iii. metodologi penelitian - repository.ipb.ac.id · be rke la n ju ta n an a lis is ke b e rla n...
TRANSCRIPT
37
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian lapangan secara fisik berlokasi di DAS Batu Gantung, DAS
Batu Gajah, DAS Wai Tomu, DAS Batu Merah dan DAS Ruhu di Semenanjung
Leitimor Pulau Ambon (Gambar 7). Dalam penelitian ini batasan yang digunakan
adalah hanya pada wilayah DAS yang merupakan daerah sumber air yang dipasok
untuk kebutuhan air minum di Kota Ambon dengan luas 4.123,09 ha.
Sumber : Bappeda Kota Ambon, 2003
Gambar 7. Peta lokasi penelitian
3.2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga macam metode analisis, yaitu untuk
menjawab tujuan pertama adalah interpretasi data secara visual yaitu dengan
menganalisa warna. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan fenomena-
fenomena bersifat kualitatif, berkaitan dengan interpretasi data citra satelit tingkat
perubahan dan penyimpangan pemanfaatan lahan sebagai akibat dari upaya
pertumbuhan wilayah.
Analisis hidrologi untuk menjawab tujuan kedua yaitu dengan
menggunakan Metode MWSWAT. Analisis pertumbuhan penduduk berdasarkan
Wae Ruhu
Wae Batu Merah
Wae Tomu
Wae Batu Gajah
Wae Batu Bantung
38
metode geometri, analisis kebutuhan air berdasarkan ketentuan dari Departemen
Pekerjaan Umum untuk menjawab tujuan ke tiga, serta metode pendekatan Multi
Dimensional Scalling (MDS) dan Stella untuk Analisis dinamis serta analisis
deskriptif membahas kelembagaan pengelolaan DAS pada tujuan keempat.
Pengumpulan Data
Primer & Sekunder
Kondisi Eksisting DAS
Analisis Karakteristik
DAS dan Debit Andalan
Model Dinamik
(Stella)
Analisis Kelembagaan
(Diskriptif)
ERDAS & GIS Survei Tutupan
Lahan
MWSWAT,
RAINBOW
PERMEN PU No.
18/PRT/M/2007
Analisis Kebutuhan Air Analisis Ketersediaan Air
1. KA Domestik
2. KA Pertanian
3. KA Industri
4. KA Total
1. Data Iklim
2. Data Tanah
3. Data Debit
1. Data Iklim
2. Data Tanah
3. Data Debit
MDS
Model Pengelolaan DAS
Berkelanjutan
Analisis Keberlanjutan
(Kondisi Eksisting DAS)
Ekologi Ekonomi Sosial
Gambar 8. Skema desain penelitian
39
Tabel 1. Matriks tujuan, variabel data, teknik pengumpulan data, metode analisis dan output yang diharapkan
dalam penelitian
NO TUJUAN VARIABEL
DATA SUMBER
DATA
TEKNIK
PENGUMPULAN
DATA
METODE
ANALISIS
OUTPUT
YANG
DIHARAPKAN
1. Menganalisis perubahan
tutupan lahan pada DAS di
Semenanjung Leitimor.
Tataguna lahan,
penutupan lahan Primer dan
sekunder Observasi
langsung, studi
pustaka
Interpretasi Data
Citra dengan
perangkat lunak
Erdas dan GIS/SIG
perubahan
penutupan lahan
pada DAS untuk
kelima DAS
2. Menganalisa debit andalan
DAS di Semenanjung
Leitimor
CH, Debit sungai. Primer dan
sekunder Observasi
langsung,
Pengukuran
langsung, studi
pustaka
MWSWAT,
RAINBOW Karakteristik
hidrologi dan
debit andalan
DAS Kota
Ambon
3. Menganalisis kebutuhan air
di Semenanjung Leitimor Proyeksi
penduduk,
kebutuhan air
Data primer
dan sekunder Studi Pustaka,
observasi langsung Metode Geometril,
berdasarkan
PERMEN PU No.
18/PRT/M/2007
Kebutuhan air di
semenanjung
Leitimor.
4. Merumuskan model
pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dalam menunjang
keberlanjutan sumberdaya
air secara ekologi, ekonomi,
dan sosial di Semenanjung
Leitimor
Seluruh data yang
digunakan pada
analisis parsial
setiap komponen
pengelolaan DAS
Primer dan
sekunder
serta
responden
Wawancara
mendalam,
kuesioner, FGD
Pendekatan sistem:
MDS, Analisis
Sistem Dinamis
(Stella); Analisis
kelembagaan
(Diskriptif)
Model
pengelolaan
DAS yang
berkelanjutan
40
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Data Primer
Pengumpulan data dibedakan atas data biofisik (tanah, hidrologi,
penutupan lahan) dan data sosial ekonomi masyarakat di wilayah ke lima DAS
yang diwakili oleh Desa Kusu-Kusu Sereh dan Desa Soya, Kecamatan Sirimau
Kota Ambon. Data debit sungai sesaat untuk kelima sungai yang menjadi sampel
dalam penelitian.
