hubungan pola asuh ibu bekerja terhadap...
TRANSCRIPT
“HUBUNGAN POLA ASUH IBU BEKERJA TERHADAP
KEMANDIRIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK Se-
KELURAHAN CINERE-DEPOK”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MEILINDA AZIZAH
NIM. 11140184000028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
Abstrak
Meilinda Azizah 11140184000028 Hubungan Pola Asuh Ibu Bekerja Terhadap
Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Se Kelurahan Cinere Depok
2018/2019
Penelitian Kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
yang signifikan antara pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak usia 5-6
tahun di TK se kelurahan cinere depok. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif dengan desain korelasional, Penelitian ini dilakukan di TK Se
Kelurahan Cinere Depok. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Simple
Random Sampling jumlah sampel yaitu 50 responden ibu bekerja dan anak kelompok
TK B. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
pola asuh ibu bekerja dan kemandirian anak . Teknik analisis data dilakukan
menggunakan uji statistik Kolmogrov Smirnov dengan perhitungan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan Pola asuh yang diterapkan oleh ibu bekerja
pada anak usia 5-6 tahun yang bersekolah di TK se kelurahan cinere depok yakni
pola asuh demokratis. Ada hubungan antara pola asuh ibu bekerja terhadap
kemandirian anak usia prasekolah yang bernilai positif, artinya jika pola asuh yang
baik maka anak akan menjadi mandiri dan sebaliknya jika pola asuh buruk maka anak
tidak akan mandiri. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan menggunakan uji
kolmogrov smirnov didapatkan nilai 0,200 kolerasi sebesar 0,560 dengan taraf
signifikasi 5% (0,05) dengan p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ha
diterima, artinya ada hubungan yang cukup atau sedang antara pola asuh ibu bekerja
terhadap kemandirian anak kemandirian anak usia pra sekolah (0,40-0,599).
Kata Kunci: pola asuh ibu bekerja, kemandirian anak
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. wb
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan Pola Asuh Ibu Bekerja Terhadap Kemandirian Anak Usia 5-
6 Tahun Di Tk Se Kelurahan Cinere Depok” dapat terselesaikan. Skripsi ini diajukan
kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini atas dukungan
dan bantuan serta kerjasama dari berbagai pihak didalamnya. Oleh karena itu,
perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini dan Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan izin dan
motivasi serta pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Rina Syafrida, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Suhartini, S.Pd.I , Ibu Azizah, S.Pd.I, Ibu Siti Rahmah S.Pd.I, Ibu Rahmi
S.pd dan Ibu Mariyam S.pd.I selaku Kepala Sekolah TK Islam Se Kelurahan
Cinere Depok yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan
pengarahan selama proses penelitian.
5. Guru-guru TK Islam Se Kelurahan Cinere Depok yang selalu membantu
peneliti selama skripsi dan penelitian, memberikan motivasi, dan selalu
memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
vi
6. Semua siswa kelompok B TK Islam Cinere Depok , terima kasih atas
kerjasamanya, yang selalu memberikan senyum, semangat dan keceriaan
kepada peneliti.
7. Segenap keluarga tercinta Ayahanda Abdullah (ALM), Ibu Hj. Halimah,
H.Ahmad Sofyan, Mansyur, Ismail Marjuki, Desi Agustin Riani, Ziaul
Fahmi, Ahmad Kosasih, Khaidir Abdilah dan seluruh keluarga yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, motivasi
dan doanya.
8. Partner terdekat Anti Ma’rifah, Henejela Oktavia, Anita Aulia, Nurhidayah,
yang sudah membantu peneliti dalam memberikan saran, motivasi, semangat
yang tiada hentinya diberikan kepada peneliti.
9. Sahabat-sahabatku Putri Ni’mah Fauziah, Dinda Tiara, Aina Fauziah, Siti
Nurhanifah, Nur Arsyiah, Rafiatul Jannah, Mira Nuraahmah,Nabighoh
Khoirunisa. terimakasih banyak atas motivasi, masukan, dan kerjasamanya
telah memberikan semangat, dan kecerian selama menyelesaikan penelitian.
10. Teman-teman SI PIAUD angkatan 2014 dan angkatan 2015, terimakasih atas
motivasi dan kerjasamanya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum, wr. wb.
Jakarta, 11 Juni 2019
Penulis
Meilinda Azizah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pola Asuh ...................................................................................... 10
a. Pengertian Pola Asuh ............................................................. 10
b. Macam-Macam Pola Asuh ...................................................... 11
c. Ciri-Ciri Pola Asuh Orang Tua ................................................ 15
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ....................... 17
e. Dampak Tipe Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak Asuh
................................................................................................. .19
viii
2. Pengertian Ibu Bekerja .................................................................. 29
3. Kemandirian Anak......................................................................... 21
a. Pengertian Kemandirian ......................................................... 21
b. Aspek-Aspek Kemandirian ..................................................... 23
c. Ciri-Ciri Kemandirian Anak ................................................... 24
d. Indikator Kemandirian Kemandirian Anak ............................. 26
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak ......... 28
4. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Bekerja Dengan Kemandirian
Anak……………………………………………………………..
B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................................ 30
C. Kerangka Berfikir ............................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian Berfikir .............................................................. 34
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 35
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 35
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 36
B. Metode Penelitian ........................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data Sampel ................................................. 36
1. Variabel Pola Asuh Ibu Bekerja ................................................. 37
a.Definisi Konseptual ................................................................. 37
b.Definisi Operasional................................................................. 37
c.Uji Validitas ............................................................................. 40
d.Uji Reabilitas ............................................................................ 42
2. Variabel Kemandirian Anak ..................................................... 43
a.Definisi Konseptual ................................................................. 43
b.Definisi Operasional................................................................. 43
c.Uji Validitas ............................................................................. 44
ix
d.Uji Reabilitas ............................................................................ 45
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis ............................................................ 46
a. Uji Normalitas ...................................................................... 46
b. Uji Hipotesis Penelitian ...................................................... 46
1.Uji Korelasi ...................................................................... 47
2.Koefisien Determinasi Korelasi ....................................... 47
F. Hipotesis Statistik ……………………………………………….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Pola Asuh Ibu Bekerja ....................................... 49
2. Karakteristik Kemandirian Anak .............................................. 50
B. Penagujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Normalitas ................................................................ 54
2. Uji Hipotesis ............................................................................ 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 61
1. Pola Asuh Ibu Bekerja ............................................................ 61
2. Kemandirian Anak Bekerja .................................................... 64
3. Hubungan Pola Asuh Ibu Bekerja terhadap Kemandirian Anak Usia
5-6 Tahun Di TK Se Keluruhan Cinere Depok Bekerja ......... 65
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 69
B. Implikasi .......................................................................................... 69
C. Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 : Dampak Tipe Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak
TABEL 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
TABEL 3.2: Alternatif Jawaban Responden
TABEL 3.3: Kisi-Kisi Variabel (X) Pola Asuh
TABEL 3.4 : Hasil Uji Validitas Pola Asuh Ibu Bekerja
TABEL 3.5 : Reabilitas Pola Asuh Ibu Bekerja
TABEL 3.6 : Kisi-Kisi Variabel (Y) Kemandirian Anak
TABEL 3.7 : Hasil Uji Validitas Kemandirian Anak
TABEL 3.8 : Reabilitas Pola Asuh Ibu Bekerja
TABEL 3.9 : Interpretasi Nilai “r” Tabel
TABEL 4.1 : Distribusi Angket
TABEL 4.2 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
TABEL 4.3 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
TABEL 4.4 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis pekerjaan
TABEL 4.5 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu bekerja
TABEL 4.6 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
TABEL 4.7 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan Usia
TABEL 4.8 : Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
TABEL 4.9 : Interpretasi Nilai Korelasi
TABEL 4.10 : Hasil Korelasi
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 : Diagram Pola Asuh Ibu Bekerja
GAMBAR 4.2 : Diagram frekuensi Kemandirian Anak
GAMBAR 4.3 : Histogram Pola Asuh Ibu Bekerja
GAMBAR 4.4 : Histogram Kemandirian Anak
GAMBAR 4.5 : P-PLOT Kemandirian Anak
GAMBAR 4.6 : P-PLOT Pola Asuh Ibu Bekerja
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Instrumen Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 2 Uji Validitas Instrumen Penelitian Pola Asuh Ibu bekerja dan
Kemandirian Anak
LAMPIRAN 3 Hasil uji coba Instrumen Pola Asuh Ibu Bekerja dan
Kemandirian Anak
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian Pola Asuh Ibu
bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 5 Uji Normalitas Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 6 Alternatif Jawaban Responden Pola Asuh Ibu Bekerja dan
Kemandirian Anak
LAMPIRAN 7 Perhitungan Uji Normalitas dan korelasi dengan Rumus SPSS
LAMPIRAN 8 Tabel r hitung
LAMPIRAN 9 Surat Validasi Instrumen
LAMPIRAN 10 Surat Izin Permohonan Penelitian
LAMPIRAN 11 Surat Telah Melakukan Observasi
LAMPIRAN 12 Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia 5-6 tahun merupakan anak usia dini yang berada dalam masa keemasan
dimana anak mulai mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan salah satunya
adalah kemampuan dan keterampilan anak dalam mengurus diri sendiri. Kemandirian
secara umum oleh Wiyani dinyatakan sebagai keadaan di mana individu dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain1. Sedangkan dalam konteks anak usia 5-6 tahun,
Lie dan Prasasti mengartikan kemandirian sebagai kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan
tahapan perkembangan dan kapasitas anak.2
Pentingnya kemandirian bagi anak usia dini dinyatakan oleh Fadhillah & Khorida
dalam Iffah mandiri merupakan "ketidakbergantungan anak pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya" sehingga anak tidak akan membebani orang-orang yang
hidup di sekitarnya. 3 Selain itu, kemandirian mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
individu dalam mempersiapkan diri untuk dapat menjalani masa depannya dengan baik
dimulai dari mengenal diri sendiri dan lingkungan. Wiyani mengemukakan bahwa
kemandirian pada anak usia dini berfungsi untuk membentuk anak menjadi pribadi yang
berkualitas4. Wiyani juga menambahkan karakter mandiri yang dimiliki anak akan sangat
bermanfaat bagi anak dalam melakukan prosedur keterampilan dan bergaul dengan orang
lain.5
1 Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013),h.28
2 Lie dan Prasasti,Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara Membina Kemandirian
Anak,(Jakarta:2004),h.24 3 Iffah Laily Tsani, dkk, Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak
4 Wiyani,. op.,cit., h.30
5 Ibid., h.31
2
Kemandirian anak usia dini dapat diukur melalui indikator-indikator pencapaian
tingkat kemandirian anak. Yamin dan Sanan mengemukakan bahwa terdapat tujuh
indikator kemandirian anak usia dini, diantaranya yaitu kemampuan fisik, percaya diri,
bertanggungjawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi dan mengendalikan emosi6. Anak
yang bisa dikategorikan mandiri yaitu jika anak mampu menjalankan atau melakukan
sendiri aktivitas sehari-harinya dan terlepas dari pengaruh kontrol orang lain terutama
orangtua.
Membangun kemandirian anak terdapat tahap-tahap tertentu yang disesuaikan dengan
usia dan tugas perkembangannya. Lie dan Prasasti menyatakan bahwa pada usia 2-6 tahun
anak mulai menjelajahi dunia sekitar dan mengembangkan otonominya seiring dengan
perkembangan berbagai keterampilan, seperti motorik kasar dan motorik halus7. Ketika
anak mulai mengeksplorasi berbagai keterampilan dengan kemampuan yang dimiliki,
seperti yang diungkapkan Wiyani, merupakan bentuk kemandirian anak usia dini yang
disesuaikan dengan tugas perkembangannya, seperti belajar berjalan, belajar makan, dan
belajar berinteraksi dengan orang lain. 8
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 dan 15 Januari
2019 di TK Islam Al-Fajar Cinere Depok pada TK ini sebanyak 12 anak dari total 30 anak
belum menunjukkan sikap kemandirian. Kedua belas anak tersebut dikatakan belum
menunjukkan sikap mandiri karena anak belum berani menyapa orang dewasa yang baru
dikenalnya, anak tidak mau berbagi mainan dengan temannya saat istirahat, anak tidak mau
membuang sampah pada tempatnya, anak selalu dibantu ketika mengerjakan tugas dari
guru, dan belum berani maju di depan kelas.
Pengamatan selanjutnya dilakukan di TK Islam Al-Husna pada tanggal 16 dan 17
Januari 2019. Hasil observasi ini adalah sebanyak 13 dari 30 anak terlihat belum
6 Martinis Yamin&Jamilah Sabri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:IKAPI,2010)h.77
7 Prasasti,.op,.cit.,h.89
8 Wiyani,. op.,cit.,h.89
3
menunjukkan sikap kemandirian. Anak-anak dikatakan belum dapat mandiri karena tidak
mau membereskan mainan setelah selesai bermain, anak meninggalkan gelas dan piring di
meja setelah selesai makan siang, anak tidak mau membuang sampah pada tempatnya dan
bahkan ada seorang anak yang masih ditunggu oleh orangtua ketika sekolah.
