perkembangan anak usia prasekolah

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat (Depkes RI, 2003). Pemenuhan kesehatan bagi anak-anak merupakan tahap awal dari suatu proses berkesinambungan. Hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak yang tidak dapat dipisahkan, yang dimulai sejak fase prenatal, post natal, balita hingga ia menjadi remaja (Hurlock, 2005). 1

Upload: muhammad-hunsni

Post on 11-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan sekaligus merupakan

investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk

meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu

keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat (Depkes RI, 2003).

Pemenuhan kesehatan bagi anak-anak merupakan tahap awal dari

suatu proses berkesinambungan. Hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan

dan perkembangan fisik dan psikologis anak yang tidak dapat dipisahkan,

yang dimulai sejak fase prenatal, post natal, balita hingga ia menjadi remaja

(Hurlock, 2005).

Istilah tumbuh kembang dalam kehidupan manusia pada dasarnya

mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan

dalam skala besar besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan (development)

adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Didalamnya mencakup perkembangan emosi, intelektual dan

1

1

Page 2: Perkembangan anak usia prasekolah

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Hidayat, A.

Aziz, 2008).

Pertumbuhan adalah proses bertambah sempurnanya fungsi dari alat

tubuh. Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, kita akan

mengetahui tumbuh kembang anak normal, dapat berkomunikasi secara efektif

sesuai dengan fase tumbuh kembang anak serta bagian bahan dasar dalam

mengkaji tingkat kesehatan anak (Sugeng dan Weni, 2010).

Dengan demikian, memenuhi kebutuhan dasar anak merupakan

kewajiban orangtua dalam menunjang perkembangan anak. Kebutuhan dasar

anak yang meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan emosi dan kebutuhan akan

stimulasi mental, merupakan media bagi orangtua dan anak untuk melakukan

interaksi (Soetjiningsih dalam Sujono Riyadi, 2009).

Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah anak usia 0-5 tahun mencapai

sekitar 27,6 juta jiwa, atau sekitar 12,79% dari seluruh populasi Indonesia

sebesar 215,93 juta jiwa. Anak balita terlantar dan hampir terlantar di

Indonesia pada tahun 2009, adalah sebesar 17.694.000 jiwa (22,14%),

sementara data dari Direktorat Pelayanan Anak melaporkan bahwa anak yang

telah mendapatkan pelayanan sosial hanya 1.186.941 jiwa (6,71%). Pada

tahun 2005, prevalensi anak balita kurang gizi mencapai 28%, sekitar 8,8%

diantaranya menderita gizi buruk (Depsos RI, 2009).

Stimulasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang

kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari

2

Page 3: Perkembangan anak usia prasekolah

pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.

(Soetjiningsih dalam Hidayat, A. Aziz, 2009).

Dari paparan data situasi anak diatas, kita mengetahui bahwa tantangan

untuk mempersiapkan generasi penerus yang sehat jiwa dan raganya sangat

berat. Banyaknya jumlah anak yang dihadapkan pada berbagai persoalan

sosial akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan psikologisnya.

Bahkan, berbagai fenomena permasalahan anak (mis. kenakalan remaja)

dalam lingkungan masyarakat merupakan dampak dari gagalnya orangtua

membina dan menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak dari sisi

psikologis. Sehingga anak tidak mampu mengembangkan potensi positif

dalam lingkungannya.

Pada sisi yang lain, kita dihadapkan pada suatu persoalan yang lebih

kompleks. Tingkat pengetahuan masyarakat kita terhadap perkembangan

psikologis anak masih sangat rendah, terutama dalam menstimulasi

perkembangan anak sehingga mereka tidak mampu memberikan perlakuan

yang baik dan wajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Sikap orangtua terhadap anak juga memberikan pengaruh yang sangat

kuat dalam perkembangannya. Sikap yang kaku dan otoriter dalam mendidik

dan mengasuh anak akan berpengaruh terhadap proses sosialisasi anak dengan

lingkungan. Hal ini juga berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan

orangtua dalam mendidik anak (Sujono Riyadi, 2009).

Pada sisi yang lain, tindakan orangtua dalam mendidik dan mengasuh

anak merupakan cerminan dari sikap dan pengetahuan itu sendiri. Artinya,

3

Page 4: Perkembangan anak usia prasekolah

tinggi rendahnya pengetahuan dan bijak atau tidaknya orangtua dalam

mendidik anak akan tercermin dari tindakan mereka dalam pola asuh terhadap

anak (Sujono Riyadi, 2009).

