hukum internasional

144
HUKUM INTERNASIONAl Oleh : Nurul Hikmah

Upload: cormac

Post on 24-Feb-2016

131 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

HUKUM INTERNASIONAl. Oleh : Nurul Hikmah. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum internasional (publik)  keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM INTERNASIONAl

HUKUM INTERNASIONAl

Oleh : Nurul Hikmah

Page 2: HUKUM INTERNASIONAl

• Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum internasional (publik) keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara.

• Hukum perdata internasional keseluruhan kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara

Page 3: HUKUM INTERNASIONAl

Istilah yang digunakan:• International law• Public international law• Law of nations• Inter state law• Transnational law istilah ini digunakan oleh

pakar yang tidak setuju pada pembagian hukum internasional public dan hukum internasional perdata. Yaitu prinsip dan kaidah yang mengatur hubungan hukum antara subjek-subjek hukum dan bersifat lintas batas negara.

Page 4: HUKUM INTERNASIONAl

Sifat Hukum Internasional

• Sifatnya koordinatif bukan sub-ordinatif• Hubungan internasional yang diatur oleh

hukum internasional dilandasi oleh persamaan kedudukan antar anggota masyarakat bangsa-bangsa.

• Tidak ada badan supranasional ataupun pemerintahan dunia (world government) yang memiliki kewenangan membuat dan memaksakan berlakunya aturan internasional.

Page 5: HUKUM INTERNASIONAl

Tidakkah PBB merupakan badan

supranasional ?

Page 6: HUKUM INTERNASIONAl

Organisasi terbesar dengan anggota

hampir 200 negara

Mengurus masalah politik, ekonomi,

keamanan & hukum

Dipimpin oleh SEKJEN

Memiliki Mahkamah

Internasional

International Law Commission (ILC)

Page 7: HUKUM INTERNASIONAl

Perwujudan Hukum Internasional

bilateral

trilateral

regionalmultilateral

universal

Page 8: HUKUM INTERNASIONAl

Eksistensi Hukum Internasional

• Austin : - bukan hukum sesungguhnya - menurutnya utk dikatakan sebagai hukum harus memenuhi dua unsur :

> badan legislatif> aturan yang dipaksakan

- positif morality

Page 9: HUKUM INTERNASIONAl

• Oppenheim :- menurutnya, really law memenuhi tiga syarat: adanya aturan hukum, adanya masyarakat internsional, adanya jaminan pelaksanaan dari luar (external power). - menurutnya hukum internasional adalah hukum yang lemah (weak law)

Page 10: HUKUM INTERNASIONAl

• Para pakar HI modern menyatakan bahwa hukum internasional adalah hukum yang sesungguhnya bukan sekedar positive morality.

Bilamana HI merupakan kaidah moral tidak ada external power kesadaran subjek hukum.

Page 11: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan masy. Internasional trhadap Hi sbg hukum

• Dari pendapat Dixon: 1. HI bnyk dipraktekkan oleh pejabat2 LN,

foreign offices, pengadilan nasional dan organisasi internasional

2. negara2 yg melanggar HI dlm praktek tdk mengatakan bhw mrk melanggar hukum krn HI tdk mengikat mrk.

3. Mayoritas negara mematuhi HI

Page 12: HUKUM INTERNASIONAl

4. Adanya lembaga2 penyelesaian hukum sprt arbritase dan berbagai pengadilan internasional yg menggunakan argumentasi2 hukum dlm penyelesaian sengketa yg ditanganinya

5. Dlm praktek HI dpt diterima kedalam hukum nasional negara2. tidak ada satu negarapun dlm membuat hukum nasionalnya tanpa melihat kaidah HI yg ada.

Page 13: HUKUM INTERNASIONAl

DASAR MENGIKATNYA HI :

• Menurut aliran dalam HI• 1. hukum alam• 2.positivisme• 3.modern

Page 14: HUKUM INTERNASIONAl

Hukum Internasional, Negara Maju, dan Negara Berkembang

• HI meskipun mengalami perkembangan namun masih etnosentris, berpihak pada kepentingan negara-negara barat dan negara-negara maju.

• Hukum bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sbg alat untuk mencapai suatu kepentingan.

Page 15: HUKUM INTERNASIONAl

Pemanfaatan HI sbg instrumen politik mnrt. Hikmahanto :

Pengubah konsep Sarana Intervensi urusan domestik Alat penekan

Page 16: HUKUM INTERNASIONAl

SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Oleh: Nurul Hikmah

Page 17: HUKUM INTERNASIONAl

• Dalam HI ada 2 pasal yg mencantumkan sec tertulis sumber hukum dlm arti formil :1. konvensi Den Haag XII tgl 18 okt 1907 mendirikan Makamah Internsn Perampasan kapal di laut (Internasional Prize Court).2. pasal 38 Piagam Mahkamah Internasnl Permanen tgl 16 des 1920 yg kmd diterima berlakunya piagam PBB tgl 26 jun 1945

Page 18: HUKUM INTERNASIONAl

Pasal 38 ayat 1 : dlm mengadili perkara yg diajukan, Mahkamah Internasional akn mempergunakan:

Perjanjian Internasional

(treaty)

Kebiasaan Internasional (Internasional

Custom)

Prinsip Hukum Umum

(General Principles of

Law)

Sumber hukum tambahan

Keputusan badan

organisasi dan lembaga

internasional

Page 19: HUKUM INTERNASIONAl

treaty

• Menurut Konvensi wina Pasal 2 1969, Perjanjian Internasional (treaty) didefinisikan sebagai:“Suatu Persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah terdiri dari satu instrumen atau lebih dan apapun nama yang diberikan.”

Page 20: HUKUM INTERNASIONAl

• Konvensi Wina 1969 dapat digunakan trhdp sengketa mengenai perjanjian yg dibentuk negara dg negara dan bentuknya tertulis.

• Konvensi Wina 1986 utk sengketa yg pihaknya bukan negara melainkan organisasi internasional.

Page 21: HUKUM INTERNASIONAl

International customary law (Hukum Kebiasaan Internasional)

• Men. Dixon: hukum yang berkembang dari praktek/ kebiasaan negara-negara.

• Merupakan sumber hukum tertua dalam HI

• HI tumbuh dan berkembang melalui kebiasaan negara-negara.

