hukum ketaatan kepada penguasa dzalim menurut … · 2016-02-17 · luluk husnawati. nim...

73
HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT IBNU TAIMIYAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: LULUK HUSNAWATI 1110045200022 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Upload: others

Post on 03-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM

MENURUT IBNU TAIMIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

LULUK HUSNAWATI

1110045200022

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan
Page 3: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan
Page 4: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan
Page 5: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

i

ABSTRAK

Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada

Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan Islam

Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H / 2015 M. Ix + 63 halaman.

Mengikuti perkembangan dari zaman ke zaman, maka pemikiran Ibnu

Taimiyah ini masih sangat relevan apabila dikaji dan diterapkan pada masa

sekarang ini. Karena kezaliaman tidak pernah akan habis dan berhenti selama

masih adanya pemimpin yang zalim.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian

kepustakaan (Library research) , dan menggunakan sumber data dalam rangka

penyempurnaan kajian ilmiah yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder. Dalam memakai analisa data dapat di ambil data secara deskriptif

analitis dan metode hermeneutika.

Konsepsi Ibnu Taimiyah tentang pemimpin zalim meliputi: dasar

pemikiran Ibnu Taimiyah tentang pemimpin zalim, sikap Ibnu Taimiyah terhadap

pemimpin zalim dan hukum melawan pemimpin zalim. Al-Qur’an sebagai prinsip

dasar masyarakat Islam dijadikan oleh Ibnu Taimiyah sebagai rujukan untuk

menegakkan kebenaran dan keadilan. Dalam hal ini pula Ibnu Taimiyah

berpendapat bahwa pemimpin yang dapat mengendalikan rakyat adalah kewajiban

yang asasi dalam agama. Bahkan tegaknya tidak mungkin direalisasikan, kecuali

dengan adanya “Kepemimpinan”. Dari sinilah ada sebuah riwayat yang

mengatakan enam puluh tahun dari kehidupan seorang pemimpin yang zalim itu

lebih baik daripada satu malam tanpa adanya kepemimpinan.

Selanjutnya Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa masyarakat dilarang

untuk memberontak (perang) sehingga terjadinya pembunuhan. Karena

menurutnya bisa menimbulkan kehancuran dan akan menimbulkan kezaliman

yang lebih besar dan juga untuk menghindari akan terjadinya kekosongan

kekuasaan. Untuk menghindari itu, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kepala

negara yang adil meskipun kafir adalah lebih baik dari pada kepala negara yang

tidak adil meskipun Islam, dengan menyetujui ungkapan bahwa Allah mendukung

negara yang adil meskipun kafir, dan bahwa Allah tidak mendukung negara tidak

adil sekalipun Islam.

Kata kunci : Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu

Taimiyah

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M,M

Daftar Pustaka : Tahun 1953 s.d Tahun 2009

Page 6: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas

segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahka kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul yang

berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Sugeng Ali dan Ibunda Hj.

Muntasiroh yang selalu memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang, dan doa

tanpa kenal lelah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih

sayang-Nya kepada mereka.

Penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan mengatasi

berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya penulis

skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan penulis untuk

menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Maskufah, MA, Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan

kepada Ibu Rosdiana, MA, Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah

yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan

skripsi ini.

Page 7: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

iii

3. Prof. Dr. Zaitunah Subhan, sebagai Pembimbing Akademik yang juga

senantiasa mengingatkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga

penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak, Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA., M.M sebagai

Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran,

perhatiannya kepada penulis dan memberikan pengarahannya.

5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan.

6. Untuk ibunda dan ayahanda tercinta (H. Sugeng Ali dan Hj.

Muntasiroh) yang tak pernah lelah setiap waktunya selalu

mendoakan,dan kasih sayangnya yang tidak pernah berkurang kepada

penulis dan selalu memberikan semangat serta motivasinya.

7. Kepada kakak-kakak saya Evi Hamidah dan cak Ali Mansur yang

senantiasa memberikan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi, Lilik Hidayati dan Mas Dodik Eko Siswanto

yang selalu memberikan semangat, kasih sayang bahkan bantuan

dalam membiayai perkuliahan.

8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Izzah Muhammad, Siti Nurlaela,

Eli Rinawati, Vicky Imelsya Fauzi, Sholiyah, Nining Lutfiah HAB,

Siti Nurhilaliyah, Ade Hikmatul Fauziah, Hafiz yang selalu

mengingatkan, selalu sabar mendengarkan keluhan dan memberikan

solusi dalam pembuatan skripsi.

Page 8: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

iv

9. Kepada sahabat seperjuangan SS Angkatan 2010 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebaikan kalian, yang selalu

memberikan semangat, motivasi, dan do’anya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat KKN Sinergy dan sahabat-sahabat IMAGER

(Ikatan Mahasiswa Gresik) yang selalu memberikan motivasi, arahan,

selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Seseorang yang juga telah memberikan semangat dan dukungan selalu,

MJ warid, thanksfor being present in my life.

12. Kepada sahabat-sahabat THTQ (Tiada Hari Tanpa Al-Qur’an) yang

selalu memberikan motivasi dan gurau canda selama penulis

mengerjakan skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan

mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Penulis berharap skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis

harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Page 9: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 9

E. Metode Penelitian................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan............................................................. 12

BAB II Makna dan Pengertian Penguasa Dzalim

A. Makna dan Pengertian Penguasa Dzalim ............................... 13

B. Macam-macam dan Kriteria Dzalim ...................................... 17

C. Urgensi Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim .......................... 20

BAB III Biografi Ibnu Taimiyah

A. Biografi Singkat Ibnu Taimiyah............................................. 27

B. Pendidikan Ibnu Taimiyah ..................................................... 30

C. Kondisi Sosial Politik Ibnu Taimiyah .................................... 33

D. Karya-karya Ibnu Taimiyah ................................................... 36

Page 10: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

vi

BAB IV Konsep Ketaatan Kepada Penguasa

A. Pengertian Penguasa Dzalim Menurut Para Ulama ............... 42

B. Kriteria Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah ............... 47

C. Pandangan Ibnu Taimiyah Tentang Penguasa Dzalim........... 52

BAB V PENUTUP

D. Kesimpulan ............................................................................ 58

E. Saran – Saran.......................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

Page 11: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an adalah kitab suci yang memuat prinsip-prinsip dan seruan-

seruan moral, bukan hanya sebuah dokumen hukum. Meskipun demikian ia

juga mengandung beberapa pernyataan-pernyataan hukum yang penting

seperti masalah minuman keras, zina, pencurian dan lain-lain. Bagi umat

Islam, syari‟ah mencakup semuaaspek hukum publik dan perorangan,

kesehatan, bahkan kesopanan dan akhlak, bahwa sejatinya hukum syari‟ah

bukanlah hukum yang mengandung prinsip khusus dan aturan rinciannya

langsung diwahyukan kepada Allah kepada Nabi Muhammad Saw.1

Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan Allah. Allah SWT

menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, meniup ruh dari-

Nya kepadanya, memerintahkan sujud semua malaikat kepadanya,

menundukkan semua apa yang ada di langit dan bumi kepadanya,

menjadikannya sebagai khalifah-Nya di bumi, dan membekalinya dengan

kekuatan serta bakat agar iadapat menguasai bumi ini, dan supaya ia dapat

meraih dengan semaksimal kemampuannya akan kesejahteraan kehidupan

materil dan spiritualnya.

Akan tetapi seringkali antara manusia dengan sesamanya mempunyai

kepentingan yang berbeda, sehingga tidak jarang sering terjadi benturan

1M. Harir Murzaki, “Reinterprestasi Hukum Pidana Islam” dalam Cendikia Jurnal

Kependudukan dan Kemasyarakatan, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2005), hal.93-94

Page 12: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

2

antara beberapa kepentingan tersebut. Ketidak sepadanan kepentingan ini jika

dibiarkan akan menimbulkan perselisihan di dalam masyarakat, dimana yang

kuat menindas yang lemah, oleh karenanya dalam kehidupan dalam konsep

Islam beda kepentingan itu diatur menjadi suatu rahmat.

Dimana Islam adalah agama sekaligus ideologi. Adapun pemerintahan

dan Negara bagian yang tidak dapat di pisahkan dari eksistensisnya.

Perbedaan pendapat tentang Negara dan pemerintahan dikalangan pemikir

muslim, juga disebabkan oleh perbedaan perspektif mereka tentang esensi

kedua konsep tersebut. Sebagian memandang bahwa keduanya Negara dan

pemerintah berbeda secara konseptual, pemerintah adalah corak

kepemimpinan dalam mengatur kepentingan orang banyak (berhubungan

dengan metode atau strategi politik).2

Sedangkan negara dipahami sebagai lembaga politik yang merupakan

manifestasi dari kebersamaan dan keberserikatan sekelompok untuk

mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Eksistensi Negara, dalam

hal ini meniscayakan adanya perpaduan antara kebebasan subyektif

(subjective liberty), yaitu kesadaran dan kehendak individual untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu dan kebebasan obyektif (objective liberty), yaitu

kehendak umum bersifat mendasar.3

2 Inu Kencana Syafie, “Al Qur‟an dan Politik”, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.ke-1,1996),

hal.135

3 M. Din Syamsuddin, “Etika Agama Dalam Masyarakat Madani”, (Ciputat: Logos

Wacana Ilmu, 2002), hal. 57.

Page 13: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

3

Sebagaimana telah tercantum bahwa Islam menjamin politik yang

adil, dan telah mendefinisikan politik yang adil berjalan berdasarkan keadilan

Allah dan Rasulnya dan mewujudkan kemaslahatan manusia, maka

sesungguhnya di antara politik itu juga ada namanya “politik yang Dzalim”

syariah telah mengharamkan itu.4

Ulil-Amri ialah orang yang mempunyai wewenang dan kompetensi

dalam suatu urusan. Mereka menyuruh manusia kepada yang ma‟ruf dan

mencegah mereka dari yang munkar. Termasuk ulil amri ialah, pemerintahan,

ulama atau ilmuwan. Bila mereka baik, baiklah semua manusia, bila mereka

rusak, rusaklah semua manusia. Tercakup ke dalam ulil amri ialah raja-raja,

sesepuh, guru dan orang yang menguasai kitab-kitab dan hukum serta orang-

orang yang mempunyai pengikut, semua mereka ini harus menyuruh kepada

apa yang disuruhkan oleh Allah dan mencegah dari apa yang dilarang Nya.

Setiap orang yang berada dibawah wewenang Ulil Amri harus taat kepada

nya dalam hal-hal ketaatan kepada Allah, dan dilarang taat dalam hal-hal

kemaksiatan terhadap Allah.5

Harus diketahui, bahwa memimpin dan mengendalikan rakyat adalah

kewajiban yang asasi dalam agama. Bahkan tegaknya tidak mungkin

direalisasikan, kecuali adanya “Kepemimpinan”. Sedangkan seluruh anak

adam,mustahil akan mencapai kemaslahatan optimal kalau tidak ada

4 Farid Abdul Khalik, Fikih Politik Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1998) hal.211

5Ibnu Taimiyyah, Munuju Umat Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1988) hal.115-116

Page 14: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

4

perkumpulan yang mengikat dan memecahkan kebutuahan mereka.

Perkumpulan ini pasti butuh seseorang pemimpin yang mengadilkan.6

Menurut Muhammad Tholhah Hasan bahwa pemimpin adalah orang

yang mempunyai wewenang dan hak untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang di kehendaki

oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.7

Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang biasanya

memaksakan kehendaknya sendiri, agar dituruti dan ditaati semua

kehendaknya wajib dituruti. Dia berada di mata dan bersultan di hati. Untuk

melaksanakan maksudnya ini utuk menyingkirkan orang yang dianggapnya

lawan atau penghalang, dia dapat melakukan apa aja, tanpa memperhitungkan

apakah tindakan itu halal atau haram.

Jika perlu dia melakukan untuk membuangkan orang yang kritis atau

melakukan pembunuhan untuk menyingkirkan orang yang dicurigai atau

dianggap penghalang sekalipun adalah teman dekatnya, agar tidak ada orang

lain yang dikhawatiri akan menjadi saingannya.

Bagi dia kekuasaan atau kelanggengan kekuasaan adalah di atas

segalanya. Untuk mendapatkan atau untuk mempertahankan kekuasaan itu

semua cara adalah di atas segala-galanya. Untuk mendapatkan atau untuk

mempertahankan kekuasaan semua caraadalah halal demi tujuan kekuasaan

6 Ibnu Taimiyah, “Al-Siyasah Al-syar‟iyyah Fi Islahir Raa‟i War Ra‟iyyah”,Terj.Rofi‟

Munawwar,” Siyasah Syari‟ah Etika Politik Islam”, (Surabaya:Risalah Gusti,Cet.ke-1,1995),hal.

119

7 Muhammad Tholhah Hasan, “Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia”

(Jakarta:Penerbit Lantabara Press,2005), hal. 247

Page 15: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

5

atau untuk mempertahankan kekuasaan itu semua cara adalah halal demi

tujuan kekuasaan atau untuk mempertahankan kekuasaan baginya.

Di dalam iklim kekuasaan di bawah kepemimpinan yang demikian,

maka masyarakat akan menjadi beku, tidak berkembang secara sehat,

masyarakat selalu merasa takut, dan akhirnya menjadi apatis, dan akan

berjiwa budak. Dan inilah yang dikehendaki oleh penguasa otoriter, karena

dengan masyarakat apatis, yang patuh, menurut saja apa kata penguasa,

masyarakat demikian mudah dikendalikan, tidak akan berani memprotes dan

akhirnya diharapkan kekuasaan yang tirani, penguasa otoriter itu akan

berjalan lama.

