iii. kerangka teori 3.1. modal manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai...

45
III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia Investasi pendidikan dan kesehatan menyatu dalam pendekatan modal manusia. Nilai pendidikan merupakan aset moral dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan serta merupakan bentuk investasi non fisik yang sering disebut dengan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering digunakan oleh ekonom untuk pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal ini ditingkatkan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal pokok untuk mencapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas, yang berada pada inti makna pembangunan (Todaro dan Smith, 2003). Human capital didefinisikan sebagai kemampuan, keterampilan dan pengetahuan pekerja dalam memproduksi barang dan jasa. Hal ini membutuhkan proses sekolah formal, pelatihan maupun proses learning by doing (Lucas, 1988). Melalui pendidikan, dapat menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dalam mengunakan teknologi baru yang berasal dari hasil penelitian dan pengembangan, baik domestik maupun hasil efek international spillover (Frantzen, 2000). Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti keimanan dan ketakwaan, moral, disiplin dan etos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian

Upload: vunhan

Post on 28-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

42

III. KERANGKA TEORI

3.1. Modal Manusia

Investasi pendidikan dan kesehatan menyatu dalam pendekatan modal

manusia. Nilai pendidikan merupakan aset moral dalam bentuk pengetahuan dan

keterampilan serta merupakan bentuk investasi non fisik yang sering disebut

dengan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering

digunakan oleh ekonom untuk pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia yang

dapat meningkatkan produktivitas jika hal ini ditingkatkan. Pendidikan dan

kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan

inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal pokok untuk mencapai

kehidupan yang memuaskan dan berharga. Keduanya adalah hal yang

fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas, yang berada

pada inti makna pembangunan (Todaro dan Smith, 2003).

Human capital didefinisikan sebagai kemampuan, keterampilan dan

pengetahuan pekerja dalam memproduksi barang dan jasa. Hal ini membutuhkan

proses sekolah formal, pelatihan maupun proses learning by doing (Lucas, 1988).

Melalui pendidikan, dapat menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dalam

mengunakan teknologi baru yang berasal dari hasil penelitian dan pengembangan,

baik domestik maupun hasil efek international spillover (Frantzen, 2000).

Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan

sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus

dimiliki oleh setiap manusia seperti keimanan dan ketakwaan, moral, disiplin dan

etos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan

berkomunikasi, yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian

Page 2: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

43

bangsa. Aspek pendidikan memiliki tugas dan kewajiban untuk membentuk

kepribadian, watak, moral, nilai-nilai kejujuran, cinta bangsa dan negara, empati

terhadap sesama yang memiliki perbedaan etnis, agama, dan kultural. Salah satu

indikator untuk mengukur pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (years of

schooling). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan

lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat

pendidikan terakhir. Lamanya bersekolah merupakan ukuran akumulasi investasi

pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu

meningkatkan pendapatan seseorang (Todaro dan Smith, 2003).

Human capital juga mencakup kesehatan, baik tenaga kerja maupun orang

yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Menurut World Health

Organization (WHO), kesehatan adalah sebuah kondisi kesejahteraan fisik,

mental serta sosial dan bukan sekedar bebas penyakit serta kelemahan fisik.

Ukuran untuk kesehatan yang biasa digunakan adalah tingkat hidup bayi per 1000

kelahiran dan tingkat harapan hidup. Tingkat harapan hidup banyak digunakan

oleh sebagian besar negara, namun mempunyai kelemahan berupa kualitas

perpanjangan usia hidup, apakah benar-benar berkualitas atau bahkan sebaliknya.

Sedangkan tingkat hidup bayi merupakan ukuran yang baik, namun mengabaikan

pertimbangan status kesehatan masyarakat secara umum, setelah masa kanak-

kanak. Kedua ukuran ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang cukup baik

dalam melihat status kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup (life

expectancy) adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang

pada suatu tahun tertentu. Kegunaan angka harapan hidup merupakan alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 3: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

44

3.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pada awal pembangunan, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi

berorientasi pada masalah pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output dalam jangka panjang, yang diukur melalui indikator

perkembangan PDRB riil dari tahun ke tahun. PDRB merupakan indikator

pengukur nilai output akhir (final output) barang dan jasa yang dihasilkan

penduduk suatu daerah dengan mengurangi penghasilan penduduk daerah tersebut

di luar negeri dari pendapatan daerah dan kemudian ditambahkan dengan

penghasilan penduduk asing yang berproduksi di daerah tersebut pada tahun atau

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses yang berkelanjutan

merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat bersumber dari sisi agregate demand (AD)

dan atau agregate supply (AS). Dari sisi AD, pergeseran kurva ke kanan

mencerminkan permintaan dalam perekonomian meningkat. Sedangkan dari sisi

AS pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi produksi dan didasarkan pada teori

neo-klasik dan modern. Kelompok teori neo-klasik, memusatkan perhatian

terhadap efek positif dari akumulasi kapital (investasi fisik) terhadap pertumbuhan

ekonomi, dan peranan teknologi terhadap pertumbuhan output tidak mendapat

perhatian secara eksplisit.

Pertumbuhan ekonomi yang lambat di negara-negara sedang berkembang

disebabkan karena rendahnya tingkat permintaan (demand) masyarakat akan

barang dan jasa (Todaro dan Smith, 2003). Lemahnya permintaan masyarakat

disebabkan oleh rendahnya pendapatan, dan pendapatan yang rendah disebabkan

oleh produktivitas tenaga kerja yang rendah. Produktivitas tenaga kerja yang

Page 4: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

45

rendah merupakan cerminan dari rendahnya kualitas SDM, sehingga Schultz

(1961) menyimpulkan tentang keunggulan sumberdaya manusia dibandingkan

dengan sumberdaya yang lain.

Amartya Sen (1999) manyatakan “capabilities to function” kapabilitas

untuk berfungsi adalah yang paling menentukan status miskin tidaknya seseorang.

Functioning bukanlah merupakan perasaan, tetapi sebuah pencapaian, merupakan

sebuah kesuksesan dalam melakukan segala sesuatu dengan menggunakan

komoditi yang dimiliki. Sedangkan kapabilitas diartikan sebagai kebebasan yang

dimiliki seseorang. Penghasilan hanya memiliki makna bila penghasilan tersebut

dapat meningkatkan utilitas. Utilitas penting karena menunjukkan kapabilitas

seseorang. Negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, tetapi

memiliki standar kesehatan dan pendidikan yang rendah diibaratkan sebagai

negara yang mengalami pertumbuhan tanpa pembangunan.

Pada tahun 1969, Indonesia mulai dengan pembangunan nasional yang

menitikberatkan pada pembangunan bidang ekonomi. Proyek-proyek

pembangunan yang diadakan oleh pemerintah merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap permintaan

barang dan jasa. Masalah perencanaan pembangunan ekonomi menjadi sangat

penting dalam proses pembangunan suatu bangsa atau daerah.

Pertumbuhan ekonomi modern Kuznet menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan nasional riil tergantung pada perbaikan efisiensi yang diukur dengan

pertumbuhan TFP. Beberapa dalil dalam pertumbuhan ekonomi menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang akan menaikkan output per

kapita yang dapat dicapai dengan adanya investasi SDM dan inovasi dalam

Page 5: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

46

teknik produksi dan organisasi. Peranan ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi,

yakni bagaimana agar SDM mempunyai kemampuan berinovasi terus menerus

(continous innovation capability). Inovasi ini dibutuhkan untuk mendorong

pembangunan ekonomi yang berkesinambungan (sustainable development).

Pengembangan kemampuan berinovasi terus menerus membutuhkan partisipasi

aktif dan kreatifitas dari pekerja untuk selalu mengembangkan keahlian dan

keterampilan. Jika kemampuan berinovasi diakumulasikan, maka pekerja akan

bekerja lebih efisien dan dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga akan

meningkatkan output dan kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara, menurut Kuznets

(1966) adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang suatu negara untuk

menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas

ini ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,

institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan

yang ada. Tiga komponen pokok dari definisi di atas adalah : (1) pertumbuhan

ekonomi diwujudkan dengan adanya kenaikan output secara berkesinambungan,

sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda

kematangan ekonomi (economic maturity) suatu negara, (2) perkembangan

teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya suatu

pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Hal ini adalah suatu kondisi

yang sangat diperlukan, di samping faktor-faktor lain, (3) untuk mewujudkan

potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi baru, perlu diadakan

serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi. Inovasi teknologi

tanpa dibarengi dengan inovasi sosial sama halnya dengan lampu pijar tanpa

Page 6: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

47

listrik (potensi ada, tanpa input komplementernya, tidak akan bisa membuahkan

hasil apapun).