Page 22: HUKUM INTERNASIONAl

• Hukum kebiasaan internasional berbeda dengan hukum adat istidat (usage) atau kesopanan internasional (international community) ataupun persahabatan (friendship)

• Praktek negara-negara yang tidak diterima sebagai hukum kebiasaan mrp kesopanan internasional

Page 23: HUKUM INTERNASIONAl

Praktek suatu negara mrp hukum kebiasaan / kesopanan / adat ?

1. Memenuhi dua unsur hukum kebiasaan intenasional secara kumulatifa. Unsur faktual adanya praktek umum negara, berulang-ulang dan dlm jangka waktu lamab. Unsur psikologis bersifat abstrak dan subjektif

Page 24: HUKUM INTERNASIONAl

2. Perubahan hukum kebiasaan internasional Suatu hukum kebiasaan baru (new customary

law) dapat menggantikan hukum kebiasaan lama bila ada praktik negara yang bertentangan dg hukum kebiasaan yg sudah ada di dukung oleh opinio jurist

3. Hubungan antara hukum kebiasaan dengan perjanjian internasional

Page 25: HUKUM INTERNASIONAl

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

Page 26: HUKUM INTERNASIONAl

Kecakapan hukum bagi subjek HI

Mampu menuntut hak-haknya di dpn pengadilan

Menjadi subjek dari bbrp kewajiban HI

Mampu membuat perjanjian internasiona yg sah

Memiliki imunitas dari yurisdiksi pengadilan domestik

Page 27: HUKUM INTERNASIONAl

Subjek HI• Negara• Organisasi

Internasional• INGO• Individu• Tahta suci (vatikan)• Palang Merah

Internasional

• Belligerent • Perusahaan

Transnasional• Organisasi bangsa

yang memperjuangkan haknya

Page 28: HUKUM INTERNASIONAl

1. negara

• Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang hak dan kewajiban negara merupakan konvensi regional kawasan Amerika yg senantiasa mjd rujukan pertanyaan kapan suatu kesatuan (entitas) dikatakan sbg negara.

Page 29: HUKUM INTERNASIONAl

KARAKTERISTIK NEGARA “PASAL 1 KONVENSI MONTEVIDEO 1933”

• Wilayah negara (Defined Territory)• Penduduk (Permanent Population)• Pemerintah (Government)• Kemampuan melakukan hubungan dg neg lain

Page 30: HUKUM INTERNASIONAl

2. 0rganisasi internasional

• Baru diakui sbg subjek HI yg berhak menyandang hak dan kewajibannya sejak keluarnya advisory opinion MI dalam kasus Repration Case 1949.

• Kasus ini bermula dari tertembaknya Pangeran Bernadotte dari Swiss oleh tentara Israel, saat menjalankan tugas sbg mediator PBB di Timur Tengah.

Page 31: HUKUM INTERNASIONAl

• Men PBB: Israel tlh gagal utk mencegah tjdnya pembunuhan dan menghukum pembunuh shg PBB menuntut ganti rugi berdasarkan HI.

• Apakah PBB memiliki legal personality dan legal capacity utk menuntut kerugian pada israel.

Page 32: HUKUM INTERNASIONAl

• MI dalam advisory opinion nya secara de jure dan de facto cukup PBB yg memiliki legal personality dan legal capacity utk bertindak di depan hukum mewakili kepentinan PBB juga kepentingan korbannya.

• legal personality dan legal capacity hal yang sangat penting dimiliki oleh organisasi internasional agar dpt menjalankan fungsinya.

Page 33: HUKUM INTERNASIONAl

Karakteristik Organisasi

internasional:Adanya perjanjian yg

di bentuk oleh negara-negara

Memiliki sekretariat tetap

Page 34: HUKUM INTERNASIONAl

International legal capacity yg hrs dimiliki OI

Mampu membuat perjanjan internsnl dg subjek2 HI

Memiliki property atas nama sendiri

Dpt melakukan perbuatan hukum atas nama anggota2nya

Dpt menuntut dan dituntut di pengaadilan Internasionl

Page 35: HUKUM INTERNASIONAl

• Organisasi tidaklah sebebas negara, krn setiap putusannya melibatkan persetujuan negara2 angotanya.

• Pd dasarnya organisasi internasional dan subjek-subjek lain non negara subjek derivatif subjek turunan yg keberadaannya atas kehendak negara.

Page 36: HUKUM INTERNASIONAl

• Convention on the Recognition of the legal Personality of INGO 1986 adlh contoh instrumen hukum yg mencoba utk menetapkan status hukum INGO. Kovensi ini dibentuk dan ditandatangani oleh negara-negara anggota The Council of Europe yg mengakui dan menyadari semakin besarnya peran INGO dalam hubungan internasional.

Page 37: HUKUM INTERNASIONAl

4. INGO / NGO’s

• Organisasi privat internasional.

• Th 1945 organisasi ini semakin besar. Organisasi ini bergerak di berbagai bidang sprt berbagai layanan hukum, psikiater, save the children (KB), pekerja sosial, perlindungan satwa langka, dll.

Page 38: HUKUM INTERNASIONAl

5. individu

• Case Concerning Competence of the Courts of Danzig tahun 1928.Dlm kasus ini mahkamah internasional melalui PJIC menyimpulkan bahwa “pada dasarnya perjanjian yg tlh disepakati tidak menimbulkan hak dan kwjbn bg individu kecuali apbl para pihak perjanjian bermaksud demikian”.

Page 39: HUKUM INTERNASIONAl

• Individu memiliki international personality, mampu menyandang hak dan kewajiban yg diberikan HI padanya.

• Para ahli HI menyatakan bhw dibuatnya berbagai konvensi HAM menunjukkan keseriusan HI menempatkan individu sbg subjek HI, namun keberadaan konvensi2 akn kurang berarti tnpa di sertai penguatan hak individu utk mengaukn tuntutan ats nama dirinya ke pengadilan internasional.

Page 40: HUKUM INTERNASIONAl

6.Tahta suci (vatikan)

• Peninggalan sejarah jaman dahulu ketika itu Paus bukan hanya sbg kepala gereja Roma ttp jg memiliki kkuasaan dunia.

• Tahta suci mrp subjek hukum yg kedudukannya sejajar dg negara.

Page 41: HUKUM INTERNASIONAl

7. Palang merah internasional

• Berkedudukan di Swiss.

• Kedudukannya tdk lepas dari perannya yg besar dlm memberikan pertolongan korban perang dunia I dan II.