Wajib taat ini hanya pada perbuatan yang makruf saja dan jika

perbuatan itu maksiat, bathil, dzalim tidak wajib umat mentaatinya,

sebaliknya wajib menegur, mengoreksi. Mengoreksinya harus dengan cara

sopan menurut harkat kepemimpinannya itu, karena setiap orang itu dapat

saja keliru, salah, atau lupa. Di dalam hal ini pemimpin haruslah

menerimanya secara wajar saja, tidak boleh marah atau keras hati.8

Pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin walaupun hanya

terhadap diri kita sendiri dan mempunyai kewajiban untuk memerangi

kedzaliman dan kemungkaran walaupun hal itu dianggap memberontak yang

dilakukan oleh setiap orang yang ada di muka bumi ini karena setiap kita

adalah pemimpin. Yang mempunyai kewajiban untuk menegakkan keadilan

dan perdamaian demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Tindakan

8 Mochtar effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam, (Palembang: Al-Mukhtar,

1997) hal. 188

Page 16: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

6

seperti itu, dalam bahasa politik dapat dikatakan sebagai suatu tindakan

pemberontakan terhadap pemimpin. Pemberontakan atau makar dalam hal ini

adalah bertujuan untuk menegakkan suatu kebenaran dan keadilan atau upaya

menghilangkan kedzaliman pemimpin.9

Ibnu Taimiyah adalah tokoh besar bermazhab Hambali. Begitu

ayahnya meninggal, ia menggantikan kedudukannya baik sebagai pendidik

maupun mufti. Ia tokoh puncak dalam keilmuan dunia keilmuan, amaliyah,

kezuhudan, keberanian, kemuliaan, kerendahan hati, kesabaran, kewibawaan,

keagungan, keikhlasan, dan keteguhannya dalam mempedomani hadis-hadis

Nabi Saw. Ibnu Taimiyah dianggap bagai pedang yang terhunus dihadapan

para penentang agama dan menggetarkan nyali para ahli bid‟ah.10

Nama lengkap Ibnu Taimiyyah adalah Abu Abbas Ahmad bin Abd

Al-Halim bin Abd Salam Abdullah bun Muhammad bin Taimiyyah. Dia lahir

di Haran dekat Damaskus, Suria, pada tahun 661 H atau 1263 M, lima tahun

setelah jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tatar yang berarti pula

berakhirnya dinasti Abbasyiah. Pada usia enam tahun dia mengikuti ayahnya

pindah ke Damaskus demi menghindar dari kerajaan Tatar. Ayahnya yang

bernama Abu Al-Masin Abd Al-Halim adalah salah seorang ulama terkemuka

dari madzab Hambali. Bahkan kakeknya Syeh Al-Islam Abu Albarakat Abd

Al-Salam bin Abdullah juga salah seorang ahli Fiqh Hambali, yang juga Ahli

9 Muahammad Fu‟ad Abdul Baqi, “Al-Lu‟lu‟ Wal-Marjan”, (Terjm, H. Salim Bahreisy),

(Surabaya: Bina Ilmu, 1996), hal. 709

10 M. Arskal Salim, “Etika Intervensi Negara Perspektif politik Ibnu Taimiyah”, (Jakarta:

Logos, Cet ke-1, 1999), hal. 3

Page 17: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

7

Hadist dan Tafsir. Di Damaskus semula dia belajar dari ayahnya sendiri,

kemudian berguru kepada Ali Zain Al-Din Al-Muqaddasi, Najm Al-Din bin

Asakir, Zainab Binti Maki. Pada usia dua puluh tahun ketika ayahnya tutup

usia, dia mulai memperlihatkan perhatian besar untuk mempelajari Fiqh

Hambali, disamping mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu Al-Qur‟an,

Hadist, Teologi.11

Mengambil kepemimpinan wajib bertujuan demi kepentingan agama

dan taqarrubannya dalam memegang kepemimpinan dengan mentaatinya dan

Rosul-Nya itu termasuk lebih afdalnya taqurrub.Dan kebanyakan umat

manusia menemui kemafsadatan karena diminati demi jabatan dan harta.12

Fungsi kontrol terhadap kepala negara sejak awal tidak masuk dalam

tugas Ahl hall wa Al-Aqd, karena fungsi ini merupakan kewajiban setiap

individu sebagai aktualisasi dari doktrin amar ma‟ruf nahi munkar. Meskipun

demikian kontrol kontrol terhadap khalifah ini jarang terjadi, baik secara lisan

maupun tulisan, karena dalam Fiqh atau teori politik Islam pra modern rakyat

harus taat kepada khalifah atau pemerintahan dan barang siapa yang

membangkang, mereka diancam hukuman mati sebagai bughat.13

Tanggung jawab seorang pemimpin merupakan dasar kepemimpinan

ketiga dalam pemerintahan Islam. Selama imam atau pemimpin negara

lainnya berpegang pada perintah Allah, dia juga memimpin dengan dasar

11

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta:UI Press, 1990) Hal. 79

12

Ibnu Taimiyah, Kebijakan Politik Nabi SAW, terj. Muhammad Munawwir Al-Zahidi,

(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997) hal. 159

13

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami, (Kairo: Maktabah Darr Arubba,

1960) hal. 673

Page 18: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

8

keadilan, melaksanakan segala hukuman-hukuman yang ada, dan

berkonsekuensi terhadap hukum dalam pelaksanaannya, serta selalu menjaga

amanah kepemimpinannya. Dia memenuhi segala persyaratan yang diberikan

kepada seorang pemimpin ketika diangkat menjadi pemimpin. Yang

demikian itu adalah imam yang adil, karena itu diwajibkan terhadap

rakyatnya untuk taat dan mendukung perbuatannya.

Dari sini kemudian penulis berpandangan bahwa agar lebih

meyakinkan bagi penulis tentang mengetahui adanya bagaimana Ketaatan

kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah, maka penulis akan

melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi. Dengan demikan penulis

memberikan judul skripsi:

“Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Konsep

Ibnu Taimiyyah”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka penulis hanya

membatasi penulisan ini mengenai Ketaatan kepada Penguasa dzalim

menurut Ibnu Taimiyah. Mengacu kepada pembatasan masalah di atas, maka

permasalahan yang akan menjadi objek penelitan, penulis merumuskannya

sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapat ulama tentang ketaatan kepada penguasa dzalim?

2. Bagaimana kriteria penguasa dzalim menurut Ibnu Taimiyah?

3. Bagaimana pandangan Ibnu Taimiyah tentang penguasa dzalim?

Page 19: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian, sesuai dengan perumusan masalah, maka

penulisan ini bertujuan untuk :

1) Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pendapat Ibnu Taimiyah

tentang penguasa dzalim.

2) Untuk menjelaskan kriteria penguasa dzalim menurut Ibnu Taimiyah.

3) Untuk menjelaskan pandangan Ibnu Taimiyah tentang penguasa dzalim.

Manfaat Penelitian, Adapun manfaat penelitian ini akan dijelaskan

sebagai berikut :

a) Bagi penulis, penulisan ini akan berguna dalam menambah wawasan

tentang ketaatan kepada pengusa dzalim menurut Ibnu Taimiyah.

b) Hasil penelitian ini diharapkan punya nilai signifikan dalam

pencarian ketaatan kepada penguasa dzalim.

c) Hasil penelitian ini dihadirkan untuk ilmu pengetahuan dan

penambahan wawasan yaitu sebagai sumbangsih terhadap dunia ilmu

pengetahuan politik Islam. Dan secara khusus adalah untuk

pengembangan pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa Siyasah

Syar‟iyyah.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian pemikiran Ibnu Taimiyah bukanlah hal yang baru. Kajian

dan eksplorasi terhadap figur ulama ini telah berlangsung sejak lama. Apa

lagi penelitian dengan mengambil sebagian pemikiran darinya, beberapa tema

Page 20: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

10

yang mempunyai intesitas rasional dengan karakteristik pemikirannya sudah

banyak dilakukan. Mengingat beliau adalah seorang ahli teologi.

Dalam dunia akademis ditemukan juga beberapa karya ilmiah yang

mengkaji pemikirannya baik dalam bentuk makalah, laporan penelitian,

skripsi, maupun disertasi. Dalam bentuk buku misalnya Qomaruddin Khan

menulis The Political Thought of Ibn Taimiyyah.14

Buku ini secara umum

membahas pemikiran Ibnu Taimiyah tentang konsep negara.

Khalid Ibrahim Jindan menulis buku berjudul Teori Politik Islam:

Telaah Kritis IbnuTaimiyah Tentang Pemerintahan Islam. Dalam buku ini,

Jindan membahas luar seputar pemikiran Ibnu Taimiyah tentang konsep

pemerintahan Islam.

Di dalam buku Ibnu Taimiyah yang berjudul Pedoman Islam

Bernegara yang membahas tentang Kezdaliman yang terdapat dikalangan

pemerintah dan rakyat.15

Ketiga buku tersebut di jadikan sumber pendukung data untuk

penelitian penulis.

Dalam bentuk penelitian skripsi, salah satu karya adalah Ari Yanto di

Program Studi Pemikran Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

tahun 2006 yang berjudul Kekuasaan Politik Dalam Pemerintahan

14

Buku ini telah diterjemahkan oleh Anas Mahyudin ke dalam bahasa Indonesia dengan

judul Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah (Bandung: Pustaka, 1995)

15

Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1989)

Page 21: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

11

Islam(Studi Perbandingan Antara Konsep Kekuasaan IbnuTaimiyah Dan Abu

AL-A‟la Al-Maududi16).

Seperti terlihat dari judulnya, skripsi ini lebih memfokuskan kepada

persoalan tanggung jawab penguasa terhadap rakyatnya. Sedangkan penulis

membahas Ketaatan Kepada Penguas Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah.

E. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif, sedangkan

jenis penelitian ini documenter dan objek penelitian ini merupakan penelitian

kepustakaan (library research). Yakni, penelitian yang data-datanya di ambil

dari bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, majalah, dan jurnal, dokumen-

dokumen, artikel-artikel dan data internet yang penulis anggap relevan

dengan pokok-pokok pembahasan sebagai bahan rujukan. Yakni

menghimpun semua data kepustakaan tersebut untuk kemudian di analisis

guna memperoleh gambaran menyeluruh tentang objek permasalahan

penelitian ini.

Sumber data yang di gunakan ada dua: pertama, data primer yaitu data

yang di butuhkan kemudian di kumpulkan dari sumber-sumber yang

berkaitan langsung dengan pemikiran Ibnu Taimiyah. Data primer ini

16

Ari Yanto, Kekuasaan Politik Dalam Pemerintahan Islam (Studi Perbandingan Antara

Konsep Kekuasaan Politik Ibnu Taimiyah dan Abu Al-A‟la Al-Maududi), skripsi fak Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan, 2006

Page 22: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

12

dikhususkan pada karya Ibnu Taimiyah. Sumber-sumber primer ini antara

lain Asy-Syariyyah fi Ishlah ar-Ra‟i wa ar-Ra‟yah.17

F. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini akan dibangun secara sistematis, yang terdiri dari

lima bab termasuk di dalamnya pendahuluan. Adapun sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan

sistematika pembahasan.

BAB II Menjelaskan tentang makna dan pengertian penguasa

dzalim, Macam-macam dan kriteria Dzalim, serta urgensi-

urgensinya.

BAB III Menjelaskan tentang biografi singkat IbnuTaimiyah,

Pendidikan IbnuTaimiyah, Kondisi Sosial Politik

IbnuTaimiyah, serta karya IbnuTaimiyah.

BAB IV membahas tentang pengertian penguasa dzalim menurut Para

Ulama, kriteria-kriteria penguasa dzalim menurut Ibnu

Taimiyah dan pandangan penguas dzalim menurut Ibnu

Taimiyah.

BAB V Penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.

17

Dalam hal ini penulis menggunakan edisi terjemahannya Kebijaksanaan Politik Nabi

SAW, ter. Muhammad Munawir Az-Zahidi, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997)

Page 23: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

13

BAB II

MAKNA DAN PENGERTIAN PENGUASA DZALIM

A. Makna dan Pengertian Pemimpin Dzalim

Istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar "pimpin" yang artinya

"bimbing" atau "tuntun". Kemudian dari kata "pimpin" lahirlah kata kerja

"memimpin" yang artinya suatu kegiatan membimbing, menunjukkan jalan

atau menuntun, dan bentuk kata bendanya adalah "pemimpin" yaitu orang

yang melaksanakan memimpin, menunjukkan jalan atau orang yang

membimbing. Perkataan lain yang disamakan pengertiannya adalah

mengetuai, mengepalai, memandu, menguasai, dan melatih.18

Definisi tentang pemimpin memiliki banyak variasi dan banyak yang

mencoba untuk mendefinisikan tentang konsep pemimpin ini. Pemimpin

adalah orang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang lain.

Pemimpin dalam pandangan orang kuno adalah mereka yang dianggap paling

pandai tentang berbagai hal yang ada hubungannya kepada kelompok dan

pemimipn harus pandai melakukannya (pandai memburu, cakap dan

pemberani berperang).19

Sedangkan kepemimpinan itu sendiri artinya kemampuan

menggerakkan dan mengarahkan orang-orang. Menggerakkan dan

mengarahkan orang, berarti telah berlangsungnya hubungan manusia (human

18

Purwadarna, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” , (Jakarta: Balai Pustaka , 1982), hal.

