hubungan peran keluarga dan motivasi pasien stroke dengan
TRANSCRIPT
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
56
Hubungan Peran Keluarga Dan Motivasi Pasien Stroke Dengan
Kepatuhan Kunjungan Di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang
Reska handayani1 , Chichi Hafifa Transyah2, Mira Okta Widia3
Prodi Profesi Ners STIKes YPAK Padang
ABSTRAK
Prevalensi stroke di Indonesia meningkat setiap tahun, dari 7 % menjadi 12,1% per 1000 populasi
dari 2013-2014. Data di Klinik Bedah Saraf DR. M. Djamil Padang, jumlah pasien stroke di poliklinik
Neurologi dalam 3 bulan terakhir terakhir dari Mei hingga Juli 2015, ada 152 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Hubungan dan Motivasi Keluarga dengan kunjungan kepatuhan di
poli Klinik Bedah Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik
dengan desain penelitian cross sectional. Data diolah secara komputerisasi dan dianalisis secara univariat dari distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square (p-value ≤ 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh pasien memiliki kepatuhan mengunjungi (53,3%),
peran keluarga (71,7%), motivasi (56,7%). Adanya hubungan yang signifikan antara peran keluarga (p = 0,002), dan hubungan motivasi dengan kunjungan kepatuhan (p = 0,001). Disarankan kepada
kepada manajemen RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk memberikan informasi kesehatan kepada
pasien yang mengunjungi poliklinik dan memberikan arahan kepada keluarga pasien untuk terlibat
dalam membantu pasien dalam perawatan
Kata kunci : Kepatuhan kunjungan, peran keluarga, motivasi
ABSTRACT
The prevalence of stroke in Indonesia is increasing every year, by 7.0 to 12.1 per 1000 population
from 2013-2014. Data in Neurosurgery Clinic DR. M. Djamil Padang, the number of stroke patients
in the Neurology Clinic in the last 3 month last from May until July 2015, there were 152 people.. The
purpose of this study was to determine the role of Family Relations and Motivation with compliance visits in Neurosurgery Clinic DR. M. Djamil Padang. This types of research is descriptive analytic
with cross sectional studied design.. Data is processed in a computerized and analyzed by univariate
from of frequency distribution and bivariate analysis using chi-square test (p-value ≤ 0,05). The result showed more than half of patients had a compliance visited (53,3%), the role of the family
(71,7%), motivation (56,7%). The existence of a significant association between family roles
(p=0,002), and the relationship of motivations with compliance visits (p=0,001). Suggested to the
departement of health workes DR. M. Djamil Padang to provide health information to patients who visited the clinic and gived direction to the patients family to get involved in assisting patients in
treatment.
Keywords : Compliance visit, Family roles, and Motivation.
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
57
PENDAHULUAN
Meningkatnya taraf hidup
masyarakat yang disebabkan oleh
pembangunan juga mempengaruhi gaya
hidup masyarakat, dampaknya terhadap
kesehatan adalah perubahan pola penyakit
infeksi menjadi penyakit degeneratif atau
sering disebut juga dengan transisi
epidemiologi. Banyaknya ragam penyakit
degenertif meningkat karena gaya hidup.
Gaya hidup hubungannya dengan
kesehatan adalah kebiasaan merokok,
kebiasaan berolahraga, stress mental,
alkohol, kegemukan, konsumsi garam
yang berlebihan, makanan berkolesterol,
hipertensi, diabetes melitus, dan
sebagainya. Salah satu penyakit
degeneratif yang meningkat di dunia ini
adalah stroke (Junaidi, 2011).
Faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya stroke umumnya dibagi
menjadi 2 kelompok besar yaitu faktor
resiko internal (tidak dapat di ubah) dan
faktor resiko eksternal (dapat di ubah).
Ada pun Dampak dari serangan stroke
yaitu penderita stroke mengalami
kecacatan yakni lumpuh dimensial seperti
bicara dan melakukan kegiatan lain.
Kecacatan yang ditimbulkan oleh
serangan stroke terbagi atas 5 derajat,
dimana derajat 0 tidak ada gangguan
fungsi yaitu pemulihan sempurna. Derajat
1 hampir tidak ada gangguan fungsi
aktifitas sehari-hari, derajat 2 pasien tidak
mampu melakukan beberapa aktivitas
seperti sebelumnya, tetapi ia tetap dapat
melakukan sendiri tanpa bantuan orang
lain, derajat 3 pasien memerlukan
bantuan orang lain tetapi masih mampu
berjalan tanpa bantuan orang lain,
walaupun mungkin menggunakan
tongkat, derajat 4 pasien tidak dapat
berjalan tanpa bantuan orang lain dan
perlu bantuan orang lain untuk
menyelesaikan sebagian aktivitas diri
seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri
dan lain-lain, derajat 5 pasien terpaksa
berbaring di tempat tidur dan buang air
besar dan kecil, sehingga pasien yang
menderita/mengalami stroke derajat 5
sangat memerlukan perawatan dan
perhatian yang khusus (Junaidi, 2011).
Seseorang yang pernah terserang
stroke memiliki resiko mengalami stroke
berulang terutama bila faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya stroke tidak
ditanggulangi dengan baik. Tindakan
pengobatan yang teratur menjadi hal yang
harus diperhatikan dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang
agar lebih baik (Gunawan, 2010).
