hukum ‘azl dalam membatasi kehamilan menurut fiqih …
TRANSCRIPT
HUKUM ‘AZL DALAM MEMBATASI KEHAMILAN
MENURUT FIQIH ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Islam (S.H) Pada Program Studi Hukum Keluarga
(Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
IRWANSYAH
NIM: 105261102817
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYAH)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2021 M
ii
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 GedungIqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi saudara Irwansyah, NIM : 105261102817 yang berjudul “Hukum ‘Azl
Dalam Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam” telah diujikan pada
tanggal: Sabtu 29 Zulkaidah 1442 H. Bertepatan dengan tanggal 10 Juli 2021 M
dihadapan penguji, dan dinyatakan telah diterima dan disahkan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SH) pada Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H
10 Juli 2021 M
Dewan Penguji
1. Ketua : Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. (………………………..)
2. Sekretaris : Dr. M. Ilham Muchtar. Lc., M.A. (………………………..)
Tim Penguji
1. Dr. M. Ilham Muchtar. Lc., M.A. : (………………………..)
2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. : (………………………..)
3. Rapung, Lc., M.H.I. : (………………………..)
4. Hasan bin Juhanis, Lc., M.S. : (………………………..)
Disahkan oleh :
Dekan Fakultas Agama Islam
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si
NBM: 774 234
iii
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 GedungIqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
‘
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, telah mengadakan
sidang munaqasyah pada Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Zulkaidah 1442 H,/ 10 Juli 2021 M.
Tempat : Gedung Prodi Ahwal Syakhshiyah, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar, Jl. St. Alauddin No. 259 (Gedung Iqra Lantai 4) Makassar
MEMUTUSKAN
Bahwa saudara
Nama : IRWANSYAH
Nim : 105261102817
Judul Skripsi : Hukum ‘Azl Dalam Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam
Dinyatakan : LULUS
Ketua Sekretaris
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. Dr. M. Ilham Muchtar. Lc., MA. NBM: 774 234 NBM : 108 2061
Dewan Penguji :
1. Dr. M. Ilham Muchtar. Lc., M.A. : (……………………………..)
2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. : (……………………………..)
3. Rapung, Lc., M.H.I. : (…………………….……….)
4. Hasan bin Juhanis, Lc., M.S. : (……….…………………….)
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Agama Islam
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si
NBM: 774 234
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Irwansyah
NIM : 105261102817
Fakultas/ Prodi : Agama Islam/ Ahwal Syakhshiyah
Dengan ini menyatakan sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya( tidak dibuat oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( plagiat) dalam menyususn skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 , saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H
10 Juli 2021 M
Yang membuat pernyataan
Irwansyah
v
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 GedungIqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Proposal :Hukum ‘Azl Dalam Membatasi Kehamilan Menurut
Fiqih Islam
Nama : IRWANSYAH
NIM : 105261102817
Fakultas / Jurusan : Agama Islam / Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah)
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan tim penguji
ujian skripsi prodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H
10 Juli 2021
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muh. Ilham Muchtar, Lc., MA Hasan bin Juhanis, Lc., MS NIDN: 0909107201 NIDN: 0911047703
vi
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم
Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur
kehadirat Allah swt, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap
langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. Tak lupa pula, shalawat
serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad
saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam
menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulilah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “ HUKUM „AZL DALAM MEMBATASI KEHAMILAN MENURUT
FIQIH ISLAM” sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum
Islam pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah). Penulis dalam
penyelesaian skripsi ini telah bersungguh-sungguh mengerahkan segenap daya
dan upaya demi terselesainya skripsi ini dengan maksimal serta berkat bantuan
dari berbagai pihak.
Dibalik rampungnya tulisan ini, tentulah ada sederetan nama yang berjasa.
Untuk Bapakku Larigu dan Ibuku Sineng (rahimahumullah) yang saya
banggakan.Terima kasih karena telah memberikan kasih sayang yang tak
terhingga hingga kalian kembali ke pangkuan-Nya. Semoga Allah
mengumpulkan kita di Jannah-Nya.. Jazahumullahu khairan. Tak lupa penulis
haturkan pula rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh keluarga dan
saudara-saudaraku atas bantuan moril maupun materil yang diberikan.
Jazaakumullahu khairal jaza‟. Dan tak lupa pada istriku tercinta Saleha, sosok istri
yang begitu sabar dalam mendampingiku serta anakku yang selalu menjadi
penyemangatku, hingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Syukran zaujati.
Untuk penyejuk mata, anakku Khodijah, kehadiranmu adalah motivasi bagiku.
Kepada kedua orang tua angkatku Pa‟de Herman dan Mama Nur Alam, terima
kasih telah menjadi pengganti orang tua kandungku. Kepada kedua mertua ku
vii
Muh. Safa dan Siti Aminah tersayang yang selalu mendoakan ku jazakumullahu
khairan katsiran. Kebaikan kalian tak bisa ku balas dengan apapun.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, beserta segenap Wakil Rektor I sampai dengan
IV
2. Syekh Dr. (HC) Mohammad MT. Khoory, selaku Donatur Yayasan
Muslim Asia (AMCF)
3. K.H. Lukman Abdul Shamad, Lc. selaku Direktur Ma‟had Albirr
Universitas Muhammadiyah Makassar dan beserta staf.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam
beserta Wakil Dekan.
5. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A., selaku Ketua Program Studi Ahwal
Syakhshiyah, juga selaku pembimbing satu penulis.
6. Hasan Bin Juhanis, Lc., M.S, selaku Sekretaris Program Studi Ahwal
Syakhshiyah, juga selaku pembimbing dua penulis.
7. Segenap dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya pada
Program Studi Ahwal Syakhshiyah Universitas Muhammadiyah
Makassar.
8. Rekan-rekan seangkatan di Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah).
Demikian yang penulis sampaikan, semoga tulisan karya ilmiah ini dapat
menjadi tambahan khasanah keilmuan bagi ummat .Wallahu a‟lam
Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H
10 Juli 2021 M
Irwansyah NIM : 1052 61102817
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 14
D. Manfaat Penelitian .................................................... 14
E. Definisi Operasional.................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI..................................................... 16
A. Kajian Terdahulu ....................................................... 16
B. Tinjauan Pustaka ....................................................... 18
1. Pengertian „Azl.................................................... 18
2. Sejarah Singkat Tentang „Azl ............................. 19
3. Dalil-Dalil Tentang „Azl .................................... 22
4. Faktor-Faktor Suami-Istri Melakukan „Azl ........ 28
5. „Azl Dalam Tinjauan Tradisi Dan Medis ............ 31
6. Hikmah „Azl ........................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................. 38
A. Jenis Penelitian .......................................................... 38
B. Pendekatan Penelitian ............................................... 39
C. Metode Pengumpulan Data ....................................... 40
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................... 41
ix
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................... 43
A. Hukum Membatasi Kehamilan Menurut
Pandangan Islam ....................................................... 43
B. Hukum „Azl Untuk Membatasi Kehamilan
Menurut Fiqih Islam................................................. 52
BAB V PENUTUP ..................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................... 60
B. Saran .......................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP
x
ABSTRAK
IRWANSYAH, 105261102817 2021, Hukum „Azl Dalam Membatasi Kehamilan
Menurut Fiqih Islam. Skripsi. Program Studi Ahwal Syakhshiyah. Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: M. Ilham Muchtar, Pembimbing II:
Hasan Juhanis.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui bagaimana hukum
membatasi kehamilan dalam pandangan Islam, dan 2) Bagaimana hukum „azl
untuk membatasi kehamilan menurut fiqih Islam.
Tulisan pada peneletian ini menggunakan jenis penelitian pustaka (Library
Research) dengan pendekatan kualitatif. Dimana peneliti melakukan riset berbagai
buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sumber data
berdasarkan literatur yang diteliti meliputi buku yang berkaitan dengan Masail
Fiqhiyah , kesehatan reproduksi, dan fatwa-fatwa ulama. Setelah data terkumpul,
selanjutnya peneliti mengolah, menganalisa, serta menarik kesimpulan
kesimpulan dari data yang telah terkumpul.
Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa membatasi
kehamilan adalah salah satu solusi dalam mengatur jarak kelahiran anak demi
tumbuh kembang generasi yang baik. Jumhur ulama melarang membatasi
kehamilan secara mutlak jika bertujuan menyetop kelahiran karena takut miskin
atau karena telah mencukupkan anak dengan jumlah yang tertentu. Namun
membolehkan jika dalam keadaan darurat. Dan „azl adalah alat untuk membatasi
kehamilan dan menjaga jarak kelahiran sebagaimana dipraktekkan sebahagian
para sahabat di zaman Rasulullah saw. Jumhur Ulama membolehkan „azl dengan
izin istri dan jika dalam keadaan darurat, namun menjadi makruh tanzih jika tanpa
izin istri. Oleh karenanya „azl sebagai alat kontrasepsi alami masih relevan dan
efektif di praktekkan di zaman sekarang ini meskipun telah ada alat-alat
kontrasepsi modern karena „azl mudah dalam praktek dan dapat diakses oleh
berbagai kalangan.
Kata Kunci : Hukum, ‘Azl , Kehamilan, Kelahiran ,Kontrasepsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan yang merupakan ikatan suci dan mulia diantara laki-laki dan
wanita sehingga keduanya menjadi suami istri, yang kemudian terbentuklah
sebuah keluarga atau rumah tangga bersama anak-anak mereka, adalah merupakan
sumber kekuatan yang sangat besar sekali yang akan membentuk masyarakat
kaum muslimin menjadi masyarakat islami yang berjalan sesuai dengan apa yang
Allah swt syari‟atkan melalui lisan Nabi-Nya yang mulia saw.1
Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk
Allah swt, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Semua yang
diciptakan Allah swt berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan, sebagaimana
berlaku pada manusia. Dalam Q.S. al-zariyat/79: 49
نعهكى رزكش ج ء خهمب ص كم ش ي
Terjemahnya:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
mengingat (kebesaran Allah)”.2
Perkawinan antar manusia berbeda dengan binatang, yang melakukan
perkawinan dengan bebas sekehendak hawa nafsunya. Bagi binatang, perkawinan
1Abdul Hakim bin Amir Abdat.1429 H/2008 M.Pernikahan dan Hadiah Pengantin.t.t:
.Maktabah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.h.336. 2 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h. 522.
2
semata-mata kebutuhan birahi dan nafsu syahwatnya, sedangkan bagi
manusia perkawinan diatur oleh berbagai etika dan peraturan lain yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan berakhlak. Oleh
karena itu, perkawinan manusia harus mengikuti tata cara yang normatif dan
legal.3
Allah swt menciptakan makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi di
dalamnya terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya
di dunia ini menjadi tenteram, sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S surah al-
Rum/30: 21
آ ي خ سد دح كى ي جعم ث ب اجب نزغكا ئن فغكى أص أ خهك نكى ي أ بر
زفكش و بد نم نك ف ر .ئ
Terjemahnya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.”4
Allah swt sengaja menumbuhkan rasa kasih dan sayang ke dalam hati
masing-masing pasangan, agar terjadi keharmonisan dan ketentraman dalam
membina suatu rumah tangga.5
3 Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani. 2013.Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim.
Bandung: Pustaka Setia.h.17 4 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h. 306.
5 M.Ali Hasan.2003.Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta: Prenada
Media.h.2-3
3
Salah satu tujuan terpenting dari pernikahan ialah mempertahankan jenis
manusia melalui kelahiran, sebagaimana tumbuh-tumbuhan mempertahankan
jenisnya melalui penanaman. Seorang istri laksana ladang yang disiapkan untuk
ditanami benih. Sedangkan suaminya laksana petani yang menanamkan benih
dengan cara yang dipilihnya. Al-Qur‟an mengibaratkan wanita sebagai ladang
untuk menggambarkan peran pentingnya dalam bangunan keluarga. Allah swt
berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2: 223
ا أ اعه ارما الل فغكى يا ل لذ كى غبؤكى دشس نكى فأرا دشصكى أ شئزى
يل إي ش ان ث ل
Terjemahnya:
“Istri-istrimu adalah (seperti) ladang bagimu. Maka datangilah ladangmu
itu bagaimana saja kamu menghendakinya”.6
Ini merupakan petunjuk kepada orang-orang yang hendak menikah agar
memilih pasangan hidup yang baik. Karena lembaga pernikahan di dalam Islam
bukan semata-mata wadah untuk melampiaskan hasrat birahi dan menyalurkan
nafsu seksual (libido) belaka. Sebenarnya lembaga pernikahan merupakan
perencanaan yang matang untuk memakmurkan dan menghidupkan bumi melalui
keturunan yang baik. Dan pernikahan merupakan salah satu sumber utama
kebahagiaan baik pribadi maupun masyarakat.7
6 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.35
7 Sobri Mersi Al- Faqi.2011.Solusi Problematika Rumah Tangga Modern. Surabaya:
Pustaka Yassir.h.29-30
4
Dalam pendekatan Islam, keluarga adalah basis utama yang menjadi
pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga pun
berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari
al-Qur‟an. Dalam al-Qur‟an terdapat penjelasan untuk menata keluarga,
melindungi, dan membersihkan dari anarkisme jahiliah. Dikaitkannya keluarga
dengan Allah swt dan ketakwaan kepada-Nya dalam setiap ayat keluarga yang
dilansir al-Qur‟an, sambil menyoroti dengan pancaran spritual, sistem
perundangan, dan jaminan hukum dalam setiap kondisinya.
