hubungan status gizi dengan frekuensi kejadian diare pada...

66
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PISANGAN BULAN AGUSTUS 2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Hilyah Mursilah NIM: 107103000451 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

Upload: lamkiet

Post on 31-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN

PISANGAN BULAN AGUSTUS 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Hilyah Mursilah

NIM: 107103000451

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 2: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Oktober 2010

Hilyah Mursilah

Page 3: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE

PADA BALITA DI KELURAHAN PISANGAN BULAN AGUSTUS 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (SKed)

Oleh :

Hilyah Mursilah

NIM: 107103000451

Pembimbing

Dr. Riva Auda, SpA, MKes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 4: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN

FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN

PISANGAN BULAN AGUSTUS 2010 yang diajukan oleh Hilyah Mursilah

(NIM: 107103000451), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed) pada

Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 7 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang dan Pembimbing Penguji

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. DR. (hc). Dr. MK. Tadjudin, SpAnd DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM

Dr. Riva Auda, SpA, MKes Dr. Yanti Susianti, SpA

Page 5: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini

tepat pada waktunya. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1) Bapak Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah.

2) Bapak Drs. H. Achmad Ghalib, MA selaku Pudek bidang administrasi umum

FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

3) Ibu Dra. Farida Hamid, MPd sebagai Pudek bidang kemahasiswaan FKIK

UIN Syarif Hidayatullah.

4) Bapak DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi Program Studi

Pendidikan Dokter (PSPD).

5) Ibu Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

saya dalam menyelesaikan riset ini.

6) Ibu drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD

2007.

7) Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staff akademik, yang telah begitu banyak

membantu, membimbing dan memberikan kesempatan untuk menimba ilmu

selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif

Hidayatullah.

8) Puskesmas Ciputat Timur beserta staff dan kader-kader Posyandu yang telah

membantu kami dalam pengambilan sampel penelitian.

9) Ayahanda H. Ghozali, Lc. dan dan Ibunda Hj. Rohayati, SPd yang telah

mencurahkan segala kasih sayang, pengorbanan, do’a serta harapannya yang

begitu besar untuk saya.

Page 6: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

vi

10) Adik-adik tersayang Fadli dan Silfia yang selalu memberikan kebahagiaan

dalam canda dan tawa saat bersama, serta dukungannya begitu besar kepada

saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

11) Nur Ardiansyah yang telah memberikan segala dukungan dan do’anya serta

menyediakan waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan penelitian

ini.

12) Teman-teman kelompok riset: Karina, Lydia, Emilia, Yurilla dan Nurhidayati

yang telah berjuang bersama dalam suka dan duka dalam menyelesaikan riset

ini.

13) Seluruh teman sejawat PSPD 2007 dan semua teman-teman yang telah

membantu.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan imbalan yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Akhirnya disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, diharapkan adanya penelitian yang sejenis untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik dan semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 7 Oktober 2010

Penulis

Page 7: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

vii

ABSTRAK

Nama :

Program Studi :

Judul :

Hilyah Mursilah

Pendidikan Dokter

Hubungan Status Gizi Dengan Frekuensi Kejadian

Diare Pada Balita Di Kelurahan Pisangan Tahun

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan

frekuensi kejadian diare pada balita di kelurahan Pisangan tahun 2010. Penelitian

ini dilakukan terhadap 96 balita dengan responden ibu-ibu yang memiliki balita

dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang, kemudian dilakukan

analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa balita yang

bergizi buruk yang sering mengalami diare dalam 1 tahun terakhir sebanyak 2 dari

4 balita dan balita yang bergizi baik yang sering menderita diare 8 dari 79 balita

(10,1%). Penelitian ini menggunakan uji chi square. Tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian diare pada

balita dengan p-value 0,191 (p> 0,05).

Kata kunci:

Diare, balita, status gizi

ABSTRACT

Name :

Study Program :

Title :

Hilyah Mursilah

Medical Education

Nutritional Status Relationship With Frequency of

Occurrence Diarrhea In Toddlers At Kelurahan

Pisangan Year 2010

This research aims to find the relationship between nutritional status with the

occurrence of diarrhea in children under five years old at kelurahan Pisangan in

August 2010. This research was conducted on 96 toddlers with mothers as

respondents who have children under 5 years old and using cross-sectional

descriptive design. And then performed univariate and bivariate analysis.

Research results showed that bad-nourishe toddler who often had diarrhea within

1 year is 2 of 4 toddlers. While a well-nourished toddler who often suffer from

diarrhea is 8 of 79 toddlers (10.1%). There was no significant correlation

between the nutritional status and occurrence of diarrhea in infant with p value is

0.191 (p>0.05).

Key words:

Diarrhea, toddler, nutritional status

Page 8: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK/ABSTRACT ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3. Hipotesis ………………………………………………………….. 3

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

1.4.1. Tujuan Umum………………………………………………... 3

1.4.2. Tujuan Khusus……………………………………………...... 3

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. Landasan Teori ………………….................................................... 5

2.1.1. Diare ………………………………………………………….. 5

2.1.1.1. Definisi Diare……………………………………………... 5

2.1.1.2. Klasifikasi Diare ………………………………………….. 6

2.1.1.3. Etiologi dan Patogenesis …………………………………. 6

2.1.1.4. Komplikasi Akibat Diare ………………………………… 8

2.1.1.5. Penatalaksanaan Diare …………………………………… 11

2.1.1.6. Faktor Resiko terjadinya Diare …………………………... 15

2.1.2. Status Gizi ……………………………………………………. 16

2.1.2.1. Pengertian Status Gizi ……………………………………. 16

2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................. 17

2.1.2.3. Penilaian Status Gizi ……………………………………... 23

2.1.2.4. Indikator Status Gizi ……………………………………… 25

2.1.2.5. Indeks Antropometri ……………………………………... 27

2.1.2.6. Klasifikasi Status Gizi ……………………………………. 28

2.1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare ……………….. 30

2.2. Kerangka Konsep ………………………………………………. 31

2.3. Definisi Operasional ……………………………………………. 31

BAB 3 : METODE PENELITIAN ................................................................ 32

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 32

3.4. Kriteria Penelitian ........................................................................... 34

3.4.1. Kriteria Inklusi ……………………………………………….. 34

3.4.2. Kriteria Eksklusi ……………………………………………… 34

Page 9: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

ix

3.5. Variabel Penelitian .......................................................................... 34

3.6. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 35

3.7. Instrumen Penelitian ........................................................................ 35

3.8. Prosedur Penelitian ……………………………………………….. 36

3.9. Pengolahan Data dan Analisis Data ……………………………… 36

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………… 38

4.1.1. Keadaan Geografi ...................................................................... 38

4.1.2. Data Demografi ………………………………………………. 38

4.2. Deskripsi Sampel Penelitian ……………………………………… 38

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian …………………………………...... 40

4.3.1. Deskripsi Status Gizi Balita ………………………………...... 40

4.3.2. Deskripsi Kejadian Diare pada Balita ………………………... 41

4.3.3. Hubungan Status Gizi dengan Frekuensi Kejadian Diare ……. 41

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian …………………... 43

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 44

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 44

5.2. Saran ............................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46

LAMPIRAN .................................................................................................... 50

Page 10: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Keparahan Dehidrasi pada Anak-Anak 9

Tabel 2.2. Jumlah Oralit untuk Terapi pada Anak 13

Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO-NCHS 29

Tabel 2.4. Definisi Operasional 31

Tabel 4.1. Deskripsi Umur Sampel Penelitian 39

Tabel 4.2. Deskripsi Jenis Kelamin Sampel Penelitian 39

Tabel 4.3. Deskripsi Status Gizi Balita 40

Tabel 4.4. Deskripsi Kejadian Diare pada Balita 41

Tabel 4.5. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Frekuensi Kejadian Diare 42

Page 11: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka konsep .......................................................................... 31

Page 12: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 informed consent

Lampiran 2 kuesioner

Lampiran 3 output SPSS

Page 13: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xiii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan

kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di

Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang

tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Diare juga masih merupakan

masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya

telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Angka kejadian

diare Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan

tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk. Setiap balita rata-rata

menderita diare satu sampai dua kali dalam satu tahun. Menurut hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per

100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. (Widaya IW, 2007)

Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih

dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja

(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Dan biasanya merupakan sebuah gejala

dari infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri,

virus, maupun parasit. (WHO, 2009)

Kejadian diare sangat erat hubungannya dengan status gizi seseorang.

