i03 beny dkk waduk sermo

15
PENELITIAN PENDAHULUAN DALAM RANGKA MELIHAT KONDISI POTENSI LAHAN DI SUB DAS NGRANCAH, DAS SERANG BAGI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN DAS DI DTW. SERMO, KABUPATEN KULON PROGO Oleh : Beny Harjadi, Nurhadi Djaingsastro, Triwilaida Summary Penelitian pendahuluan di lokasi waduk Sermo, Sub DAS Ngrancah, DAS Serang yang meliputi dua desa Hargowilis dan Hargotirto dimaksudkan untuk melihat potensi kondisi lahan dan menganalisa  permasalahan serta upaya pengelolaan dan pengembangan DAS secara terpadu dan penanganan intensif. Miniatur DAS pad a daerah yang tidak terlalu l uas dengan kapasitas genangan 25 juta m3 meliputi 8 Dusun Hargowilis dan 9 Dusun Hargotirto yang di sumbangkan dari 5 anak sungai yang menjari dengan pola aliran Dendritik, merupakan daerah yang memiliki nilai strategis dan ekonomis dalam bidang pengembangan Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.  Dalam pengembangan penelitian di waduk Sermo dapat dilihat dari beberapa permasalahan  yang mendominasi di lapangan dan memerlukan penanganan sesegera mungkin, antara lain : 1. Kawasan green belt sebagian besar milik petani belum dibebaskan untuk kawasan lindung bagi pengembangan tanaman keras permanen untuk mencegah timbulnya degradasi lahan. 2. Pada masing-masing daerah sekitar anak sungai berpotensi terjadi longsoran dengan tipe  yang berbeda karena perbedaan tipe batuan, tanah dan kestabilan agregat tanah antara lain berupa : longsoran batuan (rockslide), gerakan tanah (earth movement), longsoran masa tanah (earthslide), longsoran masa tanah (debris slide), runtuhan batu/masa tanah (rock/debris fall) dan longsoran lumpur (slump). 3.  Akibat longsoran yang terjadi besar-besaran akan berdampak pada kerusakan lahan, hancurnya badan jalan, pemampatan saluran pembuangan air, dan pendangkalan waduk secara drastis, sehingga tidak akan dapat dicapai umur perkiraan waduk sebelumnya (50 tahun). 4. Pengelolaan dan pengembangan DAS dalam bentuk penanganan konservasi tanah teknik sipil dan penanaman tanaman langka kehut anan (Arboretrum) u ntuk mendukung prog ram  Hutan Wisata dan lobaratorium penelitian bagi kampus terpadu. Potensi Sub DAS Ngrancah, DAS Serang yang terletak berbatasan dengan dusun Jatimulyo di daerah utara, sebelah timur berbatasan dusun Sendangsari, sebelah selatan dusun Hargorejo, dan sebelah barat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dapat dilihat dari kondisi biofisik lahan, iklim dan sosial ekonomi desa. Kondisi biofisik lahan dapat dianalisa dari data tanah, lereng, pH tanah, solum, daya infiltrasi, kandungan batuan, dan penggunaan lahan serta kelas kemampuan penggunaan lahan.  Begitu juga parameter yang merupakan komponen perhitungan ambang batas tanah boleh tererosi yang dinyatakan dengan nilai T meliputi data nilai K, jenis tanah, kedalaman efektif perakaran, dan umur harapan hidup. Sedangkan nilai K atau kepekaan tan ah terhadap erosi ditentu kan oleh 4 faktor yaitu : tekstur, struktur, bahan orga nik, dan permeabilitas. Faktor utama iklim y ang diperlukan berupa data curah hujan yang meliputi data jumlah hujan, rata-rata hujan, hujan maksimum dan minimum sepanjang tahun. Musim penghujan berlangsung sela ma 6 bulan dari bulan Oktober sampai dengan Maret, sedangkan sisa 6 bulan b erikutnya merupakan mus im kemarau. Jumlah curah hujan s etahun di waduk Sermo 2788 mm tahun 1995 dan 1490 mm tahun 1996.   Adapun data sosial ekonomi desa dapat diperoleh dari data profil desa yaitu dari 9 dusun di desa Hargowilis 8 dusun masuk di Sub DAS  Ngrancah, sedangkan desa Hargotirto hanya 9 dusun yang terdapat didalamnya dari 14 dusun yang ada. Sebagian besar petani mengandalkan kehidupannya dari Perladangan dan Kebun campuran yang memiliki luas kepemilikan sekitar 0,1 sampai 10 hektar. Disamping itu juga ada usaha tamba han berupa  pekerjaan sampingan dari industri kerajinan tangan sampai pedagang hasil bumi.  

Upload: beny

Post on 30-May-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 1/15

PENELITIAN PENDAHULUAN DALAM RANGKA MELIHAT KONDISI POTENSI

LAHAN DI SUB DAS NGRANCAH, DAS SERANG BAGI PENGEMBANGAN

PENGELOLAAN DAS DI DTW. SERMO, KABUPATEN KULON PROGO

Oleh :

Beny Harjadi, Nurhadi Djaingsastro, Triwilaida

Summary

Penelitian pendahuluan di lokasi waduk Sermo, Sub DAS Ngrancah, DAS Serang yang meliputidua desa Hargowilis dan Hargotirto dimaksudkan untuk melihat potensi kondisi lahan dan menganalisa  permasalahan serta upaya pengelolaan dan pengembangan DAS secara terpadu dan penangananintensif. Miniatur DAS pada daerah yang tidak terlalu luas dengan kapasitas genangan 25 juta m3meliputi 8 Dusun Hargowilis dan 9 Dusun Hargotirto yang di sumbangkan dari 5 anak sungai yangmenjari dengan pola aliran Dendritik, merupakan daerah yang memiliki nilai strategis dan ekonomisdalam bidang pengembangan Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Dalam pengembangan penelitian di waduk Sermo dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang mendominasi di lapangan dan memerlukan penanganan sesegera mungkin, antara lain :

1.  Kawasan green belt sebagian besar milik petani belum dibebaskan untuk kawasan lindungbagi pengembangan tanaman keras permanen untuk mencegah timbulnya degradasi lahan.

2.  Pada masing-masing daerah sekitar anak sungai berpotensi terjadi longsoran dengan tipe yang berbeda karena perbedaan tipe batuan, tanah dan kestabilan agregat tanah antara lainberupa : longsoran batuan (rockslide), gerakan tanah (earth movement), longsoran masatanah (earthslide), longsoran masa tanah (debris slide), runtuhan batu/masa tanah(rock/debris fall) dan longsoran lumpur (slump).

