ii kajian kepustakaan 2.1 deskripsi...

15
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang dikenal juga dengan nama lain bebek dalam bahasa Jawa. Nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara yaitu itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Proses domestikasi yang terus menerus oleh manusia, maka jadilah itik yang dipelihara sekarang dengan nama ilmiah Anas domesticus. Ternak itik mempunyai deskripsi ilmiah sebagai berikut (Suharno, 2001). Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Sub famili : Anatinae, Tribus Anatini Genus : Anas Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam, dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tipe pedaging, petelur dan ornamen. Penggolongan tersebut didasarkan atas produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh itik tersebut untuk kepentingan manusia. Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging adalah Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking dan Rouen. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan petelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging, bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah Campbell dan Indian Runner (Rasyaf, 1992).

Upload: truongdiep

Post on 05-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Deskripsi Itik

Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang dikenal juga dengan

nama lain bebek dalam bahasa Jawa. Nenek moyang itik berasal dari Amerika

Utara yaitu itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Proses domestikasi yang

terus menerus oleh manusia, maka jadilah itik yang dipelihara sekarang dengan

nama ilmiah Anas domesticus. Ternak itik mempunyai deskripsi ilmiah sebagai

berikut (Suharno, 2001).

Kelas : Aves

Ordo : Anseriformes

Famili : Anatidae

Sub famili : Anatinae, Tribus Anatini

Genus : Anas

Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itik sebagaimana ternak

ayam, dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tipe pedaging, petelur dan ornamen.

Penggolongan tersebut didasarkan atas produk atau jasa utama yang dihasilkan

oleh itik tersebut untuk kepentingan manusia. Itik yang termasuk dalam golongan

tipe pedaging biasanya sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur

perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan tipe

pedaging adalah Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking dan Rouen.

Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan petelur biasanya

badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging, bangsa itik yang

termasuk dalam golongan ini adalah Campbell dan Indian Runner (Rasyaf, 1992).

Page 2: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

9

Selain itu ada juga segolongan itik yang biasanya mempunyai warna bulu

yang menarik atau bentuk badan yang bagus, termasuk dalam golongan itik tipe

ornamen atau sebagai ternak hiasan, terutama di dalam kolam hias, bangsa-bangsa

yang termasuk dalam golongan ini adalah Calls, East India, Mallard, Mandarin

dan Wood duck. Ada bangsa-bangsa itik yang mempunyai tujuan ganda, misalnya

di samping tujuan utama hasil berupa daging, juga menghasilkan telur, misalnya

bangsa Orpington (Srigandono, 1997).

2.2 Itik Magelang

Itik Magelang merupakan unggas air unggulan Jawa Tengah selain Itik

Tegal. Perbedaannya Itik Tegal habitatnya di dataran rendah, sedangkan Itik

Magelang di dataran medium sampai tinggi. Itik Magelang mempunyai tetua

yang sama dengan Itik Tegal yaitu bangsa Itik Indian Runner. Ciri khas Itik

Magelang adalah adanya warna putih melingkar seperti kalung pada lehernya,

sehingga disebut "itik kalung". Wilayah pengembangan selain di Kabupaten

Magelang antara lain di Kabupaten Purworejo, Semarang, dan Kabupaten

Temanggung. Keunggulan Itik Magelang, sebagai sumber produksi telur yang

berkisar antara 48-70 %, dengan pemeliharaan intensif produksinya dapat

mencapai 80%. Itik jantan dan betina afkirnya dimanfaatkan sebagai sumber

daging, menjadi itik potong (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi

Jawa Tengah, 2013).

Perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Magelang terbilang

pesat, karena sejak awal daerah ini memiliki sumber daya manusia yang akrab dan

setia menekuni kerja di sektor peternakan. Hal ini didukung pula oleh letak

geografis Magelang yang dikelilingi pegunungan, sehingga beriklim sejuk dan

Page 3: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

10

sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

distribusi produk-produk pertanian dari Semarang, Yogya dan Solo sehingga

merupakan pasar terbuka. Agribisnis perunggasan di Kabupaten Magelang

bertujuan meningkatkan kesejahteraan peternak unggas. Hal tersebut

dilaksanakan melalui peningkatan pendapatan petani peternak unggas dan

tercukupinya gizi masyarakat dari dukungan protein hewani asal unggas (daging

dan telur), sebab produk asal unggas merupakan sumber protein termurah yang

dapat dijangkau masyarakat (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Magelang, 2015).

Itik Magelang telah ditetapkan sebagai Rumpun Itik Lokal Indonesia

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 701/Kpts/PD.410/2013 tentang

Penetapan Rumpun Itik Magelang pada tanggal 13 Pebruari 2013 di Jakarta.

Deskripsi Rumpun Itik Magelang adalah sebagai berikut :

1. Nama Rumpun : Itik Magelang

2. Asal usul : Berasal dari itik mallard yang bermigrasi ke Indonesia dan

beradaptasi dengan lingkungan kemudian diseleksi, sehingga muncul sifat

karakteristik.

3. Wilayah sebaran asli geografis : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa

Tengah.

4. Wilayah sebaran : Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Kabupaten

Semarang, Kota Surakarta) dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Karakteristik :

1. Sifat Kualitatif

a.Warna

Page 4: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

11

1. Bulu : Kecokelatan dengan variasi cokelat muda hingga tua atau

kehitaman dan sering dijumpai warna total hitam, serta memiliki tanda

khusus berupa kalung warna putih pada leher.

2. Kerabang telur : hijau kebiruan

b.Bentuk Badan

Jantan : langsing, jika berdiri dan berjalan bersikap tegap, tegak lurus

dengan tanah.

Betina : tegak lurus dan tidak mengerami telurnya.

2. Sifat Kuantitatif

1. Bobot badan : Jantan : 1,8 – 2,5 kg; Betina : 1,5 – 2,0 kg

2. Bobot telur : 60 – 70 g.

3. Bobot telur tetas : 65 + 67 g.

4. Produksi telur : 200 – 300 butir/ tahun

5. Puncak produksi telur : 55,1%

6. Umur dewasa kelamin : 5-6 bulan

7. Lama produksi telur : 9-10 bulan

8. Konversi pakan : 4 - 5

9. Lebar warna kalung pada leher : 1 - 2 cm.

(Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, 2015).

2.3 Probiotik

Probiotik adalah feed additive yang berupa mikroba yang diberikan kepada

ternak melalui pakan atau air minum yang dapat memperbaiki performa ternak

Page 5: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

12

melalui perbaikan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller,

1992). Probiotik sebagai mikroba yang dapat hidup atau berkembang dalam usus

dapat menguntungkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil

metabolitnya. Probiotik menekan pertumbuhan mikroba patogen sehingga

mikroba yang menguntungkan dapat berkembang dengan baik (Kompiang, 2004).

Perkembangan pemahaman mengenai spesifikasi fungsi jenis probiotik telah

membawa penggunaan campuran dari beberapa jenis probiotik dengan harapan

menghasilkan produktifitas yang lebih baik.

2.3.1 Probiotik Streptococcus Thermophillus

Klasifikasi :

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Order : Lactobacillales

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : S. salivarius

Subspesies : S. salivarius subsp. thermophillus

Streptococcus thermophillus merupakan bakteri gram positif, katalase

negatif, tidak berspora, uniseluler, anaerob, heterotropik, tumbuh baik pada media

berisi karbohidrat dan ekstrak yeast. Tumbuh optimum pada pH 6,5 dan akan

terhenti pertumbuhanrya pada pH 4,2-4,4. Streptococcus

thermophillus memfermentasi gula terutama menjadi asam laktat, dan karena itu

termasuk golongan bakteri asam laktat (Novita, 2011).