769

19 Ngalim Purwanto dkk, “Administrasi Pendidikan”, (Jakarta: Mutiara, 1984), hal. 38

13

Page 24: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

14

relation), yaitu menggerakkan dan mengerahkan (si pemimpin) dengan yang

digerakkan dan diarahkan (yang dipimpin), sehingga dalam banyak hal si

pemimpin sifatnya mengajak dan mempengaruhi yang di pimpin dengan suka

rela dan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.20

Kata pemimpin dan kepemimpinan merupakan satu kesatuan kata

yang tidak dapat dipisahkan baik secara struktur maupun fungsinya. Artinya,

kata pemimpin dan kepemimpinan adalah satu kesatuan kata yang

mempunyai keterkaitan, baik dari segi kata maupun makna. Pembahasan

tentang masalah kepemimpinanan, sebenarnya sudah banyak diulas dalam

buku-buku dan tulisan-tulisan yang membahas tentang kepribadian dan sifat

seorang pemimpin mulai dari zaman nabi hingga saat ini.21

Dalam bahasa Inggris pemimpin disebut leader, kegiatannya disebut

kepemimpinan atau leadership. Perkataan khalifah yang telah banyak

disinggung dalam uraian-uraian terdahulu pada dasarnya berarti pengganti

atau wakil. Pemakaian perkataan khalifah setelah Rasulullah Saw wafat,

terutama bagi keempat orang Khalifathur-Rasyidin, menyentuh juga maksud

yang terkandung di dalam perkataan “Amir” yang jamak nya umara disebut

juga penguasa. Oleh karena itu kedua perkataan tersebut dalam Bahasa

Indonesia disebut pemimpin, yang cenderung berkontasi sebagai pemimpin

formal. Konotasi tersebut terlihat pada bidang yang dijelajahi di dalam tugas

pokoknya, yang menyentuh tidak sajamaspek-aspek keagamaan dalam

20

3 Pamudji, “Kepemimpinan Pemerintah di Indonesia”, cet. Ke-7, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995), hal. 60

21Mar‟at, “Pemimpin dan Kepemimpinan”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal. 7

Page 25: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

15

kehidupan bermasyarakat, tetapi juga aspek-espek pemerintahan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.22

Oleh karena itu secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai

kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah Swt,

baik secara bersama-sama maupun perseorangan. Dengan kata lain

kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua kehendak Allah Swt

yang telah diberitahukan-Nya melalui Rasul-Nya yang terakhir Muhammad

Saw. Kepemimpinan dalam arti spiritual tiada lain daripada ketaatan atau

kemampuan mentaati perintah dan larangan Allah Swt dan Rasulullah Saw

dalam semua aspek kehidupan.

Adapun pengertian pemimpin menurut empiris adalah kegiatan

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam sejarah kehidupan manusia

sudah sangat banyak pengalaman kepemimpinan yang dapat dipelajarinya.

Pengalaman itu perlu dianalisis, untuk mendapatkan bukti-bukti yang

berharga dan dapat dimanfaatkan, dalam usaha mewujudkan kepemimpinan

yang efektif dan diredhai Allah Swt pada masa sekarang dan masa datang.

Pengertian seperti itulah yang dimaksudkan sebagai pengertian

kepemimpinan yang bersifat empiris.

Untuk memahami pengerian kepemimpinan secara empiris tersebut,

maka akan dimulai dari segi terminologi. Kepemimpinan secara etimologi

(asal kata) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar

“pemimpin”. Dengan mendapat awalan Me menjadi “memimpin” maka

22

Hadari Nawawi, “Kepemimpinan Menurut Islam”, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1993), hal. 16-18

Page 26: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

16

berarti menuntun, menunjukan jalan dan membimbing. Adapun perkataan

lain yang disamakan pengertiannya adalah “mengetahui atau mengepalai,

memandu dan melatih dalam arti mendidik atau mengajari supaya dapat

mengajarkan sendiri.”perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan,

sedang yang melaksanakan disebut pemimpin. Dengan kata lain pemimpin

atau penguasa adalah orang yang memimpin, mengetahui dan mengepalai.23

Menurut Muhammad Tholhah Hasan bahwa pemimpin adalah orang

yang mempunyai wewenang dan hak untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaiman yang di kehendaki

oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.24

Jika kepemimpinan lebih memiliki arti luas, pemimpin merupakan

spesifikasi dari kepemimpinan tersebut. Dengan demikian, pemimpin bias

diartikan sebagai individu yang menduduki suatu status tertentu di atas

individu yang lain di dalam kelompok, dapat dianggap seorang pimpinan atau

pemimpin. Hal ini memungkinkan bahwa dalam menduduki posisinya

melalui pemberian atribut-atribut secara formal atau tertentu. Menurut

Veithzal Rifai, Pemimpin yang efektif adalah yang (1) bersikap luwes, (2)

sadar mengenai diri, kelompok dan situasi, (3) memberi tahu bawahan

tentang setiap persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak

menggunakan wewenangnya, (4) mahir menggunakan pengawaasan umum di

23

Muhammad Tholhah Hasan, “Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia”,

(Jakarta:Penerbit Lantabara Press,2005), hal. 247

24Murthada munthahari, “Imamah dan Khilafah”, Terj, Satrio pinandito,” Imamah dan

Khilafah”, (Jakarta:CV.Firdaus, 1991), hal. 8

Page 27: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

17

mana bawahan tersebut mampu dan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam

batas waktu yang ditentutukan.25

Untuk dapat memenuhi seseorang dijadikan sebagai pemimpin

dibutuhkan tiga hal penting: Pertama, kekuasaan yang dimaksud adalah

kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberi wewenang kepada pemimpin

guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

Kedua, kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga

seorang pemimpin mampu mengatur orang lain dan orang tersebut patuh pada

orang yang memimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu

Ketiga, kemampuan yaitu seorang pemimpin mempunyai segala daya,

kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial

atas perintahnya yang dianggap melebihi dari kemampuan orang biasa.26

B. Macam-Macam dan Kriteria Dzalim

Kedudukan pemimpin sebagai penerus tugas rasul untuk menegakkan

hukum Islam merupakan hal yang sangat penting, terlebih pemimpin yang

mengurus masalah pemerintahan. Karena kepala negara adalah seorang yang

ditunjuk untuk memikul tugas dan tanggung jawab atas masyarakat yang

dipimpinnya, juga mengatur tatanan kehidupan masyarakatnya, baik di

bidang struktur pemerintahan, politik, sosial, kesejahteraan, keamanan,

pendidikan, dan lain sebagainya. Seorang kepala negara juga harus bisa

25

Veithzal Rivai, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2003), hal. 8

26 Kartini Kartono, “Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal Itu?”,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 28

Page 28: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

18

memberikan contoh terbaik (teladan), karena Ia sebagai tumpuan pandangan

dan sumber harapan bagi anggota masyarakatnya agar negaranya menjadi

lebih baik. Maka terhadap orang yang akan menduduki jabatan penting itu

ditetapkan syarat-syarat berat, baik syarat yang berdasarkan dalil yang

berlandaskan nash-nash yang pasti (dalil naqli, al Qur‟an dan Hadis), maupun

yang berdasarkan dengan dalil-dalil „aqli. Sehingga para juris Sunni mencita-

citakan terwujudnya pelaksanaan syari‟at Islam, keadilan, dan kesejahteraan

rakyat melalui kekuasaan politik dalam pemerintahan, hal ini tercermin dalam

syarat-syarat yang mereka kemukakan.

Pentingnya posisi dan kedudukan pemimpin, mendorong para ulama

menetapkan beberapa kriteria (syarat-syarat) seorang pemimpin tanpa

memandang siapa dan dari golongan mana ia berasal, asalkan ia mampu

menjalankan kepemimpinannya, maka ia bisa maju tampil untuk menjadi

pemimpin, dengan catatan ia memiliki profesionalisme, sifat adil, jujur,

mempunyai kepekaan sosial yang tinggi terhadap yang dipimpinnya,

mempunyai kewibawaan serta kemampuan untuk memimpin.27

Adapun istilah Pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang

dan hak untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut

bertingkah laku sebagaiman yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut

melalui kepemimpinannya.28

27

Imam al Mawardi, “Al-Ahkaamus Sulthaniyyah Wal Wilaayaatud Diniyah”, Terj, Abd

Hayyie al Kattani, “Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam takaran Islam”, (Jakarta,

Gema Insani Press. 2000), hal. 6

28Muhammad Tholhah Hasan, “Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia”

(Jakarta:Penerbit Lantabara Press, 2005), hal. 247

Page 29: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

19

Sedangkan zalim adalah Tidak meletakan sesuatu pada tempatnya.

Zalim adalah setiap orang yang tidak adil kepada diri sendiri atau kepada

orang lain. Dalam kriteria (syarat-syarat) Kepala Negara di atas terdapat enam

macam kreteria pemimpin zalim yaitu :

1. Kezaliman (al-dhulma) yang memenuhi semua kreteria yaitu suatu

perbuatan yang merugikan orang lain atau menempatkan sesuatu bukan

pada tempatnya. Perbuatan zalim itu sangat dibenci Allah Swt. Karena

akibatnya merugikan manusia dan Allah telah memuliakan manusia

antara satu dengan lainnya. Sehingga seseorang tidak boleh berbuat

aniaya terhadap orang lain.

2. Bodoh (jahil) yaitu kurangnya ilmu pengetahuan yang membuatnya tidak

dapat melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian-kejadian yang

timbul dalam kebijakan hukum.

3. Fasiq (berdosa) yaitu suatu perbuatan yang melanggar perintah dan

larangan Allah Saw.

4. Cacat pancaindra, dari pendengaran, penglihatan, lidah dan sebagainya.

Sehingga ia tidak dapat menagkap dengan benar dan tepat apa yang

ditangkap oleh indranya itu.

5. Ia mempunyai rasa takut dan bimbang dalam mengambil kepuntusan,

sehingga dapat menimbulkan kebijakan pemerintah yang kacau dan

niscaya akan timbul kelemahan-kelemahan pada segi-segi tertentu.

6. Memiliki sikap lemah yang membuat pertahanan rakyat atau stabilitas

Negara berantakan. Dalam lingkup kepemimpinan perang, tentu saja

Page 30: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

20

penguasa lebih diprioritaskan seorang pemimpin yang mempunyai sikap

pemberani dan kuat dalm fisik, dan sekalipun kualitas dalam beragama

tidak terlalu tinggi, daripada orang yang berfisik lemah sekalipun dia

saleh. Karena kelemahanya akan berdampak luas bagi umat muslimin.29

C. Urgensi Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim

Pemimpin negara adalah orang yang paling berat memikul amanah

karena besarnya jumlah orang yang dibawah pimpinanya. Maka akan

dipertanyakan di akhirat kelak, pemimpin negara juga lebih mudah membuat

kedzaliman disebabkan kuasa ada padanya, seperti ciri-cirinya orang

munafik; apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji mengingkari dan

apabila dipercaya berkhianat. Maka hendaklah para pemimpin bertaqwa

kepada Allah dan bertaubat atas perbuatan dzalim yang pernah dilakukan.

Pertama, pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian. Syarat

pemimpin yang disepakati para ulama adalah Islam, baligh, berakal, lelaki,

mampu, kafah, merdeka, bukan budak asing, sehat panca indera dan anggota

badannya. Pemimpin yang tidak memiliki syarat keahlian pasti tidak amanah,

karena ia memimpin hanya untuk memenuhi hawa nafsu duniawi, bukan

dengan niat tulus untuk beribadah kepada Allah Jika pemimpinnya bodoh dan

tidak mampu memimpin, pasti tidak amanah, karena ia tidak tahu apa harus

dilakukannya. Ia akan diperalat oleh orang lain, sehingga kebijakannya bukan

untuk kesejahteraan rakyatnya. Itu sebabnya RasulullahSAW. bersabda,

29

Imam al Mawardi, “Al-Ahkaamus Sulthaniyyah Wal Wilaayaatud Diniyah”, Terj, Abd

Hayyie al Kattani, “Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam takaran Islam”, (Jakarta,

Gema Insani Press. 2000), hal.

Page 31: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

21

“Seutama-utamanya jihad adalah menyampaikan kebenaran dengan kalimat

yang benar kepada penguasa yang dzalim,” (HR Ibnu Majah).

Kedua, mementingkan diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya.

Pemimpin yang amanah berarti melaksanakan segala kepemimpinannya

untuk memenuhi semua amanah rakyat dan bangsanya. Menegakkan keadilan

bagi seluruh rakyatnya. Mengembangkan kekayaan negera semata untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, bukan untuk kepentingan diri sendiri

dan kelompoknya, sebagaimana Fir‟aun, Haman, dan Karun.

Ketiga dzalim, Pemimpin yang tidak amanah pasti berkhianat dan

dzalim kepada pemberi amanah, yaitu Allah, Rasulullah, dan rakyatnya.

Karena kepemimpinannya diperoleh dengan cara dzalim dan hanya untuk

menguasai segala kekayaan negara secara dzalim, maka yang dipikirkannya

juga hanya kemewahan kekuasaan yang diraihnya secara dzalim itu, sehingga

ia tak peduli kepada apa dan bagaimana penderitaan rakyatnya akibat

kedzalimannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya akan datang di tengah-

tengah kalian para pemimpin sesudahku, mereka menasihati orang di forum-

forum dengan penuh hikmah, tetapi begitu turun dari mimbar mereka berlaku

culas, hati mereka lebih busuk daripada bangkai. Barangsiapa yang

membenarkan kebohongan mereka dan membantu kesewenang-wenangan

mereka, maka aku bukan lagi golongan mereka dan mereka bukan

golonganku dan tidak akan dapat masuk telagaku. Barangsiapa yang tidak

membenarkan kebohongan mereka dantidak membantu kesewenang-

Page 32: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

22

wenangan mereka, maka ia adalah termasuk golonganku dan aku termasuk

golongan mereka, dan mereka akan datang ke telagaku,” (HR. at-Thabrani).

Keempat, menyesatkan umat. Pemimpin yang tidak amanah akan

melakukan apa saja untuk menyesatkan umat. Mereka membeli media masa

untuk menayangkan kebohongan, dusta, narsis, kemewahan, dan berbagai

peristiwa bobrok yang menyesatkan, merusak kebenaran dan keadilan.

Pemimpin yang seperti ini adalah pemimpin yang berbahaya, bahkan lebih

berbahaya dari Dajjal laknatullah. Rasulullãh bersabda, “Selain Dajjal ada

yang lebih aku takuti atas umatku, yaitu para pemimpin yang sesat,” (HR

Ahmad).