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk

maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh

mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu,

setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan

merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit

infeksi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta

terjadinya atrofi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi

berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh

terutama penyakit diare. (Sjahmiem M, 2003)

1

Page 14: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xiv

Penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan bahwa

kematian bayi akan menjadi lebih tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk

meningkat. Demikian juga halnya dengan infeksi protozoa, pada anak-anak yang

tingkat gizinya buruk akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak yang

gizinya baik. (Sjahmiem M, 2003)

Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi sistem

imun di dalam tubuh. Penurunan produksi sistem imun tertentu akan

mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus. Dinding

usus dapat mengalami gangguan produksi berbagai enzim untuk pencernaan

makanan sehingga makanan tidak dapat tercerna dengan baik dan ini berarti

penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan. (Sjahmiem M, 2003)

Antara keadaan gizi buruk dan penyakit diare terdapat hubungan yang

sangat erat, sungguh sulit untuk mengatakan apakah terjadi gizi buruk akibat

adanya diare ataukah kejadian diare adalah disebabkan keadaan gizi buruk. Diare

merupakan suatu gejala penyakit yang dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti

salah makan, makanan yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian

susu botol yang telah basi, disamping akibat infeksi. Memburuknya tingkat gizi

pada penderita diare seperti telah diuraikan pada bagian yang lain, selain

disebabkan hilangnya cairan tubuh, juga karena menurunnya nafsu makan, serta

kebiasaan menghentikan pemberian makanan selama diare. Mengingat tingginya

angka kematian dan kesakitan diare yang disebabkan oleh keadaan gizi buruk,

maka penanganan penderita harus dilakukan dengan cermat. Di samping

pengembalian cairan yang hilang, pemberian makanan pun harus seksama

sehingga memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak. (Sjahmiem M,

2003)

Begitu luasnya masalah diare di lapisan masyarakat terutama yang pada

balita. Dan berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan frekuensi kejadian

diare pada balita di wilayah kerja posyandu kelurahan Pisangan kecamatan

Ciputat Timur.

2

Page 15: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xv

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan frekuensi kejadian

diare pada balita di wilayah kerja posyandu kelurahan Pisangan kecamatan

Ciputat Timur?

1.3. Hipotesis

Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

status gizi dengan frekuensi kejadian diare pada balita di wilayah kerja posyandu

kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara status gizi dengan frekuensi

kejadian diare pada balita di wilayah kerja posyandu kelurahan Pisangan

kecamatan Ciputat Timur.

1.4.2. Tujuan Khusus

Mendeskripsikan keadaan status gizi balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja

posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur.

Mendeskripsikan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja

posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur.

Menguji hubungan keadaan status gizi lebih, baik, kurang dan buruk terhadap

kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja posyandu

kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang

penyakit diare yang terjadi pada balita.

3

Page 16: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xvi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu

yang memiliki balita untuk dijadikan sebagai informasi terhadap dampak

yang diakibatkan karena masalah gizi pada anak balita.

Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga medis untuk meningkatkan

penanganan pada penyakit diare.

Hasil penelitian ini merupakan sumber data dasar bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan penyakit diare pada balita.

4

Page 17: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xvii

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Diare

2.1.1.1. Definisi Diare

Diare oleh sebagian orang atau masyarakat disebut muntaber (muntah-

berak). Diare adalah buang air besar yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau

lebih dalam sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja.

(Depkes RI, 2000)

Diare didefinisikan sebagai peningkatan jumlah feses yang dikeluarkan

dalam sehari, yang disertai dengan peningkatan jumlah kandungan air dalam

feses. (Behrman RE dkk, 2003)

Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang

sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai

perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. (Markum, 2002)

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari

biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare.

Misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga

lima kali sehari dan fesesnya lunak. (Habsyah S, 2004)

Lebih dari 90% diare disebabkan oleh infeksi yang sering disertai gejala

muntah, demam dan nyeri perut. Dan 10% disebabkan oleh pengaruh obat-obatan,

toksin yang tertelan, alergi, iskemia dan beberapa keadaan lain. (Nasronudin,

2007)

Di negara yang sedang berkembang penyebab kematian awal banyak

diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah

diare. Penyebab diare umumnya sangat kompleks, berbeda dari satu daerah

dengan daerah lainnya. Penyebab utamanya sering terjadi secara bersamaan dan

saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan adanya

kenyataan ini, ditambah dengan praktek pemberian makanan bayi yang keliru,

5

Page 18: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xviii

maka data angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare dapat

dijadikan petunjuk secara tidak langsung mengenai keadaan malnutrisi di satu

daerah. (Supariasa IDN dkk, 2002)

2.1.1.2. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare

kronik dan diare persisten. Diare Akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu,

berlangsung kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang

dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare kronik adalah diare hilang-timbul,

atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif

terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik

lebih dari 30 hari. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,

merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

(Asnil P dkk, 2003)

2.1.1.3. Etiologi dan Patogenensis

Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan,

efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu. (Mansyur A dkk,

2000; Asnil P dkk, 2003)

a. Infeksi

Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral

yaitu infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi di

bagian tubuh lain di luar alat pencernaan (Ngastiya, 2005).

Mikroorganisme yang menjadi penyebabnya antara lain Aeromonas,

Compylobacter, Clostridium difficile, Escherichia coli, Enterotoxigenic,

Enteropathogenic, Shigella, Salmonella, Vibrio cholera, dan

Enteroinvasive. (Pickering LK dkk, 2004)

6

Page 19: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xix

b. Makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas,

makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan

tertentu seperti susu sapi, terjadi malabsorbsi karbohidrat, disakarida,

lemak, protein, vitamin dan mineral. (Mansyur A dkk, 2000; Asnil P dkk,

2003)

c. Imunodefisiensi

Defisiensi imun terutama sIgA (Secretory Immunoglobulin A) pada

mukosa usus dapat mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus

dan jamur, terutama Candida. Defisiensi imun ini juga dapat terjadi pada

anak dengan status gizi yang buruk. (Mansyur A dkk, 2000; Asnil P dkk,

2003)

d. Terapi obat

Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik

dan antasid. Antasid mengandung magnesium hidroksida yang dapat

menyebabkan beban osmotik intraluminal yang berlebihan sehingga dapat

menyebabkan diare. (Mansyur A dkk, 2000; Asnil P dkk, 2003)

e. Keadaan tertentu

Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan

psikis (ketakutan, gugup) dan gangguan saraf. Gangguan ini dapat

menyebabkan gangguan motilitas usus yang bisa menyebabkan diare.

(Mansyur A dkk, 2000; Asnil P dkk, 2003)

7

Page 20: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xx

Adapun mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare (Ngastia, 2005). Diare osmotik dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu

malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP) dan bayi berat badan

lahir rendah. (Asnil P dkk, 2003)

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. (Ngastia,

2005)

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul

diare. (Ngastia, 2005)

2.1.1.4. Komplikasi Akibat Diare

Diare akan menyebabkan terjadinya :

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Kehilangan cairan akibat diare dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat

bersifat ringan, sedang, atau berat (Suharyono, 2008). Dehidrasi terjadi karena

kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan air, yang merupakan

8

Page 21: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxi

penyebab utama kematian pada diare. Berikut adalah klasifikasi keparahan

dehidrasi pada anak-anak :

Tabel 2.1. Klasifikasi keparahan dehidrasi pada anak-anak

Klasifikasi Tanda atau gejala Tata laksana

Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih dari

tanda-tanda berikut:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau

malas minum

Cubitan kulit perut

kembalinya sangat

lambat

Jika tidak ada klasifikasi berat

lainnya: beri cairan untuk dehidrasi

berat (rencana terapi C)

Jika anak juga mempunyai

klasifikasi berat lainnya :

- Rujuk segera dan selama dalam

perjalanan ibu diminta terus

memberi larutan oralit sedikit

demi sedikit.

