identifikasi sebaran mineralisasi timah & struktur geologi …

77
IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT PUYUH KECAMATAN TEMPILANG KABUPATEN BANGKA BARAT SKRIPSI ADO MUHAMMAD YUSHA F1D315014 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR

GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT

PUYUH KECAMATAN TEMPILANG KABUPATEN

BANGKA BARAT

SKRIPSI

ADO MUHAMMAD YUSHA

F1D315014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan Skripsi yang berjudul

“IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI

MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNETIK DI BUKIT PUYUH KECAMATAN

TEMPILANG KABUPATEN BANGKA BARAT” ini berdasarkan hasil penelitian,

pemikiran dan pemaparan dari saya sendiri selama melaksanakan Penelitian

skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan atau ketidak benaran dalam pernyataan

ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di

Universitas Jambi.Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Jambi, Juni 2021

Yang Menyatakan

Ado Muhammad Yusha

Page 3: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

ii

IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR

GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT

PUYUH KECAMATAN TEMPILANG

KABUPATEN BANGKA BARAT

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada

Program Studi Teknik Geofisika

ADO MUHAMMAD YUSHA

F1D315014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 4: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH &

STRUKTUR GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT

PUYUH KECAMATAN TEMPILANG KABUPATEN BANGKA BARAT yang disusun

oleh ADO MUHAMMAD YUSHA, NIM: F1D315014 telah di pertahankan di depan

penguji pada tanggal 1 April 2021 dan dinyatakan lulus.

Susunan Tim Penguji :

Ketua : Drs. Faizar Farid M.Si

Sekretaris : Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T.

Anggota : 1. Drs. H. Nasri MZ, M.S

2. Dr. Drs. Ngatijo, M.Si

3. Ichy Lucya Resta, S.Pd., M.Si

Disetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Faizar Farid M.Si Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T.

NIP. 195812171989021001 NIP. 198701172019032015

Diketahui:

Ketua

Program Studi Teknik Geofisika,

Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T.

NIP. 198701172019032015

Page 5: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

iv

RINGKASAN

Telah dilakukan pengambilan data dengan metode geomanetik di Bukit

Puyuh Kecamatan Tempilang Kabupaten Bangka Barat Bersama PT.Timah.Tbk

pada tanggal 14 Februari 2020 sampai 30 april 2020. Data yang diambil berupa

data Lapangan (Primer) dan dilakukan di lingkuanan IUP PT.Timah.Tbk itu sendiri.

Pengambilan data magnetik ini dilakukan pada lokasi yang sebelumnya telah

dilakukan pemetaan geologi terlebih dahulu dengan Luas wilayah penelitian seluas

4 x 3 km. Untuk lintasan penelitian berjumlah 38 lintasan dengan spasi 100 meter

di tiap lintasan dan jarak 10 meter di tiap titik pengukuran. Jumlah titik

pengukuran yang diambil pada wilayah penelitian adalah sebanyak 9313 titik

dengan 3 kali pengulangan di setiap titiknya. Zona sebaran anomali magnetik di

wilayah penelitian memiliki variasi nilai anomali magnetik mulai dari -6.5nT

sampai 11.5nT. zona mineralisasi timah di indikasikan dengan adanya kontras

nilai anomali magnetik. Kontras anomali rendah (negatif) dengan nilai -6.5nT

sampai 1.2nT yang tersebar dari Barat Laut ke Tenggara dan dari Timur Laut ke

Barat Daya serta bagian Selatan pabrik. Untuk anomali tinggi (positif) dengan nilai

8.8nT sampai 11.5nT tersebar dari area pabrik ke arah Barat Daya Dan Tenggara.

Kontras nilai anomali magnetik ini diperkirakan mengindikasikan keberadaan

struktur-struktur geologi seperti sesar serta keberadaan zona mineralisasi di

sekitar area struktur. Struktur geologi yang terdapat pada wilayah penelitian

adalah beberapa unit sesar yaitu sesar mendatar kiri. Sesar ini terdiri dari dua

pergerakan ke kanan yang arah utamanya yaitu baratlaut-tenggara dan ke kiri

yang arahnya yaitu baratdaya-timurlaut. Berdasarkan Katili, (1967) sesar

mendatar kiri terbentuk terlebih dahulu daripada sesar mendatar kanan. Serta

kekar-kekar yang nantinya menjadi urat-urat (vein) yang nantinya akan di isi oleh

mineral seperti kasiterit.

Kata Kunci: Anomali, Geomagnetik, Kasiterit.

Page 6: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

v

SUMMARY

Data collection using the geomanetic method was carried out in Bukit Puyuh, Tempilang

District, West Bangka Regency with PT.Timah.Tbk on February 14, 2020 to April 30, 2020. The data

was taken in the form of Field (Primary) data and was carried out in the IUP environment of

PT.Timah.Tbk itself. This magnetic data collection was carried out at a location where geological

mapping had previously been carried out with an area of the study area of 4 x 3 km. For the research

trajectory there are 38 tracks with a space of 100 meters on each track and a distance of 10 meters at

each measurement point. The number of measurement points taken in the study area was 9313 points

with 3 repetitions at each point. The magnetic anomaly distribution zone in the study area has a

variation of magnetic anomaly values ranging from -6.5nT to 11.5nT. tin mineralization zone is

indicated by the presence of contrasting magnetic anomaly values. Low anomalous contrast

(negative) with values of -6.5nT to 1.2nT spread from the Northwest to the Southeast and from the

Northeast to the Southwest and the southern part of the plant. For high anomalies (positive) with a

value of 8.8nT to 11.5nT are scattered from the factory area to the southwest and southeast. This

magnetic anomaly value contrast is estimated to indicate the presence of geological structures such as

faults and the presence of mineralized zones around the structure area. The geological structure

contained in the study area is several fault units, namely the left horizontal fault. This fault consists of

two movements to the right, whose main direction is northwest-southeast and to the left in the

southwest-northeast direction. According to Katili, (1967) the left horizontal fault was formed earlier

than the right horizontal fault. As well as burrows which will later become veins which will later be

filled with minerals such as cassiterite.

Keywords: Anomaly, Geomagnetic, Casiterite

Page 7: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

vi

RIWAYAT HIDUP

ADO MUHAMMAD YUSHA lahir di Jakarta, 10 Agustus

1997, penulis merupakan anak kedua dari Pasangan

Bapak Alpiadi S.H dan Elmides milia. Penulis sendiri

Berdomisili di Perumahan Bumi Mendalo Asri Blok V No. 11

RT 03 Kelurahan Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar

Kota, Kab. Muaro Jambi. Jalur pendidikan formal yang

ditempuh oleh penulis adalah tahun 2003 – 2009 SD Negeri

44/III Desa Baru Pulau Sangkar, Tahun 2009 – 2012 SMP

Negeri 12 Kerinci, Tahun 2012 – 2015 MAN 1 Sungai Penuh, Dan tahun 2015 –

Sekarang Teknik Geofisika Universitas Jambi.

Selama menempuh pendidikan jenjang S1, penulis cukup aktif dalam

bidang akademik maupun non akademik dan aktif sevagai anggota Himpunan

Mahasiswa Teknik Geofisika Antareja Universitas Jambi (HMTGF Antareja UNJA)

Periode 2017-2018. Penulis juga telah melakukan berbagai kunjungan perusahaan

diantaranya BMKG Kota Bumi, Lampung (2018) dan Pertamina Geotermal Energy

(PGE) Ulu Belu, Lampung (2018). Penulis juga melakukan kerja praktek lapangan

di PT.TIMAH.Tbk, Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung. Dalam memenuhi

syarat Program S1, Terakhir penulis telah menyelesaikan kegiatan Penelitian

skripsi di PT. TIMAH Tbk. Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung dengan judul

“Identifikasi Sebaran Mineralisasi Timah & Struktur Geologi Dengan Menggunakan

Metode Geomagnetik di Bukit Puyuh, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka

Barat.

Page 8: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

vii

PRAKATA

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian skripsi yang

berjudul “IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR

GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT PUYUH

KECAMATAN TEMPILANG KABUPATEN BANGKA BARAT” , dilaksanakan di PT.

TIMAH Tbk, sebagai salah satu Matakuliah wajib Program Studi Teknik Geofisika

Universitas Jambi. Dalam menyelesaikan Penelitian skripsi ini penulis tidak lepas

dari bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak untuk itu penulis

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya lah, sehingga penelitian

skripsi ini dapat terlaksanakan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

tepat waktu.

2. Kepada Papa saya Alpiadi S.H dan Mama saya Elmides Milia yang pastinya

selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya serta selalu mendukung

semua kegiatan positif yang saya lakukan.

3. Kepada PT. TIMAH Tbk, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk

melaksanakan penelitian skripsi di PT. TIMAH Tbk.

4. Kepada Pembimbing skripsi yaitu bapak Drs. Faizar Farid, M.Si dan ibu Ira

Kusuma Dewi, S.Si., M.T, yang telah membimbing saya dalam penulisan

skripsi ini.

5. Kepada Bapak Harry selaku pembimbing penulis di PT. TIMAH Tbk yang telah

memberikan bimbingan dan waktunya selama penulis melaksanakan

penelitian dan penyusunan skripsi

6. Kepada Bapak Hidayat Dan Bapak Dendi selaku satuan Tim Geofiska di PT

TIMAH Tbk. Terimakasih atas waktu dan bimbingannya selama penulis

melaksanakan penelitian skripsi selama kurang lebih 3 bulan.

7. Kepada bang Beta, Bang Tyas, Bang Chorio selaku Tim Akuisisi Magnetik PT

TIMAH Tbk. Terimakasih atas bimbingan dan waktunya selama penulis

melaksanakan Pengambilan data di lapangan.

8. Kepada Efraim Maykhel Hagana Ginting selaku rekan seperjuangan serta

sobat lockdown dalam penelitian skripsi ini dan teman yang selalu membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini baik secara moral maupun

material.

9. Kepada teman-teman Teknik Geofisika Universitas Jambi, khususnya

angkatan 2015 yang telah memberikan banyak motivasi, inspirasi dan

segalanya baik tentang pendidikan maupun di luar masalah pendidikan.

10. Dan yang tak kalah berjasa yaitu dosen - dosen di Teknik Geofisika

Universitas Jambi yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat

bermanfaat.

Page 9: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ........................................................................................................ i

RINGKASAN ........................................................................................................ iv

SUMMARY ............................................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vi

PRAKATA ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3. Hipotesis .................................................................................................... 2

1.4. Tujuan ....................................................................................................... 2

1.5. Manfaat ..................................................................................................... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

2.1. Penelitian Relevan ...................................................................................... 4

2.2. Geologi Regional Daerah Penelitian ............................................................. 7

2.3. Karakteristik Batuan Granit ..................................................................... 10

2.4. Mineral Kasiterit ..................................................................................... 14

2.5. Statigrafi Wilayah Penelitian ..................................................................... 16

2.6. Proses Hidrotermal ................................................................................... 17

2.7. Alterasi .................................................................................................... 18

2.8. Metode Magnetik ...................................................................................... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 24

3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................... 24

3.2. Data dan Perangkat Lunak ....................................................................... 24

3.3. Tahap Penelitian ...................................................................................... 29

Page 10: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

ix

3.4. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 36

4.1. Struktur Geologi ...................................................................................... 36

4.2. Metode Magnetik ...................................................................................... 40

4.3. Pemodelan 2D .......................................................................................... 47

4.4. Interpretasi dan Analisis .......................................................................... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 53

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 53

5.2. Saran Penelitian ....................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 54

Page 11: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Jalur Granit Regional (Batchelor, 1983) ................................................... 10

2. Blok Penyusun Paparan Sunda (Mangga Dan Djamal, 1994) ........................... 12

3.(A.Peta Index Persebaran Main Range Province dan Eastern Province Pada Pulau

Bangka-Belitung) Dan (B.Persebaran Main Range Province dan Eastern Province

Pada Pulau Bangka-Belitung) (Cobbing, 1998) .................................................... 14

4. Mineral kasiterit ............................................................................................. 15

5. Peta Geologi Lembar Bangka Utara Dan Bangka Barat Skala 1:250000 (Mangga

dan Djamal, 1994) .............................................................................................. 16

6. Spin Elektron Bahan Diamagnetik ................................................................. 20

7. Spin Elektron Bahan Paramagnetik ................................................................ 20

8. Spin Elektron Bahan Ferromagnetik ............................................................... 20

9. Spin Elektron Bahan Ferrimagnetik ................................................................ 21

10. Garis – Garis Gaya Magnetik (Isaak, 1989) .................................................... 22

11. Unsur- Unsur dari Medan Magnet Bumi (Lawless, 1995). .............................. 23

12. Proton Precision Magnetometer GMS-19T (http://www.gemsys.ca/gem-

product-catalogue) ............................................................................................. 28

13. Peta Elevasi Wilayah Pengambilan Data & Titik-titik Pengambilan Data ......... 30

14. Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 35

15.Peta Geologi Lokal Tempilang ......................................................................... 36

16. Lahan Berupa Pertambangan Masyarakat. .................................................... 37

17. Lahan Berupa Perkebunan Kelapa Sawit ....................................................... 38

18.Lahan Pabrik PT.Sawindo Kencana ................................................................ 38

19. Foto Singkapan Batuan ................................................................................ 39

20. Sampel Batupasir ......................................................................................... 39

21. Peta Sebaran Anomali Total Medan Magnetik ................................................ 40

22. Peta Anomali Magnet Hasil Reduksi ke Ekuator ............................................ 42

23. Peta Anomali Magnetik Hasil Pengangkatan 50m .......................................... 43

24. Overlay Peta Geologi Lokal Dengan Peta Anomali Magnetik Pengangkatan 50m

.......................................................................................................................... 46

25. Peta Sayatan ................................................................................................ 47

26. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan A-A’ ........................ 48

27. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan B-B’ ....................... 49

28. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan C-C' ....................... 50

29. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan D-D' ....................... 51

Page 12: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Statigrafi Bangka Barat .................................................................................. 16

2. Rencana Pelaksannan Tugas Akhir. ................................................................ 24

Page 13: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nilai Suseptibilitas Batuan dan Mineral (Telford, dkk., 1990) ................ 56

2. Raw data hari pertama serta Hasil Total Magnetic Intensity ............................. 58

3. Quality Control terhadap Hasil Total Magnetic Intensity .................................. 59

4. Koreksi diurnal menggunakan GEMLink V5.3 ................................................. 60

5. Nilai IGRF di Lapangan ................................................................................... 61

6. Nilai Inklinasi dan Deklinasi Wilayah Penelitian .............................................. 62

Page 14: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangka-Belitung merupakan bagian dari jalur timah Asia Tenggara dan

terkaya di dunia yang memanjang dari Cina Selatan, Thailand, Burma, Malaysia

dan Indonesia. Timah terbentuk sebagai endapan primer dalam batuan granit dan

pada daerah kontak batuan malihan yang biasa berasosiasi dengan turmalin dan

urat kuarsa. Di daratan Bangka-Belitung terdapat dua jenis urat kuarsa yang telah

ditambang yaitu berupa urat celah dan urat berlapis yang secara genetik berasal

dari intrusi granit berumur Trias Atas (Arifin, 2009).

Menurut Katili (1986), kerangka geologi regional Kepulauan Bangka-

Belitung dan pulau-pulau di sekitarnya termasuk kedalam Punggungan Bangka-

Belitung (Bangka – Biliton Ridge) yang merupakan tinggian batuan dasar yang

berada disebelah timur Cekungan Sumatera Selatan dan di sebelah utara

Cekungan Sunda. Menurut Batchelor (1983), punggungan ini merupakan bagian

dari jalur timah batuan granit (Tin Belt Granite) dari Kraton Sunda yang

memanjang dari daratan Thailand, Semenanjung Malaysia, Kepulauan Riau,

Bangka-Belitung hingga Kalimantan Barat. Sehubungan dengan batuan dasar

granit yang muncul di sepanjang jalur timah ini mempunyai jenis yang berbeda-

beda, maka batuan granit yang ada di Pulau Belitung dimasukkan pada Western

Tin Belt Granite , berbeda dengan jenis granit di Pulau Bangka yang dimasukan

pada Main Tin Belt Granite.Ditinjau dari perkembangan zona volkanik Sumatera

memperlihatkan bahwa granit Belitung berumur lebih tua (berumur Perm hingga

Jura), dibandingkan granit di Bangka dan di daratan pulau Sumatera yang

berumur Trias. Hal ini dapat menunjukan bahwa proses erosi pada tinggian -

tinggian granit di daerah Belitung telah berjalan lebih dahulu, sehingga hasilnya

berupa endapan alluvial dan sedimen pantai dan laut telah pula berjalan lebih

intensif dibandingkan dengan daerah Bangka dan Sumatera.