Proses utama yang harus dijalani
pada pasien stroke dalam proses
penyembuhan adalah dengan
mengkonsumsi obat-obatan serta
menjalankan rehabilitasi dengan
melakukan kunjungan ulang kepusat
pelayanan kesehatan secara rutin.
Kunjungan ulang secara rutin dan dengan
pengobatan yang tepat dapat meredakan
ketegangan pada jantung yang memicu
kejadian stroke berulang (Niven, 2012).
Keyakinan dan kemampuan
tindakan seseorang dapat dipengaruhi juga
oleh motivasi, motivasi bisa berasal dari
dalam diri seseorang tersebut ataupun dari
diri sendiri melalui dukungan orang lain.
Seperti penderita stroke yang tidak
dimotivasi oleh keluarga yang seharusnya
keluarga tersebut juga membantu pasien
dalam berlatih di bawah pengawasan
perawat atau ahli terapi fisik, menyuntikan
semangat dan motivasi pada pasien, agar
melanjutkan hidupnya, meyakinkan pasien
bahwa mereka juga bagian penting,
dibutuhkan dan diinginkan dalam
keluarga, meyakinkan bahwa banyak
orang yang berhasil pulih dari stroke
kemudian melakukan aktivitas normal
(Valery, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan
Rhomadona (2014) tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan frekuensi
kunjungan ulang pasien stroke untuk
berobat di RRJ Hortus Medicus
Tawangmangu didapatkan hasil analisis
data dengan menggunakan uji colerrasi
pearson product moment diperoleh nilai p
= 0,007 (< 0,05) ini berarti bahwa ada
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
58
hubungan antara dukungan keluarga
dengan kunjungan ulang pasien stroke
untuk berobat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional study
dimana penelitian mengukur variabel
bebas dan variabel terikat dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan. Desain
penelitian ini adalah hubungan variabel
independen dengan variabel dependen
pada pasien stroke (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dari penelitian ini
adalah pasien stroke yang berjumlah 152
orang berdasarkan laporan pada bulan
Mei - Juli yang berobat di Poliklinik
Syaraf RSUP. DR. M. Djamil Padang
Tahun 2015.
Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah Accidental
Sampling yaitu sampel diambil pada
seluruh pasien stroke yang menjalani
pengobatan di Poliklinik Syaraf RSUP
DR. M. Djamil Padang pada saat
penelitian dilakukan. Dengan Jumlah
responden pada penelitian ini adalah 60
responden yang telah memenuhi kriteria
sampel. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner dan teknik
pengumpulan data dengan wawancara
terpimpin. Data yang telah dikumpulkan
diolah dalam bentuk analisa univariat dan
bivariat secara komputerisasi, kemudian
data disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Umur, dan Pendidikan Pasien Stroke di
Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2016
Karakteristik Pasien f %
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
37
23
61,7
38,3
Jumlah 60 100
2. Umur
a. 40-59
b. 60-74
c. 75-90
28
25
7
46,7
41,7
11,7
Jumlah 60 100
3. Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. DIII
e. Sarjana
2
3
28
1
26
3,3
5,0
46,7
1,7
43,3
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian
dari 60 pasien didapatkan karakteristiknya
adalah lebih dari separuh 61,7% berjenis
kelamin laki-laki, 46,7% berada pada
rentang usia 46-59 tahun, dan lebih dari
separuh 46,7% berpendidikan menengah
atas .
2. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Kepatuhan
Kunjungan Pasien Stroke
Distribusi berdasarkan
kepatuhan pada penelitian dapat
terlihat pada tabel 2 :
Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kepatuhan Kunjungan
Pasien Stroke Di Poliklinik Syaraf
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun
2016
Kepatuhan f %
Patuh 28 46,7
Tidak
Patuh
32 53,3
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 2 terlihat
bahwa lebih dari (53,3%) pasien tidak
patuh dalam menjalani kunjungan di
Poliklinik Syaraf.
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
59
b. Distribusi Frekuensi Peran
Keluarga Pasien Stroke
Distribusi berdasarkan peran
keluarga pada penelitian dapat terlihat
pada tabel 3 :
Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Peran Keluarga Pasien
Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Berdasarkan tabel 3 diatas
dapat dilihat bahwa lebih dari (71,7%)
pasien memiliki peran keluarga yang
baik.
c. Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien
Stroke
Distribusi berdasarkan motivasi
pada penelitian dapat terlihat pada
tabel 4.4 :
Tabel. 4
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Motivasi Pasien Stroke
di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2016
Motivasi f %
Tinggi 34 56,7
Rendah 26 43,3
Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa lebih dari separuh (56,7%) pasien
memiliki motivasi yang tinggi. Dan kurang
dari separuh (43,3%) pasien memiliki
motivasi yang rendah.