Menurut Wiyani kemandirian anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, sebaliknya
faktor eksternal meliputi lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada anaknya,
pola asuh orangtua dalam keluarga, dan faktor pengalaman dalam kehidupan.9 Perilaku
kemandirian yang dapat muncul dari faktor eksternal adalah pengaruh dari unsur
lingkungan salah satunya ialah status bekerja ibu.
Mussen berpendapat bahwa menegakkan kemandirian pada anak sangat bergantung
pada kelekatan orangtua-anak, peran keluarga khususnya ibu, sangat besar dalam proses
pembentukan kemandirian.10
Abraham Maslow (dalam Yamin & Sanan) mengemukakan
bahwa kemandirian berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan
kebersamaan. Kemandirian pada seorang anak merupakan suatu kekuatan internal individu
yang diperoleh melalui proses realisasi kemandirian dan proses menuju kesempurnaan11
.
Anak akan mandiri jika dimulai dari keluarganya karena proses kemandirian seorang anak
sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Peran orangtua terutama ibu, memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian
mandiri pada anak. Ibu, menurut Sobur(dalam Choirunnisa) adalah sosok paling dekat dan
paling sering bersama anak-anak mereka dalam kesehariannya.12
. Harlina, dkk (dalam
Choirunnisa,) menyatakan bahwa tugas ibu adalah mengasuh dan membimbing anak
9 Wiyani,. op.,cit.,h.37
10 Mussen,Kepribadian Anak,(Jakarta: Media 1989)h.99
11Martinis Yamin&Jamilah Sabri., op.,cit.,h.61
12Choirunnisa, Skripsi.Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut
KonsepIslam,(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah,2013)H.8
4
dengan cara mendidik anak agar kepribadian anak dapat berkembang dengan sebaik-
baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab. 13
Profesi ibu sebagai ibu rumah tangga merupakan profesi yang sangat mulia. Namun
di jaman modern ini, seorang ibu tidak hanya dituntut mengasuh anak dan dirumah. Tetapi
dengan adanya pergeseran waktu, emansipasi, perkembangan pendidikan dan teknologi
serta tuntutan zaman, peran itu mulai bergeser juga14
. Peran ibu sebagai ibu rumah tangga
telah banyak berubah, yang awalnya adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya kini
berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.
Status bekerja ibu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu ibu bekerja dan ibu
tidak bekerja (ibu rumah tangga). Menurut Lerner (dalam Widyasari dan Fidrari) dalam
Encyclopedia of Children’s Health, ibu bekerja adalah suatu keadaan dimana seorang ibu
bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan anak
dirumah15
. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor XIII tahun 2003 tentang Ketenaga
kerjaan Bab X Paragraf empat Pasal 77 ayat satu menyebutkan lamanya waktu kerja pada
buruh atau karyawan tujuh jam per hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu atau
delapan jam per hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu. Jadi, dikatakan ibu bekerja
disini adalah ibu yang bekerja diluar rumah dengan lamanya waktu tujuh jam per hari
dalam enam hari atau delapan jam per hari dalam lima hari.
Ibu tidak bekerja atau sering juga disebut dengan ibu rumah tangga menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang dikutip Alwi dalam kusuma dapat diartikan sebagai seorang
istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di
kantor).16
Peran ibu meliputi hal-hal seperti mengasuh dan menjaga anak, memberikan
13
Ibid., h.11 14
Yulia,Working Mom & Kids (Jakarta:Elex Media, 2007)h.3 15
Widyasari, A.K dan Fridari, Jurnal Dinamika Kontrol diri pada ibu bekerja yang menjalani
latihan yoga (psikologi udayana , vol 1 no 1)h.85 16
Lia Kusuma ,Skripsi perbedaan kemandirian anak usia 5-6 tahun ditinjau dari status ibu
bekerja,(UNY: Program Pendidikan Anak usia Dini,FIP,2017)h.5
5
afeksi dan perlindungan, memberikan rangsangan dan pendidikan (Akbar & Hawadi,).17
Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang
wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga serta merawat dan
memberi kasih sayang bagi anak-anaknya.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada hari kamis tanggal 20 Februari 2019
di TK Islam Al-Fajar, terhadap orang tua bahwa masih terdapat anak yang belum mandiri
anak pada saat mandi masih dibantu sama orang tua, anak pada saat makan masih disuapin
orang tuanya, anak pada saat memakai pakaian masih dibantu orang tuanya, anak memakai
sepatu masih dibantu orang tuanya, anak masih ditungguin pada saat sekolah.
Pilihan wanita untuk bekerja mengakibatkan perhatian terhadap keluarga termasuk
anak menjadi berkurang, bahkan tidak sedikit ibu yang akhirnya tidak memperhatikan
kondisi perkembangan anak. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wiyani mengungkapkan
bahwa jika ibu bekerja di luar rumah, akibatnya ibu tidak bisa melihat perkembangan
anaknya, apakah anak sudah bisa mandiri atau belum. Anak usia dini yang seharusnya
mulai menguasai berbagai keterampilan fisik, bahasa, dan mencoba mengeksplorasi
kemandiriannya menjadi anak yang malas dan cenderung tidak mandiri. 18
Namun kenyataan pada era sekarang anak yang ibunya tidak bekerja kebanyakan
lebih manja daripada anak yang ibunya bekerja di luar rumah. Intensitas keberadaan ibu di
rumah seharusnya dapat memberikan pengasuhan, pengarahan, dan perhatian yang lebih
kepada anak untuk berlatih melepaskan anak terhadap ketergantuan dari orang lain. Namun
disisi lain ibu yang lebih banyak berada di rumah akan berdampak pada pemberian bantuan
dan perlindungan yang berlebihan sehingga anak cenderung untuk lebih bergantung. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Suardani, Pudjawan & Tirtayani, bahwa dampak negatif yang
17
Akbar & Hawadi,Celoteh Anak, (Jakarta:Elex Media 2001),h.15 18
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Medi, 2013),h.39
6
ditimbulkan dari ibu tidak bekerja ialah kemungkinan anak-anak akan menjadi lebih manja
karena waktu ibu lebih banyak dengan anak, maka anak cenderung dilayani oleh ibu. 19
Berbeda dengan anak yang ibunya tidak bekerja, Ibu yang bekerja justru mendorong
anaknya untuk melakukan self-sufficiency (mencukupi diri) dan melatih anak untuk
bertanggungjawab terhadap tugas-tugasnya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Pulumoduyo dalam Kusuma yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja akan memberikan
perhatian yang kurang dalam mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan anaknya, sehingga
anak akan mampu melakukan tugasnya sendiri tanpa dibantu atau diperhatikan oleh
ibunya.20
Dengan waktu yang lebih banyak dihabiskan ibu di luar rumah, secara tidak
langsung ibu memberikan waktu kepada anak untuk bereksplorasi terhadap kemampuan
anak agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus bergantung pada bantuan
oranglain.
Selain itu, anak yang ibunya bekerja cenderung mandiri karena ibu yang bekerja
menandakan bahwa mereka mandiri. Salah satu ciri anak usia dini ialah mengamati
perilaku sekitar, termasuk perilaku yang ditampakkan oleh ibunya. Hal ini tentu akan
berdampak pada perkembangan kemandiriannya. Asrori menambahkan bahwa gen menjadi
salah satu faktor yang menentukan kemandirian seseorang, orangtua yang memiliki sifat
kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.21
Artinya, kualitas kemandirian anak bergantung pada kualitas yang dimiliki oleh seorang
ibu, semakin mandiri seorang ibu maka akan semakin mandiri pula anak yang diasuhnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak yang diasuh oleh
ibu bekerja memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemandirian dibandingkan
dengan anak yang diasuh oleh ibu tidak bekerja. Hal tersebut memunculkan asumsi bahwa
19
Suardani,dkk, e-Journal Pendidikan Anak Usia DIni Universitas Pendidikan Ganesha,(Jurusan
PAUD, 2016, Volume 4. No.2) 20
Lia Kusuma., loc.,cit 21
Asrori&Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2010)h.118
7
terdapat hubungan kemandirian antara anak yang diasuh oleh ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja. Dengan ini peneliti tertarik untuk mengetahui tentang “Hubungan pola asuh ibu
bekerja terhadap Kemandirian Anak usia 5-6 tahun di TK se- Kelurahan Cinere Depok”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah
yang muncul pada kemandirian anak di TK se-Kelurahan Cinere Depok adalah:
1. Tingkat kemandirian belum dapat berkembang secara memadai pada anak di
Kelompok B TK se-Kelurahan Cinere Depok.
2. Anak enggan bertanggung jawab dengan mainan yang digunakan, sehingga
seringkali anak meninggalkan mainan dimanapun dan tidak langsung
mengembalikannya.
3. Adanya anak yang masih ditunggu oleh orangtuanya saat berada di sekolah
4. Beberapa anak belum berani menunjukkan dan bercerita hasil karyanya di
depan teman yang lainnya.
5. Adanya anak yang masih meminta bantuan orangtua ketika menggantungkan
tas, memakai ataupun melepas sepatu.
6. Adanya anak yang tidak mau berbagi makanan dengan temannya pada saat
temannya lupa membawa bekal.
7. Ada beberapa anak yang membentuk sebuah kelompok dan mendominasi saat
sedang bermain.
8. Bergesernya peran ibu yang awalnya sebagai ibu rumah tangga kini berubah
sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya
9. Kurangnya intensitas interaksi dan komunikasi antara ibu bekerja terhadap
anak, sehingga menimbulkan dampak pada perkembangan anak yang kurang
optimal, terutama aspek kemandirian.
8
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini perlu adanya
batasan masalah supaya hasil penelitian mendapat hasil yang fokus. Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti memfokuskan pada hubungan pola asuh
Ibu Bekerja terhadap kemandirian anak di TK se-Kelurahan Cinere Depok.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa paparan yang telah tertulis di atas, maka dapat di rumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan pola asuh Ibu Bekerja
terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK se Kelurahan Cinere Depok?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka adapun tujuan utama
penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pola
asuh Ibu Bekerja terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK se-Kelurahan Cinere
Depok.
F. Manfaat Penelitian
Terdapat dua manfaat yang didapat dari penelitian yang dilakukan, yaitu
sebagai berikut ini:
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
mengenai hubungan pola asuh asuh Ibu Bekerja terhadap kemandirian anak di
TK se Kelurahan Cinere Depok.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orangtua, penelitian ini dapat dijadikan acuan agar dapat memahami
gambaran kemandirian anak sehingga ibu yang bekerja lebih
9
memperhatikan anak dalam mengasuh dan membimbingnya untuk
mandiri.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru anak
usia dini, sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
memberikan pelayanan pendidikan anak usia dini yang baik dan
profesional
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskrpsi Teoritik
1. Pola Asuh
a. Pengertian Pola Asuh
Dalam mendidik anak terdapat berbagai macam bentuk pola asuh orang
yang bisa dipilih dan digunakan oleh orang tua. Istilah pola asuh berasal dari
kata pola dan asuh. Menurut Djamarah dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
kata pola mempunyai arti gambar yang dipakai berarti corak, model, sistem dan
cara kerja. Sedangkan asuh berarti mengasuh, satu bentuk kerja yang
bermakna(menjaga, merawat dan mendidik)anak kecil.22
Secara etimologi , pengasuhan berasal dari kata”asuh” yang artinya
pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang yang
melaksanakan tugas membimbing, memimpi atau mengelola. pengasuhan disini
dimaksud adalah mengasuh anak.
Menurut Tridhonato mengatakan bahwa pola asuh orang tua adalah bentuk
interaksi orang tua adalah bentuk dan anak, dimana orang tua memberikan
dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai
yang dianggap mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal,
memilki rasa percaya diri, rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk
suskes.23
Sejalan dengan pendapat Casmini menyatakan pola asuh merupakan
bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan
22
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga,( Jakarta:Rineka
Cipta, 2014), h.50 23
Al.Tridhonato & Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,( Jakarta: IKAPI,
2014),h.5
11
mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan,
hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh
masyarakat. 24
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak yang didalamnya terdapat
cara mengasuh, mendidik atau membimbing anak termasuk bagaimana cara
orang tua menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan segala
perhatian dan kasih sayang serta menunjukan perilaku yang baik sehingga
perilaku orang tua tersebut dapat menjadi contoh, panutan atau suri tauladan bagi
anaknya.
b. Macam-Macam Pola Asuh
Menurut Desmita salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua
dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua. Studi klasik
tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Diana Baumrind,
merekomndasikan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek
berbeda tingkah laku sosial ank, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.25
1) Pengasuhan Otoritatif (authorithative Parenting)
salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan
ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga
bersikap responsive, menghargai dan menghormati pemikiran,
perasaan serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan
keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan rasa
harga diri yang tinggi(high self-esteem), memilki moral standar,
kematangan psikososial, kemandirian, suskes dalam belajar, dan
bertanggung jawab secara sosial.