Penutupan lahan sekarang di hulu DAS dan sifat-sifat tanah (bahan induk)
diamati di lapangan dan di plot ke dalam peta kerja saat survey lapangan
berlangsung. Pengamatan sifat-sifat tanah (warna, tekstur, struktur, porositas,
kedalaman tanah) dilakukan melalui data boring dan profil tanah, sedangkan
infiltrasi diukur langsung di lapangan dengan ring infiltrometer.
Data primer berdasarkan dari responden yang terdiri dari para pakar
diwawancarai dengan panduan kuisioner. Kuisioner merupakan kumpulan dari
pertanyaan-pertanyaan yang berisikan tentang rencana studi yang dilaksanakan.
Pengambilan kuisioner dilakukan terhadap responden yang ditentukan secara
purposive yaitu pada pakar yang terkait dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
yang antara lain: Dinas Kehutanan Kota Ambon, Bappeda Kota Ambon. BPDAS
Wilayah Maluku, Akademisi, Pengelola Air Minum (PDAM dan DSA), tokoh
masyarakat, Forum DAS Propinsi Maluku, Lembaga Swadaya Masyarakat.
Tabel 2. Jenis data dan sumber data primer
No. Jenis Data Sumber Data
1. Biofisik (stuktur dan tekstur
tanah)
BPN Kota Ambon, PU Propinsi
Maluku
2. Tutupan lahan
3. Sosial ekonomi masyarakat BPS Kota Ambon
4. Data debit sungai PU Prop. dan Balai SDA Maluku
5. Responden pakar Wawancara panduan kuisioner
41
3.3.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dibedakan atas kondisi umum lingkungan,
data iklim diperoleh dari stasiun BMKG Karang Panjang Ambon karena
merupakan stasiun terdekat, data citra satelit Pulau Ambon dari LAPAN, dan peta
penutupan lahan Pulau Ambon dari BPKH Maluku, Data hidrologi sungai yang
menyangkut pengukuran tinggi muka air dan debit sungai dari Wae Batu Gantung,
Wae Batu Gajah, DAS Wai Tomu, DAS Batu Merah dan Wae Ruhu, data
administrasi Kota Ambon dari Badan Pusat Statistik Kota Ambon serta Regulasi
dan Undang-undang dari instansi terkait.
Pengumpulan data menyangkut data primer dan data sekunder. Data yang
dibutuhkan pada penelitian ini antara lain:
- Debit sungai Wae Tomu Tahun 2010 dari Dinas Pekerjaan Umum Propinsi
Maluku dan Balai Sungai Maluku.
- Data klimatologi Stasiun BMKG Bandara Pattimura Laha Ambon
- Data global Digital Elevation Mode (DEM) untuk wilayah Pulau Ambon
dengan resolusi 30 X 30 m yang berasal dari
(http://dds.cr.usgs.gov/srtm/version 2_1/SRTM3/Eurasia)
- Data global dari Landcover (http://waterbase.org) skala 1:250.000, tanah
skala 1:250.000 dan data iklim global
- Peta tanah DAS Kota Ambon
- Administrasi Kota Ambon dari instansi terkait.
42
3.3.3. Tahapan Analisis Data
MULAI
PENULISAN PROPOSAL
EVALUASI TUTUPAN
LAHAN
ANALISIS HIDROLOGI
ANALISIS KEBUTUHAN
DAN KETERSEDIAAN AIR
ANALISIS
KEBERLANJUTAN
MODEL DINAMIS
PENGELOLAAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI
ANALISIS KELEMBAGAAN
DAS
SELESAI
Data Penunjang:
1. Studi Pustaka
2. Data Sekunder
Data Penunjang:
1. Citra Landsat TM
2. Peta Topografi
Data Penunjang:
1. Curah Hujan
2. Debit Sungai
3. Kondisi Biofisik lahan
Data Penunjang:
1. Tkt. Pertumbuhan Pddk
2. Keb. Air Domestik,
Pertanian dan industri
Semua Data Yang
Terkumpul
Hasil Wawancara Dengan
Informan Kunci tentang
faktor pengungkuit yang
perlu diperbaiki
Faktor pengungkit dari
keberlanjutan
Gambar 9. Tahapan analisis data
3.4. Analisis Data
3.4.1. Penutupan Lahan.
Analisis penutupan lahan lokasi penelitian dianalisis menggunakan
interpretasi data Citra Pulau Ambon dengan bantuan perangkat lunak computer
(software) ERDAS 9 dan Sistem Informasi Geografis (SIG)/Geography
Information Sistems (GIS) Arcinfo lisensi Fahutan IPB. Erdas dan SIG
merupakan sistem informasi berbasis komputer, yaitu sekumpulan perangkat
keras (komputer), perangkat lunak, data-data geografis, manusia yang terorganisir,
yang secara efisien mengumpulkan, menyimpan, meng-update, memanipulasi,
menganalisis dan menampilkan semua bentuk data bereferensi geografis.
