eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/bab iii.doc · web viewdalam hal pemohon eksekusi...

36
BAB III TATA CARA/PROSEDUR PENYELESAIAN PHK KARENA ALASAN EFISIENSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL A. Proses Penyelesaian PHK karena efisiensi menurut Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan karena efisiensi tidak secara rinci diatur dalam UU PPHI. Sehingga proses atau prosedur penyelesaian PHK dengan alasan efisiensi ini tetap dilakukan dengan ketentuan yang diatur dalam UU PPHI. Dengan diundangkan UU PPHI tersebut, maka UU Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan UU Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dinyatakan tidak berlaku lagi sehingga penyelesaian masalah hubungan industrial yang terjadi sejak diberlakukannya UU PPHI harus mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

BAB III

TATA CARA/PROSEDUR PENYELESAIAN PHK KARENA ALASAN

EFISIENSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004

TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL

A. Proses Penyelesaian PHK karena efisiensi menurut Peraturan

Perundang-undangan

Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan karena

efisiensi tidak secara rinci diatur dalam UU PPHI. Sehingga proses atau

prosedur penyelesaian PHK dengan alasan efisiensi ini tetap dilakukan dengan

ketentuan yang diatur dalam UU PPHI.

Dengan diundangkan UU PPHI tersebut, maka UU Nomor 22 Tahun

1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan UU Nomor 12 Tahun

1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dinyatakan

tidak berlaku lagi sehingga penyelesaian masalah hubungan industrial yang

terjadi sejak diberlakukannya UU PPHI harus mengacu pada ketentuan yang

telah diatur dalam undang-undang ini.

Penyelesaian Perselisihan pemutusan kerja dengan alasan efisiensi

yang terjadi pada Keputusan MA No.36/PHI/2006, sebelum diajukan kasasi

ke Mahkamah Agung masih menggunakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan. Didalam produk

Perundang- undangan ini memberikan jalan penyelesaian sengketa buruh lebih

di titik beratkan pada musyawarah mufakat antara buruh dan majikan melalui

Lembaga Bipartit, dan bila tidak terselesaikan dapat dilanjutkan ke Lembaga

35

Page 2: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

Tripartit, dan seterusnya dapat dilanjutkan ke Pengadilan PHI dan P4P.

Ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

berlaku setelah pihak penggugat (pengusaha) mengajukan permohonan kasasi

ke Mahkamah Agung tepatnya pada tanggal 27 Juni 2006. Dengan berlakunya

undang-undang ini maka Hakim Agung menyatakan putusan Pengadilan

Hubungan Industrial tidak perlu dicantumkan lagi.

Perselisihan pemutusan hubungan kerja termasuk pemutusan

hubungan kerja dengan alasan efisiensi menurut UU PPHI wajib diupayakan

penyelesaiannya terlebih dahulu melalui musyawarah untuk mufakat yaitu

melalui perundingan bipartit. Apabila usaha penyelesaian melalui bipartit

gagal maka dilakukan usaha penyelesaian melalui tripartit yaitu dengan jalan

mediasi dan konsolidasi. Jika usaha penyelesaian melalui tripartie juga

menemui kegagalan, para pihak baru dapat menruskan perselisihannya melalui

jalur litigasi yaitu dengan cara menggugat pihak lain ke Pengadilan Hubungan

Industrial.

Seperti kasus-kasus PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang terjadi

kerap membuat kita miris, karena PHK sepihak masih mendominasi

permasalahan utama dalam ketenagakerjaan Indonesia. PHK dengan alasan

efisiensi seperti pemberian hak-hak pekerja/buruh sebagai kompensasi

merupakan Pemutusan Hubungan Kerja yang kerap menimbulkan masalah.

Permasalahannya adalah perusahaan sering memberikan hak-hak pekerja/

buruh yang kurang sesuai dan tidak jarang juga pihak pekerja/buruh meminta

hak-hak mereka melebihi ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-

36

Page 3: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

undangan.