Sistem sosial Islam adalah sistem keluarga, karena keluarga merupakan
sistem rabbani bagi manusia yang mencakup segala karakteristik dasar fitrah
manusia, kebutuhan, dan unsur-unsurnya. Sistem keluarga dalam Islam terpancar
dari fitrah dan karakter alamiah yang merupakan basis penciptaan pertama
makhluk hidup. Sebagaimana firman Allah swt di dalam Q.S Yasin/ 36 :36
ب ل ي ى فغ أ ي جذ السض ب ر ب ي اط كه انز خهك الص عجذب
عه
Terjemahnya:
“Maha suci Allah swt yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”8
Konsepsi Islam tentang manusia juga terpapar secara bertahap. Pertama-
tama disebutkan, jiwa pertama yang menjadi sumber pasangan manusia, yaitu
Adam dan Hawa, kemudian anak keturunannya, dan selanjutnya umat manusia
8 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.442
5
secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah swt di dalam Q.S al- Hujurat/49:
13
لجبئم نزعبسفا ئ بكى شعثب جعه ض أ ركش ب انبط ئب خهمبكى ي بأ
عهى خجش الل أرمبكى ئ ذ الل أكشيكى ع
Terjemahnya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah swt ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah swt Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.9
Sebenarnya Allah swt mampu menciptakan jutaan manusia sekaligus, akan
tetapi takdir-Nya menghendaki hikmah lain yang tersembunyi dalam fungsi
keluarga yang sangat besar bagi kelangsungan hidup makhluk ini.10
Allah swt menciptakan laki-laki dan wanita dengan peran yang saling
melengkapi. Yang satu melengkapi yang lain. Yang satu tidak bisa merasakan
ketenangan tanpa yang lain. Dan keduanya akan terus merasa gelisah dan tidak
tenang sampai keduanya bertemu dan bersama-sama masuk ke dalam masyarakat
yang tenang dan damai.
Karena adanya hubungan yang saling melengkapi inilah maka rumah
tangga bisa dibangun, keluarga bisa dibina dan masyarakat yang bahagia bisa
9 Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.518
10 Mahmud Muhammad Al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal.2005.
Membangun Keluarga Qur’ani. Jakarta: Amzah. h.3-5
6
diciptakan. Keluarga adalah kesatuan suci yang memiliki tujuan luhur. Islam
senantiasa berupaya mempertahankan eksistensinya sebagai bangunan yang kuat
dan kokoh, yang dapat mencapai tujuan-tujuannya dan mampu menghadapi segala
macam kesulitan dan tantangan.
Tujuan membangun keluarga ialah melahirkan keturunan yang baik,
mendapatkan ketenangan batin antara suami dan istri, dan menciptakan hubungan
yang bahagia di antara anggota keluarga dalam naungan syari‟at Allah swt yang
abadi. Keluarga yang didirikan di atas pondasi Islam yang sejati akan menjadi
keluarga yang bertahan sepanjang hayat dan tidak akan terpecah belah.11
Biasanya sepasang suami-istri tidak ada yang tidak mendambakan anak
turunan untuk meneruskan kelangsungan hidup. Anak turunan yang diharapkan
dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide-ide yang pernah tertanam di
dalam jiwa suami-istri. Fitrah yang sudah ada dalam diri manusia ini diungkapkan
oleh Allah swt dalam firman-Nya Q.S an-Nahl/16 :72
سصلكى ي دفذح اجكى ث أص جعم نكى ي اجب فغكى أص أ جعم نكى ي الل
ى كفش ذ الل ع ث انطجبد أفجبنجبغم إي
Terjemahnya:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik”.12
11
Sobri Mersi Al-Faqi.2011.Solusi Problematika Rumah Tangga Modern.Surabaya: Pustaka Yassir.h.45-46
12 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya, Depok:Adhwaul Bayan.h.274
7
Berdasarkan ayat tersebut di atas jelas, bahwa Allah swt menciptakan
manusia ini berpasang-pasangan supaya berkembang biak mengisi bumi ini dan
memakmurkannya. Atas kehendak Allah swt, naluri manusia pun menginginkan
demikian.
Kalau dilihat dari ajaran Islam, maka di samping alih generasi secara
estafet, anak cucu pun diharapkan dapat menyelamatkan orang tuanya (nenek
moyang) sesudah meninggal dunia dengan panjatan do‟a kepada Allah swt. Begitu
pentingnya masalah keturunan (pewaris), Allah swt menyebutkan ucapan lidah
hamba-Nya dengan firman-Nya dalam Q.S al-Furqan/25: 74
زم اجعهب نه ح أع برب لش رس اجب أص ت نب ي ب سث من انز
ئيبيب
Terjemahnya:
“Dan orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami) dan
jadikanlah kami imam, bagi orang-orang yang bertakwa”.13
Nabi Zakaria as sebagai Rasulullah juga mendambakan anak turunan
untuk meneruskan perjuangan beliau. Dalam usia senjanya beliau memohon
kepada Allah swt, yang disebutkan dalam firman-nya Q.S Maryam/ 19: 2-6
بنعظى ذاء خفب )( لبل سة ئ ذ سثك عجذ صكشب )( ئر بد سث ركش سد
ي ان ئ خفذ ان ثذعبئك سة شمب )( نى أك جب أط ش اشزعم انش ي
13
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.366
8
كبذ سائ آل شس ي نب )( شص ك نذ ت ن ي ايشأر عبلشا ف
اجعه سة سظب عمة
Terjemahnya:
2)Yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada
hamba-Nya Zakaria.3) yaitu ketika dia berdo‟a kepada Tuhannya dengan
suara yang lembut.4) Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh
tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum
pernah kecewa dalam berdo‟a kepada-Mu, ya Tuhanku.5)Dan sungguh,
aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.6)Yang
akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia,
ya Tuhanku, seorang yang diridai”.14
Semua manusia yang normal merasa gelisah, apabila perkawinannya tidak
menghasilkan keturunan. Rumah tangga terasa sepi. Hidup tidak bergairah, karena
pada umumnya orang rela bekerja keras adalah untuk kepentingan keluarga dan
anak cucunya.15
Pernikahan berikut prinsip-prinsip, batas-batas dan kaidah-kaidahnya yang
telah digariskan oleh Allah swt adalah cara yang benar untuk melestarikan jenis
manusia dan mempertahankan eksistensinya. Allah swt telah memerintahkan
kepada kita untuk mengharapkan keturunan ketika kita berhubungan badan.
Karena Allah swt berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2: 187:
أ أ عهى الل زى نجبط ن أ نجبط نكى فش ئن غبئكى بو انش هخ انص كى دم نكى ن
فغكى أ زى رخزب ك اثزغا يب كزت الل ثبشش كى فب عفب ع كى فزبة عه
انفجش صى د ي ػ الع انخ ط ي ػ الث نكى انخ اششثا دز زج كها نكى
14
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h. 305 15
M.Ali Hasan.2003. Pedoman Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media.h.14-17
9
ل م بو ئن انه ا انص فل أر غبجذ رهك دذد الل ف ان زى عبكف أ رجبشش
زم ى نهبط نعه آبر الل ب كزنك ج رمشث
Terjemahnya:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu.
Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi
Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan
minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai
(datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu
beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, agar mereka bertakwa.”16
Yang dimaksud dengan “mencari apa yang telah ditetapkan Allah swt –
menurut salah satu tafsir- adalah mengharapkan keturunan.17
Secara kodrati perempuan mengemban fungsi reproduksi umat manusia.
Fungsi- fungsi reproduksi yang paling penting adalah hamil, melahirkan, dan
menyusui anak. Kehamilan dalam pandangan al-Qur‟an merupakan tugas
kemanusiaan yang sangat berat dan ini diapresiasikan dengan redaksi yang begitu
menyentuh hati dalam firman Allah swt Q.S al-Ahqaf/ 46:15
فصبن ه د ب ظعز كش ب كش هز أي ئدغبب د انذ ث غب ب ال ص
ثهغ أ شا دز ئرا ثهغ أشذ ش أشكش صلص صع أ عخ لبل سة أ سثع
16
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan. h.29 17
Sobri Mersi al-Faqi.2011. Solusi Problematika Rumah Tangga Modern.Surabaya: Pustaka yassir.h.37
10
أصهخ ن ف م صبنذب رشظب أع أ انذ عه ذ عه ع زك انز أ ع
غه ان ئ ي ك ز ئ رجذ ئن رس
Terjemahnya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu)
telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya
Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku
dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku
kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.”18
Tentu bukan tanpa maksud al-Qur‟an menggambarkan kehamilan sebagai
tugas yang sangat berat. Penggambaran seperti itu boleh jadi merupakan
peringatan kepada manusia (laki-laki dan perempuan) agar memuliakan dan
menghormati ibu yang telah mengandung dan melahirkannya ke dunia.
Kehamilan dan kelahiran adalah peristiiwa luar biasa dalam kehidupan
manusia. Karena itu, manusia, terutama remaja laki-laki dan perempuan, perlu
mengetahui, menyadari untuk kemudian secara sungguh-sungguh mempersiapkan
18
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.504
11
diri menghadapinya. Jangan sampai terjadi kehamilan yang tidak diinginkan sebab
reesikonya sangat berat.19
Dalam sisi yang lain, Islam memandang anak merupakan karunia dan
rezeki yang harus disyukuri dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw
pun menganjurkan kepada umatnya untuk menikahi wanita-wanita yang subur
agar menghasilkan keturunan yang banyak, dimana beliau akan membanggakan
ummatnya di hadapan para Nabi-Nabi sebelum beliau pada hari kiamat nanti.
Beliau bersabda dari sahabat Ma‟qil ibn Yasar diriwayatkan oleh Abu Daud:
صه الل غبس لبل جبء سجم ئن انج يعمم ث عهى فمبل ئ أصجذ ع عه
ب صى ب لبل ل صى أرب انضبخ ف ج ب ل رهذ أفأرض ئ بل ج أرب ايشأح راد دغت
ند فا يكبصش ثك دد ان جا ان ى اليىانضبنضخ فمبل رض20
Artinya:
“Ma‟qil berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw, Ia
berkata: “Wahai Rasulullah saw, saya mengenal seorang wanita yang
mempunyai kedudukan dan cantik namun dia mandul, apakah saya boleh
menikahinya?, maka beliau melarangnya, kemudian dia mendatangi beliau
untuk yang kedua kali, beliau pun melarangnya lagi, kemudian dia
mendatangi beliau lagi, maka beliau pun tetap melarangnya. Akhirnya
Rasulullah saw bersabda: “Menikahlah kalian dengan wanita yang
penyayang dan subur, karena saya bangga dengan jumlah kalian yang
banyak”
Hadis diatas bukan berarti berarti tugas orang tua hanya menghasilkan
anak saja dan mengabaikan tugas dan tanggung jawab mereka terhadap anak-
anaknya. Ada kewajiban orang tua lainnya yang harus juga diperhatikan yakni
mendidik dan membekali anak-anakya dengan pengetahuan agama dan hikmah
yang baik sehingga menjadi bekal untuk menjalani kehidupan mereka di dunia
19
Amir Achsin, dkk.2003. Untukmu Ibu Tercinta.Bogor: Prenada Media.h.104-105 20
Sulaiman bin Al-Asy’ats. Abu Daud, Sunan Abu Daud, Bab Larangan Menikahi Wanita Yang Mandul, Juz V.Mauki’ Al-Islam.h.431
12
dan menjadi generasi Islam yang baik dan tangguh. Sebagaiman firman Allah swt
dalam Q.S an-Nisa/4: 9
نمنا زما الل ى فه خ ظعبفب خبفا عه ى رس خهف رشكا ي ن نخش انز
ل عذذا ل
Terjemahnya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.21
Selain menganjurkan memperbanyak anak, Islam juga memerintahkan
untuk memperhatikan kualitas tumbuh kembang anak itu sendiri. Dan di antara
metode untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak adalah dengan mengatur
dan membatasi jarak kehamilan dan kelahiran anak. Hal ini penting mengingat
apabila setiap tahun melahirkan anak, akan membuat sang ibu tidak punya
kesempatan untuk memberikan perhatian kepada anaknya.
Bahkan bukan perhatian yang berkurang, nutrisi dalam bentuk ASI yang
sangat dibutuhkan pun akan berkurang dimana ini adalah suatu kebutuhan yang
dibutuhkan oeh anak agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Padahal
secara alamiah, seorang bayi idealnya menyusu kepada ibunya selama dua tahun
meski bukan sebuah kewajiban. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S
Lukman/ 31: 14
21
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan. h.78
13
غب ب ال ص اشكش أ فصبن ف عبي ب عه هز أي د انذ ث
صش ان ك ئن انذ ن ن
Terjemahnya:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”22
Inilah alasan yang bisa diterima oleh syari‟at berkaitan dengan pembatasan
atas kehamilan. Sedangkan pembatasan kehamilan karena alasan takut miskin atau
takut tidak mendapatkan rezeki akibat persaingan hidup yang semakin ketat tidak
bisa diterima Islam. Karena ketakutan itu sama sekali tidak berdasar dan hanya
bisikan syaithan serta syubhat dari orang-orang kafir yang tidak beriman kepada
Allah swt. Karena jauh sebelum bumi ini dihuni oleh manusia, Allah swt sudah
menyiapkan semua sarana penunjang kehidupan manusia. Hewan dan tumbuhan
sudah disiapkan untuk menjadi rezeki bagi manusia. Allah swt sudah menjamin
ketersediaan makanan dan minuman serta semua sarana penunjang kehidupan
lainnya di bumi ini.23
Alasan lain yang juga memungkinkan menunda kehamilan adalah karena
sedang dalam proses penyelesaian studi bagi para penuntut ilmu. Yang dimana
ketika terjadi kehamilan, maka akan menghambat dan membatasi kegiatan belajar
karena harus menjaga kehamilan dan mengurus anak jika telah melahirkan.