43
Gambar 10. Peta sebaran titik pengamatan tutupan lahan di lokasi penelitian
44
Citra landsat
Interpretasi Citra Landsat
berdasarkan unsur
ukuran, rona, warna
tekstur dan pola
Peta interpretasi/peta
tutupan lahan sementara
Pengecekan Lapangan
Perbaikan peta hasil
interpretasi dan hasil
pengecekan lapangan
Akurasi
Peta Tutupan Lahan Final
Data Penunjang:
1. Peta Topografi
2. Peta tataguna tanah, dll
Klasifikasi Tutupan Lahan
Data Pengamatan
Lapangan
Tid
ak d
ite
rim
a
Gambar 11. Tahapan analisis kondisi tutupan lahan eksisting
Pengenalan obyek secara visual merupakan bagian dalam interpretasi citra.
Untuk itu identitas dan jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam analisis.
Karakteristik obyek pada citra dapat digunakan untuk mengenali obyek melalui
unsur interpretasi. Unsur interpretasi yang dimaksud antara lain: a). Ukuran
merupakan cerminan penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok
individu; b). rona merupakan tingkat/gradasi keabuan yang teramati pada citra
penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih; c). warna merupakan
wujud yang tampak mata. Dibandingkan dengan rona, perbedaaan warna lebih
mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali obyek secara visual; d). tekstur
45
merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Tekstur dihasilkan oleh
kelompok unit kenampkan yang kecil, tekstur sering dinyatakan kasar, halus,
ataupun belang-belang (Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman
bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur halus); e). pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsur penting untuk
membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia.
Klasifikasi tutupan lahan merupakan langkah selanjutanya dari proses
interpretasi citra, setelah itu dibuat peta penutupan lahan sementara. Peta
penutupan lahan semenatara ini kemudian dijadikan peta untuk melakukan
pengecekan di lapangan. Data hasil pengecekan lapangan selanjutnya dijadikan
acuan untuk perbaikan peta hasil inerpretasi awal, selanjutnya dilakukan uji
akurasi terhadap klasifikasi tutupan lahan tersebut dan jika akurasi diterima maka
langkah selanjutnya adalah membuat peta tutupan lahan final.
Luas areal tutupan lahan yang dilakukan pada lokasi penelitian termasuk
kelima DAS dan dataran perkotaan pada bagian hilir dari DAS Kota Ambon,
sedangkan luasan tutupan lahan untuk analisis debit unggulan hanya sampai pada
batas outlet dari masing-masing DAS
3.4.2. Karakteristik Hidrologi DAS
Analisis data mencakup rata-rata curah hujan wilayah, evapotranspirasi,
infiltrasi dan aliran permukaan. Selanjutnya dilakukan analisis SWAT dengan
menggunakan aplikasi MapWindow dalam menganalisis debit sungai DAS di
Kota Ambon. Pada aplikasi SWAT input data yang diperlukan disesuaikan
dengan metode yang akan digunakan dalam menentukan parameter output
nantinya.
Simulasi SWAT dilakukan pada dua tahun yaitu Tahun 2002 dan Tahun
2010 dengan melihat perubahan tutupan lahan karena data perubahan tutupan
lahan yang ada hanya pada Tahun 2002 dan Tahun 2009, sedangkan untuk
melakukan kalibrasi debit hanya pada Tahun 2010 karena time series data debit
yang ada hanya pada Tahun 2010.
46
Analisis data mencakup rata-rata curah hujan wilayah, evapotranspirasi,
infiltrasi dan aliran permukaan. Selanjutnya dilakukan analisis SWAT dengan
menggunakan aplikasi MapWindow dalam menganalisis debit DAS Kota Ambon.
Analisis Kecenderungan Ketersediaan Air
Data hasil pengukuran debit harian sungai Wae Tomu telah dikumpulkan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku untuk Tahun 2002 dan Balai
Sungai Maluku untuk Tahun 2010 secara intensif menggunakan AWLR.
Ketersediaan air diproyeksikan berdasarkan data historis debit sungai dengan
menggunakan model populer yang dikenal sebagai model Verhulst (Burghes dan
Borrie, 1981). Secara umum model ini menunjukan kurva sigmoid dari waktu ke
waktu dengan nilai batasan pada waktu tak terbatas.