Perselisihan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan perselisihan yang terjadi karena para pihak atau salah satu pihak tidak sepaham mengenai PHK yang dilakukan. Sebelumnya pengaturan mengenai penyelesaian PHK diatur dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1964 yang prosedur penyelesaianya cukup panjang serta memakan waktu yang cukup lama, yaitu mulai dari tingkat kota PHI, P4P, sampai Menteri Tenaga Kerja dan terakhir ke Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang N0. 5 Tahun 1986. Jalan yang harus ditempuh oleh para pihak untuk mencari keadilan semakin panjang.1

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial selama ini dirasa tidak dapat lagi mengakomodasi perkembangan-perkembangan yang terjadinya khususnya mengenai hak-hak pekerja/buruh perseorangan belum terakomodasi untuk menjadi pihak dalam perselisihan hubungan industrial. Selain itu dengan ditetapkannya Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) sebagai objek objek Sengketa Tata Usaha Negara, maka jalan yang harus ditempuh baik oleh pihak pekerja/buruh maupun oleh pengusaha (perusahaan) untuk mencari keadilan menjadi semakin panjang.2

Sehingga belum dapat mewujudkna penyelesaian secara sederhana,

cepat, adil dan biaya ringan. Dengan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut dikeluarkanlah UU PPHI yang dianggap dapat

mengakomodir perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam penyelesaian

hubungan industrial dan dengan waktu penyelesaian yang tidak terlalu lama

Pelaksanaanya sering kali pengusaha harus menghadirkan para

manajer ke persidangan untuk memberikan kesaksian tentang kondisi

perusahaan dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menyelematkan

perusahaan, yang sering kali kesaksian tersebut oleh hakim dianggap tidak

bernilai hukum karena keterangan diberikan tidak dibawah sumpah. Majelis

hakim yang masih berkenaan mendengarkan saksi tanpa disumpah umumnya,

1 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010, hal. 166

2 Lihat Penjelasan umum atas UU PPHI

37

Page 4: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

memahami bahwa perselisihan antara pengusaha dengan pekerja sehingga

tidak mungkin mengharapkan keterangan saksi dari pihak luar.

B. Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja di Luar

Pengadilan (Non-Litigasi)

1. Penyelesain Secara Bipartit

Pasal 3 UU PPHI menentukan bahwa setiap perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaian terlebih dahulu melalui perundingan bipartie secara musyawarah untu mufakat. Penyelesaian perselisihan melalui bipartie harus mampu diselesaikan paling lama tiga puluh hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila jangka waktu tiga puluh hari para pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, perundingan bipartie dianggap gagal. 3

Apabila perundingan mencapai mencapai persetujuan atau

kespakatan maka persetujan bersama (PB) tersebut dicatatkan di

Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), namun apabila perundingan tidak

mencapai kata sepakat, maka slah satu pihak mencatatkan perselisihannya

ke instansi yang bertanggu jawab di bidang ketenagakerjaan pada

Kabupaten/kota.

Salah satu bukti persayarataan yang mutlak dalam pencatatan tersebut adalah bukti atau risalah perundingan Bipartit, apabila bukti perundingan tidak ada, maka pencatannya ditolak selanjutnya diberi waktu 30 hari untuk melakukan perundingan bipartie, dan apabila bukti/risalah perundingan telah lengkap, maka kepada pihak pengadu ditawarkan tenaga penyelesaian perselisihan apakah melalui mediator, konsiliator, atau arbiter.4

Penyelesaian perselisihan yang terbaik adalah penyelesaian oleh para pihak yang berselisih secara musyawarah mufakat tanpa ikut campur pihak lain. Begitu pula apabila terjadi perselisihan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan terhadap pekerja/buruh sebaiknya penyesaiannya juga dilakukan secara musywarah mufakat, sehingga dapat memperoleh

3Zaeni Asyhadie, Op.cit, hal.1494Mitar Pelawi, Op.cit.hal.8

38

Page 5: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, musyawarah dapat menekan biaya serta menghemat waktu. Itulah sebabnya UU PPHI mengharuskan setiap penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi diselesaikan terlebih dahulu melalui perundingan bipartie.5

Menurut Pasal 1 angka 10 UU Pengadilan Hubungan Industrial

Perundingan bipartie adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselishan

hubungan industrial.

Menurut Pasal 3 ayat (2) dan (3) UU Pengadilan Hubungan

Industrial Jangka waktu penyelesaian perselisihan melalui perundingan

bipartie adalah 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya

perundingan, dimana apabila salah satu pihak menolak untuk berunding

atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, maka

perundingan dianggap gagal.

Menurut Pasal 7 ayat (1) dan (2) ; Pasal 13 ayat (1) dan (2) e ;

Pasal 23 ayat (1) dan (2) e UU Pengadilan Hubungan Industrial Apabila

dalam perundingan bipartie dapat mencapai kesepakata penyelesaian,

maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh pihak

pekerja/buruh dengan pihak perusahaan, yang mengikat dan menjadi

hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak. Serta didaftarkan oleh

para pihak yang melakukan Perjanjian pada Pengadilan Hubungan

Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah para pihak yang mengadakan

Perjanjian Bersama.