Demikian juga bagi yang memiliki riwayat penyakit dapat membahayakan
jiwanya jika melahirkan. Demikian juga adanya kelahiran yang tidak terkontrol di
22
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.412 23
Dasri,2016. Penundaan Kehamilan Dengan Memakai Alat Kontrasepsi Bagi Pengantin Baru DAlam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Kec.Selebar Kota Bengkulu), Jurnal Qiyas. IAIN Bengkulu, vol.1 No.1.
14
kalangan masyarakat awwam yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan
sandang pangan dan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka. Akibatnya
banyak anak-anak terlantar dan menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat dan
ini bertentangan dengan ajaran Islam yang tujuannya memberikan mashlahat bagi
ummat. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang cara membatasi
kehamilan dengan cara alami dan ketidakmampuan mengakses obat-obat yang
dapat mencegah kehamilan. Dengan adanya berbagai kompleksitas dalam
permasalahan ini, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Hukum
„Azl Dalam Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hukum membatasi kehamilan dalam pandangan islam?
2. Bagaimana hukum „azl untuk membatasi kehamilan menurut fiqih
Islam?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hukum membatasi kehamilan dalam pandangan
islam
2. Untuk mengetahui hukum „azl untuk membatasi kehamilan menurut
fiqih Islam.
15
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang
berguna bagi penulis dan memberikan sumbangan keilmuan kepada pembaca
terhadap problematika dalam hubungan suami-istri. Di samping itu juga,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat muslim
pada umumnya dan para pasangan suami-istri pada khususnya, sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang hukum „azl dalam hubungan suami-istri dan
mengetahui manfaat dan mudarat melakukan „azl dengan pasangan.
E. Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini perlu untuk dipaparkan makna dari konsep
penelitian untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap
variabel penelitian sehingga dapat dijadikan acuan dalam menelusuri variabel
penelitian.
Adapun yang masuk dalam definisi opersional ini adalah sebagai berikut:
1. „Azl adalah menumpahkan sperma di luar vagina ketika terjadi
ejakulasi.
2. Fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah swt
syariatkan kepada hamba-hamba-Nya, demi mengayomi seluruh
kemashalatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-
tengah mereka.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran data pustaka, maka ditemukan beberapa literatur
atau hasil penelitian yang sesuai atau berhubungan dengan usulan dan objek
penelitian, diantaranya:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mursyid Djawas, Misran, Cut
Putrau Ujong dengan judul ‘Azl Sebagai Pencegah Kehamilan (Studi
Perbandingan Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i) menyatakan bahwa
„azl dan KB adalah sama karena tujuannya sama-sama untuk mencegah
pembuahan (kehamilan), tapi yang membedakan antara KB dan „azl hanya pada
proses dan alat yang digunakan, „azl tidak menggunakan alat apapun (secara
alami) sedangkan KB menggunakan alat kontrasepsi baik berupa pil KB atau
suntikan obat. Berdasarkan hasil istinbath hukum antara mazhab Hanafi dan
mazhab Syafi‟i, praktek „azl dibolehkan, meskipun berbeda pendapat dari segi
pelaksanaannya. Mazhab Hanafi membolehkan praktek „azl dilakukan oleh
pasangan suami istri asal adanya persetujuan dari istri, sedangkan menurut
pandangan mazhab Syafi‟i praktek „azl malah dibebaskan tanpa harus adanya
persetujuan dari istri.24
24
Mursyid Djawas, dkk.2019.“Azl Sebagai pencegah Kehamilan (Studi Perbandingan
Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i)”, Jurnal Hukum Keluarga UIN Ar-Raniry 2, no.2.h.
234.
17
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sulaemang L dengan judul Al-‘Azl
(Senggama Terputus) Dalam Perspektif Hadis (Disyarah Secara Tahlili) .
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hadis-hadis tentang kebolehan dan
larangan melakukan „azl sebagai salah satu wujud mengatur jarak dan pencegahan
kehamilan seorang ibu. Implikasi penelitiannya adalah; (1) Untuk mengetahui
hadis-hadis Nabi saw sebagai dasar melakukan „azl bagi pasangan suami istri; (2)
Untuk menghilangkan keraguan tentang hadis-hadis „azl apakah dibolehkan
melakukannya atau dilarang; (3) Untuk memahami kandungan hukum hadis
tentang „azl; (4) Untuk mengetahui bahwa dari seluruh alat KB yang digunakan,
yang paling aman dari segi kesehatan, dan hukum islam adalah melakukan „azl.25
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Gemy Nastity Handayani Fakultas
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar dengan judul Kontrasepsi Dalam
Kajian Islam. Penelitian ini membahas tentang ragam kontrasepsi diantaranya
kontrasepsi suntikan, intravaginal, kondom, dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) atau intra urine device (I.U.D) (kontrasepsi spiral), operasi tubektomi
atau vasektomi atau cara konvensional. Dan dalam pandangan islam, ada dua hal
yang berkaitan dengan kontrasepsi yakni menunda kehamilan dan membatasi
kehamilan. Dan cara menunda dan membatasi kehamilan pada masa Rasulullah
saw yang dilakukan para sahabat adalah dengan melakukan „azl.26
25
Sulaemang L.2015. Al-„Azl (Senggama Terputus) Dalam perspektif Hadis (Disyarah
Secara Tahlili), Jurnal al- Izzah. IAIN Kendari, vol.10 No.2 26
Gemy Nastity Handayani.2013.Kontrasepsi Dalam Kajian Islam. Jurnal al-Fikr UIN
Alauddin Makassar vol.17 No.1
18
Adapun penelitian yang saya lakukan lebih pada proses bagaimana „azl
sebagai alat kontrasepsi efektif dalam membatasi kehamilan dan juga sarana
berhubungan intim dalam upaya saling memuaskan kebutuhan biologis masing-
masing dengan kesepakatan dan metode yang tidak bertentangan dengan syari‟at
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasangan suami istri
mengenai „azl itu dan mereka tidak merasa berdosa dan melanggar syari‟at agama
sehubungan dengan „azl tersebut. Dan bagaimana „azl bisa menjadi solusi bagi
pasangan suami istri di kalangan masyarakat yang kurang mampu dalam
membatasi kehamilan dan kelahiran sehingga memiliki kontrol dan waktu jeda
melahirkan untuk dapat mendidik dan mengarahkan anak-anak dengan
pendidikan agama yang baik dalam rangka upaya menghasilkan keturunan-
keturunan yang rabbani.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian ‘Azl
Kata عضل-عضل -عضل „. Secara bahasa artinya melepaskan, memisahkan.27
Secara istilah „azl berarti mengeluarkan dzakar dari farj istri dan menumpahkan
sperma di luar vagina saat terjadi ejakulasi untuk mencegah kehamilan.28
Coitus
interruptus atau dikenal dalam islam dengan „azl, biasa disebut pula withdrawal
atau pull-out method, adalah salah satu dari cara mengontrol kelahiran, di mana
laki-laki tatkala bersenggama menarik penisnya dari vagina si wanita sebelum
27
Ahmad Warson Munawwir.1404 H/1984 M. Kamus al-Munawwir Arab –Indonsia. Surabaya: Pustaka Progressif.h.927
28 Muhammad sayyid sabiq, Fiqih Sunnah.2009 M/1430 H. Bab Zawaj.Cet.XXI;Kairo:
Darul Fathil ‘ilam Al‘arabiy.h.125
19
terjadinya ejakulasi. Si pria sengaja menumpahkan spermanya dari vagina
pasangannya dalam upaya untuk menghindari inseminasi (pembuahan).29
Tujuan
Pasangan suami-istri melakukan „azl adalah untuk mengatur atau membatasi
keturunan.
2. Sejarah Singkat tentang ‘Azl
Dalam sejarah, teknologi atau alat kontrasepsi telah dikenal sejak zaman
kuno, yakni sejak 2700 SM berupa penemuan sebuah resep di Cina yang
menjelaskan tentang obat peluntur (abortifum) yang diduga merupakan
kontrasepsi pertama dalam sejarah keluarga berencana. Di Mesir ditemukan pula
catatan tentang beberapa resep pasta vagina bertahun 1850 SM, dan tambpon
vagina yang mengandung obat yang terdiri atas akasia tanah, tanaman yang
mengandung gom Arab yang karena fermentasi akan menghasilkan asam laktat
yang sampai sekarang dikenal sebagai spermisida pada tahun 1550 SM. Demikian
pula di India ditemukan catatan medis dalam bahasa Sanskrit yang melukiskan
usaha abstinensi, tampon dan obat vagina.
Di dalam al-Kitab, praktek kontrasepsi dengan sanggama terputus (coitus
interruptus) telah disebutkan. Pada awal abad kedua, di Yunani, telah diletakkan
dasar pemikiran kontrasepsi. Pada abad pertengahan, para dokter Islam seperti
Ibnu Sina (Avicena) telah mengatakan bahwa kontrasepsi merupakan bagian yang
sah dan legal dari praktek kedokteran yang terdiri dari beberapa barier vagina,
salep dan sanggama yang terputus, yang dalam bahasa Arab disebut „azl.30
29
https://en.m.Wikipedia.org/wiki/Coitus_interruptus. Diakses 12 Juni 2021 14:07 30
La Ode Ismail Ahmad,2010. ‘Azl (Coitus Interruptus) Dalam Pandangan Fukaha, Jurnal Hukum Diktum, STAIN Pare-Pare,vol.8,no.1.h.1
20
„Azl adalah salah satu metode kontrasepsi tertua di dunia sebagai cara
efektif untuk mencegah kehamilan. Ini juga sudah masyhur di zaman Rasulullah
saw yang dipraktekkan sebahagian sahabat dan kaum muslimin pada masa itu. Ini
dilakukan sebagai tindakan kontraseptif mencegah kehamilan. Sementara pada
masa itu al- Qur‟an masih diwahyukan dan tidak ada nash ayat yang melarangnya.
Demikian juga dengan Rasulullah saw pun tidak melarang mereka dari melakukan
„azl. Sebagaimana hadis Rasulullah saw dari sahabat Jabir ra yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dalam sunannya.
سجم جبء لبل جبثش ع صبس ي سعل ئن ال صه الل الل عهى عه فمبل ئ
ب أغف جبسخ ن أب عه أكش م أ ب اعضل فمبل رذ ع ب فا شئذ ئ عأر
س يب ب لذ جم فهجش لبل ن فمبل أرب صى انش هذ لذ انجبسخ ئ أخجشرك لذ لبل د أ
ب س يب عأر ب لذ ن31
Artinya:
“Dari sahabat Jabir, berkata : “Salah seorang dari kalangan Anshar datang
menemui Rasulullah saw lalu ia berkata : Sungguh aku memiliki jariah
sedang aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak mengginginkannya
hamil. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan lakukanlah „azl jika
engkau menghendaki karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya
saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan „azl. Kemudian ia
mendatangi Rasulullah saw dan berkata : Sungguh jariah itu telah hamil,
maka Rasulullah saw pun berkata : “Aku telah beritahu kamu bahwasanya
sperma akan masuk sekedarnya (ke rahimnya) dan akan membuahi”
„Azl merupakan salah satu alat kontrasepsi alami yang dikenal pada zaman
Rasulullah saw. Dan di masa sekarang ini, masih terdapat sebahagian pasangan
suami-istri di kalangan kaum muslimin yang melakukan „azl untuk mengatur jarak
kehamilan atau karena alasan lain seperti memperhatikan kesehatan istri, janin,
31
Sulaiman bin Al-Asy’ats. Abu Daud, Sunan Abu Daud. Bab ‘Azl. Juz VI.Mauqi’ Al- Islam.no.1.858.h.80
21
atau anak yang sedang menyusui. Adapun gambaran „azlnya itu adalah ketika
akan mendekati keluarnya mani (ejakulasi), kemaluan sengaja ditarik keluar
vagina sehingga sperma tumpah di luar.
Seiring pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di
bidang medis pada zaman modern ini. Alat kontrasepsi ini mengalami perubahan
penggunaan ke berbagai jenis dan bentuk- bentuk alat kontrasepsi. Diantaranya
dengan metode mengkonsumsi berupa pil , melakukan penyuntikan, atau
memasang alat-alat di dalam sistem reproduksi seperti kondom, tubektomi,
vasektomi dan jenis yang lainnya. Namun seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan medis di era modern ini telah banyak dijumpai berbagai macam alat
kontrasepsi modern. Ini menjadikan pasangan suami istri memiliki banyak pilihan
untuk membatasi kehamilan. Diantaranya memasang IUD (Intra Uterine Device),
memakai kondom, melakukan suntik KB, dan mengkonsumsi pil KB, serta jenis
yang lainnya.
