hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil...

65
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH IBU HAMIL DI PUSKESMAS MOROSI KABUPATEN KONAWE PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH SUKMAYANI P00312017090 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2018

Upload: buitruc

Post on 06-Jun-2019

288 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH IBU HAMIL

DI PUSKESMAS MOROSI KABUPATEN KONAWE

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

SUKMAYANI P00312017090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN KENDARI

2018

ii

iii

RIWAYAT HIDUP

iv

A. Identitas Penulis

1. Nama : Sukmayani

2. Tempat, tanggal lahir : Cempedak, 8 Februari 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Bugis/ Indonesia

6. Alamat : Jl. Mahoni 2, Kel. Kessilampe

B. Pendidikan

1. Tamat SD Negeri Cempedak, Tahun 2007

2. Tamat SMP Negeri 1 Laonti, Tahun 2010

3. Tamat SMA Negeri 3 Kendari, Tahun 2013

4. Tamat DIII Kebidanan Akbid pelita Ibu Kendari, tahun 2016

5. Masuk Politeknik Kesehatan Kendari Tahun 2017 sampai sekarang

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten

Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang membantu, oleh karena itu

sudah sepantasnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak

terima kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Hendra Yulita, SKM, MPH selaku

Pembimbing I dan Ibu Yustiari, SST, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak

membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini

pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.

3. Bapak Sartini Tombili, SST, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.

4. Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku penguji 1, Ibu Heyrani, S.Si.T, M.Kes selaku penguji 2,

Ibu Yustiari, SST, M.Kes selaku penguji 3 dalam skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang telah

mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah

memberikan arahan dan bimbingan.

6. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, yang senantiasa

memberikan bimbingan, dorongan, pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus

dan ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.

vi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta

sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.

Kendari, Agustus 2018

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR......................................................................... iv

DAFTAR ISI...................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah.................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8

A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8

B. Landasan Teori.......................................................................... 21

C. Kerangka Teori.......................................................................... 24

D. Kerangka Konsep...................................................................... 25

E. Hipotesis Penelitian.................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 26

A. Jenis Penelitian......................................................................... 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 27

C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 27

D. Variabel Penelitian..................................................................... 27

E. Definisi Operasional.................................................................. 27

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 28

G. Instrumen Penelitian.................................................................. 29

H. Alur Penelitian........................................................................... 29

viii

I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 32

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 32

B. Pembahasan ............................................................................ 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 42

A. Kesimpulan .............................................................................. 42

B. Saran ....................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 43

LAMPIRAN

ix

ABSTRAK

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH IBU HAMIL DI PUSKESMAS MOROSI KABUPATEN KONAWE

PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018

Sukmayani1 Hendra Yulita2 Yustiari 2

Latar belakang: Kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil salah satunya dapat disebabkan oleh karena pernahnya menderita penyakit kronis antara lain tuber culosis (TBC), kelainan jantung-ginjal dan hati, psikosis, diabetes mellitus (DM) dan tumor ganas Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 38 ibu hamil. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner tentang kadar gula darah dan pola makan. Analisis data mengunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Pola makan ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 dalam kategori pola makan baik sebanyak sebanyak 20 orang (52,6%). Kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 sebagian besar kadar gula ibu hamil dalam kategori tinggi sebanyak 22 orang (57,9%). Ada hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 (X2=5,546; pvalue=0,019).

Kata kunci : kadar gula darah, pola makan

1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari 2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan sekelompok penyakit yang ditandai oleh hiperglikemia

(kadar glukosa tinggi). Diabetes terjadi akibat defek sekresi insulin atau

kerja insulin, atau defek keduanya, yang memengaruhi metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak. Diagnosis diabetes berdasarkan pada

gejala dan hasil glukosa plasma vena. Individu yang mengalami gejala

diabetes, yaitu hasil glukosa plasma vena secara acak yang benilai

>11,1 mmol/ l mengindikasikan diabetes. Individu yang tidak menunjukan

gejala, dua sampel glukosa plasma vena saat puasa harus diambil,

pada hari berbeda hasil yang benilai >7 mmol/ l menunjukan diabetes

(Wiliams & Wilkins, 2011).

Sebanyak 80% penderita diabetes melitus di dunia berasal dari

negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah

penderita diabetes melitus yang terjadi secara konsisten menunjukkan

bahwa penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang

perlu mendapat perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan di

masyarakat. Di Indonesia, prevalensi penderita diabetes melitus pada

tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun

2007 (1,1%). Prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi

2

D.I Yogyakarta dengan nilai prevalensi 2,6%, yang kemudian diikuti

oleh Jakarta dengan 2,5% dan Sulawesi Utara 2,4%. Jenis diabetes

melitus yang paling banyak diderita dan prevalensinya terus meningkat

adalah diabetes mellitus tipe II dengan kasus terbanyak yaitu 90% dari

seluruh kasus diabetes melitus di dunia (WHO, 2013).

Diabetes mellitus dapat dijumpai pada semua orang, tidak

terkecuali pada ibu hamil. Kehamilan merupakan proses yang fisiologis

dan alamiah. Kehamilan merupakan salah satu kejadian besar bagi

seorang ibu, banyak ibu hamil dapat melalui proses kehamilannya secara

normal (Salmah dkk, 2015). Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu

kondisi dimana kehamilan dengan ibu atau perinatal memiliki risiko lebih

besar dari biasanya dan akan membahayakan (kematian atau

komplikasi serius) selama masa gestasi dalam rentang waktu sebelum

dan sesudah persalinan (Benson dan Pernoll, 2015).

Kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil salah satunya dapat

disebabkan oleh karena pernahnya menderita penyakit kronis antara lain

tuber culosis (TBC), kelainan jantung-ginjal dan hati, psikosis, diabetes

mellitus (DM) dan tumor ganas (Kemenkes RI, 2016).

DM memiliki empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa,

yaitu diabetes tipe 1 dan 2, diabetes mellitus gestasional (GDM) atau

dikenal dengan diabetes dalam kehamilan, dan tipe khusus lainnya.

Diabetes mellitus dalam kehamilan dikenal pertama kali selama

kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan (Science, 2015).

3

Diabetes mellitus dalam kehamilan terjadi sekitar 4% dari semua

kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5% di Inggris, dan prevalensi

diabetes mellitus dalam kehamilan di Indonesia pada tahun 2007

mencapai 1,9-3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan

Pramono, 2015). Salah satu tanda pasti seseorang terkena diabetes

mellitus adalah tingginya kadar gula darahnya.

