hubungan_lama_asi_dengan_status_gizi_dan__tingkat_kecerdasan_anak_3-5tahun.pdf

Upload: seftri-saputra

Post on 07-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI DAN

    TINGKAT KECERDASAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

    DI KECAMATAN KALIDONI PALEMBANG TAHUN 2012

    Kharisma Virgian

    Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan

    ABSTRAK

    Nutrisi yang adekuat sangat diperlukan seorang anak untuk mendukung proses

    pertumbuhan dan perkembangannya. ASI merupakan salah satu nutrisi yang tepat,

    sangat kaya akan gizi dan sangat bermanfaat terhadap tumbuh kembang anak.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lama pemberian ASI

    dengan status gizi dan tingkat kecerdasan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini

    dilakukan dengan metode cross sectional dengan jumlah sampel 55 orang anak

    usia 3-5 tahun. Penelitian ini dilakukan di kota Palembang selama periode

    Oktober-Desember 2012. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji

    Chi-square dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan lama pemberian

    ASI > 1 2 tahun sebesar 56,4% , 87,3% anak mempunyai status gizi baik dan 67,3% anak memiliki IQ tinggi. Terdapat perbedaan lama pemberian ASI

    terhadap status gizi (p=0,046, RP=7,75, 95%IK(0,999-60,131). Terdapat

    perbedaan lama pemberian ASI terhadap tingkat kecerdasan (p

  • 2

    anak usia prasekolah harus

    mempunyai nilai gizi yang seimbang

    dan kalori yang mencukupi. Nutrisi

    yang tidak terpenuhi dengan baik

    akan mengakibatkan gangguan pada

    pertumbuhan dan perkembangan.2

    Pemberian ASI merupakan

    suatu aktifitas dalam memenuhi

    kebutuhan dasar seorang bayi. Bayi

    akan terpenuhi kebutuhan asah yaitu

    stimulasi untuk perkembangan

    emosionalnya dalam berinteraksi

    dengan sesama, terutama dengan

    ibunya. Jalinan kasih sayang akan

    terbangun antara bayi dan ibu

    sebagai manifestasi pemenuhan

    kebutuhan asih dan zat-zat gizi yang

    terkandung dalam air susu ibu akan

    dibutuhkan untuk tumbuh

    kembangnya sebagai pemenuhan

    kebutuhan asuh.3

    Pemberian makanan yang

    tepat dan optimal sangat penting

    untuk pertumbuhan dan

    perkembangan anak. Menurut Global

    Strategy for Infant and Young Child

    Feeding, pemberian makanan yang

    tepat adalah menyusui bayi sesegera

    mungkin setelah lahir, memberikan

    ASI eksklusif sampai umur 6 bulan,

    memberikan makanan pendamping

    ASI yang tepat dan adekuat sejak

    usia 6 bulan dan melanjutkan

    pemberian ASI sampai umur 2 tahun

    atau lebih.3

    Pemberian ASI juga

    berhubungan dengan perkembangan

    kognitif atau kecerdasan seorang

    anak. Kecerdasan seorang anak

    dipengaruhi oleh beberapa faktor

    yaitu faktor genetik, lingkungan dan

    nutrisi. Faktor genetik memiliki

    peranan sebesar 48% dalam

    membentuk kecerdasan, sisanya

    adalah faktor lingkungan termasuk

    ketika masih dalam kandungan.

    Nutrisi yang diperoleh janin selama

    dalam kandungan akan menentukan

    kemampuan kecerdasan anak karena

    berat badan lahir berhubungan erat

    dengan gizi yang diterima oleh

    janin.4

    Usia keemasan (golden age)

    adalah masa yang paling penting

    untuk pembentukan pengetahuan dan

    perilaku anak. Pada masa ini

    kemampuan otak anak untuk

    menyerap informasi sangat tinggi.