Di Indonesia sendiri pembatasan kehamilan dikenal dengan KB (Keluarga
Berencana) yang berada di bawah lembaga pemerintah yaitu BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Visi BKKBN adalah
“Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan pembangunan
yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan
fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.32
32
https://www.bkkbn.go.id/pages/sejarah-bkkbn. Diakses 20 Juni 2021 11:30
22
3. Dalil-Dalil Tentang ‘Azl
Di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum
Islam dan menjadi pedomam hidup bagi umat Islam, terdapat dalil-dalil yang
membolehkan „azl dan melarang „azl, namun tidak ada nash yang sharih yang
mengharamkan „azl.
Dalil-dalil yang membolehkan „azl dari al-Qur‟an berkaitan dengan
anjuran untuk menyiapkan perbekalan yang baik untuk anak keturunan untuk
menjalani kehidupan mereka di dunia, sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S
an-Nisa/4:9
نمنا ما الل ى فهز خ ظعبفب خبفا عه ى رس خهف رشكا ي ن نخش انز
ل عذذا ل
Terjemahnya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.33
Dan ayat yang lain Q.S al-Anfal/8:28
ذ أجش عظى ع الل أ لدكى فزخ أ انكى ب أي ا أ اعه
Terjemahnya:
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah swt pahala yang besar”.34
Ayat ini memperingatkan bagaimana anak-anak dapat menjadi fitnah jika
orang tua tidak mampu mengarahkan mereka kepada ajaran Islam yang
33
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan. h.78 34
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.180
23
dituntunkan oleh Rasulullah saw. Maka dibolehkan „azl dalam rangka mengatur
kehamilan atau kelahiran agar terwujudnya generasi yang sehat dan yang terdidik
dengan baik secara agama dan pengetahuan umum.
Karena tidak ada nash sharih yang melarang „azl, maka hukum „azl harus
dikembalikan kepada kaidah Islam, sebagaimana dalam qaidah fiqhiyah yang
mengatakan:
ا ب ش رذ ه ع م ن انذ ل ذ ز د خ بد ث ل ا بل ع ف ال بء ش ف ال م ص ل35
Artinya:
“Pada dasarnya segala sesuatu perbuatan itu boleh, kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharamannya”.
Selain berpegangan dengan kaidah hukum Islam tersebut di atas, pada
dasarnya Islam membolehkan melakukan sesuatu perbuatan dalam konteks
hubungan mua‟malah selama tidak nash al-Qur‟an dan hadis yang melarangnya.
Demikian juga melakukan „azl, maka Islam pun masih membolehkannya karena
merupakan cara pencegahan kehamilan secara alami dan dalam kondisi darurat.
Diriwayatkan dari para sahabat ra bahwa mereka melakukan „azl dan
Rasulullah saw tidak melarang mereka atas hal itu. Dalam hal itu, apabila untuk
maslahat, bisa jadi karena ia belum menginginkan kehamilan pada saat itu, atau
seperti yang dipertanyakan oleh penanya karena ia diharamkan melakukan
hubungan badan atau jima‟ karena istrinya haid atau nifas sedangkan kebutuhan
menuntut untuk melakukan hal itu, karena diharamkan adalah jima‟, dan
35
Abdur Rahman ibn Abu Bakr Jalaluddin as-Suyuthi. Al-Asybah wan Nazhair Fii Qawaid wa Furu’ Fiqh as-Syafi’i.Beirut Libanon:Darul Kutub al-Alamiah.
24
disebutkan dalam hadis pada wanita haid dari sahabat Anas bin Malik ra yang
diriwayatkan oleh Muslim.
سعل لبل صه الل الل عهى عه عا ء كم اص انكبح ئل ش36
Artinya:
“Rasulullah saw bersabda, “Lakukanlah segala sesuatu kecuali nikah
(jima‟)”.
Maksud “nikah” dalam hadis tersebut adalah jima‟. Maka ia dapat
bermesraan dengan istrinya seperti mengecup, memeluk, menikmati dengan paha
dan perutnya atau semisalnya. Akan tetapi, yang lebih baik hendaklah istrinya
memakai sarung dan celana untuk menjauhkan diri dari bahaya. Karena
sesungguhnya bermesraan di sekitar kemaluan bisa membawa kepada jima‟.
Sebagaimana hadis dari Maimunah ra yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam
Shahih Bukhari.
عهى ئرا أساد عه صه الل سعل الل خ رمل كب ي ي جبشش ايشأح أ
ب أيش دبئط غبئ فبرضسد 37
Artinya:
Maimunah ra berkata: “Jika Rasulullah saw ingin mencumbu salah
seorang dari istrinya, beliau memerintahkannya untuk mengenakan sarung.
Maka ia pun mengenakan sarung, sementara ia sedang haid”
Para sahabat banyak melakukan „azl ketika nabi masih hidup dan wahyu
pun masih terus turun, sebagaimana dalam hadis Ibnu Majah.
36
Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj.Shahih Muslim. Juz I.Beirut:Daar Ihya at-Turaats al-Arabiy.no.302.h.246
37 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari.Shahih al-Bukhari. Juz II.Muwaqi’ Al-
Islam.no.292.h.1
25
عطبء ع ش ع ع ع دذصب عفب ذا ئعذك ان ث بس جبثش لبل دذصب
ضل انمشآ عهى عه صه الل ذ سعل الل كب عضل عه ع38
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Harun Bin Ishaq Al Hamdani berkata,
telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru dari „Atha dari Jabir ia
berkata, “Kami pernah malakukan „azl pada masa Rasulullah saw ,
sementara al-Qur‟an masih turun”.
Dalam riwayat Muslim.
جبثش لبل ذ عه عضل كب ع سعل ع صه الل الل عهى عه رنك فجهغ ج الل
صه الل عهى عه ب فهى 39
Artinya:
“Dari Jabir dia berkata: “Kami melakukan „azl di masa Rasulullah saw,
kemudian hal itu disampaikan kepada Rasulullah saw, namun beliau tidak
melarang kami”.
Adapun diperbolehkan „Azl sebagaimana Ahmad bin Hanbal
meriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, ia berkata:
ع عهى عه صه الل انج أ ع الل انخطبة سظ ش ث ع ع
ب ح ئل ثار انذش انعضل ع40
Artinya:
“Rasulullah saw melarang „azl dari istri-istri mereka mereka kecuali
dengan izinnya.
38
Abdullah Muhammad bin Yazid.Sunan Ibnu Majah.Bab ‘azl juz I.Dar Ihya Al-Kitab Al-Arabiyyah-Faisal ‘isa al-Baabi al-Jalbi.no.1928.h.620
39 Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim, Bab Hukum ‘Azl, Juz II.Beirut:Dar Ihya
at-Turats al- Arabiy.no.1440.h.1065 40
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.1416 H/1995 M.Musnad Ahmad.Juz I.Kairo:Darul hadis.no.211.h.256
26
Ini menunjukkan bolehnya „azl dengan izin istri dan melarang „azl dengan
larangan karahiyah tanzih tanpa izin istri, dan sesungguhnya „azl terhadap wanita
(budak) tidak membutuhkan izinnya, serta perlu diperhatikan agar tidak
melakukannya kecuali karena kebutuhan yang mendesak atau darurat.
Namun apabila pencegahan kehamilan itu karena suatu tujuan yang
mendesak, seperti perempuan tidak mampu melahirkan secara wajar dan
karenanya ia terpaksa harus menjalani operasi untuk mengeluarkan anaknya atau
ditangguhkan sampai waktu tertentu demi suatu kemaslahatan yang diinginkan
oleh suami istri, maka ketika itu tidak ada larangan terhadap pencegahan
kehamilan itu atau menangguhkannya sebagai pelaksanaan dari apa yang ada
dalam hadis shahih dan apa yang diriwayatkan dari „ijma Sahabat ra tentang
kebolehan „azl.
Dan dalil-dalil yang melarang „azl dari nash al-Qur‟an tentang larangan
membunuh anak-anak karena takut miskin Q.S al-Isra‟/17: 31
خطئب ى كب لزه ئبكى ئ ى شصل لدكى خخ ئيلق ذ ل رمزها أ
كجشا
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.41
Dan dari hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan Muslim tentang hadis
ghilah
41
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan h.285
27
ت أخذ عكبشخ لبن ذ جذايخ ث عهى ع عه صه الل ذ دعشد سعل الل
فبسط فارا و ظشد ف انش انغهخ ف ع أ ذ أ مل نمذ ف أبط
ئب صى ع ى رنك ش لد عش أ ى فل لد أ انعضل فمبل سعل ى غه أن ع
أد انخف عهى رنك ان عه صه الل الل42
Artinya:
“Dari Judamah bin Wahab saudara „Ukasyah bahwasanya ia berkata: Saya
hadir bersama Rasulullah saw dalam sebuah kelompok dan ia berkata:
Saya hampir melarang al-ghailah, tetapi kemudian saya
mempertimbangkan orang Roma dan Persia, dan mendapatkan perempuan-
perempuan mereka biasa menyusui anak-anak mereka dalam keadaan
hamil tanpa akibat buruk. Kemudian mereka bertanya kepada beliau
tentang „azl lalu beliau bersabda, „azl itu adalah pembunuhan anak secara
tersembunyi”.
Hadis ini menjelaskan bahwa „azl diibaratkan seperti melakukan
pembunuhan terhadap anak-anak yang dilakukan pada zaman jahiliyah yaitu
dengan mengubur anak perempuan hidup-hidup.
Dan riwayat yang lain dari sahabat Abu Said al- Khudri
كى انعضل فمبل ل عه عهى ع عه صه الل لبل عئم انج أث ععذ انخذس
ل انمذس أ ب رفعها راكى فا43
Artinya:
“Dari Abu Said al-Khudri, dia berkata; Nabi saw pernah ditanya mengenai
„azl, beliau bersabda: “Tidak ada mudharat jika kalian tidak melakukan
„azl, karena sesungguhnya hal itu hanyalah berkenaan dengan takdir Allah
swt”.
42
Abu Husain Muslim ibn Hajjaj.Shahih Muslim.Bab: Dibolehkannya ghailah Juz VII. Mauqi’ al-Islam. No.2613.h.324
43 Abu Husain Muslim ibn Hajjaj.Shahih Muslim.Bab: Hukum ‘azl. Juz V. Mauqi’ al-Islam.
No.2602.h.311
28
Hadis ini menerangkan bahwa melakukan „azl dan tidak melakukannya,
kehamilan itu akan tetap terjadi jika Allah swt telah menakdirkannya.
4. Faktor-faktor Suami-istri Melakukan ‘Azl
Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:
Pertama, khawatir terhadap nyawa atau kesehatan si ibu jika hamil atau
melahirkan anak yang disertai keterangan dan pemeriksaan oleh dokter yang dapat
dipercaya. Karena Allah swt berfirman dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah/2: 195
فما ف عجم الل أ ذت الل أدغا ئ هكخ ذكى ئن انز ل رهما ثأ
ذغ ان
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan
tangan sendiri. Dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik”.44
Dalam ayat lain Allah swt berfirman dalam al-Qur‟an surah an-Nisa/4: 29
رشاض رجبسح ع رك كى ثبنجبغم ئل أ انكى ث آيا ل رأكها أي ب انز بأ
ل رمزها كى بي ثكى سد كب الل فغكى ئ أ
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta
sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kalian. Dan janganlah
44
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h. 30
29
kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepada kalian.”45
Kedua, khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang bisa
mempersulit beribadah dan dalam menyelesaikan studi atau pendidikan (menuntut
ilmu), sehingga mengakibatkan terbengkalainya urusan tersebut karena
tersibukkan dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya. Sementara Allah swt
menginginkan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah
di dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah/2: 185:
ل شذ ثكى انعغش ثكى انغش شذ الل
Terjemahnya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu”.46
Ketiga, keharusan melakukan „azl karena khawatir dengan keadaan
perempuan pada saat menyusui jika hamil dan melahirkan kembali. Rasulullah
saw menamakan bersetubuh saat perempuan masih dalam keadaan menyusui
dengan ghilah, karena kehamilan itu dapat merusak air susu dan melemahkan
kondisi anak. Dinamakannya ghilah atau ghalil, karena merupakan suatu bentuk
kriminalitas yang sangat rahasia terhadap anak yang sedang menyusui. Oleh
karenanya, perbuatan ini dapat diserupakan dengan pembunuhan tersembunyi.
Rasulullah saw senantiasa berusaha menginginkan kebaikan kepada
umatnya dengan memerintahkan kepada mereka agar berbuat apa yang kiranya
45
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h 83 46
Kementerian Agama RI.2015. Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h. 28
30
mendatangkan maslahat dan melarang dari apa yang kiranya akan memunculkan
bahaya. Diantara Rasulullah saw bersabda:
ح ث عش لبل أخجش فم أ ث د عجذ انش ذ ث يذ يبنك ع ع دذص
عبئخ أو ش ع ث ب انض ب أ ب أخجشر ت العذخ أ ذ جذايخ ث ع إي ان
انغهخ دز ع أ ذ أ عهى مل نمذ عه صه الل عذ سعل الل ع
ع فبسط ص و انش ركشد أ انغهخ أ ى لبل يبنك لد عش أ رنك فل
رشظع جم ايشأر ظ انش 47
Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Muhammad bin
Abdurrahman bin Naufal berkata; telah mengabarkan kepadaku „Urwah
bin az Zubair dari Aisyah Ummul Mukminin, dari Judamah binti Wahab al
Asadiyah, ia mengabarkan kepadanya, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda: “Sungguh, aku pernah berkeinginan untuk
melarang kalian dari ghilah, sehingga aku mengingat bahwa orang-orang
Romawi dan Persia juga melakukannya, dan hal itu tidak membahayakan
anak-anak mereka.” Malik berkata: “Ghilah adalah suami yang
menyetubuh istrinya, padahal istrinya masih menyusui”.