Menurut Pasal 7 ayat (5) dan (6) ; Pasal 13 ayat (3) b dan c ; Pasal

5Lalu Husni Op.cit, hal. 52-53

39

Page 6: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

23 ayat (2) b dan c UU Pengadilan Hubungan Industrial Jika Perjanjian

Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang

dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di Wilayah Perjanjian

Bersama didaftarkan untuk mendapatkan penetapan eksekusi. Dalam hal

pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat

pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, maka permohonan eksekusi

melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di

wilayah domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berkompeten

melaksanakan eksekusi.

2. Penyelesaian Perselisihan Melalui Mediasi

Perselisihan hubungan industrial yang bisa diselesaikan melalui mediasi adalah semua jenis perselisihan hubungan industrial yang dikenal dalam UU PPHI. Perselisihan hubungan industrial tersebut diselesaikan melalui musyawarah dengan ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.6

Menurut Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU PPHI Pelaksanaan perundingan dalam menyelesaikan perselisihan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pihak pengusaha terhadap pekerja/buruh menemui kegagalan, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti bahwa upaya penyelesaian melalui bipartie telah dilakukan. Jika tidak ada bukti telah dilakukan perundingan bipartie, maka instansi tersebut akan mengembalikan berkasnya untukd dilengkapi paling lambat dalam watu 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengembalian berkas.

Menurut Pengadilan Hubungan Industrial Setelah menerima

penncatatan dari salah satu atau para pihak, instansi yang bertanggung

6 Zaeni Asyhadie, Op.cit, hal. 151

40

Page 7: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para

pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsoliasi atau

mealui arbitrase. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja para pihak tidak

menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsoliasi atau arbitrase, maka

instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan melimpahkan

penyelesaian perselisihan kepada mediator.

Penyelesaian melalui konsoliasi menurut ketentuan Pasal 4 ayat (5)

UU PPHI dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan antara serikat

pekerja/serikat buruh. Sedangkan penyelesaian perselisihan hubungan

industrial melalui arbitrase menurut ketentuan Pasal 4 ayat (6) dan Pasal

29 UU PPHI dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan dan

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu

perusahaan.

Apabila melihat dari ketentuan dari Pasal-Pasal tersebut oleh

karena perselisihan pemutusan hubungan kerja maka penyelesaian

selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pihka pekerja/buruh atau atau pihka

perusahaan adalah melalui proses mediasi.

Mediator adalah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh Mentrei untuk menangani dan menyelesaikan keempat perselisihan dengan wilayah kewenangan pada Kabupaten/Kota. Mediator dalam menjalankan tugasnya selalu mengupayakan penyelesaian secara musywaarah, dan apabila Mediator tidak berhasil menyelesaiakan perselisihan tersebut, maka Mediator wajib mengeluarkan anjuran tertulis, dan apabila anjuran tertulis tersebut diterima oleh para pihak maka dibuat persetujuan bersama (PB) yang selanjutnya dicatatkan di Pengadilan Hubungan Industrial, namun apabila anjuran tersebut ditolak oleh salah satu pihak, maka pihak yang keberatanlah yang mencatatkan

41

Page 8: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

perselisihannya ke Pengadilan Hubungan Industrial. 7

Menurut UU Nomor 22 Tahun 1957, dikenal dengan nama pegawai Perantara yang diangkat oleh Menteri untuk menangani penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pemutusan hubungan kerja, dengan mekanisme penyelesaian yang harus ditempuh dalam penyelesaian perselisihan adalah melalui Pegawai Perantara, PHI dan P4P final. Akan tetapi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Administrasi Negara, maka putusan P4P tersebut menjadi tidak final karena putusan P4P dianggap bukan putusan pengadilan melainkan putusan pejabat administrasi negara sehingga putusan P4P tersebut dapat dijadikan gugatan ke PTTUN. Dengan lahirnya UU PPHI maka pegawai perantara, PHI, P4P, dan PTUN tidak dikenal lagi. 8

Pasal 13 ayat (2) UU PPHI Mediator dalam waktu selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima pelimpahan penyelesaian

perselisihan, harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya

perkara dan segera mengadakan sidang mediasi. Apabila penyelesaian

melalui mediasi tidak tercapai penyelesaian, maka mediator mengeluarkan

anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja

sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak.