Dalam analisisnya Kuznets (1966) mengemukakan enam karakteristik atau

ciri proses pertumbuhan ekonomi di negara maju, yaitu (1) tingkat pertumbuhan

output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) tingkat kenaikan

produktivitas faktor total yang tinggi, (3) tingkat transformasi struktural ekonomi

yang tinggi, (4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi, (5) adanya

kecenderungan negara-negara maju untuk berusaha merambah bagian dunia

lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru, (6)

terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi, yang hanya mencapai sekitar

sepertiga bagian penduduk dunia. Dua faktor pertama sering disebut sebagai

variabel-variabel ekonomi agregat (aggregate economic variables). Faktor tiga

dan empat disebut variabel-variabel transformasi struktural. Sedangkan dua faktor

terakhir sering disebut sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi penyebaran

pertumbuhan ekonomi secara internasional. Berikut ini akan dikemukakan teori

pertumbuhan ekonomi Solow dan Endogenous Growth:

3.2.1. Teori Pertumbuhan Solow dan Swan

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow

(1956) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur

pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi (eksogen), dan

besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-

Domar adalah masuknya unsur kemajuan teknologi. Selain itu, Solow-Swan

menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi

antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga

Page 7: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

48

sumber yaitu: akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan

kemajuan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan

teknik sehingga produktivitas meningkat. Dalam model Solow-Swan, masalah

teknologi dianggap fungsi dari waktu.

Teori Solow-Swan menilai bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar

dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak

mempengaruhi atau mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dalam Model Solow terdapat empat

variabel penting, yaitu output, capital, labor dan knowledge (pengetahuan),

dimana:

Y(t) = F [ K(t), L(t), A(t) ] ..........................…………………………….(1)

Waktu tidak masuk dalam fungsi produksi secara langsung, tetapi hanya

melalui K, L dan A, yaitu output akan berubah terhadap waktu hanya jika input

produksinya berubah. Teknologi (A) berfungsi meningkatkan produktivitas input-

input. Kemajuan teknologi dapat membawa kemajuan pada ekonomi wilayah,

artinya dengan jumlah input yang sama dapat memproduksi output lebih banyak.

Output yang diperoleh dari akumulasi capital dan labor tertentu akan meningkat

terhadap waktu (dengan adanya kemajuan teknologi), hanya jika jumlah

pengetahuannya bertambah atau meningkat.

Asumsi penting dalam model yang terkait dengan fungsi produksi adalah

constan return to scale yang dijelaskan dengan dua input, yaitu capital dan

effective labor, dengan menggandakan jumlah capital dan tenaga kerja efektif.

Artinya dengan menggandakan K dan L dengan A tetap, akan menggandakan

jumlah produksinya. Lebih umum, dengan mengalikan kedua variabel penjelas

Page 8: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

49

dengan konstanta c (non negatif) akan menyebabkan output berubah dengan

tingkat yang sama, yaitu:

F (cK, cL)= cF (K, AL) ............................................................................(2)

untuk semua c ≥ 0.

Asumsi constan return to scale dapat dipandang sebagai kombinasi dari

dua asumsi, yaitu: (1) ekonomi cukup besar dimana perolehan dari spesialisasinya

telah dihabiskan. Dalam ekonomi yang sangat kecil, terdapat kemungkinan untuk

melakukan spesialisasi lebih lanjut yang akan menggandakan jumlah modal dan

tenaga kerja lebih dari penggandaan outputnya. Dalam model Solow

mengasumsikan bahwa perekonomian cukup besar, jika capital dan labor

digandakan, maka outputnya juga akan digandakan, (2) input selain capital, labor

dan knowledge, relatif tidak penting. Model ini mengesampingkan lahan dan

sumberdaya alam (SDA).

Seiring perjalanan waktu dan dengan terjadinya pergeseran dalam aliran

pemikiran dari Klasik ke neo-klasik. Proses perkembangan ekonomi neo-klasik

terjadi karena adanya akumulasi kapital, dimana perkembangan tersebut

merupakan proses yang gradual dan harmonis serta kumulatif. Teori neo-klasik

optimis terhadap perkembangan ekonomi, menurut mereka perkembangan

ekonomi merupakan suatu proses peningkatan produksi barang dan jasa yang

disebabkan perkembangan dalam jumlah dan kualitas faktor produksi.

Pada tahun 1960 an, teori pertumbuhan ekonomi didominasi oleh model

neo-klasik, seperti Ramsey (1928), Solow (1956), Swan (1956), Cass (1965), dan

Koopmans (1965). Kontribusi terpenting dilakukan oleh Solow dan Swan yang

menitikberatkan pentingnya pembentukan tabungan dan modal untuk

Page 9: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

50

pembangunan ekonomi serta sumber-sumber pertumbuhan suatu negara. Dengan

menggunakan fungsi produksi neo-klasik, dimana spesifikasi model

mengasumsikan constant return to scale, diminishing return untuk setiap input,

dan elastisitas positif dari substitusi antar input.

Teori pertumbuhan model Solow dirancang untuk menunjukkan

bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan

kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana

pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan.

Dalam kondisi mapan model pertumbuhan Solow, tingkat pertumbuhan

pendapatan per kapita hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi eksogen.

Dalam model Solow, pertumbuhan total factor produktivity (TFP) dihitung

sebagai residu, yaitu sebagai jumlah pertumbuhan output yang tersisa setelah

dikurangi kontribusi modal, dan kontribusi tenaga kerja, atau sering disebut

dengan residu Solow ( A/A) (Mankiw, 2003).

Tingkat modal yang memaksimalkan konsumsi pada kondisi mapan

disebut tingkat kaidah emas. Jika perekonomian memiliki lebih banyak modal,

maka mengurangi tabungan akan meningkatkan konsumsi. Sebaliknya jika

perekonomian memiliki lebih sedikit modal, maka untuk mencapai kaidah emas,

investasi perlu ditingkatkan dan konsumsi yang lebih rendah. Dimana

menunjukkan tingkat depresiasi, n adalah tingkat pertumbuhan penduduk dan g

adalah tingkat kemajuan teknologi. Dalam model Solow, tingkat tabungan

perekonomian menunjukkan ukuran persediaan modal dan tingkat produksi dalam

jangka panjang. Semakin tinggi tingkat tabungan, maka semakin tinggi persediaan

modal dan semakin tinggi tingkat output. Kenaikkan tingkat tabungan

Page 10: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

51

memunculkan periode pertumbuhan yang cepat, tetapi akhirnya pertumbuhan itu

melambat ketika kondisi mapan yang baru dicapai, seperti ditunjukkan pada

Gambar 2 berikut ini:

Sumber : Mankiw (2003)

Gambar 2. Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik dan Kondisi Golden Rule

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan populasi dalam

perekonomian adalah determinan jangka panjang. Semakin tinggi tingkat

pertumbuhan populasi, semakin rendah tingkat output per kapita. Negara-negara

yang menabung dan menginvestasikan sebagian besar output akan lebih kaya dari

pada negara yang menabung dan menginvestasikan sedikit output. Demikian juga

negara yang tingkat pertumbuhan populasinya tinggi, lebih miskin dari pada

negara yang tingkat pertumbuhan populasinya rendah. Ketika perekonomian

mencapai kondisi mapan, kemajuan teknologi perlu dimasukkan ke dalam model,

yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu.

y

0 k

s2 y = s2 f(k*)

s1 y = s1 f(k)

( + n + g)k*

f(k*)

k k*

c*

i*

y2

y1

Page 11: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

52

Kemajuan teknologi membuat fungsi produksi mangkaitkan modal total

(K), tenaga kerja (L), output total (Y), dihubungkan dengan (E), yaitu variabel

baru yang disebut efisiensi tenaga kerja, sehingga dapat ditulis dengan persamaan:

Y = F ( K, LxE ) ……................................................................................(3)

Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-

metode produksi. Efisiensi tenaga kerja meningkat ketika teknologi mengalami

kemajuan, pengembangan dalam kesehatan, pendidikan atau adanya keahlian

angkatan kerja. Efisiensi tenaga kerja (L x E), mengukur jumlah para pekerja

efektif, perkalian ini memperhitungkan jumlah pekerja (L) dan efisiensi masing-

masing pekerja (E).

Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa

kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja (E) tumbuh pada tingkat

konstan (g). Bentuk kemajuan teknologi ini disebut pengoptimalan tenaga kerja,

dan g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja

(labor augmenting technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada

tingkat n, dan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah

pekerja efektif (L x E) tumbuh pada tingkat (n x g). Adanya efisiensi produksi

menyebabkan notasi (K) menjadi:

k = K / (LxE) ............................................................................................(4)

menunjukkan modal per pekerja efektif, dan notasi (Y) menjadi:

y = Y / (LxE) .............................................................................................(5)

menunjukkan output per pekerja efektif. Dengan demikian, persamaannya dapat

ditulis menjadi:

y = f (k) ....................................................................................................(6)

Page 12: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

53

sedangkan persamaan yang menunjukkan perubahan k (capital), adalah

k = sf(k) - ( + n + g)k ...................................................................(7)

Kemajuan teknologi mengarah pada pertumbuhan yang berkelanjutan

dalam output per kapita. Tingkat tabungan yang tinggi akan menghasilkan

pertumbuhan yang tinggi jika kondisi mapan tercapai. Ketika pertumbuhan

ekonomi dalam kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per kapita tergantung

pada tingkat kemajuan teknologi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

dalam model Solow, hanya kemajuan teknologi yang dapat menjelaskan

peningkatan standar hidup berkelanjutan.

Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria kaidah emas. Tingkat

modal kaidah emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang

memaksimalkan konsumsi per pekerja efektif, sehingga konsumsi per pekerja

efektif pada kondisi mapan adalah:

C*

= f (k) – ( + n + g) k* ...................................................................(8)

Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika

MPK = + n + g atau MPK - = n + g ...........................................(9)

Hal ini berarti bahwa pada tingkat modal kaidah emas, produk marginal modal

netto sama dengan tingkat pertumbuhan output total. Perekonomian yang

sesungguhnya mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka

ukuran ini harus digunakan untuk mengevaluasi perubahan modal pada kondisi

mapan kaidah emas (Mankiw, 2003).

3.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen lahir dengan tujuan untuk menutupi

kelemahan dari teori neo-klasik. Pertama, asumsi neo-klasik yang menyatakan

Page 13: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

54

bahwa marginal product of capital akan semakin menurun (diminishing return to

scale). Asumsi ini membatasi teori neo-klasik untuk memberikan penjelasan yang

memuaskan tentang perbedaan pertumbuhan pendapatan per kapita antar negara.

Hal ini disebabkan laba yang semakin menurun akan mendorong tabungan dan

investasi menurun. Menurut teori neo-klasik, tingkat tabungan dalam jangka

panjang tidak dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Kedua, asumsi yang

menyatakan bahwa kemajuan teknologi dianggap eksogen. Hal ini berarti tidak

ada hubungan eksplisit antara investasi dan kemajuan teknologi. Sedangkan dalam

new growth theory, kemajuan teknologi dianggap endogen yang diciptakan oleh

tindakan sengaja dari pelaku yang bekerja dalam ekonomi. Ketiga,

ketidakmampuan teori pertumbuhan neo-klasik memasukkan dampak eksternal

dalam kajiannya. Dalam pendekatan ini, akumulasi modal berperan sentral dalam

menentukan hasil pertumbuhan jangka panjang.

Faktor utama dalam teori new growth adalah diabaikannya asumsi

diminishing return to scale. Pendekatan yang paling umum untuk menanggulangi

keadaan tersebut adalah dengan memasukkan dampak eksternal (externality)

dalam sistem yang biasanya berupa knowledge spilover (dampak eksternal dari

stok pengetahuan). Model Solow hanya mengasumsikan bahwa pertumbuhan

ekonomi berasal dari kemajuan teknologi, tetapi tidak menjelaskan dari mana

kemajuan teknologi itu berasal. Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth

theory) menolak asumsi model Solow, tentang perubahan teknologi yang berasal

dari luar (eksogen).

Berdasarkan beberapa alasan kelemahan model pertumbuhan neo-klasik,

maka sebagai alternatif muncul model pertumbuhan ekonomi modern atau

Page 14: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

55

endogenous growth model yang memasuki aspek-aspek endogenitas dan

eksternalitas dalam proses pembangunan ekonomi. Sifat keberadaan teknologi

tidak lagi given, tetapi merupakan salah satu faktor produksi yang dinamis.

Demikian juga halnya faktor manusia, kualitas dan pengetahuan tenaga kerja

dalam fungsi produksi tidak lagi merupakan suatu faktor yang eksogen tetapi

dapat berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan

menjadi faktor pertumbuhan yang penting.

Kemajuan teknologi menyebabkan nilai berbagai variabel meningkat

secara bersamaan yang disebut sebagai pertumbuhan yang seimbang (balanced

growth). Dalam kondisi mapan, output per pekerja dan persediaan modal per

pekerja akan tumbuh pada tingkat kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi juga

akan mempengaruhi harga faktor produksi. Dalam kondisi mapan, upah riil

tumbuh pada tingkat kemajuan teknologi, namun harga sewa riil modal tetap

konstan sepanjang waktu.

Pada era modern, kemajuan teknologi, pengetahuan, energi,

entrepreneurship dan material merupakan faktor produksi yang sama krusialnya

dengan tenaga kerja dan modal. Selain itu, faktor-faktor lain yang dianggap oleh

teori ekonomi modern berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum dan peraturan (the rule of law),

stabilitas politik (political stability), kebijakan pemerintah, birokrasi, dan nilai

tukar internasional (term of trade).

Menurut Saariluoma (2005), teknologi selalu berhubungan dengan

manusia. Teknologi dan SDM merupakan variabel utama dalam pertumbuhan

Page 15: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

56

ekonomi, selain beberapa variabel lain seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat,

keamanan, dan sumberdaya alam (natural resources). Dalam Endogenous growth

model, formasi human capital dimasukkan dalam fungsi produksi. Ekonomi akan

mencapai pertumbuhan yang tinggi karena adanya kenaikan investasi dalam

human capital. Teori ini menjelaskan tentang adanya pengaruh tingkat pendidikan

terhadap growth. Hasil studi empiris menyatakan bahwa ada kemungkinan

pengaruh yang signifikan antara human capital terhadap produksi. Human capital

dipercaya sebagai faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Penganut teori pertumbuhan endogen berpendapat bahwa asumsi

pengembalian modal adalah konstan (bukan kian menurun) dan memandang

bahwa ilmu pengetahuan sebagai modal. Ilmu pengetahuan adalah input penting

dalam produksi perekonomian, baik produksi barang, jasa maupun ilmu

pengetahuan baru. Dibanding dengan bentuk modal lain, kurang wajar untuk

mengasumsikan bahwa ilmu pengetahuan memiliki muatan pengembalian yang

kian menurun. Bahkan inovasi pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat

selama ini, membuat sebagian ekonom berpendapat bahwa ada pengembalian

ilmu yang meningkat. Maka model pertumbuhan endogen dengan asumsi

pengembalian modal konstan menjadi deskripsi yang lebih mengesankan tentang

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Demikian juga halnya faktor manusia, bisa

berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor pertumbuhan yang

penting (Mankiw, 2003).

Menurut Mankiw (2003), perbedaan dalam pendapatan per kapita,

disebabkan karena: (1) perbedaan faktor produksi, seperti kuantitas modal fisik

Page 16: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

57

dan modal manusia, dan (2) perbedaan efisiensi dalam penggunaan faktor

produksi. Terdapat korelasi yang positif antara faktor akumulasi modal (termasuk

SDM) dengan efisiensi produksi. Negara yang mempunyai tingkat modal fisik dan

SDM yang besar cenderung menggunakan faktor produksi secara efisien. Salah

satu hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong

akumulasi modal. Sumberdaya dan insentif untuk tetap bersekolah akan

mengakumulasikan modal manusia yang lebih besar, sehingga perekonomian

dapat berfungsi dengan baik.

Negara yang menabung dan menginvestasikan lebih banyak akan

mempunyai fungsi produksi yang lebih baik. Jadi efisiensi produksi yang lebih

besar dapat menyebabkan akumulasi faktor produksi yang lebih besar, demikian

pula sebaliknya. Hipotesis terakhir adalah faktor akumulasi dan efisiensi produksi

digerakkan oleh kualitas institusi negara, termasuk proses pembuatan kebijakan

pemerintah. Jika pemerintah membuat kesalahan dalam kebijakan yang kurang

tepat, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan, campur tangan

pasar yang terlalu besar dan korupsi yang merajalela akan mengakumulasikan

modal yang sedikit dan gagal menggunakan modal tersebut dengan efisien.

