hubungan tingkat pengetahuan ibu …eprints.ums.ac.id/47246/4/napub fix.pdf1 hubungan tingkat...

16
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: WAHYU WIDYAWATI J 300 130 034 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: dinhquynh

Post on 10-Jun-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA

MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI

(MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 6-24

BULAN DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN PASAR

KLIWON KOTA SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

WAHYU WIDYAWATI

J 300 130 034

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

GIZI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SEMANGGI

KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

WAHYU WIDYAWATI

J 300 130 034

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

ii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

iii

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN

STATUS GIZI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN

SEMANGGI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

Wahyu Widyawati (J 300 130 034)

Pembimbing : Dwi Sarbini, SST, M.Kes

Muwakhidah, SKM, M.Kes

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol I Pabelan Surakarta 57102

Email : [email protected]

Abstrak

Pendahuluan: Makanan Pendamping ASI adalah makanan tambahan

pendamping ASI yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan untuk

menunjang tumbuh dan kembangnya. Pemberian makanan

pendamping ASI perlu diperhatikan ketepatan waktu pemberian,

frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Semanggi bulan

Desember 2015, 45% ibu balita berpengetahuan kurang dan 25%

balita berstatus gizi kurang. Tujuan: Mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI dengan status

gizi pada balita usia 6–24 bulan. Metode: Penelitian ini merupakan

penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan Oktober 2015-

Agustus 2016. Subyek penelitian adalah ibu balita dan balita usia 6-24

bulan sebanyak 101 orang yang diambil secara multistage sampling.

Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan pemberian MP-

ASI sedangkan alat penelitian adalah dacin dengan ketelitian 0,1 kg.

Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil:

Tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI pengetahuan

baik sebanyak 24,8%, pengetahuan cukup 50,5% dan pengetahuan

kurang 24,8%. Status gizi balita(BB/U) gizi baik dengan subyek

terbanyak sebesar 93,1%, balita gizi buruk sebesar 1%, dan anak

balita gizi kurang 5,9%, dan gizi lebih 0%.Terdapat hubungan tingkat

pengetahuan ibu balita mengenai pemberian MP-ASI dengan status

gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta (p value = 0,014).

Kesimpulan: Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu balita

mengenai pemberian MP-ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan

di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

Kata kunci: Status Gizi, Tingkat Pengetahuan Gizi

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

2

Abstract

Introduction: Complementary feeding is additional complementary

foods given to infants aged 6-24 months to support growth and

development. Given complementary food consider these things, the

right given timeliness of administration, frequency, type, quantity of

food, and how to make it. Results of preliminary studies conducted in

the village of clover in December 2015, 45% of mothers and 25% less

knowledgeable nutritional status of infants less. Objective: To

determine the relationship between the mother’s level of knowledge

regarding the given of complementary feeding with nutritional status

of infants aged 6-24 months. Research Method: This research is a

cross-sectional study conducted in October 2015 until August 2016.

The subjects were mothers and children aged 6-24 months from 101

people using multistage sampling. Questionnaire of MP-ASI

knowledge and the research tool was dacin to the nearest 0,1 kg. Data

analysis using Pearson Product Moment Correlation. Result: The

level of mother knowledge about MP-ASI with a high score is 24,8%,

with a middle score is 50,5%, and with a low score is 24,8%. Nutrition

state (weight for age) good nutrition with amajority of 93,1%, children

malnutrition by 1%, and stunting was 5,9%, and more nutrition 0%.

There is a positive correlation between given MP-ASI with infant

nutritional status aged 6-24 month is Kelurahan Semanggi Kecamatan

Pasar Kliwon Kota Surakarta (p-value = 0,014). Conclusion: There is

a positive correlation between given MP-ASI with infant nutritional

status aged 6-24 month is Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta

Keywords: Knowledge Level Nutrition, Nutritional Status

1. PENDAHULUAN

Gizi merupakan unsur penting bagi pembentukan tubuh (Suharjo, 2003).

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang

disebabkan karena tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan zat gizi yang

diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Masalah gizi dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012).

Kekurangan gizi umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut

anak mengalami pertumbuhan yang pesat (Adisasmito, 2007), dan merupakan

golongan paling rawan terhadap kekurangan kalori protein (Back, 2000). Masalah

gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

3

lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

dan kesehatan (Almatsir, 2003).