24
Casmini ,Emotional Parenting Dasar-Dasar Pengasuhan,(Yogyakarta: Pilar Media
2007)h.47 25
Desmita, Psikologi Perkembangan,( Bandung: Remaja Rosda Karya,2013), h.144
12
2) Pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)
Otoriter adalah salah satu gaya pengasuhan yang membatasi dan
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua.
Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan
tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk
mengemukakan pendapat. Anak dari orang tua otoriter cenderung
bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia pada
dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman
sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah
dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan
anak-anak lain.26
3) Pengasuhan Permisif (permissive parenting)
Gaya pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu :
(a) Pengasuhan Permissive-indulgent
gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam
kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali
atas mereka. Pengasuhan Permissive-indulgent diasosiasikan
dengan kurangnya kemampuan pengendalian diri anak,
karena orang tua yang Permissive-indulgent cenderung
membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang
mereka inginkan dan akibatnya anak-anak tidak pernah
belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu
mengharapkan agar semua kemauanya dituruti.
(b) Pengasuhan Permissive-indifferent
26
Desmita,loc.,cit
13
Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat
dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh
orang tua yang Permissive-indifferent cenderung tidak
percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga
diri yang rendah. 27
Menurut Hasan ada beberapa macam pola asuh orang tua diantaranya
yaitu tipe autoritatif, tipe otoriter, tipe penyabar, dan tipe penelantar28
.
1. Tipe Autoritatif
Orang tua tipe autoritatif akan menerima dan melibatkan anak
sepenuhnya. Orang tua ini memiliki tingkat pengendalian yang tinggi
dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan
sosial sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Akan tetapi, mereka
memberi tetap kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua arah.
Mereka memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan.
Anak dari orang tua seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang mandiri,
tegas, terhadap diri sendiri ramah dengan teman sebayanya dan mau
bekerja sama dengan orang tua.
2. Tipe Otoriter
Orang tua tipe ini selalu menuntut dan mengendalikan semata-mata
karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua arah.
Mereka mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak.
Anak-anak dengan orang tua seperti ini cendereung menarik diri secara
sosial dan memiliki sikap spontanitas.
27
Ibid., h.145 28
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini,(Jogjakarta: Diva press,2009), h. 26
14
3. Tipe Penyabar
Orang tua tipe penyabar akan menerima reponsif, sedikit memberikan
tuntutan pada anak-anaknya. Anak akan lebih positif moodnya dan lebih
menunjukan vitalitasnya dibandingkan dengan anak dari keluarga otoriter.
Orang tua yang serba membolehkan akan mendorong anak menjadi agresif
dan cenderung tidak percaya diri.
4. Tipe Penelantar
Orang tua tipe ini lebih memperlihatkan aktivitas diri mereka sendiri
dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya. Mereka tidak tahu dimana
anak-anak mereka berada, apa yang sedang dilakukan dan siapa teman-
temanya saat diluar rumah. Mereka tidak tertarik pada kejadian-kejadian
disekolah anak jarang bercakap-cakap dengan anak-anaknya dan tidak
pedulikan pendapat anak-anaknya.29
Sedangkan menurut Baumrind dalam Jhon W.Santrock macam-macam
pola asuh orang tua diantaranya :
1. Authoritarian
Gaya yang membatasi dan menghukum dimana orang tua mendesak
anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan
upaya mereka. Batas dan kendali yang tegas diharapkan pada anak dan
sangat sedikit tawar menawar verbal yang diperbolehkan. Gaya ini
biasanya mengakibatkan perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial.
2. Authoritathive
Gaya yang mendorong anak untuk mandiri, namun masih
menempatkan batas dan kendali pada tindakan mereka. tindakan verbal
29
Ibid..,h. 27
15
memberi dan menerima dimungkunkan, orang tua bersikap hangat dan
penyayang terhadap anak yang kompeten secara sosial.
a) Mengabaikan
Gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Gaya ini biasanya mengakibatkan inkompetensi sosial anak,
terutama kurangnya pengendalian diri.
b) Menuruti
Suatu gaya dimana orang tua sangat terlibat dengan anak tetapi
tidak menaruh banyak tutntutan dan control yang ketat pada
mereka. Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan
inkompentensi sosiak anak, terutama kurangnya pengendalian diri.
30
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tipe
pola asuh orang tua diantaranya otoriter, demokratis, permisif dan
penelantar. gaya pengasuhan yang diberikan orang tua hendaknya dapat
distimulus dengan baik agar perkembangan selanjutnya dapat berjalan sesuai
norma dan nilai-nilai dalam kehidupan.
c. Ciri-Ciri Pola Asuh Orang Tua
Menurut Idris dan Jamal adapun ciri-ciri pola asuh orang tua sebagai
berikut:
1. Otoriter
a) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak
boleh membantah
b) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan
kemudian menghukumnya
30
Jhon W Santrock,Child Developmenet An.Introduction Thirteenth, (Jakarta:Edition2010)h.16
16
c) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan
kepada anak
2. Demokratis
a) Peraturan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima,
dipahami dan dimengerti oleh anak.
b) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
c) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
3. Permisif
a) Kontrol kurang
b) Bersifat longgar atau bebas
c) Anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya31
Sejalan dengan pendapat diatas Baumrind dalam Syamsu Yusuf
terdapat beberapa ciri-ciri pola asuh orang tua diantaranya sebagai berikut:
1) Authoritarian
a) Sikap “acceptance” rendah, namun kontrolnya tinggi
b) Suka menghukum secara fisik
c) Bersikap mengomando( mengharuskan aatau memerintah anak
untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi)
d) Bersikap kaku (keras)
e) Cenderung emosional dan bersikap menolak
2) Authoritative
a) Sikap “acceptance” dan kontrolnya tinggi
b) Bersikap reponsif terhadap kebutuhan anak
31
Syaiful Bahri Djamarah,Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga,(Jakarta: Rineka
Cipta:2014)h.61
17
c) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan
d) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan
yang buruk.
3) Permissive
a) Sikap “acceptance” nya tinggi namun kontronya rendah.
b) Memberi kebebasan kepad anak untuk menyatakan dorongan
atau keinginanya.32
Berdasarakan pendapat ahli ciri-ciri pola asuh orang tua sangat terlihat
jelas gaya pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak dan
memungkinkan orang tua lebih intens dalam mengurus anak serta
menerapkan pola asuh yang dapat diberikan dengan baik.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Pola asuh yang orang tua terapkan pada anak terkait dengan beberapa
faktor yang mempengaruhi, Menurut Altridhonato beberapa faktor yang
diantaranya adalah usia orang tua, keterlibatan orang tua, pendidikan orang
tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress orang tua dan
hubungan suami istri. Penjelasan dari masing masing faktor adalah sebagi
berikut:33
1. Usia Orang tua
Rentang usia orang tua berperan dalam pengasuhan anak. Bila
terlalu muda atau terlalu tua akan mempengaruhi dalam menjalani
peran-peran tersebut secara optimal karena dibutuhkan kekuatan fisik
dan psikososial.
32
Ibid., h.51 33
Al.Tridhonato & Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,( Jakarta: IKAPI,
2014),h.24
18
2. Keterlibatan Orang tua
Keterlibatan kedua orang tua dalam membina hubungan dengan anak
adalah penting. Hubungan ayah dan anak sama pentingnya dengan
hubungan ibu dan anak. Sehingga keterlibatan keduanya berpengaruh
dalam pengasuhan anak.
3. Pendidikan Orang tua
Pendidikan dan pengalaman yang ditempuh orang tua turut
mempengaruhi kesiapan orang tua dalam melakukan pengasuhan
terhadap anaknya.
4. Pengalaman Sebelumnya dalam Mengasuh Anak
Orang tua yang telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam
mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih
tenang dalam hal lain, orang tua lebih mampu mengamati tanda-tanda
pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
5. Stress Orang tua
Stress yang dialami orang tua baik salah satu maupun dari keduanya
akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan
pengsuhan, terutama dalam hal strategi menghadapi maslah anak.
Walaupun demikian kondisi anak juga dapat menyebabkan orang tua
menjadi stress seperti memiliki anak yang tempramennya sulit atau
memiliki keterbelakangan mental.
6. Hubungan Suami Istri
Hubungan yang kurang harmonis akan mempengaruhi kemampuan
mereka dalam mengasuh anak dengan penuh rasa kebahagian dengan
satu sama lain saling memberi dukungan dan menghadapi masalah
dengan strategi yang positif.
19
Berdasarkan Pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua. Faktor-
faktor tersebut adalah usia orang tua, keterlibatan orang tua, pendidikan
orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress orang tua
dan hubungan suami istri. faktor tersebut berpengaruh besar terhadap anak
yang diberikan oleh orang tua.34
e. Dampak Tipe Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Meggitt mengasuh anak merupakan situasi yang
interaktif hal ini penting untuk diperhatikan. Orang tua dan anak-anak
adalah individu yang tidak mudah dikategorikan. Ada banyak
karakteristik pengasuhan yang berbeda-beda dalam diri setiap orang
tua, namun seiring waktu berjalan biasanya ada satu gaya pengasuhan
yang menonjol dan bertahan. Tempramen dan sikap seorang anak akan
memengaruhi gaya mengasuh orang tua. Orang tua dapat memakai gaya
pengasuhan yang berbeda-beda pada setiap tahap perkembangan anak.
Anak-anak dalam satu keluarga sering kali memiliki tempramen
yang berbeda-beda . Orang tua yang memiliki anak lebih dari satu pun
menyadari perbedaan tempramen tersebut dan akan menerapkan gaya
yang berbeda-beda untuk setiap anak. Sebagai contoh, orang tua
kemungkinan akan menerapkan perlakuan yang berbeda terhadap anak
yang pemalu dan tertutup, dengan anak yang aktif da implusif. Pola asuh
orang tua memiliki dampak terhadap perkembangan anak, diantaranya
sebagai berikut:35
34
Ibid.,h.25 35
Carolyn Meggit, Memahami Perkembangan Anak,( Jakarta: Indeks, 2013), h.19
20
1. Pola Asuh Otoritatif : anak-anak dengan orang tua yang otoritatif dan
moderat biasanya lebih mudah beradaptasi, dan lebih kompeten dalam
kehidupan sosialnya. Orang tuanya mampu menyeimbangkan antara
tuntutan yang tinggi dengan kehangatan emosional dan penghargaan
terhdap kemandirian.
2. Pola Asuh Otoritarian : anak-anak dengan orang tua yang otoriter
cenderung sangat bergantung pada otoritas, rentan terhadap stress dan
kurang spontan orang tua yang terlalu kaku mengharapkan anaknya
untuk selalu menerima keputusan orang tua serta kurang memberikan
kebebasan berekspresi pada anak.
3. Pola Asuh Permisif : orang tua yang permisif memiliki tuntutan yang
rendah terhadap anak. Anak-anak dari orang tua yang permisif memiliki
kesulitan dalam mengontrol implus mereka, serta cenderung kekanak-
kanakan dan tidak bertanggung jawab.36
Menurut Narsidah dalam Martin pengaruh pola asuh terhadap
perkembangan anak adalah :
Tabel 2.1
Dampak Tipe Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak 37
Tipe Pola Asuh Dampak Pada Perkembangan Anak
Otoriter Anak menjadi penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah,, cemas, dan
menarik diri
36
Carolyn Meggit.,loc.,cit.,h.19 37
Zeky Martin, Skripsi Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Sosial(Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar: FIP,2016)
21
Demokratis Anak mandiri, dapat mengontrol
diri, mempunyai hubungan baik
dengan teman, mampu
menghadapi, stress, mempunyai
minat terhadap hal-hal baru, dan
kooperatif terhadap orang lain.
Permisif/ memanjakan Anak mudah terpancing emosinya,
suka menentang, tidak patuh,
manja kurang mandiri, mau
menang sendiri, kurang percaya
diri, dan kurang matang secara
sosial.
Berdasarkan teori di atas tipe pola asuh memiliki dampaknya
masing-masing terhadap perkembangan anak. Dampak tersebut ada yang
bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Sifat seorang anak
tergantung seperti apa orang tua atau pengasuhnya menerapkan pola asuh
kepada anak.
2. Kemandirian Anak
a. Pengertian Kemandirian Anak
Kemandirian harus mulai diperkenalkan kepada anak sedini mungkin dengan
menanamkan kemandirian akan menghindarkan anak dari sifat kebergantungan
pada orang lain. Sebagaimana Mohammad Asrori menjelaskan bahwa kata
“Kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapatkan awalan “ke”
dan akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata
benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan
22
mengenai perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers
disebut dengan istilah “self” karena”diri” itu merupakan inti dari kemandirian.38
Menurut Bachrudin Mustafa dalam Wiyani kemandirian adalah
kemampuan untuk mengambil pilihan menerima konsekuensi yang
menyertainya. Kemandirian pada anak akan terwujud jika menggunkan pikiran
sendiri dalam mengambil berbagai keputusan. Dalam hal ini anak mampu
memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakan serta memilih teman
bermain.39
Sejalan dengan pendapat Sumantri pengertian kemandirian adalah
kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dalam
bentuk material ataupun moral. Sedangkan pada anak pengertin atau isitilah
kemandirian sering kali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan
segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa40
.
