. Aeng Muhidin [Dosen]

Page 37: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

28

Kok, begitu Sulit .... Setiap tahun di kelas Pengantar Psikologi saya mengajarkan kepada siswa saya tentang Teori Pembelajaran Klasik, terutama tentang konsep Penguatan Positif dan Penguatan Negatif. Saya mengetahui bahwa mereka harus memahami konsep ini, sehingga saya menghabiskan banyak penjelasan bahwa istilah penguatan (reinforcement) merujuk pada peningkatan perilaku dan hukuman (punishment) mengacu pada penurunan perilaku. Saya juga menekankan bahwa, bertentangan dengan apa yang mungkin mereka pahami bahwa, penguatan negatif tidak sama dengan hukuman; penguatan negatif berarti menghilangkan sesuatu yang menghalangi peningkatan perilaku yang diinginkan. Saya juga memberikan sejumlah contoh kongkrit untuk memperjelas apa yang saya maksud. Tetapi, nampaknya semakin banyak saya menjelaskan konsep itu, mereka semakin berfikir tentang penguatan negatif sama dengan hukuman. Faktanya, ketika saya bertanya tentang penguatan negatif di saat Ujian Akhir, hampir 60% siswa menjawab salah. Mengapa terlalu sulit bagi siswa untuk memahami konsep itu? Diana [Dosen, Psikologi Perkembangan]

Setelah Anda membaca cerita tersebut, mari kita simak

penjelasan tentang pengetahuan terdahulu (prior knowledges) dan

implikasinya pada pengajaran.

APA YANG TERJADI

Dosen dalam cerita di atas nampaknya telah melakukan

sesuatu dengan benar. Dosen Aeng melakukan tes untuk mengukur

pengetahuan mahasiswa tentang Uji Statistik, ternyata dia tidak dapat

melaksanakan pembelajaran sesuai harapan. Dosen Diana secara hati-

hati menjelaskan perpedaan konsep "Penguatan Positif" dan

Page 38: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

29

"Penguatan Negatif", memberikan contoh yang konkrit, bahkan terus

mengingatkan tentang kesalahpahaman yang umum terjadi. Ingatlah

baik-baik, strategi pengajaran berdampak pada kegiatan belajar dan

kemampuan mahasiswa. Untuk memahami mengapa, simaklah

dampak pengetahuan sebeluumnya terhadap kegiatan belajar.

Dosen Aeng berasumsi bahwa mahasiswa telah memperoleh

ketarampilan statistik dasar pada mata kuliah prasyarat. Laporan tugas

mahasiswa telah membuktikan bahwa asumsinya benar-benar salah.

Pada kenyataanya, meskipun siswa memiliki beberapa pengetahuan

– [mereka dapat mengindentifikasi dan menjelaskan sejumlah uji

statistik] – itu tidak berarti bahwa mahasiswa di kelas Aeng dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan, yang menuntut mereka untuk

melaksanakan pengujian statistik yang sesuai dengan masalah

penelitian dan kemudian menginterpretasikan hasilnya. Di sini, Dosen

Aeng dihadapkan dengan masalah, ketidakcocokan antara

pengetahuan yang dimikiki siswa dan pengetahuan yang diharapkan

dimiliki oleh siswa. Sementara itu, kecocokan antara pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) dengan pengetahuan yang baru mutlak

harus terjadi, agar siswa dapat belajar secara efektif.

Sementara pada kelas Dosen Diana, bukan tentang apa yang

belum diketahui mahasiswa, tetapi apa yang seharusnya mereka

keahui. mahasiswa di kelas Diana, seperti kebanyakan mahasiswa

lainnya, selalu mengartikan istilah positif dengan “baik” dan negatif

dengan “buruk”, hal itu sesuai untuk banyak hal, tetapi tidak untuk

materi psikologi pendidikan. Ketika mahasiswa diperkenalkan konsep

Page 39: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

30

“penguatan negatif” dalam kaitan dengan materi Teori Pembelajaran

Klasik, pengetahuan terdahulu (prior knowledges) tentang istilah

negatif dapat menghambat kemampuan mereka untuk menerima

definsi yang baru. Tentu saja, mereka harus memahami istilah

“negatif” dalam “penguatan negatif” sebagai usaha menghilangkan

sesuatu yang dapat menghasilkan perubahan positif (sebagai contoh,

ibu yang berjanji akan berhenti mengomel, jika anak mereka dapat

membersihkan tempat tidur).

Tetapi, mahasiswa menginterpretasikan kata “negatif” dalam

“penguatan negatif” sebagai tanggapan negatif, bahkan pemberian

hukuman, karena pada waktu sebelumnya mereka mengetahui arti

negatif sebagai buruk. Dengan kata lain, pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) mendorong hubungan yang tidak sesuai yang

pada akhirnya mengganggu dan mendistorsi pengetahuan yang

masuk.

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Ketika kita [dosen] mengajar, kita seringkali mencoba untuk

meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi, dengan

mengkaitkan materi yang sedang dipelajari pada pengetahuan dan

pengalaman sebelumnya yang diperoleh pada mata kuliah yang sama

di minggu sebelumnya, atau dari mata kuliah lain di semester

sebelumnya, atau dari kehidupan sehari-hari. Tetapi, terkadang –

seperti Dosen Aeng – kita suka berasumsi terlalu berlebihan tentang

pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sebelumnya. Kita seringkali

Page 40: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

31

menganggap bahwa mereka sudah tahu, lantas terburu-buru

memberikan pengetahuan baru dengan dasar pengetahuan lama

yang lemah. Atau kita dihadapkan – seperti Dosen Diana – bahwa

mahasiswa memiliki pengetahuan lama yang tidak sesuai dengan

konteks situasi yang baru, sehingga mahasiswa mengalami distorsi

pemahaman – istilah negatif dalam kata penguatan negatif sama

dengan hukuman . Hal serupa, baik disadari atau tidak, kita

membiarkan kesalahpahaman atas pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) terus berlangsung, sehingga menghambat mereka

untuk mempelajari materi yang baru.

PENGETAHUAN TERDAHULU (PRIOR KNOWLEDGES) DAPAT

MEMPERMUDAH ATAU MENGHAMBAT KEGIATAN BELAJAR

Sebagai dosen, kita harus dapat mendoorng mahasiswa

mampu membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges), tetapi penting bagi kita untuk selalu

mengingat bahwa tidak semua pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) yang dimiliki mahasiswa dapat menjadi landasan yang

kuat untuk membangun pengetahuan yang baru. Kita dapat

membangun pengetahuan yang baru, ketika pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) sudah lengkap, akurat, dan tepat. Ketika ketiga

syarat itu tidak terpenuhi, lalu kita mendorong mahasiswa untuk

membangun pengetahuan baru, itu bukan suatu praktik mengajar

yang benar.

Page 41: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

32

Mahasiswa datang ke kelas tidak dengan pikiran kosong sama

sekali. Tetapi, mereka datang ke kelas sudah memiliki pengetahuan

yang diperoleh dari mata kuliah lain, atau dari pengalaman hidup

sehari-hari. Apa buktinya bahwa [mahasiswa] memiliki pengetahuan

terdahulu (prior knowledges)? Faktanya, kita sering sering

menyaksikan mahasiswa mengatakan, "menurut saya bukan begitu,

tetapi ......." dan seterusnya. Itu menunjukkan bahwa mahasiswa telah

memiliki pengetahuan terdahulu (prior knowledges) atas topik yang

sedang dipelajari.

Gambar 1. Akumulasi Kekayaan Pengetahuan

Pengetahuan terdiri dari beragam jenis, termasuk fakta,

konsep, model, persepsi, kepercayaan, nilai, dan sikap. Pengetahuan

yang dimiliki mahasiswa, beberapa ada yang akurat, utuh, dan sesuai

dengan konteksnya; beberapa yang lainnya, tidak sesuai, tidak cukup

lengkap, sebagai landasan atau syarat untuk menerima pelajaran

berikutnya, atau sedikit tidak sesuai dalam beberapa konteks. Ketika

pengetahuan itu dibawa ke kelas, itu dapat mempengaruhi

(menghambat atau mempermudah) mereka menginterpretasikan

informasi baru yang datang.

Idealnya, mahasiswa memiliki pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) yang berlimpah dan akurat. Membangun keterkaitan

PengetahuanLama

PengetahuanBaru

PengetahuanyangKAYA

Page 42: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

33

antara pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan

pengetahuan baru, dapat membantu mereka mampu membangun

struktur pengetahuan yang kaya dan kompleks dengan cepat

(perhatikan Gambar 1). Bagaimanapun juga, mahasiswa tidak secara

otomatis dapat membuat hubungan pengetahuan baru dengan

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) yang relevan. Jika mereka

tidak mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior knowledges) – maka

tidak akan akan ada proses penyatuan (integration) pengetahuan

lama dengan pengetahuan yang baru. Terlebih lagi, jika pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) tidak cukup untuk tuntutan belajar saat

ini, pengetahuan yang lama gagal mendukung penerimaan

pengetahuan yang baru; dan jika pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) tidak sesuai atau tidak akurat untuk konteks baru,

mengaktifkan pengetahuan yang lama dapat menghambat aktivitas

belajar berikutnya. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kualitas Pengetahuan Terdahulu: Menghambat atau Mendukung Pembelajaran Materi Baru

Tidak Cukup Tidak Sesuai Atau Tidak

Akurat

Ketika Tidak

Diaktifkan

Cukup Sesuai

dan Akurat

Ketika Diaktifkan

Pengetahuan Sebelumnya

MEM

BAN

TU

MEN

GH

AM

BAT

Page 43: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

34

Mengetahui apa yang diketahui mahasiswa – atau apa yang

mereka pikir mengetahuinya – dapat membantu dosen/guru dalam

mendesain pembelajaran agar lebih sesuai dengan keadaan

pengetahuan mahasiswa. Dengan mengetahui tentang keadaan awal

mahasiswa, dosen[guru] tidak hanya dapat meningkatkan

pengetahuan akurat untuk mendorong pembelajaran yang efektif,

tetapi juga untuk mengidentifikasi dan mengisi kesenjangan yang

ada: mengetahui kapan mahasiswa tidak dapat menerapkan apa yang

mereka ketahui pada konteks situasi tepat, dengan cara memperbaiki

kesalahpahaman secara aktif.

PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN TERDAHULU (PRIOR

KNOWLEDGES)?

mahasiswa menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan

apa yang mereka ketahui sebelumnya, menterjemahkan dan

mempersepsikan informasi yang masuk melalui lensa pengetahuan,

kepercayaan dan asumsi yang ada (National Research Council, 2000).

Pada faktanya, mahasiswa dikatakan belajar jika mahasiswa dapat

menghubungkan pengetahuan baru terhadap pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) dalam rangka belajar. Belajar dalam hal

ini diartikan sebagai peningkatan jumlah pengetahuan (jumlah yang

diketahui) secara akumulatif, penambahan pengetahuan-

pengetahuan yang benar (Gambar 1), bukan penambahan

pengetahuan-pengetahuan yang keliru.

Page 44: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

35

Bagaimanapun juga, mahasiswa akan dapat menggambarkan

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) secara efektif dan

membangun pengetahuan baru berdasarkan pada jenis pengetahuan

terdahulu (prior knowledges), juga tergantung pada kemampuan

dosen/guru untuk mendayagunakan (harness) pengetahuan

terdahulu (prior knowledges). Pada penjelasan berikut, akan

mendiskusikan penelitian yang menyelidiki dampak pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) terhadap kegiatan belajar mahasiswa

dan menggali implikasinya terhadap pengajaran.

MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN TERDAHULU

mahasiswa dianggap telah belajar dan akan memperoleh

banyak pengetahuan, ketika mereka dapat menghubungkan apa

yang mereka pelajari dengan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) secara akurat dan relevan, (Gambar 1). Intinya, akumulasi

pengetahuan akan terjadi ketika pengetahuan baru menyentuh dan

bersinggungan dengan pengetahuan terdahulu (prior knowledges).

Dalam penelitian yang memfokuskan pada ingatan (recall), sebagai

contoh, partisipan dengan baragam pengetahuan tentang sepakbola

dapat mengingat kembali perolehan skor Manchester United pada

saat ujian. Seorang dengan banyak pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) tentang sepakbola akan mengingat lebih banyak

tentang riwayat perolehan skor MU di Premiere League. Serupa,

penelitian yang dilakukan oleh Kole dan Healy (2007) menunjukkan

bahwa mahasiswa yang menyajikan fakta yang tidak familiar tentang

Page 45: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

36

individu terkenal dan mahasiswa yang menyajikan beberapa fakta

tentang individu yang tidak terkenal. Kedua penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan terdahulu (prior knowledges) tentang topik

tertentu dapat membantu mahasiswa menyatukan informasi yang

baru.

Bagaimanapun juga, mahasiswa tidak akan otomatis

membawa dan mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) di kelas. Maka dari itu, penting agar dosen dapat

membantu mahasiswa mengaktifkan pengetahuan lama, sehingga

mahasiswa dapat membangunya secara produktif. Tentu saja,

penelitian menyatakan bahwa intervensi kecil yang dapat

mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior knowledges) memiliki

dampak positif. Sebagai contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh

Gick dan Holyoak (1980), mahasiswa yang mempresentasikan dua

masalah yang menuntut mereka untuk menerapkan gabungan

konsep. Peneliti menemukan bahwa ketika mahasiswa mengetahui

solusi untuk masalah pertama, kebanyakan tidak berfikir menerapkan

solusi untuk masalah kedua. Bagaimanapun, ketika dosen

menyarankan untuk berfikir untuk masalah kedua yang dikaitkan

dengan masalah pertama, 80 persen mahasiswa mampu

menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, dengan intervensi kecil

[pengarahan sederhana], dosen (guru) dapat mengaktifkan

pengetahuan yang relevan sehingga mahasiswa menyusun

pengetahuan lebih efektif (Bransford & Johnson, 1972; Dooling &

Lachman, 1971).

Page 46: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

37

Penelitian juga mengungkapkan bahwa dengan mengajukan

pertanyaan yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa mengingat

dapat membantu mahasiswa menyatukan dan menyimpan informasi

yang baru (Woloshyn, Paivio, & Pressley, 1994). Sebagai contoh,

Martin dan Pressley (1991) bertanya kepada orang Kanada tentang

kejadian-kejadian yang pernah terjadi di sejumlah provinsi di Kanada.

Sebelum melakukan intervensi pengajaran, peneliti menemukan

bahwa partisipan seringkali gagal menggunakan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) untuk secara logika menemukan

kejadian di provisi dan kemudian mengalami kesulitan mengingat

fakta-fakta khusus. Ketika peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan

“mengapa” (misalnya, Mengapa Ontario menjadi lokasi pertama

diadakannya lomba basket?”), partisipan dipaksa menggali

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) tentang sejarah Kanada

dan mengkaitkan pengetahuan itu secara logika kepada informasi

baru yang ditertimanya. Peneliti menemukan bahwa intervensi ini,

yang disebut dengan interograsi elaboratif, meningkatkan

pembelajaran dan mampu bertahan secara signifikan.

Peneliti juga menemukan bahwa jika mahasiswa mengajukan

pertanyaan untuk menghasilkan pengetahuan yang relevan dari

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) atau dari kehidupan

mereka, itu dapat membantu mempermudah penyatuan informasi

baru (Peeck, Van den Bosch, & Kruepeling, 1982). Sebagai contoh,

Garfield dan rekan (Garfield, Del Mas, & Chance, 2007) yang meneliti

desain pembelajaran pada mata kuliah Statistika hendak

Page 47: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

38

memfokuskan pada konsep variabel – dikenal konsep yang sulit

dipahami.

Dosen pertama kali mengumpulkan data dasar pemahaman

mahasiswa tentang variabel di akhir perkuliahan. Pada semester

berikut, mereka mendesain ulang mata kuliah; mahasiswa diberikan

pertanyaan untuk menghasilkan contoh aktivitas dalam kehidupan

mereka yang dianggap memiliki variabilitas tinggi atau rendah,

meminta mereka menyajikannya secara grafis, dan menjelaskan

alasan tentang sejumlah aspek variabilitas. Sementara dua kelompok

mahasiswa terus melanjutkan pembahasan. Hasil pre-test dan post-

test menunjukkan bahwa mahasiswa yang telah menghasilkan

pengetahuan yang relevan telah mengungguli kelompok mahasiswa

lain.

Latihan untuk menghasilkan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) bisa menjadi ‘pedang bermata dua’, jika pengetahuan

tidak akurat atau tidak cocok untuk konteks materi baru (Alvermann,

Smith, & Readance, 1985). Masalah-masalah belajar yang muncul

dalam kaitannya dengan pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

yang tidak akurat dan tidak cocok akan dibahas di bagian selanjutnya.

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN PADA PENGAJARAN

[Mha]siswa akan belajar efektif ketika mereka dapat

menghubungkan apa yang dipelajari dengan apa yang telah mereka

ketahui. Dosen (guru) seharusnya tidak berasumsi bahwa mahasiswa

akan secara otomatis mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior

Page 48: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

39

knowledges) yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

Maka dari itu, dosen (guru) harus sengaja mengaktifkan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) untuk membantu mahasiswa mereka

dalam membangun hubungan yang kuat antara pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) dengan pengetahuan yang baru.

[1] Pengetahuan terdahulu (prior knowledges) Yang Akurat, Tetapi

Tidak Cukup Memadai

Bahkan ketika pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

akurat dan diaktifkan, tidak cukup mendukung pembelajaran

berikutnya atau mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.

Tentu saja, ketika mahasiswa dihadapkan pada beberapa

pengetahuan yang relevan, itu dapat mendorong mahasiswa dan

guru berasumsi bahwa mahasiswa akan lebih baik dalam belajar ketika

mereka telah mempersiapkan diri untuk mengetahui pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) yang relevan dibandingkan mereka

benar-benar mampu menyelesaikan tugas tertentu.

Faktanya, terdapat beberapa jenis pengetahuan, sebagaimana

dibuktikan oleh sejumlah tipolog pengetahuan (Anderson &

Krathwohl, 2001; Anderson, 1983; Alexander, Schallert, & Hare, 1991;

DeJong & Ferguson - Hessler, 1996). Tipe pengetahuan yang

pertama yaitu Pengetahuan Dekralatif, atau pengetahuan tentang

fakta dan konsep yang dapat dinyatakan atau dikemukakan.

Pengetahuan deklaratif dianggap sebagai “mengetahui apa”.

Kemampuan menyebutkan nama bagian [Penghasilan Tidak Terkena

Page 49: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

40

Pajak, misalnya] dari formula Pajak PPh 21, menjelaskan ciri-ciri

pemburu dalam tatanan sosial masyarakat tradisional, atau

menjelaskan daya apung dalam Hukum Boyle, itu semua adalah

contoh dari pengetahuan deklaratif.

Tipe pengetahuan yang kedua disebut sebagai Pengetahuan

Prosedural, dikarenakan pengetahuan terkait dengan mengetahui

bagaimana dan mengetahui kapan menerapkan sejumlah prosedur,

metode, teori, gaya atau pendekatan. Kemampuan untuk

menghitung integral, menggambar 3D, dan melakukan kalibrasi

peralatan laboratorium – jua pengetahuan tentang waktu-waktu tepat

menggunakan atau tidak menggunakan keterampilan tertentu

termasuk ke dalam kategori pengetahuan prosedural.

Pengetahuan dekraltif dan prosedural tidak sama, tetapi

keduanya seringkali digunakan bersamaan pada jenis kinerja yang

sama. Umumnya yang terjadi, sebagai contoh, bagi mahasiswa yang

mengetahui fakta dan konsep, tetapi tidak mengetahui bagaimana

atau kapan menerapkan pengetahuan itu. Faktanya, penelitian

tentang kegiatan belajar menunjukkan bahwa bahkan ketika

mahasiswa dapat menyatakan fakta ilmiah, sebagai contoh, Gaya [F]

sama dengan Massa [M] dikali Percepatan [a]), mereka seringkali

lemah ketika harus menerapkan fakta tersebut untuk menyelesiakan

masalah, menterjemahkan data dan menghasilkan kesimpulan

(Clement, 1982).

Kita melihat masalah ini pada situasi yang dialami oleh Dosen

Aeng. mahasiswa di kelas Aeng mengetahui beragam jenis uji

Page 50: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

41

statistik, tetapi pengetahuan itu tidak cukup untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan, tugas yang menuntut mereka memilih uji yang

sesuai pada masalah yang diberikan, melaksanakan uji statistik yang

sesuai dan menginterpretasikannya. Dalam konteks di kelas Statistika,

mahasiswa dosen Aeng tidak mampu melangkah maju dari tahap

remembering (mengingat) ke tahap applying (penerapan).

Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa

seringkali melaksanakan tugas prosedural tanpa dapat menjelaskan

apa yang mereka lakukan atau mengapa mereka melakukannya (Berry

& Broadbent, 1988; Reber & Kotovsky, 1997; Sun, Merrill, & Peterson,

2001). Sebagai contoh, mahasiswa dapat menerapkan formula untuk

menghitung jumlah nominal pajak PPh21, tetapi tidak dapat

menjelaskan logika atau prinsip yang mendasari formula perhitungan

PPh21 yang dipilih. Serupa, di Mata Kuliah Desain dan Pola, Program

Studi Tata Busana, mahasiswa mungkin mengetahui bagaimana

menggambar pola tanpa dapat menjelaskan tentang pilihan pola

yang mereka buat.

mahasiswa mungkin memiliki pengetahuan prosedural yang

cukup untuk dapat menyelesaikan masalah secara efektif dalam

konteks tertentu, meskipun kekurangan pengetahuan deklaratif

tentang prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka dapat

menyesaikan ke dalam konteks yang berbeda dan menjelaskan

kepada orang lain. Penelitian juga memberitahukan bahwa

mahasiswa di Mata Kuliah Algoritma dan Pemograman dapat

membuat aplikasi sederhana, tanpa dapat menjelaskan mengapa

Page 51: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

42

mereka membuatnya dan untuk apa. mahasiswa seperti itu terjadi

karena terbiasa berlatih otodidak, tanpa mendapatkan penjelasan

atas materi yang sedang dilatihkannya. Mahasiswa yang banyak

berlatih pada keterampilan tertentu cenderung tidak dapat

menjelaskan mengapa dan bagaimana latihan itu dikerjakan.

IMPLIKASI PENGAJARAN

Dikarenakan mengetahui tentang apa berbeda dari mengetahui

tentang bagaimana dan kapan, sangat penting dipahami oleh dosen

bahwa ada jenis pengetahuan yang berbeda untuk tugas yang

berbeda, dan; mahasiswa kita memiliki satu jenis pengetahuan yang

tidak dimiliki oleh mahasiswa lain. Maka dari itu, sangat penting untuk

menilai baik jumlah maupun sifat pengetahuan mahasiswa

sebelumnya, sehingga kita dapat merancang pembelajaran yang

sesuai.

Pengetahuan terdahulu (prior knowledges) Yang Tidak Sesuai

Dalam beberapa situasi, pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) yang dimiliki mahasiswa tidak sesuai untuk materi

pelajaran baru. Meskipun pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

ini belum tentu akurat, pengetahuan lama dapat mendorong

pemahaman mereka atas materi baru. Situasi lain ketika pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) dapat mendistorsi pemahaman yaitu

ketika mahasiswa mengambil pemahaman setiap hari ke dalam

konteks teknis. Beberapa penelitian, sebagai contoh, menunjukkan

Page 52: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

43

bagaimana definisi tentang istilah positif dan negatif yang mungkin

telah mengacaukan pemahaman mereka tentang penguatan negatif.

Situasi lain terjadi ketika ketidaksesuaian pengetahuan lama

dapat menghambat pembelajaran baru ketika mahasiswa dituntut

menganalogikan situasi lama ke situasi baru tanpa memahami

keterbatasan analogi. Untuk sebagian besar, analogi memiliki fungsi

pedagogis yang penting, memungkinkan dosen (guru) untuk

membangun apa yang telah diketahui untuk membantu mereka

memahami materi yang kompleks, abstrak, atau konsep asing.

Masalah dapat muncul ketika mahasiswa tidak mengenal

keterbatasan dari analogi yang sederhana untuk menjelaskan

fenomena yang kompleks. Sebagai contoh, otot rangka dan otot

jantung memiliki beberapa ciri yang sama, maka analogi digunakan

untuk menggambarkan keadaan yang memiliki kesamaan.

Bagaimanapun, perbeadan dalam bagaimana dua tipa otot berfungsi

penting untuk memahami kegiatan operasi normal. Bahkan, Spiro dan

rekan (Spiro et al., 1989) menemukan bahwa banyak mahasiswa

kesehatan dihadapkan miskonsepsi tentang penyebab potensi dari

kegagalan hati yang dapat ditelusuri dari kegagalan mereka untuk

mengetahui keterbatasan dari analogi otot rangka-otot jantung.

Pengetahuan dari satu disiplin, seringkali, mungkin dapat

menghambat pembelajaran dan kemampuan di materi lain, ketika

mahasiswa penerapan pengetahuan dari disiplin ilmu lain tidak sesuai

. Sebagai contoh, dari penelitian Beaufort (2007), istilah atribut sering

disalahpahami oleh mahasiswa yang sedang mempelajari

Page 53: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

44

keterampilan di mata kuliah Struktur Data dan Perancangan Program.

Dikarenakan mahasiswa berfikir bahwa "atribut" di satu disiplin

metodologi penelitian sama dengan atribut dalam Struktur Data dan

Perancangan Program, mereka salah menerapkan konsep "atribut".

Mahasiswa Teknologi Informatika gagal memahami istilah atribut

sebagai ciri-ciri dari suatu gejala, menjadi suatu identitas data (id).

Beafort menyatakan bahwa tanpa pengulangan dan

penguatan pelajaran (remediation), ketidaksesuaian pengetahuan

dapat mengakibatkan tidak hanya pada kemampuan mahasiswa

dalam menerima keterampilan perancangan struktur data, tetapi juga

pada kemampuan mereka untuk menginternalisasikan kesepakatan

retoris ke dalam pelajaran yang baru. Ketidaksesuaian pengetahuan

mahasiswa TI tentang konsep "atribut" tidak hanya mengakibatkan

ketidakmampuan mahasiswa untuk merancang struktur data, tetapi

juga gagal untuk memahami bahwa istilah "atribut" sebagai identitas

data.

Selain itu, belajar juga akan terganggu ketika penjelasan

konteks yang digunakan untuk menerangkan konsep tidak sesuai

(Bartlett, 1932). Misalnya, ketika kebanyakan kita belajar bahasa asing,

kita menggunakan struktur gramatkal yang kita ketahui dari penutur

asing ke dalam bahasa pribumi. Hal ini dapat mengganggu belajar,

ketika bahasa baru diterapkan berdasarkan aturan gramatikal yang

berbeda, seperti struktur subjek-objek-predikat dihadapkan dengan

struktur subjek-predikat-objek.

Page 54: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

45

Serupa, penerapan pengetahuan budaya yang salah dapat

mendorong asumsi yang salah, dan seringkali terjaid begitu. Sebagai

contoh, ketika masyarakat Barat menjelaskan pengetahuan budaya

untuk menginterpretasikan praktik hijab di kalangan muslim.

Masyarakat Barat sering salah pengertian tentang makna jilbab bagi

wanita muslim yang menggunakan jilbab. Sebagai contoh, budaya

Barat mungkin berasumsi bahwa jilbab sebagai praktik wanita yang

tidak menginginkan laki-laki mengetahui kecantikan wanita muslim.

Jilbab seringkali diartikan sebagai praktik menutupi kencantikan.

Faktanya, tak satu pun dari kesimpulan itu akurat; misalnya,

beberapa wanita Muslim secara sukarela memilih untuk menutup

tubuh mereka, kadang-kadang bertentangan dengan keinginan

anggota keluarga laki-laki sebagai pernyataan identitas agama dan

politik modern (Ahmed, 1993; El Guindi, 1999). Dengan cara yang

sama, beberapa wanita memikirkan jilbab sebagai cara untuk

menonjolkan, bukannya menyembunyikan kecantikan (Wikan, 1982).

Namun jika orang Barat menafsirkan praktik-praktik ini melalui lensa

pengetahuan budaya dan asumsi mereka sendiri, muncul

pemahaman yang menyimpang yang dapat menghambat

pengetahuan lebih lanjut orang Barat atas budaya muslim.

Penelitian menyarankan bahwa jika para mahasiswa secara

ekplisit diajarkan tentang konteks pengetahuan itu dapat diterapkan

(dan tidak dapat diterapkan), hal itu dapat membantu mereka

menghindari kesalahan penerapan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges). Terlebih, jika [amaha]siswa mempelajari prinsip abstrak

Page 55: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

46

untuk menerapkan pengetahuan mereka dan disajikan dengan

beragam contoh dan konteks praktik pelaksanaan suatu prinsip, hal

itu tidak hanya membantu mereka memahami kapan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) relevan dengan konteks tertentu (Lihat

Bab 3 Tentang Transfer), tetapi juga membantu mereka menghindari

penerapan yang salah pada konteks yang salah (Schwartz, et.al.,

1999). Para peneliti juga mengamati bahwa dengan cara memberikan

penjelasan secara eksplisit atas keterbatasan analogi yang diberikan,

dapat membantu mereka belajar untuk tidak mendekati analogi yang

salah atau untuk tidak menjelasksan analogi sederhana terlalu jauh

(Spiro et al., 1989).

Cara lain untuk membantu mahasiswa mengindari pemahaman

yang tidak sesuai atau mencegah kekeliruan dalam penerapan

pengetahuan pada konteks yang salah yaitu dengan cara sengaja

mengaktifkan pengetahuan terdahulu yang relevan (Minstrell, 1989,

1992). Jika kita mengingat kasus yang diceritakan Dosen Diana, kita

dapat membayangkan kemungkinan penerapan gagasan ini. Ketika

dosen Diana menjelaskan konteks yang bertentangan tentang

penguatan negatif (negative reinforcement), mahasiswa Dosen Diana

menggambarkan keterkaitan (dari positif sebagai hal yang diinginkan

dan negatif sebagai hal yang tidak diinginkan) menganggu

pemahaman mereka. Bagaimanapun, jika Dosen Diana hendak

mencoba mengaktifkan asosiasi yang berbeda, katakanlah positif

sebagai “penambahan” dan negatif sebagai “pengurangan” – dia

mungkin akan mampu memanfaatkan asosiasi tersebut untuk

Page 56: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

47

membantu mahasiswa memahami bahwa penguatan positif adalah

menambahkan sesuatu pada situasi tertentu untuk meningkatkan

perilaku yang diinginkan, sedangkan penguatan negatif adalah

mengurangi sesuatu untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.

IMPLIKASI PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN TERDAHULU

(PRIOR KNOWLEDGES) YANG TIDAK AKURAT

Ketika mempelajari materi baru, mahasiswa akan mendapatkan

pengetahuan (dari kehidupan sehari-hari, dari analogi yang tidak

utuh, dari mata kuliah lain, dan dari latar belakang bahasa dan

budaya), yang tidak sesuai dengan konteks materi yang dipelajari,

akan menghasilkan kekeliruan interpretasi tentang materi baru,

sehingga menghambat kegiatan belajar. Untuk membantu mahasiswa

belajar ketika mereka tidak dapat menerapkan pengetahuan,

dosen/guru dapat membantu mahasiswa, dengan cara: memperjelas

kondisi dan konteks yang dapat diterapkan; memberitahukan prinsip

abstrak tetapi juga menyediakan beragam contoh dan konteks;

menunjukkan perbedaan, juga kesamaan, ketika analogi diterapkan;

sengaja mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

mahasiswa yang relevan guna memperkuat keterakaitan pemahaman

yang sesuai.

KETIDAKAKURATAN PENGATAHUAN LALU

Kita membaca penjelasan di atas bahwa pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) tidak akan mendukung pembelajaran

Page 57: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

48

saat ini, jika pengetahuan terdahulu (prior knowledges) tidak cukup

atau tidak sesuai untuk tugas yang diberikan saat ini. Tetapi

bagaimana jika pengetahuan yang lalu itu salah? Penelitian

menunjukkan bahwa pengetahuan terdahulu (prior knowledges) yang

tidak akurat (dengan kata lain, gagasan, kepercayaan, model, atau

teori, yang cacat) dapat mendistorsi pengetahuan baru dengan

kecenderungan mahasiswa untuk mengabaikan, mengurangi, atau

menolak bukti yang bertentangan dengan apa yang mereka yakini

benar (Dunbar, Fugelsang, & Stein, 2007; Chinn & Malhotra, 2002;

Brewer & Lambert, 2000; Fiske & Taylor, 1991; Alvermann, Smith, &

Readance, 1985).

Beberapa psikolog menjelaskan bahwa distorsi terjadi sebagai

hasil dari pertarungan konsistensi internal. Sebagai contoh,

Vosniadou dan Brewer (1987) menemukan bahwa anak-anak akan

menyesuaikan persepsi mereka dari pemahaman bahwa bumi

berbentuk lingkaran menjadi pemahaman bahwa bumi bebentuk telur

ceplok: lingkaran tetapi bulat di tengah permukaan. Dengan kata lain,

siswa – seperti semua siswa lainnya – mencoba untuk memahami

bahwa mereka akan belajar mencocokkan pengetahuan baru itu ke

dalam pengetahuan yang telah lama mereka ketahui.

Pengetahuan yang tidak akurat dapat diperbaiki secara

terbuka dengan mudah, jika pengetahuan lama terdiri dari gagasan-

gagasan yang relatif saling terpisah atau kepercayaan yang dimilikinya

tidak dimasukkan ke dalam model konseptual yang lebih besar

(sebagai contoh, keyakinan bahwa Pluto sebagai planet atau bahwa

Page 58: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

49

darah dipompa jantung). Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan

yang salah dapat diperbaiki dengan sanggahan; dengan kata lain,

mahasiswa akan memperbaiki pengetahuan mereka, ketika

dihadapkan dengan bukti dan penjelasan yang kontradiktif dengan

apa yang mereka ketahui sebelumnya (Broughton, Sinatra, &

Reynolds, 2007 ; Guzetti, Snyder, Glass, & Gamas, 1993; Chi, 2008).

Bahkan pengetahuan akan menjadi lebih terintegrasi - belum terjadi

kecacatan yang tetap - ketika model konseptual dapat menanggapi

sanggahan dari waktu ke waktu jika model konseptual lama

mengandung ketidakakuratan, harus disangkal secara sistematis (Chi

& Roscoe, 2002).

Terkadang, beberapa jenis ketidakakuratan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) – disebut miskonsepsi – yang dianggap

tahan terhadap perbaikan. Miskonsepsi adalah model atau teori yang

tertanam dalam dalam pikiran mahasiswa. Banyak contoh teori yang

berlebihan, misal dalam fisika (ide tentang objek yang memiliki

perbedaan massa jatuh pada tingkat yang berbeda), mistis “psikologi

rakyat” (misalnya, bahwa orang buta memiliki pendengaran sensitif

dibandingkan orang yang mampu melihat atau bahwa hipnotis

terbaik dapat menghasilkan kebenaran sempurna), dan pandangan

negatif tentang kelompok orang (Brown, 1983; Kaiser, McCloskey, &

Proffitt, 1986; McCloskey, 1983; Taylor & Kowalski, 2004).

Miskonsepsi sulit untuk diperbaiki karena beberapa alasan.

Pertama, kebanyakan dari kita, dari waktu ke waktu telah memperkuat

dan memperluas miskonsepsi ke berbagai konteks. Kedua, lebih dari

Page 59: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

50

itu, dikarenakan seringkali mikonsepsi diselipkan dengan unsur-unsur

kebenaran – seperti halnya ketidakbenaran – , sehingga mahasiswa

tidak dapat mengenali kekeliruan mereka. Terakhir, banyak kasus,

miskonsepsi telah mampu memprediksi sejumlah keadaan sehari-hari.

Sebagai contoh, meskipun pandangan negatif (stereotypes), terlalu

sulit diubah dalam beberapa bagian karena ada aspek-aspek dari

realitas yang telah kita terima dan berfungsi sebagai generalisasi dan

kategorisasi dalam adaptasi sosial (Allport, 1954; Brewer, 1988 ; Fiske

& Taylor, 1991).

Penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dalam

seringkali bertahan dan sulit diubah meskipun melalui intervensi

langsung (Ram, Nersessian, & Keil, 1997; Gardner & Dalsing, 1986;

Gutman, 1979; Confrey, 1990). Sebagai contoh, penelitian yang

dilaksanakan oleh Stein dan Dunbar (sebagaimana dijelaskan dalam

Dunbar, Fugelsang, & Stein, 2007 ) ketika meraka mengajukan

pertanyaan kepada mahasiswa tentang mengapa musim berubah dan

kemudian menilai pengetahuan relevan melalui pilihan ganda.

Selanjutnya ditemukan bahwa 94% siswa mengalami miskonsepsi

(termasuk kepercayaan bahwa bentuk orbit bumi yang menyebabkan

perubahan cuaca). Pada periode berikutnya, peneliti menunjukkan

video yang menjelaskan bahwa kemiringan sumbu bumi, bukan

bentuk orbit bumi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan musim.

Kendati video sudah ditonon, ketika siswa diminta untuk merevisi

perspektif mereka, penjelasan mereka tentang musim, secara

fundamental relatif tidak berubah. Demikian pula, McCloskey,

Page 60: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

51

Caramazza, dan Green (1980) menemukan bahwa kesalahpahaman

tentang tentang dunia fisik bertahan bahkan ketika disangkal melalui

instruksi formal.

Hal itu membuat pusing. Tetapi tidak sama sekali suram. Untuk

memulainya, penting untuk memahami bahwa perubahan konseptual

seringkali terjadi secara bertahap dan tidak bisa langsung dilihat.

Maka dari itu, mahasiswa mungkin akan berpindah ke kepemilikan

pengetahuan yang benar saat pengetahuan itu tidak tampak dalam

kerja mereka (Alibali, 1999; Chi & Roscoe, 2002). Terlebih, ketika

siswa mempertahankan kepercayaan yang tidak benar, maka akan

menghambat proses belajar, keyakinan baru tidak dapat

menggantikan keyakinaan mereka meskipun mereka telah

mendapatkan penjelasan yang benar. Penelitian menunjukkan,

sebagai contoh, bahwa ketika seseorang cukup termotivasi untuk

berbuat, mereka dapat secara sadar menggumamkan penjelasan

yang keliru dan belajar untuk kembali pada analisis yang lebih rasional

dan mengurangi kekeliruan (Monteith & mark, 2005; Monteith,

Sherman, & Devne, 1998). Selain itu, karena kesadaran dapat

mengatasi kesalahpahaman sehingga membutuhkan energi kognitif

yang lebih dari sekedar kembali pada intuitif [cara berfikir umum],

sebagaimana penelitian yang menunjukkan bahwa ketika gangguan

dan tekanan diminimalkan, mahasiswa akan lebih berpikir rasional dan

menghindari penerapan kesalahpahaman dan kecacatan asumsi

(Finucane, et.al, 2000; Kahnemann & Frederick, 2002).

Page 61: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

52

Sebagai tambahan, pembelajaran yang dirancang secara hati-

hati dapat membantu menghilangkan miskonsepsi melalui proses

yang disebut jembatan (Brown, 1992; Brown & Clement, 1989;

Clement, 1993). Misalnya, dalam eksperimen yang dilakukan oleh

Clement teramati bahwa mahasiswa seringkali memiliki masalah

kepercayaan bahwa meja yang memberikan tekanan pada buku yang

ditempatkan di permukaan meja. Untuk membantu mahasiswa

memperbaiki konsep tekanan, berikanlah sesuatu konsep yang

bertentangan dengan intuisi (counterintuitive) mereka. Clement,

kemudian mendesain intervensi pengajaran untuk siswa SMA

Program IPA dengan memulai dari pengetahuan terdahulu yang

akurat/benar. Dikarenakan siswa percaya bahwa per yang ditekan

akan menghasilkan gaya, peneliti membuat analogi dari per ke busa,

kemudian ke gaya lentur dan akhirnya ke meja keras. Objek perantara

bertindak menjadi jembatan yang membedakan antara per dan meja

dan memungkinkan siswa untuk memperluas pengetahuan terdahulu

ke dalam konteks yang baru. Dengan menggunakan pendekatan ini,

Clement mendapatkan bukti bahwa terdapat perbedaan sgnifikan

nilai pre-test dan post-tes dibandingkan kelas dengan pengajaran

tradisional. Dengan nada yang sama, penelitian Minstrell (1989)

menunjukkan bahwa “siswa dapat dijauhkan dari miskonsepsi melalui

penjelasan rasional agar mendapatkan keakuratan pengetahuan yang

dapat mengubah secara gradual pengetahuan yang tidak akurat.”

Page 62: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

53

IMPLIKASI PENGAJARAN

Penting bagi dosen/guru untuk mengetahui ketidakakuratan

pengetahuan mahasiswa, karena ketidakakuratan pengetahuan lama

dapat menghambat atau mengganggu pembelajaran. Dalam

beberapa kasus, ketidakakuratan dapat diperbaiki secara sederhana

dengan memberikan informasi dan bukti yang akurat sehingga dapat

merubah keyakinan dan model konseptual yang dimiliki mahasiswa.

Bagaimanapun, penting bagi dosen/guru untuk mengenali bahwa

pembetulan atau penyangkalan kesalahan tidak cukup membantu

memperbaiki miskonsepsi begitu mendalam dalam diri siswa. Tentu

saja, membantu mahasiswa 8gu9xhjkjmelalui proses perubahan

konseptual memakan waktu, menuntut kesabaran, dan kreativitas.

STRATEGI TEPAT YANG DISARANKAN

Pada bagian pertama ini kita menyampaikan strategi yang

dapat membantu dosen/guru memperhitungkan kualitas

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) mahasiswa, terkait dengan

pengetahuan yang dipersyaratkan untuk memulai materi [mata kuliah]

baru. Ada berbagai pilhan strategi yang dapat diterapkan oleh

dosen/guru untuk: (1) mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) mahasiswa yang relevan; (2) menunjukkkan

pertentangan pada pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

mahasiswa, dan; (3) membantu mahasiswa menghindari penerapan

pengetahuan yang keliru; (4) membantu mahasiswa memperbaiki dan

memikirkan kembali ketidakakuratan pengetahuan yang dimilikinya.

Page 63: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

54

Metode Untuk Mengetahui Keberadaan dan Kualitas Pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) mahasiswa

Penting bagi dosen/guru untuk mengetahui pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) mahasiswa. Berikut teknik yang dapat

digunakan untuk mengukur keberadaan dan kualitas pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) siswa.

Berbicara dengan para kolega

Langkah awal untuk mengetahui pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) yang dibawa mahasiswa ke kelas, berbicara dengan para

kolega yang mengajar mata kuliah prasyarat atau melihat silabus dan

tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah prasyarat. Cara ini

dapat memberikan informasi yang cepat tentang materi apa yang

harus dicover, sehingga Anda dapat menentukan kemungkinan

potensi kesenjangan yang terjadi dalam pemahaman mahasiswa.

Ingatlah, meskipun hanya karena materi tidak diajarkan berarti

mahasiswa perlu mempelajari materi itu.

Untuk mendapatkan informasi terkait pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) mahasiswa, juga kemampuan mereka dalam

menerapkan pengetahuan, juga perlu bertanya kepada mahasiswa

tentang: Konsep dan keterampilan apa yang mudah dikuasai

mahasiswa? Apakah salah satunya yang sulit untuk dikuasai? Apakah

ada mahasiswa yang memiliki miskonsepsi yang sistematis? Jenis-

jenis informasi dari kolega dapat membantu Anda mendesain aktivitas

pembelajaran sehingga mahasiswa dapat menghubungkan

Page 64: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

55

pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, mendukung,

memperluas, dan jika diperlukan, memperbaiki, pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) mahasiswa.

Lakukan Tugas Diagnostik

Untuk mengetahui pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

siswa yang dipersyaratkan di dalam mata kuliah yang Anda ampu,

berikanlah tugas singkat, penilaian tingkat rendah, seperti kuis atau

essay, di minggu awal semester. Kemampuan mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas dapat menginformasikan kepada Anda

mengenai pengetahuan tentang fakta dan konsep prasyarat atau

kompetensi mahasiswa dalam beragam keterampilan. Misal, jika mata

kuliah yang Anda ampu membutuhkan pengetahuan teknis tentang

pengetahuan kosakata dan keteramplan kalkulus dasar, kamu dapat

membuat kuis yang berisi pertanyaan tentang arti kata dan

menyelesaikan masalah kalkulus. Anda dapat menandai individu

tertentu untuk mendapatkan informasi tentang keterampilan dan

pengetahan mahasiswa tertentu atau melihat sebagian dari mereka

untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan keseluruhan kelas.

Cara lain untuk menunjukkan pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) mahasiswa adalah melakukan penyelidikan konseptual.

Penyelidikan konseptual adalah tes tak berbobot nilai (ungraded

tests), biasanya dalam format pilihan ganda, yang dirancang untuk

mengetahui jawaban yang salah yang membantu mengungkapkan

kesalahpahaman umum. Mengembangkan penyelidikan konseptual

Page 65: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

56

menuntut waktu, silahkan tentukan jumlah soal sesuai dengan

kebutuhan Anda.

Dapatkah mahasiswa Menilai Pengetahuan terdahulu (prior

knowledges) Mereka Sendiri

Dalam beberapa mata kuliah dan beberapa tingkat keahlian,

[mahasiswa] dapat menilai pengetahuan dan keterampilan mereka

sendiri dengan cepat dan efektif – meskipun tidak dengan cara yang

sangat mudah - untuk mendiagnosa cukup atau tidak cukup

pengetahuan terdahulu (prior knowledges). Salah satu cara agar

mahasiswa mampu menilai sendiri adalah membiarkan mahasiswa

membuat daftar konsep dan keterampilan yang Anda harapkan untuk

dimiliki mahasiswa setelah kuliah dengan Anda, serta beberapa

konsep dan keterampilan yang Anda harapkan untuk diperoleh

mahasiswa selama satu semester.

Mintalah siswa untuk menilai tingkat kompetensi untuk setiap

konsep atau keterampilan, menggunakan skala familiaritas (“Aku

telah mendengar istilah”) untuk pengetahuan faktual, (“Aku bisa

mendefinisikannya”) untuk pengetahuan konseptual, (“Aku bisa

menjelaskannya kepada orang lain”), untuk aplikasi, (“Saya dapat

menggunakannya untuk memecahkan masalah”). Periksa data kelas

secara keseluruhan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang

belum diketahui oleh mahasiswa Anda dari apa yang Anda harapkan.

Dalam kasus lain, informasi ini dapat membantu Anda mengkalibrasi

Page 66: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

57

ulang Silabus untuk memenuhi kebutuhan siswa agar lebih baik. Lihat

Lampiran 1 untuk informasi lebih lanjut tentang penilaian diri siswa.

Menggunakan Brainstorming Untuk Menggali Pengetahuan terdahulu

(prior knowledges)

Salah satu cara untuk menunjukkan pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) adalah melaksanakan sesi brainstorming.

Brainstorming dapat digunakan untuk menggali kepercayaan,

asosiasi, dan asumsi (misal, dengan pertanyaan seperti "Apa yang ada

dalam pikiran Anda ketika mendengar kata Evangelist?").

Brainstorming juga dapat digunakan untuk menggali pengetahuan

faktual atau konseptual (Apakah terdapat beberapa peristiwa sejarah

sebagai peristiwa kunci di Abad Perdagangan?" atau "Apa yang

kamu pikirkan ketika berfikir tentang etika lingkungan?",

pengetahuan prosedural (Jika Anda melaksanakan penelitian PTK di

sekolah, dimana penelitian dimulai?") atau pengetahuan kontekstual

("Adakah beberapa metodologi yang dapat digunakan untuk semua

jenis pertanyaan penelitian?").

Ingatlah bahwa brainstorming tidak hanya menggali

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) mahasiswa. Juga, dapat

mempersiapkan penerapan pengetahuan yang akurat dan sesuai dari

penerapan pengetahuan yang tidak akurat atau tidak sesuai.

Brainstorming juga dapat dijadikan sebagai intograsi elaboratif,

sehingg dosen dapat menggali pengetahuan mahasiswa sedalam-

dalamnya, dan dengan begitu akan mengetahui apakah mahasiswa

Page 67: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

58

memiliki pengetahuan apa yang tepat, sesuai, dan akurat serta yang

tidak tepat, tidak sesuai, dan tidak akurat.

Berikan Aktivitas Peta Konsep (Concept Maping)

Untuk menyelami lebih dalam apa yang diketahui mahasiswa

tentang materi yang akan diajarkan, ajukan pertanyaan kepada

mereka sehingga mereka dapat membangun peta konsep yang

menunjukkan apapun yang telah mereka ketahui tentang materi

pelajaran. Kamu dapat meminta mahasiswa untuk membuat Peta

Konsep (lihat Lampiran 2): menggambarkan apa yang mereka ketahui

tentang seluruh hal yang terkait dengan materi (misalnya, psikologi

sosial), konsep tertentu (misalnya, Keadilan Sosial), atau pertanyaan

(misalnya, "Apa saja yang termasuk isu etis yang terkait dengan

pelaksanaan kekuasaan negara?").

Beberapa mahasiswa mungkin sudah familiar dengan peta

konsep, tetapi yang lain belum. Jadi pastikan bahwa Anda telah

menjelaskan kepada mereka tentang peta konsep itu apa dan

bagaimana membuat peta konsep (lingkaran di tengah untuk konsep

utama, garis di antara konsep untuk menunjukkan bagaimana

keterkaitan antar-konsep). Terdapat beberapa cara untuk menyusun

peta konsep, Anda harus memberikan beberrapa contoh. Sebagai

contoh, jika Anda tertarik untuk mengukur pengetahuan tentang

konsep, juga kemampuan mereka mengartikan hubungan di antara

konsep, kamu dapat meminta mahasiswa untuk menyusun konsep

dan menjelaskan hubungan antar-konsep.

Page 68: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

59

Tetapi, jika Anda hanya tertarik pada kemampuan mahasiswa

untuk menjelaskan keterkaitan antar-konsep, Anda dapat

menyediakan sejumlah konsep dan bertanya kepada mahasiswa

untuk mengurutkannya dan menghubungkannya melalui suatu tanda

hubungan (links). Jika terdapat beberapa informasi tertentu yang

Anda lihat memiliki hubungan kausal, contoh, orientasi teoretis),

ungkapkan secara jelas apa yang Anda inginkan. Kajilah peta konsep

yang telah dibuat oleh mahasiswa Anda untuk menentukan apakah

terdapat kesenjangan, link yang tidak sesuai, dan kekeliruan dalam

mengemukakan istilah dan gagasan yang kemungkinan

memunculkan istilah atau teori yang naif.

Melihat Pola Kesalahan dalam Pekerjaan mahasiswa

Miskonsepsi cenderung menyebar-luas dan menghasilkan

kesalahan dengan pola yang konsisten. Anda (atau penilai) dapat

mengindeitikfikasi miskonsepsi ini dengan cara sederhana, hanya

dengan melihat kesalahan mahasiswa dalam tugas-tugas rumah yang

Anda berikan, kuis, atau ujian dan catatan di dalam kelas. Anda dapat

menelusuri masalah dan kekeliruan yang ditunjukkan mahasiswa

ketika kamu datang ke kelas dan mengajukan pertanyaan ke kelas.

Berikan perhatian pada pola umum kesalahan yang terjadi sehingga

Anda dapat menemukan masalah umum. Miskonsepsi-miskonsep itu

menjadi target pembelajaran Anda untuk membantu memperbaiki

miskonsepsi atau kesenjangan pemahaman yang terjadi. Beberapa

dosen/guru memanfaatkan dan mengumpulkan jawaban kelas untuk

Page 69: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

60

di setiap pertanyaan konsep yang diajukan ke kelas, sering juga

disebut decak. Decak dapat memberikan gambaran tentang jawaban

mahasiswa dan menjadi bahan bagi guru/dosen untuk mengetahui

hal-hal yang tidak dipahami oleh mahasiswa sebagai pengetahuan

mahasiswa sebelumnya yang tidak cukup.

METODE UNTUK MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN TERDAHULU

(PRIOR KNOWLEDGES) YANG AKURAT

Menggunakan Latihan untuk Menghasilkan Pengetahuan Terdahulu

(Prior Knowledges)

Mengingat mahasiswa akan belajar lebih efektif ketika mereka

dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

terdahulu (prior knowledges) (lihat Gambar 1), akan membantu jika

Anda memulai perkuliahan dengan mengajukan pertanyaan kepada

mahasiswa tentang apa yang mereka ketahui tentang topik. Hal itu

dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti memberikan

pertanyaan brainstorming atau menugaskan penyusunan peta

konsep.

Ketika mahasiswa telah mengaktifkan pengetahuan yang lalu

di dalam kepala mereka, saat itu juga mahasiswa dengan sukses dapat

mengintegrasikan pengetahuan baru. Dengan aktivitas seperti itu

dapat menemukan kesenjangan antara pengetahuan yang tidak

akurat dan tidak sesuai dengan pengetahuan yang akurat dan relevan,

lalu dosen/guru harus segera mempersiapkan cara-cara yang dapat

membantu mahasiswa menanggulangi masalah belajar ini. Beberapa

Page 70: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

61

cara yang dapat dilakukan dosen/guru dijelaskan pada bagian berikut

ini:

Menunjukkan Secara Eksplisit Hubungan Materi Baru dengan

Pengetahuan dari Mata Kuliah Sebelumnya

Kurikulum program studi adalah kumpulan mata kuliah-mata

kuliah dalam satu kajian disiplin ilmu tertentu. Perbedaan karakter

utama di setiap topik menjadi dasar penamaan mata kuliah. Semua

mata kuliah di suatu program studi pada dasarnya memiliki

keterkaitan satu sama lain untuk menunjang pencapaian tujuan

program studi. mahasiswa cenderung untuk memisah-misahkan

pengetahuan berdasarkan kategori mata kuliah, semester, atau

disiplin ilmu. Hasilnya, mereka sering tidak memahami relevansi

pengetahuan dari mata kuliah sebelumnya dengan materi pelajaran

berikutnya.

Misalnya, mahasiswa yang hendak mempelajari konsep

keanekaragaman (variability) dalam Mata Kuliah Statistika seringkali

tidak membawa pengetahuan dari konsep ketidakajegan (volatility)

dalam Mata Kuliah Keuangan dikarenakan perbedaan istilah dan

karena itu, mereka tidak melihat hubungan kedua konteks, keuangan

dan statistika. Sehingga, jika dosen harus memberikan penjelasan

tentang hubungan antara variability (keanekaragaman) dan volatility

(ketidakajegan) secara ekplisit, memungkinkan mahasiswa dapat

tambahan pengetahuan terhadap pengetahuan lama dan

membangun pengetahuan baru secara lebih produktif.

Page 71: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

62

Menunjukkan Secara Eksplisit Hubungan Materi Pelajaran Baru

dengan Pengetahuan Terdahulu dari Mata Kuliah Anda

Meskipun kita seringkali mengira para mahasiswa secara

otomatis dapat menghubungkan pengetahuan yang telah mereka

pelajari di awal kuliah pada mata kuliah yang baru, ternyata tidak

selalu begitu. Maka dari itu, penting bagi dosen/guru untuk

menggambarkan hubungan antara materi lama dengan materi baru

di setiap kali mengajar. Dosen/guru dapat membantu mahasiswa

mengaktifkan pengetahuan terdahulu (prior knowledges) dengan

berbagai cara seperti tanya jawab, diskusi, atau meminta mahasiswa

membaca materi yang dipelajari di awal semester dalam kaitannya

dengan materi yang dipelajari saat ini.

Misalnya, dalam mata kuliah Metodolodi Penelitian, dosen

memulai di kelas dengan mengatakan "Pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu

di semester pertama, Anda telah mempelajari logika dan teknik

penalaran, pada Pertemuan 2 ini, kita akan membahas tentang

pendekatan penelitian, kuantitatif dan kualitatif, yang memiliki kaitan

dengan logika dan tenik penalaran". Cara seperti itu dapat

membantu mahasiswa mengaktifkan pengetahuan mahasiswa

sebelumnya. Lainnya, seperti "Silahkan renungkan kembali desain

penelitian dari Guba & Lincoln yang telah dibahas pada pertemuan

minggu lalau" atau "Apa yang telah Anda ketahui tentang data emik

dan data etik berdasarkan penjelasan sebelumnya?".

Dengan cara lain, untuk mendorong mahasiswa

menghubungkan dengan materi mata kuliah. Msalnya, dosen/guru

Page 72: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

63

dapat meminta mahasiswa menuliskan makalah refleksi yang

menjelaskan hubungan antara apa yang dibaca sebelumnya dengan

bahan bacaan lainnya dan terhadap tema besar dalam mata kuliah.

Juga, diskusi merupakan peluang untuk mendorong siswa untuk

membangkitkan pengetahuan terdahulu (prior knowledges) dan

menghubungkannya ke dalam materi yang saat ini dipelajari.

Gunakanlah Analogi dan Contoh Yang Berhubungan dengan

Pengetahuan Sehari-Hari

Contoh atau analogi berdasarkan kehidupan sehari-hari dan

dunia yang lebih luas membuat materi yang disampaikan dapat

dipahami oleh mahasiswa dan lebih tertanam dalam pikiran

mahasiswa. Misal, dosen/guru dapat membawa memori masa kecil

dan pengalaman semasa remaja untuk membantu mereka memahami

konsep perkembangan anak dalam Mata Kuliah Psikologi

Perkembangan. Serupa, dosen/guru dapat menggunakan

pengalaman mahasiswa dengan dunia fisik untuk memperkenalkan

konsep seperti gaya dan percepatan.

Analogi juga berguna untuk menghubungkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan terdahulu (prior knowledges). Misal,

pengalaman mahasiswa dalam memasak dapat membantu

mahasiswa dalam memahami proses sintesis kimiawi (hanya dalam

memasak, ketika Anda mencampurkan berbagai bahan atau

menghangatkan bahan kimiawi, Anda perlu mengetahui waktu yang

tepat dan tidak berbahaya, untuk membuat campuran kimiawi).

Page 73: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

64

mahasiswa seringkali akan lebih tertarik dengan penjelasan konteks-

konteks yang familiar dan kita dapat membangun pengetahuan

mereka dari konteks familiar sehinga kita dapat mengekplorasi materi

baru.

Meminta mahasiswa Mengemukakan Pengetahuan Paling Dasar

Sebelumnya Yang Relevan

Seringkali mahasiswa memiliki pengetahuan terdahulu yang

dapat, sehingga membantu mereka mengemukakan materi baru dan

mempelajari materi baru lebih mendalam. Karena itu, sangat berguna

untuk mendorong mahasiswa mengajukan pertanyaan yang

dibutuhkan oleh mereka untuk mempergunakan pengetahuan lama

yang dapat digunakan untuk memprediksi informasi baru sebelum

mereka benar-benar mengalaminya.

Misal, sebelum meminta membaca artikel di tahun 1970,

dosen/guru meminta kepada mahasiswa menjelaksan apa yang

terjadi pada saat penulis menginformasikan kejadian berdasarkan

perspektif penulis. Atau ketika menyajikan masalah desain,

dosen/guru mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa seberapa

kenal mereka dengan desain, akan mempermudah mereka mendekati

masalah. Cara-cara seperti itu tidak hanya mendorong pengetahuan

terdahulu, tetapi juga menggunakan pengetahuan terdahulu untuk

menjelaskan pengetahuan yang baru.

Page 74: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

65

METODE UNTUK MENUNJUKKAN PENGETAHUAN TERDAHULU

(PRIOR KNOWLEDGES) YANG TIDAK CUKUP

Identifikasi Pengetahuan terdahulu (prior knowledges) Yang

Diperkirakan Dimiliki Siswa

Langkah pertama untuk menunjukkan kesenjangan

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) adalah mengenali

kesenjangan itu sendiri. Anda perlu mengidentifikasi pengetahuan

yang harus dimiliki mahasiswa sebagai prasyarat agar mahasiswa

dapat belajar lebih efektif. Untuk mengidentifikasi pengetahuan

terdahulu (prior knowledges), mungkin Anda ingin memulainya

dengan tugas, atau bertanyalah kepada diri Anda sendiri: "Apa yang

perlu diketahui oleh mahasiswa agar tugas ini dapat dikerjakan?".

Seringkali dosen/guru cepat berhenti mengidentifikasi semua

pengetahuan dasar yang dibutuhkan siswa, maka dari itu pastikan

untuk mengajukan pertanyaan sebelum Anda selesai

mengindentifikasi semua pengetahuan yang dibutuhkan agar

mahasiswa dapat menyelesaikan tugas yang Anda berikan.

Pastikanlah perbedaan antara pengetahuan deklaratif (mengetahui

apa dan mengapa) dari pengetahuan prosedural (mengetahui

bagaimana dan kapan), karena mahasiswa yang mengetahui fakta

atau konsep tidak selalu akan mengetahui bagaimana dan cara

menggunakannya, dan kranea mahasiswa mengetahui bagaimana

menjelakan prosedur tidak berati mereka memahami apa yang terjadi

atau mengapa (Lihat, Strategi untuk Mendorong dan Memperkuat

Penguasaan Pengetahuan, di Bab 4).

Page 75: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

66

Memulihkan Pengetahuan Prasyarat Yang Tidak Cukup

Jika dari penilaian pengetahuan terdahulu (prior knowledges)

menunjukkan terdapat kesenjangan dalam pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) yang terkait dengan mata kuliah saat ni, terdapat

beberapa kemungkinan penanganan, tergantung pada skala masalah

serta sumberdaya dan pilihan yang tersedia bagi Anda dan bagi

mahasiswa Anda. Jika hanya beberapa mahasiswa yang lemah pada

pengetahuan prasyarat, satu pilihan yang mungkin bagi Anda adalah

menyarankan mereka untuk mempelajari kembali materi sebelumnya

sampai mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menerima

materi baru di mata kuliah saat ini.

Cara alternatif, jika sebagian kecil mahasiswa, tetapi nampak

memiliki kemampuan untuk mendapatkannya, Anda hanya perlu

menyediakan beberapa istilah pokok yang mungkin harus diketahui

oleh mereka dan keterampilan yang harus dimiliki oleh mereka dan

membiarkan mereka mengisi kekurangan itu di sepanjang waktu. Jika

sebagian besar mahasiswa kurang memahami pengetahaun prasyarat

dalam materi tertentu, dosen/guru dapat memutuskan satu dari

beberapa kelas untuk mengkaji materi-materi penting yang

dibutuhkan atau mintalah kepada asisten Anda (jika Anda punya

asisten) untuk melaksanakan review pelajaran di luar kelas.

Jika melebihi sebagian dari jumlah mahasiswa di kelas

kekurangan pengetahuan yang paling dasar untuk menerima materi

dari mata kuliah saat ini, Anda perlu merevisi Silabus agar sesuai

dengan pengetahuan dan keahlian mahasiswa Anda saat ini. Tentu

Page 76: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

67

saja, jika mata kuliah Anda saat ini menjadi prasyarat untuk mata

kuliah lainnya, revisi materi mata kuliah akan berdampak besar, Anda

perlu mendiskusikannya dengan Ketua Program Studi perihal Capaian

Pembelajaran (learning outcomes) dan urutan materi perkuliahan

(course sequencing).

METODE UNTUK MEMBANTU mahasiswa MENGENALI

PENGETAHUAN TERDAHULU (PRIOR KNOWLEDGES) YANG TIDAK

SESUAI

Pusatkan Perhatian Pada Kondisi Penerapan

Membantu mahasiswa mengenali pengetahuan terdahulu

(prior knowledges) sangat penting ketika mahasiswa menerapkan

pengetahuan terdahulu (prior knowledges) tidak sesuai. Misal, dosen

statistik menjelaskan bahwa analisis regresi dapat digunakan untuk

variabel kuantitatif tetapi tidak untuk variabel kualitatif, atau dosen

biologi akan mengajarkan untuk membuang gaya tulisan ekspresif di

mata kuliah lain dan tentu menuliskan laporan labolatorium yang

konsisten dan tepat. Jika tidak terdapat aturan yang ketat tentang

kapan pengetahuan terdahulu (prior knowledges) digunakan, strategi

lain yaitu menyajikan sejumlah masalah dan konteks kepada para

mahasiswa dan meminta mereka untuk mengidentifikasi keahlian atau

keterampilan apa yang tidak mereka kuasai, dan lalu Anda

menjelaskannya kembali kepada mereka. Memang terkadang Anda

merasa itu pekerjaan membuang-buang waktu. Dosen memang harus

bersabar dalam mendidik, mendidiklah untuk jadi pendidik.

Page 77: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

68

Menyediakan Penjelasan Heuristik Untuk Membantu mahasiswa

Menghindari Penerapan Pengetahuan Yang Tidak Sesuai

Salah satu strategi untuk membantu mahasiswa menghindari

penerapan pengetahuan yang tidak sesuai adalah memberikan

beberapa aturan praktis yang dapat membantu mereka menentukan

apakah pengetahuan mereka relevan atau tidak. Misalnya, ketika

mahasiswa berhadapan dengan praktik budaya yang berbeda dan

mungkin melakukan penulisan berdasarkan norma budaya mereka,

Anda dapat mengungkapkan pernyataan seperti "Saya membuat

asumsi berdasarkan budaya saya yang mungin sekali tidak sesuai

dengan budaya Anda?. Jika ada, apa asumsi mereka dan bagaimana

asumsi itu berasal?".

Dengan cara yang sama, jika Anda mengetahui situasi ketika

mahasiswa Anda bingung dengan kekacauan pengetahuan lama,

misalnya, mahasiswa memahami penguatan negatif di awal bab ini),

Anda mungkin akan memberikan mereka aturan praktis yang dapat

membantu mereka menghindari kesalahpahaman. Misal, Anda perlu

mengungkapkan kepada mahasiswa, "Ketika Anda mendengar istilah

negatif dalam konteks penguatan negatif, pikirkanlah tentang

pengurangan tindakan". Dengan cara memberikan peringatan

tentang suatu konsep tertentu, membantu mahasiswa menghindari

kesalahpahaman atas suatu konsep, seperti penguatan negatif.

Secara Ekplisit Mengidentifikasi Kesepakatan Khusus Disiplin Ilmiah

Penting untuk menyampaikan secara spesifik kesepakatan

disiplin ilmiah seingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam

Page 78: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

69

menerapkan disiplin ilmiah yang mereka ketahui. Misal, mahasiswa

memiliki pengalaman dalam membuat tulisan ilmiah (Laporan

Labolatorium), dari ilmu sejarah (makalah analitis), atau dari mata

kuliah bahasa inggris (narasi personal), sehingga ketika mereka

mengambil Mata Kuliah Kebijakan Publik, mereka mungkin tidak

memiliki pengetahuan dan keahlian yang sesuai untuk menyusun

tulisan makalah kebijakan publik. Penting untuk menyampaikan

aturan-aturan umum yang harus diikuti oleh mereka. Tanpa panduan

yang jelas, mahasiswa mungkin akan membuat analogi dari

pengalaman sebelumnya yang mereka anggap kompeten,

mengabaikan pengalaman yang sesuai dengan konteks saat ini.

Tampilkan Hal-Hal Khusus Dari Analogi

Analogi dapat membantu mahasiswa belajar konsep yang

rumit dan kompleks. Bagaimanapun, akan akan menghadapi masalah

jika mahasiswa tidak mengenali batasan dari suatu analogi. Karena itu,

penting untuk membantu mahasiswa mengenali keterbatasan analogi

dengan secara ekplisit mengidentifikasikan (atau meminta mahasiswa

mengidentifikasi) contoh-contoh dari analogi. Misal, Anda mungkin

akan menjelaskan bahwa sistem pencernaan mirip dengan pipa

karena melibatkan organ seperti tabung dan berbagai jenis katup,

tetapi sistem pencernaan itu jauh lebih kompleks dan sensitif

dibandingkan sistem pipa biasa.

Page 79: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

70

METODE UNTUK MELURUSKAN PENGETAHUAN YANG TIDAK

BENAR

Meminta mahasiswa Untuk Melaksanakan dan Menguji Prediksi

Untuk membantu mahasiswa memperbaiki kepercayaan dan

model mental yang keliru, minta kepada mahasiswa untuk membuat

prediksi berdasarkan kepecayaan mereka dan berikan kesempatan

kepada mereka untuk menguji prediksi. Misal, mahasiswa yang

memiliki pemahaman yang tidak benar tentang gaya (F) dapat diminta

untuk membuat prediksi tentang bagaimana gaya akan bertindak

pada objek yang tetap dibandingkan objek yang bergerak. Siapkan

bukti yang bertentangan dengan kepercayaan dan perkiraan

mahasiswa yang dapat membantu mereka mengetahui letak

kekeliruan pemahaman dan kepercayaan mereka, sambil memotivasi

mereka untuk menggali pengetahuan yang benar. Prediksi dapat diuji

dalam eksperimen, atau lingkungan di luar labolatorium, atau melalui

simulasi komputer.

Meminta mahasiswa Untuk Membenarkan Nalar Mereka

Satu strategi untuk membantu mahasiswa menghindari

pengetahuan yang keliru adalah meminta mereka untuk

mengemukakan argumentasi berdasarkan pada keyakinan yang

mereka anggap benar. Ketika diketahui adanya kontradiksi internal

dalam argumentasi mahasiswa, tepat yang saat untuk menjelaskan

kepada mereka pengetahuan yang benar. Keberatan atas

Page 80: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

71

pendekatan ini adalah bahwa dosen tidak perlu memperlihatkan

kepada mahasiswa, kontradiksi internal dalam pikiran mahasiswa.

Lebih dari itu, jika sikap dan kepercayaan mereka terlalu dalam

(misalnya, kepercayaan yang terlalu bertentangan), kontradiksi

mungkin memiliki sedikit dampak. Untuk membenarkan penalaran

yang kontradiktif, Anda dapat meminta mahasiswa Anda

menunjukkan hal-hal yang bertentangan dengan pikiran mereka,

sehingga dengan sendirinya mereka menyadari kontradiksi internal

dalam pikiran mereka.

Menyediakan Beragam Kesempatan Bagi mahasiswa Untuk

Menggunakan Pengetahuan

Miskonsepsi dapat begitu sulit diperbaiki karena diperkuat

melalui pengulangan-pengulangan. Ingat, kesalahan yang diulang-

ulang seringkali dianggap sebagai kebenaran. Maka dari itu,

mengganti pengetahuan tidak akurat dengan pengetahuan akurat

tidak hanya dengan memperkenalkan pengetahuan akurat tetapi juga

menyediakan beragam kesempatan untuk menggunakan

pengetahuan akurat. Pengulangan kesempatan menerapkan

pengetahuan akurat dapat membantu menghalangi semakin

dalamnya miskonsepsi. Pengulangan kesempatan penerapan

pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan latihan terus

menerus.

Memberikan Waktu Yang Cukup

Page 81: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

72

Begitu mudah bagi mahasiswa untuk kembali pada

pemahaman yang keliru. Hanya dengan memberikan waktu yang

cukup, daripada Anda harus mengemukakan alasan yang dibutuhkan

untuk mengakhirinya, peluang untuk kembali pada kesalahpahaman

semakin kecil. Maka dari itu, ketika Anda meminta mahasiswa

menggunakan pengetahuan baru yang dibutuhkan untuk

memperbaiki tentang pengetahuan terdahulu (prior knowledges), hal

itu dapat membantu mengurangi kekeliruan dan sedikit mengurangi

waktu. Hal itu dapat dilakukan dengan membantu mahasiswa

menyusun daftar pengetahuan yang dibutuhkan untuk

mengindentifikasi kesalahpahaman pengetahuan dan tentu saja

secara sadar menerapkannya secara menyeluruh, berfikir kritis.

RINGKASAN

Pada bab ini telah dibahas secara kritis peran pengetahuan

terdahulu yang menjadi fondasi dasar untuk perolehan pengetahuan

yang baru dan pembangunan pengetahuan yang kaya. Ingat bahwa

pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa, dosen harus

melaksanakan pembelajaran yang mendorong pada pembentukan

pengetahuan yang kaya, tetapi hanya pengetahuan yang akurat,

tepat, dan sesuai. Bukan yang lain.

Anda telah diajak untuk mengerti bahwa jika ada kesenjangan

kecukupan antara pengetahuan lama dan baru, keadaan seperti itu

dapat mendukung perolehan pengetahuan baru. Lebih dari itu, jika

pengetahuan terdahulu diterapkan pada konteks yang keliru, hal itu

Page 82: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

73

dapat mendorong mahasiswa membuat asumsi yang salah atau

berakibat pada kekeliruan berikutnya. Tambahan, pengetahuan lama

yang tidak akurat - beberapa dapat dipastikan sulit untuk diperbaiki -

dapat mendistorsi pemahaman dan menghambat perolehan

pengetahuan baru.

Sebagai konsekuensi, tugas penting dosen/guru adalah

mengetahui dan menilai pengetahuan dan kepercayaan mahasiswa,

sehingga dapat membantu mahasiswa untuk membangun

pengetahuan yang akurat dan relevan, mengisi kesenjangan

ketidakcukupan ketika hal itu ada, membantu memahami bilamana

ketidaksesuaian penerapan pengetahuan lama, dan membantu

memperbaiki pengetahuan yang tidak akurat sehingga menjadi lebih

akurat dan mengembangkan model berfikir yang benar. Dosen hanya

perlu untuk menjadi sosok pendidik telaten dan sabar, agar

mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang benar dan kaya; bukan

pengetahuan yang tidak benar dan kaya.

Page 83: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

74

BAB 3

MENATA PENGETAHUAN

Kebanyakan mahasiswa sulit memahami materi, karena tidak mengetahui cara mudah belajar, bukan karena faktor lain

Pada BAB 1, saya telah menjelaskan satu keterampilan metodik

yang harus dikuasai dosen (guru), yakni membantu mahasiswa

membangun pengetahuan yang cukup, akurat, dan sesuai. Pada BAB

2 ini, Anda akan mempelajari keterampilan metodik yang lainnya,

yaitu membantu mahasiswa mengelola pengetahuan yang cukup

akurat dan sesuai. Tentu saja antara BAB 1 dan BAB 2 ini memiliki

hubungan fungsional, yakni pengelolaan pengetahuan akan lebih

baik jika pengetahuan yang dikelola mahasiswa adalah pengetahuan

yang terbukti sudah cukup, akurat, dan sesuai. Untuk membantu Anda

memahami konsep pengelolaan pengetahuan, yang mungkin

berbeda dari konsep pengelolaan dalam disiplin ilmu manajemen,

simaklah dua cerita berikut ini:

Tidak Sesuai Harapan Saya Hampir 12 tahun, saya mengajar Sejarah Sastra. Saya

menyajikan materi menggunakan pendekatan standar. Saya mulai dengan pengantar tentang istilah dan konsep utama, termasuk membahas tentang elemen dasar seni visual (garis, warna, cahaya, bentuk, komposisi, dan ruang). Selanjutnya, untuk setiap 40 sesi pertemuan, saya menunjukkan slide karya-karya penting secara progresif berdasarkan urutan waktu dari Eropa pra-sejarah sampai pada karya-karya seni kontemporer.

Selama itu, saya mengidentifikasi karakteristik penting setiap karya dan menjelaskan keterkaitan dari beragam perubahan, aliran

Page 84: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

75

dan periode. Di tengah sesi, meminta mahasiswa mengidentifikasi judul karya, pengarang, sekolah dan periode waktu munculnya karya. Sementara [maha]mahasiswa masih menikmati sesi kelas, mereka mengeluh tentang begitu banyak materi yang harus mereka hafalkan untuk menjawab ujian. Saya tahu, begitu banyak kepingan materi, tetapi "... kepingan itu dikelompokkan berdasarkan periode, aliran dan teknik. Ketika Anda mengelompokkan karya berdasarkan kategori tersebut, mudah bagi Anda untuk mengingatnya". Kecuali itu, nampaknya banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam ujian untuk mengidentifikasi kejadian dari terlalu banyak karya pengarang. El Diza

Jalan Terbaik, Apa?

Anatomi dan Psikologi adalah salah satu mata kuliah inti untuk Program Studi Keperatawan, Medis, dan Farmasi. Materi mata kuliah terdiri dari sistem utama dalam tubuh dan menuntut mahasiswa untuk mengidentifikasi dan menjelaskan lokasi dan fungsi dari organ utama, tulang, otot dan jaringan di dalam tubuh. Keseluruhan [maha]mahasiswa hadir di kelas dan labolatorium secara konsisten, dan banyak dari mereka nampak bekerja keras.

Tentu saja, saya melihat mereka saling tukar catatan atau tanya jawab dalam rangka untuk mengingat materi. Mereka belajar mengidentifikasi sebagian besar bagian dari tubuh manusia dan menjelaskan fungsi dari setiap bagian dari tubuh dalam sistem tubuh secara keseluruhan. Ketika saya meminta untuk menjelaskan hubungan di antara bagian atau prinsip tingakt tinggi bahwa sistem saling berkaitan, mahasiswa seringkali salah. Pada ujian terakhir, saya meminta mereka mengidentifikasi dan menjelaskan semua struktur yang terlibat dalam tekanan darah. Saya terkejut, kebanyakan mahasiswa tidak dapat menjawab pertanyaan. Saya hanya tidak menyangka, mereka mengetahui semua bagian, tetapi ketika pertanyaan beralih pada bagaimana semua bagian saling bekerjasama, mereka mengalami kesulitan.

Audrey

Page 85: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

76

APA YANG TERJADI

Meskipun isi dari kedua mata kuliah di kedua cerita di atas

berbeda, kedua dosen/guru memiliki tujuan yang serupa. Mereka

menginginkan pengetahuan mahasiswa mereka berkembang lebih

dalam, memiliki pemahaman yang mendalam, memahami masalah-

masalah yang kompleks. Pada cerita pertama, terkait dengan masalah

ekpresi yang telah dipelajari manusia sejak 30.000 tahun yang lalu.

Pada cerita kedua, masalah utama adalah serangkaian organ, sistem,

dan interaksi bagian dari organ yang menyusun tubuh manusia.

Setiap pokok bahasan memiliki banyak unsur, dan setiap unsur -

menjadi suatu kerangka tulang - berkaitan dengan unsur lain dalam

cara-cara tertentu. Mengetahui setiap elemen, juga memahami

gambaran tentang bagaimana keterkaitan satu unsur dengan unsur

lainnya sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam. Pada setiap cerita, bagaimanapun, mahasiswa nampak

kurang mamahami materi secara keseluruhan (coherent), kurang

cukup menata materi pelajaran, yang menghambat pembelajaran dan

kemampuan mereka sercara akademik.

Pada cerita pertama, Professor El Diza, memberikan konsep

dan kosa kata untuk menganalisis elemen visual dalam karya seni dan

membuat hubungan dengan sejumlah artis, sekolah dan periode.