Pada masa bayi, ASI merupakan makanan terbaik karena mengandung

immunoglobolin yang memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari

tubuh ibu (Notoatmodjo, 2011). Seiring dengan pertumbuhan bayi, maka

bertambah pula kebutuhan gizinya, oleh karena itu bayi usia 6 bulan mulai diberi

MP-ASI (Santoso, 2005). Usia 6 bulan bayi mempunyai refleks untuk mengunyah

dengan pencernaan yang lebih kuat. (Maseko dan Owaga, 2012).

Tingkat pengetahuan ibu mengenai makanan pendamping ASI memunculkan

masalah hubungan sebab akibat pemberian makanan pendamping ASI yang

kurang tepat melahirkan status gizi kurang (Deba, 2007). Kekurangan gizi dapat

disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan

makanan ini dipengaruhi tingkat pengetahuan ibu mengenai bahan makanan.

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan

makanan, meskipun bahan makanan tersedia (Suharjo, 2003). Upaya peningkatan

status kesehatan dan gizi balita melalui perbaikan pengetahuan dan perilaku dalam

pemberian MP-ASI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya

perbaikan gizi (Notoatmodjo, 2003).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Semanggi di bulan

Desember 2015 didapatkan jumlah posyandu yang ada di wilayah tersebut

sebanyak 29 posyandu. Jumlah balita usia 6-24 bulan sebanyak 756 anak, setelah

dilakukan wawancara kepada 20 orang ibu balita didapatkan hasil 9 orang (45%)

ibu balita berpengetahuan kurang, 5 orang (25%) ibu balita berpengetahuan cukup

dan 6 orang (30%) ibu balita memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara

pemberian makanan pendamping ASI. Data status gizi yang diperoleh dari 20

balita terdapat 5 balita (25%) dengan status gizi kurang dan balita dengan status

gizi baik terdapat 15 balita (75%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut dan mengingat pengetahuan ibu

balita yang kurang dengan prevalensi yang tertinggi serta pentingnya pengetahuan

mengenai pemberian makanan pendamping ASI, perlu dilakukan penelitian

mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Pemberian

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

4

Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Pada Balita Usia 6-24 bulan di

Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu dan balita usia 6-24 bulan di Kelurahan

Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Waktu pelaksanaan

penelitian mulai bulan Oktober 2015 sampai Agustus 2016. Jumlah populasi yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan esklusi dalam penelitian ini adalah 777 balita

usia 6-24 bulan beserta ibu. Teknik pengambilan sampel secara multistage

sampling. Kelurahan Semanggi terdiri dari 29 posyandu, sampel diambil dari 4

posyandu yang memiliki jumlah balita usia 6-24 bulan terbanyak dengan total

balita sebanyak 173. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Lameshow

maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 101 balita beserta ibu. Jumlah

sampel pada setiap posyandu ditentukan dengan propotional sampling sedangkan

untuk pengambilan sampel digunakan teknik simple random sampling.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu sedangkan

variabel terikat adalah status gizi pada balita. Pengukuran tingkat pengetahuan ibu

dengan cara memberikan kuesioner dan mengkategorikan skore. Pengukuran

status gizi dengan cara melakukan penimbangan terlebih dahulu dan menghitung

nilai z-score, hasil dari perhitungan dikategorikan berdasarkan index BB/U.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelurahan Semanggi merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Pasar

Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta. Kelurahan ini memiliki luas

166,82 ha dengan ketinggian rata-rata 92 meter diatas permukaan laut, beriklim

tropis dengan suhu rata-rata 19-32 0C. Jumlah penduduk pada bulan juli tahun

2016 sebanyak 35.103 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk mayoritas tamat

SLTA. Kelurahan Semanggi memiliki 29 posyandu balita.

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

5

a. Analisis Univariat

1) Karakteristik Ibu

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Ibu

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Umur (Tahun):

< 20

21-35

>36

6

79

16

5,94

78,21

15,84

Pendidikan:

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA/SMK

Diploma

Sarjana

1

18

27

45

7

3

0,99

17,82

26,73

44,55

6,93

2,97

Pekerjaan:

Buruh

7

6,9

Ibu Rumah Tangga 74 73,3

Karyawan 2 2

Pedagang 2 2

Penjahit 1 1

Swasta 11 10,9

Wiraswasta 4 4

Pengetahuan: Kurang 25 24,8

Cukup 51 50,5

Baik 25 24,8

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar ibu berumur 21-

35 tahun, berpendidikan SMA/SMK, memiliki pekerjaan sebagai Ibu

Rumah Tangga dan pengetahuan ibu cukup.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) umur 21-35 tahun merupakan

usia produktif kesehatan seseorang, usia madya atau dewasa yang

memberikan kesempatan yang lebih besar untuk belajar dan

mengembangkan daya intelektualnya. Responden pada umur tersebut cukup

mempunyai pengalaman proses berfikir yang matang dan pengetahuan

tentang makanan pendamping ASI yang baik bagi bayinya (Mubarak, 2007).

