i hubungan antara konformitas dan konsep diri pada …1].pdf · 2018. 6. 22. · iv skripsi ini...

124
i HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Yohanna Dyah NurSanti NIM: 049114074 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 i

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA

    REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA

    HALAMAN JUDUL

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    Yohanna Dyah NurSanti

    NIM: 049114074

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2009

    i

  • ii

    ii

  • iii

    iii

  • iv

    Skripsi ini kupersembahkan untuk :

    Keluargaku yang sangat aku sayangi,

    Papa Nur, Alm. mama Arie, kakak ku Yoyok, mama Dewi dan juga adikku Julio

    You’re all my lovely people

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Waktu mengajarkan banyak hal.

    Waktu jugalah yang memberikan berlembar-lembar sketsa kehidupan.

    Ada sisi sketsa wajah senang, sedih, sendiri, tak berekspresi.

    Ketika aku bisa melukis semua sketsa wajah itu.

    Aku bersyukur untuk semua hal.

    Aku menjadi lebih dewasa

    Kepada keluargalah, pertama kali kupersembahkan penghargaan.

    Terima kasih atas segala kasih sayang, semangat serta kepercayaan waktu untuk

    menentukan hidupku.

    iv

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

    Yogyakarta, 15 Mei 2009

    Penulis

    Yohanna Dyah NurSanti

    v

  • vi

    ABSTRAK

    HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA

    Yohanna Dyah Nur Santi

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    2009

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Konformitas dalam hal ini adalah sikap remaja yang berusaha menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka tidak ingin tampak berbeda dari kelompok, supaya mendapat penerimaan dalam kelompok. Konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi kognitif, serta evaluasi terhadap diri. Konsep diri ini bukanlah unsur bawaan namun merupakan interaksi antara diri dan lingkungan.

    Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 remaja yang bergaya Harajuku. Subjek penelitian terdiri dari 28 remaja laki-laki dan 22 remaja perempuan, berusia antara 12 sampai 18 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey menggunakan skala Likert. Konformitas diukur dengan skala konformitas, konsep diri diukur dengan skala konsep diri. Pada uji validitas dan reliabilitas, skala konformitas memperoleh 48 aitem sahih dengan reliabilitas 0,935 sedangkan pada skala konsep diri diperoleh 50 aitem sahih dengan reliabilitas 0,962.

    Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 0,01 dan menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,544.

    Kata kunci: konformitas, konsep diri, remaja dan Harajuku

    vi

  • vii

    ABSTRACT

    ABSTRACT

    THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY AND SELF-CONCEPT OF HARAJUKU-STYLED TEENAGERS IN YOGYAKARTA

    Yohanna Dyah Nur Santi

    Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta

    2009

    This research was to find a correlation between conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. The hypothesis stated there was a negative correlation betweeen conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. Conformity was how teenagers adapted to group. They would not be different from the group, so that the group accepted them. Whereas self-concept was an awareness, cognitif perception, and evaluation of self. Self-concept was not natural but an interaction between self and environment.

    The subjects were 50 teenagers, 28 males and 22 females, age of 12-18 year old and had Harajuku style. The method was a survey using Likert scale. Conformity measured by conformity scale and self-concept by self-concept scale. The validity and the reliability coefficient of conformity scale found 48 valid items with reliability of 0.935. Whereas the validity of self-concept found 50 items with reliability of 0.962. The data analysis used Pearson Product Moment with alpha (α) 0.01 shows the correlation coefficient between conformity and self-concept of -0.544.

    Keywords: conformity, self-concept, teenagers and Harajuku

    vii

  • viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

    Nama : Yohanna Dyah NurSanti

    Nomor Mahasiswa : 049114074

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :

    HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA

    REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

    kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

    mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

    data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau

    media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

    maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

    sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal : 13 Juni 2009

    Yang menyatakan,

    (Yohanna Dyah NurSanti)

    viii

  • ix

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KATA PENGANTAR

    Segala puji, hormat serta syukur kepada Yesus Kristus yang selalu

    memberikan kekuatan dan keyakinan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, Yogyakarta.

    Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan

    berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan,

    pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Sylvia Carolina, MYM., S.Psi., M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi.

    3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

    masukan dan kritik kepada penulis.

    4. Dr. A. Priyono Marwan, SJ. selaku dosen penguji yang telah banyak

    memberikan masukan dan kritik kepada penulis.

    5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan

    pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma.

    6. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas

    Muji dan Mas Doni, terima kasih atas segala bantuan dan pelayanan yang

    diberikan selama belajar di Fakultas Psikologi.

    ix

  • x

    7. Kepada seluruh keluarga atas segala bentuk sayangnya, segala doa, ketulusan

    dan kesabarannya yang takkan terbalas oleh apapun dan sampai kapan pun.

    8. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat dan perhatian

    tertulus : Dewi, Ella, Ika, Tere. Sampai kapan pun, kalian adalah sahabat

    terbaik, terima kasih telah membuat kehidupanku menjadi indah dan

    menyenangkan.

    9. Sahabat-sahabat dari masa SMA yang terus mendukung dan mendoakan

    skripsiku. Winny, Lien-lien, Bon-bon, Yurika. Yuvina, Yully, Denny, Yudha,

    dan Not-not.

    10. Teman-teman Psikologi 2004 yang telah banyak membantu penulis dalam

    menyelesaikan proses belajar di Psikologi : Galih, Hetty, Frenky, Yoan, Nico,

    Aji, Evi, Vonny, Susi, Anggit, Ocha, Ronald Psi ’02 dan teman-teman

    angkatan 2004 lainnya.

    11. Ko Arfin yang selalu menjadi semangatku, dan berharga untukku.

    12. Fung-Fung, ms. Albert, Ko Jemmy, Cie Aci, Cie Oliv, ms. Joko, mb. Cici, &

    ms. Arif. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

    13. Kak Bunga Siregar, terima kasih banyak untuk bantuannya.

    14. Anata, Pika, Kike-chan, Ore, Nico, Ryant, serta anak-anak Shimatta,

    Oregakure, Albatros, Netsubo, Amananogawa, Atsuki, Sinyuu. Terima kasih

    telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

    15. Romo Koko, terima kasih untuk doa dan dukungan moralnya sehingga penulis

    bisa selalu merasa dikuatkan selalu dalam menjalani kehidupan ini.

    x

  • xi

    16. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, semoga waktu

    yang telah kita habiskan bersama dapat menjadi kenangan indah sampai hari

    tua kita.

    17. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

    memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

    bersifat membangun sangat penulis harapkan.

    Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

    Yogyakarta, Mei 2009

    Penulis

    xi

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v

    ABSTRAK ......................................................................................................... vi

    ABSTRACT........................................................................................................vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ix

    DAFTAR ISI .....................................................................................................xii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................xii

    LAMPIRAN .....................................................................................................xiii

    BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

    A. Latar Belakang............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah....................................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

    BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 7

    A. Konsep Diri................................................................................................. 7

    1. Definisi ................................................................................................. 7

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri............. 9

    3. Penggolongan Konsep Diri dan Ciri-cirinya ........................................ 12

    xii

  • xiii

    4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja .............................................. 13

    B. Konformitas .............................................................................................. 14

    1. Definisi ............................................................................................... 14

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas ................................. 16

    3. Aspek Konformitas pada Remaja......................................................... 18

    4. Tipe-tipe Konformitas ......................................................................... 18

    5. Konformitas pada Remaja ................................................................... 20

    C. Remaja yang Bergaya Harajuku ................................................................ 20

    1. Definisi dan Batasan Remaja ............................................................... 20

    2. Karakteristik Remaja........................................................................... 21

    3. Gaya Harajuku .................................................................................... 23

    D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja ... 26

    E. Hipotesis ................................................................................................... 29

    BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 30

    A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 30

    B. Identifikasi Variabel.................................................................................. 30

    C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian..................................... 30

    D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 32

    E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 32

    F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ........................................ 38

    G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data.......................................... 38

    H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data..................................................... 39

    I. Metode Analisis Data ................................................................................ 42

    xiii

  • xiv

    BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN.................................. 43

    A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 43

    B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian ........................................................ 43

    C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 45

    D. Pembahasan .............................................................................................. 48

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 50

    A. Kesimpulan............................................................................................... 50

    B. Saran......................................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................52

    xiv

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Blue Print Skala konformitas................................................................ 34

    Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat

    Favorabel /Tidak favorabel..................................................................... 34

    Tabel 3. Blue Print Skala konsep diri ................................................................. 36

    Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan

    Sifat Favorabel / Tidak favorabel............................................................ 37

    Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas ............................ 40

    Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba) .................... 40

    Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri.............................. 41

    Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)...................... 41

    Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek........................................... 44

    Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian...................................................... 44

    Tabel 11. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik.................................... 44

    Tabel 12. Hasil Uji Normalitas........................................................................... 45

    Tabel 13. Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 46

    Tabel 14. Norma kategorisasi skor .....................................................................46

    Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri ................................. 47

    Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 48

    xv

  • xiii

    LAMPIRAN

    Lampiran A ......................................................................................................58

    1. Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ....................................................... 61

    2. Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba......................................................... 65

    Lampiran B ......................................................................................................68

    1. Skala Konformitas Penelitian ..................................................................... 71

    2. Skala Konsep Diri Penelitian...................................................................... 74

    Lampiran C ......................................................................................................77

    1. Data Tryout Skala Konformitas .................................................................. 78

    2. Reliabilitas dan Validitas Konsep Konformitas .......................................... 82

    3. Data Tryout Skala Konsep Diri................................................................... 85

    4. Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri .............................................. 89

    Lampiran D ......................................................................................................93

    1. Data Penelitian Skala Konformitas............................................................. 94

    2. Data Penelitian Skala Konsep Diri ............................................................. 97

    3. Uji Normalitas.......................................................................................... 101

    4. Uji Linearitas ........................................................................................... 102

    5. Uji Hipotesis ............................................................................................ 103

    Lampiran E .................................................................................................... 104

    Gaya Harajuku............................................................................................. 104

    xvi

  • 1

    BAB I . PENDAHULUAN

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masa Remaja merupakan masa yang unik dan menarik. Pada masa ini

    terjadi transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Banyak perubahan

    terjadi dalam masa remaja. Perubahan itu antara lain perubahan secara biologis,

    psikologis, kognitif dan perubahan secara sosio-emosional. Remaja mulai

    membentuk konsep dirinya sesuai dengan perubahan-perubahan tersebut.