    Lima puluh persen kecerdasan anak

    ditentukan dalam 4 tahun pertama

    dan 30% sebelum usianya mencapai

    8 tahun. Pada masa empat tahun

    pertama itu anak membentuk jalur-

    jalur belajar utama di otaknya

    (koneksi dalam otak). Materi apapun

    yang ia pelajari nanti akan berdiri di

    atas dasar jalur-jalur itu. Berbagai

    informasi yang diberikan akan

    berdampak bagi anak di kemudian

    hari.5

    Berdasarkan data yang

    didapatkan dari profil kesehatan kota

    Palembang tahun 2010. Prevalensi

    status gizi buruk di kota Palembang

    sebesar 33,3% dan prevalensi status

    gizi kurang sebanyak 16,3%.

    Cakupan pemberian ASI eksklusif

    untuk kota Palembang tahun 2010

    sebesar 41,51%. Cakupan ini masih

    jauh di bawah target pencapaian

    pemberian ASI eksklusif Indonesia

    yaitu sebesar 80%.6

    Dari uraian latar belakang di

    atas dan permasalahan yang ada,

    maka penulis tertarik untuk

    mengetahui hubungan antara lama

    pemberian ASI dengan status gizi

    dan tingkat kecerdasan anak usia 3-5

    tahun di wilayah Kecamatan

    Kalidoni Palembang.

  • 3

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar

    belakang yang telah dikemukakan ,

    maka dapat dirumuskan masalah

    penelitian yaitu :

    1. Apakah terdapat hubungan antara lama pemberian ASI dengan

    status gizi anak usia 3-5 tahun ?

    2. Apakah terdapat hubungan antara lama pemberian ASI dengan

    tingkat kecerdasan anak usia 3-5

    tahun ?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini

    adalah :

    1. Menganalisis hubungan antara lama pemberian ASI dengan

    status gizi anak usia 3-5 tahun.

    2. Menganalisis hubungan antara lama pemberian ASI dengan

    tingkat kecerdasan anak usia 3-5

    tahun.

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini adalah studi

    analitik dengan desain cross

    sectional.

    B. Populasi Penelitian

    Populasi target yaitu semua

    anak usia 3-5 tahun yang mengikuti

    kegiatan di PAUD (Pendidikan Anak

    Usia Dini). Populasi terjangkau yaitu

    semua anak usia 3-5 tahun yang

    mengikuti kegiatan PAUD di

    Kecamatan Kalidoni Kota

    Palembang Tahun 2012. Subjek

    penelitian ini adalah semua anak

    usia 3-5 tahun yang mengikuti

    kegiatan PAUD di wilayah

    Kecamatan Kalidoni Kota

    Palembang tahun 2012 yang

    memenuhi kriteria inklusi dan

    eksklusi. Kriteria inklusi pada

    penelitian ini yaitu anak berusia 3-5

    tahun dan mendapatkan ASI pada

    waktu bayi, berat badan lahir anak >

    2500 gr, ibu mengizinkan anaknya

    untuk mengikuti penelitian dengan

    mengisi lembar persetujuan

    (informed consent). Kriteria eksklusi

    yaitu anak usia 3- 5 tahun yang

    mempunyai riwayat sakit pada masa

    neonatal (dirawat di RS), memiliki

    penyakit berat dan memiliki cacat

    fisik atau mental.

    C. Sampel Penelitian

    Teknik pengambilan sampel

    pada penelitian ini diambil dengan

    teknik multistage random sampling.

    Dari 12 PAUD yang berada di

    wilayah kecamatan Kalidoni

    Palembang, peneliti mengambil 6

    PAUD secara random dan dari tiap

    PAUD yang terpilih diambil 10

    orang anak usia 3-5 tahun yang

    memenuhi kriteria inkulusi dan

    eksklusi. Dari 60 orang anak usia 3-5

    tahun yang telah diambil secara

    random dari tiap PAUD, terdapat 5

    orang anak yang hasil tes

    psikologinya (tes IQ) tidak bisa

    dilakukan penilaian dan harus

    dikeluarkan dari penelitian sehingga

    total sampel berjumlah 55 orang

    anak.