Dari pengamatan awal di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, terdapat bahwa perilaku orangtua dalam

menstimulasi perkembangan anak relatif masih kurang. Dari 128 orang anak

usia pra sekolah, hanya sebagian kecil yang mengenyam masa pendidikan pra

sekolah, baik berupa play group, TK, TKQ, dsb. Hal ini disebabkan oleh

minimnya pengetahuan dan kesadaran orangtua terhadap perkembangan anak,

sehingga pendidikan anak usia pra sekolah menjadi terabaikan. Dengan

demikian untuk menunjang stimulasi perkembangan anak diperlukan perilaku

orangtua yang dapat menstimulasi perkembangan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

serangkaian penelitian yang berkaitan dengan Gambaran Perilaku Orangtua

Dalam menstimulasi Perkembangan Psikologis Anak Usia Pra Sekolah di

Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2012.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku orangtua dalam

menstimulasi perkembangan anak di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.

4

Page 5: Perkembangan anak usia prasekolah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran perilaku orangtua dalam

menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe

Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi

perkembangan anak usia pra sekolah ditinjau dari pengetahuan.

b. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi

perkembangan anak usia pra sekolah ditinjau dari sikap.

c. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi

perkembangan anak anak usia pra sekolah ditinjau dari tindakan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang gambaran perilaku

orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian referensi penelitian lebih lanjut tentang gambaran

perilaku orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra

sekolah.

5

Page 6: Perkembangan anak usia prasekolah

3. Dinas Kesehatan Pidie Jaya

Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan bagi

kesejahteraan anak, khususnya peningkatan kesadaran dan perilaku

masyarakat dalam menstimulasi perkembangan anak.

4. Dinas Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan referensi terhadap

program-program yang berhubungan dengan perkembangan anak.

5. Responden

Sebagai bahan masukan dan wawasan dalam usaha mengubah pola pikir

terhadap pentingnya menjaga perkembangan anak.

6. Peneliti lainnya

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

penelitian lanjutan sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak usia

prasekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari luasnya permasalahan, penulis membatasi ruang

lingkup penelitian pada beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku orang

tua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah. Variabel yang

diteliti antara lain; pengetahuan, sikap dan tindakan.

Penelitian ini dilakukan di Gampong Langgien Kecamatan Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya, dan responden dalam penelitian ini adalah orang

tua yang mempunyai anak usia pra sekolah.

6

Page 7: Perkembangan anak usia prasekolah

F. Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri atas VI (enam) bab yang disusun secara sistematis

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, mencakup latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri atas tinjauan umum tentang

topik/substansi yang diteliti dan kerangka teori.

BAB III : Kerangka konsep mencakup kerangka konsep, defenisi operasional

dan cara pengukuran variabel.

BAB IV : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan

sampel, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data pengolahan

data, analisa data dan penyajian data.

BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum

lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan .

BAB VI : Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

7

Page 8: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Anak

1. Pengertian Perkembangan

Istilah tumbuh kembang dalam kehidupan manusia pada dasarnya

mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan

sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan dalam skala besar besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat

sel, organ maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Didalamnya mencakup

perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya (Hidayat, A. Aziz, 2008).

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang

teratur sebagai akibat kematangan. Pengertian perubahan progresif

perubahan menuju kemajuan. Pengertian teratur berarti dalam

perkembangan terdapat inter-relasi antara tugas-tugas perkembangan

sebelumnya, saat ini dan persiapan tugas perkembangan selanjutnya.

Perubahan saat ini dipengaruhi perubahan sebelumnya dan perubahan saat

ini akan memengaruhi perubahan berikutnya (Herri Zan Pieter dan

Namora Lumongga Lubis, 2010).

8

8

Page 9: Perkembangan anak usia prasekolah

Adapun ciri-ciri dari perkembangan sebagai berikut:

a. Perkembangan mengikuti proses kontinu dan diskontinu.

Proses kontinu adalah perkembangan tingkah laku secara terus-

menerus bertambah, sedikit demi sedikit dan bersifat kuantitatif,

seperti bertambahnya perbendaharaan kosakata pada anak bayi.

Adapun proses diskontinu adalah proses perkembangan yang terjadi

lompatan dan bersifat kualitatif, seperti ketrampilan bayi mulai

merangkak berubah menjadi ketrampilan berjalan.

b. Perkembangan mengikuti pola teratur.

Berarti, proses perkembangan mengikuti alur satu tahap ke tahap

berikutnya, seperti perkembangan tengkurap babyhood, semula diawali

dengan mengangkat kepala, kemudian mengangkat dada.

c. Dalam perkembangan ada diferensiasi.