    Konsep diri seseorang sangat bersifat pribadi sebab hanya orang itu

    sendirilah yang dapat memahami ataupun mengerti bagaimana konsep dirinya.

    Konsep diri seorang remaja satu dengan yang lain dapat sangat berbeda. Konsep

    diri dipengaruh oleh lingkungannya sosial. Pengaruh sosial dapat berasal dari

    lingkungan eksternal maupun internal. Pengaruh sosial yang berasal dari

    lingkungan eksternal adalah pengaruh teman-teman sebaya sedangkan yang

    berasal dari lingkungan internal yaitu pengaruh dari lingkungan keluarga.

    Pengaruh atau tekanan dari teman sebaya cukup berarti dalam kehidupan seorang

    remaja. Pengaruh ini berkaitan dengan interaksi sosial remaja di luar keluarga

    yaitu dengan pembentukan kelompok.

    Pembentukan kelompok remaja sangat berbeda dengan kelompok anak-

    anak. Kelompok remaja mempunyai sifat yang lebih formal daripada kelompok

    anak-anak, sebab kelompok remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih

    besar. Relasi yang terjalin dalam kelompok remaja lebih didasarkan pada tingkat

    1

  • 2

    kelekatan atau terbentuk dari kepentingan maupun minat yang sama setiap

    anggotanya.

    Remaja diberi banyak peluang untuk mengeksplorasi diri terhadap hal-hal

    yang menjadi kebutuhan mereka. Pengeksplorasian ini berkaitan dengan

    kebutuhan dalam mengungkapkan identitas diri serta konsep diri (Santrock,

    1998). Pengeksplorasian diri yang dilakukan oleh remaja beserta teman-temannya

    antara lain dengan memberikan sifat khas dalam pembentukan sebuah kelompok.

    Kelompok yang dibentuk oleh kebanyakan remaja umumnya ingin menampilkan

    kesan lain, menciptakan suatu gaya sendiri atau satu subkultur sendiri. Saat ini,

    banyak bentuk kelompok remaja yang menjadi alternatif untuk mengekspresikan

    diri. Salah satu kelompok yang mempunyai peminat tersendiri yaitu golongan

    remaja yang bergaya ataupun mempunyai ketertarikan dengan gaya Harajuku.

    Konsep Harajuku diadaptasi oleh para remaja dari subbudaya Jepang.

    Harajuku merupakan semangat dandan yang memuliakan kebebasan

    kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang yang berkembang di

    jalanan, sekitar kawasan Harajuku, Tokyo (Megumi-Minori, 2006). Harajuku style

    dapat dikatakan sebagai pengawuran karena semakin “ngawur” semakin

    Harajuku. Proses kognisi sosial mulai berkembang pada kelompok remaja yang

    bergaya Harajuku. Remaja mulai mengembangkan egosentrisme khusus.

    Egosentrisme pada remaja menggambarkan kesadaran diri remaja yang terwujud

    pada keyakinan bahwa orang lain mempunyai perhatian terhadap keunikan diri

    mereka. Egosentrisme ini meliputi personal fable (dongeng pribadi) dan imaging

    audience (penonton imajinasi). Personal fable adalah bentuk egosentrisme yang

  • 3

    berkaitan dengan perasaan unik tentang diri, sedangkan imaging audience adalah

    perilaku yang ditunjukkan untuk mencari perhatian orang lain (Santrock, 1998).

    Pengaruh sosial dalam kelompok remaja dengan gaya Harajuku

    memberikan kontribusi besar pada cara penilaian mereka terhadap diri mereka

    sendiri. Mereka menganggap diri mereka unik dan berbeda dengan remaja

    lainnya. Keunikan tersebut tampak pada penampilan atau style yang berbeda

    daripada remaja lain. Penampilan unik mereka berawal dari minat para remaja

    mengenai tokoh-tokoh animasi, manga, band-band dan film Jepang. Konsep

    kreativitas yang ditunjukkan oleh remaja bergaya Harajuku, tidak hanya terlihat

    dari gaya berpakaian tetapi juga meliputi tatanan rambut dan tata rias wajah.

    Model Harajuku dapat terlihat pada acara costume play atau lebih sering disebut

    Cosplay (Kurniawati dkk, 2008).

    Para remaja yang bergaya Harajuku merasakan bahwa mereka dapat

    mengaktualisasikan diri sesuai dengan minat dan mempunyai kesempatan untuk

    mengekspresikan diri. Perasaan remaja tentang diri sendiri memberikan komposisi

    unik dan merupakan faktor yang dipelajari melalui pengalaman seseorang

    berinteraksi dengan orang lain.

    Menurut beberapa artikel yang ada, gaya Harajuku juga merupakan suatu

    bentuk konformitas kelompok. Konformitas ini melahirkan hal yang bersifat

    original. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokan anak-anak muda.

    Mereka menunjukkan kecenderungan untuk memberikan kesan lain daripada yang

    lain untuk menciptakan suatu gaya sendiri, subkultur sendiri. Anak-anak muda

    menunjukkan originalitasnya bersama dalam cara berpakaian, berdandan, gaya

  • 4

    rambut dan gaya tingkah laku. Semua hal ini mereka manifestasikan sebagai

    bentuk kelompok anak muda dengan gaya sendiri.

    Menurut hasil observasi, para remaja yang tergabung dalam kelompok ini,

    mengekspresikan diri tidak jauh berbeda dengan anggota kelompok lainnya dalam

    hal tata rambut atau make up. Tujuan yang ingin didapat oleh para remaja yang

    bersikap konformis yaitu diterima dalam kelompok sebagai bentuk dari eksistensi

    anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok dan mempunyai

    ketergantungan dengan kelompok. Adanya sikap konformis yang ada pada

    kelompok memberikan pengaruh tersendiri terhadap konsep diri para remaja

    sebagai anggotanya.

    Sikap konformis merupakan salah satu bentuk pengaruh sosial yang

    dialami oleh remaja. Konformitas muncul ketika seorang remaja bergabung pada

    suatu kelompok. Konformitas adalah menyerah pada tekanan kelompok walaupun

    tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh

    kelompok tersebut. Penyesuaian diri terhadap kelompok terkadang mengakibatkan

    seseorang banyak mengubah kepribadian menurut harapan kelompok, namun

    tanpa konformitas seorang remaja akan dihadapkan pada kekacauan sosial.

    Konformitas mempunyai sisi positif yaitu adanya pemberian norma yang secara

    tidak langsung mengatur tingkah laku kita. Akibatnya, kekacauan sosial tidak

    terjadi. Pada beberapa situasi konformitas memang sangat diperlukan dan sangat

    berguna (Kallgren, Reno, & Cialdini, 2000 dalam Baron & Bryne 2005).

    Sears, dkk (2008) mengemukakan bahwa penilaian yang lemah terhadap

    diri sendiri akan meningkatkan konformitas. Apabila sikap konformitas seseorang

  • 5

    terlalu tinggi maka akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dan keyakinan orang

    tersebut pada kemampuannya. Sedangkan Moustakas (1974) dalam Calhoun &

    Acocella (1990), mengemukakan bahwa terlalu mengandalkan pengakuan dari

    orang lain dapat menimbulkan konsep diri seseorang melemah. Hal ini juga

    didukung oleh Ellis (1958) dalam Calhoun & Acocella (1990). Ellis menyatakan

    harapan terus menerus akan pengakuan orang lain dapat membuat seseorang

    menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan orang lain tersebut tidak dapat

    tercapai. Seseorang merasa dirinya negatif ketika mereka tidak dapat mencapai

    kriteria atau harapan orang lain.

    Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara konformitas dan konsep

    diri pada remaja yang bergaya Harajuku apakah pengaruh sosial yang terjadi

    dalam kelompok membuat mereka kesulitan untuk menentukan konsep diri.