• Walaupun sbg orgnss non pemerintah, organisasi ini tlh mmbrkn kontribusi yg besar pd pembentukan konvensi jenewa 1949.

Page 42: HUKUM INTERNASIONAl

8. belligerent

• Pemberontak

Page 43: HUKUM INTERNASIONAl

PENGAKUAN INTERNASIONAL

Page 44: HUKUM INTERNASIONAl

• Munculnya teori “pengakuan” memberikan dorongan kpd bangsa2 terjajah utk memperjuangkan haknya

• Eksistensi suatu negara berkenaan dg kemampuannya utk menyelenggarakan hubungan internasional meskipun kepastian batas wilayah blm ditentukan.

Page 45: HUKUM INTERNASIONAl

• Pengakuan thdp neg baru adlh suatu pernyataan/sikap dr suatu pihak utkn mengakui eksistensi entitas politik baru sbg neg baru, subjek HI dg hak2 dan kwjbn, dimana dg pengakuan berarti bhw pihak yg mengakui bersedia mlkkn hub dg pihak yg diakui.

Page 46: HUKUM INTERNASIONAl

HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

Oleh: Nurul Hikmah

Page 47: HUKUM INTERNASIONAl

HI-HN merupakan satu kesatuan hukum/terpisah satu sama lain?

Aliran monisme •Aliran monisme primat HI•Aliran monisme primat HN

Aliran Dualisme •Dua sistem hukum yg berbeda antara satu dg yg lain.

Page 48: HUKUM INTERNASIONAl

Men. Aliran Monisme:

• HI dan HN merupakan dua kesatuan hukum dari satu sistem hukum yg lebih besar yaitu hukum pada umumnya.

• Kemungkinan terjadinya konflik antar keduanya sangat besar sekali karena terletak dalam satu sistem hukum

• Muncul persoalan hirarki antara HN-HI yg melahirkan beberapa sudut pandang yang berbeda

Page 49: HUKUM INTERNASIONAl

Pandangan monisme dg primat HN:

• Aliran ini pernah kuat di Jerman dg nama madzhab Bonn yg diikuti oleh Max Wenzel

• HI merupakan lanjutan HN

• Pd hakikatnya HI bersumber pd HN oleh karena itu HN kedudukannya lebih tinggi dr pd HI

Page 50: HUKUM INTERNASIONAl

Pandangan monisme dg primat HI:

• HN bersumber pada HI men. Pandangannya mrp suatu perangkat ketentuan hukum yang hirarkis lebih tinggi

• Kekuatan mengikatnya HI thdp HN berdasarkan suatu pendelegasian wewenang dari HI

• Paham ini dikembangkan oleh madzhab Vienna dan didukung oleh aliran yg berpengaruh di Perancis

Page 51: HUKUM INTERNASIONAl

• Kelemahan-kelemahan: 1. ada pandangan bhw HN bergantung pd HI. Hal itu bertentangan dg sejarah bhw HN telah ada sebelum adanya HI2. wewenang suatu negara sepenuhnya adalah wewenang HN

Page 52: HUKUM INTERNASIONAl

• Kesimpulan : pada hakikatnya HI mrp suatu perangkat hukum yg mengatur kehidupan antar negara dan tunduknya negara pd HI mrp persoalan hubungan subordinasi dalam arti struktural organis.

Page 53: HUKUM INTERNASIONAl

Aliran Dualisme

• Pernah berpengaruh di Jerman dan Italia• Pemuka aliran ini: Triepel dan Anzilotti• Aliran ini mengemukakan bhw antara HI-HN mrp

dua sistem hukum yg berbeda, perbedaanny pada:-sumber-subjek -HN memiliki integritas yg lebih sempurna dibandingkan dg HI

Page 54: HUKUM INTERNASIONAl

Praktek HN di depan pengadilan internasional:

• Suatu negara tidak dapat menggunakan HN nya yg bertentangan dg HI sbg alasan utk menjustifikasi pelanggaran HI yg dilakukan pada pihak lain

• Suatu negara tidak dapat menggunakan alasan ketiadaan HN-nya utk menjustifikasi pelanggaran HI yg dilakukan pada pihak lain

Page 55: HUKUM INTERNASIONAl

• Tanggung jawab internasional timbul hanya ketika negara gagal utk memenuhi kewajiban internasional

• HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional apabila tidak bertentangan dg HI teori oposabilitas

• HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional sbg bukti adanya praktek hukum kebiasaan internasional

Page 56: HUKUM INTERNASIONAl

• Pengadilan Internasional dpt memberikan putusan bahwa suatu HN tdk cukup memenuhi kewajiban HI. Demikian pula pengadilan internasional tidak berhak menyatakan bahwa HN mrp negara valid atau invalid krn menyangkut urusan domestik negara yg bersangkutan.

Page 57: HUKUM INTERNASIONAl

Hukum Internasional di depan Pengadilan Nasional

• Status dan perlakuan terhadap HI berbeda-beda dalam praktek antara satu negara dg yg lain. Mayoritas negara memiliki konstitusi tertulis atau document sbg ketentuan yg fundamental bgmn HI di depan pengadilan nasional

Page 58: HUKUM INTERNASIONAl

Ada dua praktek yg diikuti oleh banyak negara:

Doctrine of incorporation

•HI berlaku otomatis mjd bagian HN tanpa adopsi sebelumnya•Perjanjian yg sdh diratifikasi akn mengikat lgsg pd warga negara

Doctrine of transformation

•HI menjadi HN setelah diimplementasikan dlm HN lebih dahulu

Page 59: HUKUM INTERNASIONAl

Eksistensi HI terhadap HN:

1. HI akan lebih efektif bila ditransformasikan ke dalam HN

2. HI akan menjembatani HN ketika tidak dapat diterapkan di wilayah negara lain

3. HI akan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan dalam HN

4. HI banyak tumbuh dari praktek HN negara-negara5. Prescription Jurisdiction negara memiliki

kewenangan membuat aturan perundang2an dlm HN-ny namun tidak bisa lepas dari aturan HI

Page 60: HUKUM INTERNASIONAl

WILAYAH

Oleh: Nurul Hikmah

Page 61: HUKUM INTERNASIONAl

• Wilayah merupakan atribut yg sangat penting bagi eksistensi suatu negara.

• Negara memiliki hak-hak untuk melaksanakan kedaulatan atas orang, benda juga peristiwa atau perbuatan hukum yang terjadi di wilayahnya.