Tidak
1. Tanah
2. Iklim
3. Landuse
4. Debit
Pengumpulan Data Pengelompokan Data Pemasukan Data
Mulai
Validasi Model
HRUs
Model
MWSWAT
Debit ModelDebit
Observasi
Evaluasi
Statistik
Kalibrasi
Tataguna
Lahan
Peta dan
Karakteristik DASIklim Debit
Simulasi Hasil
Kalibrasi
Selesai
Ya
Gambar 12. Diagram alir analisis ketersediaan air DAS Kota Ambon
47
Analisis debit sungai menggunakan MWSWAT
Perhitungan debit sungai dilakukan dengan menggunakan MWSWAT
untuk melihat karakteristik DAS secara keseluruhan dengan responsnya terhadap
hidrologi DAS. Hasil simulasi nantinya dikalibrasi kembali dengan hasil
perhitungan debit observasi di lapangan. sebelum memulai tahapan pengolahan
dengan menggunakan SWAT, perlu dilakukan persiapan terhadap data yang akan
dimasukan sebagai input dalam SWAT yaitu:
a. Membuat sistem koordinat pada peta DEM (30 m X 30 m), landcover, tanah.
Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat Universal
Transverse Mercator (UTM) WGS 1984 pada zone 52S. Format peta yang
digunakan dalam bentuk raster (grid cells).
b. Menyiapkan data iklim yang meliputi daftar stasiun Bandara Pattimura
(967370.txt), data hujan harian dari tahun 1986 – 2010 (9767370.pcp), data
temperatur harian dari tahun 1986 – 2010 (967370.tmp), data iklim tahun
1986 – 2010 di dalam file weather generator (WGN_Pattimura.wgn).
c. Menyiapkan data karakteristik tanah, tanaman/Landcover, dan wilayah urban
dengan penyesuaian terhadap data global yang telah ada.
Penggambaran Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai Kota Ambon dibuat dengan metode Automatic
Watershed Deliniation pada aplikasi SWAT. Peta DEM pulau Ambon dengan
resolusi 30 m X 30 m dijadikan input untuk mempresentasekan beda elevasi dari
setiap titik untuk melihat arah aliran air permukaan. Aliran sungai yang terbentuk
akan membentuk suatu daerah aliran sungai, dan outlet dari aliran sungai tersebut
disesuaikan dengan koordinat outlet sungai yang ada di Kota Ambon.
Pembuatan wilayah Hidrologi
Wilayah hidrologi dibentuk berdasarkan hydrological Response Unit
(HRUs) pada aplikasi SWAT. HRUs menggambarkan pengaruh suatu wilayah
terhadap faktor hidrologi yang terjadi pada wilayah tersebut, pembagian wilayah
tersebut berdasarkan karakteristik tanah, tataguna lahan, dan kemiringan lereng.
Input peta tanah dan landcover harus dalam koordinat sistem UTM, dan dalam
format raster. Selanjutnya faktor kemiringan yang digunakan dalam menentukan
48
HRUs dibagi dalam beberapa pembagian menurut Arsyad (2006) yakni 0-3%,
3-8%, 8-15%, 15-30%, 30-45%, 45-65%, >65%. Threshold dari persentase total
luasan yang digunakan untuk landcover (10%) jenis tanah (5%) dan kelerengan
(5%) yang memiliki persentase luasan yang lebih kecil dari threshold yang
ditentukan untuk diabaikan.
Simulasi SWAT
Pada tahapan ini input data yang digunakan adalah periode simulasi tahun
1994 – 2010. File data stasiun iklim (.txt), file data hujan harian (.pcp), temperatur
harian (.tmp) dan fie weather generator (.wgn).
Visualisasi Hasil Simulasi
Pada tahapan visualisasi parameter output yang dikehendaki dapat
ditampilkan dalam MapWindow, berupa gradasi warna. Pada sungai yang
disimulasi, output yang dipilih yaitu parameter output debit sungai sebagai rata-
rata tahunan.
Kalibrasi dan validasi
Analisis hasil simulasi dari output yang telah diperoleh dikalibrasi
parameter inputnya agar hasil simulasi mendekati kondisi ideal dengan data hasil
pengukuran di lapangan. Selanjutnya dilakukan validasi terhadap kondisi aktual di
lapangan pada periode 2010. Perbandingan output debit hasil simulasi SWAT
dengan debit hasil observasi outlet di lapangan dilakukan dengan menggunakan
SWAT Plot dan Graph. Hasil simulasi kemudian dikalibrasi dengan SWAT CUP
untuk mengetahui kesamaan antara debit observasi dengan debit kalibrasi. Karena
itu nilai p_faktor dan R2 merupakan parameter utama yang dipakai sebagai hasil
kalibrasi menggunakan SWAT CUP. Analisis dilakukan dengan menggunakan
koefisien determinasi (R2) dan Nash-Sutcliffe Index (NSI) sebagai berikut:
(∑ ( )
√∑
∑
)
..................................... (3-1)
(∑
∑
) ............................................. (3-2)
49
Dimana :
Qobs = debit observasi (m3/det)
Qcal,i = debit hasil simulasi (m3/det)
= debit Simulasi rata-rata (m3/det)
= debit observasi rata-rata (m3/det)
Kategori simulasi berdasarkan nilai NSI (Van Liew et al., 2005 dalam
Stehr, 2009) adalah sebagai berikut:
- Layak jika > 0,75
- Memuaskan 0,36<NSI<0,75
- Kurang memuaskan jika <0,36
Jika hasil kalibrasi didapatkan hasil memuaskan atau layak maka model
SWAT dapat diaplikasikan dalam simulasi untuk berbagai kondisi dalam
manajemen sumberdaya air di DAS Kota Ambon.