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

6

Faktor pendidikan berpengaruh terhadap ibu dalam menerima

informasi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah

baginya untuk menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan

yang dimiliki (Notoadmojo, 2003), tetapi orang yang mempunyai

pendidikan rendah belum tentu mempunyai pengetahuan rendah

(Widayatun, 2004). Hasil penelitian yang di lakukan Ikhwansyah (2010)

dalam lestari, dimana pendidikan dan pengetahuan akan berhubungan secara

bermakna dengan perilaku ibu dalam memberikan makan.

Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sebesar 73,3%.

Pekerjaan erat hubungannya dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya (Suhardjo, 2003).

2) Karakteristik Balita

Tabel 2.

Distribusi Karakteristik Balita

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin:

Laki-laki

Perempuan

53

48

52,5

47,5

Umur (Bulan):

6-9

10-12

13-18

19-24

15

12

35

39

14,85

11,88

34,65

38,61

Status Gizi:

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

1

6

94

0

1

5,9

93,1

0

Suhendri (2009) menyatakan jenis kelamin merupakan faktor internal

yang menentukan kebutuhan gizi sehingga ada keterkaitan antara jenis

kelamin dan keadaan gizi balita. Asupan zat gizi sangat penting dibutuhkan

pada masa ini, umur balita termasuk dalam kelompok rentan dan rawan gizi

(Wirandoko, 2007). Kurang atau buruknya status gizi balita di posyandu

dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi (Proverawati dan Wati, 2010).

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

7

b. Analisis Bivariat

Tabel 3.

Uji Korelasi Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita

Variabel Jumlah Rata-

rata

Std.

Deviasi

Min Max P value

Pengetahuan 101 21,38 4,22 10 30 0,014

Status Gizi 101 -0,54 1,05 -3,45 1,89

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan ibu rata-rata 21,38

(pengetahuan cukup), nilai minimun 10 (pengetahuan kurang), nilai maksimun

30 (pengetahuan baik) dan Standar Deviasi 4,22. Status gizi rata-rata -0,54

(status gizi baik), nilai minimum -3.45 (status gizi buruk), nilai maksimum

1,89 (status gizi baik) dan Standar Deviasi 1,05.

Nilai p value dari uji hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita

menggunakan Uji Pearson Product Moment yaitu sebesar 0,014 sehingga dapat

disimpulkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu balita mengenai

pemberian MP-ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan

Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawarni (2013) di Kelurahan Kestalan

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24

bulan.

Pengetahuan bukan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak

balita, namun pengetahuan gizi memiliki peran penting, karena dengan

memiliki pengetahuan yang cukup khususnya dibidang kesehatan, seseorang

dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan

timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2007).

Soetjiningsih (2001) menyatakan bahwa gangguan gizi sering terjadi

karena kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan

bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal

yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu menyediakan makanan

yang bergizi. Pengetahuan ibu tentang keragaman dan jenis masakan yang

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

8

kurang akan menurunkan konsumsi makan balita, ketrampilan ibu dibidang

memasak juga dapat menurunkan konsumsi makan balita, karena seorang ibu

sebagai pengelola serta penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai

peran penting dalam peningkatan status gizi anggota keluarga (Marimbi, 2010).

Depkes RI (2004) menyatakan faktor tingkat pendidikan turut menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

mereka peroleh. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan

keluarga, pola asuh, dan kesadaran keluarga untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Kemenkes RI

(2010) semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang

untuk menerima informasi dan mengimplementasikan pengetahuannya dalam

perilaku khususnya di bidang kesehatan dan gizi. Pendidikan ibu yang relatif

rendah berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah

gangguan gizi pada anak balitanya.

Tingkat pendidikan tidak selalu menentukan tingkat pengetahuan ibu.

Seseorang yang hanya tamatan Sekolah Dasar belum tentu kurang mampu

menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain

yang memiliki pendidikan tinggi. Orang yang berpendidikan rendah jika, orang

tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan

gizinya akan lebih baik (Depkes RI, 2004).