Mengenai „azl telah diungkapkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim
صه الل ذ سعل الل عذ جبثشا مل نمذ كب عضل عه ع عطبء لبل ع ع
عهى عه48
Artinya:
“Dari „Atha dia berkata : “saya telah mendengar Jabir berkata: “kami
melakukan „azl di masa Rasulullah saw.
Dalam hadis lain dari sahabat Jabir ra yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dalam Sunannya.
47
Malik bin Anas bin Malik . Kitab Muwatha’ Malik.Juz IV.Muwaqi’ Al-Islam.no.1117.h.273
48 Abu Husain Muslim bin al- Hajjaj. Shahih Muslim.Bab Hukum ‘Azl.Juz IV. Beirut:Dar
Ihya at-Turats al-Araby.h.160
31
عهى فمبل ئ عه صه الل صبس ئن سعل الل ال جبثش لبل جبء سجم ي ع
ب ن جبسخ أغف شئذ فا عأر ب ئ م فمبل اعضل ع رذ أب أكش أ ب عه
هذ لبل لذ أخجشرك أ انجبسخ لذ د جم صى أرب فمبل ئ ب لبل فهجش انش س ن يب لذ
س ن ب يب لذ بعأر 49
Artinya:
“Dari sahabat Jabir, berkata : “Salah seorang dari kalangan Anshar
menemui Rasulullah saw lalu ia berkata : Sungguh aku memiliki jariah
sedang aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak mengginginkannya
hamil. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan lakukanlah „azl jika
engkau menghendaki karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya
saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan „azl. Kemudian ia
mendatangi Rasulullah saw dan berkata : Sungguh jariah itu telah hamil,
maka Rasulullah saw pun berkata : “Aku telah beritahu kamu bahwasanya
sperma akan masuk sekedarnya (ke rahimnya) dan akan membuahi”
Hadis di atas adalah hadis taqriri yang menjelaskan bahwa perbuatan „azl
yang dilakukan dalam upaya menghindari kehamilan dibolehkan. Apabila „azl
dilarang maka akan diterangkan di dalam al-Qur‟an yang masih turun pada saat
itu atau Rasulullah saw sendiri melarang hal tersebut. Rasulullah saw hanya
mengingatkan „azl hanya usaha manusia untuk tidak menginginkan kehamilan,
sedangkan kepastiannya hanya ada di tangan Allah swt.
5. ‘Azl dalam Tinjauan Tradisi dan Medis
„Azl sudah masyhur dilakukan oleh para sahabat di zaman Rasululah saw
untuk menyetop kehamilan. „Azl merupakan alat kontrasepsi alami pada masa itu
dan tidak ada larangan dari Rasulullah saw dalam melakukan „azl. „Azl yaitu
mengeluarkan sperma di luar rahim ketika terasa akan keluar. Diriwayatkan dari
49
Sulaiman bin Al-Asy’ats . Abu Daud, Sunan Abu Daud, Bab ‘Azl Juz VI.Mauqi’ Al- Islam.no.1858.h.80
32
para sahabat ra bahwa mereka melakukan „azl dan Nabi Muhammad saw
membiarkan mereka atas hal itu. Dan mereka melakukan „azl karena
mashlahatnya mereka belum menghendaki kehamilan pada saat itu, atau karena
mereka sekedar ingin bersenang-senang dengan istri-istrinya dan kebutuhan
menuntut untuk melakukan hal itu.
Dalam tinjauan medis pembatasan kehamilan dan kelahiran di Indonesia
dikenal dengan program KB. Pengertian KB menurut UU No.10 Tahun 1992
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.50
Metode pencegahan kehamilan serta alat-alat yang digunakan haruslah
yang sejalan dengan syari‟at Islam. Ada metode yang secara langsung, pernah
dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw dan para sahabat dan ada juga yang
memang diserahkan kepada dunia medis dengan syarat tidak melanggar norma
dan etika serta prinsip umum ketentuan Islam. Memilih kontrasepsi untuk
mengatur kehamilan sering kali menjadi hal yang dilematis. Banyak anggapan bila
kita menggunakan kontrasepsi jenis tertentu akan mengakibatkan keputihan,
jerawat, tubuh gemuk, muncunya flek hitam hingga beragam mitos lainnya.
Padahal ada banyak alternatif atau jenis alat kontrasepsi yang bisa menjadi
pilihan.
50
Jenny Mandang,dkk. 2016.Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Keluarga Berencana, Bogor: In Media.h.201
33
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kontrasepsi berarti cara
untuk mencegah kehamilan. Metode kontrasepsi tradisional (alami) dan
kontrasepsi modern. Berikut beberapa jenis alat kontrasepsi dan efek sampingnya:
a. Kontrasepsi tradisional
1) Senggama terputus (coitus interruptus)
Senggama terputus atau coitus interruptus adalah salah satu cara alami
yang bisa dilakukan. Caranya dengan menarik penis keluar dari vagina
pasangannya lalu berejakulasi diluar vagina dan menjauhkan cairan
sperma yang keluar dari vagina.
Menurut laman resmi World Health Organization (WHO) mencoba untuk
menjaga sperma tidak masuk vagina bisa efektif mencegah kehamilan dan
pembuahan hingga 98 persen.Sayangnya kontrasepsi jenis ini sangat beresiko
karena tepat waktu dalam menarik penis dari vagina sebelum ejakulasi bukanlah
hal mudah. Sehingga sering kali ejakulasi sudah terjadi dalam vagina baru penis
ditarik.
2) Metode Kalender
Metode kalender atau metode ritme adalah jenis kontrasepsi
dengan memantau pola siklus menstruasi perempuan selama 6 bulan
terakhir.Cara menghitung masa subur perempuan adalah memantau pola
siklus menstruasi selama 6 bulan, mengurangi 18 dari panjang siklus
terpendek (perkiraan hari subur pertama) dan mengurangi 11 dari panjang
siklus terpanjang (diperkirakan hari subur terakhir). Biasanya masa subur
34
adalah hari ke 8 hingga 19 dari masing-masing siklus menstruasi 26
hingga 32 hari.
Bisa juga menggunakan aplikasi untuk menghitung masa subur
secara otomatis sehingga bisa mengetahui kapan mengalami masa subur
dan tidak melakukan hubungan seksual saat masa subur. Namun cara ini
bisa tidak efektif bila terjadi ovulasi dadakan selama masa kering atau
masa tidak subur. Sebab ovulasi ini bisa menyebabkan kehamilan.
b. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern adalah cara mencegah kehamilan dengan cara
yang lebih modern dengan bantuan alat atau adanya intervensi dari luar.
Diantaranya:
1) Kondom
Kondom memiliki dua jenis, kondom laki-laki dan kondom
perempuan. Kondom laki-laki digunakan oleh laki-laki saat penis
sudah ereksi dan sebelum terjadinya penetrasi ke vagina.
Sedangkan kondom perempuan adalah kondom yang dimasukkan
ke dalam vagina seperti bantalan di dalamnya untuk mencegah
masuknya sperma ke serviks perempuan. Menurut WHO kondom
laki-laki efektif mencegah kehamilan hingga 98 persen jika
digunakan dengan benar dan konsisten.
2) Pil KB
Merupakan salah satu kontrasepsi yang banyak digunakan
oleh perempuan indonesia. Merupakan jenis kontrasepsi hormonal
35
atau bisa diartikan bahwa dalam pil KB terdapat kandungan
hormon. Pil KB ini 99 persen bisa mencegah terjadinya kehamilan
tidak direncanakan jika dilakukan dengan benar dan konsisten.
Penggunaan pil KB jenis ini biasanya bisa berdampak pada
perubahan hormon dan sebagian perempuan bisa menimbulkan
jerawat.
3) IUD
Juga merupakan jenis kontrasepsi yang banyak digunakan
perempuan Indonesia. IUD adalah kontrasepsi berbentuk T dan
tidak besar yang dimasukkan ke dalam rahim
perempuan..Kontrasepsi ini menurut WHO efektif hingga 99
persen untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bisa digunakan
selama beberapa tahun. Dan rutin untuk memeriksa dan
berkonsultasi ke dokter untuk memastikan posisi IUD.
4) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi jenis suntik ini lebih dikenal dengan istilah KB
suntik. KB suntik ini memiliki dua jenis, yaitu KB suntik
progesteron (dua atau tiga bulan sekali) dan KB suntik kombinasi
(suntik bulanan). Efek samping dari KB suntik ini bisa
mengakibatkan menstruasi tidak teratur yang umum, tetapi tidak
berbahaya.
36
5) Vasektomi
Adalah kontrasepsi yang dilakukan oleh laki-laki dengan
cara sterilisasi dan merupakan kontrasepsi permanen yang
memblokir atau memotong vas deferens tabung yang membawa
sperma dari testis.
6) Tubektomi
Adalah kontrasepsi sterilisasi yang dilakukan oleh
perempuan dengan cara memblokir atau memotong tuba falopi.
Bertujuan menghalangi sel telur agar tak bertemu sperma dan
terjadi pembuahan.51
6. Hikmah adanya ‘azl
Allah swt adalah zat Maha Mengetahui akan keadaan hamba-hambanya.
Ketika mereka diciptakan Allah swt telah menyediakan apa yang mereka
butuhkan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan ini. Sebagaimana firman
Allah swt dalam Q.S al-Baqarah/2: 29
بء ئن انغ عب صى اعز انز خهك نكى يب ف السض ج عجع ا فغ
ء عهى ثكم ش اد ب ع
Terjemahnya:
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu menyempurnakannya menjadi tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.52
Praktek „azl merupakan salah satu solusi yang Allah swt dan Rasulullah
saw hadirkan kepada para sahabat dan kaum muslimin. Dimana ketika para
51 https://amp.tirto.id/15-jenis-kontrsepsi-dan-efek-sampingnya-kondom-iud-hingga-pil
kb,diakses 14 Juni 03:12 52
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan Terjemahnya. Depok:Adhwaul Bayan. h.5
37
sahabat ingin berhubungan intim dengan budak-budak mereka atau sekedar ingin
bersenang-senang dengan istri-istri mereka dan tidak menginginkan kehamilan,
maka Rasulullah membiarkankan mereka para sahabat untuk melakukan „azl dan
tidak melarangnya.
Adapun hikmah adanya praktek „azl diantaranya:
a. „Azl menjadi alat kontrasepsi alami untuk mencegah kehamilan
b. „Azl menjadi sumber adanya penemuan alat-alat kontrasepsi modern di
masa sekarang ini.
c. Adanya pilihan bagi masyarakat dalam membatasi dan mengatur
kehamilan dengan cara alami atau menggunakan alat kontrasepsi modern
seperti memasang IUD, vasektomi, tubektomi, atau yang lainnya.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dari segi tempat atau lokasi penelitian yaitu di Perpustakaan Daerah
Sulawesi Selatan, Perpustakaan Umum dan Fakultas Ahwal Syakshiyah
Universitas Muhammadiyah Makasssar. Maka, jenis penelitian ini dilakukan di
perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui riset
berbagai buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. Literatur
yang diteliti meliputi buku yang berkaitan dengan Masail Fiqhiyah, kesehatan
reproduksi, fatwa-fatwa ulama. Dari literatur tersebut dapat ditemukan berbagai
pendapat yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan
penelitian.
Berdasarkan jenis data, penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Karakteristik penelitian kualitatif antara lain:
1. Lebih bersifat deskriktif.
2. Data yang terkumpul membentuk kata-kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk
atau outcome.
4. Lebih menekankan makna (data dibaik yang teramati).53
53
Sugiono.2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D.Bandung: Alfabeta. h. 15. Dan M. Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif .Jakarta :
Kencana. h. 65-70.
39
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dimaksud adalah sebuah cara atau metode yang
menjelaskan perspektif yang digunakan dalam membahas objek penelitian atau
pengumpulan pola pikir yang digunakan untuk membahas objek penelitian.54
Penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Penelitian Kualitatif dalam Paradigma Kuantitatif (positivisme)
Kriteria kebenaran menggunakan ukuran frekuensi tinggi. Data yang
terkumpul bersifat kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam
bentuk tabel, diagram, maupun grafik. Hasil kategorisasi tersebut
kemudian dideskripsikan, ditafsirkan berbagai aspek, baik dari segi latar
belakang, karakteristik dan sebagainya.Dengan kata lain data yang bersifat
kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif. Beberapa
peneliti menyebut dengan istilah penelitian deskriptif kualitatif.
2. Penelitian Kualitatif dalam Paradigma Bahasa dan Sastra
Menggunakan Paradigma Post Positivisme.