Analisis Debit Andalan
Analisis debit andalan dilakukan dengan cara mengelompokan debit rata-
rata perbulan hasil simulasi MWSWAT kemudian dirancang berdasarkan konsep
peluang (probability). Perhitungan debit andalan dapat diduga dengan
menggunakan analisis peluang yaitu dengan metode sebaran normal. Metode
sebaran normal digunakan untuk menggambarkan rataan aliran sungai tahunan.
Sebaran ini membutuhkan data rataan dan simpangan baku dari debit sungai.
Analisa debit andalan menggunakan metode tahun dasar perencanaan,
metode ini biasanya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan irigasi.
Umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan keandalan 80%. Dalam
perhitungan debit andalan dalam penelitian ini digunakan tools RAINBOW, paket
perangkat lunak untuk analisis frekuensi hidrometeorologi
dan pengujian homogenitas set data historis. Perangkat ini dapat di down load
pada situs http://www.iupware.be.
50
3.4.3. Penggunaan Air
3.4.3.1. Proyeksi Penduduk
Untuk menentukan kebutuhan air di Semenanjung Leitimor dimulai
dengan proyeksi jumlah penduduk Kota Ambon dengan metode Geometri (Badan
Pusat Statistik):
Pn = P0 (1+r)2 .......................................................................... (3.3)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar.
r = Laju pertumbuhan penduduk.
n = Jumlah interval tahun
Ketentuan teknis untuk pengkajian kebutuhan air domestik untuk wilayah
penelitian dikelompokan ke dalam kategori wilayah berdasarkan standar
kebutuhan air untuk berbagai sektor SNI 19-6728.1-2002 adalah sebagai berikut:
51
Tabel 3. Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor
No. Jenis Pemakai Satuan Standart
Konsumsi
Domestik
1. Masyarakat Kota dengan penduduk > 1 juta L/jiwa/hari 250
2. Masyarakat Kota dengan penduduk 10.000
- 1 juta
L/jiwa/hari 150
3. Masyarakat Desa dengan penduduk <
10.000
L/jiwa/hari 100
4. Kran Umum L/jiwa/hari 30
Non Domestik
1. Hidran Kebakaran % keb. dmstk 5
2. Kebocoran % keb. dmstk 20
3. Sekolah L/jiwa/hari 10
4. Kantor L/jiwa/hari 10
5. Tempat Ibadah L/jiwa/hari 2
Industri
1. Secara umum L/Det/Ha 1
Irigasi
1. Irigasi Teknis L/det/ha 1
2. Irigasi Semi Teknis L/det/ha 1
3. Irigasi Sederhana L/det/ha 1
Ternak
1. Sapi L/ekor/hari 40
2. Domba/kambing L/ekor/hari 5
3. Babi L/ekor/hari 6
4. Unggas L/ekor/hari 0,6
Tambak
1. Tambak Sederhana L/det/ha 0,8
2. Tambak Semi Intensif L/det/ha 3,9
3. Tambak Intensif L/det/ha 5,9
Komersial
1. Pelabuhan Udara L/pnmpg/hari 10
2. Terminal/Stasiun Bis L/pnmpg/hari 3
3. Pelabuhan Laut L/pnmpg/hari 10
4. Hotel L/jiwa/hari 200
Sarana Kesehatan
1. Rumah Sakit L/bed/hari 300
Sumber :SNI 19-6728.1-2002 Penyusunan Neraca Sumberdaya Air
52
3.4.3.2. Pemakaian Air
Pemakaian air setiap orang dapat dihitung melalui:
Besar pemakaian air setiap orang setiap hari (Px) adalah
Px = Total pemakaian air (ltr/hr)
...............……………..… (3.4) Jlh anggota keluarga (orang)
3.4.3.3. Kebutuhan Air Total
Kebutuhan air total diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh
kebutuhan air untuk kebutuhan domestik, industri, dan pertanian. Persamaan yang
dapat digunakan adalah
KAtotal = KAdomestik + KAindustri + KApertanian ……………….......….. (3.5)
Untuk persamaan (3,5), dapat dibuat persamaan untuk menghitung
kebutuhan air masing-masing variabel yaitu:
a. Kebutuhan Domestik. Jumlah kebutuhan air setiap individu, yang
dipengaruhi oleh faktor usia, agama, dan tingkat kesejahteraan, tetapi
dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak diperhitungkan.