  • 4

    D. Lokasi Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di beberapa

    PAUD wilayah kerja Kecamatan

    Kalidoni Palembang.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada bulan

    Oktober-Desember 2012.

    E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    1. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini dilakukan setelah

    peneliti mengurus perijinan, lalu

    mengidentifikasi subjek yang

    berpotensi masuk dalam penelitian,

    kemudian ibu diberi informasi

    apabila setuju maka, membuat

    persetujuan (informed consent).

    Anak dilakukan penimbangan berat

    badan dan pengukuran tinggi badan

    untuk mengetahui status gizi,

    kemudian mengikuti tes IQ yang

    dilakukan oleh psikolog.

    2. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data

    yaitu kuesioner untuk lama

    pemberian ASI dan variabel perancu.

    Instrumen untuk status gizi yaitu alat

    pengukur BB dan TB dan standar

    status gizi yang digunakan adalah

    WHO Child Growth Standard 2006.

    Untuk menilai tingkat kecerdasan

    dilakukan tes IQ dengan instrumen

    tes WPPSI (Wechsler Preschool and

    Primary Scale of Intelligence) yang

    dilakukan oleh psikolog.

    F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

    1. Pengolahan Data

    Data yang diperoleh dianalisis dan

    disajikan dengan menggunakan

    sistem komputerisasi. Untuk

    melakukan pengecekan isian

    formulir atau kuesioner apakah

    jawaban yang ada sudah lengkap,

    jelas, relevan dan konsisten.

    2. Analisis Data

    1.. Analisis Univariat

    Analisis masing-masing variabel

    yaitu frekuensi dan persentase.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk

    menganalisis hubungan antara dua

    variabel dengan menggunakan uji

    Chi-Square dan Rank Spearman

    untuk menentukan nilai signifikansi

    (nilai p < 0,05) dan nilai koefisien

    korelasi (r).

  • 5

    HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik Responden

    Penelitian tentang hubungan

    lama pemberian ASI dengan status

    gizi dan tingkat kecerdasan telah

    dilakukan pada anak usia 3-5 tahun

    yang berjumlah 55 orang. Terhadap

    semua subjek dilakukan pengambilan

    data dasar meliputi karakteristik,

    riwayat lama pemberian ASI, status

    gizi dan pengukuran tingkat

    kecerdasan ( tes IQ). Hasil penelitian

    disajikan berikut ini :

    Tabel 1. Karakteristik Responden

    Karakteristik n %

    1. Usia Ibu - 20- 30 tahun - > 30 tahun

    2. Paritas - Primipara - Multipara

    3. Pendidikan Ibu - Dasar - Menengah - Tinggi

    4. Pekerjaan Ibu - Tidak bekerja - Bekerja

    5. Status ekonomi keluarga - Kurang - Baik

    6. Lama pemberian ASI - < 1 tahun - > 1 2 tahun

    7. Status Gizi (z score BB/TB) - Gizi kurang - Gizi baik

    8. Perkembangan kecerdasan (Skor IQ)

    - IQ rendah - IQ tinggi

    19

    36

    11

    44

    7

    27

    21

    36

    19

    10

    45

    24

    31

    7

    48

    18

    37

    34,5

    65,5

    20,0

    80,0

    12,7

    49,0

    38,1

    65,5

    34,5

    18,2

    81,8

    43,6

    56,4

    12,7

    87,3

    32,7

    67,3

    Berdasarkan Tabel 1 dapat

    dilihat bahwa rata-rata anak

    mempunyai status gizi baik sebesar

    87,3% dan mempunyai IQ tinggi

    sebesar 67,3%. Sebagian besar ibu

    berusia > 30 tahun sebesar 65,5%,

    lebih banyak pada paritas multipara

    sebesar 80%, sebagian besar ibu

    49,0% mempunyai pendidikan pada

    kategori menengah, sebanyak 65,5%

    ibu tidak bekerja dan mempunyai

    status ekonomi keluarga baik sebesar

    81,8%.

