i studi risiko kejadian kecelakaan kerja di divisi plant

101

Click here to load reader

Upload: phamkhanh

Post on 31-Dec-2016

287 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

i

STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK

TAHUN 2008 – 2009

SKRIPSI

OLEH:

ANDI SULAEMAN

106101003307

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 3: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, 17 Desember 2010

Andi Sulaeman, NIM : 106101003307

Studi Faktor Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Plant Division

PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010

(xiv + 84 halaman, 10 tabel, 9 gambar, 3 lampiran)

Abstrak Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang menimbulkan kerugian

pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi

ambang batas tubuh atau struktur. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan kerugian materi

namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Menurut data

Jamsostek, kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 93.823 kasus. PT.

Indocement Tunggal Prakasa Tbk merupakan salah satu perusahaan semen besar di Indonesia,

berdasarkan data yang diperoleh kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk

tercatat ada 108 kasus pada tahun 2008 dan 93 kasus pada tahun 2009, kecelakaan tertinggi

terdapat pada Plant Division yaitu 56 kasus pada tahun 2008 dan 66 kasus pada tahun 2009.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Case Control dan

menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Populasi pekerja yang ada di bagian produksi

1072 orang, sampel penelitian sebanyak 120 orang yang terdiri dari dua kelompok yaitu untuk

kelompok kasus 24 orang dan kelompok kontrol 96 orang. Uji statistik menggunakan Chi

Square untuk melihat adanya hubungan dan seberapa besar risiko antara kedua variabel .Yaitu

variabel umur, masa kerja, Shift kerja, dan kebisingan dihubungkan dengan kecelakaan kerja

pada pekerja di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa yang dilaksanakan pada bulan

juli – desember 2010.

Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa dari 120 responden sebanyak 24 (20%)

responden pernah mengalami kecelakaan dan 96 (80%) responden tidak pernah mengalami

kecelakaan. Dari hasil uji statistik bivariat didapatkan ada hubungan antara umur dengan

kecelakaan kerja dan OR sebesar 4,709, terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan

kerja dan OR sebesar 4,886, terdapat hubungan antara Shift kerja dengan kecelakaan.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dilingkungan PT. Indocement Tunggal Prakasa

khususnya di Plant division sebaiknya pihak perusahaan meningkatkan pengetahuan pekerja

dengan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang berumur muda dan yang bermasa kerja baru

tentang prosedur kerja yang baik dan aman, Mengadakan safety talk sebelum bekerja,

meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara group shift, mengatur waktu istirahat

pekerja, membuat program reward and punishment pada pekerja agar pekerja termotivasi untuk

semangat bekerja dan lebih patuh terhadap peraturan dan SOP.

Daftar bacaan : (1987 - 2009)

Page 4: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

iii

FACULITY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, 17 Desember 2010

Andi Sulaeman, NIM:106101003307

The Study Of Risk Factors For Work Accident At Plant Division PT. Indocement Tunggal

Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010

(xiv + 84 pages, 10 tables, 9 graphic 3 Attachments)

The accident is an unplanned event that causes harm to humans and property as a result

of contact with a source of energy that exceed the threshold of the body or structure. Accidents

not only cause loss of material but more than that is the emergence of casualties who are not few

in number. According to Social Security data, cases of occupational accidents in Indonesia in

2008 as many as 93,823 cases. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is one of the major cement

companies in Indonesia, based on accident data obtained in PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk there were 108 cases recorded in 2008 and 93 cases in 2009, the highest accident contained

in the Plant Division of the 56 cases in 2008 and 66 cases in 2009.

This study is a quantitative research design with Case Control. Workers population that is

in the production of 1072 people, over 120 study sample consisting of two groups, namely for

the case group and control group of 24 people 96 people. Statistical tests using Chi Square to see

the relationship and how much risk between the two variables. That is the variable age, years of

work, Shift work, and noise associated with occupational injuries to workers in Plant Division

PT. Indocement Tunggal Prakarsa in July - December 2010.

The studies result showed that of the 120 respondents were 24 (20%) of respondents have

ever had accident and 96 (80%) of respondents have never had an accident. From the results of

bivariate statistical tests found no relationship between age with occupational injuries and OR of

4.709, there is a relationship between the period of employment with workplace accidents and

OR of 4.886, there is a relationship between shift work by accident.

To prevent accident within the PT Indocement Tunggal Prakasa specially in plant

division should the company improve knowledge workers with training to workers that young

and the new worker, procedures and safe work well, conduct safety talk before work, improve

coordination and communication between group shifts, arrange time off workers, maaking the

program reward and punishment to workers that workers are motivated to work and spirit of

better adherence to regulation the Standar Operational Prosedure.

Reading list: (1987 - 2009)

Page 5: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA

TAHUN 2008-2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2010

Mengetahui,

Page 6: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Desember 2012

Page 7: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andi Sulaeman

TTL : Jakarta, 27 September 1986

Alamat : Jl. Karyawan III No. 83 Rt.02/05 Karang tengah, Ciledug - Tangerang

Agama : Islam

Gol. Darah : O

No. Telp : 085781238547

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun

1993 – 1999 SD 05 Kedoya Selatan

1999– 2002 SMP N I91 Duri Kepa Jakarta Barat

2002– 2005 SMAN 112 Jakarta Barat

2006 – 2010 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI

Periode

2010-2011 : Staff Administrasi Komisi Penanggulangan AIDS Tangsel.

2008-2009 : Koordinator Divisi Advokasi Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat Indonesia (ISMKMI)

2008-2009 : Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 8: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

vii

KATA PENGANTAR

ته كا بر و هلل ا ورحمة عليكم م اسال

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas Ridho-Nya lah kini penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan judul “Studi Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Divisi Plant

Pt. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Tahun 2008 - 2009”

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah

Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya untuk senantiasa di jalan yang diridhoi

Allah SWT.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan,

bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang yang tanpa bantuannya penulis belum tentu

bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan rasa hormat dan ucapan terimakasih

sebanyak- banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang setiap waktu mendoakan penulis dan kepada kk2 ku, mpok

yeni, mpok nung, mpok sinta dan mpok lisa, terima kasih banyak atas dukungan dan do’a

nya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang juga selaku pembimbing kedua skripsi penulis.

4. Ibu iting shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan K3 FKIK Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing 1 penulis.

5. Seluruh tim penguji sidang skripsi : bu Riastuti Kusumawardani dan pak Ruly yang telah

berbaik hati menguji sekaligus membimbing dan memberikan masukan serta sarannya

kepada peneliti.

6. Terima kasih kepada umi ku atas motivasi dan kasih sayang nya, serta bantuan nya

sehingga skripsi ini bisa selesai.

Page 9: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

viii

7. Bapak Ponco Wibowo atas bimbingannya selama penelitian di PT Indocement.

8. Teman-teman seperjuangan sekosan (topik, rawar, ozi, adit, yunus, noval, ali, dauly, iban,

tri, zaenal)

9. Rekan-rekan angkatan 3G, semoga kita sama-sama dapat menjadi orang yang sukses.

Terakhir dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga semua amal kebaikan

semua pihak yang telah mendukung dan berbaik hati kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dan

semoga skripsi ini dapat menambah khazanah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca

umumnya, Amiin…

ته كا بر و هلل ا ورحمة عليكم م لسال ا و

Jakarta, Desember 2010

Penulis

Page 10: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................

ABSTRAKSI ..................................................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...............................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 9

1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10

1.5.1 Bagi Perusahaan ....................................................................... 10

1.5.2 Bagi Pekerja ............................................................................. 10

1.5.3 Bagi Peneliti ............................................................................. 10

1.5.4 Bagi Program studi kesehatan masyarakat .............................. 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 10

Page 11: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Akibat Kerja ..................................................................... 12

2.1.1 Definisi Kecelakaan Akibat Kerja ........................................... 12

2.1.2 Model Teori Kecelakaan Kerja ................................................ 13

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ................................................... 22

2.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .......................................... 24

2.3.1 Umur ........................................................................................ 24

2.3.2 Jenis Kelamin ........................................................................... 25

2.3.3 Masa Kerja ............................................................................... 26

2.3.4 Unit Pekerjaan .......................................................................... 26

2.3.5 Shift Kerja ................................................................................ 27

2.3.6 Kelelahan Kerja ....................................................................... 28

2.3.7 Kebisingan ............................................................................... 28

2.3.7.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan .................................. 30

2.3.7.2 Pengukuran Kebisingan .............................................. 32

2.3.8 Pencahayaan ............................................................................. 36

2.3.9 Fakotor Kimia .......................................................................... 37

2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................. 38

2.5 Kerangka Teori .................................................................................... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 43

3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 44

3.3 Hipotesis .............................................................................................. 45

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 47

4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 47

4.4 Pengumpulan Data ............................................................................... 48

4.4.1 Kecelakaan Kerja ....................................................................... 48

4.4.2 Tingkat Kebisingan .................................................................... 48

4.4.2 Data Umue, Shift Kerja, dan masa Kerja ................................... 48

Page 12: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

xi

4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................ 48

4.6 Pengolahan Data .................................................................................. 49

4.7 Analisis Data ........................................................................................ 50

4.7.1 Analisis Univariat ...................................................................... 50

4.7.2 Analisis Bivariat.......................................................................... 50

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ................... 53

5.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ....... 53

5.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa 54

5.1.3 Struktur Ogranisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa .............. 55

5.1.4 Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa ........ 55

5.1. 5 Sistem manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa .............. 57