Persamaan untuk menghitung kebutuhan air domestik adalah
KAdomestik = 365 hari (Nt(100/1000) ………………….. (3.6)
Dimana:
Nt = Np(1+r)t ………………….. (3.7)
Ket : Nt = Jumlah penduduk pada tahun ke t (jiwa).
Np = Jumlah penduduk pada tahun dasar hitungan (jiwa).
r = Laju pertumbuhan penduduk.
t = Selisih tahun antara proyeksi dengan tahun dasar
hitungan
b. Kebutuhan Air Industri
Kebutuhan Air industri yang dihitung dalam penelitian ini mencakup
industri pangan formal, industri tekstil, industri bahan bangunan, industri
mesin, logam, elektronik dan industri kerajinan.
KAindustri = 365 hari (Nind X Uind) ………………….. (3.8)
Dimana : Nind = Jumlah industri (unit).
Uind = Kebutuhan air harian per unit (m3/hari).
53
c. Kebutuhan Air Pertanian
Kebutuhan air pertanian yang dihitung dalam penelitian ini adalah hanya
untuk kebutuhan air ternak. Ternak yang digolongkan dalam perhitungan
kebutuhan air adalah ternak sapi, kambing, babi, unggas (itik dan ayam).
Sedangkan kebutuhan air untuk tanaman tidak dihitung karena tidak ada
pertanian yang intensif di lokasi penelitian dan tidak ada saluran irigasi
sehingga kebutuhan air untuk pertanian diabaikan.
KAternak = 365 hari (Nternak X Uternak) ………………….. (3.9)
Dimana : Nternak = Jumlah ternak (ekor).
Uternak = Kebutuhan air ternak per ekor (ltr/hari).
3.4.4. Desain Model Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Semenanjung Leitimor
1) Analisis Data
Analisis keberlanjutan pengelolaan Daerah Aliran Sungai Semenanjung
Leitimor dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling
(MDS). Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain:
1. Penentuan atribut keberkelanjutan pengelolaan DAS yang mencakup tiga
dimensi yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial.
2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan
setiap dimensi. Masing-masing atribut dari setiap dimensi dilakukan
penilaian berdasarkan scientific judgment oleh responden pakar berdasarkan
persyaratan yang telah ditentukan. Pemberian skor ordinal pada rentang 0-2,
atau 0-3 atau sesuai dengan karakter atribut yang menggambarkan strata
penilaian dari terendah (0) sampai yang tertinggi (3). Skor 0 adalah buruk
(bad) dan skor 3 adalah baik (good). Penilaian atribut dilakukan dengan
membandingkan kondisi atribut dengan memberikan penilaian buruk (0),
sedang (1), baik (2) atau sangat baik (3).
3. Menghitung indeks dan menganalisis status keberlanjutan. Hasil skor dari
setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional untuk menentukan suatu
titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan DAS Kota
Ambon. Titik tersebut merupakan posisi relatif berkelanjutan yang dikaji
54
terhadap dua titik acuan yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Skor
definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik
yang mencerminkan posisi keberlanjutan sistem yang dikaji relatif terhadap
titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan
setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang
terbaik (good) 100%. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks
keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kategori status keberlanjutan pengelolaan DAS Semenanjung
Leitimor
Nilai Indeks Kategori
0,00 - 25,00
25,01 - 50,00
50,01 - 75,00
75,01 - 100,00
Buruk (tidak berkelanjutan)
Kurang (kurang berkelanjutan)
Cukup (cukup berkelanjutan)
Baik (sangat berkelanjutan)
Sumber: Fauzi dan Anna (2005)
Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat
divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses
rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai
indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) hingga 100% (baik). Ilustrasi
hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan terlihat pada Gambar 13 berikut:
Gambar 13. Ilustrasi nilai indeks keberlanjutan dalam skala ordinasi
Selain itu nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan
secara bersama dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram). Diagram
layang-layang tersebut simetrisnya ditentukan oleh indeks masing-masing dimensi
(ekologi, ekonomi, sosial). Disamping itu nilai indeks dari masing-masing
dimensi dapat dimunculkan pada diagram tersebut. Diagram layang-layang
keberlanjutan disajikan pada Gambar 14.
Analisis untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi
terhadap indeks keberlanjutan maka dilakukan analisis sensivitas dengan melihat
bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin
besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut. Analisis-
Buruk Baik
0 50 100 25 75
55
analisis yang dilakukan tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan
pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi skor akibat
perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-
ulang, kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya
nilai stress (nilai stress dapat diterima jika nilai < 25%) (Kavanagh, 2001 dalam
Budiharsono, 2007). Sehinga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan
nilai ordinasi akan digunakan analisis Monte Carlo.