3. Analisa Bivariat
Hasil penelitian mengenai
hubungan peran keluarga dan motivasi
pasien stroke dengan kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP
DR. M. Djamil Padang tahun 2016 dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Hubungan Peran Keluarga dengan
Kepatuhan Kunjungan Pasien
Stroke di Poliklinik Syaraf
Hasil analisis hubungan peran
keluarga dengan kepatuhan kunjungan
pasien stroke di Poliklinik Syaraf dapat
dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel. 5
Hubungan Peran Keluarga
dengan Kepatuha Kunjungan
Pasien Stroke di Poliklinik
Syaraf RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2016
Peran
Keluarga
Kepatuhan Kunjungan Total
Tidak Patuh Patuh
f % f % f %
Kurang
Baik
15 88,2 2 11,
8
17 100
Baik 17 39,5 26 60,
5
43 100
Total 32 53,3 28 46,
7
60 100
pvalue =
0,002
Berdasarkan tabel 5 dari 17 pasien
dengan peran keluarga kurang baik
terhadap kepatuhan kunjungan sebanyak
(88,2%) tidak patuh dalam kepatuhan
kunjungan dan (11,8%) patuh dalam
melakukan kepatuhan kunjungan.
Sedangkan dari 43 pasien dengan peran
keluarga yang baik terhadap kepatuhan
kunjungan sebanyak (39,5%) tidak patuh
dalam melakukan kunjungan dan
(60,5%) patuh dalam melakukan
kunjungan.
Hasil uji chi-square didapatkan p-
value 0,002 berarti ada hubungan yang
bermakna antara peran keluarga dengan
kepatuhan pasien stroke melakukan
kunjungan ulang di Poliklinik Syaraf
RSUP DR. M. Djamil. Semakin baik
peran keluarga yang dimiliki responden,
maka semakin patuh pasien dalam
melakukan kunjungan.
Peran
Keluarga
f %
Baik 43 71,7
Kurang
Baik
17 28,3
Total 60 100,
0
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
60
b. Hubungan Motivasi dengan
Kepatuhan Kunjungan Pasien
Stroke di Poliklinik Syaraf
Hasil analisis hubungan motivasi
dengan kepatuhan kunjungan pasien
stroke di Poliklinik Syaraf dapat dilihat
pada tabel 6 berikut :
Tabel 6
Hubungan Motivasi dengan
Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke
di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2016
Motivasi Kepatuhan Kunjungan Total
Tidak Patuh Patuh
f % f % f %
Rendah 21 80,8 5 19,
2
26 100
Tinggi 11 32,4 3 67,
6
34 100
Total 32 53,3 28 46,
7
60 100
pvalue =
0,001
Berdasarkan tabel 6 dari 26 pasien
dengan motivasi rendah terhadap
kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf
sebanyak (80,8%) tidak patuh dalam
melakukan kunjungan, dan (19,2%) patuh
dalam melakukan kunjungan di Poliklinik
Syaraf. Sedangkan dari 34 pasien dengan
motivasi tinggi terhadap kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf sebanyak
(32,4%) tidak patuh dalam melakukan
kunjungan di Poliklinik Syaraf, dan
(67,6%) patuh melakukan kunjungan di
Poliklinik Syaraf.
Hasil uji chi-square didapatkan p-
value 0,001 berarti ada hubungan yang
bermakna antara motivasi pasien stroke
dengan kepatuhan kunjungan di Poliklinik
Syaraf RSUP DR. M. Djamil. Semakin
tinggi motivasi yang dimiliki pasien, maka
semakin meningkat motivasi pasien dalam
melakukan kepatuhan kunjungan.
PEMBAHASAN
a. Kepatuhan Kunjungan Pada Pasien
Stroke
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa (53,3%) pasien tidak
patuh dalam menjalani kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf.
Sedangkan (46,7%) pasien yang patuh
dalam kujungannya.
Hasil penelitian yang diperoleh
sama dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Fadriyani (2013) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan klien pasca stroke dalam
menjalani fisioterapi di ruang
rehabilitasi medik RSUP DR. M.
Djamil Padang didapatkan hasil bahwa
lebih dari separuh pasien stroke yang
tidak patuh yaitu (62,5%). Hasil
penelitian ini juga sama dengan Sobirin
tentang tentang hubungan peran
keluarga dalam memotivasi pasien
pasca stroke dengan kepatuhan
penderita mengikuti rehabilitasi di unit
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukit Tinggi didapatkan
bahwa lebih dari separuh (54,0%)
pasien pasca stroke tidak patuh. Namun
hasil penelitian ini tidak sama dengan
penelitian Sulami (2012) tentang
hubungan dukungan emosional
keluarga dengan kepatuhan kunjungan
ulang pasien stroke di Poliklinik Syaraf
RSUD Dokter Soesolo Kabupaten
Tegal didapatkan hasil bahwa lebih dari
separuh pasien stroke (56,9%) yang
patuh.
Menurut Niven (2012) kepatuhan
pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan.
Kepatuhan juga dapat didefinisikan
sebagai perilaku positif penderita dalam
mencapai tujuan terapi.
Menurut teori Lawreen Green
(Notoatmodjo, 2010), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan
dan kepatuhan, salah satunya adalah peran
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
61
keluarga. Peran keluarga sangat penting
dari semua pengobatan manapun, peran
keluarga yang dapat diwujudkan antara
lain meliputi pemberian perhatian untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang
diinginkan dengan cara meningkatkan
jadwal kontrol (patuh kontrol),
memperhatikan diit pasien serta
mengingatkan jadwal untuk melakukan
pengobatan sehingga menimbulkan
pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik
maupun pisikis. Sehingga mampu
menangkal atau mengurangi stress yang
pada akhirnya mengurangi depresi.