Page 62: HUKUM INTERNASIONAl

• Negara wajib mengatur wilayahnya sendiri. Di atas wilayahnya, negara wajib untuk tidak menggunakan tindakan-tindakan yang merugikan negara lain serta tidak membahayakan perdamaian dan keamanan internasional (pasal 7 Draft Deklarasi PBB tentang hak-hak dan kewajiban negara 1949).

Page 63: HUKUM INTERNASIONAl

UU No.43 th. 2008 mengatur wilayah negara Indonesia dg tujuan:

1. Menjamin keutuhan wilayah negara, kedaulatan negara dan ketertiban di kawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa

2. Menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat

3. Mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara dan kawasan perbatasan, termasuk pengawasan batas-batasnya.

Page 64: HUKUM INTERNASIONAl

• UU No. 43 menetapkan bahwa wilayah negara Indonesia meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya termasuk wilayah sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Page 65: HUKUM INTERNASIONAl

Daratan suatu negara terdiri dari:

Darat (bagian wilayah yang kering) Perairan daratan

Sungai Danau

Page 66: HUKUM INTERNASIONAl

Daratan suatu negara

• Merupakan daratan awal suatu negara atau wilayah tambahan negara tersebut

• Luas daratan awal ditentukan oleh tindakan atau pernyataan sepihak suatu negara ketika memproklamirkan kemerdekaannya

• Atau ditentukan oleh perkembangan setelah negara itu terbentuk sbgmn terjadi pada Israel dan Polandia yg wilayah daratan awalnya belum pasti saat merdeka.

Page 67: HUKUM INTERNASIONAl

• Perjanjian internasional pada umumnya di buat oleh negara untuk mengatur masalah perbatasan wilayahnya di darat.

• Indonesia memiliki perbatasan wilayah darat dg tiga negara, yaitu Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini.

Page 68: HUKUM INTERNASIONAl

Disamping daratan awal, dalam Hukum Internasional

dikenal adanya wilayah tambahan yang berdasarkan

teori-teori hukum internasional klasik yg dapat

diperoleh suatu negara dg cara-cara berikut :

Page 69: HUKUM INTERNASIONAl

1. Okupasi atau Pendudukan

• Merupakan perolehan atau penegakan kedaulatan atas wilayah yang terra nulius

• Yaitu wilayah yang sebelumya belum pernah diletakkan di bawah kedaulatan suatu negara.

Page 70: HUKUM INTERNASIONAl

•Adanya penemuan terhadap wilayah terra nulius•Adanya kehendak dari negara yg menemukan wilayah baru utk ditempatkan di bawah kedaulatannya•Harus di wujudkan dalam tindakan-tindakan yg efektif (prinsip efektivitas)

Unsur-unsur yg

harus terpenuh

i oleh tindakan okupasi:

Page 71: HUKUM INTERNASIONAl

• Unsur penemuan unsur objektif.

• Unsur kehendak yang diwujudkan dengan tidakan-tindakan nyata unsur subjektif.

• Terpenuhinya unsur penemuan merupakan unsur pendahuluan bagi keabsahan tindakan (enchoate title ).

Page 72: HUKUM INTERNASIONAl

• Tindakan-tindakan efektif dalam okupasi tampak dari beberapa putusan pengadilan Internasional seperti Palman Case, Clipperton Island Case Eastern Greenland Case, juga Sipadan Ligitan.

Page 73: HUKUM INTERNASIONAl

Bagaimana kriteria tindakan-tindakan dalam pelaksanaan

prinsip evektifitas ?

Page 74: HUKUM INTERNASIONAl

• Tindakan efektivitas dalam klaim okupasi adalah tindakan administrasi bukan tindakan kekerasan.

• Okupasi berasal dari bahasa Romawi Occupatio yang artinya administrasi.

• Bukan okupasi dari kata Occupation (bahasa Inggris) yang mengandung arti pendudukan yang di dalamanya ada unsur kekerasan militer.

Page 75: HUKUM INTERNASIONAl

Tindakan yg dilakukan negara utk mengklaim

hak okupasi:

Jauh tidaknya pulau yg diklaim

Besar kecilnya pulau

Sulit tidaknya medan yg hrs

ditempuh Banyak tidaknya kekayaan alam di

pulau tsb.

Page 76: HUKUM INTERNASIONAl

2. Aneksasi atau Penaklukan

• penggabungan suatu wilayah negara lain dg kekerasan atau paksaan ke dalam wilayah negara yg menganeksasi.

• Syarat atau unsur terjadinya perolehan wilayah dg aneksasi wilayah benar-benar telah ditaklukkan serta adanya pernyataan kehendak secara formal oleh negara penakluk utk menganeksasinya.

• Aneksasi yg bertentangan dg HI tidak perlu diakui.

Page 77: HUKUM INTERNASIONAl

Aneksasi mrp tindakan yg bertentangan dg HI. Hal ini di sebutkan oleh:

• Kellog Briand Pact 1928 yg melarang perang sebagai instrumen kebijakan suatu negara.

• Pasal 2 (4) Piagam PBB melarang tindakan mengancam / menggunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara lain

Page 78: HUKUM INTERNASIONAl

• Deklarasi prinsip-prinsip HI tentang hubungan baik dan kerjasama antar negara 1974 wilayah suatu negara tidak bisa dijadikan objek perolehan oleh negara lain dg cara ancaman / penggunaan kekuatan.

Page 79: HUKUM INTERNASIONAl

• Contohnya di Indonesia yaitu pulau karang. Pulau terluar indonesia yang terletak di laut Aru dan berbatasan dengan negara Australia. Pulau Karang ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Pulau ini berada di sebelah selatan dari Pulau Aru dengan koordinat 7° 1 8″ LS, 134° 41 26″ BT. ′ ′Pulau-pulau ini terdapat kemungkinan untuk di duduki negara lain karena letaknya yang berada paling luar di indonesia yang juga kurang mendapat perhatian lebih dari pemerintah Indonesia. Kecuali jika telah terdapat negara lain yang terlihat sedang berusaha mengambil pulau ini, baru pemerintah akan bertindak.

Page 80: HUKUM INTERNASIONAl

• Contohnya seperti Amerika, China, Korea yang mempunyai personil militer banyak yang kuat. Seperti yang kita ketahui, Amerika menggunakan kekuasaannya dengan mengirim pasukan militer untuk menguasai suatu negara. Hal ini terlihat bahwa Amerika lebih suka menggunakan cara kekerasan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu wilayah.