Teori pertumbuhan endogen dipelopori oleh Romer (1986, 1987, 1990)

dengan mendapat kontribusi dari Lucas (1988), Aghion dan Howitt (1992), serta

Grossman dan Helpman (1991). Lucas (1988) berpendapat bahwa selain modal

fisik, akumulasi modal manusia sangat menentukan dalam pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan Romer (1986) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi

dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi, dengan

fungsi produksi agregat adalah sebagai berikut:

Page 17: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

58

Y = F (A, K, L,H) .............…………..….................................................(10)

Dimana: A adalah perkembangan teknologi, K adalah modal fisik, H adalah

sumberdaya manusia, akumulasi dari pendidikan dan pelatihan, dan L adalah

tenaga kerja.

Model pertumbuhan endogen menurut Romer menjelaskan bahwa tingkat

pertumbuhan pendapatan per kapita dalam perekonomian adalah :

g – n = β / [1- α + β] …………………………………………………..(11)

Dimana: g adalah tingkat pertumbuhan output, n adalah tingkat pertumbuhan

populasi, β adalah perubahan teknologi, dan α adalah elastisitas output terhadap

modal. Seperti dalam model Solow dengan skala hasil konstan β = 0, maka

pertumbuhan pendapatan per kapita akan menjadi nol (tanpa adanya kemajuan

teknologi). Namun Romer mengasumsikan bahwa dengan mengumpulkan ketiga

faktor produksi termasuk eksternalitas modal, maka β > 0 sehingga g – n > 0 dan

Y/L (pendapatan per kapita) akan mengalami pertumbuhan. Hal yang menarik

dalam model Romer adalah adanya imbasan investasi atau teknologi yang

semakin meningkat, sehingga menghilangkan asumsi hasil yang semakin menurun

(diminishing marginal product of capital).

Teori pertumbuhan endogen menyatakan bahwa kemajuan teknologi dapat

menghambat proses diminishing marginal product of capital, dimana peningkatan

output terjadi dari titik A ke A’. Peningkatannya lebih besar jika dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi tanpa disertai adanya kemajuan teknologi dimana

output hanya meningkat dari titik B ke B’, seperti yang ditunjukkan pada Gambar

3 berikut ini:

Page 18: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

59

Sumber: Kasliwal (1995)

Gambar 3. Kemajuan Teknologi Menghambat Diminishing Marginal Product of

Capital

Dalam model Solow, capital hanya mencakup persediaan pabrik dan

peralatan perekonomian sehingga wajar mengasumsikan pengembalian modal

yang kian menurun. Investasi dalam modal fisik dan tenaga kerja tidak dapat

dilaksanakan sendiri (internalize) secara penuh oleh investor. Sedangkan dalam

teori pertumbuhan endogen adanya eksternalitas dapat menciptakan increasing

return to scale, sehingga memperbaiki asumsi constant return to scale yang

digunakan oleh model neo-klasik.

3.3. Produktivitas Tenaga Kerja

Dalam studinya mengenai pertumbuhan ekonomi di negera-negara maju,

Kuznets (1976), pemenang hadiah nobel ekonomi menyimpulkan bahwa sebagian

terbesar dari pertumbuhan ekonomi yang dialami bukan datang dari pertumbuhan

input tetapi bersumber dari pertumbuhan produktivitas. Produktivitas merupakan

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan sumberdaya yang digunakan.

L

Y

Pertumbuhan

di Amerika

Serikat

Pertumbuhan

di Filippina

Fungsi Produksi

dengan adanya

Technology advance

L

K

B

A’

A

Fungsi produksi

awal

B’

Page 19: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

60

Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis, karena

peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan

tenaga manusia yang memanfaatkannya. Secara umum produktivitas diartikan

sebagai perbandingan apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan,

merupakan rasio antara keluaran dengan masukan. Efisiensi merupakan ukuran

keberhasilan usaha, dapat juga diartikan dengan produktivitas.

Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja

menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas tenaga kerja antara lain pendidikan, keterampilan,

disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, penghasilan, jaminan

sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana

produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi. Pada hakekatnya produktivitas

merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu kehidupan. Sikap mental ini akan mendorong manusia untuk

tidak cepat merasa puas akan tetapi harus lebih lagi dalam mengembangkan diri,

dan meningkatkan kemampuan kerja (Sumarsono, 2003).

Produktivitas tenaga kerja merupakan nilai rasio antara jumlah pendapatan

tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja. Nilai ini juga merupakan rasio antara

pendapatan dengan jumlah kesempatan kerja. Nilai pendapatan dalam hal ini

adalah PDRB, sehingga nilai produktivitas tenaga kerja dapat menggambarkan

penghasilan rata-rata pekerja. Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

P = Y/N .........................………………………………………..............(12)

Dimana: P = produktivitas tenaga kerja

Y = Produk Domestik Regional Bruto

Page 20: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

61

N = jumlah kesempatan kerja.

Konsep investasi SDM dapat dianalogikan dengan peningkatan

produktivitas sumberdaya lainnya, karena yang berperan dalam pengembangan

sumberdaya adalah manusia. Produktivitas tenaga kerja ditentukan oleh banyak

faktor, salah satunya adalah teknologi. Hal ini tidak berarti bahwa semua

teknologi dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas merupakan nilai dari

akumulasi kegiatan kerja dari proses produksi sampai pemasaran. Meskipun

teknologi tinggi, namun jika biaya yang dikeluarkan untuk itu tinggi pula, maka

tidak dapat dikatakan produktivitas meningkat. Teknologi yang menghasilkan

barang yang tidak marketable juga tidak dapat meningkatkan produktivitas.

Artinya bahwa produktivitas dihasilkan dari berbagai sisi yang sangat komplek,

baik dari sisi dukungan kapital maupun SDMnya.

Menurut teori human capital, pendidikan berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga

kerja. Pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara Asia dan perubahan

progresif dalam produksi menuju industri dan jasa berteknologi tinggi

mengakibatkan meningkatnya tuntutan dari dunia usaha terhadap perlunya SDM

yang terampil dan terdidik (berkualitas). SDM sebagai tenaga kerja sangat

diperlukan keterampilannya dalam melaksanakan tugas, meningkatkan kualitas

organisasi dan menunjang pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan sumberdaya tidak selalu merupakan syarat mutlak bagi

pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pemanfaatan sumberdaya yang

tersedia secara lebih baik juga dapat meningkatkan output. Total factor

productivity (TFP) merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan input dalam fungsi

Page 21: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

62

produksi. Kenaikan TFP akan menyebabkan kurva kemungkinan produksi (KKP)

bergeser ke atas dari P-P ke P’-P’, tanpa adanya penambahan modal atau tenaga

kerja. Peningkatan kualitas SDM akan mengeser KKP keluar secara sejajar dari P-

P ke P’-P’. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian daerah meningkat, dengan

asumsi perekonomian hanya memproduksi dua jenis barang, seperti diperlihatkan

pada Gambar 4 berikut ini:

Sumber: Todaro dan Smith (2003)

Gambar 4. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP), Dampak Peningkatan Kualitas

Sumberdaya Manusia terhadap Output

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kualitas SDM dan produktivitas

mempunyai korelasi positif. Solow (1956) menekankan peranan ilmu

pengetahuan dan investasi SDM dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Schultz

(1961), menyatakan bahwa investasi pendidikan merupakan sumber utama

pertumbuhan TFP dan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi modern

Kuznets (1966), menyatakan bahwa peningkatan pendapatan nasional riil

tergantung pada perbaikan efisiensi yang diukur dengan pertumbuhan TFP.

Karakteristik kedua dari pertumbuhan ekonomi modern adalah tingginya tingkat

P’

P

P P’ 0

Br. B

Br. A

KKP

Page 22: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

63

kenaikan TFP yaitu output yang dihasilkan masing-masing unit input atau faktor

produksi yang digunakan untuk membuat output tersebut. Penelitian terbaru oleh

World Bank (1998) mendukung pernyataan Kuznet, bahwa pertumbuhan TFP

merupakan elemen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi di berbagai

negara berkembang.

Kemajuan teknologi dapat meningkatkan modal atau tenaga kerja.

Kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor augmenting

technological progress) terjadi bila penerapan teknologi tersebut mampu

meningkatkan mutu atau keterampilan tenaga kerja secara umum. Sedangkan

kemajuan teknologi yang mengoptimalkan modal (capital augmenting

technological progress) adalah jenis kemajuan yang terjadi jika penggunaan

teknologi memungkinkan dalam memanfaatkan barang modal yang ada secara

lebih produktif.

3.4. Pertumbuhan Penduduk

Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya

hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang mengakibatkan kenaikan

output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup.

Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta

kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi

berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Penyebab

rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya

hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk

sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi

Page 23: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

64

berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, kemajuan

teknologi serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja.

Terdapat mata rantai antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan

ekonomi. Apabila penduduk bertambah berarti kebutuhan ekonomi juga

bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Dalam skala

regional, hal ini hanya bisa didapat melalui peningkatan output agregat (barang

dan jasa) atau PDRB.

Pada Gambar 5 menjelaskan bahwa pada titik awal (A), pada tingkat

output Y dan populasi P. Slop pada garis A menunjukkan pendapatan per kapita

Y/P. Jika output yang sama dibagi dengan jumlah penduduk/ populasi yang lebih

besar pada titik B, maka pendapatan per kapita akan turun. Selengkapnya tentang

hubungan antara tingkat populasi dan pendapatan per kapita sebagai berikut:

Sumber: Kasliwal (1995)

Gambar 5. Hubungan Tingkat Populasi dengan Pendapatan per Kapita

Penambahan populasi seharusnya perlu juga menambah output sepanjang

garis pada kurva. Dalam fungsi produksi menunjukkan bagaimana penambahan

tenaga kerja akan dapat meningkatkan output, dengan tingkat produktivitas yang

Output

Y A

P

C

B

Populasi

Slope indicates

percapita income

Page 24: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

65

semakin menurun. Pada titik C diperlihatkan adanya tingkat pendapatan per

kapita yang lebih rendah dari sebelumnya.

Kenaikan taraf hidup masyarakat suatu negara dicerminkan oleh besarnya

tabungan, akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang

disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-

negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi, dimana angka

kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal

tersebut disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurunkan

angka kematian balita dan menaiknya angka harapan hidup.

Jumlah penduduk yang besar akan menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi jika penduduk tersebut memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini dapat

dibuktikan di Amerika Serikat atau Jepang. Jumlah penduduk yang relatif besar di

kedua negara tersebut, serta diimbangi dengan kualitas SDM yang tinggi, maka

penduduk merupakan aset bagi pertumbuhan ekonomi negara masing-masing.

Sebaliknya, penduduk yang besar di India dan Nigeria, karena tidak didukung

kualitas yang memadai justru menjadi beban bagi pembangunan ekonomi.

Pemerintah di kedua negara tersebut memiliki kesulitan untuk meningkatkan

kesejahtaraan penduduknya karena hasil yang diperoleh dari pembangunan harus

dibagi kepada banyak penduduk, sehingga masing-masing penduduk memperoleh

bagian yang sedikit.

Secara tradisional, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan

kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan

ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga

Page 25: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

66

kerja produktif, sedang pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti akan

meningkatkan ukuran pasar domestiknya (Todaro dan Smith, 2003). Pada

beberapa kasus di negara-negara berkembang, hubungan ini dapat berdampak

sebaliknya. Hubungan positif atau negatif pertumbuhan penduduk dengan

pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem

perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif

memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan daya serap

ini dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau

faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan kualitas SDMnya.

3.5. Distribusi Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi yang ada menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu

diikuti oleh pemerataan hasil-hasil pembangunan. Diduga bahwa hasil

pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat. Pembangunan yang

berorientasi pada pertumbuhan “growth oriented development” diindikasikan

mempunyai permasalahan yang justru dapat merugikan proses pembangunan.

Permasalahan distribusi pendapatan yang tidak merata, pengangguran serta

kemiskinan yang tinggi merupakan indikator bahwa masyarakat dalam kondisi

tidak sejahtera. Pada sekitar tahun 1970 merupakan era baru bagi negara

berkembang untuk mulai mengatur kebijakan pembangunan dalam mengurangi

kemiskinan, dengan cara memadukan pertumbuhan dan pemerataan hasil

pembangunan secara bersamaan (Redistribution with Growth).

Sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup (standard of

living) yang layak bagi setiap individu, khususnya golongan ekonomi lemah atau

kelompok miskin. Masalah pemerataan memerlukan perincian tentang distribusi

Page 26: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

67

apa yang telah dihasilkan dari pembangunan tersebut, serta kelompok masyarakat

mana yang menikmatinya atau who gets what (siapa mendapat apa).

Hubungan antara pendapatan dan pemerataan masih menjadi kontroversi.

Menurut Wie (1981), banyak ekonom masih beranggapan bahwa hubungan antara

pertumbuhan ekonomi yang pesat dan distribusi pendapatan adalah saling

bertentangan (trade-off). Pemerataan pendapatan hanya dapat dicapai, jika laju

pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi

selalu akan disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan

dalam ketimpangan relatif.

Teori neo-Keynesian lebih menitikberatkan pada masalah distribusi

fungsional yang dikenal tiga konsep distribusi pendapatan, yaitu distribusi

fungsional, distribusi fungsional yang diperluas, dan distribusi personal. Distribusi

fungsional berkaitan dengan pembagian pendapatan yang diterima oleh pemilik

faktor produksi tradisional dalam suatu proses produksi (tanah, modal, dan tenaga

kerja). Distribusi fungsional yang diperluas merupakan bentuk lain dari distribusi

fungsional dan umumnya penggolongannya disesuaikan dengan masalah yang

sedang dibahas, misalnya pembagian pendapatan menurut wilayah (desa dan

kota), menurut sektor ekonomi (sektor pertanian dan non pertanian), atau menurut

teknik produksi dalam sektor tertentu (industri modern dan industri tradisional).

Sedangkan distribusi personal berkaitan dengan pembagian pendapatan yang

diterima oleh individu atau rumahtangga. Ukuran kesejahteraan sering dikaitkan

dengan distribusi personal. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah mengenai

pembagian pendapatan sering ditujukan untuk memperbaiki pembagian

pendapatan personal.

Page 27: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

68

Ada beberapa alat ukur ketimpangan, yaitu: (1) kurva Lorenz, yang

mengukur ketimpangan berdasarkan bentuk kurva distribusi pendapatan, dan (2)

Gini ratio, mengukur ketimpangan berdasarkan luas kurva Lorenz. Kurva Lorenz

dapat menjelaskan distribusi pendapatan secara grafis dan dipakai untuk

menganalisis statistik pendapatan perorangan.

Kurva Lorenz menjelaskan tentang hubungan kuantitatif aktual antara

persentase penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total yang benar-

benar diterima selama periode tertentu (misalnya satu tahun). Secara lengkap

gambar tentang Kurva Lorenz adalah sebagai berikut:

Sumber: Kasliwal (1995) dan Fields (2001)

Gambar 6. Kurva Lorenz

Jumlah penerima pendapatan dinyatakan dalam sumbu horisontal, tidak

dalam arti absolut melainkan dalam persentase kumulatif. Sedangkan sumbu

vertikal menyatakan bagian dari pendapatan total yang diterima oleh masing-

masing persentase kelompok penduduk tersebut. Kedua sumbu tersebut berakhir

17%

40% 100%

A

B

100%

Persentase Penduduk

Per

senta

se P

end

apat

an

x

y

Page 28: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

69

pada titik 100 persen, hal ini berarti kedua sumbu sama panjangnya. Garis

diagonal melambangkan pemerataan sempurna (perfect equality) dalam distribusi

pendapatan. Semakin jauh jarak dari kurva Lorenz dari garis diagonal, maka

semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya.

Perangkat lain yang digunakan untuk mengukur derajat ketimpangan

pendapatan relatif suatu negara/daerah adalah dengan menggunakan koefisien

Gini (Gini coefficient). Koefisien Gini dihitung dengan cara menghitung rasio

bidang yang terletak antara garis diagonal daerah A dibagi dengan daerah A dan

B, menunjukkan hubungan antara jumlah penduduk dengan distribusi pendapatan

dalam bentuk persentase kumulatif. Koefisien Gini merupakan ukuran

ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)

hingga satu (ketimpangan sempurna). Dalam prakteknya, koefisien Gini untuk

negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara 0.50 hingga

0.70. Untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif merata angkanya

berkisar antara 0.20 hingga 0.35. Di bawah ini adalah rumus yang digunakan

dalam mengukur koefisien Gini:

G = n

n )1( +

n

i

i

x

ixn 1

2

2 ..................................................................(13)

dimana: xi adalah pendapatan penerima i, μx adalah rata-rata pendapatan, dan n

adalah jumlah total penerima pendapatan (Fields, 2001).