Faktor lain yang menyebabkan
pasien yang tidak patuh bisa disebabkan
oleh jenis kelamin, umur dan pendidikan.
Dari hasil karakteristik menunjukkan
bahwa sebagian responden yang terkena
stroke adalah jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak (61,7%) . Hal ini diakibatkan
karena antara pasien perempuan dan laki-
laki mempunyai respon yang berbeda
dalam menghadapi masalah. Dimana laki-
laki cenderung kurang peduli dan kurang
menjaga, serta mengontrol kebiasaan-
kebiasaan buruk seperti merokok.
Sedangkan umur dari hasil karakteristik
menunjukkan bahwa presentasi usia 40-59
ke atas (46,7%) hal ini disebabkan adanya
perubahan hormon maupun prilaku yang
kadang suka tidak patuh dalam melakukan
kunjungan berobat. Menurut teori (Mauk,
2010) menyatakan bahwa semakin tua usia
maka semakin besar ketidakpatuhan pasien
dikarenakan perubahan pola pikir, sikap
yang terkadang lebih sensitif dan depresi
merupakan masalah yang umum dijumpai
pada pasien stroke.
Berdasarkan pendidikan juga
merupakan salah satu unsur karakteristik
seseorang. Hal ini dapat dipahami
banyaknya responden yang berpendidikan
rendah (46,7%) dengan pendidikan yang
rendah pasien mendapatkan kurangnya
informasi dalam memperoleh
kesehatannya.
Tingkat pendidikan merupakan
salah satu unsur karakteristik seseorang.
Hal ini dapat dipahami dengan pendidikan
yang lebih banyak untuk mendapatkan
informasi dan ia akan terlatih untuk
mengolah, memahami, mengevaluasi,
mengingat kemudian menjadi pengetahuan
yang dimilikinya. Khususnya dalam
memberi dan memperoleh kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Analisa peneliti, dalam hal ini
perlunya pasien memiliki kepatuhan yang
lebih tinggi untuk menjalani
pengobatannya. Apabila pasien memiliki
kepatuhan yang tinggi maka pasien akan
lebih terhindar dari komplikasi yang akan
terjadi. Selain itu perlunya dalam
motivasi untuk berperan serta dalam
pendidikan, semua itu tidak terlepas dari
penunjang pendidikan formal yang
pernah dilalui seorang pasien karena
makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.
Upaya yang harus dilakukan
untuk meningkatkan kepatuhan sebaiknya
peran petugas mampu memotivasi pasien
dan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai stroke. Peran keluargapun juga
mempengaruhi terhadap peningkatan
derajat kesehatan pada pasien. Petugas
juga harus menjelaskan kepada keluarga
dalam membantu untuk meningkatkan
kepatuhan kunjungan pasien dalam
berperilaku ke arah yang lebih baik.
Sehingga dengan proses tersebut nantinya
pasien dapat meningkatkan kepatuhan
kunjungan untuk mengontrol
kesehatannya.
b. Peran Keluarga Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa (71,7%) pasien memiliki
peran keluarga yang baik.
Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Kosassy (2011) tentang
hubungan peran keluarga dalam merawat
dan memotivasi penderita pasca stroke
dengan kepatuhan penderita mengikuti
rehabilitasi di RSUP DR. M. Djamil
Padang yang menyatakan bahwa (70,9%)
pasien memiliki peran keluarga yang baik.
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
62
Hasil penelitian ini tidak sama dengan
Sobirin (2014) tentang hubungan peran
keluarga dalam memotivasi pasien pasca
stroke dengan kepatuhan penderita
mengikuti rehabilitasi di unit Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit
Tinggi yang menyatakan bahwa (58,0%)
pasien memiliki peran keluarga yang
kurang baik.
Menurut (Pratt 1976, yang dikutip
dari Niven 2012) peran keluarga sangat
dimainkan dalam pengembangan
kebiasaan kesehatan, keluarga juga
memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawatan dari
anggota keluarga yang sakit dalam
melakukan program kesehatan seperti
dalam program penyembuhan dari
penyakit dengan cara memberi dukungan
untuk minum obat.
Keluarga dapat menjadi faktor
yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan
individu serta dapat juga menentukan
tentang program pengobatan yang dapat
mereka terima (Niven, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan bahwa masih terdapat
responden yang memiliki peran keluarga
yang kurang baik, dapat dilihat dari
beberapa pertanyaan yang diberikan oleh
responden pada pengisian kuesioner. Hal
ini terlihat dalam pengisian kuesioner
bahwa kurang (28,3%) keluarga pernah
kesal dengan keluhan yang dialami oleh
pasien, (37,9%) keluarga menyuruh pasien
untuk sering melakukan pengobatan di
alternatif lain dibandingkan dengan
pengobatan di Rumah Sakit, (38,8%)
keluarga jarang mengingatkan jadwal
dilaksanakannya kunjungan berobat
kepada pasien, (48,75%) keluarga kurang
memberikan informasi mengenai
pentingnya untuk melakukan kepatuhan
kunjungan.