  • 6

    2. Hubungan Variabel Perancu Dengan Status Gizi dan Tingkat Kecerdasan

    Tabel 2. Hubungan Antara Variabel Perancu Dengan Status Gizi Anak

    Usia 3-5 Tahun

    Variabel Perancu

    Status Gizi

    p RP (95%IK) Gizi kurang Gizi baik

    n % n %

    1. Usia ibu

    2. Pendidikan

    3. Pekerjaan

    4. Paritas

    5. Status Ekonomi

    Keluarga

    - 20-30 thn - > 30 thn

    - Dasar - Menengah

    dan tinggi

    - Tdk bekerja - Bekerja

    - Primipara - Multipara

    - Kurang - Baik

    4

    3

    0

    7

    7

    0

    2

    5

    2

    5

    21,1

    8,3

    0

    14,6

    19,4

    0

    18,2

    11,4

    20,0

    11,1

    15

    33

    7

    41

    29

    19

    9

    39

    8

    40

    78,9

    91,7

    100

    85,4

    80,6

    100

    81,8

    88,6

    80,0

    88,9

    0,357

    0,577

    0,303

    0,617

    0,599

    2,52

    1,17

    0,80

    1,60

    1,80

    (0,629-10,142)

    (1,042-1,316)

    (0,686-0,946)

    (0,357-7,177)

    (0,406-7,985)

    Ket. : Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

    Tabel 3. Hubungan Antara Variabel Perancu Dengan Tingkat Kecerdasan

    Anak Usia 3-5 Tahun

    Variabel Perancu

    Tingkat Kecerdasan

    p RP (95%IK) IQ rendah IQ tinggi

    n % n %

    1. Usia ibu

    2. Pendidikan

    3. Pekerjaan

    4. Paritas

    5. Status Ekonomi

    Keluarga

    - 20-30 thn - > 30 thn

    - Dasar - Menengah

    dan tinggi

    - Tdk bekerja - Bekerja

    - Primipara - Multipara

    - Kurang - Baik

    6

    12

    12

    16

    13

    5

    2

    16

    5

    13

    31,6

    33,3

    28,6

    33,3

    36,1

    26,3

    18,2

    36,4

    50,0

    28,9

    13

    24

    5

    32

    23

    14

    9

    28

    5

    32

    68,4

    66,7

    71,4

    66,7

    63,9

    73,7

    81,8

    63,6

    50,0

    71,1

    0,895

    0,586

    0,664

    0,307

    0,268

    0,94

    0,85

    1,37

    0,50

    1,73

    (0,423-2,124)

    (0,249-2,995)

    (0,576-3,272)

    (0,134-1,859)

    (0,801-3,741)

    Ket. : Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

  • 7

    Pada Tabel 2 dan 3 dapat

    dilihat bahwa semua nilai p

    mempunyai nilai p > 0,05

    yang menunjukkan tidak ada

    hubungan bermakna antara variabel

    perancu dengan status gizi dan

    tingkat kecerdasan anak usia 3-5

    tahun. Oleh karena itu variabel usia

    ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas

    dan status ekonomi keluarga bukan

    menjadi variabel perancu pada

    penelitian ini dan tidak dilakukan

    analisis lebih lanjut.

    3. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Status Gizi

    Tabel 4. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Anak

    Usia 3-5 Tahun

    Lama

    pemberian ASI

    Status Gizi Total X2 p RP (95%IK)

    Gizi kurang Gizi baik

    n % n % n % 1. < 1 tahun

    2. > 1 2 tahun

    6

    1

    25,0

    3,2

    18

    30

    75,0

    96,8

    24

    31

    100

    100

    3,980 0,046 7,75 (0,999-60,131)

    Jumlah 7 12,7 48 87,3 55 100 Ket. :

    - Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

    Berdasarkan Tabel 4, terdapat

    perbedaan (p

    1-2 tahun serta diperoleh rasio

    prevalens (RP) sebesar 7,75 (95%IK:

    0,999-60,131). Hal ini berarti anak

    usia 3-5 tahun dengan lama

    pemberian ASI < 1 tahun memiliki

    risiko sebesar 7,75 kali untuk

    mengalami gizi kurang dibandingkan

    dengan pemberian ASI > 1-2 tahun.