Misalnya ke sekolah tanpa diantar, dapat memasang tali sepatu sendiri, mandi,
makan.
Kemandirian yang dikutip oleh Megan Northup dalam Susanto diartikan
sebagai kemampuan seorang anak untuk menentukan pilihan yang ia anggap
benar. Selain itu anak berani memutuskan pilihanya dan bertanggung jawab
atas resiko dan konsekuensi yang diakibatkan dari pilihanya tersebut.41
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung atau
tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain. Kemandirian juga merupakan
suatu kemampuan untuk berfikir dan melakukan sesuatu atas dorongan diri
38
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, ( Bandung : CV Wacana Prima, 2008), h.128 39
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak usia Dini, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), h.28 40
Sumantri, Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta:Universitas Terbuka,2008),h.2.47 41
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2017),
h.36
23
sendiri sesuai dengan kewajibanya dalam kehidupan sehari-hari tanpa dibantu
orang lain.
b. Aspek-aspek Kemandirian
Havigurst dalam Yamin menyatakan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa
aspek, yaitu :
1) Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak
tergantungnya kebutuhan emosi dari orang lain.
2) Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan
tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain .
3) Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi.
4) sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengadakan interaksi dengan
orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dengan orang lain.42
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk kemandirian
terdiri dari beberapa macam diantaranya yaitu (1) aspek emosi yang dimana
seseorang dapat mengelola emosinya dengan baikdan tidak berpengaruh pada emosi
orang lain. Artinya adalah seseorang dapat mengelola perasaanya baik senang,
sedih, ataupun rasa takut terhadap apa yang sedang dihadapi. (2) aspek ekonomi
yaitu dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara
berusaha sendiridan tidak bergantung dari bantuan orang lain. (3)aspek intelektual
yaitu kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan
dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan penuh tanggung jawab. (4) aspek
sosial dengan kemampuaan seseorang dengan menyesuaikan diri dari
lingkungannya yang ditandai dengan dapat berinteraksi dengan baik dan tidak
tergantung pada aksi orang lain.
42
Martinis Yamin & Jamilah Sabri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,( Jakarta:
IKAPI,2010),h.86
24
c. Ciri-Ciri Kemandirian Anak
Menurut Yamin & Sabri anak yang mandiri untuk ukuran anak usia dini terlihat
dengan ciri-ciri:
1. Dapat melakukan segala aktifitasnya secara mandiri meskipun tetap dengan
pengawasan orang dewasa. Jadi dapat dipahami bahwa anak pada kelas rendah
bisa untuk berlatih mandiri dimulai dari melakukan kegiatan-kegiatan kecil yang
biasa dilakukan dengan kemampuan sendiri namun orang tua tetap mengawasi
terhadap apa yang dilakukan anak.
2. Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan
itu diperolehnya dari melihat perilaku atau perbuatan orang-orang disekitarnya.
Jadi dapat dipahami bahwa anak dapat membuat keputusan sendiri dengan tepat
dengan mencontoh perbuatan orang lain disekitarnya, oleh karena itu lingkungan
yang baik dapat memberikan dampak yang baik pula.
3. Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani orang tua. Jadi
dapat dipahami bahwa anak dapat bergaul dengan baik dengan orang
disekitarnya sehingga anak dapat memiliki banyak teman baik.
4. Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain.
Jadi dapat dipahami bahwa anak dapat menerima sesuatu apabila terjadi tidak
sesuai dengan harapannya.43
Ciri merupakan tanda khas yang membedakan sesuatu hal dari hal yang lainnya.
Orang yang mandiri pun memiliki ciri tertentu yang membedakan dirinya dengan
orang yang tidak mandiri. Adapun menurut Susanto ciri-ciri kemandirian adalah
sebagai berikut :
43
Martinis Yamin & Jamilah Sabri., op.,cit.,h.63
25
a. Kepercayaan kepada diri sendiri
Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan
sesuatu dan menetukan pilihan sesuai dengan kehendaknya.
b. Motivasi intrinstik yang tinggi
Motivasi intrinstik yang tinggi merupakan dorongan yang berasal dari dalam
diri untuk melakukan suatu perilaku maupun perbuatan.
c. Mampu dan berani menentukan pilihanya sendiri
Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam
menentukan pilihannya sendiri.
d. Kreatif dan inovatif
Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan salah satu ciri anak yang
memiliki karakter mandiri dalam melakukan sesuatu hal.
e. Bertanggung jawab
Anak yang mandiri akan bertanggung jawab atas keputusannya yang diambil
apapun yang terjadi.
f. Mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungannya
Bagi anak yang memiliki karakter mandiri, dia akan cepat meneyesuaikan
diri dengan lingkungannya yang baru dan dapat belajar walaupun tidak
ditunggui oleh orang tuanya
g. Tidak bergantung pada orang lain
Anak yang memiliki karakter yang mandiri selalu ingin mencoba sendiri
dalam melakukan segala sesuatu.44
Ciri-ciri kemandirian pada anak dapat disimpulkan diantaranya Dapat
melakukan segala aktifitasnya secara mandiri meskipun tetap dengan
pengawasan orang dewasa, Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
44
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2017),
h.39
26
pandangan, Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani orang
tua, Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain,
Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri, Memiliki motivasi intrinstik yang
tinggi, Mampu dan berani menentukan pilihanya sendiri, Kreatif dan inovatif,
Bertanggung jawab, Mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungannya, Tidak
bergantung pada orang lain.
d. Indikator Kemandirian
Menurut Brewer dalam Yamin menyatakan bawha indikator kemandirian
anak diantaranya sebagai berikut 45
:
1. Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik mencakup kemampuan anak dalam hal memenuhi
kebutuhannya sendiri. Jadi pada kemampuan fisik yaitu jika anak butuh
makan, maka secara mandiri anak harus bisa makan sendiri. Anak belajar
untuk mengenakan pakaian sendiri, membiasakan membersihkan diri (
mandi atau buang air) sendiri, dan lain-lain.
2. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap individu yang menunjukan
keyakinan bahwa dirinya dapat mengembangkan rasa dihargai. Perwujudan
kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan untuk berani memilih,
percaya akan kemampuanya dalam mengorganisasikan diri dan
menghasilkan sesuatu yang baik. Jadi percaya diri merupakan dasar dari
kemandirian, anak yang ingin memiliki sikap mandiri harus memiliki rasa
percaya diri.
3. Bertanggung Jawab
45
Martinis Yamin & Jamilah Sabri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,( Jakarta:
IKAPI,2013),h.77
27
Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan seseorang untuk berani
menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. Jadi
dapat dipahami bahwa ketika anak memilih sebuah pilihan, anak harus dapat
menerima baik atau buruknya resiko tersebut dengan penuh rasa tanggung
jawab.
4. Disiplin
Kemampuan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara
tertib serta efesien. Jadi dapat dipahami bahwa disipli merupakan
kemampuan diri seseorang untuk menaati peraturan yang ada, misalnya
datang kesekolah tepat waktu.
5. Pandai Bergaul
Pandai Bergaul merupakan kemampuan menempatkan diri dalam
berinteraksi dengan sesamanya dimana pun berada. Jadi dapat dipahami
bahwa ketika anak dapat memiliki banyak teman karena adanya sikap mudah
bergaul dan dapat memposisikan diri pada teman-temannya.
6. Saling Berbagi
Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan memahami kebutuhan
orang lain dan bersedia memberikan apa yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Jadi saling berbagi contohnya jika anak memiliki
sesuatu ia dapat memberikan sebagian dari yang ia miliki.
7. Mengendalikan Emosi
Kemampuan untuk mengatasi rasa tidak puas pada saat mengalami
kejadian yang tidak sesuai dengan keiniginannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa mengendalikan emosi ketika anak mengalami sesuatu yang buruk maka
anak dapat menerimanya dan tidak memiliki rasa tidak terima terhadap sesuatu
yang terjadi. 46
46
Ibid., h.77
28
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak
yang mandiri dapat dilihat dari pembiasaan- pembiasaan perilaku yang dapat
menjadikan anak untuk maju, menumbuhkan kemandirian pada dirinya, mampu
mengambil keputusan, dapat mengatasi masalah yang dihadapi tanpa bantuan
orang lain, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan sesuatu, serta
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Kemandirian merupakan salah satu karakter mandiri atau kepribadian
seorang manusia yang tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Wiyani ada dua
faktor yang berpengaruh dalam kemandirian anak usia dini yaitu faktor
internal dam faktor eksternal diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a) Kondisi Fisiologis dapat berpengaruh pada keadan tubuh,
kesehatan jasmani, dan jenis kelamin.
b) Kondisi Psikologis kemampuan bertindak dan mengambil
keputusan yang dilakukan seorang anak hanya mungkin dimiliki
oleh anak yang mampu berpikir dengan seksama tentang
tindakannya.
2. Faktor Eksternal
a) Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
pembentukan kemandirian anak usia dini. Lingkungan yang baik
dapat menjadikan cepat tercapainya kemandirian anak.
b) Rasa Cinta dan Kasih Sayang orang tua hendaknya diberikan
sewajarnya karena hal itu dapat memberikan mutu kemandirian
anak.
29
c) Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga pola asuh ayah dan ibu
mempunyai peran nyata dalam membentuk karakter mandiri
anak usia dini.
d) Pengalaman dalam Kehidupan anak meliputi pengalaman
dilingkungan sekolah dan masyarakat.47
Berdasarkan pemaparan diatas faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari anak itu sendiri meliputi emosi dan intelektual. Faktor ini ditunjukan
dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan
emosi orang tua. Sementara Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada
diluar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik, sosial,
stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang.
3. Pengertian Ibu Bekerja
Kamus besar bahasa Indonesia, menjelaskan kata wanita karir terdiri dari kata
wanita yang artinya perempuan dewasa dan karir berasal dari kata “karir” ( Belanda)
yang berarti pertama perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan
jabatan.48
Wanita karir adalah wanita yang menekuni pekerjaan (profesi) yang
menghasilkan uang dan memungkinkanya untuk dapat berkembang, baik jabatan,
peran maupun kepribadianya, ditekuni dalam waktu yang lama, secara penuh(full
time), demi mencapai prestasi tinggi yang berupa gaji maupun status tertentu.49
Menurut Lerner (dalam Widyasari dan Fidrari) dalam Encyclopedia of Children’s
Health, ibu bekerja adalah suatu keadaan dimana seorang ibu bekerja diluar rumah
untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan anak dirumah50
.
wanita karir khususnya yang sudah berkeluarga secara otomatis menanggung
beban baik dilingkungan pekerjaan maupun dalam keluarga. peran ganda perempuan
47
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak usia Dini, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), h.37 48
Aliflulahtin Utamingsih,Gender dan Wanita Karier,( Malang : UB Press) 2017,h.94 49
Aliflulahtin Utamingsih.,loc.,cit., h.97 50
Widyasari, A.K dan Fridari, Jurnal Dinamika Kontrol diri pada ibu bekerja yang menjalani
latihan yoga (psikologi udayana , vol 1 no 1)
30
pekerja berdampak secara positif maupun negatif , apabila peran tersebut mampu
untuk menunjang keharmonisan keluarga atau masyarakat. bekerja selain dimaknai
ibadah juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara jasmani maupun
rohani.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah untuk membandingkan penelitian,
mengetahui poisisi penelitian, memperkuat hasil penelitian dan menyetujui penelitian yang
dilakukan. Adapun sebagai berikut:
1. Menurut Vivi Rukmana (2010) dalam penelitiannya yang berjudul“Perbedaan
Kemandirian Anak Usia 4-5 tahun berasal dari orang tua (ibu)yang bekerja dengan orang
tua (ibu) yang tidak bekerja di TK Al-HisaHangtuah Pekanbaru”. Dalam penelitian ini,
permasalahan yang diteliti adalah perbedaan tingkat kemandirian anak usia 4-5 tahun
berasal dari orang tua (ibu) yang bekerja dengan orang tua (ibu) yang tidak bekerja.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Al-Hisa Hangtuah Pekanbaru.
Sampel dalam penelitian ini adalah 13 anak dari orang tua yang bekerja dan 15 anak dari
orang tua yang tidak bekerja. Teknik pengumpulan data 48 menggunakan observasi
langsung sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah Independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung ˃ ttabel (1,706>0,05) pada taraf
kepercayaan 5% dan (2,479>0,01) pada taraf 1%, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya
ada perbedaan kemandirian anak usia 4-5 tahun yang orang tua (Ibu) bekerja dan orang tua
(Ibu) tidak bekerja di TK Al-Hisa Hangtuah Pekanbaru. dan berdasarkan hasil analisis
deskriptif bahwa tingkat kemandirian anak usia dini yang diasuh oleh ibu yang bekerja
lebih tinggi daripada anak usia dini yang diasuh oleh ibu rumah tangga. Hal ini dibuktikan
dengan hasil yang didapat bahwa rata-rata orang tua (Ibu) bekerja sebesar 3,29 sedangkan
rata-rata orang tua (Ibu) tidak bekerja sebesar 2,70.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang relevan dapat diketahui bahwa
penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti
31
lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang kemandirian anak ditinjau dari
status bekerja ibu. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Vivi teknik
pengumpulan datanya adalah observasi dan usia anak 4-5 tahun sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan pengumpulan data berupa angket dan usia anak 5-6 tahun.