Menurut analisa peneliti, dari
pertanyaan yang diberikan responden
terlihat bahwa persepsi peran keluarga
yang belum baik terhadap pemanfaatan
pelayanan Rumah Sakit dan terkadang
menyuruh pasien untuk melakukan berobat
ditempat alternatif lain sebaiknya
dibicarakan dahulu kepada dokter supaya
mendapatkan izin agar tidak terjadi
dampak yang kurang baik kedepannya.
Upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien stroke
yaitu dengan adanya peran keluarga yang
dapat dilakukan dalam perawatan
penderita stroke dirumah yaitu sebagai
pengawas minum obat serta mengingatkan
untuk melakukan gerakan-gerakan kecil
yang telah diajarkan agar tidak terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang akan
menyebabkan kematian sistem syaraf atau
kelumpuhan dan memberikan informasi
pentingnya peran keluarga dalam
memantau atau mengontrol serta
memotivasi pasien buat selalu
meningkatkan kepatuhan kunjungan
kontrol ulang berobat.
c. Motivasi
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa (56,7%) pasien memiliki
motivasi yang tinggi sedangkan (43,3%)
pasien memiliki motivasi yang rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Dewi (2015) tentang Hubungan
Self Efficacy Dengan Motivasi Pada Pasien
Pasca Stroke Untuk Melakukan Mobilisasi
Di Instalasi Fisioterapi Rehabilitasi Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang
menyatakan bahwa (58,7%) pasien
memiliki motivasi tinggi, sedangkan
(41,3%) pasien memiliki motivasi rendah.
Hasil penelitian ini juga sama dengan
penelitian Ariyadi (2010) tentang motivasi
penderita stroke iskemik mengikuti
fisioterapi di Rumah Sakit Umum Kelet
Jepara yang menyatakan bahwa lebih dari
separuh (75%) mempunyai motivasi yang
tinggi.
Motivasi adalah sesuatu yang
mendorong atau pendorong seseorang
bertingkah laku untuk mencapai tujuan
tertentu (Saam, 2013). Motivasi atau motif
adalah suatu dorongan dari dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
63
tertentu guna mencapai suatu tujuan
(Notoadmodjo, 2012).
Motivasi diperlukan pasien stroke
untuk mendorong perilaku mereka agar
rutin dalam menjalani kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf. Pasien
stroke memerlukan pengobatan yang
dilakukan secara terus menerus untuk
mengurangi resiko komplikasi.
Hasil penelitian yang telah peneliti
dapatkan bahwa masih terdapat pasien
yang memiliki motivasi rendah, rendahnya
motivasi responden terlihat dari beberapa
pernyataan negatif tentang motivasi yang
diberikan peneliti kepada pasien saat
pengisian kuesioner. Dari (65%) pasien
yang menyatakan jika saya sudah sembuh
saya tidak perlu lagi berkunjung ke
poliklinik syaraf, (86,7%) pasien juga
merasa keluarga tidak peduli dengan
keadaannya, (55%) bahwa pasien merasa
sedih dan menangis jika memikirkan
penyakitnya, dan motivasi rendah juga
dimiliki pasien (60%) yang menyatakan
bahwa pasien sudah pasrah dan tidak
berusaha semaksimal mungkin untuk
kesembuhannya.
Menurut analisa peneliti dari
pernyataan negatif tersebut adanya faktor
lain yang bisa menyebabkan motivasi
rendah yaitu usia, dilihat dari karakteristik
pasien bahwa usia yang sudah lansia
mengalami pemikiran dan sikap yang lebih
sensitif yang mengakibatkan rendahnya
motivasi dalam diri pasien.
Upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan motivasi pasien yaitu
perlunya petugas kesehatan mampu
meningkatkan komponen-komponen
kognitif (persepsi), afektif (emosional) dan
koanatif (perilaku) dengan memberikan
arahan yang lebih positif kepada pasien
yang memiliki motivasi yang rendah.
Petugaspun mampu memberikan arahan
kepada pasien sehingga pasien lebih
terbuka tentang apa yang dirasakannya dan
keluargapun bisa mendampingi pasien
untuk menerima keadaan serta keluhan
tersebut dan bisa mendorong pasien untuk
lebih meningkatkan kualitas kesehatannya
meskipun pasien dalam kondisi yang
terbatas. Dalam hal ini, motivasi memiliki
peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kepatuhan pasien.
a. Hubungan Peran Keluarga dengan
Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke
di Poliklinik Syaraf
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih dari separuh
(88,2%) pasien memiliki peran kelurga
yang kurang baik tidak patuh dalam
kunjungan di Poliklinik Syaraf
dibandingkan dengan peran kelurga yang
baik (39,5%). Hasil uji statistik
menggunakan uji Chi-Square didapatkan
nilai p = 0,002 (p < 0,05) terdapat
hubungan yang bermakna antara peran
keluarga dengan kepatuhan kunjungan di
Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2016.
Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Kosassy (2011) menurut hasil
penelitiannya didapatkan p = 0,000 yang
artinya ada hubungan yang bermakna
antara peran keluarga dengan kepatuhan
pasien stroke dalam mengikuti
pelaksanaan rehabilitasi. Hasil penelitian
ini juga sama dengan Sobirin (2014)
menurut hasil penelitiannya didapatkan p
= 0,000 yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara peran keluarga dengan
kepatuhan pasien mengikuti rehabilitasi.