5.1. 6 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... 57

5.2 Gambaran Umum Plant Division......................................................... 58

5.2.1 Gambaran Umum Ketenaga Kerjaan di Plant Divisiom ............. 58

5.1.1 Gambaran Prosen Produksi Semen ............................................. 60

5.3 Gambaran Kecelakaan Kerja pada Pekerja Divisi Plant ...................... 63

5.4 Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja pada Pekerja

Divisi Plant........................................................................................... 65

5.4.1 Gambaran Umur Kerja pada Pekerja Divisi Plant ...................... 65

5.4.2 Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Divisi Plant ....................... 65

5.4.3 Gambaran Shift Kerja pada Pekerja Divisi Plant ........................ 65

5.5 Gambaran Tingkat Kebisingan pada Pekerja Divisi Plant ................... 66

5.6 Hubungan karakteristik pekerja dengan kecelakaan Kerja pada pekerja

di dicisi plant ........................................................................................ 67

5.6.1 Hubungan umur dengan kecelakaan kerja .................................. 67

5.6.2 Hubungan masa kerja dengan kecelakaan kerja ........................ 68

5.6.3 Hubungan shift kerja dengan kecelakaan kerja ......................... 69

5.7 Hubungan kebisingan dengan kecelakaan kerja .................................... 70

Page 13: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

xii

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71

6.2 Kecelakaan Kerja ................................................................................. 71

6.3 Hubungan antara Umur dengan kecelakaan kerja ............................... 72

6.4 Hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja ........................ 74

6.5 Hubungan antara Shift dengan kecelakaan kerja ................................. 76

6.6 Hubungan antara Kebisingan dengan kecelakaan kerja ....................... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 80

7.2 Saran .................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1.1 Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ..... 5

2.1 NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 Tahun 1999 .. 31

4.1 Tabel silang kasus kontrol dilihat dari faktor risiko ..................... 51

5.1 Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk .... 56

5.2 Jumlah Tenaga KerjaKerja Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakasa

Tbk Tahun 2010 ............................................................................ 58

5.3 Distribusi Frekuensi Kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ....................................... 63

5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ....................................... 64

5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebisingan di divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 ....................................... 64

5.6 Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan kerja di

divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 67

5.7 Tabulasi Silang Antara kebisingan dengan Kecelakaan kerja di divisi plant

PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 70

Page 15: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Bagan konsep model epidemiologi ............................................... 19

2.2 Loss Causation Model Bird Germain ........................................... 21

2.3 Kerangka Teori ............................................................................. 42

3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 43

4.1 diagaram Case Control Study ....................................................... 46

5.1 Logo PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk ............................... 54

5.2 Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk......... 55

5.3 Sistem rotasi Shift Kerja ............................................................... 59

5.4 Proses Produksi Semen di PT. Indocemen Tunggal Prakasa Tbk... 62

Page 16: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan yang

menimbulkan kerugian pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak

dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur

(Depnaker, 1998). Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah

kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena

dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur

perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan

sampai skala paling berat.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi

kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban

jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini

merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya

sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Kerugian langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah

biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung

yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen

Page 17: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

2

keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu

kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar.

Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang

kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980

kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar.

Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia

industri di Amerika. Di Indonesia, jumlah kejadian kecelakaan kerja tidak

memiliki angka yang pasti. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang tidak

bersedia untuk menyampaikan kerugian materil yang diderita dari kecelakaan

yang terjadi. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)

memperkirakan kerugian tidak langsung yang menimpa dunia usaha akibat

lemahnya penerapan K3 di tempat kerja mencapai RP.750 milyar/tahun (Husna,

2007).

Berdasarkan data, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja

membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang

dunia. Riset yang dilakukan International Labour Organization (ILO)

menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara

dengan 1 orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat kecelakaan

kerja atau penyakit akibat kerja. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja

telah menewaskan 350.000 orang (Suardi, 2005). Berdasarkan data Jamsostek,

kasus kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 93.823 orang, dengan jumlah sembuh

85.090, sedangkan cacat total 44 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang

Page 18: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

3

meninggal karena kecelakaan kerja meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pekerja

yang meninggal karena kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 2,124 orang, pada

2007 sebanyak 1.883, dan pada 2006 sebanyak 1.597 orang (Majalah KATIGA,

2008).

Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990)

fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis

kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit

kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan

biologi. Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan

hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan

kesalahan manusia, kesalahan manusia tersebut terjadi karena berada dalam

situasi seperti overload (beban yang berlebihan), tanggapan yang salah oleh

seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar

terhadap apa yang ia tujukan serta aktivitas yang tidak semestinya dilakukan. Bird

dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh

serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss

Causation Model yang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic

Causes:(penyebab dasar),. Immediate Cause (penyebab langsung).

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang

telah disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja

bagian produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Romy (2006)

terhadap pekerja di bagian produksi PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang

Page 19: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

4

terdapat hubungan antara umur dan unit kerja dengan kejadian kecelakaan

kerja,.Hasil penelitian yang dilakukan Kadarwati (2002) terhadap pekerja di

bagian produksi PT. Luxindo Nusantara terdapat hubungan antara masa kerja

dengan kejadian kecelakaan kerja.Hasil penelitian yang dilakukan Sukamto

(2004) di perusahaan yang bergerak dalam pertambangan menunjukan adanya

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja. Hasil penelitian

yang dilakukan Jawawi (2008) ) terhadap pekerja di bagian produksi PT HOK

TONG terdapat hubungan antara shift kerja dan beban kerja dengan kejadian

kecelakaan kerja

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, berdiri pertama kali pada tahun 1973,

dan memulai kegiatannya dalam usaha pembuatan semen pada tahun 1975. PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 12 pabrik atau plant yang tersebar

ditiga lokasi yaitu 9 pabrik (plant 1-plant 8 dan plant 11 ) dengan luas area 200

Ha yang berlokasi di Citeureup-Bogor, 2 pabrik (plant 9-plant 10) dengan luas

area 37 Ha yang berlokasi di Palimanan – Cirebon, serta 1 pabrik (plant 12)

dengan luas area 71 Ha di Tarjun-Kalimantan Selatan. Pada pabriknya yang

terletak di Citeureup Bogor, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

mempekerjakan lebih dari 3.057 pekerja. Sebagai salah satu industri semen

terbesar di Indonesia dengan jumlah pekerja yang besar kecelakaan kerja di PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk belum dapat dihindarkan, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat di tabel 1.1.

Page 20: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

5

Tabel 1.1

Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Tahun 2008-2009

Tahun

Kecelakaan Hari kerja

yang hilang

Freq

Rate

Sev

Rate Fatal Cidera

ringan Berat

2008 - 94 14 105 1.7 12.6

2009 2 77 14 12.158 2.1 1582.8

Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Dari tabel di atas dapat di lihat kasus kecelakaan kerja di Indocement pada

tahun 2008 tercatat 108 kasus dengan Frequency Rate (FR) 1,7 dan Severity Rate

(SR)12,6 . Pada tahun 2009 angka kecelakaan kerja menjadi 93 kasus dengan nilai

Frequency Rate (FR) 2,1 dan Severity Rate (SR) 1582,8. Jika dilihat dari data

diatas walaupun jumlah kecelakaan turun namun jumlah jam kerja yang hilang

tinggi sehingga mempengaruhi nilai FR dan SR yang mengalami peningkatan

pada tahun 2009. Padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan lagi

(zero accident ) sehingga nilai FR dan SR menurun dan perusahaan terhindar dari

kerugian.

Kecelakaan kerja diatas tersebar di setiap divisi-divisi yang terdiri dari

GMO, Mining, Utility, PBD, TSD, GECD, QARD, HR&GAD, SSCD, PFAD,

Page 21: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

6

HTC, AFR, QSM, Plant.di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.1

Grafik 1.1

Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Divisi PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk

Tahun 2008-2009

Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Berdasarkan grafik 1.1 kecelakaan tertinggi terjadi di divisi Plant yang

bila di gabung dari 9 plant kecelakaan pada tahun 2008 ada 56 kasus dan pada

tahun 2009 menjadi 60 kasus, sedangkan yang paling rendah bahkan hampir tidak

ada kecelakaan yaitu divisi GMo, GECD, PFAD, Logistic, HTC, AFR, dan QSM.

5

10

15

20

GM

O

Pla

nt

1/2

Pla

nt

3/4

Pla

nt

5

Pla

nt

6

Pla

nt

7/8

Pla

nt

11

Min

ing

Uti

lity

P.B

.D

T.S.

D

G.E

.D.C

Sup

ply

Q.A

.R.D

HR

dan

GA

D

S.S.

C.D

P.F

.A.D

CH

RD

Logi

stic

H.T

.C

A.F

.R

Q.S

.M

2008 2009

Page 22: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

7

Plant merupakan tempat pengolahan bahan baku sampai menjadi semen

yang siap dipasarkan, di dalamnya terdapat tiga departemen yaitu Produksi,

Electric, dan mechanical. Di departmen produksi dibagi lagi menjadi beberapa

section yaitu raw mill, burning, finish mill, coal mill, dan packing. Di departemen

Electric di bagi menjadi dua section yaitu maintenance dan instrument. Adapun

untuk department mechanical dibagi menjadi dua section juga yaitu RM & Kiln

dan FM & PH.

Dari data di atas Plant merupakan divisi yang memiliki kasus tertinggi di

banding divisi lain dan cenderung meningkat, hal ini sangat merugikan bagi

perusahaan maupun pekerja karena akibat kecelakaan selain mengganggu proses

produksi, perusahaan juga harus menanggung biaya kecelakaan pekerja dan untuk

pekerja dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Melihat masih tingginya

kasus kecelakaan pada tahun 2008-2009 khususnya di divisi Plant yang dapat

menimbulkan banyak kerugian bagi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dari

hal tersebut, peneliti ingin meneliti tentang faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk.