Kemudian, selama setengah semester dia menyajikan karya seni

dalam urutan kronologis, menunjuk fitur utama dari setiap eksemplar

karya seni yang ditampilkannya. Nampaknya, fitur-fitur yang dikaitkan

dengan pengarang tertentu tidak cukup membuat mahasiswa melihat

Page 86: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

77

hubungan lebih dalam dan membuat keterkaitan lebih luas di antara

begitu banyak kelompok karya seni.

Sementara, hubungan dan perbandingan nampak alamiah

bagi Professor El Diza, mempermudah mahasiswa untuk

mengelompokkan dan mengelola informasi faktual, sedangkan

mahasiswa tidak dapat membuat beberapa keterkaitan. Tentu saja,

mereka tidak terbiasa menyusun materi secara kronologis sebagai

prinsip menata materi dan menata pengetahuan mereka berdasarkan

periode waktu. Dikarenakan struktur kronologis untuk menata

pengetahuan mendorong ingatan fakta-fakta yang terpisah dalam

jumlah yang banyak, tanpa struktur organisasi yang memadai untuk

memudahkan penerimaan dan penggunaan informasi, mahasiswa

akan mengalami kesulitan [kebanyakan gagal] untuk mengingat apa

yang perlu mereka ketahui untuk menjawab ujian.

Pada cerita kedua, mahasiswa Profesor Audrey memiliki

pengetahuan tentang bagian tubuh manusia, tetapi pengetahuan

yang mereka miliki tidak dapat diterjemahkan ke dalam pemahaman

tentang bagaimana semua bagian itu memiliki keterkaitan fungsi satu

dengan yang lainnya. Satu alasan untuk hal ini, mungkin mahasiswa

menata pengetahuan mereka dengan cara yang sama seperti buku

standar Anatomi dan Fisiologi: berdasarkan pada sistem utama

(misalnya, sistem kerangka, sistem pencernaan, sistem sirkulasi). Jika

mahasiswa Professor Audrey dapat menata pengetahuan mereka

tentang bagian terpisah dari tubuh, dapat berdampak pada

kemampuan mereka menggunakan informasi tersebut. Jika

Page 87: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

78

mahasiswa diminta memberikan nama pada tulang di tangan atau

fungsi pankreas, mereka kemungkinan hanya sedikit terhambat,

sehingga muncul pertanyaan seberapa baik cara mahasiswa menata

pengetahuan.

Bagaimanapun, untuk menjawab pertanyaan Professor Audrey

tentang bagaimana beragam struktur dapat bekerjasama untuk

mengatur tekanan darah, mahasiswa membutuhkan alternatif cara

untuk mengelola pengetahuan mereka - termasuk hubungan

fungsional di antara beragam sistem yang saling terkait, bukan

sesederhana bagian-bagian yang saling terpisah. Dengan kata lain,

cara mahasiswa menata pengetahuan mereka mempermudah cara

menggunakannya, tetapi tidak cukup untuk mendukung semua tugas

yang diberikan kepada mereka.

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Sebagaimana ahli berkata, seringkali tidak sadari, kita telah

menciptakan dan memelihara, suatu struktur-hubungan kompleks

yang mengkaitkan fakta, konsep, prosedur, dan unsur lainnya di

dalam satu pokok bahasan (domain). Lebih dari itu, kita menata

pengetahuan kita tentang hal-hal yang bermakna dan prinsip-prinsip

abstrak. Sebaliknya, kebanyakan pengetahuan mahasiswa belum

berkembang sehingga cara-cara menghubungkan berbagam

informasi di dalam materi mata kuliah berbeda dari cara kita menata

pengetahuan. Maka dari, cara mahasiswa menata pengetahuan

Page 88: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

79

mereka berimplikasi pada proses belajar. Penjelasan berikut

menggambarkan prinsip tersebut.

Ketika kita berbicara tentang cara menata pengetahuan

(sederhananya, penataan pengetahuan), kita tidak berbicara tentang

kepingan pengetahuan, tetapi bagaimana menata kepingan-

kepingan pengetahuan itu disusun dan saling berhubungan dan

tersimpan dalam pikiran seseorang. Pengetahuan dapat diatur atau

tidak dapat diatur dengan cara apapun yang mempermudah belajar,

mempermudah keahlian, dan mempertahankannya (retention).

Sebagai ilustrasi, bayangkan dua mahasiswa yang diminta

untuk mengidentifikasi data ketika Inggris menyerang Armada

Spanyol. mahasiswa pertama mengatakan bahwa peperangan terjadi

di tahun 1588 dan mahasiswa kedua mengatakan bahwa dia tidak

dapat mengingat secara tepat kapan peperangan terjadi, tetapi

peperangan itu kemungkinan terjadi sekitar tahun 1590. Angka tahun

1588 adalah jawaban yang benar, mahasiswa pertama nampaknya

memiliki pengetahuan yang lebih akurat. Katakanlah, kita berhadapan

dengan banyak mahasiswa dan meminta bagaimana mereka bisa

mengemukakan jawaban. mahasiswa pertama akan berkata bahwa

dia mengingat angka tahun dari buku. Sebaliknya, mahasiswa kedua

menjawabnya, bahwa ia mengemukakan jawaban berdasarkan pada

pengetahuanya bahwa Inggris membuat koloni Virgiania setelah

tahun 1600 dan karena itu Inggris tiddak akan menyusun angkatan

perang untuk kolonialisasi sebelum pelayaran dinyatakan aman.

Page 89: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

80

Berdasarkan hal itu sekitar 10 tahun perjalanan laut sebelum itu, maka

dari itu saya menjawab sekitar 1590.

Kedua mahasiswa itu memberikan jawaban berdasarkan cara

mereka menata pengetahuan dengan kualitas yang berbeda.

mahasiswa pertama belajar memisahkan fakta tentang Armada

Spanyol, nampaknya tidak dihubungkan dengan peristiwa sejarah lain

yang diketahuinya. Sebaliknya, mahasiswa kedua nampak telah

mampu menata pengetahuannya, saling terhubung (kausal) yang

memungkinkannya untuk menjelaskaan situasi dalam usahanya

menjawab pertanyaan yang diberikan. mahasiswa pertama memiliki

cara penataan pengetahuan yang tidak dapat mendukung kegiatan

belajar di tahap berikutnya, sedangkan mahasiswa kedua mampu

menata pengetahuannya yang memungkinkannya untuk

mengembangkan pengetahuannya untuk kegiatan belajar berikutnya.

Meskipun kedua mahasiswa itu sekedar contoh, tetapi hal itu

menunjukkan keadaan yang sebenarnya, menunjukkan perbedaan

tentang penataan pengetahuan, antara penataan pengetahuan

seorang pemula dan seorang ahli. Sebagaimana digambarkan pada

Gambar 2.1, pengetahuan pemula dan pengetahuan ahli, berbeda

dalam dua hal: (1) derajat pengetahuan: antara jarang terhubung

(sparsely connected) dan saling-berhubungan (richly connected), dan;

(2) kedalaman hubungan, antara yang dangkal dan mendalam.

Meskipun mahasiswa seringkali mulai dengan penataan pengetahuan

yang jarang dan dangkal, pengajaran yang efektif harus dapat

membantu mereka mengembangkan pengetahuan agar lebih

Page 90: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

81

terhubung dan bermakna, sehingga dapat mendukung pembelajaran

dan penguasaan kemampuan. Tentu saja, mahasiswa kedua pada

contoh tersebut di atas menunjukkan kemajuan belajar ke arah yang

sesungguhnya.

Gambar 3. Perbedaan Ciri Penataan Pengetahuan antara Pemula dan Ahli

PENELITIAN TENTANG PENATAAN PENGETAHUAN

Sebagai langkah awal untuk memahami bagaimana penataan

pengetahuan berbeda-beda dan konsekuensi perbedaan, dapat

membantu Anda mengajarkan bagaimana menata pengetahuan.

Pada penjelasan berikut akan dijelaskan dua cara penataan

pengetahuan antara yang pemula dan ahli dan mengkaji penelitian

yang menyarankan bagaimana penataan pengetahuan pemula dapat

dikembangkan untuk mempermudah kegiatan belajar.

•PEMULAStruktur

pengetahuanyangdangkal

•AHLIStruktur

pengetahuanyangkaya

Peningkatanprosesbelajar

dankemampuan

Page 91: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

82

Bentuk Paling Cocok Penataan Pengetahuan

Seseorang biasanya membuat pola keterkaitan berdasarkan

pada pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Misal, kita cenderung

menyusun hubungan antara kejadian dalam urutan waktu (misal, suatu

hubungan kausal antara menekan sikring dan nyala lampu), antara

gagasan dengan makna yang sama (misal, hubungan konseptual

antara kejujuran dan keadilan), dan antara objek yang memiliki

kesamaan penampakan (misal, hubungan antara bola dan globe).

Asosiasi (hubungan) seperti ini berkembang sepanjang waktu,

semakin lama, struktur semakin besar dan kompleks yang

menunjukkan bagaimana pengetahuan dikelola (diatur) di dalam

pikiran seseorang.

Cara seseorang menata pengetahuan mereka cenderung

bervariasi sesuai pengalaman mereka, jenis pengetahuan, dan peran

pengetahuan dalam kehidupan mereka. Sebagaimana kasus yang

telah disebutkan di atas, bayangkan bagaimana seseorang dari

budaya yang berbeda mengelompokkan anggota keluarga. Istilah

yang digunakan mencerminkan bagaimana budaya mempengerhui

pengetahuan kekerabatan. Di Amerika Serikat, misalnya, biasanya

menggunakan istilah yang berbeda pada keluarga dari pasangan

(dengan kata-kata, "ibu" dan "ayah" yang berbeda dari "paman" dan

"tante". Perbedaan bahasa - nampaknya alamiah dan lumrah untuk

kebanyakan orang - terutama peran-peran khusus dari keluarga inti di

masyarakat Amerika Serikat.

Page 92: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

83

Bagaimanapun, di sejumlah kebudayaan, ada penamaan

kekerabatan yang lebih luas, ibu/bibi dan ayah/paman. Hal itu

dikarenakan pada sejumlah kebudayaan, peran ibu/bibi dan juga

ayah/paman, memiliki peran yang sama bagi kehidupan anak.

Bagaimanapun, pada kebudayaan yang lain, paman dan bibi dalam

kebudayaan matrilineal dan patrilineal memiliki peran yang berbeda,

antara paman/bibi dari garis ayah dan paman/bibi dari garis ibu,

perbedaan bahasa ini menunjukkan peran yang berbeda. Di

masyarakat Minangkabau misalnya, paman disebut dengan mamak,

karena peran mamak berbeda dari peran paman pada umumnya,

meskipun paman/mamak sama-sama sebagai adik dari garis

keturunan ibu.

Pada contoh tersebut, dalam kebudayaan tertentu perlu

dibedakan penamaan antara anggota keluarga, dai segi bahasa,

dengan mengacu pada jenis pengelolaan pengetahuan - hal itu

menunjukkan perlunya pengelompokkan pengetahuan. Hal penting

atas fakta tersebut menunjukkan bahwa penataan pengetahuan yang

dikembangkan dalam konteks penggunaan, mencerminkan cara

dalam pengelompokkan yang memiliki fungsi praktis.

Contoh tentang terminologi kekerabatan menunjukkan bahwa

tidak ada struktur oraganisasi pengetahuan yang lebih baik atau lebih

benar dibandingkan yang lain. Tentu saja, penataan pengetahuan

akan lebih disesuaikan tentang jenis pengetahuan. Di samping semua

itu, penataan kekerabatan yang mengelompokkan ayah dan paman

ke dalam kategori yang sama akan membingungkan dalam

Page 93: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

84

masyarakat yang berbeda jenis keanggtaan keluarga, tetapi akan

lebih rasional dalam masyarakat yang tidak mementingkan

perbedaan.

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan

penataan pengetahuan tergantung pada tugas yang diberikan. Dalam

penelitan yang dilakukan oleh Eylon dan Reif (1984) di mahasiswa

sekolah menengah atas yang mempelajari materi tentang fisika

modern. Setengah mahasiswa yang belajar materi itu diajarkan

tentang kerangka historis dan setengah lainnya yang mempelajari

materi yang sama mengelompokkan berdasarkan prinsip-prinsip

fisika. Kedua kelompok mahasiswa diberikan sejumlah tugas untuk

menjelaskan atas apa yang telah mereka pelajari. Tugas itu

dikelompokkan ke dalam dua kategori: tugas yang membutuhkan

akses informasi berdasarkan periode historis versus prinsip-prinsip

fisika. Hasilnya, mahasiswa akan memperoleh hasil yang lebih baik

ketika mereka menata pengetahuan sesuai dengan tugas yang

diberikan dan mereka yang memperoleh nilai yang rendah ketika

penataan pengetahuan tidak cocok dengan tugas yang diberikan.

Ketidakcocokan yang serupa antara penataan pengetahuan

dan tugas yang dituntut sebenarnya menjadi bagian dari masalah

yang dihadapi oleh Professor Audrey di cerita yang kedua. mahasiswa

yang mempelajari Anatomi dan Fisiologi nampaknya perlu melakukan

penataan pengetahuan mereka tentang sistem tubuh. Apapun bentuk

penataan pengetahuan akan mempermudah mahasiswa untuk

mengerjakan tugas yang menekankan hubungan antar-organ dalam

Page 94: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

85

sistem tubuh, bukan hanya membantu mahasiswa menjawab

pertanyaan seputar hubungan fungsional antar-organ dan sistem

interaksi antar-organ.

IMPLIKASI PENELITIAN

Dikarenakan penataan pengetahuan yang dikembangkan

dapat mendukung penyelesaian tugas yang diberikan, dosen harus

merefleksikan jenis aktivitas dan pengalaman yang harus dilakukan

mahasiswa dalam rangka agar mereka memahami bagaimana cara

menata pengetahuan. Dan dikarenakan penataan pengetahuan akan

lebih efektif ketika cocok dengan cara bagaimana pengetahuan

diakses dan digunakan, maka dosen harus mempertimbangkan tugas

yang akan diberikan ke mahasiswa dalam rangka mengidentifikasi

jenis penataan yang cocok dengan tugas yang diberikan. Karena itu

kita harus mendorong cara penataan pengetahuan yang dapat

mendorong pembelajaran dan kemampuan intelektual mahasiswa.

PERBEDAAN PENATAAN PENGETAHUAN SEORANG AHLI VERSUS

PEMULA

DUA HAL yang membedakan penataan pengetahuan antara

seorang ahli dan pemula adalah jumlah dan kedalaman koneksi di

antara berbagai konsep, fakta, dan hubungan yang telah mereka

ketahui. Gambar 4 menunjukkan variasi struktur pengetahuan yang

berbeda dan koneksi yang terbentuk di antara kepingan pengetahuan

Page 95: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

86

yang ada. Di setiap panel, kepingan pengetahuan disajikan oleh titik

(node) dan hubungan di antara titik menunjukkan keterkaitan (link).

Gambar 4. Perbedaan Penataan Pengetahuan Pemula dan Ahli

Jika kita melihat panel A dan B, kita melihat penataan

pengetahuan seorang pemula yang ditunjukkan hanya melalui

beberapa koneksi antar-titik. Terbentuknya keterkaitan di antara

komponen di Panel A, menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memiliki

kemampuan dalam mengembangkan keterkaitan di antara kepingan

pengetahuan. Jenis pengorganisasian seperti ini dapat ditemukan

dalam situasi ketika mahasiswa menerima pengetahuan hanya dari

dosen dalam mata kuliah mereka tanpa mampu membuat

keterhubungan informasi dari satu dosen dengan dosen lainnya atau

memahami tema yang saling bersilangan di antara beragam mata

kuliah secara keseluruhan.

keadilan

hukum

pidana

Hak asasi Putusan pengadila

keadilan

hukum

pidana

Hak asasi

Putusan

A [Seorang Pemula] B [Seorang Ahli]

Page 96: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

87

Penataan pengetahuan yang kurang keterhubungan dapat

menghambat aktivitas belajar. Jika para mahasiswa kurang mampu

membuat jaringan pengetahuan maka mereka akan lebih lambat dan

sulit menerima informasi yang baru (Bradshaw & Anderson, 1982;

Reder & Anderson, 1980; Smith, Adams, & Schorr, 1978). Maka dari

itu, jika mahasiswa tidak dapat membuat keterhubungan yang

diperlukan di antara kepingan informasi, mereka bukan hanya tidak

mampu memahami atau melihat kontradiksi. Misalnya, DiSessa (1982)

mahasiswa yang memiliki keterhubungan pengetahuan fisik dan

kurang menyeluruh secara simultan akan mempertahankan dan

menggunakan kontradiksi proposisi tentang gerakan objek fisik tanpa

mengingat adanya inkonsistensi.

Panel B pada Gambar 4. memiliki sedikit koneksi, tetapi

koneksi yang dibangun disusun dalam bentuk koneksi berantai (chain

connections). Meskipun struktur ini memungkinkan akses informasi

secara acak (kemungkinan digunakan untuk mengingat

pengelompokkan konsep), struktur seperti itu dapat mendatangkan

kesulitan jika salah konsep dalam satu link akan ditambahkan, atau jika

beberapa link harus dipisahkan dari kelompok seharusnya. Lebih dari

itu, banyak titik yang saling terhubung dalam rantai yang sederhana,

lebih lambat dan lebih sulit ketika harus dirubah dari satu kepingan

pengetahuan ke kepingan yang lain. Kasus yang dialami mahasiswa

Professor El Diza seperti ini: dikarenakan pengetahuan mahasiswa

tentang sejarah seni nampaknya ditata dalam bentuk garis waktu,

mereka harus mengingat setiap karya seni dalam kaitannya dengan

Page 97: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

88

karya seni lain, baik yang sebelumnya maupun sesudahnya,

kemungkinan tugas yang menyulitkan memori untuk mengingatnya.

Berbeda dengan panel A, Panel B terkait dengan cara menata

pengetahuan seorang ahli. Panel B menunjukkan pengetahuan diatur

secara hirarkis, menunjukkan suatu pemahaman tentnag bagaimana

sejumlah kepingan informasi dipadukan ke dalam suatu struktur yang

kompleks. Contoh yang menjadi cara yang membedakan seorang

mahasiswa yang memiliki kemampuan teoretik dalam disiplin ilmu

yang dipelajarinya, mahasiswa yang mempelajari teori dari disiplin

ilmu lain dan dari berbagai buku dan artikel dari seorang peneliti lain.

Bagaimanapun, mengingat tidak semua informasi dapat disajikan

dalam suatu rangkaian yang utuh, satu hirarki, panel B menunjukkan

suatu struktur pengetahuan yang memiliki banyak sekali hubungan

dengan tambahan link yang menunjukkan hirarki pengetahuan yang

saling terhubung antar-sumber informasi, ketika informasi tersebut

dipecah-pecah.

Struktur pengetahuan yang saling terhubung dan lebih

kompleks memungkinkan seorang ahli dapat mengakses dan

menggunakan pengetahuannya secara efisien dan efektif. Tentu saja,

penelitian menunjukkan bahwa ahli secara otomatis dapat

memproses informasi secara utuh berdasarkan pada pengetahuan

sebelumnya dan kemudian menggunakan pengetahuan lama untuk

membangun struktur pengetahuan yang lebih besar, struktur

pengetahuan yang saling terhubung satu sama lain. Kekuatan suatu

penataan pengetahuan yang saling terhubung ditunjukkan oleh suatu

Page 98: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

89

penelitian yang dilakukan oleh Ericsson, Chase dan Faloon (1980).

Penelitian menunjukkan bagaimana mahasiswa dengan memori

tertentu dapat membangun kemampuan untuk mengingat urutan

angka dengan menata pengetahuan yang telah mereka pelajari ke

dalam suatu struktur hirarki multi-level, sebagaimana ditunjukkan di

dalam Panel B. Mengingat mahasiswa harus bertanding, mereka

dapat mengubah urutan empat digit angka ke dalam waktu tempuh

yang umum (misalnya, 3|4|3|2 akan diingat sebagai |3432|). Strategi

ini, disebut dengan pemotongan (chunking), memungkinkan empat

digit terpisah diingat ke dalam satuan tunggal, pemotongan

pengetahuan umumnya telah dikenal.

Strategi untuk meneta pengetahaun ini akan dapat

meningkatkan kemampuan mengingat dari tujuh digit sampai tiga

belas digit. Tetapi apa yang sebenarnya mendorong kemampuan

mengingat adalah penetaan empat digit ke dalam kelompok yang

lebih besar dari tiga atau empat potong dan kemudian menata

potongan kepingan itu secara hirarkis ke dalam kepingan yang lebih

tinggi, sampai pada tingkat satu orang dapat mengingat 100 digit

tanpa bantuan memori eksternal apapun !. Dengan kata lain, dengan

menciptakan struktur pengetahuan yang lebih tertata guna

mengingat digit angka, mereka dapat mengembangkan kemampuan

mengingat lebih banyak lagi.

Meskipun penelitian di atas terfokus pada ingatan sederhana,

hal itu tidak pernah menyurutkan bahwa penataan pengetahuan itu

lebih mudah, struktur yang tidak terhubung - sebagaimana para ahli

Page 99: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

90

cenderung melakukannya - secara radikal dapat meningkatkan

kemampuan seseorang untuk mengakses informasi ketika informasi

itu dibutuhkan. Cerita yang dikemukakan Professor El Diza merupakan

ilustrasi yang baik. Pengetahuan ahli tentang sejarah seni nampaknya

dibangun dalam bentuk tidak saling berkaitan, struktur hirarkis lebih

serupa dengan Panel B di Gambar 4. dengan hubungan antar fakta

(misalnya, tanggal, nama pengarang, dan judul karya) dan

pengetahuan terkait (perubahan seni dan periode historis, di antara

berbagai hal).

Struktur pengetahuan yang hirarkis memungkinkan seorang

dapat mengakses informasi secara lebih mudah. Hanya masalahnya,

bahwa dia terlalu ahli bagi seorang mahasiswamya, dia kurang

struktur organisasi yang analog - semua mahasiswa cenderung

diperlakukan sama dengannya. Tentu saja, mahasiswa akan berjuang

keras untuk mengingat terlalu banyak fakta yang tidak saling

terhubung jika tanpa penataan yang lebih terstruktur.

Pada kenyataannya, jika kita berfikir ke cerita pertama, kita

dapat melihat penerapan pendekatan ini di kelas Professor El Diza.

mahasiswa Professor El Diza perlu belajar dan mengulang sejumlah

informasi faktual, namun memiliki kelamahaan dalam kemampuan

menata pengetahuan hirarkis untuk membantu mereka mengatur

informasi agar efisien ketika digunakan. Hasilnya, mereka berjuang

keras untuk mengingat begitu banyak fakta.

Tetapi bayangkanlah jika Professor El Diza menyediakan suatu

kerangka pengetahuan yang dapat membantu mahasiswanya

Page 100: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

91

membangun suatu keterkaitan di antara kepingan pengetahuan,

dengan memberikan mereka suatu format untuk mengidentifikasi

karakteristik-karakteristik aliran seni tertentu dan perubahan serta

kategori setiap pengarang dan karya mereka terhadap aliran seni si

pengarang. Dengan adanya keterkaitan faktual lebih banyak,

mahasiswa akan mendapatkan kemudahan dalam mengingat dan

akan lebih baik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

Professor El Diza dan terutamanya lebih banyak sejarah seni yang

dapat dipelajari.

IMPLIKASI PENELITIAN PADA PENGAJARAN

Sebagai ahli dalam bidang ilmu, kita mengembangkan suatu

kerangka pengetahuan yang saling terhubung untuk membantu

mengingat informasi dan mempergunakannya secara efektif ketika

dibutuhkan. Tetapi kita tidak dapat menjadikan mahasiswa sebagai

ahli yang dapat menata pengetahuan mereka dengan cara yang sama

seperti kita. Tentu saja, penting bagi kita untuk memahami perbedaan

antara cara seorang ahli dalam menata pengetahuan dan seorang

pemula, maka kita dapat memberikan struktur materi yang dapat

membantu mahasiswa kita menata pengetahuan mereka dan

berdasarkan pada struktur pengetahuan yang dibangunnya mereka

dapat mengerjakan tugas yang kita berikan. Enak bukan, ketika

mahasiswa kita tahu bagaimana menata pengetahuan dan

menggunakannya dengan efektif.

Page 101: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

92

STRUKTUR PENGETAHUAN SEORANG AHLI VERSUS PEMULA

Pemula tidak hanya memiliki penataan pengetahuan yang

berantakan, tetapi dasar penataan pengetahuan mereka juga relatif

dangkal, jika dibandingkan dengan seorang ahli (experts). Hal itu

berdampak pada kemampuan mengingat dan menggunakan

pengetahuan yang telah mereka pelajari (Chi & VanLehn, 1991;

Hinsley, Hayes, & Simon, 1977; Ross, 1987, 1989). Chi dan rekan

(1989) menunjukkan dalam penelitian yang meminta mahasiswa yang

ekspert dan pemula untuk mengelompokkkan sejumlah deskrispsi

masalah ke dalam beberapa kategori. Kelompok pemula

mengelompokkan masalah berdasarkan padangan yang dangkal ke

dalam diagram - misalnya, memasukan semua masalah terkait katrol

ke dalam satu kelompok dan semua masalah yang berkaitan dengan

kemiringan ke dalam satu kelompok. Cara penataan masalah yang

berbeda tentang jenis permukaan tidak hanya merefleksikan

hubungan struktural di antara berbagai masalah, dan karena itu tidak

memudahkan untuk pemecahan masalah.

Sebaliknya, mahasiswa ahli menata pengetahuan tenntang

masalah lebih dalam dan lebih bermaknsa, seperti hukum fisika yang

terkait dengan pemecahan setiap masalah. Lebih dari itu, ketika kita

berbicara tentang rasionalitas pengelompokkan yang mereka

lakukan, seorang ahli nampaknya memilah masalah ke dalam kategori

yang secara alamiah didorong oleh pikiran meraka "bagaimana

masalah seperti ini" dapat diselesaikan. Karena itu, seorang

mahasiswa ahli akan menata pengetahuan mereka berdasarkan

Page 102: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

93

sejumlah karakteristik yang lebih mendalam yang secara langsung

terkait dengan bagaimana mereka dapat menyelesaikan masalah.

Kemampuan seorang ahli untuk mengklasifikasikan informasi

dalam cara-cara yang bermakna dan lebih mudah dibandingkan

seorang pemula - terkait dengan kemampuan mereka memahami

pola yang memiliki makna. Misalnya, DeGroot (1965) melaksanakan

penelilitian yang menunjukkan pemain ahli dan pemula dalam

bermain catur dan meminta mereka untuk menghasilkan suatu

perpindahan yang memungkinkan. Keduanya, baik yang ahli maupun

pemula, nampaknya memiliki jumlah yang sama untuk memindahkan

pion, terdapat perbedaan signifikan dalam kualitas permainan yang

mereka lakukan: pemula cenderung memiliih dari dari sejumlah

pilihan secara acak, sementara ahli menghabiskan waktu mereka

mengukur pro dan kontra dari sejumlah gerakan berkualitas tinggi.

Dari sejumlah penelitian pada ahli catur (see also Gobet & Charness,

2006; Chase & Simon, 1973a, 1973b), menunjukkan perbedaan dari

seorang ahli memiliki pengalamanan menganalisis situasi dan menilai

strategi yang memungkinkan. Hasilnya, mereka memiliki penataan

pengetahuan yang lebih berkembang yang memungkinkan mereka

secara tidak langsung memahami konfigurasi papan dan tidak ada

satu gerakan pun yang tidak berkualitas tinggi.

Tentu saja, kemampuan seorang ahli untuk melihat dan secara

insting mampu menemukan pola tidak hanya membantu mereka

menyelesaikan masalah, tetapi juga mendorong memori mereka.

Penelitian tentang catur menunjukkan bahwa seorang ahli dapat

Page 103: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

94

melihat dengan cepat papan catur dari situasi permainan tertentu dan

kemudian menggantinya dengan papan kosong dan memindahkan

posisi tertentu dari 13 atau lebih hanya dengan menatapnya (Chase

dan Simon, 1973a, 1973b). Hal itu bukanlah hasil dari memori super,

tetapi sekedar refleksi mendalam dari hubungan yang mereka lihat di

antara kepingan pion-pion catur dan kemudian secara otomatis

mereka gunakan selama menjalankan permainan. Kemampuan ini

dimiliki para ahli yang secara tidak langsung memahami dan

menjawab pola tidak hanya terbatas pada catur, tetapi juga dapat

ditunjukkan pada hal-hal lain selain permainan catur Egan & Schwartz,

1979; Lesgold, et al., 1988; Soloway, Adelson, & Ehrlich, 1988).

Pada salah satu penelitian, teknisi elektronik yang terlatih dan

pemula secara ringkat menunjukkan kepemilikan kemampuan

menggambarkan diagram sirkuit yang begitu kompleks dan meminta

mereka untuk membangun gambar diagram tersebut dari ingatan

mereka (Egan dan Schwartz, 1979). Seorang teknisi ahli dapat

menyusun kembali sebagian besar elemen ke dalam suatu gambar,

bahkan setelah hanya setelah melihatnya dalam beberapa menit.

Penelitian menunjukkan kemampuan meningat untuk dua hal:

kemampuan ahli yang secara sukses mengenali diagram secara

keseluruhan dan juga mengidentifikasi bagaian-bagan dari setiap

gambar yang dikatikan dengan fitur-fitur yang dikenal, seperti

amplifiers. Mereka kemudian dapat menerima informasi visual dari

diagram dalam rangka memahami konfigurasi dan menggunakan

penataan pengetahuan untuk membantu mengingat apa yang telah

Page 104: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

95

mereka lihat.

Tambahan, di atas pengorganisasian pengetahuan mereka

seputar fitur dan pola bermakna, seorang ahli memiliki keuntungan

tentang fleksibilitas beragam pengorganisasian pengetahuan.

Misalnya, pengetahuan paleontolog tentang Dinosaurus, tidak hanya

memiliki struktur pengetahuan yang tunggal, tetapi lebih dari itu

suatu jaringan klasifikasi dan keterkaitan pengetahuan didasarkan

pada umur geologis, habitat, makanan, keterakaitan dengan binatang

reptil modern, strategi perlindungan diri dan lainnya. Seperti itu,

sejarawan menggambarkan pengetahuannya dalam cara yang

terstruktur seputar teori, metodologi, periode waktu, topik, gambar,

atau kombinasi di antara semua itu.

Seorang pemula, cenderung tidak memiliki banyak alternatif

dalam menata pengetahuannya. Perbedaan yang dapat dilihat antara

seorang ahli dan pemula dapat diilustrasikan pada cerita kedua di

awal bab. Sebagai ahli, Professor Audrey dengan mudah berganti

beragam cara dalam menyampaikan tubuh manusia, misalnya

berdasarkan pada sistem tubuh dan berdasarkan pada fungsi-fungsi

tertentu. Maka dari itu, Professor Audrey dapat menggunakan

pengetahuannya dalam beragam cara, menyajikan beragam

penataan pengetahuan berdasarkan pada kebutuhan. mahasiswa

Professor Audrey, memiliki banyak keterbatasan dalam menata

pengetahuan.

Nyatanya, penataan pengetahuan yang saling terbuhubung

membutuhkan waktu dan pengalaman. Kebanyakan mahasiswa

Page 105: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

96

kurang memiliki pengalaman. Bagaimanapun, bahkan mahasiswa kita

belajar dan mengingat lebih banyak ketika mereka dapat

menghubungkan informasi dengan beragam cara. Suatu penelitian

yang dilakukan oleh Bradshaw dan Anderson (1982) meminta

mahasiswa mereka untuk mempelajari beragam fakta tentang gambar

sejarah. Mereka menemukan bahwa mahasiswa belajar lebih banyak

ketika mereka disajikan dengan fakta-fakta yang saling terkait satu

sama lain.

Dengan kata lain, sangat mudah bagi mahasiswa untuk belajar

dan mengingat kembali beragam fakta dengan dimensi kausalitas

(misalnya, Isaac Newton menjadi anak yang secara emosional tidak

stabil dan merasa terancam, Bapaknya meninggal ketika dia halir dan

ibunya menikah dan meninggalkannya dia dengan kakeknya) sebagai

perbandingingan terhadap suatu fakta tunggal, fakta terpisah.

Bagaimanapun mahasiswa hanya menunjukkan keuntungan ketika

terdapat hubungan di antara beragam fakta yang memungkinkan

mereka dapat membuat suatu hubungan yang bermakna. Maka dari

itu, pembelajaran tidak akan dapat berjalan efektif ketika beragam

fakta tidak saling berhubungan (misalnya, Isaac Newton menjadi anak

yang emosional dan tidak aman, Newton diangkat menjadi sipir, dan

Newton masuk Perguruan Tinggi Trinitas di Cambridge).

Penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pendekatan

pengajaran yang dapat membantu mahasiswa menata pengetahuan

mereka secara mendalam, ciri-ciri utama dari suatu materi. Misalnya,

mahasiswa dapat mennjukkan bahwa ketika mahasiswa diberikan

Page 106: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

97

sejumlah masalah yang dapat diselesaikan dan meminta mereka

menjelaskan solusi atas masalahnya - kemudian difokuskan pada

prinsip-prinsip yang memandu pada maslaah - akan belajar lebih baik

menyelesaikan masalah baru (Chi, et.al., 1989). Penelitian juga

menyarankan bahwa panduan proses analogi membantu mahasiswa

melihat kesamaan tertentu dan kemudian memfokuskan pada

hubungan dan keterkaitan lebih dalam (Gentner, Loewenstein, &

Thompson, 2003; McDaniel & Donnelly, 1996).

Serupa, ketika mahasiswa disajikan dengan dan menganalisis

kasus yang bertentangan, mereka lebih baik dipersiapkan dengan

kegiatan belajar atau tugas membaca (Schwartz & Bransford, 1998).

Dengan mempertahankan proses tersebut, mahasiswa cenderung

membangun pengetahuan serta belajar dan menunjukkan

kemampuan lebih efektif.

IMPLIKASI PENELITIAN PADA PENGAJARAN

Satu implikasi dari penelitian ini, dosen (guru) harus menyadari

bahwa sebagai seorang ahli di bidang pengetahuan yang kita ajarkan,

cara-cara menata pengetahuan kita berbeda sekali dengan cara-cara

mahasiswa menata pengetahuannya, dan bahwa penataan

pengetahuan memiliki peran yang signifikan dalam kemampuan sang

ahli. Mengingat bahwa mahasiswa cenderung memiliki penataan

pengetahuan yang dangkal dan/atau tidak memiliki kemampuan

untuk abstraksi atau pemecahan masalah, ini menunjukkan bahwa,

setidaknya pada awalnya, kita perlu menyediakan mahasiswa skema

Page 107: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

98

pengorganisasian yang sesuai atau mengajari mereka tentang cara

prinsip-prinsip abstrak yang relevan dari apa yang mereka pelajari.

Selain itu, kita perlu memantau bagaimana mahasiswa memproses

apa yang mereka pelajari untuk memastikan skema pengetahuan

yang mereka susun dapat dipergunakan dengan cara yang efektif.

STRATEGI YANG DISARANKAN

Strategi berikut ini memungkinkan dosen/guru menilai

penataan pengetahuan yang mereka miliki terkait dengan mahasiswa

dan membantu mahasiswa mengembangkan cara-cara menata

pengetahuan yang lebih terhubung, bermakna dan fleksibel.

STRATEGI UNTUK MENGUNGKAPKAN DAN MENINGKATKAN

PENATAAN PENGETAHUAN

Menciptakan Peta Konsep Untuk Menganalissi Penataan

Pengetahuan Anda Sendiri

Sangat sulit bagai seorang ahli untuk memahami bagaimana

mereka menata pengetahuan mereka, dan karena itu sulit bagi

mereka untuk mengkomunikasikannya kepada para mahasiswa. Salah

satu cara untuk memastikan bahwa penataan pengetahuan yang

Anda miliki cocok bagi Anda sendiri yaitu dengan menciptakan peta

konsep. Peta konsep adalah suatu teknik yang dapat membantu

seseorang menyampaikan pengetahuan mereka secara visual (Lihat

Lampiran 2 untuk informasi tentang peta konsep dan bagaimana

membuatnya). Ketika Anda telah membuat peta konsep, prinsip-

Page 108: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

99

prinsip penataan dan fitur-fitur yang dapat memudahkan Anda untuk

memahaminya. Kamu dapat meminta mahasiswa Anda mengetahui

peta konsep Anda, sebagai cara untuk meminta mereka menata

pengetahuan mereka tentang materi Anda dan untuk menyampaikan

prinsip-prinsip dan hal-hal lain.

Analisis Tugas Untuk Mengidentifikasi Penataan Pengetahuan Yang

Lebih Sesuai

Tugas yang berbeda menuntut jenis penataan pengetahuan

yang berbeda. Misalnya, tugas makalah meminta mahasiswa

menganalisis perpsektif teoretis dari beragam penulis, mungkin

menuntut mahasiswa Anda untuk menata pengetahuannya tentang

perbedaan teori dan cara mereka melaksanakan penulisan;

Sedangkan, ketika makalah menuntut mahasiswa untuk menganalisis

dampak dari kejadian sejarah, menuntut mereka menata

penegtahuan mereka seputar faktor sosial, ekonomi, dan politik.

Maka dari itu, analisis tugas dapat membantu Anda dalam

menganalisis jenis penataan pengetahuan yang dibutuhkan untuk

memudahkan mahasiswa mempelajari materi dan memiliki

kemampuan yang diharapkan.

Maka dari itu Anda harus menyediakan form struktur

pengetahuan tulang ikan atau jenis lainnya agar mahasiswa Anda

mampu menata pengetahuannya lebih baik. Mialnya, dalam kasus

makalah teoretik, Anda harus memberikan mahasiswa tabel kosong

yang memungkinkan mahasiswa Anda dapat mengidentifikasi aliran

Page 109: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

100

teoretik yang berbeda dalam satu kolom, menjelaskan ciri utama dari

setiap penulis pada kolom berikutnya dan menyusun daftar

pengarang yang melakukan penelitian seputar topik itu di kolom

berikutnya (Lihat tabel di bawah).

Aliran Teoretik Penulis Pendapat Karakteristik Penelitian Serupa

Konstruktivisme

Progresivisme

Perenialisme

Humanisme

Siapkan Struktur Pengetahuan Mata Kuliah

Jangan berasumsi tentang mahasiswa Anda, terutama bagi

mahasiswa yang baru mempelajari materi di mata kuliah Anda,

perlihatkanlah alur logis materi yang akan dipelajari untuk mata kuliah

Anda, dalam bentuk peta kompetensi/struktur materi. Dengan

memperlihatkan struktur materi, mahasiswa Anda tidak hanya melihat

hubungan dasar atau struktur kategoris materi mata kuliah Anda,

tetapi mereka juga dapat melihat "gambar besar" yang menjadi

konsep atau topik utama pada mata kuliah Anda dan memberikan

semacam ringkasan tentang keterkaitaan di antara topik materi mata

kuliah yang dapat membantu mahasiswa Anda mengkaitkan satu

topik dengan topik lainnya. Struktur materi seperti itu harus

disampaikan di dalam Silabus dengan beragam cara: beberapa

dosen/guru menyajikannya secara visual (misalnya flowchart),

Page 110: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

101

sementara yang lainnya secara verbal. Tambahan, selain penjelasan

pada awal kuliah, secara periodik Anda harus terus mengulangnya,

mengingkatkan kepada mereka tentang "gambar besar" itu dan

meminta mahasiswa untuk selalu mengingat-ingatnya setiap waktu.

Sebagai contoh, misalnya, "jika Anda ingat, unit pertama membahas

tentang konsep validitas. Hari ini kita akan mempelajari konsep

reliabiltas yang memiliki kaitan dengan konsep validitas. Jikalau

validitas berarti kemampuan mengukur tiap indikator instrumen,

sementara reliabilitas adalah tingkat kepercayaan seluruh item butir

instrumen". Dengan begitu, Anda sedang menyampaikan

keteterkaitan antara konsep validitas dan reliabiltias.

Sampaikan Struktur Pengetahuan Itu Kepada Sesama Dosen,

Laboran, dan Diskusikan

Dikarenakan organisasi penegtahuan dapat membantu

mahasiswa dalam mengingat dan mempergunakan informasi, sangat

membantu jika mahasiswa mampu membuat organisasi pengetahuan

mereka ketika mereka belajar. Sampai pada akhir, sediakanlah garis

waktu, agenda, atau sajian vsual setiap dosen, laboran atau sesi

diskusi, yang membaut mahasiswa dapat menerima kerangka

informasi tentang apa yang telah mereka pelajari. Tidak semua garis

waktu atau agenda yang secara efektif dapat membantu mahasiswa

menata penegtahuan yang saling terhubung, sehingga dipastikan

bahwa struktur penataan pengetahuan dapat menangkap konsep-

konsep atau prinsip-prinsip penting yang harus ditata oleh mahasiswa

Page 111: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

102

Anda di kelas. Misalnya, agenda yang berjudul "Pengantar",

"Pengajaran", "Diskusi", dan "Rekap", kurang begitu bermanfaat

dibandingkan agenda yang berjudul, tiga manfaat penelitian

etnografis, alasan melakukan penelitian dan diskusi keterbatasan

desain penelitian etnografis.

Gunakanlah Kasus Yang Bertentangan dan Terbatas Untuk

Menggambarkan Ciri-Ciri Penataan Pengetahuan

Untuk membantu mahasiswa mengembangkan penataan

pengetahuan yang lebih baik, gunakanlah kasus yang bertentangan,

atau dua item yang memiliki banyak kesamaan tetapi dalam hal-hal

tertentu memiliki perbedaan kritis. Meskipun kasus yang digunakan

dalam pengajaran cenderung lebih efektif ketika disajikan secara tidak

terpsah dibandingkan dengan analisis perbedaan dan perbandingan.

Contoh seerhana yang akan dibandingkankan, Hiu dan Lumba-

Lumba, yang memiliki banyak kesamaan tetapi menunjukkan hal yang

berbeda. Sajikan dua kasus secara bersamanan memiliki perbedaan

yang nampak dan bantu mahasiswa membangun stuktur

pengetahuan yang lebih dalam dan mendasar (misalnya, tata

binatang berdasarkan habitat, kemudian ajari mereka mulai

mengorganisaikannya berdasarkan hal lain, vertebrata atau

avertebrata, berdarah dingin atau berdarah panas, bertelur atau

beranak, dan lainnya).

Di sepanjang waktu, berikankan kasus terbatas atau anomali

(yang bertentangan dengan hal umum) dapat membantu mahasiswa

Page 112: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

103

mengidentifikasi hal-hal yang mennjol dari kategori tertentu dan agar

mahasiswa mampu membangun pengetahuan mereka lebih bagus.

Misalnya, Platipus, sebagai mamalia bertelur, bertentangan dengan

beberapa aspek klasifikasi mamalia sementara memiliki atribut yang

sama dengan mamalia lainnya. Menunjukkan kasus-kasus seperti ini

pada elemen-elemen penting dari skema klasifikasi tertentu.

Penggunaan anomali juga mengingatkan mahasiswa atas

keterbatasan taksonomi yang dibuat sendiri, yang dapat mendorong

mereka untuk mengembangkan penataan pengetahuan alternatif.

Nyatakan Fitur Yang Paling Pokok Secara Menyeluruh

Dalam rangka membantu mahasiswa membangun

pengetahuan lebih mendalam dan tidak dangkal, gambarkan fitur-

fitur dari maslaah, desain, teori dan contoh. Salah satu cara untuk

melakukan ini adalah dengan menyediakan contoh dari masalah yang

dapat menyampaikan fitur secara mendalam, atau contoh dari

masalah yang serupa tetapi berbeda dalam struktur. Menggunakan

perbandingan dapat membantu mahasiswa lebih adaptif dalam

mengiddentifikasikan fitur dan prinsip yang mendasari dan karena itu

ajari mereka untuk mengorganisasikan pengetahuan mereka secara

lebih bermakna.

Membuat Keterkaitan Di Antara Konsep

Ketika Anda memperkenalkan satu konsep baru (atau desain,

teori, contoh atau masalah), jelaskan keterkaitan konsep itu dengan

Page 113: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

104

konsep lain yang telah dipelajari (misalnya, pernahkah Anda

mengingat situasi yang sama pada materi yang telah dipelajari

sebelumnya). Keterkaitan itu tidak selalu kesamaan, dapat juga

perbedaan atau kesenjangan (misalnya, karya pengarang yang

berbeda dari pengarang lain yang tergolong ekpresionis abstrak).

Untuk menekankan adanya keterkaitan, penting untuk mengajukan

pertanyaan yang membuat mahasiswa dapat menghubungkannya

(misalnya, "apa keterkaitan antara perumusan masalah dengan

kerangka teoretik, yang telah dibahas sebelumnya?" "Aspek kasus

yang sama seperti apa atau berbeda dari manajemen karyawan pada

kasus yang didiskusikan kermaren?" "Karakteristik karya seni apa

yang mengingatkan pada pendekatan Bauhaus?").

Mendorong mahasiswa Untuk Belajar dnegan Beragam Struktur

Penataan Pengetahuan

Agar mahasiswa dapat menerapkan secara fleksibel

pengetahuan yang telah dipelajarinya, mahasiswa perlu membangun

beragam struktur pengetahuan yang sesuai. Salah satu cara untuk

membantu mahasiswa mengembangkan beragam sajian

pengetahuan adalah meminta mereka mengelompokkan sejumlah

item berdasarkan pada lebih dari satu skema pengaturan; misalnya,

Anda harus meminta mahasiswa mengelompokkan jenis tumbuhan

berdasarkan pada sejarah evolusi dan kemudian berdasarkan habitat

aslinya. Tugas klasifikasi seperti ini harus diikuti dengan pertanyaan

yang dapat menggambarkan implikasi penataan pengetahuan

Page 114: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

105

dengan satu jalan atau jalan lainnya. Misalnya, taksonomi berdasarkan

sejarah evolusi mungkin berguna bagi analisis paleontologis, tetapi

tidak untuk desain habitat. Berikan mahasiswa panduan praktis

penataan pengetahuan berdasarkan skema alternatif atau hirarki

alternatif yang dapat membantu mahasiswa melihat perbedaan

pengorganisasian untuk beragam kebutuhan sehingga mereka dapat

lebih mengembangan penataan pengetahuan.

Minta mahasiswa Menyusun Peta Konsep Untuk Mengungkapkan

Penataan Pengetahuan Mereka

Meminta mahasiswa untuk membuat peta konsep dapat

membantu Anda melihat tidak hanya bagaimana kebanyakan

mahasiswa mengetahui materi tetentu, tetapi juga bagaimana mereka

menyusun dan menghubungkan pengetahuan mereka.

Peta konsep adalah representasi visual tentang materi tertentu

(informasi lebih lanjut Lihat Lampiran 2 tentang Contoh Peta Konsep

dan Bagaimana Pembuatan Peta Konsep). Aktivitas pembuatan peta

konsep dapat digunakan di awal perkuliahan - untuk mengggali

pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sebelumnya dan selama

pembelajaran berlangsung sebagai cara mengamati bagaimana

perubahan penataan pengetahuan dapat terjadi di sepanjang waktu

dan setelah pengalaman belajar. Peta konsep, entah dinilai atau tidak,

dapat membantu mendiagnosis masalah keterbatasan pengetahuan

mahasiswa Anda, misalnya, jika mereka salah mengkategorikan

pengetahuan mereka, ketidaksesuaian keterkaitan antar-konsep atau

Page 115: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

106

gagal dalam menjelaskan keterkaitan antar-konsep, atau menilai

kerunutan posisi superordinat yang berada di atas subordinat, dan

seterusnya.

Menggunakan Tugas Mengurutkan Untuk Menggali Penataan

Pengetahuan mahasiswa

Cara lain untuk mengungkapkan penataan pengetahuan

mahasiswa adalah meminta mereka untuk mengurutkan masalah yang

berbeda, konsep yang berbeda, atau situasi yang berbeda, ke dalam

beberapa kategori. Metode ini menunjukkan bagaimana mahasiswa

mengorganisasikan pengetahuan mereka tanpa meminta mereka

untuk mengidentifiaksi kriteria apa yang digunakan untuk

mengurutkan pengetahuan yang telah mereka pelajari. Satu contoh

untuk tugas mengurutkan adalah dengan menyajikan sejumlah

masalah dari masalah kecil dan semakin mendalam, dan meminta

mereka untuk mengelompokkan masalah berdasarkan kesamaannya.

Jika proyek pengelompokkan berdasarkan pada kesamaan yang

dangkal, itu menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memahami

karakteristik yang dapat membantu mereka mengembangkan struktur

pengetahuan yang lebih dalam dan bermakna.

Mengwasi Masalah Yang Dialami mahasiswa dalam Menyusun

Pengetahuan

Salah satu cara untuk mendeteksi masalah yang dialami

mahasiswa dalam menyusun pengetahuan adalah memperhatikan

Page 116: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

107

pola yang salah yang dibuat mahasiswa ketika harus mengerjakan

tugas yang diberikan selama perkuliahan. Misalnya, mahasiswa

umumnya menyusun dua kategori konsep (semisal antara teori dan

metodologi atau antara gaya dan akselerasi)? Dapatkah mereka

menerapkan formula, strategi, atau solusi dalam cara-cara yang tidak

sesuai? Jika ya, itu tanda bahwa mahasiswa membuat hubungan yang

salah atau keliru dalam membuat kategori pengetahuan yang dapat

menghambat kegiatan belajar dan kepemilikan kemampuan.

RINGKASAN

Pada bab ini, kita telah mengkaji penelitian yang membahas

tentan fakta bahwa belajar tidak hanya apa yang mereka ketahui

tetapi bagaimana menata apa yang mereka ketahui yang dapat

mempengaruhi kegiatan belajar dan kemampuan mereka. Penataan

pengetahuan diantaranya membuat saling-keterkaitan di antara

kepingan pengetahuan berdasarkan pada pemahaman yang

mendalam tentang karakteristik dari materi yang dipelajari,

cenderung lebih efektif dalam mendorong kegiatan belajar dan

kepemilikan pengetahuan.

Aspek lain dari penataan pengetahuan yang efektif adalah

penataan pengetahuan yang sesuai dengan tugas yang diberikan

kepada mereka. Untuk alasan ini, pengoranisasikan pengetahuan

yang kaya dan bermakna sangatlah membantu. Para ahli seringkali

menerima keuntungan dengan pengorganisasian pengetahuan.

Bagaimanapun, terutamamahasiswa yang baru mempelajari materi

Page 117: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

108

baru, cenderung memiliki penataan pengetahuan yang tidak saling

terhubung, dan berdasarkan pada hal-hal yang dangkal. mahasiswa

menerima keuntungan dari pembelajaran yang dapat membantu

mereka melihat hubungan yang penting dan mampu membangun

lebih banyak hubungan di antara kepingan pengetahuan yang telah

mereka pelajari, maka dari itu dorong mahasiswa kita untuk mampu

menyusun pengetahuan yang lebih fleksibel dan efektif.

Page 118: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

109

BAB 4

BELAJAR PENGUASAAN

Mahasiswa bukan Anda, tetapi Anda juga pernah menjadi mahasiswa, semua butuh proses dan ketika sebagai mahasiswa,

Anda ingin dosen Anda mengajarkan tahapan untuk menjadi ahli

Sampai ini, kita telah membahas dua kemampuan metodik

seorang dosen (guru). Kini saatnya membahas kemampuan didaktik

yang lain. Pada satu bab terdahulu, kita telah membahas peran dosen

dalam mendorong mahasiswa belajar menata pengetahuan mereka,

untuk membantu mereka belajar lebih baik. Keterampilan itu hanya

cocok untuk pengetahuan deklaratif (teori, prinsip, generalisasi), tidak

cocok untuk jenis pengetahuan prosedural. Pada Bab 3 ini kita akan

membahas keterampilan mengajar belajar penguasaan (mastery

learning).

Tentu ada keterkaitan erat antara penataan pengetahuan dan

belajar penguasaan, karena pengetahuan prosedural membutuhkan

dukungan pengetahuan deklaratif. Belajar penguasaan akan lebih

diperrmudah jika pengetahuan deklaratif sudah tertata dalam struktur

yang padat dan sistematis. Untuk memahami konteks situasi belajar

penguasaan, simaklah dua cerita berikut:

Ringkasan Dari Bagian-Bagian

Saya telah 20 tahun bekerja sebagai karyawan industri selama dua puluh tahun, sebelum saya memutuskan untuk menjadi dosen, dan saya tahu bagaimana kerja tim kerja itu penting, sehingga dalam mata kuliah Manajemen Industri saya meminta [maha]mahasiswa mengerjakan suatu proyek dalam kelompok besar sebagai tugas tambahan untuk proyek individual.

Mahamahasiswa biasanya dapat mengerjakan tugas individu dengan baik dan karena tugas individu dan kelompok sedikit atau

Page 119: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

110

banyak memiliki kesamaan materi, saya berfikir bahwa [maha]mahasiswa akan lebih baik dalam mengerjakan tugas kelompok; singkat kata, ada banyak mahamahasiswa yang bekerjasama dan menghasilkan gagasan. Di akhir kuliah, tidak hanya mahamahasiswa saya gagal menyelesaikan tugas pada waktu yang tepat, tetapi analisis mereka begitu dangkal dan pekerjaan mereka kurang mendalam.

Saya tidak yakin masalahnya apa, tetapi saya merasa mereka tidak dapat bekerja dalam tugas kelompok dan kecuali hanya mengerjakan tugas individu. Saya hanya ingin seseorang menjelaskan kepada saya mengapa sedikit kelompok, tidak banyak, hanya sekedar meringkas dari pekerjaan individu. Rini [Dosen]

Mengetahui Hal ini Sekarang Juga Saya berada di pertemuan kedua dari kelas akting, dan saya

tidak pernah merasa kecewa sama sekali sebelum ini. Ini mata kuliah tingkat tinggi, seharusnya [maha]mahasiswa yang datang ke kelas saya telah menguasai sejumlah materi dalam berbicara dan gerakan. Dengan kata lain, mereka telah memiliki beberapa bekal pengetahuan dasar.

Tetapi mereka banyak melakukan kesalahan dasar! Sebagai cintoh, saya meminta [maha]mahasiswa menulis essay dari Ronggeng Dukuh Paruk Ahmad Tohari, sesuatu yang menurut saya dapat dikerjakan dengan mudah. Tetapi, sebagian besar mahamahasiswa baik dalam menggemukakan aksen pesisir Utara, kurang sekali dalam nada dan tidak dapat menjelaskan garis besar cerita.

Tidak hanya itu, mereka gagal menyelesaikan dua hal yang saya ketahui sebagai dosen harus dapat dikerjakan dan sekali lagi dalam pengantar kelas: penting sekali dalam kelas untuk melakukan pemanasan dan ungkapan fonetik di semua cerita. Bagamana mereka tidak mengetahui kekeliruan ini? Saya tahu mereka belajar itu, tetapi saya kecewa dalam beberapa kelas di tahun pertama dan kedua mereka memiliki keterampilan itu. So, mengapa mereka

Page 120: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

111

nampaknya melupakan sesuatu ketika mereka akan memasuki kelas saya? Eka Margy [Dosen]

APA YANG TERJADI

Dosen pada dua cerita di atas percaya bahwa mahasiswa

memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi mereka tidak dapat

menunjukkan keahlian dengan sukses dan dosen tahu apa yang

terjadi. Apa yang terjadi di setiap kasus menjelaskan mengapa

mahasiswa gagal memenuhi harapan dosen?

Faktanya, tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa jauh

dari harapan dosen dan mahasiswa kurang mempersiapkan diri. Pada

cerita pertama, Dosen Rini berharap kualitas dari tugas kelompok

lebih baik dibandingkan kualitas tugas individu dikarenakan banyak

mahasiswa dapat berbagi pekerjaan dan menghasilkan gagasan yang

lebih baik. Nampaknya asumsi yang wajar dan bukan satu-satunya

Dosen Rini yang melakukan itu. Seringkali, dosen memperkirakan

bahwa mahasiswa akan mengetahui cara bekerja yang efektif dalam

kelompok.

Faktanya, kesuksesan kerja kelompok tidak hanya ditentukan

oleh pengetahuan akan materi dan keahlian, tetapi juga ada

tambahan lain yang secara kualitatif berbeda yaitu keterampilan

berprsoes, seperti kemampuan untuk mendelegasikan tugas,

mendorong kegiatan, menyelesaikan konflik, dan menggabungkan

beberapa masukan dari anggota kelompok. Ketika mahasiswa

dihadapkan dengan keterampilan berproses, mereka membutuhkan

cara menghadapi tantangan tertentu dalam kerja kelompok dan

kualitas pekerjaan yang mereka hasilkan sseharusnya lebih baik dari

Page 121: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

112

kualitas pekerjaan yang dihasilkan sendiri. Tetapi ketika mahasiswa

kurang menguasai keterampilan berproses, itu dapat mengakibatkan

terhambatnya kemampuan mereka.

Sebaliknya, mahasiswa Professor Eka, nampaknya memiliki

komponen keterampilan kerja kelompok. Mereka datang ke kelas dan

tidak menunjukkan penguasaan terhadap gerakan, suara dan

keterampilan berbicara. Bahkan ketika diberikan tugas yang menuntut

keterampilan berproses, mereka gagal menunjukkan kemampuan.

Mengapa? Terdapat beberapa penjelasan. Pertama, meskipun

mahasiswa Professor Eka dengan penguasaan gerakan, suara dan

berbicara, mereka berlatih ketrampilan ini secara terpisah. Akibatnya,

mereka tidak cukup mempraktekkan semua keterampilan secara

bersamaan terutama sekali ketika mereka melakukan adegan. Karena

itu, mereka bukannya tidak memiliki kemampuan itu, tetapi tidak

memiliki kemampuan untuk menggabungkan beberapa kemampuan

secara efektif.

Penjelasan lain bahwa mahasiswa Professor Eka tidak

memahami releavansi praktik pengubahan fonetik dan pemanasan

vokal - yang dipelajari pada mata kuliah sebelumnya. Mereka gagal

menjelaksan keterkaitan ini jika mereka memahami fungsi dari praktik

ini secara dangkal atau jika mereka mengkaitkan item ini secara

keseluruhan dalam konteks (suara dan pembicaraan) orisinalitas

dibandingkan apa yang mereka pelajari. Sehingga, masalahnya bukan

mahasiswa kurang memiliki keterampilan atau mereka tidak dapat

mengintegrasikan secara sukses, tetapi mereka tidak dapat

mentransfer secara sukses kemampuan yang dipelajari ke sistuasi

yang baru dan menerapkan keterampilan itu dengan tepat.

Page 122: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

113

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Seperti cerita di atas, tugas yang diberikan begitu mudah dan

berikutnya dosen seringkali menuntut penggabungan semua

keterampilan. Silahkan bayangkan diri Anda sendiri ketika Anda

belajar nyetir. Kamu harus konsentarasi dalam langkah berurutan,

misanya, menyesuaikan spion, menginjak rem, menyalakan mobil

dengan menekan kunci, melepasan rem, dan menekan pedal gas;

serangkaian kemampuan, misalnya, aturan lalu lintas, arti lampu lalu

lintas, fungsi dari stir dan lampu sen; dan sejumlah keterampilan

misalnya, percepatan yang lembut, parkir lurus, membelok di

pertigaan). Anda juga tengah belajar bagaimana mengintegrasikan

semua komponen keterampilan dan pengetahuan itu, misalnya

mengecek spion, menyalakan sen, dan pindah lajur. Terakhir, Anda

juga mengenali sistuasi dan waktu yang sesuai untuk memastikan

ketepatan penerapan pengetahuan dan keterampilan, misalnya

menyesuaikan laju kecepatan dan menginjak rem ketika jalan licin

atau jalan berlumpur.

Dari pengalaman belajar menyetir, sekarang Anda

menganggap menyetir mobil adalah kegiatan yang tanpa banyak

usaha dan berlaku secara otomatis, sedikit menguras konsentrasi

untuk melakukannya. Tetapi bagi supir pemula, nyetir adalah hal yang

berat dan membutuhkan usaha yang keras, termasuk kesadaran,

konsentrasi dan perubahan secara cepat beragam macam keahlian

dan kemampuan.

Belajar berati tidak harus langsung bisa secara otomatis, tetapi

penguasaan setiap komponen akan mengantarkan Anda dapat

berlaku otomatis. Belajar untuk menguasai materi serupa dengan

belajar menyetir, yang akan dijabarkan pada bagian berikut ini:

Page 123: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

114

PENGUASAAN KOMPONEN KEAHLIAN UNTUK PENGUASAAN

KEMAMPUAN

Penguasaan mengacu pada pencapaian tingkat tinggi

kompetensi dalam materi pelajaran tertentu. Materi pelajaran yang

dimaksud dapat dalam hal yang sempit atau luas, mulai dari keahlian

kecil (misalnya, menggunakan kalkulator statistik) atau pengetahuan

materi (misalnya mengetahui simbol-simbol statistik) sampai pada

pengetahuan dan keterampilan lebih luas (misalnya, uji regresi linear

atau uji statistik non-parametrik). Bagi mahasiswa yang telah

menguasai materi tertentu, entah hal yang kecil atau besar, mereka

perlu mengembangkan sejumlah komponen keahlian, memberikan

latihan kepada mereka pada hal-hal tertentu hingga mereka dapat

mengkombinasikan dengan baik dan melakukannya secara otomatis,

serta mengetahui kapan dan dimana keahlian-keahlian itu dapat

diaplikasikan dengan tepat (Lihat Gambar 3.1).

Gambar 5. Tahapan Belajar Penguasaan

PENGUASAANKomponen

Keterampilan

LATIHANmengintegrasikankomponen keahlian

MENGETAHUIBILAMANAmenerapkanketerampilan

PENGUASAANKEAHLIAN

Page 124: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

115

PENELITIAN TENTANG BELAJAR PENGUASAAN

Akal sehat menyatakan bahwa untuk dapat menguasai materi

tetentu, dosen harus memposisikan diri dengan baik untuk membantu

mahasiswa pemula menguasai materi. "Jangan posisikan diri Anda

sebagai dosen, tetapi posisikan diri Anda sebagai mahasiswa, sambil

Anda mengajari diri Anda sendiri untuk menguasai materi, begitulah

cara Anda membimbing dan mengarahkan mahasiswa, seperti

membimbing dan mengarahkan Anda sendiri." Penjelasan berikut ini

akan menguji pendapat para ahli tentang belajar penguasaan dan

membahas implikasinya pada pengajaran.

SANG AHLI

Ironis, para ahli dapat dengan mudah ketika mereka mengajar.

Untuk mengetahui mengapa, pertimbangkan suatu model belajar

penguasaan yang diperkenalkan oleh S. Prague dan Stuart (2000)

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5. Ilustrasi menunjukkan

empat langkah berurutan dari pemula ke ahli yang memfokuskan

pada dua dimensi yaitu kompetensi dan kesadaran. Sebagaimana

diilustrasikan pada diagram berikut, mahasiswa pemula berada dalam

situasi ketidaksadaran ketidakmampuan (unconscoius incompetence),

mereka tidak memiliki keahlian dalam bidang tertentu, bahkan

mereka tidak memiliki pengetahuan untuk memahami apa yang perlu

mereka pelajari. Singkatnya, mereka tidak tahu apa yang harus

mereka ketahui.

Ketika mereka mendapatkan pengetahuan dan pengalaman,

tahap berikutnya adalah kesadaran ketidakmampuan (conscoius

incompetence), ketika mereka memiliki menyadari tentang apa yang

tidak mereka ketahui dan sebagai akibatnya, mereka menyadarii apa

yang harus mereka pelajari. Ketika mereka beranjak pada penguasaan

Page 125: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

116

materi, mahasiswa berada di tahap kesadaran kompetensi (conscoius

competence) ketika mereka memiliki beragam pertimbangkan

kompetensi yang mereka kuasai, sementara mereka harus berfikir dan

bertindak untuk melaksanakannya dan secara sadar. Terakhir, ketika

mahasiswa mencapai tingkat penguasaan tertinggi, mereka bergerak

ke keadaan ketidaksadaran kompetensi yang menuntut mereka

melatihkan keterampilan dan pengetahuan secara otomatis dan

bahwa mereka sadar tentang apa yang harus mereka ketahui dan

lakukan.

Gambar 6. Tahapan Menuju Penguasaan Materi

Model ini menyarankan, ketika mengembangkan kompetensi

dengan sedikit jalan lurus, gelombang pertama kesadaran dan

kemudian ketidaksadaran, ketika pemula (berada dalam tahap

pertama) dan ahli (di tahap keempat) berlaku dalam keadaaan

ketidaksadaran relatif, dengan beberapa alasan yang berbeda-beda.

Mudah untuk melihat mengapa pemula kekurangan kesadaran

kepedulian tentang apa yang tidak mereka ketahui, tetapi sedikit

kesadaran mengapa ahli kekurangan kepeduliaan tentang apa yang

harus dilakukannya setelah mereka mengetahuinya.

Penelitian tentang perbedaan antara pemula-para ahli

membantu dosen untuk menangani masalah ini. Ahli, seperti

TIDAK MENYADARI

Tidak Kompeten

MENYADARI

Tidak Kompeten

MENYADARI

Kompetensi

TIDAK MENYADARI

Kompetensi

Page 126: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

117

definisinya, memiliki banyak pengetahuan dibandingkan para

pemula, bahkan mereka juga mampu mengelola, mengakses dan

menerapkan pengetahuan mereka secara berbeda (lihat Bab 2

tentang Penataan Pengetahuan; Ericsson dan Smith, 1991; Ericsson

dan Lehmann, 1996). Sebagai contoh, para ahli menata pengetahuan

dalam jumlah besar, "bongkahan-bongkahan pengetahuan yang

memungkinkan mereka dapat mengakses dan menerapkan

pengetahuan dengan mudah" (Chase dan Simon, 1973b, Chase dan

Ericsson, 1982, Koedinger dan Anderson, 1990).

Lebih dari itu, dikarenakan para ahli secara tidak langsung

memahami pola yang bermakna dan menyusun pola itu ke dalam

pengalaman sebelumnya, mereka dapat menggunakan jalan singkat

dan menghindari langkah-langkah-langkah panjang, sementara hal itu

tidak dapat dilakukan oleh sang pemula (DeGroot, 1965; Anderson,

1992; Chase & Simon, 1973a; Koedinger & Anderson, 1990; Blessing

& Anderson, 1996). Juga, dikarenkana para ahli memiliki pengalaman

yang luas dalam bidang (misalnya, merencankaan strategi pemecahan

masalah atau melakukan kritik atas perspektif teoretik), mereka dapat

melakukannya dengan mudah dan otomatis dibandingkan para

pemula yang harus melakukannya dengan kerja keras ((Smith &

Chamberlin, 1992; Lansdown, 2002; Beilock, Wierenga, & Carr, 2002).

Terakhir, para ahli dapat mengkaitkan informasi spesifik ke

dalam prinsip dan skema yang mendalam dan sebagai

konsekuensinya memiliki pemahaman lebih baik dibandingkan para

pemula yang sulit untuk menerapkan pengetahuan ke situasi yang

berbeda (see Chapter Two; Chi, Feltovich, & Glaser, 1981; Larkin et

al., 1980; Boster & Johnson, 1989).

Ciri dari seorang ahli adalah memiliki banyak keunggulan ketika

para dosen memberikan pekerjaan kepada mereka, tetapi mereka

Page 127: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

118

dapat mengalami hambatan dalam pengajaran efektif. Misalnya,

bongkahan besar pengetahuan yang dimiliki para dosen terasa sulit

untuk dipecah ke dalam kepingan kecil sehingga dapat dengan jelas

dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Lebih dari itu, fakta bahwa

dosen sering mengambil jalan singkat dan mengabaikan langkah-

langkah secara berurutan membuat mahasiswa mereka tidak dapat

mengikuti pelajaran. Tambahan, alasan efisiensi dalam tugas-tugas

kompleks dapat mendorong para ahli untuk mengabaikan waktu

ketika memberikan tugas kepada mahasiswa. Terakhir, fakta bahwa

pengajar dapat dengan cepat mengenali beragam keterampilan

dapat menyebabkan mereka mengabaikan kemampuan mahasiswa

mereka.

Ketika para ahli menutup mata atas kebutuhan mahasiswa

pemula, dikenal dengan titik buta seorang ahli (Nickerson, 1999;

Hind, 1999, Nathan dan Koedinger, 2000; Nathan dan Petrosino,

2003). Untuk memahami dampak dari titik buta seorang ahli pada diri

mahasiswa, pertimbangkan bagaimana ahli masak mengajar masak

pada pemula "berikan saus ketika sayuran sudah matang, "masak

sayuran sebelum saus" atau "tambahkan garam untuk menambah

rasa". Penjelasan seperti itu begitu jelas bagi sang ahli masak, mereka

tidak pernah memperkirakan materi bagi mahasiswa, mereka tidak

mengetahui apa itu "matang", atau itu "sebelum saus", atau

"tambahkan garam untuk menambah rasa".

Di sini kita melihat ketidaksadaran kompetensi dari seorang

ahli bertemu dengan ketidaksadaran ketidakmampuan dari seorang

pemula. Hasilnya bahwa mahasiswa melupakan informasi yang vital,

kekeliruan yang seharusnya tidak terjadi, sehingga belajar menjadi

tidak efektif. mahasiswa menjadi bingung dan menghindari kegiatan

Page 128: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

119

belajar. Meskipun demikian mereka terlalu bekerja keras untuk

memahami materi, meskipun hasilnya bagus, tetapi tidak efisien.

Sebagai dosen, kita semua sering terjangkit penyakit titik buta

seorang ahli (expert blind spot). Kita seringkali mengabaikan masalah

yang dihadapi mahasiswa ketika belajar. Melakukan secara sadar tiga

komponen utama dari tahapan belajar penguasaan yang harus dilalui

mahasiswa: (1) perolehan keterampilan komponen utama; (2) latihan

untuk menggabungkan komponen keahlian secara efektif; (3)

pengetahuan tentang kapan waktu yang tepat untuk menerapkan apa

yang telah mereka pelajari, membantu mahasiswa untuk belajar

efektif.

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN DASAR

Seperti contoh menyetir dan memasak di atas, tugas yang

nampaknya sederhana bagi sang ahli sebenarnya terkandung

kombinasi berbagai keterampilan dasar yang tidak kelihatan oleh

sang pemula. Misalnya, kemampuan menganalisa kasus

membutuhkan keterampilan dasar seperti kemampuan

mengidentifikasi pertanyaan pokok atau masalah dari kasus,

menunjukkan perspektif seorang aktor, memperkirakan hambatan,

menggambarkan tindakan yang memungkinkan dan

merekomendasikan dan memutuskan solusi. Serupa, penyelesaian

masalah mungkin terdiri dari beberapa keterampilan dasar termasuk

menyatakan permasalahan, menentukan strategi pemecahan masalah

yang sesuai, memperhitungkan strategi pemecahan masalah, dan

mengevaluasi hasil. Komponen-komponen dasar itu sulit diidentifikasi

mengingat keterampilan dasar itu sepenuhnya termasuk keterampilan

kognitif (misalnya, mengenal, merencanakan dan merumuskan solusi)

yang tidak bisa dilihat langsung.

Page 129: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

120

Jika mahasiswa kekurangan keterampilan dasar - atau jika

mereka lemah - kemampuan mereka untuk menunjukkan kinerja akan

terganjal (Resnick, 1976). Hal itu telah diungkapkan pada sejumlah

penelitian yang mencoba memesah tugas kompleks, mengidentifikasi

kelemahan atau ketiadaan keterampilan dasar dan menelusuri

dampaknya terhadap kemampuan mahasiswa. Lovett (2001)

melakukan penelitian pada mata kuliah Analisis Data Statistik,

mengidentifikasi dua keterampilan dasar dalam analisis data statistik,

yaitu: (1) kemampuan memahami variabel dan (2) kemampuan

mengkategorikan variabel berdasarkan pada jenis-jenisnya. Lovett

menemukan bahwa ketika mahasiswa tidak memiliki keterampilan

dasar, mereka kurang dapat memilih bentuk analisis yang sesuai dan

kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah secara

keseluruhan begitu lemah (Lovett, 2001). Kita juga melihat fenomena

serupa pada cerita pertama di bagian awal: ketika mahasiswa

Professor Rini dituntut dengan banyak keterampilan dasar untuk

mengerjakan proyek kelompok - merupakan bukti dari kemampuan

individu begitu lemah, mereka kekurangan keterampilan kelompok

yang menyebabkan kinerja kelompok menjadi rendah.

Untuk mengajarkan keterampilan kompleks secara sistematis -

tanpa kehilangan satu pun - pengajar harus dapat "membongkar dan

memecah" tugas kompleks ke keterampilan-keterampilan kecil. Hal

itu sangat menantang dosen sang ahli karena seringkali dosen

menghadi penyakit blindspot, tetapi di sana ada hadiah bagi

mahasiswa. Tentu saja, penelitian menunjukkan bahwa ketika dosen

mengidentifikasi dan memperkuat keterampilan dasar melalui

pengajaran per keterampilan dasar, kemampuan mahasiswa secara

keseluruhan mengalami peningkatan. Misalnya, Koedinger dan

Anderson (1990) menemukan bahwa, mahasiswa pemula yang

Page 130: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

121

mempelajari geometri lemah dalam kemampuan merencanakan

strategi pemecahan masalah. Setelah mahasiswa diberikan latihan

khusus untuk memperkuat keterampilan tesebut dalam konteks yang

lebih besar, peneliti menemukan bahwa mahasiswa menjadi lebih

cekatan (adeptly) sebagai pemecah masalah (Koedinger dan

Anderson, 1993).

Lovett (2001) menemukan bahwa jika di awal mahasiswa

diberikan 45 menit untuk berlatih mengidentifikasi beragam masalah

statistik, dan kemudian diberikan umpan balik pada keterampilan

tertentu, mereka akan dapat memilih jenis analisis dengan cekatan

sampai di akhir semester. Dengan kata lain, bahkan ketika difokuskan

pada sejumlah latihan dari keterampilan dasar akan ada pengaruhnya

terhadap kemampuan secara keseluruhan. Dampak yang sama

ditunjukkan dalam penelitian tutor kognitif (program tutor berbasis

komputer) yang didesain untuk mendeteksi kelemahan keterampilan

dasar dan mengarahkan mereka untuk berlatih guna memperkuat

kemampuan mereka pada bidang tertentu (Anderson, et.al., 1995;

Singley, 1995; Ritter, et.al., 2007; Anderson, Conrad & Corbett, 1989).

Ketika kita mengetahui bahwa mahasiswa membutuhkan

latihan pada keterampilan dasar tertentu sebelum dituntut untuk

melakukan keterampilan baru yang menuntut penguasaan

keterampilan dasar, pertanyaan yang muncul adalah apakah

mahasiswa harus melakukan latihan secara terpisah atau masih dalam

konteks tugas besar yang lebih kompleks. Keuntungan untuk

melatihkan keterampilan dasar secara terpisah adalah memungkinkan

mahasiswa memfokuskan perhatian pada satu keterampilan dasar

yang dibutuhkan.

Misalnya, keuntungan dari pemberian keterampilan dasar

menggiring bola atau melempar bola dalam permainan sepakbola.

Page 131: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

122

Dril pada kemampuan dasar secara terpisah memungkinkan pemain

bola melatih secara berulang pada keterampilan-keterampilan dasar,

dibandingkan mereka harus mendapatkan keterampilan dasar itu

dalam suasana pertandingan dan memungkinkan mereka

menghabiskan energi secara penuh pada satu keterampilan.

Keuntungan memberikan latihan pada konteks tugas, di sisi lain

adalah mahasiswa dapat melihat bagaimana relevansi komponen

keterampilan (keterampilan-keterampilan) itu pada konteks yang

tepat. Misalnya, dalam permainan sepakbola, mereka akan

mengetahui bagaimana cara menendang bola di bawah tekanan

situasi pertandingan dibandingkan ketika latihan menendang dalam

situasi yang terpisah.

Manakah yang benar atau salah dari memberikan latihan pada

konteks situasi atau terpisah dari tugas tergantung pada jenis tugas

yang diberikan. Meskipun hasil penelitian menyarankan untuk

menggabungkan - terisolasi dan kontekstual - nampaknya secara

umum lebih baik memberikan latihan dalam konteks situasi tugas

yang sebenarnya, tetapi jenis tugas yang dipilih adalah tugas

sederhana atau ketika keterampilan dasar tidak perlu dipisah-

pisahkan dari keseluruhan (Wightman & Lintern, 1985; Naylor &

Briggs, 1963; Teague, Gittlemen & Park, 1994). Sedangkan, jika

tugasnya sangat komplek dan dapat dengan mudah dibagi ke dalam

komponen-komponen kecil, akan lebih efektif jika setiap keterampilan

dasar dilatihan secara terpisah dari konteks sitausi dan kemudian

dikombinasikan seteleh semua keterampilan dasar sudah dilatihankan

(White & Frederickson, 1990; Wigthman & Lintern, 1985; Salden, Paas

& van Merrienboer, 2006).

Latihan terpisah juga memudahkan mahamahasiswa, tetapi

sangat tergantung pada tingkat keahlian dari keterampilan dasar yang

Page 132: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

123

harus dikuasai mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa pengajaran

nyata dan latihan terisolasi, sangat membantu untuk para pemula

(Clarke, Ayres, dan Sweller, 2005), tetapi akan sangat berlawanan

untuk mahasiswa yang cerdas, mahasiswa yang telah siap

mengintegrasikan semua keterampilan dasar itu pada tugas yang

diberikan (Kalyuga, Ayres, Chandler & Sweller, 2003). Terakhir,

memberikan latihan terpisah akan mendatangkan manfaat, tetapi

tergantung pada tujuan belajar yang ditetapkan. Misalnya, jika tujuan

utama dari mata kuliah Professor Rini adalah membantu mahasiswa

untuk membangun keterampilan kerjasama, maka akan lebih baik jika

keterampilan dasar itu diberikan secara terpisah.

IMPLIKASI PENELITIAN PADA PENGAJARAN

Dalam rangka untuk membangun keterampilan baru secara

sistematis dan untuk mendiagnosis kelemahan atau ketiadaan

keterampilan dasar, dosen (guru) harus mampu untuk memecah tugas

kompleks ke dalam sejumlah komponen-komponen dasar.

Pemecahan tugas kompleks membantu dosen untuk memilih jenis

latihan yang tepat untuk setiap keterampilan dasar. Meskipun

pelatihan dirancang untuk mendorong penguasaan keterampilan

dasar, dosen juga harus mempertimbangkan apakah tujuan belajar

akan tercapai ketika latihan keterampilan dasar dilaksanakan secara

terpisah dari konteks tugas yang sebenarnya, atau

mengkombinasikan dua keterampilan dasar ke dalam satu latihan.