2. Menurut Iffah Laiky Tsani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul“Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Dini”. Variabel dalam penelitian
ini yaitu pola asuh orang tua yang menjadi variabel X dan kemandirian anak usia dini
yang menjadi variabel Y. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional dengan teknik
pengumpulan data melalui kuisioner. Sampel penelitian sejumlah 210 anak dengan
kisaran usia 5-6 tahun dan 210 orang tua anak di 10 Taman Kanak-kanak di Kecamatan
Cileunyi dengan menggunakan teknik stratified random sampling yaitu sampel acak
sederhana yang distratifikasikan.
Adapun hasil pengolahan data mengenai kuisioner adalah menunjukkan pola asuh orang
tua anak yang dimiliki oleh orang tua anak pada Taman Kanak-kanak di Kecamatan
Cileunyi yaitu 185 orang tua anak dari jumlah sampel 210 orang memiliki pola asuh orang
tua yang demokratis dengan presentase sebanyak 88,1% dan jumlah anak yang memiliki
sikap Sudah Mampu Sendiri (SMS) adalah 185 orang anak dari jumlah sampel 210 orang
anak dengan presentase 88,1%.
Perhitungan uji korelasi yaitu menggunakan statistik non parametrik dengan
bantuan Software SPSS versi 20, dan perhitungan korelasi dengan
Product Moment Spearman menunjukkan koefesien korelasi sebesar 0,855 dengan taraf
signifikasi 0,05 memiliki tingkat hubungan yang sangat tinggi. Pola asuh orang tua
berpengaruh terhadap kemandirian anak usia dini sebesar 73,1%. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat tinggi antar pola asuh orang tua dengan
kemandirian anak usia dini.
32
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang relevan dapat diketahui bahwa penelitian
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang kemandirian anak dan teknik
pengumpulan datanya adalah kuosioner Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan
oleh iffah sampel yang diambil sebanyak 210 sedangkan peneliti hanya 50 sampel.
3.Menurut Ni Putu Ayu Anggraini 2018 dalam penelitiannya yang
berjudul“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun
Di Tk Tunas Bangsa WiyonoPasawaran”. Penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey yang bersifat non eksperimental,
dengan analisis data korelasi. Sampel dalam penelitian berjumlah 31 anak yang
bersekolah di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran dan 31 orang tua yang
menyekolahkan anaknya di TK Tunas Bangsa Wiyono Pasawaran, pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
kuesioner dan observasi, sedangkan data dianalisis dengan menggunakan korelasi
sperman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup
besar antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia 5-6 tahun di TK Tunas
Bangsa Wiyono Pasawaran.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang relevan dapat diketahui bahwa penelitian
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang kemandirian anak dan pola
asuh teknik pengumpulan datanya adalah kuosioner Perbedaannya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh iffah sampel yang diambil sebanyak 31 sedangkan peneliti 50 sampel.
33
C. Kerangka Berfikir
Pola asuh anak merupakan bagian penting mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik. dalam keluarga pola asuh anak yang berlaku, yaitu bagaimana
keluarga membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik serta sesuai
dengan kehidupan masyarakat. Terdapat empat macam tipe pola asuh yang biasa diterapkan
oleh orang tua yaitu demokratis, permisif, otoriter, dan penelantar.
Tipe pola asuh memilki dampaknya masing-masing terhadap perkembangan jiwa,
tingkah laku, cara pandang emosi dan kemandirian anak. Terdapat empat aspek
kemandirian yaitu kemandirian emosi, ekonomi, intelektual, dan sosial.
jenis atau tipe pola asuh :
1. Otoritarian/otoriter 3. Authoritrian/demokrasi
2. Permissive/permisif 4. Uninvolved/mengabaikan
Faktor yang mempengaruhi pola asuh :
1. ketegangan yang terjadi dalam kelaurga
2. hubungan suami istri
3. keterlibatan kedua orang tua dalam mengasuh anak
4. pendidikan orang tua
5. pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak
6. terpengaruh cara orang tua sebelumnnya
memebesarkan
7. tekanan ekonomi
8. usia orang tua
9. budaya
Dampak tipe pola asuh terhdap perkembangan anak
Kemandirian Anak : kemandirian emosi, ekonomi, intelektual dan
sosial.
34
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Peneliti
terlebih dahulu merumuskan hipotesis kerja(H1) dan hipotesis nihil (H0) sebagai berkut :
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh Ibu Bekerja terhadap
kemandirian anak di TK Se-keluarahan cinere kota depok.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh Ibu Bekerja
terhadap kemandirian anak di TK Se- keluarahan cinere kota depok.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di TK Se- Kelurahan Cinere
Kecamatan Cinere Depok Provinsi Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2019 sampai dengan Maret
2019. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan JAN FEB MAR APR MEI JUN
1 Pembuatan
judul
2 Bimbingan
3 Sidang
Proposal
4 Bimbingan
dan revisi
5 Sebar angket
6 Pengumpulan
data
7 Analisis data
8 Sidang
Skripsi
36
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, metode
kuantitatif adalah penelitian yang melihat suatu realitas sebagai hal yang tunggal, teramati
dan dapat dipragmentasikan sehingga dari masalah yang ada itu dapat mengeneralisir dan
memprediksikan suatu masalah berdasarkan sejumlah variabel prediktator. 51
Desain penelitian ini yaitu menggunakan korelasi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-
variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Bekerja dan Anak TK di Kelurahan Cinere
Depok Jawa Barat Tahun ajaran 2018/2019 . Sedangkan sampel adalah bagian populasi
yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Menurut Arikunto penentuan
pengambilan sampel yaitu apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga
penelitiannya merupakan merupakan penelitian populasi. Jika jumlah populasi lebih dari
100 dapat diambil 10-15 % atau 20-55%.52
Sampel dalam penelitian ini yaitu 100 % dari 50
jumlah populasi jadi sampel yang diambil yaitu sejumlah 50 ibu bekerja di TK Se-
Kelurahan Cinere depok Jawa Barat Tahun ajaran 2018/2019.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dari sumber yakni data nilai Pola Asuh Ibu Bekerja dari
hasil pengisian kuosiner, dan nilai Kemandirian Anak dari hasil pengisian angket. Peneliti
terlebih dahulu membagikan angket/kuosioner tentang pola asuh ibu bekerja yang
berbentuk pilihan, dengan pilihan.
51
Abdul Hamid, Metode Penelitian Bahasa,( Jakarta: Diadit media, 2011), h.83 52
Arikunto.S. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek,(Jakarta: RinekaCipta,2008),h.116
37
Tabel 3.2
Alternatif Jawaban Responden53
No Alternatif Jawban Item Positif (+) Item Negatif(-)
1 S : Selalu 4 1
2 S : Sering 3 2
3 KD : Kadang-Kadang 2 3
4 TP : Tidak Pernah 1 4
1. Variabel Pola Asuh Ibu Bekerja ( Variabel X)
a. Definisi Konseptual
Pola asuh orang tua adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak
yang didalamnya terdapat cara mengasuh, mendidik atau membimbing
anak termasuk bagaimana cara orang tua menerapkan aturan,
mengajarkan nilai atau norma, memberikan segala perhatian dan kasih
sayang serta menunjukan perilaku yang baik sehingga perilaku orang tua
tersebut dapat menjadi contoh, panutan atau suri tauladan bagi anaknya.
b. Definisi Operasional
Pola Asuh ibu Bekerja adalah skor mengenai keseluruhan aktivitas orang
tua mengenai keseluruhan aktivitas orang tua dalam mendidik, mengasuh
dan menanamkan nilai moral dan perilaku kepada anak mereka. Tipe-tipe
Pola asuh yang digunakan yaitu teori Diana Baumrind dalam Desmita
yang mengatakan tipe pola asuh terdiri dari tiga aspek yang meliputi: a).
otoritatif, b) otoriter, c). permisif.54
Pola Asuh diperoleh total skor dari jawaban responden. Berikut kisi-
kisi intrumen penelitian hubungan Pola asuh ibu (bekerja) terhadap
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendidikan kuantitatif,kualittaif,
R&D),(Bandung:Alfabeta,2010),h.135 54
Desmita Desmita, Psikologi Perkembangan,( Bandung: Remaja Rosda Karya,2013), h.144
38
kemandirian anak TK di kelurahan Cinere Depok Jawa Barat Tahun
Ajaran 2019/2020.
Tabel 3.3
kisi-kisi variabel (X) Pola Asuh
Variabel Aspek Indikator Butir Soal Jm
+ -
Pola Asuh ibu
bekerja
Otoriter
a. Anak harus tunduk dan
patuh pada kehendak orang tua
9 8,
21,
,37
4
b. Pengontrolan orang tua
terhadap perilaku anak sangat
ketat
7 10,
11,
38
4
c.Orang tua hampir tidak
pernah memberi pujian
34 12,
22,
3
d.Orang tua tidak mengenal
kompromi dan dalam biasanya
bersifat satu arah
14 13,
23
3
Otoritatif
a. Anak diakui sebagai pribadi
oleh orang tua dan turut
dilibatkan dalam pengambilan
keputusan
1,3
1,3
9
24 4
b. Memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu mengendalikan
mereka
2,3
,25
33 4
39
c .Memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan
26,
32
4 3
d.Pendekatan kepada anak
bersifat hangat
5,6
,27
,36
4
Permisif
a. orang tua bersikap
acceptance tinggi namun
control rendah, anak diizinkan
membuat keputusan sendiri
dan dapat berbuat
sekehendaknya sendiri
28 15,1
6, 35
4
b. Orangtua memberi
kebebasan kepada anak untuk
menyatakan dorongan atau
keinginanya
17 18,
29
3
c. Orang tua kurang
menerapkan hukuman pada
anak, bahkan hampir tidak
menggunakan hukuman
40 19,2
0,
30,
4
Jumlah 40
40
c. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Untuk melihat valid atau tidaknya instrument
tersebut peneliti mencari kerangka dari suatu konsep mengenai pola asuh ibu
bekerja dan kemandirian anak. Langkah yang dikemukakan para ahli yang
tertulis dalam literatur. Validitas dapat dilihat dari hasil perhitungan Prduct
Moment dengan menggunakan komputer Statistical Packges for
SocialSciences (SPSS) for windows version 22. Uji validitas telah dilakukan
pada instrumen penelitian. Berikut tabel hasil uji validitas variabel pola asuh
ibu bekerja.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Pola Asuh Ibu Bekerja
No Dimensi Indikator Pernyataan
V TV
1 Otoiter Authoritative
a. Anak harus tunduk dan patuh pada
kehendak orang tua
21,37 8,9
b. Pengontrolan orang tua terhadap
perilaku anak sangat ketat
38 7,10,
11
c.Orang tua hampir tidak pernah
memberi pujian
12,22,
34
d.Orang tua tidak mengenal
kompromi dan dalam biasanya
bersifat satu arah
13,14,
23
41
Authoritarian
-menerapkan aturan
-menanamkan nilai
-memberikan perhatian
a. Anak diakui sebagai pribadi oleh
orang tua dan turut dilibatkan dalam
pengambilan keputusan
24,31 1,39
b. Memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu
mengendalikan mereka
2,25,3
3
3
c .Memberikan kebebasan kepada
anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan
4,26,3
2
d.Pendekatan kepada anak bersifat
hangat
5,27,3
6
6
Permissive
menerapkan aturan
-menanamkan nilai
-memberikan perhatian
a. orang tua bersikap acceptance
tinggi namun control rendah, anak
diizinkan membuat keputusan sendiri
dan dapat berbuat sekehendaknya
sendiri
15,16,
28,35
b. Orangtua memberi kebebasan
kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginanya
17,18,
29
c. Orang tua kurang menerapkan
hukuman pada anak, bahkan hampir
tidak menggunakan hukuman
19,20,
30
40
Jumlah 30 10
42
d. Uji Reliabilitas
Uji Relialibitas dilakukan untuk mengetahui bahwa yang sudah diketahui
kevalidannya cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data. Dalam penelitian ini, teknik reliabilitas yang digunakan
adalah koefisien AlphaCronbach dengan perhitungannya menggunakan
program komputer statistical packegs for sosial sciences (SPSS) for
windows version 22. Berikut hasil uji validitas variabel Pola asuh ibu
bekerja.