    4. Korelasi lama pemberian ASI Dengan Status Gizi

    Tabel 5. Korelasi Antara Lama Pemberian ASI Dengan Status Gizi Anak

    Usia 3-5 Tahun

    Lama

    Pemberian

    ASI

    Status Gizi Jumlah r r2 p

    Gizi kurang Gizi baik

    n % n % n % 1. < 1 tahun

    2. > 1 - 2 tahun

    6

    1

    25,0

    3,2

    18

    30

    75,0

    96,8

    24

    31

    100

    100

    0,324 0,105 0,016

    Jumlah 7 12,7 48 87,3 55 100 Ket. :

    - Nilai p dihitung berdasarkan uji korelasi Rank Spearman - Nilai r : koefisien korelasi - Nilai r2: koefisien determinasi

  • 8

    Tabel 4.5 menunjukkan

    bahwa terdapat korelasi yang

    bermakna (p 1 - 2 tahun

    16

    2

    66,7

    6,5

    8

    29

    33,3

    93,5

    24

    31

    100

    100

    19,627 1-2tahun.

  • 9

    6. Korelasi Lama Pemberian ASI Dengan Tingkat Kecerdasan

    Tabel 7. Korelasi Antara Lama Pemberian ASI Dengan Tingkat Kecerdasan

    Anak Usia 3-5 Tahun

    Lama

    Pemberian

    ASI

    Tingkat Kecerdasan Jumlah r r2 p

    IQ rendah IQ tinggi

    n % n % n % 1. < 1 tahun

    2. > 1 - 2 tahun

    16

    2

    66,7

    6,5

    8

    29

    33,3

    93,5

    24

    31

    100

    100

    0,636 0,404

  • 10

    Penelitian yang dilakukan

    oleh Mendell pada anak-anak yang

    menyusui selama 2 tahun atau lebih

    mengungkapkan bahwa pemberian

    ASI dapat menjadi sumber zat gizi

    yang sangat berharga dan

    memberikan perlindungan terhadap

    penyakit selama proses pemberian

    ASI terus dilanjutkan. Pemberian

    ASI lebih dari usia 1 tahun secara

    signifikan dapat mencukupi

    kebutuhan nutrisi dan energi pada

    anak dibandingkan dengan ASI yang

    diberikan hanya dalam waktu yang

    pendek.9

    Menurut Dewey,

    pemberian ASI yang dilanjutkan

    sampai usia anak 2 tahun dapat

    mencukupi kebutuhan zat gizi

    terutama protein, lemak dan vitamin.

    Pada tahun kedua (12-23 bulan), 448

    ml ASI mengandung 29% kebutuhan

    energi, 43% kebutuhan protein, 36%

    kebutuhan kalsium, 75% kebutuhan

    vitamin A, 76% kebutuhan folat,

    94% kebutuhan vitamin B12 dan

    60% kebutuhan vitamin C.10

    Berbagai penelitian

    menunjukkan bahwa ASI adalah

    nutrisi terbaik dan terlengkap. Nilai

    nutrisi ASI lebih besar dibandingkan

    susu formula, karena mengandung

    lemak, karbohidrat, protein dan air

    dalam jumlah yang tepat untuk

    pencernaan, perkembangan otak dan

    pertumbuhan anak. Kandungan

    nutrisinya yang unik menyebabkan

    ASI memiliki keunggulan yang tidak

    dapat ditiru oleh susu formula

    apapun. Jenis asam lemak yang

    terdapat di dalam ASI mempunyai

    pengaruh terhadap perkembangan

    otak yang menyebabkan kemampuan

    melihat dan fungsi kognitif anak

    berkembang lebih awal.11

    Pada penelitian ini rata-rata

    ibu mempunyai anak dengan status

    gizi baik sebesar 87%. Ibu-ibu yang

    memberikan ASI lebih lama pada

    anaknya > 1-2 tahun sebagian besar

    juga mempunyai status gizi yang

    baik sebesar 96,7%. Ibu sudah

    menyadari akan pentingnya

    pemberian ASI bagi anaknya tidak

    hanya hanya dari cara pemberian

    ASI juga periode pemberian ASI

    yang optimal pada anaknya.