- Anjurkan ibu agar tetap memberi

ASI.

Jika ada kolera di daerah tersebut,

beri obat antibiotik untuk kolera.

Dehidrasi

ringan/sedang

Terdapat dua atau lebih dari

tanda-tanda berikut :

Gelisah, rewel, atau

mudah marah

Mata cekung

Haus, minum dengan

lahap

Cubitan kulit perut

kembalinya lambat

Beri cairan dan makanan sesuai

rencana terapi B

Jika anak juga mempunyai

klasifikasi berat lainnya :

- Rujuk segera ke rumah sakit dan

selama dalam perjalanan ibu

diminta terus memberi larutan

oralit sedikit demi sedikit.

- Anjurkan ibu agar tetap memberi

ASI.

Nasihati ibu kapan harus kembali

segera.

Kunjungan ulang setelah 5 hari bila

tidak ada perbaikan.

Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda Beri cairan dan makanan sesuai

rencana terapi A.

Nasihati ibu tentang kapan harus

kembali segera.

Kunjungan ulang setelah 5 hari bila

tidak ada perbaikan.

Sumber: WHO, 2005 ; Depkes, 2006

9

Page 22: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxii

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik)

Asidosis metabolik, ini terjadi karena:

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligouri atau anuri).

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan

intraseluler. (Asnil P dkk, 2003; Ngastia, 2005)

Pernafasan Kussmaul

Pernafasan Kussmaul ini merupakan homeostasis respiratorik,

adalah usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah. (Asnil P dkk,

2003)

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare.

Pada anak-anak dengan gizi cukup atau baik, hipoglikemia ini jarang terjadi

(Asnil dkk, 2003). Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang

sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah

berat badan (Suharyono, 2002). Hal ini terjadi karena

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan

absorpsi glukosa. (Asnil P dkk, 2003)

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

sampai 40 mg% dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia

tersebut dapat berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat,

pucat, syok, kejang sampai koma. (Asnil P dkk, 2003)

10

Page 23: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxiii

4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat

terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini

disebabkan karena:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau

muntahnya bertambah hebat.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi

dengan baik karena adanya hiperplastik. (Asnil P dkk, 2003)

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia. Asidosis akan bertambah berat dan

bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (Asnil P dkk, 2003)

2.1.1.5. Penatalaksanaan Diare

Penatalaksanaan diare menurut WHO (2005) dan Depkes (2006) adalah

sebagai berikut

1. Upaya rehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi

Rencana terapi A

1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan kepada ibu :

- Pada bayi muda pemberian ASI merupakan cara pemberian cairan

tambahan yang utama.

- Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang

sebagai tambahan.

11

Page 24: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxiv

- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih

cairan berikut ini : oralit, larutan gula garam, cairan makanan (kuah

sayur, air tajin) atau air matang.

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :

- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam

kunjungan ini.

- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus

oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang

harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-

hari:

- Sampai umur 2 tahun; 50 sampai 100 ml setiap kali buang air besar

- 2 tahun atau lebih; 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar

Katakan kepada ibu :

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir atau

gelas.

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi

dengan lebih lambat.

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare.

2. Berikan suplemen zink

Jelaskan kepada ibu berapa banyak zink yang diberikan

- Sampai usia 6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari untuk 10-14 hari.

- ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari untuk 10-14 hari.

Tunjukkan kepada ibu bagaimana memberikan suplemen zink

- Untuk bayi, tablet dapat dilrutkan dengan sedikit air matang, ASI,

atau oralit.

- Untuk anak, tablet dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air

matang atau oralit.

3. Lanjutkan pemberian makan atau ASI.

4. Kapan harus kembali.

12

Page 25: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxv

Rencana terapi B

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

1. Tentukan jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama.

Tabel 2.2. Jumlah Oralit untuk terapi pada anak

Umur * < 4 bulan 4 -12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat badan < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg

Dalam ml 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400

*Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah oralit yang

diperlukan (dalam ml) dapat dihitung dengan cara berat badan (dalam kg) dikalikan

75.

- jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas

berikan.

- untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menetek, berikan

juga 100-200 ml air matang sampai periode ini.

2. Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit:

Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir atau gelas.

Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

Lanjutkan ASI selama anak mau.

3. Setelah 3 jam :

Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.

Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

Mulailah memberi makan jika anak berumur 6 bulan atau lebih, ketika

masih di klinik atau puskesmas.

Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI

selama bayi mau.

4. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :

Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.

Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk

menyelesaikan 3 jam pengobatan.

Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi. Juga beri 6 bungkus

sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.

13

Page 26: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxvi

Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah :

- Berikan cairan tambahan

- Berikan suplemen zink

- Lanjutkan pemberian makan

- Kapan harus kembali

Rencana terapi C

Ikuti tanda panah. Jika jawaban “Ya”, lanjutkan kekanan. Jika “tidak”,

lanjutkan kebawah.

Mulai di sini

Dapatkah saudara

segera

memberikan cairan

intravena

Ya

Apakah ada fasilitas

pemberian cairan intravena

yang terdekat (dalam 30

menit)

Tidak

Ya Apakah saudara telah

dilatih menggunakan

pipa nasogastrik untuk

rehidrasi

Tidak

Apakah anak masih bisa

minum

Rujuk segera untuk

pengobatan IV/NGT

Ya

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui

mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan ringer laktat (jika

tidak tersedia, gunakan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian pertama

30 ml/kg selama:

Pemberian berikut

70 ml/kg selama :

Bayi

(< 12 bulan)

1 jam* 5 jam

Anak

(12 bulan – 5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status hidrasi belum membaik,

beri tetesan intravena lebih cepat.

Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum :

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan

dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, C ) untuk

melanjutkan pengobatan.

Rujuk segera untuk pengobatan intravena.

Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara

meminumkan pada anaknya sedikitt demi sedikit selama dalam perjalanan.

Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau

mulut : beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg)

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:

Jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan

lebih lambat. Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk

anak untuk pengobatan intravena.

Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian

tentukan rencana terapi yang se untuk melanjutkan suai (A,B,atau C)

untuk melanjutkan pengobatan.

Catatan:

Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk

meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian

larutan oralit peroral

Sumber: WHO, 2005; Depkes RI, 2006

Tidak

14

Page 27: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxvii

2. Dukungan nutrisi

3. Suplementasi zink

Pemberian tablet zink harus diberikan selama 10-14 hari berturut-turut

meskipun anak sudah sembuh.

4. Antibiotik selektif

Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi

yaitu pada diare berdarah dan kolera.

5. Edukasi orang tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja

berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare

maki sering atau belum membaik dalam 3 hari. (WHO, 2005; Depkes RI,

2006)

2.1.1.6. Faktor Resiko Terjadinya Diare

Kejadian diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gizi, sosial

ekonomi, dan kesehatan lingkungan. (Asnil P dkk, 2003)

a. Faktor gizi

Interaksi diare dan gizi merupakan lingkaran setan, karena diare

menyebabkan gizi kurang dan gizi kurang dapat memperberat diare.

Pengobatan dengan makanan yang tepat dan cukup terhadap penderita

diare merupakan komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga

pengelolaan di rumah. Defisiensi zat makanan dan cairan pada penderita

diare harus segera diatasi. Terdapat banyak bukti nyata bahwa pemberian

makanan yang tepat dan cukup dapat mempercepat proses penyembuhan

selama dan sesudah menderita diare. (Asnil P dkk, 2003)

b. Faktor sosial ekonomi

Sosial ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat

partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan masyarakat,

misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan lingkungan, meningkatkan

status gizi masyarakat yang merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare di masyarakat. Selain itu, berpenghasilan rendah pada

15

Page 28: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxviii

umumnya mempunyai keadaan sanitasi yang buruk dan higienitas

perorangannya juga buruk. (Arifin Z, 2001)

c. Faktor kesehatan lingkungan

Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya

tahannya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit.