Artinya, setiap tahap perkembangan memiliki ciri-ciri khusus di setiap

perkembangannya, seperi ketrampilan tangan babyhood. Semula

menyentuh, memegang, dan menggenggam, kemudian menjepit

menggunakan jari-jari.

d. Perkembangan bersifat progresif.

Artinya, setiap kegiatan dalam tugas perkembangan mengalami

kemajuan perkembangan dari tahap perkembangan sebelumnya.

Misalnya, tahap-tahap perkembangan babyhood mulai dari tidur

telentang, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan.

9

Page 10: Perkembangan anak usia prasekolah

e. Perkembangan mengikuti fase-fase tertentu.

Artinya proses perkembangan mengikuti fase-fase tertentu dan

memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Namun, terkadang ada proses

perkembangan terjadi lebih cepat dari periode perkembangan lainnya

dan ada yang lamban dari periode perkembangannya (Lies Hadi

Saputro dalam Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga, 2010).

2. Prinsip Perkembangan

Proses perkembangan manusia didasarkan kepada beberapa prinsip

dibawah ini.

a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti, yang

berlangsung sejak masa konsepsi hingga usia lanjut.

b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek

perkembangan individu, baik fisik, kognitif, maupun psikososial, satu

sama lainnya saling mempengaruhi.

c. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap periode

perkembangan merupakan hasil perkembangan pada periode

sebelumnya dan akan mempengaruhi periode yang akan datang.

d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan

aspek tertentu mencapai kematangan pada waktu dan tempo yang

berbeda.

e. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.

f. Setiap individu yang normal akan mengalami tahap/fase

perkembangan (Dede Rahmat Hidayat, 2009).

10

Page 11: Perkembangan anak usia prasekolah

3. Tahapan Perkembangan Anak

Setiap anak akan melalui suatu “milestone” yang merupakan

tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri

tersendiri. Dan sesungguhnya tiap-tiap tahap tumbuh kembang tidak

terdapat batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara

berkesinambungan (Soetjiningsih dalam Hidayat, A. Aziz, 2009).

Tahap-tahap tumbuh kembang anak terbagi kedalam beberapa

kelompok umur sebagai berikut.

a. Masa pranatal

1) Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu

2) Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

1) Masa neonatal : 0 – 28 hari

- Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

- Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari

2) Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

c. Masa anak : usia 1 – 2 tahun

d. Masa Prasekolah : usia 3 – 5 tahun

e. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun

1) Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun

2) Masa remaja :

- Masa remaja dini

11

Page 12: Perkembangan anak usia prasekolah

- Masa remaja lanjut (Soetjiningsih dalam

Hidayat, A. Aziz, 2009).

4. Aspek-aspek Perkembangan Pada Anak Pra-sekolah

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,

perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa dan perkembangan

perilaku (Hidayat, A. Aziz, 2009).

Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan

berbagai aspek dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif,

dan psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik (misalnya,

pertumbuhan badan dan otak, kapasitas sensori, ketrampilan motorik dan

kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain dalam perkembangan.

Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada kemampuan

mental: belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas)

berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi. Perkembangan

psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan relasi sosial),

aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik (Dede Rahmat

Hidayat, 2009).

Adapun aspek-aspek perkembangan anak pada masa prasekolah

adalah sebagai berikut.

a. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu

mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,

12

Page 13: Perkembangan anak usia prasekolah

menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang

dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu

menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk

bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum

dari cangkir dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat

catatan di atas kertas.

b. Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali

dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,

melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,

menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan.

c. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan

menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua

warna; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua

kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan

jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,

orang, dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata; memahami arti

larangan; serta merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat.

d. Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah

adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis

jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,

13

Page 14: Perkembangan anak usia prasekolah

menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta

mengenali anggota keluarga (Wong, 2000).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, setiap

individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia.

Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari

individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut

dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor

hormonal (Hidayat, A. Aziz, 2009).

a. Faktor herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping

faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras,

dan suku bangsa (Hidayat, A. Aziz, 2009).

Pada dasarnya, ciri-ciri dari faktor bawaan manusia yang

esensial bagi setiap orang dari berbagai ras atau kelompok etnis ialah

sama. Namun yang membedakan yaitu sifat-sifat spesifik yang

disumbangkan oleh masing-masing individu sangat bervariasi. Jadi

pada hakekatnya faktor pembawaan tidak hanya semata akan

memberikan potensi perkembangan, namun juga memberikan

perbedaan individual yang spesifik dan khas (Herri Zan Pieter dan

Namora Lumongga, 2010).