Keluarga dapat menjadi faktor yang
sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan
yang dapat diterima mereka. Keluarga juga
dapat memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawataan dari
anggota keluarga yang sakit (Mubarak,
2011). Peran keluarga menurut Effendy
(2009), menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Keluarga juga menjadi faktor
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
64
yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai serta
dapat juga menetukan program pengobatan
yang dapat diterima mereka. Keluarga juga
dapat memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawatan dari
anggota kelurga yang sakit.
Menurut Niven 2002 dalam Riyanti
(2013), kepatuhan atau ketaatan adalah
tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan
oleh dokternya atau oleh orang lain.
Sedangkan menurut Suprayanto 2010
dalam Handayani (2011), kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan
berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh
menjalankan program pengobatan bila
mengikuti program yang telah ditentukan
sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh
dokter ataupun petugas kesehatan.
Menurut analisa peneliti,
berdasarkan hasil penelitian bahwa masih
adanya peran keluarga yang kurang baik
pasien tidak patuh untuk melakukan
kepatuhan kunjungan di Poliklinik Syaraf
(71,4%). Hal ini terlihat dalam pengisian
kuesioner yang mengatakan (38,8%)
keluarga tidak mengingatkan jadwal
melakukan kunjungan kepada pasien,
(48,75%) keluarga kurang memberikan
informasi tentang penyakit pasien dan
(65%) kurangnya keluarga mengikut
sertakan dirinya dalam menemani pasien
untuk berobat. Faktor lain yang membuat
peran keluarga pasien kurang baik
terhadap tingkat ketidakpatuhan pasien
disebabkan karena keluarga memiliki
hambatan berbagai faktor seperti ; sibuk
bekerja sehingga tidak mempunyai waktu
yang dimilki untuk bersama dengan
keluarganya yang terkena stroke.
Kesibukan seseorang akan menyebabkan
orang tersebut tidak memperhatikan dan
memotivasi anggota keluarganya yang
stroke untuk melakukan kepatuhan
kunjungan. Kurangnya informasi yang
diterima keluarga akan menyebabkan
keluarga tidak menyadari dan tidak tahu
betapa pentingnya peran keluarga untuk
memberikan motivasi akan kesembuhan
pasien dari kelumpuhannya, kemudian
jarak rumah dengan rumah sakit cukup
jauh sehingga membuat keluarga pasien
malas untuk membawa pasien ke Rumah
Sakit.
Menurut hasil analisa dari
hubungan peran keluarga dengan
kepatuhan kunjungan pasien Stroke di
Poliklinik Syaraf yaitu adanya peran
keluarga yang baik terhadap kepatuhan
maka akan meningkatkan kepatuhan
pasien untuk melakukan kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf. Hal ini
disebabkan adanya minat dari keluarga itu
sendiri, dapat dilihat juga dari hasil
kuesioner terdapat (65%) keluarga selalu
menemani pasien untuk pergi berobat, dan
(79,2%) keluarga memberikan semangat
supaya pasien cepat sembuh. Suatu
keinginan itu dapat dikategorikan dalam
motivasi atau dorongan yang bukan hanya
diperoleh dari dalam diri seseorang tetapi
dapat diperoleh dari orang yang ada
disekelilingnya.
Upaya yang telah dilakukan yaitu
mengarahkan kepada keluarga pasien
untuk mengikut sertakan dirinya dalam
menemani pasien agar keluarga
mndapatkan informasi tentang
kesehatannya dan memberikan informasi
lebih lanjut kepada pasien untuk
melakukan kepatuhan kunjungan sebulan
sekali. Diperlukan juga motivasi dari
intrinsik maupun dari ekstrinsik karena
pasien stroke sangat membutuhkan
dukungan dari keluarga, dukungan sosial
maupun dukungan psikososial. Sehingga
pasien tidak menjadi stress dengan
penyakitnya serta pasien merasa lebih
diperhatikan dan dihargai.
b. Hubungan Motivasi dengan
Kepatuhan Kunjungan Pasien Stroke
di Poliklinik Syaraf
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa lebih dari separuh
responden (80,8%) memiliki motivasi
yang rendah tidak patuh dalam kunjungan
di Poliklinik Syaraf dibandingkan dengan
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
65
motivasi yang baik (32,4%). Hasil uji
statistik menggunakan uji Chi-Square
didapatkan p = 0,001 (p < 0,05) terdapat
hubungan yang bermakna antara motivasi
dengan kepatuhan kunjungan pasien stroke
di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2016.
Hasil penelitian ini juga sama
dengan penelitian Dewi (2015), menurut
hasil penelitiannya didapatkan terdapat
hubungan bermakna antara self-efficacy
dengan motivasi pada pasien stroke untuk
melakukan mobilisasi (p=0,039). Hasil
penelitian ini juga didukung dengan
penelitian Nofril (2016), menurut hasil
penelitiannya didapatkan terdapat
hubungan yang bermakna antara motivasi
pasien pasca stroke dengan kepatuhan
melakukan fisioterapi (p=0.008).