Metode magnetik merupakan salah satu metode potensial yang

menggambarkan kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai intensitas magnetik.

Nilai intensitas magnetik berbanding lurus dengan nilai suseptibilitas batuan. Nilai

intensitas magnetik suatu batuan dapat mengindikasikan keberadaan zona

alterasi yang terjadi akibat naiknya fluida hidrotermal ke permukaan, zona

struktur pada batuan, dan persebaran zona mineralisasi pada batuan, dengan

demikian penerapan metode magnet sangat membantu dalam menentukan zona –

zona mineralisasi terutama mineralisasi timah primer. Kerentanan magnetik dapat

digunakan sebagai indikator jenis granit paramagnetik (ilmenitetype granites) dan

ferromagnetik granitoids (magnetite-type granites). Analisis distribusi nilai

kerentanan magnetik ini menunjukan hubungan yang kuat antara nilai

kerentanan magnetik dan tipe granit.

Page 15: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

2

PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki

segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi,

penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Ruang lingkup kegiatan

Perusahaan meliputi juga bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan,

pengangkutan dan jasa.

Penelitian di daerah Bukit Puyuh, Kecamatan Tempilang, Kabupaten

Bangka Barat menjadi menarik untuk dilakukan guna penentuan persebaran

intrusi granit dan juga karena adanya struktur geologi berupa sesar yang

terbentuk setelah penujaman intrusi granit tersebut beradasarkan peta geologi

lembar Bangka Selatan. intrusi granit sendiri memiliki nilai suseptibilitas yang

kontras, sehingga intrusi granit dapat dideteksi dengan menggunakan metode

magnetik. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudu

“IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI

MENGGUNAKAN METODE GEOMAGETIK DI BUKIT PUYUH KECAMATAN

TEMPILANG KABUPATEN BANGKA BARAT”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan peta geologi lembar Bangka Barat di temukan adanya sebaran

granit, namun belum di ketahui pola sebaran dari mineralisasi timah dan granit

berdasarkan nilai magnetik. Sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pola sebaran nilai anomali magnetik di Bukit Puyuh, Kecamatan

Tempilang, Kabupaten Bangka Barat ?

2. Dimana zona sebaran mineralisasi timah berdasarkan nilai suseptibiltas

metode magnetik di Bukit Puyuh, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka

Barat ?

3. Apa saja struktur geologi yang terdapat di Bukit Puyuh, Kecamatan

Tempilang, Kabupaten Bangka Barat ?

1.3. Hipotesis

Berdasarkan informasi yang diperoleh, dilihat dari kondisi daerah

penelitian maka nilai suseptibilitas batuan penyusun di daerah intrusi granit akan

memiliki variasi nilai suseptibilitas yang berbeda-beda yaitu interval 0 – 50 x 103

(SI). Persebaran granit di daerah penelitian di perkirakan mengarah dari Timur ke

arah Barat.

1.4. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini antara lain

adalah:

1. Mengetahui sebaran anomali medan magnet di Bukit Puyuh, Kecamatan

Tempilang, Kabupaten Bangka Barat berdasarkan pengukuran metode

magnetik dalam zona sebaran mineralisasi timah.

Page 16: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

3

2. Mengidentifikasi zona sebaran mineralisasi timah berdasarkan model bawah

permukaan dari metode magnetik di Bukit Puyuh, Kecematan Tempilang

Kabupaten Bangka Barat.

3. Mengetahui apa saja struktur geologi yang berada pada wilayah penelitian.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat diadakan penelitian ini yang diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada pemerintah khususnya PT. TIMAH untuk

menemukan sebaran mineralisasi Timah yang ada di Bukit Puyuh, Kecamatan

Tempilang Bangka Barat.

Page 17: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

4

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan mengetahui sebaran intrusi granit

menggunakan metode magnetik disekitar daerah Bangka Belitung, adalah Febrido

Arwanda (2018) Arah Persebaran Sumberdaya Batu granit Pada proses upward

continuation 50 m, anomaly magnetik berupa warna semakin terlihat jelas dan

anomali pengotornya menghilang. Pada tahapan proses upward continuation 100

m, sampai 150 m, menjelaskan bahwa perubahan warna anomaly magnetik

memperlihatkan bentuk arah persebarannya berdasarkan nilai suseptibilitas

batuan dan mineral. Dari hasil proses filter upward continuation dapat diketahui

persebaran sumberdaya batugranit berada di zona anomali yang berwarna kuning

tuadengan interval nilai suseptibilitas antara 2,5-7,8 nT mengarah ke arah Barat.

Berdasarkan penelitian Aryanto (2016) Secara regional penyebaran

batugranit di Belitung terdapat di 4 daerah, yaitu daerah Tanjung Pandan,

Gunung Mang, Parangbuloh, dan Kelumpang. Kelompok batugranit Kelumpang ini

sebagai granit hornblende yang tidak ada hubungannya dengan mineralisasi

kasiterit.

Berdasarkan pemerian megaskopis dan analisa petrografi terlihat bahwa

granit di lokasi kegiatan memiliki sifat yang menyerupai granit tipe-I karena terdiri

dari serangkaian potasik dan cafemic yang diperkirakan berasal dari Formasi

Adamelit Baginda. Semua tubuh utama granit merupakan tipe-I selain itu granit di

lokasi telitian telah mengalami fase alterasi dengan hadirnya beberapa mineral

ubahan seperti serisit dan klorit yang secara komposisi antar mineral, tersusun

atas kuarsa (35%), orthoklas (25%) dan plagioklas (15%) sebagai mineral utama

penyusun batuan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aifin (2009) Anomali positif-rendah

yang membatasi benda intrusif bawah laut dapat diamati di sekitar Pulau Belitung.

Anomali positif-rendah berbentuk elip dicirikan oleh nilai kerentanan magnetik

batuan antara 0.001- 0.003 cgs unit. Benda intrusif bawah laut ini bisa jadi

memiliki daya tarik ekonomi, dan berdasarkan sifat-sifat anomalinya maka benda

intrusif ini kemungkinan berupa pluton granitik jenis granit-biotit yang berasosiasi

dengan mineral kasiterit. Anomali magnetik positif-rendah ini bisa jadi mencirikan

batuan intrusif sama seperti granit yang berafiliasi dengan endapan timah.

Di bagian selatan Pulau Belitung tepatnya di sekitar Pantai Gembira,

singkapan granit menunjukkan tipe granit biotit porfiritik dengan fenokris ortoklas

yang panjangnya bisa sampai 8 cm, juga terdapat mikrokline, pertite, plagioklas,

biotit, kuarsa. Secara setempat, terdapat zirkon, apatit, titanit,fluorit, black

turmaline, kasiterit, amfibol. Sedangkan di bagian timur seperti di daerah Burung

Mandi lebih dicirikan oleh granodiorit.

Page 18: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

5

Hasil penelitian oleh Usman (2018) Pemodelan A didapatkan jenis batuan

dan mineral seperti calcite, shales, cays, basalt, dan lava andesit. Shales yang

didaptakn ini diduga berasal dari bongkahan batuan Basalt. Sedangkan untuk

pemodelan B didaptakn jenis batuan dan mineral seperti calcite, coal, breksi,

alterasi lempung, shales, breksi, lava andesit, dan granite. Mineral coal yang

didapat ini merupakan mineral batu bara muda.

Dari hasil uji SEM menunjukkan bahwa struktur mikro dari sampel

batuan pada umumnya struktur kristalnya berbentuk lempengan yang tidak

teratur dengan ukuran yang bervariasi.Sedangkan hasil pengujian EDS

menunjukkan bahwa sampel batuan tersebut mengandung unsur silikon dan

magnesium dalam jumlah mayor. Selain dari itu diperoleh pula unsur mineral

dalam jumlah minor seperti sodium, sulfur, chlorine, phosphorus, potassium,

kalsium, titanium dan besi.

Menurut penelitian Eddy (2001) Hasil rata-rata penarikan jejak belah

untuk contoh batuan granit asal Sumater Barat dengan menggunakan zirkon

sebagai penentu umur adalah sebagai berikut: granit SB-36 berumur 39,03 ± 1,75

juta tahun, granit SB-38 berumur 48,09 ± 2,31 juta tahun, dan granit SB-47

berumur 4,74 ± 0,49 juta tahun.

Dari hasil pentarikhan tersebut terdapat perbedaan rata-rata antara umur

ketiga contoh batuan yang menunjukkan bahwa granit SB-36 terbentuk pada kala

Eosen Akhir, granit SB-38 terbentuk pada kala Eosen Awal dan granit SB-47

terbentuk pada kala Pliosen Awal. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga contoh

batuan granit tersebut tidak terbentuk secara bersamaan dan berasal dari sumber

magma yang berbeda.

Berdasarkan penelitian Melda (2015) Nilai suseptibilitas yang diperoleh di

tiap titik pengukuran daerah survey yaitu pada kisaran 1276.175-70615.84 nilai

tersebut menyatakan bahwa jenis batuan di daerah survey didominasi batuan

andesit dan dasit. Untuk harga anomaly terbesar diketahui kedalaman nya sekitar

9.92 m dari permukaan dan panjangnya 47.52 m. Adanya harga anomaly magnet

yang berbeda menandakan adanya batuan yang berbeda.Dari data yang terolah

dari penelitian ini dapat diperkirakan bahwa disekitar daeah Stasiun Geofisika

Tuntungan Kecamatan Pancur Batu Medan memungkinkan terdapatnya material

logam yang terdapat pada lintasan III, IV dan V dengan arah sepanjang Barat laut

yang memotong daerah survey. Pada harga anomaly magnet terlihat jelas

mengalami perubahan harga dari yang rendah (bernilai negatif).

Page 19: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

6

Menurut penelitian dari Yudi (2014) Berdasarkan hasil survei IP, daerah

Parit Tebu didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah

yang berasosiasi dengan batuan sedimen di bagian tengah pada kedalaman kurang

dari 70 m. Di sebelah timurlaut ditemukan nilai tahanan jenis dan chargeability

tinggi yang di interpretasikan sebagai indikasi keberadaan intrusi granit. Dari hasil

penampang tahanan jenis dan chargeability 2D, nilai tahanan jenis dan

chargeability tinggi yang diduga sebagai respon dari batuan granit terlihat pada

kedalaman 70 m dan menerus hingga ke dalam. Interpretasi keberadaan batuan

granit di daerah ini diperkuat dengan adanya pasangan anomali magnet rendah

dan anomali magnet tinggi di sebelah timurlautnya. Pasangan anomali magnet ini

mengindikasikan keberadaan batuan yang lebih magnetis daripada batuan di

sekitarnya (batuan sedimen). Batuan granit ini diperkirakan berasosiasi dengan

timah primer yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan mengenai

keberadaannya. Karena itu zona prospek timah primer diperkirakan berada di

sebelah timurlaut dengan perkiraan luas sekitar 731283 m2. Serta cadangan

sumber daya hipotetik batuan granit di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar

250000 ton.

Pengeboran uji di daerah prospek perlu dilakukan untuk membuktikan dan

lebih menegaskan mengenai keberadaan batuan granit sebagai indikasi adanya

timah primer. Pengeboran sebaiknya dilakukan pada perkiraan zona prospek,

yaitu di sebelah timurlaut daerah survei (di sekitar titik D-2500). Hasil pemodelan

tahanan jenis dan chargeability 2D pada lintasan D memperlihatkan bahwa

anomali yang diduga sebagai batuan granit berada pada kedalaman 70 m dan

menerus hingga ke dalam. Karena itu kedalaman pengeboran uji disarankan lebih

dari 100 m.

Dalam penelitian Zaidan (2008) Daerah yang memiliki potensi cadangan

bijih besi (Fe) memiliki kontur anomaly Magnetik berkisar 500 nT - 4000 nT. Bijih

besi pada daerah ini bijih besi diinterpretasikan sebagai tipe vein dengan arah

sebaran vein Fe di permukaaan yang tersebar relative memanjang mengarah barat-

timur, sesuai dengan kelurusan umum (dominant) yang terbentuk di pulau

belitung. Adanya keterbatasan alat geomagnet dalam melakukan pengukuran pada

saat alat mendekati atau kontak langsung dengan objek benda (bijih besi) yang

telah terekspose di permukaan, sehingga terjadi penurunan akurasi pengukuran

sampai angka tak hingga.

Page 20: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

7

Berdasarkan penelitian Hidayat (2017) Pengukuran medan magnet total

yang telah dilakukan di lokasi penelitian diperoleh data intensitas magnetik total

berkisar antara 42.456 sampai 43.111,6 nT. Setelah dilakukan koreksi harian dan

koreksi IGRF, intensitas anomali magnetik regional berkisar -640 sampai -180 nT.

Hasil dari filter upward continuitas menunjukkan anomali lokal daerah

penelitian.

Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisa kontur anomali

medan magnetik lokal. Berdasarkan pola kontur anomali dapat dilihat posisi dari

dyke yang menjadi sumber anomali. Adapun perbedaan anomali yang mencolok

pada bagian kanan atas peta kontur anomali residual timbul akibat perbedaan

ketinggian dan jumlah sedimen yang menutupi batuan dasar (sumber anomali)

yang tersingkap di dasar sungai. Perbedaan ketinggian antara tepi sungai dan

dasar sungai bervariatif antara 1-5 meter di sisi selatan sungai dan 2-11 meter di

sisi bagian utara sungai.

Menurut penelitian yang teah di lakuka faisol (2014) Berdasarkan hasil

pengolahan data, interpretasi dan analisis dengan menggunakan metode

geomagnetik di daerah bendungan Karangkates (Lahor dan Sutami) dapat

disimpulkan yaitu diperoleh nilai anomali magnetik total barkisar antara -600 nT

sampai dengan 1600 nT. Dari pemodelan yang telah dilakukan didapatkan

beberapa jenis batuan yaitu berupa tuf pasiran, batu apung dan lava. Dari

diindikasikanya beberapa jenis batuan ini dapat dijadikan informasi untuk melihat

ketahanan bendungan yang keberadaanya sangat bermanfaat sebagai PLTA

maupun pengairan untuk pertanian penduduk setempat.

2.2. Geologi Regional Daerah Penelitian

Menurut Gafoer drr., (1992), kepulauan Bangka-Belitung terdiri atas beberapa

formasi batuan seperti batuan malihan (schist and gneiss) berumur pra Karbon

sebagai batuan tertua. Intrusi granit dan granodiorit berumur Kapur-Trias muncul

sebagai sumber timah. Batuan sedimen berumur Trias terdiri atas perselingan

antara batulumpur dan batupasir termalihkan dengan lensa-lensa batugamping

dan kuarsit. Endapan Kuarter yang terdiri atas sedimen karbonatan, gamping,

kalkarenit, lumpur dan alluvium Kuarter (pasir dan kerikil) diendapkan secara

tidak selaras di atas batuan yang berumur lebih tua.

Batchelor dan Bowden (1985) menyatakan bahwa endapan timah di pulau

Belitung awalnya ditambang berdasarkan sistim paritan vertikal tempat dimana

kasiterit dapat dikenali dalam tanah penutup. Pada tahun-tahun berikutnya,

Page 21: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

8

survey dilakukan dengan menggunakan magnetometer yang diikuti dengan

paritan. Mineral yang berada dalam urat timah biasanya berupa kasiterit

sementara pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismuth, arsen, stibnit, kalkopirit,

kuprit, xenotim, sedangkan monazit biasanya berupa mineral ikutan.