14

Page 15: Perkembangan anak usia prasekolah

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan

penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah

dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal

(yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,

lingkungan bayi setelah lahir) (Hidayat, A. Aziz, 2009).

c. Faktor hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak

antara lain hormon somatotropin, tiroid dan glukokortikoid. Hormon

somatotropin (growth hormone) berperan dalam memengaruhi tinggi

badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan

sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme

tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi hormon

pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi

testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya

hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada

anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran

hormonnya (Wong, 2000)

6. Stimulasi Perkembangan Anak

a. Pengertian

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan

diluar individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih

cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak

15

Page 16: Perkembangan anak usia prasekolah

mendapatkan stimulasi. Dengan kata lain, stimulasi merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Soetjiningsih dalam

Hidayat, A. Aziz, 2009).

b. Bentuk-bentuk stimulasi

1) Bermain

Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara

memberikan permainan atau bermain. Ketika anak sudah memasuki

masa bermain, maka anak akan selalu membutuhkan kesenangan pada

dirinya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila masa anak-anak

identik dengan masa bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas

dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan ketrampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreativ, serta

mempersiapkan diri berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, A.

Aziz, 2009).

Bentuk-bentuk permainan yang mempunyai peranan dalam

menstimulasi perkembangan anak antara lain adalah sebagai berikut :

(i) Bermain afektif sosial

Model bermain ini menunjukan adanya perasaan senang dalam

berhubungan dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan

misalnya, orangtua memeluk anaknya sambil berbicara,

bersenandung, kemudian anak memeberikan respon seperti

tersenyum, tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain

16

Page 17: Perkembangan anak usia prasekolah

ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya

merespon dalam menstimulasi sehingga akan memberikan

kesenangan dan kepuasan bagi anak.

(ii) Bermain bersenang-senang

Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak

melalui objek yang ada, sehingga anak merasa senang dan

bergembira tanpa adanya kehadirqan orang lain, misalnya

bermain boneka, binatang-binatangan dan lain-lain. Disini

orangtua dituntut untuk memberikan arahan dan pengawasan

terhadap objek yang digunakan anak, sehingga tidak

menimbulkan bahaya atau keadaan yang tidak diinginkan bagi

anak.

(iii) Bermain ketrampilan

Permainan ini diberikan untuk menstimulasi daya kreasi anak

dengan menggunakan objek tertentu, misalnya bongkar pasang,

latihan memakai baju dan lain sebagainya. Orangtua hanya

mengarahkan anak untuk menggunakan objek dengan benar dan

mengawasi objek-objek tertentu yang memberikan resiko bahaya

bagi anak.

(iv) Bermain drama

Model bermain ini dapat dilakukan dengan mencoba memberikan

peran bagi anak untuk menjadi karakter tertentu, misalnya

menjadi seorang ibu, seorang guru, dan karakter lainnya.

17

Page 18: Perkembangan anak usia prasekolah

Orangtua diharapkan dapat membimbing karakter anak sesuai

dengan tata nilai dan norma yang berlaku terhadap karakter itu

sendiri. Permainan ini bersifat aktif dan merangsang kecerdasan

anak.

(v) Bermain menyelidiki

Permainan ini bersifat aktif dan membutuhkan stimulasi dari

orang lain dan mampu meningkatkan kecerdasan pada anak.

Model ini dilakukan dengan meminta anak untuk menyelidiki

atau memeriksa isi atau muatan suatu benda atau objek tertentu.

Disini orangtua harus memastikan bahwa objek yang digunakan

tidak berbahaya bagi anak.

(vi) Bermain konstruksi

Model permainan ini bertujuan untuk menyusun sutu objek

hingga menjadi sebuah konstruksi tertentu. Permainan ini bersifat

aktif dan merangsang sisi kecerdasan anak.

(vii) Bermain onlooker

Model bermain ini dilakukan dengan cara melihat dan

memperhatikan apa yang dilakukan oleh anak lain yang sedang

bermain, tetapi anak tidak ikut bermain. Model ini bersifat pasif,

namun anak akan memperoleh kesenangan atau kepuasan

tersendiri.

18

Page 19: Perkembangan anak usia prasekolah

(viii) Bermain soliter/mandiri

Model permainan ini bersifat aktif dan tidak membutuhkan

stimulasi dari orang lain. Namun, akan menciptakan kemandirian

pada anak.