Kesejahteraan masyarakat berhubungan positif dengan pendapatan per

kapita namun berhubungan negatif dengan tingkat ketimpangan. Ketimpangan

perlu untuk diperhatikan karena:

1. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim menyebabkan inefisiensi ekonomi.

Ketimpangan yang tinggi menyebabkan semakin kecilnya penduduk yang

Page 29: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

70

memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber kredit yang lain.

Ketika individu yang berpenghasilan rendah tidak dapat meminjam uang, pada

umumnya mereka tidak dapat menyediakan pendidikan yang memadai bagi

anak mereka atau memulai dan mengembangkan bisnis mereka. Pada kondisi

ketimpangan yang tinggi, tingkat tabungan secara keseluruhan dalam

perekonomian cenderung rendah, karena tingkat tabungan marginal tertinggi

biasanya ditemukan pada kelas menengah. Meskipun orang kaya dapat

menabung dalam jumlah yang lebih besar, namun mereka menabung dengan

bagian yang lebih kecil lagi dari pendapatan marginal mereka. Orang kaya

lebih suka membelanjakan sebagian besar dari pendapatan mereka pada

barang-barang impor/mewah, bepergian ke luar negeri atau justru menyimpan

kekayaannya di luar negeri dalam bentuk pelarian modal (capital flight).

Tabungan dan investasi mereka tidak menambah sumberdaya produktif

nasional, bahkan tabungan mereka mencerminkan kebocoran substansial

sumberdaya, dalam arti bahwa pendapatan mereka berasal dari jerih payah

tenaga kerja dalam negeri yang umumnya tidak terdidik dan tidak terampil.

Oleh karena itu, strategi pertumbuhan yang dibarengi dengan bertambah

lebarnya kesenjangan pendapatan dalam realitanya dirancang untuk

melestarikan kepentingan para elit ekonomi dan politik di negara berkembang,

yang seringkali mengorbankan kepentingan masyarakat yang lebih besar.

2. Ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien.

Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada

pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar

dan pada gilirannya akan menyebabkan kesenjangan pendapatan yang

Page 30: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

71

semakin melebar. Hasilnya adalah pendapatan rata-rata yang rendah, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan tingkat ketimpangan yang

tinggi.

3. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim melemahkan stabilitas sosial dan

solidaritas. Ketimpangan yang tinggi akan memperkuat kekuatan politis dan

daya tawar golongan kaya. Biasanya, kekuatan ini akan digunakan untuk

mengarahkan hasil pembangunan demi kepentingan mereka sendiri.

Ketimpangan tinggi membuat kaum miskin mendukung kebijakan yang

populis yang sebenarnya dapat merugikan mereka sendiri, dan akhirnya

ketimpangan yang tinggi akan menumbuhkan rasa ketidakadilan (Todaro dan

Smith, 2003).

Pandangan tradisional mengatakan bahwa sejumlah ketimpangan dapat

mempercepat pertumbuhan, karena tabungan dari orang kaya lebih besar dari pada

tabungan orang miskin. Jika tabungan untuk investasi berasal dari dalam negeri,

maka derajat pemerataan yang tinggi akan membahayakan pertumbuhan.

Berdasarkan penelitian terbaru dinyatakan bahwa tingkat tabungan (marginal)

yang paling tinggi ternyata berasal dari kelas menengah, bahkan berbagai

penelitian juga menunjukkan bahwa orang miskin menabung dengan tingkat yang

lebih tinggi dari pada yang diyakini sebelumnya (Todaro dan Smith, 2003).

Ketimpangan pendapatan yang tinggi membuat orang miskin tidak dapat

memperoleh pinjaman karena tidak mempunyai kolateral atau jaminan. Orang

miskin yang tidak dapat memperoleh pinjaman untuk memulai sebuah usaha dapat

terjebak dalam subsistensi atau ketergantungan.

Page 31: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

72

Menurut Jazairy et al. (1992) yang mengkaji keterkaitan antara

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di beberapa negara

menunjukkan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh

adanya ketimpangan pendapatan (trade off) antara pertumbuhan dengan

pemerataan. Perubahan pola pembagian pendapatan dengan meningkatnya

pendapatan per kapita penduduk yang biasa disebut dengan hipotesis U terbalik

dari Kuznets. Proses pembangunan ekonomi pada tahap awal pada umumnya

disertai oleh kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian pendapatan, yang

baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam pembagian

pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut (Kuznets, 1955; 1966).

Analisis ekonomi pada umumnya tidak menyinggung soal kaitan antara

pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan. Menurut

Galenson dan Leibenstein (1955), sebagian besar teori yang ada nampaknya

memang mengisyaratkan bahwa pemerataan distribusi pendapatan yang tidak

merata merupakan sesuatu yang terpaksa dikorbankan demi memacu laju

pertumbuhan ekonomi secara cepat. Paradigma pertumbuhan ekonomi di masa

lalu sudah menjurus kepada pemujaan terhadap keberhasilan percepatannya dan

korban dari percepatan itu dianggap sebagai biaya sosial yang tak perlu

dirisaukan. Todaro (1994) menyatakan bahwa ketidak-adilan pendapatan sebagai

syarat yang pantas dikorbankan dalam rangka menggapai proses pertumbuhan

ekonomi secara maksimum dan dianggap syarat yang diperlukan untuk

meningkatkan taraf hidup penduduk melalui mekanisme trickle down effect

dianggap sebagai pendekatan yang gegabah.

Page 32: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

73

Menurut Arif (1978), ada delapan proses yang menimbulkan ketimpangan

pada suatu wilayah pada level provinsi ataupun negara, yaitu: (1) pertambahan

penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita, (2)

inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional

dengan pertambahan produksi barang-barang, (3) ketidak-merataan pembangunan

antar subwilayah, (4) investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang

intensif modal, sehingga persentase pendapatan dari harta bertambah besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga

pengangguran bertambah, (5) rendahnya mobilitas sosial, (6) pelaksanaan

kebijaksanaan substitusi-impor industri yang menyebabkan kenaikan harga

barang-barang hasil industri untuk melindungi golongan kapitalis, (7)

memburuknya term of trade bagi wilayah yang sedang berkembang dalam

perdagangan dengan wilayah maju sebagai akibat ketidak-elastisan permintaan

wilayah maju, (8) hancurnya industri-industri rakyat, seperti: pertukangan,

industri rumahtangga, dan lain-lainnya.

Menurut Wie (1981), upaya dalam menanggulangi ketimpangan ini adalah

dengan strategi campur tangan pemerintah. Dalam hal ini diupayakan pembagian

yang merata dari sumberdaya-sumberdaya yang ada kepada golongan masyarakat

termiskin, sehingga kesejahteraan mereka dapat meningkat. Menurut Todaro dan

Smith (2003), terdapat lima alasan mengapa kebijakan yang ditujukan untuk

mengurangi kemiskinan tidak harus memperlambat laju pertumbuhan, yaitu:

1. Kemiskinan menciptakan kondisi yang membuat kaum miskin tidak

mempunyai akses terhadap pinjaman kredit, tidak mampu membiayai

pendidikan anaknya dan tiadanya peluang untuk berinvestasi.

Page 33: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

74

2. Kaum kaya di negara miskin tidak dikenal karena investasi mereka hanya di

dalam negara mereka sendiri.

3. Pendapatan rendah dan standar hidup buruk tercermin dari kesehatan, gizi dan

pendidikan yang rendah dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka dan

akibatnya perekonomian tumbuh lambat.

4. Peningkatan pendapatan golongan miskin mendorong permintaan produk

lokal dalam negeri.

5. Penurunan kemiskinan secara massal dapat menstimulasi ekspansi ekonomi

yang lebih sehat karena akan mendorong partisipasi publik dalam proses

pembangunan.

Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan secara langsung dengan

pajak yang progresif, yaitu beban pajak yang lebih besar bagi orang kaya dan

pajak yang lebih ringan bagi bagi orang miskin, disertai subsidi bagi golongan

miskin. Pemerintah juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi distribusi

pendapatan dengan kebijakan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,

kesehatan, infrastruktur, dan sebagainya.