Dan para pihak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah

menerima anjuran tertulis juga harus sudah memberikan jawaban secara

tertulis kepada mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran

mediator tersebut. Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap

menolak anjuran tertulis. Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu

paling selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak

menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan dari instansi yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

7 Mitar Pelawi, Op.cit, hal.88 Ibid

42

Page 9: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

3. Penyelesaian Melalui Konsoliasi

Pasal 17 UU PPHI Penyelesaian perselisihan melalui konsoliasi

dilakukan oleh konsoliator yang terdaftar pada kantor instansi yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.

Konsoliasi dalam hubungan industrial adalah penyelesaian

perselisihan kepentingan, perselisihan pemutsan hubungan kerja,

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu

perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh oleh seseorang atau

lebih konnsiliator yang netral.

Pasal 15 UU PPHI Para pihak yang berselisih jika telah telah sepakat untuk menyelesaikan perselisihan lewat konsoliasi, harus mengajukan permintaan penyelesaian secara tertulis kepada konsoliator yang ditunjuk dan disepkati bersama. Konsoliator yang dapat dipilih adalah konsoliator yang wilayah kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja. Konsoliator dipilih dari daftar nama konsoliator yang dipasang dan diumumkan pada kantor instansi pemerintahan yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.

Tenggang waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah

menerima permintaan penyelesaian secara tertulis, Konsoliator sudah

harus mengadakan penelitian tentang duduk perkaranya dan selambat-

lambatnya pada hari kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsoliasi.9

Dalam menyelesaikan tugasnya konsoliator dapat menanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam sidang konsoliasi guna dimintai dan didengar keterangannya. Setiap orang yang diminta keterangan oleh Konsoliator guna menyelesaikan perselisihan hubungan industrial wajib untuk memberikannya termasuk memperlihatkan bukti-bukti dan surat-surat yang diperlukan misalnya buku tentang upah, surat perjanjian kerja, surat perintah lembur, dan lain-lain. Saksi atau saksi ahli yang datang memenuhi panggilan sidang konsoliasi tersebut berhak menerima penggantian biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan

9 Maimun, Op.cit, hal.157

43

Page 10: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

dengan keputusan menteri.10

Apabila tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan

industrial melalui konsoliasi, maka dibuat perjanjian bersama yang

ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsoliator serta

didaftakan di Pengadian hubungan industrial pada pengadilan negeri di

wilayah hukum pihak-pihak yang mengadakan perjanjian kerja bersama

untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.

Sebaliknya, dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian

hubungan industrial melalui konsoliasi Pasal 23 ayat (2) UU PPHI, maka :

a. Konsoliator mengeluarkan anjuran tertulis ;

b. Anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu

selambat-lambatbya sepuluh hari kerja sejak sidang konsoliasi pertama

harus sudah disampaikan kepada para pihak ;

c. Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada

konsoliator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dala

waktu selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah menerima

anjuran tertulis ;

d. Pihak yang tidak memberikan memberikan penadapatnya sebagaimana

dimaksud pada huruf c dianggap menolak anjuran tertulis ;

e. Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari kerja

sejak anjuran tertulis disetujui, konsoliator harus sudah selesai

membantu para pihak membuat perjanjian bersama untuk kemudian 10 Ibid, hal. 158

44

Page 11: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

didaftarkan di pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri

di wilayah hukum, pihak- pihak yang mengadakan perjanjian kerja

bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.

Apabila anjuran tertulis dari konsoliator ditolak salah satu pihak atau

lebih para pihak maka penyelesaiaan perselisihan diselesaikan melalui

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang wilayah

hukumnya meliputi tempat kerja pekerja/buruh. Penyelesaian perselisihan

melalui pengadilan hubungan industrial dilakukan dengan cara pengajuan

gugatan oleh salah satu pihak sesuai dengan hukum acara perdata yang

berlaku.

C. Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Melalui

Pengadilan (Litigasi)

Pengadilan hubungan industrial merupakan pengadilan khusus yang

berada pada lingkungan peradilan umum yang berwewenang memeriksa,

mengadili, dan memberi putusan terhadap perelisihan hubungan industrial.

Pengadilan hubungan industrial dibentuk oleh Pengadilan Negeri dan

Mahkamah Agung11. Menurut UU PPHI, untuk pertama kalinya pengadilan

hubungan industrial dibentuk pada Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota di

setiap ibukota provinsi yang mempunyai daerah hukum meliputi setiap

wilayah provinsi bersangkutan dan pada Mahkamah Agung untuk tingkat

kasasi.