1.2. Rumusan Permasalahan

Terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan dapat menyebabkan

kelambatan atau terhambatnya produksi yang berarti kerugian bagi perusahaan.

Begitu pula halnya dengan kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2008 – 2009 mengalami penurunan dari 108 kasus

Page 23: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

8

menjadi 93 kasus pada tahun 2009, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7

menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari 105

menjadi 12.158. Pada plant division memiliki kasus tertinggi dibanding divisi lain

pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan pada tahun 2009 meningkat

menjadi 60 kasus, padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan

kerja lagi (zero accident). Tingginya kasus kecelakaan kerja selama dua tahun

terakhir tentunya membawa dampak kerugian baik bagi pekerja maupun bagi

perusahaan.

Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, anntara lain faktor

pekerja, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan (Colling, 1990). Berdasarkan hal

tersebut peneliti ingin meneliti tentang Faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

pada tahun 2008 – 2009.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ?

2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan pada

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ?

3. Apakah umur merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi

Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 – 2009 ?

Page 24: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

9

4. Apakah masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009 ?

5. Apakah shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ?

6. Apakah kebisingan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ?

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2008-2009.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, shift kerja kebisingan pada divisi

Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

3. Diketahuinya risiko antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

4. Diketahuinya risiko antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

Page 25: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

10

5. Diketahuinya risiko shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi

Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

6. Diketahuinya risiko antara kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja pada

divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Perusahaan

Dengan diketahuinya faktor risiko yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat melakukan upaya pencegahan dan

pengendalian terhadap faktor risiko yang paling banyak menyebabkan

kecelakaan kerja tersebut, agar tenaga kerja terhindar dari kecelakaan.

1.5.2. Manfaat Bagi pekerja

Dengan mengetahui faktor risiko yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan maka pekerja dapat lebih memahami hal-hal yang dapat mereka

lakukan agar terhindar dari kecelakaan kerja.

1.5.3. Manfaat bagi Peneliti

Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah,

khususnya masalah faktor risiko kejadian kecelakaan kerja.

1.5.4 Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Page 26: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

11

Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja, khususnya faktor risiko kecelakaan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. Sasaran penelitian adalah pekerja

yang ada diarea Plant dengan jumlah sampel 120 orang. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2010 oleh mahasiswa jurusan

kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun lokasinya

pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Hal ini dilakukan karena Kasus kecelakaan kerja di Indocement pada

tahun 2008 tercatat sebanyak 108 kasus. Pada tahun 2009 angka kecelakaan

kerja menurun menjadi 93 kasus, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7

menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari

105 menjadi 12158. Pada divisi Plant memiliki kasus tertinggi dibanding

divisi lain pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan meningkat pada

tahun 2009 menjadi 66 kasus. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain

case control. Data-data yang diperoleh berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian

ataupun responden selama penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

perusahaan dengan cara telaah dokumen statistik kecelakaan kerja dan data

pengukuran kebisingan tahun 2008-2009 PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Page 27: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

12

Tbk. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian

dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare.

Page 28: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Akibat Kerja

2.1.1 Definisi Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Frank E. Bird Jr (1990), Kecelakaan adalah suatu sumber

peristiwa yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa

serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari

adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi batas kemampuan

tubuh atau struktur.

Menurut Slote (1987), kecelakaan adalah produk akhir dari urutan

tindakan atau kejadian yang berakhir pada konsekuensi yang tidak

diinginkan, seperti luka ringan, luka berat, kerusakan alat, gangguan,

penundaan produksi atau kerusakan.

Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi

berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul

karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke

rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Page 29: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

14

2.1.2 Model Teori Kecelakaan Kerja

Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa

sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke

dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami

bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus

memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya.

Colling (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut:

a. Teori Domino Heinrich

Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich

mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab

kecelakaan. Kunci agar kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan

cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan

bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap

terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich (1931)

berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi sebagai

rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan

diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:

1) Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki

sifat tidak baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh

karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan

pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-

hati, dan banyak membuat kesalahan.

Page 30: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

15

2) Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor

keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus

pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.

3) Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan

yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain,

memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.

4) Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja.

Pada umumnya disertai dengan kerugian.

5) Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat,

kecacatan dan bahkan kematian.

Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar

permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai

faktor utama penyebab kecelakaan. Diyakini biasanya manusia

memiliki sifat yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan

kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut

dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.

Birds (1967), memodifikasi teori Domino Heinrich dengan

mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam

urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar,

gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu

mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya

dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan

Page 31: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

16

dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau unsafe acts dan

kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab

langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan

manajemen.

1) Human Error Model

Russel Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa

kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau

lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia.

Kesalahan manusia ini disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga)

situasi ini:

a) Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan

ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang

ditujukan padanya.

b) Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi

yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar

terhadap apa yang ia tujukan.

c) Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik

karena ia tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena

ia dengan sengaja mengambil risiko.

Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan

melihat sumber-sumber dari beban: beban tugas, beban dari

lingkungan di sekitar, beban dari dalam diri sendiri dan beban

Page 32: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

17

situasi. Sumber dari beban ini kemudian bisa dibandingkan

dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan

dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-

pikirannya, tingkat pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-

obatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua

ini terjadi saat seseorang berada dalam dukungan tertentu yang

mendorong dan memotivasi.

Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini

dengan melihat pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi

muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau

dengan melihat ketidakcocokan di dalam situasi kerja.

Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di

dalam bagian-bagian dari apakah seseorang mengetahui atau

tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil

kesempatan, keputusan-keputusan di dalam bagiannya bisa jadi

karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan

bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi untuk

terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi

masalah sifat situasi.

b. Teori Kecelakaan Model Petersen

Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini

menyertakan 2 (dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti

Page 33: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

18

yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau

kesalahan sistem. Penyebab-penyebab kecelakaan dan atau insiden

dapat bersumber dari salah satu atau keduanya.

Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3

(tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan

yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell

Model.

Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu

keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para

pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan

secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih

untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana

saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya

dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman,

dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka

berada, tekanan produksi, dan lain-lain.Teori ini mengadopsi teori

Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan

manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab

kecelakaau yaitu overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic,

dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan

bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi yang

disadari atau tidak bertindak tidak aman.

Page 34: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

19

c. Model Epidemiologi

Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan

oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit

dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik

situasional termasuk risk assessment yang dapat menjadi

penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model

epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh

Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990).

Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak

diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang

dihasilkan dari interaksi host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan),

dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih

mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai studi tentang

interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang

menyebabkan penyakit.

Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan

petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu

sendiri tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan

tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau

penyebab kerusakan dan faktor-faktor lingkungan disertai dengan

situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi terhadap

bahaya. Model ini sejalan dengan yang digunakan untuk studi

Page 35: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

20

penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari

suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan beserta

sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor

lingkungan.

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological

(Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990)

d. Loss Causation Model

Loss Causation Model berisikan petunjuk yang

memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana

menemukan faklor penting dalam rangka mengendalikan

meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan

manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu

PEKERJA

-Umur

-Jenis Kelamin

-Masa Kerja

-Tingkat Pendidikan

PEKERJAAN

-Unit Kerja

-Waktu Kerja

LINGKUNGAN

-Fisik

-Biologi

-Kimia

KECELAKAAN KERJA

Page 36: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

21

kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang

berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang

terdiri dari:

1) Lack of Control (kurang kendali)

Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam

menecegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control

yaitu:

a) Inadequate programe

Hal ini dikarenakan program yang tidak

bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.

b) Inadequate programe standards

Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas

atau standar tidak baik.

c) Inadequate compliance -with standards

Kurangnya pemenuhan standar merupakan

penyebab yang sering terjadi.

2) Basic Causes: (penyebab dasar)

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:

a) Personal factor, faktor kepemirnpinan atau

kepengawasan.

b) Job factor, tidak sesuainya design engineering.

Page 37: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

22

3) Immediate Causes

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya

kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes

meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor sub-

standard diantaranya tindakan tidak aman seperti

mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti

kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain.

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2

Loss Causation Model Bird & Germain (1990)

LACK OF

CONTROL

BASIC

CAUSES IMMEDIATE

CAUSES INCIDENT LOSS

Inadequate

programe

Inadequate

programe

standarad

Inadequate

compliance

with

standards

Personal

factors

Job

factors

Substandards

Act

Substandard

Conditions

Contact

with

energy or

substance

People

Property

Process

Page 38: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

23

Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk

dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori

diatas perlu dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat

terjadi (combination Theori) (ILO, 1989).

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya

kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu faktor, tetapi

banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam

penggolongan, yaitu :

a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja

1) Terjatuh.

2) Tertimpa benda jatuh.

3) Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.

4) Terjepit oleh benda.

5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

6) Pengaruh suhu tinggi.

7) Terkena arus listrik.

8) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

9) Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau

kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

Page 39: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

24

b. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.

2) Alat angkut dan alat angkat.

3) Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik.

4) Bahan-bahan atau zat-zat radiasi.

5) Lingkungan kerja.

6) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut.

7) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau

data tak memadai.

c. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan

1) Patah tulang.

2) Dislokasi atau keseleo.

3) Regang otot atau urat.

4) Memar dan luka dalam lain.

5) Amputasi.

6) Luka-luka lain.

7) Luka di permukaan.

8) Gegar dan remuk.

9) Luka bakar.

10) Keracunan-keracunan mendadak (akut).

11) Akibat cuaca.

12) Mati lemas.

Page 40: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

25

13) Pengaruh arus listrik.