3.    Akibat longsoran yang terjadi besar-besaran akan berdampak pada kerusakan lahan,hancurnya badan jalan, pemampatan saluran pembuangan air, dan pendangkalan waduk secara drastis, sehingga tidak akan dapat dicapai umur perkiraan waduk sebelumnya (50tahun).

4.  Pengelolaan dan pengembangan DAS dalam bentuk penanganan konservasi tanah teknik sipil dan penanaman tanaman langka kehutanan (Arboretrum) untuk mendukung program Hutan Wisata dan lobaratorium penelitian bagi kampus terpadu.

Potensi Sub DAS Ngrancah, DAS Serang yang terletak berbatasan dengan dusun Jatimulyo didaerah utara, sebelah timur berbatasan dusun Sendangsari, sebelah selatan dusun Hargorejo, dansebelah barat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dapat dilihat dari kondisi biofisik lahan, iklim dansosial ekonomi desa. Kondisi biofisik lahan dapat dianalisa dari data tanah, lereng, pH tanah, solum,daya infiltrasi, kandungan batuan, dan penggunaan lahan serta kelas kemampuan penggunaan lahan. Begitu juga parameter yang merupakan komponen perhitungan ambang batas tanah boleh tererosi yangdinyatakan dengan nilai T meliputi data nilai K, jenis tanah, kedalaman efektif perakaran, dan umur harapan hidup. Sedangkan nilai K atau kepekaan tanah terhadap erosi ditentukan oleh 4 faktor yaitu :tekstur, struktur, bahan organik, dan permeabilitas. Faktor utama iklim yang diperlukan berupa datacurah hujan yang meliputi data jumlah hujan, rata-rata hujan, hujan maksimum dan minimum sepanjangtahun. Musim penghujan berlangsung selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai dengan Maret,sedangkan sisa 6 bulan berikutnya merupakan musim kemarau. Jumlah curah hujan setahun di waduk Sermo 2788 mm tahun 1995 dan 1490 mm tahun 1996.    Adapun data sosial ekonomi desa dapat diperoleh dari data profil desa yaitu dari 9 dusun di desa Hargowilis 8 dusun masuk di Sub DAS Ngrancah, sedangkan desa Hargotirto hanya 9 dusun yang terdapat didalamnya dari 14 dusun yang ada.

Sebagian besar petani mengandalkan kehidupannya dari Perladangan dan Kebun campuran yangmemiliki luas kepemilikan sekitar 0,1 sampai 10 hektar. Disamping itu juga ada usaha tambahan berupa pekerjaan sampingan dari industri kerajinan tangan sampai pedagang hasil bumi. 

Page 2: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 2/15

I. PENDAHULUAN

Waduk Sermo yang diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada bulan November

1996 merupakan bendungan yang strategis untuk berbagai keperluan, misalnya untuk tujuan

Pariboga (irigasi), Pritirta (tampungan air), Parimina (perikanan), Pariwisata (rekreasi) dan Olah

Raga. Walaupun volume tangkapan tidak terlalu luas hanya 25 juta m3 dengan luas daerahgenangan 1,57 km2 namun dapat mengairi beberapa daerah irigasi antara lain : Kalibawang,

onomulyo, Penjalin, Papah, Pengasih, Pekik Jamal, Clereng dengan total luasan irigasi 8.099

hektar.

Kegiatan bendungan Sermo merupakan keterpaduan program dari berbagai instansi yang

terkait antara lain : Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan, Dinas Perikanan,

Dinas Pariwisata, Departemen Perhubungan, ABRI dan Kepolisian, Kecamatan Kokap, Desa

Hargowilis, Biro KLH, Perguruan Tinggi serta Pemda tingkat II Kulon Progo. Namun dalam

pelaksanaan di lapangan masih ditemui banyak kendala, antara lain :

1.  Tanah di tepian genangan yang seharusnya sudah dibebaskan untuk daerah jalur hijau

(green belt ) sampai pada jarak 25 m dari puncak genangan (123 m dpl), ternyata

sebagian besar masih merupakan lahan milik petani. Sehingga untuk mengembangkan kawasan green belt  perlu diupayakan kerjasama antara instansi

dengan para petani lewat penyuluhan dan bantuan (insentif) berupa bibit tanaman

keras atau buah-buahan dan saprodi.

2.  Tanah mudah sekali terjadi longsoran tersebar pada tepian bendungan dengan tipe

longsoran : longsoran batuan (rockslide) , gerakan tanah (earth movement ) , longsoran

masa tanah  (earthslide), longsoran masa tanah (debris slide), runtuhan batu/masa

tanah (rock/debris fall) dan longsoran lumpur (slump). Tanah dengan kandungan liat

1 : 1 di dominasi warna tanah merah pada tanah Inceptisol merupakan tanah yang

potensi terjadinya longsoran. Dengan adanya longsoran berakibat tersumbatnya

saluran dan mudah rusaknya jalan serta dikhawatirkan akan mempercepat

pendangkalan waduk yang diperkirakan bisa mencapai umur guna selama 50 tahun.3.  Dalam pengembangan Pariwisata ditemui beberapa kendala yaitu belum banyaknya

investor yang tertarik untuk mengelola dan juga belum adanya pengembangan pola

kemitraan antara pengusaha dengan para petani setempat antara lain berupa pengrajin

industri kecil, warung makan dan tempat penginapan. Pariwisata di sekitar

bendungan Sermo potensi untuk lokasi Pemancingan, lokasi Kemah wisata,

Restauran terapung, dan Wisata air.

4.  Mengingat luasan waduk Sermo pada DAS Ngrancah yang hanya meliputi dua desa

(Hargowilis dan Hargotirto), maka sangat memungkinkan untuk miniatur lokasi

penelitian yang intensif tentang pengelolaan DAS dan pengembangannya. Begitu

  juga dilihat dari pola aliran sungai Dendritik dengan lima anak sungai yang menjari

(seperti jari tangan) dimungkinkan untuk dipasang 5 SPAS (Stasiun Pengamat ArusSungai) pada masing-masing anak sungai.

5.  Pada kawasan hutan untuk menunjang kemah wisata khususnya pada lokasi

perkemahan direncanakan oleh Dinas Kehutanan Jogyakarta akan dikembangkan

tanaman langka ( Arboretrum), yang merupakan museum hidup tanaman kehutanan

dan sekaligus melestarikan dan memperkenalkan tanaman hutan yang sudah jarang

dikenal masyarakat.