Kadar gula yang tinggi pada ibu hamil menimbulkan banyak

kesulitan karena penyakit ini akan banyak menimbulkan perubahan-

perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga

dipengaruhi kehamilan (Purwaningsih, 2015). Pengaruh ditimbulkannya

dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, partus

prematurus, hidramnion, pre-eklamsi, kesalahan letak janin, insufiensi

plasenta. Pada masa persalinan dapat menimbulkan terjadinya inersia

uteri, atonia uteri, distosia karena anak besar dan bahu lebar, kelahiran

mati, persalinan lebih sering ditolong secara operatif, angka kejadian

perdarahan dan infeksi tinggi, morbiditas dan mortalitas ibu yang tinggi

(Mochtar, 2016).

Pada masa nifas, kadar gula darah tinggi dalam kehamilan dapat

menimbulkan dampak perdarahan dan infeksi puerpural lebih tinggi, luka-

luka jalan lahir lambat pulih, sedangkan pada janin atau bayi

menyebabkan terjadinya abortus, kematian janin, cacat bawaan,

dismaturitas, janin besar (makrosomia), kematian neonatal, dan kelainan

neurologi. Janin besar (makrosomia) adalah janin dengan berat badan

4

melebihi 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan berat badan

lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gr adalah

0,4% (Mochtar, 2015).

Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kadar gula darah tinggi

dalam kehamilan, yaitu usia tua, paritas, etnik, obesitas, multiparitas,

riwayat keluarga, dan diabetes gestasional terdahulu, riwayat

makrosomia, aktifitas fisik, pola makan (Science, 2012). Ibu hamil dengan

pola makan yang status gizi lebih bahkan obesitas dapat membuat sel

tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin) (Kariadi, 2015). Insulin

berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara

ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi

insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami

gangguan (Guyton, 2015).

Menurut Sulistyoningsih (2011) bahwa kenaikan gula darah terjadi

karena ketidakseimbangan antara asupan gizi atau kecukupan zat gizi

akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih

maupun gizi kurang. Faktor yang menyebabkan masalah gizi diantaranya

adalah pola makan yang salah. Pola makan yang dapat diamati meliputi

frekuensi makan, waktu makan dan tingkat konsumsi. Menurut Suharjo

(2014) pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelempok masyarakat terentu. Pola makan adalah tingkah laku manusia

5

atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan

yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan. Penelitian

Nugroho & Purwanti (2010) menyatakan bahwa faktor lain yang

mempengaruhi tingkat kadar gula darah adalah pola makan.

Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Morosi Kabupaten

Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara diperoleh data bahwa ibu hamil yang

mengalami diabetes tahun 2015 sebanyak 8 ibu hamil (5,92%) dari 135

orang ibu hamil, tahun 2016 sebanyak 11 ibu hamil (6,67%) dari 165 ibu

hamil dan tahun 2017 sebanyak 13 ibu hamil (6,87%) dari 189 ibu hamil.

Hasil pengukuran pada 10 orang ibu hamil diperoleh data bahwa ada 5 ibu

hamil yang kadar gula darah 2 jam setelah makan ≥140 mg/dL. Data

tersebut menunjukkan bahwa banyak ibu hamil yang berisiko

mengalami Diabetes mellitus dalam kehamilannya dan hal ini

menimbulkan dampak negatif bagi ibu dan janin yang dapat berujung pada

kematian ibu dan janin.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pola makan dengan

kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “Apakah ada hubungan pola makan dengan kadar gula

6

darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2018 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula

darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola makan ibu hamil di Puskesmas

Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2018.

b. Untuk mengetahui kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas

Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2018.

c. Untuk menganalisis hubungan pola makan dengan kadar

gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten

Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi ibu hamil

Untuk menambah wawasan ibu hamil tentang kadar gula darah

selama kehamilan dan faktor risikonya.

7

2. Manfaat Bagi Puskesmas

Untuk dapat meningkatkan peran petugas dalam memberikan

asuhan kebidanan pada masa kehamilan.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan Nora dan Mursyidah (2014) yang

berjudul Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Dalam

Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakitibu Dan Anak Tahun

2014. Perbedaan penelitian adalah variabel penelitian. Variabel

bebas penelitian ini adalah pola makan dengan kadar gula darah

pada ibu hamil. Variabel bebas penelitian Nora dan Mursyidah

adalah umur ibu hamil, paritas.

2. Penelitian yang dilakukan Saldah dkk (2013) Yang Berjudul Faktor

Risiko Kejadian Prediabetes/ Diabetes Melitus Gestasional Di Rsia

Sitti Khadijah I Kota Makassar. Perbedaan penelitian adalah

variabel penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah pola

makan dengan kadar gula darah pada ibu hamil. Variabel bebas

penelitian Saldah dkk adalah umur ibu hamil, riwayat keluarga

menderita diabetes, riwayat hipertensi.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Kadar Gula Darah Ibu Hamil

Kadar gula darah pada ibu hamil adalah kadar gula dalam

darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh dimana kadar

gula darah puasa normal yaitu <110 mg/dL dan kadar gula darah

2 jam setelah makan <140 mg/dL. Kadar gula darah adalah istilah

yang mengacu kepada kadar gula darah dalam darah yang

konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Gula darah yang dialirkan

melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel- sel tubuh.

Umumnya tingkat gula darah dalam darah bertahan pada

batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat

setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi

hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes,

2014).

Kadar gula darah darah sepanjang hari bervariasi dimana

akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu

2 jam. Kadar gula darah darah yang normal pada pagi hari setelah

malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar

gula darah darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam

9

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula darah

maupun karbohidrat lainnya (Price, 2015).

Kadar gula darah darah yang normal cenderung meningkat

secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama

pada orang- orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar

gula darah darah setelah makan atau minum merangsang

pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah

kenaikan kadar gula darah darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah darah menurun secara

perlahan (Guyton, 2015). Patokan–patokan yang dipakai di

Indonesia adalah (Perkeni, 2011):

a. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah darah.

Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO

dalam petemuan tahun 2005 disepakati bahwa angkanya

tidak berubah dari ketetapan sebelumnya yang

dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:

Tabel 1

Kriteria gula darah untuk gangguan kadar gula darah

Pengukuran Normal DM IGT IFG

Gula darah darah Puasa (Fasting Glucose)

< 6,1 mmol/L (<110 mg/dL)

≥ 7,0 mmol/L (≥

126 mg/dL)

< 7.0 mmol/L

(<126mg/dL)

< 6,1mmol/

L (< 10mg/dL)

Gula darah darah 2 jam

≥ 11,1 mmol/L

≤11,1mmol/L

<7,8 mmol/L

<7,8 mmol/L

10

b. Kadar gula darah darah normal (Normoglycaemia)

Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar gula darah

darah yang ada mempunyi risiko kecil untuk dapat berkembang

menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit

jantung dan pembuluh darah.

c. IGT(Impairing Glucose Tolerance)

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana

seseorang mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes

walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah darah

dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar gula

darah darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai

resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering

mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli

terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin

dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang

diproduksi.

d. IFG (Impairing Fasting Glucose)

Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula

darah darah puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri

mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas

penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat

memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya gangguan

11

mekanisme penekanan pengeluaran gula darah dari hati ke dalam

darah. Macam-macam pemeriksaan gula darah darah

1. Gula darah darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah darah yang dilakukan setiap

waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir

yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut (Depkes RI,

1999).

2. Gula darah darah puasa dan 2 jam setelah makan.

Pemeriksaan gula darah darah puasa adalah pemeriksaan

gula darah yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-

10 jam, sedangkan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah

makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung

setelah pasien menyelesaikan makan (DepkesRI, 1999).

Dahulu pengukuran gula darah darah dilakukan terhadap

darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium

melakukan pengukuran kadar gula darah dalam serum. Hal ini

disebabkan karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu

hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada serum, sedangkan serum

memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga bila

dibandingkan dengan darah lengkap serum melarutkan lebih

banyak gula darah. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson,

2011). Serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-

sel darah sebabsel darah walaupun telah berada di luar tubuh

12

tetap memetabolisme gula darah. Darah yang berisi sangat

banyak lekosit dapat menurunkan kadar gula darah. Pada suhu

lemari pendingin kadar gula darah dalam serum tetap stabil

kadarnya sampai 24 jam, tanpa kontaminasi bakterial kadar gula

darah dapat bertahan lebih lama dari 24 jam (Darwis, 2015).

Untuk mengukur kadar gula darah dipakai terutama dua

macam teknik. Cara-cara kimia memanfaatkan sifat mereduksi

molekul gula darah yang tidak spesifik. Pada cara-cara enzimatik,

gula darah oksidase bereaksi dengan substrat spesifiknya,

yakni gula darah, dengan membebaskan hidrogen peroksida

yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai yang

ditemukan dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari

yang didapat dengan cara-cara enzimatik, karena disamping gula

darah terdapat zat-zat mereduksi lain dalam darah. Sistem

indikator yang dipakai pada berbagai metode enzimatik yang

otomatik berpengaruh kepada hasil penetapan, jadi juga kepada

nilai rujukan (Darwis, 2015).

Metode-metode pemeriksaan gula darah darah yaitu

1. Metode Folin

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas

protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan

CuO yang dibentuk gula darah akan larut dengan penambahan

13

larutan fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara

kolorimetri dengan larutan standart gula darah.(Sacher, 2014).

2. Metode Samogyi-Nelson

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu

dalamlarutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh

arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks (Dunning,

2015).

3. Ortho – tholuidin

Prinsipnya adalah dimana gula darah akan bereaaksi dengan

ortho –tholuidin dalam asam acetat panas membentuk

senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk diukur

serapannya pada panjang gelombang 625 nm (Sacher, 2004).

4. Gula darah oksidase/peroksidae

Gula darah oksidase adalah suatu enzim bakteri yang

merangsang oksidasi dengan menghasilkan H2O2. Dengan

adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksid ini dialihkan

ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna.

Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kadar gula

darah tinggi dalam kehamilan, yaitu usia tua, paritas, etnik,

obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan diabetes gestasional

terdahulu, riwayat makrosomia, aktifitas fisik (Science, 2012). Ibu

hamil dengan status gizi lebih bahkan obesitas dapat membuat

sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin) (Kariadi, 2015).

14

Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan

dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga

jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam

darah juga dapat mengalami gangguan (Guyton, 2015).

2. Pola Makan Ibu Hamil

Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi

sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk

pengganti nasi dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk

pengganti protein hewani dapat digunakan daging, ayam dan

telur. Makanan ibu hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi suksesnya

kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam

keadaaan baik dan selama kehamilan harus mendapatkan

tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Huliana, 2015).

Menurut penelitian Simarmata (2014) pola konsumsi ibu

hamil berdasarkan frekuensi makan dan jenis makan, yaitu

mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok dengan frekuensi

1-3x/hari, mie dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x/minggu, ubi

dengan frekuensi 1-3x/minggu, roti dan biskuit jarang dikonsumsi,

konsumsi daging dan telur dengan frekuensi 1-3x/minggu,

sedangkan kebutuhan konsumsi sayur ikan sebagai lauk-pauk 1-

3x/hari, konsumsi sayur-sayuran misalnya bayam, buncis, daun

ubi, sayur jipang dan kangkung dengan frekuensi 1-3x/minggu,

15

dan konsumsi buah- buahan, seperti konsumsi buah jeruk 1-

3x/hari, papaya dan semangka 1-3x/minggu. Hal ini dipengaruhi

oleh ketersediaan pangan, status kesehatan dan pengetahuan

gizi.

Jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi ibu

hamil trimester I adalah nasi dengan frekuensi 1 x/hari, mie

dengan frekuensi sering (55,5%), roti dan umbi-umbian lebih

banyak dikonsumsi dengan frekuensi 1-5x/minggu (72,2% dan

83,3%). Konsumsi lauk-pauk diketahui mengkonsumsi ikan kering

dan tempe dengan frekuensi 1 x/hari, telur dan tahu 1-5x/minggu,

frekuensi konsumsi ikan basah,ayam dan daging 2x/bulan.

Sedangkan mengkonsumsi makanan sayur-sayuran sebagian

besar ibu hamil trimester I, mengkonsumsi daun ubi, kacang

panjang dan sawi dengan frekuensi 1x/hari, konsumsi bayam 1-

5x/minggu. Dan ibu hamil trimester I mengkonsumsi buah-buahan

1-5x/minggu. Pola makan ibu hamil trimester I dipengaruhi oleh

pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan dan

kemampuan membeli pangan (Sipahutar, 2013).

Menurut penelitian Chairiah (2012) pola makan ibu hamil

berdasarkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan natrium

yaitu rata-rata asupan energi yang dikonsumsi ibu hamil adalah

2.572 kal dengan asupan energi minimum yang dikonsumsi

sebanyak 2.100 kal dan maksimum 3.100 kal. Asupan rata-rata

16

protein adalah 66,52 gram dengan asupan protein minimum

yang dikonsumsi sebanyak 42,00 gram dan maksimum 88,00

gram. Asupan rata-rata lemak adalah 86,50 gram dengan

jumlah lemak minimum yang dikonsumsi sebanyak 60,00 gram

dan maksimum 110,00 gram. Jumlah rata-rata Natrium

adalah 2,54 mg dengan jumlah natrium minimum yang

dikonsumsi sebanyak 1,5 mg dan maksimum 2,9 mg.

Sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein,

asam folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang

dianjurkan. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi,

telur sebagai lauk hewani, tempe dan tahu sebagai lauk

nabati. Sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi adalah bayam,

sedangkan buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah

pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah gorengan

sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu pada

frekuensi ≥1 kali/hari (Putri, 2012).

Menurut Nurmilawati (2012), pola makan ibu hamil

berdasarkan asupan energi dan protein mempunyai susunan

makanan yang tidak lengkap, frekuensi makan makanan pokok

dengan frekuensi 1-3x/hari, frekuensi makan lauk-pauk 3-

5x/minggu, frekuensi makan sayur-sayuran 3-5x/minggu, frekuensi

makan buah-buahan yang jarang 1-3x/minggu.

17

Kemenkes RI (2016) menyatakan bahwa konsumsi

makanan yang tidak seimbang, tinggi gula dan rendah serat

juga merupakan faktor risiko DM, perencanaan makanan

yang dianjurkan seimbang dengan komposisi energi yang

dihasilkan oleh karbohidrat, protein, dan lemak adalah 45-65% :

10-20% : 20-25%. Secara sederhana dapat diukur dengan food

model atau makanan dalam piring. Dengan prinsipnya adalah

makan yang teratur dalam Jadwal, Jumlah dan Jenisnya (3J).

Contoh ini dapat dilihat di puskesmas sedangkan contoh

proporsi makanan dalam bentuk tabel dan piramida dapat

dilihat bawah ini :

Tabel 1

Contoh Gizi Seimbang

Bahan Kebutuhan Keterangan 1 Porsi

Makanan 3-4 porsi - ¾ gelas sedang nasi (100 gr), atau - 1 gelas mie kering (50 gr), atau - 3 iris roti putih (70 gr) Lauk pauk 2-3 porsi - 1 potong sedang daging sapi (30 gr), atau Hewani - 1 butir telur ayam kampung (55 gr), atau - 1 ekor sedang ikan segar ( 40 gr) Lauk pauk 2-3 porsi - 2 potong sedang tempe (50 gr), atau

Buah- buahan 3-5 porsi - 1 buah kecil pisang ambon (50 gr), atau Gula Pasir 2-3 porsi - 1 sendok makan

Minyak 5-6 porsi - 1 sendok the

Garam 1 porsi - 1 sendok the

Air minum 2 liter - = 8 gelas Sumber : Kemenkes RI, 2016

Tingginya serat dalam makanan menimbulkan turunnya

absorsi beberapa elemen mineral (Mg, Ca, Zn dan Fe). Terdapat

batasan pemberian serat maksimal 20-30 g per hari untuk

18

meminimalkan reaksi samping, karena bila kelebihan atau

kekurangan serat dalam makanan yang dikonsumsi menyebabkan

ganguan proses pencernaan serta pembentukan feases

(Departemen Gizi dan Kes Mas UI, 2012). Penelitian Hartati

(2014) yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang menjelaskan

ada pengaruh asupan serat makanan terhadap kadar gula darah

DM Tipe II dengan hasil nilai p value < 0,005, hasil penelitian

Riskesdas (2007) faktor risiko DM yang makan buah dan sayur

pada kelompok umur 25-64 tahun responden terhadap

terjadinya DM mempunyai nilai odd rasio 1,04 kali dari yang tidak

makan buah dan sayur (Balitbang, Kemenkes RI, 2013).

Faktor lain yang mempengaruhi tingginya gula darah

adalah Indeks Glikemik yaitu ukuran kecepatan makanan diserap

menjadi gula darah, semakin tinggi indeks glikemik suatu

makanan, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula

darah, Indeks glikemik di atas 70 termasuk tinggi, antara 56

sampai dengan 69 sedang dan 55 ke bawah adalah rendah

(Ostman, 2011). Makanan yang sedikit atau tidak mengandung

karbohidrat seperti daging, keju, memiliki indeks glikemik

mendekati nol. Selain GI dilihat juga Glycemic Load (GL) berbeda

dengan GI, GL tidak hanya menilai seberapa cepat glukosa dari

suatu makan memasuki peredaran darah tetapi juga menilai

seberapa banyak glukosa yang terkandung dari makanan tersebut

19

sehingga GL lebih menilai secara keseluruhan (the whole

package), semakin rendah GL semakin kecil suatu makanan yang

disajikan memicu peningkatan gula darah secara berlebih,

berikut parameter dari GL: Tinggi GL 20 atau lebih, sedang GL I

l-19 dan rendah GL l0 atau kurang (Ostman, 2011).

GL dapat dihitung dengan cara mengkalikan GI dengan

jumlah karbohidrat yang terkandung dari suatu makanan lalu

dibagi seratus, sebagai contoh kita ambil wortel, wortel sebanyak

50 gram memiliki kandungan 5,3 gram karbohidrat (telah diketahui

di atas bahwa GI wortel adalah 7l), jadi nilai GL nya adalah: (71 x

5.3):100 =3,76 Jadi wortel yang dikatakan memiliki GI yang tinggi

ternyata memiliki GL yang rendah (Thompson, 2014).

Karbohidrat setiap gramnya menghasilkan 4 kalori,

karbohidrat lebih banyak dikonsumsi sehari-hari sebagai bahan

makanan pokok, satu porsi nasi setara dengan ¾ gelas atau

100 gram, 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, kebutuhan

kalori berbeda dilihat dari jenis kelamin dan usia, untuk wanita

usia 40-45 tahun 2200 kkal, usia 46-59 tahun 2100 kkal, 60 tahun

keatas 1850 kkal sedangkan untuk jenis kelamin pria usia 40-45

tahun 2800 kkal, usia 46-59 tahun 2500 kkal dan usia diatas 60

tahun 2200 kkal, sedangkan kebutuhan karbohidrat adalah

60-70% dari energi total (Almatsier, 2014).

20

Penelitian Nyoman (2014) di Tanaban Bali yang

meneliti konsumsi karbohidrat mendapatkan hasil p value 0.000

menyatakan ada pengaruh bermakna konsumsi karbohidrat

dengan kejadian DM Tipe II dengan hasil OR 10,8.