    Pemberian ASI yang diberikan

    secara dini pada anak dapat

    mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan anak di kemudian

    hari.

    Hasil analisis statistik

    menunjukkan terdapat korelasi yang

    bermakna antara lama pemberian

    ASI dan status gizi anak anak usia 3-

    5 tahun, tetapi kedua variabel

    tersebut mempunyai keeratan

    hubungan yang lemah. Hal ini

    disebabkan karena nutrisi dari ASI

    sangat bermanfaat bagi pertumbuhan

    anak, tetapi dengan semakin

    meningkatnya usia anak ia

    membutuhkan tambahan nutrisi yang

    lebih untuk pertumbuhannya. ASI

    merupakan nutrisi yang utama tapi

    harus dilengkapi dengan tambahan

    zat-zat gizi lainnya.

    Tabel 6 dan 7

    menunjukkan bahwa terdapat

    hubungan yang sangat bermakna

    antara lama pemberian ASI dengan

    tingkat kecerdasan anak usia 3-5

    tahun. Hasil penelitian ini sesuai

    dengan penelitian Oddy,dkk bahwa

    durasi pemberian ASI yang lebih

    lama mempunyai hubungan yang

    positif dengan kecerdasan anak.

    Anak-anak yang mendapatkan ASI >

    6 bulan atau lebih dari periode

    tersebut memiliki prestasi yang baik

  • 11

    dalam kemampuan bahasa dan

    berhitung di sekolah. Pemberian ASI

    juga mempunyai efek yang positif

    pada hubungan ibu dan anak,

    sehingga dapat memfasilitasi

    hubungan kedekatan (bonding),

    interaksi yang lebih baik pada anak

    dan dapat mempengaruhi

    perkembangan kognitif anak secara

    tidak langsung.12

    Penelitian yang dilakukan

    oleh Fergusson,dkk membuktikan

    bahwa anak-anak yang mendapatkan

    ASI > 6 bulan atau lebih, mempunyai

    skor IQ yang lebih tinggi pada usia

    3,5 dan 7 tahun dibandingkan dengan

    anak yang tidak mendapatkan ASI.13

    Penelitian Quinn,dkk

    menunjukkan bahwa ASI dapat

    meningkatkan prestasi akademik

    anak pada usia 5 tahun karena nutrisi

    yang essensial dari ASI sangat

    efektif bagi pertumbuhan otak pada

    anak seperti long-chain

    polyunsaturated fatty acids yang

    merupakan elemen struktural dari

    membran sel dan sangat penting bagi

    pertumbuhan otak dan syaraf.14

    Penelitian tentang efek

    menyusui terhadap Intelligence

    Quotient (IQ) memperlihatkan

    bahwa anak yang mendapat ASI

    mempunyai IQ 3-5 kali lebih tinggi

    dibandingkan anak yang mendapat

    susu formula. Makin lama anak

    mendapatkan ASI, makin besar efek

    positif pada IQ. Tingkat IQ lebih

    tinggi dikaitkan dengan kandungan

    nutrisi yang ditemukan pada ASI.11

    Pemberian ASI dapat

    berpengaruh terhadap perkembangan

    intelektual anak, karena menyusui

    memberikan perlekatan erat dan rasa

    nyaman yang berpengaruh terhadap

    perkembangan emosi anak. Anak

    yang disusui mempunyai intelegensia

    dan emosi lebih matang yang akan

    sangat berpengaruh terhadap

    kehidupan sosialnya di masyarakat.11

    Perkembangan kecerdasan

    seorang anak dipengaruhi oleh tiga

    faktor yaitu genetik, nutrisi atau gizi

    dan lingkungan. Faktor genetik

    merupakan potensi dasar dalam

    perkembangan kecerdasan tetapi

    sampai saat ini belum ada penelitian

    yang menunjukkan dari ketiga faktor

    tersebut yang berperan lebih besar.