Untuk Kabupaten/Kota yang padat industri dibentuk pula Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri setempat. Susunan hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri terdiri dari Hakim,

11 Maimun, Op.cit, hal. 160

45

Page 12: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

Hakim Ad-hoc, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti. Sedangkan pada Mahkamah Agung susunan Hakimnya terdiri dari Hakim Agung, Hakim Agung Ad-hoc, dan Panitera. Hakim Ad-hoc adalah hakim Pada Pengadilan Hubungan Industrial yang pengangkatannya dilakukan atas usul serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha.12

Menurut Pasal 14 dan 24 UU PPHI Anjuran tertulis yang telah dibuat

oleh mediator atau konsoliator untuk menylesaikan perselisihan pemutusan

hubungan kerja ditolak oleh pekerja/buruh atau pihak perusahaan, maka

para pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian

perselisihannya tersebut melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pengadilan Negeri setempat dengan mengajukan suatu gugatan oleh salah

pihak.

Upaya hukum melalui Pengadilan merupakan upaya terakhir

(ultimum remedium) oleh para pihak, apabila upaya-upaya diluar pengadilan

mengalami kegagalan.

Pasal 57 UU PPHI Asas berpekara di Pengadilan Hubungan Industrial

tidak jauh berbeda dalam berpakara perdata di lingkungan peradilan umum

pada umumnya, karena hukum acara perdata yang berlaku di lingkungan

peradilan umum kecuali yang diatur khusus dalam UU PPHI.

Pasal 51 ayat (1) UU PPHI Gugatan yang dapat diajukan ke

Pengadilan Hubungan Industrial pada tingkat pertama, meliputi seluruh

jenis perselisihan hubungan industrial yakni perselisihan hak, perselisihan

kepentingan, perseisihan pemutusnan hubungan kerja dan perselisihan antar

serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Sementara untuk jenis

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,

12 Ibid, hal.169

46

Page 13: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

perselisihannya dibatasi hanya di tingkat Pengadilan Hubungan Industrial

tingkat pertama yang tidak dapat dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung.

Sedangkan perselisihan yang sedang atau telah diselesaikan melalui

arbitrase hubungan industrial tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan

Hubungan Industrial, karena sifat putusannya yang bersifat final dan

mengikat para pihak yang berselisih. Pasal 51 ayat (1) UU PPHI

Pengajuan gugatan pemutusan hubungan kerja yang diajukan oleh

pekerja/buruh kepada pengusaha (perusahaan) tersebut, harus dilampiri

risalah penyelesaian mediasi. Bila tidak dilampiri maka akan berakibat

hukum guggatan tersebut akan dikembalikan oleh Hakim kepada pihak

penggugat. Pekerja/buruh yang hendak mengajukan gugatan dapat

mengajukan gugatan secara langsung atau dapat pula memberikan kuasa

kepada advokat.

Menurut Pasal 123 ayat (1) HIR/147 Rbg Sistem peradilan perdata

di Indonesia menganut stelsel yang tidak mewajibkan para pihak yang

beracara menggunakan jasa advokat, seperti halnya pernah dahulu berlaku

dahulu di zaman penjajahan Belanda, dimana pada Raad Van Justice

(Pengadilan Tinggi) wajib menggunakan jasa advokat. Hukum acara

perdata pada H.I.R/Rbg, tidak mewajibkan para pihak untuk menggunakan

jasa advokat, sehingga baik sebagai penggugat atau tergugat dapat

menghendaki, gugatan pemutusan hubungan kerja dapat diajukan dengan

menggunakan jasa sesorang untuk mewakilinya di depan pengadilan.

Tetapi apabila pekerja/buruh menghendaki, gugatan pemutusan

hubungan kerja juga dapat diajukan dengan menggunakan jasa sesorang

47

Page 14: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

untuk mewakilinya di depan pengadilan. Begitu juga dengan pihak

pengusaha (perusahaan), ia mempunyai hak untuk diwakili oleh seorang

kuasa untuk menghadapi gugatan pekerja/buruh. Menurut Pasal 1792

KUHPerdata, yang disebut dengan pemberian kuasa adalah perjanjian

dengan mana seseorang memberikan kekuasaab kepada seorang lain yang

menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

Tidak semua orang dapat menerima kuasa atau bertindak sebagai

kuasa untuk mewakili pihka yang berpekara di depan pengadilan. Dalam hal

perselisihan hubungan industrial dan pihka pekerja/buruh tersebut

merupakan anggota serikat pekerja/serikat buruh, maka serikat pekerja/

serikat buruh tersebut dapat mewakili kepentingan pekerja/buruh yang

menjadi anggotanya tersebut sebagai pihak di depan pengadilan.