3.6. Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kemiskinan dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidak

terlepas di mana pun diletakkan. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan

dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

(diukur dari sisi pengeluaran), BPS (2009). Penduduk miskin adalah penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis

kemiskinan. Komponen garis kemiskinan terdiri dari garis kemiskinan makanan

(GKM) ditambah garis kemiskinan non makanan (GKNM). Kebutuhan dasar

Page 34: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

75

makanan setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori sebanyak 2100 kalori per

kapita per hari. Kebutuhan dasar bukan makanan adalah kebutuhan minimum

untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Garis kemiskinan adalah

ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup

minimum. Garis kemiskinan lainnya adalah garis kemiskinan Sajogyo, yang

menghitung garis kemiskinan berdasarkan harga beras. Sajogyo mendefinisikan

batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama

dengan beras.

Kemiskinan bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek

sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1989). Aspek

sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi.

Aspek ekonomi dapat dilihat dari terbatasnya pemilikan alat produksi, upah yang

rendah, daya tawar rendah, tidak adanya tabungan, lemah mengantisipasi peluang.

Aspek budaya timbul rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir.

Sedangkan dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai

fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil

keputusan.

Kartasasmita (1997) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah

dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan,

yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada

umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada

kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang

mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan

Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-

Page 35: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

76

samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial (Friedmann,

1992). Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan

(inequality). Kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup absolut dari

masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan mengacu pada standar hidup relatif

dari seluruh masyarakat.

Menurut Baswir (1997) dan Sumodiningrat (1998). Secara sosioekonomis,

terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu : (1) kemiskinan absolut adalah suatu

kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan dibawah

garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum, kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan

kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, GNP per

kapita, pengeluaran konsumsi dan lain-lain, (2) kemiskinan relatif adalah

kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu tingkat

pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya. Seseorang yang tergolong kaya

(mampu) pada masyarakat desa tertentu bisa menjadi yang termiskin pada

masyarakat desa yang lain.

Terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor

penyebab kemiskinan menurut (Kartasasmita 1996, Sumodiningrat 1998, dan

Baswir 1997) adalah:

1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang

miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki

sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia

maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam

pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah.

Page 36: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

77

Menurut Baswir (1997) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut

atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut

Kartasasmita (1996) disebut sebagai “persisten poverty” yaitu kemiskinan

yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada umumnya

merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah yang terisolir.

2. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok

masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di

mana mereka tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini

tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau

berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Hal ini

sejalan dengan apa yang dikatakan Baswir (1997) bahwa ia miskin karena

faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, boros dan sebagainya.

3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor

buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset

produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia

yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu (Baswir,

1997). Sumodiningrat (1998) mengatakan bahwa munculnya kemiskinan

struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural,

yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun

karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata,

kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi

tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.

Menurut Kartasasmita (1996) hal ini disebut “accidental poverty”, yaitu

Page 37: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

78

kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang

menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat miskin biasanya mempunyai tingkat pendapatan yang rendah.

Pendapatan yang rendah mengakibatkan masyarakat miskin tidak mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga mereka terjebak pada kondisi yang

disebut sebagai lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty), seperti

yang digambarkan oleh Capello (2007) sebagai berikut:

Sumber: Capello (2007)

Gambar 7. Lingkaran Setan Kemiskinan

Masalah kemiskinan menurut Nurkse disebut sebagai sebuah lingkaran

setan kemiskinan atau the vicious circle of poverty, yang mengandung arti deretan

melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi

sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam

keadaan miskin. Seseorang yang miskin akan selalu kekurangan makan, sehingga

kesehatannya menjadi buruk. Fisik yang lemah menjadikan kapasitas kerja yang

rendah, sehingga penghasilan juga rendah (menimbulkan kemiskinan) demikian

seterusnya.

Dari sudut permintaan, lingkaran setan adalah rendahnya pendapatan

menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah sehingga tingkat investasi

menjadi rendah. Investasi rendah menyebabkan modal dan produktivitas rendah.

Kesehatan dan

Pendidikan buruk

Produktivitas rendah

Tingkat pendapatan

rendah

(Kemiskinan)

Tingkat tabungan dan

konsumsi rendah

Page 38: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

79

Produktivitas rendah tercermin dari pendapatan riil dan tabungan yang rendah.

Tingkat tabungan rendah menyebabkan investasi dan modal rendah. Kurangnya

modal pada gilirannya bermuara pada produktivitas yang rendah, maka

lengkaplah juga lingkaran setan bila dilihat dari sudut penawaran.

Lingkaran setan yang ketiga menyangkut keterbelakangan manusia dan

sumber alam. Pengembangan sumber alam suatu negara tergantung pada

kemampuan produktif manusianya. Bila penduduknya terbelakang, langka akan

keterampilan teknik, pengetahuan, dan aktivitas kewirausahaan, maka sumber-

sumber alam akan terabaikan, kurang atau bahkan salah guna. Keterbelakangan

sumber alam menyebabkan keterbelakangan manusia. Keterbelakangan sumber

alam merupakan sebab sekaligus akibat keterbelakangan manusia (Meier dan

Baldwin, 1960).

Definisi kemiskinan menurut Bappenas (2004) adalah kondisi dimana

seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-

hak dasar antara lain: (1) terpenuhinya kebutuhan pangan, (2) tersedianya

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya

alam dan lingkungan hidup, (3) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak

kekerasan, dan (4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.

Karakteristik kemiskinan mencakup lima hal, yaitu: (1) penduduk miskin

tidak memiliki faktor produksi sendiri, (2) tidak mempunyai kemungkinan

memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, (3) tingkat pendidikan

rendah, (4) tidak mempunyai fasilitas, dan (5) mereka berusaha dalam usia yang

relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai

Page 39: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

80

(Salim, 1984). Negara berkembang umumnya mempunyai masalah jumlah

penduduk yang tinggi, pendapatan perkapita rendah, rata-rata 40 persen

penduduknya miskin, adanya pengangguran, serta rendahnya tingkat pendidikan

(Lewis, 1954).

Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan

kemakmuran bangsa. Sumberdaya alam tidak akan ada artinya bila tidak ada

sumberdaya manusia yang pandai mengelola sehingga bermanfaat bagi

kehidupan. Sumberdaya manusia yang efektif adalah prasyarat bagi tercapainya

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat

adalah tingkat hidup layak masyarakat yang diindikasikan oleh kondisi ekonomi

dan keadaan sosial masyarakat. Kesejahteraan masyarakat juga dapat diartikan

sebagai tingkat kepuasan agregat dalam suatu masyarakat. Tingkat kesejahteraan

dapat dirumuskan dengan persamaan W = W(Y, I, P) dimana Y adalah pendapatan

per kapita dan berhubungan positif dengan kesejahteraan, I adalah ketimpangan

yang berhubungan negatif dengan W dan P adalah kemiskinan absolut yang juga

berhubungan negatif. Ketiga komponen ini mempunyai signifikansi yang berbeda-

beda dan perlu mempertimbangkan ketiga elemen ini untuk mendapatkan

penilaian menyeluruh terhadap kesejahteraan di negara berkembang (Todaro dan

Smith, 2003).

Secara umum kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan

seseorang dalam memenuhi kebutuhan primernya (basic needs) berupa sandang,

pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Definisi kesejahteraan dapat juga

diartikan sebagai tingkat aksesibilitas seseorang dalam kepemilikan faktor-faktor

produksi yang dapat dimanfaatkan dalam suatu proses produksi dan memperoleh

Page 40: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

81

imbalan (compensations) dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut.

Semakin tinggi seseorang mampu meningkatkan pemakaian faktor-faktor

produksi yang ia kuasai maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan yang

diraihnya. Demikian pula sebaliknya, orang menjadi miskin karena tidak punya

akses yang luas dalam memiliki faktor-faktor produksi walaupun faktor produksi

itu adalah dirinya sendiri.