Seperti yang terjadi di negara Israel. Israel dulunya yang tidak mempunyai wilayah atau tempat sekarang mendapatkan wilayah di sekitar Palestina, dan saat ini Israel bisa dikatakan dibawah kekuasaan Amerika karena Israel sangat bergantung pada Amerika. Namun yang disadari, bagaimanapun juga pemerolehan wilayah dengan cara kekerasan tidak dibenarkan menurut Hukum Internasional karena bertentangan dengan Piagam PBB pasal 2 ayat 4.

Page 81: HUKUM INTERNASIONAl

3. Akresi / avulsi

• Merupakan cara perolehan wilayah baru dg proses alam (geografis) terhadap wilayah yg sudah ada di bawah kedaulatan suatu negara.

• Proses atau kejadian alam terjadi perlahan-lahan, bertahap seperti endapan-endapan lumpur yg membentuk daratan, ataupun mendadak seperti pemindahan tanah.

• Akresi secara bertahap, avulsi secara mendadak

Page 82: HUKUM INTERNASIONAl

• Perolehan wilayah atas alas hak akresi tidak memerlukan tindaan resmi atau formal seperti pernyataan resmi dari negara yg bersangkutan.

Page 83: HUKUM INTERNASIONAl

4. preskripsi

• Berbeda dg okupasi, preskripsi ini mrp pelaksanaan kedauatan oleh negara sec de facto dan damai, bukan trhdp terra nulius melainkan thd wilayah yg berada di bwh kedaulatan neg lain.

• perolehan wilayah oleh suatu negara akibat pelaksanaan secara damai kedaulatan de facto dalam jangka waktu yang lama atas wilayah yg sebenarnya de jure masuk wilayah negara lain.

Page 84: HUKUM INTERNASIONAl

Beberapa syarat preskripsi men. Fauchille & Johnson yg dikutip oleh Ian Brownlie:

• Kepemilikan harus memperlihatkan suatu kewenangan / kekuasaan negara dan wilayah tsb, tidak ada negara lain yg mengklaimnya.

• Kepemilikan hrs berlangsung secara terus menerus dan damai, juga tdk ada negara lain yg mengklaimnya.

• Kepemilikan hrs bersifat publik hrs diumumkan dan diketahui oleh pihak lain.

Page 85: HUKUM INTERNASIONAl

5. Cessie • cara perolehan tambahan wilayah melalui proses

peralihan hak dari suatu negaraa ke negara lain.

• Cessie dapat dilakukan dg sukarela maupun dg kekerasan

• Pada umumnya kekerasan dilakukan akibat kalah perang. Pihak yg kalah dipaksa untuk menyerahkan sebagian wilayahnya kepada pihak pemenang melalui perjanjian Internasional.

Page 86: HUKUM INTERNASIONAl

Cessie dapat dilakukan dg cara:• Jual beli penjualan Alaska oleh Rusia pada AS th 1867.

Denmark menjual bbrp daerahnya di West Indies pd Amerika pd th 1916.

• Tukar menukar penukaran Helgoland dg Zanzibar oleh Jerman dan Inggris tahun 1890.

• Penyewaan penyewaan oleh Cina pada Inggris selama 99 th (1898-1997)

• Penyerahan penyerahan Elsace-Lorraine pada 1871 oleh Perancis pada Jerman akibat kalah perang yg kmd dikembalikan pd th 1919.

Page 87: HUKUM INTERNASIONAl

• Pada cessie beralih semua hak-hak berdaulat yg terkandung dlm wilayah yg diserahkan. Dan suatu negara yg melakukan penyerahan wilayah tidak dpt mengalihkan lebih dr pd wilayah di mana ia telah melaksanakan kedaulatannya.

Page 88: HUKUM INTERNASIONAl

6. Referendum

• Cara ini mrp cara perolehan tambahan wilayah yang modern.

• Referendum (pemungutan suara) mrp implementasi atau tindak lanjut dari keberadaan hak menentukan nasib sendiri (self determination right) dalam HI.

Page 89: HUKUM INTERNASIONAl

• Proses referendum yg sah dilakukan secara langsung one man one vote dg dipantau lembaga internasional yg sah.

• Sebagaimana yg pernah dilakukan oleh Timor timur 1999 untuk memintai pendapat rakyat apakah mau merdeka ataukah tetap berintegrasi dg Indonesia? Kasusnya dikawal oleh UNTAET.

Page 90: HUKUM INTERNASIONAl

Hukum Laut

Oleh: Nurul Hikmah

Page 91: HUKUM INTERNASIONAl

• Wilayah laut adalah laut beserta tanah yg ada di bawahnya.

• Tanah di bawah laut terdiri dari dasar laut & tanah di bawah dasar laut

• Wilayah laut terbagi atas wilayah yg dikuasai oleh negara (negara pantai) dg laut yg tdk dikuasai oleh negara.

• Konvensi PBB tentang hukum laut 1982 (UNCLOS 1982) melahirkan delapan zonasi pengaturan (regime) hukum laut, yaitu:

Page 92: HUKUM INTERNASIONAl

1. Perairan Pedalaman

• Perairan yg berada pada sisi darat (dalam) dari garis pangkal yg dipakai utk menetapkan laut teritorial suatu negara.

• Di kawasan ini negara memiliki kedaulatan mutlak seperti kedaulatan negara di daratan tanpa adanya pembatasan oleh HI dlm bentuk kwjbn utk memberikan jaminan hak lintas damai bg kapal asing

• Pada prinsipnya tidak ada hak lintas damai di kawasan ini, kecuali kawasan perairan pedalaman yg terbentuk krn penarikan garis dasar lurus.

Page 93: HUKUM INTERNASIONAl

• Batas terluar dari perairan pedalaman bg suatu negara pantai biasa adlh garis pangkal.

• Sedangkan bagi negara kepulauan berlaku suatu ketentuan khusus bhw perairan pedalaman dpt ditetapkan dg menarik suatu grs penutup pd mulut sungai, teluk, pelabuhan yg berada pd perairan kepulauannya.

Page 94: HUKUM INTERNASIONAl

2. Laut Teritorial

• Laut yg terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut.

• Di kawasan ini kedaulatan negara penuh trmsk atas ruang udara di atasnya.

• Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal asing yg melintas

• Hak lintas damai adalah menurut konvensi Hukum Laut 1982 hak untuk melintas secepat-cepatnya tanpa berhenti dan bersifat damai tidak mengganggu keamanan dan ketertiban negara pantai.