Gambar 14. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi
Pendekatan MDS dalam Rap-insus DAS memberikan hasil yang stabil
yang telah dimodifikasi dibandingkan dengan metode multivariate analysis yang
lain, seperti factor analysis. Dalam MDS, dua titik atau obyek yang sama
dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik
yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi
atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Euclidean Distance yang
dalam ruang berdimensi n dapat (Modifikasi dari Fauzi dan Anna, 2005) ditulis
sebagai berikut:
............... (3.10)
Konfigurasi dari obyek atau titik di dalam MDS kemudian diproksimasi
dengan meregresikan jarak Euclidean (dij) dari titik I ke titik j dengan titik asal
(σij) sebagaimana persamaan berikut:
............................................... (3.11)
Ekonomi
Ekologi Sosial
.......2
21
2
21
2
21 zzyyxxd
ijijd
56
Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah
Algoritma ALSCAL, dimana mengoptimalisasikan jarak kuadrat (square distance
= dijk) terhadap data kuadrat (titik asal = Oijk), yang dalam tiga dimensi (i, j, k)
ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut:
........................... (3.12)
Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Eucledian yang dibobot atau ditulis:
22
jaia
r
i
ka xxwd
................................................. (3.13)
Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang
dihitung berdasarkan nilai S di atas dan R2. Nilai stress yang rendah menunjukkan
good fit, Nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Dalam pendekatan Rap-
Fish, model yang baik ditunjukkan dengan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25
atau S < 0,25 (Fauzi dan Anna, 2005). Nilai R2 yang baik adalah yang nilainya
mendekati 1.
Secara keseluruhan maka tahapan dalam analisis keberlanjutan
menggunakan MDS dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini:
Start
Identifikasi dan
Pendefenisian Atribut
(didasarkan pada
kriteria yang konsisten)
Gambaran Umum
Skoring (mengkonstruksi
reference point untuk good
dan bad serta anchor)
Multidimensional
Scaling Ordination
(untuk setiap atribut)
Simulasi Montecarlo
(Analisis Ketidakpastian)
Analisis Leverage
(Analisis Anomali)
Analisis Keberlanjutan
(Asses Sustainability)
Gambar 15. Elemen proses aplikasi RafpDAS pendekatan MDS
2
4
22
1
1
i j
ijk
i j
ijkijkm
k o
od
ms
57
3.4.5. Desain Model Pengelolaan DAS Semenanjung Leitimor
Model pengelolaan Daerah Aliran Sungai Semenanjung Leitimor
berkelanjutan didasarkan atas pendekatan sistem mencakup identifikasi kebutuhan
stakeholders, formulasi masalah, identifikasi sistem, simulsi sistem dan
implimentasi. Desain kebijakan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
mengintegrasikan antara aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan penutupan lahan.
Masing-masing aspek tersebut merupakan submodel yang saling memiliki
keterkaitan.
1) Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan desain ini adalah
sistem dinamik dengan bantuan software Stella 9.0.2. Metode analisis ini
memiliki tahapan sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahapan awal dalam pendekatan
sistem. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap
stakeholders yang terkait sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara
terpadu dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk mengetahui peta atau
gambaran dari kebutuhan masing-masing stakeholders sehingga untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan bersama. Langkah awal dalam analisis
kebutuhan adalah mendata para stakeholders yang terkait dalam penyusunan
desain kebijakan Daerah Aliran Sungai terpadu dan berkelanjutan. Setelah
stakeholders teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing
melalui wawancara mendalam (deep interview) dengan stakeholders termasuk
wawancara dengan para pakar yang memiliki pemahaman terhadap sistem
yang ada. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap permasalahan yang
ada di lapangan maka stakeholders dan kebutuhannya teridentifikasi yang
disajikan pada tabel di bawah.
58
b. Identifikasi sistem
Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling
terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus
tujuan tertentu (Hartirisari, 2007). Pada tahap identifikasi sistem, mencoba
memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan
untuk mengenali hubungan antara ”pernyataan kebutuhan” dengan
”pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan
menyusun diagram lingkar sebab-akibat (causal loop diagram) atau
diagram input output (black box diagram).