21

B. Landasan Teori

Kadar gula darah pada ibu hamil adalah kadar gula dalam darah

yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh dimana kadar gula darah

puasa normal yaitu <110 mg/dL dan kadar gula darah 2 jam setelah

makan <140 mg/dL (Perkeni, 2011). Kadar gula yang tinggi pada ibu hamil

menimbulkan banyak kesulitan karena penyakit ini akan banyak

menimbulkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada

penderita yang juga dipengaruhi kehamilan (Purwaningsih, 2015).

Pengaruh y a n g ditimbulkannya dalam kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya abortus, partus prematurus, hidramnion, pre-

eklamsi, kesalahan letak janin, insufiensi plasenta. Pada masa

persalinan dapat menimbulkan terjadinya inersia uteri, atonia uteri, distosia

karena anak besar dan bahu lebar, kelahiran mati, persalinan lebih sering

ditolong secara operatif, angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi,

morbiditas dan mortalitas ibu yang tinggi (Mochtar, 2016).

Pada masa nifas, kadar gula darah tinggi dalam kehamilan dapat

menimbulkan dampak perdarahan dan infeksi puerpural lebih tinggi, luka-

luka jalan lahir lambat pulih, sedangkan pada janin atau bayi

menyebabkan terjadinya abortus, kematian janin, cacat bawaan,

dismaturitas, janin besar (makrosomia), kematian neonatal, dan kelainan

neurologi. Janin besar (makrosomia) adalah janin dengan berat badan

melebihi 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan berat badan

22

lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gr adalah

0,4% (Mochtar, 2016).

Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kadar gula darah tinggi

dalam kehamilan, yaitu usia tua, paritas, etnik, obesitas, multiparitas,

riwayat keluarga, dan diabetes gestasional terdahulu, riwayat

makrosomia, aktifitas fisik, pola makan (Science, 2012). Ibu hamil dengan

pola makan yang status gizi lebih bahkan obesitas dapat membuat sel

tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin) (Kariadi, 2015). Insulin

berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara

ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi

insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami

gangguan (Guyton, 2015).

Menurut Sulistyoningsih (2011) bahwa kenaikan gula darah terjadi

karena ketidakseimbangan antara asupan gizi atau kecukupan zat gizi

akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih

maupun gizi kurang. Faktor yang menyebabkan masalah gizi diantaranya

adalah pola makan yang salah. Pola makan yang dapat diamati meliputi

frekuensi makan, waktu makan dan tingkat konsumsi. Menurut Suharjo

(2014) pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelempok masyarakat terentu. Pola makan adalah tingkah laku manusia

23

atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan

yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan.

24

C. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian di Modifikasi dari Science (2012); Kariadi

(2015); Perkeni (2011); Purwaningsih (2015); Mochtar (2016); Guyton

(2015); Sulistyoningsih (2011)

Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Tinggi Dalam

Kehamilan

1. usia tua

2. paritas

3. etnik

4. status gizi lebih dan obesitas

5. multiparitas

6. riwayat keluarga

7. diabetes gestasional terdahulu

8. riwayat makrosomia

9. aktifitas fisik

10. pola makan

Resistensi insulin oleh sel

Kadar gula darah terganggu

25

D. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

Variabel terikat (dependent): kadar gula darah ibu hamil

Variabel bebas (Independent): pola makan

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di

Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2018.

Pola makan

kadar gula darah

ibu hamil

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu

hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2018. Rancangan penelitian menggunakan cross

sectional (belah lintang) karena data penelitian (variabel independen dan

variabel dependen) dilakukan pengukuran pada waktu yang

sama/sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan,

penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif (Notoatmodjo, 2012)

Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional Penelitian Hubungan Pola Makan

Dengan Kadar Gula Darah Ibu Hamil Di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Ibu Hamil

Pola makan baik

Pola makan lebih

Kadar gula darah tinggi

Kadar gula darah normal

Kadar gula darah tinggi

Kadar gula darah normal

27

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Juli tahun

2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di Puskesmas

Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara pada

bulan Mei 2018 yang berjumlah 38 ibu hamil.

2. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah

38 ibu hamil. Teknik pengambilan sampel secara total sampling.

Semua ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara dijadikan sebagai sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent) yaitu kadar gula darah ibu hamil.

2. Variabel bebas (independent) yaitu pola makan.

E. Definisi Operasional

1. Kadar gula darah pada ibu hamil adalah kadar gula dalam darah

yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh dimana kadar gula

darah puasa normal yaitu <110 mg/dL atau kadar gula darah 2

jam setelah makan <140 mg/dL. Skala ukur adalah ordinal.

28

Kriteria objektif

a. Normal : jika kadar gula darah puasa <110 mg/dL atau kadar

gula darah 2 jam setelah makan <140 mg/dL.

b. Tinggi : jika kadar gula darah puasa ≥110 mg/dL atau kadar

gula darah 2 jam setelah makan ≥140 mg/dL.

(Perkeni, 2011)

2. Pola makan ibu hamil adalah kebiasaan makan ibu hamil yang

menekankan pada jenis makanan, frekuensi makan dan jumlah

kalori. Skala ukur adalah ordinal.

Kriteria objektif

a. Baik : jika makan 2-3x sehari dengan menu makanan terdiri

dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

b. Lebih : jika makan ≥4x sehari dengan menu makanan terdiri

dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral atau

menu makanan tidak lengkap.

(Arisman, 2013)

3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner

tentang hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di

Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara.

29

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner mengenai pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil.

Alat ukur yang digunakan, yaitu

a. Kadar gula darah ibu hamil diukur dengan menggunakan strip gula

darah.

b. Pola makan diukur dengan menggunakan kuesioner food recall.

5. Alur Penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5 : Alur Penelitian Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Ibu Hamil Di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

6. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

Populasi Ibu hamil yang berjumlah 38 orang ibu

Sampel Ibu hamil sebanyak 38 orang ibu

Pengumpulan data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

30

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

2. Coding

Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

dengan petunjuk.

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk

tabel distribusi.

b. Analisis data

1. Univariat

Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

uraikan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

f : variabel yang diteliti

n : jumlah sampel penelitian

K: konstanta (100%)

X : Persentase hasil yang dicapai

Kxn

fX

31

2. Bivariat

Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent variable

dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan adalah

Chi-Square. Adapun rumus yang digunakan untuk Chi-Square

adalah :

X2 = fe

fefo 2

Keterangan :

Σ : Jumlah

X2 : Statistik Shi-Square hitung

fo : Nilai frekuensi yang diobservasi

fe : Nilai frekuensi yang diharapkan

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima dan

H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan.

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu

hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2018 telah dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2018.