Kelima, kehancuran dan kerusakan seluruh tatanan sosial masyarakat.

Pemimpin yang tidak amanah akan mengakibatkan kiamat. Kiamat berarti

merajalelanya segala bentuk kemaksiatan dan kedzaliman, seperti korupsi,

manipulasi, mafia anggaran, mafia pengadilan, kemiskinan dan ke-musyrik-

an, perdukunan, pornografi, minuman keras dan narkoba, perampokan,

pembunuhan, dan berbagai tindak kekerasan yang merusak akidah-akhlak-

moral agama. Itu sebabnya, Allah sangat membenci dan sangat keras siksanya

kepada pemimpin yang dzalim dan khianat.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin dapat hidup seorang

diri. Kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam akan menuntutnya senantiasa

berinteraksi dengan manusia lain. Perbedaan pendapat, ambisi, dan

kepentingan masing-masing pihak yang muncul dalam proses interaksi

tersebut tidak menutup kemungkinan akan memicu lahirnya konflik,

Page 33: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

23

pertikaian, penindasan, peperangan dan pembunuhan atau pertumpahan

darah, yang pada giliranya nanti bisa berimplikasi pada terjadinya kehancuran

total dalam berbagai dimensi kehidupan umat manusia itu sendiri.

Mengangkat kepala negara yang akan mengelola negara,

memimpinnya, dan mengurus segala permasalahan rakyatnya menurut Ibn

Abi Rabi, sangat urgen dilakukan. Tidak mungkin suatu negara berdiri tanpa

penguasa yang akan melindungin warga-warganya dari gangguan dan bahaya

baik yang timbul di antara merekasendiriataupun yang datang dari luar.30

Dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah paling sedikit ditemukan beberapa

syarat kepala negara Islam. Pertama, harus beragama Islam, syarat ini sangat

penting dipenuhi kepala negara Islam karena tugas utama adalah menerapkan

syariat Islam dan bila tugas ini diserahkan pada non muslim yang tidak

berkeyakinan atau tidak percaya kepada syariat Islam maka negara itu tidak

layak disebut negara Islam. Kedua, harus seorang laki-laki. Syarat ini dapat

ditemukan dalam ayat 34 surat al-Nissa yang berbunyi sebagai berikut:

“ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita....” (Q.S. 4:

al-Nisa: 34)

Ada empat alasan mengapa wanita tidak bisa menjadi kepala negara,

Pertama, wanita dianggap tidak mampu memainkan peran politik seperti

mengatur negara atau menjadi kepala negara. Kedua, wanita dianggap tidak

sanggup bersaing dengan laki-laki. Ketiga, wanita memiliki kekurangan akal

30

Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim Di Negara Muslim, hal. 15

Page 34: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

24

dan agama. Keempat, wanita diciptakan lebih rendah dari laki-laki. Jadi

Kekuasaan dan pemerintahan dibutuhkam untuk mewujudkan

terselenggarakannya kewajiban-kewajiban keagamaan. Dengan demikian,

penegakan negara bukanlah merupakan tujuan tetapi tak lebih sebagai sekedar

instrumen untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam. Lebih lanjut, Ibnu

Taimiyah menjelaskan bahwa jika kekuasaan dan kekayaan dijadikan sarana

mendekatkan diri kepada Tuhan, sudah barang tentu antara kehidupan

duniawi akan tercipta keserasian. Sebaliknya, jika kekuasaan memisahkan

diri dari agama, atau agama mengabaikan kekuasaan, maka yang akan terjadi

kerusakan dan malapetaka bagi umat manusia. Karena itulah sangat wajar jika

kita berkesimpualan bahwa hubungan agama dan negara dalam pandanngan

Ibnu Taimiyah, sesungguhnya bersifat fungsional dan bukan organik.

Implikasinya, negara bukan hanya berada di bawah supremasi agama

(Syariah), tetapi negara berikut penyelenggaranya juga bukanlah institusi

yang sakral, sehingga karenanya tak mempunyai keistimewaan relegius

apapun. Itu sebabnya, dalam pandangan IbnuTaimiyah, ketaatan kepada

pemeritah penyelenggara negara hanya dapat diberikan sepanjang perintah

mereka tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Kendati begitu, harus

segera dicatat bahwa eksistensi negara tidak dapat dipandang remeh, karena

tanpa kehadirannya suatu tata tertin sosial yang berlandaskan Al-Quran dan

Sunnah kiranya akan sulit diwujutkan.31

31

M. Arskal Salim, Etika Intervensi Negara Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah,

(Jakarta: Logos, 1999) hal. 52

Page 35: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

25

Sesungguhnya khalifah atau imam atau kepala negara menjalankan

admintrasi (negara) yang mengarah pada pelaksanaan dua tijuan tersebut.

Jadi, ia menunaikan seluruh tugas-tugas negara sesuai dengan pengertian

Islam. Dengan meminta bantuan kepada orang-orang yang telah ditunjuk

sebagai pembantu kepala negara. Seperti para menteri, gubernur, pekerja

(pegawai dan pemerintah), hakim dan lainnya kita mungkindapat meringkas

tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban ini; melindungi agama dan dakwahnya,

baik di dalam maupun di luar (negeri), dan mencegah setiap penyelewekan

dan penyimpangan bahkan pelecehan.

Begitu juga menunaikan hukum-hukum dan syariat-syariat Nya,

dengan menegakkan keadilan dan mencegah kedzaliman, menghukum orang-

orang yang berbuat kejahatan serta melanggar hak-hak Allah dan manusia,

menjamin orang-orang miskin, mengangkat orang-orang yang akan

melaksanakan seluruh aktivitas pembelanjaan (negara), keilmuan, kehakiman,

keuangan, dan administrasi.32

Mengurusi umat manusia itu tergolong kewajiban agama yang bernilai

besar. Bahkan agama tidak bisa mencapai kesejahteraan dengan sempurna

kecuali dengan bersosialisasi karena di antara mereka saling

membutuhkan.33

Bagi Ibnu Taimiyah sangat penting kalau pemerintahan

digunakan sebagai maksud dari pencapaian tujuan agama dan mendekatkan

32

Muhammad Al-Mubarak, Sisterm Pemerintahan Dalam Perspektif Isla, terj. Firman

Harianto, ( Solo, CV. Pustaka Mantiq, 1995) hal. 70

33 Ibnu Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, terj. Muhammad Munawwir al-

Zahidi, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997) hal. 158

Page 36: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

26

diri pada Tuhan. Inilah cara terbaik untuk lebih dekat pada Tuhan, karena

pada saat yang sama juga akan dapat memperbaiki dan mengubah keadaan

orang.34

34

Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam, terj. Aam Fahmia, (Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2000) hal. 235

Page 37: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

27

BAB III

BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH

A. Biografi Singkat Ibnu Taimiyah

Pada saat agama Islam menghadapi gejolak yang luar biasa, baik yang

disebabkan karena perpecahan intern umat Islam sendiri atau karena

permusuhan dengan barat (Nasrani) lahirlah seorang bayi yang kelak

ditakdirkan Allah menjadi seorang intelektual muslim terkemuka dan oleh

banyak orang disebutsebut sebagai seorang mujaddid (pembaharu). Nama

lengkap Ibnu Taimiyyah adalah Abu Abbas Ahmad bin Abd Al-Halim bin

Abd Salam Abdullah bin Muhammad bin Taimiyyah. Gelarannya adalah

Taqiyyudin, Abul Abbas, Ibnu Taimiyah.35

Ia lahir di Harran, sebuah kota

kecil beberapa kilometer dari kota Damaskus pada hari Senin, 10 Rabi‟ul

Awwal, 661 Hijriah (12 Januari 1263 Miladiah). Dan wafat di Damaskus

pada tahun 728 H.tujuh tahun ketika Harran diserang oleh pasukan

Mongol,beserta kedua orang tuanya ia terpaksa mengungsi ke Damaskus

karena kepanikan yang melanda Siriah Selatan tersebut mereka sangat banyak

mengalami penderitaan dan kesulitan di dalam pengungsian mereka.

Peristiwa tragis ini sangat membekas di dalam hati Ahmad yang masih sangat

muda dan sensitif, dan tak dapat di lupakannya.

Para sejarawan berbeda pendapat tentang ibunya. Sebagian

mengatakanbahwa ibunya adalah orang Arab, sedang pendapat lain

35

Shaib Abdul Hamid, Ibnu Taimiyah Rekam Jejak Sang Pembaharu (Jakarta:Citra,

2009) Hal. 17

27

Page 38: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

28

mengatakan bahwa ibunya adalah orang Kurdi, ia sangat berperan dalam

mendidik dan mengembangkan dirinya.

Kakeknya yang bernama Majuddin Abi Al-Barakat Abdus Salam bin

Abdullah (590-620 H), oleh Al-Syaukani (1172-1250 H) dinyatakan sebagai

seorang mujtahid mutlak. Ia juga seorang alim terkenal ahli tafsir (mufassir),

ahlial-hadis (muhaddis), ahli ushul al-fiqh (ushuli), ahli fiqh (al-faqih ), Ahli

Nahwu (an-nahwiyy), dan beliau juga seorang pengarang (mushannif). Al-

khatib Fakhruddin paman Ibnu Taimiyah dari pihak bapak adalah seorang

cendekiawan muslim populer dan seorang pengarang yang produktif pada

masanya. Dan Syarafuddin Abdullah bin Abdul Halim (692- 727 H), adik

laki-laki Ibnu Taimiyah yang juga ternyata dikenal sebagai ilmuwan muslim

yang ahli dalam bidang ilmu kewarisan Islam (faraidh), ilmu-ilmu al-hadis

(ulum al-hadis), danilmu pasti ( al-riyadiyah).36

Semenjak kecil Ibnu Taimiyah dikenal sebagai seorang anak yang

mempunyai kecerdasan yang luar biasa, tinggi kemauan dalam studi, tekun

dancermat dalam memecahkan masalah, tegas dan teguh dalam menyatakan

dan mempertahankan pendapat (pendirian), ikhlas dan rajin dalam beramal

shaleh, rela berjuang dan berkorban untuk jalan kebenaran.37

Semakin bertambah usianya semakin besar kebenciannya kepada

orang-orang Mongol. IbnuTaimiyah merupakan tokoh pemersatu pasukan

36

bnu Taimiyah, “Tafsir Al-Kabir”, Jilid 1, Beirut-Lebanon : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,

t,th, hlm 37, lihat juga Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Mazahib Al-Islamiyah, Juz 2, (Beirut-

Lebanon :Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1987), hal. 601

37 Munawir Sjadzali, “Islam and Govermental Sistem”, (Jakarta: INIS, Th, 1991), hal. 56

Page 39: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

29

tempur yang besaruntuk memerangi orang-orang Mongol walaupun orang-

orang Mongol ini telah memeluk agama Islam. Sedemikian banyak kejahatan

dan kedzaliman mereka yang telah disaksikannya sehingga ia berpendapat

bahwa walaupun orang-orang Mongol tersebut telah menganut Islam, pada

dasarnya mereka tetap pemberontak dan memerangi mereka merupakan

sebuah kewajiban agamawi.38

Pada usia enam tahun dia mengikuti ayahnya pindah ke Damaskus

demi menghindar dari kerajaan Tatar. Ayahnya yang bernama Abu Al-Masin

Abdu Al-Halima adalah salah seorang ulama terkemuka dari madzab

Hambali. Bahkan kakeknya Syeh Al-Islam Abu Albarakat Abd Al-Salam bin

Abdullah juga salah seorang ahli Fiqh Hambali, yang juga Ahli Hadist dan

Tafsir. Di Damaskus semula dia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian

berguru kepada Ali Zain Al-Din Al-Muqaddasi, Najm Al-Din bin Asakir,

Zainab Binti Maki. Pada usia dua puluh tahun, ketika ayahnya tutup usia, dia

mulai memperlihatkan perhatian besar untuk mempelajari Fiqh Hambali, di

samping mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Hadist,

Teologi.39

Ia terkenal sebagai seseorang yang sangat kuat hafalannya.

Diriwayatkan bahwa tak satu huruf pun al-Qur‟an dan hadis yang telah

dihafalnya lupa. Dari kecil dia terkenal rajin menghadiri diskusi-diskusi

ilmiah. Berkat keuletan dan ketekunannya , dalam usia tujuh tahun ia sudah

38

Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, (Bandung:Pustaka, 1971) Hal.10

39 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta:UI Press, 1990) Hal. 79

Page 40: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

30

menghafal al-Qur‟an dengan amat baik dan lancar. Selain itu, penguasaannya

yang prima terhadap berbagai ilmu yang diperluakan untuk memahami al-

Qur‟an menyebabkan ia tampil sebagai ahli tafsir, disamping juga ahli al-

hadis. Keahliannya dalam bidang alhadis ini tampak terlihat sejak masa kecil.