14) Pengaruh radiasi.

15) Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

d. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh

1) Kepala, Leher, dan Badan.

2) Anggota atas.

3) Anggota bawah.

4) Banyak tempat.

5) Kelainan umum.

6) Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

2.3.1 Umur

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian

kecelakaan kerja. Menurut Hunter (1975) yang dikutip oleh Adesyaputra

(2005) Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi

untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda.

Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang

lebih tinggi. Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan,

pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 40 tahun atau

lebih.

Page 41: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

26

Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto

(2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi

antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik

terendah pada akhir enampuluhan dan tujuhpuluhan. ILO dalam Arifin

(2004) , menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering

mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang

dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2004), menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat

kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian,

kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang kajian

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa

Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara umur

dengan kejadian kecelakaan kerja.

2.3.2 Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan

kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam

analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh laki-

laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan jam

kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya, 1972).

Page 42: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

27

2.3.3 Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan

meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan

angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat

kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja

di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989). Menurut M. A.

Tulus (1992), Masa kerja dapat dikategorikan, menjadi :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun

2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati

tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di

pabrik frame kacamata PT. Luxindo Nusantara Semarang tahun 2006

terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan

kerja.

2.3.4 Unit Pekerjaan

Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko

terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam

kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam

suatu proses.

Page 43: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

28

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang

kajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT.

Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara

tempat kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.

2.3.5 Shift kerja

Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam.

Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran

dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah

kelompok kerja. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja

secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi

dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi

dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P.

dalam Arifin, 2004). Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat

mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan

Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jawawi

tentang faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat kecelakaan kerja di

PT. HOK TONG Pontianak tahun 2008 terdapat hubungan antara shift

kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.

Page 44: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

29

2.3.6 Kelelahan Kerja

Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau

turunnya produktifitas kerja ( Benny dan Achmadi, 1991 ). Kelelahan

adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai

dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam

tubuh. Kelelahan akan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan

kemampuan tubuh para pekerja. Kelelahan disebabkan oleh beberapa

faktor salah satunya beban kerja, Beban kerja harus seimbang dengan

kemampuan individu, Ketika beban kerja telah melebihi kemampuan

individu maka akan terjadi kelelahan kerja yang dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja.

2.3.7 Kebisingan

Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik di lingkungan kerja

yang sering muncul. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan antara

lain intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lama berada dalam

lingkungan bising.

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia.

Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena

kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi

sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang

diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja

Page 45: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

30

disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran

sementara atau menetap (Suma’mur, 1996). Bunyi dinilai sebagai bising

sangatlah relatif sekali, suatu contoh misalnya musik di diskotik, bagi

orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidak merasa suatu kebisingan,

tetapi bagi orang–orang yang tidak pernah berkunjung di diskotik akan

merasa suatu kebisingan yang mengganggu (Gabriel, 1997).

Menurut Suma’mur (1996) bunyi didengar sebagai rangsangan

pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala

bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai

kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu

frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran

per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan

luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu

mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000 Hz.

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan

memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga

dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk

mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level

meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran

adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara

30-130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain

Page 46: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

31

adalah yang dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose

meter (Depnaker, 2004).

2.3.7.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan

Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar

tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 tahun 1999, Nilai

Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas

tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau

40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai

berikut:

Page 47: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

32

Tabel 2.1.

NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 TAHUN 1999

Waktu Pemajanan /Hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Sumber : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR

KEP.51/MEN/1999

Page 48: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

33

2.3.7.2 Pengukuran Kebisingan

Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang

ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh

berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran

kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos

pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan

informasi yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam

menentukan peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan.

Contoh dari peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan adalah

penurunan pajanan kebisingan; pelindung telinga; tanda zona

wajib memakai pelindung telinga; pembekalan /pelatihan terhadap

karyawan.

a. Alat Pengukur Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja,

digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai

ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk

menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan

Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap

pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai

Page 49: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

34

ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan

waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara.

Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka

akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara

yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan

menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat

untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram

adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang

pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih

dapt didengar telinga.

Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan

sebagaimana Lampiran II Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai

berikut :

1) Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah

penentuan standar yang akan diacu dalam survei.

2) Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi

pemeriksaan batere sound level meter (SLM) dan

Page 50: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

35

kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen,

rain cover, dan lain-lain.

3) Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu

dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran

berlangsung.

4) Pembuatan denah lokasi dan titik dimana

pengukuran dilakukan.

5) Bila pengukuran dilakukan dengan free-field

microphone (standar IEC) maka SLM

diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika

mikropon yang digunakan merupakan random

incidence microphone (ANSI), maka SLM

harus diorientasikan sekitar 70o - 80

o terhadap

sumber bising.

6) Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih

dari satu arah, maka sangat penting untuk

memilih mikropon dan mounting yang tepat

yang memungkinkan untuk mencapai

karakteristik omnidirectional terbaik.

7) Pemilihan weighting network yang sesuai.

Page 51: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

36

8) Pemilihan respons detektor yang sesuai, F

atau S untuk mendapatkan pembacaan yang

akurat.

9) Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator

maupun blocking suara dari arah tertentu.

10) Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan

haal-hal berikut: (a) Hindari pengukuran dekan

bidang pemantul; (b). Lakukan pengukuran pada

jarak yang tepat, sesuai dengan standar atau baku

mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d).

Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap

sumber bising yang diukur; (e). Selalu

gunakan windshield (windscreen), dan (f). Tolak

pembacaan overloud.

11) Laporan harus terdokumentasi dengan baik.

Laporan ini sedikitnya harus terdiri dari: (a).

Sket pengukuran (meliputi orientasi dan

kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat

pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber

bising); (b). Standar yang diacu; (c). Identitas

instrumen; jenis dan nomor seri; (d). Metode

kalibrasi; (e). Weighting network dan respons

Page 52: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

37

detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis

suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data

bising latar; termasuk chart yang digunakan

untuk perhitungan; (h). Kondisi lingkungan;

tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur

(jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j).

Tanggal pengukuran dan nama operator.

2.3.8 Pencahayaan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber

cahaya yang menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak

obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang

perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari

kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan merupakan suatu

aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat

dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi

yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan

akibat kerja ( ILO, 1989 ). Selain itu penerangan yang memadai

memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan

lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 1996). Penerangan di

Page 53: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

38

tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diupayakan

penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan

kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman

dan nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat

melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa

upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja

yang nikmat dan menyenangkan.

Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi

kerja.

2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala

sekitar mata.

3. Kerusakan alat penglihatan.

4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).

2.3.9 Faktor Kimia

Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan

penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan

baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari suatu proses,

proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.

Page 54: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

39

2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya.

Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14).

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk

mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk

kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker,

1996:8).

Menurut Suma’mur (1981:11), yang dapat dilakukan untuk mencegah

kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :

a. Peraturan perundangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan dan pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan

industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi

medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi

Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-

syarats keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-

praktek keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat

perlindungan diri.

Page 55: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

40

c. Pengawasan

Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

d. Pengawasan bersifat teknik

Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-

alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan

gas dan debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain

paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan

pengangkat lainnya.

e. Riset medis

Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek

fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis,

dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Komunikasi

Yaitu berkenaan dengan informasi kesehatan dan

keselamatan kerja.

g. Penelitian secara statistik

Page 56: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

41

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan

apa sebabnya.

h. Pendidikan

Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam

kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus

pertukangan.

i. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

j. Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

k. Asuransi

Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang

dibayar oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik.

Page 57: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

42

Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah,

kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu

perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan

kerja oleh semua pigak yang bersangkutan.

Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kecelakaan

akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat

undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa,

ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh (Suma’mur,1981:11).

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Surry dalam colling (1990) faktor

utama yang signifikan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, :

umur, jenis kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan,

pencahayaan dan lingkungan kimia. Kemudian benny dan achmadi (1991)

menambahkan faktor kelelahan kerja. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat

kerangka teori di bawah ini.

Page 58: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

43

Kecelakaan

kerja

`Gambar 2.2 Kerangka teori

Sumber : Colling (1990), benny dan achmadi (1991)

Kelelahan

Unit pekerjaan

Umur

Jenis Kelamin

Shift kerja

Massa Kerja

Faktor kimia

Pencahayaan

Kebisingan

Pencahayaan

Pencahayaan

Page 59: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

44

Kecelakaan kerja

PT. Indocement

Tunggal Prakarsa

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini meneliti faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

kecelakaan kerja di Divisi Pant PT. Indocement Tunggsl Prakarsa, variabel yang

diteliti adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan. Untuk variabel jenis

kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen, pekerja yang berada di bagian

produksi semuanya laki-laki, untuk variabel kelelahan tidak diteliti karena tidak

ada data riwayat kelelahan di masa lalu. Untuk variabel unit kerja tidak diteliti

karena dijadikan faktor yang matching dalam pengambilan sampel penelitian.

Adapun untuk variabel pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti karena tidak

terdapat data hasil pengukuran faktor kimia dan pencahayaan, sehingga hal ini

menjadi salah satu kekurangan dalam penelitian.

Gambar 3.1 Kerangka konsep

Umur

shift kerja

Kebisingan

Massa Kerja

Page 60: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

45

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1.

Kecelakaan

kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi di area plant

dan tercatat dalam laporan kecelakaan

Safety departement.

kuesioner Wawancara 0. Ya

1. Tidak

Ordinal

2. Umur Masa yang pernah dilalui seseorang sejak

tahun kelahiran sampai mengalami

kecelakaan di divisi Plant PT Indocement

Prakarsa Tbk .