Pengertian kesejahteraan sosial menurut Whithaker dan Federico (1997)

merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu

masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan

yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Kurangnya kemampuan

seseorang dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga

menjadi kurang sejahtera. United nations development programe (UNDP) mulai

tahun 1990 telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat

menunjukkan kemajuan manusia berdasarkan rata-rata usia harapan hidup, rata-

rata lama sekolah, angka melek huruf, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

3.7. Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian

Otonomi daerah memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk

menggunakan anggaran sesuai dengan keperluan daerah. Asumsinya, pemerintah

daerah lebih mengerti kondisi daerahnya, sehingga alokasi anggaran lebih tepat

dan sesuai kebutuhan. UU No 32/2004 tentang desentralisasi fiskal memberikan

jaminan kepada pemerintah daerah untuk menggunakan APBD sesuai kebutuhan

daerah.

Mazhab ekonomi Keynesian dan neo-Keynesian memberikan saran bahwa

campur tangan pemerintah dalam perekonomian sangat diperlukan untuk

Page 41: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

82

menciptakan keseimbangan perekonomian dalam jangka pendek. Dalam kondisi

ekonomi booming, maka pemerintah dapat mengurangi campur tangannya dalam

perekonomian. Pada saat perekonomian mengalami overheating atau aktivitas

ekonomi yang terlalu dinamis, maka pemerintah bisa mengerem laju pertumbuhan

ekonomi untuk menghindari resesi. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian lesu,

maka pemerintah harus membantu menggairahkan kondisi ekonomi.

Dengan adanya UU No 32/2004 berarti pemerintah daerah mempunyai

kewajiban untuk turut serta memberikan stimulus dalam perekonomian. Hal ini

dilakukan dengan pengelolaan APBD secara benar, namun tampaknya kurang

dipahami benar oleh pemerintah daerah. Banyak kasus kebijakan pemerintah

daerah yang tidak mempunyai tujuan menggerakkan perekonomian daerah. Dalam

menentukan anggaran pembangunan, banyak proyek pemerintah daerah yang

tidak dapat dilihat multiplier effect-nya bagi perekonomian.

Menurut Goeltom (1997), peran pemerintah dalam sistem perekonomian

modern dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: (1) peran alokasi, yaitu

peran dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi untuk meningkatkan

kapasitas produksi maupun efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, (2) peran

distribusi, yaitu mendistribusikan kembali faktor-faktor produksi dan hasilnya,

dan (3) stabilisasi, yaitu menjamin stabilitas ekonomi dan politik.

Dalam implementasinya terjadi trade off antara satu tujuan dengan tujuan

lain. Peran stabilisasi dapat trade off dengan distribusi, peran alokasi dapat trade

off dengan stabilisasi. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya dilakukan

kombinasi kebijakan secara terpadu (mixed policy). Meskipun secara teoritis,

peran pemerintah dapat dipisahkan, tetapi dalam implementasinya tidak dapat

Page 42: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

83

dipisahkan, sehingga kebijakan pemerintah semestinya harus diputuskan melalui

pertimbangan yang menyeluruh dari berbagai aspek.

Untuk menganalisis dampak belanja pemerintah terhadap pencapaian

kinerja bidang pendidikan, model analisis yang digunakan direfleksikan dalam

bentuk hubungan matematis sebagai berikut: E = f(X

,Z), dimana: E adalah

indikator sosial yang menunjukkan kinerja bidang pendidikan dan kesehatan

sebagai fungsi dari pengeluaran pendidikan dan kesehatan (X), dan vektor variabel

sosial ekonomi (Z) yang diperlakukan sebagai variabel kontrol. Pilar pokok

kebijakan/ program pembangunan adalah :

1. Pemberdayaan: partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan

menyangkut kehidupan dan mendapat manfaat dari pembangunan serta

pengentasan kemiskinan

2. Produktivitas dalam meningkatkan mutu modal manusia: SDM, kesehatan

masyarakat dan peningkatan tingkat pendapatan.

3. Pemerataan dalam distribusi pendapatan, meliputi redistribusi asset negara,

akses ke sumberdaya ekonomi, fasilitas sosial, proses pengambilan keputusan

4. Berkelanjutan, yaitu tersedianya SDA bagi generasi mendatang pembangunan

berkelanjutan: pertumbuhan terkendali dan pelestarian lingkungan SDA dan

keanekaragaman hayati.

Kebijakan fiskal (fiscal policy) merupakan salah satu kebijakan

makroekonomi yang secara khusus berkaitan dengan kebijakan penerimaan dan

pengeluaran negara. Instrumen kebijakan fiskal adalah pajak, pengeluaran

pemerintah dan pembayaran transfer (transfer payment). Dalam melaksanakan

kebijakan fiskal, maka variabel-variabel ini akan diubah sesuai dengan tujuan

Page 43: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

84

yang ingin dicapai oleh pemerintah. Kebijakan Fiskal berarti penggunaan pajak,

pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan

stabilisasi atau pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks negara berkembang

peranan kebijakan fiskal adalah untuk memacu laju pembentukan modal dan

sebagai piranti pembangunan ekonomi. Menurut Jhingan (2004), beberapa tujuan

kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan laju investasi, baik di sektor swasta maupun pemerintah.

2. Mendorong investasi sosial secara optimal sesuai dengan keinginan

masyarakat, mendorong investasi pada overhead sosial dan ekonomi, seperti

investasi di bidang pendidikan, kesehatan dan fasilitas latihan tehnik untuk

overhead sosial. Kedua kategori ini menghasilkan ekonomi eksternal yang

cenderung memperluas pasar, meningkatkan produktivitas dan mengurangi

biaya produksi.

3. Meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran atau setengah

pengangguran. Pengeluaran pemerintah harus diarahkan pada penyediaan

overhead sosial dan ekonomi, yang notabene pengeluaran ini akan lebih

banyak menciptakan lapangan pekerjaan dan menaikkan efisiensi produksi

perekonomian jangka panjang.

4. Meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian internasional.

5. Menanggulangi inflasi, misalnya dengan diberlakukannya pajak langsung

progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi.

6. Meningkatkan dan meredistribusikan pendapatan nasional agar dapat

mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Page 44: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

85

Menurut Psacharopoulos (1977), kesempatan sekolah di semua tingkat

telah mendorong pertumbuhan ekonomi agregat melalui:

1. Terciptanya angkatan kerja yang lebih produktif karena bekal pengetahuan

dan keterampilan yang lebih baik.

2. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas dan kesempatan untuk

mendapatkan penghasilan bagi guru, pekerja bangunan, pencetakan buku

sekolah, pembuat seragam sekolah dan pekerja lain yang terkait dengan

sekolah.

3. Terciptanya kelompok pemimpin yang terdidik untuk mengisi jabatan yang

ditinggalkan oleh ekspatriat atau di lembaga pemerintah, perusahaan publik,

swasta serta profesi.

4. Tersedianya berbagai program pendidikan dan pelatihan yang mendorong

kemampuan baca tulis dan keterampilan dasar dan mendorong terciptanya

sikap-sikap modern dalam masyarakat.

Kebijakan fiskal dalam bentuk peningkatan pengeluaran pemerintah

menyebabkan kurva agregat demand bergeser dari AD0 ke AD1 dan output

bertambah dari Y0 ke Y1. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan

dan kesehatan akan meningkatkan kapabilitas dan produktivitas tenaga kerja.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan menyebabkan output bertambah dan

menggeser kurva agregat supply dari AS0 ke AS1. Oleh karena tingkat upah riil

sama dengan marginal product of labor (MPL = w), maka peningkatan

produktivitas akan meningkatkan output dan tidak menyebabkan harga naik,

sehingga keseimbangan akhir akan berada pada titik Y2-P0.

Page 45: III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia - repository.ipb.ac.id fileetos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi, yang merupakan unsur

86

Peningkatan investasi SDM menyebabkan ouput meningkat dari dua sisi,

yaitu sisi agregat demand dan agregat supply secara bersamaan serta tidak

menimbulkan efek inflasioner. Sebagai dampak akhirnya, peningkatan investasi

SDM menyebabkan output meningkat dari Y0 ke Y2 dan harga tetap pada P0

(Branson dan Litvack, 1981). Selengkapnya tentang dampak investasi SDM pada

pasar barang seperti dijelaskan pada Gambar 8 berikut ini:

Sumber: Branson dan Litvack (1981)

Gambar 8. Dampak Investasi SDM pada Pasar Barang

Peningkatan investasi SDM dapat meningkatkan output dan penyerapan

tenaga kerja, sehingga pengangguran, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan

berkurang. Dampak akhirnya adalah tercapainya tujuan pebangunan growth dan

equity secara simultan.

Y Y0 Y1

P

P0

AD1

AD0

AS0

AS1

Y2