    Memilih untuk mempercayai diri sendiri atau hanya mengikuti pengaruh sosial.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat hubungan antara konformitas

    dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis sebelumnya, maka

    penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan

    konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :

    a. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi

    ilmu psikologi mengenai remaja yang bergaya Harajuku mengingat

    penelitian mengenai remaja dengan gaya Harajuku belum banyak diteliti

    secara ilmiah di daerah Yogyakarta.

    b. Manfaat Teoritis

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menunjukkan

    bagaimanakah hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja

    yang bergaya Harajuku.

  • 7

    BAB II . LANDASAN TEORI

    LANDASAN TEORI

    A. Konsep Diri

    1. Definisi

    Konsep diri merupakan keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan

    penghargaan seseorang terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk dari pengalaman

    dan juga gambaran orang lain mengenai dirinya (Kelly, 1955 dalam Burn, 1979).

    Konsep diri adalah organisasi dari persepsi-persepsi diri (Burn, 1979 dalam

    Dayakisni & Yuniardi, 2004). Organisasi yang dimaksud yaitu bagaimana kita

    mengenal, menerima dan menilai diri kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai

    seperti apa kita, mulai dari identitas fisik, sifat hingga prinsip. Konsep diri adalah

    inti keberadaan (existence) dan secara naluriah tanpa disadari mempengaruhi

    setiap pemilihan perasaan dan perilaku individu tersebut (Dayakisni & Yuniardi,

    2004).

    Konsep diri adalah sejumlah pandangan seseorang mengenai diri sendiri

    yang merupakan campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang lain

    mengenai diri kita dan seperti apa harapan kita terhadap diri. Secara umum konsep

    diri diartikan sebagai cara bagaimana individu bereaksi terhadap dirinya. Hal ini

    ditentukan oleh kesadaran diri yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya.

    7

  • 8

    Menurut Smith, et al (2003) kesadaran diri diperoleh dengan cara :

    a. Mengamati diri sebagai perantara

    Kesadaran diri yang diperoleh melalui identifikasi melalui tubuh. Tubuh

    merasakan hal sensitif karena itu jika tubuh merasakan sakit, maka individu

    mengatakan dialah yang sakit. Ancaman terhadap tubuh dirasakan sebagai

    ancaman terhadap dirinya.

    b. Mengamati diri sebagai kontinuitas

    Kesadaran diri diperoleh melalui proses ingatan yang terus menerus.

    c. Mengamati diri dalam hubungan dengan orang lain

    Konsep diri terbentuk melalui bagaimana orang lain menilai dirinya,

    bagaimana orang lain mengamati dan berpikir tentang dirinya. Penerimaan

    dan penolakan orang lain terhadap diri begitu penting.

    Mead (1954, dalam Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa konsep diri

    merupakan bentuk refleksi dari pendapat orang lain mengenai diri seorang

    individu. Konsep diri merupakan suatu konstruk sentral untuk mengenal dan

    mengerti individu yang erat berhubungan dengan dunia fenomenalnya. Aspek

    yang paling menentukan adalah dirinya sendiri. Konsep diri menurut Fitts (1971)

    adalah bagaimana diri diamati, dipersepsikan dan dialami oleh orang tersebut,

    karena konsep diri mengandung unsur penilaian. Nantinya konsep tersebut akan

    mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

    Menurut Fitts (1996), konsep diri terdiri dari dimensi internal dan dimensi

    eksternal. Konsep diri internal yaitu keseluruhan penghayatan pribadi sebagai

    kesatuan yang unik. Penilaian berdasarkan dimensi internal meliputi penilaian

  • 9

    seseorang terhadap identitas diri, kepuasan diri dan perilakunya. Dimensi

    eksternal adalah persepsi diri yang timbul karena adanya interaksi individu

    dengan lingkungan dunia luar, khususnya dalam hubungan interpersonal. Konsep

    diri tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan terbentuk melalui

    pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain.

    Kesimpulannya, konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi

    kognitif dan evaluasi terhadap dirinya sendiri. Konsep diri bukanlah unsur

    bawaan, namun terbentuk melalui interaksi diri dan lingkungan. Konsep diri

    penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan tindakan individu

    dalam berbagai situasi.

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri

    Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri antara

    lain, usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan penghayatan terhadap kondisi tersebut,

    perlakuan dan sikap orang lain di sekitarnya, pengalaman bermakna yang

    diperoleh dalam berhubungan dengan orang lain dan pengaruh dari figur-figur

    yang bermakna dalam kehidupan individu tersebut (Natalia & Pramadi, 1997).

    a. Usia

    Perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan

    dibentuk. Perbedaan pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi luasnya

    wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang

    terhadap pengalamannya dan turut mempengaruhi diri.

  • 10

    b. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin menjadi penentu untuk menetapkan individu digolongkan,

    perempuan atau laki-laki. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan

    konsep diri individu. Peran seksual yang diterapkan pada anak lambat laun akan

    menjadi konsep diri individu tersebut.

    c. Kondisi Fisik

    Gambaran fisik dipersepsi mengenai tubuhnya sendiri. Adanya proses

    evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari

    orang lain. Penilaian positif pada diri akan mengembangkan konsep diri yang

    positif.

    d. Sikap-sikap Orang Di Lingkungan Sekitar

    Individu yang dapat menjadi dirinya sendiri dan diterima oleh lingkungan

    sekitar akan mengembangkan konsep diri yang positif, sedangkan individu yang

    merasa ditolak akan mengembangkan perasaan rendah diri, terabaikan sehingga

    nantinya akan mengarah pada konsep diri yang negatif.

    e. Figur-figur Bermakna

    Banyak figur yang bermakna bagi individu, pada intinya memberikan

    pengaruh. Biasanya tokoh-tokoh ini mempunyai arti khusus bagi individu. Tokoh-

    tokoh itu antara lain : orang tua, keluarga, guru, teman, pacar, tokoh idola dll.

  • 11

    Proses psikologis yang berhubungan dengan perkembangan konsep diri

    seseorang (Magill, 1996).

    a. Persepsi Diri

    Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik

    kesimpulan berdasarkan observasi tersendiri mengenai sikap dan kepercayaannya

    mengenai berbagai hal yang dihadapi.

    Contohnya : sebuah ungkapan “apa yang saya lakukan ini adalah tindakan

    benar. “

    b. Reflected Appraisal

    Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik

    kesimpulan mengenai dirinya berdasarkan reaksinya terhadap pandangan ataupun

    pendapat orang lain mengenai dirinya.

    Contohnya : ungkapan bahwa “saya adalah anak yang tidak pintar

    bergaul” itu pendapat dari beberapa teman saya.

    c. Social Comparison

    Merupakan proses evaluasi diri yang berhubungan dengan kelompok

    referensi atau orang-orang yang bermakna dalam kehidupan individu. Pada remaja

    referensi itu dapat berasal dari orang tua, sahabat ataupun orang lain yang

    dianggap bermakna dalam kehidupannya.

    Contohnya : sebuah ungkapan “ saya seharusnya dapat bersikap lebih

    dewasa seperti kakak.”

  • 12

    Konsep diri akan berkembang ke arah positif apabila antara diri ideal

    dengan sesungguhnya banyak terdapat kesamaan. Pada diri remaja terjadi

    perkembangan konsep diri ke arah yang lebih realistik berdasarkan proses belajar

    (Rais, 1995). Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pertambahan usia,

    penampilan, hubungan dengan keluarga dan kelompok teman sebaya. Pengaruh

    kelompok teman sebaya terlihat dalam dua hal utama yaitu:

    a. Konsep diri remaja merupakan cerminan dari apa yang dipercayainya tentang

    pandangan teman sebaya terhadap dirinya.

    b. Remaja tidak bisa terlepas dari tekanan kelompoknya sehingga mereka akan

    mengembangkan ciri-ciri kepribadian berdasarkan “persetujuan” kelompok.

    3. Penggolongan Konsep Diri dan Ciri-cirinya

    a. Konsep Diri Positif

    Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri

    yang baik dan menyenangkan. Menurut Calhoun & Acocella (1990), konsep diri

    yang tinggi diartikan sebagai evaluasi diri yang positif. Evaluasi diri yang positif

    merupakan bentuk harga diri yang positif, dimana individu menjadi dirinya dan

    juga hidupnya menyenangkan.

    Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang positif atau tinggi :

    - Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi

    - Penerimaan yang baik terhadap diri sendiri

    - Memiliki rasa optimis

    - Memiliki rasa aman terhadap diri & tidak mudah cemas

  • 13

    - Memiliki harga diri yang tinggi

    - Menerima pujian tanpa rasa malu

    b. Konsep Diri Negatif

    Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang diri sendiri yang

    negatif dan cenderung tidak menyenangkan.

    Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang negatif atau rendah :

    - Tidak merasa percaya diri

    - Penerimaan dalam diri tidak baik

    - Lebih merasa pesimis dalam melihat beberapa hal

    - Peka terhadap suatu kritik sehingga kecemasan mereka tinggi

    - Responsif sekali tehadap pujian (pura-pura menghindari pujian padahal

    sebenarnya sangat antusias).