Geologi dan stratigrafi di P. Bangka dan P. Belitung (Baharudin dan

Sidarto, 1995) dipengaruhi oleh geologi regional Kraton Sunda dengan batuan

penyusunnya terdiri atas batuan beku Pra-Tersier yang terdiri dari Diorit Kuarsa

Batubesi, Granodiorit Burung Mandi, dan Adamelit Baginda serta batuan beku

Tersier (Granit Tanjung Pandan). Sedangkan batuan sedimennya dapat dibedakan

atas batuan sedimen Pra-Tersier dan Kuarter. Sedimen Pra-Tersier terdiri dari

Formasi Siantu, Formasi Kelapankampit dan Formasi Tajam. Sedimen Kuarter

umumnya menutupi daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, terdiri atas endapan

sedimen pasir berkarbon, endapan aluvial sungai dan pantai.

Batuan beku Diorit Kuarsa Batubesi (Kbd) dan Granodiorit Burungmandi

(Kbg) terdapat di daerah bagian timurlaut dengan penyebaran setempat-setempat,

merupakan batuan beku tertua berumur Kapur di P. Belitung. Batuan beku

Adamalit Baginda (Jma) berumur Jura juga dijumpai secara setempat-setempat di

bagian selatan P. Belitung. Namun batuan ini juga dijumpai di pulau di P. Seliu,

bagian selatan P. Belitung. Batuan Beku Granit Tanjungpandan (Trtg) berumur

Trias dijumpai cukup luas di bagian utara P. Belitung.

Batuan sedimen dengan penyebaran yang cukup luas adalah Formasi

Kelapakampit (PCks) dan Formasi Tajam (PCTm) yang berumur Permo- Karbon.

Formasi Kelapakampit terdapat hampir diseluruh daerah P. Belitung. Sedangkan

Formasi Tajam dijumpai setempat-setempat tetapi dengan penyebaran hampir

merata di seluruh daerah P. Belitung. Batuan sedimen lainnya yang cukup penting

adalah sedimen Kuarter yang diduga mengandung sumberdaya mineral antara lain

endapan pasir berkarbon (Qpk), yang memiliki penyebaran sangat terbatas di

bagian tengah dan tenggara P. Belitung. Sedangkan endapan aluvial pantai (Qa)

terdapat diseluruh kawasan pantai P. Belitung, mengisi daerah-daerah teluk

ataupun daerah muara- muara sungai. Sedimen ini mengandung kuarsa dengan

kadar SiO2 lebih dari 97% dan merupakan komoditi pasir kuarsa terbaik di

Indonesia. Pasir ini banyak dipergunakan untuk berbagai kegiatan industri logam

dan banyak diusahakan oleh penduduk setempat. Namun mengingat

keberadaannya disepanjang garis pantai, maka pengendalian penambangannya

perlu diupayakan.

Page 22: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

9

Struktur geologi yang berkembang di P. Belitung adalah struktur sesar

mendatar dengan pola yang tidak beraturan. Pola tersebut dipotong oleh sesar

utama berarah baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara. Pola struktur ini

berkembang mengikuti kelurusan struktur patahan batuan dasar dan sedimen

tua. Pola struktur patahan ini diperkirakan terbentuk awal Tersier sebagai akhir

dari pembentukan batuan beku, yang saat ini sudah tidak aktif.

Berdasarkan data penampang seismik refleksi dan inti bor di Selat Gaspar,

Batchelor dan Bowden (1985) mengindikasikan adanya empat kelompok batuan

sedimen yang diendapkan sejak jaman Miosen. Batuan sedimen tersebut adalah

aluvium muda yang terdiri atas sedimen penutup berumur Holosen dan komplek

aluvium berumur Plistosen Atas, satuan transisi yang terdiri atas sedimen marin

berumur Plistosen Atas dan satuan transisi berumur Plistosen Tengah, sedimen

penutup purba berumur Plistosen Awal-Atas dan fases dataran aluvial purba yang

menjari dengan fases kipas (bongkah granit) dan regolit Paparan Sunda yang

terdiri atas endapan koluvial dan material kipas berumur Pliosen dan latosol

Miosen Atas, laterit dan bauksit yang berasal dari pelapukan batuan granit dan

batuan sedimen.

Menurut Aleva (1985), Kepulauan Singkep-Tujuh hingga Belitung

berpotensi akan endapan plaser kasiterit dimana secara geologi genesanya

merupakan sistem plaser lembah (placer valley systems). Sistem ini erat kaitannya

dengan perubahan muka air laut (sea level change) yang terjadi selama Tersier dan

mempengaruhi kondisi geologi saat ini baik yang berada di daerah daratan

maupun di daerah lepas pantai, khususnya daerah granit Sengkeli, Pering dan

Lenggang. Perubahan- perubahan muka air laut dimasa lampau yang mencapai

±100 m ini setidaknya menyebabkan terjadinya tiga kali proses erosi (erosional

events), yakni proses erosi, akumulasi sedimen rombakan dan tertutup oleh

lapisan sedimen lain.

Page 23: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

10

2.3 Karakteristik Batuan Granit

Gambar 1. Peta Jalur Granit Regional (Batchelor, 1983)

Menurut Batchelor (1983), punggungan ini merupakan bagian dari jalur

timah batuan granit (Tin Belt Granite) dari Kraton Sunda yang memanjang dari

daratan Thailand, Semenanjung Malaysia, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung

hingga Kalimantan Barat. Sehubungan dengan batuan dasar granit yang muncul

disepanjang jalur timah ini mempunyai jenis yang berbeda-beda, maka batuan

granit yang ada di Pulau Belitung dimasukkan pada Western Tin Belt Granite ,

berbeda dengan jenis granit di Pulau Bangka yang dimasukan pada Main Tin Belt

Granite. Ditinjau dari Sumber timah di Indonesia merupakan bagian dari Jalur

Timah Asia Tenggara yaitu jalur timah terkaya di dunia. Jalur ini membentang dari

Cina Selatan, Thailand, Myanmar dan Malaysia hingga Indonesia. Timah terbentuk

sebagai endapan primer dalam batuan granit dan pada daerah kontak dalam

batuan malihan yang bisanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah.

Menurut Pamungkas (2006), dua tipe urat-urat klasik telah ditambang di

Kepulauan Bangka-Belitung. Kedua macam urat-urat tersebut adalah urat-urat

celah dan urat -urat berlapis yang secara genesa berasal dari intrusi granit

berumur Trias Atas (± 222 juta tahun yang lalu).

Untuk mendelinasi variasi secara petrografis dan geokimia pluton granit,

Tarling dan Hrouda, (1993) dan Ishihara drr., (2000) telah menggunakan

pengukuran kerentanan magnetik batuan sebagai alat. Kerentanan magnetik

Page 24: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

11

batuan ditentukan oleh komposisi kimia dan mineraloginya, dalam mana besarnya

kerentanan magnetik kemungkinan dibawa oleh silikat feromagnesia (Gleizes drr,

1993), atau pada granit feromagnetik dalam mana kerentanan magnetiknya

dibawa oleh magnetit.

magnetik batuan telah pula digunakan secara meluas sebagai indikator

litologi dalam batuan granit atau dalam membedakan antara paramagnetik

(ilmenite-type granites) dan granitoid feromagnetik (magnetite-type granites), seperti

disinggung oleh Sant'ovaia dan Noronha (2005). Menurut Aydin dkk.,(2007),

berdasarkan observasi petrografis dan perhitungan analitis elemen utama batuan

dalam granit Saruhan-Turkey, mengindikasikan adanya butiran magnetit, dimana

pola zona kerentanan magnetik atas pluton adalah konsentris dan berlawanan.

Secara regional penyebaran batuan granit di Pulau Belitung terdapat di empat

daerah, yaitu daerah Tanjung Pandan, Gunung Mang, Parangbuloh, dan

Kelumpang. Semua batuan granit merupakan tipe-I, terkecuali pada pluton

Tanjung Pandan yang merupakan granit tipe-S ( 2 dan 3). Beberapa tubuh batuan

yang lebih kecil (daerah Bt. Besi, Lilangan dan Buntar) telah teralterasi seutuhnya,

tapi masih dikenali sebagai granit. Umumnya merupakan mineralisasi timah dan

kemungkinan merupakan turunan dari granit tipe-S.

Kepulauan Bangka termasuk ke dalam paparan Sunda bersama dengan

pulau lainnya. Kepulauan yang termasuk ke dalam paparan Sunda adalah pulau

Belitung, Natuna, Karimunjawa, Kepulauan Riau, Anambas, Tambela dan Bawean

(van Bemmelen, 1949). Paparan Sunda merupakan wilayah laut dangkal. Dimana

kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang melebihi 50 m dan

kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 m, hal ini mengakibatkan proses

eksogenik berupa erosi dan pelapukan oleh air laut sering terjadi pada wilayah

tersebut.

Pembentukan paparan Sunda terjadi pada Paleozoikum dan Mesozoikum.

Daratan paparan Sunda terbentuk karena adanya pertemuan antara

mikrokontinen blok East Malaya-Indochina dengan blok Sibumasu (Sino-Burma,

Malaya dan Sumatra). Pertemuan antara kedua blok ini dibatasi oleh blok

Southwest Borneo pada bagian timur, blok West Burma pada bagian barat, blok

West Sumatra pada bagian selatan dan blok South China pada bagian utara .

Pertemuan antara mikrokontinen ini menyebabkan fase tektonik dan struktur

yang cukup kompleks di pulau Bangka (Schwartsz, 1995)

Page 25: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

12

Gambar 2. Blok Penyusun Paparan Sunda (Mangga Dan Djamal, 1994)

Menurut Mangga dan Djamal (1994), struktur geologi secara regional yang

berkembang adalah sesar naik, sesar geser, sesar normal, lipatan, kekar dan

kelurusan. Struktur utama yang mengontrol pada area penelitian adalah sesar

geser. Dimana sesar geser yang berkembang ada dua yaitu sesar geser dekstral

(sesar geser kanan) dan sesar geser sinistral (sesar geser kiri). Sesar geser dekstral

berkembang pada umur Paleozoikum Akhir dan sesar geser sinistral berkembang

pada umur Trias-Jura.

Pulau Bangka merupakan perpanjangan dari Southeast Asian Tin Belt. Jalur

ini merupakan perpanjangan dari semenanjung Malaysia. Pembentukan endapan

timah biasanya berkaitan dengan intrusi granitoid. Batuan granitoid merupakan

seluruh batuan beku plutonik yang memiliki ukuran yang kristal kasar dengan

Page 26: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

13

komposisi kuarsa dan feldspar. Kriteria suatu batuan disebut granitoid jika

memiliki kandungan kuarsa sebesar 20-60 % serta kandungan feldsparnya

sebesar 10-60% dimana plagioklas lebih dominan dibandingkan dengan alkali

feldspar. Jenis-jenis batuan granitoid adalah sebagai berikut:

1. Batuan granitoid dengan komposisi 90 % alkali feldspar disebut alkali

feldspar granit,

2. Syenogranit merupakan jenis granitoid dengan kandungan ± 65 % alkali

feldspar,

3. Monzogranit merupakan batuan dimana komposisi alkali-feldspar dan

plagioklasnya seimbang,

4. Batuan granitoid dengan komposisi ± 65 % disebut sebagai Granodiorite,

5. Batuan granitoid yang didominasi plagioklas (90 %) disebut tonalite.

Pada saat terjadi intrusi granitoid ke permukaan bumi maka akan terjadi

proses pneumatolitik (reaksi antara kimia antara gas dan cairan magma) sehingga

membentuk endapan mineral bijih khususnya mineral kasiterit (SnO2). Mineral

kasiterit merupakan mineral utama yang memiliki kandungan timah.

Pembentukan batuan granit yang ada di pulau Bangka berkaitan dengan

pertemuan antara mikrokontinen Blok Indochina-East Malaya dengan Blok

Sibumasu. Pertemuan kedua blok ini menghasilkan zona Betong-Raub Suture yang

menerus dari sepanjang semenanjung malaysia hingga ke pulau Bangka-Belitung.

Pada zona Betong-Raub Suture terjadi percampuran antara dua tipe batuan

granitoid. Tipe batuan granitoid pada umumnya diklasifikasi ke dalam beberapa

jenis provinsi batuan granitoid. Di sepanjang semenanjung malaysia ditemukan

keberadaan dua jenis provinsi batuan granitoid. Kedua provinsi batuan granite

tersebut adalah Eastern Belt (Eastern Province) dan Main Range Province. Di

semenanjung malaysia kedua provinsi ini dapat dipisahkan secara jelas oleh

Betong-Raub Suture yang memanjang hingga ke pulau Bangka. Tetapi pada pulau

Bangka, keberadaan kedua provinsi granitoid ini ditemukan secara acak sehingga

sulit untuk mengelompokan masing-masing.

Page 27: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

14

Gambar 3.(A.Peta Index Persebaran Main Range Province dan Eastern Province

Pada Pulau Bangka-Belitung) Dan (B.Persebaran Main Range Province dan Eastern

Province Pada Pulau Bangka-Belitung) (Cobbing, 1998)

A

B

Page 28: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

13

Hall (2014) menyatakan bahwa Eastern province merupakan satuan

granitoid yang terbentuk akibat adanya subduksi antara blok sibumasu dengan

east-malaya pada Perm. Provinsi ini didominasi oleh batuan hornblende-biotit

granit atau batuan granodiorite (Schwartz, 1995). Main range province terbentuk

pada pertengahan- akhir Trias. Sumber batuan granitoid pada provinsi ini lebih

dangkal karena proses tektonismenya berupa penunjaman ganda yang

mengakibatkan adanya pelelehan kerak benua pada bagian atas. Main range

province didominasi oleh batuan biotit monzogranit (Schwartz, 1995). Di pulau

bangka sebagian besar main range province berada bagian utara pulau dan

eastern range province berada di bagian selatan (Cobbing,1992).

Granit dapat dikelompokan kembali berdasarkan karakter kimia dan

kandungan granit di dalamnya. Chappell dan White (1974) dalam Wikarno dkk,

(1994) membagi granit menjadi dua tipe berdasarkan karateristik kimianya

yaitu tipe I dan tipe S. Tipe I berkaitan dengan mineralisasi logam bijih seperti

tembaga, seng dan emas. Sementara tipe S merupakan granit dengan

kandungan timah dan tungsten yang tinggi. Berdasarkan besar komposisi

granit di dalam suatu batuan maka ada granit seri ilmenit dan granit seri

magnetit (Ishihara dkk, 1979). Granit tipe seri magnetit merupakan tipe granit

yang rendah akan kandungan timah. Hal ini dikarenakan kandungan bijih

logam pada fluida magmanya akan menghilang membentuk mineral lain pada

saat diferensiasi magma terjadi. Sementara granit seri Ilmenit merupakan tipe

yang kandungan timahnya cukup tinggi karena sifat fluida magmanya lebih

stabil pada saat proses diferensiasi magma terjadi. Menurut Wikarono dkk

(1984) menyatakan bahwa batuan granit tipe S dan seri Ilmenit berkaitan

dengan main range province sementara tipe I dan seri Magnetit berkaitan

dengan eastern province. Endapan timah ditemukan dalam bentuk mineral

kasiterit.

Ada dua jenis endapan timah yaitu endapan timah sekunder dan

endapan timah primer. Endapan timah sekunder (supergen) merupakan

endapan yang berasal dari pelapukan batuan induk. Endapan ini ditemukan

dalam bentuk deposit letakan atau di dalam endapan aluvial. Sedangkan

endapan timah primer (hipogen) merupakan endapan yang berhubungan

langsung dengan batuan induk. Pada penelitian ini endapan yang menjadi

target penelitian adalah endapan timah primer.