Page 95: HUKUM INTERNASIONAl

Tidak menggunakan kekerasan yg melanggar integritas wilayah

Tidak melakukan latihan militer tanpa seizin

negara pantai

Tidak melakukan kegiatan yg melanggar keamanan ketertiban

negara pantaiTidak melakukan tindakan

propaganda melanggar keamanan ketertiban

negara pantai

Tidak melakukan peluncuran dan pendaratan dari atas kapal tms kapal militerTidak melakukan

bongkar muat komoditas,

penumpang, mata uang yg

melanggar aturan customs,

fiscal & immigration

Tdk melakukan aktifitas yg

menimbulkan pencemaran

Tidak melakukan kegiatan

penangkapan ikan

Kegiatan penelitian

Kegiatan yg mengganggu

sistem komunikasi

Kapal-kapal selam hrs

tampak dari permukaan serta

menunjukkan bendera

negaranya

Pelaksanaan Lintas Damai

Page 96: HUKUM INTERNASIONAl

• Selama kurang lebih setengah abad lebar laut teritorial mjd objek pertentangan antara negara, dg variasi tuntutan antara 3 sampai dg 200 mil laut.

• Batas terluar laut teritorial akan disesuaikan dg lebar laut teritorial yg dipilih oleh masing2 negara.

Page 97: HUKUM INTERNASIONAl

• Adanya perubahan lebar laut teritorial dari 3 mjd 12 mil sbgian besar dari selat yg biasa digunakan utk pelayaran internasional berubah statusnya mjd bagian laut teritorial bahkan ada yg mjd bag dari perairan pedalaman.

Page 98: HUKUM INTERNASIONAl

3. Zona Tambahan

• Di luar laut teritorial, suatu jalur / zona yg berbatasan dgnya disebut jalur / zona tambahan.

• Laut yg terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi batas 24 mil laut dari garis pangkal.

• Negara pantai dpt melaksanakan pengawasan yg diperlukan utk mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangannya di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi dan perikanan.

Page 99: HUKUM INTERNASIONAl

4. Landas Kontinen

• Meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya (seabed and subsoil) dari area di bawah permukaan laut yg terletak di luar laut teritorial – hingga jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur.

• Negara pantai mpy hak-hak berdaulat utk melakukan kegiatan2 eksplorasi dan eksploitasi dari kekayaan alam yg terkandung di dalamnya.

Page 100: HUKUM INTERNASIONAl

5. Zona Ekonomi Eksklusif• Batas terluar ZEE tidak boleh melebihi 200 mil laut, diukur dr

garis pangkal yg sama yg dipakai utk mengukur lebar laut teritorial.

• Di zona ini negara memiliki hak-hak berdaulat yg eksklusif utk keperluan eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alam serta yurisdiksi terhadap: - pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan- riset imiah kelautan- perlindungan & pelestarian lingkungan laut.

Page 101: HUKUM INTERNASIONAl

• Pasal 55 konvensi hukum laut 1982 menetapkan bhw pd suatu jalur laut yg terletak di luar dan berdampingan dg laut teritorialnya yg dinamakan zona ekonomi eksklusif, suatu negara mpy hak2 berdaulat dan yurisdiksi khusus utk memanfaatkan kekayaan alam yg berada pd jalur tsb tms pd dasar laut dan tanah dibawahnya.

Page 102: HUKUM INTERNASIONAl

• Setiap neg pantai memiliki hak2 berdaulat utk eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati yg terkandung dlm zona ekonomi eksklusif yg terletak di luar dan berbatasan dg laut teritorial.

• Di ZEE negara2 lain tetap memiliki kebebasan utk berlayar dan terbang di atasnya, serta utk memasang kabel dan pipa di dasar lautnya.

Page 103: HUKUM INTERNASIONAl

6. Laut Lepas• Tidak dapat diletakkan di bawah kedaulatan yg dikuasai oleh

suatu negara manapun

• Kawasan laut lepas berlaku sbg prinsip kebebasan dalam batas-batas HI. Di laut lepas, setiap negara biak neg pantai/neg tdk berpantai dpt menikmati kebebasan2 di laut lepas (freedom of the high seas)

• Seperti kebebasan berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa, pembuatan pulau buatan, kebebasan menangkap ikan dan penelitian ilmiah.

Page 104: HUKUM INTERNASIONAl

• Kebebasan utk menangkap ikan di bag laut lepas dihapuskan sampai dg batas 200 mil laut dr garis pangkal yg skrg diberi status sbg zona ekonom eksklusif.

Page 105: HUKUM INTERNASIONAl

7. Dasar Laut Samudra Dalam (Sea Bed Area)

• kawasan dasar laut yang tidak terletak di dalam yurisdiksi negara manapun.

• Satu kemajuan yang sangat berarti di peroleh oleh negara-negara berkembang di kawasan ini karena diakuinya prinsip warisan bersama umat manusia (common heritage of mankind) serta terbentuknya badan otorita hukum laut internasional sbg tindak lanjutnya

Page 106: HUKUM INTERNASIONAl

PENGAKUAN INTERNASIONAL

Page 107: HUKUM INTERNASIONAl

• Munculnya teori “pengakuan” memberikan dorongan kpd bangsa2 terjajah utk memperjuangkan haknya

• Eksistensi suatu negara berkenaan dg kemampuannya utk menyelenggarakan hubungan internasional meskipun kepastian batas wilayah blm ditentukan.

Page 108: HUKUM INTERNASIONAl

• Pengakuan thdp neg baru adlh suatu pernyataan/sikap dr suatu pihak utkn mengakui eksistensi entitas politik baru sbg neg baru, subjek HI dg hak2 dan kwjbn, dimana dg pengakuan berarti bhw pihak yg mengakui bersedia mlkkn hub dg pihak yg diakui.

Page 109: HUKUM INTERNASIONAl

• Men. J.G. Starke dlm bukunya terdapat dua teori mengenai hakikat dan fungsi dari “pengakuan”1. teori konstitutif : hanya tindakan pengakuan yg menciptakan status kenegaraan atau melengkapi pemerintah baru dg otoritasnya di lingkungan internasional2. teori deklaratif : status kenegaraan tdk tergantung pd pengakuan semata, pengakuan hny pengumuman resmi semata trhdp fakta yg ada

Page 110: HUKUM INTERNASIONAl

Sarjana HI lain berpendapat bhw:

“Pengakuan harus dilihat sifatnya, apakah bersifat membentuk menganggap pengakuan mrp unsur penting berkenaan dg status negara dlm pergaulan internasional

Atau bersifat menyatakan hny mempertegas existensi negara tsb dlm pergaulan internasional.