Page 3: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 3/15

Dengan melihat permasalahan tersebut diatas maka di waduk Sermo dimungkinkan dapat

dilakukan pengembangan kegiatan pengelolaan DAS yang meliputi beberapa kegiatan :

1.  Agroforestry dengan mengembangkan tanaman kehutanan dan tanaman buah-buahan

atau tanaman perkebunan pada lahan yang labil dan berlereng curam.

2.  Penanaman tanaman langka ( Arboretrum) pada kawasan hutan.

3.  Penyuluhan dan pengembangan kawasan green belt .4.  Bangunan penguat lereng tebing jalan dengan bronjong kawat, vegetatif, atau

bangunan permanen.

5.  Pengamatan erosi dan sedimentasi serta debit air untuk melihat kualitas, kwantitas,

dan kontinuitas air.

6.  Pengadaan ternak besar dalam rangka penyediaan pupuk kandang sebagai penstabil

struktur tanah agar tidak mudah terjadi longsoran.

Bertitik tolak dari beberapa hal dan upaya pemecahan masalah maka survey orientasi

berikut bertujuan untuk melihat tingkat produktivitas lahan dan potensi terhadap erosi serta batas

ambang erosi yang diperkenankan.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan didalam survei orientasi potensi suatu wilayah DAS antara bahan

untuk survei biofisik tanah dan pengumpulan data profil desa. Didalam survei biofisik tanah

diperlukan beberapa bahan antara lain peta topografi lokasi, bahan kemikalia, dan blangko isian

serta simbul inventarisasi. Sedangkan alat yang diperlukan berupa abnilevel untuk mengukur

sudut lereng, buku munsel warna tanah, cangkul tanah, bor tanah, meteran, pisau lapang, kertas

label, kantong plastik, ring sampel, alat-alat tulis, dan beberapa alat lainnya sebagai pendukung

survai.

B. Metode

Metode yang dipakai adalah metode deskriptif secara acak untuk masing-masing lokasi

mewakili dusun yang terdapat didalam catcment yang meliputi dua desa yaitu Hargowilis dan

Hargotirto. Dari 9 Dusun di desa Hargowilis yang berdekatan dengan bendungan diambil 8

sampel yang mewakili masing-masing dusun yaitu : Tegalrejo, Soko, Kalibiru, Sidowayah,

Sermo Lor, Sermo Tengah, Tegiri, Klepu. Sehingga sekitar 89 persen masuk pada DAS

Ngrancah untuk memperhitungkan prosentase potensi profil desa. Sedangkan di Desa Hargotirto

yang terletak di lereng atas sebagai batas DAS terdapat 9 Dusun yang masuk didalamnya dari 14

Dusun yang ada, atau sekitar 64,3 persen dari seluruh potensi profil desa.

Jumlah sampel yang diambil berjumlah 16 yang mewakili 2 desa dan tersebar pada

masing-masing Dusun, ditambah 4 sampel pada kawasan hutan Kayu Putih. Adapun parameteryang dikumpulkan dalam rangka mendukung potensi lahan dan potensi wilayah desa adalah :

1.  Inventarisasi biofisik lahan, yaitu meliputi data : kelas kemampuan penggunaan

lahan, great-grup tanah, kedalaman tanah, kelas lereng, keasaman tanah, kedalaman

regolit, permeabilitas, infiltrasi, bobot jenis tanah, jenis batuan, tekstur, struktur, dan

kandungan bahan organik.

2.  Nilai kepekaan tanah dan ambang batas erosi, dengan parameter yang diperlukan

untuk nilai kepekaan tanah terhadap erosi antara lain : tekstur, struktur, bahan

Page 4: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 4/15

organik, dan permeabilitas. Sedangkan data yang diperlukan untuk perhitungan

ambang batas erosi adalah kedalaman efektif perakaran, tabel kedalaman minimum

perakaran tanaman, tabel faktor kedalaman tanah untuk masing-masing sub order.

Profil desa, yang diperoleh dari data potensi wilayah desa meliputi beberapa parameter

yang dicatat antara lain potensi sumber daya lahan, sumber daya manusia, sumber daya air, dan

fasilitas infrastruktur.

III. RISALAH OBYEK PENELITIAN

A. Topografi

Waduk Sermo terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ngrancah dibentuk oleh lereng

perbukitan yang agak curam sampai curam pada elevasi antara 90 sampai 650 meter diatas

permukaan laut. Puncak-puncak yang merupakan batas DAS tersebut dikelilingi beberapa

gunung, antara lain : Gunung Cekel, Gunung Ijo, Gunung Disil, Gunung Siblekuk, Gunung

Jatiwayang, Gunung Malaban, Gunung Supit, Gunung Dodok, Gunung Papon dan GunungKepol.

Sungai ngrancah dan anak-anak sungainya yang menggenangi waduk Sermo sampai pada

elevasi 132 meter dari permukaan laut merupakan pola aliran mendaun (dendritik). Kemiringan

sungai agak terjal sedang tebing sungainya membentuk kemiringan curam sampai sangat curam

bahkan dibeberapa tempat hampir tegak. Dengan kondisi semacam itu dan ditunjang oleh

kandungan liat kaolinit serta batuan yang sudah melapuk, menyebabkan beberapa daerah

terdapat berbagai macam longsoran.

B. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di daerah waduk Sermo dan sekitarnya secara garis besar dapat

dipisahkan menjadi lima macam, yaitu : (1) tanaman keras sejenis, (2) tanaman keras campuran,(3) daerah pertanian kering, (4) daerah semak belukar, dan (5) daerah persawahan. Di sekitar

genangan waduk merupakan tanaman keras campuran yang didominasi kebun kelapa dan buah-

buahan, sedangkan sisanya merupakan daerah persawahan. Kebanyakan daerah persawahan

dekat dengan sungai, sebaliknya untuk tanaman keras campuran lebih banyak terletak didaerah

pada elevasi yang lebih tinggi pada lereng perbukitan. Lereng bukit di daerah selatan merupakan

daerah semak belukar, lahan kritis, sebagian lagi berupa ladang, sedangkan bukit di daerah utara

merupakan lahan pertanian kering yang diusulkan sebagai ladang dan tegalan.

C. Jenis Batuan

Batuan yang dapat ditemui di daerah waduk Sermo dari yang paling tua sampai yang

paling muda dapat dikelompokkan kedalam empat formasi, yaitu : (1) formasi Nanggulan, (2)formasi Andesit Tua (Bemmelen), (3) formasi Jonggrangan, (4) formasi Sentolo dan Alluvium

(Wartono Rahardjo dkk, 1977).