Timah primer memiliki unsur mineral kasiterit yang lebih tinggi dan

keberadaan cadangannya lebih besar. Menurut Smirnov (1968) di dalam Taylor

(1979), endapan timah primer dikelompokan menjadi beberapa tipe endapan

Page 29: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

14

berdasarkan kumpulan mineral yang mengandung timah. Tipe tersebut adalah

stanniferous pegmatites, quartz-cassiterite, dan sulfide-cassiterite.

Stanniferous Pegmatites endapan timah ini terjadi pada daerah tin-

bearing. Endapan ini disebabkan oleh instrusi granit dalam, dengan magma

yang bersifat asam, sehingga membentuk mineral pegmatit dan juga terjadi

pembentukan urat kuarsa-kasiterit. Pegmatites merupakan jenis kuarsa-

microcline seperti albite, muscovite, topaz, spodumene, dan turmalin.

Quartz-Cassiterite endapan ini berasosiasi dengan proses hidrotermal

pada temperatur tinggi dengan sumber instrusi granit yang lebih dangkal.

Endapan ini dicirikan dengan alterasi intensif pada batuan akibat fluida

hidrotermal. Indikasi alterasinya adalah keberadaan topaz yang melimpah,

fluorit, serta terdapat juga asosiasi antara kasiterit dengan wolframite dan

mineral bijih logam (uranium dan tembaga). Endapan ini ditemukan dalam

bentuk urat kuarsa, stockworks dan greisen dengan kristal mineral kasiterit

yang berukuran kasar.

2.4 Mineral Kasiterit

Kasiterit merupakan sumber utama timah. Mineral kasiterit mempunyai

komposisi kimia SnO2 dengan kandungan timah (Sn) sebesar 78.77% dan

oksigen (O) sebesar 21.23%. Kasiterit dapat ditemukan berwarna kuning

kecoklatan, abu - abu kecoklatan sampai hitam gemelapan. Hablurnya

bersistem tetragonal dan sering ditemukan berbentuk prisma yg runcing di

kedua ujungnya (dwipiramid). Mempunyai sifat yg sangat padat (SG 6.8-7.1)

dan keras (6 -7 Mohs). Mineral kasiterit ini biasanya dijumpai pada lapisan

sedimen aluvial bersama- sama dengan mineral berat lainnya dalam bentuk

pasir/konsentrat.sebaran mineral kasiterit cukup bervariasi tergantung pada

karakteristik lapisan tanahnya. Penyebaran mineral kasiterit di Pulau Sumatera,

Kepulauan Riau, Pulau Bangka dan Pulau Belitung mengikuti penyebaran

kasiterit yang dinamakan “Tin Belt” Adapun di Pulau Kalimantan,

penyebarannya berindikasi pada penyebaran sedimen alluvial. Diperkirakan

sumberdaya logam timah di dunia sekitar 4,9 juta ton, yang tersebar di Cina

(30,5%), Indonesia (16,3%), Brasil (14,5%), Bolivia (8,1%), Rusia (7,1%),

Peru (6,3%), Malaysia (5,1%), Australia (4,9%), dan Thailand (3,5%).Pada saat

ini timah digunakan terutama dalam paduan, selain itu penggunaan utama

timah adalah untuk timah plating, solder dan pembuatan senyawa kimia, kain

tahan api, untuk membuat stabilisator PVC, pengawet kayu, keramik, pigmen

aditif semen, bantalan rem dan sejumlah aplikasi medis. Dan yang sedang trend

saat ini digunakan pada berbagai sektor energi dan bahan elektronik termasuk

ion baterai lithium, sel surya, bahan termo elektrik dan fotokatalis.

Page 30: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

15

Gambar 4. Mineral kasiterit

Ditinjau dari sudut Geologi, Pulau Bangka dan Kepulauan Riau

termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian dari peneplain Sunda.

Penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari “

Granite Belt” yang berumur Yura – Kapur. “Granite Belt” sendiri merupakan

deretan formasi batuan granite kaya akan mineral kasiterit yang kemudian

dikenal dengan sebutan “The Tin Belt”.Sehingga potensi mineral kasiterit (timah

putih) di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau sampai Bangka

Belitung, serta terdapat di daratan Riau yaitu di Kabupaten Kampar dan Rokan

Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan merupakan cebakan

sekunder, baik terdapat sebagai tanah residu dari cebakan primer, maupun

letakan sebagai aluvial darat dan lepas pantai. Memanjang mengikuti lembah

sungai yang masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas pantai

membentuk pola yang menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer

tertranspot melalui media air, membentuk endapan aluvial darat menerus ke

arah lepas pantai. Pola sebaran memanjang mengikuti lembah alluvial daratan

menerus ke arah lepas pantai, dengan komponen penyusun umumnya

mengandung kerikil sampai berangkal kuarsa memberikan gambaran akan

kemungkinan terbentuk pada saat susut laut.

Page 31: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

16

2.5 Statigrafi Wilayah Penelitian

Gambar 5. Peta Geologi Lembar Bangka Utara Dan Bangka Barat Skala

1:250000 (Mangga dan Djamal, 1994)

Stratigrafi regional pada pulau bangka dari formasi yang paling tua

hingga ke termuda adalah Kompleks Pemali, Diabas Penyabung, Formasi

Tanjung Genting, Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Aluvium ( 2.2). Berikut

merupakan penjelasan mengenai litologi batuan pada setiap formasi dari yang

paling tua hingga yang termuda menurut Mangga dan Djamal (1994) dan

Margono (1995):

Kompleks Pemali merupakan batuan paling tua di pulau bangka.

Komplek ini berumur Karbon. Formasi ini terdiri dari batuan filit, sekis dan

kuarsit. Formasi ini mengalami proses tektonik seperti terkekarkan, terlipatkan,

tersesarkan dan mengalami intrusi oleh batuan Granit Klabat.

Formasi Diabas Penyabung, tersusun atas litologi batuan diabas.

Formasi ini berkembang pada umur Perm. Formasi ini menerobos Kompleks

Pemali dan formasi ini juga mengalami proses terkekarkan dan tersesarkan.

Formasi Tanjung Genting, Formasi ini secara tak selaras menindih

Kompleks Pemali dan diintrusi oleh Granit Klabat. Formasi ini disusun oleh

perselingan antara malihan-batupasir, batupasir, batupasir lempungan dan

batulempung dengan lensa batugamping serta batuan yang kaya akan oksida

besi. Formasi ini diperkirakaan berusia Trias Awal.

Formasi Granit Klabat, Formasi ini tersusun atas batuan granit,

granodiorit, adamalit, diorit dan diorit kuarsa. Berdasarkan radiometri pada

Page 32: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

17

sampel batuan granit yang sudah dilakukan, formasi ini berumur 217 ± 5 juta

tahun yang lalu atau pada zaman Trias Akhir-Jura Awal.

Formasi Ranggam, Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir,

batulempung, dan batulempungtuffan dengan sisipan batulanau dan material

organik. Usia pembentukan formasi ini berada pada Pliosen ( tidak lebih tua

dari Miosen Akhir).

Formasi Alluvium, Formasi ini merupakan stratigrafi batuan yang paling

muda serta terbentuk pada Holosen. Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal,

kerikil, pasir, lempung dan gambut.

Tabel 1. Stratigrafi Bangka Barat

Sumber : (Ngadenin dkk, 2014)

2.6 Proses Hidrotermal

Pirajno (2009), Proses hidrotermal dapat diartikan sebagai sistem yang

memiliki dua komponen utama yaitu sumber panas dan fase fluida. Sistem

tersebut merupakan sirkulasi fluida panas (50°C hingga 500°C), secara lateral

dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan

bumi. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral yang sesuai

dengan kondisi yang baru dikenal sebagi alterasi (ubahan) hidrotermal, dan

dapat menyebabkan terbentuknya endapan bijih. Endapan bijih hidrotermal

terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melelehkan, memindah, dan

mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik

Page 33: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

18

maupun kimiawi. Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang

dilewatinya atau disebut batuan dinding akan menyebabkan terubahnya

mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan.

2.7 Alterasi

Burleigh (1991), Alterasi merupakan perubahan mineralogi, tekstur,

maupun komposisi kimia batuan hasil interaksi fluida hidrotermal dengan

batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu. Fluida

hidrotermal merupakan larutan sisa hasil pendinginan magma dengan suhu

berkisar 100-500°C yang dapat mengubah atau membentuk mineral-mineral

baru serta mengubah tekstur dan komposisi batuan, terutama pada batuan

yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, atau pada zona lemah yang

diakibatkan oleh struktur geologi. Tipe alterasi pada batuan dapat berbeda-beda

tergantung hasil interaksi yang menyebabkan reaksi kimia antara fluida

hidrotermal dengan senyawa pada batuan yang dilewatinya, serta faktor suhu

dan tekanan. Adanya kenampakan alterasi pada permukaan dapat dijadikan

manifestasi adanya keterdapatan endapan bijih timah di bawah permukaan.

Endapan bijih timah, jenis alterasi yang terbentuk berasal dari fluida

hidrotermal hasil intrusi batuan granitoid. Taylor (1979), membagi tipe-tipe

alterasi yang digunakan dalam konsep endapan timah primer berdasarkan

dominasi mineral yang berkembang, alterasi tersebut dibagi menjadi tipe

serisitisasi, kloritisasi, turmalinisasi, silisifikasi, argilisasi, feldspatisasi,

muskovitisasi, dan greisenisasi.

2.8 Metode Magnetik

Metode Magnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan

untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat

kemagnetan bahan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Alat

yang digunakan dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Medan

magnet yang terbaca pada magnetometer merupakan akumulasi dari anomali

magnetik, yang masih mendapat pengaruh dari medan magnet bumi dan

berasal dari pengaruh ionosfer matahari. Salah satu jenis magnetometer adalah

Proton Absorption Magnetometer. Prinsip kerjanya menggunakan presesi dari

proton. Medan magnet yang cukup kuat akan menginduksi proton (yang

terdapat dalam cairan kaya hydrogen). Kemudian sumbu putar proton akan

mengikuti sumbu magnet, lalu medan magnet yang kuat dihilangkan. Akhirnya

sumbu putar proton akan berubah mengikuti sumbu medan magnet bumi.

Perubahan arah sumbu putar dari proton ini (dari medan yang kuat ke medan

magnet bumi) disebut presesi. Selanjutnya perubahan arah sumbu putar ini

Page 34: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

19

akan diterjemahkan oleh alat menjadi pembacaan besarnya medan magnet

bumi di lokasi titik ukur. Nilai yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk

distribusi bahan magnetik di bawah permukaan. Hal itu dapat dijadikan dalam

pendugaan keadaan geologi yang mungkin teramati (Zaenudinet al., 2008).

Komponen frekuensi rendah merupakan hasil kontribusi dari batuan

yang dalam sedangkan komponen frekuensi yang tinggi merupakan hasil

kontribusi batuan yang dangkal. Batuan dengan kandungan mineral - mineral

tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi geomagnet, yang

dimunculkan sebagai anomali. Anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi

pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik dari bumi atau

mungkin juga dari bagian atas mantel.

Menurut Santoso (2001) anomali magnetik diperoleh dari persamaan:

∆T = Tobs ± TIGRF ± TVH (1)

∆T adalah anomali magnetik, Tobs sebagai medan magnetik pengukuran

pada stasiun tertentu, TIGRF sebagai medan magnetik teoritis berdasarkan

IGRF pada stasiun Tobs, TVH sebagai koreksi medan magnetik akibat variasi

harian.

Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan magnet yang

dimiliki batuan. Sifat magnet ini ada karena pengaruh dari medan magnet bumi

pada waktu pembentukan batuan tersebut. Kemampuan untuk termagnetisasi

tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Benda-benda

tersebut dapat berupa gejala struktur bawah permukaan ataupun batuan yang

bersifat magnetik.

Setiap jenis material mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam

medan magnet. Hinze, dkk (2012) mengklasifikasikan material menjadi empat

jenis berdasarkan nilai suseptibilitas magnet, yaitu diamagnet, paramagnet,

ferromagnet, dan ferrimagnet.

1. Diamagnet

Diamagnet adalah bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh

elektron yang berpasangan. Jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, spin

elektron akan menghasilkan arah momen magnet yang berlawanan dengan arah

medan magnet luar sehingga akan menghasilkan resultan yang berarah negatif.

Diamagnet memiliki nilai suseptibilitas k<0 dalam satuan cgs. Contohnya

adalah bismuth, gypsum, marmer, kuarsa, garam, seng dan emas (Siswoyo,

dkk, 2010).

Page 35: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

20

Gambar 6. Spin Elektron Bahan Diamagnetik

2. Paramagnet

Paramagnet adalah bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya

tidak lengkap (sebagian ada elektron yang tidak berpasangan). Tanpa pengaruh

kuat medan magnet luar, momen magnet memiliki arah orientasi yang acak.

Jika ada pengaruh dari medan luar, maka momen magnet akan sejajar dengan

medan tersebut. Paramagnet memiliki nilai suseptibilitas 0 <k< 10-6 dalam

satuan cgs. Contohnya adalah pyrite, zincblende, dan hematite (Siswoyo, dkk,

2010).

Gambar 7. Spin Elektron Bahan Paramagnetik

3. Ferromagnet

Ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh

temperatur, yaitu pada temperatur di atas temperatur Curie akan kehilangan

sifat kemagnetannya. Jika dimasukkan ke dalam medan magnet luar,

magnetisasi bahan ini akan meningkat tajam. Ferromagnet memiliki nilai

suseptibilitas 1<k<106 dalam satuan cgs. Contohnya adalah besi, nikel, kobalt,

dan baja (Siswoyo, dkk, 2010).

Gambar 8. Spin Elektron Bahan Ferromagnetik

Page 36: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

21

4. Ferrimagnet

Ferrimagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya seperti ferromagnet

yaitu dipengaruhi oleh temperatur. Tanpa adanya pengaruh kuat medan

magnet luar, arah momen magnetnya parallel dan saling berlawanan.

Ferrimagnet memiliki nilai suseptibilitas 10-6<k<1 dalam satuan cgs.

Contohnya adalah magnetit, ilmenite, pirhotit, dan hematit (Siswoyo, dkk,

2010).

Gambar 9. Spin Elektron Bahan Ferrimagnetik

Pada sebuah magnet sebenarnya merupakan kumpulan jutaan magnet

ukuran mikroskopik yang teratur satu dan lainnya. Kutub utara dan kutub

selatan magnet posisinya teratur. Secara keseluruhan kekuatan magnetnya

menjadi besar. Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen (tetap) atau

bersifat megnet sementara dengan cara induksi elektromagnetik. Tetapi ada

beberapa logam yang tidak bisa menjadi magnet, misalnya tembaga dan

aluminium, dan logam tersebut dinamakan diamagnetik.

Bumi merupakan magnet alam raksasa, dapat dibuktikan dengan alat

yang dinamakan kompas, dimana jarum penunjuk pada kompas akan

menunjukkan arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi

sebenarnya dilingkupi garis gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi

bisa diamati dengan kompas keberadaannya. Penyebab bumi bersifat magnetik

karena faktor perputaran inti bumi yang bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari

lelehan besi dan nikel yang bertemperatur 5000oC. Lelehan besi dan nikel ini

mengandung sejumlah muatan listrik yang berputar mengelilingi sumbunya

sehingga menimbulkan medan magnet yang arahnya sesuai dengan aturan

tangan kanan. Hal tersebutlah yang membuat bumi menjadi sebuah magnet

raksasa dengan kutub selatan magnet berada di utara dan kutub utara berada

di selatan , seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Page 37: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

22

Gambar 10. Garis – Garis Gaya Magnetik (Isaak, 1989)

2.9 Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi berfungsi sebagai perisai kehidupan di bumi,

medang magnet ini melindungi bumi dari bahaya radiasi kosmis oleh matahari.

Radiasi kosmis sebagian direfleksikan oleh medan magnet bumi dan sebagian

lagi akan terus ke daerah kutub mengakibatkan peristiwa aurora. Letak kutub

magnetik bumi dapat berubah-ubah, perubahan kutub ini pada suatu titik

mengakibatkan medan magnet sepenuhnya hilang dan kehidupan bumi pun

akan terancam.

Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan

suatu medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu

magnet yang yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar

11° dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak

terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi

(Sampurno, 2013).

Magnet atau magnit merupakan sebuah objek yang memiliki sebuah

medan magnet. Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang

diperangaruhi gaya magnetisnya. Salah satu metode geofisika yang didasarkan

pada medan magnet bumi adalah metode geomagnetik. Dalam metode

geomagnet ada yang disebut sebagai geomagnetical pole atau kutub dipole yang

merupakan sudut kutub geografis dari permukaan bumi terhadap sumbu

magnet batang yang diperkirakan sebagai bidang geomagnetik. Secara

sederhana di dalam inti bumi terdapat sebuah batang magnet besar atau

dengan kata lain dipole magnetik yang menimbulkan adanya medan magnet.

Medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa tidak berhimpit

dengan pusat bumi. Menurut hasil perhitungan simetris diperoleh bahwa dipole

magnetik memotong permukaan bumi, sehingga letak kutub utara dan kutub

selatan magnetik bumi adalah 75o LU, 101o BB dan 67o LS, 143o BT. Hal ini

disebabkan karena pusat sumbu dipole pada inti bumi miring ± 18o terhadap

diameter kutub-kutub bumi, sehingga kutub utara geografis bumi tidak terletak

Page 38: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

23

pada tempat yang sama persis dengan kutub selatan magnetik bumi

(Deniyanto, 2010: 77-78). Parameter yang mengkan arah medan magnetik

adalah deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan

inklinasi I (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total), yang diukur

dalam derajat.

Intensitas medan magnet total F dikan dengan komponen horizontal H,

komponen vertical Z dan komonen horizontal ke arah utara X dan ke arah

timur Y, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Intensitas medan magnet bumi

secara kasar antara 25.000-65.000 nT dan untuk Indonesia, wilayah yang

terletak di utara ekuator mempunyai intensitas ±40.000 nT sedangkan untuk

wilayah yang di selatan ekuator mempunyai intensitas ±45.000 nT.

Gambar 11. Unsur- Unsur dari Medan Magnet Bumi (Lawless, 1995).

Keterangan:

1. Deklinasi (D), yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis dengan utara

magnetik.

2. Inklinasi (I), yaitu sudut yang dibentuk antara medan magnetik total dengan

bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal

ke bawah.

3. Intensitas horizontal (B), yaitu besar medan magnetik total pada bidang

horizontal.

Medan Magnet Utama Bumi

Secara teoritis medan magnet utama bumi disebabkan oleh sumber dari

dalam dan luar bumi. Medan magnet dari dalam bumi diduga dibangkitkan oleh

perputaran aliran arus dalam inti bagian luar bumi yang bersifat cair dan

konduktif. Karena medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu maka

untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standart

Page 39: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

24

nilai yang disebut dengan International Geomagnetics Reference Field (IGRF).

Nilai medan magnet utama ini ditentukan berdasarkan kesepakatan

internasional di bawah pengawasan International Association of Geomagnetic

and Aeronomy (IAGA). IGRF diperbaharui tiap 5 tahun sekali dan diperoleh dari

hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang

dilakukan dalam batas waktu satu tahun.

Medan Magnet Luar Bumi

Medan magnet bumi juga dipengaruhi oleh medan luar. Medan ini

bersumber dari luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang

ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini

berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di

atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

Beberapa sumber medan luar antara lain:

1. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11 tahun.

2. Variasi harian (diurnal variation) dengan periode 24 jam yang berhubungan

dengan pasang surut matahari dan mempunyai jangkau 30 nT.

3. Variasi harian (diurnal variation) 25 jam yang berhubungan dengan pasang

surut bulan dan mempunyai jangkau 2 nT.

4. Badai magnetik (magnetic storm) yang bersifat acak dan mempunyai

jangkau sampai dengan 1000 nT

Anomali Medan Magnet

Anomali medan magnet dihasilkan oleh benda magnetik yang telah

terinduksi oleh medan magnet utama bumi, sehingga benda tersebut memiliki

medan magnet sendiri dan ikut mempengaruhi besarnya medan magnet total

hasil pengukuran. Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan

merupakan target dari survei magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali

magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga

yang lebih besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis

besar anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan

magnet induksi. Bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan

magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian juga sebaliknya.

Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi

batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati

karena berkaitan dengan peristiwa kemagetan yang dialami sebelumnya. Sisa

kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan

akibat magnetisasi medan utama. Dalam survei magnetik, adanya anomali

magnetik menyebabkan perubahan medan magnet total bumi.

Page 40: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

25

Variasi Harian

Variasi harian adalah representasi gangguan terhadap medan magnet

regional F karena adanya sumber medan magnet luar dalam nT, sehingga untuk

mendapatkan nilai variasi harian, persamaannya dapat dituliskan sebagai

(Gravmag, 2015):

∆𝐹 =tn−ta

tb−ta(𝑇𝑏 − 𝑇𝑎) (2)

dengan tn adalah waktu saat pengukuran dalam detik, ta adalah waktu terukur

di base awal dalam detik, tb adalah waktu terukur di base akhir dalam detik, Tb

adalah nilai medan magnet total pada base akhir dalam nT, dan Ta adalah nilai

medan magnet total pada base awal dalam nT.

Intensitas Medan Magnet

Bila suatu tubuh magnetik terletak dalam suatu medan magnetik

eksternal, tubuh magnetik tersebut akan menjadi termagnetisasi oleh induksi.

Intensitas dan arah magnetisasi/kemagnetan tubuh magnetik tersebut adalah

sebanding dengan kuat dan arah medan magnetik yang menginduksi. Intensitas

kemagnetan didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume. Karena

kuat medan magnet bumi konstan dimana-mana, maka harga intensitas medan

magnet akan hanya tergantung pada perubahan kerentanan magnet. Konsep

inilah yang digunakan sebagai dasar dalam eksplorasi geomagnetik

Susceptibilitas/Kerentanan Magnetik

Suseptibilitas magnetik batuan merupakan harga magnet suatu bahan

terhadap pengaruh magnet yang erat kaitannya dengan kandungan mineral dan

oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit dalam batuan,

semakin besar harga suseptibilitasnya. Tingkat suatu benda magnetik mampu

dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibilitas kemangnetan (disimbolkan dengan

) yang ditulis dalam persamaan berikut :

M = X H (3)

Sehingga intensitas magnetisasi (M) sangat tergantung pada kerentanan

magnetik batuannya (suseptibilitas batuannya). Nilai suseptibilitas magnetik

dalam ruang hampa sama dengan nol karena hanya benda berwujud yang

dapat termagnetisasi. Harga pada batuan semakin besar apabila dalam batuan

Page 41: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

26

tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik

(Burger et al., 2006).

Batuan Sedimen memiliki niali suseptibilitas rata-rata terendah

dibandingkan dengan bahan yang lain, sedangkan batuan yang memiliki nilai

suseptibilitas terbesar terdapat pada batuan beku dasar.

Kontinuasi Ke Atas

Konsep dasar pengangkatan ke atas berasal dari identifikasi tiga teorema

Green. Teorema ini menjelaskan bahwa apabila suatu fungsi U adalah

harmonik, kontinu dan mempunyai turunan yang kontinu di sepanjang daerah

R, maka nilai U pada suatu titik P di dalam daerah R dapat dinyatakan (Blakely,

1995):

Reduksi Ke Kutub

Baranov dan Naudy (1964) telah menggambarkan metode transformasi

ke kutub untuk menyederhanakan interpretasi data magnetik pada daerah -

daerah berlintang rendah dan menengah. Metode reduksi ke kutub magnetik

bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi,

dengan anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi bendanya.

Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat sudut inklinasi benda

menjadi 90o dan deklinasinya 0o. Karena pada kutub magnetik arah dari medan

magnet bumi ke bawah dan arah dari induksi magnetisasinya ke bawah juga.

Page 42: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

27

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Target rencana pelaksanaan tugas akhir selama 2 bulan lebih di PT.

TIMAH Tbk. Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada tanggal 14 Februari – 30

April 2019. Adapun kerangka kegiatan penelitian sebagai berikut :

Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir

No Kegiatan

Februari Maret April

Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke-

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi Literatur

2 Pengambilan Data

3 Pengolahan Data

4

Analisis &

Interpretasi Data

5

Penyusunan

Skripsi

3.2 Data dan Perangkat Lunak

Data

Peta Geologi Daerah Penelitian. Peta geologi yang digunakan adalah

peta geologi Bangka Selatan yang dikontrol oleh peta geologi lembar Pulau

Bangka, yang digunakan sebagai informasi lokasi penelitian yang meliputi

formasi, litologi, struktur geologi dan sebagainya.

Data Metode Magnetik. Data metode magnetik berupa nilai medan

magnet total ini merupakan data yang memberikan informasi nilai suseptibilitas

bawah permukaan. Dimana terdiri dari data base station dan data rover

(lapangan). Data Base Station yaitu data metode magnetik pada base station

yang digunakan merupakan data primer yang didapatkan dari tempat

penelitian. Data yang didapatkan berupa waktu pengukuran (time), intensitas

medan magnet terukur (nT) dan kualitas data yang terukur signal quality (sq).

Dan Data Rover yaitu data yang diukur pada area survey yang membawa

informasi intesintas magnet area survey. Data rover merupakan data primer

yang didapatkan dari tempat penelitian. Data yang didapatkan berupa

koordinat titik pengukuran lintang dan bujur (x dan y), elevasi titik pengukuran

menggunakan GPS (Elevation), intensitas magnet terukur lapangan dalam

satuan nanoTesla (nT), dan waktu pengukuran (time) serta kualitas sinyal (sq).

Page 43: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

28

Perangkat Keras

Adapun Perangkat keras yang digunakan berupa alat-alat :

1. GPS (Global Positioning System), untuk mengetahui posisi titik

pengukuran.

2. Proton Precision Magnetometer (PPM) Tipe GSM-19T sebanyak dua buah,

satu digunakan sebagai Base (diletakan jauh dari lokasi survey dan

gangguan medan magnet lain dan mengukur secara kontinyu setiap 30

detik) PPM Base dilengkapi dengan sensor, console dan baterai

eksternal. Dan satu lagi digunakan sebagai rover (untuk mengukur

intensitas pada wilayah survey) PPM Rover terdiri dari sensor, tongkat

sensor, GPS, console dan tali penyangga console.

Gambar 12. Proton Precision Magnetometer GMS-19T (http://www.gemsys.ca/gem-product-catalogue)

3. Perlengkapan pendukung lain seperti baterai cadangan, buku lapangan,

jas hujan, parang.

Perangkat Lunak

Adapun perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1. Perangkat Lunak Surfer 9

Perangkat lunak Surfer 9 untuk membuat desain survey dan model

kontur data penelitian serta sebagai converter koordinat geografis longitude-

latitude menjadi UTM atau sebaliknya.

2. Perangkat Lunak Google Earth

Perangkat lunak Google Earth untuk membuat jalur akuisisi data dan

penentuan lokasi base station.

Page 44: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

29

3. Perangkat Lunak Oasis Montaj

Perangkat lunak Oasis Montaj untuk pemodelan data magnet pada

tahap mereduksi ke kutub, atenuasi ke atas, dan pemodelan.

4. Perangkat Lunak Microsoft Office

Perangkat lunak Microsoft Excel 2016, merupakan sebuah perangkat

lunak yang dikeluarkan oleh microsoft. Pada penelitian ini, microsoft excel

digunakan untuk manajemen data kordinat titik penelitian, dan digunakan

untuk perhitungan data Sheet yang dilapangan.

5. Perangkat Lunak Microsoft Word 2016

Perangkat lunak Microsoft Word 2016 adalah salah satu dari beberapa

program aplikasi pengolah kata yang terdapat dalam paket program aplikasi

Microsoft office, yang sejak mulai di kembangka pada tahun 1983 sampai

pertengahan tahun 2001.

3.3 Tahap Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian

sebagai berikut:

Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu studi literatur berupa studi

pendahuluan tentang lokasi penelitian, batasan lokasi, geologi regional daerah

penelitian.

Pengambilan Data

Data yang diambil berupa data Lapangan (Primer) dari tempat penelitian

PT. TIMAH Tbk tepatnya di Kecamatan Tempilang, Bangka Barat. Tahap

pengambilan data dilakukan dengan metode magnetik dan dengan teknik base

rover. Pengambilan data magnetik ini dilakukan pada lokasi yang sebelumnya

telah dilakukan pemetaan geologi terlebih dahulu dengan Luas wilayah

penelitian seluas 4 x 3 km. Untuk lintasan penelitian berjumlah 38 lintasan

dengan spasi 100 meter di tiap lintasan dan jarak 10 meter di tiap titik

pengukuran. Jumlah titik pengukuran yang diambil pada wilayah penelitian

adalah sebanyak 9313 titik dengan 3 kali pengulangan di setiap titiknya.

Page 45: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

30

Gambar 13. Peta Elevasi Wilayah Pengambilan Data & Titik-titik Pengambilan

Data

Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data nilai medan magnet total. Langkah

selanjutnya adalah melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan seperti

melakukan koreksi nilai IGRF (International Geomagnetic Reference Field) dan

koreksi diurnal untuk menghilangkan efek variasi harian di lapangan. Setelah

koreksi-koreksi tersebut dilakukan, maka selanjutnya pengolahan data

memasuki tahap pengolahan lanjutan dengan menggunakan software Oasis

Montaj. Langkah – langkah yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir

(flowchart) dengan penjelasan yang lebih rinci pada tiap langkahnya.

Koreksi Data (Koreksi Diurnal dan Koreksi IGRF)

Data yang diukur dan didapat pada pengukuran di lapangan adalah nilai

medan magnet total dimana nilai tersebut merupakan penjumlahan dari nilai

medan magnet utama bumi, medan magnet luar dan nilai anomali magnet

batuan. Sementara data yang diperlukan untuk pengolahan lanjutan adalah

Page 46: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

31

nilai anomali magnet batuan. Oleh karena itu, dilakukan koreksi nilai IGRF dan

koreksi variasi harian untuk menghilangkan nilai medan magnet utama bumi

dan nilai medan magnet luar yang tidak kita butuhkan. Untuk koreksi IGRF,

proses koreksi yang dilakukan adalah mengurangi nilai yang terukur di

lapangan dengan nilai IGRF di area pengukuran.

Nilai IRGF pada area pengukuran didapat dari referensi pada halaman

web National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA,

http://www.noaa.gov/) dan diperbaharui setiap lima tahun sekali. Untuk

mendapatkan nilai IGRF di situs NOAA, parameter yang perlu dimasukan

adalah posisi bujur dan lintang serta waktu akan dilakukannya pengukuran

magnetik. Setelah mengurangi nilai medan magnet total dengan nilai IGRF

daerah pengukuran, langkah selanjutnya adalah menghilangkan nilai medan

magnet luar dengan menggunakan variasi harian.

Koreksi nilai variasi harian atau koreksi diurnal bertujuan untuk

menghilangkan pengaruh nilai medan magnet luar yang disebabkan aktifitas

matahari. Koreksi ini dilakukan dengan cara mengurangkan nilai medan

magnet di base yang didapatkan pada saat perekaman secara kontinyu

(𝐵𝑃𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎𝑚𝑎𝑛) dengan nilai medan magnet titik ikat (𝐵𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝐼𝑘𝑎𝑡),

𝐵𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐷𝑖𝑢𝑟𝑛𝑎𝑙 (𝐷) = 𝐵𝑃𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎𝑚𝑎𝑛 − 𝐵𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝐼𝑘𝑎𝑡

Intensitas Total Magnetik (TMI)

Intensitas total magnetik dilakukan untuk mengetahui secara umum

persebaran nilai medan magnet anomali total dari wilayah penelitian setelah

data melalui proses koreksi diurnal dan IGRF. Proses pembuatan peta kontur

anomali magnetik menggunakan software Oasis Montaj, dimana data mentah

berupa data XYZ, data XY merupakan koordinat lokasi (easting (x) dan northing

(y)) dan Z merupakan nilai terukur. Proses gridding akan menggunakan data

XYZ tersebut dan menginterpolasikannya untuk menentukan nilai bacaan di

tiap grid nodes. Gabungan dari kumpulan data tersebut dinamakan grid

(Geosoft).