Penelitian kualitatif jenis kedua ini berusaha mencari makna, baik
makna di balik kata, kalimat maupun karya sastra. Dalam penelitian
skripsi ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Pendekatan rasionalistik
adalah pendekatan yang menekankan pemaknaan empirik,pemahaman
intelektual dan kemampuan berargumentasi secara logik.55
54
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.2008, Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi. Makassar : UIN Alauddin. h.11-12. 55
Neong Muhajir.1992. Metodologi Penelitian Kualitatif .Yogyakarta : Rake Sarasin.
h.83
40
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini terfokus pada penelitian perpustakaan (library research)
yang berarti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis berupa ide,
pikiran dan gagasan yang dalam istilah penelitian adalah data kualitatif berkaitan
dengan topik yang dibahas, masalah-masalah yang dibahas oleh peneliti dalam hal
ini:
1. Kutipan langsung, yaitu penulisan langsung mengutip dari sumber
dengan tidak mengalami perubahan.
2. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan dari hasil bacaan yang diuraikan
dalam bentuk ikhtiar dari konsep aslinya, namun tidak mengurangi
makna dan tujuannya.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalahdokumentasi dan
wawancara, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal yang berupa catatan atau
arsip-arsip sebagai sumber data kemudian wawancara kepada pasangan suami-
istri yang melakukan hal tersebut dan sebagainya yang berhubungan dengan objek
penelitian.56
Kitab suci al-Qur‟an merupakan sumber data pokok, sedangkan kitab-kitab
klasik baik yang beraliran as-syafii‟yah, hanafiyyah dan yang lainnya, dapat
dijadikan data instrumen, juga data yang bersumber dari kitab-kitab kebahasaan
dan teori-teori pengetahuan lainnya.
Kemudian dalam hadis atau as-Sunnah yang terdapat di dalamnya, berupa
hadis yang shahih sesuai dengan ijma‟ para ulama.
56
Suharsimi Arikunto, 2000.Manajemen Pendidikan .Jakarta: Rineka Cipta. h.134
41
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Mengingat karena penelitian ini bercorak kepustakaan, tata kerja ilmiah
bercorak deskripsi dan bersifat kualitatif, 57
koenijarangningrat serta dengan
menggunakan teknik analisis isi (content analysis), yaitu teknik yang digunakan
untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karateristik pesan, dan
dilakukan secara objektif dan sistematis.58
Tahapan pengumpulan data sebagai langkah awal dari pengelolahan dan
analisis data, selanjutnya metode pegelolahan data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah metode kualitatif, data-data yang dikumpulkan melalui studi
kepustakaan (library research) diolah dan dianalisis secara kualitatif dan
disimpulkan secara kualitatif pula dengan menggunakan analisisisi (content
analysis) karena metode ini menghendaki teknik-teknik analisis data, dipilihlah
metode analisis dengan tahapan-tahapan berikut:
1. Data yang telah terkumpul diedit dan diseleksi sesuai dengan ragam
pengumpulan data, ragam sumber, dan pendekataan yang digunakan
maka terjadi reduksi data sehingga diperoleh data halus/pilihan.
2. Berdasarkan hasil kerja tahap 1, dilakukan melalui klasifikasi data,
kelas data, dan sub kelas data. Hal ini untuk merujuk kepada
pertanyaan penelitian dan unsur-unsur yang terkandung dalam fokus
penelitian.
57
Koenijarangningrat, 1991.Metode-Metode penelitian Masyarakat .Cet. XI; Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. h.3 58
Lexx J.Koleong, 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif .Cet.XIII; Bandung: PT.
Renajayakarya.h.163.
42
3. Data yang telah diklasifikasi dan disusun, lalu dihubungkan.
Hubungan antara data tersebut divisualisasikan dalam bentuk
deskripsi hasil penelitian.
4. Melakukan penafsiran data berdasarkan metode pendekatan terpakai.
Berdasarkan hasil kerja pada tahapan keempat dapat diperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan internal, yang di
dalamnya terkandung data baru atau temuan penelitian, lalu dilakukan konfirmasi
dengan sumber data dan sumber lainnya.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hukum Membatasi Kehamilan Dalam Pandangan Islam
Dalam hal ini menjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama
diantaranya ada yang membolehkan untuk membatasi kehamilan dan ada juga
yang melarang secara mutlak. Adapun nukilan pendapat Ulama tentang
pembatasan kehamilan ini adalah sebagai:
Shalih bin Muhammad al-„Utsaimin berkata bahwa dalam perkara
membatasi kehamilan (keturunan) ada dua pendapat:
Pendapat yang pertama yaitu yang bertujuan membatasi kehamilan mutlak
karena telah mencukupkan memiliki anak-anak baik laki-laki maupun perempuan.
Maka pendapat ini tidak dibolehkan karena segala sesuatunya merupakan
kehendak Allah swt dan di tangan-Nya segala urusan. Pembatasan keturunan
dapat menjadi sebab kehilangan keturunan jika ada musibah kematian yang
menimpa semua anak-anak yang tidak pernah diketahui kapan datangnya dan jika
ini terjadi maka pada akhirnya tidak lagi memiliki keturunan.
Pendapat yang kedua yaitu dengan mengatur kehamilan dan kelahiran,
disebabkan rutinnya seorang perempuan melahirkan dan membahayakan jiwa dan
urusan rumah tangganya dan memilih membatasi kehamilan dalam waktu tertentu,
misalnya mengatur kehamilan dua tahun sekali. Maka alasan ini dibolehkan
dengan izin suami karena berkaitan dengan „azl dimana para sahabat
melakukannya di zaman Rasulullah saw dan beliau tidak melarangnya.
44
Pembatasan atau pengaturan kehamilan dan kelahiran karena takut akan
rezeki dari Allah swt tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan suatu persangkaan
buruk kepada Allah swt dan hal itu juga menyerupai perbuatan jahiliyah yang
dimana mereka membunuh anak-anak mereka karena takut miskin. Oleh
karenanya, wajib bagi seorang muslim untuk mengimani bahwa tidak ada seorang
pun makhluk melata di muka ini kecuali telah Allah tetapkan rezekinya. Jika
Allah swt telah mengaruniakan anak-anak, maka Allah akan membukakan pintu-
pintu rezekinya sehingga dengannya terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Terdapat sebahagian manusia yang mengatakan mereka tidak membatasi
atau mengatur kehamilan (kelahiran) bukan karena sempitnya rezeki, melainkan
mereka takut akan tidak adil dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya. Ini
adalah perkataan yang salah karena Allah swt lah yang di tangan-Nya segala
urusan. Demikian juga dengan rezeki anak-anaknya sebagaimana mereka
bergantung kepada Allah swt tentang rezeki mereka. Allah swt yang mengatur
kebutuhan anak-anaknya dan memberikan petunjuk kepada mereka karena Allah
swt yang Maha Memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki.
Kepada mereka yang membatasi atau mengatur kehamilan (kelahiran)
karena takut tidak ada kesanggupan dalam mengurus anak-anak, maka sungguh
telah berburuk sangka kepada Rabbnya yang di tangan-Nya segala urusan. Oleh
karenanya umat manusia janganlah melakukan sesuatu yang dapat mengurangi
45
keturunan, kecuali jika adanya keharusan untuk melakukannya atau karena dalam
kondisi darurat.59
Abu Malik Kamal as-Said Salim, menulis dalam buku beliau bahwa lebih
utama bagi seorang wanita untuk tidak mengamalkan dan menjauhi sarana
pencegah kehamilan misalnya menunda kehamilan dalam waktu tertentu dengan
mengkonsumsi obat-obat atau yang sejenis dengannya. Apalagi dengan perkataan
bahwa menggunakan dan mengkonsumsi obat tersebut dengan niat untuk
meniadakan kehamilan karena takut akan mengalami kesempitan rezeki. Ini
adalah perbuatan haram karena berburuk sangka kepada Allah swt sebagai
pemberi rezeki kepada orang tua dan anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah
swt dalam Q.S. al-Isra/17: 31
ل لدكى رمزها ئيلق خخ أ ى ذ ئبكى شصل ى ئ لزه كجشا خطئب كب
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.60
Adapun memandulkan diri untuk tidak hamil dengan cara mengangkat
rahim dengan operasi dan sejenisnya, maka tidak terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama tentang keharamannya karena telah memutus lahirnya keturunan
menyelisihi perintah syari‟at untuk menjaga memperbanyak keturunan. Kecuali
59
Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-‘Utsaimin. 1421 H.Fatawa Nur ‘ala Darbi lil ‘Utsaimin. Mauqi’ as- Syaikh ‘utsaimin.
60 Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.285
46
jika dalam kondisi darurat dan jika tidak dilakukan operasi pengangkatan rahim
dapat membahayakan ibunya, maka hal ini dibolehkan pada saat tersebut.61
Abdul Aziz Bin Baz berpendapat bahwa tidak dibolehkan membatasi
kehamilan (kelahiran). Maka seharusnya bagi suami istri berkeinginan untuk
memperbanyak keturunan sebagaiman sabda Rasulullah saw dari sahabat Ma‟qil
bin Yasar yang diriwayatkan oleh Abu Daud
ند فا يكبصش ثكى اليى دد ان جا ان فمبل رض62
Artinya:
“Maka beliau berkata: “Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang
dan subur, karena saya bangga dengan jumlah kalian yang banyak”
Oleh karenanya, Rasulullah saw menganjurkan menikahi wanita yang
subur. Seharusnya bagi seorang mukmin berusaha untuk menghasilkan keturunan
yang shaleh dan bermanfaat di dunia dan di akhirat. Memperbanyak jumlah kaum
muslimin dan berusaha menikahi wanita-wanita yang solehah dan juga memiliki
perhatian terhadap keturunan dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang
baik. Membatasi kehamilan dan kelahiran bertentangan dengan tujuan adanya
pernikahan.
Adapun larangan membatasi kelahiran atau kehamilan yang dimaksud
yaitu jika ada kesepakatan bersama suami istri untuk memiliki anak dalam jumlah
yang tertentu. Hendaknya suami istri berupaya dengan maksimal agar Allah swt
61
Abu Malik Kamal as- sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Bab Zawaj.Kairo:Dar at-Taufiqiyah litturats.h.171
62 Sulaiman bin al-Asy’ats. Abu Daud, Sunan Abu Daud, Bab larangan menikahi wanita
mandul
47
memberikan keturunan yang banyak, selama itu tidak membahayakan istrinya.
Maka jika kehamilan dapat membahayakan istri maka tidak mengapa untuk
membatasi atau mencegah kehamilan (kelahiran) dengan waktu yang dikehendaki
seperti ketika dalam keadaan menyusui atau sebagian dari waktu menyusui
sampai mampu dalam mendidik anak-anaknya. Tidak mengapa membatasi
kehamilan jika dilakukan tanpa adanya keinginan untuk menyetop keturunan
dengan jumlah tertentu. Karena dengan demikian suami istri dapat memberikan
pendidikan Islam yang baik kepada anak-anaknya dan juga tidak membahayakan
istri dengan kelahiran yang rutin.63
Dr Yusuf Qardhawi tidak membolehkan memasang alat-alat kontrasepsi
pada wanita dan laki-laki untuk mencgah kehamilan, baik terhadap kaum muslim
mapun orang non muslim. Karena hal itu berarti mengubah ciptaan Allah swt,
serta termasuk perbuatan dan penghias setan. Kecuali dalam keadaan sangat
darurat, misalnya jika kehamilan membahayakan si ibu, sedangkan cara
penanggulangan lainnya tidak ada. Maka hal ini merupakan darurat individual
yang jarang terjadi, dan diukur dengan kadarnya, serta tidak boleh dijadikan
kaidah umum.64
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, pada 1979 telah memfatwakan
bahwa vasektomi/tubektomi hukumnya haram. Fatwa yang ditetapkan pada 13
Juni 1979 ini diputuskan setelah membahas kertas kerja yang disusun oleh
KH.Rahmatullah Siddiq, KHM.Syakir, KHM. Syafi‟i Hadzami, yang menegaskan
bahwa; (i) pemandulan dilarang oleh agama; (ii) vasektomi/tubektomi adalah
63 https://binbaz.Org.sa/ fatwas/29033 diakses 25 Mei 2021 15:54
64 http://media.isnet.org/kmi/islam/Qardhawi/kontemporer/singkat1.html. Diakses 25
Juni 2021 01:18
48
salah satu bentuk pemandulan; dan (iii) di Indonesia belum dapat dibuktikan
bahwa vasektomi/tubektomi dapat disambung kembali.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi, kini vasektomi dapat
dipulihkan kembali pada situasi semula. Menyambung saluran spermatozoa (vas
deferen) dapat dilakukan oleh ahli urologi dengan menggunakan operasi
mikroskop. Namun, kemampuan untuk dapat mempunyai anak kembali akan
sangat menurun tergantung lamanya tindakan vasektomi.
Vasektomi hukumnya haram, kecuali: (a) untuk tujuan yang tidak
menyalahi syari‟at, (b) tidak menimbulkan kemandulan permanen, (c) ada
jaminan dapat dilakukan rekanalisasi yang dapat mengembalikanfungsi reproduksi
seperti semula, (d) tidak menimbulkan bahaya(mudharat) bagi yang bersangkutan,
dan (e) tidak dimasukkan ke dalam program dan methode kontrasepsi mantap.65
Menurut Lajnah Daimah untuk penelitian ilmiah dan fatwa (1395 H)66
memandang bahwa syariat Islam menghendaki menghasilkan dan memperbanyak
keturunan. Telah diketahui bahwa dengan adanya keturunan merupakan nikmat
yang besar dan anugerah yang agung. Allah swt memberikan nikmat tersebut
kepada hamba-Nya dan hal ini didukung oleh nash-nash syariat dari al-Quran dan
hadits-hadits Rasulullah saw. Dan memandang bahwa membatasi kehamilan dan
kelahiran bertentangan dengan fitrah manusia yang telah Allah swt ciptakan
atasnya dan syariat Islam yang Allah swt telah ridhai kepada hamba-Nya.