    4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja

    Aspek konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1990), yaitu :

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan pemahaman individu mengenai diri sendiri. Hal

    ini mengacu pada istilah kualitas maupun istilah kuantitas. Istilah kuantitas antara

    lain meliputi : usia, jenis kelamin, kebangsaan, dll. Istilah kualitas diri kita

    dapatkan dengan cara membandingkan diri dengan orang lain atau kelompok

    pembanding misalnya kita sebagai orang yang ceroboh atau berhati-hati, baik hati

    atau egois, tenang atau pemarah. Nantinya kita akan mendapatkan pemahaman

    mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

  • 14

    b. Harapan

    Harapan seseorang menjadi apa di masa mendatang juga mempengaruhi

    konsep diri seseorang (Rogers, 1991 dalam Calhoun & Acocella, 1990). Harapan

    ini akan membangkitkan kekuatan yang mendukung individu kepada masa depan

    dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai arah yang dituju. Lebih ringkasnya

    setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan

    tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

    c. Penilaian

    Individu berfungsi sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari.

    Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya

    saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.

    B. Konformitas

    1. Definisi

    Kelompok adalah sekumpulan orang yang dipersepsikan terikat satu sama

    lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu (Dasgupta, Banaji &

    Abelson, 1999; Lickel dkk., 2000). Anggota-anggota kelompok tersebut bertemu

    karena kepentingan atau minat yang sama dalam berbagai kegiatan (Santrock,

    1998). Konformitas itu sendiri berarti tunduk pada tekanan kelompok meskipun

    tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah diperbuat oleh

    kelompok (Deaux et al., 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi, 2001). Konformitas

    juga merupakan cerminan perubahan perilaku sebagai hasil tekanan kelompok

    secara nyata atau hanya imajinasi individu (Zebua & Nurdjayadi, 2001).

  • 15

    Seseorang bersikap konform terhadap suatu kelompok disebabkan karena

    adanya tekanan sosial, meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka.

    Penyesuaian ini dilakukan agar dalam kelompok tersebut tercipta suasana yang

    harmonis dan terdapat kesepakatan dengan anggota lainnya (Klopf, 1985).

    Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan hal

    penting yang terjadi pada fase remaja (Berk, 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi

    2001). Menurut Santrock (1998) konformitas mempengaruhi berbagai aspek

    dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah ataupun

    aktivitas sosial yang akan diikuti dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas remaja

    pada umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dari teman-

    teman atau kelompoknya.

    Apabila seorang remaja mempunyai konformitas yang tinggi terhadap

    kelompoknya, maka ia akan cenderung melakukan hal yang sama dengan

    kelompok dan begitupun sebaliknya (Mappiare, 1982). Sehingga dapat dikatakan

    bahwa masa remaja merupakan masa dimana individu mempunyai gejolak yang

    meningkat untuk mengetahui perubahan-perubahan di dalam kehidupannya.

    Brehm dan Kassin (1990) mengemukakan bahwa terdapat tendensi

    seseorang akan mengubah persepsi, opini maupun perilaku dengan cara yang

    konsisten sesuai norma kelompok. Konformitas juga terjadi ketika terdapat

    penilaian, opini maupun sikap seseorang yang dibandingkan dengan orang atau

    kelompok lain. (De Montmollin, 1977 dalam Hewstone, 1996).

  • 16

    Seseorang akan bersikap menyesuaikan diri dengan alasan antara lain :

    a. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.

    b. Ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.

    Konformitas disimpulkan sebagai perilaku yang diubah untuk

    menyesuaikan diri dengan harapan kelompok. Pengaruh sosial menjadi faktor

    yang mengubah perilaku seseorang ketika terdapat perbandingan ataupun

    penilaian dari orang ataupun kelompok lain.

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas

    Faktor-faktor yang menentukan sejauh mana seseorang mengikuti tekanan

    konformitas antara lain :

    a. Faktor Kohesivitas

    Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu

    terhadap suatu kelompok. Besar atau tidaknya bentuk konformitas diawali dengan

    rasa suka atau kagum terhadap kelompok tersebut. Salah satu bentuk perilaku agar

    kita diterima dalam suatu kelompok adalah dengan menjadi sama seperti mereka

    (kelompok) dalam berbagai hal. Sebaliknya, apabila tingkat kohesivitas kita

    rendah maka tekanan terhadap konformitas juga akan rendah. Hasil penelitian

    mengindikasikan bahwa kohesivitas memunculkan pengaruh yang kuat terhadap

    konformitas (Crandall, 1988; Latané & L’Herrou, 1996 dalam Baron & Byrne,

    2005).

  • 17

    b. Ukuran Kelompok

    Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah ukuran kelompok. Menurut

    penelitian-penelitian yang dilakukan Asc, 1956; Gerrard, Wilhelmy & Conolley

    1968 (dalam Baron & Byrne, 2005) diketahui bahwa konformitas meningkat

    sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Jadi, semakin besar

    kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta

    bersikap konformis, meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang

    berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.

    c. Pemberian Norma Sosial.

    Norma sosial dapat bersifat informal dan formal. Kedua peraturan ini

    dibedakan berdasarkan tertulis dan tidak tertulis. Namun, ini bukanlah satu-

    satunya bentuk perbedaan norma. Norma masih dapat dibedakan menjadi norma

    deskriptif/himbauan (descriptive norms) dan norma injungtif/perintah (injunctive

    norms) (Cialdini, Kallgren & Reno, 1991 dalam Baron & Byrne, 2005).

    Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang

    sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini memberitahukan

    kita tentang hal-hal efektif dan adaptif pada situasi tertentu. Sebaliknya, norma

    injungtif menetapkan tingkah laku kita yang harus kita lakukan, tingkah laku apa

    yang akan diterima ataupun tingkah laku apa yang tidak diterima (Brown, 1998

    dalam Baron & Byrne 2005). Teori yang ada menyatakan bahwa norma akan

    mempengaruhi tingkah laku apabila menjadi sebuah fokus dari orang yang terlibat

    pada saat tingkah laku tersebut muncul.

  • 18

    3. Aspek Konformitas pada Remaja

    Menurut Deutsch dan Gerard (1955) dalam Baron dan Byrne (2005),

    terdapat dua aspek pada konformitas remaja yaitu :

    a. Aspek Informatif

    Aspek informatif ini didasarkan pada keinginan untuk merasa benar,

    sehingga kita lebih merujuk informasi dari orang lain ataupun pendapat kelompok

    sebagai referensi atau sebagai panduan opini dan tindakan kita. Rujukan atas

    informasi orang lain inilah yang menjadi sumber kuat atas kecenderungan untuk

    melakukan konformitas. Ketergantungan akan informasi dari kelompok membuat

    kita tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri karena

    didasarkan hanya pada informasi orang lain.

    b. Aspek Normatif

    Aspek normatif ini didasarkan pada keinginan untuk disukai dan tidak

    ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif membuat kita melakukan

    perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain ataupun kelompok.

    Konformitas yang kita lakukan adalah berdasarkan norma sosial yang telah

    disepakati oleh kelompok.

    4. Tipe-tipe Konformitas

    Menurut Allen (1965), Kellman (1958) dan Mozcovici (1980) dalam

    Brehm & Kassin (1990), terdapat dua tipe konformitas yaitu private conformity

    dan public conformity.

  • 19

    a. Privat Conformity

    Merupakan perilaku konfomitas yang dilakukan dengan tidak hanya

    mengubah perilaku luar akan tetapi mengubah pola pikir. Perilaku ini merupakan

    pengaruh dari informasi.

    b. Public Conformity

    Konformitas ini hanya terjadi pada perubahan perilaku luar tanpa terjadi

    perubahan pola pikir. Hal ini lebih dipengaruhi oleh norma. Menurut Kellman

    (1958, dalam Worchel & Cooper, 1983) terdapat 3 tipe konformitas, yakni

    compliance / simple compliance, acceptance / privat compliance dan

    identification.

    1) Compliance / Simple Compliance

    Individu akan bersikap setuju jika berada di tengah tengah kelompok.

    Apabila berada di luar kelompok, individu tersebut akan mengembangkan

    pendapatnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan.

    2) Acceptance / Privat Compliance

    Individu benar-benar bersikap sama dengan kelompok sebab individu

    percaya bahwa pandangan dan perilaku kelompok semua adalah benar.

    3) Identification

    Individu akan meniru perilaku orang lain yang dianggap penting hanya

    untuk mempertahankan hubungan.

  • 20

    5. Konformitas pada Remaja

    Dalam tahap perkembangan remaja, pengaruh kuat teman sebaya atau

    sesama merupakan hal penting yang terjadi dalam masa remaja. Di antara mereka

    terjalin perasaan yang kuat. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menerapkan

    prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Melalui kelompok terbentuklah

    norma, nilai dan simbol yang dianut oleh para anggotanya. Berdasarkan hal ini

    tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran banyak dipengaruhi oleh teman-

    teman dalam kelompok mereka. Remaja yang mempunyai konformitas tinggi

    terhadap kelompoknya cenderung melakukan hal menyerupai perlakuan kelompok

    dan begitupun sebaliknya. Konformitas yang dilakukan oleh para remaja terjadi

    karena remaja itu merasa takut atau untuk menghindari dikucilkan dari kelompok

    (Mappiare, 1982).