Tabel 3.5
Reliabilitas Pola Asuh Ibu Bekerja
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of
Items
,756 ,964 31
Data tabel diatas menunjukan nilai Cronnbach’s Alpha > 0,60. Pada
variabel Pola asuh ibu bekerja menghasilkan nilai Cronsbach’s
Alpha sebesar 0,756 Itu berati bahwa instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini adalah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur variabel
yang bersangkutan, dengan instrumen penelitian yang telah dinyatakan valid
dan reliabel inilah penulis mengukur masing-masing variabel.
43
2. Variabel Kemandirian Anak ( Variabel Y)
a. Definisi Konseptual
Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung
atau tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain. Kemandirian juga
merupakan suatu kemampuan untuk berfikir dan melakukan sesuatu atas
dorongan diri sendiri sesuai dengan kewajibanya dalam kehidupan sehari-hari
tanpa dibantu orang lain.
b. Definisi Operasional
Kemandirian diperoleh dari indikator yang digunakan menurut Yamin
Martinis terdapat tujuh indikator diantaranya : a).Kemampuan Fisik b). Percaya
Diri c). Bertanggung Jawab d). Disiplin e). Pandai Bergaul f). Saling Berbagi
g). Mengendalikan Emosi.55
Kemandirian diperoleh total skor dari jawaban
responden. Berikut kisi-kisi intrumen penelitian hubungan Pola asuh ibu
(bekerja) terhadap kemandirian anak TK di kelurahan Cinere Depok Jawa
Barat Tahun Ajaran 2019/2020.
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Variabel (Y) Kemandirian Anak
Variabel Indiaktor Butir Soal Jumlah
Kemandirian
Anak
a. Kemampuan Fisik 1,2,3 3
b. Percaya Diri 4,5,6,7,8 5
c. Bertanggung Jawab 9,10,11,12 4
d. Displin 13,14,15,16 4
e. Pandai bergaul 17,18,19,20 4
f. Saling Berbagi 21,22 2
55
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2017), h.39
44
g. Mengendalikan
emosi
23,24,25 3
Jumlah 25
c. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Untuk melihat valid atau tidaknya instrument
tersebut peneliti mencari kerangka dari suatu konsep mengenai iklim sekolah
dan kepuasan kerja guru. Langkah yang dikemukakan para ahli yang tertulis
dalam literatur.
Untuk mengetahui apakah instrument angket yang digunakan valid maka
angket dikonsultasikan kepada ahli sebagai validator(expert judgment).
Validator dipilih dengan pertimbangan yang bersangkutan mempunyai profesi
dengan keahlian dibidang kepuasan kerja dan dilakukan uji validitas kemudian
dihitung menggunakan SPSS Versi 22. Uji validitas telah dilakukan pada
instrumen penelitian. Hasil uji validitas variabel kemandirian anak terdapat di
tabel sebagi berikut.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Kemandirian Anak
Variabel Indiaktor Butir Soal
Valid Tidak Valid
Kemandirian
Anak
a. Kemampuan Fisik 2,3 1
b. Percaya Diri 4,5,6,7,8
c. Bertanggung Jawab 9,10,11,12
d. Displin 13,16 14,15
45
e. Pandai bergaul 17,18,19,20
f. Saling Berbagi 22 21
g. Mengendalikan
emosi
23,24,25
Jumlah 21
d. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bahwa yang sudah diketahui
kevalidannya cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data. Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas kepuasan kerja.
Data pada tabel diatas instrumen variabel Kemandirian Anak menunjukan nilai
Cronnbach’s Alpha > 0,60. Variabel iklim sekolah menghasilkan nilai Cronsbach’s
Alpha sebesar 0,755. Itu berati bahwa instrumen yang dipakai dalam penelitian ini
adalah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang bersangkutan
dari instrumen penelitian yang telah dinyatakan valid dan dipercaya inilah penulis
mengukur masing-masing variabel.
Tabel 3.8
Reliabilitas Kemandirian Anak
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,755 ,936 22
46
E. Teknik Analisis Data
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan rumus-rumus
statistikaa untuk menganlisa data penelitian yang diperoleh dilapangan. Penggunaan
statistika tersebut digunakan baik uji instrument maupun analisa data penelitian yang
diperoleh dilapangan. Terdapat dua persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
instrument penelitian.
1. Uji Persyaratan Analisis
A. Uji Normalitas
Menurut Siregar tujuan diadakanya uji normalitas terhadap serangkaian data
adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau
tidak.56
Uji normalitas ini menggunakan bantuan program SPSS V.22.0
dengan menggunkan taraf signifikasi 0.05 data dinyatakn berdistribusi
normal jika signifikasi lebih besar dari 5 % atau 0.05.Ketentuan pengujian
dengan taraf signifikasi 5% :
Jika taraf sig > 0,05 , maka sebaran data normal
Jika taraf sig < 0,05, maka sebaran data tIdak normal
B. Uji Hipotesis Penelitian
1. Uji Korelasi
Pengujian korelasi menggunakan bantuan program bantuan SPSS. V.
22.0 menurut Sugiyono rumus menghitung korelasi Pearson Product
Moment sebagai berikut: 57
56
Syofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif . (Jakarta: Kencana, 2013)h.153 57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendektan Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D,(
Bandung:ALFABETA,2010), h. 255
47
Menurut Sugiyono pedoman untuk memberikan interpretasi tingkat korelasi
dan kekuatan hubungan yaitu pada tabel :58
Tabel 3.9
Interpretasi Nilai “r” tabel
Besarnya “r” product
moment
Interpretasi
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
2. Koefisien Determinasi
Menurut Siregar koefiseien determinasi adalah angka yang menyatakan
atau digunakan untuk mengetahui konstribusi atau sumbangan yang
diberikan oleh sebuah variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).59
Koefisien determinasi dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD = nilai koefisien determinasi
r = nilai koefiseien korelasi
58
Ibid., h.257 59
Syofian Siregar., op.,cit.,h. 338
48
F. Hipotesis Statistik
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu bekerja terhadap
kemandirian anak
Ha= Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian
anak
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang di deskripsikan pada penelitian ini meliputi data skor Pola Asuh Ibu
Bekerja (X) dan Kemandirian Anak (Y) yang diambil dari 50 Ibu bekerja sebagai sampel di
Keluarahan Cinere Depok Jawa Barat Tahun Ajaran 2018/2019. Sekolah yang terlibat
dalam pengisian kuosiner yaitu TK Islam Al-Fajr , TK Islam Al-Husna, TK Islam Daru
Roja,TK Islam Kalam Mulia, TK Islam Arafah. Berikut jumlah angket yang didistribusikan
ke TK Islam di kelurahan Cinere Depok .
Tabel 4.1
Distribusi Angket
Nama Sekolah Status Jumlah
Angket
TK Islam Al-Fajar Swasta 12
TK Islam Al-Husna Swasta 13
TK Islam Arafah Swasta 10
TK Islam Daru Roja Swasta 8
TK Islam Kalam Mulia Swasta 7
Jumlah 50
Tabel tersebut menunjukan bahwa angket yang telah diisi kembali sebanyak 50
responden dari setiap masing-masing sekolah, adapun jumlah setiap sekolah TK Islam Al-
Fajar berjumlah 30 siswa, ibu bekerja hanya 12, TK Islam Al-Husna Berjumlah 30 Siswa,
ibu bekerja 13 siswa, TK Islam Arafah berjumlah 25 siswa, ibu bekerja 10 siswa, TK Islam
Darur Roja berjumlah 25, ibu bekerja 8 siswa dan TK Islam Kalam Mulia berjumlah 23
siswa, ibu bekerja sejumlah 7 siswa.
50
1. Karakteristik Pola Asuh ibu bekerja
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
USIA
(TAHUN)
TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
20- 35 TAHUN 40 80,0 %
> 35 TAHUN 10 20,0 %
TOTAL 50 100%
Berdasarkan tabel Distribusi menunjukan karakteristik usia responden sebagian
besar berusia 20-35 tahun yaitu 40 orang ( 80,0%) dan terendah berusia > 35 tahun
ada 10 orang ( 20,0%) .
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
PENDIDIKAN TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
SMK / SMA 18 2,0 %
S1 24 48,0 %
SMP 1 2,0%
D3/D1 7 14,0 %
TOTAL 50 100 %
Berdasarkan tabel distribusi menunjukan bahwa karakteristik berdasarkan
tingkat pendidikan responden terbanyak berpendidikan S1 yaitu sebanyak 24
orang (48,0%) dan terendah SMP yaitu 1 orang ( 2,0 %).
51
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis pekerjaan
JENIS PEKERJAAN TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
Wiraswasta PNS 7 14,0 %
Pegawai swasta 34 68,0 %
Guru 8 16,0 %
PNS 1 2,0 %
TOTAL 50 100 %
Berdasarkan tabel menunjukan karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan
responden sebagian besar Pegawai swasta yaitu sebesar 34 orang (68,0 %) dan
terendah yaitu PNS 1 orang (2,0%).
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu bekerja
Waktu Bekerja TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
7-8 jam 32 64,0 %
>8 jam 18 36,0 %
TOTAL 50 100 %
Berdasarkan tabel distribusi menunjukan karakteristik berdasarkan lama bekerja
responden sebagian besar mempunya waktu 7-8 jam yaitu sebesar 32 orang (64,0
%) dan terendah yaitu > 8 jam sebanyak 18 orang (36,0%).
52
22%
49%
29%
Diagram pola asuh
otoriter
otoritatif
permisif
Gambar 4.1
Berdasarkan Gambar diagram diatas menunjukan pola asuh yang diterapkan
oleh ibu bekerja terdapat pada pola asuh otoritatif sejumlah 49% , otoriter 22 %
dan permisif 29 % hal ini bahwa pola asuh otoritatif dengan persentase 49 %
lebih tinggi daripada jenis pola asuh yang lainya berarti menunjukan bahwa
otoritatif mempunyai pengaruh yang lebih.
2. Karakterisitk Kemandirian Anak
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
Laki-Laki 28 56,0 %
Perempuan 22 44,0 %
TOTAL 50 100 %
Berdasarkan tabel distribusi menunjukan karakteristik kemandirian berdasarkan
jenis kelamin responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28
siswa (56,0% )dan perempuan sebanyak 22 siswa (44,0%).
53
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Usia
USIA ANAK TAHUN 2018/2019
FREKUENSI PERSENTASE
6 Tahun 34 68,0 %
5 Tahun 16 32,0 %
TOTAL 50 100 %
Berdasarkan tabel distribusi menunjukan karakteristik kemandirian berdasarkan
usia responden sebagian besar berusia 6 tahun sebanyak 34 siswa (68,0% )dan usia
5 tahun sebanyak 16 siswa (32,0%).
Gambar 4.2
Diagram frekuensi Kemandirian Anak
14%
20%
16% 15%
15%
8% 12%
Kemandirian Anak
kemampuan fisik
percaya diri
bertanggung jawab
disiplin
pandai bergaul
saling berbagi
mengendalikan emosi
54
Berdasarkan Gambar diagram diatas kemandirian anak dapat diperoleh dari 8
jenis aspek kemandirian dengan persentase 20% percaya diri, 16% bertanggung
jawab, 15% disiplin, 14% kemampuan fisik dan terendah 8 % saling berbagi.
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan pengujian Hipotesis
1. Hasil uji normalitas
Uji normalitas dilakukan apakah data dari sampel memenuhi distribusi normal
atau tidak. Tabel berikut menunjukan hasil dari uji normalitas.
ketentuan uji normalitas :
1. untuk uji graafik p-plot yaitu data harus mengikuti atau mendekati garis
diagonal
2. untuk uji grafik histogram yaitu data didalam garis melengkung yang
membentuk lonceng terbalik dan titik tertinggi pada garis melengkung
sejajar dengan 0
3. untuk statistik kolmogrov smirnov yaitu nilai signifikasi diatas 0,05.60
Gambar 4.3
Histogram Pola Asuh Ibu Bekerja
60
https://www.youtube.com/watch?v=2I4OdFD362c diakses pada tanggal 06 mei pukul 20.00 WIB
55
Gambar 4.4
Histogram Kemandirian Anak
Dengan melihat tampilan grafik histrogram, pada gambar 4.3 dan 4.4 diatas
menunjukkan pola data terdistribusi secara normal, karena bentuk kurva pada
histrogram memiliki bentuk seperti lonceng. sehingga variabel residual dikatakan
mendekati distribusi normal. Kemudian untuk lebih memastikan hasil analisis, uji
normalitas penelitian ini juga melihat dengan normal probability plot.
56
Gambar 4.5
P-PLOT Kemandirian Anak
Gambar 4.6
P-PLOT Pola Asuh Ibu Bekerja
57
Berdasarkan gambar 4.5 dan 4.6 data mendekati distribusi normal terlihat
data menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis atau grafik
histrogramnya. Meskipun data sedikit keluar garis maka dan kemudian mengikuti
kembali garis diagonalnya.
Tabel 4.8
Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
Suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila tingkat signifikasinya
lebih besar dari 0,05 atau p > 0,05. dilihat dari data tabel diatas menunjukan kedua
variabel berdistribusi normal dimana hasil menujukan 0,200 > 0,05.