Adanya seruan-seruan membatasi kehamilan sebagai propaganda
golongan orang-orang yang memiliki tujuan untuk mengelabui kaum muslimin
65 Ijma Ulama Indonesia.2012. Himpunan keputusan ijtima ulama komisi fatwa se-
Indonesia IV. Bab VII vasektomi.https://mui.or.id.pdf (24 Juni 2021) h.80 66
https: //www.islamweb.net/ ar/ fatwa 636. Diakses 20 Juni 2021 22:48
49
dalam konteks umum dan orang-orang Arab dalam konteks khusus. Sehingga
mereka nantinya memiliki kemampuan untuk menguasai negeri-negeri kaum
muslimin dan penghuninya. Dan apabila kita menjadikan itu sebagai contoh maka
itu merupakan perbuatan jahiliah.
Oleh karenanya tidak dibolehkan membatasi kehamilan (kelahiran) secara
mutlak dan membatasi kelahiran atau kehamilan jika tujuannya karena takut
dengan kemiskinan. Karena Allah swt yang memberi rezeki kepada hamba-
hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S Hud/ 11: 6
ب دع يغز ب عهى يغزمش ب سصل داثخ ف السض ئل عه الل يب ي
كم ف كز بة يج
Terjemahnya:
“....dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah
rezekinya...”67
Adapun jika membatasi kehamilan karena keadaan darurat seperti wanita
yang rutin melahirkan dan membahayakan proses penyembuhan karena adanya
kelahiran tersebut. Maka hal ini tidak ada larangan untuk menunda atau
membatasi kehamilan demi kemaslahatannya.
Pandangan Jumhur Ulama dalam masalah ini adalah mayoritas
berpendapat tidak diperbolehkan membatasi kehamilan secara mutlak yakni
memutus kehamilan (kelahiran) dengan maksud tidak ingin memiliki anak lagi.
Namun Jumhur Ulama masih membolehkan adanya pembatasan kehamilan atau
67
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.222
50
kelahiran dalam keadaan darurat dan ada hajat yang dibenarkan syari‟at. Bahwa
membatasi kehamilan tidak dibolehkan secara mutlak jika tanpa adanya alasan
yang dapat diterima oleh syari‟at agama. Karena syariat agama ini memerintahkan
untuk memperbanyak keturunan karena menjadi suatu kebanggaan yang akan
Rasulullah saw perlihatkan kepada nabi-nabi sebelum beliau pada hari kiamat
kelak. Dan juga dengan banyaknya keturunan yang shaleh dan shalehah akan
menampakkan syiar-syiar Islam kepada kaum kafir dalam ketaatan kepada Allah
swt dan menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada mereka. Namun terkadang
dalam mewujudkan hal tersebut, kaum muslimin memiliki kendala dalam
memperbanyak keturunan di ataranya karena faktor ketidakmampuan membiayai
dan mengurus anak-anak yang banyak serta juga dalam tahap penyelesaian
pendidikan atau sedang menuntut ilmu dan juga faktor kesehatan yang dapat
membahayakan istri apabila rutin melahirkan. Oleh karena itu, banyak dianatara
kaum muslimin yang membatasi kehamilan dengan cara meminum obat atau
memasang alat-alat medis yang dapat mencegah kehamilan sperti KB steril
(tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria).
Berdasarkan hasil pengkajian dari beberapa dalil-dalil dan Perkataan
ulama diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa membatasi kehamilan (tahdidil
nasl) tidak dibolehkan secara mutlak yang berarti itu telah memutus lahirnya
keturunan dan bertambahnya ummat karena tidak menginginkan lagi adanya
anak. Tetapi, dibolehkan jika ada alasan yang dibenarkan oleh syariat dan dalam
keadaan darurat atau untuk mempersiapkan lahirnya generasi yang baik dari kaum
muslimin. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. an-Nisa/4: 9
51
نمنا ما الل ى فهز خ ظعبفب خبفا عه ى رس خهف رشكا ي ن نخش انز
ل عذذال
Terjemahnya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”68
Agar tidak bertentangan dengan syariat dengan pembatasan kehamilan ini
maka peneliti berpendapat lebih memilih melakukan pengaturan kehamilan atau
kelahiran (tanzimil nasl) sehingga bisa mengatur jarak kelahiran antara anak yang
satu dengan anak yang lainnya. Pengaturan ini akan memberikan maslahat yang
diharapkan seperti akan menghasilkan keturunan yang baik karena terpenuhinya
sandang pangan dan pendidikan agama yang baik. Hal ini juga memberikan
kemudahan kepada para penuntut ilmu sehingga dapat memanfaatkan waktu
dengan baik tanpa terbebani mengurus anak yang banyak. Juga bagi para istri
yang memiliki riwayat penyakit yang membahayakan jiwanya dengan adanya
kelahiran, maka ini bisa memberikan solusi menyelamatkan jiwa dan anaknya.
68
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok: Adhwaul Bayan.h.78
52
B. Hukum ‘Azl Untuk Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam
Dalam khasanah keilmuan Islam telah banyak dibahas mengenai „azl. Ada
pendapat yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan dengan
larangan karahiyah tanzih. Diantaranya penukilan pendapat ulama diantaranya:
Abu Zakaria an-Nawawi berkata bahwa „azl adalah sesuatu hal yang
dibenci dan tidak disukai di kalangan mereka pada setiap keadaan dan juga pada
perempuan itu sendiri, baik itu dengan keridhaannya atau pun tidak karena
merupakan jalan terputusnya keturunan. Sebagaimana telah disebutkan pada hadis
lain yang diserupakan dengan pembunuhan tersembunyi. Hal tersebut memutus
adanya keturunan karena seperti membunuh bayi yang baru dilahirkan.
Adapun pengharaman melakukan „azl menurut ashabuna bahwa itu tidak
diharamkan terhadap apa yang menjadi kepemilikannya dan juga pada istri-istri
kaum muslimin, baik dengan keridhaan mereka atau tidak. Karena
kemudharatannya itu akan kembali kepada mereka sebagai seorang ibu yang
melahirkan anak dan kenikmatan dalam berhubungan suami istri berdasarkan atas
apa yang disepakati dan kemudharatan melahirkan sesuai dengan kondisi ibunya.
Melakukan „azl kepada istri yang hurriyah jika dengan izin dan ridhanya,
maka tidak itu diharamkan dan sebaliknya jika ia menolaknya, maka terdapat dua
pendapat dan yang lebih shahih yaitu tidak haram. Hadis – hadis tentang „azl ini
jika dikumpulkan dengan hadis yang lain, maka larangan yang dimaksud adalah
larangan yang padanya sesuatu yang dibenci dan selayaknya ditinggalkan.
53
Sedangkan jika „azl dilakukan dengan izin dan ridha dari istri maka itu bukan
haram dan dibolehkan.69
Abu Malik Kamal as-Saidi Salim menulis dalam kitab beliau mengenai
„azl bahwa perbuatan „azl adalah sesuatu yang dibenci dan tidak disukai.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
عأن صى سعل فمبل انعضل ع صه الل الل عهى عه أد رنك ان انخف70
Artinya:
“Kemudian mereka bertanya tentang „azl, Maka Rasulullah saw berkata
itulah adalah pembunuhan tersembunyi”
Dan firman Allah swt dalam Q.S. at-Takwir/81: 8
ئرا ءدح عئهذ ان
Terjemahnya:
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya”71
Dan dari hadis yang lain yang riwayatkan Abu Daud
جبثش لبل جبء سجم ي ع عهى فمبل ئ عه صه الل صبس ئن سعل الل ال
ب شئذ فا عأر ب ئ م فمبل اعضل ع رذ أب أكش أ ب ن جبسخ أغف عه
جم صى أ ب لبل فهجش انش س ن يب لذ هذ لبل لذ أخجشرك أ انجبسخ لذ د رب فمبل ئ
ب س ن ب يب لذ عأر72
Artinya:
69
Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syarif an-Nawawi.1392 H. Al- Manhaj Syarh Shahih Muslim ibn Hajaj. Bab Hukum ‘Azl. Beirut:Dar Ihya Turats Arabiy.
70 Abu Husain Muslim bin Al- Hajjaj, Shahih Muslim. Bab Ghailah. Al-Mauqi’ Al-
Islam.no.2613 71
Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.586 72
Sulaiman bin Al-Asy’ats. Abu Daud. Sunan Abu Daud. Bab.’Azl.no.1858
54
“Dari sahabat Jabir, berkata : “Salah seorang dari kalangan Anshar datang
menemui Rasulullah saw lalu ia berkata : Sungguh aku memiliki jariah
sedang aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak mengginginkannya
hamil. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan lakukanlah „azl jika
engkau menghendaki karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya
saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan „azl. Kemudian ia
mendatangi Rasulullah saw dan berkata : Sungguh jariah itu telah hamil,
maka Rasulullah saw pun berkata : “Aku telah beritahu kamu bahwasanya
sperma akan masuk sekedarnya (ke rahimnya) dan akan membuahi”
Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa „azl adalah suatu perbuatan yang
dibenci dan tidak disukai. Dan ketahuilah apa yang Allah swt ingin ciptakan maka
akan akan tercipta baik itu dengan „azl atau pun bukan dengan „azl.73
Abdul Aziz bin Baz, beliau berkata „azl jika untuk menyalurkan kebutuhan
biologis maka tidak mengapa dilakukan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan
Muslim dari sahabat Jabir ra:
ضل جبثش لبل ع انمشآ كب عضل 74
Artinya:
“Kami melakukan „azl dan sementara al-Qur‟an masih turun”
Dan juga dari riwayat lain dari Muslim,
جبثش ع الل ج عهى فجهغ رنك عه صه الل ذ سعل الل عضل عه ع كب
ب عهى فهى عه صه الل75
Artinya:
“Kami melakukan „azl di masa Rasulullah saw, kemudian hal itu
disampaikan kepada Nabi saw , namun beliau tidak melarang kami.”
73
Abu Malik Kamal as- sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Bab zawaj.Kairo: Dar at-Taufiqiyah litturats.h.170
74 Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim. Bab Hukum ’Azl.no.
75 Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim. Bab Hukum ’Azl.no.1440
55
Apabila tujuannya untuk menyalurkan kebutuhan biologis disebabkan istri
masih dalam keadaan lemah setelah melahirkan dan khawatir akan terjadinya lagi
kehamilan ketika berhubungan intim sehingga memberatkan istri untuk
mengurus dan mendidik anak-anak maka dibolehkan melakukan „azl pada waktu
yang dikehendaki.
Para ulama telah mengharamkan mengkonsumsi obat-obat pencegah
kehamilan. Dan telah berulang kali dibahas oleh Majelis Hai‟ah Kibar Ulama
tentang larangan mengkonsumsi obat-obat pencegah kehamilan, kecuali dalam
keadaan darurat seperti wanita yang memiliki riwayat penyakit yang
membahayakan jiwanya karena melahirkan, maka tidak mengapa mengkonsumsi
obat pencegah kehamilan. Atau adanya anjuran dari dokter bahwa kelahiran dalam
setahun atau dua tahun akan membahayakan jiwanya dan anaknya, terlebih jika
masih dalam keadaan menyusui sehingga ia mampu mendidik dan merawat anak-
anaknya. Apabila tidak dalam kondisi di atas maka wajib bagi wanita untuk
mencegah dan menjauhkan dirinya dari mengkonsumsi obat-obat pencegah
kehamilan.
Dan „azl yang dibenarkan oleh Rasulullah saw yang dilakukan pada
keadaan tertentu . „Azl terjadi saat berhubungan intim yang ketika sperma terasa
akan keluar (ejakulasi), maka zakar ditarik keluar dari vagina dan sperma
ditumpahkan di luar vagina sehingga tidak terjadi kehamilan. Ini sama halnya
seperti fungsi dari obat-obat pencegah kehamilan. Dan „azl dilakukan untuk
menyalurkan kebutuhan biologis dan dalam keadaan darurat.
56
Abdul Aziz bin Baz berpendapat dalam permasalahan „azl ini adalah
meninggalkannya lebih utama dan karena Allah swt yang memberi rezeki dengan
kelahiran anak-anak. Syari‟at ini juga menganjurkan memperbanyak keturunan
yang menyembah Allah swt dan mentaati-Nya. Dengan tidak melakukan „azl,
maka akan dirasakan kenikmatan dalam berhubungan intim dan tujuan dari
hubungan intim yang diinginkan. Apabila mengeluarkan zakar pada saat
terjadinya ejakulasi maka itu akan melemahkan hubungan intim dan mengurangi
kepuasan dari hubungan intim yang dikehendaki. Dan ini adalah sesuatu yang
sangat berat bagi manusia. Oleh karenanya pada kondisi ini, hendaknya tidak
melakukan „azl.