Data XYZ diolah menggunakan program RANGRID yang merupakan

program dari salah satu metode gridding yaitu minimum curvature. Metode ini

menerapkan proses iterasi dalam melakukan gridding. Program ini memiliki

keungggulan antara lain, dapat digunakan pada data yang tidak terogranisir,

pada lokasi apapun dan dapat memproses data yang memiliki tie line. Namun

pada data dengan jarak antar titik terlalu sempit, sering ditemui munculnya

Page 47: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

32

noise dan relatif lambat digunakan untuk data dengan jumlah yang banyak

(Chusnul, 2006).

Reduksi ke Kutub (Reduction to Magnetic Pole)

Interpretasi data anomali magnetik cenderung rumit dikarenakan

ambiguitas dasar yang melibatkan produk dari properti fisika dan suatu

volume. Produk ini dinamakan momen dipole yang merupakan produk dari

magnetisasi dan volume. Megnetisasi yang merupakan suatu nilai vektor, lebih

berhubungan dengan bagian permukaan dibandingkan dengan distribusi

volume dari kutub magnetik. Ini berarti bahwa tidak hanya intensitas

magnetisasi, tetapi juga inklinasi dan deklinasi magnetisasi mugkin juga terlibat

dengan parameter yang mendefinisikan sumber dari volume. Hal ini

menyebabkan gangguan pada anomali magnetik, dengan derajat gangguan

merupakan fungsi dari garis lintang magnetik. Beberapa penulis menunjukkan

bahwa magnetik remanen bisa berkontribusi sangat signifikan atau bahkan

dominan terhadap medan anomali. Akan tetapi karena informasi tentang

magnetik remanen sangat jarang, anomali magnetik biasanya diasumsikan

seluruhnya disebabkan oleh induksi. Baranov dan Naudy (1964),

mengembangkan suatu metode yang secara matematis mengubah intensitas

medan magnet total kedalam suatu medan vertikal yang ekuivalen. Pada

dasarnya, metode ini membuat seolah-olah medan tersebut terukur pada

sumber geologi yang secara fisik berada di kutub magnetik (Lawal dan Osazuwa,

2004).

Proses ini bertujuan untuk melokalisasi anomali magnetik tepat berada

diatas sumber anomali dan membuat data seolah-olah berada di kutub

magnetik (inklinasi 90o dan deklinasi 0o). Proses reduksi ke kutub

menggunakan software Oasis Montaj dimulai dari proses rangrid dan

tranformasi FFT (Fast Fourier Transform) terhadap data hasil minimum curvature

(anomali medan magnet total). Setelah itu dimasukan parameter sudut inklinasi

dan deklinasi daerah penelitian serta amplitudo inklinasi koreksi untuk

didapatkan peta kontur anomali magnetik tereduksi ke arah kutub magnet.

Dengan adanya pengolahan reduksi ke kutub yang menjadikan benda tepat

berada di atas sumber anomali.

Kontinuasi ke Atas (Upward Continuation)

Data magnetik yang dihasilkan dari koreksi IGRF merupakan data

medan magnet anomali total. Data tersebut merupakan data yang dipengaruhi

oleh dua anomali magnetik yaitu anomali magnetik regional dan residual.

Page 48: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

33

Anomali magnetik regional dipengaruhi oleh batuan regional yang berada di

lapisan batuan dalam. Sedangkan anomali magnetik residual ini dipengaruhi

oleh batuan lokal yang berada di lapisan batuan dangkal. Oleh karena itu, perlu

dilakukan suatu metode pemisahan untuk melokalisir masing-masing anomali

tersebut. Dalam penelitian ini, metode pemisahan anomali yang digunakan

adalah Upward Continuation.

Proses kontinuasi bertujuan untuk menghilangkan pengaruh dari

sumber anomali yang bersifat dangkal dan memperjelas fitur anomali dari

sumber yang bersifat dalam. Proses kontinuasi ke atas dirasa cukup bila pola

anomali yang menjadi target penelitian sudah tidak lagi dipengaruhi oleh

sumber anomali yang bersifat dangkal dan perubahan kontur anomali

cenderung stabil. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini

dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik

atau struktur yang menjadi target survei magnetik ini.

Interpretasi Kualitatif dan Interpretasi Kuantitatif

Secara umum interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua yaitu

interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada

pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-

benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi.

Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan

berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda

magnetik atau struktur geologi yang dijadikan dasar pendugaan terhadap

keadaan geologi yang sebenarnya.Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk

menentukan bentuk atau model dan struktur geologi melalui pemodelan bawah

permukaan.

Pemodelan 2D

Pemodelan ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk

menginterpretasi data secara kuantitatif. Dan juga untuk mengetahui dan

menggambarkan keadaan bawah permukaan pada area survey. Pemodelan

dimulai dengan cara menentukan profil anomali yang hendak dibuat modelnya,

profil anomali diambil dari peta anomali total yang sebelumnya telah melewati

proses reduksi ke kutub dan kontinuasi ke atas. Profil tersebut digunakan

untuk mencocokkan (data fitting) antara kurva model yang dibuat dengan kurva

profil anomali dari data pengukuran di lapangan hingga menghasilkan model

dengan nilai error terkecil. Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan

software Oasis Montaj.

Page 49: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

34

Interpretasi dan Analisis

Interpretasi pada data magnetik terbagi menjadi dua yaitu interpretasi

secara kualitatif dan interpretasi secara kuantitatif. Pada interpretasi kualitatif

dilakukan dengan menganalisa peta kontur anomali medan magnet total yang

telah melewati proses transformasi ke kutub dan kontinuasi ke atas.

Interpretasi kualitatif juga dapat dilakukan pada peta kontur anomali medan

magnet total hasil dari analisa derivatif. Interpretasi kualitatif dilakukan untuk

memperkirakan letak benda penyebab anomali yang selanjutnya dapat menjadi

acuan untuk melakukan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kuantitatif

dilakukan dengan membuat model 2D dari hasil interpretasi kualitatif dengan

tambahan informasi data geologi pendukung seperti stratigrafi area pengukuran

dan peta struktur geologi. Pemodelan dilakukan dengan proses data fitting dan

trial and error sehingga didapatkan model yang dapat menggambarkan keadaan

bawah tanah area pengukuran berikut benda penyebab anomali. Pembuatan

model bawah permukaan dimulai dengan cara mengambil sayatan profil dari

peta kontur anomali total RTE. Sayatan tersebut kemudian dimodelkan dengan

metode Talwani dengan bantuan software Oasis Montaj.

Evaluasi dan Penyajian Laporan

Evaluasi dan penyajian laporan bertujuan untuk merumuskan masalah

penelitian agar dapat bermanfaat secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan

kegiatan penelitian dari akuisisi data, pengolahan data dan interpretasi data.

Tahap evaluasi dan penyajian laporan akan dilakukan bila adanya hasil dan

pembahasan dari kajian penelitian yang akan dilaksanakan.

Page 50: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

35

3.4 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian dapat dilihat pada (Gambar 13).

Gambar 14. Diagram Alir Penelitian

Identifikasi Masalah

MULAI

Perumusan masalah

Data Primer

1. Nilai kuat medan

magnetik

2. Nilai Koordinat

Peta (X,Y,Z)

Pengolahan Data

1. Koreksi Harian (diurnal)

2. Koreksi IGRF

3. Koreksi reduce to equator

4. Koreksi upward continuation

5. Pemodelan 2D

SELESAI

Desain Akuisisi

Pengambilan Data

Data Sekunder

1. Peta Geologi

2. Nilai IGRF

3. Inklinasi dan

deklinasi

Interpretasi Data

Hasil Dan Kesimpulan

Page 51: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Struktur Geologi

Gambar 15.Peta Geologi Lokal Tempilang

Berdasarkan peta geologi lokal daerah penelitian oleh PT.TIMAH TBK

litologi pada daerah penelitian terdiri dari granit, batupasir dan batulempung.

Berdasarkan beberapa litologi tersebut, dijumpai perbedaan antara litologi

dengan berkembangnya kekar dilapangan, Dimana dalam kasus ini kekar yang

nantinya berkembang menjadi urat adalah sebagai media pembawa mineral

kasiterit. Diketahui bahwa terdapat beberapa struktur geologi berupa sesar-

sesar yang berisi mineral yang dinamakan vein (urat). Kemudian sesar-sesar

daerah penelitian terdiri dari beberapa unit sesar yaitu sesar mendatar kiri.

Sesar ini terdiri dari dua pergerakan ke kanan yang arah utamanya yaitu

Baratlaut-Tenggara dan ke kiri yang arahnya yaitu Baratdaya-Timurlaut.

Berdasarkan Katili, (1967) sesar mendatar kiri terbentuk terlebih dahulu

daripada sesar mendatar kanan. Sesar mendatar kanan yang terbentuk setelah

sesar mendatar kiri kemudian membuat sesar mendatar kiri menjadi terbuka

dan membuat altersi menjadi lebih intens. Dari beberapa hal tersebut dapat

dismpulkan bahwa sesar mendatar kiri dipotong oleh sesar mendatar kanan.

Zona sesar khususnya perpotongan dua sesar merupakan jalur tempat fluida

mengalir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ariyo (2016) bahwa

Kasiterit merupakan mineral utama timah dengan rumus SnO2, berbentuk

Page 52: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

37

kristal dengan permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan.

Kasiterit merupakan mineral utama penghasil logam timah. Kasiterit di

temukan dalam 2 jenis lapisan yaitu lapisan atau retakan di batuan granit atau

batuan disekitarnya dan lapisan sedimen aluvial bersama-sama dengan mineral

berat lainnya dalam bentuk pasir.

Lokasi penelitian juga merupakan daerah dimana struktur geologi

khususnya kekar berkembang secara kompleks. Kekar-kekar yang kemudian

berkembang menjadi urat dengan pengisi kuarsa, mineral lempung dan mineral

oksida. Secara megaskopis urat-urat yang terisi oleh mineral kasiterit berada

pada kekar-kekar berlembar pada litologi batu pasir Satuan Batupasir

Tanjunggenting dan Granit Satuan Granit Klabat. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, litologi pada daerah penelitian terdiri dari granit, batupasir dan batu

lempung. Berdasarkan beberapa litologi tersebut, dijumpai perbedaan antara

litologi dengan berkembangnya kekar dilapangan, dimana dalam kasus ini

kekar yang nantinya berkembang menjadi urat adalah sebagai media pembawa

mineral kasiterit. Kekar-kekar tersebut berperan sebagai celah untuk fluida

hidrotermal masuk dan mengendapkan timah. Batupasir dari satuan Batupasir

Tanjunggenting dilapangan cenderung memiliki kekar-kekar berlembar yang

lebih kompleks dibandingkan litologi lainnya.

Terdapat juga beberapa litologi batuan yang berbeda-beda diantaranya

nya adalah Endapan Aluvial yg menyebar diantara batupasir yang ada serta

terdapat intrusi granit yg berada di daerah penelitian, serta silisifaksi dimana

terdapat pengkayaan mineral kuarsa yang berada di urat-urat tersebut.

Gambar 16. Lahan Berupa Pertambangan Masyarakat.

Page 53: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

38

Untuk tata lahan yang ada pada wilayah penelitian adalah perkebunan

sawit, pabrik, pertambangan dan pemukiman. Untuk lahan pertambangan

sendiri meliputi sekitar 35% dari wilayah penelitian dan merupakan

pertambangan timah inkonvensional atau lahan tambang yang di kelola oleh

masyarakat (Gambar 16). Lahan perkebunan sawit lebih mendominasi yaitu

sekitar 55% dari wilayah penelitian yang kelola oleh PT.Sawindo dan selebihnya

merupakan lahan pabrik serta beberapa rumah.

Gambar 17. Lahan Berupa Perkebunan Kelapa Sawit

Gambar 18.Lahan Pabrik PT.Sawindo Kencana

Page 54: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

39

Satuan Batupasir

Satuan Batupasir di wilayah penelitian memiliki luas are sekitar

70% dari keseluruhan wilayah penelitian. Satuan ini disimbolkan

dengan warna kuning pada peta geologi lokal (Gambar 15). Batupasir di

wilayah penelitian memiliki warna jingga hingga cokelat. Berukuran

butir pasir halus (<0,25-0,5 mm) dengan struktur masif, bidang

perlapisan tidak teramati. Derajat pembundaran agak menyudut, derajat

pemilahan terpilah baik dengan kemas tertutup yang tersusun oleh

fragmen kuarsa, matriks lempung dan semen silika (Gambar 20).

Gambar 19. Foto Singkapan Batuan

Gambar 20. Sampel Batupasir

Page 55: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

40

4.2 Metode Magnetik

Kontur Anomali Medan Magnet Total

kontur anomali magnetik dilakukan untuk mengetahui secara umum

persebaran nilai medan magnet anomali total dari wilayah penelitian setelah

data melalui proses koreksi diurnal dan IGRF. Proses pembuatan peta anomali

magnetik menggunakan Oasis Montaj, dimulai dari tahap memasukan data

spasial berupa koordinat lokasi (easting (x) dan northing (y)) serta nilai anomali

magnetik (z).

Gambar 21. Peta Sebaran Anomali Total Medan Magnetik

Metode statistik gridding yang digunakan dalam mengolah data adalah

minimum curvature, dimana metode ini menginterpolasi data dengan

meminimalisasir kelengkungan data pada permukaan. Data yang telah

dilakukan proses gridding menghasilkan peta kontur anomali magnetik total

yang terdiri atas nilai anomali lokal (residual) dan nilai anomali regional.

Berdasarkan hasil TMI (Gambar 21) menunjukan adanya persebaran

nilai anomali magnetik yang bervariasi dan memiliki kisaran anomali mulai

Page 56: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

41

dari -7.6 nT hingga 14.3 nT. Variasi nilai tertinggi yaitu 8.1nT sampai 14.3 nT

tersebar dari Utara dan menyebar ke arah Selatan yang ditandai dengan warna

merah hingga ke warna pink dan berdasarkan nilai anomali tersebut

mempresentasikan mineral-mineral seperti granit, adamalit, serta diorit.

Diantara nilai anomali tinggi tersebut terdapat daerah yang tidak memiliki nilai

anomali, dimana daerah tersebut merupakan pabrik dari PT.Sawindo.

Sedangkan nilai terendah yaitu -7.6 nT sampai -0.1nT tersebar dari arah Barat

Laut ke arah Tenggara serta dari arah Timur Laut ke arah Barat Daya yang

ditandai dengan warna biru gelap sampai dengan warna biru terang. Dan

berdasarkan nilai anomali tersebut bisa jadi mempresentasikan sebaran dari

batupasir dan juga batu lempung.

Peta TMI ini masih dipengaruhi oleh dua kutub bumi (dipole) sehingga

posisi dari anomali di bawah permukaan bumi arah gaya magnetiknya belum

tepat vertikal (sudut inklinasi) karena efek dari dua kutub yang

mempengaruhinya. Nilai intensitas total magnetik yang masih dipengaruhi oleh

dua kutub ini akan mempersulit interpretasi, sehingga dilakukan proses reduksi

ke ekuator.

Reduksi Ke Ekuator ( Reduce To Equator)

Interpretasi pada nilai medan magnet yang bersifat dipole cenderung

sulit untuk dilakukan. Proses reduksi ke ekuator merupakan pengolahan data

yang bertujuan untuk mengubah sifat dipole anomali medan magnet seolah-

olah menjadi mopole, sehingga interpretasi pada hasil anomali medan magnet

lebih mudah dilakukan. Proses ini dilakukan dengan metransformasi arah

magnetisasi dan medan magnet utama menjadi arah horizontal seperti pada

pengukuran di ekuator.