Pihak lain yang bukan merupakan anggoats serikat pekerja/serikat

buruh tertentu atau bagi pihak pengusaha, menurut ketentuan UU Nomor 18

Tahun 2003 tentang advokat, maka yang dapat menjadi seorang kuasa yang

mewakili pihak yang berpekara di pengadilan tersbut adalah advokat

sebagai seseorang yang menurut undang-undang berhak memberikan jasa

hukum di dalam maupun di luar pengadilan.

Diberlakukannya UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat,

bukanlah ketentuan hukum yang mewajibkan para pihak berpekara baik di

dalam maupun di luar pengadian. Namun undang-undang Advokat

memberikan batasan atau rambu-rambu bagi siap saja yaang akan

menggunakan jasa dan siapa saja yang memiliki kompetensi profesional

48

Page 15: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

untuk memberikan jasa hukum, termasuk dalam hal pemberian kuasa.

Apabila gugatan pemutusan hubungan kerja yang diajukan ke pengadilan

hubungan industrial melibatkan lebih dari pekerja/buruh, maka menurut

Pasal 84 UU PPHI, gugatan tersbut diajukan secara kolektif dengan

memberikan kuasa khusus.

1. Pengajuan Gugatan

Menurut, ketentuan Pasal 81 UU PPHI, gugatan perselisihan

hubungan industrial diajukan kepada Pengadilan Hubungan Industrial

pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

pekerja/buruh bekerja.Pengajuan gugatan harus dilampiri risalah

penyelesaian melalui mediasi dan konsoliasi. Bila gugatan tidak

dilampiri dengan risalah-risalah tersebut, pengadilan hubungan

industrial wajib mengembalikan gugatan kepada penggugat.

HIR atau Rbg hanya mengatur mengenai cara mengajukan gugatan, sedangkan persyaratan mengenai isi dari gugatan tidak ada ketentuannya. Kekurangan ini diatasi oleh adanya Pasal 119 HIR/Pasal 143 Rbg yang memberi wewenang kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk memberi nasihat dan bantuan kepada pihak penggugat dalam mengajukan gugatan. Hal ini dimaskudkan untuk menghindari gugatan yang kurang jelas atau kurang lengkap.13

UU PPHI juga tidak mengatur apakah gugatan harus diajukan

tertulis atau lisan. Namun apabila kita melihat ketentuan dari Pasal 83

UU PPHI secara implisit undang-undang sebenarnya menghendaki

gugatan harus diajukan secara tertulis dimana hal ini bisa dilihat dari

adanya kata-kata ’”dilampiri” dan “menyempurnakan”. Dengan adanya

13 Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di Luar Pengadilan, PT. RajaGrafindo, Jakarta. 2004, hal.94

49

Page 16: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

kata-kata tersebut maka dapt disimpulkan bahwa gugatan itu harus

diajuan secara tertulis.

2. Tenggang Waktu dan Kadaluarasa

Kadaluarsa adalah semacam upaya hukum, sehingga tentang

adanya kadaluarsa harus dikemukakan oleh pihak lawan dalam

jawabannya. Apabila hal itu tidak dikemukakan maka kadaluarsa tidak

berlaku secara otomatis, dengan kata lain perkataan bahwa hakim

“harus tinggal diam”. Dan ia tidak diperkenankan untuk “karena

jabatan” menyatakan bahwa, persoalan tersebut atau hak untuk

menuntut telah kadaluarsa.

Gugatan oleh pekerja/buruh atas pemutusan hubungan kerja dapat diajukan dalam tenggang waktu satu tahun sejak diterimanya dan diberlakukannya keputusan dari pihak pengusaha. Dalam hal suatu perselisihan melibatkan lebih dari satu penggugat, dapat diajukan secara kolektif dengan memberikan kuasa khusus. Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa hukum untuk beracara di pengadilan hubungan industrial untuk mewakili anggotanya.14

3. Pengembalian dan Penyempurnaan Gugatan

Melihat pemaparan yang sudah dikemukakan di atas, bahwa

gugatan yang diajukan oleh pihk pekerja/buruh mengenai pemutusan

hubungan kerja, harus dilampiri risalah penyelesaian melallui mediasi

dan konsoliasi. Penyertaan risalah penyelesaiaan melalui mediasi dan

konsliasi harus dipenuhi oleh penggugat. Pasal 83 UU PPHI Hal ini

merupakan kekhususan hukum acara penyelesaian perselisihan melalui

Pengadilan Hubungan Industrial.