INTEGRASI KETERAMPILAN DASAR

Penguasaan keterampilan dasar tidak dengan sendirinya cukup

mempersiapkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas kompleks. Hal

tersebut menunjukkan bahwa menguasai tugas kompleks tidak hanya

Page 133: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

124

memecah sub-keterampilan secara temporer dan pemberian

kesempatan berlatihan secara terpisah, tetapi juga mereka perlu

diberikan kesempatan dan latihan untuk menggabungkan kembali

(recomposition) semua keterampilan dasar itu dalam suatu kombinasi

yang utuh untuk menyelesaikan tugas kompleks. Menggabungkan

komponen keterampilan dasar dibutuhkan sekali dan akan menjadi

sulit, hal itu dibuktikan pada cerita kedua pada awal pertemuan ini,

pada mahasiswa Professor Eka yang berusaha menggabungkan dan

menggunakan semua keterampilan dasar yang telah mereka pelajari

secara terpisah. Kemampuan yang rendah dari mahasiswa Professor

Eka terlihat ketika mereka tidak terbiasa berusaha menggabungkan

semua keterampilan dasar.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kemampuan seseorang

cenderung menurun ketika mereka dituntut untuk melakukan lebih

banyak atau banyak tugas dalam satu waktu yang bersamaan

(Kahnemann, 1973; Navon & Gopher, 1979; Wickens, 1991).

Penurunan kemampuan terjadi dikarenakan melakukan beragam

tugas secara simultan cenderung menuntut perhatian sepenuhnya

pada pemrosesan informasi dalam jumlah yang relatif banyak dan

seseorang memiliki keterbatasan dalam cara menghadapi dan

menyelesaikan semua itu pada waktu yang sama.

Dengan kata lain, tuntutan pemrosesan informasi dari tugas

yang diberikan juga dikenal sebagai beban kognitif (cognitive load) -

yang berlebih dari beban yang mampu diproses oleh seseorang.

Ketika melebihi batas kemampuan, mereka cenderung mengalihkan

perhatian dan sumberdaya kognitif lainnya untuk menyelesiakan

tugas secara efektif. Misalnya, Strayer dan Johnsonn (2001)

menemukan bahwa ketika mereka meminta mahasiswa untuk

mensimulasikan kemampuan menyetir, beragam ukuran kemampuan

Page 134: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

125

(misalnya sejumlah lampu merah dan reaksi penginjakan pedal rem

pada saat lampu merah) menurun ketika ada tambahan komunikasi

lewat telepon pada saat tugas menyetir. Lebih dari itu, ketika

kompleksitas percakapan ditingkatkan, kemampuan menyetir

semakin rendah. Dengan kata lain, meskipun partisipan dalam

penelitian ini memiliki sumberdaya kognitif yang cukup untuk

melaksanakan tugas dengan baik pada tugas menyetir, tetapi terpisah

dalam situasi komunikasi, masih tetap membutuhkan modal yang

lebih ketika ditambahkan beban komunikasi, kemampuan menyetir

menjadi lemah.

Fenomena yang sama seringkali terjadi ketika seorang

melaksanakan tugas kompleks tunggal, dikarenakan tugas kompels

menuntut seseorang menerapkan beragam keterampilan misalnya

pertunjukkan drama, akan mengalami kelebihan beban kognitif.

Bayangkan kembali kelas Professor Eka, nampaknya mahasiswa Prof.

Eka tidak mampu mengatur beban kognitif dari perpaduan

keterampilan suara, bicara, dan gerakan dalam kelas, yang telah

dikuasai secara tunggal di kelas. Bagaimanapun, beban kognitif dari

keterampilan penerapan dan koordinasi semua keahlian dalam satu

waktu - akan terjadi (ketika ditambahkan keahlian baru - keahlian

berakting - yang menuntut kemampuan untuk mengatur semua

keterampilan dasar), maka akan terjadi kesalahan atau kekeliruan.

Menarik sekali, para ahli tidak akan mengalami kesulitan seperti

para pemula ketika mereka harus menyelesaikan tugas kompleks atau

mengkombinasikan beragam tugas kompleks. Dikarenakan para ahli

telah melakukan latihan dalam keadaan terentu, melatihkan satu per

satu keterampilan dasar, dan melatihkan semua keterampilan dasar

pada satu waktu, dalam hal-hal tertentu, sehingga sang ahli begitu

Page 135: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

126

terbiasa dan terlatih sehingga ketika ada tugas kompleks yang

menuntut, maka semuanya akan berjalan secara otomatis.

Untuk setiap latihan keterampilan tingkat tinggi biasanya

menuntut beberapa modal kognitif, secara efektif dapat menurunkan

total beban kognitif bagi sang ahli yang berpengalaman. Maka dari

itu, ahli dapat menyelesaikan tugas kompleks dan mengkombinasikan

beragam tugas dengan relatif mudah (Smith & Chamberlin, 1992;

Landsdown, 2002; Beilock, Wierenga & Carr, 2002). Hal ini bukan

disebabkan tidak membutuhkan beban kognitif dibandingkan

pemula, lebih dari itu, dikarenakan mereka sudah mencapai

keterampilan tingkat tinggi, mereka dapat melakukan lebih dari apa

yang telah mereka miliki. Pemula, sebaliknya, belum mencapai tingkat

mahir dan otomatis menerapkan setiap komponen keterampilan

dasar dan karena itu mereka perlu bekerja keras untuk

mengkombinasikan keterampilan tidak semudah dan seefektif para

ahli.

Mengingat seorang dosen dianggap ahli, tidak mengalami

pengalaman beban kognitif seperti pemula, mereka mungkin

berharap terlalu tinggi atas kemampuan mahasiswa mereka. Hal itu

dapat menimbulkan kebimbangan dan frustasi seperti mahasiswa

Profesor Eka yang harus berjuang keras mengerjakan tugas yang

menurut Prof. Eka begitu mudah. Bagi dia, kombinasi keterampilan

berbicara, suara, gerakan dan keterampilan akting tidak terlalu

memusingkan, sehingga apa yang terjadi pada mahasiswa, dianggap

sesuatu yang mengherankan, "masa, begitu saja tidak bisa".

Sayangnya, sebagai mahasiwa yang harus menguasai keterampilan

sepanjang waktu, menuntut pengetahuan dan pemahaman prosedur

untuk dapat menyelesaikan tugas secara otomatis dan karena itu

membutuhkan beberapa modal kognitif untuk menyelesaikannya.

Page 136: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

127

Karena itu, dengan diberikan latihan, mahasiswa akan semakin mahir

menerapkan keterampilan dasar dan akan menjadi lebih baik ketika

dihadapkan dengan beragam tugas rumit.

Bagaimana kita dapat membantu mahasiswa menata beban

kognitif ketika mereka harus menyelesaikan tugas kompleks? Satu-

satunya metode efektif yang ditawarkan dari beberapa penelitian

adalah memfokuskan mahasiswa pada satu keterampilan di satu

waktu, sehingga secara lambat laun akan mengurangi beban kognitif

dan memberikan mereka kesempatan untuk terbiasa menerapkan

keterampilan dasar sebelum mereka mampu mengintegrasikan

beragam keterampilan sekaligus.

Misalnya, Clarke, Ayres, dan Sweller (2005) menyatakan bahwa

mahasiswa yang memiliki sedikit pengetahuan tentang lembar kerja

di Microsoft Excel tidak akan mampu menyelesaikan perhitungan

matematika ketika harus menyelesaikan masalah matematika dengan

rumus Excel. Karena itu mereka perlu mempelajari Microsoft Excel

terlebih dahulu dan kemudian mempelajari rumus matematika,

setelah kedua keterampilan itu bisa, maka selanjutnya dapat

ditingkatkan pada keterampilan menghitung rumus matematika

dengan formula Excel. Metode lain yang ditawarkan dalam penelitian

adalah mendorong penguasaan beberapa aspek dari tugas kompleks

sebelum melaksanakan tugas secara keseluruhan (Sweller & Cooper,

1985; Cooper & Sweller, 1987; Paas & can Merrienboer, 1994).

Misalnya, Sweller dan Cooper (1985) menunjukkan hal tersebut

pada mahasiswa yang menyelesaikan masalah dalam beragam

perhitungan kuantitatif dari statistik ke fisika. Mereka menemukan

bahwa ketika mahasiswa diberikan soal cerita, mahasiswa dapat

menyelesaikan masalah tanpa terlalu banyak belajar. Hal itu

dikarenakan masalah yang harus diselesaikan mahasiswa tidak banyak

Page 137: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

128

menuntut modal kognitif yang telah mereka pelajari. Tetapi ketika

mahasiswa diberikan "lembar kerja" (misalnya format tabel) diselingi

dengan penyelesaian masalah, memungkinkan mereka dapat

terbebas dari modal kognitif yang memungkinkan mahasiswa melihat

hal-hal khusus dari masalah dan menganalisis langkah-langkah dan

alasan di balik pemecahan masalah.

Penelitian juga menemukan adanya peningkatan kemampuan

pada penyelesaian masalah secara berurutan. Hal itu disebut Dampak

Kerangka Penyelesaian Soal, salah satu contoh dari proses yang

disebut scaffolding (Tangga Kognitif), dimana instruktur meringankan

beban kognitif sehingga mahasiswa dapat fokus belajar pada dimensi

tertentu (Untuk lebih diskusi tentang Tangga Kognitif, lihat Bab 4.)

Satu hal terpenting yang harus dikemukakan di sini adalah

bahwa pengurangan dalam beban kognitif dapat mendorong

kemajuan sementara, sementara dalam hal lain tidak (Paas, Renkl &

Sweller, 2003, 2004). Formula untuk mengurangi beban kognitif yang

efektif adalah didasarkan pada identifikasi aspek-aspek tertentu dari

tugas yang berkaitan dengan keterampilan yang harus dipelajari

mahasiswa dan aspek-aspek tertentu yang dapat mengganggu

tercapainya tujuan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa

menghilangkan beban tambahan - yaitu aspek dari tugas yang sulit

dikuasai tetapi tidak berkaitan dengan apa yang perlu dipelajari

sangat membantu mahasiswa. Sebaliknya, mengurangi beban

kognitif yang sebenarnya perlu dipelajari mahasiswa akan berakibat

kontraproduktif, dalam arti bahwa mahasiswa tidak memiliki

kesempatan untuk berlatih pada sesuatu hal yang seharusnya mereka

pelajari.

Penting di sini membedakan antara beban kognitif yang perlu

dipelajari (berkaitan erat, germane) dan beban kognitif tambahan

Page 138: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

129

(extraneous). Bayangkan mahamahasiswa teknik mesin yang

mendapatkan kesulitan dalam latihan penyelesaian masalah. Mereka

diperkenalkan pada sejumlah formula yang berbeda sepanjang satu

semester dan kesulitan itu mereka pendam. Sekarang, jika dosen

menetapkan tujuan belajar "mahasiswa mampu memilih dan

menerapkan formula khusus untuk setiap masalah", kemudian

memberikan mereka daftar formula yang relevan yang dapat dipilih,

cara seperti itu dapat mengurangi beban kognitif, karena mahasiswa

tidak perlu menghabiskan waktu dan modal kognitif mengingat

formula yang cocok dan akan dapat memfokuskan pada keterampilan

memilih dan menerapkan formula yang tepat. Bagaimanapun, jika

tujuan bahwa mahasiswa dapat mengingat formula dan kemudian

menerapkan setiap satu formula ketika masalah datang, daftar semua

formula dapat menggagalkan tercapainya tujuan belajar.

IMPLIKASI PENELITIAN

Melaksanakan tugas kompleks yang membebani mahasiswa

secara kognitif, terutama ketika mereka tidak dapat mengembangkan

dengan secara otomatis semua keterampilan dasar yang dibutuhkan.

Maka dari itu, dosen harus memperkirakan secara akal sehat waktu

dan latihan yang dibutuhkan mahasiswa, tidak hanya

mengembangkan kemahiran pada keterampilan dasar, tetapi juga

belajar untuk berlatih mengintegrasikan semua keterampilan sampai

sukses. Cara seperti itu dapat membantu dosen dalam kondisi

tertentu untuk memilih strategi yang meringankan, memilah

komponen kecil dari tugas yang bakal menjadi beban kognitif

sehingga mahasiswa dapat memfokuskan sumber daya kognitif

mereka pada komponen tugas yang paling memiliki hubungan erat

Page 139: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

130

(germane) dengan tujuan pembelajaran. Beberapa cara khusus untuk

melakukan hal ini dibahas dalam bagian Strategi Belajar.

Belajar Menerapkan (Applying)

Sebagaimana kita saksikan, belajar penguasaan materi

membutuhkan penguasaan keterampilan dasar dan kemampuan

untuk mengintegrasikan semua keterampilan dasar itu dengan sukses.

Selain itu, belajar penguasaan juga menuntut mahasiswa mengetahui

kapan dan dimana mereka dapat menggunakan pengetahuan yang

telah mereka pelajari. Ketika mahaiswa membutuhkan kemampuan

tetapi tidak mengetahui kondisi relevan untuk penerapan, mereka

gagal menerapkan keahlian yang relevan dengan tugas atau masalah

yang dihadapi, atau alternatifnya, menerapkan keterampilan yang

salah konteks.

Penerapan keahlian (atau pengetahuan, strategi, pendekatan,

atau kebiasaan) yang dipelajari pada satu konteks ke konteks yang

sesuai diistilahkan sebagai transfer. Transfer dapat dikatakan menjadi

dekat, jika konteks yang dipelajari dan konteks yang ditransfer

memiliki kemiripan, dan dapat dikatakan jauh, ketika konteks yang

ditransfer tidak mirip. Misalnya, beragam dimensi yang jauh terjadi,

ketika pada mata kuliah Kebijakan Publik diberikan tugas untuk

menerapkan rumus statistik yang dipelajarinya dua semester

sebelumnya di Mata Kuliah Statistik 1. Bukan hanya telah terjadi

perubahan domain pengetahuan dari statistik ke kebijakan publik,

tetapi juga secara fisik dan tempo terlalu jauh (kelas baru, dua

semester berikutnya). Jika mentransferkan tugas terjadi pada konteks

yang berbeda, di luar akademis, ada penambahan jarak transfer yang

harus diperkenalkan (untuk pembahasan tentang perbedaan dimensi

transfer, lihat buku Barnett dan Ceci, 2002).

Page 140: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

131

Sejauh ini, topik tentang transfer pengetahuan, masih menjadi

tema utama dalam dunia pendidikan dan menjadi tujuan utama dari

pendidikan: kita ingin agar mahasiwa kita dapat menerapkan apa

yang telah mereka pelajari di ruang kuliah. Banyak penelitian

mengungkapkan bahwa: (a) transfer terjadi seringkali tidak secara

otomatis, dan; (b) ketidaksamaan antara konteks yang dipelajari

dengan konteks transfer penerapan, membuat proses transfer tidak

akan berhasil. Dengan kata lian, kebanyakan dari kita, mahasiswa

seringkali tidak berhasil menerapkan keahlian atau pengetahuan yang

relevan (Singley dan Anderson, 1989; McKeough, Lupart & Marini,

1995; Thorndike & Woodworth, 1901; Reed, Ernst, & Banerji, 1974;

Singley, 1995; Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1994;

Singley & Anderson, 1989; Holyoak & Koh, 1987).Pada bagian

berikutnya, kita akan mengkaji berbagai isu yang dapat

mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan proses transfer.

Belajar Transfer

Ada sejumlah alasan mahasiswa gagal mentransfer

pengetahuan dan keahlian yang relevan. Pertama, mungkin

mahasiswa mengasosiasikan pengetahuan terlalu dekat dengan

konteks asli yang mereka pelajari dan karena itu tidak terpikir untuk

menerapkannya atau tidak tahu bagaimana menerapkan keahlian

yang mereka pelajari - di luar konteks yang mereka pelajari. Hal ini

disebut terlalu spesifik (overspecificity) atau keterikatan konteks

(Mason Spencer & Weisberg, 1986; Perfetto, Bransford & Frank,

1983).

Sebagai ilustrasi, mahasiswa di Mata Kuliah Statistik mungkin

dapat menyelesaikan soal kuis, tetapi tidak dapat mengerjakan soal

dengan tipe yang sama dan lebih sulit di saat UAS. Jika mahasiswa

Page 141: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

132

diberikan petunjuk yang memberitahukan bahwa rumus yang

digunakan pada saat mengerjakan soal kuis, dapat digunakan untuk

menjawab soal UAS, itu akan mempermudah mereka. Tetapi ketika

tidak ada petunjuk, mereka akan mengalami kesulitan

mengidentifikasi hal-hal yang tersembunyi dari soal yang diberikan di

UAS dan sulit dalam memilih rumus statistik yang sesuai. Dengan kata

lain, pengetahuan mereka, tidak kontekstual dan maka dari itu tidak

fleksibel. Keterkaitan konteks juga dapat menjelaskan kasus pada

mahasiswa Prof. Eka yang gagal dalam hal fonetik. Ketika mereka

mendapatkan informasi bahwa mereka dapat menghubungkan

transkip fonetik sangat berkaitan erat dengan secara fisik dengan apa

yang mereka pelajari (teknik berbicara), hal itu tidak mungkin terjadi

pada latihan di kelas akting.

Kedua, mahasiswa akan gagal mentransfer keterampilan,

pengetahuan dan latihan, jika mereka tidak meningkatkan

pemahaman tentang prinsip-prinsip dan struktur dalam di balik

pengetahuan yang merek pelajari - dengan kata lain - jika mereka

memahami apa yang dikerjakan tetapi bukan mengapa. Hal itu

menjelaskan beberapa masalah yang dihadapi oleh Professor Eka.

Jika mahasiswa Prof. Eka memahami beberapa fungsi dari pemanasan

vokal (seperti relaksasi merenggangkankan vokal ketika menyanyi)

bukan fungsi yang lain (relaksasi suara untuk menunjukkan ekpresi

emosional), mungkin mereka tidak dapat mengenali penggunaan

latihan ini untuk tugas yang diberikan. Dengan kata lain, pemahaman

yang tidak utuh tentang fungsi dari suatu latihan yang berikan akan

berdampak pada kemampuan mereka untuk menerapkan

pengetahuan pada konteks yang baru.

Sayangnya, banyak penelitian menunjukkan bahwa kegagalan

transfer pengetahuan lebih banyak disebabkan oleh pendekatan

Page 142: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

133

pengajaran (strategi dan metode mengajar) yang mendukung

transfer. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa akan

mampu mentransfer pengetahuan pada konteks yang baru secara

lebih baik ketika mereka dapat mengkombinasikan pengalaman

konkret pada konteks tertentu dan pengetahuan abstrak yang

memangkas konteks (Schwartz, et.al., 1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Schoklow dan Judd di tahun

1980 menunjukkan hal tersebut. Penelitian mengajukan pertanyaan

kepeda dua kelompok tentang mahasiswa yang melempar anak

panah 12 inci ke bawah air. Prediksi, kemampuan kedua kelompok

mahasiswa yang berlatih ini dapat meningkatkan kemampuan.

Selanjutnya satu kelompok diajarkan prinsip abstrak tentang

pembiasan, sementara yang lain tidak. Ketika ditanyakan lagi kepada

mereka empat inci di bawah air, kelompok tahu menyesuaikan

strategi yang sesuai dengan prinsip abstrak dan secara signfikan tidak

mampu menyelesaikan tugas dibandingkan kelompok lain.

Mengetahui prinsip abstrak membantu mahamahasiswa mentransfer

pengetahuan di balik pengalaman pada konteks yang mereka pelajari

dan mampu menyesuaikan strategi untuk kondisi yang baru. Serupa,

ketika mahasiswa memiliki kesempatan untuk menerapkan apa yang

mereka pelajari dalam beragam konteks, itu mendorong kurangnya

kedekatan konteks, pengetahuan akan lebih fleksibel (Gick dan

Holyoak, 1983).

Perbandingan struktur - ketika mahasiswa diminta untuk

membandingkan dan membedakan masalah, kasus atau skenario

yang berbeda - juga terkait dengan fasilitas transfer. Misalnya,

Loewenstein, Thompson dan Gentner (2003) meminta kedua

kelompok mahasiswa manajemen untuk menganalisis negosisasi

kasus pelatihan. Satu kelompok menganalisis kasus setiap individu,

Page 143: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

134

kelompok yang lain diminta untuk membandingkan kasus. Penelitian

menunjukkan bahwa kelompok yang membandingkan kasus

menunjukkan kemampuan mereka secara dramatis dibandingkan

kelompok yang mempelajari kasus individu.

Mengapa? Dikarenakan ketika mahasiswa diminta

membandingkan kasus, mereka telah mengenal dan mengidentifikasi

hal-hal khusus dari setiap kasus yang membuat mereka dapat

menyusun analogi dan non-analogi untuk kasus lainnya. Dengan

mengidentifikasi hal-hal khusus, mahasiswa dapat meningkatkan

kasus dengan prinsip abstrak negosiasi, yang memungkinkan mereka

belajar lebih banyak dan mampu menerapkan pengetahuan yang

mereka pelajari secara efektif. Metode yang ditawarkan untuk

memudahkan transfer termasuk mengemukakan analogi rasional

(Gentner, Holyoak, & Kokinov, 2001; Catrambone & Holyoak, 1989;

Holyoak & Koh, 1987; Klahr & Carver, 1988), menggunakan sajian

visual untuk membantu mahasiswa melihat hal-hal khusus dan pola

khusus (Biederman dan Shiffar, 1987) dan meminta mahasiswa untuk

menjelaskan hubungan kausalitas (Brown & Kane, 1988).

Terakhir, penelitian menunjukkan bahwa petunjuk

penyelesaian dapat membantu proses transfer. Pada penelitian Gick

dan Holyoak (1980), mahasiswa disajikan dengan papan yang

menjelaskan teka-teki militer yang sedang mencoba untuk menguasai

benteng dan akhirnya harus membagi ke dalam kelompok-kelompok

kecil, mendekati benteng dengan jalan yang berbeda, dan bertemu

secara bersamaan. Setelah mengingat informasi ini, mahasiswa

diminta dihadapkan dengan masalah medis yang membutuhkan

solusi yang sama (menggunakan beragam lampu laser dari beragam

sudut dan bertemu di satu tempat, lokasi tumor berada).

Page 144: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

135

Meskipun mereka mengetahui solusi militer dalam menyerbu

dan menghancurkan benteng, sebagian besar mahasiswa tidak

mampu menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada masalah

medis. Meskipun konteks fisik, sosial, dan temporal sama, tetapi

domain pengetahuan (strategi militer terhadap obat) dan konteks

fungsional (menyerbu benteng versus mengobati tumor) cukup

berbeda, sehingga tidak memahami analogi struktur atau berpikir

untuk menerapkan pengetahuan dari satu masalah ke yang lain.

Namun, ketika mahasiswa diminta untuk berpikir tentang masalah

medis dalam kaitannya dengan salah satu militer, mereka bisa

menyelesaikannya dengan sukses (Gick & Holyoak, 1980). Hasil

serupa ditunjukkan dalam studi lain juga (Perfetto et al, 1983;. Klahr

& Carver, 1988; Bassok, 1990). Dengan diberikan petunjuk, kita dapat

mahasiswa untuk memahami lebih dalam, untuk membantu

mahasiswa menerapkan apa yang mereka ketahui.

IMPLIKASI PENELITIAN

Transfer tidak selalu mudah dan otomatis. Maka dari itu, sangat

penting bagi kita untuk "mengajarkan cara transfer", maka dari itu kita

dapat melaksanakan strategi pembelajaran yang memperkuat

peningkatan pemahaman tentang struktur dalam dan prinsip yang

melandasinya, memberikan secukupnya konteks yang berbeda-beda

agar mampu menerapkan prinsip, dan membantu mahasiswa

membuat hubungan yang sesuai antara pengetahuan dan keahlian

yang mereka hadapi dengan konteks baru yang memungkinkan

penerapan keahlian. Kita pertimbangkan beberapa strategi khusus di

bawah judul "Strategi Untuk Memudahkan Transfer", pada

penjelasan berikutnya.

Page 145: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

136

STRATEGI YANG DISARANKAN

Strategi berikut ini dapat digunakan untuk: (1) memecah tugas

kompleks sehingga mahasiswa dapat membangun keahlian lebih

sistematis dan mampu mendiagnosis kelemahan yang ada di

mahasiswa; (2) membantu mahasiswa mengkombinasikan dan

menggabungkan keahlian agar lebih mahir dan otomatis, dan; (3)

membantu mahasiswa belajar mengetahui kapan mereka dapat

menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari.

STRATEGI UNTUK MENDORONG DAN MEMPERKUAT

KETERAMPILAN DASAR

Hilangkan Penyakit Titik Buta Sang Ahli

Disebabkan efek Titik Buta Sang Ahli (Expert Blind Spot), dosen

mungkin hanya memiliki sedikit kesadaran perihal pengetahuan dan

keterampilan dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu untuk

menyelesaikan tugas yang rumit. Sebagai konsekuensinya, ketika

mengajar mahasiswa, mungkin secara tidak sengaja [bahkan sengaja]

menghilangkan keterampilan dasar yang diperlukan, langkah dan

informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka agar belajar

lebih baik dan efektif - mampu menyelesaikan tugas yang diberikan.

Untuk dapat menentukan keterampilan dasar apa saja, Anda

harus mengidentifikasi semua komponen keterampilan dasar untuk

tugas tertentu, dengan cara bertanyalah pada diri Anda sendiri: "Apa

yang seharusnya mereka ketahui terlebih dahulu, atau mengetahui

apa yang seharusnya dilakukan - dalam rangka untuk mencapai Apa

yang Anda harapkan dari mereka?". Pertanyaan tersebut Anda ajukan

ketika Anda mengurai/memecah tugas rumit ke dalam tugas-tugas

kecil sampai Anda mampu mengidentifikasi semua keterampilan

Page 146: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

137

dasar. Kebanyakan dosen berhenti memecah/mengurai tugas, karena

itu gagal mengidentifikasi keterampilan dasar yang paling penting.

Mintalah Asisten Pengajaran atau Graduate Student untuk Membantu

Mengurai Tugas

Sebagai seorang ahli, kita berada dalam suatu posisi

"ketidaksadaran kompetensi" yang membuat kita sulit melihat

komponen keterampilan dan pengetahuan yang perlu dikuasai

terlebih dahulu oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas rumit.

mahasiswa yang baru lulus, sebaliknya, cenderung "sadar

kompetensi" (Model Sprague dan Stewart, lihat Gambar 4.2) dan

karena itu lebih tahu keterampilan dasar yang dibutuhkan,

dibandingkan dosen. Maka dari itu, sangat membantu dosen jika

asisten atau alumni diminta untuk memecah tugas rumit.

Tanyakan Kepada Teman Sejawat

Cara lain untuk menghilangkan Titik Buta Sang Ahli adalah

meminta kepada teman sejawat untuk melihat komponen-komponen

dasar yang telah diperkirakan harus dikuasai mahasiswa sebelum

menyelesaikan tugas rumit, seperti makalah penelitian, presentasi,

atau desain proyek. Meskipun teman sejawat juga punya Titik Buta

Sang Ahli, mereka dapat mengidentifikasi keterampilan dasar

dibandingkan Anda sendiri. Maka dari itu, sangat membantu jika

Anda meminta masukan dari teman Anda dan meminta mereka untuk

menguji silabus yang Anda susun, tugas-tugas yang akan diberikan,

dan rubrik penilaian (lihat Lampiran 3 untuk Penyusunan Rubrik).

Minta Pendapat Orang-Orang Yang Ada di Luar Bidang Keahlian

Juga sangat membantu Anda jika Anda berusaha mengurai

tugas rumit dengan meminta orang lain di luar bidang keahlian Anda

Page 147: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

138

untuk mereview silabus, materi, tugas, dan bahan ajar lainnya.

Seseorang (entah sebagai konsultan pendidikan atau teman sejawat

di luar bidang ilmu) adalah orang yang cerdas dan penuh dengan

pemahaman [tetapi tidak dapat berbagi tentang materi bidang kajian,

titik buta materi] dapat membantu Anda mengingatkan keterampilan

dasar yang dapat kamu hilangkan.

Mengeksplorasi Bahan Ajar Yang Tersedia

Banyak, meskipun tidak semua, dari keterampilan dasar yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu dari konteks disiplin.

Tergantung pada disiplin ilmu pengetahuan, terdapat publikasi karya-

karya yang merupakan analisis tugas komoleks, membantu Anda

untuk memikirkan tentang komponen keterampilan yang ada di mata

kuliah yang Anda ampu. Silahkan cek jurnal pengajaran dalam disiplin

ilmu Anda.

Fokus Pada Aspek-Aspek Utama dari Tugas Yang Diberikan

Jika mahasiswa harus mengggunakan modal kognitif di luar

dari hal-hal pokok yang ada di tugas, itu berarti Anda sedang

mengalihkan sumber daya kognitif dari komponen yang berkaitan-

erat dengan tugas. Salah satu cara untuk membantu mahasiswa dalam

mengelola beban kognitif adalah menyampaikan dengan jelas tujuan

dan prioritas dari tugas tertentu dengan mengatakan pada mereka

tentang bagian mana Anda perlu mengeluarkan energi berlebih dan

juga tidak perlu mengeluarkan energi. Misalnya, jika Anda

memberikan tugas kepada mahasiswa yang belajar Arsitektur dengan

tujuan untuk membantu mereka memahami solusi desain kreatif,

Anda harusnya menginstruksikan dengan jelas kepada mereka untuk

tidak banyak membuang waktu pada detail yang benar atau membuat

Page 148: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

139

desain yang cantik, tetapi harus diarahkan pada menghasilkan solusi

desain yang berbeda-beda. Rubrik yang digunakan untuk menilai

kriteria kinerja pada tugas terentu dapat membantu mahasiswa Anda

untuk memfokuskan pada modal kognitif yang secara langsung

berkaitan erat dengan tujuan belajar. (Lihat Lampiran 3, contoh Rubrik

Penilaian).

Diagnosis Ketiadaan atau Kekurangan Keterampilan Dasar

Untuk menilai kompetensi keterampilan dan pengetahuan awal

mahasiswa Anda, patut dilaksanakan penilaian diagnostik atau

memberikan tugas di awal semester (Lihat Lampiran 1 untuk Penilaian

Diri). Jika dari hasil penilaian, sejumlah besar mahasiswa memiliki

kekurangan keahlian, Anda dapat menyampaikan fakta ini dan

meminta mereka untuk memperkuat keterampilan dasar dengan cara

memberikan latihan, tutorial, atau tugas laporan bacaan, agar

mahaiswa Anda memiliki keterampilan dasar sebagai modal untuk

menerima keahlian baru.

Jika sebagian besar mahasiswa Anda tidak memiliki

keterampilan dasar yang dipersyaratkan (contoh: keterampilan Excel

sebagai syarat untuk materi perhitungan statistik manual), Anda dapat

meminta mereka untuk berlatih keterampilan dasar yang dibutuhkan

di luar kelas. Selanjutnya, Anda dapat memantau kemajuan mereka.

Anda juga dapat menilai pemahaman mahasiswa Anda atas

kekurangan penguasaan keterampilan dan pengetahuan dalam

berbagai bentuk seperti laporan bacaan, resitasi dan sebagianya.

Informasi yang Anda dapatkan dari hasil analisis kemampuan awal

dapat membantu Anda ketika Anda mendesain pembelajaran dalam

rangka memperkuat penguasaan pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan atau meningkatkan kemampuan mereka pada

Page 149: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

140

keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk mempersiapkan materi

pelajaran yang lebih sulit.

Berikan Latihan Terpisah pada Keterampilan Dasar Yang

Dipersyaratkan

Ketika Anda sudah mengidentifikasikan kelemahan atau

ketiadaan keterampilan dasar, berikan kesempatan (tugas atau

aktivitas kelas) kepada mahasiswa Anda untuk melakukan latihan pada

keterampilan dasar di luar jam kelas. Tetapi perlu diperhatikan di sini,

ketika Anda memberikan kesempatan, pastikan bahwa mahasiswa

Anda mengerjakan apa yang Anda perintahkan dan pastikan bahwa

mereka menguasai keterampilan dasar yang dipersyaratkan.

Misalnya, jika mahasiswa Anda dalam kemampuan menuliskan

kesimpulan pada majalah hanya berupa "pengulangan kembali topik

makalah atau tidak dalam bentuk paragraf sintesis, apa yang dapat

Anda lakukan:

• Meminta mahasiswa Anda membaca kesimpulan dari beberapa

artikel dan meminta mengungkapkan bagaimana teknik yang

digunakan para penulis artikel untuk menuliskan kesimpulan;

• Mintalah untuk menuliskan kesimpulan dengan cara sendiri;

• Kritik kesimpulan yang dibuat mahasiswa dan tunjukkan kekeliruan

yang dibuat mahasiswa Anda dalam membuat kesimpulan;

• Tugaskan kembali untuk memperbaiki tugas penyimpulan.

Serupa, dalam kelas yang memfokuskan pada penyelesaian

masalah kuantitatif, mintalah mahasiswa Anda untuk membuat

rencana strategi pemecahan masalah tanpa harus melakukannya.

Energi mahasiswa Anda, akan difokuskan pada penguasaan

komponen dasar dari tugas perencanaan dan membangun

Page 150: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

141

keterampilan dasar sebelum Anda mengajarkan materi

perhitungan statistik.

STRATEGI UNTUK MEMBUAT mahasiswa ANDA MAHIR DAN

MEMUDAHKAN DALAM MEMADUKAN SEMUA KETERAMPILAN

DASAR

Memberikan Latihan Untuk Meningkatkan Kemahiran

Jika dari hasil penilaian diagnostik, seperti yang dijelaskan

pada paragraf di atas, nampak bahwa mahasiswa Anda telah

menguasai keterampilan dasar, tetapi tidak cepat, Anda dapat

memberikan tugas latihan agar kemampuan mereka meningkat

menjadi cepat dan efisien. Dalam kelas bahasa misalnya, Anda dapat

meminta mahasiswa Anda untuk melatih penyusunan kalimat S-P-O-

K sampai mereka mahir melakukannya. Dalam kelas kuantitatif, Anda

dapat memberikan tugas latihan operasi matematika dasar pada

Micorosft Excel sehingga mereka dapat melakukan perhitungan

dengan cepat.

Latihan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan keterampilan dasar secara otomatis. Jelaskan alasan

tersebut kepada mahasiswa Anda. Misalnya, "Sangat penting bagi

Anda untuk mampu melakukan uji hipotesis dengan analisis kuantitatif

dengan cepat, karena itu Anda perlu melatih diri untuk terbiasa cepat

menghitung masalah matematika pada Microsoft Excel." Anda juga

perlu mengungkapkan tingkat kemampuan yang Anda harapkan

dengan mengatakan "Anda harus mahir menghitung operasi

matematika dasar di Excel dalam waktu 1 menit".

Hambatan Temporer Pada Tugas

Sangat membantu mahasiswa Anda dalam mencapai capaian

belajar, jika Anda dapat mengurangi beban kognitif temporer ketika

Page 151: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

142

mahasiswa melatih kemahiran pada keterampilan dasar atau belajar

mengintegrasikan semua komponen keterampilan dasar. Satu cara

untuk melakukannya adalah dengan mengurangi ukuran atau tingkat

kesulitan tugas-tugas komplek, dengan cara memecahnya ke dalam

bongkahan kecil.

Misalnya, Dosen Administrasi Perkantoran yang mengajarkan

Mata Kuliah Surat Menyurat, meminta mahasiswa untuk melatih

mengetik dua jari, kemudian lima jari, kemudian 10 jari, sampai

sukses, sebelum mereka diminta untuk membuat Surat Peminjaman

Tempat yang harus diselesaikan dalam waktu 1 menit. Serupa, dosen

Mata Kuliah Seni Grafis, menugaskan mahasiswa di awal semester

untuk membuat desain dengan huruf dan ukuran huruf tanpa elemen

desain yang lain, agar mereka mudah melakukan ketika mereka

diminta untuk mendesain surat kabar.Ketika mahasiswa telah berlatih

pada komponen keterampilan dasar, dosen dapat menambahkan

keterampilan dasar yang lain seperti tata letak sampai mahir untuk

mempersiapkan mereka dalam tugas mendesain surat kabar.

Memasukkan Integrasi Keterampilan Sebagai Kriteria Capaian Belajar

Sebagaimana kita pahami, bahwa pengintegrasian semua

komponen keterampilan dasar juga sebagai keterampilan tersendiri.

Karena itu, cukup beralasan jika Anda memasukkan kemampuan

mengintegrasikan komponen keterampilan dasar ke dalam rubrik

penilaian dalam tugas akhir. Misalnya, pada rubrik Proyek Kelompok

dan Presentasi Proyek, Anda dapat memasukkan semua komponen

keterampilan dasar ke dalam rubrik penilaian proyek (Lihat Lampiran

3 Tentang Rubrik Penilaian). Seperti itu juga, Anda dapat

mengidentifikasi tentang urutan gagasan sebagai dimensi

kemampuan dalam rubrik penilaian.

Page 152: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

143

STRATEGI UNTUK MEMUDAHKAN TRANSFER

Bahas Kondisi atau Konteks Penerapan Keterampilan dan

Pengetahuan

Jangan berasumsi "jika mahasiswa telah mempelajari

keterampilan dasar mereka akan secara otomatis mengetahui kapan

dan dimana mereka dapat menerapkan keterampilan itu". Kekeliruan

yang banyak dilakukan dosen, "seharusnya mereka sudah paham

tentang ini dan itu". Kenyataannya tidak. Karena itu penting bagi

dosen untuk menjelaskan secara ekplisit konteks situasi penerapan

suatu keterampilan dasar, jika tidak, Anda akan kecewa, mereka tidak

bisa menerapkan keterampalan dasar.

Misalnya, Anda perlu mengatakan kepada mahasiswa Anda,

ketika Anda menggunakan Uji-T, itu dilakukan hanya untuk data

kuantitatif dan jenis penelitian pengaruh perlakuan (komparatif).

Katakan pula, bahwa data kuantitatif adalah data angka, tetapi data

kata-kata dapat juga dirubah ke dalam data angka dengan

memberikan skala pengukuran, nilai yang diberikan pada jawaban

yang dikemukakan responden.

Menjelaskan secara ekplisit kondisi dan konteks penerapan

suatu pengetahuan atau keterampilan, dapat membantu mahasiswa

Anda untuk berhasil mentransfer pengetahuan ke dalam konteks yang

berbeda.

Berikan Kesempatan Kepada mahasiswa Anda untuk Menerapkan

Keterampilan dan Pengetahuan Pada Konteks Yang Berbeda-Beda

Ketika mahasiswa Anda berlatih menerapkan pengetahuan dan

keterampilan pada konteks yang berbeda-beda dan mempersiapkan

mereka untuk mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan

secara sukses. Maka dari itu, berikan kesempatan kepada mahasiswa

Page 153: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

144

Anda untuk menerapkan komponen keterampilan dasar (atau

pengetahuan) dalam beragam konteks. Misalnya, jika Anda

mengajarkan materi Prinsip-Prinsip Pemasaran, Anda dapat

menyajikan mereka beragam kasus dalam rangka memberikan

kesempatan kepada mahasiswa Anda untuk menerapkan prinsip

pemasaran pada beragam karakteristik bisnis yang berbeda-beda.

Mintalah mahasiswa Anda untuk Menggeneralisir Prinsip-Prinsip

Besar

Untuk meningkatkan fleksibilitas penerapan pengetahuan dan

transfer, dorong mahasiswa Anda untuk mampu menggeneralisir

prinsip-prinsip khusus ke prinsip umum. Anda dapat melakukan ini

dengan mengajukan pertanyaan "Prinsip apa yang berlaku pada

situasi yang terjadi?" atau "Adakah teori umum yang kita temukan

pada beberapa artikel yang membahas prinsip pemasaran?". Teknik

bertanya seperti itu dapat membantu mahasiswa Anda menyatukan

pengetahuan khusus di setiap kasus ke dalam suatu prinsip umum,

dengan harapan mereka dapat mentransfer dan mengadaptasi

keterampilan yang mereka pelajari ke dalam konteks yang berbeda.

Menggunakan Teknik Perbandingan Untuk Membantu Mahaisswa

Mengidentifikasi Pengetahuan Khusus Secara Mendalam

mahasiswa akan gagal mentransfer pengetahuan atau

keterampilan yang sesuai jika mereka tidak mengenali karakteristik

khusus dari masalah. Berikan mereka format perbandingan - masalah,

kasus, skenario, teori - membantu mereka belajar membeda-bedakan

hal-hal khusus. Misalnya, pada Mata Kuiah Transmisi di Program Studi

Teknik Mesin, mintalah mahasiswa menemukan karakteristik khusus

Page 154: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

145

antara Transmisi Manual dan Transmisi Otomatis, sehingga mereka

mampu membandingkan antara Transmisi Manual dan Transmisi

Otomatis.

Struktur perbandingan seperti itu dapat mendorong

mahasiswa mengidentifikasi dan memfokuskan pada hal-hal khusus,

menemukan persamaan dan perbedaan hal-hal khusus dari dua hal

yang berbeda. Dengan memahami persamaan dan perbedaan, dapat

membantu mahasiswa Anda untuk sukses dalam mentransfer

pengetauan.

Spesifikasi Konteks, Mintalah mahasiswa Untuk Mengidentifikasi

Keterampilan dan Pengetahuan Yang Relevan Dengan Konteks

Membantu mahasiswa dapat mengkait-hubungkan antara

masalah yang akan dihadapi dengan pengetahuan dan keahlian yang

terkait dengan masalah serta meminta mereka menghasilkan

pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan konteks. Misalnya,

"Adakah masalah statistika, jenis tes apa yang Anda ketahui untuk

menyelesaikan masalah statistika ini?" atau "Adakah pertanyaan yang

mendorong Anda untuk menjawabnya?", "Metode pengumpulan

data seperti apa yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang

ada?".

Tidak selalu mahasiswa diminta melakukan penerapan

(misalnya uji statistik), tetapi lebih berfikir tentang masalah-masalah

yang kemungkinan muncul yang bisa mengganggu kesuksesan

mahasiswa dalam menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan

yang telah dipelajarinya.

Page 155: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

146

Spesifikasi Keterampilan dan Pengetahuan Serta Mintalah

Mahamahasiswa Anda untuk Mengungkapkan Konteks Penerapan

Yang Sesuai

Agar bisa membantu mahasiswa mengkait-hubungkan antara

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dan aplikasi yang sesuai,

gunakan strategi yang dijelaskan di atas. Dengan kata lain, identifikasi

keterampilan tertentu (misalnya, teknik, formula atau prosedur) atau

atau kepingan pengetahuan (misalnya, teori atau peran) dan mintalah

mahasiswa untuk menentukan konteks yang sesuai dengan

keterampilan dan keahlian. Misalnya, "Berikan kepada saya tiga jenis

pertanyaan penelitian yang kira-kira dapat diselesaikan dengan Uji-

T!" atau "Berikan kepada saya jenis pertanyaan penelitian yang

memungkinkan Anda dapat menggunakan metode pengumpulan

data menggunakan instrumen kuesioner?". Sekali lagi, yang

dibutuhkan bukan melaksanakan aplikasi, tetapi berfikir tentang

penerapan pengetahuan dan keterampilan terentu pada konteks

tertentu.

Menganjurkan Pengetahuan Yang Relevan

Terkadang mahasiswa memiliki pengetahuan atau

keterampilan yang relevan untuk masalah dan situasi yang baru, tetapi

mereka tidak terpikir untuk menerapkan apa yang mereka ketahui.

Anjuran pengetahuan dan keterampilan yang relevan (seperti

"Dimana kita dapat melihat sapuan kuas sebelumnya?" atau "Apakah

konsep ini relevan dengan apapun yang telah kita pelajari?" atau

"Cobalah ingat contoh jembatan yang telah kita diskusikan seminggu

sebelumnya" dapat membantu mahasiswa untuk mampu mengkait-

hubungkan sehingga mempermudah transfer pengetahuan dan

keterampilan. Sepanjang waktu, anjuran dari Anda mungkin tidak

Page 156: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

147

akan dibutuhkan ketika mahasiswa belajar melihat keterkait-

hubungan pengetahuan yang mereka miliki.

RINGKASAN

Pada bab ini kita telah mengatakan bahwa dalam rangka

membentuk penguasaan pengetahuan dan keterampilan, mahasiswa

perlu menguasai sejumlah keterampilan dasar, latihan

mengkombinasikan dan memadukan semua komponen keterampilan

dasar itu agar terbiasa dan mahir dan kemudian mengetahui kondisi

dan konteks penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah

dipelajarinya. mahasiswa perlu memiliki tiga unsur belajar

penguasaan itu dan memperkuatnya melalui latihan. Dikarenakan

dosen seringkali lupa dan tidak sadar akan tiga unsur dari latihan

menjadi ahli, para dosen secara tidak sengaja, menghilangkan ketiga

unsur itu.

Page 157: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

148

BAGIAN III: KETERAMPILAN DIDAKTIK

Page 158: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

149

BAB 5

MENGGUNAKAN TEKNIK UMPAN BALIK

Mengajar harus punya harapan, sampai Anda tahu apakah mahasiswa Anda sudah memenuhi harapan Anda dan karana itu

Anda harus melakukan umpan balik

Sampai di sini, kita telah membahas 3 kemampuan metodik

yang harus dikuasai guru. Sebut saja, kemampuan membangun

pengetahuan, kemampuan menata pengetahuan, dan kemampuan

belajar penguasaan; semua itu tertuju pada fungsi dosen untuk

mendorong agar mahasiswa belajar. Pada Bab 4 ini, kita akan

membahas tentang kemampuan metodik lainnya, yaitu melakukan

umpan balik. Sebagai dosen, kita sama-sama punya harapan atas diri

mahasiswa [kemampuan yang harus dikuasai mahasiswa setelah

menyelesaikan perkuliahan].

Tentu saja, itu bukan hanya pernyataan dalam Silabus, tetapi

menjadi semacam 'kontrak kerja' bagi Anda dan mahasiswa, untuk

sama-sama berkomitmen atas tujuan belajar. Sampai Anda

memposisikan diri seperti seorang manajer, Anda harus mengetahui

apakah tujuan itu sudah tercapai atau tidak, karena itu Anda perlu

menguasai keterampilan memberikan umpan balik. Betapa

pentingnya pemberian umpan balik, karena dapat mendorong

mahasiswa meningkatkan usaha belajar, guna pencapaian capaian

belajar yang Anda tetapkan. Semua mahasiswa tentu tidak ingin

mengejar nilai saja, tetapi juga kemampuan dan nilai, karena

keduanya begitu terkait dengan umpan balik. Untuk memamhami

konteks situasi pemberian umpan balik, simaklah ilustrasi cerita

berikut:

Page 159: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

150

Ketika Latihan Tidak Sempurna Saya mengajar Kebijakan Publik untuk semester awal dan saya

percaya keterampilan komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam perjalanan karir seseorang di bidang pemerintahan. Al hasil, saya meminta mahasiswa saya menulis sebanyak-banyaknya. Ada tiga tugas makalah, masing-masing dengan tipe makalah yang berbeda: pengarahan, memo saran kepada atasan, dan pengeditan surat kabar. Saya perkirakan tugas ini layak untuk dikerjakan semua mahasiswa karena semua mahasiswa sudah mengikuti dua mata kuliah tentang cara menulis.

Kemudian, saya melihat kekeliruan berat dalam makalah

pertama, saya pikir setidaknya dapat membantu meningkatkan kemampuan mereka. Saya telah menghabiskan waktu memberikan nilai dan menulis komentar di seluruh halaman makalah, tetapi tampaknya tidak ada kemajuan berarti, tugas kedua dan ketiga juga seburuk yang pertama. Saya pikir tugas-tugas itu berguna bagi mereka, sebagai bekal untuk mempersiapkan mereka menuju karir profesional di masa, saya telah berusaha membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan menulis, tetapi hanya membawa sedikit perbaikan, bahkan tidak ada kemajuan sama sekali. Raffi [Dosen]

Lakukan yang saya beritahukan ! Akhir semester, ketika saya mengajar Antropologi Kesehatan,

mahasiswa mempresentasikan makalah dengan singkat, sedikit sekali subtansi materi yang dapat mereka jelaskan. Pada akhirnya, dikarenakan proyek ini memiliki bobot 50% dari nilai akhir mata kuliah, saya mencoba memberikan semangat: "Jangan pernah tergoda dengan teknologi, fokus pada argumen antropologis dan membuat presentasi yang menarik." Begitulah, tetapi hal serupa terjadi. Minggu lalu, setelah mereka duduk dengan apa yang mereka percaya sebagai presentasi yang menarik - slide powerpoint dengan huruf yang menarik, memasukkan video klip dan seterusnya. Jelas mereka banyak menghabiskan waktu dengan desain visual yang sempurna. Sayangkan, meskipun mereka

Page 160: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

151

mempresentasikan materi visual, sedikit sekali substansi materi yang dapat mereka jelaskan.

Beberapa mahasiswa tidak menyelesaikan penelitian dan

mereka yang cenderung menjelaskan temuan, dibandingkan memberikan argumentasi atas temuan penelitian. Pada kasus yang lain, mereka berargumen tanpa didukung dengan bukti yang cukup, dan kebanyakan mereka menjelaskan sesuatu yang tidak berkaitan dengan temuan penelitian. Saya dengan jelas telah mengatakan kepada mereka apa yang saya inginkan dan tidak saya inginkan. Apa yang terjadi, mengapa mereka tidak pernah mendengarkan saya ? Dini [Dosen]

APA YANG TERJADI

Di dua cerita di atas, dosen dan para mahasiswa nampaknya

telah menghabiskan waktu dan usaha, tanpa mendapatkan manfaat

sedikitpun. Misalnya, Professor Raffi memberikan komentar panjang

pada tugas karya tulis mahasiswa, tetapi tidak ada dampak

peningkatan yang berarti. Professor Dini menghabiskan banyak waktu

pada materi presentasi yang tidak dipedulikan oleh mahasiswa

mereka, disamping buku panduan yang telah mereka terima. Kedua

Professor tersebut sebenarnya mengalami frustasi atas ketiadaan

kemampuan mahasiswa, tidak sesuai dengan harapan. Tema yang

muncul pada kedua cerita di atas pada dasarnya sama, waktu yang

terbuang percuma, waktu yang dihabiskan pada kekeliruan yang telah

dilakukan mahasiswa, tidak ada hal yang bermakna yang dilakukan

oleh mahasiswa dan dosen.

Pada cerita pertama, mahasiswa Prof. Raffi mengambil mata

kuliah dengan hanya keterampilan menulis dasar. Sayangnya, bahkan

mahasiswa baru berada di tahapan awal dalam mengembangkan

Page 161: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

152

keterampilan menulis melalui latihan yang telah mereka peroleh di

tugas pertam. Itu merupakan keterampilan baru yang tidak

didasarkan pada tugas terakhir. Ingatlah bahwa tugas yang diberikan

Professor Raffi adalah tiga jenis tugas yang berbeda-beda

(penyampaian kebijakan, memo dan editorial). Hal itu berarti mereka

harus menunjukkan tiga kemampuan yang berbeda-beda, masing-

masing berbeda dalam tujuan, pembaca, dan gaya menulis (lihat Bab

3). Bahkan, komentar yang diberikan Professor Raffi di dalam tugas,

mahasiswa hanya mendapatkan sedikit kesempatan untuk

menindaklanjuti kritik dan saran yang diberikan untuk latihan berikut

karena setiap tugas diberikan secara berurutan berbeda satu dengan

yang lainnya.

Dalam cerita kedua, Professor Dini, mengingatkan kepada

mahasiswa bahwa argumen mereka harus menarik secara substansi

maupun cara penyajian materi. Sedangkan, mahasiswa Prof. Dini tidak

memahami: (1) apa yang dimaksud dengan argumen yang secara

substansi berkaitan langsung dengan bukti yang didapatkan dari

bukti penelitian, dan; (2) ciri-ciri dari presentasi yang menarik.

Meskipun benar bahwa mahasiswa Prof. Dini telah menerima materi

tentang Panduan Laporan Bacaan dan Analisis Argumen Antropologi,

mereka relatif diberikan sedikit kesempatan untuk melaksanakan

penelitian dan menyusun argumentasi. Jadi, sebagian dari mereka

tidak nyambung. Serupa, meskipun mahasiswa secara akumulatif

telah memperoleh pengalaman dalam penyajian materi secara oral,

mereka tidak pernah melakukan hal serupa sebelumnya, sehingga

mereka salah paham dengan kemewahan dalam presentasi mereka

dengan apa yang diinginkan Profesor Dini. mahasiswa umumnya

hanya memiliki sedikit keterampilan dalam teknik argumentasi dan

banyak menerapkan keterampilan teknis dalam menyusun slide

Page 162: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

153

powerpoint (misalnya, menambahkan animasi, gambar, dan suara).

Dengan demikian, tampaknya bahwa mahasiswa lebih suka

mengerjakan tugas secara visual dibandingkan menyusun

argumentasi di slide presetasi mereka. Profesor Dini berasumsi cukup

dengan memberikan peringatan saja, itu dapat membimbing

mahasiswa. Sebenarnya mahasiswa lebih membutuhkan bimbingan

dan arahan yang terstruktur dari yang kita harapkan untuk

mengarahkan mereka lebih produktif. Dengan hanya satu

kesempatan untuk "mendapatkan yang benar" dalam proyek skala

besar ini, namun mereka kehilangan ksempatan untuk belajar hal-hal

penting.

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Kita semua tahu bahwa latihan dan umpan-balik adalah hal

penting dalam belajar. Sayangnya, hambatan terbesar dalam

memberikan latihan dan umpan balik kepada mahasiswa adalah

waktu yang dibutuhkan untuk memberikannya, baik dari sisi

mahasiswa maupun dosen Meskipun kita tidak dapat mengawasi

mereka sepanjang waktu, kita dapat melakukannya secara efisien

dengan memberikan kesempatan latihan dan memberikan umpan

balik. Karena itu, pada pertemuan ini, kita akan memfokuskan pada

suatu cara "bekerja cerdas" dengan membahas jenis latihan dan

umpan balik yang lebih produktif.

Penting untuk diakui bahwa tidak semua latihan cocok

diberikan. Dalam hal tertentu, terdapat cara yang lebih efektif dan

cara yang kurang efektif untuk memberikan latihan. Bayangkan dua

mahasiwa musik yang menghabiskan waktu yang sama untuk berlatih

kunci-G dalam permainan gitar akan mengalami kesulitan yang

berbeda. Jika salah seorang mahasiswa berlatih untuk sekian jam,

Page 163: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

154

menghabiskan waktu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi,

berlatih memainkan kunci-G pada gitar, mahasiswa ini akan lebih baik

dalam memainkan kunci-G. Sedangkan, jika mahasiswa yang lain

menghabiskan waktu beberap jam, tetapi hanya menggunakan waktu

sekian jam itu dikhususkan untuk memainkan kunci-G, mahasiswa ini

akan mahir dalam memainkan kunci-G, tetapi lemah dalam konteks

keseluruhan lagu yang tidak hanya berlaku kunci-G semata. Hal inilah

yang terjadi pada mahasiswa Prof. Dini, yang banyak menghabiskan

waktu pada apa yang telah mereka ketahui - bagaimana membuat

slide powerpoint yang menarik - hanya untuk mengalihkan dari

melatih keterampilan yang kurang dikuasai. Dengan kata lain,

bagaimana mahasiswa menghabiskan waktu pada aktivias belajar

(baik di dalam maupun di luar kelas) sangat mempengaruhi tingkat

kemampuan yang didapatkan.

Latihan yang tidak produktif itu dapat terjadi, ketika mahasiswa

tidak menerima umpan balik di sepanjang waktu belajar.

Bayangkanlah mahasiswa pertama yang menghabiskan waktu pada

masalah yang dihadapinya dibandingkan melatih seluruh kemampuan

di sepanjang waktu. Bahkan pendekatan mahasiswa pertama ini akan

berpotensi besar untuk menyelesaikan semua kekeliruan, mahasiswa

ini akan mendapatkan kekeliruan baru tanpa disadari, karena tidak

ada umpan balik yang diberikan. Dalam keadaan seperti itu,

kurangnya umpan balik, mahasiswa pertama yang terus berlatih akan

menghadapi kekeliruan baru, kebiasaan buruk. Contoh tersebut

menggambakan pentingnya umpan balik agar latihan yang diberikan

dapat menimbulkan peningkatan kemampuan. Dengan kata lain,

mahasiswa perlu melakukan latihan yang produktif dan umpan balik

yang efektif.

Page 164: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

155

LATIHAN YANG DIORIENTASIKAN PADA CAPAIAN BELAJAR

HARUS DIBARENGI DENGAN UMPAN BALIK YANG SESUAI

Di satu tingkat, prinsip yang dikemukakan sebelumnya: latihan

adalah penting dan umpan balik dapat mendorong pembelajaran.

Harus diperjelas di awal tentang terminologi latihan, kita mengartikan

latihan sebagai aktivitas yang mendorong mahasiswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan (misalnya, membuat argumentasi,

menyelesaikan masalah atau menyusun makalah). Kita mengartikan

umpan balik sebagai informasi yang diberikan kepada mahasiswa

tentang kemampuan mereka yang mengarahkan perilaku di masa

depan. Bagaimanapun juga, latihan dengan potensi penuh dan tanpa

umpan balik tidak akan efektif, tanpa dikombinasikan. Misalnya,

Professor Raffi dapat memberikan sejumlah umpan balik, tetapi tidak

ada kesempatan latihan sehingga mahasiswa tidak dapat

menindaklanjuti umpan balik dan memperbaiki ulang kemampuanya.

Sebaliknya, ketika latihan dan umpan balik difokuskan pada beberapa

aspek kemampuan, mahasiswa diberikan kesempatan untuk berlatih

dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan secara konsisten.

Gambar 4.1 di bawah ini menggambarkan interaksi antara

latihan dan umpan balik sebagai siklus: latihan menghasilkan keluaran

sesuai kriteria pengamatan kemampuan, ditindalanjuti dengan

umpan balik ter-target dan kemudian umpan balik dapat

mengarahkan perbaikan latihan pada berikutnya. Siklus ini ada dalam

konteks tujuan pembelajaran yang mempengaruhi setiap aspek dari

siklus secara ideal. Misalnya, tujuan dapat mengarahkan jenis latihan

yang akan diberikan, menyediakan dasar untuk evaluasi kinerja

teramati, dan membentuk umpan balik ter-target yang dapat

mengarahkan perilaku mahasiswa di masa depan.

Page 165: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

156

Meskipun latihan dan umpan balik idealnya dapat berjalan

dengan baik, prinsip pemberian latihan dan umpan balik

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7, merupakan

pengembangan dari literatur yang ada. Kita akan mendiskusiakan dua

bab berikut ini, satu pada latihan dan satu lagi pada umpan balik dan

menjabarkan pentingnya keterkaitan antara satu dengan yang

lainnya.

Gambar 7. Siklus Pemberian Latihan

Latihan diberikan agar mahasiswa mencapai target capaian

sesuai kriteria yang ditetapkan. Pemberian umpan balik didasarkan

pada kriteria penilaian yang memungkinkan dosen dapat menilai

tentang tingkat kemajuan belajar dan pemberian latihan tindak lanjut.

TUJUAN BELAJAR

LATIHAN

KRITERIA penilaian

KEMAMPUAN

UMPAN BALIK pada target

PANDUANUNTUK

Page 166: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

157

PENELITIAN TENTANG LATIHAN

Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dan penguasaan

keahlian dan pengetahuan dapat berkembang ketika mahasiswa

diberikan latihan. Pemberian latihan harus memperhatikan: (1) fokus

pada tujuan khusus atau kriteria pencapaian; (2) pemberian target

yang sesuai dengan tingkat kesulitan terkait dengan kemampuan saat

ini, dan; (3) frekuensi dan kuantitas latihan untuk mencapai kriteria

penilaian. Berikut ini penjelasan atas ketiga hal tersebut.

LATIHAN TERFOKUS PADA TUJUAN KHUSUS ATAU KRITERIA

KHUSUS

Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah waktu yang

dihabiskan seeorang pada latihan yang diberikan dapat memprediksi

keberlanjutan pembelajaran di bidang tertentu dibandingkan waktu

yang dihabiskan pada praktik yang umum (Ericsson, Krampe, dan

Tescher-Romer, 2003). Intinya adalah latihan yang diberikan harus

terkait dengan tujuan spesifik. Sebagaimana digambarkan tentang

kehebatan dari latihan yang diorientasikan pada tujuan, penelitian

menunjukkan bahwa musisi kelas dunia menghabiskan banyak waktu

melakukan latihan dibandingkan melaksanakan konser, pengawasan

secara berkelanjutan pada kemampuan yang dilatihkan untuk

mencapai tujuan tertentu dan kemudian ketika kemampuan itu sudah

tercapai, alihkan mereka pada tujuan berikutnya (Ericcson dan

Lehmann, 1996; Ericsson & Charness, 1994). Sebaliknya, kita semua

tahu bahwa orang yang belajar instrumen musik, menghabiskan

waktu untuk berlatih, tetapi tidak bisa mencapai tingkat kemampuan

tingkat tinggi. Penjelasan Ericcson ini bertentangan bahwa siapapan

yang menghabiskan waktu pada tugas yang diberikan untuk

mencapai tujuan tertentu cenderung menjadi musisi ahli, sementara

Page 167: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

158

orang yang tidak melaksnaakan latihan yang diberikan tidak akan

menjadi seorang ahli.

Dapat dikatakan bahwa latihan dengan tujuan khusus akan

membantu proses belajar. Tujuan diberikannya latihan kepada

mahasiswa harus difokuskan pada pembelajaran, akan mendorong

penggunaan waktu dan energi lebih banyak pada bidang tertentu

yang dilatihkan. Sejalan dengan hal ini, Rothkopf dan Billington (1979)

menemukan bahwa mahasiswa yang berlatih dengan tujuan khusus

menuntut lebih banyak perhatian serta relevan dengan tujuan akan

lebih baik dibandingkan yang tidak. Keuntungan lain dari pemberian

latihan yang mengarahkan pada satu tujuan belajar adalah bahwa

tujuan belajar itu dapat dimonitor (dan disesuaikan) kemajuannya agar

dapat mencapai tujuan belajar (Lihat Bab 6).

Tantangan utama dalam memberikan latihan pada tujuan

khusus adalah dosen harus memikirkan tentang bagaimana

menyampaikan tujuan khusus kepada mahasiwa ketika tugas itu

diberikan. Kebanyakan dosen tidak melakukan itu. Hal ini

dikarenakan, sebagai ahli, kita seringkali melihat dengan cara

berbeda dari cara mahasiswa melihat (lihat Bab 3) dan kita cenderung

tidak mengenali keterampilan dasar, sehingga kita menetapkan

tujuan yang tidak jelas untuk mahasiswa atau ketika mahasiswa suka

salah menginterpretasikan kriteria. Kasus ini terutama pada apa yang

terjadi pada Professor Dini, yang menyampaikan dengan jelas kepada

mahasiwa untuk fokus pada "argumen substantif dari antropologi"

dan "presentasi yang menarik", kedua kriteria tersebut disampaikan

pada makna khusus dalam bidang keahlian. Tetapi, mahasiswa bukan

sebagai seorang ahli, sehingga tidak mendapatkan informasi yang

jelas tentang tujuan khusus pada karya mereka, tanpa gagasan yang

jelas tentang apa yang diinginkan oleh Professor Dini, mahasiswa

Page 168: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

159

tidak memiliki pengalaman masa lalu (Lihat Bab 1). Sayangnya, pada

kasus ini, mahaiswa menginterpretasikan tujuan dengan

menghabiskan waktu pada melatihkan diri pada kemampuan yang

telah mereka kuasai (seperti slide presentasi yang penuh dengan

gambar) dan tidak berlatih pada keahlian yang diinginkan Prof. Dini,

menghasilkan argumen antropologis).

Ketika dosen tidak mengemukakan tujuan dengan jelas, sulit

bagi mahasiswa untuk mengetahui apa (atau bagaimana) berlatih.

Misalnya, menyampaikan tujuan belajar "memahami konsep inti",

seperti itu tidak menunjukkan tingkat pemahaman yang harus

dikuasai mahasiswa. Sebaliknya, tujuan "menjelaskan konsep inti dari

suatu isu yang diberikan" atau "menjelaskan konsep inti kepada para

pembaca" atau "menerapkan konsep kunci untuk menyelesaikan

masalah" lebih konkrit dan terarah. Dicatat bahwa tujuan yang lebih

spesifik mencerminkan kriteria pencapaian. Pertama, tujuan belajar

mencerminkan apa yang harus diakukan mahasiswa, secara otomatis

mengarahkan pada spesifikasi yang lebih kongkrit sehingga

mahasiswa dapat dengan mudah menginterpretasikan yang

diinginkan dosen. Kedua, tujuan belajar memberitahukan cara

memonitor dan menilai kemampuan yang harus dikuasai (baik oleh

dosen maupun oleh mahasiswa), dapat memberikan umpan balik

sehingga membantu mahasiswa memahami kemampuan yang

hendak dicapai. Untuk informasi lebih lanjut tentang tujuan belajar

(juga disebut capaian belajar atau sasaran belajar), lihat Lampiran 4.

Penyampaian tujuan belajar didasarkan pada ide unuk

mengkomunikasikan pernyataan terukur masih menyisakan

pertanyaan (bagi mahasiswa dan dosen) tentang sebarapa banyak

kriteria ukuran kualitas, yaitu secukupnya pada tujuan yang hendak

dicapai. Penelitian menunjukkan bahwa kriteria pencapaian tujuan

Page 169: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

160

belajar yang spesifik dapat membantu mengarahkan mahasiswa pada

jenis latihan dan terutama pada kegiatan belajar. Misalnya, Goodrich

Andrade (2001) menemukan bahwa kejelasan kriteria sebuah rubrik

(deskripsi karakteristik tingkat kemampuan yang jelas, lihat Lampiran

3) dan disampaikan kepada mahasiswa ketika dosen membagikan

tugas akan mendorong pada hasil yang baik, baik dalam kualitas

belajar yang dikerjakan maupun pada kualitas pengetahuan yang

didapatkan dengan bekerja yang baik.

Perlu diingat di sini, bahawa tujuan spesifik harus dikaitkan

dengan apa yang benar-benar ingin dipelajari oleh mahasiswa.

Misalnya, Nelson (1990) meneliti suatu kasus ketika mahasiswa

diberikan spesifikasi yang detail untuk penyusunan makalah, salah

satu kriterianya seperti "argumentasi harus didukung setidaknya tiga

bukti yang mendukung". Dalam menulis makalah, mahasiswa melihat

penjelasan yang serupa dan memasukkan kepingan bukti yang

mendukung argumen dalam makalah yang dibuatnya. Ada bagian

yang hilang dari kriteria itu ("argumentasi harus didukung setidaknya

tiga bukti yang mendukung"), bahwa tugas penyusunan makalah

tidak mencerminkan tujuan tingkat tinggi.

Bagaimanapun juga bahwa kriteria tugas makalah harus

mencapai tujuan tingkat yang lebih tinggi, seperti argumen yang

terorganisir dengan baik atau membuat argumen yang koheren. Maka

dari itu, meskipun mahasiswa memasukkan tiga bukti yang

dibutuhkan untuk mendukung argumen, mereka cenderung gagal

pada kriteria penting lainnya. Implikasi dari penelitian ini adalah

bahwa menyampaikan kriteria pencapaian tujuan belajar yang jelas

dapat mengarahkan pada pelaksanaan tugas, meskipun begitu, satu

hal yang harus dipastikan bahwa tujuan merupakan satu-satunya yang

Page 170: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

161

akan mendorong mahasiswa melakukan sesuatu yang seharusnya

dilakukan dan mempelajari sesuatu yang harus dipelajari.

IDENTIFIKASI TINGKAT TANTANGAN YANG SESUAI UNTUK

PEMBERIAN LATIHAN

Tujuan dan kriteria yang spesifik tidaklah cukup. Untuk

memastikan mahasiswa mengerjakan latihan yang memiliki dampak

yang kuat pada pembelajaran, latihan yang diberikan harus sesuai

dengan tingkat tantangan atau tingkat kesulitan serta perlu juga

memberikan dukungan dengan tipe dan jumlah latihan yang sesuai.

Tingkat tantangan dan kesulitan bervariasi, mulai dari sangat sulit

(harus bekerja keras, banyak melakukan kesalahan, dan kemungkinan

mahasiswa akan menyerah) sampai terlalu mudah (mahasiswa mampu

memenuhi kriteria tanpa banyak usaha dan tidak perlu penekanan

untuk meningkatkan kemampuan). Hal tersebut berkaitan dengan

gagasan penyampaian tugas yang telah dikemukakan di bagian awal.

Beralih pada pemberian tugas yang lebih spesifik yang mengarahkan

tantangan pencapaian tujuan yang rasional (Ericcson, Krampe dan

Tesch-Romer, 2003).

Mengidentifikasi tingkat tantangan yang sesuai tampaknya

memungkinkan, walaupun berpotensi memakan waktu. Tentu saja,

penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan pelatihan satu per satu

sebagian besar didorong oleh pengajaran yang sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa (Anderson, Corbett, Koedinger, & Pelletier,

1995; Bloom, 1984; Merrill, Reiser, Ranney, & Trafton, 1992). Dosen

yang menghambat kesuksesan latihan, adalah dosen yang tidak

mampu memberikan latihan dengan tingkat tantangan yang sesuai.

Sementara penelitian menunjukkan bahwa manfaat jika latihan

yang diberikan sesuai dengan tingkat tantangan. Dalam salah satu

Page 171: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

162

penelitian, Clarke, Ayres dan Sweller (2005) merancang suatu unit

pengajaran untuk mengajarkan konsep dan prosedur matematika

dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Pengajaran sudah

berurutan (pertama difokuskan pada keterampilan menggunakan

microsoft Excel dan kemudian belajar matermatika) atau kongkruen

(belajar dan menggunakan keterampilan secara simultan). Peneliti

menemukan bahwa, untuk mahasiswa yang memiliki pengetahuan

yang sedikit tentang Micorosft Excel, pembelajaran simultan sangat

memberatkan; mahasiswa menunjukkan bahwa belajar matematika

dan kemampuan yang lebih baik dalam kegiatan yang berurutan,

dengan tugas yang diberikan secara terisolasi, dengan tingkat

tantangan yang lebih rasional.

Sejalan dengan itu, pola yang berlawanan diadakan untuk

mahasiswa yang memiliki banyak pengetahuan. Hasil penelitian

memperkuat gagaan ketika para pemula diberikan tantangan yang

lebih berat, belajar akan terhambat. Hal itu terjadi dari masalah yang

dihadapi oleh mahasiswa Profesor Raffi, yang memberikan tantangan,

sementara mereka tidak pernah melakukan sebelumnya (melakukan

penelitian di bidang antropologi medis, membangun argumen

mereka sendiri, dan menciptakan presentasi yang menarik).

Mengingat kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian

capaian belajarl tertentu, maka, bagaimana bjuga pemberian latihan

harus disesuaikan pada tingkat tantangan yang sesuai dengan

kemampuan mahasiswa yang berbeda-beda, terutama bagi

mahasiswa yang mungkin tidak cukup siap untuk melaksanakan

latihan sepenuhnya.

Penelitian menunjukkan bahwa penambahan struktur dan

dukungan juga disebut tahapan instruksional [pembelajaran

bertahap] untuk kegiatan praktik di dalam dan di luar kelas

Page 172: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

163

mendorong pembelajaran, ketika target latihan disesuaikan dengan

tingkat tantangan yang sesuai. Hal itu berkaitan dengan Teori Zona

Pengembangan Proximal dari Vygoysky, yang diartikan tingkat

tantangan yang optimal untuk kegiatan belajar mahasiswa, dalam arti

mahasiswa tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sukses, tetapi

dapat menyelesaikan tugas dengan bantuan dari orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Palinscar dan Brown (1984)

menunjukkan kesuksesan pendekatan ini dalam membantu

mahasiswa belajar membaca teks secara aktif dibandingkan secara

pasif.

Secara khusus, para peneliti masih mengembangkan protokol

cara berhubungan dengan mahasiswa hingga terus menerus

berganti-ganti peran antara peran sebagai mahasiwa dan peran

sebagai dosen, dan peran dosen yang meminta meminta mahasiswa

menjawab serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk melatih

empat sub-keterampilan strategis dari membaca aktif: bertanya,

mengklarifikasi, meringkas dan memprediksi. Penelitian menemukan

bahwa ketika keterampilan membaca aktif didukung dengan

dukungan yang tepat, daya ingat dan pemahaman mahasiswa akan

meningkat tajam.

Penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan instruksional

tidak perlu berasal langsung dari orang lain untuk membantu

mahasiswa. Sebagai contoh, Bereiter dan Scardamalia

mengembangkan serangkaian petunjuk untuk membantu mahasiswa

mencapai target dengan menghilangkan dua tahap dari proses

menulis: perencanaan dan revisi. Mengingat mahasiswa secara

alamiah tidak mengabaikan tahapan ini, panduan yang dibuat

mengabaikan perhatian dan usaha menuju: (1) generalisasi, arti dan

mengembangkan gagasan; (2) menilai tulisan, mendiagnosis masalah

Page 173: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

164

dan keputusan revisi. Sebagai hasilnya, kegiatan menulis meningkat

dan menghasilkan tulisan yang menunjukkan peningkatan yang

signifikan, termasuk peningkatan sepuluh kali lipat dalam frekuensi

revisi tingkat ide (Bereiter & Scardamalia, 1987). Hasil penelitian

menyarankan bahwa jika Professor Dini melaksanakan beragam jenis

arahan pembelajaran untuk mendukung mahasiswa mereka dalam

menyelesaikan presentasi proyek, mereka mungkin akan

menghabiskan waktu latihan dengan lebih efektif, belajar lebih

banyak dari itu, dan mencapai harapan pada presentasi proyek akhir.

Keuntungan lain dari memilih tingkat tantangan yang sesuai

untuk tugas latihan adalah membantu mahasiswa untuk

mempertahankan motivasi untuk terus berusaha (lihat Pertemuan 5).

Misalnya, jika tantangan terlalu berat, para mahasiwa akan putus asa,

karena itu tidak terlibat dan apatis. Sebaliknya, jika mahasiswa merasa

bahwa tantangan yang diberikan itu masuk akal, akan muncul harapan

positif untuk sukses yang kemudian dapat mendorong peningkatan

kecenderungan kepatuhan dan bekerja keras agar tujuan tercapai.

Teakhir, keterlibatan dalam tugas pada tingkat tantangan yang sesuai

dengan pengetahuan dan keterampilan adalah prediktor yang

mempengaruhi kesadaran seseorang untuk terlibat penuh dalam

mengerjakan tugas dan menikmati pengalaman belajar

(Csikszentmihalyi, 1991).

AKUMULASI LATIHAN

Dua hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi

jenis latihan yang lebih produktif adalah tantangan yang mengarah

pada pencapaian tujuan dan tantangan yang sesuai. Penelitian

tentang hal ini juga menunjukkan pentingnya waktu penyelesaian

tugas. Dengan kata lain, jika mahasiwa terlibat dalam latihan kualitas

Page 174: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

165

tinggi, mereka masih membutuhkan jumlah latihan yang sesuai untuk

memperoleh manfaat yang lebih banyak (Healy, Clawson, &

McNamara, 1993; Martin, Klein, & Sullivan, 2007). Ide tentang

manfaat dari akumulasi praktik hanya akan telrihat secara bertahap,

tetapi hambatan waktu dan sumberdaya seringkali mendorong dosen

untuk berganti dari satu keahlian ke keahlian berikutnya dengan

cepat, memberikan kesempatan lebih banyak kepada mahasiswa,

tidak hanya satu kali kesempatan.

Dalam kasus di kelas Prof. Raffi misalnya, seharusnya Prof. Raffi

memberikan tugas untuk menjabarkan beragam aliran, hanya saja

terlalu mahal dalam memberikan kesempatan memperbaiki latihan,

hanya satu kali kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk

mengembangkan latihan di setiap jenis tugas yang diberikan. Jika

tujuan dia menorong mahasiswa untuk mampu menulis di ketiga jenis

tulisan, tanpa menuntut mahasiwa untuk mampu membedakan ketiga

macam tulisan, maka desain aktivitas pembelajaran yang disusun Prof.

Raffi telah sesuai. Tetapi jika tujuan akhir pembelajaran mahasiswa

mampu menulis di tingkat profesional pada ketiga macam tulisan,

maka mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih banyak, untuk

melakukan beberapa kali latihan sampai mahasiwa mampu menulis

secara profesional.

Secara umum, kedua Professor dan mahasiswa menyepelekan

arti penting latihan. Mahasiswa seringkali berasumsi bahwa ketika

mereka dapat mengerjakan tugas pada satu tahap dalam satu

konteks, ketika itu pengetahuan yang diberikan telah cukup, dalam

kenyataannya lebih banyak kesulitan dibandingkan yang diperkirakan

(Bab 3). Latihan yang lebih banyak lebih mendatangkan hasil yang

signifikan dibandingkan mencoba mempelajari sesuatu yang baru,

Page 175: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

166

terutama jika tujuannya adalah pengetahuan yang baru untuk

disimpan sepanjang waktu dan ditransfer ke konteks yang baru pula.

Gambar 8. Dampak Latihan Terhadap Tingkat Kemampuan

Meskipun benar bahwa ada peningkatan kemampuan dari

pemberian latihan secara bertahap, penting dicatat bahwa

keterampilan yang diperoleh dari memberikan latihan tambahan

seringkali tergantung pada proses belajar yang dilakukan oleh

mahasiswa. Sebagaimana digambarkan pada Gambar 8, tahap awal

dan tahap akhir dari belajar cenderung kurang berkaitan erat dengan

tahap tengah. Porsi yang datar di ujung kedua kurva [awal dan akhir]

cenderung terjadi untuk dua alasan. Alasan pertama, bahwa penilaian

mahasiswa seringkali digunakan untuk mengawasi kegiatan belajar,

seperti akurasi, cenderung kurang sensitif. Maka dari itu belajar akan

terjadi, tetapi mahasiswa cenderung tidak melihat bukti adanya

awal

tengah

akhir

TI

NG

KA

T

KE

AH

LI

AN

J A N G K A W A K T U L A T I H A N

Page 176: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

167

perubahan. Misalnya, bayangkan soerang mahasiswa yang mulai

belajar memainkan biola, mahasiswa dapat meningkatkan

kemampuan dalam beberapa cara, misalnya mengingat lebih baik

tentang posisi jari untuk nada yang berbeda, peningkatan akurasi

pada lengkuk jari, suara yang dihasilkan akan kecil sehingga perlu

dideteksi perlu lebih banyak peningkatan akurasi. Atau bayangkanlah

seorang mahasiswa yang baru belajar program dalam bahasa

komputer baru. Di awal, mahasiswa mungkin akan membuat banyak

kesalahan dalam sintaks pemrograman sehingga sulit untuk

membedakan mahasiswa yang mengalami peningkatan dalam

merumuskan algoritma.