2. Uji Hipotesis
Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini
menggunakan korelasi pesrson product moment, yaitu salah satu teknik yang
dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi. Kegunaan
uji Pearson Product Moment atau analisis korelasi adalah untuk mencari hubungan
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan
ratio.Rumus yang dikemukakan adalah:
Unstandardiz
ed Residual
N 50
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation 7,65360437
Most Extreme
Differences
Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,048
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
58
Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan r, dengan ketentuan nilai r
tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ). Apabila r = -1 artinya korelasi negatif
sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna
positif (kuat). Atau dengan kata lain, koefisien korelasi itu bergerak antara 0,000
sampai +1,000 atau diantara 0,000 sampai -1,000, tergantung kepada arah korelasi,
nihil, positif, atau negatif.
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika r hitung > r tabel maka Ha diterima
dan Ho ditolak, sebaliknya jika r hitung < r tabel. Maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Koefisien yang bertanda positif menunjukan arah korelasi yang positif. Koefisien
yang bertanda negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Sedang koefisien
yang bernilai 0,000 menunjukan tidak adanya korelasi antara X dan Y. Sedangkan
harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
Tabel 4.9
Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya “r” product
moment
Interpretasi
0,00-0,199 Sangat Rendah
59
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan hubungan antara
variabel X (Pola asuh ibu bekerja ) dengan variabel Y (kemandirian anak), maka
terlebih dahulu dirumuskan Ho dan Ha. Ho = Tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara pola asuh ibu bekerja dengan kemandirian anak di tk se Kelurahan
cinere depok jawa barat Tahun ajaran 2018/2019 Ha= Terdapat korelasi yang
signifikan antara pola asuh ibu bekerja dengan kemandirian anak di tk se Kelurahan
cinere depok jawa barat Tahun ajaran 2018/2019.
Adapun langkah selanjutnya, setelah data yang di peroleh dari setiap reponden
dianalisa deskriptif dengan menggunakan nilai presentasi frekuensi, maka
selanjutnya penulis akan mencari korelasi antara dua variabel penelitian dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis software SPSS Versi 22. Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi.
Berikut adalah tabel hasil uji korelasi.
Tabel 4.10
Hasil Korelasi
POLA ASUH
IBU BEKERJA
KEMANDIRIAN
ANAK
POLA ASUH IBU BEKERJA Pearson Correlation 1 ,560**
Sig. (2-tailed) ,000
N 50 50
KEMANDIRIAN ANAK Pearson Correlation ,560** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 50 50
60
Interpretasi output SPSS pada tabel correlation, di peroleh harga koefisien korelasi
sebesar 0,560 dengan signifikansi sebesar 0,000 . Berdasarkan data tersebut maka dapat
dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi (p-value)
dengan rumusnya.
Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak
Hasil perhitungan korelasi didapatkan angka sebesar 0,560 dengan signifikansi
0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, berarti Ha di terima. Artinya ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu bekerja dengan kemandirian anak di TK
Se Kelurahan cinere depok jawa barat Tahun Ajaran 2018/2019.
Pengujian:
Jika r hitung > r tabel, maka Ho di tolak
Jika r hitung < r tabel, maka Ho di terima
Perhitungan korelasi dengan taraf kepercayaan 0,05 (5%), maka dapat di peroleh
harga r tabel sebesar 0,279. Ternyata harga r hitung lebih besar dari pada r tabel (0,560
> 0,279), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang sedang atau
cukup antara pola asuh ibu bekerja dengan kemandirian anak di Tk Kelurahan cinere
depok Tahun Ajaran 2018/2019.
Seberapa besar kontribusi antara pola asuh ibu bekerja dan kemandirian anak dapat
digunakan koefisien determinasi”
KD = r2
x 100%
= (0,560)2 x 100% = 32%
61
Hal ini menunjukan bahwa pengaruh antara pola asuh ibu bekerja terhadap
kemandirian anak di Kelurahan cinere depok Tahun Ajaran 2018/2019 adalah relatif
besar yaitu 32 %, ini artinya terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pola
asuh ibu bekerja, sedangkan dari kontribusi kemandirian anak pengaruhnya pada
pola asuh ibu bekerja menunjukkan persentase yaitu 32%, selebihnya dipengaruhi
oleh faktor lain misalnya usia ibu, pendidikan, lama bekerja, jenis pekerjaan dan
lain sebagainya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pola Asuh Ibu Bekerja
Berdasarkan hasil penelitian faktor yang bisa mempengaruhi pola asuh ibu
bekerja adalah tingkat pendidikan orang tua. dari hasil penelitian didapatkan data
bahwa ada sebanyak 48,0 % responden yang memiliki tingkat pendidikan S1
sebanyak 24 ibu, 36,0 % responden dengan tingkat pendidikan SMA/SMK
sebanyak 18 ibu , 14,0 % responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 7 ibu,
responden dengan tingkat terendah 2,0% dengan pendidikan SMP yaitu sebanyak 1
ibu. Menurut peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi pengetahuan ibu bagaimana memberikan pola asuh yang baik untuk anak
mereka.
Menurut Hurlock pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa.61
Hurlock juga berpendapat
latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik
formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan
orang tua kepada anaknya.62
Maka tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pendapat
61
Hurlock, Perkembangan Anak (Chid Development)Jilid 2( Jakarta: PT Erlanga,1978)h.205 62
Hurlock.,loc.,cit
62
lain putra menjelaskan hal ini berarti bahwa ibu mempunyai pengetahuan yang
cukup terkait tumbuh kembang anaknya dan cara memandirikan anak. 63
Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kemandirian juga dipengaruhi oleh
status pekerjaan ibu. Dari tabel karakteristik responden diketahui sebagian besar ibu
di TK se kelurahan cinere depok bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 60,0%
responden dengan jumlah 30 ibu, responden 18,0 % guru dengan jumlah 9 ibu,
responden 12,0 % bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 6 ibu dan paling
terendah jenis pekerjaan ibu Perawat 2,0 % dengan jumlah 1 ibu. Menurut Santrock
anak-anak yang ibunya bekerja di luar rumah belum tentu benar-benar mendapatkan
perhatian lebih sedikit dibandingkan dengan yang ibunya tidak bekerja. Hal ini
sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hock dalam Suyadi bahwa
ibu yang bekerja mendorong anaknya untuk melakukan self sufficient (mencukupi
diri) dan melatih anak untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sendiri, di
sisi lain dampak positif ibu yang bekerja adalah dapat menciptakan tantangan dan
kesempatan bagi anak untuk mengembangkan potensinya.
Selanjutnya faktor yang berpengaruh pada pola asuh ibu bekerja adalah
tingkatan usia sebagian besar 20- 35 tahun sebanyak 76,0 % yaitu dengan jumlah
38 ibu dan tingkatan usia lebih dari 35 tahun 24,0% responden dengan jumlah 12
ibu . Menurut peneliti faktor usia dalam mengurus anak merupakan faktor
Pendukung yang sangat berpengaruh. Hal ini bisa terjadi sebab dengan
bertambahnya usia ibu maka otomatis kesehatan ibu akan menurun serta tenaga
yang diberikan untuk anaknya tidak akan seoptiomal pada saat ibu berusia muda
sehingga ibu tidak selalu berada di dekat anak untuk melatih dan mengembangkan
kemandiriannya.
63
Putra F,Y Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Personal
Hygine Anak Usia Pra Sekolah Didesa Balung Lor Kecamatan Balung (Univ.Jember:Prog. ilmu
Keperawatan,2012)h.1
63
Ibu yang memiliki usia terlalu muda akan mempengaruhi cara pengasuhan
terhadap anaknya, dimana ibu yang berusia muda lebih mementingkan
keperluannya sendiri, sehingga ibu sering meninggalkan anaknya dan biasanya ibu
mengganti waktu yang terbuang dengan jalan memperbolehkan apapun yang
dikehendaki oleh anak sehingga anak akan banyak menuntut, dan menjadikan anak
memiliki sifat manja.
Selain itu faktor waktu bekerja ibu dimana sebagian besar mempunyai waktu 7-
8 jam yaitu sebesar 32 orang (64,0 %) dan terendah yaitu > 8 jam sebanyak 18
orang (36,0%) Menurut peneliti waktu kebersamaan antara anak dan orang tua
sangat penting akan menjadikan komunikasi yang cukup. Menurut Becker dalam
Djamaludin dimana berkurangnya waktu pengasuhan anak oleh ibu bekerja
memungkinkan rendahnya intensitas pengasuhan anak.64
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukan pola asuh yang diterapkan oleh ibu bekerja
terdapat pada pola asuh otoritatif sejumlah 49% , otoriter 22 % dan permisif 29 %
hal ini bahwa pola asuh otoritatif dengan persentase 49 % lebih tinggi daripada
jenis pola asuh yang lainya berarti menunjukan bahwa otoritatif mempunyai
pengaruh yang lebih. Hasil penelitian ini memperkuat teori yang dikemukakan oleh
Baumrind yang mengatakan bahwa pola asuh demokratis terbukti optimal karena
hal ini menyebabkan perilaku bertanggung jawab dan kompeten dalam anak-anak.
Menurut Santrock pola asuh merupakan suatu cara atau metode pengasuhan yang
digunakan para orang tua untuk mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang
dewasa secara sosial.
Pendapat lain Agency Tridhonato bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh
yang menerapkan perlakukan pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak
64
Djamaludin, U. 2003. Pengasuhan Anak di Kalangan Ibu Bekerja. Bandung: Unpad.
64
dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional.65
Sebagaimana Santrock mengatakan bahwa pola asuh demokratis mampu
mendorong anak menjadi mandiri, namun masih menempatkan batas dan kendali
pada tindakan mereka.66
Dampak negatif pola asuh demokratis walaupun pola asuh
demokratis lebih banyak memiliki dampak positif, namun terkadang juga dapat
menimbulkan masalah apabila anak atau orangtua kurang memiliki waktu untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu, diharapkan orangtua tetap meluangkan waktu untuk
anak dan tetap memantau aktivitas anak.
2. Kemandirian Anak
Berdasarkan hasil penelitian faktor yang bisa mempengaruhi kemandirian anak
adalah jenis kelamin. dari hasil penelitian didapatkan data bahwa laki-laki yaitu
sebanyak 28 siswa 56,0 %, selanjutnya berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
22 siswa 44,0 %. Menurut Masrun dalam lia laki-laki lebih mandiri daripada
perempuan. Perbedaan tersebut bukan karena faktor lingkungan semata, akan tetapi
karena orangtua dalam memperlakukan anak dalam kehidupan sehari-hari lebih
cenderung memberikan perlindungan yang besar pada anak perempuan.67
Hal ini
terbukti dengan hasil analisis tambahan yang mendukung teori di atas, bahwa rata-
rata kemandirian anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan tingkat kemandirian yang
dimiliki oleh anak perempuan.
Selain faktor jenis kelamin, kemandirian juga berpengaruh pada usia anak yaitu
6 tahun berjumlah 34 siswa 68,0% dan berusia 5 tahun sebanyak 16 siswa 32,0%.
Bahwa anak yang berusia 6 tahun memiliki rata-rata kemandirian yang paling tinggi
dibandingkan dengan anak yang berumur 5 tahun. Hasil ini sesuai dengan pendapat
65
Al.Tridhonato & Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,( Jakarta: IKAPI,
2014),h.5 66
Santrock, Perkembangan Anak Edisi Ketujuh Jilid 2 (Jakarta :PT Erlangga,2007)h.167 67
Lia Kusuma ,Skripsi perbedaan kemandirian anak usia 5-6 tahun ditinjau dari status ibu
bekerja,(UNY: Program Pendidikan Anak usia Dini,FIP,2017)h.90
65
Masrun dalam kusuma yang menyatakan bahwa pengaruh dari orang lain akan
berkurang secara perlahan lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi.
Pertama-tama anak-anak akan merasa lebih tergantung pada orang-tuanya, tetapi
ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.68
Berdasarkan gambar 4.2 kemandirian anak dapat diperoleh dari 8 jenis aspek
kemandirian dengan persentase 20% percaya diri, 16% bertanggung jawab, 15%
disiplin, 14% kemampuan fisik dan terendah 8 % saling berbagi. Seperti yang
dikemukakan oleh muslimah kemandirian anak dibentuk melalui proses sosialisasi
yang terjadi antara anak dengan sebayanya.69
Bahwa melalui hubungan dengan
sebaya anak akan belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri.