Penyakit-penyakit tersebut seperti diare, kolera, campak, demam berdarah

dengue, difteri, pertusis, malaria, influenza, hepatitis, tifus dan lain-lain

yang dapat ditelusuri determinan-determinan lingkungannya. (Asnil P dkk,

2003)

2.1.2. Status Gizi

2.1.2.1. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)

akan zat gizi tersebut (Supariasa IDN dkk, 2002). Status gizi berarti keadaan

kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah

satu atau dua kombinasi dari ukuran–ukuran gizi tertentu. (Soekirman, 2000)

Istilah-istilah yang berhubungan dengan status gizi yaitu :

1) Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengetahuan zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

2) Keadaan gizi

Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi

dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari

tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. (Supariasa IDN dkk, 2002)

16

Page 29: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxix

3) Status gizi

Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau

perwujudan dan nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Supariasa IDN dkk,

2002)

4) Malnutrisi

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun

absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi :

a. Undernutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif maupun

absolut untuk periode tertentu.

b. Specific Defisiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

c. Overnutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

d. Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena

tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density

Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). (Supariasa IDN

dkk, 2002)

Dikatakan status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi

apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi essensial. Status

gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,

sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi

kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Untuk mengetahui

seseorang mengalami gangguan gizi dibutuhkan pengetahuan gizi yang baik.

(Supariasa IDN dkk, 2002)

2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Pengetahuan Gizi

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi

didasarkan pada tiga kenyataan yaitu :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

17

Page 30: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxx

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh

yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan

dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum. Salah satu sebab

masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau

kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-

hari. (Suhardjo, 2003)

Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan

berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga.

Dengan pengetahuan gizi diharapkan terjadi perubahan perilaku ke arah

perbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Perilaku konsumsi pangan adalah

cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan

pangan. Perilaku konsumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem

keluarga melalui proses pendidikan maupun sebagai dampak penyebaran

informasi. (Yayuk FB dkk, 2005)

Pengetahuan gizi ini sangat diperlukan untuk ibu terutama ibu yang

mempunyai anak balita atau untuk pengasuh anak balita. Karena kebutuhan

dan kecukupan gizi anak balita tergantung dari konsumsi makanan yang

diberikan oleh ibu atau pengasuh anak. Seorang ibu akan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan gizi setiap anggota keluarga. (Sjahmien M, 2002)

Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan

berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsinya. Adapun

tingakat pengetahuan ibu dalam pemberian makanan adalah sebagai berikut :

1) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering terlihat keluarga yang

berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya

saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan

pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga

yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa

18

Page 31: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxi

ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh merupakan

penyebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan

balita. (Sjahmiem M, 2002)

2) Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.

Banyak makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi

tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya

prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan

makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran

genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin

A dan protein, di beberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang

menurunkan harkat keluarga. (Sjahmiem M, 2002)

3) Kebiasaan atau pantangan makanan yang merugikan

Kebudayaan akan mempengaruhi orang dalam memilih makanan

dan kebudayan pada suatu daerah akan menimbulkan adanya kebiasaan

dalam memilih makanan. Sehubungan dengan pangan yang biasanya

dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan,

takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang

berlainan. Bila pola pantangan berlaku bagi seluruh penduduk sepanjang

hidupnya, kekurangan zat gizi cenderung tidak akan berkembang seperti

jika pantangan itu hanya berlaku bagi sekelompok masyarakat tertentu

selama satu tahap dalam siklus hidupnya. Bila seluruh masyarakat terlibat,

kemungkinan besar sudah ditemukan sumber pangan yang lain untuk

memenuhi kebutuhan gizi menggantikan pangan yang tidak dapat

diterima. Kalau pantangan itu hanya dilakukan oleh sebagian penduduk

tertentu, kemungkinan lebih besar kekurangan gizi akan timbul. (Suhardjo,

2003)

4) Kesukaan terhadap jenis pangan tertentu.

Mengembangkan kebiasaan pangan, mempelajari cara yang

berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak

bentuk atau jenis pangan tertentu, dimulai dari permulaan hidupnya dan

menjadi bagian dari perilaku yang berakar diantara kelompok penduduk.

Dimulai sejak dilahirkan sampai beberapa tahun makanan anak-anak

19

Page 32: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxii

tergantung pada orang lain. Anak balita akan menyukai makanan dari

makanan yang dikonsumsi orang tuanya karena pada umumnya makanan

yang disukai oleh orang tuanya akan diberikan kepada anak balitanya. Dari

kebiasaan makan inilah akan menyebabkan kesukaan terhadap makanan.

Tetapi kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu

atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan kurang

bervariasinya makanan dan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh

semua zat gizi yang diperlukan. (Sjahmiem M, 2002)

2. Konsumsi ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena merupakan makanan

alamiah yang sempurna. ASI merupakan makanan yang aman dan terjamin

kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi dalam keadaan segar.

ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan

kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Jumlah dan

komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari yang sangat sesuai dengan

kebutuhan, artinya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh akan sesuai dengan

laju pertumbuhannya. Keunggulan ASI sudah tidak perlu diragukan lagi. ASI

mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi, mengandung zat kekebalan

terhadap penyakit dan tidak perlu dibeli, sekaligus merupakan ungkapan rasa

kasih sayang ibu kepada anak. (Irianto A, 2003)

3. Pendapatan Keluarga

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling

rentan terhadap kurang gizi di antara seluruh anggota keluarga dan anak paling

kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga

juga mempengaruhi keadaan gizi. Jadi pendapatan keluarga harus dapat

memenuhi pangan bagi semua anak-anaknya. Sumber pangan keluarga,

terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih memenuhi kebutuhan

makanannya jika harus diberi makanan dalam jumlah yang kecil. Pangan yang

tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang

besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah

gangguan gizi pada keluarga besar tersebut. (Sjahmiem M, 2002)

20

Page 33: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxiii

4. Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran akan mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga.

Dengan adanya jarak kelahiran yang dekat maka kebutuhan makanan yang

seharusnya hanya diberikan pada satu anak akan terbagi dengan anak yang

lain yang sama-sama memerlukan gizi yang optimal. Anak yang berusia di

bawah lima tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik

perawatan makanan maupun perawatan kasih sayang. Jika dalam masa dua

tahun itu ibu sudah sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap

anak menjadi berkurang, akan tetapi ASI yang masih sangat dibutuhkan anak

akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk

menerima makanan pengganti ASI dan kadang-kadang mutu gizi makanan

pengganti ASI tersebut juga rendah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gizi

buruk. (Sjahmiem M, 2002)

5. Praktik Pemberian Makanan

Untuk memenuhi kebutuhannya tidak cukup dengan susu saja, Saat

berusia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap.

Disamping itu anak pada usia 1-2 tahun sudah menjadi masa penyapihan.

Anak disebut konsumen pasif karena sangat tergantung pada pengaturan

ibunya. Pengaturan makanan anak usia dibawah lima tahun mencakup aspek

pokok yaitu :

- Pemanfaatan ASI secara tepat dan benar

- Pemberian makanan pendamping ASI dan makanan sapihan serta

makanan setelah usia setahun (Sjahmiem M, 2003)

Pemberian makanan harus disesuaikan dengan usia anak balita.

Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi yang dibutuhkan

pada tingkat umurnya.

6. Penyakit Infeksi.

Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit.

Jaringan tubuh pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk

pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya, penyakit yang

menyerang anak bersifat akut. Artinya, penyakit menyerang secara mendadak,

gejala timbul dengan cepat, bahkan dapat membahayakan. Infeksi bisa

21

Page 34: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxiv

berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu

mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan

makanan, sehingga kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi. Secara umum

defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan defisiensi sistem

kekebalan. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan

hubungan timbal balik dan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk

keadaan gizi, dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah seseorang

terkena penyakit infeksi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak antara lain :

a. Diare

Bayi dan balita dinyatakan menderita diare, apabila buang air besar

tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi buang air besar

lebih dari 3 kali. Diare yang bersifat akut dapat berubah menjadi kronik.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung secara mendadak, tanpa gejala

gizi kurang dan demam serta berlangsung beberapa hari. Sedangkan yang

dimaksud diare kronik yaitu diare yang berlanjut sampai lebih dari 2

minggu, biasanya disertai dehidrasi (penderita banyak kehilangan dan

elektrolit tubuh). (Dina A dan Maria P, 2003)

Gizi kurang dan diare sering dihubungkan satu sama lain,

walaupun diakui bahwa sulit menentukan kelainan yang mana yang terjadi

lebih dulu, gizi kurang, diare atau sebaliknya. Akibat diare yaitu tubuh

banyak mengeluarkan cairan (dehidrasi) dan mineral, terjadi gangguan gizi

karena makanan yang diserap kurang, sedangkan pengeluaran energi

bertambah, kadar gula darah dalam tubuh menurun (dibawah normal) atau

hipoglikemia dan sirkulasi darah terganggu. (Dina A dan Maria P, 2003)

b. ISPA

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut,

istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran

pernafasan dan akut. Salah satu penyebab kematian bayi dan anak balita

disebabkan oleh ISPA yang diakibatkan oleh penyakit pneumonia (infeksi

paru yang berat). Pneumonia adalah penyakit karena infeksi pada bagian

22

Page 35: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxv

saluran pernafasan (paru-paru), yang disebabkan oleh bakteri atau virus.