Suatu ketika, salah seorang gurunya mendiktekan 11 matan al-hadis

kepadanya, ketika ia disuruh mengulangi al-hadis tersebut, ia telah

menghafalnya. Ia juga mempelajari berbagai kitab al-hadis Al-Jami‟ Bain as-

Shahihain, karya Imam Al-Hamidi, merupakan kitab al-hadist pertama yang

dihafalnya. Selanjutnya ia mempelajari berbagai kitab-kitab alhadis

termasyhur seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Jami‟ Al- Tirmizi,

Sunan Abi Daud, Sunan Ibnu Majah, Sunan An-Nasa‟i, dan Musnad Al-Imam

Ahmad Ibn Hanbal.40

B. Pendidikan Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah belajar dari orang tuanya sendiri apa saja yang dapat

dipelajarinya dari ilmu-ilmu agama, juga dari banyak guru yang lain,

diantaranya konon adalah guru wanit, karena memiliki kapasitas intelektual

yang sangat besar, sejak kecil IbnuTaimiyah telah menunjukkan berbagai

kemampuan yang luar biasa, sehingga dalam umur belasan tahun ia sudah

dipercayai untuk sesekali menggantikan ayahnya memberi kuliah di

Universitas Masjid tersebut.41

40

Abdul Azis Dahlan, “Ensiklopedia Hukum Islam”, Jilid 6, (Jakarta : PT. Intermasa,

1997), Cet ke-1, hal. 624

41 Nurcholis madjid, kontroversi sekitar ketokohan IbnuTaimiyah (Jakarta: Paramadinah,

1993). Hal. 2

Page 41: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

31

Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi dalam

bidang Fiqh, Tafsir, Hadist dan Bahasa Arab pada ayahnya pula, kemudian ia

melanjutkan belajar Hadist pada Al-Hasan Al-Jumayyizi, seorang pakar ilmu

Hadist, sehingga ia mampu menghafal ratusan serta mengetahui kekuatan dan

kelemahannya. Mengenai Ilmi Fiqih di samping ia mempelajari dari ayahnya

juga diperolehnya dari Izzuddin bin Abd.Salam, tokoh Madzab Syafi‟i, juga

mempelajari atau memperdalam Bahasa Arab pada Syarifuddin al-Mursyi

seorang pakar bahasa Arab.42

Pendidikan IbnuTaimiyah dimulai dengan belajar al-qur‟an dan hadits

pada ayahnya sendiri, di usia yang relatif muda, yaitu pada sekitar tujuh tahun

IbnuTaimiyah telah berhasil menghafal al-Qur‟an dengan lancar.43

Di samping itu, disebutkan bahwa IbnuTaimiyah sejak masa remaja

sampai masa tuanya dikenal sebagai orang yang selalu berusaha untuk

mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam al-Qur‟an, sudah barang tentu dia

sangat gemar membaca Al-Qur‟an. Kegemaran ini terus berlanjut sampai

ketika ia harus mendekam di penjara. Pada masa-masa sulit itu (di penjara ia

masih sempat menghatamkan bacaann al-Qur‟an kurang lebih sebanyak

delapan puluh kali.44

42

Muhammad Ali Hassan, Perbandingan Madzab (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)

hal.286

43 Abdullah Mustafa al-Maragi, Al-Fath al-Mubin fi Tabaqat al-Usuliyyin, (Bairut:

Muhammad Amin Rawaj wa Syurakauh, 1974), hal. 130

44Muhammad Abu Zahra, Ibn Taimiyah: Hayatuh wa Asaru Ara‟ih wa Fiqhih, (Bairut:

Dar al-Fikr, 2003), hal. 22

Page 42: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

32

Kemudian ia memasuki sekolah di Damaskus, mempelajari berbagai

ilmu keIslaman. Sejak kecil sudah tampak kecerdasan dan kejeniusannya.

Dalam usia sepuluh tahun ia telah mempelajari buku-buku hadits utama,

seperti kitab Musnad Ahmad (kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits

yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal), al-Kutub As-Sittah (enam

kitab hadits), Mu‟jam at-Tabari (kamus yang dikarang oleh at-Tabari).

Disamping itu, ia juga belajar khat(menulis indah), ilmu hitung, menghafal

al-Qur‟an, dan mendalami bahasa Arab dari Ibnu Abdul Qawi.

Sebagian dari ilmu-ilmu itu dapat dikuasainya dengan baik sehingga

mengundang kekaguman penduduk Damaskus. Ia kemudian tertarik untuk

mendalaman ilmu kalam dan filsafat, dan menjadi ahli di bidang keduanya.

Karena ketekunannya dan kejeniusannya yang luar biasa itu ia berhasil

menyelesaikan seluruh pendidikannya pada usia dua puluh tahun. Setahun

kemudian dia diangkat menjadi guru besar hukum Madzhab Hambali

menggantikan kedudukan ayahnya yang wafat. Dengan demikian, Ibnu

Taimiyah tumbuh menjadi seorang ulama terkemuka yang berpandangan luas,

berfikiran rasional dan filosofis. Ia dikenal sebagai ahli hadits, ahli kalam,

fiqih, mufasir (ahli tafsir), filsuf, dan sufi. keulamaannya mencakup seluruh

kajian keIslaman sehingga pantas mendapat gelar Syaikhul Islam. Pada usia

tiga puluh tahun, usia yang relatif masih muda, IbnuTaimiyah sudah diakui

kefasihannya sebagai ulama besar, menandingi banyak ulama besar pada

zamannya. Ibnu Taimiyah kuat berpegang pada ajaran salaf.45

45

Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru

van Hoeve, 1994). Hal. 169

Page 43: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

33

C. Kondisi Sosial Politik Ibnu Taimiyah

Sejarah hidup Ibnu Taimiyah (1263-13280) ditandai dengan

terjadinya pergolakan politik dan sosial. Sekitar lima tahun sejak ia lahir,

Dinasti Abbasiyah yang telah berusia beberapa abad, dihancurkan oleh

pasukan Mongol. Dan hanya tiga tahun sebelum lahir, pasukan Tartar

memasuki Damaskus dan Aleppo, sebagai penahluk. Pasukan Tartar

menyerang dan menjarah Harran. Kelahiran Ibnu Taimiyah, ketika dia baru

berumur tujuh tahun. Banyak penduduk setempat kemudian meninggalkan

wilayah itu, mengungsi ke Suriah dan Mesir. Keluarga IbnuTaimiyah

mengungsi ke Damaskus. Sejak itu banyak belajar tentang masyarakat dan

berusaha mengejar ilmu pengetahuan akademik.46

Kelebihan-kelebihan moral dan intelektual IbnuTaimiyah juga

dipertajam dengan visi kehidupannya yang penuh arti, yakni keterlibatannya

dalam berbagai jabatan penting. Ia tidak sekedar guru dan hakim sebagaimana

layaknya tradisi sang kakek dan ayah, namun perkembangan politik

memaksanya untuk memimpin perlawanan militer terhadap bangsa Mongol

demi membela tanah air Syiria. Dalam berbagai kesempatan, ia juga sering

melontarkan ide yang lebih sering bertentangan dengan pendapat para

penguasa ataupun sebagian besar masyarakat kebanyakan. Meskipun sikap itu

membuatnya dalam suasana terpojok dan sulit, tetapi ia tidak pernah goyah

dari pendiriannya.

46

Ishlahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, terj, Anshari Thayib, (Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1997),hal 15

Page 44: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

34

Ibnu Taimiyah semakin di kenal oleh umat Islam. Hal ini di sebabkan

keterlibatannnya dengan persoalan politik. Pada mulanya, didasari rasa tidak

puasnya terhadap penyelesaian kasus Assaf al-Nasrani, seorang beragama

Kristen yang telah menghina Nabi Muhammad dan umat Islam setempat.

Ketidak puasan itu di picu oleh sikap gubernur yang memberikan opsi kepada

Assaf, hukuman mati atau memeluk Islam. Dengan adanya opsi itu, Assaf itu

memilih memeluk Islam.47

Ibnu Taimiyah pertama kali berontak dengan penguasa Mamluk pada

tahun 1294 M, tatkala berusia 32 tahun dan memimpin demo di Damaskus

menentang Katib Kristen yang dituduh menghina Nabi Muhammad SAW.

Sekalipun katib itu di tahan dan dihukum, Ibnu Taimiyah tak urung juga ikut

tertawan lantaran dianggap menghasut rakyat.

Kerenggangan dengan hubungan negara bermula dari berbagai

pendapatnya dalam masalah-masalah teologis tertentu pada tahun 1298, ia

mengemukakan pendapatnya tentang sifat-sifat Allah yang dianggap

bertentangan dengan keyakinan ulama pemerintah Damaskus dan Kairo.

Pemerintah kemudian mengempulkan wakil-wakil rakyat didua kota itu

dengan di pimpin para ulama dan utusan-utusan pemerintah Mamluk yang

terpandang untuk membahas pendapat IbnuTaimiyah yang kontroversial itu.

tahun 1305 M, ia dibawah ke Kairo untuk dipenjarakan, sementara penguasa

setempat menyebarkan pengumuman yang berisi ancaman hukuman mati

bagi siapapun yang mebela pendapat Ibnu Taimiyah.

47

Tomas Michael SJ, Ibnu Taimiyah: Alam Pikirannya dan Pengaruhnya di Dunia Islam

(Orientasi, Th. XV No. 235, 1953), hal. 175

Page 45: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

35

Ia memulai kehidupan penjara itu selama satu setengah tahun sebelum

di bebaskan kembali karena intervensi salah seorang pejabat tinggi Syiria.

Akan tetapi, kemerdekaannya kembali pupus setahun kemudian ketika tokoh-

tokoh sufi Kairo menggugat kutukan Ibnu Taimiyah terhadap” ijtihad para

Sufi Kairo” (para Sufi yang menganut ajaran ijtihad dengan Allah). Peristiwa

ini kembali dalam kehidupan penjara yang ketiga kali. Ia di tahan disebuah

istanah di Alexandria selama dua tahun sampai di bebaskan oleh Sultan al-

Malikan an-nasir. Usai tiga tahun mengenyam kebebasan di Kairo, yang

dijalaninya dengan kegiatan mengajar dan menulis, IbnuTaimiyah kembali ke

Syria pada tahun 1312 M.

Di negeri itu ia memimpin masyarakat untuk tidak mengecam

pemerintah sampai tahun 1318 M, ketika al-Malik an-Nasir mengeluarkan

larangan baginya untuk menyampaikan fatwa tentang masalah perceraian

(talak). Para anggota dewan dikumpulkan dan memutuskan menjebloskan

kembali Ibnu Taimiyah ke penjara karena tidak mematuhi pemerintah

penguasa. Meskipun enam bulan kemudian ia di bebaskan, masalah tersebut

belum juga reda karena para anggota dewan yang lain menebar fitnah yang

menghasilkan tambhan hukuman penjara lima bulan pada tahun 1320 M.

Ia dipenjarakan kembali setelah lima tahun mereguk kebebasan

dengan kegiatan mengajar dan menulis. Penyebab utamanya adalah fatwa-

fatwanya tantangan larangan berziarah kubur. Dewan hakim (para qadi)

diminta bersidang oleh sultan. Keputusan mereka adalah memenjaran Ibnu

Page 46: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

36

Taimiyah, yang kemudian wafat dalam penjara pada tanggal 26 September

1328 M. (usia 67 Tahun).

Ibnu Taimiyah wafat dan disambut dengan derai air mata ratusan ribu

para pendukungnya. Mereka yang mengantar jenazahnya kepemakaman,

bahkan menyajikan berbagai ragam tanda kehormatan yang sebenarnya

perbuatan itu di tentang oleh Ibnu Taimiyah karena dianggap bid‟ah.48

D. Karya-karya Ibnu Taimiyah

Di kalangan Para peneliti tidak mencapai kata sepakat mengenai

jumlah karya ilmiah yang pernah ditulis oleh Ibnu Taimiyah, namun

perkiraan mereka menebutkan kurang lebih berkisar antara 300-500 buah

dalam ukuran besar dan kecil atau tebal dan tipis. Meskipun tidak semua

karya tokoh tajdid dapat diselamatkan, berkat kerja keras „Abd ar-Rahman

ibn Muhammad Ibn Qasim dengan bantuan putranya (Muhammad Ibn Abd

al-Rahman) sebagai karya Ibnu Taimiyah kini telah terhimpun dalam Majmu‟

Fatawa Ibnu Taimiyah yang berjumlah 37 jilid. Itu masih belum termasuk

karangan-karangannya yang tergolong besar seperti Minhaj as-Sunnah.49

Karya-karya Ibnu Taimiyah meliputi berbagai bidang keilmuan,seperti

tafsir, ilmu tafsir, Hadits, ilmu Hadist, fiqh, ushul al-Fiqh, tasawuf, mantiq

(logika), filsafat, politik, pemerintahan, tauhid (ilmu kalam). Sebagian dari

buah penanya, seperti kitab Al-Radd‟ala al-Mantiqiyyin, Ma‟aarij al-Wusul,

48

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam, Telaah Kritis IbnuTaimiyah Tentang

Pemerintahan Islam. Terj. Masrohin. (Surabaya: Risalah Gusti. 1995), hal. 45-46

49 Muhammad Amin Suma, Ijtihad Ibn Taimiyah dalam Fikih Islam, (Jakarta: INIS,

1991), hal. 51

Page 47: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

37

Minhaj as-Sunnah, dan kitab Bugyah al-Murtad, tampak bersifat polemis dan

bernada panas. Itu bisa dimengerti karena kitab-kitab tersebut dan lail-lain

karyanya yang sejenis, ia ditulis sebagai kereksi dan kritiknya terhadap

berbagai teori keagamaan yang menurut penilaiannya tidak benar.

Sebagian dari karya Ibnu Taimiyah yang seluruhnya berbahasa Arab

itu kini telah cukup banyak yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa

lain seperti Urdu Indonesia, dan Inggris. Dan kalau kita memandang dunia

Islam sekarang tersebut, saat ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Urdu,

Indonesia, Inggris.

Karya-karya Ibnu Taimiyah yang jumlahnya tidak sedikit itu hingga

dewasa ini masih dan akan terus dipelajari oleh ratusan ribu bahkan mungkin

jutaan kaum terpelajar du berbagai negara.50

Diantara sekian banyak tokoh pemikir Islam klasik yang menjadi

rujukan kaum muslim di zaman modern ini, Ibnu Taimiyah adalah salah

seorang yang sangat menonjol. Dengan kepribadian yang menurut sebagian

orang sangat kontroversial, Ibnu Taimiyah adalah seorang penulis yang

sangat subur, dengan warisan karya tulis yang berjumlah ratusan. Tulisan-

tulisan itu biasanya dibuat dengan bahasa yang tegas, keras, sehingga banyak

menarik sikap-sikap pro dan kontra yang juga keras dimasyarakat.