    C. Remaja yang Bergaya Harajuku

    1. Definisi dan Batasan Remaja

    Remaja merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan

    manusia. Masa remaja adalah masa perkembangan peralihan dari masa anak-anak

    menuju masa dewasa yang mencakup perubahan secara biologis, kognitif dan

    sosio-emosional (Santrock, 2002)

    Masa remaja berlangsung dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada

    usia 18 sampai 22 tahun. Akan tetapi banyak ahli perkembangan yang

    membedakan antara remaja awal dan remaja akhir (Santrock, 1998).

  • 21

    2. Karakteristik Remaja

    Remaja dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam hal fisik,

    kognitif dan secara sosio-emosional. Perkembangan adalah pola gerakan atau

    perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus

    hidup. Pola ini bersifat kompleks karena mencakup hasil dari beberapa proses

    perubahan yang terjadi di antara tiga komponen dasar.

    a. Perkembangan Fisik Remaja

    Proses ini mencakup perubahan secara fisik dan secara hormonal.

    Perubahan hormonal menjadi penanda seorang remaja masuk dalam masa

    pubertas. Masa pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik meliputi

    perubahan tubuh dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. Perubahan

    fisik dalam masa pubertas ini seperti meningkatnya berat, tinggi badan serta

    kematangan secara seksual. Pada tahap perkembangan biologis atau fisik remaja

    mulai berminat terhadap citra tubuhnya. Pada masa ini perhatian remaja awal

    terlalu berlebihan dibandingkan dengan akhir masa remaja nantinya (Wright, 1989

    dalam Santrock, 1998).

    Pengaruh secara psikologis yang terjadi dalam masa ini dititikberatkan

    dalam pencitraan tubuh dan masa pubertas baik yang secara cepat maupun lambat.

    Bagi remaja perempuan, masa pubertas yang terlalu cepat memberikan perasaan

    negatif sebab kebanyakan dari mereka belum siap. Namun, pubertas yang cepat

    pada remaja laki-laki memberikan perasaan positif daripada remaja lain yang

    terlambat pubertasnya.

  • 22

    b. Perkembangan Kognitif Remaja

    Proses secara kognitif melibatkan dua proses yaitu akomodasi dan

    asimilasi. Asimilasi merupakan proses pemasukan informasi baru digabungkan

    dengan informasi yang dimilikinya. Akomodasi merupakan penyesuaian diri

    terhadap informasi baru. (Piaget, 1954 dalam Santrock, 1998).

    Menurut Piaget, remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal

    (11-15 tahun). Dalam tahap ini pemikiran remaja akan semakin bersifat abstrak,

    idealis dan logis. Pemikiran operasional formal ini berlangsung secara dua tahap

    yakni awal remaja dan akhir remaja. Pada tahap awal, remaja cenderung berpikir

    bebas dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Pada tahap ini pemikiran remaja

    mengalahkan realitas, terlalu dipersepsi secara subjektif dan idealis sedangkan

    pada tahap akhir remaja terdapat keseimbangan intelektual antara informasi-

    informasi yang diperolehnya.

    Proses kognisi secara sosial juga berkembang dalam tahap ini. Kognisi

    sosial mengacu bagaimana seseorang memandang dan berpikir tentang dunia

    sosial, adanya pengamatan dan proses berinteraksi dengan orang lain ataupun

    kelompok. Pada proses kognisi sosial, remaja mulai mengembangkan suatu

    egosentrisme khusus. Egosentrisme pada remaja menggambarkan meningkatnya

    kesadaran diri yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain

    mempunyai perhatian terhadap keunikan diri mereka. Egosentrisme remaja ini

    meliputi personal fable (dongeng pribadi) dan imaginary audience (penonton

    imajiner). Personal fable yaitu egosentrisme remaja yang terkait dengan perasaan

  • 23

    keunikan kepribadian mereka sedangkan imaginary audience yaitu adanya

    perilaku yang bertujuan untuk mencari perhatian orang lain.

    c. Perkembangan Sosio-Emosional Remaja

    Keluarga merupakan lingkungan awal yang sangat mempengaruhi

    perkembangan remaja. Pada lingkungan keluarga inilah remaja mulai

    mengembangkan cara untuk berelasi dengan orang lain. Lingkungan lain di luar

    keluarga yang berkaitan dengan tingkat relasi remaja adalah lingkungan sosial,

    khususnya lingkungan teman sebaya. Pada diri remaja pandangan teman sebaya

    merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka.

    Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau

    tingkat kedewasaan yang sama. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi

    sangat kuat pada diri remaja. Oleh sebab itu, hal ini dapat membentuk perilaku

    konformitas yang akan lebih berpengaruh jika dia membentuk kelompok sendiri.

    Kecenderungan ini terjadi karena dalam kelompok ada beberapa hal yang

    mempengaruhi remaja seperti adanya peraturan dan peran. Identitas remaja akan

    mulai terbentuk dalam perkembangan sosio-emosional.

    3. Gaya Harajuku

    Gaya busana Harajuku diminati oleh orang muda saat ini. Di Indonesia

    sendiri, menurut sebuah artikel (Kurniawati dkk, 10 Februari 2008), budaya

    berbusana Harajuku ini telah banyak digemari karena karakternya kuat dan khas.

    Peminat mode Harajuku ini mempunyai keterampilan tersendiri untuk merancang

    pakaian mereka.

  • 24

    Harajuku itu sendiri adalah semangat dandan yang memuliakan kebebasan

    kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang dan telah berkembang di

    jalanan sekitar kawasan Harajuku, Tokyo. Gaya Harajuku menabrak tatanan,

    standar dan segala aturan berbusana berikut tata rambut dan rias wajah (Sari,

    2008). Harajuku berkembang menjadi semacam subkultur kaum muda Jepang.

    Gaya Harajuku di Jepang sendiri seperti sebuah identitas diri mengenai siapa diri

    kita, di mana kita tinggal, dan apa yang kita rasakan sebagai manusia (Aoki,

    Desember 2006).

    Harajuku sering terlihat dalam sebuah cosplay. Biasanya yang dimaksud

    dengan kostum di sini adalah kostum dari tokoh manga1, anime2, video game,

    tokoh serial action, film dan juga band-band musik di Jepang. Cosplay biasanya

    terlihat di acara-acara konser musik, taman hiburan dan pesta. Di Jepang bukan

    pemandangan asing melihat remaja ber-cosplay di distrik Harajuku. Sejak tahun

    1998 tepatnya di distrik Akihabara, Tokyo muncul sejumlah kafe Cosplay tempat

    para fans cosplay biasa berkumpul.

    Ada beberapa gaya dalam cosplay antara lain :

    1. Para cosplay yang gemar terhadap tokoh artis Jepang mempunyai aliran

    tersendiri, yaitu Cosplay Japanese Star atau Cosplay J-Star. Gaya yang satu

    ini terdiri dari dua jenis, yaitu J-pop dan J-rock.

    1 - Sebutan komik dalam bahasa Jepang

    - merupakan bentuk dari budaya modern, yang yang diekspresikan melalui tehnik menggambar

    2 Tokoh komik dalam manga

  • 25

    2. Cosplay Anime.

    Cosplay anime lebih terinspirasi dari tokoh-tokoh animasi. Cosplay anime

    mempunyai aliran khusus, dimana perempuan berdandan seperti laki-laki,

    ataupun sebaliknya. Pertukaran peran ini dikenal sebagai Cross Play.

    3. Cosplay Original

    Cosplay original menggunakan gaya tradisional ala Jepang yang desainnya

    sudah dimodifikasi dengan imajinasi sendiri, tetapi tetap membawa ciri utama

    dari gaya aliran tertentu. Misalnya, membuat kostum samurai digabungkan

    dengan obi atau sabuk kimono.

    4. Cosplay Tokusatsu

    Cosplay ini dikenal dengan kostum superhero Jepang, seperti Power Ranger.

    Tokusatsu bisa dibuat dari kardus atau lempengan besi. Pembuatan kostum ini

    biasanya lebih mahal dan sulit daripada cosplay jenis lain.

    5. Cosplay Ganguro

    Mengadaptasi rias wajah tokoh pop Jepang. Aliran Ganguro di Jepang

    biasanya mencoklati wajah mereka. Mereka juga menggunakan lipstik dan

    perona mata putih. Sementara di Indonesia aliran ini diadaptasi hanya

    sebagian. Kebanyakan remaja meniru tanpa mencoklati wajah (Aprianti &

    Dhaniati, April 2006).

    Gaya berbusana Harajuku tidak hanya terpusat pada jenis pakaian saja

    namun dikenal dari tatanan rambut dan tata rias wajah. Tatanan rambut yang

  • 26

    sedang menjadi trend adalah rambut asimetris gaya Harajuku. Sedangkan riasan

    wajah lebih pada aliran gothic3.

    Para pecinta gaya Harajuku sebenarnya mengetahui dengan benar bahwa

    apa yang mereka senangi merupakan sesuatu yang ekstrem. Hal ini disebabkan

    karena terdapat perbedaan budaya antara Indonesia dan Jepang. Meskipun

    demikian, banyak dari peminat gaya Harajuku akan meneruskan hobinya ini

    sampai mati dan akan meneruskan kepada anak cucunya (Kurniawati dkk, 10

    Februari 2008).