Tanda-tandanya, batuk, pilek, nafas cepat dan kesulitan bernafas. (Dina A

dan Maria P, 2003)

Pemeliharaan gizi anak harus diperhatikan sebagai upaya

pencegahan terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi terhadap

beberapa penyakit seperti penyakit tuberkulosa, campak, polio dan

sebagainya harus dilakukan sesuai waktu. Disamping itu pemeliharaan

higienis dan sanitasi lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan

infeksi. (Sjahmiem M, 2003)

7. Pelayanan Kesehatan

Penyebab kurang gizi yang merupakan faktor penyebab tidak langsung

yang lain adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air

bersih dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini meliputi imunisasi,

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, dan

sarana lain seperti keberadaan posyandu dan puskesmas, praktek bidan,

dokter, dan rumah sakit. (Soekirman, 2000)

2.1.2.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian secara

langsung dan tidak langsung. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Penilaian satus gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Secara umum antropometri

artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa IDN dkk, 2002)

23

Page 36: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxvi

Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral atau pada organ-organ

yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya

untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang

untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah

satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. (Supariasa

IDN dkk, 2002)

Penilaian secara biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan). Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan

adalah tes adaptasi gelap. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu: survei

konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Survey konsumsi makanan

merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan

dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi dalam

masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan

kelebihan atau kekurangan zat gizi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis

data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya dengan gizi.

24

Page 37: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxvii

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Faktor ekologi digunakan untuk mengungkap bahwa malnutrisi

merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis

dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologis seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor

ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu

masyarakat sebagai dasar melakukan program intervensi gizi. (Supariasa IDN

dkk, 2002)

2.1.2.4. Indikator Status Gizi

Penilaian status gizi dengan cara antropometri banyak digunakan dalam

berbagai penelitian atau survei, baik survei secara luas dalam skala nasional

maupun survei untuk wilayah terbatas. Parameter yang digunakan pada penilaian

status gizi dengan menggunakan antropometri adalah umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar dada. (Supariasa IDN dkk,

2002)

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

dalam penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi

salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi

tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. (Supariasa

IDN dkk, 2002)

2. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk

mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Pada masa bayi-balita, berat badan

dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.

Kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya

tumor. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan

mineral pada tulang. (Supariasa IDN dkk, 2002)

25

Page 38: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxviii

3. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang paling penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.

Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting dalam menentukan

status gizi. Menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan dapat pula

menentukan status gizi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

4. Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas (LLA) ini memang merupakan salah satu pilihan

untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan

alat yang sulit diperoleh. Akan tetapi ada beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu; (1) Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan

belum mendapat pengujian yan memadai untuk digunakan di Indonesia, (2)

kesalahan pengukuran pada LLA relatif lebih besar dibandingkan dengan

tinggi badan, (3) LLA sensitif untuk suatu golongan tertentu (terutama

prasekolah). (Supariasa IDN dkk, 2002)

5. Lingkar kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak

secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya

kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala terutama dihubungkan

dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara

cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak

menggambarkan kesehatan dan gizi. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar

kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan kekurangan energi

protein (KEP) pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai

informasi tambahan dalam pengukuran umur. (Supariasa IDN dkk, 2002)

6. Lingkar dada

Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena

rasio kepala dan rasio lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini,

tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.

Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang

dari satu. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan

pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat

26

Page 39: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xxxix

digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

(Supariasa IDN dkk, 2002)

7. Jaringan Lunak

Organ-organ dalam seperti otak, hati, jantung dan organ dalam lainnya

merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi pada anak

malnutrisi relatif tidak berubah beratnya. Otot dan lemak merupakan jaringan

lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat

dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di

masyarakat. (Supariasa IDN dkk, 2002)

2.1.2.5. Indeks Antropometri

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi

adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),

dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Adapun lingkar lengan atas

(LLA) cukup dinilai tunggal saja antara anak berumur 1 tahun sampai 5 tahun

perbedaannya relatif kecil. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U). Berat badan

adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Mengingat

karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). (Supariasa IDN dkk,

2002)

Indeks antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan

merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.

Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping

memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan

status sosial ekonomi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Indeks antropometri berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat

badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan

normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan

dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang paling baik

untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). (Supariasa IDN dkk, 2002)

27

Page 40: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xl

Indeks antropometri lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U). Lingkar

lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan

lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan

merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena

itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini. (Supariasa IDN dkk,

2002)

2.1.2.6. Klasifikasi Status Gizi

Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku. Ukuran baku yang

sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita tahun 1999

menggunakan baku rujukan WHO-NCHS. Pada Loka Karya Antropometri 1975

telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan pada baku Harvard status gizi

dapat dibagi menjadi empat yaitu:

a) Gizi lebih untuk overweight, termasuk obesitas.

b) Gizi baik untuk well nourished.

c) Gizi kurang untuk underweight.

d) Gizi buruk untuk malnutrisi energi protein berat. (Supariasa IDN dkk,

2002)

Dari berbagai indikator penentuan status gizi, dalam

menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan

kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, presentil dan standar deviasi unit

1. Persen terhadap median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi

median sama dengan presentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama

dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung presentase terhadap

median untuk mendapatkan ambang batas. (Supariasa IDN dkk, 2002)

2. Presentil

Cara lain menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah

presentil. Presentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah

populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. National

Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan presentil ke 5

28

Page 41: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xli

sebagai status gizi baik dan kurang, serta presentil 95 sebagai batas gizi

lebih dan gizi baik. (Supariasa IDN dkk, 2002)

3. Standar Deviasi Unit

Ambang batas yang digunakan untuk menilai status gizi anak balita yaitu

juga dapat menggunakan standar deviasi unit disebut juga Z-skor. Standar

deviasi unit (Z-skor) digunakan untuk meneliti dan memantau

pertumbuhan. Standar deviasi unit ini digunakan untuk mengetahui

klasifikasi status gizi. WHO memberikan gambaran perhitungan standar

deviasi unit terhadap NCHS. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi

dinyatakan dalam positif dan negatif 2 standar deviasi unit dari median.