Untuk para pengikutnya, reaksi menolak Ibnu Taimiyah datang dari

kalangan kaum pembuat bid‟ah atau sekurangnya dari kaum jumud.

Sebaliknya, untuk para penentangnya, justru IbnuTaimiyah adalah pembuat

50

Muhammad Amin Suma, Ijtihad Ibn Taimiyah dalam Fikih Islam, (Jakarta: INIS, 1991),

hal. 52

Page 48: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

38

bid‟ah yang kasar. Tokoh itu mengaku sebagai pejuang untuk faham salaf

yang shaleh, tetapi justru dalam paandangan para penentangnya, Ibnu

Taimiyah bukanlah seorang salafi.

Diantara karaya-karya Ibnu Taimiyah yang menyinggung tema-tema

sentral yang biasa diangkat para sufi, diantaranya adalah:

a) Al-Furqan baina Auliya‟ al-Rahman wa Auliya‟ al-Syaithan

Kitab ini membahas masalah wali Allah, didalamnya

dibahas siapa yang disebut wali Allah. Dalam kitab ini juga Ibnu

Taimiyah membedakan antara wali Allah dengan wali Syaitan.

b) Al-Tuhfah al-‟Iraqiyah fi A‟mal al-Qulub

Kitab ini menjelaskan tentang kehidupan rohani atau ajaran

tentang dimensi batin (pekerjaan-pekerjaan hati).

c) Al-„Ubudiyyah

Kitab ini menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya.

d) Darajat al-Yakin

e) Ar-Risalah al-Tadmuriyah

f) Risalah fi al-Sama‟ wa al-Raqsh

Secara umum, sikap Ibnu Taimiyah yang tertuang dalam karya-

karyanya itu terpusat pada upaya meletakkan landasan pandangan tasawuf

yang ia yakini, lalu mengapresiasi apa yang ia sebut dengan “tasawuf yang

sesuai dengan syariat” dan mengkritisi apa yang ia sebut sebagai “tasawuf

Page 49: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

39

yang menyimpang”. Dan berikut ini akan diuraikan pokok-pokok

pandangannya terhadap tasawuf.51

Disamping itu karya-karya yang dihasilkan Ibnu Taimiyah adalah:

1) Jam‟u Kalimat al-Muslimin

2) Aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah

3) Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim Mukhalafatu alh al-Jahin

4) Ar-Risalah al-Madaniyah fi al-Majaz wa al-Haqiqah fi Sifatillahi

Ta‟ala

5) Arsy al-Rahman wa Ma Warada fihi min al-Ayat wa al-Hadits

6) An-Nubuwwat

7) Al-Jawab ash-Shahih liman Baddala din al-Masih

8) Al-Washiah al-Jami‟ah li Khair ad-Dunya wa al-Akhirah

9) Idhah al-Dalalah fi „Umm al-Risalah

10) Al-„Aqidah al-Wasathiyah

Kitab ini menjelaskan masalah aqidah dan masalah yang

membuat aqidah kita menjadi rusak, dalam kitab ini juga

dijelaskan secara rinci masalah tawasul, ziarah kubur.

11) Al-Iman

Kitab ini membahas secara jelas tentang masalah iman.

Seperti perbedaan antara Islam dan Iman, bertambah dan

berkurangnya iman dan hal-hal yang dapat merusak iman. Dalam

51

Ismail Asy-Syarafa, Ensiklopedi Filsafat, terj. Sofiyullah Mukhlas (Jakarta: Khalifah,

2002) hal.5

Page 50: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

40

kitab ini juga Ibnu Taimiyah mengkritik aliran-aliran seperti

Murji‟ah, Mu‟tazilah yang berkaitan dengan konsep iman.

12) Al-Amr bi al-Ma‟ruf wa al-Nahy „an al-Munkar

Kitab ini membahas tentang kewajiban menjalankan amar

ma‟ruf nahi munkar, dan bagaimana cara menjalankan amar

ma‟ruf nahi munkar sesuai dengan petunjak al-Qur‟an dan al-

Sunnah.

13) Al-Furqan Baina al-Haq wa al-Bathil.

Kitab ini menjelaskan dan membedakan secara rinci

masalah haq dan bathil.

14) Minhaj al-Sunnah

Kitab ini merupakan kritikan IbnuTaimiyah terhadap

teologi Syi‟ah.

15) Huquq ahl al-Bait

Kitab ini membahas tentang ahl al-bait (keluarga Nabi

SAW) dan kemuliaan serta keutamaan ahl al-bait.

16) Risalah al-Taubat

Kitab ini membahas masalah taubat, bagaimana seorang

hamba taubat kepada Allah SWT.

17) Al-Radd „Ala al-Manthiqiyyin

Kitab ini membahas masalah yang berkenaan dengan kritik

yang dilontarkan Ibnu Taimiyah terhadap filsafat dan logika

Aristoteles.

Page 51: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

41

18) Majmu‟ al-Fatawa

Kitab ini merupakan karya monumental Ibnu Taimiyah,

yang menhimpun fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah dalam seluruh

kajian atau disiplin ilmu ke Islaman.

19) Ulum al-Tafsir

Kitab ini membahas tentang ulum al-qur‟an

20) Syarh Hadits Jibril al-Islam wa al-Iman

Kitab ini menjelaskan makna hadits tentang Rasulullah

SAW, ketika ditanya oleh malaikat Jibril yang kala itu Jibril

menyamar menjadi manusia, hadits ini menjelaskan tentang

Islam, Iman dan Ihsan.

21) Risalah fi Aqidah al-Asy‟ariah wa Aqidah al-Maturidiah

Kitab ini menjelaskan ajaran aqidah Asy‟ari dan Matudi.

22) Manasik al-Hajj

Kitab ini membahas petunjuk praktis yang berkenaan

dengan masalah haji.

23) Bayan al-Thalaq al-Mubah wa al-Haram

Kitab ini membahas masalah perceraian.

24) Al-Hasan wa al-Sayyiah

Kitab ini membahas masalah kebaikan dan keburukan.

25) Risalah al-Aqidah al-Isfahaniah

Kitab ini membahas masalah tauhid khususnya masalah

keimanan dan pendapat al-Isfahaniah tentang makna Iman.

Page 52: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

42

BAB IV

KONSEP KETAATAN KEPADA PENGUASA

A. Pengertian Penguasa Dzalim Menurut Para Ulama

Dalam ensiklopedi Islam bahwa pengertian ulama adalah “Orang-

orang yang sangat tahu” dan “Orang-orang yang banyak ilmunya”, demikan

menurut arti lugawi. Sedangkan dalm pengertian istilah yang berkembang

dikalangan pemahaman umat Islam, “Ulama” diartikan sebagai orang yang

ahli dalam ilmu agama Islam dan ia mempunya integritas kepribadian yang

tinggi dan mulia sertaberakhlakul karimahdan ia sangat berpengaruh

ditengah-tengah masyarakat.52

Dari pengertian ulama di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Ulama adalah orang yang mendalami ilmu pengetahuan, baik

ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt yang kemudian

disebut “Ulumudin” maupun ilmu pengetahuan yang bersumber

dari hasil penggunaan potensi akal indra manusia dalam

memahami ayat kauniah yang kemudian disebut “Ulumul

Insaniah” atau “al-Ulum” (sain).

b. Ulama sebagai pewaris para nabi yang mengemban tugas

meneruskan perjuangannya dan penerima tantangan seperti yang

dialami oleh yang mewariskannya.

52

Departemen Agama RI, “Ensiklopedi Islam”, (Jakarta: CV. Anda Utama), hal. 1249

42

Page 53: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

43

Sejak kelahiran Islam sampai dewasa ini, eksitensi Ulama tetap

diakui. Namun demikian, pengertian ulama yang baku belum ditemukan.

Akibatnya penggunaan kata ulama yang tidak sesuai dengan Al qur‟an dan

As sunnah masih sering ditemukan ditengah masyarakat.53

Adapun pendapat ulama yang mendasari untuk memerangi pemimpin

Dzalim adalah:

Imam Abu Hanifah berkata :

“Apabila kita temukan seseorang pemimpin yang sudah tidak

taat dengan perintah Allah, maka kita boleh melakukan

pemberontakan terhadapnya, bahkanjauh dari itu Imam Hanifah

mengatakan bahwa Kepemimpinan orang dzalim ituadalah batal.”

As-syahid Imam Hassan Al-Banna berkata:

“Apabila ia (pimpinan) abai, maka hendaklah dinasihatinya

dan ditunjukinya, seterusnya digulingkan dan disingkirkan, tidak ada

ketaatan bagi makhluk dalam penderhakaan kepada Allah”

An-Nawawi berkata:

“Berkata Al-Qodli „Iyadl; para ulama‟ berijma‟ bahwasanya

kepemimpinan itu tidak boleh diberikan kepada orang kafir. Dan jika

seorang pemimpin itu kafir, ia dipecat sampai perkataannya jika

pemimpin itu kafir, atau mengganti syari‟at atau dia berbuat bid‟ah,

maka gugurlah kekuasaannya dan gugur pula kewajiban taat

kepadanya. Dan kaum muslimin wajib untuk mencopot kekuasaannya

53

Badruddin Hsubky, “Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman”, (Jakarta: PT Gema

Insani Press, 1995), hal. 81

Page 54: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

44

lalu menggantinya dengan imam yang „adil jika hal itu

memungkinkan”.54

Pendapat para ulama diatas sebagaiman seseorang muslim di haruskan

mempunyai keberanian dalam melakukan kritikan ataupun cara-cara lain

yang ditujukan terhadap pemimpin dzalim dan kita di haruskan memerangi

suatu kedzaliman karena mengucapakan kata yang benar (haq) atau

melakukan kritikandengan cara lain dengan tujuan untuk menegakkan

kebenaran dan keadilan didepan pemimpin yang berbuat dzalim adalah

merupakan suatu tindakan jihad yang sangat disukai oleh Allah SWT.

Mengatakan kebenaran atau melakukan perlawanan didepan pemimpin yang

dzalim memang suatu risiko yang sangat besar, karena hal itu dapat

mendatangkan bahaya bagi orang yang melakukannya.

Dan bahwa semua adalah pemimpin walaupun hanya terhadap diri

sendiridan mempunyai kewajiban untuk memerangi kedzaliman dan

kemungkaran walaupun hal itu dianggap memberontak yang dilakukan oleh

setiap orang yang ada di muka bumi ini karena setiap manusia adalah

pemimpin. Yang mempunyai kewajiban untuk menegakkan keadilan dan

perdamaian demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Adapun pendapat ulama yang mendasari untuk tidak memerangi

pemimpin dzalim adalah:

54

M.Yusuf Musa, “Politik dan Negara dalam Islam”, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka SLI,

1991), hal. 336

Page 55: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

45

Al`Aini berkata:

“Tidak harus menggulingkannya (penguasa) dari kekuasaan

disebabkan itu (fasiq dan dzalim).”55

Al-Kirmani berkata:

“Para fuqaha telah berijma‟ bahwa pemimpin mutaghallib

(yang merampas kuasa dan dilantik bukan dari perlantikan rakyat),

wajib mentaatinya selama mana dia mendirikan solat berjamaah dan

jihad, kecuali jika berlak kekufuran yang sohih. Pada ketika itu, tidak

wajib mentaatinya, bahkan wajib bermujahadah terhadapnya bagi

yang mampu”

Asy-Syaukani berkata:

“Tidak harus melawan para pemimpin dengan pedang, selama

mana mereka mendirikan sholat.”

Pendapat para ulama di atas berdasarkan juga pada larangan ke atas

umat Islam untuk saling berperang antara satu sama lain. Jumhur para ulama

mengatakan bahwa pemimpin tidak dicopot atau digulingkan karena fasiq,

dzalim dan tidak menunaikan hak-hak, dan ia tidak diturunkan dari

jabatannya dan tidak boleh keluar memberontak ke atasnya dengan hal-hal

itu, akan tetapi wajib menasihatinya dan menakut-nakutinya berdasarkan

hadits yang ada dalam masalah itu.

Walaupun sebahagian ulama mengatakan bahwa penentangan boleh

dibuatjika pemimpin melakukan kekufuran yang tsabit dengan dalil yang

nyata, namunjelas dari pandangan mereka bahwa tentangan bersenjata adalah

55

Artikel diambil pada tanggal 24 Februari 2015. dari

Http://sauqiy.wordpress.com/2007/11/20/kapan-kewajiban-memerangi-penguasa-murtad

Page 56: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

46

suatu yangtidak digalakkan sama sekali kerana ia sering mengakibatkan

pertumpahan darah, kerusakan dan mudharat yang lebih besar.

Tidak dinafikan terdapat pandangan beberapa ulama yang

mengharuskan penentangan bersenjata bahkan menjadi wajib dalam keadaan

tertentu. Namun pandangan jumhur yang dinyatakan di atas lebih kuat dan

dekat pada kebenaran.

Imam Syafi‟i berkata

“bahwa seorang imam dapat berhenti jika dia melakukan

kefasikan atau melakukan ke dzaliman, begitu juga bagi seluruh qadhi

dan para gubernur (panglima perang)”

Al-Mawardi berkata

“Selama dia tidak berubah, dia mempunyai dua hak atas

rakyatnya. Adapun jika keadaannya berubah, ada dua hal yang akan

mengeluarkannya dari status kepemimpinannya. Salah satunya

apabila status keadilannya tercemar dan yang kedua ada cacat dalam

salah satu anggota tubuhnya. Adapun yang disebut tercemarnya

status keadilan adalah kefasikan, yang mempunyai dua jenis, yaitu

yang mengikuti syahwat dan yang mengikuti hal yang syubhat. Pada

bagian yang pertama ada yang berkaitan dengan perbuatan anggota

tubuh, yaitu mengerjakan hal yang dilarang ataupun bersikeras

melakukan kemungkaran, hanya karena mengikuti hawa nafsu belaka.