Page 111: HUKUM INTERNASIONAl

Bantahan trhdp kedua teori tsb.

• Teori konstitutif : mslh pengakuan bkn mrp kewajiban, tdk adanya ketentuan yg mengatur jumlah min. Negara yg mmbri pengakuan.

• Teori deklaratif : pengakuan hny bersifat formalitas. Existensi negara tdk ditentukan oleh ada/tdknya pengakuan dr neg lain. Contoh: negara Transkey di Afrika bag selatan

Page 112: HUKUM INTERNASIONAl

• Kedua teori tsb bnyk mengandung kelemahan praktis terutama dlm kaitannya antara neg baru dg neg yg menolak memberi pengakuan teori jalan tengah

• Teori jalan tengah hendaknya membedakan antara negara sbg pribadi internasioanal pd satu pihak dan kemampuan negara sbg pribadi internasional dlm melaksanakan hak dan kewajiban internasional.

Page 113: HUKUM INTERNASIONAl

Praktek negara dlm memberi “pengakuan”Dilakukan sec tegas (express recognition)

Sec diam-diam atau tersirat (implied recognition)

Sec bersyarat

Secara kolektif

Page 114: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan sec. tegas

• Adanya pengakuan lewat public statement, perjanjian bilateral, nota diplomatik atau pembukaan kedutaan besar di suatu negara

Page 115: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan sec diam-diam

• didasarkan tindakan pihak yg bersangkutan, shg terdpt “niat” utk memberi pengakuan

Page 116: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan bersyarat

• Adanya kwjbn yg hrs dipenuhi oleh negara yg diakui

• Akibatnya: apabila kwjbn tdk dipenuhi tdk akn menghapus pengakuan ttp kemungkinan neg yg mengakui memutuskn hub diplomatik sbg sanksi

Page 117: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan sec. kolektif

• pemberian pengakuan yg diberikan sekelompok neg kpd satu neg.

• Contoh: - Liga Arab memberi pengakuan thdp kemerdekaan RI th. 1947- masyrkt Eropa (kongres Belrin) mengakui Bulgaria

Page 118: HUKUM INTERNASIONAl

Konskuensi adanya pengakuan

• Status negara yg diakui sec. de jure mpy hak penuh dlm keanggotaan di masyarakat internasional. Shg neg tsb dpt menjalin hubungan diplomatik dg neg lain.

• Sejak pengakuan diberikan, kedua belah pihak memikul beban hak dan kewajiban huk internasional.

Page 119: HUKUM INTERNASIONAl

Pengakuan thdp pemerintah baru

• suatu sikap, pernyataan ata kebijakan utk menerima suatu pemerintah sbg wakil yg sah dari suatu negara dan pihak yg mengakui siap melakukan hub internasional dgnya.

• Teori-teori yg menjelaskan pengakuan thdp pemerintah baru:

Page 120: HUKUM INTERNASIONAl

• Pengakuan hny suatu formalitas atau kesopanan dlm hub internasional

• Teori ini bs diterapkan dlm kasus pergantian pemerintah yg konstitusional

• Di dlm praktek, teori ini tdk bs diterapkan dg mudah ktk pergantian yg trjd sec inkonstitusional, shg pemerintah yg baru sering mengalami kesulitan manakala neg neg lain menolak utk mengetahui eksistensinya

1. Teori legitimasi (Oppenheim)

Page 121: HUKUM INTERNASIONAl

2. Teori Defacstoism

• Banyaknya kudeta yg trjd di negara2 khususnya kwsn Amerika Latin, Afrika dan Asia, Thomas Jefferson mencoba utk memberikan penilaian yg obyektif thdp kriteria pemerintah yg lahir sec inkonstitusional utk layak diakui.

• Parameternya:- menguasai sec efektif organ2 pemerintahan yg ada- mendpt dukungan dr rakyat

Page 122: HUKUM INTERNASIONAl

3. Teori Legitimasi Konstitutif

• Men. Tobar ktk trjd pergantian pemerintah sec inkonstitusional sebaiknya pengakuan diberikan stlh pemerintah baru mndpt legitimasi konstitusional dlm huk Nas Neg stmpt.

Page 123: HUKUM INTERNASIONAl

4. Teori Stimson

• Men Stimson: pengakuan tdk perlu diberikan trhdp pemerinth baru yg lahir dr kudeta

• Teori ini mencegah tjd nya kudeta suatu negara krn akn menimbulkan ketidakadilan pemerintah yg berkuasa yg memiliki sifat otoriter, kejam dan membuat rakyat menderita.

• Tdk ada cara demokratis yg dpt digunakan rakyat utk menggulingkan rezim otoriter tsb kecuali dg kudeta.

Page 124: HUKUM INTERNASIONAl

YURISDIKSI

Oleh: Nurul Hikmah

Page 125: HUKUM INTERNASIONAl

• Setiap negara memiliki kedaulatan utk mengatur segala sst yg ada dan terjadi di wilayah atau teritorialnya. Sbg implementasi dimilikinya kedaulatan, neg berwenang utk menetapkan dan mebegakkan ketentuan2 hukum nasionalnya trhdp suatu peristiwa, kekayaan dan perbuatana. Kewenangan ini dikenal sbg yurisdiksi dlm HI.

Page 126: HUKUM INTERNASIONAl

• Men. Wayan Parthiana, kata yurisdiksi berarti kekuasaan atau kewenangan yg dimiliki suatu badan peradilan atau badan2 negara lain yg berdasarkan atas hukum yg berlaku.

Page 127: HUKUM INTERNASIONAl

Men. John O’Brien ada 3 macam yurisdiksi yg dimiliki neg berdaulat :

Prescriptive jurisdiction

• kewenangan neg utk membuat ketentuan2 hukum di wil teritroialnya

Enforcement jurisdiction

•Kewenangan neg utk memaksakan berlakunya ketentuan2 hukum nasionalnya

Yudicial jurisdiction •Kewenangan pengadilan neg utk mengadili dan memberikan putusan hukum.

Page 128: HUKUM INTERNASIONAl

• Akherust menekankan perbedaan antara enforcement jurisdiction dg judicial jurisdiction.