    Faktor sosial dan lingkungan sangat

    penting dalam menentukan

    kecerdasan anak. Secara teori faktor

    sosial dan lingkungan ini berperan

    kecil bila terjadi kekurangan gizi

    terutama pada masa cepat tumbuh

    otak yaitu pada masa usia kehamilan

    30 minggu sampai 18 bulan setelah

    lahir. Kekurangan gizi yang terjadi

    pada masa tersebut bersifat

    irreversible (tidak dapat pulih).15

    Salah satu faktor utama yang

    mempengaruhi perkembangan

    kecerdasan adalah pertumbuhan otak.

    Sementara itu, faktor terpenting

    dalam proses pertumbuhan termasuk

    otak adalah nutrisi yang diberikan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    kuantitas dan kualiitas nutrisi secara

    langsung juga dapat mempengaruhi

    pertumbuhan, termasuk pertumbuhan

    otak. Dikatakan bahwa bila seorang

    anak menderita kekurangan gizi berat

    pada masa pertumbuhan otak cepat

    pertama maka akan terjadi

    pengurangan jumlah sel otak

    sebanyak 15-20%.16

    Penelitian lain mencoba

    memantau perkembangan anak sejak

    lahir di beberapa rumah sakit di

    Belarusia. Dari riset terungkap

    bahwa anak yang mendapat ASI

    eksklusif selama 3 bulan pertama dan

    kebanyakan juga berlanjut hingga

  • 12

    setahun mencatat rata-rata 5,9 poin

    lebih besar dalam tes IQ pada usia 6

    tahun. Menurut analisa riset,

    beragam asam lemak yang

    terkandung dalam ASI diyakini

    mampu meningkatkan kecerdasan.

    Selain itu, aspek fisik dan emosional

    dalam proses menyusui dapat

    menciptakan perubahan permanen

    pada perkembangan otak anak. Para

    peneliti juga mengindikasikan

    kegiatan pemberian ASI

    meningkatkan interaksi verbal antara

    ibu dan anak yang pada gilirannya

    membantu perkembangan mereka.17

    Pada penelitian ini anak-anak

    yang mendapatkan ASI lebih lama

    pada periode > 1-2 tahun mempunyai

    tingkat kecerdasan yang baik yaitu

    pada kategori IQ tinggi sebesar

    67,3%. Pemberian ASI dengan durasi

    yang lebih lama pada anak dapat

    meningkatkan perkembangan

    kecerdasan pada anak. Anak-anak

    usia 3-5 tahun berada pada usia

    prasekolah mereka membutuhkan

    nutrisi yang cukup untuk tumbuh

    kembangnya terutama untuk

    pertumbuhan otak yang sangat

    berhubungan erat dengan

    perkembangan kecerdasannya.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 1. Pemberian ASI yang lebih lama

    meningkatkan status gizi dan

    kecerdasan anak usia 3-5 tahun.

    2. Lama pemberian ASI < 1 tahun memiliki risiko sebesar 7,75 kali

    mengalami status gizi kurang

    dibandingkan dengan pemberian

    ASI > 1-2 tahun. Lama

    pemberian ASI mempunyai

    hubungan positif yang lemah (r

    = 0,324) terhadap peningkatan

    status gizi anak usia 3-5 tahun

    dengan besarnya pengaruh

    10,5%.

    3. Lama pemberian ASI < 1 tahun memiliki risiko sebesar 10,33

    kali memiliki IQ rendah

    dibandingkan dengan pemberian

    ASI > 1-2 tahun. Lama

    pemberian ASI mempunyai

    hubungan positif yang kuat (r =

    0,636) terhadap tingkat

    kecerdasan anak usia 3-5 tahun

    dengan besarnya pengaruh

    40,4%.

    B. Saran

    1. Orang tua / ibu hendaknya mengoptimalkan pemberian ASI

    pada anak mulai sejak lahir

    sampai berusia 2 tahun.