Ketidaksesuain bisa terjadi karena pendidikan bukan satu-satunya faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, artinya pendidikan yang

tinggi belum tentu diikuti oleh sikap dan perilaku yang baik pula. Hal ini juga

disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti keadaan ekonomi, penyakit infeksi,

keluarga miskin, tradisi dan keadaan lingkungan (Fisher, dkk. 2012).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 25 responden tergolong

berpengetahuan baik dengan status gizi baik, hal tersebut disebabkan ibu yang

memiliki pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI akan

mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari

sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi. Sedangkan dalam penelitian ini juga

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

9

terdapat ibu yang berpengetahuan kurang tapi memiliki anak dengan status gizi

baik, berdasarkan wawancara responden sering mendapatkan penyuluhan dan

evaluasi mengenai MP-ASI yang dilakukan oleh ibu kader Posyandu.

Status gizi dipengaruhi oleh 2 penyebab, yaitu penyebab langsung dan

tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan makan dan penyakit infeksi

yang diderita anak. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, faktor

ekonomi, budaya, pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan mengenai

penyusunan menu guna memenuhi kebutuhan asupan makan bayi sangat

penting, karena akan berdampak pada status gizi anak. Pemilihan jenis bahan

makanan sedemikian rupa untuk mendapatkan menu terbaik sekaligus

mengupayakan variasi menu agar anak tidak merasa bosan sehingga,

mempengaruhi tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi makan akan berdampak

pada status gizi anak (Adisasmito, 2007).Pendapat tersebut sejalan dengan

penelitian Dewanti (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI

dengan status gizi bayi.

4. PENUTUP

a. Kesimpulan

1) Tingkat pengetahuan ibu baik sebanyak 24,8%, pengetahuan cukup 50,5%

dan pengetahuan kurang 24,8%.

2) Status gizi balita baik 93,1%, balita gizi buruk sebesar 1%, dan anak balita

gizi kurang 5,9%, dan gizi lebih 0%.

3) Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu balita mengenai pemberian

MP-ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Semanggi

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta (p value = 0,014).

b. Saran

1) Bagi Ibu Balita

Diharapkan pada ibu balita agar bisa meningkatkan pengetahuan gizi

mengenai Makanan Pendamping ASI sehingga dapat meningkatkan gizi

bagi anaknya melalui buku, penyuluhan, media massa sehingga dapat

meningkatkan status gizi.

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

10

2) Bagi Puskesmas

Diharapkan instansi Puskesmas dapat menjadi masukan untuk program

perencanaan kesehatan yang dapat meningkatkan status gizi balita dan

bagi petugas kesehatan terutama ahli gizi dapat meningkatkan

pengetahuan gizi masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan pada saat

kegiatan PKK, Posyandu dan lain-lain.

3) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar peneliti lain, namun

diharapkan dengan mengganti atau menambah variabel pendidikan,

pekerjaan dan recall. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan

penelitian dapat dilakukan untuk keseluruhan posyandu di Kelurahan

Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

11

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Back. E Mary.2000. Nutrition and Dietics . New York: Aspen Publisher.

Budiman dan Riyanto, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner. Jakarta: Salemba

Medika.

Deba, U. 2007. Perbedaan Status Gizi Antara Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif

Dengan Bayi Yang Diberi MP-ASI Dini Di Puskesmas Perumnas Kota

Kendari. Jurnal SELAMI IPS. 2007. 02(21): ISSN 1410-2323.

Depkes RI. 2004. Pedoman Pengenalan MP-ASI. Diakses: 6 Desember 2012.

http://www.depkes/makanan pendamping ASI.ord.id

Dewanti, T. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan

Pendamping ASI dengan Perubagan Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan di

Posyandu Desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Skripsi.

Semarang. Universitas Diponegoro.

Fisher, E, Helenda, Amri, E. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Status

Gizi Balita di Desa Sioban Kabupaten Kepulauan Mentawai. Skripsi.

Universitas Negeri Padang.

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI.

Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada

Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maseko M, Ogawa E. 2012. Child Malnutrition And Mortality In Swizeland

Situation Analysis Of The Immedate, Underlying And Basic Causes 2012.

African Journal Of Food, Agriculture, Nutrisi, And Development. 12 (2), p.

5994-6006.

Mawarni, S. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI dengan Perilaku

Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di

Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Maayarakat Prinsip-Prinsp Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Proverawati, A. Wati,EK. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Santoso. 2005. Metodologi Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Prestasi.

Soetjiningsih. 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suharjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhendri, U. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak

Bawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU …eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPUB FIX.pdf1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS

12

Kabupaten Tangerang Tahun 2009. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Jakarta: Skripsi. Dipublikasikan.

Widayatun. 2004. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Wirandoko, H,. I. 2007. Determinan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Di

Puskesmas Tlogosari Wetan , Kecamatan Pedurungan, Semarang. Thesis.

Universitas Diponegoro.