Kuesioner Wawancara 0. Risiko tinggi jika

≥ 29 tahun

1. Risiko rendah jika

< 29 tahun

(Deasler, 1998)

Ordinal

3 Masa Kerja Masa yang dilalui pekerja sejak bekerja di

divisi plant PT Indocement Prakarsa Tbk.

Citeureup sampai terjadinya kecelakaan

Kuesioner Wawancara 0. Risiko tinggi jika

≥ 10 tahun

1. Risiko rendah jika

> 10 tahun

Tulus (1992)

Ordinal

4 Shift kerja Kerja bergilir yang dilakukan di luar jam

kerja normal (Kuswadji, 1997)

Kuesioner Wawancara 0. Risiko tinggi jika

Shiftt 3

1. Risiko rendah jika

Shiftt 2 dan Shift 1

Ordinal

5 Kebisingan Nilai kebisingan lingkungan yang

diperoleh dari hasil pengukuran pada tahun

2008-2009.

Sound Level

meter.

Data sekunder 0. Risiko tinggi jika

> 85 dB

1. Risiko rendah jika

< 85 dB

(KEPMENAKER NO.

51 TAHUN 1999)

Ordinal

Page 61: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

46

3.3 HIPOTESIS

1. Umur merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

2. Masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.

3. Shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

4. Kebisingan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.

Page 62: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

47

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi dengan desain case control study

dan menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Penelitian ini dibedakan berdasarkan

dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kasus adalah pekerja divisi

Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang mengalami kecelakaan kerja pada

rentang waktu tahun 2008-2009, sedangkan kontrol yaitu pekerja divisi Plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun 2008-

2009.

Diagram 4.1 Diagram case control study

Page 63: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

48

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

selama bulan juli sampai bulan oktober tahun 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk yang masih aktif bekerja pada saat penelitian ini dilakukan. Kriteria kasus

penelitian ini adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang

mengalami kecelakaan kerja pada rentang waktu tahun 2008-2009. Sedangkan kontrol

penelitian adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak

mengalami kecelakaan kerja.

Jumlah sampel pada penelitian ini di hitung dengan memanfaatkan rumus besar

sampel uji hipotesis perbedaan 2 proporsi yaitu (Lemeshow, 1997) :

Keterangan:

N : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian

Z1-a/2 : Derajat kepercayaan (confident interval/CI)

Z1-b/2 : Kekuatan uji

P1 : Proporsi Umur < 29 yang mengalami kecelakaan = 0.605

P2 : Proporsi Umur > 29 yang mengalami kecelakaan = 0.214

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh besar sampel sebesar 24 sampel, dengan

perbandingan besar sampel antara kasus : kontrol = 1 : 4 , sehingga kasus yang dibutuhkan

N = {z1-a/2 √(2P(1-P) + z1-b√P1(1-P1)+ P2 (1- P2 )}2

(P1-P2)2

Page 64: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

49

sebesar 24 sampel dan kontrol yang dibutuhkan sebesar 96 sampel. Maka jumlah sampel

yang dibutuhkan sebanyak 120 sampel. Dan teknik pengambilan sampel yang digunakan

purposive sampling artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria

tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek

dalam hal ini penelitian adalah pekerja divisi plant PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

sesuai dengan kriteria kasus yaitu pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2008-

2009 dan ada saat penelitian dilakukan sedangkan kriteria kontrol yaitu pekerja yang tidak

pernah mengalami kecelakaan tahun 2008-2009.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Kecelakaan kerja

Data kecelakaan kerja diperoleh melalui data kecelakaan yang dimiliki oleh

Safety departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa.

4.4.2 Tingkat Kebisingan

Data kebisingan diperoleh melalui data pengukuran kebisingan yang

dimiliki oleh divisi Hazard and monitoring PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tahun 2008-2009

4.4.3 Data Umur, Shift kerja, dan masa kerja

Data Umur, unit kerja, Shift kerja, dan masa kerja diperoleh melalui angket

yang diisi langsung oleh pekerja.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pengumpulan data.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data

primer langsung dari sampel yang diteliti.

Page 65: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

50

4.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai

berikut:

1. Editing, Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan tujuan

untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban kuesioner,

konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuesioner. Sehingga dapat

diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.

2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban kuesioner yang ada

untuk mempermudah proses pengolahan dalam komputerisasi. Mengkode jawaban

adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

Pada proses coding ini, variabel indepent dan dependent akan diberi kode untuk

memudahkan dalam menganalisa yaitu :

Variabel kecelakaan kerja Ya [0]

Tidak [1]

Variabel usia pekerja Risiko tinggi jika < 29 tahun [0]

Risiko rendah jika > 29 tahun [1]

Variabel masa kerja Risiko tinggi jika < 10 tahun [0]

Risiko rendah jika > 10 tahun [1]

Variabel Shift kerja Risiko tinggi jika Shiftt 3 [0]

Risiko rendah jika Shiftt 2 dan Shift 1 [1]

Variabel Kebisingan Risiko tinggi jika kebisingan > 85 dB [0]

Page 66: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

51

Risiko tinggi jika kebisingan < 85 dB [1]

3. Entry Data, Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program

komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning Data, Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data,

mengetahui variasi data dan mengetahui konsistensi data.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Univariat

Analisa dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel yang diamati kemudian disajikan dalam bentuk tulisan,

tabel, maupun grafik. Variabel yang di analisis ialah variabel dependent dan

independen. Variabel tersebut ialah kecelakaan kerja, umur, masa kerja, shift kerja,

kebisingan.

4.7.2 Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemaknaan dan

besarnya hubungan variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen

pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan, sedangkan

yang merupakan variabel dependennya adalah kecelakaan kerja.

Metode statistik yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan besarnya

hubungan antara variabel tadi maka dilakukan uji Chi Square (X²). Sedangkan untuk

melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek

Page 67: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

52

dilihat melalui nilai odds ratio (OR). Dalam hal ini adalah untuk menunjukkan rasio

antara banyaknya kasus yang mengalami kecelakaan dan tidak mengalami

kecelakaan.

Nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan

demikian bila hasil penelitian P value < 0,05 maka dikatakan bahwa kedua variabel

tersebut berhubungan. Apabila nilai OR <1, berarti faktor risiko yang diteliti justru

mengurangi faktor efek (faktor protektif). Apabila nilai OR =1 maka faktor risiko

tidak berpengaruh terhadap faktor efek, sedangkan bila nilai OR >1 berarti faktor

risiko menimbulkan efek.

Tabel 4.1

Tabel silang kasus control dilihat dari faktor risiko

Faktor Risiko

Kecelakaan Kerja

Total

Kasus Kontrol

Positif A b a+b

Negatif C d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d (N)

Odds Ratio OR = ad

bc

Interpretasi Odds Ratio :

OR = 1 : Tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan independen

OR > 1 : variabel independen merupakan faktor risiko terhadap variabel dependen

OR < 1 : variabel independen merupakan faktor protektif terhadap variabel

dependen

Page 68: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

53

Interval estimet OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan sebesar 95% CI (Confident

Interval)

- Jika batas bawah dan batas atas, keduanya dibawah 1 atau keduanya diatas 1 maka

ada hubungan bermakna.

- Jika jarak antara batas bawah dan batas atas melewati nilai 1 maka tidak ada

hubungan dengan kata lain jika batas bawah < 1 dan batas atas > 1.

Page 69: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

54

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk berdiri pada tanggal 16 Januari 1985.

Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam perseroan terbatas ini adalah: PT Distinct

Indonesia Cement Enterprise (DICE), PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise

(PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa

Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi

Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement

Enterprise (PAMICE), dan PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement (TMPC).

PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah salah satu produsen semen

terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk

produk semen khusus. Perseroan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas

produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Perseroan saat ini

mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor,

Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru,

Kalimantan Selatan.

Sejak tahun 2005, Perseroan telah melakukan diversifikasi produk dengan

meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC).

Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary

Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)

Page 70: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

55

dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen

Semen Putih di Indonesia. Produk-produk Perseroan tersebut dipasarkan dengan

merek dagang “Tiga Roda”.

5.1.2. Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Visi: Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa

terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan

pembangunan berkelanjutan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

ramah lingkungan.

Misi: Pemimpin pasar domestik berkualitas di industri semen pada 2011 dan

pemimpin pasar domestik di industri bahan bangunan pada 2013.

Motto: Turut Membangun Kehidupan Bermutu / BETTER SHELTER FOR

BETTER LIFE

Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010

Gambar 5.1. Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Page 71: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

56

CITEREUP OPERATION GENERAL MANAGER

Operation Division Division Manager

PPC GROUP Advisor Sr. Staff Sr. Admin. Officer Sr. Clerk

Mining Department

Production Department

Mechanical Department

Electrical Department

Quality Control Dept.

Tech. Services Dept.

Supply Department

General Affair Dept. Finance & Acc Dept.

Delivery

MIS

Paper Bag

Audit Human Res. Dept.

5.1.3. Struktur Ogranisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Gambar 5.2.

Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010

5.1.4. Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Dalam melakukan proses produksi, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Citeureup didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai indikator baik

berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh perseroan, diantaranya adalah integritas,

cerdas, disiplin, tanggung jawab, inisiatif, kerjasama, siap melayani, dan kemauan

belajar. Sumber Daya Manusia merupakan aset penting dari pabrik semen modern.

Indocement berinvestasi secara substansial dalam pengembangan dan pendayagunaan

sumber daya manusia untuk menjamin pertumbuhan perusahaan jangka panjang.

Page 72: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

57

Dibawah ini adalah gambaran jumlah karyawan yang disajikan per departemen pada

tabel 5.1

Tabel 5.1.