Metode reduksi ke ekuator magnetik bumi dapat mengurangi salah satu

tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana anomali medan magnetik

menunjukkan langsung posisi bendanya. Proses transformasi reduksi ke

ekuator dilakukan dengan mengubah arah magnetisasi dan medan utama

dalam arah vertikal, tetapi masih disebabkan oleh sumber yang sama.

Bentuk anomali magnetik bergantung pada bentuk dan distribusi masa

bagaimana diilustrasikan dengan distribusi densitas batuan (ρ). Berbeda

dengan anomali gravitasi, anomali magnetik lebih kompak. Hal ini dikarenakan

oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya bergantung pada bentuk bodi

batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga bergantung pada arah

kemagnetan.

Page 57: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

42

Gambar 22. Peta Anomali Magnet Hasil Reduksi ke Ekuator

Gambar 22. Diatas merupakan hasil fiter Reduksi ke ekuator dilakukan

dengan mengubah parameter medan magnet bumi pada daerah penelitian yang

memiliki rata-rata nilai inklinasi -21o dan deklinasi 0,4o menjadi kondisi di

kutub yang memiliki inklinasi 90o dan deklinasi 0o, sehingga arah medan

magnet yang awalnya dipole menjadi monopole yang bertujuan untuk sedikit

memudahkan dalam melakukan interpretasi. Menurut penelitian Blakely (1996)

bahwa daerah yang berada pada low-latitude magnetic (memiliki nilai inklinasi

rendah) atau daerah yang memiliki sudut inklinasi kurang dari 25o lebih baik

menggunakan transformasi atau filter reduksi ke ekuator yang dimana wilayah

penelitian memiliki sudut inklinasi -21o .

Untuk variasi nilai anomali magnetik setelah dilakuan filter reduksi ke

ekuator adalah mulai dari -6.5nT sampai 11.5nT. terdapat beberapa perubahan

dimana anomali magnetik di peta TMI nilai anomali tertinggi yang berwarna

pink di dekat area pabrik yang awlanya hanya menyebar dari arah Utara ke

arah Selatan, sekarang menyebar dari arah Utara ke arah Barat Daya dan dari

Page 58: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

43

Utara menyebar ke arah Tenggara setelah di lakukan filter reduksi ke ekuator.

Dan di arah selatan dari pabrik juga tedapat perubahan nilai anomali magnet

yang rendah berwarna biru yang dimana sebelumnya pada peta TMI nilainya

malah tinggi di bandingkan nilai anomali magnetik setelah dilakukan RTE.

Kontras anomali rendah (negatif) dengan nilai -6.5nT sampai 1.2nT dan

anomali tinggi (positif) dengan nilai 8.8nT sampai 11.5nT ini diperkirakan

mengindikasikan keberadaan struktur-struktur geologi seperti sesar serta

keberadaan zona mineralisasi di sekitar area struktur.

Kontinuasi ke Atas (Upward Continuation)

Proses kontinuasi bertujuan untuk menghilangkan pengaruh dari

sumber anomali yang bersifat dangkal dan memperjelas fitur anomali dari

sumber yang bersifat dalam. Pada pengolahan tahap ini, data yang telah

diproses menjadi peta kontur anomali magnetik total. Hasil dari proses

kontinuasi ke atas ini berupa anomali medan magnet regional dan residual yang

telah terpisah. Proses kontinuasi ke atas dirasa cukup bila pola anomali yang

menjadi target penelitian sudah tidak Lagi dipengaruhi oleh sumber anomali

yang bersifat dangkal dan perubahan kontur anomali cenderung stabil. Proses

pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali

magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur yang

menjadi traget survei magnetik ini.

Gambar 23. Peta Anomali Magnetik Hasil Pengangkatan 50m

Zona 1

Zona 3

Zona 2

Page 59: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

44

Sesuai dengan fungsi dari pengangkatan ke atas (upward) Gambar 23.

merupakan profil RTE (Reduce to equator) yang telah dihilangkan pengaruh

lokalnya. Hal ini mempermudah proses penentuan zona observasi penelitian

karena tidak terganggu frekuensi lokal. Pada penelitian ini filter kontinuasi ke

atas dilakukan pengangkatan sejauh 50m. Hal ini karena pada pengangkatan

50m sudah tidak lagi mengalami perubahan yang signifikan. Terlihat pada hasil

kontinuasi ke atas (upward continuation) memperlihatkan bahwa pola fitur

anomali mengalami perubahan saat melakukan pemfilteran kontinuasi, dimana

zona 1, 2 dan 3 yang menjadi target observasi masih terlihat. Peta hasil

kontinuasi menunjukkan bahwa pola anomali tinggi yang berada di bagian

utara wilayah penelitian meliputi zona 2 (Gambar 23) dikelilingi oleh zona

anomali magnetik rendah disekitarnya.

Terdapat struktur anomali yang menerus pada zona 1 dan zona 3 yang

memiliki intensitas magnet rendah.Karena peta intensitas magnet total telah

dilakukan reduksi ke ekuator maka zona interest pada peta intensitas magnet

total ditandai dengan warna biru karena trasformasi reduksi ke kutub membuat

sudut inklinasi menjadi 0. Intesitas magnet berbanding lurus dengan dengan

suseptiblitas batuan, karena semakin mudah batuan termagnetisasi semakin

besar nilai susebtibilitas batuan dan semakin besar intesitas magnet yang

dihasilkan. Pada peta intesitas magnet total wilayah bagian selatan lebih

memilki intesitas magnet yang tinggi dan lebih berfluktuasi yang dapat

diakibatkan oleh anomali benda-benda magnet yang lebih dangkal, dan

tersusun dari mineral – mineral magnetik yang tidak terdistribusi merata.

Sedangkan intensitas magnet pada bagian utara cenderung lebih teratur dan

terdistribusi pada area – area tertentu. Pada lingkungan pengendapan timah

epitermal sulfidasi rendah, nilai anomali magnetik tinggi yang dikelilingi oleh

anomali magnetik rendah dapat disimpulkan sebagai adanya tubuh intrusi

pada sumber yang dalam (Hoschke, 2011). Berdasarkan penelitian tersebut

dimungkinkan bahwa zona 2 pada proses kontinuasi yang menjadi target

observasi merupakan tubuh intrusi pada sumber yang dalam.

Keberadaan zona mineralisasi timah diindikasikan dengan adanya

kandungan mineral logam di sekitar daerah struktur atau pada intrusi granit

yang bersifat masif dengan struktur sebagai tempat terakumulasi dan jalur

naiknya fludia alterasi hidrotermal keprmukaan (Corbett, 2002). Dari nilai

anomali magnet rendah berwarna biru dengan rentang -4.4 nT – 2.6 nT dengan

arah umum yaitu arah Barat Laut ke arah Tenggara serta dari arah Timur Laut

ke arah Barat Daya (Gambar 23). Selain kontrol struktur geologi tersebut

Page 60: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

45

kemenerusan anomali rendah dapat terjadi di karenakan pada zona ini

diperkirakan beasosisasi dengan adanya zona mineralisasi.

Menurut Kusdyantono, 2016, bahwa anomali magnetik rendah diduga

disebabkan oleh adanya struktur-struktur yang mengontrol distribusi fluida

hidrotermal yang menyebabkan daerah tersebut mengalami penghancuran nilai

kemagnetan batuan (magnet destructive). Berdasarkan penelitian tersebut,

bahwa zona 1 dan 3 pada proses pemfilteran kontinuasi dapat dimungkinkan

sebagai suatu patahan. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa indikasi

keberadaan patahan pada zona epitermal sulfidasi rendah dapat diidentifikasi

melalui sebaran nilai anomali medan magnet yang rendah. Keberadaan patahan

pada zona epitermal sulfidasi rendah dapat dikaitkan dengan persebaran

mineralisasi.

Overlay peta Upward Continuation dengan Peta Geologi lokal

Proses overlay peta upward continuation dengan peta geologi lokal

bertujan untuk mebandingkan persebaran anomali magnetik dengan keadaan

geologi yang ada berdasarkan peta geologi regional dan peta geologi lokal.

Dilihat dari gambar terihat bahwa wilayah penelitian berada pada 2 formasi

yang berbeda yaitu, Formasi Tanjunggenting dan Formasi Granit Klabat serta

tepat berada pada struktur geologi berupa sesar. Terlihat bahwa anomali

magnetik yang bersifat tinggi yang memiliki nilai anomali magnetik berkisar

antara 9.3nT sampai 11.0 nT yang cenderung tersebar di bagian struktur

geologi berupa sesar tersebut. Wilayah penelitian sendiri lebih dominan berada

pada formasi Tanjunggenting di bandingkan dengan formasi Granit Klabat

dimana batuan yang tersebar pada Formasi Tanjunggenting adalah perselingan

batu pasir dan batu lempung.

Dari hasil analisa secara kualitatif dan kuantitatif data anomali medan

magnet total yang telah di reduksi ke ekuator dan dilakukan pengangkatan ke

atas 50m (Upward Continuation 50m) dan di dapatkan hasil akhir berupa

dugaan zona mineralisasi timah. Zona mineralisasi timah pada metode

magnetik ini masih berupa hipotesa, oleh sebab itu digunakan metode geolistrik

sebagai survey lanjutan untuk mengetahui detail mineralisasi timah pada zona

tersebut.

Page 61: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

46

Gambar 24. Overlay Peta Geologi Lokal Dengan Peta Anomali Magnetik

Pengangkatan 50m

Gambar 24. merupakan proses overlay peta anomali magnetik yang

telah dilakukan Upward continuation dengan pengangkatan 50m ke peta Geologi

Lokal. overlay pada peta geologi lokal memperlihatkan litologi yang lebih detail

yang terfokus pada wilayah penelitian.

Pada Gambar 24. terlihat anomali yang tertinggi berwarna pink berada

di wilayah sekitaran PT.Sawindo, serta berdasarkan peta geologi lokal di wilayah

tersebut terdapat silisifaksi dimana terjadinya pengkayaan mineral. Pada bagian

selatan pabrik juga terdapat nilai anomali yang terendah berwarna biru dimana

terdapat beberapa struktur berupa urat-urat yang bisa jadi terisi oleh mineral

yang mengendapkan timah seperti kasiterit. Namun yang menjadi perhatian

adalah di arah Barat laut wilayah penelitian dimana di area tersebut terdapat

beberapa unit sesar yaitu sesar mendatar kiri yang dipotong oleh sesar

mendatar kanan dimana diarea tersebut berdasarkan peta geologi lokal terdapat

beberapa titik lokasi mineralisasi yang dimana juga terdapat urat-urat yang

mungkin terbentuk akibat adanya sesar sehingga nantinya kekar- kekar

tersebut akan terisi oleh mineral pembawa timah yaitu kasiterit. Terlihat juga

bahwa pada sesar mendatar kiri merupakan zona yang memiliki nilai anomali

magnetik yang rendah berwarna biru. Kekar-kekar dan titik lokasi mineralisasi

juga berada pada litogi batu pasir dan batu lempung yang tersebar pada

Page 62: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

47

Formasi Tanjunggenting. Mineral Kasiterit sendiri sebagai mineral pembawa

timah biasa nya terendapkan pada batu lempung. Mineral kasiterit tersebut

terisi pada struktur kekar-kekar yang tebentuk akibat adanya sesar pada

wilayah penelitian.

4.3 Pemodelan 2D

Pemodelan ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk

menginterpretasi data secara kuantitatif. Dan juga untuk mengetahui dan

menggambarkan keadaan bawah permukaan pada area survey. Pemodelan

dimulai dengan cara menentukan profil anomali yang hendak dibuat modelnya,

profil anomali diambil dari peta anomali total yang sebelumnya telah melewati

proses reduksi ke kutub dan kontinuasi ke atas. Profil tersebut digunakan

untuk mencocokkan (data fitting) antara kurva model yang dibuat dengan kurva

profil anomali dari data pengukuran di lapangan hingga menghasilkan model

dengan nilai error terkecil. Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan tools

GM SYS pada software Oasis Montaj.

Gambar 25. Peta Sayatan

A

A’

B’

B

C C’

D

D’

Page 63: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

48

Gambar 26. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan A-A’

Penampang melintang garis sayatan A – A’ dengan panjang 909 m

orientasi sayatan dari arah Timur Laut ke Barat Daya (Gambar 26).

Diasumsikan bahwa lapisan pertama yang berwarna kuning dari atas

permukaan sampai kedalaman 140 m diduga sebagai batupasir dan

lempungpasir dengan nilai suseptibilitas 0,4 x 10-3 nT tersusun oleh mineral

besi, zinc, dan sedikit kobalt. Lapisan kedua yang berwarna hijau pada

kedalaman 140 - 284 m diduga sebagai batu lempung dengan nilai

suseptibilitas 0,2 x 10-3nT tersusun oleh mineral kaolin, cassiterie (SnO2) dan

kuarsa. Lapisan ketiga yang berwarna merah pada kedalaman 284 m diduga

sebagai batu granit dengan nilai suseptibilitas sebesar 0,25 x 10-3 nT. Dimana

nilai suseptibilatas batuan nya berdasarkan pada nilai rata-rata suseptibilitas

oleh (Telford,1990). Terdapat juga penurunan anomali pada grafik yang bisa

diidentifikasikan sebagai sesar, namun sesar tersebut merupakan sesar

mendatar kiri. Perhitungan kurva anomali model dengan kurva observasi

menunjukkan nilai referensi kesalahan (error) sebesar 4,151%. Kesesuaian

antara model geologi bawah permukaan yang dibuat dengan kurva observasi

memiliki nilai penyimpangan yang sangat kecil. Pemodelan 2D ini dilakukan

dengan pendekatan sedekat mungkin dengan lotologi pada peta geologi lokal di

wilayah penelitian dan meminimalisir nilai error yang di dapat. Namun

pemodelan 2D sendiri masih memiliki nilai ambiguitas yang cukup tinggi

sehingga tidak dapat menjadi patokan pasti.

Page 64: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

49

Gambar 27. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan B-B’

Penampang melintang garis sayatan B – B’ dengan panjang 790 m

orientasi sayatan dari arah Timur Laut ke Barat Daya (Gambar 27).

Diasumsikan bahwa lapisan pertama yang berwarna kuning dari atas

permukaan sampai kedalaman 164 m diduga sebagai batupasir dan

lempungpasir dengan nilai suseptibilitas 0,4 x 10-3 nT tersusun oleh mineral

besi, zinc, dan sedikit kobalt. Lapisan kedua yang berwarna hijau pada

kedalaman 165 – 340 m diduga sebagai batu lempung dengan nilai

suseptibilitas 0,2 x 10-3nT tersusun oleh mineral kaolin, cassiterie (SnO2) dan

kurasa. Lapisan ketiga yang berwarna merah pada kedalaman 340 m diduga

sebagai batu granit dengan nilai suseptibilitas sebesar 2,5 x 10-3 nT.

Perhitungan kurva anomali model dengan kurva observasi menunjukkan nilai

referensi kesalahan (error) sebesar 1,718%. Kesesuaian model geologi bawah

permukaan yang dibuat dengan kurva observasi memiliki nilai penyimpangan

yang sangat kecil. Dan untuk sayatan B-B’ merupakan perbandingan dari

sayatan A-A’ dimana untuk memastikan apakah bentuk dari bawah permukaan

tersebut tidak jauh berbeda satu sama lain. Dan sama dengan sayatan A-A’

dimana masih terdapat struktur geologi berupa sesar mendatar kiri yang di

tandai dengan adanya fluktuasi atau penurunan grafik yang cukup signifikan.