Page 6: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

13

Beberapa penelitian menunjukkan probiotik mampu mencegah dan

menyembuhkan diare akibat infeksi Escherichia coli, Salmonella spp., dan Vibrio

cholerae (Sullivan et al., 2002). Probiotik yang umum digunakan adalah bakteri

asam laktat (BAL), yaitu bakteri yang mampu mengubah karbohidrat menjadi

asam laktat seperti Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus

(Alexander et al., 2001).

Bakteri Streptococcus bermanfaat untuk meredakan gejala intoleransi

laktosa, menurunkan asam lambung, dan gangguan pencernaan

lainnya. Streptococcus thermophillus menghasilkan ATP (adenosin trifosfat) dari

respirasi serta menghasilkan senyawa nitrogen dari hidrolisis protein susu

(Widodo, 2002).

2.3.2 Probiotik Bacillus Cereus

Klasifikasi :

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Order : Bacillales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus cereus

Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat

tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu

tinggi), mampu mendegradasi Xylan dan karbohidrat (Cowan dan Stell’s, 1973).

Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan

Page 7: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

14

anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob

obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.

Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti

protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam

tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus (B. cereus, B.

clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri

dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi,

immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc et al., 2004).

2.4 Pertumbuhan dan Komposisi Karkas Itik

Pertumbuhan mempunyai banyak defenisi. Defenisi yang paling

sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk

dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen

tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia,

terutama air, lemak protein dan abu pada karkas. Pertumbuhan komponen-

komponen tersebut berlangsung dengan kadar laju yang berbeda, sehingga

perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perbedaan

karakteristik individual sel dan organ (Soeparno, 2005).

2.4.1 Pertumbuhan Ternak Itik

Pada umumnya, pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada

kenaikan berat tubuh per satuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rata-rata

pertambahan berat badan per hari atau rata-rata kadar laju pertumbuhan, (Brody,

1945; Soeparno, 2005).

Page 8: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

15

Selama pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi perkembangan

abnormal, hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan,

misalnya nutrisi, temperatur, kelembapan, obat-obatan, keracunan, polusi dan

penyakit. Faktor-faktor tersebut dapat juga menyebabkan perubahan komposisi

tubuh, baik secara fisik maupun kimia.

Wiederhold dan Pingel (1997) melaporkan bahwa itik peking akan

mendapatkan titik belok pertumbuhan kedua yang lebih cepat dibandingkan

dengan angsa dan entog yaitu pada umur 24 hari. Sebagaimana diketahui bahwa

titik belok, selama ini dijadikan sebagai dasar untuk mengukur optimalisasi

pertumbuhan dan juga merupakan ukuran tingkat efisiensi usaha yang dicapai,

(Brody, 1974).

Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola

pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Pada kondisi lingkungan yang

ideal, bentuk kurva pertumbuhan pada semua spesies ternak adalah sama,

(Soeparno, 2005).

Ternak yang kekurangan makanan atau gizi akan mengakibatkan

pertumbuhan yang lambat atau berhenti serta kehilangan berat, akan tetapi setelah

mendapatkan makanan yang cukup, ternak tersebut mampu untuk tumbuh kembali

dengan cepat dan bahkan dapat lebih cepat daripada laju pertumbuhan normalnya,

hal semacam ini disebut dengan pertubuhan kompensatori atau pertumbuhan yang

bersifat menyusul, (Wahju, 1997).

2.4.2 Komposisi Karkas Itik

Perubahan ukuran tubuh merupakan indikator yang baik dan memiliki

korelasi yang cukup erat dengan parameter bobot hidup. Panjang kaki, panjang

paha, dalam dada dan lebar dada merupakan objek pengamatan yang sering

Page 9: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

16

dilakukan, dengan hasil bahwa lebar dada cenderung lebih penting dalam

mengikuti pertambahan umur dan lingkungan, (Buss, 1993).