Sumber Daya Manusia (SDM)

PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup

Departemen Total

GM Office 6

Plant division 1072

Mining division 391

Utility 200

PBD 168

TSD 328

GECD 114

Supply division 175

QARD 112

HR&GAD 218

SSCD 230

PFAD 30

CHRD 129

LOGISTIC 183

HTC 12

AFR 20

QSM 10

TOTAL 3398

Sumber: HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010

5.1.5. Sistem Manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Sistem manajemen yang digunakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa,

Tbk diantaranya adalah:

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

2. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001

3. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Permenaker

05/Men1996 dan OHSAS 18001

4. Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025

Page 73: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

58

Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010

5.1.6. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari

Indocement, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan

kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu cara untuk

mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Karyawan dan

keluarganya mendapatkan fasilitas yang memadai dalam pelayanan kesehatan yang

layak, baik di klinik kesehatan yang berada di dalam dan sekitar pabrik, maupun di

luar lokasi yang disediakan oleh Perseroan. Fasilitas rawat inap juga diberikan bagi

para purnakarya hingga 5 tahun setelah memasuki masa pensiun normal.Inisiatif

lainnya dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja di Indocement termasuk upaya

untuk mengurangi hilangnya waktu kerja sampai ke tingkat tanpa kecelakaan (zero

accident). Indocement juga meningkatkan kesadaran keselamatan kerja para manajer

lini dengan mengamati secara cermat kejadian yang masuk kategori “nyaris-

kecelakaan” (near-miss occurances).

5.2. Gambaran Umum Plant Division

5.2.1. Gambaran Umum Ketenagakerjaan di Plant Division

Ketenagakerjaan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

dapat dilihat pada tabel 5.2

Page 74: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

59

Tabel 5.2

Jumlah Tenaga Kerja Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

tahun 2010

No Tenaga Kerja Total

1 Staf 432

2 Non-staf 640

Total 1072

Sumber: HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010

Dari data di atas diketahui bahwa dari 1072 tenaga kerja pada divisi plant PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tenaga kerja kontrak sebanyak 640 pekerja dan

tenaga kerja tetap sebanyak 432 pekerja.

Jadwal Shift kerja pada divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

1. Shift 1 (pagi)

a. Senin-kamis : pukul 07.00 – 15.00

b. Jumat : pukul 07.00 – 16.00

2. Shift 2 (sore)

a. Senin – kamis : pukul 15.00 – 23.00

b. Jumat : pukul 16.00 - 24.00

3. Shift 3 (malam) :

a. Senin – kamis : pukul 23.00 – 07.00

b. Jumat : pukul 24.00 – 08.00

Page 75: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

60

Sistem rotasi shift kerja pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk, dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.3

Sitem rotasi Shift Kerja

Week

Monday Group A

Tuesday Group A

Wednesday Group B

Thursday Group B

Friday Group C

Saturday Group C

Sunday Group D

5.2. 3. Gambaran Proses Pembuatan Semen

Proses produksi semen dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan

dalam pembuatan semen dilakukan secara otomatis dan sepenuhnya dilakukan

oleh mesin. Sedangkan manusia berperan dalam pengoperasian mesin-mesinnya.

Tahapan-tahapan pemroduksian semen tersebut adalah :

1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (Quarrying)

Proses penambangan dan penyediaan bahan baku bertujuan untuk

menyediakan bahan baku berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan

pasir silika.

2. Pengeringan dan penggillingan bahan baku (Drying & Grinding)

Proses ini bertujuan untuk mengeringkan bahan baku hingga kadar

air 1%, menggiling ahan baku hingga berukuran 90 mikron, mencampur

bahan baku sesuai dengan yang diinginkan, dan memperoleh campuran

yang lebih homogen. Setelah bahan baku sudah digiling dan bercampur,

Page 76: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

61

bahan tersebut dikirim dengan separator untuk pemisahan ukuran

kemudian di kirim ke raw mill silo untuk proses pengadukan yang lebih

merata

3. Pembakaran dan Pendinginan Klinker (Kiln Burning & Cooling)

Proses pembakaran bahan baku untuk membentuk clinker dalam

proses produksi semen merupakan tahap terpenting. Proses pembakaran

bahan baku ini dilakukan dengan suhu 200°C- 1000°C dalam suspension

preheater. Setelah itu, material dikirim ke rotary kiln untuk proses

pembakaran inti dengan suhu ± 900°C -1450°C. Material yang sudah

melewati tahap ini disebut clinker. Clinker panas akan didinginkan secara

mendadak ke dalam alat AQC (Air Qinching Cooler) sehingga suhunya

menurun dari 1200°C menjadi 50°C – 00°C. Clinker yang dihasilkan

memiliki diameter 1-2 cm dan merupakan bahan setengah jadi.

4. Penggilingan Akhir (Finish Grinding)

Pada proses ini dilakukan penggilingan clinker di dalam cement

mill dan penambahan aditif agar menjadi semen yang memenuhi syarat

kehalusan. Kehalusan semen adalah salah satu penentu utama dari semen

yang dihasilkan.

5. Pengantongan (Packing)

Produk semen yang keluar dari cement mill disimpan di silo.

Kemudian semen dari silo di angkut menuju Hopper dengan

menggunakan Air Slide dan Bucket Elevator. Semen yang halus akan

terpisah dan masuk ke dalam Hopper, kemudian dialirkan ke dalam rotary

Page 77: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

62

packer. Semen-semen tersebut akan dikemas dalam kantong semen yang

berukuran 40 kg, 50 kg, dan big bag (1 ton). Setelah semen selesai

dikemas, semen diangkut oleh belt conveyor ke atas truk pengangkutan.

Gambar 5.4

Proses Produksi Semen di PT. Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk

Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010

5.3. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

Hasil penelitian mengenai Studi faktor risiko kejadian kecelakaan kerja di Divisi

plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 78: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

63

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Tahun 2008-2009

NO Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 24 20 %

2 Tidak 96 80 %

Jumlah 120 100 %

Dari data pada tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja yang mengalami kecelakaaan kerja

dikategorikan sebagai kasus dalam penelitian ini sebanyak 24 pekerja (20%). Sedangkan

pada pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja, dikategorikan sebagai kontrol atau

pembanding dalam penelitian ini sebanyak 96 pekerja (80%).

5.4 Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009

NO Karakteristik Pekerja Frekuensi Persentasi (%)

1 Umur

<29 tahun

>29 tahun

36

84

30

70

2 Masa Kerja

<10 tahun

>10 tahun

61

59

50.8

49.2

3 Shift Kerja

Shift 3

Shift1&2

36

84

30

70

5.4.1 Gambaran Umur Pada Pekerja di Divisi Plant

Data umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel. Hasil

penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu masing-masing.

Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan teori.

Page 79: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

64

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa

terdapat 36 pekerja (30%) yang memiliki umur < 29 tahun, sedangkan pekerja yang

memiliki umur > 29 tahun sebanyak 84 pekerja (70%).

5.4.2 Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Divisi Plant

Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel dan

melihat data sekunder yang ada di bagian HRD. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah

pekerja berdasarkan masa kerja yang telah dilalui oleh pekerja. Pada penelitian ini masa

kerja dikategorikan berdasarkan teori.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa

pekerja yang memiliki masa kerja < 10 tahun sebanyak 61 pekerja (50,8). Sedangkan

pekerja memiliki masa kerja > 10 tahun sebanyak 59 pekerja (49,2).

5.4.3 Gambaran Shift Kerja Pada Divisi Plant

Data Shift kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel dengan

waktu yang berbeda-beda. Yaitu dengan membagi jumlah kuesioner berdasarkan jumlah

populasi pada masing-masing shift. Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang

bekerja pada shift yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa pekerja

yang bekerja pada shift 3 sebanyak 36 pekerja (30%), sedangkan pekerja yang bekerja

pada shift 1 dan 2 sebanyak 84 pekerja (70%).

Page 80: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

65

5.5 Gambaran Tingkat Kebisingan pada Pekerja di Divisi Plant

Tingkat kebisingan diperoleh dari data sekunder yang ada di bagian Hazard and

monitoring. Berdasarkan data ada 35 titik pada area dimana pekerja terpapar mesin yang

berputar selama 24 jam. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar nilai ambang

batas kebisingan yang diizinkan pada pekerja yang bekerja semala 8 jam dalam sehari.

Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB dan < 85

dB. Untuk mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distibusi Frekuensi Tingkat Kebisingan Pada Divisi Plant

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009

Berdasarkan data pada tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pekerja yang terpapar

kebisingan > 85 sebanyak 65 pekerja (54,2) dan pekerja yang terpapar kebisingan < 85

sebanyak 55 pekerja (45,8).

Kebisingan Frekuensi Persentasi (%)

>85 65 54.2

<85 55 45.8

Jumlah 120 100

Page 81: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

66

5.6 Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi

Plant

Tabel 5.6

Tabulasi Silang Antara Karakteristik pekerja dengan Kecelakaan kerja Pada

Pekerja di Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008-2009

5.6.1 Hubungan Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

Hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja divisi plant

di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki

umur < 29 tahun dan mengalami kecelakaan sebanyak 14 pekerja (58.3%), dibanding

dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 pekerja (22.9%). Sedangkan

pekerja yang memiliki umur >29 tahun yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10

pekerja (41.7%), dibanding dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak

74 pekerja (77.1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa umur

No Karakteristik

Responden

Kecelakaan Kerja

Pvalue OR 95%

CI Ya Tidak Total

N % N % n %

1

Umur

<29 tahun

>29 tahun

14

10

58,3

41,7

22

74

22,9

77,1

36

84

30

70

0,002

4,709

1,838 –

12,065

2

Masa Kerja

<10 tahun

>10 tahun

19

5

79,2

20,8

42

54

43,3

56,2

61

59

50,8

49,2

0,004

4,886

1,685 –

14,165

3

Shift Kerja

Shift 3

Shift 1&2

15

9

62,5

37,5

21

75

21,9

78,1

36

75

50,8

49,2

0,000 5,952

2,285–

15,509

Page 82: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

67

pekerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai

Pvalue = 0,002. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 4,709 (95% CI

1.838 – 12.065), artinya pekerja yang memiliki umur < 29 tahun memiliki peluang

4,709 kali untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang

memiliki umur >29 tahun.