Bersenang-senanglah dengan apa yang Allah swt telah halalkan dan
bersyukurlah dengan kehamilan yang Allah swt rezekikan. Dan kepada para istri-
istri untuk bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah swt agar mampu
mendidik anak-anak dengan jumlah yang banyak. Namun apabila dalam kondisi
darurat maka tidak mengapa melakukan „azl dan mengkonsumsi obat-obat
pencegah kehamilan pada waktu yang dikendaki sehingga dapat membantu istri
dalam mendidik dan mengurus anak-anaknya.76
Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan tidak ada larangan apabila kedua suami
istri telah sepakat dan tidak menimbulkan mudharat bagi si istri. Para sahabat
juga ada yang melakukan „azl (mencabut zakar dari faraj istri untuk
menumpahkan sperma di luar faraj pada waktu ejakulasi) karena alasan dan
76
https://binbaz.org.sa/fatwas/29033 .Diakses 1 Juni 2021 22:18
57
sebab-sebab tertentu, tetapi hal itu tidak dilarang oleh Rasulullah saw,
sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis shahih.77
Berdasarkan nukilan perkataan ulama diatas, maka ditemukan persamaan
pendapat antara Abu Zakaria an-Nawawi, Abu Malik kamal as-Sayyid Salim, dan
Abdul Aziz bin Baz adalah bahwa „azl adalah sesuatu yang bersifat karahiyah
tanzih jika kerjakan tanpa ada alasan syar‟i atau tidak dalam keadaan darurat.
Sementara Dr. Yusuf Qardhawi membolehkan „azl jika telah ada kesepakatan
antara suami istri dan tidak menimbulkan kemudharatan bagi istri sebagaimana
nash hadis-hadis shahih mengenai „azl.
Sementara para imam mazhab memiliki perbedaan pendapat dalam
membolehkan atau tidak membolehkan melakukan „azl. Mazhab Hanafi,
Malikiyah dan Hambali, membolehkan „azl kepada istri jika ada kesepakatan
sebelumnya. Kepada istri yang berstatus budak memerlukan izin dari tuannya
sedangkan kepada budak, maka diperbolehkan walaupun tidak ada persetujuan,
hal ini berdasarkan hadis-hadis yang membolehkan „azl.
Namun madzab Syafi‟i, membolehkan „azl secara mutlak,baik dengan
persetujuan ataupun tanpa persetujuan dari istri atau budak itu sendiri. Hal ini
karena mereka berpendapat bahwa „azl bukanlah sesuatu yang dilarang, maka
tidak perlukan adanya persyaratan atau persetujuan dari perbuatan tersebut. Tetapi
ada sebahagian dari pengikut mazhab syafi‟i yang berpendapat membolehkan
praktek „azl harus dengan kesepakatan istri.
77
https://media.isnet.org/kmi/islam/Qardhawi/kontemporer/singkat2.html. Diakses 25 Juni 2021 00;20.
58
Dengan demikian peneliti menganalisa bahwa „azl masih dibolehkan
kepada pasangan suami-istri pada masa sekarang ini sebagai media dalam
mengatur kehamilan dan kelahiran itu sendiri. „Azl adalah sebuah media
kontrasepsi alami yang tidak memiliki efek yang membahayakan bagi kesehatan,
berbanding terbalik dengan penggunaan obat-obat atau pemasangan alat-alat
medis pencegah kehamilan yang memiliki efek gangguan kesehatan dan akan
membahayakan sistem reproduksi. Hal ini dilarang oleh syari‟at karena memutus
adanya kehamilan sehingga tidak bisa menghasilkan keturunan lagi.
„Azl akan lebih efektif ketika pasangan suami-istri mengetahui waktu akan
terjadinya orgasme untuk menghindari terjadinya pembuahan. Sang suami
hendaknya membiarkan sang istri untuk mengalami orgasme lebih duluan dan
setelah itu barulah sang suami dengan cara tetap menumpahkan sperma jauh dari
mulut vagina agar menghindari masuknya sperma ke dalam vagina yang
memungkinkan terjadinya pembuahan. Dalam praktek „azl ini perlunya peran
suami untuk mengontrol waktu terjadinya orgasme pada dirinya. Jika ia tidak
mampu mengontrolnya, maka „azl akan gagal dan itu bisa menyebabkan
terjadinya kehamilan.
„Azl masih menjadi solusi bagi kaum muslimin dalam mengatur kelahiran
dimana mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan biaya dalam prakteknya.
“Azl juga terjangkau untuk semua kalangan, baik kalangan yang memang tidak
ingin menggunakan alat-alat kontrasepsi kimia, yang memiliki keterbatasan
ekonomi ataupun para penuntut ilmu yang telah menikah namun tetap ingin
menuntut ilmu.
59
Praktek „azl yang dimaksudkan disini adalah untuk membatasi kehamilan
dalam jangka waktu tertentu bukan untuk memutus kehamilan selama-lamanya.
Oleh karenanya praktek „azl sifatnya untuk mengatur jarak kehamilan antara anak
yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya pengaturan ini maka anak-anak
akan terpenuhi kebutuhan sandang pangan dan pendidikan Islam yang baik
sehingga bisa terwujud generasi rabbani yang diharapkan Allah swt dan Rasul-
Nya saw.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian dan pemaparan diatas maka peneliti
berkesimpulan bahwa hukum membatasi kehamilan memiliki dua pendapat:
1) Pendapat yang membolehkan dengan alasan darurat misalnya karena alasan
medis yang dapat membahayakan jiwa jika melahirkan atau karena ingin
mengatur jarak kelahiran anak dan ingin bersenang - senang dengan istri
tanpa khawatir adanya kehamilan. Dan kedua, pendapat yang melarang
secara mutlak misalnya ingin memutus kehamilan dan kelahiran secara
permanen dengan tujuan untuk tidak ingin memiliki keturunan lagi karena
telah memiliki jumlah anak yang dikehendaki. Ini bertentangan dengan
perintah syari‟at untuk memperbanyak keturunan. Peneliti berkesimpulan
kebolehan membatasi kehamilan dengan tujuan menjaga jarak kelahiran atau
karena keadaan darurat yang dapat membahayakan keselamatan jiwa jika
melahirkan.
2) Kebolehan melakukan „azl tapi bersifat karahiyah tanzih (tidak disukai dan
sebaiknya dihindari) jika tanpa izin istri. Namun dibolehkan jika mendapat
izin dari istri, dan dalam keadaan darurat atau ada hajat padanya.
61
B. Saran
1) Perlunya pasangan suami istri memiliki pemahaman yang baik tentang
media kontrasepsi, baik yang alami maupun yang modern dan
mengetahui mudharat dari masing-masing alat kontrasepsi tersebut
sehingga memiliki pilihan dalam menggunakannya.
2) Perlunya peran Muballiq untuk menyampaikan kepada kaum muslimin
secara luas mengenai „azl sebagai salah satu media kontrasepsi alami
untuk membatasi dan mengatur kelahiran dengan cara yang benar
sehingga tidak terjadi pembuahan. Dan bukan hal yang tabu untuk
didiskusikan.
3) Pentingnya peran Instansi Pemerintah atau BKKBN sebagai media
informasi masyarakat dalam mendapatkan informasi berbagai jenis
media kontrasepsi secara utuh, baik yang alami ataupun modern
sehingga adanya pilihan bagi masyarakat dalam mengatur jarak
kelahiran anak-anak mereka, terutama dari masyarakat yang kurang
mampu.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟anul al-Karim
Al-Qur‟an Kementerian Agama RI.2015. Al Qur‟an dan Terjemahnya.Depok:
Adhwaul Bayan.
Abdullah, Boedi dan Saebani, Beni Ahmad.2013.Perkawinan Perceraian
Keluarga Muslim. Bandung: Pustaka Setia.
Abu Daud, Sulaiman bin Al-Asy‟ats.t.th. Sunan Abu Daud. t.t.Mauqi‟ al- Islam.
Ahmad bin Hanbal, Abu Abdillah. 1416 H/1995 M.Musnad Ahmad. Kairo:Darul
Hadis.
Ahmad, La Ode Ismail. 2010. „Azl (Coitus Interruptus) Dalam Pandangan
Fukaha, Jurnal Hukum Diktum, STAIN Pare-Pare.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma‟il . 1422 H.Shahih Al-Bukhari. t.t.Daar Tuuq
an-Najah.
Al- Bukhari, Muhammad bin Isma‟il . t.th.Shahih Al-Bukhari. t.t.Mauqi‟ al- Islam
Al-Faqi, Sobri Mersi.2011.Solusi Problematika Rumah Tangga Modern.
Surabaya: Pustaka Yassir.
Al-„Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. t.th.Fatawa Nur „Ala Darbi lil „Utsaimin.
t.t.Mauqi‟ al- Islam
Amir Abdat, Abdul Hakim.1429 H/2008 M.Pernikahan dan Hadiah Pengantin
t.t:Maktabah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan.
Achsin, Amir, dkk.2003. Untukmu Ibu Tercinta.Bogor: Prenada Media.
An-Nawawi, Abu Zakaria Muhyiddin.1392 H. al- Manhaj Syarh Shahih Muslim.
Beirut:Dar Ihya Turats Arabiy.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
As-sayyid, Abu Malik Kamal.2010.Shahih Fiqih Sunnah. Kairo:Dar at-
Taufiqiyyah litturats.
63
As-Suyuthi, Abdur Rahman.t.h. Al-Asybah wan Nazhair fi Qawaid wa Furu‟ Fiqh
as-Syafi‟i. Beirut Libanon:Darul Kutub al- Alamiah.
Bungin, M. Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.
Dasri.2016. Penundaan Kehamilan Dengan Memakai Alat Kontrasepsi Bagi
Pengantin Baru Dalam Tinjauan Hukum Islam (studi di kec.selebar
Bengkulu). Jurnal Qiyas. Bengkulu:IAIN Bengkulu.
Handayani, Gemy Nastity. 2013. Kontrasepsi Dalam Kajian Islam. Jurnal al-Fikr.
Makassar: UIN Alauddin.
Hasan, M.Ali.2003.Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta:
Prenada Media.
Ibnu Majah, Abdullah Muhammad bin Yazid.t.th. Sunan Ibnu Majah.t.t.Daar Ihya
al-Kitab al-Arabiyyah.
Ijma Ulama Indonesia.2012. Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se- Indonesia (Masalah
Kontemporer).t.t: t.p.
Koenijarangningrat.1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Koleong, Lexx J.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Renajayakarya.
L, Sulaemang.2015. Al-„Azl Senggama Terputus Dalam perspektif Hadis
(Disyarah Secara Tahlili). Jurnal al-Izzah. Kendari: IAIN Kendari.
Malik bin Anas bin Malik.1328 H . Kitab Muwatha‟ Malik : t.t.Mauqi‟ al-Islami.
Mandang, Jenny, dkk. 2016., Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Keluarga
Berencana .Bogor: In Media.
Muhajir, Neong.1992. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Muhammad Al-Jauhari, Mahmud dan Abdul Hakim Khayyal, Muhammad.2005.
Membangun Keluarga Qur‟ani. Jakarta: Amzah.
64
Munawwir, Ahmad Warson.1404 H/1984 M. Kamus Al-Munawwir Arab –
Indonsia. Surabaya: Pustaka Progressif.
Mursyid Djawas, Misran, dan Cut Putrau Ujong, 2019. “Azl Sebagai pencegah
Kehamilan (Studi Perbandingan Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab
Syafi‟i)”, Jurnal Hukum Keluarga. Aceh: UIN Ar-Raniry.
Muslim,Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj. t.th.Shahih Muslim. Beirut:Dar Ihya at-
Turats al- Arabiy.
Sayyid Sabiq, Muhammad.2009 M/1430 H. Fiqih Sunnah. Kairo: Darul Fathil
„ilam Al„arabiy.
Sugiyono.2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,2008. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi. Makassar : UIN Alauddin
https//media.isnet.org/kmi/islam/Qardhawi/kontemporer/singkat
https//www.islamweb.net/ar/fatwa 636
https://amp.tiro.id/15-jenis-kontrasepsi-dan-efek-sampingnya-kondom-iud-
hingga-pilkb
https://binbaz.org.sa/fatwas/29033
https://en.m.wikipedia.org/wiki/coitus interruptus.
https://www.bkkbn.go.id/pages/sejarah-bkkbn
65
66
67
68
RIWAYAT PENULIS
Irwansyah dilahirkan di Doi-Doi, Kab.Barru, pada 12
Desember 1985. Merupakan anak pertama dari pasangan
bapak Larigu (Alm) dengan ibu Sineng (Alm). Pendidikan
formal pertamanya di SDN Inpres Bampae Kec. Pujananting
Kab. Barru Prov.Sul-Sel pada tahun 1999. Selanjutnya, pada
daerah yang sama, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ) pada SLTPN 3 Tanete Riaja (sekarang SMP
1) Pujananting, selesai pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) ditempuh pada SMKN 7 Makassar dan
selesai pada tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis melanjutkan studi
diploma (D2) Bahasa Arab dan Studi Islam pada Ma‟had Al Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar, selesai pada tahun 2011. Kemudian peneliti
melanjutkan Strata satu (S1) di Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar pada program studi Ahwal Syakhshiyah ( Hukum
Keluarga) pada tahun 2017, dan selesai pada tahun 2021.
Pengalaman Peneliti:
-Dai AMCF (Asia Muslim Charity Foundation) di Neira Maluku Tahun 2011-
2012
-Pengajar pada Yayasan Nurul Huffazh Wosu Kab.Morowali Sul-Teng Tahun
2014-2017
-Aktif sebagai TAK (Tenaga Ahli Keagamaan) Kab.Enrekang Tahun 2020 sampai
sekarang