Itulah bentuk kefasikan yang menghalangi dilakukannya kontrak ke

imamahan berikut dengan kesinambungannya. Jika hal yang seperti

itu terjadi terhadap seseorang yang memegang tanggung jawab ke

imamahan, berarti dia telah keluar dari statusnya”.

Page 57: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

47

Ar-Razi berkata

“Orang-orang yang berlaku dzalim tidak dapat menjaga

amanat yang telah diperintahkan tuhan, dan tidak dapat diikuti dalam

menjalankan ketentuan tuhan. Orang-orang tersebut tidak pantas

menjadi pemimpin agama. Sehingga ayat-ayat diatas

mengindikasikan batalnya kepemimpinan seorang fasik”.

Al-Ghazali berkata

“seorang sultan yang dzalim harus dilihat lagi keabsahan

kekuasaanya. Baik itu diberhentikan atau harus berhenti sendiri,

orang yang mempunyai sifat seperti ini sejatinya bukanlah seorang

sultan.”56

B. Kriteria Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa menyelesaikan perkara yang

timbul diantara orang banyak, wajib diselesaikan menurut hukum dengan cara

yang adil sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.57

Hukuman

(had) merupakan perangkat pengancam yang ditetapkan oleh Allah Swt agar

orang tidak mengerjakan sesuatu yang dilarang-Nya atau meninggalkan

sesuatu yang diperintahkan-Nya.58

Berhukum diantara manusia ini maksudnya adalah menegakkan

hukum-hukum dan hak-hak mereka. Dalam hal ini terdapat dua kategori.

56

Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 278

57 J. Suyuthi Pulungan. “Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran”, cet, ke- 1,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, hlm 274

58

Muhammad Ashif, “Pemikiran Ibnu Taimiyyah Tentang Pemerintahan Islam (studi

analisis kewajiban mendirikan pemerintahan dalam kitab As-Siyasah Asy-Syari'ah)”, Skipsi

Sarjana Syari‟ah, Semarang : Perpustakaan Fakultas syari‟ah IAIN Walisongo, 2007, hlm 67-68

Page 58: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

48

Pertama adalah sanksi hukum dan hak-hak yang terkait kepada individu-

individu tertentu, akan manfaat dan tujuan penegakannya itu bagi sekalian

kaum muslimin atau segolongan mereka. Artinya semua berkepentingan agar

sanksi hukum dan hak hak ini ditegakkan. Kreteria pertama itu dinamakan

sebagai sanksi hukum dan hak-hak dari Allah Swt, Seperti hukuman yang

dijatuhkan terhadap perampok dijalanan, pencuri dan sejenisnya. Juga seperi

hukum atas kekayaan Negara, tanah /wakaf, wasiat umum dan lainnya. Kedua

adalah macam cara itu masing- masing mempunyai ketentuan-ketentuan

hukum sendiri.

Ibnu Taimiyah membuat perbedaan antara pengingkaran dan

pemberontakan. Kita boleh mengingkari perintah yang tidak baik dari seorang

imam dan akan menderita hukum karenanya, tetapi kita tidak boleh

mengangkat senjata untuk melawan nya selama ia melakukan shalat.

Mungkin saja seorang imam baik atau jahat, tetapi betapapun demikian

seseorang tidak diperbolehkan mengangkat senjata untuk menggulingkan nya.

Bahkan seorang imam yang berkulit hitam dan berwajah buruk sekalipun

harus ditaati.59

Semua ini mengacu dari sabda Rasulullah Saw bersada, “Shalat itu

adalah tiang agama.” Karena apabila seorang pajabat mau menegakan tiang

agama, maka salatnya itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.60

59 Qomarudin Khan, “Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah”, Bandung: Pustaka

Salam, ITB, 1983, hlm. 148

60 Ibnu Taimiyah, “minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah”, Maktabah al-Riyad al-Hadist Jilid

IV,hlm. 20

Page 59: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

49

Dalam kitab Ibnu Taimiyah Majmu Fatawa, ditemukan bahwa suatu

perbuatan itu dapat dikatakan pemberontakan bila memenuhi beberapa

kreteria-kriteria sebagai berikut :

1. Keluar dari Imam

Keluar dari imam (penguasa) disini maksudnya adalah

menentang imam atau menentang segala yang telah diwajibkan

bagi diri mereka (orang-orang) yang keluar dari imam.

2. Ingin menumbangkan Imam

Yang dimaksud dengan keluar inggin menumbangkan imam

(penguasa) itu adalah orang-orang yang keluar dari imam yang

berniat untuk menggulingkan kepemimpinannya dengan segala

kekuatan yang telah dipersiapkan dan disusun dengan matang,

namun apabila orang-orang tersebut tanpa adanya kekuatan yang

tersusun secara matang dan teratur, maka perbuatan tersebut

belumlah dapat dikatakan tindakan pemberontakan.

3. Bermaksud melanggar ketentuan Imam

Bermaksud melanggar ketentuan Imam ini adalah

disyaratkan bahwa perbuatan itu dilaksanakan beramai-ramai

dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengadakan

pemberontakan dan mereka mengingikan terjadinya

pemberontakan secara umum. Namun apabila keluarnya orang

beramai-ramai itu dengan tidak ada maksud dan tujuan

Page 60: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

50

(memberontak) tidaklah perbuatan tersebut dianggap sebagai

pemberontakan.61

Namun apabila kreteria-kreteria tersebut diatas tidak ditemukan pada

suatu tindakan, maka perbuatan itu belum dapat diklasifikasikan kepada

tindakan pemberontakan. Dalam masalah menyikapi penguasa zalim Ibnu

Taimiyah menegaskan bahwa pemberontakan dengan senjata (gerakan

militer) terhadap penguasa zalim tidak pernah dibenarkan oleh agama

sekalipun dilakukan sebagai reaksi terhadap penguasa zalim atau kejahatan

sebagian oknumnya.62

Bahkan ia juga menganjurkan juga agar umat Islam mengikuti

pimpinan yang tidak adil dan licik jika suasana menghendaki nya demikian

sebagai satu-satunya figur yang mampu mempertahankan persatuan dan

kenyamanan dalam keberagaman masyarakat.63

Allah Swt telah mengutus Rasul-Nya untuk menyuruh manusia supaya

melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Di dalam perbuatan

manusia terkandung kebaikan dan kejahatan dan sesuatu perbuatan dianggap

baik apabila lebih banyak mengandung kebaikan dan dianggap jahat apabila

banyak mengandung kejahatan. Maka seorang khalifah seperti Yazid Abdul

61

Ibnu Taimiyah, ”Majmul Fatawa”, Bairut: Dar al-Kitab al-Ilmiah, Th 1987 jilid III,

hlm. 443

62 Ibnu Taimiyah, “minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah”, Maktabah al-Riyad al-Hadist Jilid

IV, hlm. 87

63 Khalid Ibrahim Jidan, The Islamic Theory Of Goverment according To Ibnu Taimiyah,

Terj. Rineka Cipta “ Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah “, Jakarta : Rineka Cipta,

1994. Hal.124

Page 61: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

51

Maliki al - Mansur atau yang lain-lain naik ke atas takhta, maka hal itu dapat

diterima atau ditentang, tetapi orang-orang menyangka bahwa menentang itu

adalah harus dilakukan dengan pedang, sesungguhnya mereka mempunyai

pendapat yang salah karena di dalam pertentangan yang seperti itu lebih

banyak terkandungkejahatan dari pada kebaikannya, lagi pula jarang terjadi

pemberontakan menimbulkan lebih banyak kebaikan dari pada kejahatan.

Demikianlah yang dialami oleh orang-orang yang memberontak

Abdul Malik si Iraq, oleh Ibnu al-Muhallab yang memberontak melawan

ayahnya di Khurasan, oleh Abu Muslim yang memberontak melawan

pemerintah Umaiyah di Khurasan juga dan oleh orang-orang yang

memberontak melawan al-Manshur di Madinah dan Basrah.64

Walaupun

seandainya para pemberontak ini adalah manusia-manusia yang saleh, paling

lurus dan dapat dikatakan ahli-ahli surga, namun dosa mereka karena

pemberontakan itu tidak dapat dihapuskan. Sejarah telah membuktikan

kebenarannya bahwa tidak ada kebaikan yang ditimbulkan oleh

pemberontakan itu baik untuk agama maupun untuk dunia.

Kejujuran seorang imam tidak perlu melebihi seorang saksi biasa

(yang menurut hukum Islam harus memenuhi beberapa syarat yang ketat).

Seorang saksi memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang tidak

diketahui dan apabila ia tidak jujur maka kebenaran informasi nya tidak dapat

diuji, tetapi apabila seorang imam memberikan perintah, dengan gampang

kita dapat melihat apakah perintahnya itu mentaati atau mengingkari Allah

64

Qomarudin Khan, “Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah”, Bandung: Pustaka Salam, ITB,

1983, hlm. 287

Page 62: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

52

Swt. Dengan alasan seperti inilah, Allah Swt berfirman: “Apakah seorang

yang aniaya (zalim) menyampaikan berita kepada kamu maka telitilah berita

itu dengan sejelas- jelasnya”. Jadi perbuatan seorang imam dapat di kritik

namun otoritas nya tidak dapat ditentang.

Pelaksanaan sebuah fungsi sosial tidak perlu dikaitkan dengan

kebaikan-kebaikan batin atau moral pejabat yang bersangkutan. Dengan

demikian ia mengemukakan perbedaan penting diantara kehidupan pribadi

seorang imam dengan akibat-akibat yang akan dipikulnya sendiri, dan sikap-

sikap imam terhadap masyarakat dimana ia bertanggung jawab untuk

melaksanakan hukum di dalam masyarakat dan yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. 65

C. Pandangan Ibnu Taimiyah Tentang Penguasa Dzalim

Pemikiran politik Ibnu Taimiyah bertumpu pada dua hal, yakni al-

amanah (kejujuran) dan al quwwah (kekuatan) sebagai syarat mutlak kepala

negara pandangan Ibnu Taimiyah yang mensyaratkan al- amanah dan al-

quwwah disebabkan oleh kondisi pada zamannya ketika dunia Islam hancur

oleh kekuatan tentara Mongol.66

Dari sinilah ada sebuah riwayat Ibnu

Taimiyah yang mengatakan : “Enam puluh tahun dari kehidupan seorang

pemimpin yang zalim itu lebih baik daripada satu malam tanpa adanya

kepemimpinan.”

65

Ibnu Taimiyah, “minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah”, Maktabah al-Riyad al-Hadist Jilid

IV, hlm. 214

66 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 36

Page 63: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

53

Yang dimaksudkan Ibnu Taimiyah dalam riwayat di atas adalah

kekuasaan pemimpin yang dipimpin pemimpin zalim selama enam puluh

tahun lebih baik dari pada semalam (sesaat) tanpa adanya seorang pemimpin.

Yakni adanya kemaslahatan dalam sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh

pemimpin zalim selama enam puluh tahun dibandingkan semalam tanpa

adanya sebuah pemerintahan. Oleh karena itu manusia bila dibiarkan tanpa

pemimpin akan menghasilkan kemudlaratan dan kemusnahan bagi manusia.

Menolak kemudlaratan yang diperkirakan akan timbul dalam suatu hal yang

diwajibkan menurut agama.

Kemudlaratan-kemudlaratan itu tidak akan dapat dihindari, melainkan

dengan adanya seseorang kepala Negara meskipun zalim Maka betapa

penting adanya kepala Negara adalah suatu hal yang diharuskan

(diwajibkan).67

Pemimpin dzalim menurut Ibnu Taimiyah adalah pemimpin yang

melakukan sebagian dosa, namun bukan menolak hukum Allah SWT, serta

tidak bermaksud menggantikan hukum Allah SWT tersebut.

Adapun Bentuk kedzaliman itu dalam pandangan Ibnu Taimiyah

terbagi kedalam tiga bagian, Pertama, dzalim terhadap sesama manusia

seperti mengambil harta orang lain, dengki dan lain-lain. Kedua, dzalim

terhadap diri sendiri seperti minum khamer, berzina itupun jika dampaknya

tidak meluas ke masyarakat lainnya. Ketiga, mencakup kedua-duanya, seperti

kejahatan kekuasaan, untuk kepentingan minum khamer dan berzina.

67

Imam Bukhori, “Shahih Bukhori”, jilid IV, Bairut: Dar Al fikr, tt hal, 234

Page 64: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

54

Dalam penyataan Ibnu Taimiyah di atas bahwa pemimpin yang zalim

adalah pemimpin yang melakukan sebagian dosa yang karenanya berhak

secara mutlak disebut zalim seperti minum khamer, berzina atau mendera

orang muslim tanpa adanya alasan yang benar dan jelas atau mengabaikan

penetapan hukum yang berdasarkan syari‟at Islam dalam suatu kejadian

namun bukan menolak hukum Allah Swt. Sedangkan dalam hal-hal tertentu

ia masih mempergunakan hukum yang diturunkan Allah Swt, di tengah-

tengah manusia.