Menurut Erickson mengatakan peran ibu penting sebagai figur sentral yang
dapat membantu perkembangan anak, orang tua terutama ibu dianjurkan untuk tidak
terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Pendapat lain Jayantini,
Sedanayasa & Sulastri kemandirian anak usia dini pada umumnya dikaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, anak yang
mempunyai sikap mandiri selain mampu menyelesaikan segala sesuatunya secara
sendiri juga akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan akan
dapat mengatasi kesulitan yang terjadi.70
3. Hubungan Pola Asuh Ibu Bekerja Terhadap Kemandirian Anak Usia
5-6 Tahun Di TK Se Keluruhan Cinere Depok Jawa Barat
Hasil analisis dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov didapatkan
nilai signifikasi = 0,200. Nilai signifikasi lebih kecil dari α (0,000>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun. Koefisien
68
Ibid.,h.91 69
Muslimah Dkk 2012 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia 3-
5 Tahun Didesa Randusari 70
Jayantini, Sedanayasa & Sulastri, Hubungan Pola Asuh Belajar Terhadap Kemandirian,(e-Journal
Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling:Vol 2,No.2,2014)
66
korelasi yang diperoleh sebesar 0,560. Berdasarkan interpretasi nilai korelasi
menurut Arikunto nilai ini berkisar antara 0,40-0,599 yang berarti hubungan
pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun masuk dalam
kategori sedang atau cukup.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak. Menurut Kohn dalam Yulia
pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.
Pola asuh merupakan tata cara orangtua dalam mendidik dan membesarkan
anak.71
Penelitian yang dilakukan oleh Apisah mengemukakan bahwa ibu yang
bekerja cenderung mandiri karena ibu yang bekerja menandakan bahwa mereka
mandiri,sehingga sifat kemandirian tertanam pada anak karena faktor bawaan
dan kebiasaan. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan status pekerjaan ibu
dan tingkat kemandirian anak usia prasekolah.72
Menurut Mastauli Siregar dalam Suardani ibu yang bekerja dan tidak
bekerja akan banyak mempengaruhi kemandirian anak. Untuk ibu bekerja harus
selalu meluangkan waktu untuk berbagi permasalahan pada anak dan walaupun
mereka bekerja mereka juga harus memperhatikan kebutuhan kasih sayang
kepada anaknya.73
Seperti yang dikemukakan oleh Mustari dalam putu intan
bahwa anak tidak akan mampu mengembangkan kemandiriannya selama orang
tua dan orang-orang di sekitarnya selalu ada didekatnya untuk melindungi dan
selalu membantu anak dalam melakukan aktivitasnya.74
Kemandirian penting
dalam hidup anak, melatih kemandirian anak sejak dini menumbuhkan rasa
71
Yulia Fitriani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Anak TUNAGRAHITA Mampu
Didik Kelas Dasar Di SLB C Budi Asih Wonosono,(UNY:Fakultas Ilmu Keolahragaan,2016) 72
Apisah,Mariam . Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dan Tingkatkemandirian Anak Usia
Prasekolah 2012 Di Desa Prapag Torkecamatan Tosari Kabupaten Brebes. 73
Suardani E-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) 74
Ni Putu Intan, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Usia Para Sekolah
Di TK Negri Pembina Lombok Barat 2017)h.110
67
percaya diri pada anak. hal ini sejalan menurut Putra belajar menjadi mandiri
yang tidak dimiliki sejak ini hanya akan membuat pemahaman yang tidak tepat
tentang konsep kemandirian anak dan anak cendrung bersifat individual.75
Asrori menyatakan bahwa gen menjadi salah satu faktor yang
menentukan kemandirian seseorang, orangtua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.76
Artinya,
kualitas kemandirian anak bergantung pada kualitas yang dimiliki oleh seorang
ibu, semakin mandiri seorang ibu maka akan semakin mandiri pula anak yang
mereka lahirkan. hal lain Komalasari dalam Ravika Seorang anak dapat tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan cerminan yang ia peroleh baik dari
orangtua maupun dari lingkungan sekitar melalui pengalaman langsung maupun
tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain seperti guru, anggota
keluarga, orang tua atau tokoh yang dikaguminya.77
Yamin menyatakan ada hubungan diantara pemisahan anak dan orang tua.
Pemisahan Merupakan suatu proses yang mendidik anak untuk lepas dari
ketergantungan mereka terhadap orangtua atau orang dewasa yang dekat dengan
mereka.78
Seorang anak membutuhkan kesempatan, dan dorongan dari keluarga
serta lingkungan sebagai penguat untuk setiap perilaku yang dilakukannya, salah
satunya perilaku yang berhubungan dengan kemandirian.
Pada penelitian ini menunjukan kategori yang cukup atau sedang yang
berarti anak dapat dikatakan mandiri. Dalam pengembangan kemandirian bukan
75
Putra F,Y Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygine
Anak Usia Pra Sekolah Didesa Balung Lor Kecamatan Balung (Univ.Jember:Prog. ilmu
Keperawatan,2012 76
Asrori. 2004. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. 77
Ravika Geofany , E-Journal Perbedaan Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Ibu Bekerja
,(PSikoborneo, Vol.4, No.2 , 2016)h.718 78
Martinis Yamin & Jamilah Sabri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,( Jakarta:
IKAPI,2010),h.86
68
hanya ibu yang berperan. Ini sesuai data angket yang tertera yaitu anak tidak
hanya diasuh oleh orang tua, terutama ibu, tetapi juga oleh keluarga besar dan
pembantu. Dengan adanya keluarga besar, apabila tinggal bersama maka
seringkali anak dititipkan kepada keluarga, terutama bila ibu bekerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan pola asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak usia
5-6 tahun di TK se- Kelurahan cinere depok tahun ajaran 2018/2019. Hasil
menunjukan bahwa anak usia dini yang diasuh oleh ibu bekerja lebih mandiri.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangan hal
ini disebabkan :
1. Penelitian ini dilakukan di TK Se kelurahan cinere depok dengan pengambilan
sampel pada ibu bekerja, hal ini tidak memperhatikan jenis pekerjaan ibu
sehingga banyak jenis pekerjaan lainnya.
2. Jumlah responden yang hanya 50 orang, tentunya masih kurang untuk
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
3. Dalam proses pengambian data, informasi yang diberikan responden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya, hal
ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman yang
berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam pengisian
pendapat responden dalam kuesionernya.
69
BAB V
KESIMPULAN , IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan
Pola asuh yang diterapkan oleh ibu bekerja pada anak usia 5-6 tahun yang bersekolah
di TK se kelurahan cinere depok yakni pola asuh demokratis. Ada hubungan antara pola
asuh ibu bekerja terhadap kemandirian anak usia prasekolah yang bernilai positif, artinya
jika pola asuh yang baik maka anak akan menjadi mandiri dan sebaliknya jika pola asuh
buruk maka anak tidak akan mandiri. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan
menggunakan uji kolmogrov smirnov didapatkan nilai 0,200 kolerasi sebesar 0,560 dengan
taraf signifikasi 5% (0,05) dengan p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ha
diterima, artinya ada hubungan yang cukup atau sedang antara pola asuh ibu bekerja
terhadap kemandirian anak kemandirian anak usia pra sekolah (0,40-0,599).
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini, terdapat
implikasi yang dapat dikemukakan. Penelitian ini menemukan hubungan kemandirian
anak yang diasuh oleh ibu bekerja. Anak yang memiliki ibu bekerja tentunya perlu
meluangkan waktunya untuk melihat perkembangan anak, apakah anak sudah bisa mandiri
atau belum. Hendaknya bagi ibu yang bekerja untuk memberikan perhatian, kasih sayang,
dan kehangatan sehingga kemandirian anak baik di lingkungan rumah dan sekolah akan
semakin tinggi. Sebaliknya anak yang memiliki ibu tidak bekerja sebaiknya tidak terus-
menerus melayani anak dan menuruti kemauan anak, hal ini akan berdampak pada perilaku
anak yang lebih manja karena apapun kebutuhan anak cenderung dilayani oleh ibu.
70
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang kemandirian anak usia 5-6 tahun ditinjau dari
status bekerja ibu, maka diperoleh beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Orangtua : Ibu yang bekerja hendaknya tetap memberikan waktu yang
berkualitas (quality time) minimal 1 jam sehari untuk memperhatikan
perkembangan anak dari berbagai aspek agar pencapaian perkembangan anak dapat
terpenuhi secara maksimal.
2. Bagi Guru : Guru yang memiliki anak didik yang ibunya bekerja hendaknya guru
dapat lebih mengasah kemandirian anak saat ia berada di sekolah dan
meningkatkan sikap kemandirian anak, misalnya dengan memberikan reward
apabila anak menujukan sikap positif, seperti anak mau membuang sampah pada
tempatnya.
3. Bagi peneliti : Diharapkan untuk melakukan penelitian pada wilayah lain yang
lebih luas dan mendalam lagi, karena penelitian ini hanya berfokus pada pola asuh
ibu yang bekerja saja, sedangkan masih banyak hal yang perlu dikaji. Dan bagi
peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan
pembuktian lebih mendalam dengan mengambil populasi populasi dan sampel yang
lebih besar.
71
DAFTAR PUSTAKA
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013).
Lie dan Prasasti,Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara Membina Kemandirian
Anak,(Jakarta:2004).
Iffah Laily Tsani, dkk, Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian
Anak.
Martinis Yamin&Jamilah Sabri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Jakarta:IKAPI,2010).
Mussen,Kepribadian Anak,(Jakarta: Media 1989).
Choirunnisa, Skripsi.Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut
KonsepIslam,(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah,2013).
Yulia,Working Mom & Kids (Jakarta:Elex Media, 2007.
Widyasari, A.K dan Fridari, Jurnal Dinamika Kontrol diri pada ibu bekerja yang
menjalani latihan yoga (psikologi udayana , vol 1 no 1).
72
Lia Kusuma ,Skripsi perbedaan kemandirian anak usia 5-6 tahun ditinjau dari status ibu
bekerja,(UNY: Program Pendidikan Anak usia Dini,FIP,2017.
Akbar & Hawadi,Celoteh Anak, (Jakarta:Elex Media 2001).
Suardani,dkk, e-Journal Pendidikan Anak Usia DIni Universitas Pendidikan
Ganesha,(Jurusan PAUD, 2016, Volume 4. No.2).
Asrori&Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2010).
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga,(
Jakarta:Rineka Cipta, 2014).
Al.Tridhonato & Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,( Jakarta:
IKAPI, 2014).
Casmini ,Emotional Parenting Dasar-Dasar Pengasuhan,(Yogyakarta: Pilar Media 2007.
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini,(Jogjakarta: Diva press,2009).
Carolyn Meggit, Memahami Perkembangan Anak,( Jakarta: Indeks, 2013).
Zeky Martin, Skripsi Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Sosial(Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar: FIP,2016).
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, ( Bandung : CV Wacana Prima, 2008).
Sumantri, Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta:Universitas Terbuka,2008)
73
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), ( Jakarta : Bumi Aksara,
2017).
Aliflulahtin Utamingsih,Gender dan Wanita Karier,( Malang : UB Press) 2017).
Widyasari, A.K dan Fridari, Jurnal Dinamika Kontrol diri pada ibu bekerja yang
menjalani latihan yoga (psikologi udayana , vol 1 no 1).
Abdul Hamid, Metode Penelitian Bahasa,( Jakarta: Diadit media, 2011)
Arikunto.S. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek,(Jakarta: RinekaCipta,2008).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendidikan kuantitatif,kualittaif,
R&D),(Bandung:Alfabeta,2010).
Hurlock, Perkembangan Anak (Chid Development)Jilid 2( Jakarta: PT Erlanga,1978).
Putra F,Y Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Personal
Hygine Anak Usia Pra Sekolah Didesa Balung Lor Kecamatan Balung (Univ.Jember:Prog.
ilmu Keperawatan,2012).
Djamaludin, U. 2003. Pengasuhan Anak di Kalangan Ibu Bekerja. Bandung: Unpad.
Muslimah Dkk 2012 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak
Usia 3-5 Tahun Didesa Randusari.
Jayantini, Sedanayasa & Sulastri, Hubungan Pola Asuh Belajar Terhadap Kemandirian,(e-
Journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling:Vol 2,No.2,2014).
Yulia Fitriani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi.
74
Apisah,Mariam,Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dan Tingkatkemandirian Anak
Usia Prasekolah 2012 Di Desa Prapag Torkecamatan Tosari Kabupaten Brebes.
Ni Putu Intan, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Usia Para
Sekolah Di TK Negri Pembina Lombok Barat 2017).
Putra F,Y Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Personal
Hygine Anak Usia Pra Sekolah Didesa Balung Lor Kecamatan Balung (Univ.Jember:Prog.
ilmu Keperawatan,2012).
Ravika Geofany , E-Journal Perbedaan Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Ibu
Bekerja ,(PSikoborneo, Vol.4, No.2 , 2016).
LAMPIRAN 1
Instrumen Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 2
Uji Validitas Instrumen Penelitian Pola Asuh Ibu bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 3
Hasil uji coba Instrumen Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian
Anak
LAMPIRAN 4
LAPIRAN 4
Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian Pola Asuh Ibu bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 5
Uji Normalitas Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 6
Alternatif Jawaban Responden Pola Asuh Ibu Bekerja dan Kemandirian Anak
LAMPIRAN 7 Perhitungan Uji Normalitas dan korelasi dengan Rumus SPSS
LAMPIRAN 8
Tabel r hitung
LAMPIRAN 9
Surat Validasi Instrumen
LAMPIRAN 10
Surat Izin Permohonan Penelitian
LAMPIRAN 11
Surat Telah Melakukan Observasi
LAMPIRAN 12
Uji Referensi