Page 5: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 5/15

Tabel 2. Keempat Formasi Batuan dan Alluvium dengan Kandungan Batuan dan Usia

serta Tebal Formasi di Daerah Waduk Sermo.

Formasi Kandungan Batuan Usia Formasi Tebal

Formasi

(m)

1. Nanggulan batu pasir dengan sisipan lignit, napalpasiran, batu liat dengan konkresi

limonit, sisipan napal dan batu gamping,

batu pasir dan tufa; kaya akan

foraminifera dan moluska.

Eosen Tengahsampai

Oligosen Atas

300

2. Andesit Tua

(Bemmelen)

breksi andesit, tufa, tufa lapili, aglomerat,

dan sisipan aliran lava andesit.

Oligosen Atas

sampai

Miosen

Bawah

660

3. Jonggrangan kongomerat yang ditindih oleh napal

tufaan dan batu pasir gampingan dengan

dengan sisipan lignit. Batuan ini kearahatas berubah menjadi batu gamping

berlapis dan koral.

Miosen

Bawah

250

4. Sentolo batu gamping atau batu pasir napalan.

Batuan ini kearah atas berubah menjadi

batu gamping berlapis yang kaya

formainifera.

Miosen bawah

sampai

Pliosen

950

5. Alluvium kerakal, pasir, lanau, dan liat ditemukan

disepanjang sungai yang besar. Batuan

terobosan yang ditemukan adalah

Andesit (A. hiperstin dan A. augit

hornblende) dan Dasit.

antara formasi

Nanggulan

dan Andesit

Tua

-

D. Struktur Geologi

Struktur geologi yang dapat diamati didaerah waduk sermo meliputi sesar, kekar dan

potensi longsoran. Sesar yang dapat diamati berupa sesar normal yang dapat dikelompokkan

berdasar arahnya, yaitu untuk sesar tangga (step fault ) penyebarannya kurang lebih dari barat

laut sampai tenggara, sedangkan sesar lainnya dari arah timur laut sampai barat daya. Struktur

kekar dapat diamati terutama pada breksi volkanik yang tak lapuk, dan kadang sering

membentuk pasangan kekar ( joint set ). Ukuran kekar bervariasi dari beberapa puluh sentimeter

sampai beberapa meter kadang sampai puluh meter membentuk bidang kekar (master joint ).Potensi longsoran yang terdapat di waduk Sermo meliputi beberapa jenis longsoran

seperti longsoran masa tanah (debris slide), runtuhan batu/masa tanah (rock/debris fall) dan

longsoran lumpur (slump).

Page 6: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 6/15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. BIOFISIK LAHAN 

1.  Tanah

Tanah di waduk Sermo didominasi jenis tanah Inceptisols dengan great group

Ustropepts (itu) dan tropaquepts (iqt), sedang sisanya tanah Entisols dengan great group

Tropaquents (eqt).Tanah Inceptisols merupakan tanah muda tapi relatif lebih berkembang dari pada

Entisols. Diamana biasanya terdapat horison Kambik akibat tidak terpenuhinya syarat

horison Argilik (endapan liat) maupun Spodik (endapan abu). Sehingga tanah Inceptisols

relatif subur, karena baru mengalami pelapukan dari batuan dan memiliki ketebalan yang

cukup. Adapun Ustropepts adalah inceptisols dengan regim kelembaban Ustik (setiap tahun

kering antara 90 - 180 hari) dan regim temperatur tropik (suhu tanah rata-rata > 18o C).

Inceptisols lainnya yaitu Tropaquents dicirikan adanya regim temperatur tropik dan regim

kelembaban Aquik yaitu tanah sering jenuh oleh air sehingga terjadi reduksi.

Tanah Entisols merupakan tanah yang masih sangat muda belum menunjukkan

adanya perkembangan horison yang sempurna, karena masih belum merupakan tanah dengan

tahun permulaan dalam pengembangannya. Pada tingkat great group yaitu Tropaquentsadalah merupakan tanah Entisols dengam regim kelembaban Aquic dan regim temperatur

Tropik.

Dengan dominasi tanah Inceptisols maka dapat disimpulkan bahwa di Sermo tanah

relatif subur, namun potensi terjadinya longsoran karena kurang mantapnya agregat struktur

tanah. Untuk mencegah adanya erosi yang berakibat menurunkan kesuburan tanah dan juga

berakibat terjadinya pendangkalan waduk maka sesegera mungkin dilakukan pencegahan

erosi baik dengan cara vegetatif, mekanik, biologis, maupun secara ekonomis.

2.  Kedalaman Tanah

Rata-rata solum tanah didua desa Hargowilis dan Hargotirto adalah sedang yaitu

memiliki kedalaman antara 50 - 90 cm. Hanya sedikit lahan dengan kedalaman tanahdangkal atau kurang dari 50 cm. Desa Hargotirto luasan tanah dengan solum sangat dalam

(> 200 cm) dan dalam (100 - 200 cm) relatif lebih luas dibandingkan desa Hargowilis yang

terletak dibawah. Hal tersebut karena sebagian lahan yang datar dengan solum dalam di desa

Hargowilis telah habis tergenang oleh genangan waduk Sermo.

Tanah yang masih cukup dalam di daerah atas desa Hargotirto menunjukkan bahwa

lahan tersebut masih cukup unsur hara yang tersedia bagi tanaman dan kapasitas

perkembangan volume perakaran masih memungkinkan untuk berkembang lebih luas lagi.

Namun mengingat lahan di daerah atas relatif miring kondisi lerengnya maka hal tersebut

akan berakibat banyak peluang tanah yang dapat tererosi. Erosi tersebut dapat berupa erosi

permukaan untuk lahan miring dan kurang penutupan lahannya atau erosi longsoran pada

lahan yang mengandung mineral liat tinggi tipe 1 : 1 Kaolinit atau Montmorilonit liat tipe 2 :1 dengan kestabilan agregat tanah yang rendah.

Erosi longsoran pada lahan dengan solum yang dalam akan berdampak kurang

menguntungkan bagi tanah yang terkikis meupun yang tertimbun. Tanah yang terkikis akan

mengalami penurunan ketersediaan unsur hara, sedangkan pada daerah yang tertimbun akan

mengalami kerusakan lahan, jalan, saluran pembuangan air, sampai pada pendangkalan

waduk yang drastis dibandingkan dengan masukan dari erosi permukaan.