Kurangnya kepekaan terhadap perubahan kinerja cenderung

terjadi pada akhir kegiatan pembelajaran karena dalam pada fase

akhir, mahasiswa telah berhasil memperbaiki kinerja mereka

sedemikian rupa sampai mereka tidak melihat perubahan, atau

perubahan dapat terjadi pada aspek-aspek kemampuan ketika

mereka tidak hadir dalam perkuliahan. Misalnya, mahasiswa mungkin

tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka telah mengalami

peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan tugas lebih cepat dan

dengan sedikit usaha daripada waktu sebelumnya, atau mereka

mungkin tidak menyadari bahwa mereka sekarang dapat

merefleksikan proses mereka sendiri sementara mereka telah

menyelesaikan tugas kompleks. Dengan demikian, karena fenomena

ini terdapat pada fase awal dan akhir dari belajar, penting bagi dosen

untuk menyoroti perubahan kinerja mereka atau memberikan lebih

banyak kriteria sehingga mahasiswa dapat membedakan apa-apa

yang telah selesai diperbaiki dan benar.

Alasan kedua, bahwa kurva pembelajaran di Gambar 8

cenderung landai di kedua sisi. Artinya pemberian latihan dengan

Page 177: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

168

tingkat kesulitan dan tantangan lebih tinggi untuk mahasiswa

semester awal, akan sedikit sekali dapat diselesaikan dengan

sempurna. Sebagaimana didiskusikan di awal, ketika mahasiswa

terlibat dalam latihan yang terlalu menantang atau kurang

menantang, belajar akan terhambat. Atas alasan tersebut, berikan

dukungan tambahan dengan memilih tingkat tantangan latihan yang

sesuai dengan kemampuan mahasiswa.

Bertolak belakang dengan tingkat awal dan akhir, tahap di

tengah dari kurva di Gambar 8, menunjukkan mahasiswa dapat

melihat peningkatan kemampuan lebih besar dengan adanya

tambahan latihan. Hal ini dikarenakan pada tahap ini mahasiswa

memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang menjadi landasan

untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berikutnya. Hal

tersebut juga menjelaskan mengapa mahasiswa terkadang begitu

cepat maju hanya setelah mereka telah menerima sekian banyak

pembelajaran.

IMPLIKASI PENELITIAN

Keseluruhan, implikasi dari penelitian tentang dengan

pemberian latihan dapat mendorong pembelajaran menjadi lebih

efektiff, mahasiswa membutuhkan latihan yang cukup, terfokus pada

tujuan spesifik atau sejumlah tujuan, serta latihan dengan tingkat

tantangan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

keterampilan mahasiswa. Memberikan waktu dan modal kognitif yang

terbatas, seringkali membuat mereka tidak dapat meningkatkan

jumlah waktu latihan baik di dalam maupun di luar kelas. Tentu saja,

pada bab ini disarankan bahwa pemberian sejumlah latihan dengan

memberikan waktu lebih banyak akan lebih efektif dengan

memfokuskan usaha mahasiswa untuk mempelajari apa yang

Page 178: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

169

seharusnya dipelajari (dibandingkan pada apa yang seharusnya

mereka ketahui atau apa yang dapat dilakukan) dan tetapkan kriteria

kemampuan pada tingkat tantangan yang rasional dan produktif.

Perlu juga diperhatikan, bahwa dosen harus berlaku adil. Berikan

kesempatan untuk berlatih banyak hal, sebelum Anda memberikan

penilaian atas hasil latihan.

PENELITIAN TENTANG UMPAN BALIK

Latihan yang diarahkan pada pencapaian tujuan (goal-directed

practice) tidak cukup mendorong mahasiswa mencapai tujuan belajar.

Latihan yang diarahkan pada tujuan harus dihubungkan dengan

umpan balik tertarget dalam rangka meningkatkan capaian belajar.

Umpan balik diberikan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa

mencapai tingkat kemampuan yang diinginkan. Seperti suatu peta

yang memberikan informasi tentang posisi perjalanan saat ini untuk

membantu para pelancong menemukan rute ke destinasi wisata

secara efektif. Umpan balik yang efektif memberikan informasi

tentang tingkat pengetahuan dan keahlian mahasiswa saat ini agar

mereka dapat belajar lebih giat lagi untuk mencapai tujuan belajar.

Dengan kata lain, umpan balik yang efektif dapat memberitahukan

kepada mahasiswa apa yang telah atau belum dipahami, apakah

kemampuan mereka sudah baik atau belum, dan bagaimana usaha-

usaha yang dapat dilakukan berikutnya.

Analog dengan langkah-langkah pemberian latihan, cobalah

Anda membayangkan diri untuk menemukan cara melewati jalan

tanpa ada petunjuk yang menginformasikan kemana Anda harus

masuk atau keluar; Anda akan berkeliling terus menerus tanpa

menemukan jalan keluar, membuang waktu dan bingung - bahkan jika

tujuan Anda untuk menemukan cara keluar dari jalan yang ruwet.

Page 179: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

170

Situasi ini mirip dengan keadaan bahwa mahasiswa yang belajar tanpa

diberikan umpan balik. Hal mengejutkan, bahwa umpan balik yang

efektif dapat memudahkan dan mendorong pencapaian tujuan

belajar.

Misalnya, bayangkan dua mahasiswa yang sama-sama memiliki

miskonsepsi yang mendorong mereka tidak dapat menyelesaikan

masalah. Anggaplah ada dua mahasiwa menerima unpan balik pada

saat mereka bekerja di waktu dan konten yang berbeda. Satu

mahasiswa menyelesaikan semua masalah, tugas pekerjaan rumah,

dan setelah mengirimkan tugas, mendapatkan nilai "C". Catatan dari

nilai "C" menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut gagal memperoleh

nilai kelulusan, bahkan mahasiswa kekurangan separuh (50%) topik.

Satu mahasiswa memecahkan semua masalah ini dalam satu hari,

tugas pekerjaan rumah dan, setelah mengirimkan tugas, mendapat

nilai dengan huruf "C." Mahasiswa melihat nilai "C" ini bahwa ia gagal

untuk mendapatkan kredit penuh untuk satu masalah, sehingga ia

menyimpulkan bahwa ia benar-benar kehilangan semua kemampuan

untuk topik ini.

Misalkan mahasiswa kedua, dosen memberikan latihan

pemecahan masalah di setiap sesi kelas dan kemudian menyoroti

beberapa kesalahan alami dan memberitahukan bagaimana

memperbaikinya, selanjutnya mahasiswa diberikan kesempatan untuk

mencoba menyelesaikan beberapa masalah. Mahasiswa ini agak

cepat mendapat beberapa masukan dari dosen, menunjukkan bahwa

dalam dua latihan penyelesaian masalah masih membuat kesalahan

yang sama. Setelah diidentifikasi, mahasiswa tersebut mampu

memperbaiki pemahaman dan kemudian dapat memecahkan

masalah pekerjaan rumah.

Page 180: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

171

Catatan bahwa perbedaan waktu dan konten dalam pemberian

umpan balik, membuat kedua mahasiswa akan mengambil jalur yang

berbeda dari nilai yang diperoleh saat ini. mahasiswa pertama, tidak

dapat menyelesaikan kekeliruan yang mendorong pada tingkat

kemampuan, mungkin mereka percaya bahwa mereka tidak mampu

belajar pada topik ini dan mengabaikan kesempatan apapun untuk

banyak berlatih (misalnya, tidak mempersiapkan diri belajar

menghadapi ujian). mahasiswa kedua, menerima informasi tentang

apa yang keliru, dapat mengerjakan tugas tambahan untuk

memperkuat pemahaman mereka atas isu-isu yang sulit. Dengan kata

lain, umpan balik pada waktu yang tepat dan keadaan yang benar

dapat mendorong pembelajaran, bukan hanya untuk saat ini, juga

untuk masa mendatang.

Konsisten dengan contoh tersebut, penelitian tentang dua

faktor yang patut diperhatikan dalam pemberian umpan balik agar

lebih efektif dan efisien, yaitu: isi dan waktu. Pertama, umpan balik

yang harus disampaikan kepada mahasiswa terkait dengan

pencapaian tujuan dan apa yang perlu mereka lakukan untuk

meningkatkan kemampuan. Kedua, umpan balik juga harus

memberikan informasi kapan mereka telah mencapai tujuan

pembelajaran dari serangkaian aktivitas yang diberikan kepada

mereka. Sepertinya banyak aspek dari kegiatan belajar dan mengajar,

tidak ada pendekatan yang lebih baik dalam memberikan umpan

balik yang sesuai dengan semua situasi dan kondisi yang dihadapi

mahasiswa dan dosen.

Lebih dari itu, waktu dan isi dari umpan balik perlu

dipertimbangkan dalam kaitannya dengan tujuan belajar yang harus

dicapai oleh mahasiswa, tingkat pencapaian dan kecukupan yang

sudah diperoleh mahasiswa, dan hambatan-hambatan praktis dalam

Page 181: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

172

pembelajaran. Penelitian tentang apa saja yang terkait dengan isi dan

waktu pemberian umpan balik yang efektif akan dibahas pada bagian

berikut ini.

SAMPAIKAN KEMAJUAN DAN BERIKAN ARAHAN UNTUK USAHA

BERIKUTNYA

Umpan balik akan lebih efektif ketika dosen menyampaikan

dengan jelas tentang beberapa aspek kemampuan yang berkaitan

dengan kriteria target tertentu dan ketika itu disampaikan dapat

membantu mahasiswa untuk melakukan usaha guna mencapai kriteria

yang diinginkan. Umpan balik seperti itu, juga menginformasikan

aktivitas belajar berikutnya, seringkali disebut sebagai umpan balik

formatif. Sebaliknya, umpan balik sumatif adalah keputusan akhir atau

evaluasi tingkat ketercapaian, seperti nilai atau skor.

Analogi di awal antara penggunaan peta untuk panduan

perjalanan bagi wisatawan dan penerimaan umpan balik untuk

panduan belajar bagi mahasiswa. Pertimbangkan bantuan tambahan

navigasi yang lebih baik seperti GPS. GPS memiliki kemampuan untuk

memberitahukan posisi pelancong saat ini dalam kaitannya dengan

daerah tujuan wisata. Agar lebih membantu, GPS perlu

mengkomunikasikan lebih banyak lagi dbandingkan fakta bahwa

tujuan wisata masih jauh dari posisi saat ini. Idealnya, GPS perlu

mengidentifikasi sejauh apa jarak antara posisi saat ini dengan tujuan

wisata dan memberikan arah untuk membantu pelancong mencapai

tujuan wisata dengan cara yang singkat dan lebih baik.

Serupa dengan analogi itu, pemberian umpan balik yang

efektif tidak hanya sekedar memberitahukan kepada mahsiswa

tentang apa yang masih keliru atau kemampuan apa yang belum

tercapai, umpan balik yang efektif juga harus memberitahukan

Page 182: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

173

kepada mahasiswa gambaran yang jelas tentang kemampuan

mereaka saat ini yang masih jauh dari kemampuan yang diharapkan

dan memberikan informasi yang sesuai dapat membantu merkea

dapat mencapai kemampuan yang diharapkan.

Penelitian juga memberitahukan bahwa umpan balik akan lebih

efektif ketika umpan balik dapat mengidentifikasi kemampuan

mahasiswa yang masih perlu ditingkatkan lagi dibandingkan hanya

memberikan evaluasi generik tentang kemampuan mahasiswa,

seperti nilai atau penghargaan abstrak atau ketidaksetujuan Anda

(Black & William, 1998). Sebagaimana digambarkan pada contoh

tentang mahasiswa yang memperoleh nilai C tanpa diberikan

komentar mengapa diberi nilai C, pemberian nilai saja bukanlah cara

pemberian umpan balik yang efektif. Meskipun nilai dan skor dapat

memberikan beberapa informasi tentang derajat pencapaian kriteria

kemampuan yang diharapkan, tetapi tidak dapat menjelaskan hal-hal

apa saja yang belum sesuai dengan kriteria kemampuan yang

diharapkan dan bagaimana cara mencapainya.

Lebih dari itu, umpan balik harus secara spesifik dikaitkan

dengan proses belajar yang sedang dilaksanakan, misalnya,

membantu mahasiswa untuk memilih pendekatan yang sesuai atas

masalah atau mendeteksi kekeliruan yang mereka perbuat, lihat Bab

6) yang dikatikan dengan belajar pemahaman. Dalam salah satu

penelitian, mahasiswa yang belajar untuk menyelesaikan masalah

geometri pada komputer tidak menginginkan adanya umpan balik

yang otomatis diberikan oleh komputer ketika terdeteksi kesalahan

pada jawaban yang diberikan mahasiswa. Satu kelompok menerima

umpan balik umum yang menunjukkan kepada mereka kesalahan

yang diperbuat dan kelompok lain menerima informasi yang spesifik

tentang kesalahan mereka dan bagaimana cara mereka

Page 183: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

174

memperbaikinya. Kelompok dengan pemberian informasi yang

spesifik memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan

kelompok yang hanya diberikan informasi yang umum dalam

penilaian pre-test dan post-tes Keterampilan Menyelesaikan Masalah

(McKendree, 1990).

Pada situasi yang bertolak belakang, pemberian umpan balik

terlalu banyak bukanlah contoh pemberian umpan balik yang efektif.

Hal ini karena pemberian umpan balik terlalu banyak cenderung

membanjiri otak dan gagal mengkomunikasikan kemampuan yang

belum dicapai dalam kaitannya dengan tujuan belajar dan fokus yang

harus dikerjakan mahasiswa di masa mendatang. Misalnya, penelitian

menunjukkan bahwa terlalu banyak komentar di catatan pinggir pada

karya tulis mereka seringkali kontraproduktif dikarenakan mahasiswa

dibanjiri dengan banyak item yang harus mereka pertimbangkan atau

karena mereka terlalu fokus pada revisi hal-hal yang ada dalam

komentar secara detail, unsur yang mudah diperbaiki dibandingkan

konsep atau struktur perubahan yang lebih penting.

Ingat cerita yang dikemukakan oleh Prof. Raffi tentang

mahasiswa yang banyak menghabiskan waktu untuk memberikan

komentar pada karya mahasiswa tanpa melihat adanya peningkatan

kemampuan pada tugas yang diberikan di tugas berikutnya.

Memberikan terlalu banyak informasi (komentar) menjadi salah satu

alasan mengapa mahasiswa tidak mencapai kemajuan yang berarti.

Dalam kasus ini, pemberian komentar seharusnya singkat dan

beberapa item yang fokus menunjuk pada satu atau dua kekeliruan

yang banyak dilakukan mahasiswa dalam rangka memberikan acuan

kepada mahasiswa tentang apa yang harus diperbaiki dan fokus

perbaikan.

Page 184: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

175

Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa meskipun Prof. Raffi

memberikan umpan balik sesuai target, pemberian umpan balik tidak

akan efektif tanpa memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

memperbaiki tugas. Intinya adalah bahwa umpan balik secara target

diberikan kepada mahasiswa berupa informasi tentang prioritas

kemampuan yang belum dikuasai mahasiswa sesuai kriteria yang

diharapkan dan kemampuan yang sudah dikuasai mahasiswa sesuai

kriteria yang diharapkan, sehingga mereka mengerti bagaimana

meningkatkan kemampuan mereka di masa mendatang.

Tentu saja, keuntungan umpan balik hanya akan didapatkan

ketika umpan balik dapat memberikan arahan apa yang harus

dilakukan atau diperbaiki pada latihan berikutnya dan ketika

mahasiswa memiliki kapasitas untuk melaksankaan umpan balik pada

latihan berikutnya. Ingatlah apa yang terjadi pada perkuliahan Prof.

Raffi, mahasiswa hanya memiliki satu kesempatan untuk latihan

menulis di ketiga tugas yang diberikan. Meskipun mahasiswa harus

mengulang latihan keterampilan menulis secara umum, tugas yang

diberikan umumnya menuntut mahasiswa untuk menguasai

kemampuan yang berbeda dari tiga tugas yang diberikan secara

berurutan (Baca, Bab 3). Meskipun, jika Prof. Raffi memberikan umpan

balik sesuai target tujuan belajar pada tugas pertama, mahasiswa

tidak akan mendapatkan manfaat dari pemberian umpan balik, karena

mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki kemampuan

menulis sesuai saran yang diberikan Prof. Raffi pada tugas berikutnya.

Lalu bagaimana pemberian umpan balik yang seharusnya

diberikan oleh Prof. Raffi sehingga dapat memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk memperbaiki tugas mereka? Pilihan

pertama ialah pemberian tugas berikutnya pada jenis tulisan yang

sama dengan meminta mahasiswa untuk memperbaiki karya tulis

Page 185: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

176

mereka sesuai dengan saran yang dikemukakan oleh Prof. Raffi yang

tertuang dalam catatan pinggir. Alternatif, Prof. Raffi, dapat meminta

mahasiswa mengirimkan seluruh draft semua tugas, kemudian

memeriksa dan memberikan komentar pada draft yang diberikan, dan

kemudian secara ekplisit mengemukakan hal-hal yang harus

diperbaiki sesuai komentar. Gambaran skenario tersebut

menggambarkan interaksi antara umpan balik dan latihan. Tentu saja,

satu hal yang harus diperhatikan tentang latihan yang diikuti dengan

umpan balik sebagai bentuk khusus skenario pembelajaran latihan

yang diarahkan pada pencapaian tujuan (Lihat Gambar 4.1).

WAKTU YANG TEPAT UNTUK PEMBERIAN UMPAN BALIK

Setelah membahas penelitian tentang isi umpan balik, penting

juga dibahas tentang waktu yang tepat dalam pemberian umpan

balik. Hal itu terkait baik seberapa cepat (how soon) umpan balik

diberikan, misalnya, lebih baik di awal; maupun sebarapa sering (how

often) umpan balik diberikan, misalnya, lebih banyak lebih baik. Tidak

ada aturan yang berlaku umum tentang waktu pemberian umpan

balik. Meskipun begitu, cara terbaik yang dilakukan berdasarkan pada

pertimbangan: "dukungan terbaik apa agar mahasiswa dapat

mencapai tujuan belajar". Misalnya, seperti analogi GPS, jelas bahwa

penggunaan GPS merupakan peralatan yang sama dengan umpan

balik, GPS diberikan ketika supir membutuhkan, agar supir dapat

mencapai tujuan wisata. Begitu juga umpan balik, merupakan alat

bagi dosen agar mahasiswa mencapain tujuan belajar yang

diharapkan.

Secara umum, latihan dengan jumlah lebih banyak akan

mendorong efektifitas karena latihan dapat membantu mahasiswa

berada dalam jalur dan dapat menunjukkan kesalahan ketika mereka

Page 186: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

177

melakukan kesalahan. Penelitian yang dilakukan Ample mendukung

pernyataan tersebut (lihat Hattie dan Timperley, 2007, untuk review).

Bagaimanapun, hambatan dari latihan seringkali sulit. Sayangnya,

penelitian menunjukkan umpan balik minimal pada latihan menulis

dapat mengarah pada perbaikan kemampuan pada tugas kedua

dikarenakan umpan balik yang diberikan kepada mahasiswa dapat

membuat mereka mengetahui apa yang harus diperbaiki (Traxler dan

Gernbacher, 1992). Hasil penelitian menggambarkan bahwa semakin

banyak jumlah latihan yang diberikan, terutama ketika latihan itu

diberikan di awal, sangatlah membantu pembelajaran. Hasil

penelitian juga menyarankan bahwa jika Professor Raffi menetapkan

kerangka arahan pada proyek kelompok, memungkinkan memberikan

umpan balik pada proses, sebelum mahasiswa mulai melaksanakan

proyek yang sebenarnya.

Penelitian ini tidak bermaksud mengatakan bahwa semakin

banyak jumlah umpan balik yang diberikan selalu mendatangkan hasil

yang baik. Sekali lagi, periode waktu dari pemberian umpan balik

adalah faktor signifikan yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan. MIsalnya, bayangkan suatu penelitian pada mahasiswa

perguruan tinggi yang belajar menulis fungsi matematika di Microsoft

Excel (Mathan dan Koedinger, 2005). Tujuan belajar ini dalam situasi

bahwa hanya mereka yang dapat menulis fungsi matematika secara

akurat tetapi juga mereka dapat mengenali dan memperbaiki

kekeliruan yang mereka buat. mahasiswa yang menerima umpan balik

secara langsung setelah kekeliruan mendapatkan skor yang lebih

rendah pada UAS dibandingkan mahasiswa yang menerima umpan

balik tertunda. Meskipun hasilnya mengejutkan, masuk akal bahwa

pemberian umpan balik secara langsung kehilangan kesempatan

untuk berlatih mengenali dan memperbaiki kesalahan yang mereka

Page 187: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

178

buat. Sebaliknya, mahasiswa yang menerima umpan balik tertunda

memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang mereka

buat sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meningkatkan

kemampuan. Hal itu berarti bahwa, ketika umpan balik diberikan

secara tertunda pada kelompok yang membuat kesalahan, umpan

balik diberikan hanya ketika mereka: (1) menunjukkan bahwa mereka

tidak mengenali kekeliruan yang mereka buat; (2) membuat banyak

kesalahan ketika berusaha memperbaiki kesalahan berkali-kali.

Dengan cara seperti itu, nampak bahwa pemberian umpan balik tidak

harus segera dilakukan, umpan balik yang diberikan pada waktu yang

lebih tepat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

IMPLIKASI PENELITIAN PADA PENGAJARAN

Terdapat tiga implikasi dari penelitian tentang pemberian

umpan balik yang lebih efektif. Umpan balik seharusnya: (1) fokus

pada pengetahuan dan keterampilan yang menjadi tujuan belajar; (2)

berikan waktu dan jumlah lebih banyak agar mahasiswa dapat

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu; (3) kaitkan dengan

pemberian kesempatan berlatih kembali.

Sebagaimana kita lihat pada penjelasan sebelumnya, setiap

aspek dari pemberian umpan balik harus selaras dengan tujuan

belajar yang ditetapkan. Cara terbaik untuk menemukan jenis dan

jumlah umpan balik yang memungkinkan mahasiswa untuk

memperoleh manfaat dari adanya umpan balik sementara mereka

tetap aktif terlibat dalam mengawasi kegiatan pembelajaran. Dengan

kata lain, umpan balik tidak untuk menentukan kemajuan mahasiswa,

tetapi agar mahasiswa mampu mengatur diri sendiri. Memberikan

terlalu banyak detail dalam umpan balik dapat membuat mahasiswa

tidak mengetahui dengan jelas apa yang harus diperbaiki dan

Page 188: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

179

ditingkatkan. Sementara memberikan terlalu banyak detail membuat

mereka lupa tentang aspek tertentu yang paling penting diperbaiki.

Serupa, pemberian umpan balik terlalu banyak dapat membuat

mahasiswa bingung, sementara mereka membutuhkan informasi yang

jelas tentang apa yang semestinya diperbaiki. Pemberian umpan balik

yang telalu banyak dapat berpotensi mengganggu mahasiswa atau

mendorong mereka untuk terus tergantung pada umpan balik

dibandingkan pada mereka sendiri.

Menyeimbangkan jumlah dan waktu yang tepat dalam

pemberian umpan balik akan membuat umpan balik menjadi efektif,

seringkali menuntut perhatian pada aspek-aspek praktis pemberian

umpan balik. Sepertinya, waktu yang tepat bagi instruktur dalam

menyusun atau menyesuaikan umpan balik dan waktu yang

disediakan bagi mahasiswa untuk menanggapi umpan balik adalah

pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam menentukan

bagaimana dan kapan memberikan umpan balik. Kita harus selalu

mempertimbangkan baik konsekuensi pedagogis maupun

konsekuensi praktis dari pemberian umpan balik. Juga, semua umpan

balik tidak perlu disesuaikan dengan masing-masing mahasiswa dan

tidak perlu semua umpan balik berasal dari dosen. Kami membahas

berbagai strategi untuk umpan balik yang efektif dan layak, termasuk

tanggapan teman sekelas, umpan balik kelompok, dan banyak lagi.

STRATEGI YANG DISARANKAN

Di sini kami akan menyampaikan strategi yang dapat

membantu Anda untuk untuk memberikan (1) latihan yang diarahkan

pada tujuan belajar; (2) umpan balik tertarget. Pada dua hal tersebut,

fokus utama adalah bagaimana cara melakukannya sehingga lebih

efektif dan efisien.

Page 189: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

180

STRATEGI MEMBERIKAN LATIHAN YANG DIARAHKAN PADA

TUJUAN BELAJAR

Melaksanakan Penilaian Pengetahuan Awal Untuk Menentukan

Tingkat Tantangan Latihan Yang Sesuai

Mahasiswa datang ke kelas dengan sejumlah pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya. Melakukan penilaian

pengetahuan awal (seperti survei, pre-test dan pengukuran tanpa

nilai) dapat membantu Anda mengenali kekuatan dan kelemahan

mahasiswa dalam rangka untuk menentukan jenis latihan yang sesuai

dengan tingkat kemampuan mahasiswa berdasarkan pada tingkat

kemampuan mereka, tidak berdasarkan pada apa yang seharusnya

mereka lakukan.

Penilaian kemampuan, misalnya penyelesaian masalah, akan

menunjukkan tentang apa yang telah diketahui mahasiswa dan apa

yang dapat dilakukan mahasiswa, sementara survei yang menanyakan

tingkat pengetahuan mereka, misalnya, apakah mereka dapat

mengartikan atau menerapkan, dapatkah mereka menerapkan apa

yang telah mereka ketahui, akan memberikan Anda informasi tentang

apa yang mahasiswa ketahui atau tentang apa yang dapat dilakukan

(Lihat Bab 1 untuk tambahan strategi terkait dan Lampiran 2 untuk

Penilaian Diri Mahasiswa).

Tetapkan Tujuan Belajar Yang Lebih Ekplisit

Tanpa ada tujuan belajar yang spesifik dari mata kuliah yang

Anda ampu atau dari tugas yang Anda berikan, mahasiswa seringkali

berasumsi untuk memutuskan bagaimana mereka menghabiskan

waktu mereka. Karena itu, penting untuk menetapkan dan

mengemukakan tujuan belajar Anda dengan jelas (dalam Silabus dan

di Bagian Petunjuk untuk setiap tugas yang diberikan), sehingga

Page 190: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

181

mahasiswa mengetahui apa yang Anda harapkan dari mereka dan

dapat membantu mereka untuk mengerjakan tugas yang Anda

berikan. Mahasiswa lebih suka menjadikan tujuan belajar untuk

mengarahkan tindakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Ketika

Anda menyampaikan apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa

yang seharusnya mereka capai di akhir tugas atau di akhir mata kuliah,

mereka akan berusaha melakukan dan memenuhinya (Lihat Lampiran

4 untuk informasi yang lebih banyak tentang menyampaikan tujuan

belajar).

Gunakan Rubrik Untuk Mengkomunikasikan Kriteria Kemampuan

Yang Spesifik

Ketika mahasiswa tidak mengetahui apa yang menjadi kriteria

kemampuan, sangat sulit bagi mereka untuk melakukan latihan yang

sesuai dan mengawasi pemahaman dan kemajuan belajar mereka.

Cara umum untuk mengkomunikasikan kriteria kemampuan adalah

melalui rubrik, berisi rincian skor dengan kriteria kemampuan yang

jelas diharapkan dari setiap tugas yang diberikan. Rubrik berisi

kegiatan yang ditugaskan dan dijabarkan ke dalam bagian-bagian

komponen dan deskripsi yang jelas tentang tingkat kualitas

kemampuan, dari tingkat rendah sampai kualitas tinggi untuk setiap

komponen (Lihat Lampiran C untuk informasi lebih lanjut tentang

rubrik).

Berikan Beragam Kesempatan Untuk Berlatih

Dikarenakan belajar merupakan kegiatan untuk meningkatkan

kemampuan secara akumulatif, beragam tugas yang diberikan dari

latihan singkat atau ruang lingkup yang kecil cenderung lebih berhasil

dibandingkan satu tugas dengan jangka panjang atau ruang lingkup

Page 191: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

182

yang besar. Jika menggunakan jenis tugas yang pertama, mahasiswa

mendapatkan banyak kesempatan untuk melatih keterampilan dan

dapat menemukan pendekatan penyelesaian tugas berdasarkan pada

umpan balik yang mereka terima. Misalnya, strategi ini dapat

membebaskan Anda pada apa yang terjadi dalam tugas penyusunan

makalah yang dilakukan oleh Prof. Raffi. Bayangkanlah suatu makalah

yang kreatif (misalnya, surat, catatan program, atau memo).

Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa kesempatan tunggal untuk

berlatih pada tugas yang diberikan tidak akan cukup bagi mahasiswa

untuk mengembangkan diri pada keterampilan yang relevan. Biarkan

mereka memperbaiki kekurangan pada tugas pertama di tugas

berikutnya.

Berikan Arahan Penyelesaian Tugas

Dalam rangka menyelaraskan suatu tugas sehingga tugas itu

dapat mengarahkan pada target dengan tingkat tantangan yang

sesuai, berikanlah perancah/panduan. Panduan mengacu pada

tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh mahasiswa dari awal

belajar dan kemudian secara bertahap menghilangkan panduan

ketika mahasiwa telah berkembang di tahap mahir dan sempurna.

Satu cara untuk menerapkan panduan pada tugas yang lebih rumit

adalah meminta mahasiswa untuk berlatih pada tahap terpisah dari

tugas yang akan diberikan, dan kemudian mintalah mahasiswa untuk

berlatih mengintegrasikan semua kemampuan itu secara bersamaan.

(Lihat Bab 4).

Sampaikan Harapan Anda Tentang Latihan Yang Diberikan

Mahasiswa dapat mengabaikan jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan tugas, dan seringkali menunda-nunda waktu.

Page 192: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

183

Maka dari itu, penting untuk menyediakan panduan informasi

mengenai jumlah waktu, jenis dan tingkat penguasaan kemampuan

yang diharapkan.

Setidaknya ada dua cara yang dapat membantu Anda

memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh mahsiswa untuk

mengerjakan tugas. Beberapa dosen mengumpulkan data dengan

meminta mahasiswa, sejumlah mahasiswa di semester tertentu,

berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mengerjakan tugas

yang diberikan dosen. Kemudian, ambillah rata-rata waktu dan

tetapkan waktu tersingkat yang dilakukan oleh mahsiswa. Dosen lain

pada umumnya telah memperkirakan tiga sampai empat hari paling

panjang ketika menetapkan waktu untuk penyelesaian tugas. Rasio ini

mungkin bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya, dan disesuaikan

dengan keperluan, juga kebutuhan.

Berikan Contoh Kemampuan Tertarget

Berdasarkan pada strategi sebelumnya, juga sangat membantu

mahasiswa jika dosen menunjukkan contoh tentang apa yang menjadi

target (misalnya desain model, makalah yang baik atau solusi

penyelesaian masalah). Membagi contoh dari karya mahasiswa

sebelumnya dapat membantu mahasiswa melihat bagaimana kriteria

kemampuan yang Anda inginkan dapat dipenuhi di dalam tugas yang

diberikan saat ini. Sepertinya contoh dapat memberikan dampak yang

kuat ketika Anda menggambarkan hal-hal tertentu dari contoh tugas

yang ada.

Tunjukan Apa yang Tidak Ingin Dilakukan Mahaisswa

Tambahan atas pemberian contoh untuk tiap target

kemampuan, sangat membantu mahasiswa jika pada contoh yang

Page 193: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

184

Anda tunjukkan dapat menunjukkan hal-hal yang tidak Anda inginkan

dari pekerjaan siswa, dengan menggambarkan kesalahpahaman yang

dilakukan mahasiswa pada tugas yang ada atau dengan menjelaskan

mengapa bagian-bagian tertentu tidak sesuai dengan kriteria

penilaian.

Misalnya, dalam kasus pembuatan slide presentasi, sangat

membantu mahasiswa menyusun presentasi yang diinginkan, jika

Anda memberikan contoh slide presentasi yang Anda inginkan, juga

hal-hal yang tidak perlu ada dalam slide presentasi. Contoh dapat

juga digunakan untuk memberikan latihan membedakan antara

pekerjaan yang berkualitas baik dari pekerjaan yang berkualitas

buruk. Agar mahasiswa dapat terlibat aktif dan mengecek

pemahaman mereka, Anda dapat meminta mahasiswa menilai contoh

tugas berdasarkan rubrik yang telah Anda susun (Lihat Lampiran 3).

Pilah Tujuan dan Kriteria Penilaian yang Menunjukkan Peningkatan

Kemampuan

Ketika mahasiswa melaksanakan pembelajaran dengan berlatih

beragam kemampuan, Anda mungkin perlu menambahkan tantangan

baru, tentukanlah tujuan tertentu yang dapat mengukur pemenuhan

capaian kemampuan. Misalnya ketika mahasiswa dituntut untuk

memiliki kompetensi dengan keahlian terentu, Anda mungkin

mengingkan mereka memiliki tingkat kecepatan tertentu dalam

menerapkan keahlian, atau sedikit bantuan, atau lebih banyak

konteks. Anda perlu menyatakan keinginan adanya peningkatan

kemampuan pada tugas berikutnya.

Page 194: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

185

STRATEGI MENENTUKAN TARGET UMPAN BALIK YANG

DIBUTUHKAN

Lihat Pola Kekeliruan Dalam Pekerjaan mahasiswa

Dalam kelas, mahasiswa seringkali melakukan kesalahan atau

kesalahpahaman yang sama, Anda hanya perlu mengungkapkan

secara umum pola kekeliruan yang dilakukan mahasiswa. Misalnya,

Anda seharusnya mengidentifikasi jawaban yang keliru pada

pertanyaan ujian atau tugas pekerjaan rumah yang sulit dilakukan.

Anda juga harus mencatat beragam pertanyaan yang sama yang

diajukan mahasiswa. Jika Anda menilai pekerjaan mahasiswa, Anda

dapat memiliki akses terhadap informasi ini dan Anda dapat melihat

lebih jauh pola kekeliruan yang dilakukan mahasiswa Anda. Ketika

Anda menemukan kesalahan umum yang dibuat mahasiswa, Anda

dapat memberikan umpan balik ke kelas secara keseluruhan dengan

menggunakan strategi berikut ini.

Tentukan Umpan Balik Prioritas

Pertanyaan tentang apakah umpan balik tergantung pada

beragam aspek pembelajaran: tujuan belajar (entah itu mata kuliah

atau tugas), tingkat kemampuan mahasiswa, apa yang perlu mereka

tingkatkan, dan waktu yang tersedia. Jadi, kunci pemberian umpan

balik yang efektif harus dipikirkan baik-baik, apakah pemberian

umpan balik akan memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa Anda

dalam waktu tertentu dan memprioritaskan jenis informasi umpan

balik yang harus diberikan. Dalam banyak kasus, meskipun tidak harus

atau tidak selau terbaik untuk memberikan umpan balik pada semua

aspek dari tingkat kemampuan mahasiswa tetapi lebih difokuskan

pada aspek utama dari tugas. Satu-satunya cara untuk melakukan ini

adalah memberikan umpan balik pada satu dimensi di satu waktu

Page 195: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

186

(misalnya, salah satu aspek dari presentasi adalah argumentasi, satu

hal dari proses desain atau satu langkah dari penyelesaian masalah).

Strategi menghindari pemberian umpan balik terlalu banyak

memungkinkan mereka dapat terus melakukan latihan, dengan tetap

fokus pada target spesifik.

Seimbangkan Antara Pesan Kekuatan dan Kelemahan

Mahasiswa seirngkali tidak peduli tentang kemajuan yang telah

mereka capai, maka dari itu, menyampaikan hal-hal yang sudah baik

atau harus ditingkatkan adalah penting, sama halnya dengan

menyampaikan kepada mereka hal-hal yang masih atau kurang

dipahami atau perlu peningkatan lebih lanjut. Umpan balik yang

positif menunjukkan aspek dari pengetahuan dan keahlian mahasiwa

yang harus dipertahankan dan terus ditingkatkan, sedangkan umpan

balik negatif menunjukkan aspek dari pengetahuan dan keahlian yang

harus terus dipelajari, (dan idealnya, harus berisi informasi tentang

bagaimana meningkatkan penguasaan pengetahuan dan

keterampilan itu). Bagaimanapun, target umpan balik yang diberikan

di awal haruslah positif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

diri mahasiswa dan karena itu dapat meningkatkan motivasi belajar.

Bagaimana Anda dapat menyeimbangkan umpan balik positif dan

negatif yang disampaikan di kelas untuk mahasiswa tertentu

terkadang Anda harus memikirkan prioritas dan kebutuhan mereka.

Atur Jumlah Kesempatan Untuk Memberikan Umpan Balik

Syarat untuk memberikan umpan balik adalah untuk

memberikan beragam kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih

menggunakan pengetahuan dan keterampilan. Kebanyakan umpan

balik pada tugas yang singkat atau ruang lingkup yang kecil

Page 196: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

187

memungkinkan mahasiswa untuk menyeleksi pemahaman mereka.

Juga perlu mengatur beban kerja untuk mahasiswa dan Anda sendiri.

Sebagaimana ditunjukan dalm strategi lain dalam penjelasan di bab

ini, tidak semua umpan balik perlu difokuskan pada mahasiswa

individual atau datang dari dosen itu sendiri. Strategi ini mengurangi

beban dosen dalam memberikan sejumlah umpan balik.

Berikan Umpan Balik pada Tingkat Kelompok

Untuk memberikan manfaat, tidak semua umpan balik tertuju

pada individu. Meskipun Anda menginginkan untuk menulis catatan

pada tugas individu (mungkin akan menambah waktu dan

menurunkan kemampuan Anda dalam kecepatan memberikan umpan

balik), pada satu waktu Anda perlu mengidentifikasi kesalahan umum

yang dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa, memberikan daftar hal

umpan balik pada kelompok, dan membahas kekeliruan yang

dilakukan. Dalam hal yang sama, Anda dapat menunjukkan dua atau

lebih kelompok sebagai contoh kelompok dengan pencapaian

kemampuan terbaik dan membahas hal-hal yang membuat kelompok

memperoleh nilai A, dibandingkan kelompok yang lain.

Memberikan Umpan Balik Langsung di Tingkat Kelompok

Dalam situasi kelas, terutama kelas besar, dosen seringkali

berasumsi tidak mungkin efektif memberikan umpan balik.

Bagaimanapun, dengan mengajukan pertanyaan ke kelas dalam suatu

format yang memungkinkan Anda mudah dalam mengumpulkan

respon mahasiswa, dosen dapat menyelesaikan tantangan ini. Anda

dapat mengumpulkan respon mahasiswa dengan cepat

menggunakan kertas (kartu indeks) atau dengan teknologi interaktif

(seringkali disebut clickers). Dalam kasus tertentu, dosen mengajukan

Page 197: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

188

pertanyaan dan mahasiswa menjawab (baik melalui kartu indeks atau

menyampaikan jawaban suara melalui clikers).

Dosen dapat dengan mudah dengan menyediakan jawaban

benar atau salah (dengan mengawasi kelas untuk kartu indeks yang

beragam warna atau melihat layar komputer yang berkaitan dengan

jawaban tertentu). Berdasarkan pada informasi ini, dosen dapat

memutuskan bagiamana memberikan umpan balik yang sesuai ke

kelas secara keseluruhan. Misalnya, dosen dengan sederhana

menunjukkan bahwa terdapat sebagian besar kekeliruan jawaban dan

meminta mahasiswa mendiskusikan pertanyaan di dalam kelompok

kecil sebelum diadakan pemungutan suara kepada mereka. Alternatif,

dosen dapat mengenali kesalahanpaham umum dalam jawaban

mahasiswa dan memberikan penjelasan lebih lanjut atau contoh,

tergantung pada sifat kesalahpahaman yang terjadi.

Mendorong Umpan Balik Teman Sejawat

Tidak semua umpan balik yang berasal dari dosen akan

bermanfaat. Dengan panduan yang jelas, kriteria atau rubrik yang

jelas, mahasiwa dapat memberikan umpan balik yang konstruktif

kepada mahasiswa lain. Hal itu juga dapat membantu mahasiswa

bekerja lebih baik dengan mengidentifikasi kriteria pekerjaan yang

lebih baik dan mengecek kesalahan yang dilakukan mereka.

Di samping keuntungan bagi mahasiswa, umpan balik teman

sejawat memungkinkan Anda meningkatkan frekuensi umpan balik

tanpa meningkatkan beban pekerjaan Anda. Tanamkan dalam pikiran

Anda, bahwa untuk umpan balik teman sejawat yang efektif, Anda

perlu memperjelas penjelasan apa itu, alasan di balik itu, bagaimana

mahasiswa harus terlibat dalam itu dan - pada ujian ini - memberikan

latihan yang sesuai dengan umpan balik berdasarkan pada umpan

Page 198: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

189

balik akan mendorong potensi mahasiswa mencapai kriteria yang

diharapkan (Silahkan, lihat Lampiran 8).

Meminta Mahasiswa Menyusun Detail Bagaimana Mereka

Menggunakan Umpan Balik Itu Pada Tugas Berikutnya

Umpan balik akan lebih berharga ketika mahasiswa diberikan

kesempatan untuk refleksi tentang apa yang seharusnya dilakukan

mereka secara efektif untuk latihan di masa mendatang. Mengingat

mahasiswa seringkali tidak melihat hubungan di antara tugas, ujian

dan sebagainya, mintalah mahasiswa untuk membuat catatan spesifik

tentang bagaimana dampak umpan balik yang diberikan pada

penyelesaikan tugas atau kemampuan mereka, sehingga dapat

membantu mereka melihat dan mengalami siklus pembelajaran

"sepenuhnya". Misalnya, beberapa dosen yang menugaskan

beragam tugas menulis, meminta mahasiswa untuk mengirimkan draft

setiap tugas mereka disertai dengan komentar yang ada pada draft

sebelumnya dengan deskripsi tentang bagaimana mereka dapat

menindaklanjuti umpan balik. Pendekatan yang sama dapat

digunakan untuk tugas proyek yang terdiri dari beragam titik

kemajuan.

RINGKASAN

Pada bab ini, kita telah mengupas hal-hal yang berada di balik

gagasan "latihan yang sempurna" atau "banyak umpan balik, lebih

baik" dalam rangka untuk mengungkap lebih dalam hal-hal penting

yang membuat latihan dan umpan balik menjadi lebih efektif. Hal-hal

penting dalam pemberian latihan terdiri dari: (1) fokus pada tujuan

spesifik atau kriteria kemampuan; (b) pemberian latihan dengan

tingkat tantangan yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa saat

Page 199: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

190

ini, dan (c) jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mahasiswa

dapat mengembangkan keahlian dan keterampilan dalam waktu yang

mereka miliki. Hal-hal penting dalam pemberian umpan balik yaitu:

(1) mennyampaikan tingkat kemampuan mahasiswa saat ini dalam

kaitannya dengan target yang harus dicapai dan hal apa saja yang

harus ditingkatkan agar mencapai target; (2) memberikan informasi

kepada mahasiswa ketika mereka telah mencapai pengetahuan dan

keterampilan. Keduanya, latihan dan umpan balik harus berjalan

seimbang sehingga mahasiswa dapat terus mengerjakan latihan guna

mencapai tujuan belajar yang diharapkan dan menindaklanjuti umpan

balik yang diterima dengan mendoronng peningkatan menuju

pencapaian tujuan belajar. Ketika latihan dan umpan balik dirancang

dengan hati-hati, kita dapat memprioritaskan keduanya dengan

sesuai dan membuat proses belajar mengajar tidak hanya lebih

efektif, tetapi juga efisien.

Page 200: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

191

BAB 6

MENGAKTIFKAN MOTIVASI BELAJAR

Mereka dan Anda jelas berbeda dalam banyak hal, jangan memperlakukan mahasiswa seperti dosen-dosen Anda memperlakukan Anda sewaktu Anda jadi mahasiswa

Tiba bagi Anda mempelajari beberapa keterampilan didaktik

yang akan dibahas pada empat bab berikutnya. Motivasi belajar,

memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran, sama sekali

tidak boleh diabaikan oleh dosen. Untuk memahami konsep motivasi

belajar, simaklah dua cerita berikut:

Mahasiswa Saya Seharusnya Mencintai Ini - Tetapi Tidak Pada semester lalu, saya telah mengajar mata kuliah yang

berkaitan langsung dengan bidang yang paling saya sukai. Saya menghabiskan banyak waktu dan energi pada semester sebelumnya untuk mempersiakan materi dan sangat bersemangat karena harus mengajar di semester berikutnya.

Saya menggunakan sejumlah buku bacaan dalam Filsafat Eropa Daratan dan menugaskan suatu proyek penelitian berdasarkan pada dokumen primer yang berasal dari Abad 19 dan 20. Saya memberitahukan kepada mereka bahwa mereka akan tertarik pada topik ini dan akan menghargai beberapa karya klasik yang mereka baca.Tetapi tidak seperti yang saya harapkan dan saya kecewa dengan karya mereka. Dengan harapan dari dua filsafat utama dan hanya satu mahasiswa yang mendapatkan nilai "A", mereka semua tidak tertarik membaca dan sulit berpartisipasi dalam diskusi. Sebagai tambahan, tidak sedikit dari mereka kurang tertarik atau kreatif dalam memilih topik penelitian. Secara keseluruhan, sedikit kemajuan yang mereka peroleh sepanjang semester. Saya menduga banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah filsagat mereka tidak begitu peduli tentang filsafat. Professor Kevin

Page 201: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

192

Anda Tidak Akan Lulus Mata Kuliah Saya !

Teman saya yang biasa mengajar Termodinamika harus keluar pada semester ini dan saya ditugaskan untuk menggantinya. Saya tahu tugas mengajar Termodinamika itu tidak mudah, mata kuliah ini termasuk mata kuliah yang memiliki reputasi mata kuliah susah dan mahasiswa teknik mesin harus mengambil mata kuliah ini karena termasuk mata kuliah utama.

Sebelumnya, teman saya sudah mengingatkan saya bahwa banyak mahasiswa yang tidak masuk kelas di awal semester dan mereka datang ke kelas tanpa ada persiapan. Peringatannya begitu jelas bahwa saya perlu cara untuk memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih keras dan tetap mempelajari materi. Saya ingat ketika saya sebagai mahasiswa, ada saran dari Professor bahwa saya tidak menyukai tantangan yang diberikan kepada saya dan Anda berusaha membuktikan anggapan itu salah.

Sehingga saya memberitahukan kepada mahasiswa saya saat pertama kali masuk kelas, bahwa "Mata kuliah itu sangat sulit. Anda harus bekerja lebih keras dari mata kuliah sebelumnya dan meskipun begitu, sepertiga dari Anda semua tidak akan lulus mata kuliah ini." Saya berharap bahwa jika mahasiswa saya mendengarkan hal itu, mereka akan terpacu dan bekerja lebih keras untuk mencapainya.

Tetapi alangkah terkejutnya saya, mereka kurang semangat bahkan lebih dari semester sebelumnya: mereka seringkali tidak datang ke kelas, mereka kurang berusaha keras mengerjakan PR dan tes kemampuan mereka banyak yang salah. Dan selanjutnya saya telah memberikan mereka peringatan ! Bahwa kelas memilih sikap yang salah sebagaimana saya perhatikan dan mahasiswa nampaknya lesu dan apatis. Saya mulai berfikir bahwa mahasiswa itu malas banget. Professor Aderani

Page 202: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

193

APA YANG TERJADI

Pada kedua cerita di atas, mahasiswa gagal memenuhi dan

menunjukkan tingkat kemampuan yang diinginkan Professor. Pada

kedua kasus, sedikit keterlibatan dengan materi nampaknya menjadi

akar permasalahanya. Pada mata kuliah mereka, Professor Kevin dan

Professor Aderani keduanya berfikir keras tentang bagaimana

memotivasi mahasiswa mereka, mereka membuat asumsi umum dan

seringkali salah - tentang mahasiswa mereka yang harus dimotivasi

dengan cara yang sama dengan mereka ketika menjadi mahasiswa.

Ketika mereka menjadi mahasiswa tidak sama dengan memotivasi

mahasiswa sekarang, lalu dosen/pengajar mengambil kesimpulan

bahwa mahasiswa sekarang itu apatis atau malas.

Bagaimanapun, dosen dengan pendekatan tertutup dan

konsekuensi yang tidak mereka harapkan, nampaknya menjadi

penjelasan yang paling disukai atas ketidakterlibatan mahasiswa.

Mengingat Professor Kevin sangat bergairah dengan materi kuliah

dan menemukan ketidaksesuaian, tidak membuat sejumlah materi

mata kuliah yang menarik buat dia - tugas bacaan dan penelitian

dengan dokumen prmer - tidak memiliki nilai yang sama bagi para

mahasiswa. Sebagai konsekuensinya, pendekatan penelitain menjadi

setengah hati dan tidak pernah sukses menguasai materi. Professor

Aderani, berharap menciptakan suatu lingkungan kelas yang sangat

kompetitif sehinnga memotivasi mahasiswa mereka dengan cara yang

sama ketika ia menjadi mahasiswa. Bagaimanapun, dia mengingatkan

tentang begitu sulitnya materi pelajaran dan mahasiswa memiliki

Page 203: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

194

sedikit kesempatan, membuat mahasiswa menyimpan persepsi

negatif tentang mata kuliah, mematahkan harapan mahasiswa untuk

sukses dalam belajar dan mematahkan motivasi mereka untuk belajar

mencapai sukses. Meskipun kedua cerita itu menjelaskan tentang isu

yang berbeda, konsep motivasi menjadi masalah yang dihadapi oleh

pengajar.

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Motivasi mengacu pada dorongan personal yang dimiliki

individu untuk mencapai keadaan atau hasil yang diinginkan (Maehr

dan Meyer, 1997). Dalam konteks pembelajaran, motivasi

mempengaruhi arah, intensitas, ketekunan, dan kualitas dari perilaku

belajar yang ditunjukkan oleh mahasiswa.

MOTIVASI MENGARAHKAN PERILAKU

Motivasi itu penting dalam konteks pembelajaran, tidak bisa

diabaikan (Ames, 1990). Ketika mahasiswa memasuki perguruan

tinggi, mereka memiliki otonomi yang lebih luas atas apa, kapan, dan

bagaimana mereka belajar, motivasi berperan penting dalam

mengarahkan perilaku. Tambahan, dikarenakan begitu banyak tujuan

yang saling berkompetisi untuk mendapatkan perhatian, waktu dan

energi, penting untuk memahami bagaimana meningkatkan atau

menurunkan motivasi untuk mencapai tujuan khusus terkait

pembelajaran.

Sebagaimana kita baca pada cerita pertama, jika mahasiswa

Page 204: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

195

tidak menemukan materi yang menarik, mereka mungkin melihat

sedikit atau tidak ada minilai yang didapatkan dari mempelajari

materi, atau mungkin gagal mempertahankan perilaku yang

dibutuhkan agar belajar lebih giat. Serupa, pada cerita kedua, jika

mahasiswa tidak punya harapan sukses dalam suatu mata kuliah,

mereka merasa tidak perlu terlibat dalam pembelajaran.

Bayangkanlah bagaimana perbedaan kedua cerita jika mahasiswa di

Professor Kevin tidak melihat adanya nilai penting dari menggunakan

dokumen primer dan mahasiswa di Professor Aderani tidak punya

harapan mencapai hasil yang baik, meskipun sudah bekerja keras.

Sebagaimana ditunjukkan dalam cerita tersebut, ada dua

konsep untuk memahami motivasi: (1) nilai subjektif tentang tujuan;

(2) harapan, atau keinginan untuk sukses mencapai tujuan. Meskipun

banyak teori yang telah menjelaskan motivasi, kebanyakan teori telah

memposisikan kedua konsep tersebut sebagai konsep inti dari

motivasi (Atkinson, 1957, 1964; Wigfield & Eccles, 1992, 2000).

Sebagaimana Gambar 3.1 harapan dan nilai berinteraksi untuk

mempengaruhi tingkat motivasi yang mendorong pada perilaku yang

diarahkan pada tujuan (goal-directed behavior).

HASIL PENELITIAN TENTANG MOTIVASI

Tujuan dapat memberikan konteks ketika nilai-nilai dan

harapan memperoleh makna dan mempengaruhi motivasi. Oleh

karena itu, kita mulai dengan pembahasan singkat dari tujuan.

Page 205: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

196

TUJUAN

Untuk mengatakan bahwa seseorang termotivasi memberitahu

kita sedikit hal, kecuali kita mengatakan orang tersebut termotivasi

untuk melakukan sesuatu. Maka dari itu, tujuan menjadi fitur utama

dari perilaku termotivasi (Ryan, 1970, Mitchell, 1982; Elliot & Fryer,

2008). Intinya, tujuan bertindak sebagai pemberi arah yang

mengarahkan sejumlah tindakan yang bertujuan, termasuk capaian

kreaktiivitas dan intelektual seseorang, hubungan sosial dan

interpersonal, identitas dan konsep diri, kebutuhan akan kenyamanan

dan kepemilikan harta dan keinginan untuk produktif dan kompeten

di dunia (Ford, 1992). Lebih dari itu, sejumlah tujuan seringkali muncul

bersamaan. Sangat dibenarkan untuk mahasiswa yang menginginkan

banyak hal dari pergi kuliah: mencapai keahlian dan pengetahuan,

memiliki teman baru, menunjukkan kepandaian kepada orang lain,

merasa bebas dan gembira.

Ketika kita mempertimbangkan cara-cara bahwa cara belajar

mahasiswa kita dipengaruhi tujuan, perlu dicatat bahwa tujuan

mahasiswa berbeda dari tujuan kita untuk mereka sendiri.

Ketidakcocokan ini adalah benar pada cerita pertama. Professor Kevin

menginginkan mahasiswa memperoleh pemahaman tentang Filsafat

Eropa Daratan melalui penggunaan sumber primer. Tujuan ini jelas

tidak cocok dengan tujuan yang dimiliki mahasiswa. Kebanyakan

ketidakcocokan ini seringkali terjadi ketika kita menginginkan

mahasiswa kita mencapai pembelajaran sesuai harapan kita, padahal

mereka termotivasi terutama oleh tujuan pencapaian kemampuan.

Page 206: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

197

Tujuan pencapaian termasuk citra diri dan reputasi positif dan citra

publik. Ketika diarahkan oleh tujuan pencapaian, mahasiswa fokus

pada standar normatif dan mencoba berbuat sesuatu yang

dibutuhkan untuk menunjukkan kompetensi dalam rangka

menampakkan intelektualitas, memperoleh status dan dikenal serta

dihargai.

Elliot dan teman sejawat membuat perbedaan di antara tujuan

pencapaian. Mereka membagi tujuan pencapaian ke dalam dua

bentuk: tujuan dengan pendekatan pencapaian dan tujuan

pengabaian pencapaian. Mahasiswa dengan tujuan pendekatan

pencapaian memfokuskan pada perolehan kompetensi dengan

mencapai standar normatif. Mahasiswa dengan tujuan pengabaian

pencapaian, fokus pada pengabaian ketidakmampuan dengan

mencapai standar pencapaian. Mereka menyarankan bahwa kerangka

kognitif dengan pembelajaran pendekatan mahasiswa berbeda untuk

mahasiswa yang termotivasi atas tujuan pencapaian dan pengabaian

pencapaian dan hasil dari penelitian menyarankan bahwa tujuan

pendekatan pencapaian lebih maju dalam belajar dibandingkan

tujuan pengabaian pencapaian (Elliot dan McGroggor, 2001; Cury,

et.al., 2006).

Ketika diarahkan oleh tujuan pembelajaran, mahasiswa

mencoba mencapai kompetensi dan benar-benar mempelajari

aktivitas atau tugas yang diberikan kepada mereka. Dapat Anda

bayangkan, jika kita menginginkan mahasiswa mencapai pemahaman

yang mendalam yang datang dari eksplorasi dan mengambil reskio

Page 207: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

198

intelektual, tetapi mereka hanya menginginkan berbuat apa yang

dibutuhkan untuk mencapai nilai yang baik (pengabaian pencapaian

tujuan), kita tidak akan mendapatkan perilaku belajar dan hasil belajar

yang kita inginkan. Tentu saja, banyak penelitian menyarankan bahwa

mahasiswa akan tetap mempertahankan tujuan belajar, dibandingkan

mahasiswa yang mempertahankan tujuan pencapaian (terutama

tujuan pengabaian pencapaian) lebih menyukai menggunakan suatu

strategi yang menghasilkan pemahaman yang mendalam, untuk

memberikan apa yang dibutuhkan, untuk membantu ketika mereka

menghadapi kesulitan dan untuk merasa nyaman dengan tugas yang

menantang.

Mahasiswa mungkin juga memiliki tujuan lain yang

bertentangan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh

pengajar. Tujuan pengabaian pekerjaan rumah (Meece dan Holt,

1993), misalnya, bisanya ingin menyelesaikan pekerjaan rumah

dengan cepat dengan sedikit usaha. Mahasiswa terdorong terutama

oleh tujuan pengabaian tugas mungkin memiliki sedikit kepentingan

dalam belajar dan nampaknya terasing, diabaikan atau tidak

diperhatikan. Penting untuk diingat, bagaimanapun, tujuan

pengabaian tugas pekerjaan seringkali dalam konteks khusus, ketika

mereka menerima tugas yang begitu sulit dalam konteks tertentu

sehingga mereka mengabaikan pekerjaan rumah. Misalnya,

mahasiswa di kelas Sejarah memiliki sedikit kemungkinan masuk ke

kelas Professor Kevin jika dia tidak melihat bagaimana pengetahuan

dan perspektif Filsafat Eropa Daratan dapat digunakan pada

Page 208: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

199

pertumbuahan intelektual dan profesional.

Bahkan meski tujuan mahasiswa tidak persis dengan tujuan

pengajar, kedua set tujuan tidak selalu bertentangan. Faktanya, ketika

beberapa tujuan mahasiswa sesuai dengan tujuan kita, situasi

pembelajaran cenderung berhasil. Bayangkan, jika mahasiswa

Sejarah, dapat diberitahukan bahwa mereka dapat mengembangkan,

menilai, dan mengevaluasi argumen lokasika yang dapat membantu

mereka menjadi teknisi yang lebih efektif (misalnya, dengan

membantu mereka membangun desain mesin yang dipilih untuk

klien). Dengan tujuan kita dan tujuan professor - sesuai dan karenanya

lebih produktif, motivasi untuk mencapai tujuan belajar bisa

diperkuat.

Lebih dari itu, jika aktivitas yang memuaskan lebih dari satu

tujuan, motivasi untuk mendorong aktivitas nampaknya lebih besar

dibandingkan jika motivasi terpusatkan hanya pada satu tujuan.

Relevan dengan penjelasan ini yaitu fakta bahwa tujuan afektif dan

tujuan sosial dapat memainkan peran penting di kelas (Ford, 1992).

Sebagai contoh, jika tujuan mahasiswa dalam mata kuliah Proyek

Desain Industri menerapkan prinsip-prinsip dasar desain (tujuan

pembelajaran), membangun persahabatan (tujuan sosial), dan

mempertahankan aktivitas (tujuan afektif), maka biarkan mahasiswa

mengerjakan proyek dalam kelompok yang dapat memberikan

kesempatan kepada mereka mencapai semua tujuan pada waktu

yang sama dan kemungkinan meningkatkan motivasi mereka. Hal itu

didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang

Page 209: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

200

memiliki beragam jenis tujuan lebih sukses dibandingkan mahasiswa

yang hanya memiliki satu tujuan (Valle, et.al., 2003).

Hal lain yang juga bisa terjadi, bahwa mahasiswa yang memiliki

beragam tujuan, kemungkinan akan mengalami konflik. Misalnya,

mahasiswa memiliki tujuan agar lebih baik dalam mengerjakan soal

ujian psikologi selagi perkuliahan berlangsung. Pada waktu yang

bersamaan, mahasiswa memiliki tujuan untuk menjadi anggota tim

dan sebagai konsekuensinya merasa perlu mengejar registrasi yang

bersamaan dengan jadual kuliah. Segala sesuatu harus dipersiapkan,

untuk mencapai tujuan, dia harus menjaga kesehatan, ketika dia harus

mengalami latihan dalam cuasc dingin, mungkin berfikir lebih baik

istirahat tanpa harus kuliah atau menggagalkan registrasi tim.

Sejumlah tujuan saling berkompetisi, tujuan apa yang harus dipilih?

Terdapat beberapa variabel penting yang dapat memberikan

pencerahan kepada mahasiswa agar terus termotivasi mencapai

tujuan. Ingatlah bahwa nilai dan pengalaman berinteraksi untuk

mempengaruhi motivasi. Pada bagian berikut, kita akan membahas

tentang nilai, dan kemudian berikutnya tentang harapan.

NILAI

Suatu tujuan penting, seringkali mengacu pada nilai subjektif,

adalah kunci dari beragam ciri yang mempengaruhi motivasi untuk

mencapai tujuan. Tentu saja, kurangnya nilai yang diterima oleh

mahasiswa Professor Kevin banyak dipengaruhi oleh kurangnya

motivasi, sebagaimana diceritakan pada cerita pertama. Masalah

Page 210: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

201

yang muncul sangatlah sederhana. Seseorang termotivasi untuk

mempertahankan perilaku mencapai tujuan memiliki nilai yang relatif

tinggi. Maka dari itu, ketika dihadapkan dengan beragam tujuan

(misalnya masuk kuliah, mendaftarkan diri menjadi anggot tim, atau

tidur), mahasiswa akan lebih termotivasi mencapai tujuan yang

memiliki nilai yang tinggi.

Nilai dapat bersumber dari beragam sumber. Wigfied dan

Eccles (1992, 2000) menyarankan tiga bagian yang menentukan nilai

subjektif untuk aktivitas yang berkaitan dengan prestasi dan tujuan.

Pertama, nilai pencapaian, yang dicerminkan sebagai kepuasan untuk

menguasai sesuatu dan menyelesaikan suatu tugas atau tujuan.

Misalnya, mahasiswa akan menerima kepusaan dari menyelesaikan

teorema matematika kompleks dan konsekekuensinya menghabiskan

banyak waktu untuk menunjukkan kemampuannya menyelesaikan

tugas. Serupa, seseorang seringkali menghabiskan waktu bermain

video game dalam rangka mencapai tingkat penguasaan yang lebih

tinggi.

Kedua, nilai instrinsik, yang dicerminkan dengan kepuasan

mencapai sesuatu yang sederhana dari tugas yang diberikan daripada

dari hasil tertentu dengan mengerjakan tugas. Nilai bentuk ini

berjalan ketika mahasiswa mereka mengerjakan sesuatu yang sangat

melelahkan dalam mendesain dan menghasilkan suatu podium yang

cantik, atau bekerja keras untuk memahami saling-terkait variabel

yang mempengaruhi aliran darah kepada sel tumor karena mereka

mencintai. Pada intinya, nilai ini sangat bertalian erat dengan materi

Page 211: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

202

spesifik dari aktivitas atau tujuan dan sumber ini disebut oleh peneliti

tradisional adalan motivasi intrinsik.

Sumber ketiga, apa yang disebut oleh Eccles dan Wigfied

sebagai nilai instrumental, yang mencerminkan derajat aktivitas yang

dapat membantu satu penyelesaian atau pencapaian tujuan penting,

apa yang disebut sebagai motivasi ekstrinsik. Penghargaan,

pengakuan publik, uang, barang, karir yang menarik, status

pekerjaan, atau gaji merupakan tujuan jangka panjang yang

memberikan nilai instrumental pada tujuan jangka pendek. Misalnya,

mahasiswa yang mempelajari mata kuliah bisnis hanya karena gaji dan

prestise akan berhadap suatu pekerjaan akan termotivasi untuk

belajar dan menghadiri kelas oleh nilai instrumental bahwa kelas

dapat memberikan gaji dan status yang diinginkan.

Banyak mahasiswa pada mata kuliah Filsafat Eropa Deratan

nampaknya tidak memiliki satu jenis pun dari ketiga jenis nilai

tersebut. Sepertinya dua aliran utama filsafat, untuk mereka yang

memiliki nilai instrinsik dan mahasiswa yang menginginkan

memperoleh nilai baik menjadi alat untuk lulus sekolah, satu sumber

nilai mungkin dapat memotivasi perilaku. Bagaimanapun, pada

kebanyakan kasus, sumber dari nilai dapat saling berkombinasi. Tentu

saja, perbedaan tradisional antara motivasi instrinsik dan motivasi

ekstrinsik pada umumnya sebagai dikotomi untuk kepentingan

teoretik.

MIsalnya, dengan bekerja, mahasiswa memiliki nilai dari

beragam sumber termasuk menyelesaikan masalah yang menantang

Page 212: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

203

(nilai pencapaian), terlibat dalam proses biologis (nilai instrinsik) dan

meningkatkan kesempatan mendapatkan sekolah medis terbaik (nilai

instrumental). Sebagai konsekuensinya, penting untuk berfikir bahwa

sumber nilai tidak seharusnya saling bertentangan satu sama lain,

tetapi, sebaliknya dapat saling memperkuat. Faktanya, tugas yang

didasarkan pada nilai instrumental bagi mahasiswa (sesatu yang

dikerjakannya untuk mendapatkan nilai yang baik atau memperoleh

kepuasan) dapat mendatangkan nilai instrinsik ketika dia

mengembangkan pengetahuan dan kemampuan di bidang yang

dipelajarinya (Hihi dan Renninger, 2006).

HARAPAN

Meskipun satu nilai dapat memperoleh hasil dalam rangka

memotivasi pencapaian nilai, satu nilai sudah cukup untuk memotivasi

perilaku. Seseorang akan termotivasi mencapai tujuan dan hasil ketika

mereka percaya mereka dapat mencapainya. Sebaliknya, jika mereka

tidak memiliki harapan berhasil mencapai tujuan atau hasil yang

diinginkan, mereka tidak akan termotivasi untuk mempertahankan

perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Teori motivasi

mengacu pada harapan seperti ini sebagai harapan. Di sini akan

dijelaskan dua bentuk harapan yang dapat membantu anda

memahami perilaku motivasi.

Untuk termotivasi mencapai tujuan khusus, mahasiswa harus

memiliki harapan hasil yang positif. Harapan hasil mencerminkan

kepercayaan bahwa ada tindakan khusus akan membawa pada hasil

Page 213: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

204

yang diinginkan (Carver dan Scheier, 1998). Mahasiswa yang memiliki

harapan hasil positf ketika ia berfikir "Jika saya mengerjakan tugas

membaca dan berpartisipasi di kelas, saya dapat mempelajari materi

cukup baik untuk menyelesaikan masalah di ujian dan mencapai nilai

kelulusan". Pada kasus itu, terdapat harapan hasil positif yang

berkaitan dengan perilaku mahasiswa dan hasil yang diinginkan.

Sebaliknya, harapan hasil negatif terkait dengan kepercayaan bahwa

tindakan khusus tidak akan berpengaruh pada hasil yang diinginkan.

Misalnya, seorang mahasiswa mungkin berfikir "Tidak penting

bagaimana saya berusaha keras pada mata kuliah ini, saya tidak akan

memperoleh nilai yang baik."

Dinamika ini sepertinya terjadi pada beberapa mahasiswa

Professor Aderani dalam cerita yang dikemukakan di awal bab ini.

Professor Aderani mengingatkan kepada mahasiswa bahwa sepertiga

dari mereka akan gagal, bahkan setelah bekerja keras sekalipun.

Hasilnya, banyak dari para mahasiswa memiliki harapan hasil negatif;

dengan kata lain, mereka memulai dengan keraguan bekerja keras,

dalam mencapai nilai kelulusan dan mereka kehilangan motivasi.

Ironis, apa yang disampaikan Professor Aderani sebagai

"penyemangat" bagi mahasiswa menjadi penurun motivasi. Dalam

rangka agar mahasiswa termotivasi untuk tetap mempertahankan

perilaku dalam menggapai hasil belajar, mereka harus percaya bahwa

terdapat hubungan antara perilaku dan hasil yang diinginkan.

Meskipun harapan hasil positif sangat dibutuhkan untuk

memotivasi perilaku, tetapi tidak cukup. Harapan kemampuan diri

Page 214: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

205

(efficacy) juga penting. Efikasi diri mencerminkan kepercayaan bahwa

seseorang memiliki kemampuan mengidentifikasi, menata, memulai

dan melaksanakan tindakan yang dapat membawa pada hasil yang

diinginkan (Bandura, 1997). Dalam rangka mempertahankan harapan

positif untuk mencapai sukses, mahasiswa bukan hanya tidak percaya

bahwa mereka ditugaskan belajar untuk mencapai nilai kelulusan,

mereka juga percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu tugas yang diberikan untuk mendapatkan nilai

kelulusan. Maka dari itu kerpecayaan personal menjadi karakteristik

penting dari variabel harapan dan juga variabel yang dapat

mendorong motivasi.

Apa yang paling menentukan harapan mahasiswa untuk

mencapai sukses? Salah satu faktor yang paling memperngaruhi

adalah pengalaman mahasiswa sebelumnya dalam konteks yang

sama. Jika mahasiswa memiliki pengalaman sukses pada aktivitas

belajar di masa lalu, ia akan memiliki harapan sukses pada aktivitas

belajar di masa mendatang. Jika dia memiliki pengalaman gagal di

masa lalu, kemungkinan sisa memiliki harapan gagal di masa

mendatang. Analisis tentang kesuksesan dan kegagalan di masa lalu,

bahwa alasan mahasiswa mengidentifikasi kesuksesan masa lalu dan

kegagalan masa lalu akan sangat mempengaruhi harapannya di masa

kini. Berdasarkan alasan tersebut, penjelasan kausal sering digunakan

oleh mahasiswa dalam memikirkan harapan mereka.

Ketika mahasiswa sukses mencapai tujuan dan mereka

menyematkan kesuksesan itu ke dalam penyebab internal (misalnya,

Page 215: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

206

mereka memiliki talenta atau kemampuan) atau ke dalam penyebab

yang terkendali (misalnya, meraka memiiliki usaha atau ketekunan),

biasanya mereka akan mengharapkan kesuksesan di masa

mendatang. Jika, mereka menyematkan kesuksesan itu ke dalam

penyebab eksternal (misalnya, tugas essay) atau penyebab tidak

terkendali (misalnya, keberuntungan), mereka kurang berharap sukses

di masa depan. Misalnya, jika seorang mahasiswa menyamatkan nilai

baik yang diterimanya pada Proyek Desain sebagai kreativitasnya

(kemampuannya) atau banyaknya waktu yang dihabiskan dalam

perencanaan dan pelaksanaan (usaha), mahasiswa akan berharap

sukses pada tugas yang diberikan berikutnya. Hal ini dikarenakan

indikator kesuksesannya relatif stabil dan menjadi hal yang tertanam

dalam diri mahasiswa itu. Karakteristik yang sama juga terjadi pada

harapan positif untuk situasi yang sama di masa depan.

Ketika mahasiswa gagal mencapai tujuan, motivasinya rendah

jika mahasiswa mengaitkan kegagalannya disebabkan oleh kurangnya

kemampuan (misalnya, "saya tidak bisa matematika" atau "Saya tidak

bisa menulis"), terutama sekali jika dia melihat kemampuannya tetap

atau tidak dapat berubah. Di lain pihak, bahkan dalam situasi

kegagalan, motivasi sepertinya sangat bertahan jika seorang

mahasiswa menjelaskan kegagalannya karena kemampuannya dalam

arti penyebab yang dapat dikendalika dan temporer seperti persiapan

yang tidak tepat, usaha yang kurang, atau informasi yang tidak tepat.

Dalam situasi seperti ini, mahasiswa akan mempertahankan

Page 216: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

207

kepercayaan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk merubah

perilaku guna mencapai hasil yang lebih positif.

Maka dari itu, dalam konteks kelas, motivasi dan usaha serta

ketekunan saling sangat dibutuhkan di antara mahasiwa yang

menyematkan diri untuk mencapai kesuksesan sebagai kombinasi dari

usaha dan kemampuan, dan rendahnya kemampuan dikaitkan

dengan usaha dan informasi yang tidak sesuai. Bentuk atribut

merupakan dasar bagi ekspresi bahwa kemampuan yang baik dapat

dipertahankan dan kemampuan yang jelek dapat dirubah.

PENGARUH LINGKUNGAN BERINTERAKSI DENGAN NILAI DAN

HARAPAN

Nilai dan harapan tidak berada dalam ruang kosong. Tentu

saja, keduanya berinteraksi dalam konteks lingkungan yang lebih luas

(lihat Bab 7 untuk penjelasan tentang Suasana Belajar). Dari sudut

pandang mahasiswa, lingkungan kelas terus menerus dapat

mendukung dan tidak mendukung (Ford, 1992). Tanpa pertanyaan,

dinamika kelas, gaya interpersonal, serta bentuk dan struktur pola

komunikasi, semuanya dapat mendukung atau menghambat motivasi

mahasiswa mencapai suatu tujuan. Jika mahasiswa menerima

lingkungan yang suportif (misalnya, dosen yang akrab dan beberapa

anggota kelas mau membantu jika ada masalah), motivasi dapat

meningkat. Jika mahasiswa menerima lingkungan yang tidak

mendukung (misalnya, "dosen terlihat menyepelekan perempuan"),

dapat mengalahkan harapan sukses dan mengurangi motivasi.

Page 217: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

208

Maka dari itu, kerangka untuk memahami motivasi bahwa jika

suatu tujuan adalah nilai dan harapan untuk sukses adalah positif dan

lingkungan belajar mendukung, motivasi akan tinggi. Bagaimanapun,

jika terdapat sedikit nilai atau harapan untuk sukses negatif, atau

lingkungan tidak mendukung, motivasi akan rendah. Lalu, apa artinya

bagi kelas kita dan bagaimana perilaku mahasiswa?

Untuk memulainya, penting sekali kita sadari bahwa kita

memiliki tiga hal utama (nilai, harapan diri, dan lingkungan yang

mendukung) yang dapat mempengaruhi motivasi. Maka dari itu, jika

kita mengabaikan salah satu dari ketiganya, motivasi akan terhambat.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hansen (1989) dan

Ford (1992), sejumlah perilaku hasil dari interaksi antara nilai dan

harapan dalam lingkungan yang tidak mendukung dan mendukung.

Ketika mahasiswa memiliki sedikit tujuan dan memiliki sedikit

kepercayaan diri atas kemampuannya untuk sukses mencapai tujuan,

mereka cenderung berperilaku menentang arahan. Karakteristik

mahasiswa seperti ini terjadi baik dalam lingkungan yang mendukung

maupun lingkungan yang tidak mendukung. Mahasiswa tidak terlibat

dalam situasi belajar dan bersikap apatis, pasif, mengasingkan diri

atau bahkan memiliki sifat marah, dalam lingkungan yang positif,

dukungan yang diterimanya dianggap sebagai koersif atau tekanan.

Ketika mahasiswa, baik dalam lingkungan yang mendukung

maupun tidak mendukung, memiliki sedikit nilai dalam tujuan, tetapi

percaya diri atas kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, meraka

akan berperilaku menghindar. Mereka melihat tugas sebagai sesuatu

Page 218: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

209

yang dapat diselesaikan, tetapi tidak penting, mahasiswa seringkali

sulit memperhatikan dan seringkali mengalami hambatan sosial atau

pelamun. Seringkali, dalam usahanya mengabaikan semua

persetujuan dan tekanan dari dosen atau stigma dikaitkan dengan

rendahnya nilai, mereka sedikit sekali usaha mengerjakan tugas yang

diberikan.

Mahasiswa yang yang memiliki nilai dalam tujuan, tetapi

kurang percaya diri atas kemampuannya mencapai sukses dapat

menunjukkan dua bentuk perilaku, tergantung pada keadaan

lingkungan. Ketika sedikit menerima atau lingkungan tidak

mendukung, mereka cenderung tidak bergairah. Sepertinya, mereka

menunjukkan tidak memiliki harapan untuk sukses dan menunjukkan

motivasi tingkat rendah, menunjukkan perilaku yang sangat

membutuhkan bantuan. Meraka yang menerima lingkungan yang

positif cenderung menjadi pengacau (fragile). Itu terjadi, dikarenakan

nilai pada tugas dan percaya lingkungan memberikan dukungan,

mereka ingin sukses. Bagaimanapun, mereka ragu-ragu tentang

kemampuannya dan mungkin mencoba melindungi gagasan tentang

self-esteem dengan mencoba memahami, mengabaikan situasi yang

menuntut unjuk keahlian, mengabaikan kesulitan, dan membuat

pengecualian untuk memperjelas kinerja yang jelek.

Serupa, tergantung pada persepsi tentang lingkungan yang

diterimanya, mahasiswa yang memandang adanya nilai dnegan

mengerjakan tugas dan memiliki kepercayaan diri atas

kemampuannya, juga menunjukkan dua bentuk perilaku. Mereka

Page 219: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

210

yang menerima sedikit atau tidak sama sekali lingkungan yang

mendukung akan berperilaku aneh (defiant). Hal itu terjadi, karena

tugas dianggap penting dan mereka percaya pada kemampuan yang

dimilikinya, mereka akan berkata "Saya akan tunjukkan kepada Anda"

atau "Saya akan menunjukkan bahwa Anda salah" dalam menjawab

kurangnya lingkungan yang mendukung. Mahasiswa yang

mendapatkan dukungan lingkungan menunjukkan perilaku yang

sangat termotivasi. Pada intinya, ketiga inti [nilai, harapan, dan

lingkungan] itu mempengaruhi motivasi jika diarahkan secara positif.

Sebagai konsekuensinya, mahasiswa akan belajar, terikat, dan

menerapkan pengetahuan baru dan melihat situasi belajar sebagai

kesempatan untuk memperluas pemahaman mereka.

IMPLIKASI PENELITIAN

Beberapa hal penting telah dibuktikan. Pertama, nilai, harapan,

dan lingkunan saling berinteraksi untuk menghasilkan sejumlah

perilaku yang berbeda-beda. Maka dari itu, tidak ada variabel tunggal

yang bersifat universal yang dapat menjelaskan motivasi mahasiswa.

Dapat dikatakan, perubahan pada salah satu dimensi dapat

mengubah tingkat motivasi mahasiswa dan kemudian perilaku

mereka. Sebagai contoh, memberikan dukungan dan mendorong

mahasiswa yang cenderung menunjukkan perilaku menyimpang

dapat mendorong mereka memiliki motivasi tinggi.