(ix) Bermain paralel

Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah-tengah anak

lain yang sedang melakukan permainan yang berbeda atau tidak

ikut bergabung dalam permainan. Permainan ini bersifat aktif

secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan

harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri

dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.

(x) Bermain asosiatif

Merupakan bermain bersama dengan tidak terikat pada aturan

yang ada, semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang

lain dalam sebuah aturan main. Model ini akan menumbuhkan

kreativitas anak karena adanya stimulasi dari anak yang lain,

namun belum dilatih untuk mengikuti aturan dalam kelompok.

(xi) Bermain kooperatif

Dalam model ini bermain bersama ini telah terdapat aturan yang

jelas untuk diikuti dan ditaati, sehingga terbentuk rasa

kebersamaan dan hubungan antara pemimpin dan pengikut.

Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu menumbuhkan

kreativitasnya. Selain itu permainan ini dapat melatih anak untuk

19

Page 20: Perkembangan anak usia prasekolah

mengikuti peraturan dan nilai-nilai yang ada (Hidayat, A. Aziz,

2009)

2) Stimulasi visual

Pemberian rangsangan visual akan mempengaruhi

perkembangan sensorik dan motorik anak. Misalnya pemberian

stimulasi visual pada ranjang anak akan meningkatkan perhatian anak

pada lingkungannya. Anak akan gembira dan menggerak-gerakkan

seluruh tubuhnya.

3) Stimulasi afektif

Stimulasi yang diberikan untuk merangsang perkembangan

aspek sosial dan kognitif anak sehingga akan terwujud perkembangan

yang optimal baik fisik, mental dan sosial.

Orangtua dituntut untuk mengarahkan anak untuk selalu

bergerak, baik melalui bermain dengan sesama teman sebaya maupun

melalui pemberian latihan ringan seperti memakai baju.

4) Stimulasi verbal

Stimulasi yang diberikan untuk merangsang perkembangan

bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan

kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan mendengar

dan menirukan kata-kata yang didengarnya. Stimulasi yang dapat

diberikan oleh orangtua dapat berupa dialog atau monolog yang

merangsang anak berbicara. Bernyanyi merupakan hal yang sangat

dominan dilakukan untuk merangsang kemampuan verbal anak.

20

Page 21: Perkembangan anak usia prasekolah

5) Stimulasi visual-verbal

Stimulasi ini merupakan kolaborasi dari stimulasi visual dan

verbal. Pemberian stimulasi ini sangat penting untuk menimbulkan

sifat-sifat ekspresif.

6) Stimulasi taktis

Stimulasi ini diberikan untuk merangsang perkembangan sosial

dan emosional anak. Bentuk dari stimulasi ini umumnya berupa

permainan asosiatif, baik dengan keluarga terdekat maupun lingkungan

sebaya. Kurangnya stimulasi taktis akan berdampak pada

penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.

c. Fungsi stimulasi

Fungsi-fungsi pemberian stimulasi pada anak adalah sebagai

berikut:

1) Membantu perkembangan sensorik dan motorik

2) Membantu perkembangan kognitif

3) Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak

4) Meningkatkan kreativitas

5) Meningkatkan kesadaran diri

6) Mempunyai nilai terapeutik

7) Mempunyai nilai moral pada anak (Hidayat, A.

Aziz, 2009).

21

Page 22: Perkembangan anak usia prasekolah

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian

Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Jadi perilaku pada

hakikatnya adalah tindakan aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara,

menangis tertawa, bekerja dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme

tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007).

2. Domain Perilaku

Domain perilaku itu sendiri terdiri atas aspek pengetahuan, sikap,

dan tindakan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebahagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

22

Page 23: Perkembangan anak usia prasekolah

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2005).

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Pengetahuan tentang penyakit.

2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dengan cara

hidup sehat.

3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2005).

b. Sikap

1) Pengertian

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak

setuju, baik, tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005).

2) Komponen Sikap

Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

i) Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap objek;

artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pikiran

terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya

berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang terhadap

penyakit kusta.