Rumus perhitungan Z-skor adalah sebagai berikut (Irianto A, 2003) :

Z – skor = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan

Nilai simpangan baku rujukan

Tabel 2.3. Klasifikasi status Gizi menurut WHO-NCHS

Indeks Status Gizi Keterangan

Berat Badan menurut Umur

(BB/U)

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

> 2 SD

-2 sampai +2 SD

< -2 sampai -3 SD

< -3 SD

Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U)

Normal

Pendek

-2 Sampai +2 SD

< -2 SD

Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB)

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

> 2 SD

-2 sampai +2 SD

< -2 sampai -3 SD

< -3 SD

Sumber : Surat Edaran Depkes RI, 2000

29

Page 42: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlii

2.1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare

Kaitan penyakit infeksi (contohnya diare) dengan keadaan gizi kurang

merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi

dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat

mempermudah terkena infeksi. Penyakit yang umumnya terkait masalah gizi

antara lain diare, tuberkulosis, campak, dan batuk rejan. (Supariasa IDN dkk,

2002)

Apabila anak mederita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi

akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang

kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan

terganggu. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta

terjadinya atrofi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi

berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh

terutama penyakit diare. (Sjahmiem M, 2003)

Pada anak dengan malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih

lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare

yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa usus anak kurang gizi terutama sangat

peka terhadap infeksi. (Suharyono, 2008)

Pada anak dengan nutrisi baik, dalam keadaan normal terdapat suatu

mikroflora yang relatif jarang karena efek pembersihan oleh banyak factor yang

saling berhubungan, termasuk motilitas gastrointestinal, sekresi asam lambung,

dan sekresi immunoglobulin mukosa. Pada keadaan anak malnutrisi keadaan

sangat berbeda karena terdapatnya kontaminasi bakteri pada usus halus bagian

atas. Keadaan in dapat mengakibatkan diare dan kehilangan cairan yang

karakteristik untuk malnutrisi pada anak dan menyebabkan gangguan absorpsi

bahan makanan, cairan dan elektrolit. (Suharyono, 2008)

30

Page 43: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xliii

Status Gizi

Gizi Lebih Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Buruk

Kekebalan tubuh menurun

Penyakit infeksi

Diare

2.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.4. definisi operasional

Variabel

Dependen Definisi

Alat

Ukur Cara Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Frekuensi

kejadian Diare

Buang air besar tiga kali atau

lebih dalam sehari dengan

atau tanpa disertai darah

dalam 1 tahun terakhir

Kusioner Angket Ordinal 0. Tidak pernah

1. 1-2 kali

(Jarang)

2. > 2 kali

(Sering)

Status gizi

merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara

makanan yang masuk ke

dalam tubuh (nutrient input)

dengan kebutuhan tubuh

(nutrient output) akan zat

gizi tersebut

Pita meteran

dan

timbangan

berat badan

Diukur

berdasarkan

BB/TB

WHO-NCHS

Ordinal 0. Buruk

1. Kurang

2. Baik

3. Lebih

Gambar 2.1.

31

Page 44: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xliv

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross-sectional, yang merupakan dinamika korelasi antara faktor-

faktor resiko dengan efek melalui pendekatan, observasi, atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo S, 2005). Dalam penelitian ini yaitu

menganalisis faktor resiko yang berupa status gizi dihubungkan dengan faktor

efek yaitu kejadian diare pada balita.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat

Timur pada bulan Agustus 2010. Posyandu yang dijadikan tempat penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Posyandu Mawar

2. Posyandu Kenanga

3. Posyandu Wijaya Kusuma

4. Posyandu Peruri

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua balita yang ada di kelurahan Pisangan

kecamatan Ciputat Timur. Sampel penelitian adalah balita yang sedang

berkunjung di posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur. Adapun

responden penelitian ini adalah ibu dari balita tersebut.

32

Page 45: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlv

Dalam teknik pengambilan sampel, peneliti memilih pengambilan sampel

secara non random sampling dengan teknik kuota (quota sampling). Teknik ini

merupakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan

sejumlah anggota sampel secara kuotum atau jatah. (Notoatmodjo S, 2005)

Untuk menentukan besarnya jumlah sampel minimal dalam penelitian ini

digunakan rumus sebagai berikut:

(zα)2 P.Q

d2

Keterangan:

n : jumlah sampel

P : keadaan yang akan dicari = 0.5

d : tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0.1

α : tingkat kemaknaan = 1.96

Q: 1 – P = 1 – 0.5 = 0.5

(1.96)2 . 0,5 . 0,5

(0,1)2

n = 96

Maka, diperoleh jumlah sampel yang diperlukan adalah 96 subjek.

n =

n =

33

Page 46: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlvi

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria inklusi

Anak usia 1- 5 tahun.

Balita sedang berkunjung ke posyandu di kelurahan Pisangan.

Balita tersebut diantar oleh ibunya yang bersedia menjadi

responden.

3.4.2. Kriteria eksklusi

Balita dibawah usia 1 tahun.

Anak diatas 5 tahun.

Balita yang menolak untuk diperiksa.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu. Variabel dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat (dependen) dan

variabel bebas (independen). (Notoatmodjo S, 2005)

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas yaitu variabel yang akan diteliti pengaruhnya

terhadap variabel terikat (Notoatmodjo S, 2005). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah status gizi balita.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (Notoatmodjo S, 2005). Variabel terikat pada penelitian ini

adalah frekuensi kejadian diare pada balita.

34

Page 47: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlvii

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh

data dengan metode yang ditentukan oleh peneliti. Metode pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengukuran langsung

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data berat badan yang

diukur dengan timbangan dacin berukuran minimum 20 kg dan maksimum

25 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan

menggunakan pita meteran.

2. Metode angket

Metode angket atau kuesioner adalah metode pengumpulan data

atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak

menyangkut kepentingan umum. Angket ini dilakukan dengan

mengedarkan daftar pertanyaan yang diisi oleh responden dan ditentukan

skor nilainya dari tiap-tiap pertanyaan yang berupa formulir-formulir.

Angket ini diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk

medapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. (Notoatmodjo

S, 2005)

Metode ini digunakan untuk mengungkap kejadian diare anak

balita 1 tahun terakhir. Adapun responden dalam penelitian ini yaitu ibu

yang mempunyai anak balita.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Antropometri indeks BB/TB

Alat yang dianjurkan untuk menimbang berat badan balita yaitu

timbangan dacin dengan ukuran maksimum 25 Kg dengan

ketelitian alat 0,1 Kg. Sedangkan untuk tinggi badan dilakukan

pengukuran dengan menggunakan pita meteran.

35

Page 48: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlviii

Angket/Kuesioner

Kuesioner ini berupa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh data atau informasi tentang keadaan status gizi anak

balita dan kejadian diare 1 tahun terakhir terhadap balita tersebut.

3.8. Prosedur penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu kelurahan Pisangan kecamatan

Ciputat Timur. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu balita yang

diantar oleh ibu ke posyandu dan ibu tersebut sebagai responden dari penelitian

ini.

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan status gizi balita yang

diklasifikasikan menjadi 4 yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk

dihubungkan dengan frekuensi kejadian diare pada balita tersebut dalam 1 tahun

terakhir. Proses dalam penelitian ini yaitu status gizi balita diukur dengan

penimbangan berat badan yang kemudian dikaitkan dengan tinggi badan balita,

data ini dibandingkan dengan standar acuan BB/TB dengan memakai ambang

batas standar deviasi z-score yang kemudian dikategorikan. Penimbangan berat

badan ini dilakukan dengan alat penimbangan dacin yang telah disediakan di

posyandu tersebut dan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan

pita meteran.

Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan menggunakan

metode statistik sehingga dibuktikan bahwa hipotesis tersebut dapat terbukti atau

tidak terbukti.

3.9. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian

diolah dengan menggunakan program SPSS for windows. Pengolahan data

menggunakan :

a. Editing

Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit. Hal ini dilakukan untuk

memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keragu-raguan data.

36

Page 49: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

xlix

b. Mengkode data

Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban

untuk mempermudah pengolahan data.

c. Tabulasi

Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat

tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel. Tabel yang

digunakan yaitu tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Data

a. Analisa Univariat

Analisa ini diperlukan untuk mendeskripsikan keadaan status gizi

balita yang diklasifikasikan menjadi 4 yaitu gizi lebih, gizi normal, gizi

kurang dan gizi buruk dan frekuensi kejadian diare pada balita di kelurahan

Pisangan kecamatan Ciputat Timur.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini diperlukan untuk menguji hubungan antara masing-masing

variabel bebas yaitu keadaan status gizi dan variabel terikat yaitu kejadian

diare. Dalam analisa ini uji statistik yang digunakan adalah chi square.

Untuk dasar pengambilan keputusan dapat dilihat pada bagian output

(keluaran). Dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan 0,05.

37

Page 50: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

l

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kelurahan Pisangan merupakan satu dari 4 kelurahan yang ada di

Kecamatan Ciputat Timur. Kelurahan Pisangan memiliki luas wilayah 405

Ha/Km2

dengan penggunaan lahan untuk perkebunan yaitu 0,5 Ha, lahan

darat/kering 80 Ha, pemukiman 299,5 Ha dan lahan industri sebesar 25 Ha.