Serupa, dengan membantu mahasiswa "pengacau"

membangun kepercayaan positif bahwa mereka memiliki kesempatan

Page 220: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

211

untuk sukses, kita dapat membuat mereka untuk memiliki motivasi

tinggi. Tentu saja, setiap dimensi dari lingkungan belajar yang kita

ciptakan, menjadi dimensi yang sangat berpengaruh. Terakhir, jika

kita mengabaikan satu dimensi, motivasi akan terganggu. Dalam

kasus tetentu, jika kita gagal menunjuk mahasiswa yang tidak memiliki

nilai pada tugas dengan menyampaikan tujuan tugas, mereka akan

menunjukkan perilaku menghindar. Serupa, jika mahasiswa berada

dalam lingkungan yang tidak mendukung, bahkan untuk mereka yang

menemukan adanya nilai pada tugas yang diberikan dan

mempertahankan harapan positif, mereka akan dengan cepat

meningkatkan motivasi. Tentu saja, ketika lingkungan yang

diterimanya, paling baik kita berharap mereka memiliki motivasi pola

menyimpang.

STRATEGI YANG DISARANKAN

Pada bagian ini kita akan menjelaskan beragam strategi yang

dapat membantu Anda meningkatkan nilai pada tujuan dan ativitas

yang harus diciptakan untuk mereka, juga strategi yang dapat

membantu Anda memperkuat harapan mahasiswa dan menciptakan

lingkungan yang dapat mendorong motivasi.

Page 221: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

212

STRATEGI UNTUK MEMBENTUK NILAI PADA DIRI MAHASISWA

Kaitkan Materi Mata Kuliah Dengan Sesuatu Yang Menarik Bagi

Mahasiswa

Mahasiswa biasanya lebih termotivasi untuk mempelajari

materi mata kuliah, ketika materi mata kuliah menarik bagi mereka

atau materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Misalnya, mata kuliah Sejarah Rock n Roll, filsafat dan film Matrix,

statistik tentang orientasi seksual, bagaimana teknologi dapat

memerangi kemiskinan global, dan bagaimana membawa dunia nyata

ke dalam kelas, dapat memperkuat ketertarikan mahasiswa. Semua

topik itu dapat sangat diminati mahasiswa karena mereka

memasukkan masalah-masalah yang penting bagi mahasiswa.

Berikan Tugas Yang Otentik

Berikan masalah dan tugas yang dapat membuat mahasiswa

melihat relevansi dan nilai dari konsep dan teori abstrak secara jelas

dan nyata. Misalnya, dalam mata kuliah ekonomi, mahasiswa

diberikan kasus ketidakstabilan ekonomi untuk menggambarkan

kekuatan pasar. Analisis dunia nyata dapat diberikan bersamaan

dengan konteks teori ekonomi dan penggunaan teori tersebut pada

situasi yang berlaku saat ini. Serupa, pada mata kuliah Sistem

Informasi misalnya, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa

untuk membangun suatu dasabase informasi akademik pada lembaga

pendidikan tertentu. Tugas otentik dunia nyata seperti itu

memungkinkan mahasiswa bekerja berhadapan dengan hambatan

Page 222: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

213

dan tantangan yang nyata, berinteraksi dengan orang lain, dan

mengembangkan sikap profesionalisme. Selain itu, tugas nyata

seperti itu juga memungkinkan magang.

Tunjukkan Relevansi Kepada Kehidupan Akademik

Mahasiswa terkadang tidak tertarik pada pada pengalaman

belajar dikarenakan mereka tidak melihat nilai penting di dalam mata

kuliah. Misalnya, mahasiswa psikologi mungkin sedikit melihat

pentingnya mata kuliah Matematika karena mereka tidak melihat

pentingnya statistik dan metode penelitian untuk penelitian skripsi.

Jika dosen memperjelas hubungan antara materi mata kuliah dengan

mata kuliah yang akan datang, mahasiswa dapat memahami

pentingya mata kuliah saat ini untuk kepentingan mata kuliah di

periode berikutnya.

Tunjukkan Relevansi Keterampilan Tinggi untuk Kehidupan

Profesional di Masa Mendatang

Mahasiswa seringkali fokus pada materi mata kuliah tanpa

mengetahui keahlian dan kemampuan yang dikembangkan pata mata

kuliah (keahlian yang dimaksud misalnya, argumentasi kuantitatif,

komunikasi publik, kemampuan persuasif, dan kerja tim) dapat

mendatangkan manfaat untuk karir profesional di masa mendatang.

Misalnya, mahasiswa seringkali komplain tentang nilai atas laporan

praktek labolatorium, tanpa menyadari pentingnya kemampuan

menulis dalam dunia kerja. Kita dapat memotivasi mahasiswa dengan

Page 223: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

214

menjelaskan beragam keahlian yang harus mereka miliki agar sukses

dalam karir mereka di masa mendatang.

Identifikasi dan Hargai Apa Yang Bernilai Buat Anda

Penting untuk menjelaskan kepada mahasiswa apa yang

bernilai bagi Anda. Penjelasan ini dapat dimuat di dalam Silabus

(RPS/RPKPS/SAP), disisipkan dalam umpan balik dan di kelas. Setelah

Anda menentukan apa yang paling bernilai buat Anda, pastikan

bahwa hal yang paling bernilai itu muncul dalam item penilaian yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya, jika Anda

menganggap pentingnya interaksi kelompok dalam suatu proyek,

Anda harus mengidentifikasi dan menjelaskan aspek-aspek penting

dari interaksi kelompok, misalnya kejelasan komunikasi,

menyampaikan ketidaksetujuan, apresisasi terhadap beragam

pendapat yang berbeda) dan termasuk evaluasi kelompok sebagai

bagian dari penilaian akhir. Serupa, jika Anda menginginkan

mahasiswa memiliki kreativitas, identifikasi aspek-aspek kreativitas

yang penting dan nilailah mahasiswa Anda berdasarkan aspek-aspek

dari kreativitas.

Tunjukkan Semanat dan Antuasiasme Terhadap Materi

Antuasisme dan semangat dapat memperkuat dan

mempengaruhi mahasiswa Anda. Bahkan jika ketika mahasiswa tidak

semangat dan menunjukkan ketertarikan pada materi, jangan takut

untuk menghentikan ketertarikan Anda pada materi yang Anda

Page 224: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

215

ajarkan. Semangat Anda dapat meningkatkan rasa ingin tahu sissa

dan memotivasi mereka untuk menemukan hal yang menarik yang

ditunjukkan oleh Anda, biarkan mereka terlibat sehingga mereka

menemukan nilai.

STRATEGI UNTUK MEMBANTU MAHASISWA MEMBANGUN

HARAPAN POSITIF

Pastikan Kesesuaian Antara Sasaran/Tujuan Pembelajaran, Penilaian

dan Strategi Pembelajaran

Ketika ketiga komponen mata kuliah itu saling sesuai - ketika

mahasiswa mengetahui tujuan, diberikan kesempatan untuk berlatih

dan mendapatkan umpan balik, dan dapat menunjukkan tingkat

pemahaman mereka - belajar akan lebih baik. Mahasiswa juga

mendapatkan gambaran yang utuh tentang apa yang diharapkan dari

mereka dan teruslah memberikan motivasi sehingga mereka lebih

percaya diri dan dapat mengontrol aktivitas belajar mereka, juga

kemampuan mereka.

Identifikasi Tingkat Tantangan Yang Sesuai

Aturan tantangan yang sesuai, tetapi tantangan itu dapat

dicapai dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, sangat

penting untuk memotivasi mahasiswa. Bagaimanapun, identifikasi

tingkat tantangan yang sesuai yang dianggap oleh Anda sulit dicapai.

Juga, Anda perlu mengetahui keadaan mahasiswa - dalam arti

pengetahuan sebelumnya dan pengalaman, sehingga kamu dapat

Page 225: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

216

menentukan rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai. Penilaian awal memiliki manfaat untuk mengetahui

baik pengetahuan sebelumnya maupun tujuan di masa mendatang.

Ujilah silabus materi pelaajaran sebelum dilaksanakan dalam suatu

pola yang berurut, dapat berguna untuk mengetahui pengalaman

mahasiswa sebelumnya. Silabus bagi pengajar yang akan mengajar di

masa lalu juga dapat menjadi petunjuk untuk menyesuaikan harapan

Anda. Terakhir, berdiskusilah dengan kolega Anda untuk

mengidentifikasi harpaan Anda atau bertanyalah untuk mengamati

kelas ANda.

Susun Tugas dengan TIngkat Tantangan Yang Sesuai

Di lain pihak, jika materi pelajaran atau tugas dengan tingkat

tantangan yang tidak sesuai jangan berharap mahasiswa Anda sukses

mencapai tujuan pembelajaran, mereka tidak akan termotivasi untuk

mengerjakan tugas yang Anda berikan. Di lain pihak, jika tugas ANda

terlalu mudah, mahasiswa akan merasa tidak ada nilai yang penting

untuk mereka atau mereke berfikir akan membuang waktu percuma

untuk mengerjakan tuas itu, mereka akan mencari kesibukan lain.

Sebagai konsekuensinya, kita perlu menetapkan standar tantangan

yang dapat dicapai oleh usaha mahasiswa. Menentukan standar

tantangan tidaklah mudah karena di antara banyak mahasiswa, maka

dari itu, melaksanakan penilaian diagnostik atau tugas awal dapat

membantu Anda untuk menentukan tingkat tantangan yang sesuai

untuk setiap mahasiswa.

Page 226: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

217

Berikan Kesempatan SUkses di Awal Tugas

Harapan akan sukses di masa mendatang sangat dipengaruhi

oleh pengalaman masa lalu. Karena itu, kesuksesan awal dapat

membangun rasa percaya diri dan rasa sukses di masa mendatang.

Strategi ini sangat penting untuk diketahui guru sebagai "pintu

masuk" bagi mahasiswa yang pertama kali masuk ke kelas dengan

ketiadaan alasan mengikuti mata kuliah yang ANda ampu. Misalnya,

Anda dapat memberikan tugas di awal, tugas yang sederhana, tugas

yang memiliki sedikit kontribusi prosentase pada pencapaian

kompetensi dan kepercayaan diri pada tujuan pembelajaran atau

tugas yang lebih besar.

Kemukakan Harapan Anda

Kemukakan harapan Anda atas mahasiswa Anda dengan jelas,

sehingga mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.

Dengan membuatnya jelas Anda dapat memperkirakan mereka

melakukan sesuatu yang mendukung pencapaian tujuan. Hal tersebut

dapat membangun hubungan antara aktivitas belajar dan tujuan yang

diinginkan lebih nyata dan dapat dicapai, sehingga dapat

menumbuhkan harapan positif pada diri mahasiswa. Membantu

mahasiswa menerapkan harapan realistik dengan mengidentifikasi

hal-hal yang menimbulkan kesulitan dan mendukung perasaan

percaya diri dalam menyelesaikan tntangan dan mencapai

kesuksesan. Pada waktu yang bersamaan, biarkan mahasiswa

Page 227: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

218

mengetahui dukungan yang diharapkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran (misalnya jam kuliah atau sesi review).

Sediakan Rubrik

Rubrik merupakan cara untuk menunjukkan secara jelas

pencapaian tujuan yang diharapkan dan dapat mengarahkan perilaku

mahasiswa pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Misalnya, rubrik

makalah dapat mengidentifikasikan tugas (misalnya, hipotesis, bukti,

kesimpulan, penulisan) dan kemampuan yang diharapkan dari setiap

komponen (misalnya, penyusunan, kompetensi, contoh). Lihat

Lampiran C sebagai contoh.

Berikan Umpan Balik Yang DIharapkan

Mengingat umpan balik dapat memberikan informasi tentang

kemajuan pencapaian tujuan, umpan balik dapat memberikan

dampak yang memotivasi. Umpan balik lebih efektif jika direncanakan

dan bersifat konstruktif. Umpan balik yang direncanakan cukup baik

untuk memperkirakan kemampuan yang telah dicapai dan dapat

menjadi acuan untuk pemberian umpan balik pada tahap berikutnya.

Umpan balik yang konstruktif terdiri dari kekurangan, kelemahan, dan

saran untuk tindakan berikutnya. Untuk lebih detailnya, silahkan

dipelajari di Bab 8.

Page 228: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

219

Berlaku Adil

Pastikan bahwa standar dan kriteria yang digunakan untuk

menilai pekerjaan mahasiswa dilaksanakan secara adil dan jujur.

Terutama sekali ketika penilaian dilakukan dengan beberapa item

penilaian (misalnya, tugas, presentasi, kerja kelompok, sekaligus). Jika

mahasiswa mengetahui bahwa pekerjaan mereka dinilai dengan cara

yang berbeda dari temannya atau berbeda dari satu waktu ke waktu

yang lain, mereka merasa kecewa dan mengurangi harapan mereka

akan kesuksesan.

Beritahukan Kepada Mahasiswa Tentang Cara Mencapai Kesuksesan

dan Kegagalan

Membuat mahasiswa dapat mengendalikan diri dan fokus pada

pencapaian tujuan pembelajaran, mempengaruhi harapan mereka

akan sukses dalam belajar, ajarilah mahasiswa tentang ciri-ciri orang

sukses dan ciri-ciri orang gagal. Misalnya, kita biasanya menunjukkan

kesuksesan dari diri kita sendiri (internal) dan menunjukkan

kesuksesan dari pihak luar (eksternal). Bantulah mahasiswa untuk

mewujudkan ciri-ciri orang yang dapat sukses dalam belajar itu jika

mampu melaksanakan strategi belajar yang sesuai, memiliki

manajemen waktu yang baik dan bekerja keras. Hal yang sama, bantu

mereka menghindari faktor-faktor yang berkontribusi pada

kegagalan, misalnya "tidak memiliki nilai yang baik", "tidak

memperhatikan hal-ha detail", atau "malas belajar". Lebih dari itu,

bantu mereka untuk memfokuskan pada hal-hal yang dapat

Page 229: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

220

dikendalikan, misalnya, cara mereka belajar (misalnya, harus berapa

jam, kapan, dan kebiasaan yang harus dilakukan).

Jelaskan Strategi Belajar Yang Efektif

Mahasiswa yang tidak dapat mengidentiikasi cara yang sesuai

untuk merubah perilaku akan mengalami kegagalam. Dalam kasus ini,

penting untuk menjelaskan strategi belajar yang efektif sehingga

mereka memiliki perilaku alternatif. Dengan cara seperti itu, kita dapat

membantu menyesuaikan harapan mereka untuk sukses mencapai

tujuan belajar.

STRATEGI MENUNJUKKAN NILAI DAN HARAPAN POSITIF

Berikan Fleksibilitas dan Kontrol

Hal yang dapat dilakukan, berikan kepada mahasiswa beragam

pilihan dan sediakan pilihan yang sejalan dengan tujuan dan aktivitas

yang bernilai. Salah satu cara memberikan fleksibilitas pada

mahasiswa adalah biarkan mereka memilih porsi materi pelajaran,

menetapkan topik makalah dan pertanyaan diskusi. Fleksibilitas

mengarahkan pada kontrol, yang dapat mempengaruhi harapan akan

sukses.

Berikan Kesempatan untuk Refleksi

Penting sekali untuk memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk merefleksikan diri pada tugas. Berikan kesempatan

kepada mereka untuk relfeksi dengan memberikan pertanyaan yang

Page 230: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

221

dapat membantu mahasiswa mengetahui proses yang harus

dilaksanakan. Misalnya, berikan pertanyaan kepada mahasiswa "Apa

yang telah Anda pelajari dan dapat ANda pelajari dari tugas yang

diberikan?" atau "Nilai apa yang Anda peroleh dari kegiatan belajar

hari ini?", membantu mahasiswa untuk mengetahui nilai dari aktivitas

belajar yang mereka kerjakan. Ajukan pertanyaan kepada mahasiswa

"Hal-hal apa saja yang Anda persiapkan untuk mengerjakan tugas

atau ujian berikut?" dapat membantu mahasiswa mengidentifikasi

strategi yang membuat mereka memiliki kekuatan dan

mengKevinngkan kelemahan, yang berakibat pada munculnya

harapan sukses di masa depan.

RINGKASAN

Pada pertemuan ini, telah dibahas beberapa variabel yang

mempengaruhi motivasi. Kita dapat menggunakan konsep tujuan dan

mengatakan kepada mahasiswa beragam macam tujuan, kebanyakan

tujuan mahasiswa tidak sesuai dengan tujuan kita. Kita telah

menjelaskan suatu model nilai subjektif yakni mahasiswa menetapkan

tujuan dan harapan sukses yang memainkan pertan penting dalam

mempengaruhi motivasi belajar. Kita telah menjelaskan bagaimana

nilai subjektif, harapan tentang kemampuan sukses, dan kepercayaan

tentang lingkungan belajar yang mendukung mempengaruhi cara-

cara mahasiswa dalam berperilaku. Harapan kita bahwa pembaca

dapat memahami beberapa strategi praktis yang dapat meningkatkan

motivasi mahasiswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 231: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

222

BAB 7

MENCIPTAKAN SUASANA KULIAH KONDUSIF

Penguasaan kompetensi oleh mahasiswa, lebih banyak ditentukan oleh faktor suasana belajar, bukan oleh yang lain

Keterampilan didaktik yang akan dibahas di bab ini adalah

kemampuan mengelola kelas. Pengelolaan kelas bukanlah

penguasaan kelas, karena istilah penguasaan cenderung dianggap

sebagai pemberian dan pelaksanaan aturan yang ketat. Pada bab ini

Anda akan mempelajari tentang peran yang harus dimainkan dosen

dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, yakni suasana kelas

yang dapat menumbuhkan dan mendorong terjadinya pembelajaran.

Karena kelas adalah komunitas belajar, yang terdiri dari warga-warga

belajar yang berbeda dalam banyak hal, maka Anda harus mampu

mengelola kelas sesuai dengan karakteristik warga kelas.

Sebagai cara untuk mengantarkan Anda untuk memahami

suasana belajar, awal yang baik jika Anda menyimak dua cerita berikut

ini:

Akhir Cerita Kemarin, di kelas Ekonomi Makro, kelas mendiskusikan

makalah tentang Dampak Imigrasi Ilegal Terhadap Perekonomian Amerika Serikat. Diskusi yang telah berjalan lama tiba-tiba berhenti ketika salah seorang mahasiswa, Gloria, mulai menginterupsi, mengatakan "membaca isi artikel, isinya nampak bias, dan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya". Mahasiswa lain, Danil, mengatakan "Gloria, mengapa Anda selalu mengkaitkan dengan ras? Mengapa kita tidak mendiskuikan apa yang dijelaskan dalam artikel tanpa harus menyerang ras?". Mahasiswa ketiga, Kayla, yang

Page 232: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

223

selama ini diam, berkata dengan berang, "Sejauh saya pelajari, imigran ilegal seharusnya ditangkap dan diusir, cerita berakhir."

"Kakek saya adalah imigran Polandia", dia melanjutkan, "dan datang ke Amerika Serikat secara legal, bekerja keras dan berusaha membuat hidupnya lebih baik, tetapi sekarang negeri ini dijejali oleh imigran Meksiko ilegal yang tidak punya hak berada di sini, dan itu kesalahan luar biasa." Sampai di situ, kelas benar-benar diam dan saya melihat tiga mashasiswa Hispaniola (Amerika Latin) berubah jadi marah, terlihat sangat tidak setuju. Tanpa bersalah, Gloria duduk: "Mereka ilegal, Anda sedang membicarakan orang-orang yang dekat dengan kehidupan saya dan Anda tidak mengetahui apapun tentang mereka." Seluruh mahasiswa di kelas, terbawa emosi dan marah. Gloria menyebut Kayla rasis dan Kayla hampir menangis.

Saya mencoba untuk mengendalikan kelas dengan meminta Gloria untuk mencoba mengurangi perasaan pribadi dalam diskusi dan fokus pada isu-isu ekonomi negara. Kelas kembali ke diskusi, tetapi ketika kembali ke diskusi saya tidak bisa bisa berkata apapun. Kayla dan Gloria duduk diam dengan tangan terlipat, melihat ke bawah, dan sisanya tampak tidak nyaman. Aku tahu, aku tidak menangani situasi kelas dengan baik, tapi aku benar-benar berharap mahasiswa cukup matang untuk berbicara tentang masalah ini tanpa terbawa emosi. Professor Adiva

Tidak Ada Yang Berlalu Baik Dengan Hukuman Diskusi di kelas tentang keberadaan mahasiswa perempuan di

Program Studi Teknik Mesin. Menurut keyakinanku hal itu sangat penting, sehingga saya memutuskan untuk mendukung dan mendorong perempuan di kelas. Saya mengetahui lingkugnan Teknik Mesin dapat mengintimidasi perempuan, maka saya selalu memberikan bantuan dan dukungan untuk mahasiswa perempuan ketika mereka berusaha menyelesaikan masalah dalam kelompok kecil.

Saya selalu mengabaikan pertanyaan mahasiswa perempuan di kelas, dikarenakan saya tidak ingin mereka masuk ke dalam

Page 233: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

224

masalah. Sehingga Anda dapat membayangkan rasa kecewa saya ketika mahasiswa melaporkan kepada saya beberapa minggu yang lalu bahwa salah seorang dari Asisten saya mengungkapkan komentar yang menghina atas Laporan Bacaan yang disampaikan perempuan. Saya memiliki masalah dengan Asisten saya ini yang beropini dan meremahkan orang-orang yang tidak sependapat dengannya. Saya benar-benar merasa tidak senang dengan berita terakhir ini.

Asisten saya hukum dan peringatan keras tentang kesalahan yang tidak boleh terjadi lagi di masa depan. Tapi sayangnya kesalahan itu sudah terlanjur terjadi: satu mahasiswa perempuan (yang nampaknya sudah berjanji) keluar dari mata kuliah dan yang lainnya berhenti berbicara di kelas.

Saya menguatkan diri atas keluhan pada evaluasi awal yang saya kumpulkan minggu lalu.Saya benar-benar bingung, beberapa mahasiswa tidak mengeluh tentang Asisten yang seksis, bahwa mereka mengeluh tentang saya juga! Seorang mahasiswa menulis bahwa saya "melindungi" mahasiswi sementara yang lain menulis bahwa "saya tidak berlaku adil" karena saya "terlalu menuntut lebih dari laki-laki dalam perkuliahan." Saya tidak tahu apa yang membuat hal ini terjadi dan saya mulai berpikir adakah cara-cara untuk membuat semua orang senang. Professor Aderani

APA YANG TERJADI

Pada kedua cerita di atas, menunjukkan tentang begitu

rumitnya dinamika emosional dan antipati sosial di kelas. Prof. Adiva

memberikan tugas membaca pada isu kontroversial, dia mengira

mahasiswa dapat mendiskusikan materi itu dalam prinsip ekonomi

bukannya dari sudut pengalaman personal dan identitas etnik. Apa

yang ada dalam pikirannnya adalah kerjasama yang saling

menguntungkan. Sejak awal diskusi, laporan bacaan menyulut

Page 234: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

225

perubahan emosi tentang isu rasial. Dalam pikiran Prof. Adiva, diskusi

ini telah menyimpang dari materi pelajaran, dan memuncak pada

perasaan tersakiti, ketidaknyamanan, ketidakpedulian, dan terakhir

mematikan suasana diskusi kelas. Professor Adiva menjadi dosen

yang tidak mampu mengendalikan kekacuaan di kelas. Perkelahian

yang timbul membuat dia merasa tidak berdaya dan bertanya-tanya

mengapa mahasiswa tidak dapat mengendalikan emosi mereka.

Professor Adiva, sepenuhnya tidak ingin mengkaitkan isu rasial

dengan materi pelajaran. Di sini dia melihat diri seorang dosen yang

baik, berbuat terbaik untuk melindungi mahasiswa perempuan,

seseorang yang sangat dikhawatirkan (dengan beberapa alasan)

dapat tersingkirkan di kelas yang didominasi oleh mahasiswa laki-laki.

Dia sangat marah dengan perilaku seksis dari Asisten Dosen dan

padahal secara langsung ia sendiri menunjukkan perilaku itu,

meskipun dia idak peduli tentang bagaimana mahasiswa

mempersepsikan perilakunya. Faktanya, dia berusaha mendukung

mahasiswa perempuan dengan memberikan bantuan ekstra dan

mengurangi tekanan: yang diberikan kepada pertempuan di kelas,

tekanan yang menunjukkan kekurangan keyakinan pada kompetensi

dan kemampuan, sementara mahasiswa laku-laki merasa

mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Sebagai hasilnya, mahasiswa

merasa kecewa dan diabaikan, lalu mereka tidak melakukan

partisipasi dalam diskusi dan satu mahasiswa mengatakan akan keluar

dari mata kuliah.

Page 235: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

226

PRINSIP BELAJAR YANG BERLAKU

Dua konsep yang saling berinteraksi adalah inti dari kedua

cerita di atas. Cerita pertama mengemukaan perkembangan

mahasiswa secara keseluruhan dan kedua adalah suasana kelas.

Sebagai dosen yang fokus dengan mendorong keterampilan

intelektual dan kreativitas, kita harus mengenali mahasiswa kita, tidak

hanya dari segi intelektual, tetapi juga sosial dan emosional dan

dimensi tersebut berkaitan dengan suasana kelas, yang berdampak

pada kegiatan belajar dan capaian belajar. Gambar 6.1 menjelaskan

model interaksi antara suasana kelas dan perkembangan sosial-

emosional mahasiswa. Pada kedua cerita, proses sosial dan emosional

menghambat kemampuan mahasiswa dalam mempertahankan

produktivitas kegiatan belajar.

Mahasiswa masih berada dalam tahap pengembangan

keterampilan sosial dan emosional. Kenyataan tersebut menunjukkan

bahwa seseorang selalu mengembangkan keterampilan sosial

emosional. Dua hal penting yang harus dipertimbangkan ketika

berhadapan dengan mahasiswa. Pertama, kondisi emosional dan

sosial muncul dan berkembang selama tahapan kehidupan. Faktanya,

penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial dan emosional

diperoleh mahasiswa ketika mahasiswa berada di kampus lebih

banyak dibandingkan kemampuan intelektual sepanjang waktu di

periode yang lain (Pascarella dan Terenzini, 1991). Kedua, keadaan

emosional dapat memicu intelektual, bahkan ketika emosionalnya

terganggu mereka tidak dapat belajar dengan produktif,.

Page 236: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

227

Meskipun kita tidak dapat mengendalikan perkembangan

sosial dan emosi mahasiswa, berita baiknya adalah jika kita

memahami perkembangan sosial-emosional, kita dapat menciptakan

suasana kelas dengan cara-cara yang sesuai. Lebih dari itu, banyak

penelitian menunjukkan bahwa suasana kelas dapat berimplikasi

terhadap kegiatan belajar dan peningkatan kemampuan. Suasana

kelas yang negatif akan menghambat kegiatan belajar dan

menghambat kemampuan, sedangkan suasana kelas yang positif

dapat menumbuhkan gairah belajar (Pascarella dan Terenzini, 1991).

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.1 bahwa

perkembangan mahasiswa dan suasana kelas saling berinteraksi satu

sama lain, berdampak pada kegiatan belajar. Bagaimanapun untuk

tujuan penjelasan tentang kedua hal tersebut, di sini akan dijelaksan

tentang perkembangan mahasiswa dan suasana kelas secara terpisah.

Dua konsep ini dipadukan dalam penjelasan strategi mengelola kelas,

strategi pengajaran yang memperhatikan perkembangan sosial

emosional dan suasana kelas.

PENELITIAN TENTANG PERKEMBANGAN MAHASISWA

Sama seperti pengobatan yang dilakukan oleh pasien yang

tidak menunjukkan gejala adanya penyakit, pengajaran berpusat

pada mahasiswa menuntut kita untuk mengajar mahasiswa, bukan

mengajarkan materi. Maka dari itu, penting untuk memahami

tantangan komplek tentang perkembangan sosial, emosional dan

intelektual mahasiswa, tidak hanya agar kita dapat mengarahkan

Page 237: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

228

keadaan sosial dan emosional. Bagaimanapun juga, dengan

mempertimbangkan dampak perkembangan sosial emosional

mahasiswa terhadap kegiatan belajar dan pengajaran, kita dapat

menciptakan lingkungan belajar yang produktif.

Mahasiwa, berada di kisaran umur antara 17 tahun sampai

dengan 21 tahun adalah masa-masa terjadinya perubahan dan

pergolakan. Mereka berada dalam masa transisi dari anak SMA dan

belajar untuk mengatur tuntutan intelektual di universitas. Mereka

harus belajar hidup mandiri dan lepas dari orang tua, membangun

jaringan sosial baru, menegosiasikan perbedaan dengan lingkungan,

mengelola keuangan mereka, bertanggungjawab atas perilaku

mereka, dan sebagainya. Dalam perkuliahan, juga dalam interaksi

sosial, mereka tengah bergulat dengan gagasan dan pengalaman

yang menantang nilai, keyakinan dan pikiran mereka. Mereka harus

menggambarkan makna belajar, memilih mata kuliah dan mulai

memandang diri mereka sendiri sebagai anggota dari civitas

akademika. Ketika mereka lulus, mereka harus memutuskan tentang

pekerjaan atau melanjutkan kuliah dan mereka benar-benar merasa

ketakutan untuk menyatakan diri sebagai orang dewasa di dunia yang

nyata. Dengan kata lain, mereka harus menghadapi tantangan

intelektual, mereka juga harus bergulat dengan sejumlah masalah

sosial, emosional dan praktis tertentu.

Bagaimana kita dapat memahami jalan perkembangan

mahasiswa? Banyak model perkembangan yang membahas tentang

kerangka konseptual dasar yang akan kita bahas di sini. Umumnya,

Page 238: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

229

perkembangan diartikan sebagai tanggapan terhadap tantangan

sosial, emosional dan intelektual sebagai katalisator pertumbuhan.

Definisi itu harus kita pahami, bahwa model perkembangan

menggambarkan perkembangan mahasiswa secara luas dan tidak

hanya menjelaskan perkembangan individu mahasiswa.

Faktanya, setiap individu tidak berkembang dengan pola

perkembangan yang biasa. Lebih dari itu, perubahan tidak selalu ke

arah kemajuan. Maka dari itu, dalam keadaan tertentu, mahasiswa

mengalami kemunduran. Tambahan, mahasiswa dapat berkembang

dengan cepat di bidang terentu (katakanlah, kematangan intelektual)

dan kurang berkembang di bidang tertentu (katakanlah, kematangan

emosional). Terakhir, harus kita catat bahwa meskipun beberapa

model telah merevisi dalam menggambarkan perubahan demografi,

kebanyakan saat ini memfokuskan pada abad tradisional,

dibandingkan masa lalu, mahasiswa dan refleksi persepsi modern.

Penjelasan di sini tidak sepenunya mengkaji liteartur

perkembangan mahasiswa (untuk penjelasan yang lengkap tentang

perkembangan mahasiwa, lihat Evans, et.al., 1998). Kita mulai dengan

Model Chickering - model komprehensif yang mengkaji secara

sistematis sejumlah isu terkait dengan kehidupan mahasiswa di

kampus. Kita akan menggambarkan dua aspek dari perkembangan

mahasiswa yang kita yakini berpengaruh terhadap pembelajaran,

yaitu perkembangan intelektual dan perkembangan identitas sosial.

Page 239: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

230

MODEL CHICKERING TENTANG PERKEMBANGAN MAHASISWA

Chickering (1969) menyediakan suatu model yang mencoba

menjelaskan secara sistematis semua perubahan yang dialami

mahasiswa selama berada di kampus. Dia mengelompokkan ke dalam

tujuh dimensi, yang disebutnya sebagai vektor. Dia membangun

setiap vektor saling berakumulasi satu sama lain.

Perkembangan Kompetensi

Dimensi ini terkait dengan kompetensi intelektual, fisik dan

interpersonal. Kompetensi intelektual termasuk segala sesuatu yang

berkembang dari hasil belajar keterampilan yang sesuai di kelas,

untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan pemecahan

masalah. Kompetensi fisik terkait dengan aktivitas olahrga, sebagai

realitasi dari tanggungjawab mereka atas kesehatan dan

kesejahteraan mereka. Kompetensi interpersonal termasuk

keterampilan berkomunikasi, berkelompok dan kepemimpinan.

Ketiga kompetensi itu secara bersama-sama memberikan rasa

percaya diri ketika dia sukses menghadapi tantangan dengan caranya

sendiri. Ketika Professor Adiva mengabaikan tanggapan mahasiswa

perempuan di kelas, ia tengah mengabaikan perkembangan

kompetensi interpersonal dan intelektual, dikarenakan tindakan ini

menunjukkan asumsi bahwa perempuan tidak dapat berkembang

dengan baik dalam keadaan seperti ini.

Page 240: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

231

Mengelola Emosi

Dimensi ini terkait dengan kepedulian atas emosi sendiri

(termasuk kegelisahan, kegembiraan, kemarahan, frustasi, rasa heran,

depresi dan sebagainya), juga cara mengeskpresikan semua itu.

Mahasiswa dalam di Kelas Mata kuliah Ekonomi dengan jelas

tersentuh dengan emosi mereka, tetapi keliru dalam

mengekspresikan emosi mereka dalam diskusi, hasilnya diskusi tidak

membahas isi makalah secara penuh dan semua orang tidak

semangat belajar.

Perkembangan Otonomi

Dimensi ini terkait dengan melepaskan diri dari keluarga, lebih

tergantung pada teman, dan akhirnya berkembang ke arah otonomi

personal. Proses ini terjadi menuju kebebasan emosional (bebas

menentukan pilihan sendiri) dan bebas dari ketergantungan material

(kemampuan untuk menghadapi tantangan dengan apa yang

dimilikinya). Penelitian tentang generasi milenium (mereka yang lahir

di tahun 1982 dan sesudahnya) menyatankan mahasiswa sat ini

tengah berjuang dengan dimensi ini (Howe dan Strauss, 2000).

Kemudian, tantangan yang dihadapi beralih pada bagaimana

menyatukan kembali saling-keterkaitan dengan orang lain sehingga

kebebasan menjadi tujuan akhir (Chickering dan Reisser, 1993). Sekali

lagi, Professor Adiva, memberikan bantuan kepada mahasiswa

perempuan di kelompok kecil, sebenarnya dia sedang menghambat

Page 241: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

232

perkembangan dari dimensi otonomi, yang dapat berdampak pada

kemampuan intelektual mahasiswa perempuan.

Membangun Identitas

Dimensi paling penting dalam Model Chickering. Model ini

didasarkan pada vektor yang paling mempengaruhi dan menjadi

dasar pada dimensi lainnya. Dimensi ini merupakan titik puncak dari

semua dimensi perkembangan mahasiswa. Dimensi ini terkait dengan

perasaan nyaman dengan tubuh dan penampilan dirinya, orientasi

seksual dan gender, dan kebiasaan rasial dan etnis. Mahasiswa

dengan perkembangan yang baik pada dimensi ini akan memiliki

perasaan bebas dari tekanan, bebas dari perasaan konflik dengan diri

sendiri. Di kelas Professor Adiva , beberapa mahasiswa nampaknya

sedang menghadapi tantangan ini, tetapi mereka nampak tidak

cukup dewasa sehingga mereka mengungkapkan cara pandang

tanpa merasa perasaan identitasnya terancam.

Perasaan Bebas Membangun Hubungan Interpersonal

Dimensi ini terkait dengan pencapaian kedewasaan dalm

hubungan interpersonal. Ditunjukkan dengan peduli terhadap

perbedaan dan toleransi terhadap perbedaan. Perkembangan

memaknai keintiman dalam konteks hubungan romantis juga

termasuk bagian dari dimensi ini.

Page 242: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

233

Membangun Tujuan

Ketika identitas tercapai, pertanyaan berikutnya bukanlah

"Siapa aku?", tetapi "Saya akan menjadi apa?". Dimensi ini terkait

dengan menunjukkan ketertarikan tertentu dan memilih profesi, atau

gaya hidup, bahkan ketika dimensi ini tercapai, maka akan muncul

sifat berlawanan dengan apa yang diinginkan orang lain (termasuk

orang tua). Komentar Asisten Dosen yang menantang perasaan

menyatu wanita di Teknik Mesin. Wanita yang keluar di kelas dan

wanita lain yang berhenti berbicara di kelas merupakan contoh dari

implikasi dimensi ini terhadap kegiatan belajar dan kemampuan,

Tentu saja, banyak perempuan yang hidup dalam lingkungan yang

didominasi oleh pria melaporkan bahwa mereka tidak akan sukses di

lingkungan perguruan tinggi (Ambrose, et.al., 1997; Hall, 1982).

Membangun Integritas

Dimensi ini berbicara tentang tekanan antara kepentingan

pribadi dengan tanggungjawab sosial. Ketika sukses dijalankan,

dimensi ini merupakan puncak dengan adopsi konsistensi internal

yang memandu dan mengarahkan perilaku. Kita dapat memahami

perilaku Gloria yang mencoba menunjukkan integritas dan berbicara

atas keyakinannya.

Sebagaimana kita lihat, semua dimensi itu terkait dengan

perkembangan sosial emosional dan juga intelektual. Bagaimana

mahasiswa mengolah ke delapan dimensi itu akan membantu

bagaimana menumbuhkan kepribadian dan interaksi dengan orang

Page 243: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

234

lain, dengan dosen, dan materi dari perkuliahan. Juga akan

mempengaruhi pada tingkat keterlibatan, motivasi dan kegigihan,

sama halnya pada bidang yang mereka pilh. Proses perkembangan

sosial dan emosional memiliki implikasi yang kuat terhadap

pembelajaran.

Bahkan, model Chickering melihat perkembangan secara

luas, situasi di kelas tidak dapat mengontrol semua dimensi. Setiap

model di bawah ini memfokuskan pada aspek tertentu yang relevan

dengan situasi kelas. Penjelasan tentang perkembangan seperti

proses tahapan, setiap individu akan melewati serangakaian

perubahan kualitatif pada cara mereka berfikir dan merasa tentang

diri mereka, orang lain dan lingkungan sosial.

Perkembangan Intelektual

Perkembangan intelektual di masa kuliah telah dikaji sejak

tahun 1950-an. Meskipun formula yang dijelaskan di sini adalah kajian

dari Perry (1968), yang dikembangkan dalam penelitian terakhir

menemukan bahwa ada rangkaian perkembangan yang sama persis

(Belenky, et.al., 1986; Baxter-Magolda, 1992). Bahkan melalui model

ini yang terdiri dari sejumlah tahapan yang berbeda, semua

menjelaskan rangkaian perkembangan dari tingkat sederhana sampai

tingkat rumit. Seorang mahasiswa akan mengalami peningkatan

kemampuan intelektual biasanya terjadi karena dihadapkan dengan

tantangan yang dapat menunjukkan kekurangan di tahapan yang

sedang berlaku.

Page 244: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

235

Di tahap awal, nalar mahasiswa dicirikan oleh dualitas, ketika

pengetahuan mereka dapat dengan mudah dibagi ke dalam

pernyataan tentang benar dan salah, tidak ada ruang untuk

ambiguitas dan bayangan abu-abu. Pernyataan Kayla - "Penjelasan

yang salah !" - mencerminkan cara berfikir tahap awal. Mahasiswa

pada tahap perkembangan intelektual awal percaya bahwa

pengetahuan itu adalah sesuatu yang absolut, yang berada di bawah

tangan otoritas (guru, buku teks) dan bahwa peran mahasiswa

hanyalah menerima pengetahuan dan memberikan pengetahuan itu

ketika diminta. Tahapan ini disebut sebagai pandangan kuantitatif

pengetahuan, dengan pendidikan dilihat sebagai suatu proses

mengumpulkan kepingan fakta-fakta yang benar. Asumsi yang

nampak bahwa semua yang diketahui adalah pengetahuan dan

pengajar yang hebat memiliki kemampuan menjawab pertanyaan

apapun. Mahasiswa di tahap ini tidak mengenali perbedaan

perspektif dan tidak suka untuk melihat diskusi sebagai cara syah

untuk menapatkan pengetahuan tentang isu tertentu.

Tertantang memberikan sejumlah jawaban atas pertanyaan

yang tidak jawabannya, atau dengan isu yang tidak jelas benar

jawabannya, mahasiswa bergerak ke tahap multiplisitas, tidak ada

satu jawaban tunggal dan penyebab tunggal. Pengetahuan kini

menjadi bahan opini dan semua orang memiliki suatu opini atas itu

itu. Mahasiswa yang berada di tahap multiplisitas memandang

evaluasi sebagai subjektivitas dan akan frustasi jika opini mereka tidak

membuat mereka diberikan skor yang besar. Pada titik ini mereka

Page 245: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

236

memiliki kesulitan bagaimana untuk membedakan mana di antara

opini itu yang benar, nampaknya semuanya benar. Dosen tidak lagi

diangap sebagai otoritas, tetapi hanya sebagai perspektif lain di

antara satu perspektif yang mungkin ada.

Sangat sulit untuk melihat bagaimana tahapan ini telah

berubah, tetapi dua hal penting yang terjadi di tahap ini. Pertama,

mahasiswa di tahap ini lebih terbuka dengan perbedaan opini karena

mereka tidak lagi percaya pada satu hal yang benar. Transisi paling

penting adalah fondasi untuk perkembangan lebih lanjut di tahap

berikutnya. Kedua, pembelajaran kini menjadi sesuatu yang personal.

Mereka memberikan suatu label atas opini mereka sendiri dan dapat

melegitimasi perdebatan dan ketidaksetujuan dengan dosen atau

buku teks, suatu cara bagaimana mereka mulai membangun

pengetahuan mereka sendiri. Gloria mengklaim bahwa membaca

artikel dengan imigran ilegal merupakan sesuatu yang bias, bukan ciri

yang datang dari mahasiswa yang berada di tahapan perkembangan

intektual awal.

Dengan desakan yang cukup, opini mereka perlu didukung

dengan bukti, ciri dari cara berfikir di tahap relativisme. Mahasiswa

dengan sudut pandang seperti ini sadar bahwa tidak semua opini itu

sama dan tentu saja ada yang pro dan kontra dapat dipahami dan

dinilai berdaarkan pada aturan umum dan khusus berdasarkan pada

bukti. Transisi ini ditandai dari perubahan dari cara pandang

kuantitatif ke cara pandang kualitatif, dianggap sebagai model terbaik

tentang bagaimana mereka berinteraksi terhadap materi dengan cara

Page 246: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

237

yang kritis, ketika bagaimana peran dari mahasiswa saat ini dapat

dipahami. Sebagai mahasiswa yang memiliki ketrampilan analitis dan

keterampilan kritis, mereka memiliki kekuasaan di tahap ini, tetapi

mereka juga akan mengalami frustasi ketika menyadari bahwa semua

teori tidak selalu sempurna.

Mahasiswa yang berhasil menghadapi tantangan bergerak ke

tahap beriktunya, yang dicirikan oleh kepemilikan komitmen.

Sementara mahasiswa menyadari bahwa semua teori itu ada yang pro

dan kontra, mahasiswa menyadari bahwa mereka telah memilih pada

satu teori sebagai dasar, kemana mereka akan berkiblat. Pada suatu

ketika, mereka telah berada dalam suatu siklus ini, ketika kini telah

memilih satu teori atau pendekatan atas teori atau pendekatan yang

lain, tetapi tidak berada dalam tahapan dualistik, pilihan mereka

sekarang telah berkembang. Tahap ini mudah dilihat ketika mereka

komitmen pada isu moral juga kognitif.

Faktanya, Kohlberg (1976) dan Gilligan (1977) telah

memformulasikan teori perkembangan moral berdasarkan

pandangan Perry, bahwa mahasiswa bergerak dari memegang kuat

dengan cara pandang yang belum teruji tentang kebenaran dan

kekeliruan menjadi lebih memilih posisi etis ketika mengevaluasi

tindakan dalam konteks tertentu berdasarkan beragam faktor. Satu

pelajaran di sini bahwa perkembangan moral tidak dapat dipisahkan

dari pembelajaran. Misalnya, baik Kayla maupun Gloria, memiliki

sudut pandang tentang imigrasi ilegal lebih pada sudut pandang

moral dibandingkan intelektual.

Page 247: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

238

Peneliti lain yang memperluas model perkembangan

mahasiswa dari Perry, lebih memfokuskan pada perbedaan gender

dalam beberapa tahap. Misalnya Baxter-Magolda (1992) telah

menemukan, tahapan dualistik, laki-laki cenderung tertarik pada

perdebatan pengetahuan di hadapan kelompok, sedangkan wanita

lebih fokus pada membantu orang lain untuk menguasai materi.

Dalam penelitian tentang perkembangan intelektual wanita,

Belenky,dkk (1986) menemukan cara mengetahui. Bagi beberapa laki-

laki, mempelajari sesuatu berarti memisahkan isu dari konteks dan

memfokuskan pada analisis tentang satu karakteristik disebut sebagai

pengetahuan terpisah. Lain, untuk wanita, mempelajari sesuatu

berarti mengajukan pertanyaan seperti "Apa artinya itu bagi saya?"

Apa implikasiya bagi komunitas?", disebut sebagai pengetahuan

terikat. Tentu saja, kedua cara mengetahui itu, dapat juga ditemukan

di kalangan mahasiswa pria. Daniel, yang sangat nyaman membatasi

diskusi pada penjelasan apa yang dibaca, adalah contoh dari

pengetahuan terpisah, sementara Gloria, yang tidak bisa memisahkan

membaca dari pengetahuan pertama tentang imigrasi ilegal, adalah

contoh dari pengetahuan terikat.

Penelitian tentang model ini nampak jelas menggambarkan

bahwa perkembangan intelektual membutuhkan waktu, tidak terjadi

dalam waktu singkat dan tidak dapat dipaksa. Bahkan jenis

perkembangan yang terjadi pada tahap akhir, sehingga tidak

mengejutkan bila dalam penelitain Baxter-Magolda juga

menunjukkan kebanyakan mahasiswa yang telah selesai kuliah masih

Page 248: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

239

berada dalam tahapan multiplisitas dan masih berkembang ke arah

tahap realistik dan komitmen.

Berita baik ini patut kita pertimbangkan, bahwa seseorang

tidak dapat memasuki dunia akademik kampus cenderung berada

dalam tahapan dualistik, masih berada di bawah harapan pada dosen.

Dosen, tentu saja, harus hati-hati benar mengasumsikan tahapan

perkembangan intelektual mahasiswa: apakah rasional menganggap

senior untuk mahasiswa tahun pertama, atau sebaliknya.

Bagaimanapun juga, meskipun perkembangan tidak dapat dipaksa,

perkembangan intelektual itu harus dibimbing dan didorong dengan

memberikan tantangan yang sesuai dan memberikan dukungan yang

dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan intelektual.

Perkembangan Identitas Sosial

Perkembangan lain yang dapat mempengaruhi pembelajaran

adalah identitas. Perkembangan identitas terkait dengan perubahan

sosial yang berdampak pada perilaku (seperti interaksi sosial),

termasuk di dalam kelas. Premis dasar tentang teori identitas bahwa

identitas tidak datang dengan sendirinya, identitas perlu dicapai dan

terus berubah ketika idividu mencoba menyeimbangkan tekanan dan

tugas di sepanjang kehidupannya (Erikson, 1950). Bagi mahasiswa,

banyak perkembangan identitas terjadi ketika mereka

mempertanyakan nilai dan asumsi yang ditanamkan oleh orang tua

dan masyarakat dan mulai membangun nilai dan prioritas mereka

sendiri (Marcia, 1966).

Page 249: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

240

Satu aspek dari perkembangan identitas yang muncul selama

kuliah adalah identitas sosial, sifat dari identifikasi mereka dengan

kelompok sosial tertentu, terutama kelompok yang seringkali menjadi

target diskriminasi dan prasangka. Identias sosial banyak dipelajari

secara mendalam dikaitkan dengan ras, etnis, misalnya

perkembangan identitas kulit hitam (Cross, 1995), identitas Amerika

Asia (Kim, 1981), identitas Tionghoa (Hayes-Bautista, 1974) dan

identitas Yahudi (Kandel, 1986).

Semua model mendeskripsikan tahapan yang sama, tahapan

terakhir adalah pembentukan identitas sosial positif sebagai anggota

dari anggota kelompok sosial (Adams, et.al., 1997). Model umum ini

juga sejalan dengan proses perkembangan identitas anggota

kelompok sosial yang lain, terutama individu gay dan lesbian (Cass,

1979) dan individu dengan disabilitas (Onken & Slaten, 2000).

Hardiman dan Jackson (1992) mengajukan model perkembangan

identitas sosial yang menjelaskan dua jalur perkembangan, satu untuk

kelompok minoritas dan satu untuk kelompok dominan. Modal ini

menyangkal semua modal yang lain, menggambarkan tahapan yang

sama semua anggota kelompok minoritas, tetapi menekankan fakta

bahwa di semua tahapan, anggota dari kelompok mayoritas setuju

dengan tantangan perkembangan komplementer. Dalam deskripsi

tentang perkembangan identitas sosial, kita akan menggunakan

Model Hardiman-Jackson sebagai model dasar, kemudian dilengkapi

dengan penjelasan model yang lain.

Page 250: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

241

Tahap pertama dari model Hardiman-Jackson berkaitan

dengan Tahap Polos, ketika individu mulai berada dalam tahap naif,

tanpa ada prasangka apapun. Mereka mengamati adanya perbedaan

di antara orang-orang, semisal warna kulit, tetapi mereka tidak

memberikan label nilai atas perbedaan itu. Hanya ketika berada di

tahap kedua, melalui penguatan sosial secara sistematis dan tetap,

disadari atau tanpa disadari menerima pesan tertentu tentnag

perbedaan kelompok - gagasan yang dibentuk secara sosial tentang

kesehatan, normal, kecantikan, kemalasan, kepintaran, dosa dan

sebagainya. Misalnya, persepsi Kayla bahwa imigrasi "mengisap

kering negeri ini" datang dari tahap ini.

Tetapi kelompok mayoritas dan minoritas pada tahap kedua ini

menerima sikap sosial secara luas. Untuk mahasiswa minoritas, tahap

ini akan memiliki beberapa dampak. Mungkin mereka akan memiliki

sikap negatif tentang mereka sendiri - dengan kata lain, internalisasi

rasisme, homofobia, seksisme dan lainnya dan perilaku seperti itu

akan diikuti dengan penyesuaian terhadap gambaran dominan.

Misalnya, mahasiswa gay pada tahap ini mungkin menggunakan

bahasa homofobic dan mencoba untuk bertindak "lurus".

Kebanyakan mahasiswa berhenti di sini, tanpa sudut pandang

yang tertantang untuk memperoleh informasi lebih banyak,

memahami perbedaan perspektif, memahami ketidakadilan, atau

bekerja dengan orang lain dari kelompok yang berbeda. Jika mereka

tertantang, mereka akan bergerak maju ke tahap resistensi. Dalam

tahap ini, mahasiswa akan peduli pada cara-cara isme mempengaruhi

Page 251: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

242

kehidupan mereka dan dunia. Tambahan, anggota kelompok

mayoritas biasanya mengalami perasaan bersalah atas keistimewaan

dari status keanggotaan mereka. Sebaliknya, anggota dari kelompok

minoritas cenderung bangga atas identitas mereka, seringkali menilai

kelompok mereka lebih unggul dibandingkan yang lain, terkadang

nampak sebagai sumber dari gangguan sosial.

Mahaisswa cenderung berpindah ke tahap immersion (Cross,

1995), dalam arti mereka lebih cenderung bersosialisasi dengan

anggota dari kelompok mereka sendiri dan menjauhkan diri dari

kelompok lain. Fries-Britt (2000) mendokumentasikan perjuangan

keras mahasiswa kulit hitam yang harus menyesuaikan antara

identifikasi dengan sistem sosial kampus dan identifikasi dengan

kelompok ras mereka, yang memiliki pandangan bahwa kulit putih

memiliki keunggulan akademik. Dalam bukunya, Mengapa Semua

Anak Hitam Duduk Bersama di Kafe? Beverly Daniel Tatum (1997)

melakukan analisis adanya dinamika rasial. Lebih dari itu, dia

menggambarkan bahwa mahasiswa minoritas biasanya agresif dalam

mempertanyakan rasisme sosial di saat yang sama orang kulit putih

merasa mengungguli dalam beberapa hal, suatu tahap yang disebut

oleh Helms (1993) disebut disintegrasi.

Cerita pertama di awal bab mencerminkan tekanan seperti itu.

Gloria sangat menyedari tentang tentang topik rasial yang tekandung

dalam debat imigrasi, tetapi Daniel melihat itu hanya sebagai

ketersinggungan Gloria saja. Diskusi berhenti oleh pandangan

rasisme Gloria terhadap Kayla. Fenomena yang sama terjadi pada

Page 252: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

243

kelompok yang lain. Bagi kaum LGBT, tahap ini adalah tahapan

menyatakan identitas positif. D'Augelli (1994) menggambarkan

bahwa adopsi identitas LGBT muncul untuk menghindari dampak

identitas heterosekstual, dengan konsekuensi kehilangan semua hak

istimewa. Rankin (2003) mendokumentasikan perasaan mahasiswa

kaum LGBT yang mengalami marginalisasi di ruang kuliah karena

orientasi seksual mereka, dinyatakan bahwa mereka banyak

menghabiskan waktu bebas di kampus sebagai cara untuk

memperoleh lingkungan positif bagi mereka, bahkan dana yang

mereka miliki tidak dihabiskan untuk kuliah, tetapi banyak di habiskan

di ruang kuliah.

Jika mahasiswa sukses melalui tahapan ini, mereka akan masuk

ke tahap paling sempurna, yaitu redefinisi dan internalisasi. Pada

tahap ini, mahasiswa mendefisinikan ulang tentang diri mereka

sendiri, bergerak di belakang dikotomi mayoritas-minoritas. Identitas

ini menjadi bagian dari perbaikan, tetapi tidak mendefinisikan

identitas mereka sendiri. Mereka tidak banyak mengalami kekeliruan

atau kesalahan, mereka memiliki komitmen berjuang untuk

memperoleh keadilan dalam bidang-bidang yang berpengaruh.

IMPLIKASI PENELITIAN

Dosen mampu mengkonseptualisasikan kelas kita sebagai

bebas secara kultural atau memilih untuk mengabaikan dimensi

kultural, mahasiswa tidak perlu terpaku dengan identitas sosial-

budaya, bahkan mereka harus melangkah pada tingkat

Page 253: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

244

perkembangan saat ini. Professor Adiva mengetahui bahwa imigrasi

adalah topik yang berat, tetapi dia berfikir mahasiswa seharusnya

mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi dari artikel yang diberikan,

lepas dari perspektif rasial. Faktanya, Gloria dan Kayla yang ber-ras

Hispanik dan Amerika-Polandia, perkembangan intelektual mereka

dan cara mereka mengetahui, ternyata mempengaruhi cara mereka

memandang materi pada topik imigrasi ilegal, bagaimana mereka

memaknai materi pelajaran dan apa yang dapat mereka pelajari.

Maka dari itu, penting bahwa strategi pendidikan harus menerapkan

refleksi di kelas atas pemahaman tentang perkembangan identitas

sosial sehingga mereka dapat mengantisipasi tekanan yang akan

terjadi di kelas dan dapat menjadi mahasiswa yang proaktif. Strategi

di akhir pertemuan ini secara ekplisit akan menghubungkan strategi

pendidikan dan perkembangan sosial-emosional mahasiswa.

PENELITIAN TENTANG SUASANA KELAS

Karena itu kita perlu mempertimbangkan perkembangan

sosial-emosional mahasiswa secara menyeluruh (holiscitally), kita juga

perlu memperhatikan beragam situasi kelas yang mempengaruhi

kegiatan perkuliahan. Kita mengartikan suasana kelas sebagai

lingkungan fisik, intelektual, sosial, dan emsional yang terjadi ketika

mahasiswa belajar. Suasana kelas ditentukan oleh konstelasi berbagai

faktor yang saling berinteraksi, termasuk interaksi mahasiswa-dosen,

penjelasan dosen, contoh-contoh pandangan negatif, demografi

kelas (jumlah mahasiswa dari berbagai ras), interaksi antar-mahasiswa,

Page 254: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

245

dan beragam perspektif yang disajikan pada materi mata kuliah dan

materi. Semua faktor dapat terjadi di luar apa yang terjadi di kelas.

Cara berfikir umum dan sederhana tentang suasana kelas di

gambarkan dalam dua istilah: suasana baik (terbuka, produktif) atau

suasana rusak (kekanak-kanakan, marginalisasi). Bagaiamanapun juga,

penelitian menyarankan bahwa suasana kelas itu sebagai bersifat

kontinu. Dalam penelitain tentang mahasiswa LGBT, DeSurra dan

Church (1994) meminta mahasiswa untuk mengelompokkan suasana

kelas ke dalam marginalsiasi atau terpsuat, tergantung pada persepsi

apakah perspektif LGBT dimasukkan ke dalam penjelasan materi atau

dikeluarkan dan ditolak. Dalam rangka untuk mengelompokkan

perspesi ini, mahasiswa menunjukkan apakah pesan itu eksplisit

terbukti oleh rencana dan pernyataan untuk memasukkan atau

mengabaikan) atau implisit (misalnya, merujuk dari ketiadaan

perspektif LGBT). Klasifikasi yang menghasilkan keberlanjutan yang

kita percaya sangat berguna untuk memikirkan suasana kelas yang

lebih luas dibandingkan dengan isu LGBT semata.

Pada satu titik kita menemukan suasana yang memarginalisasi

secara nyata. Suasana seperti itu sangatlah merusak, diskriminatif,

atau tertutup. Pada cerita yang kedua, komentar asisten dosen yang

terbuka dan mengabaikan sikap perempuan, jelas menunjukkan

lingkungan seperti ini.

Selanjutnya, kita menemukan suasana marginal secara

tertutup. Suasana kelas ini mengeluarkan kelompk tertentu, tetapi

dalam cara yang tidak langsung. Pesan yang dimasukkan bahkan dari

Page 255: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

246

dosen yang memiliki makna terbaik. Sebagai contoh, Prof. Guttman

secara tidak langsung menghasilkan suasana kelas yang

memarginalkan perempuan secara tidak langsung, sekalipun dalam

pkirannya dia mencoba terbuka dan mendukung. Dalam cerita dari

kelas ekonomi, permintaan Dainel bahwa kacamata rasional tidak

digunakan dalam analisis ekonomi juga berkontribusi pada suasana

marginalisasi secara tidak langsung, dengan mengirimkan pesan

bahwa diskusi terkait ras tidak diperkenankan.

Selanjutnya, lebih terbuka, kita menemukan suasana kelas yang

sentralistik. Suasana kelas dikarakteristikkan oleh tanggapan tak-

terencana yang memungkinkan perspektif alternatif dan pengalaman

alternatif. Bayangkan, jika setelah Daniel meminta Gloria mengapa

dia selalu menduga adanya pandangan rasis, Professor Adiva

kemudian mengemukakan "Nyatanya, Gloria menyatakan dirinya di

sini, biarkanlah dia berkomentar dan berfikir mendalam", dan

kemudian ingin mengeksplorasi penerapan perspektif Gloria

terhadap analisis ekonomi. Komentar ini akan tervalidasi resiko Gloria

melihat dengan sudut pandang tambahan pada konten dengan

makna tambahan, mendorong keaktifan berfikir untuk semua orang.

Patut dipahami, bahwa di tingkat ini muncul hambatan untuk merubah

perspektif marginal yang masih bertahan di mahasiswa. Seperti itu,

seringkali muncul kasus bahwa mahasiswa memiliki resiko karena dia

tidak mengetahui bagaimana kontribusi yang akan diterima. Ketika

dia berbuat seperti itu, dalam suasana tersentralisasi, dosen harus

Page 256: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

247

mendorong mahasiswa mampu berkontribusi yang produktif dan

benar.

Pada tingkat yang sangat inklusif, kita menemukan suasana

sangat tersentralisasi. Dalam suasana kuliah yang sangat

tersentralisasi secara ekplisit, perspektif marginal tidak dibenarkan

ketika mahasiswa secara spontan mengeluarkannya, tetapi mereka

secara intensif dan berusaha mengintegrasikannya ke dalam materi.

Suasnaa kelas di sini dikarakteristikkan dengan ushaa yang terencana

dan pasti untuk memasukkan beragam perspektif. Seringkali, silabus

pada mata kuliah harus dimasukkan tahapan persiapan (seperti diskusi

tentang kebijakan dan aturan perkuliahan) untuk mendorong

sensitivitas terhadap perspektif yang harus ditumbuhkan di kelas.

Penting untuk mengingat bahwa pengalaman yang berbeda

oleh kelompok mahasiswa yang berbeda: beberapa mahasiswa

merasa tidak diterima atau diabaikan, sementara yang lain tidak. Juga

mahasiswa dapat mengalami lingkungan yang negatif tetapi dengan

alasan yang berbeda, sebagaimana di dalam perkuliahan Professor

Adiva. Banyak dari kita lebih suka membayangkan bahwa perkuliahan

di kelas harys terbuka terus menerus. Bagaimanapun juga, penelitian

DeSurra dan Church menunjukkan bahwa suasana kelas yang

marginal sering ditemukan di semua kelas.

Bagaimanapun juga, DeSurra dan Church memfokuskan pada

marginalisasi berdasarkan pada orientasi seksual, penelitian tentang

suasana kelas juga dikaitkan dengan karakteristik lain. Dalam hal

tertentu, suasana kelas di awal, secara kolektif dikenal sebagai “kajian

Page 257: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

248

suasana kekanakan” karena gender (Hall, 1982; Hall & Sandler, 1984;

and Sandler & Hall, 1986). Penelitian ini juga menyarankan bahwa

suasana belajar tidak harus ekslusif atau menegangkan yang

berdampak pada peminggiran mahasiswa dan bahwa, meskipun

setiap contoh marjinalisasi dapat dikelola, jumlah total dari

“ketidakadilan-ketidakadilan kecil” dapat menghasilkan dampak

negatif pada pembelajaran (Hall, 1982).

Pendapat yang sama menyatakan bahwa suasana kelas dalam

kaitannya dengan ras dan identitas (Watson et al., 2002, and Hurtado

et al., 1999). Klaim yang sama juga dikemukakan oleh penelitian

terakhir. Pascarella dan teman (1997) meneliti mahasiswa perempuan

dalam dua tahun pertama dan menyimpulkan bahwa persepsi tentang

suasana kelas yang tidak memiliki hubungan dengan perkembangan

kognitif, termasuk dalam membaca pemahaman, matematika, dan

berfikir kritis. Mereka juga mengatakan bahwa perspsi tentang

suasana permarjinalan memiliki hubungan negatif dengan persiapan

untuk karir. Dalam penelitian yang panjang, Whitt dan lainnya (1999)

mengkaji mahasiswa wanita berumur dua puluh tiga dan dua puluh

empat dalam 11 keadaan dan mengikuti para junior. Mereka

menemukan bahwa perspesi tentang suasana belajar yang dingin

tidak berkaitan dengan kemampuan dalam berfikir dan menulis,

memahami ilmu pengetahuan, persiapan akademik untuk karir dan

pemahaman tentang seni dan kemanusiaan.

Ketika kita sudah mengetahui bahwa suasana kelas dapat

mempengaruhi pembelajaran, pertanyaannya: bagaimana itu bisa

Page 258: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

249

terjadi? Mekanisme apa yang berlaku untuk menerjemahkan persepsi

tentang suasana inklusif atau marginalisas untuk meningkatkan

pembelajaran? Pertanyaan ini begitu sulit dijawab, dikarenakan

banyak faktor yang berkontribusi pada suasana kelas. Untuk tujuan ini,

kita akan memfokuskan pada empat elemen dari suasana kelas:

stereotip, nada, hubungan dosen-siswa dan interaksi mahasiswa-

mahasiswa dan materi. Semua itu saling terkait, tetapi kita akan

membahasnya secara terpisah, menjelaskan mekanisme yang berlaku

yang dapat mempengaruhi prestasi mahasiswa.

STEREOTIP

Jenis stereotip termasuk opensif dan mengabaikan dan dapat

menjadi racun bagi suasana kelas. Bahwa aktivasi stereotip dapat juga

mempengaruhi belajar dan kinerja dalam cara-cara terentu, fenomena

seperti itu disebut dengan "serangan stereotip" (Steele dan Aronson,

1995). Serangan stereotip adalah fenomena kompleks dan

bernuansa, tetapi dalam istilah sederhana, stereotip diartikan sebagai

tekanan yang muncul dalam anggota kelompok yang distereotipkan

ketika itu mereka merasa takut karena dinilai berdasarkan pada

stereotip. Serangan dapat berdampak negatif pada kemampuan

individu dalam melaksanakan tugas (berhubungan dengan

kemampuan mereka), tingkat persiapan, tingkat kepercayaan diri,

atau kepercayaan yang mereka miliki dalam stereotip.

Dalam penelitian, Steele dan Aronson (1995) memfokuskan

pada satu stereotip Amerika Afrika - bahwa mahasiswa Afro-Amerika

Page 259: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

250

memiliki nilai rendah pada tes standar. Mereka memberikan tes

standar pada dua kelompok mahasiswa Afro-Amerika, meminta satu

kelompok untuk menunjukkan ras mereka sebelum tes dimulai.

Peneliti menemukan bahwa dengan adanya isu rasis, stereotipe

negatif tengah diaktifkan dalam pikiran Afro-Amerika. Aktivasi

stereotipe negatif menurunkan kemampuan mahasiswa Afro-Amerika

secara signifikan, dibandingkan mahasiswa Afro-Amerika yang tidak

mengaktifkan stereotip negatif. Penelitian yang sama menggunakan

sterotipe yang umum pada kelompok tertentu (misalnya wanita yang

tidak bagus pada ujian mateamtika, orang tua yang seringkali lupa)

dan menunjukkan hasil yang selaras. Pada hari ini, kita menemukan

hasil yang sama untuk ras Hispanik dan Asia-Amerika, wanita, orang

tua, dan mahasiswa yang berasal dari sosial-ekonomi rendah (Croziet

& Claire, 1998).

Aktivasi stereotip tidak dibuthukan secara intensif, dan pada

faktanya komentar yang tidak disadari dapat mendorong serangan

stereotip. Sindiran yang halus termasuk komentar guru dan contoh

yang menunjukkan asumsi tertentu tentang mahasiswa, termasuk ke

dalam serangan stereotip. Asumsi problematik termasuk tentang

kemampuan atau kualitas lain tertentu dari anggota kelompok

tertentu atau pernyataan mahasiswa tentang agama dosen,

pengasuhan atau status sosial ekonomi. Tokenisme (isyarat simbolik)

dapat juga menjadi pendorong - dosen yang menggambarkan

mahasiswa minoritas yang merepresentasikan "sudut pandang

minoritas" dibandingkan pembicaraan tentang mereka sendiri.

Page 260: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

251

Professor Guttman secara sadar memberikan predikat kepada

mahasiswa perempuan di Teknik Mesin, tetapi dengan cara yang dia

setujui - mengabaikan untuk melihat perempuan dan memberikan

mereka bantuan - dapat mendorong serangan stereotip dikarenakan

itu menunjukkan asumsi problematik (yakni, bahwa pertempuan akan

diabaikan ketika dosen menunjuknya atau bahwa perempuan perlu

bantuan dikarenakan kemampuannya yang kurang). Terlepas apakah

stereotip itu diaktifkan secara tampak mata atau tidak, akan memiliki

dampak yang sama terhadap kemampuan mahasiswa dalam belajar.

Bagaimana mungkin stereotip dapat mempengaruhi kemampuan

mahasiswa, bahkan untuk mahasiswa yang tidak percaya sekalipun

terhadap stereotip?

Steele dan Aronson melakukan dua hipotesis terkait stereotip.

Pertama, pengaruh stereotip terhadap harga diri dan efikasi diri pada

mahasiswa yang memiliki kemampuan rendah. Pengukuran tentang

harga diri gagal mendukung hipotesis ini. Hipotesis kedua, data yang

diambil cocok untuk diuji, bahwa stereotip mengakibatkan kekacauan

emosi yang mengganggu proses kognitif. Faktanya, mahasiswa

menyatakan mereka fokus pada kemarahan mereka atas stereotip

atau dosen dibandingkan pada tes, tidak dapat berfikir dengan jernih,

mengecek setiap soal pilihan ganda selalu terpikir pada pertanyaan

terakhir, dan seterusnya (Steele & Aronson, 1995). Selain itu, sebagai

mekanisme untuk melindungi konsep diri mereka terhadap

kemampuan mereka yang rendah, mahasiswa mungkin menolak

Page 261: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

252

identitas disiplin ilmu mereka, menilai bahwa disiplin yang tidak baik

bagi mereka (Major et al. 1998).

Maka dari itu, serangan stereotip berjalan melalui dua

mekanisme langung yang saling terkait, satu kognitif dan satu

motivasi. Serangan stereotip adalah fenomena yang menarik dan

kompleks, dan terdapat banyak suasana yang digambarkan oleh

penelitian, tidak dapat menunjukkan hal ini. Bagaimanapun juga,

salah satu hal penitng yang ingin kita tekankan di sini adalah bahwa

kita harus membingkai materi dan tugas - dan keduanya dapat

berdampak pada kegiatan belajar dan kemampuan. Sayangnya,

penelitian menunjukkan bahwa, sangat mudah ketika serangan

stereotip itu muncul, maka kita dapat menghilangkannya (lihat bagian

Strategi).

NADA SUARA

Suasana belajar tidak hanya tentang ras, gender, status

anggota kelompok minoritas, atau stereotip yang dikaitkan dengan

hal-hal tersebut. Suasana belajar juga tentang bagaimana dosen

berkomunikasi dengan mahasiswa, tingkat kenyamanan yang diterima

mahasiswa, dan mahasiswa semakin merasakan kenyamanan dan

keterbukaan. Mialnya, Ishiyama dan Hartlaub (2002) meneliti tentang

bagaimana nada dosen mempengaruhi suasana dengan

memanipulasi silabus perkuliahan. Mereka menghasilkan dua versi

silabus, dengan politik identitas dalam konteks yang sebenarnya

tetapi satu kata dengan nada menghukum, yang lain dengan nada

Page 262: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

253

terdorong.

Mereka mengkaji bahwa nada yang digunakan oleh dosen

mempengaruhi keputusan mahasiswa tentang cara mendekati dosen.

Dalam studi mereka, mahasiswa cenderung mencari bantuan dari

dosen yang mengungkapkan hukuman dengan bijak dibandingkan

dari dosen yang yang mengungkapkan hukuman dalam bahasa yang

membanggakan. Rubin (1985) melabeli dosen seperti itu "tukang

hardik" - dosen yang memiliki kebijakan dalam memblok tebal kata-

kata dan berjanji akan memberikan hukuman keras dibandingkan

menyampaikan alasan pedagogis atas kebijakan kata yang

dilakukannya. Bahkan dalam penelitian yang difokuskan tentang nada

atau suara, secara rasional mengasumsikan bahwa dampak suara

lebih kuat.

Satu hal dari nada suara, termasuk jenis bahasa yang digunakan

di kelas (mendorong atau menurunkan motivasi), terutama dalam cara

pemberian umpan balik (konstruktif dan memfokuskan pada tugas

atau merendahkan dan fokus pada satu orang). Fakatanya, dalam

penelitian mereka tentang mengapa mashasiswa meninggalkan ilmu

ilmu-ilmu, Seymour dan Hewitt (1997) menemukan sarkasme (berkata

kasar), fitnah, dan ejekan, oleh dosen yang dilaporkan mahasiswa.

Nada asisten dosen yang meremahkan mahasiswa perempuan apda

cerita kedua di awal bab, membuat mahasiswa lain tidak ingin

mendekati si mahasiswa perempuan.

Dampak dari nada suara dosen bahkan berpengaruh lebih luas,

bahkan memunculkan perilaku tidak ramah, seperti keterlambatan,

Page 263: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

254

penggunaan telepon dan laptop yang tidak sesuai, dan tidak sopan.

Boice (1998) mengkaji ketidakramahan mahasiswa dikaitkan dengan

ketiadaan motivator positif dari seorang dosen, baik secara lisan

maupun verbal. Maka dari itu, kita melihat bahwa nada suara

berdampak pada pembelajaran dan kemampuan mahasiswa melalui

mekanisme motivasi dan sosial-emosional (lihat Bab 3).

Interaksi Dosen-Mahasiswa dan Mahasiswa dengan Mahasiswa

Astin (1993) mengkaji dampak dari variabel personal dan

situasional pada prestasi belajar di perguruan tinggi; beberapa

penelitian yang mengkaji tentang hubungan antara suasana belajar

dan kegiatan belajar. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap lebih

dari 200.000 mahasiswa dan 25.000 dosen di 200 perguruan tinggi,

Astin mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap

pengalaman di perguruan tinggi. Faktor yang terkait dengan suasana

kelas lebih dominan yaitu "orientasi mahasiswa dosen" dan termasuk

item seperti persepsi mahasiswa tentang apakah dosen tertarik

dengan masalah akademik mahasiswa, peduli terhadap kelompok

minoritas, pendekatan di luar kelas dan serangan mahasiswa sebagai

individu. Dia menemukan bahwa faktor-faktor tersebut secara positif

berpengaruh terhadap kebertahanan, prosesntase mahasiswa yang

berhasil lulus, dan berfikir kritis, analisis dan keterampilan

memecahkan masalah.

Seymour dan Hewitt (1997) menemukan bahwa salah satu

alasan mahasiswa berpindah dari fakultas MIPA adalah ketiadaan

Page 264: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

255

kontak dengan dosen dan sebaliknya, satu variabel perubahan dalam

cara berfikir mahasiwa tentang intervensi dosen selama masa kritis

dalam kehidupan akademik atau kehidupan pribadi. Terutama sekali,

Pascarella dan Terenzini (1977) mengkaji bahwa ketidakhadiran

kontak dosen atau persepsi bahwa mereka sebagian besar melakukan

pertukaran formal adalah salah satu penyebab mundurnya mahasiwa

dari perguruan tinggi.

Tidak hanya nada suara, interaksi dosen-mahasiswa

berdampak pada pembelajaran dan kemampuan, melalui pemberian

motivasi dan sosial ekonomi, partisipasi, pengambilan resiko, dan

keteguhan. Tentu saja, mahasiswa juga berkontribusi terhadap

suasana kelas, terutama atas perilaku mereka di kelas, seperti Gloria

dan Kayla sebagaimana cerita pertama, tetapi cara dosen merespon

perilaku mereka adalah faktor paling utama yang mempengaruhi

suasana kelas. Jika Professor Adiva mampu menghentikan respon

emosional dengan mengatakan aturan dasar untuk diskusi atau

memberikan alasan kuat di belakang tugas membaca artikel atau

merubah perkuliahan untuk mengeksplorasi daya kritis Gloria, diskusi

mungkin akan berakhir dalam cara yang sangat berbeda.

Materi

Variabel suasana kelas akan terus dikaji lebih luas sebagai

variabel yang ada dalam semua proses - ucapan langsung atau

ucapan tidak langsung dan perilaku dosen dan mahasiswa. Tetapi

bagaimana dengan materi pelajaran, apakah berdampak pada materi

Page 265: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

256

pelajaran? Apakah suasana kelas terkait dengan "apa yang kita

ajarkan" bukan "bagaimana kita mengajar" juga dapat

mempengaruhi suasana kelas?. Marchesani dan Adams (1992)

menjelaskan keberlanjutan suasana terbuka untuk materi pelajaran,

dari Tahap Kurikulum Ekslusif, di sana hanya ada satu perspekif

dominan, sampai ke tahapan Masukan Orang Luar, ketika suatu nada

perspektif marginal dimasukkan hanya untuk memenuhi kebutuhan

(misalnya, satu puisi Pribumi Amerika dalam mata kuliah Puisi

Amerika), sampai pada tahap Lebih Terbuka, puncak dari Kurikulum

Transformatif, kurikulum yang berasal dari beragam perspektif, yang

dimasukkan ke dalam materi yang akan dipelajari di perkuliahan.

Meskipun klasifikasi ini lebih dekat dengan mata kuliah seni,

budaya dan sosial, konsepsi kita tentang materi masih relevan dengan

suasana belajar pada semua jenis mata kuliah. Mata kuliah literatur

termasuk ke dalam kategori ini, tetapi materi pelajarannya lebih luas

dari itu. Mata Kuliah Literatur termasuk contoh dan metafor apa yang

berlaku di kelas dan studi kasus serta proyek dapat kita serahkan

kepada mahasiwa. Penting bahwa mahaasiswa dapat saling berbagi,

karena meraka semua menawarkan beragam bias dan di dalam diri

mahasiswa akan tumbuh rasa memiliki. Sekali lagi, jika Professor

Aderani secara sistematis menggambarkan kontribusi bahwa

siapapun wanita dapat menjadi ahli mesin, itu menunjukkan bahwa

dosen mampu mengkomunikasikan pesan yang kuat terhadap

peranan wanita di teknik mesin.

Bagi mahaiswa tertentu yang sedang mengembangkan

Page 266: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

257

gagasan tentang identitas, tujuan dan kompetensi, beberapa pesan

ini dapat diterjemahkan ke dalam pesan tentang kekuatan, identitas

dan agensi yang mereka miliki dan dapat mempengaruhhi

keterlibatan dan keteguhan dalam pikiran. Penelitian Astin (1993),

mengidentifikasi suatu faktor yang disebutnya sebagai Orientasi

Keberagaman Dosen, terdiri atas beberapa item seperti keterbukaan

terhasap isu gender dan rasial dalam kurikulum. Astin menemukan

bahwa faktor ini secara positif berpengaruh terhadap IP mahasiswa.

Realisasi bahwa Prof. Adiva yang mengajarkan ekonomi secara

terpisah dari rasial mungkin tidak dapat mendorong mahasiswa

seperti Gloria. Faktanya, Seymour dan Hewitt (1997) menemukan

bahwa kebanyakan wanita dan mahasiswa minoritas yang keluar dari

Fakultas MIPA masuk ke program studi dimana isu ras dan gender

merupakan lensa analisis yang dilegitimasi dibandingkan program

studi teknik mesin yang sedikit rahasia. Kesimpulannya, materi dapat

berpengaruh pada mekanisme kognitif, motivasional dan sosio-

ekonomi karena itu tentukan apa dan bukan apa yang dipelajari serta

bagaimana materi dapat dipahami oleh mahasiswa.

IMPLIKASI PENELITIAN PADA PENGAJARAN

Dari hasil penelitian tentang suasana kelas, apa implikasinya

buat belajar dan mengajar? Pertama, bahwa belajar tidak terjadi di

ruang hampa tetapi dalam konteks materi dan kelas, ketika

intelektualitas dapat didorong dengan isu sosial-emosional. Kedua,

bahwa suasana kelas dapat didorong dengan cara yang terbuka atau

Page 267: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

258

tersembunyi,dan kebanyakan keputusan yang diharapkan dengan

baik atau nampak tidak berurutan dapat menghasilkan dampak

negatif terhadap suasana kelas. Terakhir, sebagai dosen, kita

bertanggungjawab untuk mengendalikan suasana kelas karena

mendorong suasana kelas dalam rangka memberikan layanan

pembelajaran ketika kita memahami bagaimana dan mengapa

suasana kelas itu dapat berpengaruh terhadap kegiatan belajar.