Page 7: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 7/15

3.  Tekstur Tanah

Tekstur yang merupakan gambaran ketiga fraksi debu, pasir dan liat menunjukkan

mudah tidaknya tanah menyediakan air dan unsur hara bagi tanaman. Pada tanah bertekstur

halus akan banyak menyerap air dan unsur hara serta bahan organik, sebaliknya tekstur yang

kasar semua air dan unsur hara mudah sekali larut. Kriteria tekstur di waduk Sermo dapat

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sedang, agak halus, dan halus; dengan demikianunsur hara dan air relatif tidak tercuci (Tabel).

Kategori tekstur sedang meliputi lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, dan debu. Semakin kasar tekstur maka luas permukaan untuk menyerap air dan

unsur hara semakin berkurang. Hal tersebut berakibat pada tekstur tanah yang relatif kasar

maka batas Titik Layu Permanen (TLP) dan Kapasitas Lapangan (KL) tidak semakin

berkurang.

Sebagai contoh tanah dengan tekstur paling halus (liat) memiliki kandungan air

tersedia antara 20 sampai 27 %, sedangkan pada tekstur yang paling kasar (pasir) hanya

mengandung 2 - 4 %. Untuk itu kandungan air di Sermo relatif baik dan banyak tersedia

bagi tanaman. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh

dengan baik, khususnya kelapa dan tanaman keras lainnya (Tabel).

4.  Struktur Tanah

Struktur merupakan gumpalan gumpalan kecil dari tanah yang memebentuk agregat-

agregat tanah dalam berbagai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda. Di waduk 

sermo sebagian besar tekstur berbentuk granuler dari yang kecil sampai yang besar, dan

sisanya dalam bentuk tiang atau kubus yang relatif kecil ukurannya. sednagkan kemantapan

agregat rata-rata kurang mantap artinya mudah terpecah belah sampai pada ukuran yang

paling kecil (Tabel).

Struktur kurang mantap di sekitar waduk Sermo berakibat tanah mudah terjadi

longsoran selain tanah yang labil pada ketujuh lokasi longsoran juga potensi dari batuan

induk yang relatif mudah terjadi longsoran, karena sudah berumur tua dan sudah mengalamipelapukan lanjut. Perkembangan struktur yang relatif lemah tersebut disebabkan karena

kandungan humus yang rendah dan juga curah hujan yang relatif banyak. pada daerah-

daerah yang kering perkembangan struktur relatif mantap.

Tanah dengan struktur yang baik yaitu untuk struktur granuler atau remah, karena

aerasi didalam cukup terjadi sirkulasi dengan lancar dan nbersinggungan membulat antara

satu struktur dengan struktur lainnya. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk tetapi jika

struktur kurnag mantap maka pori-pori tersebut akan mudah tertutuoi oleh pecahnya agregat-

agregat tanah dan aerasi menjadi terhambat yang akan menyebabkan banjir, erosi, dan

timbulnya longsoran.

5.  Bahan Organik Bahan organik berfungsi sebagai pemantap agregat struktur tanah, kemampuan tanah

menahan air dan unsur hara, serta energi bagi mikroorganisme baik dalam bentuk kasar

maupun halus (humus). Di Sub DAS Ngrancah, Sermo tidak begitu banyak di lapangan yaitu

hanya berkisar antara 0 sampai 1 % (sangat rendah). Tabel ... kandungan bahan organik 

yang rendah akan berakibat mudahnya tanah tererosi dalam bentuk longsoran, runtuhan atau

membalik karena ketidakstabilan agregat pemantap tanah.

Page 8: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 8/15

  Sehingga pada daerah-daerah yang labil tingkat kemantapan struktur yang rendah

perlu ditambahkan bahan organik yang cukup baik yang berasal dari kotoran ternak kecil

(ayam, itik, angsa), ternak sedang (kambing, babi, anjing) maupun ternak besar (sapi,

kerbau). Disamping itu juga dapat ditambahkan pemantap agregat buatan misalnya bitumin

atau pupuk hijau dari hijauan muda yang dapat menambah unsur N dan unsur-unsur lainnya,

antara lain : orok-orok (Crotalaria sp), lamtoro, turi, Colopogonium, Sentrosoma, Mimosa.Disamping adanya keuntungan dengan penambahan bahan organik pada tanah,

namun ada kerugiannya yaitu : kebutuhan dosis yang banyak menyulitkan transportasi dan

pengangkutan selanjutnya, respon tanaman yang lambat dan mudahnya bahan organik terurai

di daerah tropika serta sebagai inang bagi hama dan penyakit akar tanaman.

6.  Batuan Induk 

Dari data batuan yang dikumpulkan di lapangan dan sebagian telah dipaparkan di

depan dapat disajikan penyebaran batuan yang menampilkan ukuran, bentuk, lekukan, dan

kekerasan. Ukuran batuan sebagian besar halus dan kecil serta hanya sedikit sekali yang

berukuran medium atau besar (Tabel). Adapun bentuk yang dapat ditemui kebanyakan agak 

mulus atau berlekuk, serta sebagian kecil ada yang berbentuk mulus dan agak runcing.Batuan di daerah Sermo memiliki kekerasan antara 2,5 - 6, yaitu dengan kategori

lemah sampai sedang. dengan kekerasan batuan yang lunak menunjukkan bahwa tanah telah

mengalami pelapukan lebih lanjut yang ditunjukkan dari jenis batuan pada masa Pleistosen

atau Eosen. Dengan demikian tanah di sermo relatif tebal begitu juga regolitnya. dengan

tebal tanah yang cukup dari hasil pelapukan batuan maka keterseidaan unsur hara cukup bagi

tanaman. hal tersebut dapat dilihat dari berbagai variasi tanaman pada kebun campuran yang

mana hampir semua tanaman dapat tumbuh dengan baik.

7.  Lereng

Kebanyakan lahan di Sub DAS Ngrancah memiliki kemiringan lereng antara 25 - 35

% pada kategori lereng agak curam. Hanya sedikit sekali lahan yang datar baik dalambentuk dataran atau dataran bukit (Summit area), begitu juga lahan yang terletak lebih miring

pada kategori sangat curam pada kemiringan lereng 45 - 65 % juga tidak begitu banyak 

ditemui.