    D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja

    Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

    kedewasaan seseorang. Masa transisi ini membuat banyak hal-hal baru muncul

    dalam diri remaja yang nantinya membantu perkembangan diri atau mungkin

    malah menjadi penghambat dalam perkembangan dirinya. Remaja mulai untuk

    berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarganya. Salah satunya adalah

    berinteraksi secara sosial dengan teman sebaya.

    Remaja merupakan sasaran yang tepat dalam berkembangnya suatu bentuk

    kreativitas anak muda dengan segala keunikannya. Pembentukan kelompok teman

    sebaya dengan gaya tertentu merupakan salah satu cara mengekspresikan diri.

    Perilaku ini mencerminkan keinginan untuk tampil beda dan diperhatikan

    (Santrock, 2002). Hal ini berlaku pada remaja yang mempunyai gaya Harajuku.

    3 Aliran yang mendadani wajah menggunakan perona mata hitam

  • 27

    Gaya Harajuku yang ekstrem dijadikan sebagai alternatif remaja untuk

    mengekspresikan diri dengan gaya yang unik.

    Para remaja yang membentuk kelompok lebih banyak menghabiskan

    waktu di luar keluarganya, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

    minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada lingkungan keluarga. Remaja

    akan berusaha untuk menyesuaikan diri sesuai dengan trend yang berkembang

    dalam kelompok dengan harapan agar diterima dalam kelompok.

    Sikap remaja yang berusaha untuk konform membuat mereka berusaha

    mengubah normanya sendiri, mengubah keyakinan pada diri dan secara tidak

    langsung mengubah persepsi, opini maupun perilaku sesuai dengan kelompoknya

    (Brehm & Kassin, 1990). Perilaku konformitas yang tinggi terkadang

    menyebabkan konsep diri remaja menjadi lemah. Hal ini dapat dilihat dari

    tinjauan aspek-aspek konformitas.

    Hal pertama adalah aspek informatif. Kecenderungan untuk menjadi

    seseorang yang merasa benar dengan merujuk pada infomasi dari orang lain

    ataupun pendapat kelompok menyebabkan ketergantungan pada orang lain.

    Ketergantungan ini membuat individu tidak dapat memutuskan ataupun menilai

    tentang diri sendiri. Hal yang akan disoroti dalam hal ini adalah usaha remaja

    yang bergaya Harajuku untuk melakukan tindakan atau tingkah laku yang

    didasarkan pada informasi kelompok. Kebutuhan untuk merasa tepat atau benar

    menyebabkan informasi dalam kelompok menjadi acuan penting dalam perilaku

    mereka. Remaja berusaha membentuk diri agar tampil sesuai atau tampak lebih

    baik daripada anggota lainnya. Ketergantungan pada aspek informatif ini

  • 28

    contohnya, keputusan untuk memilih gaya Harajuku apa yang paling baik/sesuai

    dengan dirinya diserahkan pada rujukan orang lain, cenderung untuk mengabaikan

    pendapat sendiri, merasa takut untuk mengeluarkan pendapat, dan menganggap

    informasi dari kelompok adalah yang paling akurat terkadang menyebabkan para

    remaja tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri, karena

    didasarkan hanya pada informasi kelompok.

    Hal kedua adalah aspek normatif. Aspek ini didasarkan pada keinginan

    untuk disukai dan tidak ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif ini

    membuat kita melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang

    lain. Pengaruh secara normatif pada kelompok remaja yang bergaya Harajuku

    berkaitan dengan beberapa kesepakatan kelompok atau standar kelompok telah

    dengan tujuan agar tidak ditolak, memenuhi harapan kelompok dan diterima

    dalam kelompok. Bentuk norma itu antara lain adanya penetapan aturan memakai

    atribut kelompok, aturan pertemuan rutin dan pemakaian bahasa gaul yang

    diciptakan oleh kelompok meskipun sebenarnya sulit untuk menghafal istilah-

    istilah itu. Kesepakatan-kesepakatan tersebut dilakukan meskipun tidak sesuai

    dengan keinginan remaja. Perasaan takut akan penolakan orang lain terkadang

    menyebabkan individu merasa cemas dan ragu-ragu bagaimana pandangan

    orang lain terhadap dirinya, mengakibatkan mereka merasa tidak aman diri.

    Menurut Paul (1993), rasa tidak aman ini menyebabkan remaja tidak yakin dan

    pasti tentang diri sendiri.

    Terlalu mengandalkan pengakuan dari orang lain dapat menimbulkan

    konsep diri seseorang melemah. Harapan terus menerus akan pengakuan orang

  • 29

    lain juga dapat membuat seseorang menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan

    orang lain tersebut tidak dapat tercapai. Seseorang yang selalu merasa bahwa

    mereka tidak dapat mencapai kriteria atau harapan orang lain merupakan diri yang

    negatif (Moustakas, 1974; Ellis, 1958 dalam Calhoun & Acocella, 1990).

    Sikap konformis yang ditunjukkan oleh para remaja yang bergaya

    Harajuku tanpa disadari akan berhubungan erat dengan bagaimana nantinya

    remaja mengungkapkan konsep dirinya. Apakah mereka mampu untuk

    membentuk konsep diri yang baik atau hanya bergantung pada kelompok.

    Berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap konfomitas

    mempunyai hubungan pada konsep diri seseorang.

    E. Hipotesis

    Berdasarkan latar belakang sebagai dasar kajian teoritis terhadap

    permasalahan yang telah dibahas di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis.

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara konformitas

    dan konsep diri pada remaja. Semakin tinggi sikap konformis remaja pada

    kelompoknya, konsep dirinya semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin

    rendah sikap konformis remaja pada kelompoknya, konsep dirinya semakin

    tinggi.

  • 30

    . METODE P BAB III . METODE PENELITIAN

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk

    mengetahui sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada

    variabel lain. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara konformitas dan

    konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku.

    METODE PENELITIAN

    B. Identifikasi Variabel

    Variabel merupakan objek yang menjadi sasaran penelitian, atau apa pun

    yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

    1. Variabel 1 : Konformitas

    2. Variabel 2 : Konsep diri

    C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian

    a. Konformitas

    Konformitas merupakan perubahan perilaku yang dilakukan oleh remaja

    untuk memenuhi harapan kelompok, dengan mengambil standar perilaku

    kelompok dan norma kelompok. Konformitas ini dilakukan untuk diterima dalam

    kelompok serta diakui oleh kelompok. Sikap konformitas ini ditandai perilaku

    remaja agar sama dengan teman sebayanya. Konformitas akan diukur

    30

  • 31

    menggunakan skala konformitas, yang disusun berdasarkan aspek-aspek

    konformitas yakni aspek informatif dan aspek normatif.

    Data yang akan diperoleh nantinya akan diukur dengan menggunakan

    method of summated rating atau yang sering disebut dengan metode skala Likert.

    Respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai jawaban pada setiap

    aitem sehingga tinggi rendahnya skor keseluruhan subjek akan ditentukan oleh

    nilai jawabannya pada masing-masing aitem.

    Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi sikap

    konformitas subjek terhadap kelompok. Sebaliknya semakin rendah skor total

    yang diperoleh subjek, maka respon untuk bersikap konformis tersebut semakin

    rendah. Pada skala konformitas ini skor tertinggi 240 dan terendah 60.

    b. Konsep Diri

    Konsep diri merupakan pengetahuan pribadi tentang dirinya sendiri berupa

    pandangan ataupun hasil penghargaan seseorang terhadap diri individu. Variabel

    ini akan diukur menggunakan skala konsep diri yang disusun berdasarkan aspek-

    aspeknya antara lain pengetahuan tentang diri sendiri, harapan tentang diri sendiri,

    dan penilaian terhadap diri sendiri.

    Sama halnya dengan skala konformitas, data yang diperoleh tiap aitem

    skala konsep diri nantinya akan diukur dengan menggunakan metode skala Likert.

    Dalam metode ini, respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai

    jawaban pada setiap aitem.

    Respon subjek akan diberi skor sesuai nilai jawaban pada setiap aitem.

    Tinggi rendahnya skor keseluruhan subjek akan ditentukan oleh nilai jawabannya

  • 32

    pada masing-masing aitem. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka

    semakin tinggi konsep diri subjek, sebaliknya semakin rendah skor total yang

    diperoleh subjek, maka konsep diri subjek semakin rendah. Pada skala

    konformitas ini skor tertinggi adalah 240 dan skor terendah adalah 60.

    D. Subjek Penelitian

    Pemilihan subjek ke dalam sampel dilakukan dengan cara purposive

    sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih sekelompok subjek berdasarkan

    atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang memiliki hubungan erat dengan

    ciri-ciri sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1997).

    Berdasarkan hal tersebut, maka subjek yang diteliti adalah :

    a. Subjek berjenis kelamin pria dan wanita.

    b. Individu pada usia remaja, dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun.

    c. Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja yang bergaya Harajuku.

    E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

    Teknik pengambilan data menggunakan angket. Alat penelitian berupa

    penggunaan dua skala, yakni skala konformitas dan skala konsep diri,

    menggunakan pedoman skala Likert.