Dikarenakan ada hubungan antara suasana kelas dan perkembangan

mahasiswa, banyak strategi yang dapat mendorong suasana kelas

juga mendorong perkembangan mahasiswa. Penjelasan berikut akan

menjelaskan berbagai strategi itu.

STRATEGI UNTUK MENDORONG PERKEMBANGAN MAHASISWA

DAN SUASANA KELAS YANG PRODUKTIF

Buat Kenyamanan Yang Tidak Pasti

Bagi mahasiswa, dalam sudut pandang ras hitam dan ras putih

tentang kenyamanan kemungkinan dapat menghambat

perkembangan intelektual dan emosional. Terdapat berbagai cara

untuk ini. Sudut pandang yang berbeda itu benar, tetapi tidak

popular. Secara ekplisit biarkan mahasiswa mengetahui bahwa bagian

dari keterampilan kritis untuk mengembangkan kompleksitas

dibandingkan materi yang sederhana. Jelaskan kepada mahasiswa

tentang hal itu agar mereka tidak frustasi, tidak perlu ada konsensus

tentang hal yang akan didiskusikan, tetapi dapat mendorong setiap

orang untuk berfikir.

Page 268: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

259

Bertahan Pada Satu Jawaban Benar

Buku ajar menyajikan informasi secara linear, tetapi

pengetahuan dibentuk dan ditampilkan sepanjang waktu. Jika Anda

menginginkan mahasiwa dapat berdialog dengan buku teks, ciptakan

suatu struktur yang dapat mendorong itu. Anda dapat meminta

mahasiswa untuk menghaasilkan beragam pendekatan terhadap

suatu masalah atau perdebatan yang menuntut mahasiswa

mampertahankan pandangan yang diyakininya. Mintalah mereka

untuk mengungkapkan sudut pandang sebelum mahasiswa Anda

membiaskan topik diskusi. Ketika itu telah terjadi, berikan tugas

dengan beragam solusi yang benar.

Menunjukkan Bukti Atas Kemampuan dan Kriteria Penilaian

Jika Anda ingin mahasiswa Anda menunjukkan bukti atas opini

mereka, gunakanlah rubrik dan alat lain yang mendukung. Anda

dapat membimbing mahasiswa Anda menggunakan rubrik dengan

meminta mereka untuk membaca setiap pekerjaan mereka dan

memeriksa bukti secara visual. Menunjukkan bukti atas penilaian yang

Anda lakukan akan mengurangi "persepsi yang salah" berdasarkan

gagasan bahwa opini personal bersifat subjektif dan tidak dinilai

dengan jujur.

Ujilah Asumsi Anda Tentang Mahasiswa Anda

Dikarenakan asumsi mempengaruhi cara Anda berinteraksi

dengan mahaiswa Anda, yang berdampak pada pembelajaran, kita

Page 269: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

260

perlu untuk menelusuri dan mempertanyakan asumsi-asumsi yang kita

buat. Hal umum bagi dosen untuk berasumsi tentang mahasiswa

mereka berdasarkan pada pengalaman dan kerangka referensi

(misalnya, referensi buku atau pengalaman).

Hal yang sama juga berlaku, ketika Anda membuat asumsi

tentang kemampuan mahasiswa (misalnya, mahasiswa Asia-Amerika

lebih pintar di matematika), identitas dan sudut pandang (misalnya,

mahasiswa menyampaikan orientasi seksual dan afiliasi politik) dan

atribut (misalnya, bahasa menunjukkan kelemahan intelektual).

Asumsi ini dapat ditunjukkan dalam perilaku sehinggga secara tidak

sengaja dapat nampak dan mempengaruhi suasana belajar dan

perkembangan mahasiswa tentang identitas.

Tidak Perlu Meminta Mahasiswa Berbicara Atas Nama Kelompoknya

Mahasiswa minoritas seringkali melaporkan perasaan yang

tersembunyi di kelas atau menunjukkan sesuatu seperti tulisan,

berbicara atas nama minoritas. Pengalaman menunjukkan mereka

sedang mengatasnamakan diri sebagai pembicara atas nama

kelompoknya dan dapat memiliki implikasi pada kemampuan mereka

(misalnya, ketika mereka tidak dilibatkan, merak akan marah atau

menyerang). Emosi tersebut dapat menghambat kemampuan

mahasiswa berfikir jelas, logis, solutif dan sebagainya.

Menyebutkan Nama

Menciptakan lingkungan belajar yang efektif seringkali

Page 270: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

261

termasuk membuat mahasiswa merasa mengenali individu lain, baik

individu maupun anggotanya. Usahakanlah agar Anda mampu

mengingat mahasiswa Anda, memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk mengingat nama orang lain, mengundang

mahasiswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas, seperti teater atau

olahraga, dan sebagainya, membantu mahasiswa untuk

menghilangkan hambatan dalam kelas.

Model Bahasa, Perilaku, dan Sikap Yang Terbuka

Ketika dosen menetapkan suatu asumsi tentang apa yang

benar atau tidak benar, begitu juga mahasiswa. Atasi asumsi ini

(misalnya, bahwa kita memiliki nilai, pengalaman, atau tujuan) dengan

inklusivitas, yang dapat memberikan pengalaman belajar yang kuat

untuk semua mahasiswa. Misalnya, menghidari kata-kata maskulnitas

baik untuk mahasiswa pria maupun mahasiswa wanita, atau ketika kita

menggunakan idiom Amerika, menjelaskan kepada mereka

keuntungan dari berbicara Inggris non-pribumi. Perilaku seperti ini

dapat "tertangkap" dalam kelas dan menciptakan suatu iklim yang

terbuka untuk semua dibandingkan menghilangkan motivasi untuk

beberapa orang yang tidak merasa terwakili. Perasaan diterima dan

tidak dimarjinalkan adalah penting untuk perkembangan rasa

identitas positif.

Penggunakan Contoh yang Beragam dan Contoh Yang Berbeda

Beragam contoh dalam beragam konteks dan situasi sangat

Page 271: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

262

penting jika mahasiswa tidak memahami teori dan konsep dan mreka

dapat meningkat seperti mahasiswa yang terakhir. Maka, untuk

contoh, rencanakan contoh yang mewakili kedua jenis seks, lintas

budaya dan terkait orang dari status sosial ekonomi, juga untuk

mahasiswa dewasa. Strategi sederhana ini dapat membantu

mahasiswa merasa terkait dengan materi, bahwa mereka merasa

terlibat dalam lapangan dan memperkuat mengembangkan

kompetensi dan tujuan.

Tetapkan dan Mengingatkan Aturan Dasar Interaksi

Aturan dasar dapat membantu memastikan bahwa mahasiswa

bersifat terbuka dan saling menghargai, dalam rangka menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan mendorong perkembangan

mahasiswa. Untuk memaksimalkan penerimaan aturan dasar, anda

dapat melibatkan mahasiswa dapam proses penetapan aturan dasar.

Lihat Lampiran 5 untuk contoh penetapan aturan dasar. Tentu saja,

Anda masih perlu tetap memperkuat aturan dasar dan memperbaiki

perilaku non-terbuka atau komentar yang mengejek.

Memastikan Materi Kuliah Tidak Memarjinalkan Mahasiswa

Pikirkan tentang apakah perspektif tertentu tidak perlu

disajikan dalam materi perkuliahan (misalnya, mata kuliah tentang

keluarga memfokuskan pada keluarga tradisional, atau mata kuliah

tentang kebijakan politik mengabaikan isu rasial). Mengabaikan

beberapa isu yang mengundang justifikasi nilai, yang dapat

Page 272: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

263

mengasingkan kelompok mahasiswa tertentu, sehingga dapat

menghambat pengembangan identitas diri mahasiswa.

Menggunakan Silabus dan Hari Pertama di Kelas Untuk Membangun

Suasana Kelas

Kesan pertama begitu penting karena akan bertahan lama.

Mahasiswa Anda akan membentuk kesan tentang Anda dan mata

kuliah pada hari pertama, maka dari itu gunakanlah nasa suara yang

menunjukkan Anda ingin hadir di kelas mereka selama satu semester.

Pikirkan bagaimana Anda memperkenalkan diri Anda dan materi mata

kuliah. Bagaimana Anda mampu menyeimbangkan kompetensi dan

otoritas Anda dengan sikap yang mendukung dan ramah? Jenis

pemecah suasana seperti apa yang dapat membantu mahasiswa

mengetahui satu sama lain dan menjadi nyaman dengan Anda dan

terlibat dengan serius dalam perkuliahan Anda?

Tetapkan Suatu Tahapan Untuk Mendapatkan Umpan Balik Tentang

Suasana Kelas

Dikarenakan beberapa sikap, perilaku dan bahasa tidak selalu

nampak kelihatan (atau tersembunyi), tidak mudah untuk membuat

mahasiswa merasa bernilai, diterima, didengar, dan seterusnya. Anda

akan terus mengawasi suasana kelas - terutama dalam kaitannya

dengan isu sensitif - dengan meminta satu mahasiswa yang mewakili

kelas untuk bertemu Anda secara reguler guna mengungkapkan saran

untuk perbaikan suasana kelas, atau melalui evaluasi awal yang

Page 273: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

264

dirancang khusus untuk menanyakan isu suasana kelas.

Anda dapat juga merekam Anda sendiri atau meminta orang

lain (misalnya, asisten dosen, kolega) untuk duduk di kelas dan

mengumpulkan data tentang interaksi Anda dengan mahasiswa.

Indikator untuk mengawasi kegiatan perkuliahan termasuk catatan

tentang kelompok yang dipanggil, interupsi, mengajukan pertanyaan

yang kurang bagus, atau memberikan pemahaman kepada kelompok

lain.

Antisipasi dan Persiapan untuk Isu-Isu Sensitif

Kita biasanya mengetahui pengalaman masa lalu tentang

topik-topik sensitif bagi mahasiswa kita, dari teman sejawat.

Mempersiapkan mahasiswa untuk menerima materi topik isu-isu

sensitif yang akan didiskusikan dengan cara menjelaskan mengapa

mereka harus mempelajari isu ini, misalnya "agar Anda dapat

menerima beragam perspektif yang berbeda" dan juga menjelaskan

aturan dasar agar diskusi dapat berjalan dengan baik.

Arahkan untuk Menjadi Pendengar Aktif

Terkadang tekanan muncul dikarenakan mahasiswa tidak

mendengar apa yang dikatakan orang lain. Untuk itu perlu dibangun

keterampilan mendengarkan pendapat orang lain dan meningkatkan

interaksi kelas. Anda dpat meminta mahasiswa untuk mengulang

kembali apa yang dikatakan oleh orang lain, diikuti dengan

serangkaian pertanyaan apakah sejalan dengan pendapat orang lain

Page 274: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

265

atau memiliki pandangan lain. Anda juga dapat menjadikan Anda

sebagai contoh orang yang mampu menterjemahkan pendapat orang

lain dan mengemukakan perspektif yang berbeda.

RINGKASAN

Pada bab ini, telah meyakinkan bahwa Anda perlu

memperhatikan mahasiswa secara utuh baik dari segi intelektual,

sosial maupun emosional. Kita tengah mengkaji sejumlah penelitian

yang menjelaskan bagaimana mahasiswa sebagai individu yang

masing-masing dapat berkembang di semua bidang dan dalam

kaitannya dengan mencari identitas mengungkapkan bagaimana

perkembangan diri mahasiswa dapat mempengaruhi kegiatan belajar

dan kemampuan mereka.

Kita juga telah mengungkapkan bahwa Anda perlu

memperhatikan kelas tidak hanya dari segi intelektual tetapi juga

lingkungan sosial dan emosional dan telah menunjukkan bahwa

semua yang berkaitan dengan lingkungan belajar saling berkaitan

dengan perkembangan mahasiswa dan mempengaruhi proses belajar

dan kemampuan mereka. Kita juga tengah menunjukkan bahwa

meskipun dosen dapat mendorong perkembangan, tetapi tidak

sebesar pengaruh suasana belajar. Harapannya bahwa dosen dapat

lebih memperhatikan cara membangun suasana kelas yang kondusif

yang berakibat pada proses belajar.

Page 275: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

266

BAB 8

MENDORONG KETERAMPILAN METAKOGNITIF

Membangun kesadaran belajar bukan sesuatu yang sulit jika Anda

sendiri sudah memiliki kesadaran mengajar

Keterampillan didaktik lainnya, yang harus dikuasai oleh dosen

adalah keterampilan metakognitif. Dibandingkan dengan

keterampilan memotivasi belajar dan mendorong suasana belajar

kondusif, keterampilan metakognitif lebih sulit, tetapi bukan berarti

lebih penting dibandingkan dua keterampilan yang lain. Ketiganya,

motivasi belajar, suasana kondusif, dan metakognitif, merupakan

elemen dasar yang mempengaruhi kualitas pembelajaran.

SISWA Y Setelah selama satu minggu menilai ke-25 tugas makalah,

makalah dikembalikan kepada mahasiswa. Di tugas pertama ini, saya meminta mahasiswa menyatakan argumen disertai bukti pendukung.

Setelah pelajaran selasai, satu dari mahasiswa saya, Melani namanya, menyatakan perlu berbicara empat mata dengan saya terkait nilai yang diperolehnya, bukan makalahnya. Melani pertama kali membuat makalah baru di mata kuliah saya. Belum ada tugas membuat makalah di mata kuliah lain. Dia merasa belum dapat menyatakan argumentasi dengan tepat.

Saya memberikan kesempatan satu minggu kepada Melani untuk memperbaiki argumentasi. Ketika saya keluar kelas menunju kantor, dia mulai menjelaskan bahwa dia memiliki bakat menulis sudah sejak SMA. Dia menyatakan bahwa nilai yang diterimanya sebagai kekeliruan, karena menurut orang tuanya makalah yang dibuatnya sangat bagus.

Melani menyatakan bahwa ia telah menghabiskan waktu sampai bergadang untuk membuat makalah itu. Dia bekerja di

Page 276: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

267

SISWA Y bawah tekanan, dan mengatakan "... makalah yang dibuatnya mencerminkan kreativitasnya dalam mengemukakan pendapat”.

dari Ngea [Dosen Sejarah Intelektual]

Roda Sepeda Setelah saya menilai ujian mahasiswa bernama Joni, saya

tidak dapat membantu menaikkan nilai. Nilai ujian pertamanya begitu rendah. Tetapi Joni tidak sendiri, kebanyakan mahasiswa yang pertama kali ikut ujian, nilainya juga rendah. Tetapi saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Bagaimana dapat seseorang yang hadir setiap kali di perkuliahan - duduk di depan dengan penuh perhatian dan menyelesaikan laporan bacaan dan praktik labolatorium, tidak ada kekurangan apapun, tetapi nilai ujiannya begitu rendah?”.

Sebelum ujian, Saya mengatakan kepada Joni bahwa UAS dirancang untuk menguji pemahaman konseptual. Joni nampak bingung. Pada saat itu, Joni berfikir dia dapat memperkirakan apa yang harus dipelajari. Saya menanyakan apa yang dilakukannya dalam mempersiapkan ujian, dan dia menjawabnya “Saya belajar selama seminggu untuk mempersiapkan itu, membolak-balik semua isi buku.”

Saya sulit mempercayai ketika saya diperlihatkan buku teks yang telah dibaca Joni, semua teks telah diberi stabilo kuning. Ia menjelaskan kepada saya bagaimana dia telah membaca berulang kali dan mengingat istilah-istilah dengan menuliskan kembali definisi-definisi istilah pada kertas kecil.

Saya menanyakan: “Dari mana dia mendapatkan pendekatan seperti itu?” dan dia mejelaskan bahwa dia menggunakan pendekatan seperti itu ketika menghadapi ujian di SMA.

dari Shinta [Dosen Manajemen Strategi]

Page 277: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

268

APA YANG TERJADI DALAM CERITA

Nampaknya kedua cerita itu berbeda: Melani menulis

makalah pada hari-hari terakhir, sementara Joni belajar keras selama

seminggu sebelum menghadapi ujian akhir. Bagaimanapun juga,

kedua mahasiswa tersebut belajar tanpa memahami mengapa harus

belajar seperti itu. Ketika kita menganalisis detail setiap cerita, ada isu

lain yang muncul. Kita dapat menyaksikan bahwa Joni memiliki

strategi belajar mengingat fakta dan definisi – strategi yang dipelajari

dan dilaksanakannya ketika SMA, tetapi terbukti menjadi tidak efektif

digunakan ketika belajar di perguruan tinggi. Perubahan pendekatan

yang dilakukan Joni setelah rendahnya nilai pada ujian pertama tidak

banyak membantu.

Melani juga memiliki strategi belajar di masa lalu, tetapi dia

gagal mengenali perbedaan dasar - tingkat pemahaman - di kedua

disiplin ilmu - antara menulis bahasa Inggris di SMA dan menulis di

kelas Sejarah Intelektual di perguruan tinggi. Lebih dari itu, dia tidak

memahami dan memenuhi hal yang kedua, sehingga nilai tugasnya

itu begitu rendah. Baik Melani maupun Joni sedang menghadapi

tantangan intelektual yang baru. Sayangnya, mereka tidak mampu

merubah strategi belajar mereka dan mereka gagal mengembangkan

strategi belajar. Untuk menyelesaikan tugas menulis sejarah

intelektual, Melani memiliki kepercayaan tentang kemampuan yang

dimilikinya, berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hanya saja dia

tidak dapat mengidentifikasi kekeliruan pendekatan cara belajar yang

saat ini digunakannya.

Page 278: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

269

PRINSIP YANG BERLAKU

Meskipun kedua mahasiswa tengah berjuang mengerjakan

tugas pada mata kuliah yang berbeda, mereka mengalami kesulitan

yang sama yakni kemampuan metakognitif. Metakognitif diartikan

sebagai proses refleksi yang diarahkan pada apa yang dipikirkan

[berfikir tentang pikiran sendiri]. Baik Melani maupun Joni

menghadapi masalah terkait dengan ketepatan menilai kemampuan

dan gaya belajarnya, dan mereka gagal mengadaptasi pendekatan

belajar yang dimilikinya terhadap situasi yang dihadapi saat ini.

Sebagai hasilnya, kedua mahasiswa tersebut mengalami kesulitan

belajar. Mengajar efektif dengan pembelajaran berpusat pada

mahasiswa, saatnya bagi Anda untuk mampu mengajarkan cara

menerapkan keterampilan metakognitif yang mengarahkan pada cara

berfikir. Melani dan Joni adalah salah satu contoh dari mahasiswa

yang gagal menerapkan keterampilan metakognitif yang dimilikinya.

Untuk jadi mahasiswa yang memiliki kesadaran belajar, mahasiswa

harus mampu menilai tuntutan tugas, mengevalausi pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya, merencanakan pendekatan,

mengawasi kemajuan, dan menyesuaikan strategi yang dibutuhkan.

Pernyataan di atas merupakan intisari dari keterampilan

metakognitif sebagai keterampilan yang menentukan efektifitas

belajar (juga disebut mawas diri). Keahlian seperti itu teramat penting

di perguruan tinggi dan di dunia kerja, ketika seseorang menerima

tugas yang begitu kompleks dan menuntut tanggungjawab lebih atas

apa yang dipelajarinya. Dibandingkan dengan siswa SMA, mahasiswa

Page 279: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

270

di perguruan tinggi sering dituntut untuk menyelesaikan tugas yang

besar, proyek jangka panjang dan terlebih lagi harus bekerja secara

mandiri. Proyek menuntut mahasiswa untuk mengenali pengetahuan

yang dimilikinya dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam

menyelesiakan proyek, mengidentifikasi apa yang harus mereka

pelajari, merencanakan suatu pendekatan belajar secara mandiri,

menemukan cara terbaik menyelesaikan proyek secara mandiri, serta

mengawasi dan menyesuaikan pendekatan di sepanjang waktu

belajar. Atas semua hal itu, tidak mengherankan jika salah satu

tantangan terbesar mahasiswa memasuki dunia perguruan tinggi

adalah mengatur cara belajar mereka sendiri (Pascarella & Terenzini,

2005).

Sayangnya, keterampilan metakognitif cenderung berada di luar

area materi kuliah di sebagian besar program studi dan sering

diabaikan dalam pengajaran. Namun, dengan membantu mahasiswa

untuk meningkatkan keterampilan metakognitif akan mendatangkan

manfaat besar, tidak hanya kebiasaan intelektual seperti perencanaan

pendekatan proyek, keputusan alternatif, dan evaluasi perspektif

sendiri, tetapi juga dapat digunakan lebih dari itu – untuk

pengetahuan khusus.

Bayangkan, apa yang terjadi, jika Joni dan Melanie telah belajar

mengevaluasi tuntutan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka,

mampu mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu menyesuaikan

pendekatan belajar yang dibutuhkan, mungkin dia akan berhasil

Page 280: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

271

memenuhi tuntutan tugas, dan berhasil dalam bidang akademik. Pada

ujian kedua, mungkin Joni telah merubah strategi, dari strategi

menstabilo teks pada buku dan menghafal fakta-fakta dan konsep-

konsep dasar kimia, ke strategi membuat peta konsep untuk menguji

pemahamannya tentang ide-ide kunci dan hubungan kausal antar-

konsep. Melanie mungkin telah beralih ke strategi baru untuk menulis

artikel sejarah yang berpusat pada mengartikulasikan argumen yang

jelas dan bukti yang mendukung, bukan bertahan pada pendekatan

deskriptif yang digunakannya untuk menulis tugas bahasa Inggris

sewaktu SMA. Dengan kata lain, keterampilan metakognitif akan

membantu baik Joni dan Melanie belajar lebih lanjut, yang tercermin

dalam peningkatan kemampuan.

PENELITIAN TENTANG METAKOGNITIF

Para peneliti telah mengusulkan berbagai model aga

mahasiswa mampu menerapkan keterampilan metakognitif dengan

baik (Brown, et.al., 1983;. Butler, 1997; Pintrich, 2000; Winne &

Hadwin, 1998). Meskipun masing-masing peneliti memberikan

penjelasan yang berbeda-beda, tetapi di antara para peneliti memiliki

kesamaan gagasan bahwa peserta didik perlu terlibat dalam berbagai

proses untuk memantau dan mengontrol proses belajar yang mereka

alami (Zimmerman, 2001). Selain itu, mengingat kegiatan

pemantauan kemajuan belajar dan pengendalian diri saling

mempengaruhi satu sama lain, model pengembangan metakognitif

sering berupa sebuah siklus.

Page 281: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

272

Gambar 9. Siklus Pengembangan Keterampilan Metakognitif

Gambar 9. menggambarkan siklus keterampilan metakognitif,

bahwa peserta didik harus:

• Menilai tugas mereka, dengan mengutarakan tujuan tugas dan

kendala yang dihadapi.

• Menilai pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri,

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dalam

menyelesaikan tugas.

• Menyusun rencana metode untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi saat ini.

• Menerapkan berbagai strategi untuk mewujudkan rencana yang

dibuat, memantau kemajuan di sepanjang waktu.

• Refleksikan sejauh mana pendekatan yang telah dilaksanakan

sehingga dapat menyesuaikan dan memulai siklus yang

diperlukan.

MENINJAUtugas

EVALUASIkekuatan & kelemahan

RENCANA strategi

MENERAPKAN strategi

Page 282: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

273

Selain itu, ada banyak tahapan dalam keterampilan

metakognitif itu yang tumpang tindih. Dari interaksi satu sama lain,

mahasiswa akan merasa yakin pada kecerdasan dan kemampuan

belajarnya (seperti, apakah kecerdasannya tetap atau masih perlu

dibentuk dan apakah kemampuan belajarnya dalam kategori cepat

dan mudah atau lambat dan perlu usaha keras), refleksi diri

merupakan faktor yang paling mempengaruhi seluruh siklus (Lihat

lingkaran pusat pada Gambar 7.1). Mari kita pahami satu per satu

setiap tahapan dalam siklus pengembangan keterampilan

metakognitif.

MENINJAU TUGAS YANG DITERIMA

Ketika mahasiswa menyerahkan tugas yang masih kurang

lengkap, dosen sering bertanya pada diri sendiri: “Apakah mereka

membaca petunjuk tugas?” Bahkan, dosen mengira mahasiswa Anda

tidak membaca tugasnya, atau seandainya mereka membaca tugas,

mereka gagal menilai secara akurat apa yang seharusnya

dilakukannya. Mereka membuat asumsi tentang tugas berdasarkan

pengalaman mereka sebelumnya. Dalam satu penelitian yang

menyelidiki kesulitan mahasiswa mengerjakan tugas menyusun

makalah, Carey, Flower, Hayes, dan kawan-kawan (1989) menemukan

bahwa setengah dari mahasiswa mengabaikan petunjuk tugas dan

menggunakan pengetahuan menulis yang telah digunakan di masa

SMA. Akibatanya, mahasiswa-mahasiswa seperti itu mendeskripsikan

hal ihwal pengetahuan terkait topik makalah tanpa memperhatikan

Page 283: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

274

tujuan tertentu atau tujuan tugas. Misalnya:

TUGAS

PEMANFATAN BIOTEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

Petunjuk:

• Carilah jurnal tentang bioteknologi yang dapat meningkatkan

produktivitas dan keamanan konsumsi.

• Uraikan isu-isu terkait pemanfaatan bioteknologi untuk

produktivitas dan keamanan konsumsi, cara pemanfaatan, dan

dampaknya terhadap lingkungan, dari beragam perspektif.

• Jelaskan pandangan Anda tentang dampak positif dan negatif

dari bioteknologi di sektor pertanian.

HASIL PEKERJAAN MAHASISWA

BIOTEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DAN MANUSIA

• Pengertian Bioteknologi

• Manfaat Bioteknologi

• Produktivitas Pertanian

• Dampak Bioteknologi

Penelitian menunjukkan bahwa tahap pertama pengembangan

keterampilan metakognisi yaitu Tahap Mengenali Tuntutan Tugas.

Tentu mengenali tuntutan tugas tidak selalu mudah bagi mahasiswa,

sebagaimana dicontohkan dalam cerita di awal. Meskipun Dr. Shinta

menjelaskan di bagian awal tugas (PETUNJUK) bahwa mahasiswa

Page 284: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

275

harus menuliskan argumentasi dengan bukti pendukung, Melanie

tetap pada strategi menulis yang telah ia pelajari di kelas bahasa

Inggris sewaktu SMA. Joni mengabaikan atau keliru memahami

pernyataan dosen tentang tujuan ujian (untuk menguji pengetahuan

konseptual), dan membuat asumsi sendiri berdasarkan pengalaman

SMA-nya (menghafal fakta-fakta daripada mengidentifikasi ide-ide

kunci dan hubungan kausal antar-konsep). Pada kedua kasus tersebut,

kedua mahasiswa mengenali tuntutan tugas tidak akurat, meskipun

dosen telah memberikan arah petunjuk yang jelas.

Mengingat mahasiswa sering keliru mengenali tuntutan tugas

dan bukan cara efisien jika harus terus mengingatkan: “bacalah dan

perhatikan petunjuk tugas dengan baik”, maka mahasiswa perlu: (1)

diajarkan bagaimana cara mengenali tuntutan tugas; (2) diajarkan cara

melangkah dari Tahap Mengenal Tuntutan Tugas ke dalam Tahap

Perencanaan Penyelesaian Tugas, dan; (3) diajarkan cara memahami

umpan balik (saran perbaikan) atas keakuratan penilaian tuntutan

tugas sebelum mulai mengerjakan tugas yang diberikan.

MENILAI KEKUATAN DAN KELEMAHAN DIRI

Meskipun mahasiswa telah mampu mengenal tuntutan tugas

yaitu ketika berhasil menentukan apa yang perlu dilakukan untuk

menyelesaikan tugas secara efektif, masih ada pertanyaan tentang

seberapa baik mereka mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan

tugas. Penelitian menemukan bahwa mahasiswa pada umumnya

memiliki kesulitan mengenali kekuatan dan kelemahan mereka

Page 285: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

276

sendiri, dan mahasiswa tampaknya kurang pengetahuan dan

keterampilan untuk menilai diri mereka sendiri. Misalnya, ketika

mahasiswa keperawatan ditanya tentang prosedur dasar memasukkan

infus, mayoritas mahasiswa mengemukakan terlalu banyak tahapan

dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dikerjakan. Fenomena ini

telah ditemukan dalam berbagai konteks. Selain itu, penelitian

menunjukkan bahwa mahasiswa dengan pengetahuan dan

keterampilan yang lemah kurang mampu menilai kemampuan mereka

daripada mahasiswa dengan keterampilan yang kuat.

Sebagai contoh, ketika diminta untuk memprediksi

kemampuan mereka sendiri baik sebelum dan setelah menyelesaikan

tes, mahasiswa psikologi menunjukkan beragam tingkat akurasi

perkiraan, berdasarkan kinerja aktual mereka. Mahasiswa dengan

kemampuan tinggi lebih akurat dalam memprediksi dan menunjukkan

peningkatan kemampuan selama tes berikutnya, sedangkan

mahasiswa kemampuan rendah terlalu membesar-besarkan

kemampuan mereka baik sebelum dan maupun setelah melaksanakan

tes dan menunjukkan sedikit perubahan keakuratan dari waktu ke

waktu (Hacker et al., 2000).

Terutama di kalangan para pemula, cenderung tidak akurat

menilai pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri terkait

pencapaian tujuan tertentu, yang dapat berdampak serius bagi

mahasiswa tersebut untuk mampu mencapai tujuan tersebut.

Misalnya, mahasiswa yang tidak akurat menilai pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu,

Page 286: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

277

mungkin meremehkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan secara efektif atau mengabaikan bantuan

tambahan dan dukungan yang harus diperoleh.

Ketidakmampuan menilai diri nampak jelas pada dua

mahasiswa, baik Melanie maupun Joni, di kedua cerita di awal bab.

Melanie percaya bahwa dia seorang penulis berbakat dan

menganggap dirinya memiliki kekuatan mengerjakan tugas menulis

di bawah tekanan. Menunjukkan terlalu-kepedean, Melanie mulai

mengerjakan tugas menulis makalah sejarahnya pada menit-menit

terakhir. Joni juga bangga dengan keterampilan membaca teliti dan

menandai teks tanpa henti dari buku teks yang dibacanya, tetapi ujian

yang dihadapinya menuntut dia sukses mempelajari konsep-konsep

kunci dan mejelaskan hubungan kausalitas dari konsep-konsep kunci

yang dipelajarinya. Jika kedua mahasiswa tersebut berhasil

mengevaluasi kemampuan mereka, untuk lebih realistis, mungkin

akan memilih strategi yang lebih tepat, pada gilirannya dapat

mengantarkan mereka memperoleh hasil yang lebih baik.

MERENCANAKAN PENDEKATAN YANG TEPAT

Mengingat mahasiswa kesulitan dalam mengenal tuntutan

tugas dan menilai kemampuan mereka sendiri, yang terjadi berikunya

adalah kapasitas mereka untuk menyusun rencana secara efektif juga

akan terganggu. Dalam cerita di awal, kita melihat kesalahan yang

dibuat kedua mahasiswa: (1) tidak membuat rencana yang cukup,

terutama untuk tugas yang kompleks, dan; (2) membuat rencana yang

Page 287: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

278

tidak tepat untuk situasi yang dihadapi saat itu. Melanie

menyederhanakan masalah, pertama, ia baru memulai menulis

makalah pada satu malam sebelumnya dan tidak menyediakan waktu

untuk berpikir ke depan tentang apa (dan bagaimana) caranya

menyelesaikan tugas menulis ini dengan cepat. Berbeda dengan Joni,

Joni memiliki rencana bagaimana cara belajar untuk menghadapi

ujian, yakni menandai berbagai istilah di buku teks dengan stabilo

kuning. Namun, rencananya kurang cocok untuk jenis ujian yang

diberikan oleh dosennya. Penelitian pada perilaku menyusun rencana,

memberikan bukti bahwa kedua mahasiswa, Melanie dan Joni,

memiliki masalah dalam penyusunan rencana belajar.

Rencana Melanie konsisten dengan bukti penelitian yang

menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung menghabiskan terlalu

sedikit waktu untuk menyusun perencanaan, terutama bila

dibandingkan dengan seorang ahli. Sebagai contoh, dalam sebuah

penelitian, para ahli fisika (dosen dan mahasiswa pascasarjana) dan

pemula (mahasiswa semester pertama) diminta untuk memecahkan

berbagai masalah fisika. Tidak mengherankan, para ahli memecahkan

masalah lebih cepat dan lebih akurat daripada pemula. Namun, hasil

menarik adalah bahwa para ahli menghabiskan lebih banyak waktu

daripada pemula dalam membuat rencana menyelesaikan masalah.

Pemula, sebaliknya, menghabiskan sedikit waktu dalam

merencanakan dan sebagai gantinya menerapkan berbagai

persamaan untuk mencoba memecahkan masalah.

Kurangnya waktu dalam menyusun perencanaan, membuat

Page 288: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

279

pemula [mahasiswa semester awal] membuang lebih banyak waktu

karena mereka memulai langkah pertama yang salah dan mengambil

langkah-langkah yang pada akhirnya tidak menghasilkan solusi yang

tepat. Efek serupa telah ditemukan di disiplin lain, seperti matematika

dan sastra (Hayes & Bunga, 1986; Schoenfeld, 1987). Dengan kata

lain, meskipun penyusunan perencanaan untuk menyelesaikan tugas

dapat meningkatkan peluang keberhasilan, mahasiswa cenderung

tidak menyadari pentingnya menyusun rencana penyelesaian tugas.

Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika mahasiswa

menyusun rencana penyelesaikan tugas, mereka sering membuat

rencana yang tidak cocok untuk tugas yang diberikan. Sebagai

contoh, satu studi penelitian menganalisis perilaku ahli dalam

merencanakan (dosen mata kuliah menulis) dan pemula (mahasiswa)

dan kemudian juri independen menilai kualitas tulisan terakhir. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemula dan penulis kurang efektif

adalah orang-orang yang telah menyusun rencana yang kurang tepat

(Carey et al., 1989).

MENERAPKAN STRATEGI DAN MENGAWASI KINERJA

Setelah mahasiswa menyusun rencana dan mulai menerapkan

strategi yang sesuai rencana mereka, mahasiswa perlu memantau

kinerja mereka. Dengan kata lain, mahasiswa perlu bertanya pada diri

sendiri, "Apakah ada strategi-strategi yang dapat bekerja dengan

baik atau satu strategi lebih produktif dibandingkan strategi yang

lain?”. Tanpa memantau kemajuan mereka sendiri, mahasiswa seperti

Page 289: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

280

Joni dalam cerita di awal dapat terus menerapkan strategi yang tidak

efektif dan akibatnya membuat buang-buang waktu dan mencapai

hasil yang buruk.

Penelitian tentang efek kegiatan pemantauan diri mahasiswa,

menunjukkan dua hal penting. Pertama, mahasiswa yang secara alami

memantau perkembangan mereka sendiri dan mencoba untuk

menjelaskan kepada diri mereka sendiri apa yang mereka pelajari di

sepanjang waktu, menghasilkan manfaat belajar yang lebih besar

dibandingkan dengan mahasiswa yang jarang terlibat dalam kegiatan

pemantauan diri dan penjelasan aktivitas-diri. Sebagai contoh, dalam

sebuah studi, mahasiswa diminta untuk berbicara keras-keras saat

mereka mempelajari topik ilmu pengantar dalam buku teks. Setelah

belajar, mahasiswa diberikan tes pemecahan masalah untuk

mengukur seberapa banyak apa yang telah mereka pelajari. Para

peneliti membagi mahasiswa menjadi dua kelompok sesuai dengan

kinerja mereka dalam memecahkan masalah, kelompok mahasiswa

dengan kinerja-pemecah masalah yang baik dan pemecah masalah

yang buruk dan kemudian melihat untuk melihat apakah ada

perbedaan dalam cara mereka mempelajari buku teks dibandingkan

cara membaca keras-keras. Perbedaan yang mereka temukan adalah

bahwa pemecah masalah yang baik jauh lebih mungkin untuk

memantau pemahaman mereka; sementara mereka sedang

membaca, lalu berhenti membaca, lalu bertanya pada diri sendiri

apakah mereka memahami konsep yang disajikan dalam buku teks

(Chi et al., 1989).

Page 290: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

281

Meskipun penelitian ini menunjukkan hubungan positif antara

pemantauan diri dan efektivitas pembelajaran, pertanyaan yang

menarik adalah apakah mengajarkan mahasiswa untuk memonitor diri

benar-benar meningkatkan belajar mahasiswa. Penelitian di beberapa

domain ilmu menunjukkan bahwa jawabannya adalah ya. Mahasiswa

yang diajarkan atau diminta untuk memantau pemahaman mereka

sendiri atau untuk menjelaskan kepada diri sendiri apa yang mereka

pelajari memiliki manfaat belajar yang lebih besar dibandingkan

dengan mahasiswa yang tidak diminta untuk imelakukan pemantauan

(Bielaczyc, Pirolli, & Brown, 1995; Chi et al, 1994 ). Selain itu,

penelitian juga menunjukkan bahwa ketika mahasiswa diajarkan untuk

mengajukan serangkaian pertanyaan pemantauan pemahaman

selama membaca, mereka akan belajar memonitor diri lebih sering

dan karenanya belajar lebih banyak dari apa yang mereka baca

(Palinscar & Brown, 1984).

MEREFLEKSIKAN DAN MENYESUAIKAN STRATEGI

Ketika mahasiswa memantau kemampuan mereka dan

mengidentifikasi adanya kekeliruan atau kekurangan pada

pendekatan yang mereka laksanakan, tidak ada jaminan bahwa

mereka akan menyesuaikan atau mencoba alternatif yang lebih

efektif. Mereka mungkin bertahan, untuk sejumlah alasan mengubah

metode, atau mereka tidak memiliki strategi alternatif. Melanie,

misalnya, enggan merubah gaya penulisan yang dibawanya sewaktu

SMA. Tetapi, meskipun dia mampu mengenali kekurangan dalam

Page 291: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

282

kemampuan menulis analitis, dia mungkin tidak tahu bagaimana cara

menulis dengan gaya berbeda. Begitu juga dengan Joni, mungkin

tidak tahu cara lain untuk belajar membaca selain melabeli.

Penelitian tmenunjukkan bahwa pemecah masalah yang baik

akan mencoba strategi jika strategi yang mereka pilih saat ini tidak

bekerja, sedangkan si pemecah masalah yang buruk akan terus

menggunakan strategi lama bahkan ketika strategi lama menunjukkan

kegagalan (Nasional Research Council, 2001, hal. 78). Demikian pula,

penulis yang baik akan mengevaluasi tulisan mereka dari perspektif

pembaca dan merevisi bagian dari pekerjaan mereka yang tidak

menyampaikan makna yang diinginkan (Hayes & Flower, 1986).

Namun, jenis-jenis penyesuaian cenderung tidak akan terjadi

jika biaya untuk beralih ke pendekatan baru dirasa terlalu tinggi.

Termasuk biaya adalah waktu dan upaya yang diperlukan untuk

mengubah kebiasaan seseorang. Meskipun dalam jangka waktu lama

pendekatan baru terbukti dapat mendatangkan hasil yang lebih baik,

mereka biasanya cenderung kembali menggunakan pendekatan

lama. Jadi, kesibukan atau penundaan menujukkan ketidaksediaan

mahasiswa Anda untuk berinvestasi untuk membuat perubahan cara

belajar. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang akan

terus menggunakan strategi familiar yang bekerja cukup baik

daripada beralih ke strategi baru yang akan bekerja lebih baik (Fu &

Gray, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung tidak

akan mengadopsi strategi baru dalam belajar, kecuali manfaat yang

Page 292: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

283

dirasakan jelas lebih besar daripada biaya yang dirasakan, terutama

biaya usaha dan waktu.

KEYAKINAN TENTANG KECERDASARAN DAN BELAJAR

Pada awal bab ini, kami menunjukkan bahwa keyakinan

mahasiswa atas kecerdasan dan pembelajaran dapat mempengaruhi

keterampilan metakognitif. Contoh keyakinan tersebut termasuk

apakah mahasiswa melihat mereka mampu belajar lebih cepat dan

mudah atau lambat dan sulit, dan apakah mereka menganggap

kecerdasan sebagai keadaan yang tetap atau mudah dibentuk.

Contoh lain termasuk keyakinan mahasiswa tentang kemampuan

mereka sendiri (di kedua arah) dan bakat khusus mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa keyakinan mahasiswa tentang

kemampuan dan bakat khusus, berkaitan dengan perilaku dan

capaian dalam kegiatan belajar, termasuk nilai kuliah dan nilai ujian

(Schommer, 1994). Sebagai contoh, dalam satu penelitian, peneliti

mengumpulkan berbagai langkah-langkah belajar yang dilakukan

mahasiswa, termasuk keyakinan mahasiswa tentang kecerdasan,

apakah kecerdasan itu tetap (tidak ada cara yang dapat dilakukan

untuk memperbaikinya) atau sementara (pasti ada cara untuk

mengembangkan kecerdasan ke arah yang lebih besar), efikasi diri,

motivasi diri untuk menghabiskan waktu untuk belajar, strategi

belajar, dan perilaku belajar.Dengan menerapkan berbagai teknik

statistik untuk memilah-milah hubungan semua variabel-variabel ini,

para peneliti menemukan pola bahwa terhadap hubungan antara

Page 293: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

284

keyakinan mahasiswa tentang kecerdasan dengan strategi dan

perilaku belajar (Henderson & Dweck, 1990).

Hubungan tersebut masuk akal, secara intuitif bahwa mahasiswa

yang percaya bahwa kecerdasannya tetap, tidak punya alasan untuk

untuk menghabiskan waktu waktu dan usaha untuk meningkatkan

kemampuan karena mereka percaya usaha apapun tidak akan atau

sedikti memiliki dampak. Bahkan ketika melakukan usaha yang relatif

kecil, mahasiswa tersebut kurang mampu melakukannya dengan baik.

Sebaliknya, mahasiswa yang percaya bahwa kecerdasannya

sementara (yaitu, keterampilan dapat dikembangkan sehingga

membawa kesuksesan akademis lebih besar) memiliki alasan untuk

menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam berbagai strategi

karena mereka percaya bahwa usaha dan waktu yang dihabiskannya

dapat meningkatkan keterampilan mereka dan karenanya dapat

mendatangkan hasil yang baik. Ketika mereka melakukan usaha yang

relatif kecil - terutama setelah menghadapi kesulitan - mahasiswa

tersebut lebih mungkin untuk teurs belajar dan tampil lebih baik.

Melihat ke cerita pertama dari awal bab yang menggambarkan

bagaimana keyakinan tentang kemampuan sendiri juga dapat

berdampak pada proses metakognitif dan pembelajaran. Melanie

memiliki keyakinan tentang dirinya sendiri, "Saya penulis yang baik”

dan Aku selalu menulis makalah dengan baik" yang

mempengaruhinya untuk menerapkan metode dalam menyelesaikan

tugas Dr. Shienta. Dia mulai menyusun makalahnya di detik-detik

akhir, karena Melanie berasumsi bahwa dia memiliki bakat menulis

Page 294: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

285

dan kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan akan membawanya

pada kesuksesan. Ketika hasilnya menunjukkan sebaliknya,

makalahnya jelek, tidak sesuai keyakinan dan harapannya, Melanie

kemudian menganggap nilai yang diberikan tidak akurat, "itu

penilaian keliru", dibandingkan mengkaitkan nilai jelek itu dengan

tuntutan tugas, keterampilan, atau usaha yang dilakukannya. Jika

Melanie mempertahankan keyakinan ini, tampaknya menjadi alasan

bagi Melani untuk tidak mengubah pendekatannya atau mencoba

untuk memperbaiki keterampilan menulis, bahkan jika dia diberikan

kesempatan lain untuk berlatih menulis untuk tulisan sejarah.

Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki keyakinan negatif tentang

kemampuannya dalam konteks tertentu (misalnya, “Aku sedang tidak

pandai matematika”) mungkin sudah merasa kalah sejak awal dan

akibatnya tidak akan repot-repot untuk merencanakan atau

melaksanakan strategi usaha karena yakin bahwa setiap waktu dan

usaha yang dikeluarkan akan menghasilkan sedikit. Oleh karena itu,

kepercayaan seorang atas kemampuannya - kuat atau lemah - dapat

menghambat proses metakognitif seseorang, dan kemudian proses

belajar yang dilakukannya.

Apa yang bisa dilakukan untuk membantu mahasiswa

memperoleh keyakinan tentang belajar yang lebih produktif?

Meskipun temuan umum adalah bahwa kepercayaan dan sikap

seseornag yang sulit berubah, penelitian baru menawarkan beberapa

harapan untuk memodifikasi keyakinan mahasiswa dan meningkatkan

pembelajaran. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Stanford

Page 295: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

286

University (Aronson, Fried, & Baik, 2002), setengah dari mahasiswa

diberi sesi pengarahan singkat yang mendorong agar memiliki

keyakianan bahwa kecerdasaran itu "gampang berubah" yaitu,

sesuatu yang dapat berubah dengan latihan dan kerja keras.

Setengah lainnya diberitahu bahwa kecerdasan terdiri beberapa

komponen (misalnya, verbal, logis, interpersonal) dan bersifat

“tetap”, sehingga orang hanya perlu untuk menemukan atribut-

atribut yang tetap yakni bakat tertentu dalam rangka untuk

meningkatkan kekuatan mereka. Kedua kelompok kemudian

berpartisipasi dalam tiga sesi untuk menulis tentang perjuangan

akademik di tingkat SMA.

Dalam tulisan-tulisan itu, peserta penelitian didorong untuk

membahas pandangan tentang kecerdasan mereka yang telah

diberitahukan pada sesi pertama sesi dengan “sahabat pena” (yang,

pada kenyataannya, tidak ada). Selanjutnya, penilaian menemukan

bahwa mahasiswa yang memiliki pandangan bahwa kecerdasaran itu

"gampang berubah” menunjukkan bahwa pandangan mereka

tentang kecerdasaran lebih berubah dan mengesankan perspektif

kecerdasan sebagai sesuatu yang dapat dirubah dibandingkan

kelompok yang diberitahukan bahwa kecerdasan itu "tetap". Seiring

waktu, kelompok yang ditempa dengan pandangan bahwa

kecerdasan itu "gampang berubah" menunjukkan dukungan belajar

yang kuat dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang ditempa

dengan pandangan kecerdasan itu "tetap". Mungkin yang paling

penting, mahasiswa yang menilai diri "dapat merubah

Page 296: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

287

kecerdasannya, dinilai sangat menikmati suasana akademik yang

kompetitif dan menunjukkan keunggulan akademik yang lebih tinggi

dibandingkan kelompok mahasiswa yang menilai kecerdasan dirinya

itu "tetap".

IMPLIKASI PENELITIAN

Mungkin ringkasan sederhana dari penelitian yang disajikan di

di bagian sebelumnya adalah untuk mengatakan bahwa mahasiswa

cenderung tidak menerapkan keterampilan metakognitif atau tidak

sering menerapkan keterampilan metakognitif sebagaimana

mestinya. Ini menyiratkan bahwa mahasiswa membutuhkan dukungan

strategi belaja dan panduan efektif menerapkan keterampilan

metakognitif. Untuk mengatasi kebutuhan ini, maka, dosen harus

mempertimbangkan keterampilan metakognitif ini dapat memiliki

dampak positif dalam jangka panjang dan kemudian, sesuai dengan

tujuan pembahasan di bab ini, dosen harus mampu menerapkan dan

mengembangkan keterampilan metakognitif sebagai bagian dari

silabus mata kuliah dan pelaksanaan perkuliahan di perguruan tinggi.

Dalam kasus menilai tugas di tangan dan merencanakan

pendekatan yang tepat, mahasiswa bukan hanya cenderung

menghasilkan penilaian yang tidak sesuai [bahkan tidak akurat] dan

juga rencana yang tepat untuk menyelesaikan tugas, juga benar-

benar gagal untuk mempertimbangkan langkah-langkah penting

untuk menyelesaikan tuntutan perkuliahan. Hal ini menunjukkan

bahwa mahasiswa perlu mendapatkan latihan menilai tugas dan

Page 297: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

288

menyusun perencanaan bahkan juga latihan menerapkan strategi

yang mereka pilih. Dalam tahap pemantauan kemajuan dan refleksi

keberhasilan secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa

mengajar dengan melibatkan mahasiswa dalam proses belajar akan

menghasilkan keuntungan. Namun demikian, mahasiswa masih

membutuhkan pertimbangan dosen untuk menerapkan keterampilan

ini secara efektif.

Akhirnya, beberapa penelitian tentang kemampuan mahasiswa

untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka sendiri,

menunjukkan bahwa mahasiswa mampu untuk menyesuaikan strategi

mereka, dan akan dampak pada keyakinan mereka tentang belajar

dan kecerdasam, sehingga hambatan-hambatan belajar akan dengan

mudah diatasi. Dalam kasus ini, implikasi paling penting untuk

mengatasi masalah ini secara langsung terkait dengan usaha

meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang tantangan yang mereka

hadapi dan dengan mempertimbangkan beberapa intervensi

langsung dari dosen dapat membantu mahasiswa menjadi produktif

dalam memodifikasi keyakinan mereka tentang kecerdasan dan pada

saat yang sama, mahasiswa dapat menetapkan harapan yang masuk

akal tentang peningkatan yang mungkin terjadi.

STRATEGI YANG DISARANKAN

Pada bagian ini akan membahas strategi untuk mempromosikan

masing-masing aspek dari metakognisi yang telah dibahas

sebelumnya. Selain itu, kami menyajikan dua strategi untuk

Page 298: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

289

membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan metakognitif

pada umumnya.

MENILAI TUGAS YANG DIBERIKAN DOSEN

Memberikan Deskripsi Tugas Yang 'Lebih' Daripada Yang Anda Pikir

Wajar, jika dosen sering bersumsi bahwa deskripsi tugas yang

singkat sudah cukup, tetapi cukup beralasan jika mahasiswa

mengasumsikan tuntutan tugas yang tidak sejalan dengan yang Anda

pikirkan. Sebagai contoh, mahasiswa yang ditugaskan untuk

mendesain proyek, mungkin dapat berasumsi bahwa tujuan dari

setiap pembelajaran berbasis proyek hanya menuntut

terselesaikannya produk. Dengan pemikiran ini, mahasiswa mungkin

hanya berfokus pada desain akhir atau presentasi. Namun, jika tujuan

dosen agar mahasiswa mengembangkan keterampilan proses yang

lebih canggih (misalnya, meneliti ide-ide desain yang relevan untuk

memacu kreativitas mereka, eksplorasi desain dari beberapa konsep,

dan menjelaskan pilihan desain dan melakukan revisi sepanjang jalan

untuk menghasilkan produk akhir yang berkualitas), yang diperlukan

bukan hanya menyampaikan tujuan itu secara eksplisit, tetapi juga

untuk mengartikulasikan apa yang perlu Anda lakukan untuk

memenuhi tujuan tugas (misalnya, mendownload sebuah jurnal

sehingga mahasiswa dapat mendokumentasikan literatur desain dan

menjelaskan pikiran mereka tentang desain).

Hal lain yang juga dapat membantu mahasiswa dengan

mengapa tugas ini penting bagi mereka, misalnya, dengan

Page 299: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

290

mengatakan “melaksanakan keterampilan berproses akan membantu

Anda menjadi lebih konsisten dan lebih mampu menangani tugas-

tugas kompleks”.

Katakan Kepada Mahasiswa Apa Yang TIdak Anda Inginkan

Selain mengungkapkan dengan jelas tujuan tugas, juga sangat

membantu untuk mengidentifikasi apa yang tidak Anda inginkan

dengan menunjukkan kesalahpahaman yang dilakukan mahasiswa di

periode sebelumnya atau dengan menjelaskan dan menunjukkan

beberapa lembar kerja yang tidak memenuhi harapan Anda. Untuk

misalnya, dalam kasus menulis, sangat membantu jika Anda membagi

sampel tulisan yang sesuai dengan harapan Anda dan tulisan yang

tidak sesuai dengan harapan Anda. Lebih baik lagi, jika Anda

menekankan hal-hal yang paling penting. Menunjukkan contoh tulisan

makalah yang sesuai dengan harapan Anda juga sangat membantu

mahasiswa untuk melatih dan menyesuaikan diri agar memenuhi

tuntutan makalah yang Anda inginkan, misalnya, mengidentifikasi

argumen dan bukti yang mendukung.

Cek Pemahaman Mahasiswa Pada Tuntutan Tugas

Untuk memastikan bahwa mahasiswa mampu menilai dan

memahami tuntutan tugas secara akurat, mintalah kepada mahasiswa

untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka tentang

apa yang harus mereka perlu lakukan untuk menyelesaikan tugas atau

bagaimana cara mereka membuat rencana untuk mempersiapkan diri

Page 300: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

291

untuk menyelesaikan tugas. Kemudian berikan umpan balik, termasuk

saran alternatif, jika mereka mengungkapkan strategi yang tidak

sesuai dengan tuntutan tugas. Untuk tugas yang begitu kompleks,

mintalah mahasiswa Anda untuk menulis ulang tujuan utama

penyelesaikan tugas dalam kata-kata mereka sendiri dan kemudian

menjelaskan langkah-langkah yang perlu mereka ambil dalam rangka

untuk menyelesaikan tujuan itu.

Berikan Standar Kriteria Tugas

Ketika Anda memberikan tugas, ungkapkan kriteria yang akan

digunakan untuk menilai tugas dengan jelas. Hal ini dapat dilakukan

ketika Anda sudah mempersiapkan daftar ceklist seperti konten, fitur,

dan rincian format. Mendorong mahasiswa untuk memperhatikan

daftar item kriteria penilaian ketika mereka sedang mengerjakan

tugas, dan mintalah mereka untuk menyerahkan salinan daftar ceklist

yang telah ditandatangani bersama dengan tugas yang dikumpulkan.

Dengan latihan lebih lanjut pada tugas yang sama, hapuslah checklist

ketika mahasiswa diminta untuk memeriksa pekerjaan mereka sendiri.

Kriteria penilaian tugas dapat dikomunikasikan kepada

mahasiswa melalui rubrik kinerja yang secara eksplisit berisi item

penilaian tugas bersama dengan karakteristik masing-masing

komponen pada berbagai tingkat penguasaan (lihat Lampiran 3).

Berikan rubrik bersama dengan deskripsi petunjuk penyelesaian

tugas, itu dapat membantu mahasiswa menilai tugas yang lebih

akurat. Selain itu juga dapat membantu mahasiswa untuk “size up”

Page 301: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

292

tugas tertentu, rubrik dapat membantu mahasiswa mengembangkan

kebiasaan metakognitif, seperti mengevaluasi pekerjaan mereka

sendiri atas seperangkat kriteria tertentu. Seiring waktu, jika dosen

membiasakan seperti itu, keterampilan metakognitif akan

menginternal secara otomatis, dan kebutuhan akan rubrik penilaian

akan semakin berkurang.

MENGEVALUASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN DIRI SENDIRI

Berikan Awal, Penilaian Berbasis Kriteria

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa latihan yang

cukup dan memberikan umpan balik yang tepat waktu dapat

membantu mereka memberikan penilaian yang lebih akurat atas

kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Sampaikan kriteria penilaian

dengan cukup jelas di awal semester, sehingga mahasiswa memiliki

waktu untuk belajar dari umpan balik Anda dan melakukan

penyesuaian seperlunya. Mengenali keterampilan tertentu yang

dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan dan target penyelesaian

tugas (Misalnya, “... Lima pertanyaan pertama meminta Anda untuk

mampu mendefinisikan istilah-istilah dan konsep", sedangkan "lima

pertanyaan berikutnya menuntut Anda untuk memberikan penjelasan

teoretis") sehingga mahasiswa dapat melihat seberapa baik diri

mereka dapat melaksanakan berbagai keterampilan yang dituntut

dan dapat memfokuskan energi mereka untuk meningkatkan

keterampilan yang dianggap lemah. Itu disebut sebagai penilaian

formatif, yang dapat membantu mahasiswa mendeteksi kesenjangan

Page 302: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

293

antara pengetahuan yang harus mereka kuasai dengan kemampuan

yang telah mereka miliki.

Berikan kesempatan untuk menilai diri sendiri.

Anda juga dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa

Anda untuk menilai diri mereka sendiri tanpa harus Anda sendiri yang

memberikan nilai pada pekerjaan mereka sendiri. Sebagai contoh,

Anda mungkin dapat memberikan latihan ujian (atau tugas lainnya)

yang hampir mirip dengan pertanyaan pada ujian yang sebenarnya,

dan kemudian memberikan kunci jawaban sehingga mahasiswa dapat

memeriksa pekerjaan mereka sendiri. Ketika Anda melakukan cara

seperti itu, jangan lupa sampaikan kepada mereka tentang manfaat

yang diperoleh dari mengerjakan kegiatan tersebut, yaitu menjawab

pertanyaan yang hampir sama dengan pertanyaan yang akan diujikan

atau memecahkan masalah dan merefleksikan pengalaman mereka

sendiri bukan hanya melihat jawaban yang diberikan. Kegiatan seperti

itu penting, karena mahasiswa dapat melihat ada atau tidaknya

jawaban atau model pemecahan masalah untuk diterapkan pada

pertanyaan atau kasus masalah yang sebenarnya, dapat

mengakibatkan mahasiswa percaya bahwa mereka tahu bagaimana

dapat memberikan jawaban yang baik atas pertanyaan yang diberikan

kepada mereka. Untuk lebih memahami contoh penilaian diri sendiri,

lihat Lampiran 1.

Page 303: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

294

MERENCANAKAN METODE DAN STRATEGI YANG SESUAI

Dapatkah Mahasiswa Melaksanakan Rencana Yang Anda Berikan

Pada tugas-tugas yang kompleks, menetapkan batas akhir

pengumpulan tugas, itu menuntut Dosen untuk memiliki rencana

tahapan penyelesaian tugas yang diberikan kepada mahasiswa.

Dengan kata lain, Anda harus memiliki model perencanaan efektif.

Sebagai contoh, untuk tugas makalah penelitian yang harus

dikumpulkan di akhir semester, Anda dapat meminta mahasiswa

untuk: (1) mengajukan daftar bibliografi sumber-sumber pustaka yang

akan digunakan - daftar pustaka itu dikumpulkan pada minggu ke

empat; (2) pengumpulan draft outline dan pernyataan penelitian yang

diajukan, dikumpulkan pada minggu keenam; (3) bukti yang

mendukung tesis mereka di minggu ke delapan; (4) presentasi visual

dari tugas mereka pada minggu kesepuluh, dan; (5) draft yang telah

direview oleh setidaknya tiga rekan-rekan dan revisi sesuai hasil

review pada minggu keduabelas.

Meskipun mahasiswa perlu mengikuti rencana yang Anda

rekomendasikan, bukan berarti tidak memberikan kesempatan

kepada mereka untuk menyusun rencana sendiri. Jika Anda tidak

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyusun

rencana sendiri, itu tidak membantu mereka untuk berpikir tentang

bagian komponen dari tugas yang kompleks, serta urutan yang logis.

Ingat bahwa kegiatan merencanakan sangat sulit untuk pemula.

Ketika mahasiswa memperoleh pengalaman tentang cara menyusun

perencanaan, seiring dengna waktu, ketika mahasiswa sudah terbiasa

Page 304: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

295

menyusun tahapan perencanaan, intervensi dosen untuk menyusun

rencana penyelesaian tugas dapat dihapus dan mahasiswa dapat

diminta untuk menyusun dan mengembangkan rencana mereka

sendiri.

Apakah Mahasiswa Membuat Rencana Sendiri

Ketika mahasiswa sudah terampil membuat perencanaan,

dosen dapat menuntut mereka lebih mandiri untuk membuat rencana

sendiri, Anda dapat meminta mereka untuk menyerahkan rencana

pada tugas-tugas yang lebih besar. Bisa dalam bentuk proposal

proyek, bibliografi, atau jadual tahapan penyelesaian tugas yang

memuat tahap-tahapan kunci dari penyelesaian tugas mereka.

Berikan umpan balik pada rencana yang diajukan, mengingat

keterampilan tersebut harus terus menerus diperbaiki. Jika mahasiswa

mengetahui bahwa rencana mereka dihargai dan menjadi komponen

penilaian, mereka akan lebih cenderung menghabiskan waktu dan

upaya untuk menyusun perencanaan dan, sebagai hasilnya, mereka

akan mendapatkan keuntungan dari apa yang mereka kerjakan.

Membuat Rencana Untuk Mencapai Target/Sasaran dari Tugas yang

Diberikan

Jika Anda ingin memperkuat komponen penyusunan

perencanaan dan membantu mahasiswa mengembangkan

keterampilan menyusun dan merevisi rencana mereka sendiri,

tetapkan beberapa item penilaian tugas yang hanya difokuskan pada

Page 305: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

296

perencanaan. Misalnya, alih-alih memecahkan atau menyelesaikan

tugas, mahasiswa diminta untuk merencanakan strategi penyelesaian

satu set masalah yang menuntut mereka untuk mampu

menggambarkan strategi yang mereka anggap dapat memecahkan

setiap masalah yang Anda berikan. Tugas tersebut memungkinkan

mahasiswa untuk memfokuskan semua energi mereka pada

memikirkan masalah dan merencanakan pendekatan yang tepat

menyelesaikan masalah. Tugas perencanaan penyelesaian masalah

juga membuat mahasiswa berfikir tentang proses, bukannya berfikir

tentang hasil. Selanjutnya, berikan tekanan agar mereka

melaksanakan rencana dan merefleksikan kekuatan dan juga

kekurangan dari rencana yang telah mereka laksanakan.

MENERAPKAN STRATEGI DAN MONITORING KINERJA

Memberikan Cara Pengumpulan Bukti dan Penilaian Diri

Ajari mahasiswa Anda keterampilan mengumpulkan data untuk

menilai pekerjaan mereka sendiri dan mengidentifikasi kesalahan-

kesalahan yang mereka lakukan dalam proses. Misalnya, doronglah

mahasiswa Anda untuk bertanya pada diri mereka sendiri, “Apakah

jawaban [strategi] ini relevan dan tepat dalam menyelesaikan

masalah?. Jika jawabannya adalah tidak masuk akal, berikan angka

negatif, untuk memberitahukan kepada mahsiswa Anda bahwa

mereka melakukan kekeliruan, sehingga mereka dapat

mempertimbangkan kembali strategi yang lain. Strategi

pengumpulan data juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang

Page 306: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

297

disiplin ilmu. Sebagai contoh, di mata kuliah sejarah, doronglah

mahasiswa untuk bertanya, “Asumsi-asumsi apa yang dapat saya

ajukan, dan sejauh mana asumsi teoretik yang saya ajukan cocok

untuk tugas analisis budaya politik di zaman orde baru?”.

Demikian pula, dosen dapat memberikan pedoman yang lebih

praktis untuk menyelesaikan tugas, seperti berapa lama waktu yang

diberikan untuk menyelesaikan tugas. Jika mahasiswa merasa butuh

waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas, mereka akan

mencoba pendekatan yang berbeda atau mencari bantuan; bahkan

mungkin menawarkan negosiasi, meminta waktu yang lebih panjang.

Jika mahasiswa meminta negosiasi waktu, berikan penjelasna yang

rasional mengapa Anda mengijinkan penambahan waktu dan

tekankan pada mereka bahwa penyelesaian tugas akhir adalah

komitmen bersama yang harus dipatuhi.

Apakah Mahasiswa Perlu Dipandu untuk Menilai Diri Sendiri

Menuntut mahasiswa menilai pekerjaan mereka sendiri pada

seperangkat kriteria yang Anda sediakan. Melatih untuk melakukan

penilaian diri sendiri dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa akan

persyaratan tugas, mengasah kemampuan mereka untuk mengenali

kualitas kerja yang baik serta yang buruk, dan mengajarkan mereka

bagaimana untuk memantau kemajuan mereka sendiri untuk

mencapai capaian belajar, penguasaan kompetensi. Namun,

mahasiswa tidak dapat secara akurat menilai pekerjaan mereka sendiri

jika keterampilan ini tidak sering dilakukan atau jika dosen tidak

Page 307: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

298

memberikan instruksi yang eksplisit untuk berlatih menilai pekerjaan

mereka sendiri. Sebagai contoh, beberapa dosen merasa terbantu

dengan menjelaskan beberapa sampel tugas, baik tugas yang baik

maupun tugas yang buruk, sebelum meminta mahasiswa menilai

pekerjaan mereka sendiri.

Menuntut Mahasiswa untuk Merenungkan dan Memberikan Catatan

pada Pekerjaan Mereka Sendiri

Meminta mahasiswa untuk menjelaskan apa yang mereka

lakukan dan mengapa mereka melakukan cara-cara tertentu untuk

memenuhi item kriteria penilaian tugas, menjelaskan bagaimana

mereka menanggapi berbagai tantangan, dan sebagainya. Hal ini

dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda pada disiplin

ilmu yang berbeda. Misalnya, mahasiswa teknik bisa mencatat

sejumlah kerusakan teknik, mahasiswa sosiologi bisa menjawab

pertanyaan reflektif tentang keputusan metodologis atau asumsi, dan

mahasiswa arsitektur dapat menilai “proses log” di mana mereka

merekam berbagai iterasi dari desain dan menjelaskan pilihan

mereka. Menuntut refleksi atau anotasi membantu mahasiswa

menjadi lebih sadar akan berfikir tentang proses dan strategi kerja

dan dapat menyebabkan mereka dapat melakukan penyesuaian

strategi yang lebih tepat.

Page 308: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

299

Gunakan Peer Review/Tanggapan Pembaca

Mintalah mahasiswa menganalisis pekerjaan teman sekelas

mereka dan memberikan umpan balik. Meninjau pekerjaan teman lain

dapat membantu mahasiswa untuk mengevaluasi dan memantau

pekerjaan lebih efektif dan kemudian meminta mahasiswa melakukan

revisi sesuai hasil tinjauan. Namun, peer review umumnya hanya

efektif bila Anda memberikan kriteria yang spesifik tentang apa yang

harus ditemukan dan dikomentasi (misalnya, satu set pertanyaan

untuk dijawab beserta rubrik penilaian). Sebagai contoh, Anda

mungkin bertanya kepada mahasiswa yang menilai: "Apakah tulisan

temannya mengungkapkan argumentasi jelas dan didukung dengan

bukti?". Demikian pula, Anda mungkin meminta mahasiswa untuk

mendokumentasikan atau mengevaluasi bagaimana teman sekelas

telah memecahkan soal matematika dan memberikan rekomendasi

strategi yang lebih efektif. Untuk informasi lebih lanjut tentang peer

review/tanggapan pembaca, lihat Lampiran 8.

REFLEKSI DAN PENYESUAIAN PENDEKATAN [METODE DAN

STRATEGI]

Menyediakan Aktivitas Merefleksikan Kinerja Mereka

Refleksi kinerja, termasuk salah satu persyaratan formal dari

komponen penilaian proyek dan tugas atau seluruh proyek dan tugas

yang harus direnungkan mahasiswa dan menganalisis kinerja mereka

sendiri. Misalnya, mahasiswa diminta menjawab pertanyaan-

pertanyaan seperti:

Page 309: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

300

• Apa yang Anda pelajari dari melakukan proyek ini?

• Keterampilan apa yang Anda butuhkan untuk menyelesiakan

proyek ini?

• Bagaimana Anda mempersiapkan strategi yang berbeda

berdasarkan umpan balik untuk menyelesaikan tugas akhir?

• Bagaimana dengan keterampilan yang Anda kuasai di tiga tugas

terakhir?

Meminta mahasiswa untuk melakukan refleksi dapat

memberikan kesempatan berharga kepada mahasiswa untuk berhenti

dan menilai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dan untuk

membangun keterampilan metakognitif.

Dorong Mahasiswa Untuk Menganalisis Efektivitas dari Mempelajari

Keterampilan

Ketika mahasiswa belajar untuk merefleksikan efektifitas dari

pendekatan yang mereka laksanakan, mereka akan mampu

mengidentifikasi masalah dan selanjutnya melakukan penyesuaian

yang diperlukan. Sebuah contoh spesifik dari kegiatan refleksi diri

adalah adalah “catatan ujian". "Catatan ujian" biasanya lembaran

isian singkat yang diberikan kembali bersama dengan pengembalian

ujian. "Catatan ujian" membimbing mahasiswa untuk menganalisa

kinerja mereka sendiri pada ujian dan kemudian meminta siswa

menilai kemampuan mereka sendiri pada berbagai hal yang telah

mereka pelajari.

Page 310: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

301

Sebagai contoh, sebuah "catatan ujian" mungkin bertanya

kepada mahasiswa:

(1) Jenis kesalahan apa yang mereka buat (misalnya, kesalahan

perhitungan dibandingkan kesalahan konseptual);

(2) Bagaimana mereka belajar (misalnya, belajar pada satu hari

sebelum ujian atau mempersiapkan diri selama seminggu

sebelum ujian);

(3) Persiapan apa yang dilakukan persiapan untuk ujian berikutnya

(misalnya, mengulang untuk mempelajari masalah dari awal atau

mengabaikan solusi).

Ketika mahasiswa melengkapi jawaban tersebut dan

menyerahkan "catatan ujian" setelah menyelesiakan ujian, dan

jawaban mereka dapat dikembalikan kepada mereka sebelum ujian

berikutnya, sehingga mereka mengingat apa yang harus mereka

pelajari dari pengalaman ujian sebelumnya, sehingga dapat

membantu mereka untuk belajar lebih efektif. Informasi lebih lanjut

tentang "catatan ujian", lihat Lampiran 6.

Menunjukkan Beberapa Strategi

Mahasiswa dapat menunjukkan beragam cara mengerjakan

tugas atau mengkonseptualisasikan cara penyelesaian masalah,

menyajikannya, dan menyelesaikannya. Salah satu metode untuk

melakukan hal ini adalah melalui kritik publik, ketika mahasiswa

berbagi cara yang berbeda menyelesaikan masalah, sehingga

menghadirkan satu sama lain dengan berbagai kemungkinan solusi.

Page 311: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

302

Dengan cara ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengekspos

beberapa metode dan dapat mempertimbangkan berbagai metode

yang pro dan kontra. Dalam mata kuliah lain, mahasiswa mungkin

diminta untuk memecahkan masalah dalam berbagai cara dan

kemudian mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari metode yang

berbeda. Mengekspos pendekatan yang berbeda dan menganalisis

pendekatan-pendekatan yang dianggap kritis.

.

Membuat Tugas Yang Difokuskan Pada Strategi Dibandingkan Fokus

Pada Penyelesaian Tugas

Mintalah mahasiswa mengusulkan berbagai strategi potensial

dan memperkirakan keuntungan dan kerugian dari strategi yang akan

dijalannya bukannya hanya memilih satu strategi dan

melaksanakannya. Sebagai contoh, mahasiswa diminta untuk menilai

penerapan formula, metodologi, atau teknik artistik yang berbeda

untuk menyelesaikan masalah atau tugas. Dengan penekanan pada

memikirkan penyelesaian masalah daripada masalah itu sendiri,

mahasiswa akan mengevaluasi apakah strategi yang digunakan sudah

tepat atau harus merubah strategi?

KEYAKINAN TENTANG KECERDASAN DAN BELAJAR

Menunjukkan Kepercayaan Pada Mahassiswa Atas Kegiatan Belajar

Yang Dilangsungkan

Bahkan jika caranya tidak langsung erat dengan isi materi

disiplin ilmu, pertimbangkan membahas sifat pembelajaran dan

Page 312: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

303

kecerdasan dengan membebaskan kepada mahasiswa merenungkan

hal-hal yang tidak produktif (untuk, "Saya tidak bisa menggambar"

atau "Saya tidak bisa mengerjakan matematika") dan untuk

menggambarkan dampak positif dari latihan, usaha yang dilakukan,

dan adaptasi. Beberapa dosen menunjukkan bahwa otak adalah otot

yang membutuhkan olahraga atau membuat analogi antara konser

yang sedang berlangsung dan latihan yang dilakukan musisi, penari,

dan atlet dan latihan mental dan praktek yang diperlukan untuk

mengembangkan keterampilan intelektual.

Memperluas Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep Belajar

Mahasiswa sering percaya bahwa "Saya mengetahui lebih baik

di satu hal, tetapi tidak mengetahuinya di lain hal." Bahkan, belajar

dan pengetahuan dapat beroperasi pada beberapa tingkat, dari

kemampuan untuk mengingat fakta, konsep, atau teori (pengetahuan

deklaratif), ke kemampuan untuk mengetahui bagaimana

menerapkannya (pengetahuan prosedural), kemampuan untuk

mengetahui kapan harus menerapkannya (pengetahuan kontekstual),

untuk mengetahui mengapa tepat dalam situasi tertentu

(pengetahuan konseptual). Dengan kata lain, Anda bisa tahu sesuatu

di satu tingkat dan masih tidak tahu itu (tahu bagaimana

menggunakannya). Menjelaskan berbagai bentuk pengetahuan

kepada mahasiswa sehingga mereka dapat lebih akurat menilai tugas

(misalnya, “Ini panggilan untuk saya untuk menentukan x dan

menjelaskan kapan x berlaku”), menilai kekuatan dan kelemahan

Page 313: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

304

dalam kaitannya dengan itu (misalnya, “saya bisa mendefinisikan x

tapi saya tidak tahu kapan menggunakannya”), dan mengidentifikasi

kesenjangan dalam pendidikan mereka (misalnya, “Aku tidak pernah

belajar bagaimana menggunakan x”).

Anda mungkin juga menunjukkan kepada mahasiswa bahwa

ada berbagai jenis pengetahuan yang diperlukan untuk tugas yang

berbeda, misalnya, pemecahan masalah, menulis puisi, merancang

produk, dan tampil di panggung. Meminta mahasiswa untuk

mempertimbangkan beragam jenis dan dimensi pengetahuan dapat

membantu memperluas keyakinan mereka tentang kecerdasan dan

kemampuan dalam cara-cara yang meningkatkan pembangunan

metakognitif mereka. (Untuk informasi lebih lanjut tentang jenis

pengetahuan, lihat Lampiran 4.)

Membantu Mahasiswa Menetapkan Harapan Yang Realistis

Berikan mahasiswa harapan yang realistis untuk saat itu dapat

membawa mereka ke mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini

dapat membantu dengan menggambarkan bagaimana tokoh

tekrenal menghindari rasa frustasi dan menggambarkan bagaimana

mereka mengatasi berbagai kendala. Melihat kecerdasan dan

perjuangan yang telah dicapai orang-orang yang tekenal untuk

mendapatkan kesuksesan dan belajar itu tidak terjadi secara ajaib

atau tanpa upaya, dapat mendorong mahasiswa untuk merevisi

harapan mereka sendiri tentang belajar dan pandangan mereka

kecerdasan dan bertekun ketika mereka menghadapi kesulitan. Hal

Page 314: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

305

ini juga dapat membantu mahasiswa menghindari atribusi tidak

produktif dan sering tidak akurat tentang diri mereka sendiri

(misalnya, “Saya tidak bisa melakukannya, saya terlalu bodoh,” "Ini

terlalu sulit, saya tidak cocok untuk ilmu pengetahuan”) atau

lingkungan (misalnya,“Saya masih sulit mempelajarinya; dosen ini

tidak baik,”“saya gagal; itu tes tidak adil”) dan fokus pada aspek pada

kontrol belajar: kebiasaan usaha, konsentrasi, studi mereka, tingkat

keterlibatan, dan sebagainya.

STRATEGI UMUM UNTUK MENDORONG KETERAMPILAN

METAKOGNISI

Di luar strategi yang tercantum di atas pada keterampilan

metakognitif individu untuk melaksanakan siklus metakognitif, ada

dua strategi tambahan, pemodelan dan tangga kognitif (scaffolding)

yang berguna untuk mendukung berbagai keterampilan metakognitif.

Strategi ini dapat digunakan untuk mempromosikan pengembangan

keterampilan metakognitif sekaligus atau pada hal-hal tertentu.

Pemodelan Proses Metakognitif

Tunjukkan kepada mahasiswa Anda bagaimana pendekatan

yang Anda gunakan pada tugas dan bagaimana Anda melaksanakan

berbagai tahapan proses metakognitif Anda. Biarkan mereka

mendengar Anda “berbicara” tentang cara Anda akan menilai tugas

( “Saya ingin memulai dengan menanyakan apa masalah utama yang

dihadapi saya ketika menghadapi tugas”) dan menilai kekuatan Anda

Page 315: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

306

sendiri dan kelemahan dalam kaitannya dengan tugas ( “Saya punya

cukup bagus cara menangani masalah terkait dengan pemahaman

konsep dasar, tapi saya tidak atau belum tahun penelitian-penelitian

baru-baru ini pada topik tertentu”). Kemudian menggambarkan

rencana tindakan eksplisit, mengungkapkan berbagai langkah yang

Anda lakukan untuk menyelesaikan tugas ( “Saya akan mulai dengan

penjelajahan jurnal yang relevan secara online, kemudian membuat

satu set kerangka eksplorasi, lalu ...”).

Anda juga memasukkan dalam model Anda tentang tentang

bagaimana Anda mengevaluasi dan memonitor kemajuan Anda -

misalnya, dengan menyebutkan jenis pertanyaan yang Anda ajukan

kepada diri Anda sendiri untuk memastikan bahwa Anda berada di

jalan yang benar (“Bisakah aku memecahkan masalah ini dengan cara

yang lebih efisien?” atau “Apakah saya perlu mempertanyakan

berbagai asumsi yang saya ajukan?”). Hal ini sangat membantu

mahasiswa untuk melihat bahwa pada kenyataannya, para ahli

sekalipun, akan menerus menilai kembali dan menyesuaikan diri

denga melakukan penilaian.

Akhirnya, Anda dapat menunjukkan kepada mahasiswa Anda

bagaimana Anda akan mengevaluasi hasil (“Saya akan meninjau

kembali tujuan dari proyek dan bertanya pada diri sendiri apakah saya

puas dengan itu” atau “Saya akan meminta seorang teman saya

dengan beberapa pengetahuan tentang materi pelajaran untuk

membaca esai saya dan menunjukkan ketidakkonsistenan logika

dalam tulisan saya”). Pemodelan juga dapat dilakukan untuk

Page 316: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

307

mendorong mahaiswa memberikan pertanyaan atau mereka dapat

bertanya pada diri sendiri setiap langkah perjalanan (untuk misalnya,

"Bagaimana Anda akan mulai? Langkah apa yang akan Anda ambil

selanjutnya? Bagaimana Anda tahu jika strategi Anda bekerja?

Apakah ada pendekatan alternatif?).