Sampel penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten

Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 38 ibu hamil.Data

yang telah terkumpul diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel

yang disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum

lokasi penelitian, analisis univariabel dan bivariabel.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Puskesmas morosi adalah salah satu Puskesmas yang

berada dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe.

Jarak dari Unaaha yang merupakan ibu kota Kabupaten Konawe

yaitu ± 75 km dan jarak dari Kota Kendari yang merupakan Ibukota

Provinsi Sulawesi Tenggara ±40 km (Puskesmas morosi, 2017).

Puskesmas morosi terletak di Kelurahan morosi yang

merupakan Ibukota Kecamatan morosi. Bangunan Puskesmas

Induk seluas 144 m² dan berdiri diatas tanah seluas 2714 m².

Wilayah kerjanya terdiri dari 10 Desa dan 2 Kelurahan dengan

kondisi alam mayoritas berbukit-bukit. Luas Puskesmas morosi ±

33

365 km². Secara administratif Puskesmas morosi berbatasan

dengan beberapa wilayah Puskesmas lain yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kerja Puskesmas

Laosu Kecamatan Bondoala.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas

Anggalomoare Kecamatan Anggalomoare

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja

Puskesmas samapara Kabupaten Konawe.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas

Besulutu Kecamatan Besulutu.

b. Keadaan Demografi

Berdasarkan registrasi penduduk pada awal Tahun 2018

jumlah penduduk wilayah Kecamatan morosi 4882 jiwa dan

sebanyak 1243 KK, mayoritas Penduduk beretnis Suku Tolaki dan

beragama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan morosi Kabupaten Konawe

Tahun 2018

No. Desa/Kelurahan Jumlah

Penduduk Jumlah Kepala

Keluarga

1 . Menddikonu 510 130 2 . Wonuamorini 373 94 3 . Besu 583 171 4 . Paku 615 161 5 . puuruy 457 124 6 . morosi 505 118 7 . porara 291 68 8 . tanggobu 516 139 9 . Pakujaya 614 148 10 . Tondowatu 418 90

Jumlah 4882 1243 Sumber: Data Sekunder, 2018

34

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Morosi cukup

bervariasi dalam ragam jenis pekerjaan yaitu sebagai petani,

pedagang, wiraswasta, pegawai negri, anggota Tentara Nasional

Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI), pengrajin

dan jasa. Sebagai wilayah yang dilalui oleh sungai Konaweha maka

sebagian masyarakat bekerja sebagai nelayan penangkap kerang

dan sebagai penambang batu dan pasir kali.

c. Situasi Sumber Daya Upaya Kesehatan

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana Kesehatan terdiri dari Puskesmas Induk 1 buah,

Puskesmas Pembantu 2 buah yaitu Pustu Puuloro dan Andepali

dan sarana kendaraan roda empat 1 unit dan roda 2 berjumlah 4

unit. Sarana Posyandu berjumlah 15 unit yang berada masing-

masing 1 unit di Desa/Kelurahan.

2. Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan jenis pendidikan

dan status kepegawaiandi Puskesmas Sampara dapat dilihat

pada Tabel 2.

35

Tabel 2. Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Pendidikan dan

Status Kepegawaian di Puskesmas Sampara Kabupaten Konawe Tahun 2018

Sumber: Data Kepegawaian Puskesmas Morosi, 2018

2. Analisis Univariabel

Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel

untukmemperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi

frekuensi. Variabel yang dianalisis pada analisis univariabel adalah pola

makan dengan kadar gula darah ibu hamil. Hasil analisis univariabel

sebagai berikut

a. Identifikasi Pola Makan Ibu Hamil Di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Pola makan ibu hamil adalah kebiasaan makan ibu hamil yang

menekankan pada jenis makanan, frekuensi makan dan jumlah kalori.

Pola makan ibu hamil dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu baik

No Pendidikan Status Kepegawaian

Jumlah PNS PTT Sukarela

1 S1 Kedokteran Umum 1 1 - 2 2 S1 Kedokteran Gigi 1 - - 1 3 S1 Kesehatan Masyarakat 8 - - 8 6 S1 Keperawatan 2 - - 2 7 Apoteker 1 - - 1 8 DIII Keperawatan 2 - 5 7 9 DIII Kesehatan

Lingkungan 2 - - 2

10 DIIIGizi 2 - 1 3 11 DIII Kebidanan 1 8 5 14 12 D1 Kebidanan 2 - - 2 13 D1 Kesling (SPPH) 1 - - 1 14 SPK 1 - - 1 15 SMA 1 - - 1

Jumlah 26 9 12 45

36

(jika makan 2-3x sehari dengan menu makanan terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral) dan lebih (jika makan ≥4x sehari

dengan menu makanan terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral atau menu makanan tidak lengkap).Hasilpenelitiandapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Hamil di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Pola Makan Ibu Hamil Jumlah

n %

Baik

Lebih

20

18

52,6

47,4

Total 38 100

Hasil penelitian pada tabel 3 terlihat bahwa pola makan ibu hamil

dalam kategori pola makan baik sebanyak sebanyak 20 orang (52,6%).

b. Identifikasi Kadar Gula Darah Ibu Hamil di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Kadar gula darah pada ibu hamil adalah kadargula

dalamdarahyangkonsentrasinya diaturketatolehtubuh dimana kadar gula

darah puasa normal yaitu <110 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam

setelah makan <140 mg/dL. Kadar gula darah pada ibu hamil dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu normal (jika kadar gula

darah puasa <110 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam setelah makan

37

<140 mg/dL) dan tinggi (jika kadar gula darah puasa ≥110 mg/dL atau

kadar gula darah 2 jam setelah makan ≥140 mg/dL). Hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel3 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Ibu Hamil di Puskesmas

Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Kadar Gula Darah Ibu Hamil Jumlah

n %

Normal

Tinggi

16

22

42,1

57,9

Total 38 100

Hasil penelitian pada table 3 terlihat bahwa sebagian besar kadar

gula ibu hamil dalam kategori tinggi sebanyak 22 orang (57,9%).

3. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk

menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas dengan

variabel terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi

Square. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis Untuk

mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di

Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2018. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

38

Tabel 4 Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Ibu Hamil di

Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

Pola Makan

Kadar Gula Darah Ibu

Hamil Total X2

(p-

value) Normal Tinggi

n % n % n %

Baik

Lebih

12

4

31,6

10,5

8

14

21,1

36,8

20

18

52,6

47,4

5,546

(0,019)

Total 16 42,1 22 57,9 38 100

Sumber: Data Primer

p<0,05, X2tabel: 3,84

Hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa ada hubungan

pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi

Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018(X2=5,546;

pvalue=0,019).