23

Page 24: Perkembangan anak usia prasekolah

ii) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek;

artinya bagaimana penilaian orang (terkandung didalamnya

faktor emosi) tersebut, seperti contoh butir di atas tersebut

berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta,

apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang

membahayakan.

iii) Kecenderungan untuk bertindak; artinya setiap sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan), misalnya tentang contoh sikap

terhadap penyakit kusta di atas adalah apa yang dilakukan

seseorang bila ia menderita penyakit kusta (Notoatmodjo,

2005).

c. Tindakan

Tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:

1) Persepsi

Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2) Respon terpimpin

24

Page 25: Perkembangan anak usia prasekolah

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

4) Adopsi

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi

kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

C. Kerangka Teoritis

Gambar 2.1 : Kerangka Teoritis

25

(Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Perilaku

Page 26: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan suatu kerangka

konsep terhadap variabel yang akan diteliti yang terdiri dari variabel independen

dan variabel dependen (Nursalam, 2001).

Dari konsep tersebut penulis dapat menyatakan sebagai berikut.

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

26

Pengetahuan

Tindakan

Perilaku orangtua dalam

menstimulasi perkembangan

anak usia prasekolah

Sikap

27

Page 27: Perkembangan anak usia prasekolah

B. Defenisi Operasional

NoVariabel

PenelitianDefenisi

OperasionalCara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

1 Perilaku Respon orangtua terhadap perkembangan anak usia prasekolah, terdiri atas pengetahuan, sikap dan tindakan

- - - -

2 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh orangtua dalam memberikan rangsangan (stimulus) terhadap perkembangan anak usia prasekolah.

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Tinggi

Sedang

Rendah

Ordinal

3 Sikap Reaksi atau respon orangtua yang masih dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Positif

Negatif

Ordinal

4 Tindakan Segala perbuatan yang dilakukan orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Positif

Negatif

Ordinal

27

Page 28: Perkembangan anak usia prasekolah

C. Cara Pengukuran Variabel

1. Variabel Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, nomor 1 s/d 10,

yang dibagi atas 3 kategori yaitu :

a. Tinggi ; jika responden jawaban benar 76% - 100%.

b. Sedang ; jika responden jawaban benar 56% - 75%.

c. Rendah ; jika responden jawaban benar < 56% (Nursalam, 2002).

2. Variabel Sikap

Variabel sikap terdiri dari 10 pernyataan, nomor 1 s/d 10 dengan

skala liker untuk pernyataan positif dan negatif. Variabel Sikap dibagi atas

2 kategori yaitu :

a. Positif ; jika responden mendapat nilai > 50% dari total skor.

b. Negatif ; jika responden mendapat nilai < 50% dari total skor (Alimul,

2003).

3. Variabel Tindakan

Variabel tindakan terdiri dari 10 pertanyaan, nomor 1 s/d 10. Pada

variabel ini, terdapat 3 opsi jawaban, dimana salah satunya merupakan

jawaban yang paling tepat dan mewakili dari sikap positif orangtua dalam

memberikan stimulasi terhadap perkembangan anak. Variabel tindakan

dibagi atas 2 kategori yaitu :

a. Positif ; jika responden jawaban benar > 50% dari total skor.

b. Negatif ; jika responden jawaban benar < 50% dari total skor (Alimul,

2003).

28

Page 29: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, sehingga dapat

memperjelas gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi perkembangan

psikologis anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orangtua yang

mempunyai anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, sebanyak 128 jiwa.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling)

dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005).

29

n = N

1 + N (d)2

n = 128

1 + 128 (10%)2

n = 128

1 + 128 (0,01)

30

Page 30: Perkembangan anak usia prasekolah

Jadi besarnya sample adalah 56 orang

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Signifikan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak

sederhana.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten

pidie Jaya.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 s/d 25 Juni 2012.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.

30

n = 128

1 + 128 (10%)2

2,28n =

128

n = 56

Page 31: Perkembangan anak usia prasekolah

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Geuchik Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber data yang akan digunakan adalah berdasarkan data primer.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan cara

penyebaran kuesioner.

3. Alat / Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah

menggunakan kuesioner.

E. Pengolahan Data

Tahapan-tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing adalah suatu proses pemeriksaan data yang teha

dikumpulkan, karena kemungkinan data yang dimasukkan (raw data) itu

tidak logis dan meragukan.

Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan yang

didapat pada pencatatan di lapangan.

2. Coding (pemberian kode)

Tehnik ini dilakukan dengan memberikan tanda masing-masing

jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam

lembar tabel kerja untuk memudahkan pengolahan.

31

Page 32: Perkembangan anak usia prasekolah

3. Processing / Entry

Data yang dikumpulkan menurut kategori yang telah ditentukan,

selanjutnya data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data sehingga

memperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Data

kemudian dipindahkan ke dalam tabel yang sesuai kriteria.

4. Cleaning

Adalah kegiatan pengecekan data yang sudah di entry/dimasukkan.