Menurut Soeparno dan Davies (1987), bahwa faktor jenis kelamin,

hormon dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan. Jenis,

komposisi kimia dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap laju pertumbuhan. Komposisi kimia karkas yang terdiri dari air, protein,

lemak dan abu secara proporsional juga dapat berubah, bila proporsi salah satu

variabel mengalami perubahan.

2.4.2.1 Karkas

Menurut FAO/WHO (1974) dikutip dalam Nur (2009) menyatakan bahwa

karkas adalah bagian tubuh hewan yang telah disembelih dikeluarkan darah dan

telah dipisahkan dari kepala, kaki, kulit/bulu dan jeroan. Karkas pada umumnya

digunakan sebagai tolak ukur produktivitas dari ternak potong, karena karkas

merupakan hasil utama dari pemotongan ternak dan mempunyai nilai ekonomis

yan tinggi. Produksi karkas seekor ternak dipengaruhi oleh bangsa, umur, laju

pertumbuhan, bobot potong dan nutrisi.

Defenisi bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan

bobot ternak setelah dipotong, kemudian dikurangi bobot darah, kulit/bulu, leher,

kaki, kepala dan seluruh isi rongga perut, dan diperjelas Lawrie (2003), bahwa

bobot karkas juga meliputi pengurangan bagian saluran pencernaan, intestin,

kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak

yang melekat pada bagian tubuh tersebut.

Persentasi karkas itik peking mencapai 65% pada umur 50 sampai 56 hari,

sedangkan itik potong yang dagingnya beredar di pasaran mempunyai persentasi

karkas antara 45,5 sampai 48,7 %. Rendahnya persentasi tersebut karena itik

Page 10: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

17

yang dipotong di pasaran adalah merupakan itik tua yang telah diafkir karena

tidak produktif lagi sebagai penghasil telur (Srigandono, 1997).

2.4.2.2 Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot ternak yang telah diistirahatkan dan

dipuasakan selama 8-12 jam sebelum dilakukan pemotongan atau penyembelihan.

Menurut Murray dan Slezaceck (1976), menyatakan bahwa bobot karkas akan

bertambah seiring dengan meningkatnya bobot potong, akan tetapi ternak yang

mempunyai bobot potong yang tinggi tidak selalu menghasilkan bobot karkas

yang tinggi pula, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat dari kepala,

darah, bulu, kaki dan bagian saluran pencernaan.

Sebelum pemotongan ternak, penimbangan perlu dilakukan untuk

mengetahui bobot potong ternak tersebut, hal ini diperlukan untuk mengetahui

juga berapa persentasi karkas yang akan didapatkan dari ternak tersebut.

2.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan, Bobot Bagian Edible dan Inedible.

Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan

komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen

karkas. Di antara individu di dalam suatu bangsa atau di antara bangsa ternak

terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti nutrisi, fisik dan

mikrobiologis, sehingga menyebabkan adanya perbedaan kadar laju pertumbuhan.

2.5.1 Genetik dan Jenis Kelamin

Di dalam bangsa ternak yang sama, komposisi karkas dapat berbeda.

Bangsa ternak dapat menghasilkan karkas dengan karakteristiknya sendiri.

Page 11: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

18

Perbedaan komposisi tubuh dan karkas diantara bangsa ternak, terutama

disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa atau perbedaan berat pada saat

dewasa.

Menurut Williams dan Black (1983) dikutip dalam Soeparno (2005), bila

perbandingan komposisi karkas antara bangsa tipe besar dan kecil didasarkan

pada berat yang sama, maka bangsa tipe besar akan lebih berdaging (lean) dan

lebih banyak mengandung protein, proporsi tulang lebih tinggi dan lemak lebih

rendah dari pada bangsa tipe kecil. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada

saat berat yang sama, ternak bangsa tipe besar secara fisiologis lebih muda.

Faktor genetik dan lingkungan mempunyai hubungan yang erat. Untuk

mengekspresikan kapasitas genetik individu secara sempurna, diperlukan kondisi

lingkungan yang ideal (Lawrie, 1979.; Soeparno, 2005).

Gaili dan Mahgoub (1981) menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh

terhadap berat kepala dan lemak saluran pencernaan. Ternak jantan mempunyai

kepala lebih berat tetapi lemak saluran pencernaan lebih sedikit dibandingkan

dengan ternak betina.

Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor fisiologi

dan nutrisi. Umur, berat hidup dan kadar laju pertumbuhan juga dapat

mempengaruhi komponen karkas. Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai

komponen utama karkas, dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas. Bila

proporsi salah satu variabel lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua

variabel lainnya lebih rendah.

2.5.2 Lingkungan

Faktor lingkungan yang berkaitan dengan fisiologi ternak antara lain

adalah temperatur atau panas, iklim dan kelembapan. Temperatur dan

Page 12: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

19

kelembapan dapat menyebabkan stres, (Soeparno, 2005). Toleransi ternak

terhadap temperatur lingkungan bervariasi, tergantung pada spesies dan

lingkungan hidup. Kondisi panas atau dingin yang lama dapat menyebakan

perubahan hormonal ternak. Stres timbul melalui reaksi-reaksi yang kompleks

dari system endokrin (Lawrie, 1979.; Black, 1983,; Soeparno, 2005).

Ternak yang hidup di daerah tropis lebih toleran terhadap panas

dibandingkan dengan ternak yang hidup di daerah subtropis. Perbedaan tingkat

toleransi ini menyebabkan adanya perbedaan ketebalan lemak tubuh (Lawrie,

1979.; Soeparno, 2005). Pengaruh stress terhadap perubahan komposisi karkas

tergantung pada tingkat kondisi stress, lama stress dan tingkat toleransi ternak

terhadap stress (Black, 1983).

2.5.3 Nutrisi dan Kebutuhan Air Minum

Nutrisi kemungkinan besar merupakan faktor lingkungan terpenting yang

mempengaruhi komposisi karkas, terutama terhadap proporsi kadar lemak.

Konsentrasi energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan aditif serta

proporsi kandungan gizi pakan dapat mengubah komposisi karkas. Respon ternak

terhadap manipulasi nutrisi yang diberikan, juga ikut menentukan hasil akhir

komposisi karkas.

Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju

pertumbuhan yang lebih cepat. Pengaruh nutrisi akan lebih besar bila

perlakuannya dimulai sejak awal periode pertumbuhan, sehingga pertumbuhan

ternak dapat dimanipulasi dengan perlakuan nutrisi yang berbeda. Pemberian

ransum dengan pembatasan tingkat protein terhadap itik jantan lokal berpengaruh

nyata terhadap bobot edible sedangkan inedible tidak berpengaruh nyata (Dimas,

2013).

Page 13: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

20

Menurut ARC (1975), kebutuhan nutrisi untuk itik tipe pedaging mulai

dari menetas sampai saat dipasarkan pada umur 6 sampai 8 minggu dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Itik Tipe Pedaging

Nutrient Jumlah yang dibutuhkan RasioEnergi Protein

…………………..………...%...................................

Protein 23 310/23 = 13,5

Energi metabolisme 310

Lysin 0,89

Methionin 0,39

Ca 0,56

Magnesium 0,05

Sumber : ARC (1975) dalam Srigandono, (1997)

Winter dan Funk (1960), menyatakan hal yang berbeda dari kebutuhan

nutrisi yang dikemukakan oleh ARC (1975). Kebutuhan nutrisi untuk itik tipe

pedaging dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Itik Tipe Pedaging Berdasarkan Fase/Umur.

Fase/Umur Protein EM Rasio EP

…..%..... …..kkal/kg….. …..%.....

Starter (s.d. 2 minggu) 18 2860 15,9

Grower (sampaidipasarkan) 16 2930 18,3

Dewasa/PenghasilBibit 16 2875 18,0

Sumber: Winter dan Funk (1960) dalam Srigandono (1997)

Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode

pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan pakan

Page 14: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

21

yang digunakan. Bahan pakan yang akan dipergunakan adalah bahan pakan yang

sudah diketahui kandungan nutrisinya, dengan demikian akan mempermudah

penyusunan ransum tersebut dan juga kekurangan salah satu zat makanan dapat

ditutupi dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat tersebut.

Murray dan Slezacek (1978) menyatakan bahwa ternak yang diberi pakan

berenergi tinggi memberikan berat hati, ginjal, kulit dan bulu yang lebih berat

dibanding ternak yang diberi pakan berenergi rendah, sedangkan kepala, kaki dan

ekor ternak yang laju pertumbuhannya lambat memberikan berat yang lebih tinggi

dibanding dengan pertumbuhannya yang cepat. Menurut Murray et. al., (1977)

bahwa perlakuan penambahan pakan tidak berpengaruh terhadap berat alat-alat

dalam kecuali hati dan ginjal.

Air adalah gizi yang sangat penting bagi seluruh jenis ternak. Misalnya,

ayam tanpa air minum akan lebih menderita dan bahkan lebih cepat mati

dibanding ayam tanpa pakan. Sebagai contoh, sekitar 58 % dari tubuh ayam dan

66% dari telur adalah air. Mutu air sering diabaikan oleh peternak karena

kenyataan yang mereka lihat yaitu itik mencari makan dan minum ditempat kotor

seperti kali, sawah atau bahkan di selokan. Air juga dapat berfungsi sebagai

sumber berbagai mineral seperti Na, Mg dan Sulfur. Oleh karena itu, mutu air

akan menentukan tingkat kesehatan ternak itik. Air yang sesuai untuk konsumsi

manusia pasti juga sesuai untuk konsumsi itik. Jumlah kebutuhan air untuk unggas

secara umum termasuk ternak itik diperkirakan sebanyak 2 kali dari kebutuhan

pakan/ekor/hari. Kelebihan mineral tersebut dalam air akan mempengaruhi

penampilan unggas termasuk itik yaitu gangguan pencernaan (Yenny, 2015).

Page 15: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itikmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2010/200110100093_2_7084.pdf · 10 sesuai untuk budidaya unggas. Magelang juga terletak di pertengahan jalur

22

2.5.4 Umur

Laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan berat tubuh adalah faktor-faktor yang

mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya dan biasanya

dapat secara individu atau kombinasi mempengaruhi komposisi tubuh atau karkas.

Berat tubuh sangat erat hubungannya dengan komposisi tubuh (Soeparno, 2005).

Variasi komposisi tubuh atau karkas, sebagian besar didominasi oleh variasi berat

tubuh dan sebagian kecil dipengaruhi oleh umur. Soeparno dan Davies (1987),

menyatakan bahwa variasi komponen tubuh yang terbesar adalah jumlah lemak.

Menurut Soeparno (1994), pada ternak dengan bertambahnya umur ternak terjadi

peningkatan pertumbuhan organ-organ dan terutama deposit lemak, serta

peningkatan persentase komponen lainnya. Menurut Burhani (1975) bahwa faktor

umur, kondisi fisik dan jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap bobot badan

dan bobot karkas.

2.5.5 Tingkat Konsumsi Ransum

Faktor lain yang berpengaruh pada bobot karkas adalah tingkat konsumsi

unggas itu sendiri. Semakin tinggi tingkat konsumsi maka akan semakin baik

pula bobot karkas yang dihasilkan. Bobot karkas juga dipengaruhi oleh genetik,

jenis kelamin, dan umur. Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan

imbangan yang baik antara protein, vitamin, dan mineral akan menghasilkan

bobot karkas yang tinggi. Produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot

badan, di mana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun

ransum (Yunilas dkk., 2006).