Hakim yang menerima pengajuan gugatan wajib memeriksa isi 14 Zaeni Asyhadie, Op.cit, hal. 162

50

Page 17: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

gugatan dan bila terdapat kekurangan, hakim meminta penggugat untuk

menyempurnakan gugatannya. Dalam penyempurnaan gugatan ini,

panitera atau panitera pengganti dapat mmbantu penyusunan/

penyempurnaan gugatan. Untuk itu, maka panitera atau panitera

pengganti mencatat dalam daftar khusus yang memuat :

a. Nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak

b. Pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan atau objek

gugatan

c. Dokumen-dokumen, surat-surat, dan hal-hal lain yang dianggap

perlu oleh penggugat.

Kewajiban hakim untuk memeriksa isi gugatan dan meminta

penggugat untuk menyempurnakan gugatan, pada dasarnya sesuai dengan

asas pengadilan membantu pencari keadilan yang termuat dalam Pasal 5

ayat (2) UU PPHI 2004 tentang kekusaan Kehakiman.

Pasal 5 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 2004 : “Pengadilan membantu

pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan

untuk tercapainya peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan”.

Hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersifat pasif dalam arti

bahwa ruang lungkup atau luas pokok perkara sengketa yang diajukan

kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak

yang berpekara dan bukan oleh hakim. Asas ini memberi bantuan dari

hakim, sebatas membantu para pencari keadilan untuk mencari jalan keluar

terhadap hambatan dalam penyempurnaan yang tidak sesuai dengan syarat-

syarat formil sebuah gugatan, dan bukan membantu menyempurnakan

51

Page 18: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

gugatan penggugat sampai masuk kepada materi gugatan dan tuntutan

penggugat. Bila demikian, hakim sudah bertindak diluar kewenangan

sebagai pihak yang berusaha berdiri di tengah-tengah kepentingan para

pihak yang berpekara.

4. Pemeriksaan di Persidangan

Pemeriksaan di persidangan menurut Undang-undang PPHI

dilakukan dengan pemeriksaan dengan acara biasa dan pemeriksaan acara

cepat. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan apabila terdapat

kepentingan para pihak dan/atau salah satu pihak yang cukup mendesak

yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan perrmohonan dari yang

berkepentingan. Dan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya

permohonan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat, Ketua Pengadilan

Negeri mengeluarkan penetapan tentang dikabulkannya atau tidak

dikabulkannya permohonan tersebut. Tehadap penetapan tentang

dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan supaya pemeriksaan

sengketa dipercepat, tidak dapat digunakan upaya hukum untuk melawan

penetapan tersebut.

Apabila permohonan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat

dikabulkan, dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah dikeluarkannya

penetapan yang mengabulkan permohonan, Ketua Pengadilan Negeri

menentukan Majelis Hakim, hari, tempat, dan waktu sidang tanpa melalui

prosedur pemeriksaan.

5. Pemeriksaan dengan Acara Biasa

52

Page 19: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselsihan Hubungan Industrial tidak mengatur secara lengkap mengenai

tata cara pemerikaan persidangan. Untuk itu sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata.

Pemanggilan untuk datang ke sidang dilakukan secara sah apabila

disampaikan dengan surat panggilan kepada para pihak di alamat tempat

tinggalnya atau apabila tempat tinggalnya tidak diketahui disampaikan di

tempat kediaman terakhir (Pasal 89 ayat 2). Apabila pihak yang dipanggil

tidak ada ditempat tinggalnya atau tempat kediaman terakhir, surat

panggilan disampaikan melalui kelurahan atau Kepala Desa yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal pihak yang dipanggil atau tempat

kediaman terakhirnya (Pasal 89 ayat 3). Penerimaan surat panggilan oleh

pihak yang dipanggil sendiri atau melalui orang lain dilakukan dengan

tanda penerimaan (Pasal 89 ayat 4). Apabila tempat tinggal atau tempat

kediaman terakhir tidak dikenal, maka surat panggilan ditempelkan pada

tempat pengumuman di gedung Pengadilan Hubungan Industrial uang

memeriksanya (Pasal 89 ayat 5).

Majelis Hakim dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir di

persidangan guna diminta dan didengar keterangannya. Setiap orang yang

dipanggil untuk menjadi saksi atau saksi ahli kerkewajiban untuk memenuhi

panggilan dan memberikan kesaksiannya di bawah sumpah.

Sidang Majelis Hakim terbuka untuk umum. Ini berarti bahwa setiap

orang boleh mengikuti jalannya persidangan sebagai wujud fungsi kontrol

53

Page 20: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

sosial terhadap jalannya persidangan yang dilaksanakan. Apabila para pihak

sebelumnya tidak menguasakan kepada seorang wakil, di muka sidang

pertama tersebut mereka dapat menguasakan secara lisan kepada seorang

wakil, hal ini harus dicatat dalam berita acara sidang.