Pada lahan yang sangat curam untuk pemilikan lahan yang luas biasa diusahakan

untuk tanaman monokultur berupa Sengon atau Jati. Sebaliknya untuk pemilikan lahan yang

sempit biasa dipakai untuk kebun campuran yang didominasi tanaman kelapa. Begitu juga

pada lahan dari sangat miring sampai curam kalau tidak diperuntukkan bagi tanaman

perkebunan (mete, mlinjo, kakao) yang dicampur dengan tanaman buah-buahan (manggis,

sawo, durian) maka biasa diperutukkan sebagai tegalan dengan tanaman utama singkong,

 jagung atau kacang tanah. Pada tanaman kehutanan dengan berbagai jenis tanaman (sengon,

mahoni, sungkai, albesia, kayu putih) sering dikombinasikan dengan tanaman bawah berupaempon-empon, antara lain berupa jahe, lengkuas, kunyit, kunci, kencur.

8.  Permeabilitas, Infiltrasi, Drainase, Aerasi

Page 9: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 9/15

  Permeabilitas, Infiltrasi dan drainase merupakan istilah yang hampir sama yaitu

berfungsi sebagai pembuangan air tetapi secara harfiah ketiga nya berbeda berlangsungnya

proses kejadian tersebut. Infiltrasi merupakan perembesan air hujan dari udara masuk 

kedalam tanah melalui permukaan tanah. Proses infiltrasi dilanjutkan dengan permeabilitas

yaitu dalam bentuk aliran air sepanjang profil tanah. Sedangkan drainase merupakan

pembuangan air baik dalam bentuk aliran permukaan atau peresapan kedalam tanah.Selanjutnya aerasi adalah pembuangan air didalam tanah yang berganti secara terus menerus

dengan udara untuk menciptakan sirkulasi kondisi an aerob menjadi aerob dan sebaliknya

didalam tanah agar pertumbuhan mikroorganisme dan memberi kesempatan bernafas bagi

perkaran tanaman.

Permeabilitas di waduk Sermo berkisar antara cepat sampai lambat dan sebagian

besar agak cepat (Tabel). Permeabilitas berkaitan dengan kandungan tekstur, struktur dan

kandungan jenis batuan. Pada tekstur kasar permeabilitas cenderung cepat sebaliknya jika

tekstur halus maka permeabilitas lambat. Sedangkan struktur tanah yang berbentuk kubus

atau tiang dengan perkembangan mantap dan berukuran lebih besar maka permeabilitas lebih

cepat dibandingkan struktur tanah yang kecil atau lempengan. Begitu juga banyak batuan

yang belum melapuk dan merupakan daerah kedap air maka akan berakibat permeabilitaslambat.

Infiltrasi di Sermo tidak berbeda jauh dengan kondisi permeabilitas yaitu rata-rata

infiltrasi gak lambat yaitu berkisar antara agak cepat sampai lambat. Permukaan tanah yang

kurang penutupan lahan , jarang diolah, struktur kecil, tekstur halus cenderung memiliki

infiltrasi kearah lambat. Hal tersebut disebabkan karena kondisi pori-pori permukaan tanah

rusak tertutup oleh percikan partikel tanah karena kekuatan energi kinetis air hujan.

Drainase relatif baik, hampir tidak ada daerah yang tergenang atau lembab terus,

kecuali pada daerah sekitar green belt, selain masalah tanah dangkal juga ada faktor

penghambat tanah yaitu kelembabab tanah (w = wetness). Dengan demikian kondisi aerasi

tanah cukup baik bagi pertumbuhan tanaman dan perkembangan mikroorganisme.

B. POTENSI LAHAN 

1.  Tingkat Erosi

Erosi di sekitar waduk Sermo selain erosi permukaan kebanyakan didominasi

masalah erosi yang lebih serius dan lebih berat yaitu berupa erosi longsoran. Erosi longsoran

tersebut dapat berupa erosi jatuhan (fall), erosi longsoran (landslide) dan erosi luncuran

(slump). Erosi jatuhan yang terjadi pada daerah yang relatif terjal atau jurang dalam bentuk 

gerakan kebawah sangat cepat dari masa tanah atau batuan yang sebagian besar lewat udara

dalam wujud terjun bebas. Sedangkan erosi yang banyak ditemui di sekitar Sub DAS

Ngrancah adalah erosi longsoran yaitu merupakan beberapa tanah atau batuan yang bergeser

secara cepat sejajar dengan permukaan bumi pada daerah yang kurnag mantap agregat

struktur tanahnya. Hanya sedikit sekali erosi dalam bentuk luncuran yaitu berputar darisebagian masa tanah yang terangkut kearah mundur karena pengaruh aliran air dan grafitasi

bumi.

Page 10: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 10/15

  sebagian besar tingkat erosi di desa Hargotirto adalah erosi sedang yaitu hanya

sebagian tanah yang tererosi dan masih meninggalkan solum tanah yang masih cukup dalam.

sedangkan di desa Hargowilis yang relatif datar pada daerah dekat genangan waduk sebagian

besar tidak ada erosi permukaan, hanya pada daerah tertentu khususnya yang dekat dengan

waduk atau pada kawasan green belt merupakan erosi berat, karena sudah banyak tanah yang

hilang dan sudah nampak regolit atau bahan induknya.

2.  Kepekaan Tanah Tererosi

Erodibilitas tanah atau kepekaan tanah terhadap erosi (nilai K) adalah merupakan

kemudahan tanah tererosi akibat adanya curah hujan, lahan gundul, dan kemiringan serta

panjang lereng tertentu. Nilai K tersebut dipengaruhi oleh perbedaan kandungan tekstur

tanah, bentuk dan kemantapan struktur, daya infiltrasi dan laju permeabilitas tanah dan

kandungan bahan organik.

Tabel....Nilai K berkisar kurang dari 0,1 (sangat rendah) sampai > 0,56 (sangat

tinggi). Semakin tinggi nilai K maka semakin mudah pula tanah tererosi, seperti halnya nilai

kepekaan tanah tererosi di sermo berkisar antara 0,11 (rendah) sampai 0,64 (tinggi). Nilai K

yang rendah kemungkinan hanya potensi untuk terjadinya erosi permukaan yaitu pada daerahbertekstur tanah kasar, struktur mantap, daya infiltrasi dan laju permeabilitas cepat, dan

cukup kandungan bahan organik. Sebaliknya nilai K yang tinggi dengan kondisi tanah

mudah tererosi berat dengan jenis erosi jurang atau erosi longsoran kemungkinan akibat

kandungan tekstur halus, struktur lemah, permeabilitas lambat, dan kandungan bahan organik 

rendah.