B. Pembahasan

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan pola makan

dengan kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten

Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 (X2=5,546;

pvalue=0,019).Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nora

danMursyidah (2014) yang berjudul Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Melitus Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil DiRumah Sakit Ibu Dan Anak

Tahun 2014 yang menyatakan bahwa salah satu faktor risiko Diabetes

Melitus adalah pola makan. Demikian pula hasil penelitian Saldah dkk

39

(2013) Yang Berjudul Faktor Risiko Kejadian Pre diabetes / Diabetes

Melitus Gestasional Di Rsia Sitti Khadijah I Kota Makassar yang

menyatakan salah satu faktor risiko Diabetes Melitus adalah pola makan.

Kadar gula darah pada ibu hamil adalah kadar gula dalam darah

yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh dimana kadar gula darah

puasa normal yaitu <110 mg/dL dan kadar gula darah 2 jam setelah

makan <140 mg/dL(Perkeni, 2011). Kadar gula yang tinggi pada ibu hamil

menimbulkan banyak kesulitan karena penyakit ini akan banyak

menimbulkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada

penderita yang juga dipengaruhi kehamilan (Purwaningsih, 2015).

Pengaruh y a n g di timbulkannya dalam kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya abortus, partusprematurus, hidramnion, pre-

eklamsi, kesalahan letak janin, insufiensi plasenta. Pada masa persalinan

dapat menimbulkan terjadinya inersiauteri,atonia uteri,distosia karena anak

besardan bahu lebar, kelahiran mati, persalinan lebih sering ditolong

secara operatif, angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi, morbiditas

dan mortalitas ibu yang tinggi (Mochtar, 2016).

Pada masa nifas, kadar gula darah tinggi dalam kehamilan dapat

menimbulkan dampak perdarahan dan infeksi puerpurallebih tinggi, luka-

luka jalan lahir lambat pulih, sedangkan pada janin atau bayi

menyebabkan terjadinya abortus, kematian janin, cacat bawaan,

dismaturitas, janin besar (makrosomia), kematianneonatal, dan kelainan

neurologi. Janin besar (makrosomia) adalah janin dengan berat badan

40

melebihi 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan berat badan lebih

dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gr adalah 0,4%

(Mochtar,2016).

Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kadar gula darah tinggi

dalam kehamilan, yaitu usia tua, paritas, etnik, obesitas, multiparitas,

riwayat keluarga, dan diabetes gestasional terdahulu, riwayat makrosomia,

aktifitas fisik, pola makan (Science,2012). Ibu hamil dengan pola makan

yang status gizi lebih bahkan obesitas dapat membuat sel tidak sensitif

terhadap insulin (resisten insulin)(Kariadi, 2015). Insulin berperan

meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga

mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin

oleh sel, maka kadargula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan

(Guyton,2015).

Menurut Sulistyoningsih (2011) bahwa kenaikan gula darah terjadi

karena ketidak seimbangan antara asupan gizi atau kecukupanzat gizi

akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih

maupun gizi kurang.Faktor yang menyebab kan masalah gizi diantaranya

adalah pola makan yang salah. Polamakan yang dapat diamati meliputi

frekuensi makan, waktu makan dan tingkat konsumsi. Menurut Suharjo

(2014) pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelempok masyarakat terentu. Pola makan adalah tingkah laku manusia

41

atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang

meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan.

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pola makan ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 dalam kategori pola

makan baik sebanyak sebanyak 20 orang (52,6%).

2. Kadar gula darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten

KonawePropinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018 sebagian besar

kadar gula ibu hamil dalam kategori tinggi sebanyak 22 orang

(57,9%).

3. Ada hubungan pola makan dengan kadar gula darah ibu hamil di

Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2018 (X2=5,546; pvalue=0,019).

B. Saran

1. Petugas kesehatan khususnya di Puskesmas diharapkan selalu

menginformasikan kepada ibu hamil tentang bahaya kadar gula

darah tinggi selama kehamilan dan dampaknya bagi bayi.

2. Ibu hamil diharapkan selalu mencari informasi tentang bahaya

kadar gula darah tinggi selama kehamilan.

43

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. ( 2013). Gizi Sembang dalam Daur Kehidupan. J a k a r t a :

PT Gramedia Pustaka.

Arisman, ( 2013) Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan,

& Macro International Inc. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 2012. Jakarta.

Bennet, V. R., Brown, L. K. (2014). Miles Textbook of Midwives. Toronto: Churchill Livingstone.

Benson, R. C., Pernoll, M. L. (2015) Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Dolongseda, S.I., (2017) Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan Pola

Makan Dengan Kadar Gula Darah. Naskah Publikasi. Fehni Vietryani Dolongseda, F.V., Gresty, N.M, Masi, Y.B (2017)

Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1.

Guyton AC, Hall JE. (2015) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC.

Hidayati, R. ( 2013). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan

Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Jones, D. L. (2015). Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing.

Kariadi, S. H. (2015). Diabetes?Siapa Takut:Panduan Lengkap untuk Diabetesi, Keluarganya, dan Professional Medis. Bandung: PT.Mizan Pustaka.

Kemenkes RI (2016) Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kramer, M.S. (2013) The epidemiology of adverse pregnancy outcomes:

an overview. J Nutr;133(5 Suppl 2):1592S–1596S.

44

Kusmiyati, I.U. (2016) Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru

Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta :

IDAI.

Mansjoer, A., (2011) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapsius.

Manuaba, IBG, (2011) Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Maulana, M. (2008) Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Jogyakarta:

KATA HATI.

Mochtar, R. (2015) Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi III. Jakarta: EGC.

National Health Standard. National Institute for Clinical Excellence. (2010) Hypertension in pregnancy: the management of hypertensive disorders during pregnancy. Clin Guideline. August;29:163–79.

Nora. A., Mursyidah, I. (2014) Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus

Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakitibu Dan Anak

Tahun 2014. Naskah Publikasi.

Paramitha, Shufyani, F., Wahyuni, F.S., Armal, K., (2014) Evaluasi faktor -

faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan insulin. Scientia Vol.7 No.1, 12-19.

PERKENI. (2011). Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes

melitus tipe 2 di Indonesia. PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Price, W. L. (2015). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit ed. 6.Jakarta: ECG.

Puskesmas Amondo, (2018) Laporan Tahunan Puskesmas tahun 2015-

2017. Kabupaten Konawe Selatan: Puskesmas Amondo.

Pudjiastuti. (2012) lmu bedah kebidanan. Jakarta : PT Nuha Medika.

Purwaningsih,W. (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: ISBN.