Selanjutnya hakim harus mengusahakan mendamaikan kedua belah

pihak yang bersengketa (Pasal 130 HIR/154 Rbg). Apabila berhasil

didamaikan, hakim dapat memberikan putusan perdamaian yang

menghukum para pihak untuk memenuhi isi perdamaian yang telah dicapai

yang sesungguhnya merupakan persetujuan, sehingga bersifat final. Jika

para pihak tidak berhasil didamaikan barulah dimulai dengan pembacaan

surat gugatan (Pasal 131 ayat 155 ayat 1 Rbg).

Hukum acara peradilan hubungan industrial, dimungkinkan pada

sidang pertama, bilamana nyata-nyata pihak pengusaha terbukti tidak

melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasl 155 ayat 3

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai

tindakan skorsing bagi buruh/pekerja yang sedang dalam proses PHK

dengan wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima

pekerja/buruh, Hakim Ketua sidang menjatuhkan putusan sela berupa

perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya

seharusnya diterima oleh pekerja/buruh (Pasal 96 ayat 1). Jika putusan sela

tersebut tidak dilaksankan oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang

memerintahkan sita jaminan dalam sebuah penetapan Pengadilan Hubungan

Industrial serta terhadap sita jaminan tersebut tidak dapat diajukan

54

Page 21: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

perlawanan dan/atau tidak dapat digunakan upaya hukum. Sesuai dengan

asas dalam peradilan perdata, hakim bersifat pasif, putusan sela tersebut

tidak serta merta dijatuhkan tetapi harus dimohon oleh pihak penggugat

dalam gugatannya.

6. Pemeriksaan dengan Acara Cepat

Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah satu pihak

yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan

permohonan dari yang berkepentingan, para pihak dan/atau salah satu pihak

dapat memohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial supaya

pemeriksaan sengketa dipercepat (Pasal 98 ayat 1). Dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan tentang

dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut. Terhadap

penetapan tersebut tidak digunakan upaya hukum. Ketentuan diatas tidak

menjelaskan alasan pemeriksaan perkara secara cepat, hanya jika para pihak

memiliki kepentingan yang sangat mendesak yang nantinya akan dinilai

oleh Pengadilan dari alasan permohonan yang diajukan. Pemeriksakan

perkara dengan acara cepat ini dilakukan maksimal 14 (empat belas) hari

kerja. Sedangkan untuk penyelesaian pemeriksaan dengan acara biasa

dilakukan paling lambat 50 (lima puluh ) hari kerja terhitung sejak hari

sidang pertama.15

Perkara perdata umumnya tidak dikenal acara pemeriksaan acara cepat, semua perkara diselesaikan dengan menggunakan acara pemeriksaan biasa. Pemeriksaan cepat dikenal dalam perkara pidana untuk pemeriksaan

15 Lalu Husni, Op.cit, hal.103

55

Page 22: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

tindak pidana ringan dengan ancaman kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah), demikian juga dala pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas.16

7. Upaya Hukum

Apabila pihak pekerja/buruh atau pihak perusahaan tidak menerima

terhadap putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang telah memutus

perkara perselisihan mengenai pemutusan hubungan kerja tersebut, maka

para pihak atau salah pihak dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung

sesui dengan ketentuan pada Pasal 110 UU PPHI yaitu dalam waktu

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari :

a. Bagi yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan dalam sidang

majelis hakim ;

b. Bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima

pemberitahuan putusan ;

Permohonan kasasi harus disampaikan secara tertulis melalui sub

kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

setempat (Pasal 111 UU PPHI). Sub kepaniteraan harus sudah

menyampaikan berkas perkara kepada Ketua Mahkamah Agung paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penerimaan permohonan

kasasi.

Menurut Pasal 115 UU PPHI Perselisihan pemutusan hubungan kerja yang dimohonkan kasasi, diperiksa dan diputus oleh majelis hakim kasasi yang terdiri atas 1 (satu) orang Hakim Agung dan 2 (dua) orang Hakim Agung Ad-hoc yang susunan majelisnya ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung. Tata cara penyelesaian oleh majelis hakim kasasi dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Putusan tentang perselisihan oleh majelis hakim kasasi harus dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan permohonan kasasi.

16 Ibid, hal.103-104

56

Page 23: eprints.unpam.ac.ideprints.unpam.ac.id/1835/4/BAB III.doc · Web viewDalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

57