• Men. Akehurst enforcement jurisdiction mrp powers of physical interference exercised by the executive.

• Contoh: menangkap seseorg, menyita harta kekayaan.

• Judicial enforcement adalah persidangan yg dilakukan pengadilan suatu negara berkaitan dg org, benda maupun peristiwa ttt.

Page 129: HUKUM INTERNASIONAl

• Martin Dixon dan Tien Saefullah menggabungkan keduanya dlm enforcement jurisdiction.

• Kewenangan neg utk menetapkan ketentuan2 hukum di kenal sbg jurisdiction to prescribe.

• Kewenangan utk menegakkan atau menerapkan ketentuan hukum nasionalnya thdp peristiwa, kekayaan dan di kenal sbg jurisdiction to enforce.

Page 130: HUKUM INTERNASIONAl

• prescriptive jurisdiction tidak dibatasi oleh HI, namun bila dlm pelaksanaannya HN bertentangan dg HI dan mengakibatkan kerugian pada WNA maka pihak yg dirugikan dpt menuntut berdasarkan HI yg ada.

Page 131: HUKUM INTERNASIONAl

• Berkaitan dg jurisdiction to enforce, negara tdk dpt sec otomatis memaksakan ketentuan hukum yg tlh dirumuskannya di luar wil negaranya.

• Hal ini dikarenakan adanya prinsip par in parem non habit imperium yg melarang suatu negara berdaulat melakukan tindakan kedaulatan di dlm wil neg lain.

Page 132: HUKUM INTERNASIONAl

• Senada dg yg dikemukakan oleh Muhtar Kusumaatmadja kedaulatan negara berakhir ketika dimulai wilayah negara lain. Kedaulatan negara dibatasi oleh HI dan kepentingan negara lain.

Page 133: HUKUM INTERNASIONAl

• Penerapan yurisdiksi mjd masalah hukum internasional bila dlm suatu kasus ditemukan unsur asing. Misalkan saja kewarganegaraan pelaku ataukorban, atau tempat perbuatan atau peristiwa terjadi di luar negeri.

Page 134: HUKUM INTERNASIONAl

Prinsip-prinsip yurisdiksi dalam HI:

• Secara garis besar yurisdiksi pengadilan (judicial jurisdiction) mencakup perdata dan pidana.

• HI publik tdk byk membuat aturan atau pembatasan berkaitan dg kasus2 perdata internasional. HI publik lebih fokus pd yurisdiksi pengadilan yg berkaitan dg kasus2 pidana internasional.

Page 135: HUKUM INTERNASIONAl

1. Prinsip Yurisdiksi Teritorial

• Prinsip teritorial mrp prinsip tertua, terpopuler dan terpenting dlm pembahasan yurisdiksi.

• Men. Hakim Loed Macmillan suatu negara hrs memiliki yurisdiksi thdp semua org, benda dan perkara2 perdata dan pidana dlm batas2 teritorialnya sbg pertanda negara tsb berdaulat.

Page 136: HUKUM INTERNASIONAl

• Penerapan yurisdiksi teritorial tidaklah absolut.

• Ada bbrp pengecualian yg diatur dlm HI dimana neg tdk dpt menerapkan yurisdiksi teritorialnya meskipun suatu peristiwa tjd di wilayahnya.

Page 137: HUKUM INTERNASIONAl

Yurisdiksi teritorial tdk dpt diterapkan

Pejabat diplomatik neg asing

Negara dan kepala neg asing

Kapal publik neg asing

Organisasi internasional

Pangkalan militer neg asing

Page 138: HUKUM INTERNASIONAl

2. Prinsip Teritorial Subjektif• Berdasarkan prinsip ini negara memiliki

yurisdiksi thdp ssorg yg melakukan kejahatan dimulai dari wilayahnya, ttp menimbulkan kerugian di negara lain.

3. Prinsip Teritorial Objektif• Negara memiliki yurisdiksi thdp ssorg yg

melakukan kejahatan yg menimbulkan kerugian di wilayahnya meskipun perbuatan itu dimulai dari neg lain.

Page 139: HUKUM INTERNASIONAl

4. Prinsip Nasionalitas Aktif

• Negara memiliki yurisdiksi thdp warganya yg melakukan kejahatan di luar negeri.

5. Prinsip Nasionalitas Pasif

• Negara memiliki yurisdiksi thdp warganya yg mjd korban kejahatan yg dilakukan org asing di luar negeri.

Page 140: HUKUM INTERNASIONAl

6. Prinsip Universal• Setiap negara memiliki yurisdiksi utk mengadili pelaku

kejahatan internasional yg dilakukan dimanapun tanpa memperhatikan kebangsaan pelaku maupun korban.

• Alasan munculnya prinsip ini pelaku dianggap org yg sangat kejam, musuh slrh umat mns, jgn sampai ada tempat utk pelaku meloloskan diri dari hukuman shg tuntutan yg dilakukan oleh negara thdp pelaku adlh atas nama slrh masyrkt internasional.

Page 141: HUKUM INTERNASIONAl

• Yurisdiksi universal dlm HI bertujuan utk merespons fenomena pengampunan (impunity) bg org2 ttt.

Page 142: HUKUM INTERNASIONAl

7. Prinsip Perlindungan• Negara memiliki yurisdiksi thdp org asing yg

melakukan kejahatan sangat serius yg mengancam kepentingan vital negara, keamanan, integritas dan kedaulatan serta kepentingan vital ekonomi negara.

• Beberapa kejahatan yg masuk yurisdiksi perlindungan antara lain: spying, plots to overthhrow the government, forging currency, immigration and economic violation.

Page 143: HUKUM INTERNASIONAl

• Prinsip ini terkadang sangat berbahaya krn dpt diinterpretaskan dg sangat luas oleh suatu negara utk mengadili ssorg ats dasar prinsip perlindungan bg negaranya.

• Bbrp neg barat menggunakan prinsip ini dlm kasus perdagangan obat-obat terlarang jg terorisme.

Page 144: HUKUM INTERNASIONAl

Penerapan Yurisdiksi Ekstrateritorial

• HI tdk mengatur sec detail pembatasan2 yurisdiksi suatu neg kecuali yg tlh dikenal dlm prinsip2 yurisdiksi HI.

• Yurisdiksi ekstrateritorial digunakan bbrp neg berlandaskan kepentingan nasional khususnya kepentingan bisnis mrk.