45

Robson.S.E., Waugh, J. (2012) Patologi Pada Kehamilan, Alih Bahasa:

Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Saifuddin, (2012) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjdo.

Saldah, I.W. (2015) Faktor Risiko Kejadian Prediabetes/Diabetes Melitus

Gestasional Di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Jurnal

Keperawatan.

Soewondono, P., Pramono, L. (2015) Prevalence, characteristics, and predictors of pre-diabetes in Indonesia. Journal of Med J;Vol. 20,( 4):283-294.

Taber, B. (2014). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC.

The World Health Report, (2013) Reducing Risks, Promoting Healthy Life.

Geneva: World Health Organization.

Williams. (2014). Williams Obstetrics, 21 Ed, Vol 2. Jakarta: EGC.

WHO Study Group. (2013) The hypertensive disorders of pregnancy. WHO technical report series no 758. Geneva: World Health Organitation.

LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth.

Bapak / ibu / saudara responden

Di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe

Nama saya Sukmayani, mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula

darah ibu hamil di Puskesmas Morosi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2018, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan

dalam menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi

menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat

sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu

bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang

telah disediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin

kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan

hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya

disampaikan terima kasih.

Kendari, 2018

Responden Peneliti

…………….

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH IBU

HAMIL DI PUSKESMAS MOROSI KABUPATEN KONAWE

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2018

No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti

Petunjuk:

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat

ini

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pendidikan Terakhir :

a. SD

b. SMP

c. SMU

d. PERGURUAN TINGGI

5. Pekerjaan :

6. Jumlah Anak :

7. Pendapatan Perbulan : Rp.

8. Kadar Gula Darah :

MASTER TABEL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH IBU HAMIL

DI PUSKESMAS MOROSI KABUPATEN KONAWE

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2018

NO NAMA

IBU NAMA SUAMI

G P A POLA

MAKAN KADAR GULA DARAH

1 Ny ”A” Tn “G” GII PI A0 2-3 x/hari 130

2 Ny ”N” Tn “B” GI P0 A0 2-3 x/hari 110

3 Ny ”F” Tn “C” GI P0 A0 ≥ 4 152

4 Ny ”D” Tn “U” GIII PII A0 ≥ 4 190

5 Ny ”D” Tn “S” GIV PIII A0 2-3 x/hari 240

6 Ny “U” Tn “B” GII PI A0 2-3 x/hari 210

7 Ny “B” Tn “A” GI P0 A0 2-3 x/hari 200

8 Ny “C” Tn “H” GII PI A0 ≥ 4 130

9 Ny “V” Tn “J” GIII PII A0 ≥ 4 200

10 Ny “F” Tn “S” GI P0 A0 2-3 x/hari 120

11 Ny “G” Tn “H” GI P0 A0 2-3 x/hari 125

12 Ny “R” Tn “C” GII PI A0 2-3 x/hari 145

13 Ny “B” Tn “B” GII PI A0 ≥ 4 180

014 Ny “U” Tn “B” GII PI A0 ≥ 4 235

15 Ny ”A” Tn “U” GI P0 A0 2-3 x/hari 145

16 Ny ”F” Tn “G” GII PI A0 ≥ 4 200

17 Ny ”F” Tn “G” GI P0 A0 2-3 x/hari 149

18 Ny “C” Tn “C” GI P0 A0 2-3 x/hari 130

19 Ny “B” Tn “J” GI P0 A0 2-3 x/hari 125

20 Ny ”D” Tn “B” GIII PII A0 ≥ 4 179

21 Ny ”D” Tn “B” GIV PIII A0 ≥ 4 180

22 Ny ”D” Tn “A” GIV PIII A0 ≥ 4 200

23 Ny ”A” Tn “N” GI P0 A0 2-3 x/hari 130

24 Ny “U” Tn “M” GI P0 A0 ≥ 4 135

25 Ny “B” Tn “C” GII PI A0 ≥ 4 140

26 Ny ”D” Tn “K” GII PI A0 2-3 x/hari 110

27 Ny “U” Tn “K” GIII PII A0 ≥ 4 125

28 Ny “U” Tn “A” GIII PII A0 ≥ 4 130

29 Ny “R” Tn “B” GI P0 A0 2-3 x/hari 120

30 Ny “G” Tn “G” GI P0 A0 ≥ 4 180

31 Ny “G” Tn “C” GI P0 A0 2-3 x/hari 160

32 Ny “U” Tn “B” GII PI A0 ≥ 4 210

33 Ny “M” Tn “S” GII PI A0 ≥ 4 235

34 Ny ”K” Tn “G” GI P0 A0 2-3 x/hari 110

35 Ny “N” Tn “G” GI P0 A0 2-3 x/hari 120

36 Ny “J” Tn “B” GIII PII A0 2-3 x/hari 240

37 Ny “L” Tn “A” GII PI A0 2-3 x/hari 115

38 Ny “P” Tn “A” GII PI A0 ≥ 4 245

HASIIL ANALISIS

Statistics

POLA_MAKAN_I

BU

KADAR_GULA_I

BU

N Valid 38 38

Missing 0 0

POLA_MAKAN_IBU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

BAIK 20 52,6 52,6 52,6

LEBIH 18 47,4 47,4 100,0

Total 38 100,0 100,0

KADAR_GULA_IBU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

NORMAL 16 42,1 42,1 42,1

TINGGI 22 57,9 57,9 100,0

Total 38 100,0 100,0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

POLA_MAKAN_IBU *

KADAR_GULA_IBU

38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%

POLA_MAKAN_IBU * KADAR_GULA_IBU Crosstabulation

KADAR_GULA_IBU Total

NORMAL TINGGI

POLA_MAKAN_IBU

BAIK

Count 12 8 20

% within POLA_MAKAN_IBU 60,0% 40,0% 100,0%

% within KADAR_GULA_IBU 75,0% 36,4% 52,6%

% of Total 31,6% 21,1% 52,6%

LEBIH

Count 4 14 18

% within POLA_MAKAN_IBU 22,2% 77,8% 100,0%

% within KADAR_GULA_IBU 25,0% 63,6% 47,4%

% of Total 10,5% 36,8% 47,4%

Total

Count 16 22 38

% within POLA_MAKAN_IBU 42,1% 57,9% 100,0%

% within KADAR_GULA_IBU 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 42,1% 57,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5,546a 1 ,019

Continuity Correctionb 4,105 1 ,043

Likelihood Ratio 5,738 1 ,017

Fisher's Exact Test ,025 ,020

Linear-by-Linear Association 5,401 1 ,020

N of Valid Cases 38

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,58.

b. Computed only for a 2x2 table