Tabel... menunjukkan bahwa rata-rata kepekaan tanah terhadap erosi di daerah Sermo

dan sekitarnya pada kategori agak tinggi (0,34), sehingga permasalahan di lokasi tidak 

sekedar erosi permukaan saja tapi ada erosi yang jauh lebih berat yaitu erosi alur, erosi

  jurang, dan erosi longsoran. Adapun upaya penanggulangan untuk menurunkan erosi

tersebut selain membuat kondisi sifat fisik tanah semakin baik juga dilakukan upaya

konservasi tanah antara lain : pembuatan teras, pembuatan saluran pembuangan air,penanaman rumput tampingan. Begitu juga jika dimungkinkan kombinasi antara tanaman

permanen dengan bronjong kawat atau bangunan permanen pada tebing jalan yang

berpotensi terjadinya erosi longsoran.

3.  Batas Toleransi Erosi

Nilai T atau batas erosi yang diperbolehkan pada sebidang tanah tergantung dari

kedalaman tanah efektif, unsur harapan hidup, dan juga kepekaan tanah terhadap erosi.

walaupun nilai K cukup tinggi di Sermo artinya tanah mudah tererosi, namun nilai T nya

  juga tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tanah boleh tererosi jauh lebih banyak dari

yang sekedar diperhitungkan hanya erosi permukaan. Misalnya dari ketiga metode yang

dikemukakan Hammer (1981), Axhlil (1982) dan Wood dan dent (1983) menunjukkankecenderungan yang sama untuk lokasi yang sama, perbedaan hanya pada angka batas

ambang. pada perhitungan dengan Achlil nilai T jauh lebih tinggi yaitu berkisar antara 12,27

sampai 34,25 mm/th. Sehingga kalau diambil rata-rata per bulan pada 6 bulan waktu musim

penghujan erosi yang diperbolehkan per tahunnya berkisar antara 2 - 6 mm/bulan atau 24

ton/bl/th sampai 72 ton/bl/th.

Page 11: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 11/15

Page 12: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 12/15

  Desa Hargotirto tingkat kesuburan tanah relatif baik pada kategori sedang atau subur.

Namun demikina mengingat lahan di desa Hargotirto kebanyakan memiliki kemiringan

lereng yang miring atau terjal, maka perlu dilakukan pencegahan untuk menjaga pengawetan

tanah. Konservasi tanah yang sudah dilakukan di lapangan berupan pembuatan teras bangku

atau gulud, sedangkan yang masih harus dikembangkan adalah penanaman rumput pada

tampingan teras dan pemantap struktur tanah dengan bahan organik. Untuk kegiatan tersebutperlu didatangkan tarnak besar sebagai suplay bahan organik bagi tanah dan ketersediaan

hara mikro bagi tanaman serta memperbaiki aerasi tanah.

6.  Penggunaan Lahan

Penyebaran penggunaan lahan di desa Hargotirto populasinya lebih banyak 

dibandingkan dengan di desa Hargowilis yang sebagian besar sudah tergenang sebagai lokasi

genangan waduk sermo. Dari data profil desa dapat dilihat bahwa populasi tanaman

berurutan dari yang terluas arealnya adalah : kelapa, kakao, cengkeh, hutan rakyat, kopi, dan

hutan lindung.

Sebagian besar kelapa selain diambil buah kelapanya juga dideres untuk pembuatan

gula aren (gula jawa) yang mudah sekali pemasarannya baik di tingkat kecamatan maupun dikabupaten Wates, Kulon Progo. Penderesan dilakukan dua kali sehari pagidan sore, jika

terlambat maka manggarnya tidak bisa dideres lagi.

Lahan milik petani sebagian besar dalam bentuk pekarangan atau kebun campuran,

dan hanya sedikit sekali yang diusahakan untuk tanaman monokultur atau agroforestry.

Begitu juga lahan petani pada daerah green belt masih diusahakan untuk tanaman campuran

disamping ada juga mengusahakan untuk tegalan maupun persawahan. Seharusnya 25 m

lebar green belt dibebaskan untuk penanaman tanaman keras atau tanaman buah-buahan yang

tanpa menebangi pohonnya dan dapat berfungsi untuk mempertahankan perakaran tanaman

dan penutup tajuk. sehingga dapat dicegah terjadinya erosi, abrasi atau longsoran tanah pada

tepian waduk.

Hutan lindung yang tidak seberapa luas di desa Hargowilis (2,6 ha) oleh DinasKehutanan direncanakan untuk pengembangan wisata dengan penanaman berbagai jenis

tanaman langka kehutanan (Arboretrum). Sedangkan hutan rakyat biasanya ditanam pada

lahan-lahan miring dan tanah kurang stabil tetapi kedalaman tanahnya masih cukup dalam.

7.  Kemampuan Penggunaan Lahan

Kelas kemampuan penggunaan lahan di waduk Sermo relatif kurang baik untuk 

budidaya pertanian yaitu antara kelas VI sampai VII. Dimana pada kelas tersebut hanya

layak untuk diusahkan tanaman keras atau tanaman kehutanan dalam bentuk kebun campuran

atau agroforestry. Hal tersebut dilakukan mengingat lahan relatif curam perlu diupayakan

pengawetan tanah dengan cara meningkatkan canopy penutupan tanah oleh tajuk tanaman

untuk mengurangi energi kinetik air hujan yang jatuh supaya tidak langsung mengenai tanah.walaupuun jika dilihat dari solum masih memungkinkan untuk tanaman budidaya pertanian

(semusim) tapi kalau dilihat tingkat kemantapan struktur yang rendah dan lahan yang miring

maka akan berakibat seius dimasa mendatang jika banyak tanah yang tererosi atau terjadi

longsoran. Sehingga dari sub Kelas KPL dapat dilihat bahwa sebagian besar yang menjadi

faktor penghambat adalah erosi dan gradien lahan.

Page 13: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 13/15

  Pengembangan pengelolaan lahan yang baik perlu memeperhatikan kelas KPL jika

lahan memiliki kelas kurang dari IV maka dimungkinkan untuk tanaman pertanian,

sedangkan jika sudah lebih dari IV maka sebaiknya untuk tanaman keras atau permanen.

Selanjutnya untuk kelas VIII hanya untuk daerah lindung baik di daerah yang terjal diatas

maupun diderah bawah green belt. Disamping faktor penghambat juga diperhatikan untuk 

mengupayakan pencegahan sedini mungkin daerah-daerah yang berpotensi timbulnya erosi,banjir, atau tanah yang kurang subur.

C. IKLIM (Curah Hujan)

Hujan merupakan satu-satunya input air yang masuk pada suatu DAS yang selkanjutnya

air tersebut disimpan, dialirkan, atau diuapkan dalambentuk evaporasi dan transpirasi.