Tangga Kognitif Untuk Proses Metakognitif

Tangga kognitif mengacu pada proses ketika dosen

memberikan mahasiswa struktur kognitif yang mendukung di awal

pembelajaran mereka, dan kemudian secara bertahap menghapusnya

ketika mahasiswa terlihat telah menguasainya dengan baik. Ada

beberapa bentuk tangga kognitif yang dapat membantu siswa

mengembangkan keterampilan metakognitif kuat.

Pertama, instruktur dapat memberikan latihan mengerjakan

satu fase metakognitif dalam proses yang terisolasi sebelum meminta

mahasiswa untuk mengintegrasikannya. (Beberapa contoh yang

dibahas dalam fase metakognitif.) Memecah bagian kecil dari tahapan

besar metakognitif, seperti penilaian tugas dan perencanaan,

mahasiswa sering kali mengabaikannya; karena itu saat dosen

memberikan latihan, berikan umpan balik pada setiap keterampilan

individual. Setelah memberikan latihan dengan keterampilan tertentu

secara terisolasi, itu sama pentingnya untuk memberikan mahasiswa

praktek keterampilan sintesis dan melatih untuk mengkombinasikan

berbagai keterampilan. Pada akhirnya, tujuan dari tangga kognitif

Page 317: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

308

adalah untuk mempersiapkan mahasiswa untuk maju ke arah yang

lebih kompleks dan terintegrasi.

Bentuk kedua dari tangga kognitif adalah melihat kemajuan

penyelesaian tugas, dan dosen menyediakan struktur untuk tugas-

tugas yang membutuhkan otonomi mahasiswa yang lebih besar atau

bahkan lebih lengkap. Untuk misalnya, Anda mungkin pertama

menetapkan sebuah proyek di mana siswa harus mengikuti rencana

yang Anda rancang, termasuk menjabatkan komponen-komponen

dari tugas, jadwal, dan tenggat waktu untuk menyelesaikan tugas dan

kemudian dalam proyek-proyek kemudian, tahapan itu dihilangkan,

dan yang tersisa hanyalah monitoring kemajuan belajar yang menjadi

tanggungjawab mereka sendiri.

RINGKASAN

Dosen hampir selalu memiliki keterampilan metakognitif

sendiri, meskipun sering tidak disadari bahwa mereka telah

menggunakan keterampilan itu. Sebagai hasilnya, mereka

menganggap bahwa mahasiswa juga memiliki keterampilan ini atau

bahwa mereka akan mengembangkannya secara alami dan pasti.

Akibatnya, dosen mungkin perlu menuntut lebih agar mereka dapat

menunjukkan kemampuan metakognitif dan tidak harus mengabaikan

kebutuhan untuk mengajarkan dan memperkuat keterampilan dan

kebiasaan ini. Memang, penelitian yang dikutip dalam bab ini

menunjukkan bahwa metakognisi tidak tidak selalu berkembang

dengan sendirinya dan bahwa dosen dapat memainkan peran

Page 318: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

309

penting dalam membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan

metakognitif agar mencapai keberhasilan akademik di perguruan

tinggi, yakni: menilai tugas di tangan, mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan, menyusun perencanaan, pemantauan kinerja sepanjang

jalan, dan merefleksikan satu keberhasilan untuk keseluruhan.

Page 319: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

310

BAGIAN IV: SILABUS BERPUSAT

PADA PEMBELAJARAN

Page 320: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

311

BAB 9

FOKUS PADA CAPAIAN BELAJAR

Tidak ada kekuatan yang dapat mengarahkan tindakan mahasiswa, kecuali Anda menyatakan dengan jelas harapan Anda

Jika Anda menyimak pada penjelasan dari Bab 2 sampai Bab 8,

nampak bahwa semua penjelasan difokuskan pada usaha dosen untuk

membantu mahasiswa belajar. Tentu saja, istilah belajar bukan

sesuatu yang asing, tetapi di sini saya memberi tahu Anda tentang

konsep belajar sebagai kegiatan yang memiliki tujuan, dan tujuan

yang dimaksud adalah capaian belajar. Istilah capaian belajar sangat

terkait, sebagaimana dikemukakan oleh banyak pihak, dengan

tanggungjawab profesional dari seorang dosen, yakni merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Pendekatan

pembelajaran berpusat pada mahasiswa, menuntut dosen untuk

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi capaian belajar.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa, harus

difokuskan pada capaian belajar. Pembelajaran berbasis capaian

belajar dirancang agar mahasiswa dapat mencapai capaian belajar

yang ditentukan, sehingga tanggungjawab profesional dosen dapat

dipertahankan. Dari sudut pandang dosen, praktek pembelajaran

berbasis capaian belajar, menjanjikan hal-hal sebagai berikut:

• Dosen akan menunjukkan kepada publik informasi tentang

kegiatan pengajaran yang dilakukannya [prinsip keterbukaan].

• Mampu mengarahkan upaya belajar mahasiswa untuk mencapai

hasil yang maksimal [prinsip terarah].

Page 321: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

312

• Kemajuan mahasiswa dan penyelesaian hasil belajar ditentukan

berdasarkan pada pencapaian hasil belajar [prinsip akuntabilitas]

(Larkin, 1998).

KONSEP DAN STRUKTUR CAPAIAN BELAJAR

Dalam definisi paling sederhana, capaian belajar (sering

disebut learning outcomes, selanjutnya disingkat LO) merupakan

pernyataan yang mencerminkan harapan dosen tentang kemampuan

yang harus dikuasai mahasiswa. Hari ini, dengan kebijakan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, kurikulum

berbasis LO dirancang untuk mempromosikan pembelajaran yang

lebih efektif di semua jenjang pendidikan tinggi.

Bagi Maki, pernyataan hasil belajar mencerminkan apa yang

dapat ditunjukkan oleh mahasiswa sebagai hasil dari kegiatan belajar

(Maki, 2004, hal. 60). Capaian belajar menggambarkan niat kita

(dosen) tentang apa yang harus diketahui oleh mahasiswa, apa yang

harus dimengerti oleh siswa, dan keterampilan apa yang dapat

ditunjukkan mahasiwa sebagai wujud penguasaan ilmu pengetahuan

ketika mereka lulus " (Huba & Freed, 2000, hlm. 9-10). LO adalah

capaian yang diperoleh dari belajar, menyatakan tentang apa yang

mampu dilakukan mahasiswa setelah belajar [bukan sebelum belajar].

Tidak ada capaian belajar tanpa belajar. Capaian belajar

memberitahukan tingkat kesuksesan belajar yang dapat ditunjukkan

oleh mahasiswa setelah diberikan kesempatan belajar. Capaian harus

dinyatakan dalam suatu rumusan pernyataan, yang mengandung

Page 322: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

313

penjelasan tentang seberapa baik (how well) capaian yang dapat

diraih pada apa yang telah dicapainya (what).

Biggs dan Tang (2011: 113) sendiri mengungkapkan bahwa

pernyataan capaian belajar dapat diorientasikan pada berbagai

tingkat: di tingkat universitas (institutional), tingkat program

(programme) dan tingkat mata kuliah (course):

• Pernyataan capaian belajar di tingkat lembaga, sebagai pernyataan kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh lulusan perguruan tinggi.

• Pernyataan capaian belajar di tingkat program studi, sebagai pernyataan kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh lulusan dalam bidang keahlian tertentu.

• Capaian belajar di tingkat mata kuliah, sebagai pernyataan kemampuan yang dapat ditunjukkan setelah menyelesaikan mata kuliah tertentu.

Biggs dan Tang juga (2011: 10) membedakan capaian belajar

menjadi dua, yaitu umum dan khusus. Pernyataan capaian belajar

dikategorikan sebagai capaian umum, ketika capaian belajar itu bebas

konteks, tidak terkait dengan konteks materi yang sedang dipelajari.

Capaian belajar yang bersifat umum ini terkait dengan capaian belajar

di tingkat lembaga (universitas). Misalnya, ketika universitas

menetapkan capaian belajar lulusan: "lulusan harus kreatif", berarti

"kreatif" dalam hal apa pun yang dikerjakan lulusan. Sebaliknya,

capaian khusus yaitu capaian belajar yang terikat dengan konteks

disiplin ilmu atau materi yang sedang dipelajari. Capaian belajar yang

bersifat khusus ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Maki, yang

disebutkan sebelumnya. Semisal, ketika ditetapkan capaian belajar di

Page 323: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

314

tingkat universitas seperti "lulusan harus kreatif", maka capaian

belajar yang bersifat umum harus mengkaitkan konsep kreatif dengan

kemampuan atau cara menangani berbagai masalah yang terkait

dengan bidang keahlian tertentu atau materi yang sedang dipelajari.

Dari penjelasan terseut, tentu saja, Lihat Gambar 10. kita dapat

memahami bahwa terdapat keterkaitan secara struktural antara

capaian umum dan khusus dengan capaian belajar, di tingkat

lembaga, program, dan mata kuliah.

Gambar 10. Hubungan Hierarkis Antara Capaian Belajar Umum dan Khusus antara ILO, PLO, dan CLO

Gambar 10. menunjukkan kepada kita bahwa capaian umum

belajar adalah capaian belajar di tingkat lembaga/universitas,

sedangkan capaian khusus belajar adalah capaian belajar di tingkat

program studi dan di tingkat mata kuliah. Capaian umum di tingkat

lembaga menjadi rujukan untuk merumuskan capaian belajar di

CLO

PLO

ILO CapaianUmum

CapaianKhusus

CapaianKhusus

CapaianKhusus

CapaianKhusus

CapaianKhusus

Page 324: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

315

tingkat program studi.; capaian-capaian belajar di tingkat program

studi bersifat khusus dan akumulasi dari capaian belajar khusus itu

membentuk capaian belajar di tingkat universitas. Begitu juga,

capaian belajar di tingkat program studi menjadi rujukan untuk

merumuskan capaian belajar di tingkat mata kuliah. Capaian-capaian

belajar di tingkat mata kuliah bersifat khusus dan akumulasi dari

beberapa capaian belajar khusus itu membentuk capaian belajar di

tingkat program studi.

Untuk lebih memahami keempat konsep di atas, mari kita

bahas satu per satu.

Capaian Belajar di Tingkat Universitas

Capaian belajar universitas, disebut juga graduate outcomes

(capaian lulusan), juga disebut ciri-ciri lulusan (graduate attributes)

yaitu capaian total pengalaman belajar di tingkat universitas. Capaian

belajar di tingkat universitas sering juga disebut dengan ILO

(Institutional Learning Outcomes). Di beberapa negara, ILO

ditetapkan oleh negara, yang disebut dengan qualification framework

(QA, atau kerangka kualifikasi).1 Angelo dan Cross (1993)

mengidentifikasi enam jenis capaian belajar di tingkat universitas,

yaitu:

1Di Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 12 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (disingkat KKNI) menjadi rujuakan dalam penyusunan kurikulum perguruan tinggi (K-PT). Kemudian, diperkuat dengan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (disingkat SNPT).

Page 325: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

316

(1) keterampilan berfikir tingkat tinggi; (2) keterampilan akademik dasar; (3) keterampilan dan pengetahuan disiplin ilmu khusus; (4) nilai-nilai akademik dan kemanusiaan; (5) pengembangan kerja dan karir; (6) perkembangan pribadi.

Capaian Belajar Program Studi (Programme Learning Outcomes)

Disebut sebagai capaian belajar program studi (programme

learning outcomes, disingkat PLO) diartikan sebagai kemampuan

yang ditunjukkan oleh lulusan di bidang studi tertentu atau

kemampuan lulusan di bidang akademik tertentu. Capaian belajar

program studi harus selaras dan seiring dengan capaian belajar

universitas (ILO).

Capaian Belajar Mata Kuliah (Course Learning Outcomes)

Disebut sebagai capaian belajar mata kuliah (course learning

outcomes, disingkat CLO) diartikan sebagai kemampuan yang

ditunjukkan oleh lulusan setelah menyelesaikan perkuliahan di satu

mata kuliah. Program studi mencerminkan bidang ilmu (disciplines),

suatu kegiatan spesifik tertentu dalam kehidupan. Misalnya,

manajemen, akuntansi, mesin, arsitektur, dan lain sebagianya. Setiap

aspek kegiatan yang spesifik itu, terbagi-bagi lagi ke dalam kegiatan

yang lebih spesifik. Misalnya, akuntansi dibagi lagi menjadi akuntansi

perpajakan, akuntansi syariah, dan lainnya, karena masing-masing

memiliki kekhasan tertentu yang tidak bisa disamakan satu sama lain.

Aspek-aspek yang lebih khusus itu kemudian menjadi satu kajian

Page 326: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

317

tersendiri yang kemudian disebut mata kuliah (courses). Di dalam satu

mata kuliah terdapat unit materi [pokok bahasan, topik] yang memiliki

kesamaan. Unit materi kecil yang kecil itu disebut materi perkuliahan,

yang berisi sebagai sejumlah pengetahuan, baik itu deklaratif,

prosedural, maupun metakognitif.

MENYELARASKAN ANTARA ILO, PLO DAN CLO

Dalam standar akreditasi perguruan tinggi, ditetapkan bahwa

capaian belajar antara capaian belajar univesitas, program, dan mata

kuliah, harus berkesesuaian.

Kesesuaian Antara Capaian Belajar Perguruan Tinggi dan Capaian

Belajar Program

Mengingat sifat dan profesi dari disiplin ilmu itu berbeda-beda,

program studi yang berbeda mungkin memiliki penekanan yang

berbeda dalam menetapkan capaian belajar. Maka dari itu, setiap

capaian belajar program studi tidak harus selaras dengan capaian

belajar lulusan, karena mungkin beberapa capaian belajar perguruan

tinggi tidak relevan dengan karakteristik program studi. Dalam

menjabarkan capaian belajar di tingkat universitas ke dalam capaian

belajar di tingkat program studi, Biggs dan Tang menegaskan dua hal

yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) memetakan capaian belajar di

tingkat universitas ke dalam capaian belajar program studi; (2)

menjabarkan tujuan khusus program studi ke dalam capaian belajar

program studi.

Page 327: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

318

Cara pertama, memetakan capaian belajar universitas ke dalam

capaian belajar program studi. Caranya sebagai berikut:

(1) Apa yang menjadi capaian belajar universitas? Susun di kolom bagian kiri pada tabel di bawah.

(2) Pada kolom sebelah kanan, susun capaian belajar program studi yang sesuai dengan capaian belajar universitas.

Capaian Belajar Universitas

Capaian Belajar Program Studi

1 ....... ? ....... ? 2 ....... ? ....... ? 3 ....... ? ....... ?

Misal,

Capaian Belajar di Universitas

Capaian Belajar di Program Studi Studi [Akuntansi]

1 Kompeten dalam praktek profesional

Mampu menganalisis dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi.

2 Komunikasi secara efektif

Berkomunikasi sebagai profesional dengan klien dan kolega dalam situasi kehidupan nyata.

3 Kerjasama tim Menunjukkan perilaku sebagai anggota tim yang efektif dan etis dalam pekerjaannya sebagai akuntan.

Kesesuaian Antara Belajar Program Studi dan Capaian Belajar Mata

Kuliah

Setiap program studi terdiri dari beragam mata kuliah, sangat

penting bahwa ketika menyelaraskan antara capaian belajar mata

kuliah dengan capaian programs studi, seharusnya capaian belajar

mata kuliah menjabarkan seluruh aspek dari capaian belajar program

studi. Berikut cara untuk menyesuaikan capaian belajar mata kuliah

dengan capaian belajar program studi:

Page 328: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

319

Untuk Dosen

Apakah capaian belajar mata kuliah mencerminkan capaian belajar

program studi?

(1) Susun capaian belajar dari program studi;

(2) Susun kursus mata kuliah yang diampu di program studi;

(3) Pertimbangkan capaian belajar untuk mata kuliah pada tabel

berikut:

No Capaian belajar program studi

Mata Kuliah 1

Mata Kuliah 2

Mata Kuliah 3

1

2

3

Keuntungan dari penyesuaian antara ILO, PLO dan CLO adalah

menghindari komplain dari mahasiswa yang menemukan kesamaan

topik materi di antara mata kuliah yang berbeda, dan komplain dari

lembaga profesional atau badan akreditasi terkait isu kesamaan topik

di antara mata kuliah yang berbeda.

FOKUS PADA CAPAIAN BELAJAR MATA KULIAH

Konsep bahwa capaian belajar menjelaskan secara spesifik

tentang perilaku yang diingikan oleh Anda [dosen] untuk ditunjukkan

oleh mahasiwa Anda setelah menyelesaikan perkuliahan dan

penyelesaian sesi kelas, kursus, latihan, atau satu tatap muka, maka

dosen harus mampu mengidentifikasi dan mendefinisikan capaian-

capaian belajar untuk mata kuliah yang diampunya. Semisal, "pada

Page 329: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

320

akhir kelas hari ini, Anda akan dapat menerapkan langkah-langkah

penjabaran capaian belajar mata kuliah dari capaian belajar program

studi."

Faktanya, para dosen teramat sulit untuk merumuskan capaian

belajar di mata kuliah yang diampunya, karena beberapa alasan,

termasuk: (1) lemahnya penguasaan materi serta jenis pengetahuan

yang menjadi keahliannya [seharusnya sudah ahli], dan; (2) lemahnya

pemahaman tentang beragam dimensi (domain) capaian belajar dan

jenis-jenis ilmu pengetahuan. Ketika Anda sudah memahami beragam

dimensi capaian belajar, jenis pengetahuan, dan menguasai materi,

maka merumuskan capaian belajar menjadi sesuatu yang mudah.

Jika Anda memperhatikan alam semesta ini, sebagaimana para

ahli geografi membagi dunia ini terdiri dari beragam tingkatan, dan

ahli geologi membagi bumi terdiri dari beragam lapisan, seperti itu

pula capaian belajar terdiri dari beragam dimensi. Para ahli

pendidikan membuat kategori capaian belajar, mengkategorikan

"apa yang mampu dilakukan oleh mahasiswa" sebagai hasil dari

kegiatan belajar, sebagai istilah taksonomi. Bloom membagi capaian

belajar terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi pengetahuan,

dimensi sikap, dan dimensi keahlian.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan adalah capaian pembelajaran yang

terkait dengan proses berfikir dari apa yang diketahuinya.

Pengetahuan sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pengetahuan

Page 330: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

321

deklaratif dan pengetahuan fungsional. Pengetahuan deklaratif

merujuk pada pengetahuan tentang sesuatu, karena itu dapat

diungkapkan (declarative) dalam bentuk verbal (kata-kata). Juga

sering disebut sebagai pengetahuan ternyatakan atau pengetahuan

isi, biasanya dapat diverifikasi, dinyatakan ulang, dan secara logika,

konsisten. Pengetahuan deklaratif ada di dalam buku teks dan juga

internet serta apa yang dikemukakan dosen di ruang kelas. Termasuk

dalam pengetahuan deklaratif adalah fakta, konsep, asumsi,

generalisasi, teori, metode, prosedur, dan mekanisme.

Pengetahuan fungsional adalah pengetahuan yang melandasi

suatu tindakan; tindakan yang dikaitkan dengan pemahaman atas

pengetahuan tertentu. Mahasiswa tidak hanya menerima

pengetahuan yang baru dan lama, tetapi secara aktif menerapkan

pengetahuan ke dalam pekerjaan; jika pengetahuan deklaratif sudah

ada secara internal di dalam pikiran si mahasiswa, pada saat itu juga,

pengetahuan fungsional dapat dikeluarkan. Pengetahuan fungsional

adalah pengetahuan yang terkait dengan profesi tertentu; misalnya,

penggunaan teori tertentu dalam pengambil keputusan pada apa

yang harus terjadi dalam konteks pekerjaan, pengetahuan untuk

menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Ambil contoh, misalnya

materi psikologi perkembangan di Program Studi Pendidikan Guru

[Mata Pelajaran .......]. Alasan bahwa guru harus mempelajari psikologi

pendiikan karena guru harus mengetahui beberapa topik seperti

motivasi dan kegiatan belajar, pertumbuhan dan perkembangan

anak, jenis intelejensi, dan sebagainya.

Page 331: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

322

B. S. Bloom menyusun kategori capaian belajar dimensi

pengetahuan, mulai dari tingkat pengetahuan dasar sampai dengan

tingkat evaluasi. Pada tingkat pertama, mengingat (remembering),

yaitu kemampuan untuk mengingat kembali informasi,

mendeskripsikan apa yang diketahui sama persis, atau mengulang

kembali hal-hal yang telah dipelajarinya. Pada tingkat kedua,

memahami (understanding), yaitu kemamuan untuk menunjukan

pemahaman dengan menterjemahkan atau memparafrasekan,

menginterpretasikan informasi atau memodifikasi informasi ke dalam

bentuk baru. Pada tingkat ketiga, menerapkan (applying), yaitu

kemampuan untuk menerapkan prinsip abstrak terhadap situasi

tertentu atau situasi kongkrit. Pada tingkat keempat, menganalisis

(analyzing), yaitu kemampuan mengklarifikasi situasi kompleks

dengan memecahnya ke dalam hal-hal kecil, menemukan keterkaitan

antara satu hal dengan hal lainnya dan menemukan struktur dari

situasi atau set informasi yang tersedia. Pada tingkat kelima,

mengevaluasi (evaluating), yaitu kemampuan mengambil keputusan

tentang nilai, manfaat, dampak dari materi atau metode untuk tujuan

tertentu. Pada tingakt keenam, mencipta (creating), yaitu kemampuan

menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, brefikir dengan analogi,

metafora dan membangun gagasan yang utuh.

Dimensi Afektif

Dimensi afektif adalah capaian pembelajaran yang terkait

dengan proses merasa dari apa yang diketahuinya. Kemampuan

Page 332: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

323

emosional berkaitan dengan pengaturan dan pengendalian emosi,

terkait dengan kecenderungan seseorang dalam bertindak setelah

mendapatkan rangsangan dari luar. Seseorang dalam perjalanan

melihat terjadi kecelakaan, seseorang akan memikirkan, di dalam

dalam hati (suara hati) dan pikiran (argumentasi) - berkecemuk - apa

yang akan dilakukannya, kemungkinan: (1) berhenti, melihat; (2)

berhenti, menolong; (3) tidak berhenti-melihat. Ketiga hal itu baru

dalam kemungkinan – gejolak hati dan pikiran –. Suara hati dan pikiran

itu disebut sikap. Ketiga sikap itu dianggap sebagai awal seseorang

untuk bertindak. Sikap diartikan sebagai kecenderungan bertindak.

Dimensi afektif merupakan pengelompokkan sikap-sikap yang

berhubungan langsung dengan pengetahuan dan tindakan.

Kita dapat memahami bahwa sikap sebagai kecenderungan

bertindak dalam bentuk suara hati atau suara pikiran atas apa yang

diketahuinya. Sikap seharusnya bersifat menetap, tidak berubah-

ubah, ajeg. Perkataan, “Anda harus punya sikap”, berarti harus

memutuskan apa gagasan Anda terhadap apa yang Anda ketahui.

Sikap akan menetap ketika sudah memihak pada nilai tertentu,

misalnya nilai toleransi dan solidaritas. Dengan dimilikinya nilai, maka

akan terbentuk suara hati atau pikiran tertentu, sesuai nilai. Pada saat

seseorang yang berhenti, melihat, lalu menolong, karena dalam

pikiran dan hati seorang pengendara sudah tertanam nilai toleransi

(jika saya yang mengalami kecelakaan, saya juga ingin ditolong) dan

solidaritas (jika yang kecelekaan itu saudara saya, kalau tidak

menolong, berarti tidak dianggap saudara).

Page 333: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

324

Taksonomi afektif adalah tingkatan-tingkatan (proses)

seseorang dalam mengenali-mengetahui nilai dan mengadopsi nilai

tertentu untuk dijadikan pedoman dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Krathwohl, Bloom, dan Maisa (1964), afektif

terdiri dari lima tingkat, mulai dari rendah mengenali (mengetahui

pentingnya sesuatu) sampai paling tinggi mengamalkan

(menindaklanjuti). Pada tingkat pertama, menerima (receiving), yaitu

keinginan untuk mengetahui-mengenali sesuatu yang dapat dilihat,

dibaca, atau didengar. Pada tingkat kedua, merespon (responding)

yaitu keinginan-kesediaan memberikan tanggapan (verbal dan non-

verbal) sebagai reaksi atas suatu gagasan, wacana, opini, dan nilai

atas apa yang telah diketahuinya. Pada tingkat ketiga, meyakini Nilai

(Valuing) yaitu kemampuan dalam menerima, memihak dan

mendukung baik secara verbal maupun non-verbal, suatu keyakinan,

nilai, atau prinsip yang telah diketahuinya. Pada tingkat keempat,

mengatur-Diri (Organizing), yaitu kemampuan menunjukkkan

komitmen pada nilai yang diyakininya serta dapat menentukan terbaik

dari alternatif perwujudan nilai. Terakhir, pada tingkat kelima,

mengamalkan (characterizing) yaitu kemampuan mengintegrasikan

nilai-nilai ke dalam sistem nilai pribadi, menjadi milik sendiri, menjadi

kepribadian (karakter).

Dimensi Psikomotorik

Dimensi psikomotorik, merupakan capaian pembelajaran yang

terkait dengan koordinasi gerakan fisik. Biasanya dikaitkan dengan

Page 334: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

325

pendidikan jasmani dan atletik, meskipun banyak bidang ilmu lain

yang membutuhkan gerakan fisik tertentu. Jelas, misalnya "menulis

dengan tangan berhubungan erat dengan semua subjek. Pekerjaan

di laboratorium untuk mahasiswa sains menuntut kemampuan

menggunakan berbagai peralatan yang kompleks. Koordinasi

gerakan fisik mencakup, koordinasi mata, koordinasi tangan, dan

koordinasi antara gerak tangan dan gerak mata, gerak kaki, dan

semua organ lain yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya.

Dimensi motorik terdiri dari tingkat rendah, berupa gerakan

refleksi sampai tingkat mahir. Pada tingkat pertama, gerakan refleks,

yaitu kemampuan dasar untuk melakukan gerakan yang dapat terjadi

di luar kehendak, sebagai respons terhadap stimulus tertentu. Pada

tingkat kedua, gerakan fundamental dasar, yaitu kemampuan

melakukan pola gerakan bawaan yang terbentuk dari kombinasi

berbagai gerakan refleks. Pada tingkatan ketiga, gerakan persepsi,

yaitu kemampuan untuk meniru stimulus yang diterima melalui indra

menjadi gerakan yang tepat seperti yang diinginkan. Pada tingkat

keempat, gerakan yang terampil, yaitu kemampuan mengembangkan

gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang membutuhkan derajat

efisiensi tertentu. Pada tingkat kelima, yaitu komunikasi nondiskursif,

yaitu kemampuan untuk berkomunikasi melalui gerakan tubuh. Pada

tahap ini, gerakan sudah tidak lagi dipikirkan, terjadi secara otomatis.

Keterampilan psikomotor menekankan pada keterampilan

neuro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan

gerakan otot. Dimensi psikomotorik yang dikembangkan oleh R.H.

Page 335: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

326

Dave (1970), juga terdiri dari lima tingkat, mulai dari tingkat meniru

sebagai kemampuan yang paling sederhana sampai dengan

naturalisasi sebagai kemampuan yang paling kompleks. Pada tingkat

pertama, meniru (imitation), yaitu kemampuan untuk mengamati dan

mengikuti perilaku berpola setelah orang lain melakukannya terlebih

dahulu. Tingkat meniru adalah tingkat kemampuan dengan kualitas

yang lebih rendah. Pada tingkat kedua, manipulasi (manipulation)

yaitu kemampuan melaksanakan gerakan dengan bimbingan. Untuk

dapat melakukan sesuatu tindakan, seseorang harus mendapatkan

petunjuk dan berlatih. Pada tingkat ketiga, presisi (precision) yaitu

kemampuan melakuakn gerakan dengan tepat, proporsional dan

tepat tanpa bantuan. Dengan melihat, akan lebih tepat. Pada tingkat

keempat, artikulasi (articulation), yaitu kemampuan

mengkombinasikan lebih dari dua keterampilan sekaligus, secara

berurutan, dan dilaksanakan secara konsisten. Mengkoordinasikan

serangkaian tindakan, mencapai tingkat harmoni dan konsistensi

internal. Pada tingkat kelima, naturalisasi (naturalization), yaitu

kemampuan untuk mengkombinasikan dua atau lebih kemampuan

secara berurutan dan dilaksanakan secara konsisten dan mudah. Pada

tingkat ini sudah sedikit kekeliruan fisik, melakukannya tanpa berfikir

lagi.

PIKIRKAN KEMBALI APA YANG MENJADI CAPAIAN BELAJAR

Setelah Anda mengetahui dimensi-dimensi capaian belajar,

saatnya Anda memikirkan apa yang menjadi capaian belajar untuk

Page 336: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

327

mata kuliah Anda. Saya menawarkan empat tahapan-pertanyaan yang

harus dijawab dalam rangka merumuskan capaian belajar. Tetapi

sebelum menjawab, pertimbangkanlah saran dari Association of

American Colleges and Universities (2002) pada kutipan berikut:

“Dunia ini kompleks, saling berhubungan, dan lebih bergantung kepada pengetahuan daripada dunia sebelumnya. Perguruan tinggi telah menjadi identitas semu bagi individu untuk membangun dan memuaskan kehidupan dan karir. Dalam dunia yang mengalami perubahan begitu dasyhat, setiap peningkatan jenis pekerjaan telah diikuti dengan peningkatan dramatis dalam persyaratan pendidikan. Mayoritas pekerjaan sekarang diselenggarakan oleh orang-orang yang memiliki hubungan dengan setidaknya beberapa perguruan tinggi, dan pekerjaan hanya tersedia untuk para pekerja yang mendapatkan pendidikan terbaik, tumbuh dan berkembang begitu cepat”.

Setelah Anda memahami maksudnya, silahkan Anda dapat

menjawab empat pertanyaan berikut untuk membantu Anda

merumuskan capaian belajar. Tentu saja, ada lebih banyak pertanyaan

untuk dijawab, tapi lebih baik fokus pada pertanyaan yang kompleks

dan komprehensif. Pertanyaan pertama harus dijawab terlebih

dahulu, baru menjawab pertanyaan berikutnya, dan seterusnya.

Penetapan capaian belajar menuntut Anda meluangkan lebih banyak

waktu. Berikut empat pertanyaan yang harus Anda jawab, ketika Anda

memulai untuk menetapkan capaian belajar:

(1) Jenis penegtahuan, kemampuan berpikir dan pemecahan masalah

apakah yang Anda percaya harus dicapai oleh mahasiswa saat

mereka lulus [perkuliahan, sesi pertemuan] ? [Prinsip Kejelasan]

Page 337: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

328

(2) Bukti apa yang dapat dikumpulkan untuk menunjukkan

ketercapaian capaian belajar? [Prinsip Terukur]

(3) Desain dan strategi pengajaran seperti apa yang dapat

mengakibatkan terjadinya pembelajaran yang diinginkan untuk

mencapai capaian belajar? [Prinsip Berproses]

(4) Mengingat keragaman mahasiswa di pendidikan tinggi, strategi

pengajaran apa yang diyakini dapat memberikan kontribusi bagi

terjadinya pembelajaran? [Prinsip Pemerataan]

Capaian belajar menyiratkan sasaran belajar, sasaran itu harus

jelas, terukur dan realistis; juga menyiratkan tentang proses

pembelajaran yang harus dilakukan, dan tindakan belajar yang tepat.

Lebih lanjut, capaian belajar menyiratkan niat dan komitmen dosen

dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam menetapkan capaian

belajar, dosen tidak hanya menyampaikan apa yang akan dapat

dlakukan dosen [kegiatan mengajar] untuk membantu mahasiswa

mencapai capaian belajar, tetapi juga apa yang dapat dilakukan

mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Ingat bahwa ketika Anda

menetapkan capaian belajar, selanjutnya Anda harus menyusun

rencana perkuliahan. Justru tantangan yang dihadapi dosen adalah

sejauh mana mahasiswa Anda memahami dan memenuhi apa yang

diharapkan oleh Anda sebagai dosen, sementara mahasiswa Anda

berasal dari latar belakang kualifikasi akademik, lingkungan

pekerjaan, keluarga, dan pengalaman hidup yang berbda.

Page 338: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

329

BAB 10

SILABUS FOKUS PADA CAPAIAN BELAJAR

Silabus menjelaskan target mengajar bagi dosen dan target belajar bagi mahasiswa

UNTUK APA SILABUS?

Pada bab ini akan dijelaskan tentang Silabus yang mengadopsi

pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa, termasuk

berbagai komponen yang harus ada di dalamnya.

Silabus adalah kesempatan pertama bagi dosen untuk

memikirkan tentang manfaat belajar yang diperoleh mahasiswa Anda

yang menjadi tanggungjawab Anda sebagai dosen. Silabus sebagai

sarana untuk menyatakan apa yang dapat diketahui dan dapat

dilakukan mahasiswa pada akhir perkuliahan. Dalam Silabus

pembelajaran berpusat pada mahasiswa, mahasiswa dituntut menjadi

pembelajar yang memiliki harapan [intentional student]. Ciri-ciri dari

pembelajar yang memiliki harapan sebagai berikut: kesadaran untuk

mengembangkan diri; kesadaran tentang pentingnya kuliah, sadar

akan proses belajar itu sendiri; kesadaran bagaimana menjadi orang

terdidik itu.

Dalam menyusun Silabus untuk mendorong mahasiswa

menjadi pembelajar yang memiliki harapan, dosen harus mengetahui

strategi bagaimana menjadikan mahasiswa sebagai pemikir integratif,

pemikir yang dapat melihat adanya keterkaitan informasi yang

berbeda dan mengkaitkannya pada berbagai pengetahuan yang

dimilikinya untuk mengambil keputusan. Mereka mampu

Page 339: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

330

mengadaptasikan keterampilan yang dipelajari pada satu situasi

untuk digunakan pada situasi lain, di kelas, di tempat kerja, di

masyarakat, atau kehidupan pribadi mereka. Sebagai akibatnya,

pembelajar dapat memiliki harapan sukses bahkan dalam kondisi

kehidupan yang terus menerus tidak stabil sekalipun.

Dalam silabus pembelajaran berpusat pada mahasiswa, dosen

tidak hanya menyampaikan apa yang akan dapat dIlakukan oleh

dosen [kegiatan mengajar] untuk membantu mahasiswa mencapai

capaian belajar, tetapi juga apa yang dapat dilakukan mahasiswa

[kegiatan belajar] untuk mencapai capaian belajar. Dalam menyusun

Silabus berpusat pada pembelajaran, harus tertuang tiga hal, yaitu

apa yang harus dipelajari mahasiswa [materi apa] yang dibutuhkan

untuk mencapai capaian [kompetensi] mata kuliah dan proses apa

[kegiatan apa] yang dapat mengantarkan mereka pada kesukesan

akademik. Dua hal penting lainnya yang harus ada adalah filosofi

mengajar serta harapan dan kebijakan Anda.

Filosofi mengajar harus ada dalam Silabus. Filosofi mengajar

menginformasikan kepada mahasiswa, pandangan dosen tentang

praktik pengajaran yang telah dipertimbangkan secara matang,

keyakinan yang ada dalam pikiran dosen tentang bagaimana proses

pembelajaran harus berlangsung dan yang dapat berkontribusi pada

kesuksesan akademik. Filosofi mengajar harus diketahui mahasiswa,

berupa pernyataan tentang: (1) rencana dosen untuk mencapai

capaian belajar, suatu rencana pengajaran yang fokus pada

penciptaan iklim belajar yang akan diciptakan di kelas; (2)

Page 340: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

331

pemahaman dosen tentang proses pembelajaran dan bagaimana

rutinitas belajar di kelas, kegiatan, dan tugas yang harus dikerjakan,

sejalan dan konsisten dengan pemahaman dosen tentang proses

pembelajaran; (3) Nilai-nilai yang perlu dipertahankan dalam

pengajaran dan pembelajaran dan memberitahukan kepada

mahasiswa bahwa dosen berniat untuk berbagi dengan mereka.

Pernyataan filsafat mengajar biasanya terdiri atas dua sampai

tiga halaman panjang dan menunjukkan posisi akademis, biasanya

untuk laporan akhir masa jabatan dan promosi jabatan. Silabus

menunjukkan penguasaan dosen pada dua hal, yaitu penguasaan

materi disiplin ilmu dan kemampuan untuk membuat materi disiplin

ilmu dapat dikuasai oleh mahasiswa. Sebuah pernyataan filosofi

mengajar menunjukkan dua hal tersebut.

KEBIJAKAN, HARAPAN, TANGGUNG JAWAB

Kebijakan dan prosedur menguraikan dasar rencana

pembelajaran, tuntutan, kebutuhan, dan standar perilaku mahasiswa.

Hal-hal lain yang patut dipertimbangkan termasuk pernyataan yang

menjelaskan kebijakan tentang kehadiran (termasuk absensi,

keterlambatan, dan konsekuensi); prosedur untuk mengirimkan tugas

tertulis, laporan laboratorium, dan pekerjaan rumah (termasuk

pengiriman tugas setelah tanggal jatuh tempo); dan kebijakan untuk

tugas tambahan, tes susulan, dan penundaan nilai.

Menjelaskan tiap-tiap harapan itu secara lengkap dalam silabus

dan dalam suatu prosedur yang menjelaskan kegiatan yang harus

Page 341: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

332

dilakukan mahasiswa mulai dari awal sampai pertengahan semester

dan akhir semester. Pastikan bahwa mahasiswa memiliki akses atas

informasi ini adalah penting untuk dipertimbangkan oleh lembaga

pendidikan. Dalam pembahasan tentang kegiatan pembelajaran,

mungkin dosen akan menetapkan tugas-tugas yang harus dikerjakan

oleh mahasiswa. Pastikan informasi tentang tugas-tugas itu dapat

diakses oleh mahasiswa. Alangkah lebih baiknya, jika informasi

tentang kebijakan dan prosedur perkuliahan, baik untuk satu

pertemuan atau seluruh pertemuan dalam satu mata kuliah, diketahui

oleh mahasiswa.

Norma kesopanan menjadi bagian standar dari silabus di

kebanyakan kampus. Termasuk ke dalam topik kesopanan merujuk

pada tindakan menghormati orang lain, termasuk sesama rekan,

dekan dan pemimpin akademik lainnya. Hal itu penting untuk

dituangkan ke dalam silabus. Setiap masalah dapat diatasi secara

efektif dengan kebijakan lembaga yang memastikan bahwa semua

anggota komunitas kampus memiliki akses yang sama ke sumber

informasi ini. Jika ada kasus di kampus Anda, gunakan kebijakan

kelembagaan yang menjelaskan mengapa perilaku hormat menjadi

ciri dari lingkungan belajar dan apa artinya dalam mata kuliah Anda

(misalnya, cepat mematikan ponsel, mengangkat tangan untuk

berkontribusi).

Silabus adalah tempat yang baik untuk mengingatkan

mahasiswa pada kebijakan kampus, prosedur yang harus diikuti, dan

kantor untuk berkonsultasi jika mereka memerlukan penjelasan.

Page 342: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

333

Ketika harapan, kebijakan dan pedoman ditambahkan ke silabus, dan

mahasiswa diminta untuk membacanya ketika hari pertama kuliah

dimulai, dua hasil yang mungkin: dosen akan mencegah masalah yang

kemungkinan terjadi di masa mendatang, dan sebagai konsekuensi

bahwa mahasiswa juga bertanggung jawab untuk menciptakan iklim

ruang kelas yang menumbuhkan belajar.

TANGGUNGJAWAB BELAJAR

Pembelajaran berpusat pada mahasiswa menuntut dukungan

Anda dan menantang mahasiswa untuk memikul tanggung jawab dan

membangun kesadaran untuk secara aktif belajar di mata kuliah Anda.

Ketika Anda mempersiapkan silabus yang mendorong mahasiswa

untuk belajar, Anda harus mempertimbangkan dua hal secara

seimbang; kepemimpinan pembelajaran, pengembangan mahasiswa,

dan inisiatif mahasiswa. Pertimbangkan juga tingkat pendidikan

(pendidikan umum, pendidikan sarjana, pascasarjana, dan lain

sebagainyal) dan apa yang kita ketahui tentang pengetahuan dan

keterampilan prasyarat. Anda harus mengajukan dan menjawab

pertanyaan sendiri untuk setiap mata kuliah; "Sejauh mana mahasiswa

akan dilibatkan dalam memperjelas capaian belajar mata kuliah?

Dalam merencanakan tugas-tugas yang akan memenuhi capaian

pembelajaran individual mereka? Dalam memantau dan menilai

kemajuan belajar mereka sendiri? Serta menetapkan kriteria untuk

menilai kinerja mereka sendiri?

Page 343: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

334

Jawaban untuk pertanyaan itu menuntut komitmen dosen

pada pendidikan (termasuk ketentuan yang telah ditetapkan oleh

lembaga sertifikasi atau akreditasi), keterbatasan waktu, dan

kebutuhan mahasiswa lainnya.

Strategi yang dianggap masuk akal adalah merancang

kegiatan belajar yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk

bertanggung jawab lebih pada belajar selama masa perkuliahan.

Tantangan yang dihadapi dosen adalah sejauh mana mahasiswa Anda

memahami dan memenuhi persyaratan yang Anda tetapkan,

sementara mahasiswa Anda berasal dari latar belakang kualifikasi

akademik, lingkungan pekerjaan, keluarga, dan pengalaman hidup

yang berbeda.

KOMPONEN SILABUS UNTUK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA

MAHASISWA

Untuk membantu Anda menyusun atau merevisi silabus mata

kuliah, agar sesuai dengan pendekatan berpusat pada mahasiswa

(student-centered learning), pada bab ini akan disediakan contoh-

contoh silabus. Secara umum, Silabus berisi hal-hal berikut:

• Menjelaskan tujuan dan sasaran perkuliahan.

• Menguraikan struktur mata kuliah [materi dan kegiatan

perkuliahan] dan signifikansinya dengan program pendiikan

[program studi], khususnya aspek pembelajaran non-tradisional

yang mungkin baru bagi mahasiswa.

Page 344: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

335

• Menguraikan tugas dan tanggungjawab dosen dan mahasiswa

untuk : [1] mencapai tujuan perkuliahan [capaian belajar,

kompetensi mata kuliah]; [2] kewajiban dosen dalam kegiatan dan

proses pembelajaran, dan; [3] untuk menghargai dan

melaksanakan kode etik perilaku yang ditentukan oleh dosen,

program studi, dan universitas.

• Menjelaskan tentang praktek penilaian dan evaluasi, bagaimana

dosen akan memberikan umpan balik pada seberapa baik

mahasiswa dalam mencapai dan memenuhi kriteria dan standar

capaian belajar.

• Memberikan informasi tentang prosedural kritis tentang apa yang

akan terjadi, kapan itu akan terjadi, dan di mana itu akan terjadi,

termasuk kegiatan belajar dan tugas (mandiri atau terstruktur].

Dalam menggambarkan berbagai bagian tersebut, saya telah

mengambil bahan-bahan dari berbagai perguruan tinggi dan disiplin

ilmu, secara hati-hati untuk menilai aspek-aspek tertentu dari

perkuliahan tatap muka di kelas, online, dan campuran [gabungan

antara tatap muka di kelas dan online]. Contoh silabus terutama hanya

untuk mata kuliah Program Sarjana. Sedangkan contoh selalu

diorientasikan pada perspektif pembelajaran berpusat pada

mahasiswa.

Saya berharap bahwa contoh-contoh yang diberikan, akan

membantu Anda dalam merancang Silabus berpusat pada

pembelajaran (learning-centered syllabus) yang akan disesuaikan

dengan keadaan dan situasi tempat Anda bekerja. Apa yang akan

Page 345: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

336

Anda masukkan dalam Silabus, tergantung pada apa yang dibutuhkan

mahasiswa Anda, jenis mata kuliah yang Anda tawarkan [teori atau

praktik], dan tentu saja, dasar pemikiran yang mendasarinya. Item

komponen yang ada di Silabus mencakup hal-hal yang akan

dijelaskan berikut ini:

DAFTAR ISI

Jika Anda adalah dosen yang ditugaskan untuk meninjau

silabus, maka Anda mungkin akan melihat halaman sampul dan daftar

isi. Mengingat mahasiswa sering membaca Silabus, hanya pada

bagian yang perlu dibaca saja. Penting untuk membatasi materi dan

memberikan nomor halaman item, sehingga memudahkan bagi

mereka mencari informasi yang dibutuhkan. Cara Anda menyusun

daftar isi, tentu saja tergantung pada isinya. Anda dapat memutuskan

untuk memasukkan semua secara keseluruhan, atau mungkin lebih

baik membaginya menjadi beberapa unit (misalnya, tujuan, tugas,

evaluasi).

INFORMASI DOSEN

Silabus juga berisi informasi tentang dosen pengampu mata

kuliah. Informasi dosen di dalam Silabus, penting, dengan begitu

mahasiswa mengetahui siapa dosen dan bagaimana cara

menghubungi dosen. Mahasiswa harus selalu tahu di mana, kapan,

dan bagaimana menghubungi dosen. Aksesibilitas tentang informasi

dosen sangat penting bagi mahasiswa, mungkin karena secara

Page 346: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

337

akademik, mahasiswa dan dosen harus membangun interaksi

akademik. Tentu saja, persoalan lain, jika dosen memberikan batasan

untuk menghubunginya. Pertimbangkan untuk memperkenalkan

identitas diri dosen dalam Silabus, termasuk juga riwayat pendidikan

dan penelitian dosen.

FORMULIR INFORMASI MAHASISWA

Ada berbagai strategi untuk memastikan bahwa Anda memiliki

akses yang cepat pada informasi kontak mahasiswa. Caranya adalah

mendistribusikan kartu indeks selama minggu pertama dan meminta

mahasiswa untuk mencatat nama mereka, email, alamat, dan nomor

telepon. Alternatif adalah menyertakan halaman informasi mahasiswa

dalam silabus sehingga mahasiswa dapat melengkapinya. Bentuk

seperti itu juga dapat di-upload ke sistem manajemen informasi mata

kuliah [SIMIMAK], sebagai tugas pertama untuk diselesaikan dan

mengirimkannya secara online.

PESAN UNTUK MAHASISWA & FILOSOFI MENGAJAR

Pernyataan filosofi mengajar termasuk item yang harus ada

dalam Silabus, bersifat pribadi tentu saja. Tetapi justru dengan

mengungkapkannya di Silabus, dapat membantu mengurangi

ketidaknyamanan mahasiswa Anda dan dapat mengkomunikasikan

bagaimana perkuliahan akan berlangsung. Beberapa dosen

menyatakan ucapan "selamat datang kepada mahasiswa" sebelum

Page 347: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

338

pertemuan di kelas. Berbagai pilihan yang semakin tersedia melalui

Sistem Informasi Manajemen Mata Kuliah (SIMIMAK).

Pernyataan filosofi mengajar sebagai cara agar mahasiswa

Anda mengenali Anda sebagai seorang profesional. Filosofi mengajar

merupakan nilai tertentu yang diyakini. Generasi mahasiswa saat ini

mungkin merasa bahwa pendidikan tinggi adalah sistem tertutup

yang tidak menerima pandangan “orang luar". Untuk para pendatang

mahasiswa baru, norma-norma dan aturan-aturan dasar pendidikan

tinggi yang tidak jelas tidak akan dihargai.

Jadi, apa pun yang dapat dilakukan untuk membantu semua

mahasiswa menjadi nyaman dalam perkuliahan, filosofi mengjaar

merupakan pernyataan terbuka tentang bagaimana dan mengapa

kita melakukan apa yang kita lakukan (yaitu, filsafat) dan dapat

memberikan arah dan memotivasi mahasiswa untuk berhasil.

Termasuk di dalam pernyataan filosofi mengajar adalah menjelaskan

apa yang Anda anggap bernilai tentang proses pembelajaran dan

menjelaskan alasan mengapa Anda memilih nilai tertentu yang

dianggap paling berharga.

TUJUAN MATA KULIAH

Bagian dari silabus ini, untuk selanjutnya disebut tujuan saja,

harus difokuskan pada mengapa mata kuliah ini ada, bagaimana

keterkaitan mata kuliah dengan kurikulum yang lebih besar, dan untuk

siapa mata kuliah ini dirancang. Bagian dari silabus ini memberikan

kesempatan kepada Anda untuk menjelaskan “keselarasan” - yaitu

Page 348: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

339

keterkaitan mata kuliah ini dengan mata kuliah lain di dalam satu

Program Studi dan selaras dengan misi universitas.

Jika, sejak awal mahasiswa harus memahami tujuan Anda,

maka Anda dapat mendiskusikannya secara mendalam dengan

mereka di pertemuan pertama. Juga menunjukkan bagaimana tujuan

perkuliahan di mata kuliah ini dapat mengantarkan mereka pada

kesuksesan akademik di kampus dan karir mereka di masa depan,

sehingga diharapkan dapat memotivasi mahasiswa, motivasi tentang

pentingnya mata kuliah Anda.

DESKRIPSI MATA KULIAH

Sebuah deskripsi Silabus yang kaya adalah modal awal untuk

membuat mahasiswa tertarik, tentu saja dengan memberikan

deskripsi yang menarik, termasuk isi mata kuliah, nilai, dan asumsi-

asumsi filosofis di balik pengajaran. Anda dapat meningkatkan

antusiasme dan motivasi mahasiswa dengan menekankan relevansi

mata kuliah untuk kehidupan mereka. Juga deskripsi yang

mencerminkan nilai-nilai dan sikap. Bagian dari deskripsi mata kuliah

menjelaskan bagaimana perkuliahan akan dilaksanakan (misalnya,

melalui ceramah, diskusi kelompok kecil, proyek tim, pengalaman

lapangan, simulasi).

Tujuan Mata kuliah adalah elemen penting dari Silabus, karena

tujuan mata kuliah akan menunjukkan kepada mahasiswa tentang

tanggungjawab mereka dalam perkuliahan:

1. Apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa selama kuliah?;

Page 349: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

340

2. Di bawah kondisi seperti apa mereka harus melakukanya.

Mahasiswa harus bisa mencari tahu untuk memperjelas arah

intelektual dan praktek yang Anda inginkan.

3. Apa yang akan mereka ketahui pada akhir mata kuliah, apa yang

mereka dapat mereka lakukan pada akhir Mata kuliah, dan

bagaimana mereka dapat menunjukkan apa yang telah mereka

pelajari selama kuliah dengan Anda.

Apakah salah satu tujuan dari mata kuliah Anda untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah?; meningkatkan

keterampilan berkomunikasi?; memungkinkan mereka untuk

menerjemahkan pengetahuan dari satu konteks ke konteks lain?;

Mengapa tujuan itu penting?, dan Bagaimana mahasiswa dapat

menerima bantuan dosen untuk mencapai tujuan tersebut? Salah satu

cara menetapkan untuk tujuan adalah bertanya pada diri sendiri:

“Kemampuan seperti apa yang Anda inginkan dari mahasiswa? untuk

Lima tahun ke depan?".

Tujuan belajar adalah sasaran (goals) yang lebih lebih spesifik,

sebagai rencana dasar tentang apa yang akan dicapai dan bagaimana

ketercapaian itu dapat dievaluasi. Dalam Silabus berpusat pada

pembelajaran (learning-centered syllabus), tujuan mata kuliah

menggambarkan dua hal, yaitu: (1) proses belajar yang akan

dikembangkan, dan; (2) produk yang dicapai dari proses belajar

terkait dengan isi mata kuliah.

Dosen kadang-kadang menggabungkan tujuan mata kuliah

dengan deskripsi mata kuliah, tergantung pada kompleksitas dan sifat

Page 350: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

341

mata kuliah dan disiplin ilmu. Tujuan mata kuliah menggambarkan

apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di akhir semester, biasanya

dinyatakan sebagai pernyataan singkat atau hanya garis besar.

Idealnya dirumuskan dengan menggunakan kata kerja. Tujuan yang

jelas dapat menumbuhkan rasa memiliki dan kesadaran bahwa dosen

dan mahasiswa harus bekerjasama menuju pencapaian tujuan

bersama.

Tujuan memberikan dua hal, yaitu fokus belajar [materi apa yang

harus saya pelajari] dan motivasi untuk belajar [mengapa saya harus

mempelajari kemampuan itu]. Untuk dapat merumuskan dan

mengungkapkan tujuan mata kuliah, tanyakan pada diri Anda sendiri

empat pertanyaan dasar berikut ini:

1. Apa capaian belajar yang dapat dicapai mahasiswa dalam

kaitannya dengan standar akreditasi program studi atau atau

standar profesional?

2. Anda ingin mahasiswa mempelajari apa? Apa hasil dari apa yang

dipelajari oleh mahasiswa?

3. Bagaimana Anda dapat mengetahui dan memutuskan bahwa

mahasiswa Anda telah memenuhi atau mencapai capaian belajar

yang Anda tetapkan untuk mereka?

4. Kegiatan apa, entah di kelas, luar kelas, tetap muka, atau online,

yang dapat membantu mahasiswa Anda mencapai capaian

belajar?

5.

Page 351: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

342

1 2 3 4

Capaian Belajar

Materinya apa?

Kegiatannya apa?

Kriteria dan Standarnya

Apa?

......... .......... .......... ..........

Dengan kata lain, bagaimana Anda akan mengevaluasi

kemajuan dan prestasi mereka? Apa tugas/tugas e-learning, kegiatan

kelas, dan pendekatan pengajaran yang dapat membantu mahasiswa

Anda untuk menguasai pengetahuan, keterampilan, atau perubahan

sikap yang telah ditentukan? Tujuan belajar dapat dijabarkan di

tingkat mata kuliah dan di tingkat unit materi (pokok bahasan).

Pernyataan tujuan belajar dapat dituliskan dalam dua tipe yang

berbeda:

1. Pernyataan kongkrit tentang dari apa yang dapat dilakukan oleh

mahasiswa sebagai bentuk dari hasil belajar?

2. Tidak ada batasan yang ditentukan (open-ended), deskripsi

fleksibel tentang situasi atau masalah dari yang berbagai macam

pembelajaran mungkin timbul.

Tujuan, bukan harapan yang dapat membatasi orientasi

mahasiswa tetapi sebagai sesuatu yang telah ditetapkan di akhir

pembelajaran atau mencoba untuk menjamin capaian atau

interpretasi tertentu. Tujuan belajar yang lebih spesifik hanya cocok

untuk penyelesaian tugas atau kegiatan belajar tertentu.

Terminologi tujuan belajar seperti itu dapat memunculkan

masalah. Ahli pendidikan memberitahukan kepada kita bahwa tujuan

Page 352: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

343

belajar harus terukur (measurable), namun kebanyakan dari kita lebih

banyak menulis capaian belajar yang yang sulit diukur seperti:

"mengembangkan tanggungjawab sipil" atau "belajar menghargai

karya-karya besar". Istilah tujuan belajar (learning outcomes) sering

juga disebut capaian belajar, "tujuan (aims)" atau "sasaran (goals)".

SUMBER BACAAN (READING RESOURCES)

Dosen harus mengidentifikasi buku bacaan mata kuliah. Sangat

berharga untuk mahasiswa jika mereka mengetahui di mana

menemukan semua bahan yang diperlukan. Mereka juga akan

bahagia mengetahui bahan yang diperlukan untuk dipelajari, yang

Anda rekomendasikan untuk dibeli, dan bacaan relevan untuk setiap

topik dan tugas. Daftar bacaan yang dipilih dapat dimasukkan

sebagai bagian dari silabus atau dapat diproduksi sebagai paket

terpisah (kompilasi atau modul). Beberapa perpustakaan elektronik,

seperti bab-bab buku bacaan referensi yang dipindai, juga dapat

dimasukkan di dalam Anda.

Jika membaca itu penting bagi Anda, mengapa Anda tidak

menugaskan mereka membaca buku-buku itu? Maka dari itu, jelaskan

kepada mahasiswa mengapa Anda memilih buku itu, berikan pula

pedoman untuk membaca buku itu. Jelas, jika Anda berencana untuk

mendistribusikan bahan berhak cipta, terlebih dahulu Anda perlu

mendapatkan izin hak cipta.

Page 353: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

344

SUMBER BELAJAR (RESOURCES)

Dimaksudkan untuk mengarahkan mahasiswa ke sumber

belajar dan mendorong mereka menggunakan sumberdaya itu.

Sumber saja dapat mencakup bahan yang diterbitkan; orang,

termasuk pustakawan dan dosen lainnya; bahan tertulis, atau media;

dan seterusnya. Pada bagian ini berisi semua bahan yang akan

dibutuhkan untuk mata kuliah, serta lokasi (misalnya, toko buku

perguruan tinggi, perpustakaan, World Wide Web, sistem informasi

manajemen mata kuliah, atau laboratorium komputer). Termasuk

bibliografi publikasi yang relevan untuk pencapaian tujuan mata

kuliah dan tugas. Pastikan untuk menyusunnya secara akurat sehingga

mahasiswa mampu belajar dan menggunakannya.

Jika Anda perlu menggunakan laboratorium atau ruangan

sumber daya, pastikan untuk menginformasikan lokasi keberadaan

fasilitas itu kepada mahasiswa dan bagaimana mereka

menggunakannya. Mahasiswa membutuhkan petunjuk untuk

mengakses sumber daya yang terdapat pada sistem informasi

manajemen mata kuliah. Jika Anda menggunakan peringatan respon,

umumnya dikenal sebagai “clickers,” pastikan untuk menunjukkan

nomor model dan rincian pembelian jika kampus Anda belum

mengadopsi model umum. Anda juga mungkin menjelaskan

mengapa buku-buku dan sumber lainnya telah dipilih dan apa

kepentingan relatif untuk mata kuliah atau disiplin ilmu mereka.

Page 354: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

345

JADUAL PERKULIAHAN

Mahasiswa biasanya langsung tertuju pada jadual, daftar topik,

tugas, proyek, ujian dan batas keterlambatan. Mereka ingin tahu apa

yang akan terjadi dan kapan. Pada umumnya kesulitan utama adalah

keputusan untuk merencanakan penataan materi. Bertanya pada diri

sendiri:

• Berapa banyak topik yang akan dipelajari mahasiwa di semester

ini?

• Bagaimana saya dapat mengatur tanggungjawab mereka

sehingga mereka dapat memenuhi tuntutan lain selain kepada

saya?

• Poin apa yang harus saya tekankan?

• Apakah ada materi dalam buku yang bisa dihilangkan atau

disingkat?

• Bagaimana saya bisa mempromosikan pembelajaran online?

Ketika merencanakan tugas, akan sangat membantu

mahasiswa, jika tugas diatur dalam suatu urutan kegiatan belajar, dari

mudah ke tingkat sulit. Pertimbangkan hal-hal yang harus dipelajari

mahasiswa dan apa yang akan Anda lakukan untuk membantu mereka

memproses informasi selama di kelas. Idealnya, Anda harus

menyimpulkan urutan ini dengan tambahan umpan balik. Anda dapat

memberikan umpan balik dalam kelas atau dengan memberikan

komentar pada tugas di luar atau di dalam kelas. Anda dapat

mengatur jumlah tugas yang harus dikerjakan mahasiswa di luar jam

kuliah. Untuk rata-rata, biasanya sepuluh jam pekerjaan rumah per

Page 355: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

346

minggu. Beberapa kelas lain menuntut mahasiswa untuk belajar lebih

dari sepuluh jam; kadang-kadang beban belajar akan bervariasi dari

minggu ke minggu. Kebanyakan dosen, terutama yang mengajar

mata kuliah persyaratan meminta mahasiswa untuk meningkatkan

keterampilan komunikasi dan teknik penelitian.

Dalam mempersiapkan jadwal mata kuliah, perlu diingat bahwa

mahasiswa Anda harus sering menyeimbangkan waktu akademik,

pekerjaan, dan kewajiban keluarga. Memusatkan perhatian pada

kegiatan belajar seharusnya tidak menyebabkan Anda untuk

mengurangi harapan. Dalam menetapkan jadual, harus memberikan

waktu yang cukup agar mahasiswa Anda memenuhi harapan Anda.

Mempertimbangkan untuk tidak memberikan tugas membaca berat

atau tanggal jatuh tempo pada minggu pertama, berikan jatuh tempo

penyelesaian tugas di minggu akhir. Untuk membantu mahasiswa

dapat mengatur waktu belajar, Silabus juga harus mencerminkan

pendekatan langkah demi langkah pada tugas besar.

Untuk makalah penelitian yang diperhitungkan dan menadi

komponen pada nilai akhir, Anda dapat menetapkan tanggal jatuh

tempo untuk tugas bibliografi, garis besar, dan konsep dasar di

minggu-munggu pertangahan. Pastikan berikan penekanan pada

jadwal, mungkin dalam huruf tebal, tanggal ujian dan tugas tertentu.

Jika memungkinkan, cobalah untuk menghindari jadwal utama,

proyek dan ujian pada saat ketika dosen lainnya juga membuat

tuntutan yang sama berat. Daftar tugas harus memungkinkan untuk

dilakukan penyesuaian jika Anda harus tiba-tiba terlibat dalam diskusi

Page 356: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

347

yang tampaknya lebih berharga dari kuis yang dijadwalkan atau jika

Anda tiba-tiba harus menghabiskan lebih banyak waktu pada topik

tertentu.

Tekankan bahwa jadual dapat direvisi tergantung pada

kebutuhan kelas sambil mengingatkan bahwa mereka juga

bertanggung jawab untuk materi yang dibahas karena sangat

menentukan nilai. Mahasiswa juga perlu tahu bagaimana cara Anda

merevisi jadwal atau perencanaan ulang. Ide yang baik untuk

menyertakan tanggal kunci dari kalender akademik (ujian tengah

semester, hari terakhir untuk tanggal jatuh tempo, liburan) untuk

memaksimalkan informasi tentang tanggal yang mungkin

mempengaruhi keputusan mahasiswa.

TANGGAL TOPIK DAN AKTIVITAS

MEMBACA TUGAS (BATAS AKHIR)

PRASYARAT MATA KULIAH

Ungkapkan persyaratan yang dituntut untuk penyelesaian mata

kuliah dan tugas. Setiap persyaratan secara eksplisit dan rinci disusun

dalam bagian terpisah dari silabus atau digabung di bagian penilaian.

Banyak dosen mempersiapkan handout yang panjang untuk

menjelaskan masing-masing persyaratan dan panduan untuk

penyelesaian tugas. Panduan yang ditulis tidak harus mengganti

penjelasan tertulis dari persyaratan mata kuliah.

Page 357: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

348

Pertimbangkan melampirkan bahan tambahan - penjelasan

dari tugas membahas kasus, review buku, makalah, atau proyek, atau

membuat handout dengan judul seperti “Panduan Menulis Karya

Ilmiah,” “Pedoman untuk Menyusun Makalah,”atau "Anatomi Ulasan

Mata Kuliah". Contoh-contoh tugas, makalah, laporan proyek, tentu

saja harus dimasukkan ke dalam penjelasan persyaratan karena

mahasiswa bergantung pada keterampilan proses seperti partisipasi

atau kerja sama tim untuk menyelesaikan tuntutan tugas. Masing-

masing menawarkan wawasan tentang bagaimana peserta didik fokus

pada pengembangan keterampilan interpersonal.

KEBIJAKAN DAN HARAPAN: KEHADIRAN, BATAS AKHIR TUGAS,

TAK MENJAWAB SOAL, PERILAKU DI KELAS, DAN KESOPANAN

Kebijakan, tentu saja akan terkait dengan banyak komponen

lainnya, seperti filosofi mengajar, harapan Anda, dan evaluasi. Apakah

harapan dan kebijakan Anda, akan dibuat menjadi dua judul terpisah,

atau digabung, sepenuhnya terserah Anda. Keputusan penting

adalah bagaimana cara Anda mengatasi masalah yang mungkin

berdampak negatif pada kegiatan belajar atau perilaku mahasiswa.

Saya menyarankan Anda untuk mempertimbangkan kebijakan catatan

kehadiran sebagai item untuk nilai akhir. Anda mungkin atau tidak

memutuskan untuk menghitung kehadiran atau partisipasi kelas,

partisipasi kelas mungkin komponen paling penting dalam

menentukan nilai akhir. Idealnya, setiap sesi kelas harusnya begitu

penting, sehingga mahasiswa bersemangat untuk hadir. Biasanya

Page 358: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

349

beberapa mahasiswa tidak dapat hadir di kelas, karena beberapa

alasan, karena kewajiban atletik, akademik, agama, atau keluarga atau

karena sakit. Perjelas kebijakan Anda secara tertulis tentang kehadiran

dan partisipasi kelas.

Dalam menyusun kebijakan harus fleksibel tapi tidak terlalu

permisif. Jika Anda menghitung partisipasi kelas sebagai item yang

menentukan nilai akhir, perjelas istilah partisipasi kelas, pastikan

bahwa Anda mendefinisikan fenomena yang sulit dipahami ini dan

perjelas ukuran partisipasi kelas. Jika partisipasi kelas online misalnya

dianggap sebagai ukuran partisipasi kelas, atau; berkomunikasi dalam

bahasa Inggris dengan tata bahasa yang benar adalah sesuatu yang

paling Anda harapkan; atau mengitung berapa kali mahasiswa Anda

berbicara atau pada kualitas komentar mereka? Jika kualitas komentar

yang dihitung, bagaimana Anda akan menentukan bobot kualitas

kontribusi tertentu? Akankah Anda membiarkan mahasiswa tahu apa

saja yang dianggap sebagai tindakan partisipasi kelas? Akan

partisipasi kelas aktif secara substantif mempengaruhi nilai akhir, atau

akan Anda menganggap ini hanya dalam kasus terbatas? Apabila ada

masiswa yang kekurangan partisipasi - terutama bagi mahasiswa dari

budaya yang mendorong rasa hormat pasif - bukanlah itu merugikan

jika mempengaruhi nilai akhir? Bagaimana kerahasiaan informasi akan

diungkapkan dalam konseling praktikum atau magang klinis harus

dilindungi?

Page 359: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

350

KEBIJAKAN DAN HARAPAN: INTEGRITAS AKADEMIK, CACAT

AKSES, DAN KEAMANAN

Kebijakan kampus dan harapan berbeda (dalam arti hukum)

dari harapan dan kebijakan yang dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Kebijakan kampus adalah pernyataan resmi yang menyampaikan

aturan dan peraturan hukum universitas. Ini adalah ide yang baik

untuk merujuk ini aturan-aturan hukum dan peraturan dalam silabus

Anda karena dua alasan.

Pertama, menyebut kebijakan menunjukkan bahwa Anda

menyerukan otoritas peraturan kampus untuk membenarkan norma-

norma perilaku untuk Anda, tentu saja. Itu pernyataan memiliki

kekuatan hukum yang kaut. Kedua, Anda menyampaikan bahwa Anda

menghargai aturan belajar seumur hidup dengan mendidik mereka

tentang standar profesi Anda dan kebijakan negara dan pemerintah

mendorong program dan kebijakan dan prosedur institusi. Biarkan

mahasiswa tahu betapa pentingnya kebijakan ini bagi masyarakat

kampus dengan menunjukkan kepada mahasiswa dalam publikasi

kampus dan di halaman Web kampus.

Hal ini wajar untuk memprediksi bahwa akan ada peningkatan

jumlah mandat kampus termasuk pernyataan standar kebijakan

lembaga dalam silabus mata kuliah. Ini adalah hasil dari kekhawatiran

tentang bagaimana kampus harus mempersiapkan dosen dan staf

untuk mengelola situasi krisis. Apakah situasi itu adalah hasil dari

tindakan bermasalah dari seorang individu atau kesalahan yang

disengaja oleh asisten laboratorium yang bekerja dengan bahan-

Page 360: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

351

bahan berbahaya. Setiap warga kampus harus tahu ke mana harus

berpaling segera untuk peringatan dan bantuan. Sekarang bahwa

silabus yang tersedia secara online dan dalam sistem inforamsi

manajemen mata kuliah, sehingga dapat dengan mudah kebijakan

kampus dituliskan di halaman web kampus.

EVALUASI

Mahasiswa juga harus diberitahu tentang tujuan mata kuliah,

mahasiswa harus tahu bagaimana kemajuan mereka akan dinilai,

bagaimana pekerjaan mereka akan dievaluasi, bagaimana tugas akan

nilai, dan bagaimana kontribusi nilai tugas dapat mempengaruhi nilai

akhir. Silabus Anda harus mencakup standar yang jelas dan kriteria

untuk setiap strategi penilaian yang akan Anda gunakan.

Informasi yang memberikan arahan dan berfokus pada tujuan

dari setiap kegiatan. Evaluasi atau penilaian adalah lebih banyak

daripada apa yang dipelajari di kelas. Bagian utama dari evaluasi,

apakah dilaksanakan selama perkuliahan atau sepanjang perkuliahan,

harus dalam bentuk komentar pada proyek-proyek dan makalah,

tanggapan terhadap presentasi mahasiswa, percakapan, dan cara lain

membantu siswa memahami bagaimana mereka bisa berbuat lebih

baik.

Evaluasi dapat dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa.

Jika peer review dibangun di kelas Anda, maka Anda harus

menentukan logistik dan etika yang terlibat. Evaluasi harus mencakup

penjelasan prosedur penilaian berkelanjutan yang memungkinkan

Page 361: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

352

mahasiswa untuk belajar untuk menilai tingkat pengetahuan atau

keterampilan mereka sendiri.

Banyak peneliti kini menekankan pentingnya kemampuan

metakognisi - kemampuan berpikir tentang kegiatan belajar dan

menilai kemajuan sendiri. Bransford, Brown, dan Cocking (2002),

misalnya, mengidentifikasi metakognisi sebagai salah satu dari tiga

prinsip kunci pembelajaran dan mengingatkan dosen untuk

menanamkan keterampilan metakognisi di dalam kurikulum.

Fink (2002) mengeluarkan “Taksonomi Belajar Signifikan”

mencakup komponen kunci dari "Belajar Cara Belajar". Penilaian

berkelanjutan membantu mahasiswa meningkatkan kegiatan belajar

mata kuliah atau unit yang sedang berlangsung, bukan hanya

menerima umpan balik di akhir kegiatan evaluasi. Salah satu cara yang

ditawarkan adalah penilaian diri, meminta mahasiswa

membandingkan pekerjaan mereka sendiri, pada contoh sebelumnya.

Istilah yang dijelaskan dalam penilaian, mulai dari memadai,

memuaskan, dan sangat baik. Ketika salah satu tujuan Anda adalah

bahwa mahasiswa belajar untuk mengevaluasi pekerjaan mereka

sendiri, prosedur evaluasi harus dimasukkan dalam silabus Anda.

Anda dan siswa Anda harus tahu bagaimana cara Anda mengevaluasi

pembelajaran dan bergantung pada berbagai prosedur penilaian.

Silabus Anda dapat menyediakan bahan-bahan yang akan

memperjelas proses penilaian pada produk yang dihasilkan

mahasiswa Anda. Jika mahasiswa Anda akan menulis makalah,

mengembangkan media, melakukan penelitian, atau

Page 362: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

353

mengembangkan portofolio, mereka perlu tahu apa kriteria sukses

menyelesaikan semua itu. Jika mahasiswa akan mengambil ujian,

mereka harus tahu kapan ujian akan diberikan, apa materi akan

dibahas, berapa bobor persen dari nilai akhir, perbaikan nilai ujian,

dan apa bentuk ujian yang akan diberikan. Mahasiswa biasanya ingin

untuk mengetahui apa jenis pertanyaan akan muncul pada tes (pilihan

ganda, kasus atau masalah, esai, dll), serta apakah ujian itu dapat

dibawa pulang, di kelas, buku terbuka, atau buku tertutup. Kegiatan

eksperimental - termasuk berbagai sesi laboratorium, dan

penempatan kerja lapangan - sering melibatkan sistematika dan

personil yang melaksanakan evaluasi. Adalah penting bahwa

keduanya, mahasiswa dan evaluator memiliki pemahaman yang jelas

tentang kriteria dan metodologi yang digunakan.

PROSEDUR PENILAIAN

Mahasiswa selalu khawatir tentang bagaimana mereka akan

dievaluasi. Kamu dapat mengurangi kekhawatiran ini dengan secara

khusus menjelaskan bagaimana Anda menguji dan bagaimana Anda

menetapkan nilai. Anda harus mendiskusikan bagaimana Anda

mengevaluasi esai yang ditulis, pekerjaan rumah, presentasi lisan,

labwork, dan laporan laboratorium, juga harus ada di bagian dari

silabus. Bagian ini juga harus mencakup jenis dan jumlah tes, nilai per

item, dan proporsi masing-masing tes terhadap nilai akhir. Terakhir,

Anda harus mendiskusikan bagaimana Anda menentukan nilai akhir.

Yakinkan bahwa harapan Anda masuk akal, adil, dan dicapai.

Page 363: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

354

Mengungkapkan dengan jelas kriteria standar juga dapat

mengurangi kemungkinan bahwa mereka akan mencoba untuk

memberikan tekanan pada Anda untuk memodifikasi apa yang

dinyatakan dalam silabus. Masalah tentang nilai cenderung

mendatangkan keluaran. Kekhawatiran umum termasuk perubahan

nilai, mengumumkan kebijakan tentang penilaian dapat membuat

mahasiswa menjadi memperoleh kepastian.

Berpikir hati-hati tentang kebijakan penilaian, menuntut Anda

untuk dapat menjelaskannya di dalam silabus, dan menerapkannya

dengan konsisten, dapat mengurangi kecemasan tentang nilai dan

melindungi Anda dari salah satu aspek yang paling stres dari profesi

dosen. Mahasiswa juga ingin tahu tidak hanya persyaratan kelulusan

mata kuliah tetapi juga berapa banyak item yang patut

diperimbangkan untuk nilai akhir. Penting untuk menguraikan persis

bagaimana Anda akan menentukan nilai akhir. Karana penelitian

menunjukkan bahwa mahasiswa mempersiapkan diri secara berbeda

untuk esai dari apa yang disebut ujian objektif, Anda harus

menunjukkan ciri serta materi yang akan diujikan. Sespesifik mungkin

Anda harus menjelaskan apa saja yang akan diujukan (misalnya, “Bab

1 sd 10, ditambah materi kuliah”) dan bagaimana Anda akan menguji

(pilihan ganda, jawaban singkat, esai, dll) sehingga mahasiswa dapat

mempersiapkan efisien. Tes harus menjadi bagian dari proses

pembelajaran, menuntut Anda untuk menilai ketercapaian tujuan,

tugas, kegiatan kelas, dan kemajuan mahasiswa Anda. Membuat

kebijakan juga penting. Kebijakan tidak fleksibel dapat membuat

Page 364: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

355

mahasiswa berniat buruk untuk melakukan tuntutan. Kebijakan yang

terlalu longgar atau tidak tegas, kadang-kadang dapat

mengakibatkan mahasiswa melakukan tindakan yang tidak pantas

atau tidak nyaman.

Juga penting dijelaskan dalam silabus tentang rubrik penilaian.

Pastikan untuk menunjukkan apakah Anda akan menggunakan

penilaian plus minus. Kebijakan universitas pada nilai yang tidak

lengkap dan menggambarkan dampaknya, juga harus muncul di

bagian ini dari silabus Anda. Weimer (2002) menunjukkan bahwa

anggota dosen membingkai kebijakan penilaian berdasarkan pada

berpusat pada pembelajaran.

CARA SUKSES DI MATA KULIAH: ALAT UNTUK BELAJAR DAN

BELAJAR

Mata kuliah yang berbeda membutuhkan pola studi yang

berbeda dan praktek. Memasukkan dalam silabus, strategi yang Anda

sarankan untuk mahasiswa agar dapat menyelesaikan mata kuliah

Anda. Pertimbangkan bagaimana Anda dapat membantu mahasiswa

Anda berpikir tentang gaya mengajar Anda sehingga mereka

mengembangkan alat metakognitif dan kerangka kerja yang

dibutuhkankan mereka untuk berhasil dalam mata kuliah, mungkin

mereka belajar bagaimana berpikir seperti seorang sejarawan atau

memecahkan masalah seperti seorang fisikawan. Menginformasikan

kepada mahasiswa tentang panduan belajar yang dicetak atau online,

sehingga mereka dapat memberikan suplemen yang mendukung

Page 365: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

356

pembelajaran. Banyak suplemen yang ditulis oleh para ahli dan

termasuk kegiatan untuk digunakan dalam kelas atau untuk persiapan

mahasiswa di kelas.

CONTOH SILABUS

[1] INFORMASI DOSEN Dosen : Aeng Muhidin, M.Pd Alamat Kantor : Gedung A. R. 211 Pusat Kajian

Pembelajaran dan Elearning Email : [email protected] Web : www.unpam.ac.id/pkpel Telepon Kantor : 021 7412566. Ext. 1043 Kantor Pos : Lokasi Ruangan 211, Pusat Kajian

Pembelajaran dan Elearning Jam Kantor : Senin, Rabu, Jumat, 11.00 sd 12.30.00 atau

janjian. Pendidikan : S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri

Jakarta, 2008; S2 Pendidikan Sejarah, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2011.

Pengalaman Kerja : Dosen Tetap Universitas Pamulang, 2013 sampai dengan sekarang

Minat penelitian : pengembangan bahan ajar, model pembelajaran, evaluasi pembelajaran, metode mengajar.

Olahraga : Sepak bola, catur Menghubungi saya : Bebas menelpon saya selama jam kerja,

melalui email, atau langsung datang ke ruang kantor, tetapi jangan berharap langsung mendapatkan balasan; email dibahas di luar jam kantor. Secara reguler saya membalas email pada jam 23.00.

Page 366: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

357

[2] FORMULIR INFORMASI MAHASISWA

Silahkan lengkapi lembar informasi ini dan kembalikan ke saya pada

pertemuan berikutnya. Saya akan menggunakan informasi ini untuk

menyusun rencana perkuliahan, untuk mengetahui Anda dan untuk

menghubungi Anda melalui email, telepon, jika dibutuhkan. Saya

tidak akan memberikan informasi ini kepada siapapun, kecuali atas

izin dari Anda.

Semester : ................................................................... Nomor Induk : ................................................................... Nama : ................................................................... Alamat : ................................................................... Apartemen : ................................................................... Kota/Kabupaten : ................................................................... Provinsi : ................................................................... Kode Pos : ................................................................... Hubungi saya, di : Rumah : ................................................................... Mobile : ................................................................... Kantor : ................................................................... Email : ................................................................... Pada semester berapa dan tahun keberapa Anda menyelesaikan mata kuliah prasyarat: Mata Kuliah : ................................................................... [semester] Identifikasi sertifikat pelatihan profesional atau sertifikat program yang telah Anda kuasai: .............................................................. Berapa jumlah sks yang telah Anda selesaikan sampai pada semester ini: ................................................................................................ Jelaskan mengapa Anda perlu mengambil mata kuliah ini, apakah ada keterkaitannya dengan perolehan sertifikat pelatihan: ...............