F. Analisa Data

Menurut Budiarto (2002) data yang diperoleh dari kuesioner

dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi di persentasekan ke tiap-tiap

kategori dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi teramati

n : Jumlah responden yang menjadi sampel

G. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan

secara narasi.

32

ƒ

n=P 100 %

Page 33: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Gampong Sagoe Langgien terletak dalam wilayah Kecamatan Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya yang berbatasan dengan beberapa desa lainnya

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Baroh Cot.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Cut

Langgien.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Teupin Raya, dan

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Meunasah

Dayah.

2. Data Demografis

Jumlah penduduk Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 berjumlah 1.023 jiwa yang terdiri dari 320

KK (kepala keluarga) dengan laki-laki berjumlah 403 dan perempuan

berjumlah 620 jiwa.

3. Fasilitas Desa

Fasilitas yang dimiliki Gampong Sagoe Langgien antara lain terdiri

atas 1 meunasah, 1 TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) dan 4 balai pengajian.

33

Page 34: Perkembangan anak usia prasekolah

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 15 Juni

sampai dengan 25 Juni 2012 di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya bertujuan untuk melihat gambaran

perilaku orangtua dalam menstimulasi anak usia prasekolah dapat

disajikan dalam tabel distribusi frekwensi di bawah ini.

1. Pengetahuan

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe

Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

No Pengetahuan Frekwensi Persentase (%)

1 Tinggi 11 19,64

2 Sedang 24 42,86

3 Rendah 21 37,50

Jumlah 56 100

Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa 24 responden (42,86 %)

memiliki tingkat pengetahuan sedang.

2. Sikap

34

34

Page 35: Perkembangan anak usia prasekolah

Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah sebagai sebagai

berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

No Sikap Frekwensi Persentase (%)

1 Positif 49 87,50

2 Negatif 7 12,50

Jumlah 56 100

Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 (87.50 %)

responden memiliki sikap positif dalam menstimulasi perkembangan anak

usia pra sekolah.

3. Tindakan

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012

No Tindakan Frekwensi Persentase (%)

1 Positif 45 80,36

2 Negatif 11 19.64

35

Page 36: Perkembangan anak usia prasekolah

Jumlah 56 100

Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa 45 (80,36 %) responden memiliki

tindakan positif dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah.

C. Pembahasan

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian di Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 diketahui

bahwa 11 (19,64 %) responden memiliki pengetahuan yang tinggi, 21

(37,50 %) responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, dan

sisanya 24 (42,86 %) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang.

Dengan demikian, tingkat pengetahuan orangtua dalam menstimulasi

perkembangan anak usia prasekolah di Gampong Sagoe Langgien

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie 2012 mayoritas berada pada

kategori sedang.

Pengetahuan merupakan suatu pemahaman yang diperoleh secara

sadar melalui serangkaian analisa terhadap suatu objek tertentu. Hal ini

sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Asumsi peneliti bahwa tingkat pengetahuan orangtua dalam

menstimulasi perkembangan anak mayoritas berada pada kategori sedang.

Hal ini dikarenakan sebagian responden tidak mengetahui defenisi, fungsi

36

Page 37: Perkembangan anak usia prasekolah

dan jenis-jenis stimulasi. Artinya, responden tidak dibekali pemahaman

ilmiah tentang stimulasi perkembangan anak. Namun demikian, apa yang

telah mereka ketahui tentang stimulasi perkembangan anak merupakan

bentuk kesadaran naluriah dari fungsi dan tanggung jawab mereka sebagai

orangtua kepada anak-anak nya.

2. Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49 (87,50 %) responden

memiliki sikap positif dan selebihnya 7 (12,50 %) responden memiliki

sikap yang negatif dalam menstimulasi perkembangan anak usia

prasekolah di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012.

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik

dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005).

Asumsi peneliti bahwa sikap orangtua dalam menstimulasi

perkembangan anak berada pada kategori positif. Artinya mereka telah

memiliki sikap yang baik terhadap perkembangan anak.

Sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak dalam

penelitian ini, sikap terbuka dan bebas untuk bermain dan

mengekspresikan diri, merupakan sikap yang paling banyak diberikan

orang tua kepada anak-anaknya.

37

Page 38: Perkembangan anak usia prasekolah

Pada sisi yang lain, banyak responden yang ragu-ragu bahwa

kurangnya stimulasi pada anak akan berdampak pada keterbelakangan

mental anak. Hal ini merupakan bentuk dari pemahaman mereka dalam

menstimulasi perkembangan anak secara keseluruhan. Sehingga sikap

mereka tidak begitu jelas terhadap hal-hal yang sifatnya lebihk husus.