    2. Orang tua dan guru pelu melakukan stimulasi edukatif

    untuk peningkatan kecerdasan

    pada anak selain mengoptimalkan

    pemberian nutrisi / gizi.

    3. Perlunya dilakukan intervensi dan tindak lanjut pada anak yang

    memiliki IQ rendah (< 70 ).

    4. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis

    faktor-faktor lain yang

    berhubungan dengan status gizi

    dan kecerdasan selain faktor lama

    pemberian ASI, seperti : faktor

    genetik, lingkungan, stimulasi,

    frekuensi pemberian ASI, volume

    atau jumlah ASI yang diberikan,

    nutrisi atau gizi ibu dan jumlah

    balita dalam keluarga.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Editor :

    Ranuh G. Jakarta: EGC;

    1995.

    2. Santrock. Masa perkembangan anak.Buku 2

    Edisi 11. Jakarta : Salemba

    Humanika;2011.

    3. World Health Organization.Global strategy

    for infant and young child

    feeding. Geneva : World

    Health Organization;2002.

    4. Wijaya K, Luize HM dan Masitoh. Mencetak anak

    cerdas. Jakarta : Balita

    Cerdas; 2004.

    5. Kusmayadi I. Membongkar kecerdasan anak (

    Mendeteksi bakat dan potensi

    anak sejak dini). Jakarta :

    Gudang Ilmu; 2011.

    6. Profil kesehatan kota Palembang tahun 2010. Dinas

    kesehatan kota Palembang;

    2010.

    7. Marquis GS, Habicht JP, Lanata CF, Black RE and

    Rasmussen KM. Association

    of breastfeeding and stunting

    in Peruvian toddlers : An

    aexample of reverse

    causality. International

    Journal of

    Epidemiology;1997.

    26(2):349-356.

    8. Oyango AW, Receveur O, Esrey SA. The contribution

    of breast milk to toddler diets

    in western Kenya. Bulletin of

    the World Health

    Organizatition, 2002;80:292-

    299.

    9. Mandell D, Lubetzky R, Dollberg S, Barak S,

    Mimouni FB. Fat and energy

    contents of expressed human

    breast milk in prolonged

    lactation.

    Pediatrics;2005:116(3):e432-

    e435.

    10. Dewey KG. Nutrition, growth and complementary feeding

    of the breastfed infant.

    Pediatrics Clinics of North

    American. February

    2001;48(1).

    11. Hegar B. Nilai menyusui. Dalam : Indonesia Menyusui.

    Jakarta : Badan Penerbit

    Ikatan Dokter Anak

    Indonesia (IDAI); 2010.hal:1-

    12.

    12. Oddy WH, Li J, Whitehouse AJ, Zubrick SR, Malacova E

    et al. Breastfeeding duration

    and academic achievement at

    10 years. American Academy

    of Pediactics;2011. 27(1)

    :137-145.

    13. Fergusson DM, Horwood LJ. Breastfeeding and later

    cognitive and academics

    autcomes. Pediactrics.

    1998;101(1). Tersedia dari :

    http:

  • 14

    www.pediactrics.org/cgi/cont

    ent/full/101/1/eg

    14. Quinn P, OCallaghan M, William G, Najman J,

    Andersen M, Bor w. The

    effect of breatfeeding on

    child development at 5 years:

    acohosrt study. J. Pediactric

    Child helath;2001:37(5):465-

    469.

    15. Balia LR. Kebutuhan Nutrisi Anak untuk Pertumbuhan dan

    perkembangannya. Bandung :

    KKNM UNPAD;2008.

    16. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Niaga

    Swadaya;2000.

    17. Kramer M, Aboud F, Mironova E, Vanilovich I,

    Platt R,et al. Breastfeeding

    and child cognitive

    development. Arch Gen

    Psychiatry; 2008.(diunduh 28

    Oktober 2011); 65(5):578-

    584. Tersedia dari :

    http:www.archgenpschiatry.c

    om/