    1) Skala Konformitas

    Konformitas ini akan diukur dengan menggunakan skala konformitas yang

    didasarkan pada aspek :

  • 33

    a) Aspek informatif, dengan batasan sebagai berikut :

    - Adanya kebutuhan untuk menerima informasi sebagai bukti adanya

    realitas.

    - Adanya kecenderungan untuk selalu merujuk pendapat atau opini

    kelompok jika mengalami ketidakjelasan terhadap suatu informasi.

    - Adanya kecenderungan menjadikan opini dan tindakan kelompok

    sebagai acuan tindakan atau opini individu.

    b) Aspek normatif, dengan batasan sebagai berikut :

    - Melakukan penyesuaian diri untuk memenuhi harapan orang lain atau

    harapan kelompok.

    - Adanya ketakutan terhadap penolakan dan keinginan untuk dapat

    diterima dalam kelompok

    - Adanya tuntutan dalam kelompok atau adanya tekanan dalam kelompok

    Skala konformitas terdiri dari aitem yang bersifat tidak favorabel

    (pernyataan yang tidak mendukung objek yang akan diungkap) dan aitem yang

    bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkap). Pada

    skala konformitas ini subjek akan memilih jawaban SS (Sangat Setuju),

    S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) terhadap pernyataan

    pada skala sesuai dengan dirinya. Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada

    skala konfomitas maka semakin tinggi konformitas remaja terhadap teman-

    temannya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah

    tingkat konformitas.

  • 34

    Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian.

    1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:

    (a) Sangat setuju (SS) : skor 4

    (b) Setuju (S) : skor 3

    (c) Tidak Setuju (TS) : skor 2

    (d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

    2) Aitem-aitem tidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor yaitu :

    (a) Sangat setuju (SS) : skor 1

    (b) Setuju (S) : skor 2

    (c) Tidak Setuju (TS) : skor 3

    (d) Sangat tidak setuju (STS) : skor 4

    Tabel 1. Blue Print Skala konformitas Blue Print Skala konformitas

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah 1. Aspek informatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem 2. Aspek normatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem

    Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas

    Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1. Aspek informatif

    1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 45, 49, 53, 57

    2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 46, 50, 54, 58

    30 aitem

    2. Aspek normatif

    3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 47, 51, 55, 59

    4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60

    30 aitem

    Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem

  • 35

    2) Skala Konsep Diri

    Konsep diri dalam hal ini akan diukur menggunakan skala konsep diri

    yang didasarkan pada aspek :

    a) Pengetahuan diri sendiri

    Segala sesuatu yang berkaitan dengan pemahaman tentang diri sendiri

    termasuk di dalamnya hal-hal yang mengacu pada istilah kualitas diri yaitu

    mengenai kemampuan dan penampilan fisik, sikap dan sifat yang dimiliki juga

    termasuk di dalamnya tentang kelebihan dan kekurangan diri.

    b) Harapan tentang diri sendiri

    Merupakan seperangkat pandangan tentang “menjadi apa” di masa mendatang.

    Hal ini berkaitan dengan pikiran, bayangan maupun cita-cita di masa depan.

    Harapan inilah yang membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju

    masa depan dan memandu kegiatan kita dalam perjalanan hidup kita.

    c) Penilaian terhadap diri sendiri.

    Hal ini menjadikan kita sebagai penilai diri kita sendiri, dengan hasil

    pengukuran yang sering kita sebut harga diri. Pada dasarnya hal ini berkaitan

    sejauh mana kita menyukai diri sendiri.

    Skala konsep diri terdiri dari aitem yang bersifat tidak favorabel

    (pernyataan yang tidak mendukung objek yang akan diungkap) dan aitem yang

    bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkap). Pada

    skala konsep diri ini subjek akan memilih jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju),

    TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) terhadap pernyataan pada skala

    sesuai dengan dirinya.

  • 36

    Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada skala konsep diri maka

    semakin tinggi konsep diri remaja tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang

    diperoleh maka semakin rendah konsep dirinya.

    Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian :

    1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:

    (a) Sangat setuju (SS) : skor 4

    (b) Setuju (S) : skor 3

    (c) Tidak Setuju (TS) : skor 2

    (d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

    2) Aitem-aitem tidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai

    berikut:

    (a) Sangat setuju (SS) : skor 1

    (b) Setuju (S) : skor 2

    (c) Tidak Setuju (TS) : skor 3

    (d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4

    Tabel 3. Blue Print Skala konsep diri Blue Print Skala konsep diri

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah 1. Pengetahuan diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem 2. Harapan 10 aitem 10 aitem 20 aitem 3. Penilaian diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem

  • 37

    Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan

    Sifat Favorabel / Tidak favorabel No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1. Pengetahuan diri

    1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 43, 49, 55

    2, 8,14, 20, 26, 32, 38, 44, 50, 56 20 aitem

    2. Harapan

    3, 9, 15, 21, 27, 33, 39, 45, 51, 57

    4, 10, 16, 22, 28, 34, 40, 46, 52, 58

    20 aitem

    3. Penilaian diri

    5, 11, 17, 23, 29, 35, 41, 47, 53, 59

    6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60

    20 aitem

    Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem

    Kedua skala di atas tidak menyertakan alternatif jawaban ragu-ragu (RR).

    Menurut Hadi (1991) hal ini didasarkan pada beberapa alasan :

    1) Jawaban RR (ragu-ragu) ini berkategori undedicated, yaitu mempunyai arti

    ganda yang bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban dan bisa

    juga diartikan netral.

    2) Menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (Central tendency effect),

    terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas jawabannya mengarah pada setuju

    atau tidak setuju.

    3) Maksud jawaban SS-S-TS-STS yaitu untuk melihat kecenderungan pendapat

    subjek ke arah setuju atau tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban RR

    maka akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi

    informasi yang dapat diperoleh oleh responden.

  • 38

    F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

    Data hasil penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain

    aspek validitas dan reliabilitas (Azwar, 2001).

    1. Validitas

    Penelitian ini akan memakai validitas isi sebagai pengukur validitas skala.

    Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

    dengan analisis rasional atau lewat professional judgment yang dilakukan oleh

    dosen pembimbing. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

    aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan sejauh

    mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001).

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu

    pengukuran (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana

    pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif konsisten jika dilakukan

    pengukuran ulang pada subjek yang sama jika aspek yang akan diukur dalam diri

    subjek juga masih tetap sama. Suatu angket yang reliabel akan menunjukkan

    ketepatan, ketelitian, dan keajegan hasil dalam satu atau berbagai pengukuran.

    Reliabilitas akan diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari

    program SPSS versi 13.00.

    G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data

    Uji coba alat ukur dilaksanakan tanggal 9-20 Desember 2008 dengan total

    sampel sebanyak 50 orang. Alat ukur disebarkan kepada remaja yang berdomisili

  • 39

    di Yogyakarta. Pengambilan sampel tersebut dipilih berdasarkan ciri-ciri yang

    sudah ditetapkan yaitu subjek adalah pria dan wanita berusia dengan rentang usia

    remaja 12-18 tahun, dan merupakan remaja anggota kelompok yang bergaya

    ataupun menyukai gaya Harajuku. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi

    subjek lalu menitipkan kuesioner untuk dibagikan kepada teman-teman sesuai

    dengan kriteria di atas. Pada masing-masing subjek tersebut diberikan 2 jenis

    skala yaitu skala konformitas dan skala konsep diri.

    H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data

    Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah validitas isi sebagai

    pengukur validitas skala. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

    mana aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan

    sejauh mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001). Validitas isi pada

    penelitian ini dilakukan dengan mengkonsultasikan aitem-aitem skala dengan

    orang yang dianggap ahli (dosen pembimbing) sebagai profesional judgement.

    Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa aitem tersebut sudah mencakup

    keseluruhan kawasan isi dan obyek yang hendak diukur sehingga tidak keluar dari

    indikator-indikator yang telah ditentukan.

    a. Analisis Butir atau Diskriminasi Aitem

    Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan

    batasan lebih atau sama dengan rix ≥ 0,30 untuk variabel konformitas dan variabel

    konsep diri. Untuk mengambil butir-butir yang sahih, peneliti menetapkan rix ≥

  • 40

    0,30 karena item yang mencapai korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya

    dianggap memuaskan (Azwar, 2001).

    Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1. Aspek informatif

    1, 5, 9, 13, 17*, 21, 25, 29*, 33*, 37, 41, 45, 49, 53*, 57

    2, 6, 10*, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42*, 46, 50, 54, 58

    30 aitem

    2. Aspek normatif

    3, 7, 11, 15, 19, 23*, 27, 31*, 35, 39, 43, 47*, 51, 55, 59

    4, 8, 12*, 16, 20, 24*, 28, 32, 36, 40, 44*, 48, 52, 56, 60

    30 aitem

    Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem Ket : * aitem gugur

    Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala

    konformitas setelah uji coba.

    Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba) Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba)

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1. Aspek

    informatif

    1(1), 5(5), 13(9), 18(13), 21(21), 25(25), 28(27), 33(41), 36(45), 40(49), 41(57)

    4(2), 6(6), 11(14), 14(18), 19(22), 22(26), 27(30), 29(34), 32(35), 37(37), 42(41), 45(43), 47(46)

    24 aitem

    2. Aspek

    normatif

    3(3), 7(7), 9(11), 10(15), 15(19), 17(27), 23(35), 30(39), 34(43), 38(51), 43(55), 48(59)

    2(4), 8(8), 12(16), 16(20), 20(28), 24(32), 26(36), 31(40), 35(48), 39(52), 44(56), 46(60)

    24 aitem

    Total 23 aitem 25 aitem 48 aitem Ket : (..) aitem sebelum uji coba

    Hasil analisis skala konformitas menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang

    diuji terdapat 12 aitem yang gugur, sehingga terdapat 48 aitem yang sahih.

  • 41

    Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1.

    Pengetahuan diri

    1, 7*, 13, 19, 25*, 31, 37, 43, 49, 55

    2, 8, 14, 20, 26, 32*, 38, 44*, 50, 56

    20 aitem

    2. Harapan

    3, 9, 15, 21, 27*, 33, 39*, 45, 51, 57

    4, 10*, 16, 22, 28, 34, 40, 46, 52, 58

    20 aitem

    3. Penilaian diri

    5, 11, 17, 23*, 29, 35, 41, 47, 53, 59

    6, 12, 18, 24, 30, 36*, 42, 48, 54*, 60

    20 aitem

    Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem Ket : * aitem gugur

    Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala konsep

    diri setelah uji coba.

    Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba) Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)

    No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah

    1.

    Pengetahuan diri

    1(1), 2(13), 10(19), 11(31), 19(37), 28(43), 29(49), 50 (55)

    6(2), 7(8), 8(14), 20(20), 21(26), 30(38), 35 (50), 39(56)

    16 aitem

    2. Harapan

    3(3), 4(9), 5(15), 12(21), 31(33), 33(45), 37(51), 38(57)

    9(4), 17(16), 18(22), 26(28), 27(34), 32(40), 34(46), 40(52), 43(58)

    17 aitem

    3. Penilaian diri

    13(5), 14(11), 24(17), 25(29), 41(35), 42(41), 44(47), 45(53), 48(59)

    15(6), 16(12), 22(18), 23(24), 36(30), 46(42), 47(48), 49(60)

    17 aitem

    Total 25 aitem 25 aitem 50 aitem Ket : (..) aitem sebelum uji coba

    Hasil analisis skala konformitas menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang

    diuji terdapat 10 aitem yang gugur, sehingga terdapat 50 aitem yang sahih.

  • 42

    b. Reliabilitas

    Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang

    mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas (rxx) ditunjukkan dengan

    angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0-1. Semakin tinggi koefisien

    korelasi (mendekati 1) berarti alat tes tersebut semakin reliabel. Uji reliabilitas

    bertujuan untuk melihat taraf kepercayaan hasil pengukuran skala pada penelitian

    dihitung dengan koefisien Alpha Cronbach (Azwar, 2001).

    Reliabilitas skala pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach

    dari program SPSS versi 13.00. Hasil perhitungan koefisien Alpha Cronbach dari

    skala konformitas pada skala uji coba adalah 0,916. Setelah seleksi aitem, dengan

    menyingkirkan aitem yang tidak terpakai, didapatkan nilai reliabilitas sebesar

    0,935. Sedangkan, hasil perhitungan koefisien pada uji coba skala konsep diri

    adalah 0,952. Setelah seleksi item didapat koefisien alpha Cronbach sebesar

    0,962.

    I. Metode Analisis Data

    Sesuai dengan tujuan dan identifikasi variabel, metode analisis data yang

    digunakan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan konsep diri

    remaja yaitu dengan menggunakan kolerasi Pearson Product Moment.

    Perhitungan korelasi ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS

    versi 13.00.

  • 43

    BAB IV . PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

    PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan skala

    konformitas dan skala konsep diri kepada responden penelitian sesuai dengan ciri-

    ciri yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ukur disebarkan kepada 50 orang

    remaja yang berdomisili di Yogyakarta. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi

    subjek dan menitipkan kuesioner pada responden penelitian untuk disebarkan

    pada teman-teman subjek yang memang masuk dalam kategori remaja.

    Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2009 sampai 22

    Januari 2009. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan dua

    buah skala penelitian yaitu skala konformitas dan skala konsep diri, dengan

    jumlah masing-masing skala sebanyak 50 eksemplar.

    B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian

    Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pemilihan

    sekelompok subjek berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah para remaja dengan jenis kelamin laki-

    laki ataupun wanita yang mempunyai atau tertarik dengan gaya Harajuku berusia

    antara 12 – 18 tahun.

    43

  • 44

    Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek

    Umur Jumlah Jenis Kelamin Jumlah 15 16 17 18

    10 14 17 9

    Perempuan Laki-laki

    22 28

    Total 50 Total 50

    Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian Deskripsi Statistik Data Penelitian

    Deskripsi Data Konformitas Konsep diri Mean 116,98 140,46 SD 11,644 19,277 Xmax 139 200 Xmin 92 100

    Tabel di atas menunjukkan jumlah mean dari skala konformitas sebesar

    116,98. Nilai tertinggi yang diperoleh pada konformitas 139 sedangkan untuk

    nilai terendah didapat sebesar 92. Selanjutnya untuk skala konsep diri diperoleh

    mean keseluruhan sebesar 140, 46. Untuk nilai tertinggi sebesar 200 sedangkan

    nilai terendah sebesar 100.

    Selanjutnya dilakukan perbandingan antara mean empiris dengan mean

    teoritis pada skala konformitas dengan skala konsep diri. Perbandingan tersebut

    dapat dilihat pada tabel berikut ini yang berisi perbandingan antara mean teoritis

    dengan mean empiris dan standar deviasi teoritis dengan standar deviasi empiris.

    Tabel 11. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik

    Skala Mean teoritis Mean Empiris SD teoritis SD empiris Konformitas 120 116,98 24 11,644 Konsep diri 125 140,46 25 19,277

    Mean teoritik adalah rata-rata skor ideal hasil penelitian, sedangkan mean

    empirik adalah rata-rata skor data penelitian yang hasilnya diperoleh dari angka

    yang merupakan rata-rata hasil penelitian.

  • 45

    Hasil analisis dari skala konformitas diperoleh mean teoritis sebesar 120

    dan nilai mean empiris sebesar 116,98. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata

    sikap konformitas subjek termasuk dalam kategori sedang. Hasil analisis dari

    skala konsep diri diperoleh mean teoritis sebesar 125 dan nilai mean empiris

    sebesar 140,46. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek mempunyai konsep

    diri yang tinggi.

    C. Hasil Penelitian

    1. Uji Asumsi

    Sebelum melaksanakan analisis data untuk menguji hipotesis perlu

    dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu.

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi

    dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi

    harapan distribusi normal teoritiknya. Uji normalitas ini dilakukan dengan

    menggunakan rumus one sample Kolmogorov–Smirnov Test, bantuan SPSS for

    Windows versi 13.0.

    Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Konformitas Konsep diri Kolmogorov-Smirnov Z

    0,613 0,779

    Asymp. Sig. (2-tailed) 0,846 0,578

    Asumsi uji normalitas adalah jika nilai p>0,05, maka sebaran skor yang

    diperoleh adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai K-SZ

    untuk variabel konformitas sebesar 0,613 dengan probabilitas 0,846 (p>0,05),

  • 46

    sedangkan nilai K-SZ variabel konsep diri sebesar 0,779 dengan probabilitas

    0,578 (p>0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan data subjek memiliki

    sebaran yang normal.

    b. Uji Linearitas

    Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for

    windows versi 13.0 dan mendapatkan hasil bahwa F = 28,840 dengan p = 0,000

    (p

  • 47

    Berdasarkan skala konformitas terdapat 48 aitem yang digunakan.

    Didapatkan skor maksimal 192 (48 dikalikan 4 untuk skor jawaban sangat setuju).

    Skor minimal 48 (48 dikalikan 1 untuk skor jawaban sangat tidak setuju). Mean

    teoritis sebesar 120 (skor max. 192 + skor min. 48 dibagi 2). Standar deviasi

    teoritis 24 (skor max. 192 - skor min. 48 dibagi 6).

    Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri Frekuensi Kategorisasi Konformitas Konsep diri

    Konformitas Konsep diri Sangat tinggi X ≤ 156 X ≤ 163 - 7 Tinggi 132 ≤ X < 156 138 ≤ X

  • 48

    Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis Hubungan r r 2 p Konformitas*konsep diri -0,544 0,295 0.000

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kedua

    variabel sebesar -0,544 dengan probabilitas 0,000 yang berarti bahwa kedua

    variabel memiliki hubungan negatif yang signifikan karena nilai p125,00). Namun, perlu diingat konsep diri pada remaja ini bersifat

    umum sedangkan konformitas remaja mengarah pada kelompok.

    Menurut hasil pengamatan, perilaku konformitas pada remaja yang

    mempunyai gaya Harajuku hanya bersifat public. Sifat public conformity ini

  • 49

    didukung oleh penelitian Dewi (2008) yang menyatakan bahwa konformitas

    dalam berbusana gaya Harajuku di Indonesia sebenarnya tidak terlalu

    menggambarkan apa-apa hanya sekedar menga