Pengukuran curah hujan dilakukan dengan penakar hujan manual (Ombrometer) atau/dan

otomatis (Automatic Rainfall Recorder). Penakar hujan otomatis selain mencatat data hujan

harian juga intensitasnya. Pengamatan hujan manual dilakukan oleh BTPDAS Solo, sedangkan

data otomatis dikerjakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Data Hujan yang telah tersedia

dari bulan Januari 1995 sampai Februari 1997 disajikan pada Tabel....

Tabel... menunjukkan bahwa hujan dimulai pada bulan Oktober dicapai puncak hujanpada bulan November dan diikuti puncak kedua pada bulan Februari yang lebih rendah. Untuk 

lebih jelasnya dapt dilihat juga pada grafik.... yang menunjukkan fluktuasi hujan pada musim

hujan dari bulan Oktober sampai April. Puncak hujan tertinggi dicapai pada ketinggian 159 mm

yaitu terjadi pada tanggal 2 desember 1995, sedangkan untuk tahun 1996 puncak hujan terjadi

pada tanggal 11 Desember dengan puncak ketinggian 79,9 mm.

Total hujan setahun pada tahun 1996 1490 mm, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang

mencapai 1788 mm. Sedangkan jumlah hari hujan lebih sering yaitu 126 hari hujan dari pada

tahun 1995 yang hanya 111 hari hujan, sehingga rata-rata hujan harian tahun 1996 jauh lebih

rendah (11,8 mm) dari tahun 1995 setinggi 25,1 mm.

Dari data hujan harian yang terkumpul pada setiap bulanan untuk dua tahun pengamatan

dapat diambil kesimpulan yang sama, bahwa musim hujan berlangsung selama 6 bulan yaitu daribulan Oktober sampai bulan Maret, sebaliknya berlaku sebagai musim kemarau. Curah hujan

harian maksimum sama-sama terkjadi pada bulan Desember, sehingga dsapat diduga bahwa di

daerah waduk Sermo dan sekitarnya memiliki curah hujan yang tinggi selama 6 bulan dan

berpotensi menimbulkan erosi. Khususnya pada erosi longsoran karena didukung oleh kondisi

lahan yang kurang menguntungkan yaitu tekstru liat, struktur kurang mantap, bahan organik 

rendah, dan ketebalan tanah yang cukup.

D. SOSIAL EKONOMI DESA (Pemilikan Lahan)

Pemilikan lahan petani berkisar antara 0,1 hektar sampai 6 hektar, yang sebagian besar

memiliki ladang antara 0,6 sampai 1,0 hektar pada kategori sedang. desa Hargotirto pada luas

pemilikan lahan tersebut berjumlah 839 orang, sementara untuk desa Hargowilis lebihn sedikityaitu sebanyak 429 orang. Pemilikan lahan berlebih antara 6 - 8 hektar ada 3 orang di desa

Hargotirto, sedangkan di Hargowilis tidak ada.

Page 14: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 14/15

Pada pemilikan lahan yang sempit petani mengusahkan seintensif mungkin dan bervariasi

  jenis tanaman (diversifikasi) dalam bentuk kebun campuran atau kalau tidak ditanami tanaman

semusim yang dapat dipetik setahun dua kali. sedangkan petani dengan ldanag yang relatif luas

biasa mengusahakan untuk tanaman perkebunan berupa cengkeh, kakao, atau mete; sedangkan

tanaman pekaranagan berupa kelapa, mlinjo, dan tanaman kehutanan berupa gamal, sengon dan

sungkai.

V. KESIMPULAN

1.  Tanah di waduk Sermo peka terhadap erosi yang ditunjukkan dari nilai K tinggi, disamping

itu juga batas tanah yang boleh tererosi juga tingggi, sehingga besarnya erosi belum dianggap

serius bagi pemerosotan tingkat kesuburan tanah.

2.  Masalah menonjol di Sermo adalah erosi longsoran pada semua kawasan sekitar waduk, yang

merupakan masalah serius yang perlu segera ditangani, karena dampaknya terhadap

pendangkalan waduk behitu cepat dan drastis, kerusakan badan jalan, kerusakan lahanpertanian, dan penyumbatan saluran air.

3.  Penanganan permasalahan longsoran dapat dilakukan dengan, antara lain ;

•  memantapkan agregat tanah dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang.

•  penanaman tanaman penguat tebing jalan, tampingan dengan tanaman keras

permanen atau rumput-rumputan

•  pemasangan bronjong kawat pada daerah yang tidak memungkinkan untuk ditanamai

karena solum tanah yang terlalu dangkal atau tidak ada tanah sama sekali

•  pemasangan bangunan permanen dari batu dan semen.

4.  Permasalahan kawasan green belt yang sebagian tanah belum dibebaskan dan masih

merupakan milik petani sebaiknya segera diberikan penyuluhan dan pengertian untuk 

mengusahakan tanaman permanen berupa tanaman kehutanan atau buah-buahan.5.  Waduk Sermo yang relatif di daerah cekungan bawah dengan pandangan yang luas dan bebas

serta DAS yang tidak terlalu luas dengan 5 anak sungai cabang dengan pola aliran Dendritik 

dengan permasalahan yang berbeda pada masing-masing cabang sungai merupakan daerah

yang strategis untuk pengembangan miniatur DAS sebagai lokasi penelitian dan wisata bagi

pengelolaan dan pengembangan DAS secara intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Desa Hargowilis, 1996. Potensi Desa dalam Bentuk Profil Desa Hargowilis, Gambaran KondisiBiofisik dan Sosial Ekonomi Desa serta Fasilitas Infrastruktur. Desa Hargowilis, Kec.

Kokap, Kab. Kulonporgo, Wates, DIY.

Desa Hargotirto, 1996. Potensi Desa dalam Bentuk Profil Desa Hargotirto, Gambaran KondisiBiofisik dan Sosial Ekonomi Desa serta Fasilitas Infrastruktur. Desa Hargotirto, Kec.Kokap, Kab. Kulonporgo, Wates, DIY.

Page 15: I03 Beny Dkk Waduk SERMO

8/14/2019 I03 Beny Dkk Waduk SERMO

http://slidepdf.com/reader/full/i03-beny-dkk-waduk-sermo 15/15

Sir M. Macdonald and Partuers Limited, 1980. Sermo and Sambiroto Dames Fesibility Study,Kali Progo Irigation Project. Proyek Induk Irigasi dengan Bantuan Bank Dunia, Rpublicof Indonesia, Ministry of Publics Works, Directorate General of Watesa ResourcesDevelopment.