hutan mangrove

2
Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam pemanfaatannya diarahkan untuk kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka hutan mangrove perlu dijaga keberadaannya (Kusmana, 2005). Pengelolaan hutan mangrove merupakan suatu upaya perlindungan terhadap hutan mangrove menjadi kawasan hutan konservasi dan rehablitasi hutan mangrove seperti kegiatan penghijauan untuk mengembalikan nilai estetika dan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah ditebang dan dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain (Bengen, 2000). Hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan (Kustanti, 2011). Menurut Pennak (1978) bahwa pH yang mendukung kehidupan Mollusca berkisar antara 5,7 -8,4. Nilai pH < 5 dan > 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobenthos (Hynes, 1978). Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Hynes, H.B.N. 1978. The Ecology of Running Waters. University of Toroto press. Toronto. 555 p. Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas air. Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 259 hal. Pennak, R.W. 1978. Freswater Invertebrates of the United States. Second ed. A Willey Interscience Publication. Jhon Willey and Sons, Inc. New York, 462p Ukuran partikel substrat merupakan salah satu faktor ekologis utama dalam mempengaruhi struktur komunitas makrobentik seperti kandungan bahan organic substrat. Penyebaran makrobenthos dapat dengan jelas berkorelasi dengan tipe substrat. Makrobenthos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang mengandung bahan organik yang tinggi (Nybakken, 1988). Nybakken JW. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Penerjemah M Eidman et.al . Terjemahan dari Marine biology an ecologycal approach. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Upload: marman

Post on 15-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Suatu Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pemanfaatannya Diarahkan Untuk Kesejahteraan Manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Hutan Mangrove

Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam pemanfaatannya diarahkan untuk kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka hutan mangrove perlu dijaga keberadaannya (Kusmana, 2005). Pengelolaan hutan mangrove merupakan suatu upaya perlindungan terhadap hutan mangrove menjadi kawasan hutan konservasi dan rehablitasi hutan mangrove seperti kegiatan penghijauan untuk mengembalikan nilai estetika dan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah ditebang dan dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain (Bengen, 2000). Hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan (Kustanti, 2011).

Menurut Pennak (1978) bahwa pH yang mendukung kehidupan Mollusca berkisar antara 5,7 -8,4. Nilai pH < 5 dan > 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobenthos (Hynes, 1978). Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.

Hynes, H.B.N. 1978. The Ecology of Running Waters. University of Toroto press. Toronto. 555 p.Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas air. Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 259 hal.Pennak, R.W. 1978. Freswater Invertebrates of the United States. Second ed. A Willey Interscience Publication. Jhon Willey and Sons, Inc. New York, 462p

Ukuran partikel substrat merupakan salah satu faktor ekologis utama dalam mempengaruhi struktur komunitas makrobentik seperti kandungan bahan organic substrat. Penyebaran makrobenthos dapat dengan jelas berkorelasi dengan tipe substrat. Makrobenthos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang mengandung bahan organik yang tinggi (Nybakken, 1988).Nybakken JW. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Penerjemah M Eidman et.al . Terjemahan dari Marine biology an ecologycal approach. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.

SubtratWelch (1952) menjelaskan bahwa substrat di dasar perairan akan menentukan kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Selanjutnya Odum (1971) menambahkan bahwa jenis substrat dasar merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme benthos.Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.