Artinya, responden tidak dapat menjabarkan lebih jauh hubungan antara

stimulasi dengan keterbelakangan mental anak. Padahal sejatinya,

pengaruh stimulasi terhadap keterbelakangan mental anak tetap ada,

namun hanya saja besar kecilnya pengaruh yang sering tidak dapat

diperhitungkan.

Melihat sikap responden secara keseluruhan, penulis berasumsi

bahwa meskipun dibekali dengan pengetahuan yang terbatas, namun

responden pada umumnya telah memiliki sikap yang jelas tentang

bagaimana seharusnya mereka mendidik anak-anak.

3. Tindakan

Dari hasil penelitian yang dipaparkan diatas terlihat bahwa 45

(80,36 %) responden memiliki tindakan positif dan sebesar 11 (19,64 %)

responden memiliki tindakan negatif dalam menstimulasi perkembangan

anak. Dengan demikian asumsi penulis terhadap tindakan responden

sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak usia prasekolah di

Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

tahun 2012 sudah cukup baik.

38

Page 39: Perkembangan anak usia prasekolah

Tindakan merupakan suatu manifestasi akhir dari perwujudan

pengetahuan dan sikap responden, yang dapat dijadikan cerminan riil dari

baik tidaknya sikap maupun tinggi rendahnya pengetahuan responden. Hal

ini sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa tindakan

merupakan suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain fasilitas (Notoatmodjo, 2007).

Asumsi peneliti bahwa tindakan responden dalam stimulasi

perkembangan anak berada pada kategori positif. Artinya, tindakan

responden didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik dalam

menstimulasi perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada tindakan

responden dalam menanggapi keluhan anak-anak. Begitu juga halnya

dengan komunikasi yang dibangun antara anak dan orangtua.

39

Page 40: Perkembangan anak usia prasekolah

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang gambaran perilaku orangtua dalam

menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah di Gampong Sagoe

Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 ditinjau

dari segi pengetahuan, sikap dan tindakan.

1. Tingkat Pengetahuan dari 56 responden yang diteliti

mayoritas berada pada kategori sedang yakni sebesar 24 responden

(42,86%). Tingkat pengetahuan responden yang sedemikian rupa, tentu

akan mempengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam menstimulasi

perkembangan anak.

2. Dari 56 responden yang diteliti, 49 responden (87,50%)

diantaranya memiliki sikap postif dalam menstimulasi perkembangan anak

usia prasekolah. Positifnya sikap responden akan memberikan pengaruh

yang positif pula terhadap tindakan responden dalam stimulasi

perkembangan anak.

3. Responden dengan tindakan positif berjumlah sebesar

45 responden (80,36%). Tindakan responden yang positif merupakan

cerminan dari tingkat pengetahuan dan sikap responden dalam

menstimulasi perkembangan anak.

40

Page 41: Perkembangan anak usia prasekolah

B. Saran

1. Peneliti

Diharapkan dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang

stimulasi perkembangan anak usia prasekolah dapat menggunakan

penelitian ini sebagai salah satu referensi. Dan diharapkan dapat terjadi

perbaikan terhadap berbagai kekurangan dalam penelitian ini.

2. Institusi Pendidikan

Lembaga pendidikan (kampus) seharusnya lebih konsen dalam

program-program peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya dalam

hal stimulasi perkembangan anak usia prasekolah.

3. Dinas Pendidikan

Diharapkan dapat merumuskan dan mewujudkan program-program

yang berkaitan dengan stimulasi perkembangan anak dengan melakukan

koordinasi dengan pihak terkait pendidikan kesehatan masyarakat.

4. Dinas Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan kegiatan sosialisasi tentang

stimulasi perkembangan anak usia prasekolah untuk seluruh kecamatan

yang berada dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Pidie Jaya. Dengan

demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan

masyarakat terhadap pentingnya stimulasi perkembangan anak.

5. Tempat Penelitian

41

41

Page 42: Perkembangan anak usia prasekolah

Melalui organisasi pemerintahan gampoeng, diharapkan dapat

melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait kesehatan

masyarakat untuk melakukan sosialiasi dan pendidikan praktis sehubungan

dengan stimulasi perkembangan anak.

6. Responden / masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi

perkembangan anak. Sehingga dapat memahami defenisi, fungsi dan jenis-

jenis stimulasi perkembangan anak yang sesuai dengan kebutuhan anak.

42