5.6.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

Hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakan kerja pada pekerja divisi

plant di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki masa kerja <10 tahun dan mengalami kecelakaan sebanyak 19 pekerja (79,2%),

dibandingkan dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 42 pekerja

(43,3%). Sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 5 pekerja (20,8%), dibandingkan dengan pekerja yang tidak

mengalami kecelakaan sebanyak 54 pekerja (56,2%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi

Square diketahui bahwa masa kerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang

bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 0,004. Berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR = 4,886 (95% CI 1,685 – 14,165), artinya pekerja yang memiliki masa

kerja <10 tahun memiliki peluang 4,886 kali untuk mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun.

5.6.3 Hubungan Shift Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant

Hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakan kerja pada pekerja divisi

plant di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa pekerja yang bekerja pada Shift 3 dan mengalami kecelakaan sebanyak 15 pekerja

Page 83: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

68

(62,5%), dibandingkan dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 21

pekerja (21,9%). Sedangkan pekerja yang bekerja pada shift 1&2 yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 9 pekerja (37,5%), dibandingkan dengan pekerja yang tidak

mengalami kecelakaan sebanyak 75 pekerja (78,1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi

Square diketahui bahwa shift kerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang

bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 0,000. Berdasarkan perhitungan risk estimate

diperoleh OR = 5,952 (95% CI 2.285 – 15.509), artinya pekerja yang bekerja pada shift 3

memiliki peluang 5,952 kali untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan

pekerja yang bekerja pada shift 1 dan 2.

5.7 Hubungan Kebisingan dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant.

Tabel 5.7

Tabulasi Silang Antara Kebisingan dengan Kecelakaan kerja Pada Pekerja di Divisi

Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun2008-2009

Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat diketahui bahwa pekerja yang terpapar kebisingan

>85 dB dan mengalami kecelakaan sebanyak 13 pekerja (54,2%), dibandingkan dengan yang

tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 52 pekerja (54,2%). Sedangkan pekerja yang

terpapar kebisingan <85 dB dan mengalami kecelakaan kerja sebanyak 11 pekerja (45,8%),

Kebisingan

Kecelakaan Kerja

Pvalue OR 95%

CI Ya Tidak Total

N % N % n %

>85 dB 13 54,2 52 54,2 65 54,2

1.000

1,000

0,407 –

2,454 <85 dB 11 45,8 44 45,8 55 45,8

Total 24 100 96 100 120 100

Page 84: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

69

dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak 44 pekerja (45,8%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa kebisingan atas kecelakaan kerja tidak

memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 1,000. Berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,000 (95% CI 0,407 – 2,454), artinya kebisingan >85

dB bukan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Page 85: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

70

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain case control, dengan menggunakan desain ini

terkadang ditemukan bias pada saat melakukan seleksi sampel penelitian karena sampel

terdiri dari populasi yang berbeda.

2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dengan mengandalkan daya ingat responden.

Sehingga kemungkinan menyebabkan terjadinya recall bias.

3. Data pengukuran kebisingan yang didapatkan tidak sesuai dengan waktu kejadian

kecelakaan kerja yang terjadi sehingga mempengaruhi hasil penelitian.

4. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh

6.2 Kecelakaan Kerja

Menurut Frank E. Bird Jr (1990), Kecelakaan adalah suatu sumber peristiwa yang

tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan

biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi

batas kemampuan tubuh atau struktur.

Menurut Slote (1987), kecelakaan adalah produk akhir dari urutan tindakan atau

kejadian yang berakhir pada konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti luka ringan, luka

berat, kerusakan alat, gangguan, penundaan produksi atau kerusakan.

Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,

termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang

Page 86: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

71

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah

melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kasus kecelakaan kerja yang menimpa

pekerja sebanyak 24 kasus (20 %), sedangkan kontrol yang tidak mengalami kecelakaan

kerja sebanyak 96 pekerja (80%). Sebanyak 36 pekerja (30 %) yang berumur < 29 tahun,

sedangkan yang berumur > 29 tahun sebanyak 84 pekerja (70 %). Pekerja yang memiliki

masa kerja < 10 tahun sebanyak 61 pekerja (50,8%) dan pekerja yang memiliki masa kerja

> 10 tahun sebanyak 59 pekerja (49,2%). Untuk shift pekerja yang bekerja pada Shift 3

sebanyak 36 pekerja (30 %) dan yang bekerja pada shif 1 dan 2 sebanyak 84 (70%). Pekerja

yang terpapar kebisingan > 85dB sebanyak 65 pekerja (54,2%) dan yang terpapar

kebisingan < 85 dB sebanyak 55 pekerja (45,8).

6.3. Hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja.

Deasler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering

terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah

pada akhir enam puluhan dan tujuh puluhan. ILO dalam Arifin (2004), menyimpulkan

bahwa pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oleh karena itu,

sebaiknya perusahaan melakukan pelatihan yang lebih banyak kepada pekerja usia muda.

Oborno dalam Arifin (2004), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya

kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang

perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa.

Page 87: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

72

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara

variabel umur dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Romy tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Guanusa Utama Fabricans

Grenyang tahun 2006 bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan

kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 4,709, artinya pekerja yang memiliki umur < 29

tahun memiliki risiko 4,709 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja dari pekerja yang

memiliki umur > 29 tahun. Sesuai dengan Deasler dalam Sukamto (2004) yang

mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29

tahun kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir enam puluhan dan

tujuh puluhan.

Menurut penjelasan ILO dalam Arifin (2004), bahwa pekerja usia muda cenderung

lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang

dalam pengalaman kerja. Oleh karena itu untuk menekan jumlah kecelakaan yang terjadi

pada usia muda perusahaan perlu mengadakan pelatihan yang lebih banyak untuk usia muda

tersebut, agar pengetahuan dan keterampilannya bertambah sehingga dapat memahami

pekerjaannya dengan baik serta risiko yang ada di tempat kerjanya. Menurut Suma’mur

(1981), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan salah satunya adalah dengan

mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan pekerja.

Selain itu perusahaan disarankan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi

agar pekerja lebih disiplin dan lebih berhati-hati dalam bekerja, karena menurut Oborno

dalam Arifin (2004), faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja

pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung

Page 88: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

73

menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa. Kemudian untuk lebih memotivasi pekerja

agar lebih semangat dalam bekerja serta patuh melaksanakan peraturan dan SOP, perusahaan

disarankan membuat program reward and punishment.

6.3. Hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan

akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan

keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan

terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan

lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara

variabel masa kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati di PT. Luxindo Nusantara

Semarang tahun 2006 terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan

kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 4,886, artinya pekerja yang memiliki masa kerja

< 10 tahun memiliki risiko 4,886 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja dari pekerja

yang memiliki masa kerja > 10 tahun. Menurut M.A Tulus dalam Aditya (2007) masa kerja

dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat

tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya.

Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada pekerja

yang masanya kerjanya belum lama untuk menambah pengetahuan agar terhindar dari

kecelakaan kerja. Kemudian untuk melihat seberapa besar pelatihan itu mempengaruhi

Page 89: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

74

pekerja perlu dilakukan masa percobaan untuk memastikan pekerja dengan masa kerja yang

belum lama sudah memahami SOP yang ada di pekerjaannya.

Selain itu cara lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah penggairahan kembali

dengan mengadakan penyuluhan atau pendekatan lain seperti safety campaign yaitu

pemberian pesan keselamatan setiap hari untuk mengingatkan lagi kepada pekerja agar

melaksanakan kerja yang aman dan menimbulkan kembali sikap kepedulian terhadap

keselamatan kerja.

6.4. Hubungan antara shift kerja dengan kecelakaan kerja

Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya

peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan Achmadi, 1991). Terdapat dua masalah utama

pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk

beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan

kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. dalam Arifin, 2004).

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara

variabel shift kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jawawi pada pekerja bagian produksi di

PT. HOK TONG Pontianak tahun 2008 terdapat hubungan antara shift kerja dengan

kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 5,952 artinya pekerja yang

bekerja pada shift 3 memiliki risiko 5,952 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja

dari pekerja yang bekerja padashift 1 dan 2. Sesuai survey yang dilakukan Smith et. Al

dalam Jawawi (2008) bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift

kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja, hal ini terjadi

karena shift malam mengakibatkan efek fisiologis dan efek psikososial yang menyebabkan

Page 90: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

75

menurunnya kinerja sehingga berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti

kualitas kendali dan pemantauan.

Menurut data kecelakaan yang diperoleh di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

dari 24 kasus kecelakaan ,15 kasus diantaranya terjadi pada shift 3 dan rata-rata masa

kerjanya masih baru. Hal ini kemungkinan karena pekerja belum bisa beradaptasi untuk

melakukan pekerjaan di malam hari, biasanya orang menggunakan waktu malam hari untuk

tidur dan beristirahat tapi itu harus digunakan untuk bekerja ketika pekerja harus bekerja

pada shift malam. Selain itu, terjadinya kecelakaan kerja pada shift 3 dimungkinkan karena

masa kerjanya yang baru sehingga yang belum terbiasa dengan sistem kerja shift.