Menurut Sunaryo (2010), motivasi
adalah alasan yang mendasari sebuah
perbuatan yang dilakukan oleh seorang
individu. Seseorang dikatakan memiliki
motivasi tinggi dapat diartikan orang
tersebut memiliki alasan yang sangat kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya
dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di
masyarakat yang seringkali disamakan
dengan semangat. Dukungan atau motivasi
adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan dan mengarahkan
perilaku ke arah mencapai kebutuhan.
Menurut analisa peneliti,
berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa
masih adanya pasien yang memiliki
motivasi yang rendah dengan
ketidakpatuhan kunjungan, ini terbukti
dikarenakan kurangnya dorongan didalam
diri pasien untuk melakukan kepatuhan
kunjungan ulang dan kurang rasa percaya
diri pasien untuk sembuh. Kurangnya
semangat dan rasa percaya diri untuk
sembuh membuat pasien merasa malas dan
jenuh. Hasil ini juga terlihat jelas dalam
pengisian kuesioner yang memiliki
motivasi yang rendah. Dari (86,7%) pasien
juga merasa keluarga tidak peduli dengan
keadaannya, (55%) bahwa pasien merasa
sedih dan menangis jika memikirkan
penyakitnya, dan motivasi rendah juga
dimiliki pasien (60%) yang menyatakan
bahwa pasien sudah pasrah dan tidak
berusaha semaksimal mungkin untuk
kesembuhannya. Selain itu perlunya
kesadaran pasien akan pentingnya patuh
dalam kunjungan dan tidak adanya rasa
putus asa dari dalam diri pasien sehingga
pasien dapat meningkatkan kepatuhan
kunjungannya di Poliklinik Syaraf.
Menurut hasil analisa peneliti dari
hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan kunjungan pasien Stroke di
Poliklinik Syaraf, lebih dari separuh masih
adanya pasien yang memiliki motivasi
yang tinggi yang dimiliki responden
dengan kepatuhan kunjungan yang baik.
Hal itu disebabkan karena adanya
keinginan niat untuk memiliki derajat
kesehatan yang lebih baik. Ini terlihat dari
pernyataan positif dari pasien, yaitu pasien
tetap semangat dalam melakukan kegiatan
apapun meskipun dengan kondisi yang
lelah dan gerakan terbatas, berarti disini
pasien memiliki motivasi yang tinggi
untuk berusaha melakukan apapun demi
kesembuhannya.
Upaya yang telah dilakukan yaitu
memberikan edukasi kepada pasien
tentang bagaimana cara pencegahan agar
tidak terjadi stroke berulang, selain itu
peneliti juga memberikan masukan kepada
pasien akan pentingnya menjaga hidup
sehat secara teratur, memakan makanan
yang sehat, meminum obat secara teratur,
dan olahraga ringan secara teratur.
Kemudian peneliti juga memberikan
motivasi kepada pasien agar dapat
menimbulkan kepercayaan diri dan pasien
dapat mempercayai akan kemampuan yang
dimiliki oleh pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
tentang hubungan peran keluarga dan
motivasi pasien stroke Hubungan Peran
Keluarga dan Motivasi Pasien Stroke
dengan Kepatuhan Kunjungan di
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
66
Poliklinik Syaraf RSUP DR. M. Djamil
Padang Tahun 2016 dapat disimpulkan
bahwa :
1. Lebih dari separuh pasien memiliki
tingkat kepatuhan yang rendah dalam
melakukan kunjungan di Poliklinik
Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2016
2. Lebih dari separuh pasien memiliki
peran keluarga yang baik pada pasien
yang melakukan kepatuhan kunjungan
di Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2016
3. Lebih dari separuh pasien memiliki
motivasi yang tinggi pada pasien yang
melakukan kepatuhan kunjungan di
Poliklinik Syaraf RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2016
4. Terdapat hubungan bermakna antara
peran keluarga dengan kepatuhan
pada pasien yang melakukan
kepatuhan kunjungan di Poliklinik
Syaraf RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2016 (pvalue = 0,002).
5. Terdapat hubungan bermakna antara
motivasi dengan kepatuhan pada
pasien yang melakukan kepatuhan
kunjungan di Poliklinik Syaraf RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
(pvalue = 0,001).
Disarankan kepada pihak Rumah
Sakit diperlukan adanya pemberian
informasi kesehatan kepada pasien tentang
bagaimana pencegahan agar stroke tidak
berulang, selain itu juga petugas kesehatan
memberikan arahan kepada keluarga
pasien untuk ikut terlibat dalam
mendampingi pasien yang melakukan
kontrol ulang serta memotivasi kepada
pasien agar pasien dapat membangun
kepercayaan dirinya untuk meningkatkan
kesehatan.
1. Institusi Pendidikan
Disarankan bagi mahasiswa
bahwa penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi dan sebagai bahan
bacaan / literature di perpustakaan bagi
mahasiswa STIKes YPAK Padang.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan peneliti selanjutnya
dapat meneliti tentang variabel yang
berbeda terhadap kepatuhan pada
pasien stroke. Serta dapat dijadikan
pedoman referensi dalam melakukan
penelitian sejenis untuk menuju hasil
yang lebih sempurna.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada direktur
RSUP Dr M. Djamil Padang serta semua
pihak terkait yang telah mendukung dan
membantu dalam proses pelaksanaan
sehingga penelitian ini apat diselesaikan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. A
ccesed
http://www.litbang.depkes.go.id/sit
es/download/rkd2013/Laporan_Ris
kesdas2013.PDF
Batticaca, B Fransisca. 2008. Asuhan
keperawatan klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013.