Tabel 5. Draft analisis kebutuhan stakeholders dalam desain kebijakan
Pengelolaan DAS Semenanjung Leitimor terpadu dan
berkelanjutan
Stakeholders Kebutuhan
Pemerintah 1. Keberlanjutan ekosistem DAS Kota Ambon
2. Pendapatan daerah meningkat
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
4. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS
5. Pengembangan sumberdaya DAS
Masyarakat Hulu 1. Kesejahteraan meningkat
2. Terjaganya kondisi lingkungan yang baik
3. Penyuluhan pertanian dan kehutanan
4. Bantuan pengembangan modal usaha yang kondusif
5. Pelayanan pemerintah
Masyarakat 1. Fungsi Daerah Aliran Sungai sebagai reservoir terjaga
2. Nilai estetika Daerah Aliran Sungai terpelihara
Kelompok Bibit
Rakyat
1. Pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan
2. Pelatihan konservasi DAS
3. Ketersediaan dana
Akademisi 1. Ketersediaaan bibit anakan
2. Kemitraan dengan perguruan tinggi
3. Ekosistem DAS Kota Ambon lestari
4. Penelitian dan pengembangan pengelolaan SDA
5. Kesejahteraan petani agroforestri terjamin
59
Input Tak Terkontrol:
1. Perilaku Masyarakat
2. Konversi Lahan
3. Iklim
MODEL PENGELOLAAN
DAS (Watershed) DALAM
UPAYA PENYEDIAAN AIR
BERKELANJUTAN
Input Lingkungan:
1. UU No. 41 Tahun 1999
2. UU No. 7 Tahun 2004
3. UU No. 32 Tahun 2009
Outpun Yang Dikehendaki:
1. Keberlanjutan sumberdaya air
bagi masyarakat.
2. Tata ruang kota yang selaras
3. Konservasi DAS
4. Sungai mengalir sepanjang
tahun
Outpun Yang Tak Dikehendaki:
1. Permukiman meningkat di DAS
2. Degradasi lahan
3. Sungai kering pada musim
kemarau
Input Terkontrol:
1. Kearifan lokal
2. Penggunaan lahan berbasis
agroforestri
3. Perencanaan tata ruang
kota sesuai dengan kemampuan
lahan
Umpan Balik
Gambar 16. Diagram input output (Black Box) desain kebijakan
pengelolaan DAS secara terpadu dan berkelanjutan.
c. Simulasi Model
Simulasi model merupakan peniruan perilaku suatu sistem. Tujuan
simulasi model adalah untuk memahami gejela, membuat analisis, peramalan
perilaku dan proses tersebut di masa depan. Simulasi model dibantu dengan
menggunakan perangkat lunak yaitu Stella 9.0.2.
Gambar 17. Causal loop keberlanjutan sumberdaya air
60
d. Validasi dan Verifikasi model.
Validasi model dilakukan dengan dua cara yaitu uji validasi
struktur dan uji validasi kinerja. Uji validasi struktur adalah lebih
menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan logika pemikiran,
sedangkan uji validasi kinerja ialah menekankan pada pemeriksaaan
kebenaran yang taat data empiris. Validasi adalah proses menentukan
apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat.
Artinya pengujian validitas suatu model dilakukan untuk mengetahui
kebenaran suatu model konsistensi secara logis dan kedekatan model
dengan keadaan nyata. Sedangkan verifikasi adalah proses menentukan
apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat.
3.4.6. Analisis Kelembagaan Pengelolaan DAS Kota Ambon
1) Jenis dan Sumber Data
Jenis data terdiri atas data primer. Data primer mencakup stakeholders,
pengaruh, kepentingan dan perannya.
2) Metode pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diperoleh lewat wawancara dengan berbagai
stakeholders tentang peran masing-masing dalam pengelolaan DAS Kota Ambon.
3) Analisis Data
Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data yang tidak terukur
sehingga analisis akan dilakukan secara deskriptif kualitatif peran lembaga yang
terkait dianalisis dengan menggunakan analisis stakeholders dengan teknik yaitu
power versus interest grids.
Secara keseluruhan dari proses mendesain model pengelolaan Saerah
Airan Sungai dan termasuk hubungan antara stakeholders yang terkait dalam
pengelolaan DAS Kota Ambon disajikan dalam Gambar 18 berikut ini.
61
SISTEM PENGELOLAAN DAS dan
PENYEDIAAN AIR
Penentuan Dimensi Keberlanjutan,
Atribut dan Skala
Analisis Keberlanjutan
Indeks Keberlanjutan Atribut Kunci
Faktor Pengungkit
Keberlanjutan
Analisis Kebutuhan, formulasi
Fasalah, Identifikasi Sistem
Submodel
Ekonomi
Submodel
Ketersediaan Air
Submodel
Sosial
Submodel
Ekologi
Validasi
Skenario
Model Dinamik
Pengelolaan
DAS
Model Pengelolaan DAS dalm Upaya
Penyediaan Air Berkelanjutan
Model Kelembagaan
Pengelolaan DAS
Kondisi Eksisting
1. Tutupan Lahan
2. Debit Andalan
3. Kebutuhan Air
Penentuan coefisien
tutupan lahan
Gambar 18. Tahapan pelaksanaan Model Pengelolaan DAS Kota Ambon