Page 367: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

358

..................................................................................................... Apa yang Anda harapkan dari mata kuliah ini? ........................... ..................................................................................................... Jelakan secara singkat pengalaman atau mata kuliah lain yang relevan dengan mata kuliah ini? .............................................................. ..................................................................................................... Jika Anda membutuhkan akomodasi tertentu, tuliskan apa dan pastikan Anda menghubungi saya: ............................................. .....................................................................................................

[3] PESAN UNTUK MAHASISWA

Meskipun Anda hadir di kelas ini hanya sebagai batu loncatan

untuk kepentingan mengejar gelar pendidikan Anda. Saya harap

Anda menyadari bahwa capaian belajar di kelas ini dapat membantu

Anda memiliki keterampilan yang berguna untuk seumur hidup Anda,

dan akan membantu Anda belajar di mata kuliah lain, untuk karir

Anda, dan kehidupan pribadi Anda. Kelas ini berlangsung di ruang

kelas komputer, sehingga Anda juga akan belajar keterampilan

komputer.

Selama kelas ini, Anda memiliki kesempatan untuk belajar

menghasilkan tulisan untuk situasi dan khalayak yang berbeda. Anda

akan belajar lebih banyak tentang cara menulis dan strategi terbaik

untuk menulis. Anda akan belajar untuk berbagi ide-ide dengan orang

lain, menemukan cara sebanyak yang Anda tahu dan perspektif orang

lain. Jika Anda tetap berpikiran terbuka dan bersedia untuk

berpartisipasi, Anda akan menemukan banyak peningkatan dalam

Page 368: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

359

kemampuan menulis. Tentu saja kuliah ini menuntut komitmen dari

Anda: tanggung jawab untuk menghadiri kelas dan harus siap dengan

tugas tepat waktu. Saya berharap tinggi dari Anda tinggi karena saya

tahu Anda dapat mencapainya.

Saya mengajar berlandaskan pada prinsip-prinsip terbaik di

balik pembelajaran berpusat pada dalam daftar berikut:

• Praktek yang baik dapat mendorong interaksi antara dosen dan

mahasiwa. Kontak dengan dosen mendorong motivasi dan

keterlibatan. Saya mau Anda tahu bahwa saya bersedia menemui

Anda selama jam kantor, di Kantor Pusat Pembelajaran dan

Elearning, dihubungi melalui telepon dan email. Saya tidak akan

pernah tahu apakah Anda mengalami kesulitan di kelas kecuali

Anda memberitahu saya.

• Praktek yang baik mendorong kerjasama antara-siswa. Belajar

yang baik adalah kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan

terisolasi. Kita akan bekerja sama sebagai sebuah tim, dan kerja

sama tim membutuhkan kerjasama dari semua anggota tim. Itu

berarti keterampilan mendengarkan yang baik serta

keterampilan berbicara yang baik.

• Praktek yang baik nendorong pembelajaran aktif. Anda akan

belajar paling baik ketika terlibat dalam pembelajaran dalam

tugas penulisan, belajar mengaitkan informasi baru dengan

pengetahuan masa lalu, dan menerapkan ke kehidupan sehari-

hari. Saya bukan dosen. Saya akan menjelaskan strategi

penulisan yang terbaru dan kemudian membiarkan Anda berlatih

Page 369: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

360

menerapkannya, mengajukan pertanyaan, menemukan, dan

menciptakan.

• Praktek yang baik memberikan umpan balik. Mahasiswa

membutuhkan kesempatan sebanyak mungkin untuk menguji

kompetensi mereka, merefleksikan apa yang telah mereka

pelajari dan apa yang masih perlu untuk dipelajari dan menilai

diri mereka sendiri. Saya berencana untuk mengembalikan tugas

Anda segera sehingga Anda dapat belajar dari kesalahan Anda,

mengetahui yang benar, dan memperbaiki kesalahan untuk

tugas berikutnya.

• Praktek yang baik menekankan waktu penyelesaikan tugas

sehingga membutuhkan bantuan dalam manajemen waktu, dan

dosen dapat menjadi model terbaik dari prinsip itu. Saya akan

memberikan tugas dan menggunakan waktu dengan bijak; Saya

mengharapkan Anda untuk melakukan hal yang sama.

• Praktek yang baik adalah mengkomunikasikan harapan tinggi.

Mengharapkan mahasiswa untuk melakukan sesuatu dengan

baik, memenuhi tuntutan dosen dan universitas, dan melakukan

upaya ekstra.

• Praktek yang baik menghormati bakat dan cara belajar

mahasiswa yang beragam. Memberikan kesempatan bagi semua

mahasiswa untuk menunjukkan bakat mereka dan untuk belajar

dengan cara yang paling nyaman untuk memperkaya kelas. Mari

kita bersenang-senang dan memanfaatkan waktu selama satu

Page 370: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

361

semester bersama, untuk mencapai keinginan terbaik dan

keberuntungan.

[4] FILOSOFI MENGAJAR

Tujuan saya mengajar adalah menjadi dosen yang menginspirasi

mahasiswa untuk belajar dan menantang mereka untuk mencapai

potensi mereka. Untuk membantu mahasiswa saya mencapai tujuan,

saya memiliki filosofi mengajar.

1. Saya percaya bahwa tujuan saya sebagai seorang guru melampaui

pentingnya mengajar mata kuliah evaluasi pembelajaran. Hal ini

sama pentingnya untuk membantu mahasiswa untuk tumbuh

sebagai orang, yang mampu mengembangkan kemampuan

intelektual dan profesional mereka, untuk menantang asumsi

mereka, dan untuk memperluas pandangan mereka tentang

dunia.

2. Saya percaya bahwa kesuksesan saya sebagai dosen ketika

mahasiswa saya terinspirasi untuk mengajari diri mereka sendiri.

Idealnya, peran saya adalah menumbuhkan rasa ingin tahu secara

intelektual pada setiap individu, yang saya percaya adalah sumber

daya pendidikan yang paling berharga.

3. Saya percaya menantang mahasiswa saya untuk mencapai standar

kinerja yang sangat tinggi dan menyediakan sumber daya yang

mereka butuhkan untuk mencapai standar tersebut.

4. Saya percaya bahwa siapa pun bisa belajar apa pun di lingkungan

pendidikan seperti itu.

Page 371: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

362

5. Saya memerankan diri saya serius dalam proses belajar yang. Saya

ingin mahasiswa saya tahu bahwa saya secara pribadi

menginvestasikan diri saya sendiri untuk keberhasilan atau

kegagalan Anda karena saya sangat peduli pada mereka.

6. Saya percaya bahwa elemen yang paling penting dari belajar

adalah membangun struktur berfikir untuk mempersiakan

kehidupan mendatang. Tanpa kerangka, mahasiswa tidak

mungkin untuk menginternalisasi fakta, aturan, ide, dan teknik.

Dengan struktur berfikir dan kemampuan untuk membangun

struktur berfikir mereka mahasiswa dapat menjadi pemikir kritis

dan dengan demikian peserta didik lebih efektif dan profesional.

7. Saya percaya bahwa saya harus terus meningkatkan keterampilan

mengajar saya dan materi mata kuliah saya. Ini termasuk menjaga

agar literur materi selalu diperbaharui, baik dalam teori maupun

dalam praktek; menemukan cara baru untuk membuat daya tarik

mahasiswa dan untuk menumbuhkan rasa ingin tahun mahasiswa;

menggunakan waktu di kelas seefisien mungkin; dan

memperkenalkan alat-alat pedagogis baru yang mengakui

beragam gaya belajar dan meningkatkan kemampuan saya untuk

mencapai tujuan mengajar.

Cinta mengajar adalah inspirasi pertama saya untuk mengejar

karir akademik. Sebelas setengah tahun mengajar, saya menyadari

bahwa saya menyukainya bahkan lebih daripada yang saya pikir.

Pekerjaan saya sebagai dosen adalah bagian penting dari kontribusi

Page 372: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

363

saya untuk profesi saya, kontribusi saya kepada universitas, dan untuk

masyarakat. Dengan demikian, hak istimewa untuk mengajar terus

menjadi sumber besar pahala pribadi dan inspirasi bagi saya.

[5] DESKRIPSI MATA KULIAH

Apa yang membuat kita meringkih kesakitan? Apanya yang

salah ketika kita meringkih? Bagaimana cara orang lain dapat

membantu? Faktanya, siapa yang akan membantu: keluarga,

masyarakat, dokter, atau perawat? Terai terbaik apa yang

menjelaskan praktek klinis? Bagaimana teori tersebut diterapkan pada

praktik terapis atau dokter? Psikologi klinis adalah bidang kajian yang

mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Psikologi

klinis adalah profesi berdasarkan pada basis pengetahuan yang

relevan. Kedua daerah, baik praktiks maupun pengetahuan dasar

menjadi fokus mata kuliah. Dalam mata kuliah ini, Anda akan belajar

sebanyak mungkin tentang basis pengetahuan mengenai perilaku

disfungsional manusia. Kamu juga akan mempelajari metode dan

keterampilan yang digunakan seorang psikolog klinis untuk mencapai

tujuan pengobatan, baik pengaturan magang klinis maupun

pengaturan ruang kelas. Mata kuliah ini akan sangat bergantung pada

tiga jenis buku teks mengajarkan Anda tentang konten pengetahuan,

metode, dan keterampilan psikologi klinis:

• Sebuah buku yang harus menyediakan Anda dengan konten (teori,

sejarah, dan praktek umum psikologi klinis).

• Penempatan Komunitas Anda.

Page 373: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

364

• Publikasi terkini mengenai praktek klinis (artikel jurnal dan publikasi

profesional)

Saya menganggap komunitas pelatihan sebagai semacam teks

karena pengalaman, pengamatan, dan refleksi yang berasal dari

tempat Anda berfungsi sebagai sumber pengetahuan bagi Anda

yang tidak dapat ditemukan dalam berbagai teks tertulis. Anda akan

berbagi beberapa pengalaman Anda dengan orang lain di kelas,

untuk berbagi dan memperdalam pengetahuan Anda.

Perilaku manusia akan diketahui dari ketiga jenis “buku teks”

yang dijelaskan di atas. Tujuan kita di sini meneliti perilaku manusia

tidak hanya untuk mencoba memahami akar perilaku tetapi juga untuk

memahami bagaimana perilaku menjadi disfungsional dan

bagaimana perilaku yang disfungsional itu dapat diubah kembali

menjadi fungsional, suatu perilaku memuaskan. Mata kuliah ini

menekankan pada keterampilan membaca, berbicara,

mendengarkan, dan menulis sebagai keterampilan utama untuk

menguasai tujuan-tujuan yang ambisius. Tentu saja, Anda sudah tahu

bagaimana membaca, berbicara, dll.

Psikolog klinis, menggunakan aturan tertentu, adat, dan

kebiasaan, mereka menyebutnya sebagai mode klinis. Kebiasaan ini

tidak mudah dperoleh, tetapi Anda dapat mulai untuk

mempelajarinya, dan praktek mode klisi dengan cara yang terbatas,

dalam mata kuliah ini.

Page 374: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

365

[5] TUJUAN MATA KULIAH

1. Anda harus mengembangkan apresiasi untuk kerangka konseptual

kerja yang mendasari Prinsip Akuntansi Yang Diterima Secara

Umum.

2. Anda harus menghargai kemampuan dan insentif dari perusahaan

untuk memilih berbagai dasar pengukuran alternatif dan prosedur

akuntansi dan kemungkinan-kemungkinan dampak pilihan-pilihan

itu pada pembaca laporan keuangan perusahaan.

3. Mampu berkomunikasi dengan bahasa keakuntansian, baik secara

lisan maupun tulisan.

4. Meningkatkan kemahiran Anda dalam bekerja dengan perangkat

spreadsheet (misalnya, Microsoft Excel) karena keterampilan

tersebut semakin penting dalam praktik akuntansi.

[6] SUMBER BACAAN: Gumperz, J.J., Levinson, S.C. (Eds.). 1996. Rethinking Linguistic

Reality. Cambridge: Cambridge University Press. Muhidin, Aeng. 2017. Mengajar Efektif: Pendekatan Berpusat Pada

Mahasiswa. Tangerang Selatan: Unpam Press. [7] SUMBERDAYA: STATISTIKA DASAR untuk Ilmu-ilmu perilaku sosial Christensen, L.B., & Stoup, C.M. 1991. Introduction to statistics for

the social and behavioral sciences. Pacific Grove, California: Brooks/Cole.

Darlington, R.B., & Carlson, P.M. 1987. Behavioral Statistic: Logic and

Methods. New York: Free Press.

Page 375: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

366

untuk analisis statistik Murphy, K.R., & Myors, B. 2003. Statistical power analysis: A simple

and general model for traditional and modern hypotesis test (2nd ed). Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

[8] CONTOH KALENDER PERKULIAHAN

TANGGAL TOPIK DAN AKTIVITAS

MEMBACA TUGAS (BATAS

AKHIR) Topik 1: Bangsa dan Identitas Budaya

23 Agustus Informasi mata kuliah Pengantar: "Darimana saya berasal?" Mendefinisikan Budaya

Pengalaman pribadi Informasi pribadi dari Silabus (membaca dan memahami)

September 1 Orientasi budaya Diskusi tentang tugas wawancara antar-budaya

Nilai-nilai dan Asumsi Budaya dari Gary Althen

Mengumpulkan makalah berdasarkan survei dan membaca

Topik 2: Kebiasaan, Norma dan Nilai Budaya Amerika September 13 Pengantar:

Stereotip kita tentang identitas multikultural

Pendekatan Kognisi Sosial Terhadap Stereotip oleh Margareth Matlin

Revisi dari makalah tanggapan budaya Mengumpulan pertanyaan untuk informan inti

September 15 Minggu Pagi: Pembagian Jam Amerika? Bertanya pada informan: Barbara Brewton, John Comer, Presbytherian Church.

"Lebih Dari Sekedar Sama" Bab 1 dan Bab 2

Batas akhir pengumpulan pertanyaan Menulis draft makalah tentang stereotip berdasarkan papda konsep yang dipilih dari daftar Jane Elliot.

Topik 3: Pandangan Lain Tentang Amerika Serikat September 27 Diskusi tentang

"Berkunjung ke Rumah Orang" dan identitas multietnis

Membaca terbitan internasional tentnag Amerika Serikat (detail akan diberikan di kelas)

Laporan wawancara antar-budaya (15%)

Page 376: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

367

TANGGAL TOPIK DAN AKTIVITAS

MEMBACA TUGAS (BATAS

AKHIR) Oktober 24 Diskusi tentang

makalah internasional

Membaca terbitan internasional tentang Amerika

Kesimpulan dari rencana proyek.

[9] PERSYARATAN PERKULIAHAN

Contoh Partisipasi Kelas

Setiap mahasiswa diharapkan untuk berkontribusi pada diskusi. Anda

dapat berpartisipasi dengan cara:

1. Mengajukan pertanyaan;

2. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh moderator, dosen,

penyaji, atau anggota lainnya;

3. Memberikan komentar.

Penting ahwa Anda membaca tugas makalah sebagai informasi

dasar tentang isu atau topik yang akan dibahas. Abstrak harus

diepriakpan untuk mensintesiskan gagasan utama dari apa yang

diahas dan tidak termasuk opini personal. Diskusi kelas akan

memebrikan kesempatan kepada Anda untuk menyatakan opini dan

keyakinan Anda pada satu topik. Pendapat dan keyakinan Anda

penting dan Anda diminta untuk membagikan keyakinan Anda

dengan orang lain. Tujuannya adalah bukan untuk berdebat atau

mencoba mencapai konsensus atas isu, tetapi berbagi pandangan

satu sama lain. Anda diminta untuk menjadi pendengar yang baik

ketika orang lain berbicara.

Pertimbangkan pandangan orang lain. Moderator

bertanggungjawab untuk mengarahkan jalannya diskusi. Tidak

Page 377: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

368

melakukan dialog ketika diskusi berjalan. Semua berkontribusi untuk

meningkatkan keterlibatan di kelas. Setiap individu harus

berkontribusi paling sedikit satu kali dalam satu minggu. Untuk

beberapa dari Anda yang merasa sulit karena Anda terbiasa untuk

mendengarkan dibandingkan berbicara. Beberapa topik yang

mungkin menarik buat Anda dibandingkan yang lain, tetapi kontribusi

sangat diperlukan. Partisipasi Anda akan dimonitor selama diskusi

berlangsung dan nilai Anda atas partisipasi kelas akan menentukan

nilai akhir mata kuliah.

[10] KEBIJAKAN DAN HARAPAN

CONTOH KEBIJAKAN KEHADIRAN PERKULIAHAN

Saya akan mengirimkan lembar kehadiran perkuliahan setiap

hari di awal pertemuan. Anda bertanggungjawab untuk memastikan

tanda tangan kehadiaran setiap hari. Jika Anda lupa Anda akan

terkenda finalti. Diawali dengan absensi kedua, Anda akan kehilangan

satu persen dari nilai kumulatif. JIka Anda absen, saya berasumsi

bahwa Anda memiliki kepentingan yang sangat penting. Maka dari

itu, saya tidak perlu surat keterangan dokter, catatan atau

dokumentasi lain, yang memberitahukan bahwa Anda tidak dapat

hadir di kelas. Jika ada hal yang darurat, silahkan Anda beritahu saya.

Toleransi absen hanya dua sampai tiga kali, lebih dari itu Anda

dianggap tidak lulus.

JIka Anda absen dari kelas, Anda masih bertanggungjawab

untuk mengerjakan tugas rumah untuk hari itu, informasi tentang

Page 378: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

369

tugas akan diberitahukan pada hari itu. Silahkan hubungi teman

sekelas Anda untuk mendapatkan informasi tentang jenis tugas yang

harus Anda kerjakan. Tugas esai akan diakumulasi untuk nilai akhir dan

tidak ada toleransi dalam pengumpulan tugas. Telat satu hari dapat

ditolerir, tetapi nilai tugas akan dikurangi 50% dari nilai yang diterima.

CONTOH ATURAN DASAR KELAS

Kami (dosen, asisten dosen, dan mahasiswa) akan menciptakan

lingkungan yang terbuka, saling-menghargai, dan saling-percaya.

Minimal, Anda harus mematuhi aturan berikut ini:

• Telepon harus dimatikan sebelum memasuki ruang kelas. Jika

Anda ingin menjawab telepon, silahkan Anda meminta izin untuk

keluar kelas dan Anda dianggap tidak hadir di kelas.

• Minum di kelas, tidak masalah, tetapi tidak boleh makan.

• Jaga emosi Anda sebelum masuk ke ruang kelas.

• Setiap orang di kelas berhak dan wajib berpartisipasi di kelas.

• Menunjukkan sikap menghargai dan menghormati, ide orang lain.

• Jika Anda merasa disakiti oleh orang lain, mohon sampaikan

kepada kita agar kita tahu (anonim, jika Anda tidak ingin

menyebutkan identitas Anda).

• Jangan tidak hadir di kelas karena ada alasan ke dokter gigi, rumah

sakit, atau kepentingan pribadi. Tidak ada toleransi untuk hal

seperti itu.

Page 379: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

370

• Semua tugas harus dikumpulkan pada minggu berikutnya, telat

mengumpulkan tugas berarti Anda dianggap tidak mengerjakan

tugas.

• Semua tugas kelompok dikerjakan bersama kelompok dan dapat

dibentuk di awal pertemuan.

• Anda dapat memberitahu kami, siapa anggota yang tidak ikut

bekerja dalam kelompok.

PERILAKU TIDAK SOPAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

• Tidur atau bermimpi selama di kelas.

• Tertawa terbahak-bahak.

• Membaca atau mengerjakan tugas mata kuliah lain saat mata

kuliah saya berlangsung.

• Merapihkan tas dan buku sebelum kelas ditutup.

• Mengobrol dengan teman sekelas selama kuliah berlangsung.

• Mengecek telepon atau elektronik lainnya. Semua telepon harus

ditutup.

[10] EVALUASI

Contoh: Essay

Silahkan gunakan lembar tugas ini untuk memandu Anda menuliskan

dan menyusun draft:

1. Pilihlah tempat di wilayah perkotaan yang penting bagi Anda, pilih

tempat apapun yang paling Anda sukai, lebih mudah bagi Anda

untuk memilih karakter alami.

Page 380: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

371

2. Jelaskan, apa yang Anda rasakan, gunakan kata kerja untuk

mendeskripsikannya, jangan terlalu berlebihan, tetapi jelaskan

kegunaan dari tempat itu.

3. Berusaha untuk menyamar guna mendapatkan informasi, lakukan

pengamatan (kunjungi tempat, identifikasi unsur dan pelajari apa

yang terjadi), perpustakaan dan penelitian, wawancara dengan

orang terdekat dan pengalaman pribadi.

4. Gunakan bahasa sendiri, yang efektif dan enak dibaca.

[11] PROSEDUR PENILAIAN

Tugas pada mata kuliah dinilai dalam bentuk poin. Tentu saja,

Anda harus memenuhi batas nilai atau gagal dalam tugas.

A Menyelesaikan tugas dan terdiri dari 12 sampai 14 halaman.

Membaca dan meringkas tujuh dari 12 bahan bacaan yang harus dibaca sampai batas akhir.

Mempersiapkan dan mengajar dua bab yang Anda pilih Menyelesaikan proyek akhir

B Menyelesaikan tugas dan terdiri dari 12 sampai 14 halaman.

Membaca dan meringkas empat dari 12 bahan bacaan yang harus dibaca sampai batas akhir.

Mempersiapkan dan mengajar dua bab yang Anda pilih Menyelesaikan proyek akhir

C Menyelesaikan tugas dan terdiri dari 10 sampai 14 halaman.

Membaca dan meringkas dua dari 12 bahan bacaan yang harus dibaca sampai batas akhir.

Mempersiapkan dan menjelaskan dua bab yang Anda pilih

Menyelesaikan proyek akhir

Page 381: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

372

D Menyelesaikan tugas dan terdiri dari 10 sampai 14 halaman.

Membaca dan meringkas dua dari 12 bahan bacaan yang harus dibaca sampai batas akhir.

Page 382: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

373

LAMPIRAN 1 PENILAIAN DIRI MAHASISWA

• TUJUAN PENGGUNAAN:

Salah sau cara untuk mendapatkan umpan balik tentang

pengetahuan dan keterampilan terdahulu yang dimiliki mahasiswa

yaitudengan mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa untuk

menilai tingkat pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.

Tujuannya adalah :

(1) Untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kemampuan dan

pengalaman di kelas secara keseluruhan, bukan untuk

mengevaluasi individu mahasiswa. Pertanyaan dapat difokuskan

pada pengetahuan, keahlian atau pengalaman yang Anda pikir

menjadi prasyarat yang harus ada untuk mengikuti mata kuliah,

yang Anda pikir sangat bernilai jika mahasiswa mengetahuinya

dan untuk bahan merencanakan topik pembahasan dan keahlian

yang akan dimasukkan di dalam mata kuliah.

(2) Jawaban mahasiswa atas pertanyaan yang Anda ajukan dapat

membantu Anda menyusun daftar topik dan keahlian yang sesuai

atau membantu mahasiswa untuk mendapatkan materi tambahan

yang dapat membantu mereka mengisi kesenjangan atau

kelemahan atas pengetahuan dan keahlian yang dapat

menghambat proses belajar di mata kuliah Anda.

(3) Pertanyaan juga dapat membantu mahasiswa memfokuskan pada

pengetahuan dan keterampilan yang langsung berkaitan dengan

Page 383: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

374

mata kuliah Anda dan mengakses informasi dari mata kuliah lain

atau pengalaman lain yang dapat digunakan di mata kuliah Anda.

KELEBIHAN

Keuntungan dari instrumen penilaian diri ini, tentu saja bahwa

instrumen relatif mudah untuk disusun dan dinilai dan karena itu tidak

perlu diberikan identitas nama pengisi, yang seringkali

mengkhawatirkan pada mahasiswa.

KELEMAHAN

Kelemahan dari metode ini bahwa mahasiswa tidak dapat

menilai secara akurat kemampuan mereka. Secara umum, mereka

cenerung membuat asumsi yang berlebihan atas pengetahuan dan

keterampilan mereka. Bagaimanapun juga, keakuratan informasi

dapat meningkat ketika mahasiswa menjawabnya dengan jelas dan

terkait dengan konsep atau perilaku yang dapat mereflekikan pada

dorongan mental seperti mampu mendefinisikan istilah, menjelaskan

konsep, atau mengingat kembali jenis dan kualitas pengalaman

khusus, seperti menulis dan melakukan sesuai.

Page 384: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

375

CONTOH PENILAIAN

Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran

Seberapa familiar Anda dengan istilah "penilaian formatif" ?

a. Saya tidak pernah mendengar istilah itu atau saya pernah

mendengar istilah itu tetapi tidak mengetahui apa yang mereka

maksud?

b. Saya tahu tentang istilah itu, tetapi tidak mengetahui kapan dan

bagaimana menggunakannya.

c. Saya mengetahui benar tentang istilah itu, tetapi saya belum

pernah tahu cara menerapkannya.

d. Saya dapat menjeaskan apa istilah itu, kapan dan bagaimana

menggunakannya.

Apakah Anda pernah merancang atau membangun digital logic

circuit?

a. Saya tidak pernah merancang apalagi membangun dlc.

b. Saya pernah merancang, tetapi tidak pernah membangun.

c. Saya pernah membangun, tetapi tidak pernah merancang.

d. Saya pernah merancang dan membangun dlc.

Seberapa familiar Anda dengan "uji-t"?

a. Saya tidak pernah mendengar istilah itu atau saya pernah

mendengar istilah itu tetapi tidak mengetahui apa yang mereka

maksud?

Page 385: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

376

b. Saya tahu tentang istilah itu, tetapi tidak mengetahui kapan dan

bagaimana menggunakannya.

c. Saya mengetahui benar tentang istilah itu, tetapi saya belum

pernah tahu cara menerapkannya.

d. Saya dapat menjeaskan apa istilah itu, kapan dan bagaimana

menggunakannya.

Seberapa familiar Anda dengan "Microsof Excel"?

a. Saya tidak pernah menggunakan Microsoft Excel, atau saya

mencobanya, tetapi saya benar-benar tidak bisa melakukan

apapun dengan Microsoft Excel.

b. Saya pernah bekerja dengan Microsoft Excel, untuk membuat

tabel saja.

c. Saya pernah bekerja dengan Microsoft Excel untuk membuat

perhitungan matematika (operasi matematika) dan keuangan,

tetapi merasa kesulitan menggunakannya.

d. Saya sering bekerja dengan Microsoft Excel dengan mudah, dan

tanpa ada hambatan apapun.

Page 386: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

377

CONTOH 2: PERPAJAKAN 2

Digunakan pada mata kuliah perpajakan 2 dan untuk mengetahui

pengetahuan terdahulu di Perpajakan 1.

Mengetahui

artinya

Mengetahui

kegunaannya

Mengetahui

cara

menghitungnya

PPh 21

PPh 24

PPh 27

Contoh 3: Statistik

Digunakan pada Mata Kuliah Statistik 2 dan untuk mengetahui

pengetahuan terdahulu di Statistik 1.

Skala Likert Skala Thurstone Skala Guttman

Data Ordinal

Data Nominal

Data Interval

Page 387: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

378

LAMPIRAN 2 PENGGUNAAN PETA KONSEP

TUJUAN PENGGUNAAN:

Peta konsep merupakan merupakan media grapis untuk

menata dan menyampaikan pengetahuan (NOvak & Canas, 2008).

Peta konsep menggambarkan jaringan titik-titik yang membangun

struktur konsep, yang biasanya digambar dalam bentuk lingkaran atau

kotak, dan menunjukkan keterakaitan konseptual, ditunjukkan dengan

garis yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Kata yang

melekat pada garis penghubung menunjukkan kata penghuung atau

kalimat penghubung, terutama hubungan antara dua konsep.

Baik Anda maupun mahasiswa akan memiliki keuntungan dari

penyusunan peta konsep. Anda dapat meminta mahasiswa Anda

membuat peta konsep untuk mengetahui apa yang mereka ketahui

dan bagaimana mereka menata pengetahuan mereka. Anda dapat

menggunakan peta konsep sebagai media pembelajaran di kelas.

Anda juga dapat menggunakan peta konsep untuk melihat apakah

mahasiswa Anda memahami dan mengetahui apa yang telah

dipelajarinya. Sebagai contoh, Anda dapat meminta mahasiswa Anda

untuk membuat peta konsep sepanjang waktu (pada tahap awal,

menengah, dan akhir), membandingkan dan mengkontraskan antara

peta konsep di awal dan peta konsep di akhir dan mendiskusikan

bagaimana mereka memahami materi perkuliahan di sepanjang

semester.

Page 388: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

379

Kegiatan seperti ini dapat membantu mahasiswa untuk

membangun pengetahuan konseptual dengan mengacu pada

peranyaan tertentu yang harus dijawab, disebut juga fokus

pertanyaan. Peta konsep mungkin juga menggambarkan situasi atau

kejadian yang hendak dipahami melalui penataan pengetahuan,

kemudian untuk menyajikan konteks peta konsep. Sebagia contoh,

Anda dapat meminta mahasiswa Anda untuk menjawab pertanyaan:

"Hal apa saja yang menjadikan orde baru runtuh?".

Pada contoh berikut ini akan disajikan peta konsep untuk

menjawab pertanyaan "Apa itu peta konsep?".

Page 389: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

380

Peta

Kon

sep

Men

ata

peng

etah

uan

Foku

s p

ada

pert

anya

an

Kon

teks

tak

sal

ing

terk

ait

Pers

onal

Soai

al

Peng

ajar

an e

fekt

if

Kon

sep

Hub

ung

an

sila

ng

Kat

a p

eng

hub

ung

Pola

um

um y

ang

dite

rim

a La

bel

Sim

bol

Kat

a-ka

ta

Peris

tiwa

Ben

da

Pem

aham

an m

ater

i

Stru

ktur

kog

nitif

Stru

ktur

hir

arki

s

Kre

ativ

itas

Pro

posi

si

Hub

ung

an a

ntar

Peta

ko

nsep

ya

ng b

da

Pem

ula

Pem

bel

ajar

an e

fekt

if

Page 390: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

381

LAMPIRAN 3 RUBRIK PENILAIAN

TUJUAN PENGGUNAAN

Rubrik adalah alat penilaian yang secara ekplisit mencerminkan

kinerja yang diharapkan dari tugas. Rubrik terdiri dari berbagai

komponen (item komponen) dan dilengkapi dengan deskripsi

tentang perbedaan tingkat kualitas pekerjaan di setiap komponen.

Rubrik dapat diguanakn untuk beragam jenis tugas: makalah, proyek,

presenasi lisan, pertunjukan seni, proyek kelompok dan lainnya.

Rubrik dapat digunakan sebagai acuan penilaian dan untuk

memberikan umpan balik yang mendorong dan memandu kegiatan

belajar yang sedang dilaksanakan. Menggunakan rubrik memberikan

beberapa keuntungan baik untuk dosen maupun mahasiswa.

Penilaian berdasarkan sejumlah kriteria dan deskripsi yang jelas

(didesain untuk menunjukkan pentingnya elemen-elemen sasaran dari

tugas) membantu dosen untuk memberikan penilaian secara

konsisten pada tugas yang diberikan. Selain itu, meskipun banyak

waktu yang dihabiskan untuk membuatnya, rubrik dapat mengurangi

waktu yang dibutuhkan saat penilaian karena dapat menghapus bias

penilaian dan memungkinkan dosen untuk mengacu pada deskripsi

rubrik dibandingkan menuliskan komentar panjang pada tugas yang

sedang dinilai. Terakhir, rubrik dapat digunakan oleh banyak orang

karena rubrik dapat menjamin penilai untuk memberikan penilaian

yang konsisten.

Page 391: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

382

Untuk tujuan penilaian formatif, rubrik dapat membantu dosen

memperoleh informasi yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan

mahasiswa baik sebagai individu maupun kelompok. Dengan

menyampaikan skor komponen dan menyampaikan sejumlah

mahasiswa yang tidak mencapai skor penilaian di setiap komponen,

dosen dapat mengidentifikasi keterampilan atau konsep yang masih

perlu untuk dipelajari mahasiswa. Juga, membantu mahasiswa

mengawasi dan menilai kemajuan belajar karena rubrik

memberitahukan kriteria kemampuan yang jelas. Ketika tugas dinilai

dan dikembalikan bersama dengan rubrik, mahasiwa dapat dengan

mudah mengenali kekuatan dan kelamahan pekerjaan mereka dan

sebagai konsekuensinya mereka dapat melakukan kegiatan belajar

yang sesuai.

CONTOH 1: RUBRIK PENILAIAN PARTISIPASI KELAS

A (Awal) B (Kompeten) C (Berkembang) D

Frekuensi dan

Kualitas

Hadir di kelas secara

rutin dan selalu

berkontribusi pada

diskusi dengan bobot

pertanyaan yang

bagus, analisis isu

yang relevan,

menawarkan gagasan

lain, mensistensis

bahan bacaan dan

diskusi, memperluas

perspektif yang

muncul, dan asumsi

dan perspektif yang

menantang

Hadir di kelas secara

reguler dan terkadang

berkontribusi pada

diskusi dengan cara

yang sama di setiap

kesempatan.

Hadir di kelas secara

reguler dan jarang

berkontribusi pada

diskusi dengan cara

yang sama.

Hadir di kelas secara

reguler, tetapi tidak

pernah berkontribusi

pada diskusi.

Page 392: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

383

CONTOH 2: RUBRIK PENILAIAN UJIAN LISAN

A (Awal) B (Kompeten) C (Berkembang) D

Pemaman

secara

keseluruhan

Menunjukan

pemahaman

mendalam/berkembang

atas topik dengan

argumentasi sesuai

kategori di bawah

Menunjukkan

keterbatasan

pemahaman tentang

topik, argumentai

tidak sepenuhnya

sesuai dengan

kategori di bawah

Menunjukkan

pemahaman yang

dangkal atas topik,

argumen tidak

dikembangkan sesuai

kategori di bawah

Menunjukkan

ketidakpahaman atas

topik dan tidak ada

argumen yang sesuai

dengan kategori di

bawah

Argumentasi Mengungkapkan

dengan jelas

keberpihakan atau

argumen

Mengungkapkan

dengan keberpihakan

meskipun tidak

lengkap atau terbatas

Mengungkapkan

keberpihakan, meski

tidak fokus atau ambigu

Tidak menunjukkan

keberpihakan atau

argumen

Bukti Menunjukkan bukti

yang relevan dan akurat

Mengajukan sejumlah

bukti yang cukup untuk

mendukung argumen

Menunjukkan bukti

yang kurang akurat

atau relevan

Menunjukkan bukti

yang terbatas untuk

mendukung argumen

Menunjukkan bukti

bahwa beberapa bukti

sedikit akurat atau

relvan, tetapi benar

Tidak menunjukkan

bukti yang mendukung

argumen, tetapi

menyiratkan adanya

bukti

Menunjukkan banyak

bukti yang tidak

akurat atau tidak

relevan

Tidak menunjukkan

bukti yang cukup

mendukung argumen,

bahkan terus menerus

diulang

Implikasi Sepenuhnya membahas

berbagai implikasi dari

argumen atau posisi

Membahas dengan

tepat beberapa

implikasi dari posisi

Membahas sedikit

implikasi (kekeliruan

sedikit) atau tidak

membahas implikasi

utama yang sesuai

Tidak membahas

implikasi dari

argumen atau posisi

Struktur Ada logika di balik

gagasan

Terdapat beberapa

kekeliruan logika

Gagasan tidak

didukung dengan

logika, membuatnya

sulit dipahami

Gagasan tidak

didukung logika

membuatnya sangat

sulit dipahami

Kerangka Tidak langsung

merespon pertanyaan

Respon minimal Respon lambat

Page 393: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

384

LAMPIRAN 4 PERUMUSAN CAPAIAN BELAJAR

TUJUAN PENGGUNAAN

Capaian belajar mengungkapkan pengetahuan dan keahlian

yang Anda inginkan untuk dikuasia oleh mahasiswa Anda di akhir

perkuliahan atau setelah menyelesaikan tugas tertentu. Beberapa

keuntungan dari perumusan capaian belajar yang jelas, baik untuk

dosen maupun untuk mahasiswa. Pertama, capaian merupakan

harapan Anda kepada mahasiswa dan memberikan informasi kepada

mahasiswa Anda untuk berusaha belajar lebih baik dan untuk

mengawasi kemajuan belajar mereka. Capaian juga memberikan

panduan bagi Anda untuk memilih dan menata materi kuliah dan juga

memandu Anda untuk menentukan jenis tugas dan evaluasi yang

sesuai. Terakhir, capaian belajar memberikan kerangka untuk memilih

aktivitas belajar.

Apa kriteria capaian belajar yang jelas dan membantu? Ada

empat elemen yang menjadi ukuran. Pertama, capaian belajar harus

berpusa pada mahasiswa, dengan menyatakan "Mahasiswa harus

mampu untuk .........". Kedua, harus mencerminkan kemampuan

tertentu dan fokus pada proses kognitif tertentu. Banyak aktivitas

yang diyakini oleh dosen menuntut keterampilan tunggal (misalnya

menulis atau menyelesaikan masalah) biasanya mencakup sintesis dari

beragam kemampuan. Untuk menguasai keahlian kompleks,

mahasiwa harus berlatih sampai mencapai titik cukup untuk

menguasai komponen keahlian. Ketiga, capaian belajar yang jelas

Page 394: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

385

menggunakan kata kerja yang fokus pada tindakan dan perolaku

kongkrit yang memungkinkan mereka belajar dengan jelas dan

mengungkapkan jenis aktivitas intelektual yang harus mereka kejar.

Lebih dari itu, hindari kata kerja yang ambigu, "pemahaman".

Terakhir, capaian belajar yang jelas harus dapat diukur.

Mempermudah kita untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah

menguasai keterampilan, misalnya meminta mahasiswa menyatakan

teori, menyelesaikan masalah atau mengidentifikasi prinsip-prinsip

yang sesuai.

Untuk contoh kata kerja yang dapat digunakan dalam

merumuskan capaian belajar lihat tabel di bawah ini:

MENGINGAT MEMAHAMI MENERAPKAN MENGANALISIS MENGEVALUASI MENCIPTA

Mengurutkan Menghubungkan Menghitung Memecah Menghargai Merakit

Mendefinisikan Mengelompokkan Menyusun Menggabungkan Menyatakan Membangun

Menjelekasn Membandingkan Mendemonstrasikan Membandingkan Menilai Meramu

Menduplikasi Mempertentangkan Merangkai Membandingkan Mengecek Menyusun

Mengidentifikasi Mendeskripsikan Melaksanakan Mendebat Memutuskan Mendesain

Melabeli Menemukan perbedaan

Memperkirakan Membuat bagan Membenarkan Menyimpulkan

Mengenali Membahas Menjalankan Mengujicoba Mengawasi Mengintegrasikan

Menemukan Menyederhanakan Merumuskan Menata Menyusun peringkat

Menghasilkan

Menamai Menjelaskan Mewujudkan Merumuskan Merekomendasikan Mengajukan

Mengingat Merujuk Memodifikasi Memprediksi Menguji Menata ulang

Menuliskan Menginterpretasikan Menggambarkan Mempertanyakan Mengukur Mengajukan

Mengenali Mem-parafrase Menyelesaikan Merubah

Mereproduksi Menyatakan kembali Menggunakan

Memilih Meringkas Menerapkan

Menyatakan Menerjemahkan

Page 395: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

386

CONTOH:

Mata Kuliah Capaian Belajar Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar

Mampu mensimulasikan pembelajaran yang sesuai rencana pembelajaran sesuai yang menyelaraskan komponen capaian belajar dengan tugas, dengan bahan ajar, dengan evaluasi penilaian.

Dasar-Dasar Ilmu Politik Mampu menjelaskan konsep kekuasaan terkait dengan keberadaan negara, pemerintah, partai politik, organisasi non-pemerintah, dan warga negara, dalam sistem politik demokrasi, otoriter, dan oligarki.

Pengantar Akuntansi Mengidentifikasi dan menempatkan berbagai akun terkait dengan liabilitas, ekuitas, dan aset, di beragam transaksi keuangan perusahaan jasa, manufaktur dan perbankan.

Manajemen Sumberdaya Manusia

Merancang kebijakan tata kelola yang dapat mendorong loyalitas, kepuasaan pelanggan, dan produktivitas kinerja karyawan.

Manajemen Proyek Mampu merancang sistem perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kerja pada kegiatan lingkup kecil dan besar di perusahaan jasa konstruksi.

Kimia Polimer Mampu menganalisis dampak positif dan negatif beragam bahan polimer yang digunakan dalam rumah tangga dan industri.

Algoritma dan Pemrograman I

Mampu menyusun aplikasi program untuk kasus layanan lembaga pendidikan dan kesehatan menggunakan C++.

Page 396: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

387

LAMPIRAN 5 ATURAN PERKULIAHAN

Aturan perkuliahan sering juga disebut dengan kontrak

perkuliahan digunakan untuk memelihara iklim belajar yang produktif

dengan menyatakan sekumlah perilaku di kelas yang harus ditaati,

dalam penyelesaian tugas, diskusi, dan ujian. Aturan perkuliahan

dapat ditentukan oleh dosen atau berdasarkan kesepakatan dengan

mahasiswa (keterlibatan mahasiswa dalam penyusunan aturan

perkuliahan dapat mendorong mereka untuk komitmen terhadap

perkuliahan). Aturan perkuliahan mencerminkan capaian belajar.

Semisal, jika capaian belajar adalah siswa dapat menunjukkan bukti

atas opini yang dikemukakannya, aturan perkuliahan dapat

memperjelas kriteria pembuktian; jika tujuan adalah menghubungkan

materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, maka aturan

perkuliahan dapat jaminan atas hak pribadi dan lingkungan yang

nyaman untuk saling berbagai informasi yang penting.

Aturan dapat dibuat di awal perkuliahan dan dosen harus

menjelaskan tujuan dari penetapan aturan perkuliahan. Dosen dapat

meminta mahasiswa untuk mengemukakan pemahaman mereka atas

aturan yang ditetapkan, dan mendiskusikannya tentang mengapa

peraturan itu harus ada. Dosen juga harus memastikan bahwa aturan

tersebut dapat dipertanggungjawabkan, terutama konsekuensi apa

yang dapat terjadi jika aturan itu tidak dapat dilaksanakan. Beberapa

aturan di bawah ini dapat memberikan ilham kepada Anda mengapa

aturan begitu penting dalam kelas.

Page 397: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

388

Tips:

Metode Untuk Membantu Mahasiswa Menciptakan Aturannya Sendiri

1. Mintalah mahasiwa Anda untuk berfikir tentang diskusi

kelompok yang baik dalam cara mereka berpartisipasi dan

merefleksikan apa yang membuat diskusi dapat memuaskan

satu sama lain

2. Selanjutnya, mintalah mahasiswa untuk berfikir tentang diskusi

yang buruk dalam cara mereka berpartisipasi dan merefleksikan

apa yang membuat diskusi tidak memuaskan satu sama lain

3. Untuk setiap karakteristik diskusi yang positif, mintalah

mahasiswa Anda untuk tiga hal yang harus dilakukan kelompok

agar ciri-ciri diskusi kelompok yang positif itu dapat terwujud

4. Untuk setiap karakteristik diskusi yang negatif, mintalah

mahasiswa Anda untuk menyebutkan tiga hal yang tidak harus

dilakukan kelompok agar ciri-ciri diskusi kelompok yang positif

itu dapat terwujud

5. Mintalah mahasiswa Anda untuk menyusun aturan dasar diskusi

yang harus Anda periksa dan Anda setujui, dan berikan salinan

aturan dasar itu di dalam kelas

6. Secara periodik, mintalah mahasiswa Anda untuk menilai,

apakah diskusi yang telah dilaksanakan itu telah memenuhi

aturan dasar atau tidak

Anda dapat melihat contoh beberapa aturan diskusi kelas berikut ini:

CONTOH 1: ATURAN UNTUK DISKUSI KELAS

Page 398: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

389

Untuk mahasiswa:

• Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian.

• Meminta untuk klarifikasi jika Anda merasa bingung.

• Tidak menjegal satu sama lain.

• Menantang satu sama lain, tetapi saling menghargai

• Mengkritik gagasan, bukan mengkritik orang

• Tidak boleh mengeluarkan opini, tanpa adanya bukti

• Dilarang meremehkan, bahkan untuk tujuan bercanda sekalipun

• Bertanggungjawab atas kualitas diskusi

• Mencoba memahami pendapat orang lain, bukan untuk memaksa

orang lain memahami pendapat Anda

• Selalu mendasarkan pendapat pada buku yang Anda baca

• Boleh mengutarakan pengalaman Anda, tetapi tidak

memperlakukannya secara umum

• Jangan mengutarakan sesuatu yang menjadi rahasia orang lain

Untuk Dosen:

Datang tepat waktu.

Mematikan handphone.

Menggunakan laptop untuk mencatat aktivitas di kelas.

Page 399: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

390

LAMPIRAN 6 PENGGUNAAN CATATAN UJIAN

Terlalu sering ketika mahasiswa menerima lembar ujian yang telah

dinilai, mereka fokus pada nilai yang mereka diterima. Meskipun fokus

pada nilai kelas itu penting, dapat menyebabkan mahasiswa

kehilangan kesempatan belajar, karena itu catatan ujian dapat

memberikan kemampuan:

• Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan untuk bimbingan

belajar lebih lanjut;

• Berkaca pada persiapan dan kesesuaian strategi belajar;

• Mengetahui pola kesalahan berulang yang dapat diatasi.

Salah satu cara menggunakan CATATAN UJIAN adalah

meminta mahasiswa untuk mengisinya sampai lembar nilai ujian

dikembalikan. Dengan cara ini, mahasiswa segera didorong untuk

memikirkan mengapa mereka meraih skor yang diperoleh (apa jenis

kesalahan yang mereka buat, bagaimana kinerja mereka terkait

pendekatan belajar) dan bagaimana cara belajar agar memperoleh

hasil lebih baik. Setelah mahasiswa menyelesaikan catatan ujian,

mereka harus mengumpulkannya, untuk ditinjau oleh dosen. Dalam

hal meninjau dosen menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka

atau bagaimana pola pendekatan yang harus dilakukan oleh

mahasiswa agar belajar lebih baik. Kemudian, seminggu atau lebih

sebelum ujian berikutnya, catatan ujian dikembalikan kepada

mahasiswa. Mahasiswa kemudian diminta untuk membaca ulang

cataan ujian mereka sendiri dari ujian sebelumnya dan merefleksikan

Page 400: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

391

bagaimana mereka bisa menerapkan saran mereka sendiri atau saran

instruktur untuk mencoba pendekatan yang lebih baik dalam belajar

untuk ujian mendatang.

CONTOH LEMBAR CATATAN UJIAN

Mata Kuliah: Strategi Belajar dan Mengajar

Refeksi Ujian Nama : ________________________

Aktivits ini didesain agar Anda merenungkan hasil jawaban ujian dan

mempersiapkan diri untuk ujian berikutnya. Harap jawab pertanyaan

ini dengan baik. Jawaban Anda sangat berguna untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran dan pengajaran. Saya akan mengembalikan

lembar catatan ujian ini pada minggu berikutnya agar Anda

mempersiapkan diri untuk meningkatkan usaha belajar demi

kesuksesan akademik Anda.

1. Perkirakan sebarapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk

mempersiapkan ujian ini? .......... hari........ jam.

2. Berapa % waktu yang dihabikan untuk setiap aktivitas berikut ini:

a. Membaca buku untuk pertama kali ..........

b. Membaca ulang buku ...........

c. Meninjau tugas .......

d. Melakukan latihan ..........

e. Membaca informasi dari website ........... apa yang dibaca ........

f. Membaca sumber lain: ................ (sebutkan)

Page 401: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

392

3. Sekarang, lihat nilai Anda dan berikan % ketercapaian bobot tiap-

tiap pertanyaan:

a. No 1 Tentang Konsep pembelajaran? ................. dari 10 point

b. No 2 Tentang Ketekaitan antara capaian belajar dan tugas ?

........... dari 20 point

c. No 3 Tentang Rancangan Aktivitas belajar yang sesuai dengan

strategi pembelajaran ? ......... dari 35 point

d. No 3 Kesesuaian antara capaian belajar dan instrumen evaluasi

hasil belajar ? ...................... 35 point

4. Sekarang, apa yang harus Anda persiapkan untuk mampu

menjawab ujian berikutnya?

................................................................................................

Page 402: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

393

LAMPIRAN 7 ITEM PENILAIAN [TUGAS MAKALAH]

Daftar cek membantu dosen memperjelas harapan untuk suatu

kegiatan atau tugas eksplisit. Ceklist cukup membantu karena

mahasiswa tidak selalu sepenuhnya memahami harapan Anda, dan

menjadi standar kriteria yang harus dipenuhi, sehingga siapapun

dapat melakukan penilaian. Selain itu, checklist juga meningkatkan

kesadaran mahasiswa tentang unsur-unsur yang harus dipenuhi dan

dengan demikian dapat membantu mahasiswa melakukan usaha

untuk melakukan langkah-langkah secara efektif menyelesaikan tugas

yang diberikan.

Checklist harus diberikan kepada mahasiswa sebelum jatuh

tempo, dan mahasiswa harus diberitahu bahwa mereka

bertanggungjawab untuk mengisi checklist guna menilai pekerjaan

mereka, apa saja yang sudah terpenuhi dan apa yang belum

terpenuhi. Hal itu dapat menghindari kecenderungan mahasiswa

untuk melakukan kekeliruan. Untuk sampel daftar cek, silahkan Anda

lihat contoh berikut:

Contoh Sampel Daftar Cek Penilaian Tugas Makalah

........... Saya dapat memenui semua komponen penilaian tugas

........... Argumen saya jelas dan tidak ambigu

........... Paragraf disusun secara logis dan berisi satu gagasan pokok yang dikembangkan

........... Menggunakan beragam bukti (contoh, pernyataan, fakta dan ilustrasi) untuk memperkuat argumen

........... Kesimpulan meringkaskan argumentasi dan memperjelasnya dalam implikasi

Page 403: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

394

........... Saya harus merevisi makalah ....... waktu yang digunakan untuk memperbaiki argumen, struktur kalimat dan gaya bahasa

........... Saya harus memastikan makalah yang dibuat telah baik

........... Nama saya dicantumkan di atas halaman

........... Makalah dijilid dengan baik

........... Makalah telah disusun dalam 2 spasi

........... Saya mengutip pendapat orang lain tanpa memberikan notasi yang benar

........... Semua sumber referensi ditulis dengan format APA

........... Saya telah membaca kebijakan anti-plagiarisme dan saya setuju dengan segala konsekuensi jika terbukti melakukan pelanggaran

Tanggal Tanda Tangan

Page 404: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

395

LAMPIRAN 8 PENGGUNAAN REVIEW TEMAN SEBAYA

Tujuan Penggunaan

Tinjauan teman (sering disebut peer review) adalah proses

ketika mahasiswa saling membaca dan mengomentari hasil

pekerjasan satu sama lain sebagai cara untuk meningkatkan kualitas

hasil kerja rekan-rekan mereka (dan mereka sendiri). Agar mahasiswa

dapat terlibat dalam proses ini secara efektif, reviewer membutuhkan

struktur untuk memandu membaca dan pemberian umpan balik, para

penulis membutuhkan ulasan dari beberapa pembaca, dan penulis

perlu waktu yang cukup untuk menindaklanjuti umpan balik dan

merevisi pekerjaan mereka. Akibatnya, dosen harus merencanakan

tanggal pengumpulan tugas dan menciptakan instrumen untuk

mengarahkan proses.

Peer review memiliki keuntungan kepada pembaca, penulis,

dan dosen. Keuntungan untuk penulis adalah bahwa proses

memberikan umpan balik yang ditargetkan pada revisi langsung.

Keuntungan untuk dosen adalah bahwa mahasiswa terlibat dalam

proses revisi sebelum dosen melihat hasil pekerjaan mahasiswa,

dengan demikian, satu harapan akan dihasilkan produk akhir yang

lebih baik. Beberapa penelitian empiris telah menunjukkan bahwa jika

mahasiswa mendapatkan umpan balik dari rekan-rekan, mereka akan

revisi dengan baik daripada menerima umpan dari hanya dosen saja.

Dan harapan dari kegiatan membaca adalah bahwa dengan

menganalisis kekuatan dan kelemahan orang lain, mereka dapat

Page 405: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

396

menjadi lebih baik dalam mengenali dan mengatasi kelemahan

mereka sendiri.

Mengikuti contoh dari instrumen yang diberikan dosen kepada

mahasiwanya untuk makalah argumen akademik dasar. Perhatikan

bahwa instruksi yang diarahkan untuk membantu pengulas

mengidentifikasi inti dari makalah, yang pertama, kemudian

menunjukkan komponen argumen yang dapat dipahami, dan

kemudian memberikan umpan balik. Seperti halnya instrumen yang

diberikan dosen di kelas, petunjuk akan mudah dipahami ketika

mereka diberikan pada konteks situasi tertentu.

Contoh 1: Instrumen Peer Review

Untuk reviewer: Tujuan dari peer review adalah untuk memberikan

umpan balik yang ditargetkan kapada penulis apa saja yang sesuai

dan tidak sesuai.

I. Silahkan membaca makalah untuk pertama kali tanpa membuat

tanda di atasnya untuk membiasakan diri dengan makalah.

II. Selama membaca kedua, silakan lakukan hal berikut:

• Garis bawahi argumen utama yang ada dalam makalah

• Beri tanda centang pada bagaian sebelah kiri di samping

potongan bukti yang mendukung argumen;

• Lingkaran kesimpulan

III. Setelah Anda selesai melakukan ini, baa makalah untuk ketiga kali

dan terakhir kali, dan berikan respon singkat pada pertanyaan

berikut ini:

Page 406: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

397

• Apakah paragraf pertama menyajikan argumen penulis

tentang pendekatan penulis yang diambil penulis dalam

menyajikan argumen itu? Jika tidak, apakah argumen itu

hilang, tidak jelas, tidak ternyatakan, dan lainnya?

• Apakah argumen dinyatakan dengan jelas dari satu paragraf ke

yang berikutnya (misalnya, adalah berurutan/organisasi logis)?

• APakah setiap paragraf menambahkan penjelasan argumen

(yang, menghubungkan bukti untuk tujuan utama dari

makalah)? Jika tidak, mana struktur terpecah dan/atau ataukah

paragraf memecahnya satu per satu dan mengapa?

• Apakah penulis menyatakan argumentasi yang didukung

dengan bukti? Harap tunjukkan adakah paragraf yang kurang

didukung dengan bukti, bukti tidak mendukung argumen, dan

sebagainya.

• Apakah kesimpulan menarik keseluruhan bagian-bagian

argumen? Jika tidak, apa yang hilang?

• Apakah ada bagian terbaik dari makalah ini?

• Pada bagian mana dari makalah yang perlu peningkatan lebih

lanjut (misalnya, peningkatan argumentasi, penataan logika,

struktur kalimat atau pilihan kata, bukti)? Berikan saran yang

spesifik sehingga penulis tahu apa yang harus diperbaiki.

Page 407: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

398

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M., Bell, L. A., & Griffin, P. (Eds.) 1997. Teaching For Diversity And Social Justice: A Sourcebook. New York: Routledge.

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.) 2001. A Taxonomy For

Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Astin, A. W. 1993. What matters in college? Four critical years

revisited. San Francisco: Jossey-Bass. Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York:

Freeman. Baxter-Magolda, M. 1992. Knowing And Reasoning In College:

Gender- Related Patterns In Students’ Intellectual Development. San Francisco: Jossey-Bass.

Beaufort, A. 2007. College Writing And Beyond: A New Framework

For University Writing Instruction. Logan, Utah: Utah State University Press.

Boice, R. 1998. Classroom Incivilities. In K. A. Feldman & M. B.

Paulson (Eds.), Teaching And Learning In The College Classroom. Needham Heights, Massachussets: Simon & Schuster Custom Publications.

Brookfield, S. D., & Preskill, S. 2005. Discussion As A Way Of

Teaching: Tools And Techniques For Democratic Classrooms (2nd ed.). San Francisco: Jossey-Bass.

Carver, C. S., & Scheier, M. F. 1998. On The Self-Regulation Of

Behavior. Cambridge: Cambridge University Press. Chickering, A., & Reisser, L. 1993. Education And Identity (2nd ed.).

San Francisco: Jossey-Bass.

Page 408: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

399

Cross, W. 1995. The Psychology of Nigrescence: Revisiting The Cross Model. In J. Ponterotto, J. Casas, L. Suzuki, & C. Alexander (Eds.), Handbook of Multicultural Counseling (pp. 93–122). Thousand Oaks, California: Sage.

Csikszentmihalyi, M. 1991. Flow: The Psychology Of Optimal

Experience. New York: Harper Collins. Dunning, D. 2007. Self-Insight: Roadblocks And Detours On The Path

To Knowing Thyself. New York: Taylor & Francis. El Guindi, F. 1999. Veil: Modesty, Privacy, and Resistance. New York:

Berg Publishers. Ericsson, K. A., & Smith, J. 1991. Toward A General Theory Of

Expertise: Prospects And Limits. Cambridge: Cambridge University Press.

Fiske, S. T., & Taylor, S. E. 1991. Social Cognition. New York: McGraw-

Hill. Ford, M. E. 1992. Motivating Humans: Goals, Emotions And Personal

Agency Beliefs. Newbury Park, California: Sage Publications, Inc.

Gentner, D., Holyoak, K. J., & Kokinov, B. N. 2001. The Analogical

Mind. Cambridge, Massachussets: MIT Press. Gobet, F., & Charness, N. (2006). Expertise in Chess. In K. A. Ericsson

et al. (Eds.), The Cambridge Handbook Of Expertise And Expert Performance (pp. 523–538). New York: Cambridge University Press.

M. A. Just & P. S. Carpenter (Eds.), Cognitive Processes In

Comprehension. Hillsdale, NJ: Erlbaum.��

Page 409: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

400

Howe, N., & Strauss, W. (2000). Millennials Rising: The Next Great Generation. New York: Vintage.��

Hurtado, S., Milem, J., Clayton-Pedersen, A., & Allen, W. (1999). Enacting Diverse Learning Environments: Improving The Climate For Racial/Ethnic Diversity In Higher Education. Washington, DC: The George Washington University.

Kahnemann, D., & Frederick, S. 2002. Representativeness Revisited:

Attribute Substitution In Intuitive Judgment. In T. Gilovich, D. Griffin, & D. Kahnemann (Eds.), Heuristics And Biases: The Psychology of Intuitive Judgment. New York: Cambridge University Press.

Koedinger, K. R., & Anderson, J. R. 1993. Reifying Implicit Planning In

Geometry: Guidelines For Model-Based Intelligent Tutoring System Design. In S. Lajoie & S. Derry (Eds.), Computers As Cognitive Tools. Hillsdale, New Jersey: Erlbaum.

Kohlberg, L. 1976. Moral Stages And Moralization: The Cognitive-

Developmental Approach. In T. Lickona (Ed.), Moral Development And Behavior: Theory, Research, And Social Issues (pp. 31–53). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Lovett, M. C. 2001. A Collaborative Convergence On Studying

Reasoning Processes: A Case Study In Statistics. In S. Carver & D. Klahr (Eds.), Cognition And Instruction: Twenty-Five Years Of Progress (pp. 347–384). Mahwah, New Jersey: Erlbaum.

Marchesani, L., & Adams, M. 1992. Dynamics Of Diversity In The

Teaching–Learning Process: A Faculty Development Model For Analysis And Action. In M. Adams (Ed.), Promoting Diversity In College Classrooms: Innovative Responses For The Curriculum, Faculty, And Institutions (Vol. 52, pp. 9–20). San Francisco: Jossey-Bass.

Page 410: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

401

Mayer, R. E. 2002. The Promise Of Educational Psychology, Volume 2: Teaching For Meaningful Learning. Upper Saddle River, New Jersey: Merrill Prentice Hall.

McKeough, A., Lupart, J., & Marini, A. 1995. Teaching For Transfer:

Fostering Generalization In Learning. Mahwah, NJ: Erlbaum.��

National Research Council. 2000. How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School. Washington, D.C.: National Academy Press.

National Research Council. 2001. Knowing What Students Know: The

Science And Design of Educational Assessment. Washington, DC: National Academy Press.

Novak, J. 1998. Learning, Creating, And Using Knowledge: Concept

Maps As Facilitative Tools In Schools And Corporations. Mahwah, NJ: Erlbaum.

Pascarella, E. T., & Terenzini, P. T. 2005. How College Affects

Students: A Third Decade Of Research. San Francisco: Jossey-Bass.

Schwartz, D. L., Lin, X., Brophy, S., & Bransford, J. D. 1999. Toward

The Development Of Flexibly Adaptive Instructional Designs. In C. M. Reigelut (Ed.), Instructional Design Theories And Models: Volume 2. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Seymour, E., & Hewitt, N. 1997. Talking About Leaving: Why

Undergraduates Leave The Sciences. Boulder, Colombia: Westview Press.

Singley, M. K. 1995. Promoting Transfer Through Model Tracing. In

A. McKeough, J. Lupart, & A. Marini (Eds.), Teaching for Transfer. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Page 411: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

402

Sprague, J., & Stuart, D. 2000. The Speaker’s Handbook. Fort Worth, Texas: Harcourt College Publishers.

Stevens, D. D., & Levi, A. J. 2005. Introduction To Rubrics: An

Assessment Tool To Save Grading Time, Convey Effective Feedback And Promote Student Learning. Sterling, Van Coover: Stylus.

Tatum, B. D. (1997). Why Are All The Black Kids Sitting Together In

The Cafeteria? And Other Conversations About Race. New York: Basic Books.

Watson, L. W., Terrell, M. C., & Wright, D. J. 2002. How Minority

Students Experience College: Implications For Planning And Policy. Sterling, VA: Stylus.

Winne, P. H., & Hadwin, A. F. 1998. Studying As Self-Regulated

Learning. In D. Hacker, J. Dunlosky & A. Graesser (Eds.), Metacognition In Educational Theory And Practice. Mahwah, NJ: Erlbaum.

Zimmerman, B. J. (2001). Theories Of Self-Regulated Learning And

Academic Achievement: An Overview And Analysis. In B. J. Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Self-Regulated Learning And Academic Achievement (2nd ed., pp. 1–38). Hillsdale, New Jersey: Erlbaum.

Page 412: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

403

INDEKS

akurat. See pengetahuan terdahulu, See

analisis, 22, 27, 51, 67, 99, 102, 105, 110, 120, 121, 138, 139, 141, 238, 242, 246, 254, 257, 297, 366, 382

analogi, 43, 46, 47, 52, 63, 69, 97, 134, 135, 172, 176, 303, 322

argumen, 150, 152, 158, 160, 162, 199, 266, 271, 290, 383, 393, 394, 396, 397

beban kognitif, 19, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 138, 141

belajar, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 29, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 44, 46, 47, 48, 51, 60, 65, 69, 74, 75, 79, 80, 81, 84, 87, 90, 96, 97, 101, 105, 107, 109, 110, 113, 115, 118, 119, 123, 127, 128, 129, 130, 134, 136, 138, 141,145, 147, 149, 153, 154, 156, 157, 158, 159, 160, 162, 163, 164, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 185, 186, 190, 191, 192, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 202, 204, 205, 208, 210, 211, 213, 215, 217, 219, 220, 221, 222, 226, 227, 228, 230, 231, 233, 244, 248, 249, 251, 252, 254, 256, 257, 260, 261, 262, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 278, 280, 281, 282, 283, 284, 285, 286, 288, 292, 297, 300, 301, 303, 304, 308, 311, 312, 313, 314, 315, 316, 317, 318, 319, 320, 321, 322, 326, 327, 328, 329, 330, 332, 333, 334, 335, 340, 341, 342, 344, 345, 346, 348, 350, 352, 355, 358, 359, 360, 361, 362, 363, 373, 381, 382, 384, 385, 386, 387, 390, 391, 392

belajar bersama, 3

berpikir kritis, 1 berpikir rasional, 51 berpusat pada mahasiswa, 2, 5, 6,

11, 12, 72, 227, 269, 311, 329, 330, 333, 334, 335

brainstorming, 57 dewasa, 12, 228, 232, 262 didaktik, 13, 109, 191, 222, 266 dualitas

dualitas nalar, 235 efektif, 4, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19,

20, 21, 23, 24, 29, 34, 35, 36, 38, 41, 56, 60, 65, 80, 85, 88, 91, 96, 97, 98, 101, 102, 107, 111, 112, 118, 119, 122, 124, 126, 127, 128, 134, 136, 153, 154, 155, 164, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 178, 179, 185, 187, 188, 189, 199, 218, 220, 260, 262, 268, 269, 275, 277, 279, 280, 281, 287, 288, 294, 299, 301, 312, 318, 332, 362, 371, 393, 395

emosional, 22, 96, 132, 224, 226, 227, 228, 229, 231, 233, 244, 254, 255, 257, 258, 265, 323

fakta, 5, 32, 35, 37, 39, 40, 55, 65, 77, 78, 80, 83, 85, 90, 96, 107, 118, 139, 172, 199, 235, 240, 268, 271, 275, 303, 321, 362, 393

filosofi mengajar, 330 frustasi, 126, 151, 231, 235, 237,

258, 304 harapan, 16, 17, 18, 28, 111, 144,

149, 151, 164, 191, 194, 195, 196, 200, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 216, 217, 219, 220, 221, 239, 285, 288, 290, 304, 311, 312, 329, 330, 331, 333, 342, 346, 348, 350, 353, 360, 384, 393, 395

identitas sosial. See emosional Iklim mengajar, 22

Page 413: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

404

ingatan, 35, 77, 89, 94 integritas, 21, 233 intelektual, 21, 22, 85, 196, 198, 199,

226, 227, 228, 229, 230, 232, 233, 234, 235, 237, 238, 239, 244, 258, 260, 265, 268, 270, 303, 340, 361, 385

intervensi pengajaran, 37, 52 jurnal, 18, 138, 274, 289, 306, 364 kebijakan kampus, 350 kedewasaan berfikir, 12 kegiatan belajar, 20, 29, 80, 107,

119, 160, 166, 226, 227, 254, 258, 312, 320, 330, 342, 382

keluhan, 17, 224 kemampuan, 4, 6, 9, 10, 11, 12, 13,

15, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 35, 39, 43, 44, 54, 58, 59, 66, 76, 77, 81, 85, 86, 88, 89, 90, 92, 93, 94, 97, 99, 101, 107, 109, 111, 112, 113, 118, 119, 120, 121, 122, 124, 125, 126, 128, 130, 132, 133, 134, 139, 140, 141, 142, 149, 150, 151, 152, 154, 155, 157, 159, 160, 161, 162, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 177, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 187, 189, 192, 193, 196, 203, 204, 206, 207, 210, 213, 215, 218, 221, 222, 225, 226, 227, 230, 231, 233, 234, 235, 248, 249, 250, 251, 252, 254, 255, 260, 265, 268, 269, 271, 273, 276, 277, 281, 283, 284, 288, 293, 297, 300, 303, 304, 308, 312, 313, 314, 316, 322, 324, 325, 326, 327, 331, 340, 341, 352, 359, 361, 362, 365, 373, 374, 382, 384, 390

kepercayaan, 17, 22, 32, 34, 48, 50, 51, 52, 57, 70, 71, 73, 101, 186, 203, 205, 207, 208, 209, 210, 217, 221, 249, 268, 285

kerja tim, 1, 2, 109, 213 kesalahpahaman. See miskonsepsi, keterampilan, 1, 3, 6, 10, 13, 18, 20,

23, 40, 42, 44, 54, 55, 56, 66, 67,

74, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 116, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 132, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 149, 150, 151, 152, 154, 155,158, 162, 163, 164, 166, 168, 175, 178, 180, 182, 186, 190, 191, 226, 230, 237, 254, 258, 264, 266, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 276, 277, 283, 284, 285, 287, 288, 289, 292, 295, 296, 297, 300, 303, 304, 305, 307, 308, 312, 316, 325, 330, 333, 340, 342, 346, 348, 352, 358, 359, 362, 363, 364, 365, 373, 374, 382, 384

keterampilan dasar, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 129, 136, 137, 139, 140, 142, 143, 144, 147

keterampilan tingkat tinggi, 126 keterhubungan, 86, 87 ketidaksadaran ketidakmampuan,

115, 118 ketidaksadaran kompetensi, 116 komitmen

komitmen nalar, 5, 237, 239, 243, 297, 324, 328, 334, 359, 387

kompetensi, 1, 21, 55, 56, 100, 114, 115, 116, 118, 137, 139, 180, 184, 197, 217, 218, 222, 225, 230, 257, 262, 263, 297, 330, 335, 360

konsep, 8, 12, 27, 28, 29, 32, 36, 38, 39, 40, 43, 44, 52, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 63, 65, 68, 69, 74, 76, 78, 85, 87, 98, 100, 101, 103, 105, 106, 107, 146, 159, 162, 174, 191, 194, 195, 196, 212, 221, 226, 227, 251, 262, 271, 275, 277, 280, 289, 292, 303, 306,311, 314, 315, 321, 346, 366, 374, 378, 379, 382, 386

konstruktif, 5, 188, 218, 253 konteks, 4, 9, 19, 27, 31, 32, 33, 34,

38, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 49, 52, 61, 64, 67, 68, 69, 73, 83, 109, 112, 121, 122, 123, 130, 131, 132,

Page 414: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

405

133, 135, 138, 143, 144, 145, 146, 147, 149, 154, 155, 165, 184, 194, 195, 198, 205, 207, 212, 232, 237, 238, 252, 257, 261, 276, 285, 313, 321, 340, 379, 396

kontekstual, 5, 12, 21, 57, 122, 132, 303

kreativitas, 53, 214, 226, 289 kriteria target, 172 kualitas pengajaran, 16, 25 latihan, 20, 42, 71, 114, 119, 121,

122, 123, 124, 125, 126, 127, 129, 132, 139, 140, 141, 147, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 175, 176, 179, 180, 181, 184, 186, 188, 189, 200, 286, 287, 291, 292, 293, 303, 307, 319, 391

lengkap. See pengetahuan terdahulu,

masalah, 3, 29, 36, 38, 40, 41, 52, 55, 56, 59, 60, 64, 66, 67, 69, 76, 84, 92, 93, 97, 103, 105, 106, 116, 117, 119, 120, 121, 127, 128, 129, 130, 132, 133, 134, 135, 140, 141, 145, 146, 154, 155, 159, 162, 163, 170, 173, 180, 183, 186, 194, 202, 204, 207, 212, 223, 224, 228, 230, 254, 259, 269, 272, 278, 280, 282, 288, 293, 296, 300, 301, 302, 304, 305, 306, 314, 321, 327, 332, 333, 340, 342, 348, 353, 355, 369, 384

memahami, 10, 12, 14, 15, 27, 28, 29, 30, 43, 44, 46, 47, 48, 51, 61, 63, 65, 66, 68, 73, 74, 76, 81, 85, 86, 87, 91, 93, 94, 98, 106, 109, 112, 115, 117, 118, 119, 120, 132, 135, 138, 145, 152, 159, 191, 194, 195, 201, 203, 208, 209, 213, 221, 222, 227, 228, 233,241, 248, 258, 262, 268, 275, 280, 290, 293, 314, 315, 320, 322, 323, 327, 328, 334, 339, 351, 364, 366, 378, 389, 393

menerapkan, 13, 18, 27, 34, 36, 40, 41, 44, 46, 47, 54, 67, 69, 71, 104,

107, 112, 117, 119, 125, 126, 127, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 143, 144, 145, 146, 152, 159, 180, 182, 184, 199, 210, 217, 244, 269, 271, 278, 279, 283, 284, 287, 288, 318, 320, 321, 322, 359, 391

mengajar, 2, 3, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 30, 31, 54, 62, 74, 109, 115, 118, 133, 136, 150, 171, 190, 191, 192, 216, 227, 256, 257, 266, 288, 328, 329, 330, 331, 338, 346, 348, 355, 356, 359, 361, 362, 371

mengajar efektif, 12, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24

mengingat, 31, 35, 37, 41, 46, 75, 77, 79, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 94, 96, 101, 104, 119, 129, 134, 167, 247, 261, 267, 268, 271, 295, 301, 303, 322, 374

menilai kemampuan, 269 metakognitif, 23, 24, 266, 269, 270,

271, 272, 273, 283, 284, 285, 287, 289, 292, 300, 304, 305, 307, 308, 317, 355

metodik, 13, 27, 74, 109, 149 Millenia, 2 miskonsepsi, 43, 49, 50, 52, 53, 54,

59, 71, 170 model. See , See , See , See , See ,

See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See , See

motivasi, 2, 8, 9, 11, 16, 164, 186, 191, 194, 195, 199, 200, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 215, 221, 234, 252, 253, 254, 255, 261, 266, 283, 321, 339, 341, 359

multiplisitas multiplisitas nalar, 235, 239

otonomi, 21, 194, 231, 308

Page 415: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

406

pembelajaran aktif, 5, 359 pendidikan tinggi, 1, 17, 312, 328,

338 pengelolaan pengetahuan, 74 pengetahuan, 3, 4, 5, 11, 13, 14, 15,

16, 18, 20, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 109, 110, 111, 113, 114, 115, 117, 118, 119, 126, 127, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 143, 144, 145, 146, 147, 149, 155, 157, 160, 162, 164, 165, 168, 169, 178, 180, 186, 190, 196, 198, 203, 210, 215, 235, 236, 238, 248, 259, 269, 270, 272, 273, 275, 276, 293, 303, 304, 305, 306, 312, 316, 317, 320, 321, 322, 323, 327, 329, 333, 340, 342, 352, 359, 363, 364, 373, 374, 377, 378, 379, 384

pengetahuan deklaratif. See pengetahuan fungsional,

pengetahuan dekralatif, 39 pengetahuan fungsional. See

pengetahuan deklaratif, See pengetahuan deklaratif

pengetahuan prosedural, 40 pengetahuan sebelumnya. See

pengetahuan terdahulu pengetahuan terdahulu, 27, 29, 31,

32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 45, 46, 47, 48, 52, 53, 54, 55, 56, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 72, 73

pengorganisasian pengetahuan. See penataan pengetahuan, See penataan pengetahuan

penguasaan, 10, 18, 19, 20, 81, 109, 112, 113, 115, 119, 121, 123, 127, 130, 139, 140, 147, 149, 157, 183,

186, 201, 222, 291, 297, 312, 320, 331

penguasaan keterampilan, 18, 19, 20, 121, 123, 130, 139

perintah, 7, 8, 9, 10, 11 Perintah yang jelas, 10 perkuliahan, 16, 21, 38, 60, 67, 105,

107, 149, 167, 175, 200, 224, 228, 234, 244, 247, 252, 255, 256, 262, 263, 264, 267, 287, 316, 319, 327, 328, 329, 332, 334, 335, 337, 338, 339, 351, 357, 368, 378, 384, 387

persepsi, 32, 48, 194, 209, 229, 241, 245, 248, 249, 254, 255, 259, 325

relativisme relativisme nalar, 236

relevan, 14, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 46, 47, 50, 53, 60, 68, 73, 98, 129, 130, 131, 146, 158, 182, 212, 234, 256, 289, 296, 306, 317, 343, 344, 358, 363, 382, 383

rubrik, 17, 137, 142, 160, 181, 184, 188, 218, 259, 291, 299, 355, 381, 382

sikap, 32, 71, 192, 213, 241, 245, 263, 285, 320, 323, 339, 342, 369

silabus, 16, 20, 57, 66, 100, 149, 180, 214, 216, 263, 329, 330, 331, 332, 334, 335, 336, 337, 339, 340, 346, 351, 352, 366

tantangan, 8, 111, 161, 162, 163, 164, 168, 182, 184, 187, 189, 192, 213, 215, 216, 227, 228, 229, 230, 231, 232, 234, 237, 239, 240, 268, 270, 288, 298, 328

tanya jawab, 62, 75 terukur, 159, 328, 343 tipolog pengetahuan, 39 titik buta seorang ahli, 118, 119 Transfer, 46, 130, 131, 135, 401 tugas, 6, 10, 11, 12, 15, 18, 20, 23,

27, 29, 39, 41, 42, 48, 54, 55, 59, 65, 73, 78, 84, 85, 88, 91, 97, 99, 106, 107, 109, 110, 111, 112, 113, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124,

Page 416: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

407

125, 126, 127, 128, 129, 130, 132, 133, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 150, 151, 152, 153, 157, 158, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 167, 170, 171, 174, 175, 177, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 189, 192, 193, 197, 198, 201, 203, 204, 205, 206, 208, 209, 211, 212, 216, 217, 218, 219, 220, 224, 239, 249, 252, 253, 255, 259, 266, 268, 269, 270, 272, 273, 274, 275, 276, 277, 279, 284, 287, 289, 290, 291, 292, 293, 294, 295, 297, 298, 299, 300, 301, 302, 303, 304, 305, 307, 308, 309, 331, 332, 333, 335, 336, 337, 342, 343, 344, 345, 346, 347, 348,

351, 354, 359, 360, 366, 367, 368, 370, 371, 372, 381, 382, 384, 386, 387, 391, 392, 393, 395

tugas kompleks, 19, 118, 123, 125, 167, 290

tujuan belajar, 19, 23, 129, 139, 158, 159, 160, 169, 170, 176, 180, 190, 198, 220, 328, 342, 343

umpan balik, 20, 121, 149, 153, 154, 155, 156, 159, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 182, 185, 186, 187, 188, 189, 214, 215, 218, 253, 275, 291, 292, 295, 299, 300, 307, 335, 345, 352, 360, 373, 381, 395, 396

Page 417: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/2562/1/BUKU MENGAJAR EFEKTIF.pdfeprints.unpam.ac.id

[ Kita memang harus berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cara mendidik ]

408

Tentang Penulis

Aeng Muhidin, Lahir di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, pada tahun

1982 dan menamatkan pendidikan dasar dan menengah di tahun

2000, kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri

Jakarta. Alumni S1 Pendidikan Sejarah [2008] dan S2 Pendidikan

Sejarah [2011], Universitas Negeri Jakarta, kini bekerja sebagai dosen

di Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang,

sebagai Ketua Pusat Kajian Pembelajaran dan Elearning Universitas

Pamulang dan sebagai editor pada lembaga penerbitan Unpam

Press, yang didirikan tahun 2017.

Selama mengajar, fokus pada isu pengembangan bahan ajar,

pengembangan model pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Fokus pada pendekatan penelitian sejarah, kualitatif dan kuantitatif.

Selama pengalaman mengajar telah menghasilkan Modul Statistika

Pendidikan, Pengembangan Bahan Ajar, Metode Penelitian, Evaluasi

Pembelajaran. Buku yang akan diselesaikan di kemudian hari adalah

Mengajar Sukses, Optimalisasi Keterlibatan Mahasiswa dalam

Perkuliahan.