Adapun batas wilayah administrasi Kelurahan Pisangan adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah utara : Kelurahan Cirendeu dan Karang Tengah – Jakarta

Selatan.

b. Sebelah timur : Pd. Cabe Udik dan Cinere Sawangan Depok.

c. Sebelah barat : Kelurahan Cipayung dan Cempaka Putih.

d. Sebelah selatan : Kelurahan Cipayung dan Pd. Cabe Udik.

4.1.2. Keadaan Demografi

Kelurahan Pisangan terdiri dari 9.733 kepala keluarga (KK) dengan

jumlah penduduk sebanyak 34.195 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 17.660 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 17.135

jiwa.

4.2. Deskripsi Sampel Penelitian

Umur

Deskripsi usia balita yang dijadikan sampel di wilayah kerja

posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur pada bulan

Agustus tahun 2010 berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil

seperti disajikan dalam tabel berikut ini :

38

Page 51: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

li

Tabel 4.1. Deskripsi umur sampel penelitian

Usia (bulan) Jumlah Persentase

12-24 46 47,9

25-36 23 24,0

37-48 10 10,4

49-60 17 17,7

Total 96 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa balita yang dijadikan sampel

pada penelitian ini paling banyak berusia 12-24 bulan sebanyak 46 balita

(47,9%) dan yang paling sedikit adalah pada usia 37-48 bulan sebanyak 10

balita (10,4%).

Jenis kelamin

Deskripsi jenis kelamin balita yang dijadikan sampel di wilayah

kerja posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur pada bulan

Agustus tahun 2010 berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil

seperti disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Deskripsi jenis kelamin sampel penelitian

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Perempuan 52 54,2

Laki-laki 44 45,8

Total 96 100

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa balita yang dijadikan sampel

pada penelitian ini paling banyak perempuan sebanyak 52 balita (54,2%).

39

Page 52: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lii

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti adalah keadaan status gizi balita sebagai variabel bebas

dan frekuensi kejadian diare sebagai variabel terikat. status gizi balita diukur

melalui metode antropometri dengan penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan yang distandarkan dengan tabel BB/TB. Dan frekuensi kejadian

diare didapat melalui metode angket.

4.3.1. Deskripsi Status Gizi Balita

Deskripsi status gizi pada balita usia 12-60 bulan di wilayah kerja

posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur pada bulan Agustus

tahun 2010 berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil seperti

disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Deskripsi status gizi balita

Interval status gizi

(BB/TB) WHO-

NCHS

kriteria Jumlah Persentase

< -3 SD Gizi buruk 4 4,2

< -2 sampai –3 SD Gizi kurang 5 5,2

-2 sampai +2 SD Gizi baik 79 82,3

> 2 SD Gizi lebih 8 8,3

Jumlah 96 100

Dari tabel diatas, bahwa status gizi balita terdiri dari status gizi buruk yaitu

sebanyak 4 balita (4,2 %), status gizi kurang sebanyak 5 balita (5,2 %), status

gizi baik sebanyak 79 balita (82,3%) dan status gizi lebih sebanyak 8 balita

(8,3 %). Jadi status gizi balita paling banyak terdapat pada status gizi baik

sebanyak 79 balita (82,3%). Didapatkan dari hasil penelitian Himawan

(2006) di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati Semarang, bahwa dari

90 balita berstatus gizi buruk sebanyak 3 balita (3,3 %), status gizi kurang

sebanyak 14 balita (15,6 %), dan status gizi baik sebanyak 73 balita (81,1%).

40

Page 53: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

liii

4.3.2. Deskripsi Kejadian Diare pada Balita

Deskripsi kejadian diare pada balita usia 12-60 bulan di wilayah kerja

posyandu kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat Timur pada bulan Agustus tahun

2010 berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil seperti disajikan

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Deskripsi kejadian diare pada balita

Frekuensi diare Kriteria Jumlah Persentase

0 Tidak

pernah 41 42,7

1-2 kali/tahun Jarang 42 43,8

> 2 kali/tahun Sering 13 13,5

Jumlah 96 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa frekuensi diare dalam 1 tahun terakhir

yang tidak pernah sebanyak 41 balita (42,7%), jarang sebanyak 42 balita (43,8%)

dan sering sebanyak 13 balita (13,5). Tidak ada penelitian lain yang menggunakan

deskripsi kejadian diare pada balita.

4.3.3. Hubungan Keadaan Status Gizi Dengan frekuensi Kejadian Diare

Dalam mencari hubungan keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian

diare pada balita menggunakan Uji bivariat yang dalam penelitian ini

menggunakan rumus chi square guna mengetahui ada tidaknya hubungan antara

keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian diare pada balita di kelurahan

Pisangan kecamatan Ciputat Timur pada bulan Agustus tahun 2010.

41

Page 54: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

liv

Berikut adalah tabel hasil tabulasi silang:

Tabel 4.5. Tabulasi silang keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian diare

Status gizi

Frekuensi Kejadian Diare Total

Tidak

pernah % Jarang % Sering % Jumlah %

Gizi Buruk 1 1 2 4*

Gizi Kurang 1 20 2 40 2 40 5 100

Gizi baik 35 44,3 36 45,6 8 10,1 79 100

Gizi lebih 4 50 3 37,5 1 12,5 8 100

Total 41 42,7 42 43,8 13 13,5 96 100 * Jumlah yang kurang dari 5 tidak dilakukan perhitungan persentase

Berdasarkan tabel hasil tabulasi silang antara status gizi dengan frekuensi

kejadian diare pada balita diatas menunjukkan bahwa balita yang bergizi buruk

yang sering mengalami diare dalam 1 tahun terakhir sebanyak 2 dari 4 balita dan

balita yang bergizi baik yang sering menderita diare hanya 8 dari 79 balita

(10,1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa balita yang berstatus gizi buruk

presentasi kejadian diare paling besar dan pada balita yang berstatus gizi baik

presentasi kejadian diare paling kecil.

Secara statistik tidak terdapat hubungan antara keadaan status gizi dengan

frekuensi kejadian diare pada balita tersebut yang telah dibuktikan dari hasil uji

chi square. Berdasarkan hasil perhitungan harga p-value yang diperoleh yaitu

0,191 (p > 0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian

diare pada balita. Hal ini diduga karena kurangnya jumlah sampel penelitian dan

dari hasil deskripsi status gizi balita ternyata yang berstatus gizi baik sejumlah 79

dari 96 balita. Sehingga kurang dapat menilai hubungan frekuensi kejadian diare

dengan keadaan status gizi lebih, kurang atau buruk karena sampel yang terlalu

sedikit. Hal ini sejalan dengan penelitian Heni (2008), memang tidak ada

hubungan yang bermakna antara keadaan status gizi balita dengan kejadian diare.

Dan begitu pula hasil penelitian Amri (2009) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara kejadian diare dengan keadaan status gizi balita.

Meskipun berdasarkan teori kejadian diare sangat erat hubungannya dengan

status gizi seseorang. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup

42

Page 55: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lv

kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan

gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti

kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun.

Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi

yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh

terhadap penyakit infeksi. (Supariasa IDN dkk, 2002)

Pada anak dengan malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih

lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare

yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa usus yang kurang gizi terutama sangat

peka terhadap infeksi. Dan dalam penelitian ini memang didapatkan balita yang

berstatus gizi buruk presentasinya paling besar yang sering menderita diare dan

menunjukkan bahwa balita yang berstatus gizi buruk paling rentan terjadinya

diare. (Suharyono, 2008)

4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian

Dalam penelitian ini hal-hal yang mempengaruhi penelitian yaitu alat

instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen ini yaitu alat penimbangan

dacin, pita meteran dan angket atau kuesioner. Timbangan dacin sebelumnya

harus ditera terlebih dahulu dan untuk pengukuran tinggi badan seharusnya

dengan menggunakan meteran kayu agar mendapatkan hasil pengukuran yang

lebih akurat. Sedangkan isi kuesioner dapat dimengerti dan diterima dengan mudah

oleh responden. Faktor yang lain yang mempengaruhi yaitu kejujuran dan tingkat

objektifan ibu sebagai responden. Selain itu, besarnya sampel juga sangat

mempengaruhi hasil penelitian ini.