Profil Kesehatan Tahun 2013 Edisi
2014.Accesed http://dinkeskotapada
ng1.files.wordpress.com/2014/08/pr
ofil-tahun-2013-edisi-2014.pdf
Dewi, Rosvita Leni. 2015. Hubungan Self
Efficacy Dengan Motivasi Pada
Pasien Pasca Stroke untuk
Melakukan Mobilsasi Di Instalasi
Fisioterapi Rehabilitasi Medik
(Skripsi). Padang : STIKes Amanah
Doenges Marlyn, E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan, Pedoman
Untuk Perencanaan dan
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
67
Pendokumentasikan Perawat Pasien.
Jakarta : EGC
Ferry Efendi. 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas : Teori Dan
Praktek Dalam Keperawatan Jilid
1. Jakarta : Salemba Medika
Fadriyani. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pasca
Stroke dalam Menjalani Fisioterapi
(Skripsi). Padang : STIKes Amanah
Handayani, Widya. 2011. Pengaruh
Komunikasi Terapeutik Terhadap
Pengetahuan dan Kepatuhan Dalam
Menjalankan Terapi Diet Pada
Pasien Hemodialisa Di RSUD DR.
Pringadi Medan (Tesis) : USU
Junaidi, dr. Iskandar. 2011. Stroke
Waspadai Ancamannya. Yogyakarta
: CV. Andi
Juwono T. Dr. 1996. Pemeriksaan Klinik
Neorologik dalam Praktek. Jakarta :
EGC
Kemenkes. 2014. Laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas). Jakarta :
Kemenkes RI.
Mansjoer, A. 2003. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi III Jilid 2.
Jakarta : FKUI
Mauk, K.L. 2010. Gerontological Nursing
: Competencies for care. Second
edition. Sudbury, Masschusetts :
Jones and Bartlett Publisher
Medical Record. 2015. Medical Record
2012-2013. Padang : RSUP DR. M.
Djamil.
Mubarak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan
Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika
Mutataqin, Arif. 2008. Asuhan
Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Niven, Neil. 2012. Psikologi Kesehatan
Pengantar Untuk Perawat dan
ProfessionalKesehatan Lain. Jakarta
: Buku Kedokteran EGC
Nofril, Ricky. 2016. Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Motivasi Pasien
Pasca Stroke Dalam kepatuhan
Melakukan Fisioterapi Di Poliklinik
RSUD DR. Rasidin (Skripsi).
Padang : STIKes Amanah
Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelii
an Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
dan Teori Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi
Kesehatan. Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Poliklinik Syaraf. 2015. Profil Poliklinik
Syaraf RSUP DR. M. Djamil Mei-
Juli. Padang : RSUP DR. M. Djamil
Price, S.A., dan Wilson, L.M. (1994).
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi Keempat.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC .
Rhomadona. 2014. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Frekuensi
Kunjungan Ulang Pasien Stroke
Untuk Berobat Di RRJ Hortus
MedicusTawangmangu. Available fr
om URL : Accesed 22 Desember 20
Jurnal Amanah Kesehatan | E – ISSN : 2685-4023 Volume 2 No 1 ( 2020 ) | ojs.stikesamanahpadang.ac.id
68
15http://eprints.ums.ac.id/32332/1/H
ALAMAN%20DEPAN.pdf
Riyanti. 2013. Hubungan Motivasi dan
Sikap Pasien Odha Dengan
Kepatuhan Dalam Minum Obat
Antiretoviral (Skripsi). Padang :
STIKes Perintis
Poliklinik Syaraf. 2015. Profil Poliklinik
Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Mei-
Juli. Padang : RSUP. Dr. M.Djamil .
Siti Mutia Kosassy. 2011. Hubungan
Peran Keluarga Dalam Merawat
Dan Memotivasi Penderita Pasca
Stroke Dengan Kepatuhan Penderita
Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Reha
bilitasi. Available from URL : Acces
ed07 Agustus 2015
http://repository.unand.ac.id/18133/1
/Hubungan Peran Keluarga Dalam
Merawat Dan Memotivasi Penderita
Pasca Sroke Dengan Kepatuhan
Penderita Mengikuti
Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi.pdf.
Siti Rohan. 2000. Simposium Nasional
Keperawatan Perhimpunan Perawat
Bedah Syaraf Indonesia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, C.S and Bare. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Sobirin, dkk. 2014. Hubungan Peran
Keluarga Dalam Memotivasi Pasien
Pasca Stroke Dengan Kepatuhan
Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di
Unit Rehabilitasi Medik Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi.
Bukit Tinggi : STIKes Prima Bukit
Tinggi. Accesed 18 Agustus 2016
file:///c:/users/Downloads/50-167-1-
PB.pdf
Sulami. 2012. Hubungan Dukungan
Emosional Keluarga Dengan
Kepatuhan Kunjungan Ulang Pasien
Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUD
Dokter Soesolo Kabupaten Tegal.
Tegal : STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC
Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 2
Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika