ihtu irdi 1

32
PENGENALAN SPESIMEN HAMA ORDO HEMIPTERA DAN THYSANOPTERA (Laporan Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum) Oleh Irdiani Risanda 1114121109

Upload: risandairdi

Post on 31-Dec-2014

119 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: IHTU IRDI 1

PENGENALAN SPESIMEN HAMA ORDO HEMIPTERA DAN THYSANOPTERA

(Laporan Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum)

OlehIrdiani Risanda

1114121109

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2013

Page 2: IHTU IRDI 1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama merupakan binatang perusak tanaman budidaya yang berguna untuk

kesejahteraan manusia. Tanaman yang mudah terserang hama adalah tanaman

sayuran seperti tomat, kol, wortel, sawi dan masih banyak lagi jenis sayuran,

beberapa jenis hama perusak adalah, ulat tritip, ulat titik tumbuh, aphis, ulat buah dan

lain sebagainya yang jumlahnya ribuan. Binatang peliharaan juga dapat berperan

sebagai hama penggangu tanaman, seperti kambing yang dibiarkan berkeliaran dan

tidak dijaga dapat memakan tanaman budidaya yang tentu saja dapat mengakibakan

kerugian bagi para petani, binatang liar yang hidup di hutan seperti monyet juga dapat

menjadi hama, biasanya binatang ini menyrang tanaman budidaya karena sudah tidak

mendapat makanan di hutan karena kurangnya jumlah pohon sebagai tempat mencari

makan bagi binatang-binatang ini. (Semangun, 1991)

Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan

kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang

menyebabkan kerugian dalam pertanian. Beberapa anggota ordo hemipteradan

thysanoptera seperti walang sangit dan kepik hijau.

Heminoptera, hemi berarti setengah, sedangkan ptera berarti sayap. Berarti sayap

serangga dalam ordo ini setengah tebal dan setengahnya lagi tipis sayap seperti ini

biasa disebut hemelytra, mulutnya berbentuk alat penusuk atau penghisap, ordo ini

dibagi menjadi dua subordo yaitu cryptocerata dan gymnocerata. Yang termasuk

heteroptera biasanya serangga yang pasangan sayap mukanya pada bagian dasarnya

menebal dan bagian ujungnya tipis seperti membrane. Contoh serangga yang masuk

Page 3: IHTU IRDI 1

dalam ordo ini adalah kepik-kepikan, kalajengking air dan kutu busuk. Banyak

diantaranya yang menjadi hama tanaman pertanian, ada pula yang bersifat sebagai

predator.

Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha,

Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya

dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo

Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga

anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan

menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang

dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak

(mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati

besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.

Ordo thysanoptera, kata thysanoptera berasal dari bahasa yunani, yaitu thysano

(rumbai-rumbai) dan ptera (sayap). Artinya, serangga ini memiliki sayap yang

tepinya berumbai-rumbai. Serangga yang termasuk dalam ordo ini disebut thrips.

Panjang thrips sekitar !-2 mm, badanya berwarna hitam, kadang ada titik merah atau

garis merah, datar dan langsing. Sementara itu warna thrips yang masih muda ada

yang pucat keputihan, kekuningan atau jernih, serta kulit mengkilap jingga atau

merah. Bagian mulut thrips digunakan untuk menusuk dan mengisap. Thrips

mengisap cairan dari permukaan daun sehingga akan terjadi bercak yang berwarna

putih, seperti perak. Meskipun umumnya merugikan tetapi ada juga thrips yang tidak

merugikan tetapi ada juga jenis thrips yang memakan madu dari bunga-bungaan atau

terdapat pada cendawan dan ganggang pada kulit pohon. Dan ada juga yang menjadi

predator tungau dan kutu-kutu kecil seperti thrips aleurodothrips yang menyerang

kutu-kutu perisai.

Dari kedua ordo tersebut beberapa diantaranya amat erat kaitannya dengan bidang

pertanian baik dikatakan sebagai hama ataupun predator.

Page 4: IHTU IRDI 1

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengenal beberapa spesimen hama ordo hemiptera dan thysanoptera.

2. Mengetahui klasifikasi ilmiah tiap spesimen serangga.

3. Mengetahui karakteristik beberapa spesimen hama ordo hemiptera dan

thysanoptera.

Page 5: IHTU IRDI 1

II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah spesimen kepik hijau,

walang sangit, giant water bug, serta 10 spesimen lainnya yang telah disediakan dari

ordo hemiptera dan thysanoptera serta alat tulis.

2.2 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengamati spesimen hama ordo hemiptera dan thysanoptera yang telah

ada.

2. Menggambar spesimen hama ordo hemiptera dan thysanoptera yang

diamati.

3. Menggolongkan spesimen termasuk golongan OPT ataupun predator.

Page 6: IHTU IRDI 1

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari pengamatan spesimen hama ordo

hemiptera dan thysanoptera.

a. Predator

No. Gambar Spesimen Klasifikasi Ilmiah

1. Kingdom : Animalia

Phylum :

Arthropoda

Class : Insecta

Order : Hemiptera

Suborder : Heteroptera

Family : Nepidae

Genus : Nepa

Species : Nepa

cinerea

Page 7: IHTU IRDI 1

2. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Heteroptera

Infraorder:

Pentatomomorpha

Superfamily:

Pentatomoidea

Family: Pentatomidae

Genus : Andrallus

Species : Andrallus

spinidens

3. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Heteroptera

Family: Gerridae

Genus : Gerris

Species : Gerris remigis

Page 9: IHTU IRDI 1

6. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Family: Belostomatidae

Genus: Lethocerus

Species: Lethocerus

indicus

b. OPT

No. Gambar Spesimen Klasifikasi Ilmiah

1. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Ordor: Hemiptera

Superfamily:

Coccoidea

Family: Coccidae

Genus: Coccus

Species: Coccus viridis

Page 10: IHTU IRDI 1

2. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Ordo: Hemiptera

Subordo: Heteroptera

Infraorder:

Pentatomomorpha

Superfamily:

Pyrrhocoroidea

Family: Pyrrhocoridae

Genus : Dsydercus

Species : Dsydercus

cingulatus

3. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Heteroptera

Infraorder:

Pentatomomorpha

Superfamily:

Pentatomoidea

Family: Pentatomidae

Genus : Nezara

Species : Nezara

viridula

Page 11: IHTU IRDI 1

4. Kingdom : Animalia

Phylum: Arthopoda

Class : Hexapoda

Ordo : Hemiptera

Family : Alydidae

Genus : Leptocorixa

Spesies : leptocorixa

acuta

5.

6. Wereng coklat Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Hemiptera

Family : Delphacidae

Genus : Nilaparvata

Species : Nilaparvata

lugens

Page 12: IHTU IRDI 1

7. Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Heteroptera

Family : Miridae

Genus : Helopeltis

Species : Helopeltis sp

Page 13: IHTU IRDI 1

3.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa ordo

hemiptera mempunyai 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha,

Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada

awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo

Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga

anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya

dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4

subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki

anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya

umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik

pembunuh.

Alat mulut adalah pintu gerbang bagi serangga untuk mendapatkan pakannya.

Secara umum, alat mulut serangga terletak di bagian depan-bawah kepala, dan

terbentuk dari beberapa bagian. Secara umum, ada dua tipe alat mulut

serangga, yang disesuaikan dengan jenis pakannya, yaitu tipe penggigit-

pengunyah dan pencucuk-pengisap. Oleh para ahli biologi serangga, tipe alat

mulut ini dipelajari secara teliti terutama untuk mengidentifikasi jenis

serangga dengan cara melihat bentuk luka pada tumbuhan atau benda-benda

lain yang menjadi pakan dari serangga. Misalnya, kerusakan berupa hilangnya

beberapa bagian dari tubuh tumbuhan dapat diartikan sebagai kerusakan

akibat serangan serangga dengan alat mulut penggigit-pengunyah (Arie,1994).

a. Tipe penggigit-pengunyah

Tipe alat mulut ini ditandai oleh adanya mandibula dan maksila yang besar,

dan amat jelas bentuknya. Bagian paling depan adalah labrum (diterjemahkan

bebas sebagai bibir atas) yang menutupi mandibula yang terletak di samping,

maksila yang terletak di belakang mandibula, labium (bibir bawah), dan

Page 14: IHTU IRDI 1

hipofaring yang terletak di “dalam” rongga (sering pula diterjemahkan

sebagai “lidah”), dan dua pasang palpi (tunggal: palpus) yang masing-masing

melekat pada maksila (palpi maksilaris) dan labium (palpi labialis).

Labrum berfungsi untuk “menuntun” dan “memegang” pakan masuk ke dalam

rongga mulut bersama dengan gerakan mandibula, maksila, labium, dan

hipofaring yang berfungsi sebagai lidah yang mendorong pakan tadi masuk ke

saluran pencernaan.

Mandibula atau disebut pula “rahang atas” berfungsi untuk memotong dan

menggerus makanan, dan pada beberapa serangga, misalnya semut kasta

prajurit atau rayap kasta prajurit, mandibula berfungsi sebagai alat pertahanan

(menyerang musuh atau pengganggu). Mandibula dua serangga ini tidak dapat

digunakan sebagai alat makan, sehingga harus mereka membutuhkan bantuan

dari rayap pekerja untuk mendapatkan. Bagian ujung mandibula berbentuk

runcing (berguna untuk menyayat dan merobek), sedangkan bagian

belakangnya bergerigi dan berguna untuk menggerus.

Maksila atau “rahang bawah” berfungsi membantu mandibula mengunyah

pakan. Maksila nimfa capung berukuran sangat besar dan berfungsi untuk

menangkap mangsa. Pada bagian samping maksila tumbuh palpi (palpi

maksilari) yang bertugas memegang dan menyerpih pakan. Pada palpi juga

tumbuh rambut-rambut berukuran sangat halus yang berfungsi sebagai alat

pengindra.

Alat mulut penggigit-pengunyah dimiliki oleh serangga-serangga dari ordo

Orthoptera (bangsa belalang dan jengkerik), ordo Mantodea (belalang

sembah), ordo Blattodea (bangsa kecoa), ordo Odonata (bangsa capung), ordo 

Coleoptera (bangsa kumbang), larva ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu dan

ngengat), ordo Dermaptera (bangsa cocopet), dan ordo Hymenoptera (semut

dan beberapa tawon).

b. Tipe pencucuk-pengisap

Jika Anda kebetulan dapat menyaksikan seekor nyamuk yang sedang

Page 15: IHTU IRDI 1

menusukkan “jarum”-nya ke lengan Anda, maka itulah contoh serangga yang

mempunyai mulut bertipe pencucuk-pengisap. Alat mulut ini terdiri dari

sebuah labium yang berperan sebagai pipa (mengisap atau untuk

mengeluarkan zat anti penggumpalan darah), dan “sarung” yang terdiri dari

mandibula, maksila, dan labrum.

Sementara itu, alat mulut lalat “penggigit” (meskipun sebenarnya adalah

penusuk) atau stable fly (famili Muscidae) hanya terdiri dari labium, labrum

dan hipofaring yang membentuk sebuah pipa untuk mengisap darah mangsa.

Alat mulut kepik, wereng dan sejenisnya terdiri dari mandibula dan maksila

yang membentuk sebuah pipa tajam dan runcing (stilet) dan dibungkus oleh

sarung labium.

c. Tipe pencecap

Lalat rumah (genus Musca) mempunyai alat mulut yang berbentuk unik, yaitu

mirip pengisap debu.

Bagian terbesar dari alat mulut lalat rumah adalah labium yang bagian

ujungnya lebar (disebut labellum) dan pada permukaannya terdapat banyak

sekali rambut-rambut dan lubang-lubang kecil untuk mengisap cairan

pakannya.

d. Tipe pengisap

Kupu-kupu yang sedang menjulurkan “belalai”-nya ke dalam dasar putik

bunga untuk mendapatkan cairan manis pakannya. Inilah contoh alat mulut

bertipe pengisap, yang umum disebut probosis. Belalai ini unik, karena ketika

tidak digunakan akan digulung, kemudian akan dijulurkan jika hendak

digunakan. Dalam hal ini, peranan otot-otot di dalam probosis ini sangat

penting. Ada sekurangnya empat jenis otot yang berperan, yaitu  otot

penggulung (retractor), otot elevator dorsal, otot elevator probosis, dan otot

miring yang terdapat di sepanjang saluran proboscis (Semangun,1991).

Page 16: IHTU IRDI 1

Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo

Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang

dengan bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya

terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga

Thysanoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut

nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak

daun, bunga, dan buah tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau

salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur,

sedangkan serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis

serangga dari ordo Thysanoptera yang sering merusak tanaman antara lain :

Thrips hitam pada tanaman jagung (Heliothrips striatoptera Kob)

Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae Will)

Thrips bawang (Thrips tabaci Lind)

Walang sangit adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman

budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang

memanjang, berukuran sekitar 2 cm, berwarna coklat kelabu, dan memiliki

“belalai” (proboscis) untuk menghisap cairan tumbuhan. Walang sangit

adalah anggota ordo Hemiptera (bangsa kepik sejati). Walang sangit

menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga cairan

buah padi yang masih pada tahap masak susu sehingga menyebabkan tanaman

kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.

Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan

aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan “sangit”). Sebenarnya

tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga banyak

anggota Alydidae lainnya.

Walang sangit (Leptocorisa acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat

luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran L. acuta)

antara Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India, Jepang,

Cina, Pakistan dan Indonesia . Di Indonesia Leptocorisa acuta tersebar di

Page 17: IHTU IRDI 1

daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi Walang sangit selain menyerang

tananamn padi yang sudah bermalai dapat pula berkembang pada rumput-

rumputan seperti Panicium crusgalli L., Paspalum dilatatum Scop., rumput

teki (Echinocloa crusgalli dan E. Colonum).

Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang

perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago

berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang.

Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30

mm. Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan

diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 – 20

butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di

dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi

berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan

dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari.

Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena

warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17 – 27 hari yang terdiri

dari 5 instar Imago walang sangit yang hidup pada tanaman padi, bagian

ventral abdomennya berwarna coklat kekuning-kuningan dan yang hidup pada

rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau keputihan. Bertelur

pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara

kelompok dalam satu sampai dua baris. Aktif menyerang pada pagi dan sore

hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan

dingin.

Perkembangan yang baik bagi hama Walang sangit terjadi pada suhu antara

27 – 30 oC. Perkembangan Walang Sangit telah diketahui Gejala Serangan

dan Kerusakan yang ditimbulkan terjadi pada waktu temperatur sedang, curah

hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang biak

di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi.

Page 18: IHTU IRDI 1

Wereng coklat berkembang biak secara seksual. Siklus hidup wereng cokelat

semenjak telur hingga umur matinya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.Telur

Masa prapenelurannya 3-4 hari untuk brakiptela (bersayap kerdil) dan 3-8 hari

untuk makroptera (bersayap panjang) (MOCHIDA, 1977). Telur biasanya

diletakan pada jaringan pangkal pelepah daun. Tetapi, kalau populasinya

tinggi, telur diletakan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakan

berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Bentuk telur wereng

coklat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan

panjangnya antara 0.830-1,000 milimeter. Dalam waktu sekitar 9 hari telur

telah mulai menetas.Satu wereng betina tidak meletakan telur hanya pada satu

rumpun padi, tetapi dari beberapa rumpun dan berpindah-pindah. Dengan

demikian pada suatu saat nimfa sudah tersebar pada beberapa rumpun.

b.Larva/nimfa

Telur wereng cokelat menetas menjadi nimfa. Metamorfosanya sederhana

atau bertingkat disebut heterometabola. Serangga muda mirip induknya.

Makanannyapun sama dengan serangga induknya. Nimfa mengalami lima

instar dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium

nimfa beragam, tergantung dari bentuk dari bentuk dewasa ysng muncul.

Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa bentuk pertama

adalah makroptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat yang mempunyai

sayap depan dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah

brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng cokelat dewasa yang mempunyai

sayap depan dan sayap belakang yang tumbuh tidak normal, terutama sayap

belakang sangat rudimental. wereng cokelat mulai bersayap dalam umur

Page 19: IHTU IRDI 1

sekitar 13 hari. Umumnya wereng brakiptera bertubuh lebih besar,

mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang (Kisimoto, 1957).

Hasil kopulasi antar jantan brakiptera dengan betina  brakiptera, atau betina

makroptera dan hasil kopulasi antar jantan makroptera dengan betina

brakiptera, atau betina makroptera pada generasi ke-1 menghasilkan jantan

makroptera dan brakiptera dari kedua  jenis kelamin.

Baehaki (1884) melaporkan bahwa tingkat perkembangan wereng cokelat

brakiptera dapat dibagi menjadi masa prapeneluran 2-8 hari, masa bertelur 9-

20 hari, dan masa pasca peneluran beberapa jam sampai 3 hari, sedangkan

pradewasa adalah 19-23 hari. Lee dan park (1977) melaporkan bahwa umur

serangga dewasa ialah 20-30 hari, tetapi mungkin pada tanaman yang tahan

akan lebih pendek.

Selain dipengaruhi oleh kepadatan populasi munculnya wereng makroptera

juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan kurangnya makanan. Pemunculan

makroptera lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda dan pada

tanaman setengah rusak (partially hopperburn) dibanding dengan tanaman

sehat.

Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung

mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik

hormon juvenil. Tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia

mimik hormon juenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan wereng

cokelat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera.

Perubahan bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan

pokok di lapang. Pada lahan tanaman yang sudah dipanen makanan wereng

menjadi berkurang, sehingga wereng menghadapi katastropi. Sebelum terjadi

bencana tersebut wereng cokelat merubah posisi menjadi wereng makroptera,

Page 20: IHTU IRDI 1

lalu bermigrasi mencari tempat baru yang cocok untuk perkembang

biakannya.

c.Kemudian akan mulai bertelur kembali setelah mencapai umur sekitar 2

minggu, dan selanjutnya seperti diatas.

Jadi, dalam waktu yang relative singkat wareng cokelat akan berlipat ganda

mencapai jumlah yang besar. Umur kematiannya yaitu setelah mencapai

sekitar 40-41 hari, tetapi bergantiannya dalam jumlah banyak, sehingga dalam

umur maksimumnya wereng cokelat bertelur sampai 3 kali dan tiap kali

mencapai ratusan telur (Pracaya,2007).

Page 21: IHTU IRDI 1

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Tipe mulut serangga terbagi atas tipe pengecap, tipe penusuk-penghisap, tipe

penjilat, penggigit-pengunyah.

2. Karakteristik ordo hemiptera secara umum adalah bentuk sayap yang setengah

tebal dan setengah tipis.

3. Setiap spesimen hama ordo hemiptera dan thysanoptera memiliki

karakteristik khusus yang berbeda-beda dari segi tipe mulut.

Page 22: IHTU IRDI 1

DAFTAR PUSTAKA

Arie, Arifin. 1994. Pelindung Tanaman, Hama, Penyakit dan Gulma. Surabaya:

Usaha Nasional.

Istiqomah, Dewi Nur. 2012. Hama.

http://blog.ub.ac.id/dewinur/2012/06/26/hama/. Diakses pada tanggal 9 April

2013 pukul 22.51.

Matnawy. 1989. Pelindung Tanaman. Yogyakarta: Kanisius

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya

Semangun,H. 1991. Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity press

Page 23: IHTU IRDI 1

LAMPIRAN