Page 65: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

50

Gambar 28. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Peta Sayatan C-C'

Penampang melintang garis sayatan C – C’ dengan panjang 1700 m

orientasi sayatan dari arah Barat ke Timur (Gambar 28). Diasumsikan bahwa

lapisan pertama yang berwarna kuning dari atas permukaan sampai kedalaman

40 m masih sama dengan sayatan sebelumnya yaitu diduga sebagai batupasir

dan lempungpasir dengan nilai suseptibilitas 0,4 x 10-3 nT .Lapisan kedua yang

berwarna hijau pada kedalaman 40 – 350 m diduga sebagai batu lempung

dengan nilai suseptibilitas 0,2 x 10-3nT tersusun oleh mineral. Lapisan ketiga

yang berwarna merah pada kedalaman 350 m diduga sebagai batu granit

dengan nilai suseptibilitas sebesar 2,5 x 10-3 nT. Perhitungan kurva anomali

model dengan kurva observasi menunjukkan nilai referensi kesalahan (error)

sebesar 3,843%. Berdeda dengan sayatan A-A’ dan B-B’ menunjukan adanya

patahan atau sesar, pada sayatan C-C’ juga terlihat adanya penurunan yang

cukup signifikan di mana pada sayatan C-C’ pada peta geologi lokalnya tidak

terdapat keterangan, namun disini bisa di asumsikan bahwa penurunan pada

grafik tersebut juga merepresentasikan adanya struktur geologi, bukan sesar

tetapi berupa lipatan.

Page 66: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

51

Gambar 29. Pemodelan 2D Geologi Bawah Permukaan Pada Sayatan D-D'

Penampang melintang garis sayatan D – D’ dengan panjang 1300 m

orientasi sayatan dari arah Barat ke Timur (Gambar 29). Masih sama dengan

sayatan sebelumnya pada sayatan D-D’ masih Diasumsikan bahwa lapisan

pertama yang berwarna kuning dari atas permukaan sampai kedalaman 50 m

yaitu diduga sebagai batupasir dan lempungpasir dengan nilai suseptibilitas 0,4

x 10-3 nT .Lapisan kedua yang berwarna hijau pada kedalaman 40 – 350 m

diduga sebagai batu lempung dengan nilai suseptibilitas 0,2 x 10-3nT.

Perhitungan kurva anomali model dengan kurva observasi menunjukkan nilai

referensi kesalahan (error) sebesar 4,549%. Berbeda dengan sebelumnya

Lapisan ketiga pada sayatan D-D’ yang berwarna merah merupakan intrusi

batu granit yang memotong 2 lapisan, yaitu batu pasir dan litologi batulempung

dengan nilai suseptibilitas sebesar 2,5 x 10-3 nT. Intrusi granit pada sayatan D-

D’ sendiri diasumsikan berdasarkan kurva anomali yang naik dan juga

berdasarkan pada peta geologi lokal wilayah penelitian. Dan dapat di simpulkan

juga bahwa wilayah pada sayatan D-D’ merupakan zona interest karena adanya

intrusi granit, yang mana granit sendiri merupakan salah satu batuan yang

menandakan adanya mineral kasiterit sebagai mineral pembawa timah

4.4 Interpretasi dan Analisis

Interpretasi pada data magnetik terbagi menjadi dua yaitu interpretasi

secara kualitatif dan interpretasi secara kuantitatif. Pada interpretasi kualitatif

dilakukan dengan menganalisa peta kontur anomali medan magnet RTE yang

telah melewati proses kontinuasi ke atas. Interpretasi kualitatif dilakukan

Page 67: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

52

untuk memperkirakan letak benda penyebab anomali yang selanjutnya dapat

menjadi acuan untuk melakukan interpretasi kuantitatif. Dimana Terlihat pada

hasil RTE yang telah dilakukan kontinuasi ke atas (upward continuation)

memperlihatkan bahwa pola fitur anomali mengalami perubahan saat

melakukan pemfilteran kontinuasi, dimana zona 1, 2, dan 3 yang menjadi target

observasi masih terlihat. Peta hasil kontinuasi menunjukkan bahwa pola

anomali tinggi yang berada di bagian utara wilayah penelitian meliputi zona 2

(Gambar 23) dikelilingi oleh zona anomali magnetik rendah disekitarnya.

Berdasarkan penelitian Surapto (2018) yang mana di kecamatan Tempilang

stratigrafi di lokasi penelitian terdiri dari 4 satuan batuan, tua – muda yaitu

satuan Batupasir Tanjunggenting (Trias Awal-Tengah), Satuan Fine Grain Granit

Klabat (Trias Akhir-Jura Awal), Satuan Coarse Grain Granit Klabat (Trias Akhir-

Jura Awal), dan Endapan Alluvial (Kuarter).

Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan membuat model 2D dari hasil

interpretasi kualitatif dengan tambahan informasi data geologi pendukung

seperti stratigrafi area pengukuran dan peta struktur geologi. Pemodelan

dilakukan dengan proses data fitting dan trial and error sehingga didapatkan

model yang dapat menggambarkan keadaan bawah tanah area pengukuran

berikut benda penyebab anomali. Pembuatan model bawah permukaan dimulai

dengan cara mengambil sayatan profil dari peta kontur anomali total RTE.

Sayatan tersebut kemudian dimodelkan dengan bantuan software Oasis Montaj.

Namun hasil pemodelan 2D ini belum bisa di bilang sangat akurat dalam

menentukan bentuk dari lapisan yang ada pada daerah penelitian, dikarenakan

tidak adanya data pendukung seperti data sumur bor yang membuat hasil

pemodelan 2D ini masih jauh dari kata akurat.

Page 68: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Zona sebaran anomali magnetik di wilayah penelitian memiliki variasi

nilai anomali magnetik mulai dari -6.5nT sampai 11.5nT. zona

mineralisasi timah di indikasikan dengan adanya kontras nilai anomali

magnetik. Kontras anomali rendah (negatif) dengan nilai -6.5nT sampai

1.2nT yang tersebar dari Barat Laut ke Tenggara dan dari Timur Laut ke

Barat Daya serta bagian Selatan pabrik

2. Struktur geologi yang terdapat pada wilayah penelitian adalah beberapa

unit sesar yaitu sesar mendatar kiri. Sesar ini terdiri dari dua

pergerakan ke kanan yang arah utamanya yaitu baratlaut-tenggara dan

ke kiri yang arahnya yaitu baratdaya-timurlaut.

3. Dilakukan 4 Sayatan untuk menampilkan perkiraan geologi bawah

permukaan, Sayatan A-A’ Diasumsikan bahwa lapisan pertama yang

berwarna kuning dari atas permukaan sampai kedalaman 90 m

diduga sebagai batupasir dan lempungpasir. Lapisan kedua yang

berwarna hijau pada kedalaman 90 - 200 m diduga sebagai batu

lempung. Lapisan ketiga yang berwarna merah pada kedalama

200 m diduga sebagai batu granit.

5.2 Saran Penelitian

Adapun saran dalam penelitian ini adalah :

1. Sebaiknya dilakukan pengambilan data geolistrik setelah penelitian

geomagnet untuk mendapatkan hasil geologi bawah permukaan yang

lebih akurat dibandingkan pemodelan 2D yan masih bersifat prediksi.

2. Melakukan analisis laboratorium terhadap batuan yang terdapat di

wilayah penelitian.

Page 69: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

DAFTAR PUSTAKA

Aleva, G.J.J., 1985. Indonesian Fluvial Cassiterite placers and their genetic

environment. Journal of the Geological Society, Oxford London.

Aryanto, N.C.D., Nasrun, A.H Sianipar dan L. Sarmili, 2005. Granit Kelumpang

sebagai granite tipe-I di Pantai Teluk Balok, Belitung. Jurnal Geologi Kelautan, vol. 3. no. 1.

Ariyanto S. Dan Latifa H.L, 2016. Potensi Mineral Kasiterit Indonesia Sebagai Bahan Baku Pembuatan Senyawa Kimia Timah (TIN CHEMICAL). Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Aydin, A., E. C. Ferré dan Z. Aslan, 2007. The magnetic susceptibility of granitic rocks as a proxy for geochemical composition: Example from the Saruhan

granitoids, NE Turkey. Tectonophysics, vol. 441, p. 85-95.

Baharuddin dan Sidarto, 1995. Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatra sekala 1:250.000. PuslitbangGeologi.

Batchelor, B.C., 1983. Sundaland Tin Placer genesisi and Late Caenozoic coastal and offshore stratigraphy in western Malaysia and Indonesia. Unpubl.

Ph.D. thesis, Geology Department, University of Malaya, 598 p.

Batchelor, R.A. dan P. Bowden, 1985. Petrogenetic interpretation of granitoid rock series using multicationic parameters. Chemical Geology, 48, p. 43-

55.

Bemmelen, R. W. V., 1949, The Geology Of Indonesia Vol 1 A, Government

Printing Office, The Hague.

Blakely, R.J., 1995. Potential theory and magnetic application. Cambrige

University Press : Cambrige.

Burleigh R. E., 1991, Evaluation Of The Tin-Tungsten Greisen Mineralization And Associated Granite At Sleitat Mountain, Southwestern Alaska, United

States Department Of The Interior, Bureau Of Mines

Cobbing, E.J., 2005, Granites, Barber, A.J., Crow, M.J., Milsom, J.S., Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution, Geological Society, London

Corbett, G.J. 2002. Epithermal Gold For Exprolation, Australian Institute Of

Geoscientist Presindents Lecture : AIG News No.67.

Eddy Sudjana, Uni Kurnia, Darwin A. Siregar dan Yeni Heryani, 2001, Umur Batuan Granit Asal Sumatera Barat Berdasrkan Metode Pentharikan Jejak Belah, Bandung.

Faisol Mohammad Abdulah, Sunaryo, Adi Susilo, 2014, Pendugaan Jenis Batuan Bawah Permukaan Daerah Bendunga Karangkates Dengan

Menggunakan Metode Geomagnetik, Malang.

Febrido Arwanda, Janiar Pitulima, 2017, Guskarnali, Identifikasi Persebaran Batu Granit Menggunakan Metode Geomagnetik Pada PT Vitrama Propert iDi Desa Air Mesu, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung.

Gafoer, S., C. Amin dan Satiogroho, 1992. Geological Map of Indonesia, Palembang Sheet, Scale 1 : 1.000.000, Geol. Res. Dev. Center of Indonesia.

Gleizes, G., A. Nédélec, J.L. Bouchez dan Rochette, P., 1993. Magnetic

susceptibility of the Mont Louis - Andorra ilmenite - type granite

(Pyrenees): a new tool for the petrographic characterization and regional

Page 70: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

mapping of zoned granite plutons. Journal of Geophysical Research: Solid Earth, 98(B3), p. 4317-4331.

Hall, R., 2014, The Origin Of Sundaland, Proceedings Of Sundaland Resources

2014 MGEIi Annual Convention, Palembang, 17-18 November.

Hoschke, T., 2011. Geophysical Signature of Ccoper – Gold Porphyry and

Epithermal Gold Deposits and Implications for Exploration. Tasmania: ARC

Centre of Excellence in Ore Deposits.

Ishihara, S., M. Hashimoto, dan M. Machida,2000. Magnetite/ilmenite series classification and magnetic susceptibility of the mesozoic-cainozoic batholiths in Peru. Resource Geology, 50, p. 123-129.

Katili, J.A., 1986. On Charting New Path to Mineral Exploration, Keynote Speaker paper presented at the conference on Indonesia Mining Industry : A General

Review. Jakarta May, 7-9.

Kusdyantono, 2016. Investigasi Persebaran Mineralisasi Emas Pada Lingkungan

Pengendapan Epitermal Sulfida Rendah Menggunakan Metode Magnetik

dan Transformasi Pseudigravitasi di Daerah Paningkaban-Cihonje

Banyumas Jawa Tengah. Universitas Gahjah Mada. Yogyakarta

L.Arifin, T.Naibaho, 2009. Verivikasi Litologi Terhadap Nilai Kerentanan Magnetic Di Perairan Bangka Belitung, Bandung

Mangga, S. A., & Djamal B., 1994, Peta Geologi Lembar Bangka Utara,

Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Melda Panjaitan, 2015, Penerapan Metode Magnetik Dalam Penentuan Batuan Dan Mineral, Medan.

Moh Zaidan, Wahyu Hidayat, Teguh Prayogo, 2009, Aplikasi Geomagnet Untuk

Eksplorasi Bijih Besi Di Daerah Kacang Botor, Kabupaten Belitung Barat, Jakarta.

Nur Hidayat Nurdin, Muh Altin Massinai, Sabrianto Aswad, 2017, Identifikasi Pola Sebaran Intrusi Batuan Bawah Permukaan Menggunaka Metode Geomanetik Di Sungai Jenelata Kabupaten Gowa, Makassar.

Pamungkas, P., 2006. Kajian Pertambangan Timah Kita. World Press.Com.

Pirajno F., 2009, Hydrothermal Processes and Mineral Systems, Geological

Survey of Western Australia, Perth WA, Australia.

Schwartz, M. O., Rajah, S. S., Askury, A. K., Putthapiban, P, dan Djaswadi,

S.,1995, The Southeast Asian Tin Belt, Journal Earth-Science Review Volume 38, Elsevier Science B. V., Jerman.

Taylor, R. G., 1979, Geology of Tin Deposits, Elsevier Scientific Publishing

Company, New York.

Usman, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan, dan Vistarani Arini Tiwow, 2018,

Eksplorasi Mieral Denan Menggunakan Metode Geomagnetik SEM-EDS Di

Area Panas Bumi Desa Makula Tana Toraja, Makasar.

Wikarno, D. A. D., Suyatna, dan Sukardi, S., 1984, Granitoids of Sumatera

and the Tin Island, Hutchison, C.S.,Geology of Tin Deposits in Asia and the Pacific,Springer-Verlag, New York.

Yudi Aziz Muttaqin, 2013, Survey Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnetik Daerah Parit Tebu Kabupaten Bangka – Belitung, Bangka Belitung.

Page 71: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 1. Daftar Nilai Suseptibilitas Batuan dan Mineral (Telford, dkk., 1990)

Jenis

Batuan/Mineral

Suseptibilitas

(x 10-6 emu)

Jenis

Batuan/Minera

l

Suseptibilitas

(x 10-6 emu)

Interval

Rata-

rata Interval

Rata-

rata

1 2 3 1 2 3

Batuan Sedimen

Piroxenit

10500

Dolomit 0 - 75 10 Peridotit

7600 -

15600 13000

Batu Kapur 2 - 280 25 Andesit

13500

Batu pasir 0 - 1600 30

Rata-rata beku

asam

650

Lempung 5 - 1480 50

Rata-rata beku

basa 44 - 9710 2600

Rata-rata

Sedimen 0 - 4000 75 Mineral

Batuan

Metamorf

Grafit

-8

Amphibolit

60 Quartz

-1

Sekis (schist) 25 - 240 120

Anidrite, batu

kapur

-1

Phillite

Mei-00 Calsit

Gneiss

Batubara

2

Kuarsit

350 Tanah Liat

20

Serpentine

250 -

1400

Chalcopirit

32

Slate 0 - 3000 500 Sphalerit

60

Rata-rata Me

tamorf 0 - 5800

Cassiterit

90

Batuan Beku

Siderit 100 - 310

Page 72: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Granit 0 - 4000 200 Pirit 4 - 420 130

Riolit

20 -

3000

Limonit

220

Dolorit

100 -

3000 1400 Garam batu

-1

Augit-Senit

2700 -

3600

Arsenopirit

240

Olivin-diabas

2000 Hematit 40 - 3000 550

Diabas

80 -

13000 4500 Chromit 240 - 9400 600

Porpiri

20 -

16700 5000 Franklinit

36000

Gabro

80 -

7200 6000 Pirrhotit

100 -

500000 125000

Basal

20 -

14500 6000 Iimenit

25000 -

300000 150000

Diorit

50 -

10000 7000 Magnetit

100000 -

1600000 500000

Page 73: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 2. Raw data hari pertama serta Hasil Total Magnetic Intensity

Page 74: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 3. Quality Control terhadap Hasil Total Magnetic Intensity

Page 75: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 4. Koreksi diurnal menggunakan GEMLink V5.3

Page 76: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 5. Nilai IGRF di Lapangan

Page 77: IDENTIFIKASI SEBARAN MINERALISASI TIMAH & STRUKTUR GEOLOGI …

Lampiran 6. Nilai Inklinasi dan Deklinasi Wilayah Penelitian