43

Page 56: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lvi

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Balita yang dijadikan sampel pada penelitian ini paling banyak berusia

12-24 bulan sebanyak 46 balita (47,9%) dan yang paling sedikit adalah

pada usia 37-48 bulan sebanyak 10 balita (10,4%).

2. Balita yang dijadikan sampel paling banyak perempuan sebanyak 52

balita (54,2%), sedangkan laki-laki 44 balita (45,8%).

3. Status gizi balita terdiri dari status gizi buruk yaitu sebanyak 4 balita

(4,2 %), status gizi kurang sebanyak 5 balita (5,2 %), status gizi baik

sebanyak 79 balita (82,3%) dan status gizi lebih sebanyak 8 balita (8,3

%). Status gizi balita paling banyak terdapat pada status gizi baik

sebanyak 79 balita (82,3%).

4. Frekuensi diare dalam 1 tahun terakhir yang tidak pernah sebanyak 41

balita (42,7%), jarang sebanyak 42 balita (43,8%) dan sering sebanyak

13 balita (13,5%).

5. Berdasarkan tabel hasil tabulasi silang antara status gizi dengan

frekuensi kejadian diare pada balita di atas menunjukkan bahwa balita

yang bergizi buruk yang sering mengalami diare dalam 1 tahun

terakhir sebanyak 2 dari 4 balita dan balita yang bergizi baik yang

sering menderita diare hanya 8 dari 79 balita (10,1%).

6. Tidak terdapat hubungan antara keadaan status gizi dengan frekuensi

kejadian diare pada balita di kelurahan Pisangan kecamatan Ciputat

Timur dengan p-value 0,191 (p > 0,05).

44

6

Page 57: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lvii

5.2 Saran

Bagi instansi terkait

Hendaknya pendidikan kesehatan melakukan penyuluhan kepada

masyarakat agar mengenali penyakit diare dan bahayanya. Dan melakukan

pemantauan status gizi (PSG) pada balita agar mengurangi jumlah balita

yang berstatus gizi kurang dan buruk.

Bagi masyarakat

Diharapkan lebih meningkatkan pemantauan terhadap status gizi anak

karena anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk cenderung mudah

terkena penyakit infeksi khususnya diare.

Bagi peneliti lain

Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menambah jumlah

sampel agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

45

Page 58: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lviii

DAFTAR PUSTAKA

Amri M. Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak

Balita Di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo. Tugas Akhir Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2009

Arifin Z. Hubungan Faktor Lingkungan, Umur, dan Pelayanan Kesehatan

dengan Insiden Diare di Kabupaten Majalengka Tahun 1999-2000. Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

2001

Asnil P, dkk. Gastroenteritis Akut dalam; Suharyono, Boediarso Aswita,

Halimun (editors). Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FKUI

:Jakarta. 2003

Behrman RE, dkk. Nelson Textbook of Pedriatics 17th

Edition. Saunder:

Philadelphia. 2003

Depkes RI. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit

Diare. Ditjen PPM & PLP: Jakarta. 2000

Depkes RI. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat : Jakarta. 2003

Depkes RI. Tatalaksana Penderita Diare. 2006.

Dina A dan Maria P. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara:

Jakarta. 2003

46

Page 59: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lix

Fatmasari H. Hubungan Beberapa Faktor Resiko dengan Kejadian Diare

pada Anak Balita di Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

Tugas Akhir Thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2008

Habsyah S. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun. 2004

http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikelid=

61175-35k

Himawan AW. Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Status Gizi

Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.

2006

Irianto A. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Kanisius: Yogyakarta. 2003

Widaya IW. Diare. 2007

Kurniawan A. Belajar Mudah SPSS. Mediakom: Yogyakarta. 2009

Madanijah S. Pendidikan Gizi dalam Pengadaan Pangan dan Gizi. Penebar

Swadaya: Jakarta. 2004

Mansyur A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aresculapius:

Jakarta. 2000

Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Balai Penerbit

FKUI: Jakarta. 2002

Meadow R dan Newell S. Lecture Notes Pediatrika. Edisi 7. Erlangga:

Jakarta. 2005

47

Page 60: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lx

Nasronudin. Diare dan Perut kembung dalam : Nasronudin, Hadi,

Vitamata, Bramantono, E.A.T., Suharto, soewandojo, E., Eds. Penyakit

Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Airlangga University

Press: Surabaya. 2007

Ngastia. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

2005

Pickering LK, dkk. Infections of the Gastrointestinal Tract, 2nd ed. New

York: Raven Press. 2004

Sjahmiem M. Ilmu Gizi 1 Pengetahuan dasar Ilmu Gizi. Papas Sinar

Sinanti: Jakarta. 2002

Sjahmiem M. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar

Sinanti: Jakarta. 2003

Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional:

Jakarta. 2000

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta. 1998

Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta. 2003

Suharyono. Diare Akut; Klinik dan Laboratorik. Cetakan 2. Rineka Cipta:

Jakarta. 2008

Supariasa IDN, dkk. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC:

Jakarta. 2002

48

Page 61: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxi

WHO. Integrated Management of Childhood Illness - IMCI Handbook.

2005

WHO. Diarrhoea. 2009

Yayuk FB, dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya: Jakarta.

2005

49

Page 62: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxii

Lampiran 1

Informed concent

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………

Umur : ………………………… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari

penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

Hubungan Status Gizi Dengan Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Di

Kelurahan Pisangan Bulan Agustus 2010

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan

bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan

persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, ___ Agustus 2010

Mengetahui Yang menyetujui

Penanggung jawab penelitian Peserta

( ) ( )

50

Page 63: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxiii

Lampiran 2

Kuesioner penelitian

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET :

1. Isilah identitas Ibu dan anak balita ibu.

2. Bacalah masing-masing pertanyaan dengan teliti

3. Saya mohon pertanyaan diisi dengan benar

Nama Responden : ………………………………

Tanggal Wawancara : ……………………………

Alamat Responden :……………………………...

Identitas Anak Balita

1. Nama Anak Balita : ……………………………

2. Tgl lahir : ……………….

3. Umur : …………. Bulan

4. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

5. Berat Badan : ……….. Kg

6. Tinggi Badan :…………. cm

Berapa sering anak balita ibu menderita diare dalam 1 tahun terakhir?

a. Tidak pernah

b. 1-2 kali

c. > 2 kali

51

Page 64: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxiv

Lampiran 3

Output SPSS

Deskripsi usia sampel penelitian

usia (bulan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-24 46 47.9 47.9 47.9

25-36 23 24.0 24.0 71.9

37-48 10 10.4 10.4 82.3

49-60 17 17.7 17.7 100.0

Total 96 100.0 100.0

Deskripsi jenis kelamin sampel penelitian

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 52 54.2 54.2 54.2

laki-laki 44 45.8 45.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

Deskripsi status gizi balita

BBTB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid gizi buruk 4 4.2 4.2 4.2

gizi kurang 5 5.2 5.2 9.4

gizi baik 79 82.3 82.3 91.7

gizi lebih 8 8.3 8.3 100.0

Total 96 100.0 100.0

52

Page 65: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxv

Lanjutan

Deskripsi kejadian diare balita

Frekdiare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak pernah 41 42.7 42.7 42.7

Jarang 42 43.8 43.8 86.5

Sering 13 13.5 13.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

Tabulasi silang keadaan status gizi dengan frekuensi kejadian diare

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BBTB * frekdiare 96 100.0% 0 .0% 96 100.0%

BBTB * frekdiare Crosstabulation

frekdiare

Total tidak pernah jarang sering

BBTB gizi buruk Count 1 1 2 4

% within BBTB 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%

gizi kurang Count 1 2 2 5

% within BBTB 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%

gizi baik Count 35 36 8 79

% within BBTB 44.3% 45.6% 10.1% 100.0%

gizi lebih Count 4 3 1 8

% within BBTB 50.0% 37.5% 12.5% 100.0%

Total Count 41 42 13 96

% within BBTB 42.7% 43.8% 13.5% 100.0%

53

Page 66: HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE PADA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26359/1/Hilyah... · yang bermakna antara keadaan status gizi dengan

lxvi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.711a 6 .191

Likelihood Ratio 6.519 6 .368

Linear-by-Linear Association 4.012 1 .045

N of Valid Cases 96

a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .54.

54