Dari hasil pengamatan lapangan proses produksi dilakukan secara terus-menerus

selama 24 jam, dengan menerapkan pola shift yang terdiri dari shift A (malam) bekerja dari

jam 23,00 WIB – 7.00 WIB, shift B (sore) bekerja dari jam 15.00 WIB – 23.00 WIB dan

shift C (pagi) bekerja dari jam 7.00 WIB – 15.00 WIB dengan rotasi 2–2–3, tujuh hari kerja

dua hari libur setiap akhir shift , setiap shift kerja tidak diberikan waktu istirahat secara

resmi, namun diberi waktu untuk makan minum dan sholat secara bergantian yang termasuk

dalam jam kerja. Oleh karena itu untuk mengurangi kecelakaan pada shift kerja yaitu dengan

mengatur jam kerja dengan baik serta mengatur waktu istirahat bagi pekerja.

Selain itu perusahaan juga sebaiknya melakukan safety talk sebelum pekerjaan di

mulai, sesuai dengan SMK3 yang diterapkan di PT. Indocement Safety talk merupakan

upaya pencegahan kecelakaan dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah K3

melalui pembicaraan singkat antara karyawan dengan pengawas, sebelum pekerjaan dimulai

untuk mengingatkan lagi kepada pekerja tentang pelaksanaan kerja yang aman, karena

selama ini ketika pergantian shift pekerja langsung saja bekerja tanpa adanya pengarahan.

Page 91: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

76

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara

grup pekerja shift, karena informasi tentang masalah pekerjaan yang terjadi di shif

sebelumnya sangat diperlukan agar pekerja yang bekerja di shif selanjutnya bisa mengetahui

dan mewaspadai masalah tersebut, sehingga tidak terjadi miss-comunication yang dapat

menyebabkan kecelakaan

6.5. Hubungan antara kebisingan dengan kecelakaan kerja

Kebisingan merupakan suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Kebisingan

ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan

gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak

mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja

disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau

menetap (Suma’mur, 1996)

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Romy tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di

PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 bahwa terdapat hubungan antara

kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 1,000,

artinya kebisingan bukan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Data pengukuran kebisingan yang didapat dari perusahaan tidak sesuai dengan waktu

kejadian kecelakaan dan data tersebut merupakan data kebisingan pada lingkungan bukan

Page 92: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

77

kebisingan pada pekerja, sehingga mempengaruhi hasil penelitian ini. Oleh karena itu akan

lebih baik jika data kebisingan yang didapat tepat pada saat kejadian kecelakaan kerja.

Page 93: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

78

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada divisi plant PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk. diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran kasus kecelakaan kerja sebanyak 24 pekerja (20 %) dan kontrol yang

tidak mengalami kecelakaan kerja 96 pekerja (80 %) .

2. Terdapat hubungan antara umur terhadap kejadian kecelakaan kerja dengan p

value sebesar 0.002 dengan OR = 4,709. Terdapat hubungan antara masa kerja

terhadap kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,004 dengan OR= 4,886.

Terdapat Hubungan antara Shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p

value 0,000 dengan OR = 5,952.

3. Tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap kecelakaan kerja dengan p value

sebesar 1,000 dan kebisingan >85 dB bukan merupakan faktor risiko terjadinya

kejadian kecelakaan kerja.

7.2. Saran

1. Bagi perusahaan

a. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang berumur

muda juga pekerja yang masa kerjanya baru untuk menambah pengetahuan dan

ketrampilan dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja.

b. Mengadakan safety talk untuk mengingatkan lagi kepada pekerja tentang

pelaksanaan kerja yang aman sebelum bekerja.

Page 94: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

79

c. Melakukan komunikasi yang baik antara group shift.

d. Perusahaan sebaiknya mengatur jam kerja sesuai dengan jam kerja yang lebih

baik dan mengatur waktu istirahat pekerja.

e. Perusahaan disarankan membuat program reward and punishment pada pekerja

agar pekerja termotivasi untuk semangat bekeja dan lebih patuh terhadap

peraturan dan SOP agar terhidar dari kecelakaan kerja.

2. Bagi Pekerja

a. Pekerja harus lebih disiplin dan berhati – hati dalam bekerja meski tanpa

pengawasan.

b. Melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang

diduga berhubungan dengan kecelakaan, yang tidak dapat diteliti pada penelitian

ini.

b. Data pengukuran kebisingan harus sesuai dengan waktu kejadian kecelakaan, agar

tidak mempengaruhi hasil analisis.

Page 95: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

80

DAFTAR PUSTAKA

Adesyaputra, Hilmi 2005. Analisis biaya akibat kecelakaan kerja di PT. Aspex Kumbong Tahun

2003-2006. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta.

Adhitya, Dewa. 2007.Faktor -faktor yang berhubungan dengan Penggunaan masker pada

pekerja bagian Pengamplasan di perusahaan meubel Cv. Permata 7 wonogiri. Skripsi S1

jurusan Kesehatan Masyarakat, UNS.

Arifin, Syamsul. 2004. Hubungan menstruasi dengan kecelakaan kerja di PT. x. Skripsi S1

Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok.

Arifin, Zainal. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Bukaka

Teknik. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok.

Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. 1991. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Sektor

Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta.

Bird, Frank E. and Germain, George L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Atalanta USA.

Calvin dan Joseph. 2006. Occupation Related Accidents in Selected Garment Industries in

Bangalore City. Indian Journal of Community Medicine Volume 31, No. 3, July -

September.

Colling, David A. 1990. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc.

Diberardinis, Louis J. 1999. Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition. John

Wiley & Sons Inc.

Departemen Tenaga Kerja RI, 2004. Mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor Kep

51/Men/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Suhu Bola

(ISSB) yang diperkenankan.

Geotsch, David. 1996. Occupational Safety and Health : In Manager, Second Edition.

Grandjean, E. 1998. “Fiting the Task To The Man” Text Book of Occupational Ergonomic 4 th

Edition Taylor dan Franc Philadelpia.

Page 96: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

81

Husna , Rofaul. 2009. Analisis tingkat risiko pada pengoperasian ketel uap di PLTU unit 3-4

UBP Priok Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Jakarta.

ILO. 1989. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo

Jawawi, Iskandar. 2008. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kecelakaan kerja di PT. HOK

TONG . Tesis S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNDIP Semarang.

Kadarwati, Rini . 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di pabrik

frame kacamata PT. Luxindo Nusantara Semarang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat, UNIMUS.

Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan &

Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press.

Lemeshow, S Hosmer Jr., D., W., Klar, J. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: GMU Press

Litbang KOMPAS. Klaim Kecelakaan Kerja Terbanyak. Selasa, 4 November 2008.

http://www.kompas.co.id./index.klaim?act=detil&idb. (Diakses Tgl 30-12-2008 Pkl.

14.00).

Majalah KATIGA (Bisnis, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja), Edisi 31 Tahun 2008. Jamsostek

: Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

Nov, Romy . 2005. Kajian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT.

Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI

Depok.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Prinsip–Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

.

PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 2008 Laporan Kecelakaan PT. Indocement Tunggal

Prakasa Tbk Periode tahun 2008. Bogor : Safety Departement PT. Indocement Tunggal

Prakasa Tbk.

PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 2009. Laporan Kecelakaan PT. Indocement Tunggal

Prakasa Tbk Periode tahun 2009. Bogor : Safety Departement PT. Indocement Tunggal

Prakasa Tbk.

Page 97: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

82

Santoso, Gempur. 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta: Prestasi

Pustaka. OSHA (Ocupational Safey and Health Administration).

Sinar Harapan. Tinggi Angka Kecelakaan Kerja di Tangerang. Jum’at, 2 Mei 2003.

www.sinarharapan.co.id./index.php?menu.kerja?Tng. (Diakses Tgl 30-12-2008 Pkl.

14.20).

Slote, Lawrence. 1987. Handbook of Occupational Safety and Health. New York : New York

University.

Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas

Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang:

UNDIP

Sopiyudin Dahlan, 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Arkans

Suma’mur. 1995. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung.

Sukamto. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada seismic survey

di unit geodata acguisitian PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003. Skripsi S1 Fakultas

Kesehatan Masyarakat, UI Depok.

Tulus, M Agus. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia : Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama

Page 98: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

83

LAMPIRAN

Page 99: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

84

Page 100: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

85

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian Faktor – faktor yang berhubungan dengan

kecelakaan kerja Pada bagian Produksi di PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA Tbk

Citeureup tahun 2010. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan

partisipasi Bapak/ Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap.

Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/ Saudara. Atas

kerja sama dan perhatian Bapak/ Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk

menjadi responden dalam penelitian ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb,

Jakarta, November 2010

Peneliti Responden

( Andi Sulaeman ) ( )

1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.

2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.

3. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan lengkap

4. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan

Page 101: i STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT

86

Diisi oleh responden/pekerja

Diisi oleh peneliti

1 Kebisingan

a. Desibel

…………….dB

b. Kebisingan

Ya / Tidak

1 Nama :

2 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir ?

3 Pada tahun berapa anda mulai bekerja di divisi Plant PT. Indocement Prakarsa Tbk ?

4 Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja dalam rentang waktu tahun 2008 – 2009 di

PT Indocement Tunggal Prakasa?

a. Ya ; tahun …………..

i. Shift berapa: 1. Shift 3

2. Shift 2

3. Shift 1

b. Tidak

tahun…………

Tgl…………….bulan………tahun…………