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa pemerintahan yang adil meskipun

kafir adalah lebih baik dari pada sebuah pemerintahan muslim berlaku zalim,

dengan kata-katanya Ibnu Taimiyah mengungkapkan “sesungguhnya Tuhan

menolong pemerintahan yang adil meskipun kafir, tetapi tidak menolong

pemerintahan yang zalim walaupun muslim. Maka keadilan walaupun dengan

kekafiran memungkinkan kehidupan dunia yang terus berkesinambungan,

akan tetapi kezaliman sungguhpun dengan keislaman tak akan mampun

melestarikan kehidupan di dunia ini.68

Dalam pandangan Ibnu Taimiyah, bahwa pemimpin dan

mengendalikan rakyat adalah kewajiban yang asasi dalam agama. Bahkan

tegaknya tidak mungkin direalisasikan, kecuali dengan adanya

“kepemimpinan”. Sedangkan seluruh anak Adam, mustahil akan mencapai

kemaslahatan optimal kalau tidak ada perkumpulan yang mengikat dan

68

M. Arskal Salim, Etika Intervensi Negara Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah,

(Jakarta: Logos, 1999), hal. 53

Page 65: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

55

memecahkan kebutuhan mereka. Perkumpulan ini sudah pasti butuh

seseorang pemimpin untuk mengendalikan.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa penting adanya pemerintahan

karena Allah, memerintahkan kepada manusia untuk beramar ma‟ruf dan nahi

munkar misi atau tugas itu tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kekuasaan

dan pemerintahan yang mempunyai kemampuan untuk mempertahankan itu.

Ia juga berpendapat bahwa keberadaan dan kewajiban kepala negara itu

diperlukan tidakhanya sekedar menjamin keselamatan jiwa dan hak milik

(harta rakyat) dan lebih jauh dari itu juga untuk menjamin hukum Allah di

muka bumi ini (khalifatullah) di muka bumi ini, bahkan ia lebih jauh

berpendirian keberadaan kepala negara meskipun dzalim lebih baik bagi

rakyat dari pada kalau mereka harus hidup tanpa kepala negara.69

Ibnu Taimiyah menganggap bahwa sultan atau kepala negara adalah

bayangan Allah di bumi, dengan arti bahwa dia adalah wakil Tuhan di

bumi.21 (“Inna al-Sultan zhill Allah Fi al-Ard”) Di bagian lain Ibnu Taimiyah

menyebutkan bahwa seorang pemimpin merupakan duta Tuhan atas

hambahamba-Nya, tetapi di saat yang sam pemimpin juga adalah wakil para

hamba (“al wulad Nuwwah Allah ala Ibadih wa wukala‟ al- Iba „ala

Nufusihim” ) Sehingga Ia menganggap bahwa kekuasaan yang diembannya

adalah atas kehendak Tuhan dan Tuhan pula yang yang memberi kekuasaan

kepadanya. Dalam ilmu tata Negara bahwa penguasa yang mengklaim dirinya

bahwa kedaulatan berasal dari Tuhan dan atas kehendak Tuhan, dan Tuhan

69

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1990) Hal. 89

Page 66: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

56

pula yang memberi kekuasaan kepadanya , teori ini disebut dengan teori

ketuhanan.70

Adapun Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa pemerintahan yang adil

meskipun kafir adalah lebih baik dari pada sebuah pemerintahan muslim

berlaku zalim, dengan kata-katanya Ibnu Taimiyah mengungkapkan

“sesungguhnya Tahun menolong pemerintahan yang adil meskipun kafir,

tetapi tidak menolong pemerintahan yang zalim walaupun muslim. Maka

keadilan walaupun dengan kekafiran memungkinkan kehidupan dunia yang

terus berkesinambungan, akan tetapi kezaliman sungguhpun dengan

keislaman tak akan mampun melestarikan kehidupan di dunia ini.71

Pernyataan diatas merupakan pencerminan dari kekhawatiran Ibnu

Taimiyah terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dan kekacauan

terhadap stabilitas politik di negara tempat ia hidup yang masih sarat dengan

kerawanan dan kekacauan.

Oleh karena itu apabila terjadi pengingkaran atau pemberontakan

sekalipun dilakukan terhadap penguasa yang dzalim, tentu akan

mengakibatkan kekosongan pemerintahan yang akibatnya amar ma‟ruf dan

nahi munkar susah untuk dapat dilaksanakan dengan semestinya. Agaknya

pendapat Ibnu Taimiyah ini sangat aktual sekali jika dikaji ulang pada saat

sekarang dalam rangka menciptakan danmemelihara stabilitas negara.

70

Soehino, “Ilmu Negara”,Yogyakarta: Liberty, 1986, hlm. 152-153.

71 M. Arskal Salim, Etika Intervensi Negara Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah,

(Jakarta: Logos, 1999), hal. 53

Page 67: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

57

Nabi SAW menyuruh bersabar atas perbuatan dzalim para pemimpin

(penguasa, dan melarang memerangi mereka selama mereka menegakkan

shalat). Ajaran dasar Ahlussunnah Wal-jama‟ah adalah memelihara kesatuan

dan persatuan, tidak memerangi para pemimpin dan tidak berperang dalam

fitnah. Adapun Ahlul Ahwat (pengikut nafsu) seperti golongan mu‟tazilah

memandang memerangi pemimpin termasuk salah satu ajaran dasar dalam

keyakinan agama. Ada lima ajaran yang dipandang sebagai dasar dan pokok

agama mereka: at-tauhid merupaka peniadaan terhadap sifat-sifat tuhan, al-

„adlu (keadilan), pengingkaran atas qadar, al-manzilah bain al-manzilah

latain, melaksanakan janji dan ancaman amar ma‟ruf nahi munkar, termasuk

didalamnya, memerangi pemimpin.72

72

Ibnu Taimiyah, Menuju Umat Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1988), hal. 59

Page 68: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis dari beberapa bab terdahulu,

maka dapatlah disimpulkan jawaban terhadap berbagai pokok-pokok

permasalahan sebagai berikut :

1. Menurut Ibnu Taimiyah kriteria penguasa dzalim adalah: Keluar

dari Imam, Ingin menumbangkan Imam, Bermaksud melanggar

ketentuan Imam. Dari uraian yang telah diungkapkan di atas,

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pemimpin yang

dzalim menurut Ibnu Taimiyah itu adalah penguasa yang

melakukan sebagian dosa yang karenanya berhak secara mutlak

disebut dzalim seperti minum khamer, berzina atau mendera orang

muslim tanpa adanya alasan yang benar dan jelas atau

mengabaikan penetapan hukum yang berdasarkan syari‟at Islam

dalam suatu kejadian namun bukan menolak hukum Allah SWT.

Sedangkan dalam hal-hal tertentu ia masih mempergunakan hokum

yang diturunkan Allah SWT, di tengah-tengah manusia.

2. Ibnu Taimiyah menggambarkan bahwa pemimpin yang dzalim

diharuskan kepada rakyat agar bersabar menghadapi kepala negara

yang dzalim dan tidak memerangi selama ia masih tetap

melaksanakan sholat. Dalam sikap Ibnu Taimiyah berpendapat

58

Page 69: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

59

bahwa pemerintahan yang adil meskipun kafir adalah lebih baik

dari pada sebuah pemerintahan muslim berlaku dzalim, pada

dasarnya sikap yang di lakukankan Ibnu Taimiyah mengambarkan

kebijakan seorang pemimpin bukan melainkan sosok ataufigur.

3. Mengenai relevansi pemikiran Ibnu Taimiyah tentang penguasa

dzalim dengan konsep siyasah Islam menunjukan kenyataan

adanya ajaran-ajaran politik yang terkandung dalam al-Qur‟an

adalah menciptakan manusia untuk beramar ma‟ruf dan nahi

munkar. oleh karena itu agama dan negara akan terjalin dengan

baik dengan adanya pemerintahan. Karena kita ketahui manusia

adalah makhluk sosial oleh karena itu butuh bantuan orang lain dan

dengan hal itu harus adanya pemerintahan.

B. Saran-Saran

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan diatas,

makapenulis ingin mengemukakan saran-saran sebagai bahan pertimbangan

bagikita semua selaku umat Islam, antara lain :

1. Dalam menggali studi analisis pendapat Ibnu Taimiyah terhadap

penguasa dzalim yang memfokuskan pada kewajiban mendirikan

pemerintah walaupun penguasa dzalim.

2. Dalam menghadapi penguasa zalim maka kaum muslimin diharapkan

tetap sabar dalam menghadapi penguasa yang zalim dalam kondisi

dan keadaan bagaimanapun juga.

Page 70: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

60

3. Bagi para pembaca hendaknya didalam menjalankan syari‟at Islam

harus berhati-hati agar tidak dengan mudah dan cepat mengambil

keputusan-keputusan yang cenderung tidak imbang yang kadang-

kadang banyak menimbulkan kerugiann terhadap orang banyak,

hendaknya kita sebagai orang Islam dalam memandang

segalasesuatu yang didasarkan pada syari‟at Islam dan jangan

dipandangdari satu sisi aja yaitu “sisi buruk atau sisi baiknya saja”

Page 71: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

61

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maragi, Abdullah Mustafa, Al-Fath al-Mubin fi Tabaqat al-Usuliyyin, Bairut:

Muhammad Amin Rawaj wa Syurakauh, 1974

Al-Mawardi, Imam, “Al-Ahkaamus Sulthaniyyah Wal Wilaayaatud Diniyah”,

Terj, Abd Hayyie al Kattani, “Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan

dalam takaran Islam”, Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Al-Mubarak, Muhammad, Sistrm Pemerintahan Dalam Perspektif Isla, terj.

Firman Harianto, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995

Asy-Syarafa, Ismail, Ensiklopedi Filsafat, terj. Sofiyullah Mukhlas,Jakarta:

Khalifah, 2002.

Audah, Abdul Qadir, Al-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami, Kairo: Maktabah Darr

Arubba, 1960

Departemen Agama RI, “Ensiklopedi Islam”, Jakarta: CV. Anda Utama, 1999

Effendy, Mochtar, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam, PaleAbdul Rosyid.

Aqidah Akhlak , Semarang: PT. Toha Putra, 2003

Hamid, Shaib Abdul, IbnuTaimiyah Rekam Jejak Sang Pembaharu, Jakarta:Citra,

2009

Hassan, Muhammad Ali, Perbandingan Madzab, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002

Hsubky, Badruddin, “Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman”, Jakarta: PT

Gema Insani Press, 1995

Http://sauqiy.wordpress.com/2007/11/20/kapan-kewajiban-memerangi-penguasa-

murtad

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2007

Ishlahi, Konsepsi Ekonomi IbnuTaimiyah, terj, Anshari Thayib, Surabaya: PT

Bina Ilmu, 1997.

Jindan, Khalid Ibrahim, Teori Politik Islam, Telaah Kritis IbnuTaimiyah Tentang

Pemerintahan Islam. Terj. Masrohin.Surabaya: Risalah Gusti. 1995..

Khalik, Farid Abdul, Fikih Politik Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1998

61

Page 72: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

62

Khan, Qamaruddin, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Bandung: Pustaka, 1971

Madjid Nurcholis, kontroversi sekitar ketokohan IbnuTaimiyah, Jakarta:

Paramadinah, 1993.

Michael SJ, Tomas, Ibnu Taimiyah: Alam Pikirannya dan Pengaruhnya di Dunia

IslamOrientasi, Th. XV No. 235, 1953.

Muthahari, Murtadho, “Imamah dan Khilafah”, Terj, Satrio pinandito,”Imamah

dan Khilafah”, Jakarta: CV. Firdaus, 1991

Musawi Lari, Sayid Mujtaba, Imam Penerus Nabi Muhammad SAW Tinjaun

Historis Teologis dan Filosofis, Jakarta: Lentera, 2004.

Musa, M.Yusuf, “Politik dan Negara dalam Islam”, Yogyakarta: Penerbit

Pustaka SLI, 1991.

Mar‟at, “Pemimpin dan Kepemimpinan”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984

Nawawi, Hadi, “Kepemimpinan Menurut Islam”, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1993

Pamudji, “Kepemimpinan Pemerintah di Indonesia”, cet. Ke-7, Jakarta: Bumi

Aksara, 1995

Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar

Baru van Hoeve, 1994.

Purwadarna, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” , Jakarta: Balai Pustaka , 1982

Purwanto, Ngalim, dkk, “Administrasi Pendidikan”, Jakarta: Mutiara, 1984

Rahman, Fazlur, Gelombang Perubahan Dalam Islam, terj. Aam Fahmia, Jakarta:

PT Grafindo Persada, 2000

Rais, Dhiauddin, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Rosyid, Abdul. Aqidah Akhlak , Semarang, PT. Toha Putra, 2003

Salim, M. Arskal, Etika Intervensi Negara Perspektif Etika Politik IbnuTaimiyah,

Jakarta: Logos, 1999.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,

Jakarta: Penerbit UI Press, 1993

Sjadzali, Munawir, “Islam and Govermental Sistem”, Jakarta: INIS, Th, 1991, hal. 56

Page 73: HUKUM KETAATAN KEPADA PENGUASA DZALIM MENURUT … · 2016-02-17 · Luluk Husnawati. NIM 1110045200022. Hukum Ketaatan Kepada Penguasa Dzalim Menurut Ibnu Taimiyah. Konsentrasi Ketatanegaraan

63

Suma, Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyah dalam Fikih Islam,Jakarta: INIS,

1991.

Syarif, Mujar Ibnu, Presiden Non Muslim Di Negara Muslim, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 2006

Taimiyyah, Ibnu, Munuju Umat Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar, Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1988

Taimiyah, Ibnu, Kebijakan Politik Nabi SAW, terj. Muhammad Munawwir Al-

Zahidi, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997

Taimiyah, Ibnu, Al-Amrbi Al-ma‟ruf wa Al-Nahyu „an Al-Mungkar, Beirut: Dar

Kitab Jadid,1984

Taimiyah ,Ibnu, “Tafsir Al-Kabir”, Jilid 1, Beirut-Lebanon : Dar Al-Kutub Al-

Ilmiyah, t,th, hlm 37, lihat juga Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-

Mazahib Al-Islamiyah, Juz 2, Beirut- Lebanon :Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,

1987

Taimiyah, Ibnu, Pedoman Islam Bernegara, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1989

Zada, Khamami dan Mujar Ibnu Syarif, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam, Jakarta: Erlangga, 2008.

Zahra, Muhammad Abu, Ibn Taimiyah: Hayatuh wa Asaru Ara‟ih wa Fiqhih,

Bairut: Dar al-Fikr. 2003